12
Heru Sri Naryanto : Potensi Airtanah di Daerah Ciakrang dan Sekitarnya, … JAI Vol.4, No.1 2008 38 POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BEKASI BERDASARKAN ANALISIS PENGUKURAN GEOLISTRIK Oleh : Heru Sri Naryanto Peneliti di Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana (PTLWB)-BPPT Abstract Groundwater is one of the most important for human activities. The effects of land use and population changes in Bekasi area cause the degradation of groundwater quantity and quality. The aquifers potential in Cikarang and its surrounding as a study area are studied using geoelectric method. Geoelectric analysis can be measured the geometry of subsurface aquifer (thickness, depth, distribution, and structural geology). The aquifers in the study area are included of Bekasi Groundwater Basin System. The aquifers contain confined aquifer and unconfined aquifer. The thickness of unconfined aquifers less than 30 m, as lenses and bottom depth less than 40 m below of land surface. The thickness of confined aquifers is variation with maximum 80 m and the bottom depth 20-160 m below of land surface. The degradation of groundwater in Cikarang and its surrounding needs better groundwater management for sustainable development. Katakunci : potensi airtanah, akuifer, geolistrik, Cikarang 1. LATAR BELAKANG Airtanah merupakan salah satu sumber daya air yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan manusia, baik untuk kebutuhan domestik maupun industri. Jika dibandingkan dengan sumber air bersih lainnya, maka airtanah mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi karena biaya produksi yang rendah dan kualitas lebih baik. Meskipun demikian airtanah mempunyai kuantitas yang terbatas, karena tergantung pada geometri atau bentuk dan sebaran akuifernya. Pemanfaatan airtanah dengan cara pembuatan sumur, baik sumur gali atau sumur bor, kondisi hidrogeologi di bawah permukaan akan memberikan respon yang ditunjukkan oleh perubahan-perubahan kuantitas maupun kualitas airtanahnya. Keberadaan airtanah harus dilpertahankan yang berarti asas manfaat, keseimbangan dan kelestarian dalam pengelolaan sumberdaya tersebut tetap dapat terpenuhi. Airtanah adalah komoditi ekonomi yang berperan vital, bahkan di beberapa daerah peran tersebut dapat digolongkan sebagai faktor strategis. Namun di pihak lain, pemanfaatan airtanah telah menimbulkan dampak negatif berupa penurunan kuantitas dan kualitas sumberdaya tersebut serta lingkungan sekitarnya. Informasi bawah permukaan merupakan salah satu komponen penting dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan bumi. Informasi ini meliputi struktur geologi (lipatan, patahan, rekahan), jenis dan sifat fisis batuan, susunan batuan di bawah permukaan, kedalaman, ketebalan dan distribusinya, termasuk kondisi akuifer pengandung airtanah. Salah satu cara untuk bisa mengetahui kondisi bawah permukaan tersebut adalah melakukan pengukuran geofisika dengan metode geolistrik 2D (resistivity 2D). Pada saat ini kondisi pengambilan airtanah di Kabupaten Bekasi telah sampai suatu kondisi yang melebihi batas keseimbangan antara pasokan airtanah dengan jumlah pengambilan. Dampak negatif terhadap kondisi airtanah terlihat dari terus menurunnya muka airtanah, kuantitas maupun kualitasnya. Memperhatikan kondisi demikian perlu kiranya mengetahui potensi airtanah dengan baik di Kabupaten Bekasi untuk bisa dilakukan pengelolaan airtanah secara terpadu berkesinambungan. Pengukuran geolistrik 2D telah dilakukan di daerah Bekasi untuk mengetahui potensi airtanah dalam akuifer yang mengandungnya. Lokasi studi berada di daerah Cikarang dan sekitarnya, Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat, khususnya di kecamatan-kecamatan Tambun Selatan, Cibitung, Cikarang Barat, Cikarang Utara, Cikarang Timur dan Kedung Waringin. 2. DASAR PEMIKIRAN / HIPOTESIS Pertumbuhan industri disertai pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, maka kebutuhan air juga meningkat sehingga pemanfaatan airtanah saat ini maupun ke depan sudah tidak dapat dihindari lagi. Pemanfatan lahan untuk berbagai peruntukan kawasan industri, perumahan, buangan limbah cair/padat,

POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA

Heru Sri Naryanto : Potensi Airtanah di Daerah Ciakrang dan Sekitarnya, … JAI Vol.4, No.1 2008

38

POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA, KABUPATENBEKASI BERDASARKAN ANALISIS PENGUKURAN GEOLISTRIK

Oleh :Heru Sri Naryanto

Peneliti di Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana (PTLWB)-BPPT

Abstract

Groundwater is one of the most important for human activities. The effects of land useand population changes in Bekasi area cause the degradation of groundwater quantityand quality. The aquifers potential in Cikarang and its surrounding as a study area arestudied using geoelectric method. Geoelectric analysis can be measured the geometry ofsubsurface aquifer (thickness, depth, distribution, and structural geology). The aquifers inthe study area are included of Bekasi Groundwater Basin System. The aquifers containconfined aquifer and unconfined aquifer. The thickness of unconfined aquifers less than30 m, as lenses and bottom depth less than 40 m below of land surface. The thickness ofconfined aquifers is variation with maximum 80 m and the bottom depth 20-160 m belowof land surface. The degradation of groundwater in Cikarang and its surrounding needsbetter groundwater management for sustainable development.

Katakunci : potensi airtanah, akuifer, geolistrik, Cikarang

1. LATAR BELAKANG

Airtanah merupakan salah satu sumberdaya air yang sangat penting dalam mencukupikebutuhan manusia, baik untuk kebutuhandomestik maupun industri. Jika dibandingkandengan sumber air bersih lainnya, maka airtanahmempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggikarena biaya produksi yang rendah dan kualitaslebih baik. Meskipun demikian airtanahmempunyai kuantitas yang terbatas, karenatergantung pada geometri atau bentuk dansebaran akuifernya. Pemanfaatan airtanahdengan cara pembuatan sumur, baik sumur galiatau sumur bor, kondisi hidrogeologi di bawahpermukaan akan memberikan respon yangditunjukkan oleh perubahan-perubahan kuantitasmaupun kualitas airtanahnya.

Keberadaan airtanah harus dilpertahankanyang berarti asas manfaat, keseimbangan dankelestarian dalam pengelolaan sumberdayatersebut tetap dapat terpenuhi. Airtanah adalahkomoditi ekonomi yang berperan vital, bahkan dibeberapa daerah peran tersebut dapatdigolongkan sebagai faktor strategis. Namun dipihak lain, pemanfaatan airtanah telahmenimbulkan dampak negatif berupa penurunankuantitas dan kualitas sumberdaya tersebut sertalingkungan sekitarnya.

Informasi bawah permukaan merupakansalah satu komponen penting dalam melakukankegiatan yang berkaitan dengan bumi. Informasiini meliputi struktur geologi (lipatan, patahan,rekahan), jenis dan sifat fisis batuan, susunanbatuan di bawah permukaan, kedalaman,ketebalan dan distribusinya, termasuk kondisi

akuifer pengandung airtanah. Salah satu carauntuk bisa mengetahui kondisi bawahpermukaan tersebut adalah melakukanpengukuran geofisika dengan metode geolistrik2D (resistivity 2D).

Pada saat ini kondisi pengambilanairtanah di Kabupaten Bekasi telah sampai suatukondisi yang melebihi batas keseimbanganantara pasokan airtanah dengan jumlahpengambilan. Dampak negatif terhadap kondisiairtanah terlihat dari terus menurunnya mukaairtanah, kuantitas maupun kualitasnya.Memperhatikan kondisi demikian perlu kiranyamengetahui potensi airtanah dengan baik diKabupaten Bekasi untuk bisa dilakukanpengelolaan airtanah secara terpaduberkesinambungan.

Pengukuran geolistrik 2D telah dilakukandi daerah Bekasi untuk mengetahui potensiairtanah dalam akuifer yang mengandungnya.Lokasi studi berada di daerah Cikarang dansekitarnya, Kabupaten Bekasi Provinsi JawaBarat, khususnya di kecamatan-kecamatanTambun Selatan, Cibitung, Cikarang Barat,Cikarang Utara, Cikarang Timur dan KedungWaringin.

2. DASAR PEMIKIRAN / HIPOTESIS

Pertumbuhan industri disertaipertumbuhan penduduk yang sangat pesat,maka kebutuhan air juga meningkat sehinggapemanfaatan airtanah saat ini maupun ke depansudah tidak dapat dihindari lagi. Pemanfatanlahan untuk berbagai peruntukan kawasanindustri, perumahan, buangan limbah cair/padat,

Page 2: POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA

Heru Sri Naryanto : Potensi Airtanah di Daerah Ciakrang dan Sekitarnya, … JAI Vol.4, No.1 2008

39

penambangan, pertanian, transportasi,penyediaan prasarana air dan lain-lain, akanmempengaruhi kuantitas dan kualitas airtanah.

Eksplorasi dan eksploitasi airtanah untukmemenuhi kebutuhan domestik dan industri,perlu diketahui struktur atau geometri lapisanpembawa air (akuifer tidak tertekan/bebas atautertekan) di bawah permukaan. Geometri akuiferditetapkan berdasarkan analisis litologi danstruktur bawah permukaan, sehingga dapatditentukan litologi yang berperan sebagai akuiferatau nonakuifer (akuitar, akuiklud, atau akuifug).

Pengukuran geolistrik 2D merupakansalah satu pekerjaan metode geolistrik yangdilakukan untuk mengetahui informasi bawahpermukaan, yang antara lain bisa untukmendeteksi kondisi geometri akuifer baikketebalan, kedalaman dan penyebarannya.Dengan demikian batas dan arah hamparanserta kontinuitas lapisan akuifer dapat diketahuisecara vertikal dan horisontal. Dari pengukurantersebut bisa didapatkan informasi mengenaicadangan airtanah, yang bisa menjadi acuandalam pengelolaan airtanah.

3. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dilakukannya studi adalah untukmengetahui potensi airtanah dari konfigurasiakuifernya berdasarkan analisis pengukurangeolistrik 2D. Sedangkan tujuannya adalahuntuk:

1. Menduga ketebalan, kedalaman danpenyebaran perlapisan batuan secara vertikaldan horisontal.

2. Mendapatkan informasi mengenai cadanganairtanah

3. Menduga penyebaran lapisan batuan yangberfungsi sebagai lapisan pembawa air atauakuifer.

4. Menduga daerah yang mempunyai potensiairtanah untuk dapat dikembangkan lebihlanjut.

5. Menjadi acuan bagi Pemerintah Daerahdalam pedoman kebijakan pengelolaanairtanah dan rencana pembangunan.

4. METODOLOGI

Metode yang dilakukan dalam studi adalahkegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan : studireferensi, geologi, geohidrologi, pengukurangeofisika dengan metode geolistrik 2D, analisisdan interpretasi data untuk menduga ketebalan,kedalaman dan penyebaran perlapisan batuansecara vertikal dan horisontal.

5. KONDISI GEOLOGI REGIONAL

Morfologi regional kawasan KabupatenBekasi yang terletak di Jawa Barat bagian utarasecara regional berada pada zona DataranPantai Utara (Gambar 1) (1). Secara umumkondisi morfologi daerah di bagian utara danselatan berbeda. Morfologi Kabupaten Bekasiterdiri dari dua bagian, yaitu morfologi dataranrendah di sebagian daerah utara dan morfologibergelombang di daerah selatan. Ketinggianrata-rata antara 6-115 meter di atas muka air lautrata-rata dengan kemiringan antara 0-25o.Kondisi morfologi regional secara umum adalahsebagai berikut :

1. Morfologi dataran, terletak di bagian utarayang merupakan daerah relatif datar,dibentuk oleh endapan aluvial pantai danaluvial sungai berukuran lempung-kerakal,merupakan dataran delta, rawa, pematangpantai, aluvial, sungai, tanggul alam, danaluvial sungai lama.

2. Morfologi perbukitan, terletak di bagianselatan yang terbentuk oleh berbagai jenisbatuan sedimen berumur Kuarter Tua danTersier, secara setempat membentuk medanperbukitan bergelombang, sementaraendapan kipas aluvial berupa bahanberukuran lempung-kerakal dengankemiringan lereng antara 3–10% danketinggian antara 7–20 m.

Geologi daerah studi disusun olehendapan batuan sedimen dan batuan volkanikberumur Tersier hingga Resen. Blok paparanutara didominasi oleh endapan laut dangkalberumur Tersier yang berada di atas batuanskis/gneiss dan granit Pra-Tersier. Secara tidakselaras di atas batuan dasar, diendapkan secarasetempat-setempat endapan batuan volkanikFormasi Jatibarang (breksi, tufa, basalt, danandesit) berumur Eosen hingga Oligosen;Formasi Talangakar yang tersusun olehbatupasir, batulempung dengan sisipan batubaradan batugamping; Formasi Baturaja yangtersusun atas batugamping bioklastik berumurMiosen Bawah; Formasi Kelapanunggal yangtersusun atas batugamping terumbu,batugamping bioklastik, napal dan kalkarenitberumur Miosen Tengah; dan Formasi Jatiluhurdiendapkan secara selaras di atas FormasiKelapanunggal, tersusun oleh batulempung /serpih abu-abu kehijauan, sisipan batupasirberumur Miosen Atas (5) .

Page 3: POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA

Heru Sri Naryanto : Potensi Airtanah di Daerah Ciakrang dan Sekitarnya, … JAI Vol.4, No.1 2008

40

Gambar 1. Pembagian Morfologi Regional Jawa Bagian Barat Termasuk Kabupaten Bekasi(Sumber : Bemmelen 1949)

Secara tidak selaras di atasbatulempung Formasi Jatiluhur terdapat FormasiKaliwangu dengan perubahan secara berangsur.Formasi ini dicirikan oleh batulempung kehijauanyang mengandung fosil Moluska dan batupasirglokonitan. Di atas Formasi Kaliwangudiendapkan Formasi Citalang yang terdiri darikonglomerat, breksi, dan batupasir. Umur keduaformasi ini diperkirakan Pliosen-Pleistosen.Satuan-satuan batuan di atas tidak tersingkap dipermukaan di daerah Bekasi dan secara umummerupakan batuan dasar (basement) untukpengendapan satuan-satuan batuan yang lebihmuda umurnya.

6. KONDISI GEOHIDROLOGI

Terdapat tiga buah sungai utama didaerah Kabupaten Bekasi, yaitu Kali Cikarang,Kali Cibeet, dan Kali Bekasi. Sungai lainnya yaituKali Cimanuk berada di pinggir timur daerahkabupaten dan merupakan batas dengan daerahKabupaten Krawang. Sungai-sungai bersifat subparalel dengan aliran berarah timur laut danbarat laut. Aliran sungai-sungai tersebut berasaldari kawasan gunungapi di bagian selatan disekitar G. Pangrango. Kawasan selatanKabupaten Bekasi tersebut merupakan daerahtangkapan hujan (catchment area) bagi daerahaliran sungai yang mengalir ke daerah ini. Aliran

sungai yang melewati lapisan batuan bersifatpermeabel terhadap air pada zona kipas aluvialvolkanik gunungapi tersebut memberikanresapan yang baik untuk akuifer-akuifer padalapisan aluvial tersebut. Di bagian hilir yangberada pada dataran pantai dengan batuan yangbersifat impermeabel seperti lempung, resapan-resapan air sungai ke dalam akuifer akanberjumlah lebih kecil (3).

6.1 Cekungan Air Tanah

Berdasarkan hasil inventarisasi potensiairtanah seluruh Indonesia, Kabupaten Bekasiberada pada sistem Cekungan Airtanah Jakartadan Cekungan Airtanah Krawang-Jatibarang (2).Batas kedua cekungan airtanah tersebut adalahKali Bekasi yang didefinisikan sebagai batasaliran tetap (Gambar 2). Bagian alas (basement)dari cekungan airtanah terbentuk oleh endapansedimen Tersier yang terdiri dari batulempung,napal, dan batugamping dari Formasi Jatiluhurdan Formasi Klapanunggal yang telahmengalami proses pematahan dan perlipatan.Formasi batuan berumur Tersier ini bersifatimpermeabel atau kedap air karena telahmengalami kompaksi oleh tekanan gaya tektonikyang menyebabkan terbentuknya strukturpatahan dan lipatan.

Page 4: POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA

Heru Sri Naryanto : Potensi Airtanah di Daerah Ciakrang dan Sekitarnya, … JAI Vol.4, No.1 2008

41

Gambar 2. Cekungan Airtanah Bekasi Yang Berbatasan Dengan Cekungan Airtanah Jakarta DiBagian Baratnya (Sumber : DGTL, 1993)

6.2 Sistem Akuifer

Hidrogeologi regional daerah studimenunjukkan adanya tiga sistem akuifer, yaitu:

1. Sistem akuifer Endapan AluvialSungai/Pantai.

2. Sistem Akuifer Endapan Gunungapi(volkanik).

3. Sistem Akuifer Sedimen Tersier.

Data-data pemboran diperlukan untukdapat menggambarkan lapisan akuifer danlapisan kedap air yang ada pada suatu daerah.Data-data tersebut akan dikorelasi untukmengetahui distribusi ketebalan dan pelamparanakuifer, serta basement akuifer. Rekonstruksihidrogeologi berdasarkan data-data pemboranairtanah, seperti tampak pada Gambar 3 yangmemperlihatkan sistem akuifer di daerah Bekasimempunyai kemiringan ke arah utara (4) .

Lapisan-lapisan batupasir dankonglomerat merupakan penyusun akuifer tidaktertekan (bebas) dan akuifer semi tertekan (semiconfined aquifer). Lapisan batulempung danbatulanau berperan sebagai lapisan penekanyang bersifat akuiklud dan akuitar. Bentuklapisan akuifer ini adalah berupa kanal-kanal(channel) yang terbentuk oleh sungai purba yangberfungsi sebagai media tranportasi dansedimentasi endapan batuan sedimen.

7. PENGUKURAN GEOLISTRIK

Pengukuran geolistrik bertujuan untukmengetahui kondisi bawah permukaan. Metodegeolistrik merupakan salah satu metodegeofisika yang sering digunakan untuk tujuaneksplorasi airtanah khususnya untukmenentukan lapisan pembawa air (akuifer).Dengan menggunakan metode ini diharapkandapat diketahui susunan, kedalaman danpenyebaran lapisan bawah permukaanberdasarkan harga tahanan jenis yang diperoleh.

Pada metoda geolistrik, dilakukaninjeksi arus ke dalam permukaan bumi.Selanjutnya respon yang diberikan bumi dicatatoleh alat yang disebut resistivitymeter. Data yangdicatat adalah nilai tahanan jenis (R) dalamsatuan ohm mulai kedalaman 0 meter hingga150 meter pada jarak 0 hingga 450 meter. Daridata yang tercatat ini kemudian dihitung sebarannilai tahanan jenis/resistivitas (resistivity) batuandi bawah permukaan. Karena masing-masingbatuan mempunyai nilai resistivity yang typical,maka dari sebaran tahanan jenis inilah kita dapatmelakukan interpretasi jenis batuan, sifat batuandan struktur geologi yag mungkin ada di bawahpermukaan bumi.

Page 5: POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA

Heru Sri Naryanto : Potensi Airtanah di Daerah Ciakrang dan Sekitarnya, … JAI Vol.4, No.1 2008

42

Gmbar 3. Penampang Geohidrologi Regional Berarah Utara-Selatan Daerah Bekasi Dengan ArahAliran Airtanah Ke Utara (Sumber LPPM-ITB, 2003)

Eksplorasi dengan metode geolistrikdilakukan di atas permukaan tanah denganmenginjeksi arus searah (DC) frekuensi rendahke dalam tanah melalui dua elektroda arus.Besar beda potensial yang terjadi diukur dipermukaan dengan dua elektroda potensial.Hasil pengukuran besar yang diinjeksikan danbeda potensial yang terjadi untuk setiap jarakelektroda yang berbeda akan memberikanvariasi harga tahanan jenis.

Potensial listrik didefinisikan sebagaienergi potensial (U) per satuan muatan uji (Q),atau ekspresi matematisnya adalah :

r 1 Q

U = E . dr = ------ ----- 4r

pada persamaan tersebut ;

U = energi potensialE = medan listrikQ = gaya coloumb, = konstantar = jarak antar muatan

Arus listrik adalah gerak muatan negatif(elektron) pada materi dalam proses mengaturdiri menuju keseimbangan. Peristiwa ini terjadibila materi mengalami gangguan karena adanyamedan listrik. Bila medan listrik arahnya selalu

tetap menuju ke satu arah, maka arus listrik yangmengalir akan tetap juga arahnya. Arus listrikyang mengalir searah disebut DC (DirectCurrent) sedangkan yang mengalir bolak-balikdisebut AC (Alternating Current). Hubunganantara arus listrik dengan muatannya, secaramatematis diekspresikan sebagai I = (dQ / dt).Menurut Hukum Ohm, hubungan antarabesarnya beda potensial listrik (V) , kuat arus (I)dan besarnya tahanan kawat penghantar adalahV = R . I.

Pada metoda geolistrik 1D, pembahasanmengenai aliran listrik dalam bumi didasarkanpada asumsi bahwa bumi merupakan mediumhomogen isotropis. Lapisan batuan di bawahpermukaan bumi diasumsikan berbentukberlapis-lapis. Apabila titik arus padapembahasan tersebut di atas terletak dipermukaan bumi, maka arah arus listrik dangaris equipotensialnya dapat dilihat padaGambar 4.

Area sebaran arah arus adalah setengahbola, sehingga permukaan luas = 2r. Dengandemikian persamaan menjadi :

I VV ( r ) = ---- ; dan = 2r -----

2r I

Pada survei geolistrik dipakai 2 (dua)sumber arus, dengan demikian arah arus listrikdan equipotensialnya adalah (Gambar 5).

Page 6: POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA

Heru Sri Naryanto : Potensi Airtanah di Daerah Ciakrang dan Sekitarnya, … JAI Vol.4, No.1 2008

43

Permukaan bumi

equipotensial

Arah arus

Gambar 4. Arah Arus Listrik Dan Garis Equipotensial Untuk Sumber Arus Berada Di Permukaan Bumi

equipotensial

Arah arus

equipotensial

Arah arus

Sumber arus Sumber arusA NM BPermukaan bumi

Gambar 5. Arah Arus Listrik Dan Garis Equipotensial Untuk Dua Sumber ArusBerada Di Permukaan Bumi

Pada Gambar 5, dua sumber arus digambarkansebagai titik A dan B, sedangkan pengukuranbeda potensial dilakukan di titik M dan N. Beda

potensial antara MN yang disebabkan arus Adan B, adalah :

V = VM – V N

I 1 1 1 1 = --- ---- - ----- - ---- - -----

2 AM BM AN BN

V 1 1 1 1 -1

= ----- 2 ---- - ----- - ---- - ----- I AM BM AN BN

Pada persamaan ini ;

AM = jarak A ke M ; BM = jarak B ke MAN = jarak A ke N ; BN = jarak B ke N

V = beda potensial, diukur di lapanganI = kuat arus, diukur di lapangan

= tahanan jenis, dihitung kemudian dipergunakan untuk interpretasi

Konfigurasi (susunan) elektroda arus danpotensial pada geolistrik 2D berbeda dengangeolistrik 1D. Pada geolistrik 2D, susunannyaadalah seperti Gambar 6.

Pada pengukuran geolistrik 2D, persamaanmenjadi :

C1P1 = C2P2 = AM = BN = (n+1) lC2P1 = BM = n lC1P2 = AN =

Dengan demikian persamaan ( v ) menjadi :

a = n(n+1) l R

Page 7: POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA

Heru Sri Naryanto : Potensi Airtanah di Daerah Ciakrang dan Sekitarnya, … JAI Vol.4, No.1 2008

44

Persamaan tersebut selanjutnya dipakaiuntuk mengolah data hasil pengukuran geolistrik2D. Hasil perhitungan menggunakan persamaantersebut baru menghasilkan nilai tahanan jenis

dan kedalaman semu. Untuk mendapatkan nilaitahanan jenis dan kedalaman sebenarnya,selanjutnya dipakai pemodelan inversi 2D.

C1 C2 P1 P2

Gambar 6. Konfigurasi Elektroda Arus Dan Potensial Pada Geolistrik 2D, Sebagai Contoh UntukMetoda Pole-Dipole. Jarak P1 – P2 Selalu L N1 = Pengukuran Ke 1, N2 = Pengukuran Ke2, Dst.

8. HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS

Di bagian utara Kota Bekasi dan Cikarangdapat dijumpai pemboran-pemboran airtanahyang menghasilkan sumur-sumur artesis positif.Keberadaan sumur-sumur bor ini yang berada diantara Kali Bekasi dan Kali Cikarangmengindikasikan adanya suatu sistem airtanahberproduktifitas tinggi yang mengikuti alurlembah purba. Lembah-lembah purba ini telahterisi oleh material pelapukan dan erosionalgunungapi di bagian selatan.

Dari data-data pemboran, berdasarkankedalamannya maka akuifer airtanah dikawasan Bekasi dan sekitarnya (Jabodetabek)dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompokakuifer produktif, yaitu :

1. Kelompok akuifer dengan kedalaman < 40m.

2. Kelompok akuifer dengan kedalaman 40 –140 m.

3. Kelompok akuifer dengan kedalaman > 140m.

Pada pekerjaan survei geolistrik, telahdilakukan pengukuran sebanyak 100 titik. Lokasipengukuran ditentukan pada daerah-daerahyang tidak mempunyai cukup data bawahpermukaan, seperti di daerah-daerah yangbelum terbangun, sehingga kemungkinan besartidak tersedia data pemboran. Konfigurasi yangdigunakan dalam survei adalah metodeSclumberger.

Dalam melakukan interpretasi hasilpengolahan data geolistrik banyak hal yangperlu dipertimbangkan. Karena setiap batuanmemiliki nilai resistivitas yang berbeda,bergantung pada jenis mineral, densitas,porositas, temperatur, dan kandungan air didalamnya, maka setiap proses interpretasi hasil

pengolahan geolistrik, perlu dilakukanpembandingan dengan data geologi yangtersedia. Hal ini dimaksudkan untukmempermudah dan mengurangi kesalahandalam proses interpretasi jenis akuifer. Datageologi seperti singkapan batuan, logpemboran, logging geofisika, atau peta geologidapat digunakan sebagai acuan atau referensidalam interpretasi.

Pengambilan data geolistrik bertujuanuntuk melihat profil bawah permukaan bumiberdasarkan sifat kelistrikan, sehingga dapatdiduga struktur bawah permukaan dankemungkinan zona akuifernya. Data-data logpemboran serta data-data geologi danhidrogeologi yang tersedia dikompilasi denganinterpretasi data geolistrik. Pada Gambar 8, 9dan 10 tampak penampang interpretasi nilairesistivitas secara profil pada beberapa lintasanberarah utara – selatan dan timur – barat.

Rekonstruksi geometri akuifermenunjukkan adanya lapisan akuifer tertekan(confined aquifer) yang diinterpretasikansebagai lapisan batupasir. Lapisan akuifertertekan tersebut mempunyai ketebalanbervariasi mencapai 80 meter dengankedalaman bervariasi antara 20 – 160 m dibawah muka tanah setempat (bmts). Lapisanakuifer ini di batasi oleh lapisan batulempung dibagian atas dan bawahnya yang berfungsisebagai lapisan penekan (confining layer).

Melalui rekonstruksi juga dapat dijumpailapisan akuifer tidak tertekan (unconfinedaquifer) yang berada di bawah lapisan soil.Lapisan ini tersusun oleh batupasir yangmempunyai bentuk berupa lensa. Ketebalanakuifer ini mencapai 30 meter dengan bentukmelensa sehingga ketebalannya tidak sama disemua tempat. Kedalaman batas bawah(bottom) lapisan ini mencapai 40 m bmts

Page 8: POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA

Heru Sri Naryanto : Potensi Airtanah di Daerah Ciakrang dan Sekitarnya, … JAI Vol.4, No.1 2008

45

Gambar 7. Peta Lokasi Pengukuran Geolistrik

.

Gambar 8. Penampang Interpretasi Akuifer Profil Geolistrik Berarah Utara-Selatan(Lintasan CKR 34 Sampai CKR 62)

Page 9: POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA

Heru Sri Naryanto : Potensi Airtanah di Daerah Ciakrang dan Sekitarnya, … JAI Vol.4, No.1 2008

46

Gambar 9. Penampang Interpretasi Akuifer Profil Geolistrik Berarah Utara-Selatan(Lintasan CKR 48 Sampai CKR 28)

Gambar 10. Penampang Interpretasi Akuifer Profil Geolistrik Berarah Barat-Timur (lintasan A-B)

B

Page 10: POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA

Heru Sri Naryanto : Potensi Airtanah di Daerah Ciakrang dan Sekitarnya, … JAI Vol.4, No.1 2008

47

Gambar 11. Distribusi Akuifer Dangkal Yang Berbentuk Melensa Dari Hasil Analisis Geolistrik DiDaerah Kedung Waringin

Anomali resistivitas merupakan lapisanyang jenuh airtanah dan mempunyai bentukberupa lensa-lensa. Lensa-lensa batupasir iniberada pada lapisan yang mempunyairesistivitas lebih rendah dan diperkirakansebagai lapisan batulempung yang bersifatkedap air. Hasil rekonstruksi geometri akuifer inimenunjukkan adanya kesamaan antara litologihasil pengukuran geolistrik dengan penampanghasil rekonstruksi log pemboran. Diperkirakanlapisan akuifer tertekan berada pada FormasiKaliwangu, sedangkan lapisan akuifer tidaktertekan berada pada satuan batuan FormasiCitalang dan Endapan Aluvial.

Hasil interpretasi geolistrik ataupun logpemboran tidak dapat menunjukkan adanyalapisan batulanau yang berfungsi sebagailapisan semi permeabel dan penekan padaakuifer semi tertekan. Hal ini terjadi karenadalam interpretasi data resistivitas, nilairesistivitas batulanau sulit dibedakan denganlapisan batulempung ataupun batupasir.

Berdasarkan interpretasi tersebut, makadapat disimpulkan bahwa di daerah studiterdapat dua (2) buah lapisan akuifer, yaitulapisan akuifer tertekan (confined aquifer) danlapisan akuifer tidak tertekan (unconfinedaquifer). Kedalaman akuifer tertekan sangatbervariasi, namun akuifer yang berpotensisebagai akuifer produktif berada padakedalaman rata-rata antara 100 – 140 m.Ketebalan akuifer yang mencukupi danmempunyai penyebaran yang luas memberikancadangan airtanah yang baik. Walaupundemikian, hal ini akan sangat dipengaruhi jugaoleh jumlah resapan airtanah yang dapat masukke dalam akuifer.

Posisi kedalaman lapisan atas (top)akuifer dapat diinterpretasikan dari analisis nilai

resistivitas. Pada Gambar 12 dan Gambar 13telah dibuat peta elevasi top akuifer tidaktertekan dan akuifer tertekan yang dapatmenunjukkan kemiringan lapisan akuifer hasilinterpretasi data resistivitas. Berdasarkan datatersebut secara interpretatif, sebaran top akuiferdangkal rata-rata adalah antara 8,39 m sampaidengan 40,5 m. Sedangkan sebaran top akuiferdalam rata-rata adalah antara 33,5 m sampaidengan 174 m. Distribusi top akuifer tersebutmemperlihatkan arah kemiringan lapisan akuifersecara regional ke arah utara dan diperkirakanaliran airtanah secara alamiah akan dikendalikanoleh kemiringan satuan batuan tersebut.

Secara alamiah masih dimungkinkanterjadi kebocoran airtanah dari akuifer tidaktertekan ke dalam akuifer tertekan di bawahnya.Namun karena ketiadaan data parameterhidraulik lapisan penyekat antara kedua akuifertersebut, maka volume air yang mengalirsebagai kebocoran tidak dapat dihitung.

Daerah resapan (discharge) alamiahadalah berupa zona mataair dan di KabupatenBekasi zona ini berada di bagian luar batasselatan kabupaten dalam zona yang tidak terlaluluas pada batuan-batuan karbonat FormasiKlapanunggal yang tersingkap ke permukaan.Daerah resapan yang disebabkan olehpengambilan airtanah oleh aktivitas manusiaberada di seluruh daerah kabupaten. Namunkarena batasan daerah studi, maka data-datasumur bor yang diambil dari observasi lapanganmenunjukkan daerah pengambilan airtanahberada sekitar daerah-daerah di KecamatanTambun Selatan, Cibitung, Cikarang Barat,Cikarang Utara, Cikarang Timur. Jumlahpengambilan airtanah belum dapat diketahuikarena kurangnya informasi yang didapatkandari pengguna sumur bor (industri).

AKUIFER DANGKAL

AKUIFER DANGKAL

Page 11: POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA

Heru Sri Naryanto : Potensi Airtanah di Daerah Ciakrang dan Sekitarnya, … JAI Vol.4, No.1 2008

48

Gambar 12. Kontur Elevasi Top Akuifer Tidak Tertekan (Unconfined Aquifer) Pada Lokasi Studi

Gambar 13. Kontur Elevasi Top Akuifer Tertekan (Confined Aquifer) Pada Lokasi Studi

9. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pembahasan di atas bisadisimpulkan dan disarankan sebagai berikut :

1. Morfologi Kabupaten Bekasi dibagi menjadidua bagian, yaitu morfologi dataran rendah di

sebagian daerah utara dan morfologibergelombang di daerah selatan.

2. Geologi daerah studi disusun oleh endapanbatuan sedimen dan batuan volkanik berumurTersier hingga Resen. Blok paparan utaradidominasi oleh endapan laut dangkalberumur Tersier yang berada di atas batuanskis/gneiss dan granit pra-Tersier.

Page 12: POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA

Heru Sri Naryanto : Potensi Airtanah di Daerah Ciakrang dan Sekitarnya, … JAI Vol.4, No.1 2008

49

3. Airtanah yang berada di daerah Bekasiberada pada sistem Cekungan AirtanahBekasi.

4. Hidrogeologi regional daerah studimenunjukkan adanya tiga sistem akuifer,yaitu : Sistem Akuifer Endapan AluvialSungai/Pantai, Sistem Akuifer EndapanGunungapi, dan Sistem Akuifer SedimenTersier.

5. Lapisan-lapisan batupasir dan konglomeratmerupakan penyusun akuifer tidak tertekan(bebas) dan akuifer semi tertekan. Lapisanbatulempung dan batulanau berperansebagai lapisan penekan yang bersifatakuiklud dan akuitar. Bentuk lapisan akuiferini adalah berupa kanal-kanal yang terbentukoleh sungai purba yang berfungsi sebagaimedia tranportasi dan sedimentasi endapanbatuan sedimen.

6. Metode geolistrik merupakan salah satumetode geofisika yang sering digunakanuntuk eksplorasi airtanah khususnya untukmenentukan kondisi bawah permukaantermasuk lapisan pembawa air (akuifer) danlapisan kedap air, meliputi susunan,kedalaman dan penyebaran lapisan bawahpermukaan berdasarkan harga tahanan jenisyang diperoleh.

7. Rekonstruksi geometri akuifer di daerah studimenunjukkan adanya lapisan akuifer tertekanyang diinterpretasikan sebagai lapisanbatupasir. Lapisan akuifer tertekan tersebutmempunyai ketebalan bervariasi mencapai 80meter dengan kedalaman bervariasi antara20-160 m di bawah muka tanah setempat(bmts). Lapisan akuifer tidak tertekan beradadi bawah lapisan soil yang tersusun olehbatupasir. Ketebalan akuifer ini mencapai 30meter dengan bentuk melensa sehinggaketebalannya tidak sama di semua tempat.Kedalaman batas bawah lapisan inimencapai 40 m bmts.

8. Sebaran top akuifer dangkal rata-rata adalahantara 8,39 m sampai dengan 40,5 m.Sedangkan sebaran top akuifer dalam rata-rata adalah antara 33,5 m sampai dengan174 m. Distribusi top akuifer tersebutmemperlihatkan arah kemiringan lapisanakuifer secara regional ke arah utara dandiperkirakan aliran airtanah secara alamiahakan dikendalikan oleh kemiringan satuanbatuan tersebut.

9. Konservasi airtanah berkelanjutan sangatdiperlukan, sehingga pemanfaatan airtanahperlu diperketat dalam hal perijinan terutamapada akuifer dalam yang digunakan untukindustri, perkantoran dan sebagainya supayakeseimbangan antara input dan outputairtanah masih terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bemmelen, R.V., 1949, The Geology ofIndonesia, Government Printing, The Haque.

2. DGTL, 1993, Peta Cekungan AirtanahBekasi, Bandung

3. Dinas Pengendalian Dampak Lingkungan danPertambangan (DPDLP) – Kab. Bekasi, 2006,Inventarisasi Sumberdaya Airtanah danKajian Batas Kawasan Lindung Airtanah diKabupaten Bekasi, Laporan, tidak diterbitkan

4. LPPM-ITB - Distamben Propinsi Jabar, 2003,Penyusunan Rencana Induk PendayagunaanAir Bawah Tanah di Wilayah CekunganKarawang-Bekasi, Laporan, tidak diterbitkan

5. Martodjojo, S., 1982, Evolusi CekunganBogor, Jawa Barat, Disertasi Doktor Geologi-ITB, Bandung, tidak diterbitkan

6. Naryanto, 2000, Potensi dan KonservasiAirtanah di Cekungan Bandung, Jurnal AlamiVol. 5, No. 1, tahun 2000.

7. Soekardi, 1986, Hydrogeological Map ofIndonesia, Sheet Jakarta (Jawa), DGTL,Bandung

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasihkepada Ir. Agus Kuswanto, MT dan Nurhidayat,ST, MSi atas kerjasama dan segala bantuannyadalam studi ini.