9
Ifltorusit Adgian Oarat Qabnhang, 3-5 luti 2007 POP{JLASI DAN SERANGAII LALAT BUAH Bactrocera dorsdrir (HENDEL) (DIPTERA: TEPHRITIDAE) SERTAPOTENSIPARASITOIDIIYA PADA PERTANAMAN CABAI (Capsicum annuumL.) Population and Fruitfly Ba ctrocera dorsalis (Ilendel) @iptera: Tephritidae) Infestation and Its Parasitoids Potency on Chili (Capsic um annuumL.) Siti Herlinda,RekaMayasari, Triani Adam, Yulia Pujiastuti & YuanltaWindusarl Program StudiHama danPenyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRACT This experiment was aimed to observe adult population of fruitflies andits damage on chili planted in highland area(1100 m above sealevel) and the potency of its parasitoids as well. laboratoryand field observation werecaniedout from December 2006to March 2007. Three parameters of observation were the number of fruitflies trapped in modifiedSteiner traps, the severity ofdamage, andthe infested chili fruits. Fruitllies trapped weredetermined once a week. B. dorsalis was fruitfly species found abundantly in farmwith 14.70 adults pertrapper200m2 on l8- week afterplanting (wap) chili. The severest percentage ofdamage wasfound13.15% per200 m' when chili was 17 wap. Psyttalia fiiensis, Psyttalia incisi, Psyttalia fletcheri and Opiassp. were natural enemies that parasitized fruitfly in farm. The apparent parasitism rates for each parasitoid were8.18%,25.06%,9.31%o and1.230lo respectively. P. mcr'si could be suggested to be applied aspotential parasitoid to control B. dorsalis. PENDAHULUAN Cabai(Capsicum annuum L.) merupakan salahsatukomoditas yang banyak dibutuhkan dalam kehidupansehari-hari dan volume kebutuhannya terus meningkatseiring dengan pertambahan penduduk dankemajuan teknologi (Bemadinus, 2003). Pada tahun 2006luas areal tanaman cabai di Sumatera Selatan mencapai 2.243 hektar, dengan produktivitas sekitar 5 ton/ha. Pada musim panen raya, panen cabai bisamencapai | 1.200 ton. Beberapa daerah penghasil cabai di Sumatera Selatan antara lain Pagar Alam,Banyuasin, Ogan llir, danOgan Komering Ilir (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2006). Kendala yangsering dihadapi dalam peningkatan produksi tanaman cabai ialah gangguan hama danpenyakit. Beberapa hama penting yangumumnya menyerang tanaman cabai yaitu ulat grayak (Spodoptera &|zra Fabricius), kfiildaun (Myzus persicae (Sulzer), Aphrs gossypii (Glover)), lalzt buah (Bactrocera dorsalis(Hendel), trips (Thrips pamispinus Karny) dan tungau (Tetranychw telarius Linn.) (Rukman41996). Penyakit yang banyak menyerang tanaman cabaidiantaranya antraknosa" layu fusarium, Iayubakteridanrebah kecambah (Endah, 2003). Hama yang sangat berpotensi menimbulkan kerugian pada usaha tanitanaman hortikultura di duniaialah lalat buah. Lebih dari seratus jenis tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangan lalat buah (Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian, 2000). Serangan hama tersebut dapatmenyebabkan buahmenjadi rusakdan busukkarena perilakulalat buah betina meletakkan telur, pada buah, kemudian telur menetas menjadi larvadan memakan daging buah, selanjutnya buahakan gugur sebelum waktunya.Pada umumnya populasi yangtinggi int=ensitas serangannya juga tinggi (Direktorat Perlindungan Hortikultura,2002). Lalat buah betina Siti l{erdnla et at, tPopuhi f,an t t I 8.8.I

POP{JLASI DAN SERANGAII LALAT BUAH Bactrocera dorsdrir

Embed Size (px)

Citation preview

Ifltorusit Adgian OaratQabnhang, 3-5 luti 2007

POP{JLASI DAN SERANGAII LALAT BUAH Bactrocera dorsdrir (HENDEL)(DIPTERA: TEPHRITIDAE) SERTA POTENSI PARASITOIDII YA

PADA PERTANAMAN CABAI (Capsicum annuumL.)

Population and Fruitfly Ba ctrocera dorsalis (Ilendel) @iptera: Tephritidae)Infestation and Its Parasitoids Potency on Chili (Capsic um annuumL.)

Siti Herlinda, Reka Mayasari, Triani Adam, Yulia Pujiastuti & Yuanlta WindusarlProgram Studi Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

ABSTRACT

This experiment was aimed to observe adult population of fruitflies and its damage on chiliplanted in highland area (1100 m above sea level) and the potency of its parasitoids as well.laboratory and field observation were canied out from December 2006 to March 2007. Threeparameters of observation were the number of fruitflies trapped in modified Steiner traps, theseverity ofdamage, and the infested chili fruits. Fruitllies trapped were determined once a week.B. dorsalis was fruitfly species found abundantly in farm with 14.70 adults per trap per 200 m2 onl8- week after planting (wap) chili. The severest percentage ofdamage was found 13.15% per200m' when chili was 17 wap. Psyttalia fiiensis, Psyttalia incisi, Psyttalia fletcheri and Opias sp.were natural enemies that parasitized fruitfly in farm. The apparent parasitism rates for eachparasitoid were 8.18%,25.06%,9.31%o and 1.230lo respectively. P. mcr'si could be suggested to beapplied as potential parasitoid to control B. dorsalis.

PENDAHULUAN

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas yang banyak dibutuhkandalam kehidupan sehari-hari dan volume kebutuhannya terus meningkat seiring denganpertambahan penduduk dan kemajuan teknologi (Bemadinus, 2003). Pada tahun 2006 luas arealtanaman cabai di Sumatera Selatan mencapai 2.243 hektar, dengan produktivitas sekitar 5 ton/ha.Pada musim panen raya, panen cabai bisa mencapai | 1.200 ton. Beberapa daerah penghasil cabaidi Sumatera Selatan antara lain Pagar Alam, Banyuasin, Ogan llir, dan Ogan Komering Ilir (DinasTanaman Pangan dan Hortikultura, 2006).

Kendala yang sering dihadapi dalam peningkatan produksi tanaman cabai ialah gangguanhama dan penyakit. Beberapa hama penting yang umumnya menyerang tanaman cabai yaitu ulatgrayak (Spodoptera &|zra Fabricius), kfiildaun (Myzus persicae (Sulzer), Aphrs gossypii (Glover)),lalzt buah (Bactrocera dorsalis (Hendel), trips (Thrips pamispinus Karny) dan tungau (Tetranychwtelarius Linn.) (Rukman4 1996). Penyakit yang banyak menyerang tanaman cabai diantaranyaantraknosa" layu fusarium, Iayu bakteri dan rebah kecambah (Endah, 2003).

Hama yang sangat berpotensi menimbulkan kerugian pada usaha tani tanaman hortikulturadi dunia ialah lalat buah. Lebih dari seratus jenis tanaman hortikultura diduga menjadi sasaranserangan lalat buah (Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian, 2000). Serangan hamatersebut dapat menyebabkan buah menjadi rusak dan busuk karena perilaku lalat buah betinameletakkan telur, pada buah, kemudian telur menetas menjadi larva dan memakan daging buah,selanjutnya buah akan gugur sebelum waktunya. Pada umumnya populasi yang tinggi int=ensitasserangannya juga tinggi (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2002). Lalat buah betina

Siti l{erdnla et at, tPopuhi f,an

tt

I

8.8. I

{ongres I [nu Qengetaliuan Qlihlah lr[awsioaabnhang, 3-5

mel€takkan telur pada kulit buah yang sudah matang atau setengah matang (Endah, 200;.Limago lalat buah betina meletakkan telur antara l-10 butir di satu buah dan dalam sehrimeletakkan telur sampai 40 butir (Kardinan, 1998).

Lalat buah (Bactrocera spp.) berasal dari daerah tropis Asia dan Afrika senaAustralia dan Pasifik Selatan. Selanjutnya hama ini menyebar ke India, Pakistan LTenggara. Lalat buah masuk ke Indonesia sejak tahun 1920 dan dilaporkan telahdari seratus jenis tanaman hortikultura (Kalie, 1992). Pada saat ini, hama lalat buah telahhampir di seluruh wilayah Indonesia yaitu Sumatera, Jawa, Madura dan kepulauan Riari& Siwi 2004). Di Indonesia pada saat ini telah dilaporkan ada 66 spesies lalat buah. Dspecies itu, yang dikenal sangat merusak yaitu Bactrocera spp. (DirektoratHortikultura, 2002). Pad,a iklim yang sejuk, kelembaban yang tinggi dan angin yang titflkencang intensitas serangan dan-populasi lalat buah akan meningkat (Putra, 1997). FCosangat berpengaruh terhadap sebaran dan perkembangan hama (Lakitan, 2002).

Kerugian yang ditimbulkan oleh lalat buah pada tanaman cabai sangat besarpengendalian terhadap lalat buah harus dilakukan secara terprogram. Salah sropengendalian yang aman bagi lingkungan dan cukup efektif dalam menekan populasi hhyaitu dengan memanfaatkan agens hayati diantaranya adalah parasitoid. Jenis parasadbanyak dimanfaatkan dalam pengendalian hama lalat buah berasal dari Famili Braconid-& Siwi, 2004). Parasitoid yang dilepaskan di lapangan akan berasosiasi dengan brdterserang. Hubungan parasitisme itu merupakan hubungan saling mempengaruhi mserangga dengan serangga lainnya. Serangga yang satu dirugikan dan serangga 1qdiuntungkan (Kusnaedi, I 999).

Pemanfaatan musuh alami dari lalat buah (Bactrocera spp.) merupakanpengendalian yang banyak diteliti dan dikembangkan saat ini. Musuh alami yangdigunakan misalnya parasitoid. Keberhasilan pemanfaatan parasitoid pada dasarr.ratergantung pada ketersediaan parasitoid yang hadir secara almiah dalam jumlah yangJenis parasitoid yang telah diketahui dapat memarasit lalat buah yaitv Biosteres sF,ljiezsis (Fullaway), Psyttalia Jletcheri (Silvestri) dan Opius sp. (Wharton, 19871parasitoid, musuh alami lain dari lalat buah adalah semut, cecopet dan kumbang carlumumnya memangsa pada stadia larva dan pupa ketikajatuh ke tanah (Putra,1997).

Usaha pengendalian Bactrocera spp. dengan memanfaatkan parasitoid sebagaibelum banyak diterapkan di lapangan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan petani yangmemilih insektisida sebagai pilihan utama dalam menekan populasi hama. Masalah 14sekarang belum bisa diatasi adalah bagaimana cara penerapan oleh petani di lapanga"potensi parasitoid dalam mengendalikan hama (Jang, 2004),

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi perkembangan populasi inartingkat serangan lalat buah di dataran tinggi, dan mengetahui keanekaragaman spesiesdan komposisi parasitoid lalat buah pada pertanaman cabai di daerah dataran tinggi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan pada satu lahan pertanaman cabai di daerah datamn tingsBukit Timur (1 100 mdpl) Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Identifikdilalat buah dan parasitoidnya dilakukan di Laboratorium Entomologi, Jurusan Hama danTumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya Inderalaya. Waktu penelitianbulan Desember 2006 hingga Maret 2007.

Penentuan Lokasi Penelitian dan Pemasangan Perangkap. Penelitian inidi satu lahan pertanaman cabai dengan luas sekitar 1000 m' yang terletak di Desa BuLrKecamatan Jarai Kabupaten Lahat. Petak lahan dibagi menjadi lima sub petak 1zq6petaknya mempunyai luas 200 m'.

Penentuan populasi imago lalat buah dipertanaman dilakukan denganperangkap. Perangkap yang di pasang ialah modifikasi Steiner tipe II yang terbuat dr-

Siti 1{ertinla et at, tPopubri [an

Kongres I [mu rPangetzfiuan 'Wi@afr Inlolzsia Qagian @drattPafenhang, 3-5 tuni 2007

air mineral 1,5 I yang dilubangi dan dipasangi corong (Gambar l) sebagai pintu masuk lalatAlat perangkap juga dilengkapi dengan tali sebagai pengikat antara perangkap dengan kayu

untuk ditegakkan di pertanaman cabai. Kapas yang digulung dengan diameter sekitar 3kemudian diikat dengan benang dan ditetesi metil eugenol (ME) sebanyak 0,25 ml dengan

jarum suntik kemudian digantungkan di tengah-tengah botol perangkap.

Gambar l. Modifikasi perangkapjenis Steinertipe Il yang didalamnya digantung ME

Perangkap dipasang dengan posisi tegak dengan ketinggian 50 cm dari permukaan tanah.Flda bagian dasar botol diisi air yang telah dicampur dengan sedikit deterjen agar sayap yangxryentuhnya akan lengket dan terperangkap di dalam air. Jumlah perangkap yang dipasang padarasing-masing sub petak ada 4 buah. Masing-masing perangkap di sisi pertanaman pemasangandal perartgkap tersebut selama 24 jam.

Pengarnatan Populasi dan Serangan Lalat Bush pada Pertanaman Cabai.Fergamatan jumlah imago yang terperangkap dilakukan pada saat setelah perangkap selesaidigunakan. Kerusakan yang diakibatkan oleh serangan lalat buah diamati secara langsung padahlah contoh yang ditetapkan secara sengaja (10%o dari populasi tanaman). Pengamatan dilakukan*jak tanaman berbuah hingga selesai panen.

Identifikasi Jenis Lalat Buah dan Perasitoid. Buah cabai yang terserang lalat buah dipcrtanaman diambil sebanyak l0 buah pada tiap sub petak. Buah cabai yang diambil dari lokasidimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah dilapisi kertas dan diberi label tiap-tiap sub petak\emudian buah cabai di bawa ke Laboratorium dan dimasukkan ke dalam stoples yang telah berisiEnah steril lalu ditutup dengan kain kasa.

lmago lalat buah yang muncul diambil dengan menggunakan tabung reaksi, dicatatranggal danjumlah yang muncul. Imago lalat buah yang muncul diberi pakan madu dan dipelihararelama 2-3 hari hingga perkembangan organ dan wama tubuhnya sempuma. Kemudian imago lalatbuah tersebut dimatikan dengan KCN lalu dikeringkan dalam oven. Imago yang sudah keringtersebut dimasukkan ke dalam botol vial yang telah berisi kapur barus dan tissue di bagiandasamya. Imagoparasitoid yang muncul langsung dimatikan dan dibuat awetan kering. Lalat buahdan parasitoid yang telah di awetan tersebut kemudian diidentifikasi. Identifikasi dilakukanberdasarkan morfologi menggunakan kunci yang disusun oleh White & Elson (1994) dan Wharton(re87).

Analisis Data. Kecenderungan perubahan kelimpahan populasi imago lalat buah yangterperangkap, tingkat parasitasi parasitoid serta persentase kerusakan buah cabai dari waktu kewaktu ditampilkan dalam bentuk kurva atau histogram dan dianalisis secara deskriptif.

Siti t{erfrfl[a et dt, lPopu[asi f,an

-

8.8.3

1(o ngre s I A nu cPmge t a fi wn'l'li h1 a rt nlo tu sitrpabmbang,

IIASIL DAII PEMBAIIASAN

Populasi Bacfiocera dorsalir (Hendel). Hasil pengamatan pertama hingga pe4rterakhir terdapat imago lalat buah yang terperangkap ialah B. dorsalis. Hasil penangkaprlalat buah yang menggunakan perangkap modifikasi Steiner menunjukan bahwa populasidari pengamatan pertama terus meningkat dan populasi tertinggi terjadi pada saat tarr.crberumur l8 mst sebesar 14,70 ekor per perangkap per 200 mr. Diduga hal itu terjadi kartrsaat tanaman cabai berumur 18 minggu populasi imago B. dorsalis meningkat sehingg!lalat buahjuga meningkat (Gambar 2).

Populasi lalat blah B. dorsalis di pertanaman cabai berfluktuasi. Diduga harl rkaitannya dengan iklim yang ada di dataran tinggi yang bersuhu rendah dan kelembatttinggi. Kondisi tersebut menyebabkan perkembangan populasi lalat buah lambat. Crlyang tinggi dapat menyebabkan populasi lalat buah meningkat dan daya hidup lalat buah ddataran tinggi umumnya lebih lama dibandingkan dataran rendah sehingga fluktuasi poprbbuah yang terjadi relatifstabil.

N

C.l

=xdEPF

20

15

10

0' lz 13 14 15 16 17 t8 19

umur tanaman (mst)

Gambar 2. Populasi imago Eactrocera dorsalis (Hendel) pada pertanaman cabai

Serangan Bactocerd dazsatb @endel). Gejala awal serangan B. dorsalisoleh adanya noda hitam berukuran kecil. Bintik kecil yang berwama hitam tersebutbekas tusukan ovipositor. Larva yang baru menetas langsung memakan daging buah, a\-aktivitas larva ini menyebabkan bagian buah yang ada disekitamya menjadi bercak luas dlyang bertambah. Selanjutnya larva akan memakan daging buah sehingga buah menjadi hrrigugur sebelum waktunya (Gambar 3).

Kerusakan pada buah cabai yang diserang oleh imago lalat buah sangat dipenganlumur buah. Kriteria kematangan buah cabai yang diamati (Gambar 4) memberikan infonnesjelas mengenai tingkat kerusakan pada buah (Tabel l).

Gambar 3. Gejala serangan Sactrocera dorsalis (Hendel) pada buah cabai

ret#

Tabd

mengkerusada ltterjaddorsadipenIalat Idiletabuah

siti 11

menypenglmentlmatalekstndan r

Siti I{erfrn[a et at, Aopuhsi [an

Kowes t [itu Qengetaiuan arl]i@afr tntrotusia $agiatt Aal4ttPabmhang, 3-5 tuni 2007

Gambar 4. Kriteria buah cabai yang diamati: a. Matang; b. Mengkal; c. Mentah

Tabel l. Kerusakan buah cabai akibat ser^r,gln Bactrocera dorsalis (Hendel\

Urnurtanaman

(mst)

Serangan (7o) pada BuahTotal

Mentah Mengkal MatangRata-rata

l2

t4l5l6t7r8t9.,4

zl

0 (n= l5l3) 7,31 (n:366) 13,79 (n= 104) 2r,10 7,030 (n= I | 8l ) 3,09 (n: 655) 22,57 (n= r39) 25,66 8,s60(n=2652\ 9,33 (n= 504) t4,3r (n=202\ 23,64 7,880 (n= 2157) 13,45 (n= 425) 18,70 (n: I 17) 32,15 10,720(n= l95l) 22,09 (n:451) 17,28 (n= 237) 39,37 t3,120 (n= 2007) 18,85 (n= s24) 20,59 (n= 323) 39,44 13,150 (n= ls38) 1,tt (n= 432) 12,82 (n= 306) 19,93 6,640(n= 828 ) 10,23 (n:542) 18,30(n:233) 28,53 9'510 (n= f000) 14,22(n=266) 13,73 (n= 78 ) 27,9s 9,32

0 (n= 728 6l (n= l l l

Rata-rata 0 12,93 16,66Keterangan: n = Jumlah buah contoh yang diamati

Serangan B- dorsalis tidak hanya menyerang buah yang sudah matang saja tetapi jugamenyerang buah yang masih mengkal (Tabel l). Oeh karena itu, bila ingin melakukanpengendalian lalat buah sebaiknya dilakukan pada saat buah cabai menjelang mengkal atau masihmentah. Menurut Endah (2003).8. dorsalis umumnya menyerang buah yang matang atau setengahmatang. Menurut Kalie (1992) buah yang matang atau menjelang matang mengeluarkan aromaekstraksi ester dan asam organik yang semerbak sehingga mengundang B. dorsalis untuk datangdan meletakkan telur. Tingkat kerusakan pada buah yang matang lebih tinggi daripada buahmengkal. Hal itu terjadi oleh pengaruh buah matang yang tekstumya lebih lunak sehinggakerusakannya lebih mudah terlihat sedangkan pada buah mentah dan mengkal sebenamya sudahada lalat buahnya. Karena buah tersebut masih keras maka kerusakannya pada buah tersebut sudahterjadi tetapi tidak nyata terlihat. Kerusakan yang terjadi pada tanaman cabai akibat serangan 8.dorsalis berflukluasi, serangan tertinggi terjadi pada umur tanaman l7 mst (13,15%). Hal inidipengiruhi oleh jumlah telur yang diletakkan lalat buah betina. Pada umumnya satu ekor imagolalat buah dapat meletakkan l-10 telur. Populasi lalat buah tinggi menyebabkan jumlah telur yangdiletakkan meningkat akibatnya kerusakan pada buah cabai meningkat (Gambar 5). Kerusakanbuah cabai pada saat tanaman l7 mst tersebut diduga ada kaitannya dengan jumlah buah cabai dan

Siti fferfrnta et at, (tupuhsi f,an 8.8.5

'l(pngres I finu tPetgetafruan'l'1)iIalali I ntousiaaabnfiang, 15

populasi lalat buah. Ketersediaan buah yang banyak dan populasi lalat buah y4menyebabkan tingkat kerusakan buah pada saat itu tinggi.

14'12

c 100^0^oSs oH' a6z

012 13 14'15 16 17 18 19 20

Umur Tanaman (mst)

21

Gambar 5. Serangan Bactrocera dorsalis (Hendel) pada pertanaman cabai

Hubungan Populasi dan Serangan Bactrccera darsalis (Hendel), Persentascyang meningkat pada saat cabai berumur 17 minggu setelah tanam dipengaruhi olehbuah. Populasi lalat buah yang tinggi menyebabkan serangan yang ditunjukkan oletrbuahjuga tinggi. Tingginya persentase serangan tersebutjuga disebabkan oleh umurakan menyebabkan jumlah buah yang tersedia di lapangan meningkat dan keberadaanbuah yang tinggi (Direktorat Perlindungan Hortikultur4 2002).

Parasitoid Bactrocera donalis (Ilendel). Dari hasil penelitian dan identifibiWharton (2005) ditemukan empatjenis parasitoid lalat buah pada buah cabai yangstoples yaitu Psltaha fiiensis, P. incisi, P. fetcheri dan Opius sp. Ciri dari parasitoid l-yakni memiliki tubuh berwarna kuning kecoklatan, antena 47 ruas, abdomen berbeno*.dan tungkai berwama coklat. P. rncr.ri memiliki ciri yakni tubuh berwama kuningtubuh berukuran lebih kecil dari parasitoid lain, antena 25 ruas, abdomen berbennrltungkai berwama coklat. P. fletcheri memiliki ciri yakni tubuh berwama kuningantena 45 ruas, abdomen berwama dominan hitam. Opius sp. memiliki ciri yakni tuhrhhitam, antena 19 ruas, tungkai berwama kuning kecoklatan (Gambar 6).

, . , -J." , - . -_. ._.-_. . , ,' i :d

t . i

Gambar 6. Jenis-jenis parasitoid Bactrocera dorsalrs (Hendel): Psyualia fletcheri (Opius sp. (b), Psyttahartjiensis (Fullaway) (c), Psyualia incrsi (Silvestri) (d)

tItttat

I

;c

| :l ,

I

J

Siti lter{nlz et at,lPopuhsi [ar

Kongres I tmu rPengetatiuan illtayft In[oneid Eagian tBarataabnhang, 3-5 Juni 2007

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa tingkat parasitisme parasitoid tertinggi terdapatpada parasitoid P. incisi- Parasitisme kentara tertinggi terdapat pada saat tanaman cabai berumur15 minggu setelah tanam sebesar 88,24% (Tabel 2). Hal ini menunjukan bahwa P. incisiberpotensi dalam mengendalikan B. dorsalis di dataran tinggi. Parasitisme parasitoid tertinggiterdapat pada saat tanaman cabai berumur 15 mst sebesar 88,240lo (Gambar 7). Tingginyapopulasi parasitoid dipengaruhi oleh umur tanaman dan populasi inangnya, Pada minggu ke 15cabai mengalami puncak perkembangan generatif dimana tanaman banyak membentuk bunga danbuah mulai matang sehingga mengundang parasitoid untuk hadir dan memarasit inang.

Tabel 2. Parasitisme kentara parasitoid Bactocera dorsallr (Hendel)

Umurtanaman

(mst)

B.dorsalis Parasitoidmuncul muncul(ekor) (ekor)

Rataan parasitismekentara(%) Total Rata-

rata

12IJ

14I )

lo

1718t9202l

0,660,380,180,120,200,220,280,140,18

0,14 5,00 7,50 5,000,06 9,09 4,55 0,000,46 12,50 25,00 31,2s0,90 17,65 52,94 t7,650,20 0,00 35,00 15,000,12 11,76 5,88 5,880,s2 15,00 20,00 5,000,16 6,67 26,67 13,330,08 0,00 23,07 0,00

0,00 17,50 4,380,00 t3,64 3,413,r3 71,88 t7,970,00 88,24 22,060,00 50,00 t2,500,00 23,52 5,882,50 42,50 10,626,67 53,33 13,330,00 23,07 s,760,00 s4,16 13,s40,22 0,26 4,16 s0,00 0,00

81.81 250 93.10 IRerata 8,18 25,06 9,310 1,23 43,78

-

(Silvestri), D. Opins sp.

100=90<- 80(!

k70Eooo""

Eqo830$20.L 10

012 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Umur tanaman (mst)

Gambar 7. Parasitisme kentara parrsitoid Bactrocera dorsalis (Hendel)

Parasitisme kentara parasitoid B.dataran rendah dan dataran sedang.(Novianti, 2006), sedangkan dari hasil

dorsalis rata-rata di dataran tinggi lebih tinggi daripadaRerata parasitisme di dataran rendah sebesar 10,090%penelitian ini menunjukan bahwa rerata parasitisme di

Siti lterfinta et at, Sopufqi [an E.8.7

I(ongres l6nu Qengetafrwr orlli@dh IntoneritrPa[en6ang, 15

dataran tinggi sebesar 43,78%, Parasitoid mulai ada di lapangan pada saat tanaman cabiberbunga hingga selesai panen. Populasi parasitoid yang tinggi juga disebabkan karenaaplikasi insektisida dan ketersediaan pakan yang cukup bagi parasitoid di lapangan.insektisida dapat memberikan pengaruh yang kurang baik bagi keberadaan parasitoid datr idi lapangan. Menurut ksan (2004) penggunaan insektisida yang tidak bijak dapat matikematian secara langsung bagi parasitoid atau sesara tidak langsung menyebabkan pop"hberkurang sehingga parasitoid sulit bertahan hidup. Selain ketersediaan inang jumlahtersedia di lapanganjuga mempengaruhi keberadaan parasitoid misalnya bunga-bunga lirtanaman yang merupakan sumber pakan bagi parasitoid.

Populasi parasitoid dipengaruhi oleh umur tanaman dan ketersediaan inang diTingginya populasi parasitoid pada saat tanaman cabai berumur l5 minggu dikarenakantersebut ketersediaan inang berlimpah sehingga populasi parasitoid juga meningkat sepaidikemukakan hasil penelitian Herlinda (2004) bahwa pada parasitoid misalnya D.mengikuti perkembangan inangnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Populasi imago B. dorsalis tertinggi terjadi pada saat tanaman cabai berumur ltsetelah tanam mencapai 14,70 ekor/perangkap/2O0 m'. Persentase serangan tertinggitanaman cabai merah berumur l7 mst mencapai 13,15% /200 m2.

Parasitoid yang ditemukan dan tingkat parasitisme kentara masing-masing specicsOpius sp. 1.23o/o, P. fiiensis 8,l8Yo, P.incisi 25,06%o, dan P. Jletcheri 9,31Yo. Parasitoid Lmerupakan parasitoid yang berpotensi sebagai agens pengendalian hayati 3. dorsalis didataran tinggi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk melakukan Denelitian laniutanperkembangan populasi imago dan tingkat serangan lalat buah serta mengetahui jenispada tanaman cabai di daerah dataran tinggi pada dua musim tanam.

UCAPA}I TERIMA KASIII

Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Hibah Bersaing XIV, DP2ItlDepdiknas Tahun Anggaran 2007. Spesies parasitoid diidentifikasi oleh Dr. Chandra Irsoitu kami mengucapkan terima kasih, dan terima kasih juga kepada Bapak Ir. Djumaldi ya;membantu selama survei.

DAFTARPUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertaniar. 2000. Penggunaan PerangkapPengendalian Lalat Buah. http://Milw. Pustaka_deptan.co.id. /agritech/dkijor(diakses 22 September 2006) http://www,Nakentrans. co.id./hasil penelitian transrakitan teknnologi.pdf. (diakses 22 September 2006)

Bernardinus. 2003. Bertanam Cabai pada Musim Hujan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2006. Produksi cabai merah. Dinas Tanamandan Hortikultura. Jakarta. htto,,l/lwww.komoas. com/verl /Ekonomil0609/25/ 2055

giti I{ertinta et at, rPoputasi [an

Xalie M

Kardio.

l

Kusnaei

L-akitan l

NoviantiII

Putra NS

Rukrnar

WhanonI

Wharton(

White IlB

Siti 1{e{m

Kongres I hnu Qewetofiudn Wih)ah Inf,onesia tBagian tBarattPa[enbang, 3-5 Juni 2007

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikulnsra. 2002. Pedoman Peneendalian Lalat Buah.Direktorat Perlindungan Hortikultura. Jakarta.

EndahH.2003. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Herlinda S. 2004. Populasi dan serangan Liriotnyza sp. serta komposisi parasitoidnya padapertanaman ketimun. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 5(2): 73-81.

Hidayat P & Siwi S. 2004. Taksonomi dan Bioekologi Sactrocera spp. (Diptera: Tephritidae) dilndonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan SumberdayaGenetik Pertanian. Bogor.http:/www.spc.int/pacifly/control/ biocontrol.htm (diakses 3lAgustus 2006)

lrsan C. 2004. Tumbuhan Inang, Parasitoid, dan Hiperparasitoid Kutudaun Myzus persicae(Sulzer.) (Homoptera: Aphididae) di sekitar Bogor dan Cianjur Jawa Barat, InstittPertanian Bogor. Bogor [Disertasi]

Jang B. 2004. Tropical Fruit Pest and Pollinators : biology, economic importance, natural enemiesand Control. Biological Science and Technology 141523-524 http:iwww.Blackwell-synergy.com/doi/abs

Kalie MB. 1992. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kardinan A. 1998. Pengaruh Cara Aplikasi Minyak Suling Melaleuca Bracteata dan Metileugenol terhadap Daya Pikat lalat Buah Bactrocera dorsalis. Jurnal PerlindunganTanaman Indonesia 4(l): 38-45

Kusnaedi. 1999. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lakitan B. 2002. Dasar-dasar klimatologi. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

),Jovianti H. 2006. Species Lalat Buah dan Parasitoidnya pada Tanaman Solanaceae danCucurbitae di Sentra Produksi Sayuran Dataran Rendah Sumatera Selatan. UniversitasSriwijaya. Inderalaya. ISkripsi]

Putra NS. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius. Yogyakarta.

Rukmana. 1996. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta.

Whanon R. 1987. An Identification Manual for The North American Genera of The FamilyBraconidae (Hymenopter{. The Entomological Society of Washington.

Wharton R. 2005. Parasitoid of Fruit-lnfesting Tephritidae. http://hymenoptera. tamu.edu/paroffiV(diakses 3l Agustus 2006).

White IM & Elson MM. 1994. Fruit Flies of Economics Significance: Their Identification andBionomics C,4. Bactrocera International. Wallinsford. Hal 384-387.

Siti lfelnntd et at, Qopuhsi dan 8.8.9