6
Pondasi Filsafat dalam Pendidikan Oleh: Cecep Lukmanul Hakim, S.Pd. Filsafat dan Pendidikan layaknya dua sisi dalam satu keping uang logam yang tidak dapat dipisahkan, dalam definisi tertentu filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tingkat. Van Cleve Morris menyatakan: “Secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya, bukan alat sosial semata untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, akan tetapi ia juga menjadi agen (lembaga) yang melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari depan yang lebih baik.” 1 Jadi dilihat dari tugas dan fungsinya, pendidikan harus dapat menyerap, mengolah dan menganalisis serta menjabarkan aspirasi dan idealitas masyarakat. Pendidikan harus mampu mengalihkan dan menanamkan aspirasi dan idealitas masyarakat itu ke dalam jiwa generasi penerusnya. Untuk itu pendidikan harus menggali dan memahaminya melalui pemikiran filosofis secara menyeluruh terutama problema-problemanya. Dalam filsafat pendidikan topik-topik yang dibahas biasanya berkisar pada hakikat pendidikan, hakikat ilmu pengetahuan dan kurikulum, hakikat mengajar dan mendidik, hakikat moral dan agama atau hakikat 1 Van Cleve Morris, 1963, The Philosophy of Education: in Becoming an Educator, Boston, Houghton Mifflin Company, 57.

Pondasi Filsafat Dalam Pendidikant

  • Upload
    cephyz

  • View
    131

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pondasi Filsafat Dalam Pendidikant

Pondasi Filsafat dalam PendidikanOleh: Cecep Lukmanul Hakim, S.Pd.

Filsafat dan Pendidikan layaknya dua sisi dalam satu

keping uang logam yang tidak dapat dipisahkan, dalam definisi

tertentu filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala

tingkat. Van Cleve Morris menyatakan:

“Secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya, bukan alat sosial semata untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, akan tetapi ia juga menjadi agen (lembaga) yang melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari depan yang lebih baik.”1

Jadi dilihat dari tugas dan fungsinya, pendidikan harus

dapat menyerap, mengolah dan menganalisis serta menjabarkan

aspirasi dan idealitas masyarakat. Pendidikan harus mampu

mengalihkan dan menanamkan aspirasi dan idealitas

masyarakat itu ke dalam jiwa generasi penerusnya. Untuk itu

pendidikan harus menggali dan memahaminya melalui

pemikiran filosofis secara menyeluruh terutama problema-

problemanya.

Dalam filsafat pendidikan topik-topik yang dibahas

biasanya berkisar pada hakikat pendidikan, hakikat ilmu

pengetahuan dan kurikulum, hakikat mengajar dan mendidik,

hakikat moral dan agama atau hakikat masyarakat dalam

kacamata pendidikan, sedangkan dalam pondasi filsafat,

pembicaraan tertuju kepada sifat atau karakter filsafat. Namun

keduanya memiliki titik singgung atau beberapa kesamaan

dalam menopang atau memberi kontribusi terhadap kegiatan

pendidikan. Topangan tersebut adalah sebagai berikut:

1 Van Cleve Morris, 1963, The Philosophy of Education: in Becoming an Educator, Boston, Houghton Mifflin Company, 57.

Page 2: Pondasi Filsafat Dalam Pendidikant

Pertama, berfungsi sebagai infrastruktur bagi perilaku

guru saat melaksanakan tugas pendidikan. guru yang

memahami filsafat akan memperlakukan unsur-unsur yang

terlibat kegiatan pendidikan (khususnya murid, waktu, bahan

ajar dan proses pendidikan (khususnya murid, waktu, bahan ajar

dan proses pendidikan) dengan perilaku yang lebih

manusiawi/secara universal, bertujuan dan jelas argumennya,

karena didukung oleh suasana batin (sebagai infrastruktur

perilaku) yang memiliki karakter filsafat, seperti analitik,

sistematik, rasionaal, dan universal.

Kedua, mendisiplinkan perilaku pendidik dan terdidik.

Disiplin dalam pengertian memiliki kesadaran berperilaku yang

konsisten dengan nilai antara lain dihasilkan oleh kemampuan

berfikir radikal dan sistematis mengenai hakikat mengajar dan

mendidik. Filsafat pendidikan akan menuntun guru

mendisiplinkannya berdasarkan kesadaran makna hakiki

pendidikan dan pengajaran tersebut.

Ketiga, kritis terhadap lingkungan pendidikan.

Berdasarkan pemahamannya terhadap hakikat pendidikan,

hakikat ilmu, dan hakikat anak didik, guru akan selalu berpihak

kepada kepentingan anak didik dan karena itu segala hal yang

mengakibatkan kerugian bagi anak didik, akan dikritisi secara

proporsional sesuai dengan tingkat pemahaman yang

dimilikinya. Pada umumnya guru yang memahami utuh filsafat,

selain kritis juga arif dalam bertindak. Kritis tanpa kearifan

biasanya terjadi pada guru yang masih dalam proses

internalisasi nilai-nilai falsafati. Sedangkan kearifan tanpa

dibarengi pemikiran kritis pada dasarnya tidak akan terjadi,

sebab kearifan merupakan derajat kepribadian yang

Page 3: Pondasi Filsafat Dalam Pendidikant

dipersyarati penguasaan menyeluruh terhadap suatu bidang

ilmu yang menjadi “rumah” berfikir kritis.2

Keempat, selektif atas alternatif yang tersedia. Guru

menjiwai filsafat akan terdorong untuk selalu membaca dan

membaca berbagai informasi yang berkaitan dengan konsep,

teori, dan praksis pendidikan dari berbagai sudut pandang, baik

ideologi, politik, ekonomi, dan sebagainya. Hal itu banyak dan

terus bertambah setiap hari. Namun dengan jiwa filsafatnya, ia

tidak akan menelan begitu saja berbagai temuan di negeri

orang. Ia akan merujuk pada pemikiran filsafatnya, tidak akan

terburu-buru menerima tawaran keuntungan yang disodorkan

pengalaman pendidikan di negeri orang. Berbagai konsep dan

cara mendidik di Jepang, Amerika, dan Eropa umpamanya akan

dibaca dan kemudian disaring oleh saringan filsafat pendidikan

Islam yang dipahaminya.

Kelima, kritis terhadap istilah-istilah. Sebagai implikasi

praktis dari butir keempat, maka guru yang memahami filsafat

pendidikan akan sangat kritis terhadap penggunaan istilah-

istilah pendidikan yang dipakai ilmuwan lain. Hal ini sebagai

konsekuensi berpikir radikal yang menegaskan adanya implikasi

dan inovasi yang perlu dijalankan adalah bagaimana

menyeimbangkan daya kritis tersebut dengan performa yang

tetap ramah, arif, dan toleran terhadap perbedaan pemikiran

dan pendapat pihak lain, sehingga sosok kritis tersebut tidak

menjelma jadi manusia yang sok tahu dan merasa paling benar

sendiri, atau menjadi polisi kebenaran dalam dunia pendapat

yang bersilang dan beragam. Dalam upaya mencari kebenaran,

2 Kearifan merupakan salah satu sisi dari sifat sabar. Tidak mungkin orang bertindak arif tanpa memiliki sifat kesabaran. Tapi kesabaran hanya akan ada pada orang yang menguasai bidang ilmunya. Bagaimana anda tidak menguasai masalahnya? Demikian “pertanyaan menguji” yang dilontarkan Nabi Khidir pada Nabi Musa saat yang terakhir mengajukan permohonan untuk menjadi muridnya (Q.S. 18:68)

Page 4: Pondasi Filsafat Dalam Pendidikant

performa demikian pada gilirannya justru akan merugikan diri

sendiri.3

Mudah-mudahan dengan semakin meningkatnya

pemahaman pendidik tentang pentingnya filsafat sebagai salah

satu pondasi pendidikan, akan berdampak positif terhadap

kualitas pendidikan di Indonesia ini. Amien.

Identitas Penulis:

Nama Lengkap : Cecep Lukmanul Hakim, S.Pd.3 Sanusi Uwes, 2003, Visi dan Pondasi Pendidikan: Dalam Perspektif Islam,

Jakarta, Logos, h., 109-111.

Page 5: Pondasi Filsafat Dalam Pendidikant

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 14 Pebruari 1987

Alamat : Jl. Joyodikromo No. 223 RT. 07 RW. 07

Kelurahan Utama Kecamatan Cimahi

Selatan Kota Cimahi

No. Telp. : 08562006813

Pendidikan : Mahasiswa Pascasarjana Konsentrasi

Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Gunung

Djati Bandung