Upload
phungdat
View
221
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
POLA KOMUNIKASI PENGURUS DEWAN KEMAKMURAN
MASJID DALAM MEMAKMURKAN MASJID
RAYA AL-A'ZHOM TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
FAJRIAH RIFAI
NIM : 109051000034
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2013 M
POLA KOMUNIKASI PENGURUS DEWAN KEMAKMURAN
MASJID DALAM MEMAKMURKAN MASJID
RAYA AL-A'ZHOM TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
FAJRIAH RIFAI
NIM : 109051000034
Pembimbing
RACHMAT BAIHAKY, MA
NIP: 197611292009121001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2013 M
i
ABSTRAK
FAJRIAH RIFAI
Pola Komunikasi Pengurus Dalam Memakmurkan Masjid Al-Azhom
Tangerang
Komunikasi merupakan hal yang sangat esensial dalam kehidupan. Manusia
berinteraksi dengan cara melakukakan komunikasi, kemampuan berkomunikasi
secara efektif pada dasarnya akan menentukan keberhasilan seseorang. Memperbaiki
komunikasi biasanya adalah memperbaiki hal-hal untuk mencapai suatu keberhasilan
bagi kelompok tersebut. Jika dikaitkan dengan proses memakmurkan masjid
komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting, tanpa adanya komunikasi antar
sesama pengurus masjid bisa jadi masjid tersebut akan vacum dari kegiatan-kegiatan
bernuansa islami. Seperti di masjid Raya al Azhom yang terdapat di kota Tangerang,
yang juga termasuk masjid kebanggaan masyarakat kota Tangerang, masjid yang
menjadi masjid raya di kota Tangerang ini makmur berkat kerjasama pengurus
masjid. Pengurus masjid adalah mereka yang menerima amanah jamaah untuk
memimpin dan mengelola masjid dengan baik.
Dari pemaparan di atas tersebut maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
Bagaimana pola komunikasi pengurus dalam memakmurkan masjid Raya Al-Azhom?
Teori yang digunakan adalah pola komunikasi. Pertama teori Ronald Adler
dan George Roadman ada dalam karya Marhaeni Fajar ”Ilmu Komunikasi Teori &
Praktek”. Ada tiga pola komunikasi yaitu Down Ward Communication, Upward
Communication dan Horizontal Communication. Kedua teori Abdullah Mamuh
dalam buku Komunikasi Organisasi Teori dan Praktek, yaitu Pola Komunikasi “Y”.
Metode ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tidak
tertulis dari orang atau prilaku yang diamati.
Berdasarkan analisa data-data hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pola
komunikasi yang digunakan oleh pengurus masjid adalah Down Ward
Communication, Upward Communication dan Horizontal Communication. Down
Ward Communication digunakan ketika atasan menyampaikan kepada bawahan
mengenai kebijakan-kebijakan yang telah disepakati oleh pimpinan. Upward
Communication digunakan pada saat pengurus ingin menyampaikan kritik saran
maupun ide-ide kepada atasan yang berguna untuk memakmurkan masjid. Horizontal
Communication digunakan ketika sesama pengurus saling berkomunikasi mengenai
bagaimana mengkoordinasikan tugas-tugas, pola komunikasi Y adalah penggabungan
dari komunikasi atasan ke bawahan, bawahan ke atasan dan sesama pengurus,
sehingga dapat menjalani tugas masing-masing dengan baik dan kembali ketujuan
utama yaitu memakmurkan masjid.
Keywords : Komunikasi, Pola, Masjid, Pengurus, Memakmurkan.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “ Pola
Komunikasi Pengurus DKM Dalam Memakmurkan Masjid Raya Al-A’zhom ”
sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam, pada
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya.
Terselesaikannya skripsi ini tentu tak lepas dari berbagai dukungan yang
diberikan kepada penulis, baik moril maupun materil. Dan dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof.
Dr. Komaruddin Hidayat, MA
2. Dr. Arief Subhan, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, serta Pembantu Dekan Dr. Suparto, M. Ed, MA., Drs.
Jumroni, M.Si., dan Drs. Wahidin Saputra, M.Ag.,
3. Bapak Rachmat Baihaki, MA., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Dan
Penyiaran Islam dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah
bersedia menjadi pembimbing dalam penulisan skripsi ini dengan penuh
kesabaran, perhatian dan ketelitian memberikan masukan serta
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis
hingga skripsi ini selesai.
iii
4. Dra. Hj. Umi Musyarrofah, M.A., sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
5. Drs. Armawati Arbi selaku Dosen Pembimbing Akademik KPI A 2009
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, yang telah mentranformasikan ilmu, sehingga penulis
mampu menyelesaikan studi maupun penulisan skripsi ini
7. Pimpinan dan para petugas perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Pak Asrofi H. Yusuf, Pak Hidayat dan seluruh pengurus DKM Masjid
Raya Al-Azhom Tangerang yang bersedia diteliti dan memberikan
dokumentasi
9. Kedua orang tua yang sangat saya sayangi, yaitu Ayahanda H. A. Rifai
Syahabuddin B.A dan Ibunda Hj. Siti Nurbaya, terima kasih karena berkat
do’a, motivasi, kasih sayang, perhatian, dan bantuan (moril, materil, dan
sprititual) yang telah diberikan dengan tulus, sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi Negeri.
10. Terimakasih juga kepada kakak-kakak ku Syahriani, Aliyah, Dewi,
Subhan yang juga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik
bantuan moril dan materil.
11. Teman-teman KPI A angkatan 2009, sahabat-sahabat tersayang yang
selalu berbagi suka dan duka selama beberapa tahun ini. Anna Sapitri,
Dina Damayanti, Esty Nurhayati, dan Nurul Adhani. Serta teman-teman
KKN SOS (Spirit Of Social) 2012 yang telah membantu penulis dalam
iv
segala hal, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Rekan kerja
PSC (Passanger Service Charge) di Bandara Soekarno Hatta. Mas wawan,
Camilla, Ka Anti, Tia, Sufi, dan Pak Badrun yang selalu memberikan
semangat serta motivasi bagi penulis sehingga dapat segera menyelesaikan
skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua amal baik dikembalikan, semoga
Allah SWT membalas jasa segala dukungan yang diberikan kepada penulis
dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin
yaa Rabbala’lamin....
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Jakarta, 30 Desember 2013
Fajriah Rifai
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………... 1
B. Batasan Masalah……………………………………………………. 5
C. Rumusan masalah………………………………………………….. 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………….. 5
E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………… 6
F. Landasan Teori……………………………………………………… 7
G. Metodologi Penelitian………………………………………………. 8
H. Sistematika Penulisan……………………….………………………. 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Komunikasi…………..…………………………………………….. 12
B. Organisasi………………………………………………………….. 13
C. Komunikasi Dalam Organisasi……..………………………………. 18
D. Pola Komunikasi……………………………………………………. 24
E. Pola Aliran Informasi Dalam Organisasi………………………….... 25
F. Pengertian Masjid……………………………….…………………… 27
G. Pengetian Pengurus Masjid……….…………………………………. 27
H. Cara Memakmurkan Masjid…..…………………….………………. 28
vi
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profile Masjid Al-Azhom……….…………………………….…… 30
BAB IV ANALISIS
A. Kounikasi Antar Pimpinan Dengan Pengurus Masjid……………... 46
B. Komunikasi Antar Pengurus Masjid Dengan Atasan……………… 49
C. Komunikasi Antar Sesama Pengurus Masjid………………………. 51
D. Pola Komunikasi Y………………………………………………….. 53
E. Kelemahan Dan Kelebihan Dari Hasil Temuan……………………. 54
BAB V KESIMPULAN
A. Penutup………………………………………………………………………..55
B. Saran..…………………………………………………………………….......,56
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang paling penting,
komunikasi dibutuhkan bukan hanya saat berorganisasi tapi juga dalam
kegiatan sehari-hari manusia pasti berkomunikasi. Tiada hari tanpa
komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat esensial dalam
kehidupan. Manusia berinteraksi dengan cara melakukan komunikasi.
Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi dan
pesan tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar
menukar data, fakta dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan
informasi yang disampaikan oleh seorang pemimpin dapat diterima dan
dipahami oleh seluruh anggotanya, maka seorang pemimpin harus memiliki
pola komunikasi yang baik.
Aktivitas komunikasi diorganisasi senantiasa disertai dengan keinginan
yang ingin dicapai. Komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan oleh
seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari
dua orang.1
Kemampuan berkomunikasi secara efektif pada dasarnya akan
menentukan keberhasilan seseorang. Dimanapun ia berada bukan hanya di
dunia organisasi. Tujuan utama dalam mempelajari komunikasi adalah
1 Onong Uchjana Effendy Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung. PT. Citra
Aditya Bakti. 2003
2
memperbaiki organisasi. Memperbaiki komunikasi biasanya adalah
memperbaiki hal-hal untuk mencapai suatu keberhasilan bagi kelompok
tersebut. Karenanya penulis memandang studi pola komunikasi organisasi
sebagai landasan kuat bagi kekompakan suatu kelompok. Jika dikaitkan
dengan proses memakmurkan masjid komunikasi mempunyai peranan yang
sangat penting, tanpa adanya komunikasi antar sesama pengurus masjid bisa
jadi masjid tersebut akan vacuum dari kegiatan-kegiatan bernuansa islami.
Di dalam masjid terdapat dua unsur yang paling penting yaitu
pengurus dan jamaah masjid, pengurus masjid ialah mereka yang
dipercayakan oleh para jamaah untuk mengelola masjid, sedangkan jamaah
masjid adalah dari orang-orang yang mengikuti shalat berjamaah di masjid,
kemudian orang-orang yang selalu mengikuti kegiatan di masjid, selain
kegiatan ibadah jamaahpun mempunyai aktivitas lain yang bermanfaat untuk
umatnya2.
Mempererat hubungan antara pengurus masjid dan jamaah masjid
dapat dilakukan dengan saling terlibat di dalam berbagai kegiatan masjid.
Seperti di masjid Raya Al-A’zhom yang terdapat di kota Tangerang,
yang juga termasuk masjid kebanggaan masyarakat kota Tangerang, umat
muslim biasa memanfaatkannya untuk berbagai aktivitas lain di luar shalat,
misalnya dalam pergelaran lomba religi seperti lomba bedug, lomba marawis,
sesekali dimanfaatkan untuk gelaran akad-nikah, dan tentu saja perayaan hari-
hari besar Islam.
2 Moh E Ayub, Dkk, Manajemen Masjid, Jakarta. Gema Insani, 1996, hal 139
3
Masjid Raya Al-A’zhom merupakan masjid yang menjadi ikon kota
Tangerang, dimana semenjak di Pimpin oleh Bpk. Walikota Wahidin Halim,
perkembangan kota ini sungguh sangat tertata dengan baik dan menjadi
simbol perkembangan dengan mengedepankan nilai-nilai keislaman dengan
motto " Membangun dengan Akhlakul Karimah". Harus diakui kedatangan
masyarakat untuk melaksanakan salat di masjid ini, salah satunya disebabkan
karena arsitektur Masjid Raya Al-A’zhom yang menarik dan khas. Masjid
berkubah besar warna hijau terdiri 3 kubah kecil dan 1 kubah besar seolah
ditumpuk dengan dikelilingi 4 menara juga berwarna hijau, memang menjadi
terlihat indah dan megah.
Pemeliharaan masjid sebenarnya kewajiban bagi setiap umat islam.
Memelihara citra masjid tidak terbatas pada aspek fisik bangunannya saja tapi
juga menyangkut kegitan-kegiatan yang dilaksanakannya Sebagaimana firman
Allah dalam surat at-Taubah ayat 18 :
Artinya: hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada
Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Setiap masjid besar maupun kecil dikelola oleh badan pengurus, zaman
dulu mesjid hanya diurus perorangan ataupun turun menurun dari keluarga
saja. Tapi kini sudah mulai banyak perubahan, misalnya saja sudah
4
mengadakan penetapan imam shalat yang akan bertanggung jawab penuh
sebagai imam shalat, kemudian dilanjutkan dengan penetapan sebagai khatib
kemudian anggota lainnya yang menjadi muazin. Dengan kepengurusan yang
kecil tersebut yang nantinya akan menjadikan mesjid tersebut menjadi lebih
aktif dalam kegiatan-kegiatan agama.
Dalam menjalani tugas di organisasi pengurus masjid harus
mempunyai kejelasan tugas dan tanggung jawab pengurus masjid, rencana
kerja masjid dan pembagian tugas di antara petugas masjid, itulah
dibutuhkannya komunikasi antara pengurus masjid dan pola-pola dalam
berkomunikasi baik sesama anggota ataupun kepada atasan pengurus tersebut,
agar dapat menciptakan suatu masjid yang aktif dalam menjalankan kegiatan-
kegiatan religi.
Menjadi pengurus masjid bukanlah pekerjaan yang ringan, tugas dan
tanggung jawabnya berat, tetapi para pengurus masjid Al-A’zhom dengan
mampu menangani itu semua, mulai dari kegiatan-kegitan lomba religi
masyarakat kota Tangerang yang selalu dipusatkan di Masjid Raya Al-Azhom,
kemudian juga para pengurus masjid yang mampu mengatasi ribuan jamaah
yang sangat berantusias mengadakan buka bersama di masjid Al-Azhom
setiap bulan Ramadhan. Kemampuan berkomunikasi antar sesama pengurus
dapat mereka jalani dengan baik sehingga menghasilkan hasil yang terbaik
juga dari setiap kegiatan yang mereka jalani.
5
Dari masalah yang dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk
membahas dalam skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi Pengurus Dalam
Memakmurkan Masjid Raya Al-A’zhom Tangerang”
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada permasalahan pola komunikasi yang
dilakukan pengurus DKM dalam memakmurkan masjid Al-Azhom
C. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian skripsi ini
adalah “Bagaimanakah pola komunikasi pengurus DKM dalam memakmurkan
masjid raya Al-A’zhom?”
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ini:
Berdasarkan pokok permasalahan yang dirumuskan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pola komunikasi yang dilakukan pengurus dalam
memakmurkan masjid Al-A’zhom
Adapun manfaat dari penelitian tersebut antara lain :
a. Manfaat akademis
6
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu
pengetahuan, terutama dibidang dakwah dan komunikasi organisasi.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
khususnya penelitian dan pada umumnya teoritis, masyarakat dan
praktis. Selain itu juga diharapkan penelitian ini memberikan informasi
kepada pihak-pihak terkait.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, telah dilakukan tinjauan pustaka
terhadap skripsi terdahulu yang mencapai judul atau objek dan subjek
penelitian yang hampir sama dengan yang penulis teliti. Setelah diteliti
ternyata ada judul skripsi yang membahas pola komunikasi, yaitu :
1. Pola komunikasi organisasi di balai besar meteorologi dan geofisika
wilayah II Kampung Utan Tangerang. Penelitian ini dilakukan oleh Dini
Novianti Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam. Skripsi ini membahas tentang pola
komunikasi organisasi yang ada di Balai besar badan meteorologi dan
geofisika wilayah II. Pola yang digunakan dalam penelitian ini adalah
komunikasi kebawah, komunikasi ke atas, komunikasi horizontal dan
komunikasi informal. Yang membedakan penelitian ini adalah pada
7
objeknya yang menggunakan balai besar meteorologi sebagai tempat
penelitiannya.
2. Pola komunikasi antara pengasuh dengan anak asuh dalam pembinaan
akhlak anak di panti asuhan Al Ikhlas Villa Tomang Tangerang. Penelitian
ini dilakukan oleh Herman Setiawan mahasiswa fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Yang membedakan
penelitian ini adalah pada penggunaan pola komunikasi kelompok dan
objek yang digunakan oleh peneliti. Persamaan dalam penelitian ini adalah
pada metode yang dilakukan.
3. Pola komunikasi antara pembina dan mualaf pada program pembinaan
mualaf di masjid agung sunda kelapa jakarta. Penelitian ini di lakukan oleh
Heldawati mahasiswi fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam. Penelitian ini menggunakan dua pola
komunikasi, yaitu pola roda dan pola bintang.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada objek dan penggunaan
pada pola komunikasi yang digunakan. Penelitian ini tidak membahas
mengenai metode yang dilakukan, hanya membahas bagaimana pola
komunikasinya saja.
F. Landasan Teori
Pada bagian ini penulis akan menjelaskan teori yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
pola komunikasi organisasi yang di sebutkan oleh Ronald Adler dan George
8
Roadman yang dikutip dalam buku Ilmu Komunikasi Teori &Praktik
karangan Marhaeni Fajar dan dari buku Komunikasi Teori dan Praktek
karangan Abdullah Masmuh yang menjelaskan bahwa pola komunikasi
organisasi ada tiga, yaitu : 1. Pola down ward communication. Komunikasi ini
berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen
mengirim pesan kepada bawahannya. Pada masjid Al—A’zhom adalah ketika
ketua DKM menyampaikan pesan kepada Anggotanya. 2. Upward
communication terjadi ketika bawahan mengirim pesan kepada atasannya.
Dalam masjid Al-A’zom adalah dimana pengurus DKM memberikan saran
kepada ketua DKM. 3. Horizontal communication, komunikasi ini
berlangsung di antara karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan
sama. Terjadinya pembicaraan pada sesama pengurus masjid Al-A’zhom.3 4.
pola komunikasi Y adalah penggabungan dari komunikasi atasan ke bawahan,
bawahan ke atasan dan sesama pengurus.4
G. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif analisis dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berusaha untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat atas fenomena yang
diteliti kemudian dianalisis diinterpretasikan dan ditafsirkan dengan data-data
lainnya untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan
3 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori Praktik, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009, hal
122 4 Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi Teori dan Praktek, 2008 hal 57
9
kualitatif ini menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan
berupa kata-kata melalui hasil pengamatan/observasi dan wawancara.
Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi ataupun peristiwa.
Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji
hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian deskriptif ditujukan untuk : 1.
Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada. 2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-
praktek yang berlak, 3. Membuat perbandingan atau evaluasi, 4. Menentukan
apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama, guna
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang5.
Adapun tahapan penelitian yang akan ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti di daerah sekitar JL.
Satria Sudirman No.1 Kota Tangerang. Sedangkan waktu penelitian
dilakukan mulai September-November 2013.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Objek penelitian adalah para pengurus masjid raya al Azhom.
Sedangkan subjek dari penelitian ini adalah pola komunikasi yang
dilakukan pengurus dalam memakmurkan masjid Al-A’zhom
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui :
a. Studi Kepustakaan
5 Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.SC, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya. 2007, hal. 24
10
Dalam studi kepustakaan ini, ditelaah literatur yang berkaitan dengan
masalah penelitian. Hal tersebut dilakukan dengan cara memanfaatkan
perpustakaan guna melakukan penelusuran pustaka dan menelaahnya.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tanya jawab pada pengurus masjid raya
al Azhom.
c. Dokumenter
Pengumpulan dan pengambilan data-data seperti foto-foto.
d. Observasi
Menurut Karl Weick yang dikutip oleh Jalaluddin dalam buku metode
penelitian komunikasi mendefinisan observasi sebagai pemilihan,
pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian prilaku dan
suasana yang berkenaan dengan organisme sesuai dengan tujuan-
tujuan empiris6.
Observasi atau pengamatan yang dilakukan penulis adalah dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam hal
ini mengamati bagaimana proses pola komunikasi yang dilakukan para
pengurus dengan sesama anggotanya.
4. Pengolahan Data
Pada bagian ini, seluruh data yang didapatkan dari hasil wawancara
yang ditujukan kepada pengurus masjid raya al azhom yang kemudian
6 Drs. Jalaliddin Rakhmat, M.SC, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya. 2007, hal. 83
11
dikumpulkan dan disususn berdasarkan rumusan masalah yang telah
disusun oleh peneliti.
5. Analisis Data
Proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil
keputusan atau kesimpulan-kesimpulan yang benar melalui proses
pengumpulan, penyajian, penyusunan, dan penganalisaan data hasil
penelitian yang berwujud kata-kata, setelah itu, peneliti berusaha untuk
menganalisa data dengan wujud kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas
dengan kerangka teori pola komunikasi organisasi.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini, secara sistematis
penulisan laporan hasil penelitian dibagi kedalam lima bab, yang terdiri dari
sub-sub. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teoritis yang terdiri dari pola komunikasi,
pengertian pola komunikasi, jenis-jenis pola komunikasi,
unsur-unsur komunikasi, pengertian masjid.
BAB III : Gambaran Umum Pengurus Masjid Raya Al-A’zhom.
12
BAB IV : Analisis Data yang membahas pola komunikasi yang
dilakukan antara sesama pengurus Masjid, pola komunikasi
antar pengurus dan ketua
BAB V : Penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran
12
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan
berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam
kehidupan sehari hari. Tidak ada nada manusia yang tidak terlibat dalam
komunikasi.1
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan baik verbal maupun
non verbal dari pengirim kepada penerima pesan yang bertujuan untuk
merubah tingkah laku. Merubah tingkah laku maksudnya dalam pengertian
yang luas adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang baik dalam
aspek kognitif, afektif ataupun psikomotorik.
Menurut Roger dan D. Lawrence Kincaid yang dikutip Hafied Cangara
dalam bukunya pengantar Ilmu Komunikasi bahwa komunikasi adalah suatu
proses di mana dua orang atau lebih salingb melakukan pertukaran informasi
dengan satu sama lainnya, yang nantinya akan menimbulkan sikap saling
pengertian.2Untuk memahami pengertian komunikasi secara efektif para
peminat komunikasi biasanya mengutip paradigm yang dikemukakan oleh
Harold Laswell dalam karyanya The Structure and function of Communication
in Society. Laswell menjelaskan ada lima unsur komunikasi, yakni
Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, dan efek. Jadi menurut Laswell
1 Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, PT. Bumi Aksara, 2009, cetakan ke 11, hal.
5 2 Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hal 20
13
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
B. Organisasi
Berbagai macam pendapat yang menyatakan tentang apa yang
dimaksud dengan organisasi, Schein (1982) mengatakan bahwa “organisasi
adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui
hierarki otoritas dan tanggung jawab”.3 Organisasi adalah sekumpulan orang
yang terorganisasi dan mempunyai tujuan yang sama ataupun tujuan umum.
Organisasi merupakan suatu sistem, disebut sistem karena organisasi terdiri
dari berbagai bagian yang saling tergantung, sehingga apabila ada salah satu
bagian yang terkena masalah maka bagian yang lainpun ikut terpengaruh.
Terdapat beberapa elemen yang dapat menggabungkan anatara
organisasi yang satu dengan organisasi yang lain, elemen-elemen yang
terdapat dalam organisasi :4 Struktur sosial, Struktur sosial adalah pola atau
aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan di dalam suatu organisasi.
Yang dimaksud di sini adalah tentang tingkah laku yang diperlihatkan
manusia dalam organisasi ini mempunyai karakteristik umum yang merupakan
pola atau jaringan tingkah laku. Partisipan, partisispan organisasi adalah
individu-individu yang memberikan kontribusi kepada organisasi. Semua
individu berpartisipasi lebih daripada suatu organisasi dan keterlibatannya
3 Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, PT. Bumi Aksara, 2009, cetakan ke 11, hal.
23 4 Ibid hal 25
14
pada masing-masing organisasi tersebut yang sangat bervariasi, misalnya,
karyawan pada suatu perusahaan adalah angggota organisasi perusahaan, juga
anggota dari perkumpulan agamanya dan lain sebagainya. Tujuan, tujuan
adalah suatu titik sentral petunjuk dalam menganalisis organisasi, tujuan
adalah suatu konsep akhir yang diingini. Teknologi, teknologi adalah
penggunaan mesin-mesin atau perlengkapan mesin dan juga teknik dan
keterampilan partisipan. Lingkungan pentingnya hubungan di antara tujuan
organisasi dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Organisasi mempunyai beberapa karakteristik, di antara karakteristik
tersebut adalah bersifat dinamis, memerlukan informasi, mempunyai tujuan
dan terstruktur.5
Organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus-menerus mengalami
perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkungannya dan
perlu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah
tersebut. Sifat dinamis ini pertama sekali disebabkan karena adanya perubahan
ekonomi dalam lingkungannya. Organisasi harus memberikan perhatian
kepada tiap-tiap segi ekonomi. Uang yang tersedia, sumber yang digunakan
sebagai bahan mentah, biaya pekerja atau karyawan, nemuanya memainkan
peranan yang penting dalam pengembangan organisasi. Faktor kedua yang
menjadikan organisasi bersifat dinamis adalah perubahan pasaran.
Kebanyakan organisasi pasarannya adalah hasil produksi atau pelayanan.
Karena pasaran itu tergantung kepada langganan yang menggunakannya maka
5 Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, PT. Bumi Aksara, 2009, cetakan ke 11, hal.
29
15
organisasi harus sensitif terhadap perubahan sikap langganannya. Misalnya
bila pemasaran mengilami kemunduran maka ini akan membawa perubahan
dalam jumlah poduksi yang harus dikurangi dan begitu juga kalau keadaan
sebaliknya. Faktor ketiga yang juga menjadikan organisasi bersifat dinamis
adalah perubahan kondisi sosial. Karena semua organisasi tergantung bipada
bakat dan inisiatif manusia maka organisasi mesti tetap dinamis. Faktor
terakhir adalah perubahan teknologi. Perubahan teknologi yang terjadi dalam
masyarakat akan memberikan dampak pada organisasi. Misalnya kalau dalam
masyarakat sudah banyak tersedia mesin alat produksi yang baru yang dapat
lebih menghemat biaya dan tenaga maka organisasi hendaknya berusaha untuk
dapat menggunakan teknologi tersebut untuk efisiensi organisasinya.
Semua organisasi memerlukan informasi untuk hidup .Tanpa informasi
organisasi tidak dapat jalan. Dengan adanya informasi bahan mentah dapat
diolah menjadi hasil produksi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Begitu
juga sebaliknya dengan tidak adanya informasi suatu organisasi dapat macet
atau mati sama sekali. Untuk mendapatkan informasi adalah melalui proses
komunikasi. Tanpa komunikasi tidak mungkin kita mendapat informasi. Oleh
karena itu komunikasi memegang peranan penting dalam organisasi untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan bagi organisasi. Informasi yang
dibutuhkan ini baik dari dalam organisasi sendiri maupun dari luar organisasi.
Organisasi adalah merupakan kelompok orang yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu setiap organisasi harus
mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Tujuan suatu organisasi dengan organisasi
16
lainnya sangat bervariasi. Misalnya tujuan organisasi pendidikan adalah untuk
mendidik anak-anak atau pemuda agar menjadi manusia seutuhnya.
Tujuan organisasi seharusnya diketahui oleh seluruh anggota
organisasi sehingga setiap anggota dapat diharapkan mendukung pencapaian
tujuan organisasi melalui partisipasi mereka secara individual. Sebagian orang
telah menyadari, bahwa dengan masuknya dia menjadi anggota suatu
organisasi atau bekerja pada suatu perusahaan, berarti secara otomatis dia
menerima tujuan organisasi atau perusahaan tersebut.
Tiap organisasi mempunyai satu struktur. Struktur menjadikan
organisasi membakukan prosedur kerja dan mengkhususkan tugas yang
berhubungan dengan proses produksi. Biasanya suatu organisasi
mengembangkan suatu struktur yang membantu organisasi mengontrol dirinya
sendiri.
Beberapa fungsi organisasi di antaranya adalah memenuhi kebutuhan
pokok organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung jawab, memproduksi
hasil produksi, dan mempengaruhi orang.
Untuk mengetahui fungsi dalam pengorganisasian adalah dengan
mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip organisasi. Maksud dari fungsi
pengorganisasian adalah terciptanya suatu organisasi yang bentuk, struktur,
dan bagian-bagiannya disesuaikan dengan kebutuhan sekelompok orang yang
terikat secara formal dan terus menerus berinteraksi satu sama lain dalam
usaha pencapaian tujuan bersama pula.
17
Fungsi pengorganisasian berkaitan erat dengan sikap dan prilaku para
anggota dalam pemanfaatan dalam organisasi tersebut. Pemahaman dalam
keprilakuan bisa terwujud dengan memahami beberapa prinsip organisasi
berikut ini, yaitu6 :
1. Kejelasan tujuan yang ingin dicapai
Tujuan ataupun pelabuhan akhir yang harus dituju oleh sebuah kapal,
tujuan haruslah jelas bagi semua orang yang terlibat dalam suatu usaha
pencapaiannya. Misalnya, suatu organisasi pasti mempunyai tujuan yang
jelas dalam memajukan organisasinya yaitu dengan menyukseskan
kegiatan yang sedang mereka jalani.
2. Pemahaman tujuan oleh para anggota organisasi
Untuk menjadi seorang anggota organisasi yang baik, seseorang yang
harus terlebih dahulu mengetahui dan memahami secara tepat tujuan yang
ingin dicapai oleh organisasi secara keseluruhan, dengan pemahaman para
anggota organisasi akan mengetahui apa yang diharapkan oleh organisasi.
3. Penerimaan tujuan organisasi oleh para anggotanya
Tujuan bukan hanya harus dipahami, tetapi tujuan juga harus diterima oleh
para anggotanya, misalnya jika tujuan organisasi diperkirakan akan
mampu meningkatkan mutu interaksi sosial antara organisasi dengan
lingkungannya yang pada saatnya akan memenuhi kebutuhan perasaan
bersama untuk solidaritas sosial, tujuan itulah yang seharusnya dipandang
sebagai sesuatu yang harus dicapai.
6 Sondang P Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, Jakarta, PT. Bumi Aksara, edisi revisi,
hal 69
18
4. Adanya kesatuan arah
Dalam organisasi semua orang bergerak masing-masing hanya saja mereka
mempunyai satu kesatuan yang bulat, sehingga kegiatan apapun yang
dilakukan dalam organisasi itu semua bekerja satu arah yaitu tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Fungsionalisasi
Maksud dari fungsionalisasi adalah dalam setiap organisasi terdapat satuan
kerja tertentu yang secara fungsional bertanggung jawab atas penyelesaian
tugas-tugas tertentu pula, yang nantinya akan bermanfaat, seperti
mencegah timbulnya tumpang tindih dalam pekerjaan masing-masing
anggotanya, serta memperlancar jalannya pengawasan dalam pekerjaan.
C. Komunikasi Dalam Organisasi
Dizaman sekarang ini seluruh aspek kehidupan mengharuskan setiap
manusia ataupun organisasi untuk lebih mempersiapkan diri agar tidak
tertinggal dengan yang lain oleh kompetisi yang sangat ketat dalam memilih
pandangan yang tepat dalam merespon perkembangan yang ada.7
R. Wayne Pace dan Don F. Faules mengemukakan definisi
komunikasi organisasi dari dua perspektif yang berbeda, yaitu perspektif
tradisional dan perspektif interpretif, perspektif tradisional mendefinisikan
komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran penafsiran di antara
unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu,
7 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi prespektif, ragam dan aplikasi, PT. Rineka Cipta,
2009, hal 108
19
maksudnya adalah komunikasi yang dihasilkannya merupakan hasil dari
obrolan-obrolan dari dalam organisasi tersebut. Sedangkan perspektif
interpretif memaknai komunikasi organisasi sebagai proses penciptaan makna
atas interaksi yang merupakan organisasi, yang dimaksud di sini adalah
bagaimana mereka terlibat dalam proses itu berinteraksi dan memberi makna
atas apa yang sedang terjadi. Setiap organisasi memiliki jenjang jabatan
ataupun kedudukan yang akan terlihat jelas mengenai perbedaannya dalam
kedudukan, seperti antara staf dengan atasannya. Selain itu juga adanya
pembagian kerja yang di mana suatu bidang pekerjaannya adalah merupakan
dari tanggung jawabnya.8
Proses komunikasi dalam suatu organisasi. Menurut Jerry W Koehler
dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif perilaku dipandang lebih
praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi
penerima (receiver).Satu respons khusus diharapkan oleh pengirim (sender)
dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek
yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan
tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau tidak.9
Dalam suatu organisasi baik yang berada dalam komersial maupun
social, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan
melibatkan beberapa fungsi komunikasi dalam organisasi10
.
8 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi prespektif, ragam dan aplikasi, PT. Rineka Cipta,
2009, hal 110 9 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi prespektif, ragam dan aplikasi, hal 112
10Syaiful Rohim, Teori Komunikasi prespektif, ragam dan aplikasi, hal 113
20
1. Fungsi Informatif, organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi (informastion processing system).Maksudnya,
seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang
didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti. Informasi pada dasarnya di butuhkan
oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu
organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan
informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan
atau bawahan membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di
samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial
dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi regulative, fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-
peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga
ataupun organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi
regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran
manajement yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang di sampaikan. Di samping itu
mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberi instruksi atau
perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka di
tempatkan pada lapisan atas (Position of Authority) supaya perintah-
perintahnya dilaksanakan sebagai mana mestinya.
21
3. Fungsi persuasive, dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Adanya kenyataan ini, makan banyak pimpinan yang lebih
suka untuk mempersuasi bawahannya dari pada memberi perintah. Sebab
pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan
menghasilkan kepedulian yang lebih besar di bandingkan kalau pimpinan
sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif, Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran
yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan
dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal
tersebut, yaitu saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus
dalam oraganisasi tersebut (Newslatter, Bulletin) dan laporan kemajuan
organisasi, juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar
pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olah raga ataupun
kegiatan darma wisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan
keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap organisasi.
Sangat penting membahas mengenai pemahaman komunikasi dalam
berorganisasi, karena kita merupakan kesatuan yang terorganisi sehingga kita
harus mengetahui perilaku komunikasi yang disampaikan dalam menanggapi
tanggapan ataupun respon. Gaya komunikasi (communicationn style)
didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi
yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specializied set of
intexpersonal behavior that are used in a given situation).
22
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku
komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu
dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dalam suatu gayakomunikasi
yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan
dari penerima (recever). ada 6 gaya yang akan di sebutkan11
. The Controlling
Syle, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan
adanya suatu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan
mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang -orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikastor satu
arah (One Way Communicator)
Pihak-pihak controling style of communication ini lebih terfokus
kepada si pengirim pesan.Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan
perhatian kepada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feed back
tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka
The Controling Style of Communication ini sering di pakai untuk
mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada
umumnya dalam bentuk kritik. Hanya saja gaya komunikasi yang bersifat
mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang
lain memberi respon atau tanggapan yang juga negative. The Equalitarian
Style, The Equalitarian Style of communication ini di tandai dengan
berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis
yang bersifat dua arah (two way trafic of communication). Dalam gaya
11
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi prespektif, ragam dan aplikasi, hal 115
23
komunikasi ini, komunikasi dilakukan secara terbuka. Yaitu, setiap anggota
organisasi dapat menggungkapkan gagasan atau pendapat dalam suasana yang
relaks, santai dan informal. Dengan suasana yang seperti itu diharapkan setiap
anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna
persamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang
tinggi serta kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain, baik
dalam konteks pribadi ataupun dalam lingkungan hidup hubungan kerja. The
Structuring Style, gaya komunikasi yang terstruktur ini, memanfaatkan pesan--
pesan verbal secara tertulis maupun lisan untuk memantapkan perintah yang
harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.
Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk
mempengaruhi orang lain dengan jalan membagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi
tersebut. The Dynamic Style, gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki
kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa
lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (acction-oriented) the
dinamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye
ataupun supervisor yang membawahi para wira niaga (Salesman atau
saleswoman).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi
atau merangsang pekerja atau karyawan untuk bekerja lebih cepat dan lebih
baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi
24
persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa
karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi
masalah yang kritis tersebut. The Relinquishing Style, gaya komunikasi ini
lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima pesan, pendapat ataupun
gagasan orang lain, dari pada keinginan untuk memberi perintah, meskipun
pengirim pesan mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol
orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif jika pengirim
pesan atau sender sedang berkerjasama dengan orang-orang yang
berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung
jawab atas semua tugas atau yang pekerjaan yang dibebankannya. The
Withdrawal Style, jika gaya ini digunakan maka akan berakibat pada
melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang
yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena
adanaya kesulitan antar pribadi yang dialami orang tersebut.
D. Pola Komunikasi
Pola komunikasi organisasi yang di sebutkan oleh Ronald Adler dan
George Roadman yang dikutip dalam buku Ilmu Komunikasi Teori & Praktik
karangan Marhaeni Fajar yang menjelaskan bahwa pola komunikasi organisasi
ada tiga, yaitu :12
12
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori Praktik, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009, hal
122
25
1. Pola down ward communication. Komunikasi ini berlangsung ketika
orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirim pesan kepada
bawahannya. Contohnya dalam organisasi ketika atasan ingin
menyampaikan kebijakan kepada seluruh bawahannya.
2. Upward communication terjadi ketika bawahan mengirim pesan kepada
atasannya. Contohnya ketika bawahan menyampaikan kritik serta saran
kepada atasannya, penyampaian informasi tentang tugas yang telah
dilaksanakan..
3. Horizontal communication, komunikasi ini berlangsung di antara
karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan sama. Contohnya
ketika saling membicarakan pembagian tugas, membina hubungan melalui
kegiatan bersama.
E. Pola Aliran Informasi Dalam Organisasi
Ada lima pola aliran informasi yang dapat dijumpai di umumnya
kelompok dan organisasi, diantaranya sebagai berikut13
:
1. Pola lingkaran, pola lingkaran tidak memiliki pemipin, semua anggota
posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama
untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi
dengan dua anggota lain di sisinya.
2. Pola Roda, pola roda mempunyai pemimpin yang jelas, yaitu yang
posisinya di pusat. Orang ini satu-satunya yang dapat mengirim dan
13
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi Teori dan Praktek, 2008 hal 56
26
menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota
ingin berkomunikasi dengan anggota lain pesannya harus disampaikan
melalui pimpinannya.
3. Pola Y, pola Y terdapat pemimpin yang jelas. Anggota ini dapat
mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga orang
lainnya komunikasinya terbatas hanya pada satu orang lainnya.
4. Pola Rantai, para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi
dengan satu orang saja. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan
sebagai pemimpin daripada orang yang berada di posisi lain.
5. Pola Bintang, semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki
kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya, akan tetapi
dalam struktur semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan
setiap anggoa lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota
secara optimum.
Masing-masing orang mempunyai perbedaan dalam
mengaktualisasikan komunikasi. Dalam komunikasi dikenal pola-pola tertentu
sebagai manifestasi perilaku manusia dalam berkomunikasi. Ditinjau dari
aspek sosialnya, Joseph A. Devito membagi pola komunikasi menjadi empat,
yakni komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi public dan
komunikasi massa.14
Komunikasi Antar pribadi biasanya terjadi antara 2 orang
atau lebih, dengan tatap muka, feed back nya secara langsung. Komunikasi
Kelompok komunikasi ini terjadi antara komunikator dengan sekelompok
14
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta, PT. RajaGrafindo, 2007, hal.29
27
orang, yang jumlahnya lebih dari dua orang, bisa dibedakan mana sumber dan
mana penerima, umpan baliknya tidak langsung. Komunikasi Massa
komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa yang
ditujukan kepada umum dan feedback nya tidak langsung.
F. Pengertian Masjid
Masjid berasal dari bahasa Arab sajada yang berarti tempat sujud atau
tempat menyembah kepada Allah SWT.15
Masjid merupakan temvat orang
berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah, yang bertujuan
meningkatkan rasa solideritas dan silaturahmi antar sesame umat muslim.
Di masa Nabi saw, ataupun dimasa setelahnya, mesjid adalah pusat
ataupun sentral kegiatan kaum muslim. Masjid juga berfungsi sebagai pusat
pengembangan kebudayaan islam. Mesjid juga merupakan ajang halaqah atau
diskusi, tempat mengaji dan memperdalam ilmu-ilmu agama ataupun umum.
G. Pengertian pengurus Masjid
Pengurus masjid ialah mereka yang dipercaya oleh para jamaah untuk
mengelola masjid.16
Pengurus masjid ialah mereka yang menerima amanah
jamaah untuk memimpin dan mengelola masjid dengan baik dan
memakmurkan masjid. Pengurus adalah orang-orang terpilih yang mempunyai
akhlak lebih, sehingga jamaahpun dapat menghormatinya dan akan bersedia
membatu melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk memakmurkan masjid.
15
Moh E. Ayub, Manajemen Masjid, Jakarta, Gema Insani, 1996, hal 1 16
Moh E Ayub, Dkk, Manajemen Masjid, Jakarta. Gema Insani, 1996, hal 139
28
Pengurus masjid sebaiknya menyatu dengan jamaahnya, agar mampu
berhubungan dengan akrab dan dengan mudah menjalankan kegiatan masjid
secara bersama-sama
H. Cara Memakmurkan Masjid
Masjid yang makmur adalah masjid yang berhasil tumbuh menjadi
sentral dinamika umat, agar masjid dapat benar-benar berjalan sesuai
fungsinya yaitu, sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam. Untuk
memakmurkan masjid adalah tugas selutruh umat Islam.
Kemakmuran masjid dalam segi material mencerminkan tingginya
kualitas hidup dan kadar iman umat disekitarnya, tetapi sebaliknya bila masjid
tidak dipelihara maka akan tercermin rendahnya iman umat yang berada di
sekelilingnya. Berikut adalah cara dalam memakmurkan masjid17
:
1. Kesungguhan Pengurus Masjid
Pengurus masjid yang telah mendapat kepercayaan untuk
mengelola masjid sesuai dengan fungsinya memegang peran penting
dalam memakmurkan masjid. Pengurus masjid haruslah mempunyai tekat
dan kesungguhan sehingga mengerjakan tugas tidak setengah-setengah.
Bangunan yang bagus dan indah tidak ada artinya bila masjid itu kurang
atau tidak makmur. Jika kualitas dan kerja para pengurus tak mendukung,
mereka baiknya diganti dengan tenaga lain yang lebih baik dan memiliki
kesungguhan dan tanggung jawab.
17
Moh E. Ayub, Manajemen Masjid, hal 74
29
2. Memperbanyak Kegiatan
Kegiatan di dalam masjid harusnya diperbanyak dan ditingkatkan,
seperti dalam kegiatan ibadah ritual, ibadah sosial ataupun kegitan
kultural. Jadi, di samping menyelenggarakan kegiatan pengajian, ceramah
dan kuliah keagamaan juga digiatkan pendidikan dengan membuka
sekolah, kursus-kursus khusus agama ataupun kursus umum yang disertai
dengan agama.
Kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan langsung baik
kebutuhan lahir maupun batin akan mendorong mereka agar tidak segan-
segan membantu dalam memakmurkan masjid. Di sinilah pengurus
dengan menjalin hubungan baik dengan jamaah.
30
BAB III
GAMBAR UMUM
Alasan / Hujjah, mengapa nama Masjid Raya Kota Tangerang diberi Nama :
“MASJID RAYA AL-A’ZHOM TANGERANG”
Alasan-alasan tersebut sebagai berikut :
1. Masyarakat Tangerang Sangat Berjasa Besar ( اعظم العمل ) dalam bela
Negara, baik pada masa-masa penjajahan Belanda maupun Jepang.
Sebagai bukti adanya Taman Makam Pahlawan Taruna.
2. Pada waktu Kesultanan Islam Banten dipegang oleh Sultan Ageng
Tirtayasa (1615-1672), beliau memerintahkan kepada tentaranya dan
masyarakat saat itu agar membuat Tengeran artinya Patok/Tonggak
sebagai batas Kesultanan Islam Banten sebelah Timur. Ucapan kata
“Tengeran” lama-lama berubah ucapannya. Oleh masyarakat diucapkan
dengan kata Tangerang. Kemudian penulisannya berubah dengan
membuang satu huruf “g” yaitu menjadi “Tangerang”.
3. Adapun kata “Benteng” adalah di ambil dari kata “Bentangan”, bangunan
perlindungan tempat bertahan dari serangan-serangan musuh.
Sultan Agung Tirtayasa mendirikan bentengan guna menghadang
serangan-serangan penjajah Belanda dari arah Batavia. Sedangkan
Belanda mendirikan bentengan-bentengan guna menghadang serangan-
serangan tentara Jepang pada tahun 1942.Akhirnya daerah Tangerang
disebut daerah “Benteng” karena banyaknya bentengan.
31
4. Dilihat dari sisi arsitekturnya bangunan berkubah besar dengan garis
tengah 65 M tanpa tiang adalah merupakan Termegah dan Terbesar atau
Teragung di seluruh Indonesia bahkan di dunia. Ini merupakan Karya
Besar dan Mengagumkan dari Pemerintah Daerah Kota Tangerang dan
Masyarakat Islam Kota Tangerang.
5. Nama “MASJID RAYA” Kota Tangerang yang Cukup Megah dan
membanggakan sangat berimbang dengan Kota Tangerang sebagai pintu
gerbang Indonesia di tingkat Internasional dengan adanya Bandara
Internasional Soekarno – Hatta. Karena itu Masjid Raya tersebut harus
diberi nama yang cocok dan sesuai.
6. Di ujung pulau Jawa Sebelah Timur terdapat Masjid Raya Al-AKBAR
Jawa Timur yang terletak di Kota Surabaya. Ini berarti bahwa penduduk
pulau Jawa yang terdapat diantara pulau-pulau di Indonesia. Mayoritas
kaum muslimah dibentengi oleh Masjid Raya Al-Akbar tersebut. Nama
tersebut adalah salah satu firman ALLAH SWT.
7. Di Ujung Pulau Jawa sebelah Barat tepatnya di Tangerang, Prop. Banten
terdapat Masjid yang Sangat Besar Kubahnya dan megah dengan 4
menaranya yang menjulang ke langit yaitu Masjid Raya kota Tangerang
adalah tepat bila diberinama “MASJID RAYA AL-„AZHOM
TANGERANG”. Artinya Masjid Raya Paling Raya, Paling Agung, Paling
Megah dan Paling Besar Kubahnya. Itulah arti dari “Al-AZHOM”. Ini
berarti kaum muslimin di Pulau Jawa sebelah Barat dibentengi oleh
32
MASJID RAYA AL-A‟ZHOM. Kata AL-A‟ZHOM INI adalah salah satu
asma Allah SWT. Al-„Azhim aiisirim tafdhilkan menjadi AL-A‟ZHOM.
1. Arsitektur Masjid Raya Al A’zhom
Harus diakui bahwa arsitektur Masjid Raya Al A'zhom seolah-olah
kembali kepada arsitektur abad ke XVIII dan abad ke XIX. Hal ini mungkin
terjadi semacam kejenuhan pada arsitektur modern yang banyak bermunculan
dibumi Nusantara.
Arsitektur sebagai representasi dari satu budaya sangat dipengaruhi
oleh situasi lingkungan yang terus berkembang.
Kota Tangerang yang tiba-tiba tersentak menjadi kota industri dengan
ledakan penduduk yang sekarang menjadi 1.383.077 jiwa turut memberi
induksi pada interest pembangunan. Revolusi industri memaksa arsitektur
ingin berjalan sejajar.
Tuntutan perkembangan zaman berpengaruh besar terhadap
konstruksi, bentuk, sistem struktur,dimensi, bahan bangunan dan lain-lain.
Pelaksanaan pembangunan terselesaikan dalam waktu yang lebih cepat, karena
tidak lagi mempergunakan batu-batu yang dipahat disusun menjadi elemen-
elemen konstruksi, demikian juga ornamen tidak lagi dipahat, tetapi dicor
dengan menggunakan cetakan yang dapat dipakai berulang-ulang. Demikian
itulah Masjid 'Raya yang masih banyak menghias diri dengan ornamen-
ornamen, tetapi tidak dengan cara dipahat tetapi dengan cara dicor atau
diproduksi secara fabrikasi seperti kerawangan dari GRC sebagai penutup
dinding yang mengelilingi masjid.
33
Contoh lain terlihat pada ornamen mihrab. Tidak lagi ditempa bagian
demi bagian tetapi diproses dengan sistim etsa dengan bahan kimia yang dapat
merontokkan logam kuningan untuk menghasilkan dekorasi-dekorasi yang
dapat membentuk garis-garis geometris tampak floraid. Para arsitek mengerti
benar untuk dekorasi masjid bentuk-bentuk bahkan abstraksi-abstraksi fauna
harus dihindarkan.
Kebanyakan masjid-masjid di Indonesia mempunyai soko guru, yaitu
tiang penyangga kap bersusun (Masjid Agung Banten) atau penyangga kubah.
Iklim Indonesia dengan curah hujan hampir sepanjang tahun tidak
memungkinkan perancang masjid membuat bangunan masjid dengan
arsitektur hypostyle yaitu bentuk bangunan dengan adanya halaman dalam
untuk memperoleh ruangan yang cukup luas untuk jamaah didalam masjid
(Masjid Nabawi Madinah). Arsitekur hypostyle banyak terdapat di Timur
Tengah bukan hanya masjid tetapi juga kuil-kuil orang Romawi dan sinagog-
sinagog orang Yahudi. Pada gereja-gereja abad ke V halaman tengah terdapat
atrium dengan air mancur untuk pembaptisan. Kolom-kolom Masjid Raya
yang berjumlah 164 buah yang menjadi tumpuan relung dengan ornamen
karawangan pada dasarnya merupakan struktur penyangga kubah yang
beratnya hampir 300 ton, dan secara tidak langsung untuk memperoleh ruang
terbuka yang luas yang berfungsi seperti halaman dalam pada arsitektur
hypostyle. Di Masjid Nabawi Madinah halaman dalam ini ketika cuaca sangat
panas dapat ditutup oleh kubah yang bergerak otomatis.
Bentuk menara Masjid Raya Al A'zhom yang diadopsi dari Masjid
Sultan Salahuddin Aziz Syah (1984 -1988) Kuala Lumpur, tinggi 55 m
34
merupakan menara tertinggi di Propinsi Banten. Ujung menara yang
berbentuk rudal persis seperti bentuk ujung menara Masjid Haqia Shopia di
Istambul (Constantinople) Turki, sebuah kota yang sebelah kakinya menginjak
Benua Asia dan sebelah kakinya yang lain menginjak Benua Eropa. Semula
Masjid Haqia Shopia merupakan Gereja terbesar di abad ke VI ketika Turki
menjadi wilayah kekaisaran Romawi Timur (Byzantium). Kemudian dizaman
Ottoman (abad ke XV) dijadikan masjid. Struktur menara dengan konstruksi
pipa baja berdiameter 6" merupakan tumpuan penutup dinding menara dari
bahan alcopanel. Untuk mencapai puncak menara, empat hordes harus dilalui.
Sebagaimana ketinggian martabat manusia hanya akan dapat dicapai dengan
empat sifat mulia yang harus dimiliki oleh manusia, yaitu shiddik, amanah,
tabligh dan fathonah.
Salah satu keistimewaan Masjid Raya Al A'zhom dipergunakannya
batu granit dari Cina untuk lantai dengan warna white-star dan untuk dinding
gerbang (entrance) dengan warna hijau (dark green) ruangan yang
dipergunakan untuk shalat sengaja dipotong dengan ukuran 120 X 60 cm.
Diasumsikan seolah-olah setiap jamaah mendapat porsi satu lembar seperti
ukuran standar sajadah. Isyarat untuk Shap dipasang dot dengan granit warna
hitam pada pertemuan sudut. Kecuali untuk ruangan kantor yang terdapat
dibagian atas entrance ukuran granit adalah 60 X 60 cm.
Granit warna hijau tua terpasang pada dinding entrance dan struktur
bawah menara dengan relief yang disesuaikan dengan konstruksi bangunan.
Parapet (erondoyan) dengan genting warna hijau menyala (Produk Kanmuri)
35
bukan sekedar warna Islami tetapi juga merupakan ciri Jawa Barat (Banten)
yang humoris dan ceria menantang keruwetan zaman yang penuh keluh kesah.
Antara parapet dan kaki kubah dibatasi oleh kantilever. Merupakan satu-
satunya bagian bangunan yang mewakili kota Tangerang, yang dulunya
bernama Benteng. Kantilever memang nampak seperti benteng dengan celah-
celah untuk moncong meriam.Warna hijau muda peredam nyala warna
genting parapet merupakan pemandangan yang indah dan sejuk.
Halaman masjid seluas + 14.000 M2terdiri dari plaza, taman dan
tempat parkir kendaraan. Harus diakui Landscaping Masjid Raya kurang
bernuansa Indonesia- dengan ciri kerimbunan pepohonan - 147 pot pohon
palem Sadeng dan palem yang lainnya sangat mendominasi pemandangan
dengan nuansa Timur Tengah. Lebih-lebih 24 pohon Kurma memagari kiri
kanan plaza yang berhadapan dengan entrance. Mungkin tersirat pada
perencana taman untuk berusaha mengadakan pendekatan spiritual lewat
nuansa tanah kelahiran Rasulullah S.A.W. Diharapkan bagian-bagian taman
yang ditanami pohon-pohon asli Indonesia akan menjadi rimbun pada tahun
mendatang, demikian juga rumput gajah seluas 4000 M2 akan menambah
kesejukan. Pada lorong-lorong antara pot-pot palem/kurma dipasang paving
block dan Grass block agar dapat ditanami rumput (rumput manila). Lain
halnya dengan plaza dan tempat parkir, seluruhnya dipasangi paving block.
Konstruksi lantai plaza sengaja tidak dengan aspal untuk menciptakan
halaman ramah lingkungan. Oleh karena itu delapan sumur resapan tersebar di
seluruh halaman masjid.
36
2. Visi dan, Misi Masjid
a. Al Hajj ayat 40
Dan sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia
dengan sebagian yang lain tentulah telah dirobohkan biara-biara nasrani,
gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang yahudi dan masjid-masjid yang
didalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya pasti menolong
orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Kuat lagi Maha Perkasa
b. At Taubah ayat 108
Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid
Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang
didalamnya. Didalamnya ada orang -orang yang ingin membersihkan diri.
Dan Allah menyukai orang -orang yang bersih.
c. Al - Baqarah ayat 114
Dan Siapakah yang lebih aniaya dari pada orang yang menghalang-
halangi menyebut nama Allah dalam Masjid-Masjid Nya. Dan berusaha
untuk merobohkannya ?Mereka itu tidak sepatutnya masuk kedalamnya
kecuali dengan rasa takut kepada Allah mereka didunia mendapat
kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.
d. Hadits Qudsi
Sesungguhnya aku bermaksud akan menurunkan malapetaka
kepada penduduk bumi, tetapi ketika aku melihat orang-orang yang
37
memakmurkan rumah-rumah Ku (Masjid-Masjid), mereka saling
mencintai didalamnya dan mengharapkan ampunan sampai larut malam,
maka malapetaka itu Ku pindahkan dari mereka.
e. Sabda Rasul S.a.w. :
Sesungguhnya rumah-rumah Allah bertebaran di muka bumi yaitu
berupa masjid-masjid. Maka sesungguhnya Allah sangat berhak
memuliakan mereka yang mengunjungi masid-masjid.
f. Yulianto Sumalyo :
( Arsitektur Masjid : Gajah Mada University Press )
Masjid dapat diartikan sebagai tempat dimana saja untuk
bersembahyang orang muslim, seperti Sabda Nabi Muhammad S.a.w. : "
Dimanapun engkau bersembahyang, tempat itulah masjid ". Kata masjid
disebut sebanyak 28 kali dalam Al-Qur'an, berasal dari kata sajada sujud,
yang berarti patuh taat serta tunduk penuh hormat dan takzim. Sujud
dalam syari'at yaitu berlutut, meletakkan dahi, kedua tangan ke tanah
adalah bentuk nyata dari arti kata tersebut diatas. Oleh karena itu
bangunan yang dibuat khusus untuk shalat disebut masjid, yang artinya :
tempat untuk sujud.
Berdasarkan akar katanya mengandung arti tunduk dan patuh,
maka hakekat dari masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas
berkaitan kepada kepatuhan kepada Allah semata. Oleh karena itu masjid
dapat diartikan lebih jauh, bukan hanya sekedar tempat bersujud,
pensucian, tempat shalat dan bertayammum, namun juga sebagai tempat
38
melaksanakan segala aktivitas kaum muslim berkaitan dengan kepatuhan
kepada Tuhan. Dari sejarah Masjid Nabawi di Madinah didirikan oleh
Rasulullah Saw.dapat di jabarkan fungsi dan peranannya pada masa itu.
Tercatat tidak kurang dari sepuluh peranan dan fungsi Masjid Nabawi,
yaitu sebagai tempat : lbadah ( shalat, zikir ), konsultsi dan komunikasi
berbagai masalah termasuk ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, santunan
sosial, latihan militer dan persiapan peralatannya, pengobatan korban
perang, perdamaian dan pengadilan sengketa, menerima tamu ( diaula ),
menawan tahanan dan pusat penerangan dan pembelaan agama.
Dari beberapa sudut pandang tersebut diatas dapat dirangkum,
bahwa masjid dibangun untuk memenuhi keperluan ibadah orang Islam,
fungsi dan peranannya ditentukan oleh lingkungan, tempat dan zaman
dimana masjid didirikan. Secara prinsip masjid adalah tempat membina
ummat, untuk itu dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan keperluan pada
zaman siapa yang mendirikan dan lingkungan dimana masjid dibangun.
g. Ensiklopedi Indonesia ( Van Hoeve Jakarta )
Masjid, sebutan populer juga misigit atau mesigit. Bangunan yang
didirikan khusus sebagai tempat beribadah kepada Allah, khususnya
mengerjakan shalat. Terkadang juga dipakai sebagai tempat melakukan
kegiatan Islam lainnya : Nabi Muhammad Saw. bahkan
mempergunakannya sebagai tempat mengatur siasat perang. Disunahkan
bagi orang yang memasuki masjid, mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid
(menghormat masjid) dua rakaat.
39
h. Ensiklopedi Islam ( Van Hoeven Jakarta )
Masjid (Arti:tempat Sujud), suatu bangunan atau suatu lingkungan
yang berpagar sekelilingnya yang didirikan secara khusus sebagai tempat
beribadah kepada Allah S.W.T., khususnya untuk mengerjakan shalat.
Istilah masjid berasal dari kata SajadaYasjudu, yang berarti bersujud atau
menyembah. Karena masjid adalah Baitullah (Rumah Allah) maka orang
yang memasukinya disunnahkan mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid
(Menghormat Masjid) dua rakaat.
Kata Masjid (bentuk mufrod atau tunggal) dan masajid (bentuk
jamak) banyak terdapat didalam Al-Qur'an, diantara lain dalam ayat-ayat
berikut : " Hai anak Adam pakailah pakaianmu yang indah di setiap
memasuki Masjid ". (Q.S. 7 : 31). " Hanyalah yang memakmurkan masjid-
masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian, serta tetap mendirikan shalat, mnunaikan zakat dan tidak takut
kepada siapapun selain kepada Allah. (Q.S. 7 : 18)
3. Landasan perencanaan
Rencana pembangunan Masjid Raya ini dalam prosesnya mengacu
kepada:
RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah), perda no.19 Tahun 1994
RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) Kecamatan Tangerang, Perda no. 2
Tahun 1996 Khususnya RTRK (Rencana Tehnis Ruang Kota) kawasan
pusat kota baru, perda no. 8 Tahun 1998.
40
4. Konsep umum
Konsep lokasi rencana Masjid Raya yang terintegrasi dengan rencana
islamic centre dan berdekatan dengan pusat pemerintahan, merupakan hasil
pemikiran yang mulia dan efektif karena :
Mencerminkan kesatuan antara ulama dengan umara sebagai soko guru
stabilitas social dan peradaban, sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana
disabdakan Rasulullah saw.
Diilhami contoh kiasik kebesaran kota-kota lama yang ditandai dengan
adanya kedekatan antara pendopo, kaum (Masjid Agung) dengan alun-
alun.
Pemilihan lokasi yang sangat strategis dan presentatif, merupakan
fasum/fasos area lahan Departemen Kehakiman yang kelak akan
menjadi Kawasan Pusat Kota Baru Tangerang.
Melalui perencanaan dan perancangan yang dipercayakan kepada
seorang arsitek senior Prof. Ir. H. Slamet wirasonjaya, MLA., Dihasilkan
sebuah konsep rancangan arsitektur Masjid Raya Tangerang yang dilandasi
oleh:
Esensi dan referensi dari Al-Qu'ran, sunnah nabi dan seni islam yang
mencerminkan hakikat Ke-tauhid-an, serta kaitan dunia akhirat yang
ditandai dengan unsur-unsur galls lurus dan lengkung.
Perpaduan antara suasana tradisional pada ruang keliling (interior)
bangunan yang ditandai banyak tiang dengan suasana modern. Pada
ruang tengahnya yang luas, bebas, tiang ditandai konstruksi teknologi
tinggi pada atap kubahnya. Keserasian dengan alam tropis yang
41
dicirikan penggunaan atap miring pada oversteknya.
Bentuk masjid yang universal dengan kesan representatif dan megah,
akan menjadiciri baru (landmark) bagi Kawasan Pusat Kota Baru
Tangerang, memperindah arsitekturkota, serta mendukung motto
"berhias" (bersih-hijau-aman-sejahtera). Masjid Raya Tangerang kelak
merupakan masjid yang pertama yang menerapkan konsep atap
berbentuk susun (konfigurasi) lima kubah berumpak dan kompak untuk
bangunan masjid. Makna-makna yang terkandung dari rancangan masjid
antara lain :
5 Kubah mencerminkan 5 rukun islam dan kewajiban shalat 5 waktu.
4 Buah menara mencerminkan 4 tiang ilmu: bahasa arab, syariah,
sejarah dan filsafat. Juga 4 syarat hidup bahagia : aqidah, akhlak,
syari'ah, dan ibadah.
3 Bagian bentuk dasar bangunan menara mencerminkan : iman, islam
dan ikhsan.
6 Bagian tinggi menara mencerminkan 6 rukun iman.
a. Pancang Pertama
Pemancangan pertama dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 1998.
Setelah diurug dengan 30.131 M3 tanah merah, lalu dipadatkan.
PT Hutama Karya mendapat kehormatan pertama dengan kontrak
Nomor: 01/SPP/MR/1998, senilai Rp. 2.300.000.000,- (Dua milyartiga
ratusjuta rupiah). Penanda tanganan oleh H.M.A. Thohiruddin selaku Ketua
Umum Panitia Pembangunan dan Ir. Soediatmo Sastrodipoero selaku kepala
42
PT. Hutama Karya Cabang Jawa Barat, Jalan Soekarno-Hatta No. 85 Bandung.
Drs. H. Zakaria Machmud selaku Walikotamadya Tangerang juga turut
menandatangani SPK pada kolom Mengetahui/Mengukuhkan. Pekerjaan
selesai dalam jangka waktu 120 hari Kalender.
Kepastian kemampuan tiang pancang menerima beban berat harus
benar-benardiperhitungkan. Diperkirakan beban struktur dan kubah mendatang
tidak akan kurang dari 600 ton. Untuk kesempurnaan konstruksi fondasi ini,
kontrak Nomor: 02/SPP/MR/1998, disepakati dengan nilai Rp. 2.000.000.000.-
( Dua milyar rupiah ) dengan rentang waktu kerja antara tanggal 07 Mei 1998
sampai dengan 03 Oktober 1998.
b. Gambaran Umum
Radius kulit Kubah Utama + 31.6290 meter atau 63,26 cm garis tengah
dan total tinggi Kubah dari tumpuannya adalah + 27,115 meter. Sistem
struktur atap dibuat dari rangka Space Truss dengan Single layer yang
dihubungkan dengan BallJoint yang besarnya sesuai dengan kebutuhan jumlah
sudutnya. Bahan-bahan yang digunakan adalah Komponen Baja yang bermutu
tinggi. Berat seluruh member (Space Truss) struktur atap 38 ton, Gording
primer dan sekunder 72 ton, berat Ball Joint sekitar 7 ton, sistem atap sekitar
178 ton.Berat makara diperkirakan1.2 ton.
1) Jumlah Lantai
- Arah timur, 3 lantai, tinggi masing-masing lantai 3.50 m.
43
- Arah barat, 2 lantai, tinggi lantai bawah 7,0 meter dan lantai atas 3,50 m.
- Arah utara, 2 lantai, tinggi lantai bawah 7,0 meter dan lantai atas 3,50 m.
- Arah selatan, 2 lantai, tinggi lantai bawah 7,0 meter dan lantai atas 3,50 m.
2) Luas Kubah
- Diameter kubah Utama 33,685m.
- Diameter kubah anak 32,782 m.
- Total diameter kubah 63,2632 m.
- Total luas kubah ( proyeksi mendatar) + 3142m2Total luas kubah + 4250
m2
3) Tinggi Kubah
- Tinggi makara diatas kubah + 4.00 m.
- Tinggi Kubah utama dari lantai dasar + 36, 715 m.
- Tinggi kubah anak dari lantai dasar + 23,807 m.
4) Sistem Penutup Atap
- Enamel Steel Panel (ESP)
Enamel Steel Panel' adalah plat penutup atap terbuat dari baja carbon
rendah (Low Carbon Steel) dengan ketebalan 1,6 mm, kualifikasi untuk
enamel. Bahan baku untuk enamel serta zat warna (Pigmen) maupun
campuran Frit, serta bahan agen dan kimiawi lainnya adalah sesuai standar
internasional.
44
- SpaceTruss
Member yang berfungsi sebagai rangka atap dengan sambungan ball joint
dan baut,terbuat dari besi baja berdiameter antara 0 50 mm sampai dengan
0 200 mm.
- Jenis Hubungan
Hubungan antara penutup atas dengan Truss atap dengan Bracket (kaitan).
Hubungan antara member space Truss menggunakan ball joint dan baut.
Hubungan antara Truss, gording sekunder dan gording Primer
menggunakan baut.
5) Struktur Menara
Jumlah struktur menara adalah 4 (empat) buah yang terletak sejajar
dengan empat titik pertemuan kubah anak (arah timur laut, tenggara, barat
daya dan barat laut). Struktur menara ini nantinya akan diselimuti oleh
struktur panel GRC untuk bagian bawah dan tengah menara seta struktur
panel ESP pada bagian atas dan puncak menara. Struktur Menara terdiri dari :
- Bagian Bawah 1,tinggi12,00m, pipabesi06".
- Bagian Bawah 2, tinggi 8,10 m, pipa besi06".
- Bagian Tengah, tinggi7,25 m, pipa besi06".
- Bagian Atas, tinggi 6,75 m, pipa besi 0 6".
- Tangga (didalam menaraj, panjang 41,75 m, besi hollow.
Semua material besi di-finishing dengan menggunakan zinchromate.
Struktur ini bertumpu pada baseplate dan angkur M24 pada struktur menara
beton yang sudahada dengan tinggi 12,40 m. Tinggi struktur menara (pipa
besi): 34,10 m.Permukaan tanah : 55,00 m.
45
6) Makara
Makara terletak di puncak kubah utama. Makara tersebut mempunyai
diameter 3,50 m dan tinggi 5,30 m. Selain berfungsi memperindah kubah
nantinya makara tersebut berfungsi sebagai tempat orang lewat untuk
pemeliharaan kubah.
7) Talang Keliling
Talang keliling terletak di bagian dasar dan mengelilingi 4 (empat)
buah kubah anak yang berfungsi untuk menampung air hujan yang jatuh di
permukaan kubah dan mengalirkannya melalui pipa vertikal ke bawah.
Sehingga air hujan tersebut tidak langsung jatuh di dak beton.
Talang air tersebut terbuat dari pelat besi galvanized yang berbentuk
saluran persegi dan mempunyai dimensi:
- Tinggi pada bagian luar : 25,00 cm.
- Tinggi pada bagian dalam : 30,00 cm
- Lebar Penampang : 60,00 cm.
46
BAB IV
POLA KOMUNIKASI PENGURUS MASJID DALAM MEMAKMURKAN
MASJID AL-A’ZHOM TANGERANG
A. Komunikasi Antara Pimpinan dengan pengurus masjid
Pola komunikasi antara pimpinan dengan anggota penyampaian pesan
dari seorang atasan kepada bawahannya. Komunikasi ke bawah menunjukkan
arus pesan yang mengalir dari atasan kepada bawahannya.1 Komunikasi dari
atasan ke bawahannya ini biasanya berfungsi untuk menyampaikan
pemberitahuan kerja, penjelasan tentang tugas yang akan dilaksanakan oleh
seluruh anggota kemudian penyampaian informasi mengenai peraturan
peraturan yang berlaku dan yang terpenting adalah motivasi agar seluruh
karyawan bekerja dengan baik.
Pemeliharaan masjid sebenarnya kewajiban bagi setiap umat islam.
Memelihara citra masjid tidak terbatas pada aspek fisik bangunannya saja tapi
juga menyangkut kegitan-kegiatan yang dilaksanakannya, seperti di masjid
Al-A’zhom ini kegiatan islamnya sangatlah banyak, misalnya saja manasik
haji yang diadakan oleh seluruh TK (Taman Kanak-kanak) se Kota Tangeang,
dan terakhir kemarin adalah Festival Al-A’zhom dalam rangka tahun baru
islam 1 Muharam 1435 H yaitu pameran Islamic Book Fair 2013 yang di
selenggarakan di halaman masjid Al-Azhom. Yang dalam konteks ini yang
menjadi salah satu faktor penentunya adalah seluruh pengurus masjid. Itulah
1 Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, PT. Bumi Aksara, 2009, cetakan ke 11, hal.
108
47
sebabnya komunikasi antara ketua dengan pengurus haruslah berjalan dengan
baik.
Komunikasi yang dijalani oleh pimpinan menjadi syarat dalam
menciptakan, membina, dan mengembangkan hubungan baik antar sesama
karyawan dengan pimpinannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Seorang pimpinan harus mempunyai kepandaian dalam berkomunikasi
sehingga komunikasi yang mereka lakukan akan berjalan dengan baik, maka
mereka akan disenangi, disegani, dan dihormati oleh semua pengurusnya. Hal
tersebut yang sangat ditanamkan oleh pimpinan atau ketua DKM masjid Al-
A’zhom dalam dirinya sehingga hubungan baik dengan bawahannya akan
tercipta.
Seorang pemimpin juga biasa memberikan motivasi kepada bawahan,
sama seperti pemimpin di masjid Al-A’zhom ini, pemberian motivasi yang
bertujuan untuk memakmurkan masjid dengan meningkatkan pembinaan umat
di berbagai bidang termasuk pembinaan akhlak, sehingga masjid sebagai
tempat ibadah dan pusat pembinaan umat bisa berkembang dan umat semakin
maju di masa datang
Menjadi seorang pemimpin tidak hanya harus pandai dalam
berkomunikasi, pemimpin juga harus bersifat terbuka kepada bawahannya
sehingga bawahan akan dengan mudah menyampaikan keluh kesah yang
mereka alami di lapangan, dan seorang pemimpin harus bisa menerima kritik
dan saran dari para pengurusnya, agar tujuan dalam memakmurkan masjid
dapat berjalan dengan adanya kerjasama tersebut.
48
Ketua DKM masjid Al-A’zhom sangatlah bersifat bijaksana dengan
para pengurusnya, karena menurutnya ide bisa datang dari mana saja, tidak
menutup kemungkinan dari bawahan, menurutnya bawahan yang lebih sering
terjun lapangan sehingga bisa lebih tau bagaimana kondisi yang terjadi di
lapangan “solusi biasanya datang dari para anggota, dan kita akan selalu
menerima pendapat yang anggota berikan” menurut bapak Yusuf selaku
bagian perizinan dan keuangan DKM masjid Al-A’zhom2. Walaupun beliau
sibuk tetapi ia menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan para
pengurusnya. Komunikasi yang dilakukan dengan banyak cara seperti ketika
ada pertemuan, saat berjalan di area masjid, setelah shalat berjamaah dan lain
sebagainya. Dengan seperti itu beliau merasa sangat banyak manfaat yang ia
dapatkan, misalnya saja ia bisa mengetahui pendapat pengurus tentang dirinya,
tentang pekerjaan mereka, dan lain sebagainya.
Salah satu dari sekian banyak tugas ketua adalah memberikan intruksi
kepada semua pengurus untuk melakukan tugasnya masing-masing,
penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku, dan
memberikan motivasi kepada seluruh karyawan agar bekerja dengan lebih
baik lagi Oleh sebab itu ia dituntut untuk bisa membimbing anggotanya agar
dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih baik.
Metode yang dipakai dalam komunikasi dengan bawahannya adalah
metode komunikasi banyak tahap. Yaitu terkadang komunikasi dilakukan
secara langsung ketika rapat atau ketika acara yang diadakan setiap bulan
2 Wawancara pribadi dengan Bapak Yusuf selaku Ketua DKM pada 05 Oktober 20013 di
Masjid Al--Azhom
49
sekali yaitu arisan para pengurus masjid Al-Azhom, ataupun melalui media
seperti telpon, sms (short message service), ataupun denga HT (handy Talky).
Komunikasi formal yang dilakukan oleh ketua dengan pengurus
biasanya terjadi pada saat rapat evaluasi, rapat evaluasi yang dilakukan oleh
pengurus masjid Al-Azhom terjadi menjadi tiga.Yaitu, evaluasi mingguan
yang diadakan setiap hari jumat pagi, evaluasi bulanan, dan evaluasi tahunan.
Evaluasi mingguan setiap jumat pagi yang dilakukan sambil olahraga yang
dimulai pada pukul 07.00 WIB di Halaman Masjid, setiap jumat semua sift
masuk secara berbarengan karena untuk melakukan evaluasi, mulai dari
satpam, marbot, parkir, muadzin, dll, semua pengurus berjumlah 33 orang. Di
dalam evaluasi tersebut terdapat amanat dari Pembina upacara yang berisi
tentang acara yang akan dilaksanakan dan kira-kira kendala apa saja yang
akan terjadi, setelah adanya evaluasi tersebut diharapkan akan mendapatkan
solusi untuk menangani masalah-masalah yang akan terjadi di lapangan. Rapat
atau evaluasi bulanan biasanya diadakan pada saat awal bulan.
Komunikasi non formal biasa juga dilakukan oleh ketua dengan
pengurusnya, seperti pada acara arisan yang dilakukan pada setiap sebulan
sekali, di sana antara ketua dengan para pengurus terlihat akrab sehingga akan
dengan santai dalam menyampaikan kritik dan saran. Arisan ini dilakukan
agar dapat mempererat talisilaturahmi antara ketua dengan anggota ataupun
sesama pengurus.
50
B. Komunikasi Antara Pengurus Masjid Kepada Atasannya
Pola komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan
untuk disampaikan kepada atasannya.3Tujuan dari komunikasi ini adalah
untuk memberikan balikan seperti memberikan saran kepada ketua,
penyampaian informasi tentang tugas yang telah dilaksanakan, penyampaian
informasi mengenai persoalan-persoalan pekerjaan, selain itu juga biasanya
penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri ataupun dari
pekerjaannya.
Tanggung jawab utama pengurus masjid adalah menjalankan
mekanisme yang baik dalam upaya memakmurkan masjid. Pengurus terdiri
dari beberapa orang. Ada pimpinan, sekertaris, bendahara, dan bagian-bagian
yang bertugas sesuai dengan kedudukan dan lingkup kerjanya masing-masing.
Pengurus masjid tentu saja mempunyai pendapat, gagasan, ide,
harapan dan keinginan bagi pencapai masjid yang makmur. Hal tersebut harus
dikomunikasikan dengan baik antara bawahan kepada atasannya, pengurus
masjid Al-A’zhom selalu menyampaikan kritik dan sarannya pada saat
mengadakan evaluasi yang selalu dilakukan setiap minggu, bulan ataupun
tahun.
Komunikasi antara bawahan ke atasan tidak hanya terjadi pada saat
mengadakan evaluasi saja tetapi juga pengurus sangat menjaga
talisilaturahminya dengan mengadakan arisan bulanan yang diadakan setiap
awal bulan. Pada saat arisan berlangsung biasanya pembicaraan hangat antara
3 Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, PT. Bumi Aksara, 2009, cetakan ke 11, hal.
116
51
para pengurus dengan ketua terjadi, karena pembicaraan ini tidak terlalu
formal sehingga bawahanpun tidak segan untuk menyampaikan saran atau ide
yang terjadi di lapangan.
Ketua dari DKM masjid Al-A’zhom juga mempunyai sifat yang
bijaksana terhadap apa saja yang disampaikan oleh pengurus, karena menurut
ketua DKM penguruslah yang lebih mengatahui tentang apa saja yang terjadi
di lapangan. Itulah sebabnya ketua DKM selalu memberikan kesempatan bagi
siapapun pengurus yang ingin menyampaikan saran atau idenya, sehingga
bawahanpun menjadi lebih leluarsa jika ingin menyampaikan sesuatu.
Pengurus selain menyampaikan ide-atau saran, pengurus masjid juga harus
menyampaikan tugas-tugas apa saja yang sudah diselesaikan sehingga semua
tugas yang diberikan oleh ketua DKM dapat terus dipantau sejauh mana tahap
pengerjaan maupun penyelesaiannya.
C. Komunikasi Antar Sesama Pengurus
Dalam menjalankan tugas pengurus tidak boleh berjalan sendiri-
sendiri. Koordinasi dan kerjasama merupakan sifat utama dalam praktek
berorganisasi. Dalam bekerjasama inilah diperlukan adanya komunikasi dan
kekompakan, baik dalam melaksanakan kegiatan masjid maupun dalam
memecahkan berbagai kendala, masalah dan hambatan yang timbul.
Kekompakan pengurus masjid sangat berpengaruh terhadap kehidupan masjid,
kegiatan-kegiatan masjid akan berjalan baik dan sukses apabila dilaksanakan
oleh pengurus yang kompak bekerja sama. Berbagai kendala dan hambatan
yang dijumpai dalam pelaksanaan kegiatan akan dirasa mudah diatasi oleh
52
pengurus yang kompak dan saling bahu membahu. Meskipun semua pengurus
melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya,
pendekatan dan sistem pesan yang dipakai antara pengurus yang satu dengan
pengurus yang lainnya bervariasi atau berbeda-beda. Arus komunikasi antar
sesama pengurus ini biasanya berfungsi untuk menyampaikan cara
penyelesaian masalah, memperbaiki koordinasi tugas, saling berbagi
komunikasi.
Di masjid Al-A’’zhom setiap pengurus selalu berkomunikasi, misalnya
saja pada bagian keamanan, setiap pagi sebelum pergantian sift biasanya
diadakan apel pagi terlebih dahulu untuk serah terima, pada saat apel itulah
biasanya terjadi perbincangan antara sesama anggota. “Kita selalu melakukan
apel pagi untuk serah terima” yang disampaikan oleh komandan keamanan4.
Pembicaraan sesama anggota lebih sering terjadi karena intensitas
pertemuan yang sering, berpapasan pada saat di masjid pun kita akan dengan
santai saling menyapa dan membicarakan pengordinasian masalah tugas yang
sedang mereka jalani. Beda halnya pembicaraan anggota dengan ketua.
Sesama anggota biasanya tidak ada rasa canggung sehingga apa saja bisa
dibicarakan, baik masalah kemakmuran masjid maupun pembicaraan pribadi.
Hal itu juga yang bisa membuat kerukunan antar sesama anggota terjaga
dengan baik. Setiap pengurus memiliki sikap saling pengertian, mereka
menyadari perbedaan fungsi dan kedudukan masing-masing, mereka dilarang
untuk saling mencampuri urusan dan tidak saling menghambat. Misalnya
seorang pengurus berhalangan dan tidak dapat menjalankan tugas-tugasnya,
4Wawancara pribadi dengan komandan keamanan Bapak Widayat 05 oktober 2013
53
dengan penuh pengertian, pengurus yang lain menggantikannya. Sebaliknya
jika salah seorang pengurus bertindak keliru dalam mengambil keputusan
yang lainnya harus meluruskannya, agar kekeliruan tersebut tidak semakin
berlarut-larut. Tumbuhnya saling pengertian di antara pengurus masjid
diharapkan bisa meningkatkan kekompakan antar sesama pengurus.
D. Pola Komunikasi Y
Dari hasil penelitian tersebut penulis menemukan gambaran bahwa
pola komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi atasan ke bawahan,
bawahan ke atasan, sesama pengurus dan pola komunikasi Y. pola komunikasi
Y adalah pola yang memiliki pemimpin yang jelas, anggotanya dapat saling
mengirimkan dan menerima pesan dari keduanya.5 Di DKM masjid Al-
A’zhom terjadi pola komunikasi Y ketika anggota dapat menerima dan
memberikan pesan kepada atasannya, pengurus dianggap dapat memberikan
kontribusi yang baik terhadap apa yang akan dilakukan, semua tidak semata-
mata kewenangan ketua, tetapi pengurus juga diberikan andil dalam
memberikan kontribusi yang baik untuk memakmurkan masjid Al-A’zhom,
karena menurut ketua DKM pengurus yang berada di lapanganlah yang
sebenarnya mengetahui betul apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak
bisa dilakukan.
5 Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi Teori dan Praktek, 2008 hal 57
54
E. Kelemahan Dan Kelebihan Dari Hasil Temuan
Kekompakan pengurus masjid sangat berpengaruh terhadap
kemakmuran masjid. Kegiatan-kegiatan masjid akan berjalan baik dan sukses
apabila dilaksanakan oleh pengurus yang kompak bekerjasama. Berbagai
macam kendalapun akan mudah dihadapi oleh pengurus yang kompak dan
saling membantu satu sama lain. Di masjid di Al-A’zhom terdapat ketua
harian dan ketua umum, saat ini ketua harian adalah bapak DRS. H. Ahmad
Lutfi yang sekarang menjabat sebagai asisten daerah 1 dan ketua umumnya
bapak H. Arief R Wismansyah yang sekarang menjabat sebagai walikota,
kemudian terdapat sekertaris dan bendahara. Kesibukan ketua umum dan
ketua harian membuat keterbatasan antara anggota dengan ketuanya, sehingga
setiap kejadian yang terjadi di Masjid tidak bisa langsung dengan mudah
disampaikan dari pengurus kepada ketua. Ketua umum dan ketua harian
mempercayakan pada bagian kesekretariatan yang berada di dalam masjid Al-
A’zhom apabila terjadi kendala di lapangan, “Semua persoalan di masjid yang
masih bisa kita kendalikan maka akan kita kendalikan, tetapi kalau saya sudah
tidak bisa maka akan saya bicarakan dengan ketua umum dan harian” Ujar
Bapak Yusuf selaku bagian perijinan dan keungan di masjid Al-A’zhom.
Diberikannya kepercayaan kepada bagian kesekretarian bukan berarti
semua keputusan dapat diambil sepihak, menurut Bapak Yusuf beberapa
kewenangan hanya bisa diberikan oleh ketua umum dan ketua harian, seperti
misalnya pada saat memberikan kebijakan, anggota hanya menerima apa yang
diatur oleh ketua umum dan ketua harian, “tetapi kalau sudah kebijakan ya
55
anggota hanya tinggal menjalankan saja”.6 Misalnya ketika ingin
memindahkan regu di bagian keamanan, bagian sekretariat yang berada di
dalam masjid mengajukan dan memberikan tembusan kepada ketua kemudian
apabila disetujui baru bisa dilaksanakan.
Menyadari perbedaan fungsi dan kedudukan masing-masing, setiap
pengurus perlu memiliki sifat saling pengertian. Mereka dilarang saling
mencampuri urusan dan wewenang, tidak juga saling menghambat satu sama
lain. Hanya saja bila seorang pengurus berhalangan dan tidak dapat
menjalankan tugasnya, dengan penuh pengertian pengurus yang lain yang
menggantikannya. Pola komunikasi yang demikianlah yang dijalankan di
masjid Al-Azhom sehingga dapat terus memakmurkan masjid Al-A’zhom,
tanpa pengurus yang kompak misalnya ketua dan sekertarisnya berjalan
sendiri-sendiri atau salah satunya tidak aktif maka yang terjadi adalah
kepincangan dalam pengurus, demikianlah beberapa hal yang dapat
menghambat aktivitas masjid.
6 Wawancara pribadi dengan Bapak Yusuf selaku Ketua DKM pada 05 Oktober 20013 di
Masjid Al--Azhom
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeliharaan masjid sebenarnya kewajiban bagi setiap umat islam.
Memelihara citra masjid tidak terbatas pada aspek fisik bangunannya saja tapi
juga menyangkut kegitan-kegiatan yang dilaksanakannya, Menjadi pengurus
masjid bukanlah pekerjaan yang ringan, tugas dan tanggung jawabnya berat,
tetapi para pengurus masjid al Azhom dengan mampu menangani itu semua,
mulai dari kegiatan-kegitan lomba religi masyarakat kota Tangerang yang
selalu dipusatkan di Masjid Raya al Azhom.
Pola komunikasi yang digunakan oleh DKM masjid Raya Al-Azhom
adalah denga pola komunikasi atasan bawahan, sebagai contoh pembicaraan
ketua kepada seluruh anggota yang biasanya membicarakan mengenai
kebijakan-kebijakan. Pola komunikasi bawahan kepada atasan, biasanya
membicarakan mengenai laporan tugas yang telah diselelsaikan, kemudian
pembicaraan antar sesama pengurus yaitu membicarakan mengenai pembagian
tugas.
Dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi yang digunakan oleh
pengurus masjid adalah Down Ward Communication, Upward
Communication dan Horizontal Communication. Down Ward Communication
digunakan ketika atasan menyampaikan kepada bawahan mengenai kebijakan-
kebijakan yang telah disepakati oleh pimpinan. Upward Communication
57
digunakan pada saat pengurus ingin menyampaikan kritik saran maupun ide-
ide kepada atasan yang berguna untuk memakmurkan masjid. Horizontal
Communication digunakan ketika sesama pengurus saling berkomunikasi
mengenai bagaimana mengkoordinasikan tugas-tugas, pola komunikasi Y
adalah penggabungan dari komunikasi atasan ke bawahan, bawahan ke atasan
dan sesama pengurus, sehingga dapat menjalani tugas masing-masing dengan
baik dan kembali ketujuan utama yaitu memakmurkan masjid.
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan diatas ada beberapa saran yang disampaikan
agar dapat dijadikan bahan pertimbangan serta evaluasi terhadap pola
komunikasi di DKM Masjid Raya Al-A’zhom.
1. Sebagai organisasi keagamaan ketua DKM harus lebih mendengar kritik
dan saran yang disampaikan oleh pengurus yang berada di lapangan.
2. Memberikan kemudahan kepada kepada mahasiswa atau kaum intelektual
dari berbagai kalangan yang melaksanakan penelitian ilmiah terhadap
pengurus Masjid Raya Al-A’zhom.
DAFTAR PUSTAKA
Arni Muhammad (2009) Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, cetakan
ke 11.
Fajar Marhaeni (2009) Ilmu Komunikasi Teori Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hafied Cangara (2008) Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Jalaluddin Rakhmat, M.SC (2007) Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Marhaeni Fajar, (2009) Ilmu Komunikasi Teori Praktik, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Masmuh Abdullah (2008) Komunikasi Organisasi Teori dan Praktek.
Moh E Ayub, Dkk (1996) Manajemen Masjid, Jakarta: Gema Insani.
Nurudin (2007) Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Onong Uchjana Effendy (2003) Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
Sondang P Siagian(2008) Fungsi-fungsi Manajerial, Jakarta: PT. Bumi Aksara, edisi
revisi cetakan kedua
Syaiful Rohim (2009) Teori Komunikasi prespektif, ragam dan aplikasi, Jakarta: PT.
Rineka Cipta,
Wawancara dengan Bapak Yusuf
(Selaku bagian perizinan dan keuangan)
Kegiatan rutin mingguan Khotim Quran dan mauled nabi, pesertanya berasal dari jamaah
umum sekitar 200an orang setiap minggunya.
Selain rapat biasanya pada moment apa saja bapak mengumpulkan anggota untuk
berkomunikasi?
Evaluasi ada 2 macam yaitu evaluasi mingguan yang dilaksanakan setiap hari jumat,
karena kebetulan karyawan masjid terbagi menjadi 2 sift yaitu sift pagi dan sift malam, jadwal
pagi dari jam 7 sampai jam 4 dan yang malem dari jam 2 sampai jam 8 malam sehingga
pelayanan sholat 5 waktu bisa terjaga oleh kami, dan ada kegiatan evaluasi setiap jumat pagi
yang dilakukan sambil olah raga yang dilakukan pada jam 7 pagi di halaman masjid, setiap jumat
semua sift masuk secara berbarengan karna untuk melakukan evaluasi, mulai dr satpam, marbot,
parkir, muadzin, dll semua kumpul yang berjumlah 33 orang karyawan, yang didalam evaluasi
terdapat amanat dari Pembina upacara yang memberikan brifing, yang berisi acara yang akan
dilaksanakan, kira kira kendalanya seperti apa, sehingga semua kendala bisa langsung dicari
solusinya, tetapi kita juga biasa mengadakan rapat secara dadakan, misalnya dalam suatu acara
terjadi kejanggalan saya bisa langsung mengumpulkan, tetapi yang jelas adalah evaluasi
mingguan bulanan dan tahunan, terkadang setelah acara selesai kita mengadakan makan bersama
untuk membahas kegiatan yang telah kita laksanakan, semisal ada masalah langsung kita
bicarakan di situ, dan kita sangat terbuka, siapapun yang ingin mengeritik dan memberikan saran
ya silahkan saja. Kita juga mengadakan rapat bulanan yaitu evaluasi selama satu bulan, gajian
dan sekalian arisan untuk mempererat talisilaturahmi sesama anggota, terkadang supaya hadir
semua jadi siapa yang dapet arisan pada hari itu dan dia tidak hadir ya kita gak kasih,
Ketika terjadi masalah aakah bapak yang langsung memutuskan atau mendengar saran2
dari anggota?
Saya melakukan komunikasi dengan menanyakan apa masalahnya, karna saya juga harus
bijaksana sebagai ketua, misalnya ada pencurian kita melihat proses, makanya kita
membutuhkan musyawarah, misalnya air mati dalam keadaan jamaah ribuan, itu semua akan
saya kumpulkan, dengan HT saya bisa mengumpulkan semua anggota, jadi HT merupakan alat
komunikasi yang paling efektif dan eisien, ketika saya menyampaikan informasi maka semua
akan mendengar apa yang saya sampaikan. Selain HT saya juga menggunakan SMS untuk
menginformasikan rapat, kita biasanya mengirimkan SMS 2hari sebelum rapat kita adakan.
Selain saya sebagai penangung jawab seluruh kegiatan di masjid, Kita mempunyai ketua harian
dan ketua umum, saat ini ketua harian adalah bapak DRS. H. Ahmad Lutfi yang sekarang
menjabat sebagai asisten daerah 1 dan ketua umumnya bapak H. arif Ismansyah yang seakarang
menjabat sebagai walikota, semua persoalan di masjid yang masih bisa kita kendalikan maka
akan kita kendalikan, tetapi kalau saya sudah tidak bisa maka akan saya bicaran dengan ketua
umum dan harian, tapi sebisa mungkin kita dulu yang menyelesaikan, tetapi untuk masalah
kebijakan seperti misalnya keungan itu kita harus bicarakan kepada atasan kita, jadi kalau
keputusan kita semua berhak memberikan saran hanya kalau sudah kebijakan ya anggota hanya
tinggal menjalankan saja, misalnya ada pemindahan yang dari dalem kita pindahkan keluar, atau
satpam kita pindahkan regunya ya itu kebijakan dari sekertariat, jadi kita rumuskan dulu dari sini
dan kita memberikan tembusan kepada baak arif dan ya sudah laksanakan,
Ketika bapak menyampaikan informasi apakan diberikan ke tiap ketua divisi saja atau
kepada seluruh angggota?
Kitakan memiliki komandan satpam, coordinator parkir, tetapi tetap ketika saya
memberika informasi semua anggota saya beritahu bukan hanya pada ketua divisinya saja,
Sebagai ketua bapak pasti membutuhkan kritik dan saran, tetapi apakah bapa selalu
mendengarkan saran dari bawahan atau tetep melasanakan sesuai yang bapak inginkan??
Ooh tidak, karna bisa saja solusi datangnya justru dari temen temen atau angggota, karna
solusi akan dari mana saja kita terima, tetapi kalau sudah kebijakan ya tetap kami yang
memutuskan, seumpama setelah acara ada pembagian honor ya saya yang akan memutuskan.
Kita disekretariat ini ada 3 orang yang terdiri dari ketua secretariat, ada bendahara dan ada
sekretaris, nah 3 orang ini yang berada di atas, jadi 3 orang ini yang akan bekerjasama untuk
mengolah kritik yang kita dapat dari anggota, 3 orang ini akan mengadakan rapat yang hasilnya
baru akan disampaikan kepada seluruh anggota,
Wawancara dengan Bapak Hidayat
(Bagian keamanan masjid)
Berapa jam kerja untuk bagian pengamanan?
Kita bekerja 12 jam. Dari jam 7 pagi sampe jam 7 malam, kita dibagi 3 regu, jadi
12jam kerja 24 jam libur.
Apakah biasanya ketua DKM memberikan bapak kesempatan untuk
menyampaikan kritik maupun saran?
Iyaaaa, ketua DKM selalu memberikan masukan ataupun menerima masukan dari
bawahannya, ya terutama mengenai keamanan beliau sangat terbuka karena
memang dari parkiran juga dikelola juga oleh orang DKM.
Apakah penyampaian saran hanya diberikan pada saat rapat saja atau ada
event lain?
Resminya di sini setiap sebulan sekali kan melalukan evaluasi kerja, dan kegiatan
yang juga bisa dibilang wajib itu diadakan setiap jumat pagi sekalian senam pagi
dan evaluasi. Biasanya kita menyampaikan usulan itu pada saat rapat kecuali
sifatnya mendadak baru kita bisa membicarakan secara pribadi.
Bapak sebagai komandan keamanan apakah biasanya mengadakan rapat
dengan bawahan bapak sebelum menyampaikan maslah kepada atasan?
Iya pasti, biasanya kita setiap pagi sebelum serah terima kita adakan apel pagi
sekitar 6. 45 nah di situlah kita biasa mengadakan diskusi sesama petugas
keamanan.
Ketika ada masalah yang terjadi di lapangan apakah bapak langsung
mengambil keputusan atau mendiskusikan dulu dengan atasan bapa?
Gini, kalau misalnya sifat permasalahannya itu pencurian itukan sudah mencakup
secara keseluruhan jadi kita harus laporkan dulu kepada pimpinan,
Apakah bapak tidak bisa langsung mengambil keputusan?
Bisa, hanya saja prosedurnya seperti itu, kita harus mengkoordinasikan dengan
pimpinan.
Selain rapat apakah ada obrolan2 yang biasanya dilakukan sesama anggota?
Biasanya kita ada obrolan sebelum evaluasi diadakan sehingga ketika evaluasi
kita sudah mengetahui apa yang akan kita sampaikan pada saat evaluasi.