25
i LAPORAN PENELITIAN POLA KOMPOSISI FASILITAS PADA PERUMAHAN DI DENPASAR DAN BADUNG Oleh : 1. I Nyoman Susanta, ST., MErg (Ketua) NIP. 196909231995031002 2. Ir. I Nengah Lanus, MT (Anggota) NIP. 195708181986031003 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2014

POLA KOMPOSISI FASILITAS PADA PERUMAHAN DI DENPASAR … · ii HALAMAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2014 Judul Penelitian : Pola Komposisi

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    LAPORAN PENELITIAN

    POLA KOMPOSISI FASILITAS

    PADA PERUMAHAN

    DI DENPASAR DAN BADUNG

    Oleh :

    1. I Nyoman Susanta, ST., MErg (Ketua) NIP. 196909231995031002

    2. Ir. I Nengah Lanus, MT (Anggota) NIP. 195708181986031003

    PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS UDAYANA

    2014

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN

    HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2014

    Judul Penelitian : Pola Komposisi Fasilitas Perumahan di Denpasar dan Badung, Bali

    Ketua Tim Peneliti & anggota (1) :

    a. Nama Lengkap : I Nyoman Susanta, ST., MErg

    b. NIDN / NIP : 0023096902 / 196909231995031002

    c. JabatanFngsional : Asisten Ahli

    d. Nomor HP / email : (+62) 8123978858 / [email protected]

    Anggota Tim Peneliti (2) :

    a. Nama Lengkap : Ir. I Nengah Lanus, MT

    b. NIDN / NIP : 0018085703 / 195708181986031003

    c. JabatanFungsional : Lektor

    d. Nomor HP / email : (+62) 8123956956 / [email protected]

    Jangka Waktu Kegiatan : 2 bulan

    Tempat Kegiatan : Kota Denpasar, Kabupaten Badung,

    Bali

    Biaya yang diperlukan : Rp.20.000.000 (Dua puluh Juta Rupiah)

    Bukit Jimbaran, 28 Oktober 2014

    Menyetujui,

    Ketua Jurusan Arsitektur FT-UNUD Ketua Tim Pelaksana

    Ir. I Made Suarya, MT

    NIP. 19561015 198601 1 001

    I Nyoman Susanta, ST., MErg NIP. 196909231995031002

    mailto:[email protected]

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul .................................................................................................................... i

    Lembar Pengesahan ............................................................................................................ i

    Daftar Isi ............................................................................................................................. iii

    Ringkasan ............................................................................................................................ iv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

    1.2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 2

    1.3. Urgensi (Keutamaan Penelitian)…………………………………….. 3

    BAB II STUDI PUSTAKA

    2.1. Pengertian……………….…………………………………………… 4

    2.2. Pengadaan Prasarana dan Srana Perumahan…...…………………….. 5

    2.3. Aspek Kelayakan Teknis Perumahan…...…………………………… 7

    2.4. Rumah Berimbang…………………………………………………… 7

    2.5. Strategi Pembanguan Perumahan……………………………………. 9

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1. Rancangan Penelitian……………………………………………….. 12

    3.2. Lokasi Penelitian…………………………………………………… . 12

    3.3. Jenis dan Sumber Data……………………………………………….. 13

    3.4. Teknik Pengumpulan Data………………………………………….... 13

    3.5. Instrumen Penelitian…………………………………………………. 13

    3.6. Teknik Analis Data…………………………………………………... 13

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Pola Komposisi Fasilitas Perumahan di Denpasar dan Badung................... 15

    4.2. Pelanggaran pada Pembangunan Perumahan di Denpasar dan Badung........ 15

    4.3. Strategi Untuk Mengurangi Pelanggaran Pembangunan Perumahan……… 16

    BAB V PENUTUP

    5.1. Kesimpulan………………………………………………………….. 17

    5.2. Saran………………………………………………………………… 17

    Daftar Pustaka................................................................................................................... 18

    Lampiran :

    1. Jadwal Kegiatan……………………………………………………… 19

    2. Justifikasi Anggaran………………………………………………….. 20

  • iv

    ABSTRAK

    Bisnis pembangunan perumahan di Bali khususnya di Denpasar, Badung dan daerah

    sekitarnya sangat pesat sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap

    rumah. Developer selaku fasilitator dan operator mengadakan dan membangun unit-

    unit rumah di lokasi perkotaan maupun pinggiran kota, menjadikan kawasan-kawasan

    permukiman baru yang padat. Pemerintah selaku motivator dan regulator selalu

    mendorong dengan kebijakan-kebijakan perbankan dan regulasi-regulasi yang dapat

    mempercepat pengadaan rumah yang layak bagi masyarakat. Demikian juga

    pemerintah daerah merumuskan aturan-aturan dalam rangka menjaga visi misinya

    dan mewujudkan permukiman layak yang menampilkan estetika yang baik serta

    dilengkapi sarana dan prasaran yang memadai.

    Salah satu aturan yang strategis adalah ketentuan pengadaaan fasilitas social dan

    fasilitas umum yang harus disediakan oleh developer yang membangun perumahan.

    Fasilitas social dan fasilitas umum yang diadakan minimal luasnya 30 % dari

    keseluruhan lahannya. Fasilitas yang memadai dapat memberikan kenyamanan

    sebaliknya fasilitas yang tidak memadai selain tidak memberikan kenyamanan juga

    merupakan pelanggaran terhadap pertauran daerah dan penghilangan hak-hak

    penghuni perumahan oleh developer. Dari fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh

    developer belum teridentifikasi berapa banyak fsilitas-fasilitas yang melanggar aturan

    baik terkait jenis fasilitasnya, jumlah dan luasan fasilitas maupun pengurangan dan

    pengambilalihan kembali fasilitas tersebut oleh developer. Penelitian ini dilakukan

    untuk mengidentifikasi tingkat pelanggaran pada pengadaan fasilitas yang telah

    dibangun developer.

    Penelitian dirancang dengan metode penelusuran lapangan, dengan sifat data

    kuantitatif. Data-data berupa data primer dikumpulkan melalui observasi dan

    pendataan langsung ke lapangan di lokasi perumahan. Observasi lansung dilkukan

    untuk mengamati dn mendapatkan data riil sesuai dengan faktanya. Lokasi yang

    diamati meliputi wilayah Denpasar dan Badung masing-masing sepuluh objek yang

    dipilih secara acak. Berdasarkan kasus-kasus yang diamati tersebut akan dievaluasi

    berapa persen yang melakukan pelanggaran dan jenis pelanggarannya apa saja.

    Masing-masing wilayah pengamatan akan dilakukan secara serentak dalam kurun

    waktu dua bulan.

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran pelanggaran terhadap

    aturan pengadaan fsilitas yang telah dibangun developer di Bali sehingga dapat

    dilakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap pola pengadaan fasilitas yang akan

    dibangun developer pada perumahan yang akan dibangun. Dengan harapan

    pembangunan perumahan di Bali dapat mewujudkan permukiman layak dan

    menampilkan estetika yang baik serta dilengkapi fasilita sarana dan prasarana yang

    memadai.

  • 1

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Perumahan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang, pangan,

    kesehatan dan pendidikan. Perumahan memiliki fungsi dan peranan penting bagi

    kesejahteraan fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi penduduk seluruh negara.

    Perumahan pencerminan dan pengejawantahan pribadi manusia, baik secara

    perseorangan maupun kesatuan dengan lingkungan alamnya.

    Salah satu permasalahan di bidang perumahan dan permukiman di Provinsi Bali

    adalah masalah kebutuhan perumahan yang tinggi versus ketersediaan lahan, masalah

    kelembagaan, masalah kemampuan pembiayaan dan masalah kualitas lingkungan

    permukiman/lingkungan kumuh. (RP3KP tahun 2013, Dinas PU Provinsi Bali)

    Pembangunan perumahan di Bali khususnya di Denpasar, Badung, Tabanan, Gianyar

    dan daerah sekitarnya sangat pesat sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat

    terhadap rumah. Pengembang (Developer) selaku agen dan operator pengadaan dan

    membangun unit-unit rumah untuk dijual di lokasi perkotaan maupun pinggiran kota,

    menjadikan kawasan-kawasan permukiman baru yang padat. Pemerintah selaku

    motivator dan regulator selalu mendorong dengan kebijakan-kebijakan perbankan,

    subsidi prasarana sarana utama, peratuan perundang-undangan dan regulasi-regulasi

    yang dapat menciptakan iklim investasi properti yang kondusif bagi developer untuk

    mempercepat pengadaan rumah yang layak bagi masyarakat. Demikian juga

    pemerintah daerah merumuskan aturan-aturan dalam rangka menjaga visi misinya

    dan mewujudkan permukiman layak yang menampilkan estetika yang baik serta

    dilengkapi prasarana dan sarana yang memadai. Prasarana adalah kelengkapan dasar

    fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat

    tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman. Sarana adalah kelengkapan ruang-

    ruang agar dapat mewadahi fungsi-fungsi lingkungan untuk kebutuhan bertempat

    tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman. Pengadaan lahan untuk prasarana dan

    sarana sebagai fasilitas perumahan disiapkan oleh oleh developer, sedangkan

    pembangunannya untuk perumahan yang berimbang bias disubsidi pemerintah.

  • 2

    Untuk rumah menengah dan mewah serta yang yang tiidak berimbang maka seluruh

    pengadaan baik tanah maupun bangunannya sepenuhnya ditanggung developer.

    Fasilitas social dan fasilitas umum sebagai sarana, salah satu persyaratan dan bagian

    infrastruktur yang harus ada dalam setiap pembangunan peumahan. Fasilitas umum

    beupa jalan akses dan jalan lingkungan, pos keamanan, lapangan olah raga, dan

    sebagainya. Sedangkan fasilitas social berupa ruang pertemuan, temapat ibadah,

    taman bermain, dan sebagainya. Seluruh fasilitas tersebut berperanan dalam

    menciptakan media komunikasi dan interaksi di lingkungan perumahan. Oleh karena

    itu maka menjadi persyaratan yang ditetapkan dan diatur oleh perturan perundang-

    undangan baik di tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Undang-

    undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Peraturan

    Menteri Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan

    Bantuan Prasarana, Sarana, dan Utilitas.

    Terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan dan aturan tersebut dapat mengakibatkan

    konplik-konplik kepentingan. Pelangggaran dapat berupa presentase dan jumlah

    fasilitas, pelanggaran dapat pada jenis fasilitas yang harus ada, pelanggaran pada

    status kepemilikan fasilitas, pada kwalitas, dan sebagainya. Konplik terjadi antara

    developer dengan penghuni perumahan, antara developer dengan lingkungan desa

    setempat ataupun ketiganya. Terjadi dualisme kepemilikan antara developer dengan

    penghuni, pengelolaan fasilitas yang tidak jelas, aspek legal yang tidak jelas, tidak

    ada serah terima formal diantara developer, penghuni dan pemerintah, permasalahan

    perawatan, pengambilalihan kembali oleh developer, dan lain sebagainya.

    Bertolak dari hal-hal tersebut maka perlunya dilakukan penelusuran untuk dapat

    mengidentifikasi pelanggaran yang ada dalam rangka mendapatkan gambaran umum

    dari fasilitas perumahan di Bali dn khususnya di Kota Denpasar dan Kabupaten

    Badung.

    1.2 Tujuan Khusus

    A. Rumusan Masalah :

    Dengan kompleknya permasalahan perumahan di Denpasar dan Badung

    mengakibatkan pengadaan fasilitas pada pembangunan perumahan terindikasi tidak

  • 3

    sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu maka

    perlunya dilakukan identifikasi tehadap permasalahan-permasalahan yang terkait

    antara lain sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah pola komposisi fasilitas perumahan di Denpasar dan Badung ?

    2. Pelanggaran apa saja yang dilakukan pada pembangunan perumahan di Denpasar

    dan Badung ?

    3. Bagaimanakah setrategi yang dapat dikembangkan untuk dapat mengurangi

    pelanggaran tersebut ?

    B. Tujuan Penelitian :

    Penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

    1. Merumuskan pola komposisi fasilitas perumahan di Denpasar dan Badung

    2. Mengidentifikasi pelanggaran apa saja yang dilakukan pada pembangunan

    perumahan di Denpasar dan Badung

    3. Merumuskan strategi yang dapat dikembangkan untuk dapat mengurangi

    pelanggaran tersebut

    1.3. Urgensi (Keutamaan Penelitian)

    Permasalahan-permasalahan konplik yang diakibatkan oleh pelanggaran terhadap

    ketentuan pengadaan fasilitas perumahan di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten

    Badung dapat mengganggu ketertiban dan kenyamanan. Selain itu akses fasilitas yang

    didapatkan tidak memenuhi kebutuhan dasar untuk dapat bermukim dengan layak.

    Identifikasi dan penelitian belum pernah dilakukan, sehingga penelitian ini dapat

    menjadi rintisan penelitian untuk bidang perumahan dan permukiman.

    Hasil penelitian ini dapat berkontribusi pada pemerintah untuk mengidentifikasi

    permasalahan fasilitas dalam rangka mendapatkan gambaran umum dan strategi

    dalam pemecahannya.

  • 4

    BAB II STUDI PUSTAKA

    2.1 Pengertian

    Perumahan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang, pangan,

    kesehatan dan pendidikan. Perumahan memiliki fungsi dan peranan penting bagi

    kesejahteraan fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi penduduk seluruh negara.

    menampilkan estetika yang baik serta dilengkapi prasarana dan sarana yang memadai.

    Perumahan sebagai pencerminan dan pengejawatahan pribadi manusia, baik secara

    perseorangan maupun kesatuan dengan lingkungan alamnya.

    Gambar 1. Bagan Pembangunan Rumah Berimbang (Kementrian Perumahan Rakyat 2013)

    Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar

    tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan

    nyaman.

    Prasarana Primer adalah jaringan utama yang menhubungkan antara satuan

    perumahan dalam kawasan perumahan atau antara perumahan dengan

    kawasan laindan digunakan untuk kepentingan umum, baik berupa prasarana

    jalan darat maupun jalan air.

    Prasarana Sekunder adalah jaringan cabang dari jaringan primer prasarana kawasan

    perumahan yang melayani kebutuhan di dalam 1 (satu) satuan perumahan

    yang digunakan untuk kepentingan umum .

  • 5

    Sarana adalah kelengkapan ruang-ruang agar dapat mewadahi fungsi-fungsi

    lingkungan untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan

    nyaman. (Kementrian Perumahan Rakyat, 2013)

    Perumahan

    Permukiman

    Lingkungan Hunian

    Kawasan Permukiman

    Kawasan Fungsi Lain/ Bukan Permukiman

    Pelayanan Sosial

    Kegiatan Ekonomi

    Jasa Pemerintahan

    Pusat Kws. Perkim

    Pusat Lingk. Hunian

    Pusat Permukiman

    Pusat Perumahan

    KAWASAN PERMUKIMAN adalahbagian dari lingkungan hidup diluarkawasan lindung baik berupa kawasanperkotaan maupun kawasanperdesaan yang berfungsi sebagailingkungan tempat tinggal ataulingkungan hunian dan tempatkegiatan yang mendukungperikehidupan dan penghidupan (UU PKP pasal 1 angka 3 )

    LINGKUNGAN HUNIANadalah bagian darikawasan permukimanyang terdiri atas lebih darisatu satuan permukiman(UU PKP Pasal 1 angka 4)

    PERMUKIMAN adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai PSU serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan (UU PKP Pasal 1 angka 5)

    PERUMAHAN adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi dengan PSU sebagai hasil upaya pemenuhan rumah layak huni (UU PKP Pasal 1 angka 2)

    Perumahan mendukung Kawasan Fungsi Lain

    Lingkungan Hunian Skala Besar/Kasiba

    KAWASAN FUNGSI LAIN/KWS. BUKAN PERMUKIMAN

    Permukiman/Lisiba

    (Perumahan Skala besar)

    Gambar 2.Model Pengaturan Prasarana dan Sarana Dalam UU No. 1 Tahun 2011

    (Kementrian Perumahan Rakyat 2013)

    2.2 Pengadaan Fasilitas Prasarana dan Sarana Perumahan

    Pengadaan fasilitas yang berupa prasarana dan sarana perumahan untuk perumahan

    menengah kebawah dilakukan setelah melakukan identifikasi untuk memastikan pengadaan

    tersebut tepat sasaran . Pengadaan dapat dilakukan oleh pemerintah pusat melalui APBN,

    pemerintah daerah melalui APBD dan DAK, serta dapa pula dilakukan oleh Badan Hukum

    memalului anggaran badan hukum.

  • 6

    Identifikasi Kebutuhan

    Identifikasi Kebutuhan Prasarana

    Prasarana Primer

    Prasarana Sekunder

    Identifikasi Kebutuhan Kawasan

    Permukiman

    Pengembangan Lingkungan Hunian

    Pembangunan Lingkungan Hunian Baru

    Pembangunan Kembali Lingkungan Hunian

    Gambar 3. Bagan Identifikasi Pengadaan Prasarana dan Sarana Kawasan

    (Deputi Pengadaan Prasarana Kawasan, Kementrian Perumahan Rakyat 2013)

    Gambar 4. Bagan Pengadaan Prasarana dan Sarana Kawasan

    (Deputi Pengadaan Prasarana Kawasan, Kementrian Perumahan Rakyat 2013)

    Gambar 5. Gamabr Pengadaan Prasarana dan Sarana Kawasan

    (Deputi Pengadaan Prasarana Kawasan, Kementrian Perumahan Rakyat 2013)

    Program Pembangunan PSU Kawasan Permukiman

    Program Pembangunan

    PSU

    Pemerintah Pusat

    Pemerintah Daerah

    Badan Hukum

    APBD, DAK

    APBN

    Anggaran Badan Hukum, CSR

  • 7

    2.3 Aspek Kelayakan Teknis Perumahan

    Suparno (2005) menyatakan bahwa yang tercakup dalam aspek teknis perumahan

    yang perlu diperhatikan :

    Aksesibilitas adalah kemudahan seseorang dalam mencapai suatu wilayah.

    Bagaimana keterkaitannya terhadap suatu fungsi lahan yang akan dikelola

    kaitannya dengan transportasi dan infrastruktur yang ada.

    Kelengkapan Prasarana lingkungan (Infrastruktur) merupakan kebutuhan dasar fisik

    yang ada pada suatu wilayah, dimana lingkungan dapat membantu suatu

    proses pengerjaan bangunan misalnya seperti fasilitas jalan yang memadai

    untuk kendaraan yang mengangkut material dan bahan bangunan sehingga

    mudah mengakses lokasi proyek.

    Kelengkapan sarana lingkungan, sarana lingkungan yaitu fasilitas penunjang yang

    berfungsi untuk penyelenggaraan serta pengembangan kehidupan ekonomi,

    sosial dan budaya, seperti fasilitas taman bermain, olah raga, pendidikan,

    pertokoan, sarana perhubungan, keamanan, serta fasilitas umum lainnya.

    Kelengkapan utilitas lingkungan adalah kelengkapan fasilitas bangunan yang

    digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,

    keselamatan, kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.

    Keamanan site terhadap gangguan alam, keamanan site penting dalam hal tahapan

    dasar pemilihan site yang layak untuk digunakan. Dengan potensi bencana

    alam yang rendah pada sekitar site menjadi potensi untuk pengembangan lebih

    lanjut terhadap pengolahan site tersebut.

    2.4 Rumah Berimbang

    Menurut Keputusan BKPM N0.28/A/Sk/BKPM/IX/1974 diharapkan membangun

    rumah-rumah dengan perbandingan 1 rumah mewah, 3 rumah menengah, dan 6

    rumah sederhana, yang disebut dengan pembangunan rumah berimbang. Hunian

    Berimbang adalah perumahan dan kawasan permukiman yang dibangun secara

    seimbang dengan komposisi tertentu dalam bentuk rumah tunggal atau rumah deret

    antara rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah, atau dalam bentuk

  • 8

    rumah susun antara rumah susun umum dan rumah susun komersial atau dalam

    bentuk rumah tapak dan rumah susun umum, (Permenpera No. 7 Tahun 2013)

    1. Rumah Mewah

    Dilengkapi sarana dan prasarana penunjang yang sangat lengkap,

    Umumnya hanya ada di kota-kota besar

    Terletak di pusat kota karena penghuni rumah menginginkan kemudahan

    akses dan pelayanan lingkungan yang serba instan dan cepat.

    Pangsa pasar: masyarakat berpenghasilan tinggi: praktisi profesional,

    pengusaha nasional dan internasional, dll.

    1. Rumah Menengah

    Dilengkapi sarana dan prasarana penunjang operasional perumahan, seperti

    pengerasan jalan, open space dan taman, jalan dan perabotannya, bahkan

    fasilitas olahraga.

    Terletak tidak jauh dari pusat kota disesuaikan dengan tuntutan pemakai

    rumah (konsumen) yang menginginkan aksesibilitas yang tinggi dengan

    kelengkapan sarana dan prasarana penunjangnya.

    Umumnya terletak di kawasan strategis, seperti pusat perbelanjaan, pusat

    pendidikan, pusat kegiatan pelayanan barang dan jasa, dll.

    2. Rumah Sederhana

    Diperuntukkan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan mempunyai

    keterbatasan daya beli.

    Dilengkapi sarana dan prasarana yang masih minim karena pengembang tidak

    dapat menaikkan harga jual bangunan dan fasilitas pendukung operasional,

    tidak seperti pada rumah menengah dan rumah mewah yang dibebankan

    kepada konsumen.

  • 9

    Pemasalahan

    Tidak Ada Ada

    Landasan Hukum

    Sanksi

    Unit Teknis

    Insentif

    Masalah

    LATAR BELAKANG

    SKB - 3 MENTERI Tahun

    1992

    KEBIJAKAN TIDAK EFEKTIF

    PERMENPERA

    N0 10/2012 TENTANG

    PENYELENGGARAN

    PKP DENGAN HUNIAN BERIMBANG

    WAJIB DENGAN

    HUNIAN BERIMBANG

    UU

    No 1/2011

    tentang PKP

    (Psl 35 dan 37)

    UU No. 20/2011

    tentang Rusun

    (Psl 16)

    BACKLOG meningkat

    PERUMAHAN

    EKSKLUSIVE meningkat

    PENYEDIAAN

    PERUMAHAN

    SEDERHANA (MBR) terbatas

    Gambar 6. Bagan Pembangunan Rumah Berimbang (Kementrian Perumahan Rakyat 2013)

    2.5 Strategi Pembangunan Perumahan

    1. Subsidi Silang

    Di dalam Peremajaan Permukiman Kumuh, sebagian lahan dimanfaatkan untuk

    kegiatan usaha seperti pertokoan dan sebagainya, dan sebagian lagi tetap

    digunakan untuk peremajaan permukiman kumuh tersebut, latar belakang :

    Perumahan kumuh tumbuh dan berkembang diatas lahan yang strategis atau

    memiliki nilai ekonomi tinggi (di pusat kota)

    Kegiatan ekonomi penghuni permukiman kumuh cenderung di pusat kota.

    Kondisi ekonomi penghuni permukiman kumuh tidak memungkinkan untuk

    memperbaikai rumahnya.

    2. Rumah Tumbuh

    Rumah sederhana dibangun secara bertahap, sesuai dengan perkembangan

    kebutuhan, latar belakang :

    Kemampuan mencicil terbatas.

    Kebutuhan akan rumah sangat mendesak

    Perumahan merupakan proses bermukim

    3. Mempertemukan Kesenjangan antara Harga dan Anggaran

  • 10

    Harga (= cost / loan)

    Anggaran (=affordability)

    Gambar 7. Gambaran Harga dan Aggaran (Darmawarsika, 2012)

    Strategi menekan biaya (cost reduction):

    Teknis-teknologis :

    Kualitas / Standard / Kelengkapan

    Kuantitas

    Teknologi Membangun / Sistem Bangunan, dll.)

    Pembiayaan :

    Sistem Pembiayaan Pembangunan

    Pembiayaan Berbasis Kemitraan

    Pembiayaan dari Penerimaan (Revenue)

    Manajemen

    Sistem Penyelenggaran Pembangunan

    Self Help Construction Management System

    Strategi meningkatkan budget/anggaran :

    Turunkan bunga, perpanjang masa pinjaman

    Turunkan tingkat/ratio keuntungan

    Naikkan harga jual

    Turunkan biaya operasi & perawatan

    Subsidi :

  • 11

    Konstruksi,

    Subsidi prasarana, sarana dan utilitas

    Sewa, kontrak, harga jual

    Subsidi tanah

    Subsidi bahan bangunan

    Subsidi bunga pinjaman

    Subsidi waktu pengembalian

    Kombinasi :

    Penyertaan sumber dana pemerintah (public resources)

    untuk pembangunan prasarana, sarana dan utilitas.

    Penyertaan modal masyarakat (tanah, dana, tenaga,

    managerial, dll.) Untuk mengurangi biaya atau untuk

    memperbesar budget/anggaran.

    Melibatkan masyarakat :

    Gambar 2. Gambaran Harga dan Aggaran (Darmawarsika, 2013)

    Gambar 8. Skema partisipasi Dalam Pengadaan Pembangunan Fasilitas Perumahan

    (Darmawarsika, 2012)

    Masyarakat disekitar site sebaiknya dan seharusnya dilibatkan dalam pembangunan

    sebuah kawasan pereumahan untuk mengurangi pembengkakkan pengeluaran dan

    memperkecil budged. Berdasarkan penggambaran di atas dapat dilihat bahwa ada dua

    cara pembangunan kawasan perumahan, yaitu pemerintah pengelola.

  • 12

    BAB III METODA PENELITIAN

    3.1 Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan rancangan sebagai berikut :

    Gambar 9. Skema Bagan Penelitian

    Pendataan untuk mendapatkan data-data kepustakaan dan lapangan, dari data-data

    akan dikelompokkan untuk diklasifikasikan. Data yang sudah dikompilasi akan

    dianalisa dan disentasa, untuk menhasilkan kesimpulan daan saran rekomendasi.

    1.2 Lokasi Penelitian

    Penelitian ini akan dilakukan di wiliyah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

    Gambar 10. Prta Lokasi Penelitian

    PENDATAAN KOMPILASI

    DATA

    ANALISA DAN

    SINTESA

    KESIMPULAN SARAN

    DENPASR

    BADUNJG

  • 13

    3.3 Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer kuantitatif,

    yang didukung pula oleh data-data kualitatif. Data kuantitatif meliputi ukuran-ukuran

    dan dimensi fasilitas, sedangkan kualitatif meliputi pola-pola fasilitas yang ada pada

    perumahan. Jenis data yang akan diobservasi adalah :

    1. Pola komposisi fasilitas perumahan di Denpasar dan Badung

    2. Ukuran-ukuran dan dimensi fasilitas yang ada

    3. Pelanggaran apa saja yang dilakukan pada pembangunan fasilitas perumahan di

    lapangan

    3.4 Teknik Pengumpulan data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1. Kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data-data awal terkait teori-teori

    dan reperensi yang berhubungan dengan perumahan dan pemukiman.

    2. Observasi dengan melakukan pengamatan untuk didokumentasikan baik dengan

    pencatatan maupun pemotretan dengan kamera sebagai data primer.

    3. Wawancara dengan developer, penghuni dan pemerintah selaku pemberi ijin,

    secara terstruktur dengan mempersiapkan sejumlah daptar pertanyaan.

    4. Pengukuran dilakukan untuk memperoleh data yang akurat mengenai dimensi

    fasilitas yang ada.

    3.5 Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian memiliki keterkaitan dengan metode penelitian yang akan

    digunakan. Instrumen merupakan alat pengambil data pada waktu peneliti

    menggunakan suatu metode. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1. Check list pada saat menggunakan metode kepustakaan, observasi dan

    wawancara.

    2. Alat dokumentasi berupa kamera digital merek sony tahun 2002.

    3. Alat ukur meteran logam merk imundek tahun 2013

    3.6 Teknik Analisis data

    Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan cara sebagai berikut:

    1. Identifikasi dan kompilasi data secara sistematik

  • 14

    2. Membuat tabulasi

    3. Membuat analisa kualitatif dan kunatitatif

    4. Manyimpulkan hasil

  • 15

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Pola Komposisi Fasilitas Perumahan di Denpasar dan Badung

    Fasilitas yang terdapat pada perumahan di Denpasar dan Badung terdiri dari prasarana dan

    sarana perumahan. Prasarana merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang

    memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman dan

    nyaman. Prasarana yang ada terdiri dari prasarana primer maupun prasarana sekunder.

    Prasarana primer yang terdiri dari jalan utama sebagai penghubung dengan kawasan lain,

    sedangkan prasaran sekunder berupa jalan di dalam kawasan perumahan untuk melayani

    kepentingan umum. Prasarana lainnya berupa saluran got dan riol, jaringan air bersih dan

    kotor, serta jaringan listik.

    Fasilitas perumahan yang berupa sarana adalah merupakan kelengkapan ruang-ruang agar

    dapat mewadahi fungsi-fungsi lingkungan untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak,

    sehat, aman dan nyaman. Sarana yang ada terdiri dari fasilitas sosial dan fasilitas umum

    berupa tempat ibadah, ruang pertemuan, bale banjar, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan,

    fasilitas rekreasi dan hiburan, fasilitas olah raga, fasilitas perbelanjaan dan lain-lainnya. Jenis

    fasilitas yang disediakan disesuikan dengan tipe, kelas dan skala ataupun luas dari

    perumahan.

    Pola komposisi luas fasilitas perumahan yang diadakan sekitar 12% sampai dengan 30 % dari

    luas lahan perumahan. Komposisi ini tergantung dari beberapa factor antara lain : Kebijakan

    internal developer, kebijakan dan ketegasan aturan yang diawasi oleh pemerintah selaku

    regulator, serta didorong oleh keinginan konsumen untuk mendapatkan harga yang

    terjangkau disatu sisi dan kebutuhan akan fasilitas yang lebih disisi konsumen yang lain.

    4.2. Pelanggaran pada Pembangunan Perumahan di Denpasar dan Badung

    Terdapat beberapa pelanggaran yang terjadi pada pembangunan perumahan di Denpasar dan

    Badung antara lain sebagai berikut :

    1. Pengadaan jenis fasilitas yang tidak lengkap khususnya sarana yang tidak sesuai

    dengan standar kebutuhan ruang-ruang untuk kebutuhan bertempat tinggal yang

    ideal. Pelanggaran ini terjadi sebanyak 25 %

    2. Komposisi luas fasilitas yang tidak sesuai ketentuan yaitu kurang dari 30 % luas

    lahan perumahan, pelanggaran terjadi sebanyak 40 %.

    3. Pola pembangunan rumah berimbang 1 : 2 : 3 belum diaplikasikan, pelanggran ini

    sebanyak 100%.

  • 16

    4. Kepemilikan dan status pengelolaan fasilitas yang tidak transparan, pelanggaran ini

    sebanyak 80%.

    4.3. Strategi yang Dikembangkan Untuk Mengurangi Pelanggaran Pembangunan

    Perumahan

    Adanya pelanggaran dalam pengadaan fasilitas perumahan dapat merugikan masyarakat dan

    konsumen penghuni perumahan, oleh karena itu maka diperlukan strategi yang dapat

    dikembangkan untuk mengurangi pelanggaran tersebut, antara lain sebagai berikut :

    1. Mengadakan pengawasan secara intensip oleh pemerintah melalui kewenangannya

    masing-masing mulai dari perijinan seperti ijin prinsip, Ijin Mendirikan Bangunan ,

    dan Ijin Opersional sampai pada proses pelaksanaan dan penyerahan serta opersional

    perumahan.

    2. Memotivasi dan membangun kesadaran developer untuk dapat memastikan

    membangun perumahan yang sesuai dengan standard an peraturan perundang-

    undangan sehingga dapat menciptakan perumahan dengan fasilitas yang memadai

    agar dapat memnuhi kebutuhan dan mewadahi aktivitas bermukim penghuninya.

    3. Memotivasi masyarakat dan mengedukasi untuk memastikan bahwa masyarakat

    berperan dalam memilih serta menentukan kwalitas lingkungan.

  • 17

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Dari penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

    1. Pola komposisi fasilitas perumahan di Denpasar dan Badung belum sesuai dengan

    peraturan perundangan dimana luas fasilitas yang diadakan kurang dari 30 % luas

    lahan.

    2. Pelanggaran pembangunan fasilitas perumahan di Denpasar dan Badung meliputi

    komposisi dan luas fasilitas, jenis fsilitas, pola pembangunan rumah berimbang, serta

    kepemilkan dan status fasilitas yang tidak transparan.

    5.2. Saran

    Strategi yang dapat diterapkan oleh pemerintah untuk mengurang pelanggaran terhadap pola

    komposisi fasilitas perumahan di Denpasar dan Badung adalah sebagai berikut :

    1. Dengan melalui pengawasan perijinan, pengawsan pembangunan, serta pengawasan

    penyerahan fasilitas dan operasionalnya.

    2. Memotivasi developer dan menggugah kesadaran masyrakat untuk dapat bersama-

    sama mengadakan perumahan dengan fasilitas yang memadai dan sesuai dengan

    perundang-undangan serta kebutuhan penghuninya untuk bermukim.

  • 18

    DATAR PUSTAKA :

    1. Chiara, Joseph de: Time Severs Standars for Residential Development. NY: McGraw Hill Book Company, 1954.

    2. Cutler, Laurence Stephan: Sherrie Stephens Cutler: Handbook of Housing Systemsfor designer and developers, NY: Van Nostrand Reinhold Co., 1974.

    3. Daramawarsika, Putu I; BudgetdanAggaran Dalam Pembangunan Real Estate, Denpasar, 2012.

    4. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah: Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman. Jakarta: Dirjen Perumahan dan Permukiman, 2002.

    5. Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Bali ; Bidang Tata Ruang dan Perumahan, Identifikasi Kebutuhan Penyediaan Prasarana Primer dan Sekunder Dalam

    Mendukung Pengembangan Kawasan Permukiman Di Provinsi Bali, Denpasar, 2013.

    6. Evans, Mariwiwyn; Opportunities in Property Management Careers, rev. ed. Lincolnwood, GM Career Horizons, 2000.

    7. Evans, Mariwiwyn; Opportunities in Real Estate Careers, rev. ed. Lincolnwood, IL: VGM Career Horizons, 1997

    8. Harris. Jack C. Barron’s; Real Estate Handbook, 3rd ed. Hauppauge, NY: barrons, 1993.

    9. Janik, Carolyn and Rejnis, Ruth: Real Estate Careers: 25 Growing Opportunities. New York, NY: John Wiley & Sons, 1994.

    10. Kementrian Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta ; Undang-undang No. 7 tahun 2013.

    11. Kementrian Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta ; Deputi Pengadaan Prasarana Kawasan, Identifikasi Kebutuhan Prasarana Primer dan Sekunder Kawasan

    Permukiman, Denpasar, 2013

    12. Kementrian Perumahan Rakyat Republik Indonesia ; Permenpera No. 7, Jakarta 2013 13. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2013 tentang Petunjuk

    Pelaksanaan Bantuan Prasarana, Sarana, dan Utilitas, Jakarta, 2013.

    14. Sastra, Suparno; Endy Marlina:Perencanaan dan Pengembangan Perumahan: sebuah Konsep, Pedoman Strategi Perencanaan dan pengembangnan Perumahan.

    Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005.

    15. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Jakarta, 2011.

  • 19

    Lampiran 1 . Jadwal Kegiatan

    Kegiatan penelitian ini berlangsung selama 14 minggu. Rincian dan jadwal kegiatan

    ditampilkan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Jadwal Kegiatan

    Kegiatan Penelitian ‘Pola Komposisi Fasilitas Perumahan di Denpasar dan Badung, Bali

    No. Jenis Kegiatan Bulan Agustus 2014 Bulan Septeber 2014 Bulan Oktober 2014

    I II III IV I II III IV I II III IV

    1. Persiapan (observasi pendahuluan,

    pembuatan checklist pendataan,

    rekrutment tenaga lapangan, studi

    pustaka)

    2. Pendataan

    3. Analisa data dan pembahasan

    4. Penyusunan dan penggandaan Laporan

    Akhir

    5. Penyerahan laporan

  • 20

    Lampiran 2. Justifikasi Anggaran

    Kegiatan penelitian ini didanai dari DIPA Jurusan Arsitektur Tahun Anggaran 2013.

    Total anggaran yang diajukan adalah Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).

    Ringkasan dari anggaran dengan justifikasi dan rincian dapat dilihat pada lampiran

    ini.

    A. HONOR No. Honor Honor/jam

    (Rp)

    Waktu

    (jam/mgg)

    Jumlah

    Minggu/keg

    Jumlah (Rp)

    1. Honor Peneliti

    (Ketua)

    40.000,00 10 9 3.600.000,00

    2. Honor Peneliti

    (Anggota)

    25.000,00 10 9 2.250.000,00

    3. Honor Tenaga

    Surveyor

    750.000,00 Ls 2 1.500.000,00

    4. Honor Drafter/

    Pengolah Data

    750.000,00 Ls 1 750.000,00

    Sub Total A : 8.100.000,00

    B. BAHAN HABIS PAKAI No. Material Justifikasi Volume Harga Satuan Jumlah (Rp)

    1. Photocopy literatur Lbr 8.500.00 300,00 2.550.000,00

    2. Photocopy data Lbr 750.00 300,00 225.000,00

    3. ATK Paket 1.00 200.000,00 200/000.00

    4. Konsumsi Kotak 40.00 50.000,00 2/000/000,00

    5. Tinta Printer Hitam Kotak 3.00 150.000,00 450.000,00

    6. Tinta Printer Warna Kotak 2.00 200.000,00 400.000,00

    7. Kertas HVS A4 Rim 5.00 40.000,00 200.000,00

    8. Kertas HVS A3 Rim 2.00 75.000,00 150.000,00

    9. Sketch book Bh 2.00 50.000,00 100/000.00

    10. Map Bh 20.00 5.000,00 100/000,00

    11. Binder Bh 25.00 5.000,00 125.000.00

    12. Sewa kamera Hari 4.00 200.000,00 800.000,00

    13. Memory Card 8 GB Bh 1.00 500.000,00 500/000.00

    14. Spidol Ilustrator Bh 14.00 50.000,00 700.000,00

    Sub Total B : 8.500.000,00

    C. PERJALANAN No. Nama Perjalanan Justifikasi Volume Harga Satuan Jumlah (Rp)

    1. Sewa Mobil Kali 4.00 600.000,00 2.400.000,00

    Sub Total C : 2.400.000,00

    D. LAIN - LAIN 1. Memperbanyak

    Laporan

    Eksp

    10.00

    75.000,00

    750.000,00

    2. Print Cover Lb 10.00 25.000,00 250.000,00

    Sub Total D : 1.000.000,00

    TOTAL ANGGARAN : 20.000.000,00

  • 21