66
Pola Adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung di Desa Pringombo, Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu (Skripsi) Oleh Bennarrivo FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Pola Adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung di Desa ...digilib.unila.ac.id/55901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · repeatedly. even if there are changes that only occur in

  • Upload
    others

  • View
    28

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Pola Adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung di Desa Pringombo,

Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu

(Skripsi)

Oleh

Bennarrivo

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

ABSTRAK

POLA ADAPTASI ETNIS JAWA TERHADAP ETNIS LAMPUNG DI

DESA PRINGOMBO, KECAMATAN PRINGSEWU, KABUPATEN

PRINGSEWU

Oleh

Bennarrvio

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola adaptasi yang dilakukan oleh Etnis

Jawa sebagai Etnis pendatang terhadap Etnis Lampung di desa Pringombo,

Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu. Tipe penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini

terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan cara instrument penelitian, wawancara dan studi pustaka. Teknik analisis data

menggunakan analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

didapatkan bahwa pola adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung di Desa

Pringombo berhasil mencapai pada tahap integrasi, hal ini di karenakan Etnis Jawa

dan Etnis Lampung memiliki kesadaraan akan toleransi yang tinggi sehingga

memudahkan keduanya dalam melakukan adaptasi. Dalam proses adaptasi Etnis

Jawa dan Etnis Lampung di Desa Pringombo tidak menemukan masalah yang serius

semua berjalan dengan lancar. Pola adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung di

Desa Pringombo, tidak memiliki titik ujung, akan selalu terjadi secara berulang-

ulang . jikapun ada perubahan itu hanya terjadi pada unsur dari pola adaptasinya,

unsur adaptasi yang dimaksudkan adalah serangkaian proses adaptasi yaitu meliputi;

Interaksi, komunikasi, Akulturasi, adaptasi, dan integrasi. Unsur-unsur tersebut dapat

saja berubah seiring dengan berjalanya waktu.

Kata kunci: Pola adaptasi, etnis jawa, etnis lampung

ABSTRACT

THE PATTERN ETHNIC JAVANAESE ADAPTATION TO LAMPUNG

ETHNICITY IN PRINGOMBO VILLAGE, PRINGSEWU SUB-

DISTRICT, PRINGSEWU DISTRICT

By

Bennarrvio

This study aims to identify patterns of adaptation carried out by ethnic Javanese as ethnic

immigrants towards Lampung ethnicity in Pringombo Vilage, Pringsewu

Regency. This type of research is descriptive research with a qualitative approach.

Sources of data in this study consisted of primary data and secondary data. Data

collection techniques are done by means of research instruments, interviews and

literature studies. The data analysis technique uses qualitative analysis. Based on the

results of research and discussion it was found that the pattern of adaptation of

ethnic Javanese to Lampung ethnic in Pringombo Village reached the stage of

integration, this was due to ethnic Javanese and ethnic Lampung having a high

tolerance for awareness so as to facilitate both adaptation. In the process of

adaptation of Ethnic Javanese and Lampung Ethnics in Pringombo Village did not

find a serious problem all went smoothly. The pattern of ethnic Javanese adaptation

to Lampung ethnicity in Pringombo Village, has no endpoint, will always occur

repeatedly. even if there are changes that only occur in the elements of the pattern of

adaptation, the intended element of adaptation is a series of adaptation

POLA ADAPTASI ETNIS JAWA TERHADAP ETNIS LAMPUNG DI DESA PRINGOMBO, KECAMATAN PRINGSEWU, KABUPATEN PRINGSEWU

(Skripsi)

Oleh BENNARRIVO

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA SOSIOLOGI

Pada

Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2019

RIWAYAT HIDUP

Bennarrivo dilahirkan pada tanggal 28 Desember 1995 di

Bandar Lampung, penulis merupakan anak kedua.dari dua.

bersaudara, pasangan Bapak Seni dan Ibu Eni Indarti.

Alamat penulis di Desa Pringombo, Kecamatan Pringsewu,

Kabupaten Pringsewu.

Pendidikan Formal yang telah diselesaikan adalah:

1. SD Muhammaddiyah Pringsewu, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten

Pringsewu Provinsi Lampung, diselesaikan pada tahun 2008.

2. SMP Negeri 1 Pringsewu, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu

Provinsi Lampung diselesaikan pada tahun 2011.

3. SMA Negeri 2 Pringsewu, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu

Provinsi Lampung, diselesaikan pada tahun 2014.

Pada tahun 2014, penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung

Fakultas Ilmu Sosial (Fisip) jurusan Sosiologi, melalui jalur SBMPTN. Pada

Januari 2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bakti

Rasa, Kecamatan Seragi, Kabupaten Lampung Selatan. Selama menjadi

mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi Teknokra Universitas

Lampung.

Motto

Menunda adalah musuh terbesar dalam pencapaian sebuah kesuksesan.

(Bennarrivo)

Kehormatan kita adalah kepribadian kita. Saat kepribadian saja tidak punya,

bagaimana mungkin bisa mengahrapkan suatu kehormatan.

(Chairul Tanjung)

PERSEMBAHAN

Dengan Mengucap Syukur Kepada Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, Kupersembahkan Karya ini

sebagai tanda bakti dan kecintaanku kepada:

Bapak dan Ibu Tercinta

Seni dan Eni Indarti

Kakakku Tersayang

Metha Eka Putri

Dosen Pembimbing dan Dosen Pembahas

Bapak Dr. Benjamin, M.Si. dan Bapak Drs. Usman Raidar, M.Si

Kawan-kawan seperjuanganku

Sosiologi 2014

Almamaterku

Keluarga Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT.

Karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW

yang senantiasa kita nantikan syafa’atnya di Yaumul Akhir, Amin Allahuma

Amin.

Skripsi ini berjudul “Pola Adaptasi Etnis Jawa Terhadap Etnis Jawa di Desa

Pringombo, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu” yang merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat dan ketulusan hati, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan karunia dan ridho-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan proses pendidikan dan penyusunan degan baik.

2. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Ikram, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas.

4. Bapak Drs. Sindung Haryanto, M.Si. selaku dosen pembimbing akademi

penulis, terimakasih atas bimbingan yang telah diberikan selama ini.

5. Bapak Dr. Benjamin, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah banyak

memberikan ilmu kepada penulis, juga memberi kritik dan saran selama

proses skripsi. Penulis ucapkan terimakasih banyak atas kesabaran serta

waktu yang telah banyak diluangkan untuk membantu kelancaran skripsi ini.

Semoga Pak Ben sehat selalu, Amin.

6. Bapak Drs. Usman Raidar, M.Si. selaku dosen pembahas mahasiswa yang

telah banyak membantu, memberikan kritik dan sara kepada penulis. Semoga

Bapak Usman sehat selalu, Amin.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Polik Universitas Lampung.

8. Seluruh informan warga Desa Pringombo yang sudah bersedia menjadi

informan dan memberikan banyak informasi kepada penulis, penulis

mengucapkan terimaksih karena telah banyak membantu dalam proses skripsi

ini.

9. Teruntuk kedua orang tuaku, Bapak Seni dan Ibu Eni yang selama ini selalu

mendoakan, selalu memberi dukungan, selalu memberikan semangat, dan

memberikan kasih sayang yang tidak terhingga, yang membuat penulis

semangat dalam mencari ilmu, sehingga mampu berada pada titik terakhir ini

dan menyelesaikan skripsi sampai akhirnya wisuda. Ucap terimakasihku

untuk Bapak dan Ibu atas jasa kalian selama ini yang luar biasa. Semoga

Bapak dan Ibu selalu diberikan kesehatan dan kebahagian, Amin.

10. Orang tua keduaku, Bapak Edy Soeharto Alm, dan Ibu Nunik terimakasih

atas doa dan dukungannya, terimakasih sudah membuka pikiran penulis untuk

menjalani jenjang pendidikan Perguruan Tinggi, semoga allah SWT

membalas kebaikan bapak dan ibu, dan semoga Ibu nunik selalu diberikan

kesehatan, Amin.

11. Kakak tercinta, terimakasih kepada Kak Puput yang selalu memberi

semangat, nasihat, dan doa sampai saat ini, sehingga penulis dapat semangat

menyelesaikan studi dan proses skripsi. Semoga kak Puput diberikan rezeki

yang lancar, dan selalu diberi kesehatan. Terkait dengan hutang pihutangku

yang melimpah ruah kepada kakakku, semoga allah SWT membalas

kebaikan kakakku dan diberikan keikhlasan terkait hal tersebut, Amin.

12. Untuk Mbak Nindy dan sekeluarga, terimakasih atas semua dukungan dan

doanya, semoga mbak Nindy dan sekeluarga dimudahkan segala urusanya

dan selalu diberikan kesehatan, Amin.

13. Teruntuk yang saat ini bersamaku, Sani Almira. Terimakasih atas

kesabaranya selama ini dalam menghadapi semua sifatku, terimakasih atas

doa, dukungan, dan semangat yang diberikan, terimakasih atas waktu yang

banyak diluangkan untuk membantu, dan menemani penulis perihal skripsi

ini. maaf jika selama ini banyak merepotkan. Semoga segala urusanmu

dipermudah. Terimakasih karna telah dan masih disisiku. Semoga kita berdua

bisa sukses bersama, Amin.

14. Kepada sahabatku, Abdul Ajis, S.Kom. terimakasih sudah membantu penulis

selama proses penelitian. Maaf apabila selama ini banyak merepotkan.

Semoga cepat diberi momongan.

15. Kepada sahabatku, Rizky dwi Bendol, terimakasih karena selalu menemani

penulis untuk Push Rank, semoga bendol bisa merasakan Mytic, Amin.

16. Kepada teman-temanku Anak KPG GSG, semua tanpa terkecuali tanpa

mebedakan yang real dan yang bukan, terimaksih untuk semua cerita yang

berkesan, terimakasih atas segala bantuannya dalam bentuk apapun selama

proses perkuliahan. Semoga kalian semua diberikan kemudahan dalam segala

urusannya, dan semoga kita bisa sukses bersama, Amin.

17. Kepada keluarga besar Onthel Pangaks Rambut, Wanda, Mas Nung, Adit

bantet, Parlan, terimakasih sudah membantu membangun Onthel hingga

samapai seperti ini, terimkasih atas semua kritik dan sarannya, semoga kalian

diberikan kelancaran rezeki, dan sukses dalam mengibarakan bendera

percukuran kalian sendiri.

18. Seluruh teman-teman di Desa Pringombo tanpa terkecuali, terimakasih atas

semua pengalaman yang berkesan, semoga allah SWT mempermudah segala

urusan kalian, dan semoga kita dapat sukses bersama, amin.

19. Keluarga KKN Bakti Rasa, terimkasih atas keberesamaannya selama 40 hari,

terimaksih juga kepada seluruh warga Desa Bakti Rasa atas semua ilmu dan

pengalaman yang telah diberikan. Semoga kita semua selalu diberikan

kesehatan agar bisa berkumpul kembali.

20. Keluarga besar Sosiologi 2014 semuanya tanpa terkecuali terima kasih telah

memberikan cerita baru dalam hidup ini. Semoga dengan selesainya kuliah

kita, bukan menjadi akhir dari kebersamaan kita.

21. Kepada seluruh pihak yang sudah banyak membantu proses penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk semuanya.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan dan kesalahan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan

penambahan wawasan bagi para pembaca, serta dapat dijadikan referensi bagi

penelitian yang dilakukan di masa yang akan datang terkait dengan pola

adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung.

Bandar Lampung, 14 Februari 2019

Tertanda,

Bennrrivo

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

ABSTRACK .................................................................................................... ii

ABSTRAK ....................................................................................................... iii

COVER DALAM ............................................................................................ iv

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... vi

SURAT PERNYATAAN................................................................................. vii

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... viii

MOTTO ........................................................................................................... ix

PERSEMBAHAN ............................................................................................ x

SANWACANA ................................................................................................ xi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 9

A. Tinjauan Pola Adaptasi ............................................................................ 9

a. Interaksi ................................................................................................ 12

b. Komunikasi .......................................................................................... 13

c. Organisasi ............................................................................................. 14

d. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan ............................................... 15

e. Akulturasi ............................................................................................. 15

f. Integrasi dan Disintegrasi .................................................................... 16

B. Tinjauan tentang Etnis Lampung............................................................... 16

C. Tinjauan tentang Etnis Jawa ...................................................................... 19

D Pola Adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung .................................. 22

E. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 24

F. Kerangka Fikir .......................................................................................... 26

II. METODE PENELITIAN ......................................................................... 28

A. Tipe Penelitian .......................................................................................... 28

B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 28

C. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 29

D. Penentuan Informan .................................................................................. 30

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 31

F. Teknik Analisa Data ................................................................................. 32

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................. 34

A. Gambaran Umum Desa Pringombo ........................................................... 34

B. Letak Geografi ............................................................................................ 36

C. Pemerintahan .............................................................................................. 36

D. Komposisi Penduduk ................................................................................. 37

1. Penduduk menurut Agama ................................................................... 38

2. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ............................................... 38

3. Penduduk menurut Mata Pencaharian .................................................. 39

E. Sarana dan Prasarana ................................................................................. 39

1. Sarana Pendidikan ................................................................................. 40

2. Sarana Peribadatan ................................................................................ 40

3. Sarana Kesehatan .................................................................................. 41

4. Sarana Perekonomian ............................................................................ 42

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 44

A. Identitas Informan ..................................................................................... 44

B. Interaksi dan Komunikasi Etnis Jawa dengan Etnis Lampung

di Desa Pringombo .................................................................................... 48

C. Bentuk Kebudayaan Etnis Jawa dan Etnis Lampung ................................ 56

D. Hasil Proses Adaptasi Etnis Jawa Terhadap Etnis Lampung .................... 66

E. Pembahasan Pola Adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung

di Desa Pringombo, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu .......... 70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 75

A. Kesimpulan .............................................................................................. 75

B. Saran ........................................................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 24

2. Distribusi Luas Wilayah Desa Pringombo ................................................ 36

3. Nama Lingkungan dan Jumlah Rukun Tetangga di Desa Pringombo ...... 37

4. Distribusi Penduduk Desa Pringombo Berdasarkan

Agama yang dianut ................................................................................... 38

5. Distribusi Penduduk Desa Pringombo Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ................................................................................... 38

6. Distribusi Penduduk Desa Pringombo berdasarkan Mata Pencaharian .... 39

7. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Pringombo ........................................ 40

8. Jumlah Sarana Ibadah di Desa Pringombo ............................................... 40

9. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan di Desa Pringombo ......................... 41

10. Jenis dan Jumlah Sarana Peerkonomian di Desa Pringombo .................. 42

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pola adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung .................................. 23

2. Skema Kerangka Pemikiran Pola Adaptasi Etnis Jawa

terhadap Etnis Lampung. .......................................................................... 27

3. Struktur Perangkat Desa Pringombo Periode Tahun 2017- 2018 ............. 43

4. Pola adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung ................................... 73

5. Informan Pertama ...................................................................................... 88

6. Informan Kedua ........................................................................................ 89

7. Informan Ketiga ........................................................................................ 89

8. Informan Keempat .................................................................................... 90

9. Informan Kelima ....................................................................................... 90

10. Informan Keenam ..................................................................................... 91

11. Informan Ketujuh ...................................................................................... 91

12. Informan Kedelapan .................................................................................. 92

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman etnis bangsa dengan berbagai

latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, tumbuh dan berkembang sebagai

hasil adaptasi terhadap lingkungan alam maupun sosial dalam melangsungkan

kehidupanya. Sejak berabad-abad yang lampau kebudayaan etnis dan bangsa yang

ada di kepulauan Nusantara ini memilki corak yang khas dan menjadi identitas

yang digunakan sebagai pedoman, arah, dan tujuan kehidupan masyarakat.

Budaya lahir melalui konstruksi sosial yang dibuat oleh manusia dalam kehidupan

bermasyarakat. Manusia yang berbudaya merupakan manusia yang menjunjung

kebudayaan agar tetap terjaga eksistensi dan idealismenya. Dengan semboyan

Bhineka Tunggal Ika, Indonesia dapat dikatakan sebagai bangsa yang kaya

budaya.

Mewujudkan suatu kesatuan dibidang sosial budaya sebagai tindak lanjut

integritas bangsa merupakan suatu usaha memperkokoh integritas bangsa, dan

memberikan warna khusus bagi identitas nasional. Komunikasi antarbudaya pada

dasarnya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi:

apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa

2

yang layak dikomunikasikan, bagaimana cara mengkomunikasikannya (verbal

dan nonverbal) dan kapan mengkomunikasikannya (Deddy Mulyana, 2006)..

Dalam konteks identifikasi kultural ini, isu tentang etnis merupakan realitas yang

masih tampak dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat Indonesia yang

majemuk ini( Parsudi Suparlan, 1984).

Para anggota etnis dilahirkan, dididik, dan dibesarkan dalam suasana askriptif

primordial etnisitas mereka. Sebagai akibatnya perbedaan antara “siapa saya”

dengan “siapa anda” atau “siapa kami” dengan “siapa mereka” terlihat dengan

jelas batas-batasnya. Dalam situasi itu, stereotip dan prasangka tumbuh dan

berkembang dengan subur (Rahardjo Adisasmita, 2005). Adaptasi yang

dilakukan oleh imigran dalam masyarakat pribumi yang berbeda akan mengalami

beberapa proses. Interaksi yang terjadi berlangsung lama maka akan terjadi

akulturasi dan resosialisasi. Adaptasi atau penyesuaian diri suatu kelompok

imigran ke dalam masyarakat pribumi yang berbeda budaya terjadi melalui

beberapa proses (Gudykunst dan Kim ,1992).

Ketika imigran berinteraksi dengan lingkungan baru yang berbeda budaya untuk

jangka waktu yang lama, maka akan terjadi proses adapatasi.Secara bertahap

imigran akan menemukan hal-hal baru dalam pemikiran dan perilaku. Interaksi

yang terjadi setiap hari dengan masyarakat pribumi menyebabkan imigran

memahami perbedaan dan persamaan dengan lingkungan barunya. Pendatang

mulai memahami lingkungan barunya dan mengadopsi beberapa norma dan nilai

masyarakat pribumi. Dalam sejarah kebudayaan manusia proses adapatasi telah

terjadi dalam masa-masa yang silam. Biasanya suatu masyarakat hidup

3

bertetangga dengan masyarakat lainnya dan antara mereka terjadi hubungan-

hubungan, mungkin dalam perdagangan, pemerintahan dan sebagainya, adanya

interaksi tersebut secara alami menstimulasi masyarakat untuk memahami

perbedaan dan persamaan bentuk kebudayaan mereka, dengan demikian baik

masyarakat pribumi ataupun masyarakat pendatang harus beradaptasi agar dapat

hidup berdampingan di tengah perbedaan yang ada.

Perbedaan bentuk kebudayaan bukanlah hal yang tabu, karena pada dasarnya

manusia diciptakan dengan berbeda-beda. Bentuk kebudayaan itu sendiri muncul

dari akal dan pikiran manusia yang diturunkan sejak dahulu kala dan diwariskan

secara turun-temurun. Tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada persamaan

bentuk kebudayaan dalam kehidupan masyarakat, persamaan bentuk kebudayaan

tersebut menjadi sebuah keuntungan dalam proses adaptasi, karena dengan adanya

perasamaan bentuk kebudayaan, etnis yang terlibat dalam proses adaptasi akan

mudah mencapai tahap integrasi. Meskipun demikian persamaan bentuk

kebudayaan tidaklah mutlak secara keseluruhan sama, perbedaan bentuk

kebudayaan akan selalu ada sekecil apapun itu bentuknya.

Permasalahannya adalah bagaimana etnis yang terlibat dalam proses adaptasi

menanggapi perbedaan yang ada, karena pada saat menjalani proses adaptasi

etnis-etnis tersebut akan mendapati perbedaan bentuk kebudayaan dan muncul

beberapa masalah, antara lain: (1) Unsur-unsur kebudayaan manakah yang mudah

diterima; (2) Unsur-unsur kebudayaan manakah yang sulit diterima; (3) Individu-

individu manakah yang dengan cepat menerima unsur-unsur yang baru, dan (4)

4

Ketegangan-ketegangan apakah yang timbul sebagai akulturasi tersebut

(Soerjono Soekanto, 1982).

Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman budaya yang tidak

ternilai harganya. Keragaman budaya tersebut dapat menjadi suatu keindahan

apabila ditanggapi dengan bijak, tetapi keragaman budaya tersebut dapat menjadi

perpecahan apabila tidak mengedepankan toleransi. Berbagai keberagaman

budaya dan etnis tersebar diseluruh Indonesia, banyak diantaranya yang

mengalami kegagalan proses adaptasi antar etnis yang berujung pada konflik, dan

banyak juga yang berhasil beradaptasi yang pada akhirnya mencapai tahap

integrasi. Lampung sendiri merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang

mayoritas dihuni oleh masyarakat pendatang. Pada dasarnya masyarakat Lampung

terdiri dari dua unsur masyarakat yaitu penduduk pribumi dan penduduk

pendatang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penduduk pribumi adalah

penduduk asli (warga Negara penduduk asli suatu Negara).

Apabila kata pribumi dilekatkan pada masyarakat pribumi Lampung maka dapat

diartikan sebagai masyarakat asli Lampung yang terlahir dari keturunan darah

Lampung dan tinggal di wilayah Lampung sejak nenek moyangnya, bisa juga

disebut dengan masyarakat lokal. Sedangkan penduduk pendatang merupakan

penduduk yang datang ke Lampung kemudian menetap di daerah Lampung.

Penduduk pendatang dapat dikategorikan sebagai penduduk migrasi. Indonesia

mengenal suatu bentuk perpindahahan antar pulau yang khas, yang dinamakan

migrasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, migrasi adalah orang yang

berpindah ke daerah atau pulau lain untuk menetap. Jenis perpindahan penduduk

imigran biasanya di daerah yang padat penduduk ke daerah yang masih jarang

5

penduduknya, hal ini disebabakan oleh berbagai macam alasan tertentu yang

menjadi faktor penyebab adanya perpindahan penduduk tersebut. Perpindahan

penduduk mengharuskan penduduk yang melakukan perpindahan untuk

melakukan adaptasi dengan lingkungan barunya.

Migrasi di Lampung berasal dari berbagai daerah dan berbagai etnis bangsa, akan

tetapi Etnis Jawa menjadi etnis yang paling mendominasi migrasi tersebut. Letak

daerah Lampung yang tidak terlalu jauh dengan Pulau Jawa menjadi alasannya.

Hal itu menyebabkan banyaknya Etnis Jawa di Provinsi Lampung. Berdasarkan

sensus penduduk tahun 2010 Lampung berpenduduk 7.608.405 jiwa sekitar 70%

beretnis Jawa atau keturunannya. Keberadaan Etnis Jawa di Lampung dengan

latar budayanya yang berbeda menyebabkan terjadinya proses integrasi sosial

yang terjalin antara Etnis Jawa dan Etnis Lampung. Gejala integrasi semacam itu

bagi sebagian penduduk lokal tidak bermakna sama dengan “penjajahan” dan

akulturasi.

Penduduk Etnis Lampung tidak terakulturasi oleh Etnis Jawa dan tidak menjadi

penduduk kelas dua, mereka tetap menjaga identitas kebudayaannya dan mampu

beradaptasi dan hidup berdampingan dengan Etnis Jawa tanpa menghilangkan

kebudayaan mereka. Masyarakat Lampung sangat terbuka dengan budaya yang

masuk dari luar tetapi bukan berarti masyarakat Lampung meninggalkan budaya

nenek moyang yang sudah ada sejak dulu, masyarakat Lampung tetap menjaga

tradisi dan budaya nenek moyang, bahasa masyarakat Lampung seperti dialek A

dan dialek O masih di gunakan, pakaian adat, seni kerajinan khas Lampung, dan

makanan khas Lampung masih di lestarikan. Hal ini merupakan bukti bahwa

6

integrasi yang terjadi tidak mengharuskan masyarakatnya meninggalkan budaya

nenek moyang yang ada. Masyarakat pribumi Lampung memiliki bentuk

kebudayaan yang berbeda dengan Etnis Jawa. Dari segi kesenian, pakaian,

makanan, bahasa, dan prinsip hidup masyarakat pribumi Lampung berbeda

dengan Etnis Jawa. Meskipun terdapat perbedaan dari berbagai hal, masyarakat

pribumi Lampung menanggapi perbedaan yang ada antara Etnis Lampung dan

Etnis Jawa bukanlah suatu hal penting yang dapat menimbulkan konflik. Hal ini

dibuktikan dengan belum pernah adanya catatan mengenai konflik antara Etnis

Lampung dengan Etnis Jawa yang ditimbulkan dari adanya perbedaan bentuk

kebudayaan. Selain itu banyak daerah-daerah di Provinsi Lampung yang nama

daerahnya berasal dari Bahasa Jawa, salah satunya adalah Kabupaten Pringsewu .

Apabila ditinjau dari namanya sudah jelas bahwa kalimat “Pringsewu” diambil

dari bahasa Jawa yang artinya adalah “Bambu Seribu”. Hal ini mengindikasikan

bahwa yang mencetuskan nama tersebut adalah masyarakat yang berasal dari

Etnis Jawa. Dengan adanya Kabupaten Pringsewu di Provinsi Lampung,

memberikan bukti bahwa Etnis Lampung sanagat terbuka terhadap Etnis Jawa,

dan Etnis Lampung tidak menggangap bahwa keberadaan Etnis Jawa di Provinsi

bukanlah suatu keberadaan yang dapat mengancam kebudayaan mereka. Di

Kabupaten Pringsewu sendiri sudah banyak terjadi perkawinan antara Etnis Jawa

dan Etnis Lampung, hal ini memudahkan Etnis Jawa da Etnis Lampung dalam

proses adaptasi.

Etnis Jawa merupakan etnis pendatang yang dapat beradaptasi dengan baik di

Kabupaten Pringsewu. Hal ini terbukti dari minimnya konflik antar etnis

7

pendatang dengan etnis pribumi, selain itu bahasa yang digunakan di kabupaten

Pringsewu khususnya Desa Pringombo adalah Bahasa Jawa, Tidak sedikit

masyarakat Lampung yang pandai menggunakan Bahasa Jawa, tetapi sangat

jarang masyarakat Jawa yang menguasai Bahasa Lampung, meskipun demikian

bukan berarti hal tersebut menimbulkan disintegrasi. Bahkan hal inilah yang

menjadi awal dari sebuah proses adaptasi masyarakat Etnis Jawa terhadap

masyarakat Etnis Lampung yang pada akhirnya membentuk suatu pola adaptasi.

Ketika Etnis Jawa bermigrasi ke Lampung, Etnis Jawa menggunakan bahasa Jawa

untuk berinterkasi dengan sesama Etnis Jawa maupun Etnis Lmpung, keterbatasan

Etnis Jawa dalam berbahasa Indonesia menjadi faktor penyababnya. Proses

interaksi ini berlangsung cukup lama, sehingga tanpa disadari Etnis Jawa telah

mengenalkan bahasa daerahnya kepada Etnis Lampung.

Pola adaptasi merupakan suatu fenomena yang layak untuk diteliti, karena pola

adaptasi dapat memberikan gambaran tentang bagaimana terjadinya suatu proses

adaptasi. Selain itu pola adaptasi dapat memberikan gambaran mengenai

keberhasilan/kegagalan dalam suatu proses adaptasi. Untuk mengetahui

bagaimana pola adaptasi yang ada, seorang peneliti harus mencari tahu terlebih

dahulu proses adaptasinya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola

adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung di Desa Pringombo, Kecamatan

Pringsewu, Kabupaten Pringsewu. Oleh karena itu peneliti memfokuskan

penelitian pada pola adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung.

8

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah, untuk meninjau bagaimana

pola adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengidentifikasi pola adaptasi yang dilakukan oleh Etnis Jawa sebagai

Etnis pendatang terhadap Etnis Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan, Khususnya Sosiologi

budaya, bagi yang membutuhkannya.

2. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan masukan bagi masyarakat

agar dapat mengkaji kembali tentang bagaimana kita dapat hidup

berdampingan walaupun berbeda etnis dalam suatu wilayah tertentu.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pola Adaptasi

Pola adalah suatu kegiatan, aktifitas, prilaku, dan tindakan yang berlangsung

secara berkepanjangan yang kemudian menimbulkan sesuatu yang baru baik

disengaja maupun tidak disengaja. Pola yang disengaja adalah pola yang

direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan pola yang tidak

disengaja adalah pola yang terjadi tanpa adanya perencanaan. Pola adalah suatu

rangkaian unsur-unsur yang sudah menetap mengenai suatu gejala dan dapat

dipakai sebagai contoh dalam hal menggambarkan atau mendeskripsikan gejala

itu sendiri (Suyono Ariyono, 1985). Sedangkan adaptasi adalah suatu penyesuaian

pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi

sesuai dengan keadaan lingkungan saja, tetapi dapat juga berarti mengubah

lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi.

Adaptasi mempunyai dua arti, adaptasi yang pertama disebut penyesuaian diri

yang autoplastis (auto artinya sendiri, plastis artinya bentuk), sedangkan

pengertian yang kedua disebut penyesuaian diri yang allopstatis (allo artinya yang

lain, palstis artinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang artinya “pasif” yang mana

kegiatan pribadi dipengaruhi oleh lingkungan, dan ada yang artinya “aktif”, yang

mana pribadi mempengaruhi lingkungan (Karta Sapoetra, 1987). Di dalam

10

adaptasi juga terdapat pola-pola dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Berdasarkan definisi di atas, pola adaptasi dalam penelitian ini adalah sebagai

unsur-unsur yang sudah menetap dan menimbulkan terjadinya suatu penyesuaian

hidup yang dapat menggambarkan proses adaptasi dalam kehidupan sehari-hari,

baik dalam interaksi, tingkah laku maupun dari masing-masing adat-istiadat

kebudayaan yang ada. Dalam pola adaptasi terdapat proses dari suatu tahapan

menuju ke tahapan lainnya, proses adaptasi berlangsung dalam suatu perjalanan

waktu yang tidak dapat diperhitungkan dengan tepat, kurun waktunya bisa cepat,

lambat, dan berujung pada integrasi atau justru berakhir dengan disintegrasi.

Pola adaptasi menghasilkan suatu perubahan sosial dalam suatu masyarakat,

perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat akan berdampak terhadap

pertumbuhan kemampuan yang lebih baik bagi masyarakat itu sendiri, khususnya

untuk menanggulangi permasalahan kehidupan bermasyarakat di tengah

perbedaan. Dengan adanya perbedaan di tengah kehidupan masyarakat adaptasi

harus ditanggapi dengan bijak, karana adaptasi tidak semuanya menimbulkan

dampak positif, apabila proses adaptasi tidak ditanggapi dengan bijak adaptasi

dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat yang ada. Dengan

mengedepankan toleransi ditengah perbadaan yang ada, merupakan sifat yang

bijak dalam menanggapi proses adaptasi.

Menurut Soerjono Soekanto (2000) setiap mahkluk hidup perlu beradaptasi,

karena pada dasarnya mahkluk hidup saling berdampingan satu sama lain. Secara

umum adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup dengan baik.

11

Soerjono Soekento memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial,

yaitu:

1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.

2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan.

3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.

4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.

5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan.

6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.

Asumsi dasar adaptasi berkembang dari pemahaman yang bersifat evolusionari

yang senantiasa melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan alam sekitarnya, baik secara biologis/genetik maupun secara budaya.

Proses adaptasi dalam evolusi melibatkan seleksi genetik dan varian budaya yang

dianggap sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan.

Setiap kebudayaan mempunyai norma dan nilai-nilai yang berbeda hal tersebut

tidak menutup kemungkinan antara norma dan nilai-nilai antar budaya saling

bertentangan, untuk itu diperlukan sesuatu yang dapat mengatasi pertentangan

tersebut, disinilah adaptasi berperan sebagai penghubung yang menyatukan

pertentangan tersebut dengan proses adaptasi yang ada secara perlahan norma dan

nilai-nilai yang ada akan menyesuaikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan

masyarakat guna menjadi patokan dan pedoman bagi masyarakat untuk mencapai

kehidupan yang tentram dan damai. Dapat dipahami bahwa adaptasi adalah

bentuk penyesuaian diri suatu mahkluk hidup terhadap lingkungan sekitar yang

bertujuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dalam lingkungannya.

12

Dalam beradaptasi manusia melewati proses-proses yang kemudian nantinya akan

membentuk pola yang dapat menggambarkan bentuk dari adaptasi yang terjadi,

adapun beberapa proses adaptasi itu adalah sebagai berikut:

a. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan

antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok , maupun

antara individu dengan kelompok, interaksi sosial sebagai peristiwa saling

mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka

menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain

(Soerjono Soekanto, 2009). Menurut Thibaut dan Kelley (1959) ada dua syarat

terjadinya interaksi sosial yakni:

1. Adanya kontak sosial yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu

antar individu, antar individu dengan kelompok, dan antar kelompok.

Selain itu suatu kontak dapat pula bersifat langsung atau tidak langsung.

2. Adanya komunikasi, yakni seseorang memberi arti pada perilaku orang

lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan

yang ingin disampaikan oleh orang tersebut (Soerjono Soekanto, 2009).

Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa interaksi sosial adalah hubungan

yang saling mempengaruhi antara individu dengan individu, individu dengan

kelompok maupun kelompok dengan kelompok yang menciptakan satu sama lain.

13

b. Komunikasi

Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang

atau lebih sehingga peran yang dimaksud dapat dipahami (Tim Penyusun KBBI,

1997). Maka komunikasi adalah suatu proses yang mana seseorang atau beberapa

orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menggunakan informasi untuk

terhubung antar satu sama lain. Komunikasi menurut prosesnya terdiri dari:

1. Komunikasi Langsung

Komunikasi langsung adalah komunikasi yang dilakukan secara face to

face (tatap muka). Komunikasi jenis ini sangat umum digunakan dalam

kehidupan sehari-hari, komunikasi langsung biasa digunakan untuk

memahami keinginnan individu atau kelompok satu sama lain. Selain itu

juga, komunikasi langsung dapat dilakukan dengan media telepon,

meskipun telepon menjadi media perantara yang artinya orang yang

berinteraksi tidak bertatap muka secara langsung, namun telepon secara

praktis membantu menyampaikan pesan suara secara langsung. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi langsung merupakan salah

satu cara berinteraksi antara seseorang dengan orang lain untuk

menyampaikan, mendapatkan informasi secara langsung.

2. Komunikasi tidak langsung

Komunikasi tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan biasanya

melalui perantara, biasanya pengirim pesan menyampaikan pesannya

melalui surat atau fax atau media sosial lainya yang berbentuk pesan.

14

c. Organisasi

Organisasi adalah perkumpulan dua orang atau lebih guna mencapai tujuan

tertentu. Dalam masyarakat terdapat pemikiran dan tujuan tiap individu yang

berbeda-beda, bentuk interaksi tiap individupun berbeda-beda. Oleh karena itu

terbentuklah suatu wadah yang digunakan tiap individu untuk mencapai

tujuannya. Organisasi adalah sistem kerjasama antara dua orang atau lebih untuk

mencapai tujuan tertentu (Chester L Bernard, 1998). Secara garis besar organisasi

dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi formal dan organisasi

informal. Organisasi formal merupakan suatu organisasi yang memiliki struktur

yang jelas, pembagian tugas yang jelas, serta tujuan yang ditetapkan secara jelas.

Atau organisasi yang memiliki struktur (bagan yang menggambarkan hubungan-

hubungan kerja, kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab antara pejabat dalam

suatu organisasi).

Sedangkan organisasi informal merupakan kumpulan dari dua orang atau lebih

yang terlibat pada suatu aktifitas dan tujuan bersama yang tidak disadari.

Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar

maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang

menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan

bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Organisasi dapat

berfungsi sebagai tempat untuk menyampaikan aspirasi guna mencapai tujuan

tertentu. Oleh karena itu organisasi ada karena adanya tujuan yang sama dalam

pemikiran yang berbeda.

15

d. Perbedaan latar belakang kebudayaan

Perbedaan merupakan sesuatu yang menggambarkan kedua hal yang tidak sama.

Perbedaan latar belakang kebudayaan memiliki arti ketidak samaan bentuk

kebudayaan dari etnis yang ada. Pada dasarnya setiap etnis memilik latar belakang

kebudayaan yang berbeda-beda.Perbedaan latar belakang kebudayaan menjadi

bagian dari proses terbentuknya adaptasi karena pada dasaranya adaptasi adalah

bentuk penyesuaian mahluk hidup kepada lingkungan maupun kepada sesamanya,

mahluk hidup tidak melakukan adaptasi apabila tidak ada perbedaan. Apabila

suatu masyarakat memiliki latar belakang yang sama secara otomatis masyarakat

tersbut tidak perlu melakukan adaptasi.

e. Akulturasi

Akulturasi adalah pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa unsur

kebudayaan yang berasal dari pertemuan dua atau beberapa unsur kebudayaan

yang saling berhubungan atau saling bertemu ( Suyono Aryono, dalam Rumondor,

1995). Akulturasi adalah perpaduan antara kedua budaya yang terjadi dalam

kehidupan serasi dan damai (Hasyim, 2011) . Akulturasi memiliki berbagai arti

diantara para sarjana antropologi akan tetapi semua sepaham bahwa konsep

demikian mengenai proses sosial yang timbul ketika suatu kelompok manusia

dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu

kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur kebudayaan asing

tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa

menyebabkan kepribadian kebudayaan hilang ( Dwi Hayudiarto, 2005).

16

Pentingnya akulturasi, menarik sejumlah kalangan atau para ahli untuk

memberikan gagasan, pandangan dan teorinya serta konsepnya terhadap sebuah

persoalan dan pembahasan demi memahami apa yang disebut dengan akulturasi.

Akulturasi menjadi proses terbentuknya pola adptasi dikarenakan dalam

beradptasi terdapat kemunginan beasar akan menimbulkan kebudayaan yang baru

dari proses penyesuaian yang ada. Berdasarkan definisi para ahli dapat dipahami

bahwa akulturasi merupakan sebuah hubungan antara etnis yang berebeda

sehingga etnis tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.

f. Integrasi dan Disintegrasi

Tujuan akhir dari adaptasi adalah tercapainya suatu kesesuaian tatanan kehidupan

di tengah perbedaan. Dalam pola adaptasi terdapat integrasi dan distegrasi,

integrasi merupakan bentuk dari berhasilnya proses adaptasi yang terjadi

sedangkan disintegrasi merupakan bentuk dari gagalnya proses adaptasi.

B. Tinjauan tentang Etnis Lampung

Lampung adalah sebuah wilayah yang terletak di Pulau Sumatera, menurut BPS

(2017) Lampung memiliki wilayah seluas 35.376,50 km², di sebelah barat

berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Beberapa

pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung yang sebagian besar terletak di

Teluk Lampung, diantaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau

Sebuku, Pulau Kelagian, Pulau Sebesi, Pulau Pahawang, Pulau Krakatau, Pulau

Putus, dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang yang masuk

ke wilayah Kabupaten Lampung Barat. Keadaan alam Lampung di sebelah barat

dan selatan, disepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai

17

sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatra. Di tengah-tengah

merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur,

disepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.

Asal usul Etnis Lampung adalah dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang

letaknya di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau yang secara

administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat. Dari dataran Sekala Brak

inilah bangsa Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way

atau sungai-sungai yaitu Way Komring, Way Kanan, Way Semangka, Way

Seputih, Way Sekampung dan Way Tulang Bawang beserta anak sungainya,

sehingga meliputi dataran Lampung dan Palembang serta Pantai Banten. Sekala

Brak memiliki makna yang dalam dan sangat penting bagi etnis Lampung, Sekala

Brak melambangkan peradaban, kebudayaan dan eksistensi Lampung itu sendiri.

Bukti tentang kemasyuran kerajaan Sekala Brak didapat dari cerita turun-temurun

yang disebut warahan, warisan kebudayaan, adat istiadat, keahlian serta benda dan

situs seperti tambo dan dalung seperti yang terdapat di Kenali, Batu Brak dan

Sukau.

Kata Lampung sendiri berawal dari kata Anjak Lambung yang berarti berasal dari

ketinggian ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim

menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi. Etnis Lampung

adalah etnis yang menempati seluruh Provinsi Lampung dan sebagian Provinsi

Sumatera Selatan bagian selatan dan bagian tengah yang menempati daerah

Martapura, Muaradua di Komering Ulu, Kayu Agung, Tanjung Raja di Komering

Ilir serta Cikoneng di pantai barat Banten.

18

Masyarakat Lampung mempunyai falsafah Sang Bumi Ruwa Jurai, yang artinya

sebuah rumah tangga dari dua garis keturunan, masing-masing melahirkan

masyarakat beradat pepadun dan masyarakat beradat sebatin. Sekarang,

pengertian Sang Bumi Ruwa Jurai diperluas menjadi masyarakat Lampung asli

(Etnis Lampung) dan masyarakat Lampung pendatang (etnis-etnis lain yang

tinggal di Lampung). Menurut kitab Kuntara Raja Niti, orang Lampung memiliki

sifat-sifat sebagai berikut:

(1) piil-pesenggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta

memiliki harga diri), (2) juluk-adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar

adat yang disandangnya), (3) nemui-nyimah (saling mengunjungi untuk

bersilaturahmi serta ramah menerima tamu), (4) nengah-nyampur (aktif dalam

pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis), (5) sakai-sambaian (gotong-

royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya).

Api ubat malu indung? Mati anakku! (Informasi ini dikisahkan oleh pak

Rukmana). Sepenggal kalimat ini (pernah diajukan oleh Raden Intan, pahlawan

nasional Lampung, ketika bertanya kepada ibunya) menunjukkan makna hakiki

sebuah harga diri, yaitu memilih mati jika harga diri dilecehkan. Mengacu pada

kalimat pendek di atas, tidak heran jika harga diri merupakan harga mati bagi

setiap ulun Lampung. Harga diri atau yang disebut piil pesenggiri menjadi kata

sakti, dan bahkan menjadi “menu utama” karena begitu seringnya kalimat tersebut

dilontarkan dan didengar sejak masa kanak-kanak bahkan sampai tua sekalipun.

Piil pesenggiri seolah-olah adalah benda yang dibawa kemana-mana sebagai

“senjata sosial” untuk berhadapan dengan orang lain. Akibatnya, dalam

19

implementasinya di lapangan banyak yang salah mengartikan seolah-olah piil itu

suatu kesombongan, kekasaran, ataupun predikat lainnya sehingga konotasi yang

timbul menjadi negatif. Hal tersebut berdampak pada munculnya stereotip yang

dikenakan kepada ulun Lampung. Nilai-nilai piil pesenggiri yang dipandang

sebagai undang-undang tidak hanya sekedar berupa pemikiran atau konsep,

melainkan juga sebagai sistem nilai yang dirujuk dan diinternalisasi oleh

masyarakat. Sisi penting dan signifikan dari piil pesenggiri inilah yang tampaknya

sejajar dengan konsep honour (kehormatan dan harga diri) yang merupakan esensi

atau sesuatu yang sangat berprinsip, karena memiliki sisi kesucian, prestise,

kemuliaan, dan keagungan (sacred, prestige, radiance, glory, presence).

C. Tinjauan tentang Etnis Jawa

Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia yang menempati urutan ke 13 pulau terluas

di dunia. Pualau Jawa terbagi menjadi 3 bagian yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat,

dan Jawa Timur. Ketiganya memiliki budaya yang berbeda-beda, Budaya Jawa

adalah pancaran atau pengejawantahan budi manusia Jawa yang mencakup

kemauan, cita-cita, ide dan semangat dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan

dan kebahagiaan hidup lahir batin (Suwadi Endraswara, 2005). Budaya Jawa lahir

dan berkembang, pada awalnya, di pulau Jawa yaitu suatu pulau yang panjangnya

lebih dari 1.200 km dan lebarnya 500 km bila diukur dari ujung-ujungnya yang

terjauh. Letaknya di tepi sebelah selatan kepulauan Indonesia, kurang lebih tujuh

derajat di sebelah selatan garis khatulistiwa (Suwardi Endraswara, 2005). Dasar

hakiki kebudayaan Jawa mengandung banyak unsur, termasuk adab pada

20

umumnya, adat-istiadat, sopan santun, kaidah pergaulan kesenian, keindahan

termasuk unsur kebudayaan pada umumnya.

Menurut Bratawidjaja(2000) Etnis Jawa merupakan etnis yang sopan dan halus.

Tetapi mereka juga terkenal sebagai etnis yang tertutup dan tidak mau terus

terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga

harmoni atau keserasian dan menghindari konflik, karena itulah mereka

cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan pendapat.

Etnis Jawa juga mempunyai kecenderungan untuk membeda-bedakan masyarakat

berdasarkan asal-usul dan kasta/golongan sosial. Sifat seperti ini merupakan

ajaran budaya Hindu dan Jawa Kuno yang sudah diyakini secara turun-temurun

oleh masyarakat Jawa, setelah masuknya Islam pada akhirnya ada perubahan

dalam pandangan tersebut.

Masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma

kehidupan untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan yang pada

akhirnya menjadi adat istiadat yang diwujudkan dalam bentuk tata upacara dan

masyarakat diharapkan untuk mentaatinya. Dalam masyarakat Jawa upacara adat

adalah pencerminan bahwa semua perencanaan, tindakan dan perbuatan telah

diatur oleh tata nilai luhur. Tata nilai yang dipancarkan melalui tata upacara adat

merupakan tata kehidupan masyarakat Jawa yang serba hati-hati agar dalam

melaksanakan pekerjaan mendapatkan keselamatan lahir batin. Masyarakat Jawa

mempunyai berbagai tata upacara adat sejak sebelum lahir meninggal.

Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang penuh perhitungan. Mereka mengenal

“sifat-sifat” bulan Jawa dengan baik. Dengan demikian jika akan melaksanakan

21

aktifitas akan diperhitungkan dengan teliti dan cermat dengan memilih jam,

tanggal dan bulan yang dianggap paling tepat. Keliru dalam pemilihan hal tersebut

dianggap dapat membawa ketidakberuntungan misalnya rejekinya kurang bagus,

rumah tangganya cekcok dan lain-lain. Masyarakat Jawa, tidak hanya terdapat di

Pulau Jawa namun tersebar dan mendiami beberapa pulau di Indonesia ini

termasuk Propinsi Lampung karena program Pemerintah Indonesia mengenai

migrasi. Provinsi Lampung terutama Kota Metro merupakan salah satu contoh

kota imigran yang sukses hingga kini.

Pada tahun 1935, selain mendatangkan penduduk dari Jawa, Belanda juga

memindahkan sejumlah masyarakat dari desa kolonisasi pertama, yaitu di Desa

Bagelen, Gedong Tataan, Lampung Selatan ke Metro. Metro menjadi contoh tepat

konsep pengembangan wilayah, dari pola migrasi ke pola perkotaan dan menjadi

contoh bagi akulturasi budaya, antara budaya Lampung dan Jawa yang sampai

sekarang terus berkembang di masyarakat. Dengan demikian maka jelaslah bahwa

akulturasi budaya antara budaya Jawa dan Lampung yang terjadi saat ini

menghasilkan pencampuran pemahaman dan nilai-nilai kepercayaan terhadap

adat-istiadat masing-masing budaya.Bahkan cenderung kepada penggeseran

budaya sehingga terkadang banyak sekali masyarakat yang tidak atau kurang

paham terhadap sejarah budayanya sendiri serta aturan-aturan yang terdapat

didalamnya. Begitupun dengan masyarakat Jawa yang ada di Lampung. Tidak

semua dari mereka, masyarakat Jawa, memahami nilai-nilai dari adat-istiadat yang

telah ada sejak nenek moyang mereka.

22

D. Pola Adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung

Pada dasarnya semua makhluk hidup perlu beradaptasi dengan lingkungan di

sekitar, karena setiap mahluk hidup mempunyai sifat, sikap, tujuan hidup yang

berbeda-beda. Adaptasi dapat diartikan sebagai penyesuaian diri terhadap

lingkungan sekitar, dengan beradaptasi mahluk hidup dapat hidup bersamaan satu

sama lain meski di tengah perbedaan. Bangsa Indonesia dikenal dengan

keanekaragaman etnis dan berbagai latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda

yang tumbuh dan berkembang sebagai hasil adaptasi terhadap lingkungan alam

dan sosial dalam melangsungkan kehidupanya. Sejak berabad-abad yang lampau

kebudayaan daerah/etnis yang ada di kepulauan Nusantara ini memilki corak yang

khas dan menjadi identitas serta digunakan sebagai pedoman, arah, dan tujuan

kehidupan masyarakat pendukungnya.

Setiap etnis dan budaya di Indonesia memiliki berbagai perbedaan, tetapi mereka

dapat berdampingan secara bersamaan, hal ini dikarenakan adanya proses adaptasi

yang sudah mencapai pada tahap integrasi. Provinsi Lampung sendiri terletak

dibagian selatan ujung Pulau sumatera. Penduduk asli dari Provinsi Lampung

adalah Etnis Lampung yang mempunyai bahasa dan aksara sendiri. Provinsi ini

pada masa penjajahan Belanda dijadikan tempat untuk tujuan pengiriman imigran

dari Pulau Jawa. Saat itu banyak Etnis Jawa yang dikirim ke Lampung untuk

menggarap pertanian yang sebelumnya adalah hutan bambu.

Etnis Jawa sendiri saat ini sudah sekitar 65% dari total penduduk di Lampung.

Banyak daerah-daerah di Lampung yang dinamai dengan daerah asalnya atau

dengan Bahasa Jawa. Dengan seiring berjalanya waktu Etnis Jawa dapat

23

beradptasi dengain baik sehingga dapat diterima dilingkungan Etnis Lampung, hal

ini mengakibatkan populasi Etnis Jawa di daerah Lampung meningkat seperti

halnya di daerah Kabupaten Pringsewu.

Terlihat dari namanya sudah jelas bahwa daerah tersebut namanya dibuat oleh

orang Jawa sehingga tidak heran bahwa di daerah Pringsewu mayotitas

masyarakatnya pandai menggunakan Bahasa Jawa. Hal ini dapat terjadi karena di

daerah Pringsewu Etnis Jawa jumlahnya cukup banyak sehingga Etnis Jawa tidak

sulit untuk beradaptasi. Etnis Lampung di daerah Pringsewu cukup terbuka dalam

menerima kebudayaan-kebudayaan baru sehingaa adaptasi yang terjalin cukup

baik. Dalam melakukan adaptasi masyarakat Etnis Jawa mendapati beberapa

proses adaptasi yang didalamnya menjelaskan tahapan-tahapan yang sistematis

sehingga membentuk sebuah pola adaptasi, adapun pola adaptasi adalah sebagai

berikut:

Gambar 1. Pola adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung

Berdasarkan Gambar 1 menjelaskan bahwa masyarakat Etnis Jawa melakukan

adaptasi terhadap masyarakat Etnis Lampung melalui berberapa proses

diantaranya yaitu, interaksi, komunikasi, perbedaan latar belakang kebudayaan,

iInteraksi Komunikasi Perbedaan

ooOrganisasi

Akulturasi Adaptasi

Integrasi

24

organisasi, adaptasi, akulturasi, integrasi. Pola adaptasi di atas merpuakan pola

adaptasi searah, dimana pola adaptasi menggambarkan suatu poeses adaptasi

menuju ke proses akhir tanpa mempertmukan proses awal adaptasi dengan proses

akhir adaptasi.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan

penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya yang mengkaji masalah pola adaptasi

Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung antara lain sebagai berikut:

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Penulis dan

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Nina Yudha

Aryanti

(2013)

Pengembangan

identitas

transmigran

Jawa di

Lampung

melalui

pertemanan antar

budaya di

sekolah

(Jurnal)

Dengan kondisi penguasaan budaya dan sumber daya yang dimiliki,

remaja transmigran meneruskan nilai-nilai budaya yang didapatnya

dari keluarga sebagai bahan untuk berinteraksi dalam pertemanan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa lingkungan di sekitar remaja

mempengaruhi remaja dalam mengembangkan identitas dirinya,

berikut cara pandangnya terhadap dirinya dan orang lain. Kondisi di

atas menggambarkan bahwa pencapaian pengembangan identitas

remaja, termasuk identitas etnik di sekolah masih berada dalam

suatu proses yang bersifat progresif menuju ke identitas etnik yang

diinginkan. Karena berkembangnya lingkungan interaksi remaja dan

banyaknya peran baru dalam interaksi, kondisi ini menyebabkan

remaja belum memprioritaskan identitas etniknya

2 Siti Huzaimah

(2015)

Interaksi Sosial

transmigran suku

jawa dengan

penduduk pribumi

Lampung di

kampung Bumi

Putra , Lampung

(Skripsi)

Dengan kondisi penguasaan budaya dan sumber daya yang dimiliki,

remaja transmigran meneruskan nilai-nilai budaya yang didapatnya

dari keluarga sebagai bahan untuk berinteraksi dalam pertemanan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa lingkungan di sekitar remaja

mempengaruhi remaja dalam mengembangkan identitas dirinya,

berikut cara pandangnya terhadap dirinya dan orang lain. Kondisi di

atas menggambarkan bahwa pencapaian pengembangan identitas

remaja, termasuk identitas etnik di sekolah masih berada dalam

suatu proses yang bersifat progresif menuju ke identitas etnik yang

diinginkan. Karena berkembangnya lingkungan interaksi remaja dan

banyaknya peran baru dalam interaksi, kondisi ini menyebabkan

remaja belum memprioritaskan identitas etniknya

25

3 Cyrli Yunita

Miyanti

(2017)

Konflik Dalam

Relasi Sosial

Masyarakat Jawa

Dan Lampung

Di Wilayah

Transmigrasi

(Studi Kasus di

Desa Bandar

Agung

Kecamatan

Bandar

Sribhawono

Kabupaten

Lampung Timur)

(Skripsi)

Pola pemukiman masyarakat Desa Bandar Agung terpisah antara

masyarakat Jawa dan Lampung. Relasi Sosial Masyarakat Jawa dan

Lampung di Desa Bandar Agung Masyarakat desa Bandar Agung

merupakan desa yang dihuni oleh dua suku bangsa sekaligus namun

hubungan antara keduanya tidak berjalan dengan baik. Sering terjadi

konflik antar keduanya baik konflik besar maupun kecil, dari yang

bisa terselesaikan dengan sendirinya hingga memakan korban jiwa.

Seperti halnya masyarakat desa yang terkenal dengan kerjasamanya

yang baik hal yang terjadi justru sebaliknya kerjasama antara

masyarakat Jawa dan Lampung hampir tidak pernah terlihat, mereka

akan bekerjasama apabila ada perintah dari bapak camat atupun

lurah seperti kerja bakti dalam rangkat ulang tahun desa. Hal itupun

terjadi dengan terbaginya mereka dengan sendirinya pada blok-blok

tertentu, seperti contohnya bagian depan balai desa akan dibersihkan

oleh masyarakat Jawa sedangkan bagian belakang oleh masyarakat

Lampung.dan baik dalam melayani masyarakat yang ada di

Kecamatan Metro Pusat.

Informasi yang ada pada tabel 1 menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan

oleh peneliti sebelumnya memfokuskan pada aspek adaptasi Etnis Jawa dan etnis

Lampung dari berbagai kalangan. Jika ditinjau dari segi fokus penelitiannya,

terdapat relasi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini, yaitu mengenai

fokus penelitian terhadap adaptasi Etnis Jawa dan Etnis Lampung, sehingga

penelitian sebelumnya dapat dijadikan sumber reverensi pada penelitian ini.

Penelitian ini menunjukkan perbandingan yang substantif dengan penelitian

sebelumnya, perbandingan tersebut terdapat pada rumusan masalah yang pada

akhirnya hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya,

sehingga originalitas penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.

F. Kerangka Fikir

Penelitian ini mengkaji pola adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung , yaitu

pada masyarakat Pringsewu tepatnya di Desa Pringombo. Dari paparan yang

sudah dijelaskan pada Bab 1 bahwa imigran di Lampung berasal dari berbagai

26

daerah dan berbagai etnis, akan tetapi Etnis Jawa menjadi etnis yang paling

mendominasi migrasi tersebut, tetapi dengan mendominasinya jumlah Etnis Jawa

bukan berarti etnis Jawa menguasai peran-peran penting pada tatanan kehidupan

dimasyarakat. Adapun beberapa aspek yang menjadi indikotor pola adaptasi Etnis

Jawa terhadap Etnis Lampung yang akan diteiti yaitu meliputi:

1. Interaksi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung

2. Komunikasi yang digunakan Etnis Jawa dan Etnis Lampung

3. Bentuk kebudayaan antar etnis

4. Proses adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung.

Indikator tersebut mejadi tolak ukur penilaian pola adaptasi Etnis Jawa terhadap

Etnis Lampung sehingga menmbulkan pandangan bahwa meskipun berbeda tetapi

apakah kedua etnis tersebut dapat hidup secara berdampingan tanpa

menghilangkan budaya aslinya. Interaksi merupakan tahapan awal dari sebuah

proses adaptasi, interaksi menjadi tahapan yang sangat penting dikarenakan

interaksi menentukan kearah mana proses adaptasi akan berjalan, apakah menuju

kearah integrasi ataukah disintegrasi.

Indikator kedua yaitu komunikasi, komunikasi menjadi indikator yang tidak kalah

pentingya dengan interaksi, karena interkasi dan komunikasi tidak dapat

dipisahkan. Kemudian bentuk kebudayaan antar etnis menjadi indikator dalam

penelitian ini agar peneliti dapat mengetahui eksistensi dari kedua etnis tersebut di

tengah berjalannya proses adaptasi. Indikator yang terakhir yaitu hasil proses

adaptasi, pada indikator ini peneliti ingin mengetahui bagaimana hasil dari proses

adaptasi Etnis Jawa dan Etnis Lampung, sehingga dari hasil tersebut peneliti dapat

mengetahui pola adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung di Desa Pringombo.

27

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dibuat kerangka

pemikiran yang digunakan sebagai acuan agar peneliti memiliki arah yang sesuai

dengan tujuan penelitian sebagai berikut:

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pola Adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis

Lampung.

Skema kerangka berfikir di atas digunakan peneliti sebagai pedoman agar peneliti

memiliki batasan dalam penelitian dan agar peneliti mendapatkan data yang sesuai

dengan apa yang dibutuhkan.

Pola

adaptasi

Etnis Jawa

Etnis

Lampung

Hasil proses

adaptasi Etnis

Jawa terhadap

Etnis Lampung

Bentuk

kebudayaan

antar etnis

Komunikasi

Etnis Jwa

dan Etnis

Lampung

Interaksi

Etnis Jawa

dan Etnis

Lampung

28

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor ,dalam Moleong (2007) mendefinisikan penelitian

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati melalui

fenomena yang terjadi. Lebih lanjut Moleong (2007) mengemukakan bahwa

penelitian deskriptif menekankan pada data berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka-angka. Hasil penelitian ini mendeskripsikan atau mengkonstruksikan

wawancara-wawancara mendalam terhadap subjek penelitian sehingga dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai pola adaptasi Etnis Jawa terhadap

Etnis Lampung.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah pola adaptasi Etnis

Jawa terhadap Etnis Lampung , adapun indiktor pada penelitian ini yaitu

meliputi:

29

1. Interaksi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung

2. Komunkasi Etnis jawa terhadap Etnis Lampung

3. Bentuk kebudayaan antar etnis

4.Proses adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung

Berdesarkan Indikator penelitian di atas, peneliti membatasi peneltian ini guna

mendapatkan data yang sesuai dengan yang dibutuhkan.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pringombo, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten

Pringsewu. Dipilihnya lokasi ini karena, seperti yang diketahui bahwa Pringsewu

diidentikan sebagai daerah masyarakat Etnis Jawa yang ada di Provinsi Lampung.

Adanya pengaruh Etnis Jawa yang cukup besar dibidang pemerintahan,

perekonomian, pendidikan yang timbul dari proses adaptasi Etnis Jawa dan Etnis

Lampung di Desa Pringombo, membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang

bagaimana pola adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung di Desa Pringombo,

Kecamatan Prigewu, Kabupaten Pringsewu.

D. Penentuan Informan

Penentuan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan

pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, bersedia

memberikan informasi yang lengkap, dan akurat. Informan yang bertindak

sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat. Penelitian kualitatif

30

tidak mempersoalkan jumlah informan, tetapi bisa tergantung dari tepat tidaknya

pemilihan informan kunci, dan kompleksitas dari keragaman fenomena sosial

yang diteliti. Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan tehnik

purposive. Tehnik purposive yaitu tehnik penentuan informan yang dipilih secara

sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan

tujuan penelitian. Informan yang dimaksud yaitu masyarakat Etnis Jawa dan Etnis

Lampung yang berumur 15-30 tahun. Pada penelitian ini jumlah informan

sebanyak 8 orang yaitu diantaranya 2 tokoh adat setempat yang mewakili masing-

masing etnis, 1 ketua karang taruna dan 5 masyarakat sekitar . Adapun alasan

mengapa tokoh adat, ketua karang taruna, dan masyarakat dijadikan sebagai

informan yang memberi informasi dan data mengenai pola adaptasi etnis Jawa

terhadap etnis Lampung adalah sebagai berikut:

1. Tokoh adat di Desa Pringombo menjadi penentu informan karena tokoh adat

mengetahui berbagai sejarah mengenai pola adaptasi yang terjadi sehingga

akan memudahkan peneliti untuk mencari informasi dan data yang

dibutuhkan pada penelitian ini.

2. Ketua karang taruna di Desa Pringombo menjadi penentu informan karena

memiliki intensitas interaksi yang cukup tinggi terhadap kedua etnis sehingga

mengetahui pola adaptasi yang terjadi di Desa Pringombo.

3. Masyarakat Desa Pringombo menjadi penentu informan karena masyarakat

yang merasakan proses adaptasi yang terjadi sehingga peneliti akan

mengetahui bagaimana perkembangan dan keadaan kedua etnis tersebut

melalui masyarakatnya langsung.

31

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data. Antara alat pengumpul data tersebut berfungsi saling melengkapi data yang

dibutuhkan. Untuk mengumpulkan data dan informasi pada penelitian ini, teknik

pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara menurut Sujarweni (2014) merupakan proses untuk memperoleh

informasi dengan cara tanya jawab secara tatap muka antara pewawancara

dengan informan terkait dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan

data ini dilakukan dengan cara langsung bertatap muka dengan informan yang

sudah ditetapkan berdasarkan kriteria sebelumnya, dengan tujuan agar dapat

memperoleh informasi yang lengkap dan terpercaya. Digunakan wawancara

mendalam pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi

secara lengkap dan komprehensif sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Observasi

Observasi menurut Sujarweni (2014) merupakan proses pengumpulan data

dengan melakukan pengamatan menyeluruh pada sebuah kondisi tertentu,

tujuannya untuk mengamati dan memahami prilaku kelompok orang atau

individu pada keadaan tertentu. Peneliti melakukan observasi secara langsung

di lapangan untuk mencari dan mengetahui masalah yang ada di lapangan

yang berhubungan dengan masalah penelitian. Peneliti melakukan observasi

dengan mendatangi tokoh adat, ketua karang taruna, dan masyarakat etnis

Jawa dan etnis Lampung yang berusia 15-30 tahun di Desa Pringombo

Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu.

32

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2012) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel

apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademi dan seni yang telah

ada. Untuk menunjang pengumpulan data dokumentasi, subjek menggunakan

alat bantu berupa kamera untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan

beberapa dokumentasi.

4. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2012) data sekunder merupakan data penelitian yang

diperoleh secara tidak langsung, misalnya melalui buku, catatan, bukti yang

telah ada, atau arsip, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak

dipublikasikan secara umum.

F. Teknik Analisa Data

Menurut Afrizal (2014) mendefinisikan analisis data penelitian kualitatif sebagai

suatu proses yang sistematis untuk menentukan bagian-bagian dan saling

berkaitan antara bagian-bagian dan keseluruhan dari data informan yang telah

dikumpulkan untuk menghasilkan klasifikasi atau tipologi. Dalam penelitian ini

peneliti akan menggunakan analisis data secara kualitatif, yang menggambarkan,

menjelaskan, dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kalimat sebagai

jawaban terhadap permasalahan yang sedang peneliti teliti. Langkah-langkah

pengelolahan data penelitian melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

33

1. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2012) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya, sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

2. Penyajian Data

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sheila, 2013) mengatakan penyajian

data adalah penyajian sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian-penyajian

tersebut biasanya meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan, dan bagan.

Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam

suatu bentuk yang padu dan mudah didapatkan. Dengan demikian seorang

penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi.

3. Verifikasi Data dan Kesimpulan

Menurut Sugiyono (2012) langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah

verifikasi dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,

karena masalah dan rumusan masalah bersifat sementara dan akan

berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

34

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Pringombo

Desa Pringombo terletak di Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu. Desa

Pringombo memiliki Luas wilayah sekitar 100ha. Dari 9 kecamatan yang ada di

Pringsewu perkembangan wilayah perkotaan menunjukan tingkat perkembangan

pemukiman yang menonjol salah satu diantaranya adalah Desa Pringombo. Desa

Pringombo memiliki 5 lingkungan. Lingkungan I terdiri dari 3 RT, Lingkungan II

terdiri dari 4 RT, Lingkungan III terdiri dari 7 RT, Lingkungan IV terdiri dari 9

RT, dan Lingkunag V terdiri dari 4 RT.

Istilah Desa Pringombo bukanlah sekedar istilah yang tidak memiliki makna,

Pringombo diambil dari baha Jawa yang berarti bambu panjang. Permukiman

Desa Pringombo dibuka bebarengan dengan program kolonial Hindia Belanda

yaitu tepatnya pada tanggal 9 September 1925. Pada awalnya Pringombo

merupakan hutan bambu yang sangat lebat dan panjang, sehingga masyarakat

menyebut daerah ini sebagai Desa Pringombo. Seiring berjalannya waktu Desa

Pringombo mengalami pertumbuhan yang pesat, hingga sampai saat ini Desa

35

Pringombo melakukan upaya pembangunan dan pemberdayaan. Desa Pringombo

diresmikan berdasarakan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa,

pembangunan desa penataan desa, penentuan dan tata kelola desa, pemberdayaan

desa dan pembangunan wilayah perdesaan yang terintegrasi serta berkelanjutan

menuju desa yang kuat, mandiri, demokratis, sejahtera yang berkeadilaan. Adapun

Visi dan Misi Desa Pringombo adalah sebagai berikut:

Visi

Terwujudnya kesejahteraan dan ketertiban administrasi pelayanaan umum

pemerintahan, pembangunan, ketentraman, ketertiban umum, keberhasilan

lingkungan kemasyarakatan serta administrasi kelurahan yang lebih baik dalam

rangka mendukung Pringsewu yang bersahaja.

Misi

1. Meningkatkan kualitas pelayanaan administrasi umum kepada masyarakat di

kelurahan.

2. Menigkatkan koordinasi dalam pengurusan program kerja dan kebijakan

tehknis baik dalam bidang pemerintahan maupun pembinaan tingkat

lingkungan dan RT.

3. Mengkoordinasikan di tingkat lingkungan/RT. Dalam rangka tercapainya

Pendapatan Asli daerah (PAD) melalui pajak bumi dan bangunan perdesaan

dan perkotaan (PBB-P2).

4. Meningkatkan koordinasi kegiatan pemberdayaan masyarakat dan

meningkatkan upaya kebersihan lingkungan.

36

B. Letak Geografi Desa Pringombo

Desa Pringombo Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu terdiri dari 5

Lingkungan yaitu Lingkungan I, II, III, IV, dan V. Desa Pringombo memiliki

jarak dari Kecamatan Pringsewu sekitar 1,5 Km dengan waktu tempuh kurang

lebih 15 menit, sedangkan jarak dari Kabupaten Pringsewu sekitar 3 Km dengan

waktu tempuh 20 menit. Adapun batas-batas administratif Desa Pringombo:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pringsewu Utara

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pekon Margakaya

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pringsewu Selatan

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Pekon Sidoharjo.

Untuk jelasnya mengenai penggunaan tanah/lahan di Desa Pringombo

informasinya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Distribusi Luas Wilayah Desa Pringombo

Bentuk Penggunaan Luas

(Ha) %

Persawahan 85 98,8

Perladangan 1 1,2

Jumlah 86 100

Diolah berdasarkan Monografi Desa Pringombo, Tahun 2018.

C. Pemerintahan

Pada saat ini Desa Pringombo dipimpin oleh seorang Kepala Desa bernama Bapak

Sukron, S.E., M.M. Beliau resmi menjadi Kepala Desa pada tahun 2017 melalui

pemilihan oleh masyarakat. Kepala Desa didampingi oleh Sekertaris Kelurahan

(yang menangani sistem administrasi), yaitu Ibu Helina, S.E., M.M. Bagan

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Pringombo, Kecamatan Pringsewu,

37

Kabupaten Pringsewu beserta pejabat-pejabatnya dapat dilihat pada Gambar 3 dan

di halaman 43

Tabel 3. Nama Lingkungan dan Jumlah Rukun Tetangga di Desa Pringombo.

Nama Lingkungan

Jumlah RT

Lingkungan I 3

Lingkungan II 7

Lingkungan III 7

Lingkungan IV 9

Lingungan V 4

Total 27

Diolah berdasarkan Monografi Desa Pringombo, Tahun 2018.

Berdasarkan Tabel 3 Desa Pringombo terdiri dari 5 Lingkungan, yaitu

Lingkungan I, II, III, IV Dan V. Berikut ini nama Lingkungan serta jumlah Rukun

Tetangga (RT) di Desa Pringombo.

D. Komposisi Penduduk

Penduduk di Desa Pringombo secara keseluruhan (dari masyarakat yang berada di

(Lingkungan I dan Lingkungan V) memiliki jumlah penduduk sebanyak 6.201

jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 49% yaitu sebanyak 3.093 Jiwa, jumlah

penduduk perempuan 51% yaitu sebanyak 3.108 Jiwa, jumlah penduduk usia 0-15

29% yaitu sebanyak 1.895 jiwa, penduduk usia 15-65 63% yaitu sebanyak 3.892

jiwa, dan penduduk usia 65 ke atas 18% yaitu sebanyak 414 jiwa. Masyarakat

yang ada di Desa Pringombo diklasifikasikan kembali berdasarkan agama, tingkat

pendidikan, dan mata pencaharian. Adapun pemaparannya adalah sebagai berikut:

38

1. Penduduk menurut Agama

Agama berperan sangat penting dalam mengatur kehidupan manusia dan

mengarahkannya kepada kebaikan bersama. Berikut ini disajikan data distribusi

penduduk berdasarkan jumlah penganut agama di Desa Pringombo, Kabupaten

Pringsewu, Kecamatan Pringsewu.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Desa Pringombo berdasarkan Agama yang Dianut.

Agama yang Dianut Jumlah %

Islam 6.084 98

Kristen Protestan 37 0,59

Kristen Katolik 38 0,61

Hindu 25 0,5

Khonghucu 17 0,2

Total 6.201 100

Diolah berdasarkan Monografi Desa Pringombo, Tahun 2018.

2. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan secara umum diartikan sebagai suatu proses kehidupan dalam

mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan

kehidupan, sehingga menjadi seorang yang terdidik. Berikut ini disajikan data

penduduk Desa Pringombo berdasarkan tingkat pendidikannya.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Desa Pringombo Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Tingkat Pendidikan Jumlah %

Tidak Sekolah/Tidak tamat SD 335 7,5

Tamat SD/Sederajat 1572 32,2

Tamat SLTP/Sederajat 1210 24,7

Tamat SLTA/Sederajat 1400 28,8

Perguruan Tinggi 378 6,8

Total 4895 100

Diolah berdasarkan Desa Pringombo, Tahun 2018.

39

Tabel diatas memberikan informasi bahwa masyarakat Desa Pringombo paham

akan pentingnya pendidikan terbukti persentase masyarakat yang tidak sekolah

atau tidak lulus SD lebih kecil di bandingkan dengan masyarakat yang SLTA

sederajat, selain itu masyarakat yang lulus perguruan tinggi juga memperoleh

persentase yang cukup besar meskipun tidak sebesar masyarakat yang tidak

sekolah/ tidak lulus SD.

3. Penduduk menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di Desa Pringombo cenderung heterogen karena

banyaknya jumlah penduduk dan keberagaman jenis pekerjaan yang dilakukan

oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut

gambaran mengenai mata pencaharian penduduk di Desa Pringombo:

Tabel 6. Distribusi Penduduk Desa Pringombo berdasarkan Mata Pencaharian.

Mata Pencaharian Jumlah %

Petani 270 6,2

Pedagang/Wiraswasta 1901 43,7

PNS 153 3,5

Tukang 205 4,7

TNI/Polri 15 0,3

Pegawai Swasta 1382 31,8

Jasa 125 2,9

Peternak 290 9,8

Total 4341 100

Diolah berdasarkan Monografi Desa Pringombo, Tahun 2018.

E. Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang terselenggaranya kegiatan pembangunan bagi masyarakat di

dalam kehidupan sehari-hari, baik di bidang pendidikan, agama, kesehatan, dan

perekonomian, maka di Desa Pringombo telah dibangun fasilitas-fasilitas

sebagaimana diuraikan berikut ini :

40

1. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan bagi setiap manusia untuk dapat

meningkatkan kelangsungan hidupnya untuk menjadi lebih baik di masa yang

akan datang. Di Desa Pringombo saat ini sudah tersedia sarana pendidikan berupa

lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK),

Sekolah Dasar (SD), STLP, SLTA, maupun Perguruan Tinggi. Berikut ini data

mengenai sarana pendidikan yang ada di Desa Pringombo:

Tabel 7. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Pringombo.

Tingkat Pendidikan Jumlah

Kondisi

Baik Buruk

TK/PAUD 2 2 0

SD/MI 4 4 0

SLTP/MTs 2 2 0

SLTA/MA 4 4 0

Total 12 12 0

Diolah berdasarkan Monogarfi Desa Pringombo, Tahun 2018.

2. Sarana Peribadatan

Tabel 8. Jumlah Sarana Ibadah di Desa Pringombo.

Jenis Sarana Ibadah Jumlah

Masjid 5

Mushola 13

Vihara 1

Total 19

Diolah berdasarkan Monografi Desa Pringombo, Tahun 2018

41

Untuk menunjang kegiatan keagamaan, diperlukan sarana berupa tempat ibadah

dari masing-masing pemeluk agama yang ada. Hal tersebut ditujukan agar

terjalinya suatu integrasi dengan mengedepankan toleransi di Desa Pringombo

antara sesama umat beragama. Adapun jumlah fasilitas tempat ibadah yang ada di

Desa Pringombo seperti yang telah dipapaprkan pada tabel 8.

3. Sarana Kesehatan

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa terdapat fasilitas di bidang

kesehatan yang tersedia bagi masyarakat setempat dan sekitar Desa Pringombo.

Sarana kesehatan yang tersedia di lokasi ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan di Desa Pringombo.

Sarana Kesehatan

Keterangan

Ada/Tidak Ada

Jumlah

Puskesmas Ada 4

Posyandu Ada 7

Klinik Umum Ada 5

Apotek Ada 3

Jumlah 19

Diolah berdasarkan Monografi Desa Pringombo, Tahun 2018.

Tabel 9 menjelaskan bahwa sarana kesehatan di Desa Pringombo sudah tercukupi,

dengan adanya sarana kesehatan tersebut, masyarakat di Desa Pringombo tidak

kesulitan untuk mendapatakan pelayanan dibidang kesehatan. Meskipun di Desa

Pringombo tidak terdapat Rumah Sakit hal tersebut tidak menjadi masalah yang

serius, hal itu dikarenakan selain dengan adanya 19 sarana kesehatan tersebut

jarak Pringombo dengan Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Pringsewu tidak

terlalu jauh.

42

4. Sarana Perekonomian

Sarana perekonomian menjadi sarana yang digunakan sebagai tempat untuk

melakukan transaksi jual beli, Jumlah dan jenis sarana perekonomian yang

terdapat di Desa Pringombo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10. Jenis dan Jumlah Sarana Peerkonomian di Desa Pringombo.

Sarana Perekonomian Jumlah

Mall 1

Mini Market 7

Warung kecil/kelontong 75

Industri Kecil 3

Pasar 1

Jumlah 148

Diolah berdasarkan Monografi Desa Pringombo, Tahun 2018.

Berdasarkan tabel di atas , aktifitas masyarakat di Desa Pringombo dalam bidang

perekonomian, secara keseluruhan sudah tercukupi. Dengan adanya sarana

perekonomian seperti yang sudah dipaparkan pada tabel 10. Maka Etnis Jawa dan

Etnis Lampung yang ada di Desa Pringombo dapat berinteraksi melalui kegiatan

dibidang ekonomi dengan memanfaatkan sarana perekonomian yang sudah

tersedia.

43

STRUKTUR PERANGKAT DESA PRINGOMBO, KECAMATAN

PRINGSEWU, KABUPATEN PRINGSEWU.

PERIODE TAHUN 2017-2018

Gambar 3. Struktur Perangkat Desa Pringombo Periode Tahun 2017- 2018

M

SAILENDRA LUBIS, S.E.

ANGGA DEWANTARA

ROBAITI, S.E.

MIN HELINA, S.E,.

M.M.

SUKRON, S.E., M.M.

KEPALA DESA

SEKRETARIS

KASI PEMBERDAYAAN KASI PEMBANGUNANAN KASI PEMERINTAH DAN

PENDAPATAN

75

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pola Adaptasi Etnis Jawa

terhadap Etnis Lampung di Desa Pringombo , maka diperoleh kesimpulan bahwa

pola adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung di Desa Pringombo berhasil

mencapai pada tahap integrasi, hal ini di karenakan Etnis Jawa dan Etnis

Lampung memiliki kesadaraan akan toleransi yang tinggi sehingga memudahkan

keduanya dalam melakukan adaptasi. Keberhasilan Etnis Jawa dan Etnis

Lampung dalam pencapaian pada tahap integrasi dibuktikan dengan banyaknya

perkawinan silang antara Etnis Jawa dan Etnis Lampung di Desa Pringombo.

Dalam proses adaptasi Etnis Jawa dan Etnis Lampung di Desa Pringombo tidak

menemukan masalah yang serius semua berjalan dengan lancar. Pola adaptasi

Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung di Desa Pringombo, berbentuk melingkar.

Hal ini dikarenakan Etnis Jawa dan Etnis Lampung di Desa Pringombo akan

mengulang suatu proses adaptasi yang ada selagi Etnis Jawa dan Etnis Lampung

di Desa Pringombo memiliki generasi penerus.

76

B. Saran

Setelah peneliti menyelesaikan, membahas, menganalisa data dan mengambil

kesimpulan dari hasil penelitian maka peneliti ingin memberi saran kepada:

a. Bagi masyarakat Etnis Lampung agar lebih peduli terhadap eksistensi

kebudayaan Etnis Lampung terutama terhadap eksistenisi Bahasa

Lampung agar dapat terjaga kelestariannya.

b. Bagi masyarakat Etnis Jawa agar lebih peduli dengan kebudayaan Etnis

Lampung, terutama terhadap eksistensi Bahasa Lampung agar tetap

terjaga kelestariannya.

c. Bagi pemuda-pemudi agar lebih peduli terhadap kebudayaan yang

diwariskan oleh nenek moyangnya, agar terjaga kelestarianya sehingga

tidak punah, serta lebih mendalami lagi pemahaman akan pentingnya

toleransi guna menghadapi perbedaan yang ada.

d. Bagi ketua karang taruna di Desa Pringombo agar lebih aktif lagi dalam

membuat program-program kegiatan apapun itu bentuknya, Karena

karang taruna merupakan tempat yang dapat menstimulasi pemuda-

pemudi untuk melakukan proses adaptasi.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah.Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ariyono, Suyono. 1985. Kamus Antropologi. Jakarta: Persindo.

Bennet, John W. 1976. Human Ecology as Human Behavior. New Brunswick, New

Jersey: Transaction Publishers.

Bratawidjaja .2000. Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan

Dwi Wahyudiarto. 2005. Kapita Selekta Budaya. Surakarta: STSI Press Surakarta.

Endraswara, Suwardi. 2005 Tradisi Lisan Jawa , Warisan Abadi Budaya Leluhur.

Yogyakarta : Narasi.

Gudykunst, W. B. & Kim, Y. Y. 1997. Communicating With Strangers: An Approach

to Intercultural Communicaation. California. Sage Publication.

Gudykunst, W. B. dan Kim, Y. Y. 1992. Communicating with stangers: An approach

to intercultural communication. New York: McGraw Hill Inc.

Mulyana, Deddy. 2006. KomunikasiAntarbudaya. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Moleong.1996. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Rumondor. 1995. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sapoetra, Karta. 1987. Hama Tanaman dan Perkebunan. Jakarta: Bina Aksar

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi suara pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

persada.

Sugiyono.2001. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sujarweni, Wiratna. (2014). SPSS Untuk Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Suparlan, Parsudi (1984). Manusia, Kebudayaan dan Lingkungannya. Jakarta: CV.

Rajawali.

Thibaut, J., & Kelley, H. 1959. The Social psychology of groups. Newyork : Wiley.

Sumber Jurnal :

Sheila, (2013).Pengaruh kompetensi, independen, pengalaman, terhadap kualitas

audit (Studi pada auditor di KAP wilayah Surakarta dan Yogyakarta).Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hlm. 9-10.

Suparlan, Parsudi. Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultura. Jurnal

Antropologi Indonesia, UI dan Yayasan Obor Indonesia. Di akses dari

https://media.neliti.com/media/publications/54545-ID-pendidikan-multikultural-

pengertian-prin.pdf. Tanggal 5 Mei 2018.

Sumber Skripsi :

Cyrli Yunita Miyanti. 2017. Konflik Dalam Relasi Sosial Masyarakat Jawa Dan

Lampung Di Wilayah Transmigrasi (Studi Kasus di Desa Bandar Agung

Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur).(Skripsi) Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas

Siti Khujaimah. 2005. Interaksi Sosial Transmigra Suku Jawa Dengan Penduduk

Pribumi Lampung di Kampung Bumi Putra. (Skripsi) Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik. Univeritas Negeri Semarang. Hlm 21. Di akses dari

http://digilib.uin-suka.ac.id/16026/. Tanggal 21 Mei 2018.

Sumber Dokumen:

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.