Plankton 3a

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan praktikumbiologi laut plankton

Citation preview

  • LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT ; KOMUNITAS PLANKTON; KELOMPOK 3A

    Abstrak Plankton ialah organisme akuatik yang memiliki

    kemampuan berenang sangat lemah sehingga pergerakannya

    tergantung pada pergerakan arus air [1]. Pada praktikum ini

    akan analisis dominasi dan keanekaragaman plankton pada 10

    titik pengambilan sampel di pantai Bama, Taman Nasional

    Baluran. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel

    adalah dengan metode towing dan snorkeling. Hasil

    menunjukkan bahwa fitoplankton yang paling mendominasi

    adalah Coscinodiscus sp., sedangkan zooplankton yang

    mendominasi adalah Copepoda calanoida, Copepoda

    harpacticoida, Foraminifera, dan larva Veliger bivalvia. Faktor

    suhu dan salinitas tidak berpengaruh signifikan terhadap

    keragaman fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton

    mempunyai kelimpahan yang lebih tinggi dibanding

    zooplankton. Keanekaragaman fitoplankton termasuk sedang,

    sedangkan keanekaragaman zooplankton termasuk rendah.

    Kemerataan jenis pada fitoplankton termasuk keseragaman

    yang sedang dan tinggi sedangkan pada zooplankton termasuk

    keseragaman yang rendah. Kekayaan jenis fitoplankton

    tergolong rendah sedangkan kekayaan jenis zooplankton

    tergolong sedang dan rendah.

    Kata KunciFitoplankton, Zooplankton, Keanekaragaman,

    dan Dominasi.

    I. PENDAHULUAN

    RAKTIKUM ini dilakukan untuk mengetahui

    keanekaragaman plankton di pantai Bama. Plankton ialah

    organisme akuatik yang memiliki kemampuan berenang

    sangat lemah sehingga pergerakannya tergantung pada

    pergerakan arus air [1]. Berdasarkan daur hidupnya, plankton

    juga dibagi menjadi dua golongan, yaitu plankton tetap

    (holoplankton) yang seluruh daur hidupnya bersifat planktonik

    dan plankton sementara (meroplankton) yang sebagian daur

    hidupnya bersifat planktonik, yakni pada saat stadium telur

    dan larva, sedangkan pada saat dewasa dapat menjadi nekton

    atau bentos [2]. Plankton dapat dibagi ke dalam dua golongan

    besar yaitu fitoplankton (plankton nabati atau plankton

    tumbuhan) dan zooplankton (plankton hewani) [3]. Oleh

    karena itu, dilakukan percobaan analisis komunitas plankton

    untuk dapat memahami terminologi dann klasifikasi plankton,

    melaksanakan metode pengambilan sampling plankton,

    analisis sampel plankton, dan mengidentifikasi fitoplanton dan

    zooplankton hingga taksa atau ordo, dan mampu memahami

    faktor fisik dan hidro-oseanografi yang mempengaruhi

    kehidupan plankton. Memahami mekanisme pengapungan

    plankton, melakukan perhitungan tingkat keanekaragaman

    plankton.

    II. METODOLOGI

    A. Waktu dan Tempat

    Praktikum komunitas plankton dilakukan di pantai Bama

    pada tanggal 12-13 April 2013. Pengamatan sampel dilakukan

    di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi FMIPA ITS pada

    tanggal 17 April 2013.

    B. Pengambilan Sampel

    Pengambilan sampel dilakukan dengan dua cara, yaitu

    dengan metode towing dan snorkeling. Pertama dilakukan

    pengukuran koordinat untuk tempat pengambilan sampel.

    Titik 1 sampai 6 menggunakan metode snorkeling untuk

    pengambilan sampel, sedangkan titik 7 sampai 10

    menggunakan metode towing untuk pengambilan sampel

    plankton. Koordinat pengambilan sampel adalah sebagai

    berikut:

    S 750'43.39"

    E 11427'40.43

    S 750'43.39"

    E 11427'40.43

    S : 07 50'40.2"

    E : 114 27'39.7"

    S 751'36.46"

    E 11427'35.95"

    S 750'39.21"

    E 11427'45.46"

    S 07 50' 37,4"

    E 11427' 43,0"

    S 07 50.809'

    E 114 27.697'

    S 07 50.689'

    E 114 27.762'

    S: 07 50.509'

    E: 114 27.88'

    S: 07 50.490'

    E: 114 27.891'

    3

    10

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    Titik Koordinat

    1

    2

    Qintan Istighfarin A. (1511100007), Hatif Chanifah (1511100029), Miftahur Rohmah (1511100061),

    dan Trio Verdian (1511100073)

    Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh

    Nopember (ITS)

    Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

    e-mail: [email protected]

    Komunitas Plankton di Pantai Bama Taman

    Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur

    P

  • LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT ; KOMUNITAS PLANKTON; KELOMPOK 3A

    Metode snorkeling adalah metode pengambilan sampel

    plankton dengan menggunakan plankton net yang ditarik oleh

    dua orang sejauh 10 m, sedangkan metode towing adalah

    metode pengambilan sampel plankton dengan menggunakan

    plankton net yang ditarik oleh perahu dengan kecepatan rata-

    rata 2 knot. Untuk pengambilan sampel fitoplankton

    menggunakan KITAHARA net, sedangkan sampel

    zooplankton menggunakan NORPAC net. Setelah proses

    penyaringan selesai,bagian luar plankton net disemprot

    menggunakan sprayer dengan air yang diambil dari lokasi

    sampling agar sampling plankton yang melekat pada dinding

    net dapat terkumpul semua kedalam botol penampung.

    Selanjutnya sampel dalam penampung dipindah ke dalam

    botol koleksi (botol sampel) dan diawetkan dalam buffered

    formalin 10%. Selanjutnya botol sampel diberi tanda dengan

    kertas label untuk membedakan botol berisi fitoplankton

    dengan botol berisi sampel zooplankton.

    Selain pengambilan sampel plankton, juga dilakukan

    pangukuran data parameter ambien lingkungan di tempat

    pengambilan sampel plankton untuk mengetahui faktor fisik

    kimia yang mempengaruhi distribusi dan keragaman serta

    dominasi spesies plankton di suatu lokasi dan juga untuk

    perbandingan spesies plankton pada sepuluh titik. Data yang

    diukur dalam pada praktikum ini adalah suhu perairan dengan

    menggunakan termometer merkuri (permukaan dan dasar),dan

    salinitas menggunakan Hand-salino refractometer.

    C. Pengamatan Sampel

    Pengamatan fitoplankton dilakukan dengan menggunakan

    mikroskop compound dan beberapa alat bantu lainnya, seperti

    sedgwig rafter untuk membantu perhitungan, sedangkan untuk

    pengamatan dan perhitungan zooplankton digunakan

    mikroskop stereo dan cawan Petri. Data yang didapat

    kemudian digunakan dalam perhitungan kelimpahan

    fitoplankton. Pada Sedgwick-Rafter terdapat beberapa kolom.

    Gambaran sketsa bagian dalam dari Sedgwick-Rafter adalah

    sebagai berikut:

    Keterangan : = Lajur pengamatan plankton

    Gambar 1. Sketsa bagian dalam dari Sedgwick-Rafter

    Sketsa di atas mengacu pada kolom Sedgwick-Rafter yang

    terbagi dalam 250 bidang pandang (BD). Pengamatan

    dilakukan pada tiap lajur sisi chamber dan ditambah dengan

    dua lajur tengah secara melintang dan membujur, sehingga

    bidang pandang yang teramati berjumlah 96 bidang pandang

    (BD). Jumlah plankton yang teramati dalam tiap bidang

    pandang adalah jumlah sel/liter dari jumlah plankton yang

    teramati pada 96 bidang pandang.

    Pengamatan zooplankton pertama sampel disortir

    berdasarkan taksa tertentu seperti ordo maupun kelasnya.

    Sampel dimasukkan seluruhnya ke dalam tiga cawan petri dan

    dipilah dengan menggunakan pinset khusus untuk penyotiran

    zooplankton. Hasil yang didapatkan kemudian dicatat,

    digambar, dan diidentifikasi.

    Setelah semua sampel plankton (fitoplankton dan

    zooplankton) sudah diamati dan sudah teridentifikasi,

    selanjutnya dilakukan analisis data indeks ekologi dan notasi

    matematik yang meliputi jumlah, keanekaragaman, dominasi,

    kekayaan jenis, dan kemerataan jenis. Perhitungan untuk

    analisis data indeks ekologi dan notasi matematika sebagai

    berikut:

    vx

    a

    sx

    m

    nN

    1

    Keterangan:

    N = jumlah sel per ml3

    n = jumlah sel yang dihitung dalam m tetes

    m = jumlah tetes contoh yang diperiksa

    s = jumlah volume sampel dengan pengawetnya (ml)

    a = volume tiap tetes contoh

    v = volume air tersaring (liter)

    H= - [(ni /N) x In (ni/N)]

    Keterangan:

    H= Indeks diversitas/keanekaragaman Shannon Weaner

    ni= Jumlah sel plankton dari tiap-tiap spesies yag ditemukan

    N= Jumlah total sel plankton yang ditemukan semua spesies

    Di = (ni/N) x 100%

    Keterangan:

    Di = dominansi spesies i

    ni = jumlah individu spesies i

    N = jumlah total individu keseluruhan spesies

    Kriteria dominansi (Jorgensen) sebagai berikut:

    D > 5%, kategori dominan

    D = 2-5%, kategori sub-dominan

    D < 5%, kategori tidak dominan

    Indeks kekayaan jenis merupakan indeks yang

    menunjukkan kekayaan jenis suatu komunitas, dimana

    besarnya nilai ini dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan

    jumlah individu pada areal tersebut. Berdasarkan [17] besaran

    d5

    kekayaan jenis tergolong tinggi.

    N

    Sd

    ln

    1

    Keterangan:

    d = indeks kekayaan jenis

    S = jumlah takson (spesies) dalam satu sampel

    N = jumlah individu seluruh spesies

  • LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT ; KOMUNITAS PLANKTON; KELOMPOK 3A

    S

    HJ

    ln

    Keterangan:

    J = indeks kemerataan

    H = indeks keanekaragaman

    S = jumlah spesies dalam sampel

    Kriteria indeks keseragaman :

    0< J < 0,4 : Keseragaman rendah

    0,4 < J < 0,6 : Keseragaman sedang

    J > 0,6 : Keseragaman tinggi [16]

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tabel 1.

    Data parameter fisik kimia

    A. Fitoplankton

    Keanekaragaman fitoplankton yang terdapat di Pantai Bama

    sangat beranekaragam. Hal ini terlihat dari berbagai jenis

    fitoplankton yang ditemukan pada sampel tiap titik.

    Tabel 2.

    Indeks Ekologi Fitoplankton

    Dari tabel 2, diketahui bahwa kelimpahan fitoplankton

    terbanyak terdapat pada transek 1 dan 2 dengan lokasi dekat

    hutan mangrove, sedangkan kelimpahan paling sedikit adalah

    transek 10. Menurut [10] dan [6] perairan di sekitar hutan

    mangrove memiliki peranan dan memegang kunci dalam

    perputaran nutrien, sehingga eksistensinya dapat berperan

    dalam menopang dan memberikan tempat kehidupan biota

    laut. Hutan mangrove memiliki lingkungan yang relatif stabil,

    kondusif dan tidak terlalu berfluktuatif serta nutrisi yang

    cukup sehingga memungkinkan banyak fitoplankton yang

    ditemukan.

    Berdasarkan indeks keanekaragaman fitoplankton pada

    tabel 1, diketahui bahwa indeks keanekaragaman tertinggi ada

    pada titik 10. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya unsur

    hara yang melimpah dan beranekaragam sehingga pada titik

    10 terdapat berbagai jenis fitoplankton. Keanekaragaman

    unsur hara mempengaruhi keanekaragaman fitoplankton

    dikarenakan tiap plankton akan berbeda satu dengan yang

    lainnya dalam memanfaatkan unsur hara yang ada. Menurut

    Michael dalam [5] bahwa pola penyebaran suatu organisme

    akuatik dipengaruhi oleh faktor fisiko-kimia dan keistimewaan

    organisme tersebut.

    Berdasarkan hasil analisis data yang didapat, diketahui

    bahwa kemerataan jenis pada fitoplankton tergolong

    keseragaman sedang dan tinggi. Sedangkan kekayaan jenis

    pada fitoplankton tergolong rendah.

    Berdasarkan data dominansi spesies (lampiran 1), dapat

    dilihat bahwa pada titik 1 didominasi oleh 7 spesies yaitu

    Closterium sp., Fragillaria sp., Nitzchia sp., Synedra sp.,

    Coscinodiscus sp., Merismopedia sp., Rhizosolenia sp.

    Kisaran suhu optimum yang baik untuk pertumbuhan

    fitoplankton di perairan adalah 20oC - 30oC [9]. Suhu perairan

    di titik 1 adalah 30oC, merupakan suhu yang baik untuk

    pertumbuhan fitoplankton. Karena itu titik 1 memiliki

    keanekaragaman jenis yang banyak.

    Pada titik 2 didominasi oleh spesies Coscinodiscus sp.,

    Melosira sp., Synedra sp., Fragillaria sp., Rhizosolenia sp.,

    Trichodesmium sp. Dapat dilihat bahwa dominansinya tidak

    berbeda jauh dengan dominansi pada titik 1. Suhu di titik 2

    adalah 30oC.

    Titik 3 didominasi oleh 6 spesies fitoplankton yaitu

    Coscinodiscus sp., Melosira sp., Synedra sp., Fragillaria sp.,

    Rhizosolenia sp., dan Trichodesmium sp. Dapat dilihat bahwa

    dari titik 1, 2 dan 3 memiliki perbedaan dominansi yang kecil.

    Spesies dominan pada ketiga transek ini sama.

    Titik 4 didominasi oleh spesies Coscinodiscus sp.,

    Rhizosolenia sp., Thalassiotrix sp., Melosira sp.,

    Thalassionema sp., Trichodesmium sp., sedangkan titik 5

    hanya didominasi oleh 2 spesies yaitu Coscinodiscus sp., dan

    Skeletonema sp. Rendahnya komunitas plankton di transek ini

    bisa disebabkan oleh efek pemangsaan zooplankton.

    Titik 6 didominasi oleh spesies Coscinodiscus sp., Nitzchia

    sp., Rhizosolenia sp., Thalassionema sp., dan Trichodesmium

    sp. Titik 7 didominasi oleh 3 spesies yaitu Coscinodiscus sp.,

    Synedra sp., dan Trichodesmium sp. Rendahnya komunitas

    fitoplankton di transek ini bisa disebabkan oleh efek

    pemangsaan zooplankton.

    Suhu Salinitas

    S 750'43.39"

    E 11427'40.43

    S 750'43.39"

    E 11427'40.43

    S : 07 50'40.2"

    E : 114 27'39.7"

    S 751'36.46"

    E 11427'35.95"

    S 750'39.21"

    E 11427'45.46"

    S 07 50' 37,4"

    E 11427' 43,0"

    S 07 50.809'

    E 114 27.697'

    S 07 50.689'

    E 114 27.762'

    S: 07 50.509'

    E: 114 27.88'

    S: 07 50.490'

    E: 114 27.891'

    29 30

    29 31

    30

    31 30

    29

    29 30

    32 29

    30 30

    31 29

    3

    10

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    Titik Koordinat

    1

    2

    30 31

    30 31

    Parameter

    Titik ni H' d J

    1 34444 2.0305751 0.7323751 1.4358082

    2 63193 2.0112338 0.742687 1.2665164

    3 23884 2 0.7530403 1.6863479

    4 16586 2 0.8273048 1.7496348

    5 16586 1.9341883 0.6976109 1.5437954

    6 24050 1.78442 0.9912888 0.7441602

    7 13158 1.73750 1.8977729 0.5900945

    8 21009 2.09884 2.4114054 0.6520405

    9 20014 1.69327 2.2212854 0.5400317

    10 10007 2.5386732 2.7141379 0.7791891

  • LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT ; KOMUNITAS PLANKTON; KELOMPOK 3A

    Titik 8 didominasi oleh 3 spesies Fragillaria sp., Melosira

    sp., Trichodesmium sp. Rendahnya komunitas fitoplankton di

    transek ini bisa disebabkan oleh efek pemangsaan

    zooplankton.

    Titik 9 didominasi oleh Chaetoceros sp., Lyngbya sp.,

    Coscinodiscus sp., dan Trichodesmium sp. Titik 10 didominasi

    oleh 4 spesies yaitu Anabaena sp., Meridion sp., Melosira sp.,

    dan Trichodesmium sp.

    Dari semua diagram dominasi pada fitoplankton di setiap

    titik (lampiran 1), dapat diketahui bahwa transek 1 sampai

    dengan 10 banyak didominasi oleh kelas Diatomae. Seperti [1]

    yang menyatakan bahwa fitoplankton yang umum dijumpai di

    perairan tropis adalah diatomae dan dinoflagelata.

    Menurut [6], perbedaan kelimpahan dan taksa plankton

    yang berada pada masing-masing lokasi antara lain dapat

    disebabkan oleh salinitas dan suhu yang berbeda pada setiap

    lokasi pengambilan sampel. Namun, dari data parameter fisik

    (suhu dan salinitas) yang didapat (tabel 1), perbedaan faktor

    fisik kimia pada setiap titik tidak berbeda signifikan, sehingga

    perbedaan keanekaragaman dapat dipengaruhi oleh faktor lain.

    Perbedaan keanekaragaman mungkin juga dapat disebabkan

    oleh faktor fisik kimia selain suhu dan salinitas, seperti kadar

    oksigen terlarut (DO), namun karena faktor fisik kimia yang

    diukur dalam praktikum ini hanya suhu dan salinitas dan tidak

    mengukur DO, maka dimungkinkan perbedaan

    keanekaragaman spesies mungkin dapat dipengaruhi faktor

    lain, seperti pemangsaan fitoplankton yang menyebabkan

    penurunan keanekaragaman spesies pada suatu titik. Apabila

    kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan zooplankton

    maka akan terjadi proses pemangsaan fitoplankton oleh

    zooplankton. Apabila kondisi lingkungan dan ketersediaan

    fitoplankton tidak sesuai dengan kebutuhan zooplankton maka

    zooplankton akan mencari kondisi lingkungan dan makanan

    yang lebih sesuai [5].

    Dari gambar 1 (lampiran 1) dapat dilihat bahwa pada titik 1

    didominasi oleh fitoplankton dari famili Coscinodiscaceae

    kelas diatomae dengan prosentase dominasi sebesar 31%.

    Pada titik 2 juga didominasi oleh Coscinodiceae dari kelas

    diatomae dengan prosentase dominasi sebesar 39%. Hal ini

    sesuai dengan [4] yang menyatakan bahwa fitoplankton yang

    umum dijumpai diperairan tropis adalah diatomae dan

    dinoflagelata. Titik 3 didominasi oleh spesies Fragillaria sp.

    Pada titik 4 didominasi oleh Thalassionema sp. famili

    Thalassionemataceae kelas Diatomae. Titik 5 didonimasi oleh

    fitoplankton dari famili Skeletonemataceae kelas Diatomae.

    Titik 6 didominasi oleh Diatomae. Titik 7 didominasi oleh

    famili Oscillatoriaceae yang masuk dalam kelas

    Cyanobacteria. Titik 8 dan 10 didominasi oleh Melosiraceae

    kelas Diatomae. Titik 9 didominasi oleh famili Triceraticeae

    kelas Diatomae.

    Dari hasil analisis yang diperoleh, dapat diketahui bahwa

    salinitas dan suhu tidak berpengaruh signifikan terhadap

    kelimpahan dan jumlah taksa di tiap titik. Hal ini disebabkan

    oleh adanya daya toleransi yang berbeda antar spesies untuk

    hidup dan tumbuh dalam kisaran salinitas yang berbeda.

    Umumnya organisme laut bersifat stenohaline yaitu

    beradaptasi pada kisaran salinitas yang kecil [4].

    Kelimpahan fitoplankton pada tiap titik berbeda juga

    dapat dipengaruhi oleh kandungan nitrat yang berbeda, nitrat

    memiliki peranan dalam mebedakan tinggi rendahnya

    kelimpahan fitoplankton [6].

    B. Zooplankton

    Tabel 2.

    Indeks Ekologi Zooplankton

    Dari diagram dominasi spesies zooplankton (lampiran 2)

    dapat dilihat bahwa titik 1 didominasi oleh zooplankton dari

    ordo Foraminifera dengan prosentase sebesar 29%. Titik 2

    didominasi oleh Copepod dengan prosentase sebesar 28%.

    Titik 3 didominasi oleh kelas Polychaeta dengan prosentase

    sebesar 35%. Titik 4 didominasi oleh Copepod. Titik 5

    didominasi oleh Foraminifera dan larva Bivalvia dengan

    prosentase sebesar 27%. Larva Bivalvia ini banyak ditemukan

    karena kesesuaian tingkat hidup dari larva dan kemungkinan

    memijah dari larva induk yang berkembangbiak pada sedimen

    atau substrat yang ada pada titik 5, dimana merupakan daerah

    dekat pantai. Titik 6 didominasi oleh Copepod dengan

    prosentase sebesar 22%. Titik 7 didominasi oleh Bivalvia

    dengan prosentase sebesar 29%. Titik 8 didominasi oleh

    Copepod dan Cypridinidae dengan prosentase sebesar 29%.

    Titik 9 didominasi oleh Cypridinidae dengan prosentase

    sebesar 20%. Titik 10 didominasi oleh Brachyura dan

    Polychaeta dengan prosentase sebesar 23%. Dari ke-10 titik

    ini dapat dilihat bahwa Copepod mendominasi di beberapa

    titik. Hal ini dikarenakan Copepod merupakan mata rantai

    yang amat penting antara produksi primer fitoplankton dengan

    para karnivora besar dan kecil [1].

    Titik 1 didominasi oleh Amphipoda, Copepoda Calanoida,

    Cypridina sp., Foraminifera, Larva Veliger Bivalvia, Larva

    Veliger Gastropoda, Nematoda dan Obelia sp. Titik 2

    didominasi oleh Amphipoda, Cypridina sp., Nematoda,

    Polychaeta, Copepoda Cyclopoida, Larva Echinopluteus, dan

    Obelia sp. Titik 3 didominasi oleh Foraminifera, Nematoda,

    Mysidacea, Plychaeta, Lucifer sp., dan Obelia sp. Titik 4

    didominasi oleh Foraminifera, Nematoda, Mysidacea,

    Plychaeta, Lucifer sp., dan Obelia sp. Titik 5 didominasi oleh

    Copepoda Calanoida, Euphasia, Larva Veliger Bivalvia,

    Copepoda Cyclopoida, Foraminifera dan Polychaeta. Titik 6

    didominasi oleh Acetes sp., Copepoda Harpacticoida,

    Limacina sp., Trichocera sp., Copepoda Calanoida,

    Polychaeta, dan Cypridina sp. Titik 7 didominasi oleh Acetes

    sp., Copepoda Harpacticoida, Limacina sp., Trichocera sp.,

    Copepoda Calanoida, Polychaeta, dan Cypridina sp. Titik 8

    Titik ni H' d J

    1 65 0.313 3.593000 0.075

    2 11 0.109 2.502000 0.045

    3 20 0.363 2.670000 0.121

    4 14 0.331 1.516000 0.125

    5 48 0.224 2.325000 0.058

    6 35 0.333 3.656000 0.094

    7 50 0.202 2.812000 0.052

    8 23 0.368 1.914000 0.117

    9 63 0.03 3.138000 0.007

    10 20 0.121 3.672000 0.121

  • LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT ; KOMUNITAS PLANKTON; KELOMPOK 3A

    didominasi oleh Amphipoda, Copepoda Cyclopoida,

    Cypridina sp., Copepoda Camanoida, dan Copepoda

    Harpacticoida. Titik 9 didominasi oleh Larva Veliger Bivalvia,

    Larva Veliger Gastropoda, Cypridina sp., Copepoda

    Monstrilloida, Copepoda Harpacticoida, Copepoda Calanoida,

    Polychaeta dan Obelia sp. Titik 10 didominasi oleh Copepoda

    Calanoida, Polychaeta, Larva Zoea Brachyura, Sagitta sp., dan

    Telur ikan.

    Dari diagram dominasi spesies zooplankton (lampiran 2)

    dapat dilihat bahwa hampir tiap titik didominasi oleh

    Copepoda dan Amphipoda. Hasil pengamatan zooplankton

    menunjukkan bahwa copepoda sangat dominan. Menurut [1]

    pada beberapa daerah Copepoda merupakan golongan

    Crustacea yang merupakan penyusun utama komunitas

    zooplankton. Kelas Crustacea komposisinya lebih tinggi

    karena umumnya bersifat euryhalin, lebih mampu bertahan

    dengan perubahan salinitas yang luas [11] Copepoda dari ordo

    Calanoida dan Harpacticoida adalah Crustacea holoplankton

    berukuran kecil yang mendominasi di semua perairan bahari

    [11].

    Berdasarkan hasil analisis data yang didapat, diketahui

    bahwa kemerataan jenis zooplankton tergolong rendah.

    Sedangkan kekayaan jenisnya tergolong sedang dan rendah.

    Perubahan lingkungan yang terjadi pada suatu perairan

    akan mempengaruhi keberadaan zooplankton baik langsung

    atau tidak langsung. Struktur komunitas zooplankton di suatu

    perairan ditentukan oleh kondisi lingkungan dan ketersediaan

    makanan dalam hal ini fitoplankton. Apabila kondisi

    lingkungan sesuai dengan kebutuhan zooplankton maka akan

    terjadi proses pemangsaan fitoplankton oleh zooplankton.

    Apabila kondisi lingkungan dan ketersediaan fitoplankton

    tidak sesuai dengan kebutuhan zooplankton maka zooplankton

    akan mencari kondisi lingkungan dan makanan yang lebih

    sesuai [5].

    Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data fitoplankton,

    diketahui bahwa titik 1 sampai titik 10 memiliki indeks

    keanekaragaman (H) yang termasuk dalam kategori sedang

    karena nilai H pada kesepuluh titik lebih dari 1,0 dan kurang

    dari 3,322. Pada data zooplankton, diketahui bahwa indeks

    keanekaragaman semua titik termasuk dalam kategori rendah

    karena nilai H pada semua titik adalah kurang dari 1,0.

    Gambar 3. Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman. [12]

    Keanekaragaman fitoplankton yang lebih tinggi dibanding

    zooplankton dapat disebabkan karena pengambilan sampel

    dilakukan pada siang hari, saat fitoplankton melakukan

    fotosintesis sehingga fitoplankton lebih banyak didapat

    dibanding zooplankton [4].

    Tinggi rendahnya keanekaragaman plankton dapat

    dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kandungan nutrient.

    Kandungan nutrien yang sedang dapat mendorong tingginya

    kelimpahan plankton pada suatu perairan [13]. Selain itu,

    apabila suhu diatas 300 C akan sulit bagi plankton dapat hidup.

    Suhu yang sesuai untuk kehidupan fitoplankton sekitar 20o-

    30oC [14].

    Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh

    beberapa parameter lingkungan dan karakteristik

    fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan

    berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap

    perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia,

    maupun biologi. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton

    sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-

    kimia perairan seperti stratifikasi suhu dan ketersediaan unsur

    hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah

    adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami,

    dan dekomposisi. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton

    sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika

    dan kimia perairan seperti suhu, kecerahan dan ketersediaan

    unsur hara nitrogen dan fosfor [15].

    IV. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan.

    Fitoplankton didominasi oleh Coscinodiscus sp., jumlah taksa

    yang paling banyak ditemukan terdapat pada titik 10,

    sedangkan zooplankton didominasi oleh Copepoda calanoida,

    Copepoda harpacticoida, Foraminifera, dan larva Veliger

    bivalvia. Faktor suhu dan salinitas tidak berpengaruh

    signifikan terhadap keragaman fitoplankton dan zooplankton.

    Fitoplankton mempunyai kelimpahan yang lebih tinggi

    dibanding zooplankton. Keanekaragaman fitoplankton

    termasuk sedang, sedangkan keanekaragaman zooplankton

    termasuk rendah. Kemerataan jenis pada fitoplankton

    termasuk keseragaman yang sedang dan tinggi sedangkan

    pada zooplankton termasuk keseragaman yang rendah.

    Kekayaan jenis fitoplankton tergolong rendah sedangkan

    kekayaan jenis zooplankton tergolong sedang dan rendah.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. PT.

    Gramedia : Jakarta.

    [2] Romimohtarto. 2003. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota

    Laut. Djambatan : Jakarta

    [3] Arinardi, O.H, et al. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton

    Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. LIPI:

    Jakarta

    [4] Nontji, Anugerah. 2008. Plankton Laut. LIPI Press: Jakarta

    [5] Hariyanti, Sri., Patria, Mufti P. 2005. Komunitas Zooplankton di Perairan

    Waduk Krenceng, Cilegon, Banten. Makara, SAINS, Vol.9,

    No.2, Nopember 2005:75-80.

    [6] Rimper, Joice. 2002. Kelimpahan Fitoplankton dan Kondisi

    Hidrooseanografi Perairan Teluk Manado. Makalah Pengantar

    Falsafah Sains (PPSS702), Program Pasca Sarjana/S3. Institut

    Pertanian Bogor : Bogor.

  • LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT ; KOMUNITAS PLANKTON; KELOMPOK 3A

    [7] Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Saunders Co.

    Philadelphia

    [8] Affandi, Moch. Nimatuzahroh. 2000. Perubahan Suksesif Biota

    Dekomposer Dalam Proses Dekomposisi Serasah Mangrove. J.

    Penelit. Med. Eksakta, Vol. 1 No. 1 April 2000: 33-44. Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Airlangga

    Sumberdana : DIP Unair 1999/2000.

    [9] Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber

    Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius: Kanisius:

    Yogyakarta.

    [10] Ridd, P. T., E. Wolanski and Y. Mazda 1990. Longitudinal diffusion in

    mangrove fringed tidal creeks. Estuarine,Coastal and Shelf

    Science. 31 : 541-544.

    [11] Pranoto, Bayu A., Ambariyanto, Zainuri M. 2005. Struktur Komunitas

    Zooplankton di Muara Sungai Serang, Jogjakarta. Jurnal Ilmu

    Kelautan Vol. 10, No. 2

    [12] Fitriana, Yulia R. 2006. Keanekaragaman dan Kelimpahan

    Makrozoobentos di Hutan Mangrove Hasil Rehabilitasi Taman

    Hutan Raya Ngurah Rai Bali. Jurnal Biodiversitas Volume 7,

    Nomor 1

    [13] Widianingsih. 2007, Kelimpahan dan Sebaran Horizontal Fitoplankton

    di Perairan Pantai Timur Pulau Belitung. Jurnal Ilmu Kelautan

    UNDIP Vol.12 (1):6-11.

    [14] Tett, P. 1990. The Photic Zone In Light And Life In The Sea. Cambridge

    University Press. Cambridge.

    [15] Goldman, C. R dan A.J. Horne. 1983. Limnology. Mc Graw-Hill

    International Book Company, New York. 464p.

    [16] Yazwar, 2008. Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya Dengan

    Kualitas Air di Parapat Danau Toba. Universitas Sumatera

    Utara: Medan.

    [17] Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and its Measurement. New

    Jersey: Princeton University Press.