Upload
hatif-chanifah
View
51
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan praktikumbiologi laut plankton
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT ; KOMUNITAS PLANKTON; KELOMPOK 3A
Abstrak Plankton ialah organisme akuatik yang memiliki
kemampuan berenang sangat lemah sehingga pergerakannya
tergantung pada pergerakan arus air [1]. Pada praktikum ini
akan analisis dominasi dan keanekaragaman plankton pada 10
titik pengambilan sampel di pantai Bama, Taman Nasional
Baluran. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel
adalah dengan metode towing dan snorkeling. Hasil
menunjukkan bahwa fitoplankton yang paling mendominasi
adalah Coscinodiscus sp., sedangkan zooplankton yang
mendominasi adalah Copepoda calanoida, Copepoda
harpacticoida, Foraminifera, dan larva Veliger bivalvia. Faktor
suhu dan salinitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
keragaman fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
mempunyai kelimpahan yang lebih tinggi dibanding
zooplankton. Keanekaragaman fitoplankton termasuk sedang,
sedangkan keanekaragaman zooplankton termasuk rendah.
Kemerataan jenis pada fitoplankton termasuk keseragaman
yang sedang dan tinggi sedangkan pada zooplankton termasuk
keseragaman yang rendah. Kekayaan jenis fitoplankton
tergolong rendah sedangkan kekayaan jenis zooplankton
tergolong sedang dan rendah.
Kata KunciFitoplankton, Zooplankton, Keanekaragaman,
dan Dominasi.
I. PENDAHULUAN
RAKTIKUM ini dilakukan untuk mengetahui
keanekaragaman plankton di pantai Bama. Plankton ialah
organisme akuatik yang memiliki kemampuan berenang
sangat lemah sehingga pergerakannya tergantung pada
pergerakan arus air [1]. Berdasarkan daur hidupnya, plankton
juga dibagi menjadi dua golongan, yaitu plankton tetap
(holoplankton) yang seluruh daur hidupnya bersifat planktonik
dan plankton sementara (meroplankton) yang sebagian daur
hidupnya bersifat planktonik, yakni pada saat stadium telur
dan larva, sedangkan pada saat dewasa dapat menjadi nekton
atau bentos [2]. Plankton dapat dibagi ke dalam dua golongan
besar yaitu fitoplankton (plankton nabati atau plankton
tumbuhan) dan zooplankton (plankton hewani) [3]. Oleh
karena itu, dilakukan percobaan analisis komunitas plankton
untuk dapat memahami terminologi dann klasifikasi plankton,
melaksanakan metode pengambilan sampling plankton,
analisis sampel plankton, dan mengidentifikasi fitoplanton dan
zooplankton hingga taksa atau ordo, dan mampu memahami
faktor fisik dan hidro-oseanografi yang mempengaruhi
kehidupan plankton. Memahami mekanisme pengapungan
plankton, melakukan perhitungan tingkat keanekaragaman
plankton.
II. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Praktikum komunitas plankton dilakukan di pantai Bama
pada tanggal 12-13 April 2013. Pengamatan sampel dilakukan
di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi FMIPA ITS pada
tanggal 17 April 2013.
B. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan metode towing dan snorkeling. Pertama dilakukan
pengukuran koordinat untuk tempat pengambilan sampel.
Titik 1 sampai 6 menggunakan metode snorkeling untuk
pengambilan sampel, sedangkan titik 7 sampai 10
menggunakan metode towing untuk pengambilan sampel
plankton. Koordinat pengambilan sampel adalah sebagai
berikut:
S 750'43.39"
E 11427'40.43
S 750'43.39"
E 11427'40.43
S : 07 50'40.2"
E : 114 27'39.7"
S 751'36.46"
E 11427'35.95"
S 750'39.21"
E 11427'45.46"
S 07 50' 37,4"
E 11427' 43,0"
S 07 50.809'
E 114 27.697'
S 07 50.689'
E 114 27.762'
S: 07 50.509'
E: 114 27.88'
S: 07 50.490'
E: 114 27.891'
3
10
4
5
6
7
8
9
Titik Koordinat
1
2
Qintan Istighfarin A. (1511100007), Hatif Chanifah (1511100029), Miftahur Rohmah (1511100061),
dan Trio Verdian (1511100073)
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: [email protected]
Komunitas Plankton di Pantai Bama Taman
Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur
P
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT ; KOMUNITAS PLANKTON; KELOMPOK 3A
Metode snorkeling adalah metode pengambilan sampel
plankton dengan menggunakan plankton net yang ditarik oleh
dua orang sejauh 10 m, sedangkan metode towing adalah
metode pengambilan sampel plankton dengan menggunakan
plankton net yang ditarik oleh perahu dengan kecepatan rata-
rata 2 knot. Untuk pengambilan sampel fitoplankton
menggunakan KITAHARA net, sedangkan sampel
zooplankton menggunakan NORPAC net. Setelah proses
penyaringan selesai,bagian luar plankton net disemprot
menggunakan sprayer dengan air yang diambil dari lokasi
sampling agar sampling plankton yang melekat pada dinding
net dapat terkumpul semua kedalam botol penampung.
Selanjutnya sampel dalam penampung dipindah ke dalam
botol koleksi (botol sampel) dan diawetkan dalam buffered
formalin 10%. Selanjutnya botol sampel diberi tanda dengan
kertas label untuk membedakan botol berisi fitoplankton
dengan botol berisi sampel zooplankton.
Selain pengambilan sampel plankton, juga dilakukan
pangukuran data parameter ambien lingkungan di tempat
pengambilan sampel plankton untuk mengetahui faktor fisik
kimia yang mempengaruhi distribusi dan keragaman serta
dominasi spesies plankton di suatu lokasi dan juga untuk
perbandingan spesies plankton pada sepuluh titik. Data yang
diukur dalam pada praktikum ini adalah suhu perairan dengan
menggunakan termometer merkuri (permukaan dan dasar),dan
salinitas menggunakan Hand-salino refractometer.
C. Pengamatan Sampel
Pengamatan fitoplankton dilakukan dengan menggunakan
mikroskop compound dan beberapa alat bantu lainnya, seperti
sedgwig rafter untuk membantu perhitungan, sedangkan untuk
pengamatan dan perhitungan zooplankton digunakan
mikroskop stereo dan cawan Petri. Data yang didapat
kemudian digunakan dalam perhitungan kelimpahan
fitoplankton. Pada Sedgwick-Rafter terdapat beberapa kolom.
Gambaran sketsa bagian dalam dari Sedgwick-Rafter adalah
sebagai berikut:
Keterangan : = Lajur pengamatan plankton
Gambar 1. Sketsa bagian dalam dari Sedgwick-Rafter
Sketsa di atas mengacu pada kolom Sedgwick-Rafter yang
terbagi dalam 250 bidang pandang (BD). Pengamatan
dilakukan pada tiap lajur sisi chamber dan ditambah dengan
dua lajur tengah secara melintang dan membujur, sehingga
bidang pandang yang teramati berjumlah 96 bidang pandang
(BD). Jumlah plankton yang teramati dalam tiap bidang
pandang adalah jumlah sel/liter dari jumlah plankton yang
teramati pada 96 bidang pandang.
Pengamatan zooplankton pertama sampel disortir
berdasarkan taksa tertentu seperti ordo maupun kelasnya.
Sampel dimasukkan seluruhnya ke dalam tiga cawan petri dan
dipilah dengan menggunakan pinset khusus untuk penyotiran
zooplankton. Hasil yang didapatkan kemudian dicatat,
digambar, dan diidentifikasi.
Setelah semua sampel plankton (fitoplankton dan
zooplankton) sudah diamati dan sudah teridentifikasi,
selanjutnya dilakukan analisis data indeks ekologi dan notasi
matematik yang meliputi jumlah, keanekaragaman, dominasi,
kekayaan jenis, dan kemerataan jenis. Perhitungan untuk
analisis data indeks ekologi dan notasi matematika sebagai
berikut:
vx
a
sx
m
nN
1
Keterangan:
N = jumlah sel per ml3
n = jumlah sel yang dihitung dalam m tetes
m = jumlah tetes contoh yang diperiksa
s = jumlah volume sampel dengan pengawetnya (ml)
a = volume tiap tetes contoh
v = volume air tersaring (liter)
H= - [(ni /N) x In (ni/N)]
Keterangan:
H= Indeks diversitas/keanekaragaman Shannon Weaner
ni= Jumlah sel plankton dari tiap-tiap spesies yag ditemukan
N= Jumlah total sel plankton yang ditemukan semua spesies
Di = (ni/N) x 100%
Keterangan:
Di = dominansi spesies i
ni = jumlah individu spesies i
N = jumlah total individu keseluruhan spesies
Kriteria dominansi (Jorgensen) sebagai berikut:
D > 5%, kategori dominan
D = 2-5%, kategori sub-dominan
D < 5%, kategori tidak dominan
Indeks kekayaan jenis merupakan indeks yang
menunjukkan kekayaan jenis suatu komunitas, dimana
besarnya nilai ini dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan
jumlah individu pada areal tersebut. Berdasarkan [17] besaran
d5
kekayaan jenis tergolong tinggi.
N
Sd
ln
1
Keterangan:
d = indeks kekayaan jenis
S = jumlah takson (spesies) dalam satu sampel
N = jumlah individu seluruh spesies
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT ; KOMUNITAS PLANKTON; KELOMPOK 3A
S
HJ
ln
Keterangan:
J = indeks kemerataan
H = indeks keanekaragaman
S = jumlah spesies dalam sampel
Kriteria indeks keseragaman :
0< J < 0,4 : Keseragaman rendah
0,4 < J < 0,6 : Keseragaman sedang
J > 0,6 : Keseragaman tinggi [16]
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.
Data parameter fisik kimia
A. Fitoplankton
Keanekaragaman fitoplankton yang terdapat di Pantai Bama
sangat beranekaragam. Hal ini terlihat dari berbagai jenis
fitoplankton yang ditemukan pada sampel tiap titik.
Tabel 2.
Indeks Ekologi Fitoplankton
Dari tabel 2, diketahui bahwa kelimpahan fitoplankton
terbanyak terdapat pada transek 1 dan 2 dengan lokasi dekat
hutan mangrove, sedangkan kelimpahan paling sedikit adalah
transek 10. Menurut [10] dan [6] perairan di sekitar hutan
mangrove memiliki peranan dan memegang kunci dalam
perputaran nutrien, sehingga eksistensinya dapat berperan
dalam menopang dan memberikan tempat kehidupan biota
laut. Hutan mangrove memiliki lingkungan yang relatif stabil,
kondusif dan tidak terlalu berfluktuatif serta nutrisi yang
cukup sehingga memungkinkan banyak fitoplankton yang
ditemukan.
Berdasarkan indeks keanekaragaman fitoplankton pada
tabel 1, diketahui bahwa indeks keanekaragaman tertinggi ada
pada titik 10. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya unsur
hara yang melimpah dan beranekaragam sehingga pada titik
10 terdapat berbagai jenis fitoplankton. Keanekaragaman
unsur hara mempengaruhi keanekaragaman fitoplankton
dikarenakan tiap plankton akan berbeda satu dengan yang
lainnya dalam memanfaatkan unsur hara yang ada. Menurut
Michael dalam [5] bahwa pola penyebaran suatu organisme
akuatik dipengaruhi oleh faktor fisiko-kimia dan keistimewaan
organisme tersebut.
Berdasarkan hasil analisis data yang didapat, diketahui
bahwa kemerataan jenis pada fitoplankton tergolong
keseragaman sedang dan tinggi. Sedangkan kekayaan jenis
pada fitoplankton tergolong rendah.
Berdasarkan data dominansi spesies (lampiran 1), dapat
dilihat bahwa pada titik 1 didominasi oleh 7 spesies yaitu
Closterium sp., Fragillaria sp., Nitzchia sp., Synedra sp.,
Coscinodiscus sp., Merismopedia sp., Rhizosolenia sp.
Kisaran suhu optimum yang baik untuk pertumbuhan
fitoplankton di perairan adalah 20oC - 30oC [9]. Suhu perairan
di titik 1 adalah 30oC, merupakan suhu yang baik untuk
pertumbuhan fitoplankton. Karena itu titik 1 memiliki
keanekaragaman jenis yang banyak.
Pada titik 2 didominasi oleh spesies Coscinodiscus sp.,
Melosira sp., Synedra sp., Fragillaria sp., Rhizosolenia sp.,
Trichodesmium sp. Dapat dilihat bahwa dominansinya tidak
berbeda jauh dengan dominansi pada titik 1. Suhu di titik 2
adalah 30oC.
Titik 3 didominasi oleh 6 spesies fitoplankton yaitu
Coscinodiscus sp., Melosira sp., Synedra sp., Fragillaria sp.,
Rhizosolenia sp., dan Trichodesmium sp. Dapat dilihat bahwa
dari titik 1, 2 dan 3 memiliki perbedaan dominansi yang kecil.
Spesies dominan pada ketiga transek ini sama.
Titik 4 didominasi oleh spesies Coscinodiscus sp.,
Rhizosolenia sp., Thalassiotrix sp., Melosira sp.,
Thalassionema sp., Trichodesmium sp., sedangkan titik 5
hanya didominasi oleh 2 spesies yaitu Coscinodiscus sp., dan
Skeletonema sp. Rendahnya komunitas plankton di transek ini
bisa disebabkan oleh efek pemangsaan zooplankton.
Titik 6 didominasi oleh spesies Coscinodiscus sp., Nitzchia
sp., Rhizosolenia sp., Thalassionema sp., dan Trichodesmium
sp. Titik 7 didominasi oleh 3 spesies yaitu Coscinodiscus sp.,
Synedra sp., dan Trichodesmium sp. Rendahnya komunitas
fitoplankton di transek ini bisa disebabkan oleh efek
pemangsaan zooplankton.
Suhu Salinitas
S 750'43.39"
E 11427'40.43
S 750'43.39"
E 11427'40.43
S : 07 50'40.2"
E : 114 27'39.7"
S 751'36.46"
E 11427'35.95"
S 750'39.21"
E 11427'45.46"
S 07 50' 37,4"
E 11427' 43,0"
S 07 50.809'
E 114 27.697'
S 07 50.689'
E 114 27.762'
S: 07 50.509'
E: 114 27.88'
S: 07 50.490'
E: 114 27.891'
29 30
29 31
30
31 30
29
29 30
32 29
30 30
31 29
3
10
4
5
6
7
8
9
Titik Koordinat
1
2
30 31
30 31
Parameter
Titik ni H' d J
1 34444 2.0305751 0.7323751 1.4358082
2 63193 2.0112338 0.742687 1.2665164
3 23884 2 0.7530403 1.6863479
4 16586 2 0.8273048 1.7496348
5 16586 1.9341883 0.6976109 1.5437954
6 24050 1.78442 0.9912888 0.7441602
7 13158 1.73750 1.8977729 0.5900945
8 21009 2.09884 2.4114054 0.6520405
9 20014 1.69327 2.2212854 0.5400317
10 10007 2.5386732 2.7141379 0.7791891
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT ; KOMUNITAS PLANKTON; KELOMPOK 3A
Titik 8 didominasi oleh 3 spesies Fragillaria sp., Melosira
sp., Trichodesmium sp. Rendahnya komunitas fitoplankton di
transek ini bisa disebabkan oleh efek pemangsaan
zooplankton.
Titik 9 didominasi oleh Chaetoceros sp., Lyngbya sp.,
Coscinodiscus sp., dan Trichodesmium sp. Titik 10 didominasi
oleh 4 spesies yaitu Anabaena sp., Meridion sp., Melosira sp.,
dan Trichodesmium sp.
Dari semua diagram dominasi pada fitoplankton di setiap
titik (lampiran 1), dapat diketahui bahwa transek 1 sampai
dengan 10 banyak didominasi oleh kelas Diatomae. Seperti [1]
yang menyatakan bahwa fitoplankton yang umum dijumpai di
perairan tropis adalah diatomae dan dinoflagelata.
Menurut [6], perbedaan kelimpahan dan taksa plankton
yang berada pada masing-masing lokasi antara lain dapat
disebabkan oleh salinitas dan suhu yang berbeda pada setiap
lokasi pengambilan sampel. Namun, dari data parameter fisik
(suhu dan salinitas) yang didapat (tabel 1), perbedaan faktor
fisik kimia pada setiap titik tidak berbeda signifikan, sehingga
perbedaan keanekaragaman dapat dipengaruhi oleh faktor lain.
Perbedaan keanekaragaman mungkin juga dapat disebabkan
oleh faktor fisik kimia selain suhu dan salinitas, seperti kadar
oksigen terlarut (DO), namun karena faktor fisik kimia yang
diukur dalam praktikum ini hanya suhu dan salinitas dan tidak
mengukur DO, maka dimungkinkan perbedaan
keanekaragaman spesies mungkin dapat dipengaruhi faktor
lain, seperti pemangsaan fitoplankton yang menyebabkan
penurunan keanekaragaman spesies pada suatu titik. Apabila
kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan zooplankton
maka akan terjadi proses pemangsaan fitoplankton oleh
zooplankton. Apabila kondisi lingkungan dan ketersediaan
fitoplankton tidak sesuai dengan kebutuhan zooplankton maka
zooplankton akan mencari kondisi lingkungan dan makanan
yang lebih sesuai [5].
Dari gambar 1 (lampiran 1) dapat dilihat bahwa pada titik 1
didominasi oleh fitoplankton dari famili Coscinodiscaceae
kelas diatomae dengan prosentase dominasi sebesar 31%.
Pada titik 2 juga didominasi oleh Coscinodiceae dari kelas
diatomae dengan prosentase dominasi sebesar 39%. Hal ini
sesuai dengan [4] yang menyatakan bahwa fitoplankton yang
umum dijumpai diperairan tropis adalah diatomae dan
dinoflagelata. Titik 3 didominasi oleh spesies Fragillaria sp.
Pada titik 4 didominasi oleh Thalassionema sp. famili
Thalassionemataceae kelas Diatomae. Titik 5 didonimasi oleh
fitoplankton dari famili Skeletonemataceae kelas Diatomae.
Titik 6 didominasi oleh Diatomae. Titik 7 didominasi oleh
famili Oscillatoriaceae yang masuk dalam kelas
Cyanobacteria. Titik 8 dan 10 didominasi oleh Melosiraceae
kelas Diatomae. Titik 9 didominasi oleh famili Triceraticeae
kelas Diatomae.
Dari hasil analisis yang diperoleh, dapat diketahui bahwa
salinitas dan suhu tidak berpengaruh signifikan terhadap
kelimpahan dan jumlah taksa di tiap titik. Hal ini disebabkan
oleh adanya daya toleransi yang berbeda antar spesies untuk
hidup dan tumbuh dalam kisaran salinitas yang berbeda.
Umumnya organisme laut bersifat stenohaline yaitu
beradaptasi pada kisaran salinitas yang kecil [4].
Kelimpahan fitoplankton pada tiap titik berbeda juga
dapat dipengaruhi oleh kandungan nitrat yang berbeda, nitrat
memiliki peranan dalam mebedakan tinggi rendahnya
kelimpahan fitoplankton [6].
B. Zooplankton
Tabel 2.
Indeks Ekologi Zooplankton
Dari diagram dominasi spesies zooplankton (lampiran 2)
dapat dilihat bahwa titik 1 didominasi oleh zooplankton dari
ordo Foraminifera dengan prosentase sebesar 29%. Titik 2
didominasi oleh Copepod dengan prosentase sebesar 28%.
Titik 3 didominasi oleh kelas Polychaeta dengan prosentase
sebesar 35%. Titik 4 didominasi oleh Copepod. Titik 5
didominasi oleh Foraminifera dan larva Bivalvia dengan
prosentase sebesar 27%. Larva Bivalvia ini banyak ditemukan
karena kesesuaian tingkat hidup dari larva dan kemungkinan
memijah dari larva induk yang berkembangbiak pada sedimen
atau substrat yang ada pada titik 5, dimana merupakan daerah
dekat pantai. Titik 6 didominasi oleh Copepod dengan
prosentase sebesar 22%. Titik 7 didominasi oleh Bivalvia
dengan prosentase sebesar 29%. Titik 8 didominasi oleh
Copepod dan Cypridinidae dengan prosentase sebesar 29%.
Titik 9 didominasi oleh Cypridinidae dengan prosentase
sebesar 20%. Titik 10 didominasi oleh Brachyura dan
Polychaeta dengan prosentase sebesar 23%. Dari ke-10 titik
ini dapat dilihat bahwa Copepod mendominasi di beberapa
titik. Hal ini dikarenakan Copepod merupakan mata rantai
yang amat penting antara produksi primer fitoplankton dengan
para karnivora besar dan kecil [1].
Titik 1 didominasi oleh Amphipoda, Copepoda Calanoida,
Cypridina sp., Foraminifera, Larva Veliger Bivalvia, Larva
Veliger Gastropoda, Nematoda dan Obelia sp. Titik 2
didominasi oleh Amphipoda, Cypridina sp., Nematoda,
Polychaeta, Copepoda Cyclopoida, Larva Echinopluteus, dan
Obelia sp. Titik 3 didominasi oleh Foraminifera, Nematoda,
Mysidacea, Plychaeta, Lucifer sp., dan Obelia sp. Titik 4
didominasi oleh Foraminifera, Nematoda, Mysidacea,
Plychaeta, Lucifer sp., dan Obelia sp. Titik 5 didominasi oleh
Copepoda Calanoida, Euphasia, Larva Veliger Bivalvia,
Copepoda Cyclopoida, Foraminifera dan Polychaeta. Titik 6
didominasi oleh Acetes sp., Copepoda Harpacticoida,
Limacina sp., Trichocera sp., Copepoda Calanoida,
Polychaeta, dan Cypridina sp. Titik 7 didominasi oleh Acetes
sp., Copepoda Harpacticoida, Limacina sp., Trichocera sp.,
Copepoda Calanoida, Polychaeta, dan Cypridina sp. Titik 8
Titik ni H' d J
1 65 0.313 3.593000 0.075
2 11 0.109 2.502000 0.045
3 20 0.363 2.670000 0.121
4 14 0.331 1.516000 0.125
5 48 0.224 2.325000 0.058
6 35 0.333 3.656000 0.094
7 50 0.202 2.812000 0.052
8 23 0.368 1.914000 0.117
9 63 0.03 3.138000 0.007
10 20 0.121 3.672000 0.121
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT ; KOMUNITAS PLANKTON; KELOMPOK 3A
didominasi oleh Amphipoda, Copepoda Cyclopoida,
Cypridina sp., Copepoda Camanoida, dan Copepoda
Harpacticoida. Titik 9 didominasi oleh Larva Veliger Bivalvia,
Larva Veliger Gastropoda, Cypridina sp., Copepoda
Monstrilloida, Copepoda Harpacticoida, Copepoda Calanoida,
Polychaeta dan Obelia sp. Titik 10 didominasi oleh Copepoda
Calanoida, Polychaeta, Larva Zoea Brachyura, Sagitta sp., dan
Telur ikan.
Dari diagram dominasi spesies zooplankton (lampiran 2)
dapat dilihat bahwa hampir tiap titik didominasi oleh
Copepoda dan Amphipoda. Hasil pengamatan zooplankton
menunjukkan bahwa copepoda sangat dominan. Menurut [1]
pada beberapa daerah Copepoda merupakan golongan
Crustacea yang merupakan penyusun utama komunitas
zooplankton. Kelas Crustacea komposisinya lebih tinggi
karena umumnya bersifat euryhalin, lebih mampu bertahan
dengan perubahan salinitas yang luas [11] Copepoda dari ordo
Calanoida dan Harpacticoida adalah Crustacea holoplankton
berukuran kecil yang mendominasi di semua perairan bahari
[11].
Berdasarkan hasil analisis data yang didapat, diketahui
bahwa kemerataan jenis zooplankton tergolong rendah.
Sedangkan kekayaan jenisnya tergolong sedang dan rendah.
Perubahan lingkungan yang terjadi pada suatu perairan
akan mempengaruhi keberadaan zooplankton baik langsung
atau tidak langsung. Struktur komunitas zooplankton di suatu
perairan ditentukan oleh kondisi lingkungan dan ketersediaan
makanan dalam hal ini fitoplankton. Apabila kondisi
lingkungan sesuai dengan kebutuhan zooplankton maka akan
terjadi proses pemangsaan fitoplankton oleh zooplankton.
Apabila kondisi lingkungan dan ketersediaan fitoplankton
tidak sesuai dengan kebutuhan zooplankton maka zooplankton
akan mencari kondisi lingkungan dan makanan yang lebih
sesuai [5].
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data fitoplankton,
diketahui bahwa titik 1 sampai titik 10 memiliki indeks
keanekaragaman (H) yang termasuk dalam kategori sedang
karena nilai H pada kesepuluh titik lebih dari 1,0 dan kurang
dari 3,322. Pada data zooplankton, diketahui bahwa indeks
keanekaragaman semua titik termasuk dalam kategori rendah
karena nilai H pada semua titik adalah kurang dari 1,0.
Gambar 3. Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman. [12]
Keanekaragaman fitoplankton yang lebih tinggi dibanding
zooplankton dapat disebabkan karena pengambilan sampel
dilakukan pada siang hari, saat fitoplankton melakukan
fotosintesis sehingga fitoplankton lebih banyak didapat
dibanding zooplankton [4].
Tinggi rendahnya keanekaragaman plankton dapat
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kandungan nutrient.
Kandungan nutrien yang sedang dapat mendorong tingginya
kelimpahan plankton pada suatu perairan [13]. Selain itu,
apabila suhu diatas 300 C akan sulit bagi plankton dapat hidup.
Suhu yang sesuai untuk kehidupan fitoplankton sekitar 20o-
30oC [14].
Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh
beberapa parameter lingkungan dan karakteristik
fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan
berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap
perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia,
maupun biologi. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton
sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-
kimia perairan seperti stratifikasi suhu dan ketersediaan unsur
hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah
adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami,
dan dekomposisi. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton
sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika
dan kimia perairan seperti suhu, kecerahan dan ketersediaan
unsur hara nitrogen dan fosfor [15].
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan.
Fitoplankton didominasi oleh Coscinodiscus sp., jumlah taksa
yang paling banyak ditemukan terdapat pada titik 10,
sedangkan zooplankton didominasi oleh Copepoda calanoida,
Copepoda harpacticoida, Foraminifera, dan larva Veliger
bivalvia. Faktor suhu dan salinitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap keragaman fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton mempunyai kelimpahan yang lebih tinggi
dibanding zooplankton. Keanekaragaman fitoplankton
termasuk sedang, sedangkan keanekaragaman zooplankton
termasuk rendah. Kemerataan jenis pada fitoplankton
termasuk keseragaman yang sedang dan tinggi sedangkan
pada zooplankton termasuk keseragaman yang rendah.
Kekayaan jenis fitoplankton tergolong rendah sedangkan
kekayaan jenis zooplankton tergolong sedang dan rendah.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. PT.
Gramedia : Jakarta.
[2] Romimohtarto. 2003. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut. Djambatan : Jakarta
[3] Arinardi, O.H, et al. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton
Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. LIPI:
Jakarta
[4] Nontji, Anugerah. 2008. Plankton Laut. LIPI Press: Jakarta
[5] Hariyanti, Sri., Patria, Mufti P. 2005. Komunitas Zooplankton di Perairan
Waduk Krenceng, Cilegon, Banten. Makara, SAINS, Vol.9,
No.2, Nopember 2005:75-80.
[6] Rimper, Joice. 2002. Kelimpahan Fitoplankton dan Kondisi
Hidrooseanografi Perairan Teluk Manado. Makalah Pengantar
Falsafah Sains (PPSS702), Program Pasca Sarjana/S3. Institut
Pertanian Bogor : Bogor.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT ; KOMUNITAS PLANKTON; KELOMPOK 3A
[7] Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Saunders Co.
Philadelphia
[8] Affandi, Moch. Nimatuzahroh. 2000. Perubahan Suksesif Biota
Dekomposer Dalam Proses Dekomposisi Serasah Mangrove. J.
Penelit. Med. Eksakta, Vol. 1 No. 1 April 2000: 33-44. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Airlangga
Sumberdana : DIP Unair 1999/2000.
[9] Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber
Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius: Kanisius:
Yogyakarta.
[10] Ridd, P. T., E. Wolanski and Y. Mazda 1990. Longitudinal diffusion in
mangrove fringed tidal creeks. Estuarine,Coastal and Shelf
Science. 31 : 541-544.
[11] Pranoto, Bayu A., Ambariyanto, Zainuri M. 2005. Struktur Komunitas
Zooplankton di Muara Sungai Serang, Jogjakarta. Jurnal Ilmu
Kelautan Vol. 10, No. 2
[12] Fitriana, Yulia R. 2006. Keanekaragaman dan Kelimpahan
Makrozoobentos di Hutan Mangrove Hasil Rehabilitasi Taman
Hutan Raya Ngurah Rai Bali. Jurnal Biodiversitas Volume 7,
Nomor 1
[13] Widianingsih. 2007, Kelimpahan dan Sebaran Horizontal Fitoplankton
di Perairan Pantai Timur Pulau Belitung. Jurnal Ilmu Kelautan
UNDIP Vol.12 (1):6-11.
[14] Tett, P. 1990. The Photic Zone In Light And Life In The Sea. Cambridge
University Press. Cambridge.
[15] Goldman, C. R dan A.J. Horne. 1983. Limnology. Mc Graw-Hill
International Book Company, New York. 464p.
[16] Yazwar, 2008. Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya Dengan
Kualitas Air di Parapat Danau Toba. Universitas Sumatera
Utara: Medan.
[17] Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and its Measurement. New
Jersey: Princeton University Press.