139
PENGARUH PENAMBAHAN POLYSORBATE 80 DAN SORBITAN MONOSTEARATE SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM LOTION REPELAN MINYAK PEPPERMINT (Mentha piperita) TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS SEDIAAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Sin Lie alias Fransisca Martina Octaviani NIM : 088114031 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17664/2/088114031_Full.pdf · vii PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan penyertaan-Nya

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH PENAMBAHAN POLYSORBATE 80 DANSORBITAN MONOSTEARATE SEBAGAI EMULSIFYING AGENT

DALAM LOTION REPELAN MINYAK PEPPERMINT (Mentha piperita)TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS SEDIAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Sin Lie alias Fransisca Martina Octaviani

NIM : 088114031

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i

PENGARUH PENAMBAHAN POLYSORBATE 80 DANSORBITAN MONOSTEARATE SEBAGAI EMULSIFYING AGENT

DALAM LOTION REPELAN MINYAK PEPPERMINT (Mentha piperita)TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS SEDIAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Sin Lie alias Fransisca Martina Octaviani

NIM : 088114031

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:My Saviour Jesus Christ,

My beloved Papa (Alm.), Mama & My sister Monica,My beloved FrentoSahabat-sahabatku,

Dan Almamaterku Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan

penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm.) program studi farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Selama proses perkuliahan, penelitian, hingga proses penyusunan,

penulis telah mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M. Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan waktu, bimbingan, pengarahan, diskusi, kritik, dan saran kepada

penulis mulai dari proposal, penelitian, hingga penyusunan skripsi ini.

3. Rini Dwiastuti, M. Sc., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya dalam

meluangkan waktunya untuk menjadi dosen penguji, serta pengarahan, saran,

dan kritik kepada penulis.

4. Yohanes Dwiatmaka, M. Si., selaku dosen penguji atas kesediaannya dalam

meluangkan waktunya untuk menjadi dosen penguji, serta pengarahan, saran,

dan kritik kepada penulis.

5. dr. Tri Baskoro Tunggul Satoto, MD, M. Sc., PhD., selaku pembimbing yang

telah memberikan memberikan waktu, bimbingan, diskusi, kritik, dan saran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

kepada penulis dalam melakukan pengujian repelan di Laboratorium

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

6. Pak Heru Sudibyo, selaku teknisi pengujian repelan di Laboratorium

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

7. Romo Sunu dan Pak Enade yang telah memberikan masukan dan saran kepada

penulis.

8. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

mengajar dan membimbing penulis selama proses perkuliahan.

9. Papa (Alm.), Mama, kakakku Monica, dan keluarga besar penulis atas doa,

cinta, kasih sayang, kebersamaan, kesabaran, inspirasi, perhatian, motivasi,

saran, dan kritik yang diberikan kepada penulis.

10. Frento Honandar atas doa, cinta, kasih sayang, kebersamaan, kesabaran,

perhatian, bantuan, dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

11. Anasthasia Mardila Puspita, Elisabeth Dhea, dan Yesi Lusiana sebagai teman

satu tim penelitian atas kerja sama bantuan, kesabaran, dan kebersamaan yang

diberikan kepada penulis selama penelitian.

12. Sahabat-sahabatku: Natalia Windari R dan Winarti H Wibowo, atas

kebersamaan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

13. Kelompok praktikum A3: Prasilya, Regina Clarissa, E.L Sari Tambunan, dan

Theresia Wijayanti.

14. Teman-teman FST 2008, khususnya FST A atas kebersamaannya selama ini.

15. Seluruh laboran dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma:

Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Pak Iswandi, Pak Parjiman, Pak Heru,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

Mas Wagiran, Mas Sigit, Pak Yuwono, Bapak-bapak bagian keamanan, serta

laboran yang lain yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

16. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna mengingat keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

berguna bagi seluruh pihak, terutama dalam bidang farmasi.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi

PRAKATA............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI............................................................................................................x

DAFTAR TABEL................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xv

DAFTAR PERSAMAAN ................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xviii

INTISARI............................................................................................................. xix

ABSTRACT .............................................................................................................xx

BAB I. PENGANTAR.............................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................................1

1. Permasalahan...................................................................................................4

2. Keaslian penelitian ..........................................................................................5

3. Manfaat penelitian ...........................................................................................5

B. Tujuan Penelitian.................................................................................................6

1. Tujuan umum ..................................................................................................6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

2. Tujuan khusus..................................................................................................6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................................7

A. Emulsi .................................................................................................................7

B. Lotion...................................................................................................................8

C. Repelan ................................................................................................................9

D. Minyak Peppermint.............................................................................................9

E. Emulsifying Agent ..............................................................................................10

1. Polysorbate 80 (Polioksietilen 20 sorbitan monooleat) ................................12

2. Sorbitan monostearate ..................................................................................13

F. Sistem HLB (Hydrophile-Lipophile-Balance)...................................................13

G. Formulasi...........................................................................................................15

1. Virgin coconut oil (VCO) ..............................................................................15

2. Asam stearat ..................................................................................................16

3. Gliserin ..........................................................................................................16

4. Cetyl alcohol..................................................................................................17

5. Triethanolamine ............................................................................................17

H.Pembentukan Droplet .........................................................................................18

I.Stabilitas dan Instabilitas Emulsi .........................................................................20

J. Mikromeritik dan Analisis Ukuran Droplet .......................................................23

K. Sifat Fisis...........................................................................................................24

1. Daya sebar .....................................................................................................24

2. Viskositas ......................................................................................................25

L. Nyamuk Aedes aegypti ......................................................................................25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

1. Habitat ...........................................................................................................25

2. Siklus hidup...................................................................................................25

3. Karakteristik dan kebiasaan nyamuk Aedes aegypti .....................................26

M. Metode Desain Faktorial ..................................................................................27

N. Landasan Teori ..................................................................................................29

O. Hipotesis............................................................................................................30

BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................31

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................................31

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................................31

1. Variabel penelitian ........................................................................................31

2. Definisi operasional.......................................................................................32

C. Bahan Penelitian................................................................................................34

D. Alat Penelitian ...................................................................................................35

E. Tata Cara Penelitian...........................................................................................35

1. Formula lotion repelan ..................................................................................36

2. Pembuatan lotion repelan minyak peppermint ..............................................37

3. Penentuan tipe lotion .....................................................................................38

4. Pengujian daya sebar .....................................................................................39

5. Pengujian viskositas dan pergeseran viskositas ............................................39

6. Uji stabilitas...................................................................................................39

7. Uji repelensi ..................................................................................................40

F. Analisis Hasil .....................................................................................................41

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

A. Pembuatan Lotion Repelan Minyak Peppermint ..............................................43

B. Pengujian Tipe Emulsi Lotion ...........................................................................53

1. Metode pewarnaan ........................................................................................53

2. Metode pengenceran......................................................................................54

C. Karakteristik Sifat Fisis Lotion Repelan Minyak Peppermint ..........................55

1. Daya sebar. ....................................................................................................56

2. Viskositas ......................................................................................................56

D.Pengaruh Polysorbate 80 dan Sorbitan monostearate Terhadap Sifat Fisis

Lotion Repelan Minyak Peppermint ................................................................ 57

1. Respon daya sebar .........................................................................................58

2. Respon viskositas ..........................................................................................62

E. Stabilitas Lotion Repelan Minyak Peppermint..................................................65

1. Pergeseran viskositas.....................................................................................65

2. Pemisahan fase (indeks creaming) ................................................................66

3. Pergeseran ukuran droplet .............................................................................67

F. Uji Waktu Perlindungan Lotion Repelan Minyak Peppermint..........................69

G. Keterbatasan Penelitian .....................................................................................73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................74

A. Kesimpulan .......................................................................................................74

B. Saran ..................................................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................75

LAMPIRAN...........................................................................................................80

BIOGRAFI PENULIS .........................................................................................117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level.................. 27

Tabel II. Rancangan desain faktorial polysorbate 80 dan sorbitan monostearate 36

Tabel III. Jumlah bahan yang digunakan ……………………………. ................ 37

Tabel IV. Hasil pengujian sifat fisis lotion repelan minyak peppermint .............. 57

Tabel V. Nilai efek untuk respon daya sebar ........................................................ 58

Tabel VI.Hasil Analisis statistik multivariate ANOVA respon daya sebar.......... 61

Tabel VII. Nilai efek untuk respon viskositas....................................................... 62

Tabel VIII. Hasil analisis statistik multivariate ANOVA respon viskositas ........ 65

Tabel IX. Hasil pengujian pergeseran viskositas lotion repelan minyak

peppermint ............................................................................................. 66

Tabel X. Hasil pengujian pemisahan fase lotion repelan minyak peppermint...... 66

Tabel XI. Hasil pengujian pergeseran ukuran droplet lotion repelan minyak

peppermint ....................................................................................... 68

Tabel XII. Hasil pengujian stabilitas lotion repelan minyak peppermint ............. 69

Tabel XIII. Data pengamatan uji waktu perlindungan lotion repelan minyak

peppermint .......................................................................................... 71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur kimia komponen senyawa dalam minyak peppermint ...........10

Gambar 2. Molekul surfaktan ................................................................................11

Gambar 3. Struktur molekul polysorbate 80..........................................................12

Gambar 4. Struktur molekul sorbitan monostearate..............................................13

Gambar 5. Posisi emulgator pada permukaan minyak dan air...............................14

Gambar 6. Struktur molekul asam stearat ..............................................................16

Gambar 7. Struktur molekul gliserin......................................................................16

Gambar 8. Struktur molekul cetyl alcohol .............................................................17

Gambar 9. Struktur molekul triethanolamine ........................................................17

Gambar 10. Gambaran dari tarik-menarik yang tidak sama terhadap molekul-

molekul pada permukaan cairan dibandingkan gaya antar

molekul sistem ................................................................................. 19

Gambar 11. Orientasi surfaktan dalam suatu sistem emulsi M/A..........................19

Gambar 12. Fenomena ketidakstabilan dalam sistem emulsi ................................21

Gambar 13. Siklus hidup nyamuk .........................................................................26

Gambar 14. Skema alur penelitian .........................................................................35

Gambar 15. Lapisan monolayer surfaktan .............................................................48

Gambar 16. Mekanisme pembentukan droplet dengan adanya peran surfaktan....48

Gambar 17. Interaksi antara polysorbate 80 dan sorbitan monooleate pada

antar muka minyak dan air............................................................... 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

Gambar 18. Reaksi penyabunan antara TEA dan asam stearat membentuk

TEA-stearat .......................................................................................51

Gambar 19.Droplet-droplet minyak saling tolak-menolak karena muatan

gugus hidrofilik TEA stearat yang sama .......................................... 52

Gambar 20.Skematis sistem emulsi minyak dalam air (M/A) dengan adanya

surfaktan dan ko-surfaktan ................................................................ 52

Gambar 21.Hasil uji tipe emulsi metode pewarnaan secara makroskopis .............53

Gambar 22 Hasil uji tipe emulsi metode pewarnaan secara mikroskopis..............54

Gambar 23 Hasil uji tipe emulsi metode pengenceran...........................................55

Gambar 24.Grafik hubungan antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearate

terhadap respon daya sebar................................................................ 59

Gambar 25.Output hasil analisis statistik R Program respon daya sebar.............. 60

Gambar 26.Grafik hubungan antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearate

terhadap respon viskositas ................................................................. 63

Gambar 27.Output hasil analisis statistik R Program respon viskositas ............... 64

Gambar 28.Hasil uji pemisahan fase lotion repelan minyak peppermint...............67

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan (1). .......................................................................................................28

Persamaan (2). .......................................................................................................28

Persamaan (3). .......................................................................................................28

Persamaan (4). .......................................................................................................28

Persamaan (5). .......................................................................................................40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis (COA) Minyak Peppermint ......................... 80

Lampiran 2. Data Penimbangan Bahan..................................................................81

Lampiran 3. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial .................81

Lampiran 4. Data Perhitungan rHLB dan HLB .....................................................82

Lampiran 5. Hasil Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Lotion Minyak Peppermint.........84

Lampiran 6. Hasil Analisis Sifat Fisis Lotion Minyak Peppermint Menggunakan

Software R Program ..........................................................................90

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Nilai Efek secara Manual.....................................93

Lampiran 8. Hasil Grafik Hubungan Masing-masing Faktor Terhadap Respon ...94

Lampiran 9. Hasil Analisis Pergeseran Viskositas Menggunakan Program R

2.9.0 ................................................................................................. 96

Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik Pergeseran Ukuran Droplet......................101

Lampiran 11. Hasil Uji Waktu Perlindungan Lotion Repelan Minyak

Peppermint terhadap Nyamuk Aedes aegypti betina ..................... 106

Lampiran 12. Dokumentasi..................................................................................107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xix

INTISARI

Sifat fisis dan stabilitas fisis lotion repelan minyak peppermintdipengaruhi oleh emulsifying agent yang digunakan, yaitu polysorbate 80 dansorbitan monostearate. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhpenambahan polysorbate 80 dan sorbitan monostearate, serta interaksi keduanyadalam menentukan sifat fisis dan stabilitas fisis sediaan.

Penelitian ini merupakan rancangan yang bersifat eksperimental faktorialmenggunakan metode desain faktorial dengan dua faktor (polysorbate 80 dansorbitan monostearate) dan dua level (level tinggi-level rendah). Sifat fisissediaan yang diamati meliputi daya sebar dan viskositas. Stabilitas fisis yangdiamati meliputi pergeseran viskositas, indeks creaming, dan pergeseran ukurandroplet yang dilihat dari nilai median antara 48 jam setelah pembuatan dan setelah30 hari penyimpanan.

Data dianalisis statistik menggunakan software R Programmenggunakan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui signifikansi (p<0,05) darisetiap faktor dan interaksinya dalam mempengaruhi respon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara polysorbate 80 dansorbitan monostearate merupakan efek yang dominan dalam mempengaruhirespon, yaitu meningkatkan daya sebar dan menurunkan viskositas. Lotion repelanminyak peppermint yang dihasilkan stabil secara fisis selama 30 haripenyimpanan. Di antara keempat formula yang memberikan waktu proteksi palinglama pada kulit terhadap nyamuk Aedes aegypti betina adalah formula ab.

Kata kunci : lotion, repelan, minyak peppermint, polysorbate 80, sorbitanmonostearate, emulsifying agent, desain faktorial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xx

ABSTRACT

Physical properties and physical stability of repellent lotion ofpeppermint oil was influenced by emulsifying agent used, it’s polysorbate 80 andsorbitan monostearate. This study was aimed to determine the effect of addingpolysorbate 80, sorbitan monostearate, and their interaction in determine thephysical properties and physical stability of the dosage form.

This study was a factorial experimental research using a factorial designmethod with two factors (polysorbate 80 and sorbitan monostearate) and twolevels (high level-low level). Physical properties of dosage form was evaluatedsuch as spreadability and viscosity. Physical stability was evaluated such asviscosity shift, creaming index, and droplet size shift cause the median valuebetween 48 hours after preparation and after 30 days of storage.

The data were analyzed statistically using R Program software using 95%confidence level to determine significancy (p<0,05) of each factors and theirinteraction in influence the responses.

The result of this study showed that interaction between polysorbate 80and sorbitan monostearate is the dominant effect to influence of response, it’sincrease the spreadability and decrease the viscosity. Repellent lotion ofpeppermint oil produced was physical stable for 30 days of storage. Among thefour formulas which provided maximum time protection to the skin of the femaleAedes aegypti mosquitoes was formula ab.

Keywords : lotion, repellent, peppermint oil, polysorbate 80, sorbitanmonostearate, emulsifying agent, factorial design.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Banyak masyarakat yang menggunakan bahan alam sebagai salah satu

terapi pengobatan karena efek yang ditimbulkan pada pemakaian jangka panjang

lebih terjamin keamanannya, misalnya sebagai repelan. Repelan diketahui

berperan penting dalam mencegah dan menghalangi serangga hinggap atau

menggigit manusia (Sritabutra, Soonwera, Waltanachanobon, dan Poungjai,

2011).

Beberapa penelitian yang melaporkan keefektifan berbagai tanaman obat

atau minyak atsiri hasil ekstraksi tanaman tertentu yang berpotensi sebagai

repelan. Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai repelan terhadap larva

Aedes aegypti adalah minyak peppermint (Kumar, Rahab, dan Warikoo, 2011).

Berdasarkan International Pharmacopoeia Monograph, kandungan kimia dalam

minyak peppermint tersebut adalah limonen, sineol, menton, mentofuran,

isomenton, mentil asetat, isopulegol, mentol, pulegon, carvone, α-pinen,

caryophylline, cadinine, dan isocaryophylline (Alankar, 2009).

Hasil penelitian (Kumar dkk., 2011) menunjukkan bahwa minyak

peppermint bisa berfungsi sebagai repelan terhadap Aedes aegypti pada manusia.

Aplikasi minyak peppermint ini menghasilkan 100% perlindungan terhadap larva

Aedes aegypti hingga 150 menit pada lengan subyek uji manusia dan setelah 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

menit berikutnya ternyata hanya ada 1 sampai 2 gigitan dibandingkan pada lengan

kelompok kontrol yang terdapat 8 sampai 9 gigitan.

Menurut Fradin dan Day (2002) mengatakan bahwa zat kimia yang dapat

ditangkap oleh sensor kimia nyamuk adalah karbondioksida (CO2) dan asam

laktat. Suatu repelan bekerja dengan menghalangi kemampuan antena pada

nyamuk dalam mendeteksi karbondioksida dan asam laktat yang dihasilkan oleh

tubuh kita yang dapat “memikat” nyamuk untuk mendarat di kulit kita.

(Luukinen, Buhl, dan Stone, 2008).

Penggunaan minyak peppermint secara langsung kurang efektif karena

minyak peppermint merupakan suatu minyak atsiri yang sifatnya mudah menguap

saat berada di udara pada temperatur kamar (Robbers, Speedie, dan Tyler, 1996).

Oleh karena itu eksplorasi minyak peppermint dalam penelitian ini diformulasikan

dalam bentuk sediaan lotion sehingga minyak ini memiliki nilai potensial yang

lebih baik. Lotion terdiri dari substansi cairan sebagai fase dispers yang tidak larut

dengan suatu pembawa dan biasanya didispersikan dengan suatu emulsifying

agent atau stabilisator yang cocok. Pada umumnya sistem pembawa yang

digunakan berupa cairan (Ansel, 1969).

Dalam penelitian ini, lotion diformulasikan sebagai emulsi tipe M/A

(minyak dalam air), yaitu suatu sistem emulsi di mana droplet-droplet minyak

terdispersi dalam fase air. Alasan pemilihan emulsi tipe M/A karena minyak

peppermint merupakan minyak atsiri yang sifatnya mudah menguap. Minyak ini

juga mudah larut dalam suatu pelarut organik, seperti etanol (70%) (Alankar,

2009) dan tidak larut dalam air (Anonim, 2008). Minyak peppermint mudah larut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

pada fase minyak sebagai fase dispers (fase internal atau fase diskontinyu)

dibandingkan pada fase air sebagai medium dispers (fase eksternal atau fase

kontinyu) sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan minyak peppermint.

Suatu sediaan repelan harus dapat melepaskan senyawa repelan yang

terkandung agar dapat memberikan efek terapi yang diinginkan. Lotion

merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling efektif sebagai suatu sediaan

repelan minyak peppermint, dibandingkan sediaan lain seperti gel. Walaupun

minyak peppermint berada dalam fase minyak sebagai fase dispers yang

dikelilingi oleh medium dispers, namun minyak peppermint tetap mudah lepas

karena ikatan yang terjadi dalam fase minyak adalah ikatan van der Waals yang

bersifat lemah sehingga minyak peppermint tetap dapat memberikan mekanisme

penolakan terhadap nyamuk Aedes aegypti ketika diaplikasikan pada kulit. Pada

gel, sistem tersusun oleh matriks-matriks penjerat minyak atsiri yang lebih kuat

dibandingkan lotion sehingga sehingga minyak atsiri tidak mudah menguap.

Namun kekuatan tersebut membuat viskositas gel meningkat sehingga akan

membuat minyak terikat lebih kuat sehingga akan sulit dilepaskan dan mekanisme

penolakan terhadap nyamuk akan menurun.

Dalam membuat sediaan lotion repelan minyak peppermint ini perlu

mempertimbangkan bahan-bahan yang akan digunakan agar menghasilkan suatu

lotion repelan yang stabil. Lotion dibuat dalam bentuk sistem emulsi yang terdiri

dari fase minyak dan air yang tidak dapat saling bercampur sehingga dibutuhkan

suatu emulsifying agent. Emulsifying agent mampu menarik fase minyak dan fase

air dan akan terletak pada antarmuka dengan mengurangi tegangan permukaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

antara fase minyak dan fase air yang tidak saling bercampur (Friberg, Quencer,

dan Hilton, 1996).

Kestabilan dari suatu sediaan emulsi salah satunya dipengaruhi oleh

emulsifying agent yang digunakan (Jones, 2008). Penggunaan campuran 2 macam

emulgator biasanya lebih stabil dibandingkan penggunaan emulgator tunggal

(Allen, 2002). Emulsifying agent yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kombinasi antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearate. Keduanya

merupakan surfaktan golongan nonionik. Penggunaan kombinasi surfaktan

nonionik akan membentuk lapisan film interfasial yang stabil di antara permukaan

droplet dari fase dispers karena terdapat interaksi pada bagian antar muka (Jones,

2008). Surfaktan ini juga memiliki toksisitas dan daya iritasi yang rendah

(Billany, 2002). Dalam penelitian ini, komposisi dari polysorbate 80 dan sorbitan

monostearate akan memberikan efek yang dapat diukur kebermaknaannya dalam

menentukan parameter lotion yang dihasilkan, seperti sifat fisis sediaan.

Desain penelitian yang memungkinkan untuk mengetahui efek dari

penambahan polysorbate 80 dan sorbitan monostearate sebagai emulsifying agent

tersebut adalah desain faktorial. Metode desain faktorial (Full Factorial Design

22) merupakan metode untuk mengevaluasi efek dari faktor secara simultan

terhadap respon. Faktor yang diteliti adalah polysorbate 80 dan sorbitan

monostearate sebagai emulsifying agent dengan variasi jumlah polysorbate 80 dan

sorbitan monostearate sebagai level. Pada penelitian juga diharapkan dapat

menghasilkan suatu sediaan lotion repelan minyak peppermint yang stabil secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

fisis selama 30 hari penyimpanan dan mengetahui berapa waktu perlindungan

paling lama yang diberikan lotion tersebut terhadap nyamuk Aedes aegypti betina.

1. Permasalahan

a. Faktor manakah yang paling dominan antara polysorbate 80, sorbitan

monostearate, atau interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisis lotion, baik

daya sebar maupun viskositas lotion repelan minyak peppermint?

b. Apakah lotion repelan minyak peppermint yang dihasilkan stabil

secara fisis selama 30 hari penyimpanan?

c. Berapa waktu perlindungan paling lama yang diberikan lotion repelan

minyak peppermint terhadap nyamuk Aedes aegypti betina?

2. Keaslian penelitian

Penelitian ini berdasarkan dari artikel penelitian (Kumar dkk., 2011)

berjudul “Bioefficacy of Mentha piperita essential oil against dengue fever

mosquito Aedes aegypti”. Sejauh penulusuran dan pengetahuan penulis, penelitian

tentang pengaruh penambahan polysorbate 80 dan sorbitan monostearate sebagai

emulsifying agent dalam lotion repelan minyak peppermint (Mentha piperita)

terhadap sifat fisis dan stabilitas sediaan belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Menggali dan mengembangkan potensi serta ilmu

pengetahuan penulis sebagai seorang formulator dalam teknologi sediaan farmasi

bidang industri dan tentang bentuk sediaan lotion repelan yang berasal dari bahan

alam, yaitu minyak peppermint.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

b. Manfaat metodologis. Meningkatkan ilmu pengetahuan bidang

kefarmasian mengenai aplikasi metode desain faktorial dalam mengevaluasi

pengaruh penambahan polysorbate 80 dan sorbitan monostearate sebagai

emulsifying agent dalam lotion repelan minyak peppermint.

c. Manfaat praktis. Mengetahui pengaruh penambahan polysorbate 80

dan sorbitan monostearate sebagai emulsifying agent terhadap sifat fisis dan

stabilitas fisis lotion repelan minyak peppermint sehingga dapat diterima oleh

masyarakat.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Menghasilkan sediaan lotion repelan dari minyak peppermint dengan

menggunakan kombinasi polysorbate 80 dan sorbitan monostearate sebagai

emulsifying agent yang stabil secara fisis selama 30 hari penyimpanan dan

memiliki waktu pelindungan terhadap nyamuk Aedes aegypti betina.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui adanya faktor antara polysorbate 80, sorbitan

monostearate, atau interaksi keduanya yang berpengaruh dominan dalam

menentukan sifat fisis lotion repelan minyak peppermint.

b. Mengetahui lotion repelan minyak peppermint yang dihasilkan stabil

secara fisis selama 30 hari penyimpanan.

c. Mengetahui waktu penolakan paling lama yang diberikan lotion

repelan minyak peppermint terhadap nyamuk Aedes aegypti betina.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Emulsi

Emulsi merupakan suatu sistem dispersi yang tidak stabil secara

termodinamik, yang terdiri dari dua fase cair atau lebih yang tidak saling

bercampur, di mana fase yang satu terdistribusi homogen dalam fase cair yang

lain. Sistem ini dapat distabilkan dengan adanya suatu emulgator (Martin,

Swarbrick, dan Cammarata, 1993).

Suatu emulsi mengandung fase dispers (fase internal atau fase

diskontinyu), medium dispers (fase eksternal atau fase kontinyu), dan suatu

emulsifying agent yang dapat menyatukan kedua fase tersebut. Diameter globules

fase dispers umummnya sekitar 0,1-10 µm, meskipun ada juga yang sekecil 0,01

µm atau sebesar 100 µm (Allen, 2002).

Sediaan emulsi biasanya terdiri dari campuran antara fase air dan fase

minyak (Martin dkk., 1993). Apabila dalam suatu sistem emulsi droplet-droplet

minyak terdispersi dalam fase air maka diketahui sebagai sistem emulsi minyak

dalam air (M/A). Apabila fase air terdispersi dalam fase minyak disebut dengan

sistem emulsi air dalam minyak (A/M) (Billany, 2002).

B. Lotion

Lotion terdiri dari substansi cairan sebagai fase dispers yang tidak larut

dengan suatu pembawa dan biasanya didispersikan dengan suatu emulsifying

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

agent atau stabilisator yang cocok. Pada umumnya sistem pembawa yang

digunakan berupa cairan (Ansel, 1969).

Opaque lotion termasuk suatu sistem emulsi M/A yang terdiri dari fase

minyak dan air dengan komposisi keduanya disesuaikan sedemikian rupa agar

tidak terjadi fenomena creaming atau pengendapan dengan viskositas yang rendah

(Mitsui, 1993).

Lotion yang diaplikasikan di kulit umumnya untuk memproteksi kulit dan

efek terapeutik. Kecepatan kemampuan sediaan untuk mengalir berpengaruh pada

kemampuan untuk merata ketika akan diaplikasikan pada permukaan kulit. Lotion

harus segera mudah mengering setelah diaplikasikan pada permukaan kulit yang

luas dan meninggalkan suatu lapisan tipis berupa komponen zat aktif yang

menempel pada permukaan kulit (Ansel, 1969).

Faktor kritis dalam mekanisme emulsifikasi pada lotion adalah stabilitas

emulsi dan viskositas. Pengaruh stabilitas emulsi dan viskositas dapat

membedakan antara karakteristik krim dan lotion. Pencampuran emulsi dilakukan

secara kontinyu pada suhu 70-75°C dari awal emulsifikasi pada waktu tertentu

hingga mencapai suhu ruangan. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

dalam pembuatan lotion adalah temperatur pencampuran. (Barnett, 1957).

C. Repelan

Repelan adalah suatu bahan yang digunakan untuk melindungi manusia,

hewan, dan tanaman dari serangga dengan cara menyamarkan karakteristik bau

kulit manusia, hewan, maupun tanaman yang disenangi serangga sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

terhindar dari serangan serangga, seperti nyamuk. Secara umum repelan dengan

bahan tunggal atau campuran bahan lain dapat dibuat dalam bentuk sediaan

topikal seperti emulsi, krim, maupun larutan (Robson, Doyle, dan Marderosian,

1980).

Repelan beraksi mencegah manusia dari gigitan serangga dan tidak

membunuh serangga. Efektivitas dan durasi tergantung pada tipe repelan

(kandungan aktif dan formulasi), aplikasi, sensitivitas repelan terhadap serangga,

berkurangnya repelan akibat penhapusan oleh keringat pada kulit (Rozendaal,

1997).

D. Minyak Peppermint

Sekitar 0,1-1,0% minyak peppermint terdapat dalam daun peppermint

(Alankar, 2009). Pemerian cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas kuat

menusuk, rasa pedas diikuti rasa dingin (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat

dan Makanan RI, 1995). Minyak peppermint larut dalam etanol (70%) (Alankar,

2009). Nilai required HLB dari minyak peppermint adalah 12,3 (Orafidiya dan

Oladimeji, 2002).

Berdasarkan International Pharmacopoeia Monograph, kandungan

kimia dalam minyak peppermint tersebut adalah limonen (1-5%), sineol (3,5-

14%), menton (13-32%), mentofuran (1-9%), isomenthon (1,5-10%), mentil asetat

(2,8-10%), isopulegol (maksimal 0,2%), mentol (30-55%), pulegon (maksimal

4%), carvone (maksimal 1%), α-pinen, caryophylline, cadinine, dan

isocaryophylline (Alankar, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Struktur kimia dari senyawa-senyawa tersebut dapat ditunjukkan oleh

gambar di bawah ini:

Gambar 1. Struktur kimia komponen senyawa dalam minyak peppermint (Alankar, 2009)

E. Emulsifying Agent

Emulgator (emulsifying agent) adalah suatu molekul dengan salah satu

bagian merupakan nonpolar hidrokarbon dan satu bagian yang lain bersifat polar

(Frieberg dkk., 1996). Struktur dari molekul surfaktan dapat dilihat dari gambar 2

di bawah ini:

Gambar 2. Molekul surfaktan (Peters, 1997)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Dua fase cair yang tidak bercampur pada sistem emulsi ketika

dicampurkan, masing-masing fase akan cenderung untuk mempertahankan sekecil

mungkin permukaan sehingga pencampuran kedua fase tersebut menjadi sulit

(Allen, 2002). Emulgator mampu menarik fase minyak dan fase air dan akan

terletak pada antarmuka dengan mengurangi tegangan permukaan antara fase

minyak dan fase air yang tidak saling bercampur (Friberg dkk., 1996). Salah satu

faktor yang mempengaruhi pembentukan tipe emulsi adalah pemilihan

emulsifying agent (Collet, 1991).

Mekanisme kerja dari emulsifying agent ada 3, yaitu:

1. mengurangi tegangan permukaan,

2. membentuk lapisan film interfasial yang rigid. Jika konsentrasi emulsifying

agent cukup tinggi, maka akan terbentuk lapisan lapisan film yang rigid di

antara fase yang tidak larut. Lapisan film ini akan bertindak sebagai suatu

barier mekanik untuk mencegah terjadinya koalesens oleh droplet-droplet, dan

3. membentuk electrical double layer yang dapat mengurangi terjadinya

koalesens dengan menghasilkan electrical forces yang mengakibatkan

berkurangnya jarak antar droplet sehingga droplet saling tolak-menolak (Allen,

2002).

Berdasarkan muatannya, surfaktan dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu

surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan nonionik, dan surfaktan amfoterik.

Surfaktan nonionik merupakan surfaktan yang tidak memiliki muatan.

Penggunaan kombinasi surfaktan nonionik akan membentuk lapisan film

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

interfasial yang stabil di antara permukaan droplet dari fase dispers karena

terdapat interaksi pada bagian antar muka (Jones, 2008).

Surfaktan nonionik memiliki bermacam-macam nilai HLB yang dapat

menstabilkan emulsi tipe M/A atau A/M. Surfaktan ini biasa digunakan pada

kombinasi emulsifying agent larut air dan larut minyak membentuk suatu lapisan

antar muka sehingga tercapai stabilitas emulsi yang optimum. Surfaktan ini

memiliki toksisitas dan daya iritasi yang rendah (Billany, 2002). Surfaktan

nonionik sangat resisten terhadap elektrolit dan perubahan pH (Collet, 1991).

1. Polysorbate 80 (Polioksietilen 20 sorbitan monooleat)

Polysorbate (tween) merupakan polietilen glikol turunan dari sorbitan

ester dan merupakan surfaktan nonionik. Berada dalam bentuk cairan berminyak,

berwarna kuning muda hingga orange. Bersifat netral, tidak mudah menguap, dan

termostabil. Sering digunakan bersama sorbitan ester dalam pembuatan emulsi

tipe M/A atau A/M. Polysorbate dapat menghasilkan emulsi tipe M/A dengan

tekstur yang halus, stabil pada konsentrasi tinggi, dan perubahan pH (Collet,

1991).

Gambar 3. Struktur molekul polysorbate 80 (Atwood, 2002)

Polysorbate 80 merupakan ester oleat dari sorbitol. Polysorbate 80 larut

dalam air dan etanol, tidak larut dalam mineral oil atau vegetable oil. Nilai HLB

dari polysorbate 80 (Polyoxyethylene 20 sorbitan monooletae) adalah 15,0 (Rowe,

Sheskey, dan Quinn, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

2. Sorbitan monostearate

Sorbitan ester merupakan produk esterifikasi dari 1 atau lebih gugus

hidroksil dari sorbitan dengan salah satu di antara laurat, oleat, palmitat, atau asam

stearat (Billany, 2002). Sorbitan monostearate berada dalam bentuk padatan lilin

berwarna kuning atau coklat (Collet, 1991). Sorbitan monostearate (span 60)

merupakan surfaktan nonionik yang bersifat lipofilik. Banyak digunakan sebagai

emulsifying agent dalam pembuatan krim, emulsi, salep untuk aplikasi topikal.

Gambar 4. Struktur molekul sorbitan monostearate (C24H46O6) (Kim, 2005)

Nilai HLB dari sorbitan monostearate (sorbitan monooctadecanoate)

adalah 4,7. Titik lelehnya adalah 53°-57°C. Pada umumnya larut atau terdipersi

dalam minyak, larut dalam pelarut organik (Rowe dkk., 2009).

F. Sistem HLB (Hydrophile-Lipophile-Balance)

HLB memberikan informasi tentang keseimbangan hidrofil dan lipofil,

yang dihasilkan dari ukuran dan kekuatan gugus hidrofil dan lipofil. Suatu zat

dengan nilai HLB rendah bersifat lipofil, sedangkan suatu zat dengan nilai HLB

tinggi bersifat hidrofil. Nilai HLB “butuh” (required HLB) menunjukkan suatu

emulgator (atau campuran emulgator) dengan fase lipofil bertemu dengan fase air

akan memberikan suatu sistem emulsi dengan dispersitas dan stabilitas optimal

(Voight, 1994). Apabila sejumlah emulgator atau campurannya memiliki nilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

HLB yang mendekati nilai “required” HLB minyak, maka dapat dihasilkan suatu

sistem emulsi yang stabil (Eccleston, 2007).

Sistem HLB digunakan untuk menggambarkan karakteristik dari suatu

surfaktan. Rentang nilai HLB adalah 1-20. Penggunaan campuran 2 macam

emulgator biasanya lebih stabil dibandingkan penggunaan emulgator tunggal

dengan menjumlahkan nilai HLB secara langsung (Allen, 2002). Pada umumnya,

surfaktan dengan nilai HLB antara 3-6 bersifat lipofilik dan akan membentuk

suatu emulsi tipe A/M dan surfaktan dengan nilai HLB antara 8-18 akan

membentuk suatu emulsi tipe M/A (Allen, Popovich, dan Ansel, 2005).

Nilai HLB dapat diperlihatkan dari keseimbangan antara ukuran dan

kekuatan gugus hidrofilik (polar) dan gugus lipofilik (nonpolar) dalam suatu

molekul emulgator. Gambar 5 memperlihatkan bagaimana molekul emulgator

menempatkan posisinya pada permukaan minyak dan air.

Gambar 5. Posisi emulgator pada permukaan minyak dan air (Leyden dan Rawlings, 2002)

Pada gambar 5A nomor 1 menunjukkan emulgator memiliki afinitas yang

besar pada air daripada minyak (contohnya nilai HLB 12-15). Stereokimia pada

gugus kepala yang polar yang memberikan pengaruh tersebut. Bentuk droplet

yang sferis dari fase minyak yang terbentuk dalam fase air akan membatasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

jumlah emulgator yang digunakan per unit luas permukaan dari fase minyak.

Gambar 5A nomor 2, emulgator memiliki afinitas yang lebih kuat terhadap

minyak daripada air (HLB 5-12) dan dapat memberikan kontribusi molekul yang

lebih banyak per unit area. Gambar 5A nomor 3 menunjukkan emulgator akan

secara cepat membentuk emulsi air dalam minyak (HLB 1-5). Kombinasi lebih

dari satu emulgator dapat membentuk jumlah emulgator yang lebih banyak per

surface unit area dari droplet. Gambar 5B menunjukkan susunan emulgator dalam

emulsi M/A. Gambar 5C menunjukkan susunan emulgator pada emulsi A/M.

Gambar 5D menunjukkan konsep penggunaan emulgator ganda dengan nilai HLB

yang lebih tinggi untuk menstabilkan sistem emulsi (Leyden dkk., 2002).

G. Formulasi

1. Virgin coconut oil (VCO)

VCO merupakan suatu vegetable oil. Nilai required HLB dari vegetable

oil adalah 6 (Philip, 2004). Kandungan asam lemak jenuh minyak kelapa

tergolong rantai sedang (medium chain fatty acid) <90%, sedangkan kandungan

asam lemak jenuh rantai panjang pada minyak kelapa hanya sekitar 8%. Sebesar

50% asam lemak pada minyak kelapa adalah asam laurat dan 7% asam kapriat.

Kedua asam tersebut merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang bersifat

sebagai antimikroba (antivirus, antibakteri, dan antijamur) (Sutarmi dan Rozaline,

2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

2. Asam stearat

Asam stearat merupakan campuran asam organik padat yang diperoleh

dari lemak. Sebagian besar terdiri dari campuran asam stearat (C18H36O2) dan

asam palmitat (C16H32O2). Asam stearat secara luas digunakan dalam formulasi

sediaan oral maupun topikal.

Gambar 6. Struktur molekul asam stearat (Rowe dkk., 2009)

Pemerian zat pada keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih

atau kuning pucat, mirip lemak lilin (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan RI, 1979). Kelarutannya praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam

benzen, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter, larut dalam etanol (95%),

heksan, dan propilen glikol. Titik leleh asam stearat adalah 54,5°-55,5°C

(Anonim, 2009). Dalam formulasi sediaan topikal, asam stearat dapat berfungsi

sebagai emulsifying agent (Rowe dkk., 2009). Sebagai emulsifying agent, asam

stearat akan bereaksi dengan suatu basa membentuk suatu reaksi penyabunan

(Young, 1972). Nilai required HLB asam stearat pada emulsi tipe M/A adalah 15

(Allen, 2002).

3. Gliserin

Gambar 7. Struktur molekul gliserin (Rowe dkk., 2009)

Dalam sediaan topikal, gliserin (C3H8O3) dapat berfungsi sebagai

humektan dan emolien (Rowe dkk., 2009). Gliserin sebagai humektan, yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

menahan air di bawah lapisan kulit agar tidak keluar sehingga mencegah

kehilangan air yang berlebihan (Setyaningsih, Hambali, dan Nasution, 2007).

4. Cetyl alcohol

Cetyl alcohol disebut juga dengan cetanol. Cetyl alcohol berupa padatan

lemak berwarna putih (Mitsui, 1993). Titik leleh cetyl alcohol murni adalah 49ºC.

Mudah larut dalam etanol (95%), eter, kelarutan meningkat dengan meningkatnya

temperatur, praktis tidak larut di dalam air. Cetyl alcohol (C16H34O) dapat

meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur sediaan, dan meningkatkan

konsistensi. Dalam suatu sediaan emulsi M/A, cetyl alcohol dapat digunakan

untuk meningkatkan stabilitas sediaan (Rowe dkk., 2009). Nilai required HLB

cetyl alcohol pada emulsi tipe M/A adalah 15 (Allen, 2002).

Gambar 8. Struktur molekul cetyl alcohol (Rowe dkk., 2009)

5. Triethanolamine (TEA)

Gambar 9. Struktur molekul triethanolamine (Rowe dkk., 2009)

TEA (C6H15O3) merupakan suatu amin tersier yang mengandung suatu

gugus hidroksil. TEA akan bereaksi dengan suatu asam membentuk suatu garam

kristal atau ester. Dengan suatu asam lemak kuat, bentuk garam TEA akan mudah

bercampur dengan air dan membentuk karakteristik sabun (Rowe dkk., 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

H. Pembentukan Droplet

Dalam sistem yang terdiri dari dua fase terdapat suatu kekuatan yang

menyebabkan tetes-tetes cairan diasumsikan memiliki bentuk sferis. Saat dua

tetesan dalam suatu cairan bergabung satu sama lain, maka akan membentuk suatu

tetesan yang lebih besar. Kekuatan yang bertanggung jawab terhadap kondisi

tersebut diketahui sebagai tegangan permukaan yang terjadi akibat adanya kontak

antara sistem cairan dengan udara (gaya adhesif) serta tegangan interfasial yang

terjadinya akibat adanya kontak antar cairan di dalam sistem (gaya kohesif).

(Jenkins, Francke, Brecht, dan Sperandia, 1957 ; Sinko, 2006).

Dalam suatu tetes cairan yang tersuspensi di dalam udara (gambar 10),

molekul-molekul dalam sistem cairan dikelilingi oleh molekul lain dari segala

arah yang mempunyai gaya tarik-menarik yang sama. Sebaliknya, molekul pada

permukaan (yaitu pada antar muka cairan dengan udara) hanya dapat

mengembangkan gaya tarik-menarik kohesif dengan molekul cair lain yang

terletak di bawah atau di samping mereka. Molekul itu dapat mengembangkan

gaya tarik-menarik adhesif dengan molekul yang menyusun fase lain yang terlibat

dalam antarmuka tersebut, walaupun dalam hal ini gaya adhesif (gaya tarik-

menarik) antarmuka cairan dan udara kecil. Molekul pada permukaan cairan

tersebut mengalami suatu gaya ke arah dalam sistem seperti anak panah yang

ditunjukkan oleh gambar 10. Gaya seperti itu menarik molekul antarmuka

bersama-sama, sebagai akibatnya akan mengecilkan (menyusutkan) permukaan.

Oleh karena itu tetesan cairan cenderung mengambil bentuk bola karena sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

bola mempunyai luas permukaan yang paling kecil per satuan volume (Martin

dkk., 1993).

Gambar 10. Gambaran dari gaya tarik-menarik yang tidak sama terhadap molekul-molekulpada permukaan cairan dibandingkan dengan gaya antar molekul dalam sistem

(Martin dkk, 1993)

Tegangan antarmuka selalu lebih kecil daripada tegangan permukaan

karena gaya adhesif antara dua fase cair yang membentuk suatu antarmuka lebih

besar daripada bila suatu fase cair dan suatu fase gas berada bersama-sama. Jadi

bila dua cairan bercampur dengan sempurna, tidak ada tegangan antarmuka yang

terjadi (Martin dkk., 1993).

Emulsifying agent akan mengurangi kecenderungan droplet untuk

menyatu membentuk koalesens atau membentuk suatu droplet yang lebih besar

yang secepatnya menyebabkan 2 cairan terpisah (Allen, 2002).

Gambar 11. Orientasi surfaktan dalam suatu sistem emulsi M/A (Peters, 1997)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Gambar 11 menunjukkan adanya suatu energi mekanik membentuk

droplet dan untuk suatu sistem emulsi M/A bagian ekor dari molekul surfaktan

akan menuju ke droplet minyak (Peters, 1997).

I. Stabilitas dan Instabilitas Emulsi

Stabilitas suatu emulsi merupakan sifat emulsi untuk mempertahankan

distribusi halus dan teratur dari fase terdipersi yang terjadi dalam waktu yang

lama (Voight, 1994). Stabilitas emulsi dapat ditingkatkan dengan cara:

menurunkan ukuran droplet pada fase internal, komposisi perbandingan minyak

dengan air, dan meningkatkan viskositas sistem (Allen, 2002).

Stabilitas emulsi menunjukkan kestabilan suatu bahan di mana emulsi

yang terdapat di dalam bahan tidak mempunyai kecenderungan untuk bergabung

dengan partikel lain yang membentuk lapisan yang terpisah. Emulsi yang baik

mempunyai sifat tidak berubah menjadi lapisan-lapisan, tidak berubah warna, dan

tidak berubah konsistensinya selama penyimpanan (Setyaningsih dkk., 2007).

Macam-macam ketidakstabilan emulsi adalah:

1. Creaming dan sedimentasi

Creaming adalah pemisahan emulsi menjadi dua bagian, di mana salah

satu bagian memiliki fase dispers yang lebih banyak daripada bagian yang lain.

Peningkatan creaming sangat memungkinkan terjadinya koalesens dari droplet

karena kedua hal tersebut sangat erat hubungannya. Fenomena ini bersifat

reversibel, dengan penggojogan kembali akan terdispersi kembali dalam sistem.

Emulsi yang mengalami creaming terlihat tidak elegan dan apabila emulsi tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

digojog secara cukup, ada kemungkinan pasien tidak mendapat dosis yang benar

(Billany, 2002).

Gambar 12. Fenomena ketidakstabilan dalam sistem emulsi (Eccleston, 2007)

Fenomena ini merupakan pemisahan droplet yang dipengaruhi oleh

gravitasi dan perbedaan kerapatan antara fase terdispers dan fase kontinyu.

Kebanyakan minyak memiliki densitas yang lebih kecil dibanding air sehingga

droplet minyak dalam emulsi M/A akan berada pada permukaan emulsi dan

membentuk suatu lapisan tersendiri (Eccleston, 2007). Oleh karena itu yang

terjadi adalah creaming yang mengarah ke atas (Sinko, 2006). Pada emulsi A/M,

suatu lapisan bawah terbentuk akibat sedimentasi droplet air (Eccleston, 2007).

2. Flokulasi

Flokulasi menggambarkan adanya penggabungan antara droplet emulsi

yang lemah dan reversibel yang dipisahkan oleh suatu lapisan film dari fase

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

kontinyu. Penggabungan ini meningkat karena adanya interaksi gaya tarik-

menarik dan tolak-menolak antara droplet-droplet dan bersifat reversibel dengan

adanya pengadukan ringan. Flokulasi biasanya menjadi pemicu terjadinya

koalesens (Eccleston, 2007).

3. Koalesens (breaking, cracking)

Koalesens dari droplet minyak pada emulsi M/A tertahan dengan adanya

lapisan emulsifier yang teradsorbsi kuat secara mekanis disekitar tiap droplet. Dua

droplet yang saling berdekatan satu sama lain akan menyebabkan permukaan yang

berdekatan tersebut menjadi rata. Perubahan dari bentuk bulat menjadi bentuk lain

akan mengakibatkan luas permukaan meningkat dan meningkatnya energi bebas

permukaan total (Billany, 2002).

Proses cracking atau pecahnya emulsi bersifat tidak dapat kembali ke

keadaan semula, di mana penggojokan sederhana akan gagal untuk mengemulsi

kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil (Anief, 2005).

4. Inversi fase

Inversi fase merupakan proses dimana sistem emulsi berubah dari satu

tipe ke tipe lain, misalnya dari M/A ke A/M, atau sebaliknya (Anief, 2005).

5. Ostwald ripening

Ostwald ripening cenderung terjadi pada sistem emulsi yang bersifat

polidispers. Fenomena ini terjadi di mana ukuran droplet semakin besar karena

droplet berukuran besar bergabung menjadi droplet yang lebih besar sedangkan

droplet berukuran lebih kecil akan menjadi semakin kecil. Proses destabilisasi ini

cenderung terjadi pada emulsi dengan droplet yang berukuran kecil (kurang dari 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

µm) memiliki kelarutan yang lebih tinggi daripada droplet yang berukuran lebih

besar dan tidak stabil secara termodinamik (Eccleston, 2007).

Uji stabilitas emulsi penting untuk mengetahui apakah suatu emulsi tetap

stabil selama periode waktu tertentu. Uji yang dapat dilakukan adalah :

a. Uji makroskopik (indeks creaming)

Stabilitas fisis dari emulsi dapat diketahui dengan uji derajat creaming

yang terjadi pada periode waktu tertentu. Ini dilakukan dengan menghitung rasio

volume creamed atau bagian yang mengalami pemisahan pada sistem emulsi

dibandingkan volume total (Billany, 2002).

b. Analisis ukuran droplet

Jika rata-rata ukuran droplet meningkat seiring bertambahnya waktu

(bersamaan dengan penurunan jumlah droplet), dapat diasumsikan bahwa

koalesens merupakan penyebabnya (Billany, 2002).

c. Perubahan viskositas

Banyak faktor yang mempengaruhi viskositas emulsi. Adanya variasi

pada ukuran atau jumlah droplet atau perpindahan gerakan bahan pengemulsi

yang berlebihan selama periode waktu tertentu dapat dideteksi dengan perubahan

viskositas (Billany, 2002).

J. Mikromeritik dan Analisis Ukuran Droplet

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang partikel kecil dengan

satuan ukuran partikel yang sering digunakan adalah mikrometer (µm)/mikron.

Pengukuran ukuran droplet yang berkisar dari 0,2 hingga 100 µm dapat dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

dengan mikroskop. Jumlah droplet yang harus dihitung sekitar 300-500 droplet

untuk mendapatkan suatu perkiraan distribusi yang baik (Martin dkk., 1993).

Dua sifat penting dalam suatu kumpulan partikel lebih dari satu ukuran

(sistem polidispers), yaitu bentuk dan luas permukaan partikel, kisaran ukuran,

dan banyaknya atau berat partikel-partikel yang ada, serta luas permukaan total.

Data ukuran droplet diperoleh dalam diameter droplet dan distribusi ukuran

droplet. Bentuk droplet menggambarkan tentang luas permukaan spesifik droplet

(Martin dkk., 1993).

Ukuran droplet yang lebih besar akan cenderung mengalami koalesens

sehingga ukuran droplet menjadi lebih besar lagi dan emulsi terpisah. Droplet

dengan ukuran yang lebih kecil akan memberikan stabilitas emulsi yang lebih

baik. Distribusi ukuran droplet akan dipengaruhi oleh karakteristik emulgator dan

metode pembuatan (Eccleston, 2007).

K. Sifat Fisis

1. Daya sebar

Secara prinsip daya sebar berhubungan dengan sudut kontak yang

dibentuk oleh droplet pada suatu cairan terhadap tempat aplikasinya yang

menggambarkan lubrisitas setiap tetes cairan (droplet) yang berhubungan

langsung dengan koefisien gesekan. Untuk mengukurnya dilakukan pemberian

shearing stress yang seragam (Garg, Aggarwal, Garg, dan Singla, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

2. Viskositas

Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk

mengalir. Makin tinggi viskositas, maka akan semakin besar tahanannya (Martin

dkk., 1993). Semakin tinggi viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan

semakin stabil karena pergerakan partikel cenderung lebih sulit dengan semakin

kentalnya suatu bahan (Schmitt, cit., Setyaningsih dkk., 2007). Peningkatan

viskositas pembawa akan menaikkan waktu retensi pada tempat aksi tetapi juga

menurunkan daya sebar (Garg dkk., 2002).

L. Nyamuk Aedes aegypti

1. Habitat

Aedes aegypti berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah,

seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air

seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, dan lain-lain

sehingga dapat dijelaskan mengapa nyamuk jenis ini memiliki habitat di

lingkungan hidup manusia. Nyamuk ini juga tahan dalam suhu panas dan

kelembaban tinggi (Widoyono, 2008).

2. Siklus hidup

Menurut Soedarto (cit. Armenda, 2009) nyamuk Aedes aegypti

berkembang dengan metamorfosis sempurna, mulai dari telur, larva, pupa, hingga

menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 14-16 hari. Masing-masing stadium

membutuhkan waktu sebagai berikut: telur (2-3 hari), larva (5-6 hari), pupa (2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

hari), dan 6-7 hari setelah menjadi nyamuk dewasa akan siap untuk bertelur lagi

(Cahyati dan Suharyo, 2006).

Gambar 13. Siklus hidup nyamuk (WHO, cit., Rozendaal, 1997)

3. Karakteristik dan kebiasaan nyamuk Aedes aegypti

Aedes aegypti merupakan nyamuk kecil berwarna gelap yang pada dorsal

toraksnya (bagian punggung) terdapat garis putih keperakan yang tajam. Pada saat

hinggap, tubuh nyamuk Aedes aegypti sejajar dengan permukaan benda yang

dihinggapinya. Untuk membedakan jenis kelamin Aedes aegypti dilihat

antenanya. Aedes aegypti betina mempunyai bulu yang tidak lebat (pilose),

sedangkan yang jantan mempunyai bulu yang lebat (plumose) (Cahyati dkk.,

2006).

Menurut Gunandini (cit., Kardinan, 2007), nyamuk yang menghisap

darah adalah nyamuk betina karena darah diperlukan dalam proses pematangan

telur. Nyamuk betina bersifat “multiple biters”, yaitu menggigit beberapa orang

karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat (Widoyono,

2008). Nyamuk jantan setelah berumur 1 hari siap untuk melakukan kopulasi

dengan nyamuk betina, dan setelah kopulasi dilakukan, nyamuk betina mencari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

makanan berupa darah manusia atau binatang yang diperlukan untuk

pembentukan telur (Cahyati dkk., 2006).

Ketertarikan nyamuk Aedes aegypti pada kulit manusia tergantung dari

keseimbangan antara daya tarik komponen tertentu di dalam keringat dan daya

tolak oleh senyawa lipid yang terdapat di dalam kulit. Senyawa lipid yang

berpengaruh terhadap repelensi tersebut adalah suatu rantai asam lemak tidak

jenuh C9-C20, salah satu yang paling berpotensi adalah asam 2-dekanoat

(Wilkinson dan Moore, 1982).

M. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk

memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih

variabel bebas (Bolton, 1997). Penelitian desain faktorial dimulai dengan

menentukan faktor dan level yang diteliti. Penelitian desain faktorial yang paling

sederhana adalah penelitian dengan dua faktor dan dua level (Armstrong dan

James, 1996). Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat

percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah

faktor). Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

seperti tabel berikut ini:

Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Keterangan :- = level rendah+ = level tinggiFormula (1) = faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendahFormula a = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendahFormula b = faktor A pada level rendah, faktor B pada level tinggiFormula ab = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level tinggi

Rumusan yang berlaku :

Y = b0 + b1(XA) + b2(XB) + b12(XA)(XB) ....................................(1)

dengan :Y = respon hasil atau sifat yang diamati(XA)(XB) = level faktor A dan faktor Bb0, b1, b2, b12 = koefisien, didapat dari hasil percobaan

Berdasarkan persamaan (1) tersebut dapat dihitung besarnya efek

masing-masing faktor, maupun efek interaksi dengan substitusi secara matematis.

Besarnya efek dapat dihitung dari selisih antara rata-rata respon pada level tinggi

dan rata-rata respon pada level rendah. Menurut Bolton (1997) konsep

perhitungan efek adalah:

......................................(2)

..................................... (3)

......................................(4)

Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini

memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek

interaksi antar faktor (Bolton, 1997).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

N. Landasan Teori

Banyak masyarakat beralih menggunakan bahan alam sebagai salah satu

terapi pengobatan, misalnya sebagai repelan. Repelan merupakan suatu senyawa

yang digunakan untuk melindungi kulit manusia dari serangan serangga dengan

cara menyamarkan bau khas kulit manusia yang disenangi oleh serangga.

Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai repelan terhadap

Aedes aegypti betina adalah minyak peppermint. Hasil penelitian (Kumar dkk.,

2011) menunjukkan bahwa minyak peppermint bisa berfungsi sebagai repelan

terhadap Aedes aegypti pada manusia. Aplikasi minyak peppermint ini

menghasilkan 100% perlindungan terhadap larva Aedes aegypti hingga 150 menit

pada lengan subyek uji manusia dan setelah 30 menit berikutnya ternyata hanya

ada 1 sampai 2 gigitan dibandingkan pada lengan kelompok kontrol yang terdapat

8 sampai 9 gigitan.

Penggunaan minyak peppermint secara langsung kurang efektif karena

minyak peppermint merupakan suatu minyak atsiri yang sifatnya mudah menguap

Dalam penelitian ini eksplorasi minyak peppermint diformulasikan dalam bentuk

sediaan lotion. Lotion diformulasikan sebagai emulsi tipe M/A (minyak dalam

air), yaitu suatu sistem emulsi di mana droplet-droplet minyak terdispersi dalam

fase air. Dalam membuat sediaan lotion repelan minyak peppermint ini perlu

adanya pertimbangan bahan yang akan digunakan agar menghasilkan suatu lotion

repelan yang stabil. Lotion dibuat dalam bentuk sistem emulsi yang terdiri dari

fase minyak dan air yang tidak dapat saling bercampur sehingga dibutuhkan suatu

emulsifying agent yang mampu menarik fase minyak dan fase air serta akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

terletak pada antarmuka fase minyak dan fase air dengan cara mengurangi

tegangan permukaan antara kedua fase tersebut.

Emulsifying agent yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi

antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearate. Emulsifying agent tersebut akan

memberikan efek yang dapat diukur kebermaknaannya dalam menentukan

parameter lotion yang dihasilkan, seperti sifat fisis sediaan. Desain penelitian

yang memungkinkan untuk mengetahui efek dari penambahan polysorbate 80 dan

sorbitan monostearate sebagai emulsifying agent tersebut adalah desain faktorial.

O. HIPOTESIS

1. Terdapat faktor yang berpengaruh dominan antara polysorbate 80, sorbitan

monostearate, atau interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisis lotion

repelan minyak peppermint.

2. Lotion repelan minyak peppermint yang dihasilkan stabil selama penyimpanan.

3. Lotion repelan minyak peppermint memberikan waktu penolakan terhadap

nyamuk Aedes aegypti betina.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan eksperimental dengan rancangan

penelitian faktorial.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas. Komposisi polysorbate 80 (level rendah 6 gram; level

tinggi 9 gram) dan sorbitan monostearate (level rendah 4 gram; level tinggi 6

gram) sebagai emulsifying agent.

b. Variabel tergantung. Respon daya sebar, viskositas, pemisahan fase

(indeks creaming), pergeseran viskositas, dan pergeseran ukuran droplet lotion

repelan minyak peppermint.

c. Variabel pengacau terkendali. Alat-alat percobaan, kecepatan

pencampuran, lama pencampuran, suhu pencampuran, letak lotion pada saat

pengujian daya sebar, posisi viscometer, wadah penyimpanan, serta jenis kelamin

dan umur nyamuk Aedes aegypti.

d. Variabel pengacau tak terkendali. Suhu dan kelembaban udara selama

proses pengujian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

2. Definisi operasional

a. Lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari substansi cairan sebagai

fase dispers yang tidak larut dengan suatu pembawa dan biasanya didispersikan

dengan suatu emulsifying agent.

b. Repelan adalah suatu bahan yang digunakan untuk melindungi kulit

manusia dari serangan serangga dengan cara menyamarkan bau khas kulit

manusia yang disenangi oleh serangga.

c. Minyak peppermint adalah minyak atsiri yang diperoleh dari hasil

destilasi dengan uap yang berasal dari tanaman Mentha piperita.

d. Emulsifying agent adalah suatu senyawa dengan salah satu bagian

bersifat nonpolar hidrokarbon dan satu bagian yang lain bersifat polar yang

mampu menarik fase minyak dan fase air dan akan mengurangi tegangan

permukaan antara fase minyak dan fase air yang tidak saling bercampur sehingga

sistem dapat saling bercampur.

e. Faktor dalam penelitian ini adalah polysorbate 80 dan sorbitan

monostearate sebagai emulsifying agent yang kombinasi antara keduanya dapat

mempengaruhi nilai respon.

f. Level dalam penelitian ini adalah level rendah dan tinggi polysorbate

80, yaitu 6 gram dan 9 gram, serta level rendah dan tinggi sorbitan monostearate,

yaitu 4 gram dan 6 gram.

g. Respon dalam penelitian ini adalah perubahan sifat fisis lotion dan

stabilitas fisis lotion.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

h. Sifat fisis lotion adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui

kualitas fisis lotion yang dalam penelitian ini meliputi daya sebar dan viskositas.

i. Daya sebar adalah diameter penyebaran lotion pada alat uji berupa

horizontal double plate selama 1 menit yang diberikan beban seberat 125 gram.

j. Viskositas adalah tahanan lotion untuk mengalir, diukur dengan

viscometer (RION®- JAPAN) yang sesuai (seri VT 04).

k. Stabilitas fisis lotion adalah parameter yang digunakan untuk

mengetahui stabilitas fisis lotion yang dihasilkan. Dalam penelitian ini stabilitas

fisis lotion meliputi yang meliputi indeks creaming atau persen pemisahan fase,

pergeseran viskositas, dan pergeseran ukuran droplet setelah penyimpanan selama

30 hari.

l. Pemisahan fase (indeks creaming) menunjukkan salah satu kestabilan

fisis lotion yang dihasilkan dengan parameter stabilitas yang dilihat dari

persentase volume lotion yang stabil pada hari ke-0, 1, 2, 3, 5, 7, 14, 21, 28, dan

30 dibandingkan dengan volume awal lotion dalam suatu tabung berskala dan

mengamati pemisahan yang terjadi.

m. Pergeseran viskositas (%) adalah selisih antara viskositas lotion

setelah 30 hari penyimpanan dengan viskositas lotion 48 jam setelah pembuatan

dibagi viskositas lotion 48 jam setelah pembuatan dan dikalikan 100%.

n. Pergeseran ukuran droplet adalah parameter kestabilan fisis lotion

diamati secara mikroskopis dan dilihat dari perubahan nilai median droplet pada

pengamatan 48 jam dan setelah penyimpanan 30 hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

o. Median adalah salah satu ukuran pemusatan yang berasal dari suatu

data yang telah diurutkan dari data yang terkecil hingga yang terbesar atau dari

yang terbesar hingga yang terkecil dan nilai median adalah nilai yang tepat berada

di tengah-tengah bila banyaknya data itu ganjil.

p. Uji waktu perlindungan terhadap nyamuk Aedes aegypti pada

penelitian ini dilakukan dengan mengoleskan 0,5 gram lotion pada salah satu

tangan naracoba. Pengamatan dilakukan dengan mengamati waktu pertama kali

nyamuk Aedes aegypti betina menempel pada tangan.

q. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan

faktor yang dalam penelitian ini efek yang berpengaruh secara signifikan adalah

efek yang ingin dicapai.

r. Desain faktorial adalah desain penelitian yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi efek dari faktor yang diteliti.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak peppermint

dengan Certifcate of Analysis (COA) dari Brataco Chemika, Virgin Coconut Oil,

polysorbate 80 (kualitas farmasetis), sorbitan monostearate (kualitas farmasetis),

asam stearat (kualitas farmasetis), gliserin (kualitas farmasetis), triethanolamine

(kualitas farmasetis), cetyl alcohol (kualitas farmasetis), aquadest, metilen biru

(kualitas farmasetis), nyamuk Aedes aegypti betina.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

D. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah glasswares (PYREX-

GERMANY), cawan porselen, rak tabung reaksi, hand mixer (Miyako HM-620),

waterbath, neraca analitik, termometer, horizontal double plate, viscometer seri

VT 04 (RION®- JAPAN), mikroskop (Boeco) yang dihubungkan dengan program

motic image plus 2.0, mikroskop (Olympus CH3-TR45 0F08768 JAPAN) yang

dihubungkan dengan program OptiLab Viewer Ver 1.3.2, sangkar nyamuk ukuran

20 cm x 20 cm x 20 cm, software R Program, dan program R 2.9.0.

E. Tata Cara Penelitian

Gambar 14. Skema alur penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

1. Formula lotion repelan

R / A. Virgin Coconut Oil 6,0 g

Polysorbate 80 (6-9) g

A. Asam stearat 2,75 g

Triethanolamine 0,13 g

Cetyl alcohol 0,50 g

Sorbitan monostearate (4-6) g

B. Gliserin 14,0 g

Aquadest 30,0 g

Minyak peppermint 0,192 g

Penelitian ini menggunakan dua faktor, yaitu polysorbate 80 dan sorbitan

monostearate yang masing-masing terdiri dari dua level, yaitu level rendah dan

level tinggi. Penentuan level rendah dan tinggi emulsifying agent tersebut

berdasarkan survei pustaka dari Handbook of Pharmaceutical Excipients (Rowe

dkk., 2009).

Rancangan penelitian desain faktorial yang digunakan untuk level rendah

dan level tinggi polysorbate 80 dan sorbitan monostearate masing-masing adalah

sebagai berikut:

Tabel II. Rancangan desain faktorial polysorbate 80 dan sorbitan monostearate

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Formula lotion repelan tersebut dibuat dalam enam kali formula standar.

Jumlah masing-masing bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah

sebagai berikut:

Tabel III. Jumlah bahan yang digunakan

2. Pembuatan lotion repelan minyak peppermint

Virgin Coconut Oil (VCO) dan polysorbate 80 dicampur dan diaduk

hingga homogen dan dipanaskan di atas waterbath hingga suhu 60°C (fase A).

Aquadest dipanaskan hingga suhu 70ºC. Asam stearat, cetyl alcohol, dan sorbitan

monostearate masing-masing dilelehkan di atas waterbath hingga suhu 60ºC.

Asam stearat yang sudah leleh ditambahkan TEA dan diaduk homogen di atas

waterbath. Kemudian ditambahkan cetyl alcohol pada campuran TEA dan asam

stearat hingga suhu campuran 60ºC. Kemudian ditambahkan sorbitan

monostearate, dilanjutkan pemanasan hingga suhu 70ºC (Fase B). Fase air yang

terdiri dari gliserin dan 1/3 aquadest dicampur, diaduk hingga homogen, dan

dipanaskan juga di atas waterbath hingga suhu 70°C (fase C). Campuran fase A

dan B dipanaskan hingga suhu 70°C lalu diaduk dengan menggunakan hand mixer

selama 5 menit dengan kecepatan skala 1. Kemudian pada menit ke-5

ditambahkan fase C ke dalam campuran fase A dan B dan diaduk dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

menggunakan hand mixer selama 3 menit dengan kecepatan dan arah pengadukan

yang kontinyu. Pada menit ke-8 ditambahkan 2/3 aquadest selama 1,5 menit.

Minyak peppermint ditambahkan pada menit ke-9,5 dan dimixer hingga waktu

totalnya 10 menit.

3. Penentuan tipe lotion

a. Metode warna. Beberapa tetes larutan bahan pewarna yang larut

dalam air (metilen biru) dilarutkan ke dalam sejumlah kecil lotion. Jika seluruh

lotion menyebar dan bercampur dengan bahan pewarna tersebut, maka terdapat

suatu lotion dengan sistem emulsi dari jenis M/A, karena air merupakan fase

eksternal dari lotion tersebut. Untuk lebih jelas, dilakukan pengamatan

menggunakan mikroskop untuk melihat uji tipe emulsi dengan metilen biru

(Voight, 1994). Sejumlah kecil lotion yang telah ditetesi metilen biru diletakkan

pada obyek gelas. Untuk mencegah pengaruh tekanan gelas penutup, pada sisi

kanan dan kiri lotion pada obyek gelas diberi kaca penutup yang lain. Apabila

minyak merupakan droplet dalam emulsi ini, maka warna biru akan mewarnai

fase air karena metilen biru larut di dalam air (Setyaningsih, 2009).

b. Metode pengenceran. Sedikit air diberikan ke dalam sebuah contoh

kecil lotion dan setelah pengadukan diperoleh kembali suatu lotion yang

homogen, maka terdapat suatu tipe M/A. Jika emulsi adalah tipe M/A, maka

pengenceran menggunakan air tidak rusak. Sebuah contoh kecil lotion

dicampurkan minyak, Jika emulsi adalah tipe M/A, maka pengenceran

menggunakan minyak akan menyebabkan pecahnya emulsi (Voight, 1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

4. Pengujian daya sebar

Uji daya sebar lotion dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu 48 jam setelah

pembuatan dan 30 hari setelah penyimpanan. Uji daya sebar dilakukan dengan

menimbang seberat 1 gram lotion, diletakkan di atas horizontal double plate. Di

atas lotion diletakkan dengan horizontal double plate yang lain dan pemberat 125

gram, diamkan selama 1 menit, lalu dicatat diameter penyebarannya (Garg dkk.,

2002).

5. Pengujian viskositas dan pergeseran viskositas

Pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viscometer seri

VT 04 (RION®-JAPAN) menggunakan rotor nomor 1. Uji ini dilakukan dengan

memasukkan lotion dalam suatu wadah yang tersedia dan dipasang pada portable

viscotester. Lalu catat angka viskositas lotion yang ditunjukkan oleh jarum

penunjuk viskositas dari alat tersebut sesuai dengan skala rotor nomor 1. Uji ini

dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu 48 jam setelah pembuatan dan 30 hari setelah

penyimpanan untuk mengetahui seberapa besar pergeseran viskositasnya.

Pergeseran viskositas diukur dari selisih antara viskositas lotion 30 hari setelah

penyimpanan dengan viskositas lotion 48 jam setelah pembuatan dibagi viskositas

lotion 48 jam setelah pembuatan dan dikalikan 100%.

6. Uji stabilitas fisis

a. Pemisahan fase. Lotion dimasukkan ke dalam suatu tabung berskala.

Amati volume lotion pada hari ke-0, 1, 2, 3, 5, 7, 14, 21, 28, dan 30 dibandingkan

dengan volume awal lotion dalam suatu tabung berskala dan mengamati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

pemisahan yang terjadi. Hasil pemisahan fase dinyatakan dalam persentase indeks

creaming. Rumusnya:

..................................(5)

Keterangan: ho = volume lotion mula-mula (mL)hu = volume creaming yang terjadi (mL) (Aulton, 2002).

b. Mikroskopik. Sebanyak 500 buah droplet diukur dengan mikroskop

(Boeco) pada perbesaran 10, yang sebelumnya telah dikalibrasi. Sejumlah kecil

lotion diletakkan pada obyek gelas dan ditutup dengan gelas penutup. Untuk

mencegah adanya pengaruh tekanan oleh gelas penutup terhadap droplet, pada

bagian kanan dan kiri lotion pada obyek gelas diberi dengan gelas penutup.

Kemudian sampel lotion difoto dengan kamera (Moticam 1000 1,3 M) yang telah

dihubungkan dengan mikroskop (Boeco). Ukuran diameter droplet diukur dengan

program motic image plus 2.0 berdasarkan kalibrasi pada mikrometer berskala 10

µm. Pengukuran dilakukan setelah 48 jam pembuatan dan 30 hari setelah

penyimpanan (Setyaningsih, 2009).

7. Uji waktu perlindungan lotion repelan minyak peppermint

Penyediaan nyamuk Aedes aegypti:

Nyamuk yang digunakan adalah nyamuk Aedes aegypti betina dewasa

yang telah dipersiapkan, berumur 7 hari, dan dipuasakan 24 jam sebelum

penelitian. Sebelum dipuasakan, nyamuk diberi makanan berupa larutan glukosa.

Nyamuk ini diperoleh dan dipersiapkan dari Laboratorium Parasitologi Fakultas

Kedokteran UGM Yogyakarta. Nyamuk yang digunakan sebanyak 25 ekor tiap

replikasi formula.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

a. Uji kontrol negatif. Uji kontrol negatif dilakukan melalui penentuan

waktu menempelnya nyamuk pertama kali pada kontrol negatif yang digunakan,

yaitu dengan mengoleskan basis formula lotion sebanyak 0,5 gram secara merata

pada tangan naracoba. Uji kontrol negatif bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya waktu perlindungan terhadap nyamuk Aedes aegypti betina yang

dimungkinkan terkandung dalam bahan-bahan penyusun lotion.

b. Uji kontrol positif. Uji kontrol positif dilakukan menggunakan minyak

peppermint. Dioleskan secara merata sebanyak 1,776 gram pada tangan naracoba.

Lalu diamati waktu menempelnya nyamuk pertama kali pada tangan naracoba.

c. Pengujian waktu perlindungan lotion repelan minyak peppermint. uji

ini dilakukan dengan memasukkan tangan naracoba yang telah dioleskan lotion

repelan minyak peppermint sebanyak 0,5 gram ke dalam sangkar nyamuk 20 cm

x 20 cm x 20 cm yang berisi 25 ekor nyamuk Aedes aegypti betina berumur 7 hari.

Area tangan yang dioleskan lotion adalah dari pergelangan tangan sampai ujung

jari. Lalu diamati waktu menempelnya nyamuk pertama kali pada tangan

naracoba. Tata cara pengujian di atas dilakukan berdasarkan penelitian Fradin,

dkk. (2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

F. Analisis Hasil

Data yang diperoleh adalah meliputi sifat fisis seperti data uji daya sebar

dan viskositas serta stabilitas fisis yang meliputi pemisahan fase, pergeseran

viskositas, dan pergeseran ukuran droplet. Masing-masing perlakuan direplikasi 3

kali. Diperoleh juga data waktu perlindungan yang diberikan lotion repelan

minyak peppermint terhadap nyamuk Aedes aegypti betina.

Data sifat fisis lotion yang terkumpul dianalisis dengan metode desain

faktorial sehingga dapat diketahui pengaruh masing-masing faktor atau interaksi

keduanya yang dominan dalam menentukan respon. Untuk melihat signifikansi

data sifat fisis sediaan lotion minyak peppermint yang dihasilkan digunakan

analisis statistik menggunakan uji multivariate ANOVA pada software R Program

menggunakan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui signifikansi (p<0,05) dari

setiap faktor dan interaksinya dalam mempengaruhi respon. Dengan demikian

akan diketahui efek dari polysorbate 80, sorbitan monostearate, maupun interaksi

antara keduanya sehingga akan diketahui faktor yang dominan dalam

mempengaruhi sifat fisis lotion.

Data stabilitas lotion dianalisis statistik melalui program R.2.9.0

menggunakan uji multivariate ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% untuk

mengetahui signifikansi (p<0,05). Untuk melihat signifikansi pada pengamatan 48

jam setelah pembuatan dan 30 hari setelah penyimpanan, maka untuk data

distribusi normal digunakan analisis parametrik (paired T-test), sedangkan untuk

data distribusi tidak normal dilakukan analisis nonparametrik (Uji Wilcoxon).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Lotion Repelan Minyak Peppermint

Pada penelitian ini dibuat suatu sediaan lotion repelan dari suatu bahan

alam, yaitu minyak peppermint. Menurut hasil penelitian (Kumar dkk., 2011),

minyak peppermint ternyata bertindak sebagai repelan terhadap larva Aedes

aegypti. Penggunaan minyak peppermint secara langsung pada kulit kurang

efektif. Oleh karena itu perlu suatu eksplorasi minyak peppermint yang

diformulasikan dalam bentuk sediaan farmasi, yaitu sediaan lotion. Minyak

peppermint yang digunakan dalam penelitian ini dibeli dari Brataco Chemika

dengan Certificate of Analysis (COA).

Dalam penelitian ini, lotion diformulasikan sebagai emulsi tipe M/A

(minyak dalam air), yaitu suatu sistem emulsi di mana droplet-droplet minyak

terdispersi dalam fase air. Alasan pemilihan emulsi tipe M/A karena minyak

peppermint merupakan salah satu minyak atsiri yang sifatnya mudah menguap.

Minyak ini mudah larut dalam suatu pelarut organik, seperti etanol (70%)

(Alankar, 2009) dan tidak larut dalam air (Anonim, 2008). Minyak peppermint

akan mudah larut pada fase minyak sebagai fase dispers (fase internal atau fase

diskontinyu) dibandingkan pada fase air sebagai medium dispers (fase eksternal

atau fase kontinyu) sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan minyak

peppermint. Dengan tidak adanya penguapan minyak tersebut tentunya tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

mengurangi konsentrasi minyak peppermint dalam sediaan sehingga dapat

menjamin efek terapeutik minyak peppermint sebagai repelan.

Pemilihan bentuk sediaan lotion ini karena minyak peppermint

merupakan suatu minyak atsiri yang sifatnya mudah menguap saat berada di udara

pada temperatur kamar (Robbers dkk., 1996). Suatu sediaan repelan harus dapat

melepaskan senyawa repelan yang terkandung agar dapat memberikan efek terapi

yang diinginkan. Lotion merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling efektif

sebagai suatu sediaan repelan minyak peppermint, dibandingkan sediaan lain

seperti gel. Walaupun minyak peppermint berada dalam fase minyak sebagai fase

dispers yang dikelilingi oleh medium dispers, namun minyak peppermint tetap

mudah lepas karena ikatan yang terjadi dalam fase minyak adalah ikatan van der

Waals yang bersifat lemah sehingga minyak peppermint tetap dapat memberikan

mekanisme penolakan terhadap nyamuk Aedes aegypti ketika diaplikasikan pada

kulit. Pada gel, sistem tersusun oleh matriks-matriks penjerat minyak atsiri yang

lebih kuat dibandingkan lotion sehingga sehingga minyak atsiri tidak mudah

menguap. Namun kekuatan tersebut membuat viskositas gel meningkat sehingga

akan membuat minyak terikat lebih kuat sehingga akan sulit dilepaskan dan

mekanisme penolakan terhadap nyamuk akan menurun.

Formula yang digunakan pada pembuatan lotion repelan ini berdasarkan

dari hasil orientasi yang telah dilakukan penulis sebelumnya. Pada pembuatan

lotion terdiri dari 2 fase, yaitu fase air dan fase minyak. Fase yang mudah

bercampur dengan air disebut sebagai fase air yang terdiri dari gliserin dan

aquadest. Fase minyak terdiri dari virgin coconut oil (VCO), asam stearat, cetyl

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

alcohol, dan minyak peppermint. Penggunaan campuran 2 macam emulgator

biasanya lebih stabil dibandingkan penggunaan emulgator tunggal (Allen, 2002).

Pemilihan jenis dan komposisi emulsifying agent (emulgator) dapat menentukan

sifat fisis dan stabilitas dari sediaan. Emusifying agent yang digunakan adalah

kombinasi antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearate.

Polysorbate 80 memiliki nilai HLB sebesar 15,0 dan sorbitan

monostearate memiliki nilai HLB sebesar 14,7 (Rowe, dkk., 2009). Dari

kombinasi kedua emulgator tersebut diharapkan dapat menghasilkan suatu sistem

nilai kesetimbangan hidrofilik-lipofilik (HLB) pada lotion dengan sistem emulsi

tipe M/A (HLB 8-18). Polysorbate 80 dan sorbitan monostearate merupakan

surfaktan nonionik yang memiliki toksisitas dan daya iritasi yang rendah (Billany,

2002). Berdasarkan hasil orientasi, jumlah polysorbate 80 yang digunakan adalah

6 gram pada level rendah dan 9 gram pada level tinggi, sedangkan jumlah

sorbitan monostearate yang digunakan adalah 4 gram pada level rendah dan 6

gram pada level tinggi. Pemilihan level tersebut didasarkan pada sistem emulsi

yang akan dibuat yaitu pada rentang 9-12 dan required HLB sebesar 9,667.

Variasi penggunaan polysorbate 80 dan sorbitan monostearate pada level rendah

dan level tinggi akan memberikan efek yang kebermaknaannya dapat menentukan

sifat fisis dan stabilitas lotion repelan yang dihasilkan.

Dalam pembuatan lotion ini, fase minyak dan fase air dipanaskan terlebih

dahulu secara terpisah. Bahan-bahan yang sebagian berupa bahan padatan harus

dilelehkan terlebih dahulu di atas waterbath, antara lain asam stearat, cetyl

alcohol, dan sorbitan monostearate hingga meleleh dan masing-masing mencapai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

suhu 60ºC. Hal ini dilakukan agar dapat dipastikan seluruh padatan tersebut dapat

leleh dengan sempurna dan penggunaan suhu tersebut disesuaikan dengan titik

leleh masing-masing bahan sehingga dapat membantu proses pencampuran dan

tercapainya homogenitas. Hal ini didasarkan bahwa suhu untuk melelehkan bahan

sebaiknya dilakukan pada suhu 5ºC-10ºC di atas titik leleh dari senyawa yang

memiliki titik leleh tertinggi (Block, 1996), di mana titik leleh dari asam stearat,

cetyl alcohol, dan sorbitan monostearate berturut-turut adalah 54,4º-55,5ºC; 49ºC;

dan 53º-57ºC. Aquadest sendiri juga dipanaskan hingga suhu 70ºC.

Proses pembuatan dalam penelitian ini berdasarkan dari hasil orientasi

oleh penulis. Fase minyak dimixer terlebih dahulu kemudian fase air yang terdiri

dari gliserin dan 1/3 aquadest dimasukkan ke dalam fase minyak sambil terus

diaduk menggunakan hand mixer secara kontinyu dan searah dan dilanjutkan

dengan penambahan sisa aquadest (2/3 bagian). Suhu pembuatan lotion dengan

sistem emulsi yang menggunakan surfaktan nonionik biasanya dilakukan pada

suhu ± 70ºC (Mitsui, 1998). Oleh karena itu pada penelitian ini, pembuatan lotion

dilakukan dengan mencampurkan fase air dan fase minyak yang masing-masing

bersuhu ± 70ºC. Selain itu alasan dari penggunaan suhu tersebut dikarenakan

dalam formulasi ini juga digunakan TEA dan asam stearat yang akan membentuk

TEA stearat yang akan membantu stabilitas emusi M/A melalui reaksi TEA dan

asam stearat yang terjadi pada suhu ± 65ºC (Kim, 2005).

Minyak peppermint ditambahkan pada 30 detik terakhir pencampuran

dengan hand mixer. Hal ini dikarenakan minyak peppermint merupakan salah satu

minyak atsiri yang mudah menguap pada suhu ruangan. Bahan yang mudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

menguap ditambahkan setelah sistem emulsi terbentuk (Billany, 2002). Apabila

minyak peppermint ditambahkan di awal proses pencampuran dikhawatirkan

minyak peppermint akan menguap dan akan berpengaruh terhadap penurunan

aktivitasnya sebagai repelan.

Efek moist pada lotion ini diperkuat dengan adanya gliserin yang

keberadaanya dalam formula ini selain sebagai salah satu fase air, juga sebagai

humektan. Sebagai humektan, gliserin akan menahan air di bawah lapisan kulit

agar tidak keluar sehingga mencegah kehilangan air yang berlebihan

(Setyaningsih dkk., 2007).

Stabilitas sistem emulsi dibentuk melalui 3 mekanisme, yaitu (1)

interaksi antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearate sebagai emulsifying

agent, (2) reaksi penyabunan antara TEA dan asam stearat membentuk garam

TEA stearat, dan (3) mekanisme co-surfactant oleh cetyl alcohol dengan

meningkatkan viskositas.

Polysorbate 80 dan sorbitan monostearate akan menjembatani antara

fase minyak dan fase air supaya keduanya dapat bercampur dan menghasilkan

suatu lotion yang stabil. Kedua emulgator tersebut merupakan faktor yang akan

dilihat pengaruhnya terhadap sifat fisis dan stabilitas fisis lotion. Proses

emulsifikasi pada lotion dengan adanya polysorbate 80 dan sorbitan monostearate

terjadi dengan mekanisme: bagian hidrofilik dari polysorbate 80 dan sorbitan

monostearate akan mengarahkan dirinya ke fase air (medium dispers). Sedangkan

bagian lipofiliknya akan berada di fase minyak (fase internal) sehingga akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

membentuk suatu monolayer yang akan melingkari suatu tetesan atau droplet dari

fase dalam emulsi.

Gambar 15. Lapisan monolayer surfaktan (Kim, 2005)

Surfaktan akan terakumulasi pada permukaan minyak-air, memfasilitasi

pembentukan droplet-droplet minyak yang dapat terdispersi dalam fase air.

Adanya droplet minyak dapat menunjukkan kedudukan surfaktan pada permukaan

droplet antara air dan minyak dengan adanya kedudukan gugus hidrofilik yang

berikatan dengan fase air dan gugus hidrofobik yang berikatan dengan fase

minyak sehingga surfaktan akan mengurangi tegangan permukaan minyak-air

(The Nationals Academic of Sciences, 2005).

Molekul surfaktan akan berada di antara permukaan air dan minyak yang

dapat ditunjukkan dari gambar 16 di bawah ini:

Gambar 16. Mekanisme pembentukan droplet dengan adanya peran surfaktan(The Nationals Academic of Sciences, 2005)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Interaksi antara tween dan span dalam menghasilkan stabilitas emulsi

dapat dilihat dari gambar 17. Pada gambar 17 menunjukkan interaksi yang terjadi

antara polysorbate 80 dan sorbitan monooleat (span 80). Pada prinsipnya interaksi

yang terjadi antara polysorbate 80 dan span 80 dengan polysorbate 80 dan

sorbitan monostearate (span 60) sama. Antara span 80 dan span 60 berbeda pada

rantai samping asam lemak yang diikat. Span 80 memiliki rantai samping asam

lemak berupa asam oleat, sedangkan rantai samping asam lemak span 60 berupa

asam stearat.

Interaksi antara polysorbate dan span dapat dilihat dari gambar di bawah

ini:

Gambar 17. Interaksi antara polysorbate 80 dan sorbitan monooleat pada antar mukaminyak dan air (The Nationals Academic of Sciences, 2005)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Dari gambar 17 tampak bahwa terjadi ikatan secara van der Waals yang

lemah antara tween dan span, yaitu antara rantai hidrokarbon pada molekul span

dengan rantai hidrokarbon pada molekul tween dan juga rantai hidrokarbon pada

molekul tween dan molekul span dengan fase minyak. Selain itu terjadi pula

ikatan hidrogen antara atom O dari tween dengan atom H dari span dan juga atom

H dari molekul air. Ikatan hidrogen juga terjadi antara atom H dari span dan atom

O dari molekul air.

Kepala sorbitan yang besar pada molekul span mencegah ekor-ekor

hidrokarbon bergabung rapat dalam fase minyak. Ketika tween ditambahkan,

senyawa ini mengarah pada antarmuka dengan ekor hidrokarbonnya berada dalam

fase minyak, sedangkan sisa rantainya, bersama dengan cincin sorbitan dan rantai

polioksietilen berada dalam fase air. Rantai hidrokarbon molekul tween teramati

berada dalam globul minyak di antara ranta-rantai span 80 dan orientasi ini

menghasilkan tarik-menarik van der Waals yang efektif (Sinko, 2006).

Efektivitas dari proses emulsifikasi ditentukan oleh pembentukan dan

stabilisasi droplet. Pada penambahan emulgator saat proses emulsifikasi, tegangan

antar muka pada kedua fase akan menyebabkan terbentuknya lapisan emulgator

yang mengelilingi fase minyak sehingga droplet minyak akan terdispersi ke dalam

fase air. Stabilitas sistem yang terbentuk dapat dicapai dengan adanya polysorbate

80 dan sorbitan monostearate yang dapat membentuk monolayer yang stabil.

Pada fase minyak terjadi reaksi penyabunan antara trietanolamin (TEA)

dan asam stearat membentuk suatu garam atau sabun amin trietanolaminstearat

(TEA stearat). Pada prinsipnya, suatu basa TEA dalam jumlah yang cukup akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

bereaksi dengan suatu asam, yaitu asam stearat. TEA stearat bertindak sebagai

peningkat kestabilan sistem emulsi M/A sebagai emulgator golongan anionik

yang akan menyelubungi droplet-droplet minyak sehingga dapat terdispersi ke

dalam fase air dan membentuk sistem emulsi yang makin stabil, terutama pada

sistem emulsi M/A untuk aplikasi eksternal (Jenkins dkk., 1957). TEA stearat

akan membantu emulgator nonionik dalam membentuk lapisan monomolekular

zat pengemulsi (pada antarmuka minyak-air) yang akan menyelubungi droplet

minyak (Ansel, 1969; Billany, 2002). Bentuk sabun TEA stearat ini kemudian

akan menurunkan tegangan permukaan. Reaksi penyabunan antara trietanolamin

(TEA) dan asam stearat membentuk suatu garam atau sabun trietanolamin stearat

(TEA stearat) dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar 18. Reaksi penyabunan antara TEA dan asam stearat membentuk TEA-stearat

Molekul sabun TEA stearat mengandung suatu rantai hidrokarbon

panjang dan ujung ion negatif (surfaktan anionik). Bagian hidrokarbon dari

molekul tersebut bersifat hidrofobik, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik. TEA

stearat akan membentuk suatu lapisan monolayer di mana rantai hidrokarbon akan

berada pada fase minyak dan ujung ion akan menghadap ke fase air. Ujung

anionik molekul sabun TEA stearat akan ditolak oleh molekul sabun TEA stearat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

yang berada di lapisan luar droplet minyak yang lain. Adanya tolak-menolak

antara tetes-tetes sabun-minyak akan mengakibatkan droplet-droplet minyak tidak

dapat saling bergabung sehingga dapat meningkatkan stabilitas sistem (Fessenden

dan Fessenden, 1982).

Gambar 19. Droplet-droplet minyak saling menolak karena muatan gugus hidrofilik TEAstearat yang sama (diadaptasi dari Fessenden dkk., 1982)

Pada formulasi ini juga digunakan cetyl alcohol yang keberadaannya

dalam suatu sediaan emulsi M/A dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas,

memperbaiki tekstur sediaan sistem dengan cara meningkatkan viskositas medium

dispers (Rowe dkk., 2009). Cetyl alcohol dapat juga dikatakan sebagai co-

surfactant karena membantu fase minyak dalam proses solubilisasi ke dalam

droplet fase minyak (Vanderhoff, 1996).

Gambar 20. Skematis sistem emulsi minyak dalam air (M/A)dengan adanya surfaktan dan ko-surfaktan (Myers, 2006)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

B. Pengujian Tipe Emulsi Lotion

Emulsi yang dikehendaki dalam emulsi ini adalah tipe M/A. Untuk

memastikan bahwa emulsi yang terbentuk adalah tipe M/A, maka dilakukan

pengujian tipe emulsi menggunakan metode pewarnaan dan pengenceran.

1. Metode pewarnaan

Penentuan tipe emulsi dengan metode pewarnaan ini menggunakan

metilen biru yang bersifat larut di dalam air. Metode ini dilakukan dengan cara

sejumlah kecil lotion ditambahkan dengan metilen biru pada gelas arloji. Metode

pewarnaan ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara fisis/makroskopis dan

mikroskopis dengan diamati di bawah mikroskop menggunakan perbesaran 10

kali. Hasil pengujian tipe emulsi metode pewarnaan ditunjukkan oleh gambar di

bawah ini.

Gambar 21. Hasil uji tipe emulsi metode pewarnaan secara makroskopis

Gambar 21 menunjukkan ketika metilen biru dilarutkan ke dalam

sejumlah lotion membuat seluruh lotion menyebar dan bercampur dengan metilen

biru. Hasil tersebut didapatkan pada keempat formula lotion.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Gambar 22. Hasil uji tipe emulsi metode pewarnaan secara mikroskopis,(1) Formula I, (2) Formula a, (3) Formula b, dan (4) Formula ab

Gambar 22 menunjukkan bahwa penambahan metilen biru pada suatu

sistem emulsi M/A akan menyebabkan fase air berwarna biru dan droplet minyak

tidak berwarna ketika dilihat di bawah mikroskop.

Berdasarkan uji tipe emulsi pada lotion dengan metode pewarnaan, dapat

disimpulkan bahwa keempat formula merupakan lotion dengan sistem emulsi tipe

M/A.

2. Metode pengenceran

Penentuan tipe emulsi dengan metode ini yaitu dengan cara sejumlah

kecil lotion diencerkan dengan aquadest dan minyak pada gelas arloji. Hasil

pengujian tipe emulsi metode pengenceran dapat ditunjukkan oleh gambar di

bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

a b

Gambar 23. Hasil uji tipe emulsi metode pengenceran (a) pengenceran dengan aquadest dan(b) pengenceran dengan minyak

Hasil dari uji tipe emulsi dengan metode pengenceran dengan aquadest

adalah pada keempat formula tampak lotion menjadi lebih encer, tetap menyatu

sebagai suatu sistem emulsi, dan sistem emulsi tidak pecah. Ketika minyak

ditambahkan pada sejumlah kecil lotion (metode pengenceran dengan minyak),

yang terjadi sistem tidak dapat saling menyatu dan pecah. Hal ini menunjukkan

bahwa keempat formula lotion repelan minyak peppermint merupakan sistem

emulsi dengan tipe M/A.

Secara keseluruhan, berdasarkan hasil pengujian tipe emulsi kedua

metode tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keempat formula lotion repelan

minyak peppermint yang dihasilkan termasuk sistem emulsi tipe M/A.

C. Karakteristik Sifat Fisis Lotion Repelan Minyak Peppermint

Salah satu parameter kualitas lotion yang baik adalah memenuhi

persyaratan sifat fisis selama penyimpanan. Parameter sifat fisis yang dilihat

dalam penelitian ini adalah daya sebar dan viskositas. Polysorbate 80 dan sorbitan

monostearate ikut berperan dalam menentukan sifat fisis sediaan karena keduanya

diduga berpengaruh pada penentuan sifat fisis emulsi, maka polysorbate 80 dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

sorbitan monostearate merupakan kedua faktor yang akan dilihat pengaruhnya

terhadap sifat fisis.

1. Daya sebar

Daya sebar menggambarkan kemudahan lotion pada saat diaplikasikan di

kulit. Semakin tinggi nilai daya sebarnya, maka kemampuannya untuk menyebar

pada kulit saat diaplikasikan akan semakin besar sehingga luas permukaan kontak

dengan kulit akan semakin besar. Daya sebar yang terlalu kecil mengakibatkan

lotion sulit menyebar saat dioleskan. Evaluasi terhadap daya sebar lotion

dilakukan pada pengamatan 48 jam setelah pembuatan. Pengujian daya sebar

dilakukan dengan meletakkan sejumlah tertentu lotion di atas kaca bulat berskala.

Nilai diameter rata-rata yang diperoleh dari hasil penyebaran lotion menunjukkan

daya sebar lotion saat diaplikasikan pada kulit (Garg dkk., 2002). Ketika diberikan

shearing stress yang sama, beberapa sediaan dengan viskositas yang berbeda-beda

akan menghasilkan daya sebar yang berbeda-beda juga karena hambatan untuk

menyebar pada masing-masing sediaan juga berbeda-beda.

2. Viskositas

Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk

mengalir (Martin dkk., 1993). Pada umumnya viskositas berbanding terbalik

dengan daya sebar. Peningkatan viskositas akan menurunkan daya sebar (Garg

dkk., 2002), demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, apabila viskositas

semakin meningkat, maka sediaan yang dihasilkan akan semakin kental. Apabila

viskositas terlalu tinggi, maka kemungkinan sediaan untuk keluar dari kemasan

akan sulit sehingga dapat mengurangi acceptabilitas penggunaan. Semakin rendah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

viskositas, maka sediaan yang dihasilkan akan semakin encer. Tentu saja hal ini

juga tidak diharapkan karena apabila terlalu encer, kemungkinan lotion untuk

menempel di permukaan kulit akan sulit. Pengujian viskositas dilakukan 2 kali,

yaitu 48 jam setelah pembuatan dan 30 hari setelah penyimpanan untuk

mengetahui pergeseran viskositas selama penyimpanan, yaitu salah satu parameter

stabilitas lotion. Berikut ini adalah hasil pengujian sifat fisis:

Tabel IV. Hasil pengujian sifat fisis lotion repelan minyak peppermint

Berdasarkan tabel IV dapat dilihat bahwa nilai viskositas terendah

dimiliki oleh formula I dan nilai daya sebar tertinggi dimiliki pada formula I juga.

Viskositas tertinggi dan daya sebar terendah dimiliki oleh formula b. Hal ini

sesuai teori bahwa pada umumnya peningkatan viskositas akan menurunkan daya

sebar (Garg dkk., 2002). Semakin tinggi viskositas suatu bahan, maka bahan

tersebut akan semakin stabil karena pergerakan partikel cenderung lebih sulit

dengan semakin kentalnya suatu bahan (Schmitt, cit., Setyaningsih dkk., 2007).

D. Pengaruh Polysorbate 80 dan Sorbitan monostearate Terhadap Sifat Fisis

Lotion Repelan Minyak Peppermint

Metode desain faktorial dapat digunakan untuk mengevaluasi nilai efek

dari masing-masing faktor, baik polysorbate 80, sorbitan monostearate, maupun

interaksi antar kedua faktor tersebut Data dianalisis statistik menggunakan uji

multivariate ANOVA menggunakan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

signifikansi (p<0,05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam mempengaruhi

respon. Nilai p<0,05 menunjukkan faktor yang dominan dalam menentukan

respon. Nilai efek positif menunjukkan faktor meningkatkan respon, sedangkan

nilai efek negatif menunjukkan faktor menurunkan respon.

1. Respon daya sebar

Dari hasil analisis dapat diketahui efek dari polysorbate 80, sorbitan

monostearate, dan interaksi keduanya dalam menentukan respon daya sebar.

Berikut ini adalah tabel efek dari masing-masing faktor terhadap respon daya

sebar yang dihitung secara manual berdasarkan konsep Bolton (1997):

Tabel V. Nilai efek untuk respon daya sebar

Dari tabel V tersebut dapat dilihat bahwa interaksi polysorbate 80 dan

sorbitan monostearate memiliki nilai efek yang paling besar. Hal ini

menunjukkan bahwa interaksi kedua faktor tersebut paling dominan dalam

menentukan respon daya sebar. Nilai efek interaksi kedua faktor tersebut bernilai

positif, artinya interaksi antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearate

memiliki efek meningkatkan respon daya sebar. Polysorbate 80 sendiri juga

memiliki efek meningkatkan respon daya sebar, walaupun efeknya tidak dominan,

demikian juga terjadi pada sorbitan monostearate yang memiliki efek

menurunkan respon daya sebar, walaupun efeknya tidak dominan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi polysorbate 80 dan

sorbitan monostearate merupakan faktor yang dominan dalam menentukan respon

daya sebar, yaitu meningkatkan daya sebar.

Hubungan antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearate terhadap

respon daya sebar dapat dilihat dari grafik efek di bawah ini:

a b

Gambar 24. Grafik hubungan antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearateterhadap respon daya sebar

Dari gambar 24a menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah

polysorbate 80 pada level rendah sorbitan monostearate akan menurunkan respon

daya sebar dan pada level tinggi sorbitan monostearate akan meningkatkan

respon daya sebar. Pada gambar 24b menunjukkan semakin banyak jumlah

sorbitan monostearate pada level rendah polysorbate 80 akan menurunkan respon

daya sebar dan pada level tinggi polysorbate 80 akan meningkatkan respon daya

sebar. Dari kedua gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak

jumlah polysorbate 80 maupun sorbitan monostearate yang digunakan dapat

meningkatkan respon daya sebar lotion.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu nilai yang menggambarkan

seberapa besar perubahan atau variasi dari variabel tergantung bisa dijelaskan oleh

perubahan atau variasi dari variabel bebas. Semakin tinggi nilai koefisien

determinasi akan semakin baik kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan

perilaku respon. Terdapat 2 jenis koefisien determinasi, yaitu r koefisien

determinasi biasa (Multiple R-squared) dan koefisien determinasi disesuaikan

(Adjusted R-squared) (Santosa dan Ashari, 2005). Nilai R2 yang baik untuk dapat

memenuhi asumsi linearitas adalah mendekati 1 (Jones, 2008).

Gambar 25. Output hasil analisis statistik R program respon daya sebar

Persamaan desain faktorial yang diperoleh untuk respon daya sebar

adalah y = 23,1667 – 1,94444 A – 3,4833 B + 0,4167 AB. Pada persamaan desain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

faktorial untuk respon daya sebar yang didapat pada penelitian ini memiliki nilai

multiple R-squared sebesar 0,9602. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan yang

didapat memenuhi asumsi linearitas yang dibangun antara faktor dengan respon

daya sebar. Nilai adjusted R-squared yang diperoleh sebesar 9,452. Adjusted R-

squared yang baik dapat menunjukkan kemampuan model dalam meminimalisasi

bias. Validitas metode dapat dilihat juga dari nilai p. Dalam penelitian ini nilai p

untuk respon daya sebar yang didapatkan < 0,05 yaitu sebesar 6,097 x10-6

sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan yang didapatkan valid

sehingga persamaan desain faktorial yang diperoleh dapat digunakan untuk

memprediksi respon daya sebar.

Tabel VI. Hasil analisis statistik multivariate ANOVA untuk respon daya sebar

Dari tabel VI dapat dilihat bahwa nilai p yang diperoleh adalah < 0,05,

artinya baik polysorbate 80, sorbitan monostearate, dan interaksi keduanya

masing-masing berpengaruh terhadap respon daya sebar.

Dari hasil keseluruhan analisis untuk respon daya sebar dapat

disimpulkan bahwa interaksi antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearate

merupakan faktor yang dominan dalam meningkatkan respon daya sebar, maka

baik polysorbate 80 maupun sorbitan monostearate tidak dapat bekerja secara

tunggal dalam mempengaruhi respon daya sebar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

2. Respon viskositas

Dari hasil analisis didapatkan nilai efek dari polysorbate 80, sorbitan

monostearate, dan interaksi keduanya dalam menentukan respon viskositas.

Berikut ini adalah tabel efek dari masing-masing faktor terhadap respon viskositas

yang dihitung secara manual berdasarkan konsep Bolton (1997):

Tabel VII. Nilai efek untuk respon viskositas

Dari tabel VII tersebut dapat dilihat bahwa interaksi polysorbate 80 dan

sorbitan monostearate memiliki nilai efek yang paling besar. Hal ini

menunjukkan bahwa interaksi kedua faktor tersebut paling dominan dalam

menentukan respon viskositas. Nilai efek interaksi kedua faktor tersebut bernilai

negatif, artinya interaksi antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearate

memiliki efek menurunkan respon viskositas. Polysorbate 80 sendiri juga

memiliki efek menurunkan respon viskositas, walaupun efeknya tidak dominan,

demikian juga terjadi pada sorbitan monostearate yang memiliki efek

meningkatkan respon viskositas, walaupun efeknya juga tidak dominan.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi polysorbate 80 dan

sorbitan monostearate merupakan faktor yang dominan dalam menentukan respon

viskositas, yaitu menurunkan viskositas.

Hubungan antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearate terhadap

respon viskositas dapat dilihat dari grafik efek di bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

a b

Gambar 26. Grafik hubungan antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearateterhadap respon viskositas

Dari gambar 26a menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah

polysorbate 80 pada level rendah sorbitan monostearate akan meningkatkan

respon viskositas dan pada level tinggi sorbitan monostearate akan menurunkan

respon viskositas. Pada gambar 26b menunjukkan semakin banyak jumlah

sorbitan monostearate pada level rendah polysorbate 80 akan meningkatkan

respon viskositas dan pada level tinggi polysorbate 80 akan menurunkan respon

viskositas. Dari kedua gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak

jumlah polysorbate 80 maupun sorbitan monostearate yang digunakan dapat

menurunkan respon viskositas lotion.

Persamaan desain faktorial yang diperoleh untuk respon viskositas adalah

y = -205,667 + 31,333 A + 61,500 B – 7,167 AB. Pada persamaan desain faktorial

untuk respon viskositas yang didapat pada penelitian ini memiliki nilai multiple

R-squared sebesar 0,9856. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan yang didapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

memenuhi asumsi linearitas yang dibangun antara faktor dengan respon

viskositas. Adjusted R-squared yang diperoleh sebesar 9,803. Adjusted R-squared

yang baik dapat menunjukkan kemampuan model dalam meminimalisasi bias.

Gambar 27. Output hasil analisis statistik R program respon viskositas

Validitas metode dapat dilihat juga dari nilai p. Dalam penelitian ini nilai p

untuk respon viskositas yang didapatkan < 0,05 yaitu sebesar 1,04 x10-7 sehingga

dapat disimpulkan bahwa model persamaan yang didapatkan valid sehingga

persamaan desain faktorial yang diperoleh dapat digunakan untuk memprediksi

respon viskositas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Tabel VIII. Hasil analisis statistik multivariate ANOVA untuk respon viskositas

Dari tabel VIII tersebut dapat dilihat bahwa masing-masing faktor, baik

polysorbate 80, sorbitan monostearate, maupun interaksi antara keduanya

memiliki nilai p < 0,05, artinya ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh dalam

menentukan respon viskositas.

Dari hasil keseluruhan analisis untuk respon viskositas dapat disimpulkan

bahwa interaksi antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearate merupakan

faktor yang dominan dalam menurunkan respon viskositas, maka baik polysorbate

80 maupun sorbitan monostearate tidak dapat bekerja secara tunggal dalam

mempengaruhi respon viskositas.

E. Stabilitas Lotion Repelan Minyak Peppermint

Selain parameter sifat fisis, kualitas lotion yang baik adalah juga harus

memenuhi persyaratan stabilitas fisis selama penyimpanan. Parameter stabilitas

fisis yang dilihat dalam penelitian ini adalah pergeseran viskositas, pemisahan

fase (indeks creaming), dan pergeseran ukuran droplet yang dilihat secara

mikroskopis.

1. Pergeseran viskositas

Pergeseran viskositas selama penyimpanan merupakan salah satu

parameter stabilitas fisis lotion. Berikut ini adalah hasil pengujian pergeseran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

viskositas antara viskositas 48 jam setelah pembuatan dengan 30 hari setelah

penyimpanan:

Tabel IX. Hasil pengujian pergeseran viskositas lotion repelan minyak peppermint

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon pada tabel IX dapat dilihat bahwa untuk

respon pergeseran viskositas tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada

keempat formula. Hal ini dapat disimpulkan antara pengamatan 48 jam setelah

pembuatan dan 30 hari setelah penyimpanan tidak mengalami perubahan

viskositas yang signifikan.

2. Pemisahan fase (indeks creaming)

Stabilitas fisis lotion dapat dilihat juga dari pemisahan fase yang terjadi

selama penyimpanan 30 hari. Hasil pemisahan fase ini dinyatakan dalam persen

pemisahan fase atau indeks creaming. Semakin besar nilai persen pemisahan fase

yang terjadi menunjukkan sistem emulsi semakin tidak stabil. Berikut ini adalah

hasil pengujian pemisahan fase:

Tabel X. Hasil pengujian pemisahan fase lotion repelan minyak peppermint

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Dari hasil pengamatan dari hari pembuatan hingga 30 hari penyimpanan

pada keempat formula tidak mengalami pemisahan fase.

Gambar 28. Hasil uji pemisahan fase lotion repelan minyak peppermint

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa lotion repelan yang

dihasilkan dapat dikatakan stabil secara makroskopis selama 30 hari

penyimpanan.

3. Pergeseran ukuran droplet

Karakteristik ukuran droplet selama penyimpanan dapat menunjukkan

stabilitas fisis lotion yang dihasilkan yang diamati di bawah mikroskop. Adanya

perbedaan ukuran droplet antara pengamatan 48 jam setelah pembuatan dan 30

hari setelah penyimpanan menunjukkan adanya pergeseran ukuran droplet.

Semakin besar pergeseran ukuran droplet yang terjadi menunjukkan

ketidakstabilan fisis lotion yang dihasilkan.

Untuk mengetahui pergeseran ukuran droplet dilihat dari ukuran diameter

dari nilai tengah atau median droplet dari emulsi Pada penelitian ini tidak

menggunakan data mean karena mean berasal dari rata-rata ukuran droplet yang

bervariasi (polidispers) sehingga tidak dapat menggambarkan ukuran droplet yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

sebenarnya. Nilai modus juga tidak dapat menggambarkan ukuran droplet yang

sebenarnya karena modus kurang sensitif sebagai parameter untuk melihat

distribusi ukuran droplet. Dalam penelitian ini, nilai modus yang dihasilkan

hampir sama. Apabila nilai modus yang didapat dari masing-masing data sama,

distribusi penyebaran datanya dapat berbeda sehingga tidak dapat

menggambarkan ukuran droplet yang sebenarnya. Data dianalisis statistik melalui

program R.2.9.0 menggunakan uji paired t-test dengan taraf kepercayaan 95%

untuk mengetahui signifikansi (p<0,05).

Nilai median dari keempat formula yang didapat dari penelitian ini

adalah:

Tabel XI. Hasil pengujian pergeseran ukuran droplet lotion repelan minyak peppermint

Berdasarkan tabel XI dapat dilihat bahwa untuk respon pergeseran

ukuran droplet tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada keempat formula.

Hal ini dapat disimpulkan antara pengamatan 48 jam setelah pembuatan dan 30

hari setelah penyimpanan tidak mengalami perubahan ukuran droplet yang

signifikan.

Dari seluruh pengamatan dan analisis statistik untuk respon stabilitas fisis

lotion repelan minyak peppermint dapat disimpulkan dari tabel berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Tabel XII. Hasil pengujian stabilitas fisis lotion repelan minyak peppermint

Dari tabel XII dapat disimpulkan bahwa pada keempat formula lotion

repelan minyak peppermint yang dihasilkan stabil secara fisis selama 30 hari

penyimpanan.

F. Uji Waktu Perlindungan Lotion Repelan Minyak Peppermint

Menurut hasil penelitian (Kumar dkk., 2011), minyak peppermint

dilaporkan memiliki aktivitas repelan terhadap Aedes aegypti. Berdasarkan

International Pharmacopoeia Monograph, kandungan kimia dalam minyak

peppermint tersebut adalah limonen, sineol, menton, mentofuran, isomenton,

mentil asetat, isopulegol, mentol, pulegon, carvone, α-pinen, caryophylline,

cadinine, dan isocaryophylline (Alankar, 2009).

Pada penelitian ini, uji aktivitas lotion repelan minyak peppermint

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas repelan pada lotion repelan

minyak peppermint yang dihasilkan. Penelitian aktivitas repelan ini dilakukan di

Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Nyamuk yang

digunakan adalah nyamuk Aedes aegypti betina dewasa berumur 7 hari yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

sebelumnya telah diberi larutan glukosa dan dipuasakan selama 24 jam. Uji ini

dilakukan menggunakan tangan peneliti sendiri. Lamanya waktu perlindungan

menunjukkan besarnya kemampuan lotion untuk melindungi kulit dari serangan

nyamuk Aedes aegypti betina. Lamanya waktu dilihat dari waktu menempelnya

nyamuk pertama kali.

Nyamuk menyukai lingkungan yang lembab dan hangat sehingga suhu

tubuh manusia yang tergolong hangat sangat disukai oleh nyamuk (Setyaningsih

dkk., 2007). Menurut Gunandini (cit., Kardinan, 2007), nyamuk yang menghisap

darah adalah nyamuk betina karena darah diperlukan dalam proses pematangan

telur. Nyamuk jantan setelah berumur 1 hari siap untuk melakukan kopulasi

dengan nyamuk betina, dan setelah kopulasi dilakukan, nyamuk betina mencari

makanan berupa darah manusia atau binatang yang diperlukan untuk

pembentukan telur (Cahyati dkk., 2006).

Periode aktivitas nyamuk Aedes aegypti betina dewasa untuk menggigit

adalah pada pagi hari dan malam hari, yaitu antara jam 08.00-12.00 dan jam

15.00-17.00. Pada penelitian ini, pengamatan dilakukan pada pagi hari, yaitu

antara jam 08.00-10.00. Apabila masa makannya terganggu, Aedes aegypti dapat

menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat (multiple biter),

di mana keadaan ini sangat membantu dalam memindahkan virus dengue ke

beberapa orang sekaligus (Cahyati dkk., 2006). Zat kimia yang dapat ditangkap

oleh sensor kimia nyamuk adalah karbondioksida (CO2) dan asam laktat (Fradin

dkk., 2002). Asam laktat merupakan hasil produksi dari proses metabolisme

manusia atau hewan. Reseptor untuk asam laktat terletak pada antena (Leal dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Syed, 2008). Mekanisme repelan adalah dengan menghalangi kemampuan antena

yang berupa Oflactory Receptor Neuron (OFN) pada nyamuk dalam mendeteksi

karbondioksida dan asam laktat.

Uji ini terdiri atas uji kontrol negatif, uji kontrol positif, dan uji repelan

lotion minyak peppermint. Hasil pengujian ini dapat dilihat dari tabel di bawah

ini:

Tabel XIII. Data pengamatan uji waktu perlindungan lotion repelan minyak peppermint

Uji kontrol negatif bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek

repelensi yang dimungkinkan terkandung dalam bahan-bahan penyusun lotion.

Dari hasil tersebut, bila dibandingkan dengan hasil kontrol negatif, lotion minyak

peppermint tampak memberikan perlindungan terhadap serangan atau gigitan

nyamuk yang lebih lama. Dari keempat formula, yang memberikan perlindungan

paling lama pada kulit terhadap serangan nyamuk Aedes aegypti betina adalah

formula ab, yaitu sebesar 70,56 ± 2,71 detik. Berdasarkan uji kontrol positif,

lamanya kemampuan minyak peppermint murni itu sendiri untuk melindungi kulit

dari serangan nyamuk Aedes aegypti betina adalah 58 menit 56 detik. Hasil

penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian (Kumar dkk., 2011) di mana

aplikasi minyak peppermint dalam hasil penelitian tersebut menghasilkan 100%

perlindungan hingga 150 menit pada lengan subyek uji manusia. Apabila

dibandingkan dengan hasil kontrol positif, lotion minyak peppermint tampak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

memberikan perlindungan terhadap serangan atau gigitan nyamuk yang tergolong

sangat singkat. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa di antara

keempat formula, formula ab lah yang memberikan perlindungan paling lama

pada kulit terhadap serangan nyamuk Aedes aegypti betina yang dilihat dari waktu

penolakan sebesar 70,56 ± 2,71 detik.

Efektivitas suatu repelan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor

repelan, faktor nyamuk, faktor manusia, dan faktor lingkungan (Rozendaal, 1997).

Faktor repelan dapat meliputi faktor dari bahan aktif yang terkandung dalam

minyak atsiri dan faktor dari sediaan repelan. Faktor nyamuk terdiri dari jenis

kelamin nyamuk, umur, kepadatan, dan tingkat kelaparan. Nyamuk Aedes aegypti

betina memerlukan darah untuk merangsang pembentukan dan pematangan sel

telur, sedangkan nyamuk Aedes aegypti jantan tidak memerlukan darah dalam

hidupnya (Womanck, cit., Armenda, 2009). Umur nyamuk yang kurang dari 3

hari memiliki reseptor olfaktori dan reseptor asam laktat yang belum matang

sehingga kurang dapat mendeteksi keberadaan asam laktat dari tubuh manusia.

Kepadatan nyamuk dalam suatu populasi berbanding terbalik dengan daya

perlindungan suatu repelan, seperti tingkat kelaparan nyamuk itu sendiri. Makin

padat jumlah nyamuk, maka akan semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya

gigitan. Semakin lapar nyamuk tersebut, maka aktivitasnya dalam menggigit

manusia akan semakin besar.

Faktor manusia meliputi jenis kelamin, aktivitas, jenis dan kondisi kulit,

dan bau tubuh manusia yang khas. Nyamuk lebih menyenangi menggigit laki-laki

daripada perempuan karena secara fisiologis aktivitas laki-laki lebih banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

sehingga akan memicu produksi keringat oleh kelenjar keringat dan memicu

kenaikan suhu. Suhu tubuh ini akan ditangkap oleh termoreseptor pada antena

nyamuk. Jenis kulit yang gelap dan lembab lebih disenangi nyamuk. Bau tubuh

nmanusia juga memiliki kekhasan sendiri-sendiri yang dapat memicu nyamuk

untuk mendekat (Sherwood, cit., Armenda, 2009).

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas sediaan repelan

adalah suhu dan cara penyimpanan. Cara penyimpanan repelan yang baik adalah

terhindar langsung dari sinar matahari karena apabila terkena cahaya matahari

langsung akan menyebabkan oksidasi minyak atisiri sebagai repelan sehingga

dapat mempengaruhi efektivitas minyak atsiri sebagai repelan (Sherwood, cit.,

Armenda, 2009).

G. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Keterbatasan jumlah minyak peppermint yang digunakan.

2. Sulitnya mengontrol suhu dan kelembaban ruangan selama proses pengujian.

sifat fisis, stabilitas fisis, dan waktu perlindungan yang diberikan lotion repelan

minyak peppermint.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Interaksi antara polysorbate 80 dan sorbitan monostearat merupakan efek

yang dominan dalam menentukan sifat fisis lotion, yaitu meningkatkan respon

daya sebar dan menurunkan respon viskositas pada lotion repelan minyak

peppermint.

2. Lotion repelan minyak peppermint yang dihasilkan stabil secara fisis selama

30 hari penyimpanan.

3. Formula ab memberikan waktu perlindungan paling lama pada kulit terhadap

serangan nyamuk Aedes aegypti betina yang dilihat dari waktu perlindungan

sebesar 70,56 ± 2,71 detik.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan adalah:

1. Perlu dilakukan orientasi terlebih dahulu terhadap konsentrasi minyak

peppermint yang lebih optimal dalam lotion untuk menghasilkan suatu sediaan

lotion repelan yang efektif.

2. Perlu dilakukan uji iritasi terhadap lotion repelan minyak peppermint.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

DAFTAR PUSTAKA

Alankar, S., 2009, A Review on Peppermint oil, Asian Journal of Pharmaceuticaland Clinical Research, Volume 2, 27,30-32.

Allen, L.V., 2002, The Art, Science, and Technology of PharmaceuticalCompounding, Second Edition, American Pharmaceutical Association,Washington, D.C., pp. 263-264, 267, 269, 274.

Allen, L.V., Popovich, N.G., dan Ansel, H.C., 2005, Pharaceutical Dosage Formsand Drug Delivery Systems, Ninth Edition, Lippincott Williams &Wilkins, Philadelphia, pp. 398.

Anief, M., 2005, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta, pp. 147-148.

Anonim, 1993, Kodeks Kosmetika Indonesia, Volume I, Edisi II, DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 389-390.

Anonim, 2008, Material Safety Data Sheet Peppermint Oil,http://www.naturalsourcing.com/msds/MSDS_Essential_Oil_Peppermint.pdf, diakses tanggal 5 Agustus 2011.

Anonim, 2009, Material Safety Data Sheet Stearic Acid,http://www.naturalsourcing.com/msds/msds_stearic_acid.pdf, diaksestanggal 11 Agustus, 2011.

Ansel, H.C., 1969, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, Lea &Febiger, Philadelphia, pp. 248-251.

Armenda, S., 2009, Daya Repelan Sulingan Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifoliaswingle) dalam Sediaan Gel Terhadap Nyamuk Aedes aegypti,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp. 2-68.

Armstrong, N.A., dan James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Designand Interpretation, Taylor and Francis, USA, pp. 132-133.

Atwood, D., 2002, Disperse system, in in Aulton, M. E., Pharmaceutics : TheScience of Dosage Form Design, Second Edition, ELBS with ChurchillLivingstone, Medical Division of Longman Group UK Ltd. London, pp.87.

Barnett, G., 1957, Emmolient Creams and Lotions, in Goulden, H.D., Powers,E.G.K.D.H., Sagarin, E., Cosmetics Science & Technology, IntersciencePublishers, Inc., New York, pp. 139-140.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Billany, M., 2002, Suspension and Emulsions, in Aulton, M. E., Pharmaceutics :The Science of Dosage Form Design, Second Edition, ELBS withChurchill Livingstone, Medical Division of Longman Group UK Ltd.London, pp. 342-349.

Block, L. H., 1996, Pharmaceutical Emulsions and Microemulsions, inLieberman, H. A., Rieger, M. M., and Banker, G. S., PharmaceuticalDosage Forms : Disperse Systems, Volume 2, Marcel Dekker, Inc., NewYork, pp. 47-95.

Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd

Ed., Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 308-337; 532-574.

Collet, D.M., 1991, Emulsions and Creams, in Aulton, M.E., and Collet D.M.,Pharmaceutical Practice, ELBS with Churchill Livingstone, LongmanSingapore Publishers Pte Ltd, Singapore, pp. 111.

Cahyati, W.H., dan Suharyo, 2006, Dinamika Aedes aegypti sebagai VektorPenyakit, KEMAS, Volume 2/No.1, 39-47.

Dahlan, M. S., 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika,Jakarta, pp. 45-80.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI,1979, Farmakope Indonesia, jilid III, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta, pp. 56-57.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI,1995, Farmakope Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta, pp. 112, 629.

Eccleston, G.E., 2007, Emulsions and Microemulsions, in James, S., Encyclopediaof Pharmaceutical Technology, Third Edition, Volume 3, InformaHealthcare USA, Inc., USA, pp. 1555, 1560.

Fessenden, J.R., dan Fessenden, J.S., Kimia Organik Jilid 2, Erlangga,Yogyakarta, pp. 411-412.

Fradin, M.S., dan Day, J.F., 2002, Comparative Efficacy of Insect RepellentsAgainst Mosquito Bites, N England J Med Vol 347 No 1, 13-17.

Friberg, S.E., Quencer, L.G., dan Hilton, M.L., 1996, Theory of Emulsions, inLieberman, H.A., Rieger, M.M., and Banker, G.S., PharmaceuticalDosage Forms : Disperse Systems, Volume I, Second Edition, MarcelDekker, Inc., New York, pp. 54-57.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan Singla, A.K., 2002, Spreading of SemisolidFormulation: An Update, Pharmaceutical Technology,http://pharmtech.findpharma.com/pharmtech/data/articlestandard//pharmtech/362002/30365/article.pdf, diakses tanggal 6 Mei 2011.

Jenkins, G.L., Francke, D.E., Brecht, E., Sperandia, G.J., 1957, Art ofCompunding, Ninth Edition, Graw-Hill Book Company, Inc., New York,pp. 315-316.

Jones, D, 2008, Pharmaceutics-Dosage Form and Design, Pharmaceuticals Press,USA, pp. 45-67.

Jones, D.S., 2008, Statistik Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.517-518.

Kardinan, A., 2007, Potensi Selasih sebagai Repellent terhadap Nyamuk Aedesaegepti, Jurnal Littri, Vol.13 No.2, 39.

Kim, Cheng-ju, 2005, Advanced Pharmaceutics : Physicochemical Principles,CRC Press LLC, Florida, pp. 214-235.

Kumar, S., Wahab, N., dan Warikko, R., 2011, Bioefficacy of Mentha piperitaEssential Oil Againts Dengue Fever Mosquito Aedes aegepty L, AsianPacific Journal of Tropical Biomedicine, 85-86.

Leal, W.S, dan Syed, Z., 2008, Mosquito Smell and Avoid the Inscets RepellentDEET, PNAS, Volume 105 Nomor 36, 13598-13603.

Leyden, J.J., dan Rawlings, A.V., 2002, Skin Moisturization, Marcel Dekker, Inc,New York, pp. 558-559.

Luukinen, B., Buhl, K., dan Stone, D., 2008, DEET Technical Fact Sheet,National Pesticide Information Center, Oregon State UniversityExtension Services, 2.

Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, PhysicalChemical Principles in The Pharmaceutical Science 2, 3th ed.,diterjemahkan oleh Yoshita, Universitas Indonesia Indonesia Press,Jakarta, pp. 924-925, 1021-1023, 1077, 1143, 1144.

Mitsui, T., 1993, New Cosmetics Science, Elsevier, Amsterdam, pp. 126-127, 135,32-328, 341, 350.

Myers, D., 2006, Surfactant Science and Technology, Willey Interscience, JohnWilley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey, pp. 186-187.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Orafidiya, L.O., dan Oladimeji, F.A., 2002, Determination of the Required HLBValues of Some Essential Oils, International Journal of Pharmaceutics237 (2002), 241-249.

Peters, D.C., 1997, Dynamics of Emulsification, in Nienow, A.W., Harnby, N.,dan Edwards, M.F., Mixing in The Process Industries, Second Edition,Butterworth, Heinemann, pp. 298-301.

Philip, H., 2004, The HLB System,http://www.lotioncrafter.com/pdf/The_HLB_System.pdf, diakses tanggal27 Oktober 2011.

Riwidikdo, H., 2010, Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan AplikasiProgram R dan SPSS, Pustaka Rihama, Yogyakarta, pp. 1-25, 79-93.

Robbers, J.E., Speedie, M.K., dan Tyler, V.E., 1996, Pharmacognosy andPharmacobiotechnology, International Edition, William & Wilkins,USA, pp. 91.

Robson, M.G., Doyle, V.E., dan Marderosian, A.H.D., 1980, Pesticides, inRemington, Pharmaceutical Sciences, Mack Publishing Company,Pennsylvania, pp. 1840.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E., 2009, Handbook of PharmaceuticalExcipients, Sixth Edition, Pharmaceutical Press and AmericanPharmacist Association, United Kingdom, pp. 155-156, 184, 283, 549-551, 675-678, 697-698, 754-755.

Rozendaal, J.A., 1997, Vector Control-Methods for Use by Individuals andCommunities, World Health Organization.

Santosa, P.B., dan Ashari, 2005, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel danSPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta, pp. 144-146.

Setyaningsih, 2009, Perbedaan Metode Preparasi Emulsi A/M Ekstrak EtanolBuah Momordica charantia, L terhadap Ukuran Droplet, FakultasFarmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pp. 150-154.

Setyaningsih, D., Hambali, E., dan Nasution., M., 2007, Aplikasi Minyak SerehWangi (Citronella Oil) dan Geraniol dalam Pembuatan Skin LotionPenolak Nyamuk, J. Tek. Ind. Part., Vol. 17(3), 97-103.

Sinko, P.J., 2006, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Science, FifthEdition, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 499-516,642.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Sritabutra, D., Soonwera, M., Waltanachanobon, S., dan Poungjai, S., 2011,Evaluation of Herbal Essential Oils as Repellents againts Aedes aegypti(L.) and Anopheles dirus Peyton & Harrion, Asian Pacific Journal ofTropical Biomedicine, S124-S128.

Sutarmi dan Rozaline, H., 2006, Taklukan Penyakit dengan VCO, PenerbitSwadaya, Jakarta, pp. 9, 19.

The Nationals Academic of Science, 2005, Oil Spill Dispersants: Efficacy andEffects, The Nationals Academies Press, Washington, D.C., pp. 52-55.

Vanderhoff, J. W., 1996, Theory of Colloids, in Liebermann, H. A., Rieger, M.M., and Banker, G. S., Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse System,Volume 1, Second Edition, Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 98, 135-138.

Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta, pp. 408, 410-411, 432, 434.

Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, danPemberantasannya, Erlangga, Jakarta, pp. 59-61.

Wilkinson, J. B., and Moore, R.J., 1982, Harry’s Cosmeticology, Seventh Edition,Chemical Publishing Company, Inc., New York, pp. 206-207.

Young, A., 1972, Practical Cosmetic Science, Mills & Boon Limited, London, pp.38.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis Minyak Peppermint

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Lampiran 2. Data Penimbangan Bahan

Lampiran 3. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial

a. Notasi desain faktorial:

Keterangan:- = level rendah+ = level tinggi

b. Percobaan desain faktorial:

Keterangan:F (I) = polysorbate 80 level rendah dan sorbitan monostearate level rendahF (a) = polysorbate 80 level tinggi dan sorbitan monostearate level rendahF (b) = polysorbate 80 level rendah dan sorbitan monostearate level tinggiF (ab) = polysorbate 80 level tinggi dan sorbitan monostearate level tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Lampiran 4. Data Perhitungan rHLB dan HLB:

a. Perhitungan rHLB:

Diketahui: rHLB VCO (vegetable oil) = 6 (Philip, 2002)

rHLB asam stearat = 15 (Allen, 2002)

rHLB Cetyl alcohol =15 (Allen, 2002)

rHLB minyak peppermint = 12,3 (Orafidiya, et. al., 2002)

Nilai rHLB yang didapat:611,026 x 6 + 2,7511,026 x 15 + 0,511,026 x 15 + 1,77611,026 x 12,3 = 9,667b. Perhitungan HLB:

Diketahui: HLB Polysorbate 80 = 15 (Allen, 2002)

HLB Sorbitan monostearate = 4,7 (Allen, 2002)

Formula I

HLB = 610 × 15 + 410 × 4,7 = 10,88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Formula a

HLB = 913 × 15 + 413 × 4,7 = 11,83Formula b

HLB = 612 × 15 + 612 × 4,7 = 9,85Formula ab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Lampiran 5. Hasil Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Lotion Minyak Peppermint

Hasil Uji Sifat Fisis

a. Daya sebar

Pengamatan 48 jam:

Pengamatan 30 hari:

b. Viskositas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

c. Pergeseran viskositas

Pergeseran viskositas dapat dihitung dari rumus:[b − a] × 100%Keterangan:

a = Viskositas lotion 48 jam setelah pembuatanb = Viskositas lotion setelah penyimpanan selama 30 hari

Formula I:

Formula a:

Formula b:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Formula ab:

Hasil Uji Stabilitas

a. Stabilitas makroskopis (pemisahan fase)

Hasil pemisahan fase dinyatakan dalam persentase indeks creaming. Rumusnya:

Keterangan: ho = volume lotion mula-mula (mL)

hu = volume creaming yang terjadi (mL) (Aulton, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

b. Stabilitas mikroskopis

Data diameter ukuran droplet:

Formula I:

Formula a:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Formula b:

Formula ab:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Nilai Median:

Formula I (µm):

Formula a (µm):

Formula b (µm):

Formula ab (µm) :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Lampiran 6. Hasil Analisis Sifat Fisis Lotion Minyak Peppermint

Menggunakan Software R Program

Data dianalisis statistik menggunakan uji multivariate ANOVA pada

software R Program menggunakan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui

signifikansi (p<0,05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam mempengaruhi

respon. Nilai p<0,05 menunjukkan faktor yang dominan dalam menentukan

respon. Nilai efek positif menunjukkan faktor meningkatkan respon, sedangkan

nilai efek negatif menunjukkan faktor menurunkan respon.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

a. Daya sebar

Call:lm(formula = respon ~ a + b + a * b, data = data)

Coefficients:(Intercept) a b a:b

23.1667 -1.9444 -3.4833 0.4167

Call:lm(formula = respon ~ a + b + a * b, data = data)

Residuals:Min 1Q Median 3Q Max

-0.16667 -0.10833 -0.06667 0.08333 0.33333

Coefficients:Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)

(Intercept) 23.1667 1.4042 16.50 1.84e-07 ***a -1.9444 0.1836 -10.59 5.52e-06 ***b -3.4833 0.2754 -12.65 1.43e-06 ***a:b 0.4167 0.0360 11.57 2.82e-06 ***---Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05‘.’ 0.1 ‘ ’ 1

Residual standard error: 0.1871 on 8 degrees of freedomMultiple R-squared: 0.9602,Adjusted R-squared: 0.9452F-statistic: 64.28 on 3 and 8 DF, p-value: 6.097e-06

Analysis of Variance Table

Response: responDf Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)

a 1 0.5208 0.5208 14.881 0.0048254 **b 1 1.5408 1.5408 44.024 0.0001633 ***a:b 1 4.6875 4.6875 133.929 2.825e-06 ***Residuals 8 0.2800 0.0350---Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05‘.’ 0.1 ‘ ’ 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

b. Viskositas

Call:

lm(formula = respon ~ a + b + a * b, data = data)

Coefficients:(Intercept) a b a:b

-205.667 31.333 61.500 -7.167

Call:lm(formula = respon ~ a + b + a * b, data = data)

Residuals:Min 1Q Median 3Q Max

-3.3333 -1.3333 0.6667 1.6667 1.6667

Coefficients:Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)

(Intercept) -205.6667 16.5008 -12.46 1.60e-06 ***a 31.3333 2.1574 14.52 4.95e-07 ***b 61.5000 3.2361 19.00 6.08e-08 ***a:b -7.1667 0.4231 -16.94 1.50e-07 ***---Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05‘.’ 0.1 ‘ ’ 1

Residual standard error: 2.198 on 8 degrees of freedomMultiple R-squared: 0.9856,Adjusted R-squared: 0.9803F-statistic: 183.1 on 3 and 8 DF, p-value: 1.04e-07

Analysis of Variance Table

Response: responDf Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)

a 1 546.75 546.75 113.12 5.348e-06 ***b 1 720.75 720.75 149.12 1.876e-06 ***a:b 1 1386.75 1386.75 286.91 1.497e-07 ***Residuals 8 38.67 4.83---Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05‘.’ 0.1 ‘ ’ 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Nilai Efek secara Manual

Menurut Bolton (1997) konsep perhitungan efek adalah:

1. Respon daya sebar

Berdasarkan hasil penelitian, maka nilai efek dari masing-masing faktor untuk

respon daya sebar adalah sebagai berikut:

2. Respon viskositas

Berdasarkan hasil penelitian, maka nilai efek dari masing-masing faktor untuk

respon viskositas adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Lampiran 8. Hasil Grafik Hubungan Masing-masing Faktor Terhadap

Respon

1. Daya sebar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

2. Viskositas:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Lampiran 9. Hasil Analisis Statisitik Pergeseran Viskositas Menggunakan

Program R.2.9.0

Untuk melihat pergeseran viskositas yang terjadi antara pengamatan 48

jam setelah pembuatan dan 30 hari setelah penyimpanan digunakan data selisih

viskositas dua pengamatan (48 jam dan 30 hari).

Dari data normalitas, jika distribusi data normal, digunakan uji

parametrik, sedangkan jika distribusi data tidak normal, digunakan uji

nonparametrik. Untuk mengetahui apakah distribusi data mempunyai distribusi

normal atau tidak, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang digunakan untuk

sampel yang besar (lebih dari 50) atau Shapiro-Wilk untuk sampel yang sedikit

(kurang dari atau sama dengan 50). Apabila nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa distribusi data tidak normal. Pada analisis statistik pergeseran viskositas ini

digunakan uji Shapiro-Wilk.

Apabila data yang didapat memenuhi syarat (data berdistribusi normal),

maka dipilih uji t berpasangan. Jika tidak memenuhi syarat (data tidak

berdistribusi normal), maka dipilih uji Wilcoxon. Apabila nilai significancy (p <

0,05) maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara

pengamatan 48 jam setelah pembuatan dan 30 hari setelah penyimpanan

(signifikan) (Dahlan, 2009 ; Riwidikdo, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Formula I

Normalitas data:

p = 6,652 x 10-8 (< 0,05) berarti distribusi data pergeseran viskositas Formula

I tidak normal.

Signifikansi data:

Nilai significancy 0,1736 (p > 0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara nilai viskositas Formula I pada pengamatan 48 jam dan

setelah penyimpanan 30 hari (tidak signifikan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Formula a

Normalitas data:

p = 0,7804 (>0,05) berarti distribusi data pergeseran viskositas Formula a

normal.

Signifikansi data:

Nilai significancy 0,3711 (p > 0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara nilai viskositas Formula a pada pengamatan 48 jam dan

setelah penyimpanan 30 hari (tidak signifikan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Formula b

Normalitas data:

p = 7,473 x 10-8 (< 0,05) berarti distribusi data pergeseran viskositas Formula

b tidak normal.

Signifikansi data:

Nilai significancy 0,1736 (p > 0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara nilai viskositas Formula b pada pengamatan 48 jam dan

setelah penyimpanan 30 hari (tidak signifikan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Formula ab

Normalitas data:

p = 0,652 x 10-8 (< 0,05) berarti distribusi data pergeseran viskositas Formula

ab tidak normal.

Signifikansi data:

Nilai significancy 0,1736 (p > 0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara nilai viskositas Formula ab pada pengamatan 48 jam dan

setelah penyimpanan 30 hari (tidak signifikan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik Pergeseran Ukuran Droplet

Untuk melihat pergeseran ukuran droplet yang terjadi antara pengamatan

48 jam setelah pembuatan dan 30 hari setelah penyimpanan digunakan data selisih

nilai median atau nilai tengah.

Dari data normalitas, jika distribusi data normal, digunakan uji

parametrik, sedangkan jika distribusi data tidak normal, digunakan uji

nonparametrik. Untuk mengetahui apakah distribusi data mempunyai distribusi

normal atau tidak, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang digunakan untuk

sampel yang besar (lebih dari 50) atau Shapiro-Wilk untuk sampel yang sedikit

(kurang dari atau sama dengan 50). Apabila nilai p < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa distribusi data tidak normal. Pada analisis statistik pergeseran

ukuran droplet ini digunakan uji Shapiro-Wilk.

Apabila data yang didapat memenuhi syarat (data berdistribusi normal),

maka dipilih uji t berpasangan. Jika tidak memenuhi syarat (data tidak

berdistribusi normal), maka dipilih uji Wilcoxon. Apabila nilai significancy (p <

0,05) maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara

pengamatan 48 jam setelah pembuatan dan 30 hari setelah penyimpanan

(signifikan) (Dahlan, 2009; Riwidikdo, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Formula 1

Normalitas:

p = 5,196 x 10-8 (< 0,05) berarti distribusi data pergeseran ukuran droplet

Formula 1 tidak normal.

Signifikansi:

Nilai significancy 1 (p > 0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara ukuran droplet Formula 1 pada pengamatan 48 jam dan

setelah penyimpanan 30 hari (tidak signifikan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Formula a

Normalitas:

p = 0,5542 (> 0,05) berarti distribusi data pergeseran ukuran droplet Formula

a normal.

Signifikansi:

Nilai significancy 0,3711 (p > 0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara ukuran droplet Formula a pada pengamatan 48 jam dan

setelah penyimpanan 30 hari (tidak signifikan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Formula b

Normalitas:

p = 0,7804 (> 0,05) berarti distribusi data pergeseran ukuran droplet Formula

b normal.

Signifikansi:

Nilai significancy 1 (p > 0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara ukuran droplet Formula b pada pengamatan 48 jam dan

setelah penyimpanan 30 hari (tidak signifikan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Formula ab

Normalitas:

p = 7,473 x 10-8 (< 0,05) berarti distribusi data pergeseran ukuran droplet

Formula ab tidak normal.

Signifikansi:

Nilai significancy 1 (p > 0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara ukuran droplet Formula ab pada pengamatan 48 jam dan

setelah penyimpanan 30 hari (tidak signifikan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Lampiran 11. Hasil Uji Waktu Perlindungan Lotion Repelan Minyak

Peppermint terhadap Nyamuk Aedes aegypti betina

Hasil uji waktu perlindungan lotion repelan minyak peppermint

Hasil uji kontrol negatif basis masing-masing formula

Hasil uji kontrol positif minyak peppermint murni = 58 menit 56 detik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Lampiran 12. Dokumentasi

a. Proses pembuatan lotion minyak peppermint

Pemanasan masing-masing bahan di atas waterbath

Proses pencampuran dengan menggunakan alat hand mixer dengan metode beaker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

b. Lotion minyak peppermint yang dihasilkan

Formula I

Formula a

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Formula b

Formula ab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

c. Hasil uji tipe emulsi

Secara makroskopis:

Formula I:

Formula a:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Formula b:

Formula ab:

Secara mikroskopis

Secara mikrokopis menggunakan mikroskop (Olympus CH3-TR45

0F08768 JAPAN) yang dihubungkan dengan program OptiLab Viewer Ver 1.3.2,

menggunakan perbesaran 10x.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

Formula I:

Formula a:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

Formula b:

Formula ab:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

d. Hasil uji pemisahan lotion (indeks creaming)

e. Pengujian daya sebar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

f. Pengujian viskositas

Menggunakan viscometer seri VT 04 (RION®- JAPAN)

g. Pengujian ukuran droplet (mikromeritik)

Menggunakan mikroskop (Boeco) yang dihubungkan denganprogram motic image plus 2.0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

h. Pengujian tipe emulsi secara mikroskopis

Menggunakan mikroskop (Olympus CH3-TR45 0F08768 JAPAN)

i. Uji efektivitas repelan lotion minyak peppermint terhadap nyamuk Aedes

aegypti betina

Sangkar nyamuk berukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm:

Alat untuk mengambil nyamuk:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Sin Lie alias Fransisca MartinaOctaviani, lahir di Yogyakarta pada tanggal 16 Oktober1989 sebagai putri kedua dari dua bersaudara dari pasanganJong Tjong Gioe (Alm.) dan Tio Hian Nio. Penulis telahmenempuh pendidikan formal di TK Tarakanita IV BumijoYogyakarta pada tahun 1994 hingga tahun 1996, SDTarakanita IV Bumijo Yogyakarta pada tahun 1996 hinggatahun 2002, SMP Stella Duce I Yogyakarta pada tahun2002 hingga tahun 2005, dan SMA Stella Duce IYogyakarta pada tahun 2005 hingga tahun 2008. Padatahun 2008 penulis melanjutkan kuliah program S1 di

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hingga tahun 2012.Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif mengikuti beberapa kegiatankemahasiswaan, antara lain: Sie Konsumsi “Pelepasan Wisuda” (2008),Bendahara “Donor Darah JMKI” (2009), Sie Perlengkapan dan Dekorasi “TemuAlumni Dalam Rangka Lustrum III Universitas Sanata Dharma (2010), panitiapada “Seminar Evaluasi Road Map Penelitian dan Etika Penelitian Publikasi”(2011), dan menjadi anggota Cosmetic Study Club (2011). Penulis juga pernahmenjadi peserta Kampanye Informasi Obat (2008) dan mengikuti kegiatanpengabdian masyarakat “Penggunaan Kosmetik Antioksidan Secara Tepat”(2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI