Upload
vancong
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI AIREKSTRAK ETANOL TEH HIJAU
MELALUI PENANGKAPAN RADIKAL HIDROKSILDENGAN METODE DEOKSIRIBOSA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Sarjana Farmasi
Oleh :Dedy
NIM : 018114027
Oleh :
Aprilliana Sari Dewi
NIM : 028114176
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
UJI ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI AIREKSTRAK ETANOL TEH HIJAU
MELALUI PENANGKAPAN RADIKAL HIDROKSILDENGAN METODE DEOKSIRIBOSA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Sarjana Farmasi
Oleh :Dedy
NIM : 018114027
Oleh :
Aprilliana Sari Dewi
NIM : 028114176
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
UJI ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI AIREKSTRAK ETANOL TEH HIJAU
MELALUI PENANGKAPAN RADIKAL HIDROKSILDENGAN METODE DEOKSIRIBOSA
Yang diajukan oleh :
Aprilliana Sari Dewi
NIM : 028114176
Skripsi ini telah disetujui oleh:
Pembimbing
Dra. A. Nora Iska Harnita, M.Si., Apt.
Tanggal : 19 Februari 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Kupersembahkan skripsi ini untuk:Tuhan Yesus yang selalu memberiku kasih, kekuatan, dan
penghiburanBapak dan Ibuku yang sangat aku sayangiAdikku Daniel yang selalu mendukungku
Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kasih dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji
Antioksidan Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Air Ekstrak Etanol Teh Hijau Melalui
Penangkapan Radikal Hidroksil dengan Metode Deoksiribosa” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama perkuliahan, penelitian, dan penyusunan skripsi ini, penulis telah
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, nasehat,
dorongan, pengarahan, kritik, saran, dan sarana. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaiakan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dra. A. Nora Iska Harnita, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
atas segala masukan, kritik, semangat, dan sarannya.
3. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. selaku dosen Penguji atas
bimbingan, saran, dan pengarahannya baik selama penelitian dan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku dosen Penguji atas bimbingan,
saran, dan pengarahannya baik selama penelitian dan dalam penyusunan
skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
5. Enade Istyastono, S.F., Apt. atas dukungan, perhatian, waktu, semangat,
saran dan kritiknya.
6. Romo Drs. P. Sunu H. S.J., atas bimbingan, nasehat, semangat, waktu,
saran, dan bantuannya.
7. Segenap dosen atas kesabarannya dalam membimbing penulis selama
perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
8. Segenap laboran dan karyawan atas bantuan dan kerjasamanya selama
penulis menempuh perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
9. PT. Pagilaran Yogyakarta atas informasi yang diberikan tentang proses
pembuatan teh.
10. Bapak, Ibu, dan adikku Daniel yang sangat aku sayangi.
11. Teman-teman “Skripsi Ceria” (Riri, Leny, Vini, dan Ardhyan), atas
persahabatan, semangat, bantuan, dan kerjasamanya.
12. Teman-teman kost Davita dan almamaternya (Mbak Yanti, Mbak Siska,
Mbak Utin, Mbak Wulan, Aris, Clara, Yosi, I’ie), Bapak & Ibu kost, dik
Ana dan dik Anik, atas cinta dan kasih sayang kalian.
13. Teman-teman KKN-ku (Mbak Ade, Kak Enzo, Mas Chandra, Tisa, Ndus,
Reni, Ika, Wida, Lambok) atas waktu sejenak yang berarti buatku.
14. Arya, Kristian, Danang, Heri, Mas Made, Mas Sam, Mas Hendri, Yuni,
Duma, Rinta, Santi, Mas Koko, Bang Agus, Ponco, Duta, Mas Christ, Mas
Rocky, Nono, Yon, Mas Pras, Kak Sani, Dik Kus, dan Ina atas bantuan
dan dukungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
15. Teman-teman kelas C terutama kelompok F angkatan 2002, atas
persahabatan, kebersamaan, dan kerjasama kita selama ini.
16. Semua pihak yang telah memberi bantuan, semangat, dan dukungan yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh
dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang
dimiliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh
penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 13 Februari 2007
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 Februari 2007
Penulis
Aprilliana Sari Dewi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
INTISARI
Teh hijau mengandung kira-kira 30 % senyawa polifenol terutama darigolongan flavonoid. Komponen flavonoid dalam teh hijau dengan gugus hidroksifenoliknya, memungkinkan teh hijau mempunyai aktivitas antioksidan denganmekanisme penangkapan radikal hidroksil. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui aktivitas dan nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat dan fraksi airekstrak etanol teh hijau melalui penangkapan radikal hidroksil dengan metodedeoksiribosa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental karena subyek ujidiberi perlakuan. Metode yang digunakan adalah metode deoksiribosa, denganreagen Fenton untuk menghasilkan radikal hidroksil. Penyerangan radikalhidroksil terhadap deoksiribosa menghasilkan malondialdehid (MDA), yangkemudian direaksikan dengan asam tiobarbiturat (TBA) dalam suasana asam dandengan pemanasan membentuk kromogen berwarna merah muda. Absorbansi darikromogen ini kemudian diukur pada panjang gelombang 532 nm. Aktivitasantioksidan melalui penangkapan radikal hidroksil dari fraksi etil asetat dan fraksiair diketahui dari nilai % scavenging. Nilai aktivitas antioksidan kedua fraksitersebut diketahui dengan cara menetapkan ES50 (penangkapan efektif radikalhidroksil sebesar 50 %) melalui analisis regresi linier yang menyatakan hubunganantara konsentrasi fraksi etil asetat dan konsentrasi fraksi air dengan %scavenging.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat dan fraksi airmempunyai aktivitas antioksidan melalui penangkapan radikal hidroksil denganmetode deoksiribosa. Aktivitas antioksidan fraksi etil asetat berbeda tidakbermakna dibanding aktivitas antioksidan fraksi air dengan nilai ES50 fraksi etilasetat sebesar 0,22 (mg/ml) (hasil ekstrapolasi) dan nilai ES50 fraksi air sebesar0,23 (mg/ml) (hasil ekstrapolasi).
Kata kunci : antioksidan, fraksi etil asetat, fraksi air, ekstrak etanol teh hijau,radikal hidroksil, metode deoksiribosa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Green tea contains approximately 30 % polyphenols especially from theflavonoid compound. Hydroxy phenolic group of flavonoid component in greentea makes green tea have antioxidant activity by hydroxyl radical scavengingmechanism. The aim of this research is to know antioxidant activity and value ofthe activity of ethyl acetate fraction and water fraction of green tea ethanolicextract by hydroxyl radical scavenging with deoxyribose method..
This research is an experimental research since the subject tested wasgiven treatment. Method used is deoxyribose method, with Fenton’s reagent toproduce hydroxyl radical that attack deoxyribose produce malondialdehid (MDA)then reacts with thiobarbituric acid (TBA) in acid condition and with heatingproduce pink chromogen. The absorbance of this chromogen measured at 532 nm.Antioxidant activity by hydroxyl radical scavenging from ethyl acetate and waterfraction expressed as % scavenging value. The antioxidant activity value is knownby count ES50 (50 % hydroxyl radical effective scavenging) through linearregression analysis from relation between ethyl acetate and water fractionconcentration and % scavenging.
The result of this research revealed that ethyl acetate and water fractionhas the antioxidant activity by hydroxyl radical scavenging with deoxyribosemethod. Antioxidant activity of ethyl acetate fraction has insignificant differencein comparison with water fraction, ES50 value of ethyl acetate fraction is 0.22(mg/ml) (extrapolation result) and ES50 value of water fraction is 0.23 (mg/ml)(extrapolation result).
Keywords: antioxidant, ethyl acetate fraction, water fraction, green tea ethanolicextract, hydroxyl radical, deoxyribose method.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PRAKATA............................................................................................................. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ ix
INTISARI................................................................................................................ x
ABSTRACT .............................................................................................................xi
DAFTAR ISI .........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL................................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xviii
BAB I PENGANTAR............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Keaslian Penelitian...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA...................................................................... 7
A. Teh Hijau...................................................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1. Klasifikasi teh dan proses pengolahannya ........................................ 7
2. Kandungan kimia teh hijau ............................................................... 7
3. Khasiat teh hijau................................................................................ 8
B. Flavonoid ...................................................................................................... 8
1. Pengertian flavonoid ......................................................................... 8
2. Flavonoid dalam teh hijau ................................................................. 9
3. Sifat antioksidan flavonoid ............................................................. 10
4. Penyarian flavonoid ........................................................................ 11
C. Metode Penyarian ....................................................................................... 11
1. Maserasi dan remaserasi ................................................................. 11
2. Perkolasi .......................................................................................... 12
3. Infundasi.......................................................................................... 12
4. Penyarian berkesinambungan.......................................................... 13
D. Radikal Hidroksil (HO)............................................................................. 13
1. Pengertian radikal hidroksil ............................................................ 13
2. Pembentukan radikal hidroksil........................................................ 13
3. Metode deteksi radikal hidroksil..................................................... 14
E. Metode Deoksiribosa .................................................................................. 15
F. Antioksidan ................................................................................................. 17
G. Spektrofotometri Sinar Tampak ................................................................. 20
H. Landasan Teori ........................................................................................... 22
I. Hipotesis ...................................................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 25
B. Variabel Penelitian .................................................................................... 25
C. Definisi Operasional.................................................................................. 25
D. Bahan......................................................................................................... 26
E. Alat ............................................................................................................ 27
F. Tata Cara Penelitian .................................................................................. 27
1. Pengambilan sampel………................................................................ 27
2. Pembuatan serbuk teh hijau………. ................................................... 27
3. Preparasi sampel………...................................................................... 28
a. Pembuatan ekstak etanol teh hijau .................................................. 28
b. Pembuatan fraksi etil asetat dan fraksi air....................................... 28
4. Persiapan uji penangkapan radikal hidroksil....................................... 30
a. Pembuatan larutan bufer fosfat pH 7,4............................................ 30
b. Pembuatan larutan deoksiribosa 2,5 mM ........................................ 30
c. Pembuatan reagen Fenton ............................................................... 30
d. Pembuatan larutan TCA 5 % .......................................................... 31
e. Pembuatan larutan TBA 1 %........................................................... 31
f. Pembuatan larutan uji fraksi etil asetat 1 mg/ml.............................. 32
g. Pembuatan larutan uji fraksi air 1 mg/ml ........................................ 32
5. Penentuan OperatingTime (OT)............................................................ 32
6. Penentuan panjang gelombang maksimum (maks) ............................... 33
7. Pembuatan larutan kontrol .................................................................... 33
8. Uji penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat ...................... 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
9. Uji penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi air ................................. 34
G. Analisis Data .............................................................................................. 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 36
A. Pengambilan Sampel .................................................................................. 36
B. Pembuatan Serbuk Teh Hijau..................................................................... 37
C. Preparasi Sampel ........................................................................................ 37
1. Pembuatan ekstrak etanol teh hijau ....................................................... 37
2. Fraksinasi ekstrak etanol teh hijau ........................................................ 38
D. Penentuan Operating Time (OT)................................................................ 39
E. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (maks) ................................... 41
F. Uji Penangkapan Radikal Hidroksil oleh Fraksi Etil Asetat
dan Fraksi Air Teh Hijau............................................................................ 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 53
A. Kesimpulan ............................................................................................... 53
B. Saran.......................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... 58
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel I. Metode dan prinsip deteksi radikal hidroksil........................................ 14
Tabel II. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan sampelfraksi etil asetat dengan berbagai konsentrasi ....................................... 46
Tabel III. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan sampelfraksi air dengan berbagai konsentrasi .................................................. 46
Tabel IV. Nilai persentase penangkapan radikal hidroksil olehfraksi etil asetat dan fraksi air teh hijau ................................................ 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Kerangka dasar flavonoid beserta penomorannya .............................. 8Gambar 2. Struktur kimia katekin teh dan epimernya .......................................... 9Gambar 3. Struktur flavonol teh.......................................................................... 10Gambar 4. Struktur deoksiribosa......................................................................... 15Gambar 5. Reaksi penyerangan radikal hidroksil pada deoksiribosa ................. 16Gambar 6. Reaksi pembentukan radikal gula peroksil ........................................ 16Gambar 7. Struktur malondialdehid (MDA) ....................................................... 17Gambar 8. Tingkat energi elektron molekul ....................................................... 21Gambar 9. Skema tata cara preparasi sampel (ekstraksi dan fraksinasi) ............ 29Gambar 10. Kurva hubungan waktu vs absorbansi pada pengukuran
operating time (OT) .......................................................................... 40Gambar 11. Kurva panjang gelombang maksimum kromogen MDA-TBA......... 41Gambar 12. Reaksi pembentukan gugus enol pada TBA ..................................... 43Gambar 13. Usulan reaksi pembentukan kromogen MDA-TBA.......................... 44Gambar 14. Struktur kromogen MDA-TBA ......................................................... 45Gambar 15. Kurva hubungan konsentrasi fraksi etil asetat dengan
% scavenging .................................................................................... 48Gambar 16. Kurva hubungan konsentrasi fraksi air dengan % scavenging ......... 48Gambar 17. Kurva regresi fraksi etil asetat teh hijau (hasil konversi) .................. 49Gambar 18. Kurva regresi fraksi air teh hijau (hasil konversi) ............................. 49Gambar 19. Reaksi penangkapan radikal hidroksil oleh senyawa flavonoid........ 51Gambar 20. Reaksi kopling radikal fenoksil dengan radikal lain pada tahap
terminasi ............................................................................................ 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pembuatan larutan bufer fosfat pH 7,4............................................58
Lampiran 2. Pembuatan larutan deoksiribosa 2,5 mM. .......................................59
Lampiran 3. Pembuatan reagen Fenton................................................................60
Lampiran 4. Pembuatan larutan TCA 5 % dan TBA 1 %. ...................................65
Lampiran 5. Perhitungan persentase penangkapan radikal hidroksil
oleh senyawa uji (% scavenging). ....................................................66
Lampiran 6. Perhitungan penangkapan efektif radikal hidroksil sebesar
50 % (Effective Scavenging 50 (ES50)) ............................................67
Lampiran 7. Tabel koefisien korelasi (r)..............................................................70
Lampiran 8. Tabel random sampling (random numbers table). ..........................71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Radikal bebas terutama spesies oksigen reaktif (Reactive Oxygen Species
, ROS) merupakan radikal bebas yang umum dihasilkan dalam sistem biologi,
baik melalui proses fisiologi maupun patologi. ROS dapat juga dihasilkan dari
sumber eksogen misalnya dari komponen makanan, dan radiasi ultraviolet. ROS
terdiri dari radikal superoksid (O2•-), radikal peroksil (ROO•), radikal alkoksil
(RO•), radikal oksida nitrit (NO•), dan radikal hidroksil (HO•) (Ames et al., 1993
cit Siswono, 2003). ROS bersifat reaktif karena adanya elektron yang tidak
berpasangan pada orbital terluarnya. Diantara beberapa jenis ROS tersebut,
radikal hidroksil merupakan radikal yang paling reaktif (Halliwell dan Gutteridge,
1999). Karena alasan itulah dalam penelitian ini digunakan radikal hidroksil
sebagai model radikal bebas yang berbahaya.
Secara normal radikal bebas-radikal bebas tersebut dapat diatasi oleh
antioksidan endogen (misalnya enzim superoksida dismutase, katalase, dan
glutation peroksidase). Apabila radikal bebas yang dihasilkan melebihi
kemampuan antioksidan endogen, maka akan terjadi akumulasi radikal bebas
dalam tubuh. Hal tersebut dapat menimbulkan stres oksidatif yang diketahui
berperan dalam penuaan dini dan timbulnya penyakit degeneratif seperti
artherosklerosis, penyakit jantung, dan kanker. Selama ini upaya pengobatan
terhadap penyakit-penyakit akibat stress oksidatif tersebut masih sangat minim,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dan perawatan seringkali terbatas hanya pada penghilangan gejala daripada ke
arah pencegahan penyebab penyakit (Cutler and Cutler, 2000). Berdasarkan hal
tersebut, akhir-akhir ini radikal bebas mendapat perhatian cukup besar dalam
bidang gizi, farmasi, dan kedokteran (Mulihal, 1991).
Untuk mencegah terjadinya stress oksidatif tersebut diperlukan
antioksidan eksogen yang efektif dan aman untuk membantu kerja antioksidan
endogen dalam menangkap radikal bebas. Antioksidan eksogen dapat berupa
antioksidan alami maupun antioksidan sintetik. Akhir-akhir ini diketahui bahwa
beberapa senyawa antioksidan sintetik seperti butylated hydroxy anisole (BHA)
dan butylated hydroxy toluene (BHT) telah diragukan keamanannya karena
memiliki efek samping yang besar misalnya menyebabkan kerusakan hati. Hal
tersebut mendorong tahap pengembangan antioksidan ke arah bahan-bahan alami
yang diyakini mempunyai jaminan keamanan yang lebih tinggi karena memiliki
efek samping yang minimal (Kikuzaki and Nakatani, 1993 cit Hertiani et al.,
2001).
Salah satu sumber antioksidan alami adalah teh hijau, yang merupakan
bahan minuman hasil pengolahan tanaman teh (Camellia sinensis L.). Ekstrak teh
mempunyai kemampuan yang kuat dalam menangkap ROS (Rohdiana, 2001).
Kandungan zat kimia yang paling banyak dalam teh hijau adalah senyawa
polifenol yaitu sekitar 30 % (Oki, 1996 cit Handajani, 2002). Aktivitas
antioksidan teh hijau disebabkan oleh senyawa polifenol tersebut, terutama
golongan flavonoid tipe flavanol (komponen katekin yang terdiri dari:
epigalokatekin galat (EGCG), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin (EGC) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
epikatekin (EC)) dan tipe flavonol (kuersetin, kemferol, dan mirisetin).
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini ekstraksi dititikberatkan pada
penyarian senyawa flavonoid dalam teh hijau. Aktivitas antioksidan flavonoid teh
hijau disebabkan oleh adanya gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya.
Saat bereaksi dengan radikal bebas (dalam hal ini radikal hidroksil), flavonoid
akan membentuk radikal bebas baru yang lebih stabil, sehingga fase propagasi
dari radikal hidroksil dapat dihambat (Cuvelier et al., 1991 cit Rohdiana, 2001).
Pada penelitian ini teh hijau diekstraksi dengan alkohol (etanol 70 %)
untuk menyari flavonoid secara optimal. Ekstrak etanol yang didapat kemudian
difraksinasi dengan kloroform untuk menghilangkan lemak dan klorofil yang
dapat mengganggu analisis (Markham, 1988). Fraksinasi berikutnya dilakukan
menggunakan etil asetat untuk memisahkan flavonoid yang berbentuk aglikon dan
flavonoid yang terikat dengan gula (bentuk glikosida) (Robinson, 1995). Proses
fraksinasi tersebut menghasilkan fraksi etil asetat dan fraksi air. Berdasarkan sifat
kelarutan sesuai dengan strukturnya, flavonoid dalam bentuk aglikon
dimungkinkan terdistribusi ke dalam fraksi etil asetat dan flavonoid dalam bentuk
glikosida terdistribusi ke dalam fraksi air. Kandungan polifenol terutama
flavonoid dalam kedua fraksi tersebut akan memberikan aktivitas penangkapan
radikal hidroksil.
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui aktivitas penangkapan
radikal hidroksil oleh masing-masing fraksi. Belum dapat diketahui dengan pasti
komponen apa saja yang ada dalam fraksi etil asetat maupun fraksi air karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tidak dilakukan uji kualitatif secara lengkap maupun pemisahan menjadi senyawa
tunggal terhadap fraksi etil asetat dan fraksi air tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deoksiribosa.
Metode ini dipilih dengan alasan menggunakan deoksiribosa sebagai substrat
yang akan diserang radikal hidroksil. Diketahui bahwa deoksiribosa merupakan
gugus gula penyusun Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) sehingga dapat memberi
gambaran penyerangan radikal hidroksil di dalam tubuh. Selain itu, metode
tersebut telah divalidasi untuk menguji aktivitas penangkapan radikal hidroksil
oleh suatu senyawa antioksidan, seperti vitamin C (Purwantoko, 2006). Dalam
metode tersebut, deoksiribosa diserang oleh radikal hidroksil menghasilkan
produk degradasi yang apabila direaksikan dengan asam tiobarbiturat dalam
suasana asam dan dengan pemanasan akan menjadi suatu kromogen berwarna
merah muda (pink). Kromogen ini dapat diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometri visibel pada panjang gelombang 532 nm (Halliwell et al., 1987).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan fraksi etil
asetat dan fraksi air ekstrak etanol teh hijau melalui uji penangkapan radikal
hidroksil dengan metode deoksiribosa, dan untuk mengetahui nilai aktivitas
penangkapannya. Aktivitas antioksidan yaitu kemampuan masing-masing fraksi
dalam menangkap radikal hidroksil dinyatakan dalam % scavenging. Nilai
aktivitas antioksidan dinyatakan sebagai konsentrasi yang diperlukan untuk
menangkap radikal hidroksil sebanyak 50 % (effective scavenging 50 (ES50)).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Perumusan Masalah
1. Apakah fraksi etil asetat dan fraksi air ekstrak etanol teh hijau mempunyai
aktivitas antioksidan melalui uji penangkapan radikal hidroksil dengan metode
deoksiribosa yang dinyatakan dengan % scavenging?
2. Berapakah nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat dan fraksi air ekstrak
etanol teh hijau melalui uji penangkapan radikal hidroksil dengan metode
deoksiribosa, yang dinyatakan sebagai effective scavenging 50 (ES50)?
C. Keaslian Penelitian
Telah dilakukan beberapa penelitian tentang uji penangkapan radikal
hidroksil dengan metode deoksiribosa yaitu validasi metode deoksiribosa sebagai
uji penangkapan radikal hidroksil oleh vitamin C secara in vitro (Purwantoko,
2006); uji penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat dan fraksi air
ekstrak teh hitam dengan metode deoksiribosa (Setyawati, 2007).
Uji antioksidan melalui penangkapan radikal hidroksil dengan metode
deoksiribosa yang dilakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Perbedaannya terletak pada sampel yang digunakan, yaitu fraksi etil asetat dan
fraksi air ekstrak etanol teh hijau. Berdasarkan hal tersebut sejauh pengamatan
penulis, uji antioksidan fraksi etil asetat dan fraksi air ekstrak etanol teh hijau
melalui penangkapan radikal hidroksil dengan metode deoksiribosa belum pernah
dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Melengkapi bukti-bukti ilmiah tentang aktivitas antioksidan ekstrak etanol teh
hijau terutama dari fraksi etil asetat dan fraksi air.
2. Manfaat metodologis
Memberikan informasi mengenai aplikasi penggunaan metode deoksiribosa
sebagai uji antioksidan untuk bahan-bahan alam yang mengandung banyak
senyawa.
3. Manfaat praktis
Memberikan tambahan informasi kepada masyarakat mengenai penggunaan
teh hijau sebagai sumber antioksidan alami.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui aktivitas antioksidan fraksi etil asetat dan fraksi air ekstrak etanol
teh hijau melalui uji penangkapan radikal hidroksil dengan metode
deoksiribosa yang dinyatakan dengan % scavenging.
2. Mengetahui nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat dan fraksi air ekstrak
etanol teh hijau melalui uji penangkapan radikal hidroksil dengan metode
deoksiribosa, yang dinyatakan sebagai effective scavenging 50 (ES50).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Teh Hijau
1. Klasifikasi teh dan proses pengolahannya
Teh hijau berasal dari tanaman teh yaitu dari suku Theacheae dengan
nama ilmiah Camellia sinensis L. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman teh melalui proses pengolahan
tertentu. Secara umum berdasarkan cara/proses pengolahannya, teh dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh
hijau dibuat dengan cara menginaktivasi enzim oksidase/fenolase yang ada dalam
pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan atau penguapan, sehingga oksidasi
enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Teh hitam dibuat dengan cara
memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatis terhadap kandungan katekin teh. Teh
oolong dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses
rolling/penggulungan daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi
(Hartoyo, 2003).
2. Kandungan kimia teh hijau
Zat kimia yang terkandung dalam teh hijau adalah polifenol 30 %
(katekin 0,10 %; epikatekin 0,54 %; epigalokatekin 6,35 %; epikatekin galat 1,08
%; epigalokatekin galat 3,53 %, mirisetin 1,59 %; kuersetin 4,05 %; kemferol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
O
O
1
2
3
45
6
78
9(8a)
A
1 '
2'
3 '
4'
5'
6'
10(4a)
B
C
3,31 %), kafein 4 %, gula dan getah 3 %, asam amino 7 %, mineral 4 %, protein
16 %, lemak 8 %, klorofil dan pigmen 1,5 %, pati 0,5 %, serat kasar, lignin, dan
lain-lain 22% (Indrawati dan Devijanti, 1996 cit Handajani, 2002).
3. Khasiat teh hijau
Teh hijau berkhasiat sebagai antioksidan, antimutagenik, antibakteri,
hipokolesterolemik, dan pencegah kanker (Hartoyo, 2003).
B. Flavonoid
1. Pengertian flavonoid
Flavonoid adalah senyawa polifenol yang mengandung 15 atom karbon
dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin
aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat
membentuk cincin ketiga. Untuk mempermudah, cincin diberi tanda A, B, dan C
(gambar 1). Atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang
menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C, serta angka beraksen untuk
cincin B, tetapi khusus untuk khalkon, sistem penomorannya dimodifikasi
(Markham, 1988).
Gambar 1. Kerangka dasar flavonoid beserta penomorannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
OHO
OH
OH
OH
R1
OR2
2
1
3
44a
5
6
7
88a
1'
2'3'
4'
5'
6'
C
O OH
OH
OH
=X
OHO
OH
OH
OH
R1
OR2
2
1
3
44a
56
7
88a
1'
2'
3'4'
5'
6'
2. Flavonoid dalam teh hijau
Zat bioaktif yang ada dalam teh, terutama merupakan polifenol golongan
flavonoid yaitu flavanol tipe katekin dan flavonol (Hartoyo, 2003). Komponen
katekin teh yang utama (gambar 2) adalah epigalokatekin galat (EGCG),
epikatekin galat (ECG), epigalokatekin (EGC), dan epikatekin (EC) (Hartoyo,
2003). Keempat komponen katekin tersebut merupakan antioksidan utama dalam
teh hijau (Rohdiana, 2001).
Epikatekin: R1 = R2 = HEpigalokatekin: R1 = OH, R2 = HEpikatekin galat: R1 = H, R2 = XEpigalokatekin galat: R1 = OH, R2 = X
Katekin: R1 = R2 = HGalokatekin: R1 = OH, R2 = HKatekin galat: R1 = H, R2 = XGalokatekin galat: R1 = OH, R2 = X
Gambar 2 . Struktur kimia katekin teh dan epimernya
Flavonol utama yang ada dalam teh adalah kuersetin, kemferol, dan
mirisetin (gambar 3). Flavonol ini, terutama terdapat dalam bentuk glikosidanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
OHO
OH
R2
OH
R3
R1
O
2
1
34a
56
7
88a
1'
2'3'
4'
5'
6'
4
(berikatan dengan molekul gula) dan sedikit dalam bentuk aglikonnya (Hartoyo,
2003).
Mirisetin : R1 = R2 = R3 = OHKuersetin : R1 = R2 = OH, R3 = HKemferol : R1 = OH, R2 = R3 = H
Gambar 3. Struktur flavonol teh
3. Sifat antioksidan flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik dan banyak
menghambat reaksi oksidasi dan bertindak sebagai penangkap radikal yang baik
dari radikal hidroksil dan superoksida (Robinson, 1995). Flavonoid memiliki
potensial reduksi rendah (0,23 < E7 < 0,75) sehingga dapat mereduksi secara
termodinamik radikal bebas dengan potensial oksidasi sebesar 2,13-1,0 V
(Siswono, 2003).
Aktivitas sebagai antioksidan dimiliki oleh sebagian besar flavonoid
disebabkan oleh adanya gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya. Ketika
bereaksi dengan radikal bebas, flavonoid membentuk radikal baru yang
distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik. Hal ini menyebabkan fase
propagasi pada reaksi radikal bebas tersebut dapat dihambat (Cuvelier et al., 1991
cit Rohdiana, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
4. Penyarian Flavonoid
Pelarut-pelarut alkoholik umumnya merupakan pelarut pilihan untuk
mengekstraksi semua golongan flavonoid. Biasanya digunakan metanol, etanol,
dan propanol. Bahan-bahan segar dapat diekstraksi dengan pelarut alkohol
absolut. Bahan-bahan kering dan berkayu dapat digunakan alkohol berair
(Harborne, 1987).
Glikosida flavonoid kurang larut dalam pelarut organik dan lebih mudah
larut dalam air dibanding bentuk aglikonnya. Pengekstraksian kembali larutan
dalam air dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air tetapi agak
polar sering kali bermanfaat untuk memisahkan bentuk aglikon dari senyawa yang
lebih polar. Etil asetat merupakan pelarut yang baik untuk menangani katekin dan
proantosianidin dengan cara ini (Robinson, 1995).
C. Metode Penyarian
Metode penyarian ada beberapa macam:
1. Maserasi dan remaserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Pada saat proses maserasi,
cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang pekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
umumnya digunakan untuk simplisia yang tidak keras, dan tidak kompak
(Anonim, 1986).
Remaserasi adalah modifikasi cara penyarian maserasi. Pada proses
remaserasi cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan
cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi
lagi dengan cairan penyari yang kedua (Anonim, 1986).
2. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Aliran cairan penyari
menyebabkan adanya pergantian larutan yang mempunyai konsentrasi tinggi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga akan meningkatkan
derajat konsentrasi. Perkolasi umumnya digunakan untuk menyari simplisia keras
dan kompak (Anonim, 1986).
3. Infundasi
Infundasi adalah metode penyarian yang menggunakan penyari air
dengan pemanasan pada suhu 90 ºC selama 15 menit. Metode ini digunakan untuk
menyari simplisia yang larut dalam air dan tahan terhadap pemanasan (Anonim,
1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
4. Penyarian berkesinambungan
Pada metode penyarian ini cairan penyari dididihkan sehingga akan
menguap dan mengembun karena adanya pendingin. Cairan penyari yang
mengembun akan turun membasahi simplisia, demikian seterusnya. Metode
penyarian ini sesuai untuk simplisia yang bahan aktifnya tahan terhadap
pemanasan (Anonim, 1986).
D. Radikal Hidroksil (HO•)
1. Pengertian radikal hidroksil
Radikal hidroksil (HO•) adalah radikal oksigen yang diketahui paling
reaktif. Radikal hidroksil memilki standar potensial reduksi positif yang tinggi
yaitu 2,31 V. Radikal hidroksil bereaksi sangat cepat dengan hampir semua tipe
molekul yang ditemukan dalam sel hidup seperti gula, asam amino, fosfolipid,
basa Deoxyribose Nucleic Acid (DNA), dan asam organik (Halliwell dan
Gutteridge, 1999). Karena sangat reaktif, efek radikal ini hanya berlangsung di
daerah yang dekat dengan tempat terbentuknya, dan dalam kondisi fisiologik
normal tidak ditemukan radikal hidroksil dalam kadar yang besar (Gitawati,
1995).
2. Pembentukan radikal hidroksil
Radikal hidroksil dapat dihasilkan dari reaksi fisi homolitik ikatan O-O
pada H2O2 yang dapat terjadi karena pengaruh panas atau radiasi ionisasi. Selain
itu, radikal hidroksil juga dapat terbentuk dari H2O2 dengan adanya ion-ion logam
(Fe2+, Cu+) menurut reaksi Fenton (Gitawati, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Reaksi Fenton merupakan reaksi yang penting untuk menghasilkan
radikal bebas hidroksil. Dalam reaksi Fenton ion ferro (Fe2+) akan bereaksi
dengan hidrogen peroksida (H2O2) menghasilkan radikal hidroksil. Kecepatan
reaksi Fe2+ dengan H2O2 adalah rendah yaitu kurang dari 100 M-1s-1, oleh karena
itu untuk meningkatkan kecepatan reaksinya perlu ditambah dengan suatu ligan.
EDTA merupakan ligan yang baik untuk digunakan dalam reagen Fenton
(Halliwell dan Gutteridge, 1999).
3. Metode deteksi radikal hidroksil
Macam-macam metode dan prinsip deteksi radikal hidroksil dapat
dilihat pada tabel I di bawah ini:
Tabel I. Metode dan prinsip deteksi radikal hidroksil (Bors et al., 1979)
No Metode Prinsip Metode1. Metode pemucatan
p-nitrosodimetilanilin(p-NDA)
p-nitrosodimetilanilin bereaksi cepat dengan radikalhidroksil (HO•) tetapi tidak bereaksi dengan O2
- atausinglet oksigen. Reaksi ini akan diikuti penguranganwarna kuning (pemucatan).
2. Metodedeoksiribosa
Reaksi antara radikal hidroksil dengan deoksiribosamenghasilkan produk senyawa tertentu, laludipanaskan dengan tiobarbiturat pada pH rendah akanmenghasilkan warna.
3. Metode triptofan Reaksi antara radikal hidroksil dengan triptofanmenghasilkan satu set produk yang khas.
4. Metodedimetilsulfoksida(DMSO)
Radikal hidroksil bereaksi dengan dimetilsulfoksida(DMSO) menghasilkan senyawa:
H 3 C S C H3
O
OH
Perubahan senyawa di atas menghasilkan produk-produk antara lain gas metana yang dapat dideteksidengan Gas Liquid Chromatography.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
E. Metode Deoksiribosa
Deoksiribosa (2-deoksi-D-ribosa) merupakan unsur gula lima karbon
yang terdapat dalam DNA (Page, 1989). Deoksiribosa dapat didegradasi oleh
radikal hidroksil baik yang dihasilkan oleh radiasi maupun oleh reaksi Fenton
(Halliwell et al., 1987). Struktur deoksiribosa dapat dilihat pada gambar 4 berikut:
Gambar 4. Struktur deoksiribosa
Metode deoksiribosa terdiri dari dua tahap, yaitu (Halliwell et al., 1987):
1. Tahap pembentukan radikal hidroksil.
Radikal hidroksil dihasilkan dari reaksi Fenton dengan inkubasi pada 37
ºC selama 30 menit. Reagen Fenton terdiri dari FeCl3, EDTA, H2O2, dan asam
askorbat (vitamin C). Reaksi pembentukan radikal hidroksil digambarkan sebagai
berikut:
Fe3+ - EDTA + vitamin C→ Fe2+ - EDTA + vitamin Cteroksidasi
Fe2+ - EDTA + H2O2 → Fe3+ - EDTA + OH¯+ HO•
Penambahan EDTA (sebagai ligan) berfungsi untuk meningkatkan
konstante kecepatan reaksi antara Fe2+ dengan H2O2 (Halliwell dan Gutteridge,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
1999). Vitamin C (asam askorbat) berfungsi untuk mempercepat proses reduksi
Fe3+ menjadi Fe2+ sehingga akan mempercepat terbentuknya radikal hidroksil.
2. Tahap degradasi deoksiribosa
Penyerangan radikal hidroksil terhadap deoksiribosa akan menyebabkan
deoksiribosa terdegradasi menjadi beberapa produk karbonil. Radikal hidroksil
akan menyerang deoksiribosa dengan cara abstraksi (pemisahan) hidrogen dan
membentuk suatu radikal deoksiribosa (gambar 5) yang dengan adanya oksigen
akan secara cepat diubah menjadi radikal gula peroksil (gambar 6).
OOH2 C
HO
HO H
H +H2O_ O
OH2C
HO
HO
H
Deoksiribosa
HO
Gambar 5. Reaksi penyerangan radikal hidroksil pada deoksiribosa
OOH2C
HO
HO
H
O O
OOH2C
HO
HO
H
OO
+
Radikal Gula Peroksil
Gambar 6. Reaksi pembentukan radikal gula peroksil
Selanjutnya, radikal gula peroksil ini akan mengalami serangkaian reaksi
yang meliputi disproporsionasi, penataan ulang, eliminasi air, dan pemecahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
ikatan C–C sehingga menghasilkan beberapa macam produk karbonil. Produk
karbonil yang dihasilkan jika dipanaskan di bawah kondisi asam akan membentuk
malondialdehid (MDA) (gambar 7).
OO
HH
Gambar 7. Struktur malondialdehid (MDA)
MDA dapat dideteksi melalui kemampuannya untuk bereaksi dengan
asam tiobarbiturat (TBA) membentuk suatu kromogen berwarna merah muda
(pink) yang absorbansinya dapat diukur pada panjang gelombang 532 nm
(Halliwell et al., 1987).
Molekul lain yang memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan
radikal hidroksil dapat ditambahkan ke dalam campuran tersebut. Molekul ini
dapat berkompetisi dengan deoksiribosa supaya dapat bereaksi dengan radikal
hidroksil. Hal ini sangat bergantung dari konstante kecepatan reaksinya dengan
radikal hidroksil dan juga konsentrasi relatif deoksiribosa. Jika kecepatan reaksi
molekul ini lebih cepat dibandingkan kecepatan reaksi deoksiribosa dengan
radikal hidroksil, maka molekul ini dapat berfungsi untuk menurunkan kecepatan
degradasi deoksiribosa (Halliwell et al., 1987).
F. Antioksidan
Dalam bidang kimia yang dimaksud dengan antioksidan adalah suatu
senyawa atau bahan kimia yang dapat menghambat proses oksidasi. Pada
umumnya senyawa-senyawa tersebut merupakan suatu reduktan, yakni atom atau
senyawa yang menyumbangkan elektron (Himawati, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Dalam bidang kedokteran, pengertian antioksidan atau peredam radikal
bebas adalah senyawa-senyawa yang dapat melindungi sistem biologis terhadap
efek yang merusak dari proses-proses atau reaksi-reaksi yang dapat menyebabkan
oksidasi berlebihan (Krinsky, 1992 cit Himawati, 2001). Oleh karena itu,
pembagian antioksidan biologis tidak hanya meliputi senyawa-senyawa reduktan,
melainkan bisa meliputi pengikat logam dan enzim-enzim tertentu yang
mengkatalisis peredaman senyawa oksidan atau radikal bebas.
Antioksidan dan peredam radikal bebas biologis dapat digolongkan
sebagai berikut (Grieb, 1992 cit Himawati, 2001):
1. Berdasarkan sasaran
a. Antioksidan pencegah, yaitu antioksidan yang dapat mencegah
terbentuknya oksidan atau mencegah tertimbunnya oksidan. Misalnya:
superoksida dismutase (SOD), katalase, bermacam-macam enzim
peroksidase (misalnya glutation peroksidase), dan senyawa yang
mengandung gugusan sulfidril (glutation, sistein, dan kaptopril).
b. Antioksidan pemutus reaksi rantai, misalnya: vitamin E (tokoferol),
vitamin C (asam askorbat), dan β-karoten.
2. Berdasarkan mekanisme kerja
a. Antioksidan enzimatik, misalnya: katalase (CAT), superoksida dismutase
(SOD), dan glutation peroksidase (GSH-Px).
b. Antioksidan non-enzimatik, misalnya: vitamin E (α-tokoferol), vitamin C
(asam askorbat), dan β-karoten.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
3. Berdasarkan sifat-sifat fisiko-kimia
a. Antioksidan hidrofilik
Antioksidan hidrofilik bekerja dalam sitosol dan cairan ekstrasel, misalnya:
vitamin C, asam urat, glutation, sistein, kreatinin.
b. Antioksidan lipofilik
Antioksidan lipofilik bekerja pada membran sel (terlarut dalam lipid
membran), misalnya: vitamin E, β-karoten, ubikuinol, bilirubin, protein
pengikat logam (transferin, laktoferin, seruloplasmin, dan albumin).
4. Berdasarkan sumbernya
a. Antioksidan endogen
Beberapa antioksidan endogen yang dikenal antara lain: sitokrom oksidase
(mitokondria), superoksida dismutase, katalase, glutation peroksidase.
b. Antioksidan eksogen
Antioksidan eksogen yang telah dikenal dan beredar di pasaran
diantaranya: vitamin E, vitamin C, β-karoten.
Penangkapan radikal bebas oleh enzim dan senyawa antioksidan dapat
dilakukan melalui empat cara, yaitu (Aruoma, 2000):
1. Reaksi pemecahan ikatan.
2. Mengurangi konsentrasi ROS, sebagai contoh adalah glutation.
3. Menangkap radikal bebas, contohnya adalah enzim superoksida dismutase
menangkap radikal bebas superoksid.
4. Mengkelat katalis logam transisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
G. Spektrofotometri Sinar Tampak
Spektrofotometri adalah metode analisis yang mengamati interaksi
radiasi elektromagnetik dengan materi. Spektrofotometri memiliki beberapa ciri-
ciri, yaitu dapat digunakan pada sistem organik dan anorganik, memiliki
selektivitas sedang sampai tinggi, akurasinya baik, dan mudah dilakukan (Skoog
et al., 1998). Spektrofotometri yang menggunakan radiasi dengan panjang
gelombang 380 nm sampai 780 nm disebut spektrofotometri cahaya tampak
(Anonim, 1995).
Pada umumnya prinsip kerja spektrofotometri adalah berdasarkan atas
interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi (dapat berupa atom, ion,
atau molekul), sedangkan radiasi elektromagnetik merupakan salah satu jenis
energi yang ditransmisikan dalam ruang kecepatan tinggi (Khopkar, 1990).
Interaksi radiasi elektromagnetik dengan materi yaitu bila cahaya jatuh pada
senyawa maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai struktur
molekul (Sastrohamidjojo, 1991).
Absorbsi cahaya ultraviolet atau cahaya tampak mengakibatkan
transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar
yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi
(Fessenden dan Fessenden, 1994). Transisi elektronik senyawa organik yang
dapat terjadi yaitu transisi dari orbital σ→σ*, π→π*, n → σ*, dan n →π* yang
ditunjukkan oleh gambar 8 berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Gambar 8. Tingkat energi elektron molekul (Skoog et al., 1998)
Aplikasi spektroskopi serapan untuk senyawa organik didasarkan pada
transisi n atau πke π* karena energi yang dibutuhkan untuk proses ini membawa
puncak absorbsi ke daerah spektra 200-700 nm. Kedua transisi ini membutuhkan
gugus tidak jenuh yang memberikan orbital π(Skoog et al., 1994).
Spektrofotometri dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif. Oleh karena transisi elektronik ditentukan oleh konfigurasi elektron
dari molekul yang bersangkutan, maka transisi ditentukan oleh struktur molekul.
Oleh sebab itu, molekul yang berbeda strukturnya juga mempunyai level energi
yang berbeda dan setiap jenis molekul menyerap radiasi pada daerah spektrum
tertentu. Hal inilah yang menjadi dasar analisis kualitatif dengan metode
spektrofotometri. Banyaknya cahaya yang diserap pada frekuensi atau panjang
gelombang tertentu sesuai dengan jumlah molekul yang ada. Hal ini menentukan
banyaknya intensitas absorbsi yang merupakan dasar analisis kuantitatif pada
analisis dengan metode spektrofotometri (Willard et al., 1988).
Intensitas serapan dapat dinyatakan sebagai transmitan (T) yang
didefinisikan sebagai berikut:
oIIT
σ* Antibonding
π* Antibonding
n Nonbondingπ Bonding
σ Bonding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
I0 adalah intensitas dari energi pancaran yang mengenai cuplikan dan I
adalah intensitas pancaran yang keluar dari cuplikan. Rumusan yang lebih tepat
untuk intensitas serapan adalah yang diturunkan dari hukum Lambert dan hukum
Beer yang dikenal dengan hukum Lambert-Beer. Hukum ini menyatakan
hubungan antara transmitan dengan tebalnya cuplikan dan konsentrasi bahan
penyerap.
Hubungan tersebut dinyatakan sebagai berikut:
b.c.I
IlogA 0
Keterangan :
T = persen transmitanI0 = intensitas radiasi yang datangI = intensitas radiasi yang diteruskanε= absorptivitas molar (L.mol-1.cm-1)c = konsentrasi larutan (mol. L-1)b = tebal larutan (cm)A= absorbansi
(Silverstein, 1991)
H. Landasan Teori
Teh hijau diketahui mengandung sekitar 30 % polifenol terutama
golongan flavonoid tipe flavanol dan flavonol. Polifenol golongan flavonoid
tersebut menyebabkan teh hijau mempunyai aktivitas antioksidan melalui
mekanisme penangkapan radikal bebas.
Secara umum aktivitas antioksidan flavonoid disebabkan oleh adanya
gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya. Saat bereaksi dengan radikal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
hidroksil, senyawa ini akan membentuk molekul air yang stabil dan radikal baru
yang distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik yaitu radikal fenoksil yang
lebih stabil, sehingga fase propagasi radikal hidroksil tersebut dapat dihambat.
Selain itu, flavonoid mempunyai potensial reduksi yang sangat rendah yaitu 0,23 -
0,75, sedangkan radikal hidroksil mempunyai potensial reduksi yang sangat
tinggi, yaitu 2,31 V. Hal ini menyebabkan flavonoid dapat mereduksi radikal
hidroksil menjadi bentuk yang lebih stabil dengan mudah.
Ekstraksi teh hijau menggunakan etanol akan menyari flavonoid secara
efektif, sehingga ekstrak etanol yang didapat akan mengandung flavonoid dalam
jumlah yang optimal. Fraksinasi dengan kloroform akan menghilangkan lemak
dan klorofil yang akan mengganggu analisis serta mengurangi jumlah senyawa
lain seperti alkaloid, terpena, dan xantofil, sedangkan fraksinasi menggunakan etil
asetat akan memisahkan flavonoid yang berbentuk aglikon dan flavonoid yang
terikat dengan gula (bentuk glikosida).
Berdasarkan uji polifenol pada uji tabung yang dilakukan oleh Pertiwi
(2006) diketahui bahwa fraksi etil asetat dan fraksi air menunjukkan hasil yang
positif. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua fraksi tersebut mengandung
polifenol. Telah disebutkan bahwa polifenol utama dalam teh hijau adalah dari
golongan flavonoid. Dengan demikian, kedua fraksi tersebut mungkin
mengandung flavonoid. Berdasarkan sifat kelarutannya, flavonoid dalam bentuk
aglikon (seperti senyawa flavanol terutama komponen katekin) akan lebih
terdistribusi ke dalam fraksi etil asetat, sedangkan flavonoid bentuk glikosida
(seperti glikosida flavonoid dengan aglikon flavonol) akan lebih terdistribusi ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dalam fraksi air. Diketahui bahwa aktivitas antioksidan utama teh hijau berasal
dari kelas flavanol yaitu dari komponen katekin yang pada fraksinasi akan lebih
terdistribusi ke dalam fraksi etil asetat. Hal ini memungkinkan aktivitas
antioksidan fraksi etil asetat akan lebih besar dari fraksi air.
Dalam metode deoksiribosa digunakan gula deoksiribosa sebagai
substrat yang ditargetkan akan diserang oleh radikal hidroksil. Jika ada senyawa
lain yang bersifat sebagai antioksidan dan mempunyai kemampuan dalam
menangkap radikal hidroksil (seperti flavonoid) dimasukkan ke dalam sistem,
maka senyawa tersebut akan mengurangi produk degradasi deoksiribosa. Hal ini
dikarenakan senyawa tersebut akan menangkap sebagian radikal hidroksil yang
akan menyerang deoksiribosa. Efek penangkapan radikal hidroksil oleh senyawa
tersebut diperlihatkan dengan berkurangnya absorbansi kromogen MDA-TBA
yang terbentuk.
I. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori di atas, dapat dihipotesiskan bahwa:
1. Fraksi etil asetat dan fraksi air ekstrak etanol teh hijau mempunyai
aktivitas antioksidan melalui uji penangkapan radikal hidroksil
menggunakan metode deoksiribosa.
2. Aktivitas antioksidan melalui penangkapan radikal hidroksil dengan
metode deoksiribosa fraksi etil asetat lebih besar dari fraksi air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental karena subyek uji
diberi perlakuan.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas berupa konsentrasi fraksi etil asetat dan fraksi air dari
ekstrak etanol teh hijau.
2. Variabel tergantung berupa persen penangkapan radikal hidroksil (%
scavenging).
3. Variabel pengacau terkendali berupa proses ekstraksi dan fraksinasi, suhu,
waktu inkubasi, dan merk sampel.
4. Variabel pengacau tidak terkendali berupa proses pembuatan teh hijau.
C. Definisi Operasional
1. Fraksi etil asetat adalah fase etil asetat yang diperoleh dari fraksinasi (dengan
corong pisah) ekstrak etanol teh hijau menggunakan larutan penyari etil asetat
dan air sampai fraksi etil asetat jernih.
2. Fraksi air adalah fase air yang diperoleh dari fraksinasi (dengan corong pisah)
ekstrak etanol teh hijau menggunakan larutan penyari etil asetat dan air
sampai fraksi etil asetat jernih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Ekstrak etanol teh hijau adalah ekstrak yang diperoleh dari remaserasi serbuk
teh hijau menggunakan etanol 70 %.
4. Larutan kontrol adalah larutan yang mengandung reagen Fenton, larutan
deoksiribosa, bufer fosfat, asam trikloroasetat, dan asam tiobarbiturat.
5. Larutan sampel adalah larutan kontrol yang diberi fraksi etil asetat dan fraksi
air dari ekstrak etanol teh hijau sebagai senyawa antioksidan.
6. Persen scavenging adalah persentase yang menyatakan kemampuan suatu
senyawa dalam menangkap radikal bebas.
% Scavenging =kontrollarutanAbsorbansi
sampellarutanAbsorbansi-kontrollarutanAbsorbansi x 100 %
7. Effective Scavenging 50 (ES50) merupakan nilai konsentrasi sampel yang
menghasilkan 50 % penangkapan radikal hidroksil.
D. Bahan
Bahan-bahan berikut berkualitas p.a. Merck: kloroform; etil asetat; ferri
klorida heksahidrat (FeCl3. 6H2O); dinatrium etilendiamin tetraasetat dihidrat
(C10H14N2Na2O8. 2H2O); L (+) asam askorbat.; asam 2-tiobarbiturat (TBA)
(C4H4N2O2S); asam trikloroasetat (TCA) (CCl3COOH); dinatrium hidrogen fosfat
(Na2HPO4); kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4). Bahan-bahan yang lain: teh hijau
merk X; etanol 96 % kualitas farmasetis (Brataco); 2-deoksi-D-ribosa (C5H10O4)
p.a., Sigma USA; larutan hidrogen peroksida 30 % kualitas farmasetis, ph. Eur,
BP, USP; dan akuades (Laboratorium Kimia Organik Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
E. Alat
Spektrofotometer UV-Vis Perkin Elmer Lamda 20; pH meter Metrohm
632; timbangan BP 160 P, scaltec SBC 22, dan precision balance model GB-3002
(Mettler Toledo); mikropipet 10-100 l, 100-1000 l (Acura 825, Socorex);
mikropipet 0,5-5,0 ml (Socorex); tabung reaksi bertutup (Pyrex-Germany);
vaccum rotaevaporator (Buchi rotaevaporator); waterbath (Abo-Tech); blender,
dan alat-alat gelas yang lazim.
F. Tata Cara Penelitian
1. Pengambilan sampel
Diambil 100 bungkus sampel teh hijau merk X dari satu perusahaan teh
di Yogyakarta dengan nomor batch yang sama. Seluruh sampel kemudian diambil
80 % (80 bungkus) berdasarkan tabel Krecjie (Sugiyono, 2005). Pengambilan
sampel dilakukan secara acak menggunakan random numbers table (lampiran 8).
2. Pembuatan serbuk teh hijau
Diambil 20 bungkus (1800 g) teh hijau, dihomogenkan, digiling dan
dihaluskan menggunakan blender. Serbuk yang didapat kemudian diayak dengan
ayakan nomor mesh 12 sampai 50 (derajat halus serbuk 4/18). Serbuk yang
digunakan adalah serbuk yang berada di atas ayakan nomor mesh 50 dan di bawah
ayakan nomor mesh 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3. Preparasi sampel
a. Pembuatan ekstrak etanol teh hijau
Pembuatan fraksi etil asetat dan fraksi air diawali dengan pembuatan
ekstrak etanol teh hijau menggunakan metode penyarian remaserasi (Anonim,
1986). Serbuk teh hijau sebanyak 300 g dimaserasi dengan cara direndam dalam 1
liter etanol 70 % selama 24 jam di dalam bejana bertutup. Maserat yang didapat
disaring, filtrat dikumpulkan. Ampas dimaserasi lagi dengan 500 ml etanol 70 %
selama 24 jam, kemudian disaring, filtrat dikumpulkan, ampas dimaserasi lagi,
demikian seterusnya sampai filtrat hasil penyaringan jernih. Seluruh filtrat hasil
remaserasi dicampur dan diuapkan pelarutnya dengan rotaevaporator sampai
kental. Ekstrak kental yang didapat diuapkan di atas penangas air hingga
diperoleh ekstrak kering.
b. Pembuatan fraksi etil asetat dan fraksi air
Ekstrak etanol kering hasil remaserasi ditimbang sebanyak 75 g dan
dilarutkan dalam 150 ml air, kemudian difraksinasi dengan 100 ml kloroform
menggunakan corong pisah, dengan pengulangan 6 kali. Fraksi air (A1) yang
didapat kemudian dikumpulkan dan difraksinasi dengan 50 ml etil asetat
menggunakan corong pisah dengan pengulangan 12 kali sampai fraksi etil asetat
jernih untuk mendapatkan jumlah senyawa terlarut dalam fraksi etil asetat yang
optimum. Fraksi etil asetat dan fraksi air (A2) yang diperoleh kemudian
dikumpulkan, lalu diuapkan menggunakan rotaevaporator hingga kental. Sisa
penguapan diuapkan lagi di atas waterbath hingga kering, lalu disimpan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
desikator. Serbuk yang diperoleh kemudian ditimbang, dihitung rendemennya,
dan digunakan sebagai sampel untuk uji penangkapan radikal hidroksil
menggunakan metode deoksiribosa. Proses preparasi sampel dapat dilihat pada
gambar 9.
Filtrat dikumpulkan
Filtrat dikumpulkan
300 g serbuk teh hijau
Ekstrak kering
Fraksi air (A2)
Dimaserasi dengan 1000 ml etanol 70 %, disaring
Residu dimaserasi dengan 500 ml etanol 70 %, disaring(diulangi sampai filtrat jernih)
Residu dibuang
Dievaporasi
Dilarutkan dalam 150 ml air
Difraksinasi dengan 100 ml kloroform (6 kali)
Fraksi kloroform Fraksi air (A1)
Ditimbang 75 g ekstrak kering
Difraksinasi dengan etil asetat 50 ml (12 kali)
Fraksi etil asetat
Diuji aktivitas penangkapan radikal hidroksilnyadengan metode deoksiribosa
Dibuang
Gambar 9. Skema tata cara preparasi sampel (ekstraksi dan fraksinasi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
4. Persiapan uji penangkapan radikal hidroksil
a. Pembuatan larutan bufer fosfat pH 7,4
Ditimbang seksama sebanyak 1,4196 g Na2HPO4 kemudian dilarutkan
dalam akuades sampai 500,0 ml sehingga dicapai kadar 20 mM. Ditimbang
seksama lebih kurang sebanyak 0,6805 g KH2PO4 kemudian dilarutkan dalam
akuades sampai 250,0 ml sehingga dicapai kadar 20 mM. Kedua larutan tersebut
dicampur sampai didapat larutan bufer fosfat dengan pH 7,4.
b. Pembuatan larutan deoksiribosa 2,5 mM
Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 0,02012 g 2-deoksi-D-ribosa,
kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml sehingga dicapai kadar 15
mM. Dari larutan tersebut diambil 4,2 ml dan dilarutkan dalam akuades sampai
25,0 ml, sehingga didapat kadar 2,5 mM.
c. Pembuatan reagen Fenton
Reagen Fenton yang digunakan terdiri dari FeCl3 1 mM, EDTA 1 mM,
H2O2 20 mM, dan Vitamin C 1 mM.
1). Larutan FeCl3 1 mM
Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 0,01352 g FeCl3. 6 H2O,
kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml sehingga dicapai kadar 5
mM. Dari larutan tersebut diambil 2,0 ml dan dilarutkan dalam akuades sampai
10,0 ml, sehingga diperoleh kadar 1 mM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2). Larutan EDTA 1 mM
Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 0,01861 g Na2EDTA. 2 H2O,
kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml sehingga dicapai kadar 5
mM. Dari larutan tersebut diambil 2,0 ml dan dilarutkan dalam akuades sampai
10,0 ml, sehingga diperoleh kadar 1 mM.
3). Larutan H2O2 20 mM
Diambil 0,091 ml H2O2 30 %, kemudian dilarutkan dalam akuades
sampai 10,0 ml sehingga dicapai kadar 80 mM. Dari larutan tersebut diambil 2,5
ml dan dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml, sehingga diperoleh kadar 20
mM.
4). Larutan Vitamin C 1 mM
Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 0,01761 g vitamin C,
kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml sehingga dicapai kadar 10
mM. Dari larutan tersebut diambil 1,0 ml dan dilarutkan dalam akuades sampai
10,0 ml, sehingga diperoleh kadar 1 mM.
d. Pembuatan larutan TCA 5 %
Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 1,25 g TCA, kemudian
dilarutkan dalam akuades sampai 25,0 ml sehingga dicapai kadar 5 % b/v.
e. Pembuatan larutan TBA 1 %
Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 0,25 g TBA, dimasukkan ke
dalam beakerglass 100 ml dan ditambah akuades secukupnya, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dipanaskan di atas hot plate hingga seluruh TBA larut. Setelah itu, dilarutkan
dalam akuades sampai 25,0 ml sehingga dicapai kadar 1 % b/v.
f. Pembuatan larutan uji fraksi etil asetat 1 mg/ml
Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 10 mg serbuk fraksi etil
asetat, kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml sehingga dicapai
konsentrasi 1 mg/ml.
g. Pembuatan larutan uji fraksi air 1 mg/ml
Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 10 mg serbuk fraksi air,
kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml sehingga dicapai konsentrasi
1 mg/ml.
5. Penentuan operating time (OT)
Diambil 600 l larutan deoksiribosa 2,5 mM, dimasukkan dalam tabung
reaksi bertutup, kemudian ditambah dengan 300 l FeCl3 1 mM, 300 l EDTA 1
mM, 300 l H2O2 20 mM, 4,2 ml bufer fosfat pH 7,4, dan 300 l vitamin C 1 mM.
Campuran tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit.
Setelah itu ditambah 1,0 ml TCA 5 % dan 1,0 ml TBA 1 %, dipanaskan dalam
waterbath pada suhu 80 C selama 30 menit sampai terbentuk kromogen MDA-
TBA yang berwarna merah muda, kemudian didinginkan, dan dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum teoritis (maks teoritis) 532 nm
selama 60 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
6. Penentuan panjang gelombang maksimum (maks)
Diambil 100, 300, dan 600 l larutan deoksiribosa 2,5 mM, dimasukkan
dalam tabung reaksi bertutup, kemudian masing-masing ditambah dengan 300 l
FeCl3 1 mM, 300 l EDTA 1 mM, 300 l H2O2 20 mM, bufer fosfat pH 7,4
(penambahan bufer fosfat disesuaikan dengan volume larutan deoksiribosa yang
ditambahkan sehingga volume akhir campuran adalah 6 ml), dan 300 l vitamin C
1 mM. Campuran tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit.
Setelah itu ditambah 1,0 ml TCA 5 % dan 1,0 ml TBA 1 %, dipanaskan dalam
waterbath pada suhu 80 C selama 30 menit, sampai terbentuk kromogen MDA-
TBA yang berwarna merah muda, kemudian didinginkan, dan dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang 400-600 nm selama operating time.
7. Pembuatan larutan kontrol
Diambil 600 l deoksiribosa 2,5 mM, dimasukkan dalam tabung reaksi
bertutup, kemudian ditambah dengan 300 l FeCl3 1 mM, 300 l EDTA 1 mM,
300 l H2O2 20 mM, 4,2 ml bufer fosfat pH 7,4, dan 300 l vitamin C 1 mM.
Campuran tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit.
Setelah itu ditambah 1,0 ml TCA 5 % dan 1,0 ml TBA 1 %, dipanaskan dalam
waterbath pada suhu 80 C selama 30 menit sampai terbentuk kromogen MDA-
TBA yang berwarna merah muda, kemudian didinginkan, dan dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi selama
operating time.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
8. Uji penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat
Diambil fraksi etil asetat 1 mg/ml dengan volume 200, 400, 600, 800,
dan 1000 l, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup. Ke
dalam tiap-tiap tabung tersebut kemudian ditambah dengan 600 l deoksiribosa
2,5 mM, 300 l FeCl3 1 mM, 300 l EDTA 1 mM, 300 l H2O2 20 mM, bufer
fosfat pH 7,4 (penambahan bufer fosfat disesuaikan dengan volume larutan fraksi
etil asetat yang ditambahkan sehingga volume akhir campuran adalah 6 ml), dan
300 l vitamin C 1 mM. Campuran tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 C
selama 30 menit. Setelah itu ditambah 1,0 ml TCA 5 % dan 1,0 ml TBA 1 %,
dipanaskan dalam waterbath pada suhu 80 C selama 30 menit, sampai terbentuk
kromogen MDA-TBA yang berwarna merah muda, kemudian didinginkan, dan
dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi selama
operating time.
9. Uji penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi air
Diambil fraksi air 1 mg/ml dengan volume 200, 400, 600, 800, dan 1000
l, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup. Kemudian ke
dalam tiap-tiap tabung tersebut ditambah dengan 600 l deoksiribosa 2,5 mM,
300 l FeCl3 1 mM, 300 l EDTA 1 mM, 300 l H2O2 20 mM, bufer fosfat pH
7,4 (penambahan bufer fosfat disesuaikan dengan volume larutan fraksi air yang
ditambahkan sehingga volume akhir campuran adalah 6 ml), dan 300 l vitamin C
1 mM. Campuran tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit.
Setelah itu ditambah 1,0 ml TCA 5 % dan 1,0 ml TBA 1 %, dipanaskan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
waterbath pada suhu 80 C selama 30 menit, sampai terbentuk kromogen MDA-
TBA yang berwarna merah muda, kemudian didinginkan, dan dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi selama
operating time.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh adalah absorbansi senyawa berwarna merah muda
hasil reaksi antara produk degradasi deoksiribosa yaitu malondialdehid dengan
asam tiobarbiturat (kromogen MDA-TBA). Data absorbansi tersebut kemudian
digunakan untuk menghitung persen penangkapan radikal hidroksil (%
scavenging), dengan rumus:
% Scavenging =kontrollarutanAbsorbansi
sampellarutanAbsorbansi-kontrollarutanAbsorbansix100 %
Efektivitas penangkapan radikal hidroksil sebesar 50 % (ES50) ditentukan
dengan menggunakan persamaan garis regresi linier antara konsentrasi fraksi etil
asetat dan konsentrasi fraksi air (sumbu x) dengan % scavenging (sumbu y).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari satu merk teh hijau (merk X)
yang berasal dari satu perusahaan teh di Yogyakarta. Pengambilan sampel dari
satu merk ini bertujuan untuk mengendalikan kualitas dan kadar senyawa kimia
dalam sampel, sehingga variasi kandungan kimia dalam sampel kecil. Selain itu,
pengambilan sampel dari satu perusahaan tersebut dimaksudkan untuk
memudahkan penelusuran asal-usul sampel dan cara pengolahannya secara jelas
sehingga dapat digunakan sebagai penunjang informasi penelitian lebih lanjut.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak, sehingga
setiap bungkus teh hijau mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil
sebagai sampel. Pengambilan sampel secara acak didasarkan pada random
numbers table (lampiran 8) dan mengacu pada tabel Krecjie (Sugiyono, 2005).
Jumlah teh hijau yang digunakan adalah 100 bungkus dengan nomor batch yang
sama. Berdasarkan tabel Krecjie, pengambilan sampel dari 100 populasi adalah 80
%-nya. Hal ini berarti jika digunakan 100 bungkus teh hijau maka yang diambil
sebagai sampel adalah 80 bungkus. Sampel hasil sampling tersebut kemudian
dicampur dan secara acak diambil sesuai yang diperlukan (20 bungkus) untuk
diserbuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
B. Pembuatan Serbuk Teh Hijau
Pembuatan serbuk bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan
simplisia sehingga akan mengoptimalkan proses penyarian. Sampel teh hijau yang
sudah dipilih diserbuk dengan menggunakan blender, kemudian diayak dengan
derajat halus serbuk 4/18 menggunakan ayakan dengan nomor mesh 12 sampai
50. Derajat halus serbuk tersebut dipilih berdasarkan ketentuan umum Materia
Medika Indonesia (1989) jilid V, yang menyatakan jika tidak dinyatakan lain
maka simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk 4/18. Nilai 4/18 ini menunjukkan
jumlah lubang tiap cm dihitung searah panjang kawat. Konversi derajat halus
serbuk ke nomor ayakan dilakukan dengan mengalikannya dengan 1 inci (2,54
cm). Dalam penelitian ini seharusnya digunakan ayakan dengan nomor mesh 10
sampai 45, namun karena keterbatasan alat maka nomor mesh yang digunakan
adalah nomor mesh yang mendekati yaitu 12 sampai 50.
C. Preparasi Sampel
1. Pembuatan ekstrak etanol teh hijau
Pembuatan fraksi etil asetat dan fraksi air didahului dengan proses
penyarian yang dilakukan dengan metode remaserasi (Anonim, 1986). Metode
remaserasi dipilih sebagai metode penyarian pada penelitian ini dengan alasan
simplisia yang digunakan (dalam hal ini teh hijau) tidak keras, disamping itu
metode remaserasi relatif mudah dikerjakan dan membutuhkan peralatan yang
sederhana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Pada penelitian ini penyarian ditujukan untuk mengambil flavonoid dari
serbuk teh hijau, karena diketahui bahwa senyawa aktif yang berperan sebagai
antioksidan dalam teh hijau adalah flavonoid (Hartoyo, 2003). Digunakan etanol
70 % sebagai pelarut untuk menyari flavonoid dalam serbuk teh hijau, dengan
alasan flavonoid teh hijau berada dalam vakuola sel sehingga diperlukan penyari
yang bersifat relatif hidrofilik untuk menyarinya. Pelarut alkoholik terutama
etanol merupakan pelarut pilihan untuk mengekstraksi flavonoid secara optimal,
selain itu etanol tidak beracun, netral, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam
etanol dengan kadar lebih dari 20 %.
Selama proses maserasi, zat aktif dalam serbuk teh hijau akan berdifusi
keluar dari sel karena adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam sel dan di
luar sel. Difusi ini terus berlangsung sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat
aktif dalam sel dengan penyari di luar sel. Maserasi yang berulang (remaserasi)
akan mengambil flavonoid secara bertahap sehingga penyarian menjadi lebih
optimal. Dari hasil ekstraksi menggunakan etanol 70 % didapatkan ekstrak etanol
dengan berat ekstrak kering sebesar 108,39 g dan rendemen sebesar 36,13 %.
2. Fraksinasi ekstrak etanol teh hijau
Etanol merupakan pelarut universal yang dapat menyari banyak senyawa
dalam tumbuhan, sehingga dimungkinkan selain flavonoid terdapat senyawa lain
yang ikut tersari walaupun mungkin hanya dalam jumlah yang kecil. Zat-zat
pengotor seperti lemak dan klorofil dinilai akan mengganggu analisis
spektrofotometri yang akan dilakukan. Untuk menghilangkan zat pengotor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
terutama lemak dan klorofil tersebut dilakukan fraksinasi menggunakan kloroform
yang bersifat non polar.
Fraksinasi dengan kloroform menghasilkan fraksi berair yang bebas
lemak dan klorofil. Selain itu kloroform juga akan menyari senyawa selain
flavonoid seperti alkaloid, terpena, dan xantofil. Fraksi air (A1) yang didapat
dimungkinkan berisi flavonoid baik dalam bentuk aglikon maupun dalam bentuk
glikosida (terikat dengan gula). Fraksinasi dengan etil asetat terhadap fraksi air
(A1) akan memisahkan dua jenis flavonoid tersebut. Masing-masing jenis
flavonoid tersebut akan terdistribusi ke dalam salah satu pelarut sesuai dengan
sifat kelarutan dan polaritasnya. Etil asetat mempunyai polaritas yang lebih
rendah dari air, dengan demikian pada saat fraksinasi flavonoid yang berbentuk
aglikon akan lebih terdistribusi ke dalam fraksi etil asetat, sedangkan flavonoid
yang terikat dengan gula akan lebih terdistribusi ke dalam fraksi air. Hal ini
dikarenakan flavonoid yang berbentuk aglikon bersifat kurang polar dibandingkan
flavonoid yang terikat gula.
Berat serbuk kering fraksi etil asetat yang diperoleh adalah 11,52 g
dengan rendemen sebesar 5,54 %, sedangkan berat serbuk kering fraksi air adalah
21,83 g dengan rendemen sebesar 10,5 %.
D. Penentuan Operating Time (OT)
Penentuan OT bertujuan untuk mengetahui rentang waktu yang tepat
yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran absorbansi suatu senyawa.
Pada rentang waktu tersebut senyawa berada dalam keadaan yang relatif stabil,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
yang ditunjukkan dengan nilai absorbansi yang relatif stabil juga. Dengan
demikian diharapkan pengukuran absorbansi yang dilakukan pada OT akan
meminimalkan terjadinya kesalahan analisis yang disebabkan oleh kesalahan
pengukuran. Hasil penentuan OT ini dapat dilihat pada kurva hubungan waktu vs
absorbansi yang tersaji pada gambar 10.
Gambar 10. Kurva hubungan waktu vs absorbansi kromogen MDA-TBApada pengukuran Operating Time (OT)
Dalam penelitian ini pengukuran absorbansi ditujukan pada senyawa
kromogen MDA-TBA yang merupakan senyawa hasil reaksi yang berwarna
merah muda (pink). Pengukuran OT dimulai dari menit ke-0 sampai menit ke-60
pada panjang gelombang maksimal teoritis 532 nm. Menit ke-0 dihitung 5 menit
setelah campuran reaksi dipanaskan pada suhu 80 C dan didinginkan dengan air
mengalir untuk menghambat reaksi pembentukan kromogen MDA-TBA.
Kurva pada gambar 10 memperlihatkan nilai absorbansi kromogen
MDA-TBA yang stabil dari menit ke-0 sampai menit ke-60 dengan absorbansi
0,974. Hal ini menunjukkan bahwa selama 60 menit tersebut kromogen MDA-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
TBA berada dalam keadaan yang stabil sehingga pengukuran absorbansi yang
dilakukan selama waktu tersebut mempunyai reprodusibilitas yang tinggi.
E. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (maks)
Panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang dari
suatu senyawa yang menghasilkan absorbansi maksimum. Pengukuran absorbansi
pada maks bertujuan untuk menghasilkan kepekaan dan keakuratan yang tinggi
karena pada panjang gelombang tersebut perubahan absorbansi yang disebabkan
oleh konsentrasi juga maksimum. Gambar 11 menyajikan data kurva panjang
gelombang maksimum yang digunakan.
Gambar 11. Kurva panjang gelombang maksimum kromogen MDA-TBA
Pada penelitian ini scanning dilakukan terhadap kromogen MDA-TBA
pada panjang gelombang antara 400-600 nm. Pengukuran panjang gelombang
maksimum dilakukan pada konsentrasi deoksiribosa yang berbeda yaitu 41,66,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
125,00, dan 250,00 μM untuk memberikan gambaran yang jelas tentang
perubahan absorbansinya. Ketiga konsentrasi tersebut secara berturut-turut
menghasilkan nilai panjang gelombang maksimum 531,7, 531,7, dan 531,8 nm.
Panjang gelombang maksimum yang kemudian digunakan adalah 531,8 nm,
dengan alasan nilai inilah yang paling mendekati nilai panjang gelombang
maksimum secara teoritis (532 nm).
MDA dihasilkan saat proses inkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit.
Digunakan suhu 37 C dengan alasan untuk menyamakan kondisi seperti pada
tubuh manusia normal. Pada inkubasi ini terjadi reaksi antara deoksiribosa dengan
radikal hidroksil yang dihasilkan dari reaksi Fenton. Radikal hidroksil akan
menyerang deoksiribosa sehingga deoksiribosa akan mengalami degradasi atau
kerusakan. Produk degradasi tersebut adalah malondialdehid (MDA) (gambar 7).
MDA merupakan senyawa yang tidak berwarna, maka perlu dilakukan
reaksi pengkoplingan yang akan memperpanjang gugus kromofor dan menambah
gugus auksokrom, sehingga menjadi senyawa yang berwarna dan dapat dideteksi
di daerah panjang gelombang sinar tampak menggunakan spektrofotometer
visibel. Dalam penelitian ini digunakan asam tiobarbiturat (TBA) sebagai
senyawa pengkopling.
Reaksi antara MDA dan TBA dilakukan dalam suasana asam dan
dengan pemanasan pada suhu 80 C. Suasana asam diperoleh dengan
menambahkan asam trikloroasetat (TCA) ke dalam campuran reaksi. Dalam hal
ini TCA mempunyai fungsi menurunkan kecepatan reaksi degradasi deoksiribosa.
Dalam suasana asam oksidasi vitamin C akan terhambat, sehingga pembentukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
radikal hidroksil juga akan terhambat. Hal ini mengakibatkan kecepatan reaksi
degadrasi deoksiribosa akan menurun, sehingga kestabilan kromogen MDA-TBA
dapat dikendalikan. Fungsi TCA yang kedua adalah sebagai katalis reaksi
pembentukan kromogen MDA-TBA.
Dalam suasana asam, gugus keton dari TBA akan berubah menjadi suatu
gugus enol (gambar 12). Dengan adanya gugus enol tersebut TBA menjadi lebih
reaktif sehingga dapat bereaksi dengan MDA melalui reaksi pengkoplingan
membentuk kromogen MDA-TBA. MDA sendiri merupakan senyawa yang tidak
berwarna, namun setelah direaksikan dengan TBA akan terjadi reaksi
pengkoplingan yang memperpanjang gugus kromofor dan menambah gugus
auksokrom sehingga menjadi berwarna merah muda. Keseluruhan reaksi tersebut
dapat dilihat pada gambar 13, sedangkan struktur kromogen MDA-TBA dapat
dilihat pada gambar 14.
N
N
H
H
OS
O
H
H
H
TBA
N
N
H
H
OS
O
H
H H+ +
Gambar 12. Reaksi pembentukan gugus enol pada TBA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
N
N
H
H
OS
H
H
H
O
O
H H
MDA
N
N
H
OS
O
H
OH
H
O
H
H
H
N
N
H
H
OS
O
O N S
NH
O
H
OH OH
H H
H
N
N
H
H
OS
O
O N S
NH
O
H
OH
H H
H
H
H2O
H H2O
HN
N
H
H
OS
O
O N S
NH
O
H
N
N
H
H
OS
O
O N S
NH
O
H
H H
H
+
+
+_
+ _
+
O
HN
N
+
H
S
H
O
H
OH
+
H+
N
N OHS
OH
HO N S
N
OH
+ HN
N OHS
OH
HO N SH
N
OHH
MDA-TBA(berwarna merah muda)
Gambar 13. Usulan reaksi pembentukan kromogen MDA-TBA (Purwantoko, 2006)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
N
N OHS
OH
HO N SH
N
OH
( - - - - ) Gugus kromofor( - - - - ) Gugus auksokrom
Gambar 14. Struktur kromogen MDA-TBA
F. Uji Penangkapan Radikal Hidroksil oleh Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Air
Teh Hijau
Uji penangkapan radikal hidroksil dalam penelitian ini mengacu pada
metode deoksiribosa yang telah divalidasi oleh Purwantoko (2006). Dipilih
metode deoksiribosa karena metode ini menggunakan gula deoksiribosa yang
merupakan gula penyusun faktor genetik manusia yaitu DNA sehingga dapat
mewakili proses yang terjadi dalam tubuh. Selain itu, metode ini lebih mudah
dibanding metode penangkapan radikal hidroksil yang lain. Alasan lain yaitu
berdasarkan penelitian sebelumnya (Purwantoko, 2006), metode ini terbukti
memiliki validitas yang baik untuk menguji daya antioksidan melalui
penangkapan radikal hidroksil oleh vitamin C yang merupakan salah satu senyawa
antioksidan.
Pada penelitian ini digunakan sampel fraksi etil asetat dan fraksi air
ekstrak etanol teh hijau. Masing-masing fraksi diuji daya tangkapnya terhadap
radikal hidroksil dengan memasukkannya pada campuran yang berisi reagen
Fenton dan deoksiribosa. Dalam penelitian ini digunakan 5 konsentrasi sampel
yang berbeda-beda yaitu 0,033 ;0,067 ; 0,100; 0,133; dan 0,167 mg/ml dengan 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kali replikasi. Pemilihan konsentrasi tersebut supaya secara teknis mempermudah
pengambilan sampel uji (fraksi etil asetat dan fraksi air) dengan alat yang
digunakan (mikropipet).
Data yang diperoleh dari uji penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi
etil asetat dan fraksi air masing-masing disajikan pada tabel II dan tabel III.
Tabel II. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan sampel fraksi etil asetatdengan berbagai konsentrasi
Konsentrasi Fraksi Etil Asetat (mg/ml)Replikasi 0
(Kontrol) 0,033 0,067 0,100 0,133 0,167
I 0,951 0,838 0,783 0,711 0,659 0,614II 0,985 0,846 0,782 0,715 0,648 0,595III 0,999 0,831 0,777 0,695 0,637 0,597IV 0,931 0,775 0,735 0,659 0,604 0,545V 0,956 0,775 0,700 0,629 0,590 0,553
Purata 0,964 0,813 0,755 0,682 0,628 0,581SD 0,027 0,035 0,037 0,037 0,029 0,030
CV (%) 2,834 4,316 4,873 5,407 4,687 5,180
Tabel III. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan sampel fraksi airdengan berbagai konsentrasi
Konsentrasi Fraksi Air (mg/ml)Replikasi
0(Kontrol) 0,033 0,067 0,100 0,133 0,167
I 0,973 0,683 0,650 0,626 0,583 0,567II 0,989 0,683 0,645 0,617 0,575 0,522III 0,925 0,663 0,630 0,588 0,564 0,549IV 0,906 0,652 0,630 0,578 0,543 0,508V 0,964 0,705 0,668 0,620 0,590 0,575
Purata 0,951 0,677 0,645 0,606 0,571 0,544SD 0,035 0,020 0,016 0,021 0,018 0,029
CV (%) 3,640 3,023 2,457 3,526 3,222 5,274
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kedua tabel tersebut menunjukkan nilai absorbansi kontrol yang lebih
besar dibanding nilai absorbansi perlakuan. Ini berarti kromogen MDA-TBA yang
terbentuk pada kelompok perlakuan lebih sedikit dibanding dengan kelompok
kontrol. Absorbansi kelompok perlakuan yang lebih rendah dari kelompok kontrol
ini menunjukkan adanya aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh kedua
fraksi. Aktivitas ini menyebabkan jumlah radikal hidroksil yang menyerang
deoksiribosa menjadi berkurang, karena radikal hidroksil yang dihasilkan dari
reaksi Fenton sebagian ditangkap oleh senyawa-senyawa yang ada dalam kedua
fraksi. Akibatnya, kromogen MDA-TBA yang terbentuk juga berkurang sehingga
absorbansi pada kelompok perlakuan menjadi lebih rendah dibanding kelompok
kontrol.
Absorbansi kelompok perlakuan tergantung dari konsentrasi fraksi yang
ditambahkan. Semakin besar konsentrasi fraksi maka absorbansi juga semakin
berkurang. Hal ini karena semakin bertambahnya konsentrasi fraksi maka jumlah
senyawa yang menangkap radikal hidroksil juga semakin bertambah sehingga
semakin banyak radikal hidroksil yang ditangkap oleh senyawa tersebut. Dengan
demikian radikal hidroksil yang menyerang deoksiribosa semakin berkurang,
sehingga kromogen MDA-TBA yang terbentuk juga semakin berkurang.
Aktivitas penangkapan radikal hidroksil dinyatakan dalam % scavenging
yang dihitung dari selisih antara purata absorbansi kontrol dengan purata
absorbansi sampel pada konsentrasi tertentu dibagi purata absorbansi kontrol
dikalikan 100 %. Data % scavenging kedua fraksi tersebut dapat dilihat pada tabel
IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel IV. Nilai persentase penangkapan radikal hidroksiloleh fraksi etil asetat dan fraksi air
% ScavengingKonsentrasi Fraksi(mg/ml) Fraksi Etil Asetat
Teh HijauFraksi AirTeh Hijau
0,033 15,699 28,8210,067 21,672 32,2470,100 29,303 36,3250,133 34,923 39,9830,167 39,776 42,800
Hubungan antara konsentrasi fraksi etil asetat dan fraksi air dengan %
scavenging dapat disajikan dalam suatu kurva yang ditunjukkan pada gambar 15
dan 16 berikut:
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
45.0
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200
Konsentrasi fraksi etil asetat teh hijau (mg/ml)
%S
cave
ngin
g
Gambar 15. Kurva hubungan konsentrasi fraksi etil asetat teh hijau dengan % scavenging
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
45.0
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200
Konsentrasi fraksi air teh hijau (mg/ml)
%Sc
aven
ging
Gambar 16. Kurva hubungan konsentrasi fraksi air teh hijau dengan % scavenging
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Analisis regresi linier dari hubungan konsentrasi fraksi etil asetat dan
fraksi air dengan % scavenging menghasilkan persamaan regresi y = 1,225 x +
9,895 (hasil konversi) untuk fraksi etil asetat dan y = 0,712 x + 25,351 (hasil
konversi) untuk fraksi air. Nilai koefisien korelasi (r) yang dihasilkan dari analisis
regresi linier tersebut adalah 0,994 untuk fraksi etil asetat dan 0,996 untuk fraksi
air. Nilai r dari kedua fraksi tersebut lebih besar dari nilai r tabel untuk taraf
kepercayaan 95 % dan derajat bebas 3 yaitu 0,878. Ini berarti ada hubungan yang
kuat antara konsentrasi fraksi etil asetat maupun fraksi air dengan % scavenging,
artinya kenaikan konsentrasi proporsional dengan kenaikan % scavenging. Kurva
regresi fraksi etil asetat dan fraksi air ditunjukkan pada gambar 17 dan gambar 18.
05
1015202530354045
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi fraksi etil asetat teh hijau (m g/150 ml)
%S
cave
ng
ing
Gambar 17. Kurva regresi fraksi etil asetat teh hijau (hasil konversi)
0
10
20
30
40
50
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi fraksi air teh hijau (m g/150 ml)
%S
cave
ngin
g
Gambar 18. Kurva regresi fraksi air teh hijau (hasil konversi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Nilai aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat dan
fraksi air dapat ditunjukkan dengan ES50. Nilai tersebut menyatakan konsentrasi
fraksi etil asetat maupun fraksi air yang menghasilkan penangkapan efektif
terhadap radikal hidroksil sebesar 50 %. Dengan analisis regresi linier, didapatkan
nilai ES50 dari masing-masing fraksi. Pada penelitian ini diperoleh nilai ES50
untuk fraksi etil asetat sebesar 0,22 mg/ml (hasil ekstrapolasi) dan untuk fraksi air
sebesar 0,23 mg/ml (hasil ekstrapolasi). Dari kedua nilai tersebut terlihat bahwa
nilai ES50 fraksi etil asetat lebih kecil dibanding nilai ES50 fraksi air, namun kedua
nilai tersebut berbeda tidak bermakna. Ini menunjukkan bahwa aktivitas
antioksidan melalui penangkapan radikal hidroksil fraksi etil asetat berbeda tidak
bermakna dibanding fraksi air.
Aktivitas antioksidan pada fraksi etil asetat dan fraksi air mungkin
disebabkan oleh terdapatnya senyawa polifenol terutama flavonoid. Adanya
senyawa polifenol ini telah didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi
(2006), dengan sampel yang sama, yaitu dengan uji polifenol pada uji tabung.
Hasil pada uji polifenol tersebut menunjukkan hasil yang positif untuk kedua
fraksi, yaitu terbentuk warna hijau biru saat kedua fraksi direaksikan dengan
FeCl3.
Berdasarkan teori, fraksinasi menggunakan etil asetat dan air akan
memisahkan flavonoid dalam ekstrak etanol menjadi dua bagian dengan polaritas
dan kelarutan yang berbeda, yaitu bentuk aglikon dan bentuk yang terikat dengan
gula, masing-masing akan terdistribusi ke dalam fraksi etil asetat dan fraksi air
sesuai kelarutan dan polaritasnya. Flavonoid dalam bentuk aglikon akan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
terdistribusi ke dalam fraksi etil asetat sedangkan flavonoid dalam bentuk
glikosida akan lebih terdistribusi ke dalam fraksi air. Dengan demikian aktivitas
penangkapan radikal hidroksil pada fraksi etil asetat mungkin disebabkan oleh
polifenol flavonoid bentuk aglikon yang ada dalam teh hijau seperti senyawa
kelas flavanol terutama komponen katekin, sedangkan aktivitas penangkapan
radikal hidroksil pada fraksi air mungkin disebabkan oleh flavonoid yang terikat
gula seperti glikosida flavonol (misalnya glikosida flavonoid dengan aglikon
mirisetin, kuersetin, dan kemferol). Penelitian ini belum dapat mengetahui secara
pasti senyawa yang menyebabkan aktivitas antioksidan tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian lebih lanjut.
Aktivitas antioksidan melalui mekanisme penangkapan radikal hidroksil
dari senyawa flavonoid (FlOH) dalam fraksi etil asetat dan fraksi air disebabkan
oleh adanya gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya. Gugus ini
mempunyai potensi besar dalam mendonorkan atom hidrogennya ketika diserang
oleh radikal hidroksil. Saat diserang oleh radikal hidroksil, flavonoid-flavonoid
tersebut akan membentuk radikal bebas baru yang lebih stabil (yaitu radikal
fenoksil (FlO•) dan molekul air yang stabil (gambar 19).
FlOH + HO• → FlO• + H2O
Gambar 19. Reaksi penangkapan radikal hidroksil oleh senyawa flavonoid(Amié et al., 2003)
Radikal fenoksil (FlO•) tersebut kemudian mengalami efek resonansi
pada cincin aromatiknya, hal inilah yang menyebabkan radikal fenoksil
mempunyai stabilitas yang lebih tinggi dari OH•. Lebih jauh, radikal fenoksil akan
mengalami reaksi terminasi untuk menstabilkan diri, yaitu bergabung dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
radikal bebas yang lain. Reaksi terminasi ini bisa terjadi antara radikal fenoksil
dengan radikal hidroksil maupun antar radikal fenoksil sendiri (gambar 20).
FlO• + HO• → FlO-OH
FlO• + FlO• → FlO-OFl
Gambar 20. Reaksi kopling radikal fenoksil dengan radikal lain pada tahap terminasi(Amié et al., 2003)
Dengan adanya kemampuan flavonoid dalam menangkap radikal
hidroksil, menyebabkan fase propagasi dari radikal hidroksil dapat dihambat. Hal
inilah yang menyebabkan berkurangnya radikal hidroksil yang menyerang
deoksiribosa pada saat fraksi etil asetat dan fraksi air yang mungkin berisi
flavonoid ditambahkan ke dalam campuran yang berisi reagen Fenton dan
deoksiribosa. Setiap bertambahnya konsentrasi fraksi menyebabkan absorbansi
yang terukur semakin berkurang. Hal ini karena semakin bertambahnya
konsentrasi, senyawa flavonoid yang menangkap radikal hidroksil semakin
bertambah, sehingga akan semakin sedikit molekul deoksiribosa yang didegradasi.
Akibatnya kromogen MDA-TBA yang terbentuk juga akan semakin sedikit
sehingga absorbansi semakin berkurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Fraksi etil asetat dan fraksi air dari ekstrak etanol teh hijau mempunyai
aktivitas antioksidan melalui penangkapan radikal hidroksil dengan metode
deoksiribosa.
2. Aktivitas antioksidan melalui penangkapan radikal hidroksil fraksi etil asetat
berbeda tidak bermakna dibanding aktivitas antioksidan melalui penangkapan
radikal hidroksil fraksi air dengan nilai ES50 untuk fraksi etil asetat (0,22
mg/ml) (hasil ekstrapolasi) dan ES50 fraksi air (0,23 mg/ml) (hasil
ekstrapolasi).
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan senyawa
polifenol terutama flavonoid yang ada dalam fraksi etil asetat dan fraksi air dari
ekstrak etanol teh hijau, serta uji antioksidan melalui penangkapan radikal
hidroksil dengan metode deoksiribosa dari senyawa-senyawa yang ada dalam
kedua fraksi tersebut (terutama senyawa flavonoid seperti komponen katekin,
serta glikosida flavonoid dengan aglikon kuersetin, mirisetin, atau kemferol).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
DAFTAR PUSTAKA
Ames, B.N., Shigenaga, M.K., and Hagen, T.M., 1993, Oxidants, Antioxidants,and The Generative Disease of Aging, Proc. Natl. Acad. Sci. USA., 90,7915-7922.
Amié, D., Amié, D.D., Bešlo, D., and Trinajstié, N., 2003, Structure-RadicalScavenging Activity Relationships of Flavonoid, Croat. Chem. Acta.,76(1), 55-61.
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 10-13, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta.
Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia jilid V, Departemen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi 4, 1061, Departemen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta.
Aruoma, O.I., 2000, Conceptualization of the Prooxidant and Antioxidant Actionof Plant Food Chemicals, in Shahidi, F. and Chi-Tang Ho (Ed.),Phytochemicals and Phytopharmaceuticals, 30, AOCS Press, Illinois.
Bors, H., Michel, C., and Saran, M., 1979, On the Natural of BiochemicallyGenerated Hidroxyl Radicals : Studies using the Bleaching of p-Nitrosodimethylaniline as a Direct Assay Methode, Eur. J. Biochem., 95,621-627.
Cutler, S. J. and Cutler, H. G., 2000, Biologically Active Natural Products:Pharmaceuticals, 133-137, CRC Press, London.
Cuvelier, M.E., Richards, H., and Bessets, C., 1991, Comparison of TheAntioxidative of Some Acid Phenols: structure activity Relationship,Biosch. Biotech. Biochem., 56 (2), 324-325.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S., 1994, Kimia Organik Jilid I, diterjemahkanoleh Pudjaatmaka, A.H., 436-444, Edisi ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Gitawati, R., 1995, Radikal Bebas Sifat dan Peranannya dalam MenimbulkanKerusakan/Kematian Sel, Cermin Dunia Kedokteran, 33-35, 102.
Grieb, P., 1992, Antioxidant Systems – Physiology and Pharmacotherapy Trends,Materia Medica Polona, Fasc. 4(84):217-222.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Halliwel, B., Gutteridge, J.M.C., and Aruoma, O.I., 1987, The DeoxyriboseMethod: A Simple “Test-Tube” Assay for Determination of Rate Constantsfor Reaction of Hydroxyl Radicals, Anal. Biochem., 165, 215 – 219,Academic Press, London.
Halliwell, B., dan Gutteridge, J.M.C., 1999, Free Radicals in Biology andMedicine, third edition, Oxford University Press, New York.
Handajani, J., 2002, Pengaruh Ekstrak Daun Teh Segar (Camellia sinensis)Konsentrasi 2% Terhadap Pembentukan Plak Gigi, Gerbang Inovasi JurnalLembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada, 7 (15-16), 9-13.
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern MenganalisisTumbuhan, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro,edisi ke-2, 47-122, Penerbit ITB, Bandung.
Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan Sebuah Tinjauan Ilmiah,Kanisius, Yogyakarta.
Hertiani, T., Pramono, S., dan Supardjan, A.M., 2001, Uji Daya AntioksidanSenyawa Flavonoid Daun Plantago major L, Majalah Farmasi Indonesia,12(1), 32-37.
Himawati, E.R., 2001, Antioksidan dan Peredam Radikal Bebas Biologis,Majalah Farmasi Indonesia (Indonesian Journal of Pharmacy), 12(1), 55-60.
Indrawati, R. dan Devijanti, R., 1996, Beda Daya Antibakteri Kandungan TehSegar Dan Teh Hitam terhadap Kuman Penyebab Karies Gigi, CeramahPoster FKG Unair, Surabaya.
Khopkar, S. M., 1990, Basic Concepts of Analytical Chemistry, alih bahasaSaptoraharjo, A., 193; 204, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Kikuzaki, H. and Nakatani, N., 1993, Antioxidant Effects of Some GingerConstituents, J. Food Sci., 58(6), 1407.
Krinsky, N. I., 1992, Mechanism of Action of Biological Antioxidants. Proc. Soc.Exp. Biol. Med., 200(2); 248-254.
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, 1-37, diterjemahkanoleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung.
Mulihal, 1991, Teori Radikal Bebas dalam Gizi dan Kedokteran, Cermin DuniaKedokteran, 73, 9-11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Muth, J.E., 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Analysis, 572, 585, Marcel,Dekker, Inc., New York, Basel.
Oki, A.S., 1996, Pengaruh Pemberian Teh Hijau (Camelia sinensis) terhadapAgregasi Platelet, Ceramah singkat FKG Unair, 7, 925.
Page, D.S., 1989, Prinsip-prinsip Biokimia, edisi kedua, diterjemahkan oleh R.Soendoro, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Pertiwi, M.V., 2006, Penetapan Kadar Flavonoid Total Terhitung sebagaiKuersetin dengan Metode Kolorimetri dalam Teh Hijau dan Teh Hitam(merk X), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
Purwantoko, A., 2006, Uji Penangkapan Radikal Hidroksil oleh Vitamin C secaraIn Vitro, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
Robinson, T., 1995, Kandungan Kimia Organik Tumbuhan Tinggi, diterjemahkanoleh Padmawinata, K., ed. 6, 191-217, Penerbit ITB, Bandung.
Rohdiana, D., 2001, Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol dalam Daun Teh,Majalah Farmasi Indonesia, 12 (1), 53-58.
Sastrohamidjojo, H., 1991, Spektroskopi, 1-15, Liberty, Yogyakarta.
Setyawati, L., 2007, Uji Penangkapan Radikal Hidroksil oleh Fraksi Etil Asetatdan Fraksi Air Ekstrak Teh Hitam dengan Metode Deoksiribosa, Skripsi,Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Silverstein, R.M., 1991, Spectrometric Identification of Organic Compounds, 5 th
Ed., 289-294, John Wiley and Sons Inc., Singapore.
Siswono, H., 2003, Mekanisme Kerja Vitamin B2, Asam Galat dan Somatotropinpada Penghambatan Proses Penuaan Dini, Kajian Aktivitas Senyawa Gizi,Non Gizi, dan Hormon Pertumbuhan, sebagai Bahan Penghambat ProsesPenuaan Dini, Available from URL:http://www.ns.ui.ac.id/seminar2005/Data/SPF-04.pdf., diakses 12 Oktober2006.
Skoog, D.A., Holler, F.J., and Nieman, T.A., 1998, Principles of InstrumentalAnalysis, 5th Ed., 182-220, 403-419, Harcourt Brace College, Philadelphia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Skoog, D. A., West, D. M., and Holler, F. J., 1994, Analytical Chemistry (Anintroduction), 6th Ed., 383-432, Sounders College Publishing,Philadelphia.
Sugiyono, 2005, Statistika untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung.
Syamsuhidayat, S.S. dan Hutapea, J. R., 1991, Inventaris Tanaman ObatIndonesia, edisi I, 106-107, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Willard, H.H., Merritt, J.R.L., Dean, J.A., and Settle, J.F., 1988, InstrumentalMethods of Analysis, 7th Ed., 125-160, Wadsworth Publishing Company,California.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pembuatan larutan bufer fosfat pH 7,4
a. Berat molekul senyawa yang digunakan:
- Na2HPO4 = 141,96 g/mol
- KH2PO4 = 136,09 g/mol
b. Perhitungan bahan
*Contoh perhitungan pembuatan 500 ml larutan Na2HPO4 20 mM.
20 mM = 20 mmol/L
= 20 x 141,96 mg/L
= 10 x 141,96 mg/500 ml
= 1,4196 g/500 ml
Larutan Na2HPO4 20 mM dibuat dengan menimbang 1,4196 g Na2HPO4
kemudian dilarutkan dalam 500,0 ml akuades.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 2. Pembuatan larutan deoksiribosa 2,5 mM
Berat molekul (BM) deoksiribosa = 134,1 g/mol
Perhitungan bahan:
a. Pembuatan 10 ml larutan stok deoksiribosa 15 mM
15 mM = 15 mmol/L
= 15 x 134,1 mg/L
= 0,15 x 134,1 mg/10 ml
= 20,115 mg/10 ml
= 0,02012 g/10 ml
Larutan deoksiribosa 15 mM dibuat dengan cara melarutkan 0,02012 g
deoksiribosa dalam 10,0 ml akuades.
b. Pembuatan 10 ml larutan deoksiribosa 2,5 mM
Larutan deoksiribosa 2,5 mM dibuat dengan pengenceran dari larutan stok
deoksiribosa 15 mM.
Perhitungan pengenceran:
C1 x V1 = C2 x V2
15 mM x V1 = 2,5 mM x 25 ml
V1 = 4,16667 ml ~ 4,2 ml
Larutan deoksiribosa 2,5 mM dibuat dengan mengambil 4,2 ml larutan
deoksiribosa 15 mM kemudian diencerkan dengan akuades hingga volume 25,0
ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 3. Pembuatan reagen Fenton
a. Berat molekul senyawa yang digunakan
- FeCl3. 6 H2O : 270,33 g/mol
- Na2EDTA. 2 H2O : 372,24 g/mol
- Vitamin C : 176,13 g/mol
- H2O2 : 34,02 g/mol
b. Perhitungan Bahan
Pembuatan larutan FeCl3 1 mM
1. Pembuatan larutan FeCl3 5 mM
BM FeCl3 = 270,33 – (6 x 18,02) = 270,33 – 108,12 = 162,21 g/mol
Bobot FeCl3 yang seharusnya ditimbang:
5 mM = 5 mmol/L
= 5 x 162,21 mg/L
= 0,05 x 162,21 mg/10 ml
= 8,1105 mg/10 ml
= 0,00811 g/10ml
Bobot FeCl3. 6 H2O yang ditimbang untuk memperoleh FeCl3 5 mM:
FeCl3. 6 H2O = 00811,0xg/mol162,21g/mol270,33
g
= 0,01352 g
Larutan FeCl3 5 mM dibuat dengan cara melarutkan 0,01352 g FeCl3. 6 H2O
dalam 10,0 ml akuades.
2. Pembuatan larutan FeCl3 1 mM
Larutan FeCl3 1 mM dibuat dengan pengenceran dari larutan FeCl3 5 mM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Perhitungan pengenceran:
C1 x V1 = C2 x V2
5 mM x V1 = 1 mM x 10 ml
V1 = 2 ml
Larutan dibuat dengan mengambil 2,0 ml larutan FeCl3 5 mM kemudian
diencerkan dengan akuades hingga volume 10,0 ml.
Pembuatan larutan EDTA 1 mM
1. Pembuatan larutan EDTA 5 mM
BM EDTA = 372,24 – (2 x 22,99) – (2 x 18,02) = 290,22 g/mol
Bobot EDTA yang seharusnya ditimbang:
5 mM = 5 mmol/L
= 5 x 290,22 mg/L
= 0,05 x 290,22 mg/10 ml
= 14,511 mg/10 ml
= 0,01451 g/10 ml
Bobot Na2EDTA. 2 H2O yang ditimbang untuk mendapatkan 5 mM EDTA:
Na2EDTA. 2 H2O = 01451,0xg/mol290,22g/mol372,24 g
= 0,01861 g
Larutan EDTA 5 mM dibuat dengan cara melarutkan 0,01861 g Na2EDTA. 2 H2O
dalam 10,0 ml akuades.
2. Pembuatan larutan EDTA 1 mM
Larutan EDTA 1 mM dibuat dengan pengenceran dari larutan EDTA 5 mM.
Perhitungan pengenceran:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
C1 x V1 = C2 x V2
5 mM x V1 = 1 mM x 10 ml
V1 = 2 ml
Larutan dibuat dengan mengambil 2,0 ml larutan EDTA 5 mM kemudian
diencerkan dengan akuades hingga volume 10,0 ml.
Pembuatan larutan vitamin C 1 mM
1. Pembuatan larutan vitamin C 10 mM
10 mM = 10 mmol/ L
= 10 x 176,13 mg/L
= 0,1 x 176,13 mg/10 ml
= 17,613 mg/10 ml
= 0,01761 g/10 ml
Larutan vitamin C 10 mM dibuat dengan cara melarutkan 0,01761 g dalam 10,0
ml akuades.
2. Pembuatan larutan vitamin C 1 mM
Larutan vitamin C 1 mM dibuat dengan pengenceran dari larutan vitamin C 10
mM.
Perhitungan pengenceran:
C1 x V1 = C2 x V2
10 mM x V1 = 1 mM x 10 ml
V1 = 1 ml
Larutan dibuat dengan mengambil 1,0 ml larutan vitamin C 10 mM kemudian
diencerkan dengan akuades hingga volume 10,0 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Pembuatan larutan H2O2 20 mM
Larutan H2O2 yang tersedia adalah larutan H2O2 30 %.
BM H2O2 = 34,02 g/mol
30 % =ml100g30
Konsentrasi H2O2 dalam molar:
M =BM
gx
V1000
=02,34
30x
1001000
= 8,818 M
= 8,818 x 103 mM
Pembuatan larutan H2O2 80 mM
Volume larutan H2O2 30 % yang diambil untuk mendapatkan 10 ml larutan H2O2
80 mM adalah:
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 8,818 x 103 mM = 10 ml x 80 mM
V1 = 0,091 ml
Volume H2O2 30 % yang diambil : 0,091 ml
Perhitungan konsentrasi:
V1 x C1 = V2 x C2
0,091 ml x 8,818 x 103 mM = 10 ml x C2
C2 = 80,244 mM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Pembuatan larutan H2O2 20 mM
Larutan H2O2 20 mM dibuat dengan pengenceran dari larutan H2O2 80 mM.
Perhitungan pengenceran:
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 80 mM = 10 ml x 20 mM
V1 = 2,5 ml
Larutan dibuat dengan mengambil 2,5 ml larutan H2O2 80 mM kemudian
diencerkan dengan akuades hingga volume 10,0 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 4. Pembuatan larutan TCA 5 % dan TBA 1 %
Berat molekul (BM) masing-masing senyawa
TCA = 163,39 g/mol
TBA = 144,15 g/mol
*Contoh pembuatan 25 ml larutan TCA 5 %:
TCA 5 % =mlg
1005
Jika akan dibuat 25,0 ml maka perhitungannya menjadi:
TCA 5 % =4/100
4/5mlg
TCA 5 % =4/100
4/5mlg =
mlg
2525,1
Jadi, larutan TCA 5 % dibuat dengan menimbang 1,25 g TCA kemudian
dilarutkan dalam 25,0 ml akuades.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 5. Perhitungan persentase penangkapan radikal hidroksil oleh
senyawa uji (% scavenging)
Persentase penangkapan radikal hidroksil oleh sampel (% scavenging) diperoleh
dari rumus:
% Scavenging =kontrollarutanAbsorbansi
sampellarutanAbsorbansi-kontrollarutanAbsorbansi x 100 %
Contoh perhitungan:
Diketahui : absorbansi larutan kontrol = 0,951
absorbansi larutan sampel = 0,838
%100951,0
838,0951,0% xScavenging
= 11,882 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 6. Perhitungan penangkapan efektif radikal hidroksil sebesar 50
% (Effective Scavenging 50 (ES50))
Nilai ES50 diperoleh dari regresi linier antara konsentrasi fraksi etil asetat dan
konsentrasi fraksi air (sumbu x) vs % scavenging (sumbu y).
1. Fraksi etil asetat teh hijau
Konsentrasi Fraksi Etil AsetatTeh Hijau
(mg/ml)% Scavenging
0,033 15,6990,067 21,6720,100 29,3030,133 34,9230,167 39,776
Analisis regresi linier antara konsentrasi fraksi etil asetat vs % scavenging
menghasilkan nilai:
A = 9,895
B = 183,800 → sudut kemiringan (α): 89,67º
r = 0,994
Persamaan yang didapat:
y = 183,800 x + 9,895
Nilai ES50 fraksi etil asetat teh hijau =800,183895,950
= 0,22 mg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Kurva yang ditampilkan oleh persamaan y = 183,800 x + 9,895 tidak layak saji
karena memiliki nilai B yang besar (sudut kemiringan (α) mendekati 90º). Oleh
karena itu perlu dilakukan konversi supaya sudut yang terbentuk ± 45º sehingga
akan memperbaiki penampilan kurva.
Sebelum konversi Setelah konversiKonsentrasi
fraksi etil asetatteh hijau(mg/ml)
% Scavenging
Konsentrasifraksi etil asetat
teh hijau(mg/150ml)
% Scavenging
0,033 15,699 4,950 15,6990,067 21,672 10,050 21,6720,100 29,303 15,000 29,3030,133 34,923 19,950 34,9230,167 39,776 25,050 39,776
Persamaan garis regresiy = 183,800 x + 9,895α= 89,69º
Persamaan garis regresiy = 1,225 x + 9,895α= 50,77º
2. Fraksi air
Konsentrasi Fraksi Air Teh Hijau(mg/ml) % Scavenging
0,033 28,8210,067 32,2470,100 36,3250,133 39,9830,167 42,800
Analisis regresi linier antara konsentrasi fraksi etil asetat vs % scavenging
menghasilkan nilai:
A = 25,351
B = 106,840→ sudut kemiringan (α): 89,46º
r = 0,996
Persamaan yang didapat:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
y = 106,840 x + 25,351
Nilai ES50 fraksi air teh hijau =840,106
351,2550
= 0,23 mg/ml
Kurva yang ditampilkan oleh persamaan y = 106,840 x + 25,351 tidak layak saji
karena memiliki nilai B yang besar (sudut kemiringan (α) mendekati 90º). Oleh
karena itu perlu dilakukan konversi supaya sudut yang terbentuk ± 45º sehingga
akan memperbaiki penampilan kurva.
Sebelum konversi Setelah konversiKonsentrasi
fraksi air teh hijau(mg/ml)
% ScavengingKonsentrasi
fraksi air teh hijau(mg/150ml)
% Scavenging
0,033 28,821 4,950 28,8210,067 32,247 10,050 32,2470,100 36,325 15,000 36,3250,133 39,983 19,950 39,9830,167 42,800 25,050 42,800
Persamaan garis regresiy = 106,840 x + 25,351α= 89,46º
Persamaan garis regresiy = 0,712 x + 25,351α= 35,45º
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 7. Tabel koefisien korelasi (r) (Muth, 1999)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 8. Tabel random sampling (random numbers table) (Muth, 1999)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Uji Antioksidan Fraksi
Etil Asetat dan Fraksi Air Ekstrak Etanol Teh Hijau
melalui Penangkapan Radikal Hidroksil dengan
Metode Deoksiribosa” memiliki nama lengkap
Aprilliana Sari Dewi. Penulis lahir di Magetan, Jawa
Timur pada tanggal 21 April 1983, merupakan anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sutrisno,
B.A., dan Sri Sukanti. Pendidikan formal yang telah
ditempuh oleh penulis: TK Tunas Harapan Bendo
Magetan pada tahun 1988-1989, SD Negeri 2 Dukuh-Bendo Magetan pada tahun
1989-1995, SLTP Negeri 4 Magetan pada tahun 1995-1998, SMU Negeri 1
Magetan pada tahun 1998-2001 dan selanjutnya penulis melanjutkan kuliah di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2002.
Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah praktikum
Farmakognosi-Fitokimia III, serta menjadi panitia dalam beberapa kegiatan
kemahasiswaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI