217
PROGRAM KONSELING PASTORAL DI RUMAH SAKIT (Studi Evaluasi Program Konseling Pastoral Di RSK Budi Rahayu Blitar- Jawa Timur, Tahun 2015) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Dan Konseling Disusun Oleh: Rukini NIM: 111114053 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

PROGRAM KONSELING PASTORAL DI RUMAH SAKIT

(Studi Evaluasi Program Konseling Pastoral Di RSK Budi Rahayu

Blitar- Jawa Timur, Tahun 2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Disusun Oleh:

Rukini

NIM: 111114053

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

i

PROGRAM KONSELING PASTORAL DI RUMAH SAKIT

(Studi Evaluasi Program Konseling Pastoral Di RSK Budi Rahayu

Blitar-Jawa Timur, Tahun 2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Disusun Oleh:

Rukini

NIM: 111114053

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

iv

HALAMAN MOTTO

Janganlah takut, sebab AKU menyertai engkau. Janganlah bimbang,

sebab AKU ini Allahmu; AKU akan meneguhkan, bahkan akan

menolong engkau (Yesaya 41: 10).

Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah dari pada-KU, sebab

AKU ini lemah lembut dan rendah hati (Matius 11: 29).

Jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-KU bagimu,

sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-KU menjadi sempurna”.

Jika aku lemah, maka aku kuat (2 Korintus 12:9-10).

Waktu yang ditentukan Tuhan adalah tepat dan baik adanya.

Berharap dengan usaha yang sabar dan berdoa, maka aku mampu

untuk bersukacita dan bersyukur (Sr. V. Rukini, SSpS).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Allah Tritunggal Mahakudus yang setia membimbing

dan menyertai saya.

2. Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) dan

Provinsi SSpS “Maria Bunda Allah”-Jawa.

3. Para suster SSpS yang selalu mendukung dan

mendoakan selama perjalanan hidup dan study saya.

4. Bapak, Ibu, dan saudara, sahabat, serta teman-teman

yang mendukung studi dan terselesainya skripsi ini.

5. Program studi bimbingan dan konseling, Bapak/Ibu

dosen, dan teman-teman angkatan 2011, serta semua

yang turut mendukung studi saya.

6. Para suster, para Dokter, para perawat, staf PC, dan

karyawan di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

vi

PERNYATAAN HASIL KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini, tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Januari 2016

Penulis

Rukini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Rukini

NIM : 111114053

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PROGRAM KONSELING PASTORAL DI RUMAH SAKIT

(Studi Evaluasi Program Konseling Pastoral Di RSK Budi Rahayu Blitar-

Jawa Timur, Tahun 2015)

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam

bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan

secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 12 Januari 2016

Yang menyatakan

Rukini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

viii

ABSTRAK

PROGRAM KONSELING PASTORAL DI RUMAH SAKIT (Studi Evaluasi Program Konseling Pastoral Di RSK

Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur, Tahun 2015)

Rukini

Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui perencanaan pelayanan

Konseling Pastoral di Rumah Sakit Katolik/RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur;

2) Mengetahui proses pelayanan Konseling Pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar-

Jawa Timur; 3) Mengetahui hasil pelayanan Konseling Pastoral di RSK Budi Rahayu

Blitar-Jawa Timur?

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Subyek penelitian adalah

RSK Budi Rahayu Blitar, dengan responden penelitian adalah Suster pemilik RSK

Budi Rahayu, Romo paroki, dokter, staff Pastoral Care (PC), perawat dan majelis.

Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan

Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang bapak pasien rawat inap RSK

Budi Rahayu Blitar, dan suami pasien rawat inap di RSK Budi Rahayu Blitar.

Metode pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan studi dokumen.

Instrumen penelitian adalah pedoman wawancara dan observasi. Analisis data

dilakukan melalui analisis trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan Konseling Pastoral di RSK

Budi Rahayu berjalan sesuai dengan program PC. Perencanaan program ditetapkan

setiap tiga tahun sekali, melalui prosedur tetap pelayanan hidup rohani bagi pasien.

Perencanaan yang dilakukan sesuai dengan Pesan KWI (Konferensi Wali Gereja

Indonesia) kepada Karya-Karya Kesehatan Katolik 1978, butir: 52, yaitu memberi

perhatian dan pendampingan kepada pribadi pasien secara utuh agar mereka yang

sakit dapat merasakan adanya dukungan, perhatian, dan pada akhirnya dapat

menemukan makna dalam hidupnya, serta dapat berelasi dengan baik terhadap sang

Pencipta. Pelaksanaan layanan konseling di RSK Budi Rahayu, sudah berjalan sesui

prosedur yang ditetapkan yaitu kunjungan pasien setiap hari dan penerimaan

sakramen bagi pasien rawat inap yang beragama katolik. Hal yang kurang yaitu

tenaga konseling pastoral (PC) di RSK Budi Rahayu memiliki latar belakang

pendidikan di luar ilmu psikologi maupun teologi, dan tidak tersedia ruang konseling.

Hasil dari layanan konseling pastoral adalah pasien dan keluarga pasien merasakan

perhatian, dukungan dan penghargaan dari pihak rumah sakit, sehingga memunculkan

harapan untuk sembuh. Dampak positipnya adalah meningkatnya kepercayaan

masyarakat terhadap pelayanan RSK Budi Rahayu Blitar.

Kata kunci: Konseling Pastoral, Pasien Rawat Inap, Pastoral Care, dan Rumah sakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

ix

Abstract

THE PROGRAM OF THE PASTORAL COUNSELING AT THE HOSPITAL

(Study on Evaluation on Pastoral Counseling Ministry

at the Catholic Hospital “Budi Rahayu” Blitar-East Java, Year 2015)

Rukini

University of Sanata Dharma

2015

The puspose of this research is to: 1) determine the planning of the pastoral

counseling ministry at the Catholic Hospital “Budi Rahayu” Blitar, East Java; 2)

know the process of the pastoral counseling ministry at the Catholic Hospital “Budi

Rahayu” Blitar, East Java; 3) apprehend the result of the pastoral counseling ministry

at the Catholic Hospital “Budi Rahayu” Blitar, East Java.

This type of research was qualitative. The subject was the Catholic Hospital

“Budi Rahayu” Blitar, with respondents comprising of SSpS Sister as the owner of

the hospital, parish priest, physician, staff of Pastoral Care, nurses and assemblies.

The source of data was gathered from the respondents, two patients (a man and a

woman), a husband of patient's family, and documents. The Methods for collecting

data was through interview, observation, and study document. Meanwhile, the

instrument was the guidance interview and observation. The data analysis was

performed through the analysis of the source triangulation and the triangulation

technique.

The result of the research shows that the pastoral counseling ministry at the

Catholic Hospital “Budi Rahayu” Blitar East Java is performed in accordance with

the pastoral care program. The program is planned in every three year stressing the

needs for spiritual life of patients. Furthermore, the planning is done in line with the

message of the Mawi/KWI on the Catholic Health Works 1978, article 52, which

gives attention and assistance to patients as a whole in such a way that the sick can

feel the support, attention, and eventually be able to find meaning of life and relate

himself/herself well to the Creator. The implementation of the pastoral counseling

ministry at the Catholic Hospital Budi Rahayu Blitar, East Java has been running

within their established procedure that visit patients every day and perform the

sacramental service for inpatients who are Catholics. The concern for improvement is

that the hospital should have more pastoral counselors from different educational

background, not only from psychology and theology. The other issue is that the need

for the availability of a comfortable counseling room at the hospital. Meanwhile, the

result of the pastoral counseling ministry is that the patients and their families feel the

attention, support and recognition of the hospital that raises their hope for a cure. The

positive impact is increasing public confidence of the city of Blitar and surrounding

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

x

areas to the health care and services at the Catholic Hospital “Budi Rahayu” Blitar,

East Java.

Keywords: Pastoral Counseling, Patients, Pastoral Care, Hospital

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah Tritunggal Maha Kudus

atas kasih, bimbingan, penyertaan, dan rahmatNya dalam seluruh proses penulisan

skripsi ini dari awal perencanaan, selama proses penulisan hingga terselesainya

skripsi ini.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari

bimbingan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, sekaligus dosen

pembimbing skripsi. Terima kasih untuk kesabaran, bimbingan, motivasi, ide

dan pencerahannya selama proses penulisan skripsi hingga terselesainya

skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma atas bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh

studi.

5. Tim Pimpinan Kongregasi SSpS dan Tim Pimpinan Provinsi Jawa, atas

kepercayaan, kesempatan, dan dukungan yang diberikan, sehingga penulis

dapat menyelesaikan studi di perguruan tinggi Universitas Sanata Dharma

Program Studi Bimbingan dan Konseling.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

xii

6. Mas Moko sebagai petugas sekretariat yang selalu membantu selama penulis

menempuh pendidikan.

7. Sr. Rosa Indrawikan, SSpS dan para Suster komunitas Roh Suci, serta para

suster SSpS Provinsi Jawa yang senantiasa mendukung dan mendoakan

penulis hingga terselesainya skripsi.

8. Bapak dan Ibu Thomas Soepomo selaku orang tua penulis, serta semua

saudara yang selalu mendukung dengan doa.

9. Para suster, dokter, para perawat, dan semua pihak RSK Budi Rahayu Blitar

yang membantu selama penelitian hingga terjadinya skripsi ini.

10. Sr. Redemta, SSpS, Pak Edi, dan staff Pastoral Care RSK St. Vincentius

A Paulo Surabaya yang turut membantu peneliti dalam meminjamkan

beberapa referensi buku tentang Konseling Pastoral bagi peneliti.

11. Sahabat-sahabat dan teman-teman angkatan 2011 atas motivasi yang

diberikan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi.

12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu

penting adanya masukan, saran, dan kritik terhadap karya ini. Akhirnya, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 12 Januari 2016

Rukini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v

PERNYATAAN HASIL KARYA .............................................................................. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

ABSTRACT ................................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvi

DAFTAR BAGAN .................................................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 10

C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 11

D. Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 11

E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 12

F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................... 14

A. Hakikat Konseling Pastoral ............................................................................ 14

1. Sejarah Konseling Pastoral ...................................................................... 14

2. Definisi Konseling Pastoral...................................................................... 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

xiv

3. Ciri Khas Konseling Pastoral ................................................................... 17

4. Tujuan Layanan Konseling Pastoral ........................................................ 18

5. Ciri-ciri Konselor Efektif ......................................................................... 19

6. Hal yang Merugikan dan perlu dihindari dalam Konseling Pastoral ....... 27

7. Ketepatan Waktu Pelayanan Konseling Pastoral ..................................... 29

8. Aspek-aspek Konseling Pastoral .............................................................. 30

9. Teknik-teknik Konseling .......................................................................... 45

10. Tahap-tahap Layanan Konseling Pastoral ................................................ 51

11. Fungsi Konseling Pastoral........................................................................ 54

12. Etika Pastoral dengan Kode Etiknya. ....................................................... 56

B. Hakikat Pasien/orang-orang Sakit .................................................................. 67

1. Definisi Pasien ......................................................................................... 67

2. Peranan Perawat dalam Perawatan Spiritual Pasien ................................ 72

3. Model Kesehatan Spiritual ...................................................................... 73

C. Hakikat Evaluasi Program ............................................................................. 76

1. Definisi Evaluasi Program ....................................................................... 76

2. Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program ............................................. 76

3. Tujuan Evaluasi Program ......................................................................... 77

4. Manfaat Evaluasi Program ....................................................................... 78

5. Langkah-langkah Evaluasi Program ........................................................ 78

D. Kajian Penelitian yang Relevan ..................................................................... 79

E. Profil Rumah Sakit ........................................................................................ 81

F. Kerangka Pikir ............................................................................................... 83

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 84

A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 84

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 92

1. Tempat Penelitian..................................................................................... 92

2. Waktu Penelitian ...................................................................................... 92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

xv

C. Responden Penelitian ..................................................................................... 82

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 93

E. Keabsahan Data ............................................................................................ 101

F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 102

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 104

A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 104

B. Pembahasan .................................................................................................. 131

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 137

A. Kesimpulan .................................................................................................. 137

B. Saran ............................................................................................................. 140

C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 142

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 143

LAMPIRAN ............................................................................................................. 145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria Evaluasi Konseling Pastoral ........................................................... 80

Tabel 2. Perencanaan Evaluasi ................................................................................... 90

Tabel 3. Daftar Jumlah Responden ............................................................................ 92

Tabel 4. Pedoman Wawancara Responden ................................................................ 97

Tabel 5. Pedoman Wawancara kepada Pasien ........................................................... 99

Tabel 6. Pedoman Observasi .................................................................................... 100

Tabel 7. Hasil Evaluasi Konteks .............................................................................. 105

Tabel 8. Hasil Evaluasi Inputs ................................................................................. 106

Tabel 9. Hasil Evaluasi Proses ................................................................................. 108

Tabel 10. Hasil Evaluasi Hasil ................................................................................ 121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Model konseptual kesehatan spiritual saat sakit ......................................... 75

Bagan 2. Kerangka Pikir ............................................................................................ 83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Permohonan Ijin Penelitian......................................................................... 145

Lembar Telah Melakukan Penelitian ....................................................................... 146

Rekapitulasi Hasil Wawancara Responden .............................................................. 147

Hasil Wawancara Dengan Pasien............................................................................. 185

Hasil Wawancara Dengan Suami Pasien

Hasil Observasi

Program Tetap Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah/fokus penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Rumah sakit pada dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat,

hal itu nampak dari semakin menjamurnya rumah sakit di Indonesia pada dewasa

ini. Hal itu tentu menjadi tantangan bagi setiap rumah sakit dalam usaha untuk

meningkatkan profesionalisme. Profesionalisme tidak hanya dalam bidang medis,

tetapi juga sarana-sarana dan media yang mendukung demi pelayanan yang

memuaskan bagi pasien yang dilayani. Misalnya: laboratorium, ruang operasi,

farmasi, bangsal, ruang rekam medis, administrasi keuangan, dan juga sarana

spiritual yang disediakan melalui layanan konseling melalui unit pastoral care.

Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu merupakan rumah sakit katolik satu-

satunya yang ada di Blitar-Jawa Timur. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit

swasta tipe C, dengan status penuh tingkat lengkap ini berusaha untuk

memberikan pelayanan kesehatan secara holistik. Yaitu sebuah pelayanan yang

menyeluruh dan mendalam, baik dalam pendampingan profesional maupun dalam

pendampingan manusiawi. Tantangan dan perkembangan jaman yang begitu pesat

dewasa ini, mengakibatkan semakin kaburnya nilai-nilai luhur pelayanan.

Pendampingan sangat dibutuhkan di rumah sakit ini karena semakin kompleksnya

masalah yang dihadapi oleh pasien maupun karyawan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

2

Menanggapi kebutuhan tersebut, maka rumah sakit ini mendirikan sebuah

unit pelayanan pastoral atau biasa disebut unit Pastoral Care (PC). Unit PC

didirikan pada tahun 1994, landasan diadakan pelayanan pastoral di RSK Budi

Rahayu adalah untuk melaksanakan tugas sebagai sakramen keselamatan,

meneruskan misi Yesus berdasarkan Visi dan Misi Kongregasi Misi Abdi Roh

Kudus, serta penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila.

Kegiatan pastoral berawal dari sebuah kunjungan kepada pasien yang

dilakukan oleh para Suster SSpS (kebangsaan Eropa). Kunjungan dan sapaan

tersebut diberikan kepada seluruh pasien rawat inap dan keluarganya, tanpa

membedakan agama, suku, maupun latar belakangnya. Kepedulian yang tinggi

kepada pasien dan anggota keluarganya diberikan setiap hari di sela-sela

kekosongan waktu mereka. Kehadiran yang dilandasi nilai kasih Kristus, dengan

menyapa semua pasien dan keluarganya membuat pasien dan keluarganya merasa

gembira dan dikuatkan. Kunjungan yang kadang hanya menyapa dan memberi

senyum tersebut, ternyata menjadi kenangan tersendiri bagi para pasien dimasa

itu. Kegiatan tersebut selalu dirindukan pasien dan keluarganya pada zaman ini.

Dari hasil wawancara dan observasi kepada para pasien, menunjukkan

bahwa pasien sangat gembira menerima kunjungan dari petugas PC maupun

pihak-pihak yang terlibat dalam layanan pastoral (Romo, Suster SSpS, dan

Majelis). Para pasien dan keluarganya mengungkapkan bahwa pelayanan di RSK

Budi Rahayu sangat memuaskan, penuh perhatian, dan mengorangkan orang lain.

RSK Budi Rahayu Blitar merupakan rumah sakit katolik, mayoritas pasiennya

adalah muslim. Namun mereka senang memilih rumah sakit ini karena cepat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

3

ditangani, bahkan ketika ternyata pembayarannya kurang mereka boleh pulang

dengan syarat meninggalkan KTP tanpa jaminan apapun. Demikian dalam

pelayanan doa yang diberikan oleh Romo umat yang beragama lain juga minta

didoakan.

Dalam kunjungan dan observasi dapat dilihat bahwa kegiatan konseling

pastoral di RSK Budi Rahayu sangat dibutuhkan. Hal itu nampak ketika pasien

mendapat kunjungan dari unit PC maupun Suster SSpS dengan sendirinya mereka

menceritakan perasaan dan pergulatan, baik dengan anak, menantu, dan dengan

orang lainnya. Mereka membutuhkan kehadiran seseorang yang bisa

mendengarkannya. Ada seorang pasien muslim (32/L) yang dua kali dalam

hitungan bulan menjalani rawat inap di RSK Budi Rahayu karena psikosomatis

dengan sakit magnya, bahkan ketika sudah diijinkan untuk pulang dia masih takut

karena takut kambuh penyakitnya. Setelah memperoleh pendampingan ia menjadi

lebih siap dan mampu berpikir positip terhadap sakitnya, serta ada harapan bahwa

bisa sembuh dengan niat pola hidup yang sehat. Pasien ini menyatakan bahwa

sebelumnya tidak pernah mendapatkan kunjungan dari PC dan baru tahu bahwa

ada layanan semacam ini.

Kenyataan menunjukkan bahwa hampir semua pasien mengharapkan

kunjungan dan perhatian. Meskipun kadang pasien ingin bercerita sedang

keluarga berusaha menutupinya, misalnya: kasus minum racun. Petugas pastoral

hanya bisa menemani dan menguatkan pasien dan keluarganya. Kegiatan

kunjungan terhadap pasien dan keluarga pasien bisa dilaksanakan setiap hari.

Kendalanya adalah keterbatasan tenaga, sehingga membuat pelayanan ini kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

4

mampu menjangkau seluruh pasien dan keluarganya. Pasien yang mayoritas

muslim banyak yang belum mengerti tentang unit PC fungsi dan manfaatnya bagi

mereka.

Semakin kompleknya masalah dan kebutuhan pasien, membuat pasien dan

keluarganya terutama yang beragama katolik merindukan adanya kehadiran Romo

atau suster di RSK Budi Rahayu Blitar. Hal itu terjadi karena jumlah suster

biarawati yang berkarya di tempat ini berkurang, dan semakin banyaknya tuntutan

tugas yang diembannya terkait peraturan-peraturan pemerintah saat ini.

Pada awal berdirinya unit ini ada suster dan tim yang khusus dibidang ini,

tetapi karena suster tersebut harus pergi misi ke luar negeri, maka tugas tersebut

digantikan oleh awam. Kenyataan bahwa jumlah tenaga yang bergerak dalam

bidang pelayanan ini kurang, maka tim medis (dokter dan perawat) juga terlibat

melakukan layanan ini. Hal itu dilakukan sebagai bagian yang terintegrasi antara

layanan medis dan spiritual, demi kesembuhan pasien secara utuh (holistik).

Meski demikian pelayanan tersebut belum dirasakan oleh semua pasien dan

anggota keluarganya.

Pengadaan layanan ini juga sebagai bentuk jawaban atas seruan MAWI

(Majelis Agung Wali Gereja Indonesia), bahwa karya rumah sakit katolik

merupakan sarana untuk mewartakan kehadiran kerajaan Allah bagi mereka yang

menderita sakit. Maka untuk itu perlu adanya tenaga yang mampu mendampingi

pasien secara profesional, yaitu sebuah perhatian dan pendampingan kepada

pribadi pasien secara utuh agar mereka yang sakit dapat merasakan adanya

dukungan, perhatian, dan pada akhirnya dapat menemukan makna dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

5

hidupnya, serta dapat berelasi dengan baik terhadap sang Pencipta (Pedoman Etis

dan Pastoral Rumah Sakit Katolik 1987 dan Pesan-Pesan MAWI Kepada Karya-

Karya Kesehatan Katolik 1978, butir: 52 ).

Pada fajar abad baru, spiritualitas diliput secara luas oleh media dan

didiskusikan oleh banyak kalangan, baik pekerja, politisi, dan pendidik

(Messikomer De Craemer, 2002). Spiritualitas juga menarik perhatian para

professional penyelenggara perawatan kesehatan, karena terbukti bahwa faktor

spiritual merupakan unsur penting dari kesehatan dan kesejahteraan (Dossey,

2001). Para penyelenggara kesehatan semakin sadar untuk memusatkan perhatian

pada hubungan spiritualitas dan kesehatan. Zaman informasi juga mengakui

zaman intuisi, para profesional perawatan kesehatan harus lebih memusatkan

perhatian pada pola pikir kreatif, lateral, dan emosional daripada pola pikir logis,

linier, dan mekanistik (Reynolds, 2001). Pergeseran pusat perhatian menuntut

tersedianya perawatan yang meliputi perspektif yang mencakup seluruh aspek

jiwa, tubuh, dan spirit. Burkhardt dan Nagai-Jacobson (Spirituality: Living Our

Contentedness 2002:1), mengungkapkan bahwa spiritualitas merupakan pusat

perawatan seluruh pribadi manusia.

Pastoral care adalah sebuah kegiatan pendampingan dan bimbingan

manusiawi khususnya kepada sesama yang menderita kearah hubungan yang lebih

baik, akrab dan percaya kepada Tuhan, diri sendiri, sesama, keluarga, dan

lingkungan sekitarnya (Tim Pastoral Care RS X, 2011:8). Pastoral care memiliki

peran dalam pelayanan di rumah sakit khususnya memberi siraman rohani,

mendampingi dan membimbing pasien juga keluarganya yang membutuhkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

6

informasi, sebuah kehadiran dan motivasi, bagi yang mengalami masalah ataupun

tekanan batin.

Menurut Willis (2014:3), pasien adalah manusia dengan segenap aspeknya

(fisik, psikis, sosial, dan sebagainya). Dia mempunyai kebutuhan yang amat

mendalam yakni ingin sembuh dengan biaya terjangkau. Pelayanan yang baik

terhadap kesehatannya menjadi kebutuhan kejiwaan yang mendalam. Yang

dibutuhkan mereka bukan semata-mata kebutuhan fisik saja, lebih dari itu

keramahan dan kesabaran para dokter dan perawat juga turut membantu

kesembuhan pasien, serta sebaliknya.

Relasi dokter dan pasien merupakan hubungan yang membantu (helping

relationship). Artinya sebagai tenaga profesional dibidang kesehatan, dokter

membantu pasien dengan hati nurani yang ikhlas dan rela demi ibadah kepada

Tuhan melalui hubungan yang baik dengan sesama manusia. Dokter adalah

profesional yang ahli dalam penyembuhan. Dokter yang menghargai, ramah,

penuh perhatian dan memotivasi pasien supaya cepat sembuh, maka pasien dapat

segera sembuh sebab kejiwaannya menjadi senang, tenang, dan punya harapan

yang tinggi untuk hidup (Willis. 2014:3).

Pasien adalah orang yang sakit. Sakit yang dimaksudkan tidak hanya

secara fisik tetapi secara psikologis dan mentalnya juga mengalami kemunduran.

Biasanya orang sakit sering tidak stabil secara psikologis, dia akan mudah marah

dan sensitif terhadap sikap/perilaku dan tutur kata orang di sekitarnya, serta

membutuhkan perhatian dan dukungan di luar kebiasaan orang sehat. Secara fisik

melalui perawatan dokter dan perawat dengan obat yang diberikan mungkin bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

7

mengurangi ataupun mengatasi rasa sakitnya, namun hal itu juga masih membuat

seorang pasien belum mengalami sebuah kesembuhan karena masih ada hal-hal

lain di luar sakit fisiknya. Model keperawatan terbaru mengakui peran penting

suatu pendekatan holistik pada perawatan pasien. Pandangan spiritual tentang

hidup, termasuk cinta, kegembiraan, kelemahlembutan, kebaikan hati, kesetiaan,

ugahari, harapan, kelembutan, dan kesabaran, tak pernah pudar hanya karena

seorang menjadi pasien. Seperti diungkapkan Kleindienst (Young dan Koopsen.

2007: 45), bahwa pasien yang tidak berpengharapan biasanya lebih membutuhkan

pendampingan untuk menemukan makna hidup daripada pengobatan.

Sapaan dokter dan para perawat mungkin bisa memberi motivasi bagi

pasien, namun hal itu kurang didapatkan mengingat kesibukan para dokter dan

perawat, terkait administrasi yang harus diselesaikan dan karena banyaknya

pasien. Selain itu Willis (2014:3) mengatakan bahwa, masalah yang dihadapi oleh

dokter dan perawat bukan soal profesinya, melainkan cara (teknik) komunikasi

yang mempercepat kesembuhan dan perkembangan pasien. Yaitu komunikasi dua

arah (dialog) yang membuat pasien menyatakan semua keinginan, keluhan,

kecemasan, dan sebagainya. Bila hal itu ditanggapi secara positip maka terjadilah

konseling. Hal itu menjadi masalah karena mereka kurang waktu untuk

melakukan pelayanan itu.

Di samping itu penyelenggaraan perawatan spiritual bisa mengalami

hambatan yang disebabkan oleh pasien. Seperti diungkapkan oleh McShherry dan

Cash (Young dan Koopsen. 2007:45), pasien juga menjadi sumber hambatan

perawatan spiritual. Hambatan tersebut antara lain: ketakutan mereka akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

8

disalahpahami, kekurangpahaman akan spiritual dan akibatnya bagi kesehatannya,

ketidakmampuan mereka untuk berkomunikasi karena penyakit atau mati rasa,

atau prasangka buruk mereka pada penyelenggara perawatan.

Adanya situasi seperti itu sangatlah penting bagi sebuah rumah sakit

memiliki sebuah unit yang secara khusus memberi pelayanan pendampingan bagi

para pasien. Sebuah unit yang menyediakan tenaga konseling, yang mampu hadir,

mendengarkan setiap keluhan dan kebutuhan pasien dan keluarganya, serta

mampu memberi dukungan dan perhatian. Sebuah integrasi antara obat yang

diberikan dan pendampingan secara rohani/spiritual akan turut menyembuhkan

secara utuh. Ini yang menjadi harapan dibeberapa rumah sakit yaitu mencapai

rumah sakit yang sehat secara holistik. Pelayanan rohani melalui unit pastoral

care diharapkan memberi kesembuhan bagi pasien secara holistik, demikian juga

memberi dukungan bagi keluarganya.

Menurut Wiryasaputra (2006) , pendampingan pastoral care memberi

dampak positif bagi yang didampingi (pasien dan keluarga). Pendampingan

Pastoral Care membantu orang yang didampingi mampu menggunakan sumber

daya yang dimilikinya untuk berubah, dengan bantuan pendampingan orang bisa

mampu memobilisasi seluruh kekuatannya untuk berubah mencapai pertumbuhan

secara penuh dan utuh, sehingga orang yang didampingi benar-benar mewujudkan

dirinya yang sejati, berani, dan bersedia merubah diri untuk bertumbuh. Baik

bertumbuh secara fungsional, dinamis, penuh, maupun utuh. Dampak tersebut

tampak dari beberapa hal sebagai berikut: berubah menuju pertumbuhan, dapat

mencapai pemahaman diri secara utuh, dapat berkomunikasi secara sehat, dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

9

melatih diri untuk bertingkah laku yang lebih positip, dapat mengungkapkan diri

secara utuh dan penuh, dapat bertahan dengan keadaannya, dapat menghilangkan

gejala disfungsional, dan mengalami pertumbuhan iman.

Berdasarkan pengamatan peneliti, belum banyak rumah sakit yang

menyediakan layanan konseling ataupun Pastoral Care bagi para pasiennya, maka

peneliti tertarik untuk meneliti aktivitas layanan konseling yang terjadi di rumah

sakit. Hal itu untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan dan manfaat layanan

konseling bagi pasien, rumah sakit, ataupun keluarga pasien.

Pada zaman ini sering didengungkan tentang kesembuhan secara holistik,

yaitu sebuah kesembuhan secara menyeluruh dari aspek fisik, mental, maupun

spiritual. Aspek spiritual menjadi fondasi utama dalam kesehatan setiap pribadi.

Maka peran seorang pastor/rohaniwan/hamba Tuhan yang mampu memberi

pelayanan ini sangat dibutuhkan. Kenyataan mengungkapkan bahwa tim medis

(dokter dan para perawat) juga turut berperan aktif dalam proses kesembuhan

secara menyeluruh.

Bagi rumah sakit yang besar dengan pasien yang sangat banyak, mungkin

tim medis tidak bisa secara penuh memberi pelayanan bimbingan dan konseling

bagi pasien yang membutuhkan. Kondisi demikian membuat rumah sakit

mendirikan sebuah unit yang bisa memberi pelayanan secara kontinyu, yaitu unit

pastoral care yang menjadi kekhasan rumah sakit katolik/Kristen. Kesembuhan

secara holistik dapat tercapai apabila ada kerjasama yang baik antara tim medis

dengan pelayan pastoral care maupun pihak-pihak lain yang mendukung

kesembuhan pasien secara menyeluruh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

10

Setelah melihat semua hal di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat

judul “Program Konseling Pastoral di Rumah Sakit (Studi Evaluasi Program

Konseling Pastoral Di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur, Tahun 2015)”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait keterlaksaaan dan

hambatan layanan konseling pastoral bagi pasien di Rumah Sakit Katolik Budi

Rahayu Blitar-Jawa Timur, maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah

sebagai berikut:

1. Ada indikasi bahwa layanan konseling pastoral melalui unit pastoral care

di Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar, belum dirasakan secara

menyeluruh manfaatnya oleh para pasien ataupun anggota keluarganya.

2. Pasien belum mengetahui adanya layanan konseling pastoral di Rumah

Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar dan kurang memahami fungsi layanan

tersebut.

3. Kurangnya tenaga/konselor di unit pastoral care Rumah Sakit Katolik Budi

Rahayu Blitar, sehingga pelayanannya kurang optimal.

4. Adanya indikasi bahwa perencanaan, proses maupun hasil layanan

konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar-Jawa

Timur, belum pernah dievaluasi sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

11

C. PEMBATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan pada evaluasi pelaksanaan

pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar-Jawa

Timur, yang meliputi perencanaan, proses dan hasil.

D. PERTANYAAN PENELITIAN

Rumusan masalah dalam penelitian ini disajikan melalui pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit

Katolik Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur?

a. Apa saja program pelayanan konseling pastoral yang direncanakan?

b. Siapa saja yang menjadi sasaran utama pelayanan konseling pastoral?

c. Siapa saja yang memberi dan terlibat dalam pelayanan konseling

pastoral?

2. Bagaimana proses pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik

Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur?

a. Sejauh mana program pelayanan konseling pastoral yang direncanakan

terlaksana?

b. Sudahkah sasaran utama pelayanan konseling pastoral tercapai?

c. Bagaimanakah cara konselor ataupun pihak yang terlibat dalam

konseling pastoral melakukan pelayanan pastoral?

3. Bagaimana hasil pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik

Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

12

a. Apa sajakah manfaat dari perencanaan program pelayanan konseling

pastoral?

b. Manfaat apa sajakah yang diperoleh oleh sasaran pelayanan konseling

pastoral (pasien, keluarga pasien, dokter dan tim medis, dan

sebagainya)

E. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan, proses dan hasil

dari pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar-

Jawa Timur. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perencanaan pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit

Katolik Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

2. Mengetahui proses pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik

Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

3. Mengetahui hasil pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik

Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

F. MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap bahwa penelitian ini

memberi beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap

pengembangan pengetahuan mengenai pelayanan konseling pastoral bagi

pasien di rumah sakit dan sebagai wacana untuk membuat program

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

13

mengenai cara, teknik konseling yang dapat digunakan oleh Program

Studi Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan peran dan manfaat

konseling bagi pasien di rumah sakit.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi para pasien agar mereka merasa ditemani dalam masa sakit karena

memperoleh bimbingan dan konseling, sehingga memunculkan harapan

berkat dukungan pada akhirnya mereka mengalami kesembuhan secara

holistik yaitu sembuh secara fisik, psikologis, dan juga batin.

b. Bagi anggota keluarganya, mereka mendapatkan dukungan dan juga

informasi-informasi yang dibutuhkan, mampu keluar dari

kebingungannya dari segala aspek (ekonomi, social, adat-

istiadat/budaya), sehingga dalam mendampingi pasien juga tetap sehat

dan mampu melayani dengan penuh kasih dan pengharapan.

c. Manfaat pelayanan konseling bagi rumah sakit, membantu tim medis

bila ada pasien yang menurun perkembangan kesehatannya karena

mengalami kemunduran kesehatan mental maupun spiritualnya dan

membantu proses sembuhnya pasien karena adanya dukungan secara

spiritual, sehingga para pasien dapat mengalami kesembuhan secara

holistik.

d. Manfaat penelitian ini bagi peneliti, adalah menambah wawasan si

peneliti agar peneliti semakin memahami proses layanan konseling

pastoral di rumah sakit dan pada akhirnya mampu mengaplikasikan

dalam realitas kehidupan zaman ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini merupakan bab kajian teori. Dalam bab ini dijelaskan sejarah

konseling pastoral, hakikat konseling pastoral, pasien, kajian penelitian yang

relevan, profil Rumah Sakit, dan kerangka pikir.

A. Hakikat Konseling Pastoral

1. Sejarah Konseling Pastoral

Konseling pastoral merupakan gagasan yang relatif baru.

Konseling pastoral sebagai sub-disiplin ilmu dan praktek pelayanan klinis

mula-mula dikembangkan di Amerika Serikat pada awal abad ke 20.

Dalam waktu bersamaan di Inggris juga dikembangkan hal yang sama,

tetapi di Inggris konseling pastoral lebih dikenal sebagai “teologi klinis”

(clinicsl theology).

Pada saat itu juga, khususnya di Amerika dikembangkan pula sub-

disiplin ilmu dan praktek pelayanan baru seperti, pekerjaan sosial,

bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) khususnya dalam

seting pendidikan, psikologi klinis, dan konseling klinis. Nampak jelas

bahwa konseling pastoral dikembangkan menjadi sub-disiplin ilmu dan

pelayanan sendiri sejajar dengan sub-disiplin dan pelayanan klinis yang

lain. Maka tidak jarang terjadi, di rumah sakit modern, konseling pastoral

dianggap sebagai unit pelayanan fungsional sejajar dengan pelayanan

fungsional lainnya, missal klinik konsultasi psikologi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

15

Perintis gerakan konseling pastoral antara lain: Anton Th. Boisen,

pada tahun 1920-an. Beliau mendapat inspirasi untuk mengembangkan

konseling pastoral pada waktu ia dirawat disebuah rumah sakit jiwa,

karena sedang mengalami “psychotic break”. Pada masa sekarang Boisen

sering dianggap sebagai “Grand Father” gerakan konseling pastoral.

Tokoh yang lain adalah Russel L. Dicks, dia tertarik untuk

mengembangkan konseling pastoral pada waktu ia mengalami operasi

besar di sebuah rumah sakit. Dia diperhitungkan pada angkatan pertama

yang mengembangkan sejenis konseling yang menunjang pada tugas para

psikiater dan direktur rumah sakit jiwa (Wiryasaputra, 1999:8).

Sejak perkembangannya yang pertama, konseling pastoral

mempunyai kontribusi yang penting dalam bidang pendidikan klinis (atau

profesional) konseling pada umumnya. Sebab, sistem pendidikan

professional konseling pastoral adalah sangat ekstensif dan intensif. Di

Amerika Serikat membuktikan bahwa pendidikan professional atau klinis

konseling pastoral adalah lebih luas dan mendalam dibanding dengan

pekerjaan social, konseling klinis, psikologi klinis dalam jenjang

pendidikan yang sama. Seorang konselor pastoral biasanya memiliki gelar

Bachelor of Art (B.A.), kemudian dia harus mengikuti pendidikan teologi,

biasa di sebut Master of Divinity (M.D) atau Master of Art (M.A) di

bidang religious. Setelah itu mereka juga harus memperoleh gelar lain,

misalnya Theological Master atau Doctor of Ministry di bidang konseling

pastoral.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

16

Pada tahap awal perkembangan, konseling pastoral disebut juga

sebagai “psikoterapi pastoral”, karena tokoh-tokoh pertama seperti :

Anton Th. Boisen dan Russell L. Dick mengembangkan model

pendidikan klinisnya mengacu pada apa yang dikembangkan oleh

psikoterapi khususnya model psikoanalisis. Konseling pastoral disebut

juga “psikologi pastoral” atau “teologi terapan”. Jadi konseling pastoral

dalam sejarahnya bertumbuh dari suatu integrasi antara ilmu teologi dan

ilmu psikologi-psikoterapi (Wiryasaputra. 1999:8-10).

2. Definisi Konseling Pastoral.

Menurut Susabda (Tu‟u, 2007: 24), Konseling Pastoral adalah

hubungan timbal-balik antara hamba Tuhan sebagai konselor dengan

konselinya. Konselor membimbing konseli dalam satu suasana percakapan

konseling yang ideal, yang memungkinkan konseli betul-betul mengerti

apa yang sedang terjadi pada dirinya sehingga ia mampu melihat tujuan

hidupnya dan mampu mencapai tujuan itu dengan kekuatan dan

kemampuan Tuhan.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa, Konseling Pastoral adalah

pelayanan yang dilakukan oleh gereja dengan melawat dan mencari satu

per satu jemaat yang sedang bergumul dalam hidupnya. Pencarian dan

pelawatan itu dilakukan untuk menolong mereka melalui komunikasi

interaktif, timbal-balik, dan mendalam. Melalui percakapan itu konselor

mendampingi, membimbing, dan mengarahkan konseli untuk menemukan

solusi (Tu‟u, 2007:25)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

17

Widjojo dkk (2005:1) menyatakan bahwa, Konseling Pastoral

adalah usaha pelayanan/bimbingan yang dilakukan oleh seorang konselor

kepada konseli agar memahami persoalan yang dihadapinya, sehingga

dapat melihat tujuan hidupnya dalam relasi dan tanggung jawab kepada

Tuhan sesuai dengan kemampuan yang Tuhan berikan.

Menurut Wijayatsih (2011: 5) , konseling pastoral adalah sebuah

layanan percakapan terarah menolong orang yang tengah dalam krisis agar

mampu melihat dengan krisis yang dihadapinya. Dan diharapkan pada

akhirnya orang tersebut mampu menemukan kemungkinan solusi atas

krisis yang dihadapinya.

Jadi konseling pastoral adalah proses pemberian bantuan seorang

konselor (Pastor/pendeta/suster/pelayan pastoral) kepada konseli (orang

sakit), yang didasari oleh hubungan timbal-balik/dialog dalam suasana

komunikasi yang ideal atau nyaman dan aman, sehingga konseli merasa

diterima dan mau terbuka. Dengan layanan ini, mereka juga terbantu untuk

memahami dan menerima situasi dirinya, serta dapat menemukan tujuan

hidupnya dengan tetap mengandalkan Tuhan sebagai penolongnya yang

sejati.

3. Ciri Khas Konseling Pastoral

Menurut Widjojo dkk (2005:3), Konseling Pastoral memiliki

keunikan tersendiri dibandingkan dengan konseling pada umumnya.

Keunikannya tidak hanya terletak pada proses konselingnya, tetapi juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

18

pada konselor yang melayaninya. Adapun keunikan proses konseling

pastoral meliputi:

a. Merupakan pelayanan yang Tuhan percayakan

b. Bersandar pada kebenaran Alkitab dan ajaran gereja

c. Bergantung pada kuasa Roh Kudus

d. Mempunyai tujuan untuk mengenalkan Yesus sebagai Juru Selamat

Pribadi dan penebus dosa

e. Pelayanan yang mendasarkan pada ilmu Teologi dengan integrasi ilmu

psikologi

f. Membantu menolong pertumbuhan rohani konselinya

4. Tujuan Layanan Konseling Pastoral

Menurut Tu‟u (2007:29-40), banyak hal yang dapat dicapai jika

konseling pastoral diprogram secara baik dan terencana, terlebih jika

melibatkan jemaat yang memang potensial. Berikut ini adalah beberapa

tujuan kegiatan konseling pastoral:

a. Mencari jemaat yang bergumul, gereja wajib mengunjunginya.

b. Menolong yang membutuhkan uluran tangan.

c. Mendampingi dan membimbing

d. Berusaha menemukan solusi

e. Memulihkan kondisi yang rapuh

f. Perubahan sikap dan perilaku

g. Menyelesaikan dosa melalui Kristus

h. Pertumbuhan iman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

19

i. Terlibat persekutuan jemaat

j. Mampu menghadapi persoalan selanjutnya

Penulis yang lain mengatakan bahwa, tujuan pelayanan konseling pastoral

adalah memberikan bimbingan agar konseli mampu menemukan persoalan

yang sesungguhnya yang menjadi akar untuk penyebab hambatan yang

selama ini terjadi (Widjojo dkk, 2005:6).

Jadi tujuan layanan konseling pastoral adalah membantu konseli

untuk menemukan akar permasalahannya, sehingga mereka dapat

memperoleh pemecahan masalah/solusi terhadap apa yang menjadi

pergumulannya. Pada akhirnya mereka mengalami kesembuhan,

perubahan sikap dan perilaku, pertumbuhan iman dan kedewasaan pribadi,

sehingga siap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi dalam kehidupan

selanjutnya.

5. Ciri-Ciri Konselor yang Efektif

Garry R. Collins (Tu‟u, 2007:41) mengatakan bahwa, konselor

yang efektif harus mampu mengasihi Tuhan dan sesama. Kalau ada kasih

yang sungguh pada Tuhan, pasti akan terjadi konseling yang efektif.

Adapun ciri-ciri konselor efektif sebagai berikut:

a. Ciri-ciri konselor secara umum meliputi:

1) Memiliki pengetahuan konseling

Konselor dalam pelayanan perlu memiliki pengetahuan tentang

konseling ataupun pernah mendapat pelatihan tentang konseling,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

20

serta mau belajar secara mandiri dari berbagai sumber, agar dapat

memberi pelayanan yang sebenarnya.

2) Pengetahuannya aplikatif

Konselor mampu menerapkan ilmu pengetahuannya dalam praktik

pelayanan sehari-hari.

3) Memiliki kepekaan

Konselor mampu menangkap pesan konseli baik secara verbal

maupun nonverbal, mampu merasakan apa yang dialami oleh

konseli. Sehingga ia mampu memberi respon secara tepat kepada

kebutuhan konseli.

4) Memiliki keyakinan

Konselor memiliki kepercayaan/iman bahwa Tuhan berkuasa untuk

membantu menyelesaikan masalah konseli, meskipun berat ia tidak

putus asa.

5) Memiliki kematangan

Konselor sudah mencapai taraf perkembangan yang terbaik. Ia

memiliki kemampuan berpikir, kestabilan emosi, jiwa dan

kepribadian yang matang. Sehingga ia tetap tabah bila menghadapi

masalah yang rumit, tetap kokoh dan tidak mudah terpengaruh

dalam pelayanannya.

6) Menghargai konseli sebagai makluk unik

Konselor menerima setiap pribadi sebagai ciptaan Tuhan yang unik

dan berbeda, serta tidak bisa disamaratakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

21

7) Memiliki rasa tanggung jawab menolong

Konselor tanggap terhadap kebutuhan konseli, sehingga bila

melihat atapun mendengar bahwa konseli butuh pertolongan, maka

ia tanggap dan melakukan langkah-langkah tertentu untuk

menolong klien.

8) Tidak mengambil alih masalah konseli

Konselor membimbing konseli untuk berpikir dan menemukan

jalan pemecahan masalahnya secara pribadi.

b. Ciri-ciri konselor Kristen antara lain:

1) Percaya pada Kristus, sang Konselor Agung

2) Menerima Kristus secara pribadi.

3) Kristus berkuasa dalam hidupnya

4) Menerima autoritas Alkitab sebagai pedoman hidup

5) Melibatkan karya Roh Kudus

6) Menghayati tugas sebagai panggilan

Sedangkan Widjojo dkk (2005:30) menyatakan bahwa, dasar

keutamaan konselor pastoral adalah hubungan mereka dengan Allah

Tritunggal, yaitu relasi yang ditandai dengan kasih (Yoh. 13:34-35).

Lebih lanjut mengungkapkan beberapa ciri yang perlu dimiliki oleh

seorang konselor pastoral, antara lain: 1) mempunyai kerohanian yang

baik (Gal. 5:22-26), 2) lemah lembut (Gal. 6:1), 3) bersedia saling

menolong meringankan beban (Gal. 6:2; Yoh. 13:35), 4) rendah hati

(Gal. 6:6), 5) sabar (Gal.6:7-8), dan 6) rajin berbuat baik (Gal. 6:10).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

22

c. Sikap Konselor Pastoral

Selain memiliki ciri-ciri yang disebutkan di atas, seorang

konselor pastoral juga sangat penting mengembangkan sikap-sikap

yang menjadikanya sebagai konselor yang efektif. Sikap-sikap itu

antara lain:

1) Kasih dan Penghargaan

Seorang konselor diharapkan memiliki sikap mengasihi yang sejati

sebagaimana ia juga telah mengalami bahwa Yesus lebih dahulu

mengasihinya (1 Yoh. 4:19), maka ia juga diundang untuk

membagikan kasih itu. Hal itu terwujud dalam sikap mengasihi dan

menghargai, serta melayani konseli secara baik.

2) Bersikap lemah lembut

Seorang konselor perlu menciptakan suasana yang

nyaman,bersahabat, hangat, dan terbuka. Kelemah lembutan sangat

penting agar konseli merasa diterima dan dihargai, sehingga

membuatnya berani untuk terbuka (Gal. 6:1).

3) Bersikap rendah hati

Mampu menghargai pemikiran dan pendapat konseli, dan

mensyukuri setiap kurnia yang dimilikinya sebagai anugerah

Tuhan. Konselor bersedia mendengarkan keluhan dengan memberi

perhatian yang lebih disaat konseling berlangsung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

23

4) Bersikap sabar dan tabah

Bersikap sabar dan tabah dalam membimbing klien, memampukan

konselor untuk tetap bertahan dalam kesulitan. Konselor perlu

menyadari bahwa ia tidak mampu mengandalkan dirinya, maka

penting baginya datang kepada Sang Konselor Sejati yaitu Yesus

Kristus. “kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah,

bukan dari diri kami” (2 Kor. 4:7)

5) Bersahabat dan hangat

Konselor perlu menciptakan suasana penuh persahabatan dan

kehangatan,agar konseli tidak merasa asing dan pada akhirnya

mampu terbuka karena ia merasa nyaman dan aman.

6) Suka menolong

Sikap peka dan tanggap terhadap keadaan konseli. Hatinya tergerak

untuk berbuat sesuatu. Hal itu juga disadarinya bahwa ia terlebih

dahulu menerima pertolongan secara cuma-cuma dari Yesus

(Mat.10:8)

7) Bersikap rela dan tulus

Konselor dengan sukacita dan tanpa terpaksa membimbing mereka

yang membutuhkan.

8) Bersikap terbuka

Konselor memberi kesempatan terhadap konseli untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaannya, konselor terbuka untuk

menerima kelamahan dan kekuatan yang dimilikinya, dan konselor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

24

terbuka dalam mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan.

9) Pengorbanan

Terinspirasi dari semangat pengorbanan Sang Konselor Sejati,

maka seorang konselor pastoral harus berani meluangkan

waktu,tenaga, perasaan dan pikirannya. Hal itu terkait konseli yang

sulit.

10) Perhatian

Konselor perlu peka terhadap kebutuhan klien, sebuah perhatian

(sapaan, senyum, dukungan) tentunya akan memberikan perubahan

ke arah positip bagi mereka yang membutuhkan bimbingan.

d. Kualitas Pribadi Konselor

Konselor efektif adalah konselor yang bekerja dalam pelayanan

konseling pastoral yang dapat mencapai dan memberi hasil yang baik.

Selain memiliki ciri-ciri dan sikap-sikap yang disebutkan di atas,

maka konselor juga sangat penting memiliki kualitas pribadi dan

keterampilan tertentu, antara lain :

1) Memandang manusia sebagai makluk unik

Konselor mampu memandang perbedaan masing-masing konseli

(pikiran, perasaan, sikap), sehingga meskipun masalah konseli

sama cara ataupun pendekatan yang diberikan berbeda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

25

2) Memandang manusia sebagai pribadi yang dapat bermitra

Konselor

Konselor memiliki iman dan percaya bahwa konseli mampu untuk

berubah. Konselor sadar bahwa konseli mampu bermitra

dengannya. Sikap optimis yang dimiliki inilah yang mendorongnya

untuk mencari jalan agar konseli mampu berjumpa dengan Kristus.

3) Memandang manusia sebagai pribadi yang dapat berubah

Konselor efektif adalah konselor yang mampu memandang bahwa

konseli adalah pribadi yang dapat bermitra dengannya untuk

mencapai pembaharuan diri. Konselor tetap melibatkan karya

Tuhan, Sang Konselor Agung.

4) Kristus ada dalam hidupnya

Konselor yang efektif adalah ia yang mampu terbuka hati dan sadar

bahwa bukan lagi dirinya yang hidup, melainkan Kristus yang

hidup dalam dirinya. Hidupnya bukan lagi atas keinginan diri

semata, melainkan hidupnya dikendalikan oleh Kristus.

5) Terampil menerapkan ilmu konseling

Konselor efektif senantiasa belajar secara terus-menerus, selalu

menambah wawasan, mencari jalan untuk memperbaiki

kekurangan dan kelemahan, dan terbuka untuk bertanya pada yang

lebih berpengalaman.

6) Terampil dalam memberi respons

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

26

Konselor efektif adalah pribadi yang mampu mengarahkan,

membimbing, menuntun, dan membawa arah percakapan dalam

konseling. Konselor efektif sangat penting menguasai keterampilan

memberi respons.

7) Terampil mengembangkan relasi antar pribadi

Konselor efektif adalah pribadi yang memiliki kecerdasan relasi

antar pribadi, ia terampil dalam mengelola hubungan. Yaitu

hubungan yang hangat, bersahabat, dipercaya, terbuka, dan penuh

perhatian terhadap konseli.

8) Pribadi berkualitas

Konselor yang memiliki kepribadian berkualitas adalah mereka

yang memiliki kesadaran akan diri dan nilai-nilai, percaya/optimis,

bersikap hangat dan penuh perhatian, memiliki sikap menerima,

empati, memiliki pengetahuan, sabar, tekun, gembira, serta mampu

berjejaring pada yang lebih ahli.

9) Menghindari hal-hal yang dapat membawa kerugian

Konselor efektif selalu waspada dan berhati-hati.

10) Mengembangkan sikap positif.

Konselor efektif senantiasa bersikap positip, ia senantiasa

mengembangkan sikap dan pemikiran yang positip. Antara lain:

kasih, penghargaan, lemah-lembut, rendah hati, tabah, hangat, suka

menolong, rela berkorban, dan setia memberikan perhatian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

27

6. Hal yang Merugikan dan Perlu Dihindari dalam Konseling Pastoral

Menurut Tu‟u (2007:58-63), ada beberapa hal yang perlu dihindari

oleh seorang konselor dalam proses hubungan/proses konseling antara

lain:

a. Menerima info sepihak

Dalam hal ini konselor tidak boleh hanya menerima informasi sepihak

ataupun memihak salah satu. Konselor perlu mengadakan percakapan

yang adil, supaya dia mampu membantu menyelesaikan masalah

konseli secara tuntas. Hal itu bisa dilakukan dengan cara menjumpai

konseli yang pertama, selanjutnya konseli yang kedua. Hal itu menjadi

lebih baik, jika konselor mampu mempertemukan keduanya agar

masalahnya selesai dengan tuntas.

b. Kesimpulan tergesa-gesa

Kesimpulan sementara yang dilakukan oleh konselor sangatlah baik,

tetapi kesimpulan yang tergesa-gesa menghasilkan solusi yang semu.

Maka mendengarkan secara cermat dan teliti sangatlah penting.

Konselor perlu menggali permasalahan, sehingga dapat menemukan

masalah secara jelas. Setelah masalahnya jelas barulah percakapan

diarahkan untuk mencari solusi.

c. Terburu-buru

Konselor perlu menyediakan waktu yang cukup bagi konselinya. Hal

yang perlu dihindari adalah melihat secara terus menerus arloji,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

28

sehingga membuat konseli gelisah. Konselor perlu mengatur waktu

sedemikian agar proses konseling berjalan efektif.

d. Campur tangan terlalu jauh

Konselor perlu menghindari sikap keterlibatan dalam banyak hal. Yang

dibutuhkan adalah mampu memperhatikan hal yang menjadi inti

persoalan konseli, sehingga ia tidak akan kehilangan objektifitas

dirinya.

e. Tidak dapat menyimpan rahasia

Konselor harus mampu menyimpan rahasia konselinya. Karena sekali

konselor tidak dapat dipercaya, maka kredibitasnya akan merosot

dengan sendirinya.

f. Layanan tidak seimbang

Konselor yang perhatiannya hanya berfokus pada konselinya akan

mengganggu keseimbangan hidupnya, baik keluarga maupun hidup

rohaninya. Maka sangat penting bagi konselor untuk menjaga

keseimbangan antara hidup rohani/spiritual dan keluarganya.

g. Mudah menghakimi

Konselor perlu menghindari penilaian negatif terhadap konselinya,

misalnya: memandang konseli sebagai orang jahat, buruk, rendah,

bersalah, dan sebagainya. Sebaliknya konselor perlu terbuka dan

menerima konseli apa adanya. Apabila ada yang salah pada konselinya

dapat membicarakannya secara baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

29

h. Memaksa konseli

Konselor tidak berhak memaksakan keinginannya pada konseli.

Konselor berkewajiban membimbing konseli agar ia semakin mampu

melihat masalahnya dengan jernih, dan pada akhirnya mampu

menemukan solusi yang terbaik.

i. Meminta konseli melakukan banyak hal

Konselor perlu memahami bahwa tidak mungkin konseli secara

langsung dapat melakukan banyak hal setelah memperoleh bimbingan,

maka beberapa hal sebagai aksi sudah cukup.

j. Menangani seluruh masalah klien

Konselor perlu sadar akan kemampuan dan keterbatasan dirinya,

menjadi keliru apabila ia menanggani semua masalah konselinya.

Maka ia perlu bekerja sama dengan pihak lain, misalnya: psikolog,

psikiater (dokter jiwa), dokter, ahli hukum, dan lain-lain.

7. Ketepatan Waktu Pelayanan Konseling Pastoral

Ketepatan waktu pelayanan secara konsep merupakan konsistensi

waktu pelaksanaan konseling pastoral dengan schedule/jadwal yang telah

ditetapkan sebelumnya atau dalam periode waktu tertentu. Hal ini

didukung dengan tersedianya prosedur tetap/SOP pelayanan konseling

pastoral dan dukungan sistem administrasi yang baik agar dapat efektif

dan efisien.

Ketepatan waktu konseling dengan konsistensi yang tinggi akan

dapat membangun rapport yang baik dengan klien. Rapport digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

30

untuk menumbuhkan kepercayaan klien sehingga klien akan dapat

bercertia dengan leluasa tentang keadaan yang dialaminya tanpa

ditutuptutupi. Jika rapport dapat terbangun dengan baik maka klien akan

menghiraukan mekanisme pertahanan dirinya sehingga tidak ada lagi rasa

malu atau ragu-ragu untuk mentrasfer segala keluhan kepada terapis.

Proses konseling umumnya bertahap atau di bagi dalam beberapa

fase proses. Untuk satu proses konseling secara keseluruhan bisa

diselesaikan dalam 2 sampai 5 kali pertemuan. Untuk itu penjadwalan

konseling sangat diperlukan sehingga kedua belah pihak baik konselor

atau klien sama-sama mengetahui. Jika terjadi miskomunikasi umumnya

akan rentan menimbulkan kekecewaan terlebih di sisi klien yang dalam

keadaan neorosis atau psikosis dan ini akan menghambat keefektifan

proses konseling terapeutik.

8. Aspek-aspek Konseling Pastoral

Menurut Susabda (1983:4-38), setiap konselor dalam memberi

layanan konseling pastoral hendaknya mengenal empat aspek penting di

bawah ini:

a. Hubungan timbal-balik (interpersonal relation-ship) antara konselor

dengan konselinya.

Konseling Pastoral adalah suatu interpersonal relation-ship, suatu

dialog dan bukan monolog yang terjadi antara konselor dan konselinya,

yang bisa melibatkan seluruh aspek kehidupan mereka masing-masing.

Konselor tidak hadir sebagai pengkotbah di atas mimbar yang memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

31

firman Tuhan, nasihat, teguran, dan ajaran pada konselenya; karena

sekarang ia berhadapan muka dengan konselinya sebagai dua pribadi yang

utuh, yang masing-masing punya hak dan kebebasan untuk

mengekspresikan dirinya.

Mengapa hubungan timbal balik ini harus merupakan suatu dialog?

Karena konselor dalam hal ini Pastor/pendeta, role/perannya tidak lagi

sebagai pengkotbah yang secara praktis memediator umatnya. Maka

sangatlah penting bagi seorang konselor untuk: 1) belajar dari Yesus yaitu

terpanggil untuk mengorbankan dan merendahkan dirinya sendiri menjadi

sama (equal) dengan konselinya (Filipi 2:5-8) konselor harus membawa

suasana percakapan yang ideal (conducive atmosphere), yaitu jika konsele

betul-betul merasa diperlakukan sebagai satu subyek, pribadi yang utuh

persoalannya, perasaannya, cara berpikirnya, bahkan segala sesuatu yang

ada padanya mempunyai nilai untuk dihargai.

Jadi dalam hubungan timbal balik antara konselor dan konseli

dibutuhkan suasana yang dialogis. Keterampilan komunikasi interpersonal

dan rasa empati, serta kerendahan hati seorang pelayan pastoral sangatlah

penting agar konseli (pasien) merasa diterima dan dihargai sebagai

pribadi/subyek yang memiliki hak dan kebebasan, serta kemampuan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan konselor dalam hubungan timbal-balik:

1) Sikap merugikan dari pihak konseli.

Yaitu dalam hubungannya dengan konseli, seorang konselor mesti

menyadari adanya berbagai kemungkinan yang merugikan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

32

ditimbulkan oleh konselinya. Hal itu meliputi dua hal, yaitu: a) dalam

hubungan dengan “simbol Allah” (symbol of God) yang melekat pada

hamba Tuhan, adalah adanya sikap konseli yang menganggap hamba

Tuhan sebagai symbol Tuhan dan kecenderungan mereka untuk

menghidupkan sikap penyerahan diri secara total (total depenency)

pada konselornya (hamba Tuhan). Akibat dari kurang dapatnya mereka

dalam mengembangkan konsepsi tentang Allah yang abstrak. Jika

konseli selalu melihat bahwa konselor sebagai pembawa symbol

Tuhan, maka proses konseling menuju kearah yang tidak sehat. b)

adanya gejala “transference” pemindahan perasaan, adalah

pemindahan perasaan perasaan dari yang seharusnya ditujukan kepada

objek lain pada masa lampau kepada objek yang baru pada masa kini.

Hal ini bisa terjadi karena adanya banyak kebutuhan yang tidak

terpenuhi dan harus ditekan untuk dilupakan. Dari gejala

ketidaksadaran (unconsciousness), mereka akan selalu mencari

kesempatan untuk dipenuhi. Hal itu pasti bisa terjadi dan konselor

perlu untuk selalu menyadarinya, agar proses konseling dapat berjalan

dengan baik.

2) Dorongan yang merugikan dari dalam konselor.

Dalam interpersonal relationship, konselor mesti waspada dan

menyadari dorongan dan rangsangan yang timbul dari dalam dirinya

sendiri, yang bisa menimbulkan kegagalan dalam proses konseling.

Pertama yaitu adanya kebutuhan untuk melakukan counter-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

33

transference. Counter-transference adalah sikap menyambut dan

menanggapi gejala transference dari konseli yang ditujukan padanya.

Pattison (Susabda, 1983:8) mengatakan:

“counter transference distortions occur when a pastor attempts to

solve his own problems through the prolems of the parishioner, or

vicariously enjoys behavior in his perishioners which he feels he

must deny in himself”.

Kegagalan proses konseling dialami oleh banyak hamba Tuhan

oleh karena ia tidak menyadari akan gejala counter-transference dari

dirinya sendiri. Sebagai konselor seharusnya hamba Tuhan bersikap

betul-betul netral, mampu mengontrol emosinya dan tidak membiarkan

sikapnya dipengaruhi oleh sikap dari konselinya. Konselor hendaknya

selalu waspada terhadap kebutuhannya sendiri untuk melakukan

counter-transference. Akibatnya bisa menimbulkan sikap tidak sehat

seperti dibawah ini:

(a) Carelessness in appointment schedules (tidak menepati janji dan

semaunya sendiri dalam memakai waktu yang tersedia).

(b) Repeated erotic or hostile feelings (munculnya perasaan berahi

atau sebaliknya, yaitu benci kepada konselinya).

(c) Boredom or inattention during counseling (munculnya perasaan

bosan selama proses konseling).

(d) Permitting or encouraging misbehavior (membiarkan sikap dan

tingkah laku yang tidak seharusnya terjadi).

(e) Trying to impress the parishioner (selalu ada keinginan untuk

menyenangkan konseli).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

34

(f) Arguing (berdebat).

(g) Taking sides in a personal conflict (memihak dalam konflik yang

dihadapi konseli).

(h) Premature reassurance to lessen anxiety (memberikan janji-janji

dan jaminan-jaminan pada konseli yang terlalu dini untuk

mensukseskan kelanjutan pembimbingan).

(i) Dreaming about parishioner (terbayang-bayang wajah konseli).

(j) Feeling that the parishioner’s welfare or solution to a problem lies

solely with you (merasa bahwa hidup dan penyelesaian persoalan

seluruhnya tergantung pada kita).

(k) Behavior to ward one parishioner in a group differently from other

group members (sikap membedakan dari anggota yang satu dengan

yang lain dalam gereja yang kita gembalakan).

(l) Making unusual appointments or behaving in a manner ususual for

you (membuat janji-janji pertemuan yang tidak biasa dengan

konseli dan bersikap tidak wajar).

Kebutuhan untuk melakukan counter-transference adalah

kebutuhan yang sangat berbahaya, karena akan mengagalkan

pelayanan konselingnya.

b. Hamba Tuhan sebagai Konselor.

Wayne Oates (Susabda, 1983:11) mengatakan bahwa:

“The pastor, regardless of his training, does not enjoy the privilege of

ecleting whether or not he will counsel his people ….His choice is not

between counseling or not counseling, but between counseling in a

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

35

disciplined and skilled way and counseling in an undisciplined and

unskilled way”.

Pelayanan konseling adalah bagian integral dari pelayanan hamba

Tuhan. Tugas pelayanan ini menjadi identitas seorang hamba Tuhan,

sehingga ketika ia menolak tugas pelayanan ini ia telah kehilangan

identitasnya. Hal itu bukan berarti bahwa dalam pelayanannya secara

otomatis dilakukan berdasarkan bakat-bakat alaminya ataupun

pendidikannya dibidang teologi.

Sebagaimana diungkapkan Oates di atas bahwa banyak hamba

Tuhan yang melaksanakan tugasnya asal saja dan dengan cara

undisciplined dan unskilled, tetapi sebagai tanggung jawab kepada Tuhan

yang telah memanggil dalam pelayanan ini, seorang konselor pastoral

seharusnya mengembangkan disciplin dan skill. Selain itu mereka perlu

waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan yang merugikan dalam

tugas pelayanannya.

Kemungkinan-kemungkinan tersebut, antara lain:

1) Kecenderungan ke arah profesionalisme.

Yaitu kecenderungan konselor (hamba Tuhan) yang lebih

menfokuskan diri pada peran profesinya berdasar pendidikannya

(spesialisasi dalam konseling), ia telah kehilangan identitasnya sebagai

hamba Tuhan. Hal itu terjadi bila dalam pelayanan dilakukan hanya

atas dan untuk mendapatkan nama sebagai konselor profesional.

Seorang konselor pastoral, sebagai orang terpanggil memiliki peran

membimbing. Demikian dalam relasinya dengan konselinya (umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

36

Allah) lebih pada hubungan fungsional, bukan hubungan profesional.

Alasan utama seorang hamba Tuhan perlu mengembangkan skill

dan disiplin dalam konseling bukanlah untuk menjadikan dia

professional counselor, tetapi professional pastor yang terampil dalam

pelayanan konselingnya. Hal itu ditandai dengan beberapa hal sebagai

berikut (Susabda, 1983:12): (1) adanya pengetahuan yang cukup

tentang teori-teori personality dan psikologi pada umumnya;

(2) adanya kemampuan untuk menghubungkan teori dan praktik,

khususnya teori-teori tentang metode-metode observasi dan diagnosa;

(3) adanya training yang cukup di bawah bimbingan dan supervisi

seorang profesional; (4) adanya kemampuan untuk memelihara

identitasnya sebagai hamba Tuhan dalam peranannya sebagai konselor

dalam interpersonal relationship-nya dengan konseli; (5) adanya

kemampuan untuk mengolah dan memakai sumber-sumber yang

tersedia untuk mensukseskan pelayanan konselingnya; (6) adanya

pengertian yang benar tentang skop pertanggungjawabannya sebagai

konselor; (7) adanya disiplin dalam menggunakan perlengkapan-

perlengkapan konseling dalam batasan profesinya sebagai hamba

Tuhan, yang meliputi: penyusunan dan penyimpanan data dalam

sistem file yang rapi dan aman, sistem kerja yang jelas (short-term dan

long-term konseling, konseling formal maupun informal), tersedia

ruang konseling/kantor, tersedianya referals yang dapat dihubungi,

tidak melakukan diagnosa medis, psicho-test, eksperimen-eksperimen,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

37

pemberian resep obat-obatan dan hal-hal yang menjadi wewenang

profesional- profesional lain.

Seorang hamba Tuhan meskipun bukan konselor profesional,

sangat penting mengembangkan kemampuannya secara terus menerus

demi pelayanan yang bertanggung jawab. Ia harus menguasai teori

kepribadian dan psikologi pada umumnya, disiplin, memiliki relasi

yang luas terkait adanya referal, serta tahu batasan-batasan dalam

melakukan pendapingan maupun konseling.

2) Kecenderungan untuk melakukan pelayanan konseling tanpa tanggung

jawab

Adanya kemungkinan seorang konselor bersikap munafik (tidak

jujur terhadap dirinya) dan ketidak sediaannya memikul tanggung

jawab. Keputusan untuk menjadi hamba Tuhan adalah keputusan

untuk mengikuti teladan hamba Tuhan yang agung, yaitu Yesus

Kristus. Dia disebut hamba Tuhan bukan saja karena kotbahnya saja,

tetapi lebih karena penyerahan diri dalam kepatuhan yang total pada

Allah BapaNya dalam pelayananNya. Yaitu kerelaan untuk

mengorbankan diri demi keselamatan manusia (Rm. 5:7-8).

Sebagai konselor pastoral sekaligus hamba, ia juga dituntut untuk

bertanggung jawab atas pelayanan ini. Tanggung jawab tidak hanya

mengajar (kebenaran firman), lebih dari itu ia juga dituntut untuk

mampu mendemonstrasikan imannya, pengetahuanya, kematangan

pribadinya, keterampilannya, kesabarannya, dan sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

38

Adanya tuntutan yang sedemikian, sehingga membuat banyak

hamba Tuhan berusaha menghindar dari tanggung jawab ini. Yaitu

adanya sikap tidak jujur terhadap diri sendiri. Alasan yang membuat

mereka berbuat demikian adalah:

(1) Adanya ketidaksediaan hamba Tuhan untuk memikul beban

pelayanan yang melebihi dari apa yang ia sukai. Banyaknya role/peran

yang dijalaninya membuat seorang hamba memiliki sikap-sikap:

menikmati rutinitas, merasa sudah berfungsi, dan menikmati

ketergantungan.

(2) Adanya ketakutan pada keakraban. Sebagai hamba Tuhan/gembala,

ia perlu mengenal dan dikenal oleh domba-dombanya. Dalam relasi

dengan umat/konseli, ia juga menjadi model dan contoh yang nyata

bagaimana menjadi seorang yang percaya, bergumul dan mengalami

jalan keluar dalam persoalan-persoalan hidupnya. Pengalaman iman

secara pribadi merupakan unsur terpenting dalam keberhasilan

konseling pastoral. Untuk itu keakraban dalam relasi antara konselor

dan konseli tidak boleh diabaikan.

Kebutuhan untuk membina keakraban (will to relate) adalah

kebutuhan yang sangat fundamental dari setiap orang. Seperti

diungkapkan oleh Karl Meninger (Susabda, 1983:16):

“The establishment or re-establishment of relationship with follow

human beings is the basic architecture of normal life….to live, we

say is to love and vice versa”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

39

Bahkan C. Wyne seorang psychoanalyst (Susabda, 1983:16), juga

menekankan bahwa:

“movement into relationship with other human beings is a

fundamental principle or „need‟ of human existence…..man is

inherently object-related”.

Kebutuhan untuk membina keakraban dengan sesama merupakan

hukum dan perintah utama dari Tuhan sendiri (Mat.22:39). Hal itu

merupakan ciri utama yang menandai suatu kehidupan sebagai seorang

yang sudah diselamatkan. Tetapi sangat disayangkan bahwa ada

banyak orang kristen bahkan hamba Tuhan yang mencoba menghindar

dari interpersonal relationship demi terjadinya keakraban diantara

sesama. Gejala tersebut biasanya muncul akibat dari kegagalan

perkembangan diri dimasa lampaunya, mereka tidak menemukan

identitas pribadi dirinya. Tidak terpenuhinya kebutuhan dimasa

remajanya mengakibatkan kurang berani menghadapi keakraban

karena mereka belum mengenal dirinya sendiri. Ketakutan keakraban

juga mengakibatkan perasaan keterasingan.

Gejala-gejala dari ketakutan keakraban dan keterasingan antara

lain: ketidakmatangan emosi, miskin dalam kasih, takut dirugikan atau

dikecewakan, perasaan rendah diri, perasaan bersalah yang berlebih-

lebihan (guilt feeling), keramah tamahan dan basa basi, dan ringan

tangan ringan kaki.

Selain bersikap tidak jujur terhadap diri sendiri, sikap negatif lain

sebagai bentuk ekspresi pelayanan tanpa bertanggung jawab adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

40

sikap menolak tanggung jawab. Hamba Tuhan biasanya menyadari

bahwa konseling adalah pelayanan yang harus dilakukan. Sehingga

mereka yang tidak mau melakukan tugas ini biasanya memberi alasan-

alasan sebagai berikut ”saya tidak suka psikologi”, “konseling tidak

perlu dipelajari, pokoknya kan bisa kotbah, pelayanan lain tidak baik

juga tidak apa-apa”.

Jika mereka terpaksa melakukan pelayanan konseling, maka yang

terjadi adalah mereka melakukannya secara informality (informalitas).

Yaitu model pelayanan yang tanpa rencana, tanpa jam kantor, tanpa

formalitas, dan tanpa prosedur organisasi. Hal itu sebagai bentuk sikap

penyamaran akan hidup santai dan semaunya sendiri dalam pelayanan.

Gejala yang nampak dari pelayanan ini adalah mau cepat selesai,

diagnosa dan analisa yang berdasarkan intuisi semata-mata, menjadi

ilah/simbol Allah bagi konselinya.

Availability (membuat dirinya selalu mau dipakai). Sikap ini

sebenarnya positip dan menunjukkan sikap yang penuh tanggung

jawab seorang hamba Tuhan. Namun yang terjadi justru ada unsur-

unsur kepentingan untuk pemenuhan kebutuhan diri pribadi, yaitu

sebenarnya mau menolak tanggung jawab, kunjungan dan percakapan

yang tidak bermakna (mencari simpati, teman ngobrol, dan untuk

mendapatkan feeling of importance), serta ada kesengajaan

menciptakan suasana mutual manipulation (saling memanipulasi)

dalam hubungan dengan konselinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

41

c. Suasana percakapan konseling yang ideal (conducive atmosphere).

Suasana percakapan yang ideal yang dimaksudkan bukanlah

sekedar suasana yang menimbulkan perasaan senang, nyaman, dan

enak, tetapi lebih dari itu. Karena suasana yang demikian memang

yang seharusnya diciptakan oleh seorang konselor dalam pelayanan

konselingnya. Unsur-unsur penting yang membantu terciptanya

suasana percakapan konseling yang ideal mencakup dua hal yaitu:

sikap penuh pengertian (understanding) dan memberi tanggapan yang

membangun (responding).

Sikap penuh pengertian (understanding) adalah sikap positip dan

terencana dari konselor yang diekspresikan melalui pemberian

kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk

mengekspresikan dirinya secara tepat. Dalam proses understanding,

seorang konselor/hamba Tuhan harus “empties himself”, yaitu sebuah

sikap menahan diri, mengontrol diri, mengosongkan diri, dan

menunggu saat yang tepat untuk mengekspresikan kebenaran-

kebenaran yang harus diketahui oleh konselinya. Sikap positip yang

terencana akan memberikan kesan yang positip dalam diri konseli.

Suasana yang menyenangkan, rasa bebas dari ketakutan (ketakutan

untuk dipersalahkan) dan rasa diterima sebagai satu individu yang

berharga, akan mendorong konseli untuk mengekspresikan dirinya

“internal frame of reference” (konsep-konsep pemikiran dan dunianya

yang selama ini tersembunyi).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

42

Understanding yang sejati terjadi jika konselor memiliki sikap

positip yang mencakup antara lain: empathy (empatic understanding),

acceptance, dan listening (effective listening). Empathy (empatic

understanding) adalah sikap positip konselor terhadap konseli, yang

diekspresikan melalui kesediaannya untuk menempatkan diri pada

tempat konseli, merasakan apa yang dirasakan konseli, dan mengerti

dengan pengertian konseli. Hal ini tidak secara otomatis dimiliki oleh

konselor sekalipun ia pernah mendapat pelatihan, maka unsur yang

utama yang harus dimilikinya adalah kasih agape, yaitu sikap hati

compassion (yang penuh belas kasihan) yang diekspresikan dalam

kerinduan untuk betul-betul mau menyelami dan mengerti konselinya.

Acceptance adalah kesediaan konselor untuk menerima keberadaan

konseli sebagaimana adanya.Yaitu sikap tanpa mengadili, tidak

melihat konseli berdasarkan pada kesalahan-kesalahan, kelemahan,

dan kegagalan, melainkan mampu memandang kehidupan konseli

secara utuh sebagai pribadi yang unik, yang persoalannya pantas

digumuli, dan kata-katanya pantas dipertimbangkan.

Acceptance dikembangkan oleh konselor karena ia sadar bahwa

dengan cara ini diharapkan menemukan inti persoalan yang sebenarnya

dan pada akhirnya memperoleh jalan untuk memecahkan persoalan

yang mengganggu hidupnya. Maka ia sadar bahwa konseli adalah

pribadi yang benar-benar terganggu dan mengalami persoalan; ada

pengalaman-pengalaman yang tidak disadari dan muncul defense

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

43

mechanism repression; memiliki subjektivitas; butuh orang yang

mengerti dan bisa dipercaya. Acceptance yang sejati akan memberi

peluang bagi konseli untuk melakukan tindakan dan langkah-langkah

konkrit tanpa menunggu sampai inti persoalannya ditemukan.

Listening (effective listening) adalah unsur yang utama dari

understanding. Yaitu kesediaan untuk mendengarkan secara

professional. Eugene Kennedy (Susabda, 1983:30), mengatakan bahwa

the best rapport (hubungan baik yang diharapkan muncul melalui

acceptance).

“….arises, not out of some direct effort to get along well with the

client but out or a simple and sincere effort to listen and hear

accurately what he or she has to say. Rapport automatically exist

when we are concerned enough about others not to worry about

whether they like us or not….”.

Konselor perlu memiliki sensivitas yang tinggi secara disiplin, agar

ia mampu menangkap apa yang dikatakan oleh konseli maupun

perasaan dibalik kata-kata, ekspresi wajah, dan tingkah lakunya.

Responding (Effective Responding)/memberi tanggapan secara

efektif adalah sikap yang sangat penting dari konselor yang

seharusnya tidak merusak bahkan ikut menciptakan suasana

percakapan yang condusive. Di dalamnya mengandung kehangatan,

dukungan, kemurnian sikap konselor, dan mampu memberi stimulus

dengan ide-idenya agar konseli mampu berpartisipasi secara aktif

dalam pelayanan konseling.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

44

d. Melihat tujuan hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya pada

Tuhan dan mencapai tujuan itu dengan takaran, kekuatan dan

kemampuan seperti yang sudah diberikan Tuhan padanya.

Pelayanan konseling hamba Tuhan tidak berhenti pada pemecahan

masalah konseli, tetapi lebih dari itu seorang konselor perlu membantu

konseli untuk mengalami kepenuhan dalam hidupnya ”wholeness”

sebagai citra Allah.

Pelayan pastoral mengajak konseli melihat lebih dalam lagi tujuan

hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya kepada Tuhan. Hal itu

meliputi: melihat tujuan hidupnya secara Kristen yaitu bahwa

kebahagiaan tidak hanya untuk diri sendiri, ia diajak untuk melihat

tujuan yang lebih mulia yaitu memperkenankan hati Tuhan (Gal. 1:10);

melihat alkitab sebagai standart kebenaran yang mutlak untuk menilai

tingkah laku dan kebutuhannya; memakai sarana dan jalan yang sesuai

dengan iman Kristen dalam mencapai tujuan yang benar itu, melihat

tujuan hidupnya secara realistis, dan mencapai tujuan hidup yang

dicita-citakan dengan takaran dan kekuatannya sendiri. Jadi konseli

diajak untuk semakin memiliki arah dalam hidupnya, bertanggung

jawab dan mampu mengembangkan dirinya sesuai potensi yang

dimilikinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

45

9. Teknik-teknik Konseling

Ada berbagai ragam teknik pendampingan/konseling, menurut Wilis

(2014:160-174) disebutkan sebagai berikut:

a. Perilaku attending

Perilaku attending disebut sebagai perilaku memperhatikan seorang

konselor kepada konseli. Perilaku ini mencakup: kontak mata, bahasa

badan, dan bahasa lisan. Komponen ini penting agar klien mampu

terbuka dan mudah berbicara dengan konselor. Attending yang baik

berdampak: meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana

yang aman, dan mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.

b. Empati

Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang

dirasakan oleh klien, merasa, dan berpikir bersama klien, bukan

untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan

Attending. Empati ada dua macam: a) empati primer (premary

emphaty), yaitu bentuk empati yang hanya memahami perasaan,

pikiran, keinginan, dan pengalaman klien. Tujuannya agar klien

terlibat dan terbuka dalam pembicaraan; b) empati tingkat tinggi

(advanced accurate emphaty) yaitu pemahaman konselor terhadap

perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman klien secara mendalam

dan menyentuh klien, sehingga membuatnya tersentuh dan terbuka

untuk mengemukakan isi hatinya yang terdalam, baik perasaan,

pikiran, pengalaman, termasuk juga penderitaannya. Dalam teknik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

46

ini, konselor harus mampu: mengosongkan perasaan dan pikiran

egoistik, memasuki dunia dalam klien, melakukan empati primer

dengan mengatakan “saya dapat merasakan perasaan anda”, dan

melakukan empati tinggi dengan mengatakan “saya merasakan apa

yang saudara rasakan”, dan saya ikut terluka dengan pengalaman

anda itu”.

c. Refleksi

Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali

kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai

hasil pengamatan terhadap perilaku verbal maupun nonverbal.

Refleksi mencakup refleksi perasaan, refleksi pegalaman, dan refleksi

pikiran.

d. Eksplorasi

Eksplorasi adalah keterampilan konselor untuk menggali perasaan,

pengalaman, dan pikiran klien. Teknik ini memungkinkan klien yang

bersikap tertutup menjadi bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan,

dan terancam. Sebagaimana refleksi mencakup tiga hal,dalam

eksplorasi juga yaitu: eksplorasi perasaan, eksplorasi pegalaman, dan

eksplorasi pikiran.

e. Menangkap pesan utama (paraphrasing)

Seorang konselor perlu menangkap pesan utama yang disampaikan

oleh klien mengenai ide, perasaan, dan pengalamannya. Kemudian

konselor menyampaikan kembali kepada konseli secara sederhana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

47

agar konseli mampu memahaminya. Karena sering klien

menyampaikan ide, perasaan, dan pikirannya dengan cara berputar-

putar dan panjang, serta berbelit-belit. Tujuan paraphrasing adalah a)

meyakinkan konseli bahwa konselor ada dan memahami

perkataannya; b) mengendapkan dalam ringkasan; c) mengarahkan;

d) pengecekan kembali persepsi konselor tentang yang dikatakan oleh

konseli.

f. Bertanya untuk membuka percakapan (open question)

Kebanyakan calon konselor mengalami kesulitan dalam membuka

percakapan dengan klien. Untuk itu perlu dilatih keterampilan

bertanya dalam bentuk terbuka (open-ended) yang memungkinkan

munculnya pernyataan-pernyataan baru dari klien. Pertanyaan

terbuka yang baik dimulai dengan: apakah, bagaimana, adakah,

bolehkah, dapatkan. Sebaiknya dihindari menggunakan kata:

mengapa, apa sebabnya? Kata itu menyulitkan klien membuka

wawasannya.

g. Bertanya tertutup (closed questions)

Tujuan keterampilan bertanya tertutup adalah untuk mengumpulkan

informasi, untuk menjernihkan atau memperjelas sesuatu, dan

menghentikan omongan klien yang sudah menyimpang

jauh/melantur. Contoh pertanyaan tersebut misalnya: apakah, adakah,

dan harus dijawab dengan ya atau tidak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

48

h. Dorongan minimal (minimal encouragement)

Upaya utama konselor agar konseli selalu terlibat dalam pembicaraan

dan dirinya terbuka (self-disclosing). Dorongan minimal adalah

dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang dikatakan klien.

Contohnya: oh…., ya…., terus…., lalu…, dorongan ini tepat

digunakan bila klien sudah kelihatan mengurangi ataupun

menghentikan pembicaraannya, kurang memusatkan pikiran dalam

pembicaraan, dan konselor ragu terhadap pembicaraan klien. Hal ini

dapat meningkatkan eksplorasi diri.

i. Interpretasi

Upaya konselor untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan

perilaku/pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori. Tujuan

teknik ini adalah memberikan rujukan, pandangan atau perilaku klien,

agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari

hasilrujukan tersebut.

j. Mengarahkan (directing)

Keterampilan konselor untuk mengajak dan mengarahkan klien

berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling. Misalnya:

menyuruh klien bermain peran dengan konselor, atau mengkhayalkan

sesuatu.

k. Menyimpulkan sementara (summarizing)

Saat periode waktu tertentu konselor bersama klien menyimpulkan

pembicaraan. Tujuan teknik ini adalah: a) memberi kesempatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

49

kepada klien untuk mengambil kilas balik (feedback) dari hal-hal

yang dibicarakan; b) untuk menyimpulkan kemajuan hasil

pembicaraan secara bertahap; c) untuk meningkatkan kualitas diskusi;

d) mempertajam atau memperjelas fokus pada wawancara konseling.

l. Memimpin (leading)

Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak melantur atau

menyimpang, maka konselor harus mampu memimpin arah

pembicaraan demi tercapainya tujuan. Sehingga klien mampu untuk

terfokus, dan arah pembicaraan fokus pada tujuan.

m. Fokus

Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui

perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan klien. Fokus

membantu klien terpusat pada pokok pembicaraannya. Ada beberapa

fokus yang dapat dilakukan konselor: a) fokus pada diri klien; b)

fokus pada orang lain; c) fokus pada topik; d) fokus mengenai

budaya.

n. Konfrontasi

Konfrontasi adalah teknik konseling yang menantang klien untuk

melihat adanya diskrepansi atau inskonsistensi antara perkataan dan

bahasa badan (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum

dengan kepedihan, dan sebagainya.

Tujuannya adalah agar klien mengadakan penelitian diri secara jujur,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

50

untuk meningkatkan potensi klien, untuk membawa kesadaran klien

adanya diskrepansi, konflik, atau kontradiksi dalam dirinya.

o. Menjernihkan (clarifying)

Menjernihkan adalah keterampilan untuk menjernihkan ucapan-

ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan.

Tujuannya agar: pasien menyampaikan pesannya secara jelas dengan

ungkapan kata-kata yang tegas, dan alasan-alasan yang logis; agar

klien menjelaskan,megulang, dan mengilustrasikan perasaannya.

p. Memudahkan (facilitating)

Memudahkan adalah keterampilan membuka komunikasi agar klien

dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan,

pikiran, dan pengalamannya secara bebas, sehingga komunikasi dan

partisipasi dalam proses konseling berjalan efektif.

q. Diam

Diam amat penting dengan cara attending. Diam yang ideal

dilakukan antara 5-10 detik dan selebihnya bisa diganti dengan

dorongan minimal. Tujuan teknik ini adalah: menanti klien sedang

berpikir; sebagai protes bila klien ngomong berbelit-belit; menunjang

perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.

r. Mengambil inisiatif

Konselor mengambil inisiatif bila klien kurang bersemangat untuk

berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif. Tujuan teknik ini

adalah: mengambil inisiatif bila klien kurang bersemangat; jika klien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

51

lambat berpikir untuk mengambil keputusan; dan jika klien

kehilangan arah pembicaraan.

s. Memberi nasihat

Pemberian nasihat dilakukan bila klien memintanya, meskipun

demikian seorang konselor perlu mempertimbangkan apakah perlu

atau tidak. Hal ini bertujuan agar tujuan konseling yakni

memandirikan klien tetap tercapai.

t. Pemberian informasi

u. Merencanakan

Menjelang akhir konseling, seorang konselor harus dapat membantu

klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk

action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya.

v. Menyimpulkan

Pada akhir konseling konselor membantu klien untuk menyimpilkan

hasil pembicaraan yang menyangkut: perasaannya saat ini terutama

mengenai kecemasan; memantapkan rencana klien; pokok-pokok

yang akan dibicarakan selanjutnya.

10. Tahap- Tahap Layanan Konseling Pastoral

Untuk dapat memberikan layanan Konseling Pastoral, maka

konselor harus mengetahui tahap-tahap dan kekhasan dalam setiap tahap

tersebut.

Menurut Tu‟u (2007:72-81) ada beberapa tahap untuk dapat memberikan

layanan Konseling Pastoral yakni:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

52

a. Tahap Awal

Pada tahap ini konselor mendengarkan pergumulan pikiran atau

perasaan konseli (yang mengalami sakit). Apabila relasi konselor cukup

baik dengan konseli, pendampingan dapat diawali dengan berdoa

memohon rahmat/berkat Tuhan agar proses Konseling Pastoral yang

akan dilangsungkan (kemungkinan bisa terjadi dalam beberapa

pertemuan) dapat berlangsung dengan baik.

b. Tahap Inti

Pada tahap ini konselor berupaya menggali, mencari, menemukan

pokok-pokok akar masalah (dari pikiran/perasaan konseli) serta akibat-

akibat yang dihadapi konseli. Dalam tahap ini konselor perlu

mengembangkan percakapan dengan menggunakan model-model:

Respons Understanding (U), Respons Suportif (S), Respon Interpretatif

(I) dan Respon Evaluatif (E), dengan penjelasan sebagai berikut:

a) Respons Understanding (U), berisi pemahaman dan pengertian,

maksudnya konselor mengungkapkan dengan kalimatnya sendiri

tentang pikiran/perasaan konseli. Respons Understanding ini sering

ada dimana-mana dalam konseling, sehingga dapat dikombinasi

dengan Rerspons SIE (Suportif, Interpretatif, Evaluatif).

b) Respons Suportif (S) isinya refleksi teologis, untuk mendukung,

menentramkan, meneguhkan, menghibur konseli. Respons ini sangat

berguna untuk merespons konseli yang mengungkapkan

kebimbangan, keragu-raguan, ketakutan, kekhawatiran, gelisah,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

53

resah, sedih, duka, putus asa, “merasa kecil”/”minder”, dan tidak

berdaya, bingung, kecewa, benci, dendam. Dalam percakapan pada

tahap ini perasaan konseli perlu ditanggapi konselor dengan

memberikan inspirasi teologis. Oleh karena itu konselor perlu

memiliki pemahaman yang berkaitan dengan ayat-ayat Kitab Suci

tertentu supaya dapat mendorong konseli keluar/membebaskan diri

dari rasa itu.

c) Respons Interpretatif (I), isinya refleksi psikologis bertujuan untuk

menafsir, menuntun, membimbing dan menerangkan. Intinya

mengajak konseli merenungkan pikiran/perasaan yang menjadi

problemnya dalam konteks pemikiran psikolog tertentu. Respons

Interpretatif (I) ini akan mengarah ke Respons Evaluatif (E) dan

Respons action (A).

d) Respons Evaluatif (E) isinya unsur psikologis dan teologis. Respons

ini berusaha mengevaluasi, menanggapi hal-hal yang baik dari

konseli, memberikan ide-ide, alternative-alternatif jalan keluar, atau

solusi.

c. Tahap Penutup

Pada tahap ini konselor berusaha untuk mengakhiri proses

Konseling Pastoral dengan Respons Action (A). Maksudnya, konselor

membantu konseli untuk membuat tindakan konret. Supaya proses ini

dapat berjalan baik, pentingnya memiliki kebiasaan berdoa perlu digaris

bawahi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

54

11. Fungsi Konseling Pastoral

Pada umumnya para ahli setuju dengan Clebsch dan Jaekle

(Wiryasaputra:1999) menjelaskan bahwa, konseling pastoral mempunyai

empat fungsi yaitu:

a. Menyembuhkan (healing)

Seseorang yang sakit pasti ingin sembuh dan berpikir tentang obat

kimia yang bisa menyembuhkannya. Berapapun harganya mereka akan

berusaha asalkan ia bisa keluar dari rasa sakit yang menimpanya.

Dalam hal pendampingan pastoral, fungsi penyembuhan ini sangat

penting. Pemberian pelayanan konseling secara intensif, yang dipenuhi

dengan kasih sayang, empati, mendengarkan dengan sepenuh hati,

kepedulian, membuat seorang yang sakit mengalami sebuah

penerimaan dan rasa dipahami. Fungsi ini sangat penting untuk

menolong orang yang terluka akibat trauma ataupun mengalami luka

batin, dan juga rasa bersalah yang berakibat sakit pada psikis konseli.

Konselor membantu konseli agar mau terbuka dan membantu dia, agar

dia dapat kembali berfungsi seperti sedia kala. Jika memungkinkan doa

sesudah proses konseling juga turut membantu proses kesembuhannya.

b. Menopang (sustaining)

Konselor dihadapkan pada klien yang tiba-tiba mengalami krisis

yang mendalam, misalnya mereka yang mengalami kehilangan,

kemtian orang-orang yang dikasihinya, dan dukacita. Dalam situasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

55

seperti itu konselor dimungkinkan untuk mendampinginya. Kehadiran

konselor akan menolong seseorang agar dapat bertahan pada

kondisinya itu apabila tidak mungkin dikembalikan kepada keadaan

semula. Dukungan berupa kehadiran dan sapaan yang meneguhkan,

serta sikap yang terbuka akan mengurangi penderitaan konseli.

c. Membimbing (guiding)

Fungsi membimbing ini muncul dalam usaha menolong konseli

untuk mengambil keputusan-keputusan mengenai hidupnya sendiri.

Konselor menolong orang agar orang dapat mengambil keputusan

yang realistik dan terbaik bagi masa depannya sendiri. Konselor

memberikan alternatif yang bertanggung jawab dengan egala

risikonya, sambil mengarahkan pada pilihan yang berguna baginya.

d. Memperbaiki hubungan (reconciling)

Setiap orang pasti merindukan adanya suasana yang aman, damai,

dan rukun diantara sesamanya, baik kelurga inti maupun saudara serta

orang-orang yang mereka kenal. Manusia adalah makhluk sosial,

apabila hubunganya dengan pribadi yang lain retak/mengalami

permasalahan, maka akan mempengaruhi situasi batin mereka. Hal itu

bisa mengakibatkan luka ataupun rasa bersalah dalam dirinya.

Konselor membantu klien menganalisa mana yang mengancam

hubungan dan membantu mencari alternatif untuk memperbaiki

hubungan tersebut. Maka fungsi ini sangat penting agar dapat

menolong klien untuk memulihkan hubungan yang retak/putus/rusak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

56

terhadap orang disekitarnya.

Oleh Wiryasaputra (1999) ditambahkan satu fungsi lagi yaitu

mendidik/membina.

e. Mendidik/membina (educating/forming)

Dalam hal ini konselor menolong orang agar dapat

mengembangkan diri sedemikian rupa sehingga dia dapat menolong

dirinya sendiri dan bahkan jika perlu menolong orang lain di masa

datang.

12. Etika Pastoral dengan Kode Etiknya

Pembebasan dan penyembuhan menjadi tanda kedatangan kerajaan

Allah di dunia yang menghadirkan keselamatan (Mat.11:4-5).

Pembebasan dan penyembuhan sedemikian tak terbatas pada segi

kejasmanian, melainkan menyangkut manusia seutuhnya. Karya rumah

sakit katolik, yang merupakan salah satu ungkapan dan sarana gereja bagi

sesama yang menderita, memberikan kesaksian bagi penyembuhan dan

pembebasan.

Pada tahun 1978, MAWI telah menyampaikan dokumen “pesan

MAWI kepada karya kesehatan katolik”. Dengan pedoman ini gereja ingin

menyatakan bahwa pelayanan rumah sakit tetap dihargai dan didukung

serta diperlukan bagi rujukan pelayanan kesehatan primer. Pedoman ini

diharapkan menjadi landasan yang bermanfaat dalam upaya menciptakan

suasana yang mendukung dalam dimensi religious dan tanggung jawab

etis, membentuk hati nurani, menghormati martabat manusia,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

57

mengembangkan solidaritas bagi yang menderita, dan menjalankan proses

pengambilan keputusan yang mengindahkan segi-segi etis dan pastoral.

Pedoman Etis dan Pastoral Rumah Sakit 1987 pada butir terhadap

pendampingan pasien dalam pelayanan pastoral itu antara lain:

1. Kemajuan manajemen, ilmu dan teknologi kedokteran, betapapun

manfaatnya dapat disertai kekaburan nilai-nilai manusiawi.

Pendampingan pasien sebagai bagian pelayanan pastoral,merupakan

bagian hakiki Rumah Sakit Katolik berdasarkan ciri khas dan inspirasi

kristiani yang menjiwainya.

Meskipun tidak dengan sendirinya membawa kesembuhan, sentuhan

manusiawi dapat membuka jalan bagi hidup yang lebih berarti.

Perhatian pada pribadi pasien secara utuh, kehadiran dan

pendampingan yang memberikan dukungan, besar artinya dalam

membantu penyembuhan.

Pendampingan secara profesional dan manusiawi, membantu pasien

untuk menggali dan menemukan makna dalam hidupnya,

memunculkan harapan dan mengutuhkan kembali relasinya dengan

sang pencipta (butir 52).

2. Pendampingan pasien diarahkan agar penderita secara aktif dapat

mengembangkan sikap yang tepat terhadap diri dan penderitaannya.

Kunjungan pribadi, kesempatan berkomunikasi dan berdialog,

konsultasi dengan tenaga ahli, dan berbagai perhatian akan mengurangi

penderitaan pasien dan keluarganya. Perlakuan terhadap pasien sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

58

subjek, dengan keterbatasannya memungkinkan mereka lebih

menyadari makna hidupnya (butir 53).

3. Pendampingan terhadap orang yang akan meninggal dunia berarti

bantuan bagi seseorang menuju peralihan hidup di dunia kepada hidup

kekal. Hendaknya diusahakan agar menjelang kematian, penderita

tidak ditinggal sendirian. Diusahakan agar penderita didampingi oleh

keluarga, dokter, perawat, serta petugas agama yang dikehendaki

pasien. Penataan ruang jenasah seyogyanya mencerminkan harapan

kristiani dan suasana yang khidmad (butir 54).

4. Karena pendampingan pasien merupakan bagian yang hakiki dan

menjadi tanggung jawab bersama, maka siapa saja yang berhubungan

dengan pasien diharapkan mampu mengembangkan kerjasama sesuai

dengan perannya masing-masing. Pengamalan cinta kasih hendaknya

menjiwai masing-masing profesi dalam karya rumah sakit katolik.

Pembinaan sikap manusiawi dan kristiani dalam bentuk sikap

menghargai, peka dan tanggap terhadap situasi pasien menjadi

program penting (butir 55).

5. Agar tanggung jawab bisa terlaksana dengan baik oleh semua pihak,

maka perlu dibentuk tim pastoral yang bertugas (butir 56):

a. Membangkitkan dan memantapkan kesadaran, motivasi dan

tanggung jawab semua pihak untuk melaksanakan peran masing-

masing dalam pelayanan pendampingan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

59

b. Mengorganisasikan usaha pelayanan, agar terarah, terpadu,

bermutu, dan merata.

c. Mengembangkan lebih lanjut bentuk dan metoda pelayanan.

d. Menyelenggarakan kaderisasi dan penyegaran personil, agar lebih

mampu dan sanggup melaksanakan pelayanan pastoral.

e. Menyelenggarakan evaluasi tentang kegiatan pelayanan yang

dijalankan.

Sedangkan menurut Young dan Koopsen (2009: 47-48),

prinsip etis utama dalam perawatan spiritual bidang kesehatan

adalah:

1. Berbudi pekerti, yaitu kewajiban untuk melakukan apa yang benar.

Penggelola perawatan kesehatan diwajibkan untuk bertindak

dengan cara positip agar bermanfaat bagi pasien. Cara bertindak

yang positip akan menimbulkan kepercayaan yang tinggi antara

penyelenggara kesehatan dengan pasien, sehingga pasien merasa

terbantu dan tidak dirugikan (Mueller, dkk. 2001).

2. Tidak berperilaku buruk, yaitu perilaku yang tidak menimbulkan

keburukan pasien. Artinya bahwa para profesional perawatan

kesehatan harus menyelenggarakan perawatan spiritual sebagai

bagian dari seluruh perawatan, karena pengabaian perawatan

spiritual berdampak negatif pada pasien,dan pasien berpandangan

bahwa kesehatan spiritual dan fisik sama-sama penting (Mueller, at

al.2001)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

60

3. Otonomi, berarti membantu pasien sesuai dengan kebutuhan

spiritual mereka tanpa mempengaruhi apa yang diyakini oleh

pasien. Dalam arti lain bahwa tiap orang memiliki kemerdekaan

untuk menentukan hidup mereka sendiri (Burkhardt dan

Nathanael.1998, Purtillo. 1999). Lebih lanjut Lo (2000),

mengungkapkan bahwa orang mengharapkan mereka memiliki

kemampuan untuk menentukan pilihan hidup berpengaruh besar

dalam perawatan kesehatan. Otonomi berkaitan erat dengan konsep

tentang hati nurani yang dipenuhi informasi yang baik.

4. Kerahasiaan, merupakan prinsip etis yang menuntut seseorang

yang kepadanya dipercayakan informasi pribadi dan rahasia.

Kerahasiaan disebut dalam janji Nightingale untuk kelulusan

perawat: “dengan sekuat tenaga saya akan meningkatkan standart

profesi saya dan memegang teguh seluruh perkara pribadi yang

dipercayakan pada saya dan seluruh urusan keluarga yang saya

ketahui dalam praktik profesi saya (Thomas, 1997:1301)”. Lebih

lanjut Thomas (Young dan Koopsen. 2009:48), menyebutkan

bahwa kerahasiaan disebut juga dalam supah Hipokrates untuk

para dokter: “Apapun juga yang terkait dengan praktik profesional

saya, atau tidak dalam kaitan dengan ini, saya ketahui dan dengar,

dalam hidup manusia, yang harus tidak diketahui umum, saya tidak

akan mengatakan apapun, karena memandang semua itu harus

disimpan sebagai rahasia”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

61

5. Dukungan, meliputi pemberian bantuan pada pasien untuk

melaksanakan otonomi. Dorongan menuntut peran serta

profesional perawatan kesehatan untuk menghormati martabat dan

kemerdekaan pasien dalam hubungan perjanjian seperti

dicontohkan oleh hubungan antara Tuhan dengan kaum beriman

(Salladay dan McDonnell. 1989:543). Lebih lanjut ia

mengungkapkan bahwa, penyelenggara perawatan spiritual yang

merupakan pendukung pasien harus mampu mengesampingkan

agenda pribadinya dan membantu pasien mencari makna hidup

selama masa penderitaan, frustasi, dan lemah.

Para pelayan pastoral dalam gereja katolik Roma tidak mempunyai

kode etik yang resmi. Kode etik tanggung jawab pelayanan profesional ini

sebagai usaha percobaan dan terbatas. Kode etik ini tidak hanya mencakup

kotbah, latihan-latihan konseling, pengaturan keuangan, penggajian dan

pemberhentian pegawai-pegawai, tugas-tugas administratif, dan wilayah-

wilayah lain yang mungkin dikenal para pelayan pastoral.

Gula (2009:229-244), mendasarkan kode etik ini pada kerangka

kerja teologis-etis dan dikembangkan dari posisi moral. Kode etik

pelayanan profesional antara lain:

1. Pembukaan

Gereja adalah komunitas kaum beriman yang dipersatukan bersama

oleh iman, harapan, dan kasih. Sebagai orang beriman yang telah

menerima sakramen baptis, semua mengambil tanggung jawab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

62

meneruskan perintah Yesus di dunia ini yaitu mencintai Tuhan dan

sesama seperti dirinya sendiri. Kode etik ini hanya sebuah tawaran,

tidak ada paksaan ataupun sanksi bagi yang tidak melaksanakannya.

2. Kerangka teologis

Pelayanan pastoral adalah suatu panggilan dan suatu profesi.

Panggilan merupakan suatu tanggapan bebas terhadap penggilan

Tuhan di dalam dan melalui komunitas untuk mengabdikan diri dalam

kasih pelayanan terhadap sesama. Keyakinan bahwa manusia

diciptakan menurut citra Allah membangun keluhuran pribadi dan

kodrat sosial, sehingga menerima sesama bukan berdasarkan nilai

fungsional untuk kepentingan pribadi, lebih dari pada itu bahwa

menyalurkan anugerah-anugerah yang dimilikinya kepada sesamanya

adalah sebagai keharusan.

Yesus sebagai model pelayanan ini, sebagai murid yang dewasa

seorang pelayan pastoral hendaknya menghayati semangat gurunya

yaitu melaksanakan pelayanan pastoral secara inklusif dan menghayati

pelayanan ini sebagai sarana untuk pembebasan manusia demi

kepenuhan hidup semua orang karena mengalami anugerah ilahi.

3. Kekhasan ideal para pelayan pastoral

Watak dan keutamaan menunjukkan identitas setiap pribadi dalam

pelyanannya. Watak adalah himpunan tujuan, perilaku, dan alasan

yang memberikan arah bagi hidup kita. Sedangkan keutamaan-

keutamaan adalah keterampilan-keterampilan praktis yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

63

mengkaitkan kenyataan-kenyataan dan aspirasi-aspirasi dengan

tindakan-tindakan.

Keutamaan- keutamaan yang seharusnya dimiliki oleh seorang

pelayan pastoral adalah sebagai berikut:

a. Kesucian

Seorang pelayan pastoral sebagai pribadi yang menjembatani

kehadiran yang ilahi, maka hendaklah mengembangkan relasi yang

teguh dengan Allah Tritunggal. Dengan ciri sebagai berikut: hidup

terarah kepada Allah, rajin berdoa, dan memiliki kedisiplinan

rohani, terbuka pada Roh kudus.

Selain itu juga dinyatakan dalam pribadi yang asli, tidak defensif,

tidak memihak, luwes, menerima pengalaman-pengalaman dan

orang-orang yang berbeda, kesadaran diri yang kritis,

mengusahakan keseimbangan dalam hidupnya, dan keadilan dalam

hidup orang lain.

b. Cinta kasih

Cinta kasih sebagai bela rasa terhadap orang lain, harus dimulai

dengan self-care yang sesuai dengan diri sendiri,agar dapat

melayani secara bebas. Hal itu mencakup kesabaran dalam hidup

dengan orang lain dan mengusahakan kebaikan orang lain.

c. Kelayakan untuk di percayai

Keutamaan ini mencakup ungkapan: kesetiaan, kejujuran, keadilan,

kebenaran, kemurahan hati, dan kerendahan hati. Sebagai orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

64

yang dipercayai hendaknya seorang pelayan pastoral dapat menjadi

tempat yang aman dan dapat memegang rahasia dalam komunikasi.

Ia juga mampu memperhatikan konseli, mampu menghargainya

dan tahu batas-batas fisik maupun emosional, menyampaikan hal

yang penting, mampu memenuhi komitmen-komitmennya, dan

terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya agar

semakin kompeten dan dipercaya.

d. Altruisme

Altruisme adalah sebuah pelayanan yang ditandai dengan

kemurahan hati. Pelayan yang murah hati mampu mengutamakan

kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri, bisa

didekati, menawarkan pelayanan secara inklusif, mampu berbagi

waktu dan bakat dengan orang lain, dan berusaha melindungi

keluhuran dan hak dasar setiap pribadi.

e. Kebijaksanaan

Kebijaksanaan adalah hati yang mampu untuk memilah dengan

tajam. Ia juga memiliki ketelitian dalam melihat apa yang sedang

terjadi, mampu membedakan secara rinci,terbuka untuk belajar,

menanyakan pengertian dan bias dalam diri sendiri, mengambil

hasil yang mungkin, mengambil waktu untuk mendengarkan dan

hening dalam doa, memutuskan dan melaksanakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

65

4. Kewajiban profesional

Seorang pelayan pastoral memiliki kewajiban profesional meliputi:

a. Kompetensi teologis

Seorang pelayan pastoral memberikan waktu untuk

mengembangkan pengetahuan teologis dan keterampilan

pastoralnya, baik studi secara pribadi maupun ambil pogram

profesional. Selain itu juga mengembangkan diri dengan

mengadakan refleksi teologis untuk memediasi makna sumber-

sumber kristiani.

b. Pelayanan kebutuhan umat untuk keselamatan

Pelayanan yang dilaksanakan dengan jalan memelihara kasih, yaitu

dengan mencintai Allah dan sesama sepereti diri sendiri.

c. Komitmen untuk kepentingan terbaik bagi sesama

Pelayan diharapkan menjadi pribadi yang mudah dihubungi dan

siap menolong; mampu menghargai keluhuran setiap pribadi tanpa

membeda-bedakan; memiliki kualitas pelayanan yang luwes,

fleksibel dan mampu melampaui batas.

d. Pemeliharaan diri

Pelayan berusaha memelihara hidup sehat baik secara fisik,

emosional, sosial, spiritual, maupun berusaha hidup sehat secara

moral dengan terlibat dalam kegiatan yang bersifat konfidensial,

supportif untuk mendapat nasihat dan dukungan untuk visi dan

nilai hidupnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

66

e. Penggunaan kuasa

Pelayan pastoral hendaknya berusaha menggunakan

kekuasaannya untuk menghargai keluhuran pribadi-pribadi yang

dilayaninya dan memberdayakan mereka; memiliki kediplinan diri

yang jelas dan tahu batas-batas dalam relasi dengan pribadi yan

dilayani.

f. Tanggung jawab

Pelayan pastoral berusaha untuk membatinkan dan melaksanakan,

serta bertanggung jawab terhadap kode etik yang menjadi standart

tugas pelayanannya.

5. Perilaku seksual

Pelayan pastoral hendaknya memberi kesaksian tentang kemurnian

baik sebagai kaum selibat, berkeluarga, maupun yang masih singgle

dalam semua jenis hubungan; ia juga harus menghindari perilaku-

perilaku menyimpang; bisa menjadi tempat yang aman untuk mereka

yang terluka, bertanggung jawab dan tahu batas-batas seksual dalam

relasi pastoral, berani menolak, bijaksana dan mampu mengendalikan

dalam memberikan sentuhan; peka terhadap dinamika diri maupun

yang dilayani; memiliki kesadaran akan dinamika seksual dalam relasi

pastoral yang sedang terjadi; berani terbuka untuk mencari dan

bertanya kepada yang lebih profesional mengenai batas-batas dan

tanggung jawab dalam pelayanan pastoral; berani melaporkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

67

pelanggaran-pelanggaran tentang perilaku seksual dan adil terhadap

korban.

6. Konfidensialitas

Pelayan pastoral hendaknya menjaga semua informasi konfidensial

yang disampaikan kepadanya; mampu menahan diri terhadap gosip

yang salah, merendahkan martabat, mencemarkan nama baik,

melanggar dan berbahaya untuk nama orang lain.

B. Hakikat Pasien/orang-orang sakit

1. Definisi Pasien

Kamus Bahasa Indonesia edisi keempat tahun 2008, menyebutkan

bahwa pasien berarti orang sakit (yang dirawat dokter); penderita (sakit).

Jadi pasien berarti orang sakit/penderita yang dirawat oleh dokter. Ada tiga

macam pasien, yaitu: pasien dalam, pasien luar, dan pasien opname.

Pasien dalam adalah pasien yang memperoleh pelayanan tinggal atau

dirawat pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu/pasien yang dirawat

di rumah sakit. Pasien luar adalah pasien yang memperoleh layanan

kesehatan tertentu, tidak menginap di unit pelayanan kesehatan. Pasien

opname adalah pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan menginap

dan dirawat di rumah sakit. Jadi pasien adalah orang yang mengalami

keadaan diri (fisik) yang tidak nyaman. Keadaan tidak nyaman atau sakit

yang membuatnya tidak mampu atau terganggu dalam melakukan

aktifitasnya.

Abineno (1994:1-5), menyatakan bahwa seorang pelayan konseling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

68

pastoral harus mengetahui situasi si pasien, yaitu situasi lahiriah dan

situasi batiniah. Situasi lahiriah adalah situasi tempat dan lingkungan

dimana orang sakit berada, hal ini sangat mempengaruhi perasaan pasien.

Apabila seseorang dirawat di rumah sakit, maka akan timbul perasaan

renggang dan rasa kesepian terutama bila mereka jarang dikunjungi.

Dalam situasi demikian mereka sangat berharap dikunjungi oleh

pastor/pendeta. Situasi rumah sakit tempat dan waktu yang diberikan

kadang mempersulit seorang pastor dalam mengadakan percakapan

pastoral. Hal itu terkait adanya kebutuhan pasien yang berbeda-beda.

Ada bermacam-macam kebutuhan pasien yaitu: ada yang

membutuhkan percakapan karena ia sedang mengalami kesepian dan

kebimbangan, membutuhkan bimbingan karena ia mengalami krisis-

percaya, ada yang membutuhkan penghiburan karena ia susah dan tidak

melihat jalan keluar, dan lain-lain. Adanya kebutuhan pasien yang

berbeda-beda, sehingga layanan pastoral juga harus diberikan secara

pribadi sebagaimana yang diharapkan oleh pastor.

Situasi batiniah adalah situasi orang sakit itu sendiri, terlepas dari

situasi yang di luar dirinya. Orang sakit adalah orang yang banyak atau

sedikit merasa bahwa ia dibuat menjadi pasif atau barang kali lebih baik;

dibuat menjadi non aktif terutama kalau dirawat di rumah sakit. Ia merasa

bahwa ia dengan rupa-rupa cara, misalnya diikat untuk waktu tertentu akan

menimbulkan banyak-sedikit harapan untuk sembuh, banyak-sedikit

kesulitan fisik, atau ketidak stabilan psikis. Maka sangat penting bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

69

seorang pelayan pastoral mempunyai pengetahuan tentang realitas yang

objektif dari si pasien (Abineno, 2014: 4).

Seorang pastor/pelayan pastoral perlu memiliki pengetahuan

tentang psikologi orang sakit, agar dapat menunaikan tugasnya dengan

baik. Pendekatan psikologis diterapkan sebagai persiapan untuk pelayanan

pastoral, pendekatan ini sebagai alat bantu agar mengerti dengan lebih baik

situasi pasien yang dilayaninya. Tidak semua pasien memerlukan

pendekatan psikologis, khususnya bagi pasien yang mendekati ajal. Dalam

situasi seperti ini biasanya seorang pelayan pastoral hanya berdoa dan

berharap pada Allah agar berkenan memberikan kata-kata yang tepat

padanya. Tugas hakiki seorang pelayan pastoral adalah melaksanakan

tugas yang dipercayakan Kristus kepadanya yaitu menjadi gembala yang

baik.

Tugas hakiki sebagai gembala yang baik adalah melakukan

kunjungan kepada orang sakit dan mengadakan percakapan dengan orang

sakit. Kunjungan kepada orang sakit merupakan pola pelayanan pastoral

yang benar. Lebih lanjut pelayanan ini bukan didasarkan atas kebaikan

ataupun keselamatan manusia, tetapi atas kehendak Allah. Maka dalam

memulai pelayanannya seorang pastor/pelayan pastoral harus terlebih

dahulu mendengarkan, baru sesudah itu berkata-kata dan berbuat. Dalam

mendengarkan orang sakit pelayan pastoral juga hendaknya lebih

mendengarkan Allah. Allah yang awalnya pribadi ketiga dan kemudian

menjadi yang pribadi pertama yang memimpin pelayanan pastoral.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

70

Mengapa demikian? Karena maksud terpenting dari pelayanan pastoral

terhadap orang sakit adalah hubungannya dengan Allah.

Lebih lanjut Abineno (2014:9), mengungkapkan bahwa yang

paling penting dalam pelayanan pastoral ialah pembebasan orang sakit.

Yang dimaksud dengan pembebasan disini bukan pertama-tama

pembebasan dalam arti psiko-somatis, meskipun itu juga yang

dimaksudkan. Tetapi lebih dari itu, justru ditengah-tengah penderitaan

berat yang si sakit tanggung dengan segala keterikatan daripadanya, si

sakit menunjukkan sikap percayanya pada Yesus Kristus, Tuhan dan Sang

Juruselamatnya, meskipun masih ada penderitaan psikosomatisnya yang

masih berlangsung.

Penyakit yang diderita oleh seseorang sangat mempengaruhi situasi

manusia, baik fisik maupun psikologis/kepribadiannya. Ada beberapa sifat

yang pada umumnya dialami oleh orang yang sakit, antara lain:

a. Orang sakit tergantung pada orang lain, ia tidak lagi berdiri sendiri

Orang yang sakit pada umumnya mempunyai kebutuhan untuk

diperhatikan lebih dari pada orang yang sehat. Mereka sangat

tergantung pada perawatan keluarga maupun perawat. Jika ia

membutuhkan sesuatu ia selalu meminta tolong pada orang yang ada

disekitarnya, ia menjadi seperti seorang anak kecil yang sangat

tergantung pada bantuan orang di sekitarnya.

Hal itu biasanya dialami oleh orang yang sakit berat dan dalam

waktu yang lama. Mereka akan mudah marah, bersungut-sungut, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

71

meminta perhatian yang lebih. Hal itu timbul karena mereka sudah

tidak berdaya dan merasa kesepian. Konselor harus mampu memahami

situasi yang demikian, dalam menangapi situasi yang demikian

diharapkan ia memiliki kemampuan interpersonal. Maka kehadirannya

mampu membuat klien tetap merasa diterima meskipun sikapnya tidak

terlalu menyenangkan.

b. Seorang sakit merasa ketakutan, yang pada hakikatnya adalah

ketakutan akan kematian.

Tiap-tiap penyakit mengandung unsur kematian. Seseorang yang

mengalami sakit baik secara sadar maupun tidak, ia mulai teringat akan

kematian. Seandainya tidak, ia akan berpikir “apakah saya akan tetap

kuat seperti sebelumnya?” Konselor sangat berperan dalam situasi

demikian, bukan pada pemberian nasihat tetapi lebih pada empati dan

mengarahkan pada pemikiran yang realistis.

c. Orang sakit mempunyai banyak waktu lowong, sehingga ia berpikir-

pikir dan bergumul.

Orang sehat biasanya sibuk dalam tugas-tugasnya, dalam

berorganisasi dan juga kegiatan-kegiatan lain yang mejadi hobbynya.

Namun saat sakit ia tidak lagi memiliki kemampuan yang demikian, ia

harus istirahat dan bahkan mendapat perawatan yang intensif.

Dalam keadaan yang demikian, orang yang sakit memiliki banyak

waktu luang. Situasi yang demikian, membuat orang yang sakit lebih

banyak berpikir tentang hidupnya, relasinya, dan mungkin cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

72

kerjanya selama ini. Hal ini bisa menjadi kesempatan yang berharga

apabila orang yang sakit mampu untuk memaknainya. Mereka akan

merasa bersyukur bahwa bisa mengalami istirahat dan lebih

menghargai kesehatan, serta memunculkan kesadaran baru untuk

sesuatu yang lebih baik dimasa yang akan datang. Sebaliknya ada

pasien yang tidak sampai pada tahap pemaknaan, sehingga situasi sakit

membuatnya berpikir yang negatif atau malah menyalahkan diri. Maka

konselor dapat mendampingi mereka yang mengalami kemunduran,

agar mereka mampu memaknai pengalaman sakit secara positip.

2. Peranan Perawat dalam Perawatan Spiritual Pasien

Perawat merupakan orang pertama yang dekat dengan pasien. Hal

yang perlu dilakukan oleh perawat adalah membuat perencanaan. Langkah

pertama dalam perencanaan perawatan spiritual terhadap pasien adalah

melakukan asesmen kebutuhan. Hal itu bisa dilakukan secara formal

maupun non formal. Secara informal dapat dilakukan melalui interaksi

dengan pasien dan keluarganya.

Situs web JCHAO (Joint Commission for Acreditation of

Healthcare Organization), (O‟Brien. 2009:20), mengungkapkan bahwa

asesmen kebutuhan spiritual pasien dilakukan tidak hanya untuk

menentukan aliran maupun kelompok keagamaan, melainkan juga untuk

mengidentifikasi keyakinan dan praktik keagamaan maupun spiritual

pasien, terutama terkait dengan bagaimana praktik keyakinan iman itu

membantu pasien menghadapi penyakit atas tubuhnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

73

Sejumlah pertanyaan yang dapat diajukan: “siapa atau apa saja

yang menjadi daya dukung dan pengharapan pasien?”; “dukungan

spiritual/keagamaan macam apakah yang diinginkan pasien?”; “adakah

peran jemaat dalam kehidupan pasien?”; “bagaimana iman membantu

pasien menghadapi kondisi sakitnya?”.

Tanpa mengurangi peran penting pendamping rohani rumah sakit,

perawat harus menjadi orang pertama yang mengetahui praktik-praktik

dan kebutuhan spiritual pasien agar dapat menyelenggarakan suatu reksa

keperawatan holistik. Komunikasi yang baik antara perawat dan

pendamping rohani sangatlah penting, inilah gambaran ideal yang musti

terjadi. Maka sangatlah penting bagi pendamping rohani rumah sakit untuk

mengikuti pertemuan-pertemuan para perawat dan turut terlibat dalam

perencanaan perawatan kesehatan pasien yang holistik.

Perawat mestinya dapat menjembatani komunikasi antara pasien

dengan keluarganya maupun kelompok keagamaannya dengan

merekomendasikan suatu konseling dengan pelayan pastoral resmi jika hal

itu memberikan harapan yang menjanjikan.

3. Model Kesehatan Spiritual saat Sakit.

Menurut Travelbee (O‟Brien, 2009:49), titik pusat perhatian akan

masalah kesehatan adalah konsep tentang menemukan pemaknaan atas

pengalaman seseorang dalam menderita suatu penyakit. Lebih lanjut ia

mengungkapkan bahwa komponen inti dalam keperawatan tentang

kesehatan spiritual pada saat sakit adalah konsep menemukan makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

74

spiritual dalam pengalaman sakit. Dalam model konseptual, setiap orang

memiliki kemampuan menemukan makna spiritual dalam pengalamannya

bersama penyakit, yang dapat menuntunnya pada kondisi dimana pasien

justru secara spiritual dinyatakan sehat. Hal itu dipengaruhi oleh banyak

faktor, antara lain:

a. Persepsi seseorang tentang makna spiritual dalam pengalaman sakitnya

dipengaruhi sikap dan kebiasaan spiritual dan religius pribadi. Ini

terkait dengan iman personal, keyakinan akan Tuhan, kedamaian

dalam keyakinan spiritual religius, percaya akan kekuatan Tuhan,

kekuatan yang diperoleh dari iman pribadi, dan kepercayaan akan

penyelenggaraan Tuhan.

b. Kepuasan batin, hal ini meliputi: kepuasan dalam iman, rasa dekat

dengan Tuhan, berkurangnya rasa takut, rekonsiliasi, aman dalam cinta

Allah, dan keyakinan.

c. Kegiatan religius, hal ini meliputi: dukungan dari komunitas iman,

penguatan dalam iman, penguatan dalam ibadat, ajakan persekutuan

spiritual, konsolasi dari doa, dan komunikasi dengan Tuhan lewat

kegiatan religius.

Akibat dari sikap dan kebiasaan orang yang menemukan makna

spiritual dari penyakitnya, bisa mempengaruhi tingkat penyakitnya

yaitu tingkat kualitas fungsionalnya; dan dukungan sosial, seperti

dukungan keluarga, teman, para perawat/pemberi layanan; serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

75

peristiwa hidup yang membuat tertekan, seperti emosi, sosial budaya,

dan finansial.

Bagan 1. Model konseptual kesehatan spiritual saat sakit

Iman Pribadi Kondisi Buruk Kejadian

Hidup Karena Penyakit

YangMenekan

Kepuasan Batin

Spiritual

Kegiatan Religius Dukungan Sosial

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Keyakinan Akan Keberadaan Allah

Kedamaian dalam Keyakinan Spiritual

Percaya pada Kekuatan Tuhan

Kekuatan dari Iman Pribadi

Kepercayaan pada Penyelenggaraan Allah

Tingkat

Kelemahan

Fungsional

Emosional

Sosiocultural

Finansial

Kepuasan akan Iman

Perasaan Dekat dengan

Tuhan,

Berkurangnya Rasa Takut

Rekonsiliasi,

Aman dalam Cinta Allah

Kesetiaan/Iman

Menemukan

Makna

Spiritual dalam

Pengalaman

Sakit

Kesehatan

Spiritual

Saat Sakit

Dukungan Dari Komunitas

Beriman Penguatan Saat Ibadah

Ajakan Persekutuan Spiritual

Konsolasi Dari Doa

Komunikasi dengan Allah Lewat Kegiatan Religius

Keluarga

Teman

Pemberi Layanan

Perawatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

76

C. Hakikat Evaluasi Program

1. Definisi Evaluasi Program

Stufflebeam (Arikunto dan Jabar, 2008:2), mengatakan bahwa

evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian

informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam

menentukan alternatif keputusan. Lebih lanjut Cronbach dan Stufflebeam

(Arikunto dan Jabar, 2008:5), mengemukakan bahwa evaluasi program

adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada

pengambil keputusan.

2. Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program

Menurut Arikunto dan Jabar, 2008:8-9), evaluasi evaluatif memiliki ciri-

ciri dan persyaratan sebagai berikut:

a. Proses kegiatan tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku

bagi penelitian pada umumnya.

b. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara

sistematis, yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah

kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau unsur yang saling

berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dari

objek yang dievaluasi.

c. Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dari objek yang

dievaluasi,perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan

sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

77

d. Menggunakan standar, kriteria, atau tolok ukur sebagai perbandingan

dalam menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk

mengambil kesimpulan.

e. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau

rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah

ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi

program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai

standar, kriteria, atau tolok ukur.

f. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata

secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum

terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan

dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indikator dari program

yang dievaluasi.

g. Standar, kriteria, atau tolok ukur diterapkan pada indikator, yaitu

bagian yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat

diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan.

h. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara

rinci dan akurat, sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

3. Tujuan Evaluasi Program

Menurut Arikunto dan Jabar ( 2008:2), tujuan dari evaluasi program

adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah

mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator program

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

78

ingin mengetahui bagian mana dari komponen dan subkomponen program

yang belum terlaksana dan apa sebabnya.

4. Manfaat Evaluasi Program

Adanya informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat

berguna bagi pengambilan keputusan dan kebijakan lanjutan dari program

yang sedang atau telah dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah

sebuah rekomendasi dari evaluator untuk pengambil keputusan (decision

maker). Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan

berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu:

a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut

tidak ada manfaatnya, tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.

b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai

dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit).

c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan

bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan

memberikan hasil yang bermanfaat.

d. Menyebarkanluaskan program (melaksanakan program di tempat-

tempat lain atau mengulangi lagi program di lain waktu), karena

program tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika

dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.

5. Langkah-langkah Evaluasi Program

Menurut Arikunto dan Jabar (2008:108-126), evaluasi program

dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

79

a. Tahap persiapan evaluasi program

Sebelum evaluasi program dilaksanakan seorang evaluator harus

melakukan persiapan secara cermat. Persiapan tersebut meliputi:

penyusunan evaluasi (terkait model yang akan diterapkan),

penyusunan instrumen evaluasi, validasi instrumen evaluasi,

menentukan jumlah sampel yang diperlukan dalam kegiatan evaluasi,

dan penyamaan persepsi antar evaluator sebelum pengambilan data.

b. Tahap pelaksanaan evaluasi program

Evaluasi program dapat dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu

evalusi reflektif, evalusi rencana, evalusi proses, dan evalusi hasil.

c. Tahap monitoring (pemantauan) evaluasi program

Tahap ini berfungsi untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan

program dengan rencana program, dan untuk mengetahui perubahan

positip sesuai yang diharapkan.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian tentang pendampingan pastoral care yang dilakukan oleh Ema

Hidayanti, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang tahun 2012.

Dengan judul penelitian “Pengaruh Pendampingan Pastoral Care

Terhadap Pelayanan Bimbingan Konseling Religius Bagi Pasien Rawat

Inap Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang”. Desain penelitian yang

digunakan adalah potret dengan mengeksplorasi pelaksanaan pastoral

care Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pastoral bagi pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

80

rawat inap di RS St. Elisabeth dilatar belakangi oleh semangat misionaris

katolik dan penerapan kesehatan holistik. Dalam pelaksanaan didukung

oleh SDM (sarjana Teologi/2 orang dan pastor) dan sarana prasarana yang

mendukung, serta ada evaluasi baik internal maupun eksternal.

2. Penelitian tentang pendampingan Pelayanan Rohani yang dilakukan oleh

Oo Suprana, Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Diponegoro Semarang, tahun 2009. Dengan judul penelitian “Analisis

Pengaruh Pelayanan Rohani Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang, tahun 2009”. Jenis

penelitian yang digunakan adalah observasional, jenis analisis deskriptif

dengan pendekatan cross sectional.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kemampuan

interpersonal pastoral baik (50,7 %) dan teknik konseling pastoral baik

(50,7 %), dan ketepatan waktu pelayanan pastoral baik (67,8 %). Hasil

analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

kemampuan interpersonal dan teknik konseling terhadap kepuasan

pelayanan rohani pasien Rawat Inap Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto

Semarang (RSPWDC). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa

adanya pengaruh bersama-sama antara kemampuan interpersonal pastoral

dan teknik konseling pastoral terhadap kepuasan pelayanan rohani pasien

rawat inap RSPWDC Semarang.

Dari kajian teori di atas membuat peneliti tertarik untuk mengetahui

program layanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

81

Blitar. Hal itu berfokus pada perencanaan, pelaksanaan, dan hasilnya.

Penelitian dilakukan dengan desain studi evaluasi terhadap program konseling

pastoral di Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

E. Profil Rumah Sakit

Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar, beralamat di Jl. A. Yani No. 18

Blitar-Jawa Timur. RSK Budi Rahayu Blitar memiliki luas tanah: 17.142 m2

dan luas bangunan: 9.232,80 m2. Oleh Kementerian Kesehatan RI, RSK Budi

Rahayu merupakan Rumah Sakit tipe C terakreditasi A, dengan status penuh

tingkat lengkap , dan tahapan 16 pelayanan. Jumlah tempat tidur 125 tempat

tidur, dan ada penambahan satu bangunan lagi untuk paviliun lima yang

sementara ini masih proses penyelesaian. Hal itu untuk menanggapi kebutuhan

masyarakat saat ini,yaitu untuk pelayanan tunjangan BPJS.

RSK Budi Rahayu memiliki Visi: Terwujudnya kasih Allah yang

menyelamatkan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna. Misi rumah

sakit: (1) Memberikan pelayanan kesehatan secara professional, utuh dan

bermutu dengan hati tulus dan penuh kasih; (2) Meningkatkan kualitas hidup

dan profesionalisme sumber daya manusia. Sedangkan Motonya adalah

”Committed to Life” (Berkomitmen pada kehidupan). Tujuan pelayanan di

RSK Budi Rahayu adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

optimal. Nilai-nilai dasar yang dihidupi RSK Budi Rahayu, meliputi: (1) Love

(Cinta Kasih) yaitu mencintai Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, dan

segenap akal budi (vertical), dan mencintai sesama manusia seperti mencintai

diri sendiri (horizontal); (2) Integrity (integritas), yaitu konsisten antara apa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

82

yang dikatakan/ dijanjikan dengan apa yang dibuat (terkandung nilai kejujuran

dan bisa dipercaya); (3) Friendship (persahabatan) yaitu selalu bekerjasama

dan saling mendukung satu dengan yang lain (terkandung nilai kesetiaan,

altruisme, menginginkan apa yang terbaik satu dengan yang lain, simpati dan

solider, kejujuran dan saling pengertian); (4) Empathy (empati) yaitu sikap

menempatkan diri (mengalami/menjadi seperti) seperti yang lain merasakan

keadaan emosional orang lain, mengambil perspektif orang lain dan mencoba

menyelesaikan masalah.

Filosofi RSK Budi Rahayu yaitu dengan dilandasi secara mutlak oleh

semangat kristiani, karya pelayanan kesehatan RSK Budi Rahayu

memandang, menerima, dan berusaha melayani penderita dan keluarga

sebagai manusia seutuhnya, baik jasmani dan rohani, individual dan sosial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

83

F. Kerangka Pikir

Konseling Pastoral di RSK

Budi Rahayu Blitar

Studi Evaluasi

(Model CIPP)

Evaluasi

Konteks

Evaluasi

Input

Evaluasi

Proses

Evaluasi

Hasil

Perencanaan Pelaksanaan

HASIL

1. Dampak bagi pasien

2. Manfaatnya:

a. Bagi pasien

b. Bagi keluarga

pasien

c. Bagi RSK Budi

Rahayu Blitar

d. Bagi pelayan

pastoral

PROSES

1. Jadwal pelaksanaan

KP

2. Sasaran

3. Jumlah pertemuan

4. Tahap-tahap KP

5. Teknik konseling

6. Kerjasama

7. hambatan

1. Perencanaan

program

2. Tujuan

3. Sasaran

4. SDM

5. Sarana dan

prasarana

6. Dana

7. Metode KP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

84

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, metode

pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi

evaluasi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berorientasi pada

fenomena atau gejala yang bersifat alami. Studi evaluasi adalah penelitian

yang bertujuan untuk menilai suatu organisasi/lembaga atau penyelenggaraan

konseling.

Menurut Moleong (2007), penelitian kualitatif memiliki beberapa

karakteristik, antara lain: 1) Latar alamiah, 2) Manusia sebagai alat

(instrumen), 3) Analisis data secara induktif, 4) Teori dari dasar (grounded

theory), 5) Deskriptif , 6) Lebih mementingkan proses daripada hasil, 7)

Desain yang bersifat sementara, 8) Hasil penelitian dirundingkan dan

disepakati bersama.

Menurut Arikunto (2008:2), evaluasi adalah kegiatan untuk

mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya

informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam

mengambil sebuah keputusan.

Model evaluasi program yang diterapkan dalam penelitian ini adalah

model CIPP (conteks, input, process, and product). Model evaluasi CIPP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

85

biasanya diterapkan dalam evaluasi program pembelajaran di dunia

pendidikan. Evaluasi model CIPP yaitu sebuah pendekatan yang berorientasi

pada pengambilan keputusan (a decision oriented evaluation approach

structured).

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menerapkan model CIPP untuk

penelitian di bidang kesehatan. Hal itu dilakukan dengan cara memodifikasi

model CIPP di dunia pendidikan ke dunia kesehatan yaitu program konseling

pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar. Model CIPP yang biasanya diterapkan

pada evaluasi program pendidikan, tetapi juga bisa diterapkan dalam dunia

kesehatan/konseling Pastoral.

CIPP Stufflebeam (Badrujaman, 2011: 53), mendefinisikan bahwa

evaluasi sebagai “the process of delineating, obtaining, dan providing useful

information for judging decision alternative”. Ada tiga hal yang ditekankan

dari definisi ini, yaitu: 1) evaluasi merupakan proses sistematis yang terus

menerus; 2) proses ini terdiri atas tiga langkah, yaitu: a) menyatakan

pertanyaan yang menuntut jawaban dan informasi yang spesifik untuk digali,

b) membangun data yang relevan, dan 3) menyediakan informasi akhir

(kesimpulan) yang menjadi bahan pertimbangan mengambil keputusan; 3)

evaluasi memberikan dukungan pada proses mengambil keputusan dengan

memilih salah satu alternatif pilihan dan melakukan tindak lanjut atas

keputusan tersebut.

Lebih lanjut Stufflebeam (Badrujaman, 2011: 54), berpendapat bahwa

evaluasi seharusnya memiliki tujuan untuk memperbaiki (to improve) bukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

86

untuk membuktikan (to prove). Dengan demikian evaluasi seharusnya dapat

membuat suatu perbaikan, meningkatkan akuntabilitas, serta pemahaman yang

lebih mendalam mengenai fenomena.

Stufflebeam (Badrujaman, 2011: 54), menyatakan bahwa evaluasi dibagi

menjadi empat tahapan, yaitu:

1. Evaluasi konteks (context evaluation)

Evaluasi konteks adalah upaya untuk mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan suatu objek, seperti institusi, program, populasi target, atau

orang, dan juga untuk menyediakan arahan untuk perbaikan. Selain itu

evaluasi ini juga bertujuan untuk melihat apakah tujuan yang lama dan

prioritas terhadapnya telah sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya

dilayani.

Pertanyaan yang dapat diajukan sehubungan dengan evaluasi konteks,

yaitu (Arikunto, 2008: 46):

a. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program?

b. Tujuan pengembangan apakah yang belum dapat tercapai oleh

program?

c. Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu mengembangkan

masyarakat?

d. Tujuan-tujuan mana sajakah yang paling mudah dicapai?

2. Evaluasi input (input evaluation)

Orientasi utama dari evaluasi input adalah untuk membantu

menentukan program yang membawa pada perubahan yang dibutuhkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

87

Yang menjadi fokus masalah dalam evaluasi ini adalah apakah strategi

yang dipilih untuk mencapai tujuan program sudah tepat. Tujuan evaluasi

ini adalah untuk mengidentifikasi dan menelaah kapabilitas sistem,

alternatif strategi program, desain prosedur dimana strategi akan

diimplementasikan. Input dalam bimbingan dan konseling dapat berupa

sumber daya manusia dan sarana yang mendukung (keuangan, ruangan,

peralatan/komputer, sofware, serta media bimbingan).

Menurut Stufflebeam (Arikunto, 2008: 47), pertanyaan yang

berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah yang

mendorong diselenggarakan program yang bersangkutan. Contoh

pertanyaan:

a. Apakah layanan pastoral konseling yang diberikan berdampak jelas

bagi pasien?

b. Berapa orang yang suka/senang terhadap layanan ini?

c. Bagaimana reaksi pasien terhadap sakit dan kehidupannya setelah

menerima layanan konseling pastoral?

3. Evaluasi proses (process evaluation)

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan untuk melihat

apakah pelaksanaan program sesuai dengan strategi yang telah

direncanakan. Lebih lanjut Stufflebeam (Badrujaman, 2011:56),

mengatakan bahwa evaluasi proses merupakan pengecekan yang

berkelanjutan atas implementasi perencanaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

88

Evaluasi proses bertujuan untuk mengindentifikasikan dan

memprediksi dalam proses pelaksanaan, seperti cacat dalam desain

prosedur dan implementasinya. Selain itu juga untuk menyediakan

informasi sebagai dasar memperbaiki program, serta untuk mencatat, dan

menilai prosedur kegiatan dan peristiwa.

Pertanyaan yang diusulkan oleh Stufflebeam (Arikunto, 2008:47),

meliputi:

a. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?

b. Apakah staff yang terlibat di dalam pelaksanaan program akan

sanggup menanggani kegiatan selama program berlangsung dan

kemungkinan jika dilanjutkan?

c. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara

maksimal?

d. Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan

program dan kemungkinan jika program dilanjutkan?

4. Evaluasi produk (product evaluation)

Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur,

menginterpretasikan, dan menilai pencapaian program. Selain itu untuk

mengumpulkan deskripsi dan penilaian terhadap luaran (outcome) dan

menghubungkan itu semua dengan objektif, konteks,input, dan informasi

proses, serta untuk menginterpretasikan kelayakan dan keberhargaan

program.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

89

Pertanyaan-pertanyaannya meliputi:

a. Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?

b. Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan

antara rincian proses dengan pencapaian tujuan?

c. Dalam hal-hal apakah berbagai kebutuhan klien sudah dapat dipenuhi

selama proses pemberian layanan konseling pastoral?

d. Apakah dampak yang diperoleh klien dalam waktu yang relatif lama

dengan adanya program layanan konseling pastoral?

Sebuah program akan dikatakan berhasil dan sukses apabila memenuhi

kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Mutrofin dan Hadi (Badrujaman, 2011: 64),

menjelaskan bahwa kriteria merupakan karakteristik program yang dianggap basis

penting untuk melakukan riset evaluasi pada program tersebut. Lebih lanjut ia

menegaskan bahwa hal itu senada dengan apa yang disampaikan oleh Winkel dan

Hastuti, bahwa kriteria adalah patokan dalam evaluasi program. Berikut tabel

kriteria evaluasi program dari keempat aspek desain evaluasi model CIPP:

Tabel 1. Kriteria Evaluasi Konseling Pastoral

Aspek Indikator Kriteria

Konteks

Perencanaan program Program memenuhi kebutuhan rohani

pasien: kegiatan mausiawi; konseling/

pendampingan; siaran radio;

perpustakaan; pelayanan doa dan

sakramen-sakramen; dan pelayanan

kerohanian melalui radio/audio.

Konselor/petugas

pastoral

Terdapat Pastor, suster, tenaga pastoral

Jam kerja 07.00-14.30

Dukungan keuangan Terdapat rencana anggaran

Ruangan Terdapat ruang konseling yang nyaman

Sarana dan prasarana Tersedia sarana yang mendukung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

90

Inputs pelayanan rohani (konseling pastoral)

Media Media yang menarik dan menginspirasi

Metode pelayanan

pastoral

Kunjungan setiap hari kepada semua

pasien tanpa memandang suku, agama,

ras dan layanan konseling bagi pasien

yang membutuhkan.

Proses

Keterlaksanaan

program

Program terlaksana

Waktu pelaksanaan Sesuai rencana

Pemberian layanan

pastoral

(pendampingan dan

konseling )

Pasien merasa puas atas layanan rohani

yang disediakan rumah sakit

Penggunaan media

layanan rohani

Pasien dan keluarga merasa terhibur,

serta memperoleh peneguhan.

Penggunaan metode

pelayanan pastoral

Pasien terlibat dan mau terbuka

terhadap layanan konseling pastoral

Ketercapaian layanan

konseling pastoral

Pasien merasakan dampak positif dari

layanan yang diperolehnya

(kesembuhan, peneguhan, motivasi,

makna hidup)

Hasil/

produck

Tujuan layanan

tercapai

Pasien mengalami perubahan (dari

situasi bergumul menuju penemuan

makna dalam hidupnya)

Membangkitkan potensi pasien agar

mampu mengambil keputusan.

Setelah membuat kriteria evaluasi, maka langkah berikutnya adalah

menyusun tabel perencanaan evaluasi. Adapun tabelnya sebagai berikut:

Tabel 2. Tabel Perencanaan Evaluasi

Aspek Indikator Sumber Data Teknik

Pengumpulan

Data

Konteks

Perencanaan program Dokumen Program

Pastoral Care (PC)

Studi dokumen

Konselor/petugas

pastoral

Petugas PC,

Suster SSpS

Wawancara

Jam kerja Dokumen Program

PC

Wawancara dan

studi dokumen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

91

Inputs

Dukungan keuangan Petugas PC Wa wancara

Ruangan Ruangan PC Observasi

Sarana dan prasarana Petugas PC Wawancara dan

observasi

Media Majalah dinding Wawancara dan

observasi

Metode pelayanan

pastoral

Program Konseling

Pastoral RSK Budi

Rahayu

Studi dokumen,

Wawancara dan

Observasi

Proses

Keterlaksanaan

program

Kepala unit PC,

Suster SSpS, dokter,

staff PC, dan

perawat

Wawancara dan

observasi

Waktu pelaksanaan Staff PC, dokter,

perawat dan Suster

Wawancara dan

observasi

Pemberian layanan

pastoral

(pendampingan dan

konseling )

Staff PC, dokter,

perawat dan Suster,

serta pasien dan

keluarganya

Wawancara dan

observasi

Penggunaan media

layanan rohani

Staff PC, perawat,

dan pasien

Wawancara dan

observasi

Penggunaan metode

pelayanan pastoral

Staff PC, perawat,

dan pasien

Wawancara dan

observasi

Ketercapaian layanan

konseling pastoral

Staff PC, Suster,

Perawat, dokter, dan

pasien

Wawancara

Hasil/

produck

Tujuan layanan

tercapai

Staff PC, Suster,

Perawat, dokter,

pasien dan

keluarganya

wawancara

Penelitian kualitatif dengan desain evaluasi dimaksudkan untuk menilai

keterlaksanaan layanan konseling pastoral di rumah sakit Budi Rahayu Blitar. Hal

ini berfokus pada perencanaan, proses pelaksanaan, dan hasil layanan konseling

pastoral bagi pasien, keluarga pasien, dan bagi pihak rumah sakit. Analisis

kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk memperkaya informasi mengenai

aspek produk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

92

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur. RSK

Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur merupakan rumah sakit katolik satu-satunya

yang berada di kota itu. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe C, yang

terakreditasi A tingkat lengkap.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, tahap pertama dilaksanakan

pada tanggal 28 Mei-23 Juni 2015 dan tahap kedua dilaksanakan pada tanggal

28 Juli-04 Agustus 2015.

C. Responden Penelitian

Responden penelitian terhadap pelaksanaan pelayanan konseling pastoral

di rumah sakit, dengan sumber data: pasien, perawat, dokter, Romo, majelis

dan konselor Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur. Berikut

adalah daftar jumlah responden penelitian yang manjadi sumber data.

Tabel 3. Daftar Jumlah Responden Penelitian.

No. Responden Agama (L/P) Jml Keterangan

1. Suster Biarawati Katolik/P 1 Sebagai ketua PKRS dan

SPI RSK Budi Rahayu

2. Dokter 2 Katolik/L

1 Kristen/L

3 Satu sebagai Wakil

direktur RSK Budi Rahayu

Blitar, dua sebagai dokter

umum.

3. Romo Paroki Katolik 1 Romo Paroki St. Yusuf

Blitar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

93

4. Perawat 3 Katolik/P

2 Islam/P

1 Kristen/P

6 Kepala Ruangan/KR

masing-masing pavilion

(5), dan 1 wakil KR

pavilion.

5. Petugas PC Katolik/P 1 Staff PC

6. Majelis Kristen/L 1 Tenaga Sukarela

7. Pasien Katolik/L& P 2 Pasien rawat inap

8. Keluarga pasien Katolik 1 Suami pasien rawat inap

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Adapun teknik yang dipakai dalam pengumpulan data oleh peneliti

meliputi: wawancara mendalam, studi dokumentasi, observasi partisipatif,

dan gabungan ketiganya atau trianggulasi.

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberi jawaban atas

pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan

oleh Lincoln dan Guba (Moleong, 2012:186), antara lain:

mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,

motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan;

mengkonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami

masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang

diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi,

mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

94

baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi,

mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh

peneliti sebagai pengecekan anggota.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan juga

respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara

terstruktur maupun tidak terstuktur (Sugiyono, 2013:194-197)

Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2013:194) menggemukakan bahwa

anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan

metode wawancara (interview) adalah sebagai berikut:

a. Bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya

sendiri.

b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah

benar dan dapat dipercaya.

c. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang

dimaksudkan oleh peneliti.

Peneliti melakukan wawancara kepada responden secara

terstuktur, sekaligus tidak terstukur. Wawancara ini diikuti dengan

pertanyaan tambahan untuk menggali lebih dalam jawaban

responden.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

95

b. Observasi partisipatif.

Observasi partisipatif adalah peneliti melakukan pengamatan, ikut

terlibat melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut

merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipatif ini maka data

yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada

tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

Observasi partisipatif dapat digolongkan menjadi empat golongan,

yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang

dan tersamar, dan observasi yang lengkap. Manfaat observasi menurut

Patton dalam Nasution (Sugiyono, 2013:313), adalah sebagai berikut:

1) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu

memahami konteks data dalam keseluruhan situasi social, jadi akan

dapat diperoleh pandangan yang holistic atau menyeluruh.

2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung,

sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan

induktif,jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan

sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan

melakukan penemuan atau discovery.

3) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau

tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam

lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak

akan terungkap dalam wawancara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

96

4) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya

mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-

kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi social yang diteliti.

Adapun tahapan observasi menurut Spradley (Sugiyono, 2013:315),

meliputi tiga tahapan yaitu 1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus,

3) observasi terseleksi. Tahap observasi deskriptif adalah tahap dimana

seorang peneliti melakukan penjelajahan secara umum, menyeluruh, dan

melakukan dekripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

Observasi ini disebut juga sebagai grand tour observation, dan peneliti

menghasilkan kesimpulan pertama; setelah melakukan grand tour

observation, maka peneliti menfokuskan pada aspek tertentu dari apa yang

dideskripsikan; kemudian menguraikan fokus yang ditemukan, sehingga

datanya lebih rinci.

2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hal-hal penting yang seharusya

dimiliki oleh peneliti adalah: validasi pemahaman metode penelitian

kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, dan

kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik

maupun logistiknya.

Nasution (Sugiyono, 2013:306), menyatakan bahwa dalam

penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia

sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

97

sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, focus penelitian,

prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang

diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas

sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang

penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,

tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-

satunya yang dapat mencapainya.

Peneliti sebagai instrumen utama memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap stimulus dari lingkungan;

sebagai alat yang dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; tiap situasi

merupakan keseluruhan; melibatkan interaksi manusia; sebagai instrument

dapat segera menganalisis data yang diperoleh; dapat mengambil

kesimpulan; respon yang aneh, menyimpang justru diberi perhatian.

Tabel 4. Pedoman wawancara responden

No Aspek Responden Pertanyaan

1. Perencanaan

(Kepala

bagian PC)

1. Kepala

Bagian Unit

Pastoral

Care (PC)

2. Staff PC

1. Adakah program perencanaan

layanan Konseling Pastoral (KP)

di RSK Budi Rahayu Blitar?

2. Jika ada program perencanaan,

apa saja kegiatannya?

3. Siapa sasarannya?

4. Siapa saja yang terlibat dalam

layanan KP?

5. Adakah sarana dan prasarana

yang mendukung?

6. Metode pelayanannya seperti

apa?

2. Pelaksanaan 1. Staff PC (1)

2. Dokter (1)

1. Apakah program layanan KP di

rumah sakit katolik Budi Rahayu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

98

3. Suster SSpS

(2)

4. Perawat (5)

5. Romo

Paroki (1)

6. Majelis (1)

Blitar-Jawa Timur berjalan sesuai

rencana?

2. Adakah jam khusus pemberian

layanan pastoral care? Dapatkah

dijelaskan alasannya mengapa

memilih jam tersebut?

3. Sudahkah sasaran utama

pelayanan konseling pastoral

tercapai?

4. Berapa banyak sesi konseling

pastoral dianggap selesai?

Adakah patokan suatu sesi

konseling dianggap selesai?

5. Dapatkah diceritakan bagaimana

proses/langkah-langkah

pemberian layanan KP di RSK

Budi Rahayu Blitar?

6. Dapat diceritakan teknik-teknik

komunikasi yang digunakan

untuk mengungkap masalah,

menganalisis, dan membantu

menyelesaikana masalah?

7. Adakah kerjasama antara petugas

KP dengan tim medis?

8. Hambatan-hambatan apa yang

ditemukan dalam melaksanakan

pastoral care?

9. Adakah hal-hal yang mendukung

pelaksanaan konseling pastoral?

7. Hasil 1. Romo

2. Dokter

3. Staff PC

4. Suster SSpS

5. Perawat

6. Majelis

7. Pasien

8. Suami

pasien

Bagaimana hasil pelayanan KP di

RSK Budi Rahayu?

a. Apa saja dampak/pengaruh

layanan konseling pastoral bagi

pasien?

b. Apakah layanan KP ini

bermanfaat bagi pasien?

c. Selain bagi pasien, apakah

layanan ini juga bermanfaat bagi

keluarga pasien, dokter dan tim

medis, dan pelayan pastoral, serta

RSK Budi Rahayu Blitar?

d. Setelah merasakan manfaat

layanan KP, adakah usul dan

harapan yang disampaikan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

99

Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan wawancara secara

mendalam kepada pasien untuk mendapatkan data yang mendalam pula.

Wawancara berfokus pada fungsi layanan konseling pastoral bagi orang

sakit yang mencakup lima aspek, yaitu:

Tabel 5. Pedoman Wawancara kepada Pasien

No. Aspek Pertanyaan

1. Menyembuhkan

(healing)

1. Bagaimana perasaan anda hari ini, apakah

lebih baik dari hari kemarin?

2. Sudah berapa lama menginap di rumah

sakit ini?

3. Apakah sudah ada petugas pastoral care

yang pernah datang sebelumnya? Jika

sudah, bagaimana perasaan anda terhadap

layanan tersebut?

4. Bagaimana menurut anda, apakah layanan

tersebut bermanfaat untuk anda dan

keluarga anda? Bersediakah anda

menceritakannya?

5. Apakah layanan tersebut membantu proses

penyembuhan anda? Bagaimana ceritanya?

2. Menopang

(sustaining)

1. Apakah kehadiran petugas PC mengganggu

atau bermanfaat bagi anda?

2. Apakah anda merasa terdukung dengan

kehadiran mereka?

3. Membimbing

(guiding),

menolong orang

agar orang dapat

mengambil

keputusan yang

realistik dan terbaik

bagi masa depan-

nya sendiri.

1. Informasi-informasi yang diberikan kepada

anda apakah dapat membantu anda untuk

semakin memahami diri anda? Bagaimana

apakah anda merasa lebih baik saat ini?

2. Kira-kira informasi apa yang anda

butuhkan saat ini?

3. Apakah dengan informasi yang kami

berikan, keterbukaan anda dan dialog yang

kita lakukan membuat anda berani

mengambil keputusan yang tepat bagi masa

depan anda?

4. Sepulang dari rumah sakit, apa rencana

anda selanjutnya?

5. Apakah keluarga anda juga merasakan

perubahan yang terjadi pada anda?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

100

6. Apakah anda merasakan pencerahan dari

dialog kita bersama? (pertanyaan untuk

keluarga pasien)

4. Memperbaiki

hubungan

(reconciling):

menolong untuk

memulihkan

hubungan yang

retak/putus/rusak

1. Baiklah kita melihat kembali, bagaimana

relasi anda dengan keluarga selama sakit

ini. Mengingat perhatian, ketulusan, dan

kebaikan orang-orang disekitarnya.

Bagaimana perasaan anda saat ini?

2. Apakah anda merasa bahwa hubungan anda

dengan keluarga dan para sahabat lebih

baik sekarang ini?

3. Apa rencana anda selanjutnya setelah

sembuh dan kembali ke rumah?

5. Mendidik/membina

(educating/forming)

1. Bagaimana sudah siap untuk pulang?

Bagaimana perasaan anda saat ini?

2. Apa yang hendak anda lakukan ketika sehat

nanti (untuk diri anda, keluarga, ataupun

orang disekitar anda)?

3. Apakah dari pertemuan PC yang beberapa

kali ini membuat anda semakin mengenal

kemampuan/kehebatan diri anda?

4. Bagaimana pandangan anda mengenai

layanan ini, apakah membantu

perkembangan diri anda?

Tabel 6. Pedoman Observasi

Hari/Tgl Pukul Aspek Hasil pengamatan

1. Perencanaan KP

a. Sasaran

b. Petugas

c. Ruangan

d. Sarana-prasarana

e. Media

f. Metode program KP

2. Pelaksanaan KP

a. Jadwal pelaksanaan

KP

b. Penggunaan metode

KP

3. Hasil KP

a. Dampak/perubahan

yang dialami pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

101

E. Keabsahan Data (trustworthiness)

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah criteria tertentu.

Ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility),

keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability) (Moleong, 2012:324).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria kepastian. Kriteria

kepastian berasal dari konsep objektivitas menurut nonkualitatif.

Nonkualitatif menetapkan objektifitas dari segi kesepakatan antarsubjek. Jadi

penemuan dikatakan objektif atau tidak, bergantung pada persetujuan

beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang.

Dikatakan objektif , apabila penelitian tersebut disepakati oleh beberapa atau

banyak orang.

Menurut Scriven (Moleong, 2012:326), unsur kualitas pada konsep

objektivitas mengandung pengertian bahwa hasil temuan objektif bila dapat

dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Hal ini lebih menekankan pada hasil

data, bukan pada orangnya. Penelitian ini diakui keabsahannya bila penemuan

peneliti sesuai apa yang yang terjadi di lapangan dan sesuai data yang ada.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan trianggulasi data. Menurut

Sugiyono (2013:330), trianggulasi data adalah teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

data yang telah ada. Tujuan dari trianggulasi bukan semata-mata untuk

mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia

sekitarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

102

Trianggulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi

teknik dan trianggulasi data. Trianggulasi teknik adalah peneliti menggunakan

teknik penggumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari

sumber yang sama. Hal itu melalui wawancara mendalam, observasi

partisipatif, dan dokumentasi; trianggulasi sumber adalah penggumpulan data

dengan menggunakan teknik yang sama dari sumber yang berbeda-beda.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan (Sugiyono, 2013:334), analisis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah

difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain; menurut

Susan Stainback (Sugiyono, 2013:336), analisis data merupakan hal yang

kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami

hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan

dievaluasi. Analisis dalam penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara

berpikir. Analisis adalah untuk mencari pola.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, analisis data

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke

dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun

orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

103

Analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman

(Sugiyono, 2013:337-345) meliputi:

1. Data reduction (Reduksi data)

Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, serta

membuang yang tidak perlu.

2. Data Display (penyajian data)

Penyajian data dilakukan untuk memudahkan dalam memahami apa yang

terjadi dan menyusun pola sebuah penelitian. Hal itu bisa berupa uraian

singkat, bagan, dan hubungan antar kategori.

3. Verification (penarikan kesimpulan)

Penarikan kesimpulan adalah langkah ketiga dalam analisis data penelitian

kualitatif. Kesimpulan diawal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan diawal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten

saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

yang dikemukan merupakan kesimpulan yang kredibel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

104

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan tentang hasil penelitian dan pembahasannya. Hal ini

mengacu pada rumusan yang dibuat oleh peneliti.

A. Hasil Penelitian

Ada pun penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perencanaan, proses

pelaksanaan dan hasil layanan konseling pastoral di rumah sakit katolik Budi

Rahayu Blitar.

1. Perencanaan Layanan Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

Perencanaan layanan konseling pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

dilaksanakan berdasarkan visi dan misi rumah sakit. Selain itu, perencanaan

layanan konseling pastoral sejalan dengan KWI tahun 1987 yaitu memberi

perhatian kepada pasien sebagai pribadi yang luhur dan bermartabat.

Perhatian yang diberikan kepada pasien sebagai pribadi yang luhur dan

bermartabat, dapat diwujudkan melalui sentuhan manusiawi dan juga secara

rohani. Dengan sentuhan yang diberikan oleh pelayan pastoral, diharapkan

setiap pribadi (pasien) dapat mengalami kembali kasih Allah Sang pencipta

dan penyelamatnya.

Dari dokumen hasil evaluasi tim Pastoral Care tahun 2004, diketahui

bahwa perencanaan layanan konseling pastoral dilaksanakan melalui program

rohani pastoral. Dalam perencanaan konsep pastoral care didasarkan pada

kebutuhan pelayanan. Hal itu meliputi bidang: pendampingan orang sakit,

konseling karyawan, buku bacaan keliling, pewartaan dan penyiaran melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

105

audio-visual. Lebih lanjut perencanaan tersebut tercantum dalam sebuah

prosedur tetap Pastoral Care pada tahun 2012. Hal itu mencakup: kegiatan

mausiawi; konseling/pendampingan ; siaran radio; perpustakaan; pelayanan

doa dan sakramen-sakramen; dan pelayanan kerohanian melalui radio/audio.

Berdasarkan hal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sudah ada

perencanaan program konseling pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar.

Perencanaan berlandaskan visi dan misi Rumah Sakit, serta program secara

umum pastoral care.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan melalui studi dokumentasi,

observasi, dan wawancara, maka ditemukan data sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Evaluasi Konteks

Aspek Indikator Kriteria Data

Konteks

Perencanaan

program

Program memenuhi

kebutuhan rohani

pasien: kegiatan

mausiawi; konseling/

pendampingan ;

siaran radio;

perpustakaan;

pelayanan doa dan

sakramen-sakramen;

dan pelayanan

kerohanian melalui

radio/audio.

Tersedia kegiatan

manusiawi (sapaan,

kunjungan), kegiatan

pendampingan/konseling

berjalan, ada siaran radio

mulai pukul 05.30-06.15,

dilanjutkan 07.00-15.00.

penerimaan sakramen

bagi pasien yang

membutuhkan.

Data di atas menunjukkan bahwa program perencanaan sudah sesuai

dengan kebutuhan pasien, yaitu mendampingi pasien dan memberikan

sakramen-sakramen bagi pasien yang membutuhkan.

Lebih lanjut untuk melihat apakah program yang direncanakan dapat

membawa perubahan maka perlu adanya evaluasi input. Yaitu sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

106

evaluasi yang bertujuan untuk mengindentifikasi dan menelaah sumber-

sumber yang digunakan dan dipilih dalam pelayanan. Dari studi dokumentasi,

wawancara, dan observasi dihasilkan data sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Evaluasi Inputs

Aspek Indikator Kriteria Data

Inputs

Konselor/

petugas

pastoral

Terdapat tenaga

pastoral yang

mencukupi

(Pastor,suster, petugas

PC)

Terdapat petugas PC,

pastor, suster, pendeta,

perawat dan dokter yang

terlibat dalam layanan

ini. Kompetensi yang

dimiliki lebih pada

adanya hati untuk

melayani, tingkat

pendidikan perawat

adalah D3 keperawatan,

dokter yang berperan

dokter umum, serta

suster yang terlibat S2

keperawatan (MN).

Jam kerja 07.00-14.30 Sesuai dan bila ada yang

urgen bisa diluar jam

tersebut.

Dukungan

keuangan

Terdapat rencana

anggaran

Tidak ada anggaran

khusus, namun bila

petugas PC mengajukan

anggaran akan

dipertimbangkan oleh

pihak rumah sakit.

Ruangan Terdapat ruang

konseling yang

nyaman

Terdapat satu ruang PC

tidak kedap suara,

berdekatan dengan ruang

operasi, dan ruang

lainnya. Situasi kurang

tenang.

Sarana dan

prasarana

Tersedia sarana yang

mendukung pelayanan

rohani (konseling

pastoral)

Tersedia telepon

penghubung antar unit

rumah sakit, 1 unit

komputer, tape dan

perlengkapan

audio/radio, lemari buku.

Media Media yang menarik

dan menginspirasi

Poster dan mading

disesuaikan dengan dunia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

107

kesehatan dan hari-hari

penting RSK Budi

Rahayu maupun gereja.

Metode

pelayanan

pastoral

Kunjungan setiap hari

kepada semua pasien

tanpa memandang

suku, agama, ras dan

layanan konseling

bagi pasien yang

membutuhkan.

Petugas mengunjungi

pasien setiap hari dengan

menyapa, mendengarkan,

dan memberi solusi serta

dukungan.

Dari hasil evaluasi konteks dan input dapat ditarik kesimpulan bahwa

program perencanaan sudah sesuai dengan indikator dan kriteria yang ada.

Baik dalam hal perencanaan program maupun sumber-sumber yang

mendukung terlaksananya suatu program yang direncanakan yaitu layanan

konseling pastoral bagi pasien di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

2. Pelaksanaan Layanan Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

Layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu sudah diprogramkan

sejak tahun 2004. Hal itu terungkap dari dokumen hasil evaluasi tim pastoral

care, yang menyebutkan bahwa salah satu program layanan hidup rohani

adalah layanan konseling untuk pasien dan karyawan RSK Budi Rahayu.

Layanan ini berjalan sedemikian tanpa adanya sebuah perencanaan yang

tertulis. Program rutin yang dilaksanakan mengacu pada program pastoral care

secara umum, salah satunya adalah kunjungan rutin kepada para pasien dan

keluarganya.

Namun karena keterbatasan tenaga, maka yang mendapat layanan ini lebih

terfokus pada pasien dan keluarganya. Dari hasil penelitian dapat ditemukan

beberapa aspek yang terlaksana dari layanan konseling di RSK Budi Rahayu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

108

Peneliti lebih lanjut mendapatkan data dari dokumen prosedur tetap layanan

pendampingan/konseling pastoral, prosedur ini dibuat pada tahun 2012.

Berdasarkan kriteria evaluasi didapatkan hasil penelitian sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Evaluasi Proses

Aspek Indikator Kriteria Data

Proses

Keterlaksana

an program

Program terlaksana

sesuai rencana

Terlaksana.

Waktu

pelaksanaan

Sesuai rencana Sesuai rencana dan siap

sedia bila dibutuhkan

diluar jadwal yang ada.

Pemberian

layanan

pastoral

(pendamping

an dan

konseling )

Pasien merasa puas

atas layanan rohani

yang disediakan

rumah sakit

Pasien merasa gembira,

puas, bangga melalui

pelayanan ini.

Penggunaan

media

layanan

rohani

Pasien dan keluarga

merasa terhibur, serta

memperoleh

peneguhan.

Media audio/radio

(musik instrument, lagu

rohani maupun lagu

profan, doa, pembacaan

kitab suci dan renungan,

cerita inspiratif) ada

setiap hari mulai pukul

07.00-15.00, dan pukul

05.30-06.00 bisa ada

misa. Kadang-kadang

suara tidak terdengar dan

juga kadang terlalu keras.

Catatan: karena pasien

mayoritas muslim,

mereka lebih suka

menonton televisi dari

pada mendengarkan

siaran radio rumah sakit.

Penggunaan

metode

pelayanan

pastoral

Pasien terlibat dan

mau terbuka terhadap

layanan konseling

pastoral

Petugas mencari data

pasien terlebih

dahulu,kemudian

mengunjungi dengan

beberapa tahap dan

pasien dengan sendirinya

cerita tentang kehidupan

dan relasinya dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

109

orang-orang terdekatnya.

Ketercapaian

layanan

konseling

pastoral

Pasien merasakan

dampak positip dari

layanan yang

diperolehnya

(kesembuhan,

peneguhan, motivasi,

makna hidup)

Pasien yang awalnya

cemas, gelisah dan tidak

merespon menjadi lebih

tenang dan mau terbuka

terhadap petugas dan tim

medis.

Dari data kriteria dalam kolom di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Jadwal pelaksanaan layanan konseling pastoral

Ketepatan waktu para pelayan konseling pastoral sangat

mempengaruhi kesiapan para pasien dan keluarganya dalam menerima

layanan ini. Apabila layanan ini diberikan pada saat yang tepat, maka

pasien dan keluarga tentunya merasa senang dan terdukung, serta mereka

tidak merasa terganggu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan layanan konseling

pastoral/pelayanan pastoral RSK Budi Rahayu berjalan sesuai dengan

jadwal yang direncanakan. Pelaksanaan pelayanan konseling

pastoral/pastoral care dilaksanakan setiap hari, mulai pukul 08.30-10.00

WIB dilanjutkan pukul 11.00-12.30 WIB, seperti yang diungkapkan salah

seorang petugas:

”…pendampingan dilakukan setiap hari, mulai pukul 08.30-10.00

dilanjutkan pukul 10.30-12.15 WIB. Karena jam itu pasien sudah

selesai mendapat perawatan dan jam 09.30/10.00 kembali ke PC

karena saat jam itu banyak pengunjung yang datang menjengguk

pasien. Biasanya tidak bisa ditargetkan, tergantung situasi pasiennya.

Biasanya per paviliun bergantian setiap hari. Jika perlu biasanya

setelah jam kunjung, saya lanjutkan ”(PW.PC)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

110

Dari pernyataan tersebut tampak bahwa waktu pelaksanaan layanan

konseling pastoral diatur sedemikian rupa setelah pasien mendapatkan

perawatan medis. Dari situasi tersebut diharapkan, bahwa para pasien dan

keluarganya sudah siap menerima kehadiran pelayan pastoral care tanpa

ada rasa terganggu. Sedangkan dokter waktunya meyesuaikan dengan

jadwal kunjung pasien (visitebed) dan perawat menyesuaikan kondisi

pasiennya. Pelayanan konseling pastoral dilakukan setiap hari, waktunya

tidak tentu. Hal itu bergantung pada konselornya (dokter perawat, pendeta,

romo). Pelayan pastoral/unit PC secara pasti melaksanakan layanan ini

setiap hari. Waktu pelaksanaannya dari pukul 08.30-09.30 WIB, kemudian

dilanjutkan pukul 10.30-12.15 WIB. Responden lain yang secara rutin

kunjung pasien setiap hari adalah seorang suster pemilik rumah sakit,

beliau sebagai ketua PKRS sekaligus sebagai SPI (Sistem Pengawas

Internal) rumah sakit. Responden melaksanakan layanan konseling

pastoral dari pukul 10.00-12.15/12.30 WIB.

Durasi waktu konseling pastoral tidak sepanjang konseling yang

diberikan kepada orang sehat. Orang sakit tentu tidak sekuat orang sehat.

Lama waktu konseling pastoral berkisar 15-30 menit, seperti yang

dijelaskan seorang perawat:

“…tidak pasti, tergantung kasusnya. Seandainya ringan biasanya

15 menit, tapi kalau situasi kritis memang butuh waktu panjang .

Selama ini waktunya tidak tentu, tergantung situasi dan kondisi

pasien. Tetapi setiap hari sering terjadi konseling” (PW.IC).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

111

b. Sasaran

Penentuan sasaran pelayanan konseling di RSK Budi Rahayu

sangatlah penting. Hal ini akan membantu para pelayan konseling pastoral

dalam melaksanakan tugasnya secara tepat sasaran. Dari hasil penelitian

ini, secara umum responden menyatakan bahwa sasaran pelaksanaan

layanan konseling pastoral adalah semua pasien rawat inap dan

keluarganya tanpa memandang agama, seperti yang diungkapkan dokter

dan perawat:

“Menurut saya seluruh pasien rawat inap di rumah sakit ini

mendapat layanan konseling pastoral, tanpa memandang agama”

(PSs.D3; PSs.D2, PSs.D1, PSs.P1, PSs.P3).

Dari pernyataan di atas jelas bahwa pelayanan ini ditujukan untuk

semua pasien khususnya pasien rawat inap. Kenyataan bahwa tenaga yang

memberi pelayanan tersebut terbatas, maka pelayanan lebih difokuskan

pada pasien-pasien istimewa/khusus dengan kasus penyakit berat dan yang

lebih membutuhkan layanan konseling. Seperti yang diungkapkan

beberapa perawat:

“selama ini pasien yang membutuhkan pendampingan khusus,

pasien yang mengalami kecemasan yang tinggi akan penyakit yang

dideritanya yang akan menghambat aktifitasnya. Misalnya: pasien

penderita kanker dan stroke (PSs.IC; PSs.P2;PSs.P4).

“.....,biasanya yang dikunjungi adalah pasien-pasien dengan

kondisi penyakit yang berat seperti Stroke (CVA), Hipertensi”

(PSs.P3)

c. Jumlah Perjumpaan

Layanan konseling yang efektif terjadi bila seorang konselor

mampu menyadarkan konseli akan dirinya dan ada perubahan sikap, cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

112

berpikir, serta ada rencana jangka pendek yang akan dibuatnya. Kehadiran

konselor juga mampu memandirikan konseli, agar tidak tergantung pada

konselor. Maka untuk itu konselor perlu peka akan kebutuhan konseli dan

berani untuk tegas bila muncul ketergantungan pada diri konseli.

Penentuan jumlah pertemuan konseling sangat penting dalam layanan

konseling pastoral.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pelayan/yang

terlibat dalam layanan konseling pastoral memberikan layanan

pendampingan kepada pasien hanya satu kali. Seperti diungkapkan

perawat dan petugas pastoral:

”…., biasanya sekali. Biasanya saya menawarkan apakah saya

perlu datang atau tidak? Jika ya, maka saya akan hadir

lagi”(PJP.PC; PJP.IC; PJP.Rm; PJP.SS )

Pertemuan terjadi hanya satu kali, karena pelayan pastoral merasa

bahwa konseli (pasien/keluarganya) sudah mampu untuk berpikir dan

mengambil keputusan secara tepat. Petugas yang terlibat dalam pemberian

konseling menemukan bahwa kasus konseli tidak terlalu serius.

Pernyataan tersebut bukanlah sebuah ketentuan yang baku, perawat

ataupun petugas yang terlibat dalam pemberian layanan konseling pastoral

akan terbuka melayani bila diminta dan akan menindaklanjuti layanan

tersebut bila dirasa perlu untuk dilakukannya, seperti diungkapkan pelayan

pastoral:

“Biasanya ketika mereka sudah mencari alternatif-alternatif dan

sudah cocok dengan dirinya. Saya rasa mereka sudah bisa

mandiri, saya menghindari adanya ketergantungan, menghibur-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

113

hibur, memang arahnya tidak kesana, dan saya rasa ia sudah

bisa. Mungkin sekali dilihat, ternyata dia sudah merasa senang,

mau apa sudah direncanakan, biasanya ya sudah jalan sendiri”

(PJP.SS).

”Itu juga tergantung kasusnya. Biasanya pasien dan keluarganya

kalau sudah tenang ya sudah cukup, dan bila mereka konsultasi

lagi ya kita layani” (PJP.IC)

Dari pernyataan di atas, semakin jelas bahwa jumlah pertemuan

layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu tergantung kasus dan

tingkat kebutuhan pasien maupun keluarga pasien. Hal itu bertujuan agar

konseli (pasien dan keluarganya) mampu untuk mandiri.

d. Tahap-tahap Layanan Konseling Pastoral

Pengetahuan dan pemahaman terhadap tahap-tahap layanan

konseling pastoral membantu pelayan konseling pastoral RSK Budi

Rahayu melaksanakan layanan ini secara terarah. Hal itu tentu membuat

proses layanan konseling berjalan secara efektif. Proses ini bukan sekedar

kunjungan orang sakit. Pelayan konseling pastoral berhadapan dengan

mereka yang sakit. Mayoritas pasien yang dilayani kelompok ekonomi

menengah ke bawah, maka sangat penting bagi pelayan konseling pastoral

mengenal pasien yang hendak dikunjunginya. Jika pelaksana

berjalan/melangkah sesuai prosedur/tahap-tahap yang ada, tentunya akan

sangat membantu mereka ketika berhadapan dengan pasien.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, mereka yang terlibat

dalam layanan konseling pastoral sudah mengetahui penyakit, asal pasien,

bahkan masalah-masalah yang mungkin ditangkap oleh perawat yang

merawatnya. Pelayan pastoral sebelum datang ke pasien sudah melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

114

identifikasi kebutuhan dan masalah pasien, sehingga ketika datang ke

pasien ia sudah memiliki gambaran tentang pasien yang dikunjunginya.

Seperti diungkapkan seorang suster:

”saya mencari datanya dulu, kondisi bagaimana, hasil

pemeriksaan lab bagaimana, mencari informasi ke perawat kira-

kira pasien butuh bantuan apa?, jadi saya datang tidak kosong-

kosong. Saya datang ke pasien sudah tahu dan punya gambaran,

kira-kira saya bisa memberi apa pada mereka. Awalnya saya mem-

perkenalkan diri, kemudian tanya gejala yang dirasakan, dan

memang segala penyakit itu memiliki gejala yang berbeda karena

secara ilmu saya tahu dan mengingat itu. Kemudian baru secara

ekonomi, saya jelaskan untuk pengobatan selanjutnya, biaya dan

kondisinya bagaimana, pasti secara kejiwaan, mereka ada rasa

sedih, cemas, maka saat itu saya mengajak mereka utk berpikir,

juga memberi alternatif-alternatif, disamping itu juga tak terlepas

dari campur tangan Tuhan, sambil mengajak mereka untuk tetap

berdoa. Jika mungkin saya ajak berdoa, menganjurkan doa

Rosario jika mungkin bagi keluarga yang menjaganya. Saya

sampai follow up untuk hari selanjutnya mereka biasanya lebih

baik” (PLL.SS).

Dari pernyataan di atas tampak bahwa petugas layanan konseling

pastoral menerapkan langkah-langkah yang tersusun rapi dari awal

konseling sampai akhir atau penutup. Hal itu juga didasari oleh

pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman dalam bidang ini yang

memadahi, sehingga mampu berjalan secara terstruktur.

Hal itu berbeda dengan petugas yang memiliki latar belakang

pendidikan di luar bidang ini. Petugas melaksanakannya sejauh yang ia

tahu dan apa adanya, meskipun demikian bila dilihat lebih dalam, mereka

juga melaksanakan sesuai prosedur. Hal itu meliputi: meminta ijin kepala

ruangan, mencari informasi/data pasien, melakukan pendekatan terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

115

pasien dan keluarganya, menggali masalah, dan pemberian saran. Seperti

diungkapkan petugas pastoral yang terlibat dalam layanan ini:

”biasanya saya kunjungan pasien dan keluarga pasien, untuk

langkah-langkahnya itu biasanya seperti ini: saya datang langsung

ke ruangan, setelah itu melihat status pasien (agamanya apa,

sakitnya, dokter, asalnya); (pertama melakukan pendekatan

dengan berkunjung, menyapa, dan menemani; 2) memberikan

pendampingan untuk menggali sejauh mana apa yang dialami

pasien pada saat itu; 3) menanggapi ungkapan pasien;

4) memberikan saran), setelah selesai kunjungan biasanya

keruangan lagi untuk melakukan pencatatan ”.(PLL.Pc)

Demikian perawat dan dokter yang terdorong untuk memberikan layanan

konseling pastoral, juga secara otomatis menerapkan langkah-langkah dalam

pelayanan ini. Pelayanan ini mereka sadari sebagai bagian dari pelayanan

mereka, yang mana mereka juga diundang untuk memberi perawatan secara

holistik. Seperti diungkapkan seorang dokter yang terlibat dalam pelaksanaan

layanan konseling pastoral:

”Proses konseling dilakukan sambil dokter melakukan visite (bed-

visite counseling).”….Awalnya kita perlu mengenal latar

belakang pasien, pekerjaannya, “pak, bu…nopo sing dirasake?”,

kebiasaannya, karena kadang penyakitnya ada kaitannya dengan

pekerjaannya. Tetapi untuk kasus-kasus penyakit yang tidak bisa

sembuh. Prosesnya: keluarga dipanggil ke ruang perawat untuk

mendapat penjelasan detail, sedangkan untuk pasiennya sendiri

diupayakan agar mendapatkan informasi-informasi yang tidak

menambah stress pada yang bersangkutan” (PLL.D1).

Ungkapan pelayan pastoral konseling yang lain:

”Kami menyapa pasien dan keluarganya sambil memberikan

sentuhan (jabat tangan sambil mengenalkan diri); Menanyakan

bagaimana yang dirasakan pada saat ini; Melakukan pendekatan

agar pasien merasa nyaman dengan bahasa yang halus,bukan

mendikte tetapi memberi dukungan; Dengan demikian biasanya

pasien/keluarga akan lebih terbuka dan kemudian

bercerita/menyampaikan beberapa hal; Bila sudah terkaji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

116

kemudian kita memberikan arahan, support ke pasien/keluarga

dan bila perlu kami menanyakan ke pasien/keluarga apakah perlu

mendatangkan pendeta/pak kyai/romo untuk doa

bersama/sakramen; Bila memang memerlukan kami kemudian

menghubungi petugas PC dan kami menyiapkan segala

keperluannya”. (PLL.IC; PLL.Rm, PLL.PC1; PLL.P2)

Dari beberapa pernyataan responden menunjukkan bahwa tahap-

tahap layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu tidak ada patokan

yang baku, hal itu tergantung pada setiap pelayan pastoral yang terlibat

dan situasi pasien yang dilayaninya.

e. Teknik Komunikasi

Penguasaan teknik komunikasi yang tepat akan membantu

berjalannya proses pelayanan konseling pastoral. Komunikasi secara tepat

akan membantu pasien berani terbuka dan merasa nyaman dengan pelayan

pastoral yang mengunjunginya. Pasien dan keluarga pasien juga akan

merasa dihargai sebagai pribadi, dan kehadiran pelayan konseling pastoral

dirasakan memberi dukungan, serta mampu mendengarkan sehingga

mereka merasa lega setelah mengungkapkan masalahnya.

Dari hasil penelitian tampak bahwa setiap pribadi yang terlibat

dalam layanan konseling bagi pasien dan keluarga pasien di RSK Budi

Rahayu, sudah menggunakan teknik komunikasi yang menunjukkan

penerimaan, empati, dan lain-lain. Seperti diungkapkan seorang dokter:

”biasanya dengan pelan-pelan dan sabar kita memberi tahu,

pak…bu…kita lihat dulu hasil lab, nah untuk itu harus periksa

darah. Belum tentu penyakitnya seperti apa yang bapak, ibu

takutkan. Kalaupun benar supaya cepat memperoleh penanganan,

secepatnya dan jika sembuh, maka bapak, ibu akan hidup seperti

orang normal”. (PTK.D1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

117

Ungkapan perawat lainnya:

“Dalam komunikasi dengan pasien maupun keluarga pasien

biasanya, saya melakukan pendekatan secara halus dan tidak

mendikte. Maksudnya,….mendengarkan mereka sampai selesai,

walaupun ada kalanya cara pikir mereka yang tidak sesuai.

Setelah itu baru saya mengarahkan dan memberi penjelasan,

dengan menghindari kata “harus”, tetapi lebih menggunakan kata

“sebaiknya”. Sehingga mereka tidak merasa digurui, juga kita

tidak memaksakan untuk ikut kita kok. ….Dalam mendengarkan

juga perlu kontak mata, tapi kontak mata yang menunjukkan

pandangan yang bersahabat, teduh, sehingga orang merasa

diterima dan dihargai. Saya juga sering memberikan sentuhan

sebagai bentuk dukungan yaitu berjabat tangan dan memegang

tangan pasien terutama yang kondisinya kritis (PTK.IC).

Ungkapan perawat yang lain:

”….biasanya saya menggunakan komunikasi teraupetik.

Komunikasi teraupetik yang sering saya lakukan itu bahwa ada

empatinya yaitu kita ikut merasakan apa yang dirasakan oleh

pasien, sehingga permasalahan yang ada bisa dikomunikasikan,

mencari solusi, sehingga sangat penting memahami apa yang

dirasakan, dialami pasien jadi lebih keempati ya.Tidak ada

paksaan, memahami, ada kontrak waktu, boleh mengungkapkan,

menjaga kerahasiaan, kalau ada tekanan-tekanan kita mungkin

bisa membantu mungkin privasinya yang harus dijaga karena

kerahasiaan perlu dijaga, kalau ujung-ujungnya keluarga”.

(PTK.P2).

Dari hasil penelitian terungkap bahwa perawat/kepala ruangan

yang dipercaya untuk memberi pendampingan bila pasien mengalami

masalah, ada usaha dan inisiatif untuk belajar, serta bertanya pada yang

lebih ahli termasuk dalam hal konseling dan teknik komunikasi yang tepat

bagi pasien. Seperti yang diungkapkan perawat sebagai berikut:

“…..seandainya tidak bisa, biasanya saya tanya yang lebih

menguasai teori “suster S…”. hal itu sangat membantu karena

beliau mempunyai teori dan biasanya kita bisa lihat panduannya

via online. Bila tidak bisa saya minta bantu beliau, karena ada

trik-triknya” (PTK.P2).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

118

f. Kerja Sama

Kerja sama adalah hal penting untuk dilakukan dalam bidang

apapun, hal itu sebagai bentuk kesadaran manusia bahwa mereka makhluk

sosial yang saling membutuhkan antara pribadi satu dengan yang lainnya.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, antara petugas konseling

pastoral dengan para perawat, serta dokter ada relasi dan kerja sama yang

baik. Seperti diungkapkan seorang perawat:

“sejauh yang saya tahu ada kerjasama dan relasi yang baik antara

petugas PC dengan para perawat , karena memang ada

kesinambungan yang tidak bisa terpisah-pisah (PKs.S, PKs.P1

PKs.P2, PKs.P3, PKs.IC, PKs.S).

Dari pernyataan tersebut nampak adanya kesadaran dari petugas

pastoral dan para perawat, bahwa layanan konseling pastoral merupakan

sebuah layanan yang saling terintegrasi antara petugas pastoral dengan tim

medis di RSK Budi Rahayu Blitar. Adanya integrasi dan kerjasama akan

membantu proses pelaksanaan konseling pastoral bisa berjalan dengan

baik.

Hal ini berbeda yang diungkapkan oleh seorang dokter yang

merasa selama ini tidak melibatkan petugas pastoral untuk layanan ini, hal

ini terjadi karena dokter tersebut lebih memilih untuk melaksanakan

sendiri saat visitebed. Seperti diungkapkan dokter sebagai berikut:

“saya merasa sebagai dokter, belum menjalin kerjasama dengan

unit PC, dalam penanganan pasien-pasien di ruang rawat inap”.

(PKs.D1)”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

119

Meskipun demikian dokter tersebut merasa bersyukur bahwa setiap

beliau melakukan visite ke pasien melihat petugas pastoral mengunjungi

pasien-pasien, sehingga pasien merasa bahagia. Seperti yang diungkapkan

dokter tersebut:

“masih lumayan, ada mbak …yang bisa menyapa pasien setiap

hari, sehingga mereka merasa didukung dan ditemani”

//spontan//D1

g. Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan Layanan Konseling Pastoral

Hambatan adalah hal yang tidak dapat dihindarkan dalam setiap

pelaksanaan program. Sebagus apapun program yang direncanakan dalam

perjalanan proses pelaksanaan tentu ada hambatan-hambatan yang dialami.

Demikian yang dialami oleh pelayan pastoral konseling di RSK Budi

Rahayu Blitar.

Dari hasil penelitian terungkap bahwa hambatan yang dialami

terkait ketenagaan. Selain tenaga yang terbatas, juga petugas yang

memang fokus di unit pelayanan tersebut menyadari bahwa pengetahuan

dan pemahaman dibidang layanan konseling pastoral masih kurang. Hal

ini terkait latar belakang pendidikan yang di luar bidang tersebut. Seperti

diungkapkan petugas:

”saya menyadari bahwa saya kurang pandai dan memiliki

keterbatasan pengetahuan, ada rasa kurang percaya diri latar

belakang pendidikan, pengalaman kurang. Tapi disisi lain ada

yang memberi support. Ada yang menerima; ada rasa canggung

saat ke pasien, kadang ada pasien yang menolak, keterbatasan

tenaga“ (PHbt.PC).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

120

Untuk meningkatkan profesionalisme pelayanan medis, dokter

dengan sendirinya tergerak untuk memberikan pelayanan ini. Hal senada

juga dilakukan seorang suster yang tergerak bahwa layanan tersebut dinilai

penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tugas yang

diembannya. Hal itu kurang optimal dan menyeluruh karena ada pekerjaan

pokok yang harus menjadi yang utama. Karena tenaga mereka yang

terbatas, sehingga mereka mengalami hambatan dalam memberikan

layanan ini, yaitu tidak bisa secara menyeluruh dan mendalam. Seperti

diungkapkan oleh dokter dan perawat demikian:

”…., pertama tidak adanya tenaga konseling ditempat ini.

Sebenarnya saya tergerak dan bisa sedikit-sedikit memberikan,

tetapi karena keterbatasan waktu dan tenaga sehingga tidak bisa

mendalam; karena tenaga dokter umum terbatas sehingga harus

dobel-dobel pekerjaan. Sepertinya bisa berjalan baik, tapi

beberapa hal tidak bisa terselesaikan terutama yang terkait

dengan pendokumentasian/administrasi”(P.Hbt.D1; D2; P.Hbt.IC)

Dari pernyataan di atas nampak bahwa pelayanan konseling

pastoral memang ada kendala terkait ketenagaan, namun tim medis

(dokter, perawat, dan suster) berusaha membuka hati terhadap kebutuhan

tersebut. Sehingga meskipun harus membagi waktu sedemikian, mereka

tidak memisahkan adanya pendekatan secara spiritual terhadap pasien

yang dilayani. Mereka sadar bahwa kesembuhan bukan hanya secara fisik,

namun secara mental dan batin juga butuh untuk disembuhkan. Karena ada

kasus bahwa pasien sakit karena sebenarnya ada latar belakang masalah

pribadi dengan keluarga/anggota keluarganya yang terdekat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

121

Selain itu, tidak semua perawat memiliki passion dalam bidang itu.

Jadi meskipun mereka sebenarnya dibekali sejak menempuh pendidikan

dan dipanggil untuk itu (merawat secara holistik). Mereka kurang antusias

untuk melakukannya meskipun ada waktu. Seperti diungkapkan seorang

perawat:

”waktu ke pasien banyak sebetulnya bisa, tapi ada beberapa tipe

dari kami yang cuek dan hanya berfokus pada perawatan medis

saja, untuk saya banyak waktu (Hbt.P2)”

Dari pernyataan di atas nampak bahwa, layanan ini membutuhkan

sebuah kerelaan dan keterbukaan hati. Meskipun punya bekal dan ada

waktu, tetapi jika tidak ada minat juga tidak akan terjadi sebuah layanan

konseling pastoral.

3. Evaluasi Hasil Layanan Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

Data kriteria hasil evaluasi dari aspek hasil/produk sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Evaluasi Hasil

Aspek Indikator Kriteria Data

Hasil/

produck

Tujuan layanan

tercapai

Pasien mengalami

perubahan (dari situasi

bergumul menuju

penemuan makna dalam

hidupnya)

Membangkitkan potensi

pasien agar mampu

mengambil keputusan.

Pasien & keluarga

merasakan

perhatian,

didengarkan, dan

mendapat

dukungan dari

rumah sakit. Pasien

menjadi

termotivasi dan

dapat menemukan

makna dari

pengalaman sakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

122

a. Dampak Layanan Konseling Pastoral

Layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu yang selama ini

berjalan sedemikian rupa, dengan tenaga yang terbatas dan daya upaya

yang ada pada akhirnya membuahkan hasil. Yaitu sebuah dampak positip

dan manfaat yang dirasakan oleh pasien dan anggota keluarganya, tim

medis, serta pihak rumah sakit. Pasien semakin pasrah/percaya

sepenuhnya bahwa Tuhan adalah Sang Maha pengasih dan penyayang,

yang dapat membangkitkan semangat pasien untuk sembuh. Seperti

diungkapkan seorang dokter:

“dapat mengarahkan pasien untuk pasrah kepada Sang Pencipta,

percaya sepenuhnya bahwa Tuhan adalah sang Maha pengasih

dan penyayang, akan dapat membangkitkan semangat untuk

sembuh. Tidak hanya sembuh dari penyakit fisiknya saat ini, tapi

juga kesadaran bahwa kesembuhan tersebut juga datangnya dari

Tuhan (secara spiritual ada rasa ketergantungan kepada Tuhan)”

(Dp.D1)

Selain itu, pasien juga merasa lebih tenang dan lebih kooperatif

terhadap para perawat dan tim medis lainnya. Mereka juga memiliki

semangat hidup, dan memiliki harapan. Seperti diungkapkan dokter, para

perawat, dan pelayan konseling pastoral lainnya:

“ya, dengan adanya PC akan berdampak pada kejiwaan pasien,

pasien lebih bisa menerima keadaan yang dialaminya sehingga

dokter dapat melakukan pengobatan dengan baik” (HDp.D3;

HDp.Pc)

Jika dilihat lebih dalam pelayanan ini juga membawa dampak bagi

konselor sendiri yaitu mendatangkan pengalaman iman dan semakin

menyadarkan dia, bahwa apa yang dilakukan bukan sekedar tugas pelayan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

123

lebih dari itu adalah sebuah panggilan. Seperti diungkapkan oleh seorang

pelayan pastoral:

“Hal itu menjadi pengalaman iman bagi pasien dan keluarganya,

juga untuk saya. Bagi saya pendampingan pastoral adalah

panggilan Tuhan, bukan sekedar tugas. Saya yakini bahwa dari

pelayanan ini, Tuhan mau memanggil dan membentuk saya. Hal

itu juga karena saya pernah sakit berat beberapa bulan. Tuhan

sungguh mengasihi saya”. (MDp.Rm)

Dari pernyataan di atas nampak jelas bahwa pelaksanaan layanan

konseling pastoral memiliki dampak yang besar bagi pasien dan keluarga

pasien, serta bagi rumah sakit (RSK Budi Rahayu, tim medis dan pelayan

pastoral). Keterbukaan pasien dan keluarganya sangat membantu

kelancaran proses pengobatan. Maka sangat penting adanya saling

percaya dan kerjasama, jika sepihak saja yang bersedia tentu akan

menghambat proses pengobatan.

b. Manfaat layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu

Pengalaman langsung berada di rumah sakit membuka mata

peneliti bahwa layanan ini sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi banyak

pihak. Antara lain untuk pasien dan keluarganya, bagi tim medis di rumah

sakit, serta bagi rumah sakit itu sendiri.

Pihak-pihak yang memperoleh manfaat dari layanan konseling

pastoral. Yaitu:

1) Bagi pasien

Pasien merupakan sasaran utama yang memperoleh layanan ini.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan ini bermanfaat bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

124

kesembuhan pasien. Pendampingan dan konseling yang diberikan

memberikan dukungan bagi pasien. Mereka mereka lega dan plong,

karena mereka sungguh didengarkan dan diterima tanpa diadili.

Mereka menjadi lebih terbuka terhadap keadaan diri mereka, sehingga

memudahkan tim medis dalam memberikan perawatan. Pasien yang

memperoleh layanan ini juga merasakan diperhatikan, hal itu semakin

memberi semangat bagi si sakit untuk cepat sembuh. Seperti

diungkapkan seorang suster:

”bagi pasien dan keluarga: pasti mereka merasa lega dan plong

ya.., karena mereka merasa didengarkan, karena selama ini tidak

ada yang mendngarkan atau didengarkan tapi sudah ada

pikirannya sendiri jadi langsung menvonis, mengadili, sehingga

ketika sudah mendengarkan mereka puas karena didengarkan ;

memuji Tuhan” (HMf.SS)

Hal itu senada yang diungkapkan oleh seorang pasien rawat inap.

Dari hasil penelitian, tampak bahwa layanan konseling pastoral sungguh

dirasakan manfaatnya oleh pasien rawat inap yang memperoleh layanan

ini. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa, pasien sangat berterima kasih

atas layanan ini. Dia juga merasa didengarkan dan bisa leluasa

menceritakan apa yang dialaminya, serta menyampaikan harapan

kesembuhannya kepada petugas pastoral. Sebuah dorongan dan motivasi

yang diberikan oleh petugas pastoral, juga memotivasi pasien ini. Seperti

diungkapkan seorang pasien rawat inap (VIP):

”iya, saya sungguh berterima kasih untuk layanan ini, saya juga

menjadi lega. Gimana ya orang sakit itu butuh untuk didengarkan,

ingin menyampaikan harapannya untuk sembuh. Kalau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

125

dokter…”paling ya tunggu…”. Tidak mungkin mendengarkan”.

(S3.8)

””ya itu tadi, pasien dapat menyampaikan harapannya,

termotivasi, dan juga memperoleh dorongan atau semangat. Selain

itu pasien dapat menceritakan apa yang dialaminya, karena kalau

mengeluh pada dokter paling ya di jawab “tunggu ya lihat dulu”

(S3.11)

Selain itu pelayanan konseling pastoral juga bermanfaat agar

pasien dapat percaya sepenuhnya pada penyelenggaraan Allah. Seperti

diungkapkan seorang dokter:

”Saya rasa pendampingan secara spiritual yang dapat

mengarahkan pasien untuk pasrah kepada Sang Pencipta, percaya

sepenuhnya bahwa Tuhan adalah sang Maha pengasih dan

penyayang, akan dapat membangkitkan semangat untuk sembuh.

Tidak hanya sembuh dari penyakit fisiknya saat ini, tapi juga

kesadaran bahwa kesembuhan tersebut juga datangnya dari Tuhan

pengasih dan penyayang, akan dapat membangkitkan semangat

untuk sembuh. ……” (HMf.D1)

Seorang dokter, perawat, dan pelayan pastoral yang memahami

tujuan dari layanan pastoral akan mendapatkan manfaat, bahwa layanan

yang mereka berikan pada hakikatnya adalah untuk memberikan kesadaran

bahwa kesembuhan tidak hanya dari obat ataupun hasil perawatan mereka

semata. Justru pasien diajak untuk menyadari bahwa kesembuhan

datangnya Tuhan Yang Maha pengasih dan penyayang, mereka hanya

menjadi alatNYA.

2) Bagi Keluarga

Manfaat layanan konseling pastoral tidak hanya dirasakan oleh

pasien, keluarga pasienpun turut merasakan manfaat layanan ini. Keluarga

pasien yang memperoleh layanan ini merasa mendapat perhatian dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

126

respeck dari pelayanan rumah sakit. Mereka juga menjadi lebih tenang dan

percaya pada tim medis yang merawat pasien. Keluarga merasa bangga

karena keluarganya yang sakit diperhatikan dan didoakan. Seperti

diungkapkan seorang keluarga pasien:

”Perasaan saya menjadi senang atas kunjungan petugas RSK

Budi Rahayu, bila dibandingkan dengan di RS Negeri.

Perawatnya bersahabat ada nilai(+)nya dalam pelayanan

rohani, saya bangga dengan pelayanan RS”

Selain perasaan bangga, keluarga pasien juga merasakan bahwa

layanan ini sangat bermanfaat bagi mereka. Dari hasil penelitian

mengungkapkan bahwa manfaat yang dialami oleh keluarga pasien dari

pelayanan pastoral rumah sakit adalah keluarga mengalami pertumbuhan

iman, merasakan bersatu kembali dengan Tuhan setelah beberapa tahun

meninggalkan gereja karena salah satu anggota keluarganya sakit. Seperti

diungkapkan oleh keluarga pasien:

”…sangat bermanfaat. Manfaatnya yang saya alami saat menjaga

istri saya adalah bahwa kami mengalami pertumbuhan iman,

merasa terhubung kembali dengan Tuhan saat bertemu dengan

utusan Tuhan : Suster, Romo dan ASIM karena memang sudah

lama kami tidak ke Gereja, istri saya sakit, membuat keluarga

merasa jauh dari Tuhan(istri dan anak)”

Selain itu anggota keluarga pasien juga merasa lebih tenang,

merasa diperhatikan, dan juga merasa senang. Seperti diungkapkan

perawat dan pelayan pastoral:

”pasien dan keluarga menjadi lebih tenang dan lebih bisa

menerima(PDp.IC)”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

127

3) Bagi Rumah Sakit

Layanan konseling pastoral juga mendatangkan manfaat bagi

rumah sakit khususnya RSK Budi Rahayu. Dari hasil penelitian

mengungkapkan bahwa, layanan ini mampu meningkatkan

kualitas/mutu pelayanan RSK Budi Rahayu. Seperti diungkapkan

perawat:

“bagi RS manfaatnya yaitu meningkatkan mutu pelayanan

terutama di bidang pelayanan RS” (HMf.P2.1//9, HMf.S//11).

Selain itu juga meningkatkan kepuasan pasien, karena ada

pelayanan rohani yang mampu dirasakan oleh semua pasien. Sehingga

pengalaman itu akhirnya mampu diceritakan kepada masyarakat yang

lain dan pada akhirnya meningkatkan jumlah kunjungan pasien ke

rumah sakit ini. Seperti diungkapkan dokter dan perawat:

“bagi RS juga bermanfaat karena pasien akan menceritakan

pengalaman-pengalamannya selama dirawat di RS kepada teman-

teman/sanak keluarganya (tentang hal-hal yang positip, termasuk

layanan PC), sehingga akan terbangun penilaian masyarakat,

bahwa pelayanan di RS adalah baik/menyeluruh. Dengan demikian

dapat meningkatkan jumlah kunjungan pasien/masyarakat ke RS

ini” (HMf.D1//1; HMf.D3//3).

c. Hal yang Mendukung

Pelaksanaan layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu bisa

berjalan sedemikian, meskipun tidak ada program yang secara detail yang

tertulis. Hal-hal mendukung yang ditemukan adalah adanya pribadi-

pribadi yang tergerak untuk melakukan layanan tersebut, karena mereka

berusaha mewujudkan apa yang sudah dipelajarinya. Selain itu juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

128

sebagai bentuk dukungan dan harapan untuk memanusiakan sesamanya.

Seperti diungkapkan seorang perawat:

”Bagi saya, pasien adalah keluarga saya, bagaimana saya

memanusiakan mereka yang merupakan keluarga kita. Kita

sebagai perawat, sebenarnya diajarkan untuk dapat memberi

perawatan secara menyeluruh. Secara keilmuan kita sebenarnya

sudah dibekali” (HDk.IC).

Pernyataan perawat/petugas pastoral yang lain juga

mengungkapkan bahwa mereka berusaha untuk mencari tahu dengan

membaca maupun bertanya. Ada usaha diantara mereka untuk bisa

memberikan layanan ini, demi kesembuhan menyeluruh. Seperti

diungkapkan perawat:

”untuk mengatasi saya tidak putus asa, berusaha, saya harus tahu

kenapa menolak. Mungkin karena malam tidak bisa istirahat, maka

ia butuh untuk tidur, walau ada tantangan penolakan saya tidak

nglokro/putus asa, saya mencari tahu kenapa, dan tetap semangat.

Dari semangat itu membuat kita mencari tahu, mencari solusi

”mungkin waktunya yang tidak pas”. Lebih banyak membaca,

misal: novel tentang guru dengan murid, saya mengibaratkan saya

dengan pasien, saya menyerasikan dan mempraktikkan apa yang

saya baca dari lapangan” (HDk.Pc).

”seandainya bila tidak bisa, biasanya saya tanya yang lebih

menguasai teori “suster S…”. hal itu sangat membantu karena

beliau mempunyai teori dan biasanya kita bisa lihat panduannya

via online. Bila tidak bisa saya minta bantu beliau, karena ada

trik-triknya” (HDK.P2).

Selain hal-hal mendukung yang di atas, terungkap juga bahwa adanya

kerjasama dan komunikasi antara para perawat dengan petugas pastoral

care juga turut mendukung kelancaran pelaksanaan layanan konseling

pastoral di rumah sakit ini. Seperti diungkapkan petugas pastoral:

”Tersedianya sarana telephon untuk mempermudah menghubungi

antara unit PC dan unit-unit yang lainnya; Jaraknya dekat dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

129

mudah dijangkau; Ada keterbukaan komunikasi yang baik dengan

petugas PC dan perawat di ruangan (PC) seandainya bila tidak

bisa biasanya saya” (HDk.Pc)

d. Harapan dan Usulan

Kesadaran akan pentingnya perawatan secara menyeluruh,

memunculkan harapan yang mendalam bagi para dokter dan perawat akan

pentingnya keberadaan psikolog ataupun konselor yang secara kontinu

memberikan pelayanan di RSK Budi Rahayu. Seperti diungkapkan

seorang dokter:

”pada masa mendatang perlu adanya tenaga psikolog, ataupun

kalau tidak ada paling nggak orang yang mendapat pelatihan

konseling, syukur jika ada suster yang memiliki basic konseling.

Saat ini untung terbantu adanya suster …, tapi harapannya bahwa

ada satu yang fokus dibidang ini. Karena pasien lebih memilih

suster daripada awam. Aura suster beda dengan awam”

(H.Usl.D1)

Pernyataan tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh pasien

VIP:

“sangat penting, karena pada posisi sulit “saat orang mengalami

sakit”, ia butuh teman, empati, dan dorongan. Terlebih dirumah

sakit katolik Budi Rahayu ini, karena RS ini menjadi pusat pilihan

rakyat Blitar. Dengan layanan ini orang sakit bisa menyampaikan

harapannya (rindu untuk sembuh), mendapat motivasi, dan

dukungan. Lebih baik lagi jika ada Romo, suster biarawati, karena

ada sugesti yang berbeda” (S3.9)

Pernyataan perawat yang lain:

“Masukannnya ada tenaga konseling, memang saat ini ada

Sr…yang terlibat, namun bila belliau pergi. Tidak ada

pendelegasian, maka KR (Kepala Ruangan) yang bertanggung-

jawab atas pasien di ruangan itu. Kalau KR sibuk, siapa?”

(H.US.P2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

130

Pernyataan di atas mengungkapkan bahwa tenaga psikolog/

konselor sangat dibutuhkan di RSK Budi Rahayu Blitar. Karena pasien

datang ke rumah sakit tidak hanya sakit secara fisik saja, hal itu terungkap

ketika menceritakan secara pribadi bahwa ada latar belakang masalah

dalam hubungannya dengan keluarga (suami, istri, menantu, dsb). Seperti

diungkapkan seorang dokter:

“Pendekatan kita teorinya memang harus holistik, mungkin sama

dengan di BK. Kalau yang psikosomatis ini psikisnya tidak ada

intervensi, penyakitnya tidak akan sembuh. Kadang suami istri

bertengkar, kalau yang pribadi malah kadang kita tidak bisa apa-

apa” (PTK.D1)

Sakit yang dialami oleh pasien akibat masalah yang dihadapi

membutuhkan pendampingan dan konseling yang mendalam. Hal itu

membutuhkan waktu yang panjang, maka sangat penting adanya seorang

petugas konseling yang intensif dibidang pelayanan ini. Meskipun tidak

ada masalah berat ada kalanya pasien membutuhkan seseorang yang bisa

mendengarkannya dengan hati dan memiliki keterampilan komunikasi

yang efektif, dalam menanggapi ungkapan hati si sakit. Seperti

diungkapkan seorang pasien rawat inap (VIP):

“supaya layanan konseling ditetapkan dan ada tenaga khusus,

sehingga secara periodik bisa mendampingi pasien yang

membutuhkan. Selain itu juga penting bagi konselor yang ramah,

bisa mencairkan suasana, sehingga kedatangannya tidak terlalu

kaku. Sesungguhnya saat sakit, pasien butuh seseorang yang bisa

mendengarkan untuk menyampaikan ungkapan hatinya” (S3.13)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

131

B. Pembahasan

1. Perencanaan Layanan Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

Purwanto (2014:106), mengungkapkan bahwa perencanaan

merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga

dan bagi setiap kegiatan, baik perorangan maupun kelompok. Lebih lanjut

ia mengungkapkan bahwa tanpa perencanaan atau planning, pelaksanaan

suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan mungkin kegagalan. Maka

sangat penting membuat perencanaan setiap tahunnya. Selain itu ada

pepatah kuno mengatakan tentang dokumentasi: jika tidak direncanakan,

pasti tidak dilaksanakan (Young & Koopsen, 2007:158).

Sesuai ruang lingkup rumah sakit, maka rencana konseling pastoral

mencakup: program (konseling pastoral), sasaran, SDM (tenaga konseling

pastoral), keuangan, dan perlengkapan (Purwanto:107). Hal itu perlu

melibatkan banyak pihak, selain koordinator pastoral care, tenaga

konseling pastoral, juga perawat dan dokter yang terlibat dalam layanan

konseling pastoral ataupun pastoral care. Lebih lanjut Willis (2014: 230),

mengungkapkan bahwa rencana konseling harus mencakup tentang teknik-

teknik konseling, tujuan, langkah-langkah, dan kemungkinan-

kemungkinan adanya hal-hal yang tidak dapat dipecahkan.

Berdasarkan data yang ditemukan peneliti, bahwa di RSK Budi

Rahayu sudah memiliki sebuah perencanaan dalam layanan konseling

pastoral. Hal itu bertujuan agar mampu memberikan sentuhan secara

manusiawi terhadap pasien dan pada akhirnya diarahkan juga untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

132

mengalami kasih Allah Sang Penciptanya.

Perencanaan mengacu pada program tahunan pastoral care secara

umum dan tetap setiap tahunnya. Sehingga ketika ditanya tentang program

dan perencanaan konseling pastoral, responden yang terlibat dalam

layanan konseling pastoral tidak tahu dan mengatakan tidak ada. Hal ini

berdasarkan pernyataan responden yang mengatakan sebagai berikut:

“selama ini tidak ada program suster, tidak ada sosialisasi”.

Dari hasil di atas maka sangat penting bagi RSK Budi Rahayu

Blitar (unit pastoral care/konseling pastoral) membuat program setiap

tahunnya dan mensosialisasikan pada pihak-pihak yang terlibat dalam

layanan ini serta kepada pasien dan keluarganya.

Perencanaan perawatan spiritual yang efektif harus didasarkan

pada penilaian yang telah dilaksanakan. Jadi perencanaan harus

mencerminkan kebutuhan yang dikenali selama fase penilaian, penilaian

harus diverifikasi dengan pasien dan realistik. Sasaran harus disepakati

oleh kedua belah pihak (Koopsen dan Young, 2007: 155). Dari pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan program konseling

pastoral perlu adanya penilaian atau analisis kebutuhan terlebih dahulu.

Taylor (Koopsen dan Young, 2007: 155), mengungkapkan bahwa

kesehatan spiritual mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis, maka ia

harus menjadi prioritas utama saat perencanaan perawatan, khususnya bagi

pasien yang didiagnosis menderita distres spiritual.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

133

Jadi perencanaan layanan konseling pastoral mencakup, antara

lain: analisis kebutuhan klien (pasien), teknik konseling, tujuan, langkah-

langkahnya dan kemungkinan-kemungkinan adanya hal-hal yang tidak

dapat dipecahkan.

2. Pelaksanaan Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

Dari hasil penelitian, pelaksanaan Konseling Pastoral RSK Budi

Rahayu Blitar sudah terlaksana dengan baik. Hal itu sesuai dengan

program yang direncanakan. Meskipun tidak sempurna, namun nampak

adanya usaha bagi setiap pihak yang terlibat dalam melaksanakan layanan

tersebut.

Keterbatasan tenaga ternyata tidak menghalangi terjadinya layanan

konseling pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar. Dengan bekal yang ada

yaitu pelatihan pendampingan kepada orang sakit dan bekal pendidikan

keperawatan, tim medis dan tenaga pastoral care berusaha untuk

memberikan layanan spiritual (konseling pastoral) bagi pasien dan

keluarganya. Hal itu terwujud dalam pelaksanaan kunjungan dan

pendampingan pasien sesuai jadwal yang ada; adanya kerjasama antara tim

medis (dokter, perawat) dan pelayan pastoral (Romo, suster, pendeta, dan

ulama); adanya prosedur atau langkah-langkah dan teknik-teknik yang

diterapkan saat melakukan pendampingan pasien; serta etika yang mereka

pegang dalam pemberian layanan ini.

Pelaksanaan konseling pastoral menurut Tulus Tu’u (2007:86-93)

mencakup tiga tahap yaitu: 1) tahap awal ; 2) tahap inti; 3) tahap penutup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

134

Lebih lanjut Willis (2014: 50-54), mengungkapkan bahwa proses

konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan dengan baik.

Menurut Willis (2014: 50), proses konseling dibagi menjadi tiga tahapan

yaitu: 1) tahap awal konseling, hal ini mencakup: membangun hubungan;

memperjelas dan mendefinisikan masalah;membuat penaksiran;

menegosiasikan kontrak, 2) tahap pertengahan (tahap kerja), mencakup:

menjelajahi dan mengekplorasi masalah; menjaga hubungan konseling

agar terpelihara; proses konseling berjalan sesuai dengan kontrak, 3) tahap

akhir (tahap tindakan).

Pelayan pastoral sudah melaksanakan proses layanan konseling

pastoral sesuai dengan tahap-tahapnya. Yaitu diawali dengan melihat data

pasien dan mencari informasi kepada tim medis yang bertugas, setelah itu

melakukan kunjungan. Diawal proses pendampingan selalu diawali

dengan membangun hubungan dengan pasien, setelah merasa nyaman

maka dengan sendirinya pasien menceritakan pergulatan maupun masalah-

masalah yang dihadapinya, setelah tergali petugas memberikan informasi

dan solusi juga pilihan-pilihan yang membebaskan, memberi dukungan

dan menutup konseling serta membuat kontrak bila dibutuhkan lagi.

Dalam pelaksanaan program tentunya tidak berjalan sempurna,

keterbatasan dan kekurangan baik sumber daya manusia, keuangan,

sarana dan prasarana tentunya turut menentukan kelancaran pelaksanaan

konseling di RSK Budi Rahayu Blitar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

135

Dari hasil penelitian ditemukan adanya hambatan-hambatan dalam

pelaksanaan layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar,

hambatan yang ada meliputi: keterbatasan tenaga yaitu tidak adanya

tenaga khusus (konselor) rumah sakit, pelayan pastoral masih kurang

dalam pengetahuan dan pengalaman tentang konseling, tidak adanya

ruang konseling, tidak semua perawat tertarik dalam layanan ini,

pengetahuan dan pemahaman pasien/klien yang kurang sehingga

membutuhkan waktu yang lama.

3. Hasil Pelaksanaan Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

Konseling pastoral yang dilaksanakan dan diberikan kepada pasien

dan keluarga memberi dampak positip dan manfaat bagi para pasien dan

keluarganya, rumah sakit, maupun pihak konselor yang melaksanakannya.

Dari hasil penelitian ditemukan banyak manfaat dari layanan

konseling pastoral bagi pasien dan keluarganya, antara lain: pasien

mengalami penghiburan, perhatian, dukungan/motivasi, didengarkan,

diterima dengan empati. Dari pengalaman-pengalaman positip tersebut

sehingga memberikan pengharapan bagi pasien untuk sembuh dan dapat

menerima situasi sakitnya dengan terbuka, selain itu keluarganya juga

merasakan penghargaan dari pihak rumah sakit.

Pengalaman positip yang dialami oleh pasien dan keluarganya juga

memberikan manfaat bagi RSK Budi Rahayu Blitar yaitu meningkatkan

rasa kepercayaan dan kualitas, serta jumlah pengunjung di RSK Budi

Rahayu Blitar. Demikian bagi seorang konselor pastoral juga merasakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

136

bahwa pelayanan pastoral yang dijalankan sebagai suatu anugerah dan

panggilan. Pengalaman dalam mendampingi pasien semakin menyadarkan

bahwa mereka hanya sebagai perpanjangan tangan Tuhan, membuat

mereka diperkaya dalam iman, dan membuatnya semakin rendah hati

bahwa karya Roh Kuduslah yang memampukan mereka.

Hal di atas sesuai dengan fungsi-fungsi layanan konseling pastoral

yang diungkapkan Clebsch dan Jaekle (Wiryasaputra:1999), bahwa

konseling pastoral mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

menyembuhkan (healing); menopang (sustaining); membimbing

(guiding); memperbaiki hubungan (reconciling); mendidik/membina

(educating/forming).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

137

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang

kesimpulan dari penelitian. Hal ini mencakup garis besar hasil yang didapatkan

oleh peneliti. Bagian saran memuat saran, saran ditujukan untuk pihak rumah

sakit (RSK Budi Rahayu, koordinator Pastoral Care/PC, petugas layanan PC

ataupun pihak yang terlibat dalam pelayanan konseling pastoral), dan bagi

Program Pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan layanan Konseling

Pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar, maka dapat diperoleh beberapa

kesimpulan:

1. Perencanaan layanan Konseling Pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa

Timur.

a. Perencanaan layanan Konseling Pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar

sudah terlaksana. Perencanaan mengacu pada program pastoral care

secara umum. Hal itu meliputi: kegiatan manusiawi (kunjungan dan

sapaan), pendampingan/konseling, siaran radio, penerimaan sakramen

bagi yang membutuhkan.

b. Perencanaan sesuai tujuan yaitu untuk mendampingi pasien dalam

mengumuli pengalaman hidupnya, sehingga pasien menemukan makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

138

dalam hidupnya dan semakin mampu mengembangkan potensi yang

ada dalam dirinya.

c. Layanan ini sudah tepat sasaran yaitu bagi semua pasien tanpa

memandang suku dan agama.

d. Selain petugas PC (pastoral care) yang terlibat dalam layanan ini, juga

ada dokter, para perawat, dan suster pemilik rumah sakit yang tergerak

untuk terlibat dalam pelayanan ini.

e. Tersedia sarana dan prasarana, serta media yang bisa menginspirasi

pasien maupun anggota keluarganya.

2. Pelaksanaan Layanan Konseling Pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa

Timur.

a. Pelaksanaan layanan konseling Pastoral berjalan dengan baik, hal itu

karena sudah direncanakan dan dijadwalkan. Sudah tepat sasaran yaitu

para pasien yang membutuhkan pendampingan/konseling tanpa

membedakan agama.

b. Ada kerjasama dan keterlibatan dari banyak pihak, yaitu: dokter, para

perawat, suster pemilik rumah sakit, dan majelis.

c. Teknik konseling yang diterapkan lebih pada penerimaan, yaitu dalam

bentuk komunikasi teraupetik. Maksudnya adalah komunikasi yang

ditandai adanya rasa empati, menghargai, mendengarkan dengan penuh

perhatian, memberikan dukungan (senyuman, sentuhan, pandangan

yang bersahabat).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

139

d. Pelaksanaan sesuai langkah-langkah konseling, meskipun tidak ada

dalam perencanaan. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai

berikut: 1) tahap awal, yaitu mencari data pasien. Hal itu dilakukan

agar mengetahui penyakit dan kebutuhan pasien. Setelah itu

melakukan kunjungan dan membangun relasi yang baik dengan pasien;

2) tahap kerja, meliputi: mendengarkan apa yang menjadi pergumulan

pasien, mengeksplorasi; 3) tahap akhir/penutup: memberi informasi,

saran dan alternatif-alternatif, serta dukungan, dan kontrak waktu bila

dibutuhkan.

e. Dalam proses pelaksanaan juga mengalami hambatan antara lain:

1) Keterbatasan tenaga

2) Pemahaman dan pengetahuan pasien yang minim, sehingga

membutuhkan waktu karena harus menjelaskan secara detail dan

ulang-ulang.

3) Petugas inti yang melakukan pendampingan memiliki latar

belakang diluar bidang psikologi dan konseling, sehingga ada

kalanya mengalami kesulitan dan rasa canggung dalam

memberikan layanan ini.

4) Jam kunjung keluarga pasien tidak dibatasi, sehingga konseling

terhenti bila ada keluarga yang kunjung.

5) Tidak ada ruang konseling.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

140

3. Hasil Layanan Konseling Pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa

Timur.

Manfaat layanan konseling pastoral adalah membantu para pasien

mengalami penghiburan, perhatian, dan kasih Allah yang hadir dalam

setiap pribadi yang menyapa, mendampingi dan menghiburnya.

Pendampingan, sentuhan manusiawi dan rohani, menyadarkan pasien

bahwa kesembuhan tidak hanya dari obat. Melainkan kehadiran, dukungan

dan penghiburan serta doa dari sesama juga turut menyembuhkannya.

Selain pasien, keluarga juga merasakan manfaat dari layanan ini yaitu

merasakan adanya penghargaan dan perhatian dari pihak rumah sakit.

Dampak positip juga dialami oleh pihak konselor, yaitu mereka

semakin menyadari bahwa keterlibatannya merupakan anugerah dan

panggilan Tuhan. Selain itu mereka juga mengalami sukacita dan

kesembuhan. Kemudian bagi RSK Budi Rahayu Blitar, juga mendapatkan

kepercayaan, sehingga dari rasa kepercayaan masyarakat mampu

meningkatkan kualitas dan kunjungan pasien di rumah sakit ini.

B. Saran

Demi optimalnya pelaksanaan layanan Konseling Pastoral di RSK Budi

Rahayu Blitar-Jawa Timur, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Bagi RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

Rumah sakit perlu merencanakan penambahan ruangan unit pastoral care

untuk ruang konseling yang aman dan nyaman bagi klien. Selain itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

141

konselor rumah sakit sangat dibutuhkan pada masa sekarang terkait kasus-

kasus yang dialami pasien tidak hanya secara fisik melainkan mental dan

spiritual.

2. Bagi Koordinator Pastoral Care dan Staff

Koordinator PC dan staff perlu menetapkan jadwal evaluasi program PC,

khususnya dalam bidang pelayanan rohani (konseling pastoral) bagi pasien

maupun keluarganya. Jika memungkinkan dalam evaluasi melibatkan

semua yang terlibat dalam pemberian layanan Konseling Pastoral.

3. Petugas Layanan PC ataupun pihak yang terlibat dalam pelayanan

konseling pastoral.

Para pelayan pastoral, sebaiknya memiliki latar belakang pendidikan di

bidang Psikologi ataupun mereka yang memiliki pengetahuan dan

mendapat pelatihan dalam bidang konseling pastoral.

4. Bagi Program Pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma.

Layanan konseling pastoral di rumah sakit sangat penting dan dibutuhkan,

demi pemahaman mahasiswa dalam bidang ini sebaiknya Program

Pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

menambahkan jam ataupun materi-materi yang terkait dengan bidang

tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

142

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa hasil karya ilmiah ini masih banyak

keterbatasan. Keterbatasan itu disadari oleh peneliti bahwa diawal penelitian

penulis kurang mempersiapkan diri. Ada beberapa hal yang belum secara

penuh dikuasai oleh peneliti. Bagi peneliti, konseling pastoral adalah sesuatu

yang masih baru, terlebih di bidang kesehatan khususnya di rumah sakit.

Konsep tentang konseling di bidang pendidikan masih terlalu kuat terbawa

oleh peneliti, sehingga sempat menimbulkan keraguan. Peneliti larut dalam

layanan konseling pastoral, sehingga hasil wawancara diawal penelitian

menjadi bias. Akibatnya peneliti harus menambah waktu penelitian untuk

menghasilkan data yang akurat.

Ada beberapa hal yang kurang bisa tergali datanya, karena waktu

penelitian yang terbatas. Selain itu juga ada beberapa responden/pasien yang

kurang terbuka. Peneliti masih perlu meningkatkan wawasan dan

pemahamannya di bidang konseling pastoral di rumah sakit, psikologi orang

sakit dan pendekatan konseling yang tepat bagi pasien, serta evaluasi program

konseling pastoral.

Adanya keterbatasan-keterbatasan itu menyadarkan peneliti bahwa dalam

penelitian kualitatif perlu persiapan yang matang dan penguasaan tentang apa

yang akan diteliti, serta siap terhadap adanya perubahan-perubahan yang

terjadi. Atas keterbatasan-keterbatasan tersebut peneliti mohon maaf.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

143

DAFTAR PUSTAKA

Abineno J.L.CH, 1994. Pelayanan Pastoral Kepada Orang-Orang Sakit.

Jakarta:BPK Gunung Mulia.

_____________, 2006. Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral.

Jakarta: BPK Gunung Mulia.

_____________, 2014. Pelayanan Pastoral Kepada Orang Sakit. Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Arikunto Suharsimi, 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Arikunto Suharsimi & Abdul Jabar CS, 2008. Evaluasi Program Pendidikan.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Badrujaman Aip, 2011. Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan

Konseling. Jakarta: PT Indeks.

Beek Aart Van, 1987. Konseling Pastoral Sebuah Buku Pegangan Bagi Para

Penolong Di Indonesia. Semarang: Satya Wacana.

Collins Garry R, 1989. Konseling Kristen yang Efektif. Malang: Seminari Alkitab

Asia Tenggara.

Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gula Richard M, 2009. Etika Pastoral. Yogyakarta: Kanisius.

Hidayanti Ema, (Januari-Juni 2012). Pelayanan Bimbingan Konseling Bagi

Pasien Rawat Inap. Diambil pada tanggal 18 November 2014, dari

http://journal.walisongo.ac.id/index.php/dakwah/article/view/126/125.

Haarsma F, 1991. Pastorat Dalam Dunia. Yogyakarta: Puspas.

Moleong L.J, 2007. Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Puspas.

__________, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

O’Brien Mary Elizabeth, 2009. Pedoman Perawat untuk Pelayanan Spiritual:

Berdiri di Atas Tanah yang Kudus. Medan: Bina Media Perintis.

Suprana Oo, (2009). Analisis pengaruh pelayanan rohani terhadap kepuasan

pasien rawat inap di rumah sakit panti wilasa “dr. cipto”, semarang tahun

2009 (tesis magister, universitas diponegoro semarang 2009). Diambil pada

tanggal 24 September 2014, dari

http://core.ac.uk/download/files/379/11718245.pdf.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

144

Purwanto M. Ngalim, 2014. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya Offset.

Sugiyono, 2013.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhardi Alfons S, 1987. Pedoman Etis Dan Pastoral Rumah Sakit Katolik.

Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Susabda Yakub B, 1983. Pastoral Konseling Buku Pegangan untuk Pemimpin

Gereja dan Konselor Kristen.Pendekatan Konseling di Dasarkan pada

Integrasi antara Psikologi dan Teologi. Malang: Gandum Mas.

Tulus Tu,u. 2007. Dasar-dasar Konseling Pastoral: Panduan bagi Pelayanan

Konseling Gereja, Yogyakarta: ANDI Offset.

Widjojo Subroto dkk, 2005. Konseling Pastoral Katolik. Pusat Pelayanan

Konseling dan Konsultasi Psikologi “SHEKINAH”.

Wijayatsih Hendri, (April/Oktober 2011). Pendampingan dan Konseling Pastoral.

Gema Teologi, 35, 0853-4500.

Wilis Sofyan S, 2014. Konseling Individual, Teori dan Praktek. Bandung:

Alfabeta.

Wiryasaputra Totok S, 1999. Konseling Pastoral Sarana pelayanan Karya

Kesehatan. Yogyakarta: Puspas.

Young Caroline & Koopsen Cyndie, 2007. Spiritual, Kesehatan, dan

Penyembuhan. Medan: Bina Media Perintis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

L

A

M

P

I

R

A

N

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

DATA HASIL WAWANCARA RESPONDEN (Suster, Pastor, Dokter, Perawat, Petugas PC, Majelis)

ASPEK KODING REDUKSI HASIL/KESIMPULAN

Sasaran PC

(PSs)

1. Ya semua pasien (px) dan keluarganya suster, tapi

biasanya saya berani sedikit-sedikit yang katolik (PSs.D1)

2. Menurut saya yang menjadi sasaran utama ya semua

penderita suster, tanpa memandang agama (PSs.D2)

3. Menurut saya ya seluruh pasien rawat inap di rumah sakit

ini sus, tanpa memandang agama

(PSs.D3)

4. umat kristiani pada umumnya dan beberapa umat lain yang

minta untuk didoakan dan memiliki dasar iman yang sama/

orang lain yang sudah terbiasa dengan iman katolik

(PSs.Rm)

5. Selama ini yang saya lihat itu, semua pasien terutama ini

ter, pasien-pasien yang dalam proses persalinan atau

setelah operasi. Misalnya pasien yang post SC hari I,

operasi Caesar.biasanya kadang kan merasa cemas, itu

biasanya (PSs.P1)

6. Yaitu ter, biasanya pasien dengan kasus/penyakit yang

istimewa; dengan sakit yang sudah komplikasi; yang

1. Semua pasien (px) dan

keluarganya, khususnya yang

beragama katolik (PSs.D1;

Rm; PSs.PC)

2. Semua penderita, tanpa

memandang agama (PSs.D2).

3. Seluruh pasien rawat inap di

rumah sakit, tanpa

memandang agama

( PSs.P1; PSs.D3, IC)

4. Pasien dengan kasus/penyakit

yang istimewa, komplikasi;

yang mengalami

psikosomatis; Stroke (CVA),

Hipertensi pasien post

operasi; dan pasien yang

tidak dijaga keluarganya

(PSs.P1; PSs.P2; P2.1; P3;

1. Semua pasien (px) /

penderita dan

keluarganya (PSs. D1,

Pc, D2, P1, Rm).

2. Tanpa memandang

agama (PSs.D2).

3. Seluruh pasien rawat

inap (PSs.D3)

4. Pasien-pasien yang

dalam proses persalinan

atau setelah operasi

5. pasien dengan

kasus/penyakit yang

istimewa, Stroke (CVA),

Hipertensi komplikasi;

yang mengalami psiko-

somatis (kecemasan

tinggi); dan juga pasien

PE

LA

KS

AN

AA

N

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

mengalami psikosomatis; pasien post operasi; dan juga

pasien yang tidak dijaga keluarganya (PSs.P2)

7. Biasanya ini ter, pasien dengan kasus istimewa, pasien

kritis dan pasien yang mengalami gangguan mental

(psikosa) (PSs.P2.1).

8. Suster setahu saya, biasanya yang dikunjungi adalah

pasien-pasien dengan kondisi penyakit yang berat seperti

Stroke (CVA), Hipertensi, tapi juga ke pasien-pasien yang

dengan kondisi yang mulai membaik, menurut saya semua

ter dikunjungi walau hanya disapa (PSs.P3)

9. Biasanya pasien dengan kasus atau penyakit yang

istimewa, misalnya: penyakit-penyakit yang komplikasi,

penyakit dengan kasus operasi/kasus bedah, pasien yang

mengalami masalah psikologis (PSs.P4).

10. rata-rata hampir semua kasus di ICU ter, dan bila kondisi

pasien tidak sadar, biasanya didoakan saja. Contoh kasus

px yang dikunjungi adalah: pasien-pasien di ICU dengan

kasus jantung, px anak-anak yang rata-rata dengan kasus

(PSs.IC)

11. ya selama ini ya pasien yang membutuhkan pendampingan

khusus, pasien yang mengalami kecemasan yang tinggi

P4, IC)

5. pasien-pasien dengan kondisi

penyakit yang berat seperti

(PSs.P3)

6. pasien yang membutuhkan

pendampingan khusus(IC)

yang tidak dijaga

keluarganya (PSs.P2),

(2.1), (PSs.P4).

6. pasien yang

membutuhkan

pendampingan khusus.

Jadi sasaran layanan

konseling pastoral

adalah: semua pasien

rawat inap dan ke-

luarganya tanpa me-

mandang agama. Ter-

utama untuk pasien yang

mem-butuhkan

pendampingan khusus

dan pasien yang

istimewa (sakit berat).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

akan penyakit yang dideritanya yang akan menghambat

aktifitasnya. Misalnya: pasien penderita kanker dan stroke

(PSs.IC).

12. biasanya pasien yang khusus sus, misalnya: Kanker,

Hipertensi, Ibu melahirkan ( setelah lahir bayi meninggal

dunia ), bunuh diri; selain itu juga keluarga pasien, nah..

Apabila pasien tidak bisa diajak komunikasi, maka kita

menemui keluarganya karena keluarga kan lebih dekat

dengan pasien ter (PSs.PC)

Jadwal

Waktu/ lama

(PW)

1. wahhh…tidak pasti sih ter, tergantung kasusnya.

Seandainya ringan biasanya 15 menit, tapi kalau situasi

kritis memang butuh waktu panjang . Selama ini waktunya

tidak tentu suster, tergantung situasi dan kondisi pasien.

Tetapi setiap hari sering terjadi konseling (PW.IC)

2. baru awal kita temukan diagnose penyakitnya butuh waktu

lama sekitar 15-20 menit, karena masih menerangkan

penyakitnya, bagaimana pengobatannya, tapi hari

berikutnya cukup lima menit kalau tidak ada pertanyaan,

kita hanya menerangkan hasil dan perkembangannya,

karena di Indonesia ya..memang sakgitu (PW.D1)

1. Tidak pasti, tergantung

kasusnya, ringan biasanya 15

menit, tapi kalau situasi kritis

memang butuh waktu

panjang, dilakukan setiap hari

(PW.IC)

2. saat visitebed sekitar 15-20

menit, hari berikutnya cukup

lima menit (PW.D1)

3. Jam kunjung 10.00-12.15

(PW.SS)

1. setiap hari (PW.IC,

PW.D1, PW.SS, PW.PC)

2. jamnya tidak pasti

3. saat visitebed sekitar 15-

20 menit

5. 10.00-12.15 (PW.SS)

4. setiap hari mulai pukul

08.30-09.30 dilanjutkan

pukul 10.30-12.15 WIB

(PW.PC)

Pelayanan konseling pas-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

3. Jam kunjung 10.00-12.15, ya..karena diruangan ketika

pagi masih sibuk dengan keperawatan, obat, rawat luka,

dll. Karena memang disini jam besuk 24 jam, makanya kita

harus mengusahakan sendiri, kalau banyak tamu ya

ditinggal dulu (PW.SS)

4. utk pendampingan dilakukan setiap hari ter, mulai pukul

08.30-09.30 dilanjutkan pukul 10.30-12.15 WIB. Karena

jam itu pasien sudah selesai mendapat perawatan dan jam

09.30 kembali kePC karena saat jam itu banyak

pengunjung yang datang menjengguk pasien biasanya

tidak bisa ditargetkan sus, tergantung situasi pasiennya.

Biasanya per paviliun bergantian setiap hari. Jika perlu

biasanya setelah jam kunjung, saya lanjutkan (PW.PC)

4. setiap hari mulai pukul

08.30-09.30 dilanjutkan pukul

10.30-12.15 WIB (PW.PC)

toral dilakukan setiap

hari, waktunya tidak

tentu. Hal itu men-

yesuaikan konselornya

(dokter, perawat,

pendeta, romo). Tetapi

untuk unit PC melakukan

setiap hari 08.30-

09.30/10.00 WIB

dilanjutkan pukul 10.30-

12.15 WIB (PW.PC),

sedangkan suster 10.00-

12.15 (PW.SS). Ada

tindak lanjut bila

dibutuhkan.

AUDIO Audio diaktifkan dari jam 07.00-13.00 suster, jam13.00

berhenti, karena jam istirahat selain itu jam13.00 saya

bertugas di perpustakaan rumah sakit dan bila saya ada di

PC karena tidak ada komputer diruangan itu sehingga

untuk pencatatan saya kerjakan di PC. Hal itu juga

Audio diaktifkan dari jam 07.00-

13.00 suster

Ada renungan pagi, doa, dan

instrument mulai pukul

07.00-13.00

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

memudahkan jika ada yang membutuhkan layanan PC

(PC)

Jumlah

pertemuan

(PJP) dan

dinyata

kan Selesai

(PS)

1. Itu juga tergantung kasusnya ter, biasanya pasien dan

keluarganya kalau sudah tenang ya sudah cukup, dan bila

mereka konsultasi lagi ya kita layani. Tapi biasanya cuma

sekali (IC)

2. biasanya terjadi hanya satu kali, tidak pernah ada kasus

yang terlalu serius (PJP.Rm)

3. Biasanya ketika mereka sudah mencari alternative-

alternatif dan sudah cocok dengan dirinya. Saya rasa

mereka sudah bisa mandiri, saya menghindari adanya

ketergantungan, menghibur-hibur, memang aranya tidak

kesana, dan saya rasa ia sudah bisa (SS).

4. Mungkin sekali dilihat, ternyata dia sudah merasa senang,

mau apa sudah direncanakan, biasanya ya sudah jalan

sendiri. (SS)

5. tergantung sus, biasanya sekali. Biasanya saya

menawarkan apakah saya perlu datang atau tidak? Jika ya

saya akan hadir lagi. (PC)

1. tergantung kasusnya (PJP

.IC, PC )

2. sekali (PJP. IC, SS, Rm)

3. mereka sudah mencari

alternative, saya rasa

mereka sudah bisa

mandiri; sudah merasa

senang, mau apa sudah

direncanakan (PS.PC)

Jumlah pertemuan

pendampingan/konseling

hanya satu kali (PJP. IC, SS,

Rm), ada tindak lanjut bila

ada kasus tertentu/pasien

membutuhkan kehadiran

konselor lagi.

Dinyatakan cukup dan

selesai bila:

1. tidak ada kasus yang

terlalu serius

2. pasien sudah mengalami

perubahan dan mencari

alternatif-alternatif yang

cocok dengannya.

3. pasien dipercaya bahwa

bisa mandiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

Kerja sama

(PKs)

1. Suster, saya merasa sebagai dokter, belum menjalin

kerjasama dengan unit PC, dalam penanganan pasien-

pasien di ruang rawat inap (PKs.D1)

2. Ya, selama ini kami bekerja sama dengan baik sus

(PKs.P1)

3. Ya suster selama ini ada kerjasama sus (PKs.P2)

kerjasama selama ini sebatas pemberitahuan, pemberian

layanan sakramental (2.1).

4. Ya ter relasinya cukup baik, petugas PC sering

menanyakan tentang jumlah pasien dan agamanya,dan

perawat sering menghubungi petugas PC saat ada

permintaan sakramen perminyakan dari keluarga pasien

(PKs.P3)

5. ada ter (PKs.P4)

6. Iya ter, terjalin kerjasama yang baik antara para perawat

dan petugas PC oleh karena kesinambungan yang tidak

bisa terpisah-pisah. Misalnya: dari unit perawatan memberi

motivasi dan tawaran untuk perminyakan pada pasien,

kemudian perawat menyampaikan kepada petugas PC dan

petugas PC menghubungi romo dan melakukan

1. belum menjalin kerjasama

2. bekerja sama dengan baik

(PKs.P1, PKs.P2, PKs.IC,

PKs.P4, PKs.S)

3. kerjasama selama ini sebatas

pemberitahuan, dan

pemberian layanan

sakramental (Rm).

Ada kerjasama dan relasi

yang baik antara tenaga PC

dengan tim medis (dokter

dan perawat), karena

layanan ini diterima sebagai

bagian yang saling

berkesinambungan dan

tidak bisa terpisah-pisah (Pks

P1, P2, P3, P4, IC, S). hal

yang berbeda diungkapkan

seorang responden yang

menyatakan belum menjalin

kerjasama. (PKs.D1).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

pendampingan pada saat perminyakan; bila ada px yang

membutuhkan konseling, dari perawatan juga

menghubungi ke PC dan selalu direspon dengan baik

(PKs.IC).

7. sejauh yang saya tahu ada kerjasama dan relasi yang baik

antara petugas PC dengan para perawat (PKs.S).

Langkah-

langkah PC

(PLL)

1. Proses konseling selama ini banyak dilakukan sambil

dokter melakukan visite (bedsite counseling). Tetapi untuk

kasus-kasus penyakit yang tidak bisa sembuh. Prosesnya:

keluarga dipanggil ke ruang perawat untuk mendapat

penjelasan detail, sedangkan untuk pasiennya sendiri

diupayakan agar mendapatkan informasi-informasi yang

tidak menambah stress pada yang bersangkutan (PLL.D1)

2. Biasanya mbak Ac…melihat status untuk mengetahui

identitas dan kasus pasien-pasien yang akan dikunjungi,

setelah itu baru berkunjung (PLL.P1)

3. Sebelum kunjungan biasanya meminta ijin kepada kepala

ruangan atau penanggung jawab saat itu suster; kemudian

menanyakan pada petugas tentang pasien dan keluarga.

Kira-kira pasien mana saja yang perlu dilakukan

1. keluarga dipanggil ke ruang

perawat; pasiennya sendiri

diupayakan agar mendapatkan

informasi-informasi yang

tidak menambah stress

2. Saya berusaha mengenal

mereka, Awalnya kita perlu

mengenal latar belakang

pasien, pekerjaannya, “pak,

bu…nopo sing dirasake?”,

kebiasaannya bagaimana?

(PLL.D1)

3. meminta ijin kepada kepala

ruangan (PPL.P2, PPL.P2.1,

Fase/tahap proses konseling:

1. Pembukaan: membangun

hubungan pribadi dengan

konseli (berkunjung,

menyapa, perkenalan,

dan pertanyaan basa-

basi, serta menemani)

“Saya berusaha

mengenal mereka,

Awalnya kita perlu

mengenal latar belakang

pasien, pekerjaannya,

“pak, bu…nopo sing

dirasake?”, kebiasaannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

kunjungan PC atau ada kasus istimewa (PPL.P2)

4. Minta ijin petugas yang bertugas waktu itu (KP);

Menanyakan kepada petugas, px mana saja yang perlu

dikunjungi; Langsung mengadakan konseling; Melakukan

pendokumentasian data pasien yang dikunjungi; Petugas

yang bertugas saat itu menandatangani buku kegiatan PC

(PPL.P2.1)

5. sebelum ke pasien biasanya petugas PC melihat status

pasien, melihat tentang catatan keadaan pasien

sebelumnya, dan kadang menanyakan ke petugas ruangan

tentang keadaan pasien (PPL.P3)

6. petugas PC meminta ijin dulu ke penanggungjawab

ruangan untuk melakukan kunjungan pasien (PPL.P4)

7. petugas PC menanyakan identitas px termasuk agamanya

dan kondisinya secara garis besar; (PPL.IC)

8. sejauh saya tahu “ya”, karena sebelum pelayanan pastoral

care melakukan kunjungan terlebih dahulu datang dan

bertanya tentang pasien-pasien yang dirawat di RS di

kantor perawatan unit tersebut bertanya kepada perawat

ruangan mengenai pasien yang dirawat saat itu, penyakit

PLL.P4)

4. menanyakan pada petugas

tentang keadaan pasien dan

keluarga, mana saja yang

perlu dilakukan kunjungan PC

atau ada kasus istimewa

(PLL.P2, PLL.P2.1, PPL.S)

5. melihat status untuk

mengetahui identitas dan

kasus pasien-pasien yang

akan dikunjungi (PLL.p2,

PLL.IC), melihat tentang

catatan keadaan pasien

sebelumnya (PPL.P3).

6. berkunjung, langsung ke

ruangan (PPL.P1)

7. mengadakan konseling

(PPL.P2.1)

8. Melakukan

pendokumentasian data

bagaimana?” (PLL.D1)

2. Penjelasan: menerima

ungkapan konseli apa

adanya, serta

mendengarkan

dengan penuh perhatian.

Berusaha menentukan

jenis masalah masalah

dan pendekatan

konseling yang

sebaiknya diambil. Ini

belum terlalu Nampak,

biasanya langsung

pemberian informasi dan

saran.

“memahami situasi

orang sakit, biasanya

dengan me-nyapa,

memberi peluang kepada

pasien untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

yang diderita pasien (PPL.S)

9. biasanya saya kunjungan pasien dan keluarga pasien sus,

nah untuk langkah-langkahnya itu biasanya seperti ini sus,

saya datang langsung ke ruangan, setelah itu melihat status

pasien (agamanya apa?, sakitnya, dokter, asalnya), ya

sudah kalau selesai kunjungan biasanya keruangan lagi

untuk melakukan pencatatan; (pertama melakukan

pendekatan dengan berkunjung, menyapa, dan menemani;

2) memberikan pendampingan untuk menggali sejauh

mana apa yang dialami pasien pada saat itu; 3) menanggapi

ungkapan pasien; 4) memberikan saran) (PLL.Pc)

10. memahami situasi orang sakit, setelah itu; Memancing

dengan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana

(bagaimana...., lalu....oya...). Pasti suster sudah mengerti

itu (sambil tertawa), peneliti iya Romo tetapi teori dengan

praktek kan kadang berbeda; menguatkan mereka, orang

sakit tidak bisa disamakan dengan orang pada umumnya

(PLL.Rm)

11. Saya mencari data pasien: phisik, agama, data dari

perawat. Dengan gambaran yang didapat, kemudian

pasien yang dikunjungi; PC

(PPL.P2.1)

9. melihat status pasien

(agamanya, sakitnya, dokter,

asalnya)

10. melakukan pendekatan 1)

menyapa,& menemani;2)

memberikan pendampingan

untuk menggali sejauh mana

apa yang dialami pasien pada

saat itu; 3) menanggapi

ungkapan pasien; 4) mem-

berikan saran (PLL.Pc)

11. memahami situasi orang sakit

12. Memancing dengan per-

tanyaan-pertanyaan yang

sederhana (bagaimana..,lalu....

o..ya...)

13. Menguatkan mereka

14. mencari data pasien;

menceritakan

permasalah-annya;

setelah itu kita

mendengarkannya

dengan penuh kesabaran

dan kesempatan yang

lebih bertemu dengan

pasien” (S).

3. Penggalian latar

belakang masalah:

mengadakan analisis

kasus, sesuai dengan

pendekatan konseling

yang dipilih.

“Menanyakan: sakit yang

dirasakan,cari tahu apa

yang menjadi ganjalan

(masalah) yang dialami.

Dari situ saya bisa

menangkap dimana ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

mengunjungi pasien dan keluarga bila ada yang jaga;

Menanyakan: sakit yang dirasakan,cari tahu apa yang

menjadi ganjalan (masalah) yang dialami.

12. Menangkap: dimana masalah yang didengar dan klarifikasi

dengan pasien dan keluarga.

13. Menyarankan beberapa alternatif yang sesuai dengan

kondisi pasien dan pasien membuat pilihan untuk

dijalankan.

14. Selesai dan pamit. Bila perlu kontrak waktu untuk ketemu

lagi (PLL.SS).

15. saya mencari datanya dulu, kondisi bagaimana, hasil

pemeriksaan lab bagaimana, mencari informasi ke perawat

kira-kira pasien butuh bantuan apa?, jadi saya datang tidak

kosong-kosong. Saya datang kepx sudah tahu dan punya

gambaran, kira-kira saya bisa memberi apa pada mereka.

Awalnya saya memperkenalkan diri, kemudian tanya

gejala yang dirasakan, dan memang segala penyakit itu

memiliki gejala yang berbeda karena secara ilmu saya tahu

dan mengingat itu. Kemudian baru secara ekonomi, saya

jelaskan untuk pengobatan selanjutnya, biaya dan

mengunjungi pasien dan

keluarga; bertanya;

Menangkap (mendengarkan

dan klarifikasi); pemberian

saran dan alternatif yang

sesuai; kontrak waktu; pamit

15. dilihat dari kasus atau

diagnose & masalah-masalah

yang sedang dipikirkan;

konseling;, 1) kita memberi

gambaran secara medis

kepada pasien, 2) kita

memberi dukungan secara

psikis (senyum, sapaan,

pujian/komunikasi

teraupetik), 3) memberi

motivasi kepada pasien

supaya mau makan, 4)

memberikan saran supaya

banyak berdoa, membaca

masalah yang didengar

dan klarifikasi dengan

pasien dan keluarga”

(SS)

4. Penyelesaian masalah:

menyalurkan arus

pemikiran konseli.

“maka saat itu saya

mengajak mereka utk

berpikir, juga memberi

alternative-alternatif,

disamping itu juga tak

terlepas dari campur

tangan Tuhan, sambil

mengajak mereka untuk

tetap berdoa. Jika

mungkin saya ajak

berdoa, menganjurkan

doa Rosario jika

mungkin bagi keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

kondisinya bagaimana, pasti secara kejiwaan, mereka ada

rasa sedih, cemas, maka saat itu saya mengajak mereka

utk berpikir, juga memberi alternative-alternatif, disamping

itu juga tak terlepas dari campur tangan Tuhan, sambil

mengajak mereka untuk tetap berdoa. Jika mungkin saya

ajak berdoa, menganjurkan doa Rosario jika mungkin bagi

keluarga yang menjaganya. Saya sampai follow up untuk

hari selanjutnya mereka biasanya lebih baik (PLL.SS)

16. ya hari pertama nampak kecemasan….kemudian baru

mengecek latar belakang dari data yang saya pelajari

sebelumnya, saya menyapaikan kelengkapan data,

perawatan dan arahnya kemana, sehingga mereka semakin

paham dan senang. Dan itu memang yang diharapkan oleh

mereka, karena kadang mereka kosong dan tidak mengerti

apa-apa, kalau dari penjelasan, saya menanyakan gejala-

gejalanya, maka mereka lansung menerima dan

mengiyakan, mereka senang dan memperoleh

pemahaman, supaya nanti ditolong diberi obat, sehhg

paham dan mengerti. Mereka justru mengharapkan

penjelasan-penjelasan seperti itu. (PTK.SS)/LL

kitab suci, dan novena bagi

umat katolik (P1).

16. 1) meminta ijin pada pasien

atau keluarga, menjelaskan

maksud dan tujuan yang akan

dilakukan; 2) setuju dilakukan

pendampingan & bimbingan;

3) bila tidak setuju kita

menerima dengan lapang

dada; 4) saat akan melakukan

kegiatan pendampingan dan

bimbingan, PC melihat

medical raport dan

menanyakan agama apa yang

dianut pasien (agar sesuai)

(P2).

17. melakukan pendekatan

emosional, jika pasien kritis

melihat situasi pasien;

Memberikan pengertian

yang menjaganya.” (SS)

5. Penutup : mengakhiri

hubungan pribadi dengan

konseli “memberi

motivasi kepada pasien

supaya mau makan

Selesai dan pamit.

Mengajak berdoa jika

mungkin. Bila perlu

kontrak waktu untuk

ketemu lagi (PLL.SS)”;

menguatkan mereka,

orang sakit tidak bisa

disamakan dengan orang

pada umumnya”

(PLL.Rm)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

17. dilihat dari kasus atau diagnose yang sedang dihadapi

pasien terlebih dahulu, kemudian masalah-masalah yang

sedang dipikirkan lalu konseling; ada suster, begini

biasanya yang saya lakukan, 1) kita memberi gambaran

secara medis kepada pasien, 2) kita memberi dukungan

secara psikis (senyum, sapaan, pujian/komunikasi

teraupetik), 3) memberi motivasi kepada pasien supaya

mau makan, 4) memberikan saran supaya banyak berdoa,

membaca kitab suci, dan novena bagi umat katolik (P1).

18. langkah-langkahnya: 1) meminta ijin pada pasien atau

keluarga, menjelaskan maksud dan tujuan yang akan

dilakukan; 2) bila setuju langsung dilakukan

pendampingan & bimbingan; 3) bila tidak setuju kita

menerima dengan lapang dada; 4) saat akan melakukan

kegiatan pendampingan dan bimbingan, PC melihat

medical raport dan menanyakan agama apa yang dianut

pasien (agar sesuai) (P2).

19. P2.1:

melakukan pendekatan emosional, jika pasien

kritis melihat situasi pasien.

kepada keluarga tentang

kondisi pasien; Menganjurkan

pasien agar berdoa sesuai

agama dan kepercayaan

pasien; Menenangkan

keluarga bahwa dokter dan

petugas kesehatan sudah

berusaha sekuat tenaga.

18. komunikasi dengan pasien;

mendekati keluarga pasien

untuk menggali informasi

tentang keadaan pasien

sehari-hari; mengulas dan

menanyakan ke pasien-pasien

juga kebiasaan–kebiasaan

yang menyenangkan bagi

pasien

19. menyapa px/keluarga px

sambil memberikan sentuhan;

Melakukan pendekatan agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

Memberikan pengertian kepada keluarga tentang

kondisi pasien.

Menganjurkan pasien agar berdoa sesuai agama

dan kepercayaan pasien.

Menenangkan keluarga bahwa dokter dan petugas

kesehatan sudah berusaha sekuat tenaga.

20. Biasanya kami melakukan komunikasi dengan pasien. Dari

jawaban dan respon pasien kami bisa menangkap masalah

pasien, bila tidak ada respon yang baik dari pasien saya

mendekati keluarga pasien untuk menggali informasi

tentang keadaan pasien sehari-hari. Dari situ saya bisa

mendekati pasien dengan sedikit mengulas dan

menanyakan ke pasien-pasien juga kebiasaan–kebiasaan

yang menyenangkan bagi pasien, sehingga pasien bisa

merespon, dan mungkin sedikit lebih terbuka denga

masalahnya dan mau berceritera pada saya (P3).

21. ICU: langkah-langkahnya: (teknik komunikasi)

Kami menyapa px/keluarga px sambil memberikan

sentuhan (jabat tangan sambil mengenalkan diri).

Menanyakan bagaimana yang dirasakan pada saat ini.

px merasa nyaman dengan

bahasa yang halus,bukan

mendikte tetapi memberi

dukungan.

20. sudah terkaji kemudian kita

memberikan arahan, support

ke pasien (px)/keluarga dan

bila perlu kami menanyakan

ke px/keluarga apakah perlu

mendatangkan pendeta/pak

kyai/romo untuk doa

bersama/sakramen (PLL.IC).

21. memberi peluang kepada

pasien untuk menceritakan

permasalahnnya;

mendengarkannya dengan

penuh kesabaran dan

kesempatan yang lebih

bertemu dengan pasien

(PLL.S)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

Melakukan pendekatan agar px merasa nyaman dengna

bahasa yang halus,bukan mendikte tetapi memberi

dukungan.

Dengan demikian biasanya px/keluarga akan lebih

terbuka dan kemudian bercerita/menyampaikan

beberapa hal.

Bila sudah terkaji kemudian kita memberikan arahan,

support ke px/keluarga dan bila perlu kami

menanyakan ke px/keluarga apakah perlu

mendatangkan pendeta/pak kyai/romo untuk doa

bersama/sakramen.

Bila memang memerlukan kami kemudian

menghubungi petugas PC dan kami menyiapkan segala

keperluannya.

22. Biasanya dengan menyapa, memberi peluang kepada

pasien untuk menceritakan permasalahnnya;

mendengarkannya dengan penuh kesabaran dan

kesempatan yang lebih bertemu dengan pasien (S).

23. Tahap; perkenalan, kemudian menayakan keadaannya (apa

yg dikeluhkan, menopo pak,bu ingkang diraosaken)-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

kemudian setelah mereka cerita (karena biasanya mereka

langsung bercerita sus), setelah itu biasanya saya

mengajaknya untuk mempercayai Tuhan bahwa tidak ada

yang mustahil. Bila mereka mengalami kepahitan terhadap

saudaranya, biasanya saya beri ayat KS Yes 59: 1-2,

terhadap oranglain 1YOh 1:9; dan saya mengajak mereka

untuk terbuka terhadap kesalahan-kesalahannya.

Mendengarkan berdoa, memberikan peneguhan bahwa

Tuhan mengasihi, asal kita percaya Tuhan tidak pernah

membuang kita.

Tehnik

Komunikasi

PC (PTK)

1. khususnya yang katolik ya, jadi memang baik sakit ringan,

berat, sedang penting untuk membangkitkan mentalnya.

Pertama pasrah, saya sering minta doa “pak, bu bantu doa

ya”, saya hanya sebagai perantara saja, yang membantu

tetap yang di atas. Itu suster yang secara umum yang bisa

saya berikan. Bahwa proses pengobatan tidak hanya proses

medis, karena Gusi Allah juga turut bekerja. Karena ada

pengalaman suster, ketika saya jadi dokter muda, ketika

pasien kita sembuh saya merasa wah hebat. Hal itu

berbalik, suatu ketika saya mempunyai pasien yang rawat

1. Pertama pasrah, saya sering

minta doa “pak, bu bantu doa

ya”, saya hanya sebagai

perantara saja, yang

membantu tetap yang di atas

2. bu, pak…nggih bantu doa ya

biar cepat sembuh

3. Ketika kita ragu-ragu

biasanya kita Tanya kepada

keluarga yang menjaga

1 Penerimaan (kita sabar

menunggu, tidak

memaksa, pelan-pelan

(2x) menyadarkan px

untuk terbuka (D1); kita

tidak bisa memaksa, lho

kok ceritanya kesana

kemari, kita berusaha

megikuti alurnya.

(PTK.SS)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

jalan, hari-hari waktu ringan datang pada saya, suatu ketika

dia datang dalam keadaan yang berat (jantung), pikiran

saya bahwa orang ini tidak ada harapan mungkin tinggal

menunggu beberapa hari saja, eh..ternyata sembuh dan

pulang dalam keadaan sehat, satu bulan kemudian dia

datang kondisi lebih baik dari kondisi awal dia datang,

mungkin sudah rasa tidak enak ternyata dia meninggal di

rumah sakit. Yang datang dalam kondisi ga sehat ternyata

pulang dalam keadaan sehat, eh ternyata sebaliknya. Orang

yang saya pikir “sehat”, ternyata meninggal. sejak saat itu

saya sadar bahwa dokter itu ga ada apa-apanya.; secara

umum ya…itu tadi, bu, pak…nggih bantu doa ya biar cepat

sembuh ; Ada suster yang kadang kita tidak bisa terang-

terangan menyampaikan penyakitnya misalnya kanker,

karena kalau terang-terangan pasien down tidak mau

makan dan minum, maka kita menjelaskan bahwa di rumah

sakit ini kurang lengkap fasilitasnya maka kita rujuk ke

rumah sakit yang lebih lengkap dan akan mendapat

penanganan yang lebih baik. Tapi ada pasien yang lebih

kuat dan ingin tahu, gak apa-apa dok saya sudah siap kok!

4. kita sabar menunggu, tidak

memaksa, pelan-pelan (2x)

menyadarkan px untuk

terbuka

5. menjelaskan (PTK.D1)

6. kita menganjurkan untuk ikut

BPJS. Kita memberi solusi

dengan menjelaskan cara-

caranya dan bagaimana

prosedurnya (PTK.D1)

18. tergantung masing-masing

pribadi, itu tidak bisa

dijadikan pedoman. Karena

tipe-tipe tiap pasien berbeda

(PTK.SS)

19. awalnya saya Tanya

rumahnya dimana? Dengan

siapa?. Akhirnya ceritanya

mengalir, dan kita perlu sabar

menunggu, kita tidak bisa

2 Klarifikasi pikiran

“Tanya ada rencana apa?

Kenapa demikian?” (SS)

3 Pemberian saran

(PTK.IC; D1)

4 Ajakan melanjutkan

(bagaimana...., lalu.......)

5 Pemberian informasi

(cara dan bagaimana

prosedurnya misalnya

tentang BPJS?)

(PTK.D1)

6 tergantung masing-

masing pribadi. Karena

tipe-tipe tiap pasien

berbeda (PTK.SS)

7 Pertanyaan hal tertentu

(rumahnya dimana?

dengan siapa?)

8 Refleksi perasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

(PTK.D1)

2. jadi memang kedekatan dokter khusus dan semuanya, saya

yakin mempercepat proses pengobatan apalagi kalau px

yakin dan percaya pada kita. Karena kalau ga yakin apapun

obat yang yang diberikan tidak ada efeknya. Saya berusaha

mengenal mereka, Awalnya kita perlu mengenal latar

belakang px, pekerjaannya, “pak, bu…nopo sing

dirasake?”, kebiasaannya, karena kadang penyakitnya ada

kaitannya dengan pekerjaannya. Misalnya px mengeluh

boyokya sakit, ternyata hariannya sering angkat-angkat

berat. Kesehariannya pekerjaannnya bagaimana, berarti

pelan-pelan kita harus modifikasi. Kemudian kalau

memang dikedokteran, medis, memang penanganan selain

dengan obat-obatan atau tindakan seringkali memang

secara psikis penting juga khususnya ini suster px

psikosomatis. Bahwa awal-awalnya badannya sehat, tetapi

karena ada masalah dia tidak mau makan, tidak bisa tidur,

juga yang perokok tidak makan hanya merokok saja

akhirnya terkena mag. Pendekatan kita teorinya memang

harus holistic, mungkin sama dengan di BK. Kalau yang

memaksa, lho kok ceritanya

kesana kemari, kita berusaha

megikuti alurnya. Tanya ada

rencana apa? Kenapa

demikian? → ada Empati

(PTK.SS)

20. memperkenalkan diri,

kemudian saya juga

menanyakan bagaimana hari

ini?, apa yang dirasakan?

pendekatan secara halus dan

tidak mendikte.

Mengarahkan, memberi

penjelasan, menghindari kata

“harus”, tetapi menggunakan

kata “sebaiknya”.

21. memberikan sentuhan sebagai

bentuk dukungan yaitu

berjabat tangan dan

memegang tangan pasien,

9 Mengarahkan dan

memberi penjelasan,

dengan menghindari kata

“harus”, tetapi lebih

menggunakan kata

“sebaiknya”

10 memberi peneguhan saat

mengakhiri, jika perlu

bertemu kita

menyediakan waktu

(PTK.PC)

11 Komunikasi non-verbal

(kontak mata, pandangan

yang bersahabat, teduh,

sehingga orang merasa

diterima dan dihargai

senyum, sentuhan/jabat

tangan,memegang

pundak, fokus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

psikosomatis ini psikisnya tidak ada intervensi,

penyakitnya tidak akan sembuh. Kadang suami istri

bertengkar, kalau yang pribadi malah kadang kita tidak

bisa apa-apa (PTK.D1)

3. pada kenyataannya ga semua px jujur, mungkin ada dokter

yang lansung marah bila px terlambat untuk datang

berobat, walau penyakit fisik mereka tidak selalu jujur

(PTK.D1).

4. Ketika kita ragu-ragu biasanya kita Tanya kepada keluarga

yang menjaga, ternyata sudah satu bulan

(PTK.D1).misalnya px, dengan kasus HIV, AIDS,

seringkali mereka malu, ia tahu penyakitnya dianggap

tabu, px 1-2 hari belum mau terbuka, kita sabar menunggu,

tidak memaksa, pelan-pelan menyadarkan px untuk

terbuka. Karena ada ketakutan untuk pengobatam

selanjutnya. Biasanya saya bilang “pak,bu, untuk

penyakitnya jika ditangani dengan baik, maka hasilnya

juga lebih baik. Nah untuk itu kita juga perlu tahu

bagaimana gejala dan juga sebabnya, tapi kalau tidak mau

terus terang, kita tidak tahu penyebabnya , kita nanganinya

salam sambil tersenyum focus

mendengarkan,

manatap/kontak mata yang

menunjukkan pandangan

yang bersahabat, teduh, saya

berusaha menghargai, jangan

sampai pandangan ketempat

lain (mengangguk, tersenyum,

ya kadang-kadang) (PTK

NVb)

22. memberi pengarahan dan juga

ditawarkan untuk

dipanggilkan romo paroki

atau boleh mencari romo

sendiri, demikian yang

beragama lain bila butuh

didoakan oleh pemuka agama,

diperbolehkan. hanya saran,

keputusan tetap pada mereka

kita tidak bisa memaksakan

mendengarkan,

mengangguk, )

ASPEK LAIN:

1. Pendekatan secara

halus dan tidak

mendikte

2. Mendengarkan

mereka sampai

selesai , walaupun

ada kalanya cara

pikir mereka yang

tidak sesuai/Empati

(ciri konselor efektif)

3. ada rasa percaya,

mereka sampai

terbuka, mau

bercerita dan pasien

meminta hanya

untuk pribadi

4. Komunikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

juga susah ”. kalau bapak, ibu mau jujur maka akan

mempermudah dalam penangannya. Kalau tidak cepat

memperoleh pengobatan yang tepat, akan dapat berakibat

pada orang-orang yang anda sayangi (istri,anak). Untuk itu

perlu pelan-pelan, sabar, dan pengertian. Maka suster saya

berharap ada pendampingan secara psikis diluar medis,

Karena mereka meskipun 90% kita curigai HIVpun tidak

mau diperiksa, kita tidak bisa memaksa karena ada

peraturan pemerintah bahwa pemeriksaan darah harus atas

persetujuan pasien. Maka untuk mendorong agar px mau,

itu harusnya ada konseling, dokterpun ada pelatihan untuk

itu. (PTK.D1).

5. biasanya dengan pelan-pelan dan sabar kita memberi tahu

suster, pak…bu…kita lihat dulu hasil lab, nah untuk itu

harus periksa darah. Belum tentu penyakitnya seperti apa

yang bapak, ibu takutkan. Kalaupun benar supaya cepat

memperoleh penanganan, secepatnya dan jika sembuh,

maka bapak, ibu akan hidup seperti orang normal. Selalu

saya bilang suster, termasuk mereka yang harus cuci darah,

biasanya mereka kalau sudah rasa enak tidak mau cuci

saran kita. (PTK.IC)

(PTK.Vb)

23. ada rasa percaya, mereka

sampai terbuka, mau bercerita

dan pasien meminta hanya

untuk pribadi (rahasia)

24. Untuk mengakhiri biasanya

saya mengatakan ”memang

orang hidup tidak terlepas

dari kesulitan dan masalah”,

tetapi bagaimanapun kita bisa

mengolah dalam hidup

mengarahkan ke kepercayaan

dan menyarankan untuk

membawa dalam doa.

Mengajak pasien untuk

menerima yang terjadi

sebagai rencana Tuhan,

kemudian jika perlu bertemu

teraupetik/ada

empatinya yaitu kita

ikut merasakan apa

yang dirasakan oleh

px, sehingga

permasalahan yang

ada bisa

dikomunikasikan,

mencari solusi,

sehingga sangat

penting memahami

apa yang dirasakan,

dialami px jadi lebih

keempati ya.

(PTK.P2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

darah, kadang mereka punya uang tetap tidak mau cuci

darah. Saya bilang “pak,bu mumpung penyakitnya masih

ringan bila teratur cuci darah dan minum obat, maka

apabila teratur dilakukan bapak,ibu, akan sehat lagi”,

bapak, ibu bisa bekerja dan mencari uang, tapi kalau sudah

berat… ada uang tapi kita tidak bisa buat apa-apa. Atau

yang harusnya minum obat teratur, berhenti karena sudah

merasa enak. Dokter dituntut untuk punya ilmu yang

lengkap, selain medis juga komunikasi, mungkin seperti

BK, konseling “ya..holistik” (PTK.D1) biasanya saya

menjelaskan dan ada yang tetap tidak mau ya akhirnya

meninggal. Untuk yang tidak mampu biasanya dan masih

bisa biasanya intensitasnya tidak sebanyak yang kaya. Juga

kita menganjurkan untuk ikut BPJS. Kita memberi solusi

dengan menjelaskan cara-caranya dan bagaimana

prosedurnya (PTK.D1).

6. memahami situasi orang sakit, setelah itu; Memancing

dengan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana

(bagaimana...., lalu.......). Pasti suster sudah mengerti itu

(sambil tertawa), peneliti iya Romo tetapi teori dengan

kita menyediakan waktu

(PTK.PC)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

praktek kan kadang berbeda; menguatkan mereka, orang

sakit tidak bisa disamakan dengan orang pada umumnya

(PLL.Rm)

7. pernah ada ya itu, px yang minum obat 20 biji, awalnya

dia cuek, main hp, asik sms, namun lama-lama dia bisa

terbuka, saya lama duduk menunggu, Ooo….itu tergantung

masing-masing pribadi, itu tidak bisa dijadikan pedoman.

Karena tipe-tipe tiap pasien berbeda (PTK.SS)

8. awalnya saya Tanya rumahnya dimana? Dengan siapa?

Ternyata sendirian, ada orang tuanya tapi tidak mau ikut.

Akhirnya ceritanya mengalir, dan kita perlu sabar

menunggu, kita tidak bisa memaksa, lho kok ceritanya

kesana kemari, kita berusaha megikuti alurnya. Tanya ada

rencana apa? Kenapa demikian? (PTK.SS)

9. biasanya saya memberi salam terlebih dahulu (sugeng

enjing, dll), karena disini di daerah suster…., jadi sebagian

besar menggunakan bahasa jawa, sambil berjabat tangan.

Saya juga memperkenalkan diri, kemudian saya juga

menanyakan bagaimana hari ini?, apa yang dirasakan?,

biasanya sambil memegang tangan. Mereka biasanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

merespon suster, kemudian secara otomatis mereka

langsung cerita. Dalam komunikasi dengan pasien maupun

keluarga pasien biasanya, saya melakukan pendekatan

secara halus dan tidak mendikte suster. Maksudnya begini

ter, biasanya saya mendengarkan mereka sampai selesai

suster, walaupun ada kalanya cara pikir mereka yang tidak

sesuai. Setelah itu baru saya mengarahkan dan memberi

penjelasan, dengan menghindari kata “harus”, tetapi lebih

menggunakan kata “sebaiknya”. Sehingga mereka tidak

merasa digurui, juga kita tidak memaksakan untuk ikut kita

kok. He..he…iya tho? Oya..Dalam mendengarkan juga

perlu kontak mata suster, tapi kontak mata yang

menunjukkan pandangan yang bersahabat, teduh, sehingga

orang merasa diterima dan dihargai. Oya saya juga sering

memberikan sentuhan sebagai bentuk dukungan yaitu

berjabat tangan dan memegang tangan pasien terutama

yang kondisinya kritis. Biasanya kita temani sampai tenang

suster…; biasanya saya menjelaskan suster untuk

perawatan di ICU dengan segala alat dan obatnya, hal itu

memang mahal. Biasanya saya menyarankan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

mengurus BPJS, kemudian juga bisa menitipkan uang yang

ada di bagian administrasi, demi kebaikan pasien. biasanya

pasien di ICU sering mengalami kecemasan suster, mereka

melihat segala peralatan medis yang macam-macam

merasa cemas dan takut. Tetapi setelah dijelaskan mereka

menjadi lebih tenang dan pasrah. Juga untuk mereka yang

mengungkapkan keinginannya untuk dibabtis biasanya kita

memberi pengarahan dan juga ditawarkan untuk

dipanggilkan romo paroki atau boleh mencari romo

sendiri, demikian yang beragama lain bila butuh didoakan

oleh pemuka agama, diperbolehkan. Tetapi biasanya itu

hanya saran suster, keputusan tetap pada mereka kita tidak

bisa memaksakan saran kita. (PTK.IC)

10. Kalau saya untuk memancing saya tidak lihai/tidak pintar,

saya lebih focus mendengarkan, memegang, manatap saya

berusaha menghargai, jangan sampai pandangan ketempat

lain. apakah mereka yg lbh aktif? Ya sus, saya kok rasanya

gimana tidak enak ya. Biasanya lebih dulu mendengarkan

(mengangguk): bisanya selingan sus (mengangguk,

tersenyum, ya kadang2) ya tidak terlalu banyak, tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

secara langsung mengungkapkan? Bagaimana pak bisa

tidur? Bisa istirahat? Karena jam kunjung tidak terbatas,

banyak nyamuk. Ketika dapat pelatihan memang tidak

boleh banyak bertanya, justru lebih memancing, biasanya

saya memberi salam sambil tersenyum, mereka respon,

tapi memang jika pas sedang kondisi pasien kurang bagus

(misalnya: semalam tidak bisa tidur, sehingga ia butuh

tidur saat itu) maka pasien kurang merespon kita, atau

karena penyakitnya maka pasien kurang merespon, tapi

keluarganya biasanya yang merespon. Tetapi yang sering

terjadi kita tersenyum saja mereka sudah merespon kita

kok. Intinya mereka menerima kita. (PTK.PC)

11. Setelah itu saya menanyakan kondisi (bagaimaana

istirahatnya, pekembanganya, menuya bagaimana, dll?

Mungkin ada yang merasa tidak sesuai dengan kebiasaan

mereka, sehingga terkejut (PTK.PC). kalau yang seperti

disampaikan suster ke pasien, saya tidak sampai sus.

Biasanya saya dengan senyum, sentuhan, saya kadang

tidak bercerita banyak, biasanya mereka langsung cerita.

Menurut pengalaman pribadi adalah ada rasa percaya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

mereka sampai terbuka, mau bercerita dan pasien meminta

hanya untuk pribadi. Untuk mengakhiri biasanya saya

mengatakan ”memang orang hidup tidak terlepas dari

kesulitan dan masalah”, tetapi bagaimanapun kita bisa

mengolah dalam hidup mengarahkan ke kepercayaan dan

menyarankan untuk membawa dalam doa. Mengajak

pasien untuk menerima yang terjadi sebagai rencana

Tuhan, kemudian jika perlu bertemu kita menyediakan

waktu. Setelah selesai, bila jk ada waktu saya akan datang

lg (PTK.PC)

12. Saya tidak menguasai teori, tapi saya pernah mendapat

waktu kuliah. Yaitu melalui komunikasi verbal dan non

verbalnya. Berdasarkan pengalaman sejak menjadi imam.

13. Komunikasi teraupetik, contoh kongkritnya: menggunakan

bahasa yang halus, dan juga tegas bila keluarga maupun

pasien tidak mengerti-mengerti . misalnya: ada ibu bersalin

yang tetap minta supaya lahir normal, padahal dokter

menyarankan supaya operasi. Maka perawat perlu

memberi penjelasan demi mementingkan keselamatan ibu

dan anak. (P1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

14. untuk masalah konseling jujur saya tidak menguasai suster.

Tetapi biasanya saya menggunakan komunikasi teraupetik.

Komunikasi teraupetik yang sering saya lakukan itu bahwa

ada empatinya yaitu kita ikut merasakan apa yang

dirasakan oleh px, sehingga permasalahan yang ada bisa

dikomunikasikan, mencari solusi, sehingga sangat penting

memahami apa yang dirasakan, dialami px jadi lebih

keempati ya. Secara toritis saya tidak bisa sus (PTK.P2)

15. yang jelas tidak boleh ada paksaan, untuk komunikasi

awal-awal ya..perkenalan, keluhannya apa, kemudian

orang yang mengalami psikosomatis sama dengan yang

tidak psikosomatis pendekatannya berbeda,mungkin

hampir sama. Tapi mungkin lebih sulit (PTK.P2)

16. Tidak ada paksaan, memahami, ada kontrak waktu, boleh

mengungkapkan, menjaga kerahasiaan, kalau ada tekanan-

tekanan kita mungkin bisa membantu mungkin privasinya

privasinya yang harus dijaga karena kerahasiaan perlu

dijaga, kalau ujung-ujungnya keluarga kan bisa tho sus?

Biasanya untuk yang penyakit biasanya terbuka, sehingga

kalau makin terbuka dokter akan mudah untuk melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

pemeriksaan dan diagnose. Untuk yang psikosomatis

memang agak sulit, perlu membongkar dan membuat

mereka percaya

17. caranya memancing?! Bagaimana ya sus? Emm…mengalir

apa adanya, biasanya dari hati ke hati (PTK.P2)

Dampak PC

(H.Dp.)

1. ”….., pendampingan yang dapat mengarahkan pasien

untuk pasrah kepada Sang Pencipta, percaya sepenuhnya

bahwa Tuhan adalah sang Maha pengasih dan penyayang,

akan dapat membangkitkan semangat untuk sembuh. Tidak

hanya sembuh dari penyakit fisiknya saat ini, tapi juga

kesadaran bahwa kesembuhan tersebut juga datangnya dari

Tuhan (secara spiritual ada rasa ketergantungan kepada

Tuhan) (H.Dp.D1).

2. kebutuhan manusia khususnya pasien rawat inap bukan

hanya kesehatan fisik,tapi juga mental spiritual yang

semuanya saling mempengaruhi (H.Dp.D2)

3. ya, dengan adanya PC akan berdampak pada kejiwaan

pasien, pasien lebih bisa menerima keadaan yang

dialaminya sehingga dokter dapat melakukan pengobatan

dengan baik (H.Dp.D3).

4. biasanya itu nampak dalam ekspresi wajahnya suster,

1. dapat membangkitkan

semangat untuk

sembuh/harapan (PDp.D1);

kesadaran bahwa kesembuhan

tersebut juga datangnya dari

Tuhan, sikap pasrah (secara

spiritual ada rasa

ketergantungan kepada

Tuhan) (PDp.D1, S; SS).

2. pasien lebih bisa menerima

keadaan yang dialaminya

sehingga dokter dapat

melakukan pengobatan

dengan baik (Dp.D3, PC, P3,

S); keluarga bisa menerima

keadaan pasien (P2, PC, P2.1)

Dampak dari layanan

konseling pastoral,yaitu:

1. Bagi pasien :

a. dapat membangkitkan

semangat pasien untuk

sembuh/memunculkan

harapannya untuk

sembuh. Menumbuhkan

kesadaran bahwa

kesembuhan tersebut

juga datangnya dari

Tuhan (secara spiritual

ada rasa ketergantungan

kepada Tuhan) (PDp.D1,

S; SS).

b. Pasien dan keluarganya

HA

SIL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

mereka yang awalnya serem, tidak mau melihat berubah

mau tersenyum (H.Dp.IC)//adanya perubahan sikap

5. Biasanya sudah menyadari sus, ia mulai tahu apa yg boleh

dan tidak boleh, itu kan secara fisik sus, kmudian dari

pribadinya biasanya mereka sudah mulai menerima

keadaannya (H.DP.PC)

6. maaf suster untuk itu saya tidak bisa memberi jawaban,

apakah mereka sungguh-sungguh sembuh atau tidak, saya

tidak tahu pasti, karena kenyataannya:

Ada yang awalnya sakit menjadi sembuh

Ada yang sakit dan terus sakit, kemudian

Ada yang sakit kemudian meninggal.

Hal itu adalah misteri dan hanya Tuhan yang punya

kuasa.Ketiga hal di atas juga berdasarkan pengalaman saya

pribadi ketika saya sakit maupun ketika mendampingi

orang sakit. Pernah ada pasien yang terkena serangan

mendadak, memperoleh perawatan dan kemudian dokter

menyatakan bahwa angkat tangan, saat itu hanya diminta

untuk berdoa dan memberi sakramen perminyakan.

E..ternyata justru terjadi mujijat orang tersebut sembuh

sampai sekarang. Hal itu menjadi pengalaman iman bagi

3. mereka yang awalnya serem,

tidak mau melihat berubah

mau tersenyum (HDp.IC)

4. awalnya gelisah menjadi

tenang/lerem, merasa ada

penghiburan dan mendapat

perhatian sehingga pasien dan

keluarganya merasa senang

dan berterima kasih

(HDp.Rm, SS).

5. menjadi lebih terbuka dan

pasrah/percaya kepada yang

merawat (kooperatif)”

(HDp.P1; P2; P2.1; P3)

mampu untuk terbuka

dan menerima keadaan

diri sakit, sehingga

pasien lebih kooperatif

terhadap para perawat

dan tim medis yang

merawatnya. Hal ini

sangat membantu

kelancaran proses

pengobatan

c. Membawa perubahan

perasaan dan sikap yaitu

yang awalnya gelisah

menjadi tenang, yang

awalnya serem (marah,

murung) berubah mau

tersenyum.

d. Pasien dan keluarga

merasakan penghiburan,

karena memperoleh

perhatian dari layanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

pasien dan keluarganya, juga untuk saya ter. Bagi saya

pendampingan pastoral adalah panggilan Tuhan, bukan

sekedar tugas. Saya yakini bahwa dari pelayanan ini,

Tuhan mau memanggil dan membentuk saya. Hal itu juga

karena saya pernah sakit berat beberapa bulan, suster tahu

tho? Tuhan mengasihi saya.

Dampaknya, iya itu tadi awalnya gelisah menjadi

tenang/lerem, merasa ada penghiburan dan mendapat

perhatian sehingga pasien dan keluarganya merasa senang

dan berterima kasih (H.Dp.Rm)//perubahan perasaan

1. menjadi lebih terbuka dan percaya kepada yang

merawat.P1

2. pasien lebih tenang dan kooperatif; keluarga mau

menerima keadaan pasien apa adanya (H.Dp.P2).

3. pasien dan keluarga lebih tenang dan menerima keadaan

pasien (pasien kritis) dengan lebih tenang dan pasrah

dengan tenaga kesehatan (H.Dp.P2.1).

4. Selama ini pasien bisa lebih menerima dengan keadaannya

walaupun belum sepenuhnya dan berusaha untuk lebih

sabar, dibuktikan pasien sudah mau/ kooperatif dalam

segala tindakan yang perawat berikan (H.Dp.P3).

konseling pastoral.

2. Bagi konselor, semakin

memperkuat pengalaman

imannya “Tuhan

mengasihi saya”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

5. pasien dan keluarga menjadi lebih tenang dan lebih bisa

menerima (H.Dp.IC).

6. pasien menerima keadaan diri, mempunyai semangat hidup

dan harapan yang lebih dan pasrah kepada Tuhan

(H.Dp.S).

7. Awalnya mereka gelisah kemudian pelan-pelan menjadi

tenang & merespon kita . Ada juga yang awalnya putus asa

kemudian setelah dikunjungi merasakan adanya harapan

(H.Dp.SS)//perubahan perasaan dan sikap

Manfaat

(H.Mf)

1. Saya rasa pendampingan secara spiritual yang dapat

mengarahkan pasien untuk pasrah kepada Sang Pencipta,

percaya sepenuhnya bahwa Tuhan adalah sang Maha

pengasih dan penyayang, akan dapat membangkitkan

semangat untuk sembuh. Tidak hanya sembuh dari

penyakit fisiknya saat ini, tapi juga kesadaran bahwa

kesembuhan tersebut juga datangnya dari Tuhan (secara

spiritual ada rasa ketergantungan kepada Tuhan), Karena

ada pengalaman suster ketika saya jadi dokter muda, ketika

pasien kita sembuh saya merasa wah hebat. Hal itu

berbalik,…… sejak saat itu saya sadar bahwa dokter itu ga

1. Bagi Pasien

a. dapat memuji Tuhan/SS

b. pasien menjadi lebih

tenang, sebagai

penyemangat, sehingga

lebih kooperatif dan

membantu mempercepat

proses penyembuhan

(D1//1, P2//8)

c. bisa mengungkapkan

masalah tentang

1. Bagi Pasien:

Pasien yang memperoleh

layanan ini menjadi

termotivasi, mental

mereka juga dikuatkan,

lebih tenang, dan

bersikap kooperatif

terhadap perawatan

medis. Mereka mampu

menerima keadaan

dirinya dan pasrah, serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

ada apa-apanya (H.Mf.D1); memang sangat bermanfaat ya

suster, karena dengan mengetahui penyakitnya dan

kemungkinan-kemungkinan bagaimana perjalanan

penyakitnya, pasien dan juga keluarganya bisa

bekerjasama dengan baik dengan dokter dan pihak RS

untuk proses penanganan penyakitnya.; kemudian mental

pasien juga dikuatkan, sehingga keinginan untuk

baik/sembuh selalu ada. Semangat yang kuat untuk

sembuh dapat mempercepat proses penyembuhan; Untuk

kasus-kasus penyakit yang tidak bisa sembuh tujuan

konseling agar pasien dan keluarga siap

menghadapinya/pasrah kepada Tuhan.; kemudian bagi RS

juga bermanfaat karena pasien akan menceritakan

pengalaman-pengalamannya selama dirawat di RS kepada

teman-teman/sanak keluarganya (tentang hal-hal yang

positip, termasuk layanan PC), sehingga akan terbangun

penilaian masyarakat, bahwa pelayanan di RS adalah

baik/menyeluruh. Dengan demikian dapat meningkatkan

jumlah kunjungan pasien/masyarakat ke RS (Mf.D1)

2. bagi pasien dan keluarga: pasti mereka merasa lega dan

pelayanan yang diterima

atau masalah pribadi yang

mungkin ingin

diungkapkan (Hmf.P1)

d. pasien lebih mampu

menerima keadaan dan

pasrah kepada Tuhan

(D1//1;S//11)

e. mereka merasakan

penghiburan, ketenangan,

dan harapan.

f. mental pasien juga

dikuatkan, sehingga

keinginan untuk baik/

sembuh selalu ada

Semangat yang kuat

untuk sembuh dapat

mempercepat proses

penyembuhan

(HMf.D1//1)

berharap kepada Tuhan

2. Pasien & Keluarganya

Mereka menjadi lebih

tenang/lerem, merasa

dikuatkan, memperoleh

penghiburan, dukungan,,

dan harapan, meskipun

penyakitnya berat

mereka siap meng-

hadapinya dan pasrah

kepada Tuhan. Mereka

bisa bekerjasama dengan

tim medis.

3. Bagi keluarga pasien:

a. keluarga merasa

pasien selalu di-

perhatikan, keluarga

lebih tenang dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

plong ya.., karena mereka merasa didengarkan, karena

selama ini tidak ada yang mendngarkan atau didengarkan

tapi sudah ada pikirannya sendiri jadi langsung menvonis,

mengadili, sehingga ketika sudah mendengarkan mereka

puas karena didengarkan ; memuji Tuhan, melihat

kehadiranku sbg kehadiran Tuhan yang menunjukkkan

kebaikan, macem-macemlah; oya,,biasanya perawat minta

sendiri dan mneyampaikan bahwa px tidak mau omong,

tidak mau makan. Maka saya mengunjungi dan

menjelaskan akibatnya dan juga risiskonya bila hal itu

diterus-teruskan, maka setelah itu dia mau walau awalnya

sedikit, perawat akan menyampaikan perkembangan px

dan memberikan feedback, malah kadang minta bantuan,

kita memang saling kerjasama; untuk saya ini sebagai

pelayanan misi. Jadi bukan untuk saya, tapi ini adalah

komitmen tugas misi (Mf.SS)

3. Saya pikir ya sangat bermanfat ya sus, karena dengan

memperoleh pelayanan ini kan pasien menjadi lebih

tenang, tentu keluarga pasien juga merasakan adanya

penghargaan/respect dari rumah sakit pada pasien; nah…

2. Pasien dan Keluarganya:

a. bisa bekerjasama dengan

baik dengan dokter dan

pihak RS untuk proses

penanganan penyakitnya

(D1/1; P2//8)

b. Untuk kasus yang

berat/tidak bisa sembuh :

pasien dan keluarga siap

menghadapinya /pasrah

kepada Tuhan (D1//1)

c. pasti mereka merasa lega

dan plong ya.., karena

mereka merasa

didengarkan (SS//2)

d. senang dikunjungi merasa

diperhatikan (Mf.PC)

e. biasanya pasien dan

keluarganya menjadi

lebih tenang/lerem,

sabar menghadapi

masalah yang terjadi

(IC/10;P2/8 P2.1/9);

b. keluarga pasien akan

merasa puas,

pelayanan

kerohanian bisa

dirasakan oleh

pemeluk agama lain

(P2)//8

c. keluarga merasakan

dukungan

penghargaan/respect

dari RS

Jadi dari layanan KP ini

keluarga pasien

merasakan bahwa pasien

mendapat perhatian,

sehingga mereka merasa

adanya penghargaan/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

dari pengalaman itu maka juga ada manfaatnya bagi

Rumah Sakit bila pasien pulang dengan rasa puas yang

tinggi maka diharapkan akan menceritakan pengalaman

saat sakit dan saat dirawat kepada orang lain. Ya istilahnya

mempromosikannya (Mf.D3)

4. Apa ya sus?saya merasa bersyukur, kalau mereka sudah

bisa tersenyum saya kan juga dapat sus? Apakah maksud

mbak, mbak juga mengalami sukacita? Ya sus,,,saya

mendapat energy positip dari mereka, sehingga saya juga

menjadi semangat ter (Mf.IC).

5. Pasien dan keluarga senang dikunjungi merasa

diperhatikan (HMf.PC//5)

6. Apa ya…? Ya itu, biasanya pasien dan keluarganya

menjadi lebih tenang/lerem, mereka juga merasa dikuatkan

dan merasakan kegembiraan, kemuadian pasien maupun

keluarganya menjadi siap akan keadaan yang akan terjadi

di kemudian. Selain itu juga Pasien dan keluarganya

merasa ditemani, diperhatikan, dan memperoleh dukungan;

Sekali lagi suster, soal sembuh itu bukan saya. Hal itu saya

percayai sebagai karya Roh kudus; Secara pribadi

mereka juga merasa

dikuatkan dan merasakan

kegembiraan, kemudian

pasien maupun

keluarganya menjadi siap

akan keadaan yang akan

terjadi di kemudian.

Selain itu juga Pasien dan

keluarganya merasa

ditemani, diperhatikan,

dan memperoleh

dukungan (Rm//6)

3. Keluarga pasien:

a. keluarga merasakan

adanya penghargaan/

respect dari rumah sakit

pada pasien (D3//3);

b. keluarga dapat memberi

dukungan kepada pasien

untuk tidak putus

respect dari pihak RS.

Keluarga pasien merasa

puas atas pelayanan

rohani, dukungan yang

yang diberikan membuat

keluarga menjadi lebih

tenang dan sabar dalam

menghadapi masalah

yang terjadi.

4. Bagi Rumah Sakit

a. Pasien mengalami

kepuasan dari

layanan ini, sehingga

akan

meceritakan/mempro

mosikan ke orang

lain (meningkatkan

jumlah kunjungan

pasien)

b. Meningkatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

sebenarnya pengalaman iman saya juga dikembangkan,

selain mereka yang saya dampingi. Menumbuhkan iman

bagi pelayan pastoral, pasien dan

keluarganya.(HMf.Rm//6)

7. bagi pasien dan keluarga: bisa mengungkapkan masalah

tentang pelayanan yang diterima atau masalah pribadi yang

mungkin ingin diungkapkan, manfaat yang diperoleh oleh

pasien yaitu adanya perubahan, yaitu dari keadaan pasien

dan keluarga yang gelisah saat menunggu kelahiran

menjadi tenang (H.Mf.P1)

8. bagi pasien: sebagai penyemangat, sehingga lebih

kooperatif dan membantu mempercepat proses

penyembuhan; bagi keluarga: keluarga merasa pasien

selalu diperhatikan, keluarga lebih tenang dan sabar

menghadapi masalah yang terjadi; bagi rumah sakit:

keluarga pasien akan merasa puas, pelayanan kerohanian

bisa dirasakan oleh pemeluk agama lain (H.Mf.P2)

9. bagi pasien, yaitu pasien akan lebih tenang; bagi keluarga,

yaitu keluarga lebih tenang dan menerima keadaan pasien;

bagi RS,yaitu meningkatkan mutu pelayanan terutama di

asa/berpengharapan tinggi

(HMf.S//11)

c. keluarga merasa pasien

selalu diperhatikan,

keluarga lebih tenang dan

sabar menghadapi

masalah yang terjadi

(IC/10;P2/8 P2.1/9);

d. keluarga pasien akan

merasa puas, pelayanan

kerohanian bisa dirasakan

oleh pemeluk agama lain

(P2)//8

4. Bagi RS:

a. dapat meningkatkan

jumlah kunjungan pasien

/masyara-kat ke RS

(Mf.D1)=D3//3

b. bagi rumah sakit yaitu

meningkatkan mutu demi

kualitas/mutu

pelayanan RSK Budi

Rahayu.

5. Bagi Pelayan Pastoral:

membuahkan

pengalaman iman dan

juga kesembuhan.

Semakin membuat

konselor meyakini

apapun buah yang

dirasakan oleh pasien

dan keluarganya adalah

buah dari Roh Kudus.

Semakin membuatnya

rendah hati bahwa

kesembuhan adalah

misteri Tuhan. Hanya

Tuhan yang memiliki

kuasa, memunculkan

kesadaran bahwa dirinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

bidang pelayanan RS (H.Mf.P2.1).

10. manfaat konseling bagi pasien: px menjadi lebih tenang

dan merasa diperhatikan; bagi keluarga pasien: keluarga px

menjadi lebih tenang dan senang karena merasa

diperhatikan ( H.Mf.IC).

11. bagi pasien lebih mampu menerima keadaan dan pasrah

kepada Tuhan; bagi keluarga dapat memberi dukungan

kepada pasien untuk tidak putus asa/berpengharapan

tinggi; bagi rumah sakit yaitu meningkatkan mutu demi

kualitas pelayanan RS(H.Mf.S)

12. manfaatnya bagi px: mereka merasakan penghiburan,

ketenangan, dan harapan.( H.Mf.Pc.1)

kualitas pelayanan RS

(S)//11; P2.1//10

5. bagi Konselor:

a. saya mendapat energy

positip dari mereka,

sehingga saya juga

menjadi semangat suster

(Mf.IC).

b. saya percayai sebagai

karya Roh kudus; Secara

pribadi sebenarnya

pengalaman iman saya

juga dikembangkan,

selain mereka yang saya

dampingi. Menumbuhkan

iman bagi pelayan

pastoral, pasien dan

keluarganya. (Rm)

c. saya sadar bahwa dokter

itu ga ada apa-apanya

tidak ada apa-apanya

(Rm//, D1//1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

(D1)/1

Usulan &

Harapan

/U&H

1. Maka suster saya berharap ada pendampingan secara psikis

diluar medis, Karena mereka meskipun 90% kita curigai

HIVpun tidak mau periksa darah, kita tidak bisa memaksa

karena ada peraturan pemerintah bahwa pemeriksaan darah

harus atas persetujuan pasien. Maka untuk mendorong agar

px mau, itu harusnya ada konseling, dokterpun ada

pelatihan untuk itu; Psikolog harusnya sudah menjadi

kebutuhan rumah sakit, karena saya rasa pasien lebih puas

jika fisiknya sehat dan masalah lain juga bisa dibantu

untuk diselesaikan gitu. Pengobatan yang fisikpun butuh

didampingi juga secara psikis juga (Hrp.D1); pada masa

mendatang perlu adanya tenaga psikolog, ataupun kalau

tidak ada paling nggak orang yang mendapat pelatihan

konseling, syukur jika ada suster yang memiliki basic

1. ada pendampingan secara

psikis diluar medis

2. Psikolog harusnya sudah

menjadi kebutuhan rumah

sakit, masa mendatang perlu

adanya tenaga psikolog/

suster yang memiliki basic

konseling yang focus di

bidang ini (H.Us.D1, P2)

3. pelayanan pastoral di rumah

sakit perlu ditingkatkan lagi,

yang merupakan ciri khas RS

katolik dan mungkin bisa

menjadi pelayanan unggulan

Jadi yang menjadi harapan

oleh beberapa responden

terkait layanan konseling

pastoral di RSK Budi

Rahayu:

1. perlu adanya

pendampingan secara

psikis di luar medis.

2. perlu adanya psikolog/

konselor di RSK, yang

focus di bidang ini.

3. Pelayanannya perlu

ditingkatkan lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

konseling. Saat ini untung terbantu adanya suster …, tapi

harapannya bahwa ada satu yang focus dibidang ini.

Karena px lebih memilih suster daripada awam. Aura

suster beda dengan awam (Usl.D1)

2. perlu lebih ditingkatkan pelayanan pastoral di rumah sakit,

yang merupakan ciri khas RS katolik dan mungkin bisa

menjadi pelayanan unggulan di RS katolik (Usl.D2)

3. Masukannnya ada tenaga konseling ter, memang saat ini

ada Sr…yang terlibat, namun bila belliau pergi. Tidak ada

pendelegasian, maka KR yang bertanggungjawab atas px

diruangan itu. Kalau KR sibuk, siapa?

di RS katolik (Usl.D2)

Hal yang

mendukung

1. Bagi saya suster pasien adalah keluarga saya, bagaimana

saya memanusiakan mereka yang merupakan keluarga kita.

Kita sebagai perawat suster sebenarnya diajarkan untuk

dapat memberi perawatan secara menyeluruh. Secara

keilmuan kita sebenarnya sudah dibekali, namun untuk

bisa memberikan secara mendalam waktu kita tidak cukup.

Selain merawat, sekarang tuntutan administrasi juga

banyak yaitu pencatatan-pencatatan apalagi sekarang ini

mendekati akreditasi (Dk.IC)

1. pasien adalah keluarga saya,

memanusiakan mereka,

2. Secara keilmuan kita

sebenarnya sudah dibekali

untuk dapat memberi

perawatan secara menyeluruh

(IC)

3. mencari tahu dan banyak

membaca.

1. Adanya kerjasama dan

rasa memiliki para tim

medis (dokter, perawat,

suster), terhadap

kesembuhan menyeluruh

para px, sehingga ada

usaha untuk melakukan

konseling meskipun

tidak secara mendalam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

2. Usaha-usaha untuk mengatasinya: untuk mengatasi saya

tidak putus asa, berusaha, saya harus tahu kenapa menolak.

Mungkin karrna malam tidak bisa istirahat, maka ia butuh

untuk tidur, walau ada tantangan penolakan saya tidak

nglokro, saya mencari tahu kenapa, dan tetap semangat

sus.... Dari semangat itu membuat kita mencari tahu,

mencari solusi ”mungkin waktunya yang tidak pas”. Lebih

banyak membaca, ada tentang novel guru dengan murid,

saya mengibaratkan saya dengan pasien, saya

menyerasikan dan mempraktikkan apa yang saya baca dari

lapangan. (HDk.Pc)

3. Tersedianya sarana telephon untuk mempermudah

menghubungi antara unit PC dan unit-unit yang lainnya;

Jaraknya dekat dan mudah dijangkau; Ada keterbukaan

komunikasi yang baik dengan petugas PC dan perawat di

ruangan (PC) seandainya bila tidak bisa biasanya saya

4. Tanya yang lebih menguasai teori “suster S…”. hal itu

sangat membantu karena beliau mempunyai teori dan

biasanya kita bisa lihat panduannya via online. Bila tidak

bisa saya minta bantu beliau, karena ada trik-triknya

4. Tersedianya sarana telephon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

(HDk.P2)

Hambatan 1. Hambatannya ter? Yaitu pertama tidak adanya tenaga

konseling ditempat ini suster, sebenarnya saya tergerak dan

bisa sedikit-sedikit memberikan tetapi karena keterbatasan

waktu dan tenaga sehingga tidak bisa mendalam; karena

tenaga dokter umum terbatas sehingga harus dobel-dobel

pekerjaan. Sepertinya bisa berjalan baik, tapi beberapa hal

tidak bisa terselesaikan terutama yang terkait dengan

pendokumentasian/administrasi (Hbt.D1)

2. Gimana ya ter,disini itu kendalanya karena terbatasnya

tenaga, sehingga pelayanan konselingnya kurang optimal

(Hbt.D2)

3. emm….apa ya ter? Ini biasanya KP sudah berjalan, tetapi

ternyata ada yang kritis sehingga proses tersebut terhenti

karena kita lebih mengutamakan yang kritis. Kita memang

memberi tahu, bisa dilanjutkan sesudah menangani pasien

tersebut . “apakah karena keterbatasan tenaga?” iya suster,

bisa dikatakan demikian (Hbt.IC); Secara keilmuan kita

sebenarnya sudah dibekali, namun untuk bisa memberikan

secara mendalam waktu kita tidak cukup. Selain merawat,

1. tidak adanya tenaga konseling

2. terbatasnya tenaga (Hbt.D1,

Hbt.IC, PC)

3. pemahaman px dan keluarga

yang kurang, serta pendidikan

yang rendah (SS)

4. jadwal jam kunjung tidak

ada/24jam (SS)

5. pengetahuan tentang

konseling yang kurang,

kurang percaya diri (PC)

6. cuek dan hanya berfokus pada

perawatan medis saja (P2)

Hambatan yang dialami

terkait pelayanan konseling

pastoral dirumah sakit ini

adalah terbatasnya tenaga

konseling, selain itu yang

bertugas secara khusus

dibidang itu kurang

memahami perannya. Terkait

latar belakang pendidikan

yang tidak sesuai. Sedangkan

ada dokter ataupun suster,

perawat yang dapat

melakukan konseling, namun

kurang optimal dan

menyeluruh karena ada

pekerjaan pokok yang harus

menjadi utama. Mereka tidak

memiliki waktu yang cukup

(Hbt.IC).Tidak semua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

sekarang tuntutan administrasi juga banyak yaitu

pencatatan-pencatatan apalagi sekarang ini mendekati

akreditasi (Dk.IC)

4. hambatannya ya itu…pemahaman px dan keluarga,

memang disini mayoritas kel menengah kebawah jadi

tingkat pemahaman mereka rendah, bila mereka tidak

paham maka saya mngunakan bahasa yang dapat

dimengerti oleh mereka (Hbt.SS)

5. Pendidikan juga, kadang mereka sulit memahami, alur

berpikirnya dan wawasannya sedikit, sehingga saya harus

mengulang-ulang.

6. iya, pernah ketika konseling baru dimulai dan pasien

sudah mulai terbuka, konseling terhenti karena banyak

tamu yang kunjung, maka saya hentikan dan saya

mempersilakan mereka untuk menemui tamunya dan

membuat janji lagi “mbak, pak, karena banyak tamu, temui

mereka dulu nanti kita janjian lagi untuk bertemu”

(Hbt.SS).

7. saya menyadari saya kurang pandai sus, ha..ha...ya ini

CPUnya, keterbatasan pengetahuan, ada rasa kurang

perawat memiliki passion

dalam bidang itu, walaupun

mereka sebenarnya dibekali

dan dipanggil untuk itu

(merawat secara holistik).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

percaya diri latar belakang pendidikan, pengalaman

kurang. Karena ada pengalaman disisi lain ada yang

memberi support. Bapaknya menerima; Masuk ke pasien

ada rasa canggung, kadang ada pasien yang menolak,

Keterbatasan tenaga (Hbt.PC).

8. waktu ke px banyak sebetulnya bisa, tapi ada beberapa tipe

dari kami yang cuek dan hanya berfokus pada perawatan

medis saja.untuk saya banyak waktu (Hbt.P2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

185

Hasil Wawancara Terhadap Pasien

Nama/Usia : Tn. L/44 tahun

Agama : katolik

1. Bagaimana perasaan anda ketika mendapat kunjungan dari petugas pastoral?

“ pertama saya merasa terkejut, saya binggung “ada apa?” (S3.1).

“ Iya, saya kaget dan binggung, kok tiba-tiba ada orang asing “kok boleh

masuk ICU”. Padahal keluarga sendiri dibatasi, saya pikir saudara istri

saya yang tidak saya kenal. Saya tidak tahu kalau ada layanan doa dari

rumah sakit” (S3.1).

2. Apakah saat awal mengunjungi tidak langsung menjelaskan, sehingga

membuat anda kaget?

“iya, kemudian beberapa saat baru memperkenalkan? setelah bapak …

menjelaskan kedatangannya untuk memberikan dorongan, motivasi dan

mengajak berdoa, saya sungguh berterimakasih” (S3.2).

3. Saat didoakan saya melihat bapak sungguh-sungguh menghayatinya, benarkah

demikian?

“ memang benar, dalam suasana panik dan khawatir saya berdoa sendiri,

saya terus berdoa Bapa Kami dan Salam Maria, tapi saya merasa sendiri

karena tidak ada interaksi, interaksinya terbatas. Kemudian ada pak I…

dan tim datang berdoa, sehingga apa yang menjadi doa dan harapan saya

tersalurkan (disatukan). Karena di ICU tidak ada interaksi, terpisah dengan

keluarga, sehingga doa sendiri merasa tidak terhubung” (S3.3).

4. Setelah didoakan, saya melihat bapak sangat semangat dan antusias untuk

bercerita “respirator anda lepas dan anda mensharingkan pengalaman anda

sebelum sakit”, nampak ada sukacita, benarkah demikian?

“iya sus, gimana ya ada kehadiran yang empati, komunikasi dua arah

sehingga membuat saya terbuka untuk cerita. Ada ungkapan kemudian ada

respon, juga ada kerinduan untuk menyampaikan apa yang saya alami

(cerita kembali tentang peristiwa yang dialaminya)” (S3.4).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

5. Pak awalnya anda tidak terlalu antusias untuk berbicara, tetapi kemudian

semangat untuk bercerita. Faktor apakah yang mendorong anda untuk

terbuka?

“ ya..itu suster karena ada empati, maka menumbuhkan pada seseorang

untuk percaya dan terbuka” (S3.5).

6. Anda tadi sudah mengungkapkan kehadiran yang empati, menurut anda

apakah mereka (pak I…, mbak A…) sudah menunjukkan keramahan, empati,

mampu mendengarkan dalam berkomunikasi dengan anda?

“ iya, tapi supaya tidak terlalu kaku. Karena kemarin itu suasananya kaku”

(S3.6).

7. Apakah yang anda maksudkan komunikasi yang lebih hidup?

“ iya..karena awalnya saya memang merasa binggung, dan suasananya

kaku” (S3.7).

8. Pak, apakah kunjungan dari PC membuat suasana batin anda berubah?

Mungkin yang awalnya panic menjadi tenang, atau pengalaman lainnya?

“ iya saya sungguh berterima kasih untuk layanan ini, saya juga menjadi

lega. Gimana ya orang sakit itu butuh untuk didengarkan, ingin

menyampaikan harapannya untuk sembuh. Kalau dokter…”paling ya

tunggu…”. Tidak mungkin bisa mendengarkan keluhan kita” (S3.8).

9. Menurut anda apakah layanan semacam ini penting diadakan bagi pasien?

“ sangat penting, karena pada posisi sulit “saat orang mengalami sakit”, ia

butuh teman, empati, dan dorongan. Terlebih dirumah sakit katolik Budi

Rahayu ini suster, karena RS ini menjadi pusat pilihan rakyat Blitar.

Dengan layanan ini orang sakit bisa menyampaikan harapannya (rindu

untuk sembuh), mendapat motivasi, dan dukungan. Lebih baik lagi jika

ada Romo, suster biarawati, karena berbeda sus. Ada sugesti yang

berbeda” (S3.9).

10. Menurut anda, apakah layanan konseling pastoral sangat penting bagi pasien?

“ iya sangat penting, dengan persaudaraan dan keakraban. Hal itu sangat

penting suster, karena pasien dapat menyampaikan harapannya (minta doa,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

didengarkan) untuk sembuh. Itu bisa mengobati pasien, tidak hanya medis.

Tetapi batin pasien juga lega” (S3.10).

11. Pak, setelah anda mengalami secara langsung layanan PC, dapatkah anda

mensharingkan manfaat apa yang anda dapatkan dari layanan ini?

“ ya itu tadi, pasien dapat menyampaikan harapannya, termotivasi, dan

juga memperoleh dorongan atau semangat. Selain itu pasien dapat

menceritakan apa yang dialaminya, karena kalau mengeluh pada dokter

paling ya di jawab “tunggu ya lihat dulu” (S3.11).

12. Pak Paul tadi sudah bercerita banyak bahwa selama ini tidak pernah sakit

sekalipun, meskipun pekerjaan dan aktifitas padat. Nah dari pengalaman sakit

dan harus istirahat total makna apa yang anda dapatkan dari pengalaman ini?

“ ya suster…, saya menyadari bahwa manusia ada batasnya. Sekuat-

kuatnya manusia, ada yang lebih kuat yaitu DIA, Tuhan. (Kemudian

bercerita tentang aktivitasnya). Saya sudah merasa sakit, tapi saya

mengatakan pada diri saya bahwa saya masih sanggup untuk melanjutkan

perjalanan, justru saat “saya merasa kuat” ternyata ya itulah titik puncak

bahwa ternyata saya jatuh. Tuhan menyadarkan saya “bahwa saya tetap

manusia terbatas”. Sekarang saya harus berhati-hati” (S3.12).

13. Adakah masukan untuk layanan di sini terkait pelayanan konseling pastoral?

“ supaya layanan konseling ditetapkan suster, ada tenaga khusus sehingga

secara periodik bisa mendampingi pasien yang membutuhkan. Selain itu

juga penting bagi konselor yang ramah, bisa mencairkan suasana, sehingga

kedatangannya tidak terlalu kaku. Sesungguhnya saat sakit, pasien butuh

seseorang yang bisa mendengarkan untuk menyampaikan ungkapan

hatinya” (S3.13). “Terima kasih banyak. Saya masih mohon doanya untuk

kesembuhan saya” (S3.14).

Hasil Wawancara Terhadap Keluarga Pasien

Nama : Tn. A//suami pasien

Usia : 55 th

Agama : katolik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

1. Terkait pelayanan di rumah sakit ini, setelah bapak mengalami secara

langsung dalam mendampingi ibu yang sedang sakit. Bagaimana kesan bapak

terhadap rumah sakit ini?

“ pelayanannya sangat memuaskan, suster perawat selalu memberi jawab

bila pasien ataupun keluarga butuh informasi. Istri saya juga merasa lebih

baik karena mendapat perhatian dari perawat, suster dan juga paroki serta

perhatian dari lainya, sehingga istri saya merasa senang dan badanya lebih

enak” (KP1.1).

2. Bagaimana pak perasaan bapak setelah mengalami kunjungan(PC) dan juga

terima komuni dari RS?

“ Perasaan saya menjadi senang sus atas kunjungan, bila dibandingkan

dengan di RS Negeri. Perawatnya bersahabat ada nilai(+)nya dalam

pelayanan rohani bangga dengan pelayanan rumah sakit ini. Istri saya

sering cerita, kalau ada yang kunjung dari petugas Rumah sakit.ia merasa

senang, karena diperhatikan dan didoakan” (KP1.2).

3. Apakah yang dimaksudkan bapak adalah mbak A.. dan pak I..?

“ mungkin itu suster, saya lupa” (KP1.3).

4. Bapak setelah mengalami langsung kunjungan apakah anda merasakan bahwa

ini bermanfaat bagi pasien? Jika bermanfaat dapatkah anda menceritakannya

terutama bagi ibu?

“wahh…sangat bermanfaat? Manfaat yang saya alami saat menjaga istri

saya adalah:

a. Bahwa kami mengalami pertumbuhan iman, merasa terhubung

kembali dengan Tuhan saat bertemu dengan utusan Tuhan : Suster,

Romo dan ASIM karena memang sudah lama kami tidak ke Gereja,

istri saya sakit, membuat keluarga merasa jauh dari Tuhan(istri dan

anak),

b. Menguatkan iman lebih dari itu membuat kami dekat dengan Tuhan

bisa menjalin relasi semakin mendalam kemudian layanan ini

membuat keluarga menjadi dekat karena mengalami pelayanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

pastoral yang sifatnya cinta kasih kepada sesama yang sifatnya begitu

besar.

c. Mendukung penyembuhan sepenuhnya bagi pasien” (KP1.4).

5. Menurut bapak apakah layanan pastoral ini bermanfaat bagi pasien?

“sangat bermanfaat” (KP1.5).

6. Bisakah bapak menyebutkan, apa saja manfaatnya? Tolong sebutkan!

“berdasarkan pengalaman lansung selama menjaga istri saya, saya dapat

menarik kesimpulan bahwa layanan rohani memiliki manfaat sebagai

berikut:

a. Pasien merasa lebih bahagia setelah mendapat kunjungan dan doa,

pasien menceritakan kepada keluarga setelah mendapat kunjungan itu.

b. Pasien dan keluarga percaya bahwa kesembuhan diperoleh melalui

obat juga melalui pelayanan rohani yang diberikan di Rumah Sakit ini”

(KP1.6).

7. Dari kesadaran yang anda temukan, rencana apakah yang selanjutnya akan

anda lakukan?

“Rencana jangka pendek: akan pergi kegereja lagi” (KP1.7).

8. Menurut anda apakah layanan konseling pastoral penting?

“Sangat penting pelayanan konseling bagi umat Katolik/Kristen demi

kesembuhan sepenuhnya (secara menyeluruh)” (KP1.8).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

Hasil wawancara dengan pasien (S1).

Nama : Ny. Tk // pasien

Usia : 47 th

Agama : katolik

1. Ibu bagaimana perasaannya setelah mendapat kunjungan dari PC?

“Sangat senang ketika dikunjungi dan terhibur” (S1.1).

2. Bisakah ibu menceritakan manfaat yang diperoleh dari kunjungan PC:

Kehadiran Suster dan tim yang menghibur, menyembuhkan, mendapat

berkat dari Tuhan atas doa-doa Tim layanan rohani semakin membuat

saya mengalami kesembuhan.

Ada harapan untuk bisa sembuh, terdukung.

Rasa damai, kehadiran yang mendukung merasa didekatkan kepada

Tuhan,

Akan selalu ke gereja bersama keluarga bila sudah sembuh (S1.2).

3. Masukan :

Penting adanya suster (S1.3).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

190

HASIL OBSERVASI

Hari/Tgl Pukul Aspek Hasil pengamatan

Senin-Sabtu.

03-23 Juni,

28 Juli- 04

Agustus

2015.

07.15-

14.30

1. Perencanaan

a. Sasaran

b. Petugas

c. Ruangan

d. Sarana-

prasarana

e. Media

f. Metode

program KP

a. Dari awal penelitian hingga akhir, peneliti

terlibat setiap hari. Dari hasil pengamatan

terlihat bahwa setiap hari yang mendapat

layanan konseling pastoral adalah semua

pasien rawat inap.

b. Ada Suster SSpS dan petugas pastoral

care (PC) yang setiap hari mengadakan

kunjungan ke ruang-ruang paviliun.

c. Terdapat satu ruang PC.

d. Di ruang PC terdapat satu unit (komputer,

tape, microfon, lemari buku, telephon

penghubung antar unit RSK Budi

Rahayu), dua pasang meja dan arsip-arsip

PC.

e. Media yang ada Salib, Rosario, kitab suci,

buku lagu baik puji syukur maupun

madah bakti, CD/DVD lagu rohani atau

profan.

f. Metode pelayanan konseling pastoral,

kunjungan setiap hari untuk semua pasien.

03-23 Juni,

28 Juli- 04

Agustus 2015

08.30-10.00 WIB,

10.30- 12.30 WIB.

13.30 -14.30 WIB

2. Pelaksanaan

KP

a. Jadwal

pelaksana

an KP

b. Pengguna

an metode

KP

a. Konseling pastoral dilaksanakan setiap

hari, mulai pukul 08.30-10.00, 10.30-

12.15. Bila pasien masih membutuhkan

dilanjutkan setelah makan siang pada

pukul 13.30-14.30. Bagi umat katolik

yang sudah di Baptis setiap hari Senin,

Rabu, Jumat, dapat mengikuti misa

melalui siaran radio RSK Budi Rahayu

mulai pukul 05.30-06.10 WIB dan

menerima komuni dari Romo yang

mempersembahkan misa pada hari itu.

Pada hari Minggu pasien menerima

komuni dari asisten imam atau suster

SSpS pada pukul 08.45WIB.

b. Pelayan pastoral melakukan kunjungan

setiap hari, dengan menyapa, tersenyum,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

191

mendengarkan, memberikan dukungan

dengan sentuhan, dan memberikan

alternatif-alternatif, serta saran-saran

sesuai kebutuhan pasien ataupun keluarga

pasien.

3/06/15

4/06/15

8/06/15

6/06/15

9/06/15

11/6/ 15

13/6/15

20/6/15

3. Hasil KP

Dampak/

perubahan yang

dialami pasien

a. Seorang ibu pasien rawat inap pasca

operasi/muslin merasa terharu dan senang

karena dikunjungi. Pasien merasa

terdukung karena memperoleh perhatian,

dia awalnya merasa sendirian di ICU.

b. Pasien/muslim merasa gembira setelah

memperoleh inspirasi dari suster SSpS.

Dia yang awalnya mengalami ketakutan

akan sakitnya, menjadi siap dan mampu

berpikir positip, serta ada harapan untuk

kesembuhannya.

c. Pasien menjadi lega dan terdukung, serta

gembira.

d. keluarga pasien gembira dan ulang-ulang

minta doa untuk kesembuhan anaknya.

Awalnya pasien (anak) tidak mau melihat,

asik dengan tabletnya. Petugas PC

menyapa, menggoda, diakhir mau sedikit

melihat, dan hari-hari berikutnya menjadi

lebih gembira dan mau merespon.

e. Pasien dan Keluarga pasien merasakan

menjadi lebih tenang.

f. Pasien yang awalnya tidur terus, pada

akhirnya mau terbuka, senang atas

kehadiran petugas pastoral. Ia menjadi

lebih semangat dan berani mengambil

keputusan untuk proses pengobatan

selanjutnya.

g. Pasien dan suaminya terbuka bahwa

selama ini tidak pernah ke gereja. Ada

sebuah kerinduan dan harapan untuk

kembali berdoa bersama.

h. Pasien yang mengalami kegelisahan

menjadi tenang saat di doakan petugas

PC. Keluarga yang menjaga terlihat lebih

tenang tenang, saat memperoleh dukungan

dari petugas PC yaitu sentuhan dipundak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

1. Jenis Pelayanan Pastoral Care RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur

Karya pelayanan Pastoral Care bagi para pasien yang dirawat di Rumah Sakit

Budi Rahayu ini dikemas dalam beberapa jenis yakni:

a. Pendampingan Pastoral antara lain:

• Pendampingan pasien

• Pendampingan keluarga

b. Pewartaan antara lain:

• Siaran Radio / Audio Pastoral

• Siaran Misa Kudus dari kapel RSK

• Poster dinding

c. Perpustakaan antara lain:

• Adminstrasi perpustakaan

• Penempatan buku pada rak sesuai dengan klasifikasinya.

• Penambahan koleksi buku dan majalah

d. Liturgi, doa dan sakramen antara lain:

• Misa Hari Orang Sakit Se- Dunia

• Misa Pasien setiap hari kamis

• Pelayanan Sakramen Perminyaan dan Babtis dan Tobat.

• Pelayanan doa.

2. PENDAMPINGAN PASTORAL ( KONSELING PASTORAL )

RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur

a. Pengertian

Pendampingan/konseling Pastoral adalah Proses memberikan pertolongan

Psikologis, spiritual yang terbatas kepada pasien yang sedang mengalami

persoalan dan membutuhkan bantuan.

b. Tujuan

1) Mendampingi pasien dalam menggumuli pengalaman hidupnya, sehingga

pasien mampu menemukan makna hidupnya yang lebih dalam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang

2) Membangkitkan potensi yang ada pada diri pasien agar mampu mengambil

keputusan untuk menghadapi persoalan hidupnya.

c. Kebijakan

1) Pendampingan pasien terbuka untuk semua pasien yang dirawat di RSK.

Budi Rahayu tanpa memandang suku, agama dan ras.

2) Pendampingan pasien dilakukan du ruang rawat inap pasien dan bila

memungkinkan pasien dapat datang di Kantor Pastoral Care.

3) Pasien dapat memilih sendiri pendamping dari petugas Pastoral Care yang

dipandang cocok untuk konsultasi.

d. Prosedur

1) Pendampingan oleh petugas pastoral care dilakukan pada jam kerja pukul

07.00–14.30 WIB. Hari minggu dan hari libur nasional petugas pastoral

care libur.

2) Pasien yang memerlukan pendampingan datang ke kantor pastoral care

atau memanggil melalui keluarga atau perawat di masing-masing pavilion.

3) Petugas pastoral care mengadakan kunjungan ke ruang rawat inap pasien.

4) Bila satu sessi konsultasi belum tuntas dapat dilaksanakan berkelanjutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI