Upload
trandan
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
POTENSI ANTIBAKTERI INFUSA TEH HIJAU TERHADAP
Streptococcus mutans PENYEBAB KARIES GIGI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Yanuar Prasetya
088114123
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
POTENSI ANTIBAKTERI INFUSA TEH HIJAU TERHADAP
Streptococcus mutans PENYEBAB KARIES GIGI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Yanuar Prasetya
088114123
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Adawaktu untuk menangis,
untuk tertawa,
untuk bertahan saja...
Ada waktu untuk menunggu,
untuk percaya,
bahwa semua akan indah
pada waktunya...
Dedicated to my beloved “Thesis”
Karya ini kupersembahkan untuk
Mama dan Papa tercinta,
Iva-N-ovi tersayang,
Sahabat, Saudara, dan teman seperjuangan
Jefta Willy Setiady
Teman-teman angkatan 2008
Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, tuntunan serta penyertaan dan kasih karunia yang telah
diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul “Potensi Antibakteri Infusa Teh Hijau terhadap
Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi” dengan baik sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Kesarjanaan Strata Satu (S1) Sarjana Farmasi
(S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak
langsung baik berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis
menghaturkan banyak terima kasih kepada:
1. Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini,
dan telah memberikan saran serta dukungan selama penyusunan skripsi ini.
2. Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. selaku Dosen Pembimbing yang dengan
sabar membimbing dan memberikan arahan, saran, kritikan serta dukungan
kepada penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi.
3. Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang memberikan saran
dan kritikan serta dukungan kepada penulis dalam proses menyempurnakan
naskah skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si selaku Dosen Penguji yang memberikan saran dan
kritikan serta dukungan kepada penulis dalam proses menyempurnakan
naskah skripsi.
5. Teman-teman kelompok penelitian, Adelia Indah Pratiwi, Maria Siska
Triyuniar Kusumastuti, dan Irene Aninditya Putri Ahtha yang telah saling
menguatkan, memberikan semangat dan bantuan kepada penulis serta
bersama-sama menjalani suka dan duka selama menjalankan penelitian ini.
6. Teman-teman kelas FKK B 2008, terima kasih atas 2 tahun kebersamaannya
dan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani kuliah
dan praktikum serta dorongan semangat dan doa yang telah diberikan kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini
dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi yang membutuhkan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................
PRAKATA........................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..........................................
DAFTAR ISI.....................................................................................
DAFTAR TABEL……………………………….............................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................
INTISARI..........................................................................................
ABSTRACT.........................................................................................
BAB I. PENGANTAR.......................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................
1. Perumusan masalah.................................................................
2. Keaslian karya.........................................................................
3. Manfaat penelitian..................................................................
B. Tujuan Penelitian..........................................................................
1. Tujuan umum.........................................................................
2. Tujuan khusus........................................................................
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
x
xiv
xv
xvi
xviii
xix
1
1
5
5
6
7
7
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................
A. Teh (Camellia sinensis L.)............................................................
1. Keterangan botani.....................................................................
2. Deskripsi teh hijau....................................................................
3. Kandungan kimia teh hijau.......................................................
4. Kegunaan teh hijau....................................................................
B. Plak dan Karies Gigi.....................................................................
C. Ekstraksi........................................................................................
D. Streptococcus mutans....................................................................
E. Uji Potensi Antibakteri..................................................................
F. Landasan Teori..............................................................................
G. Hipotesis........................................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN....................................................
A. Jenis dan Rancangan Penelitian....................................................
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...............................
1. Variabel penelitian....................................................................
2. Definisi operasional.................................................................
C. Bahan Penelitian...........................................................................
D. Alat Penelitian...............................................................................
E. Tata Cara Penelitian......................................................................
1. Pengumpulan bahan dan identifikasi daun teh........................
2. Pembuatan serbuk dan infusa teh hijau...................................
3. Uji kemurnian isolat bakteri uji dan identifikasi bakteri uji...
8
8
8
8
9
10
10
11
13
15
18
20
21
21
21
21
22
23
24
24
24
24
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
4. Uji sterilitas infusa teh hijau...................................................
5. Pembuatan variasi konsentrasi EGCG dalam infusa teh hijau
6. Uji potensi antibakteri infusa teh hijau dengan metode difusi
paper disc................................................................................
a. Pembuatan media Nutrien Agar (NA)................................
b. Pembuatan suspensi bakteri uji...........................................
c. Uji potensi antibakteri infusa teh hijau dengan berbagai
variasi konsentrasi EGCG dengan metode difusi paper
disc.......................................................................................
7. Penentuan nilai KHM dan KBM dengan metode dilusi cair..
a. Pembuatan infusa teh hijau dengan berbagai variasi
konsentrasi EGCG untuk uji potensi antibakteri dengan
metode dilusi cair...............................................................
b. Blanko standar autozero......................................................
c. Uji penentuan nilai KHM dan KBM dengan metode dilusi
cair.....................................................................................
d. Penegasan penentuan KHM dan KBM dengan metode
streak plate.........................................................................
F. Tata Cara Analisis Hasil...............................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................
A. Pengumpulan Bahan dan Identifikasi Daun Teh...........................
B. Pembuatan Serbuk dan Infusa Teh Hijau......................................
C. Uji Kemurnian Isolat Bakteri Uji dan Identifikasi Bakteri Uji.....
27
28
28
28
28
29
30
30
31
31
32
32
35
37
37
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
D. Uji Sterilitas Infusa Teh Hijau.......................................................
E. Pembuatan Variasi Konsentrasi EGCG dalam Infusa Teh Hijau..
F. Uji Potensi Antibakteri Infusa Teh Hijau dengan Berbagai
Variasi Konsentrasi EGCG dengan Metode Difusi Paper Disc....
1. Pembuatan media Nutrien Agar (NA)....................................
2. Pembuatan suspensi bakteri uji...............................................
3. Uji potensi antibakteri infusa teh hijau dengan berbagai
variasi konsentrasi EGCG dengan metode difusi paper disc.
G. Penentuan Nilai KHM dan KBM dengan Metode Dilusi Cair......
1. Pembuatan infusa teh hijau dengan berbagai variasi
konsentrasi EGCG untuk uji potensi antibakteri dengan
metode dilusi cair...................................................................
2. Penegasan penentuan KHM dan KBM dengan metode
streak plate.............................................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................
LAMPIRAN........................................................................................
BIOGRAFI PENULIS........................................................................
42
43
44
45
45
46
52
53
56
58
58
58
59
63
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Variasi konsentrasi EGCG dalam infusa teh hijau untuk uji
potensi antibakteri dengan metode difusi paper disc...............
28
Tabel II. Variasi konsentrasi EGCG dalam infusa teh hijau untuk uji
potensi antibakteri dengan metode dilusi cair..........................
31
Tabel III. Hasil uji identifikasi biokimia isolat S. mutans....................... 42
Tabel IV. Hasil uji potensi antibakteri infusa teh hijau dengan berbagai
variasi konsentrasi EGCG dibandingkan dengan kontrol........
48
Tabel V.
Tabel VI.
Tabel VII.
Tabel VIII.
Tabel IX.
Hasil uji normalitas diameter zona hambat infusa teh hijau
dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG terhadap S.
mutans dengan metode Kolmogorov-Smirnov.........................
Hasil uji homogenitas varians data diameter zona hambat
infusa teh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG
terhadap S. mutans...................................................................
Hasil transformasi uji homogenitas varians data diameter
zona hambat infusa teh hijau dengan berbagai variasi
konsentrasi EGCG terhadap S. mutans....................................
Analisis One-Way ANOVA diameter zona hambat infusa
teh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG
dibandingkan dengan kontrol...................................................
Nilai Optical Density (OD) infusa teh hijau dengan berbagai
variasi konsentrasi EGCG waktu inkubasi 24 jam..................
50
51
51
51
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil uji sterilitas infusa teh hijau............................................ 42
Gambar 2. Hasil uji potensi antibakteri infusa teh hijau terhadap S.
mutans......................................................................................
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat identifikasi teh hijau dari Perkebunan Teh Rumpun
Sari Medini Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah..............
63
Lampiran 2. Kadar EGCG dalam infusa teh hijau dengan metode KLT
Densitometri oleh LPPT UGM................................................
64
Lampiran 3. Prosedur kerja pembuatan serbuk dan infusa teh hijau
dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG oleh LPPT
UGM........................................................................................
65
Lampiran 4. Certificate of Analysis (CoA) pembuatan infusa teh hijau
dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG oleh LPPT
UGM........................................................................................
66
Lampiran 5. Hasil uji kemurnian isolat bakteri uji S.mutans, pembuatan
stok kultur murni bakteri uji, dan pengecatan Gram bakteri
uji S. mutans............................................................................
67
Lampiran 6. Hasil uji identifikasi bakteri uji S. mutans............................... 68
Lampiran 7. Hasil uji sterilitas infusa teh hijau........................................... 70
Lampiran 8.
Hasil uji potensi antibakteri infusa teh hijau terhadap S.
mutans......................................................................................
71
Lampiran 9.
Diameter zona hambat yang dihasilkan pada uji potensi
antibakteri infusa teh hijau dengan berbagai variasi
konsentrasi EGCG terhadap S. mutans dengan difusi paper
disc...........................................................................................
77
Lampiran 10. Data uji Post-hoc diameter zona hambat yang dihasilkan 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
pada uji potensi antibakteri infusa teh hijau dengan berbagai
variasi konsentrasi EGCG terhadap S. mutans dengan difusi
paper disc................................................................................
Lampiran 11. Hasil uji penegasan penentuan KHM dan KBM dengan
metode streak plate..................................................................
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
INTISARI
Teh hijau bermanfaat untuk menjaga kerja jantung, mencegah kanker,
sebagai antivirus dan antibakteri, dihasilkan tanpa proses fermentasi dan oksidasi
enzimatik serta mengandung katekin, terutama epigalokatekin-3-galat (EGCG).
Streptococcus mutans merupakan bakteri fakultatif anaerob dan mikroflora rongga
mulut yang memproduksi glukosiltransferase (GTF), memfermentasi substrat
karbohidrat membentuk asam dan mengakibatkan turunnya pH di bawah 5.
Penurunan pH berulang menyebabkan demineralisasi permukaan gigi dan
terbentuknya karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi
antibakteri pada berbagai variasi konsentrasi EGCG, dan mengetahui Kadar
Hambat Minimum (KHM) serta Kadar Bunuh Minimum (KBM) infusa teh hijau
terhadap bakteri S. mutans penyebab karies gigi.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola satu arah. Teh hijau yang digunakan berasal dari
Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja. Uji potensi antibakteri infusa teh
hijau terhadap bakteri S. mutans dilakukan dengan metode difusi paper disk, yang
dianalisis statistik One-Way ANOVA untuk mengetahui signifikansi berbagai
variasi konsentrasi EGCG dibandingkan dengan kontrol negatif, serta dengan
metode dilusi cair menggunakan spektrofotometer untuk mengetahui KHM dan
KBM, lalu ditegaskan dengan metode streak plate dan dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EGCG dalam infusa teh hijau dari
Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja berpotensi sebagai antibakteri
terhadap bakteri S. mutans, dan memiliki nilai KHM, yaitu 0,9 mg/ mL serta
KBM yaitu 1 mg/ mL.
Kata kunci: teh hijau, S. mutans, karies gigi, potensi antibakteri, Kadar Hambat
Minimal (KHM), Kadar Bunuh Minimal (KBM).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
ABSTRACT
Green tea is useful to maintain cardiac performance, prevent cancer, as
antiviral and antibacterial, produced without fermentation process and enzymatic
oxidation also contains cathecin, especially epigallocatechin-3-gallate
(EGCG). Streptococcus mutans is an anaerobic facultative bacteria and the oral
microflora that produce glucosyltransferase (GTF), fermentating carbohydrate
substrat to form acids, results lowering the pH to below 5. Decrease in pH which
repeatedly cause tooth surface demineralization and dental caries formation. This
research was aimed to determine the antibacterial potency of EGCG variation
concentration and Minimum Inhibitory Concentration (MIC) also Minimum
Bactericidal Concentration (MBC) in green tea infusion against S. mutans bacteria
cause tooth decay. This research was a purely experimental research with one way random
research design. Research material used was green tea from Rumpun Sari Medini
Boja Tea Plantation. Antibacterial potency test of green tea infusion against S.
mutans bacteria was done by paper disk diffusion method, analyzed by
statistically One-Way ANOVA to determine the significance of EGCG variation
concentration compared with the negative control, also by the liquid dillution
method using a spectrophotometer to determine MIC and MBC, confirmed by
streak plate method and was analyzed descriptively.
The results showed that EGCG inside green tea infusion from Rumpun
Sari Medini Boja Tea Plantation potentially as an antibacterial against bacteria S.
mutans, and had a MIC 0,9 mg/ mL also MBC 1 mg/ mL.
Key words: green tea, S. mutans, dental caries, antibacterial potency, Minimum
Inhibitory Concentration (MIC), Minimum Bactericidal
Concentration (MBC).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Gigi berlubang (karies gigi) merupakan salah satu penyakit yang umum
terjadi pada manusia. Plak dan karies gigi disebabkan karena produk asam yang
terbentuk dari hasil fermentasi karbohidrat yang berasal dari makanan, misalnya
glukosa dan sukrosa, yang mengakibatkan turunnya pH sampai di bawah 5 dalam
waktu 1-3 menit. Untuk kembali ke pH normal sekitar 6 atau 7 dibutuhkan waktu
30-60 menit. Asam yang terbentuk akan masuk ke dalam bagian bawah
permukaan email karena permukaan email lebih tahan terhadap serangan asam.
Penurunan pH yang berulang-ulang menyebabkan demineralisasi gigi di mana
jumlah kalsium (Ca) yang lepas bertambah banyak dan lama kelamaan akan ke
luar dari email sehingga menyebabkan gigi menjadi rentan dan terbentuk plak
yang memulai terbentuknya karies gigi (Cahyati, 2005).
Streptococcus mutans merupakan bakteri penyebab penyakit sekitar
mulut, misalnya plak yang memulai terbentuknya karies gigi (Alaluusua dan
Renkonen, 2010). S. mutans merupakan bakteri dalam rongga mulut yang
memiliki peran penting penyebab terjadinya karies gigi, yakni suatu penyakit
dengan banyak faktor yang menjadi penyebab terbentuknya gigi berlubang seperti
kondisi gigi individu, meliputi faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi),
pola konsumsi makanan, mikrobia, dan faktor waktu. S. mutans memproduksi
glukosiltransferase (GTF) dan mempunyai kemampuan untuk melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
fermentasi karbohidrat, sehingga terjadi hidrolisis karbohidrat yang membentuk
asam dan memulai proses pembentukan plak dan karies gigi.
S. mutans akan memulai pembentukan plak dengan mendegradasi
sukrosa yang berasal dari makanan oleh aktivitas enzim GTF menjadi glukosa dan
fruktosa yang selanjutnya difermentasi menjadi polisakarida ekstraseluler
(glukan) dan asam. Asam yang terbentuk dari hasil fermentasi ini akan membantu
proses pembentukan plak. Akibat adanya pembentukan plak oleh glukan ini
menyebabkan demineralisasi email. Jika proses ini terus menerus terjadi dan tidak
dilakukan penanggulangan, hal inilah yang mampu memicu timbulnya karies gigi
(Panjaitan,1997).
Berdasarkan proses pengolahannya teh dibagi menjadi 3 jenis, yaitu teh
hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau diolah tanpa mengalami proses
fermentasi, tidak mengalami oksidasi enzimatik untuk menjaga senyawa aktif
yang terkandung di dalamnya, sehingga diharapkan kandungan senyawa aktif,
terutama katekin, yang terkandung lebih banyak dibanding teh jenis lain, tidak
banyak terbuang oleh karena proses fermentasi yang dapat mengurangi potensi teh
hijau tersebut, sementara teh hitam diolah dengan memanfaatkan terjadinya
oksidasi enzimatik terhadap kandungan katekin teh. Teh oolong diolah melalui
proses fermentasi dengan metode semi-fermentasi dalam jangka waktu yang lebih
singkat dari proses fermentasi teh hitam (Hartoyo, 2003).
Katekin merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas flavanol
(Hartoyo, 2003). Kandungan utama katekin dalam teh hijau terdiri dari epikatekin
(EC), epikatekin-3-galat (ECG), epigalokatekin (EGC), dan epigalokatekin-3-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
galat (EGCG). Kandungan EGCG adalah yang paling tinggi dalam teh hijau
(Graham, 1992). Teh hijau digunakan dalam banyak penelitian karena kandungan
katekin dalam teh hijau dapat menghambat efek pertumbuhan mikrobia penyebab
karies gigi (Alschuler, 1998) karena gugus fenol EGCG memiliki mekanisme
merusak membran plasma pada fungi yang tersusun dominan oleh ergosterol yang
bersifat permeabel selektif untuk mengatur keluar masuknya zat, antara lain air,
nutrisi, dan enzim. Pada perusakan membran plasma, senyawa fenol EGCG akan
melepaskan ion H+ yang menyerang gugus hidrofilik (gugus hidroksi dan fosfat)
pada permukaan membran sel mikrobia (fungi). Gugus hidroksi pada molekul
ergosterol fungi tidak mampu mempertahankan ikatan hidrogen yang terbentuk,
sehingga menyebabkan membran sel tidak mampu menahan tekanan dari dalam
dan sitoplasma dalam sel akan menembus keluar. Pada bakteri, ion H+ dari
senyawa fenol EGCG akan menyerang gugus polar (gugus fosfat) pada molekul
fosfolipid sehingga akan terurai menjadi gliserol, asam karboksilat, dan asam
fosfat. Hal ini mengakibatkan fosfolipid tidak mampu mempertahankan bentuk
membran sitoplasma, sehingga membran sitoplasma akan bocor, menyebabkan
zat-zat yang seharusnya digunakan untuk metabolisme sel bakteri keluar dan
menyebabkan kematian bakteri (Parwata dan Dewi, 2008).
Infusa teh hijau diperoleh melalui metode infundasi dengan cara
pemanasan menggunakan aquadest pada suhu 900C selama 15 menit terhitung
mulai saat suhu mencapai 900C sambil sekali-sekali diaduk dan umumnya
digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-
bahan nabati (DepKes RI, 1995). Katekin yang merupakan flavonoid dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tergolong dalam kelas flavanol merupakan senyawa polar, sehingga larut dalam
air yang memiliki sifat tidak berwarna, memiliki titik lebur 960C serta membawa
sifat pahit dan sepat pada seduhan teh (Hartoyo, 2003).
Penelitian tentang potensi antibakteri infusa teh hijau terhadap S. mutans
penyebab karies gigi diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat
terkait manfaat teh hijau sebagai antibakteri terhadap bakteri S. mutans menjadi
terapi alternatif penyakit karies gigi akibat infeksi bakteri, serta dapat
dikembangkan dalam formulasi bahan alam menjadi obat-obatan atau sediaan
farmasi dengan dosis terapi infusa teh hijau yang dapat digunakan secara mudah
oleh masyarakat, misalnya sediaan pasta gigi atau mouthwash. Berdasarkan
penelitian yang pernah dilakukan oleh Ahtha (2012), sediaan pasta gigi dan
mouthwash dengan kandungan infusa teh hijau dengan berbagai variasi
konsentrasi EGCG berpotensi antibakteri terhadap S. mutans penyebab karies
gigi, membantu proses penghambatan dan pengurangan plak gigi, serta lebih
efisien dalam penggunaan.
Penelitian tentang potensi antibakteri infusa teh hijau terhadap S. mutans
penyebab karies gigi ini memiliki kebaharuan penelitian dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya, antara lain terletak pada sumber bahan teh hijau yang
merupakan bahan aktif dari alam yang lebih bersifat aman dan alami dalam
membantu mengontrol plak dan karies gigi, yang diperoleh dari Perkebunan Teh
Rumpun Sari Medini Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dengan ketinggian
optimum untuk pertumbuhan tanaman teh, yakni kurang lebih pada 1500 m dari
permukaan laut sehingga diharapkan memberikan jaminan bahan penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
berupa teh hijau yang berkualitas, karena teh ditanam pada ketinggian 1200-2000
m dari permukaan laut termasuk dalam teh dataran tinggi (Hartoyo, 2003).
Semakin tinggi letak suatu tempat memiliki suhu yang semakin rendah dan
menghasilkan kandungan senyawa dalam teh yang lebih baik dari sisi kualitas dan
kuantitas dibandingkan teh yang ditanam di dataran rendah maupun sedang
(Suseno, 1977).
1. Perumusan masalah
a. Apakah infusa teh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG
mempunyai potensi antibakteri terhadap bakteri S. mutans penyebab
karies gigi?
b. Berapakah Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum
(KBM) dari infusa teh hijau terhadap bakteri S. mutans penyebab karies
gigi?
2. Keaslian karya
Berdasarkan penelusuran pustaka dan jurnal yang dilakukan, penelitian
mengenai potensi antibakteri infusa teh hijau terhadap bakteri S. mutans penyebab
karies gigi akibat infeksi bakteri pernah dilakukan. Penelitian terkait dilakukan
oleh Handajani (2002) menunjukkan bahwa ekstrak teh segar dengan konsentrasi
2% mampu menurunkan tingkat pembentukan plak gigi yang dapat memicu karies
gigi. Penelitian oleh Pratikno (2003) menunjukkan bahwa senyawa katekin dalam
teh hijau memiliki daya antibakteri mengurangi terbentuknya plak penyebab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
karies gigi dengan cara menghambat enzim glukosiltransferase yang dihasilkan S.
mutans dengan KHM sebesar 0,5 mg/ mL dan KBM sebesar 1,0 mg/ mL.
Penelitian lain oleh Zaveri (2005) menunjukkan bahwa teh hijau
memiliki kandungan polifenol dan epigalokatekin-3-galat (EGCG) yang
merupakan katekin paling aktif dalam mencegah kanker, penyakit kardiovaskular,
dan penyakit yang berhubungan dengan saraf serta antimikrobia bagi penyakit
akibat infeksi bakteri. Penelitian oleh Petti dan Scully (2009) menunjukkan bahwa
polifenol dalam teh hijau dapat membantu untuk melawan penyakit yang biasa
muncul di sekitar mulut, seperti penyakit gusi, dan karies gigi. Penelitian lain oleh
Sandler (2010) menunjukkan hasil bahwa teh hijau poten dan efektif membunuh
mikrobia, namun efektivitas teh hijau tersebut tergantung pada konsentrasi teh
hijau yang digunakan.
Perbedaan dengan penelitian-penelitian tersebut terletak pada sumber
bahan teh hijau yang diperoleh dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dengan ketinggian optimum untuk mendapatkan
teh hijau yang berkualitas.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi
bagi ilmu pengetahuan tentang potensi antibakteri, serta konsentrasi paling efektif
EGCG infusa teh hijau untuk menghambat bakteri S. mutans penyebab karies gigi.
b. Manfaat praktis. Penelitian tentang potensi antibakteri infusa teh hijau
terhadap S. mutans penyebab karies gigi diharapkan dapat memberikan informasi
bagi masyarakat terkait manfaat teh hijau sebagai antibakteri terhadap bakteri S.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
mutans menjadi salah satu terapi alternatif penyakit karies gigi akibat infeksi
bakteri di masyarakat, serta dapat dikembangkan dalam formulasi bahan alam
menjadi obat-obatan atau sediaan farmasi dengan dosis terapi infusa teh hijau
yang dapat digunakan secara mudah oleh masyarakat, sehingga prevalensi karies
gigi akibat infeksi bakteri di Indonesia dapat diturunkan.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui manfaat teh hijau sebagai antibakteri terhadap bakteri S.
mutans penyebab karies gigi akibat infeksi bakteri untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat dan menjadi terapi alternatif penyakit karies gigi di
masyarakat.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui potensi antibakteri infusa teh hijau dengan berbagai variasi
konsentrasi EGCG terhadap bakteri S. mutans penyebab karies gigi.
b. Menentukan KHM dan KBM dari infusa teh hijau terhadap bakteri S.
mutans penyebab karies gigi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Teh (Camellia sinensis L.)
1. Keterangan botani
Teh merupakan tanaman sub tropik yang termasuk dalam suku Theaceae
dengan genus Camellia dan spesies Camellia sinensis L. Secara umum, tanaman
teh berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah dan cukup sulit untuk
menembus lapisan tanah. Perakaran utama berkembang pada lapisan tanah atas
dengan kedalaman 0 hingga 25 cm, yang merupakan tempat utama
berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman di dalam tanah (Setyamidjaja, 2000).
Teh mengalami proses pengolahan yang berbeda-beda dan dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hitam diolah
dengan oksidasi enzimatik terhadap kandungan katekin teh. Teh oolong diolah
melalui proses fermentasi dengan metode semi-fermentasi dalam jangka waktu
yang lebih singkat dari proses fermentasi teh hitam (Hartoyo, 2003).
2. Deskripsi teh hijau
Teh hijau adalah daun teh yang diolah tanpa mengalami proses
fermentasi, tidak mengalami oksidasi enzimatik untuk menjaga senyawa aktif
yang terkandung di dalamnya, sehingga diharapkan bahwa kandungan senyawa
aktif, terutama katekin yang terkandung lebih banyak dibanding teh jenis lain,
tidak banyak terbuang oleh karena proses fermentasi yang dapat mengurangi
potensi teh hijau tersebut (Hartoyo, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3. Kandungan kimia teh hijau
Bahan-bahan kimia dalam daun teh dikelompokkan menjadi 4 kelompok
besar, yakni: substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi aromatis, dan enzim
(Setyamidjaja, 2000). Katekin merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas
flavanol dengan titik lebur sekitar 960C (Hartoyo, 2003), sehingga katekin dapat
diperoleh dengan metode ekstraksi infundasi pada suhu 900C selama 15 menit.
Epikatekin (EC), epikatekin-3-galat (ECG), epigalokatekin (EGC), dan
epigalokatekin-3-galat (EGCG) merupakan kandungan utama katekin dalam teh
hijau. Teh hijau memiliki kandungan EGCG yang paling tinggi (Graham, 1992).
Kandungan katekin dalam teh hijau dapat menghambat efek pertumbuhan bakteri
penyebab karies gigi dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri penyebab
plak pada permukaan gigi (Alschuler, 1998). Fluorida yang terkandung dalam teh
hijau juga mampu menghambat metabolisme bakteri. Ketika pH plak menurun,
ion florida bergabung dengan ion hidrogen membentuk asam fluorida dan
berdifusi ke dalam sel, membuat suasana asam dalam sel, berdisosiasi dan
melepaskan ion fluorida. Ion fluorida yang dilepaskan ini bersifat toksik bagi sel
dan dapat mengganggu kerja enzim sehingga menghambat metabolisme bakteri
(Islam, Khan, dan Khan, 2007).
Indonesia merupakan negara dengan perkebunan teh yang cukup luas.
Tanaman teh yang tumbuh di Indonesia sebagian besar merupakan varietas
Assamica yang berasal dari India, berbeda dengan tanaman teh yang tumbuh di
Jepang dan Cina yang merupakan teh varietas Sinensis. Teh varietas Assamica
memiliki kelebihan dalam hal kandungan katekin yang lebih besar. Kandungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
komponen katekin daun teh yang paling dominan berfungsi sebagai pencegah
karies gigi adalah EGCG. Teh hitam hanya mengandung EGCG sebesar 4,63%,
sementara teh hijau mengandung komponen EGCG mencapai 20,29% (Tuminah,
2008). Perbedaan jumlah kandungan EGCG dalam teh hijau dan teh hitam
tersebut dikarenakan selama proses pengeringan, katekin yang terkandung dalam
teh hijau telah diupayakan proses inaktivasi enzim oksidasi, sehingga tidak terjadi
oksidasi berlebihan dari katekin. Teh hitam melalui proses fermentasi selama 2
minggu hingga 1 bulan, di mana katekin yang terkandung akan berkurang karena
diolah menjadi theaflavin yang menimbulkan rasa khas pada teh hitam dan
thearubigin yang memberikan warna coklat gelap kehitaman pada teh hitam
(Hartoyo, 2003).
4. Kegunaan teh hijau
Teh hijau biasa digunakan untuk mengatur suhu tubuh, gula darah, serta
menjaga kesehatan jantung (Chopade, Phatak, Upaganlawer, dan Tankar, 2008),
mencegah kanker prostat, payudara, perut, pankreas, dan usus (Katiyar dan
Mukhtar, 1997), mengontrol berat badan (Dulloo, Duret, dan Rohrer, 1999), dan
sebagai antivirus serta antibakteri penyebab karies gigi dan penyakit yang
berhubungan dengan jaringan di sekitar gigi (Sinija dan Mishra, 2008).
B. Plak dan Karies Gigi
Plak gigi merupakan massa yang lengket berisi bakteri beserta produk
yang terbentuk pada permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini terjadi melalui
beberapa tahap. Setelah permukaan gigi dibersihkan, email yang tidak tertutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
oleh kotoran akan bersentuhan dengan air ludah sehingga dalam beberapa menit
akan terjadi lapisan yang disebut pelikel. Pelikel merupakan endapan glikoprotein
berasal dari ludah dan terjadi tanpa adanya bakteri. Bakteri dapat tumbuh dengan
cepat pada permukaan pelikel dan melekat sehingga terbentuk plak (Kidd dan
Bechal, 1992).
Karies gigi merupakan suatu penyakit dengan banyak faktor yang
menjadi penyebab terbentuknya gigi berlubang seperti kondisi gigi individu yang
meliputi faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi); pola konsumsi makanan;
mikrobia, dan faktor waktu. Faktor permukaan gigi yang kasar dapat
menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.
Faktor pola konsumsi makanan dapat juga membantu perkembangbiakan dan
kolonisasi mikrobia di mana karbohidrat akan dimetabolisme menjadi asam oleh
enzim glukosiltransferase (GTF) bakteri S. mutans. Derajat keasaman (pH) yang
rendah akan menyebabkan berkembangnya bakteri S. mutans, dan sebaliknya,
konsumsi rendah karbohidrat dan tinggi kalsium akan meningkatkan proses
remineralisasi (Kidd dan Bechal, 1992). Faktor ke tiga, yakni mikrobia yang
berkembang dalam mulut antara lain Streptococcus mutans, Porphyromonas
gingivalis, dan Staphylococcus epidermidis (Hamilton-Miller, 1995) dan
ditemukan paling banyak adalah S. mutans, serta faktor waktu di mana jika tidak
dilakukan tindakan pembersihan gigi dalam waktu 1 atau 2 hari akan
mempercepat proses terjadinya karies gigi (Genco, Goldman, dan Cohen, 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
C. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang mempengaruhi kecepatan
penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas
antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Zat aktif yang
terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam alkaloida,
glikosida, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan
mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap
pemanasan, logam berat, udara, cahaya, dan derajat keasaman. Dengan
diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan
cairan penyari dan cara penyarian yang tepat (DepKes RI, 1986).
Maserasi adalah metode ekstraksi dengan merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari. Prinsip metode maserasi adalah cairan penyari yang
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak
ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Metode ekstraksi perkolasi adalah
metode penyarian dengan mengalirkan cairan penyari yang selalu baru dalam
serbuk simplisia yang telah dibasahi hingga didapatkan perkolat yang sempurna
melalui tahap pelembaban, perendaman antara, dan tahap perkolasi yang
sebenarnya (DepKes RI,1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Infundasi adalah proses penyarian (menyari simplisia dengan air pada
suhu 900C selama 15 menit) yang umumnya digunakan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati (DepKes RI, 1995).
EGCG yang terkandung dalam katekin adalah senyawa flavonoid dan tergolong
dalam kelas flavanol merupakan senyawa polar yang memiliki sifat tidak
berwarna, serta membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh (Hartoyo, 2003),
sehingga sesuai dengan penyari yang digunakan yakni aquadest, karena sifat
kepolaran katekin yang sama sehingga dapat terlarut sempurna dalam cairan
penyari aquadest. Pemilihan cairan penyari aquadest juga disesuaikan dengan
kebiasaan masyarakat pada umumnya dalam kehidupan sehari-hari untuk
membuat seduhan teh hijau sebagai minuman.
Metode ekstraksi infundasi merupakan metode penyarian yang
membutuhkan waktu yang lebih singkat, relatif lebih sederhana dan mudah,
dibandingkan metode penyarian yang lain. Metode ekstraksi infundasi
menggunakan penyari yang sesuai dengan senyawa uji yang ingin didapatkan
(katekin) yakni aquadest yang bersifat polar. Kelemahan dari metode ekstraksi
infundasi adalah infusa yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan
kapang (DepKes RI, 1986), sehingga infusa tidak boleh disimpan lebih dari 24
jam kecuali disimpan dalam lemari pendingin.
D. Streptococcus mutans
Genus Streptococcus memiliki sel berbentuk bulat (spherical) atau bulat
telur, dengan diameter 0,5-2,0 µm, berpasangan atau berbentuk rantai ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
tumbuh pada media cair, non motil, tidak berspora, merupakan Gram positif, dan
fakultatif anaerob. Metabolisme genus Streptococcus secara fermentatif
menghasilkan sebagian besar laktat bukan gas, dan tidak memproduksi enzim
katalase, serta tumbuh pada temperatur 25-450C (optimum 370C), parasit bagi
vertebrata, kebanyakan tinggal atau berhabitat di mulut dan jalur pernapasan
bagian atas, beberapa spesies bersifat patogen bagi manusia dan hewan. Genus
Streptococcus menunjukkan hasil positif pada uji Voges-Proskauer (VP), serta
membentuk asam dari inulin, laktosa, manitol, rafinosa, salisin, sorbitol, dan
trehalosa (Holt, Krieg, Sneath, Staley, dan Williams, 2000).
S. mutans merupakan bakteri penyebab penyakit sekitar mulut, misalnya
plak dan karies gigi (Alaluusua dan Renkonen, 2010) yang memproduksi GTF
dan mempunyai kemampuan untuk melakukan fermentasi substrat karbohidrat,
sehingga terjadi hidrolisis karbohidrat yang membentuk asam dan mengakibatkan
turunnya pH sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Asam yang terbentuk
akan masuk ke dalam bagian bawah permukaan email karena permukaan email
yang lebih tahan terhadap serangan asam. Penurunan pH yang berulang-ulang
menyebabkan demineralisasi gigi di mana jumlah kalsium (Ca) yang lepas
bertambah banyak dan lama kelamaan akan ke luar dari email sehingga
menyebabkan gigi menjadi rentan dan terbentuk plak yang memulai terbentuknya
karies gigi (Cahyati, 2005).
Bakteri S. mutans akan memulai pembentukan plak dengan mendegradasi
sukrosa yang berasal dari makanan oleh aktivitas enzim GTF S. mutans menjadi
glukosa dan fruktosa yang selanjutnya difermentasi menjadi polisakarida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
ekstraseluler (glukan) dan asam. Asam yang terbentuk dari hasil fermentasi ini
akan membantu proses pembentukan plak. Akibat adanya pembentukan plak oleh
glukan ini menyebabkan demineralisasi email. Jika proses ini terus menerus
terjadi dan tidak dilakukan penanggulangan, hal inilah yang mampu memicu
timbulnya karies gigi (Panjaitan,1997).
E. Uji Potensi Antibakteri
Antibakteri adalah senyawa pembasmi bakteri di mana senyawa ini
bersifat toksik untuk bakteri, namun relatif tidak toksik untuk inangnya.
Didasarkan pada sifat toksisitas selektif, antibakteri bersifat menghambat
pertumbuhan bakteri yang dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan membunuh
bakteri yang dikenal sebagai aktivitas bakterisidal. Kadar minimal untuk
menghambat pertumbuhan bakteri dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal
(KHM), sementara kadar minimal untuk membunuh bakteri dikenal sebagai Kadar
Bunuh Minimal (KBM) (Sulistia, 1995).
Untuk menentukan kepekaan bakteri terhadap antibakteri di luar jaringan
hidup terdapat 2 metode yakni:
1. Metode difusi
Metode difusi digunakan untuk menentukan aktivitas agen antibakteri.
Paper disc yang berisi agen antibakteri diletakkan pada media agar yang telah
ditanami mikrobia yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih
mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikrobia oleh agen antibakteri
pada permukaan media agar (Pratiwi, 2008). Prinsip metode difusi yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pengukuran potensi antimikroba berdasarkan pengamatan luas daerah hambatan
pertumbuhan mikroba karena berdifusinya obat dari titik awal pemberian ke
daerah difusi (Jawetz, Melnick, and Adelberg, 1991). Terdapat 2 macam metode
difusi, meliputi:
a. Cara Kirby Bauwer/ paper disc
Kapas lidi steril dicelupkan dalam suspensi bakteri atau fungi dengan
konsentrasi 108 CFU/ mL, lalu ditekankan pada dinding tabung hingga kapasnya
tidak terlalu basah. Kemudian kapas lidi ditekankan pada permukaan media rata.
Pada permukaan media diletakkan kertas cakram atau disc yang mengandung
larutan uji antimikroba dan diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-24 jam.
Parameter yang diamati adalah diameter zona hambat yang dihasilkan larutan uji
antimikroba (Edber, 1986).
b. Cara sumuran
Pada agar yang telah ditanami mikroba, dibuat sumuran dengan garis
tengah tertentu. Dan ke dalam sumuran diberi larutan uji antimikroba dan
diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-24 jam. Parameter yang diamati adalah
diameter zona hambat yang dihasilkan larutan uji antimikroba (Edber, 1986).
2. Metode dilusi
Prinsip metode dilusi adalah pengenceran obat atau antibakteri hingga
didapatkan beberapa konsentrasi yang kemudian akan diuji untuk mendapatkan
nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) yaitu konsentrasi terendah bahan
antibakteri yang mampu menghambat mikrobia dan juga nilai MBC (Minimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Bactericidal Concentration) yaitu konsentrasi terendah bahan antibakteri yang
mampu membunuh mikrobia (Sulistia, 1995).
Terdapat 2 macam metode dilusi, yakni metode dilusi padat dan metode
dilusi cair. Pada metode dilusi padat, setiap konsentrasi antibakteri dicampurkan
dengan media agar, kemudian ditanami bakteri. Pada metode dilusi cair, masing-
masing konsentrasi dicampurkan langsung dengan media (Jawetz et al., 1991).
Parameter yang diukur pada metode dilusi cair adalah tingkat kekeruhan
yang menunjukkan nilai Optical Density (OD), yakni nilai kerapatan yang
menunjukkan pertumbuhan mikrobia uji dibandingkan dengan blanko standar
autozero. Bakteri yang bermultiplikasi pada media cair akan menyebabkan media
menjadi keruh. Alat yang digunakan untuk pengukuran adalah spektrofotometer
atau kolorimeter dengan cara membandingkan OD antara media tanpa
pertumbuhan bakteri dan media dengan pertumbuhan bakteri (Pratiwi, 2008).
Spektrofotometer dapat mengukur kepekatan sel dalam suspensi dalam %T
(transmittance) atau OD (jumlah cahaya yang diabsorpsi dan disebarkan). Dalam
mikrobiologi digunakan OD sebagai satuan hitungan, karena OD sebanding
dengan kepekatan sel dalam suspensi biakan (Lay, 1994). Pada spektrofotometer,
berkas cahaya ditransmisikan melalui suspensi bakteri lalu diteruskan ke detektor
sensitif cahaya. Jika jumlah bakteri meningkat, sedikit cahaya yang akan
diteruskan ke detektor. Perubahan intensitas cahaya akan terlihat pada skala yang
terdapat pada alat yaitu nilai absorbans atau densitas optik (optical density) (Radji,
2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Penentuan nilai KHM didasarkan pada konsentrasi terendah senyawa
antibakteri dengan nilai OD yang telah mencapai 0 pada pengukuran dengan
spektrofotometer dan masih menunjukkan pertumbuhan bakteri pada uji
penegasan secara streak plate. Nilai KBM didasarkan pada konsentrasi terendah
senyawa antibakteri dengan nilai OD yang telah mencapai 0 pada pengukuran
dengan spektrofotometer dan sudah tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri pada
uji penegasan secara streak plate (McKane dan Kandel, 1996).
F. Landasan Teori
Teh hijau adalah tanaman yang termasuk dalam suku Theaceae, genus
Camellia dan spesies Camellia sinensis L. Teh hijau merupakan minuman yang
sering dikonsumsi dengan cara diseduh oleh hampir seluruh masyarakat di dunia.
Dalam teh hijau terdapat katekin yang mengandung komponen EGCG hingga
mencapai 20,29%, jauh lebih banyak dibandingkan dengan kandungan katekin
dalam teh hitam yang hanya 4,63% dan berkhasiat untuk menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab karies gigi.
Karies gigi adalah suatu penyakit multifaktorial yang dapat menjadi
pemicu gigi berlubang. Penyebabnya antara lain adalah faktor inang, mikrobia,
pola konsumsi makanan, serta faktor waktu. Streptococcus mutans merupakan
bakteri anaerob fakultatif dan mikroflora rongga mulut yang memproduksi GTF
dan mempunyai kemampuan untuk melakukan fermentasi substrat karbohidrat,
misalnya glukosa dan sukrosa sehingga membentuk asam dan mengakibatkan
turunnya pH sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Untuk kembali ke pH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
normal sekitar 6 atau 7 dibutuhkan waktu 30-60 menit. Penurunan pH yang
berulang-ulang menyebabkan demineralisasi gigi di mana jumlah kalsium (Ca)
yang lepas bertambah banyak dan lama kelamaan akan ke luar dari email sehingga
menyebabkan gigi menjadi rentan dan terbentuk plak yang memulai terbentuknya
karies gigi.
Infusa teh hijau didapatkan dengan metode ekstraksi infundasi dengan
cara pemanasan menggunakan aquadest pada suhu 900C selama 15 menit karena
katekin dalam daun teh hijau memiliki titik lebur sekitar 960C, sehingga proses
ektraksi ini dapat dilakukan sesuai dengan kebiasaan konsumsi teh hijau di
masyarakat, yakni dengan diseduh.
Potensi antibakteri infusa teh hijau ditunjukkan dengan metode difusi
paper disc berdasarkan diameter zona hambat yang dihasilkan dan metode dilusi
untuk mendapatkan nilai MIC dan nilai MBC. Prinsip metode difusi yaitu
pengukuran potensi antimikroba berdasarkan pengamatan luas daerah hambatan
pertumbuhan mikroba karena berdifusinya obat dari titik awal pemberian ke
daerah difusi.
Prinsip metode dilusi adalah pengenceran obat atau antibakteri hingga
didapatkan beberapa konsentrasi yang kemudian akan diuji untuk mendapatkan
nilai MIC yaitu konsentrasi terendah bahan antibakteri yang mampu menghambat
mikrobia dan juga nilai MBC, yaitu konsentrasi terendah bahan antibakteri yang
mampu membunuh mikrobia. Parameter yang diukur pada metode dilusi cair
adalah tingkat kekeruhan yang menunjukkan nilai OD yakni nilai kerapatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menunjukkan pertumbuhan mikrobia uji dibandingkan dengan blanko standar
autozero.
Penentuan nilai MIC didasarkan pada konsentrasi terendah senyawa
antibakteri dengan nilai OD yang telah mencapai 0 pada pengukuran dengan
spektrofotometer dan masih menunjukkan pertumbuhan bakteri pada uji
penegasan secara streak plate, sementara nilai MBC didasarkan pada konsentrasi
terendah senyawa antibakteri dengan nilai OD yang telah mencapai 0 pada
pengukuran dengan spektrofotometer dan sudah tidak menunjukkan pertumbuhan
bakteri pada uji penegasan secara streak plate.
Penelitian tentang potensi antibakteri infusa teh hijau terhadap S. mutans
penyebab karies gigi diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat
terkait manfaat teh hijau sebagai antibakteri terhadap bakteri S. mutans menjadi
terapi alternatif penyakit karies gigi akibat infeksi bakteri di masyarakat, serta
dapat dikembangkan dalam formulasi bahan alam menjadi obat-obatan atau
sediaan farmasi dengan dosis terapi infusa teh hijau yang dapat digunakan secara
mudah oleh masyarakat, sehingga prevalensi karies gigi akibat infeksi bakteri di
Indonesia dapat diturunkan.
G. Hipotesis
Infusa teh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi epigalokatekin-3-
galat (EGCG) memiliki potensi sebagai antibakteri terhadap S. mutans penyebab
karies gigi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola satu arah. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada,
Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Laboratorium Mikrobiologi, dan
Laboratorium Kimia Analisis Instrumental Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas: infusa teh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi
EGCG: 0,25 ; 0,5 ; 0,75 ; 1 ; 2,5 ; 5 ; dan 7,5 mg/ mL berdasarkan
pengembangan konsentrasi dari penelitian sebelumnya dengan hasil nilai
KHM 0,5 mg/ mL dan KBM 1,0 mg/ mL (Pratikno, 2003).
b. Variabel tergantung: diameter zona hambat yang dihasilkan infusa teh
hijau terhadap pertumbuhan S. mutans, nilai KHM, nilai KBM.
c. Variabel pengacau terkendali: jenis bakteri uji (S. mutans), waktu
inkubasi (24 jam), suhu inkubasi (370C), kepadatan suspensi bakteri
pertumbuhan bakteri S. mutans setara dengan larutan standar Mc. Farland
II (6.108 CFU/ mL), asal teh hijau (Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah), metode ekstraksi (infundasi),
volume suspensi bakteri uji (1 mL), volume senyawa uji dalam paper
disc (25 µL).
2. Definisi operasional
a. Teh hijau adalah daun dari tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O.K.),
sinonim Thea sinensis L., suku Theaceae yang diperoleh dari tanaman
teh di Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja, Kabupaten Kendal,
Jawa Tengah yang telah diolah tanpa mengalami proses fermentasi.
b. Kultur murni S. mutans diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah diuji kemurnian isolat
dan identifikasi bakteri uji.
c. Potensi antibakteri adalah kemampuan infusa teh hijau dalam
menghambat atau membunuh bakteri uji S. mutans dibandingkan dengan
kontrol negatif (aquadest).
d. Infusa teh hijau adalah ekstrak cair sebanyak 400 mL konsentrasi 25%
b/v yang mengandung senyawa EGCG sebesar 0,704 mg/ mL. Penyarian
berdasarkan prosedur kerja yang dilakukan oleh LPPT UGM Yogyakarta.
e. Difusi paper disc yakni metode uji potensi infusa teh hijau dengan cara
inokulasi paper disc yang mengandung infusa teh hijau di atas
permukaan media agar yang sudah ditanami bakteri S. mutans, setelah
diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam, dan diukur diameter zona
hambatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
f. Dilusi cair yakni metode uji potensi infusa teh hijau dengan berbagai
variasi konsentrasi EGCG untuk mendapatkan nilai KHM dan KBM
dengan melihat nilai Optical Density (OD) menggunakan
spektrofotometer visible. Pada metode dilusi cair, masing-masing infusa
teh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG diinokulasikan ke
media Nutrien Broth (NB) yang mengandung bakteri uji yang digunakan.
g. Zona hambat adalah zona jernih yang menunjukkan berkurangnya
pertumbuhan bakteri S. mutans penyebab karies gigi dilihat dari
kejernihan media dibandingkan dengan kontrol negatif (aquadest).
h. Optical Density (OD) adalah nilai kerapatan optik berdasarkan kekeruhan
yang menunjukkan pertumbuhan populasi sel bakteri S. mutans
dibandingkan blanko standar autozero menggunakan spektrofotometer.
i. Kadar Hambat Minimal (KHM) adalah konsentrasi terendah infusa teh
hijau yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans dilihat
dari uji penegasan penentuan KHM dan KBM dengan metode streak
plate yang masih menunjukkan pertumbuhan.
j. Kadar Bunuh Minimal (KBM) adalah konsentrasi terendah infusa teh
hijau yang mampu membunuh bakteri S. mutans dilihat dari uji
penegasan penentuan KHM dan KBM dengan metode streak plate yang
sudah tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
C. Bahan Penelitian
Teh hijau diperoleh dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, kultur bakteri S. mutans dari Laboratorium
Mikrobiologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, aquadest steril, etanol,
Media Nutrien Agar (NA), Media Nutrien Broth (NB), larutan standar Mc.
Farland II (6.108 CFU/mL).
D. Alat Penelitian
Alat-alat gelas (Pyrex), timbangan/ neraca analitik, penangas magnetik
(Stirer IKA-Combimag RCT Nr. 61801), stirer, autoklaf (Model KT-40,
GmbH+CoKG-D91126, Swahaban FRG, Germany), vortex (IKA-Werk VF 1),
bunsen, mikropipet (Ependrof-Netler-Hinz), spreader, jarum ose, sengkelit (loop),
oven (Memmert, Germany), almari es, penggaris, spektrofotometer visible.
E. Tata Cara Penelitian
1. Pengumpulan bahan dan identifikasi daun teh
Teh hijau diperoleh dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dan diolah tanpa mengalami proses fermentasi,
tidak mengalami oksidasi enzimatik untuk menjaga senyawa aktif yang
terkandung di dalamnya. Identifikasi teh hijau dilakukan oleh Perkebunan Teh
Rumpun Sari Medini Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah untuk menyatakan
bahwa daun yang digunakan adalah benar daun teh (Camellia sinensis L.) yang
diolah menjadi teh hijau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2. Pembuatan serbuk dan infusa teh hijau
Teh hijau yang diperoleh dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini
Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah kemudian dibuat serbuk dan diolah
menjadi infusa teh hijau di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu
(LPPT) Universitas Gadjah Mada berdasarkan prosedur kerja yang dilakukan oleh
LPPT UGM Yogyakarta.
3. Uji kemurnian isolat bakteri uji dan identifikasi bakteri uji
Isolat bakteri uji S. mutans yang berasal dari Laboratorium Mikrobiologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta digoreskan ke dalam 3 cawan petri berisi
Nutrien Agar (NA) secara streak plate sebanyak 3 kali reisolasi untuk uji
kemurnian isolat, sehingga diperoleh isolat bakteri yang benar-benar murni
ditunjukkan dengan koloni-koloni yang terpisah dan homogen pada seluruh
bagian cawan petri. Diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 370C. Setelah
inkubasi dan didapatkan koloni terpisah dan homogen yang ditunjukkan oleh
bentuk koloni, ukuran diameter, dan warna koloni yang sama, dilakukan isolasi
kembali dengan digoreskan dalam media NA miring dan NB sebagai stok kultur
murni bakteri uji.
Identifikasi bakteri uji pertama kali dilakukan dengan uji pengecatan
Gram dengan reagen cat Gram A (Kristal violet), Gram B (Larutan iodine), Gram
C (Alkohol 96%), dan Gram D (Safranin) dari media Nutrien Agar (NA) miring
tersebut untuk mengetahui sifat Gram dan bentuk sel bakteri uji. Kemudian,
dilanjutkan uji biokimiawi meliputi uji Katalase, Oksidasi-Fermentasi (O-F),
Methyl red (MR) - Voges-Proskauer (VP), dan uji fermentasi karbohidrat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) terkait karakter Streptococcus mutans
berdasarkan buku panduan determinasi bakteri (Holt, et al., 2000).
a. Uji katalase. Satu sampai dua tetes 30% H2O2 diletakkan pada gelas
benda, kemudian ditambahkan 1 ose atau 2-3 tetes suspensi isolat murni bakteri
uji. Katalase positif ditandai dengan pembentukan buih seketika, dibandingkan
dengan kontrol. S. mutans bersifat katalase negatif berdasarkan buku panduan
determinasi bakteri (Holt, et al., 2000).
b. Uji Oksidasi-Fermentasi (O-F). Isolat murni bakteri uji diinokulasikan
dalam 4 tabung berisi media O-F yang mengandung 1% dekstrosa (karbohidrat).
Tabung 1 ditutup dengan parafin lunak, tabung 2 tidak ditutup parafin, tabung 3
digunakan sebagai kontrol ditutup parafin, dan tabung 4 digunakan sebagai
kontrol yang tidak ditutup parafin, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu
370C, dan perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Proses oksidasi terjadi pada
bakteri aerob dan fermentasi pada bakteri anaerob. Hasil positif jika terjadi
perubahan warna dari hijau menjadi kuning baik pada tabung 1 dan tabung 2 yang
menunjukkan bakteri uji melakukan metabolisme dekstrosa secara oksidasi
maupun fermentasi menjadi asam (fakultatif anaerob). S. mutans bersifat fakultatif
anaerob berdasarkan buku panduan determinasi bakteri (Holt, et al., 2000).
c. Uji Methyl Red (MR). Isolat murni bakteri uji diinokulasikan dalam
tabung berisi media MR-VP, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
Setelah masa inkubasi, ditambahkan beberapa tetes reagen metil merah. Larutan
dikocok dengan hati-hati. Perubahan warna dibaca setelah 30 menit. Hasil positif
jika terjadi perubahan warna menjadi merah setelah 30 menit penambahan reagen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
S. mutans membentuk asam dari proses fermentasi glukosa (Uji MR positif)
berdasarkan buku panduan determinasi bakteri (Holt, et al., 2000).
d. Uji Voges Proskauer (VP). Isolat murni bakteri uji diinokulasikan dalam
tabung berisi media MR-VP, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
Setelah masa inkubasi, ditambahkan 0,6 mL larutan alpha-naphtol 5% dilanjutkan
0,2 mL KOH 40%. Larutan dikocok dengan hati-hati, dilonggarkan tutupnya, dan
dikocok kembali, diulangi setiap 5 menit. Perubahan warna dibaca setelah 30
menit. Hasil positif jika terjadi perubahan warna menjadi merah setelah 30 menit
penambahan reagen. S. mutans membentuk asam dari proses fermentasi glukosa
(Uji VP positif) berdasarkan panduan determinasi bakteri (Holt, et al., 2000).
e. Uji fermentasi karbohidrat dalam media Triple Sugar Iron Agar (TSIA).
Isolat murni bakteri diinokulasikan dalam tabung berisi media TSIA secara
tusukan menggunakan jarum inokulasi dan streak menggunakan jarum ose.
Perubahan warna media TSIA dari merah-orange menjadi kuning menunjukkan
adanya fermentasi laktosa, sukrosa, dan dekstrosa dibandingkan dengan kontrol.
S. mutans membentuk asam dari proses fermentasi laktosa, sukrosa, dan dekstrosa
(Uji TSIA positif) berdasarkan panduan determinasi bakteri (Holt, et al., 2000).
4. Uji sterilitas infusa teh hijau
Sebanyak 0,1 mL infusa teh hijau dari setiap konsentrasi diambil,
kemudian dispread di atas permukaan media, kemudian diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 370C untuk uji sterilitas infusa teh hijau. Sterilitas ditunjukkan dengan
tidak adanya pertumbuhan mikroba dalam infusa teh hijau dari setiap konsentrasi
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
5. Pembuatan variasi konsentrasi EGCG dalam infusa teh hijau
Tujuh variasi konsentrasi EGCG dalam infusa teh hijau dibuat dengan
modifikasi variasi konsentrasi berdasarkan pengembangan konsentrasi dari
penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dan memberikan hasil nilai KHM
0,5 mg/ mL dan KBM sebesar 1,0 mg/ mL (Pratikno, 2003), yaitu 0,25; 0,5; 0,75;
1; 2,5; 5; dan 7,5 mg/ mL dengan volume 14 mL.
Tabel I. Variasi konsentrasi EGCG dalam infusa teh hijau untuk uji potensiantibakteri dengan metode difusi paper disc (LPPT UGM, 2011)
Konsentrasi EGCGinfusa teh hijau
(mg/ mL)
Volume infusa tehhijau yang digunakan
(mL)
Volume aquadestyang ditambahkan
(mL)
Volume akhir infusateh hijau yang
diinginkan (mL)0,25 5 9 140,5 10 4 14
0,75 15 0 141 20 0 14
2,5 50 0 145 100 0 14
7,5 150 0 14
6. Uji potensi antibakteri infusa teh hijau dengan berbagai variasi
konsentrasi EGCG dengan metode difusi paper disc
a. Pembuatan media Nutrien Agar (NA). Sebanyak 3 g bacteriological agar
dan 2 g NB dilarutkan dalam 125 mL aquadest steril. Larutan dipanaskan dengan
sesekali diaduk hingga jernih dan terlarut sempurna. Larutan tersebut kemudian
diautoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Selanjutnya media dibiarkan agak
dingin dan siap untuk digunakan.
b. Pembuatan suspensi bakteri uji. Kultur murni S. mutans sebanyak 1 mL
diinokulasikan ke dalam media cair NB, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 370C. Kekeruhan media NB dibandingkan dengan kekeruhan larutan standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Mc. Farland II (6.108 CFU/ mL). Apabila kekeruhan kultur bakteri uji dalam NB
tidak setara, maka dapat ditambahkan NB steril hingga kekeruhannya setara
dengan larutan standar Mc. Farland II (6.108 CFU/ mL).
c. Uji potensi antibakteri infusa teh hijau dengan berbagai variasi
konsentrasi EGCG dengan metode difusi paper disc. Kontrol positif berupa
standar baku EGCG dengan variasi konsentrasi 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2,5; 5; dan 7,5
mg/ mL, dan senyawa perlakuan berupa infusa teh hijau dengan variasi
konsentrasi EGCG yang sama, yakni 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2,5; 5; dan 7,5 mg/ mL.
Diambil tabung reaksi yang berisi 15 mL media NA, dituangkan ke dalam
cawan petri dan dibiarkan memadat sebagai kontrol kontaminasi media. Diambil
tabung reaksi yang berisi 15 mL media NA, ditambahkan dengan 1 mL suspensi
bakteri S. mutans untuk kemudian diinokulasikan dalam media NA secara pour
plate, dimasukkan dalam cawan petri, dan dibiarkan memadat sebagai kontrol
pertumbuhan bakteri uji. Diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 370C bersama
dengan perlakuan.
Diambil tabung reaksi yang berisi 15 mL media NA, ditambahkan dengan 1
mL suspensi bakteri S. mutans untuk kemudian diinokulasikan dalam media NA
secara pour plate, dan dibiarkan memadat. Dua puluh lima µL (25 µL) kontrol
positif senyawa baku EGCG dengan variasi konsentrasi 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2,5; 5;
dan 7,5 mg/ mL diinokulasikan dalam paper disc yang diletakkan dalam 4
kuadran di cawan petri. Diinokulasikan 25 µL aquadest pada paper disc di tengah
cawan petri sebagai kontrol negatif (aquadest). Diinkubasikan selama 24 jam pada
suhu 370C bersama perlakuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Diambil tabung reaksi yang berisi 15 mL media NA, ditambahkan dengan 1
mL suspensi bakteri S. mutans untuk kemudian diinokulasikan dalam media NA
secara pour plate, dan dibiarkan memadat. 25 µL senyawa uji perlakuan infusa teh
hijau dengan variasi konsentrasi EGCG 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2,5; 5; dan 7,5 mg/ mL
diinokulasikan dalam paper disc, yang diletakkan dalam 4 kuadran dan satu paper
disc di tengah cawan petri sebagai kontrol negatif (aquadest). Dibuat replikasi
sebanyak 6 kali replikasi. Diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 370C.
Parameter yang diamati adalah diameter zona hambat yang dihasilkan oleh
senyawa uji infusa teh hijau dengan variasi konsentrasi 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2,5; 5;
dan 7,5 mg/ mL dan kontrol negatif (aquadest) dengan diukur menggunakan
penggaris.
7. Penentuan nilai KHM dan KBM dengan metode dilusi cair
a. Pembuatan infusa teh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG
untuk uji potensi antibakteri dengan metode dilusi cair. Dibuat infusa teh hijau
dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG untuk uji potensi antibakteri dengan
metode dilusi cair dengan konsentrasi 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; 1;
2; 3; 4; 5 dan 6 mg/ mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Tabel II. Variasi konsentrasi EGCG dalam infusa teh hijau untuk uji potensiantibakteri dengan metode dilusi cair
KonsentrasiEGCG
dalam infusateh hijau(mg/ mL)
Volumeinfusa tehhijau yangdigunakan
(mL)
Volumeaquadest
yangditambah
(mL)
Volumeinfusa tehhijau yangdiinginkan
(mL)
Keterangan pengambilan sampel
0,1 0,4 0,6 1 Pengenceran dari EGCG 0,25 mg/ mL0,2 0,8 0,2 1 Pengenceran dari EGCG 0,25 mg/ mL0,3 0,6 0,4 1 Pengenceran dari EGCG 0,5 mg/ mL0,4 0,8 0,2 1 Pengenceran dari EGCG 0,5 mg/ mL0,5 1 0 1 Dari larutan stok0,6 0,8 0,2 1 Pengenceran dari EGCG 0,75 mg/ mL0,7 0,7 0,3 1 Pengenceran dari EGCG 1 mg/ mL0,8 0,8 0,2 1 Pengenceran dari EGCG 1 mg/ mL0,9 0,9 0,1 1 Pengenceran dari EGCG 1 mg/ mL1 1 0 1 Dari larutan stok2 0,4 0,6 1 Pengenceran dari EGCG 5 mg/ mL3 0,6 0,4 1 Pengenceran dari EGCG 5 mg/ mL4 0,8 0,2 1 Pengenceran dari EGCG 5 mg/ mL5 1 0 1 Dari larutan stok6 0,8 0,2 1 Pengenceran dari EGCG 7,5 mg/ mL
b. Pembuatan blanko. Diambil 15 tabung reaksi yang masing-masing berisi
15 mL media NB dan ditambahkan masing-masing 1 mL infusa teh hijau dengan
variasi konsentrasi baru EGCG yang sudah dibuat 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7;
0,8; 0,9; 1; 2; 3; 4; 5; dan 6 mg/ mL, kemudian diinkubasikan pada suhu 370C
selama 24 jam. Pembuatan blanko ini digunakan sebagai blanko untuk perlakuan
uji penentuan nilai KHM dan KBM dengan metode dilusi cair (tahap c).
c. Uji penentuan nilai KHM dan KBM dengan metode dilusi cair. Diambil
15 tabung reaksi yang masing-masing berisi 15 mL media NB dan ditambahkan
masing-masing 1 mL infusa teh hijau dengan variasi konsentrasi EGCG baru yang
sudah dibuat 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; 1; 2; 3; 4; 5; dan 6 mg/ mL,
kemudian ditambahkan pula masing-masing 1 mL suspensi bakteri S. mutans
dalam setiap tabung reaksi untuk selanjutnya diinkubasikan pada suhu 370C
selama 24 jam. Setelah masa inkubasi, dilakukan pembacaan nilai OD dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
mengamati selisih nilai absorbansi yang muncul dari perlakuan uji penentuan nilai
KHM dan KBM dengan metode dilusi cair dan blanko (tahap b) dengan
spektrofotometri visible.
d. Penegasan penentuan KHM dan KBM dengan metode streak plate.
Dilakukan uji penegasan hasil dengan menginokulasikan tabung reaksi perlakuan
(tahap c) dengan nilai OD = 0 pada uji penentuan nilai KHM dan KBM dengan
metode dilusi cair dalam media NA secara streak plate. Dilakukan pengamatan
setelah masa inkubasi 24 jam pada suhu 370C. Setelah inkubasi, nilai KHM dan
nilai KBM ditentukan sebagai berikut: jika pada media agar uji penegasan masih
terdapat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi terkecil yang membunuh semua
bakteri S. mutans berdasarkan nilai OD = 0 pada pengukuran spektrofotometer,
maka konsentrasi infusa EGCG infusa teh hijau tersebut dinyatakan sebagai
KHM. Jika pada media agar tidak terdapat pertumbuhan bakteri S. mutans sama
sekali pada konsentrasi terkecil yang membunuh semua bakteri S. mutans
berdasarkan nilai OD = 0 pada pengukuran spektrofotometer, maka konsentrasi
EGCG infusa teh hijau tersebut dinyatakan sebagai KBM (McKane dan Kandel,
1996).
F. Tata Cara Analisis Hasil
Potensi antibakteri infusa teh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi
EGCG secara metode difusi paper disc dianalisis berdasarkan besarnya diameter
zona hambat yang dihasilkan pada perlakuan dibandingkan dengan kontrol negatif
(aquadest). Data berupa diameter zona hambat infusa teh hijau terhadap bakteri S.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mutans penyebab karies gigi dianalisis secara statistik menggunakan One-Way
ANOVA untuk melihat perbedaan bermakna antara infusa teh hijau dalam
berbagai variasi konsentrasi EGCG dengan kontrol negatif (aquadest). Data
berupa diameter zona hambat diawali dengan melakukan uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas Levene-test terlebih dahulu untuk
mengetahui apakah data yang didapatkan terdistribusi normal dan homogen.
Pemilihan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas Levene-test
dikarenakan jumlah sampel data yang ada berjumlah lebih dari 50 data. Data yang
didapatkan dinyatakan terdistribusi normal dan homogen jika nilai p > 0,05.
Setelah melalui uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas Levene-
test dilanjutkan dengan analisis secara statistik One-Way ANOVA yang
menghasilkan nilai p sehingga hasil uji potensi bisa disimpulkan untuk melihat
perbedaan bermakna atau tidak bermakna antara infusa teh hijau dalam berbagai
variasi konsentrasi EGCG dengan kontrol negatif (aquadest). Data yang
didapatkan dinyatakan berbeda bermakna antara infusa teh hijau dalam berbagai
variasi konsentrasi EGCG dengan kontrol negatif (aquadest) jika nilai p < 0,05
dan dilanjutkan pada uji Post-hoc untuk mengetahui pada variasi konsentrasi
infusa teh hijau berapakah dengan kontrol negatif (aquadest) terdapat perbedaan
bermakna (Dahlan, 2009). Perbandingan uji potensi antibakteri infusa teh hijau
dengan kontrol positif (epigalokatekin-3-galat (EGCG)) dilakukan secara
deskriptif karena data yang kurang lengkap.
Penentuan nilai KHM serta KBM dilakukan dengan metode dilusi cair
berdasarkan tingkat kekeruhan yang menunjukkan nilai OD yakni nilai kerapatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
yang menunjukkan pertumbuhan mikroba uji dibandingkan kontrol menggunakan
spektrofotometer. Data berupa nilai KHM dan KBM ditegaskan dengan metode
streak plate lalu dianalisis secara deskriptif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karies gigi merupakan satu dari penyakit pada manusia yang paling
umum terjadi. Plak dan karies gigi disebabkan oleh karena produk asam yang
terbentuk dari hasil fermentasi karbohidrat, misalnya glukosa dan sukrosa yang
mengakibatkan turunnya pH sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit.
Penurunan pH yang berulang-ulang menyebabkan demineralisasi gigi di mana
jumlah kalsium (Ca) yang lepas bertambah banyak dan lama kelamaan akan ke
luar dari email sehingga menyebabkan gigi menjadi rentan dan terbentuk plak
yang memulai terbentuknya karies gigi (Cahyati, 2005).
Streptococcus mutans merupakan bakteri penyebab penyakit sekitar
mulut, misalnya plak dan karies gigi. S. mutans memproduksi glukosiltransferase
(GTF) dan mempunyai kemampuan untuk melakukan fermentasi karbohidrat,
sehingga terjadi hidrolisis karbohidrat yang membentuk asam dan memulai proses
pembentukan plak dan karies gigi (Alaluusua dan Renkonen, 2010).
S. mutans akan memulai pembentukan plak dengan mendegradasi
sukrosa yang berasal dari makanan oleh aktivitas enzim GTF S. mutans menjadi
glukosa dan fruktosa yang selanjutnya difermentasi menjadi polisakarida
ekstraseluler (glukan) dan asam. Asam yang terbentuk dari hasil fermentasi ini
akan membantu proses pembentukan plak. Akibat adanya pembentukan plak oleh
glukan ini menyebabkan demineralisasi email. Jika proses ini terus menerus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
terjadi dan tidak dilakukan penanggulangan, hal inilah yang mampu memicu
timbulnya karies gigi (Panjaitan,1997).
Teh hijau diolah tanpa mengalami proses fermentasi, tidak mengalami
oksidasi enzimatik untuk menjaga senyawa aktif yang terkandung di dalamnya
(Hartoyo, 2003), sehingga diharapkan bahwa kandungan senyawa aktif terutama
EGCG dalam katekin yang terkandung lebih banyak dibanding teh jenis lain
sehingga berpotensi menghambat metabolisme S. mutans untuk memproduksi
enzim GTF yang menyebabkan terjadinya hidrolisis karbohidrat membentuk asam
penyebab timbulnya plak gigi.
Pemilihan metode infundasi didasarkan pada sifat senyawa katekin yang
polar sehingga dapat terlarut sempurna dalam cairan penyari aquadest, dan
disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat pada umumnya dalam kehidupan
sehari-hari untuk membuat seduhan teh hijau sebagai minuman (Hartoyo, 2003).
Penelitian tentang uji potensi antibakteri dapat memberikan informasi
bagi masyarakat terkait manfaat teh hijau sebagai antibakteri terhadap bakteri S.
mutans dan menjadi terapi alternatif penyakit karies gigi akibat infeksi bakteri di
masyarakat, serta dapat dikembangkan menjadi sediaan farmasi yang dapat
digunakan secara mudah oleh masyarakat, sehingga prevalensi karies gigi akibat
infeksi bakteri di Indonesia dapat diturunkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
A. Pengumpulan Bahan dan Identifikasi Daun Teh
Teh hijau diperoleh dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dan diolah tanpa mengalami proses fermentasi,
tidak mengalami oksidasi enzimatik untuk menjaga senyawa aktif yang
terkandung di dalamnya sehingga diharapkan bahwa kandungan senyawa aktif
terutama katekin yang terkandung lebih banyak dibanding teh jenis lain, tidak
banyak terbuang oleh karena proses fermentasi yang dapat mengurangi potensi teh
hijau tersebut.
Identifikasi teh hijau bertujuan untuk memastikan bahwa daun yang
digunakan benar-benar merupakan daun dari tanaman teh (Camellia sinensis L.)
dan diolah tanpa mengalami proses fermentasi. Berdasarkan identifikasi teh hijau
yang dilakukan oleh Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja, Kabupaten
Kendal, Jawa Tengah, bahan yang digunakan benar merupakan teh hijau
(Lampiran 1).
B. Pembuatan Serbuk dan Infusa Teh Hijau
Teh hijau diperoleh dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah karena perkebunan teh tersebut memiliki
ketinggian yang optimum untuk pertumbuhan tanaman teh yakni kurang lebih
pada 1500 m, sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang baik dalam
penelitian, karena teh yang ditanam pada ketinggian 1200-2000 m dari permukaan
laut termasuk dalam teh dataran tinggi (Hartoyo, 2003). Semakin tinggi letak
suatu tempat memiliki suhu yang semakin rendah dan menghasilkan kandungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
senyawa dalam teh yang lebih baik dari sisi kualitas dan kuantitas dibandingkan
teh yang ditanam di dataran rendah maupun sedang (Suseno, 1977).
Teh hijau kemudian dibuat serbuk di LPPT Universitas Gadjah Mada
menggunakan mesin penyerbuk dengan saringan berdiameter 1 mm berdasarkan
prosedur kerja yang dilakukan oleh LPPT UGM Yogyakarta (Lampiran 3) yang
bertujuan untuk memperkecil ukuran teh hijau agar air yang mungkin masih
terkandung semakin mudah menguap. Proses pembuatan serbuk yang dilakukan
juga bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan kontak dengan cairan penyari
aquadest yang akan mengoptimalkan proses penyarian senyawa EGCG dari dalam
sel daun. Kehalusan serbuk yang sesuai akan menghasilkan ekstraksi yang
sempurna dalam waktu singkat. Bahan yang akan diekstraksi jangan terlalu halus
karena dapat menyebabkan pemampatan pada proses filtrasi atau terlalu kasar
karena senyawa yang diinginkan tidak dapat tersari dengan sempurna (Rustanti,
2009).
Pembuatan infusa teh hijau dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada
dengan metode infundasi berdasarkan prosedur kerja yang dilakukan oleh LPPT
UGM Yogyakarta (Lampiran 3). Metode infundasi merupakan metode penyarian
yang cenderung lebih efektif dalam menyari senyawa karena suhu yang digunakan
dan sifat kepolaran yang sama dengan EGCG yang ingin diperoleh sehingga
diharapkan jumlah senyawa yang didapatkan lebih banyak dibandingkan metode
penyarian yang lain (Hartoyo, 2003). Pembuatan infusa teh hijau berdasarkan
prosedur kerja yang dilakukan oleh LPPT UGM Yogyakarta adalah sebagai
berikut: serbuk bahan sebanyak 100 g dipanaskan dalam panci dengan aquadest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
steril 500 mL selama 15 menit terhitung ketika air dalam panci infusa bagian
bawah mendidih, dan suhu air dalam panci infusa bagian atas mencapai 900C
sesuai prinsip metode infundasi dan selanjutnya disaring dengan menggunakan
kain flanel, sehingga didapatkan filtrat dan ampas. Filtrat yang didapat kemudian
ditambahkan dengan aquadest steril hingga diperoleh volume akhir total 400 mL
dengan konsentrasi 25% b/v dan siap digunakan sebagai bahan uji penelitian.
C. Uji Kemurnian Isolat Bakteri Uji dan Identifikasi Bakteri Uji
Uji kemurnian isolat bakteri uji S. mutans dilakukan untuk mendapatkan
kultur biakan murni bakteri, dan memastikan bahwa bakteri uji yang digunakan
benar-benar S. mutans. Bakteri yang digunakan berasal dari Laboratorium
Mikrobiologi Universitas Sanata Dharma, dan harus diuji kemurnian terlebih
dahulu. Biakan murni merupakan suatu perbanyakan dari satu sel mikrobia yang
mengandung hanya satu spesies mikrobia tersebut saja, diperlukan untuk
mempelajari ciri-ciri koloni, sifat-sifat biokimia, morfologi, reaksi pengecatan,
reaksi imunologi, dan kerentanan terhadap zat antibakteri. Uji kemurnian ini
dilakukan dengan metode streak plate dengan metode kwadran pada permukaan
lempeng medium pembiakan dengan ose. Bahan pemeriksaan yang terlepas pada
garis-garis tersebut semakin lama semakin sedikit, sehingga pada garis-garis
terakhir koloni-koloni bakteri yang terbentuk akan terpisah agak jauh (Irianto,
2006) untuk mendapatkan kultur biakan murni bakteri yang terpisah dan
homogen. Berdasarkan uji secara mikroskopis, didapatkan koloni bakteri yang
berwarna ungu, berbentuk coccus yang membentuk rantai, dan berukuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
diameter rata-rata 1-2 µm, sesuai dengan karakteristik bakteri S. mutans.
Pengamatan secara makroskopis menunjukkan koloni bakteri yang terpisah dan
homogen berwarna kuning, berbentuk bulat dengan diameter rata-rata 1-2 mm.
Dilakukan reisolasi beberapa kali dalam media Nutrien Agar (NA) miring dan
Nutrien Broth (NB) sebagai stok kultur murni bakteri uji S. mutans (Lampiran 5).
Identifikasi bakteri uji penting dilakukan untuk memastikan bahwa
bakteri uji yang digunakan benar merupakan S. mutans. Langkah pertama yang
dilakukan adalah pengecatan Gram untuk mengetahui sifat Gram dan bentuk sel
bakteri uji dengan reagen Gram A (Kristal violet), B (Larutan iodine), C (Alkohol
96%), dan D (Safranin) dari kultur murni bakteri uji S. mutans. Reagen Gram A
berfungsi sebagai cat utama, Gram B sebagai penguat Gram A (cat mordan),
Gram C sebagai peluntur/ decolorizer, dan Gram D sebagai cat pelawan (penutup
cat utama yang dominan). Dari hasil uji pengecatan Gram, diketahui bahwa
bakteri uji berwarna ungu saat diamati dengan mikroskop. Hal ini dikarenakan
dinding sel bakteri Gram positif cenderung terdiri dari peptidoglikan yang tebal
sehingga mampu mengikat cat utama (kristal violet) dan akan membentuk
senyawa kompleks kristal violet iodium ribonukleat dengan afinitas yang kuat,
sehingga tidak larut/ luntur dalam peluntur/ decolorizer (alkohol 96%) serta cat
pelawan (safranin). Berdasarkan uji pengecatan Gram, bakteri uji yang digunakan
adalah bakteri Gram positif yang benar merupakan bentuk S. mutans, yakni
coccus berantai (Lampiran 5) (Holt et al., 2000).
Dilakukan uji biokimiawi meliputi uji katalase dengan hasil negatif (tidak
timbulnya buih saat pemberian 1-2 tetes 30% H2O2 pada suspensi isolat murni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
bakteri uji) yang menunjukkan bahwa bakteri uji tidak memproduksi enzim
katalase yang digunakan untuk menguraikan hidrogen peroksida bersifat toksik
bagi bakteri menjadi hidrogen dan air; Oksidasi-Fermentasi (O-F) dengan hasil
positif (perubahan warna dari hijau menjadi kuning pada tabung berisi media O-F
mengandung 1% dekstrosa baik yang ditutup parafin atau tidak) yang
menunjukkan bahwa bakteri uji melakukan metabolisme dekstrosa secara
oksidatif maupun fermentatif menjadi asam (fakultatif anaerob); Methyl Red (MR)
dengan hasil positif yang menunjukkan bahwa bakteri uji memproduksi asam
campuran/ butanadiol (ditunjukkan oleh warna merah setelah pemberian reagen
metil merah yang mengindikasikan suasana asam hasil fermentasi glukosa, karena
reagen metil merah akan berwarna merah pada pH asam dan kuning pada pH
basa); Voges Proskauer (VP) dengan hasil positif yang menunjukkan bahwa
bakteri uji memproduksi asam 2,3-butanadiol sebagai hasil fermentasi glukosa
(ditunjukkan oleh warna merah setelah pemberian larutan alpha-naphtol 5% dan
KOH 40% yang menandakan keberadaan asetoin/ asetil metil karbinol yakni
senyawa pemuka dalam sintesis asam 2,3-butanadiol); dan uji fermentasi
karbohidrat dalam media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dengan hasil positif yang
menunjukkan bahwa bakteri uji memproduksi asam sebagai hasil fermentasi
laktosa, sukrosa, dan dekstrosa (ditunjukkan oleh warna kuning pada media TSIA
yang telah mengandung bakteri uji setelah masa inkubasi pada suhu 370C selama
24 jam) (Holt, et al., 2000; Lay, 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel III. Hasil uji identifikasi biokimia isolat S. mutans
Jenis uji Karakteristik S. mutans(Holt et al., 2000).
Karakteristik S. mutans hasilidentifikasi
Katalase (-) (-)Oksidasi-Fermentasi
(O-F)Fakultatif anaerob, produksiasam hasil fermentasi dan
oksidasi dekstrosa
Fakultatif anaerob, produksi asamhasil fermentasi dan oksidasi
dekstrosaMethyl Red (MR)
Produksi asam dari hasilfermentasi inulin, laktosa,manitol, rafinosa, salisin,
sorbitol, dan trehalosa
Produksi asam hasil fermentasiglukosa
Voges-Proskauer (VP) Produksi asam hasil fermentasiglukosa
Fermentasi karbohidratdengan media TSIA
Produksi asam hasil fermentasilaktosa, sukrosa, dan dekstrosa
Berdasarkan hasil uji identifikasi (Tabel III dan lampiran 6) serta
dicocokkan dengan buku panduan determinasi bakteri (Holt et al., 2000)
disimpulkan bahwa bakteri uji yang digunakan benar merupakan S. mutans.
D. Uji Sterilitas Infusa Teh Hijau
Sediaan yang steril adalah sediaan yang bebas dari mikrobia (Irianto,
2006). Uji sterilitas infusa teh hijau dilakukan untuk mengetahui sterilitas pada
sediaan infusa teh hijau dalam tiap konsentrasi terkait kelemahan dari metode
infundasi yang digunakan di mana cairan penyari aquadest mudah tercemar oleh
kuman dan kapang dan tidak stabil (DepKes RI, 1986). Dari uji yang dilakukan,
tiap konsentrasi sediaan infusa teh hijau steril yakni bebas dari mikrobia karena
tidak terdapat pertumbuhan bakteri atau mikrobia dalam media (Gambar 1).
Gambar 1. Hasil uji sterilitas infusa teh hijau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
E. Pembuatan Variasi Konsentrasi EGCG dalam Infusa Teh Hijau
Dibuat tujuh variasi konsentrasi EGCG dalam infusa teh hijau
berdasarkan penelitian Pratikno (2003) dengan modifikasi variasi konsentrasi,
yaitu 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2,5; 5; dan 7,5 mg/ mL dengan volume akhir yang
diinginkan 14 mL. Pengenceran yang menghasilkan variasi konsentrasi tersebut
perlu dilakukan untuk mengetahui konsentrasi infusa teh hijau minimal yang
digunakan sebagai antibakteri yang poten terhadap S. mutans penyebab karies gigi
akibat infeksi bakteri, sehingga dapat diketahui dosis terapi yang efektif dari
infusa teh hijau untuk dikembangkan menjadi jenis obat-obat atau sediaan farmasi
baru yang dapat digunakan secara mudah oleh masyarakat, karena peningkatan
kadar/ konsentrasi EGCG infusa teh hijau yang digunakan akan memberikan
potensi antibakteri yang lebih besar.
Infusa teh hijau diuji secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) densitometri yang dilakukan oleh LPPT UGM
Yogyakarta. Tujuan verifikasi infusa teh hijau ini adalah untuk mengetahui bahwa
infusa teh hijau mengandung senyawa aktif EGCG dan mengetahui jumlah
kandungan EGCG yang terdapat dalam infusa teh hijau yang digunakan. Pada uji
kualitatif dan kuantitatif infusa teh hijau dengan KLT densitometri diperoleh
kadar EGCG sebesar 703.68 ppm atau 0.704 mg/ mL (Lampiran 2). Berdasarkan
hasil uji verifikasi ini, diharapkan infusa teh hijau yang digunakan dapat
memberikan khasiat sesuai dengan klaim khasiat teh hijau dalam berbagai variasi
konsentrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
F. Uji Potensi Antibakteri Infusa Teh Hijau dengan Berbagai Variasi
Konsentrasi EGCG dengan Metode Difusi Paper Disc
Potensi antibakteri adalah kemampuan senyawa antibakteri dalam
menghambat atau membunuh bakteri uji dibandingkan dengan kontrol negatif
(aquadest) dan kontrol positif berdasarkan diameter zona hambat dengan metode
difusi paper disc dan nilai KHM serta nilai KBM dengan metode dilusi cair
(Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2007).
Uji potensi antibakteri penting dilakukan untuk menemukan jenis
senyawa-senyawa baru yang poten sebagai antibakteri dan terkandung dalam
bahan-bahan alami di alam sehingga dapat terus dikembangkan menjadi jenis
obat-obat atau sediaan farmasi baru untuk meningkatkan taraf kesehatan
masyarakat pada umumnya. Uji potensi antibakteri infusa teh hijau terhadap S.
mutans perlu dilakukan untuk mengetahui potensi infusa teh hijau sebagai
antibakteri terhadap S. mutans penyebab karies gigi akibat infeksi bakteri,
sehingga dari hasil yang diperoleh dapat dikembangkan menjadi jenis obat-obat
atau sediaan farmasi baru yang dapat digunakan secara mudah oleh masyarakat,
sehingga prevalensi karies gigi akibat infeksi bakteri di Indonesia dapat
diturunkan.
Penelitian tentang potensi antibakteri infusa teh hijau terhadap S. mutans
penyebab karies gigi memiliki kebaharuan penelitian berupa sumber bahan teh
hijau yang merupakan bahan aktif dari alam yang lebih bersifat aman dan alami
dalam membantu mengontrol plak dan karies gigi, diperoleh dari Perkebunan Teh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Rumpun Sari Medini Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dengan ketinggian
optimum untuk mendapatkan teh hijau yang berkualitas.
1. Pembuatan media Nutrien Agar (NA). NA adalah media kompleks yang
mengandung agar 15% berbentuk padat. Media ini mengandung nutrisi tinggi,
yang terdiri dari bubuk ‘Lab-Lemco’ 1%, ekstrak ragi 2%, pepton 5%, sodium
klorida 5% dan agar 15%. S. mutans dapat tumbuh dengan baik pada media NA
karena kandungan pepton yang merupakan protein sebagai sumber energi bagi
bakteri, yaitu dengan mengubah protein menjadi asam amino dengan
menggunakan enzim atau asam sehingga protein dapat dicerna oleh bakteri.
Vitamin, mineral, dan bahan organik lain yang diperoleh dari ekstrak ragi dalam
media NA juga merupakan sumber nutrisi untuk mempercepat pertumbuhan
bakteri (Bridson, 1998; Radji, 2010). Penelitian secara in vitro dengan
menggunakan media NA disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi S. mutans secara
in vivo dalam rongga mulut, di mana S. mutans akan melakukan metabolisme
secara fakultatif anaerob (oksidasi dan fermentasi) dari sisa makanan tertinggal
dalam rongga mulut dan mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan untuk
tumbuh, sehingga media NA dipilih sebagai media tumbuh bakteri uji S. mutans.
2. Pembuatan suspensi bakteri uji. Penyetaraan kekeruhan dengan larutan
standar Mc. Farland II yang mengandung 0,2 mL barium klorida (BaCl2) dan 9,8
mL asam sulfida (H2S) perlu dilakukan terlebih dahulu untuk memperkirakan
kepadatan populasi sel bakteri uji yang sama, yakni sekitar 6.108 CFU/ mL pada
seluruh replikasi perlakuan yang dilakukan, sehingga diperkirakan populasi sel
bakteri uji yang digunakan sekitar 6.108 CFU/ mL (Bresson and Borges, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
3. Uji potensi antibakteri infusa teh hijau dengan berbagai variasi
konsentrasi EGCG dengan metode difusi paper disc. Uji potensi antibakteri infusa
teh hijau terhadap S. mutans dilakukan untuk mengetahui potensi infusa teh hijau
sebagai antibakteri terhadap S. mutans penyebab karies gigi. Penelitian ini
menggunakan metode difusi paper disc karena sifat polar dan bentuk sediaan
infusa teh hijau yang cair sehingga dapat berdifusi sempurna dalam paper disc.
Diameter zona hambat yang dihasilkan oleh infusa teh hijau menunjukkan potensi
antibakteri terhadap bakteri S. mutans pencetus terbentuknya plak yang akan
memulai terbentuknya karies gigi.
Langkah awal yang dilakukan pada uji potensi antibakteri infusa teh
hijau terhadap S. mutans dengan metode difusi paper disc adalah pembuatan
kontrol kontaminasi media yang bertujuan untuk mengetahui sterilitas dari media
yang digunakan dan menguji aseptivitas kerja, sehingga dapat digunakan sebagai
pembanding/ kontrol dengan perlakuan yang dilakukan. Setelah masa inkubasi
selama 24 jam pada suhu 370C, media Nutrien Agar (NA) yang dituang dalam
cawan petri menunjukkan hasil steril dan tidak menunjukkan pertumbuhan
bakteri. Pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri uji bertujuan untuk melihat
pertumbuhan bakteri uji S. mutans, dan apakah kepadatan populasi bakteri uji
merata di semua bagian media Nutrien Agar (NA) yang ditunjukkan dengan
kekeruhan seperti pada kontrol pertumbuhan bakteri uji. Setelah masa inkubasi
selama 24 jam pada suhu 370C, media Nutrien Agar (NA) yang dituang dalam
cawan petri menunjukkan pertumbuhan bakteri uji yang merata dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Uji potensi antibakteri dilakukan dengan menginokulasikan 25 µL
masing-masing konsentrasi senyawa uji infusa teh hijau pada paper disc dalam
cawan petri yang telah dibagi menjadi 4 kuadran. Hal yang sama juga dilakukan
pada kontrol positif, yakni EGCG yang bertujuan untuk mengetahui potensi
senyawa EGCG yang digunakan, serta kontrol negatif aquadest sebagai pelarut.
Potensi infusa teh hijau ditunjukkan diameter zona hambat yang dihasilkan lalu
dibandingkan kontrol positif EGCG dan kontrol negatif aquadest (Gambar 2).
Gambar 2. Hasil uji potensi antibakteri infusa teh hijau terhadap S. mutans
Keterangan:
A: kontrol media Nutrien agar (NA)
B: kontrol pertumbuhan bakteri uji
C: kontrol (+) EGCG 0,25 mg/ mL
D: kontrol (+) EGCG 0,5 mg/ mL
E: kontrol (+) EGCG 0,75 mg/ mL
F: kontrol (+) EGCG 1 mg/ mL
G: kontrol (+) EGCG 2,5 mg/ mL
H: kontrol (+) EGCG 5 mg/ mL
I : kontrol (+) EGCG 7,5 mg/ mL
J : kontrol (-) pelarut aquadest
1: Infusa teh hijau yang mengandung EGCG0,25 mg/ mL
2: Infusa teh hijau yang mengandung EGCG0,5 mg/ mL
3: Infusa teh hijau yang mengandung EGCG0,75 mg/ mL
4: Infusa teh hijau yang mengandung EGCG1 mg/ mL
5: Infusa teh hijau yang mengandung EGCG2,5 mg/ mL
6: Infusa teh hijau yang mengandung EGCG5 mg/ mL
7: Infusa teh hijau yang mengandung EGCG7,5 mg/ mL
A B
C
D
E
F
1 3
45
J
G
HI
2
67
J
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel IV. Hasil uji potensi antibakteri infusa teh hijau dengan berbagaivariasi konsentrasi EGCG dibandingkan dengan kontrol
Berdasarkan Tabel IV, hasil rata-rata diameter zona hambat kontrol
negatif (aquadest) adalah 6,00 mm, sementara rata-rata diameter zona hambat
kontrol positif (EGCG) terkecil pada konsentrasi 0,25 mg/ mL, yakni 6,00 mm;
dan terbesar pada konsentrasi 7,5 mg/ mL, yakni 12,00 mm. Rata-rata diameter
zona hambat perlakuan terkecil pada konsentrasi EGCG 0,25 mg/ mL, yakni 6,20
mm ± 0,41; dan terbesar pada konsentrasi EGCG 7,5 mg/ mL, yakni 12,70 mm ±
0,82. Data diameter zona hambat tersebut dibandingkan dengan kontrol negatif
(aquadest) dan kontrol positif EGCG untuk mengetahui potensi infusa teh hijau
sebagai antibakteri terhadap S. mutans penyebab karies gigi tergantung pada
konsentrasi EGCG yang terkandung dalam infusa teh hijau.
Pengukuran diameter zona hambat yang dihasilkan dilakukan tanpa
pengurangan diameter paper disc yang digunakan karena prinsip metode difusi,
yakni terdifusinya suatu senyawa antibakteri dalam paper disc dan tersebarnya
senyawa antibakteri di bawah dan sekeliling paper disc menghasilkan suatu zona
jernih yang menunjukkan potensi dari senyawa antibakteri yang digunakan,
sehingga tidak dilakukan pengurangan diameter paper disc saat pengukuran.
Konsentrasi EGCG infusateh hijau (mg/ mL)
Rata-rata diameter zonahambat (mm) ± SD
Diameter zona hambat kontrolpositif (EGCG) (mm)
0,25 6,20 ± 0,41 6,00
0,5 8,30 ± 0,52 8,00
0,75 9,00 ± 0,63 9,00
1 10,50 ± 0,55 10,00
2,5 11,50 ± 0,55 11,00
5 12,00 ± 0,89 11,00
7,5 12,70 ± 0,82 12,00
Kontrol negatif (aquadest) 6,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Standar deviasi merupakan parameter penting untuk menggambarkan
variasi yang memberikan nilai terendah dan tertinggi dari suatu distribusi normal.
Perhitungan standar deviasi memiliki variasi nilai terendah dan tertinggi sekitar
30% - 180% dari nilai yang sebenarnya (Ermer dan Miller, 2005).
Gugus fenol EGCG akan merusak membran plasma pada fungi yang
tersusun dominan oleh ergosterol yang bersifat permeabel selektif untuk mengatur
keluar masuknya zat antara lain air, nutrisi, dan enzim. Pada perusakan membran
plasma, senyawa fenol EGCG akan melepaskan ion H+ yang menyerang gugus
hidrofilik (gugus hidroksi dan fosfat) pada permukaan membran sel mikrobia
(fungi). Gugus hidroksi pada molekul ergosterol fungi tidak mampu
mempertahankan ikatan hidrogen yang terbentuk, sehingga menyebabkan
membran sel tidak mampu menahan tekanan dari dalam dan sitoplasma dalam sel
akan menembus keluar. Pada bakteri, ion H+ dari senyawa fenol EGCG akan
menyerang gugus polar (gugus fosfat) pada molekul fosfolipid sehingga akan
terurai menjadi gliserol, asam karboksilat, dan asam fosfat. Hal ini mengakibatkan
fosfolipid tidak mampu mempertahankan bentuk membran sitoplasma, sehingga
membran sitoplasma akan bocor, menyebabkan zat-zat yang seharusnya
digunakan untuk metabolisme sel bakteri keluar dan menyebabkan kematian
bakteri (Parwata dan Dewi, 2008).
Analisis secara statistik One-Way ANOVA dilakukan untuk melihat
perbedaan bermakna antara variasi konsentrasi EGCG infusa teh hijau dengan
kontrol negatif (aquadest). Menurut Dahlan (2009), One-Way ANOVA diawali
dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas Levene-test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
terlebih dahulu untuk mengetahui apakah data yang didapatkan terdistribusi
normal dan homogen. Pemilihan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji
homogenitas Levene-test dikarenakan jumlah sample data yang ada berjumlah
lebih dari 50 data. Data yang didapatkan dinyatakan terdistribusi normal dan
homogen jika nilai p > 0,05 (Dahlan, 2009). Data yang didapatkan dinyatakan
normal karena bernilai signifikansi 0,166 (Tabel V).
Tabel V. Hasil uji normalitas diameter zona hambat infusa teh hijau denganberbagai variasi konsentrasi EGCG terhadap S. mutans dengan metode
Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Zona
N 48
Normal Parametersa Mean .9521
Std. Deviation .24925
Most Extreme Differences Absolute .161
Positive .150
Negative -.161
Kolmogorov-Smirnov Z 1.116
Asymp. Sig. (2-tailed) .166
Langkah berikutnya yakni uji homogenitas varians data untuk melihat
apakah varians data yang didapat homogen atau tidak, dan dari hasil uji varians
data dinyatakan tidak homogen karena bernilai signifikansi 0,012 (Tabel VI),
sementara nilai signifikansi p > 0,05 baru dinyatakan homogen (Dahlan, 2009),
maka perlu dilakukan transformasi data untuk menghomogenkan varians data
terlebih dahulu. Setelah dilakukan transformasi data, hasil signifikansi bernilai
0,120 (p > 0,05) (Tabel VII) yang menunjukkan homogenitas dari varians data
yang didapat, sehingga dapat dilakukan analisis One-Way ANOVA dan bernilai
signifikansi 0,000 (Tabel VIII), yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
kontrol negatif (aquadest) terhadap seluruh variasi konsentrasi EGCG infusa teh
hijau.
Tabel VI. Hasil uji homogenitas varians data diameter zona hambat infusateh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG terhadap S. mutans
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
3.019 7 40 .012
Tabel VII. Hasil transformasi uji homogenitas varians data diameter zonahambat infusa teh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG
terhadap S. mutans
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
1.774 7 40 .120
Tabel VIII. Analisis One-Way ANOVA diameter zona hambat infusa tehhijau dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG dibandingkan dengan
kontrol
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.043 7 .149 167.614 .000
Within Groups .036 40 .001
Total 1.079 47
Berdasarkan hasil yang didapat pada analisis One-Way ANOVA (tabel
VIII) dilakukan uji lanjutan Post-hoc (Lampiran 10) untuk mengetahui perbedaan
bermakna antar variasi konsentrasi EGCG infusa teh hijau, dan dari hasil uji Post-
hoc menunjukkan bahwa antar variasi konsentrasi EGCG infusa teh hijau berbeda
bermakna (p < 0,05), kecuali antara kontrol negatif (aquadest) dan konsentrasi
EGCG 0,25 mg/ mL infusa teh hijau dengan nilai signifikansi 0,359 ; antara
konsentrasi EGCG 2,5 mg/ mL dan konsentrasi EGCG 5 mg/ mL infusa teh hijau
dengan nilai signifikansi 0,284 ; dan antara konsentrasi EGCG 5 mg/ mL dengan
konsentrasi EGCG 7,5 mg/ mL infusa teh hijau dengan nilai signifikansi 0,157 (p
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
> 0,05). Menurut Dahlan (2009), dari hasil uji Post-hoc tersebut berarti semakin
besar konsentrasi EGCG infusa teh hijau yang digunakan akan memberikan
peningkatan potensi antibakteri yang berbeda bermakna, sedangkan pada kontrol
negatif (aquadest) dan konsentrasi EGCG 0,25 mg/ mL infusa teh hijau serta
konsentrasi EGCG 2,5 mg/ mL; 5 mg/ mL; dan 7,5 mg/ mL infusa teh hijau
menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna pada variasi konsentrasi EGCG
tersebut.
Analisa perbandingan antara variasi konsentrasi EGCG infusa teh hijau
dengan kontrol positif dilakukan secara deskriptif, karena data kontrol positif
(EGCG) yang terbatas dikarenakan keterbatasan kontrol positif EGCG murni.
Berdasarkan proses perbandingan yang dilakukan, variasi konsentrasi EGCG
infusa teh hijau memiliki nilai yang hampir sama dengan kontrol positif EGCG.
Hal ini berarti bahwa variasi konsentrasi EGCG infusa teh hijau berpotensi
sebagai antibakteri terhadap bakteri S. mutans penyebab karies gigi akibat infeksi
bakteri.
G. Penentuan Nilai KHM dan KBM dengan Metode Dilusi Cair
Kadar Hambat Minimal (KHM) adalah konsentrasi terendah senyawa uji
antibakteri (infusa teh hijau) yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri S.
mutans penyebab karies gigi. Kadar Bunuh Minimal (KBM) adalah konsentrasi
terendah senyawa uji antibakteri (infusa teh hijau) yang mampu membunuh
bakteri S. mutans penyebab karies gigi (McKane dan Kandel, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Penentuan KHM dan KBM perlu dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi paling efektif EGCG infusa teh hijau dalam menghambat atau
membunuh bakteri S. mutans penyebab karies gigi, sehingga dapat dikembangkan
menjadi sediaan farmasi yang dapat digunakan secara mudah oleh masyarakat,
untuk menurunkan prevalensi karies gigi akibat infeksi bakteri di Indonesia.
Dilakukan metode dilusi cair dengan spektrofotometer untuk mengetahui potensi
infusa teh hijau dalam menghambat bakteri S. mutans penyebab karies gigi yang
ditunjukkan oleh nilai Optical Density (OD) yang dihasilkan.
Nilai OD adalah nilai kerapatan optik berdasarkan kekeruhan yang
menunjukkan pertumbuhan populasi sel bakteri S. mutans dibandingkan blanko
menggunakan spektrofotometer. Semakin kecil nilai OD menunjukkan potensi
infusa teh hijau yang semakin besar sebagai antibakteri terhadap bakteri S. mutans
penyebab karies gigi akibat infeksi bakteri karena semakin banyak bakteri S.
mutans yang dapat dihambat atau dibunuh oleh senyawa EGCG infusa teh hijau
(Radji, 2010).
1. Pembuatan infusa teh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG
untuk uji potensi antibakteri dengan metode dilusi cair. Dibuat variasi konsentrasi
EGCG infusa teh hijau untuk memperoleh hasil konsentrasi paling efektif EGCG
infusa teh hijau yang lebih spesifik menunjukkan KHM dan KBM dengan
konsentrasi 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; 1; 2; 3; 4; 5 dan 6 mg/ mL
berdasarkan hasil diameter zona hambat (Tabel IV).
Blangko yang berisi campuran Nutrien Broth, dan infusa teh hijau
dengan variasi konsentrasi EGCG tanpa bakteri uji yang memiliki suatu nilai OD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
digunakan sebagai faktor koreksi untuk menghitung selisih dengan nilai OD yang
dihasilkan perlakuan (campuran Nutrien Broth, infusa teh hijau dengan variasi
konsentrasi EGCG, dan suspensi bakteri S. mutans) pada panjang gelombang 600
nm (Ainiyah, 2006; Lasmayanty, 2007) untuk uji potensi antibakteri secara dilusi
cair yang menunjukkan nilai KHM dan KBM dari infusa teh hijau yang digunakan
karena nilai OD memberikan informasi awal mengenai kekeruhan yang dihasilkan
dari perhitungan menggunakan spektrofotometer dan menunjukkan kepadatan
pertumbuhan populasi bakteri setelah berinteraksi dengan senyawa antibakteri
(infusa teh hijau). Infusa teh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG dan
bakteri uji yang digunakan dapat bermultiplikasi pada media cair dan
menyebabkan media menjadi keruh, sehingga perlu dilakukan perhitungan selisih
nilai OD pada blangko dan perlakuan untuk mengetahui nilai OD yang dihasilkan
oleh bakteri uji tanpa infusa teh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG.
Spektrofotometer dapat mengukur kepekatan sel dalam suspensi dalam OD
(jumlah cahaya yang diabsorpsi dan disebarkan) sebagai satuan hitungan, karena
OD sebanding dengan kepekatan sel dalam suspensi biakan (Lay, 1994). Pada
spektrofotometer, berkas cahaya ditransmisikan melalui suspensi bakteri lalu
diteruskan ke detektor sensitif cahaya. Jika jumlah bakteri meningkat, sedikit
cahaya yang akan diteruskan ke detektor, sehingga nilai absorbans yang
dihasilkan akan meningkat. Dalam penelitian ini, peningkatan nilai absorbans
menunjukkan bahwa konsentrasi senyawa antibakteri yang digunakan kurang
poten karena masih banyak bakteri yang dapat tumbuh secara kuantitatif
berdasarkan dari nilai OD. Sebaliknya, penurunan nilai absorbans menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
bahwa konsentrasi senyawa antibakteri yang digunakan poten karena bakteri yang
masih dapat tumbuh sudah mulai terhambat oleh senyawa antibakteri secara
kuantitatif berdasarkan dari nilai OD. Perubahan intensitas cahaya akan terlihat
pada skala yang terdapat pada alat yaitu nilai absorbans atau densitas optik
(optical density) (Radji, 2010).
Tabel IX. Nilai Optical Density (OD) infusa teh hijau dengan berbagai variasikonsentrasi EGCG waktu inkubasi 24 jam
Konsentrasi EGCG infusa teh hijau(mg/ mL)
Nilai Optical Density(OD)
0,1 0,40,2 0,30,3 0,30,4 0,20,5 0,20,6 0,20,7 0,10,8 0,10,9 0,01 0,02 0,03 0,04 - 0,15 - 0,16 - 0,1
Infusa teh hijau sebagai antibakteri terhadap bakteri S. mutans dinyatakan
memiliki potensi antibakteri ketika diperoleh nilai KHM dan KBM secara
kuantitatif. Nilai KHM didapatkan dari konsentrasi terendah senyawa antibakteri
(infusa teh hijau) dengan nilai OD yang telah mencapai 0 pada pengukuran
dengan spektrofotometer dan masih menunjukkan pertumbuhan bakteri pada uji
penegasan secara streak plate. Nilai KBM didapatkan dari konsentrasi terendah
senyawa antibakteri (infusa teh hijau) dengan nilai OD yang telah mencapai 0
pada pengukuran dengan spektrofotometer dan sudah tidak menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
pertumbuhan bakteri pada uji penegasan secara streak plate (McKane dan Kandel,
1996).
Berdasarkan Tabel IX, selisih konsentrasi EGCG 0,1 hingga 0,8 mg/ mL
dalam infusa teh hijau antara blanko dan perlakuan yang didapat belum mencapai
0, sehingga diperkirakan bahwa bakteri S. mutans masih dapat tumbuh secara
kuantitatif berdasarkan dari nilai OD. Nilai OD konsentrasi EGCG 0,9 hingga 6
mg/ mL infusa teh hijau antara blanko dan perlakuan yang didapat telah mencapai
atau kurang dari 0, sehingga diperkirakan bahwa bakteri S. mutans sudah tidak
tumbuh secara kuantitatif berdasarkan dari nilai OD (Radji, 2010).
2. Penegasan penentuan KHM dan KBM dengan metode streak plate.
Bertujuan untuk menegaskan bahwa hasil uji dilusi cair merupakan KHM dan
KBM infusa teh hijau dalam menghambat bakteri S. mutans penyebab karies gigi
akibat infeksi bakteri yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan bakteri
S. mutans sama sekali pada media. Penegasan dilakukan secara streak plate
karena diharapkan didapatkan koloni bakteri uji yang masih menunjukkan
pertumbuhan bakteri. Berdasarkan hasil yang didapatkan pada uji penegasan hasil,
konsentrasi 0,9 mg/ mL ditentukan sebagai Kadar Hambat Minimum (KHM)
yakni konsentrasi yang menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans, karena pada
konsentrasi EGCG 1 mg/ mL dalam infusa teh hijau tidak terdapat pertumbuhan
bakteri S. mutans sama sekali pada media (Lampiran 11), begitu seterusnya
hingga konsentrasi EGCG 6 mg/ mL dalam infusa teh hijau sehingga konsentrasi
EGCG 1 mg/ mL dalam infusa teh hijau dinyatakan sebagai Kadar Bunuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Minimum (KBM) bakteri S. mutans penyebab karies gigi akibat infeksi bakteri
(McKane dan Kandel, 1996).
Penelitian dengan uji potensi menggunakan metode difusi paper disc
untuk mengetahui diameter zona hambat dan metode dilusi cair untuk penentuan
nilai KHM serta KBM diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat
terkait manfaat teh hijau sebagai antibakteri terhadap bakteri S. mutans menjadi
terapi alternatif penyakit karies gigi akibat infeksi bakteri di masyarakat.
Penelitian ini juga dapat dikembangkan dalam formulasi bahan alam
menjadi obat-obatan atau sediaan farmasi sesuai dengan hasil yang telah
didapatkan dalam penelitian ini, yakni KHM sebesar 0,9 mg/ mL dan KBM
sebesar 1 mg/ mL, sehingga prevalensi karies gigi akibat infeksi bakteri di
Indonesia dapat diturunkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Infusa teh hijau dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah memiliki potensi antibakteri terhadap
bakteri S. mutans penyebab karies gigi.
2. Infusa teh hijau dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah memiliki Kadar Hambat Minimum
(KHM) pada konsentrasi EGCG 0,9 mg/ mL dan Kadar Bunuh Minimum
(KBM) pada konsentrasi EGCG 1 mg/ mL terhadap bakteri S. mutans
penyebab karies gigi.
B. Saran
Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut terkait pengembangan bentuk
sediaan farmasi yang mengandung senyawa aktif teh hijau sehingga poten
digunakan sebagai antibakteri terhadap bakteri S. mutans dan menjadi terapi
alternatif penyakit karies gigi akibat infeksi bakteri yang dapat digunakan secara
mudah oleh masyarakat, misalnya sediaan pasta gigi atau mouthwash.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
DAFTAR PUSTAKA
Ahtha, I.A.P., 2012, Perbandingan Daya Antibakteri Pasta Gigi dan MouthwashInfusa Teh Hijau terhadap Streptococcus mutans, Skripsi, UniversitasSanata Dharma, Yogyakarta.
Ainiyah, U., 2006, Pola Produksi Enzim Glukosiltransferase oleh Streptococcusmutans yang Diisolasi dari Karies Gigi Manusia, Skripsi, UniversitasAirlangga, Surabaya.
Alaluusua, S., dan Renkonen, O., 2010, Streptococcus mutans Establishment andDental Caries Experience in Children From 2 to 4 Years Old,http://www3.interscience.wiley.com/journal/119551622/abstract?CRETRY=1&SRETRY=0, diakses 22 Februari 2011.
Alschuler, L., 1998, Green Tea: Healing Tonic, Am J Natur Med., 5: 28-31.
Bresson, W., dan Borges., M.T., 2004, Delivery Methods for IntroducingEndophitic Bacteria into Maize, Biocontrol, 49: 315-322.
Bridson, E.Y., 1998, The Oxoid Manual, 8th Ed., 2-161, Oxoid Limited, WadeRoad, Basingstoke, Hampshire, RG24 BPW, England.
Cahyati, W.H., 2005, Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies GigiPada Lanjut Usia (Studi Kasus Di Panti Wreda Kota Semarang),KEMAS., 1 (1): 22-30.
Chopade, V., Phatak, A., Upaganlawer, A., dan Tankar, A., 2008, Green tea(Camellia sinensis): Chemistry, Traditional, Medicinal Uses and ItsPharmacological Activities – A Review. Pharmacog Rev, 2 (3): 157-162.
Dahlan, M.S., 2009, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, 83-95, PenerbitSalemba Medika, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenik, 6-9, 16-17,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia IV, 9,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dulloo, A.G., Duret, C., dan Rohrer, D., 1999, Efficacy of a Green Tea ExtractRich in Catechin Polyphenols and Caffeine in Increasing 24-h EnergyExpenditure and Fat Oxidation in Humans, Am J Clin Nutrition, 70:1040-1045.
Edber, S.C., 1986, Antibiotik dan Infeksi, 15-20, Penerbit EGC, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Ermer, J., and Miller, J.H., 2005, Method Validation in Pharmaceutical Analysis,25, WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim.
Genco, R.J., Goldman, H.M., dan Cohen, D.W., 1990, ContemporaryPeriodontics, 117-134, CV Mosby Company, Philadelphia.
Graham, H.N., 1992, Green Tea Composition, Consumption, and PolyphenolChemistry, Prev Med., 21: 334-350.
Hamilton-Miller, J.M.T., 1995, Antimicrobial Properties of Tea (Camelliasinensis L.), Antimicrobial Agents and Chemotherapy., 39 (11): 2375-2377.
Handajani, J., 2002, Pengaruh Ekstrak Daun Teh Segar (Camellia sinensis)Konsentrasi 2% terhadap Pembentukan Plak Gigi, http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=4060, diakses 22 Februari2011.
Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan: Sebuah Tinjauan Ilmiah,11-15, Kanisius, Yogyakarta.
Holt, G.J., Krieg, R.N., Sneath, A.H.P., Staley, T.J., dan Williams, T.S., 2000,Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, 9th Ed., 532, 554,Lippincott Williams & Wilkins USA.
Irianto, K., 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1, 126-127,217, 246, CV. Yrama Widya, Bandung.
Islam, B., Khan, S.N., dan Khan, A.U., 2007, Dental Caries: From Infection toPrevention, Med Sci Monit., 13 (11) : 196-203.
Jawetz, Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A., 1991, Medical Microbiology, 154-155,Appleton dan Lange, California.
Jawetz, Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A., 2007, Mikrobiologi Kedokteran, 23,170, Penerbit EGC, Jakarta.
Katiyar, S.K., dan Mukhtar H., 1997, Tea Antioxidants in CancerChemoprevention, J Cell Biochem., 27: 59-67.
Kidd, E.A.M., dan Bechal, S.J., 1992, Dasar-dasar Karies Penyakit danPenanggulangannya, 3-10, 66-96, 142, Penerbit EGC, Jakarta.
Lay, W.B., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, 52,82-87,159,165, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lasmayanty, M., 2007, Potensi Antibakteri Propolis Lebah Madu Trigona spp.terhadap Bakteri Kariogenik (Streptococcus mutans), Skripsi, 1-32,Institut Pertanian Bogor, Bogor.
McKane, L., dan Kandel, J., 1996, Microbiology: Essentials and Applications,397-398, McGraw Hill Inc, New York.
Panjaitan, M., 1997, Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal, 7-25, USUPress, Medan.
Parwata I.M.O.A., dan Dewi P.F.S., 2008, Isolasi dan Uji Aktifitas AntibakteriMinyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.), JurnalKimia., 2 (2): 100-104.
Petti, S., and Scully, C., 2009, Polyphenols, oral health and disease: A review,http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/s0024-3205(05)01241-5,diakses 22 Februari 2011.
Pratikno, H., 2003, Pengaruh Daya Antibakterial Teh Hijau dalam MencegahKaries Gigi, Skripsi, 1-32, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, 110, 188, 190, Penerbit Erlangga,Jakarta.
Radji, M., 2010, Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi &Kedokteran, 40, Penerbit EGC, Jakarta.
Rustanti, E., 2009, Uji Efektivitas Antibakteri dan Identifikasi Senyawa KatekinHasil Isolasi dari Daun Teh (Camellia sinensis L. var. Assamica), Skripsi,1-99, Universitas Islam Negeri, Malang.
Sandler, R., 2010, The Inhibitory Effects of Green Tea (Camellia sinensis) on TheGrowth and Proliferation of Oral Bacteria,http://depts.drew.edu/govschl/NJGSS2010/Journal/TeamPapers/Team3.pdf, diakses 22 Februari 2011.
Setyamidjaja, D., 2000, Teh: Budidaya dan Pengolahan Pascapanen, 16-18,Kanisius, Yogyakarta.
Sinija, V.R., and Mishra, H.N., 2008, Green Tea: Health Benefits, Journal ofNutritional and Environmental Medicine., 17 (4): 232-242.
Sulistia, G., 1995, Farmakologi dan Terapi Edisi IV Bagian Farmakologi, 571-583, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Suseno, H., 1977, Beberapa Aspek Fisiologi Tanaman Teh, Warta BalaiPenelitian Teh dan Kina., 3 (4): 263-268.
Tuminah, S., 2008, Teh Sebagai Salah Satu Sumber Antioksidan,http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/144_16AntioxidantTea.pdf/144_16AntioxidantTea.html, diakses 22 Februari 2011.
Zaveri, N.T., 2005, Green Tea and Its Polyphenolic Catechins: Medicinal Uses inCancer and Noncancer Applications,http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/s0024-3205(05)01241-5,diakses 22 Februari 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 1. Surat identifikasi teh hijau dari Perkebunan Teh Rumpun Sari
Medini Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 2. Kadar EGCG dalam infusa teh hijau dengan metode KLT
Densitometri oleh LPPT UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 3. Prosedur kerja pembuatan serbuk dan infusa teh hijau dengan
berbagai variasi konsentrasi EGCG oleh LPPT UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 4. Certificate of Analysis (CoA) pembuatan infusa teh hijau dengan
berbagai variasi konsentrasi EGCG oleh LPPT UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 5. Hasil uji kemurnian isolat bakteri uji S. mutans, pembuatan
stok kultur murni bakteri uji, dan pengecatan Gram bakteri
uji S. mutans
Keterangan:
A: Isolasi kultur bakteri S. mutans dari Lab. Mikrobiologi USD
B: Reisolasi 1 kultur bakteri S. mutans dari Lab. Mikrobiologi USD
C: Reisolasi 2 kultur bakteri S. mutans dari Lab. Mikrobiologi USD
D: Stok kultur murni bakteri S. mutans dalam media Nutrien Agar miring
E: Pengecatan gram bakteri uji S. mutans berbentuk coccus berantai (Gram positif
berwarna ungu)
A
B
C
D E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 6. Hasil uji identifikasi bakteri uji S. mutans
a. Hasil uji Oksidasi-Fermentasi (O-F)
Keterangan:
A: Perlakuan uji OF tanpa parafin berwarna kuning
B: Kontrol uji OF tanpa parafin berwarna hijau
C: Perlakuan uji OF parafin berwarna kuning
D: Kontrol uji OF parafin berwarna hijau
Kesimpulan: bakteri uji S. mutans bersifat fakultatif anaerob, dan memproduksi
asam hasil fermentasi dan oksidasi dekstrosa.
b. Hasil uji Methyl red (MR)
Keterangan:
A: Perlakuan uji Methyl red (MR) berwarna merah
B: Kontrol uji Methyl red (MR) berwarna kuning bening
Kesimpulan: bakteri uji S. mutans memproduksi asam hasil fermentasi glukosa.
A B C D
A B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
c. Hasil uji Voges Proskauer (VP)
Keterangan:
A: Kontrol uji VP berwarna hijau kehitaman
B: Perlakuan uji VP berwarna merah oranye
Kesimpulan: bakteri uji S. mutans memproduksi asam hasil fermentasi glukosa.
d. Hasil uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Keterangan:
A: Perlakuan uji TSIA berwarna kuning
B: Kontrol uji TSIA berwarna merah oranye
Kesimpulan: bakteri uji S. mutans memproduksi asam hasil fermentasi laktosa,
sukrosa, dan dekstrosa.
A
B
A B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 7. Hasil uji sterilitas infusa teh hijau
Keterangan:
A: Konsentrasi EGCG 0,25 mg/ mL
B: Konsentrasi EGCG 0,5 mg/ mL
C: Konsentrasi EGCG 0,75 mg/ mL
D: Konsentrasi EGCG 1 mg/ mL
E: Konsentrasi EGCG 2,5 mg/ mL
F: Konsentrasi EGCG 5 mg/ mL
G: Konsentrasi EGCG 7,5 mg/ mL
A
C
D
G
B F
E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 8. Hasil uji potensi antibakteri infusa teh hijau terhadap S. mutans
a. Replikasi 1
Keterangan:
A: kontrol media Nutrien agar (NA)
B: kontrol pertumbuhan bakteri uji
C: kontrol (+) EGCG 0,25 mg/ mL
D: kontrol (+) EGCG 0,5 mg/ mL
E: kontrol (+) EGCG 0,75 mg/ mL
F: kontrol (+) EGCG 1 mg/ mL
G: kontrol (+) EGCG 2,5 mg/ mL
H: kontrol (+) EGCG 5 mg/ mL
I: kontrol (+) EGCG 7,5 mg/ mL
J: kontrol (-) pelarut aquadest
1: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,25 mg/ mL
2: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,5 mg/ mL
3: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,75 mg/ mL
4: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 1 mg/ mL
5: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 2,5 mg/ mL
6: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 5 mg/ mL
7: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 7,5 mg/ mL
A B
C
D
E
F
1 3
4 5
J
G
H I
2
6 7
J
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
b. Replikasi 2
Keterangan:
A: kontrol media Nutrien agar (NA)
B: kontrol pertumbuhan bakteri uji
C: kontrol (+) EGCG 0,25 mg/ mL
D: kontrol (+) EGCG 0,5 mg/ mL
E: kontrol (+) EGCG 0,75 mg/ mL
F: kontrol (+) EGCG 1 mg/ mL
G: kontrol (+) EGCG 2,5 mg/ mL
H: kontrol (+) EGCG 5 mg/ mL
I: kontrol (+) EGCG 7,5 mg/ mL
J: kontrol (-) pelarut aquadest
1: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,25 mg/ mL
2: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,5 mg/ mL
3: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,75 mg/ mL
4: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 1 mg/ mL
5: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 2,5 mg/ mL
6: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 5 mg/ mL
7: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 7,5 mg/ mL
A B
G
H I 2
3
7
J C
D
E
F
1
4
C
5
6
J
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
c. Replikasi 3
Keterangan:
A: kontrol media Nutrien agar (NA)
B: kontrol pertumbuhan bakteri uji
C: kontrol (+) EGCG 0,25 mg/ mL
D: kontrol (+) EGCG 0,5 mg/ mL
E: kontrol (+) EGCG 0,75 mg/ mL
F: kontrol (+) EGCG 1 mg/ mL
G: kontrol (+) EGCG 2,5 mg/ mL
H: kontrol (+) EGCG 5 mg/ mL
I: kontrol (+) EGCG 7,5 mg/ mL
J: kontrol (-) pelarut aquadest
1: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,25 mg/ mL
2: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,5 mg/ mL
3: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,75 mg/ mL
4: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 1 mg/ mL
5: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 2,5 mg/ mL
6: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 5 mg/ mL
7: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 7,5 mg/ mL
A B
C
D
E
F
1
3 4
7
J
G
H I
2 5
6 J
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
d. Replikasi 4
Keterangan:
A: kontrol media Nutrien agar (NA)
B: kontrol pertumbuhan bakteri uji
C: kontrol (+) EGCG 0,25 mg/ mL
D: kontrol (+) EGCG 0,5 mg/ mL
E: kontrol (+) EGCG 0,75 mg/ mL
F: kontrol (+) EGCG 1 mg/ mL
G: kontrol (+) EGCG 2,5 mg/ mL
H: kontrol (+) EGCG 5 mg/ mL
I: kontrol (+) EGCG 7,5 mg/ mL
J: kontrol (-) pelarut aquadest
1: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,25 mg/ mL
2: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,5 mg/ mL
3: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,75 mg/ mL
4: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 1 mg/ mL
5: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 2,5 mg/ mL
6: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 5 mg/ mL
7: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 7,5 mg/ mL
A B
G
H I
J
5 4
2 C
D
E
F
J
7 6
3 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
e. Replikasi 5
Keterangan:
A: kontrol media Nutrien agar (NA)
B: kontrol pertumbuhan bakteri uji
C: kontrol (+) EGCG 0,25 mg/ mL
D: kontrol (+) EGCG 0,5 mg/ mL
E: kontrol (+) EGCG 0,75 mg/ mL
F: kontrol (+) EGCG 1 mg/ mL
G: kontrol (+) EGCG 2,5 mg/ mL
H: kontrol (+) EGCG 5 mg/ mL
I: kontrol (+) EGCG 7,5 mg/ mL
J: kontrol (-) pelarut aquadest
1: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,25 mg/ mL
2: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,5 mg/ mL
3: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,75 mg/ mL
4: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 1 mg/ mL
5: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 2,5 mg/ mL
6: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 5 mg/ mL
7: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 7,5 mg/ mL
A B
C
D
E
F
1
5 6
7
J
G
H I
2
3 4
J
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
f. Replikasi 6
Keterangan:
A: kontrol media Nutrien agar (NA)
B: kontrol pertumbuhan bakteri uji
C: kontrol (+) EGCG 0,25 mg/ mL
D: kontrol (+) EGCG 0,5 mg/ mL
E: kontrol (+) EGCG 0,75 mg/ mL
F: kontrol (+) EGCG 1 mg/ mL
G: kontrol (+) EGCG 2,5 mg/ mL
H: kontrol (+) EGCG 5 mg/ mL
I: kontrol (+) EGCG 7,5 mg/ mL
J: kontrol (-) pelarut aquadest
1: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,25 mg/ mL
2: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,5 mg/ mL
3: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 0,75 mg/ mL
4: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 1 mg/ mL
5: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 2,5 mg/ mL
6: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 5 mg/ mL
7: infusa teh hijau yang mengandung
EGCG 7,5 mg/ mL
A B
G
H I 2 3
A
4 J C
D F
E 1
A
6 7
J
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 9. Diameter zona hambat yang dihasilkan pada uji potensi
antibakteri infusa teh hijau dengan berbagai variasi
konsentrasi EGCG terhadap S.mutans dengan difusi paper
disc
Konsentrasi EGCG dalam
infusa teh hijau (mg/ mL)
Diameter zona hambat (mm)
Rep. 1 Rep. 2 Rep. 3 Rep. 4 Rep. 5 Rep. 6
0,25 6,00 6,00 6,00 7,00 6,00 6,00
0,5 8,00 8,00 8,00 9,00 8,00 9,00
0,75 9,00 8,00 10,00 9,00 9,00 9,00
1 10,00 10,00 11,00 11,00 10,00 11,00
2,5 11,00 12,00 11,00 11,00 12,00 12,00
5 11,00 13,00 11,00 13,00 12,00 12,00
7,5 12,00 12,00 14,00 13,00 13,00 12,00
Lampiran 10. Data uji Post-hoc diameter zona hambat yang dihasilkan pada
uji potensi antibakteri infusa teh hijau dengan berbagai variasi
konsentrasi EGCG terhadap S. mutans dengan difusi paper
disc
Multiple Comparisons
(I) perlakuan
(J) perlakuan
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
0 1 .01596 .01722 .359 -.0188 .0508
2 .19427* .01722 .000 .1595 .2291
3 .23526* .01722 .000 .2005 .2701
4 .31426* .01722 .000 .2795 .3491
5 .35783* .01722 .000 .3230 .3926
6 .37653* .01722 .000 .3417 .4113
7 .40135* .01722 .000 .3665 .4361
1 0 -.01596 .01722 .359 -.0508 .0188
2 .17831* .01722 .000 .1435 .2131
3 .21930* .01722 .000 .1845 .2541
4 .29830* .01722 .000 .2635 .3331
5 .34187* .01722 .000 .3071 .3767
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
6 .36057* .01722 .000 .3258 .3954
7 .38539* .01722 .000 .3506 .4202
2 0 -.19427* .01722 .000 -.2291 -.1595
1 -.17831* .01722 .000 -.2131 -.1435
3 .04099* .01722 .022 .0062 .0758
4 .11999* .01722 .000 .0852 .1548
5 .16355* .01722 .000 .1288 .1984
6 .18226* .01722 .000 .1475 .2171
7 .20707* .01722 .000 .1723 .2419
3 0 -.23526* .01722 .000 -.2701 -.2005
1 -.21930* .01722 .000 -.2541 -.1845
2 -.04099* .01722 .022 -.0758 -.0062
4 .07900* .01722 .000 .0442 .1138
5 .12257* .01722 .000 .0878 .1574
6 .14127* .01722 .000 .1065 .1761
7 .16609* .01722 .000 .1313 .2009
4 0 -.31426* .01722 .000 -.3491 -.2795
1 -.29830* .01722 .000 -.3331 -.2635
2 -.11999* .01722 .000 -.1548 -.0852
3 -.07900* .01722 .000 -.1138 -.0442
5 .04356* .01722 .015 .0088 .0784
6 .06227* .01722 .001 .0275 .0971
7 .08708* .01722 .000 .0523 .1219
5 0 -.35783* .01722 .000 -.3926 -.3230
1 -.34187* .01722 .000 -.3767 -.3071
2 -.16355* .01722 .000 -.1984 -.1288
3 -.12257* .01722 .000 -.1574 -.0878
4 -.04356* .01722 .015 -.0784 -.0088
6 .01870 .01722 .284 -.0161 .0535
7 .04352* .01722 .016 .0087 .0783
6 0 -.37653* .01722 .000 -.4113 -.3417
1 -.36057* .01722 .000 -.3954 -.3258
2 -.18226* .01722 .000 -.2171 -.1475
3 -.14127* .01722 .000 -.1761 -.1065
4 -.06227* .01722 .001 -.0971 -.0275
5 -.01870 .01722 .284 -.0535 .0161
7 .02482 .01722 .157 -.0100 .0596
7 0 -.40135* .01722 .000 -.4361 -.3665
1 -.38539* .01722 .000 -.4202 -.3506
2 -.20707* .01722 .000 -.2419 -.1723
3 -.16609* .01722 .000 -.2009 -.1313
4 -.08708* .01722 .000 -.1219 -.0523
5 -.04352* .01722 .016 -.0783 -.0087
6 -.02482 .01722 .157 -.0596 .0100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 11. Hasil uji penegasan penentuan KHM dan KBM dengan
metode streak plate
Keterangan:
A: Konsentrasi EGCG 0,9 mg/ mL
B: Konsentrasi EGCG 1 mg/ mL
C: Konsentrasi EGCG 2 mg/ mL
D: Konsentrasi EGCG 3 mg/ mL
E: Konsentrasi EGCG 4 mg/ mL
F: Konsentrasi EGCG 5 mg/ mL
G: Konsentrasi EGCG 6 mg/ mL
A
B
D
G
C
F
E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
BIOGRAFI PENULIS
Yanuar Prasetya adalah anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Budiono Tekgianto dan
Yonita Tekgianto, lahir di Surakarta tanggal 17 Januari
1991. Penulis mulai masuk bangku sekolah di TK
Kanisius Keprabon II pada tahun 1994-1996.
Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh di SD Kanisius
Keprabon II Surakarta pada tahun 1996-2002.
Kemudian jenjang selanjutnya ditempuh di SMP
Pangudi Luhur Bintang Laut pada tahun 2002-2005.
Pendidikan Sekolah Menengah Atas ditempuh di SMA Regina Pacis Ursulin
Surakarta pada tahun 2005-2008. Penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah di Fakultas
Farmasi, penulis aktif sebagai Penyiar, Music Director (MD) dan Co. Penyiar di
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Radio Masdha 95.00 FM Jogja, berbagai
kepanitiaan diantaranya sebagai Sie Keamanan PPnEC “Kobarkan Semangat
Kreativitas, Sportifitas, dan Persaudaraan” 2008, MC Titrasi “Being Pharmacist is
the Spirit of My Life” 2009, MC PPnEC 2009, MC Temu Alumni dalam rangka
Lustrum III “Bersama Mewujudkan Ikatan Alumni yang Solid” 2010, MC
Pelepasan Wisuda Fakultas Farmasi “...Dan Cerita Dimulai...” 2010, Co. Sie
Acara Ekstern PPnEC “Optimalkan Kreasi dalam Semangat Kompetisi
(Oksidasi)” 2010, menjadi Asisten Praktikum Farmakognosi-Fitokimia II
2010/2011, Praktikum Kimia Dasar 2011/2012, dan kegiatan Pendidikan Tingkat
Lanjut “Literasi Informasi” tahun 2011 yang diadakan oleh Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI