Upload
putrazzz
View
546
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
A. JUDUL PROGRAM
Konservasi Penyu Hijau (Chelonian mydas) di Taman Nasional Kepulauan
Wakatobi, Dengan Metode Penangkaran
B. LATAR BELAKANG
Penyu merupakan satwa liar sisa peninggalan zaman purba yang dilindungi
baik secara nasional, regional maupun internasional. Namun, populasi dan
kelangsungan hidupnya sangat terancam punah akibat berbagai permasalahan. Tindakan
manusialah yang paling serius mengancam keberadaan penyu dibanding fenomena
alam. Tindak manusia diantaranya pengunduhan/pengambilan telur penyu secara
langsung dari sarang alaminya, secara tidak disadari pengunduhan telur sama saja
pembinasaan penyu itu sendiri. Perburuan penyu untuk diambil daging dan bagian-
bagian lainnya, kerusakan lokasi tempat pendaratan untuk bertelur di pesisir pantai, juga
pengambilan ikan oleh nelayan dengan menggunakan jaring yang secara tidak sengaja
mengambil penyu (Anonim, 2002).
Penyu hijau adalah sebagai penghuni perairan laut, yakni perairan Samudra yang
jernih. Hidupnya bermigrasi dari daerah makanan (feeding ground) ke daerah
pemijahan (breeding ground) yang terkadang jauh sampai melampaui batas negara
maupun benua. Ukuran induk ± 1 m dengan berat badan sekitar penyu tersebut
mempunyai persamaan bentuk kaki depan dan kaki belakang. Kaki depan berbentuk
dayung (flipper) yang digunakan sebagai alat renang, sedang kaki belakang menyerupai
skop yang digunakan sebagai alat kemudi. Selain merupakan satwa langka yang
dilindungi dan hampir punah, keberadaan penyu laut merupakan asuransi bagi
masyarakat pesisir. Ketika para nelayan tidak mampu mencari ikan ke laut, telur penyu
laut sangat berperan sebagai sumber pangan. Kebiasaan penyu untuk bertelur di
hamparan pasir menyebabkan telurnya dapat dengan mudah diambil oleh nelayan
sebagai kebutuhan pangan dan juga kebiasaan para masyarakat Bali dalam
mengkonsumsi daging penyu hija (C. mydas) dalam upacara keagamaan. Hal ini yang
menyebabkan kepunahan penyu hijau secara perlahan-lahan. Apabila telur-telur tersebut
diambil maka kesempatan penyu hijau untuk berkembang biak tidak ada, karena 1 telur
yang dapat menetas hanya mempunyai kesempatan sekali menjadi penyu hijau dewasa
(Balipost, 2003).
Secara umum konservasi adalah kegiatan pemeliharaan atau perlindungan
sumberdaya secara sistematik untuk mencegah kerusakan dengan jalan mengawetkan.
Dari pengertian tersebut, orang sering menyalah artikan dengan menganggap bahwa
kegiatan konservasi sumberdaya alam hanya merupakan kegiatan perlindungan semata-
mata. Padahal, tujuan dari kegiatan konservasi adalah melakukan tindakan perlindungan
sumberdaya untuk tujuan pemanfaatan (pangerang, 2009).
Penyu hijau adalah salah satu jenis penyu laut yang umum dan jumlahnya lebih
banyak di banding beberapa penyu lainnya. Jenis seperti penyu belimbing di laporkan
telah sangat berkurang jumlahnya dan termasuk salah satu jenis yang hampir hilang di
perairan, hanya beberapa tempat yang masih sesekali menjadi tempat memijah bagi
jenis penyu ini. Penyu belimbing adalah penyu yang di lindungi dan masuk dalam
CITES (Convention on International Trade of Endangered Species) Appendix 1.
Meskipun jumlahnya lebih banyak di banding penyu lainnya, populasi penyu hijau tiap
tahun berkurang oleh penangkapan dan membunuhan baik sengaja maupun tidak
sengaja yang terperangkap oleh jaring dasar laut. Dewasa ini memang sangat mendesak
adanya upaya manajeman perlindungan lingkungan asli hewan ini yang tidak hanya
berlaku pada suatu kawasan perteluran hewan ini namun juga di beberapa daerah yang
merupakan jalur migrasi hewan ini dalam mencari makan. Upaya konservasi dan
perlindungan harusnya bukan hanya di atas kertas saja namun lebih kearah praktek
pemeliharaan yang rill guna menjaga kelangsungan hidup dan lingkungan alami hewan
ini (kasim, M, 2009).
Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan
pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian
jenisnya. Upaya penangkaran penyu (ranching) masih jarang dilakukan di Indonesia.
Yang pernah ada hanya usaha pembesaran penyu (P. Serangan, Gondol Bali) dan usaha
penetasan telur penyu di berbagai tempat peneluran penyu (Triwibowo, 2001).
Penangkaran penyu itu diperlukan karena populasinya kini terus berkurang,
bahkan terancam punah sebab telurnya diambil oleh masyarakat untuk dikonsumsi dan
dijual. Karena setiap bertelur diambil sehingga tidak yang menetas, maka memang
keberadaan penyu-penyu itu sekarang diambang kepunahan (Antara News, 2007).
Taman Nasional Kepulauan Wakatobi merupakan kawasan konservasi perairan
laut (marine conservation area). Kawasan Kepulauan Wakatobi dan perairan laut di
sekitarnya seluas 1.390.000 ha ditunjuk sebagai taman nasional pada tanggal 30 Juli
1996 berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 393/Kpts-VI/1996. Nama
Wakatobi diambil dari singkatan nama pulau-pulau besar yang menyusun kepulauan ini,
yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko, nama lain dari gugusan pulau-
pulau tersebut adalah Kepulauan Tukang Besi (anonym, 2009).
Salah satu daerah di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi adalah Pulau
Runduma. Runduma merupakan surga bagi penyu. Disebut demikian karena di pulau
berpasir putih ini penyu bebas beranank pinak membentuk koloni tanpa gangguan
manusia. Pulau di tengah laut banda dan termasuk wilayah kabupaten Wakatobi
provinsi Sulawesi Tenggara ini sesungguhnya bukan pulau tak berpenghuni. Ada 140
kepala keluarga yang bermukim di pulau itu yang sangat mencintai alam dan pulau
mereka, sehingga penyu merasa aman hidup berdampingan.
Dengan keberadaan Taman Nasional Kepulauan Wakatobi, seharusnya potensi
untuk melestarikan penyu hijau (C. mydas) melalui kegiatan konservasi menjadi lebih
besar, namun setiap tahun ternyata populasi hewan ini semakin berkurang. Oleh
karena itu TIM PKMM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo,
bermaksud melaksanakan kegiatan Kreatifitas Mahasiswa dalam Bidang pengabdian
kepada masyarakat untuk dapat lebih memaksimalkan kegiatan konservasi penyu hijau
(C. mydas).
C. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dalam PKMM ini adalah “bagaimanakah upaya
penyelamatan penyu hijau (C. mydas) di Taman Nasional Laut Wakatobi Kabupaten
Wakatobi?”.
D. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan dari kegiatan PKMM ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya
melestarikan penyu hijau (C. mydas) kepada masyarakat, khususnya yang berada
di kawasan Taman Nasional Kepulauan Wakatobi
2. Melestarikan populasi penyu hijau (C. mydas) di kawasan taman nasional
kepulauan wakatobi.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Haluoleo ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mahasiswa
a. Mahasiswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya khususnya
mengenai konservasi penyu hijau (C. mydas)
b. Mahasiswa dapat meningkatkan kepekaan sosial dalam bentuk pengabdian kepada
masyarakat (penyuluhan dan konservasi).
2. Untuk masyarakat
a. Masyarakat dapat mengetahui pentingnya dan bagaimana melakukan konservasi
penyu hijau
b. masyarakat dapat melakukan proses konservasi penyu hijau (C. mydas) melalui
metode penangkaran
3. Untuk pemerintah
Luaran yang diharapkan untuk pemerintah yaitu sebagai acuan kepada
pemerintah dalam menetapkan kebijakan mengenai konservasi
F. KEGUNAAN PROGRAM
Kegunaan dari program ini adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat menyalurkan ilmu pengetahuannya dibidang konservasi
kepada masyarakat
b. Dapat menjadi acuan bagi orang-orang yang akan melakukan kegiatan
konservasi
G. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
Taman Nasional Wakatobi memiliki potensi sumberdaya alam laut yang bernilai
tinggi baik jenis dan keunikannya, dengan panorama bawah laut yang menakjubkan.
Secara umum perairan lautnya mempunyai konfigurasi dari mulai datar sampai
melandai kearah laut, dan beberapa daerah perairan terdapat yang bertubir curam.
Kedalaman airnya bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044 meter dengan dasar
perairan sebagian besar berpasir dan berkarang.
Masyarakat asli yang tinggal di sekitar taman nasional yaitu suku laut atau yang
disebut suku Bajau. Menurut catatan Cina kuno dan para penjelajah Eropa,
menyebutkan bahwa manusia berperahu adalah manusia yang mampu menjelajahi
Kepulauan Merqui, Johor, Singapura, Sulawesi, dan Kepulauan Sulu. Dari keseluruhan
manusia berperahu di Asia Tenggara yang masih mempunyai kebudayaan berperahu
tradisional adalah suku Bajau/bajo.
Runduma merupakan surga bagi penyu. Disebut demikian karena di pulau
berpasir putih ini, penyu bebas beranank pinak membentuk koloni tanpa gangguan
manusia. Pulau di tengah laut banda dan termasuk wilayah kabupaten Wakatobi
provinsi Sulawesi Tenggara ini, sesungguhnya bukan pulau tak berpenghuni. Ada 140
kepala keluarga yang bermukim di pulau itu yang sangat mencintai alam dan pulau
mereka, sehingga penyu merasa aman hidup berdampingan. Terumbu karang di
perairan laut banda juga masih lestari. Warga desa Runduma, kecamatan tomia
menghargai kehidupan biota laut dan sangat menjaga terumbu karang di kawasan itu.
Mereka tak pernah merusaknya, karena terumbu karang bagi mereka seperti “ibu” yang
member kehidupan. Mereka menangkap ikan hanya dengan menggunakan alat
konvensional, seperti pukat dan jala saja. Mereka pantang menggunakan alat modern
apalagi sampai melakukan pemboman ikan yang dapat merusak terumbu karang.
Mereka paham terumbu karang adalah tempat berkembangbiaknya biota laut khususnya
ikan dan penyu. Jika terumbu karang hancur, maka ikan dan penyu tak ada lagi.
Khusus penyu, disebelah pulau runduma terdapat pulau kecil yang sama sekali
tidak berpenghuni. Di pulau tanpa nama, rakyat Runduma membiarkan penyu bertelur.
Untuk mengawasi perkembangbiakan penyu, pengawasan dari Taman Nasional
Wakatobi setiap bulan melakukan kunjungan. Tujuannya untuk melihat, sekaligus
menghitung pertambahan populasi penyu di sekitar pulau tersebut.
Sebelum pengawasan konservasi Taman Nasional Wakatobi meningkatkan
pengawasan di sekitar teumbu karang Wakatobi, kerap kali pengganggu dari luar
wakatobi dating melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak,
bahkan ada yang berani melakukan pembiusan dengan kompresor. Mereka menyelam
hingga ke dasat karang menebar bius dan membunuh ikan dan biota laut lainnya.
Akibat perbuatannya tersebut, terumbu karang rusak. Ikan-ikan yang belum saatnya
dipanen mati karena di bius. Menurut “Siwa”, warga desa runduma, yang melakukan
pengeboman, pembiusan dan perburuan telur penyu dan sekaligus penyunya adalah
warga di luar pulau Runduma. Namun warga runduma yang kerap di tuding melakukan
itu semua. Padahal bukan mereka, melainkan orang luar yang datang merusak terumbu
karang.
H. METODE PELAKSANAAN
1. Waktu dan tempat
Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan atau 90 hari kerja yaitu
bulan Maret sampai bulan Mei 2010. Kegiatan ini dilaksanakan di Taman Nasional
Wakatobi Kabupaten Kabupaten Wakatobi Propinsi Sulawesi Tenggara.
2. . Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan
No. Alat dan Bahan FungsiI. Alat
a. Jaring Pembuatan transek peneluran
b. Patok Pembuatan transek peneluran
c. Kamera
d. gergaji
Dokumentasi kegiatan
Memotong papan dan balokII. Bahan
a. papan Pembuatan papan peringatan tempat peneluran
b. balok Pembuatan papan peringatan tempat Peneluran
c. tali
d. palu
e. paku
f. cat
Pembuatan transek peneluran.
Pembuatan transek peneluran
Pembuatan transek peneluran
Memberi warna pada papan pringatan
3. . Prosedur Kegiatan
a. Penyuluhan Mengenai Pentingnya Kegiatan Konservasi Penyu Hijau (C.
Mydas) :
- Mengumpulkan msyarakat di daerah taman nasional kepulauan wakatobi (pulau
Runduma)
- Menentukan masyarakat yang akan mewakili berbagai kelompok yang terdiri
dari kelompok pemuda, pelajar SD, pelajar SMP, SMU dan tokoh masyarakat
masing-masing 5 orang dari berbagai daerah di Taman Nasional Kepulauan
Wakatobi
- Memberikan materi penyuluhan mengenai konservasi penyu hijau dengan
menggunakan metode penangkaran
b. Pelatihan Teknis Pembuatan Alat Penangkaran Penyu.
- Mengumpulkan msyarakat di daerah taman nasional kepulauan wakatobi
- Menentukan masyarakat yang akan mewakili berbagai kelompok yang terdiri
dari kelompok pemuda, pelajar SD, pelajar SMP, SMU dan tokoh masyarakat
masing-masing 5 orang dari berbagai daerah di Taman Nasional Kepulauan
Wakatobi
- Mendemonstrasikan pembuatan alat penangkaran penyu
c. . Teknis pembuatan Alat Penangkaran
- Pembuatan transek dari patok dan jaring dengan ukuran 1 X 1 X 1 meter
- Pembuatan papan tanda peringatan penangkaran di dekat transek (alat
penangkaran)
I. JADWAL PELAKSANAN PROGRAM
Pelaksanaan program kegiatan disajikan pada Tabel 2 :
Tabel 2. Pelaksanaan Program Kegiatan
No. Uraian Kegiatan Waktu Keterangan
1. Survey pendahuluan Bulan ke 1 Dilakukan tim PKMM
2. Persiapan tim dan sosialisasi Bulan ke 1 Dilakukan tim PKMM
3. Pengadaan alat dan bahan Bulan ke 1 Dilakukan oleh tim PKMM
4. Diskusi dengan masyarakat Bulan ke 1 Dilakukan Oleh tim PKMM Bersama Masyarakat/Nelayan
5. Penyuluhan dan pelatihan Bulan ke 2 Dilakukan oleh tim PKMM
yang diikuti oleh nelayan
6. Demonstrasi pembuatan alatpenangkaran
Bulan ke 3 Dilakukan oleh tim PKMM dengan melibatkan nelayan
7 Pelaporan Bulan Ke3 Dilakukan oleh tim PKMM
J. RANCANGAN BIAYA
Rincian Anggaran Biaya kegiatan di tampilkan pada Tabel 3.di bawah ini:
No. Uraian Kegiatan Volume Satuan Satuan Harga (Rp)
Jumlah (Rp)
A. Biaya Habis Pakai1. Kertas A4 2 Rim 35.000,- 70.000,-2. Alat Tulis Menulis 1 Paket 80.000,- 80.000,-3. Rental Komputer 1 Paket 100.000,- 100.000,-4. Foto kopi dan Jilid 1 Paket 150.000,- 150.000,-
Sub Total A 400.000,-B. Biaya peralatan/bahan
penunjang PKM1. Peralatan penangkaran
Penyu hijau (jaring, patok, papan, balok,palu)
1 Paket 400.000 400.000,-
Sub Total B 400.000,-C. Biaya Transportasi
1. Transportasi kapal (Kendari – Wanci)Untuk 6 orang (PP)
1 Paket 1.800.000,- 1.800.000,-
2. Transportasi dari desa ke desa :(Wanci – Kaledupa), (Kaledupa – Tomia), (Tomia – Binongko), (Binongko – Runduma)untuk 6 orang (PP)
1 Paket 4.800.000,- 4.800.000,-
Sub Total C 6.600.000,-D. Biaya lain-lain1. Konsumsi kegiatan
Untuk 6 orang1 Paket 2.000.000,- 2.000.000,-
2. Dokumentasi/Iklan 1 Paket 100.000,- 100.000,-3. Pembuatan Poster
Public Awareness1 Paket 200.000,- 200.000,-
4. Laporan Perkembangan Kemajuan
1 Paket 100.000,- 100.000,-
5. Laporan Akhir 1 Paket 200.000,- 200.000,-Sub Total D 2. 600.000,-Total Akhir 10.000.000,