PJR TERAPAII

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dhniwlk;vmcdls

Citation preview

Pencegahan primerPencegahan primer demam rematik memerlukan pemberian antibiotik yang adekuat terhadap faringitis streptokokus grup A. Dalam memilih obat, dokter sebaiknya mempertimbangkan aspek bakteri dan efektivitas klinis, kepatuhan pasien terhadap obat yang diberikan (misal frekuensi dosis, lama terapi, dan palatabilitas), biaya, spektrum aktivitas agen, dan efek samping potensial.Benzatin Penisilin G (BPG) intramuskular, penisilin V potasium oral, dan amoksisilin oral adalah agen antibiotik yang direkomendasikan untuk terapi faringitis streptokokus grup A pada pasien tanpa alergi penisilin. Resistensi streptokokus grup A terhadap penisilin tidak pernah dilaporkan dan penisilin mencegah serangan primer demam rematik bahkan ketika dimulai 9 hari setelah onsel penyakit. Pasien dianggap tidak menularkan penyakit setelah 24 jam pemberian antibiotik.

Penisilin V potasium lebih disukai daripada penisilin G benzatin karena obat tersebut lebih resisten terhadap asam lambung. Namun, penisilin G benzatin sebaiknya dipertimbangkan pada pasien yang cenderung tidak akan menyelesaikan terapi oral selama 10 hari, pada mereka dengan riwayat diri atau keluarga demam rematik atau gagal jantung rematik, dan pada mereka dengan faktor lingkungan yang berrisiko terkena demam rematik (misal tinggal di lingkungan padat dan status sosial ekonomi rendah).Reaksi alergi terhadap penisilin lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak.Reaksi alergi hanya terjadi pada sejumlah kecil pasien, lebih sering setelah injeksi, dan meliputi gejala urtikaria dan edema angioneurotik.Anafilaksis jarang terjadi, khususnya pada anak.Riwayat reaksi alergi pasien perlu digali secara hati-hati.

Penggunaan antibiotik makrolid oral (eritromisin atau klaritromisin) atau azalid (azitromisin) diperbolehkan pada pasien alergi terhadap penisilin.Antibiotik makrolid dan azalid dapat menyebabkan interval QT memanjang bergantung dosis.Antibiotik makrolid sebaiknya tidak digunakan pada pasien yang mengkonsumsi obat-obatan lain yang menghambat sitokrom P450 3A, seperti agen antifungi azol, human immunodeficiency virus protease inhibitor, dan beberapa selective serotonin reuptake inhibitors.

Pencegahan sekunder Demam rematik rekuren dihubungkan dengan perburukan atau perkembangan menjadi penyakit jantung rematik. Pencegahan faringitis streptokokus grup A rekuren adalah metode paling efektif untuk mencegah penyakit jantung rematik berat. Namun, infeksi streptokokus grup A tidak harus simptomatik untuk memicu rekurensi, dan demam rematik dapat berulang bahkan ketikan infeksi simptomatik diobati secara optimal. Oleh karena itu, pencegahan demam rematik rekuren membutuhkan profilaksis antimikrobial berkelanjutan bukan hanya pengenalan dan terapi episode akut faringitis streptokokus grup A.

Profilaksis berkelanjutan direkomendasikan pada pasien dengan riwayat demam rematik dan pada pasien dengan bukti penyakit jantung rematik.Profilaksis sebaiknya dimulai sesegera setelah demam rematik akut atau penyakit jantung rematik terdiagnosis. Untuk memusnahkan residual streptokokus grup A, penisilin sebaiknya diberikan pada pasien dengan demam rematik akut, bahkan jika hasil kultur tenggorokan negatif.

Profilaksis antimikrobial berkelanjutan merupakan proteksi paling efektif terhadap rekurensi demam rematik.Karena risiko rekurensi bergantung pada berbagai faktor, dokter sebaiknya menentukan lama profilaksis yang sesuai berdasarkan kasus per kasus dengan mempertimbangkan ada tidaknya penyakit jantung rematik.Pasien yang terkena karditis rematik, dengan atau tanpa penyakit katup, adalah risiko tinggi terjadi rekurensi dan cenderung untuk keterlibatan jantung berat yang meningkat pada setiap episode.Pasien-pasien ini sebaiknya diberikan profilaksis antibiotik jangka panjang sampai dewasa, dan mungkin seumur hidup. Pasien dengan penyakit katup persisten sebaiknya menerima profilaksis selama 10 tahun setelah episode terakhir demam rematik akut atau sampai umur 40 tahun, mana yang lebih lama. Pada saat itu, tingkat keparahan penyakit katup dan potensial pajanan terhadap streptokokus grup A sebaiknya ditentukan, dan melanjutkan profilaksis (bisa sampai seumur hidup) sebaiknya dipertimbangkan pada pasien risiko tinggi.

Di Amerika Serikat, injeksi penisilin G benzatin setiap empat minggu adalah obat yang direkomendasikan untuk pencegahan sekunder. Pada populasi tertentu, pemberikan setiap tiga minggu dibenarkan karena kadar obat serum akan turun di bawah kadar protektif sebelum empat minggu setelah dosis inisial.

Pemberian dosis tiga minggu direkomendasikan hanya pada pasien yang menderita demam rematik akut meskipun sudah mematuhi pemakaian obat setiap 4 minggu.Kelebihan penisilin G benzatin sebaiknya dipertimbangkan dengan ketidaknyamanan terhadap apsien dan nyeri saat injeksi, yang menyebabkan beberapa pasien tidak melanjutkan profilaksis.

Beberapa fasilitas pelayanan kesehatan lebih memilih memberikan BPG pada tanggal yang sama setiap bulan daripada setiap 4 minggu. Tidak ada data efektivitas terapi tersebut, namun data farmakokinetik menyatakan bahwa memperpanjang interval dosis lebih dari 4 minggu meningkatkan risiko demam rematik.Oleh karena itu, pemberian bulanan dibandingkan 4 mingguan BPG dapat diterima hanya jika dianggap dapat meningkatkan kepatuhan.

Keberhasilan profilaksis oral bergantung pada kepatuhan pasien terhadap obat.Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, perlu diberikan informasi yang cukup mengenai penyakit dan terapi.Pasien harus diberikan instruksi berulang tentang pentingnya kepatuhan terhadap obat.Bahkan dengan kepatuhan optimal, risiko rekurensi lebih tinggi pada pasien yang menerima profilaksis oral daripada mereka yang menerima injeksi penisilin G benzatin.Oleh karena itu, obat oral lebih cocok untuk pasien dengan risiko rekurensi yang rendah.

Pencegahan sekunder pada kehamilanKarena tidak ada bukti teratogenisitas, profilaksis penisilin sebaiknya diberikan selama kehamilan untuk pencegahan demam rematik akut (Grade D).Eritromisin juga dianggap aman pada kehamilan, meskipun uji dengan kontrol belum dilakukan.

Pencegahan sekunder pada pasien diterapi antikoagulanPerdarahan intramuskular dari injeksi BPG, dihubungkan dengan terapi antikoagulasi sangat jarang.Oleh karena itu, injeksi sebaiknya dilanjutkan pada pasien diterapi antikoagulan, kecuali jika terbukti terdapat perdarahan tidak terkontrol, atau international normalized ratio (INR) di luar batas terapi (Grade D).

Mengurangi rasa nyeri injeksi BPGJarum ukuran kecil dan peningkatan ukuran volume injeksi menjadi 3,5 mL memperbaiki pemberian injeksi di Taiwan. Penambahan 1% lignocaine terhadap BPG mengurangi nyeri dengan segera secara signifikan dan pada 24 jam pertama setelah injeksi, ketika tidak mempengaruhi konsentrasi penisilin dalam serum secara signifikan.

Penisilin prokain ditambahkan pada pada BPG mengurangi nyeri dan reaksi lokal. Kombinasi ini efektif untuk terapi faringitis streptokokal, tetapi formulasi yang diuji sampai saat ini kadar serum tidak adekuat secara terus menerus untuk jangka panjang untuk pencegahan sekunder. Penekanan langsung pada tempat injeksi memperlihatkan pengurangan nyeri injeksi intramuskular. Teknik lain yang mudah dilakukan adalah dengan menghangatkan spuit sama dengan termperatur ruangan, memastikan kulit yang diolesi alkohol kering sebelum injeksi dan memberikan injeksi secara perlahan-lahan.

Pencegahan primer demam reumatik

Pencegahan primer demam reumatik adalah pemberian antibiotika untuk pengobatan infeksi streptokokus grup A pada saluran napas bagian atas, yang bertujuan untuk mencegah serangan pertama DR akut (Tabel 2).1 Gejala yang menunjang untuk faringitis oleh karena streptokokus grup A adalah demam tinggi yang tiba-tiba, sakit tenggorokan hebat sampai sulit menelan, rash scarlatina dan nyeri abdomen. Tabel 2. Pencegahan primer demam reumatik: terapi yang dianjurkan untuk pengobatan terhadap faringitis streptrokokus.1AntibiotikaPemberianDosisKeterangan

Benzatin benzylpenisilin

Phenoxymethyl penicillin (Penicillin V)AmoksisilinCefalosporin generasi pertama Eritromisin etilsuksinat Injeksi i.m, tunggalOral 2-4 kali/hari selama 10 hariOral 2-3 kali/hari, selama 10 hariOral 2-3 kali/hari selama 10 hariOral 4 kali/hari selama 10 hari1.200.000 unit i.m; BB 30 kg: 1.200.000 unitAnak < 30 kg: 600.000 unit 250 mg dua kali sehariAnak dan dewasa BB > 30 kg: 1 gram/hari.Anak < 30 kg: 500 mg/hari 250 mg dua kali sehari.

Dikutip dari Diagnosis dan Tatalaksana Demam Reumatik dan Penyakit Jantung Reumatik, dalam Hot Topics in Paeiatrics Pediatrik Gawat Darurat, Kardiologi Anak dan Perinatologi di Balikpapan, 18-19 Maret 20061Pemberian anti inflamasi, anti korea, dan kortikosteroid

Oleh karena beberapa bukti menunjukkan proses inflamasi merupakan penyebab utama gejala karditis, maka pemberian obat anti inflamasi seperti kortikoseteroid dan aspirin digunakan untuk pengobatan DR akut.1Pada kasus dengan karditis berat, pemberian aspirin harus dikombinasi dengan pemakaian kortikosteroid (Tabel 4).1 Beberapa peneliti menunjukkan pemberian kortikosteroid, yang mekanisme kerjanya sebagai antiinflamasi dan imunosupresif, dapat mengurangi lamanya serangan dan mengurangi kerusakan pada katub jantung. Secara farmakologis kortikosteroid bekerja dengan mempertahankan interitas kapiler, stabilisasi organel sitoplasma (sehingga mencegah pelepasan enzim hidrolitik), mencegah perlekatan sel darah merah pada endotel vaskuler, dan mengurangi proses diapedesis dinding kapiler dengan makrofag dan sel polimorfonuklear pada daerah inflmasi. Tetapi sayangnya pemberian kortikosteroid, anti-inflamasi non-steroid yang baru seperti naproxen dan metilprednisolon atau imunoglobulin intravena tidak dapat mencegah atau menurunkan resiko keterlibatan katup jantung pada penderita dengan DR akut. Selain itu preparat anti inflamasi sampai saat ini juga belum pula terbukti dengan baik dapt merubah perjalanan penyakit karditis. Demikian pula dengan pemberian imunoglobulin intravena, tidak dapat merubah perjalanan penyakit DR akut.1Untuk pengobatan korea Sydenhams masih digunakan preparat yang bertujuan mengurangi gerakan involunter, yaitu haloperidol.1 Dosis awal yang dianjurkan 1-3 gram/hari, dan dapat dinaikkan setiap 5 hari sampai gejala menghilang. Dosis ini dipertahankan selama 2 minggu dan kemudian secara bertahap diturunkan. Obat lain yang dapat dipilih adalah diazepam dan karbamazepin.Tabel 4. Rekomendasi pemberian obat anti inflamasi.1Artritis sajaKarditis RinganKarditis SedangKarditis Berat

Prednison Aspirin 01-2 minggu03-4 minggu**06-8 minggu2-8 minggu*2-4 bulan

* Dosis prednison harus diturunkan bertahap dan pemberian aspirin dimulai pada minggu terkhir

** Aspirin dapat diturunkan sampai dosis 60 mg/kg/hari setelah 2 minggu terapi

Dosis : Prednison : 2 mg/kg/hari, dalam 4 dosis terbagi

Aspirin : 100 mg/kg/hari, dalam 4-6 dosis tinggi