Upload
dianita-rahma
View
1.002
Download
69
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ikgp
Citation preview
PIT & FISSURE SEALANT(BAHAN PENGISI PIT & FISUR)
1.BERSASIS RESIN
2.BERSAIS IONOMER KACA
GAMBAR PIT & FISUR PADA PERMUKAN GIGI MOLAR
Referensi1. Andlaw,RJ and Rock.1992. Perawatan Gigi Anak. Alih
bahasa: Agus Djaya dari A Manual of Pedodontics. Jakarta: EGC
2. Anusavice, Kenneth J. 1994. Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC
3. Baum, Lloyd. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Alih bahasa oleh Prof. Dr. drg Rasinta Tarigan. Jakarta: EGC
4. Combe, E.C. 1992. Sari Dental Material. Diterjemahkan drg. Slamet Tarigan, MS, PhD. Jakarta: Balai Pustaka
5. Craig, Robert G. 1979. Dental Materials. London: Mosby Company
6. Departement of Health North Sidney. 2008. Pit and Fissure Sealants: Use of in Oral Health Service NSW.
7. Ganesh, Mahadevan MDS, et al. 2007. Comparative Evaluation of The Marginal Sealing Ability of Fuji VII and Concise as Pit and Fissure Sealants. The Journal Contemporary Dental Practice,
8. Harris, O Norman. 1999. Primary Preventive Dentistry Fifth Edition. USA: Appleton & Lange
9. Kervanto, Sari. 2009. Arresting Occlusal Enamel Caries Lesions with Pit and Fisura Sealants. Academic Dissertation Faculty of Medicine, University of Helsinki.
10.Kidd, Edwina A. M dan Bechal, Sally Joyston.1992. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Terjemahan Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk dari Essential of Dental Caries (1992). Jakarta: EGC
11.Lesser, Donna, RDH, BS. 2001. An Overview of Dental Sealants. 12.Lucas, J, Dr . 2008. Fuji VII Pink or White.
13.Nunn, J.H. 2000. British Society of Paediatric Dentistry: A Policy Document on Fissure Sealants in Paediatric Dentistry. International Journal of Paediatric Dentistry
14.Paarmann, Carline, RDH, MEd. 1991. Application of Pit and Fissure Sealants.
15. Pinkham, J.R. 1994. Pediatryc Dentistry, Infancy Trough Adolescence second edition. Philadelphia: W.B Saunders Co
16.Subramaniam P. 2008. Retention of Resin Based Sealant and Glass Ionomer used as a Fissure Sealant: a Comparative Study. Jurnal Indian Soc. Pedodontics Prevent Departemen
17.Walsh, Laurence J, Prof. 2006. Pit and Fissure Sealant: Current Evidence and Concepts. Dental Practice Journal.
18.Wheeler, Russel C, DDS, FACD. 1974. Dental Anatomy, Physiology and Occlusion. Philadelphia : W.B Saunders
Company
PIT & FISUR PENUMPUKAN PLAK, DEBRIS DLL
pH TURUN
DEMINERALISASI penyakit gigi
KARIES GIGI
HISTOLOGI ZONA KARIES (MIKROSKOP CAHAYA)
1. ZONA TRANSLUSEN• Tidak berstruktur• Translusen• Lebih porus (demineralisasi dibanding enamel
normal
2. ZONA GELAP• Tepat diatas zona tranlusen• Lebih porus dibanding zona 1• Terdpt pori2 kecil (daerah remineralisasi)
3. BADAN LESI• Zona terbesar• Terletak diatas zona gelap & didlm permukaan karies• Berwarna lebih gelap (ada molekul air yg masuk
pori2 jaringan, indeks refraksi air berbeda dg enamel • Volume pori2 sekitar 5% makin membesar
kepusatnya hingga 25%
4. ZONA PERMUKAAN• Terbentuk kavitas• Bisa remineralisasi email,dg fluor yg banyak. • Perlu waktu 3-4 th karies mencapai dentin• Klinis tergantung ketebalan enamel & bentuk
morfologi pit & fisur (M. John Hick dalam J.R Pinkham, 1994: 456).
Perawatan Pit & Fisur
pilihan perawatan bagi dokter gigi dalam merawat pit & fisura.
1. Melalui pengamatan (observasi), menjaga oral higiene, & pemberian fluor
2. Pemberian sealant
Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura
• pit & fisura retentif thd (plak,debris)
• Pit & fisura dg dekalsifikasi minimal
• Karies pada pit & fisura atau restorasi pada gigi sulung atau permanen lainnya
• Tidak adanya karies interproximal
• Memungkinkan isolasi cukup terhadap kontaminasi saliva
• Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun.
kontraindikasi pemberian sealant pada pit dan fisura
• Self cleansing yg baik pada pit & fisura• Terdapat tanda klinis maupun radiografis
adanya karies interproximal yg memerlukan perawatan
• Banyaknya karies interproximal & restorasi• Gigi erupsi hanya sebagian & tidak
memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva
• Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun.
Umur yang tepat pemberian pit dan fisur silen
(Norman O. Harris, 1999)
• Umur 3-4 tahun merupakan waktu yg berharga untuk pemberian sealant pada geligi susu
• umur 6-7 tahun merupakan saat erupsi gigi permanen molar pertama;
• umur 11-13 tahun merupakan saatnya molar kedua & premolar erupsi.
Etsa Asam • Porositas, terjadi retensi mekanis antara
enamel yg dietsa dg bahan sealant • klinis warna tampak pudar, putih seperti
kapur atau seperti warna es. Hasil etsa berupa resin tag yg berperan penting dalam retensi & keberhasilan aplikasi sealant. (Carline Paarmann,1991)
• Etsa asam resin: asam fosfat 35-37%, ortofosfat
• Dentin kondisioner ionomer kaca: asam poliakrilat 10%, utk menghilangkan smear layer dentin
Bahan Penutup Pit dan Fisura Bahan Sealant Berbasis Resin
a. Bahan matriks resin
b. Partikel bahan pengisi
c. Bahan coupling
d. Penghambat
e. Sifat bahan resin
Bahan matriks resin
• bisfenol A-glisidil metakrilat (bis-GMA), suatu resin dimetakrilat.
• Bis-GMA, urethane dimetrakilat (UEDMA), dan trietil glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah dimetakrilat yg umum digunakan dalam komposit gigi.
(Kenneth J Anusavice, 2004: 230).
Partikel bahan pengisi
• Menurunkan penyerapan air & koefisiensi termal dibandingkan dg resin tanpa bahan pengisi.
• Meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan kompresi, kekuatan tarik& modulus elastis membaik, ketahanan aus.
• Penambahan serpih kaca mikroskopis, partikel quartz. Bahan ini membuat sealant lebih tahan terhadap abrasi (Norman O. Harris, 1999: 246).
• Pengisi makro:silika, cristalin quartz, atau silikat glass boron. sifat radiopak bahan pengisi disebabkan oleh kaca & porselen yg mengandung logam berat seperti barium, strontium & zirconium. Penambahan bahan pengisi mengurangi pengerutan pada saat polimerisasi & menambah kekerasan (Lloyd Baum, 1997: 254).
Bahan coupling • Aplikasi tepat dapat meningkatan sifat
mekanis, fisik & memberikan kestabilan hidrolitik dg mencegah air menembus sepanjang antar bahan pengisi dan resin. γ-metakriloksipropiltrimetoksi silane adalah bahan yg sering digunakan sebagai bahan coupling (Kenneth J Anusavice, 2004: 230-1).
Bahan Penghambat • mencegah polimerisasi spontan dari
monomer • Bahan penghambat yang umum
digunakan adalah butylated hydroxytoluene (Kenneth J. Anusavice, 2004: 232).
Sifat bahan resin • sifat mekanis: baik, kelarutan bahan resin sangat
rendah. Sifat termis: isolator termis yang baik. koefisien termal: tinggi. Kebanyakan resin bersifat radiopaque (E.C Combe, 1992: 176-7).
• Warna: dapat disesuaikan dg kebutuhan perawatan. Sifat mekanis: baik, dapat digunakan pd gigi dg beban kunyah besar. pengerutan selama proses polimerisasi yg tinggi menyebabkan kelemahan klinis & sering menyebabkan kegagalan. Kebocoran tepi akibat pengerutan dalam proses polimerisasi dapat menyebabkan karies sekunder. kekasaran permukaan dapat dijadikan tempat menempelnya plakperlu dipulas (Kenneth J Anusavice, 2004: 247).
Indikasi fisure sealant berbasis resin• Digunakan pada geligi permanen
• Kekuatan kunyah besar
• Insidensi karies relatif rendah
• Gigi sudah erupsi sempurna
• Area bebas kontaminasi atau mudah dikontrol
• Pasien kooperatif, karena banyaknya tahapan yg membutuhkan waktu lebih lama.
Pengerasan Sealant Berbasis ResinAda 2 tipe bis GMA1. Polimerisasi kimia secara Otomatis:
mengalami polimerisasi setelah pencampuran komponen katalis
2. polimerisasi dg inisiatos sinar. Telah digunakan: sinar ultraviolet (panjang gelombang 365 nm), tetapi sekarang telah banyak digantikan oleh sinar tampak (biru) dg panjang gelombang 430-490 nm (R.J Andlaw, 1992: 58).
Pengerasan Sealant Berbasis Resin secara
Otomatis • disebut cold curing, chemical curing, atau self
curing. Bahan 2 pasta: mengandung inisiator benzoil peroksida & mengandung amin tersier. kedua pasta diaduk, amin bereaksi dg benzoil peroksida untuk membentuk radikal bebas & polimerisasi tambahan dimulai (Kenneth J. Anusavice, 2004: 232).
• operator tidak memiliki kemampuan mengendalikan waktu kerja setelah bahan diaduk. Jadi pembentukan kontur restorasi harus diselesaikan begitu tahap inisiasi selesai. Jadi proses polimerisasi terus-menerus terganggu sampai operator telah menyelesaikan proses pembentukan kontur restorasi (Kenneth J. Anusavice, 2004: 235).
Pengerasan Sealant Berbasis Resin dg Sinar
• Polimerisasi: foto-inisiator & activator amin terdapat dalam satu pasta. Bila tidak terkena sinar, maka kedua komponen tersebut tidak bereaksi. Pemaparan sinar dg panjang gelombang yg tepat merangsang foto-inisiator berinteraksi dg amin untuk membentuk radikal bebas yg mengawali polimerisasi selanjutnya.
• Foto-inisiator: camphoroquinone
Teknik Aplikasi Fissure Sealant Berbasis Resin
(9 tahap, harus berurutan) (Donna Lesser, 2001) 1. Pembersihan pit & fisur dg brush & pumis 2. Pembilasan dengan air
3. Isolasi gigi dg cotton roll atau gunakan rubber dam 4. Keringkan permukaan gigi 20-30 detik dg udara.
5. Lakukan pengetsaan pada permukaan gigi
6. Pembilasan dg air selama 60 detik
7. Pengeringan dg udara setelah pengetsaan permukaan pit & fisura
8. Aplikasi bahan sealant
9. Evaluasi permukaan oklusal
Syarat pumis yg digunakan dalam perawatan ini
• Memiliki kemampuan abrasif ringan• Tanpa ada pencampur bahan perasa• Tidak mengandung minyak• Tidak mengandung Fluor• Mampu membersihkan, menghilangkan
debris, plak & stain• Memiliki kemampuan poles yg bagus
Syarat air dalam perawatan ini
1.Air bersih
2.Air tidak mengandung mineral
3.Air tidak mengandung bahan kontaminan
Syarat udara dalam perawatan ini
• Udara harus kering• Udara tidak membawa air (tidak lembab)• Udara tidak mengandung minyak• Udara sebaiknya tersimpan dalam syringe
udara & dihembuskan langsung ke permukaan gigi.
pengetsaan
• Lama etsa tergantung petunjuk pabrik• Jika jenis etsa yg digunakan adalah gel,
maka etsa bentuk gel tersebut harus dipertahankan pada permukaan gigi yg dietsa sampai waktu etsa telah cukup.
• Jika jenis etsa yg digunakan adalah berbentuk cair, maka etsa bentuk cair tersebut harus terus-menerus diberikan pada permukaan gigi yg dietsa hingga waktu etsa telah cukup
Pengeringan dg udara setelah pengetsaan permukaan pit dan fisura
• Syarat udara sama dg sebelumnya. • Cek keberhasilan pengetsaan dg
mengeringkannya dg udara, permukaan yg teretsa akan tampak lebih putih
• Jika tidak berhasil, ulangi proses etsa• Letakkan cotton roll baru, & keringkan• Keringkan dg udara selama 20-30 detik
Aplikasi bahan sealant ikut petunjuk pabrik
• Self curing: campurkan kedua bagian komponen bahan, polimerisasi akan terjadi selama 60-90 detik.
• Light curing: aplikasi dengan alat pabrikan (semacam syringe), aplikasi penyinaran pada bahan, polimerisasi akan terjadi dalam 20-30 detik.
Evaluasi permukaan oklusal setelah seting
• Cek oklusi dengan articulating paper
• Penyesuaian dilakukan bila terdapat kontak berlebih (spot grinding)
Bahan Sealant Semen Ionomer Kaca
• Semen ionomer kaca adalah nama generik bahan yg menggunakan bubuk kaca silikat & larutan asam poliakrilat. Bahan ini mendapatkan namanya dari formulanya yaitu bubuk kaca & asam ionomer yg mengandung gugus karboksil. disebut Juga sebagai semen polialkenoat. Bahan dalam semen ionomer kaca terdiri atas bubuk & cairan.
Bubuk semen ionomer kaca • Bubuk: kaca kalsium fluoroaluminosilikat yg
larut dalam asam. Komposisi:silica, alumina, aluminium fluoride, calsium fluoride, sodium fluoride, dan aluminium phosphate. Bahan mentah digabung sehingga membentuk kaca yg seragam dg memanaskannya sampai temperature 1100-1500 ºC. Lanthanum, strontium, barium, atau oksida seng ditambahkan untuk menimbulkan sifat radiopak (Kenneth J. Anusavice, 2004: 449).
Cairan semen ionomer kaca • Cairan:larutan asam poliakrilat 50%. kental &
cenderung membentuk gel setelah bbrp waktu. sebagian besar adalah dalam bentuk kopolimer dg asam itikonik, maleik atau trikarbalik. Asam ini cenderung menambah reaktivitas cairan, mengurangi kekentalan, mengurangi kecenderungan membentuk gel, memperbaiki karakteristik manipulasi, meningkatkan waktu kerja & memperpendek waktu pengerasan (Lloyd Baum, 1997: 254).
Pengerasan / seting
• bubuk &cairan dicampur membentuk pasta, permukan partikel kaca akan terpajan asam. Ion-ion kalsium, aluminium, natrium & fluorin dilepaskan ke dalam media yg bersifat cair. Rantai asam poliakrilat akan berikatan silang dg ion-ion kalsium & membentuk masa yg padat. (Kenneth J. Anusavice, 2004: 451).
Sifat semen ionomer kaca
• sifat kekerasan:baik, namun jauh inferior dibanding kekerasan bahan resin. Kemampuan adhesi melibatkan proses kelasi gugus karboksil dari poliasam dg kalsium di kristal apatit enamel & dentin. bersifat anti karies karena mampu melepaskan fluor. proses pengerasan harus dihindarkan dari saliva karena mudah larut & menurunkan kemampuan adhesi. Ikatan fisiko kimiawi antara bahan & permukaan gigi sangat baik sehingga mengurangi kebocoran tepi tumpatan (Kenneth J. Anusavice, 2004: 453).
Indikasi fisure silen semen ionomer kaca
• Digunakan pada geligi sulung
• Kekuatan kunyah relatif kecil
• Pada insidensi karies tinggi
• Gigi yang belum erupsi sempurna
• Area yang kontaminasi sulit dihindari
• Pasien kurang kooperatif
Teknik Aplikasi Fissure Sealant Berbasis SIK
(10 tahap, harus berurutan) (Dep Kes North Sidney, 2008 ) 1. Pembersihan pit & fisur dg brush & pumis 2. Pembilasan dengan air
3. Isolasi gigi dg cotton roll atau gunakan rubber dam 4. Keringkan permukaan gigi 20-30 detik dg udara.
5. Aplikasi bahan dentin kondisioner 10-20 detik (tergantung instruksi pabrik).
6. Pembilasan dg air selama 60 detik
7. Pengeringan dg udara
8. Aplikasi bahan sealant SIK
9. Segera aplikasi bahan varnish setelah aplikasi fissure
sealant 10. Evaluasi permukaan oklusal
TAHAPAN APLIKASI FISSURE SEALANT BERBASIS RESIN CDEF (Dr. Crist Bryant dalam Donna Lesser, RDH, BS. 2001)
A B C
DE F
setelah polimerisasi sewarna gigi sebelum polimerisasi berwarna pinkproses polimerisasi
Bahan fissure sealant berbasis resin (light cure)telah dilakukan fissure sealant Pit dan fisura pada gigi
TAHAPAN APLIKASI FISSURE SEALANT BERBASIS SEMEN IONOMER KACA
ABCDEF(Dr J. Lucas dalam www. gcasia.info, 2008)
telah dilakukan fissure sealantAplikasi bahan varnish Aplikasi bahan pit & fisur
Pemberian kondisioner Pencampuran bahan Gigi molar yang baru erupsi A B C
D E F