40
PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS Drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc. Drh. Hembang MP

PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

  • Upload
    samara

  • View
    100

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS. Drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc. Drh . Hembang MP. Pinkeye. Disebut juga infectious keratoconjungtivitis atau infectious opthalmia - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

PINKEYE STREPTOCOCCOSIS

STAPHYLOCOCCOSIS

Drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc.Drh. Hembang MP

Page 2: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

PINKEYE Disebut juga infectious keratoconjungtivitis

atau infectious opthalmia Menyerang sapi, domba, kambing, dan domba

dicirikan oleh blefarospasmus, konjungtivitis, lakrimasi, dan berbagai tingkat kekeruhan dan ulserasi kornea

Infectious bovine keratoconjungtivitis (IBK: ‘pinkeye’) adalah penyakit mata yang paling umum diamati pada sapi di seluruh dunia

Bakteri batang, Gram negatif: Moraxella bovis adalah organisma yang paling sering ditemukan pada IBK

Moraxella bovis memiliki 7 serotipe

Page 3: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

Infectious bovine rhinotracheitis (IBR) dapat dikacaukan dengan IBK. Namun, IBR menyebabkan konjungtivitis tetapi sedikit atau bahkan tidak ada peradangan kornea (keratitis) maupun ulserasi kornea

Mycoplasma spp dapat juga menyebabkan konjungtivitis, baik sendiri atau bersamaan dengan Moraxella bovis

Page 4: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

Pada domba dan kambing, konjungtivitis ataupun keratokonjungtivitis dihubungkan dengan infeksi Chlamydophila psittaci dan C pecorum

Dapat juga disebabkan oleh Mycoplasma conjungtivae, dan Moraxella ovis

Pada kambing, infeksi oleh Mycoplasma paling sering terjadi

Oleh karena adanya kemungkinan risiko zoonosis maka seseorang harus menggunakan sarung tangan saat mengobati hewan terinfeksi pinkeye

Page 5: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

GEJALA KLINIS Penyakit biasanya akut dan cenderung

menyebar secara cepat. Salah satu atau kedua mata bisa terinfeksi Lalat muka, radiasi UV dari matahari yang

tajam, lingkungan kering dan berdebu, stress transportasi merupakn faktor2 risiko yang berkontribusi terhadap pinkeye

Pada banyak species, hewan muda adalah yang terbanyak terinfeksi tetapi semua umur hewan peka

Page 6: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

Gejala klinis paling awal adalah fotopobia, blefarospasmus, dan epifora

Selanjutnya cairan mata menjadi mukopurulen. Konjungtivitis dengan berbagai tingkat keratitis hampir selalu terjadi.

Pada domba dan kambing, dapat terjadi polyarthritis

Pada kambing, infeksi ambing dan uterus dapat saja terjadi bersamaan dengan keratokonjungtivitis

Nafsu makan hilang dikarenakan ketidaknyamanan pada mata ataupun kehilangan kemampuan mata untuk menemukan makanan

Page 7: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

Gejala klinis dapat berlangsung selama beberapa hari hingga minggu

Sebagaian besar ulserasi kornea pada sapi penderita IBK dapat sembuh tanpa kehilangan daya penglihatan

Namun, ruptur kornea dan kebutaan permanen dapat terjadi pada infeksi/kasus yang berat

Page 8: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

Stadium lanjut

Stadium awal

Page 9: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

PENCEGAHAN DAN TREATMENT Terapkan praktik manajemen yang baik Pemisahan hewan sakit dari yang sehat Radiasi UV dari sinar matahari dapat memperparah

penyakit. Oleh karena itu hewan sakit harus diisolasi dari sinar matahari langsung

Aplikasikan insektisida untuk mengurangi populasi lalat wajah (Musca autumnalis), vektor penting bagi M bovis

Vaksin atau bakterin M bovis tersedia untuk mencegah infeksi pinkeye pada sapi; diberikan sebelum musim lalat atau diberikan 6-8 minggu sebelum perkiraan datangnya wabah IBK agar menyediakan cukup waktu bagi pembentukan imunitas

Page 10: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

M bovis peka terhadap berbagai antibiotika Injeksi penicillin langsung ke dalam konjungtiva

(harus dilakukan secara hati-hati) Injeksi Oxytetracycline LA (2 injeksi dengan dosis

20 mg/kg BB, IM atau SC dengan interval 48 – 72 jam) atau sekali injeksi dengan tulathromycin 2,5 mg/kg BB

Pada domba dan kambing, dimana infeksi chlamydophila dan mycoplasma dominan, direkomendasi pengobatan topikal dengan salep tetracycline, oxytetracycline / polymyxin B, atau erythromycin

Pengobatan topikal tsb diterapkan 3-4 kali sehari

Page 11: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

Jika pengobatan topikal tidak praktis, dapat diinjeksi dengan oxytetracycline LA (20 mg/kg BB, IM) atau penambahan oxytetracycline ke dalam pakan (80 mg/ekor/hari)

Hewan yang menderita kesakitan akibat uveitis sebagai efek sekunder keratokonjungtivitis dapat diredakan dengan aplikasi salep atropin 1%, 1 -3 kali sehari

Page 12: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

STREPTOCOCCUS

Page 13: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

STREPTOCOCCUS SUIS S suis termasuk Lancefield grup D Hasilkan Alfa hemolisis (hemolisis incomplete) Distribusi secara luas di seluruh dunia; 35

serotipe 70% adalah serotipe 1 – 9 Terbanyak adalah serotipe 2 S suis normal ditemukan di saluran pernapasan

bagian atas, terutama tonsil dan rongga hidung Juga ditemukan dalam organ genital dan

saluran pencernaan babi Infeksi klinis terutama diamati pada babi

sapihan (2-5 minggu setelah sapih), babi muda, tetapi jarang pada babi menyusui

Page 14: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

Gram-positive cocci, mostly in pairs and short chains, found in cerebrospinal fluid from a 34-year-old man with Streptococcus suis meningitis.

Page 15: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

Koloni S suis (kecil dan halus)

Page 16: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

EPIDEMIOLOGI DAN TRANSMISI S suis ditemukan di seluruh dunia, pada

peternakan yang intensif Tipe 2 adalah yang terbanyak (90%) menginfeksi Babi yang sehat secara klinis ternyata dapat

menjadi karier bagi sejumlah serotipe Anak babi terkolonisasi oleh S suis dari sekresi

vaginal saat proses kelahirannya (partus) atau selama menyusui pada induk

Penularan di antara kelompok terjadi akibat perpindahan atau pencampuran dengan babi-babi karir yang terlihat sehat

Pemasukan ke dalam kelompok non-infeksi biasanya langsung diikuti dengan kejadian penyakit pada babi sapih dan/atau babi-babi muda

Page 17: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

Beberapa kelompok yang tidak menunjukkan penyakait dapat saja menunjukkan penyakit tsb ketika berada dalam keadaan stress dan adanya agen penyakit lain

Wabah S suis dilaporkan terjadi bersamaan dengan porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS)

Page 18: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

GEJALA KLINIS Gejala awal berupa demam, dibarengi dengan

septisemia yang bertahan beberapa hari jika tidak diobati

Selama periode tsb di atas, terjadi demam yang fluktuatif, hewan lesu, depresi, pincang bergantian.

Pada perakut, hewan mati tanpa menunjukkan gejala

Meningitis adalah gejala yang paling menciri dan sering digunakan sebagai dasar diagnosa presumtif

Tanda-tanda syarafi meliputi depresi, inkoordinasi, ketidakmampuan berdiri, kaki mendayung (paddling), opisthotonus, konvulsi, dan nystagmus

Page 19: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

Endokarditis juga sering ditemukan pada anak babi yang lebih tua

Babi terinfeksi mungkin juga memperlihatkan tanda-tanda dispnea, & cyanosis

Pembengkakan sendi dan pincang merupakan indikasi adanya poly-arthritis

Gejala gangguan respirasi juga kadang teramati

Page 20: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

LESI Lesi kebanyakan diamati pada babi sapihan

dan babi muda Lesi meliputi limfadenopati, meningitis,

arthritis, serositis, dan endokarditis Dapat juga teramati eksudat fibrinopurulen

di otak, pembengkakan sendi, serositis fibrinous, dan cardiac valvular vegetations

Splenomegali dan hemoragi petekial yang mengindikasikan adanya septisemia dapat juga diamati

Lesi berupa septisemia, meningitis, atau polyarthritis dapat diamati pada anak babi yang menyusui

Page 21: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

Pneumonia dan pleurisi akibat infeksi S suis tipe 2

Valvular endocarditis

Page 22: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

DIAGNOSIS Diagnosis presumtif umumnya

didasarkan pada riwayat, gejala-gejala klinis, umur hewan, dan lesi-lesi makro.

Isolasi dan penentuan serotipe kuman, dan evaluasi terhadap lesi-lesi mikroskopis dapat meneguhkan diagnosis

Uji serologis tidak selalu tersedia Karakterisasi genetik oleh laboratorium

tertentu penting untuk studi epidemiologis

Page 23: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

TREATMENT Pengenalan gejala awal dan pengobatan

antibiotik secara parenteral adalah metode terbaik penanganan infeksi S suis

Antibiotik beta-lactam, seperti ampicillin dan amoxicillin cukup efektif

Anti radang diperlukan untuk mengurangi peradangan organ atau jaringan

S suis peka terhadap disinfektan golongan aldehyde, hipoklorit, iodine, dan amonium quaternary

Vaksinasi tidak efektif

Page 24: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

RISIKO ZOONOSIS Manusia yang terinfeksi dengan S suis dapat

mengalami septisemia, meningitis, kehilangan pendengaran permanen, endokarditis, dan arthritis

Mortalitas mencapai 7% Mayoritas infeksi S suis pada orang adalah tipe 2 Penularan terjadi melalui kontaminasi luka pada

kulit atau selaput lendir oleh darah atau seresi dari babi terinfeksi

Pekerja di peternakan babi, pekerja RPH babi, dan drh adalah pihak yang berisiko tinggi

Infeksi S suis pada orang ini dianggap sering tidak terdiagnosis (underdiagnose) dan tidak terlaporkan di banyak negara di dunia

Page 25: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

STAPHYLOCOCCOSIS

Page 26: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

STAPHYLOCOCCI Staphylococci adalah bakteri gram

positif yang berbentuk coccus berpasangan, membentuk rantai pendek atau bergerombol

Bersifat facultatively anaerobic, tumbuh secara baik pada situasi aerob

Semua species Staphylococcus adalah catalase positive

Menyerang pada hewan dan manusia

Bersifat akut dan kronis.

Page 27: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS
Page 28: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

35 species, tetapi hanya 5 yang penting kepentingan veteriner

2 species yang sangat penting :1. S. aureus2. S. intermedius Staphylococci ditemukan di seluruh dunia Terdapat di saluran respiratory atas dan di

permukaan epitel semua hewan berdarah panas dan Gastro intestinal

Coagulase-positive species (S. aureus and S intermedius) hidup di distal nasal, external nares, kulit, mucocutaneous borders seperti perineum, external genitalia

Page 29: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

Coagulase-negative staphylococci (khususnya S. epidermidis) terdapat di kulit dan saluran respiratory bagian atas

Staphylococci juga ditemukan di produk ternak (daging, keju, susu)

Staphylococci dapat ditemukan tanah, debu, udara dan air

Page 30: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

SPECIES STAPHYLOCCUS YANG MEMILIKI DAMPAK VETERINER, HOSPES TARGET, DAN PENYAKIT YANG DITIMBULKAN

Speciaes Host Coagulase Disease

S. aureus++++ humans, horses,ruminants, birds,pigs, cats,(dogs)

positive common pathogen (pyogenic) ofhumans and animals

S. intermedius++++

dogs (cats,cattle)

positive leading pus forming bacteria in dogs

S. epidermidis+ humans, cattle,dogs, horses(cats)

negative part of normal flora of skin + somemucous membranes; commoncontaminant of cultures; rarelypathogenic

Page 31: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

S. hyicus+ pigs some arepositive

exudative dermatis and arthritis in pigsand rarely bovine mastitis

S. schleiferi ssp. coagulans++

dogs positive otitis externa in dogs

Page 32: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

PENULARAN PENYAKIT ENDOGENOUS ( Most infections are caused by the

resident strain of bacteria on the animal host) EXOGENOUS : infeksi dari hewan yang sakit

secara langsung maupun tidak langsung melalui fomites (partikel, debu, sekresi), soil, udara and airFor example, organisms causing mastitis may be transferred from one cow to another on the hands of the milker, or in the teat dip at the time of milking and therefore management practices and milking hygiene significantly influence the prevalence of staphylococcal mastitis

Staphylococci resisten terhadap disinfectan dan pengeringan

Penularan antar species (e.g. humans-to-cows, dogs-to-humans, humans-to-horses)

Page 33: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

Swollenhock joint

wollen hock jointin a standardbred racehorsecalled “Used to Run Fast” The joint had been injected 3 days previously with a corticosteroid. Apure culture of a coagulasepositive S. aureus was isolatedfrom the joint. This is called septic arthritis

1. Arthritis and OsteomyelitisS aureus is a relatively common cause of septic arthritis in adult horses (and other species)

Page 34: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

2. Bovine Mastitis S. aureus is one of the major causes of

bovine mastitis worldwide (along with Streptococci and coliforms) and results in significant economic losses

infections occur via the teat canal the course of infection may be subclinical,

acute suppurative, gangrenous (due to alpha haemolysin) or chronic depending on infecting strain, infecting dose, and host resistance

Chronic and subclinical infections are most common

Page 35: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

A case of gangrenousmastitis in a cow caused by S. aureus

Page 36: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

3. Urolithiasis and Cystitis phosphate (struvite or apatite)

urolithiasis of dogs and mink is commonly associated with S. intermedius infections and is associated with urease production by the bacteria (urease breaks down urea to produce ammonia, which increases the pH of urine and leads to precipitation of struvite crystals)

cystitis is a common sequelae to urolithiasis

Page 37: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

4. Canine Pyoderma the term “canine pyoderma” covers many clinical

pictures, all of which include some degree of pyogenic skin inflammation associated with bacterial infection

S. intermedius is the chief bacterium implicated (occasionally S. aureus), however, the contribution of S. intermedius to the disease process, and the degree of suppuration, is variable

in chronic and recurrent forms, type III and IV hypersensitivity reactions are also thought to be

involved host aspects (concurrent infections, genetic,

endocrine, immunological factors) also play an important role

pyoderma is also a problem in horses, and wild and domestic rabbits

Page 38: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

5. Otitits Externa S. intermedius together with S.

schleiferi ssp coagulans are common causes of otitis externa in dogs

6. Bumble Foot Bumble Foot is a disease of gallinaceous

birds it is seen as chronic pyogranulomatous

process in the subcutaneous tissues of the foot resulting in thick-walled swelling of one or more joints

Page 39: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN

Antibiotics Pemberian secara topical atau suntik streptomycin, tetracyclines Vaccines

Page 40: PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS

TERIMA KASIH