13
43 Volume 17 No. 1 Juli 2018 PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN, MARGOYOSO KABUPATEN PATI (Kajian Holistik) Lailatul Qodriyah Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Jalan Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126 Dwi Wahyudiarto Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Abstrak Pertunjukan Wayang Topeng di Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Jawa Tengah merupakan bentuk seni pertunjukan drama tari dengan menggunakan topeng. Pertunjukan ini ada sejak tahun 1896. Cerita yang digunakan di dalam pertunjukan pertunjukan Wayang Topeng ialah Among Tani. Pertunjukan Wayang Topeng digunakan untuk ritual bersih desa pada bulan Besar (penanggalan bulan jawa) hari sabtu kliwon. Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini antara lain bagaimana latar belakang penyusunan Pertunjukan Wayang Topeng, bagaimana bentuk Pertunjukan Wayang Topeng, dan tanggapan masyarakat terhadap Pertunjukan Wayang Topeng. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan kritik holistik. Untuk mengkaji faktor genetik dan faktor afektif menggunakan pemikiran dari H. B Sutopo. Sedangkan dalam mengupas hal-hal yang berkaitan dengan bentuk Pertunjukan Wayang Topeng menggunakan teori bentuk dari Maryono. Adapun Tahap penelitian yang dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara, dan observasi. Kata kunci: Wayang Topeng, Dukuh Kedungpanjang, Kritik Holistik. Abstract Wayang Topeng performance in Kedungpanjang subvillage Soneyan Village, Margoyoso Subdistrict, Pati Regency, Central Java. Constitut the performance of theater dance with use the mask this performance since in 1896. The story that to used on the Wayang Topeng Performance is Among Tani. The Wayang Topeng Performance to used to bersih desa ritual on Besar month at Kliwon Saturday. The problem of this research it is how is Wayang Topeng compose background, how is Wayang Topeng Performance form, and how is society reaction about Wayang Topeng. This research use qualitative research method with critic holistic approach. To review the genetic factor and afective factor use thought of H. B Sutopo. To describe the things that related with Wayang Topeng Performance form use theory from Maryono. The step of research did with litera- ture review, interview and observation. Keywords: Wayang Topeng, Kedungpanjang subvillage, critic holistic.

PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

43Volume 17 No. 1 Juli 2018

PERTUNJUKAN WAYANG TOPENGDUSUN KEDUNGPANJANG,SONEYAN, MARGOYOSOKABUPATEN PATI(Kajian Holistik)

Lailatul QodriyahInstitut Seni Indonesia (ISI) SurakartaJalan Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

Dwi WahyudiartoInstitut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

Abstrak

Pertunjukan Wayang Topeng di Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan KecamatanMargoyoso Kabupaten Pati Jawa Tengah merupakan bentuk seni pertunjukan drama taridengan menggunakan topeng. Pertunjukan ini ada sejak tahun 1896. Cerita yang digunakandi dalam pertunjukan pertunjukan Wayang Topeng ialah Among Tani. Pertunjukan WayangTopeng digunakan untuk ritual bersih desa pada bulan Besar (penanggalan bulan jawa) harisabtu kliwon. Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini antara lain bagaimanalatar belakang penyusunan Pertunjukan Wayang Topeng, bagaimana bentuk PertunjukanWayang Topeng, dan tanggapan masyarakat terhadap Pertunjukan Wayang Topeng.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan kritik holistik.Untuk mengkaji faktor genetik dan faktor afektif menggunakan pemikiran dari H. B Sutopo.Sedangkan dalam mengupas hal-hal yang berkaitan dengan bentuk Pertunjukan WayangTopeng menggunakan teori bentuk dari Maryono. Adapun Tahap penelitian yang dilakukandengan cara studi pustaka, wawancara, dan observasi.

Kata kunci: Wayang Topeng, Dukuh Kedungpanjang, Kritik Holistik.

Abstract

Wayang Topeng performance in Kedungpanjang subvillage Soneyan Village, MargoyosoSubdistrict, Pati Regency, Central Java. Constitut the performance of theater dance with use themask this performance since in 1896. The story that to used on the Wayang Topeng Performanceis Among Tani. The Wayang Topeng Performance to used to bersih desa ritual on Besar month atKliwon Saturday. The problem of this research it is how is Wayang Topeng compose background,how is Wayang Topeng Performance form, and how is society reaction about Wayang Topeng.This research use qualitative research method with critic holistic approach. To review the geneticfactor and afective factor use thought of H. B Sutopo. To describe the things that related withWayang Topeng Performance form use theory from Maryono. The step of research did with litera-ture review, interview and observation.

Keywords: Wayang Topeng, Kedungpanjang subvillage, critic holistic.

Page 2: PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

44 Volume 17 No. 1 Juli 2018

Pertunjukan Wayang Topeng Dusun Kedungpanjang, Soneyan, Margoyoso Kabupaten Pati Lailatul Qodriyah

PENDAHULUANPertunjukan Wayang Topeng di

Dukuh Kedungpanjang, Desa Soneyan,Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, JawaTengah merupakan bentuk seni pertunjukandrama tari dengan menggunakan topeng.Adapun pengertian wayang topeng menurutEnsiklopedi Tari Indonesia disebutkan bahwawayang topeng atau juga disebut wayangwong adalah pertunjukan dengan para penariyang semuanya memakai topeng, sedangantawecana dilakukan dalang (1986: 97).Pengertian masalah wayang topeng,Suryodiningrat memberikan uraianya dalambahasa Jawa:

Ingkang kawastanan ringgit TiyangTopeng, ringgit tiyang ingkang saranamawi topeng, kadamel saking kajengrandhu-wana lan kemiri, kasungging,kaprada la nisi pasemon, mboten bedakaliyan ringgit wacucal (1975: 1).

Terjemahan :Yang disebut wayang orang topengialah wayang orang menggunakanalat (topeng) yang terbuat dari kayurandu hutan dan kayu kemiri,kemudian disungging, diberi warnakeemasan agar terkesan hidup, agartidak jauh berbeda dengan wayangkulit.

Informasi lain terkait hal ini, bahwapasa zaman Mataram pertunjukan topengsudah tersebar di seluruh pesisir yang meliputipesisir utara, serta bagian barat dan timurdaerah kejawen (Pigeaud, 1991: 48). Patisebagai wilayah pesisir utara termasuk salahsatu daerah penyebaran wayang topeng.Pertunjukan Wayang Topeng yang berada diDukuh Kedungpanjang diperkirakan sudahada sejak tahun 1896. Keterangan tentangasal usul wayang topeng di Kedungpanjang

selama ini berdasarkan dari pelaku wayangtopeng secara turun temurun. Salah satusumber yang dapat digunakan sebagaipegangan dalam penelitian ini adalahketerangan dari Suharso selaku ketuagrub wayang topeng. Menurut SuharsoPertunjukan Wayang Topeng munculsekitar tahun 1896 dan tidak diketahui secarapasti pencipta dari Pertunjukan WayangTopeng.

Pertunjukan Wayang Topengmengalami 3 periode kepemimpinan. Mulaidari Suro Bungkik kemudian Sucat, dandilanjutkan Sadipo yang merupakan satuketurunan. Pertunjukan ini rutin dipentaskanpada upacara bersih desa. Unsur pendukungPertunjukan Wayang Topeng terdiri daridalang, penyimping, penari, dan pengrawit.Pendukung berjumlah sekitar 24 orang yangmerupakan penduduk asli Desa Soneyan.Warga mempercayai jika yang memainkanbukan warga asli, pemain itu akan kesulitanbahkan tidak bisa sesuai dengan PertunjukanWayang Topeng yang semestinya (Suharso,wawancara 30 April 2017).

Struktur sajian Wayang Topeng DusunKedungpanjang dibagi menjadi tiga bagianyaitu, bagian awal terdiri dari tari Prasontodan tari Nembe, bagian inti yang merupakanisi cerita, dan bagian akhir sajian tariPratajaya dan tari Kelana. Pada dasarnyapelaksanaan pola-pola gerak tari padaWayang Topeng di Kedungpanjang terkesansederhana, misalnya bentuk tanjak kaki yangdilakukan dengan kaki lurus atau berdiri.Dalam pelaksanaan pementasan khususnyapenari putri, walaupun memakai topengtetapi tetap menggunakan rias bedak danlipstik. Busana Pertunjukan Wayang Topengmemiliki ciri khas yaitu dengan busana yangsederhana, namun perbedaan karakter yang

Page 3: PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

45Volume 17 No. 1 Juli 2018

diperankan tetap muncul, dan dapatmenunjukan karakter wayang. Susunanmusik dalam penyajian Wayang Topengterdiri tari Prasonto menggunakan gendhingBajing Loncat, tari Nembe menggunakangendhing Wani-Wani, tari Pratajayamenggunakan gendhing Bedatan dan tariKelana menggunakan gendhing Ginenjong.Adapun Gendhing yang digunakan dalampathet nem ialah gendhing ganggong dangendhing setra, pathet sanga menggunakangendhing Sinom Parijatha dan Pathet manyuramenggunakan gendhing bedatan dangendhing ukluk.

Pertunjukan Wayang Topengmempunyai potensi untuk diteliti salahsatunya pertunjukan ini merupakanpertunjukan yang langka di kota Pati. Grupwayang topeng Klana Jaya DukuhKedungpanjang merupakan satu satunya diKota Pati. Pertunjukan ini mampu bertahandi kalangan masyarakat Pati. Selain itu,Pertunjukan Wayang Topeng dalampenyajiannya terdiri dari unsur-unsur dialog,ada-ada, cerita, tema, penari, gerak, busana,dan musik. Misalnya pada unsur dialog,dalam pertunjukan ini mulai dari awal sajiansampai akhir sajian dilakukan oleh dalang,hal ini berbeda dengan wayang topeng Klatendan Magelang. Ciri khas lain dapat dilihat darimusik tari, dalam pertunjukan ini terdapatsurak takam yang diartikan oleh wargasetempat yaitu sorak sorai dari pengiringyang diikuti penonton ketika mendapatajakan dari dalang, hal ini dilakukan untukmenghidupkan suasana pertunjukan. Selainitu terdapat ciri khas lain pada musikWayang Topeng yaitu bentuk tabuhan khassrepeg ukluk (Suharso, wawancara 30 April2017).

Selain dilihat dari bentuk pertunjukanyang memiliki ciri khas, penulis tertarikdengan antusias masyarakat ketikamelakukan apresiasi terhadap PertunjukanWayang Topeng. Secara suka rela merekabergotong royong ikut mempersiapkanPertunjukan Wayang Topeng. Adapun padawaktu pementasan semua masyarakatDukuh Kedungpanjang datang untukmenyaksikan dari awal sajian hingga akhirsajian.

Pembahasan Pertunjukan WayangTopeng ini akan difokuskan pada konsepmunculnya Pertunjukan Wayang Topeng,koreografi Pertunjukan Wayang Topeng, dantanggapan masyarakat mengenaiPertunjukan Wayang Topeng. Sesuai denganfokus dari pembahasan, penelitian inimenggunakan suatu pendekatan kritikholistik karena dianggap mampu membahasPertunjukan Wayang Topeng secaramenyeluruh. Menurut H.B Sutopo,pendekatan ini dianggap paling lengkapkarena memandang suatu karya, program,atau peristiwa dan kondisi tertentu,kualitasnya harus dipandang dari perspektiflatar belakangnya (faktor genetik), kondisiformal yang berupa kenyataan objektifnya(faktor objketif), dan hasil atau dampaknya(output, product, outcome) yang juga meliputipresepsi orang yang berinteraksi dengan pro-gram atau karya yang dievaluasi tersebut(faktor afektif). Simpulan dari model inidilakukan dengan analisis yangmenghasilkan sintesis dari informasi lengkapyang bersumber dari tiga faktor tersebut.Tidak ada satu pun faktor yang memilikiotoritas (posisi yang paling penting) sebagaisatu-satunya penentu nilai dalam kritikholistik (Sutopo, 2006: 143-144).

Page 4: PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

46 Volume 17 No. 1 Juli 2018

Pertunjukan Wayang Topeng Dusun Kedungpanjang, Soneyan, Margoyoso Kabupaten Pati Lailatul Qodriyah

FAKTOR GENETIK KEMUNCULANPERTUNJUKAN WAYANG TOPENG

Sesuai dengan pemikiran H.B Sutopomengenai faktor genetik yaitu latar belakang(faktor genetik), yang berupa segala hal yangberkaitan dan terjadi sebelum karya, konteksawalnya, sebelum program terwujud, danjuga proses pembentukannya (2006:144).Pembahasan mengenai faktor genetik lebihmengarah pada bagaimana latar belakangdari pertunjukan ini muncul. Faktor genetikdalam seni tari menurut Gotshalk (1996).

Faktor genetik terbagi menjadi duayaitu faktor genetik yang bersifatsubjektif dan faktor genetik bersifatobjektif. Faktor genetik yang bersifatsubjektif terdapat pada diri seniman.Sedangkan faktor genetik yangbersifat objektif merupakan kondisiiklim budaya lingkungan senimannya.Kedua faktor genetik baik yangbersifat subjektif maupun bersifatobjektif merupakan satu kesatuanmodal dasar seniman dalammembentuk , menentukan , danmenciptakan sebuah karya seni(Gotshalk dalam Maryono, 2015:117).

Faktor genetik yang bersifat subjektifmemiliki bentuk genetik berupa konsep(gagasan dari karya seni yang dihasilkan),sedangkan faktor genetik yang bersifatobjektif merupakan bentuk dari kondisilingkungan seniman berada. Adapun faktorgenetik yang bersifat objektif dan subjektifdalam Pertunjukan Wayang Topeng sebagaiberikut.

A. Faktor Genetik ObjektifFaktor genetik yang bersifat objektif

merupakan suatu faktor terbentuknya suatukarya seni yang dipengaruhi dan dibentukdari kondisi iklim budaya lingkungan dimana

seniman itu berada (Maryono, 2015: 119).Dalam Pertunjukan Wayang Topeng faktorgenetik yang bersifat objektif terdapatpada iklim budaya Dukuh Kedungpanjangyaitu letak geografis Dukuh Kedungpanjang,Religi yang dipercayai oleh masyarakat, danpotensi pertunjukan yang berada di DesaSoneyan.

1. GeografisKeadaan suatu daerah mempengaruhi

suatu karya seni, seperti yang dikatakan R.Bintarto bahwa desa sebagai hasil perpaduanantara manusia dengan lingkungan, yangditimbulkan atau dipengaruhi oleh unsurfisiografis, sosial, ekonomi, politik, dan cul-tural yang saling berinteraksi juga dalamhubungan dengan daerah lain (Bintarto, 1989:11).

Dukuh Kedungpanjang terletak diDesa Soneyan Kecamatan MargoyosoKabupaten Pati. Dukuh ini terletak di sebelahutara Kota Pati. Kondisi geografis DusunKedungpanjang adalah dataran tinggidengan ketinggian 100 meter di ataspermukaan air laut. Dusun Kedungpanjangtermasuk daerah dengan tanah yang keringsehingga penduduk memanfaatkan ladanguntuk melakukan kegiatan tani. Menurutdata monografis dinamis, mata pencaharianpenduduk Kedungpanjang sebagian besarsebagai petani. Bidang pertanianmendapatkan perhatian utama dalampembangunan di Dukuh Kedungpanjang.

Dari uraian tersebut, keadaangeografis Dusun Kedungpanjangmempengaruhi konsep Pertunjukan WayangTopeng yaitu pengambilan cerita AmongTani. Cerita Among Tani merupakan ceritacarangan tentang percintaan Dewi Sri danWisnu yang dalam pengungkapannya

Page 5: PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

47Volume 17 No. 1 Juli 2018

mengenai simbol kesuburan dusun tersebut(Suharso, wawancara 21 Oktober 2017).

2. ReligiMayoritas masyarakat Dukuh

Kedungpanjang merupakan pemeluk agamaIslam kejawen. Islam Kejawen merupakanwujud akulturasi dari agama Islam dan tradisijawa. Hal ini sesuai dengan pernyataanHariwijaya bahwa.

Agama Islam telah mengubah wajahdan kiblat orang Jawa. Namun,kuatnya tradisi Jawa membuat islammau tak mau harus berakulturasi.Akhirnya, wujud akulturasi tersebutmenjadi ajaran khas Jawa, yangdikenal dengan nama Islam Kejawen.Kini, Islam dan Kejawen hampir tidakdapat dipisahkan satu denganlainnya. Kejawen menjadi warnabaru yang berkembang di tanahJawa ( 2006: 2).

Pengaruh Islam Kejawen masyarakatKedungpanjang dapat dilihat dari beberapaupacara ritual atau Slamatan yang sampaisekarang tidak pernah ditinggalkan dalamtata cara kehidupan masyarakat. Mengenaiupacara selamatan Clifford Geertzberpendapat bahwa Slametan adalah versiJawa dari apa yang barangkali merupakanupacara keagamaan yang paling umum didunia; ia melambangkan kesatuan mistis dansosial mereka yang ikut serta didalamnya(1981: 13). Upacara ritual yangdilakukan masyarakat Kedungpanjangdiantaranya upacara bersih desa yangdilakukan satu tahun sekali pada bulan Apithari Sabtu Kliwon yang mempunyai tujuanuntuk mencapai tingkat keselamatan ataukesejahteraan.

Di samping itu, sebagian besarmasyarakat masih melakukan kebiasaan–kebiasaan yang berkaitan dengankepercayaan lama seperti kepercayaan padakekuatan–kekuatan roh nenek moyang,pada benda–benda tertentu yang dianggapmempunyai kekuatan membantu dalam segikehidupan. Di Dusun Kedungpanjangterdapat sebuah Kalangan (Punden) yangdipercayai sebagai tempat sakral. Pada saattertentu masyarakat datang ke Pundenmembawa sesaji. Peristiwa tersebut dapatdilihat ketika diselenggarakan upacarasedekah bumi sebelum Pertunjukan WayangTopeng di mulai, perlengkapan sesaji diletakan di Punden. Perlengkapan sesaji yangdimaksud antara lain pisang raja, bumbuwiwit, kupat lepet, ayam panggang, nasibuceng, dan telur. Selain itu terdapat ritualpenyembelihan kambing yang dilakukanoleh perangkat desa pada bulan puasa danbersih desa. Penyembelihan harus dilakukandi punden karena darah yang jatuh dipunden merupakan inti dari ritual. Selainbersih desa terdapat Lamporan yaitu ritualyang dilakukan setiap bulan Suro hari JumatWage. Ritual Lamporan berbentuk arak-arakan keliling Desa Soneyan denganmenampilkan kesenian yang ada, sepertiwayang topeng, pencak dan Wayang Kulit.Dalam menampilkan masyarakat Soneyanmembawa obor sebagai properti arak-arakan.

Dari beberapa upacara rutin yangdilakukan di Desa Soneyan, hal inimembuktikan bahwa masyarakat Soneyanmerupakan Islam Kejawen dan tidakmengherankan jika terdapat pertunjukantradisi yang berupa Wayang Topeng yangdalam penyajiannya menggunakan sesajidalam upacara bersih desa

Page 6: PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

48 Volume 17 No. 1 Juli 2018

Pertunjukan Wayang Topeng Dusun Kedungpanjang, Soneyan, Margoyoso Kabupaten Pati Lailatul Qodriyah

3. Potensi Pertunjukan Desa SoneyanDesa Soneyan merupakan desa yang

memiliki t iga dusun, yaitu DusunKedungpanjang, Dusun Clangap dan DusunSumber Soneyan. Masing–masing dusunmemiliki pertunjukan yang berbeda dan tetapbertahan sampai sekarang. Dusun Clangapmemiliki Pertunjukan Pencak dan dusunSumber Soneyan terdapat PertunjukanWayang kulit. Pertunjukan–pertunjukanini bertahan dan masih dipentaskanhingga sekarang. Hal ini dapat dilihat setiapbulan Apit dipentaskan sebagai ritualbersih desa (Suharso, wawancara 21 Oktober2017).

Dalam berkesenian, masyarakat DesaSoneyan selalu guyup rukun dan salingbergotong royong artinya tidak ada rasasaling iri atau merasa paling menonjol. AntaraKesenian satu dengan yang lainnya salingmendukung contohnya ketika PertunjukanWayang Topeng ada pementasan, pengiringdari Pertunjukan Pencak dan PertunjukanWayang Kulit ikut membantu begitu jugasebaliknya.

Kerukunan masyarakat Desa Soneyanyang saling mendukung adalah salah satukelebihan dari desa ini, sehingga berbagaipertunjukan dapat tumbuh dan bertahanhingga sekarang dengan baik tanpa adanyapersaingan yang merusak. Salah satunyaPertunjukan Wayang Topeng yang berada diKedungpanjang. Dengan dukungan daripertunjukan di dusun lain, PertunjukanWayang Topeng tetap bertahan sampaisekarang. Selain itu pengaruh dariPertunjukan Wayang Kulit terhadap bentukPertunjukan Wayang Topeng dapat terlihatdari bentuk pathetan. Bentuk pathet nem,pathet sanga, dan pathet manyura yangterdapat dalam Pertunjukan Wayang Topeng

merupakan pengaruh dari PertunjukanWayang Kulit.

B. Faktor Genetik SubjektifFaktor genetik yang bersifat subjektif

adalah berupa konsep atau gagasan yangmenyertai setiap karya seni (Maryono, 2015:118). Sesuai dengan pemahaman di atas,faktor genetik yang bersifat subjektifmuncul gagasan atau konsep dari Suharso.Suharso merupakan seniman yangbertanggung-jawab atas PertunjukanWayang Topeng. Hal ini dapat dipahamikarena pencipta dari Pertunjukan WayangTopeng tidak diketahui. Suharso memilikibeberapa konsep perubahan yaitu konsepperubahan busana dan perubahan masuknyaunsur dagelan.

1. Perubahan BusanaBusana dalam Pertunjukan Wayang

mengalami perubahan dari waktu kewaktu,yang ditentukan oleh seniman warga DesaSoneyan. Sebelum masa kepemimpinanSuharso, busana untuk tokoh laki-lakimenggunakan celana panjang hitamdilengkapi dengan jarik dan sabuk otok(sabuk yang besar yang dimiliki orang tua diDesa Soneyan), iket, kaos, sumping yangterbuat dari kertas dan jali-jali yang disusun,gelang terbuat dari menjalin. Tokohperempuan menggunakan jarik panjang,kebaya, jamang dan kain penutup rambut,sumping yang terbuat dari kertas dan jali-jaliyang disusun, gelang terbuat dari menjalin.Sedangkan sekarang, busana yangdigunakan masing-masing tokoh berbeda,dan disesuai dengan peran. Contoh busanapada tokoh Prabu Badokbasu menggunakanirah –irahan, sumping, kalung kace, klat bahu,sabuk, epek timang, jarek, sampur, celana

Page 7: PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

49Volume 17 No. 1 Juli 2018

bludru, gelang, topeng. Tokoh Dewi Srimenggunakan busana, irah-irahan, topeng,sumping, kebaya, sampur, slepe, boro samir,jarik.

Perubahan ini dilakukan agarPertunjukan Wayang Topeng menjadilebih menarik, dan agar digemari olehmasyarakat. Menurut Suharso denganadanya perubahan bentuk busanapada pemain, akan mempermudahmasyarakat menangkap cerita karenadengan perbedaan kostum yang dipakai olehtokoh sebagai tanda peran yang ditampilkanoleh pemain (Suharso, Wawancara 13 Januari2018).

2. Perubahan Adegan DagelanStruktur sajian Pertunjukan Wayang

Topeng pada awalnya terdiri dari tariPrasonto, tari Nembe, cerita Among Tani, tariPratajaya dan tari Kelana. Artinya dalamstruktur purtunjukan yang dulu hanya terdiridari tari ekstra dan cerita Amon Tani. NamunSekarang oleh Suharso pada pertengahanadegan sebelum masuk ekstra tari Pratajayaterdapat Dagelan. Dagelan yaitu suatulelucon yang dilakukan oleh seseorang.Dalam Pertunjukan ini dilakukan olehpelawak ketoprak Pati yaitu Puput danRulilah.

Penambahan dagelan ini dilakukanagar Pertunjukan Wayang Topeng mengikutijaman. Artinya mengikuti selera masyarakatsekarang yang mengharapkan adanyalelucon dalam suatu pertunjukan. Selain itupenambahan Dagelan sebagai hiburan danuntuk memperpanjang waktu pertunjukan.Menurut Suharso semakin lama pertunjukansemakin bagus. (Suharso, wawancara 13Januari 2018).

FAKTOR OBJEKTIF PERTUNJUKANWAYANG TOPENG

Faktor objektif menurut H.B Sutopodalam buku Penelitian Kualitatif Dasar Teoridan Terapanya dalam Penelitian bahwa kondisiformal yang ada secara objektif (faktorobjektif), yang berupa segala hal yang terjadidan bisa ditangkap dengan indra pada karya,peristiwa, atau program yang sedangdievaluasi (2006: 144). Pernyataan H.B Sutopomengenai faktor objektif ialah segala sesuatuyang bisa ditangkap dengan indra ketikamelakukan apresiasi terhadap suatu karyamerupakan bentuk dari karya itu.

Untuk membahas mengenai bentukWayang Topeng menggunakan pengertian“bentuk” dari Maryono dalam buku AnalisaTari bahwa bentuk adalah perpaduan daribeberapa unsur atau komponen yang bersifatfisik, saling mengikat dan terintegrasi dalamsuatu kesatuan (Maryono: 2015 24).Sedangkan dalam upaya memperolehgambaran secara utuh mengenai PertunjukanWayang Topeng penulis membedah lagimenjadi komponen verbal dan nonverbal.Komponen verbal merupakan komponenyang bersifat kebahasaan sedangkankomponen nonverbal adalah komponen yangbersifat non kebahasaan. Adapun wujudaktualisasinya dalam bentuk PertunjukanWayang Topeng, komponen verbal berupa:Ada-ada, dialog, janturan, dan tembang.Sedangkan komponen nonverbal terdiri daritema, gerak, penari, rias busana, musik,panggung, properti, dan pencahayaan.

1. TemaTema dalam tari merupakan rujukan

cerita yang dapat menghantarkan seseorangpada pemahaman esensi. Tema dapat ditarikdari sebuah peristiwa atau cerita, yang

Page 8: PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

50 Volume 17 No. 1 Juli 2018

Pertunjukan Wayang Topeng Dusun Kedungpanjang, Soneyan, Margoyoso Kabupaten Pati Lailatul Qodriyah

selanjutnya dijabarkan menjadi alur ceritasebagai kerangka sebuah garapan (Maryono,2015: 52). Pada Pertunjukan Wayang Topengmenggunakan tema percintaan antara DewiSri dan Wisnu yang merupakan simbolkesuburan Dusun Kedungpanjang. Struktursajian Wayang Topeng DusunKedungpanjang dibagi menjadi tiga bagianyaitu bagian awal terdiri dari tari Prasontodan tari Nembe, bagian inti yang merupakanisi cerita, dan bagian akhir dengan sajian tariProtojoyo dan tari Kelana. Tari Prasonto dantari Nembe merupakan tari ekstra yangdigunakan sebagai pembukaan. Kedua tariini tidak masuk dalam alur cerita. TariPrasonto menggambarkan tokohKamandana dan Kamandanu. Sedangkantari Nembe menggambarkan dua tokoh alusdan dua punakawan. Gerak yang digunakanadalah gerak-gerak dengan motivasiberdandan atau merias diri. Bagian inti yangmerupakan isi cerita. Cerita yang disajikanPertunjukan Wayang Topeng adalah ceritaAmong Tani yang bercerita tentangpercintaan Dewi Sri dan Wisnu. Bagian akhirdengan sajian tari Protojoyo dan Tari Kelana.Kedua tari ini merupakan tari ekstra yangmasuk ke dalam cerita atau cerita. tariProtojoyo merupakan penggambaran dariResi Sarasjati dan Paman Protojoyo.Sedangkan tari Kelana menggambarkanPrabu Pabokbasu dan Togok.

2. PenariPenari adalah seorang seniman yang

menyajikan keindahan gerak tubuhnyadengan melibatkan daya tafsir dari estetikpada sebuah koreografi maupun imajinya(Tasman, 2008:27). Penari dalam PertunjukanWayang Topeng menyajikan keindahangerak mereka sesuai dengan daya tafsir serta

imaji dari masing-masing penari, daya tafsirserta imaji akan berpengaruh kepada peranyang dibawakan.

Pertunjukan Wayang Topeng sebagaipertunjukan rakyat yang hidup danberkembang di Dusun Kedungpanjang terdiridari limabelas penari. Menurut BapakSuharso, Ketua dari grup Klana Jayamenyatakan bahwa penari Wayang Topengharus keturunan dari penari PertunjukanWayang Topeng yang terdahulu. Dipercayajika yang menjadi penari bukan dari wargaDusun Kedungpanjang, penari tersebut akankesulitan dalam memainkan PertunjukanWayang Topeng, baik dari kesulitan dalambergerak dan memainkan karakter topeng.

Selain penari, Pertunjukan WayangTopeng didukung oleh sepuluh pengrawit,satu swarawati, seorang penyimping danseorang dalang. Dalang merupakan seorangyang mengatur jalanya cerita mulai dari awalhingga akhir sajian. Selain itu dalangWayang Topeng juga melakukan semua dia-log penari, walaupun demikian suasanapertunjukan tetap hidup. Dalang yangberada di Kedungpanjang merupakan satugaris keturunan mulai dari Suro Bungkik,Surat dan Sadipo.

3. GerakGerak dalam Pertunjukan Wayang

Topeng sebenarnya sudah memiliki cukupbanyak variasi, walaupun apabila dilihatsecara keseluruhan bentuknya masih tetapsederhana serta terdapat pengulangan gerakyang memang merupakan ciri tari rakyat.

Dalam menganalisis gerak padaPertunjukan Wayang Topeng menggunakanpendapat dari Soedarsono yang menyatakanbahwa secara garis besar jenis-jenis gerakdalam tari dapat dibedakan menjadi dua

Page 9: PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

51Volume 17 No. 1 Juli 2018

kelompok, yaitu gerak representasional dangerak nonrepresentasional. “Gerak tarirepresentasional adalah gerak tari yangmenggambarkan sesuatu secara jelas,sedangkan gerak non representasional adalahgerak tari yang tidak menggambarkansesuatu” (1978: 22). Berdasarkan dengangagasan Soedarsono mengenai gerakrepresentasional dan gerak nonrepresentasional akan digunakan untukmengkaji jenis-jenis gerak yang terdapatdalam Pertunjukan Wayang Topeng. Adapungerak non representasional yaitu gerakpenghubung dan gerak peralihan.Sedangkan gerak representasional yaitugerak pokok yang terdiri dari mbenake sabuk,mbenake klat bahu, mbenake sumping, mbenakeirah-irahan, ngilo,dan mbenake sampur.

4. Rias dan busanaDalam pelaksanaan pementasan

khususnya penari putri walaupun memakaitopeng tetapi tetap menggunakan rias bedakdan lipstik. Bentuk busana PertunjukanWayang Topeng memiliki ciri khas yaitubagaimana dengan busana yang sederhananamun perbedaan karakter yang akandiperankan penari itu tetap muncul dan dapatmenunjukan karakter Wayang.

Berikut busana yang digunakanmasing – masing tokoh:a. Kala Mambang : irah –irahan, sumping,

kalung kace, kotang (rompi), klat bahu,sabuk, epek timang, jarek, sampur, celanabludru, gelang, topeng.

b. Temanggung kala derbo : Topeng,gimbalan, kalung kace, sabuk, jarek, celanapanjang polos.

c. Temanggung kala Prasetyo: Topeng,gimbalan, kalung kace, sabuk, jarek, celanapanjang polos.

d. Batara Siwa : Irah irahan, sumping,topeng, kalung kace, slempang, sampur,sabuk, epek timang, jarek, celana.

e. Batara Sambu : Irah irahan, sumping,topeng, kalung kace, slempang, sampur,sabuk, epek timang, jarek, celana.

f. Batara Guru : irah irahan, sumping,topeng, kalung kace, kotang, klat bahu,sabuk, epek timang, jarek, sampur, celanapendek.

g. Dewi Sri : irah irahan, sumping, topeng,kebaya, sampur, slepe, jarik, boro samir.

h. Sri Sadono : irah irahan, sumping, topeng,kebaya, sampur, slepe, jarik, boro samir.

i. Sri Pinanthi : irah irahan, sumping,topeng, kebaya, sampur, slepe, jarik, borosamir.

j. Semar : Iket, topeng, kalung kace, sampur,kotang, sabuk, epek timang, gelang, celana,sampur.

k. Wisnu : irah irahan, topeng, sumping,kalung ulur, slempang, klat bahu, sabuk,epek timang, sampur, gelang, celana.

l. Resi Sarasjati : irah irahan, topeng,sumping, kalung kace, klat bahu, sabuk,epek timang, sampur, jarek, celan bludru,keris.

m. Paman Protojoyo : iket, topeng, sampur,kalung kace, kotang, sabuk, epek timang,sampur, jarek, celana.

n. Prabu Badokbasu : Irah irahan, sumping,topeng, kalung ulur, slepe, sampur, keris,sabuk, epek timang, jarek, gelang, celana.

o. Togok : Iket, topeng, sampur, kotang,gelang, sabuk, sampur, celana panjang.

5. TopengFungsi dari topeng yaitu sebagai

pengganti rias atau penutup muka yangmengekspresikan tokoh–tokoh dalam ceritayang ditampilkan. Menurut jenisnya topeng

Page 10: PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

52 Volume 17 No. 1 Juli 2018

Pertunjukan Wayang Topeng Dusun Kedungpanjang, Soneyan, Margoyoso Kabupaten Pati Lailatul Qodriyah

yang digunakan di Kedungpanjang dapatdibedakan menjadi dua, yaitu topeng yangmenutup seluruh wajah dan topeng yangmenutup sebagian wajah. Topeng yangmenutup seluruh wajah cara penggunaanyadengan menggigit sekat terbuat dari kulityang letaknya dibalik bibir topeng (topengcokotan) contohnya topeng yang digunakanoleh tokoh utama seperti Prabu Badokbasu,Patih Kalamambang, Buto Kaladembo, ButoKalamuka,Wisnu, Dewi Sri, Batara Narada,Batara Siwah, Batara Sambu, Sri Pinanthi, SriSardono dan Resi Sarasjati. Sedangkantopeng yang menutup sebagian wajah caramenggunakannya dengan mengikat tali kebelakang telinga (mengikat dua utas tali padakepala bagian belakang). Topeng tersebutdipakai untuk tokoh–tokoh gecul sepertiSemar, Gareng, Petruk, Paman Protojoyo danTogok.

6. MusikMusik merupakan bagian yang

penting dalam sebuah pertunjukan tari, halini didukung oleh pernyataan La Merriterjemahan Soedarsono mengenai musikbahwa:

Dalam suatu pertunjukan, faktormusik tari tidak kalah pentingnyadengan faktor lain. Musik dan tarimempunyai hubungan yang sangaterat. Keduannya berasal dari sumberyang sama, yaitu dorongan atau naluriritmis manusia (1966: 44)

Musik dalam Pertunjukan WayangTopeng mengunakan laras slendro yangterbagi dalam tiga bagian pokok yaitu ;pathet nem, pathet sanga dan pathet manyura.Ricikan gamelan yang digunakan dalamWayang Topeng menggunakan 11 ricikan

diantaranya; Kendang, Bonang Barung,Bonang Penerus, Peking, Gambang, Saron,Demung, Gong, Slentem, Kenong, Keprak.

Dalam penyajian Wayang Topeng,gendhing yang digunakan, diantaranya :a. Tari Prasonto, menggunakan gendhing

Bajing Loncatb. Tari Nembe, menggunakan gendhing

Wani-Wanic. Cerita

1). Pathet nem : gendhing ganggong dangendhing Setra

2). Pathet sanga : gendhing SinomParijatha

3). Pathet manyura : gendhing bedatan dangendhing Ukluk

d. Tari Pratajaya, menggunakan gendhingBedatan

e. Tari Kelana, menggunakan gendhingGinenjong

7. Panggung atau tempat PertunjukanTempat Pertunjukan Wayang Topeng

diselenggarakan di dua tempat yang berbedayaitu kalangan (punden) dan depan rumahkepala desa. Kalangan yaitu tempat yangdigunakan oleh masyarakat sekitar untukberkumpul dan bermusyawarah. Bentuk darikalangan ini berupa rumah kecil dengandinding tembok dan atap dari asbes. Ketikauntuk pertunjukan Wayang Topeng, tempatini dihias dengan menggunakan daun kelapa(janur) dan balon. Menurut Bapak Suharsohiasan yang digunakan hanya berfungsiuntuk mengias artinya tidak ada maksud atautujuan yang lebih (Suharso, wawancara 21Oktober).

Pada malam hari pentas WayangTopeng dilaksanakan di halaman rumahkepala desa. di depan rumah kepala desaberdiri bangunan yang digunakan untuk

Page 11: PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

53Volume 17 No. 1 Juli 2018

pementasan, biasa disebut tarub. Tarubterbagi menjadi dua bagian, bagian pertamauntuk panggung dan bagian kedua untukpenonton. Panggung masih dibagi menjaditiga lagi, samping kiri untuk pengrawit,kanan depan untuk pertunjukan tari, dankanan belakang untuk persiapan penari.

8. PencahayaanPertunjukan Wayang Topeng Desa

Soneyan merupakan pertunjukan rakyatyang biasa dipentaskan di panggungterbuka, baik malam hari maupun siang hari.Pada awalnya, pertunjukan Wayang Topenghanya menggunakan lampu petromakssebagai penerangan, namun sekarangmenggunakan lampu general ketika pentasmalam hari.

FAKTOR AFEKTIF TANGGAPANTERHADAP PERTUNJUKAN WAYANGTOPENG

Faktor afektif merupakan tanggapandari penghayat atau penonton terhadapkarya seni. Penghayat terjadi apabilapenghayat dapat menangkap keseluruhanintensionalitas yang terdapat dalam karya tari(Widyastutiningrum, dkk, 2007: 6). Adapuntanggapan terhadap pertunjukan ini munculdari beberapa Seniman dan masyarakat.

Tanggapan muncul dari masyarakatDusun Kedung panjang yaitu Sawi, Tono,Harti. Selain itu juga muncul tanggapan dariSeniman yaitu Sajo, Suharso, dan Darma.Dari wawancara di atas dapat dirangkumsebagai berikut. Pertama PertunjukanWayang Topeng merupakan bentuk dramatari dengan menggunakan topeng dengantema percintaan antara Dewi Sri Dan Wisnu.Percintaan antara Dewi Sri dan wisnu didalam cerita Among Tani memiliki makna

sebagai simbol kesuburan desa. Keduakehadiran Pertunjukan Wayang Topeng ditengah-tengah masyarakat DukuhKedungpanjang Desa Soneyan merupakanpertunjukan yang wajib di pentaskan padawaktu bersih desa. Masyarakat mempercayaidengan diadakan Pertunjukan WayangTopeng masyarakat hidup sejahtera danselamat.

PENUTUPPertunjukan Wayang Topeng Dukuh

Kedungpanjang, Desa Soneyan KecamatanMargoyoso, Kabupeten Pati merupakanbentuk pertunjukan drama tari denganmengambil cerita Among Tani. Cerita Inti dariamong Tani menceritakan tentang kisahpercintaan antara Dewi Sri dan Wisnu. Bagimasyarakat Soneyan, cerita percintaanantara Dewi Sri dan Wisnu merupakansimbol kesuburan. Fungsi utama PertunjukanWayang Topeng digunakan sebagai saranaupacara selamatan bersih desa. PertunjukanWayang Topeng disajikan selama sekitarlima jam, pada setiap bulan Apit yaitu antarabulan Besar Duri pada hitungan bulanJawa. Pertunjukan Wayang Topengdilaksanakan di Punden desa Soneyanyang disebut Kalangan. Masyarakatmelaksanakan serangkaian upacaraselamatan bersih desa dengan menyajikanKesenian Wayang Topeng secara substansidigunakan sebagai syarat untuk keselamatandan kesejahteraan seluruh masyarakat DesaSoneyan. Keselamatan yang dimaksudialah masyarakat hidup ayem tentrem,tidak ada musibah ataupun malapetakayang akan terjadi di Desa Soneyan,sedangkan Kesejahteraan yang dimaksudiyalah kelancaran pangan, hasil panenmelimpah.

Page 12: PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

54 Volume 17 No. 1 Juli 2018

Pertunjukan Wayang Topeng Dusun Kedungpanjang, Soneyan, Margoyoso Kabupaten Pati Lailatul Qodriyah

Munculnya Pertunjukan dalammasyarakat tidak lepas dengan faktorgenetik, faktor objektif dan faktor afektif.Demikian juga bentuk Pertunjukan WayangTopeng di Dusun Kedungpanjang.Masyarakat Kedungpanjang sebagian besarbermata pencaharian sebagai petani. Halini mempengaruhi cerita pertunjukanWayang Topeng, yang disajikan denganmengambil cerita Among Tani. MasyarakatKedungpanjang merupakan Islam Kejawendan tidak mengherankan jika terdapatpertunjukan tradisi yang berupa WayangTopeng yang berfungsi sebagai upacarabersih desa dengan menggunakan berbagaisesaji.

Struktur sajian pertunjukan secarautuh terdiri dari; bagian awal tari Prasontodan tari Nembe, bagian inti yang sajianWayang Topeng dengan cerita Among Tani,dan bagian akhir sajian tari Protojoyo, dantari Kelana. Dalam sajian Wayang Topengmenggunakan unsur- unsur dialog, tembang,ada- ada, janturan, tema, penari, gerak, riasdan busana, musik.

Secara umum masyarakat DesaSoneyan menangkap dan memaknaiPertunjukan Wayang Topeng. Hampir semuamasyarakat mengerti tentang cerita yangdisajikan, serta memahami makna yangterkandung di balik cerita. Seniman bersamamasyarakat terus melestarikan WayangTopeng dengan melakukan regenerasipemain, perubahan bentuk sajian yangsemuanya untuk ketentraman, damai bagimasyarakat.

DAFTAR PUSTAKAEnsiklopedi Tari.1986. Ensikklopedi Tari Indonesia. Jakarta:

Proyek Inventarisasi dan DokumentasiKebudayaan Daerah , DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

Geertz, Hildred.1981. Aneka Budaya dan Komunitas di Indo-

nesia. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmuSosial FIS – UI.

Hariwijaya.2006. Islam Kejawen. Yogyakarta: Gelombang

Pasang.La Meri.1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari,

Soedarsono. Yogyakarta: Lagaligo.Maryono.2015. Analisa Tari. Surakarta: Isi Press.Pigeaud.1991. Pertunjukan Rakyat Jawa. Surakarta:

Reksa Pustaka Agung.R. Bintarto.1989. Interagsi Desa – Kota dan

Permasalahanya. Jakarta: GhaliaIndonesia.

Soedarsono.1972. Djawa dan Bali Dua Pusat Perkembangan

Drama Tari Tradisional di Indonesia.Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.

Suryodiningrat.1975. Ringgit Tiyang Topeng. Yogyakarta:

Tanpa Penerbit.Sutopo, H.B.1995. Kritik Seni Holistik Sebagai Model

Pendekatan Penelitian KualitatifPengukuhan Guru Besar. Surakarta:Sebelas Maret University Press.

------------------

Page 13: PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG DUSUN KEDUNGPANJANG, SONEYAN …

55Volume 17 No. 1 Juli 2018

2006. Metedologi Penelitian Kualitatif.Surakarta: Universitas Negri SebelasMaret.

Tasman.

2008. Analisa gerak dan karakter. Surakarta:ISI Press.

Widyastutieningrum, Sri Rochana, dkk.2007. Kritik Tari. Surakarta:Institut Seni In-

donesia.