Upload
teguh-prayogo-sudarmanto
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/14/2019 Pertentangan Baik dan Buruk - Seonggok Cerita tentang Umat Manusia
1/6
Nama : Teguh Prayogo Sudarmanto
NPM : 0706291432
TugasEssay Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional I
Pertentangan Baik dan Buruk: Seonggok Cerita tentang Umat Manusia
A. First Step: Membaca Dunia melalui Pemikiran-Pemikiran Ilmu Hubungan Internasional
Perkembangan dinamika hubungan internasional selalu dimengerti oleh para pemikir
hubungan internasional dengan menggunakan sebuah pendekatan yang bertujuan untukmemudahkan mereka dalam memahami perkembangan dinamika hubungan internasional itu
sendiri. Ini akan membawa pada sebuah pernyataan bahwa semakin rumit dinamika hubungan
internasional yang berkembang, maka akan semakin sulit bagi sebuah pemikiran untuk melihat
dan memahaminya secara menyeluruh dalam menerangkan perkembangan yang rumit tersebut.Perkembangan pemahaman terhadap dinamika hubungan internasional mungkin dimulai pada
tahun 1648 ketika dibuatnya Perjanjian Westphalia yang merupakan sebuah kemajuan dalam
hubungan internasional karena diakuinya kedaulatan negara-negara di Eropa. Apa yang
dinamakan sebagai negara modern sudah terbentuk di sana. Sebuah negara yang memerlukanstatus pengakuan untuk berdiri, dimana pada saat itu Eropa sudah mencapai tahap perkembangan
penafsiran mengenai negara modern tersebut. Suatu perkembangan yang lebih maju karenasemenjak itulah aturan main hubungan internasional menjadi semakin jelas. Dengan diakuinya
kedaulatan suatu negara melalui Perjanjian Westphalia, maka akan semakin jelas keberadaan
suatu negara beserta wilayahnya, pemerintahannya, dan segala status yang berada di atasnya.Dengan adanya pengakuan negara modern pada Perjanjian Westphalia, maka mulai saat itu
pengamat hubungan internasional menjadi memiliki unit analisis yang lebih jelas dalam
memahami dinamika hubungan internasional.
1. Munculnya Pemikiran Realis dan Liberalis sebagai Kaca Mata DuniaDengan diilhami dari penelaahan sebelumnya pada jaman Yunani Kuno, dimana seorang
Thucydides pada abad ke-4 SM menceritakan pemahamannya terhadap Perang Peloponnesiayang dapat terjadi karena berkembangnya rasa takut akan ancaman militer masing-masingdaerah (Sparta dan Athena) sehingga masing-masing daerah tersebut akhirnya berperang dan
terus berperang untuk mempertahankan diri, sejarah kembali berulang dengan dimana hampir
dua ribu tahun kemudian pada abad ke-15 berkembanglah pemahaman yang sama mengenaihubungan internasional. Jauh sebelum Perjanjian Westphalia terikrarkan, Niccolo Machiavelli
(1469-1527) yang melalui salah satu hasil karyanya, the Prince, dia mengemukakan
pentingnya suatu negara untuk menjaga kemanannya untuk mempertahankan kedudukannya
dalam pergaulan internasional. Machiavelli beranggapan bahwa dunia adalah keadaan yangsekarang ini, bukan dunia yang diharapkan dan dunia yang seharusnya. Perkembangan
pemikiran kemudian berlanjut pada abad ke-16 dimana Thomas Hobbes meluapkan hasil
pengamatannya mengenai dunia yang anarkhi, dunia tanpa Leviathan adalah dunia tanpakontrol dimana masing-masing elemen (yang kemudian menjadi negara sebagai unit analisis
utama) bebas untuk menggerakan dirinya menjamah dunia. Dengan menilik dari ketiga hasil
pemikiran yang disebut sebagai realisme di atas,1 penulis berusaha untuk menerjemahkan intidari pemikiran tersebut. Berangkat dari definisi realisme yang dikeluarkan oleh Microsoft
1 Paul R. Viotti dan Mack V. Kauppi, Realism: The State, Power, and the Balance of Power, dalam Paul R. Viotti
dan Mack V. Kauppi, International Relation Theory: Realism, Pluralism, Globalism. (New York: MacMillan
Publisher. 1993), hlm. 35-60.
1
8/14/2019 Pertentangan Baik dan Buruk - Seonggok Cerita tentang Umat Manusia
2/6
Ensiklopedia Encarta,2 realisme yang dianggap sebagai salah satu bentuk pemikiran yang
cukup relevan dalam menerangkan kejadian internasional ini merupakan sebuah pemikiran
yang mendasarkan pehamanannya pada negara beserta dengan segala keinginannya dalambentuk national interest dan bagaimana memposisikan negara itu dengan baik dalam
hubungan internasional. Para pemikir realis percaya bahwa setiap kejadian yang ada di dunia
ini merupakan akibat dari kebijakan negara-negara secara individual untuk mempengaruhiatmosfer perkembangan dinamika hubungan internasional. Alat yang digunakan untuk
menempatkan diri dalam pergaulan internasional adalah kelebihan-kelebihan yang terdapat di
masing-masing negara seperti kekuatan militer sehingga kehidupan internasional lebih seringdiisi oleh persaingan untuk mendapatkan tempat terhormat dan kadang kala atau ketika dunia
belum menambahkan variabel lain seperti demokrasi dan pengakuan terhadap hak asasi
manusia, perang merupakan sebuah cara yang harus ditempuh.
Di tengah aura negara sebagai unit analisis utama untuk menganalisis dinamika hubunganinternasional, berkembanglah sebuah pemikiran baru bernama liberalisme. Sebelum bergerak
ke arah definisi pemikiran ini, penulis akan memaparkan mengenai latar belakang munculnya
pemikiran ini. Semenjak tahun 1215, dimana Inggris mulai memberikan penghargaan yang
tinggi terhadap kemanusiaan termasuk hak individu serta terlebih penting dengan adanyasebuah revolusi kemanusiaan yang bergerak secara bottom-up di Perancis pada tahun 1789-
1799 mengakibatkan mulai diakuinya sisi-sisi di dalam negara yang sebetulnya merupakanbagian utama pencipta sejarah, individu. Pengakuan terhadap individu beserta haknya yang
kemudian dinamakan menjadi hak asasi manusia, menghentikan dominasi negara sebagai
sebuah aktor yang bermain di dalam pergaulan internasional. Individu-individu inilah yangternyata menggerakkan negara dan memainkan peranan yang penting bagi setiap keputusan
yang dihasilkan oleh negara. Pengakuan terhadap hak asasi manusia juga pada akhirnya
menggerakkan negara ke arah demokrasi. Pengalaman-pengalaman yang seperti inilah,
terutama jika melihat asal sumber pemikiran ini yang berasal dari American School ofInternational Relations Theory, menghasilkan sebuah pemikiran baru bernama liberalisme.
Liberalisme yang juga dikenali sebagai pluralisme menurut Microsoft Ensiklopedia Encarta3
merupakan paham yang melihat aktor-aktor yang bermain di dalam kancah lingkunganinternasional tidak hanya negara. Aktor lain bahkan sampai pada tataran individu juga
memiliki peran yang signifikan dalam hubungan internasional. Jika aktor yang bermain dalam
hubungan internasional menjadi semakin banyak, maka hubungan internasional antarnegaraitu sendiri tidak akan terlalu signifikan karena pemainnya justru sudah banyak digantikan oleh
aktor lain. Oleh karenanya, hubungan internasional menjadi lebih dinamis dan penggunaan
kekuatan militer semakin dijauhi karena hubungan yang ada tidak hanya dilandasi oleh
hubungan yang hanya tampak dari luar. Viotti dan Kauppi (Viotti dan Kauppi, 1993)mengemukakan empat asumsi dari teori liberal yaitu; (1) aktor non negara adalah penting
dalam politik internasional, (2) negara bukanlah aktor tunggal, (3) negara bukanlah aktor
rasional karena Viotti dan Kauppi melihat negara bukan sebagai aktor dominan, dan (4)agenda-agenda politik internasional menjadi semakin beragam. Pemikiran liberal ini
berkembang semenjak terjadinya Perang Dunia I terutama pada tahun 1920an dan 1930an.
Semenjak usainya Perang Dunia I, salah satu penggagas pemikiran ini, Presiden AmerikaSerikat Woodrow Wilson mengemukakan pentingnya pendirian Liga Bangsa-Bangsa untuk
2 "International Relations", dalam Microsoft Encarta 2009 [DVD], (Redmond, WA: Microsoft Corporation,
2008).3Ibid.
2
8/14/2019 Pertentangan Baik dan Buruk - Seonggok Cerita tentang Umat Manusia
3/6
membantu menciptakan perdamaian melalui penggunaan hukum internasional, namun
ternyata gagal karena ternyata teori liberalisme tidak mampu menjawab pertanyaan kaum
realisme mengenai pentingnya aktor negara sebagai penggerak arus dinamika global.2. Perdebatan Panjang Realisme dan Liberalisme: Suatu Proses Penafsiran Dinamika
Hubungan Internasional
Baik realisme maupun liberalisme sama-sama menggunakan rasionya untuk berpikir.Berpikir secara rasional menurut Microsoft Ensiklopedia Encarta4 adalah berpikir dengan
menggunakan peran alasan sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Dengan menggunakan
alasan, suatu keputusan akan diambil dengan memperhatikan untung dan rugi dimanakeuntungan dan kerugian merupakan bentuk dorongan bagi setiap pembuatan keputusan.
Unit-unit analisis dalam realisme dan liberalisme mendasarkan perilakunya pada cara berpikir
seperti ini. Dalam hubungan internasional, yang menjadi tujuan dari segala kegiatan suatu
aktor adalah untuk menghasilkan suatu guna. Sebagai contoh, negara dalam alur pemikiranrealisme, akan terus selalu meningkatkan kemampuan militernya agar selalu mengikuti
perkembangan yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai senjata yang ampuh untuk
menjadi negara dominan dalam lingkungan global.
Realisme dan Liberalisme merupakan sama-sama pemikiran postivisme yangmenyandarkan pemikirannya pada sebuah objek penelitian. Sejarah dan perkembangannya
seolah menjadi source bagi analisis dari kedua pemikiran ini, dan oleh karenanya, keduapemikiran ini seolah selalu berada dalam kondisi perdebatan karena sejarah dan
perkembangan sebetulnya berisikan proses trialdan error yang dinamis. Untuk memahami
perdebatan ini, sejarah dunia dapat dijadikan sebagai contoh besar. Dimulai denganperkembangan pemikiran realis di awal semenjak tahun 1648 mengenai dominasi aktor negara
dengan segala sesuatu yang tampak dari luar dan irrepresentative-nya. Perang selalu
mendominasi dan menjadi objek penelitian dan pembenaran dari teori ini. Hingga pada
akhirnya di tahun 1789-1799 dengan ditandainya suatu revolusi kemanusiaan besar yangmelahirkan suatu pemikiranberakhirnya dominasi negara sebagai aktor tunggal di sebuah era
pengakuan negara modern semenjak 1648 di Perancis. Pengakuan terhadap hak asasi manusia
beserta sistem demokrasinya memberikan dampak yang sangat luas bagi dinamika hubunganinternasional selanjutnya. Pemikiran liberalis pun muncul dan terus berkembang seiring
dengan penyebaran paham hak asasi manusia dan demokrasi ke seluruh dunia termasuk ke
Amerika Serikat. Semenjak Perang Dunia I, Amerika Serikat sebagai salah satu negarademokrasi terbesar mengemukakan pentingnya pendirian suatu kerjasama global untuk
mencegah terjadinya perang. Pemikiran utopis tersebut mampu dijelaskan oleh kaum liberalis
sebagai efek dari keberadaan penghargaan hak asasi manusia dan demokrasi di Amerika
Serikat yang menganggap perang amat tidak sesuai dengan sisi-sisi kemanusiaan. Namunpemikiran ini gagal dan mendapatkan cemooh dari kaum realis dengan keterangannya bahwa
negara tetaplah aktor dominan dalam hubungan internasional sekaligus menjadi pembuktian
bagi kebenaran pemikiran realis. Keadaan berlanjut hingga Perang Dunia II serta pendirianPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang merupakan benturan dari pemikiran kaum realis
dengan menyatakan bahwa PBB masih merupakan bentuk pengejewantahan dari dominasi
negara yang dibuktikan dengan hadirnya veto dalam Dewan Keamanan (DK) Tetap PBB danpemikiran kaum liberalis dengan menyatakan bahwa dunia benar-benar membutuhkan solusi
damai yang dibuktikan dengan tujuan pendirian PBB untuk menjaga perdamaian dan
4 Henry R. West, "Rationalism", dalam Microsoft Encarta 2009 [DVD], (Redmond, WA: Microsoft Corporation,
2008).
3
8/14/2019 Pertentangan Baik dan Buruk - Seonggok Cerita tentang Umat Manusia
4/6
keamanan dunia. Selanjutnya, kaum liberal memperbaiki argumennya dengan menjelma
menjadi neoliberalisme dimana dalam pemikiran selanjutnya (sejak 1980) ini kaum liberalis
menyetujui bahwa negara adalah aktor dominan. Dalam pemikiran neoliberal penulismendapatkan sebuah benang merah dimana pemikiran ini ingin menjadikan dunia global
sebagai sebuah sistem utama yang terdiri dari banyak aktor dengan dominasi aktor negara dan
berusaha mengkaitkan itu semua dalam sistem utama yang berlandaskan kerjasama.
12
Liberalisme Realisme Neoliberalisme
dalam bagan di atas, kaum realis mengkritik liberalis karena melupakan negara sebagai aktordominan dalam hubungan internasional. Cita-cita kaum liberalis untuk menggunakan
kerjasama semenjak Perang Dunia I pupus karena ternyata apa yang dikritik oleh kaum realis
terbukti benar. Kemudian, kaum liberalis memperbaiki pemhamannya dengan menjadikan
negara sebagai aktor dominan sehingga dalam gambar dapat dilukiskan bahwa keadaan globaldibentuk oleh kerjasama antarnegara dimana masing-masing negara memiliki elemen-elemen
yang mewakili aktor-aktor lain seperti individu, organisasi nongovernmental, dsb. Kaumrealisme pun memperbaiki dasar berpikirnya dengan mengemukakan konsep struktur dunia
baru dimana walaupun terdapat kerjasama, namun kerjasama ini tidak menghilangkan sisi
struktur dunia yang anarkis dengan adanya negara kuat dan lemah serta dominasi didalamnya. Pemikiran neorealisme ini masuk dalam aliran pemikiran strukturalis yang
menggambarkan struktur dunia sebagai objek pengamatan.
3. Strukturalis sebagai Sebuah Konsep Lanjutan Alternatif Pembacaan Dunia
Dunia ternyata mempunyai struktur kehidupannya. Dunia memiliki bentuk sistem yangmana dunia menggantungkan diri padanya. Neorealisme merupakan salah satu konsep
pemikiran yang lebih ke arah pemikiran strukturalis dimana dunia digambarkan dalam suatu
konsep konflik walaupun terdapat kerjasama di sana. Dalam pemaparannya, neorealismebercerita mengenai penguasaan negara kuat terhadap negara lemah dalam bentuk
penggambaran segitiga dimana negara kuat berada di atas dan negara lemah berada di
bawahnya sesuai dengan tingkatan kelasnya. Demikian halnya pemikiran Marxisme dimanadia menggambarkan struktur dunia sebagai sebuah konflik antara golongan ekonomi kuat dan
ekonomi lemah.
B.Second Step: Merefleksikan Pertentangan Konsep Berpikir sebagai Sebuah Jalan Untuk
Memahami Dinamika Hubungan Internasional
Manusia dan segala aktivitasnya merupakan satu bagian dari dua sisi mata uang. Ini dapat
diartikan bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari aktivitasnya karena manusia adalahpembuat aktivitas itu dan aktivitas itu ada karena manusia yang membuat. Aktivitas manusia
berawal dari kehidupan sosialnya di lingkungan terkecil kemudian berlanjut hingga lingkungan
global. Di lingkungan global inilah semua aktivitas manusia ditelaah dalam tujuan untukmemahami interaksi dinamika hubungan internasional.
Terdapat beberapa pertentangan dalam konsep berpikir untuk memahami interaksi dinamika
hubungan internasional yang dimaksud walaupun aktor yang melaksanakan hubungan
internasional tersebut tetaplah berasal dari umat manusia. Dijelaskan dalam Bab A di atas bahwa
4
8/14/2019 Pertentangan Baik dan Buruk - Seonggok Cerita tentang Umat Manusia
5/6
terjadi perdebatan panjang dalam memahaminya yang dimulai dari perkembangan dinamika
hubungan internasional dengan diakuinya negara berdaulat. Dengan lahirnya negara berdaulat
dan adanya anggapan yang menjunjung tinggi negara melahirkan sebuah asumsi bahwa negaraadalah aktor utama hubungan internasional dan menjadi unit analisis utama untuk menganalisis
hubungan internasional. Pada saat itu keberadaan pemikir-pemikir realis juga amat dibutuhkan
bagi negara untuk mempelajari interaksi hubungan internasional. Sekali mendayung tiga pulauterlampaui, sebagaimana pepatah tersebut, pemikiran realisme kemudian berkembang menjadi
sebuah profesi ahli selain di balik niat utamanya untuk mempelajari dinamika hubungan
internasional. Kemudian sejarah memberikan suatu torehan baru dengan terjadinya RevolusiPerancis pada tahun 1789-1799 yang kemudian menghadirkan suatu pengakuan terhadap hak
asasi manusia dan membawakan aroma demokrasi yang membentuk internal suatu negara.
Dengan dibahasnya bagian internal negara ini, menghasilkan suatu pemikiran baru mengenai
hadirnya aktor baru dalam pergulatan internasional yaitu individu dan kumpulan individu di luarnegara. Pemikiran baru ini bernama liberalisme yang merefleksikan eforia kebebasan pada saat
itu sehingga menghasilkan pemikiran bahwa negara bukanlah aktor utama, melainkan individu
dan kumpulan individu. Pemikiran realisme dan liberalisme bergerak beriringan hingga
terjadinya Perang Dunia I dan pembuatan organisasi Liga Bangsa-Bangsa atas dasar pemikiranliberalisme. Namun dengan gagalnya Liga Bangsa-Bangsa dalam merefleksikan pemikiran
liberalisme, mulailah suatu dimensi pertentangan dan perdebatan antara dua pemikiran tersebut,terutama semenjak terjadinya Perang Dunia II. Perkembangan dan pertentangan kedua pemikiran
ini kemungkinan besar dijadikan dasar dalam pendirian organisasi PBB sebagai sebuah
organisasi bercita damai seperti yang menjadi dasar pemikiran liberalis namun denganfleksibilitas berupa pembenaran terhadap pemikiran realisme yang lebih condong ke arah
konflik. Pendirian organisasi PBB jika ditelusuri berdasarkan sejarah pendiriannya, merupakan
suatu konsekuensi logis bagi negara-negara pemenang perang untuk mengontrol dan membentuk
dunia seperti apa yang mereka inginkan dengan menciptakan PBB beserta hak vetonya. Pada saatitu Amerika Serikat beserta sekutunya menjanjikan akan memberikan komitmen lurusnya untuk
membantu menjaga perdamaian dunia. Namun sekali lagi, kritikan realisme terbukti benar
karena Amerika Serikat cenderung untuk mendominasi dan menyimpang. Hingga akhirnya padatahun 1980an pemikiran baru muncul untuk melanjutkan pemikiran liberalisme dengan
perbaikkan di pengakuan negara sebagai unit analisis dengan nama neoliberalisme ketika
Amerika Serikat benar-benar menjadi negara terkuat hingga pada akhirnya pada akhir tahun1980an berhasil menjatuhkan rival terberatnya dan menjadi pemenang Perang Dingin. Seiring
dengan hal itu, Amerika Serikat berhasil menyebarkan pahamnya mengenai isu demokrasi dan
pengakuan terhadap hak asasi manusia termasuk melalui usaha democratic peace-nya sehingga
dunia benar-benar berada dalam keadaan interdependensi. Interdependensi pada akhirnya justrumenjadi kritik tersendiri bagi realisme karena ketika suatu negara sudah mendominasi, maka
hubungan internasional akan cenderung mengikuti arah sumber peradaban dan mencari titik
amanya, sehingga interdependensi menjadi lebih terealisasi dan menjadi cambuk kritikan yangmengkoreksi pemahaman ini menjadi pemahaman selanjutnya bernama neorealisme yang lebih
bersifat strukturalis karena lebih menyinggung permasalahan bentuk struktur dunia di tengah
interdependensia yang masih mencerminkan adanya unsur konflik.Walaupun demikian, pertentangan antara konsep baik (liberalisme berlandaskan bahwa
manusia pada dasarnya baik) dengan konsep buruk (realisme berlandaskan bahwa manusia pada
dasarnya buruk) telah melahirkan suatu bentuk pemikiran manusia terhadap sejarahnya sendiri.
Manusia melalui pemikirannya berusaha untuk merumuskan dan mengerti bagaimana manusia
5
8/14/2019 Pertentangan Baik dan Buruk - Seonggok Cerita tentang Umat Manusia
6/6
dan segala aktivitasnya berkembang membentuk sejarahnya. Manusia adalah makhluk
pembelajar, makhluk yang selalu belajar, makhluk yang pada akhirnya dia sendirilah yang
mampu menafsirkan apa-apa yang dia butuhkan selanjutnya atau mungkin masa depan.Berbicara mengenai masa depan masihlah terlalu sulit karena keadaan dunia yang sedemikian
dinamis dan kompleks kini. Berbicara mengenai penafsiran manusia itu sendiri untuk
menafsirkan dan mengerti akan sejarahnya melalui bentuk-bentuk pemikiran yang dihasilkan dandikreasikannya adalah sudah merupakan sebuah pencapaian manusia itu sendiri untuk menjadi
seorang manusia pembelajar dengan memetik hikmah di balik setiap pemikiran dan kejadian
yang telah dipelajari.
C. Third Step: Kesimpulan
Manusia menghasilkan suatu aktivitas dan kejadian, dan manusia berusaha untuk memahami
aktivitas dan kejadian itu dengan konsep berpikirnya. Interaksi antarmanusia di lingkup globalmerupakan sebuah interaksi yang teramat dinamis dan kompleks dan manusia berusaha untuk
memahaminya melalui beberapa pendekatan dan teori. Pendekatan dan teori yang digunakan
manusia itu juga tidak dapat dengan serta-merta mampu mengikuti perkembangan dinamika
yang ada. Manusia selalu memperbaikinya dengan cara mengkritisi dan memperdebatkannya.Berbagai perdebatan seputar teori dan pendekatan menghasilkan berbagai macam perbaikkan dan
seolah terus meng-update agar mengikuti relevansi perkembangan kejadian dan aktivitas yangada. Perbaikkan demi perbaikkan berhasil memberikan suatu bentuk pehamaman jangka panjang
bagi manusia untuk mengerti dirinya sendiri beserta sejarahnya. Inilah sebuah cerita umat
manusia yang dihasilkan dari perdebatan panjang untuk menafsirkan sejarahnya melalui teoridan pendekatan yang penulis simpulkan sebagai sebuah hasil renungan tentang teori hubungan
internasional beserta dengan perdebatan dan kritikan perbaikkannya yang pada akhirnya
membantu menafsirkan dinamika hubungan internasional itu sendiri walaupun pada awalnya
(ketika melihat perdebatan itu sebagai sebuah perbedaan) perdebatan itu seolah memperlihatkankondisi yang benar-benar kontra dan cenderung membelah penafsiran manusia menjadi dua sisi
yang berlawanan.
D. Daftar Referensi
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi. (Yogyakarta: Kreasi Wacana
Yogyakarta).Viotti, Paul R., dan Mack V. Kauppi. 1993. Realism: The State, Power, and the Balance of
Power. Dalam Viotti, Paul R., dan Mack V. Kauppi,International Relation Theory: Realism,
Pluralism, Globalism. (New York: MacMillan Publisher).
West, Henry R. 2008. "Rationalism". Dalam Microsoft Encarta 2009 [DVD]. (Redmond,WA: Microsoft Corporation).
(Tidak disebutkan nama penulis). 2008. "International Relations". Dalam Microsoft Encarta
2009 [DVD]. (Redmond, WA: Microsoft Corporation).
6