Pertentangan Baik dan Buruk - Seonggok Cerita tentang Umat Manusia

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/14/2019 Pertentangan Baik dan Buruk - Seonggok Cerita tentang Umat Manusia

    1/6

    Nama : Teguh Prayogo Sudarmanto

    NPM : 0706291432

    TugasEssay Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional I

    Pertentangan Baik dan Buruk: Seonggok Cerita tentang Umat Manusia

    A. First Step: Membaca Dunia melalui Pemikiran-Pemikiran Ilmu Hubungan Internasional

    Perkembangan dinamika hubungan internasional selalu dimengerti oleh para pemikir

    hubungan internasional dengan menggunakan sebuah pendekatan yang bertujuan untukmemudahkan mereka dalam memahami perkembangan dinamika hubungan internasional itu

    sendiri. Ini akan membawa pada sebuah pernyataan bahwa semakin rumit dinamika hubungan

    internasional yang berkembang, maka akan semakin sulit bagi sebuah pemikiran untuk melihat

    dan memahaminya secara menyeluruh dalam menerangkan perkembangan yang rumit tersebut.Perkembangan pemahaman terhadap dinamika hubungan internasional mungkin dimulai pada

    tahun 1648 ketika dibuatnya Perjanjian Westphalia yang merupakan sebuah kemajuan dalam

    hubungan internasional karena diakuinya kedaulatan negara-negara di Eropa. Apa yang

    dinamakan sebagai negara modern sudah terbentuk di sana. Sebuah negara yang memerlukanstatus pengakuan untuk berdiri, dimana pada saat itu Eropa sudah mencapai tahap perkembangan

    penafsiran mengenai negara modern tersebut. Suatu perkembangan yang lebih maju karenasemenjak itulah aturan main hubungan internasional menjadi semakin jelas. Dengan diakuinya

    kedaulatan suatu negara melalui Perjanjian Westphalia, maka akan semakin jelas keberadaan

    suatu negara beserta wilayahnya, pemerintahannya, dan segala status yang berada di atasnya.Dengan adanya pengakuan negara modern pada Perjanjian Westphalia, maka mulai saat itu

    pengamat hubungan internasional menjadi memiliki unit analisis yang lebih jelas dalam

    memahami dinamika hubungan internasional.

    1. Munculnya Pemikiran Realis dan Liberalis sebagai Kaca Mata DuniaDengan diilhami dari penelaahan sebelumnya pada jaman Yunani Kuno, dimana seorang

    Thucydides pada abad ke-4 SM menceritakan pemahamannya terhadap Perang Peloponnesiayang dapat terjadi karena berkembangnya rasa takut akan ancaman militer masing-masingdaerah (Sparta dan Athena) sehingga masing-masing daerah tersebut akhirnya berperang dan

    terus berperang untuk mempertahankan diri, sejarah kembali berulang dengan dimana hampir

    dua ribu tahun kemudian pada abad ke-15 berkembanglah pemahaman yang sama mengenaihubungan internasional. Jauh sebelum Perjanjian Westphalia terikrarkan, Niccolo Machiavelli

    (1469-1527) yang melalui salah satu hasil karyanya, the Prince, dia mengemukakan

    pentingnya suatu negara untuk menjaga kemanannya untuk mempertahankan kedudukannya

    dalam pergaulan internasional. Machiavelli beranggapan bahwa dunia adalah keadaan yangsekarang ini, bukan dunia yang diharapkan dan dunia yang seharusnya. Perkembangan

    pemikiran kemudian berlanjut pada abad ke-16 dimana Thomas Hobbes meluapkan hasil

    pengamatannya mengenai dunia yang anarkhi, dunia tanpa Leviathan adalah dunia tanpakontrol dimana masing-masing elemen (yang kemudian menjadi negara sebagai unit analisis

    utama) bebas untuk menggerakan dirinya menjamah dunia. Dengan menilik dari ketiga hasil

    pemikiran yang disebut sebagai realisme di atas,1 penulis berusaha untuk menerjemahkan intidari pemikiran tersebut. Berangkat dari definisi realisme yang dikeluarkan oleh Microsoft

    1 Paul R. Viotti dan Mack V. Kauppi, Realism: The State, Power, and the Balance of Power, dalam Paul R. Viotti

    dan Mack V. Kauppi, International Relation Theory: Realism, Pluralism, Globalism. (New York: MacMillan

    Publisher. 1993), hlm. 35-60.

    1

  • 8/14/2019 Pertentangan Baik dan Buruk - Seonggok Cerita tentang Umat Manusia

    2/6

    Ensiklopedia Encarta,2 realisme yang dianggap sebagai salah satu bentuk pemikiran yang

    cukup relevan dalam menerangkan kejadian internasional ini merupakan sebuah pemikiran

    yang mendasarkan pehamanannya pada negara beserta dengan segala keinginannya dalambentuk national interest dan bagaimana memposisikan negara itu dengan baik dalam

    hubungan internasional. Para pemikir realis percaya bahwa setiap kejadian yang ada di dunia

    ini merupakan akibat dari kebijakan negara-negara secara individual untuk mempengaruhiatmosfer perkembangan dinamika hubungan internasional. Alat yang digunakan untuk

    menempatkan diri dalam pergaulan internasional adalah kelebihan-kelebihan yang terdapat di

    masing-masing negara seperti kekuatan militer sehingga kehidupan internasional lebih seringdiisi oleh persaingan untuk mendapatkan tempat terhormat dan kadang kala atau ketika dunia

    belum menambahkan variabel lain seperti demokrasi dan pengakuan terhadap hak asasi

    manusia, perang merupakan sebuah cara yang harus ditempuh.

    Di tengah aura negara sebagai unit analisis utama untuk menganalisis dinamika hubunganinternasional, berkembanglah sebuah pemikiran baru bernama liberalisme. Sebelum bergerak

    ke arah definisi pemikiran ini, penulis akan memaparkan mengenai latar belakang munculnya

    pemikiran ini. Semenjak tahun 1215, dimana Inggris mulai memberikan penghargaan yang

    tinggi terhadap kemanusiaan termasuk hak individu serta terlebih penting dengan adanyasebuah revolusi kemanusiaan yang bergerak secara bottom-up di Perancis pada tahun 1789-

    1799 mengakibatkan mulai diakuinya sisi-sisi di dalam negara yang sebetulnya merupakanbagian utama pencipta sejarah, individu. Pengakuan terhadap individu beserta haknya yang

    kemudian dinamakan menjadi hak asasi manusia, menghentikan dominasi negara sebagai

    sebuah aktor yang bermain di dalam pergaulan internasional. Individu-individu inilah yangternyata menggerakkan negara dan memainkan peranan yang penting bagi setiap keputusan

    yang dihasilkan oleh negara. Pengakuan terhadap hak asasi manusia juga pada akhirnya

    menggerakkan negara ke arah demokrasi. Pengalaman-pengalaman yang seperti inilah,

    terutama jika melihat asal sumber pemikiran ini yang berasal dari American School ofInternational Relations Theory, menghasilkan sebuah pemikiran baru bernama liberalisme.

    Liberalisme yang juga dikenali sebagai pluralisme menurut Microsoft Ensiklopedia Encarta3

    merupakan paham yang melihat aktor-aktor yang bermain di dalam kancah lingkunganinternasional tidak hanya negara. Aktor lain bahkan sampai pada tataran individu juga

    memiliki peran yang signifikan dalam hubungan internasional. Jika aktor yang bermain dalam

    hubungan internasional menjadi semakin banyak, maka hubungan internasional antarnegaraitu sendiri tidak akan terlalu signifikan karena pemainnya justru sudah banyak digantikan oleh

    aktor lain. Oleh karenanya, hubungan internasional menjadi lebih dinamis dan penggunaan

    kekuatan militer semakin dijauhi karena hubungan yang ada tidak hanya dilandasi oleh

    hubungan yang hanya tampak dari luar. Viotti dan Kauppi (Viotti dan Kauppi, 1993)mengemukakan empat asumsi dari teori liberal yaitu; (1) aktor non negara adalah penting

    dalam politik internasional, (2) negara bukanlah aktor tunggal, (3) negara bukanlah aktor

    rasional karena Viotti dan Kauppi melihat negara bukan sebagai aktor dominan, dan (4)agenda-agenda politik internasional menjadi semakin beragam. Pemikiran liberal ini

    berkembang semenjak terjadinya Perang Dunia I terutama pada tahun 1920an dan 1930an.

    Semenjak usainya Perang Dunia I, salah satu penggagas pemikiran ini, Presiden AmerikaSerikat Woodrow Wilson mengemukakan pentingnya pendirian Liga Bangsa-Bangsa untuk

    2 "International Relations", dalam Microsoft Encarta 2009 [DVD], (Redmond, WA: Microsoft Corporation,

    2008).3Ibid.

    2

  • 8/14/2019 Pertentangan Baik dan Buruk - Seonggok Cerita tentang Umat Manusia

    3/6

    membantu menciptakan perdamaian melalui penggunaan hukum internasional, namun

    ternyata gagal karena ternyata teori liberalisme tidak mampu menjawab pertanyaan kaum

    realisme mengenai pentingnya aktor negara sebagai penggerak arus dinamika global.2. Perdebatan Panjang Realisme dan Liberalisme: Suatu Proses Penafsiran Dinamika

    Hubungan Internasional

    Baik realisme maupun liberalisme sama-sama menggunakan rasionya untuk berpikir.Berpikir secara rasional menurut Microsoft Ensiklopedia Encarta4 adalah berpikir dengan

    menggunakan peran alasan sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Dengan menggunakan

    alasan, suatu keputusan akan diambil dengan memperhatikan untung dan rugi dimanakeuntungan dan kerugian merupakan bentuk dorongan bagi setiap pembuatan keputusan.

    Unit-unit analisis dalam realisme dan liberalisme mendasarkan perilakunya pada cara berpikir

    seperti ini. Dalam hubungan internasional, yang menjadi tujuan dari segala kegiatan suatu

    aktor adalah untuk menghasilkan suatu guna. Sebagai contoh, negara dalam alur pemikiranrealisme, akan terus selalu meningkatkan kemampuan militernya agar selalu mengikuti

    perkembangan yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai senjata yang ampuh untuk

    menjadi negara dominan dalam lingkungan global.

    Realisme dan Liberalisme merupakan sama-sama pemikiran postivisme yangmenyandarkan pemikirannya pada sebuah objek penelitian. Sejarah dan perkembangannya

    seolah menjadi source bagi analisis dari kedua pemikiran ini, dan oleh karenanya, keduapemikiran ini seolah selalu berada dalam kondisi perdebatan karena sejarah dan

    perkembangan sebetulnya berisikan proses trialdan error yang dinamis. Untuk memahami

    perdebatan ini, sejarah dunia dapat dijadikan sebagai contoh besar. Dimulai denganperkembangan pemikiran realis di awal semenjak tahun 1648 mengenai dominasi aktor negara

    dengan segala sesuatu yang tampak dari luar dan irrepresentative-nya. Perang selalu

    mendominasi dan menjadi objek penelitian dan pembenaran dari teori ini. Hingga pada

    akhirnya di tahun 1789-1799 dengan ditandainya suatu revolusi kemanusiaan besar yangmelahirkan suatu pemikiranberakhirnya dominasi negara sebagai aktor tunggal di sebuah era

    pengakuan negara modern semenjak 1648 di Perancis. Pengakuan terhadap hak asasi manusia

    beserta sistem demokrasinya memberikan dampak yang sangat luas bagi dinamika hubunganinternasional selanjutnya. Pemikiran liberalis pun muncul dan terus berkembang seiring

    dengan penyebaran paham hak asasi manusia dan demokrasi ke seluruh dunia termasuk ke

    Amerika Serikat. Semenjak Perang Dunia I, Amerika Serikat sebagai salah satu negarademokrasi terbesar mengemukakan pentingnya pendirian suatu kerjasama global untuk

    mencegah terjadinya perang. Pemikiran utopis tersebut mampu dijelaskan oleh kaum liberalis

    sebagai efek dari keberadaan penghargaan hak asasi manusia dan demokrasi di Amerika

    Serikat yang menganggap perang amat tidak sesuai dengan sisi-sisi kemanusiaan. Namunpemikiran ini gagal dan mendapatkan cemooh dari kaum realis dengan keterangannya bahwa

    negara tetaplah aktor dominan dalam hubungan internasional sekaligus menjadi pembuktian

    bagi kebenaran pemikiran realis. Keadaan berlanjut hingga Perang Dunia II serta pendirianPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang merupakan benturan dari pemikiran kaum realis

    dengan menyatakan bahwa PBB masih merupakan bentuk pengejewantahan dari dominasi

    negara yang dibuktikan dengan hadirnya veto dalam Dewan Keamanan (DK) Tetap PBB danpemikiran kaum liberalis dengan menyatakan bahwa dunia benar-benar membutuhkan solusi

    damai yang dibuktikan dengan tujuan pendirian PBB untuk menjaga perdamaian dan

    4 Henry R. West, "Rationalism", dalam Microsoft Encarta 2009 [DVD], (Redmond, WA: Microsoft Corporation,

    2008).

    3

  • 8/14/2019 Pertentangan Baik dan Buruk - Seonggok Cerita tentang Umat Manusia

    4/6

    keamanan dunia. Selanjutnya, kaum liberal memperbaiki argumennya dengan menjelma

    menjadi neoliberalisme dimana dalam pemikiran selanjutnya (sejak 1980) ini kaum liberalis

    menyetujui bahwa negara adalah aktor dominan. Dalam pemikiran neoliberal penulismendapatkan sebuah benang merah dimana pemikiran ini ingin menjadikan dunia global

    sebagai sebuah sistem utama yang terdiri dari banyak aktor dengan dominasi aktor negara dan

    berusaha mengkaitkan itu semua dalam sistem utama yang berlandaskan kerjasama.

    12

    Liberalisme Realisme Neoliberalisme

    dalam bagan di atas, kaum realis mengkritik liberalis karena melupakan negara sebagai aktordominan dalam hubungan internasional. Cita-cita kaum liberalis untuk menggunakan

    kerjasama semenjak Perang Dunia I pupus karena ternyata apa yang dikritik oleh kaum realis

    terbukti benar. Kemudian, kaum liberalis memperbaiki pemhamannya dengan menjadikan

    negara sebagai aktor dominan sehingga dalam gambar dapat dilukiskan bahwa keadaan globaldibentuk oleh kerjasama antarnegara dimana masing-masing negara memiliki elemen-elemen

    yang mewakili aktor-aktor lain seperti individu, organisasi nongovernmental, dsb. Kaumrealisme pun memperbaiki dasar berpikirnya dengan mengemukakan konsep struktur dunia

    baru dimana walaupun terdapat kerjasama, namun kerjasama ini tidak menghilangkan sisi

    struktur dunia yang anarkis dengan adanya negara kuat dan lemah serta dominasi didalamnya. Pemikiran neorealisme ini masuk dalam aliran pemikiran strukturalis yang

    menggambarkan struktur dunia sebagai objek pengamatan.

    3. Strukturalis sebagai Sebuah Konsep Lanjutan Alternatif Pembacaan Dunia

    Dunia ternyata mempunyai struktur kehidupannya. Dunia memiliki bentuk sistem yangmana dunia menggantungkan diri padanya. Neorealisme merupakan salah satu konsep

    pemikiran yang lebih ke arah pemikiran strukturalis dimana dunia digambarkan dalam suatu

    konsep konflik walaupun terdapat kerjasama di sana. Dalam pemaparannya, neorealismebercerita mengenai penguasaan negara kuat terhadap negara lemah dalam bentuk

    penggambaran segitiga dimana negara kuat berada di atas dan negara lemah berada di

    bawahnya sesuai dengan tingkatan kelasnya. Demikian halnya pemikiran Marxisme dimanadia menggambarkan struktur dunia sebagai sebuah konflik antara golongan ekonomi kuat dan

    ekonomi lemah.

    B.Second Step: Merefleksikan Pertentangan Konsep Berpikir sebagai Sebuah Jalan Untuk

    Memahami Dinamika Hubungan Internasional

    Manusia dan segala aktivitasnya merupakan satu bagian dari dua sisi mata uang. Ini dapat

    diartikan bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari aktivitasnya karena manusia adalahpembuat aktivitas itu dan aktivitas itu ada karena manusia yang membuat. Aktivitas manusia

    berawal dari kehidupan sosialnya di lingkungan terkecil kemudian berlanjut hingga lingkungan

    global. Di lingkungan global inilah semua aktivitas manusia ditelaah dalam tujuan untukmemahami interaksi dinamika hubungan internasional.

    Terdapat beberapa pertentangan dalam konsep berpikir untuk memahami interaksi dinamika

    hubungan internasional yang dimaksud walaupun aktor yang melaksanakan hubungan

    internasional tersebut tetaplah berasal dari umat manusia. Dijelaskan dalam Bab A di atas bahwa

    4

  • 8/14/2019 Pertentangan Baik dan Buruk - Seonggok Cerita tentang Umat Manusia

    5/6

    terjadi perdebatan panjang dalam memahaminya yang dimulai dari perkembangan dinamika

    hubungan internasional dengan diakuinya negara berdaulat. Dengan lahirnya negara berdaulat

    dan adanya anggapan yang menjunjung tinggi negara melahirkan sebuah asumsi bahwa negaraadalah aktor utama hubungan internasional dan menjadi unit analisis utama untuk menganalisis

    hubungan internasional. Pada saat itu keberadaan pemikir-pemikir realis juga amat dibutuhkan

    bagi negara untuk mempelajari interaksi hubungan internasional. Sekali mendayung tiga pulauterlampaui, sebagaimana pepatah tersebut, pemikiran realisme kemudian berkembang menjadi

    sebuah profesi ahli selain di balik niat utamanya untuk mempelajari dinamika hubungan

    internasional. Kemudian sejarah memberikan suatu torehan baru dengan terjadinya RevolusiPerancis pada tahun 1789-1799 yang kemudian menghadirkan suatu pengakuan terhadap hak

    asasi manusia dan membawakan aroma demokrasi yang membentuk internal suatu negara.

    Dengan dibahasnya bagian internal negara ini, menghasilkan suatu pemikiran baru mengenai

    hadirnya aktor baru dalam pergulatan internasional yaitu individu dan kumpulan individu di luarnegara. Pemikiran baru ini bernama liberalisme yang merefleksikan eforia kebebasan pada saat

    itu sehingga menghasilkan pemikiran bahwa negara bukanlah aktor utama, melainkan individu

    dan kumpulan individu. Pemikiran realisme dan liberalisme bergerak beriringan hingga

    terjadinya Perang Dunia I dan pembuatan organisasi Liga Bangsa-Bangsa atas dasar pemikiranliberalisme. Namun dengan gagalnya Liga Bangsa-Bangsa dalam merefleksikan pemikiran

    liberalisme, mulailah suatu dimensi pertentangan dan perdebatan antara dua pemikiran tersebut,terutama semenjak terjadinya Perang Dunia II. Perkembangan dan pertentangan kedua pemikiran

    ini kemungkinan besar dijadikan dasar dalam pendirian organisasi PBB sebagai sebuah

    organisasi bercita damai seperti yang menjadi dasar pemikiran liberalis namun denganfleksibilitas berupa pembenaran terhadap pemikiran realisme yang lebih condong ke arah

    konflik. Pendirian organisasi PBB jika ditelusuri berdasarkan sejarah pendiriannya, merupakan

    suatu konsekuensi logis bagi negara-negara pemenang perang untuk mengontrol dan membentuk

    dunia seperti apa yang mereka inginkan dengan menciptakan PBB beserta hak vetonya. Pada saatitu Amerika Serikat beserta sekutunya menjanjikan akan memberikan komitmen lurusnya untuk

    membantu menjaga perdamaian dunia. Namun sekali lagi, kritikan realisme terbukti benar

    karena Amerika Serikat cenderung untuk mendominasi dan menyimpang. Hingga akhirnya padatahun 1980an pemikiran baru muncul untuk melanjutkan pemikiran liberalisme dengan

    perbaikkan di pengakuan negara sebagai unit analisis dengan nama neoliberalisme ketika

    Amerika Serikat benar-benar menjadi negara terkuat hingga pada akhirnya pada akhir tahun1980an berhasil menjatuhkan rival terberatnya dan menjadi pemenang Perang Dingin. Seiring

    dengan hal itu, Amerika Serikat berhasil menyebarkan pahamnya mengenai isu demokrasi dan

    pengakuan terhadap hak asasi manusia termasuk melalui usaha democratic peace-nya sehingga

    dunia benar-benar berada dalam keadaan interdependensi. Interdependensi pada akhirnya justrumenjadi kritik tersendiri bagi realisme karena ketika suatu negara sudah mendominasi, maka

    hubungan internasional akan cenderung mengikuti arah sumber peradaban dan mencari titik

    amanya, sehingga interdependensi menjadi lebih terealisasi dan menjadi cambuk kritikan yangmengkoreksi pemahaman ini menjadi pemahaman selanjutnya bernama neorealisme yang lebih

    bersifat strukturalis karena lebih menyinggung permasalahan bentuk struktur dunia di tengah

    interdependensia yang masih mencerminkan adanya unsur konflik.Walaupun demikian, pertentangan antara konsep baik (liberalisme berlandaskan bahwa

    manusia pada dasarnya baik) dengan konsep buruk (realisme berlandaskan bahwa manusia pada

    dasarnya buruk) telah melahirkan suatu bentuk pemikiran manusia terhadap sejarahnya sendiri.

    Manusia melalui pemikirannya berusaha untuk merumuskan dan mengerti bagaimana manusia

    5

  • 8/14/2019 Pertentangan Baik dan Buruk - Seonggok Cerita tentang Umat Manusia

    6/6

    dan segala aktivitasnya berkembang membentuk sejarahnya. Manusia adalah makhluk

    pembelajar, makhluk yang selalu belajar, makhluk yang pada akhirnya dia sendirilah yang

    mampu menafsirkan apa-apa yang dia butuhkan selanjutnya atau mungkin masa depan.Berbicara mengenai masa depan masihlah terlalu sulit karena keadaan dunia yang sedemikian

    dinamis dan kompleks kini. Berbicara mengenai penafsiran manusia itu sendiri untuk

    menafsirkan dan mengerti akan sejarahnya melalui bentuk-bentuk pemikiran yang dihasilkan dandikreasikannya adalah sudah merupakan sebuah pencapaian manusia itu sendiri untuk menjadi

    seorang manusia pembelajar dengan memetik hikmah di balik setiap pemikiran dan kejadian

    yang telah dipelajari.

    C. Third Step: Kesimpulan

    Manusia menghasilkan suatu aktivitas dan kejadian, dan manusia berusaha untuk memahami

    aktivitas dan kejadian itu dengan konsep berpikirnya. Interaksi antarmanusia di lingkup globalmerupakan sebuah interaksi yang teramat dinamis dan kompleks dan manusia berusaha untuk

    memahaminya melalui beberapa pendekatan dan teori. Pendekatan dan teori yang digunakan

    manusia itu juga tidak dapat dengan serta-merta mampu mengikuti perkembangan dinamika

    yang ada. Manusia selalu memperbaikinya dengan cara mengkritisi dan memperdebatkannya.Berbagai perdebatan seputar teori dan pendekatan menghasilkan berbagai macam perbaikkan dan

    seolah terus meng-update agar mengikuti relevansi perkembangan kejadian dan aktivitas yangada. Perbaikkan demi perbaikkan berhasil memberikan suatu bentuk pehamaman jangka panjang

    bagi manusia untuk mengerti dirinya sendiri beserta sejarahnya. Inilah sebuah cerita umat

    manusia yang dihasilkan dari perdebatan panjang untuk menafsirkan sejarahnya melalui teoridan pendekatan yang penulis simpulkan sebagai sebuah hasil renungan tentang teori hubungan

    internasional beserta dengan perdebatan dan kritikan perbaikkannya yang pada akhirnya

    membantu menafsirkan dinamika hubungan internasional itu sendiri walaupun pada awalnya

    (ketika melihat perdebatan itu sebagai sebuah perbedaan) perdebatan itu seolah memperlihatkankondisi yang benar-benar kontra dan cenderung membelah penafsiran manusia menjadi dua sisi

    yang berlawanan.

    D. Daftar Referensi

    Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi. (Yogyakarta: Kreasi Wacana

    Yogyakarta).Viotti, Paul R., dan Mack V. Kauppi. 1993. Realism: The State, Power, and the Balance of

    Power. Dalam Viotti, Paul R., dan Mack V. Kauppi,International Relation Theory: Realism,

    Pluralism, Globalism. (New York: MacMillan Publisher).

    West, Henry R. 2008. "Rationalism". Dalam Microsoft Encarta 2009 [DVD]. (Redmond,WA: Microsoft Corporation).

    (Tidak disebutkan nama penulis). 2008. "International Relations". Dalam Microsoft Encarta

    2009 [DVD]. (Redmond, WA: Microsoft Corporation).

    6