Upload
rosmaniza-ibrahim
View
415
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 1/21
1
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal,
yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Arah kebijaksanaan
pembangunan bidang kesehatan adalah untuk mempertinggi derajat kesehatan, termasuk di
dalamnya keadaan gizi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup serta
kecerdasan dan kesejahteraan pada umumnya.1
Kesehatan menurut dalam Undang-undang no. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok.
Bab 1 pasal 2 didefinisikan sebagai berikut: ³yang dimaksud dengan kesehatan dalam
undang-undang ini adalah kegiatan yang meliputi kesehatan badan, rohani(mental), dan sosial
bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan´. Namun istilah ini
sedikit berubah didalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan Bab 1 pasal 1 sebagai berikut: ³Kesehatan adalah sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial ekonomis´. Kedua definisi
tersebut, diatas memberi arti yang luas pada kata kesehatan. Kesehatan yang berada dalam
diri individu/kelompok tak luput dari perhatian karena itu menjadi faktor kelangsungan hidup
manusia, biasanya individu melangsungkan hidup di suatu tempat yang mana itu berada dilingkungan yang berbeda, jadi pengaruh lingkungan yang sangat Essensial bagi kesehatan
manusia. Dalam kaitannya, masalah kesehatan dan lingkungan ada segelintir masalah yang
perlu dicermati yaitu masalah gizi pada individu. Pada era Global saat ini perlu dicermati
pada daerah di Indonesia Khususnya.2
Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi juga
masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan. Faktor pencetus
munculnya masalah gizi dapat berbeda antar wilayah ataupun antar kelompok masyarakat,
bahkan akar masalahnya dapat berbeda antar kelompok usia balita. Hasil survei Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan bahwa persentase anak balita gizi
buruk di Indonesia sebesar 5,4% dimana sebanyak 2,90% balita di Jakarta dikategorikan gizi
buruk.3
Di suatu kelompok masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling rawan
terhadap terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 2/21
2
tingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu cukup lama. Keadaan gizi atau
status gizi masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat-zat gizi yang dikonsumsi seseorang. Anak
yang kurang gizi akan menurun daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terkena penyakit
infeksi, sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi akan mengalami gangguan nafsu
makan dan penyerapan zat-zat gizi sehingga menyebabkan kurang gizi. Anak yang sering
terkena infeksi dan gizi kurang akan mengalami ganggguan tumbuh kembang yang akan
mempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan dan produktivitas di masa dewasa.4
Menurut Riskesdas 2010, prevalensi Balita dengan kekurangan gizi (malnutrition)
adalah 17,9 persen, yaitu menurun dari 18,4 persen pada tahun 2007. Kejadian Balita yang
pendek ( stunting ) atau kurus (wasting ) pula masing-masing sebesar 35,6 dan 13,6 persen.6
Penimbangan Balita juga merupakan surveilans gizi terhadap kejadian kekurangan pangan
maupun defisiensi nutrien6. Pemerintah Republik Indonesia (RI) memperkirakan negara ini
dapat mencapai sasaran Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs), yaitu prevalensi
malnutrisi diturunkan kepada 15,5 persen pada tahun 2015, dengan melihat kecenderungan
dalam penurunan proporsi Balita dengan gizi kurang dan buruk.9,10 Namun begitu, kejadian
Balita dengan kekurangan gizi berbeda mengikut daerah geografis dengan prevalensi
malnutrisi yang lebih tinggi di beberapa provinsi dan di daerah perdesaan.9,10
Hal ini
merupakan suatu masalah karena balita yang mengalami gizi kurang atau buruk pada usia
dini cenderung untuk mendapatkan penyakit-penyakit degeneratif saat dewasa kelak.11
Menurut laporan Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2009, dari sekitar
342,288 Balita yang ditimbang, 2 persen diantaranya terletak di bawah garis merah atau
BGM.12
Diperkirakan 10.9 juta anak Balita meninggal setiap tahun yang disebabkan oleh
kekurangan gizi mencapai 60 persen. Saat ini terdapat sekitar 18 persen anak Balita (3.2 juta)
menderita kekurangan gizi yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia.3
Pada tahun 2005, Departemen Kesehatan telah melakukan Rencana Aksi Nasional
(RAN) Penanggulangan Gizi Buruk, namun demikian seringkali RAN penanggulangan gizi
buruk tidak dilaksanakan secara tepat dan cepat. Beberapa masalah yang sering timbul dan
dikeluhkan antara lain lemahnya komitmen dari penentu kebijakan ( stakeholders) dan
dukungan pembiayaan dari pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Oleh karena itu,
salah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk di beberapa wilayah, terutama di
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 3/21
3
wilayah rawan pangan dan gizi, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dengan melakukan
Respon Cepat Penanggulangan Gizi Buruk. Langkah ini sebagai salah satu upaya untuk lebih
mengaktifkan kembali surveilans gizi terutama dalam pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini
Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Gizi Buruk di seluruh Indonesia. Dalam rangka respon
cepat penanggulangan gizi buruk, Direktorat Bina Gizi Masyarakat perlu menjabarkan
kebijakan dan langkah terpadu seluruh instansi terkait di dalam Pedoman Pelaksanaan
Respon Cepat Penanggulangan Gizi Buruk.13
1.2 Permasalahan
Dengan melihat latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan gizi
buruk adalah sebagai berikut:
1. Masalah gizi memiliki bukan hanya masalah kesehatan, tapi juga masalah sosial,
ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan.
2. Sebanyak 5,4% anak balita di Indonesia mengalami gizi buruk.
3. Sebanyak 2,90% anak balita di Jakarta mengalami gizi buruk.
4. Laporan MDGs tahun 2010 menunjukkan prevalensi Balita dengan gizi kurang dan
buruk sebanyak 17,9 persen, yakni sedikit di bawah sasaran yang telah ditentukan
(15,5 persen) sehingga menandakan kekurangan gizi masih menjadi masalah
masyarakat di Indonesia.
5. Diperkirakan 10.9 juta anak Balita meninggal setiap tahun yang disebabkan oleh
kekurangan gizi mencapai 60%. Saat ini terdapat sekitar 18% anak Balita (3.2 juta)
menderita kekurangan gizi yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia.
6. Anak balita paling rentan terhadap terjadinya kekurangan gizi.
7. Akibat dari kurangnya gizi yang ditimbulkan pada anak adalah mudah terkena infeksi
sebagai akibat dari penurunan daya tahan tubuh, gangguan nafsu makan dan
penyerapan zat gizi.
8. Anak yang sering terkena infeksi dan gizi kurang akan mengalami ganggguan tumbuh
kembang sehingga mempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan dan produktivitas di
masa dewasa.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor penyebab gizi buruk pada Balita.
2. Mengetahui cara pencegahan dan pemberantasan gizi buruk pada Balita
melalui pendekatan lingkungan.
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 4/21
4
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Ilmi gizi menurut WHO adalah sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi
pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan
cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya
organ tubuh dan menghasilkan energi.
Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan
kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di
dalam tubuh. Status gizi tersebut dapat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu konsumsi
makanan dan keadaan kesehatan tubuh atau infeksi. Ukuran yang digunakan dalam
menentukan status gizi adalah berat badan, bisa juga tinggi badan yang didasarkan pada
umur, ukuran ini biasa disebut dengan ukuran antropometri dan disajikan dalam bentuk
indeks.
Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malnutrisi energi-protein
(MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein. Bergantung pada
derajat kekurangan energi-protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-
beda. MEP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung lapar), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan
sebagai MEP berat14
.
2.1.1 Kurang Gizi
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara
berkembang. Gejala kurang gizi ringan relatif tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat
badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya. Rata-rata berat badannya
hanya sekitar 60-80% dari berat ideal. Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainyaantara lain:
y Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun.
y Ukuran lingkaran lengan atas menurun.
y Maturasi tulang terlambat.
y Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 5/21
5
y Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.
2.1.2 Marasmus
Anak-anak penderita marasmus secara fisik mudah dikenali. Meski
masih anak-anak, wajahnya terlihat tua, sangat kurus karena kehilangan sebagian
lemak dan otot-ototnya. Penderita marasmus berat akan menunjukkan perubahan
mental, bahkan hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak umumnya
jadi lebih cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa lapar. Ada pun ciri-
ciri lainnya adalah:
y Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya.
y Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur.
y Beberapa di antaranya memiliki rambut yang mudah rontok.
y Tulang-tulang terlihat jelas menonjol.
y Sering menderita diare atau konstipasi.
y Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar hemoglobin
yang juga lebih rendah dari semestinya.
2.1.3 Kwashiorkor
Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai busung lapar. Penampilan anak-
anak umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya
jauh di bawah berat normal(<60% dari berat badan ideal). Edema stadium berat
maupun ringan biasanya menyertai penderita ini. Beberapa ciri lain yang menyertai di
antaranya:
y Perubahan mental menyolok. Banyak menangis, bahkan pada stadium lanjut anak
terlihat sangat pasif.
y Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring
y Anemia.
y Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya
produksi laktase dan enzim penting lainnya.
y Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia
(perdarahan kecil yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulit
maupun selaput lendir), yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah mengelupas,
terlihat kemerahan dengan batas menghitam. Kelainan ini biasanya dijumpai di kulit
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 6/21
6
sekitar punggung, pantat, dan sebagainya.
y Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh,
terasa licin dan kenyal.
2.1.4 Marasmik-Kwashirkor
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan
gabungan gejala yang menyertainya.
y Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas
kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit
dan sebagainya.
y Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
y Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolik seperti gangguan pada ginjal dan pankreas.
y Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar
natrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.
2.2 Prevalensi Gizi Buruk 15
Masalah gizi buruk di Indonesia masih menjadi momok sampai saat ini. Tingginya
tingkat prevalensi gizi buruk di masyarakat merupakan salah satu tantangan bagi pemerintah
untuk dapat segera ditangani agar tidak meluas. Data terkini menurut Direktorat Kesehatan
Masyarakat dan Pengembangan Gizi tahun 2007 yaitu prevalensi balita dengan gizi kurang
(moderate malnutrition) sebesar 13,0% sedangkan prevalensi balita dengan gizi buruk
( severe malnutrition) tahun 2007 sebesar 5,4%. Angka ini menurun drastis dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yaitu 19,2% untuk balita dengan gizi kurang (moderate
malnutrition) dan sebesar 8,8% untuk balita dengan gizi buruk (severe malnutrition).
Berdasarkan prevalensi menurut penyebaran provinsi oleh Direktorat Kesehatan
Masyarakat dan Pengembangan Gizi tahun 2007, diperoleh 5 provinsi dengan prevalensi gizi
kurang tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur (24,2%), Maluku(18,5%), Kalimantan
Selatan(18,2%), Gorontalo(17,2%), dan Nusa Tenggara Barat(16,7%).
Berdasarkan prevalensi menurut penyebaran provinsi oleh Direktorat Kesehatan
Masyarakat dan Pengembangan Gizi tahun 2007, diperoleh 5 provinsi dengan prevalensi gizi
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 7/21
7
buruk tertinggi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam(10,7%), Sulawesi Barat (10%), Nusa
Tenggara Timur(9,4%), Maluku(9,3%), dan Sulawesi Tengah(8,9%).
Secara umum prevalensi gizi buruk di Indonesia adalah 5,4%, sebanyak 21 provinsi
masih memiliki angka prevalensi diatas angka prevalensi nasional. Dua belas provinsi lainnya
sudah berada di bawah angka prevalensi nasional, yaitu seluruh kepulauan Jawa-Bali dan
lima provinsi lain yaitu Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, dan
Sulawesi Selatan.
Prevalensi gizi kurang di Indonesia 13,0% dimana sebanyak 19 provinsi masih
memilikiangka prevalensi gizi buruk diatas angka prevalensi gizi buruk nasional. Empat belas
provinsi lainnya sudah berada di bawah angka prevalensi nasional, yaitu seluruh kepulauan
Jawa-Bali dan lima provinsi lain yaitu Jambi, Bengkulu, Lampung, Sumatra Selatan,
Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
Berdasarkan penyebaran geografisnya, terlihat distribusi terbanyak pada provinsi
Aceh, Sulawesi tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur dengan 26,1-33,6%
penyebaran pada daerah-daerah tersebut.
2.3 Faktor Penyebab15
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut
UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan
yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan
2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh
rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan
secara baik
Namun dari kedua faktor tersebut tidak dapat ditentukan manakah faktor yang terjadi
lebih dahulu dan mana yang menjadi akibat. Apabila asupan gizi kurang, maka daya tahan
tubuh dan sistem kekebalan menurun sehingga anak menjadi rentan terkena penyakit yang
mengakibatkan infeksi dan bila penyakit tersebut.
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 8/21
8
Gambar 1. Penyebab kurang gizi balita (disesuaikan dari UNICEF, 1998 dalam Soekirman 2000)
Selain itu, Menteri Kesehatan Indonesia, Dr. Siti Fadilah menyebutkan ada tiga hal yang
saling kait mengkait dalam hal gizi buruk, yaitu kemiskinan, pendidikan rendah dan
kesempatan kerja rendah. Ketiga hal itu mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan di
rumah tangga dan pola asuh anak keliru. Hal ini mengakibatkan kurangnya asupan gizi dan
balita sering terkena infeksi penyakit.
Bila ditinjau dari segi diluar medis maka dapat dilihat faktor lain yang secara tidak
langsung mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:
1. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat
Di Indonesia ketahanan dan ketersediaan pangan masih belum merata di seluruh
daerah. Hal ini mengakibatkan daerah-daerah yang sulit dijangkau tidak mendapat
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 9/21
9
suplai pangan yang memadai. Daerah-daerah tersebut hanya mengandalkan hasil
pangan sendiri, sedangkan bila kondisi alam/geografis tidak mendukung maka hasil
pangan sangat minim. Contohnya di Nusa Tenggara timur (NTT) dimana perubahan
iklim dan kondisi tanah tidak mendukung untuk masyarakatnya bertani.
2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak
Setiap keluarga sangat diharapkan untuk dapat emnyediakan waktu, dukungan, dan
perhatian terhadap anak agar anak dapat tumbuh kembang dengan semestinya baik
secara fisik, mental, dan sosial. Namun dewasa ini kondisi hidup yang semakin sulit
memaksa ibu-ibu yang seharusnya mengasuh anak menjadi harus bekerja dan
akibatnya tumbuh kembang anak kurang diperhatikan.
3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai
Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat mencapai seluruh lapisan
masyarakat, sehingga setiap anggota masyarakat mendapatkan layanan kesehatan
yang baik dan memadai, namun hal ini masih sulit terpenuhi sampai sekarang. Hal
lainnya adalah ketersediaan air bersih bagi masyarakat yang belum tersebar merata.
2.4 Tanda dan Gejala Gizi Buruk 16
Adapun Tanda dan gejala dari gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi yang mengalami
defisiensi. Walaupun demikian, gejala umum dari gizi buruk adalah:
1. Kelelahan dan kekurangan energy
Akibat dari kurangnya asupan nutrisi secara tidak langsung akan mempengaruhi
tingkat energi yang tersedia untuk anak sehingga anak akan mudah lelah, tidak
bersemangat, tidak mau bermain, mudah mengantuk, dan lain-lain
2. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi)
Sistem kekebalan tubuh manusia sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi. Hal ini
pengaruhnya tentu akan semakin besar pada anak-anak, karena pada masa
pertumbuhan tidak hanya sel-sel tubuh yang berkembang namun juga sel-sel darah
putih yang berguna untuk sistem pertahanan tubuh. Bila pada tahap perkembangan ini
asupan nutrisi terganggu, tentu anak akan mudah sakit karena daya tahan tubuh yang
rendah.
3. Kulit yang kering dan bersisik
Asupan nutrisi tidak hanya berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anak saja
tapi juga sebagai sumber energi untuk memperbaiki sel-sel yang rusak atau mati. Sel-
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 10/21
10
sel pada tubuh manusia yang beregenerasi paling cepat adalah kulit, sehingga bila
asupan nutrisi terhambat kulit akan menunjukkan efek yang sangat cepat. Kulit yang
rusak atau mati tidak dapat membelah sehingga kulit tampak kering dan bersisik.
4. Gusi bengkak dan berdarah
Proses infeksi dari kuman memainkan peranan penting dalam kesehatan dan
kebersihan rongga mulut. Sebagaimana disebutkan diatas, sistem kekebalan tubuh
yang berkurang akan membuat tubuh rentan terhadap penyakit. Hal ini berlaku di
seluruh tubuh termasuk kesehatan gigi dan rongga mulut. Gusi yang meradang akan
memperlihatkan gejala bengkak dan mudah berdarah.
5. Gigi yang membusuk
Proses infeksi dari kuman memainkan peranan penting dalam kesehatan dan
kebersihan rongga mulut. Sebagaimana disebutkan diatas, sistem kekebalan tubuh
yang berkurang akan membuat tubuh rentan terhadap penyakit. Hal ini berlaku di
seluruh tubuh termasuk kesehatan gigi dan rongga mulut. Gigi yang terinfeksi akan
cepat rusak dan keadaan yang tidak diobati akan membuat gigi membusuk.
6. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
Anak-anak yang asupan gizinya kurang atau tidak mencukupi umumnya mudah lelah,
mengantuk, malas bermain sehingga gairah anak untuk belajar juga menurun dan
anak sulit untuk konsentrasi.
7. Berat badan kurang
Salah satu indikator pertumbuhan anak yang paling mudah dinilai adalah berat badan.
Bila asupan gizi tidak mencukupi pastinya akan segera terlihat efeknya yaitu berat
badan anak tidak bertambah, malah menurun. Bila kekurangan asupan gizi ini
berlangsung singkat maka akan terlihat anak bertambah kurus atau kecil (wasting ).
8. Pertumbuhan yang lambat
Pertumbuhan anak pasti terhambat karena kurangnya asupan nutrisi. Bila kekurangan
asupan gizi ini berlangsung lama, maka akan terjadi postur tubuh anak yang pendek
( stunting ).
9. Kelemahan pada otot
Seperti kita ketahui, otot membutuhkan energi dari protein dan mikro nutrien lainnya.
Bila asupan gizi terhambat pasti kerja otot terganggu. Anak akan terlihat lemah dan
tidak bersemangat karena tubuhnya terasa lemas.
10. Tulang yang mudah patah
Dalam pertumbuhan anak, semua sel ikut bertumbuh termasuk tulang. Apabila
asupan nutrisi terhambat maka zat-zat yang dibutuhkan tulang seperti mikro nutrien
kalsium juga berkurang, maka pertumbuhan tulang juga akan terhambat. Hal ini
mudah dilihat bila kurangnya asupan nutrisi terjadi dalam waktu lama, yaitu anak
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 11/21
11
akan berpostur tubuh pendek ( stunting ).
11. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
Asupan nutrisi yang terhambat pasti akan menyebabkan fungsi-fungsi dari organ
tubuh terhambat. Karena setiap organ tubuh memerlukan energi untuk dapat
berfungsi dengan baik. Apabila organ-organ tubuh sudah terganggu fugsinya maka
anak akan jatuh ke dalam kondisi yang mengancam nyawa, karena pada kondisi ini
anak sangat rentan terhadap penyakit dan bila anak sampai terkena infeksi, sistem
kekebalan tubuh yang menurun fungsinya akan semakin memperparah kondisi anak.
Berat atau ringannya masalah gizi yang diderita anak berbeda-beda di tiap negara. Di
Indonesia, departemen kesehatan sudah memiliki klasifikasi untuk menenukan status gizi anak.
Berikut adalah klasifikasi status gizi menurut Departemen Kesehatan republik Indonesia :
K ategori Status BB/U
(% baku median WHO NCHS)
Overweight Lebih > 120% median BB/U
Normal Baik 80-120% median BB/U
KEP I (Ringan) Sedang 70-79,9% median BB/U
KEP II (Sedang) Kurang 60-69,9% median BB/U
KEP III (Berat) Buruk < 60% median BB/U
2.5 Lingkungan Makanan yang Berdampak pada K elangsungan Gizi Manusia 2
Makanan adalah sumber energi satu-satunya bagi manusia (Soemirat,1994). Karena
jumlah penduduk yan terus berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus terus
bertambah melebihi jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai.
Permasalahan yang timbul dapat diakibatkan karena ada kualitas dan kuantitas bahan pangan,
hal ini bermaksud untuk mendapatkan energi agar tetap bertahan hidup dan tidak untuk
menjadi sakit karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting.
Jika dilihat dari kuantitas, baik yang berlebih maupun yang kekurangan akan
menyebabkan kelainan gizi. Di Indonesia sebagaian besar penyakit yang didapat
berhubungan dengan kekurangan gizi, terutama pada anak-anak. Taraf kekurangan gizi pada
balita di Indonesia untuk tahun 1988 kurang lebih 10%. Menurut Soemirat, Keadaan kurang
gizi juga sangat dipengaruhi oleh:
i. Pengetahuan masyarakat tentang yang kurang, berbagai kepercayaan tentang makanan,
sehingga anak-anak tidak mendapatkan makanan yang bergizi.
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 12/21
12
ii. Kontaminasi makanan dan minuman bayi akibat lingkungan yang tidak sehat, bayi
menderita penyakit bawaan makanan, sehingga pertumbuhan anak terganggu
iii. Prioritas hidup lainnya selain makanan bergizi memiliki barang elektronik atau kendaraan
bermotor yang membawa akibat luas. Pendapatan tidak lagi di prioritas untuk membeli
makanan bergizi.
Makanan tidak saja bermanfaat bagi manusia tetapi juga sangat baik untuk
perumbuhan zat-zat lainnya seperti mikroba dalam tubuh, jadi untuk untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimal dari makanan, perlu dijaga kebersihan makanan. Gangguan
kesehatan terjadi akibat bawaan makanan dan keracunan makanan.
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 13/21
13
Bab III
Pembahasan
3.1. Definisi Lingkungan dan K esehatanLingkungan
Menurut UU 23/1997, tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup,
lingkungan didefinisikan sebagai kesatuan ruang dgn semua benda, daya, keadaan dan
mahluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri
kehidupan dan kesejahteraan manusia dan mahluk lainnya.9
Klasifikasi lingkungan :
1. Secara umum
a. Litosfer
b. Hidrosfer
c. Atmosfer
2. Berdasarkan wujudnya
a. Fisik
b. Biologi
c. Sosial ekonomi
3. Berdasarkan permasalahannya
a. Makro
b. Meso
c. Mikro
4. Berdasarkan ruang lingkupnya
a. Eksternal
b. Internal
Kesehatan Lingkungan menurut WHO Expert Committee adalah suatu keseimbangan
ekologi antara manusia dan lingkungannya agar dapat menjamin kesehatan dari manusia.
Sedangkan menurut Numenklatur Bidang Kesehatan, kesehatan lingkungan didefinisikan
sebagai penerapan prinsip kesehatan dalam perubahan dan penyusunan sifat-sifat fisik, kimia
dan biologis dari lingkungan untuk kepentingan kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan
manusia.9
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 14/21
14
Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan :
1. Penyediaan air bersih
2. Air limbah, sampah dan tinja
3. Sanitasi makanan dan minuman
4. Pencemaran udara, air dan tanah
5. Pengawasan vektor
6. Perumahan dan bangunan lainnya
7. Kesehatan kerja
3.2. Pendekatan K esehatanLingkungan
Konsep ilmu kesehatan lingkungan mengandalkan pandangan pada konsep ilmu
kesehatan. Kesehatan lingkungan merupakan salah satu aspek kesehatan masyarakat. Artinya
pengembangan kesehatan lingkungan harus mengikuti prinsip ilmu kesehatan masyarakat.
Menurut sifat kegiatannya kesehatan lingkungan merupakan kegiatan preventif
(mencegah) atau promotif (peningkatan). Preventif menekankan kegiatan pada prinsip
sanitasi, yaitu meniadakan/mengendalikan faktor lingkungan sejauh mungkin dan
menghindarkan gangguan (hazards) agar tidak mengarah pada timbulnya proses penyakit danmampu memutus ikatan mata rantai proses penyakit.9
3.3. Promosi Melalui Lembaga K esehatan Masyarakat
Mencuatnya kembali pemberitaan di media massa akhir-akhir ini mengenai balita gizi
buruk yang ditemukan dan meninggal menunjukkan sistem surveilans dan penanggulangan
dari berbagai instansi terkait belum optimal.
Gizi buruk merupakan masalah yang perlu penanganan serius. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi Posyandu dalam meningkatkan cakupan
penimbangan balita, penyuluhan dan pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit,
penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat melalui Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi).17
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 15/21
15
Meminimalkan gizi buruk dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:16
i. Mencegah kejadian kasus gizi buruk
y Meningkatkan pemantauan pertumbuhan melalui revitalisasi Posyandu
y Menyamakan dan memantapkan pemahaman pola tumbuh Balita degan memakai
Kartu Menuju Sehat (KMS)
y Meningkatkan pengenalan dini penyimpangan pertumbuhan dengan KMS di
Posyandu
y Melakukan tindak lanjut terhadap penyimpangan dini pertumbuhan dengan
memberikan pengobatan dan nasehat pemberian makanan dan minuman sehat
padat gizi.
ii. Menemukan semua kasus gizi buruk
y Melalui usaha bersama Pemda dan masyarakat dengan memakai criteria yang
sama menemukan semua kasus gizi buruk melalui berbagai sarana pelayanan
kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes ; melalui posyandu ; dan
kunjungan rumah ³terarah´ ke keluarga Balita yang jarang/ tidak berkunjung ke
Posyandu.
iii. Memulihkan semua kasus gizi buruk
y Menggunakan 10 langkah tatalaksana gizi buruk :
a. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar
dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan sering/cair 2±3
jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan
air gula dengan sendok.
b. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36o
Celcius. Pada
keadaan ini anak harus dihangatkan dgn cara ibu atau orang dewasa lain
mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut atau dengan membungkus
anak dengan selimut tebal dan meletakkan lampu di dekatnya. Selama masa
penghangatan dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur setiap 30 menit
sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil tetap dibungkus dengan
selimut/pakaian rangkap agar tidak jatuh kembali pada keadaan hipotermia.
c. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 16/21
16
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan dehidrasi
adalah ada riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan, mata cekung,
nadi lemah, tangan dan kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam
waktu cukup lama.
Tindakan yang dapat dilakukan:
- Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap 1/2jam sekali
tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi
oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit
dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus KEP disebut ReSoMal.
- Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan
oralit yang diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat minum, lakukan rehidrasi
intravena (infus) RL/Glukosa 5% dan NaCl dgn perbandingan 1:1.
d. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit. Pada semua KEP
Berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya :
- Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
- Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg).
Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan untuk
pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu minimal 2
minggu.Berikan makanan tanpa diberi garam/rendah garam, untuk
rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2x (dengan pe+an 1liter air) ditambah 4 gr kecil dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa
makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral bentuk
makanan lumat
e. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti
demam seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara rutin diberikan
antibiotik spektrum luar.
f. Pemberian makanan, balita KEP berat
Pemberian diet KEP berat dibagi 3 fase:
Fase Stabilisasi (1±2 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena
keadaan faali anak yang sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang,
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 17/21
17
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi
metabolisme basal saja, Formula khusus seperti formula WHO
75/modifikasi/modisko ½ yang dilanjutkan dan jadual pemberian makanan
harus disusun agar dapat mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan diet
sbb: porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa, energi 100
kkal/kg/hari, protein 1±1,5 gr/kgbb/hari, cairan 130 ml/kg BB/hari (jika ada
edema berat 100 ml/kg bb/hari),bila anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan
memberi formula WHO 75/pengganti/modisco ½ dengan gelas, bila anak
terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet, Pemberian formula WHO
75/pengganti/modisco ½ atau pengganti dan jadual pemberian makanan harus
sesuai dengan kebutuhan anak.
g. Perhatikan masa tumbuh kejar balita
Fase ini meliputi 2 fase: transisi dan rehabilitasi :
Fase Transisi (minggu II)
- Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara perlahan untuk
menghindari resiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
- Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0.9 ± 1.0 gr/100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2.9 gr/100
ml) dalam jangka waktu 48 jam . Modifikasi bubur/mknn keluarga dapat
digunakan asal kandungan energi dan protein sama.
- Naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kg bb/kali pemberian (200 ml/kg
bb/hari).
Fase Rehabilitasi (Minggu III±VII)
- Formula WHO-F 135/pengganti/modisco 1 ½ dengan jumlah tidak terbatas
dan sering.
- Energi : 150±220 kkal/kg bb/hari.
- Protein : 4±6 gr/kgbb/hari.
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan
formula karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk
tumbuh kejar.
- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 18/21
18
h. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
Semua pasien KEP berat mengalami kurang vitamin dan mineral, walaupun
anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe).
Tunggu sampai anak mau makan dan BB nya mulai naik (pada minggu II).
Pemberian Fe pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya .
Berikan setiap hari :
- Tambahan multivitamin lain
- Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat/sirup
besi
- Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel pamoat dosis
tunggal.
- Vitamin A oral 1 kali.
- Dosis tambahan disesuaikan dgn baku pedoman pemberian kapsul vitamin
A.
i. Berikan stimulasi dan dukungan emosional.
Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,
karenanya diberikan kasih sayang, ciptakan lingkungan
menyenangkan,.lakukan terapi bermain terstruktur 15-330 menit/har,
rencanakan aktifitas fisik setelah sembuh, tingkatkan keterlibatan ibu
(memberi makan, memandikan, bermain)
j. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah
Bila BB anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah
dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas / bidan di desa.
y Dianggap berhasil apabila angka kematian kasus < 5%
y Membuat system rujukan yang baku bagi seluruh kasus gizi buruk.
3.4. Pencegahan Gizi Buruk dengan Pendekatan Lingkungan.
Gizi kurang dan infeksi kedua-duanya dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan
yang tidak sehat dengan sanitasi buruk. Selain itu juga diketahui infeksi menghambat reaksi
Imunologis yang normal dengan menghasilkan sumber-sumber energi dan protein di tubuh.
Kendala secara umum adalah masih banyaknya anggapan oleh pemegang kebijakan
bahwa masalah gizi buruk merupakan masalah kesehatan yang harus diselesaikan oleh sektor
kesehatan saja. Sehingga secara umum program penanganan gizi buruk lebih banyak
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 19/21
19
menggunakan pendekatan bidang kesehatan. Pendekatan secara ekonomi, pertanian, dan
pendidikan belum banyak dilaksanakan.. Harus disadari bahwa program penanganan gizi
buruk di bidang kesehatan lebih banyak bersifat darurat dan mendesak seperti bantuan
pengobatan atau perawatan, pemberian PMT pemulihan dan suplementasi zat gizi. Pada saat
bantuan dihentikan, masalah kekurangan gizi akan terjadi lagi karena ketidakmampuan
keluarga terkait dengan daya beli dan keadaan ekonomi keluarga.16
Menurut Martorell, bahwa investasi di sektor sosial (gizi, kesehatan dan pendidikan)
dan ekonomi akan memperbaiki keadaan gizi masyarakat yang merupakan faktor penentu
untuk meningkatnya kualitas SDM. Jika kualitas SDM meningkat, maka produktivitas kerja
akan meningkat yang selanjutnya keadaan ekonomi akan meningkat. Dengan terjadinya
perbaikan ekonomi maka kemiskinan akan berkurang, dan selanjutnya akan meningkatkan
keadaan gizi masyarakat.16
Kolaborasi lintas sektor menjadi sangat penting dalam menyelesaikan masalah gizi
buruk. Integrasi program pengentasan kemiskinan dengan penanganan gizi buruk merupakan
potensi yang besar dalam mengeliminasi kasus gizi buruk. Keluarga yang mempunyai balita
gizi buruk diprioritaskan dan menjadi target sasaran intervensi pengentasan kemiskinan yang
melibatkan banyak sektor. Potensi keluarga balita gizi buruk harus dioptimalkan. Intervensi
yang bersifat darurat seperti bantuan pangan harus diimbangi dengan intervensi lain yang
dapat menopang perbaikan ekonomi keluarga seperti pelatihan kerja, sarana pertanian, dan peternakan yang akan mendorong kemandirian keluarga. Pemberian bantuan kambing untuk
keluarga gizi buruk di Kabupaten Kebumen dan bantuan ayam di Kabupaten Bantul
merupakan salah satu bentuk riil kolaborasi lintas sektor dalam penanganan gizi buruk secara
mendasar.16
Yang tidak kalah penting adalah dukungan pemegang kebijakan. Selain dalam bentuk
anggaran, kegiatan secara langsung akan memberikan motivasi kepada masyarakat dalam
penanganan gizi buruk. Kunjungan kerja yang dikemas dalam bentuk ³Bupati/Wakil Bupati
Tilik Posyandu´ di Kabupaten Gunungkidul akan memberikan warna tersendiri dalam
menggerakkan masyarakat. Di samping itu, capacity building, orientasi dan pelatihan kader
posyandu dengan dukungan teknis perlu dilakukan terus menerus agar intervensi yang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain ibu dan anak, perbaikan gizi untuk
kelompok remaja harus lebih diintensifkan karena kelompok ini merupakan kelompok yang
akan menjadi calon untuk menghasilkan generasi berikutnya. Penanganan masalah gizi buruk
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 20/21
20
lebih diarahkan menggunakan pendekatan preventif dan tidak lagi berorientasi pada bantuan
pangan pada masyarakat, akan tetapi menggerakkan masyarakat ke arah hidup sehat dengan
berpedoman pada gizi seimbang. Kuratif dilakukan hanya pada sasaran yang benar-benar
memerlukan.16
Mewaspadai terjadinya gizi buruk dilakukan dengan memantau pertumbuhan berat
badan anak dengan menimbang setiap bulan secara teratur sejak bayi sampai umur 5 tahun.
Tempatnya di Posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan KMS,
Ibu diberitahu bahwa KMS adalah ³stetoskop´ sang ibu untuk memantau apakah anaknya
sehat atau tidak. Ilmu yang diajarkan cukup sederhana yaitu ³Anak Sehat Bertambah Umur
Tambah Berat Badan´ Apabila berat badan anak turun dan tidak bertambah berat badannya
selama dua bulan berturut-turut, maka anak perlu diperiksakan ke dokter atau Puskesmas
untuk dicari penyebab tidak naiknya berat badan anak. Itulah fungsi pokok kegiatan
Posyandu.16
.
5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 21/21
21
Bab IV
Penutup
4.1 K esimpulan
Gizi buruk merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang perlu segera
ditanggulangi, mengingat prevalensi yang tinggi dan akibat yang ditimbulkan gizi buruk.
Dimensi masalah gizi buruk sangat luas baik ditinjau dari segi akibatnya terhadap penurunan
kualitas sumberdaya manusia maupun faktor penyebab yang meliputi berbagai aspek. Gizi
buruk secara langsung maupun tidak langsung akan menurunkan tingkat kecerdasan
anak,terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak serta menurunkan produktivitas.
Gizi buruk adalah status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di
bawah standar rata-rata yang ditandai dengan gejala kelelahan dan kekurangan energi, sistem
kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi),
kulit yang kering dan bersisik, Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat,
berat baddan yang kurang, pertumbuhan lambat, dan kelemahan pada otot.
Faktor yang menyebabkan gizi buruk ada tiga hal yaitu kemiskinan, pendidikan
rendah dan kesempatan kerja rendah. Ketiga hal itu mengakibatkan kurangnya ketersediaan
pangan di rumah tangga dan pola asuh anak keliru. Di Indonesia, gizi buruk pada balita
tersebar hampir merata di seluruh propinsi. Dalam kaitannya dengan gizi buruk, Depkes pada
tahun 2005 telah mencanangkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan
Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2008.
Pengendalian masalah gizi buruk lebih dimungkinkan melalui pencegahan
dibandingkan pengobatan dimana masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk deteksi dini.
Pencegahan dilakukan meliputi Health Promotion dan Spesific Protection.
4.2 Saran
Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam upaya mencegah, menemukan dan
memulihkan terjadinya gzi buruk. Diharapkan perhatian dari pemerintah untuk pembangunan
kesehatan yang lebih ditekankan pada upaya preventif dan promotif, termasuk upaya
penyediaan air bersih dan perbaikan sanitasi lingkungan serta upaya peningkatan perilaku
hidup sehat dan bersih (PHBS) pada masyarakat