21
 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Arah kebijaksanaan  pembangunan bidang kesehatan adalah untuk mempertinggi derajat kesehatan, termasuk di dalamnya keadaan gizi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan pada umumnya. 1 Kesehatan menurut dalam Undang-undang no. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok. Bab 1 pasal 2 didefinisikan sebagai berikut: ³yang dimaksud dengan kesehatan dalam undang-undang ini adalah kegiatan yang meliputi kesehatan badan, rohani(mental), dan sosial  bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan´. Namun istilah ini sedikit berubah didalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan Bab 1 pasal 1 sebagai berikut: ³Kesehatan adalah sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial ekonomis´. Kedua definisi tersebut, diatas memberi arti yang luas pada kata kesehatan. Kesehatan yang berada dalam diri individu/kelompok tak luput dari perhatian karena itu menjadi faktor kelangsungan hidup manusia, biasanya individu melangsungkan hidup di suatu tempat yang mana itu berada di lingkungan yang berbeda, jadi pengaruh lingkungan yang sangat Essensial bagi kesehatan manusia. Dalam kaitannya, masalah kesehatan dan ling kungan ada segelintir masalah yang  perlu dicermati yaitu masalah gizi pada individu. Pada era Global saat ini perlu dicermati  pada daerah di Indonesia Khususnya. 2 Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi juga masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan. Faktor pencetus munculnya masalah gizi dapat berbeda antar wilayah ataupun antar kelompok masyarakat,  bahkan akar masalahnya dapat berbeda antar kelompok usia balita. Hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan bahwa persentase anak balita gizi  buruk di Indonesia sebesar 5,4% dimana sebanyak 2,90% balita di Jakarta dikategorikan gizi  buruk. 3 Di suatu kelompok masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling rawan terhadap terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai

gizi buruk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 1/21

 

1

Bab I

Pendahuluan

1.1  Latar Belakang 

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal,

yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Arah kebijaksanaan

 pembangunan bidang kesehatan adalah untuk mempertinggi derajat kesehatan, termasuk di

dalamnya keadaan gizi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup serta

kecerdasan dan kesejahteraan pada umumnya.1

Kesehatan menurut dalam Undang-undang no. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok.

Bab 1 pasal 2 didefinisikan sebagai berikut: ³yang dimaksud dengan kesehatan dalam

undang-undang ini adalah kegiatan yang meliputi kesehatan badan, rohani(mental), dan sosial

  bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan´. Namun istilah ini

sedikit berubah didalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang

kesehatan Bab 1 pasal 1 sebagai berikut: ³Kesehatan adalah sejahtera dari badan, jiwa, dan

sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial ekonomis´. Kedua definisi

tersebut, diatas memberi arti yang luas pada kata kesehatan. Kesehatan yang berada dalam

diri individu/kelompok tak luput dari perhatian karena itu menjadi faktor kelangsungan hidup

manusia, biasanya individu melangsungkan hidup di suatu tempat yang mana itu berada dilingkungan yang berbeda, jadi pengaruh lingkungan yang sangat Essensial bagi kesehatan

manusia. Dalam kaitannya, masalah kesehatan dan lingkungan ada segelintir masalah yang

  perlu dicermati yaitu masalah gizi pada individu. Pada era Global saat ini perlu dicermati

 pada daerah di Indonesia Khususnya.2

Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi juga

masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan. Faktor pencetus

munculnya masalah gizi dapat berbeda antar wilayah ataupun antar kelompok masyarakat,

  bahkan akar masalahnya dapat berbeda antar kelompok usia balita. Hasil survei Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan bahwa persentase anak balita gizi

 buruk di Indonesia sebesar 5,4% dimana sebanyak 2,90% balita di Jakarta dikategorikan gizi

 buruk.3

Di suatu kelompok masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling rawan

terhadap terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai

Page 2: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 2/21

 

tingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu cukup lama. Keadaan gizi atau

status gizi masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat-zat gizi yang dikonsumsi seseorang. Anak 

yang kurang gizi akan menurun daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terkena penyakit

infeksi, sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi akan mengalami gangguan nafsu

makan dan penyerapan zat-zat gizi sehingga menyebabkan kurang gizi. Anak yang sering

terkena infeksi dan gizi kurang akan mengalami ganggguan tumbuh kembang yang akan

mempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan dan produktivitas di masa dewasa.4

Menurut Riskesdas 2010, prevalensi Balita dengan kekurangan gizi (malnutrition)

adalah 17,9 persen, yaitu menurun dari 18,4 persen pada tahun 2007. Kejadian Balita yang

  pendek ( stunting ) atau kurus (wasting ) pula masing-masing sebesar 35,6 dan 13,6 persen.6 

Penimbangan Balita juga merupakan surveilans gizi terhadap kejadian kekurangan pangan

maupun defisiensi nutrien6. Pemerintah Republik Indonesia (RI) memperkirakan negara ini

dapat mencapai sasaran Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs), yaitu prevalensi

malnutrisi diturunkan kepada 15,5 persen pada tahun 2015, dengan melihat kecenderungan

dalam penurunan proporsi Balita dengan gizi kurang dan buruk.9,10 Namun begitu, kejadian

Balita dengan kekurangan gizi berbeda mengikut daerah geografis dengan prevalensi

malnutrisi yang lebih tinggi di beberapa provinsi dan di daerah perdesaan.9,10

Hal ini

merupakan suatu masalah karena balita yang mengalami gizi kurang atau buruk pada usia

dini cenderung untuk mendapatkan penyakit-penyakit degeneratif saat dewasa kelak.11

Menurut laporan Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2009, dari sekitar 

342,288 Balita yang ditimbang, 2 persen diantaranya terletak di bawah garis merah atau

BGM.12

Diperkirakan 10.9 juta anak Balita meninggal setiap tahun yang disebabkan oleh

kekurangan gizi mencapai 60 persen. Saat ini terdapat sekitar 18 persen anak Balita (3.2 juta)

menderita kekurangan gizi yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia.3

Pada tahun 2005, Departemen Kesehatan telah melakukan Rencana Aksi Nasional

(RAN) Penanggulangan Gizi Buruk, namun demikian seringkali RAN penanggulangan gizi

 buruk tidak dilaksanakan secara tepat dan cepat. Beberapa masalah yang sering timbul dan

dikeluhkan antara lain lemahnya komitmen dari penentu kebijakan ( stakeholders) dan

dukungan pembiayaan dari pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Oleh karena itu,

salah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk di beberapa wilayah, terutama di

Page 3: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 3/21

 

wilayah rawan pangan dan gizi, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dengan melakukan

Respon Cepat Penanggulangan Gizi Buruk. Langkah ini sebagai salah satu upaya untuk lebih

mengaktifkan kembali surveilans gizi terutama dalam pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini

Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Gizi Buruk di seluruh Indonesia. Dalam rangka respon

cepat penanggulangan gizi buruk, Direktorat Bina Gizi Masyarakat perlu menjabarkan

kebijakan dan langkah terpadu seluruh instansi terkait di dalam Pedoman Pelaksanaan

Respon Cepat Penanggulangan Gizi Buruk.13

 

1.2 Permasalahan

Dengan melihat latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan gizi

 buruk adalah sebagai berikut:

1.  Masalah gizi memiliki bukan hanya masalah kesehatan, tapi juga masalah sosial,

ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan.

2.  Sebanyak 5,4% anak balita di Indonesia mengalami gizi buruk.

3.  Sebanyak 2,90% anak balita di Jakarta mengalami gizi buruk.

4.  Laporan MDGs tahun 2010 menunjukkan prevalensi Balita dengan gizi kurang dan

  buruk sebanyak 17,9 persen, yakni sedikit di bawah sasaran yang telah ditentukan

(15,5 persen) sehingga menandakan kekurangan gizi masih menjadi masalah

masyarakat di Indonesia. 

5.  Diperkirakan 10.9 juta anak Balita meninggal setiap tahun yang disebabkan oleh

kekurangan gizi mencapai 60%. Saat ini terdapat sekitar 18% anak Balita (3.2 juta)

menderita kekurangan gizi yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia.

6.  Anak balita paling rentan terhadap terjadinya kekurangan gizi.

7.  Akibat dari kurangnya gizi yang ditimbulkan pada anak adalah mudah terkena infeksi

sebagai akibat dari penurunan daya tahan tubuh, gangguan nafsu makan dan

 penyerapan zat gizi.

8.  Anak yang sering terkena infeksi dan gizi kurang akan mengalami ganggguan tumbuh

kembang sehingga mempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan dan produktivitas di

masa dewasa.

1.3 Tujuan

1.  Mengetahui faktor-faktor penyebab gizi buruk pada Balita.

2.  Mengetahui cara pencegahan dan pemberantasan gizi buruk pada Balita

melalui pendekatan lingkungan.

Page 4: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 4/21

 

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Ilmi gizi menurut WHO adalah sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi

 pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan

cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya

organ tubuh dan menghasilkan energi. 

Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang

diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan

kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di

dalam tubuh. Status gizi tersebut dapat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu konsumsi

makanan dan keadaan kesehatan tubuh atau infeksi. Ukuran yang digunakan dalam

menentukan status gizi adalah berat badan, bisa juga tinggi badan yang didasarkan pada

umur, ukuran ini biasa disebut dengan ukuran antropometri dan disajikan dalam bentuk 

indeks.

Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malnutrisi energi-protein

(MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein. Bergantung pada

derajat kekurangan energi-protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-

 beda. MEP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung lapar), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan

sebagai MEP berat14

.

2.1.1  Kurang Gizi

Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara

 berkembang. Gejala kurang gizi ringan relatif tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat

 badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya. Rata-rata berat badannya

hanya sekitar 60-80% dari berat ideal. Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainyaantara lain:

y  Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun.

y  Ukuran lingkaran lengan atas menurun.

y  Maturasi tulang terlambat.

y  Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.

Page 5: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 5/21

 

y  Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.

2.1.2 Marasmus

Anak-anak penderita marasmus secara fisik mudah dikenali. Meski

masih anak-anak, wajahnya terlihat tua, sangat kurus karena kehilangan sebagian

lemak dan otot-ototnya. Penderita marasmus berat akan menunjukkan perubahan

mental, bahkan hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak umumnya

 jadi lebih cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa lapar. Ada pun ciri-

ciri lainnya adalah:

y  Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya.

y  Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur.

y  Beberapa di antaranya memiliki rambut yang mudah rontok.

y  Tulang-tulang terlihat jelas menonjol.

y  Sering menderita diare atau konstipasi.

y  Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar hemoglobin

yang juga lebih rendah dari semestinya.

2.1.3 Kwashiorkor 

Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai busung lapar. Penampilan anak-

anak umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya

  jauh di bawah berat normal(<60% dari berat badan ideal). Edema stadium berat

maupun ringan biasanya menyertai penderita ini. Beberapa ciri lain yang menyertai di

antaranya:

y  Perubahan mental menyolok. Banyak menangis, bahkan pada stadium lanjut anak 

terlihat sangat pasif.

y  Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring

y  Anemia.

y  Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya

 produksi laktase dan enzim penting lainnya.

y  Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia

(perdarahan kecil yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulit

maupun selaput lendir), yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah mengelupas,

terlihat kemerahan dengan batas menghitam. Kelainan ini biasanya dijumpai di kulit

Page 6: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 6/21

 

sekitar punggung, pantat, dan sebagainya.

y  Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh,

terasa licin dan kenyal.

2.1.4 Marasmik-Kwashirkor 

Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan

gabungan gejala yang menyertainya.

y  Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas

kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit

dan sebagainya.

y  Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.

y  Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolik seperti gangguan pada ginjal dan pankreas.

y  Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar 

natrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.

2.2 Prevalensi Gizi Buruk 15

Masalah gizi buruk di Indonesia masih menjadi momok sampai saat ini. Tingginya

tingkat prevalensi gizi buruk di masyarakat merupakan salah satu tantangan bagi pemerintah

untuk dapat segera ditangani agar tidak meluas. Data terkini menurut Direktorat Kesehatan

Masyarakat dan Pengembangan Gizi tahun 2007 yaitu prevalensi balita dengan gizi kurang

(moderate malnutrition) sebesar 13,0% sedangkan prevalensi balita dengan gizi buruk 

(  severe malnutrition) tahun 2007 sebesar 5,4%. Angka ini menurun drastis dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yaitu 19,2% untuk balita dengan gizi kurang (moderate

malnutrition) dan sebesar 8,8% untuk balita dengan gizi buruk (severe malnutrition).

Berdasarkan prevalensi menurut penyebaran provinsi oleh Direktorat Kesehatan

Masyarakat dan Pengembangan Gizi tahun 2007, diperoleh 5 provinsi dengan prevalensi gizi

kurang tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur (24,2%), Maluku(18,5%), Kalimantan

Selatan(18,2%), Gorontalo(17,2%), dan Nusa Tenggara Barat(16,7%).

Berdasarkan prevalensi menurut penyebaran provinsi oleh Direktorat Kesehatan

Masyarakat dan Pengembangan Gizi tahun 2007, diperoleh 5 provinsi dengan prevalensi gizi

Page 7: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 7/21

 

  buruk tertinggi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam(10,7%), Sulawesi Barat (10%), Nusa

Tenggara Timur(9,4%), Maluku(9,3%), dan Sulawesi Tengah(8,9%). 

Secara umum prevalensi gizi buruk di Indonesia adalah 5,4%, sebanyak 21 provinsi

masih memiliki angka prevalensi diatas angka prevalensi nasional. Dua belas provinsi lainnya

sudah berada di bawah angka prevalensi nasional, yaitu seluruh kepulauan Jawa-Bali dan

lima provinsi lain yaitu Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, dan

Sulawesi Selatan.

Prevalensi gizi kurang di Indonesia 13,0% dimana sebanyak 19 provinsi masih

memilikiangka prevalensi gizi buruk diatas angka prevalensi gizi buruk nasional. Empat belas

  provinsi lainnya sudah berada di bawah angka prevalensi nasional, yaitu seluruh kepulauan

Jawa-Bali dan lima provinsi lain yaitu Jambi, Bengkulu, Lampung, Sumatra Selatan,

Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.

Berdasarkan penyebaran geografisnya, terlihat distribusi terbanyak pada provinsi

Aceh, Sulawesi tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur dengan 26,1-33,6%

 penyebaran pada daerah-daerah tersebut.

2.3 Faktor Penyebab15

 

Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut

UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :

1.  Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan

yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan

2.  Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh

rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan

secara baik 

  Namun dari kedua faktor tersebut tidak dapat ditentukan manakah faktor yang terjadi

lebih dahulu dan mana yang menjadi akibat. Apabila asupan gizi kurang, maka daya tahan

tubuh dan sistem kekebalan menurun sehingga anak menjadi rentan terkena penyakit yang

mengakibatkan infeksi dan bila penyakit tersebut.

Page 8: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 8/21

 

Gambar 1. Penyebab kurang gizi balita (disesuaikan dari UNICEF, 1998 dalam Soekirman 2000)

Selain itu, Menteri Kesehatan Indonesia, Dr. Siti Fadilah menyebutkan ada tiga hal yang

saling kait mengkait dalam hal gizi buruk, yaitu kemiskinan, pendidikan rendah dan

kesempatan kerja rendah. Ketiga hal itu mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan di

rumah tangga dan pola asuh anak keliru. Hal ini mengakibatkan kurangnya asupan gizi dan

 balita sering terkena infeksi penyakit. 

Bila ditinjau dari segi diluar medis maka dapat dilihat faktor lain yang secara tidak 

langsung mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu: 

1.  Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat

Di Indonesia ketahanan dan ketersediaan pangan masih belum merata di seluruh

daerah. Hal ini mengakibatkan daerah-daerah yang sulit dijangkau tidak mendapat

Page 9: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 9/21

 

suplai pangan yang memadai. Daerah-daerah tersebut hanya mengandalkan hasil

 pangan sendiri, sedangkan bila kondisi alam/geografis tidak mendukung maka hasil

 pangan sangat minim. Contohnya di Nusa Tenggara timur (NTT) dimana perubahan

iklim dan kondisi tanah tidak mendukung untuk masyarakatnya bertani.

2.  Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak 

Setiap keluarga sangat diharapkan untuk dapat emnyediakan waktu, dukungan, dan

  perhatian terhadap anak agar anak dapat tumbuh kembang dengan semestinya baik 

secara fisik, mental, dan sosial. Namun dewasa ini kondisi hidup yang semakin sulit

memaksa ibu-ibu yang seharusnya mengasuh anak menjadi harus bekerja dan

akibatnya tumbuh kembang anak kurang diperhatikan.

3.  Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai

Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat mencapai seluruh lapisan

masyarakat, sehingga setiap anggota masyarakat mendapatkan layanan kesehatan

yang baik dan memadai, namun hal ini masih sulit terpenuhi sampai sekarang. Hal

lainnya adalah ketersediaan air bersih bagi masyarakat yang belum tersebar merata.

2.4  Tanda dan Gejala Gizi Buruk 16

Adapun Tanda dan gejala dari gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi yang mengalami

defisiensi. Walaupun demikian, gejala umum dari gizi buruk adalah:

1.  Kelelahan dan kekurangan energy

Akibat dari kurangnya asupan nutrisi secara tidak langsung akan mempengaruhi

tingkat energi yang tersedia untuk anak sehingga anak akan mudah lelah, tidak 

 bersemangat, tidak mau bermain, mudah mengantuk, dan lain-lain

2.  Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk 

melawan infeksi)

Sistem kekebalan tubuh manusia sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi. Hal ini

  pengaruhnya tentu akan semakin besar pada anak-anak, karena pada masa

  pertumbuhan tidak hanya sel-sel tubuh yang berkembang namun juga sel-sel darah

 putih yang berguna untuk sistem pertahanan tubuh. Bila pada tahap perkembangan ini

asupan nutrisi terganggu, tentu anak akan mudah sakit karena daya tahan tubuh yang

rendah.

3.  Kulit yang kering dan bersisik 

Asupan nutrisi tidak hanya berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anak saja

tapi juga sebagai sumber energi untuk memperbaiki sel-sel yang rusak atau mati. Sel-

Page 10: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 10/21

 

10

sel pada tubuh manusia yang beregenerasi paling cepat adalah kulit, sehingga bila

asupan nutrisi terhambat kulit akan menunjukkan efek yang sangat cepat. Kulit yang

rusak atau mati tidak dapat membelah sehingga kulit tampak kering dan bersisik.

4.  Gusi bengkak dan berdarah

Proses infeksi dari kuman memainkan peranan penting dalam kesehatan dan

kebersihan rongga mulut. Sebagaimana disebutkan diatas, sistem kekebalan tubuh

yang berkurang akan membuat tubuh rentan terhadap penyakit. Hal ini berlaku di

seluruh tubuh termasuk kesehatan gigi dan rongga mulut. Gusi yang meradang akan

memperlihatkan gejala bengkak dan mudah berdarah.

5.  Gigi yang membusuk 

Proses infeksi dari kuman memainkan peranan penting dalam kesehatan dan

kebersihan rongga mulut. Sebagaimana disebutkan diatas, sistem kekebalan tubuh

yang berkurang akan membuat tubuh rentan terhadap penyakit. Hal ini berlaku di

seluruh tubuh termasuk kesehatan gigi dan rongga mulut. Gigi yang terinfeksi akan

cepat rusak dan keadaan yang tidak diobati akan membuat gigi membusuk.

6.  Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat

Anak-anak yang asupan gizinya kurang atau tidak mencukupi umumnya mudah lelah,

mengantuk, malas bermain sehingga gairah anak untuk belajar juga menurun dan

anak sulit untuk konsentrasi.

7.  Berat badan kurang

Salah satu indikator pertumbuhan anak yang paling mudah dinilai adalah berat badan.

Bila asupan gizi tidak mencukupi pastinya akan segera terlihat efeknya yaitu berat

  badan anak tidak bertambah, malah menurun. Bila kekurangan asupan gizi ini

 berlangsung singkat maka akan terlihat anak bertambah kurus atau kecil (wasting ).

8.  Pertumbuhan yang lambat

Pertumbuhan anak pasti terhambat karena kurangnya asupan nutrisi. Bila kekurangan

asupan gizi ini berlangsung lama, maka akan terjadi postur tubuh anak yang pendek 

( stunting ).

9.  Kelemahan pada otot

Seperti kita ketahui, otot membutuhkan energi dari protein dan mikro nutrien lainnya.

Bila asupan gizi terhambat pasti kerja otot terganggu. Anak akan terlihat lemah dan

tidak bersemangat karena tubuhnya terasa lemas.

10. Tulang yang mudah patah

Dalam pertumbuhan anak, semua sel ikut bertumbuh termasuk tulang. Apabila

asupan nutrisi terhambat maka zat-zat yang dibutuhkan tulang seperti mikro nutrien

kalsium juga berkurang, maka pertumbuhan tulang juga akan terhambat. Hal ini

mudah dilihat bila kurangnya asupan nutrisi terjadi dalam waktu lama, yaitu anak 

Page 11: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 11/21

 

11

akan berpostur tubuh pendek ( stunting ).

11. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh

Asupan nutrisi yang terhambat pasti akan menyebabkan fungsi-fungsi dari organ

tubuh terhambat. Karena setiap organ tubuh memerlukan energi untuk dapat

  berfungsi dengan baik. Apabila organ-organ tubuh sudah terganggu fugsinya maka

anak akan jatuh ke dalam kondisi yang mengancam nyawa, karena pada kondisi ini

anak sangat rentan terhadap penyakit dan bila anak sampai terkena infeksi, sistem

kekebalan tubuh yang menurun fungsinya akan semakin memperparah kondisi anak.

Berat atau ringannya masalah gizi yang diderita anak berbeda-beda di tiap negara. Di

Indonesia, departemen kesehatan sudah memiliki klasifikasi untuk menenukan status gizi anak.

Berikut adalah klasifikasi status gizi menurut Departemen Kesehatan republik Indonesia :

K ategori Status BB/U

(% baku median WHO NCHS)

Overweight Lebih > 120% median BB/U

  Normal Baik 80-120% median BB/U

KEP I (Ringan) Sedang 70-79,9% median BB/U

KEP II (Sedang) Kurang 60-69,9% median BB/U

KEP III (Berat) Buruk < 60% median BB/U

2.5 Lingkungan Makanan yang Berdampak pada K elangsungan Gizi Manusia 2 

Makanan adalah sumber energi satu-satunya bagi manusia (Soemirat,1994). Karena

  jumlah penduduk yan terus berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus terus

  bertambah melebihi jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai.

Permasalahan yang timbul dapat diakibatkan karena ada kualitas dan kuantitas bahan pangan,

hal ini bermaksud untuk mendapatkan energi agar tetap bertahan hidup dan tidak untuk 

menjadi sakit karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting.

Jika dilihat dari kuantitas, baik yang berlebih maupun yang kekurangan akan

menyebabkan kelainan gizi. Di Indonesia sebagaian besar penyakit yang didapat

 berhubungan dengan kekurangan gizi, terutama pada anak-anak. Taraf kekurangan gizi pada

 balita di Indonesia untuk tahun 1988 kurang lebih 10%. Menurut Soemirat, Keadaan kurang

gizi juga sangat dipengaruhi oleh:

i.  Pengetahuan masyarakat tentang yang kurang, berbagai kepercayaan tentang makanan,

sehingga anak-anak tidak mendapatkan makanan yang bergizi.

Page 12: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 12/21

 

12 

ii.  Kontaminasi makanan dan minuman bayi akibat lingkungan yang tidak sehat, bayi

menderita penyakit bawaan makanan, sehingga pertumbuhan anak terganggu

iii.  Prioritas hidup lainnya selain makanan bergizi memiliki barang elektronik atau kendaraan

 bermotor yang membawa akibat luas. Pendapatan tidak lagi di prioritas untuk membeli

makanan bergizi.

Makanan tidak saja bermanfaat bagi manusia tetapi juga sangat baik untuk 

  perumbuhan zat-zat lainnya seperti mikroba dalam tubuh, jadi untuk untuk mendapatkan

keuntungan yang maksimal dari makanan, perlu dijaga kebersihan makanan. Gangguan

kesehatan terjadi akibat bawaan makanan dan keracunan makanan. 

Page 13: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 13/21

 

13 

Bab III

Pembahasan

3.1.  Definisi Lingkungan dan K esehatanLingkungan

Menurut UU 23/1997, tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup,

lingkungan didefinisikan sebagai kesatuan ruang dgn semua benda, daya, keadaan dan

mahluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri

kehidupan dan kesejahteraan manusia dan mahluk lainnya.9

Klasifikasi lingkungan :

1.  Secara umum

a.  Litosfer 

 b.  Hidrosfer 

c.  Atmosfer 

2.  Berdasarkan wujudnya

a.  Fisik 

 b.  Biologi

c.  Sosial ekonomi

3.  Berdasarkan permasalahannya

a.  Makro

 b.  Meso

c.  Mikro

4.  Berdasarkan ruang lingkupnya

a.  Eksternal

 b.  Internal

Kesehatan Lingkungan menurut WHO  Expert Committee adalah suatu keseimbangan

ekologi antara manusia dan lingkungannya agar dapat menjamin kesehatan dari manusia.

Sedangkan menurut Numenklatur Bidang Kesehatan, kesehatan lingkungan didefinisikan

sebagai penerapan prinsip kesehatan dalam perubahan dan penyusunan sifat-sifat fisik, kimia

dan biologis dari lingkungan untuk kepentingan kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan

manusia.9

Page 14: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 14/21

 

14 

Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan :

1. Penyediaan air bersih

2. Air limbah, sampah dan tinja

3. Sanitasi makanan dan minuman

4. Pencemaran udara, air dan tanah

5. Pengawasan vektor 

6. Perumahan dan bangunan lainnya

7. Kesehatan kerja

3.2.  Pendekatan K esehatanLingkungan

Konsep ilmu kesehatan lingkungan mengandalkan pandangan pada konsep ilmu

kesehatan. Kesehatan lingkungan merupakan salah satu aspek kesehatan masyarakat. Artinya

 pengembangan kesehatan lingkungan harus mengikuti prinsip ilmu kesehatan masyarakat.

Menurut sifat kegiatannya kesehatan lingkungan merupakan kegiatan preventif 

(mencegah) atau promotif (peningkatan). Preventif menekankan kegiatan pada prinsip

sanitasi, yaitu meniadakan/mengendalikan faktor lingkungan sejauh mungkin dan

menghindarkan gangguan (hazards) agar tidak mengarah pada timbulnya proses penyakit danmampu memutus ikatan mata rantai proses penyakit.9

3.3.  Promosi Melalui Lembaga K esehatan Masyarakat

Mencuatnya kembali pemberitaan di media massa akhir-akhir ini mengenai balita gizi

  buruk yang ditemukan dan meninggal menunjukkan sistem surveilans dan penanggulangan

dari berbagai instansi terkait belum optimal.

Gizi buruk merupakan masalah yang perlu penanganan serius. Berbagai upaya telah

dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi Posyandu dalam meningkatkan cakupan

 penimbangan balita, penyuluhan dan pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI

(MP-ASI) atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu

  pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit,

  penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat melalui Keluarga Sadar 

Gizi (Kadarzi).17

Page 15: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 15/21

 

15 

Meminimalkan gizi buruk dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:16

i.  Mencegah kejadian kasus gizi buruk 

y  Meningkatkan pemantauan pertumbuhan melalui revitalisasi Posyandu

y  Menyamakan dan memantapkan pemahaman pola tumbuh Balita degan memakai

Kartu Menuju Sehat (KMS)

y  Meningkatkan pengenalan dini penyimpangan pertumbuhan dengan KMS di

Posyandu

y  Melakukan tindak lanjut terhadap penyimpangan dini pertumbuhan dengan

memberikan pengobatan dan nasehat pemberian makanan dan minuman sehat

 padat gizi.

ii.  Menemukan semua kasus gizi buruk 

y  Melalui usaha bersama Pemda dan masyarakat dengan memakai criteria yang

sama menemukan semua kasus gizi buruk melalui berbagai sarana pelayanan

kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes ; melalui posyandu ; dan

kunjungan rumah ³terarah´ ke keluarga Balita yang jarang/ tidak berkunjung ke

Posyandu.

iii.  Memulihkan semua kasus gizi buruk 

y  Menggunakan 10 langkah tatalaksana gizi buruk :

a.  Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia

Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar 

dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan sering/cair 2±3

 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan

air gula dengan sendok.

 b.  Pengobatan dan pencegahan hipotermia

Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36o

Celcius. Pada

keadaan ini anak harus dihangatkan dgn cara ibu atau orang dewasa lain

mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut atau dengan membungkus

anak dengan selimut tebal dan meletakkan lampu di dekatnya. Selama masa

  penghangatan dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur setiap 30 menit

sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil tetap dibungkus dengan

selimut/pakaian rangkap agar tidak jatuh kembali pada keadaan hipotermia.

c.  Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan

Page 16: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 16/21

 

16 

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan dehidrasi

adalah ada riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan, mata cekung,

nadi lemah, tangan dan kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam

waktu cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan:

-  Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap 1/2jam sekali

tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi

oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit

dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus KEP disebut ReSoMal.

-  Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan

oralit yang diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat minum, lakukan rehidrasi

intravena (infus) RL/Glukosa 5% dan NaCl dgn perbandingan 1:1.

d.  Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit. Pada semua KEP

Berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya :

-  Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.

-  Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg).

Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan untuk 

  pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu minimal 2

minggu.Berikan makanan tanpa diberi garam/rendah garam, untuk 

rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2x (dengan pe+an 1liter air) ditambah 4 gr kecil dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa

makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral bentuk 

makanan lumat

e.  Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti

demam seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara rutin diberikan

antibiotik spektrum luar.

f.  Pemberian makanan, balita KEP berat

Pemberian diet KEP berat dibagi 3 fase:

Fase Stabilisasi (1±2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena

keadaan faali anak yang sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang,

Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang

Page 17: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 17/21

 

17 

sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi

metabolisme basal saja, Formula khusus seperti formula WHO

75/modifikasi/modisko ½ yang dilanjutkan dan jadual pemberian makanan

harus disusun agar dapat mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan diet

sbb: porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa, energi 100

kkal/kg/hari, protein 1±1,5 gr/kgbb/hari, cairan 130 ml/kg BB/hari (jika ada

edema berat 100 ml/kg bb/hari),bila anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan

memberi formula WHO 75/pengganti/modisco ½ dengan gelas, bila anak 

terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet, Pemberian formula WHO

75/pengganti/modisco ½ atau pengganti dan jadual pemberian makanan harus

sesuai dengan kebutuhan anak.

g.  Perhatikan masa tumbuh kejar balita

Fase ini meliputi 2 fase: transisi dan rehabilitasi :

Fase Transisi (minggu II)

-  Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara perlahan untuk 

menghindari resiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak 

mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.

-  Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0.9 ± 1.0 gr/100 ml)

dengan formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2.9 gr/100

ml) dalam jangka waktu 48 jam . Modifikasi bubur/mknn keluarga dapat

digunakan asal kandungan energi dan protein sama.

-   Naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit formula tersisa,

 biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kg bb/kali pemberian (200 ml/kg

 bb/hari).

Fase Rehabilitasi (Minggu III±VII)

-  Formula WHO-F 135/pengganti/modisco 1 ½ dengan jumlah tidak terbatas

dan sering.

-  Energi : 150±220 kkal/kg bb/hari.

-  Protein : 4±6 gr/kgbb/hari.

-  Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan

formula karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk 

tumbuh kejar.

-  Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.

Page 18: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 18/21

 

18 

h.  Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro

Semua pasien KEP berat mengalami kurang vitamin dan mineral, walaupun

anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe).

Tunggu sampai anak mau makan dan BB nya mulai naik (pada minggu II).

Pemberian Fe pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya .

Berikan setiap hari :

-  Tambahan multivitamin lain

-  Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat/sirup

 besi

-  Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel pamoat dosis

tunggal.

-  Vitamin A oral 1 kali.

-  Dosis tambahan disesuaikan dgn baku pedoman pemberian kapsul vitamin

A.

i.  Berikan stimulasi dan dukungan emosional.

Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,

karenanya diberikan kasih sayang, ciptakan lingkungan

menyenangkan,.lakukan terapi bermain terstruktur 15-330 menit/har,

rencanakan aktifitas fisik setelah sembuh, tingkatkan keterlibatan ibu

(memberi makan, memandikan, bermain)

 j.  Persiapan untuk tindak lanjut di rumah

Bila BB anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah

dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas / bidan di desa.

y  Dianggap berhasil apabila angka kematian kasus < 5%

y  Membuat system rujukan yang baku bagi seluruh kasus gizi buruk.

3.4.  Pencegahan Gizi Buruk dengan Pendekatan Lingkungan.

Gizi kurang dan infeksi kedua-duanya dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan

yang tidak sehat dengan sanitasi buruk. Selain itu juga diketahui infeksi menghambat reaksi

Imunologis yang normal dengan menghasilkan sumber-sumber energi dan protein di tubuh.

Kendala secara umum adalah masih banyaknya anggapan oleh pemegang kebijakan

 bahwa masalah gizi buruk merupakan masalah kesehatan yang harus diselesaikan oleh sektor 

kesehatan saja. Sehingga secara umum program penanganan gizi buruk lebih banyak 

Page 19: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 19/21

 

19 

menggunakan pendekatan bidang kesehatan. Pendekatan secara ekonomi, pertanian, dan

  pendidikan belum banyak dilaksanakan.. Harus disadari bahwa program penanganan gizi

  buruk di bidang kesehatan lebih banyak bersifat darurat dan mendesak seperti bantuan

 pengobatan atau perawatan, pemberian PMT pemulihan dan suplementasi zat gizi. Pada saat

  bantuan dihentikan, masalah kekurangan gizi akan terjadi lagi karena ketidakmampuan

keluarga terkait dengan daya beli dan keadaan ekonomi keluarga.16

Menurut Martorell, bahwa investasi di sektor sosial (gizi, kesehatan dan pendidikan)

dan ekonomi akan memperbaiki keadaan gizi masyarakat yang merupakan faktor penentu

untuk meningkatnya kualitas SDM. Jika kualitas SDM meningkat, maka produktivitas kerja

akan meningkat yang selanjutnya keadaan ekonomi akan meningkat. Dengan terjadinya

  perbaikan ekonomi maka kemiskinan akan berkurang, dan selanjutnya akan meningkatkan

keadaan gizi masyarakat.16

Kolaborasi lintas sektor menjadi sangat penting dalam menyelesaikan masalah gizi

 buruk. Integrasi program pengentasan kemiskinan dengan penanganan gizi buruk merupakan

 potensi yang besar dalam mengeliminasi kasus gizi buruk. Keluarga yang mempunyai balita

gizi buruk diprioritaskan dan menjadi target sasaran intervensi pengentasan kemiskinan yang

melibatkan banyak sektor. Potensi keluarga balita gizi buruk harus dioptimalkan. Intervensi

yang bersifat darurat seperti bantuan pangan harus diimbangi dengan intervensi lain yang

dapat menopang perbaikan ekonomi keluarga seperti pelatihan kerja, sarana pertanian, dan peternakan yang akan mendorong kemandirian keluarga. Pemberian bantuan kambing untuk 

keluarga gizi buruk di Kabupaten Kebumen dan bantuan ayam di Kabupaten Bantul

merupakan salah satu bentuk riil kolaborasi lintas sektor dalam penanganan gizi buruk secara

mendasar.16

Yang tidak kalah penting adalah dukungan pemegang kebijakan. Selain dalam bentuk 

anggaran, kegiatan secara langsung akan memberikan motivasi kepada masyarakat dalam

 penanganan gizi buruk. Kunjungan kerja yang dikemas dalam bentuk ³Bupati/Wakil Bupati

Tilik Posyandu´ di Kabupaten Gunungkidul akan memberikan warna tersendiri dalam

menggerakkan masyarakat. Di samping itu, capacity building, orientasi dan pelatihan kader 

  posyandu dengan dukungan teknis perlu dilakukan terus menerus agar intervensi yang

dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain ibu dan anak, perbaikan gizi untuk 

kelompok remaja harus lebih diintensifkan karena kelompok ini merupakan kelompok yang

akan menjadi calon untuk menghasilkan generasi berikutnya. Penanganan masalah gizi buruk 

Page 20: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 20/21

 

20

lebih diarahkan menggunakan pendekatan preventif dan tidak lagi berorientasi pada bantuan

 pangan pada masyarakat, akan tetapi menggerakkan masyarakat ke arah hidup sehat dengan

  berpedoman pada gizi seimbang. Kuratif dilakukan hanya pada sasaran yang benar-benar 

memerlukan.16

Mewaspadai terjadinya gizi buruk dilakukan dengan memantau pertumbuhan berat

 badan anak dengan menimbang setiap bulan secara teratur sejak bayi sampai umur 5 tahun.

Tempatnya di Posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan KMS,

Ibu diberitahu bahwa KMS adalah ³stetoskop´ sang ibu untuk memantau apakah anaknya

sehat atau tidak. Ilmu yang diajarkan cukup sederhana yaitu ³Anak Sehat Bertambah Umur 

Tambah Berat Badan´ Apabila berat badan anak turun dan tidak bertambah berat badannya

selama dua bulan berturut-turut, maka anak perlu diperiksakan ke dokter atau Puskesmas

untuk dicari penyebab tidak naiknya berat badan anak. Itulah fungsi pokok kegiatan

Posyandu.16

.

Page 21: gizi buruk

5/8/2018 gizi buruk - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gizi-buruk-559abe50d9e6f 21/21

 

21

Bab IV

Penutup

4.1  K esimpulan

Gizi buruk merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang perlu segera

ditanggulangi, mengingat prevalensi yang tinggi dan akibat yang ditimbulkan gizi buruk.

Dimensi masalah gizi buruk sangat luas baik ditinjau dari segi akibatnya terhadap penurunan

kualitas sumberdaya manusia maupun faktor penyebab yang meliputi berbagai aspek. Gizi

  buruk secara langsung maupun tidak langsung akan menurunkan tingkat kecerdasan

anak,terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak serta menurunkan produktivitas.

Gizi buruk adalah status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di

 bawah standar rata-rata yang ditandai dengan gejala kelelahan dan kekurangan energi, sistem

kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi),

kulit yang kering dan bersisik, Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat,

 berat baddan yang kurang, pertumbuhan lambat, dan kelemahan pada otot.

Faktor yang menyebabkan gizi buruk ada tiga hal yaitu kemiskinan, pendidikan

rendah dan kesempatan kerja rendah. Ketiga hal itu mengakibatkan kurangnya ketersediaan

  pangan di rumah tangga dan pola asuh anak keliru. Di Indonesia, gizi buruk pada balita

tersebar hampir merata di seluruh propinsi. Dalam kaitannya dengan gizi buruk, Depkes pada

tahun 2005 telah mencanangkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan

Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2008.

Pengendalian masalah gizi buruk lebih dimungkinkan melalui pencegahan

dibandingkan pengobatan dimana masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk deteksi dini.

Pencegahan dilakukan meliputi Health Promotion dan Spesific Protection.

4.2 Saran

Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam upaya mencegah, menemukan dan

memulihkan terjadinya gzi buruk. Diharapkan perhatian dari pemerintah untuk pembangunan

kesehatan yang lebih ditekankan pada upaya preventif dan promotif, termasuk upaya

  penyediaan air bersih dan perbaikan sanitasi lingkungan serta upaya peningkatan perilaku

hidup sehat dan bersih (PHBS) pada masyarakat