133
PERTANIAN DAN PENGAIRAN

PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

  • Upload
    lamngoc

  • View
    231

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

Page 2: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan
Page 3: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

BAB VI

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

A. PENDAHULUAN

Sesuai amanat Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1988, dalam Repelita V diharapkan telah tercipta sasaran pembangunan jangka panjang pertama di bidang ekonomi, yaitu terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat 'dan terciptanya struktur ekonomi yang seimbang, dimana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh.

Sesuai dengan arah dan sasaran GBHN tersebut, pembangunan pertanian dilanjutkan dan diperluas untuk memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup para petani dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan kualitas gizi masyarakat, mengentaskan kemiskinan, mendukung pembangunan daerah dan program transmigrasi. Dalam

VI/3

Page 4: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

hubungan ini usaha-usaha untuk, meningkatkan produksi pertanian dan efisiensi sistem produksi makin ditingkatkan, di samping usaha mendorong penganekaragaman produksi dan konsumsi. Usaha peningkatan produksi dimaksudkan juga untuk memenuhi kebutuhan pangan dan bahan baku industri dalam negeri serta meningkatkan ekspor hasil pertanian.

Selama empat tahun Repelita V pembangunan pertanian dilak-sanakan melalui berbagai program, yang terdiri dari program pening-katan produksi pertanian tanaman pangan, peningkatan produksi per-kebunan, peningkatan produksi peternakan, peningkatan produksi perikanan dan peningkatan produksi kehutanan. Program-program tersebut dilaksanakan untuk mendukung perkembangan sektor pertanian yang maju, efisien dan tangguh, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Sektor pertanian yang tangguh tersebut berarti petani dan usaha pertanian tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dan mampu memanfaatkan peluang-peluang berusaha dalam bidang pertanian. Kemampuan petani, dunia usaha dan lembaganya, yang makin meningkat akan mendukung terciptanya landasan yang semakin kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Dalam hubungan ini usaha-usaha untuk meningkatkan produksi, pemerataan kegiatan dan hasil pembangunan yang didukung oleh pengembangan kelembagaan pertanian rakyat makin ditingkatkan. Keseluruhan upaya di bidang pertanian senantiasa memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Sejak awal Repelita V pembangunan pertanian ditekankan terutama untuk meningkatkan produksi palawija, hortikultura, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan, di samping tetap berusaha mempertahankan swasembada beras yang telah tercapai pada tahun 1984.

Swasembada beras dipertahankan melalui peningkatan usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi, serta didukung oleh kebijaksanaan harga pangan.

VI/4

Page 5: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Peningkatan berbagai komoditi lainnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin meningkat dan mendo-rong diversifikasi pangan, sehingga kualitas gizi masyarakat makin baik. Selain itu dimaksudkan pula untuk meningkatkan ekspor hasil-hasil pertanian dan sekaligus menanggulangi masalah kemiskinan bagi para petani di daerah pantai dan lahan kering.

Sejalan dengan meningkatnya permintaan akan hasil-hasil hutan, peningkatan produksi kehutanan selalu dikaitkan dengan usaha-usaha untuk menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup yang seimbang.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan efisiensi sektor pertanian, pembangunan pertanian didukung oleh usaha pengembangan dan penelitian teknologi pertanian. Kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi tersebut diarahkan untuk meningkatkan efisiensi sistern produksi pertanian dan pengembangan teknologi tepat guna baik bagi daerah-daerah yang masih terbelakang maupun bagi komoditi-komoditi yang mempunyai peluang pasar cukup baik. Dalam rangka proses alih teknologi, kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan pertanian makin ditingkatkan, sehingga para petani dan dunia usaha mampu menerapkan teknologi pertanian dengan baik. Pemanfaatan teknologi tersebut dapat mening-katkan efisiensi sistem produksi dan pendapatan masyarakat.

Kebijaksanaan dan program-program tersebut di atas telah mendorong peningkatan produksi, pendapatan dan kualitas gizi. Pro-duksi hasil-hasil pertanian terpenting selama empat tahun Repelita V umumnya meningkat, kecuali kapas dan kayu bulat (Tabel VI-1). Dalam tahun 1992 produksi hasil-hasil pertanian umumnya meningkat di atas 5% bila dibandingkan dengan produksi tahun 1991, kecuali produksi susu, cengkeh dan tembakau mengalami penurunan. Serangan penyakit anthrax terhadap sapi perah yang terjadi dalam tahun 1992, mengakibatkan waktu laktasi menjadi pendek, sehingga produksi susu turun. Produksi tembakau dan cengkeh turun, masing-masing disebabkan oleh beralihnya

VI/5

Page 6: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 11)

PERKEMBANGAN PRODUKSI BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING,1988 – 1992(ribu ton)

Akhir Repelite VNo. Jenis Hasil Repelita 2) 3)

(1988) 1989 1990 1991 1992

1. Padi 4) 41.676 44.726 45.17 44.689 47.7692. Jagung 6.652 6.193 6.734 6.256 7.9873. Ubi kayu 15.471 17.117 15.83 15.954 16.3184. Ubi jalar 2.159 2.224 1.971 2.039 2.1725. Kedele 1.270 1.315 1.487 1.555 1.8816. Kacang tanah 589 620 651 652 7387. Ikan laut 2.170 2.272 2.370 2.505 2.6558. Ikan darat 711 765 793 807 8449. Daging 937 971 1.028 1.099 1.232

10. Telur 443 456 484 510 57511. Susu 5) 265 338 346 360 35212. Karet 1.176 1.209 1.275 1.284 1.30913. Kelapa

sawit/minyak1.800 1.965 2.413 2.658 3.204

14. Inti sawit 360 393 504 551 64315. Kelapa/kopra 2.139 2.208 2.332 2.337 2.37116. Kopi. 386 401 413 419 45217. T e h 137 141 155 159 16318. Cengkeh 61 55 66 84 7519. Lada 56 68 70 69 7020. Tembakau 116 81 156 161 14121. Kakao 79,3 110, 142,3 169, 178,922. Gula/tebu 1.918 2.108 2.119 2.253 2.34823. Kapas 6) 39.731 38.374 32.85 13.443 14.42124. Kayu bulat 7) 28.485 24.409 25.312) 23.892 25.21325. Kayu olahan 7) 12.004 17.851 13.16

22) 12.560 13.448

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara4) Dalam gabah kering giling 5) Dalam juta liter 6) Dalam ton7) Dalam ribu m3

VI/6

Page 7: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

tanaman tembakau menjadi areal tanaman kapas dan beralihnya areal tanaman cengkeh menjadi areal jambu mete dan karet. Peralihan ini terkait dengan kebijaksanaan diversifikasi dan didorong oleh perkembangan pasar. Dalam tahun 1992 produksi hasil-hasil pertanian yang meningkat sangat tinggi adalah jagung, kedele, kacang tanah, daging, telur, kelapa sawit/minyak dan inti sawit, yang meningkat di atas 12% dibanding produksi tahun sebelumnya. Beberapa komoditi meningkat di atas 4,5%, yaitu padi, ubi jalar, ikan laut, ikan darat, kopi, kapas, kayu bulat dan kayu olahan. Laju kenaikan produksi dalam tahun 1992 pada umumnya berada di atas kenaikan-kenaikan rata-rata produksi selama empat tahun Repe-lita V.

Perkembangan ekspor hasil-hasil pertanian selama empat tahun Repelita V umumnya juga meningkat, kecuali ekspor kulit ternak, kacang tanah dan kayu olahan (Tabel VI-2). Dalam tahun 1992 volume ekspor hasil-hasil pertanian umumnya meningkat di atas 4 % bila dibandingkan dengan volume ekspor tahun 1991. Kenaikan volume ekspor yang sangat tinggi terjadi pada ikan segar, yakni sebesar 171,6%.. Selanjutnya kenaikan ekspor yang cukup berarti terjadi pula pada lada, tembakau, teh dan karet yaitu masing-masing meningkat 23, 5 % , 26, 8 % , 10 % dan 3,9 % . Dalam tahun 1992 ekspor kopi, kulit ternak dan gaplek mengalami penurunan, sebagai akibat makin meningkatnya permintaan di dalam negeri. Ekspor kayu olahan juga mengalami penurunan sejak diberlakukannya kebijaksanaan pajak ekspor yang tinggi bagi kayu gergajian, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai tambah produksi hasil-hasil kayu.

Pembangunan pengairan dalam Repelita V diarahkan untuk mendukung pembangunan pertanian terutama dalam upaya memantapkan swasembada beras, memenuhi kebutuhan air baku untuk keperluan pemukiman dan industri, mengamankan daerah produksi dan pemukiman dari bahaya banjir serta mengamankan wilayah pantai produktif dari bahaya pengikisan. Selain itu pem-bangunan pengairan juga diarahkan untuk membuka wilayah-wilayah

VI/7

Page 8: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 21)

PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR HASIL PERTANIAN TERPENTING,1988 – 1992(ribu ton)

Akhir Repalita VNo. Jenis Produksi Repelita IV 2) 3)

(1988) 1989 1990 1991 1992

1. Kare t 1.230,3 1.151,8 1.077,3 1.220,0 1.268,12. Minyak sawit 834,0 917,2 973,6 1.167,7 1.212,83. T e h 108,0 114,7 110,9 110,2 121,34. K o p i 307,0 357,4 421,8 380,6 259,35. L a d a 45,0 42,8 48,4 50,3 62,16. Tembakau 30,2 17.4 17,4 22,4 28,47. Udang (segar/aweten) 56,6 77,2 94,0 95,6 100,58. Ikan segar 65,9 81,7 107,9 84,0 228,19. Kulit ternak 3,2 2,3 2,8 1,6 1,5f0. Jagung 37,5 233,9 136,6 33,2 34,611. Kacang tanah 1,2 0,7 0,3 0,2 0,212. Gaplek/Ubi Kayu 1.116,2 1.194,7 3.603,9 2.379,4 1.541,613. Kayu olahan 4) 10.461,0 11.533,0 9.131,0 9.942,0 6.768,0

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara 4) Dalam ribu m3

VI/8

Page 9: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

pengembangan dan daerah-daerah terisolir. Kegiatan-kegiatan utama pembangunan pengairan dalam Repelita V dituangkan dalam Program Perbaikan dan Pemeliharaan Jaringan Pengairan, Program Pembangunan Jaringan Irigasi, Program Pengembangan Daerah Rawa, Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air dan Pembinaan Daerah Pantai.

B. TANAMAN PANGAN

1. Padi/Beras

Selama kurun waktu empat tahun Repelita V dalam rangka mempertahankan swasembada pangan, program peningkatan produksi tanaman pangan ditekankan terutama untuk meningkatkan produksi beras di samping juga berusaha meningkatkan produksi tanaman pangan lainnya. Pemantapan swasembada pangan bukan saja dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pangan, melainkan juga untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, termasuk masyarakat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Dalam hubungan ini kebijaksanaan harga pangan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan pendapatan dan mendorong petani untuk meningkatkan produksi. Kebijaksanaan harga pangan yang diterapkan selama empat tahun Repelita V bersama-sama dengan peningkatan usaha-usaha intensifikasi dan ekstensifikasi telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap produksi beras dan pendapatan petani.

Untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah, mutu.dan luas cakupan usaha intensifikasi makin ditingkatkan. Mutu intensifikasi ditingkatkan melalui usaha-usaha pembinaan kelompok tani dan penyuluhan, sehingga petani menggunakan benih bersertifikat, pupuk secara efisien, mengelola air irigasi secara teratur, mengupayakan penggunaan teknologi pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil dan menerapkan pengendalian hama terpadu. Pelaksanaan

VI/9

Page 10: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) telah meningkatkan kemampuan petani baik dalam menguasai ekologi usaha taninya maupun dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman secara alamiah. Kemampuan petani yang makin meningkat menyebabkan serangan hama dan penyakit dapat ditekan sampai ke tingkat minimum. Usaha perluasan areal tanaman padi dilaksanakan melalui pencetakan sawah dan pengembangan teknologi pertanian yang cocok untuk lahan tadah hujan. Usaha-usaha tersebut didukung oleh perluasan jaringan pengairan dan pengembangan kelembagaan petani.

Selama empat tahun Repelita V, hasil rata-rata padi per ha program intensifikasi meningkat sekitar 1 % per tahun (Tabel VI-3). Dalam tahun 1992 hasil rata-rata padi per ha program intensifikasi meningkat menjadi 4,73 ton atau menunjukkan kenaikan 0,4% bila dibanding dengan hasil rata-rata pada tahun 1991. Kenaikan hasil rata-rata intensifikasi ini terutama merupakan hasil dari peningkatan hasil rata-rata padi per ha intensifikasi khusus. Hasil rata-rata padi per ha program intensifikasi khusus meningkat dari 4,95 ton pada tahun 1991 menjadi 4,97 ton pada tahun 1992, atau meningkat sebesar 0,4 % . Keadaan ini menggambarkan makin berhasilnya usaha pembinaan petani secara berkelompok, yang mendorong makin baiknya penerapan teknologi pertanian oleh petani. Teknologi tersebut antara lain, berupa' penggunaan benih bermutu, pengolahan lahan dan pengaturan air irigasi yang lebih baik dan pengendalian jasad pengganggu. Meningkatnya hasil rata-rata padi program intensifikasi, juga disebabkan oleh makin meningkatnya penyediaan fasilitas kredit, makin membaiknya sistem distribusi sarana produksi dan prasarana jalan, dan terciptanya insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi.

Kebijaksanaan harga pangan yang diterapkan dalam empat tahun Repelita V juga mempunyai dampak positif terhadap tingkat penggunaan pupuk. Pada tahun 1992 penggunaan pupuk meningkat sekitar 8,2% bila dibanding dengan penggunaan pupuk pada tahun 1991 (Tabel VI-6).

VI/10

Page 11: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Secara keseluruhan, hasil rata-rata padi per ha selama empat tahun Repelita V menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, yaitu meningkat sekitar 1,4% per tahun (Tabel VI-4). Dalam tahun 1992 laju peningkatan hasil rata-rata padi sangat rendah, sehingga hasil rata-rata per ha secara keseluruhan hampir sama dengan hasil rata-rata dalam tahun 1991. Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh musim kering dalam tahun 1991 yang berlanjut pada tahun 1992.

Sejak tahun 1988 luas panen intensifikasi padi mengalami peningkatan hampir sebesar 3 % per tahun (Tabel VI-3). Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan luas panen intensifikasi khusus, yaitu naik sebesar 7,2% per tahun. Sebaliknya luas panen intensifikasi umum menurun rata-rata 8,9 % per tahun. Dalam tahun 1992 luas panen intensifikasi khusus meningkat sekitar 6,7% dan luas panen intensifikasi umum meningkat sekitar 4,5% dibanding luas panen tahun sebelumnya. Laju pertutnbuhan luas panen intensifikasi khusus, yang cukup tinggi mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan luas panen intensifikasi padi secara keseluruhan yaitu meningkat sebesar 6,3 % dibanding luas panen tahun sebelumnya. Bahkan kenaikan ini lebih tinggi dari kenaikan rata-rata luas panen padi selama empat tahun Repelita V. Keadaan ini mencerminkan makin baiknya kelembagaan petani dan prasarana ekonomi, sehingga banyak areal intensifikasi umum dapat dialihkan menjadi areal intensifikasi khusus. Selama empat tahun terakhir luas panen padi secara keseluruhan menunjukkan peningkatan yang sangat berarti, yaitu sebesar 2,1% per tahun sejak tahun 1988 (Tabel VI-5). Bila dibanding dengan luas panen dalam tahun 1991, luas panen padi dalam tahun 1992 mengalami kenaikan 6,8 %. Kenaikan luas panen ini jauh lebih tinggi dari kenaikan rata-rata luas panen padi selama empat tahun Repelita V. Hal ini menggambarkan keberhasilan upaya perluasan areal melalui pencetakan sawah baru. Sampai tahun 1992 usaha pencetakan sawah baru telah mencapai sekitar 313.000 ha, atau telah mencapai 91,5% dari target pencetakan sawah selama Repelita V.

VI/11

Page 12: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI – 3

PERKEMBANGAN HASIL RATA-RATA DANLUAS PANEN PADI PROGRAM INTENSIFIKASI,

1988 – 1992(ribu ton)

Akhir Repelita VNo. Uraian Repelita

IV3) 4)

(1988) 1989 1990 1991 19922)

1. Hasil Rata-rata (ton per ha)

Intensifikasi 4,54 4,63 4,68 4,71 4,73

Intensifikasi Umum 3,74 3,65 3,61 3,63 3,64

Intensifikasi Khusus 4,86 4,92 4,92 4,95 4,97

Non Intensifikasi 2,19 2,25 2,26 2,27 2,27

2. Luas Panen (ribu ha)

Intensifikasi 8.283 8.826 8.876 8.734 9.281

Intensifikasi umum 2.446 1.979 1.616 1.572 1.643

Intensifikasi khusus 5.837 6.847 7.260 7.162 7.638

Non Intensifikasi 1.855 1.705 1.626 1.548 1.697

1) Angka2) Dalam3)

tahunan gabah kering gilingdiperbaikiSementara

VI/12

Page 13: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 41)

PERKEMBANGAN HASIL RATA-RATA PADI PER HA,

1988 – 1992

(ton per ha)

Akhir Repelita VNo. Daerah Repelita 3) 4)

(1988) 1989

1990 1991 1992

1. Jawa 4,82 4,96

5,02 5,09 5,10

2. Luar Jawa 3,36 3,49

3,54 3,59 3,59

3. Indonesia 4,11 4,25

4,30 4,35 4,35

1) Angka tahunan2) Dalam gabah kering giling 3) Angka diperbaiki 4) Angka sementara

VI/13

Page 14: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 5PERKEMBANGAN LUAS PANEN DAN PRODUKSI PADI,

1988 – 1992

No. DaerahAkhir

Repelita IV

Repelita V2) 3)

(1988) 1989 1990 1991 1992

1.

Luas Panen (ribu ha)Jawa 5.208 5.448 5.419 5.184 5.553LuarJawa 4.930 5.083 5.083 5.098 5.425Indonesia 10.138 10.531 10.502 10.282 10.978

4)2.

Produksi Padi (ribu ton)Jawa 25.08

827.011 27.178 26.393 28.291

LuarJawa 16.588 17.715 18.001 18.296 19.478Indonesia 41.67

644.726 45.179 44.689 47.769

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara4) Dalam gabah kering giling

VI/14

Page 15: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 61)

PERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1988 - 1992 (ton zat hara)

Akhir Repelita V

No Jenis Pupuk Repelita IV 2) 3)

(1988) 1989 1990 1991 1992

1. N 1.252.166 1.496.649 1.345.000 1.360.000 1.496.000

2. P205 500.699 601.282 528.000 557.000 573.000

3. K20 127.108 289.397 126.000 267.000 295.000

Jumlah 1.879.973 2.387.328 1.999.000 2.184.000 2.364.000

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

GRAFIK VI - 1

PERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUKPADA PROGRAM TANAMAN PANGAN,

1988 - 1992

VI/15

Page 16: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Dengan meningkatnya hasil rata-rata padi per ha dan luas panen padi selama empat tahun Repelita V, produksi padi juga mengalami peningkatan, yaitu meningkat sebesar 3,5 % per tahun. Laju pertumbuhan produksi padi ini melebihi laju pertumbuhan penduduk, yang berarti swasembada beras tetap dapat dipertahankan. Dalam tahun 1992 laju kenaikan hasil rata-rata per ha sangat kecil, tetapi dengan meningkatnya luas panen yang pesat total produksi padi tetap menunjukkan peningkatan. Bahkan kenaikan produksi padi pada tahun 1992 bila dibanding dengan produksi pada tahun 1991 jauh di atas kenaikan rata-rata produksi padi selama empat tahun Repelita V, yaitu meningkat dari 44.689 ribu ton pada tahun 1991 menjadi 47.769 ribu ton pada tahun 1992, atau meningkat sebesar 6,9% (Tabel VI-5).

2. Palawija dan Hortikultura

Usaha untuk meningkatkan produksi palawija dan hortikultura dilaksanakan melalui peningkatan usaha intensifikasi dan diversifikasi, dan diprioritaskan pada peningkatan produksi komoditi-komoditi yang mempunyai prospek pemasaran cukup baik. Di samping itu, usaha tersebut dikaitkan juga dengan usaha-usaha konservasi dan pengembangan agribisnis. Usaha-usaha konservasi sangat erat kaitannya dengan pengembangan teknologi untuk daerah-daerah lahan kering melalui pengembangan varietas unggul dan teknik konservasi seperti pembuatan terasering, cekdam dan tanaman lorong. Usaha-usaha pengembangan agribisnis dilaksanakan dengan mendorong investasi swasta melalui penyediaan fasilitas kredit, peningkatan prasarana perhubungan dan pengembangan kawasan-kawasan pembangunan pertanian baru.

Usaha-usaha tersebut di atas telah memberikan dampak yang cukup berarti, terutama terhadap produktivitas dan pendapatan petani. Hasil rata-rata per ha palawija selama empat tahun Repelita V umumnya menunjukkan peningkatan. Hasil rata-rata per ha palawija yang menunjukkan kenaikan tertinggi adalah jagung, yaitu 3,1 % per

VI/16

Page 17: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

tahun. Selanjutnya kenaikan hasil rata-rata per ha ubi jalar, kacang tanah, kedele dan ubi kayu, masing-masing adalah 2,2%, 1,5%, 1,1% dan 0,8% per tahun (Tabel VI-7). Selama kurun waktu itu luas panen palawija juga menunjukkan peningkatan, kecuali luas panen ubi jalar. Peningkatan luas panen tertinggi terjadi dalam pertanaman kedele, yaitu meningkat 9,4% per tahun, diikuti oleh peningkatan luas panen kacang tanah, jagung dan ubi kayu, yaitu masing-masing meningkat 4,4%, 2,6% dan 0,7% per tahun. Dengan meningkatnya produktivitas per ha dan luas panen palawija, produksi palawija juga meningkat. Produksi kedele menunjukkan kenaikan yang paling tinggi di antara pertanaman palawija, yaitu meningkat 10,5 % per tahun. Kemudian diikuti oleh jagung dan kacang tanah, yaitu masing-masing meningkat sebesar 5,6% dan 5,9% per tahun. Sedangkan produksi ubi kayu dan ubi jalar meningkat juga tetapi hanya sebesar 1,6% dan 0,4% per tahun.

Dalam tahun 1992 hasil rata-rata palawija yang meningkat sangat tinggi bila dibanding dengan hasil rata-rata dalam tahun sebe-lumnya adalah jagung dan ubi kayu, yaitu masing-masing meningkat 2,5% dan 1,2%. Sebaliknya hasil rata-rata ubi jalar, kedele dan kacang tanah mengalami penurunan, sebagai akibat musim hujan yang panjang pada tahun 1992. Hal ini mengingat umumnya komoditi palawija tidak tahan terhadap curah hujan yang terlalu banyak. Luas panen palawija juga mengalami peningkatan yang cukup berarti. Di antara tanaman palawija luas panen jagung dan kedele mengalami kenaikan tertinggi, yaitu masing-masing meningkat 24,6% dan 21,9% bila dibanding dengan luas panen dalam tahun 1991. Luas panen kacang tanah dan ubi jalar juga menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, yaitu masing-masing meningkat sebesar 14,2% dan 7%. Laju kenaikan terendah luas panen terjadi pada ubi kayu, yaitu hanya meningkat sebesar 1,1%. Dengan meningkatnya luas panen palawija, walaupun hasil rata-rata beberapa jenis palawija menunjukkan penurunan, dalam tahun 1992 produksi palawija secara keseluruhan mengalami peningkatah yang berarti. Produksi jagung dan kedele mengalami peningkatan yang

VI/17

Page 18: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI-71)

PERKEMBANGAN PRODUKSI, HASIL. RATA-RATA DAN LUAS PANEN BEBERAPA JENIS

PALAWIJA, 1988 - 1992

Page 19: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

No Jenis Palawija SatuanAkhir

Repelita IV(1988)

Repelita V

1989 19902)

19913)

1992

1. JagungProduksi ribu ton 6.652,00 6.193,00 6.734,00 6.256,00 7.987,00Hasil rata-rata

kuintal/ha 19,53 21,03 21,32 21,51 22,04Luas panen , ribu ha 3.406,00 2.944,00 3.158,00 2.909,00 3.624,00

2. Ubi kayuProduksi ribu ton 15.471,00 17.117,00 15.830,00 15.954,00 16.318,00Hasil rata-rata

kuintal/ha 118,73 121,58 121,00 120,96 122,42Luas panen ribu ha 1.303,00 1.408,00 1.312,00 1.319,00 1.333,00

3. Ubi jalarProduksi ribu ton 2.159,00 2.224,00 1.971,00 2.039,00 2.172,00Hasil rata-rata

kuintal/ha '87,06 92,60 94,00 95,28 94,85Luae panen ribu ha 248,00 240,00 209,00 214,00 229,00

4. KedeleProduksi ribu ton 1.270,00 1.315,00 1.487,00 1.555,00 1.881,00Hasil rata-rata

kuintal/ha 10,79 10,98 11,15 11,37 11,28Luas panen ribu ha 1.177,00 1.198,00 1.334,00 1.368,00 1.667,00

5. Kacang tanahProduksi ribu ton 589,00 620,00 651,00 652,00 738,00Hasil rata-rata

kuintal/ha 9,70 9,99 10,24 10,38 10,29Luas panen ribu ha 608,00 621,00 635,00 628,00 717,00

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

VI/18

Page 20: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

sangat tinggi, yaitu meningkat 27,7% dan 21 % bila dibanding produksi tahun sebelumnya. Sedangkan produksi ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah masing-masing menunjukkan kenaikan 2,3%, 6,5 dan 13,2% dibanding produksi tahun 1991.

Sejak tahun 1988 sampai dengan tahun 1992 hasil rata-rata per ha sayuran dan buah-buahan menunjukkan kenaikan, masing-masing meningkat 16,5 % dan 4,1 % per tahun. Luas panen sayuran mengalami penurunan sebesar 3 % per tahun, tetapi luas panen buah-buahan menunjukkan kenaikkan, yaitu meningkat sebesar 2,7% per tahun. Produksi sayuran dan buah-buahan menunjukkan peningkatan, masing-masing sebesar 5,7 % dan 6,9 % per tahun (Tabel VI-8).

Hasil rata-rata sayuran per ha dalam tahun 1992 lebih rendah dari hasil rata-rata dalam tahun 1991, yaitu mengalami penurunan sebesar 14,2% dibanding tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi pada hasil rata-rata kol, sawi, bawang daun, tomat dan buncis, karena curah hujan yang cukup banyak pada tahun 1992. Hasil rata-rata buah-buahan dalam tahun yang sama menunjukkan kenaikan, yaitu 12,9% bila dibanding dengan hasil rata-rata dalam tahun sebelumnya. Dalam pada itu luas panen sayuran dan buah-buahan, masing-masing menunjukkan peningkatan sekitar 10,3% dan 0,5% bila dibanding dengan luas panen dalam tahun 1991. Sejalan dengan peningkatan hasil rata-rata dan luas panen buah-buahan, produksi buah-buahan dalam tahun 1992 mengalami kenaikan sekitar 13,5% bila dibanding dengan produksi tahun sebelumnya. Seba-liknya karena menurunnya hasil rata-rata sayuran, produksi sayuran dalam tahun yang sama menunjukkan penurunan sebesar 5,4% bila dibanding dengan produksi tahun 1991.

Peningkatan produksi pertanian tanaman pangan yang cukup pesat tersebut, mempunyai dampak yang cukup besar terhadap peningkatan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di sektor pertanian, di samping dampaknya terhadap peningkatan pendapatan

VI/19

Page 21: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 81)

PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN HASIL RATA-RATA HORTIKULTURA,

1988 - 1992

Akhir Repelita V

No. Uraian Satuan Repelita 2) 3)(1988) 1989 1990 1991 1992

1. Luas panen:Sayuran ribu ha 1.290 1.487 828 885 976Buah-buahan ribu ha 699 598 698 753 757

2. Produksi:Sayuran ribu ton 4.276 4.935 4.64

4551

85.22

2Buah-buahan ribu ton 5.267 4.526 5.484

5.869

6.660

3. Hasil rata-rata:Sayuran kuintal/ha 33,15 33,1

856,0

962,3

553,5

0Buah-buahan kuintal/ha 75,35 75,66

78,57

77,94

87,98

1) Angka tahunan 2) Angka

diperbaiki 3) Angka

sementara

VI/20

Page 22: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

para petani, pengentasan kemiskinan di daerah lahan kering dan penyediaan bahan makanan bermutu gizi tinggi. Produksi beras yang tersedia untuk konsumsi meningkat dari 148,38 kg per jiwa pada tahun 1991, menjadi 155,05 kg per jiwa pada tahun 1992.

C. PETERNAKAN

Selama empat tahun Repelita V usaha-usaha peningkatan produksi peternakan ditekankan pada pengembangan, peternakan rakyat, terutama peternakan unggas. Hal ini mengingat bahwa sebagian besar peternakan ayam dimiliki oleh peternak dan sebagian besar kebutuhan daging dapat dipenuhi dari ternak unggas. Pengembangan peternakan rakyat dilaksanakan melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi, yang didukung oleh pengembangan perusahaan pembibitan ayam, penyuluhan, pemberantasan penyakit. Investasi swasta di bidang peternakan unggas ditingkatkan melalui pengurangan pembatasan skala usaha, bahkan bagi perusahaan ayam yang mengekspor seluruh hasilnya tidak ada lagi batasan skala usaha. Kebijaksanaan ini sejalan dengan ketetapan dalam Keppres No. 22 Tahun 1990.

Usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak perah rakyat terutama ditekankan pada peningkatan produksi susu, sehingga impor susu dapat dikurangi. Dalam hubungan ini langkah-langkah terpenting adalah memperbaiki mutu ternak melalui kawin suntik, penyuluhan peningkatan kualitas makanan ternak, impor bibit ternak, pemberantasan dan pengendalian penyaki t ternak ser ta pengembangan padang penggembalaan ternak. Usaha pengembangan ternak perah rakyat ini dilaksanakan secara terpadu dengan usaha pengembangan industri pengolahan susu dan koperasi. Dalam tahun 1990 untuk meningkatkan efisiensi pemasaran, telah dilaksanakan penyempurnaan pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) persusuan, sehingga pendapatan peternak dapat lebih meningkat.

VI/21

Page 23: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri, langkah utama adalah meningkatkan produktivitas ternak potong yang diusahakan oleh rakyat. Kebijaksanaan utamanya adalah mening-katkan penyuluhan perbaikan kualitas makanan ternak, teknologi kawin suntik, bibit unggul dan usaha swasta di bidang pengolahan makanan ternak serta obat-obatan.

Sebagai hasil dari kebijaksanaan tersebut di atas, selama empat tahun Repelita V populasi ternak umumnya menunjukkan peningkatan, kecuali populasi itik. Populasi ternak yang menunjuk-kan peningkatan sangat tinggi adalah populasi ayam pedaging, yaitu meningkat sebesar 19,7%, per tahun. Selanjutnya populasi ayam petelur dan babi juga meningkat, yaitu masing-masing meningkat 9,3 % dan 7,3 % per tahun. Populasi sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, ayam buras dan itik meningkat di atas 2,4% per tahun. Sedangkan populasi domba dan kuda hanya meningkat di atas 0,9% per tahun.

Dalam tahun 1992 populasi ternak yang menunjukkan kenaikan tertinggi adalah ayam pedaging dan ayam petelur, yaitu masing-masing meningkat 13,7% dan 16,6% bila dibandingkan dengan populasi tahun sebelumnya. Meningkatnya populasi ayam pedaging dan ayam petelur merupakan dampak positif dari pelaksanaan Keppres No. 22 Tahun 1990, yang memungkinkan para pengusaha dan peternak berusaha dalam skala ekopomi optimal. Populasi ternak lainnya, yang menunjukkan kenaikan besar adalah kerbau, babi dan itik, yaitu masing-masing meningkat sebesar 10%, 12,5% dan 8,8% bila dibanding populasi dalam tahun 1991. Populasi sapi potong, ayam buras dan kambing meningkat di atas 3%. Populasi sapi perah mengalami penurunan sebesar 2,3 % . Hal ini disebabkan timbulnya serangan penyakit anthrax dalam tahun 1992 (Tabel VI-9).

Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan mutu ternak, dalam tahun 1992 kegiatan pelayanan inseminasi buatan mencapai

VI/22

Page 24: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 91)

PERKEMBANGAN POPULASI TERNAK DAN UNGGAS,1988 - 1992

(ribu ekor)

No. Jenis Ternak AkhirRepelita IV

Repelita V2) 3)

(1988) 1989 1990 1991 1992

1. Sapi potong 9.776 10.094 10.410 10.665 11.205

2. Sapi perah 263 288 294 306 299

3. Kerbau 3.194 3.224 3.265 3.311 3.641

4. Kambing 10.606 10.996 11.298 11.484 11.858

5. Domba 5.825 5.910 6.006 6.108 6.153

6. Babi 6.484 6.936 7.136 7.612 8.565

7. Kuda 675 683 683 695 701

8. Ayam buras 182.879 191.433 201.366 208.966 219.633

9. Ayam petelur4)

38.413 40.452 43.185 46.885 54.658

10. Aynm pedaging/broile

227.0,44 262.918 326.612

1

407.908 463.917

11. I t i k 25.080 24.315 25.553 25.308 27.535

1) Angka tahunan 2) Angka

diperbaiki 3) Angka

sementara 4) Mulai tahun

1980

VI/23

Page 25: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

1.438.800 dosis. Ini berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan yang dilaksanakan pada tahun 1991 telah menghasilkan keturunan sebanyak 179.850 ekor anak sapi perah dan sapi potong pada tahun 1992.

Untuk meningkatkan pelayanan bagi peternakan rakyat, jumlah dan kualitas para petugas makin ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan. Para petugas dan penyuluh adalah kader peternak, inseminator, laboratori dan vaksinator. Dalam tahun 1992 jumlah tenaga kader peternak mencapai 11.439 orang dan inseminator mencapai 4.232 orang, atau masing-masing menun-jukkan peningkatan 15,2% dan 9,6% bila dibanding dengan tahun 1991. Sementara itu dalam tahun yang sama jumlah tenaga laboratori mencapai 957 orang dan vaksinator mencapai 8.087 orang, atau masing-masing meningkat 5,5 % dan 1,3 % (Tabel VI-13).

Selama empat tahun Repelita V jumlah bibit ternak yang dise-barkan cukup meningkat, kecuali bibit ternak sapi dan babi. Dalam tahun 1992 jumlah bibit ternak kuda yang disebarkan adalah yang terbanyak, yaitu meningkat sebesar 112,5 % bila dibanding dengan jumlah penyebaran bibit ternak kuda dalam tahun 1991. Penyebaran bibit ternak lainnya juga mengalami peningkatan. Bibit ternak sapi, kerbau dan kambing/domba, masing-masing meningkat 26,8 %, 1,3 % dan 31,7% bila dibanding dengan penyebaran bibit ternak dalam tahun sebelumnya (Tabel VI-10). Bibit ternak disebarkan kepada petani melalui sistem gaduhan. Dalam sistem ini para petani diwajibkan membayar kembali dengan anak ternak gaduhan. Bibit ternak yang diperoleh petani mendorong mereka untuk memanfaatkan jam kerja luangnya dan hijauan makanan ternak yang ada di sekitar usaha taninya.

Selama empat tahun Repelita V produksi daging, telur dan susu mengalami peningkatan yang berarti, yaitu masing-masing meningkat sebesar 7,9 %, 6,8 % dan 7,1 % per tahun (Tabel VI- 11).

VI/24

Page 26: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 1 0

1)PERKEMBANGAN PENYEBARAN BIBTT TERNAK,

1988 – 1992(ekor)

Akhir Repelita VNo. Jenis Ternak Repelita 2) 3)

(1988) 1989 1990 1991 1992

1. S a p i 42.005 58.966 25.370 21.118

26.7732. Kerbau 4.240 5.267 11.683 8.252 8.356

3. Kambing/domba 3.801 5.470 4.376 15.081

19.8684. Babi 760 127 330 34

5. K u d a 1.600 5.025 2.156 755 1.604

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

VI/25

Page 27: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 111)

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU,1988 – 1992(ribu ton)

Akhir Repelita VNo. Jenis

ProduksiRepelita

IV2) 3)

(1988) 198 199 199 1992

1. Daging 937 971 1.028

1.099

1.232

2. Telur 443 456 484 510 5754)

3. Susu 265 338 346 360 352

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki3) Angka sementara 4) Dalam juta

Page 28: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

liter

VI/26

Page 29: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Khususnya dalam tahun 1992 produksi daging dan telur masing-masing meningkat sebesar 12,1 % dan 12, 8 % bila dibanding dengan produksi tahun sebelumnya. Tetapi tingkat produksi susu lebih rendah dari tingkat produksi tahun 1991, yaitu menurun sebesar 2,2%. Keadaan ini disebabkan turunnya populasi sapi perah dan pendeknya waktu laktasi, sebagai akibat serangan penyakit anthrax.

Dengan meningkatnya produksi hasil-hasil peternakan, penye-diaan hasil-hasil ternak untuk konsumsi dalam negeri juga mengalami peningkatan. Keadaan ini mempunyai pengaruh terhadap usaha peningkatan kualitas gizi masyarakat dan produktivitas kerja. Konsumsi daging meningkat dari 5,40 kg per kapita per tahun pada tahun 1988, menjadi 6,69 kg per kapita pertahun pada tahun 1992, atau rata-rata meningkat sekitar 5,6 % per tahun. Konsumsi telur dan susu pada tahun 1988 masing-masing baru mencapai 2,10 kg dan 3,70 kg per kapita per tahun. Pada tahun 199.2 konsumsi telur dan susu masing-masing meningkat menjadi 2,67 kg dan 4,89 kg per kapita per tahun, atau masing-masing meningkat sebesar 6,3 % dan 8 % per tahun.

Selama empat tahun Repelita V -dengan makin meningkatnya permintaan dalam negeri akan kulit ternak, ekspor kulit kambing dan sapi mengalami penurunan, kecuali ekspor kulit kerbau dan domba. Dalam tahun 1992 ekspor kulit domba •dan kambing masing-masing menunjukkan penurunan sebesar 26% dan 41,1 % bila dibanding dengan ekspor tahun • sebelumnya. Selanjutnya dalam tahun yang sama ekspor kulit sapi dan kerbau masing-masing menunjukkan peningkatan sebesar 2,3% dan 295,2%. Dalam tahun 1992 ekspor tulang dan tanduk mengalami penurunan sebagai akibat makin meningkatnya permintaan di dalam negeri terhadap kedua komoditi tersebut (Tabel VI-12).

D. PERIKANAN

Sejak awal Repelita V usaha-usaha untuk meningkatkan

VI/27.

Page 30: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI – 12PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL TERNAK

1988 – 1992(ton)

Akhir Repelita VNo. Jenis Hasil Ternak Repelita IV 2) 3)

(1988) 1989 1990 1991 1992

1. Kulit: 3.170,6 2.300,2 2.821,7 1.572,7 1.457,4

- Sapi 1.840,9 1.624,3 1.537,6 1.056,1 1.080,3

- Kerbau 12,0 7,5 0,4 6,3 24,9

- Kambing 893,8 340,2 239,0 168,9 99,5

- Domba 423,9 328,2 1.044,7 341,4 252,7

2. Tulang dan tanduk 2.672,0 5.277,0 4.990,9 4.124,9 2.506,9

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

VI/28

Page 31: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

produksi perikanan ditekankan terutama pada usaha perikanan rakyat, di samping tetap mendorong investasi swasta di bidang perikanan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani/nelayan.

Usaha peningkatan produksi perikanan rakyat dilaksanakan dengan jalan mengembangkan Unit-unit Pelayanan Pengembangan (UPP) di daerah pantai. Dalam hubungan ini kegiatan penyuluhan makin ditingkatkan dan dikaitkan dengan usaha-usaha peningkatan penyediaan teknologi budi daya dan penangkapan benur berkualitas tinggi. Usaha-usaha tersebut di atas didukung juga dengan pengembangan prasarana tambak, koperasi dan investasi swasta di bidang pengolahan hasil-hasil perikanan. Selanjutnya usaha perikanan rakyat di perairan umum seperti waduk, danau dan kolam, makin dikembangkan melalui kegiatan restocking dan reservat.

Sesuai dengan kebijaksanaan 6 Mei 1986, investasi swasta di bidang budi daya tambak dan pengolahan ditingkatkan dan dikaitkan dengan usaha pengembangan tambak rakyat melalui pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Perusahaan inti baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta bertugas membina tambak rakyat, terutama dalam proses alih teknologi, pemasaran dan sistem pengelolaan tambak. Peningkatan investasi swasta dikaitkan pula dengan usaha memanfaatkan potensi sumber daya laut.

Untuk menjaga kelestarian sumber daya perikanan dan melindungi nelayan tradisional, maka ditetapkan Keppres No. 39 Tahun 1980, yang melarang penggunaan kapal trawl di perairan laut pantai utara pulau Jawa, Bali dan pantai timur pulau Sumatera. Selan-jutnya untuk mengurangi tekanan terhadap daya dukung lestari sumber daya laut di daerah-daerah padat tangkap seperti pantai utara laut Jawa, selat Malaka, selat Bali dan pantai barat selat Sulawesi, kegiatan para nelayan diarahkan pada pengembangan budi daya tambak dan budi daya laut.

VI/29

Page 32: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 131)

PERKEMBANGAN JUMLAH TENAGAINSEMINATOR DAN VAKSINATOR,

1988 – 1992(orang)

Akhir Repelita VNo. Jenis Tenaga Repelita

IV2) 3)

(1988) 198 1990 1991 1992

1. Kader peternak 4.966 6.900 6.900 9.927 11.439

2. Inseminator 2.695 2.717 2.890 3.860 4.232

3. Laboratori/diagnostik

534 669 805 907 957

4. Vaksinator 5.652 6.568 7.485 7.987 8.087

1) Angka tahunan 2) Angka

diperbaiki 3) Angka

sementara

Page 33: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

VI/30

Page 34: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Pemanfaatan sumber daya perikanan di daerah perairan Zona Ekonomi- Eksklusif Indonesia (ZEEI) dilaksanakan melalui pengem-bangan usaha swasta patungan, sehingga terjadi proses alih teknologi dan makin meningkatnya nilai tambah hasil-hasil perikanan. Untuk menunjang usaha pemanfaatan sumber daya ZEEI, rehabilitasi dan pembangunan pelabuhan perikanan samudera makin dikembangkan, di samping usaha-usaha pengembangan sumber daya manusia dan investasi swasta di bidang pengolahan.

Beberapa hasil dari kebijaksanaan tersebut di atas dapat digam-barkan sebagai berikut. Selama empat tahun Repelita V produksi per-ikanan laut meningkat 5,2% per tahun. Dalam tahun 1992 produksi perikanan laut mengalami peningkatan 6% bila dibanding dengan produksi tahun sebelumnya, yaitu meningkat dari 2.505 ribu ton pada tahun 1991, menjadi 2.655 ribu ton pada tahun 1992 (Tabel VI-15). Tingkat kenaikan yang cukup tinggi ini merupakan hasil dari pengembangan investasi swasta dan meningkatnya jumlah perahu/kapal motor nelayan. Selama empat tahun Repelita V jumlah perahu/kapal motor yang telah dimiliki para nelayan meningkat sebesar 2,5% per tahun.

Dalam tahun 1992 jumlah perahu/kapal motor tersebut juga menunjukkan peningkatan sebesar 2,5 % bila dibanding dengan jumlah perahu/kapal motor dalam tahun sebelumnya, yaitu meningkat dari 122.609 buah pada tahun 1.991 menjadi 125.647 buah pada tahun 1992 (Tabel VI-14). Jumlah perahu tanpa motor selama empat tahun Repelita V hanya meningkat 1 % per tahun. Dalam tahun 1992 jumlah perahu tanpa motor bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya juga meningkat hanya 1 %, yaitu meningkat dari 226.610 buah pada tahun 1991 menjadi 228.838 buah pada tahun 1992. Peningkatan jumlah perahu tanpa motor yang relatif lebih kecil dari peningkatan jumlah perahu/kapal motor menggambarkan bahwa para nelayan lebih cenderung beralih menggunakan perahu/kapal motor. Nelayan yang menggunakan kapal motor dapat melakukan penangkapan ikan di perairan yang lebih jauh, sehingga produktivitas dan pendapatan dapat lebih meningkat.

VI/31

Page 35: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 141)

PERKEMBANGAN JUMLAH PERAHU/KAPAL PERIKANAN LAUT,1988 – 1992

(buah)

Akhir Repelita VNo. Jenis Perahu/Kapal Repelita IV 2) 3)

(1988) 1989 1990 1991 1992

1. Perahu/kapal motor

114.064 116.349 119.686 122.609 125.647

2. Perahu tanpa motor

220.138 218.023 225.359 226.610 228.838

Jumlah 334.202 334.372 345.045 349.219 354.485

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

Page 36: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

VI/32

Page 37: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Selama empat tahun Repelita V produksi perikanan darat juga menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, yaitu sebesar 4,4% per tahun. Dalam tahun 1992 produksi perikanan darat menunjukkan peningkatan sebesar 4,6% bila dibanding dengan produksi tahun sebelumnya (Tabel VI-15). Kenaikan produksi perikanan yang cukup tinggi ini terutama merupakan hasil dari budi daya perikanan tambak, kolam dan perairan umum, yaitu masing-masing meningkat sebesar 8%, 7,2% dan 1,7% bila dibanding dengan produksi tahun 1991. Berkembangnya produksi perikanan tersebut menggambarkan keberhasilan usaha-usaha yang ditempuh dalam tahun 1992, yang didukung oleh usaha-usaha peningkatan dan pengembangan prasarana irigasi dan jalan, kelembagaan petani, teknologi budi daya, balai benih ikan dan balai benih udang.

Hasil-hasil peningkatan produksi perikanan secara keseluruhan telah meningkatkan penyediaan protein hewani, kesempatan kerja, pendapatan para nelayan, perolehan devisa dan mendukung pengembangan wilayah. Penyediaan protein hewani yang makin meningkat mempunyai dampak terhadap perbaikan kualitas gizi masyarakat dan produktivitas kerja. Konsumsi hasil-hasil perikanan selama empat tahun Repelita V meningkat-dari 15,35 kg per kapita per tahun pada tahun 1988, menjadi 16,63 kg per kapita per tahun pada tahun 1992, atau mengalami peningkatan 2% per tahun sejak tahun 1988.

Selama empat tahun Repelita V ekspor hasil-hasil perikanan mengalami peningkatan yang sangat berarti, yaitu meningkat sebesar 24,2% per tahun. Dalam tahun 1992 ekspor hasil-hasil perikanan menunjukkan peningkatan sebesar 2,8 % dibanding ekspor tahun sebe-lumnya. Laju peningkatan ekspor yang tertinggi terjadi pada ikan segar, yaitu meningkat sebesar 17.1,5 % . Ekspor udang segar/awetan, katak dan ikan hias meningkat di atas 4,9 % . Sedangkan ekspor ubur-ubur menunjukkan penurunan sebesar 38-% , karena meningkatnya permintaan di dalam negeri (Tabel VI-16).

VI/33

Page 38: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 151)

,PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN,1988 – 1992(ribu ton)

Akhir Repelita VNo. Jenis Hasil Repelita IV 2) 3)

(1988) 1989 1990 1991 1992

L Ikan laut 2.170 2.272

2.370 2.505

2.655

2. Ikan darat 711 765 793 807 844

3. Usaha Budidaya

426 451 496 510 542

Tambak 233 258 287 293 316

Kolam 104 113 121 127 136

Sawah A 80 88 90 90

4. Perairan Umum 285 314 297 297 302

Jumlah 2.881 3.037

3.163 3.312

3.499

1) Angka2) Angka

tahunandiperbaikisementara

VI/34

Page 39: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 16

1)PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL PERIIKANAN,

1988 - 1992(ton)

No. Jenis KomoditiAkhir

Repelita IV

Repelita V2) 3)

(1988) 1989 1990 1991 1992

1. Udang segar/awetan 56.552 77.190 94.037 95.627 100.456

2. Ikan segar 65.899 81.689 107.851 83.985 228.060

3. Katak 5.091 4.570 3.916 5.082 5.630

4. Ikan hias 955 1.624 1.827 2.322 2.509

5. Ubur-ubur 7.220 5.668 2.222 4.210 2.610

6. Lainnya 45.501 57.849 110.388 217.817 81.232

Jumlah 181.218 228.590 320.241 409.043 420.497

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

Page 40: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

VI/35

Page 41: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

E. PERKEBUNAN

Dalam Repelita V usaha peningkatan produksi perkebunan lebih ditekankan pada peningkatan produktivitas perkebunan rakyat. Hal ini mengingat sebagian besar produksi perkebunan berasal dari perkebunan rakyat dan pendapatan petani masih rendah. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat. berpenghasilan rendah, perluasan tanaman perkebunan dititikberatkan pada wilayah-wilayah yang masih terisolir dan terbelakang. Produksi perkebunan rakyat di wilayah-wilayah tersebut ditingkatkan melalui pengem-bangan Unit-unit Pelayanan Pengembangan (UPP), yang dikaitkan dengan usaha peremajaan dan rehabilitasi, pengembangan koperasi dan penyediaan fasilitas pengolahan.

Pengembangan usaha perkebunan rakyat dikaitkan pula dengan kegiatan merehabilitasi lahan kritis, pengendalian erosi dan pemanfaatan lahan-lahan terlantar. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja, dan pendapatan para petani, sehingga dapat mengurangi penebangan hutan-hutan secara liar dan petani peladang berpindah-pindah. Pelaksanaannya diprioritaskan pada daerah-daerah aliran sungai, daerah sekitar waduk dan danau serta daerah rawa.

Dalam rangka mengurangi tingkat dan laju penceinaran ling-kungan, usaha-usaha pengawasan,terhadap unit-unit pengolahan hasil dan usaha pengembangan pengolahan limbah makin ditingkatkan. Dalam hubungan ini kegiatan pemantauan polusi merupakan kegiatan, yang sangat penting. Selanjutnya untuk mengurangi dampak negatif penggunaan bahan-bahan kimia terhadap lingkungan maka diterapkan pengendalian hama terpadu, yang menekankan perlindungan tanaman secara biologis.

Selama empat tahun Repelita V sebagai hasil dari kebijaksanaan tersebut di atas, luas areal tanaman tahunan dari perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara, masing-masing

VI/36

Page 42: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

meningkat 2,6 % dan hampir 3 % per tahun (Tabel VI-18 dan Tabel VI-19). Dalam tahun 1992 luas areal tanaman tahunan untuk perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara, juga menunjukkan kenaikan bila dibanding dengan luas areal dalam tahun 1991, yaitu masing-masing meningkat dari 9.391.801 ha dan 828.401 ha pada tahun 1991 menjadi 9.680.951 ha dan 920.347 ha pada tahun 1992, atau masing-masing meningkat sebesar 3,1 % dan 11,1 % . Laju pertumbuhan luas areal tersebut dalam tahun 1992 berada di atas rata-rata peningkatan selama empat tahun Repelita V. Luas areal tanaman tahunan, yang sangat meningkat ini mempunyai dampak positif terhadap usaha pembangunan daerah dan pengentasan kemiskinan di lahan kering dan rawa, di samping meningkatkan lapangan kerja, ekspor dan devisa negara.

Luas areal tanaman semusim untuk perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara selama empat tahun Repelita V, masing-masing meningkat 4,3% dan 5,9% per tahun. Dalam tahun 1992 luas areal tanaman semusim untuk perkebunan rakyat menurun dari 562.720 ha menjadi 553.927 ha, pada tahun 1991, atau turun sebesar 1,6%. Luas areal tanaman semusim yang mengalami penurunan terutama terjadi pada tanarnan tembakau, karena petani mengalihkan usahanya ke tanaman semusim lainnya. Luas areal tanaman semusim untuk perkebunan negara meningkat dari 80.163 ha pada tahun 1991, menjadi 107.193 ha pada tahun 1992, atau meningkat sebesar 33,7% (Tabel VI-18 dan Tabel VI-19).

Peningkatan produksi tebu rakyat terutama ditekankan pada usaha intensifikasi. Selama empat tahun Repelita V areal intensifikasi tebu rakyat telah meningkat 3,9% per tahun. Dalam tahun 1992 luas areal intensifikasi tebu rakyat meningkat sebesar 5,9 % bila dibanding dengan luas areal pada tahun 1991 (Tabel VI-17). Peningkatan luas areal pada tahun 1992 ini lebih besar dari rata-rata peningkatan selama empat tahun Repelita V. Hal ini disebabkari makin meningkatnya luas areal tebu rakyat di propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung dan Kalimantan Selatan, yaitu meningkat di atas 7,5 %.

VI/37

Page 43: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI – 171)

PERKEMBANGAN AREAL TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI,1988 – 1992

(Hektar)

Akhir Repelita VNo. Lokasi Repelita IV 2) 3)

(1988) 1989 1990 1991 1992

4)1. Jawa Barat 13.850 13.857 13.296 13.665 14.705

4)

2. Jawa Tengah 63:080 68.660 68.664 68.358 63.6214)

3. D.I. Yogyakarta 5.550 6.387 6.410 6.621 6.7444)

4. Jawa Timur 128.448 131.021 132.128 136.660 152.3885)

5. Sumatera Utara 571 584 482 625 4656)

6. Lampung 2.939 3.884 3.894 4.569 5,1537)

7. Kalimantan Selatan 199 5.656 5.665 5.296 6.2528)

8. Sumatera Selatan 5 240 7008)

9. Sulawesi Selatan 82 0 6

Jumlah 214.637 230.049 230.626 236.034 250.034

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara 4) Mulai tahun 1975 5) Mulai tahun 1985 6) Mulai tahun 1986 7) Mulai tahun 1988 8) Mulai tahun 1990

VI/38

Page 44: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 181)

PERKEMBANGAN LUAS AREAL PERKEBUNAN RAKYAT,1988 - 1992

(Ha)

1) Angka kumulatif 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

VI/39

Page 45: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 191)

PERKEMBANGAN LUAS AREAL PERKEBUNAN NEGARA,1988 - 1992

(ha)

Akhir Repelita VNo. Komoditi Repelit 2) 3)

(1988) 1989 1990 1991 1992A. TANAMAN TAHUNAN 823.244 793.345 804.024 823.4 920.34

1. Karet 256.400 266.985 267.205 267.739

268.0072. Kelapa 15.807 23.927 25.032 25.03

635.113

3. Kelapa sawit 385.464 366.028 372.246 395.1 472.804. Kopi 57.284 21.800 25.834 25.83

425.886

5. Teh 47.567 49.543 49.495 49.544

50.9416. Cengkeh 4.739 4.742 3.968 3.311 3.3197. Kakao 53.137 57.600 57.600 59.11

061.355

8. Kapok 2.202 2.011 2.100 2.100 2.1009. Pala 548 620 510 510 78610. Cassiavera 87 89 25 25 2511. Panili 9 9 9 9

B. TANAMAN SEMUSIM 89.608 83.868 75.834 80.16 107.191. Tebu 83.320 77.378 71.252 75.58

1102.61

12. Tembakau 5.952 6.177 4.582 4.582 4.5823. Kapas 4) 336 313

Jumlah 912.852 877.213 879.858 909.564

1.027.540

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaik 3) Angka

VI/40

Page 46: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

sementara4) Mulai tahun 1990 tidak ada

Page 47: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Dengan meningkatnya luas areal perkebunan rakyat dan produktivitasnya, selama empat tahun Repelita V produksi perkebunan rakyat mengalami peningkatan yang sangat berarti, kecuali kapas (Tabel VI-20). Peningkatan produksi yang cukup tinggi terjadi dalam produksi teh, cengkeh, lada, tembakau dan kakao, yang masing-masing meningkat di atas 6% per tahun sejak tahun 1988. Begitu pula dalam tahun 1992 produksi perkebunan rakyat juga meningkat bila dibanding dengan produksi tahun 1991, kecuali tembakau dan cengkeh. Pergeseran areal tembakau ke areal kapas dan areal cengkeh ke areal jambu mete dan karet merupakan penyebab utama turunnya produksi tembakau dan cengkeh rakyat. Produksi perkebunan rakyat yang menunjukkan peningkatan cukup tinggi pada tahun itu adalah produksi kopi, kapas dan kakao, yaitu masing-masing meningkat 7,7%, 7,3% dan 7%. Bahkan produksi kapas yang menunjukkan kecenderungan penurunan selama empat tahun Repelita V, pada tahun 1992 menunjukkan peningkatan kembali yang cukup besar. Selanjutnya pada tahun yang sama produksi karet, kelapa/kopra, teh, lada dan gula/tebu hanya meningkat di atas 0,5%.

Selama empat tahun Repelita V, produksi perkebunan besar swasta juga mengalami peningkatan yang menggembirakan. Peningkatan produksi yang tinggi dicapai oleh produksi minyak sawit, inti sawit dan gula tebu, yaitu masing-masing meningkat sebesar 25,8%, 26,4% dan hampir 29% per tahun sejak tahun 1988. Produksi kopi, teh dan kakao menunjukkan peningkatan di atas 7,8% per tahun. Dalam tahun 1992 produksi perkebunan besar swasta tetap memunjukkan kecenderungan meningkat bila dibanding dengan produksi tahun 1991. Peningkatan produksi yang tinggi dicapai oleh produksi karet,

Page 48: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

minyak sawit dan inti sawit, yaitu masing-masing meningkat sebesar 11,6%, 21,8% dan 17,1%. Sedangkan produksi kelapa/kopra, kopi dan teh menunjukkan peningkatan di atas 4% bila dibanding dengan produksi tahun sebelumnya (Tabel VI-21).

Selanjutnya sejalan dengan peningkatan luas areal dan produktivitas, selama empat tahun Repelita V produksi perkebunan besar

VI/41

Page 49: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 201)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT,1988 - 1992(ribu ton)

No. Jenis KomoditiAkhir

Repelita IV(1988)

Repelita V

1989 19902)

19913)

1992

1. Karet 839,0 853,0 9.13,0 919,0 925,4

2. Kelepa/kopra 2.117,0 2.193,0 2.313,0 2.317,0 2.350,2

3. K o p i 362,0 377,0 384,0 390,0 420,2

4. T e h 26,0 25,0 31,0 32,0 32,6

5. Cengkeh 59,0 53,0 64,0 82,0 72,9

6. Lada' 56,0 68,0 70,0 69,0 69,8

7. Tembakau 113,0 77,0 152,0 157,0 137,0

8 . Gula//tebu 1.499,0 1.621,0 1.609,0 1.610,0 1.619,34)

9. Kapas 39.731,0 38.374,0 32.857,0 13.443,0 14.421,0

10. Kakao 39,8 68,3 97,4 118,4 126,7

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki 3) Aagka sementara 4) Dalam ton

VI/42

Page 50: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 211)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA,1988 - 1992(ribu ton)

No. Jenis KomoditiAkhir

Repelita IV(1988)

Repelita V

1989

19902)

19913)

1992

1. Karet 143,0 141,0

145,0

146,0 162,9

2. Minyak sawit 435,0 597,0

789,0

884,0 1.076,9

3. lnti sawit 87,0 119,0

179,0

181,0 212,0

4. Kalapa/kopra 22,0 15,0 19,0 20,0 20,9

5. Kopi 10,0 11,0 13,0 13,0 13,7

6. T e h 23,0 26,0 29,0 30,0 32,0

7. Cengkch 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0

8. Gula tebu 103,0 181,0

204,0

257,0 261,0

9. Kakao 15,5 15,3 17,9 20,2 20,8

1) Angka tahunan2) Angkn diperbaiki3) Angka sementara

VI/43

Page 51: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

negara menunjukkan peningkatan yang cukup pesat, terutama produksi minyak sawit, inti sawit dan gula tebu, yaitu masing-masing meningkat sebesar 12 % , 12, 3 % dan 11 % per tahun. Produksi kopi, tembakau dan kakao meningkat di atas 6% per tahun (Tabel VI-22). Dalam tahun 1992 produksi perkebunan besar negara yang menunjukkan peningkatan di atas 9 % bila dibanding dengan produksi tahun sebelumnya dicapai oleh produksi minyak sawit, inti sawit, kopi dan gula tebu. Bahkan peningkatan produksi keempat komoditi tersebut berada di atas rata-rata peningkatan produksi selama empat tahun Repelita V. Produksi karet dan teh pada tahun itu masing-masing hanya meningkat 0,5% dan 1,4%. Sedangkan produksi tembakau tidak mengalami peningkatan sama sekali, yang disebabkan oleh adanya pergeseran areal tembakau menjadi areal tebu di areal perkebunan negara.

Dengan meningkatnya produksi perkebunan rakyat, swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), total produksi hasil-hasil perkebunan terpenting juga meningkat, kecuali kapas. Sejak tahun 1988 sampai dengan tahun 1992 total produksi kelapa sawit/minyak, inti sawit, tembakau dan kakao menunjukkan peningkatan yang sangat tinggi, yaitu meningkat di atas 13 % per tahun. Produksi teh, cengkeh, lada dan gula/tebu menunjukkan peningkatan di atas 4,4% per tahun (Tabel VI-1). Dalam tahun 1992 produksi hasil-hasil perkebunan terpenting tetap menunjukkan peningkatan, kecuali tembakau dan cengkeh. Menurunnya produksi tembakau dan cengkeh umumnya disebabkan terjadinya pengalihan usaha tanaman tembakau dan cengkeh ke tanaman lainnya seperti kapas dan jambu mete. Dalam tahun yang sama produksi kelapa sawit/minyak, inti sawit, kopi dan kapas masing-masing meningkat sekitar 20,5 %, .16,7 %, 7,8% dan 7,3%. Tetapi produksi teh, kakao dan gula tebu masing-masing hanya meningkat di atas 2,4% bila dibanding dengan produksi tahun sebelumnya. Meningkatnya produksi hasil-hasil perkebunan tersebut mempunyai dampak positif terhadap peningkatan pendapatan para petani, kesempatan kerja baru dan usaha-usaha swasta dalam pengolahan hasil.

Vi/44

Page 52: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 221)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR NEGARA,1988 - 1992(ribu ton)

Akhir Repelita V

No. Jenis Komoditi Repelita IV 2) 3)(1988) 1989 1990 1991 1992

1. Karet 194,0 215,0 217,0 219,0 220,2

2. Minyak sawit I.365,0 1.368,0 1.624,0 1.774,0 2.127,0

3. Inti sawit 273,0 274,0 325,0 370,0 431,0

5. Kopi 14,0 13,0 16,0 16,0 17,6

6. T e h 88,0 90,0 95,0 97,0 98,4

7. Tembakau 3,0 4,0 4,0 4,0 4,0

8. Gula tebu 316,0 306,0 306,0 386,0 467,2

9. Kakao 24,1 27,0 27,0 30,6 31,4

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/45

Page 53: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Di samping manfaat tersebut di atas, sumbangan peningkatan produksi perkebunan adalah meningkatnya devisa negara melalui ekspor. Selama empat tahun Repelita V ekspor minyak sawit, lada dan kakao menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi, yaitu meningkat di atas 8,8% per tahun. Ekspor karet, teh dan tembakau hanya meningkat di atas 1 % per tahun (Tabel VI-23).

Dalam tahun 1992 ekspor hasil-hasil perkebunan juga menun-jukkan peningkatan bila dibanding dengan ekspor tahun 1991. Peningkatan ekspor yang tinggi dicapai oleh ekspor teh, lada, tembakau dan kakao, yaitu masing-masing meningkat sebesar 10,1 % , 23,5%, 26,8% dan 21,2%. Selanjutnya ekspor karet dan minyak sawit mengalami laju peningkatan yang sama, yaitu sebesar 3,9%. Ekspor kopi pada tahun itu menurun sebesar 31,9 % , karena menurunnya harga kopi di pasar internasional.

F. KEHUTANAN

Dalam Repelita V peningkatan produksi kehutanan terutama ditekankan untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan meningkatkan ekspor hasil-hasil hutan serta kayu olahan. Usaha peningkatan produksi hutan dikaitkan dengan usaha menjaga kelestarian hutan dan fungsi hutan, sehingga fungsi ekosistem yang seimbang dapat dipertahankan. Dalam hubungan ini pelaksanaan pajak ekspor hasil-hasil hutan merupakan kebijaksanaan terpenting, yang didukung oleh penganekaragaman hasil hutan, penyempurnaan tata guna hutan, pembatasan produksi kayu bulat dari hutan alam dan peningkatan efisiensi pengolahan hasil hutan dan kayu.

Selanjutnya Hak Pengusahaan Hutan (HPH) bina desa juga terus dikembangkan untuk menciptakan hubungan yang serasi antara pengusaha hutan dan masyarakat. Program ini merupakan upaya pena-taan, pembinaan dan pengembangan desa melalui kegiatan pemukiman kembali dan penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat

VI/46

Page 54: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 231)

PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN,1988 - 1992(ribu ton)

Akhir Repelita V

No. Jenis Komoditi Repelita IV

2) 3)(1988) 1989 1990 1991 1992

1. Karet 1.230,3 1.151,8

1.077,3

1.220,0

1.268,1

2. Minyak sawit 834,0 917,2 973,6 1.167,7

1.212,8

3. K o p i 307,0 357,4 421,8 380,6 259,3

4. T e h 108,0 114,7 110,9 110,2 121,3

5. L a d a 45,0 42,8 48,4 50,3 62,1

6. Tembakau 30,2 17,4 17,4 22,4 28,4

7. Kakao 61,3 75,9 119,7 145,2 176,0

1) Angka tahunan 2) Angka

diperbaiki 3) Angka

sementara

Page 55: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

VI/47

Page 56: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

di sekitar areal HPH. Peningkatan kegiatan HPH bina desa merupakan usaha untuk meningkatkan upaya pelestarian hutan alam, peran serta dan manfaat bagi masyarakat sekitarnya serta mendukung pembangunan daerah.

Sebagai hasil dari kebijaksanaan tersebut di atas, selama empat tahun Repelita V produksi kayu bulat secara keseluruhan menurun sebesar 2,7% per tahun. Hanya produksi kayu bulat jati yang meningkat yaitu sebesar 1,4% per tahun. Tetapi dalam tahun 1992/93 produksi kayu bulat meningkat menjadi 25.213 ribu m3 dari 23.892 ribu m3 pada tahun 1991/92 atau meningkat sebesar 5,5 % (Tabel VI-24). Hal ini disebabkan oleh meningkatnya produksi kayu bulat rimba. Dalam tahun 1992/93 produksi kayu bulat rimba menunjukkan kenaikan sebesar 5,8% bila dibanding dengan produksi tahun sebelumnya, yaitu dari 23.114 ribu m3 dalam tahun 1991 menjadi 24.448 ribu m3 dalam tahun 1992. Sebaliknya produksi kayu bulat jati dalam tahun itu menunjukkan penurunan sebesar 1,7%, yaitu turun dari 778 ribu m3 dalam tahun 1991/92 menjadi 765 ribu m3 dalam tahun 1992/93.

Selama empat tahun Repelita V secara keseluruhan produksi kayu olahan meningkat sebesar 6,4 % per tahun. Dalam tahun 1992/93 produksi kayu olahan juga menunjukkan peningkatan bila dibanding produksi tahun 1991/92, yaitu meningkat dari 12.560 ribu m3 dalam tahun 1991/92, menjadi 13.448 ribu m3 dalam tahun 1992/93, atau meningkat sebesar 7,1 % (Tabel VI-25). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya produksi kayu gergajian, yaitu meningkat dari 3.006 ribu m3 dalam tahun 1991/92 menjadi 3.998 ribu m3 dalam tahun 1992/93, atau meningkat 33 %.

Ekspor kayu gergajian selama empat tahun terakhir ini menurun sebesar 14,1 % per tahun. Dalam tahun 1992/93 ekspor kayu tersebut menurun menjadi 625,3 ribu m3, atau menurun sebesar 33,4% dibanding dengan ekspor tahun sebelumnya (Tabel VI-26). Keadaan ini disebabkan oleh adanya kenaikan pajak ekspor kayu gergajian.

VI/48

Page 57: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 241)

PRODUKSI KAYU BULAT RIMBA DAN JATI,1988/89 -

1992/93

Akhir Repelita VRepelita IV 2) 3)

Uraian Satuan (1988189) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93

Produksi4)

a. Kayu Bulat ribu m3 s.b 27.760 23.684

24.532 23.114 24.448Rimba

4)b. Kayu Bulat ribu m3 s.b 725 725 780 778 765

Jati

4)Jumlah ribu m3 s.b 28.485 24.4

0925.312 23.892 25.213

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki

3) Angka sementara

4) s.b. = setara dengan kayu bulat

Page 58: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

VI/49

Page 59: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 251)

PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU OLAHAN ,1988/89 - 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara4) Tidak termasuk hasil industri kecil

VI/50

Page 60: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 261)

REALISASI EKSPOR HASIL HUTAN BERUPA KAYU,1988/89 - 1992/93

Akhir Repelva VRepelita 1V 2) 3)

No. Uraian (1988189) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93Volume(000 m3)

Nilai(000 US$)

Volume(000 m3)

Nilai(000 US$)

Volume(000 m3)

Nilai(000 USS)

Volume(000 m3)

Nilai(000 US$)

Volume(000 m3)

Nilai(000 US$)

A. Kayu Rimba

1. Kayu Gergajian 3.195 695.958 3.489 999.200 626 291.351 939 432.550 625 288.365

2. Kayu Lapis 7.266 2.367.756 8.044 2.706.539 8.505 3.021.074 9.003 3.193.260 6.143 2.223.040

3. Vencer 27 7.845 13 4.215 - - - - - -

4. Kayu Olahan 797 228.168 611 279.867 926 418.527 378 170.846

B. Kayu Jati Olahan: 43 30.091 46 29.397 6 4.067 - - - -

Jumlah 10.531 3.101.650 12.389 3.967.519 9.748 3.596.359 10.867 4.044.337 7.146 2.682.251

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

VI/51

Page 61: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Negara tujuan ekspor kayu gergajian antara lain adalah Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Australia, negara-negara Eropa, dan beberapa negara Asia lainnya (Tabel VI-27).

Selama empat tahun Repelita V industri kayu lapis terus berkembang, sehingga produksi kayu lapis meningkat sebesar 5,1% per tahun (Tabel VI-25). Tetapi dalam tahun 1992/93 produksi kayu lapis menunjukkan penurunan sebesar 1,4% bila dibanding produksi tahun sebelumnya, yaitu menurun dari 9.123 ribu m3 dalam tahun 1991/92 menjadi 9.000 m3 dalam tahun 1992/93. Keadaan ini semata-mata disebabkan kurangnya penyediaan bahan baku.

Sejak tahun 1988 sampai tahun 1992 volume ekspor kayu lapis menunjukkan penurunan sebesar 2,4% per tahun. Dalam tahun 1992/93 ekspor kayu lapis tersebut juga menunjukkan penurunan, yaitu menurun dari 9.003 ribu m3 pada tahun 1991/92, menjadi 6.143 ribu m3 pada tahun 1992/93 atau menurun sebesar 31,8% (Tabel VI-28). Menurunnya ekspor kayu lapis dalam tahun 1992/93 terutama disebabkan meningkatnya permintaan di dalam, negeri, di samping menurunnya produksi. Peningkatan permintaan tersebut merupakan dampak dari meningkatnya permintaan terhadap hasil-hasil industri kayu olahan, antara lain untuk pembangunan, perumahan dan perabot rumah tangga. Kayu lapis umumnya diekspor ke 14 negara, antara lain Jepang, Amerika Serikat, Jerman.

Selama empat tahun Repelita V realisasi ekspor hasil hutan bukan kayu menunjukkan penurunan sebesar 27,6% per tahun. Dalam tahun 1992/93 ekspor hasil hutan bukan kayu menurun lebih tajam, yaitu dari 59.994 ton pada tahun 1991/92 menjadi 39.996 ton pada tahun 1992/93, atau menurun sebesar 33,3 % (Tabel VI-29). Hal ini disebabkan meningkatnya kebutuhan dalam negeri akan hasil hutan bukan kayu, sehingga kemampuan ekspor makin berkurang.

Perkembangan industri hasil hutan yang berupa kayu gergajian, kayu lapis, blockboard, partikel board (papan partikel),

VI/52

Page 62: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 271)

EKSPOR KAYU GERGAJIAN KE BEBERAPA NEGARA TUJUAN,1988/89 - 1992/93

No. Negara Tujuan

AkhirRepelita IV(1988189)

Repelita V

2) 311989/90 1990/91 1991/92 1992/93

Volume(m3)

Nilai(ribu US$)

Volume(m3)

Nilai(ribu US$)

Volume(m3)

Nilai(ribu US$)

Volume(m3)

Nilai(ribu US$)

Volume(m3)

Nilai(ribu US$)

I. Jepang

2. Hongkong

339.118

210.192

158.162

340.435

995.016

570.510

43.868

249.847

236.493

44.260

7.474

58.445

33.931

28.286

62.747

156.024

120.448

9.463

74.749

141.794

8.727

1.242

1.131.961

36.347

218.179

107.629

451.399

485.612

24.394

77.946

911.360

33.345

10.842

282.507

8.517

51.316

23.956

102.927

119.793

8.080

31.393

359.296

8.725

2.690

215.247

10.038

60.257

29.725

46.692

50.231

2.639

8.432

98.588

56.870

47.371

104.215

4.221

25.43111.873

20.020

23.301

1.223

4.750

54.372

25.224

16.721

195.555

9.515

57.119

28.176

66.340

71.369

4.634

14.807

173.120 •

47.332

271.033

114.364

4.633

27.908

13.029

25.397

29.559

1.809

7.014

80.321

23.228

105.288

129.703

6.343

38.079

18.784

44.226

47.579

3.089

9.871

115.413

31.554

180.688

76.242

3.089

18.605

8.686

16.931

19.706

1.206

4.676

53.547

15.485

70.192

3. Korea Selatan4. Taiwan5.

6.

7.

8.

9.

Singapura

Negara-negara Asialainnya

Belanda

Italia

Negara-aegara 10. Amerika Serikat danKanada11. Australia

Jumlah 3.195.377

695.858 3.489.014

999.200 626.090 291.351 939.000 432.550 625.329 288.3651) Angka tahunan2) Angka diperbaild3) Angka sementara

VI/53

Page 63: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 281)

EKSPOR KAYU LAPIS KE BEBERAPA NEGARA TUJUAN,1988/89 - 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka diperbaild3) Angka sementara

VI/54

Page 64: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 291)

EKSPOR HASIL HUTAN BUKAN KAYU,1988/89 - 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka diperbaild3) Angka sementara

VI/55

Page 65: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

pulp (bubur kayu) dan beberapa komoditi lain sangat erat kaitannya dengan jumlah pabrik dan kapasitas yang telah dibangun. Sampai dengan tahun 1992/93 industri kehutanan yang dibangun telah mencapai 529 unit, yang mempunyai kapasitas terpasang sebesar 21,3 juta m3. Dalam tahun 1992/93 industri penggergajian dan blockboard masing-masing bertambah sebanyak 5 unit dan 10 unit. Kapasitas terpasang untuk industri penggergajian itu, adalah sebesar 7,9 juta m3. Kapasitas terpasang industri blockboard dalam tahun 1992/93 lebih rendah dari kapasitas terpasang dalam tahun 1991/92, yaitu sekitar 1,9 juta m3, atau menurun sebesar 3,5 % (Tabel VI-30). Menurunnya kapasitas industri blockboard disebabkan terjadinya pengalihan produksi dari core blockboard menjadi core plywood. Hal ini merupakan dampak dari kenaikan harga plywood pada tahun 1992/93.

Sejak dilaksanakan penataan HPH pada tahun 1967, sampai dengan tahun 1992/93 jumlah HPH telah mencapai 580 unit, yang mencakup luas areal sekitar 61,4 juta ha. Keseluruhan investasi pemegang HPH menggunakan modal nasional. Dalam tahun 1992/93 terjadi penambahan jumlah HPH, yaitu sebanyak 13 unit atau naik 2,3% bila dibanding dengan jumlah HPH tahun sebelumnya (Tabel VI-3 1).

Selanjutnya untuk meningkatkan produksi bahan baku industri kehutanan, pada tahun 1984/85 dimulai pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI). Kebijaksanaan ini dikaitkan pula dengan usaha merehabilitasi kawasan hutan yang rusak, sehingga kelestarian hutan dan keseimbangan lingkungan hidup dapat dipertahankan. Sampai dengan tahun 1992/93 HTI mencapai 782.871 ha, yang tersebar di 23 propinsi (Tabel VI-32). Perkembangan HTI yang sangat pesat ini merupakan usaha yang penting untuk penyediaan lapangan kerja baru bagi para peladang berpindah di daerah-daerah terpencil, serta mendorong transmigrasi dari daerah-daerah yang padat pendiiduk. Penyediaan lapangan kerja ini merupakan langkah yang sangat strategis untuk pengentasan kemiskinan dan mencegah kerusakan hutan.

VI/56

Page 66: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 30PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN

BAHAN BAKU DARI AREAL HPH,1988/89 - 1992/93

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VI/57

Page 67: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 311)

PERKEMBANGAN PENGUSAHAAN HUTAN,1988/89 - 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki 3) Angka aementara4) Mulai tahun 1991/92 tidak ada PMA.

VI/58

Page 68: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 32

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI,1988/89 - 1992/93

(ha)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1987/882) Angka diperbaiki 3) Angka aementara

VI/59

Page 69: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Untuk menunjang pembangunan kehutanan, keterampilan dan pengetahuan para petugas kehutanan makin ditingkatkan, melalui pendidikan formal dan pelatihan, yang diselenggarakan di Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) dan Balai Latihan Kehutanan (BLK). Pelatihan kehutanan ini meliputi bidang pengusahaan hutan, reboisasi dan rehabilitasi lahan, inventarisasi dan tata guna hutan, perlindungan hutan dan pelestarian alam serta administrasi pem-bangunan kehutanan. Selama empat tahun Repelita V SKMA dan BLK telah menghasilkan lulusan masing-masing sebanyak 841 orang dan 33.292 orang. Dalam tahun 1992/93 jumlah lulusan SKMA seba-nyak 238 orang dan BLK sebanyak 5.818 orang (Tabel VI-33).

G. PENGAIRAN

Pembangunan pengairan dalam Repelita V diarahkan untuk mendukung pembangunan pertanian terutama dalam upaya memantapkan swasembada beras, memenuhi kebutuhan air baku untuk keperluan pemukiman dan industri, mengamankan daerah produksi dan pemukiman dari bahaya banjir serta mengamankan wilayah pantai produktif dari bahaya pengikisan. Selain itu pembangunan pengairan juga diarahkan untuk membuka wilayah-wilayah pengembangan dan daerah-daerah terisolir. Ke-giatan-kegiatan utama pembangunan pengairan dalam Repelita V dituangkan dalam Program Perbaikan dan Pemeliharaan Jaringan Pengairan, Program Pembangunan Jaringan Irigasi, Program Pengembangan Daerah Rawa.

Salah satu prioritas kegiatan pembangunan pengairan dalam Repelita V adalah meningkatkan mutu Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi yang. sudah dibangun, yang selain ditujukan untuk melestarikan fungsi jaringan pengairan juga untuk meningkatkan efisiensi sistem pengelolaan air irigasi. Agar dapat mencapai sasaran kegiatan tersebut, juga dilaksanakan upaya-upaya untuk memperkuat kemampuan kelembagaan pelaksana di tingkat lapangan dan

VI/60

Page 70: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 331)

HASIL PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEHUTANAN,1988/89 – 1992/93

(orang)

Daerah Tingkat I/ Akhir Repelita V

No. Propinsi Repelita IV 2) 3)(1988/89) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93

1. Pendidikan Kehutanan 98 103 180 222 238

2.

(SKMA)

Latihan Kehutanan 3.944 7.195 7.608 8.727 5.818

Jumlah 4.042 7.298 7.788 8.949 6.056

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

VI/61

Page 71: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

kelembagaan petani pemakai air melalui penyuluhan, pendidikan dan latihan. Mengingat pentingnya peranan petani, maka dalam empat tahun pertama Repelita V telah dilakukan upaya meningkatkan peran serta petani dalam Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi melalui kegiatan Iuran Pelayanan Irigasi (IPI) dan penyerahan daerah irigasi dengan areal pelayanan di bawah 500 ha kepada lembaga Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).

Kegiatan lain yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan efisiensi operasi adalah perbaikan jaringan irigasi yang mengalami kerusakan. Di samping itu dilaksanakan pula kegiatan pembangunan jaringan irigasi baru yang ditujukan selain untuk mendukung perluasan areal sawah dalam upaya mempertahankan swasembada beras, juga untuk membuka wilayah-wilayah pengembangan baru dan daerah terisolir dalam rangka pemerataan pembangunan dan optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya lahan dan air yang pelaksanaannya diprioritaskan di luar P. Jawa. Pembangunan irigasi yang dilakukan berupa pembangunan irigasi sedang dan kecil yang umumnya lebih cepat berfungsi dan pembangunan irigasi-irigasi berskal'a besar yang mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan perekonomian daerah. Selain untuk mendukung usaha perluasan areal sawah beririgasi, pembangunan irigasi juga dilaksanakan untuk merubah areal sawah tadah hujan menjadi areal sawah beririgasi sehingga dapat meningkatkan intensitas tanam dan kapasitas produksi.

Sementara itu, pembangunan waduk-waduk diprioritaskan pada waduk yang berfungsi serba guna sehingga akan diperoleh manfaat yang lebih besar dan memenuhi kelayakan sosial serta lingkungan. Waduk-waduk tersebut adalah Wadas Lintang dan Kedung Ombo di. Jawa Tengah dan Mamak di Nusa Tenggara Barat.

Selanjutnya pembangunan irigasi air tanah dikembangkan pula antara lain di Sumatera, Jawa, Madura, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor Timur dan Sulawesi, yang selain ditujukan

VI/62

Page 72: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

untuk mendukung budi daya komoditi pertanian yang dinilai paling menguntungkan petani, juga ditujukan untuk menyediakan air baku rumah tangga di desa-desa terpencil dan wilayah-wilayah kering yang umumnya berpenduduk miskin.

Selain melalui pengembangan air tanah, pembangunan pengairan dalam rangka pengentasan kemiskinan dilaksanakan pula antara lain melalui pengembangan daerah. rawa di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Irian Jaya; pembangunan irigasi kecil di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Sela-tan, Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat; pembangunan embung-embung yang dilaksanakan didaerah-daerah yang sulit air yaitu di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Sedang upaya penanggulangan daerah genangan banjir antara lain dilaksanakan di Bandung, Jakarta, Surabaya, Banda Aceh, Medan, Padang dan Ujung Pandang. Pada Repelita V juga telah mulai dirintis pengembangan kawasan rawa sebagai kawasan agroindustri dengan melibatkan partisipasi aktif swasta.

Selanjutnya pembangunan pengairan juga dilaksanakan untuk menangani masalah-masalah pengendalian banjir di sentra-sentra produksi dan pemukiman, pengendalian lahar gunung berapi, penanggulangan bahaya tanah longsor dan pengamanan pantai produktif dari bahaya abrasi.

Adapun hasil pembangunan pengairan sampai dengan tahun ke empat Repelita V adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini. Beberapa kegiatan yaitu program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air dan program Pembinaan Daerah Pantai diuraikan pada Bab II.

1. Program Perbaikan dan Pemeliharaan Jaringan Pengairan

Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan jaringan irigasi yang telah dibangun, dilakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan

VI/63

Page 73: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

jaringan irigasi yang efisien. Kegiatan ini baru dimulai pada tahun keempat Repelita IV dan sampai dengan tahun terakhir repelita IV mencapai areal seluas 635.864 ha. Pada tahun 1989/90 atau tahun pertama Repelita V areal tersebut telah mencapai seluas 979.994 ha, dan pada tahun 1992/93 kegiatan tersebut telah mencapai areal 1.534.305 ha yang meliputi areal di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara Barat, yang berarti meningkatkan kegiatan operasi dan pemeliharaan yang efisien seluas 173.318 ha atau meningkat sekitar 12,7% dari tahun 1991/92. Jika dibandingkan dengan akhir Repelita IV, maka kegiatan operasi dan pemeliharaan yang efisien pada tahun keempat Repelita V telah meningkat menjadi lebih dua kali lipat.

Kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi pada akhir tahun Repe-lita IV meliputi areal seluas 2.570.907 ha. Pada tahun 1989/90 atau awal Repelita V kegiatan tersebut telah meliputi areal seluas 2.620.508 ha. Pada tahun 1992/93 telah selesai dilakukan rehabilitasi jaringan irigasi di areal seluas 96.020 ha di Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, sehingga sampai dengan tahun keempat Repelita V telah dilakukan rehabilitasi pada areal seluas 2.889.033 ha.

Pelaksanaan penyerahan irigasi kecil kepada P3A dalam rangka mengikutsertakan partisipasi petani dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan irigasi dimulai tahun 1990/91 atau tahun kedua Repelita V dengan areal seluas 21.353 ha, dan sampai dengan akhir tahun keempat Repelita V telah diserahkan pengelolaan irigasi kecil kepada P3A seluas 55.938 ha yang tersebar di Propinsi-propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat. Kegiatan penyerahan irigasi kecil tersebut didukung dengan pembentukan dan pembinaan kelompok P3A oleh petugas-petugas penyuluh di lapangan melalui pendidikan dan latihan yang sampai akhir tahun keempat Repelita V telah mencapai 672 kelompok.

VI/64

Page 74: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Pembentukan dan pembinaan P3A tidak hanya dilakukan di daerah irigasi kecil tetapi juga dilakukan di daerah irigasi lainnya yang tersebar di seluruh Propinsi, yang sampai akhir tahun keempat Repelita V telah rnencapai'22.010 kelompok.

Perkembangan pelaksanaan program perbaikan dan pemeliha-raan jaringan pengairan serta program-program pembangunan pengairan lainnya selama empat tahun Repelita V dapat dilihat dalam Tabel VI - 34.

2 . Program Pembangunan Jaringan Irigasi

Dalam rangka pembangunan jaringan irigasi baru, baik irigasi kecil, sedang maupun yang berskala besar dari Repelita I sampai dengan akhir Repelita IV telah selesai dibangun jaringan irigasi baru mencakup areal seluas 1.311.764 ha. Pada tahun 1989/90 yaitu tahun pertama Repelita V telah dibangun jaringan irigasi yang mencakup areal seluas 52.499 ha, sehingga sampai dengan tahun tersebut pembangunan jaringan irigasi baru mencapai areal seluas 1.364.263 ha. Program ini dilanjutkan pada tahun 1990/91 dengan realisasinya seluas 70.061 ha dan tahun 1991/92 seluas 84.754 ha, sehingga sampai dengan akhir tahun 1991/92 telah dapat dilaksanakan pembangunan jaringan irigasi baru seluas 1.519.078 ha. Sementara itu pada tahun 1992/93 telah dibangun jaringan irigasi yang mencakup areal seluas 71.262 ha, antara Iain Paya Dapur, Bawah Rote dan Beuracan di Daerah Istimewa Aceh, Namu Sira-Sira, Batang Gadis dan Bah Bolon di Sumatera Utara, Komering di Sumatera Selatan, Riam Kanan di Kalimantan Selatan, Irigasi Lambunu di Sulawesi Tengah, Langkeme di Sulawesi Selatan, Wawotobi di Sulawesi Tenggara, Mamak di Nusa Tenggara Barat, Lembor dan Mautenda di Nusa Tenggara Timur. Dalam areal tersebut di atas termasuk pula jaringan irigasi air tanah dan embung-embung seperti di Sumatera, Jawa, Madura, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor Timur dan Sulawesi.

Sedangkan waduk-waduk yang sedang dibangun antara lain

VI/65

Page 75: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

TABEL VI - 34PERKEMBANGAN PELAKSANAAN

PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN PENGAIILAN,1988/89 – 1992/93

(luas areal dalam ha)

1) Angka kumulatif sejak Repelita I2) Angka diperbaiki3) Angka kilometer

VI/66

Page 76: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Pengga dan Tiu Kulit di Nusa Tenggara Barat dan Pondok di Jawa Timur. Sampai dengan tahun keempat Repelita V pembangunan jaringan irigasi baru tersebut telah mencapai areal seluas 1.590.340 ha yang berarti meningkat sekitar 4,7% dibandingkan tahun sebelumnya atau meningkat sekitar 21 % dibandingkan akhir tahun Repelita IV. Di samping itu dilanjutkan pula pembangunan prasarana jaringan irigasi Krueng Aceh di Daerah Istimewa Aceh, bendung Panti Rao, bendung Batang Tonggar di Sumatera Barat dan irigasi Bila di Sulawesi Selatan, dan persiapan pembangunan waduk Batu Tegi di Lampung.

3. Program Pengembangan Daerah Rawa

Kegiatan-kegiatan pengembangan daerah rawa yang dilaksana-kan antara lain berupa peningkatan dan pembangunan saluran drainase rawa pasang surut dan non pasang surut untuk pertanian serta peningkatan dan pembangunan tata saluran tambak. Sampai akhir Repelita IV kegiatan tersebut telah dilaksanakan pada areal seluas 838.931 ha. Pada tahun 1989/90 pelaksanaan pengembangan daerah rawa mencakup areal seluas 103.744 ha yang terdiri untuk pertanian seluas 99.824 ha dan peningkatan tambak seluas 3.920 ha. Selanjutnya pada tahun 1990/91 dilaksanakan pengembangan daerah rawa meliputi areal seluas 43.913 ha yaitu untuk pertanian seluas 41.228 ha dan peningkatan tambak seluas 2.685 ha, sehingga sampai dengan akhir tahun 1990/91, telah dapat dilaksanakan pengembangan daerah rawa seluas 986.588 ha. Sampai dengan akhir tahun 1991/92 daerah rawa yang telah dikembangkan mencapai 1.043.040 ha, yang berarti meningkat seluas 56.452 ha dari tahun sebelumnya. Dalam tahun 1992/93 pembangunan rawa mencakup areal seluas 59.500 ha, dilaksanakan

Page 77: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

antara lain di daerah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Irian Jaya, sehingga luas areal yang telah dikembangkan sampai dengan taJun keempat Repelita V telah mencapai 1.102.540 ha atau meningkat 9 % dibandingkan tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan akhir Repelita IV, maka pengembangan daerah rawa pada tahun keempat Repelita V telah meningkat sekitar 31 %.

VI/67

Page 78: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

H. PENDIDIKAN, PENYULUHAN DAN PENELITIAN PERTANIAN DAN PENGAIRAN

1. Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian dan Pengairan

Dalam rangka mengembangkan pertanian yang maju, efisien dan tangguh, merupakan langkah yang sangat strategis adalah pengembangan keterampilan dan pengetahuan petani. Kemampuan para petani yang terus meningkat akan mendorong pengelolaan usaha tani mereka lebih efektif dan efisien. Selain itu mereka akan mampu memanfaatkan kebijaksanaan di bidang ekonomi dan tanggap terhadap situasi pasar.

Keterampilan dan pengetahuan petani ditingkatkan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan pertanian. Dalam hubungan ini, jumlah tenaga teknisi dan penyuluh pertanian terus ditingkatkan, se-hingga para petugas pertanian dapat meningkatkan jangkauan kemampuannya untuk membina para petani.

Dalam tahun 1992 jumlah Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) menurun dari 244 unit pada tahun 1991, menjadi 232 unit. Keadaan ini disebabkan oleh karena 10 SPP negeri telah menjadi Pendidikan dan Pelatihan Ahli Penyuluhan Pertanian (Diklat APP) dan 2 SPP swasta tidak memenuhi persyaratan sehingga harus di -tutup. Pada tahun 1992 jumlah Balai Latihan Penyuluhan Pertanian (BLPP) sama dengan jumlah BLPP pada tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 26 Unit-. BLPP berfungsi sebagai tempat pelatihan para petugas/penyuluh pertanian. Jumlah Balai Penyuluh Pertanian (BPP) meningkat dari 1.493 unit pada tahun 1991, menjadi 2.258 unit pada tahun 1992. BPP berfungsi sebagai tempat penyuluh melaksanakan latihan bagi para petani. Pada tahun 1991 jumlah kelompok tani adalah 268.711 kelompok, dan pada tahun 1992 jumlah kelompok tani telah meningkat menjadi 286.023 kelompok. Selanjutnya jumlah Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) dan Balai Latihan

VI/68

Page 79: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

Kehutanan (BLK) pada saat ini sama dengan tahun 1991, yaitu masing-masing sebanyak 4 unit dan 8 unit.

Dengan semakin pesatnya pembangunan pengairan, baik untuk mendukung sektor pertanian maupun sektor lain, maka diperlukan dukungan sumber daya manusia dan kelembagaan yang makin memadai. Untuk itu upaya pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan latihan yang terencana secara mantap terus dilaksanakan. Pendidikan yang dilaksanakan menyangkut bidang perencanaan, pengembangan teknologi, operasi dan pemeliharaan prasarana pengairan serta Iatihan-latihan untuk menghasilkan tenaga-tenaga terampil.

Dalam tahun 1992/93 melalui Pusat Pendidikan dan Latihan, ba ik di l ingkungan Depar temen Peker jaan Umum maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya telah dilaksanakan pendidikan dan latihan bagi tenaga-tenaga potensial di Direktorat Jenderal Pengairan melalui berbagai jenjang pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri sebanyak 191 orang. Selama empat tahun Repelita V tenaga-tenaga potensial di lingkungan Ditjen Pengairan yang telah melaksanakan pendidikan dan latihan baik di dalam maupun di luar negeri telah mencapai sebanyak 843 orang.

2. Penelitian Pertanian dan Pengairan

Selama empat tahun Repelita V pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian, baik dari segi teknis maupun ekonomis diarahkan untuk pengembangan dan penyediaan teknologi yang akan membantu meningkatkan efisiensi sistem 'produksi. Di samping itu kegiatan penelitian diarahkan juga untuk pengembangan teknologi tepat guna bagi daerah-daerah yang masih terbelakang dan bagi beberapa komoditi yang mempunyai peluang pasar cukup baik.

Program penelitian dan pengembangan pertanian terdiri dari beberapa kegiatan penelitian, meliputi penelitian tanaman pangan,

VI/69

Page 80: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, dimana di dalamnya termasuk penelitian sumber daya alam dan bioteknologi.

Penelitian tanaman pangan dilaksanakan untuk meningkatkan varietas unggul padi, palawija dan hortikultura yang berproduktivitas tinggi dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Hasil penelitian ini telah menghasilkan dan melepas beberapa varietas unggul padi seperti Way Seputih, Barumun, Atomita 4, Lematang, Batur, Danau Atas, Poso, Laut Tawar dan Danau Tempe. Sementara itu penelitian tanaman pangan juga telah melepas beberapa varietas unggul palawija seperti Rama dan C2 untuk jagung; Lompobatang, Rinjani, Jayawijaya dan Lawu untuk kedele; Merpati dan Parkit untuk kacang hijau; Landak, Badak dan Biawak untuk kacang tanah; Mendut dan Kalasan untuk ubi jalar. Di bidang hortikultura, penelitian tanaman pangan telah menghasilkan teknologi produksi bibit jeruk bebas penyakit, teknologi pembibitan buah-buahan yang dikai tkan dengan penanganan pascapanen dan teknologi pengembangan sayuran prioritas.

Penelitian perkebunan diarahkan untuk mengembangkan klon-klon/varietas unggul. Sampai dengan tahun 1992 telah dihasilkan antara lain, TM12, TM13, TM14, TM15 dan TM16 untuk karet; DR-2 untuk kakao; Kopi Arabica BP 415 A dan B 428 A untuk kopi; PS 77-1381, PS 77-1553, PS 78-2601, PS 78-2262, PS 80-1424 dan PS 80-1649 untuk tebu; GMB-l, 2, 3, 4 dan 5 untuk teh; Petaling 1 dan 2 untuk tembakau Virginia. Selanjutnya penelitian perkebunan telah menghasilkan teknologi pengendalian harna secara biologis seperti pengendalian hama Oryctes, Artona, Hidari dan Sexava sp. Di samping itu penelitian ini juga telah menghasilkan teknologi pengolahan untuk ekstrasi minyak dari biji teh.

Penelitian peternakan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas unggas dan aneka ternak dan menanggulangi masalah-masalah produksi dan reproduksi ternak. Sampai tahun

VI/70

Page 81: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

1992, telah dihasilkan berbagai teknologi, antara lain sistem pemeliharaan ayam buras secara semi intensif, penggunaan arang aktif dalam ransum itik yang terkontaminasi aflatoksin, penanganan kulit kelinci jenis Rex, pemeliharaan jarak beranak optimal, penggunaan susunan ransum yang relatif murah, pemanfaatan sumber daya pakan pada musim kemarau dan pemanfaatan sumber daya ternak pada sistem usaha tani terpadu.

Dalam upaya meningkatkan teknologi budi daya dan penangkapan serta teknologi pengolahan hasil perikanan, penelitian perikanan telah menghasilkan antara lain teknologi budi daya pembenihan udang, bandeng, kakap dan lele lokal, penerapan keramba jaring apung, pengembangan alat tangkap/rumpon dan teknologi pengolahan minyak hati ikan cucut.

Penelitian kehutanan telah menghasilkan paket-paket teknologi kehutanan dan hasil hutan. Paket teknologi yang telah dihasilkan, antara lain meliputi teknologi pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), sistem silvikultur hutan alam, pengusahaan hasil hutan non kayu, hutan kemasyarakatan dan pemanfaatan hasil-hasil hutan.

Penelitian pengairan diutamakan pada kegiatan-kegiatan perencanaan untuk pengembangan sumber daya air termasuk di dalamnya strategi pengembangan wilayah sungai, pengembangan irigasi, reklamasi rawa dan pantai. Dalam usaha menunjang diversifikasi tanarnan pertanian akan terus dikembangkan penelitian tentang alokasi dan distribusi air di daerah irigasi untuk berbagai komoditi non padi.

Page 82: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan

VI/71

Page 83: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewIni berarti meningkat sekitar 37,7% bila dibanding dengan inseminasi buatan pada tahun 1991. Selanjutnya kegiatan inseminasi buatan