96
PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB DURRATUN NASHIHIN KARYA ACHMAD SUNARTO (TINJAUAN BALAGHAH) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S) Oleh NOVI ARYANITA 1110024000004 \ JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

  • Upload
    vannhu

  • View
    248

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN

KITAB DURRATUN NASHIHIN KARYA ACHMAD SUNARTO

(TINJAUAN BALAGHAH)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh

NOVI ARYANITA

1110024000004

\

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 2: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

Nama : Novi Aryanita

NIM : 1110024000004

Jurusan: Tarjamah

1. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis asli yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini telah penulis

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya penulis asli

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka penulis bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 9 Januari 2015

Novi aryanita

Page 3: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

ii

PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN

KITAB DURRATUN NASHIHIN KARYA ACHMAD SUNARTO

(TINJAUAN BALAGHAH)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Diajukan Oleh:

Novi Aryanita

NIM : 1110024000004

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail, M.A Dr. Darsita Suparno, M.Hum

NIP: 195512061992031003 NIP:19610807 199303 2

Page 4: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Personifikasi dan Simile Dalam Terjemahan Kitab Durratun

Nashihin Karya Achmad Sunarto (Tinjauan Balaghah) telah diajukan dalam

sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

S.S pada program studi Tarjamah.

Ciputat, 16 Januari 2015

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekertaris Merangkap Anggota,

Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum Umi Kulsum, M.A

NIP: 197912290050110004 NIP: 197507232009012005

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. A. Syatibi, M.A Drs. Ikhwan Azizi, M.A

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail, M.A Dr. Darsita Suparno, M.Hum

NIP: 195512061992031003 NIP:19610807 199303 2

Page 5: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

iv

PRAKATA

Alhamdullilah, penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Ilahi Robbi

atas segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis

junjungkan pada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat-

Nya mampu mengenal, mencari, dan menegakkan syari’at Islam. Dalam hal ini

penulis menyadari, skripsi yang penulis karyakan ini masih jauh dari sempurna,

dan proses penulisannya tidak terjadi secara instant begitu saja butuh proses

panjang dalam menyelesaikannya. Skripsi ini merupakan sebuah karya penulisan

dalam memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis haturkan terimakasih kepada penerbit dan penerjemah Kitab

Durratun Nashihin. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih

kepada Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dr. Oman Fathurrohman, M.A selaku dekan Fakultas Adab dan

Humaniora. Dr. Akhmad Saehudin, M.ag Dosen Pembimbing Akademik, Dr. Tb.

Ade Asnawi, M.A selaku Ketua Jurusan Tarjamah (Periode 2015), Dr. Moch.

Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku Ketua Jurusan Tarjamah (Periode 2015-

2018, Umi Kulsum, M.A selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah. Serta seluruh

dosen-dosen jurusan Tarjamah terima kasih atas segala ilmu dan pengetahuan

yang diberikan selama ini kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan

bermanfaat dan menjadi bekal dimasa depan. Beserta staff perpustakaan fakultas

Page 6: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

v

adab dan humaniora penulis haturkan terimakasih, karena telah memebrikan izin

untuk meminjam buku sebagai referensi skripsi ini.

Secara khusus kepada dosen pembimbing, penulis mengucapkan terima

kasih tak terhingga kepada bapak Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail, M.A dan ibu

Dr. Darsita Suparno, M.Hum yang sudah meluangkan waktu ditengah

kesibukannya untuk membaca, mengoreksi, dan memberi referensi, serta

memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada

bapak Drs. A. Syatibi, M.A dan Drs. Ikhwan Azizi, M.A yang sudah menjadi

penguji dalam sidang munaqasyah. Penghormatan serta salam cinta saya

haturkan kepada sosok yang sangat berjasa selama ini, yaitu kedua orangtua

penulis ayahanda (Asta) dan ibunda (Ayanih). Terima kasih Apa dan Ema atas

do’a yang tiada hentinya selalu dipanjatkan, serta dukungan dan motivasi yang

diberikan untuk penulis. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada

adik yang tersayang (Ayu Aulia) yang telah membantu dan mendukung penulis

sehingga penulisan skripsi ini selesai.

Kepada teman dan sahabat tarjamah masa kuliah angkatan 2010,

terimakasih atas hari-hari penuh canda dan sedikit dukanya Makhfiyyah, Hany,

Farhan, kholis, Syafaat, Humairoh, Nia, Eva, Asiah, Rifyal dan yang lainnya.

Terima kasih juga kepada adik-adik di jurusan Tarjamah yang selalu mendukung

penulis dalam penulisan skripsi ini, kemudian penulis ucapkan terima kasih

kepada someone spesial yaitu Ipan Paelani yang sudah membantu dan

menyemangati penulis setiap mengerjakan skripsi ini.

Page 7: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

vi

Semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini bisa memberikan manfaat

bagi siapa saja terutama yang tertarik dengan dunia penerjemahan. Bila

ditemukan kekurangan dan kesalahan dalam karya tulis ini, harap disampaikan

kepada penulis, ini demi pengembangan ilmu pengetahuan dan pembelajaran

individual. Akhir kalam, atas segala perhatian, dukungan, dan bantuan dari

semuanya penulis haturkan terima kasih. Semoga karya ini bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan begitu pun ilmu agama.

Ciputat, 9 Januari 2015

Penulis

Page 8: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

vii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ............................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................ iii

PRAKATA ....................................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

PEDOMAN LITERASI ARAB-LATIN .......................................................... ix

ABSTRAK ....................................................................................................... xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ...................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 5

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 5

E. Sistematika Penulisan .............................................................. 6

BAB II : KERANGKA TEORI

A. Pengertian Penerjemahan ........................................................ 7

1. Metode-metode penerjemahan ............................................. 10

2. Proses penerjemahan ............................................................ 12

3. Syarat-syarat penerjemah ..................................................... 13

4. Teknik Penerjemahan dan Gaya Bahasa .............................. 13

B. Definisi Gaya Bahasa .............................................................. 15

C. Jenis Gaya Bahasa .................................................................. 17

D. Kata konkret dan kata abstrak ................................................. 21

E. Imaji ......................................................................................... 21

Page 9: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

viii

F. Tema ........................................................................................ 22

G. Rasa ......................................................................................... 23

H. Amanat .................................................................................... 23

BAB III : METODE PENELITIAN DAN GAMBARAN OBJEK

PENELITIAN

A. Metode yang dipergunakan data ............................................. 24

B. Fokus Penelitian ...................................................................... 24

C. Sumber Data ............................................................................ 25

D. Penyediaan Data ...................................................................... 25

E. Metode Analisis Data .............................................................. 27

F. Analisis Data ............................................................................ 28

G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data.................................... 28

H. Gambaran Umum Tentang Kitab Durratun Nashihin ............ 30

BAB IV : ANALISIS

A. Analisis Gaya Bahasa Personifikasi dan Simile Terhadap

Terjemahan Kitab Durratun Nashihin Tinjauan Balaghah

1. Gaya Bahasa Personifikasi ................................................... 32

2. Gaya Bahasa Simile ............................................................. 42

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 72

B. Saran ........................................................................................ 74

C. Lampiran ................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80

Page 10: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Skripsi ini menggunakan transliterasi yang bersumber dari pedoman

transliterasi arab-indonesia atas keputusan bersama SKB Menteri Agama dan

Menteri P & K RI, tertanggal 22 Januari 1988 NO. 158/1987 dan NO. 0543

b/U/1987, sebagaimana dijelaskan di bawah :

No Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا .1

2. B Be

3. T Te

4. Ts Te dan es

5. J Je

6. H h dengan garis di bawah

7. Kh Ka dan ha

8. D De

9. Dz de da zet

10. R Er

11. Z Zet

12. S Es

13. Sy es dan ye

14. S es dengan garis di bawah

Page 11: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

x

15. D de dengan garis di bawah

16. T te dengan garis di bawah

17. Z zet dengan garis di bawah

18. ٬ koma terbalik di atas hadap kanan

19. Gh ge dan ha

20. F Ef

21. Q Ki

22. K Ka

23. L El

24. M Em

25. N En

26. W We

27. H Ha

28. , Apostrof

29. Y Ye

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong:

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Page 12: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

xi

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah

------------------- I Kasrah

U Dammah

Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksarnya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai A dan i ي

Au A dan u و

Vokal panjang

Ketentuan alis aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

 a dengan topi di atas ا

Î I dengan topi di atas ي

Û u dengan topi di atas و

Kata sandang

Kata sandang yang dalam system dalam aksara Arab dilambangkan dengan huruf

yaitu ال dialih aksarakan menjadi /I/, baik diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun

huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl.

Syaddah (Tasydid)

Page 13: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

xii

Syaddah atau tasydid yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda

( _ ) alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan mengadakan huruf

yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang

menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-

huruf syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-

darûrah.

Ta marbûtah

Jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf

tersebut dialihbahasakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang

sama berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh

2). Namun, jika ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut

dialihbahasakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

Tarîqah طريقة 1

al-jâmi’ah al-islamiyyah الجميعة اإلسالمية 2

wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

Huruf Kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia, untuk proper name (nama diri, nama

tempat dan sebagainya), seperti al-kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al” a tidak

boleh kapital).

Page 14: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

xiii

ABSTRAK

Novi Aryanita (1110024000004): Personifikasi dan Simile dalam

Terjemahan Kitab Durratun Nashihin Karya Achmad Sunarto (Tinjauan

Balaghah), Jurusan Tarjamah. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Pembimbing : Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail, M.A

dan Dr. Darsita Suparno, M.Hum.

Kitab Durratun Nashihin ada empat aspek besar, yaitu gaya bahasa langsung

tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa simile,

diksi yang meliputi kata konkret dan kata abstrak, pencitraan yang meliputi rasa,

kemudian semantik yang meliputi tema dan amanat. Ini dihadirkan dalam

terjemahan, lalu dibentuk dalam balaghahnya. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui gaya bahasa personifikasi dalam aspek balaghahnya, dan gaya

bahasa simile dalam aspek balaghahnya. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu metode kualitatif, dengan menggunakan teknik simak dan

teknik catat.

Temuan penelitian ini adalah bahwa dalam gaya bahasa personifikasi terdapat

5 majaz, 5 alaqah, dan 5 qarinah. Kemudian terdapat 23 kata konkret, 14 kata

abstrak, 31 imaji dari penglihatan dan 1 imaji dari perabaan. Tema yang

terkandung dalam gaya bahasa personifikasi, yaitu dominan menggunakan istilah

alam. Sementara dari analisis gaya bahasa simile terdapat 5 musyabbah, 5

musyabah-bih, 2 adat yang berbentuk isim dan 3 adat yang berbentuk huruf, 3

wajhusy syabah. Kemudian, menurut sudut pandang adat dan wajhusy syabah

yang sifatnya mursal mufassal (مرسل مفصل) terdapat 5 jenis. Dalam gaya bahasa

simile juga terdapat 22 kata konkret, 7 kata abstrak, dan imaji penglihatan 26.

Tema yang digunakan dalam gaya bahasa simile dominan menggunakan istilah

alam.

Page 15: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebahasaan sangat diperhatikan dalam sebuah tulisan, jika bahasa itu

kurang baik maka pembaca pun akan sulit untuk memahaminya. Mengenai

berbagai kesalahan itulah maka para penulis agar lebih teliti lagi dalam

penggunaan kebahasaan. Karena bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang

digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu.1

Bahasa berisi pikiran, pesan, atau keinginan yang terdapat pada diri pembicara

dan penulis. Bahasa yang digunakan sebaiknya memiliki maksud yang jelas,

sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

Dalam kaidah bahasa, gaya bahasa adalah satu ungkapan pikiran melalui

bahasa, yang secara tersendiri memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.2

Gaya bahasa juga dikenal dengan istilah uslub atau style. Menurut penjelasan

dalam kamus linguistik, gaya bahasa diberi pengertian; (1), pemanfaatan atas

kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis, (2), pemakaian

ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, (3), keseluruhan ciri-ciri

bahasa sekelompok penulis sastra.3 Istilah uslub dalam buku األعهب دساعح تالغح

ر انظش ح انفظيؼ تاألعانة ا ز انؼثاسخ انه yaitu ذحههح ألصل األعانة األستح

1 Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif, (Diksi, Struktur, dan Logika), (Bandung: Refika

Aditama 2007), h. 1. 2 Gorys Keraf, Tata bahasa Indonesia Sekolah Menengah Tingkat Atas, (Jakarta: Nusa

Indah 1969), h. 13. 3 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik edisi ketiga, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama 1993), h. 63.

Page 16: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

2

سئغا شجغ اخرالف األعانة إن عثثإ ٬كصش كا عثفكش انرنطشمر انر ل : انضع : األ

ا: األدةانث4

dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan, diantaranya: uslub

atau gaya bahasa adalah sebuah cara komunikasi seseorang melalui bahasa kepada

orang lain dengan suatu maksud tertentu.

Demikian dapat dikategorikan bahwa uslub memiliki tiga unsur, pertama,

ide atau pikiran yang akan disampaikan kepada orang lain, kedua, pilihan kata

(diction) yang akan digunakan, ketiga, model, susunan, struktur, atau gaya bahasa

yang akan digunakan ketika menyampaikan. Secara sengaja atau tidak untuk

mendapatkan efek-efek tertentu bagi para pembaca, tidak jarang pengarang dalam

menyampaikan maksud dan tujuannya menggunakan bahasa yang melebih-

lebihkan makna atau bertolak belakang dengan maknanya.

Setiap penerjemah perlu mempertimbangkan gaya bahasa dalam konteks

penerjemahannya. Namun dalam penerjemahan buku-buku ilmiah, biasanya para

penerjemah tidak terlalu menghadapi kesulitan sebab gaya bahasa yang

digunakan pengarang sumbernya formal dan informatif yang terkandung dalam

buku itu dapat mudah dialihkan. Sebuah karya terjemahan, sangat dibutuhkan

ketelitian para penulis untuk membuat kalimat yang baik dalam tulisannya, karena

dengan itu kalimat tersebut mudah dipahami oleh pembaca isi makna yang

terkandung di dalamnya. Terdapat banyak kesalahan dalam penulisan kebahasaan

terhadap kitab terjemahan, dalam hal ini kesalahan berbahasa ilmiah, kesalahan

huruf dan tanda baca seringkali muncul. Bukan hanya semata-mata karena salah

عهب دساعح تالغح ذحههح ألصل األعانة األستح )انماشج : يكرثح انةح انصشح األعرار تجايؼح انماشج )عاتما( األ 4

٤١(ص. ٤٩٩١-٤١٤١

Page 17: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

3

ketik saja, kesalahan itu antara lain adalah salah tulis huruf atau salah tulis kata.5

Penyair atau penulis karya sastra dalam menyampaikan ide atau pikirannya

menggunakan gaya bahasa tertentu yang dapat memberikan efek bagi pembacanya

maupun pendengarnya.6

Dalam bahasa Arab gaya bahasa diserupakan dengan ilmu balaghah, ilmu

balaghah ( rhetorical (adj) ٬انثالغح ػهى تالغح تؼهى انثالغح )ب( ف صسج ػاللح)أ( ر تالغ

retorika bahasa Arab) membahas 3 kajian utama, ketiga kajian tersebut masing-

masing dibahas dalam ilmu ma‟ani ( pragmatics دساعح انشيص انهغح ٬انشيص ػهى

) pragmatik), ilmu bayan (kajian gaya bahasa), dan ilmu badi‟e / انشيص غش انهغح

stylistics ػهى انثالغح ٬ػهى األعانة / stilistika).7 Bahasan yang terdapat dalam ilmu

bayan yaitu: tasybih dan majaz. Sebagai wilayah kajian ilmu ini terkait dengan

makna, sehingga selalu bersinggungan dengan semantik, ilmu ini merupakan

cabang sistematika bahasa yang menyelidiki makna atau arti emantik mempunyai

objek berupa hubungan antara objek dan simbol linguistik.

Balaghah juga merupakan salah satu cabang ilmu bahasa Arab, setelah

ilmu Sharaf ( morphology ػهى انصشف: فشع ي ػهى انماػذ ثحث ف ذشكة انكهاخ ي حث

. ايا انفشع اخش ي ػهى انماػذ ف ػهى انحانغاتك انهاحك انذاخم انجزس / morfologi)

dan ilmu Nahwu (grammatical صفح نجهح )أ( ر ػاللح تؼهى انماػذ )ب( . لاػذ ح

.(gramatika/ صححح يرشح يغ لاػذ انهغح8 Balaghah bukan hanya studi tentang kata

5 Sugihastuti, Editor Bahasa, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar 2006), h. 28. 6 Umi Rukhiyatun, Tesis Gaya Bahasa Qasasal-Hayawan Fi Al-Qur’an (Analisis Stilistika),

(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga), h. 2. 7 Muhammad Ali Al Khuli, A Dictionary Of Theoretical Linguistics English-Arabic, (Beirut:

Librairie du Liban, 1982). 8 Muhammad Ali Al Khuli, A Dictionary Of Theoretical Linguistics English-Arabic, (Beirut:

Librairie du Liban, 1982).

Page 18: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

4

disaat sendirian, atau ketika berhubungan dengan kata lain, akan tetapi disamping

itu semua, balaghah juga merupakan studi tentang keindahan, keserasian,

ketepatan penempatan, dan bunyi kata. Bahkan balaghah juga mencakup studi

tentang hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain baik sesudah maupun

sebelumnya. Lebih dari itu, balaghah juga mengatur hubungan antara beberapa

kalimat dengan kalimat lain. 9

Kitab Durratun Nashihin dapat dikatakan yang kalimatnya mengandung

nilai sastra, karena kitab Durratun Nashihin adalah salah satu kitab yang

menyajikan tentang nasehat-nasehat, peringatan, cerita-cerita menarik, hikayat

dan penjelasan hukum. Kitab Durratun Nahihin ini sudah lama dikaji dan

dipelajari di kalangan Pondok Pesantren, Perguruan Tinggi Islam, bahkan

masyarakat dewasa pun mulai tertarik untuk membaca dan mempelajarinya.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan

judul Personifikasi dan Simile dalam Terjemahan Kitab Durratun Nashihin

Karya Achmad Sunarto (Tinjauan Balaghah)

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Permasalahan yang terungkap dalam kitab Durratun Nashihin karya

Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy terdiri banyak bab,

karenanya penelitian yang penulis lakukan lebih fokus dan tidak melebar. Maka di

dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan perumusan sebagai berikut:

9 Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an Balaghah 1 (Ilmu Bayan), (Jakarta: Adabia Press, 2012), h. i.

Page 19: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

5

1. Bagaimana terjemahan gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam kitab

Durratun Nashihin?

2. Bagaimana terjemahan gaya bahasa simile yang terdapat dalam kitab Durratun

Nashihin?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui terjemahan gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam

kitab Durratun Nashihin.

2. Untuk mengetahui terjemahan gaya bahasa simile yang terdapat dalam kitab

Durratun Nashihin.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai gambaran dalam pengembangan ilmu pengetahuan terhadap tata

bahasa Indonesia dan bahasa Arab.

2. Sebagai bahan pemikiran dalam meningkatkan ilmu pengetahuan terhadap

penerjemahan.

D. Tinjauan Pustaka

Setelah peneliti menelaah berbagai penelitian terlebih dahulu dari survey

pustaka yang telah dilakukan, terutama pada jurusan tarjamah, peneliti belum

menemukan sebuah penelitian tentang Personifikasi dan Simile Terhadap

Terjemahan Kitab “Durratun Nashihin‟‟ Tinjauan Balaghah. Saya terinspirasi

dari saudara Fadli Muhammad dengan skripsi yang berjudul “PERSONIFIKASI

Page 20: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

6

DALAM SURAH AL-BAQARAH (Analisis Terjemahan Al-Qur‟an Prof.

Dr.HAMKA)”, dan saudara Umar Mukhtar dengan skripsi yang berjudul

“Terjemahan Novel Aulâd Hâratinâ Karya Najîb Mahfûz: Studi Stilistika

Terhadap Serial “Rifa‟at Sang Penebus”. Namun dalam skripsi Fadli Muhammad

hanya menjelaskan tentang gaya bahasa personifikasi saja, kemudian dalam

skripsi Umar menjelaskan tentang gaya bahasa dalam studi stilistika, sedangkan di

sini saya akan menjelaskan tentang gaya bahasa personifikasi dan simile yang

terdapat dalam kitab Durratun Nashihin dalam tinjauan Balaghahnya.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam skripsi ini terbagi dalam V bab, terdiri dari :

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah. Agar

permasalahan yang diteliti lebih jelas dan tidak meluas maka dilakukan

pembatasan dan perumusan masalah, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, dan terakhir sistematika penulisan.

Bab II Membahas tentang gambaran penerjemahan, dan gaya bahasa serta ilmu

balaghah.

Bab III Berisi metode penelitian dan gambaran objek penelitian.

Bab IV Analisis personofikasi dan simile terhadap terjemahan kitab Durratun

Nashihin dalam tinjauan balaghah.

Bab V Merupakan penutup yang mengenai: kesimpulan dan rekomendasi.

Kesimpulan ini berisikan semua kesimpulan dari seluruh analisis.

Page 21: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

7

BAB II

KERANGKA TEORI

1. Pengertian Penerjemahan

Penerjemahan adalah suatu kegiatan mengalihbahasakan makna teks

sumber (BSu) ke dalam teks sasaran (BSa). Sebuah terjemahan harus dapat sesuai

dengan apa yang dipesankan oleh penulis, melalui teks-teks yang akan

diterjemahkan oleh penerjemah. Baik dalam memilih kata yang sepadan (diksi),

ataupun sebuah kata yang memiliki keterkaitan makna yang sesuai dari pesan teks

yang akan diterjemahkan. Penerjemahan juga merupakan sebuah kompleks yang

menurut kecermatan. Seorang penerjemah tidak hanya dituntut menguasai bahasa

sumber dan bahasa target dengan baik, namun juga harus menguasai isi materi

yang diterjemahkan. Selain itu, seorang penerjemah juga harus peka terhadap

berbagai faktor sosial, budaya, politik, dan emosi agar dapat menerjemahkan

secara tepat.

Ada dua jenis penerjemah yaitu penerjemah lisan (interpreting) dan tulisan

(translating). Penerjemah lisan biasanya dilakukan secara langsung dalam

menerjemahkannya, penerjemah di sini berfungsi sebagai mediator antara bahasa

sumber (pembicara) dengan bahasa sasaran (pendengar). Sedangkan penerjemah

tulisan membutuhkan beberapa teori dalam hal menerjemahkan, teori tersebut

berkedudukan sebagai mediator antara penulis dan pembaca.

Page 22: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

8

Dalam kamus ػالوغح األجذ ف انهان edisi 1986 disebutkan seperti ini:

تهذشجى انكالو: فغ تانرش آخش : ذشج انهأح كشغا إن انر مه غا ذشجى ٬ شك

أ ٬ػ ح ج انرانر ٬ضح أيش ششاجى: انرشج فغ

Sementara dalam ح يرؼها:اطم تانؼشتاألعاط نهانؼجى انؼشت edisi 1988

disebutkan seperti ini :

ح : تذش ضجى رشجى ذشج فغ أخشح نغح إن ي ش؟ ذشجى انكراب : مه

Jadi menerjemahkan adalah menyalin “kalam” (juga teks) atau

menjelaskannya dari bahasa tertentu ke dalam bahasa lain. Kalam di sini berarti

ide, pesan atau informasi. Jadi, yang disalin itu bukan huruf-huruf atau kata-kata

yang terpotong dari konteksnya atau lingkungannya-siyaqnya. Penyalinan

tersebut, sebagaimana dinyatakan oleh M.G. Rose, tidak hanya dalam bahasa

penerima, tetapi juga dalam bentuk kondisi serta keadaan masyarakat

penerimanya. Ini semua mesti dilaksanakan dengan mencari padanan praktis yang

terpelihara terus menerus sesuai dengan lingkungan penerjemah. Dalam batasan

seperti ini penerjemah tidak harus bahkan tidak boleh, linear, glossing, setia atau

harfiyyah.10

Catford mengatakan dalam bukunya A Linguistic Theory of Translation,

tentang definisi penerjemahan, yakni the replacement of textual material in one

language (SL) by equivalent textual material in another language (TL).

10 Nur Mufid, Kaserun AS. Rahman, Buku Pintar Menerjemah Arab-Indonesia (Cara Paling Tepat, Mudah dan Kreatif), (Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), h.7.

Page 23: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

9

(mengganti bahasa teks dalam bahasa sumber (BSu) dengan bahasa teks yang

sepadan dalam bahasa sasaran (BSa).11

Kemudian, J. Levy, mendefinisikan hal yang sama dalam bukunya

Translation as A Decision Process, seperti yang dikutip Nurachman Hanafi:

Translation is a creative process which always leaves the translator a freedom of

choice between several approximately equivalent possibilities of realizing

situational meaning. (terjemahan merupakan proses kreatif yang memberikan

kebebasan bagi penerjemah buat memilih kemungkinan padanan yang dekat

dalam mengungkapkan makna yang sesuai dengan situasinya).12

Adapun Eugence

A. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku mereka The Theory and practice of

Translation, memberikan definisi penerjemahan sebagai berikut:

Translation consist in reproducing in the receptor language the closest

natural equivalent of the source language masaage, first in terms of meaning and

secondly in terms of style.13

(menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan

kembali di dalam bahasa penerima barang yang secara sedekat-dekatnya dan

sewajarnya sepadanan dengan pesan dalam bahasa sumber (BSu), pertama-tama

mengangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya).

Itulah tiga pendapat dari tokoh penerjemah yang masing-masing

menyatakan pendapatnya. Bisa kita simpulkan bahwa Penerjemahan adalah suatu

11 J.C Catford, A Linguistic Theory of Translation, (London: Oxford University Press, 1974),

Fourth Impression, p. 20 12 Nurchman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, (Flores: Nusa Indah, 1986), h.24. 13 Eugene A. Nida and Charles R. Taber, The Theory and Practice of Translation, (Leiden:

The United Bible Societies, 1974), p.12.

Page 24: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

10

proses pengubahan bentuk (teks) dari satu bahasa, biasa disebut bahasa sumber

(BSu) ke bahasa lain, biasa disebut bahasa sasaran (BSa), dan pengalihan pesan

dari BSu ke BSa. Dalam penerjemahan hanya form (bentuk) yang berubah dan

hanya meaning (arti) yang dipindahkan.

1. Metode-Metode Penerjemahan

Newmark (1988) mengajukan dua kelompok metode penerjemahan, yaitu:

a. Metode yang memberikan penekanan terhadap Bahasa Sumber (BSu)

Ada metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber yaitu metode

penerjemahan kata demi kata (word for word translation).

1. Metode penerjemahan kata demi kata

Dalam metode penerjemahan jenis ini biasanya kata-kata TSa langsung

diletakan di bawah versi TSu. Kata-kata dalam TSu diterjemahkan di luar konteks,

dan kata-kata yang bersifat cultural (misalnya kata “tempe”) dipindahkan apa

adanya. Umumnya metode ini dipergunakan sebagai tahapan prapenerjemahan

(sebagai gloss) pada penerjemahan teks yang sangat sukar atau untuk memahami

mekanisme BSu. Jadi, dalam proses penerjemahan metode ini dapat terjadi pada

tahap analisis atau tahap awal pengalihan. Namun, perlu diingat bahwa metode

penerjemahan semacam ini mempunyai kegunaan atau tujuan khusus, dan dalam

praktik penerjemahan di Indonesia lazim digunakan sebagai metode penerjemahan

yang umum.

Page 25: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

11

b. Metode yang memberikan penekanan terhadap Bahasa Sasaran (BSa)

Berbeda dengan metode di atas, pada metode ini penerjemahan lebih

berorientasi pada bahasa target. seperti halnya yaitu metode penerjemahan

komunikatif (communicative translation).

1. Metode Penerjemahan Komunikatif

Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang demikian

rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat

dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu, versi TSa-nya pun langsung berterima.

Sesuai dengan namanya, metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi,

yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Melalui metode ini, sebuah

versi TSu dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi TSa sesuai dengan prinsip-

prinsip di atas.

Sebagai contoh adalah penerjemahan kata spine dalam frase thorns spines

in old reef sediments. Apabila kata tersebut diterjemahkan untuk para ahli atau

kalangan ilmuan biologi, padanannya adalah spina (istilah teknis latin), tetapi

apabila diterjemahkan untuk khalayak pembaca yang lebih umum, kata tersebut

dapat diterjemahkan menjadi “duri” (dari lokakarya penerjemahan III bidang

iptek, atas kerja sama pusat penerjemahan Fakultas Sastra Universitas Indonesia

dengan Pusat Bahasa, 1993).14

14 Rochayah Machali, Pedoaman Bagi Penerjemah, (Bandung : Mizan Pustaka 2009), h. 83.

Page 26: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

12

2. Proses Penerjemahan

Orang yang berusaha memperoleh pengetahuan mengenai penerjemahan paling

tidak harus mengetahui apa yang dimaksud dengan proses penerjemahan.

Soemarno mengatakan bahwa proses penerjemahan ialah langkah-langkah yang

dilakukan oleh seorang penerjemah pada waktu dia melakukan

penerjemahannya.15

Secara umum proses penerjemahan itu terdapat tiga tahap,

diantaranya sebagai berikut:

a. Tahap analisis

Dalam tahap ini struktur lahir atau kalimat yang ada dianalisis menurut

hubungan gramatikal, menurut makna kata atau kombinasi kata, makna tekstual,

dan makna kontekstual. TSu harus dibaca secara keseluruhan dan dipahami

pesannya (maksudnya) meskipun hanya secara garis besar.

b. Tahap Transfer

Dalam tahap ini materi yang sudah dianalisis dan dipahami maknanya tadi

diolah oleh penerjemah dalam pikirannya dan dialihkan dari BSu ke dalam BSa.

c. Tahap Restrukturisasi

Dalam tahap ini penerjemah berusaha mencari padanan kata, ungkapan dan

struktur kalimat yang tepat dan sepadan dalam BSa. Sehingga isi makna dan pesan

yang ada dalam teks BSu tadi disampaikan sepenuhnya ke dalam BSa secara

sempurna.

15 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Cara Mudah Menerjemahkan Arab Indonesia), (Pamulang Barat: Dikara 2011), hal. 23.

Page 27: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

13

Proses penerjemahan yang perlu diperhatikan adalah analisis teks asli, dan

pemahaman makna atau pesan teks asli yang diungkapkan kembali ke dalam BSa

dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang sepadan dan wajar.

3. Syarat-syarat Penerjemah

Hasil terjemahan akan dianggap baik atau buruk, jelas atau tidak sangat

bergantung pada siapa yang menerjemahkan, meskipun seorang penerjemah itu

adalah sebagai pencipta, tetapi ia tidak mempunyai kebebasan seluas kebebasan

yang dimiliki penulis aslinya, karena seorang penerjemah pada dasarnya hanya

mengungkapkan apa yang dikarang oleh penulis aslinya.

Untuk menjadi seorang penerjemah yang baik serta menghasilkan terjemahan

yang berkualitas, seorang penerjemah harus memiliki syarat-syarat sebagai

berikut:

a. Seorang penerjemah harus menguasai dua bahasa, bahasa sumber dan bahasa

sasaran.

b. Seorang penerjemah harus memahami secara benar gaya bahasa dan

karakteristik bahasa-bahasa yang diterjemahkan.

c. Penerjemahan harus memiliki ciri khas bahasa sumber dan bahasa sasaran.

d. Seorang penerjemah harus menguasai kosa kata pada kedua bahasa tertentu.16

4. Teknik Penerjemahan dan Gaya Bahasa

Selain memperhatikan jenis teks (dalam arti fungsi dan maksud

keseluruhannya), seorang penerjemah juga harus memperhatikan gaya bahasa

yang digunakan dalam TSu. Misalnya, dalam kalimat berikut si penyampai berita

16 Solihin Bunyamin, Panduan Belajar Menerjemahkan Al-Qur’an Metode Granada Sistem Delapan Jam, (Jakarta: Pustaka Panji Mas 2003), h. 26.

Page 28: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

14

memakai gaya resmi “bertenaga” dengan memanfaatkan aspek makna konotatif.

Di sini penulis memakai kata-kata sifat yang mengundang emosi pembaca.

TSu III :

The non-aligned movement is determined to actively participate in all efforts

towards a successful resulition of hotbeds of crises in the world, irrespective of

their historical or contemporary causes, ensuring that solutions are not imposed

by outside power to the detriment of the interests of the parties direcly concerned.

(Deklarasi KTT Non-Blok, Beograd)

Penggunaan kata/frase yang bergaris bawah menunjukkan gaya “bertenaga”

tersebut. Bandingkan, misalnya, kalau kata-kata yang bergaris bawah tersebut

diganti dengan yang lebih netral, misalnya “is determined” diganti dengan

“decides”, dan kata sifat atau adverbanya dibuang. Tentu gaya bahasanya akan

lain dan tidak se-“bertenaga” aslinya. Seorang penerjemah harus sejauh mungkin

memproduksi ciri-ciri teks TSu tersebut dalam terjemahannya. Contoh

penerjemahan berikut tidak menunjukkan upaya reproduksi ini:

Teks TSa IIIa:

Gerakan Non-Blok merasa terpanggil untuk ikut serta dalam usaha meredakan

ketegangan, dalam rangka mencari solusi atas setiap krisis yang terjadi di dunia

ini. Dalam usaha tersebut, Gerakan Non-Blok berupaya agar kekuatan luar tidak

ikut campur.

Dapat dilihat di sini bahwa, terlepas dari masalah padanan pragmatik, versi

TSa-nya tidak sepadan dalam gaya bahasa (tidak “bertenaga”), banyak memakai

Page 29: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

15

aspek makna denotatif daripada konotatif, yaitu seperti penyampaian fakta biasa.

Bandingkan dengan TSa IIIb berikut:

Teks TSa IIIb:

Gerakan Non-Blok berketetapan untuk secara aktif berperan serta dalam segala

upaya pemecahan gemilang bagi permasalahan atau krisis di dunia, tanpa

memandang apakah penyebab historisnya lama atau baru, untuk menjamin bahwa

pemecahan permasalahan tidak ditunggangi oleh pihak-pihak luar demi

kepentingan pihak-pihak yang terlibat secara langsung.

Terlepas dari wajar-tidaknya penyampaian gramatikal melalui kalimat yang

panjang ini, TSa IIIb mengupayakan padanan gaya “bertenaga”. Upaya tersebut,

misalnya, dapat dilihat dari penggunaan kata-kata “berketetapan”, “pemecahan

gemilang”, dan “ditunggangi”. Dengan demikian, penerjemah TSa IIIb

mengupayakan padanan yang relatif total, karena mempertimbangkan segi gaya

bahasa dalam TSu III, di samping pemadanan lain.17

5. Definisi Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah salah satu di antara bagian dari ilmu bahasa. Oleh

karena itu bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa

lambang bunyi-suara yang dihasilkan oleh alat-ucap manusia. Gaya bahasa sering

kali dikenal dalam retorika dengan istilah “style”, yaitu kemampuan dan keahlian

menulis atau menggunakan kata-kata dengan alat bantu lidah. 18

Hal yang pertama

17 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Bandung : Mizan Pustaka 2009), h.

112. 18 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2009), h. 112.

Page 30: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

16

perlu dipahami bahwa gaya bahasa bukan semata-mata menggayakan suatu

bahasa.

Menurut Keraf, 2007: 113 “Gaya bahasa juga dapat dibatasi sebagai cara

mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa

dan kepribadian penulis (pemakai bahasa)”. Sedangkan menurut Tarigan, 1985: 5

“gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam

berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan

pembaca. Kata retorik berasal dari bahasa Yunani rhetor yang berarti orator atau

ahli pidato. Pada masa Yunani kuno retorik memang merupakan bagian penting

dari suatu pendidikan dan oleh karena itu aneka ragam gaya bahasa sangat penting

dan harus dikuasai benar-benar oleh orang-orang Yunani dan Romawi yang telah

memberi nama bagi aneka seni persuasi ini.”

Nini Ibrahim memiliki istilah lain bahwa gaya bahasa disebut juga majas,

yaitu penggunaan kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk mengungkapkan

perasaan dan pikiran dengan maksud tertentu. Gaya bahasa berguna untuk

menimbulkan keindahan dalam karya sastra atau dalam berbicara. Setiap orang

atau pengarang memiliki cara tersendiri dalam memilih dan menggunakan gaya

bahasa.19

Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah ungkapan untuk

menunjukan efek tersendiri, baik berupa estatis ataupun kepuisian, dengan jalan

membandingkan satu hal ataupun permasalahan dengan hal yang lain. Pemakaian

19 Nini Ibrahim, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Uhamka Press 2009), h. 74.

Page 31: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

17

bahasa digunakan secara imajinatif bukan dalam pengertian yang benar-benar

secara ilmiah (pembicaraan) saja, tetapi bertujuan untuk meyakinkan dan

mempengaruhi penyimak dan pembaca.

6. Jenis-jenis gaya bahasa

a. Segi bahasa

Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya

bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan,

sebagai berikut:

1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling

tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya

penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat.

Dapat dikatakan, gaya bahasa mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam

menghadapi situasi-situasi tertentu.

Dalam bahasa standar (bahasa buku) dapatlah dibedakan: gaya bahasa resmi

(bukan bahasa resmi), gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan. Gaya

bahasa dalam tingkatan bahasa nonstandar tidak akan dibicarakan di sini, karena

tidak akan berguna dalam tulisan-tulisan ilmiah atau ilmiah populer.20

20 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2009), h. 117.

Page 32: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

18

2. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna

Gaya berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna, yaitu apakah

acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada

penyimpangan. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna biasanya

disebut trope atau figure of speech. Istilah trope sebenarnya berarti “pembalikan”

atau “penyimpangan”. Trope atau figure of speech dengan demikian memiliki

bermacam-macam fungsi yaitu: menjelaskan, memperkuat, menghidupkan obyek

mati, menstimulasi asosiasi, menimbulkan gelak ketawa, atau untuk hiasan.21

6.1. Gaya bahasa khiasan

Gaya bahasa khiasan ini awalnya dibentuk berdasarkan perbandingan

atau persamaan. Yaitu membandingkan sesuatu antara yang satu dengan sesuatu

yang lain, tujuannya untuk menemukan ciri-ciri yang menunjukan kesamaan

antara dua hal tersebut. Macam-macam gaya bahasa khiasan yang akan saya

bahasa di antanya sebagai berikut:

a. Simile

Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan

perbandingan yang bersifat eksplisit adalah bahwa ia langsung menyatakan

sesuatu dengan hal yang lain.

Contoh: Kikirnya seperti kepiting batu.

21 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2009), h. 129.

Page 33: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

19

Simile dalam ilmu balaghah termasuk ,dalam kamus Al-Munawir شثنر

lafadz انرشث berarti انرثم dan dalam bahasa Indonesia berarti “persamaan”. Dalam

istilah balaghah:

ثشانر شآخ شيأت شيأ قانحا ضشغن جداأت فص ف

Artinya: menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam suatu sifat

dengan menggunakan alat karena ada tujuan.22

Contoh:

د ما ان كانثحش ػ

Cinta itu bagaikan laut dalam segi luas.

b. Personifikasi

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan

benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki

sifat-sifat kemanusiaan. Menurut Sayuti, perbandingan dalam personifikasi

dilakukan secara langsung yaitu dengan memberikan sifat-sifat atau ciri-ciri

manusia kepada benda-benda mati, binatang atau suatu ide.23

Pendapat Sayuti ini

sejalan dengan pernyataan Dick Hartoko dan Rahmanto yang menyatakan bahwa

gaya jenis ini merupakan suatu bentuk kiasan yang menampilkan benda-benda

22 Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an Balaghah 1 (Ilmu Bayan),

(Jakarta: Adabia Press, 2012), h. 1. 23 A. Sumanto, Sayuti, Puisi dan Pengajarannya, (Semarang: Penerbit IKIP, 1985), h. 95.

Page 34: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

20

atau konsep abstrak sebagai pribadi/person manusiawi dengan sifat-sifat

manusia.24

Contoh: Rumahmu barangkali ia menyeka mimpimu.

Personifikasi dalam aspek ilmu balaghah termasuk (يجاص نغ) majaz secara

harfiyah artinya “boleh”, lughawi artinya “bersifat bahasa” atau “dalam bahasa”.

Dengan demikian majaz lughawi artinya suatu kebolehan menggunakan suatu kata

sebagai bahasa bukan pada tempatnya. Seperti : matahari tersenyum atau bulan

menangis dll. Dalam istilah balaghah:

انه جاص ان ضغ ن ش يا غ م ف غرؼ ا جدساا ي حؼيا حشل غي حلالنؼفظ ان ؼن

.ممنحا

Artinya: “kata yang digunakan bukan pada tempatnya karena ada alaqah serta

qarinah yang mencegah dari arti yang sebenarnya”.25

Contoh:

انغذثغ اء.ى انثشق ف

Kilat itu tersenyum di langit.

Setelah mengemukakan beberapa aspek dari Syatibi dan Gorys,

selanjutnya akan dikemukakan beberapa sub unsur dari diksi yang meliputi kata

konkret dan kata abstrak.

24 Dick Hartoko dan Rahmanto, Pemandu Di Dunia Sastra, (Yogyakarta: Kanisius, 1986),

h. 108. 25 Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an Balaghah 1 (Ilmu Bayan),

(Jakarta: Adabia Press, 2012), h. 48.

Page 35: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

21

a. Kata konkret dan kata abstrak

Kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap indra.26

Suatu kata

harus diperkonkret untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca.

Maksudnya adalah, bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

menyeluruh. Sama halnya dengan pengimajian, kata yang diperkonkret erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan atau lambang. Jika pengarang mahir

memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau

merasa apa yang dilukiskan oleh pengarang, sehingga pembaca terlibat penuh

secara batin dalam terjemahannya.

Sementara itu, kata abstrak adalah berupa gambar, tanda, atau kata yang

menyatakan maksud tertentu, sehingga kata abstrak lebih berfungsi untuk

menambah keestetikaan terjemahan.

b. Imaji atau pencitraan

Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan

pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Waluyo

mengatakan, bahwa pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian kata atau

susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti

penglihatan, pendengaran, dan perasaan. 27

26 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 119. 27 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 78.

Page 36: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

22

c. Tema

Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan

oleh pengarang.28

Sementara itu, dalam buku The Norton Introduction to

Literature dikatakan, bahwa some refer to the central idea, the thesis, or even the

message of the story, and that is rougly what we mean by theme.29

Artinya, bahwa

beberapa tema mengacu pada ide sentral, tesis, atau bahkan pesan dari cerita.

Dapat dikatakan, bahwa pokok pikiran atau pokok persoalan begitu kuat

mendesak dalam jiwa pengarang sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya. Melalui latar belakang yang sama, penafsir-penafsir terjemahan

akan memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah terjemahan harus

dihubungkan dengan pengarang, serta dengan konsep-konsepnya yang

terimajinasikan. Oleh karena itu, tema bersifat khusus (pengarang), tetapi obyektif

(bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat). Perkembangan tema yang

baik dan terarah akan menguatkan topik dan tujuan yang telah ditentukan.

Perkembangan tema dapat dilihat dari dua sudut yaitu: 1) gagasan yang lebih

tinggi telah diperinci secara maksimal, 2) perincian-perincian tersebut sudah

diurutkan secara logis dan teratur, 3) perincian tesis atau pengungkapan maksud

sudah diperinci secara maksimal untuk membuat tema menjadi jelas, 4) perincian

gagasan sentral sudah diurutkan dalam urutan yang teratur dan logis dengan

memperlihatkan transisi yang jelas.30

Tema di sini bagian dari unsur semantik.

28 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 106. 29 Peter Simon (ed), The Norton Introduction to Literature, (London: W. W. Norton &

Company, 2002), h. 214. 30 Darsita Suparno, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Adabia Press, 2012), h. 159.

Page 37: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

23

d. Rasa

Rasa dalam terjemahan adalah sikap pengarang terhadap pokok

permasalahan yang terdapat dalam terjemahannya. Pengungkapan tema dan rasa

berkaitan dengan latar belakang sosial dan psikologis pengarang, seperti latar

belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam

masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, serta pengetahuan.

Kedalam pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak

bergantung pada kemampuan pengarang memilih kata-kata, gaya bahasa, dan

bentuk terjemahan itu saja, tetapi lebih bergantung pada wawasan, pengetahuan,

pengalaman, dan kepribadian yang berbentuk oleh latar belakang sosiologis dan

psikologisnya.31

Rasa di sini bagian dari pencitraan.

e. Amanat (pesan)

Amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang dapat ditelaah setelah

memahami tema, rasa, dari terjemahan itu sendiri. Tujuan atau amanat merupakan

hal yang mendorong pengarang untuk menciptakan terjemahannya. Amanat

tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang

diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang mungkin secara

sadar berada dalam pikiran pengarang, namun lebih banyak pengarang sadar akan

amanat yang diberikan.32

Amanat di sini bagian dari unsur semantik.

31 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 125. 32 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 130.

Page 38: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metodologi berasal dari bahasa Yunani „metodos‟ dan „logos‟, kata ini

terdiri dari dua suku kata yaitu ”metha” yang berarti melalui/melewati dan

“hodos” yang berarti jalan/cara metode yang merupakan analisis teoritis mengenai

suatu cara/metode. Muhammad mendefinisikan metode penelitian atau research

method sebagai aspek aksiologi dari suatu paradigma.33

Dalam penelitian ini,

penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Menurut Djajasudarma, penelitian kualitatif di dalam linguistik selalu

ditunjang dengan kuantitatif dari segi penghitungan data.34

Metode kualitatif

dipahami sebagai suatu prosedur penelitian untuk menghasilkan uraian deskriptif

berupa kalimat-kalimat yang berkaitan dengan gaya bahasa dalam aspek balaghah

yang terdapat dalam kitab Durratun Nashihin yang menjadi objek penelitian ini.

Dengan demikian data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini terbatas pada:

33 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2011), h. 168. 34 T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian,

(Bandung: Refrika Adiatma, 2006), h. 10.

Page 39: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

25

1. Gaya bahasa Personifikasi yaitu terjemahan yang mengandung perumpamaan

yang diibaratkan seperti manusia, sebagaimana dalam aspek balaghahnya

disebut majaz.

2. Gaya bahasa Simile yaitu terjemahan yang mengandung kata penghubung

seperti dalam aspek balaghahnya disebut sebagai tasybih.

C. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah kalimat yang sudah diterjemahkan dari

bahasa Arab ke bahasa Indonesia yang diidentifikasikan mengandung gaya bahasa

dalam aspek balaghah, kemudian mengklasifikasikannya sesuai dengan kategori

gaya bahasa yaitu berdasarkan langsung tidaknya makna.

D. Metode Penyediaan Data

Untuk menyediakan data, digunakan metode, adapun istilah metode dan

teknik yaitu “cara”. Metode adalah cara yang harus dilaksanakan sedangkan

teknik adalah cara melaksanakan metode.35

Terdapat dua jenis metode dalam

penyediaan data yaitu: metode simak dan metode catat.

Metode simak merupakan metode yang digunakan dalam penyediaan data

dengan cara peneliti melakukan penyimakan penggunaan bahasa. Mahsun

menjelaskan isi dari bagian ilmu sosial, oleh karena itu metode pengamatan dari

linguistik mengambil konsep dari ilmu sosial. Dikatakan bahwa metode ini dapat

35 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 127.

Page 40: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

26

disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi.36

Metode penyediaan

data ini dalam lingusitik diberi nama metode simak, karena cara yang digunakan

untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah

menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan,

tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis. Metode ini memiliki teknik dasar

yang berwujud teknik sadap.37

Teknik sadap tersebut sebagai teknik dasar dalam

metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan

penyadapan. Pada langkah ini digunakan teknik simak bebas cakap, peneliti hanya

menyimak informasi teks baik yang berkenaan dengan isi maupun satuan bahasa

teks. Untuk mengidentifikasikan teks tersebut, peneliti menggunakan metode

simak dengan teknik dasar sadap dan teknik bebas cakap.

Selain menggunakan teknik simak bebas cakap untuk menjalankan metode

simak, digunakan juga metode catat. Metode catat adalah mencatat data-data

dengan teknik pencatatan data. Teknik sadap, teknik dasar dengan teknik simak

libat cakap digunakan sebagai teknik lanjutan karena dapat langsung mencatat

data yang diperoleh. Teknik catat dipilih karena data yang dihadapi berwujud

lisan dan tulis, sehingga memungkinkan dapat mencatat hal-hal yang satuan

bahasanya diperlukan untuk mendapatkan cara secara catat.

Penelitian ini data diperoleh melalui sumber yang telah terjadi dalam kitab

Durratun Nashihin. Artinya dalam dalam terjemahan sudah tersedia, artinya

36 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 242. 37 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 92.

Page 41: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

27

penyediaan data terdapat dalam sebuah kitab. Oleh karena itu, dilakukan

penyediaan data seperti bagan berikut:

Sumber : Mahsun (2007), Metode Penelitian Bahasa, 116.

Yang sudah dimodifikasi oleh peneliti untuk keperluan penelitian.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah cara menguraikan dan mengelompokkan satuan

lingual. Metode padan digunakan untuk menganalisis data berupa kata yang

bersinonim dengan kata banding, dan sesuatu yang dibandingkan mengandung

makna adanya keterhubungan. Menurut mahsun, metode padan dilaksanakan

dengan menggunakan teknik hubung banding menyamakan (HBS), hubung

banding membedakan (HBB) dan teknik hubung banding menyamakan hal pokok

(HBSP). Pada metode analisis ini menggunakan konsep Syatibi, untuk melihat

adanya tinjauan balaghah dalam terjemahan Durratun Nashihin.38

Sementara

digunakan konsep Harimurti Kridalaksana, untuk melihat makna yang tidak sama

dengan gabungan makna anggota-anggotanya.39

38 Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an Balaghah 1 ( Ilmu Bayan),

(Jakarta: Adabia Press, 2012), h. 2 & 50. 39 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2008), h. 90.

Metode simak dengan

tekniknya yaitu teknik

simak bebas cakap

Metode catat

Data diperoleh

dengan dua cara

Page 42: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

28

F. Analisis Data

Hubungan konsep dengan cara menganalisis data, semua data yang telah

dikumpulkan melalui metode observasi dengan teknik catat dianalisis dengan sifat

data dan tujuan penelitian. Data yang diperoleh lewat teknik catat yaitu berupa

teks-teks terjemahan yang terdapat dalam kitab tersebut, yaitu teks-teks yang

mengandung gaya bahasa dalam aspek balaghahnya. Analisis data pada penelitian

ini terdiri atas dua tahap:

1. Digunakan kata-kata benda yang diumpamakan makhluk seperti manusia untuk

menganalisis gaya bahasa personifikasi.

2. Digunakan kata depan dan penghubung untuk menganalisis gaya bahasa simile.

3. Digunakan kata konkret dan kata abstrak untuk menangkap daya indra.

4. Digunakan imaji atau pencitraan untuk memberikan efek visual, supaya

pembaca seolah-olah bisa melihat dan merasakan peristiwaa yang terjadi.

5. Digunakan tema untuk memberikan tafsiran tema bagi sebuah terjemahan.

6. Rasa digunakan untuk menonjolkan sikap pengarang terhadap terjemahannya.

7. Amanat digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung dalam

terjemahan tersebut.

G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data penelitian ini ditampilkan dengan menggunakan metode

informal. Pelaksanaan penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu:

Page 43: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

29

Metodologi

penelitian

Metode

Kualitatif

Paradigma Semantik

Sumber

Data

kalimat yang sudah

diterjemahkan dari bahasa Arab

ke bahasa Indonesia, yang diidentifikasikan mengandung

gaya bahasa dalam aspek

balaghah, kemudian

mengklasifikasikannya sesuai dengan kategori gaya bahasa

yaitu berdasarkan : langsung

tidaknya makna.

Penyediaan

data

1. Metode simak dan tekniknya

yaitu teknik simak bebas cakap,

peneliti hanya menyimak

informasi teks baik yang

berkenaan dengan isi maupun

satuan bahasa teks.

2. Metode catat .

Analisis

Data

1. Digunakan kata-kata benda yang diumpamakan makhluk seperti manusia

untuk menganalisis gaya bahasa

personifikasi.

2. Digunakan kata depan dan penghubung

untuk menganalisis gaya bahasa simile.

3. Digunakan kata konkret dan kata abstrak

untuk menangkap daya indra.

4. Digunakan imaji atau pencitraan untuk

memberikan efek visual, supaya pembaca

seolah-olah bisa melihat dan merasakan

peristiwaa yang terjadi.

5. Digunakan tema untuk memberikan tafsiran

tema bagi sebuah terjemahan.

6. Rasa digunakan untuk menonjolkan sikap

pengarang terhadap terjemahannya.

7. Amanat digunakan untuk menyampaikan

pesan yang terkandung dalam terjemahan

tersebut.

Penyajian

Data

Formal

Page 44: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

30

GAMBARAN TENTANG KITAB DURRATUN NASHIHIN

a. Riwayat Hidup Pengarang

Seorang ulama yang hidup pada abad ke-18 H, dengan nama lengkapnya

adalah Syekh Usman bin Hasan bin Ahmad Syakir Al-Khaubawy ( 1224 M ).

Beliau (Istanbul, Turki).40

Nama al-Khaubawy dinisbatkan dengan kata khaubah

yang berarti para pekerja tarbazun.41

Beliau berasal dari Roma yang bermadzhab

Hanafi, beliau juga seorang ahli hukum, mufassir serta seorang pakar hadis,

namun bukan termasuk periwayat hadis. Riwayat hidup pengarang secara lengkap

baik tentang kapan lahirnya, kehidupan dimasa kecil sampai beliau dewasa,

jenjang pendidikannya dan kondisi sosial kemasyarakatan dimana beliau hidup

belum penulis temukan.

Keinginan Usman al-Khaubawy untuk menulis pengajaran atau nasehat-

nasehat tersebut serta meluruskan kekeliruan-kekeliruannya itu belum dapat

terwujud, dikarenakan beberapa hari setelah Usman al-Khaubawy ditimpa

musibah sakit keras yang memaksanya berbaring ditempat tidur untuk beberapa

lama. Akibat dari sakitnya itu beliau tidak mampu berbicara, dalam keadaan

seperti ini beliau bernazar “bila Allah SWT masih melindungi sari dari segala

bencana dan bahaya, maka saya akan menyajikan sesuatu yang digemari (nasehat)

dikalangan para penggemarnya dikalangan masyarakat”. Setelah beliau betul-

betul sembuh, kemudian menyiapkan kertas putih dan menulisnya laksana

40 Usman Al-Khaubawi, Durratun Nashihin fi al-wa’zi wa al-Irsyadi, (Beirut: Dar al-fikr

1998), h. 3. 41 Umar Ridha Kahhalah, Mu’jam al-muallafin tarajim musannifi al-Kutub al-Arabiyah,

(Beirut: Dar al-Haya’ 1957), h. 252-253.

Page 45: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

31

mengalirkan air sungai dan air laut yang diperlukan dikalangan mereka. Setelah

selesai penulisannya yang diibaratkan sebagai “Permata atau Mutiara yang belum

pernah disentuh”, kemudian beliau memberi nama kitab itu dengan nama

Durratun Nashihin. Penulisan dan penyusunan kitab Durratun Nashihin selesai

pada tahun 1804 M/ 1224 H, kemudian Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir al-

Khaubawy meninggal pada tahun 1804 M tidak lama setelah selesai menyusun

kitab tersebut.

Dalam pembahasan kitab Durratun Nashihin terbagi dalam beberapa

penyajian (bab) yang terdiri atas fadhilah-fadhilah (misalnya: shalat berjama‟ah,

fadhilah birrul walidain, berdzikir, berteman, fadhilah bulan rajab, sya‟ban,

ramadhan dan lain-lainya), yang didukung dengan ayat-ayat Al-Qur‟an, hadis-

hadisnya serta dilengkapi dengan pendapat para ulama dan kisah-kisah yang

relevan dengan pembahasan masing-masing.

Page 46: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS DATA PENELITIAN

Mencermati data penelitian ini ditemukan beberapa jenis gaya bahasa

antara lain personifikasi, dan gaya bahasa simile. Gaya bahasa tersebut ditinjau

dari aspek balaghah yaitu sebagai berikut:

1. Personifikasi.

Berdasarkan data yang ada gaya bahasa personifikasi yang terdapat pada

kitab Durratun Nashihin ( selanjutnya di singkat DN1 ) sebagai berikut:

Bersumber dari Jabir, dari Nabi Saw. Bahwa beliau bersabda:

1)

٬

٬

٬

Artinya:”Apabila tiba malam terakhir dari bulan Ramadhan, maka menangislah

langit, bumi dan para malaikat atas musibah yang menimpa umat Muhammad

Saw. Seorang bertanya: “Ya Rasulullah, musibah apakah itu?” Jawab Rasul

Saw: ”Perginya bulan Ramadhan. Karena sesungguhnya doa-doa di waktu itu

dikabulkan, sedekah-sedekah diterima, kebaikan-kebaikan dilipatkan, sedang

azab ditahan.42

42 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, (Jakarta: Bintang Terang 2007), h. 38.

Page 47: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

33

Untuk menentukan terjemahan itu disebut personifikasi, apabila memenuhi

tiga aspek yang dikemukakan oleh Syatibi, yaitu:

i. Bukan digunakan pada tempat yang seharusnya.

ii. Memiliki ALAQAH ػاللح (hubungan).

iii. Memiliki QARINAH لشح (penyebab/indikator).43

Personifikasi pada terjemahan di atas terdapat pada kalimat اخ اتكد انغ

األسض „maka menangislah langit dan bumi‟, terjemahan seperti itu mengandung

sebuah perumpamaan. Kata langit dalam bahasa Indonesia dirujuk sebagai

nomina (kata benda), kata langit dalam bahasa Indonesia dikategorikan sebagai

ruang luas yang terbentang di atas bumi, tempat beradanya bulan, bintang,

matahari, dan planet yang lain; di mana bumi dipijak, di situ langit di junjung

(KBBI, 2008 : 784). Berdasarkan definisi itu langit adalah benda yang tidak sama

dengan manusia yang dapat menangis, oleh karena itu kata langit digunakan

bukan pada tempatnya. Dengan demikian, kata langit dikategorikan sebagai majaz

( يجاص ).

Adanya hubungan kesamaan antara kata “langit” yang tertulis dengan kata

“manusia”, yang dimaksud hubungan kesamaan ini disebut alaqah ( ػاللح ).

Hubungan kesamaan antara “langit” dan “manusia” yaitu sama-sama bisa

mengeluarkan air. Dalam Al-Munawwir Arab-Indonesia, dijelaskan bahwa:

43 Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an Balaghah 1 (Ilmu Bayan), (Jakarta: Adabia Press, 2012), h. 52.

Page 48: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

34

Langit : اخانغ

Manusia:44

ظ )ج أاط ( : انثشش اإل

Di sini kata “menangis” disebut qarinah ( Qarinah adalah kata yang .( لشح

menghalangi suatu kata lain dari arti sebenarnya, yaitu: “langit menangis ”. Langit

seolah-olah seperti manusia yang bisa mengeluarkan air mata pada kata بكت

dengan demikian, kalimat di atas kata وات واألرضامانس diserupakan dengan

manusia, musyabbah-bihnya (manusia) ditiadakan dan diisyaratkan oleh salah satu

sifat khasnya yaitu بكت sebagai personifikasi, qarinahnya بكت kepada مواتانس

.واألرض

Terjemahan di atas menunjukkan penggunaan gaya bahasa personifikasi,

dalam personifikasi terdapat unsur persamaan yang kuat antara satu objek dengan

objek lain. Personifikasi di atas menggambarkan manusia pada bulan ramadhan

itu diperlakukan oleh Tuhan sebagai makhluk istimewa, karena perbuatan

manusia yang baik selalu diberikan pahala, dan perbuatan yang buruk selalu

dimohonkan ampun. Pada akhir bulan ramadhan pintu-pintu surga dibuka, pintu

neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Analisis berikutnya diberi tanda

dengan angka (2).

Diriwayatkan dari Nabi Saw. Bahwa beliau bersabda:

2)

44 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997), h. 664& 43.

Page 49: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

35

artinya:“Barangsiapa menghidupkan malam dari dua hari raya dan malam

pertengahan bulan Sya‟ban, maka hatinya takkan mati pada saat hati-hati (orang

lain) pada mati.45

Personifikasi pada terjemahan di atas terdapat pada kalimat ح د لهث نى

ب خ انمه maka hatinya takkan mati pada saat hati-hati (orang lain) pada„ ذ

mati‟. Merujuk kepada model analisis yang dikemukakan oleh Syatibi (2012 : 50)

yang mengatakan bahwa adanya benda yang diperbandingkan kesamaannya tetapi

tidak ditempatkan pada tempatnya, perumpamaan seperti ini digunakan sebagai

analisis tipe satu. Kata hati yang diterjemahkan dari kata tidak digunakan قهب

sebagaimana mestinya, kata itu merupakan sebuah perumpamaan yang disebut

majaz ( يجاص ). Adanya hubungan kesamaan antara kata hati dan manusia, yang

dimaksud hubungan kesamaan ini disebut alaqah ( ػاللح ). Hubungan kesamaan

antara kata hati dan manusia yaitu sama-sama bisa mati.

Dalam KBBI “Hati” n sesuatu yang ada di dalam tubuh

manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin

dan tempat menyimpan pengertian (perasaan dsb):

“Manusia” n makhluk yang berakal budi (mampu menguasai

makhluk lain); insan; orang;46

Hati : انمهة : يصذس لهة

انهة

manusia: 47

ظ )ج أاط ( : انثشش اإل

Di sini kata „mati‟ disebut qarinah ( لشح ). Qarinah adalah kata yang

menghalangi suatu kata lain dari arti sebenarnya. Dalam kamus linguistik konsep

45 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, (Jakarta:

Bintang Terang 2007), h. 760. 46 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 487& 877. 47 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

(Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997), h. 114& 43.

Page 50: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

36

ini disebut idiom, Kridalaksana (2008: 90). Dengan memahami qarinah atau

idiom, hati manusia dapat diklasifikasikan dua jenis:

1. Baik hati „baik‟

2. Besar hati „bangga‟

3. Hati mati „jahat‟

Dengan demikian, kalimat di atas kata قهبه diserupakan seperti manusia, ada unsur

yang disamakan dengan manusia yaitu ditiadakan dan diisyaratkan oleh salah satu

sifat khasnya sebagai personifikasi, qarinahnya يمت kepada قهبه.

Interpretasi personifikasi di atas menunjukkan bahwa umat Islam

mempunyai dua jenis hari raya, yaitu hari raya I‟dul Adha dan hari raya I‟dul

Fitri. Ada bulan yang disebut dalam terjemahan ini yaitu bulan Sya‟ban, dimana

pada pertengahan bulan tersebut orang Islam harus menghidupkannya. Orang-

orang yang melakukan ibadah pada tiga waktu itu, maka hatinya akan mendapat

cahaya kebaikan. Analisis berkutnya diberi tanda angka (3).

Dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda:

3)

٬

Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta‟ala menciptakan sebuah tiang di hadapan

Arsy. Maka, apabila seseorang mengucapkan:” Laa ilaaha illallaahu,

Muhammadur Rasulullah”, bergoyanglah tiang itu. Lalu, Allah Ta‟ala berfirman:

“Diamlah, hai tiang.” Namun, tiang itu menjawab: “Bagaimana aku bisa diam,

sedang Engkau belum mengampuni orang yang mengucap kalimat tadi?” Maka

Page 51: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

37

Allah Ta‟al berkata: “Sungguh, Aku telah mengampuninya.” Barulah ketika itu

dia mau diam.”48

Personifikasi pada terjemahan di atas terdapat pada kalimat د ل انؼ م „ ف

namun tiang itu menjawab‟, Kata tiang digunakan bukan pada tempatnya karena

“tiang” sebenarnya tidak bernyawa. Perumpamaan seperti ini digunakan sebagai

analisis tipe 2, dengan demikian kata “tiang” dikategorikan sebagai majaz ( ص يجا ).

Adanya hubungan kesamaan antara kata “tiang” yang tertulis dengan kata

“manusia” yang dimaksud dengan hubungan kesamaan ini disebut alaqah ( ػاللح).

Frase tiang itu menjawab mengindikasikan bahwa tiang bisa berbicara dengan

Allah SWT, hubungan kesamaan antara “tiang” dan “manusia” yaitu sama-sama

cipataan Allah SWT.

Namun, ada perbedaan dalam KBBI, dijelaskan bahwa: “Tiang n tonggak

panjang (dari bambu, besi, kayu, dsb). “Manusia n makhluk yang berakal budi

(mampu menguasai makhluk lain); insani; orang;.49

Di sini ditunjukkan bahwa

ada personifikasi yang digunakan yaitu tiang diumpamakan seperti manusia.

Sementara dalam Al-Munawwir Arab-Indonesia, dijelaskan bahwa:

Tongkat (batang) besi : د ) ج ذأانؼ ة انحذ ذج ( : لة ػ

Manusia : ظ )ج أاط ( : انثشش اإل50

48 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, (Jakarta:

Bintang Terang 2007), h. 598. 49 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1459 & 887.

50 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997), h. 970 & 43.

Page 52: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

38

Selanjutnya kata “menjawab” disebut qarinah ( لشح ). Qarinah adalah

kata yang menghalangi suatu kata lain dari arti sebenarnya yaitu “tiang

diibaratkan manusia yang bisa berbicara”. Tiang seolah-olah seperti manusia yang

bisa mengeluarkan suara pada kata يقول , dengan demikian kalimat di atas kata

diserupakan seperti manusia. Ada unsur yang disamakan dengan manusia انعمود

yaitu ditiadakan dan diisyaratkan oleh salah satu sifat khasnya sebagai

personifikasi, qarinahnya يقول kepada انعمود .

Personifikasi di atas memberikan gambaran betapa agungnya kalam ال إن

ناهلل ذ سع sehingga tiang pun bisa bergoyang, dengan kalimat tersebut Allah إالاهلل يح

SWT bisa mengampuni dosa-dosa bagi orang yang mengucapkannya. Dalam

kalimat ini Allah menjelaskan bahwa Dia Tuhan yang maha esa, dan tidak ada

Tuhan selain Dia, hanya Dia sajalah yang patut disembah. Kalimat ذحي اهللالا نا ال

اهلل لعس terdiri atas nafyu “laa ilaaha” dan itsbat “illallah” keduanya tidak dapat

dipisahkan. Artinya seorang muslim tidak boleh hanya melafadzkan nafyunya

tanpa itsbat atau sebaliknya, hanya mengitsbatkan tanpa me-nafyikan kalimat ini

merupakan kunci surga dan kunci dakwah para Rasul SAW. Analisis berikutnya

diberi tanda dengan angka (4).

Dari Ibnu Abbas dan dari Al-Abbas bin Abdul Muthalib ra, bahwa keduanya

mengatakan: Nabi Saw bersabda:

4)

Page 53: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

39

Artinya : “Apabila kulit seorang hamba menggigil karena takut kepada Allah

Ta‟ala, maka gugurlah darinya dosa-dosa sebagaimana daun-daun rontok dari

pohon yang telah kering.”51

Personifikasi di atas terdapat pada kalimat ت ر maka gugurlah” عمطد ػ

darinya dosa-dosa”, merujuk kepada analisis yang dikemukakan oleh Syatibi

(2012:50) yang mengatakan bahwa ada benda yang diperbandingkan

kesamaannya tetapi tidak ditempatkan pada tempatnya, perumpamaan seperti ini

digunakan sebagai analisis tipe 3. Kata dosa yang diterjemahkan dari kata ذنب

tidak digunakan sebagaimana mestinya, kata itu merupakan sebuah perumpamaan

yang disebut majaz ( يجاص ).

Untuk membahas alaqah ( ػاللح ), di pastikan dalam terjemahan tersebut

adanya hubungan kesamaan antara “dosa” yang tertulis dengan kata “daun”, yang

dimaksud hubungan kesamaan ini disebut alaqah ( Hubungan kesamaan .( ػاللح

antara “dosa” dan “daun” yaitu sama-sama bisa gugur. Dalam KBBI, dijelaskan

bahwa: “Dosa” n 1 perbuatan yang melanggar hukum Tuhan atau agama; 2

Perbuatan salah. Daun n 1 bagian tanaman yang tumbuh berhelai-helai pada

ranting (biasanya hijau) sebagai alat bernapas dan mengolah zat makanan; 2

bagian barang yang tipis lebar; 3 bagian barang yang berhelai-helai.52

Sementara

dalam Al-Munawwir, dijelaskan bahwa:

51 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, (Jakarta:

Bintang Terang 2007), h. 884. 52 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 342 & 298.

Page 54: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

40

Dosa: ب)ج( ر ةانز

Daun : لاس – قس

شجانش قسا قس-53

Kata “gugur” disebut qarinah ( Qarinah adalah kata yang .( لشح

menghalangi suatu kata lain dari arti sebenarnya yaitu “dosa diibaratkan daun

yang bisa gugur pada kata سقطت‟‟, dengan demikian kalimat di atas kata ذنب

diserupakan seperti manusia. Ada unsur yang disamakan dengan manusia yaitu

ditiadakan dan diisyaratkan oleh salah satu sifat khasnya sebagai personifikasi,

qarinahnya سقطت kepada ذنب.

5)

Artinya: Sedang menurut sebuah khabar:”Apabila Nampak hilal bulan

Ramadhan, maka berteriaklah „Arsy, kursi, para malaikat dan lainnya dengan

mengucapkan: “Beruntunglah umat Muhammad Saw. Dengan kemuliaan yang

ada di sisi Allah Ta‟ala untuk mereka, sedang matahari, bulan dan bintang-

bintang, burung-burung di udara, ikan dalam air dan semua yang bernyawa di

muka bumi, siang dan malam memohonkan ampun untuk mereka…”Dan

berfirmanlah Allah kepada para malaikat:‟Berikanlah shalatmu dan tasbihmu

pada bulan Ramadhan kepada umat Muhammad Saw.”54

53 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

(Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997), h. 740, 452, 1553. 54 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, (Jakarta:

Bintang Terang 2007), h. 22.

Page 55: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

41

Interpretasi personifikasi di atas terdapat pada kalimat ى انش ظ اعرغفشخ ن

اكة انك ش انم “sedang matahari, bulan dan bintang-bintang memohonkan ampun

untuk mereka”, terjemahan seperti itu mengandung sebuah perumpamaan,

perumpamaan seperti ini digunakan sebagai analisis tipe 4. Kata matahari, bulan

dan bintang-bintang digunakan bukan pada tempatnya, dengan demikian kata-

kata tersebut dikategorikan sebagai majaz (يجاص ). Adanya hubungan kesamaan

antara kata “matahari, bulan dan bintang-bintang” yang tertulis dengan kata

”manusia” yang dimaksud dengan hubungan kesamaan ini disebut alaqah ( ػاللح ).

Hubungan kesamaan antara matahari, bulan dan bintang-bintang dengan manusia

yaitu sama-sama ciptaan Allah Ta‟ala.

Dalam KBBI “Matahari” n benda angkasa, titik pusat tata

surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan terang dan

panas pd bumi pd siang hari;

“Bulan” n benda langit yg mengitari bumi, bersinar pd malam

hari krn pantulan sinar matahari;

“Bintang” n benda langit yg terdiri atas gas menyala spt

matahari, terutama tampak pd malam hari;. 55

Sementara dalam Al-Munawwir, dijelaskan bahwa:

Matahari : ػظىظ : انثش األانش

Bulan : )اس ش ) ج أل انم

Bintang, planet : )اكة كة ) ج ك انك56

Selanjutnya kata “memohonkan ampun” disebut qarinah ( لشح ). Qarinah adalah

kata yang menghalangi suatu kata lain dari arti sebenarnya yaitu “matahari, bulan

dan bintang-bintang”. Matahari, bulan dan bintang-bintang seolah-olah seperti

55 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 887, 219, 195. 56 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

(Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997), h. 740, 1155, 1240.

Page 56: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

42

manusia yang bisa memohon ampun pada kata dengan demikian , واستغفرت

kalimat di atas kata وانكواكب ٬انقمر ٬مسانش diserupakan seperti manusia. Ada unsur

yang disamakan dengan manusi yaitu ditiadakan dan diisyaratkan oleh salah satu

sifat khasnya sebagai personifikasi, qarinahnya واستغفرت kepada ٬انقمر ٬مسانش

.وانكواكب

Dalam terjemahan ini ada satu peristiwa yaitu peristiwa mengenai

manusia-manusia di bumi yang mempunyai perilaku-perilaku shaleh dan baik

menurut agama. Orang itu bisa saja bukan orang kaya, bukan orang miskin, dan

juga bukan orang cacat. Yang menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah

Ta‟ala, sehingga dengan ibadahnya itu bisa menggerakan benda-benda langit

menjadi benalu untuk memohon ampun. Sehingga muncullah gaya bahasa, dan

gaya bahasa ini muncul dari peristiwa bulan Ramadhan karena matahari, bulan

dan bintang-bintang bisa memohonkan ampun kepada Allah, itulah tanda terima

kasih dari suatu kaum. Jadi di situlah ada komunikasi antara:

Diumpamakan dapat

bergerak seperti

2. Simile

Berdasarkan data yang ada gaya bahasa simile terdapat pada kitab

Durratun Nashihin ( selanjutnya di singkat DN2 ) sebagai berikut:

Matahari

Bulan

Bintang

Manusia

Page 57: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

43

1)

Artinya: “Bersumber dari Zaid bin Rafi‟, dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda:

“Barangsiapa bershalawat untukku seratus kali pada hari jum‟at, maka Allah

mengampuninya, sekalipun dosa-dosanya bagaikan buih di laut.57

Untuk menentukan terjemahan itu disebut sebagai gaya bahasa simile bila

memenuhi empat aspek yang dikemukakan Syatibi, yaitu:

i. Unsur yang diserupakan, musyabbah ( .( يشث

ii. Unsur yang diserupakan dengannya, musyabbah bih( يشث ت ).

iii. Adat atau alat,. Ada kata yang mengandung arti serupa, adat( أداج ).

iv. Unsur sifat yang menjadi aspek kesamaan antara unsur 1 (musyabbah)

dengan unsur 2 (musyabbah bih), wajhusy syabah ( انشث ج ).58

Konsep tasybih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dosa bagaikan

buih = tasybih, artinya ada dua objek berlainan. Apabila dibandingkan dengan

yang lain, terdapat beberapa hal yang sama. Dengan kedua objek itulah dikatakan

sebagai ( انرشث ).

Bagaikan

57 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, (Jakarta:

Bintang Terang 2007), h. 27. 58 Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an Balaghah 1 (Ilmu Bayan),

(Jakarta: Adabia Press, 2012), h. 2.

Dosa

Buih

Page 58: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

44

Perumpamaan itu terdapat pada kalimat داك ن شحنثا ذتص مثي تر „sekalipun

dosa-dosanya bagaikan buih dilaut‟.

Dalam KBBI “Dosa” n 1 perbuatan yang melanggar

hukum Tuhan atau agama; 2 Perbuatan salah. “Buih”n gelembung-gelembung kecil pada permukaan barang

cair (seperti pada air, sabun, dan bir); busa; 59

Sementara dalam Al-Munawwir Arab-Indonesia, dijelaskan bahwa:

Dosa : ) ب ة ) ج ر ر

Buih : ج انضتذ : انشغ60

Untuk mengetahui dua objek dapat dikatakan sama, apabila unsur-unsur

dua hal atau dua objek yang dibandingkan dapat ditelusuri kesamaannya.

Musyabah-bihnya adalah suatu yang diserupakan dengannya.

“Dosa bagaikan buih di laut”, pertanyaan dalam rangka menelusuri atau mencari

musyabah-bihnya adalah: dosa diserupakan dengan apa?, jawabannya: buih.

Maka dari itu “buih” disebut musyabah-bih ( karena “buih” merupakan ( يشث ت

sesuatu yang diserupakan dengan “dosa”. Dapat dijelaskan bahwa dosa yang

dilakukan manusia yang sangat banyak, dosa merupakan unsur ikutan dari

perbuatan manusia yang tidak baik, dan dosa juga merupakan perbuatan yang

perlu dihindari. Dosa dapat hilang bila manusia itu banyak melakukan kebaikan,

begitu pun buih dapat hilang bila ditambah dengan air terus-menerus.

59 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 342 & 216. 60 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

(Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997), h. 452 & 559.

Page 59: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

45

Dalam terjemahan ini tidak terdapat adat yang berbentuk huruf atau fi‟il,

oleh karena itu dua aspek ini tidak dianalisis. Namun, adat yang berbentuk isim

ada dalam terjemahan ini maka dari itu akan di analisis seperti: مثم )mitslu).

Secara gramatikal buih disebut sebagai isim karena ( dan secara adat ada kata ,( ال

Menurut sudut pandang adat terjemahan tersebut termasuk tasybih mursal .( يثم )

karena adat tasybih disebut. Sedangkan menurut sudut pandang ( ذشث يشعم)

wajhusy syabah terjemahan tersebut termasuk tasybih mujmal ( يجمذشث ) karena

tidak terdapat wajhusy syabah.

Selanjutnya sebuah tasybih menjadi memiliki dua nama karena pada saat

yang sama harus dilihat dari dua sudut pandang sekaligus, yaitu: sudut pandang

adat dan sudut pandang wajhusy syabah. Jika dalam sebuah tasybih terdapat adat

tetapi wajhusy syabahnya dibuang, maka tasybih tersebut dinamai tasybih mursal

mujmal ( يشعم يجم ), dengan demikian terjemahan di atas termasuk tasybih مرسم

جممم .

Simile di atas memberikan gambaran terhadap shalawat, bahwa dengan

bershalawat dosa-dosa kita di ampuni. Allah menjadikan hari jum‟at sebagai hari

yang baik untuk melakukan segala kebaikan seperti, bersedekah dan lainnya. jika

kita bershalawat terus-menerus kepada Nabi Muhammad Saw maka kita telah

menghormati dan selalu mengingat Nabi. Keistimewaan shalawat di hari Jum‟at

yaitu:

1. Mengharamkan bumi memakan jasad para Nabi.

2. Rasul bersabda: barang siapa bershalawat untuk-Ku sekali, maka Allah akan

memberi shalawat padanya sepuluh kali.

Page 60: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

46

3. Barang siapa paling banyak bacaan shalawatnya, maka ia orang yang paling

dekat dengan-Ku kedudukannya.

4. Barang siapa yang melakukannya, maka aku akan menjadi saksi dan pemberi

syafaat baginya pada hari kiamat.

5. Barang siapa yang membaca shalawat untuk-Ku seratus kali setiap jum‟at

maka dosa-dosanya akan diampuni selama delapan puluh tahun.

6. Barang siapa yang membaca seribu kali maka ia takkan mati sebelum melihat

surga sebagai tempat tinggalnya kelak.

Diriwayatkan dalam sebuah khabar:

2)

٬

٬٬

Artinya: “Apabila tiba hari kiamat, maka suatu panggilan memanggil:”manakah

para pecinta bulan Rajab?” lalu terbitlah suatu cahaya, maka Jibril dan Mikail

as, mengikuti cahaya itu, dan diikuti pula oleh para pecinta bulan Rajab.

Kemudian mereka menyebrang di atas Shirath bagaikan kilat menyambar.

Selanjutnya mereka bersujud kepada Allah Ta‟ala, karena bersyukur atas

berhasilnya melewati Shirath. Maka Allah Ta‟ala berfirman: “Hai para pecinta

bulan Rajab, angkatlah kepala kamu sekalian pada hari ini. Sesungguhnya kamu

telah menunaikan sujud di dunia pada bulan-Ku. Pergilah kamu ke tempatmu

masing-masing”.61

61 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, (Jakarta: Bintang Terang 2007), h. 166.

Page 61: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

47

Konsep tasybih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menyebrang

bagaikan kilat = tasybih, artinya ada dua objek berlainan. Apabila dibandingkan

dengan yang lain, terdapat beberapa hal yang sama. Dengan kedua objek itulah

dikatakan sebagai (ذشث ).

Bagaikan

Perumpamaan itu terdapat pada kalima قشثانك اطش انصهػ ش ىث فاطخان

„kemudian mereka menyebrang di atas shirath bagaikan kilat‟.

Dalam KBBI “Menyebrang” v 1 berjalan dsb ke

seberang sana; 2 mengarungi(sungai, jalan, dsb); 3 berpindah

ke sebelah; 4 menyebrangi; 5 cak membelot. “Kilat” n 1 cahaya yang berkelebat dengan cepat dilangi

(petir dsb); 2 Cahaya yang berkilau (berkilat); 3 Yang sangat

cepat; 4 Yang dikerjakan dalam waktu singkat.62

Sementara dalam Al-Munawwir Arab-Indonesia, dijelaskan bahwa:

Berlalu, lewat: شا -يش ي سا يش يشا

Kilat ( berkilat) : ما –تشق تش لا تش تشلا 63

Untuk mengetahui dua objek dapat dikatakan sama, apabila unsur-unsur

dua hal atau dua objek yang dibandingkan dapat ditelusuri kesamaannya.

Musyabah-bihnya adalah suatu yang diserupakan dengannya.

62 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1236& 698. 63 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

(Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997), h. 773 & 77.

menyebrang

Kilat

Page 62: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

48

“menyebrang bagaikan kilat”, pertanyaan dalam rangka menelusuri atau mencari

musyabah-bih adalah: menyebrang diserupakan dengan apa?, jawabannya: kilat.

Maka dari itu “kilat” disebut musyabah-bih ( karena “kilat” merupakan ( يشث ت

sesuatu yang diserupakan dengan “menyebrang”. Dalam terjemahan ini tidak

terdapat adat yang berbentuk isim atau fi‟il, oleh karena itu dua aspek ini tidak

dianalisis. Namun, adat yang berbentuk huruf ada dalam terjemahan ini seperti : ك

(ka) maka dari itu akan di analisis.

Menurut sudut pandang adat terjemahan tersebut ternasuk tasybih mursal

( karena adat tasybihnya disebut. Sedangkan menurut sudut pandang ( ذشث يشعم

wajhusy syabah terjemahan tersebut termasuk tasybih mujmal (ذشث يجم ) karena

tidak terdapat wajhusy syabbah.

Selanjutnya sebuah tasybih menjadi memiliki dua nama karena pada saat yang

sama harus dilihat dari dua sudut pandang sekaligus, yaitu: sudut pandang adat

dan sudut pandang wajhusy syabah. Jika dalam sebuah tasybih, terdapat adat

tetapi wajhusy syabahnya dibuang maka tasybih tersebut dikategorikan sebagai

tasybih mursal mujmal ( dengan demikian terjemahan di atas ,( يجم يشعم

termasuk tasybih مجممرسم م .

Simile di atas menggambarkan orang-orang yang mencintai bulan rajab

yang diturunkannya kepada mereka sebuah cahaya, kemudian disaat mereka

melewati shirath Allah memudahkannya sehingga saat mereka melintasi kilat

tersebut bagaikan kilat yang menyambar. Dengan bersyukurnya mereka, maka

Allah menilai bahwa mereka telah melakukan sujud kepada-Nya dibulan rajab.

Sabda Nabi Saw:

Page 63: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

49

3)

٬

Artinya:” Barangsiapa diantara kamu sekalian memelihara shalat dalam

keadaan bagaimana pun dan di mana saja, maka dia akan dapat melewati titian

bagaikan kilat menyambar bersama rombongan pertama dari mereka yang

terdahulu masuk islam, dan dia datang pada hari kiamat sedang wajahnya

bagaikan rembulan pada malam purnama, dan tiap-tiap sehari semalam dia

memperoleh semisal pahata seribu orang yang mati syahid.”64

Konsep tasybih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wajah bagaikan

rembulan = tasybih, artinya ada dua objek berlainan. Apabila dibandingkan

dengan yang lain, terdapat beberapa hal yang sama. Dengan kedua objek itulah

dikatakan sebagai ( ذشث ).

Bagaikan

Perumpamaan itu terdapat pada شمانك ج ‟wajahnya bagaikan rembulan‟.

Dalam KBBI “Wajah” n 1 bagian depan dari kepala;

roman muka; muka; 2 Tokoh; 3 Apa-apa yang tampak lebih

dulu; 4 gambaran

“Bulan” n benda langit yang mengitari bumi, bersinar pada

malam hari karena pantulan sinar matahari.65

64 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, (Jakarta:

Bintang Terang 2007), h. 461. 65 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1553 &219.

Wajah

Rembulan

Page 64: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

50

Sementara dalam Al-Munawwir Arab-Indonesia, dijelaskan bahwa:

Pangkat / kedudukan : : انجا ج ان

Bulan : ) ش ) ج الاس انم66

Untuk mengetahui dua objek dapat dikatakan sama, apabila unsur-unsur

dua hal atau dua objek yang dibandingkan dapat ditelusuri kesamaannya.

Musyabah-bihnya adalah suatu yang diserupakan dengannya.

“wajah bagaikan rembulan”, pertanyaan dalam rangka menelusuri atau mencari

musyabah-bih adalah: wajah diserupakan dengan apa?, jawabannya: rembulan.

Maka dari itu “rembulan” disebut musyabah-bih ( ”karena “rembulan ( يشث ت

merupakan sesuatu yang diserupakan dengan “wajah”. Dari paparan di atas dapat

dijelaskan, bahwa wajah manusia akan bersinar jika ia selalu menjaga shalatnya

dalam setiap waktunya. Dalam terjemahan ini tidak terdapat adat yang berbentuk

isim atau fi‟il, oleh karena itu dua aspek ini tidak dianalisis. Namun, adat yang

berbentuk huruf ada dalam terjemahan ini seperti : ك (ka) maka dari itu akan di

analisis. Wajah bisa bercahaya apabila kita selalu melaksanakan perintah Allah

SWT, sehingga cahaya tersebut bisa terpancar dari wajah kita. Bulan bisa bersinar

pada malam hari karena adanya pantulan cahaya.

Menurut sudut pandang adat terjemahan tersebut ternasuk tasybih mursal

( يشعمذشث ) karena adat tasybihnya disebut. Sedangkan menurut sudut pandang

wajhusy syabah terjemahan tersebut termasuk tasybih mujmal ( م جيذشث ) karena

tidak terdapat wajhusy syabbah. Selanjutnya sebuah tasybih menjadi memiliki dua

66 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997), h. 1541 & 1155.

Page 65: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

51

nama karena pada saat yang sama harus dilihat dari dua sudut pandang sekaligus,

yaitu: sudut pandang adat dan sudut pandang wajhusy syabah. Jika dalam sebuah

tasybih terdapat adat tetapi wajhusy syabahnya dibuang maka tasybih tersebut

dinamai tasybih mursal mujmal ( dengan demikian terjemahan di ,( جميشعم ي

atas termasuk tasybih مجمرسم مم .

Simile di atas mengingatkan kita untuk selalu menjaga, memelihara, dan

mengutamakannya baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Biasanya orang yang

selalu melakukan ibadah kepada Allah SWT ia selalu merenungkan rahmat Allah

yang maha suci, memelihara shalat bisa dilakukan dengan cara: 1). Tidak

meninggalkan shalat 2). Memelihara syarat, rukun, dan sunnah shalat 3).

Memelihara waktu shalat 4). Mengajak untuk mendirikan shalat.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa dia berkata: Rasulullah Saw bersabda:

4)

Artinya: “Apabila seorang hamba Allah berzina atau meminum Khamer, maka

keluarlah iman darinya, lalu iman itu berada di atas kepalanya bagaikan payung.

Apabila dia telah usai dari perbuatan itu, maka iman itu kembali lagi

kepadanya.”67

Konsep tasybih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah iman bagaikan

payung = tasybih, artinya ada dua objek berlainan. Apabila dibandingkan dengan

67 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, (Jakarta: Bintang Terang 2007), h.238.

Page 66: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

52

yang lain, terdapat beberapa hal yang sama. Dengan kedua objek itulah dikatakan

sebagai ( شثذ ).

Bagaikan

Perumpamaan itu terdapat pada ا كانظ اإل ق سأع ف حهفكا „lalu iman itu berada

di atas kepalanya bagaikan payung‟.

Dalam KBBI “Iman” n 1 kepercayaan (yang berkenaan

dengan agama); 2 Keyakinan dan kepercayaan kepada Allah

SWT; 3 Ketetapan hati; keteguhan batin; keseimbangan batin; “Payung” n alat pelindung badan supaya tidak terkena panas

matahari / hujan, dan juga dipakai sbg tanda kebesaran

Barang apa yang melindungi (di atas kepala); pelindung dsb;68

Sementara dalam Al-Munawwir Arab-Indonesia, dijelaskan bahwa:

Iman : ا اإل

Payung ( penahan sinar matahari) : ظ ح غح : انشهان69

Untuk mengetahui dua objek dapat dikatakan sama, apabila unsur-unsur

dua hal atau dua objek yang dibandingkan dapat ditelusuri kesamaannya.

Musyabah-bihnya adalah suatu yang diserupakan dengannya.

“iman bagaikan payung”, pertanyaan dalam rangka menelusuri atau mencari

musyabah-bih adalah: iman diserupakan dengan apa?, jawabannya: payung.

Maka dari itu “payung” disebut musyabah-bih ( يشث ت ) karena “payung”

merupakan sesuatu yang diserupakan dengan “iman”. Dari paparan di atas dapat

68 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 526 & 1033. 69 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

(Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997), h. 41 & 882.

Iman

Payung

Page 67: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

53

dijelaskan, bahwa iman bisa menjaga kita dalam keadaan apapun, maka dari itu

kita harus memperkuat iman kita.

Dalam terjemahan ini tidak terdapat adat yang berbentuk isim atau fi‟il,

oleh karena itu dua aspek ini tidak dianalisis. Namun, adat yang berbentuk huruf

ada dalam terjemahan ini seperti : ك (ka) maka dari itu akan di analisis. Iman bisa

menjaga kita dari segala bisika roh-roh jahat, apabila iman kita kuat maka Allah

akan menjaga kita. Kemudian payung bisa menutupi atau menjaga kita dari panas

maupun hujan. Menurut sudut pandang adat terjemahan tersebut ternasuk tasybih

mursal ( يشعم ذشث ) karena terdapat adat tasybih. Sedangkan menurut sudut

pandang wajhusy syabah terjemahan tersebut termasuk tasybih mujmal ( ميجذشث

) karena tidak terdapat wajhusy syabbah.

Selanjutnya sebuah tasybih menjadi memiliki dua nama karena pada saat yang

sama harus dilihat dari dua sudut pandang sekaligus, yaitu: sudut pandang adat

dan sudut pandang wajhusy syabah. Jika dalam sebuah tasybih terdapat adat tetapi

wajhusy syabahnya dibuang maka tasybih tersebut dinamai tasybih mursal

mufassal ( يشعم يجم ), dengan demikian terjemahan di atas termasuk tasybih

.مرسم مجمم

Simile di atas mengingatkan kita agar selalu menjaga iman kita, bahkan

kita harus mempertebal iman kita dengan cara: taat beribadah kepada Allah SWT,

rajin berpuasa, berdzikir agar kita selalu ingat kepada Allah yang maha mengasihi

lagi maha menyayangi, dan tidak menyimpan rasa yang dibenci oleh Allah, seperti

halnya iri, dengki, dan syirik. Sebagaimana dalam rukun iman yang terdapat

dalam agama Islam yaitu: iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada

Page 68: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

54

Rasulullah, iman kepada kitab suci Al-Qur‟an, iman kepada hari kiamat, dan iman

kepada qada dan qadar Allah SWT.

Dari Nabi Saw bersabda:

5)

٬.

Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan shalat adalah seperti sebuah sungai yang

mengalir di depan pintu seorang di antara kamu, di mana ia mandi setiap harinya

lima kali. Masih adakah kotoran yang tersisa padanya?”

Para sahabat menjawab: “Tidak!”

Sabda Nabi: “Demikian pulalah shalat mencuci dosa-dosa.”70

Konsep tasybih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah shalat bagaikan

sungai = tasybih, artinya ada dua objek berlainan. Apabila dibandingkan dengan

yang lain, terdapat beberapa hal yang sama. Dengan kedua objek itulah dikatakan

sebagai ( شثذ ).

Seperti

Perumpamaan itu terdapat pada شالانص ثم shalat adalah seperti sebuah„ ج ك

sungai‟.

Dalam KBBI ”Shalat” n 1 IsI rukun Islam kedua, berupa

ibadah kepada Allah SWT; 2 Do‟a kepada Allah.

“Sungai” n 1 aliran air yang besar (biasanya buatan alam); 2

kali.71

70 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, (Jakarta: Bintang Terang 2007), h.63.

Shalat

Sungai

Page 69: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

55

Sementara dalam Al-Munawwir Arab-Indonesia, dijelaskan bahwa:

Shalat / sembahyang : انصصان هجالج

Sungai : شأش ) ج ان ش ا اس 72

Untuk mengetahui dua objek dapat dikatakan sama, apabila unsur-unsur

dua hal atau dua objek yang dibandingkan dapat ditelusuri kesamaannya.

Musyabah-bihnya adalah suatu yang diserupakan dengannya.

“shalat seperti sungai”, pertanyaan dalam rangka menelusuri atau mencari

musyabah-bih adalah: shalat diserupakan dengan apa?, jawabannya: sungai.

Maka dari itu “sungai” disebut musyabah-bih (يشث ت ) karena “sungai”

merupakan sesuatu yang diserupakan dengan “shalat”. Dari paparan di atas dapat

dijelaskan, bahwa shalat bisa membersihkan / mensucikan kita dari segala dosa

dan perbuatan yang tidak baik.

Dalam terjemahan ini tidak terdapat adat yang berbentuk huruf atau fi‟il,

oleh karena itu dua aspek ini tidak dianalisis. Namun, adat yang berbentuk isim

ada dalam terjemahan ini seperti : .mitslu) maka dari itu akan di analisis( مثم

Shalat bisa mensucikan kita dari segala perbuatan dosa, oleh karena itu kita tidak

boleh meninggalkan shalat. Kemudian sungai bisa membersihkan kotoran, oleh

sebab itu sungai diibaratkan seperti shalat yang bisa membersihkan dari segala

kotoran.

71 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1208 & 1356. 72 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

(Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997), h. 792 & 1468.

Page 70: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

56

Menurut sudut pandang adat terjemahan tersebut ternasuk tasybih mursal

( يشعم ذشث ) karena terdapat adat tasybih. Sedangkan menurut sudut pandang

wajhusy syabah terjemahan tersebut termasuk tasybih mujmal ( يجم ذشث ) karena

tidak terdapat wajhusy syabbah. Selanjutnya sebuah tasybih menjadi memiliki dua

nama karena pada saat yang sama harus dilihat dari dua sudut pandang sekaligus,

yaitu: sudut pandang adat dan sudut pandang wajhusy syabah. Jika dalam sebuah

tasybih terdapat adat tetapi wajhusy syabahnya dibuang maka tasybih tersebut

dinamai tasybih mursal mujmal ( ميشعم يج ), dengan demikian terjemahan di

atas termasuk tasybih مرسم مجمم.

Simile di atas menggambarkan bahwa shalat adalah pekerjaan yang tidak

boleh ditinggalkan oleh orang Islam, karena shalat merupakan rukun Islam kedua

dan wajib hukumnya. Shalat juga bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar,

seperti yang diriwayatkan dalam hadis Seseorang . الج ذ ػ انفحشاء انكشانص ا

yang shalat lima waktu dengan khusyu pasti akan bersih jiwanya, tidak akan

ditemukan dari dirinya sifat yang dibenci Allah SWT. Namun demikian,

meskipun mandi lima kali kalau mandinya asal-asalan tentunya kurang bersih itu

bagaikan orang yang rajin shalatnya tetapi tidak khusyu dan tidak sesuai dengan

tuntunan Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, shalatnya tidak membawa

bekas untuk kehidupan dia sehari-hari dan untuk di hari kiamat nanti.

B. Analisis data penelitian berikutnya yaitu sebagai berikut:

1. Personifikasi

a. Kata konkret dan kata abstrak

Page 71: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

57

Penggunaan kata konkret dalam terjemahan bertujuan agar pembaca

seolah-olah mendengar, melihat, atau merasa apa yang dirasakan atau dilakukan

oleh penulis. Berikut ini merupakan kata-kata konkret yang terdapat dalam kitab

Durratun Nashihin:

Kata konkret gaya bahasa personifikasi

Halaman Kalimat Kata konkret bahasa

Indonesia

Kata konkret bahasa

Arab

38 2 langit, bumi, menangislah ٬٬

760 1 malam

598 1, 4, 9 tiang, bergoyanglah, aku,

mengucap

٬٬٬

884 1, 2 kulit, dosa, daun ٬٬

22 3,8,9,10,

11,12

arsy, kursi, matahari, bulan,

bintang-bintang, burung-

burung, ikan, bumi, siang,

malam, memohonkan,

mereka

٬٬٬٬

٬٬

٬٬٬٬٬

Berbeda dengan kata konkret, kata abstrak berfungsi sebagai penambah

estetika yang terdapat dalam terjemahan. Berikut ini kata-kata abstrak yang

terdapat dalam kitab Durratun Nashihin:

Page 72: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

58

Kata abstrak gaya bahasa personifikasi

Halaman Kalimat Kata abstrak bahasa

Indonesia

Kata abstrak bahasa

Arab

760 1 Menghidupkan

598 1, 7, 9 menciptakan, menjawab,

mengampuni

٬٬

884 1, 2 menggigit, gugurlah, rontok ٬٬

829 3 Kesaksianlah

22 ١, 4,

13,14

berteriaklah, mengucapkan,

berfirmanlah, berikanlah,

shalatmu, tasbihmu

٬٬٬٬

٬

b. Imaji atau pencitraan

Terjemahan kitab Durratun Nashihin menampilkan imaji penglihatan, hal

tersebut dilakukan pengarang untuk memberikan efek visual pertama supaya

pembaca seolah-olah benar-benar melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam

terjemahan tersebut. Penyajian imaji visual ini juga diperkuat dengan imaji

perabaan, hal tersebut dilakukan bukan hanya seolah-olah benar-benar melihat,

tetapi juga pembaca seolah-olah ikut merasakan atas apa yang terjadi dalam

terjemahan tersebut.

Imaji gaya bahasa personifikasi

Gaya bahasa Imaji Banyak Keterangan

Page 73: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

59

personifikasi

1

Penglihatan

31

langit, bumi, malam, tiang, aku,

dosa, daun, bergoyanglah,

menangislah, mengucap,

menjawab, menghidupkan,

kesaksianlah, mengampuni,

menciptakan, arsy, kursi,

matahari, bulan, bintang-bintang,

burung-burung, ikan, siang,

memohonkan, mereka,

berteriaklah, mengucapkan,

berfirmanlah, berikanlah, shalat,

tasbih.

2 Perabaan 1 Menggigit

c. Tema

Tema yang diangkat dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa personifikasi (1) adalah bulan ramadhan. Hal tersebut dapat dilihat dari

penggunaan kata yang digunakan dalam kitab tersebut oleh Dia-lirik adalah sosok

yang tidak kelihatan. Bulan ramadhan dalam pandangan Dia-lirik, disampaikan

dengan menggunakan istilah alam. Berikut ini merupakan contoh kutipan

terjemahannya:

“Maka menangislah langit dan bumi”.

Page 74: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

60

Penggunaan istilah alam di sini bukan tanpa alasan. Alam merupakan bentuk

kekuasaan Allah yang dapat dilihat secara langsung. Selain itu, alam

menunjukkan sesuatu yang berkuasa.

Tema yang diangkat dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa personifikasi (2) adalah keutamaan bulan sya‟ban yang diagungkan. Hal

tersebut dapat dilihat dari penggunaan kata yang digunakan dalam kitab tersebut

oleh Dia-lirik adalah sosok yang tidak kelihatan. Bulan sya‟ban dalam pandangan

Dia-lirik disampaikan dengan menggunakan istilah anggota tubuh. Berikut ini

merupakan contoh kutipan terjemahannya:

“Maka hatinya takkan mati pada saat hati-hati (orang lain) pada mati”.

Penggunaan istilah anggota tubuh di sini bukan tanpa alasan, anggota tubuh

merupakan ciptaan Allah SWT yang terdapat dalam tubuh manusia.

Tema yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa personifikasi (3) adalah mengingat Allah dan mengesakan-Nya. Hal

tersebut dapat dilihat dari penggunaan kata yang digunakan dalam terjemahan

kitab tersebut oleh Dia-lirik adalah sosok yang tidak kelihatan. Mengingat Allah

dalam pandangan Dia-lirik disampaikan dengan menggunakan istilah alam.

Berikut ini merupakan contoh kutipan terjemahan tersebut:

“Sesungguhnya Allah Ta‟ala menciptakan sebuah tiang di hadapan Arsy‟.

Page 75: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

61

Penggunaan istilah alam di sini bukan tanpa alasan. Alam merupakan bentuk

kekuasaan Allah yang dapat dilihat secara langsung. Selain itu, alam

menunjukkan sesuatu yang berkuasa.

Tema yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa personifikasi (4) adalah dosa. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan

kata yang digunakan dalam terjemahan kitab tersebut oleh Dia-lirik adalah sosok

yang tidak kelihatan. Dosa dalam pandangan Dia-lirik disampaikan dengan

menggunakan istilah anggota badan. Berikut ini merupakan contoh kutipan

terjemahan tersebut:

“Apabila kulit seorang hamba menggigit karena takut kepada Allah”.

Tema yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa personifikasi (5) adalah keutamaan bulan ramadhan. Hal tersebut dapat

dilihat dari penggunaan kata yang digunakan dalam terjemahan kitab tersebut oleh

Dia-lirik adalah sosok yang tidak kelihatan. Bulan ramadhan dalam pandangan

Dia-lirik disampaikan dengan menggunakan istilah alam. Berikut ini merupakan

contoh kutipan terjemahan tersebut:

“Sedang matahari, bulan dan bintang-bintang, burung-burung di udara, ikan di dalam air dan

semua yang bernyawa di muka bumi, siang dan malam memohonkan ampun untuk mereka”.

Page 76: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

62

d. Rasa

Rasa yang terkandung dalam terjemahan gaya bahasa personifikasi (1)

adalah rasa sedih yang diungkapkan oleh umat Nabi Muhammad SAW, karena

telah berakhirnya bulan ramadhan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan

terjemahan berikut:

“Apabila malam terakhir dari bulan ramadhan, maka menangislah langit, bumi dan para

malaikat atas musibah yang menimpa umat Nabi Muhammad SAW”.

Rasa yang terkandung dalam terjemahan gaya bahasa personifikasi (2)

adalah rasa agung karena pada saat pertengahan bulan sya‟ban orang-orang Islam

melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, baik dengan cara shalat dan

bershalawat. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan terjemahan berikut:

“Barangsiapa menghidupkan malam dari dua hari raya dan malam pertengahan bulan

sya‟ban”.

Rasa yang terkandung dalam terjemahan gaya bahasa personifikasi (3)

adalah rasa kagum terhadap ciptaan Allah Ta‟ala. Hal tersebut dapat dilihat pada

kutipan terjemahan berikut:

٬

“Bergoyanglah tiang itu. Lalu, Allah berfirman: Diamlah, hai tiang” namun, tiang itu

menjawab: bagaimana aku bisa diam.”

Rasa yang terkandung dalam terjemahan gaya bahasa personifikasi (4)

adalah rasa haru karena Allah selalu mengampuni hamba-hamba-Nya yang telah

Page 77: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

63

berbuat dosa, apabila seorang hamba tersebut memohon ampun kepada-Nya. Hal

tersebut dapat dilihat pada kutipan terjemahan berikut:

“.Maka gugurlah dosa-dosanya sebagaimana daun-daun rontok dari pohonnya”.

Rasa yang terkandung dalam terjemahan gaya bahasa personifikasi (5)

adalah rasa kagum karena telah tampak bulan ramadhan. Hal tersebut dapat dilihat

pada kutipan terjemahan berikut:

“Apabila Nampak hilal bulan Ramadhan, maka berteriaklah „Arsy, kursi, para malaikat dan lain-

lainnya dengan mengucapkan: “Beruntunglah umat Muhammad Saw”.

e. Amanat

Amanat yang terkandung dalam terjemahan gaya bahasa personifikasi (1)

yaitu memberi amanat kepada umat Nabi Muhhamd SAW untuk menjalankan

puasa pada bulan ramadhan, dan memanfaatkannya untuk berbuat kebaikan

karena dibulan itulah Allah Ta‟ala melipatgandakan amalan-amalan umat-Nya.

Amanat yang terkandung dalam terjemahan gaya bahasa personifikasi (2)

yaitu bahwa orang Islam harus melakukan kebaikan pada pertengahan bulan

sya‟ban agar Allah menerangkan hatinya, agar hatinya terhindar dari rasa benci,

dengki, iri, dan semua perbuatan yang tidak disukai oleh Allah SWT.

Amanat yang terkandung dalam terjemahan gaya bahasa personifikasi (3)

yaitu sebagai orang Islam harus selalu bersyukur terhadap apa yang Allah berikan,

seharusnya selalu mengingat dan mengesakan-Nya. Perbanyaklah berdzikir

Page 78: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

64

dengan mengucap kalimat Laailaaha illaullahu, bahwa tiada Tuhan yang patut

disembah melainkan Dia.

Amanat yang terkandung dalam terjemahan gaya bahasa personifikasi (4)

yaitu ketika umat muslim melanggar perintah Allah Ta‟ala, tetapi Allah masih

bisa mengampuni hamba-Nya. Betapa maha pengasih dan maha penyayang

terhadap hamba-Nya.

Amanat yang terkandung dalam terjemahan gaya bahasa personifikasi (5)

adalah pada saat bulan Ramadhan tiba, sebaiknya orang Islam menggunakan

bulan tersebut dengan baik dan memohon ampun atas segala kesalahan yang

diperbuat. Karena semua ciptaan Allah Ta‟ala pada bulan tersebut berbondong-

bondong untuk memohon ampun kepada-Nya.

2. Simile

a. Kata konkret dan kata abstrak

Penggunaan kata konkret dalam terjemahan bertujuan agar pembaca seolah-

olah mendengar, melihat, atau merasa apa yang dirasakan atau dilakukan oleh

penulis. Berikut ini merupakan kata-kata konkret yang terdapat dalam kitab

Durratun Nashihin:

Kata konkret gaya bahasa simile

Halaman Kalimat Kata konkret bahasa

Indonesia

Kata konkret bahasa

Arab

22 4, 5 dosa, buih, laut, bershalawat ٬٬٬

Page 79: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

65

٤11 7, 8 menyebrang, shirath, kilat,

bersujud

٬٬٬

١1٤ 1, 2, 4 shalat, kilat, melewati,

wajah, rembulan, malam

٬٬٬٬٬

2١2 1, 3 khamer, berzina, meminum,

payung

٬٬٬

1١ 1, 5 shalat, sungai, mengalir,

dosa

٬٬٬

Berbeda dengan kata konkret, kata abstrak berfungsi sebagai penambah

estetika yang terdapat dalam terjemahan. Berikut ini kata-kata abstrak yang

terdapat dalam kitab Durratun Nashihin:

Kata abstrak gaya bahasa simile

Halaman Kalimat Kata abstrak bahasa

Indonesia

Kata abstrak bahasa

Arab

27 5 Mengampuninya

166 4, 7, 9,

13

terbitlah, menyambar,

bersyukur, menunaikan

٬٬٬

461 1, 2 memelihara, menyambar ٬

b. Imaji atau pencitraan

Page 80: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

66

Terjemahan kitab Durratun Nashihin menampilkan imaji penglihatan, hal

tersebut dilakukan pengarang untuk memberikan efek visual pertama supaya

pembaca seolah-olah benar-benar melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam

terjemahan tersebut. Penyajian imaji visual ini juga diperkuat dengan imaji

perabaan, hal tersebut dilakukan bukan hanya seolah-olah benar-benar melihat,

tetapi juga pembaca seolah-olah ikut merasakan atas apa yang terjadi dalam

terjemahan tersebut.

Imaji gaya bahasa simile

Gaya bahasa

simile

Imaji Banyak Keterangan

1

Penglihatan

26

dosa, sungai, shalat, khamer,

payung, malam, rembulan, wajah,

kilat, shirath, laut, buih,

mengampuni, bershalawat,

menunaikan, bersujud, bersyukur,

menyambar, terbit, melewati,

memelihara, keluarlah, meminum,

berzina, mengalir, menyebrang.

c. Tema

Tema yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (1) adalah bershalawat. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan

kata yang digunakan dalam kitab tersebut oleh Aku-lirik dalam memandang sosok

zaid. Bershalawat dalam pandangan Aku-lirik disampaikan dengan menggunakan

istilah alam. Hal tersebut bisa dilihat dari kutipan terjemahan berikut:

Page 81: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

67

“Sekalipun dosa-dosanya bagaikan buih di laut”.

Penggunaan istilah alam di sini bukan tanpa alasan. Alam merupakan bentuk

kekuasaan Allah yang dapat dilihat secara langsung. Selain itu, alam

menunjukkan sesuatu yang berkuasa.

Tema yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (2) adalah keutamaan bulan rajab. Hal tersebut dapat dilihat dari

penggunaan kata yang digunakan dalam kitab tersebut oleh Dia-lirik adalah sosok

yang tidak kelihatan. Bulan rajab dalam pandangan Dia-lirik disampaikan dengan

menggunakan istilah alam. Hal tersebut bisa dilihat dari kutipan terjemahan

berikut:

“Mereka menyebrang di atas shirath bahgaikan kilat menyambar”.

Penggunaan istilah alam di sini bukan tanpa alasan. Alam merupakan bentuk

kekuasaan Allah yang dapat dilihat secara langsung. Selain itu, alam

menunjukkan sesuatu yang berkuasa.

Tema yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (3) adalah keutamaan shalat. Hal tersebut dapat dilihat dari

penggunaan kata yang digunakan dalam kitab tersebut oleh Dia-lirik adalah sosok

yang tidak kelihatan. Keutamaan shalat dalam pandangan Dia-lirik disampaikan

dengan menggunakan istilah alam. Hal tersebut bisa dilihat dari kutipan

terjemahan berikut:

Page 82: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

68

“Sedang wajahnya bagaikan rembulan pada malam purnama”.

Penggunaan istilah alam di sini bukan tanpa alasan. Alam merupakan bentuk

kekuasaan Allah yang dapat dilihat secara langsung. Selain itu, alam

menunjukkan sesuatu yang berkuasa.

Tema yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (4) adalah celaan meminum khamer . Hal tersebut dapat dilihat dari

penggunaan kata yang digunakan dalam kitab tersebut oleh Dia-lirik adalah sosok

yang tidak kelihatan. Celaan meminum khamer dalam pandangan Dia-lirik

disampaikan dengan menggunakan istilah kata benda. Hal tersebut bisa dilihat

dari kutipan terjemahan berikut:

“Kepalanya bagaikan payung”

Tema yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (5) adalah perumpamaan shalat. Hal tersebut dapat dilihat dari

penggunaan kata yang digunakan dalam kitab tersebut oleh Dia-lirik adalah sosok

yang tidak kelihatan. Perumpamaan shalat dalam pandangan Dia-lirik

disampaikan dengan menggunakan istilah alam. Hal tersebut bisa dilihat dari

kutipan terjemahan berikut:

“Perumpamaan shalat adalah seperti sebuah sungai mengalir”.

Page 83: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

69

Penggunaan istilah alam di sini bukan tanpa alasan. Alam merupakan bentuk

kekuasaan Allah yang dapat dilihat secara langsung. Selain itu, alam

menunjukkan sesuatu yang berkuasa.

d. Rasa

Rasa yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (1) adalah rasa terimakasih, karena pada saat seorang hamba

bershalawat Allah SWT mengampuni dosa-dosanya. Hal tersebut dapat dilihat

dari kutipan terjemahan yang terdapat dalam terjemahan berikut:

“Barangsiapa bershalawat untuk-Ku seratus kali pada hari jum‟at, maka Allah

mengampuninya”.

Rasa yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (2) adalah rasa takjub, karena pada saat hari kiamat tiba Allah SWT

mencari orang-orang yang cinta terhadap bulan rajab. Hal tersebut dapat dilihat

dari kutipan terjemahan yang terdapat dalam terjemahan berikut:

“Apabila tiba hari kiamat, maka suatu panggilan memanggil:”manakah para pecinta

bulan Rajab?” lalu terbitlah suatu cahaya, maka Jibril dan Mikail as, mengikuti cahaya itu, dan

diikuti pula oleh para pecinta bulan Rajab”.

Rasa yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (3) adalah rasa syukur, karena Allah telah memberikan suatu

Page 84: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

70

balasan untuk orang yang selalu emmelihara shalat. Hal tersebut dapat dilihat dari

kutipan terjemahan yang terdapat dalam terjemahan berikut:

“Barangsiapa diantara kamu sekalian memelihara shalat dalam keadaan bagaimana pun

dan di mana saja, maka dia akan dapat melewati titian bagaikan kilat menyambar”.

Rasa yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (4) adalah rasa sedih, karena pada saat dia meminum khamer maka

dalam dirinya tidak ada lagi iman. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan

terjemahan yang terdapat dalam terjemahan berikut:

“Apabila seorang hamba Allah berzina atau meminum Khamer, maka keluarlah iman

darinya”.

Rasa yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (5) adalah keagungan terhadap shalat. Hal tersebut dapat dilihat dari

kutipan terjemahan yang terdapat dalam terjemahan berikut:

“Demikian pula shalat mencuci dosa-dosa”.

e. Amanat

Amanat yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (1) adalah Allah SWT menyuruh umat-Nya untuk bershalawat pada

hari jum‟at, karena Allah akan memberi shalawat pada hamba-Nya sepuluh kali

dan Allah akan memberikan syafaat untuk hamba-Nya.

Page 85: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

71

Amanat yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (2) adalah Allah Swt memerintahkan umat-nya untuk mencintai

bulan rajab, karena para pecinta bulan rajab akan dimudahkan oleh Allah pada

saat dia melewati shirath ketika hari kiamat tiba.

Amanat yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (3) adalah Allah SWT memerintahkan kepada umat-Nya untuk

melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Orang-orang yang menjaga dan

memelihara shalat maka Allah akan memberi seribu pahala.

Amanat yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (4) adalah sebagai seorang muslim wajiblah untuk menjaga iman,

karena iman semestinya harus dijaga dengan baik. Caranya yaitu dengan

mendekatkan diri kepada Allah Ta‟ala, atau dengan cara menjaga hawa nafsu.

Amanat yang terkandung dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin gaya

bahasa simile (5) adalah Allah selalu mengingatkan manusia, terutama umat Islam

untuk tidak meninggalkan shalat, karena shalat bisa mencegah perbuatan keji dan

munkar. Begitu juga shalat merupakan kewajiban bagi umat Islam.

Page 86: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

72

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data pada bagian sebelum ini, dapat ditemukan beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

Gaya bahasa kiasan yang berupa gaya bahasa personifikasi dalam Durratun

Nashihin terdapat beberapa aspek dari balaghah, dari data yang dianalisis

menunjukkan bahwa dalam personifikasi terdapat 5 majaz (langit, hati, tiang,

dosa, matahari, bulan, dan bintang). 5 alaqah (langit+manusia, hati+manusia,

tiang+manusia, dosa+daun, matahari, bulan, dan bintang+manusia). 5 qarinah

(menangis, hati, menjawab, menggigit, memohonkan ampun). Kemudian terdapat

23 kata konkret (langit, bumi, menangislah, malam, tiang, bergoyanglah, aku,

mengucap, kulit, dosa, daun, arsy, kursi, matahari, bulan, bintang, burung, ikan,

bumi, siang, malam, memohonkan, mereka). 14 kata abstrak (menghidupkan,

menciptakan, menjawab, mengampuni, menggigit, gugurlah, rontok, kesaksianlah,

berteriaklah, mengucapkan, berfirmanlah, berikanlah, shalatmu, tasbihmu). 31

imaji dari penglihatan (langit, bumi, malam, tiang, aku, dosa, daun, bergoyanglah,

menangislah, mengucap, menjawab, menghidupkan, kesaksianlah, mengampuni,

menciptakan, arsy, kursi, matahari, bulan, bintang, burung, ikan, siang,

memohonkan, mereka, berteriaklah, mengucapkan, berfirmanlah, berikanlah,

shalat, tasbih. 1 imaji dari perabaan (menggigit). Tema yang terkandung dalam

gaya bahasa personifikasi, yaitu dominan menggunakan istilah alam.

Sementara dari analisis gaya bahasa simile terdapat 5 musyabbah (dosa+buih,

menyebrang+kilat, wajah+rembulan, iman+payung, shalat+sungai). 5 musyabah-

Page 87: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

73

bih (buih, kilat, rembulan, payung, sungai). 2 adat yang berbentuk isim ( يثم )dan

3 adat yang berbentuk huruf ( ن ). Kemudian, menurut sudut pandang adat dan

wajhusy syabah terdapat 5 jenis yang sifatnya mursal mujmal ( .( يشعم يجم

Dalam gaya bahasa simile juga terdapat 22 kata konkret (dosa, buih, laut,

bershalawat, menyebrang, shirath, kilat, bersujud, shalat, kilat, melewati, wajah,

rembulan, malam, khamer, berzina, meminum, payung, shalat, sungai, mengalir,

dosa). 7 kata abstrak (mengampuninya, terbitlah, menyambar, bersyukur,

menunaikan, memelihara, menyambar). Imaji penglihatan 26 (dosa, sungai, shalat,

khamer, payung, malam, rembulan, wajah, kilat, shirath, laut, buih, mengampuni,

bershalawat, menunaikan, bersujud, bersyukur, menyambar, terbit, melewati,

memelihara, keluarlah, meminum, berzina, mengalir, menyebrang). Tema yang

digunakan dalam gaya bahasa simile dominan menggunakan istilah alam.

Page 88: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

74

SARAN

Setelah penelitian terhadap kitab Durratun Nashihin di atas, maka akan

dikemukakan beberapa saran yang diharapkan sangat bermanfaat untuk

penelitian-penelitian selanjutnya yaitu:

Kitab Durratun Nashihin karya Usman Al-Khaubawy sangat terbuka untuk

diteliti melalui analisis di luar Balaghah, seperti: kritik terjemahan, penilaian

terjemahan dan sebagainya. Kiranya penelitian ini dapat membuahkan penelitian-

penelitian lain baik yang bersifat melengkapi, mengimbangi, maupun

medekonstruksi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini masih banyak

kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini menjadi pedoman dan bermanfaat

bagi teman-teman, khususnya mahasiswa jurusan tarjamah.

Page 89: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

75

Lampiran : Data Sampel Kalimat Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya

Makna

Gaya Bahasa Kiasan

1. Gaya Bahasa Personifikasi

No. Kalimat Halaman

1.

٬

٬

Artinya:”Apabila tiba malam terakhir dari bulan

Ramadhan, maka menangislah langit, bumi dan para

malaikat atas musibah yang menimpa umat Muhammad

Saw. Seorang bertanya: “Ya Rasulullah, musibah apakah

itu?” Jawab Rasul Saw: ”Perginya bulan Ramadhan.

Karena sesungguhnya doa-doa di waktu itu dikabulkan,

sedekah-sedekah diterima, kebaikan-kebaikan dilipatkan,

sedang azab ditahan.

38

2.

artinya:“Barangsiapa menghidupkan malam dari dua hari

raya dan malam pertengahan bulan Sya‟ban, maka hatinya

takkan mati pada saat hati-hati (orang lain) pada mati

760

3.

٬

598

Page 90: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

76

Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta‟ala menciptakan sebuah

tiang di hadapan Arsy. Maka, apabila seseorang

mengucapkan:” Laa ilaaha illallaahu, Muhammadur

Rasulullah”, bergoyanglah tiang itu. Lalu, Allah Ta‟ala

berfirman: “Diamlah, hai tiang.” Namun, tiang itu

menjawab: “Bagaimana aku bisa diam, sedang Engkau

belum mengampuni orang yang mengucap kalimat tadi?”

Maka Allah Ta‟al berkata: “Sungguh, Aku telah

mengampuninya.” Barulah ketika itu dia mau diam.

4.

Artinya : “Apabila kulit seorang hamba menggigit karena

takut kepada Allah Ta‟ala, maka gugurlah darinya dosa-

dosa sebagaimana daun-daun rontok dari pohon yang

telah kering.

884

5.

Artinya: Sedang menurut sebuah khabar:”Apabila

Nampak hilal bulan Ramadhan, maka berteriaklah „Arsy,

kursi, para malaikat dan lainnya dengan mengucapkan:

“Beruntunglah umat Muhammad Saw. Dengan kemuliaan

yang ada di sisi Allah Ta‟ala untuk mereka, sedang

matahari, bulan dan bintang-bintang, burung-burung di

udara, ikan dalam air dan semua yang bernyawa di muka

bumi, siang dan malam memohonkan ampun untuk

22

Page 91: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

77

mereka…”Dan berfirmanlah Allah kepada para

malaikat:‟Berikanlah shalatmu dan tasbihmu pada bulan

Ramadhan kepada umat Muhammad Saw.

2. Gaya Bahasa Simile

No. Kalimat Halaman

1.

Artinya: “Bersumber dari Zaid bin Rafi‟, dari Nabi Saw,

bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa bershalawat

untukku seratus kali pada hari jum‟at, maka Allah

mengampuninya, sekalipun dosa-dosanya bagaikan buih di

laut.

27

2.

٬

٬

Artinya: “Apabila tiba hari kiamat, maka suatu panggilan

memanggil:”manakah para pecinta bulan Rajab?” lalu

terbitlah suatu cahaya, maka Jibril dan Mikail as,

mengikuti cahaya itu, dan diikuti pula oleh para pecinta

bulan Rajab. Kemudian mereka menyebrang di atas

Shirath bagaikan kilat menyambar. Selanjutnya mereka

bersujud kepada Allah Ta‟ala, karena bersyukur atas

berhasilnya melewati Shirath. Maka Allah Ta‟ala

166

Page 92: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

78

berfirman: “Hai para pecinta bulan Rajab, angkatlah

kepala kamu sekalian pada hari ini. Sesungguhnya kamu

telah menunaikan sujud di dunia pada bulan-Ku. Pergilah

kamu ke tempatmu masing-masing”.

3.

٬

Artinya:” Barangsiapa diantara kamu sekalian

memelihara shalat dalam keadaan bagaimana pun dan di

mana saja, maka dia akan dapat melewati titian bagaikan

kilat menyambar bersama rombongan pertama dari

mereka yang terdahulu masuk islam, dan dia datang pada

hari kiamat sedang wajahnya bagaikan rembulan pada

malam purnama, dan tiap-tiap sehari semalam dia

memperoleh semisal pahata seribu orang yang mati

syahid.”

461

4.

Artinya: “Apabila seorang hamba Allah berzina atau

meminum Khamer, maka keluarlah iman darinya, lalu

iman itu berada di atas kepalanya bagaikan payung.

Apabila dia telah usai dari perbuatan itu, maka iman itu

kembali lagi kepadanya.”

238

٬

.

Page 93: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

79

5.

Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan shalat adalah

seperti sebuah sungai yang mengalir di depan pintu

seorang di antara kamu, di mana ia mandi setiap harinya

lima kali. Masih adakah kotoran yang tersisa padanya?”

Para sahabat menjawab: “Tidak!”

Sabda Nabi: “Demikian pulalah shalat mencuci dosa-

dosa.”

63

Page 94: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

80

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ali Al Khuli. A Dictionary Of Theoretical Linguistics English-

Arabic, Beirut: Librairie du Liban, 1982.

Al-Khaubawi, Usman. Durratun Nashihin fi al-wa‟zi wa al-Irsyadi, Beirut: Dar

al-fikr, 1998.

Bunyamin Solihin. Panduan Belajar Menerjemahkan Al-Qur‟an metode Granada

Sistem Delapan Jam, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2003.

Catford. A Linguistic Theory of Translation, London: Oxford University Press,

1974.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Djajasudarma, T. Fatimah. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan

Kajian, Bandung: Refika Aditama, 2006.

Eugene A. Nida and Charles R. Taber. The Theory and Practice of Translation,

Leiden: The United Bible Societies, 1974.

Hanafi, Nurchman. Teori dan Seni Menerjemahkan, Flores: Nusa Indah, 1986.

Hartoko, Dick dan Rahmanto. Pemandu di Dunia Sastra, Yogyakarta : Kanisius,

1986.

Hasan bin Usman bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawy. Durratun Nashihin,

Jakarta: Bintang Terang,2007.

Ibrahim Nini. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Uhamka Press,

2009.

J. Waluyo Herman. Teori dan Apresiasi Puisi, Jakarta: Erlangga, 1987.

Kaserun AS, Rahman, Nur Mufid. Buku Pintar Menerjemah Arab-Indonesia

(Cara Paling Tepat, Mudah dan Kreatif), Surabaya: Pustaka Progressif,

2007.

Keraf, Gorys. Tata Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Tingkat Atas, Jakarta:

Nusa Indah, 1969.

Page 95: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

81

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik edisi ketiga, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1993.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik edisi keempat, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2008.

Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah, Bandung : Mizan Pustaka,

2009.

Mahsun. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Muhammad. Metode Penelitian Bahasa, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Munawwir, Achmad Warson. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997.

Ridha Kahhalah, Umar. Mu‟jam al-muallafin tarajim musannifi al-Kutub al-

Arabiyah, Beirut: Dar al-Haya‟, 1957.

Rukhiyatun Umi. Tesis Gaya Bahasa Qasasal-Hayawan Fi Al-Qur‟an (Analisis

Stilistika), Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Sayuti, A. Suminto. Puisi dan Pengajarannya, Semarang : Penerbit IKIP, 1985.

Simon (ed) Peter. The Norton Introduction to Literature, London: W. W. Norton

& Company, 2002.

Siswanto Wahyudi. Pengantar Teori Sastra, Jakarta: Grasindo, 2008.

Sugihastuti. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Sunarto, Achmad. Durratun Nashihin, Jakarta: Bintang Terang, 2007.

Suparno, Darsita. Komposisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Adabia Press, 2012.

Moch Hidayatullah Syarif. Tarjim Al-An (Cara Mudah Menerjemahkan Arab-

Indonesia, Pamulang Barat : Penerbit Dikara, 2011.

Syatibi, Ahmad. Pengantar Memahami Bahasa Al-Qur‟an Balaghah 1 (Ilmu

Bayan), Jakarta: Adabia Press, 2012.

Page 96: PERSONIFIKASI DAN SIMILE DALAM TERJEMAHAN KITAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27781/1/NOVI... · tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan

82

Putrayasa, Ida Bagus. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika), Bandung:

Refika Aditama, 2007.

يكرثح انةح انصشح األعرار تجايؼح انماشج )عاتما( األعهب دساعح تالغح ذحههح ألصل األعانة األستح )انماشج :

٤١(ص. ٤٩٩١-٤١٤١