Upload
others
View
14
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PERSEPSI SISWA TENTANG UPAYA GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI KELAS VII
SMP AL-HASRA DEPOK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Muhammad Ichsan
1112011000055
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
TAHUN 1438 H/2017 M
i
ABSTRAK
Muhammad Ichsan (NIM : 1112011000055). “Persepsi Siswa tentang Upaya
Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Akhlak Siswa di Kelas VII
SMP Al-Hasra Depok”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persepsi siswa tentang
upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk akhlak siswa di kelas VII
SMP Al-Hasra, Depok. Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode non-eksperimental yang bersifat deskriptif, kegiatan
penelitian ini melibatkan guru Pendidikan Agama Islam dan siswa kelas VII di
SMP Al-Hasra Depok, pengumpulan data diperoleh melalui observasi langsung ke
lapangan, wawancara, dokumentasi, serta angket berupa pertanyaan yang
disebarkan kepada 78 siswa, yang mana angket tersebut berkaitan dengan persepsi
siswa tentang upaya guru dalam pembentukan akhlak siswa.
Berdasarkan hasil penelitian bentuk-bentuk upaya yang guru agama Islam
lakukan adalah: setiap satu guru memberikan bimbingan kepada sepuluh siswa
dengan materi bimbingan shalat, pergaulan dengan sesama teman maupun orang
tua menurut ajaran Islam, setiap siswa ditunjuk untuk melakukan kultum (kuliah
tujuh menit) setiap hari Selasa-Kamis dengan materi tentang akhlak/keislaman
setelah selesai shalat Dhuha dan tadarus, serta guru membiasakan siswa untuk
menghafal doa setelah shalat dan doa-doa harian (seperti, doa shalat Dhuha, doa
masuk dan keluar masjid dan doa-doa lainnya). Kemudian guru juga
membudayakan 5 S yaitu (salam, sapa, senyum, sopan dan santun). Persepsi siswa
tentang upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan akhlak siswa
dinyatakan baik dengan persentase 85,2 % sehingga akhlak siswa di SMP Al-
Hasra mengalami peningkatan yang baik. Walaupun masih ada sedikit siswa yang
masih kurang baik akhlaknya, karena guru mendapatkan sedikit hambatan, yaitu
tidak mungkin guru mengontrol siswa di luar sekolah dan mungkin faktor
lingkungan yang membuatnya jadi kurang baik, kemudian kalau di dalam sekolah
kurangnya motivasi siswa untuk berakhlak mulia.
ii
ABSTRACT
Muhammad Ichsan (NIM : 1112011000055). “Student's Perception on Teacher
Efforts Islamic Education in the Formation of Student Morals at Class VII SMP
Al-Hasra Depok”.
The purpose of this study is to describe the students' perceptions about the
efforts of Islamic Religious Education teachers in forming morality students in
class VII SMP Al-Hasra, Depok. The research uses quantitative approach with
non-experimental method that is descriptive, this research activity involves
teachers of Islamic Education and grade VII students at SMP Al-Hasra Depok,
data collection is obtained through direct field observation, interviews,
documentation, as well as questionnaires in the form of questions distributed to 78
students, which the questionnaire is related to the students' perceptions of the
teacher's efforts in the formation of morals students.
Based on the results of research forms of efforts that Islamic religious
teachers do are: every single teacher provides guidance to ten students with the
material guidance of prayer, association with fellow friends and parents according
to Islamic teachings, each student is appointed to perform (a seven-minute lecture)
every Tuesday-Thursday with matters of morals after the Dhuha prayer and
tadarus, as well as teachers familiarize students to memorize prayers after daily
prayers and prayers (such as, prayer Dhuha prayer, prayers in and out of masjid
and other prayers). Then the teacher also cultivate 5 S that is a (greetings,
greetings, smile, polite and courteous). Student perceptions about the efforts of
Islamic Religious Education teachers in the formation of morals students
expressed well with the percentage of 85.2% so that the morals of students in
junior Al-Hasra experienced a good improvement. Although there are still a few
students who are still less good morals, because teachers get a bit of a hurdle, that
is it is impossible for the teacher to control the students outside the school and
perhaps the environmental factors that make it less good, then if in the school lack
of motivation of students to morals.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah puja dan puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang senantiasa memberikan curahan rahmat dan hidayat beserta ni’mat-
Nya, terutama ni’mat iman dan Islam dan ni’mat sehat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERSEPSI SISWA TENTANG UPAYA
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN
AKHLAK SISWA DI KELAS VII SMP AL-HASRA DEPOK”.
Shalawat dan salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan sampai zaman
yang terang benderang seperti saat ini. Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan yang diajukan
kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah berkenan memberikan bantuan, baik yang langsung
maupun yang tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala
kesempatan dan kerendahan hati yang tulus dan ikhlas penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., selaku Ketua jurusan Pendidikan
Agama Islam yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
3. Marhamah Saleh, Lc. MA., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam yang telah memberikan izin dalam pengesahan skripsi.
4. Dr. Dimyati, MA., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, semangat dan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
iv
5. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dosen pembimbing akademik yang telah
mengarahkan, membimbing dan memotivasi penulis selama masa
perkuliahan.
6. Dosen-dosen Pendidikan Agama Islam dan seluruh staf yang telah
mengajarkan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.
7. Bapak Andi Suhandi S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Al-Hasra yang
telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
8. Seluruh guru dan staf sekolah SMP Al-Hasra.
9. Seluruh siswa-siswi kelas VII SMP Al-Hasra yang telah menjadi
responden.
10. Ayah Muhammad Amin dan Ibu Sri Hastuti yang telah membesarkan,
mendidik, memotivasi dan mendoakan selalu kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Kakak Annisa Lestari dan adik Amar Saputra.
12. Sahabatku Qori Abiansyah, Muhammad Dhiya Habibi, Imam Aziz
Firdaus, Errico Glend Andy, M. Roqi Multazam, Alifya Rahman dan yang
lainnya yang telah membantu penulisan skripsi ini.
13. Teman-temanku khususnya angkatan 2012, jurusan Pendidikan Agama
Islam yang telah memberikan dukungan motivasi kepada penulis.
Jazakumullah Khairan Jaza. Semoga segala amalan dan bantuannya diganti
oleh Allah SWT. Dengan kebaikan dan keberkahan di sepanjang hayat. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangan untuk itu penulis mohon maaf. Namun kiranya penulisan ini dapat
memberikan hikmah dan pengalaman yang sangat berharga khususnya bagi
penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membaca skripsi ini.
Alhamdulillahi Robbil Alamin
Jakarta, Maret 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK...............................................................................................................i
ABSTRACT............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................8
C. Pembatasan Masalah....................................................................................9
D. Perumusan Masalah.....................................................................................9
E. Tujuan Penelitian.........................................................................................9
F. Kegunaan Penelitian.....................................................................................9
BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................10
A. Kajian Teori................................................................................................10
1. Persepsi Siswa tentang Guru................................................................10
a. Pengertian Persepsi.........................................................................10
b. Pengertian Guru..............................................................................10
c. Tanggung Jawab dan Tugas Guru..................................................13
d. Syarat Guru.....................................................................................15
e. Kompetensi Guru...........................................................................16
f. Tujuan Pendidikan Agama Islam...................................................17
2. Akhlak..................................................................................................19
a. Pengertian Akhlak..........................................................................19
b. Sumber dan Dasar Akhlakul Karimah............................................21
c. Pembagian Akhlak.........................................................................22
vi
B. Hasil Penelitian yang Relevan....................................................................24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................27
A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................27
B. Metode Penelitian.......................................................................................27
C. Populasi Penelitian.....................................................................................29
D. Instrumen Penelitian...................................................................................29
E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................31
1. Angket/Kuesioner................................................................................31
2. Wawancara...........................................................................................31
3. Dokumen..............................................................................................32
F. Teknik Analisis Data..................................................................................32
1. Editing..................................................................................................32
2. Scoring.................................................................................................33
3. Tabulasi................................................................................................33
4. Persentase.............................................................................................33
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................35
A. Temuan Penelitian......................................................................................35
1. Profil Sekolah.......................................................................................35
a. Profil Sekolah.................................................................................35
b. Visi dan Misi Sekolah....................................................................35
1) Visi Sekolah.............................................................................35
2) Misi Sekolah.............................................................................35
c. Guru dan Tenaga Kependidikan.....................................................36
1) Dewan Guru.............................................................................36
2) Tenaga Kependidikan...............................................................39
d. Keadaan Siswa/Siswi.....................................................................40
e. Sarana dan Prasarana......................................................................41
2. Temuan Penelitian................................................................................43
B. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian..................................................56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................59
A. Kesimpulan................................................................................................59
vii
B. Saran...........................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1. Metode-Metode Penelitian
2. Tabel 3.2. Instrumen Kisi-Kisi Angket
3. Tabel 3.3. Skor Skala Likert
4. Tabel 3.4. Skala Persentase
5. Tabel 4.1. Data Guru/Pendidik di SMP Al-Hasra
6. Tabel 4.2. Tenaga Kependidikan
7. Tabel 4.3. Data Siswa/Siswi SMP Al-Hasra
8. Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana
9. Tabel 4.5. Apakah guru mengajarkan anda untuk selalu taat kepada
Allah
10. Tabel 4.6. Apakah guru memerintahkan anda untuk rajin dalam
melaksanakan shalat lima waktu
11. Tabel 4.7. Apakah guru memerintahkan anda untuk selalu membaca
al-Quran
12. Tabel 4.8. Apakah guru memerintahkan anda untuk berpuasa sunah
senin dan kamis
13. Tabel 4.9. Apakah guru memberikan motivasi untuk berakhlakul
karimah
14. Tabel 4.10. Apakah guru bertanggung jawab terhadap tugas
mengajarnya
15. Tabel 4.11. Apakah guru menyuruh anda agar berpakaian rapi dan
sopan
16. Tabel 4.12. Apakah guru membentak-bentak anda
17. Tabel 4.13. Apakah guru melarang anda untuk tawuran dengan sekolah
lain
18. Tabel 4.14. Apakah guru mengingatkan anda untuk bersikap jujur
kepada orang tua, guru dan teman
19. Tabel 4.15. Apakah guru anda rendah hati/tidak sombong
ix
20. Tabel 4.16. Apakah guru rajin masuk kelas
21. Tabel 4.17. Apakah guru memberikan bimbingan dan contoh nasihat
yang baik pada saat belajar mengajar
22. Tabel 4.18. Apakah guru mengucapkan salam sebelum masuk dan
keluar kelas
23. Tabel 4.19. Apakah guru melarang anda untuk mencontek
24. Tabel 4.20. Apakah guru mengajarkan anda untuk berperilaku sopan
kepada orang tua, guru dan teman
25. Tabel 4.21. Apakah guru mengajarkan anda untuk mengucap salam
apabila bertemu dengan guru, orang tua dan teman
26. Tabel 4.22. Apakah guru melarang anda untuk membicarakan kejelekan
orang lain (ghibah)
27. Tabel 4.23. Apakah guru mengingatkan anda untuk menghormati orang
tua, guru dan teman
28. Tabel 4.24. Apakah guru mengajarkan anda untuk tidak membantah
perintah yang baik dari orang tua
29. Tabel 4.25. Apakah guru menegur dengan kata-kata yang kasar
30. Tabel 4.26. Apakah guru menyuruh anda untuk tidak bercanda di dalam
masjid
31. Tabel 4.27. Apakah guru menyuruh anda untuk tidak merusak
lingkungan
32. Tabel 4.28. Guru melarang anda agar tidak merokok
33. Tabel 4.29. Guru mengajarkan anda untuk tidak membentak orang tua
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Uji Referensi
2. Angket Penelitian
3. Analisis Item Skor Angket
4. Hasil Wawancara
5. Surat Bimbingan Skripsi
6. Surat Izin Penelitian
7. Surat Keterangan Sekolah
8. Dokumentasi Sekolah
9. Biodata
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan Pendidikan Agama Islam, di samping untuk
meningkatkan pemahaman keagamaan, adalah untuk meningkatkan
akhlakul karimah siswa.
Tujuan ini tercantum dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas yakni pada Bab satu Pasal satu Ayat satu, yang
menyatakan sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.1
Dari Undang-Undang yang disampaikan tersebut, maka akhlak mulia
merupakan aspek kompetensi, yang menjadi tujuan pendidikan nasional.
Di samping itu, akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual muslim
yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan
teologis akhlak tampil mengawal serta memandu perjalanan hidup
manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, misi utama
kerasulan Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia dan faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara lain karena
dukungan akhlaknya yang terpuji.2
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan
perilaku dan perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka
1“Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No. 20 Tahun 2003) dan
dilengkapi dengan PP RI No. 48 dan 47 Tahun 2008 dan PERMENDIKNAS No. 49, 19, 15, 13
Tahun 2007” dalam himpunan Redaksi Sinar Grafika, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), Cet. VII, h.
3.
2Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. I, h.
149.
2
disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah dan sebaliknya, apabila
perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah.3
Kesadaran pada akhlak adalah kesadaran di mana manusia melihat
atau merasakan dirinya sendiri sebagaimana ia berhadapan dengan yang
baik dan yang buruk. Oleh karena itu, akhlak yang baik harus
diaplikasikan (diterapkan) dalam kehidupan sehari-hari, agar ibadah yang
dikerjakan sesuai dengan kualitas pribadinya.
Rasulullah SAW telah bersabda: “Yang terbaik di antara kalian
adalah yang paling baik akhlaknya di antara kalian.”4 Karena, orang yang
paling baik akhlaknya tidak lain tidak bukan adalah Rasulullah SAW.
Kebaikan, kemuliaan atau keagungan akhlak Rasulullah SAW telah diakui
oleh Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”
(Q.S. Al-Qalam: 4).
Melalui ayat ini Allah SWT menarik perhatian kita kepada Rasulullah
SAW dengan akhlak beliau yang sangat luhur dan dengan keistimewaan
ruhaniah beliau yang sangat tinggi.
Oleh karena itu, kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia
menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan
bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada
bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir
dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batinnya. 5
Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang
baik selalu membuat seseorang menjadi aman, tenang dan tidak adanya
perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak mulia selalu
3Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. I, h.
123.
4Muhammad Fethullah Gulen, Tasawuf Untuk Kita Semua; Menapaki Bukit-bukit Zamrud
Kalbu Melalui Istilah-istilah dalam Praktik Sufisme, (Jakarta: Republika, 2013), h. 144.
5Yatimin Abdullah, Studi Aklak Dalam Perspektif ALQURAN, (Jakarta: Amzah, 2007), Cet. I,
h. 1.
3
melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Dia melakukan kewajiban
terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya terhadap Tuhan yang
menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk lain dan terhadap sesama
manusia.
Seseorang yang berakhlak buruk menjadi sorotan bagi sesamanya,
contoh: melanggar norma-norma yang berlaku di kehidupan, penuh
dengan sifat-sifat tercela, maka yang demikian ini menyebabkan kerusakan
susunan sistem lingkungan, sama halnya dengan anggota tubuh yang
terkena penyakit.
Adapun manusia yang memiliki akhlak mulia akan melakukan
perbuatan baik dengan mudah tanpa merasa terbebani. Di antara perbuatan
baik adalah pergaulan yang baik, perbuatan mulia, perkataan yang sopan,
mendermakan kebaikan, menyebarkan salam, mengunjungi orang muslim
yang sakit pada orang yang berbuat baik maupun yang tidak, menghormati
orang yang lebih tua, saling memaafkan, bermurah hati, dermawan,
memulai salam dan menahan amarah. Jauhilah hal-hal yang dilarang
dalam Islam seperti bermain-main, berbuat kebathilan, berdusta,
menggunjing orang, kikir/pelit, tamak/rakus, penipuan, pemalsuan, buruk
hubungan kekerabatan, memutuskan tali silaturahmi, sombong, dengki,
hasad, bermusuhan dan berbuat zalim.
Kemudian dalam pendidikan seorang guru harus menjadi teladan yang
baik bagi peserta didiknya, agar ia memiliki pengaruh dalam mendidik,
sehingga peserta didik akan mencoba untuk meneladani perbuatan yang
baik. Dalam hal akhlak mulia seharusnya kita mencontoh perilaku dan
kebiasaan Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang guru yang baik hendaknya mencontoh kepribadian Rasulullah
SAW, karena beliau merupakan uswah hasanah dan figur yang sempurna
bagi semua umat manusia. Allah SWT berfirman:
4
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-
Ahzab: 21).6
Pendidikan agama oleh guru agama di sekolah pada dasarnya adalah
meluruskan dan membina perilaku anak yang sudah terlanjur tidak baik
menjadi lebih baik dan belum memahami bagaimana berperilaku yang
baik menjadi baik.7 Diketahui juga bahwa tujuan yang paling penting dari
pendidikan Islam adalah membentuk atau mencapai suatu
akhlak/kepribadian yang mulia dan sempurna karena ruh dari pendidikan
Islam adalah pendidikan akhlak.
Bagi mereka yang telah duduk di Sekolah Lanjutan, pendidikan agama
dan pendidikan akhlak amat diperlukan untuk menghadapi keadaan yang
sedang mereka hadapi akibat perkembangan kejiwaan yang sedang dilalui
dan pengaruh luar yang menggiurkan dan mendorong ke arah yang tidak
baik.8
Ketika membahas tentang masalah bergesernya nilai-nilai akhlak di
kalangan siswa, maka secara cepat akan terlintas di benak, berbagai potret
kelam yang telah dilakukan oleh beberapa orang dari kalangan siswa.
Harus kita akui bersama kemerosotan akhlak ataupun moral yang terjadi
tidak hanya disebabkan oleh kurangnya pendidikan dalam keluarga akan
tetapi disebabkan juga oleh kurangnya pendidikan akhlak di sekolah.
Dalam menghadapi kondisi yang demikian itu, maka upaya guru
agama Islam amatlah penting dalam membentuk akhlak siswa serta
mengarahkan dan mengendalikan perilaku mereka agar tidak menyimpang
dari ketentuan agama. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk
6Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bogor: Karya Azzahra
Mandiri, 2015), h. 420.
7Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Universitas
Maritim Raja Ali Haji (Umrah) dengan Baduose Media, 2011), Cet. I, h. 56.
8Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995)
Cet. II, h. 93-94.
5
menumbuhkan sikap mental, perilaku dan kepribadian yang dapat
membentuk, membina dan membimbing serta memberikan contoh bagi
anak didiknya, bagaimana berbuat, bersikap dan bertingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari.
Sebagai seorang pengajar dan juga pendidik, maka guru berada di
garis terdepan. Guru mampu memberikan nilai lebih. Guru tidak sama
dengan profesi-profesi lainnya. Itu karena, guru bisa menentukan masa
depan anak didiknya. Bahkan gurulah yang mampu membangun sebuah
bangsa menjadi lebih bermartabat.9 Guru sebagai penentu masa depan
bangsa tidak boleh asal saja. Guru harus mampu memahami hakikat
dirinya dalam mengemban amanah suci untuk mencerdaskan anak bangsa.
Oleh sebab itu, guru sebagai pendidik merupakan figur sentral dalam
dunia kependidikan diharapkan memiliki karakteristik kepribadian yang
ideal sesuai dengan persayaratan yang bersifat psikologis-pedagogis.10
Guru memiliki peran ganda sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik
karena itu guru di sekolah tidak hanya sekedar mentransfer sejumlah ilmu
pengetahuan kepada siswa tetapi lebih dari itu guru juga harus mampu
memberdayakan bakat siswa, membina sikap dan keterampilan mereka
yang berbeda-beda.
Faktor guru sangat mendukung dalam mendidik perilaku siswa hal ini
disebabkan karena guru merupakan suri tauladan bagi siswanya, jika
seorang guru bertingkah laku baik maka siswanya akan mencontoh
perilaku tersebut juga sebaliknya jika guru tidak memberikan contoh yang
baik maka siswanya bisa saja lebih buruk dari perilaku gurunya, yaitu guru
kadang-kadang terlambat masuk ke dalam kelas ketika waktunya masuk
kelas, guru merokok di lingkungan sekolah ketika istirahat, ada juga
seperti berita akan adanya seorang pengajar di sebuah sekolah yang
melakukan pelecehan seksual, penganiayaan sampai terjadinya
9Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan Sukses & Bermartabat, (Surabaya: Jaring Pena,
2011), Cet. I, h. 2.
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. X, h. 220.
6
pembunuhan, melebihi penyimpangan moral yang dilakukan oleh para
muridnya.
Dari sebuah kejadian yang terdapat di atas, keteladanan seorang guru
mulai menurun dari pandangan para orang tua. Oleh karena itu, seharusnya
seorang pendidik mempunyai perilaku yang baik lalu bisa dijadikan contoh
untuk siswa-siswi di sekolah maupun ketika di luar sekolah. Seorang
pendidik dalam Islam tidak hanya dituntut untuk memberikan ilmu
pengetahuan terhadap anak didiknya akan tetapi seorang pendidik harus
mampu membentuk pribadi anak didik sesuai dengan tuntunan dan ajaran
Islam. Sebuah kesia-siaan seseorang memiliki pengetahuan dan ilmu yang
banyak akan tetapi tidak memiliki kepribadian yang baik hanya akan
membuat kerusakan di bumi ini.
Jadi guru Pendidikan Agama Islam ini dituntut untuk menyampaikan
materi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaannya, guru dituntut untuk mampu mengorientasikan Pendidikan
Agama Islam bukan hanya agar siswa menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT, karena dalam menyampaikan pelajaran guru
hanya menerangkan dengan mengacu kepada buku paket. Guru masih
mengembangkan dari sifat kognitifnya saja tetapi tidak mengembangkan
dari sifat afektif dan psikomotoriknya. Karena siswa akan menjadi sangat
tidak nyaman berada di dalam kelas jika guru hanya menggunakan metode
ceramah. Jadi, guru harus memerbanyak ide-ide dan metode-metode yang
akan diajarkan kepada siswa.
Keharusan mengupayakan bagaimana agar siswa mempunyai
kepedulian sosial yang tinggi, mempunyai semangat kerja yang sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islam dan mampu berinteraksi dengan sesamanya
(teman, guru, orang tua dan lingkungan) dengan baik itu, merupakan
kewajiban bagi semua guru Pendidikan Agama Islam, tanpa terkecuali
guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Hasra.
SMP Al-Hasra mempunyai visi dan misi. Adapun visi dari SMP Al-
Hasra adalah: “terwujudnya lulusan pendidikan dasar yang Islami, mampu
7
menguasai teknologi dan bahasa asing”. Kemudian, dalam misinya,
disebutkan:
1. Melaksanakan pendidikan dasar dengan menanamkan nilai-nilai
Islami.
2. Meningkatkan kemampuan penguasaan sains teknologi dan bahasa
asing.
3. Mengembangkan potensi peserta didik di bidang akademik dan non
akademik
Dari visi dan misi di atas, ternyata masih ada siswa yang belum
mempunyai akhlak mulia dengan sempurna. Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan di SMP tersebut masih ada siswa yang
tidak menghormati gurunya dalam hal ketika guru menjelaskan di depan
kelas, masih ada yang tidak mendengarkan, masih ada yang berbicara
kasar, ketika waktu shalat berjama’ah masih terlihat ada yang bercanda
dan malas, kemudian ketika ada guru yang lewat di depan masih ada yang
melewati guru tersebut tanpa memberi salam, masih ada yang mencoret-
coret tembok dan membuang sampah sembarangan, pada saat istirahat ada
yang keluar/kabur dari sekolah melewati pagar belakang, tidak
memberikan salam saat memasuki ruang guru, tidak menyapa guru yang
berada di ruang guru dan kurangnya senyum terhadap guru. Siswa yang
memiliki persepsi positif tentang upaya guru dalam membentuk akhlak
siswa cenderung akan menghargai seorang guru yang ditunjukkan dengan
mematuhi aturan-aturan, memiliki antusias tinggi dalam mengikuti
pelajaran dan berusaha mendapat prestasi yang baik. Sebaliknya siswa
yang mempunyai persepsi negatif tentang upaya guru dalam membentuk
akhlak siswa cenderung akan merasa malas, cepat bosan dalam mengikuti
pelajaran.
Oleh sebab itu guru melakukan beberapa upaya dari hal-hal tersebut,
seperti adanya hukuman bagi siswa yang melanggar yaitu ditulis dalam
buku perilaku, melaksanakan shalat Dhuha yang setiap hari dilaksanakan,
kemudian shalat berjama’ah bersama, baik shalat Dzuhur ataupun Ashar,
8
memakai jilbab bagi siswi, merapihkan baju sekolah dan tidak memakai
pakaian yang ketat bagi siswi. Oleh karenanya siswa dituntut untuk
berkelakuan yang terpuji baik di sekolah maupun lingkungan masyarakat
agar para siswa bisa menjadikan dirinya sendiri sebagai panutan bagi
orang lain. Tetapi siswa masih terlihat belum mempunyai kesadaran dalam
berakhlak seperti baju tidak dimasukkan ke dalam celana bagi siswa laki-
laki, terlambatnya siswa untuk melaksanakan shalat Dhuha, siswi masih
mengenakan pakaian yang ketat keributan di antara sesama teman, tawuran
antar pelajar, siswi memakai pakaian yang sangat ketat ketika di luar
sekolah, tidak memakai seragam sekolah yang rapi dan lengkap.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam skripsi dengan
judul “Persepsi Siswa tentang Upaya Guru Pendidikan Agama Islam
dalam Pembentukan Akhlak Siswa di Kelas VII SMP Al-Hasra
Depok”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka, dapat
diidentifikasi masalah yang sangat relevan dengan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Kurangnya keteladanan yang baik dari guru kepada siswa.
2. Kurangnya seorang guru dalam mengembangkan potensi dirinya.
3. Kurangnya kesadaran dari siswa untuk memperbaiki akhlaknya.
4. Belum maksimalnya upaya guru dalam mendidik siswa.
5. Persepsi Siswa tentang upaya guru dalam membentuk akhlak siswa
yang negatif.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya perluasan terhadap penelitian ini, maka
penelitian ini dibatasi pada Persepsi siswa tentang upaya guru dalam
membentuk akhlak siswa di kelas VII SMP Al-Hasra, Depok.
9
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah
penelitian skripsi ini adalah: Bagaimanakah persepsi siswa tentang upaya
guru dalam membentuk akhlak siswa di kelas VII SMP Al-Hasra, Depok?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
mempunyai tujuan yang sesuai dengan rumusan masalah tersebut. Adapun
tujuannya adalah untuk mendeskripsikan persepsi siswa tentang upaya
guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk akhlak siswa di kelas
VII SMP Al-Hasra, Depok.
F. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini juga mempunyai
kegunaan yang sesuai. Adapun kegunaannya adalah:
1. Untuk membantu guru dalam membentuk akhlak siswa.
2. Untuk meningkatkan nilai-nilai akhlak pada siswa.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Persepsi Siswa Tentang Guru Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan yang merupakan proses diterimanya oleh individu
melalui alat reseptornya. Menurut Sugihartono: “Kemampuan otak
dalam menerjemahkan stimulus disebut dengan persepsi. Persepsi
merupakan proses untuk menerjemahkan atau menginterpretasi
stimulus yang masuk dalam alat indra”.1 Menurut Slameto:
“Persepsi adalah suatu proses menyangkut masuknya pesan atau
informasi dalam otak melalui indera manusia”.2 Melalui persepsi
manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya baik
indera penglihatan, perasa, penciuman dan peraba.
b. Pengertian Guru
Sama dengan teori Barat, pendidik dalam Islam ialah siapa
saja yang bertanggung-jawab terhadap perkembangan anak didik.3
Pada awalnya tugas itu adalah murni tugas kedua orang tua; jadi,
tidak perlu orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah. Akan
tetapi, karena perkembangan pengetahuan, keterampilan, sikap
1Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2007), h. 8.
2Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.
102.
3Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), Cet. VII, h. 74.
11
serta kebutuhan hidup sudah sedemikian luas maka orang tua tidak
mampu lagi melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya.4
Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga terhadap
perkembangan anak memang sangat besar. Pengaruh pendidikan di
sekolah juga besar, tetapi hampir-hampir hanya pada segi
perkembangan aspek kognitif (pengetahuan) dan psikomotor
(keterampilan). Pengaruh yang diperoleh anak didik di sekolah
hampir seluruhnya berasal dari guru yang mengajar di kelas. Jadi,
guru yang dimaksud di sini ialah pendidik yang memberikan
pelajaran kepada murid; biasanya guru adalah pendidik yang
memegang mata pelajaran di sekolah.5
Dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada pengertian
guru lebih banyak lagi seperti al-‘Alim atau al-Mu’allim, yang
berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para
ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. Selain itu
ada pula sebagian ulama yang menggunakan istilah al-Mudarris
untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberi
pelajaran. Namun dibandingkan dengan kata al-Mu’allim atau al-
Ulama dengan kata al-Mudarris, ternyata penggunaan kata al-
Mu’allim atau al-‘Alim lebih banyak dari penggunaan kata al-
Mudarris. Selain itu terdapat pula istilah al-Muaddib yang merujuk
kepada guru yang secara khusus mengajar di istana.6
Selain itu terdapat pula istilah ustadz untuk menunjuk kepada
arti guru yang khusus mengajar bidang pengetahuan agama Islam.
Selain itu terdapat pula istilah syaikh yang digunakan untuk
merujuk kepada guru dalam bidang tasawuf. Ada pula sebutan
Kyai, Ajengan dan Buya.7 Selanjutnya jika melihat pada al-Quran
4Ibid., h. 75.
5Ibid., h. 75.
6Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid (Studi Pemikiran
Tasawuf al-Ghazali), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. I, h. 41-42.
7Ibid., h. 42.
12
dan as-Sunah dijumpai pula istilah-istilah yang merujuk kepada
pengertian guru, di antaranya adalah:
1) Al-‘Alim dan Ulama; kata „Aliim tersebut dalam ayat dimaksud
digunakan dalam hubungannya dengan orang-orang yang
mampu menangkap hikmah atau pelajaran yang tersirat dalam
berbagai perumpamaan yang diceritakan dalam al-Quran.
Sedangkan ulama mereka memiliki rasa takut dan tunduk
kepada Allah SWT sebagai akibat dari pengetahuannya yang
mendalam terhadap rahasia kekuasaan Allah SWT yang
tampak pada alam ciptaan-Nya seperti tumbuh-tumbuhan,
binatang ternak, ruang angkasa, air, udara dan sebagainya.
2) Ulu al-Ilm; hal ini menunjukkan bahwa orang berilmu
posisinya demikian mulia dan diangkat derajatnya oleh Allah
SWT.
3) Ulu al-Albab; itu mengacu kepada seseorang yang mampu
menangkap pesan-pesan ilahiyah, hikmah, petunjuk dan rahmat
Tuhan yang terkandung dalam berbagai ciptaan atau kebijakan-
kebijakan Tuhan.
4) Ulu an-Nuha; dalam al-Quran kata tersebut banyak
dihubungkan dengan perintah Allah SWT kepada manusia agar
memohon, menikmati berjalan di muka bumi dengan tujuan
agar semakin merasakan betapa besarnya karunia Allah SWT
dan ia dapat menangkap pesan yang terkandung di dalamnya.
5) Ulu al-Abshar; ditujukan kepada orang yang dapat menangkap
ajaran, hikmah, petunjuk dan rahmat dari ciptaan Allah SWT
seperti dalam hal pengaturan waktu malam dan siang.
6) Al-Mudzakir atau Ahl al-Dzikr; seorang Mudzakir adalah orang
yang tampil sebagai pemberi peringatan kepada manusia
dengan cara mengemukakan kandungan al-Quran agar manusia
selalu mengingat rahmat Allah SWT. Demikian pula Ahl al-
Dzikr mengacu kepada orang yang telah memahami pesan al-
13
Quran dan karenanya orang tersebut pantas dijadikan tempat
bertanya.
7) Al-Mudzakki; digunakan oleh al-Quran untuk menunjukkan
pada orang yang dapat membersihkan diri orang lain dari
aqidah yang tersesat dan akhlak yang tercela.
8) Al-Rashihuna fi al-Ilm; yaitu orang yang memahami pesan-
pesan ajaran al-Quran yang memerlukan penalaran dan ta‟wil,
yaitu mengalihkan makna al-Quran secara harfiah kepada
makna majaziyah tanpa harus bertentangan dengan makna al-
Quran secara keseluruhan.
9) Murabbi; yang dapat dipahami dari doa seorang anak kepada
kedua orang tuanya yang telah mendidiknya di waktu kecil.8
Kemudian masih banyak sekali ahli dan para pakar pendidikan
mendefinisikan istilah guru agama akan tetapi beberapa definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwasanya guru agama adalah
seseorang yang mengajar dan mendidik serta bertanggung-jawab
dalam membersihkan hati seseorang dari sifat tercela dan aqidah
yang tersesat di lingkungan sekolah.
Demikian dengan dasar seperti itulah maka pendidik agama
mempunyai masalah sangat kompleks, yang membutuhkan kajian
secara mendalam, dalam kerangka kependidikan secara umum
dapat dikatakan bahwa perilaku guru agama dipandang sebagai
sumber pengaruh sedangkan tingkah laku siswa sebagai efek dari
berbagai proses tingkah laku dari kegiatan interaksi dalam
kehidupan.
c. Tanggung Jawab dan Tugas Guru
Tanggung jawab guru adalah mencerdaskan kehidupan anak
didik. Pribadi susila yang cakap ialah pribadi yang sangat
diharapkan ada pada setiap anak didik. Menjadi tanggung jawab
8Ibid., h. 43-46.
14
guru untuk memberikan sejumlah norma itu kepada anak didik
agar tahu bagaimana perbuatan yang susila dan asusila. Mana
perbuatan yang bermoral dan amoral. Semua norma itu tidak mesti
harus guru berikan ketika di kelas, di luar kelaspun sebaiknya guru
contohkan melalui sikap, tingkah laku dan perbuatan.9
Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui,
serta memahami nilai, norma moral dan sosial serta berusaha
berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.
Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya
dalam pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan
bermasyarakat. Kemudian sebagai pembimbing, guru memiliki
berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang
direncanakan dan dilaksanakannya.
Mengenai tugas guru, ahli-ahli pendidikan Islam –juga ahli
pendidikan Barat– telah sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik.
Mendidik adalah tugas yang amat luas. Mendidik itu sebagian
dilakukan dalam bentuk memberikan dorongan, memuji,
menghukum, memberi contoh, membiasakan dan lain-lain.10
Kemudian menurut Agung Soejono, yang dikutip oleh
Ahmad Tafsir merinci tugas pendidik (termasuk guru) sebagai
berikut:
1) Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak
didik dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara,
melalui pergaulan, angket dan sebagainya,
2) Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan
yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang
buruk agar tidak berkembang,
3) Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa
dengan cara memperkenalkan berbagai bidang keahlian,
keterampilan, agar anak didik memilihnya dengan tepat,
4) Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah
perkembangan anak didik berjalan dengan baik,
9Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003), Cet. XV, h. 143-148.
10
Ahmad Tafsir, op.cit., h. 78.
15
5) Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik
menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.11
Tugas guru sebagai profesi adalah mendidik, mengajar,
melatih dan menilai atau mengevaluasi proses dan hasil belajar-
mengajar. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.12
Jadi, tugas dan tanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku
dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak peserta
didik untuk membentuk peserta didik agar menjadi orang bersusila
yang cakap, memberi bimbingan, evaluasi dan menolong anak
didik untuk masa yang akan datang di sekolah maupun di
masyarakat.
d. Syarat Guru
Menurut Soejono, yang dikutip oleh Ahmad Tafsir
menyatakan bahwa syarat guru adalah sebagai berikut:
1) Tentang umur, harus sudah dewasa.
Tugas mendidik adalah tugas yang amat penting karena
menyangkut perkembangan seseorang, jadi menyangkut
nasib seseorang. Oleh karena itu, tugas itu harus dilakukan
secara bertanggung-jawab. Itu hanya dapat dilakukan oleh
orang yang telah dewasa; anak-anak tidak dapat dimintai
pertanggung-jawaban.
2) Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani.
Jasmani yang tidak sehat akan menghambat pelaksana
pendidikan, bahkan dapat membahayakan anak didik bila
mempunyai penyakit menular.
3) Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli.
Ini penting sekali bagi pendidik, termasuk guru, orang
tua di rumah sebenarnya perlu sekali mempelajari teori-teori
ilmu pendidikan. Dengan pengetahuannya itu diharapkan ia
akan lebih berkemampuan menyelenggarakan pendidikan
bagi anak-anaknya di rumah.
4) Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi.
11Ahmad Tafsir, op.cit., h. 79.
12
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), Cet.
XI, h. 7.
16
Syarat ini sangat penting dimiliki untuk melaksanakan
tugas-tugas mendidik selain mengajar. Dedikasi tinggi tidak
hanya diperlukan dalam mendidik selain mengajar; dedikasi
tinggi diperlukan juga dalam meningkatkan mutu
mengajar.13
e. Kompetensi Guru
Pengertian kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan
kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat
mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Kompetensi guru
tersebut meliputi:
1) Kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat pengetahuan
yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang
berbagai aspek kinerja sebagai guru.
2) Kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang
diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru
dalam berbagai situasi.
3) Kompetensi pribadi, yaitu perangkat perilaku yang berkaitan
dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya
sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi
diri, identitas diri dan pemahaman diri. Kompetensi pribadi
meliputi kemampuan-kemampuan dalam memahami diri,
mengelola diri, mengendalikan diri dan menghargai diri.
4) Kompetensi sosial, yaitu perangkat perilaku tertentu yang
merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi
sosial secara efektif. Kompetensi sosial meliputi kemampuan
interaktif dan pemecahan masalah kehidupan sosial.
5) Kompetensi spiritual, yaitu pemahaman, penghayatan, serta
pengamalan kaidah-kaidah keagamaan.14
13Ahmad Tafsir, op.cit., h. 80-81.
14
Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), Ed. 1, h. 55-
56.
17
Menurut Usman, yang dikutip oleh Kunandar, kompetensi
adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau
kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif.
Pengertian ini mengandung makna bahwa kompetensi itu dapat
digunakan dalam dua konteks, yakni: pertama, sebagai indikator
kemampuan yang menunjukkan kepada perbuatan yang diamati.
Kedua, sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif,
afektif dan perbuatan serta tahap-tahap pelaksanaannya secara
utuh.15
Menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Pasal 1, Ayat 10, menyebutkan: “Kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan”.16
Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya
pikir), sikap (daya kalbu) dan keterampilan (daya fisik) yang
diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi
merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya.
Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang
telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-
baiknya.17
f. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Secara etimologi, tujuan adalah “arah, maksud atau haluan”.
Dalam bahasa Arab, tujuan diartikan dengan kata “Ahdaf”,
sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan kata
15Ibid., h. 51-52.
16
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), Cet. IV, h. 23.
17
Kunandar, op.cit., h. 52.
18
“purpose”. Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang
diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.18
Pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah umum adalah segala upaya penyampaian ilmu
pengetahuan agama Islam tidak hanya untuk difahami dan dihayati,
tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
kemampuan siswa dalam melaksanakan wudhu, shalat, puasa dan
ibadah-ibadah lain yang sifatnya hubungan dengan Allah dan juga
kemampuan siswa dalam beribadah yang sifatnya hubungan antara
sesama manusia, misalnya zakat, shadaqah dan lain-lain termasuk
ibadah dalam arti luas.
Tujuan pendidikan berfungsi memberikan arah terhadap
pelaksanaan pendidikan, sehingga diharapkan terhindar dari segala
bentuk penyimpangan dan tindakan yang kurang efektif dalam
pelaksanaan pendidikan. Tujuan pendidikan juga merupakan faktor
yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju
oleh pendidikan itu. Demikian pula halnya dalam pendidikan
agama, maka tujuan pendidikan agama itulah yang hendak dicapai
dalam kegiatan atau pelaksanaan pendidikan agama.
Ahmad Tafsir menyatakan bahwa, tujuan Pendidikan Agama
Islam itu harus meliputi tiga kawasan (daerah binaan, domain),
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.19
Untuk kawasan kognitif,
tujuannya adalah mengembangkan atau membina pemahaman
agama Islam, selain itu kemampuan baca tulis huruf al-Quran dan
Tarikh Islam agar siswa faham akan ajaran Islam. Pembinaan
afektif bertujuan agar siswa menerima ajaran Islam. Pembinaan
18Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
Cet. I, h. 15.
19
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam¸ (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
Cet. IX, h. 86.
19
psikomotorik bertujuan agar siswa terampil melakukan ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-harinya.20
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan
pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
2. Akhlak
a. Pengertian Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak
(bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari kata Khulk. Khulk di
dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Kemudian di dalam kitab Da’iratul Ma’arif yang
dikutip oleh Asmaran dikatakan:
لق ىي صفات اأالنأسان اأالدبية خأ الأ
“Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah
sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam
jiwanya dan selalu ada padanya.21
Sifat itu dapat lahir berupa
perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk,
disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.
Menurut Abuddin Nata, “akhlak atau khuluq secara
kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muruah
atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat”.22
Secara terminologis (isthilahan) ada beberapa definisi tentang
akhlak. Di antaranya adalah:
20Ibid., h. 86.
21
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), Ed. 1, Cet. II, h. 1.
22
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), Ed. 1, Cet. I, h. 2-3.
20
1) Imam al-Ghazali
ر منأ ة عنأ ىيأئة فىفالأخلق عبار لة و يسأ عال بسهوأ در األف أ ها تصأ س راسخة, عن أ فأ الن
ية. ر و رؤأ غيأر حاجة إلى فكأ
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.23
2) Ibrahim Anis
ها األعأمال منأ خيأر أوأ شر منأ غيأر حاجة در عن أ س راسخة, تصأ فأ األخلق حال للن
ية. ر و رؤأ إلى فكأ
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk,
tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.24
3) Abdul Karim Zaidan
زانها ءىا و مي أ س و فى ضوأ فأ تقرة فى األن فات األمسأ عة من األمعانى والص موأ مجأ
سن األفعأل جم عنأو. يحأ دم عليأو أوأ يحأ بح, و منأ ثم ي قأ فى نظر اأإلنأسان أوأ ي قأ
“Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang
dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian
memilih melakukan atau meninggalkannya.25
Jadi, pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau akhlak ialah
suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi
kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan
dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa
23Pendapat Imam Ghazali ini dikutip oleh Yunahar Ilyas pada bukunya yang berjudul Ihya
‘Ulum ad-Din, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Jilid III, h. 58.
24
Pendapat Ibrahim Anis ini dikutip oleh Yunahar Ilyas pada bukunya yang berjudul al-Mu’jam
al-Wasith, (Kairo: Dar al-Ma‟arif, 1972), h.202.
25
Pendapat Abdul Karim Zaidan ini dikutip oleh Yunahar Ilyas pada bukunya yang berjudul
Ushul ad-Da’wah, (Baghdad: Jam‟iyyah al-Amani, 1976), h. 75.
21
memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan
yang baik dan terpuji menurut pandangan syari‟at dan akal pikiran,
maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang
lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang
tercela. 26
Sedangkan menurut hemat peneliti akhlak adalah perilaku
seseorang yang tertanam pada diri seseorang kemudian perilaku
tersebut dibawa atau dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian akhlak itu ada dua, yaitu: akhlak yang buruk dan akhlak
yang baik.
b. Sumber dan Dasar Akhlak
Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam adalah merupakan
sistem moral atau akhlak yang berdasarkan Islam, yakni bertitik
tolak dari aqidah yang diwahyukan Allah pada Nabi atau Rasul-
Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.
Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang
berdasarkan pada kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya
sesuai pula dengan dasar dari pada agama itu sendiri. Dengan
demikian, dasar atau sumber pokok daripada akhlak adalah al-
Quran dan al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu
sendiri.27
Pribadi Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang paling
tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian.
Begitu juga sahabat-sahabat Beliau yang selalu berpedoman
kepada al-Quran dan al-Hadits dalam kesehariannya. Nabi SAW
bersabda:
26Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam
(LPPI), 1999 ), Cet. I, h. 1-2.
27
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. II, h. 149.
22
ت فيأكمأ أمأ عنأ أنس ا بأن مالك قال النبي صلى اهلل عليأو و سلم : ت ركأ ماريأن لنأ تضلوأ
لو تمأ بهما كتاب اهلل و سنة رسوأ كأ )رواه البخارى( تمس
Artinya:
Dari Anas bin Malik berkata, bersabda Nabi SAW: “telah
kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu
berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab
Allah SWT dan sunah Rasul-Nya”. (HR. Al-Bukhari).
Jika telah jelas bahwa al-Quran dan Hadits Rasulullah SAW
adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim,
maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul karimah
dalam ajaran Islam. al-Quran dan Sunnah Rasul adalah ajaran yang
paling mulia dari segala ajaran manapun hasil renungan dan
ciptaan manusia. Sehingga telah menjadi keyakinan (aqidah) Islam
bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk mengikuti petunjuk
dan pengarahan al-Quran dan as-Sunnah. Dari pedoman itulah
diketahui kriteria mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk.
c. Pembagian Akhlak
Akhlak pada pokoknya terbagi menjadi dua, yaitu: Akhlaqul
Mahmudah artinya akhlak yang baik dan Akhlaqul Madzmumah
artinya akhlak yang tidak baik.
1) Akhlaqul Karimah (Akhlak Terpuji)
Baik dalam bahasa Arab disebut khair, dalam bahasa
Inggris disebut good. Akhlaqul Karimah berarti tingkah laku
yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman
seseorang kepada Allah. Akhlaqul Karimah dilahirkan
berdasarkan sifat-sifat yang terpuji.28
28Yatimin Abdullah, Studi Aklak Dalam Perspektif ALQURAN, (Jakarta: Amzah, 2007), Cet. I,
h. 39-40.
23
Adapun sifat-sifat Akhlaqul Karimah itu adalah sebagai
berikut:
a) Al-Amanah (setia, jujur dan dapat dipercaya);
b) As-Sidqu (benar dan jujur);
c) Al-‘Adl (adil);
d) Al-‘Afwu (pemaaf);
e) Al-Alifah (disenangi);
f) Al-Wafa’ (menepati janji);
g) Al-Haya’ (malu);
h) Ar-Rifqu (lemah lembut);
i) Anniswatun (bermuka manis).29
2) Akhlaqul Madzmumah (Akhlak Tercela)
Akhlaqul Madzmumah ialah perangai atau tingkah laku
pada tutur kata yang tercermin pada diri manusia, cenderung
melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain.30
Adapun sifat-sifat Akhlaqul Madzmumah adalah sebagai
berikut:
a) Ananiah (egoistis);
b) Al-Baghyu (melacur);
c) Al-Buhtan (dusta);
d) Al-Khianah (khianat);
e) Az-Zulmu (aniaya);
f) Al-Ghibah (mengumpat);
g) Al-Hasad (dengki);
h) Al-Kufran (mengingkari nikmat);
i) Ar-Riya’ (ingin dipuji);
j) An-Namimah (adu domba).31
29Ibid., h. 25-26.
30
Ibid., h. 56.
31Ibid., h. 26.
24
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang akan
penulis kaji yaitu, membentuk kepribadian yang berakhlakul karimah, di
antaranya:
1. Skripsi yang diteliti oleh Silvia Oktaviani dengan judul “Pengaruh
Keteladan Guru Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMP Islam
Al-Ikhlas Cipete”. Skripsi pada tahun 2013 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keteladan guru yang diterapkan di sekolah, untuk memperoleh
gambaran tentang akhlak al-karimah siswa serta untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh keteladanan guru terhadap akhlak al-karimah
siswa. Kemudian penelitian ini menggunakan metode survei dengan
teknik korelasional. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa adanya pembentukan akhlak al-karimah siswa
yang dipengaruhi oleh keteladanan guru. Akan tetapi keteladanan guru
bukanlah satu-satunya yang dapat mempengaruhi pembentukan akhlak
al-karimah siswa, melainkan masih banyak faktor yang lain yang dapat
berkontribusi terhadap pembentukan akhlak siswa.
2. Skripsi yang diteliti oleh Adnan Rifai dengan judul “Efektifitas
Peranan Guru dalam Membentuk Akhlak Karimah Siswa MI Terpadu
Nurul Falah Depok”. Skripsi pada tahun 2014 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektifitas peranan guru dalam membentuk akhlak al-karimah siswa di
MI Terpadu Nurul Falah Depok. Kemudian penelitian ini
menggunakan metode induksi. Metode ini bermaksud untuk membahas
suatu masalah dengan jalan mengumpulkan data dan fakta-fakta yang
bersifat khusus atau peristiwa-peristiwa konkrit. Hasil penelitian
menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: pembentukan akhlak siswa
masih berbentuk sementara, walaupun dalam hasil ini pembentukan
akhlak karimah siswa sangat besar pengaruhnya akan peran dari
seorang guru. Untuk itu pembentukan akhlak karimah siswa masih
25
harus terus diperhatikan, mulai dari kepribadian seorang guru yang
mempunyai akhlak karimah sebagai contoh keteladanan bagi siswa di
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
3. Tesis yang diteliti oleh Sri Rosmalina Soejono dengan judul
“Pendekatan dan Metode Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti
Asuhan”. Tesis pada tahun 2013 di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pendekatan dan metode yang diterapkan dalam rangka pembinaan
akhlak anak yatim di Panti Asuhan al-Mubarok dan YAPMI, untuk
mengetahui faktor penghambat dan pendukung yang dialami panti
asuhan al-Mubarok dan YAPMI dalam membina anak asuhnya, untuk
mengetahui solusi yang dilakukan kedua Panti tersebut dalam
mengatasi masalah yang dihadapinya serta mengetahui hasil yang telah
dicapai kedua Panti dalam membina akhlak anak asuhnya. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research), yaitu
upaya untuk mengungkapkan secara faktual tentang pendekatan dan
metode yang digunakan untuk membina akhlak anak yatim di panti
asuhan. Penelitian ini, menyimpulkan bahwa hasil yang dicapai dari
pendekatan dan metode yang diterapkan kedua Panti tersebut perlahan
tapi pasti dapat memerbaiki dan mengubah akhlak anak dari sifat
malas, pembohong, tidak bersih, onar, cuek, sulit diatur, pemalu,
murung menjadi anak yang rajin, sopan, jujur, ceria, pemberani, kalem
dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesamanya.
Dari penelitian di atas, dapat diambil persamaan dan perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu:
1. Persamaannya; dari aspek pembentukan akhlak yang ditanamkan oleh
guru kepada siswa, memperoleh gambaran akhlak siswa.
2. Perbedaannya; bahwa ketiga penelitian tersebut lebih condong kepada
pengaruh keteladanan guru, efektifitas peran guru dan pendekatan serta
metode dalam pembentukan akhlak, sedangkan penelitian yang akan
26
diteliti yaitu persepsi siswa tentang upaya guru Pendidikan Agama
Islam dalam pembentukan akhlak siswa.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Hasra Depok, pada kelas VII
yang beralamat di Jl. Raya Ciputat-Parung, Bojongsari Baru, Sawangan
Depok. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September-
November 2016.
B. Metode Penelitian
Metode adalah prosedur/cara mengetahui sesuatu dengan langkah-
langkah sistematis.1 Penelitian adalah suatu kegiatan untuk memeroleh
kebenaran mengenai sesuatu masalah dengan menggunakan metode
ilmiah.2 Dorongan utama untuk mengadakan penelitian ialah instink (ingin
tahu) yang ada pada setiap manusia. Dengan kemampuan akalnya,
manusia berusaha untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di sekitarnya
dan memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Metode penelitian, menurut Mc Millan dan Schumacher,
sebagaimana dikutip oleh Nana Syaodih, ada dua jenis, yakni
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendekatan kuantitatif
dibedakan pula antara metode-metode penelitian eksperimental dan
non-eksperimental. Dalam penelitian kualitatif dibedakan antara
kualitatif interaktif dan kualitatif non-interaktif. Secara pengelompokan
metode dan pendekatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.3
TABEL 3.1.
Metode-Metode Penelitian
KUANTITATIF KUALITATIF
Eksperimental Non-
Eksperimental
Interaktif Non-
Interaktif
1Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 2011),
Cet. II, h. 25.
2Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian, (Malang: UIN-Malang, 2008), Cet. I, h. 26
3 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), Cet. II, h. 53.
28
Eksperimental
murni
Eksperimental
kuasi
Eksperimental
rendah
Subjek tunggal
Deskriptif
Komparatif
Korelasional
Survai
Ekspos fakto
Tindakan
Etnografis
Historis
Fenomenologis
Studi kasus
Teori dasar
Studi kritis
Analisis
konsep
Analisis
kebijakan
Analisis
historis
Penelitian dan pengembangan
Penelitian eksperimental merupakan penelitian laboratorium,
walaupun bisa juga dilakukan di luar laboratorium, tetapi pelaksanaannya
menerapkan prinsip-prinsip penelitian laboratorium, terutama dalam
pengontrolan terhadap hal-hal yang memengaruhi jalannya eksperimen.4
Kualitatif interaktif merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik
pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya.5
Kualitatif non-interaktif disebut juga penelitian analitis, mengadakan
pengkajian berdasarkan analisis dokumen. Peneliti menghimpun,
mengidentifikasi, menganalisis dan mengadakan sintesis data, untuk
kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, peristiwa
yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat diamati.6
Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif yaitu suatu
penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara
sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu.7 Penelitian
deskriptif ditujukan untuk memaparkan, menggambarkan dan memetakan
fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tertentu.
Kemudian penelitian ini ingin menunjukkan apa persepsi siswa tentang
4Ibid., h. 53.
5Ibid., h. 61.
6Ibid., h. 65.
7Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), Cet. X, h. 100.
29
upaya yang guru lakukan dalam membentuk akhlak siswa di kelas VII
SMP Al-Hasra.
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik terdiri dari benda
yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data
dan memiliki karakter tertentu dan sama.8 Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII SMP Al-Hasra yang berjumlah
78 siswa. Dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel dikarenakan
populasi siswa-siswi kelas VII kurang dari 100 orang. Dengan demikian,
penelitian ini merupakan penelitian populasi.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen ini dimaksud sebagai perangkat lunak dari seluruh
rangkaian proses pengumpulan data penelitian di lapangan.9 Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang
dibentuk berupa angket, yang kemudian diberikan kepada objek penelitian,
yaitu siswa siswi yang dipilih dan dijadikan objek penelitian (Kelas VII
SMP Al-Hasra). Di samping pemberian angket dilakukan pula wawancara
kepada guru mata pelajaran. Adapun instrumen kisi-kisi angket disajikan
dalam bentuk tabel berikut ini:
Tabel 3.2.
Instrumen Kisi-kisi Angket
No Dimensi Indikator No. Item Jumlah
Item
1 Menghormati Mengingatkan siswa untuk 1 dan 19
2
8Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian; Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), Cet. IV, h. 47.
9M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif; Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan
Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), Ed. 1, cet. IV, h. 94.
30
dan taat saling menghormati dan taat
kepada Allah, orang tua dan
guru
2 Bertanggung
jawab dan
jujur
Mengajarkan siswa
untuk bersikap jujur
Bertanggung jawab
terhadap tugas
mengajarnya
6, 10, 16
dan 17
4
3 Rapi dan
sopan Menyuruh siswa untuk
berpakaian rapi dan
sopan
7
1
4 Memberi
contoh dan
motivasi
Memberikan
bimbingan dan contoh
nasihat yang baik
Memberikan motivasi
untuk berakhlak mulia
5 dan 13 2
5 Menjauhi
perbuatan
tercela
Mengingatkan siswa untuk
menjauhi perbuatan-
perbuatan tercela
9, 15, 18,
20, 22, 23,
24, dan 25
8
6 Membaca al-
Quran
Memerintahkan siswa untuk
selalu membaca al-Quran
3
1
7 Mengerjakan
perintah
Allah yang
wajib dan
sunnah
Memerintahkan siswa
untuk rajin dalam
melaksanakan shalat
lima waktu
Mengajarkan siswa
untuk berpuasa sunah
senin dan kamis
2 dan 4 2
8 Akhlak guru Menyikapi guru yang
melakukan perbuatan tidak
baik
8, 11, 12,
14 dan 21
5
Jumlah 25
31
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan.10
Metode pengumpulan data adalah
bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau
tidaknya suatu penelitian.11
Pada penelitian kuantitatif dikenal beberapa
metode, antara lain metode angket, wawancara, observasi dan
dokumentasi. Adapun pengumpulan data yang peneliti pilih untuk
melakukan penelitian berupa:
1. Angket/Kuesioner
Kuesioner adalah salah satu teknik riset sosial yang paling banyak
digunakan. Ide untuk memformulasikan pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang tepat, bagi mereka yang pendapat dan pengalamannya menarik
bagi peneliti, tampaknya merupakan sebuah strategi yang jelas untuk
menemukan jawaban-jawaban atas-atas masalah yang menarik
perhatian.12
Penyebaran angket yang penulis lakukan adalah kepada
siswa kelas VII SMP Al-Hasra yang penulis jadikan sampel dalam
penelitian.
2. Wawancara
Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara dari
terwawancara dalam mengumpulkan data dan informasi dengan cara
memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk lisan secara
terstruktur dan sistematis.13
Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan guru PAI sebagai objek
yang diwawancarai untuk mendapatkan informasi tentang upaya apa
yang dilakukan dalam pembentukan akhlak siswa.
10Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), Cet. VIII, h. 174.
11
M. Burhan Bungin, op.cit., h. 123.
12
Loraine Blaxter, Christina Hughes and Malcolm Thight (eds), How To Research (Seluk-Beluk
Melakukan Riset, (tt.p., Indeks Kelompok Gramedia ,2006), Ed. II, Cet. X, h. 270.
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Asdi
Mahasatya, 2006), Cet. XIII, h. 155.
32
3. Dokumen
Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan setiap
pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk
keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting dan
berguna bagi sumber data, bukti, informasi kealamiahan yang sukar
diperoleh, sukar ditemukan dan membuka kesempatan untuk lebih
memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.14
Dokumen dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku harian,
laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman
video, foto dan lain sebagainya.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses memilih dari beberapa sumber
maupun permasalahan yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan.15
Adapun dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Editing
Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data di lapangan.16
Setelah angket diisi dan dikembalikan
pada peneliti, peneliti segera meneliti satu persatu angket yang
dikembalikan. Apabila ada jawaban yang meragukan atau tidak
dijawab, maka peneliti memanggil responden yang bersangkutan untuk
dibetulkan atau disempurnakan jawabannya agar angket itu sah.
Peneliti berusaha meneliti sedetail mungkin terhadap angket yang
telah disebarkan kepada populasi yang ada. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kesalahan dan diharapkan hasil yang diperoleh benar-
benar valid.
14Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, op.cit., h. 86.
15
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, op.cit., h. 166.
16
M. Burhan Bungin, op.cit., h. 165.
33
2. Scoring
Setelah tahap editing selesai, maka proses tahap selanjutnya
adalah scoring. Adapun cara untuk menentukan scoring semua
pertanyaan setiap itemnya dengan bobot nilai setiap jawaban sebagai
berikut dengan menggunakan skala likert.
Table 3.3.
Skor Skala Likert17
No Alternatif Jawaban Nilai
1 Selalu 4
2 Sering 3
3 Kadang-kadang 2
4 Tidak Pernah 1
3. Tabulasi
Tabulasi adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan
mengatur angka-angka serta menghitungnya.18
Berdasarkan data-data
yang telah terkumpul setelah diberi skor, data dimasukkan ke dalam
tabel, karena kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah dalam
menginterprestasi data.
4. Persentase
Setelah data ditabulasikan dalam jumlah frekuensi jawaban
responden untuk setiap alternatif jawaban, maka rumus persentase
yang digunakan dalam penelitian ini ialah19
:
p = f/N x 100%
Keterangan:
f = frekuensi jawaban responden
N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
17Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. XI, h. 135.
18
M. Burhan Bungin, op.cit., h. 168.
19
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), Cet.
XVI, h. 43.
34
p = angka persentase
Adapun kriteria persentasenya, yaitu:20
Tabel 3.4.
Skala Persentase
No Persentase Penafsiran
1 90-100% Sangat Baik
2 70-89% Baik
3 50-69% Cukup
4 30-49% Kurang
5 0-29% Kurang Sekali
20Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. X, h. 153.
35
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian
1. Profil Sekolah
a. Profil Sekolah
Nama Sekolah :SMP AL-HASRA
Alamat :Jl. Raya Ciputat Parung KM 24 Bojongsari
Baru, Sawangan Depok
Kode Pos : 16516
Telp : (021) 74911411
Tahun dibuka :1985/1986
Status sekolah :Akreditasi A
Nama Yayasan :Yayasan Al-Hasra
b. Visi dan Misi Sekolah
1) Visi Sekolah
Adapun visi dari SMP AL-HASRA yaitu: “terwujudnya
lulusan pendidikan dasar yang Islami, mampu menguasai
teknologi dan bahasa asing”.
2) Misi Sekolah
Adapun langkah-langkah yang harus dilaksanakan demi
terwujudnya visi sekolah, yaitu:
a) Melaksanakan pendidikan dasar dengan menanamkan nilai-
nilai Islami.
b) Meningkatkan kemampuan penguasaan sains teknologi dan
bahasa asing.
c) Mengembangkan potensi peserta didik di bidang akademik
dan non akademik.
36
c. Guru dan Tenaga Kependidikan
1) Dewan Guru
Dalam proses belajar mengajar sangat dibutuhkan tenaga
yang profesional agar tercipta generasi yang berkompeten dan
mempunyai skill yang memadai.
Adapun tenaga pengajar yang tersedia di SMP AL-
HASRA tahun pelajaran 2016/2017, dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.1.
Data Guru/Pendidik di SMP Al-Hasra
NO
Nama (gelar
akademik
dibelakang
nama)
Pendidikan
Terakhir
Jabatan
(guru/Kepsek/Wakasek)
Mengajar
Mata
Pelajaran
1 Andi Suhandi,
S.Pd. S1
Guru/Kepala SMP AL-
Hasra IPS
2 Izhar, S.Pd. S1 Guru/Wakasek Kurikulum IPA Fisika
3 Sopian Hadi,
S.Si. S1 Guru/Wakasek Keuangan
IPA &
IPA
Biologi
4 Sri Nurhayati
Apriliani, S.Pd. S1 Guru
IPS &
Bahasa
Sunda
5
Ir. Hj. Urip
Anjar Winarni,
M.MPd.
S1 Guru
IPA, IPA
Biologi &
PLH
37
6 Suryani, S.Pd. S1 Guru & Kabag Lab/Perpus
IPA &
Bahasa
Sunda
7 Sumitar
Dahlan, B.A. D3 Guru
PAI,
Aqidah
Akhlak &
Hafalan
8 Drs. Alam
Semesta S1 Guru
PAI,
Tahsin &
Hafalan
9 Dra. Efiwarni S1 Guru & Koordinator
Keagamaan
PAI dan
Budi
Pekerti
Islam
(BPI)
10 Mansyur, S.Pd. S1 Guru Penjaskes
11 Tedi Sediana,
S.Pd. S1
Guru & Koordinator
Ekstrakurikuler
PKN &
Bahasa
Sunda
12 Sulistyawati,
S.Si. S1 Guru & Pembina Osis
MTK &
Tim
Teaching
13 Vivi Elvia,
S.Pd. S1 Guru
Bahasa
Inggris
14 Herman Risin,
S.Pd. S1 Guru
Bahasa
Indonesia
38
15 Risawati, S.Pd. S1 Guru Bahasa
Inggris
16
Hertika
Widyaningtias,
S.Pd.
S1 Guru Bahasa
Inggris
17
Nurfarida
Fikrotusshohih
ah, S.Pd.
S1 Guru
MTK &
Tim
Teaching
18 Wasta Masih tahap
Perkuliahan Guru
MTK, Tim
Teaching
& PLH
19
Edwin
Effendhy,
S.Pd.
S1 Guru TIK
20 Sri Sulastri,
S.Pd. S1 Guru
Bahasa
Indonesia
21 Drs. Bambang
Sugiarto S1 Guru IPS
22
Dedi
Supriatna,
S.Pd.I.
S1 Guru Seni
Budaya
23 Aziz Nurhasan SMA Guru Komputer
Animasi
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru SMP AL-
HASRA yang mengajar Pendidikan Agama Islam sebanyak 3
39
orang dan salah satunya menjabat sebagai Koordinator
Keagamaan.
2) Tenaga Kependidikan
Untuk membantu proses belajar mengajar maka sekolah
pun mempunyai beberapa tenaga kependidikan. Tenaga
kependidikan termasuk bagian yang penting untuk menentukan
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan KBM di
sekolah tidak terlepas dari administrasi yang baik dan teratur
serta terencana, Adapun keadaan tenaga karyawan SMP AL-
HASRA yaitu:
Tabel 4.2.
Tenaga Kependidikan
No Nama Pendidikan
Terakhir Jabatan
1 Andi Suhandi,
S.Pd. S1
KEPALA SMP AL-
HASRA
2 Izhar, S.Pd. S1 WAKASEK.
KURIKULUM
3 Sopian Hadi,
S.Pd. S1
WAKASEK.
KEUANGAN
4 Herman
Suherman, S.Pd. S1
TU/ADM.
KEPEGAWAIAN &
KESISWAAN
5 Historia Ragiel
Sanubary
SMK Adm.
Perkantoran
TU/ADM.
KURIKULUM &
PERSURATAN
40
6 Iwan Setiawan SMK AL-
HASRA
TU/ADM.
KEUANGAN
7 Suryani, S.Pd. S1 KABAG LAB &
PERPUS
8 Tusam, S.Pd. S1 KABAG SARPRAS
9 Abdul Hamid,
S.Ag. S1 KABAG HUMAS
10 Wasta S1 PEMBINA OSIS
11 Tedi Sediana,
S.Pd. S1
KOORDINATOR
EKSTRAKULIKULER
12 Dra. Efiwarni S1
KOMITE SEKOLAH
& KOORDINATOR
KEAGAMAAN
13 Suhendi, S.Ip. S1 PUSTAKAWAN
d. Keadaan Siswa/Siswi
Siswa/siswi merupakan salah satu komponen sekolah yang
sangat penting, karena tidak mungkin suatu sekolah mengadakan
pembelajaran jika tidak mempunyai siswa/siswi.
Siswa/siswi di SMP Al-Hasra pada setiap kelas (VII, VIII dan
IX) dibagi dalam beberapa kelas, yaitu kelas VII sebanyak 4 kelas,
kelas VIII sebanyak 4 kelas dan kelas IX sebanyak 4 kelas.
Hal ini disebabkan karena antusias masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya ke SMP Al-Hasra ini cukup tinggi,
41
sehingga pihak sekolah mempunyai kebijakan siswa/siswi yang
masuk harus dibatasi. Dengan pertimbangan sarana dan prasarana
belum cukup representatif. Adapun jumlah siswa/siswi pada setiap
kelasnya, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.3.
Data Siswa/Siswi SMP Al-Hasra
Kelas Jumlah Murid
Jumlah L P
7.1 10 9 19
7.2 9 11 20
7.3 9 11 20
7.4 9 10 19
8.1 8 12 20
8.2 9 14 23
8.3 6 15 21
8.4 19 23 42
9.1 13 10 23
9.2 13 9 22
9.3 24 18 42
9.4 22 19 41
Jumlah 151 161 312
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan
siswa/siswi sebanyak dari kelas VII-IX yaitu 312 siswa dengan
klasifikasi untuk jumlah laki-laki sebanyak 151 siswa dan untuk
jumlah perempuan sebanyak 161 siswi.
e. Sarana dan Prasarana
Untuk keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di sekolah tidak terlepas dari tersedianya sarana dan
prasarana yang memadai. Suatu kegiatan tidak dapat berjalan
42
dengan baik tanpa adanya sarana dan prasarana tersebut. Adapun
sarana dan prasarana yang ada di SMP AL-HASRA di antaranya
yaitu:
Tabel 4.4.
Sarana dan Prasarana
No. Sarana Prasarana Jumlah
1 Ruang Kelas 12
2 Ruang Kepala Sekolah / Tata Usaha 1
3 Ruang Guru 1
4 Ruang UKS 1
5 Dapur 1
6 Ruang Lab IPA 2
7 Ruang Perpustakaan 1
8 Ruang Lab Komputer 1
9 Gudang 1
10 Lab Musik 1
11 Masjid 1
12 Lapangan Olahraga/Upacara 3
13 Pos Satpam 1
14 Toilet Guru 1
15 Toilet Siswa 2
16 Kantin 1
43
2. Temuan Penelitian
Bentuk-bentuk upaya yang guru lakukan selain shalat berjama’ah
pada waktu Zuhur, Ashar dan shalat Dhuha, berdasarkan wawancara
yang dilakukan peneliti terhadap salah satu guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam/BPI (Budi Pekerti Islam) dan merangkap
sebagai koordinator keagamaan bahwa upaya yang dilakukan adalah:
a. Setiap satu guru (baik guru agama Islam maupun dengan guru yang
lain) memberikan bimbingan kepada sepuluh siswa dengan materi
bimbingan shalat, pergaulan dengan sesama teman maupun orang
tua menurut ajaran Islam,
b. Setiap siswa ditunjuk untuk melakukan kultum (kuliah tujuh menit)
setiap hari Selasa-Kamis dengan materi tentang akhlak/keislaman
setelah selesai shalat Dhuha dan tadarus secara bergantian baik
siswa kelas VII, kelas VII maupun kelas IX,
c. Guru membiasakan siswa untuk menghafal doa setelah shalat dan
doa-doa harian (seperti, doa shalat dhuha, doa masuk dan keluar
masjid dan doa-doa lainnya),
d. Kepala Sekolah juga membudayakan 5 S yaitu (salam, sapa,
senyum, sopan dan santun) diberlakukan untuk setiap guru dan
siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas.1
Kemudian data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan tujuan
dapat ditarik kesimpulan yang baik. Pengolahan data yang masuk,
ditempuh dengan cara menstabulasikan, menganalisa, dan menafsirkan
tiap-tiap data dari masing-masing responden atau individu.
Setelah data dari hasil angket, kemudian data tersebut diolah
dalam bentuk table deskriptif persentase dengan menggunakan rumus:
P = f/N x 100
Keterangan:
P = Angka Presentasi
1Efiwarni, Hasil wawancara Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, (Depok: SMP Al-
Hasra), Senin, 7 Oktober 2016, Pukul 10.49 WIB-selesai, Ruang penerimaan tamu.
44
F = Frekuensi (jumlah jawaban responden)
N = Number of Case (banyaknya individu atau jumlah sampel)
Adapun sejumlah pertanyaan yang penulis berikan kepada para
responden dapat dilihat pada table di bawah ini:
Table 4.5.
Apakah guru mengajarkan anda untuk selalu taat kepada Allah
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 69 88%
Sering 9 12%
Kadang-Kadang 0 0%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (88%) responden
yang menyatakan “selalu”, (12%) responden yang menyatakan
“sering” dan tidak ada responden yang menyatakan “kadang-kadang
dan “tidak pernah”. Hal ini dapat disimpulkan bahwa guru selalu
mengajarkan siswa untuk selalu taat kepada Allah dalam
melaksanakan rukun Islam.
Table 4.6.
Apakah guru memerintahkan anda untuk rajin dalam
melaksanakan shalat lima waktu
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 62 79%
Sering 16 21%
Kadang-Kadang 0 0%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (79%) responden
yang menyatakan “selalu”, (21%) responden yang menyatakan
45
“sering”, dan tidak ada responden yang menyatakan “kadang-kadang”
dan “tidak pernah”. Hal ini dapat disimpulkan bahwa guru selalu
memerintahkan siswa untuk rajin dalam melaksanakan shalat lima
waktu baik shalat Subuh, Zuhur, Ashar, Maghrib dan Isya.
Table 4.7.
Apakah guru memerintahkan anda untuk selalu membaca al-
Quran
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 64 82%
Sering 14 18%
Kadang-Kadang 0 0%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (82%) responden
yang menyatakan “selalu”, (18%) responden yang menyatakan
“sering”, dan tidak ada responden yang menyatakan “kadang-kadang”
dan “tidak pernah”. Hal ini dapat disimpulkan bahwa guru selalu
memerintahkan siswa untuk selalu membaca al-Quran.
Table 4.8.
Apakah guru memerintahkan anda untuk berpuasa sunah Senin
dan Kamis
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 1 1%
Sering 30 38%
Kadang-Kadang 41 53%
Tidak Pernah 6 8%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (1%) responden
yang menyatakan “selalu”, (38%) responden yang menyatakan
46
“sering”, (53%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
(8%) responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa guru kadang-kadang memerintahkan siswa untuk
berpuasa sunah Senin dan Kamis.
Table 4.9.
Apakah guru memberikan motivasi untuk berakhlakul karimah
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 60 77%
Sering 18 23%
Kadang-Kadang 0 0%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (77%) responden
yang menyatakan “selalu”, (23%) responden yang menyatakan
“sering”, dan tidak ada responden yang menyatakan “kadang-kadang”
dan “tidak pernah”. Hal ini dapat disimpulkan bahwa guru selalu
memberikan motivasi untuk berakhlakul karimah.
Table 4.10.
Apakah guru bertanggung jawab terhadap tugas mengajarnya
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 53 68%
Sering 22 28%
Kadang-Kadang 3 4%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (68%) responden
yang menyatakan “selalu”, (28%) responden yang menyatakan
“sering”, (4%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
tidak ada responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
47
disimpulkan bahwa guru selalu bertanggung jawab terhadap tugas
mengajarnya.
Table 4.11.
Apakah guru membiasakan anda agar berpakaian rapi dan sopan
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 54 69%
Sering 22 28%
Kadang-Kadang 2 3%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (69%) responden
yang menyatakan “selalu”, (28%) responden yang menyatakan
“sering”, (3%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
tidak ada responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa guru selalu membiasakan siswa agar berpakaian
rapi dan sopan.
Table 4.12.
Apakah guru membentak-bentak anda
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 1 1%
Sering 3 4%
Kadang-Kadang 35 45%
Tidak Pernah 39 50%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (1%) responden
yang menyatakan “selalu”, (4%) responden yang menyatakan “sering”,
(45%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan (50%)
responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat disimpulkan
48
bahwa guru kadang-kadang membentak siswa yang melakukan
kesalahan di saat jam pelajaran.
Table 4.13.
Apakah guru melarang anda untuk tawuran dengan sekolah lain
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 53 68%
Sering 15 19%
Kadang-Kadang 6 8%
Tidak Pernah 4 5%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (68%) responden
yang menyatakan “selalu”, (19%) responden yang menyatakan
“sering”, (8%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
(5%) responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa guru selalu melarang siswa untuk tawuran dengan
sekolah lain.
Table 4.14.
Apakah guru mengingatkan anda untuk bersikap jujur kepada
orang tua, guru dan teman
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 56 72%
Sering 21 27%
Kadang-Kadang 1 1%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (72%) responden
yang menyatakan “selalu”, (27%) responden yang menyatakan
“sering”, (1%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
tidak ada responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
49
disimpulkan bahwa guru selalu mengingatkan siswa untuk bersikap
jujur kepada orang tua, guru dan teman.
Table 4.15.
Apakah guru anda rendah hati/tidak sombong
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 58 74%
Sering 18 23%
Kadang-Kadang 2 3%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (74%) responden
yang menyatakan “selalu”, (23%) responden yang menyatakan
“sering”, (3%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
tidak ada responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa guru selalu rendah hati/tidak sombong.
Table 4.16.
Apakah guru rajin masuk kelas
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 12 15%
Sering 53 68%
Kadang-Kadang 13 17%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (15%) responden
yang menyatakan “selalu”, (68%) responden yang menyatakan
“sering”, (17%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
tidak ada responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa guru sering masuk kelas.
50
Table 4.17.
Apakah guru memberikan bimbingan dan contoh nasihat yang
baik pada saat belajar mengajar
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 64 82%
Sering 13 17%
Kadang-Kadang 1 1%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (82%) responden
yang menyatakan “selalu”, (17%) responden yang menyatakan
“sering”, (1%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
tidak ada responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa guru selalu memberikan bimbingan dan contoh
nasihat yang baik pada saat belajar mengajar.
Table 4.18.
Apakah guru mengucapkan salam sebelum masuk dan keluar
kelas
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 50 64%
Sering 19 24%
Kadang-Kadang 9 12%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (64%) responden
yang menyatakan “selalu”, (24%) responden yang menyatakan
“sering”, (12%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
tidak ada responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
51
disimpulkan bahwa guru selalu mengucapkan salam sebelum masuk
dan keluar kelas.
Table 4.19.
Apakah guru melarang anda untuk mencontek
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 54 69%
Sering 22 28%
Kadang-Kadang 2 3%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (69%) responden
yang menyatakan “selalu”, (28%) responden yang menyatakan
“sering”, (3%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
tidak ada responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa guru selalu melarang siswa untuk mencontek
dengan teman atau melihat buku catatan.
Table 4.20.
Apakah guru mengajarkan anda untuk berperilaku sopan kepada
orang tua, guru dan teman
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 65 83%
Sering 13 17%
Kadang-Kadang 0 0%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (83%) responden
yang menyatakan “selalu”, (17%) responden yang menyatakan
“sering” dan tidak ada responden yang menyatakan “kadang-kadang”
dan “tidak pernah”. Hal ini dapat disimpulkan bahwa guru selalu
52
mengajarkan siswa untuk berperilaku sopan kepada orang tua, guru
dan teman di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Table 4.21.
Apakah guru mengajarkan anda untuk mengucap salam apabila
bertemu dengan guru, orang tua dan teman
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 47 60%
Sering 31 40%
Kadang-Kadang 0 0%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (60%) responden
yang menyatakan “selalu”, (40%) responden yang menyatakan
“sering” dan tidak ada responden yang menyatakan “kadang-kadang”
dan “tidak pernah”. Hal ini dapat disimpulkan bahwa guru selalu
mengajarkan siswa untuk mengucap salam apabila bertemu dengan
guru, orang tua dan teman baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Table 4.22.
Apakah guru melarang anda untuk membicarakan kejelekan
orang lain (ghibah)
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 33 42%
Sering 27 35%
Kadang-Kadang 15 19%
Tidak Pernah 3 4%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (42%) responden
yang menyatakan “selalu”, (35%) responden yang menyatakan
“sering”, (19%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
53
(4%) responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa guru selalu melarang siswa untuk membicarakan
kejelekan orang lain (ghibah).
Table 4.23.
Apakah guru mengingatkan anda untuk menghormati orang tua,
guru dan teman
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 59 76%
Sering 19 24%
Kadang-Kadang 0 0%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (76%) responden
yang menyatakan “selalu”, (24%) responden yang menyatakan
“sering” dan tidak ada responden yang menyatakan “kadang-kadang”
dan “tidak pernah”. Hal ini dapat disimpulkan bahwa guru selalu
mengingatkan siswa untuk menghormati orang tua,guru dan teman.
Table 4.24.
Apakah guru mengajarkan anda untuk tidak membantah
perintah yang baik dari orang tua
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 57 73%
Sering 16 21%
Kadang-Kadang 5 6%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (73%) responden
yang menyatakan “selalu”, (21%) responden yang menyatakan
“sering”, (6%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
54
tidak ada responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa guru selalu mengajarkan siswa untuk tidak
membantah perintah yang baik dari orang tua.
Table 4.25.
Apakah guru menegur dengan kata-kata yang kasar
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 5 6%
Sering 3 4%
Kadang-Kadang 14 18%
Tidak Pernah 56 72%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (6%) responden
yang menyatakan “selalu”, (4%) responden yang menyatakan “sering”,
(18%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan (72%)
responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa guru tidak pernah menegur dengan kata-kata yang kasar.
Table 4.26.
Apakah guru membiasakan anda untuk tidak bercanda di dalam
masjid
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 55 71%
Sering 18 23%
Kadang-Kadang 5 6%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (71%) responden
yang menyatakan “selalu”, (23%) responden yang menyatakan
“sering”, (6%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
tidak ada responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
55
disimpulkan bahwa guru selalu membiasakan siswa untuk tidak
bercanda di dalam masjid.
Table 4.27.
Apakah guru membiasakan anda untuk tidak merusak
lingkungan
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 38 49%
Sering 30 38%
Kadang-Kadang 10 13%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (49%) responden
yang menyatakan “selalu”, (38%) responden yang menyatakan
“sering”, (13%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
tidak ada responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa guru selalu membiasakan siswa untuk tidak
merusak lingkungan sekolah.
Table 4.28.
Guru melarang anda agar tidak merokok
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 54 69%
Sering 20 26%
Kadang-Kadang 4 5%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (88%) responden
yang menyatakan “selalu”, (12%) responden yang menyatakan
“sering”, (0%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan
tidak ada responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat
56
disimpulkan bahwa guru selalu melarang siswa agar tidak merokok di
sekolah.
Table 4.29.
Guru mengajarkan anda untuk tidak membentak orang tua
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 60 77%
Sering 18 23%
Kadang-Kadang 0 0%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (77%) responden
yang menyatakan “selalu”, (23%) responden yang menyatakan
“sering” dan tidak ada responden yang menyatakan “kadang-kadang”
dan “tidak pernah”. Hal ini dapat disimpulkan bahwa guru selalu
mengajarkan siswa untuk tidak membentak orang tua.
B. Pembahasan terhadap Penemuan Penelitian
Untuk mengetahui data tentang upaya guru dalam pembentukan
akhlak siswa di SMP Al-Hasra Depok dilakukan penyebaran angket yang
berisi 25 pertanyaan dengan pilihan ganda 4 option, dengan pilihan
kriteria:
1. Untuk jawaban a diberi nilai 4
2. Untuk jawaban b diberi nilai 3
3. Untuk jawaban c diberi nilai 2
4. Untuk jawaban d diberi nilai 1
Tabel 4.30
Rekapitulasi Hasil Penyebaran Angket
No Kategori Jawaban Jumlah
57
A B C D Responden
1 69 9 0 0 78
2 62 16 0 0 78
3 64 14 0 0 78
4 1 30 41 6 78
5 60 18 0 0 78
6 53 22 3 0 78
7 54 22 2 0 78
8 1 3 35 39 78
9 53 15 6 4 78
10 56 21 1 0 78
11 58 18 2 0 78
12 12 53 13 0 78
13 64 13 1 0 78
14 50 19 9 0 78
15 54 22 2 0 78
16 65 13 0 0 78
17 47 31 0 0 78
18 33 27 15 3 78
19 59 19 0 0 78
20 57 16 5 0 78
21 5 3 14 56 78
22 55 18 5 0 78
23 38 30 10 0 78
24 54 20 4 0 78
25 60 18 0 0 78
1184 490 168 108 1950
Berdasarkan data di atas, secara matematis, bahwa upaya guru
Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan akhlak siswa di kelas VII
58
SMP Al-Hasra bisa dikatakan baik, jika hasil dari jumlah skor angket
mencapai 7800. Angka ini diperoleh dari 25 pertanyaan x 78 siswa x 4
skor. Akan tetapi jumlah skor angket dalam penelitian ini, hanya mencapai
6648. Perbandingan jumlah skor angket dengan jumlah skor angket ideal,
sebagai berikut:
P = f/N x 100
6648/7800 x 100 = 85,2
Angka ini menunjukkan bahwa upaya guru Pendidikan Agama Islam
dalam pembentukan akhlak siswa di kelas VII SMP Al-Hasra dikatakan
Baik dalam hal mengajarkan siswa untuk selalu taat kepada Allah, rajin
dalam melaksanakan shalat lima waktu dan membaca al-Quran serta
berpuasa sunah Senin dan Kamis. Kemudian guru memberikan motivasi
kepada siswa untuk berakhlakul karimah, lalu guru membiasakan siswa
untuk berpakaian rapi dan sopan dan bersikap jujur kepada orang tua, guru
dan teman.
Guru juga melarang siswa untuk mencontek, merokok, membicarakan
kejelekan orang lain, tidak bercanda di dalam masjid dan merusak
lingkungan. Kemudian guru tersebut juga tidak mengeluarkan kata-kata
kasar, tidak membentak-bentak siswa dan juga tidak sombong.
Dengan demikian rumusan masalah yang menyatakan “Bagaimanakah
Persepsi Siswa tentang Upaya guru dalam membentuk akhlak siswa di
kelas VII SMP Al-Hasra, Depok?”, bahwa persepsi siswa tentang upaya
guru Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan akhlak siswa
dinyatakan baik dengan presentase 85,2% sehingga akhlak siswa di SMP
Al-Hasra mengalami peningkatan yang baik.
Walaupun masih ada sedikit siswa yang masih kurang baik akhlaknya,
karena guru mendapatkan sedikit hambatan, yaitu tidak mungkin guru
mengontrol siswa di luar sekolah dan mungkin faktor lingkungan yang
membuatnya jadi kurang baik, kemudian kalau di dalam sekolah
kurangnya motivasi siswa untuk berakhlak mulia.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas tentang
upaya guru dalam pembentukan akhlak siswa, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: Bentuk-bentuk upaya yang guru agama Islam
lakukan adalah: setiap satu guru memberikan bimbingan kepada sepuluh
siswa dengan materi bimbingan shalat, pergaulan dengan sesama teman
maupun orang tua menurut ajaran Islam, setiap siswa ditunjuk untuk
melakukan kultum (kuliah tujuh menit) setiap hari Selasa-Kamis dengan
materi tentang akhlak/keislaman setelah selesai shalat Dhuha dan tadarus,
serta guru membiasakan siswa untuk menghafal doa setelah shalat dan
doa-doa harian (seperti, doa shalat Dhuha, doa masuk dan keluar masjid
dan doa-doa lainnya). Kemudian guru juga membudayakan 5 S yaitu
(salam, sapa, senyum, sopan dan santun).
Persepsi siswa tentang upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam
pembentukan akhlak siswa dinyatakan baik dengan persentase 85,2 %
sehingga akhlak siswa di SMP Al-Hasra mengalami peningkatan yang
baik. Walaupun masih ada sedikit siswa yang masih kurang baik
akhlaknya, karena guru mendapatkan sedikit hambatan, yaitu tidak
mungkin guru mengontrol siswa di luar sekolah dan mungkin faktor
lingkungan yang membuatnya jadi kurang baik, kemudian kalau di dalam
sekolah kurangnya motivasi siswa untuk berakhlak mulia.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran-
saran sebagai berikut:
60
1. Bagi sekolah agar dapat meningkatkan lagi akhlak terhadap siswa dan
dapat menanamkan nilai-nilai akhlak yang lebih baik lagi, agar para
peserta didik tidak terjerumus dalam kemaksiatan dan pergaulan yang
tidak diperlukan.
2. Bagi para guru agama agar memberikan suri tauladan yang baik serta
selalu memerhatikan perilaku para siswa setiap hari baik di lingkungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah agar kita lebih mudah
membentuk akhlak peserta didik dengan efektif dan efisien.
3. Bagi para peserta didik diharapkan untuk selalu berakhlak baik
terhadap sesama teman, guru maupun orang tua dan orang lain serta
keterbukaan terhadap guru tentang suatu hal, sehingga guru dapat
memberikan nasihat ataupun solusi jika ada suatu permasalahan di
sekolah maupun di luar sekolah.
4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
referensi untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.
61
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yatimin, Studi Akhlak Dalam Perspektif ALQURAN, Jakarta: Amzah,
2007.
Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press, 2002.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Asdi Mahasatya, 2006.
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.
Blaxter, Loraine, dkk. (eds), How To Research (Seluk-Beluk Melakukan Riset,
tt.p., Indeks Kelompok Gramedia ,2006.
Burhan Bungin, M, Metodologi Penelitian Kuantitatif; Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2008.
Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta:
Ruhama, 1995.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, Edisi
Khat Madinah, Bandung: Syamil Cipta Media, 2005.
Fethullah Gulen, Muhammad, Tasawuf Untuk Kita Semua; Menapaki Bukit-bukit
Zamrud Kalbu Melalui Istilah-istilah dalam Praktik Sufisme, Jakarta:
Republika, 2013.
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengalaman Islam (LPPI), 1999.
62
Kasiram, Moh, Metodologi Penelitian, Malang: UIN-Malang, 2008.
Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013.
Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2007.
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Muhammad Amin, Maswardi, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, Jakarta:
Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) dengan Baduose Media, 2011.
Mustofa, A, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
-----, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid (Studi Pemikiran
Tasawuf al-Ghazali), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
Nazir, Moh, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2013.
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003.
Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
Bandung: Alfabeta, 2013.
Sedarmayanti., dan Hidayat, Syarifudin, Metodologi Penelitian, Bandung: Mandar
Maju, 2011.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
63
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004.
Sugihartono, dkk., Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2007.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), Bandung: Alfabeta, 2010.
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian; Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.
Sulhan, Najib, Karakter Guru Masa Depan Sukses & Bermartabat, Surabaya:
Jaring Pena, 2011.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004.
Syaodih Sukmadinata, Nana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007.
-----, Metodologi Pengajaran Agama Islam¸ Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No. 20
Tahun 2003) dan dilengkapi dengan PP RI No. 48 dan 47 Tahun 2008 dan
PERMENDIKNAS No. 49, 19, 15, 13 Tahun 2007” dalam himpunan
Redaksi Sinar Grafika, Jakarta: Sinar Grafika, 2016.
Uzer, Usman, Moh, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000.
ANGKET
PENILAIN GURU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(PAI)
Identitas Responden
Nama :
Kelas :
Petunjuk:
a. Berilah tanda check-list (√) pada salah satu jawaban yang kamu anggap
sesuai dengan keadaan sebenarnya.
b. Jawaban yang kamu berikan tidak memengaruhi nilai raport atau nilai
pelajaran kamu di sekolah.
c. Terima kasih atas bantuan dan partisipasinya dalam mengisi angket ini.
NO PERTANYAAN SELALU SERING Kadang-
Kadang
Tidak
Pernah
1 Apakah guru mengajarkan anda
untuk selalu taat kepada Allah
2 Apakah guru memerintahkan anda
untuk rajin dalam melaksanakan
shalat lima waktu
3 Apakah guru memerintahkan anda
untuk selalu membaca al-Quran
4 Apakah guru mengajarkan anda
untuk berpuasa sunah senin dan
kamis
5 Apakah guru memberikan
motivasi untuk berakhlakul
karimah
6 Apakah guru bertanggung jawab
terhadap tugas mengajarnya
7 Apakah guru membiasakan anda
agar berpakaian rapi dan sopan
8 Apakah guru membentak-bentak
anda
9 Apakah guru melarang anda untuk
tawuran dengan sekolah lain
10 Apakah guru mengingatkan anda
untuk bersikap jujur kepada orang
tua, guru dan teman
11 Apakah guru anda rendah
hati/tidak sombong
12 Apakah guru rajin masuk kelas
13 Apakah guru memberikan
bimbingan dan contoh nasihat
yang baik pada saat belajar
mengajar
14 Apakah guru mengucapkan salam
sebelum masuk dan keluar kelas
15 Apakah guru melarang anda untuk
mencontek
16 Apakah guru mengajarkan anda
untuk berperilaku sopan kepada
orang tua, guru dan teman
17 Apakah guru mengajarkan anda
untuk mengucap salam apabila
bertemu dengan guru, orang tua
dan teman
18 Apakah guru melarang anda untuk
membicarakan kejelekan orang
lain (ghibah)
19 Apakah guru mengingatkan anda
untuk menghormati orang tua,
guru dan teman
20 Apakah guru mengajarkan anda
untuk tidak membantah perintah
yang baik dari orang tua
21 Apakah guru menegur dengan
kata-kata yang kasar
22 Apakah guru membiasakan anda
untuk tidak bercanda di dalam
masjid
23 Apakah guru membiasakan anda
untuk tidak merusak lingkungan
24 Guru melarang anda agar tidak
merokok
25 Guru mengajarkan anda untuk
tidak membentak orang tua
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Skor
1 Amelia Putri Azzahra VII 1 4 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 89
2 Arfi Hasani VII 1 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 92
3 Bintang Hadistia. R VII 1 4 4 4 3 3 4 3 1 3 3 4 2 4 4 3 3 4 3 3 4 1 4 3 4 3 81
4 Fachriza Arna Givari VII 1 4 4 4 4 4 4 3 1 2 3 4 3 4 2 3 4 3 2 3 4 1 4 2 3 4 79
5 Ghaitsa Ramadhania VII 1 4 4 4 3 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 1 4 3 4 4 89
6 Hani Hendrawati. P VII 1 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2 4 3 4 4 90
7 Intan Nur Ayu VII 1 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 2 3 4 90
8 Izra Javier At-Thaariq VII 1 4 4 4 2 4 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 91
9 M. Bima Herlambang VII 1 4 4 4 3 4 3 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 91
10 Mahesa Bintang. R VII 1 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 2 3 2 2 4 85
11 Najwa Nisrina VII 1 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 3 3 91
12 Raffi Pramudya. A VII 1 4 3 3 2 4 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 86
13 Rajendra Aryasatya. W VII 1 4 4 4 2 4 3 4 1 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 89
14 Sarah Ayu Astuti VII 1 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 95
15 Sheren Puri Fithriani VII 1 3 3 3 2 4 3 3 1 3 3 4 3 4 4 3 4 4 2 4 4 1 4 3 3 4 79
16 Stena Putri VII 1 4 4 4 3 3 3 3 1 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 3 87
17 Thariq Aulia Rahman VII 1 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 92
18 Tri Yana Wahyu Astuti VII 1 4 4 4 2 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 4 4 4 87
19 Yogi Alfiondra VII 1 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 93
20 Adeninta Audria Natascya VII 2 4 4 3 2 4 3 4 1 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 1 4 3 4 4 84
21 Amira Nasywa Azizah VII 2 4 4 4 3 3 4 4 1 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 3 4 4 88
22 Dita Fadilla VII 2 4 4 4 1 4 3 4 1 4 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 1 3 3 4 4 84
23 Femmy Khoerunnisa VII 2 4 3 4 1 4 3 4 2 4 4 3 3 3 3 4 4 3 2 4 2 1 4 2 3 3 77
24 Fikri Qurotaa'yun Haziq VII 2 3 3 4 1 4 4 3 1 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 82
25 Hamdan Zulfa VII 2 3 3 3 2 3 4 3 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 1 3 4 3 4 82
26 Haura Khansa Mubtagha VII 2 4 4 3 2 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 1 3 4 4 4 87
27 Haydar Mahdi Khalifa. F. A. VII 2 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 1 2 2 3 4 72
Tabel 4.31
Analisis Item Skor Angket
RespondenNo KlsItem Soal
28 Kistanti Fathia Mahdini VII 2 4 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 2 2 4 3 3 3 2 3 2 1 3 3 2 3 68
29 Lulu Fatihah Khairunisa VII 2 3 4 4 3 3 4 4 1 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 1 4 3 2 4 84
30 Melati Permata Sari VII 2 4 4 4 3 4 3 4 1 4 4 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 3 3 4 85
31 M. Nabil Abdu Razzaqi VII 2 3 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 90
32 Muhamad Raka Pratama VII 2 4 3 4 2 3 4 3 1 2 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 1 4 2 3 4 75
33 Muhamad Rifa Julian VII 2 4 4 4 2 3 3 3 1 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 1 2 3 4 4 80
34 Muhammad Aji Saputra VII 2 4 3 4 1 4 3 4 2 4 4 3 3 3 3 4 4 3 2 4 2 1 4 2 3 3 77
35 Muhammad Ardana Maliki VII 2 4 3 4 2 4 4 2 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 2 1 3 3 3 3 76
36 Muhammad Rivan. D VII 2 4 3 4 2 4 4 3 1 2 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 1 4 2 3 4 77
37 Nadia Syifa Azzahra VII 2 4 4 3 2 4 4 2 1 2 2 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 1 2 2 2 3 67
38 Najla Salsabilla Diztly VII 2 4 3 3 2 4 4 4 2 1 3 4 2 3 4 4 4 3 3 3 2 1 3 4 4 3 77
39 Sabrina Maulidiyah VII 2 4 4 4 3 4 3 4 1 4 4 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 3 3 4 85
40 Adelina Dian Puspitasari VII 3 4 4 3 2 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 90
41 Darren Arqiarkaan. D. T VII 3 4 4 4 2 3 4 3 2 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 1 4 3 4 4 83
42 Ernesto Bagus Suwito VII 3 4 4 4 2 4 3 4 2 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 87
43 Fahdy Ahmada Denisnawa VII 3 4 3 4 2 3 3 4 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 1 4 3 4 3 80
44 Griffin Trisna Rahmathullah VII 3 4 4 4 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 1 4 4 4 3 87
45 Hasan Ali VII 3 4 4 4 2 3 4 4 2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 4 84
46 Hilda Rahmawati VII 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 94
47 Imelda Septia Nazwa VII 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 93
48 Indah Rahmanita Cahya VII 3 4 4 4 2 3 2 4 1 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 4 4 1 4 3 4 4 82
49 Khidir Julian VII 3 4 4 4 2 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 4 4 1 4 4 4 4 87
50 Kristinaya Daeli VII 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 92
51 Maura Angayomi VII 3 4 4 4 2 4 2 4 1 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 4 4 1 4 3 4 4 83
52 Muhamad Hafidz Rizky VII 3 4 4 4 3 3 4 4 3 1 4 4 4 3 2 4 4 3 3 4 3 2 2 3 2 4 81
53 Muhamad Hafiz Zakaria VII 3 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 92
54 Muhammad Rasky Ramadhan VII 3 4 4 4 2 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 4 4 1 4 4 4 4 87
55 Mutiara Nada Cindy. D VII 3 4 4 4 2 4 4 4 1 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 1 3 3 4 3 86
56 Nadya Sava Maritza VII 3 4 4 3 3 4 4 4 2 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 4 4 87
57 Nurlina Sari VII 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 92
58 Putri Kinaya Febianda Noer VII 3 4 4 4 2 4 2 4 2 3 4 4 2 3 2 4 4 3 4 4 4 2 3 3 4 4 83
59 Sekar Pawestri VII 3 4 4 3 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 4 4 86
60 Adham Maulana VII 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 3 4 4 88
61 Aisha Alda Calista VII 4 4 4 4 2 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 92
62 Aura Langit Syamsuddin. R VII 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 1 4 3 3 4 86
63 Dinda Nuraini VII 4 4 4 4 2 4 3 4 2 1 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 3 1 4 4 4 4 84
64 Dwinda Restu Utami VII 4 4 4 4 2 4 3 4 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 89
65 Fadhilul Adib VII 4 4 4 4 2 3 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 3 3 3 86
66 Fazrany Septia Wilmana VII 4 4 4 4 2 4 3 4 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 89
67 Herlina Febrianti VII 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 92
68 Indah Fitri Amelia VII 4 4 4 4 2 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 92
69 Liki Arkhan Pratama VII 4 4 4 4 3 4 4 4 1 1 4 4 2 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 3 4 4 86
70 M. Alif Fadhillah. H VII 4 3 4 3 1 4 3 4 2 4 4 4 3 3 2 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 4 81
71 M. Subhan VII 4 3 3 4 2 3 3 3 1 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 4 3 74
72 M. Zaidan Wicaksana VII 4 4 4 4 3 4 4 3 1 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 3 3 4 87
73 Nabila Nurfaridah VII 4 4 4 4 2 4 4 4 1 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 90
74 Rexy Renaldi Yahya VII 4 3 4 4 2 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 1 3 3 4 4 87
75 Riski Fazriansyah VII 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 95
76 Shafira Rizkita Nabila VII 4 4 3 4 2 3 4 3 1 4 3 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 1 4 3 3 3 77
77 Trinita Dinanty VII 4 4 3 4 2 3 4 3 1 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 1 4 4 4 3 81
78 Vingkan Erian Bijaya VII 4 4 4 4 2 4 4 3 1 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 1 4 4 4 3 83
78 6648Jumlah
BERITA WAWANCARA
Nama Responden : Dra. Efiwarni
Jabatan : Koordinator Keagamaan
Tempat Wawancara : Tempat Penerimaan Tamu SMP AL-HASRA
Pertanyaan:
1. Sejak kapan Bapak/Ibu mengajar sebagai guru Pendidikan Agama Islam di
SMP Al-Hasra ini?
Jawab:
Sudah mengajar dari Tahun 1993 sampai sekarang.
2. Metode-metode apa yang diterapkan oleh Bapak/Ibu dalam mengajar
bidang studi Pendidikan Agama Islam?
Jawab:
Metodenya sama yaitu dengan metode ceramah dan power point.
3. Apa tujuan yang Bapak/Ibu harapkan dengan memberikan pelajaran
Pendidikan Agama Islam di sekolah ini?
Jawab:
Selain bisa ada pengetahuan, yang paling penting yaitu mampu
melaksanakan semua/dipraktekan sehari-hari karena untuk dipakai seumur
hidup, seperti shalat, wudhu dan benar-benar menjadi bekal untuk akhirat.
4. Apakah pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah ini dapat
membentuk akhlak siswa?
Jawab:
Iya, dapat membentuk akhlak siswa, yaitu pada saatnya shalat mereka
shalat pada waktunya dan sudah rutin membaca al-Quran.
5. Bagaimanakah gambaran secara umum akhlak siswa di sekolah ini?
Jawab:
Gambaran umum cukup bagus.
6. Bagaimanakah upaya Bapak/Ibu terhadap pembentukan akhlak siswa di
SMP Al-Hasra ini?
Jawab:
Setiap satu guru memberikan bimbingan kepada sepuluh siswa dengan
materi bimbingan shalat, pergaulan dengan sesama teman maupun orang
tua menurut ajaran Islam, setiap siswa ditunjuk untuk melakukan kultum
(kuliah tujuh menit) setiap hari Selasa-Kamis dengan materi tentang
akhlak/keislaman setelah selesai shalat Dhuha dan tadarus, serta guru
membiasakan siswa untuk menghafal doa setelah shalat dan doa-doa
harian (seperti, doa shalat Dhuha, doa masuk dan keluar masjid dan doa-
doa lainnya). Kemudian guru juga membudayakan 5 S yaitu (salam, sapa,
senyum, sopan dan santun) dan guru juga mempunyai buku kontrol sikap
anak/disiplin terhadap aturan.
7. Hambatan-hambatan apa yang pernah Bapak/Ibu temukan dalam usaha
pembentukan akhlak siswa yang religius dan bermoral di sekolah ini?
Jawab:
Hambatan yang dihadapi oleh guru Agama Islam yaitu untuk hal ibadah
karena tidak mungkin guru mengontrol siswa di luar sekolah dan mungkin
faktor lingkungan yang membuatnya jadi kurang baik, kemudian kalau di
dalam sekolah kurangnya motivasi siswa
DOKUMENTASI
BIODATA
Muhammad Ichsan, lahir di Jakarta pada tanggal 13 Juli
1995 dari pasangan Muhamad Amin dan Sri Hastuti.
Menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri
Jatisari I, Jatisari, Bekasi pada tahun 2006. Setelah tamat
sekolah dasar lalu melanjutkan sekolah untuk menjadi
santri di Pondok Pesantren Qotrun Nada, Cipayung Jaya,
Depok selama enam tahun (2006-2012). Kemudian melanjutkan studi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012 melalui jalur mandiri dan diterima di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam. Semasa
kuliahnya, anak kedua dari tiga bersaudara ini aktif dalam organisasi luar kampus
seperti PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Di luar bidang akademik,
Ichsan ini memiliki hobi berolahraga seperti bermain sepak bola dan
mendengarkan musik serta sering ikut dalam kegiatan majlis al-Habib Abu Bakar
bin Hasan al-Attas az-Zabidi yang berada di Depok.