13
PERSEPSI PETANI PLASMA TERHADAP PEREMAJAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq) DI DESA RAWA JAYA KECAMATAN TABIR SELATAN KABUPATEN MERANGIN JURNAL IPAN DAPUTRA PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

PERSEPSI PETANI PLASMA TERHADAP PEREMAJAAN KELAPA … PRINT - COPY.pdf · 1 PERSEPSI PETANI PLASMA TERHADAP PEREMAJAAN KELAPA SAWIT (Elaeis quinensis Jacq) DI DESA RAWA JAYA KECAMATAN

  • Upload
    others

  • View
    39

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

PERSEPSI PETANI PLASMA TERHADAP PEREMAJAAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guinensis Jacq) DI DESA RAWA JAYA

KECAMATAN TABIR SELATAN

KABUPATEN MERANGIN

JURNAL

IPAN DAPUTRA

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017

1

PERSEPSI PETANI PLASMA TERHADAP PEREMAJAAN KELAPA SAWIT (Elaeis quinensis Jacq) DI DESA RAWA JAYA KECAMATAN TABIR SELATAN

KABUPATEN MERANGIN

Ipan Daputra1) Arsyad Lubis2)Pera Nurfathiyah2) 1) Alumni Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

2) Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Email: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (i) untuk mengetahui persepsi petani kelapa sawit plasma

terhadap peremajaan kelapa sawit secara mandiri (ii) untuk mengetahui persepsi petani kelapa sawit plasma terhadap tawaran bermitra dari perusahaan dalam melaksanakan peremajaan (iii) untuk mengetahui faktor yang berperan dalam membentuk persepsi petani kelapa sawit plasma di Desa Rawa Jaya sehingga memilih melakukan peremajaan kelapa sawit secara mandiri. Penelitian ini menggunakan metode survey dan in-depth interview yang dilaksanakan di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan pada tanggal 9 Januari sampai dengan tanggal 29 Januari 2017. Metode analisis data menggunakan analisis kualitatif deskriptif melalui tiga jalur yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan hasil penelitian (i) Peremajaan kelapa sawit secara mandiri atau non mitra dapat dilakukan karena tersedianya akses permodalan dan akses sarana produksi, secara teknis mudah dilakukan karena telah ada pengalaman dan pengetahuan dalam berusahatani, serta peran fasilitator dan dukungan instansi terkait, dari segi biaya peremajaan mandiri cenderung lebih rendah dan menguntungkan (ii)

Persepsi petani kelapa sawit terhadap tawaran bermitra dari perusahaan dalam melaksanakan peremajaan kelapa sawit di nilai kurang menguntungkan dan biaya lebih tinggi (iii) Faktor yang cenderung membentuk persepsi petani adalah faktor pengalaman, faktor pengetahuan, dan dominan karena faktor dukungan instansi.

Kata Kunci: Petani plasma, Peremajaan kelapa sawit, Persepsi

ABSTRACT

This research is aimed (i) to know the perception of plasma palm farmers to palm oil replanting independently (ii) to know the perception of plasma palm farmers to the partnership offering from companies in implementing the replanting (iii) to know the factors that play a role in shaping the perception of plasma palm farmer in Rawa Jaya Village is under to choose to do palm oil replanting independently. This study used survey and in-depth interviews conducted in Rawa Jaya Village, South Tabir sub District from January 9 to January 29, 2017. Data analysis method used descriptive qualitative analysis through three lines of data reduction, data presentation and withdrawal conclusions. The conclusion of the study showed that (i) palm oil replanting independently or non-partner can be operated because of the availability of access to capital and access to production facilities, technically easy to do because there has been experience and knowledge in farming, and the role of facilitator and support of related institutions, from cost independent replanting tends to be lower and profitable (ii) The perception in palm oil farmers against the partnership offering from companies in implementing palm oil replanting used less profitable and higher cost (iii) Factors that tend to shape farmers' perceptions where experience, knowledge, the dominant factors due to agency support factors.

Keywords: Smallholders, palm oil replanting, Perception

2

PENDAHULUAN

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting sebagai penghasil minyak nabati untuk produk makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel) (Teoh, 2012). Nilai strategis tanaman kelapa sawit di tinjau dari aspek ekonomi merupakan tanaman yang menguntungkan, dari aspek jaminan hidup komoditi kelapa sawit mampu menjadi jaminan hidup petani dan keluarganya, ditinjau dari aspek teknis teknologi dan budidaya komoditi kelapa sawit mudah di aplikasikan atau dibudidayakan (Anggreany, 2011).

Provinsi Jambi merupakan salah satu Provinsi di wilayah Pulau Sumatera yang memiliki luasan areal perkebunan kelapa sawit cukup luas dan terus meningkat setiap tahun perkebunan kelapa sawit tersebut di dominasi oleh perkebunan kelapa sawit milik rakyat (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi 2015). Salah satu daerah di Provinsi Jambi yang menjadi pusat persebaran tanaman kelapa sawit adalah Kecamatan Tabir Selatan di Kabupaten Merangin dengan luasan mencapai 10.804 Ha. Perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Tabir Selatan memiliki 2 kategori areal perkebunan kelapa sawit, yakni Plasma dan Non plasma dengan tahun penanaman yang berbeda, perkebunan non plasma yang merupakan swadaya murni yang di tanam mulai tahun 2000-, Sedangkan tanaman kelapa sawit plasma di tanam pada tahun 1990-1993 melalui program Trans PIR pada tahun 1989 yang pelaksanaanya di fasilitasi oleh PT. Sari Aditya Loka 1 dengan sistem Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA).

Dari 8 desa di Kecamatan Tabir selatan, Desa Rawa Jaya merupakan desa dengan Luasan areal perkebunan kelapa sawit terbesar dan umur tanaman tertua yakni seluas 1500 Ha dengan unur tanaman 25-27 tahun. Umur tanaman kelapa sawit yang sudah memasuki umur ekonomis sangat berpengaruh terhadap produksi, menurut catatan dari KUD Tani Makmur dari perolehan hasil panen standar 2 sampai 3 ton per hektar saat ini hanya memperoleh 500-600 Kg per hektar. Semakin menurunnya produksi kelapa sawit karena usia tanaman yang sudah tidak produktif menyadarkan petani bahwa tanaman kelapa sawit mereka sudah harus diremajaan. Peremajaan kelapa sawit petani di Desa Rawa Jaya akan di fasilitasi oleh KUD Tani Makmur dan di laksanakan secara non mitra atau mandiri meskipun telah ada tawaran dari perusahaan- perusahaan kelapa sawit yang telah bepengalaman dalam melakukan peremajaan

Menurut Leavit (1978, dalam Sobur, 2009), persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, maka dapat diartikan bahwa petani memiliki pandangan tersendiri terhadap peremajaan kelapa sawit mandiri maupun bermitra dengan perusahaan. Robbins (2003) mengungkapkan bahwa kebutuhan atau motif yang tidak terpuaskan merangsang seseorang menggunakan suatu pengaruh yang kuat pada persepsinya dan pengalaman cenderung berperan dalam membentuk persepsi seseorang terhadap suatu hal. Nurfallah (2006) menyatakan faktor lain yang juga mempengaruhi terbentuknya persepsi dan pengambilan keputusan seseorang adalah pengetahuan dan wawasan. Menurut Muhyadi (1989), persepsi seseorang di pengaruhi oleh tiga faktor, salah satunya faktor stimulus yang di pengaruhi obyek, peristiwa tertentu dan bantuan obyek lain (benda, orang, proses, dll). Faktor tersebut dapat ditafsirkan berupa dukungan dari instansi terkait.

Penelitian ini bertujuan 1) Mengetahui persepsi petani kelapa sawit plasma terhadap peremajaan kelapa sawit secara mandiri. 2) Mengetahui persepsi petani kelapa sawit plasma terhadap tawaran bermitra dari perusahaan dalam melaksanakan peremajaan. 3) Mengetahui faktor yang berperan dalam membentuk persepsi petani kelapa sawit plasma di Desa Rawa Jaya sehingga memilih melakukan peremajaan kelapa sawit secara mandiri.

3

METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten

Merangin pada Januari 2017. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja dengan pertimbangan utama yakni adannya keinginan petani untuk melakukan peremajaan kelapa sawit secara mandiri meskipun telah ada tawaran bermitra dari perusahaan besar yang sudah berpengalaman dalam melakukan peremajaan kelapa sawit sedangkan pembangunan perkebunan kelapa sawit petani dahulunya berasal dari program PIR yang pembangunan perkebunan tersebut dilakukan dalam bentuk kemitraan dengan perusahaan, pertimbangan kedua yakni adanya inisiatif dari petani plasma di Desa Rawa Jaya yang akan melakukan peremajaan kelapa sawit secara mandiri dengan memanfaatkan peluang bantuan biaya peremajaan berupa dana hibah untuk petani kelapa sawit di seluruh Indonesia dari BPDPKS dan petani plasma didesa Rawa jaya

merupakan petani plasma ketiga di Indonesia yang akan segera menerima dana hibah bantuan peremajaan kelapa sawit dari BPDPKS. Objek penelitian ini adalah petani plasma yang akan melaksanakan peremajaan dan petani non plasma yang belum melaksanakan peremajaan kelapa sawit. Petani non plasma di ikut sertakan sebagai objek penelitian guna memperdalam perolehan data mengenai persepsi petani kelapa sawit terhadap peremajaan kelapa sawit.

Persepsi petani dalam penelitian ini memiliki batasan agar penelitian dapat terfokus pada tujuan penelitian yakni 1) mengetahui persepsi petani terhadap pelaksanaan peremajaan kelapa sawit yang didalamnya meliputi beberapa poin: a) Persiapan (modal dan akses saprodi) terkait sumber biaya peremajaan dan akses mendapatkan sarana produksi seperti bibit, pupuk dan pestisida, b) Persepsi atau pandangan dari petani terhadap tinggi atau rendah perhitungan jumlah biaya dalam melakukan peremajaan kelapa sawit secara mandiri, c) Persepsi atau pandangan terhadap teknis pelaksanaan peremajaan yang menyangkut penilaian petani terhadap mudah atau sulitnya pelaksanaan peremajaan kelapa sawit. 2) Persepsi petani terhadap tawaran bermitra dari perusahaan dalam melaksanakan peremajaan kelapa sawit yang di dalamnya meliputi beberapa poin: a) Persepsi petani tentang tawaran bermitra yaitu apa pandangan dan penilaian petani terhadap keuntungan dan kerugian dari tawaran bermitra dari perusahaan, b) Persepsi petani terhadap biaya peremajaan kelapa sawit dengan cara bermitra yaitu pandangan petani terhadap tinggi rendahnya biaya peremajaan yang ditawarkan oleh perusahaan. 3) melihat faktor yang berperan membentuk persepsi petani kelapa sawit di Desa Rawa Jaya sehingga memilih melakukan peremajaan secara mandiri dengan mengacu beberapa faktor pembentuk persepsi yang diantaranya pendidikan formal, pengalaman, pengetahuan, dan dukungan instansi.

Penelitian ini menggunakan metode survey dan wawancara mendalam (In-depth Interview), dan observasi. Responden dalam penelitian ini adalah petani plasma dan informan yakni Ketua kelompok tani, Ketua KUD Tani Makmur, Kepala Desa dan penyuluh pertanian. Jumlah sampel ditentukan menggunakan tehnik stratified Random Sampling yakni dengan menstratakan populasi petani menjadi dua kelompok petani, petani plasma dan non plasma.

Petani plasma yang berjumlah 500 KK yang terbagi menjadi 24 kelompok tani dan petani non plasma berjumlah 200 KK yang terbagi menjadi 14 kelompok tani. Menurut Gay dan Diehl (1992) jumlah sampel minimum dalam penelitian deskriptif adalah 10% dari suatu populasi. Maka dari masing-masing strata petani kelapa sawit diambil sampel secara random sebesar 25% dan dari hasil perhitungan diperoleh 25% dari 24 kelompok petani plasma adalah 6 kelompok tani dan 25% dari 14 kelompok

4

petani non plasma adalah 4 kelompok tani. Penentuan jumlah sampel dari masing-masing strata yang telah terbagi menjadi beberapa kelompok dilakukan secara purposive dengan pertimbangan atas keterwakilan aspek yang teliti. Jumlah sampel perkelompok diambil sebanyak 3 sampel yakni ketua kelompok tani dan anggota kelompok, maka jumlah sampel keseluruhan adalah 30 sampel.

Data yang diperoleh melalui kajian ini merupakan data kualitatif yang dianalalisis secara kualiatatif dan disajikan secara deskriptif. Analisis data penelitian ini berlangsung bersamaan dengan proses pengambilan data. Diantaranya mengikuti tiga jalur yaitu, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman 1994, dalam Anggreany, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Responden Identitas responden petani dalam penelitian ini adalah berupa faktor-faktor dalam

diri petani, faktor-faktor tersebut adalah umur, pendidikan, dan pengalaman usahatani. Petani plasma didaerah penelitian sebagian besar adalah petani usia produktif karena 83,33 persen petani plasma berusia kurang dari 55 tahun, menurut Huriyati dalam Anggreany (2011) usia produktif bagi seseorang bekerja dan menghasilkan pendapatannya sendiri antara umur 14-55 tahun yakni kemampuan tenaga secara fisik masih kuat dalam mengelola usahataninya. Sama halnya petani non plasma di daerah penelitian secara umum tergolong pada usia sangat produktif kerja dengan usia produktif 91,66 persen.

Berdasarkan hasil penelusuran lapangan diketahui umur petani kelapa sawit didaerah penelitian bervariatif berkisar antara 24 sampai 62 tahun dan petani usia produktif sebesar 86,66 persen. secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Frekuensi Responden Petani Berdasarkan Umur di Daerah Penelitian Tahun 2017.

No Umur Petani

(Tahun)

Petani Plasma

Petani Non

Plasma

Umur Petani

Plasma (%)

Umur Petani Non Plasma (%)

Jumlah petani (umur)

Presentase umur

(%)

1 14-55 15 11 83,33 91,66 26 86,66 2 >55 3 1 16,66 8,33 4 13,33

Jumlah 18 12 100 100 30 100

Faktor Yang Berhubungan Dengan Persepsi Petani.

Pendidikan Hernanto (1998) menyatakan pendidikan seseorang mempengaruhi cara berfikir ataupun penolakan terhadap hal-hal baru. Maka dapat diartikan perbedaan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap cara berfikir masyarakat itu sendiri, karena pola pikir masyarakat yang berpendidikan tinggi berbeda dengan masyarakat yang berpendidikan rendah meskipun perbedaan tersebut tidak langsung berpengaruh terhadap aktifitas usahatani.

Pendidikan formal petani plasma didaerah penelitian yang berpendidikan rendah tergolong tinggi karena 88,88 persen petani plasma adalah berpendidikan rendah dan 72,22 persen pendidikan petani plasma adalah sekolah dasar. Rendahnya pendidikan petani plasma di daerah penelitian selain disebabkan masih minimnya kesadaran akan pendidikan juga disebabkan oleh masih rendahnya taraf hidup didaerah asal mereka sehingga pendidikan belum menjadi prioritas utama pada masa itu. Berbeda

5

dengan Pendidikan formal petani non plasma di daerah penelitian, jumlah petani yang berpendidikan rendah atau sekolah dasar lebih kecil dibandingkan dengan petani plasma yakni 41,66 persen, begitupula presentase petani non plasma yang tamat jenjang pendidikan tinggi jauh lebih besar dari petani plasma yakni 49,99 persen sedangkan petani plasma yang berpendidikan tinggi hanya 11,1 persen. Maka dapat dikatakan pendidikan formal petani non plasma di daerah penelitian jauh lebih baik di bandingkan petani plasma.

Dari kajian hasil penelusuran di lapangan terkait pendidikan formal, dapat disimpulkan Tingkat pendidikan formal petani kelapa sawit di daerah penelitian yang berpendidikan rendah masih tinggi yakni secara presentase 73,33 persen adalah berpendidikan rendah sedangkan petani yang berpendidikan tinggi hanya 26,66 persen. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Frekuensi Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Daerah Penelitian Tahun 2017

Pengalaman Pengalaman dalam penelitian ini adalah pengalaman petani dalam melakukan

usahatani kelapa sawit. Menurut Anggreany (2011) pengalaman berusahatani merupakan salah satu hal yang penting bagi petani kelapa sawit karena pengalaman berkaitan dengan keterampilan petani dalam mengelola usahataninya. Petani kelapa sawit didaerah penelitian dapat dikatakan secara garis besar adalah petani yang telah pengalaman dalam berusaha tani kelapa sawit karena berdasarkan fakta lapangan 90 persen petani kelapa sawit memiliki pengalaman usaha tani kelapa sawit lebih dari 10 tahun. Petani kelapa sawit plasma di daerah penelitian termasuk petani yang sudah sangat berpengalaman dalam usaha tani kelapa sawit, karena rata-rata pengalaman usaha tani petani kelapa sawit plasma adalah 15-28 tahun.

. Sama halnya dengan Pengalaman usahatani petani kelapa sawit plasma, pengalaman usaha tani petani kelapa sawit non plasma didaerah penelitian juga bervariatif yakni antara 5-22 tahun. Dari hasil penelusuran di ketahui 75 persen petani non plasma memiliki pengalaman usaha tani kelapa sawit lebih dari 10 tahun dan petani yang memiliki pengalaman kurang dari 10 tahun hanya 25 persen. Artinya petani kelapa

No Pendidikan Petani Plasma

Petani Non

Plasma

penddkn petani plasma

(%)

penddkn petani

non plasma

(%)

Jumlah petani

Presentase

pendidikan(%)

1

Pendidikan Rendah - SD atau

Sederajat - SLTP atau

Sederajat

13

3

5

1

72,22

16,66

41,66

8,33

18

4

60

13,33

2

Pendidikan Tinggi - SLTA atau

Sederajat - Pergurua

n Tinggi

1

1

4

2

5,55

5,55

33.33

16,66

5

3

16,66

10

Total 18 12 100 100 30 100

6

sawit non plasma di daerah penelitian pada umumnya telah cukup berpengalaman dalam usahatani kelapa sawit. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Frekuensi Petani Plasma Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Daerah Penelitian, Tahun 2017

No Pengalaman

(Tahun) Petani Plasma

Petani Non

Plasma

Penglamn Petani Plasma

(%)

Penglamn Petani

non Plasma

(%)

Jmlh Petani

Presentase

Pengalaman (%)

1 1-10 0 3 0 25 3 10 2 >10 18 9 100 75 27 90

Jumlah 18 12 100 100 30 100

Petani kelapa sawit di daerah penelitian terkhusus petani plasma rata-rata sangat memahami bagaimana cara budidaya tanaman perkebunan khususnya komoditi tanaman kelapa sawit dengan cara yang baik dan benar di karenakan pengalaman di masa lalu yakni pada masa pembangunan kebun kelapa sawit melalui program PIR, para trasmigranlah yang bekerja sebagai tenaga kerja lapangan yang diantaranya bekerja sebagai tenaga imas, tumbang, pembibitan, pancang, lubang, tanam serta perawatan dan pemeliharaan TBM.

Faktor lain dari pengalaman berusaha tani yang menyebabkan petani plasma mengambil keputusan untuk melakukan peremajaan kelapa sawit secara mandiri dan menolak melakukan mitra dengan perusahaan adalah karena ingatan akan kejadian di masa lalu yakni masa serah terima kebun kelapa sawit kembali kepada petani dari perusahaan pelaksana program PIR yang tidak sesuai dengan perjanjian yang pada masa itu perjanjian serah terima kembali kebun kepada petani dari pelaksana program PIR adalah pada saat tanaman kelapa sawit berumur 5 tahun dan berkas dikembalikan saat masa kredit selesai, namun pada realisasinya meskipun kredit telah selesai, pengembalian kebun kelapa sawit kepada petani tidak sesuai dengan perjanjian yakni hingga tanaman kelapa sawit telah berumur 8-10 tahun baru di serahkan kembali kepada petani.

Pengetahuan Mar’at (1981) menyatakan persepsi adalah proses pengamatan seseorang yang

berasal dari komponen kognisi. Dapat diartikan lebih lanjut yakni persepsi dapat timbul dari cara seseorang mengartikan suatu objek berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari aktivitas mengingat, menganalisis dan memahami. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan petani mengenai peremajaan kelapa sawit.

Secara umum petani kelapa sawit plasma dan non plasma di Desa Rawa Jaya telah memahami bahwa pelaksanaan peremajaan kelapa sawit cukup memakan waktu yang panjang karena melalui berbagai tahapan diantaranya meliputi persiapan biaya peremajaan, persiapan rencana peremajaan, persiapan bibit yang baik, membongkar, mematikan atau menumbang tanaman tua, pengelolaan tanah, pemancangan, pembuatan lobang tanam, penanaman, perawatan dan pemeliharaan TBM berupa pemupukan, pengendalian gulma dan hama tanaman hingga tanaman berproduksi atau TM. Pengetahuan petani tentang metode dan teknis yang baik, benar dan efisien dalam melaksanakan peremajaan kelapa sawit mereka peroleh dari hasil sosialisasi dan penyuluhan peremajaan kelapa sawit yang dilakukan Dinas Perkebunan, Penyuluh pertanian, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Koperasi Unit Desa (KUD), Asosiasi KUD Tabir Selatan (ASKUTA), Pusat Pembibitan Kelapa Sawit (PPKS).

7

Dukungan Instansi Muhyadi (1989) menyatakan faktor yang mempengaruhi persepsi salah satunya

adalah bantuan obyek lain (benda, orang, proses, dll) faktor berupa obyek lain yang ditafsirkan adalah berupa dukungan instansi. Dukungan insatansi yang di maksud dalam penelitian ini yaitu dukungan dari luar diri petani yang mempengaruhi terbentuknya persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit.

Hasil penelusuran in-depth interview dilapangan diketahui ada dukungan yang kuat dalam upaya realisasi peremajaan kelapa sawit di Desa Rawa Jaya dari kelembagaan petani kelapa sawit di daerah penelitian yakni KUD Tani Makmur. KUD Tani Makmur akan menjadi penanggung jawab serta fasilitator dalam pelaksanaan peremajaan kelapa sawit non mitra perusahaan atau peremajaan mandiri dari petani. Salah satu upaya penting yang dilakukan KUD sebagai fasilitator adalah dengan merealisasikan pencairan bantuan biaya peremajaan berupa dana hibah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang dimaksud berasal dari potongan 0,3 rupiah ekspor CPO luar negeri yang salah satu output dari pengelolaan dana tersebut di alokasikan untuk membantu meringankan biaya pelaksanaan peremajaan kelapa sawit bagi petani kelapa sawit di seluruh Indonesia senilai 25 juta perhektar per KK, sesuai dengan Perpres No 15 pasal 11 ayat 1.

Saat ini upaya petani kelapa sawit di Desa Rawa Jaya bersama KUD Tani Makmur untuk mendapatkan bantuan biaya peremajaan kelapa berupa dana hibah dari BPDPKS telah mencapai progress 99 persen karena beberapa syarat dari BPDPKS telah dilengkapi secara bersama-sama oleh petani dan KUD Tani Makmur yang diantaranya adalah a) Keaktifan Koperasi Unit Desa atau KUD, b) Keaktifan kelompok tani dan keanggotaan yang telah terdaftar secara legal di Dinas Pertanian dan Dinas Perkebunan pusat, c) Pendataan peserta replanting yang akan menerima bantuan dana hibah dengan kriteria maksimal lahan peremajaan seluas 4 hektar per KK, d) Pembuatan akad kredit dengan perbankan penjamin yang siap mengontrol penggunaan dana hibah, dan saat ini KUD Tani Makmur telah menjalin kerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) serta e) Berkomitmen untuk menjadi pelaku usahatani kelapa sawit yang ramah lingkungan sesuai standar kriteria ISPO.

Persepsi Petani Terhadap Peremajaan Kelapa Sawit

Persepsi Petani Terhadap Peremajaan Kelapa Sawit Secara Mandiri Hasil penelusuran melalui survey dan In-depth Interview di peroleh keterangan

pelaksanaan peremajaan kelapa sawit mandiri yang akan dilakukan oleh petani plasma di Desa Rawa Jaya bukanlah pelaksanaan peremajaan yang teknis lapangannya dilakukan secara perorangan atau individu melainkan petani tetap melakukan kerja sama secara formal dan tertulis namun dengan kelembagaan dan wadah dari organisasi petani itu sendiri yakni KUD Tani Makmur. Kerja sama yang dilakukan petani bersama KUD Tani Makmur bukanlah seperti bentuk kerja sama dan prinsip kemitraan yang seutuhnya seperti Hafsah (2000) yang menyatakan kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Dalam pelaksanaan peremajaan mandiri didaerah penelitian KUD Tani Makmur tidak memperoleh keuntungan dalam bentuk apapun yakni hanya sebatas menjadi fasilitator dan pelaksana dalam melakukan peremajaan kelapa sawit milik petani.

KUD Tani makmur sebagai fasilitator peremajaan kelapa sawit telah melakukan beberapa langkah upaya pelaksanaan peremajaan yang baik, benar dan efisien diantaranya a) Melakukan kerja sama dengan BPDPKS dan Bank penjamin pengelola

8

dana hibah BPDPKS b) Melakukan perhitungan estimasi biaya peremajaan c) Menjalin kerja sama dengan instansi terkait guna kemudahan pelaksanaan peremajaan diantaranya (Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian, Pusat Penelitian Kelapa Sawit atau PPKS, Balai Penyuluhan Pertanian atau BPP), d) Menjadi koordinator dengan membentuk konsultan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan peremajaan yang diataranya adalah Konsultan pembibitan, Konsultan operasional lapangan dan infrastruktur, Konsultan teknis penanaman, Konsultan pemeliharaan, perawatan dan pemuliaan, Konsultan bagian teknis peremajaan dan budi daya kelapa sawit.

Hasil temuan lapangan yang bertujuan memperjelas persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit mandiri atau non mitra di daerah penelitian dapat di lihat pada beberapa point berikut:

Persiapan Modal dan Akses Sarana Produksi Hutasoit (2015) mengatakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

melaksanakan peremajaan kelapa sawit adalah kapan waktu peremajaan akan dilakukan, kriteria tanaman yang akan diremajakan, jenis bibit yang akan digunakan dan sumber dana untuk melakukan peremajaan. Sumber dana Petani kelapa sawit di daerah penelitian dalam melaksanakan peremajaan, selain menggunakan modal pribadi adalah dengan memanfaatkan peluang bantuan biaya peremajaan berupa dana hibah dari BPDPKS yang dialokasikan khusus oleh BPDPKS salah satunya untuk bantuan peremajaan kelapa sawit bagi pelaku usahatani kelapa sawit non perusahaan di seluruh Indonesia senilai 25 juta rupiah per KK. Dana hibah tersebut akan diterima petani secara bertahap dengan pencairan dan penggunaan yang terkordinir oleh BANK penjamin maupun KUD disesuaikan dengan tahap proses peremajaan berlangsung. KUD Tani Makmur telah bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank BRI yang nantinya selain berperan sebagai pengordinir dan pengelola penggunaan dana hibah juga telah menjanjikan memberikan kemudahan akses pinjaman dana untuk petani yang melakukan peremajaan melalui sistem pinjaman tanpa agunan dengan syarat telah memiliki persetujuan dan rekomendasi dari KUD.

Telah adanya dukungan sumber dana dan kemudahan akses sarana produksi dalam melaksanakan peremajaan kelapa sawit merupakan salah satu faktor pendorong petani kelapa sawit di Desa Rawa Jaya untuk melakukan peremajaan tanpa menjalin kerja sama dengan perusahaan yang telah berpengalaman melakukan peremajaan

kelapa sawit.

Persepsi Terhadap Biaya Peremajaan Dalam melakukan peremajaan atau replanting, perhitungan yang tepat dan ketersediaan biaya merupakan suatu aspek penting karena pengadaan sarana dan prasarana untuk melaksanakan peremajaan bergantung dengan ketersediaan biaya. Petani kelapa sawit didaerah penelitian 86,66 persen petani di daerah penelitian menyatakan bahwa biaya melakukan peremajaan kelapa sawit mandiri cenderung lebih rendah dan memiliki banyak keuntungan. Keuntungan melakukan Replanting mandiri yang dimaksud yakni estimasi biaya peremajaan kebun kelapa sawit senilai 70 juta rupiah perkavling dapat ditekan hingga angka 55 juta rupiah dengan pemilihan beberapa point yang dapat dikerjakan oleh pemilik lahan sendiri seperti penggunaan tenaga kerja keluarga guna menekan pengeluaran upah tenaga kerja. Keuntungan selanjutnya yakni beberapa point menguntungkan dari teknis peremajaan yang telah di rancang oleh fasilitator yaitu penerapan sistem tanaman sela atau tumpang sari berupa tanaman jagung dan kedelai

9

yang bertujuan untuk menghindari putusnya pendapatan ekonomi petani selama peremajaan kelapa sawit berlangsung. Kebutuhan pengadaan input produksi dari tanaman sela atau tumpang sari yang dilakukan oleh petani seluruhnya akan di fasilitasi oleh KUD dan teknis budi daya dari tanaman sela yang dilakukan petani akan di kordinir dan di kontrol langsung oleh konsultan yang bertanggung jawab dibidangnya, serta hasil panen tanaman sela dari lahan petani tersebut akan di tampung dan dikelola pangsa pasarnya oleh KUD. Selain itu ada 13,33 persen petani didaerah penelitian yang menilai biaya peremajaan kelapa sawit mandiri tergolong tinggi. 13,33 persen petani tersebut adalah petani non plasma atau petani yang belum akan melaksanakan peremajaan. Biaya peremajaan mandiri maupun mitra perusahaan dinilai tinggi karena menurut mereka ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam melakukan peremajaan dan di yakini dapat meringankan biaya peremajaan yakni dengan menggunakan metode sistem sisip sela tanaman baru diantara tanaman tua dengan tujuan agar hasil produksi dari tanaman tua tetap dapat diambil hingga tanaman baru memasuki masa buah pasir barulah tanaman tua akan dimatikan dengan sistem peracunan. Hal tersebut dinilai memakan biaya yang lebih rendah karena dapat dilakukan secara bertahap dengan cara manual dan asumsi dari petani biaya yang dikeluarkan lebih sedikit. Persepsi biaya peremajaan mandiri menurut petani kelapa sawit plasma dan non plasma di daerah penelitian secara rinci dapat di lihat pada Tabel 4: Tabel 4. Persepsi Petani Plasma dan Non Plasma Terhadap Biaya Replanting Mandiri di

Daerah Penelitian Jaya Tahun 2017

No Persepsi Petani Frekuensi (KK) Presentase (%)

1 Tinggi 4 13,33 2 Rendah 26 86,66

Jumlah 30 100

Persepsi Terhadap Teknis Pelaksanaan Secara umum petani kelapa sawit di daerah penelitian menyatakan bahwa

peremajaan kelapa sawit secara teknis mudah untuk dilakukan karena telah adanya pengalaman berusahatani kelapa sawit yang mereka miliki. Menurut petani secara teknis peremajaan kelapa sawit memang mudah untuk dilakukan, namun jika pelaksanaan peremajaan kelapa sawit dilakukan secara perorangan adalah hal yang cukup sulit atau berat salah satunya dikarenakan keterbatasan akses petani terhadap akses permodalan maupun sarana produksi.

Dari hasil In-depth Interview diketahui metode peremajaan yang akan diterapkan oleh KUD Tani Makmur selaku fasilitator dalam melakukan peremajaan adalah peremajaan dengan metode konvensional atau penumbangan serempak. Pemilihan metode konvensional ditujukan agar pengelolaan tanah dapat dilakukan dengan maksimal dan gangguan hama penyakit tanaman dapat diminimalisir. Peremajaan kelapa sawit dengan manajemen dan pemilihan metode konvensional yang akan di terapkan dalam peremajaan kelapa sawit petani oleh KUD, dinilai petani memberikan beberapa keuntungan untuk petani dari segi teknis pelaksanaan yakni selain KUD menjamin sumber penghasilan ekonomi petani selama masa tunggu tanaman kelapa sawit berproduksi, keuntungan lainnya KUD langsung melakukan pemetaan lahan kelapa sawit petani yang menjadi peserta replanting dengan sistem pemetaan digital atau peta dalam bentuk koordinat GPS. Secara rinci persepsi petani terhadap teknis peremajaan dapat dilihat pada Tabel 5 :

10

Tabel 5. Persepsi Petani Terhadap Teknis Pelaksanaan Replanting Kelapa Sawit di Desa Rawa Jaya Tahun 2017

No Persepsi Frekuensi (KK) Presentase (%)

1 Mudah 30 100 2 Sulit - -

Jumlah 30 100

Persepsi Petani Terhadap Tawaran Bermitra Proses pembentukan persepsi terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhinya, menurut Niven (2002) salah satu faktor yang turut berperan membentuk persepsi adalah faktor dari dalam dan dari luar diri manusia yang salah satunya adalah pengalaman masa lalu. Dapat diartikan lebih lanjut bahwa kejadian atau keadaan dimasa lalu turut mempengaruhi terbentuknya sebuah persepsi, hal ini sesuai dengan kenyatan hasil dari penelusuran In-depth Interview yakni 93,33 persen petani di daerah penelitian menyatakan dan menilai bahwa bermitra dengan perusahaan tidaklah menguntungkan. Petani yang melakukan peremajaan menolak melakukan mitra dengan perusahaan meskipun perusahaan telah berpengalaman dalam melakukan peremajaan kelapa sawit karena pengalaman di masa lalu yang memberikan rasa trauma yaitu seperti pada masa pembangunan perkebunan inti rakyat (PIR) yang menunjukan kualitas kerja, sistem penanaman, sistem pembibitan, sistem kontrol, sistem pemeliharaan, dan sistem manajemen dari perusahaan yang dinilai petani justru banyak merugikan petani. Penawaran bermitra dari beberapa perusahan besar dengan biaya, syarat dan ketentuan yang berbeda dalam pelaksanaan peremajaan guna menjalin kerja sama dengan petani, tidak mengubah keputusan petani plasma untuk melakukan peremajaan mandiri, penolakan tetap dilakukan karena bagi petani bagaimanapun bentuk kerjasama antara petani dengan perusahaan dinilai akan tetap merugikan.

Pengalaman dimasa lalu menjadi salah satu faktor penyebab penolakan tawaran bermitra dalam melaksanakan peremajaan kelapa sawit, hal ini sesuai dengan pendapat dari Desiderato dalam Adam, 2016 yang menyatakan bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan hubungan dengan menyimpulkan informasi yang melibatkan sensasi, atensi, ekspektasi, motivasi dan memori. Persepsi petani kelapa sawit plasma dan non plasma di Desa Rawa Jaya secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 :

Tabel 6. Persepsi Petani Plasma dan Non Plasma Terhadap Tawaran Replanting Bermitra Dengan Perusahaan di Daerah Penelitian Tahun 2017

No Persepsi Frekuensi (KK) Presentase (%)

1 Menguntungkan 2 6,66 2 Merugikan 26 93,33

Jumlah 30 100

Persepsi Terhadap Biaya Peremajaan Persepsi yang merupakan pandangan atau penglihatan dari seseorang dalam mengartikan sesuatu (Leavit, 1978). Secara umm petani menyatakan bahwa penilaian atau pandangan petani di Desa Rawa Jaya terhadap tawaran biaya peremajaan dengan cara bermitra adalah tergolong tinggi di bandingkan dengan biaya peremajaan mandiri yang akan dilaksanakan oleh petani plasma di Desa Rawa Jaya bersama KUD Tani Makmur. Dari beberapa tawaran yang diberikan oleh perusahaan, ada tawaran peremajaan dengan biaya yang paling rendah yakni tawaran dari PT. Delima Indah Persada senilai 55 juta perkavling, namun angka tetap dianggap petani menganggap

11

tinggi karena dalam teknis pelaksanaan peremajaan hanya melakukan sistem tumbang dan rumpuk jalur tanpa melakukan sistem cipping atau pencacahan pada batang kelapa sawit tua dan ketiadaan kebijakan dari perusahaan untuk menjamin keberlangsungan perolehan pendapatan ekonomi petani selama pelaksanaan peremajaan berlangsung seperti halnya keijakan yang dilakukan bersama KUD Tani Makmur. Perpsepsi petani terhadap biaya peremajaan lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7. Persepsi Petani Kelapa Sawit Plasma dan Non Plasma Terhadap Biaya Replanting Dengan Sistem Mitra Perusahaan di Daerah Penelitian Tahun 2017

No Persepsi Frekuensi (KK) Presentase (%)

1 Tinggi 30 100 2 Rendah - -

Jumlah 30 100

KESIMPULAN Persepsi petani terhadap pelaksanaan peremajaan secara mandiri atau non

mitra adalah mudah atau dapat dilakukan karena adanya akses permodalan dan akses sarana produksi, secara teknis mudah dilakukan karena telah ada pengalaman dan pengetahuan dalam berusahatani serta peran fasilitator dan dukungan instansi terkait. Dari segi biaya, peremajaan mandiri cenderung lebih rendah dan dari segi teknis memiliki banyak keuntungan. Persepsi petani terhadap tawaran bermitra dalam pelaksanaan peremajaan kelapa sawit dinilai petani secara teknis dan kebijakan kurang menguntungkan, biaya lebih tinggi dan cenderung merugikan petani. Faktor yang cenderung mempengaruhi terbentuknya persepsi petani di daerah penelitian adalah karena faktor pengetahuan, faktor pengalaman berusaha tani, dan dominan karena

faktor dukungan yang kuat dari instansi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dekan dan Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi yang telah memfasilitasi pelaksanaan penelitan ini. Selain itu ucapan terima kasih juga diucapkan untuk pembimbing jurnal, perangkat desa Rawa Jaya, Pengurus KUD Tani Makmur serta responden dan informan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, M, 2016. Persepsi Petani Terhadap Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Di Desa Abung Jayo Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung

Anggreany, S. 2011. Persepsi petani Terhadap Komoditi Kelapa Sawit di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari. Skripsi. Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi

Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2015. Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan Provinsi Jambi Menurut Kabupaten. Merangin

Gay, L.R.dan Diehl, P.L.1992. Research Methods For Business and Management, macMillan Publishing Company, New York. (Online). Tersedia di http://Teorionline.net (22 desember 2016)

12

Hafsah, J.M., 2000, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar. Harapan. Jakarta. Tersedia di http://repository.usu.ac.id (1 Agustus 2017)

Hernanto, F.1998.Ilmu Usaha Tani.Penerbit Swadaya.Jakarta Hutasoit, F.R. 2015. Analisis Persepsi Petani Kelapa Sawit Swadaya Bersertifikasi RSPO

Dalam Menghadapi Kegiatan Peremajaan Perkebunan Kelapa Sawit di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan. Jurnal Faperta Vol 2 Nomor 1, Februari 2015. Jurusan agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau. Riau

Leavit, H.J.1978. Psikologi Manajemen. Gelora Aksara Pratama. Jakarta Tersedia di [email protected] (25 September 2016) Mar’at. 1981. Sikap Manusia, Perubah serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia. Jakarta Muhyadi. 1989. Organisasi : Teori, Struktur dan Proses. P2LPTK. Jakarta Niven. 2002. Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan

Lain. Alih Bahasa Agung Waluyo; Editor : Monica Ester. Edisi 2.EGC. Jakarta Nurfallah, A. 2006. Korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi risiko

dalam mengelola pestisida dengan tingkat keracunan pestisida pada petani sayuran di Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. http://digilib.unila.ac.id/26210/26/SKRIPSI/PEMBAHASAN.pdf (8 Agustus 2017)

Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi, Jilid 2. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta Peraturan Presiden No 61 Tahun 2015 Tentang Penggunaan dan Penghimpunan Dana

Pekebun Sawit. Jakarta Sobur, A. 2009. Psikologi Umum. CV Pustaka Setia. Bandung Teoh, C. H. 2012. Key Sustainability Issues in the Palm Oil Sector. A Discussion Paper for

Multistakeholders Consultations (commissioned by the World Bank Group). International Finance Corporation, The World Bank. Washington DC