Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI MASYARAKAT
DESA TANJUNG BOJO KECAMATAN BATANG ASAM
KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
SKRIPSI
ISNAWATI
EES: 150697
Pembimbing
Dr. Novi Mubyarto, SE., ME
Drs. H. Muhsin Ruslan M. Ag
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019/1440 H
MOTTO
راًجَمِيْلًً فاَصْبِرْصَب ْArtinya: “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik”
(QS. Al-Maarij:5)1
1 Alqur’an dan terjemahan, Surah Al-Maarij: 5.
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
“Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi ini dijadikan pena, dan lautan
dijadikan tinta, di tambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan
habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
(QS. Lukman: 27)
Dengan kerendahan hati yang tulus beserta keridhaan-mu ya Allah
kupersembahkan karya tulis sederhana ini untuk yang termulia :
Ayah Sayuti
Ibu Nursidah
Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayang setulus hatimu ibu, searif
arahanmu ayah Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan
jalanku. Pelukmu berkahi hidupku diantara perjuangan dan tetesan doa
malammu dan sebait doa telah merangkul diriku menuju hari depan yang
cerah.
Yang terkasih kakak-kakak ku:
Nurdin, Beni, Joni dan Ondri dan Uci Trisnawati
Nasihat dan do’a kalian yang penuh cinta telah mengantarkanku pada detik ini.
Serta keponakanku tersayang
Zahwa Nurti aprilia dan Hizam Rizki
yang telah menghiburku sehingga menghilangkan rasa penatku.
Dosen Pembimbing Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE.,ME Dan Bapak Drs. H.
Muhsin Ruslan M.Ag yang selalu sabar membimbing dan mengarahkan saya
dalam menyelesaikan skripsi semoga kebaikan Bapak di Balas oleh Allah SWT
Teruntuk sahabatku Aruwa serta sahabat-sahabatku semuanya yang tidak ku
sebutkan satupersatu terimakasih telah membantu dan memberikan semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini dan selalu setia dalam setiap keadaanku
Jazakallahu Khairan orang-orang terkasih ku
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang
perkebunan kelapa sawit terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat desa
Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
mengetahui kendala yang dihadapi masyarakat dalam perkebunan kelapa sawit,
dan mengetahui bagaimana upaya dalam mengatasi kendala-kendala yang
terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kualitatif Deskriptif
dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian adalah masyarakat merasakan bahwa perekonomian mereka
semakin membaik setelah menjadi petani kelapa sawit, karena pendapatan dari
usaha tani kelapa sawit dapat memenuhi kebutuhan mereka, sehingga yang
dulunya tidak mampu mereka penuhi akhirnya dengan pendapatan dari
perkebunan kelapa sawit bisa terpenuhi, seperti membeli kendaraan bermotor,
melanjutkan pendidikan anak, memperbaiki rumah, dll. Meskipun menghadapi
berbagai kendala, namun hal tersebut tidak membuat masyarakat berhenti
dalam usaha tani kelapa sawit, masyarakat memiliki berbagai upaya dalam
mengatasi kendala-kendala tersebut.
Kata Kunci: Persepsi, Pertumbuhan Ekonomi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa iringan sholawat serta
salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini diberi judul “Persepsi Masyarakat Tentang Perkebunan Kelapa
Sawit Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat” Adapun tujuan dari
penyusunaan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir yang merupakan syarat untuk
meraih gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam jurusan Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Dalam penyelesaian
Skripsi ini, penulis akui tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis temui baik
dalam pengumpulan data maupun dalam penyusunaannya. Berkat adanya bantuan dari
berbagai pihak, Terutama dari Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE., ME dan Bapak Drs. H.
Muhsin Ruslan M. Ag selaku pembimbing I dan II. Hal yang pantas penulis ucapkan
adalah kata terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian
skripsi ini. Serta kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Subhan, M. ag. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Islam UIN STS Jambi.
2. Ibu Dr. Rafidah, SE., M.EI, Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE., ME, Ibu Dr.
Halimah Dja’far, M.Fil.I, Selaku Wakil Dekan I, II, dan III di Lingkungan
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................................... ii
NOTA DINAS ...................................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 7
E. Batasan Masalah..................................................................................... 7
F. Kerangka Teori ...................................................................................... 7
G. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 19
H. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 31
BAB II. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 32
B. Instrumen pengumpulan Data ................................................................ 32
C. Data dan sumber data ............................................................................ 34
D. Subyek dan Obyek Penelitian ................................................................ 35
E. Teknik Analisis Data .............................................................................. 35
F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 37
BAB III. GAMBAR UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten
Tanjung Jangung Barat ......................................................................... 39
B. Struktur Pemerintahan ........................................................................... 41
C. Mata Pencaharian Penduduk .................................................................. 45
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Persepsi Masyarakat Tentang Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Desa Tanjung Bojo .......................................... 47
B. Kendala yang Dihadapi Oleh Petani Kelapa Sawit Dalam Perekonomian
Masyarakat di Desa Tanjung Bojo ......................................................... 51
C. Upaya Masyarakat Dalam Meningkatkan Perekonomian Perkebunan
Kelapa Sawit Di Desa Tanjung Bojo. ..................................................... 55
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 58
B. Saran ..................................................................................................... 59
C. Kata penutup............................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Luas Perkebunan Kelapa Sawit .............................................................. 4
Tabel 1.2 Tinjauan Pustaka. .................................................................................. 19
Tabel 3.1 Nama-Nama Kepala Desa Tanjung Bojo................................................ 40
Tabel 3.2 Data Jumlah KK Desa Tanjung Bojo. .................................................... 44
Tabel 3.3 Daftar Pekerjaan Penduduk. ................................................................... 45
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 31
Gambar 2.1 Analisis Data Model Interaktif . ......................................................... 32
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Desa Tanjung Bojo. ............................................ 43
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Pembangunan pertanian dan perkebunan memiliki arti penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia
lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kelapa sawit juga
berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.2
Menurut Simon Kuznets dalam bukunya M. L. Jhingan mendefinisikan
pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu
negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada
penduduknya. Definisi ini mempunyai tiga komponen, yaitu pertumbuhan ekonomi
suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barang,
teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan
derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyesuaian aneka macam barang kepada
penduduk, dan penggunaan teknologi secara luas serta efisien memerlukan adanya
2 Arsyad, Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah, (Yogyakarta: BPFE,
2009). Hlm. 59.
penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan
oleh pengetahuan ummat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.3
Pertumbuhan ekonomi mencerminkan perubahan aktivitas ekonomi,
pertumbuhan ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada
suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti kegiatan ekonomi
pada periode tersebut mengalami peningkatan. Sedangkan jika pada sutu periode
perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi pada periode
tersebut mengalami penurunan.4
Pada tahun 2000 masyarakat Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam
Kabupaten Tanjung Jabung Barat mulai mengenal tanaman kelapa sawit, masyarakat
memiliki persepsi bahwa berkebun kelapa sawit akan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat, karena pendapatan yang dihasilkan dari kelapa sawit cukup
menjanjikan, dan dari segi pemeliharaan dan pengelolaannya terbilang cukup
sederhana dan dengan adanya perkebunan kelapa sawit juga dapat menjadi peluang
lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang tidak memiliki kebun kelapa sawit di desa
tersebut, masyarakat yang tidak memiliki kebun bisa menjadi buruh upahan dalam
proses pemanenan atau perawatan kebun kelapa sawit.5
3 M. L. Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), hlm. 57. 4 Soeratno, Ekonomi Makro Pengantar, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Yogyakarta, 2004,
hlm. 5. 5 Wawancara Dengan Hasan, Ketua RT 05 Desa Tanjung Bojo Kec. Batang Asam Kab.
Tanjung Jabung Barat, 2 Oktober 2018.
Menurut Jalaluddin Rahmat, persepsi adalah suatu pengalaman tentang objek peristiwa
atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan
pesan.6
Kelapa sawit termasuk komoditas andalan yang memiliki peran strategis bagi
pembangunan ekonomi kedepan, apalagi secara makro prospek industri kelapa sawit
di Indonesia tidak diragukan lagi.7 Dari segi pemeliharaannya kelapa sawit biasanya di
lakukan dengan pemupukan, dimana pemupukan adalah merupakan faktor yang sangat
penting karena penelitian menunjukkan bahwa pemupukan mutlak dilakukan karena
secara nyata bisa meningkatkan produksi dan tetap menjaga stabilitas tanaman.8
“Menurut Bapak Bujang yang merupakan petani kelapa sawit di Desa Tanjung
Bojo mengatakan bahwa “semanjak bukak kebun sawit sayo meraso adolah
perubahan eknomi, kemarentu waktu belum bukak kebun kelapo sawit dak
berani nak ngambek kredit motor soal e duit dak ado untuk mayar kredit
motor, duit yang dapat setiap bulan tu Cuma cukup untuk kepentingan sehari-
hari lah. Kinitulah semenjak mukak kebun sawit barulah ado penghasilan
lebih, mako e berani ngambek kredit motor”.9
6 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Kominikasi,( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 51. 7 Maruli Pardamean, Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit (Yogyakarta: Lily
Publisher, 2011), hlm. 3-5. 8 Selardi Sastrosayono, Budi Daya Kelapa Sawit (Jakarta Selatan: PT AgroMedia Pustaka,
2008), hlm. 38. 9 Wawancara dengan bapak Bujang selaku petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo, 12 Juni
2019.
Luas wilayah Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung
Jabung Barat ± 12.000 ha yang mana luas perkebunan kelapa sawit terdiri dari:
Tabel 1.1
Luas Perkebunan Kelapa Sawit
No Nama lahan Luas
1 Perkebunan Kelapa sawit (masyarakat) 2.500 ha
2 Perkebunan Kelapa sawit (plasma) 240 ha
Jumlah 2.740 ha
Sumber: Profil Desa Tanjung Bojo Tahun 2018
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa, luas wilayah Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah ± 12.000 ha, yang mana luas
perkebunan kelapa sawit secara keseluruhannya berjumlah 2.740 ha, yang terdiri dari
perkebunan kelapa sawit milik pribadi masyarakat dengan jumlah 2.500 ha, dan
perkebunan kelapa sawit plasma (petani yang bermitra dengan perusahaan) dengan
jumlah 240 ha.10Jumlah penduduk Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam
Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjumlah 1.256 jiwa, dengan jumlah petani kelapa
sawit laki-laki 307 orang dan perumpuan berjumlah 140 dari jumlah keseluruhanya
yaitu, 447 orang. 11
10 Profil Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2018 11 Profil Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat
2019.
Dalam meningkatkan perekonomian tidak selalu berjalan dengan mulus,
tentunya terdapat berbagai kendala didalamnya. Begitu pula usaha masyarakat dalam
perkebunan kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten
Tanjung Jabung Barat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, kelapa sawit
adalah tanaman ekspor yang memiliki nilai ekonomi dan memiliki prospek pemasaran
yang tinggi, karena merupakan bahan baku industri baik makanan, minuman, kosmetik
bahkan obat yang banyak digemari oleh lapisan masyarakat, baik dalam maupun luar
negeri. Oleh sebab itu perlu ditingkatkan produksinya baik dari segi kualitas maupun
dari segi kuantitasnya, agar memiliki daya saing baik di pasar dalam negeri maupun
luar negeri.
Apabila produksi kelapa sawit meningkat cepat tanpa diikuti dengan
peningkatan kualitasnya maka akan melemahkan daya saing kelapa sawit di pasar
Internasional, ini salah satu utama yang perlu diperhatikan bagi petani dan pemerintah,
karena kelapa sawit yang memiliki kualitas rendah tentu akan mengakibatkan tidak
terpenuhinya syarat terpenting untuk keberhasilan usaha tani di suatu daerah, jika
semua faktor produksi ditambah sekaligus maka hasil produksi akan naik.12
Permasalahan saat ini yang sering kali dihadapi oleh para petani kelapa sawit di
Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam adalah terjadinya penurunan harga
tandan buah sawit yang dihasilkan oleh petani dan berkurangnya tandan buah sawit
yang dihasilkan oleh petani atau yang biasa disebut dengan trek.
12 Clifford Geertz, Inovasi Pertanian, (Jakarta: Bharatara Karya Aksara, 1983). Hlm. 56.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik
melakukan penelitian yang berjudul "Persepsi Masyarakat Tentang Perkebunan
Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi masyarakat tentang perkebunan kelapa sawit terhadap
pertumbuhan ekonomi masyarakat di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat ?
2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh petani kelapa sawit terhadap pertumbuhan
ekonomi masyarakat di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten
Tanjung Jabung Barat?
3. Bagaimana upaya masyarakat untuk meningkatkan perekonomian perkebunan
kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung
Jabung Barat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah, dapat mengetahui bagaimana persepsi masyarakat tentang
perkebunan kelapa sawit terhadap pertumbuhan ekonomi di Desa Tanjung Bojo
kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan dapat mengetahui
kendala apa saja yang di hadapi masyarakat dalam mengembangkan perkebunan kelapa
sawit pada perekonomian masyarakat, serta upaya masyarakat dalam meningkatkan
perekonomian perkebunan kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
D. Manfaat Penelitian
1. Diharapkan mampu memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai
persepsi masyarakat tentang perkebunan kelapa sawit terhadap pertumbuhan
ekonomi masyarakat, mengetahui kendala dalam mengembangkan perkebunan
kelapa sawit pada perekonomian masyarakat, dan upaya masyarakat dalam
meningkatkan perekonomian pertanian kelapa sawit.
2. Penelitian ini dapat dijadikan referensi penelitian sejenis apapun untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.
3. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana Strata Satu (S1) pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
E. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih jelas dan terarah, maka dalam penelitian ini peneliti
hanya meneliti persepsi petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang merupakan petani kelapa sawit.
F. Kerangka Teori
Kerangka teori di perlukan dalam jenis penelitian lapangan (field research) dan
jenis penelitian pustaka (library research). Kerangka teori merupakan uraian ringkas
tentang teori yang digunakan dan cara menggunakan teori itu dalam menjawab
pertanyaan penelitian. 13
1. Persepsi
Dalam Pengantar Psikologi Umum, menurut Bimo Walgito, persepsi adalah
individu mengamati dunia luarnya dengan menggunakan alat indranya atau proses
yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui reseptornya.14
Menurut Slameto, persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak. Melalui persepsi inilah manusia terus menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungan, hubungan ini dilakukan lewat indranya yaitu indra
penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman.15
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses
penyampaian informasi yang relevan yang tertangkap oleh panca indra dari lingkungan
yang kemudian mengorganisasikannya dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami,
dan mengolah segala sesuatu yang terjadi dilingkungan tersebut. Bagaimanapun segala
sesuatu tersebut mempengaruhi persepsi, karena persepsi dapat dikatakan sebagai
kejadian pertama dalam rangkaian proses menuju perubahan stimulus menjadi tindakan
atau sebagai sensasi yang berarti atau bermakna.
13 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Jambi: syariah press, 2014), hlm. 25 14 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi offset, 2004), hlm. 33. 15 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), Hlm. 102.
Organisasi dalam persepsi mengikuti beberapa prinsip. Hal ini dikemukakan
oleh Ahmad Fauzi, sebagai berikut:
1) Wujud dan latar
Objek-objek yang kita amati disekitar kita selalu muncul sebagai wujud
sedangkan hal-hal lain sebagai latar.
2) Pola pengelompokkan
Hal-hal tertentu cenderung kita kelompok-kelompokkan dalam persepsi kita,
bagaimana cara kita mengelompokkan dapat menentukan bagaimana kita
mengamati hal tersebut.16
Dalam mempersepsi sesuatu ada beberapa komponen, dimana antara yang satu
dengan lainnya saling kait mengait, saling menunjang, atau merupakan suatu sistem,
agar seseorang menyadari dapat mengadakan persepsi. Untuk itu ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi, yaitu:
1) Adanya objek yang dipersepsi, objek yang menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indra atau reseptornya.
2) Alat indra atau reseptor, objek merupakan alat untuk menerima stimulus, selain
itu harus ada pada syaraf sensoris yang merupakan stimulus yang diterima
reseptor ke pusat susunan saraf yaitu sebagai alat untuk mengadakan respon
diperlukan syaraf sensoris.
16 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 38.
3) Adanya pengertian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
akan mengadakan persepsi tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.17
Persepsi merupakan salah satu faktor kejiwaan yang perlu mendapat perhatian
dan mendalami persepsi seseorang merupakan tugas yang amat berat karena persepsi
seseorang berbeda-beda. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, persepsi terjadi oleh
beberapa sebab antara lain:
1) Perhatian, biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitar
kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu atau dua objek
saja. Perbedaan fokus antara satu dengan orang lainnya, menyebabkan perbedaan
persepsi antara mereka.
2) Set, harapan seseorang akan rangsangan yang timbul.
3) Kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan sesaat atau yang menetap pada diri seseorang
akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.
4) Sistem Nilai, sitem nilai yang berlaku di suatu masyarakat berpengaruh juga
terhadap persepsi.
5) Ciri Kepribadian, ciri kepribadian juga akan mempengaruhi persepsi seseorang.
6) Gangguan Kejiwaan, gangguan kejiwaan dapat mrnimbulkan kesalahan persepsi
yang disebut halusinasi.18
17 Bimo Walginto, Opcit, hlm. 54. 18 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar umum psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), hlm.
43-44.
Bimo Walginto mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
persepsi, yaitu:
1) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor, stimulus
dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari
dalam diri individu bersangkutan yang langsung mengenai syarat penerima yang
bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar
individu.
2) Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Selain itu
juga harus ada syarat sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu sebagai pusat kesadaran, sebagai
alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
3) Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi
dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok
objek.19
19 Bimo Walgito, Opcit, hlm. 89-90.
Menurut Gibson, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal:
1. Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat
dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain:
a. Fisiologis
Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang
diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk
memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera
untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interprestasi
terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
b. Perhatian
Individu memerlukan sejumlah energy yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas
mental yang ada pada suatu objek. Energi tiap orang berbeda-beda
sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan hal ini
akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.
c. Minat
Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa
banyak energi atau perceptual vigilance merupakan kecenderungan
seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat
dikatakan sebagai minat.
d. Kebutuhan yang searah
Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu
mencari objek-objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai
dengan dirinya.
e. Pengalaman dan ingatan
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh
mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk
mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
f. Suasana Hati
Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini
menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan
mengingat.
Faktor internal pada intinya berupa fisiologis, perhatian, minat,
kebutuhan searah, pengalaman, suasana hati seseorang yaitu tokoh
masyarakat sangat mempengaruhi dalam terjadinya persepsi, karena
hubungan akan hal ini sangat berkaitan erat, walaupun pada
kenyataannya semua juga tergantung objek (petani kelapa sawit) dan
tergantung energi yang digunakan tokoh masyarakat ketika melihat hal
tersebut
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari
lingkungan dan objek-objek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut
dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan
mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya.
Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah:
a. Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu objek,
maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi
persepsi individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk
persepsi.
b. Warna dari objek-objek
Objek-objek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah
dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
c. Keunikan dan kekontrasan stimulus
Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dang
sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan
banyak menarik perhatian.
d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan
dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus
merupakan daya dari suatu objek yang bisa mempengaruhi persepsi.
e. Motion atau gerakan
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap objek yang
memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan objek
yang diam.
Faktor eksternal pada intinya sangat dipengaruhi oleh obje-objek (petani
kelapa sawit) ketika gerakan dari objek tersebut kuat dan mempunyai
kedekatan hubungan maka akan semakin mudah untuk dipahami daripada
objek yang diam, karena objek-objek tersebut memmiliki suatu cahaya
yang lebih untuk lebih diperhatikan dengan melihat penampilan yang diluar
sangkaan.20
Perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau
harapan, proses belajar, keadaan fisik, nilai dan kebutuhan, dan motivasi.
a) Faktor Eksternal
Latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan
kebutuhan, hal-hal baru, pertumbuhan, dan perekonomian.21
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah, perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang
sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode
lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.
20 Gibson, dkk., Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur, Proses, (Jakarta: Erlangga,
1994), Hlm. 43. 21 Miftah Toha, Perilaku Dalam Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm. 154.
Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi mengalami
pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.22
Menurut Todaro, ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan
ekonomi dari setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah:
1) Akumulasi modal , yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru
yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya
manusia
2) Pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah
tenaga kerja
3) Kemajuan teknologi.23
Pertumbuhan ekonomi yang pesat secara terus menerus memungkinkan negara-
negara industri maju memberikan segala sesuatu yang lebih kepada warga negaranya,
sumber daya yang lebih banyak untuk perawatan kesehatan dan pengendalian polusi,
pendidikan universal untuk anak-anak, dan pensiun publik.
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) secara paling sederhana dapat
diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional agregat
dalam kurun waktu tertentu, misalkan satu tahun. Perekonomian suatu negara
dikatakan mengalami pertumbuhan jika balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-
faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya.
22 Sukirno dan Sadono, Makro ekonomi: Teori Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Pustaka, 2004), hlm. 9. 23 Todaro, dkk., Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 92.
Dengan demikian, pengertian pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan
kapasitas produksi barang dan jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu.24
Menurut Samuelson, ada empat roda atau faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, antara lain:
1) Sumber daya manusia
Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan keterampilan
tenaga kerja. Para ekonomi meyakini bahwa kualitas tenaga kerja yang berupa
keterampilan, pengetahuan dan disiplin tenaga kerja merupakan unsur terpenting
dalam pertumbuhan ekonomi. Tanpa adanya tenaga kerja yang terampil dan
terlatih, barang-barang modal yang tersedia tidak akan dapat digunakan secara
efektif. Peningkatan tersedianya jumlah tenaga kerja bagi proses produksi itu
dapat terlihat baik dari jumlah tenaga kerja dalam arti orang ataupun dalam
jumlah hari kerja orang (mandays) maupun jam kerja orang (manhours). Dapat
saja terjadi jumlah orang yang bekerja tetap tetapi jumlah hari kerja orang atau
jam kerja orangnya bertambah. Untuk itu perlu diketahui bahwa tersedianya jam
kerja dalam proses produksi itu dipengaruhi oleh kemauan dan kemampuan
untuk bekerja.
Teori ekonomi telah menemukan bahwa kemauan seseorang untuk bekerja
lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat upah yang tersedia. Dengan kata lain,
semakin tinggi tingkat upah, semakin tinggi kemauan seseorang untuk bekerja.
24 Prasetyo dan P. Eko, Fundamental Makro Ekonomi, (Yogyakarta: Beta Offset, 2009.
Sementara itu, kemampuan bekerja seseorang dipengaruhi oleh kesehatan,
kecakapan, keterampilan dan keahliannya. Lebih jauh lagi, tingkat kecakapan,
keterampilan dan keahlian seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan baik
formal maupun non formal seperti latihan-latihan kerja.
2) Sumberdaya alam
Yang dapat dikategorikan sebagai sumberdaya alami diantaranya tanah
yang baik untuk ditanami, minyak dan gas, hutan, air serta bahan-bahan mineral.
Beberapa negara telah mengalami pertumbuhan terutama berdasarkan landasan
sumberdaya yang sangat besar dengan output besar dalam bidang pertanian,
perikanan, dan kehutanan. Namun, pemilikan sumberdaya alam bukan
merupakan keharusan bagi keberhasilan ekonomi dunia modern. Ada pula
negara-negara maju yang meraih kemakmuran pada sektor industri. Hal ini
dikarenakan adanya pemusatan perhatian pada sektor-sektor yang lebih
bergantung pada tenaga kerja dan modal.
3) Pembentukan modal
Akumulasi modal selalu menghendaki pengorbanan konsumsi pada saat ini
selama beberapa tahun. Negara-negara yang tumbuh pesat cenderung
berinvestasi sangat besar dalam barang modal baru. Pada negara-negara dengan
pertumbuhan paling pesat, 10-20 persen output akan masuk dalam pembentukan
modal bersih.
4) Perubahan Teknologi
Kemajuan teknologi telah menjadi unsur vital keempat dari pertumbuhan
standar hidup yang pesat. Dewasa ini, terjadi ledakan-ledakan teknologi baru,
khususnya dalam informasi, komputasi, komunikasi dan sains kehidupan.
Perubahan teknologi menunjukkan perubahan proses produksi atau pengenalan
produk dan jasa baru. Pentingnya peningkatan standar hidup membuat para
ekonom sejak lama mempertimbangkan cara mendorong kemajuan teknologi
bukan hanya sekedar prosedur mekanis untuk menemukan produk dan proses
yang lebih baik. Sebaliknya, inovasi yang cepat memerlukan pemupukan
semangat kewirausahaan25
G. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang
didapat oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan
dilaksanakan oleh peneliti:
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metode
Penelitian
Kesimpulan
1 Irsyadi
Siradjuddi
n
“Dampak
Perkebunan
Kelapa Sawit
Terhadap
Perekonomian
Kualitatif Hasil dari penelitian
tersebut menyebutkan
bahwa serapan tenaga kerja
terbanyak di Kecamatan
Kabun (4,22 HOK/ha),
25 Samuelson, dkk., Ilmu Ekonomi (Jakarta: PT.Media Global Edukasi, 2004), hlm. 250.
Wilayah Di
Kabupaten
Rokan Hulu”26
Kunto Darussalam (3,21
HOK/ha), dan Tandun (2,99
HOK/ha), dan produktivitas
kelapa sawit tertinggi di
Kecamatan Kabun (21,16
ton/ha/tahun), diikuti oleh
Kunto Darussalam (19,40
ton/ha/tahun), Tambusai
Utara (15,76 ton/ha/tahun),
dan Tandun (11,97
ton/ha/tahun). Perbedaan
variabel penelitian yang
digunakan pada penelitian
sekarang berbeda dengan
variabel terdahulu, yaitu
persepsi masyarakat tentang
perkebunan kelapa sawit
terhadap perubahan
ekonomi masyarakat, dan
lokasi penelitian berbeda
26 Irsyadi Siradjuddin, Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Wilayah di
Kabupaten Rokan Hulu, Skripsi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (2015), hlm. 12.
dengan penelitian
terdahulu.dilaksanakan di
Kabupaten Rokan Hulu,
sedangkan penelitian
sekarang dilaksanakan di
desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam
Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. Yang membuat sama
pada penelitian tersebut
dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti adalah
menggunakan subjek
penelitian terhadap
pertanian kelapa sawit.
Dalam penelitian ini,
peneliti fokus pada persepsi
masyarakat tentang
perkebunan kelapa sawit
terhadap perubahan
ekonomi ekonomi
masyarakat di desa Tanjung
Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.
2 William
Hendriono
“Studi Dampak
Perkebunan
Kelapa Sawit
Terhadap
Kondisi Sosial
Ekonomi
Masyarakat Di
Kecamatan
Andowia
Kabupaten
Konawe
Utara”27
Kualitatif Hasil dari penelitian
tersebut menyebutkan
bahwa, di kecamatan
Andowia pada saat sebelum
adanya perusahaan kelapa
sawit, masyarakat banyak
yang bekerja sebagai petani
da nada pula yang merantau
keluar daerah untuk mencari
pekerjaan, namun setelah
adanya perusahaan kelapa
sawit masyarakat banyak
yang bekerja sebagai petani
da nada pula yang merantau
keuar daerah untuk mencari
27 William Hendriono, Studi Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara, Skripsi Universitas Halu Oeo
Kendari (2016), hlm. 62.
pekerjaan, namun setelah
adanya perusahaan kelapa
sawit masyarakat yang
tadinya merantau, akhirnya
banyak yang kembali ke
kampung halaman untuk
bekerja di perusahaan PT.
Sultra Prima Lestari.
Berdasarkan
hasilwawancara dengan
warga setempat mereka
bekerja sebagai pedagang
dan penyedia jasa dan lain-
lain yang semuanya itu,
untuk memenuhi kebutuhan
para pekerja perkebunan.
Keberadaan perusahaan
kelapa sawit di Kecamatan
Andowia Kabupaten
Konawe Utara, memberikan
dampak yang signifikan
terhadap perekonomian
masyarakat khususnya di
Kecamatan Andowia yang
salah satu dampaknya yaitu
terjadi perubahan tingkat
pendapatan masyarakat,
yang dimana sebelum
adanya perusahaan
perkebunan kelapa sawit
PT. Sultra Prima Lestari
tingkat pendapatan
responden masih tergolong
rendah dibandingkan
dengan sesudah adanya
perusahaan perkebunan
kelapa sawit PT. Sultra
Prima Lestari. Persamaan
penelitian terdaulu dengan
penelitian yang sekarang
yaitu sama-sama
menjelaskan tentang
persepsi masyarakat untuk
lebih memilih bekerja dalam
bidang perkebunan kelapa
sawit. Sedangkan yang
membedakan dari penelitian
sebelumnya adalah,
penelitian tersebut
membahas studi dampak
perkebunan kelapa sawit
terhadap sosial ekonomi
masyarakat sedangkan
penelitian yang akan diteliti
berfokus membahas
persepsi masyarakat tentang
perkebunan kelapa sawit
terhadap perubahan
ekonomi masyarakat.
3 Decky
Rinaldi
Pengelolaan
Lahan Kelapa
Sawit Dalam
Meningkatkan
Kualitatif Berdasarkan hasil penelitian
dari pembahasan
disimpulkan bahwa,
berdasarkan data yang
Pendapatan
Kelompok
Plasma di
Serawai28
diperoleh dan penelitian
dilihat dari pendapatan
petani plasma desa Naga
Serawai setelah mengelola
lahan plasma cukup baik,
yaitu dengan pendapatan
perbulan sekitar Rp. 1.
573.597, sebelum mengelola
lahan plasma banyak petani
yang penghasilannya tidak
menentu, namun setelah
mengelola lahan petani
mendapat pendapatan pasti
setiap bulan. Hambatan
yang dirasakan oleh petani
plasma desa Naga Serawai
dalam mengelola lahan
adalah hama tanaman yang
sering merusak buah
maupun daun yang bisa
28 Decky Rinaldi, Pengelolaan Lahan Kelapa Sawit Dalam Meningkatkan Pendapatan
Kelompok Plasma di Serawai, Skripsi Universitas Tanjung Pura Pontianak, (2013), hlm. 13-14.
mengurangi pendapatan
petani plasma desa Naga
Serawai dan juga sering
terjadi pencurian hasil
panen, mengingat lokasi
yang cukup jauh sehingga
tidak bisa setiap waktu
untuk menjaga lahan dari
pencuri dan hama-hama
tanaman. Pengelolaan lahan
plasma kelapa sawit dalam
meningkatkan pendapatan
kelompok petani plasma di
desa Naga Serawai yang
dilakukan oleh para petani
sudah cukup baik, hal dapat
dari pengelolaan yang sudah
sesuai dengan standar yang
sudah diberikan oleh
perusahaan sehingga
pendapatan yang diperoleh
petani cukup baik.
4 Junaidi Analisis
Pendapatan
Usaha Tani
Kelapa Sawit di
Desa Panton
Pangke
Kecamatan
Tripa Makmur
Kabupaten
Nungan Raya29
Kulitatif Berdasarkan hasil
perhitungan dalam
penelitian ini, maka analisis
usaha perkebunan kelapa
sawit di desa Panton Pangke
dapat disimpulkan sebagai
berikut: pertama, analisis
penerimaan rata-rata usaha
tani kelapa sawit adalah
sebesar
Rp.25.843.568/ha/tahun,
sedangkan biaya rata-rata
yang dikeluarkan adalah
sebesar
Rp.9.038.744/ha/tahun
dengan demikian
pendapatan rata-rata yang
29 Junaidi, Analisis Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit di Desa Panton Pangke Kecamatan
Tripa Makmur Kabupaten Nagan Raya, Skripsi Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat, (2016), hlm. 53.
diperoleh adalah sebesar
Rp.16.804.824/ha/tahun,
kedua, analisis R/C Rasio
pada usaha tani kelapasawit
sebesar 2,86. Artinya setiap
biaya yang dikeluarkan
sebesar saturupiah RP.1,
akan menghasilkan
penerimaan sebesar
Rp.2,86, sehingga usaha
mendapatkan keuntungan.
5 Wiwin
Supriadi30
Perkebunan
Kelapa Sawit
dan
Kesejahteraan
Masyarakat Di
Kabupaten
Sambas
kualitatif Kegiatan pembangunan
perkebunan telah
menimbulkan mobilitas
penduduk yang tinggi.
Akibatnya di daerah-daerah
sekitar pembangunan
perkebunan muncul pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi
di pedesaan. Kondisi ini
30 Wiwin Supriadi, Perkebunan Kelapa Sawit dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten
Sambas, Skripsi Universitas Tanjungpura Pontianak, (2012), hlm. 14.
menyebabkan meningkatnya
daya beli masyarakat
pedesaan, terutama terhadap
kebutuhan rutin rumah
tangga dan kebutuhan
sarana produksi perkebunan
kelapa sawit. Perputaran
uang yang terjadi di lokasi
dalam jangka panjang
diperkirakan dapat
merangsang pertumbuhan
ekonomi di wilayah ini
dengan tumbuhnya
perdagangan dan jasa. Hal
ini memberikan arti bahwa
kegiatan perkebunan kelapa
sawit di pedesaan
menciptakan multiplier
effect, terutama dalam
lapangan pekerjaan dan
peluang berusaha.
Kegiatan perkebunan kelapa
sawit ternyata merupakan
peluang investasi bagi
pengembang swasta sebagai
prospek yang cerah
sehingga perluasan lahan
terus menerus dilakukan di
daerah yang berpotensi.
Pembukaan dan perluasan
lahan untuk perkebunan
kelapa sawit menimbulkan
banyak dampak bagi
lingkungan, termasuk bagi
masyarakat sekitar.
Pembangunan dan
pengembangan kelapa sawit
memberikan dampak positif
bagi masyarakat, contohnya
pembangunan sarana-sarana
bagi masyarakat sekitar,
seperti pembangunan sarana
transportasi, tempat ibadah,
sarana olahraga,
memberikan lapangan kerja
bagi masyarakat sekitar, dan
lain-lain. Sementara dampak
negative yang ditimbulkan,
seperti kerusakan
lingkungan, kesenjangan
sosial antara masyarakat
dengan karyawan, hingga
konflik sengketa lahan.
H. Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Persepsi Masyarakat Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
Pertumbuhan Ekonomi
Masyarakat
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu data
yang diperoleh berupa (kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk
bilangan atau angka statistik melainkan dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti
lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi. Penelitian ini dilakukan untuk
mendiskripsikan persepsi masyarakat terhadap perubahan ekonomi masyarakat yang
merupakan petani kelapa sawit di desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
B. Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berikut ini akan dijelaskan teknik-teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti
mengumpulkan data langsung dari lapangan. Dalam tradisi kualitatif, data tidak akan
diperoleh dibelakang meja, tetapi harus terjun ke lapangan, ke tetangga, ke organisasi,
ke komunitas. Data yang diobservasi dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan,
perilaku, tindakan, keseluruhan interaksi antar manusia. Data observasi juga dapat
berupa interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam
berorganisasi.31 Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blanko pengamatan sebagai instrument, format
yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan
akan terjadi. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat
data observasi bukanlah sekadar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan
kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.32
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. teknik pengumpulan data ini mendasarkan
diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.33
3. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis.
Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian, dan sebagainya.34
31 J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulannya, (Jakarta:
Grasindo), hlm. 116. 32 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 272. 33 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Alfabeta: 2016) hlm. 137-
138. 34 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013) hlm. 201.
C. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yakni:
a. Data Primer, Data primer yang dikumpulkan berbentuk hasil wawancara yang
dilakukan terhadap narasumber yang berasal dari para pelaku yang terkait
dengan persepsi masyarakat tentang perkebunan kelapa sawit terhadap
perubahan ekonomi masyarakat di desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Beberapa responden yang di
wawancarai dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Tanjung Bojo yang
yang membuka atau memiliki perkebunan kelapa sawit dan masyarakat yang
bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit.
b. Data Sekunder, Data sekunder diperlukan untuk mendukung analisis dan
pembahasan yang maksimal. Data sekunder juga diperlukan terkait
pengungkapan fenomena sosial dalam penelitian ini.
Data yang akan di kumpulkan dalam penelitian ini berasal dari berbagai sumber yaitu:
a) Data primer berasal dari hasil wawancara dengan petani kelapa sawit dan
buruh di perkebunan kelapa sawit di desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
b) Data sekunder berasal dari hasil publikasi berbagai literatur yang ada di
beberapa tempat, seperti: data luas perkebunan kelapa sawit dan jumlah petani
kelapa sawit di desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
D. Subyek dan Obyek Penelitian
a) Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah benda, hal atau orang, tempat data untuk variabel
peneliti. Adapun subyek dari penelitian ini adalah, petani kelapa sawit di
Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
b) Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan
inti dari problematika penelitian. Objek penelitian yang diteliti oleh peneliti
adalah persepsi masyarakat tentang perkebunan kelapa sawit terhadap
pertumbuhan ekonomi masyarakat di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat.35
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
data model interaktif dari Miles dan Huberman, seperti terlihat pada gambar 2.1 berikut
ini:
Gambar 2.1
Analisis Data Model Interaktif
35 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 29.
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data Simpulan atau Verifikasi
Sumber : Miles dan Huberman, 1984
Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:
1) Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan
melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan
strategi pengumpulan data yang di pandang tepat dan untuk menentukan fokus
serta pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya.
2) Reduksi data, yaitu sebagai proses di lapangan, pemfokusan, pengabstrakan,
transformasi data kasar langsung, dan diteruskan pada waktu pengumpulan
data, dengan demikian reduksi data dimulai sejak peneliti memfokuskan
wilayah penelitian.
3) Penyajian data, yaitu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan
penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai jenis, jaringan kerja,
keterkaitan kegiatan atau tabel.
4) Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data, peneliti harus mengerti
dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan dengan
menyusun pola-pola pengarahan dan sebab akibat.36
36 Miles, Mattew B & A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif,. Buku sumber tentang
metode-metode baru, (Jakarta: Universitas Indonesia Pres, 2007), hlm. 15-19.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyusunan dan pemahaman terhadap penelitian ini
maka penulis menguraikan sistematika penulisan menjadi beberapa bab. Adapun
sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi gambaran mengenai penelitian ini sehingga penulis atau
pembaca dapat dengan mudah memahami arah pembahasan penelitian ini.
Pada bab ini berisikan latar belakang sebagai landasan garis besar dalam
penelitian ini, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan masalah, kerangka teori, tinjauan pustaka,
kerangka pemikiran.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai pendekatan penelitian, instrument
pengumpulan data, data dan sumber data, subyek dan obyek penelitian,
teknik analisis data, dan sistematika penulisan.
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Dalam bab ini, peneliti mengemukakan tentang gambaran umum objek
penelitian yang terdiri atas sejarah desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, struktur pemerintahan, jumlah
petani kelapa sawit, jumlah penduduk desa, dan mata pencaharian
penduduk.
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
Dalam bab ini, peneliti memaparkan hasil dari penelitian yang diteliti oleh
peneliti mengenai persepsi masyarakat tentang perkebunan kelapa sawit
terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini, penulis memaparkan kesimpulan penelitian dan juga
berisikan saran-saran yang bermanfaat bagi pihak masyarakat dan peneliti
selanjutnya, juga dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran-lampiran
dancuriculum vitae.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung
Jabung Barat
Desa Tanjung Bojo merupakan salah satu desa dari sekian banyak desa yang ada
di Provinsi Jambi, yang mana Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten
Tanjung Jabung Barat ini mudah dijangkau oleh masyarakat Jambi maupun masyarakat
dari daerah yang lainnya karena letak Desa Tanjung Bojo amat mudah untuk ditemui
dengan fasilitas jalur transfortasi yang baik, terutama transportasinya mudah untuk
didapati, karena Desa Tanjung Bojo berada di tepi jalan lintas Sumatra.37
Mengenai tentang sejarah keseluruhan Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat kita ketahui melalui wawancara dengan
bapak bapak Sayuti selaku Pamong Tani dan merangkap menjadi tetua adat di Desa
Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Awal mula berdiri atau terbentuknya Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu, sebelum tahun 1945 tepatnya lagi pada
tahun 1944, pada awalnya nama desa ini bukanlah desa Tanjung Bojo namun pada
mulanya desa ini bernama desa Tanjung Berejo. Pada waktu itu di Desa ini memiliki
sebuah tanjung (daratan yang menjorok ke sungai) yang dipenuhi berejo. Berejo
37 Dokumentasi Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung
Barat 2018
merupakan bahasa asli dari warga desa tersebut yang dimana berejo memiliki arti buluh
(bambu) karena di tanjung tersebut dikelilingi bambu maka desa tersebut di beri nama
desa Tanjung Berejo dengan kesepakatan bersama. Namun dengan seiringnya
perkembangan zaman maka desa tersebut berubah menjadi Desa Tanjung Bojo.38
Adapun nama-nama pemimpin atau Kepala Desa Tanjung Bojo yaitu:
Tabel 3.1
Nama-Nama Kepala Desa
No Nama Tahun Menjabat
1 Dahlan 1940
2 Usman 1956
3 Suni 1962
4 Sulaiman 1968
5 Ekadi 1974
6 Syahran Ismail 1998
7 Ahmad Fauzi 2004
8 Kastalani 2010
9 Ahmad Hanavi 2016
Sumber: profil desa Tanjung Bojo 2019
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa, kepala desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam yang menjabat pada periode 1940 hingga 2016 berjumlah 9 orang
38 Wawancara dengan bapak Sayuti selaku Pamong Tani sekaligus Ketua Adat Desa Tanjung
Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 28 mei 2019.
(Sembilan). Yaitu, pada tahun 1940 dijabat oleh bapak Dahlan, pada tahun 1956 dijabat
oleh bapak Usman, pada tahun 1962 dijabat oleh bapak Suni, pada tahun 1968 dijabat
oleh bapak Sulaiman, pada tahun 1974 dijabat oleh bapak Ekadi, pada tahun 1998
dijabat oleh bapak Syahran Ismail selama tiga periode, pada tahun 2004 dijabat oleh
bapak Ahmad Fauzi, pada tahun 2010 dijabat oleh bapak Kastalani, dan pada tahun
2016 hingga sekarang adalah bapak Ahmad Hanavi.39
Tanjung Bojo merupakan sebuah desa yang terletak dalam daerah Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi yang mana desa
Tanjung Bojo membawahi 06 RT. Desa Tanjung Bojo berbatasan dengan:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Dusun Kebun
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kampung Baru
3) Sebelah Barat berbatasan dengan desa Lubuk Lawas
4) Sebelah Timur berbatasan dengan desa Kampung Baru40
B. Struktur Pemerintahan
Sebagai wilayah administrative untuk mengatur pola pemerintahnya, desa
Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat di kepalai
oleh Kepala Desa dan satu orang Sekretaris, yang kemudian di bantu oleh beberapa
perangkat desa.
39 Dokumentasi desa Tanjung Bojo tahun Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung
Jabung Barat Tahun 2019 40 Dokumentasi Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung
Barat Tahun 2018
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan pemerintahan di desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada struktur
desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat berikut
ini:
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
STRUKTUR ORGANISASI DESA TANJUNG BOJO KECAMATAN
BATANG ASAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
KAUR PERENCANAAN
HENDRI
KAUR TATA USAHA
SAIPUL ANWAR
KAUR KEUANGAN
UCI TRISNAWATI
KEPALA DESA
A.HANAVI
KADUS I
SARYONO
KADUS II
AFRIZAL
SEKRETARIS DESA
FIRDAUS
Sumber : Dokumentasi Desa Tanjung Bojo 2018
Sebagaimana di tunjukkan pada skema 1, maka jelaslah bahwa dalam suatu
organisasi desa sangat penting dan menentukan dimana setiap kegiatan yang
menyangkut desa tidak terlepas dari pengawasan Kepala Desa. Akan tetapi, kelancaran
pelaksanaan kegiatan yang ada di kantor desa itu harus ada kerja sama yang baik antara
Kepala Desa dengan Sekretaris Desa, Kepala Desa dengan Perangkat Desa dan bahkan
Kepala Desa dengan RT yang ada di desa Tanjung Bojo yang memiliki tanggung jawab
yang berbeda-beda antara satu dan yang lainnya, berikut penjabarannya.
KASI PELAYANAN
IRFAN ARTA
KASI KESEJAHTERAAN
BENI SAPUTRA
KASI PEMERINTAHAN
JHON SAPUTRA
RT 04
MARDI
RT 05
HASAN
RT 06
KASPUL
RT 01
AMRAN AS
RT 02
RAJIDIN
RT 03
M.JASIT
a. Kepala Desa
1) Kepala Desa berkedudukan sebagai Kepala Pemerintah Desa yang memimpin
penyelenggaraan pemerintahan desa.
2) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
3) Menyelenggarakan Pemerintahan desa, seperti tata praja pemerintahan,
penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertahanan, pembinaan,
ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan masyarakat,
administrasi kependudukan, penataan dan pengelolaan wilayah.
4) Melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana
perdesaan, dan pembangunan bidang pendidikan perdesaan, dan bidang
kesehatan.
Tabel 3. 2
Data jumlah KK di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
No Nama
RT
Jumlah
Penduduk
Jumlah KK Lk Pr
1 RT 01 216 55 94 122
2 RT 02 164 41 75 89
3 RT 03 204 68 107 97
4 RT 04 171 57 102 69
5 RT 05 212 53 99 114
6 RT 06 291 97 110 181
Jumlah 1.256 371 587 672
Sumber : Profil Desa Tanjung Bojo 2018
Sumber : Profil Desa Tanjung Bojo 2018
Dari tabel diatas dapat dipahami jumlah masyarakat Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah 1.256 jiwa, yang
terdiri dari 587 laki-laki dan 672 perempuan. Dan dapat dilihat dari RT 01 jumlah
penduduknya 216 jiwa, RT 02 jumlah penduduknya 164 jiwa, RT 03 jumlah
penduduknya 204 jiwa, RT 04 jumlah penduduknya 171 jiwa, RT 05 jumlah penduduk
201, RT 06 jumlah penduduknya 291 jiwa. 41
C. Mata Pencaharian Penduduk
Pekerjaan (mata pencaharian ) penduduk Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dapat dilihat dari tabel berikut:
Jabung Barat, dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3. 3
DaftarPekerjaan Penduduk Desa Tanjung Bojo
No Pekerjaan Laki-Laki Perempuan
1 Petani 307 140
2 Nelayan 10
41 Dokumentasi Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Tahun 2018
3 Buruh 3 6
4 PNS 2
5 Pegawai swasta 5 5
6 Wiraswasta/pedagang 30 2
7 TNI 2
8 Perawat swasta/honorer 2
9 Supir truk 12
Sumber: profil desa Tanjung Bojo 2019
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa, mayoritas mata pencaharian penduduk
Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah
berkebunan, pada umumnya masyarakat desa Tanjung Bojo adalah petani kelapa sawit,
dijelaskan bahwa jumlah petani di Desa Tanjung Bojo terdiri dari laki-laki yang
berjumlah 307 orang, dan perempuan berjumlah 140. Selain itu ada juga yang bekerja
sebagai Pegawai Negeri Swasta (PNS) yang berjumlah 2 orang, Nelayan dengan
jumlah 10 orang laki-laki, Buruh yang berjumlah 3 orang laki-laki dan 6 orang
perempuan, Pegawai Swasta yang berjumlah 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan,
Wiraswasta (pedagang) yang berjumlah 30 orang laki-laki dan 2 orang perempuan,
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan jumlah 2 orang laki-laki, Perawat Swasta
(honorer) dengan jumlah 2 orang perempuan, dan Supir Truk dengan jumlah 12 orang
laki-laki.42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Persepsi Masyarakat Tentang Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Menurut Slameto, persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak. Melalui persepsi inilah manusia terus menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungan, hubungan ini dilakukan lewat indranya, yaitu indra
penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman.43
Persepsi petani menjadi alasan utama petani dalam mengambil keputusan
melakukan usaha perkebunan kelapa sawit, petani memiliki tujuan yang sama yaitu
ingin meningkatan pendapatan usaha tani sehingga dapat membuat perubahan
ekonomi.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Samsul Bahri selaku petani kelapa sawit
di Desa Tanjung Bojo:
42 Dokumentasi Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung
Barat Tahun 2019 43 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),
hlm. 102.
“saya lebih memilih berkebun kelapa sawit, karena saya melihat masyarakat
desa yang membuka perkebunan kelapa sawit dalam segi perekonomiannya
sudah meningkat lebih baik dari perekonomian mereka yang sebelumnya,
akhirnya saya juga perlahan membuka kebun kelapa sawit dan alhamdulillah
perekonomian saya lebih membaik dari sebelumnya”.44
Pernyataan tersebut juga disampaikan oleh Bapak Ahmad Ruzaiki yang juga
merupakan petani kelapa sawit, yang mengatakan:
“iya, saya juga membuka kebun kelapa sawit karena saya melihat masyarakat
desa sudah banyak yang berhasil dalam usahatani tersebut, dan juga
pengelolaan kelapa sawit cukup mudah , karena hanya melakukan pemanenan
dua minggu satu kali saja”.45
Hal ini juga didukung oleh Bapak Husin, yang mengatakan:
“pendapatan yang diperoleh dari kelapa sawit juga menjanjikan, saya dapat
menabung uang untuk melanjutkan pendidikan anak-anak saya di masa yang
akan datang”46
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Raya selaku petani kelapa sawit, yang
mengatakan:
“dalam perawatan kelapa sawit juga mudah, dikarenakan pupuk dan
insektisida mudah untuk diperoleh, hal tersebut membuat saya tidak kerepotan
untuk merawat kelapa sawit agar subur dan hasil produktivitasnya baik”.47
44 Wawancara dengan Samsul Bahri, 38 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019. 45 Wawancara dengan Ahmad Ruzaiki, 30 tahun, , petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019. 46 Wawancara dengan Husin, 39 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019.
47 Wawancara dengan Raya, 51 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019.
Hal tersebut jugadidukung oleh Bapak Holis selaku petani kelapa sawit yang
mengatakan:
“iya, selain pupuk yang mudah didapat, perkebunan kelapa sawit juga ada
dampingan dari pemerintah, sehingga membuat saya yakin untuk menjadi
petani kelapa sawit.48
Setelah menjadi petani kelapa sawit masyarakat mengalami banyak perubahan
dalam perekonomian mereka. Penggunaan hasil pendapatan usahatani mereka gunakan
untuk perluasan kebun, pendidikan anak, perluasan dan perbaikan rumah, pembelian
kendaraan bermotor dan pembelian sarana perkebunan. Selaras dengan yang dikatakan
Bapak Martunis sebagai petani kelapa sawit yang mengatakan:
“hasil pendapatan dari perkebunan kelapa sawit saya gunakan untuk perluasan
kebun, pendapatan dari hasil panen saya sisihkan untuk disimpan, kemudian
setelah terkumpul saya membeli lahan perkebunan untuk ditanami kelapa
sawit”.49
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Ibu Heriani sebagai petani kelapa sawit, yang
mengatakan:
“dari pendapatan yang saya peroleh dari hasil perkebunan kelapa sawit, saya
tidak khawatir untuk melanjutkan pendidikan anak saya ke jenjang
perkuliahan, selain itu saya juga perlahan bisa merenovasi rumah saya”.50
48 Wawancara dengan Holis, 43 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019. 49 Wawancara dengan Martunis, 41 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019.
50 Wawancara dengan Heriani, 45 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019.
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Damanhuri sebagai petani kelapa
sawit, yang mengatakan:
“semenjak saya menjadi petani kelapa sawit, saya bisa membeli kendaraan
seperti sepeda motor, sehingga memudahkan saya untuk pergi ke kebun”.51
Dalam bidang perkebunan, tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua setelah
lahan. Penggunaan tenaga kerja dinyatakan dalam besaran curahan hari kerja, yaitu
curahan hari kerja dari tenaga kerja efektif yang terpakai. Sumber tenaga kerja berasal
dari dalam keluarga dan luar keluarga. Menurut Nu’man tenaga kerja perkebunan
kelapa sawit merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya cukup besar
sehingga perlu upaya untuk meningkatkan efisiensi.52
Tanaman kelapa sawit ini banyak memberikan keuntungan asalkan rajin
merawatnya. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara dengan Bapak Samsul Hadi
sebagai petani kelapa sawit, yang mengatakan:
“penghasilan untuk luas lahan 2 hektar mencapai Rp 3.000.000 sampai Rp
4.500.000 per bulan, dengan hasil produksi yang mencapai 2 ton sampai 3 ton
perbulan dengan 2 kali panen dalam sebulan. Tingkat keuntungan sawit lebih
tinggi sehingga pendapatan saya menjadi lebih meningkat, karena itulah saya
memilih untuk menjadi petani kelapa sawit”.53
51 Wawancara dengan Damanhuri, 60 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019. 52 Nu’man, Pengelolaan Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) di
Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, (Institut Pertanian Bogor,
2009), hlm. 25. 53 Wawancara dengan Samsul Hadi, 46 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019.
Dalam bidang perkebunan, tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua
setelah lahan. Penggunaan tenaga kerja dinyatakan dalam besaran curahan hari kerja,
yaitu curahan hari kerja dari tenaga kerja efektif yang terpakai. Sumber tenaga kerja
berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Menurut Nu’man tenaga kerja
perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya
cukup besar sehingga perlu upaya untuk meningkatkan efisiensi.54 Seperti hal yang
disampaikan oleh Bapak Rosdansyah sebagai petani kelapa sawit, yang mengatakan:
“setelah saya membuka perkebunan kelapa sawit ini saya bisa mempekerjakan
kerabat dekat saya, lumayan untuk menambah penghasilannya”.55
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Ahmad Hanavi selaku kepala desa
di Desa Tanjung Bojo, yang mengatakan:
“sebagian masyarakat ada yang mempercayai perkebunannya dengan
mempekerjakan orang untuk memelihara lahan perkebunannya dan sekaligus
proses panennya. Biaya pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit paling besar
adalah Rp 300.000 dan biaya terendah adalah Rp 100.000. hal tersebut dapat
menjadi sebuah lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sehingga masyarakat
yang tidak memiliki kebun kelapa sawit juga mendapatkan keuntungan dari
perkebunan kelapa sawit milik warga yang lainnya”.56
54 Nu’man, M, Pengelolaan Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis
Jacq) Di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, (Institut Pertanian Bogor, 2009), hlm. 25.
55 Wawancara dengan Rosdansyah, 54 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019 56 Wawancara dengan Ahmad Hanavi, 47 tahun, Kepala Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019.
B. Kendala yang dihadapi oleh petani kelapa sawit terhadap perekonomian
masyarakat (petani kelapa sawit) di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Seperti yang kita ketahui dalam melakukan semua hal tentunya tidak selalu
mulus seperti apa yang kita harapkan, tentu memiliki banyak kendala yang akan di
hadapi. Sama halnya dengan para petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Barat, tentu semua tidak berjalan mulusseperti apa
yang kita bayangkan dan harapkan tentu memiliki kendala. Seperti yang disampaikan
oleh Bapak Rosidi sebagai petani kelapa sawit, yang mengatakan:
“kendala yang saya alami dalam membuka perkebunan kelapa sawit adalah
modal awal yang cukup besar, karena saya harus mempekerjakan orang untuk
menebang pohon dan membersihkan lahan yang akan ditanami kelapa
sawit”57
Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Samsudin sebagai petani kelapa sawit, yang
mengatakan:
“saya merasa agak terbebani saat pertama kali membuka perkebunan kelapa
sawit, karena memerlukan banyak waktu dan biaya yang lumayan besar,
seperti membayar upah para pekerja yang menebas semak belukar, upah para
penebang pohon yang besar dan upah kep bagi pekerja yan membersihkan
ilalang dan rumput yang lainnya, karena saya tidak mampu untuk melakukan
pekerjaan tersebut sendirian”.58
57 Wawancara dengan Rosidi, 62 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019. 58 Wawancara dengan Samsuddin, 51 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019.
Berikut pernyataan dari Bapak Ali sebagai petani kelapa sawit:
“pada mulanya lahan saya ini bukan perkebunan sawit melainkan perkebunan
karet, namun karena mengingat karet yang saya tanam usianya sudah tua dan
mulai sedikit menghasilkan getah maka saya memilih untuk beralih ke
perkebunan kelapa sawit, melihat hasilnya yang menggiurkan. Namun tak
semudah itu saya harus menebangi pohon karet milik saya dan bahkan sampai
mencabut menggunakan alat berat, bukan hanya itu saja saya harus menunggu
masa pemulihan tanah karena tanah tersebut dulunya sudah di penuhi oleh
akar-akar karet yang membutuhkan waktu cukup lama”.59
Berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh beberapa masyarakat kepada
peneliti melalui wawancara dengan petani kelapa sawit, proses awal pembukaan lahan
perkebunan kelapa sawit tidak semudah yang dibayangkan, tentunya sama dengan
membuka lahan untuk perkebunan lainnya, yang dimulai dengan lahan yang penuh
semak belukar dan bahkan ada yang mengalih fungsikan lahan dari yang tadinya
perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit. Seperti yang dikatakan oleh Bapak
Kartiman sebagai petani kelapa sawit:
“yang menjadi kendala bagi bagi saya dan petani kelapa sawit lain dalam hal
perawatan kebun sawit, adalah faktor cuaca yang kadang tidak menentu, pagi
cuaca terlihat cerah lalu melakukan pemupukan dan mengekep lahan, eeeh
tiba-tiba turun hujan, hal tersebut membuat pupuk yang ditabur tadi bisa
hanyut apalagi jika hujan deras karena pupuk yang ditabur tadi belum meresap
ke tanah dan obat kep atau racun rumput yang tadi juga bisa luntur karena
tidak sempat mengering dan meresap pada tanah dan rumput”.60
Hal yang serupa juga disampaikan oleh bapak Ahmad Fauzi sebagai petani kelapa
sawit, mengatakan bahwa:
59 Wawancara dengan Ali, 60 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019. 60 Wawancara dengan bapak Kartiman selaku masyarakat Desa Tanjung Bojo, tanggal 12 Juni
2019
“bukan hanya hujan yang turun tak menentu saja yang menjadi kendala bagi
kami para petani untuk membersihkan kebun namun musim kemarau atau
panas terik juga membuat kami para petani takut untuk menyemprotkan racun
pada rumput atau semak yang ada di kebun, karena jika rumput yang sudah
mengering akan mudah terbakar”.61
Seperti yang kita ketahui harga di pasaran tidak selalu mengalami peningkatan,
tidak jarang juga kelapa sawit mengalami penurunan harga, yang membuat petani
kelapa sawit khawatir dan resah. dengan harga kelapa sawit yang anjlok. Seperti halnya
yang disampaikan oleh Bapak Kastalani sebagai petani kelapa sawit, mengatakan:
“berkebun kelapa sawit memang menguntungkan, di tambah lagi pada saat
harga sawit naik itu membuat kami para petani sawit sangat bahagia, namun
seperti yang kita ketahui tak selamanya harga naik jika ada kenaikan tentunya
akan ada penurunan harga pula yang membuat kami para petani sawit wanti-
wanti”.62
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak M. Nasir, sebagai petani kelapa sawit,
yang mengatakan:
“dengan menurunnya harga tandan buah sawit membuat penghasilan saya
berkurang dulu waktu harga sawit normal RP. 1000/Kg (Seribu Rupiah)
penghasilan yang saya dapatkan bisa memenuhi kebutuhan hidup yang
lainnya, namun setelah harga sawit turun penghasilan yang saya dapatkan
hanya pas-pasan untuk kebutuhan pokok saja”.63
Salah satu kendala atau permasalahan yang juga dihadapi oleh petani kelapa
sawit, yaitu hasil panen menurun atau hasil produksi tidak lagi banyak seperti biasanya
atau biasa disebut oleh para petani “Trek”. Peristiwa menyusut atau menurunnya hasil
61 Wawancara dengan Ahmad Fauzi, 64 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019. 62 Wawancara dengan Kastalani, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019 63 Wawancara dengan M. Nasir, 50 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019.
panen buah sawit ini bisa disebabkan oleh faktor cuaca yang terlalu panas dan
kurangnya pemberian pupuk terhadap sawit. Seperti yang disampaikan oleh ibu
Nurmalis, sebagai petani kelapa sawit, yang mengatakan bahwa:
“akhir-akhir ini hasil panen dari perkebunan saya sedikit menurun, hal
tersebut membuat penghasilan saya berkurang biasanya sekali panen
mencapai 1 Ton lebih namun minggu ini tadi saya baru memanen sawit saya
dengan luas 1 Ha hanya mendapatkan 1 Ton saja mengalami penurunan yah
walau hanya sekitar beberapa pikul saja yang kurang namun lumayan
juga”.64
Hal yang serupa juga disampaikan oleh bapak Umar Husen sebagai petani kelapa sawit,
yang mengatakan:
“Hasil panen dari perkebunan sawit saya menurun dari biasanya bahkan
boleh dikatakan hampir mendekati separoh dari hasil panen biasanya, hal ini
disebabkan kurang pemberian pupuk pada sawit dan juga ditambah lagi
bulan lalu jarang turun hujan”.65
Berikut hal yang di ungkapkan oleh bapak Idrus sebagai petani kelapa sawit, yang
mengatakan:
“Semenjak hasil panen sawit menurun saya jadi jarang menyetor hutang
kepada toke, hasil panen saya berkurang akhir-akhir ini mungkin disebabkan
kurang pemberian pupuk”.66
64 Wawancara dengan Nurmalis, 64 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019.
65 Wawancara dengan Umar Husen, 56 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 juni 2019. 66 Wawancara dengan Idrus, 64 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019.
C. Upaya masyarakat dalam meningkatkan perekonomian perkebunan kelapa
sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.
Berdasarkan kendala yang di hadapi oleh sebagian besar masyarakat dalam
pengelolaan perkebunan kelapa sawit dimana proses awal pembukaan lahan, harga
sawit yang sering mengalami naik turun dan terjadinya trek, maka masyarakat
melakukan berbagai upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut agar dapat
meingkatkan hasil dari produksi kelapa sawit sehingga dapat meningkatkan pendapatan
dari perkebunan kelapa sawit tersebut.
Seperti yang kita ketahui jika ada permasalahan tentu ada juga solusi atau upaya
yang akan dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut, sama halnya dengan
kendala-kendala yang di hadapi oleh masyarakat atau para petani Kelapa sawit di Desa
Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat..
Adapun mengenai upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan
perekonomian para petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam
Kabupaten Tanjung Jabung Barat menurut hasil wawancara peneliti dengan para petani
kelapa sawit dan orang-orang yang terkait.
Seperti halnya yang di sampaikan oleh Bapak Ahmad Hanavi selaku
Kepala Desa Tanjung Bojo :
“mengenai kesulitan biaya dalam pembukaan perkebunan kelapa sawit,
sebenarnya petani bisa meminjam uang ke toke kelapa sawit, tetapi dengan
catatan bahwa petani tersebut harus menjual hasil panennya ke toke tersebut.67
Hal yang sama juga disampaikan oleh bapak Bahari selaku toke kelapa sawit di Desa
Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat:
“ya, benar yang di sampaikan oleh bapak Kepala Desa tadi karena dengan
berlangganan menjual hasil panen ke toke tempat petani meminjam uang,
dapat menjadi pertimbangan bagi toke, petani bisa mencicil hutangnya setiap
kali pemanenan.”.68
Seperti hal nya yang di sampaikan oleh bapak Ali sebagai petani kelapa sawit, yang
mengatakan:
“dalam usaha tani kelapa sawit ini mendapat dampingan dari pemerintah,
setiap dua tahun sekali diadakan penyuluhan dan pembentukan kelompok
tani”.69
Berikut yang di sampaikan oleh Ibu Raya sebagai petani kelapa sawit, mengatakan:
“dulu pernah diadakan penyuluhan khusus perkebunan kelapa sawit yang
membahas tentang pemilihan pupuk sawit yang tepat, yaitu pilih pupuk yang
berfungsi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman,
dapat meningkatkan daya tahan tanaman sawit menjadi lebih kuat bahkan
dalam kondisi ekstrem ”.70
Dalam memilih dan menentukan pupuk seperti apa yang baik untuk buah kelapa
sawit harus benar-benar dilakukan dengan tepat agar hasil buah sawit menjadi
67 Wawancara denganAhmad Hanavi, 64 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019.
68 Wawancara dengan Bahari, 52 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019. 69 69 Wawancara dengan Ali, 60 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019. 70 Wawancara dengan Raya, 51 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019.
meningkat. Jika tanaman sawit dapat tumbuh dengan baik, maka harapan untuk
mendapatkan budidaya kelapa sawit akan semakin dekat pada kesuksesan.
Dalam menentukan bibit kelapa sawit yang akan ditanam juga membutuhkan
keahlian dan ketelitian, karena jika tidak teliti dalam memilih bibit kelapa sawit yang
baik maka dapat di pastikan tanaman sawit yang di tanam tidak akan berbuah
maksimal.
Sebagaimana wawancara dengan bapak Samsul Bahri sebagai petani kelapa sawit,
yang mengatakan:
“sebaiknya dalam memilih bibit kelapa sawit yang benar kita harus memilih
bibit yang dianjurkan oleh pemerintah atau memilih bibit yang memiliki
sertifikat, memilih bibit yang bentuk tunasnya bagus, tidak bengkok, tunas
dan akar masih segar, kemudian tudung akar masih utuh”.71
71 Wawancara dengan Samsul Bahri, 38 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persepsi masyarakat tentang perkebunan kelapa sawit terhadap pertumbuhan ekonomi
masyarakat di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung
Barat diantaranya, yaitu masyarakat merasa adanya suatu pertumbuhan dalam
perekonomian mereka dengan adanya perkebunan kelapa sawit, karena membuka lapangan
pekerjaaan bagi masyarakat di Desa Tanjung Bojo baik yang dari tidak memiliki tamatan,
hingga yang memiliki tamatan atau ijazah SD, SMP, SMA hingga lulusan S1, pendapatan
yang mereka hasilkan dari perkebunan kelapa sawit dapat memenuhi kebutuhan mereka,
sehingga yang dulunya tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan anaknya kejenjang yang
lebih tinggi sekarang akhirnya bisa dikarenakan pendapatan yang dihasilkan dari usahatani
kelapa sawit, selain itu masyarakat (petani kelapa sawit) bisa membeli kendaraan,
merenovasi dan bahkan membangun rumah dari hasil perkebunan kelapa sawit tersebut.
Namun tidak bisa dipungkiri jika dalam setiap usaha mengalami berbagai kendala atau
masalah, demikian juga dengan usaha masyarakat dalam perkrbunan kelapa sawit seperi
kendala atau kesulitan yang dihadapi saat membuka lahan perkebunan kelapa sawit yang
memerlukan modal cukup besar, terjadinya penurunan harga yang tidak menentu yang
membuat petani resah, dan turunnya hasil produksi dari tandan buah sawit yang dipanen.
Tapi hal tersebut tidak langsung membuat petani berhenti dalam usahatani kelapa sawit,
masyarakat melakukan berbagai upaya dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi,
seperti melakukan kerjasama antara petani kelapa sawit dengan pihak perusahaan atau PT,
lebih jeli dalam memilih bibit dan pupuk yang baik.
B. Saran
1. Diharapkan adanya upaya pemerintah daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat
untuk memberi bantuan berupa pupuk subsidi kepada para petani yang yang mengalami
kendala perawatan lahan pertanian pada masa sulit seperti harga sawit yang menurun
dan hasil panen yang mengalami penurunan.
2. Diharapkan adanya pertimbangan pemerintah dan pihak terkait untuk tidak
menurunkan harga sawit terlalu rendah karena akan menyusahkan masyarakat selaku
petani kelapa sawit.
3. Masyarakat harus pandai mengelola keuangan dan tidak meghamburkan uang
pada saat harga sawit tinggi dan hasil panen melimpah, masyarakat harus berpemikian
kedepan dan menabung, agar jika harga sawit menurun dan hasil panen juga menurun
masyarakat tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena
sudah memiliki tabungan.
C. Kata Penutup
demikian karya ini ditulis, semoga menjadi sesuatu yang bermanfaat khususnya bagi
penulis dan bagi masyarakat umumnya. Karya ini penulis sadari masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak tentunya
sangat berati untuk perbaiakan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literature.
Ahmad Fauzi. 2000. Psikologi Umum . (Bandung: Pustaka Setia).
Arsyad. 2009. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah. (Yogyakarta:
BPFE).
Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta: Andi Offset).
Clifford Geetz. 1983. Inovasi Pertanian. (Jakarta: Bharatara Karya Aksara).
Jalaluddin Rahmat. 2004. Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja).
JR. Raco. Metode Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulan. (Jakarta:
Grasindo).
Maruli Pardamean. 2011. Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit.
(Yogyakarta: Lily Publisher).
M. L. Jhingan. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. (Jakarta: PT. Raja
Grasindo Persada).
Miftah Toha. 2004. Perilaku Dalam Organisasi , Konsep Dasar Dan Aplikasi. (Jakarta:
Raja Grafindo Persada).
Prasetyo dan P. Eko. 2009. Fundamental Makro Ekonomi. (Yogyakarta: Beta Offset).
Sayuti Una. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. (Jambi: Syariah Press).
Sarlito Wirawan Sarwono. 2000. Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta: Bulan Bintang)
Selardi Sastrosayono. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. (Jakarta Selatan: PT. Agromedia
Pustaka).
Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka
Cipta).
Soeratno. 2004. Ekonomi Makro Pengantar. (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi).
Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta).
Suharsimi Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta).
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Jakarta:
Alfabeta).
Sukirno dan Sadono. 2004. Makro Ekonomi: Teori Pengantar. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Pustaka).
B. Sumber lain
Decky Rinaldi. 2013. Pengelolaan Lahan Kelapa Sawit Dalam Meningkatkan
Pendapatan Kelompok Plasma di Serawai. (Universitas Tanjung Pura
Pontianak).
Irsyadi Siradjuddin. 2015. Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap
Perekonomian Wilayah di Kabupaten Rokan Hulu. (Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau).
Junaidi. 2016. Analisis Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit di Desa Panton Pangke
Kecamatan Tripa Makmur Kabupaten Nogan Raya. (Universitas Teuku Umar
Meulaboh Aceh).
Lesmana, Dkk,. 2011. Hubungan Persepsi dan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi
Terhadap Keputusan Petani Mengembangkan Pola Kemitraan Petani Plasma
Mandiri Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) di Kelurahan Bantuas
Kecamatan Palaran Kota Samarinda. (Jurnal Ekonomi Pertanian Dan
Pembangunan Vol. 8, No. 2).
Nu’man. 2009. Pengelolaan Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
Guineensis Jacq) di Perkebunan PT. Cipta Future Plantation, Muara Enim,
Sumatera Selatan. (Institut Pertanian Bogor).
William Hendriono. 2016. Studi Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.
(Skripsi Universitas Halu Oleo Kendari).
Wiwin Supriadi. 2012. Perkebunan Kelapa Sawit Dan Kesejahteraan Masyarakat Di
Kabupaten Sambas. (Universitas Tanjungpura Pontianak).
LAMPIRAN PERTANYAAN WAWANCARA
1. Bagaimana pandangan anda terhadap perkebunan kelapa sawit dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat?
2. Apakah setelah menjadi petani kelapa sawit terjadi perubahan pada perekonomian
anda?
3. Bagaimana kondisi perekonomian anda setelah menjadi petani kelapa sawit?
4. Apakah anda menggunakan jasa buruh dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit?
5. Apa saja kendala yang anda hadapi dalam mengelola perkebunan kelapa sawit?
6. Bagaimana cara anda dalam mengatasi kendala tersebut?
7. Apakah ada peranan pemerintah dalam upaya meningkatkan produktivitas kelapa
sawit?
8. Bagaimana cara memilih serta menentukan pupuk dan bibit yang baik?
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 1.1
Wawncara dengan pemilik kebun kelapa sawit
5Gambar 1.2
Petani yang mengangkut tandan buah sawit
Gambar 1.3
Truk pengangkut sawit
Gambar 1.4
Wawancara dengan toke sawit
Gambar 1.5
Wawancara dengan perangkat Desa Tanjung Bojo
Gambar 1.6
Petani sawit yang berangkat ke kebun
Gambar 1.7
Petani yang memanen sawit
Gambar 1.8
Tandan buah sawit yang di kumpulkan ditempat toke
Gambar 1.9
Wawancara dengan masyarakat Desa Tanjung Bojo