14
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021 33 Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah Linda Desafitri Ratu Bilqis*, Irfal, Amalia Mustika Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti *[email protected] ABSTRACT Educational tourism can be a means of socializing and fostering a sense of pride and love for culture and the nation where tourism activities are carried out by visitors and are primarily aimed at obtaining education and learning. In conducting educational tours, accommodation is needed, one of which is a Homestay. The purpose is to determine the perceptions of teachers and lecturers about Homestays as an alternative accommodation for educational tours. The research method is descriptive quantitative method which was conducted on 100 respondents consisting of junior high school, vocational / high school teachers and university lecturers in Jakarta using quota sampling. The conclusion of this study is that the perception with motives prefers living in a Homestay because the price is relatively cheaper in conducting educational tours and it is recommended that Homestay owners can offer more than 1 (one) room or room so that more accommodating students or students who will stay in the tourist village area and for teachers and lecturers to keep choosing Homestay as a place to stay for their students or students for educational activities, in order to help government programs to improve the economy of local residents in a tourist village. Keywords: Lecturers; Teacher;, Homestay; Perception; Educational Tourism ABSTRAK Wisata edukasi dapat menjadi sarana untuk mensosialisasikan dan menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap budaya dan bangsa dimana kegiatan pariwisata dilakukan oleh pengunjung dan terutama ditujukan untuk memperoleh pendidikan dan pembelajaran. Dalam melakukan wisata edukasi diperlukan akomodasi yang salah satunya adalah Homestay. Tujuannya untuk mengetahui persepsi guru dan dosen tentang Homestay sebagai alternatif akomodasi wisata edukasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif yang dilakukan pada 100 responden yang terdiri dari guru sekolah menengah pertama, guru sekolah kejuruan / sekolah menengah atas, dan dosen universitas di Jakarta dengan menggunakan quota sampling. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Persepsi bermotif lebih memilih tinggal di Homestay karena harganya yang relatif lebih murah dalam melakukan wisata edukasi dan disarankan pemilik Homestay dapat menawarkan lebih dari 1 (satu) kamar atau kamar sehingga lebih menampung siswa atau Mahasiswa yang akan bermukim di kawasan desa wisata dan bagi para guru dan dosen tetap memilih Homestay sebagai tempat menginap mahasiswa atau siswanya untuk kegiatan pendidikan, guna membantu program pemerintah untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar di desa wisata. Kata Kunci: Dosen; Guru; Homestay; Persepsi; Wisata Edukasi

Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021

33

Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay

Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah

Linda Desafitri Ratu Bilqis*, Irfal, Amalia Mustika

Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

*[email protected]

ABSTRACT

Educational tourism can be a means of socializing and fostering a sense of pride and

love for culture and the nation where tourism activities are carried out by visitors and

are primarily aimed at obtaining education and learning. In conducting educational

tours, accommodation is needed, one of which is a Homestay. The purpose is to

determine the perceptions of teachers and lecturers about Homestays as an alternative

accommodation for educational tours. The research method is descriptive quantitative

method which was conducted on 100 respondents consisting of junior high school,

vocational / high school teachers and university lecturers in Jakarta using quota

sampling. The conclusion of this study is that the perception with motives prefers living

in a Homestay because the price is relatively cheaper in conducting educational tours

and it is recommended that Homestay owners can offer more than 1 (one) room or

room so that more accommodating students or students who will stay in the tourist

village area and for teachers and lecturers to keep choosing Homestay as a place to

stay for their students or students for educational activities, in order to help

government programs to improve the economy of local residents in a tourist village.

Keywords: Lecturers; Teacher;, Homestay; Perception; Educational Tourism

ABSTRAK

Wisata edukasi dapat menjadi sarana untuk mensosialisasikan dan menumbuhkan rasa

bangga dan cinta terhadap budaya dan bangsa dimana kegiatan pariwisata dilakukan

oleh pengunjung dan terutama ditujukan untuk memperoleh pendidikan dan

pembelajaran. Dalam melakukan wisata edukasi diperlukan akomodasi yang salah

satunya adalah Homestay. Tujuannya untuk mengetahui persepsi guru dan dosen

tentang Homestay sebagai alternatif akomodasi wisata edukasi. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif yang dilakukan pada 100 responden

yang terdiri dari guru sekolah menengah pertama, guru sekolah kejuruan / sekolah

menengah atas, dan dosen universitas di Jakarta dengan menggunakan quota sampling.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Persepsi bermotif lebih memilih tinggal di

Homestay karena harganya yang relatif lebih murah dalam melakukan wisata edukasi

dan disarankan pemilik Homestay dapat menawarkan lebih dari 1 (satu) kamar atau

kamar sehingga lebih menampung siswa atau Mahasiswa yang akan bermukim di

kawasan desa wisata dan bagi para guru dan dosen tetap memilih Homestay sebagai

tempat menginap mahasiswa atau siswanya untuk kegiatan pendidikan, guna membantu

program pemerintah untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar di desa wisata.

Kata Kunci: Dosen; Guru; Homestay; Persepsi; Wisata Edukasi

Page 2: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah

(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)

34

PENDAHULUAN

Pariwisata adalah hubungan

antar orang baik dari negara yang sama

atau antar negara atau hanya daerah

geografis yang terbatas yang mana pada

kegiatan tersebut memiliki tujuan untuk

memenuhi kebutuhan kecuali kegiatan

untuk memperoleh penghasilan

walaupun pada perkembangan

selanjutnya pada pengertian

memperoleh penghasilan menjadi

sedikit kurang jelas (Warpani dan Indira

dalam Badarab et al, 2017). Pariwisata

menjadi prioritas yang terus

dikembangkan atas dasar banyaknya

potensi wisata yang paling utamanya di

wilayah pedesaan di seluruh Indonesia.

Terdapat banyak hal yang tercakup di

dalam pariwisata, seperti: akomodasi,

transportasi, atraksi dan jasa yang dapat

menyerap banyak tenaga kerja.

Pariwisata juga merupakan salah satu

gaya baru dalam suatu industri yang

mampu menyediakan pertumbuhan

ekonomi yang cepat dalam hal

menambah pendapatan masyarakat,

memperluas kesempatan kerja,

meningkatkan taraf hidup dan serta

dapat juga mengaktifkan sektor produksi

lainnya di dalam negara tersebut.

Winarto (2016) menjabarkan

tentang Pengembangan Model Wisata

Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Dengan Pendekatan Sciencetific di

Brebes Selatan Sebagai Alternatif

Model Belajar Siswa Sekolah Dasar

memperlihatkan konsep model wisata

pendidikan disusun melalui tiga tahap

yaitu:

1. Kegiatan melakukan analisis

kurikulum yaitu kegiatan

menganalisis materi pelajaran yang

dapat dipelajari dari kearifan lokal.

2. Kegiatan menyusun panduan dan

fasilitas belajar yaitu merancang

peta perjalanan wisata , kegiatan

belajar dan lembar kerja wisata.

3. Menyusun evaluasi belajar wisata.

Konsep tentang Tata Kelola

Homestay di Desa Wisata Pinge

Kabupaten Tabanan menggambarkan

bahwa dalam pemenuhan fasilitas

akomodasi pariwisata Homestay adalah

salah satu solusi yang disiapkan

masyarakat lokal selain karakter hunian

masyarakat setempat yang masih khas

dan asri , harga yang terjangkau dengan

arsitektur lokal sebagai salah satu

potensi desa wisata. Desa wisata Pinge

memiliki Homestay yang tidak hanya

menawarkan kenyamanan dan

kebersihan bagi pengunjungnya akan

tetapi juga memberikan rasa

kekeluargaan dan kebersamaan selama

pengunjung tinggal di desa mereka

(Dewi et al.,2017).

Gambar 1. Perkembangan Pariwisata

Desember 2019

Sumber : Badan Pusat Statistik (2020)

Berdasarkan atas gambar 1 diatas

terlihat bahwa:

1. Terdapat peningkatan kumulatif

kunjungan wisatawan sebanyak 1,88

% dengan total 15.81 juta kunjungan

pada periode Januari-Desember

2019 menjadi 16.11 juta kunjungan

pada periode Januari-Desember

2019.

2. Terdapat peningkatan jumlah

kunjungan wisatawan mancanegara

Page 3: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021

35

sebesar 7,52 % dengan total

1.280,78 ribu kunjungan periode

November 2019 menjadi 1.377,07

ribu kunjungan pada periode

Desember 2019 dengan komposisi

sebanyak 838,98 ribu kunjungan

melalui udara, 388,50 ribu

kunjungan melalui laut dan 149,59

ribu kunjungan melalui darat.

3. Komposisi kedatangan wisatawan

menurut kebangsaannya yaitu 17,41

% berasal dari Malaysia, 15,05 %

berasal dari Singapura, 11,20 %

berasal dari Tiongkok, 9,12 %

berasal dari Australia dan 7,74 %

berasal dari Timor Leste

4. Terdapat penurunan sebesar 0,36

(year on year) yaitu 59,39 %

tingkat penghunian kamar (TPK)

hotel klasifikasi bintang di Indonesia

yang mungkin juga bermakna bahwa

wisatawan lebih banyak memilih

untuk menginap dihotel yang tbukan

berbintang dalam melakukan wisata

dan terdapat kenaikan 0,01 (year on

year) dalam rata-rata menginap

tamu asing dan Indonesia pada hotel

klasifikasi bintang di Indonesia.

Daerah tujuan wisata diharapkan

juga semakin berkembang seiring

berkembangnya waktu dan Wisata

edukasi dimasukkan dalam kategori

wisata minat khusus (special interest

tourism) dalam pariwisata. Pariwisata

dengan minat khusus merupakan

pariwisata yang menawarkan berbagai

macam kegiatan yang tidak biasa

dilakukan oleh para pengunjung atau

wisata dengan keahlian atau ketertarikan

khusus didalamnya.

Fenomena pendidikan

diperlukan dalam bentuk wisata special

interest tourism. Hal ini seperti yang

didefinisikan oleh Australian

Department of Tourism yang

mendefinisikan pariwisata adalah wisata

berbasis pada alam dengan mengikutkan

aspek pendidikan dan interpretasi

terhadap lingkungan alami dan budaya

masyarakat dengan pengelolaan

kelestarian ekologis. Perjalanan wisata

yang memiliki nilai tambahan dalam hal

pengetahuan juga pendidikan dimana

perjalanan tersebut tidak hanya sekedar

berwisata akan tetapi juga memiliki

tujuan untuk menambah nilai-nilai

edukasi atau pendidikan bagi seluruh

pesertanya disebut sebagai kegiatan

wisata edukasi (Soepardi et al,.2014).

Kegiatan yang pada umumnya

oleh institusi pendidikan contohnya

pada sekolah maupun institusi

pendidikan lainnya adalah merupakan

juga kegiatan wisata edukasi yang di

harapkan dengan dilaksanakan kegiatan

ini dapat mempererat dalam hubungan

bekerja sama diantara pada siswa

maupun mahasiswa serta juga dapat

meningkatkan tingkat kreatifitas dan

kecerdasan para peserta dalam kegiatan

wisata tersebut. Hary et al., (2018)

menyatakan bahwa langkah yang telah

dilakukan dalam mengembangkan

wisata edukasi meliputi:

1. Menggali akar permasalahan dalam

pengembangan destinasi wisata

Kampung Tulip melalui observasi

dan wawancara dengan pengelola

2. Memberikan rekomendasi

pengelolaan melalui seminar-

seminar dan pelatihan pengelolaan

wisata edukasi dan pariwisata

berkelanjutan kepada pengelola

destinasi wisata Kampung Tulip

3. Penyediaan buku panduan

pengembangan wisata edukasi

Kampung Tulip.

Menurut Fandeli dalam Heryati

(2019) memaparkan bahwa terdapat

beberapa kriteria yang digunakan

sebagai pedoman dalam menetapkan

suatu bentuk wisata minat khusus adalah

yang didalamnya terdapat unsur:

1. Pariwisata yang dasarnya terdapat

kegiatan ataupun unsur belajar

(learning).

Page 4: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah

(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)

36

2. Pariwisata yang di alamnya

memasukkan kegiatan atau unsur

pemberian pengakuan, penghargaan

serta mengagumi keunikan atau

kekayaan serta keindahan dari suatu

atraksi yang kemudian dapat

menimbulkan penghargaan

(rewarding).

3. Pariwisata yang didalamnya

memasukkan suatu peluang

menciptakan penambahan kekayaan

pengetahuan bagi para

pengunjungnya dengan mayarakat

dan lingkungannya (enriching).

4. Pariwisata yang dibuat ,dirancang

dan dikemas sehingga terbentuk

menjadi wisata petualangan

(adventuring).

Tempat untuk tujuan wisata

edukasi pada umumnya adalah tempat-

tempat yang memiliki nilai tambah bagi

peserta kegiatannya seperti kawasan

kegiatan yang dilakukan pada kebun

binatang, di pedesaan/perkebunan , pada

tempat penangkaran hewan langka serta

pada tempat atau daerah pusat penelitian

yang laiinya. Pariwisata pedesaan atau

yang biasa disebut desa wisata adalah

salah satu daerah yang menjadi tujuan

wisata juga merupakan alternatif bagi

masyarakat yang sudah lelah akan

kehidupan perkotaan serta penurunan

kualitas lingkungan kota.

Suatu wilayah pedesaan dimana

diwilayah tersebut memiliki potensi

daya tarik yang khas serta memiliki

keunikan didalamnya yang berupa

kehidupan sosial budaya masyarakatnya

ataupun karakter fisik lingkungan alam

pedesaan tersebut merupakan pengertian

dari desa wisata .

TINJAUAN PUSTAKA

Desa Wisata

Hadiwijoyo (2012) desa wisata

adalah suatu kawasan pedesaan yang

menawarkan keseluruhan suasana yang

mencerminkan keaslian pedesaan baik

dari kehidupan sosial ekonomi, sosial

budaya, adat istiadat, keseharian,

memiliki arsitektur bangunan dan

struktur tata ruang desa yang khas, atau

kegiatan perekonomian yang unik dan

menarik serta potensi untuk

dikembangkannya berbagai komponen

kepariwisataan.

Merujuk kepada pengertian desa

wisata, desa-desa yang bisa

dikembangkan dalam program desa

wisata akan memberikan contoh yang

baik bagi desa lainnya. Utomo dan

Satriawan (2017) menjelaskan bahwa

dalam penetapan suatu desa dijadikan

sebagai desa wisata harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1. Aksebilitas harus baik sehingga

mudah dikunjungi pengunjungnya

dengan menggunakan berbagai jenis

alat transportasi

2. Harus memiliki obyek-obyek

menarik yang berupa seni budaya,

alam, makan lokal, legenda dan

sebagainya yang selanjutnya dapat

dikembangkan sebagai obyek

wisata.

3. Aparat desa dan masyarakatnya

memberikan dukungan pada

menerima pengunjung yang datang

berkunjung kedaerahnya dengan

baik dan ramah.

4. Keamanan desanya harus terjamin.

5. Akomodasi harus tersedia serta

didukung dengan fasilitas

telekomunikasi dan tenaga kerja

yang memadai dan baik.

6. Iklimnya bisa sejuk,dingin ataupun

panas berhubungan dengan obyek

wisata lainnya yang sudah dikenal

oleh masyarakat secara luas.

Desa wisata yang baik adalah

desa yang berdasarkan atas gaya hidup

dan kualitas hidup masyarakatnya serta

selalu melibatkan masyarakat setempat

juga melakukan pengembangan mutu

produk yang terdapat pada desa wisata

tersebut. Konsep desa wisata yang

Page 5: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021

37

kembali ke alam yang asri bebas polusi

serta menawarkan kehidupan yang lebih

khas dan alami serta menampilkan

kekayaan budaya setempat serta agar

dapat membuat pengunjungnya dapat

belajar budaya, gaya hidup serta

industri ekonomi lokal yang ada maka

dalam suatu desa wisata membutuhkan

akomodasi yang dapat menarik

perhatian pengunjung untuk dapat

meluangkan waktu lebih lama di desa

tersebut. Salah satu pilihan akomodasi

adalah Homestay, dimana para

pengunjungnya dapat menginap dan

dengan intens dan lebih akrab hdan

dekat dapat berinteraksi dengan

masyarakat lokalnya.

Wisata Edukasi

Wisata edukasi adalah suatu

program dimana pengunjungdalam

kegiatan wisata melakukan perjalanan

wisata pada kawasan wisata dengan

tujuan mendapatkan pengalaman belajar

secara langsung yang terkait dengan

kawasan wisata yang dikunjungi

(Soepardi et al., 2014). Kejenuhan dan

stagnannya pendidikan di dalam

ruangan juga merupakan pendorong

berkembangnya konsep wisata edukasi.

Wisata edukasi merupakan konsep

wisata yang bernilai positif dan

mengarah pada konsep edutainment,

yaitu belajar dengan disertai kegiatan

yang menyenangkan.

Tujuan utama wisata edukasi

adalah memberikan kepuasan yang

maksimal sekaligus pengetahuan baru

kepada pengunjung yang datang dan

dapat dipadukan dengan berbagai hal

lainnya dan melayani berbagai

kepentingan wisatawan, seperti:

memuaskan rasa keingintahuan

mengenai orang lain, bahasa dan budaya

mereka, merangsang minat terhadap

seni, musik, arsitektur atau cerita rakyat,

empati terhadap lingkungan alam,

lanskap, flora dan fauna, atau

memperdalam daya tarik warisan

budaya maupun tempat-tempat

bersejarah. Semakin berkembangnya

wisata edukasi dan tambah popular

seiring dengan perkembangan informasi,

teknologi serta konektifitas antar

wilayah satu dengan lainnya. Salah satu

daerah yang menjadi alternatif bagi

pengunjung yang penat akan hiruk pikuk

kehidupan perkotaan serta penurunan

kualitas lingkungan kota, adalah

pariwisata pedesaan atau yang biasa

disebut dengan desa wisata.

Gambar 2. Model Wisata Edukasi

Sumber: Jafari & Ritchie dalam

Khadijah, et al (2020)

Integrasi mata pelajaran di dunia

pendidikan sangat penting dilakukan

guna studi pariwisata, sebagai contoh

mata pelajaran sejarah dan geografi

membantu dalam pemahaman

perkembangan sumber daya historis

dan geografis daerah tujuan wisata.

Keterkaitan beberapa mata pelajaran

akademis dengan studi pariwisata

dapat dilihat pada model diatas Gambar

2.

Jafari dan Ritchie dalam

Khadijah, et al (2020), aktivitas

pariwisata edukasi meliputi konferensi,

penelitian, pertukaran pelajar nasional

Page 6: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah

(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)

38

dan internasional kunjungan sekolah,

sekolah bahasa, dan wisata edukasi,

yang diorganisasi baik secara formal

maupun nonformal, dengan tujuan

wisata alam maupun buatan .

Tujuan utama wisata edukasi

yaitu pendidikan dan penelitian,

sehingga sekolah atau perguruan

tinggi dan situs sejarah menjadi

destinasi. Dalam konteks

Pengembangan Museum, maka

wisata edukasi yang dimaksud dapat

berupa pengenalan sejarah

pendidikan dan hal-hal yang

berhubungan dengan Pendidikan

seperti tokoh-tokoh yang

berperan dalam Pendidikan yang

berhubungan dengan pendidikan

yang ada di Indonesia.

Pengelola destinasi mempunyai

peranan penting dalam mendesain

atraksi wisata sebagai hasil dari

inisiatif dan kreativitas, sebagai

elemen penting dalam strategi

pengembangan produk parwisata.

Homestay

Homestay adalah tempat

penginapan atau peristirahatan

sementara yang akan digunakan bagi

para wisatawan yang berlibur ke suatu

kawasan wisata. Homestayjuga

merupakan salah satu akomodasi yang

saat ini semakin menarik wisatawan

asing maupun domestik (Sembiring et

al,. 2020).

Produk Homestay dapat berupa

bangunan rumah tinggal dengan

maksimum 5 kamar dan dihuni oleh

pemiliknya merupakan suatu rumah

tinggal yang sebagian kamarnya dapat

disewakan untuk wisatawan maupun

pengunjungnya yang juga merupakan

suatu wadah yang dapat berupa unit

hunian sebagai pendukung bagi kawasan

atupun komplek sekitar wisata yang

berbentuk pondok penginapan.

Dewi et al., (2017) menjelaskan

bahwa Homestay merupakan rumah

tinggal keluarga yang sebagian

kamarnya disewakan kepada tamu,

namun pengunjungyang menginap akan

tinggal untuk jangka waktu lama.

Homestay sering diikuti oleh pelajar

asing dengan tujuan untuk mempelajari

kebudayaan setempat. Pengembangan

Homestay merupakan salah satu dari

tiga program prioritas Kementrian

Pariwisata, yaitu Go Digital, Homestay

dan Air Connectivity.

Homestay menjadi fasilitas

penginapan para pengunjung yang

berkunjung, dimana pengunjung

membaur dengan masyarakat setempat

tinggal satu atap dan merasakan adat

istiadat masyarakat setempat

(Aminudin, 2015) selain menjadi

akomodasi yang ditawarkan, Homestay

juga menjadi peluang usaha baru bagi

warga setempat. Homestay juga

merupakan salah satu usaha pariwisata

yang dikelola oleh masyarakat di

destinasi pariwisata, khususnya di desa

wisata. Dengan adanya Homestay,

pengunjung akan dapat melakukan

kegiatan dan mendapatkan pengalaman

baru.

Kegiatan yang dilakukan untuk

menambah pengalaman baru ini dapat

dapat dilakukan dengan kegiatan

edukasi yang dipersiapkan oleh

pengelolanya. Kegiatan yang

memberikan edukasi kepada pengunjung

dikategorikan sebagai wisata edukasi.

Kegiatan pariwisata dalam bentuk

wisata edukasi bukanlah suatu hal yang

baru. Perkembangan dengan berbagai

nama bentuk kegiatan kemudian ke

model wisata dalam bentuk perjalanan

yang disertai dengan kerja sukarela

(voluntourism).

Homestay juga merupakan salah

satu akomodasi dalam wisata edukasi

sebagai fasilitas edukasi dengan

menekankan proses edukasi hingga

Page 7: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021

39

proses psikomotorik dimana pengunjung

dapat lebih memahami, mengetahui dan

mendapatkan pengetahuan edukasi dari

tempat yang ditinggalinya. Homestay

yang dikelola oleh masyarakat dapat

menjadi manfaat penting bagi

pemerintah daerah dalam meningkatkan

perekonomian daerah, dan secara tidak

langsung akan memopulerkan destinasi

baru dengan sumber pendapatan baru

bagi masyarakat desa (Bhan, 2014).

Homestay para tamu yang

menginap mendapatkan kesempatan

untuk meluangkan waktu bersama

keluarganya maupun Bersama keluarga

tuan rumah dalam menikmati adat

istiadat, nilai, budaya serta kehidupan

masyarakat perdesaan (Devkota, 2010).

Untuk menyampaikan informasi terkait

sejarah desa, cerita menarik dan unik

tentang alam, hasil bumi, sejarah desa,

baik dalam bentuk alam maupun buatan

dapat dikemas dalam bentuk wisata

edukasi atau wisata pendidikan. Hal

inilah menjadi bagian penting yang

harus terus dikembangkan dalam

pengelolaan Homestay dalam desa

wisata agar selalu menarik untuk

dikunjungi. Daerah yang terkenal di Bali

yang dapat dijadikan sebagai rujukan

untuk mengetahui kombinasi wisata

perdesaan dengan Homestay yang

dipadukan dengan wisata pendidikan,

dapat dilihat di wilayah Ubud, Gianyar

yang sudah terkenal di dunia.

Dalam upaya untuk terus

meningkatkan usaha jasa akomodasi

dalam bentuk Homestay, permintaan

produk Homestay banyak dipengaruhi

oleh permintaan pengunjung. Homestay

dinyatakan sebagai alat untuk

memerangi kemiskinan di wilayah

perdesaan. Integrasi produk Homestay

dengan lingkungan perdesaan dengan

aktivitas yang dilakukan seperti

memasak, belajar menari, belajar

melukis, belajar musik daerah, wisata

budaya, trekking, wisata agro, wisata

spiritual, wisata kesehatan, wisata

petualangan, wisata lingkungan

(ekowisata); dapat menjadi kemasan

menarik wisata perdesaan yang

memiliki Homestay. Homestay juga

disebut sebagai sumber yang baik dalam

menghasilkan mata uang asing di

perdesaan. Perputaran uang dapat

mengurangi kesenjangan dalam neraca

pembayaran. Pemerintah mendapatkan

sumber pendapatan pajak, mendapatkan

manfaat untuk membantu pertumbuhan

ekonomi bangsa, dan turut mencipatkan

lapangan pekerjaan baru. Produk

Homestay dapat menjadi produk baru

bagi desa dan menjadi sumber

tumbuhnya produk baru lainnya, seperti

industri kerajinan, industri peternakan,

produk pertanian dan perkebunan .

Persepsi

Setiap manusia memiliki sebuah

persepsi terhadap seseorang atau

terhadap suatu hal. Munculnya persepsi

dimulai dari pengamatan yang sudah

melalui proses hubungan melihat,

mendengar, menyentuh, merasakan dan

menerima sesuatu hal yang kemudian

melakukan seleksi, organisasi dan

menginterpretasikan informasi yang

diterimanya menjadi suatu gambaran

yang berarti. Terjadinya pengamatan ini

dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu

dan sikap seseorang dari individu.

Mustika dan Desafitri (2019)

menjelaskan bahwa Persepsi dapat

diekspresikan melalui berbagai perasaan

dan pikiran yang apabila terjadi pada

manusia maka akan menciptakan

pengalaman yang berbeda antara yang

satu dengan yang lainnya serta persepsi

merupakam suatu proses mental yang

menghasilkan bayangan individu

sehingga dapat mengenal suatu objek

dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan

tertentu baik secara indera

perabaan,indera penglihatan dan

Page 8: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah

(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)

40

sebagainya sehingga bayangan itu dapat

disadari oleh individu tersebut.

Persepsi adalah penglihatan,

bagaimana cara seseorang melihat

sesuatu (Taviprawati, 2020). Robbins

(2012) meyatakan bahwa persepsi dapat

dipengaruhi oleh:

1. Attitudes seperti dua individu

melihat objek yang sama akan tetapi

mengartikan atau menafsirkan

sesuatu yang dilihat itu berbeda

antara individu satu dengan yang

lainnya.

2. Motives yaitu motif yang salah

satunya adalah rasa tidak terpuaskan

yang mendorong individu dan

mungkin memiliki pengaruh yang

kuat terhadap persepsi mereka.

3. Interests adalah fokus dari perhatian

seperti dipengaruhi oleh minatnya

karena minat seseorang berbeda satu

dengan yang lain, apa yang

diperhatikan oleh seseorang dalam

suatu situasi bisa berbeda satu

dengan yang lain. Apa yang

diperhatikan seseorang dalam suatu

situasi bisa berbeda dari apa yang

dirasakan oleh orang lainnya.

4. Experiences merupakan fokus dari

karakter individu yang berhubungan

dengan pengalaman masa lalu

seperti minat atau interest individu.

Seseorang individu merasakan

pengalaman masa lalu pada sesuatu

yang individu tersebut hubungkan

dengan hal yang terjadi sekarang.

5. Expectations dimana ekspektasi bisa

mengubah persepsi individu dimana

individu tersebut bisa melihat apa

yang mereka harapkan dari apa yang

terjadi sekarang

6. Novelty yaitu biasanya adalah objek

yang akan dipersepsikan merupakan

perihal yang benar-benar baru.

7. Background adalah sesuatu hal yang

melatar belakangi pembentuk

persepsi tersebut.

8. Size & Proximiy adalah ukuran dari

bentuk persepsikan dan kedekatan

persepsi dengan objek lain yang

dapat membentuk persepsi yang

hampir sama.

Persepsi merupakan wujud

pribadi bagaimana seseorang

memandang dunia yang diwarnai oleh

berbagai elemen sosiokultural. Orang

dalam budaya yang berbeda memiliki

persepsi yang sangat berbeda tentang

diri dan orang lain. Perbedaan ini dapat

dilihat saat membandingkan dua budaya

yang berbeda. Sifat pengalaman

individu juga dapat dipengaruhi ketika

dua budaya bertemu.

Serta Persepsi objek dalam dunia

visual dipengaruhi oleh fitur-fitur seperti

bentuk dan warna serta makna dan

hubungan semantik di antara mereka

(Hwang et al., 2011).

Konsep persepsi memainkan

peran baik dalam teori kisaran

menengah deskriptif dan penjelas.

Dalam penelitian kualitatif

menggunakan fenomenologi, cara unik

individu dalam melihat fenomena

dieksplorasi. Metodologi ini dapat

menggunakan pendekatan deskriptif,

dimana penekanannya pada

mendeskripsikan esensi universal, atau

pendekatan interpretatif (eksplanatori),

menekankan pada pemahaman

fenomena dalam konteks.

Guru atau Dosen

Berdasarkan Undang-undang

nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, undang-undang

nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, dan Peraturan Pemerintah

Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan menyebutkan

bahwa guru adalah pendidik profesional.

Seorang guru atau pendidik profesional

harus memiliki kualifikasi akademik

minimum sarjana (S1) atau diploma

empat (D4), menguasai kompetensi

Page 9: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021

41

pedagogik, profesional, sosial, dan

kepribadian, memiliki sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional

serta pada pasal 10 ayat (1) menyatakan

bahwa “Kompetensi guru sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi” Standar

kompetensi guru mencakup kompetensi

inti guru yang dikembangkan menjadi

kompetensi guru PAUD/TK/RA, guru

kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran

pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan

SMK/MAK.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode

Dalam melakukan sebuah

penelitian yang pertama kali

diperhatikan adalah objek penelitian

yang akan diteliti. Dimana objek

penelitian tersebut terdapat masalah

yang akan dijadikan bahan penelitian

untuk dicari pemecahannya. Sekaran

dan Bougie (2017) menyatakan bahwa

objek penelitian adalah sebagai Suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan jenis data dan cara

pengolahannya, penelitian ini termasuk

ke dalam jenis penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif menurut Sekaran

dan Bougie (2017) adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme, dilakukan terhadap

populasi atau sampel tertentu yang

representatif, proses pengumpulan

datanya menggunakan instrument

penelitian, dan analisis data bersifat

kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan

dan dilakukan dengan pendekatan

deskriptif yang pada pengumpulan

datanya dengan menyebarkan

kuesioner dengan kuota sampling yang

terdiri atas dua bagian. Pada unit analisis

penelitian terdapat 100 guru dan dosen

dosen sekitar Bintaro, Jakarta Selatan.

Penelitian ini menggunakan metode

analisis deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi.

Sekaran dan Bougie (2017)

menjabarkan bahwa metode desktiptif

yaitu suatu metode dalam meneliti status

kelompok manusia, suatu objek, suatu

kondisi, suatu pemikiran, ataupun suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang.

Populasi dan Sampel Penelitian

Bungin (2013) populasi

penelitian merupakan keseluruhan

(universum) dari objek penelitian yang

dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-

tumbuhan, udara, gejala, peristiwa,

sikap hidup, dan sebagainya, sehingga

objek-objek ini dapat menjadi sumber

data penelitian. Sekaran dan Bougie

(2017) menjelaskan bahwa sampel

adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Sekaran dan Bougie (2017)

berpendapat bahwa sampel adalah

sebagian dari populasi. Analisis data

yang dilakukan meliputi uji validitas dan

reliabilitas, serta analisis deskriptif

dengan software SPSS 25 for Windows.

Page 10: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah

(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)

42

Tabel 1 . Daftar Objek, Populasi dan

Sampel Penelitian No Nama Sekolah Jumlah

Sampel

1 SMPN 177 Jakarta 10

2 SMP Tirtayasa 10

3 SMPN 87 Jakarta 10

4 SMPN 178 Jakarta 10

5 SMKN 43 Jakarta 10

6 SMK Islam Al Ihsan 10

7 SMAN 47 Jakarta 10

8 Universitas Moestopo 10

9 STT IKAT 10

10 STP Trisakti 10

Sumber: Peneliti (2020)

Deskripsi Responden

Profil responden dibagi menjadi

4 kriteria yaitu jenis kelamin, profesi,

sekolah dan mengetahui Homestay dari

mana.

Tabel 2. Jenis Kelamin Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Laki-laki

56

56

56

56

Perempuan 44 44 44 100

Total 100 100 100

Sumber: Data diolah dengan SPSS 25 (2020)

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat

diketahui bahwa responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 56

orang dengan persentase sebesar 56 %

sedangkan untuk responden yang

berjenis kelamin perempuan sebanyak

44 orang dengan persentase sebesar 44

%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa jumlah responden laki-laki lebih

dominan dibandingkan dengan jumlah

responden perempuan.

Tabel 3. Profesi Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Guru

SMP

40

30

30

30

Guru

SMA

/SMK

30

30

30

60

Dosen 30 36 36 100

Total 100 100 100

Sumber: Data diolah dengan SPSS 25 (2020)

Dari tabel 3 di atas dapat

diketahui bahwa responden yang

berprofesi sebagai guru SMP adalah

sebanyak 40 orang atau 40 %, responden

yang berprofesi sebagai guru

SMA/SMK adalah sebanyak 30 orang

atau 30 % dan responden yang

berprofesi sebagai dosen adalah

sebanyak 30 orang atau 30 %.

Berdasarkan atas hasil tersebut diatas

disimpulkan bahwa mayoritas responden

adalah yang berprofesi sebagai guru

SMP yaitu sebesar 40 %.

Tabel 4. Sekolah Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid

SMP

40

30

30

30

SMA /SMK

30 30 30 60

Perguruan

Tinggi

30 36 36 100

Total

100 100 100

Sumber: Data diolah dengan SPSS 25 (2020)

Dari tabel 4 diatas dapat

diketahui bahwa responden yang

mengajar di sekolah SMP adalah

sebanyak 40 orang atau 40 %, responden

yang mengajar di sekolah SMA/SMK

adalah sebanyak 30 orang atau 30 % dan

responden yang mengajar di perguruan

tinggi adalah sebanyak 30 orang. Hal ini

menandakan bahwa mayoritas

responden adalah yang mengajar di

SMP yaitu sebanyak 40 orang atau 40

%.

Tabel 5. Mengetahui Homestay dari Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Keluarga

26

26

26

26

Teman 22 22 22 48

Media Sosial

52

52

52

100

Total

100 100 100

Sumber: Data diolah dengan SPSS 25 (2020)

Dari tabel 5 diatas dapat

diketahui bahwa responden yang

Page 11: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021

43

mengetahui Homestay dari keluarga

adalah sebanyak 26 orang atau 26 %,

responden yang mengetahui Homestay

dari teman adalah sebanyak 22 orang

atau 22 % dan responden yang

mengetahui Homestay dari media sosial

adalah sebanyak 52 orang atau 52%. Hal

ini menandakan bahwa mayoritas

responden mengetahui Homestay dari

media sosial yaitu sebanyak 52 orang

atau 52 %.

Nilai Rata-rata ( Mean ) Setiap

Dimensi Variabel Persepsi

Setelah menghitung frekuensi

masing-masing dimensi sesuai hasil

kuesioner yang telah dibagikan berikut

merupakan hasil dari perhitungan nilai

rata-rata setiap dimensinya dengan

tujuan untuk mengetahui nilai rata-rata

terbesar yang paling mempengaruhi

Variabel Persepsi.

Tabel 6. Mean Variabel Persepsi Statistic

X.1 X.2 X.3 X.4 X.5

Valid 100 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0 0

Mean 3.30 3.65 3.39 3.59 3.33

Statistic

X.6 X.7 X.8 X.9 X.10

Valid 100 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0 0

Mean 3.31 3.33 3.47 3.34 3.34

Statistic

X.11 X.12 X.14 X.15 X.16

Valid 100 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0 0

Mean 3.28 3.54 3.28 3.40 3.20

Total

X

Valid 100

Missing 0

Mean 54.18

Sumber: Data diolah dengan SPSS 25

(2020)

Berdasarkan tabel 6 diatas total

Mean variabel Persepsi (X) adalah

sebesar 54.18 dengan nilai mean

terbesar yaitu sebesar 3.65 yang

merupakan bagian dari dimensi Motif

(motives) dengan indikator pernyataan

X.2 (Saya menyukai dan memilih

Homestay karena harganya relatif

lebih murah dalam melakukan

wisata edukasi) dan nilai mean

terendah yaitu sebesar 3.20 yang

merupakan bagian dari dimensi Ukuran

(size) dengan indikator pernyataan

X.16 (Homestay dapat menampung

banyak siswa/i atau mahasiswa/i ).

Berdasarkan dari hasil

pembahasan diatas, dapat dilihat pada

table 5 Total Mean, bahwa nilai mean

yang terbesar ada pada pernyataan saya

menyukai dan memilih homestay untuk

wisata edukasi sekolah, itu artinya

menandakan bahwa para responden,

yaitu Guru dan dosen bersedia memilih

Homestay sebagai tempat menginap

bersama para anak didiknya pada saat

melakukan wisata edukasi, berdasarkan

hasil wawancara dengan beberapa

Dosen dan Guru, dari beberapa sekolah

dan perguruan tinggi yang penulis

kunjungi, mereka sudah beeberapa kali

melakukan wisata edukasi dengan

menggunakan Homestay sebagai tempat

untuk menginap, karena Homestay

merupakan tempat inap yang relatif

terjangkau, dapat berinteraksi dengan

pemiliknya dan tentunya para siswa

labih menyukai untuk tidur beramai-

ramai (sekitar 5-6 orang) dalam di

Homestay tersebut dan tidak semua

Homestay yang dapat menampung

mahasiswa atau siswa dalam jumlah

banyak, hal tersebut dapat dilihat, pada

tabel 5 ada pernyataan dengan nilai

mean terendah, yaitu Homestay

menampung banyak siswa atau

mahasiswa, hal ini, kemungkinan

Homestay yang dipakai, hanya memiliki

1 (satu) kamar saja untuk disewakan

atau dipakai untuk menginap.

Page 12: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah

(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)

44

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan mengenai Persepsi Guru

dan Dosen tentang Homestay Dalam

Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi

Sekolah dapat ditarik beberapa

kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan demografi responden:

a) Statistik deskriptif profil jenis

kelamin responden jumlah

responden laki-laki lebih

dominan dibandingkan dengan

jumlah responden perempuan

dengan jumlah responden laki-

laki sebanyak 56 orang dengan

persentase sebesar 56%

sedangkan untuk responden yang

berjenis kelamin perempuan

sebanyak 44 orang dengan

persentase sebesar 44%.

b) Statistik deskriptif profil profesi

responden mayoritas responden

adalah yang berprofesi

sebagaiGuru SMP yaitu

sebanyak 40 orang atau 40%

kemudian diikuti responden

yang berprofesi sebagai guru

SMA/SMK adalah sebanyak 30

orang atau 30% dan yang

berprofesi sebagai Dosen adalah

sebanyak 30 orang atau 30%.

c) Statistik deskriptif profil sekolah

mayoritas responden adalah yang

mengajar di SMP sebanyak 40

orang atau 40% kemudian

diikuti responden yang mengajar

di sekolah SMA/SMK adalah

sebanyak 30 orang atau 30% dan

responden yang mengajar di

sekolah Tinggi atau Universitas

adalah sebanyak 30 orang atau

30 %.

d) Statistik deskriptif profil

mengetahui Homestay dari mana

responden mengetahui tentang

Homestay, mayoritas responden

mengetahui Homestay dari

media sosial yaitu sebanyak 52

orang atau 52% diikuti dari

keluarga adalah sebanyak 26

orang atau 26%, responden yang

mengetahui Homestay dari

teman adalah sebanyak 22 orang

atau 22%.

2. Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai

rata-rata (mean) variabel persepsi

(X) total mean variabel persepsi (X)

adalah sebesar 54.18 dengan nilai

mean terbesar yaitu sebesar 3.65

yang merupakan bagian dari dimensi

motif (motives) dengan indikator

pernyataan X.2 (Saya menyukai dan

memilih Homestay karena harganya

yang relatif murah untuk wisata

edukasi sekolah).

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas

ini maka saran dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Berdasarkan atas nilai mean

terendah yaitu sebesar 3.20 yang

merupakan bagian dari dimensi

ukuran (size) dengan indikator

pernyataan X.16 (Homestay dapat

menampung banyak siswa/i atau

mahasiswa/i) disarankan bagi

pemilik usaha Homestay agar dapat

menyewa kamarnya lebih dari 1

(satu), sehingga lebih banyak

menampung siswa/i atau

mahasiswa/i yang akan menginap.

2. Untuk para guru dan dosen agar

tetap tetap memilih Homestay

sebagai tempat inap para mahasiswa

atau siswanya untuk kegiatan

edukasi, sehingga hal ini dapat

membantu program pemerintah

untuk meningkatkan perekonomian

warga lokal di suatu desa wisata.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih sebesar-besarnya

kami ucapkan kepada Kemenristek-

BRIN yang telah memberikan

Page 13: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021

45

kesempatan tim peneliti untuk

melakukan penelitian ini. Penelitian ini

merupakan luaran wajib dari Hibah

Penelitian Dosen Pemula tahun

2020.

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, A. R. (2015). Pelaksanaan

Pengelolaan Homestay di Desa

Lubuk Kembang Bunga Kawasan

Ekowisata Tesso Nilo Kabupaten

Pelalawan Propinsi Riau. Jurnal

Jom Fisip, 2 (2): 1-13.

Badarab, F., Trihayuningtyas, E., &

Suryadana. M. L. (2017) Strategi

Pengembangan Destinasi Pariwisata

di Kepulauan Togean Provinsi

Sulawesi Tengah. Tourism and

Hospitality Essentials (THE), 7 (2):

97-112.

Dewi, N. P. A. P. D., Paramadhyaksa, I.

N.W., & Prajnawrdhi, T.A. (2017).

Konsep Tata Kelola Homestay di

Desa Wisata Pinge Kabupaten

Tabanan. Seminar Nasional

Arsitektur dan Tata Ruang

(SAMARTA), Bali.

Badan Pusat Statistik. (2020).

Perkembangan Pariwisata Tahun

2019. Diakses pada tanggal 12

Maret 2020, dari

https://www.bps.go.id/subject/16/pa

riwisata.html.

Bhan, S. (2014). Homestay Tourism in

India: Opportunities and

Challenges. African Journal of

Hospitality, Tourism and Leisure, 3

(2): 1-8.

Hadiwijoyo, S. S. (2012). Perencanaan

Pariwisata Perdesaan Berbasis

Masyarakat (Sebuah Pendekatan

Konsep). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Heryati, Y. (2019). Potensi

Pengembangan Obyek Wisata

Pantai Tapandullu Di Kabupaten

Mamuju. Growth Jurnal Ilmiah

Ekonomi Pembangunan, 1 (1): 56-

74.

Soepardi, H., Ernawati, A., &

Laksmitasari, R. (2014).

Revitalisasi Taman Wisata Sangraja

menjadi Pusat Wisata Edukasi dan

Budaya di Majalengka. Prosiding

Temu Ilmiah IPLBI. 1-6.

Hwang, A. D., Wang, H., & Pomplun,

M. (2011). Semantic guidance of

eye movements in real world

scenes. Vision Research, 51 (10):

1192-1205.

Khadijah, U. L. S., Novianti, E., &

Khoerunnisa. (2020). Komunikasi

Multikultur Dalam Konteks

Pariwisata. Bandung: Unpad Press.

Mustika, A., & RatuBilqis, L.D. (2019).

Persepsi Siswa Terhadap Minat

Kuliah di Perguruan Tinggi

Pariwisata. Mpu Procuratio, 1 (1):

68-73.

Robbins, S. (2012) . Perilaku

organisasi. Jakarta: Penerbit

Salemba Empat.

Sekaran, U., & Bougie, R. (2017).

Metode Penelitian Untuk Bisnis:

Pendekatan Pengembangan-

Keahlian. Jakarta: Salemba Empat.

Sembiring, V. A., Taviprawati, E., &

Darsiah, A. (2020). Pengaruh

Fasilitas Terhadap Keputusan

Menginap di Homestay Desa

Cipasung, Kuningan. Pengaruh

Fasilitas Terhadap Keputusan

Menginap di Homestay Desa

Cipasung, Kuningan. Jurnal Ilmiah

Pariwisata, 25 (5): 26-39.

Taviprawati, E., Sembiring, V. A., &

Tarigan, E. (2020). Pengaruh

Persepsi Pembelajaran

Housekeeping Terhadap Pemilihan

Karir Bagi Siswa SMKN 3

Bogor. Jurnal Ilmiah

Pariwisata, 25 (3): 215-222.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Page 14: Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan

Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah

(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)

46

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005

pasal 10 ayat 1 tentang Guru dan

Dosen.

Undang-undang No.10 Tahun 2009

tentang Kepariwisataan.

Utomo, S. J., & Satriawan, B. (2017).

Strategi Pengembangan Wisata di

Kecamatan Karangploso Kabupaten

Malang. Neo-Bis, 11 (2): 142-153.

Winarto. (2016). Pengembangan Model

Wisata Pendidikan Berbasis

Kearifan Lokal dengan Pendekatan

Saintifik di Brebes Selatan Sebagai

Alternatif Model Belajar Siswa

Sekolah Dasar. Jurnal Dialektika

Jurusan PGSD 6 (2): 32-47.