Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021
33
Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay
Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah
Linda Desafitri Ratu Bilqis*, Irfal, Amalia Mustika
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
ABSTRACT
Educational tourism can be a means of socializing and fostering a sense of pride and
love for culture and the nation where tourism activities are carried out by visitors and
are primarily aimed at obtaining education and learning. In conducting educational
tours, accommodation is needed, one of which is a Homestay. The purpose is to
determine the perceptions of teachers and lecturers about Homestays as an alternative
accommodation for educational tours. The research method is descriptive quantitative
method which was conducted on 100 respondents consisting of junior high school,
vocational / high school teachers and university lecturers in Jakarta using quota
sampling. The conclusion of this study is that the perception with motives prefers living
in a Homestay because the price is relatively cheaper in conducting educational tours
and it is recommended that Homestay owners can offer more than 1 (one) room or
room so that more accommodating students or students who will stay in the tourist
village area and for teachers and lecturers to keep choosing Homestay as a place to
stay for their students or students for educational activities, in order to help
government programs to improve the economy of local residents in a tourist village.
Keywords: Lecturers; Teacher;, Homestay; Perception; Educational Tourism
ABSTRAK
Wisata edukasi dapat menjadi sarana untuk mensosialisasikan dan menumbuhkan rasa
bangga dan cinta terhadap budaya dan bangsa dimana kegiatan pariwisata dilakukan
oleh pengunjung dan terutama ditujukan untuk memperoleh pendidikan dan
pembelajaran. Dalam melakukan wisata edukasi diperlukan akomodasi yang salah
satunya adalah Homestay. Tujuannya untuk mengetahui persepsi guru dan dosen
tentang Homestay sebagai alternatif akomodasi wisata edukasi. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif yang dilakukan pada 100 responden
yang terdiri dari guru sekolah menengah pertama, guru sekolah kejuruan / sekolah
menengah atas, dan dosen universitas di Jakarta dengan menggunakan quota sampling.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Persepsi bermotif lebih memilih tinggal di
Homestay karena harganya yang relatif lebih murah dalam melakukan wisata edukasi
dan disarankan pemilik Homestay dapat menawarkan lebih dari 1 (satu) kamar atau
kamar sehingga lebih menampung siswa atau Mahasiswa yang akan bermukim di
kawasan desa wisata dan bagi para guru dan dosen tetap memilih Homestay sebagai
tempat menginap mahasiswa atau siswanya untuk kegiatan pendidikan, guna membantu
program pemerintah untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar di desa wisata.
Kata Kunci: Dosen; Guru; Homestay; Persepsi; Wisata Edukasi
Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah
(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)
34
PENDAHULUAN
Pariwisata adalah hubungan
antar orang baik dari negara yang sama
atau antar negara atau hanya daerah
geografis yang terbatas yang mana pada
kegiatan tersebut memiliki tujuan untuk
memenuhi kebutuhan kecuali kegiatan
untuk memperoleh penghasilan
walaupun pada perkembangan
selanjutnya pada pengertian
memperoleh penghasilan menjadi
sedikit kurang jelas (Warpani dan Indira
dalam Badarab et al, 2017). Pariwisata
menjadi prioritas yang terus
dikembangkan atas dasar banyaknya
potensi wisata yang paling utamanya di
wilayah pedesaan di seluruh Indonesia.
Terdapat banyak hal yang tercakup di
dalam pariwisata, seperti: akomodasi,
transportasi, atraksi dan jasa yang dapat
menyerap banyak tenaga kerja.
Pariwisata juga merupakan salah satu
gaya baru dalam suatu industri yang
mampu menyediakan pertumbuhan
ekonomi yang cepat dalam hal
menambah pendapatan masyarakat,
memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan taraf hidup dan serta
dapat juga mengaktifkan sektor produksi
lainnya di dalam negara tersebut.
Winarto (2016) menjabarkan
tentang Pengembangan Model Wisata
Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Dengan Pendekatan Sciencetific di
Brebes Selatan Sebagai Alternatif
Model Belajar Siswa Sekolah Dasar
memperlihatkan konsep model wisata
pendidikan disusun melalui tiga tahap
yaitu:
1. Kegiatan melakukan analisis
kurikulum yaitu kegiatan
menganalisis materi pelajaran yang
dapat dipelajari dari kearifan lokal.
2. Kegiatan menyusun panduan dan
fasilitas belajar yaitu merancang
peta perjalanan wisata , kegiatan
belajar dan lembar kerja wisata.
3. Menyusun evaluasi belajar wisata.
Konsep tentang Tata Kelola
Homestay di Desa Wisata Pinge
Kabupaten Tabanan menggambarkan
bahwa dalam pemenuhan fasilitas
akomodasi pariwisata Homestay adalah
salah satu solusi yang disiapkan
masyarakat lokal selain karakter hunian
masyarakat setempat yang masih khas
dan asri , harga yang terjangkau dengan
arsitektur lokal sebagai salah satu
potensi desa wisata. Desa wisata Pinge
memiliki Homestay yang tidak hanya
menawarkan kenyamanan dan
kebersihan bagi pengunjungnya akan
tetapi juga memberikan rasa
kekeluargaan dan kebersamaan selama
pengunjung tinggal di desa mereka
(Dewi et al.,2017).
Gambar 1. Perkembangan Pariwisata
Desember 2019
Sumber : Badan Pusat Statistik (2020)
Berdasarkan atas gambar 1 diatas
terlihat bahwa:
1. Terdapat peningkatan kumulatif
kunjungan wisatawan sebanyak 1,88
% dengan total 15.81 juta kunjungan
pada periode Januari-Desember
2019 menjadi 16.11 juta kunjungan
pada periode Januari-Desember
2019.
2. Terdapat peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021
35
sebesar 7,52 % dengan total
1.280,78 ribu kunjungan periode
November 2019 menjadi 1.377,07
ribu kunjungan pada periode
Desember 2019 dengan komposisi
sebanyak 838,98 ribu kunjungan
melalui udara, 388,50 ribu
kunjungan melalui laut dan 149,59
ribu kunjungan melalui darat.
3. Komposisi kedatangan wisatawan
menurut kebangsaannya yaitu 17,41
% berasal dari Malaysia, 15,05 %
berasal dari Singapura, 11,20 %
berasal dari Tiongkok, 9,12 %
berasal dari Australia dan 7,74 %
berasal dari Timor Leste
4. Terdapat penurunan sebesar 0,36
(year on year) yaitu 59,39 %
tingkat penghunian kamar (TPK)
hotel klasifikasi bintang di Indonesia
yang mungkin juga bermakna bahwa
wisatawan lebih banyak memilih
untuk menginap dihotel yang tbukan
berbintang dalam melakukan wisata
dan terdapat kenaikan 0,01 (year on
year) dalam rata-rata menginap
tamu asing dan Indonesia pada hotel
klasifikasi bintang di Indonesia.
Daerah tujuan wisata diharapkan
juga semakin berkembang seiring
berkembangnya waktu dan Wisata
edukasi dimasukkan dalam kategori
wisata minat khusus (special interest
tourism) dalam pariwisata. Pariwisata
dengan minat khusus merupakan
pariwisata yang menawarkan berbagai
macam kegiatan yang tidak biasa
dilakukan oleh para pengunjung atau
wisata dengan keahlian atau ketertarikan
khusus didalamnya.
Fenomena pendidikan
diperlukan dalam bentuk wisata special
interest tourism. Hal ini seperti yang
didefinisikan oleh Australian
Department of Tourism yang
mendefinisikan pariwisata adalah wisata
berbasis pada alam dengan mengikutkan
aspek pendidikan dan interpretasi
terhadap lingkungan alami dan budaya
masyarakat dengan pengelolaan
kelestarian ekologis. Perjalanan wisata
yang memiliki nilai tambahan dalam hal
pengetahuan juga pendidikan dimana
perjalanan tersebut tidak hanya sekedar
berwisata akan tetapi juga memiliki
tujuan untuk menambah nilai-nilai
edukasi atau pendidikan bagi seluruh
pesertanya disebut sebagai kegiatan
wisata edukasi (Soepardi et al,.2014).
Kegiatan yang pada umumnya
oleh institusi pendidikan contohnya
pada sekolah maupun institusi
pendidikan lainnya adalah merupakan
juga kegiatan wisata edukasi yang di
harapkan dengan dilaksanakan kegiatan
ini dapat mempererat dalam hubungan
bekerja sama diantara pada siswa
maupun mahasiswa serta juga dapat
meningkatkan tingkat kreatifitas dan
kecerdasan para peserta dalam kegiatan
wisata tersebut. Hary et al., (2018)
menyatakan bahwa langkah yang telah
dilakukan dalam mengembangkan
wisata edukasi meliputi:
1. Menggali akar permasalahan dalam
pengembangan destinasi wisata
Kampung Tulip melalui observasi
dan wawancara dengan pengelola
2. Memberikan rekomendasi
pengelolaan melalui seminar-
seminar dan pelatihan pengelolaan
wisata edukasi dan pariwisata
berkelanjutan kepada pengelola
destinasi wisata Kampung Tulip
3. Penyediaan buku panduan
pengembangan wisata edukasi
Kampung Tulip.
Menurut Fandeli dalam Heryati
(2019) memaparkan bahwa terdapat
beberapa kriteria yang digunakan
sebagai pedoman dalam menetapkan
suatu bentuk wisata minat khusus adalah
yang didalamnya terdapat unsur:
1. Pariwisata yang dasarnya terdapat
kegiatan ataupun unsur belajar
(learning).
Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah
(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)
36
2. Pariwisata yang di alamnya
memasukkan kegiatan atau unsur
pemberian pengakuan, penghargaan
serta mengagumi keunikan atau
kekayaan serta keindahan dari suatu
atraksi yang kemudian dapat
menimbulkan penghargaan
(rewarding).
3. Pariwisata yang didalamnya
memasukkan suatu peluang
menciptakan penambahan kekayaan
pengetahuan bagi para
pengunjungnya dengan mayarakat
dan lingkungannya (enriching).
4. Pariwisata yang dibuat ,dirancang
dan dikemas sehingga terbentuk
menjadi wisata petualangan
(adventuring).
Tempat untuk tujuan wisata
edukasi pada umumnya adalah tempat-
tempat yang memiliki nilai tambah bagi
peserta kegiatannya seperti kawasan
kegiatan yang dilakukan pada kebun
binatang, di pedesaan/perkebunan , pada
tempat penangkaran hewan langka serta
pada tempat atau daerah pusat penelitian
yang laiinya. Pariwisata pedesaan atau
yang biasa disebut desa wisata adalah
salah satu daerah yang menjadi tujuan
wisata juga merupakan alternatif bagi
masyarakat yang sudah lelah akan
kehidupan perkotaan serta penurunan
kualitas lingkungan kota.
Suatu wilayah pedesaan dimana
diwilayah tersebut memiliki potensi
daya tarik yang khas serta memiliki
keunikan didalamnya yang berupa
kehidupan sosial budaya masyarakatnya
ataupun karakter fisik lingkungan alam
pedesaan tersebut merupakan pengertian
dari desa wisata .
TINJAUAN PUSTAKA
Desa Wisata
Hadiwijoyo (2012) desa wisata
adalah suatu kawasan pedesaan yang
menawarkan keseluruhan suasana yang
mencerminkan keaslian pedesaan baik
dari kehidupan sosial ekonomi, sosial
budaya, adat istiadat, keseharian,
memiliki arsitektur bangunan dan
struktur tata ruang desa yang khas, atau
kegiatan perekonomian yang unik dan
menarik serta potensi untuk
dikembangkannya berbagai komponen
kepariwisataan.
Merujuk kepada pengertian desa
wisata, desa-desa yang bisa
dikembangkan dalam program desa
wisata akan memberikan contoh yang
baik bagi desa lainnya. Utomo dan
Satriawan (2017) menjelaskan bahwa
dalam penetapan suatu desa dijadikan
sebagai desa wisata harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Aksebilitas harus baik sehingga
mudah dikunjungi pengunjungnya
dengan menggunakan berbagai jenis
alat transportasi
2. Harus memiliki obyek-obyek
menarik yang berupa seni budaya,
alam, makan lokal, legenda dan
sebagainya yang selanjutnya dapat
dikembangkan sebagai obyek
wisata.
3. Aparat desa dan masyarakatnya
memberikan dukungan pada
menerima pengunjung yang datang
berkunjung kedaerahnya dengan
baik dan ramah.
4. Keamanan desanya harus terjamin.
5. Akomodasi harus tersedia serta
didukung dengan fasilitas
telekomunikasi dan tenaga kerja
yang memadai dan baik.
6. Iklimnya bisa sejuk,dingin ataupun
panas berhubungan dengan obyek
wisata lainnya yang sudah dikenal
oleh masyarakat secara luas.
Desa wisata yang baik adalah
desa yang berdasarkan atas gaya hidup
dan kualitas hidup masyarakatnya serta
selalu melibatkan masyarakat setempat
juga melakukan pengembangan mutu
produk yang terdapat pada desa wisata
tersebut. Konsep desa wisata yang
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021
37
kembali ke alam yang asri bebas polusi
serta menawarkan kehidupan yang lebih
khas dan alami serta menampilkan
kekayaan budaya setempat serta agar
dapat membuat pengunjungnya dapat
belajar budaya, gaya hidup serta
industri ekonomi lokal yang ada maka
dalam suatu desa wisata membutuhkan
akomodasi yang dapat menarik
perhatian pengunjung untuk dapat
meluangkan waktu lebih lama di desa
tersebut. Salah satu pilihan akomodasi
adalah Homestay, dimana para
pengunjungnya dapat menginap dan
dengan intens dan lebih akrab hdan
dekat dapat berinteraksi dengan
masyarakat lokalnya.
Wisata Edukasi
Wisata edukasi adalah suatu
program dimana pengunjungdalam
kegiatan wisata melakukan perjalanan
wisata pada kawasan wisata dengan
tujuan mendapatkan pengalaman belajar
secara langsung yang terkait dengan
kawasan wisata yang dikunjungi
(Soepardi et al., 2014). Kejenuhan dan
stagnannya pendidikan di dalam
ruangan juga merupakan pendorong
berkembangnya konsep wisata edukasi.
Wisata edukasi merupakan konsep
wisata yang bernilai positif dan
mengarah pada konsep edutainment,
yaitu belajar dengan disertai kegiatan
yang menyenangkan.
Tujuan utama wisata edukasi
adalah memberikan kepuasan yang
maksimal sekaligus pengetahuan baru
kepada pengunjung yang datang dan
dapat dipadukan dengan berbagai hal
lainnya dan melayani berbagai
kepentingan wisatawan, seperti:
memuaskan rasa keingintahuan
mengenai orang lain, bahasa dan budaya
mereka, merangsang minat terhadap
seni, musik, arsitektur atau cerita rakyat,
empati terhadap lingkungan alam,
lanskap, flora dan fauna, atau
memperdalam daya tarik warisan
budaya maupun tempat-tempat
bersejarah. Semakin berkembangnya
wisata edukasi dan tambah popular
seiring dengan perkembangan informasi,
teknologi serta konektifitas antar
wilayah satu dengan lainnya. Salah satu
daerah yang menjadi alternatif bagi
pengunjung yang penat akan hiruk pikuk
kehidupan perkotaan serta penurunan
kualitas lingkungan kota, adalah
pariwisata pedesaan atau yang biasa
disebut dengan desa wisata.
Gambar 2. Model Wisata Edukasi
Sumber: Jafari & Ritchie dalam
Khadijah, et al (2020)
Integrasi mata pelajaran di dunia
pendidikan sangat penting dilakukan
guna studi pariwisata, sebagai contoh
mata pelajaran sejarah dan geografi
membantu dalam pemahaman
perkembangan sumber daya historis
dan geografis daerah tujuan wisata.
Keterkaitan beberapa mata pelajaran
akademis dengan studi pariwisata
dapat dilihat pada model diatas Gambar
2.
Jafari dan Ritchie dalam
Khadijah, et al (2020), aktivitas
pariwisata edukasi meliputi konferensi,
penelitian, pertukaran pelajar nasional
Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah
(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)
38
dan internasional kunjungan sekolah,
sekolah bahasa, dan wisata edukasi,
yang diorganisasi baik secara formal
maupun nonformal, dengan tujuan
wisata alam maupun buatan .
Tujuan utama wisata edukasi
yaitu pendidikan dan penelitian,
sehingga sekolah atau perguruan
tinggi dan situs sejarah menjadi
destinasi. Dalam konteks
Pengembangan Museum, maka
wisata edukasi yang dimaksud dapat
berupa pengenalan sejarah
pendidikan dan hal-hal yang
berhubungan dengan Pendidikan
seperti tokoh-tokoh yang
berperan dalam Pendidikan yang
berhubungan dengan pendidikan
yang ada di Indonesia.
Pengelola destinasi mempunyai
peranan penting dalam mendesain
atraksi wisata sebagai hasil dari
inisiatif dan kreativitas, sebagai
elemen penting dalam strategi
pengembangan produk parwisata.
Homestay
Homestay adalah tempat
penginapan atau peristirahatan
sementara yang akan digunakan bagi
para wisatawan yang berlibur ke suatu
kawasan wisata. Homestayjuga
merupakan salah satu akomodasi yang
saat ini semakin menarik wisatawan
asing maupun domestik (Sembiring et
al,. 2020).
Produk Homestay dapat berupa
bangunan rumah tinggal dengan
maksimum 5 kamar dan dihuni oleh
pemiliknya merupakan suatu rumah
tinggal yang sebagian kamarnya dapat
disewakan untuk wisatawan maupun
pengunjungnya yang juga merupakan
suatu wadah yang dapat berupa unit
hunian sebagai pendukung bagi kawasan
atupun komplek sekitar wisata yang
berbentuk pondok penginapan.
Dewi et al., (2017) menjelaskan
bahwa Homestay merupakan rumah
tinggal keluarga yang sebagian
kamarnya disewakan kepada tamu,
namun pengunjungyang menginap akan
tinggal untuk jangka waktu lama.
Homestay sering diikuti oleh pelajar
asing dengan tujuan untuk mempelajari
kebudayaan setempat. Pengembangan
Homestay merupakan salah satu dari
tiga program prioritas Kementrian
Pariwisata, yaitu Go Digital, Homestay
dan Air Connectivity.
Homestay menjadi fasilitas
penginapan para pengunjung yang
berkunjung, dimana pengunjung
membaur dengan masyarakat setempat
tinggal satu atap dan merasakan adat
istiadat masyarakat setempat
(Aminudin, 2015) selain menjadi
akomodasi yang ditawarkan, Homestay
juga menjadi peluang usaha baru bagi
warga setempat. Homestay juga
merupakan salah satu usaha pariwisata
yang dikelola oleh masyarakat di
destinasi pariwisata, khususnya di desa
wisata. Dengan adanya Homestay,
pengunjung akan dapat melakukan
kegiatan dan mendapatkan pengalaman
baru.
Kegiatan yang dilakukan untuk
menambah pengalaman baru ini dapat
dapat dilakukan dengan kegiatan
edukasi yang dipersiapkan oleh
pengelolanya. Kegiatan yang
memberikan edukasi kepada pengunjung
dikategorikan sebagai wisata edukasi.
Kegiatan pariwisata dalam bentuk
wisata edukasi bukanlah suatu hal yang
baru. Perkembangan dengan berbagai
nama bentuk kegiatan kemudian ke
model wisata dalam bentuk perjalanan
yang disertai dengan kerja sukarela
(voluntourism).
Homestay juga merupakan salah
satu akomodasi dalam wisata edukasi
sebagai fasilitas edukasi dengan
menekankan proses edukasi hingga
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021
39
proses psikomotorik dimana pengunjung
dapat lebih memahami, mengetahui dan
mendapatkan pengetahuan edukasi dari
tempat yang ditinggalinya. Homestay
yang dikelola oleh masyarakat dapat
menjadi manfaat penting bagi
pemerintah daerah dalam meningkatkan
perekonomian daerah, dan secara tidak
langsung akan memopulerkan destinasi
baru dengan sumber pendapatan baru
bagi masyarakat desa (Bhan, 2014).
Homestay para tamu yang
menginap mendapatkan kesempatan
untuk meluangkan waktu bersama
keluarganya maupun Bersama keluarga
tuan rumah dalam menikmati adat
istiadat, nilai, budaya serta kehidupan
masyarakat perdesaan (Devkota, 2010).
Untuk menyampaikan informasi terkait
sejarah desa, cerita menarik dan unik
tentang alam, hasil bumi, sejarah desa,
baik dalam bentuk alam maupun buatan
dapat dikemas dalam bentuk wisata
edukasi atau wisata pendidikan. Hal
inilah menjadi bagian penting yang
harus terus dikembangkan dalam
pengelolaan Homestay dalam desa
wisata agar selalu menarik untuk
dikunjungi. Daerah yang terkenal di Bali
yang dapat dijadikan sebagai rujukan
untuk mengetahui kombinasi wisata
perdesaan dengan Homestay yang
dipadukan dengan wisata pendidikan,
dapat dilihat di wilayah Ubud, Gianyar
yang sudah terkenal di dunia.
Dalam upaya untuk terus
meningkatkan usaha jasa akomodasi
dalam bentuk Homestay, permintaan
produk Homestay banyak dipengaruhi
oleh permintaan pengunjung. Homestay
dinyatakan sebagai alat untuk
memerangi kemiskinan di wilayah
perdesaan. Integrasi produk Homestay
dengan lingkungan perdesaan dengan
aktivitas yang dilakukan seperti
memasak, belajar menari, belajar
melukis, belajar musik daerah, wisata
budaya, trekking, wisata agro, wisata
spiritual, wisata kesehatan, wisata
petualangan, wisata lingkungan
(ekowisata); dapat menjadi kemasan
menarik wisata perdesaan yang
memiliki Homestay. Homestay juga
disebut sebagai sumber yang baik dalam
menghasilkan mata uang asing di
perdesaan. Perputaran uang dapat
mengurangi kesenjangan dalam neraca
pembayaran. Pemerintah mendapatkan
sumber pendapatan pajak, mendapatkan
manfaat untuk membantu pertumbuhan
ekonomi bangsa, dan turut mencipatkan
lapangan pekerjaan baru. Produk
Homestay dapat menjadi produk baru
bagi desa dan menjadi sumber
tumbuhnya produk baru lainnya, seperti
industri kerajinan, industri peternakan,
produk pertanian dan perkebunan .
Persepsi
Setiap manusia memiliki sebuah
persepsi terhadap seseorang atau
terhadap suatu hal. Munculnya persepsi
dimulai dari pengamatan yang sudah
melalui proses hubungan melihat,
mendengar, menyentuh, merasakan dan
menerima sesuatu hal yang kemudian
melakukan seleksi, organisasi dan
menginterpretasikan informasi yang
diterimanya menjadi suatu gambaran
yang berarti. Terjadinya pengamatan ini
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu
dan sikap seseorang dari individu.
Mustika dan Desafitri (2019)
menjelaskan bahwa Persepsi dapat
diekspresikan melalui berbagai perasaan
dan pikiran yang apabila terjadi pada
manusia maka akan menciptakan
pengalaman yang berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya serta persepsi
merupakam suatu proses mental yang
menghasilkan bayangan individu
sehingga dapat mengenal suatu objek
dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan
tertentu baik secara indera
perabaan,indera penglihatan dan
Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah
(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)
40
sebagainya sehingga bayangan itu dapat
disadari oleh individu tersebut.
Persepsi adalah penglihatan,
bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu (Taviprawati, 2020). Robbins
(2012) meyatakan bahwa persepsi dapat
dipengaruhi oleh:
1. Attitudes seperti dua individu
melihat objek yang sama akan tetapi
mengartikan atau menafsirkan
sesuatu yang dilihat itu berbeda
antara individu satu dengan yang
lainnya.
2. Motives yaitu motif yang salah
satunya adalah rasa tidak terpuaskan
yang mendorong individu dan
mungkin memiliki pengaruh yang
kuat terhadap persepsi mereka.
3. Interests adalah fokus dari perhatian
seperti dipengaruhi oleh minatnya
karena minat seseorang berbeda satu
dengan yang lain, apa yang
diperhatikan oleh seseorang dalam
suatu situasi bisa berbeda satu
dengan yang lain. Apa yang
diperhatikan seseorang dalam suatu
situasi bisa berbeda dari apa yang
dirasakan oleh orang lainnya.
4. Experiences merupakan fokus dari
karakter individu yang berhubungan
dengan pengalaman masa lalu
seperti minat atau interest individu.
Seseorang individu merasakan
pengalaman masa lalu pada sesuatu
yang individu tersebut hubungkan
dengan hal yang terjadi sekarang.
5. Expectations dimana ekspektasi bisa
mengubah persepsi individu dimana
individu tersebut bisa melihat apa
yang mereka harapkan dari apa yang
terjadi sekarang
6. Novelty yaitu biasanya adalah objek
yang akan dipersepsikan merupakan
perihal yang benar-benar baru.
7. Background adalah sesuatu hal yang
melatar belakangi pembentuk
persepsi tersebut.
8. Size & Proximiy adalah ukuran dari
bentuk persepsikan dan kedekatan
persepsi dengan objek lain yang
dapat membentuk persepsi yang
hampir sama.
Persepsi merupakan wujud
pribadi bagaimana seseorang
memandang dunia yang diwarnai oleh
berbagai elemen sosiokultural. Orang
dalam budaya yang berbeda memiliki
persepsi yang sangat berbeda tentang
diri dan orang lain. Perbedaan ini dapat
dilihat saat membandingkan dua budaya
yang berbeda. Sifat pengalaman
individu juga dapat dipengaruhi ketika
dua budaya bertemu.
Serta Persepsi objek dalam dunia
visual dipengaruhi oleh fitur-fitur seperti
bentuk dan warna serta makna dan
hubungan semantik di antara mereka
(Hwang et al., 2011).
Konsep persepsi memainkan
peran baik dalam teori kisaran
menengah deskriptif dan penjelas.
Dalam penelitian kualitatif
menggunakan fenomenologi, cara unik
individu dalam melihat fenomena
dieksplorasi. Metodologi ini dapat
menggunakan pendekatan deskriptif,
dimana penekanannya pada
mendeskripsikan esensi universal, atau
pendekatan interpretatif (eksplanatori),
menekankan pada pemahaman
fenomena dalam konteks.
Guru atau Dosen
Berdasarkan Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, undang-undang
nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menyebutkan
bahwa guru adalah pendidik profesional.
Seorang guru atau pendidik profesional
harus memiliki kualifikasi akademik
minimum sarjana (S1) atau diploma
empat (D4), menguasai kompetensi
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021
41
pedagogik, profesional, sosial, dan
kepribadian, memiliki sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional
serta pada pasal 10 ayat (1) menyatakan
bahwa “Kompetensi guru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi” Standar
kompetensi guru mencakup kompetensi
inti guru yang dikembangkan menjadi
kompetensi guru PAUD/TK/RA, guru
kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran
pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode
Dalam melakukan sebuah
penelitian yang pertama kali
diperhatikan adalah objek penelitian
yang akan diteliti. Dimana objek
penelitian tersebut terdapat masalah
yang akan dijadikan bahan penelitian
untuk dicari pemecahannya. Sekaran
dan Bougie (2017) menyatakan bahwa
objek penelitian adalah sebagai Suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan jenis data dan cara
pengolahannya, penelitian ini termasuk
ke dalam jenis penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif menurut Sekaran
dan Bougie (2017) adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, dilakukan terhadap
populasi atau sampel tertentu yang
representatif, proses pengumpulan
datanya menggunakan instrument
penelitian, dan analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan
dan dilakukan dengan pendekatan
deskriptif yang pada pengumpulan
datanya dengan menyebarkan
kuesioner dengan kuota sampling yang
terdiri atas dua bagian. Pada unit analisis
penelitian terdapat 100 guru dan dosen
dosen sekitar Bintaro, Jakarta Selatan.
Penelitian ini menggunakan metode
analisis deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.
Sekaran dan Bougie (2017)
menjabarkan bahwa metode desktiptif
yaitu suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu pemikiran, ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang.
Populasi dan Sampel Penelitian
Bungin (2013) populasi
penelitian merupakan keseluruhan
(universum) dari objek penelitian yang
dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan, udara, gejala, peristiwa,
sikap hidup, dan sebagainya, sehingga
objek-objek ini dapat menjadi sumber
data penelitian. Sekaran dan Bougie
(2017) menjelaskan bahwa sampel
adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sekaran dan Bougie (2017)
berpendapat bahwa sampel adalah
sebagian dari populasi. Analisis data
yang dilakukan meliputi uji validitas dan
reliabilitas, serta analisis deskriptif
dengan software SPSS 25 for Windows.
Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah
(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)
42
Tabel 1 . Daftar Objek, Populasi dan
Sampel Penelitian No Nama Sekolah Jumlah
Sampel
1 SMPN 177 Jakarta 10
2 SMP Tirtayasa 10
3 SMPN 87 Jakarta 10
4 SMPN 178 Jakarta 10
5 SMKN 43 Jakarta 10
6 SMK Islam Al Ihsan 10
7 SMAN 47 Jakarta 10
8 Universitas Moestopo 10
9 STT IKAT 10
10 STP Trisakti 10
Sumber: Peneliti (2020)
Deskripsi Responden
Profil responden dibagi menjadi
4 kriteria yaitu jenis kelamin, profesi,
sekolah dan mengetahui Homestay dari
mana.
Tabel 2. Jenis Kelamin Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Laki-laki
56
56
56
56
Perempuan 44 44 44 100
Total 100 100 100
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25 (2020)
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat
diketahui bahwa responden yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 56
orang dengan persentase sebesar 56 %
sedangkan untuk responden yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak
44 orang dengan persentase sebesar 44
%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa jumlah responden laki-laki lebih
dominan dibandingkan dengan jumlah
responden perempuan.
Tabel 3. Profesi Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Guru
SMP
40
30
30
30
Guru
SMA
/SMK
30
30
30
60
Dosen 30 36 36 100
Total 100 100 100
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25 (2020)
Dari tabel 3 di atas dapat
diketahui bahwa responden yang
berprofesi sebagai guru SMP adalah
sebanyak 40 orang atau 40 %, responden
yang berprofesi sebagai guru
SMA/SMK adalah sebanyak 30 orang
atau 30 % dan responden yang
berprofesi sebagai dosen adalah
sebanyak 30 orang atau 30 %.
Berdasarkan atas hasil tersebut diatas
disimpulkan bahwa mayoritas responden
adalah yang berprofesi sebagai guru
SMP yaitu sebesar 40 %.
Tabel 4. Sekolah Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Valid
SMP
40
30
30
30
SMA /SMK
30 30 30 60
Perguruan
Tinggi
30 36 36 100
Total
100 100 100
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25 (2020)
Dari tabel 4 diatas dapat
diketahui bahwa responden yang
mengajar di sekolah SMP adalah
sebanyak 40 orang atau 40 %, responden
yang mengajar di sekolah SMA/SMK
adalah sebanyak 30 orang atau 30 % dan
responden yang mengajar di perguruan
tinggi adalah sebanyak 30 orang. Hal ini
menandakan bahwa mayoritas
responden adalah yang mengajar di
SMP yaitu sebanyak 40 orang atau 40
%.
Tabel 5. Mengetahui Homestay dari Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Keluarga
26
26
26
26
Teman 22 22 22 48
Media Sosial
52
52
52
100
Total
100 100 100
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25 (2020)
Dari tabel 5 diatas dapat
diketahui bahwa responden yang
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021
43
mengetahui Homestay dari keluarga
adalah sebanyak 26 orang atau 26 %,
responden yang mengetahui Homestay
dari teman adalah sebanyak 22 orang
atau 22 % dan responden yang
mengetahui Homestay dari media sosial
adalah sebanyak 52 orang atau 52%. Hal
ini menandakan bahwa mayoritas
responden mengetahui Homestay dari
media sosial yaitu sebanyak 52 orang
atau 52 %.
Nilai Rata-rata ( Mean ) Setiap
Dimensi Variabel Persepsi
Setelah menghitung frekuensi
masing-masing dimensi sesuai hasil
kuesioner yang telah dibagikan berikut
merupakan hasil dari perhitungan nilai
rata-rata setiap dimensinya dengan
tujuan untuk mengetahui nilai rata-rata
terbesar yang paling mempengaruhi
Variabel Persepsi.
Tabel 6. Mean Variabel Persepsi Statistic
X.1 X.2 X.3 X.4 X.5
Valid 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0
Mean 3.30 3.65 3.39 3.59 3.33
Statistic
X.6 X.7 X.8 X.9 X.10
Valid 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0
Mean 3.31 3.33 3.47 3.34 3.34
Statistic
X.11 X.12 X.14 X.15 X.16
Valid 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0
Mean 3.28 3.54 3.28 3.40 3.20
Total
X
Valid 100
Missing 0
Mean 54.18
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25
(2020)
Berdasarkan tabel 6 diatas total
Mean variabel Persepsi (X) adalah
sebesar 54.18 dengan nilai mean
terbesar yaitu sebesar 3.65 yang
merupakan bagian dari dimensi Motif
(motives) dengan indikator pernyataan
X.2 (Saya menyukai dan memilih
Homestay karena harganya relatif
lebih murah dalam melakukan
wisata edukasi) dan nilai mean
terendah yaitu sebesar 3.20 yang
merupakan bagian dari dimensi Ukuran
(size) dengan indikator pernyataan
X.16 (Homestay dapat menampung
banyak siswa/i atau mahasiswa/i ).
Berdasarkan dari hasil
pembahasan diatas, dapat dilihat pada
table 5 Total Mean, bahwa nilai mean
yang terbesar ada pada pernyataan saya
menyukai dan memilih homestay untuk
wisata edukasi sekolah, itu artinya
menandakan bahwa para responden,
yaitu Guru dan dosen bersedia memilih
Homestay sebagai tempat menginap
bersama para anak didiknya pada saat
melakukan wisata edukasi, berdasarkan
hasil wawancara dengan beberapa
Dosen dan Guru, dari beberapa sekolah
dan perguruan tinggi yang penulis
kunjungi, mereka sudah beeberapa kali
melakukan wisata edukasi dengan
menggunakan Homestay sebagai tempat
untuk menginap, karena Homestay
merupakan tempat inap yang relatif
terjangkau, dapat berinteraksi dengan
pemiliknya dan tentunya para siswa
labih menyukai untuk tidur beramai-
ramai (sekitar 5-6 orang) dalam di
Homestay tersebut dan tidak semua
Homestay yang dapat menampung
mahasiswa atau siswa dalam jumlah
banyak, hal tersebut dapat dilihat, pada
tabel 5 ada pernyataan dengan nilai
mean terendah, yaitu Homestay
menampung banyak siswa atau
mahasiswa, hal ini, kemungkinan
Homestay yang dipakai, hanya memiliki
1 (satu) kamar saja untuk disewakan
atau dipakai untuk menginap.
Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah
(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)
44
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan mengenai Persepsi Guru
dan Dosen tentang Homestay Dalam
Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi
Sekolah dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan demografi responden:
a) Statistik deskriptif profil jenis
kelamin responden jumlah
responden laki-laki lebih
dominan dibandingkan dengan
jumlah responden perempuan
dengan jumlah responden laki-
laki sebanyak 56 orang dengan
persentase sebesar 56%
sedangkan untuk responden yang
berjenis kelamin perempuan
sebanyak 44 orang dengan
persentase sebesar 44%.
b) Statistik deskriptif profil profesi
responden mayoritas responden
adalah yang berprofesi
sebagaiGuru SMP yaitu
sebanyak 40 orang atau 40%
kemudian diikuti responden
yang berprofesi sebagai guru
SMA/SMK adalah sebanyak 30
orang atau 30% dan yang
berprofesi sebagai Dosen adalah
sebanyak 30 orang atau 30%.
c) Statistik deskriptif profil sekolah
mayoritas responden adalah yang
mengajar di SMP sebanyak 40
orang atau 40% kemudian
diikuti responden yang mengajar
di sekolah SMA/SMK adalah
sebanyak 30 orang atau 30% dan
responden yang mengajar di
sekolah Tinggi atau Universitas
adalah sebanyak 30 orang atau
30 %.
d) Statistik deskriptif profil
mengetahui Homestay dari mana
responden mengetahui tentang
Homestay, mayoritas responden
mengetahui Homestay dari
media sosial yaitu sebanyak 52
orang atau 52% diikuti dari
keluarga adalah sebanyak 26
orang atau 26%, responden yang
mengetahui Homestay dari
teman adalah sebanyak 22 orang
atau 22%.
2. Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai
rata-rata (mean) variabel persepsi
(X) total mean variabel persepsi (X)
adalah sebesar 54.18 dengan nilai
mean terbesar yaitu sebesar 3.65
yang merupakan bagian dari dimensi
motif (motives) dengan indikator
pernyataan X.2 (Saya menyukai dan
memilih Homestay karena harganya
yang relatif murah untuk wisata
edukasi sekolah).
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas
ini maka saran dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Berdasarkan atas nilai mean
terendah yaitu sebesar 3.20 yang
merupakan bagian dari dimensi
ukuran (size) dengan indikator
pernyataan X.16 (Homestay dapat
menampung banyak siswa/i atau
mahasiswa/i) disarankan bagi
pemilik usaha Homestay agar dapat
menyewa kamarnya lebih dari 1
(satu), sehingga lebih banyak
menampung siswa/i atau
mahasiswa/i yang akan menginap.
2. Untuk para guru dan dosen agar
tetap tetap memilih Homestay
sebagai tempat inap para mahasiswa
atau siswanya untuk kegiatan
edukasi, sehingga hal ini dapat
membantu program pemerintah
untuk meningkatkan perekonomian
warga lokal di suatu desa wisata.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih sebesar-besarnya
kami ucapkan kepada Kemenristek-
BRIN yang telah memberikan
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 26 No. 1 Maret 2021
45
kesempatan tim peneliti untuk
melakukan penelitian ini. Penelitian ini
merupakan luaran wajib dari Hibah
Penelitian Dosen Pemula tahun
2020.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, A. R. (2015). Pelaksanaan
Pengelolaan Homestay di Desa
Lubuk Kembang Bunga Kawasan
Ekowisata Tesso Nilo Kabupaten
Pelalawan Propinsi Riau. Jurnal
Jom Fisip, 2 (2): 1-13.
Badarab, F., Trihayuningtyas, E., &
Suryadana. M. L. (2017) Strategi
Pengembangan Destinasi Pariwisata
di Kepulauan Togean Provinsi
Sulawesi Tengah. Tourism and
Hospitality Essentials (THE), 7 (2):
97-112.
Dewi, N. P. A. P. D., Paramadhyaksa, I.
N.W., & Prajnawrdhi, T.A. (2017).
Konsep Tata Kelola Homestay di
Desa Wisata Pinge Kabupaten
Tabanan. Seminar Nasional
Arsitektur dan Tata Ruang
(SAMARTA), Bali.
Badan Pusat Statistik. (2020).
Perkembangan Pariwisata Tahun
2019. Diakses pada tanggal 12
Maret 2020, dari
https://www.bps.go.id/subject/16/pa
riwisata.html.
Bhan, S. (2014). Homestay Tourism in
India: Opportunities and
Challenges. African Journal of
Hospitality, Tourism and Leisure, 3
(2): 1-8.
Hadiwijoyo, S. S. (2012). Perencanaan
Pariwisata Perdesaan Berbasis
Masyarakat (Sebuah Pendekatan
Konsep). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Heryati, Y. (2019). Potensi
Pengembangan Obyek Wisata
Pantai Tapandullu Di Kabupaten
Mamuju. Growth Jurnal Ilmiah
Ekonomi Pembangunan, 1 (1): 56-
74.
Soepardi, H., Ernawati, A., &
Laksmitasari, R. (2014).
Revitalisasi Taman Wisata Sangraja
menjadi Pusat Wisata Edukasi dan
Budaya di Majalengka. Prosiding
Temu Ilmiah IPLBI. 1-6.
Hwang, A. D., Wang, H., & Pomplun,
M. (2011). Semantic guidance of
eye movements in real world
scenes. Vision Research, 51 (10):
1192-1205.
Khadijah, U. L. S., Novianti, E., &
Khoerunnisa. (2020). Komunikasi
Multikultur Dalam Konteks
Pariwisata. Bandung: Unpad Press.
Mustika, A., & RatuBilqis, L.D. (2019).
Persepsi Siswa Terhadap Minat
Kuliah di Perguruan Tinggi
Pariwisata. Mpu Procuratio, 1 (1):
68-73.
Robbins, S. (2012) . Perilaku
organisasi. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2017).
Metode Penelitian Untuk Bisnis:
Pendekatan Pengembangan-
Keahlian. Jakarta: Salemba Empat.
Sembiring, V. A., Taviprawati, E., &
Darsiah, A. (2020). Pengaruh
Fasilitas Terhadap Keputusan
Menginap di Homestay Desa
Cipasung, Kuningan. Pengaruh
Fasilitas Terhadap Keputusan
Menginap di Homestay Desa
Cipasung, Kuningan. Jurnal Ilmiah
Pariwisata, 25 (5): 26-39.
Taviprawati, E., Sembiring, V. A., &
Tarigan, E. (2020). Pengaruh
Persepsi Pembelajaran
Housekeeping Terhadap Pemilihan
Karir Bagi Siswa SMKN 3
Bogor. Jurnal Ilmiah
Pariwisata, 25 (3): 215-222.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Persepsi Guru dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah
(Linda Desafitri RB, Irfal dan Amalia Mustika)
46
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005
pasal 10 ayat 1 tentang Guru dan
Dosen.
Undang-undang No.10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan.
Utomo, S. J., & Satriawan, B. (2017).
Strategi Pengembangan Wisata di
Kecamatan Karangploso Kabupaten
Malang. Neo-Bis, 11 (2): 142-153.
Winarto. (2016). Pengembangan Model
Wisata Pendidikan Berbasis
Kearifan Lokal dengan Pendekatan
Saintifik di Brebes Selatan Sebagai
Alternatif Model Belajar Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Dialektika
Jurusan PGSD 6 (2): 32-47.