Upload
dodung
View
251
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERSEPSI DAN PERILAKU KONSUMEN DI GLADAG LANGEN
BOGAN SOLO
(Studi Eksplorasi Mengenai Persepsi dan Perilaku Konsumen Serta Faktor-
Faktor Penarik Konsumen Supaya Datang Ke Galabo)
Disusun oleh :
R. Pamungkas Paring Adi
D.0303049
JURUSAN ILMU SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul Persepsi dan Perilaku Konsumen di Gladag Langen Bogan
Solo
(Studi Eksplorasi Mengenai Persepsi dan Perilaku Konsumen Serta Faktor-Faktor
Penarik Konsumen Supaya Datang Ke Galabo)
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi dan siap diuji oleh Dewan
Penguji Skripsi
Pada jurusan Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari : Selasa
Tanggal : 26 Januari 2010
Pembimbing Skripsi
Dr. Mahendra Wijaya, MS
NIP. 19600723 198702 1 001
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan oleh Tim Penguji Skripi
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari : Kamis
Tanggal : 22 April 2010
Tim Penguji
1. Ketua : Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si (…………………….) (NIP: 19631014 198803 2 001)
2. Sekertaris : Eva Agustinawati, S.Sos, M. Si (…………………….) (NIP: 19700813 199512 2 001)
3. Penguji : Dr. Mahendra Wijaya, MS (…………………….) (NIP: 19600723 198702 1 001)
Mengetahui,
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Drs. H. Supriyadi SN, SU NIP. 19530128 198103 1 001
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
MOTTO
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Tuhan
dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”
(Filipi 4 : 6)
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia
yang memberi kekuatan kepadaku”
(Filipi 4 : 13)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Papi, Mami, dan Saudara-saudaraku terkasih
Mbak Ima, Mas Tanu, dan Mbak Sukmi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas segala kemurahan dan limpahan berkat dan kasih dari
Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Kuasa, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul Perilaku Konsumen di Gladag Langen Bogan Solo
(Studi Eksplorasi Mengenai Perilaku Pengunjung yang Menjadikan Gladag
Langen Bogan Sebagai Tempat Melakukan Kegiatan Selain Sebagai Tempat
Untuk Makan)
Penulis sangat menyadari karya yang sederhana ini tidak dapat tercipta
tanpa campur tangan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. H. Supriyadi, SN, SU selaku Dekan FISIP UNS
2. Dr. Mahendra Wijaya, MS selaku dosen pembimbing yang telah dengan
sabar memberikan motivasi, saran, semangat, dan kritikan yang
membangun.
3. Drs. TH. A Gutama selaku pembimbing akademik yang telah memberi
pacuan selama saya menjadi mahasiswa.
4. Pihak pengelola Galabo atas kemurahan hati dalam memberikan
keleluasaan informasi bagi skripsi ini.
5. Seluruh nara sumber, terima kasih atas bantuannya.
6. Keluargaku terkasih yang selalu memberikan doa, semangat, kepercayaan
dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Putri “utie” Ratnasafitri dan keluarga, yang tidak pernah berhenti
memberikan semangat dan dorongan. “best man never end”
8. Adikku terkasih, “kembo” yang selalu memberi semangat dan kesetiaan
yang luar biasa.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
9. Saudara Pengurus dan anggota Purna Paskibraka Indonesia, Rika, Trican,
Rizal, Danan, Safira, Bachles, Deanita, Ika, Hage, Ajeng, Rina, Bunga,
dan yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu,terima kasih atas ijin
yang kalian beri, semangat, kecrohan yang memacu dan dorongan yang
kalian berikan kepada saya.
10. Sobat seperjuanganku, Simbah, Anindito Kopet, Imam, Udin, Gempil atas
peluh dan semangat kalian.
11. Teman-teman angkatan 2002, angkatan 2003.
12. Mbak Rahma, Astrid Chandra, mas Galih, Mbak Tery Dikpora, dan semua
seniorku yang selalu mengingatkan aku untuk menyelesaikan kuliah.
13. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi
ini.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat meberi manfaat yang
berarti bagi pembaca.
Surakarta, April 2010
Penulis
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL..............................................................................................................i
PERSETUJUAN ii
PENGESAHAN iii
MOTTO iv
PERSEMBAHAN v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR SKEMA xii
ABSTRAK xiii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 14
C. Tujuan Penelitian 14
D. Manfaat Penelitian 14
E. Studi Yang Terdahulu 15
F. Kerangka Pemikiran dan Tinjauan Pustaka 18
G. Definisi Konseptual 25
H. Metodologi Penelitian……………………………………………… 30
BAB II. DESKRIPSI LOKASI……………………………………………… 40
A. Sejarah Berdirinya Galabo…………………………………………… 40
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
B. Batas Gladag Langen Bogan……………………………………….... 43
C. Macam dan ragam makanan yang terdapat di Galabo......................... 46
D. Daftar Nama Penjual………………………………….... 47
E. Fasilitas Yang Terdapat Di Gladag Langen Bogan...............................49
1. Fasilitas Untuk Pedagang……………………………….……….49
2. Fasilitas Untuk Konsumen……………….………………….. 52
F. Peraturan yang Ada Di Gladag Langen Bogan..................................... 54
G. Kebijakan Yang Ada Di Gladag Langen Bogan................................... 58
H. Pihak-Pihak Yang Terkait Dengan Gladag Langen Bogan Solo
Dan Perannya……………………………… 62
BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISA DATA………………………….. 66
A. Penyajian Data……………………………………………………… 66
1. Profil Informan……………………………………………… 66
2. Persepsi pedagang tentang Galabo………………………… 68
3. Persepsi Konsumen Terhadap Gladag Langen Bogan Solo..... 75
4. Perilaku Konsumen Gladag Langen Bogan Solo..................... 85
5. Faktor Penarik……………………………………………… 91
B. Analisa Data……………………………………………………... ….108
1. Persepsi dan Perilaku Konsumen Konsumen Galabo
Dilihat Dari Trend Gaya Hidup…………………………….....116
2. Trend Gaya Hidup Warga Solo Dalam Memanfaatkan
Waktu Luang Di Galabo……………………………………….121
BAB IV. PENUTUP………………………….………….. 124
A. Kesimpulan………………………………………………………....124
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
B. Saran……………………………………………………………...…125
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 128
LAMPIRAN
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR TABEL
TABEL
HALAMAN
Tabel 1.1.Tabel Prosentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha …...8
Tabel 1.2.Proses Persepsi………………………………………………….. 26
Tabel 2.1.Daftar Nama Penjual di Galabo......................................................... 47
Tabel 2.2.Daftar Barang Yang Disediakan Pengelola Untuk Pedagang.......... .50
Tabel 2.3 Fasilitas Dari Sponsor............................................................... 51
Tabel 3.1. Data Informan........................................................................... 67
Tabel 3.2. Perbandingan Budaya Massa, Budaya Tinggi, dan Budaya Rakya...120
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR SKEMA
SKEMA
HALAMAN
Bagan 1.1.Skema Kerangka Pemikiran Hubungan antar Variabel......................24
Bagan 1.2.Proses Analisa....................................................................................37
Matrik 3.1. Matrik Persepsi Konsumen Terhadap Galabo..................................84
Matrik 3.2.Matrik Perilaku Konsumen Di Galabo..............................................90
Matrik 3.3.Matrik Faktor-Faktor Penarik Konsumen.........................................106
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ABSTRAK
R. Pamungkas Paring Adi, Persepsi Dan Perilaku Konsumen Di Gladag
Langen Bogan Solo. Skripsi, Surakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010.
Gladag Langen Bogan (Galabo) merupakan satu-satunya tempat wisata yang sengaja dibangun dan khusus diperuntukan untuk menyajikan suguhan kuliner khas kota Solo. Sangat penting mengetahui bagaiman karakteristik masyarakat kota Solo terutama dalam hal kuliner, tentang bagaimana yang masyarakat inginkan, jika akan diadakan pembangunan tempat-tempat yang mempunyai konsep yang sama dengan Galabo. Tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap Galabo yang mana dengan mengetahui persepsi tersebut kita semua dapat mempelajari perilaku konsumen di Gladag Langen Bogan Solo. Selain itu tujuan yang kedua dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang menjadi penarik pengunjung untuk untuk datang ke Galabo.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksploratif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara yang mendalam dan observasi secara langsung. Informan adalah kepala pengelola Galabo, staf pengelola Galabo yang berhubungan langsung dengan pedagang, pedagang yang berjualan di Galabo, dan konsumen yang secara rutin datang ke Galabo. informan ini ditentukan berdasarkan purposive sample atau sample bertujuan dan maximum varation. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisa interaktif. Model interaktif ini terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data diuji melalui tringgulasi data. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan demikian:
Pertama, Persepsi dan perilaku konsumen di Galabo merupakan imbas dari budaya populer yang berkembang di kota Solo. Budaya massa ini telihat mulai dari cara berpakaian, cara berbicara, dan cara bertingkah serta berinteraksi dengan orang lain. Kedua, Trend orang Solo adalah memanfaatkan waktu senggang mereka dengan kegiatan bersantap. Kegiatan bersantap bukan lagi suatu aktivitas yang hanya sekedar pemenuhan kebutuhan primer saja, namun telah berkembang menjadi suatu trend dan lifestyle (gaya hidup) tertentu. Dari aktivitas bersantap, dapat pula berkembang menjadi media yang yang tepat untuk bertukar pikiran, aktivitas melobi suatu pekerjaan dan yang utama adalah untuk berinteraksi dan berekreasi. Dan trend yang berkembang tersebut dapat diamati melalui persepsi dan perilaku konsumen di Galabo. ketiga, Faktor-faktor yang menjadi penarik konsumen untuk memilih tempatwisata kuliner Gladag Langen Bogan Solo adalah: lokasi dari Galabo yang dinilai strategis, suasana lingkungan Galabo, harga makanan yang relatif terjangkau, pelayanan, pilihan makanan yang beragam, keamanan, serta kenyamanan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keragaman yang jarang ditemukan di negara-negara
lain, mulai dari keragaman suku bangsa, ras, agama yang terdapat di Indonesia
sangat bemacam-macam. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas
yang dimiliki yang membedakan antara daerah yang satu dengan daerah yang
lain, sebab keragaman yang dimiliki ini lebih mengacu pada pluralitas bangsa.
Berbagai keragaman yang ada tersebut memberikan gambaran yang jelas
bagaimana kompleksnya kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Meskipun
hidup dalam keragaman tersebut, masyarakat Indonesia sudah membiasakan
diri dengan kondisi yang ada, sebab jika kita semua menyadari dan merasakan
dengan seksama, Negara Indonesia di bangun dengan dasar perbedaan yang
disatukan, yakni dengan saling toleransi antar masyarakat yang memiliki
perbedaan. Hal ini tampak jelas pada semboyan bangsa yang berbunyi
“Bhinneka Tunggal Ika”, yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Jika tidak dapat mempertahankan sikap saling toleransi tersebut, maka niscaya
negara ini akan sangat dengan mudah pecah karena jika kita tilik dari segi
geografis, Indonesia tersusun atas ribuan pulau yang terbentang luas di
sepanjang katulistiwa.
1
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Negara Indonesia yang terletak di sepanjang garis katulistiwa memiliki
Iklim Tropis yang memungkinkan untuk mendapat sinar matahari dan curah
hujan yang cukup sepanjang tahun sehingga menjadikan Indonesia sebagai
negara yang maju dalam bidang agraris dengan sektor pertanian sebagai
komoditas utama pendapatan masyarakat, terutama masyarakat di daerah
pedesaan. Namun dengan banyaknya jumlah penduduk yang terdapat di
Indonesia menjadikan lahan yang seharusnya potensial sebagai lahan pertanian
berubah menjadi daerah pemukiman. Tingkat kepadatan penduduk yang terus
bertambah setiap tahunnya menjadikan permasalahan ini menjadi semakin
bertambah parah. Selain permasalahan tersebut, maraknya penebangan pohon
yang tanpa perencanaan dan hanya mementingkan kebutuhan segelintir pihak
menambah permasalahan yang ada. Dengan banyaknya penebangan liar, tanah
menjadi tidak subur dan menjadi tanah yang mati dan tidak lagi potensial
sebagai lahan pertanian.
Jumlah penduduk dalam masyarakat yang semakin bertambah setiap
tahun mengakibatkan hasil pertanian tidak lagi mampu untuk mencukupi
kebutuhan. Berbagai usaha dilakukan untuk mempertahankan hidup. Sejarah
suram mengenai kemiskinan yang selalu membayangi masyarakat desa di
Indonesia merupakan alasan yang kuat mengapa generasi yang lahir dari
masyarakat tersebut selalu berusaha mengubah keadaan dengan berbagai cara,
penduduk yang sedang tumbuh menekan keras pada sumber daya tanah yang
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
terbatas dalam keadaan teknologi yang konstan1. Adanya hubungan yang saling
membutuhkan pada masyarakat menimbulkan budaya yang pada jaman dahulu
di sebut dengan barter dilakukan sebagai usaha masyarakat guna memenuhi
kebutuhannya masing-masing. Dari proses barter yang panjang tersebut maka
tercipta hubungan yang tidak terpisahkan antara penjual dan pembeli, sebab
penjual membutuhkan orang lain sebagai konsumen untuk membeli barang
atau jasa yang dijual, dan pembeli juga membutuhkan penjual untuk memenuhi
kebutuhan yang dibutuhkan.
Kecenderungan masyarakat Indonesia sebagai konsumen mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Tingkat konsumtifitas masyarakat yang tinggi
menjadikan sektor perdagangan bertambah maju setiap harinya. Produk-produk
yang baru bermunculan setiap saat. Ragam dan macam-macam barang yang
ditawarkan pun juga beraneka ragam. Namun jika kita kaji lebih dalam, banyak
dari barang yang ditawarkan tersebut bukan merupakan barang untuk
memenuhi kebutuhan pokok lagi, namun merupakan barang untuk memenuhi
kebutuhan sekunder, bahkan tidak sedikit barang untuk memenuhi kebutuhan
tersier. Banyak barang yang sebenarnya kurang begitu berguna, namun karena
masyarakat terpengaruh oleh trend yang mengalir di masyarakat, maka barang-
barang tersebut tetap laris manis di pasaran. Perkembangan mentalitas
masyarakat yang mementingkan prestise daripada nilai dan kegunaan barang
1Yujiro Hayami dan Masao Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa; Suatu Pendekatan Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan Di Asia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hal : 244. Buku ini diterjemahkan oleh Zahara D. Noer dari buku aslinya yang berjudul : Asian Village Economy At The Crossroads; An Economic Approach To Institutional Change, karangan : Yujiro Hayami dan Masao Kikuchi, Penerbit : University of Tokyo Press, 1981.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
yang ditawarkan menjadikan semakin bertambah maraknya perdagangan.
Padahal sama-sama kita tahu bahwa kenyataan yang terdapat pada sebagian
besar masyarakat Indonesia bahwa hampir separuh lebih dari total populasi
masih berada pada garis kemiskinan. Namun kenyataan tersebut tampaknya
tidak menghambat masyarakat untuk terus berlomba mengkonsumsi barang-
barang tersebut.
Indonesia merupakan pangsa pasar yang potensial dalam perdagangan.
Dengan didukung oleh sikap konsumtifitas yang tinggi pada masyarakat, maka
negara-negara lain seakan-akan berlomba untuk menguasai pangsa pasar yang
ada di Indonesia. Arus globalisasi dan terciptanya pasar bebas semakin
menjadikan motivasi dari negara kuat untuk berusaha mendominasi negara-
negara dunia ketiga seperti Indonesia, terutama pada bidang perdagangan.
Negara-negara tersebut membawa pengaruh yang sangat besar pada sistem
perdagangan di Indonesia. Munculnya mall yang memberikan keleluasaan bagi
pengunjung yang datang untuk berbelanja atau sekedar berkeliling dan melihat-
lihat barang, memberikan pengaruh yang nyata pada perubahan perilaku
masyarakat, terutama generasi muda. Jika dahulu hanya ada pasar tradisional
sebagai tempat untuk berbelanja, sekarang masyarakat modern lebih memilih
untuk berbelanja di mall.
Dewasa ini, beberapa daerah di Indonesia mulai tampak berbenah diri.
Banyak pembangunan yang dilakukan, baik itu pembangunan secara fisik
seperti perbaikan fasilitas-fasilitas umum, maupun pembangunan non fisik
seperti pelestarian kebudayaan-kebudayaan yang terdapat pada daerah tersebut.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Selain itu penataan tata ruang dan tata letak kota yang dilakukan oleh berbagai
daerah juga gencar dilakukan oleh pemerintah dari masing-masing kota.
Seperti umum yang sekarang kita dengar, kita baca, dan kita lihat di berbagai
media, baik media cetak maupun media televisi banyak sekali penertiban
pedagang kaki lima atau yang sering kita sebut PKL dilakukan dengan harapan
terciptanya lahan dan ruang yang nyaman untuk mengembalikan fungsi lahan
yang seharusnya. Pasar tradisional yang selama ini selalu terkesan kotor dan
kumuh juga tidak luput dari sasaran pembangunan. Pemerintah kota seperti
berlomba untuk mengadakan pembangunan fisik pasar tradisional menjadi
pasar semi tradisional. Dikatakan pasar semi tradisional sebab secara fisik,
bangunan pasar dibangun dan diperbaharui sesuai dengan standar bangunan
yang telah diperbaharui juga, dengan tingkat kebersihan lingkungan dan
pengaturan letak kios yang ditata dengan rapi. Namun demikian, macam dan
ragam dagangan yang ada tidak berubah, sesuai dengan sebelum diadakan
pembangunan. Pasar adalah mekanisme sosial dimana sumber-sumber daya
ekonomi dialokasikan dan pasar dengan demikian merupakan kontruksi sosial
(Berger, 1986: 63).
Demikian juga yang marak terjadi di Kota Solo. Penataan tata letak dan
tata ruang kota yang dilakukan dapat bersama-sama dirasakan. Relokasi pasar
dan pedagang kaki lima sangat gencar dilakukan oleh pemerintah kota Solo
dengan harapan yang besar untuk meningkatkan rasa nyaman bagi masyarakat
kota Solo pada khususnya dan perasaan aman kepada investor dari luar pada
khususnya. Relokasi pasar Klitikan dengan harapan untuk menertibkan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pedagang dan mengembalikan fungsi asli dari Monumen 45 sebagai taman kota
telah dilaksanakan. Relokasi Pasar Klithikan ini sendiri menuai pujian dari
berbagai pihak, baik dari masyarakat maupun dari pemerintah pusat.
Keberhasilan pemerintah kota Solo memindakan PKL tanpa kekerasan dan
tidak menimbulkn kekacauan seperti yang biasa kita baca di koran dan kita
lihat di televisi dijadikan proyek percontohan bagi kota-kota lain yang rata-rata
mempunyai permasalahan yag sama. Pembangunan di area Terminal Tirtonadi
juga gencar dilaksanakan. Para PKL dan aneka kios yang sebelumnya berjajar
dan berhimpitan di depan dan samping terminal juga telah berhasil direlokasi,
akibat dari relokasi ini adalah saluran-saluran air yang sebelumnya tertutup
oleh PKL yang mendirikan bangunan di atasnya menjadi dapat dapat
direnovasi. Penataan PKL dan renovasi yang dilaksanakan di terminal ini
mempunyai dampak yang sangat besar, sebab jika terminal yang digunakan
sebagai jalur transportasi telah lancar, maka secara langsung akses ke kota Solo
akan menjadi semakin mudah dan nyaman dan hal ini akan sangat
mempengaruhi wisatawan yang akan datang ke kota Solo melalui transportasi
darat. Pembangunan dan pemugaran secara total dari hampir semua pasar
tradisional yang ada di kota Solo menjadi pasar semi tradisional juga telah
dilakukan. Mulai dari pasar Gede, pasar Nusukan, pasar Kembang, pasar Legi,
dan pasar tradisional yang lainnya telah mengalami pemugaran dan
pembangunan yang sangat tampak dari segi tampilan bangunan pasar. Pasar
tradisional yang dahulu identik dengan situasi yang kumuh dan kotor sekarang
hampir tidak tampak lagi. Dengan harga rata-rata yang jauh lebih murah
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
daripada supermarket, bahan yang lebih fresh serta situasi yang kondusif
menjadikan pasar tradisional tidak lagi menjadi tempat yang tidak nyaman
didatangi untuk berbelanja. Kebijakan pemerintah kota Solo yang tidak
memperbolehkan penjual untuk berjualan di bahu jalan dan hanya boleh di
tempat atau kios yang telah disiapkan menjadikan lingkungan pasar menjadi
tertata rapi. Gang-gang di dalam pasar yang dulu tampak semrawut, sekarang
jarang ditemui lagi.
Kota Solo mempunyai Pasar Klewer yang merupakan pusat
perdagangan sandang dan konveksi terbesar dan terlama di Kota Solo, bahkan
Pasar Klewer merupakan Pasar yang berskala nasional yang menjadi salah satu
ikon kota. Omset dan perputaran uang yang ada di pasar Klewer tersebut pada
setiap harinya mencapai angka miliaran rupiah yaitu diperkirakan mencapai
angka Rp 7 miliar. Dapat dikatakan, sektor perdagangan adalah sektor
lapangan usaha yang terbesar di kota Solo. Sebutan kota perdagangan ini
merujuk pada struktur ekonomi kota Surakarta bertumpu pada sektor Industri
pengolahan, Perdagangan, Rumah Makan dan Hotel. Berikut ini merupakan
sajian data prosentase penduduk bekerja menurut lapangan usaha di Surakarta
tahun 2000 -2004 :2
2 Sumber : www. Surakarta.co.id
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 1.1
Prosentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha
No Sektor Lapangan Usaha Jumlah (%)
1. Pertanian, Kehutanan 0.86
2. Pertambangan 0,08
3. Industri Pengolahan 21,41
4. Listrik, Gas Dan Air 0,74
5. Bangunan 3,43
6. Perdagangan, Rumah Makan Dan Hotel 45,69
7. Angkutan, Pergudangan 5,38
8. Keuangan, Asuransi 1,19
9. Jasa-Jasa Lain 21,22
Jumlah 100
Dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwasanya sektor perdagangan,
rumah makan dan hotel merupakan sektor yang paling banyak digeluti yaitu
45, 69 %. Dengan karakteristik yang tampak dari jenis usahanya, maka Gladag
Langen Bogan termasuk dalam sektor perdagangan. Namun Galabo bukanlah
rumah makan, namun Galabo ,merupakan kumpulan dari cabang rumah makan
ataupun PKL yang ada di kota Solo. Dan salah satu usaha pemerintah kota Solo
agar Galabo dikenal oleh masyarakat luas adalah dengan pembangunan kota
Solo sebagai Kota Pertunjukan dan Kota Karnival. Hal ini tercantum dalam
buku Kitab Solo, yaitu buku yang berisi panduan pariwisata Kota Solo. Seperti
kita tahu, jika Kota Solo menjadi Kota pertunjukan dan Kota Karnival, maka
akan banyak wisatawan yang datang berkunjung ke Solo, baik wisatawan yang
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
berasal dari dalam negeri maupun wisatawan luar negeri, dan pada akhrnya
menuntut sektor perdagangan, kuliner, dan perhotelan dikembangkan menjadi
salah satu daya tarik kota sebagai penunjang dari harapan tersebut. Setelah
sukses menggelar sejumlah event berskala lokal dan internasional, Solo
membuat langkah maju untuk menggerakkan industri pariwisatanya dengan
menggelar Solo Night in Bali. Acara yang bertujuan mengajak pelaku industri
pariwisata Bali untuk ikut mempromosikan Solo ini digelar Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Pemerintah Kota Solo.3
Sebagai pusat perdagangan, di kota Solo terdapat sentra perdagangan
tekstil/pakaian (Pasar Klewer) dan batik yang sangat terkenal di Indonesia.
Selain itu terdapat pula banyak pasar modern (Supermarket) yang terpusat
diwilayah Singosaren, dan sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Jika kita menyusuri
sepanjang jalan Slamet Riyadi, kita akan melihat banyaknya toko, rumah
makan, dengan berbagai macam bentuk dan ragam.
Kita semua mengetahui bahwa perdagangan tidak dapat kita pandang
sebelah mata, apabila perdagangan dijalankan dengan sistem yang tepat dengan
didukung oleh penataan ruang yang nyaman, dengan keamanan yang terjamin
dan tata letak lokasi yang tepat serta pengemasan yang menarik disertai
promosi yang gencar, bukan tidak mungkin sektor perdagangan dapat menjadi
tulang punggung kota yang amat potensial.
3 Venue, Dalam artikel berjudul: “10 Kota wisata MICE di Dunia”. hal. 6
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Kota Solo terkenal sebagai kota yang tidak pernah tidur. Aktifitas yang
terjadi di Kota Solo mulai dari pagi hari, siang, sore, hingga malam hari hampir
tidak pernah berkurang, hanya pelaku kegiatan saja yang berubah, sehingga
julukan sebagai “Kota Hidup” telah melekat. Masyarakat Solo terkenal akan
kebiasasannya yang gemar berkumpul dan bercengkrama bersama-sama teman
untuk memanfaatkan waktu luang.
Masyarakat Solo adalah masyarakat yang gemar berkumpul di tempat-
tempat makan. Hal ini dapat kita lihat dari tidak pernah sepinya tempat-tempat
makan mulai dari tempat makan yang untuk kalangan menengah ke bawah
seperti Warteg, warung, Hik atau angkringan, hingga tempat makan untuk
kalangan menengah ke atas seperti kafe, lounge, restoran, fastfood, dan lain-
lain. Banyaknya penjual dan banyaknya pilihan yang tersedia juga tidak pernah
menyurutkan niat dan jumlah para pembeli dan hal ini dapat kita buktikan
dengan selalu ramainya pengunjung maupun pembeli yang memadati tempat
berjualan. Maka tidaklah mengherankan jika kota Solo terkenal akan
perdagangannya dan dapat dikatakan sektor perdagangan merupakan jantung
kota yang menggerakkan perekonomian di Kota Solo.
Kota Solo terletak di tengah Pulau Jawa. Hal tersebut berakibat Kota
Solo menjadi tidak potensial sebagai daerah tujuan wisata yang mengandung
unsur alam. Letak Kota Solo yang jauh dari pinggiran laut mengakibatkan tidak
mungkinnya Kota Solo mempunyai daerah pantai sebagai daerah tujuan wisata.
Begitu juga dengan daerah pegunungan. Kota Solo dikelilingi oleh kota-kota
yang mempunyai daerah pegunungan yang dapat dijadikan wisata alam, namun
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Kota Solo sendiri tidak memiliki daerah pegunungan sebagai daerah tempat
tujuan wisata. Sehingga kota Solo harus mengupayakan dan mengoptimalkan
daerah atau tempat-tempat yang potensial untuk menjadi daerah wisata.
Rupanya Pemerintah Kota Solo sangat menyadari hal tersebut. Banyak
pembangunan yang dilakukan mengarah pada pembangunan fasilitas budaya
yang menyeluruh meliputi seluruh wilayah kota. Pembangunan yang
berlangsung ditujukan untuk menciptakan suatu konsep kota yang mengarah
kepada tujuan kota Solo sebagai kota wisata budaya. Hal tersebut sangat
selaras dengan sebutan “Solo Kota Budaya”. Selain itu, pembangunan kota
Solo sendiri dilakukan untuk mewujudkan perkembangan masyarakat dari
masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Pemetaan dan
pembenahan dilakukan untuk membentuk Solo sebagai destinasi wisata
budaya, salah satunya dengan membawa Konferensi Kota-Kota Warisan
Budaya Internasional ke Solo pada 2008 lalu. Untuk mengukuhkan Solo
sebagai Culture City itu, Jokowi menghelat berbagai festival budaya. Lebih
lanjut Jokowi mengungkapkan bahwa konsistensi adalah faktor yang sangat
penting.4
Berdasarkan data statistik tentang prosentase penduduk bekerja menurut
lapangan usaha di atas, maka kita dapat melihat bahwa sektor perdagangan,
rumah makan dan hotel merupakan sektor usaha yang paling banyak dilakukan
di kota Solo. Jika kita perhatikan secara seksama, ketiga usaha tersebut sangat
4 Venue. Edisi 2009. Dalam Artikel berjudul: Solo,” Potensi Pariwisata Kota Wisata MICE”. Hal. 48
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
erat kaitannya dengan sektor pariwisata, dan hal ini sangat menarik untuk kita
cermati karena pariwisata kota Solo bukanlah berdasarkan pada alam, namun
berdasarkan pada peninggalan sejarah beserta budaya yang melekat di
dalamnya seperti Keraton Kasunanan, Mangkunegaran, Komplek Sriwedari
beserta Museum Radyapustaka, dan situs-situs yang lainnya yang berfungsi
sebagai tempat cagar budaya. Budaya massa telah merubah budaya tradisional
menjadi budaya modern. Budaya tradisional yang bersifat lokal dan beraneka
ragam berubah menjadi budaya modern yang bersifat universal dan pragmatis.
Pemahaman pragmatis simbol-simbol budaya modern memudahkan manusia
dengan cepat menyesuikan diri atau adaptasi dari kota ke kota dan dari negara
ke negara lain.5
Penelitian ini sendiri akan mempelajari perkembangan masyarakat kota
Solo yang berkembang dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat yang
modern yang dapat dipelajari dari persepsi dan perilaku mereka sebagai
konsumen dalam pemanfaatan waktu luang. Dan tempat yang peneliti ambil
adala tempat wisata kuliner Gladag Langen Bogan Solo atau biasa disebut
Galabo. Galabo adalah tempat wisata yang sengaja dibangun oleh pemerintah
kota Solo. Diresmikan tanggal 13 April 2008 oleh Walikota Solo bapak Joko
Widodo bersama dengan ibu Marie Elka Pangestu (Menteri Perdagangan dan
Perindustrian), yang merupakan suatu usaha pemerintah kota Solo untuk
mengoptimalkan aset daerah berupa keragaman kuliner untuk menyerap tenaga
5 Wijaya, Mahendra. 2010. Mass Media, Pop Culture, and Comercial Life Style In The Era Of Globalization. Surakarta: UNS Press. Hal: 27
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
kerja dan meningkatkan perekonomian daerah. Pembangunan Galabo ini
sendiri mendapatkan respon yang positif dari berbagai pihak, sebab konsep
yang ada pada Galabo adalah sebagai tempat berkumpulnya PKL kuliner yang
ada di Sepanjang jalan Slamet Riyadi menjadi satu tempat yang dijaga
kebersihan dan kerapian serta ketertibannya, sehngga penampilan PKL yang
selama ini seadanya menjadi lebih layak dan pantas. Tidak hanya masyarakat
kota Solo saja yang datang ke Galabo, namun pengunjung yang berasal dari
kota-kota di sekitar Solo seperti Boyolali, klaten, karanganyar, Sragen,
Sukoharjo, dan daerah lain juga tidak sedikit. Bahkan tidak jarang artis yang
sedang datang ke Kota Solo dan para pejabat dan orang-orang penting dapat
dipastikan akan mengunjungi Galabo untuk sekedar bersantap malam. Tercatat
ibu Megawati Sukarno Putri bersama dengan bapak Taufik Kiemas didampingi
dengan bapak Jokowi dan bapak F.X Rudi pernah makan malam di Galabo
ketika sedang berkunjung di kota Solo (www.wisatasolo.com). Bahkan dari
laporan wartawan Kompas yang bernama Sri Rejeki kepada Kompas.com,
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia yang bernama Cameron R Hume
pernah bersantap malam di Galabo. Beliau berjalan tanpa pengawalan
khusus,hanya tampak didampingi Deputi Political Counsellor kedubes AS
Stanley Harsya bersama istri selain Walikota Solo dan beberapa staf.
Persepsi dan perilaku konsumen yang berkembang di Galabo, tentu
memiliki pengaruh yang positif maupun negatif. Permasalahan gaya hidup
yang kian mengakar yang terlihat dari pergeseran perilaku konsumen dan
kebijakan pemerintah, tujuan pembangunan, serta fungsi pemerintah
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
membangun tempat wisata kuliner Gladag Langen Bogan ini mendorong
peneliti untuk mengkaji lebih jauh tentang persepsi dan perilaku konsumen
serta faktor penarik dari Galabo Solo, sebab dengan mengetahui dan
memahami keistimewaan yang dimiliki Galabo serta pandangan konsumen
yang tidak lain adalah masyarakat itu sendiri, nantinya akan membuka suatu
wacana baru kepada berbagai pihak tentang gaya hidup yang berkembang pada
masyarakat kota Solo, dan pada akhirnya hasil dari penelitian ini akan berguna
dalam perencanaan pembangunan tempat yang serupa dengan Gladag Langen
Bogan Solo, dan hal ini menjadi semakin menarik untuk diteliti lebih lanjut.
B. Perumusan masalah
1) Bagaimanakah persepsi konsumen terhadap Gladag Langen Bogan Solo?
2) Bagaimanakah perilaku konsumen dalam memanfaatkan waktu luang di
Gladag Langen Bogan Solo?
3) Apa saja yang menjadi Faktor-faktor penarik supaya konsumen datang ke
Galabo?
C. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap Gladag Langen Bogan
Solo.
2) Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam memanfaatkan waktu luang
di Gladag Langen Bogan Solo.
3) Untuk mengetahui Faktor-faktor penarik dari Galabo supaya konsumen
datang ke Galabo.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
D. Manfaat Penelitian
1) Secara teoritis, memberikan pemahaman dan gambaran mengenai persepsi
dan perilaku konsumen dalam memanfaatkan waktu luang di Galabo.
2) Secara praktis, memberikan pertimbangan dan gambaran kepada pihak-
pihak yang terkait (stakeholder), pemerintah kota, dinas terkait, serta
masyarakat umum mengenai pentingnya mengetahui perilaku konsumen
dan persepsinya, sehingga di lain waktu dan jika akan ada perencanaan
pembangunan tempat-tempat yang serupa atau mempunyai karakteristik
seperti Gladak Langen Bogan Solo, hasil yang diperoleh dari penelitian ini
dapat menjadi wacana dan sumbangan pemikiran.
3) Membuka jalan bagi penelitian yang lain yang serupa.
4) Bagi peneliti sendiri, hasil dari penelitian ini merupakan proses
pembelajaran yang penting untuk memahahi dampak positif dan negatf
dari suatu kebijakan maupun keputusan.
5) Sebagai syarat menyelesaikan S1 Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
E. Studi Yang Terdahulu
Peneliti mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan kajian untuk
studi yang telah dilakukan. Tidak setiap hari surat kabar dan koran harian di
kota Solo meliput artikel tentang Galabo. Pada akhirnya peneliti mencari
melalui jaringan internet dan mendapatkan apa yang penulis cari. Penelitian
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
yang telah dilakukan, yang penulis temukan mendukung dan memperkuat
penelitian yang penulis ambil tentang Galabo. Penulis mengambil beberapa
penelitian untuk memperkuat penelitian yang penulis ambil. Penelitian yang
pertama yang penulis ambil memberikan gambaran tentang Galabo. Berikut
kutipannya,
Galabo Pusat Jajanan Solo.
Kalau anda orang Solo pasti anda tahu dan paham apa itu galabo. Galabo adalah singkatan dari 3 tempat di Pusat Solo yang menjadi tempat pusat jajanan malam solo itu. 3 Daerah itu adalah Gladak, Langen, Bogan yang sering disebut-sebut Galabo itu. Kawasan Galabo terletak tepat di tengah-tengah kota Solo. Tepatnya di ujung Jalan Slamet Riyadi atau depan Pusat Grosir Solo (PGS). Jika Anda hendak ke kraton pasti anda akan melewati air mancur di tengah-tengah jalan. Nah yang menjadi tempat jajanan malam itu ya di sepanjang jalan dari air mancur itu ke arah timur. Jalan yang kalau siang itu sangat rame dengan hiruk pikuk dan lalu lalangnya kendaraan bermotor, setelah petang datang jalan itu mendadak sepi. Bukan karena tidak rame tetapi sepi karena jalan ditutup untuk kendaraan karena jalan digunakan sebagai area untuk pengunjung Galabo yang biasa nongkrong dan makan-makan di sana. Ada berbagai jenis hidangan khas kota Solo yang dapat anda jumpai di Galabo ini. Anda tidak perlu repot-repot untuk keliling kota Solo mencari berbagai macam panganan khas Kota Solo. Anda kini hanya butuh kendaraan untuk menuju tempat yang mudah dijangkau itu. Anda cukup mengunjungi satu tempat yaitu Galabo.
Suasana malam pun rame dengan banyaknya pengunjung Galabo. Lebih-lebih bila malam minggu tiba. Kawasan itu semakin rame dikunjungi para pecinta kuliner yang sengaja datang untuk makan malam ataupun hanya sekedar mencicipi panganan yang lengkap tersedia mulai dari gudeg solo sampai mie ayam. Kini kawasan itu banyak menarik wisatawan lokal maupun mancanegara yang singgah ke kota Solo.
Kawasan yang dulu diresmikan oleh Menteri Perdagangan RI Mari Elka Pangestu itu, kini patut menjadi kebanggaan warga kota Solo. Kawasan itu selalu rame setiap petang hingga malam menjelang dini hari dengan berbagai panganan lengkap khas kota Solo6.
6 http://bigayah.multiply.com/reviews/item/8
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Kutipan artikel di atas menjelaskan bahwa lokasi Galabo sangat mudah
untuk dicapai, karena letaknya yang strategis. Selain itu, dari artikel di atas,
dapat diketahui suasana dan kondisi tempat wisata kuliner tersebut, jam buka,
dan sebagainya. Artikel di atas juga memberi gambaran pada kita akan potensi
yang terdapat di Galabo jika dalam pengerjaannya dapat maksimal, sebab
dijelaskan Galabo dapat menjadi salah satu faktor penarik bagi wisatawan baik
wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara untuk datang singgah ke
Kota Solo.
Artikel yang kedua membahas tentang gaya hidup di galabo. Dari
artikel berikut kita dapat memahami lebih mendetail tentang Galabo. Mulai
dari kondisi lokasi hingga jumlah, macam dan ragam yang terpapar di Galabo.
Berikut ini kutipan artikel tersebut:
Gaya Hidup, Kamis 2008
Oleh: Sunu, Oktober 2009
Galabo Bukan Obor Blarak.
Para penjual makanan legendaris Solo ngumpul di Galabo. Nyaman, komplet, praktis dan efisien apalagi pas ada live musik, dulu di usir-usir, kini dihargai, “tidak terasa di Solo, kalau tidak mencicipi makanan dan jajanan di Gladag Bogan.”. Slogan tersebut terbaca di gerbang pusat jajanan Solo di ujung paling timur jalan Slamet Riyadi Solo. Tepatnya di jalur jalan Mayor Sunaryo Solo. Sentra kuliner di kota Solo ini digelar tiap hari dari pukul 18.00-23.00 WIB. Lokasi galabo sangat strategis, tepat di jantung kota di depan areal mall dan plaza. Di sana tersedia 75 item menu jajanan, dari makanan utama hingga kudapan serta jajanan pasar. Beragam jenis jajanan itu tersedia di gerobak angkringan alumunium sumbangan menteri Perdagangan dan Perindustrian, yaitu Marie Elka Pangestu. Kehadiran sentra makanan Galabo mampu memberi warna tersendiri bagi khasanah kuliner di Kota Solo. Tiap hari mampu menyedot perhatian para penikmat makanan. Lidah betul-betul dimanjakan oleh beragamnya variasi menu. Ditanggung nyaman, asal tidak turun hujan. Para penikmat bisa dengan santai bersama teman, saudara dan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
keluarga. Anda tinggal memilih; duduk melingkar di kursi berpayung kanopi, atau lesehan berjajar di pinggir rel kereta penyambung, yang hanya lewat pagi dan sore hari. Pengunjung tinggal pesan, duduk manis, dan akan dilayani secara ramah oleh para pelayan berseragam yang bertuliskan Galabo. Supaya lebih mengesankan, pada malam-malam tertentu, seperti Sabtu malam atau hari libur, para pengunjung juga dihibur penampilan live musik. Jenis musiknya tergantung band pengisi. Ada yang beraliran top fourty, musik country dan pernah pula yang beraliran Koes Plus-an. “Suasana disini terasa enak. Seenak makanan yang dihidangkan. Karena suasananya sudah melebur ke dalam suasana kuliner. Kanan kirinya menebarkan aroma sedap dari dapur terbuka tersapu angin dan terhirup pengunjung. Sehingga makin meninggikan selera makan kami,” ujar Fredy, pengunjung dari Lampung yang kebetulan ikut pelatihan dan training PT. KAI di kota Solo. 7
F. Kerangka Pemikiran dan Tinjauan Pustaka
Dalam setiap kehidupan manusia, baik itu individu ataupun dalam
suatu komunitas masyarakat, kebutuhan selalu mewarnai kehidupan.
Kebutuhan itu sendiri dalam kacamata ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi tiga
kelompok besar, yaitu kebutuhan primer atau kebutuhan pokok, kebutuhan
sekunder atau kebutuhan tambahan dan kebutuhan tersier atau kebutuhan
pelengkap. Dari ketiga kelompok tersebut, kebutuhan pangan merupakan
kebutuhan primer. Dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh kapitalisme
global, media (massa) informasi telah membentuk dan mencipta gaya hidup
dengan memberi pandangan bahwa kepribadian, harga diri dan kebahagiaan
hanya dapat diperoleh melalui pembelian komoditi makanan.
Masyarakat Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa yang
mempunyai selera makan beragam. Stereotip lidah orang Jawa suka makanan
yang manis, lidah orang Sumatera suka makanan yang pedas dan lidah orang
7 dikutip dari Majalah Saudagar Edisi Oktober 2008
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Bali suka makanan yang asin. Stereotip menegaskan komunitaslah yang
menentukan cita rasa makanan bagi anggota-anggotanya. Perubahan pesat yang
berlangsung dalam masyarakat modern telah merubah gaya hidup bersantap.
Kegiatan bersantap menjadi ruang yang sangat terbuka bagi setiap pihak untuk
menentukan makna dan fungsinya. 8 Perubahan pada masyarakat tersebut tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh kapitalisme global. Stereotip selera dari
masing-masing individu yang berbeda-beda tersebut disamakan menjadi satu
selera yang sama dengan cara mengiklankan trend kekinian, dan usia remaja
adalah pangsa pasar yang paling mudah untuk dipengaruhi. Remaja jaman
sekarang cenderung lebih memilih bersantap di tempat-tempat seperti KFC,
CFC, Mc. Donald, atau Pizza Hutt daripada makanan-makanan tradisional
seperti cabuk rambak, cenil, klepon.
Dewasa ini, kebutuhan berinteraksi pada masing-masing individu
meningkat. Jika dicermati, kebiasaan masyarakat kota Solo dalam perilakunya
mengkonsumsi mengalami perbedaan jika dibandingkan dengan kebiasaan
pada jaman dahulu. Pada masa sekarang, kegiatan makan tidak hanya
dimanfaatkan untuk bersantap saja, namun saat ini, kegiatan makan dapat
dimanfaatkan menjadi sarana untuk berinteraksi dengan orang lain, melakukan
bisnis, dan juga sebagai sarana untuk refreshing bersama keluarga ataupun
untuk sekedar menghabiskan waktu. Kebiasaan masyarakat kota Solo dalam
memanfaatkan waktu luang ini telah berkembang menjadi suatu trend bagi
8 Wijaya, Mahendra. 2010. Mass Media, Pop Culture, and Comercial Life Style In The Era Of Globalization. Surakarta: UNS Press. Hal: 27
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
warga Solo, yang terlihat pada cara bergaul, gaya makan, dan pada akhirnya
berpengaruh besar pada gaya hidup masyarakat yang berkembang di kota Solo,
terutama kebiasaan dalam memanfaatkan waktu luang. Dan kebiasaan tersebut
dapat dipahami dengan mempelajari persepsi dan perilaku konsumen yang
datang ke Galabo. Perilaku itu sendiri menurut beberapa tokoh didefinisikan
sebagai berikut:
Menurut Kartini Kartono bahwa perilaku merupakan suatu reaksi yang
dapat diamati secara umum atau objektif, sehingga hal-hal yang diperbuat akan
nampak hasilnya dari perbuatan tersebut ( 1989 : 53 ).
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia bahwa perilaku berasal
dari kata “Laku“ yang berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan dan
berbuat
( Poerwodarminto, 1986 : 966 ).
Sedangkan menurut B.F Skiner, obyek studi yang konkret-realistik itu
adalah perilaku manusia yang nampak serta kemungkinan perulangannya
(behavioral of man and contingencies of reinforcement).
Pengertian lain seperti yang diungkapkan Soerjono Soekanto adalah
bahwa perilaku adalah cara bertingkatan tingkah laku dalam situasi tertentu.
Dengan demikian, perilaku merupakan perbuatan yang dapat diamati atau di
obsevasi secara objektif dalam kehidupan manusia. Perilaku biasanya
disamakan dengan tingkah laku. Perilaku didefinisikan sebagai reaksi yang
dapat diamati atau di observasi secara obyektif (Chaplin, 1989:53).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Menurut Koentjaraningrat, tingkah laku adalah perilaku manusia yang
prosesnya tidak terencana dalam gen-nya atau tidak timbul secara naluri saja,
tetapi sebagai suatu hal yang dijadikan milik dirinya dengan belajar.
Alasan memilih Galabo sebagai tempat penelitian adalah karena banyak
warga masyarakat yang datang setiap malam, dan dari banyaknya masyarakat
yang datang mereka mempunyai satu kesamaan tujuan. Mereka berkumpul
bersama-sama tanpa memandang batasan-batasan sosial yang ada dan berbaur
satu sama lain. Hal ini tidak jauh beda dengan pandangan dari MacDonald
tentang budaya massa yang berbunyi demikian:
“Sebuah kekuatan revolusioner yang dinamis, yang menghancurkan batasan kuno kelas, tradisi, selera, dan mengaburkan segala macam perbedaan. Budaya massa membaurkan dan mencampuradukkan segala sesuatu, menghasilkan sesuatu yang disebut dengan budaya homogen. Dengan demikian, budaya massa menghancurkan segala nilai, karena penilaian mengimplikasikan adanya diskriminasi/pembedaan. Budaya massa teramat sangat demokratis: ia secara mutlak menolak untuk mendiskriminasikan atas, ataupun antara, apapun maupun siapapun.”9
Pernyataan tersebut sesuai dengan jurnal internasional yang penulis
temukan yang berbunyi demikian:
“Economic integration, political cooperation, amalgamations of arts, music and taste, media coverage, mass tourism and communication technologies highlight the global interconnections between societies. Transnational migration further characterizes contemporary societies where the global becomes local and the local influences the global (Robertson, 1992).”10
9 MacDonald : 1957; hlm.62 10 Florian, Pitcher. 2008. “How Real is Cosmopolitanism in Europe?”. British Sociology Assocition. http://soc.sagepub.com. Copyright © 2008. BSA Publications Ltd®. Volume 42. Number (6):1107-1126. DOI: 10.1177/ 0038038508096936.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Yang mempunyai arti:
“Integrasi ekonomi, politik yang mendukung, penggabungan seni, musik dan rasa, lingkup media, pariwisata dan teknologi komunikasi yang ekonomis telah memberi warna pada pada masyarakat dan begitu juga sebaliknya. Migrasi transnasional secara lebih lanjut telah memberi karakter pada masyarakat kontemporer dimana yang global menjadi lokal dan yang lokal mempengaruhi yang global”
Secara lebih sederhana, Andy Bennet mengutarakan bahwa cara dari
individu dalam menerima suatu budaya tertentu dapat dilihat atau terbaca dari
cara berpakaian dari masing-masing individu tersebut. Dan pernyataan
tersebut tercantum pada jurnal internasional yang penulis temukan, yang
berbunyi demikian:
“the cultural response of those individuals on the receiving end of such constructive bonds is also read in an essentially fashion.”11
Yang mempunyai arti demikian,
“Cara penerimaan budaya masing-masing individu yang pada akhirnya terbatasi pada suatu budaya tertentu juga dapat terbaca/terlihat dari anggapan mereka akan cara berpakaian.”
Lebih lanjut, Mursito BM mengatakan bahwa kebudayaan merupakan
hasil interaksi dai negoisasi terus menerus dengan unsur-unsur budaya lain,
juga interaksi dari budaya kekinian.12
11 Bennet, Andy. 2008. “Toward a Cultural Sociology of popular music”. Griffith University. http://jos.sagepub.com/cgi/content/abstract/44/4/419. volume 44(4): 419-432. DOI: 10.1177/1440783308097130. 12 Harian Solopos. Edisi 18 April 2010. Dalam artikel berjudul “Identitas Budaya”.Kolom Lincak.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali pergeseran kebiasaan
masyarakat dalam memanfaatkan waktu luang, dimana pada saat sekarang,
kegiatan makan tidak hanya dimanfaatkan untuk bersantap saja, namun juga
dimanfaatkan sebagai media berinteraksi dan media rekreasi serta pemanfaatan
lainnya. Selain itu peneliti berusaha menggali faktor-faktor yang terdapat di
Galabo yang dipergunakan untuk menarik konsumen yang menjadikan Galabo
dipilih oleh konsumen. Dan penelitian ini juga berusaha mempelajari perilaku
konsumen di Galabo dengan harapan menemukan karakteristik dari masyarakat
kota Solo secara keseluruhan terutama dalam peran mereka sebagai konsumen.
Dengan data-data yang ada, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat
menunjukkan tipikal gaya hidup warga Solo dalam memanfaatkan waktu luang
yang tampak dari persepsi dan perilaku mereka di Galabo.
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran diatas dapat dijelaskan
melalui gambar skema berikut ini.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Bagan 1.1
Skema Kerangka Pemikiran
Penelitan ini dilakukan dengan pendekatan sosiologis, dan yang
menjadi obyek dari Sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut
pandang hubungan antar manusia dan proses timbal balik yang timbul dari
hubungan manusia dalam masyarakat. Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui trend gaya hidup masyarakat kota Solo yang memanfaatkan waktu
luang dengan kegiatan makan. Dan dalam perkembangannya pemanfaatan
kegiatan makan tersebut telah mengalami pergeseran. Oleh sebab itu,
pendekatan yang dirasa paling mendekati untuk penelitian ini adalah
Faktor-faktor penarik Konsumen:
1. lokasi 2. pelayanan 3. keamanan 4. suasana 5. harga 6. kenyamanan 7. pilihan yang
beragam
Persepsi konsumen didasari oleh:
1. Pemenuhan kebutuhan
2. Memperoleh kepuasan
3. Prestise 4. Nilai 5. trend
Perilaku Konsumen yang tampak:
1. Bersantap 2. Berinteraksi 3. Rekreasi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
paradigma Definisi Sosial. Dan teori yang dirasakan paling mendekati adalah
teori fungsional. sebab penelitian ini ingin menggali informasi dari narasumber
dan responden sesuai dengan fungsi masing-masing. Sebagai contoh,
mayarakat yang menjalankan fungsinya sebagai konsumen. Pedagang yang
menjalankan fungsinya sebagai pedagang, dll.
G. Definisi konseptual
1) Persepsi Konsumen
Persepsi menurut L.G.Schiffman dan L.L.Kanuk (1994:162) adalah
proses bagaimana individu menyeleksi, mengorganisasikan dan
menginterpretasikan stimulus ke dalam suatu yang bermakna dan melekat
diingatannya.
Solomon (199:62) mendefinisikan persepsi adalah proses
bagaimana stimulus stimulus itu diseleksi, diorgansasi,dan
diinterprestasikan. Stimulasi dapat berupa penglihatan, suara, bau, rasa,
dan teksture. Stimulasi tersebut diterima oleh indra, dan diinterpretasikan
kedalam otak/ ingatan, dan otak menanggapinya. Akhirnya muncullah
persepsi kita tentang stimulasi tadi.
Definisi dari Solomon tersebut sesuai dengan pandangan dari Peter
Lindsay dan Donald A. Norman yang mengatakan demikian,
“Perception is the process by which organisms interpret and organize sensation to produce a meaningful experience of the world. Sensation
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
usually refers to the immediate, relatively unprocessed result of stimulation of sensory receptors in the eyes, ears, nose, tongue, or skin.”13
Yang mempunyai arti demikian,
“presepsi adalah proses yang mana ditafsirkan organisme dan mengorganisasi sensasi untuk membuat pengalaman yang berarti dari dunia. sensasi biasanya mengarah ke hasil yang secara relatif tidak terproses dari simulasi indera di mata, kuping, hidung, lidah dan kulit.”
Seseorang individu mempunyai persepsi yang yang berbeda-beda terhadap
suatu obyek. Selanjutnya Solomon menggambarkan proses persepsi
tersebut sebagai berikut,14
Tabel 1.2
Proses Persepsi
13 Peter Lindsay & Donald A. Norman: Human Information Processing: An Introduction to Psychology, 1977. http://www.sapdesignguild.org/resources/optical_illusions/intro_definition.html
14 Saladin, H. Djaslim SE. “Perilaku Konsumen dan Pemasaran Strategik” .(hal: 55)
STIMULI
Penglihatan Suara
Bau
Rasa
texture
Sensasi Pemberian Arti
Indra Penerima
Perhatian Interpretasi Tanggapan
PERSEPSI
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Schiffman dan Kanuk mendefisikan persepsi sebagai proses yang
dilakukan oleh setiap individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan
stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia.
Persepsi konsumen di tempat wisata Gladag Langen Bogan Solo
merupakan perwujudan dari cara pandang konsumen, keinginan dan
harapan terhadap tempat wisata kuliner yang ideal bagi warga Solo.
2) Perilaku Konsumen.
Perilaku konsumen (consumer behavior) merupakan aktivitas
langsung terlibat dalam memperoleh dan menggunakan barang-barang
ataupun jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan yang
mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Jadi, perilaku
konsumen merupakan aktivitas manusia meliputi:
• Kegiatan mencari
• Kegiatan membeli
• Kegiatan menggunakan
• Kegiatan mengevaluasi
• Menilai tingkat kepuasan, sehingga akhirnya menjurus pada citra.
Analisis terhadap perilaku konsumen merupakan bagian dari
analisis pasar. Menurut James F. Engel- Roger D Balackwell-Apul
W.Miniard,
“Consumer behavior is defined as the acts individuals directly involved in obtaining and using economic good services including the decision processes that and determind these acts”.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
yaitu bahwa perilaku konsumen adalah sebagai tindakan individu
yang secara langsung terlibat dalam upaya memperoleh dan menggunakan
barang-barang jasa ekonomi termasuk proses pengambilan keputusan yang
mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Sedangkan pendapat dari Barkowits-Kerin-Hartley-Rudelius adalah
“Consumer behavior, the actions a person takesin purchasing and using product and services, including mental and social processes that [recede and follow these actions”,
yang mempunyai arti bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan
yang diambil seseorang dalam pembelian dan penggunaan barang dan jasa,
termasuk proses pemikiran serta pemikiran sosial yang mendahului dan
diikuti tindakan tersebut.
Ahli Psikologis memberikan pengertian perilaku konsumen sebagai
berikut. “Perilaku Konsumen atau disebut juga tingkah laku adalah
aktivitas seseorang yang berwujud tindakan-tindakan dalam rangka
bereaksi terhadap rangsang (stimulasi), baik berasal dari luar (lingkungan)
ataupun dari dalam dirinya sendiri, dimana antara rangsang serta tindakan
merupakan hubungan sebab akibat.”
Hal ini sesuai dengan sesuai dengan pandangan dari Peter Lindsay dan
Donald A. Norman yang mengatakan demikian,
“Consumer behavior involves the psychological processes that consumers go through in recognizing needs, finding ways to solve these needs, making purchase decisions (e.g., whether or not to purchase a product and, if so, which brand and where), interpret information, make
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
plans, and implement these plans (e.g., by engaging in comparison shopping or actually purchasing a product).”15
Yang berarti demikian,
“Perilaku konsumen termasuk ke dalam proses psikologi yang mana konsumen langsung mengenali kebutuhan yang dibutuhkan, mencari cara untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, membuat keputusan dalam pembelian (contoh, walau tidak membeli barang dan, merk dan dimana),menafsirkan informasi, membuat rencana, dan melaksanakan rencana tersebut (contoh menarik perbandingan berbelanja atau sebenarnya membeli barang)”
Pada prinsipnya, perilaku konsumen terbagi menjadi dua, yaitu:
a). Perilaku yang tampak, seperti jumlah pembelian, waktu, alasan
membeli dengan siapa, dan bagaimana konsumen melakukan
pembelian.
b). Perilaku yang tak tampak, seperti persepsi, ingatan terhadap
informasi, sikap gaya hidup, dan perasaan kepemilikan oleh
konsumen.
Batasan Konsep
Untuk membatasi ruang lingkup supaya tidak terlalu luas dalam
penelitian ini diperlukan adanya pembatasan dalam penggunaan istilah dan
pengertiannya, sehingga nantinya diharapkan akan mendapatkan gambaran
yang jelas sesuai dengan tema pokok yang telah direncanakan. Fokus dalam 15 Peter Lindsay & Donald A. Norman: Human Information Processing: An Introduction to Psychology, 1977. http://www.sapdesignguild.org/resources/optical_illusions/intro_definition.html
Lars Perner 1999-2008. http://www.consumerpsychologist.com/intro_Consumer_Behavior.html
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
penelitian ini adalah pada perkembangan persepsi dan perilaku konsumen yang
memfungsikan ruang publik seperti Galabo sebagai tempat untuk berinteraksi,
rekreasi selain sebagai tempat untuk bersantap. Dan penelitian ini dikhususkan
kepada perilaku konsumen yang datang di Galabo Solo dan tidak dilakukan di
tempat yang lain.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Eksploratif.
Penelitian ini ingin menggali secara luas tentang sebab-sebab atau
hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Penelitian ini juga
berusaha mengeksplorasi atau berusaha untuk mengetahui bahan kajian
selengkap-lengkapnya. Dengan penelitian eksplorasi, diharapkan dapat
memperoleh kejelasan mengenai gejala sosial yang dimaksud. Penelitian
ini bermaksud untuk mengumpulkan lebih banyak informasi tentang suatu
permasalahan tertentu, yang sangat sedikit sekali terdapat informasi
mengenai permasalahan tersebut, atau bahkan permasalahan itu sendiri
belum ada atau belum dirumuskan secara terperinci. Hanya menyangkut
pokok-pokoknya saja dalam garis besar.16
Penelitian menggunakan metode kualitatif tidak bekerja dengan
mempergunakan data untuk ditransformaskan dalam bilangan atau angka.
16 Malo, Dr. Manase. “Metode Penelitian Sosial” . hal 37
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Penelitian ini juga tidak mengolah rumus dan tidak ditafsirkan atau
diinterpretasikan sesuai dengan ketentuan statistic atau matematik. Menuru
Lexy Maleong, metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
angka. Dengan demikian laporan penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan
data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut.17
Penelitian ini menggunakan strategi studi kasus tunggal. Studi
kasus tunggal diperoleh karena focus penelitian sudah ditentukan dari
awal. Penelitian mengarah pada tujuan yang biasanya berupa fokus
permasalahan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Gladak Langen Bogan Solo
yang bertempat di sepanjang Jl Mayor Sunaryo, Gladag, Solo (utara
kawasan alun-alun utara), dengan menutup sepanjang ruas jalan di depan
Pusat Grosir Solo (PGS) dan Beteng Trade Center (BTC).
Lokasi tersebut diambil dengan alasan:
a. Galabo merupakan satu-satunya tempat yang mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan tepat yang lain, yaitu sebagai
tempat wisata kuliner. Dengan menggabungkan semua makanan
menjadi satu tempat.
17 Lexy a, Maleong. 1996 “Metode penelitian Kualitatif”. Bandung. Remaja Rosdakarya . (hal. 6)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
b. Jumlah konsumen yang datang dalam sehari mencapai ribuan
orang.
c. Dan konsumen yang datang tidak hanya berasal dari wilayah Solo
saja, namun dari wilayah eks-Karesidenan Surakarta.
3. Sumber Data
Ø Data Primer, yang berupa peristiwa atau kejadian di dalam lokasi
penelitian yang dapat membantu dan berhubungan dengan tema
penelitian. Sumber data ini dapat bersifat langsung, yaitu diperoleh
dari observasi dan wawancara secara langsung kepada informan,
para pengunjung yang datang di tempat wisata kuluner Gladag
Langen Bogan Solo, penjual yang berjualan di lokasi, dan
stakeholder.
Ø Data Sekunder, yaitu melalui Yaitu data yang diperoleh melalui
dokumen baik literature, laporan-laporan, arsip, data dari penelitian
terdahulu dan berbagai data yang berkenaan dengan penelitian ini.
Pada penelitia ini, data sekunder dapat berupa data-data yang telah
tercatat dan dapat diperoleh dari pengelola tempat wisata kuliner
Gladak Langen Bogan Solo.
4. Strategi Pengumpulan Data
Pengambilan sampel melalui variasi maksimum atau Maximum
Variation Sample ini dimaksudkan untuk dapat menangkap atau
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
menggambarkan suatu tema sentral dari studi melalui informan yang
silang menyilang dari berbagai tipe responden. Peneliti mengambil
sejumlah responden tertentu untuk melihat variasi dari pengaruh suatu
program. Logika dari pengambilan sampel variasi maksimum adalah
sebagai berikut : pola-pola umum yang muncul dari variasi-variasi yang
besar menjadi perhatian khusus dan bernilai di dalam suatu penelitian.
Cara menyusun pengambilan sampel variasi maksimum adalah peneliti
memulai dengan mengambil responden yang memiliki ciri-ciri yang
berbeda..18
Pada penelitian ini, pada awalnya peneliti mengambil pengelola
Galabo sebagai informan. Kemudian menentukan responden dengan
ketentuan bahwa informan tersebut adalah pedagang Galabo, Konsumen
yang rutin datang ke Galabo dalam jangka waktu tertentu.
Karena penelitian ini menggunakan cara mengambil responden
dengan teknik variasi maksimum, maka pemilihan responden pada
penelitian ini adalah Purposive Sampling, dengan dasar bahwa orang
tersebut kaya akan informasi. Sesuai dengan peryataan Lexy J Molleong
yang menyatakan daam penelitian kualitatif tidak ada sampel acak. Yang
ada adalah teknik sampling bertujuan (purpose sampling)
Teknik Purpose Sampling digunakan untuk mendapatkan sampel
yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, dimana
18 Slamet, 2006:65
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pertimbangan yang diambil itu berdasarkan tujuan penelitian sebagaimana
yang diungkapkan Singarimbun dan Efendi (1987:169)
Teknik pengumpulan data sebagai berikut:
Ø Observasi Langsung
Cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan
pencatatan gejala-gejala yang nampak pada obyek penelitian yang
pelaksanaanya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa,
keadaan atau situasi itu dapat dibuat dan dapat pula yang
sebenarnya.19
Ø Wawancara mendalam (indept interview)
Teknik wawancara yang dilakukan secara mendalam ini tidak
dilakukan dengan struktur yang ketat dan formal, hal ini
dimaksudkan supaya informasi yang dikumpulkan memiliki
kedalaman yang cukup. Kelonggaran yang didapat dengan cara ini
akan mampu lebih banyak mengorek keterangan tentang apa yang
dijadikan kajian dalam penelitian ini jika dibandingkan dengan
apabila menggunakan struktur yang ketat dan forml mengingat
tempat yang akan dipakai untuk wawancara nantinya adalah
Galabo itu sendiri. Wawancara dilakukan dengan pedoman
panduan wawancara (interview guide) yang telah dibuat yang
berkaitan dengan apa yang dijadikan kajian dalam penelitian ini.
19 Nawawi, 1995:94
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Peneliti untuk memperoleh data sesuai yang diharapkan
mendatangi informan ditempat bekerja (instansi) apabila informan
tersebut merupakan stkeholder. Apabila informan merupakan
pengunjung atau konsumen, maka peneliti akan mengadakan
wawancara di lokasi.
5. Populasi dan Sampel
o Populasi
Adalah kumpulan unsur-unsur survei yang memiliki spesifikasi
tertentu20. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam
Encyclopedia of Educational Evaluation tertulis : A population is
set (or collection) of all elements possesing one or more attributes
interest21.
Dalam penelitian ini, populasi didapat dari orang-orang ada di
Gladak Langen Bogan, baik konsumen yang datang maupun
penjual yang ada. Selain itu peneliti juga mengambil pandangan
dari pengelola Galabo untuk memperkuat asumsi yang peneliti
ambil sebagai pokok bahasan.
o Sampel
Merupakan subset atau bagian dari populasi yang menjadi sasaran
penelitian. Sampel harus dipandang perkiraan dari keseluruhan dan
20 Slamet Y, 1991:5 21 Arikunto, DR. Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA. hal: 102
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
bukan keseluruhan itu sendiri. Tentang siapa dan berapa jumlah
sampel sangat tergantung dari informan yang diperlukan.22
Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan obyek
penelitian dan harus mewakili karakteristik populasi23.
6. Teknik Analisa Data
Penelitian ini menerapkan analisa data melalui proses analisa
kualitatif, yaitu analisa secara induktif, analisa data yang dilakukan sejak
awal pengumpulan data dilakukan, interaktif dan bersifat siklus. Model
interaktif ini terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu24:
1. Reduksi Data
Reduksi Data adalah proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data
dilakukan selama penelitian berlangsung, hasilnya data dapat
disederhanakan dan ditransformasikan melalui seleksi ketat,
ringkasan serta penggabungan dalam suatu pola.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan riset yang dilakukan. Dengan melihat
22 Slamet Y, 1991:5)
23 Muhadjir, Noeng. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Reke Sarasin, hal : 41
24 HB. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, UNS Press, Solo, 2002, hal 37
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
penyajian data, peneliti akan mudah meahami apa yang sedang
terjadi.25
3. Penarikan Kesimpulan
Dari permulaan pengumpulan data, peneliti harus mengerti
apa arti dari hal-hal yag ditelitinya, dengan cara mencatat
keteraturan, pola-pola, pernyataan konfigurasi yang mapan dan
arahan sebab akibat sehingga memudahkan dalam pengambilan
kesimpulan.
Proses analisa tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut26 :
Bagan 1.2.
Proses Analisa
25 HB. Sutopo, Op Cit, hal 92-93 26 Soetopo, HB. 2002. “Pengantar Metode Penelitian Kualitatif”. Surakarta. UNS Press, hal : 80
Pengumpulan Data
Sajian Data Reduksi Data
Penarikan kesimpulan / verifikasi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
7. Validitas Data
Penelitian ini akan menggunakan Trianggulasi untuk menguji
kebenaran dan kevaliditasan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini.
Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.27
Menurut Patton (1984), ada 4 macam teknik triangulasi, yaitu
triangulasi data (sumber), triangulasi peneliti, triangulasi metodologis, dan
triangulasi teori. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi data yang menurut istilah Patton ini juga sering disebut sebagai
triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melelui penggalian sumber
data yang berbeda untuk data yang sejenis. Dengan demikian apa yang
diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih diuji kebenarannya bilamana
dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang
berbeda, baik kelompok sumber sejenis maupun sumber yang berbeda
jenisnya.28
Hal itu dapat dilakukan dengan jalan :
4 J. Moleong, M.A, Lexy DR. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, hal : 178
28 Soetopo, HB. 2002. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : Uns Press, hal : 79
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara;
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang-orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang
berada, orang pemerintahan;
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.29
Informan 1
Data Wawancara Informan 2
Informan 3
Atau
Wawancara Informan
Data Content Dokumen/Arsip
Analysis
Observasi Aktivitas30
29 J. Moleong, M.A, Lexy DR. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, hal : 178 30 Soetopo, HB. 2002. “Pengantar Metode Penelitian Kualitatif”. Surakarta. UNS Press, hal : 80
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Sejarah Berdirinya Galabo
Galabo adalah satu-satunya tempat wisata yang sengaja dibangun
oleh pemerintah kota Solo dan hanya dikhususkan untuk perdagangan
makanan atau kuliner. Konsep Galabo itu sendiri lahir dari pemikiran dan
keinginan Walikota Solo, Ir. Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan
panggilan Pak Jokowi. Beliau mengungkapkan dalam suatu pertemuan
jamuan makan siang dengan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau
Paskibraka kota Surakarta di rumah dinas Lojigandrung, ketika beliau
melakukan perjalanan ke Negara-negara Asia, seperti Singapura,
Malaysia, dll, beliau mendatangi beberapa tempat yang merupakan pusat
makanan didaerah tersebut. Beliau sangat tertarik dengan konsep yang
beliau lihat. Sampai akhirnya, ketika beliau beserta rombongan kembali ke
Solo, beliau menghendaki tempat serupa di bangun di kota Solo. Akhirnya
beliau beserta Bapak Wakil Walikota dengan beberapa orang yang
sekarang menjadi pengelola Galabo melakukan survey tempat yang akan
digunakan untuk lokasi. Sasaran pertama kali yang dituju adalah ruas jalan
di daerah Cokronegaran, pasar Gede. Namun dengan berbagai pemikiran
dan pertimbangan, diputuskan untuk tidak menggunakan ruas jalan
tersebut. Hal ini dikarenakan situasi jalan di Cokronegaran merupakan
38
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
wilayah pertokoan yang ramai dan sekaligus merupakan pemukiman dan
ruko, sehingga dikhawatirkan akan mengganggu mobilitas penduduk di
daerah Cokronegaran, terutama didaerah ruas jalan yang rencananya akan
dipakai untuk lokasi pembangunan tempat wisata kuliner. Kemudian
pemilihan dijatuhkan pada ruas jalan di sepanjang jalan di daerah widuran,
namun kendala yang dihadapi sama dengan yang terjadi pada daerah
Cokronegaran. Kemudian pencarian lokasi dilanjutkan di daerah pasar
klewer, tepatnya sepanjang ruas jalan di depan pasar klewer sampai
dengan daerah Coyudan, namun ternyata kendala yang dihadapi lebih
besar daripada yang ada pada Cokronegaran dan Widuran, karena selain
memotong jalan yang merupakan jalan antar kota yaitu jalan ke Solobaru-
Sukoharjo, di sepanjang jalan tersebut merupakan deretan dari toko-toko
yang banyak pula merupakan toko emas, sehingga faktor keamanan sangat
dikhawatirkan. Sampai akhirnya pencarian lokasi di arahkan ke ruas jalan
Mayor Sunaryo, dan dengan berbagai pertimbangan, akhirnya diputuskan
untuk memilih ruas jalan Mayor Sunaryo sebagai lokasi yang akan
dipakai. Alasan pemilihan ruas jalan Mayor Sunaryo itu sendiri didasarkan
pada keadaan ruas jalan yang lebar dan strategis karena searah dengan
jalan utama kota Solo, yaitu jalan Slamet Riyadi. Selain itu, di sepanjang
ruas jalan Mayor Sunaryo bukan merupakan daerah pemukiman penduduk,
di sebelah utara merupakan area dari benteng, dan sebelah selatan
merupakan area Pusat Grosir Solo (PGS) dan juga area dari Beteng Trade
Cetre (BTC) yang mana kedua pusat perbelanjaan tersebut pada sore hari
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
sudah tutup, sehingga pada malam hari jalan menjadi lengang dan sepi.
Setelah mendapatkan lokasi yang tepat, maka didirikanlah Pusat Jajanan di
kota Solo. Jadi, dapat dikatakan bahwa Galabo adalah tempat untuk
berwisata makanan. Gladag Langen Bogan (galabo) adalah sebuah pusat
kuliner di Kota Solo. Diresmikan tanggal 13 April 2008 oleh Walikota
Solo bapak Joko Widodo bersama dengan ibu Marie Elka Pangestu
(Menteri Perdagangan dan Perindustrian)31. Pembangunan dari galabo ini
sendiri merupakan perwujudan dari suatu usaha pemerintah kota Solo
untuk mengoptimalkan aset daerah Solo yang berupa keragaman kuliner
yang tujuan utama adalah untuk menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin
dengan membuka lapangan pekerjaan terutama pada sektor perdagangan.
Selain itu diharapkan dengan menciptakan tempat seperti Galabo dapat
meningkatkan kesejahteraan pedagang kaki lima pada khususnya dan
meningkatkan perekonomian daerah pada umumnya. Pembangunan
Galabo ini sendiri mendapatkan respon yang positif dari berbagai pihak,
dan disambut gembira oleh masyarakat, sebab konsep awal yang ada pada
Galabo adalah sebagai tempat berkumpulnya pedagang kaki lima yang
biasa berjualan makananan dan membuka lapak di sepanjang jalan Slamet
Riaydi, dan menjadi satu tempat yang dijaga kebersihan dan kerapian serta
ketertibannya, sehingga penampilan PKL yang selama ini terkesan
seadanya menjadi lebih layak dan pantas.
31Arswendo Atmowiloto, Kitab Solo(buku pandua”guide”).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
B. Batas Wilayah Gladag Langen Bogan Solo
Gladag Langen Bogan didirikan dengan memakai ruas jalan,
tepatnya di ruas jalan Mayor Sunaryo. Pada siang hari, jalan tersebut
merupakan jalan yang ramai untuk lalu lintas umum, terutama untuk
pengendara yang akan menuju ke arah kelurahan Sangkrah, maupun yang
dari arah Sangkrah. Ruas jalan Mayor Sunaryo juga ramai karena ruas
jalan ini merupakan pintu masuk dan pintu keluar dari dua pusat
perbelanjaan yang terkenal di kota Solo, yaitu Pusat Grosir Solo atau PGS
yang pada saat buka hingga tutup tidak pernah sepi. Dan juga BTC yang
merupakan singkatan dari Beteng Trade Centre, yaitu pusat penjualan
bahan kain yang terkenal di kota Solo. Namun mulai dari sore hari, ketika
kedua pusat perbelanjaan tersebut telah tutup, lalu lalang kendaraan
bermotor di jalan Mayor Sunayo juga menjadi sepi. Dan rupanya hal ini
dimanfaatkan oleh pemerintah kota Solo untuk menciptakan tempat wisata
kuliner. Dengan menggunakan model dan gaya tata letak tempat seperti
yang biasa dipakai di negara-negara Eropa, maka pada malam hari, ruas
jalan Mayor Suaryo dirubah menjadi satu tempat yang merupakan obyek
wisata di kota Solo. Model Eropa itu sendiri menurut pihak pengelola
adalah suatu sebutan untuk tempat yang mana mempunyai gaya dengan
menggunakan area jalan yang ditutup dan menggunakan tenda di
sepanjang jalan yang berfungsi sebagai tempat untuk makan. Dahulu
sebelum ada Galabo, jika kita makan di tengah jalan, maka akan
menimbulkan keributan dan kemacetan, namun di Galabo, ruas jalan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
mayor Sunaryo memang sengaja ditutup dan di tengah jalan tersebut
sengaja dipergunakan untuk tempat konsumen. Memang hal inilah ciri
khas dan daya tarik dari Galabo. Suasana malam yang sejuk juga
merupakan daya tarik tersendiri, itulah alasan mengapa Galabo tidak
diadakan pada siang hari. Daya tarik utama di Galabo memang dari segi
tempat, hal ini seperti yang diutarakan oleh pihak pengelola Galabo,
bahwa nilai jual utama di Galabo adalah suasana.
Wilayah Galabo itu sendiri temasuk dalam kelurahan
Kedunglumbu, kecamatan Pasar Kliwon. Karena tempat galabo ini adalah
ruas jalan, maka batas wilayahnya juga merupakan badan jalan juga. Ruas
jalan Mayor Sunaryo adalah jalan yang menguhubungkan kelurahan
Sangkrah dengan Gladag.
Berikut ini adalah batas-batas yang membatasi wilayah Galabo.
Batas sebelah barat : Perempatan bunderan Gladag
Batas sebelah utara : Benteng Vesteenberg
Batas sebelah timur : Perempatan Sangkrah
Batas sebelah selatan : Beteng Trade Centre, Pusat Grosir Solo,
kantor Yayasan 45, bekas tempat Brigif 6.
Jika kita lihat dari batas-batas area tersebut, maka pemilihan
tempat untuk mendirikan tempat dengan model Eropa tersebut memang
dirasa paling tepat di ruas jalan ini. Hal ini terlihat jika kita melihat bahwa
tidak ada rumah penduduk di sebelah bahu jalan. Selain itu, ruas jalan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Mayor Sunaryo ini juga bukan merupakan jalan untuk keluar masuk dari
kampung, sehingga tidak akan mengganggu aktifitas penduduk. Sebelah
utara dan selatan yang merupakan bahu jalan adalah area yang tidak
berpenghuni dan sepi aktifitas pada malam hari, karena sebelah utara
adalah termasuk wilayah dari Benteng Vesteenberg. Bahkan sekarang,
area dari Benteng Vesteenberg ini, yang tepatnya di sebelah barat
dijadikan area parkir mobil bagi pengunjung Galabo. Sebelah selatan juga
merupakan area yang pada malam hari tidak ada aktifitas, dahulu sebelum
Galabo berdiri, aktifitas pada malam hari hanya aktifitas dari penjaga
malam Beteng Trade Centre dan Pusat Grosir Solo, namun jika kita lihat
sekarang, area pelataran dari kedua tempat tersebut sudah berubah menjadi
panggung untuk live music yang diperuntukkan untuk pengunjung Galabo.
Jadi kenyatan yang terdapat di lapangan tersebut membuktikan bahwa
tidak ada yang merasa keberatan dengan didirikannya Galabo. Bagi
pengelola Beteng Trade Centre dan Pusat Grosir Solo, dengan
didirikannya Galabo di ruas jalan tersebut, mereka mendapatkan dampak
positif, sebab pada malam hari situasi tempat mereka menjadi ramai, dan
itu menjadikan tempat mereka bertambah aman.
Luas lahan dari Galabo itu sendiri adalah seluas ruas jalan Mayor
Sunaryo, yaitu kurang lebih 12 m x 360 m, yaitu sekitar 4320 m2. Panjang
ini dihitung mulai dari perempatan Sangkrah sampai bunderan Gladag.
Sedangkan lebar tersebut sudah termasuk dengan area trotoar jalan yang
dipakai untuk tempat pedagang dengan gerogag. Lebar
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
jalan Mayor Sunaryo itu sendiri adalah 8 m, dan area inilah yang
dipergunakan untuk tempat tenda dan kursi. Sedangkan trotoar sebelah
selatan dimanfaatkan untuk para pengunjung yang ingin menikmati
Galabo secara lesehan, yaitu duduk santai dengan menggunakan tikar
sebagai alas, seperti yang biasa kita temui di wedangan-wedangan kahas
Solo.
C. Macam dan ragam makanan yang terdapat di Gladag Langen Bogan
Solo
Galabo adalah tempat untuk berwisata kuliner, sehingga macam
dan jenis makanan yang terdapat di Galabo juga bermacam-macam
jenisnya. Pada awal berdirinya, menurut penuturan dari pihak pengelola,
sejumlah 32 gerobag diisi oleh pedagang yang telah memiliki restoran atau
warung makan yang sudah terlebih dahulu terkenal di Solo, jadi gerobag
yang merupakan pinjaman dari Pemkot Solo yang terdapat di Galabo
merupakan cabang dari restoran ataupun rumah makan yang terkenal dan
sudah memiliki pelanggan tetap. Strategi ini memang sengaja dilakukan,
dan dimaksudkan untuk menarik minat pengunjung supaya datang ke
Galabo. Sebagai contoh adalah Gudek ceker yang sangat terkenal,
kemudian rawon penjara, dan lain-lain. Cara ini juga ditujukan untuk
mendongkrak imej dari lapak atau gerobag yang lain yang merupakan
lapak dari pedagang kaki lima. Sebenarnya cara itu bukanlah cara yang
diharuskan, para PKL yang berjualan di Galabo sebenarnya juga sudah
mempunyai pelanggan tersendiri di wilayah Solo, namun Galabo tidak
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
hanya ditujukan untuk warga kota Solo saja, sehingga para pengelola
merasa perlu mengahadirkan pedagang-pedagang yang merupakan ikon
dan sudah dikenal luas.
Macam makanan yang terdapat di Galabo memang diutamakan
untuk menu-menu yang berasal dari asli Solo, meskipun terdapat juga
makanan yang tidak berasal dari kota Solo, namun jumlahnya tidaklah
banyak. Hal tersebut memang sengaja dilakukan, karena selain sebagai
tempat wisata kuliner, Galabo juga berfungsi untuk media pelestari budaya
makanan kota Solo. Sehingga makanan yang sekarang sudah jarang kita
temui dan bahkan hampir hilang seperti makanan tradisional Cabuk
rambak, dapat kita temukan di Galabo.
D. Daftar nama penjual yang berjualan di Gladag Langen Bogan Solo
Berikut ini adalah nama-nama penjual yang tercatat sebagai penjual di
Gladag Langen Bogan. Nomor absen yang tercatat adalah urutan dari
gerobag sebelah Barat ke Timur.
Tabel 2.1
Daftar Nama Penjual di Galabo
NO GEROBAG
NAMA USAHA NAMA PEMILIK
1 Wedangan Sruput Sendok Fonda 2 Ledre Petra Bu Tutik 3 Gudek Ceker Bu Kasmi 4 Sate Sapi Yu Rebi Bu Rebi 5 Bakmi Pak Dul Pak Dul
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
6 Tengkleng Klewer Bu Edi 7 Kedai Sederhana 8 Ayam Bebek Goreng M & M Djoni 9 Wedang Dongo Nanik
10 Timlo Dyah 11 Wedangan Koncone Dhewe Yuniar 12 Cabok Rambak Temu 13 Ayam Goreng Sabar Menanti Yuana Eni Sriyadi 14 Rawon Penjara Untung 15 Pisang Kremes Safrudin 16 Sop Buntut Goreng Bu Broto 17 Sijauqis Kebab Umar 18 Nggone Wedangan Sugiyono 19 Bubur Ayam Bu Dewi Dewi 20 Zupa-Zupa Diyah 21 Trancam HT HT 22 Sumber Bestik Pak Darmo Dwi 23 Tahu Kupat Bu Sri 24 Steak Kampoeng Iwan 25 Gempol Pleret Supri 26 Ayam Presto Lely 27 Aura Burger Yenti 28 Jagung Bakar Mazmur 29 Sate Ayam Pak Nur Pak Nur 30 Kakap Bakar Bu Dul Effendi 31 Bakmi Toprak Bu Mul 32 Selat Hanif 33 Lontong Ceker Mbak Wik 34 Kopi Kupas Fajar 35 Priyayi Wahyono 36 Nasi Timbel Bu Endang 37 Kedai Jamurku Risky 38 Bunga Juice Etik 39 Sate Tuna Que Tino 40 Nasgor Mr Puencheng P. Widi 41 Gudeg Kendil Mbak Tutik 42 So Buntut Mak Wito Mak Wito 43 Lumpia Solo Soemardjoe 44 Lesehan Mbak Budi Bu Budi 45 Pepes Ikan Sri Harti 46 Harjo Bestik Budi Kuinting 47 Dawet Selasih Bu Watik 48 Sate Ayam P. Rahmat Sucie 49 Lesehan Mbak Imah Bu Imah
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
50 Benteng Pendem Aji 51 Kedai Bio P. Anto 52 Soto Kwali 53 Cap Jay Larasati Sumarsono 54 Sate Kambing Bu Rejo ST. Bedjo 55 Bakso Bola Akbar Desi 56 Nasi Kabsah Karinah 57 Ayam Penyet Bang Ucin Soraya 58 Bakmi Populer 59 Nasi Kuning/ Nasi Liwet 60 Soto Betawi Bu Ning 61 Teen’s Ice Cream Titin 62 Lekker Joss Tri Suyatno 63 Kedai Rizki Bu Ida 64 Tirsam Selvi 65 Restoran Pak Amat Pak Budi 66 Tengkleng Pak Dur Pak Dur 67 Coffeshop Fresh Snack Fandy 68 Sambal Belut Mbak Tin 69 RM. Muslim P.Petruk P. Petruk 70 Cobra Asia Rara 71 Nasi Timbel Kremes 72 Kedai Pak Bedjo Tedy
Sumber : Arsip pengelola32
E. Fasilitas yang terdapat di Gladag Langen Bogan Solo
1. Fasilitas untuk pedagang
Pihak pengelola menyediakan beberapa fasilitas yang
diperuntukan khusus untuk pedagang yang berjualan di Gladag Langen
Bogan Solo. Fasilitas yang disediakan bertujuan agar pelayanan yang
diberikan kepada konsumen oleh para pedagang menjadi maksimal.
Sehingga diharapkan dengan fasilitas yang diberikan akan menambah
nilai jual dari produk dari masing-masing padagang dan memberikan
32 Lembar Arsip pengelola Galabo, 5 September 2009
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
kenyamanan kepada pedagang yang nantinya akan berdampak pada
positif bagi konsumen yang datang.
Adapun beberapa barang yang disediakan pihak pengelola
Gladag Langen Bogan kepada pedagang yang berjualan di Galabo,
Tabel 2.2
Daftar Barang Yang Disediakan Pengelola Untuk Pedagang
NO JENIS BARANG JUMLAH
1 Toilet umum 2 buah
2 Meja 100 buah
3 Tenda 100 buah
4 Tenda hujan 6 buah
5 Gerobag jual 75 buah
6 Kursi 200 buah
7 Lampu
Sumber: Arsip Galabo33
Selain itu, pada perkembangannya terdapat kerjasama antara
pengelola dengan pihak ketiga yaitu pihak sponsor. Pihak yang
menjadi sponsor di Galabo merupakan sponsor tunggal, yaitu Coca
Cola. Dari pihak sponsor, para pedagang mendapatkan beberapa
33 Lembar Arsip Pengelola Galabo, 5 September 2009
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
fasilitas untuk menunjang pelayanan dan kenyamanan. Beberapa
fasilitas yang disediakan oleh pihak sponsor itu antara lain adalah.
Tabel 2.3
Fasilitas Dari Sponsor
NO JENIS BARANG JUMLAH
1 Tenda Gasebo 19 buah
2 Kursi 100 buah
3 Meja 32 buah
4 Payung 32 buah
Sumber: Arsip pengelola34
Selain fasilitas barang yang telah disediakan diatas, pihak
pengelola juga menyediakan jasa pelayanan dalam hal pemeliharaan
kebersihan. Sehingga pedagang yang berjualan selalu mendapati
tempat berjualannya selalu bersih. Setiap hari, pedagang hanya perlu
datang, menyiapkan barang dan bahan-bahan untuk berjualan,
kemudian berjualan, dan setelah selesai berjualan langsung dapat
pulang tanpa perlu mengkhawatirkan kebersihan dan gerobag yang
ditinggal karena dari pihak pengelola telah menyediakan jasa sebanyak
12 orang untuk membereskan dan mendorong gerobag ke tempat
penyimpanan gerobag ke 12 orang tersebut bertugas menyiapkan
gerobag pada sore yang akan dipakai berjualan malam harinya dan
34 Lembar Arsip Pengelola Galabo, 5 September 2008
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
mengembalikan gerobag setelah selesai berjualan. Para pedagang juga
tidak perlu merasa takut jika gerobag yang dimilikinya akan hilang
atau dicuri karena dari pihak pengelola menyediakan jasa 2 orang
untuk menjaga gerobag dari malam hingga pagi hari. Tidak hanya itu,
pengelola juga menyediakan air bersih dan aliran listrik yang cukup
untuk masing-masing pedagang.
Sehingga pada prinsipnya, pegelolaan Galabo ini sangat
memanjakan para pedagang, karena mereka hanya tinggal datang,
berjualan dan pulang.
2. Fasilitas untuk konsumen
Di Galabo, konsumen diberikan kebebasan yang sebesar-
besarnya dalam memilih makanan. Dengan banyaknya macam dan
ragam maupun jenis yang ada, pembeli dimanjakan dengan banyaknya
pilihan yang sesuai dengan selera masing-masing. Konsumen juga
diberikan kebebasan dalam berpakaian dan bertingkah laku. Mereka
tidak dilarang jika mereka datang dengan membawa makanan dan
minuman yang dibeli dari luar Galabo. Ketika beberapa kali peneliti
datang ke Galabo, peneliti juga meihat banyak konsumen yang yang
sedang berfoto dengan teman-teman atau rombongan mereka.
Beberapa juga sedang duduk santai sambil menyanyi mengikuti live
musik yang memang disediakan oleh pengelola untuk menghibur
konsumen. Bahkan, konsumen diberikan kebebasan untuk tampil
menyanyi di iringi band yang sedang bermain atau sekedar memesan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
lagu yang ingin dibawakan oleh band yang sedang bermain. Rupanya,
dari pihak pengelola sendiri memang sengaja mendatangkan band-
band untuk bermain di Galabo yang bertujuan untuk memanjakan
konsumen dan menambah suasana yang sudah nyaman menjadi lebih
nyaman lagi. Menurut pihak pengelola, live band memang diadakan
sebagai salah satu cara untuk menambah nilai jual dari Galabo, dan
dengan live band tersebut, diharapkan konsumen akan menjadi betah
untuk berlama-lama di Galabo dan nantinya akan selalu ingin datang
kembali ke Galabo di lain hari. Pihak pengelola juga menyediakan
toilet umum untuk para konsumen.
Selain beberapa kelebihan yang telah di urai di atas, faktor yang
sangat membedakan antara Galabo dengan tempat yang lain adalah
dari segi kebersihan. Baik kebersihan tempat maupun kebersihan dari
para pengemis dan pengamen. Pihak pengelola mempekerjakan 8
orang pekerja yang bertugas untuk selalu membersihkan area Galabo
dari sampah maupun sisa makanan yang ditinggalkan para konsumen
setelah menikmati Galabo,sehingga tidak heran jika area Galabo selalu
bersih dari sampah dan meja tenda tempat untuk makan juga selalu
siap dipakai secara bergantian dari konsumen satu ke konsumen yang
lainnya. Pihak pengelola Galabo juga melarang pengemis ataupun
pengamen untuk beroperasi di wilayah Galabo, dan hal ini menjadikan
Galabo sangat nyaman jika dibandingkan dengan tempat-tempat
serupa.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
F. Peraturan yang ada di Gladag Langen Bogan Solo
Setiap daerah mempunyai peraturan sendiri-sendiri. Setiap
peraturan mempunyai fungsi untuk mengatur berjalannya sistem yang
terdapat di daerah tersebut. Di setiap daerah wisata juga memiliki
serangkaian peraturan yang mengikat yang disesuaikan dengan kebutuhan
yang ada pada daerah wisata tersebut. Jadi, peraturan di daerah wisata
yang satu dengan daerah wisata yang lain dapat dipastikan berbeda-beda
sesuai dengan fungsi dan manfaat yang ingin dicapai. Sebagai contoh,
salah satu peraturan yang terdapat di museum Radyapustka adalah dilarang
untuk menyentuh atau memegang benda yang dipajang dan dipamerkan.
Menurut mbak Yanti yang merupakan pengelola museum dan juga
pemandu atau guide dari museum Radyapustaka, peraturan ini diambil
karena mengingat umur benda yang sudah tua, yang sangat rawan
mengalami kerusakan. Dan apabila terdapat kerusakan, maka benda
bersejarah tersebut tidak akan dapat diganti dengan barang yang lain,
karena meskipun mungkin dari segi bentuk dan materi bahannya sama,
namun nilai historis dari benda tersebut sangat jauh berbeda. Contoh lain
adalah jika kita berkunjung ke Taman Makam Pahlawan. Seorang
perempuan yang sedang datang bulan tidak diperbolehkan untuk
memasuki area Taman Makam Pahlawan. Hal ini dikarenakan lingkungan
area makam di anggap suci. Namun kedua contoh peraturan tersebut tidak
berlaku di daerah wisata lain. Jika peraturan tersebut dilaksanakan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ditempat lain akan menjadi tidak tepat tujuan dan maksudnya, dan sangat
memberatkan.
Begitu juga dengan Galabo. Meskipun konsumen dan pedagang
diberikan kebebasan yang sangat besar dari pihak pengelola untuk
menikmati semua fasilitas yang ada, namun mereka tetap mempunyai
tanggung jawab yang mengikat. Namun peraturan yang terdapat di Galabo
dirasakan tidak memberatkan sama sekali, karena peraturan yang dibuat
oleh pengelola yang ditujukan kepada pedagang maupun konsumen,
sangat longgar, dan tujuan utama peraturan tersebut diciptakan adalah
untuk menambah kenyamanan bersama, bukan untuk memberatkan.
Terdapat beberapa peraturan yang berlaku di Galabo. Peraturan
tersebut ada yang khusus ditujukan kepada pedagang, dan ada juga yang
ditujukan kepada konsumen. Namun tidak ada peraturan yang secara
khusus ditujukan untuk konsumen.
Berikut ini peneliti akan memaparkan peraturan yang dibuat oleh
pengelola, namun patut diperhatikan, bahwa dalam pembuatan peraturan
berikut ini, pengelola melibatkan pedagang. Adapun peraturan yang
ditujukan untuk pedagang adalah:
1. Pedagang diharuskan mengisi absen hadir pada setiap harinya, jika
mereka ternyata tidak berjualan, harus dengan alasan yang kuat.
Peraturan ini diambil agar tidak terjadi kekosongan lapak atau
gerobak.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2. Jika mereka tidak berdagang selama tiga hari tanpa keterangan, maka
mereka dianggap mengundurkan diri dari Galabo, dan secara otomatis
pengelola akan mengambil gerobag yang telah dipinjamkan dan
mengganti dengan pedagang yang lain. Peraturan ini di ambil agar
pedagang tidak semena-mena dengan hak yang telah diberikan,
mengingat banyaknya pedagang yang telah mengantri untuk dapat
berjualan di Galabo. Tercatat, sudah ada 116 proposal pengajuan yang
diterima pengelola dari pedagang yang ingin berjualan di Galabo.
3. Pedagang diwajibkan untuk membayar uang jasa Rp. 15.000,00 per
hari untuk menunjang pelayanan yang disediakan pengelola.
4. Pedagang diwajibkan untuk membayar pajak kepada Dipenda sebesar
5% dari total pendapatan per hari. Dihitung dari nota yang ada dan
dibayarkan keesokan harinya ketika petugas Dipenda yang berjumlah
4 orang datang ke galabo. Jadi pajak yang dibayar pada hari ini adalah
pajak hari kemarin dan dihitung dari nota penjualan.
5. Waktu berjualan dimulai dari pukul 17.30 WIB dan selesai pukul
23.00 WIB.
6. Pedagang diwajibkan memakai perlengkapan yang telah disediakan
oleh pengelola, seperti celemek.
7. Dalam melayani pembeli, pedagang diwajibkan untuk senyum,
menyapa, dan ramah.
Khusus untuk peraturan yang terakhir, peneliti mendengar secara
langsung dari Bapak Walikota, ketika mengulas Galabo, dalam
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
jamuan makan siang pada tanggal 17 Agustus 2009 di rumah dinas
Lojigandrung.
Peraturan yang dipaparkan di atas bukan merupakan peraturan
yang tertulis, namun merupakan kesepakatan yang telah disepakati
bersama di kalangan pedagang. Semua pedagang Galabo memahami,
peraturan tersebut di ambil untuk kenyamanan mereka sendiri ketika
berdagang. Mereka memahami perincian dari setiap uang yang mereka
keluarkan, dan hal ini menjadikan mereka tidak merasa keberatan dengan
adanya peraturan tersebut dan menyambut positif. Perincian dari uang jasa
akan peneliti paparkan pada sub bab berikutnya.
Selain peraturan yang dperuntukan untuk pedagang, pihak
pengelola juga membuat peraturan untung para konsumen, namun
disayangkan karena peraturan untuk konsumen ini tidak disosialisasikan.
Namun peraturan untuk para konsumen tersebut merupakan peraturan
yang bersifat umum dan bukan merupakan peraturan yang bersifat khusus
seperti peraturan yang dibuat untuk pedagang. Beberapa peraturan tersebut
seperti dilarang membawa minuman keras di area Galabo, dilarang keras
membuat keributan, dan lain-lain dibuat untuk untuk kenyamanan
lingkungan Galabo. Dan para konsumen juga sangat memahami hal
tersebut.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
G. Kebijakan yang ada di Gladag Langen Bogan Solo
Tujuan utama pendirian Galabo menurut pihak pengelola adalah
untuk mengurangi angka pengangguran di kota Solo, menyejahterakan
kehidupan pedagang dan meningkatkan taraf hidup pedagang,terutama
pedagang kaki lima di kota Solo. Pemerintah kota Solo, seperti perkataan
bapak Jokowi, selalu mengupayakan peningkatan taraf hidup masyarakat
kota Solo. Pemerintah berusaha mengajarkan kepada masyarakat akan
pentingnya sumber daya manusia, selain daripada sumber daya alam.
Pemerintah selalu berusaha mengajarkan kepada masyarakat untuk
memahami pentingnya sebuah pelayanan. Hal ini sangat terasa di berbagai
segi, terutama dalam segi pelayanan. Mulai dari tingkat kelurahan, sampai
pada pelayanan di dinas maupun instansi-instansi pemerintahan juga tidak
luput dari perombakan. Sekarang, jika akan mengurus kartu Tanda
Penduduk, maka dalam waktu satu hari sudah jadi. Jika kita datang untuk
mengurus pajak kendaraan bermotor, yang dulu membutuhkan waktu satu
hari penuh, maka sekarang hanya dalam hitungan jam atau bahkan kurang
dari satu jam.
Sesuai dengan tujuan utama dari penciptaan Galabo, maka pihak
pengelola dan Dsperindag menetapkan beberapa kebijakan. Pedagang
yang berjualan di Galabo haruslah merupakan penduduk asli Solo.
Pedagang yang mengajukan permohonan untuk berjualan di Galabo harus
menyertakan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Solo
yang menandakan bahwa pedagang tersebut adalah penduduk asli kota
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Solo. Selain itu calon pedagang galabo juga harus menyerahkan pas photo
sebagai syarat agar dapat berjualan di Galabo. Kebijakan ini diambil
dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup pedagang. Hasil nyata yang
tampak, menurut pihak pngelola adalah kenyataan bahwa dahulu banyak
pedagang yang pada saat pertama kali masuk di Galabo merupakan
pedagang kaki lima, sekarang telah meningkat menjadi pedagang
menengah. Selain itu, manfaat dari kebijakan tersebut adalah untuk
melestarikan kekayaan kuliner kota Solo itu sendiri, sehingga diharapkan
masyarakat terutama pemuda dan remaja kota Solo tidak menjadi asing
dengan makanan asli Solo. Sebab kecenderungan remaja dan pemuda kota
Solo lebih mengenal makanan yang berasal dari produk dari luar negeri.
Mereka lebih mengenal KFC, Mc Donald daripada gempol pleret, pecel,
soto, dan lain lain. Bapak Jokowi mengungkapkan keprihatinan beliau
akan kenyataan bahwa remaja jaman sekarang lebih memilih makanan
produk luar yang merupakan makanan sisa dari luar negeri yang dikirim ke
negara kita. Beliau mengungkapkan bahwa makanan asli Solo sebenarnya
adalah makanan dengan kualitas gizi yang tinggi.
Selain itu pada sub bab sebelumnya, peneliti telah mengungkapkan
tentang peraturan yang mengharuskan pedagan untuk membayar uang jasa
sebesar Rp. 15.000,00 per hari. Ketentuan tersebut oleh pengelola diambil
bukan tanpa sebab dan bukan merupakan pungutan liar yang tidak jelas
kemana arah uangnya. Namun uang jasa tersebut ditetapkan dan disepakati
untuk menunjang kenyamanan bagi semua pedagang. Uang tersebut
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
diambil untuk memberikan gaji kepada para pekerja lepas yang membantu
di Galabo. Sehingga kesepakatan tersebut dirasakan oleh para pedagang
setimpal dengan pelayanan yang diterima oleh para pedagang.
Perincian keuangan tersebut antara lain untuk memberikan gaji
yang masing-masing sebesar:
1. Petugas pendorong gerobag.
Setiap sore petugas pendorong gerobag di Galabo bertugas
untuk menyiapkan dan menata gerobag sesuai dengan urutan yang
telah ditentukan. Dan setiap malam, para petugas ini bertugas
mengembalikan gerobag di tempat yang telah ditentukan. Jumlah dari
para pendoron gerobag ini adalah 12 orang dan jumlah gerobag yang
harus disiapkan setiap hari berjumlah 72 gerobag. Masing-masing dari
mereka mendapatkan gaji sebesar Rp. 600.000,00 per bulan. Hal ini
cukup mengagetkan sekaligus menggembirakan, mengingat Upah
Minimum Regional di kota Solo juga berkisar kurang lebih Rp.
600.000,00 per bulan.
2. Petugas kebersihan.
Petugas kebersihan bertugas membersihkan area Galabo secara
menyeluruh. Mulai dari kebersihan tempat berjualan, hingga
kebersihan dari tempat yang dipakai konsumen untuk duduk. Para
petugas kebersihan ini berjumlah 8 orang dan mereka bertugas mulai
dari Galabo buka sampai dengan Galabo tutup. Masing-masing dari
mereka mendapatkan gaji sebesar Rp. 600.000,00 setiap bulannya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3. Petugas keamanan.
Petugas keamanan di Galabo yang tidak lain adalah para
pengelola tersebut berjumlah 7 orang dengan gaji masing-masing Rp.
900.000,00 setiap bulan. Mereka bertugas untuk menjaga kenyamanan
lingkungan Galabo secara keseluruhan.
4. Petugas jaga malam.
Petugas jaga malam atau keamanan wilayah bertugas pada
malam hari sampai pagi hari, mereka bertugas untuk menjaga barang-
barang yang ditinggalkan oleh para pedagang. Mereka memastikan
keamanan dari perlengkapan yang ada di Galabo. Mereka masing-
masing mendapatkan gaji sebesar Rp. 600.000,00 setiap bulannya.
Hal ini tentu sangat menggembirakan, karena para pekerja yang
ada di Galabo mendapatkan gaji yang layak mereka terima, dan
memenuhi standart upah minimum regional kota Solo. Dan yang
utama adalah dengan adanya mereka, kenyamanan dan keamanan dari
Galabo itu sendiri menjadi terjamin.
Selain kebijakan tersebut, para pedagang yang ada di Galabo
mempunyai kesepakatan antar pedagang sendiri. Mereka mengambil
kesepakatan yang berfungsi agar tidak terjadi selisih paham. Mereka
bersama-sama mengabil kesepakatan untuk menetapkan harga yang sama
dengan harga yang mereka tetapkan pada restoran atau rumah makan yang
mereka miliki di luar galabo. Dengan kesepakatan ini, maka citra dari
Galabo itu sendiri akan tetap terjamin, karena jika harga yang ditetapkan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
berbeda dari harga di luar maka akan menimbulkan pandangan yang
kurang positif bagi citra Galabo.
H. Pihak-pihak yang terkait dengan Gladag Langen Bogan Solo dan
peranannya
Pembangunan tempat seperti Galabo adalah merupakan satu
langkah awal dari pembangunan tempat serupa yang mempunyai
karakteristik dan model yang sama di kota Solo. Dalam pembangunan
Galabo, pemerintah kota Solo tidak bekerja sendiri, namun pembangunan
Galabo melibatkan banyak pihak, terutama yang terkait dengan tujuan
pendirian Galabo.
1. Disperindag
Disperindag adalah singkatan dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan. Disperindag kota Surakarta adalah dinas yang sangat
berhubungan dengan Galabo, karena sesuai dengan namanya, dinas ini
mempunyai tugas untuk mengawasi jalannya perindustrian dan
perdagangan di kota Solo. Sesuai dengan sasaran pendirian Galabo
yang ditujukan untuk para pedagang kaki lima di kota Solo, maka
Disperindag mempunyai tanggung jawab penuh pada sistem yang
berjalan di Galabo. Namun dalam pelaksanaannya, tanggung jawab
dalam hal sistem tersebut oleh Disperindag diserahkan kepada pihak
pengelola, dan Disperindag melakukan pemantauan secara rutin. Dinas
Perindustrian dan Perdagangan ini mempunyai tanggung dalam hal
penyediaan barang-barang yang dibutuhkan di Galabo. Penyediaan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
tenda meja, kursi, gerobag adalah tugas Disperindag. Dalam memantau
jalannya perdagangan di Galabo, pihak Disperindag menugaskan staf
yang berjumlah 4 orang untuk datang ke Galabo setiap harinya. Selain
memantau, ke empat personel tersebut mengambil PPN, yaitu pajak
pendapatan Negara sebesar 5% dari setiap pedagang.
2. Polisi Sektor Pasar Kliwon
Polsek pasar Kliwon mempunyai, tugas dalam hal pengamanan
tingkat lanjut, sebab pengamanan pertama adalah dari pihak pengelola.
Polsek Pasar Kliwon mempunyai wewenang untuk mengambil
tindakan apabila terjadi keributan di Galabo mengingat Galabo berada
di wilayah kecamatan Pasar Kliwon. Seperti yang diceritakan oleh
pihak pengelola, bahwa dahulu pernah terjadi keributan di galabo
ketika ada oknum TNI desersi yang sedang mabuk dan masuk ke area
Galabo dan kemudian membuat keributan. Pihak pengelola adalah
yang pertama menjalankan fungsi pengamanan agar oknum TNI
desersi tersebut tidak berbuat lebih jauh, dan kemudian pihak Polsek
Pasar Kliwon menangkap untuk diproses lebih lanjut di kantor polisi.
3. Dinas Pariwisata Kota Surakarta
Galabo merupakan tempat yang dibangun sebagai daerah tujuan
wisata bagi wisatawan yang datang ke Solo. Maka tugas Disparta
adalah dalam hal mengiklankan Galabo ke masyarakat luas. Hal ini
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
tampak dari masuknya Galabo dalam pamfet atau buku panduan wisata
atau tourism guide untuk kota Solo.
4. Kesbangpolinmas
Seiring dengan berkembangnya Galabo sebagai tempat tujuan
wisata yang ramai dikunjungi, maka Galabo menjadi tempat yang
sering dijadikan tempat melakukan obyek penelitian. Menurut pihak
pengelola, tercatat mahasiswa dari Universitas Gajah Mada Jogjakarta
pernah mengadakan studi penelitian di Galabo, dan proses penelitian
tersebut membutuhkan perijinan. Untuk mendapatkan perijinan
melakukan suatu studi penelitian ataupun survey di Galabo,
Kesbangpolinmas berperan untuk memberikan ijin.
5. Pengelola
Pihak pengelola merupakan bagian aktor utama pada
pengelolaan Galabo. Pihak pengelola bersama dengan pedagang
Galabo yang membuat peraturan-peraturan yang berguna untuk
mengatur berjalannya sistem yang berjalan di Galabo, sekaligus
sebagai pengawas yang memastikan sistem yang telah disepakati agar
berjalan. Tanpa peran dari pihak pengelola, maka sistem yang berjalan
di Galabo tidak akan bekerja dan pada akhirnya kenyamanan pembeli
akan terganggu.
6. Pedagang
Pedagang kuliner merupakan aktor sentral dari Galabo. Sebab
Galabo mengusung konsep sebagai tempat wisata yang tujuan awal
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dibangunnya adalah sebagai berkumpulnya PKL kuliner di kota Solo.
Sehingga tanpa pedagang kuliner, Galabo akan menjadi tempat wisata
yang sudah umum dijumpai.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
A. Penyajian Data
1. Profil Informan
Penelitian membutuhkan narasumber sebagai informan untuk
memperoleh data yang digunakan untuk menelaah masalah dalam penelitian.
Pemilihan narasumber ditentukan sesuai dengan rumusan permasalahan yang
ada. Karena penelitian ini menggunakan purpose sampling dan snowball,
maka informan yang peneliti ambil adalah orang-orang yang peneliti anggap
mengetahui pokok bahasan yang peneliti ambil. Pada penelitian ini peneliti
hendak memaparkan data dari hasil wawancara yang telah
Subyek kajian ini difokuskan pada orang-orang yang merupakan
konsumen di Galabo, yang merupakan pelanggan tetap yang rutin datang, dan
yang jelas tidak hanya datang untuk tujuan makan saja, namun menghabiskan
beberapa waktu untuk melakukan kegiatan lain selain makan. Peneliti hendak
mengajak kita semua untuk mempelajari pandangan dari para konsumen, dan
mencoba memahami persepsi tentang Galabo, dan hasil wawancara para
konsumen yang peneliti wawancarai, peneliti ambil sebagai sudut pandang
konsumen. Selain itu penelitian ini akan mengambil asumsi dari beberapa
pedagang yang dapat dikatakan pedagang senior karena telah berjualan dari
sejak awal berdirinya Galabo sampai sekarang. Penelitian kepada para
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pedagang ini peneliti lakukan untuk mendapatkan fakta apa yang menjadi
faktor penarik pada Galabo yang menjadikan konsumen lebih memilih untuk
datang ke Galabo daripada datang ke tempat lain. Selain itu peneliti juga akan
melakukan observasi kepada pegelola dan stakeholder dari tempat wisata
kuliner Galabo, karena penelitian ini menggunakan metode triangulasi data
untuk mengecek derajat kebenaran fakta yang peneliti dapatkan. Sehingga
diharapkan, penelitian ini akan menghasilkan rumusan yang dapat berguna.
Tabel berikut memaparkan nama-nama yang dipilih penulis dalam penelitian
ini:
Tabel 2.3
Data Informan
Nama Informan Keterangan
1 Bp. Kiswanto Ketua Pengelola
2 Bp Ribut Pengelola
3 Bp. Daud Pemilik lapak Sate p. Nur
4 Nanik Yulianti Pemilik gerobag wedang Dongo
5 Febrind Candikya Mahasiswa UMS
6 Galih Agus Staf manajemen pabrik Konveksi
7 Risal Hutama Surveyor Pertamina
8 Nika Karyawan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2. Persepsi Konsumen terhadap Gladag Langen Bogan Solo
1. Persepsi pedagang tentang Galabo
Tempat Wisata Kuliner Gladag Langen Bogan Solo adalah
perwujudan dari upaya pemerintah Kota dalam membuka lapangan
pekerjaan, menyejahterakan kehidupan Pedagang Kaki Lima, dan
merupakan suatu usaha dari pemerintah Kota Solo dalam menertibkan
Pedagang Kaki Lima yang dikhususkan untuk pedagang kuliner di Kota
Solo tanpa menghilangkannya, namun menata ulang baik dari segi letak
maupun kemasan, sehingga diharapkan citra dari PKL akan meningkat dan
dapat dikonsumsi oleh semua kalangan. Dalam perkembangannya, Galabo
telah berhasil mewujudkan cita-cita tersebut. Banyak Pedagang Kaki Lima
yang pada akhirnya mempunyai cabang dari warung asal. Penataan Galabo
yang ditata sedemikian rupa menjadikan seluruh masyarakat tidak enggan
atau malu untuk datang bersantap sambil menikmati suasana khas pinggir
jalan. Galabo telah berhasil meningkatkan taraf hidup dari para pedagang
kaki lima. Meskipun dalam perkembangannya, para pedagang mengalami
pergantian personel, baik yang tidak dapat memenuhi permintaan dan
tuntutan pasar, hingga pedagang yang yang pailit karena pendapatan tidak
sebanding dengan modal belanja dalam setiap harinya, namun secara
keseluruhan, Galabo telah dapat memuaskan berbagai pihak, baik dari
pemerintah sebagai pencetus berdirinya Galabo, pihak pengelola sebagai
motor stabilitator Galabo, hingga pedagang serta konsumen.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Selain konsumen sebagai konsumen, pihak pengelola sebagai
panjang tangan dari Pemerintah Kota dalam menjaga Stabilitas di Galabo,
pedagang merupakan salah satu elemen yang menjadi kunci kemajuan dari
Galabo. Sehingga mengetahui dan memahami pandangan dan pendapat
dari pedagang di Galabo menjadi suatu studi yang wajib untuk dipelajari.
Para pedagang di Galabo mendapatkan berbagai fasilitas seperti yang telah
peneliti jabarkan pada tabel 2.2 pada halaman 63, mengenai fasilitas dari
pihak pengelola untuk pedagang, dan juga table 2.3 pada halaman 64,
mengenai fasilitas dari pihak sponsor. Mereka mengaku puas dengan
pelayanan yang di berikan oleh pihak pengelola tersebut. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Bapak Daud dan Ibu Nanik Yulianti. Ketika peneliti
menanyakan pendapat mereka tentang fasilitas yang mereka dapatkan dari
pihak pengelola, mereka mengaku puas dengan apa yang telah mereka
dapatkan. Sebab mereka benar-benar dipermudah dan dibantu oleh pihak
pengelola. Pak Daud mengungkapkan demikian,
“lapak dan semua fasilitas yang kami gunakan untuk berjualan di Galabo berasal dari pengurus Galabo, kecuali makanan yang dijual dan juga segala keperluan yang dijual. Ibaratnya kami datang tinggal berjualan.”
Hal ini sesuai dengan perkataan dari bapak Kiswanto yang
mengatakan bahwa pedagang di Galabo hanya tinggal datang dan
berjualan saja, bahkan pihak pengelola juga telah menyediakan jasa
pendorong gerobag, sehingga para pedagang tidak perlu mendorong
gerobag mereka sendiri-sendiri setelah Galabo tutup. Dan ketika penelitian
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
menanyakan bagaimana ketika hujan datang, jawaban dari Pak Daud dan
bu Nanik serupa, yaitu hanya membawa barang dagangan sedikit saja.
Dalam mengatasi musim penghujan, pihak pengelola sebenarnya telah
memberikan solusi, yaitu memberikan tenda besar. Hal ini dibenarkan Pak
Daud. Beliau pernah menyampaikan usul demikian,
“Saya dulu sudah pernah mengusulkan kepada pihak pengelola agar menyediakan tenda lebih banyak kalau hujan.”
Dan ketika lebih lanjut peneliti bertanya tentang harapan mereka
jika Pemerintah Kota akan mengadakan pebangunan serupa dengan
Galabo, Pak Daud menyampaikan harapannya demikian,
“Ya kalau ada lagi ya saya kepengin buka cabang lagi, biar lebih dikenal lagi”
Dari jawaban beliau yang singkat tersebut kita dapat melihat satu
harapan yang besar dan mendalam. Beliau menganggap bahwa Galabo
telah berhasil membesarkan warungnya yang merupakan cabang dari
warung sate milik ayahnya. Berkat Galabo, Pak Daud dapat memiliki
warung sebagai usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebab warung sate yang pertama adalah milik ayahnya yang bernama Pak
Nur. Berikut penuturan beliau,
“Usaha sate ayam ini adalah usaha keluarga, Usaha jualan sate ayam ini menurun dari ayah saya. Warung ini (yang ada di Galabo) juga masih atas nama ayah saya, namanya juga masih memakai nama ayah saya (p. Nur). Dulu saya sudah pernah meminta untuk diganti atas nama saya, tapi setelah saya pikir-pikir, akhirnya saya biarkan saja sampai sekarang, toh juga itu ayah saya sendiri dan semua yang berhubungan dengan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Galabo, yang mengurusi dan dan bertanggung jawab juga saya. Bapak saya lebih memilih berjualan di Slamet Riyadi. Jadi istilahnya saya meminjam nama ayah saya. Kami memang menjual khusus sate ayam. Namun sate ayam di warung kami, kami buat dengan macam-macam variasi pilihan agar menarik. Kalau sate ayam ditempat lain mungkin hanya sate ayam saja, di warung kami, kami menjual sate daging, sate telur, sate campur,dan ada juga sate spesial.”
Gladag Langen Bogan Solo adalah satu-satunya pusat
berkumpulnya jajanan khas kota Solo, telah berkembang menjadi tempat
gaul bagi para pemuda kota Solo dan sekitarnya. Mempelajari apa yang
terdapat di Galabo, dapat memberikan wacana kepada kita bagaimana
persepsi peduduk kota Solo dan sekitarnya, tentang apa yang diinginkan
dan bagaimana pembangunan tempat wisata yang paling ideal bagi warga
kota Solo. Mengamati perilaku konsumen Galabo, kita mendapatkan
cerminan tentang perilaku warga kota Solo yang terbiasa hidup santai dan
mengalir. Gladag Langen Bogan itu sendiri mempunyai karakter yang
menarik untuk dipelajari. Ada beberapa tempat yang seperti Galabo yang
penulis ketahui, namun tidak ada yang semenarik Galabo. Seperti di
Semarang, terdapat tempat serupa Galabo, tepatnya di kawasan Pecinan.
Di tempat tersebut, dijual berbagai macam makanan, namun banyak yang
mengandung masakan yang bagi umat muslim di anggap haram, sehingga
tidak semua penikmat kuliner dapat menikmati semua masakan yang ada.
Namun di Galabo, semua kalangan dapat masuk dan menikmati secara
bebas, baik makanannya, maupun suasananya. Sebenarnya selain di
Galabo, kota Solo mempunyai kawasan yang di pergunakan untuk kuliner
juga, seperti kawasan Keprabon. Namun di daerah Keprabon pada
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perkembangannya menjadi daerah yang dianggap elit karena harga yang
ditetapkan oleh penjual cukup mahal. Dan selain harga yang cukup mahal,
tempatnya kurang begitu menarik. Sehingga hanya sebagian saja warga
Solo yang datang ke Keprabon, bahkan lebih banyak wisatawan atau turis
asing. Bagi wisatawan, daerah Keprabon masih menarik, hal ini
disebabkan di Keprabon mempunyai beberapa daya tarik. Selain makanan
yang dijual mempunyai rasa yang lezat, di Keprabon sengaja membiarkan
pengamen yang membawakan tembang-tembang jawa. Para pengamen ini
dalam mengamen memakai busana jawa tempo dulu, dan menggunakan
alat musk siter untuk mengiringi sinden nembang. Hal ini tentu dianggap
sangat menarik bagi para wisatawan, terlebih lagi wisatawan asing, karena
nuansa yang ditawarkan ketika bersantap di Keprabon mempunyai kesan
Solo yang kental. Hal ini terungkap dalam salah satu percakapan singkat
antara penulis dengan salah satu pengamen siter yang berada di Keprabon
yang biasa dipanggil Eyang Tukimin. Beliau menuturkan dalam bahasa
jawa demikian:
“Kulo niku sampun welasan tahun teng ngriki mas. Entuke nggih
mboten mesti, kadang akeh, kadang sithik. Kolomben nggih nate angsal atusan ewon, nek turis saking manca teko..”
Beliau menuturkan, bahwa sudah belasan tahun mengamen di
Keprabon, meskipun pendapatan tidak menentu, beliau tetap mengamen.
Eyang Tukimin juga membenarkan bahwa salah satu daya tarik di
Keprabon adalah dari segi klenengan jawa. Namun yang agak
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
memprihatinkan adalah kenyataan bahwa wisatawan luar negeri lebih
antusias dan lebih apresiasif ketika mendengar musik klenengan jika
dibandingkan dengan warga Solo. Tidak jarang para wisatawan asing ikut
turut berjoget mendengarkan alunan musik siter yang dibawakan.
Persepsi konsumen sangat penting dipahami. Dengan memahami
persepsi konsumen, kita dapat menciptakan tempat yang dapat
mengakomodir semua keinginan yang beraneka ragam, yang nantinya
diharapkan pembangunan tempat serupa akan dapat berhasil. Sebagai
indivdu, masing-masing dari tiap anggota masyarakat mempunyai
pandangan masing-masing yang berbeda. Schiffman dan Kanuk
mencontohkan empat orang yang melihat satu kejadian yang sama pada
waktu yang sama pula dapat menceritakan kembali dengan sangat jujur
cerita yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Setiap kejadian yang
sama dapat berbeda-beda dalam menceritakannya tersebut dapat terjadi
karena setiap individu merasakan peristiwa yang terjadi dengan cara
masing-masing yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan menangkap,
menganalisa dan mencertakan ulang. Bagi setiap individu, realitas
merupakan fenomena yang sangat pribadi, yang didasarkan pada
kebutuhan, keinginan, nilai-nilai, dan pengalaman pribadi orang tersebut.
Realitas bagi seseorang semata-mata merupakan persepsi dari orang itu
mengenai apa yang ada “di luar sana”, mengenai apa yang terjadi. Individu
bertindak dan bereaksi berdasarkan persepsi mereka, tidak berdasarkan
realitas yang obyektif. Jadi persepsi konsumen jauh lebih penting daripada
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pengetahuan mereka mengenai realitas yang obyektif, sebab jika seseorang
berfikir mengenai realitas, maka itu bukanlah realitas yang sebenarnya,
akan tetapi apa yang dipikirkan konsumen sebagai realitas, yang akan
mempengaruhi tindakan mereka, kebiasan membeli mereka, kebiasaan
bersantai mereka, dan lain sebagainya. Dan karena individu membuat
keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan pada apa yang mereka
rasakan sebagai realitas, maka kita semua perlu sekali memahami gagasan
persepsi secara keseluruhan dan berbagai konsep yang berhubungan
dengannya, sehingga kita dapat lebih mudah menentukan faktor-faktor
yang mempengaruhi pembelian konsumen. Lebih lanjut, Schiffman dan
Kanuk mendefisikan persepsi sebagai proses yang dilakukan oleh setiap
individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam
gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia. Proses ini dapat
dijelaskan sebagai bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita.
Bagi kota Solo sendiri, persepsi konsumen sangat diperlukan,
mengingat kota Solo sedang mengadakan pembangunan kota dengan
harapan mengangkat citra kota Solo sebagai kota budaya dan kota
berbudaya. Hal ini selaras dengan apa yang diutarakan bapak Joko widodo
dalam sambutan jamuan makan malam dengan Pengurus Purna Paskibraka
Indonesia dan Paguyuban Putra Putri Solo. Karakteristik masyarakat kota
Solo sendiri adalah santai, dan cenderung tidak senang untuk terlalu
dibatasi. Masyarakat sangat menyukai jika diberi kebebasan yang seluas-
luasnya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Pada perkembangan yang sekarang, budaya nongkrong pada
masyarakat kota Solo, terutama kaum muda sudah menjamur. dapat kita
lihat, hampir semua tempat makan di kota Solo, mulai dari wedangan,
sampai kafe mengusung tema dan pencitraan sebagai “tempat
tongkrongan”. Hal ini perlu disikapi dengan seksama jika kita ingin
mendirikan tempat makan atau rumah makan agar dapat bertahan. Para
remaja dan pemuda akan lebih memilih untuk datang ke tempat yang dapat
dipakai untuk nongkrong daripada datang ke tempat yang mempunyai
nuansa resmi. Sedangkan Gladag Langen Bogan sendiri selain sebagai
tempat wisata kuliner juga mempunyai konsep sebagai tempat
tongkrongan yang diperuntukan kepada warga Solo tanpa mengenal
batasan usia, bagi kalangan keluarga maupun remaja atau pemuda. Pada
perkembangannya yang sekarang para konsumen Galabo telah meluas ke
Kota maupun Kabupaten di sekitar kota Solo.
2. Persepsi konsumen tentang Galabo
Perkembangan Gladag Langen Bogan hingga sampai saat ini masih
selalu ramai tidak dapat lepas dari peran serta masyarakat yang selalu
datang ke Galabo, terutama masyarakat kota Solo. Selain dengan
perencanaan yang matang dan pemilihan tempat yang tepat melalui proses
yang panjang, dalam pembangunan tempat wisata apapun, masyarakat
adalah kunci utama dalam kesuksesannya, dan terbukti, masyarakat kota
Solo mempunyai keinginan yang besar untuk turut aktif dalam
pembangunan kota. Bapak Walikota selalu menyampikan dalam segala
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
kesempatan bertemu muka dengan masyarakat, bahwa segenap masyarakat
kota Solo wajib untuk menjaga tempat-tempat yang telah mengalami
pembenahan dan relokasi. Beliau selalu menyampaikan bahwa Pemerintah
Kota berperan sebagai pemberi fasilitas, namun tugas masyarakatlah yang
merawat dan menjaga agar fasilitas-fasilitas tersebut selalu terawat. Beliau
sangat menyayangkan kejadian yang terjadi di beberapa tempat di Kota
Solo yang telah mengalami perbaikan dari pemerintah, namun kembali
dirusak oleh segelintir masyarakat. Beliau mencontohkan perbaikan yang
telah dilakukan di daerah tanggul depan terminal Tirtonadi Solo. Pada
beberapa tahun dulu, daerah tersebut merupakan daerah kumuh yang
mengganggu pandangan dan citra kota Solo, karena daerah tersebut
disalah gunakan sebagai tempat berdirinya bangunan liar yang
dipergunakan untuk rumah, dan sebagian sebagai tempat prostitusi
terselubung. Pemerintah Kota mengadakan penertiban di daerah tersebut
dan kemudian dibangun sebagai taman kota, dan rencana yang
berkembang, kawasan tersebut tidak hanya sebagai taman kota saja,
namun sebagai tempat wisata yang menggunakan Kali Anyar sebagai
tempat wisata air. Namun ketika pembangunan taman kota telah selesai
lengkap dengan tata lampu yang indah, pengrusakan kembali terjadi.
Banyak lampu hias yang hilang dicuri, beberapa banguan juga terdapat
coret-coretan. Hal ini tentu membuat geram siapapun yang menyaksikan.
Sehingga bapak Walikota selalu mengingatkan agar kejadian serupa tidak
diulang kembali, baik di Galabo, maupun di tempat-tempat yang lain.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Beliau selau menekankan bahwa pembagunan kota Solo ditujukan sebagai
perwujudan kota Solo sebagai City Branding kota Solo sebagai kota
Budaya dan kota Berbudaya. Beliau selalu menekankan untuk bersama-
sama membangun, baik pembangunan fisik kota maupun pembangunan
mentalitas masyarakat. Sebab meskipun pebangunan fisik gencar
dilaksanakan, namun pembangunan mentalitas masyarakat dan kesadaran
untuk menjaga dan memeliharanya tidak dibangun, maka pembangunan
fisik kota yang dilakukan tidak akan pernah dapat maksimal, sebab
bagaimanapun pemerintah kota dengan semua aparaturnya menjaga,
namun masyarakat tidak ikut menjaga, hasilnya akan nol saja.
Masyarakat kota Solo sendiri saat ini telah berkembang menjadi
masyarakat yang sadar untuk bersama-sama membangun kota Solo. Ketika
di kota Solo di bangun tempat seperti Galabo, masyarakat kota Solo adalah
yang utama berperan agar Galabo selalu bertahan dengan cara selalu
datang berkunjung. Kunci dari tempat- tempat seperti Galabo agar selalu
eksis adalah dengan selalu ramainya masyarakat untuk datang berkunjung,
dan hal ini sudah teruji dengan jumlah konsumen yang datang ke Galabo
yang mencapai ribuan orang dalam setiap malamnya. Jika jumlah
konsumen yang datang selalu dapat terjaga setiap harinya, maka Galabo
tidak akan pernah mati dan selalu ada. Masyarakat sendiri mempunyai
beberapa gambaran seputar tentang Galabo. Masyarakat mempunyai
beberapa harapan yang belum terwujud di Galabo, meskipun secara
keseluruhan, mereka telah puas dengan apa yang mereka dapat di Galabo,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
baik dari segi tempat, suasana, harga, pelayanan, menu makanan yang
beragam, kenyamanan tempat, dan keamanan. Namun mereka menilai
bahwa sebenarnya Galabo masih dapat dikondisikan lebih baik lagi.
Mereka menilai apa yang sekarang terdapat di Galabo, harus tetap
dipertahankan, namun perlu untuk ditambah keunggulan yang lain. Galabo
sendiri tidak ditujukan untuk masyarakat kalangan menengah ke atas saja,
namun untuk semua kalangan. Diharapkan, dari mulai sopir becak hingga
pengusaha dapat berbaur menikmati Galabo bersama-sama dan dapat
berinteraksi satu dengan yang lain. Jika harapan tersebut ingin
diwujudkan, maka yang menjadi persoalan adalah soal harga makanan di
Galabo. masyarakat golongan menengah ke atas menilai harga makanan di
Galabo murah, namun bagi masyarakat golongan bawah, harga makanan
di Galabo masih terbilang mahal. Memang harga makanan di Galabo
masih terjangkau semua kalangan, namun dikhawatirkan frekuensi datang
dari masyarakat Solo akan berkurang. Mereka nantinya akan malas datang
ke Galabo lagi, dan hal ini tentunya akan berimbas kepada para pedagang
yang berjualan. Jika barang dagangan mereka tidak selalu habis, maka
lambat laun mereka akan mengalami kerugian. Beberapa pedagang telah
mengalami kerugian dan pada akhirnya tidak dapat berjualan lagi di
Galabo. hal ini tentu saja bukan yang diinginkan kita semua, sebab tujuan
utama dari Galabo adalah mengumpulkan Pedagang Kaki Lima dan
meningkatkan kesejahteraan mereka.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Harapan menyangkut harga makanan di Galabo ini selaras dengan
pernyataan dari Febrind, seorang mahasiswa UMS. Dia mengatakan
bahwa dulu dia sering datang ke Galabo, dan sangat tertarik dengan
konsep yang dibawa dalam pembangunan Galabo. namun sekarang dia
menilai harga makanan yang di Galabo tidak sesuai dengan promosi awal
yang mengatakan harga murah di Galabo. Bahkan dia dan teman-
temannya mempunyai julukan untuk Galabo yang sebenarnya merupakan
kritikan terhadap Galabo menyangut harga, yaitu “harga bintang lima,
fasilitas kaki lima”. Sekarang, dia dan teman-temannya menjadi jarang
untuk datang ke Galabo, jika dulu dalam seminggu dia dapat datang dua
sampai tiga kali, sekarang belum tentu dia datang seminggu sekali. Dan
hal inilah yang dikhawatirkan akan berdampak negatif dalam
perkembangan Galabo, sebab jika masyarakat luas mempunyai pemikiran
seprti Febrind, maka lambat laun Galabo akan menjadi monumen saja dan
keberlangsungan hidup Galabo lambat laun akan mati. Dia menyampaikan
harapan agar harga yang ditetapkan di Galabo sesuai dengan promosi
awal, yaitu disesuaikan dengan masyarakat kota solo secara keseluruhan.
Dia menyampaikan demikian :
“Harga disesuaikan dengan kemampuan kebanyakan warga Solo, sehingga semua warga Solo dari berbagai kalangan dapat menikmati fasilitas di Galabo. Jadi tidak hanya golongan tertentu saja”.
Dan ternyata tidak hanya Febrind saja yang berpendapat demikian.
Salah satu konsumen perempuan yang peneliti temui mepunyai pandangan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dan harapan yang sama dengan Febrind. Nika adalah seorang karyawati
yang berasal dari kecamatan Laweyan. Berumur 25 tahun yang dalam
seminggu bisa berkunjung dua sampai tiga kali dalam seminggu.
Meskipun sering datang ke Galabo, dia mengaku tidak begitu puas dengan
pelayanan di Galabo. terlebih lagi jika menyangkut soal harga, dia
mengatakan bahwa makanan di Galabo masih dianggap mahal jika
dibanding dengan pendapatannya. Berikut penuturannya menyangkut
harapan jika pemerintah kota akan mengadakan pembangunan tempat-
tempat seperi Galabo dan harga makanan di Galabo.
“Semoga lebih baik dari Galabo, baik dari segi harga maupun pelayanannya”.
Dia menuturkan bahwa sebenarnya Galabo mepunyai tempat yang
strategis dan menarik, namun apabila tidak dijaga antusias konsumennya,
maka Galabo tidak akan dapat bertahan lama sehingga pihak pengelola
dan pihak-pihak yang terkait dengan pembangunan Galabo diminta untuk
benar-benar menjaga jumlah konsumen. Dia menilai bahwa masyarakat
sekarang ini telah lebih selektif dalam memilih tempat-tempat yang
mereka anggap menarik. Dia mencontohkan pembangunan Taman Satwa
Taru Jurug. Pada saat awal-awal dibuka, para konsumen yang datang
membludak. Mereka ingin datang untuk melihat hewan-hewan yang ada.
Setiap hari minggu atau hari libur sekolah, tempat itu merupakan tempat
tujuan dari kebanyakan keluarga, termasuk keluarga besar Nika untuk
datang. Namun Taman Satwa Taru Jurug yang sekarang merupakan taman
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
yang mengenaskan. Hewan-hewan yang dipamerkan tidak lagi komplit
dan banyak failitas yang rusak atau tidak layak pakai. Akhirnya para
konsumen menjadi malas untuk datang berkunjung ke Jurug, dan hal
tersebut terbukti dengan merosotnya jumlah konsumen yang datang. Yang
dahulu berjumlah ribuan, sekarang mencapai jumlah puluhan saja sudah
termasuk ramai. Tentu hal ini tidak ingin terjadi lagi di Galabo. sehingga
dia berharap semua pihak yang mempunyai peran dalam pembangunan
dan perawatan Galabo mempunyai kesadaran penuh guna terjaganya
animo masyarakat kepada Galabo. Sehingga nasib Galabo tidak akan
berujung seperti Taman Satwa Taru Jurug. Dan Nika berpandangan jika
harga tidak dijaga, dan hanya memikirkan kepentingan dari pedagang saja,
maka persoalan harga ini akan dapat menjadi penentu dari jumlah
konsumen yang datang.
Beberapa konsumen yang lain mempunyai harapan dan yang
berbeda dari Febrind dan Nika, mereka tidak begitu mempermasalahkan
soal harga, namun lebih memilih untuk memberikan perhatian kepada
kemasan dan konsep tempat. Mereka mempunyai pandangan jika suatu
tempat wisata ingin bertahan lama, maka tempat tersebut harus
mempunyai pengemasan tempat dan media promosi yang mendukung.
Menurut Galih, seorang staf pabrik konveksi, Galabo saat ini sudah
memenuhi standar yang cukup sebagai tempat kuliner dan juga tempat
wisata. Namun dia menilai Galabo masih memiliki kekurangan, yaitu jika
musim penghujan. Menurutnya, suasana nyaman yang biasa didapatkan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ketika hari-hari biasa dapat hilang ketika hujan turun. Dia menilai konsep
udara terbuka sangat menarik dan pas bagi warga kota kota Solo yang
menginginkan suasana yang santai. Namun di sisi lain akan menimbulkan
masalah ketika turun hujan, dan di Negara Indonesia, musim penghujan
datang enam bulan dalam setahun. Dia mengutarakan, cuaca yang saat ini
tidak menentu tidak dapat dijadikan patokan. Dan Galabo harus
mempunyai persiapan yang matang apabila musim penghujan datang.
Galih menilai jalan keluar untuk menutup Galabo jika hujan turun tidak
sesuai, sebab dapat membuat konsumen kapok untuk datang di kemudian
hari.
Berikut ini penuturan dari Galih mengenai harapan tentang Galabo
dan apabila akan diadakan pembangunan tepat-tempat yang serupa dengan
Galabo:
“Sangat setuju dan mendukung. Apalagi kalau ditambah kemasanannya dengan hiburan yang menarik”.
Dia menilai bahwa fasilitas yang saat ini terdapat di Galabo sudah
sesuai dengan kengininannya, namun dia juga mempunyai keinginan
untuk manambah hiburan yang menarik, dan tidak hanya band-band saja,
namun seminggu sekali diadakan event atau acara-acara yang berbeda-
beda, sehingga pngunjung selalu erasa betah dan tertarik untuk menunggu
event yang digelar. Namun dia menilai kondisi Galabo yang sekarang,
yang dengan live band sudah cukup menghibur konsumen, dan dapat
menarik konsumen.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Pendapat yang serupa juga diungkapkan oleh Rizal, yang
berprofesi sebagai surveyor Peertamina. Namun dia menilai masih ada
kekurangan di Galabo dari segi rasa masakan. Di menilai rasa masakan di
Warung asal lebih mantap di bandingkan dengan yang ada di Galabo dan
pada akhirnya jika dia menginginkan untuk merasakan masakan yang
sebenarnya, dia lebih memilih untuk datang ke Warung aslinya dan bukan
ke Galabo. Namun jika dia menginginkan suasana yang santai, dan
mempunyai wktu yang agak longgar, dia akan datang ke Galabo. Secara
keseluruhan, dia mengaku puas dengan yang di dapat dari Galabo. Dia
tidak pernah menunggu terlalu lama untuk mendapatkan makanan yang
telah dipesan. Dia menilai kota Solo perlu menambah tempat-tempat yang
memiliki karakteristik seperti Galabo. di mengatakan harapan dan
keinginannya sebagai berikut:
“Semoga kalau ada pembangunan tempat seperti Galabo, dibuat lebih baik dan harus lebih nyaman dibanding Galabo”.
Pernyataan dari Rizal tersebut sesuai dengan pendapat dari pihak
pengelola yang selalu mengupayakan untuk memberikan pelayanan yang
terbaik kepada konsumen.
Karakteristik masyarakat kota Solo yang cenderung santai, namun
selektif dalam memilih mempunyai dua sisi yang perlu dicermati. Satu
sisi, jika masyarakat menyukai dan merasa cocok dengan suatu bentuk
perwujudan suatu tempat, maka dapat dipastikan tempat tersebut akan
maju dan berkembang dengan pesat. Namun jika tidak memperhatikan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
keinginan dari masyarakat, maka pembangunan yang berjuwud apapun
tidak akan pernah berhasil di kota Solo. Terlebih lagi masyarakat kota
Solo adalah masyarakat yang mempunyai karakteristik yang unik.
Mempelajari apa yang menjadi keinginan dan harapan dari konsumen serta
memahami persepsi konsumen yang terlihat dari perilaku yang tampak
adalah modal utama dalam pembangunan Galabo dan tempat-tempat yang
yang memiliki karakteristik tempat sejenis.
Berikut ini adalah matrik Persepsi Konsumen.
Matrik 3. 1
Matrik Persepsi Konsumen Terhadap Galabo
Indikator Persepsi Tujuan Datang 1. Pemenuhan
Kebutuhan • Makan • Minum
2. Memperoleh Kepuasan
• Bernyanyi • Bertemu teman
3. Prestise • Bertemu rekan bisnis 4. Nilai Sesuai dengan proposisi dari George
Homan yang ketiga, yang berbunyi: Memberikan arti atau nilai kepada tingkah laku yang diarahkan oleh orang lain terhadap aktor. Makin bernilai bagi seseorang sesuatu tingkah laku orang lain yang ditunjukan kepadanya, makin besar kemungkinan atau makin sering ia akan mengulangi tingkah lakunya tersebut. Pada proposisi inilah Homan meletakan tekanan dari teorinya. Selain itu juga berhubungan dengan proposisi yang keempat dan kelima, yang buntinya adalah: Proposisi keempat, Makin sering orang menerima ganjaran atas tindakannya dari orang lain, makin berkurang nilai dai setiap tindakan yang dilakukan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
berikutnya. Ide proposisi ini berasal dari hukum Gossen dalam ilmu ekonomi. Proposisi kelima, Makin dirugikan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, makin besar kemungkinan oarang tersebut akan mengembangkan emosi, semisal marah. Proposisi ini berhubungan dengan keadilan relatif (relative justice) dalam proses tawar menawar.
• Mempererat pertemanan • Berkumpul dengan keluarga
5. Trend yang berkembang
• Tempat menghabiskan waktu dengan pacar
• Tempat gaul
3. Perilaku Konsumen Di Gladag Langen Bogan Solo
Perilaku konsumen tidak dapat lepas dari kebiasaan dan budaya yang
melekat pada masyarakat di daerah tersebut. Dari Gladag Langen Bogan
Solo, dapat kita ketahui karakteristik masyarakat kota Solo secara
keseluruhan, sebab dengan datang ke Galabo setiap malam, kita dapat
menjumpai ribuan masyarakat Kota Solo yang saling berinteraksi satu sama
dalam tujuan memenuhi kebutuhan masing-masing. Para pedagang di Galabo
berjualan yang mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan berupa
meningkatkan taraf hidup, mengembangkan usaha, dan memapankan usaha,
berinteraksi dengan konsumen. Begitu juga konsumen yang datang dengan
tujuan untuk pemenuhan kebutuhan seperti rekreasi setelah seharian bekerja,
memenuhi kebutuhan primer akan rasa lapar, hingga bertemu dengan teman
dan rekan bisnis. Dan difasilitasi oleh pengelola yang selalu menjaga interaksi
tersebut tidak terputus, menjadikan Gladag Langen Bogan Solo sebagai suatu
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
tempat bagi terciptanya suatu rantai hubungan yang utuh dan saling
membutuhkan antara satu elemen dengan elemen yang lain. Dengan
menghormati persepi dari konsumen dan pedagang, maka Gladag Langen
Bogan tidak akan surut dari waktu ke waktu.
Pihak pemerintah Kota selaku punggawa dari jalannya perekonomian
suatu kota tidak pernah berhenti memberikan jalan keluar bagi masalah klasik
suatu daerah, yaitu mengatasi permasalahan Pedagang Kaki Lima. Kota Solo
telah menjadi contoh bahwa Pedagang Kaki Lima yang selama ini menjadi
momok bagi sebagian besar daerah di seluruh Indonesia dapat ditangani
secara arif tanpa menimbulkan gejolak keributan seperti yang biasa kita lihat
melalui tayangan televisi. Setelah sebelumnya berhasil memindahkan
pedagang pasar Klithikan dengan damai dan menjadi percontohan dari kota-
kota lain, dengan melihat Galabo yang sekarang, kota Solo sekali lagi telah
berhasil mengatasi permasalahan Pedagang Kaki Lima.35
Perilaku konsumen yang berkunjung di Galabo merupakan cerminan
dari perilaku masyarakat kota Solo secara keseluruhan. Menurut data dari
pengelola, jumlah konsumen Galabo setiap harinya mencapai tiga ribu (3000)
orang, dengan catatan, apabila kondisi cuaca cerah dan tidak hujan. Jumlah
konsumen tersebut akan meningkat hingga dua kali lipat pada malam minggu.
Pada malam minggu, sekitar lima ribu sampai enam ribu orang datang ke
Galabo. Dengan jumlah konsumen yang berjumlah ribuan dalam setiap
35 Majalah Venue, hal: 89
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
harinya tersebut, maka Galabo merupakan sarana yang tepat sebagai tempat
untuk mempelajari perilaku masyarakat kota Solo.
Menurut Hommans, syarat suatu Perilaku Sosial adalah jikalau orang
yang beraksi memiliki arti terhadap orang lain dan penghargaan atau sanksi
yang datangnya dari orang lain. Kita dapat mengetahui suatu gambaran
mengenai perilaku manusia yang dibentuk oleh hal-hal yang memperkuat atau
memberi dukungan yang berbeda-beda. Demikian halnya dengan yang dapat
kita lihat di Galabo, proses interaksi antara penjual dan konsumen
menunjukan apa yang yang diharapkan dengan upaya yang dilakukan.
Penjual menawarkan menu kepada konsumen yang datang dengan harapan
agar barang dagangan yang mereka bawa laku terjual. Demikian juga
sebaliknya, para konsumen yang datang ke Galabo. mereka datang dengan
maksud dan tujuan mereka masing-masing. Mereka datang ke Galabo dengan
harapan kebutuhan mereka akan terpenuhi. Dan fakta yang penulis temukan
ketika melakukan observasi adalah bahwa tidak semua konsumen yang
datang ke Galabo menjadi pembeli atau konsumen dari makanan yang ada,
namun hanya sekedar berkumpul dengan teman atau rekan bisnis saja.
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman,
serta pengalaman manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Kecenderungan masyarakat kota Solo
yang terbiasa hidup santai sangat tampak jika kita mencermati perilaku
konsumen di Galabo. Kebiasaan untuk berkumpul yang telah mengakar dan
menjadi suatu keharusan yang sulit untuk dihilangkan. Perilaku merupakan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
suatu respon seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya, setelah melalui proses berpikir. Respon yang
muncul dapat berupa perilaku yang tampak maupun yang tidak tampak
seperti pengetahuan, persepsi dan motivasi.36
Perilaku yang menjadi kebiasaan tersebut lambat laun bergerak
perlahan menjadi budaya yang sulit untuk dihilangkan. Menurut Schiffman
dan Kanuk, dalam studinya sifat budaya yang luas membutuhkan
pemeriksaan yang terinci terhadap masyarakat secara keseluruhan, termasuk
berbagai faktor seperti bahasa, pengetahuan, hukum, agama, kebiasaan
makanan, musik, seni, teknologi, pola kerja, produk, dan barang-barang
lainnya sebagai hasil kecerdasan manusia yang memberikan citra rasa
tersendiri kepada masyarakat. Dalam beberapa hal, budaya merupakan
kepribadian masyarakat, oleh sebab itu tidak mudah untuk menentukan
batasan-batasannya. Namun karena fokus dari penelitian ini adalah kepada
perilaku konsumen, maka budaya didefinisikan sebagai berikut,
“keseluruhan kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang dipelajari yang membantu mengarahkan perilaku konsumen para anggota masyarakat tertentu”
Komponen kepercayaan dan nilai dalam definisi tersebut merujuk
kepada akumulasi perasaan dan prioritas yang dipunyai para individu
mengenai “segala masalah” dan barang milik. Nilai-nilai juga merupakan
36 H.Djaslim Saladin, SE, Perilaku Konsumen dan Pemasaran Strategik, Linda Karya, Bandung, 2003, hal. 23
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
kepercayaan, namun nilai-nilai berbeda dari kepercayaan, sebab nilai-nilai
memenuhi kriteria sebagai berikut:
• Relatif sedikit jumlahnya
• Berlaku sebagai pedoman bagi perilaku yang tepat secara budaya
• Abadi atau sulit diubah
• Tidak terikat kepada obyek atau situasi tertentu, dan
• Diterima secara luas oleh para anggota masyarakat
Oleh karena itu, dalam arti luas, baik nilai-nilai maupun kepercayaan
merupakan citra mental yang mempengaruhi berbagai macam sikap khusus
yang pada gilirannya mempengaruhi kemungkinan cara seseorang bereaksi
terhadap situasi tertentu. Sebagai contoh, saat ini sebagian besar anak-anak
muda lebih memilih untuk datang ke Galabo jika dibanding datang melihat
benda-benda bersejarah di Museum Radyapustaka. Dan lebih lanjut,
Schiffman dan Kanuk menjelaskan bahwa kebiasaan berbeda dengan
kepercayaan dan nilai-nilai.
“Kebiasaan adalah cara perilaku yang kelihatan yang merupakan cara berprilaku yang disetujui dan dapat diterima secara budaya dalam berbagai keadaan tertentu.”
Kebiasaan terdiri dari perilaku sehari-hari atau rutin. Sebagai contoh,
perilaku seorang konsumen yang menambahkan saus dan sambal ketika akan
menyantap semangkuk bakso, memberi gula pada saat membuat teh, adalah
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
berbagai kebiasaan yang sudah lazim. Jadi, walaupun kepercayaan dan nilai-
nilai merupakan pedoman bagi perilaku, kebiasaan adalah cara berperilaku
yang biasa dan dapat diterima. Maka dengan definisi tersebut, kita dapat
memahami perilaku masyarakat yang gemar berkumpul bukan lagi sebagai
kebiasaan saja, namun sudah dapat dikategorikan ke dalam budaya.
Berikut ini adalah Matrik Perilaku Konsumen.
Matrik 3. 2
Matrik Perilaku Konsumen Di Galabo
Indikator Perilaku Konsumen Keterangan 1. Perilaku yang tampak
Memilih makanan • Pemenuhan kebutuhan
Memilih makanan, memesan makan perilaku ini bertujuan untuk mendapatkan makanan yang sesuai dengan yang dinginkan.Makan dan minum, Berbicara/berinteraksi
• memperoleh kepuasan. Indikator ini sesuai dengan proposisi kedua dari George Homan yang berbunyi: ‘Menyangkut frekuensi ganjaran yang diterima atas tanggapan atau tingkah laku tertentu dan kemungkinan terjadinya peristiwa yang sama pada waktu sekarang. Makin sering dalam peristiwa tertentu seseorang memberikan ganjaran terhadap tingkah laku orang lain, maka makin sering pula orang lain itu mengulang tingkah lakunya tersebut.’ Jika konsumen merasa puas ketika datang ke Glabo, maka dapat dipastikan konsumen akan datang lagi ke Galabo di lain waktu.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
contoh, Bernyanyi dan berfoto. • Bertemu dengan relasi bisnis,
Membicarakan urusan bisnis secara santai
• Berkumpul dengan keluarga, teman, pacar, dll. Berjalan seiring dengan trend yang berkembang di masyarakat.
2. Perilaku yang tidak tampak
Pada indikator inilah perilaku konsumen berkaitan secara langsung dengan persepsi konsumen. Indikator ini ini juga sesuai dengan proposisi dari George Homan yang pertama, yang berbunyi: Jika tingkah laku atau kejadian yang sudah lewat dalam konteks stimulus dan situasi tertentu memperoleh ganjaran, maka besar kemungkinan tingkah laku atau kejadian yang mempunyai hubungan stimulus dan situasi yang sama akan terjadi dan dilakukan. Proposisi ini menyangkut hubungan antara apa yang terjadi pada waktu silam dengan yang terjadi pada waktu sekarang. Proposisi tersebut diatas berhubungan dengan ingatan masa lalu.
4. Faktor-Faktor Penarik Konsumen
Tujuan penelitian ini selain untuk mengetahui persepsi konsumen di
Gladag Langen Bogan Solo adalah juga untuk mengetahui faktor yang
menjadi alasan masyarakat untuk datang ke Galabo. Mengetahui apa yang
menjadi faktor penarik bagi Galabo sangat penting apabila nantinya akan di
adakan pengadaan tempat-tempat yang serupa dengan Galabo. Memahami
apa yang di cari oleh konsumen adalah syarat mutlak bagi pembangunan
tempat seperti Galabo. Sehingga ke depannya diharapkan pembangunan yang
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
di adakan tidak hanya instan dan terkesan obor blarak saja, namun melalui
perencanaan yang matang dengan melalui berbagai pertimbangan yang
menyeluruh, sehingga tujuan dari pembangunan akan tercapai dan
menguntungkan berbagai pihak.
Galabo ini sendiri merupakan gebrakan yang menarik dari Pemerintah
Kota, sehingga ketika masih dalam proses perencanaan dan juga ketika proses
pembangunannya sudah menimbulkan antusiasme pada masyarakat, sehingga
ketika Galabo resmi dibuka, secara psikolgis, masyarakat sudah menunggu
dan mengharapkannya. Banyak masyarakat yang tertarik karena tertarik oleh
rasa penasaran dan juga karena mendengar cerita dari kerabat atau orang lain
tentang Galabo, dan pada akhirnya datang untuk mencoba. Terlebih lagi bagi
remaja dan pemuda. Dalam hitungan beberapa minggu saja, Galabo telah
menjadi trend sebagai tempat yang tempat nongkrong yang nyaaman. Jika
kita mengingat Lapangan Manahan, Solo Grand Mall, dan coffeshop di kota
Solo merupakan tempat yang banyak dituju para remaja dan pemuda, maka
Galabo menjadi alternative tempat gaul. Dan tidak dapat dipandang sebelah
mata bahwa remaja dan pemuda adalah pangsa pasar yang potensial.
Berikut temuan yang didapat oleh penulis tentang faktor-faktor yang
menjadi penarik bagi masyarakat untuk datang ke Gladag Langen Bogan Solo
dalam wawancara dengan pengelola Galabo:
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
1. Lokasi / tempat
Lokasi yang strategis adalah salah satu kunci tidak pernah sepinya
Galabo. menurut penuturan bapak Kustono, jarak Galabo jika ditempuh
dari semua wilayah kota Solo hanya sekitar 15 menit saja. Hal ini tentu
saja tidak membuat masyarakat malas untuk datang ke Galabo. Kita
semua mengetahui, jika jarak yang ditempuh untuk makan terlalu jauh,
maka akan mengurangi minat dari konsumen. Ruas jalan Mayor Sunaryo
merupakan pusat kota Solo, merupakan jalan yang satu ruas dengan jalan
Slamet Riyadi, memudahkan konsumen yang berasal dari Kartosuro,
Boyolali, Klaten, dan kota di sebelah Barat kota Solo menjadi mudah
untuk menjangkaunya. Selain itu juga dikarenakan lokasi Galabo terletak
di dekat pasar malam PGS sehingga konsumen lebih tertarik karena bisa
sekalian membeli barang di pasar malam PGS tersebut. Selain lokasi
yang terletak di tengah kota Solo, Galabo juga berdekatan dengan
beberapa tempat yang merupakan sentra keramaian dan juga tempat yang
sering dipergunakan untuk menggelar hajatan-hajatan kota seperti
benteng Vesternberg, Alun-alun kota Solo, dan Keraton Kasunanan
Hadiningrat Solo. Selain itu, Galabo juga tidak terlalu jauh dengan
Kantor Balaikota, sehingga beberapa tamu kedinasan dapat dengan
mudah mengaksesnya. Lokasi yang strategis juga dirasakan penting oleh
Febrind. Ketika ditanya pendapat mengenai lokasi Galabo, dia
mengungkapkan demkian,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
“Lokasinya sangat strategis, bahkan menurut saya Galabo sudah menjadi Branding kota Solo untuk kuliner.”
2. Suasana
Point utama yang dijual di Galabo adalah suasana. Hal ini sesuai
dengan pernyataan bapak Kiswanto yang menyatakan bahwa titik berat
utama yang dijual dari pendirian Galabo adalah suasana yang tidak bisa
ditiru oleh tempat lain. Menurut penuturan beliau selanjutnya, Galabo itu
sendiri dibangun dengan menggunakan konsep Eropa, yang mana konsep
tersebut adalah konsep tempat yang terbuka, dipinggir jalan, dan tidak
menggunakan atap atau terbuka. Hal ini terinspirasi dari apa yang Bapak
Walikota lihat ketika melakukan perjalanan ke Singapura. Beliau
mendatangi satu tempat yang memiliki model seperti Galabo sekarang.
Di Galabo, kita akan melihat tenda-tenda yang berjejer rapi dengan
model round table yang merupakan model yang khas dipergunakan
sebagai jamuan makan. Selain tenda yang berjajar dengan model meja
lingkar, para konsumen yang datang juga dapat memilih untuk duduk di
bawah beralaskan tikar. Para pedagang memang sengaja menyiapkan
tikar yang telah siap ditata untuk dipakai pembeli yang tidak
mendapatkan tempat duduk atau yang memang ingin duduk santai
dibawah.
Berikut ini potongan artikel yang peneliti temukan untuk
menguatkan pernyataan tersebut:
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Beralaskan Tikar Wajar saja jika seseorang bisa nongkrong berjam-jam di tempat itu. Jika malam tidak disiram hujan, tempat ini menjadi pusat berkumpul warga Solo. Pukul tujuh malam saja, kursi telah terisi penuh. Tapi, jangan kehilangan akal. Tidak ada kursi, tikar pun jadilah. “Kalau mau, gelar tikar di sini juga boleh,” kata seorang penjual makanan sambil menunjuk ruang lega di antara meja dan kursi. Tapi, tidak harus repot-repot menggelar tikar di antara meja-kursi itu, di sepanjang jalan di seberang penjaja makanan, tepat di depan PGS, tikar pun telah tergelar rapi. Memang, sebagian besar sudah ada “penghuni”-nya. Masih ada beberapa tikar yang bisa ditempati, meskipun akhirnya tempat itu pun tidak terlalu lega. Jika telah memilih tempat duduk, giliran makanan yang harus dicari. Di Galabo, ada satu gerobak yang tidak pernah sepi, Tengkleng Klewer Bu Edi. Warung tengkleng ini sudah melegenda di Solo. Biasanya warungnya ada di dekat gerbang Pasar Klewer. Buka setiap hari pukul dua siang dan hanya bertahan paling lama tiga jam. Lebih dari tiga jam, siap-siap gigit jari karena kehabisan. Nah, di Galabo ini, Tengkleng Klewer Bu Edi bisa bertahan lebih lama. Apa yang membuat tengkleng ini menjadi kegemaran masyarakat Solo? Rupanya cara memakannyalah yang menarik. Semangkuk tengkleng berisi bagian dari tubuh kambing yang biasanya dilewatkan, dari bagian kepala kambing yang kadang-kadang masih disertai dengan giginya, rusuk, buntut, jeroan (bagian perut), sampai dengan kakinya. Kelezatannya dapat dirasakan ketika menyeruput tulang-belulang itu, kadang-kadang di tulang itu masih ada sedikit daging yang tersisa, kadang-kadang kita hanya bisa menikmati sumsumnya saja. Kuahnya mirip dengan sup kambing, ini pula yang menjadi kunci kelezatannya. Rasanya asin, gurih, dan pedas, ada cabai merah mengapung di atasnya. Biasanya, semangkuk tengkleng ini dimakan dengan sepiring nasi. Namun, digadoin, atau dimakan tanpa nasi, pun sudah cukup membuat perut terisi penuh. Malam semakin larut, tapi bukannya bertambah sepi, Galabo makin ramai dikunjungi. Tikar yang digelar di tepi jalan pun semakin panjang. Tanpa terasa, tiga jam di Galabo pun terlewatkan37.
Jika kita datang ke Galabo, suasana yang tertangkap ketika
pertama kali adalah suasana yang ramai namun santai. Dan memang
kesan yang ingin diberikan oleh pihak pengelola adalah suasana yang
37 wisata solo.com
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
santai, sehingga setelah seharian bekerja, maka para konsumen akan
merasa relax dan bisa melepaskan beban selama sehari kerja.
Konsep Eropa yang diterapkan juga menjadikan suasana yang
terbangun di Galabo menjadi sejuk, dengan konsep udara terbuka atau
open air, maka secara otomatis udara akan sejuk dan terkadang dingin,
dan tidak gerah atau panas. Sistem ini juga menjadikan Galabo jauh dari
kesan pengap. Pengelola Galabo juga menyediakan hiburan berupa band-
band pop kecil yang menambah suasana menyenangkan saat menikmati
masakanan di Galabo. selain sebagai iringan ketika konsumen bersantap,
live band ini juga berinteraksi aktif dengan para konsumen. Konsumen
juga dapat meminta lagu kegemaran untuk dibawakan band tersebut.
Bahkan jika ada konsumen yang menginginkan untuk menyanyi diiringi
band tersebut juga diperbolehkan. Sunguh, suasana yang sangat ideal
untuk tempat nongkrong.
3. Harga
Daya beli masyarakat kota Solo tidak terlalu tinggi. Upah
Minimum Regional di kota Solo yang berkisar antara Rp 600.000,00 - Rp
700.000,00 adalah merupakan alasan utama lemahnya daya beli
masyarakat Solo. Pihak pemerintah kota tanggap dengan hal itu, maka
harga yang dipatok di Galabo telah disesuaikan dengan kemampuan
masyarakat luas. Hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Bapak
Jokowi kepada para pedagang, yang mengatakan bahwa harga yang
dianjurkan adalah harga yang terjangkau oleh semua kalangan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
masyarakat, dengan si miskin sebagai patokan dan bukan yang kaya. Hal
ini sesuai dengan konsep dari pembangunan Galabo yang tidak hanya
ditujukan terbatas hanya untuk beberapa kalangan saja, namun
diharapkan semua masyarakat dapat menikmati Galabo juga. Namun
pada perkembanganya, banyak pedagang yang secara sengaja menaikkan
harga jual. Menurut pihak pengelola, banyak penjual yang beralasan jika
menetapkan harga yang seperti yang dianjurkan, maka tidak menutup
modal. Dan tentunya keputusan penjual tersebut berdampak secara
langsung kepada konsumen. Seperti yang terjadi pada Febrind, dia
mengungkapkan,
“Menurut saya harga yang di Galabo mahal, saya dan teman-teman sering bercanda kalo di Galabo itu ibarat “harga bintang lima, fasilitas kaki lima”, he..”
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Nika yang berpendapat
bahwa harga makanan di Galabo agak mahal. Dalam menetapkan harga,
seyogyanya penjual memikirkan sudut pandang pembeli, sebab jika tidak
memperhatikan, maka akan mempengaruhi frekuensi datang dari para
konsumen. Dari yang terbilang sering, menjadi jarang. Sebab dari hasil
wawancara dengan responden, dapat ditarik hubungan yang signifikan
yang saling mempengaruhi antara harga dengan frekuensi kedatangan.
Jika konsumen menganggap harga mahal, maka frekuensi kedatangan
akan menjadi berkurang. Dan jika konsumen menganggap harga cukup
murah, maka frekuensi kedatangan juga akan meningkat atau sering. Hal
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ini terbukti dengan hasil wawancara dengan Galih Agus yang
menganggap harga di Galabo lumayan murah, sehingga dia rutin datang
ke Galabo. Hal senada juga diungkapkan oleh Rizal, dia mengatakan,
“Harga makanan di Galabo cukup terjangkau, tidak terlalu mahal, tapi juga tidak murah juga. Beberapa makanan malah harganya mahal, tapi itu tergantung duit kita juga, khan banyak pilihannya, jadi disesuaikan dengan kantong masing-masing saja.”
Namun para konsumen banyak yang tidak begitu
mempermasalahkan soal harga, terutama remaja dan anak muda, karena
disamping belum bekerja, mereka cenderung lebih mengutamakan untuk
nongkrong dan kumpul bersama teman-teman dibandingkan dengan
mempermasalahkan harga makanan.
4. Pelayanan
Pedagang di Galabo sangat menjujung tinggi pelayanan kepada
para konsumen. Di Galabo, tidak perlu membeli untuk mendapatkan
keramahan dari para penjual. Ketika para konsumen datang dan duduk di
tikar maupun di kursi, maka para pramusaji akan datang menawarkan
menu andalan masing-masing lapak. Jika ada konsumen yang berjalan
sambil melihat-lihat, maka baik pemilik gerobag maupun pramusaji akan
menyapa dengan ramah sambil mempersilahkan, dan kemudian
menawarkan menu masing-masing. Hal ini sesuai dengan amanat dari
Bapak Walikota yang diutarakan dalam sesi jamuan makan dengan
Paguyuban Putra Putri Solo dan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di
Rumah Dinas Lojigandrung, yang secara terus menerus menghimbau
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
kepada para pedagang agar selalu menjujung tinggi pelayanan yang
terbaik. Beliau selalu menganjurkan untuk tersenyum, menyapa, dan
bersikap ramah kepada setiap konsumen. Bahkan, pada awal berdirinya
Galabo, beliau menyediakan baju khas koki kepada para pedagang dan
topi beserta celemek kepada setiap pramusaji. Namun dengan berbagai
alasan pula perlengkapan tersebut tidak dipakai. Seorang pramusaji dari
Sate Ayam P.Nur yang bernama Arifa menuturkan, bahwa dahulu para
pramusaji diharuskan untuk memakai celemek berwarna merah. Namun
ketika ditanya kenapa sekarang tidak memakai, Arifa menjawab:
“Ribet mas, nek ndekmben aku yo nganggo. Tapi saiki ora, soale jane aku isin nek nganggo celemek. Tapi ndekmben malah luwih lucu meneh, soale yo kudu nganggo topi koyo koki-koki ngono kae. Tapi saiki sing ngango mung bapakku, kuwi wae nganggone mung celemek.”
Dalam bahasa Indonesia, diartikan sebagai berikut:
“Ribet mas, kalau dulu memang saya juga memakai celemek, tapi sekarang tidak memakai, sebab sebenarnya saya malu kalau memakai celemek. Tapi dulu malah lebih lucu lagi, sebab selain memakai celemek, juga harus memakai topi seperti koki-koki. Tapi sekarang yang memakai hanya bapak saya, itu juga hanya memakai celemek”
Ternyata selain sebagai pramusaji, Arifa adalah putri dari Pak
Daud yang merupakan pemilik dari lapak Sate P.Nur. Pak Daud sendiri
adalah putra dari Pak Nur yang merupakan pemilik sate ayam yang
berjualan di kawasan jalan Slamet Riyadi. Arifa membenarkan jika dia
dianjurkan untuk tersenyum, menyapa konsumen yang melewati
gerobagnya dan kemudian menawarkan menu yang dimiliki dengan
ramah.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Namun tidak semua konsumen memiliki pendapat yang sama.
Meskipun dalam pelayanan soal keramahan kepada pembeli sudah cukup
bagus, namun masih ada konsumen yang merasa kualitas pelayanan
menjadi menurun, terlebih lagi ketika Galabo sedang ramai oleh
konsumen. Pernyataan ini terlontar dari Febrind. Dia mengungkapkan
seperti demikian,
“Sebenarnya pelayanan di Galabo, sudah cukup baik, karena penjualnya ramah dan familiar, tapi kalau pas ramai kurang begitu professional. Saya dulu pernah sudah pesan lama, tapi ternyata makanan tidak datang-datang”.
Hal ini tentu perlu dicermati, sebab menurut Schiffman dan
Kanuk, kualitas pelayanan dapat menjadi kunci dari kesuksesan suatu
usaha. Sehingga diharapkan, pelayanan di Galabo tetap terjaga meskipun
Galabo sedang ramai. Dan opini yang diungkapkan oleh Rizal perlu
mendapat perhatian secara khusus. Ketika ditanya dengan pertanyaan
yang sama dengan pertanyaan yang ditanyakan kepada Febrind, dia
mengungkapkan demikian,
“Cukup baik, lumayan sesuai dengan keinginan saya, tapi kalau pas ramai banget ya lumayan males juga.”
Pernyataan dari kedua narasumber yang merupakan konsumen
Galabo tersebut patut mendapat perhatian, sebab ketika banyak
konsumen memiliki pendapat yang kurang lebih sama dengan mereka
berdua, maka lambat laun para konsumen akan merasa kurang antusias
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
untuk datang ke Galabo dan tentu saja hal ini akan mengurangi jumlah
konsumen yang datang setiap harinya. Jangan sampai pelayanan yang
sebenarnya sudah bagus mutunya menjadi berkurang kualitasnya hanya
karena ramai.
5. Pilihan makanan yang beragam
Pilihan yang beragam merupakan salah satu alasan kenapa
konsumen mengunjungi galabo. Di Galabo kita bisa mendapatkan
berbagai macam makanan khas Solo tanpa perlu mendatangi warung
aslinya karena banyak penjual makanan khas Solo yang terkenal
membuka cabangnya di Galabo ini atau memang oleh pemerintah Kota
sengaja di undang berjualan di Galabo sebagai pancingan bagi para
konsumen pada awal-awal berdirinya. Dari makanan ringan seperti leker
dan pisang pasir hingga makanan seperti nasi liwet, bebek goreng serta
nasi kabuli pun bisa kita dapatkan dengan mudah disini. Jadi sekali
datang kita bisa memilih dan membeli makanan yang beragam sesuai
yang diinginkan masing-masing. Hal itu sangat memudahkan konsumen
dalam memilih menu makanan yang mereka sukai. Sebenarnya banyak
rumah makan pada umumnya yang tidak hanya menjual satu menu saja,
akan tetapi juga menyediakan banyak menu pilihan. Namun banyaknya
menu yang rumah makan tersebut tawarkan tersebut merupakan varian
atau pengembangan dari menu utama saja. Namun di Galabo, jika kita
memesan satu menu masakan dari satu lapak, makanan tersebut
merupakan masakan andalan yang dipunyai oleh rumah makan asal.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Banyak dari konsumen yang datang ke Galabo untuk merasakan sensasi
dalam memilih makanan. Mereka tergerak datang ke Galabo karena
tertarik dengan banyaknya menu makanan yang beragam. Warung makan
yang biasa berjualan pada waktu dini hari seperti Gudeg Ceker
Margoyudan juga membuka gerobag di Galabo. Hal ini tentu saja
memudahkan para konsumen yang menggemari Gudeg Ceker
Margoyudan, namun menjadi jarang membeli karena faktor waktu yang
tidak mendukung. Seperti pernyataan dari Rizal, Galih dan Nika yang
sependapat bahwa salah satu alasan mereka datang ke Galabo adalah
karena banyaknya pilihan makanan yang ada. Bahkan Febrind dalam
penuturannya mengungkapkan hal yang menggelikan. Ketika ditanya
mengenai apakah pilihan makanan yang beragam di Galabo mepengaruhi
pilihannya untuk datang ke Galabo, dia menjawab demikian,
“Ya jelas mempengaruhi, karena lebih banyak variasi makanan,
banyak pilihan makanan yang bisa dipilih sesuai yang saya inginkan. Tapi dulu saya pernah mengajak tamu dari luar kota, ketika datang mereka terlihat sangat senang, tapi bingung ketika akan memilih menu karena banyak sekali pilihan makanan yang ada di Galabo.”
Beberapa menu yang ditawarkan di Galabo adalah menu yang
yang saat ini sudah jarang kita temui di Solo. Hal ini sesuai dengan salah
satu tujuan dari pembangunan Galabo yaitu untuk melestarikan makanan-
makanan khas Solo yang sekarang jarang dijumpai. Seperti Es Gempol
Pleret yang dahulu sangat diminati oleh banyak orang. Sebelum Galabo
berdiri, jika ingin mendapatkan es gempol pleret tidaklah mudah. Kita
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
harus ke Pasar Gede untuk dapat menikmati, namun itupun harus
mengantri, dan jika kurang beruntung, tidak jarang pembeli yang sudah
mengantre kehabisan. Namun sekarang kita dapat menikmati Es Gempol
Pleret di Galabo.
6. Kenyamanan
Dalam menikmati suatu hidangan konsumen perlu mendapatkan
suatu kenyamanan. Di Galabo, selain suasana yang dibangun,
kenyamanan konsumen adalah faktor utama. Setiap tempat wisata,
ataupun rumah makan, rasa nyaman adalah aspek yang penting untuk
diperhatikan. Jika kita datang ke daerah Keprabon, kita akan disuguhi
musik klenengan khas jawa lengkap dengan siter dan sinden yang
berpakaian jawa yang memang sengaja diijinkan untuk menghibur
konsumen. Namun ketika kita sedang menikmati makanan, banyak pula
pengamen yang bergantian datang. Hal ini sering kita jumpai di banyak
tempat. Meskipun tidak berpengaruh terhadap rasa masakan, namun
sering kita merasa terganggu dengan adanya pengamen, dan pada
akhirnya mengganggu kenyamanan pembeli. Namun kita tidak akan
menjumpai pengamen di Galabo. Sebab pihak pengelola memberikan
larangan untuk para pengamen. Para pengamen dilaarang keras untuk
masuk kecuali mereka ingin menjadi konsumen. Komitmen ini
diwujudkan secara nyata, pada saat makan tidak ada gangguan dari
pengamen-pengamen yang biasanya ada saat konsumen makan di warung
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
makan biasa. Hal ini sesuai dengan penyataan dari bapak Kiswanto yang
mengatakan demikian,
“Untuk menunjang kenyamanan dari para pembeli, kami mengadakan musik band secara rutin. Lagu-lagu yang dinyanyikan bukan lagu-lagu yang gedombrangan mas, tapi lagu-lagu yang santai. Dan kami memang melarang pengamen untuk mengamen di sini. Kalau ada pengamen yang nekat, maka kami tidak segan untuk menertibkan. Jadi konsumen tidak akan risih dan terganggu.”
Dan tidak adanya pengamen juga menjadi salah satu alasan dari
Galih untuk datang ke Galabo, dia mengatakan pendapatnya bahwa,
“Galabo itu tempatnya sangat strategis dan nyaman karena tidak ada pengamen.”
Selain tidak ada pengamen, pegunjung tidak perlu menunggu
makanan yang dipesan di tempat gerobag berada, akan tetapi konsumen
dipersilahkan menunggu menu yang telah dipesan ditempat pembeli
tersebut duduk walau jauh dari tempat gerobag penjualnya. sehingga
pembeli dapat memilih tempat duduk baik di kursi tenda yang telah di
sediakan, maupun tikar-tikar yang telah disediakan oleh penjual.
Arifa,seorang pramusaji dari warung Sate P.Nur menegaskan sebagai
berikut,
“Akeh mas sing teko, langsung lungguh ora pesen panganan sek
nek ndelalah lungguhe nang daerah ngarep gerobagku yo langsung takparani, taktawani daftar menu-ku. Tapi kadang malah ono sing pesen tapi lungguhe adoh soko gerobag-ku, yawis tak terke.”
Galabo juga semakin terasa nyaman dengan banyaknya petugas
kebersihan yang berlalu lalang membersihkan setiap sampah yang
terlihat. Kebersihan Galabo menjadi salah faktor paling utama yang
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
menarik konsumen datang kesana. Mengingat lokasi Galabo yang
merupakan jalan umum pada pagi hingga sore hari, maka kebersihan
Galabo menjadi vital untuk mendukung kenyamanan. Selain
membersihkan sampah, petugas kebersihan tersebut juga membersihkan
sisa-sisa makanan atau bungkus dari sisa makanan pembeli, maka
lingkungan tempat makan akan selalu bersih meskipun pegunjung yang
datang berjumlah ribuan dan berganti-ganti. Ketika dalam salah atu sesi
wawancara dengan pihak pengelola mengenai kebersihan, Bapak Ribut
mengutarakan demikian,
“Kami menunjuk delapan orang yang bertugas untuk membersihkan area Galabo, mulai dari Galabo buka sampai Galabo tutup. Mereka akan mengambil sisa-sisa makanan yang ada di meja yang telah ditinggal pembeli mereka itu digaji Rp.600.000 per bulan. Bayangkan saja kalau tidak ada petugas kebersihan mas, konsumen yang datang setiap hari itu ribuan, kalau tidaka ada petugas yang membersihkan, maka Galabo kotornya bukan main.”
7. Keamanan
Untuk mewujudkan tempat wisata yang strategis dan layak untuk
didatangi, Galabo mempunyai kerjasama dengan pihak Polisi Sektor
Pasar Kliwon untuk menjaga ketertiban dan sebagai tindakan prefentif
apabila terjadi keributan di Galabo. Seperti yang diutarakan oleh Bapak
Kiswanto, bahwa pernah terjadi keributan di Galabo ketika ada anggota
TNI yang mengalami desersi dan membuat keributan. Namun untuk
pengamanan sehari hari, pihak pengelola yang bertanggung jawab.
Kondisi keamanan yang terjamin tersebut menjadikan Galabo mulai
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
berkembang sebagai tempat tujuan bagi event organizer untuk
mengadakan acara, baik acara yang digelar untuk tujuan mempromosikan
produk, maupun event yang diadakan sebagai media sosialisasi suatu
progam dari pihak penyelenggara. Pihak pengelola memang membuka
peluang bagi siapapun untuk mengadakan acara di Galabo.
Gladag Langen Bogan memang sangat potensial sebagai tempat
berpromosi. Selain rata-rata konsumen yang datang dalam setiap harinya
mencapai angka ribuan, faktor keamanan tempat menjadi alasan yang
tepat untuk diseenggarakannya event. Seperti penuturan dari ketua
paguyuban Putra Putri Solo yang pernah mengadakan event promosi
sekaligus sosialisasi dalam rangkaian pemilihan Putra Putri Solo. Beliau
mengatakan bahwa Galabo yang ramai setiap harinya dirasa sangat
efisien sebagai tempat untuk melakukan sosialisasi dari acara paguyuban,
dan pernyataan dari ketua Paguyuban tersebut sesuai dengan perkataan
dari pengelola Galabo.
Berikut ini adalah matrik faktor- faktor penarik konsumen.
Matrik 3. 3
Matrik Faktor-Faktor Penarik Konsumen
Indikator Faktor Penarik Keterangan 1. Faktor Lokasi • Lokasi strategis
• Mudah dijangkau • Terletak di pusat kota
2. Faktor Pelayanan • Pelayan yang ramah • Makan diantar • Pelayanan cenderung
cepat
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
• Terdapat toilet umum yang disediakan oleh pihak pengelola Galabo
3. Faktor Keamanan • Oleh sebab keamanan terjamain, maka di Galabo sering dipergunakan untuk tempat berpromosi.
4. Faktor Suasana • Suasana santai • Bebas bertingkah laku
namun sopan • Konsep yang dipakai
adalah konsep Eropa, yaitu konsep tepat dengan udara terbuka(open air), tidak menggunakan atap atau bangunan
• Dapat menjadi alternatif sebagai tempat untuk melepas penat setelah sehari penuh bekerja
5. Faktor Harga • Harga tidak terlalu mahal, namun juga tidak terlalu murah, dan harga relatif terjangkau
• Harga tidak mengalami perbedaan dengan harga di tempat asal
6. Faktor Kenyamanan • Larangan bagi pengamen untuk mengamen di Galabo
• Terdapat band yang tampil secara live/langsung dan konsumen dapat meminta lagu atau menyanyi
• Kebersihan lokasi dijaga dengan cara mempekerjakan 8 orang petugas kebersihan
• Dapat memilih untuk duduk di tenda meja atau lesehan memakai tikar
7. Faktor Pilihan makan yang Beragam
• Terdapat 72 pilihan tempat makanan yang ada
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
• Terdapat makanan yang sudah tidak banyak dijual di tempat lain
• Ragam makanan yang ada relatif komplit dari yang ada di kota Solo.
B. Analisa Data
Dilihat sebagai fenomena masyarakat industri, kebudayaan populer
cenderung menjadi kebudayaan massa. Ia lahir untuk memenuhi kebutuhan
massa yang ingin menikmati “ waktu senggang “ alias hiburan. Masyarakat
kota Solo merupakan masyarakat tradisional yang bergerak secara pasti
menuju masyarakat modern. “Kelompok penduduk ini merupakan orang-
orang yang telihat secara langsung dengan proses globalisasi yang tampak dari
gaya hidup (Featherstone, 1992; Friedman, 1995) atau kelompok menengah
yang disebut sebagai cultural intermediaries (Bourdieu, 1984)” 38 .
Pembangunan yang mengarah pada pembentukan masyarakat modern tampak
dari pembangunan fisik kota. Arus modernisasi telah masuk ke kota Solo yang
tampak dari pembanguan pusat-pusat belanja, mall, dan bahkan apartemen
telah dibangun di Solo. Seiring dengan makin berkembangnya masyarakat
kota Solo, maka selera masyarakat juga mengalami perubahan. Kota Solo
tidak luput dari serangan budaya massa yang juga melanda kota-kota lain di
Indonesia. Masyarakat kota Solo pada masa kini memandang bahwa rekreasi
merupakan bagian dari kebutuhan pokok. Masyarakat cenderung memandang
38 Prof. Dr. Irwan Abdulah, Konstruksidan Reroduksi KEBUDAYAAN, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, hal 28
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
rekreasi adalah sebagai sarana untuk berkumpul dengan keluarga maupun
orang-orang terdekat.
Kebudayaan kota merupakan hasil sentuhan lembaga-lembaga industri,
perusahaan-perusahaan komersial, dan lembaga- lembaga yang lain, yang
munculnya berkaitan dengan industrialisasi. Namun, sesungguhnya
masyarakat perkotaan merupakan masyarakat hasil migrasi dan meningkatnya
mobilitas penduduk akibat industrialisasi, yang datang dari berbagai latar
belakang budaya. Budaya kota sebagai hasil industrialisasi ini biasanya
disebut juga sebagai budaya massa.39
“Budaya populer itu sendiri memiliki karakteristik sebagai berikut:
Pertama bersifat instant, memberikan pemuasan sesaat, pasif dan cenderung
dangkal. Maka tak jarang budaya ini, dipenuhi oleh intrik seksualitas dan
konsumerisme. Kedua, budaya ini juga bersifat massa, sehingga
penyebarannya di tengah masyarakat sedemikian pesat. Dua ciri di atas,
tentunya sangat mempengaruhi tatanan nilai di masyarakat. Pada satu sisi,
coraknya yang instant dan dangkal memberi peluang diterimanya berbagai
nilai, tanpa memperhatikan kelayakannya. Di sisi lain, penyebarannya yang
sedemikian pesat menyebabkan nilai-nilai yang terserap dengan segera meluas
di tengah masyarakat, tak terkecuali nilai yang bertentangan dengan
moralitas.”40
39 Wijaya, Mahendra. 2010. Mass Media, Pop Culture, and Comercial Life Style In The Era Of Globalization. Surakarta: UNS Press. Hal: 27
40 Jurnalisislam.com
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Budaya populer berkembang dengan pesat di kota-kota hampir di
seluruh pelosok wilayah Nusantara. Budaya massa telah merubah budaya
tradisional menjadi budaya modern. Budaya tradisional yang bersifat lokal
dan beraneka ragam berubah menjadi budaya modern yang bersifat universal
dan pragmatis. Pemahaman pragmatis simbol-simbol budaya modern
memudahkan manusia dengan cepat menyesuikan diri atau adaptasi dari kota
ke kota dan dari negara ke negara lain. Demikian juga dengan konsep Galabo
yang diadopsi dari konsep Eropa. Penataan tempat dan ruang Galabo adalah
hasil dari adopsi konsep yang diambil dari Eropa dan kemudian dimodifikasi
sedemikian rupa sehingga cocok dengan karakteristik masyarakat kota Solo.
Namun demikian, dalam perkembangannya, pembangunan Galabo tidak hanya
disesuaikan untuk warga Solo saja, namun juga mempertimbangkan
masyarakat secara umum.
Dalam masyarakat tradisional, tidak ada pembedaan atau jarak antara
produsen dan konsumen, sebagaimana dikonsepkan dalam masyarakat
industrial. Dalam masyarakat tradisional, produsen dan konsumen berada
dalam satu komunitas budaya tertentu. Bahkan istilah produsen dan konsumen
tidak dikenal dalam masyarakat tradisional. Setidak-tidaknya ada saling
pergantian peran dalam konteks produsen dan konsumen.
Saat ini citra (image) baru bagi kalangan kelas sosial menengah yang
dapat dikenal seperti tercermin dari perilaku kalangan kelas sosial tersebut
yang cenderung konsumtif dengan makan di fastfood maupun mobile phone
yang selalu di tangan. Meningkatnya kemakmuran dan masuknya pengaruh
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
gaya hidup barat melalui turisme, bisnis dan hiburan telah mengubah selera
dan perilaku konsumen. Ada kecenderungan kuat untuk memilih produk luar
negeri seperti fashion atau makanan instant lainnya.41 Pihak pemerintah Kota
dan pengelola memahami bahwa masyarakat kota Solo merupakan masyarakat
yang memandang citra (image), sehingga konsep yang ditawarkan pada
Galabo juga memperhatikan hal tersebut. Tujuan utama dari pembangunan
Galabo adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pedagang, namun demikian
tidak hanya unsur pedagang yang diperhatikan, namun konsumen sebagai
tolok ukur keberhasilan pembangunan galabo juga sangat diperhatikan.
Menurut penuturan dari Bapak Kiswanto, kepala pengelola Galabo ini,
beberapa gerobag jual di Galabo sengaja diisi oleh warung-warung makan
yang sudah mempunyai makan di Solo. Hal ini adalah salah satu cara dari
pengelola Galabo untuk menarik konsumen atau dalam bahasa jawa, pak
Kiswnto mengatakan “pancingan”. Namun disisi lain hal ini adalah bukti
bahwa bagaimanapun, masyarakat sebagai konsumen masih memandang
merk/brand dalam pemilihan makanan. Mereka cenderung memilih makan
ditempat yang telah terkenal daripada ditempat yang belum terkenal.
Dengan mengetahui karakteristik konsumen, maka variable-variabel
yang digunakan untuk mensegmentasikan pasar konsumen adalah: segmentasi
secara geografis, segmentasi secara demografi dan segmentasi psikografis dan
41 Wijaya, Mahendra. 2010. Mass Media, Pop Culture, and Comercial Life Style In The Era Of Globalization. Surakarta: UNS Press. Hal: 27
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
segmentasi perilaku. 42 Hasil wawancara dengan pengelola Galabo
menunjukkan bahwa, secara geografis konsumen yang datang ke Galabo
banyak yang datang dari wilayah Solo, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar,
hingga Sragen, Wonogiri. Dan jika musim liburan, maka wisatawan yang
datang ke Solo yang berasal dari berbagai kota dapat dipastikan datang juga ke
Galabo.
Sedangkan aspek sosiografis adalah variable yang berkaitan dengan
karakteristik dan posisi sosial khalayak. Konsumen yang datang sebagian
besar berasal dari kaum remaja dan pemuda, meskipun sasaran yang
sebenarnya untuk konsumen secara keseluruhan dan tidak tebatas oleh usia.
Secara psikografis atau subyektif (motivasi) dan secara perilaku dari
konsumen, hasil wawancara menunjukkan bahwa mereka datang ke Galabo
sebagai cara untuk refreshing dengan cara bersantap dan bertemu dengan
kerabat atau teman ataupun dengan keluarga. Secara tersirat dari hasil
wawancara dengan responden, mereka mempergunakan waktu senggang atau
waktu luang mereka untuk media rekreasi setelah seharian mereka berhadapan
dengan pekerjaan mereka asing-masing. Konsumen yang datang ke Galabo
tidak hanya bersantap di Galabo saja, namun juga tempat makan lain, namun
mereka menuturkan bawa di Galabo merupakan tempat yang komplit, seperti
penuturan Nika ketika ditanya aktvitas apa saja yang biasa dilakukan di
Galabo, dia menjawab “Makan dan nongkrong, kadang-kadang juga nyanyi-
42 H. Djaslim Saadin, SE, Perilaku Konsumen dan Pemasaran Straetgik, Linda Karya, Bandung, 2003, hal 77
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
nyanyi dan foto-foto dengan teman-teman”, dan hal tersebut jarang kita
jumpai di tempat lain.
Dewasa ini, kegiatan rekreasi pun merupakan simbol status yang
penting. Di masa liburan, misalnya, dalam masyarakat kita ada keluarga yang
bepergian ke luar negeri, ada yang bepergian ke luar pulau, ada yang
bepergian ke luar kota, dan ada yang hanya pergi ke tempat hiburan dalam
kota seperti kebun binatang atau taman hiburan rakyat. Kalau di masa lampau
darmawisata atau karyawisata yang dilakukan para siswa dan mahasiswa
kita terbatas pada daerah tujuan wisata di kota, daerah atau pulau lain,
maka kini sudah ada siswa dan mahasiswa yang sccara berombongan pergi
ke daerah tujuan wisata di luar negeri. Di bidang olahraga kita pun melihat
bahwa ada keluarga yang berolahraga di padang golf, ada yang di sarana
olahraga yang tersedia di pusat kebugaran, ada yang di gelanggang olahraga
yang disediakan pemerintah setempat atau di lapangan di tengah kota, dan
ada yang di tanah kosong di sela-sela daerah permukiman kumuh. Kegiatan
menonton film pun berbeda: ada keluarga yang menonton film mutakhir di
bioskop sinepleks, ada yang menonton film lama di bioskop biasa, ada
yang menonton film lebih lama lagi di bioskop terbuka yang dijuluki
"misbar" (gerimis bubar) dan ada yang di pertunjukan film "layar tancep" di
halaman rumah penduduk. Di bidang tari-menari kita dapat menjumpai muda-
mudi yang berdisko di diskotek yang terletak di hotel berbintang, tetapi ada
pula muda-mudi yang berjoget dengan irama dangdut di lapangan terbuka.
Siaran radio yang dipancarkan dengan pemancar gelombang FM stereo yang
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
cenderung menyiarkan lagu barat terbaru lebih banyak didengar oleh
khalayak dari kalangan kelas menengah dan atas, sedangkan siaran yang
dipancarkan dengan pemancar gelombang AM dan cenderung menyiarkan
musik pop Indonesia atau musik daerah lebih banyak didengar oleh khalayak
dari kalangan kelas menengah ke bawah. Keterlibatan dalam jenis rekreasi dan
tempat rekreasi memberikan petunjuk kuat mengenai status seseorang.43
Dari berbagai contoh tersebut di atas kita melihat bahwa kegiatan
tersebut, selain mempunyai satu fungsi, yaitu makan dan berpakaian untuk
memenuhi keperluan pokok, bermukim untuk melindungi diri terhadap
alam, berbahasa untuk keperluan komunikasi, berkendaraan untuk mencapai
tempat tujuan dengan cepat, berekreasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan fisik dan mental pun mempunyai fungsi lain, yaitu untuk
menunjukkan kedudukan seseorang dalam masyarakat.
Perkembangan Galabo tidak dapat terlepas dari kebudayaan yang ada
di masyarakat. Baik dari segi konsep yang ditawarkan, hingga penataan letak
dan tempat dari Galabo itu sendiri menyesuaikan perkembangan yang
berlangsung. Dengan faktor-faktor yang secara sengaja dipergunakan untuk
menarik minat konsumen supaya datang, maka dapat dilihat secara kasat mata
bahwa faktor-faktor penarik tersebut diciptakan dengan dipengaruhi oleh
budaya massa yang meliputi trend, pengaburan nilai, gaya hidup konsumsi,
43 Wijaya, Mahendra. 2010. Mass Media, Pop Culture, and Comercial Life Style In The Era Of Globalization. Surakarta: UNS Press. Hal: 27
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dan perilaku konsumsi. Sebab dengan persaingan yang semakin hari semakin
bertambah ketat, maka mau tidak mau pihak pengelola Galabo harus
menyesuaikan diri dengan selera pasar. Yang mana selera pasar mengiblat
pada budaya luar. Harus diakui bahwa pangsa pasar yang sangat potensial
adalah generasi muda-mudi maupun remaja. Mereka adalah sekumpulan
massa yang siap secara aktif mengikuti trend yang terus-menerus berkembang
yang mana trend tersebut secara tersirat bergeraka perlahan meninggalkan
kebudayaan tradisional, terutama budaya Jawa yang luhur, dan digantikan
dengan budaya massa yang saat ini dikenal luas sebagai budaya populer.
Kaum muda cenderung berusaha secara total mengikuti
perkembangan trend. Saat ini, dapat dikatakan bahwa mereka akan lebih
memilih budaya luar daripada budaya sendiri. Sebagai contoh, mereka akan
lebih memilih memakai celana jeans jika dibandingkan dengan memakai kain
jarik. Selama penelitian berlangsung, peneliti tidak mendapati ada satu pun
pemuda atau pemudi yang memakai jarik di Galabo. Pola perilaku mereka
dalam berpakaian ini jika kita cermati lebih jauh sebenarnya ironis, sebab
“celana jeans” itu sendiri sebenarnya adalah model pakaian yang berasal dari
para penggembala ternak di Amerika. Yang secara simbolik di citrakan oleh
media menjadi suatu simbol yang menggambarkan kegagahan, keuletan, dan
mnjadi trend. Namun demikian, pada realita yang ada kaum remaja dan
pemuda lebih memilih model jeans dibanding dengan jarik. Dalam kaitan ini
ada baiknya kita memperhatikan apa yang dikemukakan Barber dan Lobel
(1952) mengenai pakaian:
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
In all societies, the clothes which all people wear have at least three
(mixed latent and manifest) functions: utilitarian, esthetic, and symbolic of
their sosial role.44
Mengutip perkataan Chaney, "makna praktek gaya hidup tidak
sepenuhnya ditentukan oleh 'kekuatan-kekuatan' dalam masyarakat yang lebih
luas (dari jenis apa pun). Ia lebih menunjukkan bahwa dalam negosiasi praktis
dari dunia-kehidupan tertentu, makna dari cara-cara menggunakan sumber
daya simbolik konsumsi massa diubah menjadi objek-objek atau praktek-
praktek yang kasat mata yang merupakan metafor bagi diri mereka sendiri".
1. Persepsi dan Perilaku Konsumen Konsumen Galabo Dilihat Dari Trend
Gaya Hidup.
Pada bab I laporan penelitian ini telah dipaparkan mengenai konsep
dan pengertian dari persepsi dan perilaku konsumen. Selain itu peda sub bab
sebelumnya juga telah dijelaskan persepsi dan perilaku konsumen dari
masyarakat yang datang ke Galabo. Untuk itu penulis akan langsung
menguraikan dengan dasar penjabaran yang telah dilakukan sebelumnya.
Perilaku konsumen tidak dapat dilepaskan dari persepsi konsumen
yang melingkupinya. Perilaku konsumen dan persepsi merupakan satu
kesatuan yang melekat. Ahli Psikologis memberikan pengertian perilaku
konsumen sebagai berikut. “Perilaku Konsumen atau disebut juga tingkah
44 Wijaya, Mahendra. 2010. Mass Media, Pop Culture, and Comercial Life Style In The Era Of Globalization. Surakarta: UNS Press. Hal: 27
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
laku adalah aktivitas seseorang yang berwujud tindakan-tindakan dalam
rangka bereaksi terhadap rangsang (stimulasi), baik berasal dari luar
(lingkungan) ataupun dari dalam dirinya sendiri, dimana antara rangsang serta
tindakan merupakan hubungan sebab akibat.”45 Dari pengertian ini, maka
letak persepsi berada pada masing-masing individu. Persepi konsumen
meliputi pemikiran, keinginan, maupun motivasi yang pada akhirnya nanti
akan menjadi dasar dari serangkaian perilaku konsumen. Telah dijelaskan
pada sub bab sebelumnya bahwa setiap individu memliki kebutuhan yang
selalu berkembang seiring dengan meningkatnya taraf hidup. Pada
masyarakat tradisional, kebutuhan tidak sekompleks pada masyarakat tinggi.
Naun kenyataan pada masyarakat kota Solo adalah bahwa masyarakat kota
Solo merupakan masyarakat yang masuk dalam kategori masyarakat
menengah. Yang mana pada kondisi demikian, timbul suatu perkembangan
yang lazim terjadi pada masyarakat golongan menengah, yaitu timbul suatu
budaya yang mengadopsi dari budaya-budaya yang ada, dan pada akhirnya
menimbulkan satu budaya baru yang sekarng umum disebut dengan budaya
popular. Masyarakat kota Solo, terutama kaum muda, seperti layaknya kaum
muda di kota lain secara perlahan namun pasti mengikuti arus dari budaya
massa yang berkembang tersebut. Dan dari hasil penelitian, pergeseran yang
tampak adalah dari cara masyarakat berekreasi. Masyarakat massa cenderung
mengikuti trend yang berkembang, mulai dari mengkonumsi produk-produk
45 H. Djaslim Saadin, SE, Perilaku Konsumen dan Pemasaran Straetgik, Linda Karya, Bandung, 2003.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
massa yang sedang menjadi trend, hingga dari gaya dan cara berperilaku yang
meniru ikon-ikon yang sedang terkenal.
Satu fenomena yang ditangkap dari konsumen yang datang ke Galabo
adalah bahwa secara tersirat, mereka semua mengikuti alur yang sama. Dari
cara bertingkah laku, cara berpakaian, hingga pemilihan makanan yang akan
dipilih dapat dikatakan seragam. Padahal, stereotip lidah dari masing-masing
individu adalah berbeda, dan itu menandakan bahwa dalam hal selera
makanan, masyarakat telah terkena imbas dari budaya massa.
Satu trend baru yang berkembang pada masyarakat Solo adalah yang
terlihat dari perilaku konsumen di Galabo adalah mereka memanfaatkan
kegiatan bersantap sekaligus untuk media bergaul. Kegiatan makan yang pada
masyarakat Solo pada jaman dahulu adalah untuk sarana berkumpul bersama
keluarga, saat ini dipergunakan sebagai sarana yang efektif untuk
membangun relasi dengan orang lain. Tidak jarang, kegiatan ini dipergunakan
untuk sarana membicarakan urusan bisnis. Dan perilaku konsumen di Galabo
menunjukkan pola yang sama. Semua kegiatan yang telah dipaparkan di atas
dapat ditemui melalui aktivitas yang diperlihatkan konsumen.
Pola perilaku tersebut jika dikaji melalui kajian budaya massa
merupakan imbas dari perilaku yang lazim ditunjukkan oleh masyarakat
kalangan atas, sedangkan pada kenyataannya, masyarakat Solo secara umum
tidak semuanya termasuk dalam golongan masyarakat kelas atas. Sehingga
pengaruh dari kebudayaan massa ini mempunyai dua sisi yang berlawanan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Di satu sisi posistif, di sisi lain berakibat negatif. Berakibat positif apabila
masyarakat secara keseluruhan dapat mengikuti trend yang berkembang.
Namun dapat berakibat negatif apabila tidak semua masyarakat bisa mengkuti
trend. Jika hal ini secara terus berkembang, maka akan menimbulkan
kesenjangan sosial yang rawan timbul kecemburuan sosial. Dan pada
akhirnya akan berdampak pada meningkatnya angka kriminalitas di kota
Solo. Hal tersebut secara samar dapat dilihat dari hasil wawancara dengan
responden mengenai harga makanan di Galabo. Ada yang menganggap
terjangkau namun ada juga yang menganggap mahal. Meskipun tampak
wajar, namun jika hal tersebut berlangsung secara terus menerus dan
meningkat, maka akan menimbulkan ketidakberdayaan pada sebagian
masyarakat. Dan hal inilah yang dapat memicu timbulnya kekacauan. Banyak
Studi yang menkaji mengenai budaya popular, namun kajian tersebut hanya
berupa wacana dan tidak bersifat menggerakan.
Berikut ini peneliti memberikan perbandingan antara Budaya Massa,
Budaya Tinggi, dan Budaya Rakyat. Dengan harapan dapat memperjelas
dalam memahami karakteristik masyarakat Solo.46
46 Wijaya, Mahendra. 2010. Mass Media, Pop Culture, and Comercial Life Style In The Era Of Globalization. Surakarta: UNS Press. Hal: 27
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 3. 2
Perbandingan Budaya Massa, Budaya Tinggi, dan Budaya Rakyat
Aspek
yang
dibanding
kan
Budaya Tinggi Budaya Massa Budaya Rakyat
Kadar dan
tipe
institusion
alisasi
Diakui, dilindungi
dan dikembangkan
oleh organisasi
sosial formal, nilai
tinggi
Tergantung pada
media dan pasar
Pada awalnya
diabaikan sekarang
seringkali dilindungi
secara resmi.
Tipe
organisasi
dan
produksi
Tidak terorganisasi,
unik, dan untuk
pasar khusus.
Di produksi
massal untuk
pasar massa.
memanfaatkan
teknologi secara
terencana dan
terorganisasi.
Diproduksi berdasrkan
standard dan
rancangan corak
tradisional yang di
buta denagn tanga,
pasar tidak penting.
Isi dan
makna
Bermuka ganda (
ambigu )
Dangkal, tidak
bermakna ganda,
menyenangkan,
universal, tetapi
bisa punah.
Terlepas dari
kesadaran makna dan
tujuan ( bisa jelas atau
kabur ) dekoratif atau
ritualistik tidak
universal tetapi
menembus kurun
waktu.
Khalayak Jumlah relative
sedikit: bagi ahli
Pada prisipnya
mencakup setiap
Semua anggota
kelompok budaya
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
seni terltih dan
berpendidikan.
orang: heterogen,
berorientasi,
konsumtif.
yang sama jadi
keanggotaanya
terbatas.
Tujuan
pemakaian
/efek
Memperluas/memp
erdalam
pengalaman.keputu
san intelektual
pretise
Kesenangan
seketika
pengalihan
perhatian
Kesinambungan dan
kebiasaan solidaritas/
intregasi.
2. Trend Gaya Hidup Warga Solo Dalam Memanfaatkan Waktu Luang Di
Galabo.
Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas tentang budaya popular
atau budaya massa. Budaya massa yang berkembang di kota Solo membawa
dampak berubahnya kebiasaan masyarakat. Telah dijelaskan pada sub bab di
atas bahwa masyarakat kota Solo mempergunakan kegiatan bersantap sebagai
media berinteraksi. Namun temuan yang utama dari penelitian ini adalah saat
ini di kota Solo telah berkembang suatu trend baru yang mempergunakan
waktu luang mereka untuk bersantap. Hal ini dapt kita temui dari konsumen
yang ada di Galabo. Mereka mempergunakan waktu luang mereka untuk
bersantap di Galabo, dan dari kegiatan pemanfaatan waktu luang untuk
bersantap tersebut telah berkembang menjadi kegiatan yang telah dipaparkan
di atas. Konsumen di Galabo memakai waktu luang mereka untuk datang di
Galabo bersama dengan rekan atau keluarga, dan kemudian di Galabo,
mereka bersantap sekaligus memenuhi kebutuhan mereka yang lain, yaitu
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
refreshing. Dan hal ini memang ditunjang dengan pengadaan lokasi Galabo
yang yang diciptakan untuk memanjakan lidah konsumen, sekaligus
menyediakan fasilitas yang mendukung sebagai tempat untuk refreshing.
Teori Budaya Massa cenderung memandang khalayak sebagai sebuah
massa yang pasif, pasrah, enteng, rentan, bisa dimanipulasi, bisa dieksploitasi
dan sentimental, bersifat melawan tantangan maupun rangsangan intelektual,
menjadi sasaran empuk bagi konsumerisme dan iklan maupun impian dan
fantasi yang harus mereka jual, yang secara tidak sadar dirasakan sebagai
selera buruk, dan seperti robot dalam pencurahannya terhadap rumusan
berulangnya budaya massa.47
Martyn J Lee (1993) menyebutkan beberapa indikasi perubahan
‘global” yang dramatis menimbulkan budaya konsumeris, yaitu48
Pertama, teknologi mikro komputer dan kemampuan mengirimkan informasi
ke seluruh dunia pada kecepatan cahaya. Kedua, internasionalisasi sistem
perdagangan, sistem aliran mata uang asing yang tidak nampak (invisible),
dan sistem politik pasar bebas yang berpatokan pada aktivitas individu, dan
dengan demikian, menyapu ortodoksi intervensi negara dan konsensus.
Ketiga, pencapaian imaji yang tak terbayangkan sebelumnya (teknologi video,
komputer, grafis dan produksi media) yang berpedoman pada bentuk yang
nampak estetis. Keempat, pengenalan teknologi baru pada sistem produksi
47 Wijaya, Mahendra. 2010. Mass Media, Pop Culture, and Comercial Life Style In The Era Of Globalization. Surakarta: UNS Press. Hal: 27
48 Wijaya, Mahendra. 2010. Mass Media, Pop Culture, and Comercial Life Style In The Era Of Globalization. Surakarta: UNS Press. Hal: 27
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
yang membawa pada pesta pekerja. Muncul sebuah masyarakat penikmat
waktu senggang (a new leisure society). Kelima, akhirnya di dalam dunia
akademis dan seni melalui konsep intelektual baru,yaitu post modern. 49
Masyarakat kota Solo adalah masyarakat yang dinamis dengan
perkembangan yang cukup pesat. Perubahan masyarakat yang tercermin dari
persepsi dan perilaku mereka seperti diungkapkan oleh Martyn J Lee tersebut
adalah suatu gambaran yang nyata bagi pencitraan masyarakat kota Solo
secara Global. Telah muncul masyarakat penikmat waktu senggang (a new
leisure society) di kota Solo. Walaupun dalam perkembangannya dirasa
membahayakan bagi kebudayaan asli Solo, namun dengan kerjasama semua
pihak, kiranya hal ini bisa ditanggapi secara arif dan cepat. Diharapkan studi
penelitian ini cukup untuk memberikan wacana akan kondisi masyarakat kota
Solo secara umum yang terlihat dari persepsi dan perilaku konsumen di
Tempat Wisata Kuliner Gladag Langen Bogan Solo.
49 Wijaya, Mahendra. 2010. Mass Media, Pop Culture, and Comercial Life Style In The Era Of Globalization. Surakarta: UNS Press. Hal: 27
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dengan menggunakan analisis data dan uji
kevalidan data yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka peneliti
menyimpulkan bahwa :
1. Persepsi dan perilaku konsumen di Galabo merupakan imbas dari
budaya populer yang berkembang di kota Solo. Budaya massa ini
telihat mulai dari cara berpakaian, cara berbicara, dan cara bertingkah
serta berinteraksi dengan orang lain.
2. Trend orang Solo adalah memanfaatkan waktu senggang mereka
dengan kegiatan bersantap. Kegiatan bersantap bukan lagi suatu
aktivitas yang hanya sekedar pemenuhan kebutuhan primer saja,
namun telah berkembang menjadi suatu trend dan lifestyle (gaya
hidup) tertentu. Dari aktivitas bersantap, dapat pula berkembang
menjadi media yang yang tepat untuk bertukar pikiran, aktivitas
melobi suatu pekerjaan dan yang utama adalah untuk berinteraksi dan
berrekreasi. Dan trend yang berkembang tersebut dapat diamati
melalui persepsi dan perilaku konsumen di Galabo.
3. Faktor-faktor yang menjadi penarik konsumen untuk memilih tempat
wisata kuliner Gladag Langen Bogan Solo adalah: lokasi dari Galabo
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
yang dinilai strategis, suasana lingkungan Galabo, harga makanan
yang relatif terjangkau, pelayanan, pilihan makanan yang beragam,
keamanan, serta kenyamanan.
Suasana dan kenyamanan merupakan faktor utama yang
menarik konsumen untuk datang. Sebab di Galabo, selain dapat
menikmati suasana yang santai dengan iringan musik yang setiap hari
tampil secara live, di lingkungan Galabo selalu dijaga kebersihannya.
Dan yang utama adalah di Galabo bersih dari pengamen.
B. Saran
Berdasarkan penelitian ini, penulis bermaksud menyampaikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Kendala dalam penelitian
a. Kendala yang dihadapi penulis dalam proses penelitian ini
terbentur pada keterbukaan dari informan, terutama informan dari
petugas Disperindag yang bertugas di Galabo.
b. Kurangnya studi mengenai Galabo juga merupakan kendala
tersendiri, sehingga untuk ke depan diharapkan penelitian ini dapat
menjadi salah satu refensi bagi penelitian yang sejenis.
c. Kurangnya contoh penelitian eksplorasi menjadi permasalahan
dalam penelitian ini, sebab contoh-contoh penelitian yang ada lebih
banyak penelitian Deskripsi.
2. Saran jika ada pembangunan sejenis
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
a. Saran kepada Pemerintah Kota
Diharapkan akan muncul lebih banyak tempat-tempat seperti
Galabo, namun seyogyanya pembangunan yang ditujukan kepada
pembangunan mentalitas dan kualitas SDM masyarakat kota Solo
lebih diperbanyak. Sebab saat ini pembangunan lebih ditujukan
kepada pembangunan fisik kota saja.
b. Saran kepada stakeholder
Untuk kedepan, jika akan diadakan pembangunan tempat-tempat
yang sejenis dengan Galabo, hendaknya lebih memperhatikan
persepsi konsumen secara global, sehingga diharapkan tempat-
tempat yang akan dibangun dapat bertahan lama. Sehingga tidak
terkesan obor blarak saja.
3. Saran kepada pengelola
Penulis mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan referensi
informasi dalam bentuk file dan dokumen. Mengingat Galabo telah
menjadi suatu ikon yang diharapkan dapat menjadi kebanggaan warga
Solo, maka akan banyak penelitian dan studi di Galabo. Maka
diharapkan keteraturan dalam hal failing juga diperhatikan.
4. Saran kepada pedagang
Kemajuan jaman serta berkembangnya tingkat kematangan
konsumen dalam hal menyeleksi, memilih, dan memutuskan dalam
mengkonsumsi suatu barang dan jasa hendaknya dapat menjadi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pacuan bagi pedagang untuk terus melakukan inovasi dan
pembaharuan dalam perdagangan, baik kemasan, maupun kualitas
barang dagangan. Dan setiap pedagang hendaknya lebih memahami
“how to service”
5. Penulis menyadari penelitian ini mempunyai kekurangan dalam hal
akses informasi sehingga diharapkan penelitian ini dapat membuka
jalan bagi penelitian selanjutnya karena penelitian yang berhubungan
dengan Galabo, masih jarang dijumpai. Sebagai contoh, penelitian
dapat diambil dari sudut pandang yang berbeda.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR PUSTAKA
Atmowilota, Arswendo. Buku Kitab Solo (buku panduan “guide”) Fakih, Dr. Mansour. 2002. Runtuhnya Teori Pembangunan dan
Globalisasi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar dan INSSIST press Hayami, Yujiro dan Masoo Kikhuchi, 1987. Dilema Suatu Desa; Suatu
Pendekatan Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan Di Asia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Irwan, Prof. Dr. Abdulah. 2007. Konstruksi dan Reproduksi
KEBUDYAAN. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kirnadi, Drs. 2005. Kesempatan Kerja Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Yayasan Pengabdian Bersama
Kunto, Ari dan Dr. Suharsimi, 1993. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Lawang, Robert M.Z, 2003. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Gramedia
Moleong, J M.A dan Dr. Lexy. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mowen, John C dan Michael Minor, 2002. Perilaku Konsumen (jilid 2
edisi ketujuh). Bandung: Penerbit Erlangga Muhadjir, Noeng. 2002. Metedologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Reke Sarasin Rubiantoro, Dadang. 2008. Generasi MTV. Yogyakarta: Jalasutra Saladin, H. Djaslim SE, 2003. Perilaku Konsumen dan Pemasaran
Strategik. Bandung: Linda Karya Sardjonoprijo, Dr. Petrus. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: CV.
Rajawali Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk, 2007. Perilaku Konsumen
(Edisi Ketujuh). Klaten: PT Intan Sejati
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Soetopo, HB. 2002. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Pres
Storey, John. 2008. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop(Pengantar
Komprehensif teori dan metode). Yogyakarta: Jalasutra Strinati, Dominic. 2007. Popular Culture (Pengantar Menuju Teori
Budaya Populer). Yogyakarta: Jejak Treacy, Declan. 2003. Manajemen Waktu Yang Sukses. Jakarta: Megapoint Wijaya, Mahendra. 2010. Mass Media, Pop Culture, and Comercial Life
Style In The Era Of Globalization. Surakarta: UNS Press. Hal: 27 Dalam Editor:
Gillet, Chaterine. (Handicap International, France), Obura, Douglas. (Makerere University Kampala, Uganda). Wijaya, Mahendra. (UNS, Indonesia). Mulyadi, Asal Wahyuni Erlin. (UNS, Indonesia). 2010. Proceeding 5: Globalization: Social Cost and Benefits for the Third World. Surakarta-Indonesia: UNS Press
Majalah Venue. (Edisi November 2009) Artikel 1. “10 Kota Wisata MICE di Dunia” Artikel 2. “Potensi Pariwisata Kota Wisata MICE” Majalah Saudagar. (Edisi Oktober 2008) Artikel berjudul “Galabo, Bukan sekedar Obor Blarak” Lembar Arsip Pengelola Galabo. (Edisi tanggal 5 September 2009) Harian Solopos. Edisi 18 April 2010. Dalam artikel berjudul “Identitas
Budaya”. Kiriman Mursito BM (Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS) kepada Kolom Lincak
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Website
www. surakarta. co.id “Tabel Prosentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha”
www. wisata Solo. com
“Beralaskan Tikar”
http://bigayah.multiply.com/reviews/item/8
“Galabo Pusat Jajanan Solo”
http://www.sapdesignguild.org/resources/optical_illusions/intro_definition
.html
Peter Lindsay & Donald A. Norman: Human Information
Processing: An Introduction to Psychology, 1977.
Jurnal Internasional:
1. Florian, Pitcher. 2008. “How Real is Cosmopolitanism in Europe?”.
British Sociology Assocition.
http://soc.sagepub.com. Copyright © 2008. BSA Publications Ltd®.
Volume 42(6):1107-1126. DOI: 10.1177/ 0038038508096936.
SAGE Publications: Los Angeles, London, New Delhi and
Singapore.
The Online version of this article can be found at:
http://soc.sagepub.com/ cgi/ content/ abstract/ 42/ 6/ 1107
Published by:
http://www.sagepublications.com
On behalf of:
British Sociological Association
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2. Bennet, Andy. 2008. “Toward a Cultural Sociology of popular music”. Griffith University. Journal of Sociology. 2008. The Australian Sociological Associaton. http://jos.sagepub.com/cgi/content/abstract/44/4/419. Volume 44(4): 419-432. DOI: 10.1177/ 1440783308097130. www.sagepublications.com
The Online version of this article can be found at:
http://soc.sagepub.com/ cgi/ content/ abstract/ 42/ 6/ 1107
Published by:
http://www.sagepublications.com
On behalf of:
The Australian Sociological Association
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.