51
PERMINTAAN TENAGA KERJA PENDAHULUAN Tersedianya lapangan/kesempatan kerja baru untuk mengatasi peningkatan penawaran tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya investasi langsung (direct investment) pada sektor-sektor yang bersifat padat karya, seperti konstruksi, infrastruktur maupun industri pengolahan. Sementara pada sektor jasa, misalnya melalui perdagangan maupun pariwisata. Tenaga kerja adalah orang yang siap masuk dalam pasar kerja sesuai dengan upah yang ditawarkan oleh penyedia pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dihitung dari penduduk usia produktif (umur 15 thn–65 thn) yang masuk kategori angkatan kerja (labourforce). Kondisi di negara berkembang pada umumnya memiliki tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi dari angka resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena ukuran sektor informal masih cukup besar sebagai salah satu lapangan nafkah bagi tenaga kerja tidak terdidik. Sektor informal tersebut dianggap sebagai katup pengaman bagi pengangguran. Angka resmi tingkat pengangguran umumnya menggunakan indikator pengangguran terbuka, yaitu jumlah angkatan kerja yang secara sungguh-sungguh tidak bekerja sama sekali dan sedang mencari kerja pada saat survei dilakukan. Sementara yang setengah pengangguran dan penganggur terselubung tidak dihitung dalam angka pengangguran terbuka, karena mereka

Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

PERMINTAAN TENAGA KERJA

PENDAHULUAN

Tersedianya lapangan/kesempatan kerja baru untuk mengatasi peningkatan

penawaran tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam

pembangunan ekonomi daerah. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan

pertumbuhan ekonomi khususnya investasi langsung (direct investment) pada sektor-

sektor yang bersifat padat karya, seperti konstruksi, infrastruktur maupun industri

pengolahan. Sementara pada sektor jasa, misalnya melalui perdagangan maupun

pariwisata. Tenaga kerja adalah orang yang siap masuk dalam pasar kerja sesuai dengan

upah yang ditawarkan oleh penyedia pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dihitung dari

penduduk usia produktif (umur 15 thn–65 thn) yang masuk kategori angkatan kerja

(labourforce).

Kondisi di negara berkembang pada umumnya memiliki tingkat pengangguran

yang jauh lebih tinggi dari angka resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini terjadi

karena ukuran sektor informal masih cukup besar sebagai salah satu lapangan nafkah bagi

tenaga kerja tidak terdidik. Sektor informal tersebut dianggap sebagai katup pengaman

bagi pengangguran.

Angka resmi tingkat pengangguran umumnya menggunakan indikator

pengangguran terbuka, yaitu jumlah angkatan kerja yang secara sungguh-sungguh tidak

bekerja sama sekali dan sedang mencari kerja pada saat survei dilakukan. Sementara yang

setengah pengangguran dan penganggur terselubung tidak dihitung dalam angka

pengangguran terbuka, karena mereka masih menggunakan waktu produktifnya selama

seminggu untuk bekerja meskipun tidak sampai 35 jam penuh.

Sumber data ketenagakerjaan seperti instansi yang bertanggung jawab dibidang

ketenagakerjaan yang berada di daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota tidak

pernah lagi mau mengirim data dan informasi ke pusat .Kondisi ini telah mempengaruhi

keberadaan data dan informasi ketenagakerjaan, yang pada akhirnya data dan informasi

ketenagakerjaan yang dipergunakan saat ini masih bertumpu pada data dan informasi

ketenagakerjaan yang bersifat makro. Data dan informasi ketenagakerjaan makro

tersebut, sampai saat ini belum mampu untuk menjawab berbagai tantangan dan

masalah ketenaga-kerjaan yang dihadapi.

DEFINISI KESEMPATAN KERJA

Page 2: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan

kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi

dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat

menyerap pertambahan angkatan kerja.

Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang

menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan

sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan

keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja (demand for

labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan

kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat

diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja.

Sementara itu, angkatan kerja (labour force) menurut Soemitro Djojohadikusumo

didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang

sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Bisa juga

disebut sumber daya manusia.

Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah

penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia kerja

akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak

tersebut diharapkan akan mampu memacu meningkatkan kegiatan ekonomi yang pada

akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada kenyataannya, jumlah

penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang positif terhadap

kesejahteraan.

Usia Kerja adalah suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat

bekerja dan menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14 sampai

55 tahun. Selain penduduk dalam usia kerja, ada juga penduduk di luar usia kerja, yaitu di

bawah usia kerja dan di atas usia kerja. Penduduk yang dimaksud yaitu anak-anak usia

sekolah dasar dan yang sudah pensiun atau berusia lanjut

. Bagian lain dari penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan kerja. Yang

termasuk di dalamnya adalah para remaja yang sudah masuk usia kerja tetapi belum

Page 3: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

bekerja atau belum mencari perkerjaan karena masih sekolah. Ibu rumah tangga pun

termasuk ke dalam kelompok bukan angkatan kerja.

Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja, dikelompokkan menjadi

tenaga kerja (bekerja) dan bukan tenaga kerja (mencari kerja atau menganggur). Tenaga

Kerja (man power) adalah bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam

proses produksi serta menghasilkan barang atau jasa.

KONSEP ANGKATAN KERJA

Konsep dan definisi angkatan kerja yang digunakan mengacu kepada The Labor

Force Concept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO). Konsep ini

membagi penduduk usia kerja (digunakan 15 tahun ke atas) dan penduduk bukan usia

kerja (kurang dari 15 tahun).Selanjutnya penduduk usia kerja dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Khusus untuk angkatan kerja meliputi antara lain:

a) Bekerja

b) Punya pekerjaan tapi sementara tidak bekerja

c) Mencari pekerjaan (pengangguran terbuka).

Mulai Tahun 2005, SAKERNAS dilaksanakan secara semester I (bulan Pebruari) dan

Semester II (bulan Agustus). Survei tersebut dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik di

seluruh Indonesia. Sumber utama data ketenagakerjaan adalah Survei Angkatan Kerja

Nasional (Sakernas). Survei ini khusus dirancang untuk mengumpulkan informasi/ data

ketenagakerjaan. Pada beberapa survei sebelumnya, pengumpulan data ketenagakerjaan

dipadukan dalam kegiatan lainnya, seperti Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),

Sensus Penduduk (SP), dan Survei Penduduk Antar Sensus (Supas). Sakernas pertama kali

diselenggarakan pada tahun 1976, kemudian dilanjutkan pada tahun 1977 dan 1978. Pada

tahun 1986-1993, Sakernas diselenggarakan secara triwulanan di seluruh provinsi di

Indonesia, sedangkan tahun 1994 - 2001, Sakernas dilaksanakan secara tahunan yaitu

setiap bulan Agustus. Sejak tahun 2002 hingga sekarang, di samping Sakernas tahunan

Page 4: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

dilakukan pula Sakernas Triwulanan. Sakernas Triwulanan ini dimaksudkan untuk

memantau indikator ketenagakerjaan secara dini di Indonesia, yang mengacu pada KILM

(the Key Indicators of the Labour Market) yang direkomendasikan oleh ILO

(theInternational Labour Organization). Hasil Sakernas tahunan pada 2003 disajikan

menurut provinsi karena jumlah sampel yang mencukupi (67.072 rumah tangga). Inflation

factor yang digunakan dalam penghitungan angka final hasil Sakernas 2003 didasarkan

pada total penduduk Indonesia berumur 0 tahun ke atas per provinsi hasil proyeksi

penduduk.

Sejak Sakernas 2001, konsep status pekerjaan dan pengangguran mengalami

perluasan dan penyempurnaan. Status pekerjaan yang pada Sakernas 2000 hanya 5

kategori, mulai tahun 2001 ditambahkan kategori baru yaitu: pekerja bebas di pertanian

dan pekerja bebas di non pertanian. Selain itu, dalam rangka menyesuaikan dengan

konsep ILO, konsep Pengangguran Terbuka diperluas yaitu di samping mencakup

penduduk yang aktif mencari pekerjaan, mencakup pula kelompok penduduk yang

sedang mempersiapkan usaha/pekerjaan baru, dan kelompok penduduk yang tidak

mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta

kelompok penduduk yang tidak aktif mencari pekerjaan dengan alasan sudah mempunyai

pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Penduduk Usia Kerja adalah Penduduk yang berumur 15 tahun keatas.

Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja,

atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.

Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia

kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan.

Setengah penganggur adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu

yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain.

Setengah pengangguran yang dimaksudkan defenisi itu disebut sebagai setengah

pengangguran terpaksa. Sedangkan orang yang bekerja dibawah 35 jam per minggu

namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain

dikelompokkan sebagai setengah pengangguran sukarela. Tingkat pengangguran =

Page 5: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Tingkat pengangguran terbuka ( Pengangguran terbuka dibagi Angkatan kerja dikali 100)+

Tingkat pengangguran setengah pengangguran terpaksa Bekerja adalah melakukan

pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau

keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam

seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu

usaha/kegiatan ekonomi).

Pengangguran

Pengangguran adalah angkatan kerja yang belum dan sedang mencari pekerjaan.

Pengangguran terjadi karena jumlah penawaran tenaga kerja lebih besar daripada

permintaan tenaga kerja. Dengan kata lain, terjadinya surflus penawaran tenaga kerja di

pasar tenaga kerja.

Pengangguran seringkali menjadi salah satu permasalahan negera-negara

berkembang, disatu sisi jumlah penduduk dari tahun ketahun terus bertambah, disisi lain

peningkatan kemampuan ekonomi, baik pemerintah maupun swasta tidak secepat

peningkatan jumlah penduduk. Terjadinya ketimpangan antara laju permintaan lapangan

kerja dengan laju penawaran lapangan kerja mengakibatkan semakin meningkatnya

jumlah pengangguran.

Cara Cara Mengatasi Pengganguran:

a. Bagi penganggur sendiri, dapat mengembangkan kreativitasnya melalui

berwirausaha mandiri.

b. Pengembangan sekolah-sekolah yang mengarah kepada peningkatan kecakapan

hidup, seperti SMK.

c. Pengembangan program kerjama dengan luar negeri dalam pemanfaatan Tenaga

Kerja Indonesia (TKI)

d. Pengembangan sector informal seperti home industry.

e. Pengembangan program transmigrasi, untuk menyerap tenaga kerja di sektor

agraris dan sector informal lainya diwilayah tertentu.

Page 6: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

f. Perluasan kesempatan kerja, misalnya melalui pembukaan industri padat karya di

wilayah yang banyak mengalami pengangguran.

g. Peningkatan investasi, baik yang bersifat pengembangan maupun investasi melalui

pendirian usaha-usahabaruyangdapatmenyeraptenagakerja.

h. Pembukaan proyek-proyek umum, hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah seperti

pembangunan jalanraya,jembatandanlain-lain.

i. Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang bersifat praktis sehingga seseorang

tidak harus menunggu kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan para

pencari kerja, melainkan ia sendiri mengembangkan usaha sendiri yang

menjadikannya bisa memperoleh pekerjaan dan pendapatan sendiri.

PEMANFAATAN TENAGA KERJA

Masalah ketenaga kerjaan yang paling menonjol sampai saat ini masih berkisar

pada pengangguran. Tingkat pengangguran memang merupakan salah satu indikator

perekonomian yang penting. Maka tidak mengherankan bila itu dijadikan permasalahan

yang penting pula.Secara sederhana pengangguran disebabkan oleh dua hal yaitu

banyaknya tenaga kerja dan atau sempitnya kesempatan kerja. Hal lain di belakang itu

tentu saja tidak sederhana. Pada wilayah yang tingkat penganggurannya tinggi seperti kita

muncul masalah lain seperti penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan potensi

serta latar belakangnya dan upah yang rendah.

Dalam rangka pemerataan sering juga terjadi kerja dengan jam yang kecil dan

tentu saja upah yang kecil pula. Masalah seperti perlakuan terhadap pekerja yang tidak

semestinya bukan tidak mungkin pula. Secara umum bisa muncul masalah

underutilization, kurang termanfaatkannya tenaga kerja. Gejala ini biasanya diikuti

dengan ketidakpuasan pekerja dan usaha mencari kerja lain yang Iebih sesuai. Karena itu

terutama pada pekerja dengan jam kerja rendah, sering disebut kasus ini sebagai

setengah menganggur.Dari hasil telaah (Manning dan Papayungan, 1984) di tahun 1980

terdapat 7,5% tenaga kerja kurang termanfaatkan untuk seluruh Indonesia. Angka ini

diperkirakan lebih kecil dari keadaan sebenarnya. Persentase tersebut merupakan

Page 7: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

gabungan dari beberapa karakteristik tenaga kerja diantaranya ada yang bekerja dibawah

35 jam seminggu.

Ada pula yang lebih banyak yang putus asa dengan pekerjaannya dan banyak pula

yang berusaha mencari pekerjaan lain.Kurang pemanfaatan tenaga kerja merupakan

gejala yang umum. Ini tidakhanya terjadi di negara-negara berkembang dengan tingkat

pengangguran yangsangat tinggi tetapi juga di negara-negara maju. Perbedaannya pada

spesifikasipenyebab dan proporsi. Di negara-negara maju penyebab utamanya adalah

terlalutinggi tingkat pendidikan atau over edukasi dan deskilling (O'Brien, 1986).

Tingkat pendidikan yang tinggi berarti memiliki kemampuan yang tinggi. Bi!a tidak

termanfaatkan kemampuan itu tidak terman ifestasikan dan berkembang,bahkan bisa

susut dan hilang. Tingkat pendidikan yang tinggi juga meningkatkan aspirasi, keinginan

memiliki otonomi dan variasi dalam kerja. Bila hal ini tidak tersalurkan dengan baik maka

efek negatif akan muncul.Padahal di sisi lain tidak seluruh pekerjaan menuntut

pandidikan yang tinggi.Untuk menjadi operator mesin misalnya, tamatan sekolah

menengah pertama bisa mengerjakannya. Anehnya ada kecenderungan menerima

pekerjaan yang tingkat pendidikannya lebih tinggi tanpa melihat pekerjaan. Sering

disyaratkan untuk tukangfotokopi saja lulusan SMA. Devaluasi tingkat pendidikan terjadi

pada penempatantenaga kerja.Tuntutan kemampuan yang lebih rendah akan

mengakibatkan deskilling, tidakhanya akan menambah jumlah tenaga kerja kurang

termanfaatkan, tetapi juga tingkatpengangguran. Komputerisasi dan robotisasi adalah

dua contoh yang cukupmenonjol. Juru gambar dan ahli farmasi merupakan contoh

menonjol bagi korban

kasus ini.

Pengertian Permintaan Tenaga Kerja ( Demand for Labour )

Jumlah tenaga kerja (TK) yang dibutuhkan oleh perusahaan/ instansi tertentu dan

merupakan kombinasi input lain yang tersedia, berhubungan erat dengan tingkat upah

dan gaji (wage & salary/ salaries).

Page 8: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Sebelum lebih jauh kita membahas tentang permintaan tenaga kerja, kita ingat

terlebih dahulu tentang fungsi produksi. Fungsi produksi dapat menggambarkan

kombinasi input, dan menggambarkan tehnologi yang dipakai perusahaan untuk

memproduksi barang dan jasa. Untuk penyederhanaan analisa, kita membuat asumsi

bahwa dalam memproduksi barang dan jasa, perusahaan memakai dua macam factor

produksi yaitu jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh tenaga kerja (E) dan capital

(K).sehingga fungsi produksi tersebut dapat ditulis sebagai :

Q = f ( E,K )

Dimana Q adalah output. Permintaan perusahaan terhadap input merupakan

permintaan turunan ( derived demand), artinya permintaan perusaahaan terhadap

tenaga kerja dan capital ditentukan oleh permintaan konsumen terhadap produk

perusahaan. Jika permintaan terhadap output perusahaan besar, maka kemungkinan

AsumsiPerusahaan menjual output ke pasar yang benar-benar kompetitifPerusahaan membeli input di pasar yang benar-benar kompetitif

Faktor yang mempengaruhiNaik turunnya D pasar akan hasil produksi perusahaan yang bersangkutanPerubahan tingkat upah

Jangka panjangLebih responsif terhadap perubahan tingkat upahSemua input produksi dapat berubah

PERMINTAAN TK

Jangka pendekKurang responsif terhadap perubahan tingakat upahTidak semua input produksi bisa berubah

Kurva D TK menunjukkanPada tingkat upah berapa jumlah pekerja yang max akan dipekerjakan, pada waktu tertentuUntuk masing-masing Σ pekerja yang mungkin terdapat sebuah tingkat upah max bagi majikan untuk mempekerjakan sejumlah TK tertentu

Page 9: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

permintaan terhadap tenaga kerja dan modal juga besar. Hal itu karena pengusaha

berproduksi karena ingin memenuhi permintaan konsumen.

Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah memaksimalkan laba. Laba

didapatkan dari selisih pendapatan dikurangi dengan biaya. Biaya yang dikeluaran oleh

perusahaan meliputi biaya modal dan biaya tenaga kerja. Dalam kaitannya dengan

penggunaan tenaga kerja, perusahaan akan melakukan pilihan mengenai pemakaian

jumlah tenaga kerja. Perusahaan akan berupaya menggunakan jumlah tenaga kerja yang

optimal. Dalam kaitannya dengan konsep permintaan, permintaan tenaga kerja diartikan

sebagai jumlah tenaga kerja yang diminta parusahaan pada berbagai macam alternative

harga tenaga kerja atau berbagai tingkat upah.

Produk Fisik Marjinal (MPP) dan Produk Fisik Rata-Rata (APP)

Produk fisik marjinal dibedakan antara produk fisik marjinal tenaga kerja (MPPL) dan

produk fisik marjinal modal (MPPK). Produk fisik marginal tenaga kerja (MPPL) yaitu perubahan

output karena tambahan satu orang yang bekerja, dengan asumsi ceteris paribus. Sedangkan

produk fisik marjinal modal (MPPK) yaitu perubahan output karena tambahan satu satuan input

modal, dengan asumsi ceteris paribus. Produk fisik marjinal tenaga kerja (MPPL) merupakan slope

dari kurva total produk. Kurva total produk yaitu jumlah output yang dihasilkan pada saat

perusahaan mempekerjakan lebih banyak orang.

Tabel Perhitungan TP, MPPL, APPL,VMPPL, VAPPL dengan P=$2

Jumlah Tk Output (unit)

MPP (unit) APP (unit) VMPP ($) VAPP ($)

1 16 16 16 32 32

2 36 20 16 40 32

3 57 21 19 42 38

4 80 23 20 46 40

5 95 15 19 30 38

6 109 14 18.17 28 36.34

Kurva produk fisik marjinal tenaga kerja menurun mengikuti hukum pertambahan hasil

yang semakin berkurang (the law of deminishing returns) dengan asumsi ceteris paribus. Mula-

mula, orang yang dipekerjakan mampu meningkatkan output secara signifikan, ketika jumlah

pekerja ditambahkan pada kondisi cadangan modal tetap (misal jumlah mesin tetap), maka

Page 10: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

keuntungan dari spesialisasi turun sehingga produk fisik marjinal tenaga kerja menurun. Pada

tabel diatas, produk fisik marjinal tenaga kerja mula-mula mengalami peningkatan seiring dengan

bertambahnya jumlah pekerja, lewat titik tertentu penambahan jumlah pekerja menghasilkan

penurunan output. Ketika menggunakan tenaga kerja sebanyak 4 orang MPPL sebesar 23 unit,

ketika ditambah satu orang lagi MPPL menjadi 15 unit (lihat tabel). Produk fisik rata-rata tenaga

kerja (APPL) merupakan jumlah output yang mampu diproduksi oleh tiap pekerja.

Dimana:

APPL= produk fisik rata-rata tenaga kerja

q = output perusahaan

L = jumlah tenaga kerja

Misalkan, perusahaan mampu menghasilkan 80 unit output pada saat mempekerjakan 4

orang sehingga produksi rata-ratanya sebesar 20 unit (lihat tabel). Hubungan antara kurva

produk fisik marjinal dan produk fisik rata-rata yaitu ketika kurva produk fisik marjinal (MPP)

berada diatas kurva produk fisik rata-rata (APP) terjadi saat APP menaik. Ketika kurva MPP berada

dibawah kurva APP terjadi saat kurva APP menurun. Kurva MPP berpotongan dengan kurva APP

pada saat kurva APP mencapai titik puncaknya. Asumsi pertambahan hasil yang semakin

berkurang (deminishing returns) menyebabkan kurva APP menurun pula.

Output TPP

APP

MPP

4 L

Hubungan Kurva MPP, APP dan TPP

Maksimisasi Keuntungan

Asumsi yang mendasari perilaku suatu perusahaan yaitu bahwa setiap perusahaan akan

berusaha memaksimalkan kepuasannya.

Dimana:

p = harga jual output perusahaan

w = tingkat upah

r = harga modal

q = output

APPL = q / L

Profit = pq – wL – rK

Page 11: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

L= jumlah tenaga kerja

K = jumlah modal

Ketika perusahaan berada pada pasar persaingan sempurna, perusahaan tidak dapat

mempengaruhi harga pasar. Harga jual produk dan harga tenaga kerja adalah sudah tertentu bagi

perusahaan. Pengusaha dapat memilih berapa banyak harus menjual dengan harga pasar yang

unggul dan berapa tenaga kerja yang harus digunakan pada tingkat upah pasar yang unggul, akan

tetapi ia tidak dapat memilih harga yang mana harus dikenakan terhadap output yang dihasilkan

atau upah yang bagaimana harus dibayarkannya untuk tenaga kerja. Oleh karena itu, untuk

memaksimalkan keuntungan diperlukan jumlah tenaga kerja dan modal yang tepat.

Permintaan Tenaga Kerja dalam Jangka Pendek dan Jangka panjang

A. Permintaan jangka pendek

Yang dimaksud dengan jangka pendek adalah adalah jangka waktu dimana minimal

satu input dalam produksi tidak dapat diubah. Berkaitan dengan model di atas, kita

membuat asumsi bahwa :

1. modal tidak dapat diubah atau tetap sedang tenaga kerjanya dapat diubah.

2. perusahaan menjual outputnya dalam pasar persaingan sempurna, ia membeli

inputnya juga dalam pasar persaingan sempurna.

Fungsi produksi memperlihatkan hubungan yang terjadi antara berbagai input

faktor produksi dan output perusahaan. Dalam jangka pendek perusahaan dalam

memaksimumkan keuntungan tidak dapat mengubah jumlah modal, sehingga

peningkatan output hanya dapat dilakukan melalui penambahan jumlah TK. Pengaruh

kombinasi peningkatan jumlah pekerja dengan jumlah modal terhadap tingkat output

dapat ditunjukkan melalui gambar berikut.

Bila rasio biaya pekerja dan biaya modal berubah, maka kombinasi optimal antara

pekerja dan modal untuk setiap output tertinggi yang diproduksi berubah pula. Misalnya

bila terjadi kenaikan upah, maka perusahaan akan mengurangi jumlah pekerja dan

menambah penggunaan modal. Hal ini dapat dilihat pada gbr sbb:

Page 12: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Input Modal (K)

19

U2

K2

19

K1

U1

0 L0 L1 input Pekerja (L)

Keterangan:

Sebelum kenaikan upah kombinasi yang digunakan (K1, L1), seteah adanya

kenaikan upah sebesar tertentu (misal U1-U2) maka kombinasinya menjadi (L0,K2). Ini

berarti adanya kenaikan upah berakibat jumlah pekerja yang digunakan berkurang dari

OL1-OL0 (sebesar L1L0) dan perusahaan akan menambah input modal sebesar K1K2.

Sebagai reaksi kanaikan upah, dalam jangka pendek perusahaan akan mengurangi

pekerjanya. Sedang dalam jangka panjang perusahaan akan mensubstitusikan modal

untuk kerja dan substitusi ini akan mengurangi jumlah pekerja.

Page 13: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Upah

U2

U1

DK

NPFM

0 N0 N1’ N1 Jumlah Pekerja (L)

Keterangan:

Penurunan PFM dan DFR dalam gambar dapat diartikan sbb:

Secara umum dapat dikatakan bahwa setelah sejumlah TK digunakan output mulai

meningkat dengan tambahan yang lebih kecil. Hal ini merupakan ciri setiap produksi

dalam jangka pendek hasil yang mengecil ini memiliki implikasi yang penting dalam

analisis ekonomi. Implikasinya adalah perusahaan hanya mampu menggunakan tambahan

input pekerja dengan upah yang lebig rendah karena setelah adanya tambahan jumlah

pekerja yang digunakan, akan memberikan tambahan output yang lebih kecil. Oleh

karena itu kurva permintaan terhadap pekerja dalam jangka pendek memilki slope/

kemiringan yang negatif.

Berkaitan dengan hal tersebut kita dapat menyusun sebuah skedul yang

menunjukkan peningkatan penerimaan sejalan dengan peningkatan penggunaan pekerja.

Bila perusahaan menambah 1 unit pekerja, penerimaannya akan meningkat sejumlah

harga setiap unit output H dikalikan dengan tambahan unit output (PFM), yang biasa

disebut sebagai Nilai Produksi Fisik Marginal (NPFM).

Page 14: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

NPFM

400

360

320

NPFM=H x PFM

80 S=PFM

0 1 2 3 11 InputPekerja

(L)

Gambar di atas menggambarkan skedul NPFM untuk perusahaan. Tiap tambahan

pekerja akan memberikan tambahan penerimaan yang makin menurun unit pertama

akan menambah penerimaan sebesar Rp 400, unit kedua sebesar Rp 360, unit ketiga

sebesar Rp 320. pada unit kesebelas mempunyai NPFM = 0, berarti penambahan pekerja

kesebelas tidak memberikan tambahan penerimaan bagi perusahaan. Skedul NPFM

adalah kurva permintaan perusahaan terhadap pekerja, bila tingkat upah Rp80 setiap

hari kerja, perusahaanakan mengahdapi kurva penawaran terhadap pekerja yang elastis

pada tingkat upah tersebut. Suatu upah yang sama dengan biaya faktor produksinya.

Page 15: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Input modal (K)6

5 52 54 55 191927 34 404549

4 K=3 K

2

1

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Input pekerja (L)

Gambar 3.1 Pengaruh kombinasi peningkatan jumlah pekerja dan jumlah modal terhadap tingkat output

Pada gambar diatas terlihat bahwa perusahaan dapat meningkatkan outputnya

dari 10 menjadi 19 dan seterusnya hingga mencapai 55, dengan menambah jumlah

penggunaan modal maupun TK atau kombinasi keduanya. Perusahaan dapat

menggunakan kombinasi modal maupun TK yang memberikan biaya terendah. Namun

karena diasumsikan perusahaan berada dalam kondisi jangka pendek maka ia tidak dapat

mengubah jumlah modal, sehingga pertambahan output hanya bisa dilakukan dengan

menambah jumlah pekerja.

Bila perusahaan memiliki 3 unit modal, kita bisa melihat pengaaruh penambahan

pekerja secara terus-menerus terhadap output total dengan jumlah modal yang tetyap

(digambarkan dengan garis lurus K). Output total perusahaan jika menggunakan 1 unit

pekerja adalah 10. 2 unit pekerja output 19 dst. Dari segi permintaan terhadap pekerja,

perlu diperhatikan 2 hal yaitu output total yang diperoleh daari berbagai jumlah pekerja

dan penambahan dari output total akibat dari pertambahan jumlah pekerja yang

digunakan. Yang dikenal dengan istilah PFM (pertambahan terhadap output total akibat

dari penambahan jumlah pekerja yang digunakan sebesar 1 unit input). Sedangkan (PFR)

adalah output total dibagi dengan jumlah pekerja. Penurunan PFM dan PFR dapat dilihat

dalam gambar 3.2 sbb :

Page 16: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

PFR dan PFM

10

PRF

PFM0 L Input pekerja (L)

Keterangan:Penurunan PFM dan PFR dalam gambar 3.2 dapat diartikan sbb :

Secara umum dapat dikatakan bahwa setelah sejumlah TK digunakan output mulai

meningkat dengan tambahan yang lebih kecil. Hal ini merupakan ciri setiap proses

produksi dalam jangka pendek. Hasil yang mengecil ini me,punyai implikasi yang penting

dalam analisis ekonomi. Implikasinya adalah perusahaan hanya mau menggunakan

tambahan input pekerja dengan upah yang lebih rendah karena setelah adanya

pertambahan jumlah pekerja yang digunakan, akan memberi tambahan output yang lebih

kecil. Oleh karena itu kurva permintaan terhadap pekerja dalam jangka pendek memiliki

slope/kemiringan yang negatif. Berkaitan dengan hal tersebut, kita dapat menyusun

sebuah skedul yang menunjukkan peningkatan penerimaan sejalan dengan peningkatan

penggunaan pekerja. Bila perusahaan menambah 1 unit pekerja, penerimaanya akan

meningkat sejumlah harga setiap unit output H dikalikan dengan tambahan unit output

(PFM), yang biasa disebut sebagai nilai produksi fisik maraginal (NPFM)

Page 17: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

NPFM

Input Pekerja (L)

Gambar diatas menggambarkan skedul NPFM untuk perusahaan. Tiap tambahan

pekerja akan memberikan tambahan penerimaan yang makin menurun. Unit pertama

akan menambah penerimaan sebesar Rp 400, unit ke 2 sebesar Rp 360, unit ke 3 sebesar

Rp 320. Pada unit ke 11 mempunyai NPFM = 0, berarti pertambahan pekerja ke 11 tidak

memberi tambahan penerimaan bagi perusahaan. Skedul NPFM adalah kurva permintaan

perusahaan terhadap pekerja, bila tingkat upah Rp 80 setiap hari kerja, perusahaan akan

menghadapi kurva penawaran terhadap pekerja yang elastis, pada tingkat upah tersebut,

suatu upah yang sama dengan biaya faktor marginal (BFM) dari perusahaan. Perusahaan

akan memaksimalkan keuntungan dengan mempekerjakan 9 hari kerja. Jika perusahaan

mempekerjakan 8 pekerja harian, perusahaan belum mencapai keuntungan maksimum.

Karena penambahan pekerja akan menghasilkan penerimaan melebihi Rp 80 per hari. Jika

perusahaan mempekerjakan 10 pekerja perusahaan akan rugi, biaya lebih besar dari

penerimaan. Jika upah naik menjadi 120 per hari kerja maka 8 pekerja adalah pilihan

terbaik. Jika upah turun menjadi 40 per hari maka 10 pekerja harian merupakan pilihan

terbaik. Dengan demikian jumlah pekerja yang diminta perusahaan mempunyai hub. Yang

terbalik dengan tingkat upah. Perusahaan akan memaksimalkan tingkat keuntungan bila

NPFM = upah. Bila biaya pekerja berubah perusahaan dapat melakukan penyesuaian-

penyesuaian, misal jika upah naik, jumlah pekerja yang digunakan dikurangi, jika upah

Page 18: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

turun jumlah pekerja dapat ditambah dengan asumsi perusahaan berada dalam jangka

pendek(input modal tetap)

B. PERMINTAAN JANGKA PANJANG

Perbedaan antara permintaan terhadap pekerja dalam jangka pendek dan jangka

panjang. Jangka panjang adalah suatu periode dimana perusahaan dapat melakukan

penyesuaian / perubahan terhadap input-inputnya. Baik itu input modal maupun tenaga

kerjanya. Adalah bahwa dalam jangka panjang semua input produksi dapat berubah.

Untuk jangka pendek tidak semua input produksi bisa berubah. Contoh grafiknya sbb:

Input Modal (K)

19

8

7

6

E

4 C

D 19

Rp 60

Rp70

Rp 80

0 1 2 3 Input Pekerja (L)

Keterangan:

Gambar di atas memperlihatkan perusahaan dapat memproduksi 19 ton barang

dgn berbagai kombinasipekerja dan modal. Dalam jangka panjang pengusaha bebas

memilih kombinasi pekerja dan modal dalam rangka memaksimumkan keutungan dengan

biaya yang terendah. Misal upah per pekerja Rp 20 ribu per pekerja harian, harga sewa

modal Rp 10 ribu per hari dan anggaran yang tersedia Rp 60 ribu. Jika seluruh anggaran

digunakan untuk pekerja maka 3 unit pekerja yang akan digunakan. Sedangkan jika

seluruh digunakan untuk membeli/ sewa modal maka 6 unit modala kan terbeli. Jml

Page 19: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

pekerja dan jml modal seluruhnya dapat dibeli secara terpisah ditunjukkan oleh titik A

dan titik B. garis yang menghubungkan antara titik A dan titik B disebut Isocost, yaitu garis

yang menunjukkan kombinasi antara TK dan modal yg mampu dibeli leh perusahaan dgn

tingkat pengeluaran dan harga tertentu. Ganbar di atas menunjukkan bahwa untuk

memproduksi 19 ton barang, perusahaan akan menggunakan kombinasi input K dan L yg

mampu memaksimumkan π, dan ini dapat tercapai saat terjadinya persinggunagan antara

isocost dan isoquant yaitu pada titik C dengan kombinasi 1 input TK dan 4 input modal,

dengan jumlah anggaran yg dikeluarkan 60 ribu rupiah. Kombinasi titik D dan E terletak

pada isoquant 19 ton, anggaran yg dikeluarkan lebih besar yaitu Rp 70ribu rupiah.

Sehingga kombinasi D dan E tidak terpilih, Artinya :

Permintaan pekerja akan lebih responsif terhadap perubahan tingkat upah bila

keadaan tersebut terjadi dalam jangka panjang, hal ini ditunjukkan oleh

perubahan yang lebih besar dari jumlah pekerja yg diminta.

Kurva permintaan jangka panjang menunjukkan jumlah pekerja yang

menyebabkan perusahaan berada pada keseimbangan jangka panjang, maka tiap

titik pada kurva permintaan jangka panjang harus mempunyai suatu permintaan

jangka pendek (kurva NPFM) yang memotongnya.

FUNGSI PRODUKSI

Fungsi produksi dibeadakan menjadi:

1. Fungsi Produksi Linear

2. Fungsi Produksi Proporsi tetap

3. Fungsi Produksi Cob Douglas

Page 20: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

FUNGSI PRODUKSI LINEAR

K

a slope/ kemiringan

a

0 L

Ciri Fungsi Produksi Linear

Tingkat penggantian L dan K sempurna

Elastisitas Substitusi = ~

Proses produksi sulit untuk dibayangkan/diprediksi

FUNGSI PRODUKSI PROPORSI TETAP

K

a3

a2

a1

0 L

Ciri Fungsi Produksi Proporsi tetap:

Elastisitas substitusi = 0

Page 21: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Dalam hal ini kita tidak bisa menambah input yg jmlnya lebih dari yg lain, sehingga

K = L, bila perusahaan ingin menambah outputnya maka harus menambah

jumlah K dan L dalam proporsi yang sama.

Proses produksi tidak sulit untuk dibayangkan

FUNGSI PRODUKSI COB DOUGLAS

K

A

B

0 L

Ciri Fungsi Produksi Cob Douglas:

Elastisitas substitusi = 1

K ≠ L, proporsi pertambahan K dan L akan menghasilkan Q lebih besar dari

pada K, sebaliknya bila berada pada titik B maka K akan menghasilkan Q lebih

banyak daripada L.

Bentuk matematis q = f (K,L) = AKaLb

ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA

Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja

Elastisitas permintaan tenaga kerja yaitu persentase perubahan kesempatan kerja dalam

jangka pendek karena perubahan satu persen tingkat upah.

Contoh:

Jika suatu perusahaan mempekerjakan 40 orang pekerja pada tingkat upah sebesar $25 dan

mempekerjakan 50 orang pada saat upahnya $20, berapa besar elastisitas permintaannya?

Page 22: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Permintaan tenaga kerja diatas bersifat elastis karena memiliki elastisitas lebih dari satu

dalam nilai absolut. Besar kecilnya elastisitas permintaan tergantung dari substitusi tenaga kerja

dengan faktor produksi lain, elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan, proporsi

biaya tenaga kerja terhadap seluruh biaya produksi, dan elastisitas penawaran dari faktor

produksi pelengkap lainnya.

Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor seperti pertanian,

keuangan, perdagangan dan lain sebagainya. Tiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang

berbeda. Laju pertumbuhan yang berbeda tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat

perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara

berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun

dalam kontribusinya terhadap pendapatan nasional. Perbedaan laju pertumbuhan pendapatan

regional dan kesempatan kerja tersebut, juga menunjukkan perbedaan elastisitas masing-masing

sektor untuk penyerapan tenaga kerja. Elastisitas kesempatan kerja (E) yaitu perbandingan laju

pertumbuhan kesempatan kerja ∆N/N dengan laju pertumbuhan ekonomi ∆Y/Y. Elastisitas

tersebut dapat dinyatakan untuk keseluruhan perekonomian atau masing-masing sektor atau

subsektor.

E =

E =

Tabel elastisitas kesempatan kerja sektoral di Provinsi Jatim (1993-2002)

Sektor

Pertumbuhan/tahun

ElastisitasJuml TK (%) PDRB (%)

Pertanian 0,818 0,910 0,898

Pertambangan -0,715 2,512 -0,285

Industri 1,196 2,652 0,451

LGA (Listrik, Gas dan Air) -0,457 5,429 -0,030

Konstruksi 1,628 -1,430 -1,139

Perdagangan 2,494 4,217 0,591

Komunikasi 3,852 6,878 0,560

Keuangan 5,992 0,586 10,227

Page 23: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Jasa -0,338 1,966 -0,172

Jumlah 1,608 3,747 0,429

Misalkan pertumbuhan jumlah tenaga kerja per tahun di Jatim tahun 1993-2002 adalah

1,608 dan pertumbuhan PDRB per tahun sebesar 3,747%. Berapa elastisitas kesempatan kerja

secara keseluruhan?

EJawa Timur (1993-2002) =

EJawa Timur (1993-2002) = =0,429

Artinya, apabila PDRB propinsi Jawa Timur bertambah satu persen, maka akan terjadi penciptaan

kesempatan kerja sebesar 0,429 persen.

Konsep elastisitas ini dapat digunakan untuk meperkirakan pertambahan kesempatan

kerja. Bila laju pertumbuhan kesempatan kerja adalah k, dan laju pertumbuhan PDRB adalah g

maka laju pertumbuhan kesempatan kerja dapat dirumuskan:

k = E x g

Misalkan pada tahun 2003, PDRB Jawa Timur tubuh sebesar 10%. Dengan asumsi bahwa

elastisitas kesempatan kerja sama dengan elastiistas selama tahun 1993-2002, maka laju

pertumbuhan kesempatan kerja 2003 adalah: 0,429 x 10% = 4,29%. Pertambahan kesempatan

kerja pada tahun 2003 adalah: 4,29% x 16,535 juta orang = 709.377 orang. Cara perhitungan ini

dapat dilakukan untuk menghitung pertambahan kesempatan kerja di masing-masing sektor dan

untuk beberapa tahun ke depan.

Elastisitas Kesempatan Kerja Merupakan gambaran mengenai seberapa jauh

kepekaan kesempatan kerja terhadap perubahan ekonomi.

Page 24: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

adanya perubahan PDRB sebesar 1%

berakibat KK juga mengalami

perubahan sebesar 1%

Perubahan PDRB tidak berpengaruh

terhadap perubahan KK

Kenaikan PDRB sebesar 1% diikuti oleh

kenaikan KK>1%

Setiap ada perubahan PDRB, akan

didkuti perubahan KK ke arah yang

berlawanan

Kasus khusus (terdapat hubungan yg

negatif antara KK dan produktivitas

TK)

Bila indeks Ekk → bernilai + maka pertumbuhan ekonomi disertai dengan pert+an KK, sehingga dapat mengurangi jml pengangguran.

Bila indeks Ekk → bernilai - maka terjadi kemunduran dalam perekonomian akibatnya KK berkurang, sehingga jml pengangguran bertambah.

Hubungan antara Produktivitas, PDRB dan KK

Produktivitas TK naik, bila PDRB pertumbuhannya lebih cepat daripada pertumbuhan KK.Produktivitas TK turun, bila PDRB pertumbuhannya lebih lambat daripada pertumbuhan KK.

Keadaan tersebut merupakan kasus khusus dimana 0<EKK<1

Corak hubungan tersebut (P, KK, PDRB) merupakan corak hubungan yg paling ideal diantara berbagai kemungkinan yg terjadi. Artinya: Pertumbuhan ekonomi membawa dampak + terhadap KK, sekaligus kemampuan

produktivitas TK.Produktivitas TK, rumus:

EKK=

Ekk=1

Ekk=0

Ekk=>1

Ekk<0

0<Ekk<1

Page 25: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

P = Produktivitas TK

KK = Kesempatan kerja

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

PROSES DERIVASI PERMINTAAN INDUSTRI TERHADAP PEKERJA

Permintaan industri thd pekerja asing dpt diturunkan dari fungsi produksi kendala

ongkos atau fungsi ongkos kendala produksi. Cara pertama bisa dilakukan bila input

faktor produksi yg diminta oleh industri tersedia dgn lengkap, smentara cara kedua biasa

dilakkan bila input faktor produksi terbatas jumlahnya. Dengan menggunakan Langrange

Multiplier (λ), derivasi permintaan industri thd pekerja ini dapat dilakukan dgn

menggunakan fungsi Produksi yg sudah dikenal, seperti fungsi produksi Cobb-Douglas,

fungsi produksi CES atau fungsi Translog.

1. Fungsi Produksi Cobb-Douglas dengan 3 input (kasus pekerja asing)

Dengan menggunakan cara kedua, derivasi permintaan industri thd pekerja asing

dapat dilakukan dgn menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas 3 input sbb:

Persamaan Ongkos (1)

Kendala (2)

Dimana:

C = Total ongkos

r = Tingkat bunga/ harga barang-barang modal

K = modal

wn = Upah pekerja lokal

Ln= Jumlah pekerja lokal

wm = Upah pekerja asing

Lm = Jumlah pekerja asing

Q = Output

A= Teknologi

Page 26: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

α, β, δ = Elastisitas modal, tenaga kerja lokal dan tenaga kerja asing

Turunan pertama (first order condition) Persamaan (3) di bawah ini terhadap

K, Ln , Lm dan λ adalah sbb:

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Syarat keseimbangan penggunaan input dgn keuntungan maksimum dapat

dicari dgn menyelesaikan Persamaan (4) hingga (6). Penyelesaian persamaan ini

akan menghasilkan kombinasi keseimbangan penggunaan input pekerja asing dgn

modal, pekerja asing dgn pekerja lokal dan pekerja lokal dgn modal sbb:

(8)

(9)

(10)

Penyerderhanaan thd persamaan (7) hingga persamaan (9) akan menghasilkan

permintaan industri thd masing-masing input. Proses derivasi permintaan industri thd

pekerja asing dapat diteruskan dgn melakukan langkah-langkah sbb:

(11)

Page 27: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

(12)

(13)

Pertama, substitusi persamaan (13) ke dalam persamaan (11) untuk

menghasilkan persamaan baru. Kemudian substitusikan persamaan baru tersebut ke

dalam persamaan (12) menghasilkan persamaan-persamaan berikut:

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

Page 28: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Dengan melakukan transformasi persamaan (21) ke dalam bentuk logaritma,

maka fungsi linier permintaan industri thd pekerja asing dapat ditulis kembali

menjadi:

(22)Dimana:Ln Lm = Log permintaan terhadap pekerja asingLn Q = Log outputLn r = Log harga barang-barang modalLn wm = Log Upah pekerja asingLn wn = log upah pekerja lokalα1,2,3,4 = Elastisitas permintaan output, harga barang modal, upah

pekerja asing dan upah pekerja lokalμ1 = Error term

2. Fungsi Produksi Cobb-Douglas dengan 2 input

Dengan cara yang sama dapat pula dilakukan derivasi permintaan industri terhadap

tenaga kerja untuk fungsi produksi Cobb-Douglas dgn 2 input sbb:

(23)

Dimana:K = ModalL = Tenaga kerjar = Tingkat bunga/ harga barang modalw = Tingkat upah/ harga tenaga kerjaY0 = Tingkat outputλ = Lagrangian multiplier

Turunan pertama (first order condition) dari persamaan (23) di atas terhadap K, L dan λ adalah sbb:

(24)

(25)

(26)Fungsi permintaan terhadap input yg diturunkan dari persamaan-persamaan di atas

secara simultaneously dapat ditulis sbb:

(27)(28)

Page 29: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Persamaan (27) dan persamaan (28) di atas memperlihatkan bahwa permintaan

industri terhadap input sangat ditentukan oleh harga input itu sendiri,harga input

lainnya dan tingkat output masing-masing industri. Estimasi terhadap fungsi

permintaan industri thd tenaga kerja dapat ditulis kembali menjadi:

(29)Dimana:Lij= Tenaga kerja dalam sektor I dan jemnispekerjaan jWij = Tingkat upah tenaga kerja dalam sektor I dan jenis pekerjaan jr = Tingkat bunga rata-rataYi = Tingkat output dalam sektor iμ2 = Error term

PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA KERJA

Proyeksi perluasan kesempatan kerja sektor industri di masa akan datang dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan Employment Elasticity dan

Employment-Output Ratio. Kedua, proyeksi perluasan kesempatan kerja ini sangat

tergantung kepada kondisi ekonomi dan skenario target pertumbuhan ekonomi yang

hendak dicapai di masa yang akan datang.

1. Proyeksi Menggunakan Employment Elasticity

Estimasi permintaan industri terhadap tenaga kerja seperti ditujukkan oleh

persamaan (29) dapat dilakukan dengan menggunakan data hasil survei industri

manufaktur yg dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Estimasi estimasi ini juga dapat

dilakukan dgn melakukan survei sendiri untuk mendapatkan daata tenaga kerja untuk

industri tertentu, tingkat upah menurut perbedaan jenis pekerjaan serta output. Hasil

perhitungan statistik persamaan (29) dapat digunakan sebagai dasar untuk

memproyeksikan kesempatan kerja ke depan. Formula yang dapat digunakan untuk itu

adalah:

(30)

Dimana

Lijt = Perluasan kesempatan kerja sektor I, jenis pekerjaan j dalam tahun t

Page 30: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Lijo = Stok tenaga kerja yang bekerja pada sektor I, jenis pekerjaan j pada

tahun 0 (tahun dasar proyeksi)

gi = Pertumbuhan output sektor i. pertumbuhan output ini sangat

tergantung kpd proyeksi pertumbuhan output nasional dan kondisi

ekonomi yg berlaku di masa yad. Untuk mengurangi bias dlm proyeksi

output ini biasanya digunakan 3 skenario perhitungan, yaitu skenario

rendah, sedang dan tinggi

Nt-0 = Perbedaan tahun dasar dan tahun proyeksi

dij = Elastisitas tenaga kerja untuk sektor I, jenis pekerjaan j yg dihasilkan

dari estimasi persamaan (29).

2. Proyeksi Menggunakan Employment-Output Ratio

Persamaan Employment- Output Ratio adalah:

(31)

Dimana:

Iij = j tipe keahlian yg diperlukan untuk memproduksi satu unit output

dalam sektor i. nilai Iij ini diasumsikan tidak berubah dgn tidak

berubahnya teknologi yg digunakan dlm proses produksi.

Lij = Tenaga kerja dalam sektor j dan jenis persamaan j

Yij = Output sektor

Perhitungan terhadap ratio output tenaga kerja persamaan (31) ini dapat

diperoleh dengan menggunakan data yang tersedia dari berbagai sumber, seperti laporan

yg dipublikasikan oleh BPS atau instansi-instansi lainnya. Perluasan kesempatan kerja

dimasa yad dapat diproyeksikan dgn menggunakan formula:

(32)

Dimana:

Lijt = Perluasan kesempatan kerja jenis pekerjaan j dalam sektor I tahun t

Pergeseran Permintaan Tenaga Kerja

Page 31: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Setelah memahami bagaimana kurva permintaan tenaga kerja jangka pendek dan

jangka panjang, pada bagian ini akan dipelajari kemungkinan terjadinya perubahan

terhadap permintaan tenaga kerja. Perubahan permintaan tenaga kerja dapat

digambarkan oleh pergeseran kurva tenaga kerja. Pertambahan permintaan tenaga kerja

akan menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke kanan sedang pengurangan

permintaan tenaga kerja akan menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke kiri.

Perrtambahan permintaan tenaga kerja yang berakibat pada pergeseran kurva

permintaan tenaga kerja dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu :

Pertumbuhan ekonomi yang berarti peningkatan terhadap pendapatan nasional

akan berdampak pada peningkatan permintaan agregat. Peningkatan permintaan

tersebut akan menyebabkan peningkatan permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja

yang digambarkan oleh pergeseran kurva permintaan tenaga kerja ke kanan.

Peningkatan produktifitas, peningkatan produktifitas dapat mempengaruhi

kesempatan kerja yaitu dengan adanya peningkatan produktifitas maka untuk

menghasilkan jumlah output yang sama ,jumlah tenaga kerja yang diperlukan lebih

sedikit, hal itu menyebabkan berkurangnya permintaan terhadap tenaga kerja.

Peningkatan produktifitas juga berarti penurunan biaya produksi per unit barang.

Penurunan biaya produksi per unit barang akan menurunkan harga per unit barang. Jika

harga barang turun maka permintaan terhadap barang naik yang akan mendorong

pengusaha untuk menambah permintaan tenaga kerja.

Peningkatan produktifitas pekerja dapat pula meningkatkan upah pekerja.

Peningkatan upah tersebut berarti peningkatan daya beli yang akan mendorong

peningkatan pengeluaran konsumsi mereka. Selanjutnya peningkatan konsumsi tersebut

akan mendorong perusahaan untuk berproduksi lebih banyak dengan mempekerjakan

tenaga kerja lebih banyak pula.

Perubahan cara berproduksi , adanya metode produksi yang lebih modern yang

lebih banyak menggunakan mesin akan berdampak pada peningkatan permintaan tenaga

kerja yang menguasai teknologi dan menurunkan permintaan tenaga kerja yang

berketrampilan rendah.

Permintaan akan Tenaga Kerja di suatu Daerah (Analisis Pasar Tenaga Kerja di Tingkat

Regional )

Page 32: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Terdapat 2 pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami mekanisme pasar

tenaga kerja, yaitu pendekatan Neoklasik dan pendekatan Keynesian. Kurva permintaan

tenaga kerja memiliki kemiringan negatif, sedangkan kurva penawaran tenaga kerja

memiliki kemiringan positif. Perpotongan kurva permintaan tenaga kerja di pasar tenaga

kerja akan menentukan keseimbangan pasar tenaga kerja. Jika upah yang berlaku di pasar

lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat upah yang berlaku pada kondisi keseimbangan

maka akan menimbulkan terjadinya pengangguran tidak sukarela.

Menurut kaum Neoklasik cara untuk menurunkan pengangguran tidak sukarela

adalah dengan menurunkan upah yang berlaku di pasar, sedangkan menurut kaum

Keynesian cara untuk menghapus pengangguran tidak sukarela adalah dengan menggeser

kurva permintaan tenaga kerja ke atas. Beberapa hal yang dapat menyebabkan sulitnya

upah untuk turun adalah

(a) keberadaan serikat pekerja,

(b) penentuan upah minimum, dan

(c) adanya program subsidi.

Di tingkat regional, jika upah yang berlaku di pasar lebih tinggi daripada upah

keseimbangan pasar akan menyebabkan berbagai kemungkinan, yaitu:

(a) turunnya upah riil dan

(b) bekerjanya efek pendapatan-pengeluaran.

Pada pendekatan ke-2 tersebut penyesuaian pasar tenaga kerja bisa terjadi dalam

berbagai bentuk, yaitu:

(a) perusahaan menurunkan stok tenaga kerja dengan mempertahankan tingkat

upah tetap,

(b) perusahaan akan menurunkan upah dengan tetap mempertahankan tingkat

penggunaan tenaga kerja pada kondisi sekarang dan

(c) perusahaan akan menurunkan upah dan penggunaan tenaga kerja sekaligus

Page 33: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

. Penyesuaian upah dalam jangka pendek tergantung ke mana output tersebut akan

dijual oleh perusahaan. Pada perusahaan yang produksinya hanya dijual ke pasar

domestik maka perusahaan akan mengurangi penggunaan tenaga kerja dan terkadang

juga perusahaan akan menurunkan juga upah pekerja atau melakukan keduanya

sekaligus. Bagi perusahaan yang output-nya sebagian besar diekspor maka penurunan

upah regional hanya akan berpengaruh kecil terhadap output pasar secara keseluruhan.

Bagi perusahaan ini, adanya penurunan upah berarti bahwa wilayah tersebut secara

aktual menjadi lebih menarik untuk perluasan output. Dalam jangka panjang, terjadinya

penurunan upah tenaga kerja di tingkat regional akan mendorong perusahaan untuk

meningkatkan stok modalnya. Secara regional hal ini akan menyebabkan pergeseran ke

kanan kurva permintaan tenaga kerja. Dampak akhir dalam jangka panjang adanya

peningkatan penggunaan kapital di suatu wilayah lokal akan meningkatkan upah lokal dan

tingkat penggunaan tenaga kerja di wilayah tersebut.

Permintaan akan tenaga kerja di daerah yang bersangkutan merupakan jumlah

permintaan dari tiap-tiap perusahaan yang ada. Misalkan terdapat hanya tiga perusahaan di suatu

daerah, yaitu perusahaan P1, P2, P3 dengan kurva permintaan masing-masing D1, D2, D3. Pada

tingkat upah W1 tidak ada permintaan dari perusahaan sehingga permintaan untuk seluruh

daerah yang bersangkutan sama dengan nol. Pada tingkat W2 yang lebih rendah dari W1,

permintaan dari perusahaan P1 dilukiskan dengan W2A, dari perusahaan P2 dengan W2B dan dari

perusahaan P3 dengan garis W2C. Jumlah permintaan akan tenaga kerja diseluruh daerah

dilukiskan dengan W2C’ yaitu W2A’ (yang sama W2A) ditambah A’B’ (yang sama W2B) ditambah

dengan B’C’ (yang sama W2C).

Tingkat upah Tingkat upah

W1 W1

W2 C A B W2 ●A’ ●B’ ●C’

D3 D1 D2 Dn

0 Jml jam, jml orang 0 Jml jam, jml orang

Kurva Permintaan satu Perusahaan Kurva Permintaan di suatu Daerah

Page 34: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

Rigiditas Pasar Tenaga Kerja

Badan Pusat Statistik menunjukkan, selama periode Agustus 2004-Februari 2005, jumlah

tenaga kerja di sektor informal meningkat sekitar 1,4 juta orang atau dari 63,2 persen (Agustus

2004) menjadi 63,9 persen (Februari 2005). Meningkatnya pekerja di sektor informal pada satu

sisi dan tingkat upah riil sektor formal di sisi lain sebenarnya mencerminkan bahwa pasar tenaga

kerja Indonesia masih tidak luwes (rigidity). Pasar tenaga kerja Indonesia masih tidak luwes

(rigidity) membuat daya serap menjadi terbatas.

Rigiditas inilah yang menjelaskan mengapa elastisitas permintaan tenaga kerja Indonesia

yang diperkirakan sebesar 200.000-300.000, relatif lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan

sebelumnya yang sebesar 400.000-500.000. Jika elastisitas peningkatan tenaga kerja sebesar

200.000-300.000 untuk 1 persen pertumbuhan ekonomi, untuk menyerap tenaga kerja baru

dibutuhkan pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen. Jelas ini tak mungkin segera tercapai. Itu

sebabnya upaya yang dilakukan haruslah meningkatkan elastisitas penyerapan tenaga kerja dari

200.000-300.000 kembali menjadi 400.000 dan bahkan lebih, jika mungkin. Caranya?

Pengurangan rigiditas atau kekakuan pasar tenaga kerja, termasuk kekakuan kebijakan upah

minimum.

Rigiditas membuat pengusaha cenderung enggan dan khawatir untuk menyerap tenaga

kerja baru. Alasannya, peraturan ketenagakerjaan yang kaku dan juga aturan pesangon yang

memberatkan. Oleh karena itu, pilihannya adalah lebih memilih meningkatkan penggunaan

tenaga kerja yang ada ketimbang tenaga kerja baru. Penyediaan lapangan kerja di sektor formal

melalui pertumbuhan ekonomi memang menjadi jawaban. Karena itu, dalam jangka panjang,

kesinambungan pertumbuhan ekonomi akan tergantung kepada perbaikan kualitas tenaga kerja

—melalui reformasi pendidikan, termasuk mengubah paket standar (one size fits all ) ke variasi

berdasarkan kebutuhan sekolah dan daerah—serta perbaikan dalam total faktor produktivitas

dan peningkatan stok modal melalui investasi.

Pasar tenaga kerja yang luwes akan memungkinkan penyerapan tenaga kerja yang lebih

banyak. Selain itu, rekomendasi penting lain adalah pasar tenaga kerja migran (TKI). TKI

merupakan alternatif penyelesaian kondisi pasar kerja yang jenuh di satu daerah atau negara.

Pemerintah harus mendukung mekanisme migrasi dengan mengurangi berbagai biaya tinggi dan

pungutan yang membuat TKI memilih untuk menjadi pekerja gelap di negeri orang. Dan yang

paling penting, perlindungan tenaga kerja migran dan peningkatan kualitas pekerja. Jika ini

dilakukan, kita melihat wajah pasar tenaga kerja kita mungkin tak akan sesuram yang selalu kita

bayangkan.

Paradoks antara masih sempitnya arti kerja di satu sisi dan kurang

termanfaatkannya mereka yang berpotensi ada pada kita stekaligus. Bisa jadi secara

Page 35: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

akumulatif keduanya akan memberi dampak negatif pada produktivitas. Kurang

produktifnya tenagi kerja kita sudah lama di permasalahkan dan tampaknya masihakan

menjadi masalah di masa yang akan datang.Maka kebijaksanaan yang mengarah pada

perluasan arti kerja dan pemanfaatan tenaga kerja potensial sangat urgen. Hal ini bukan

barang mudah,namun bukan juga sesuatu yang mustahil.Setelah paket-paket deregulasi

yang berkaitan dengan moneter merangsangpertumbuhan ekonomi idealnya masyarakat

Iuas bisa ikut menikmatinya. Satu hal yang sangat diharapkan adalah perluasan

kesempatan kerja. Makin luas kesempatanitu akan bisa menampung tenaga kerja. Terlebih

lagi bila bisa sesuai dengan bidangkeahlian dan yang diminta maka ada semacam

pengukuh yang mengembangkantenaga kerja pada suatu tingkat yang lebih baik. Tapi

bukan berarti pula pemerintah harus menyediakan semuanya. Yang lebih penting adalah

rangsangan ke arah itu dan masyarakat tahu sehingga dapat mengantisipasinya.

KESIMPULAN

Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya manusia adalah

karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat pengangguran terselubung yang terlalu

tinggi dan terus melonjak. Pengangguran penuh atau terbuka yakni terdiri dari orang-orang

yang sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapatkan lapangan

pekerjaan sama sekali.

Elwin Tobing mengidentifikasikan bahwa meningkatnya pengangguran tenaga

terdidik merupakan gabungan beberapa penyebab:

Pertama, ketidakcocokkan antara karakteristik lulusan baru yang memasuki

dunia kerja (sisi penawaran tenaga kerja) dan kesempatan kerja yang tersedia (sisi

permintaan tenaga kerja). Ketidakcocokan ini mungkin bersifat geografis, jenis pekerjaan,

orientasi status, atau masalah keahlian khusus. Memang juga bahwa tidak setiap lulusan

langsung mencari kerja.

Kedua, semakin terdidik seseorang, semakin besar harapannya pada jenis

pekerjaan yang aman. Golongan ini menilai tinggi pekerjaan yang stabil daripada

pekerjaan yang beresiko tinggi sehingga lebih suka bekerja pada perusahaan yang lebih

besar daripada membuka usaha sendiri. Hal ini diperkuat oleh hasil studi Clignet (1980),

yang menemukan gejala meningkatnya pengangguran terdidik di Indonesia, antara lain

Page 36: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

disebabkan adanya keinginan memilih pekerjaan yang aman dari resiko. Dengan demikian

angkatan kerja terdidik lebih suka memilih menganggur daripada mendapat pekerjaan yang

tidak sesuai dengan keinginan mereka.

Ketiga, terbatasnya daya serap tenaga kerja sektor formal, sementara angkatan

kerja terdidik cenderung memasuki sektor formal yang kurang beresiko. Hal ini

menimbulkan tekanan penawaran, yaitu tenaga kerja terdidik yang jumlahnya cukup besar

memberi tekanan yang kuat terhadap kesempatan kerja di sektor formal yang jumlahnya

relatif kecil.

Keempat, belum efisiennya fungsi pasar kerja. Di samping faktor kesulitan

memperoleh lapangan kerja, arus informasi tenaga kerja yang tidak sempurna dan tidak

lancar menyebabkan banyak angkatan kerja bekerja di luar bidangnya. Denga begitu ada

banyak hal yang menyebabkan peningkatan pengangguran terdidik terutama dari sebab

faktor gengsi pendidikan menyebabkan lulusan akademi atau universitas memilih

menganggur, masalah skil lulusan serta sempitnya lowongan pekerjaan sektor formal.

Berdasarkan data yang disajikan tentang tingkat pengangguran menurut pendidikan

dari tahun 2004 sampai Februari 2008 yang bersumber dari BPS (lihat lampiran). Data-

data itu menunjukkan jumlah pengangguran di berbagai jenjang pendidikan yaitu jenjang

pendidikan di bawah SD, SD, SMP, SMU, Diploma dan Universitas. Data dimulai dari

tahun 2004, Februari 2005, November 2005, Februari 2006, Agustus 2006, Februari 2007,

Agustus 2007, dan Februari 2008. Data ini didapat dari Survey Angkatan kerja Nasional

yang dilakukan oleh BPS 2004, 2005, 2006 dan 2007. Untuk jenjang pendidikan di bawah

SD terjadi penurunan jumlah pengangguran setiap tahunnya di mana dari tahun 2004

sampai dengan Februari 2008 terjadi penurunan 50%. Untuk tamatan SD, terjadi fluktuasi

setiap tahunnya di mana besarnya fluktuasi tidak signifikan dan terjadi penurunan sebesar

4% dari tahun 2004 ke Februari 2008. Untuk tamatan SMP juga berfluktuasi tiap tahunnya

dan antara tahun 2004 ke Februari 2008 terjadi penurunan sebesar 19%.

Page 37: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

EKONOMI SDM DAN KEPENDUDUKAN

PERMINTAAN TENAGA KERJA

DISUSUN OLEH:

ULI ARTA HARNANDA S (F0110125)

AJENG FAIZAH NIJMA ILMA (F0111004)

ANAM LUTFI (F0111005)

EKONOMI PEMBANGUNAN

Page 38: Permintaan Tenaka Kerja Kelompok

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKKARTA

2013