Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    1/18

    PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 9 TAHUN 2014

    TENTANG

    KLINIK

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang : a. bahwa untuk implementasi pengaturan

    penyelenggaraan klinik sesuai perkembangan dan

    perlindungan kepada masyarakat, perlu dilakukan

    perubahan terhadap Peraturan Menteri Kesehatan

    Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 tentang Klinik;

    b.

    bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

    dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan

    Menteri Kesehatan tentang Klinik;

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang

    Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

    2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-

    Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

    3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

    Pengeloaan Sampah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 69);

    4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

    Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

    Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 5059);

    5. Undang-Undang . . .

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    2/18

    - 2 -

    5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

    Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 5063);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang

    Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang

    Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

    Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 3815);

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang

    Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 5285);

    9. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang

    Sistem Kesehatan Nasional;

    10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

    363/Menkes/Per/IV/1998 tentang Pengujian dan

    Kalibrasi Alat Kesehatan Pada Sarana Pelayanan

    Kesehatan;

    11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

    269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;

    12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

    290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan

    Tindakan Kedokteran;

    13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

    657/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Pengiriman dan

    Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan

    Muatan Informasinya;

    14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

    411/Menkes/Per/III/2010 tentang Laboratorium

    Klinik;

    15. Peraturan ...

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    3/18

    - 3 -

    15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

    1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi

    dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara

    Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585)

    sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

    Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara

    Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);

    16. Peraturan Menteri KesehatanNomor 001 Tahun 2012

    tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan

    Perorangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

    2012 Nomor 122);

    17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2012

    tentang Rahasia Kedokteran (Berita Negara Republik

    Indonesia Tahun 2012 Nomor 915);

    18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013

    tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara

    Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 977);

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KLINIK.

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

    1.

    Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

    pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis

    dasar dan/atau spesialistik.

    2.

    Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

    bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan

    melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

    memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

    3.

    Instalasi Farmasi adalah bagian dari Klinik yang bertugas

    menyelenggarakan, mengoordinasikan, mengatur, dan mengawasi

    seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan

    teknis kefarmasian di Klinik.

    4.

    Pemerintah ...

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    4/18

    - 4 -

    4.

    Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah

    Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

    pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

    dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    5.

    Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan

    perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

    6.

    Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

    di bidang kesehatan.

    BAB II

    JENIS KLINIK

    Pasal 2

    (1)

    Berdasarkan jenis pelayanan, Klinik dibagi menjadi:

    a.

    Klinik pratama; dan

    b.

    Klinik utama.

    (2) Klinik pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf amerupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar

    baik umum maupun khusus.

    (3) Klinik utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan

    Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau

    pelayanan medik dasar dan spesialistik.

    (4) Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengkhususkan

    pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan cabang/disiplin

    ilmu atau sistem organ.

    (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Klinik dengan kekhususan pelayanansebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur oleh Menteri.

    Pasal 3

    Klinik dapat dimiliki oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau

    masyarakat.

    Pasal 4

    (1) Klinik yang dimiliki oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus

    didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (2) Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat

    jalan dapat didirikan oleh perorangan atau badan usaha.

    (3) Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat

    inap harus didirikan oleh badan hukum.

    BAB III . . .

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    5/18

    - 5 -

    BAB III

    PERSYARATAN

    Bagian Kesatu

    Lokasi

    Pasal 5

    (1)

    Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran Klinik yangdiselenggarakan masyarakat di wilayahnya dengan memperhatikan

    kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio jumlah penduduk.

    (2)

    Lokasi Klinik harus memenuhi ketentuan mengenai persyaratan

    kesehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    (3)

    Ketentuan mengenai persebaran Klinik sebagaimana dimaksud pada

    ayat (2) tidak berlaku untuk Klinik perusahaan atau Klinik instansi

    pemerintah tertentu yang hanya melayani karyawan perusahaan,

    warga binaan, atau pegawai instansi tersebut.

    Bagian Kedua

    Bangunan

    Pasal 6

    (1)

    Bangunan Klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik

    bangunannya dengan tempat tinggal perorangan.

    (2)

    Ketentuan tempat tinggal perorangan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) tidak termasuk apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumahsusun, dan bangunan yang sejenis.

    (3)

    Bangunan Klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan,

    kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta

    perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi semua orang termasuk

    penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.

    Pasal 7

    (1)

    Bangunan Klinik paling sedikit terdiri atas:

    a.

    ruang pendaftaran/ruang tunggu;b.

    ruang konsultasi;

    c.

    ruang administrasi;

    d.

    ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang

    melaksanakan pelayanan farmasi;

    e. ruang tindakan;

    f. ruang . . .

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    6/18

    - 6 -

    f. ruang/pojok ASI;

    g.

    kamar mandi/wc; dan

    h.

    ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.

    (2)

    Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Klinik rawat

    inap harus memiliki:

    a.

    ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan;

    b.

    ruang farmasi;

    c.

    ruang laboratorium; dan

    d.

    ruang dapur;

    (3)

    Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus

    memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    (4)

    Jumlah tempat tidur pasien pada Klinik rawat inap paling sedikit 5

    (lima) buah dan paling banyak 10 (sepuluh) buah.

    Bagian Ketiga

    Prasarana

    Pasal 8

    (1)

    Prasarana Klinik meliputi:

    a.

    instalasi sanitasi;

    b.

    instalasi listrik;

    c.

    pencegahan dan penanggulangan kebakaran;

    d.

    ambulans, khusus untuk Klinik yang menyelenggarakan rawat

    inap; dan

    e.

    sistem gas medis;f.

    sistem tata udara;

    g.

    sistem pencahayaan;

    h.

    prasarana lainnya sesuai kebutuhan.

    (2)

    Sarana dan Prasarana Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.

    Bagian Keempat

    Ketenagaan

    Pasal 9

    (1)

    Penanggung jawab teknis Klinik harus seorang tenaga medis.

    (2) Penanggung ...

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    7/18

    - 7 -

    (2) Penanggung jawab teknis Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    harus memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di Klinik tersebut, dan dapat

    merangkap sebagai pemberi pelayanan.

    Pasal 10

    Tenaga Medis hanya dapat menjadi penanggung jawab teknis pada 1 (satu)

    Klinik.

    Pasal 11

    (1)

    Ketenagaan Klinik rawat jalan terdiri atas tenaga medis, tenaga

    keperawatan, Tenaga Kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan

    sesuai dengan kebutuhan.

    (2) Ketenagaan Klinik rawat inap terdiri atas tenaga medis, tenaga

    kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga analis

    kesehatan, Tenaga Kesehatan lain dan tenaga non kesehatan sesuai

    dengan kebutuhan.

    (3)

    Jenis, kualifikasi, dan jumlah Tenaga Kesehatan lain serta tenaga non

    kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

    disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang diberikan

    oleh Klinik.

    Pasal 12

    (1) Tenaga medis pada Klinik pratama yang memberikan pelayanan

    kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/atau

    dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.

    (2) Tenaga medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan

    kedokteran paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter spesialis

    dan 1 (satu) orang dokter sebagai pemberi pelayanan.

    (3)

    Tenaga medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan

    kedokteran gigi paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter gigi

    spesialis dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.

    Pasal 13

    (1)

    Setiap tenaga medis yang berpraktik di Klinik harus mempunyai SuratTanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    (2)

    Setiap ...

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    8/18

    - 8 -

    (2) Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di Klinik harus mempunyai

    Surat Tanda Registrasi (STR), dan Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat

    Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 14

    Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Klinik harus bekerja sesuai

    dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan,

    etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingandan keselamatan pasien.

    Pasal 15

    Pendayagunaan tenaga kesehatan warga negara asing di Klinik

    dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 16

    Klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 (dua puluh empat)

    jam harus menyediakan dokter serta tenaga kesehatan lain sesuaikebutuhan pelayanan dan setiap saat berada di tempat.

    Bagian Kelima

    Peralatan

    Pasal 17

    (1) Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang

    memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.

    (2) Peralatan medis dan nonmedis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan.

    (3) Selain memenuhi standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    peralatan medis harus memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    Pasal 18

    (1)

    Peralatan medis yang digunakan di Klinik harus diuji dan dikalibrasi

    secara berkala oleh institusi pengujian fasilitas kesehatan yang

    berwenang.

    (2)

    Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 19 ...

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    9/18

    - 9 -

    Pasal 19

    Peralatan medis yang menggunakan sinar pengion harus mendapatkan izin

    sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 20

    Penggunaan peralatan medis di Klinik harus dilakukan berdasarkan

    indikasi medis.

    Bagian Keenam

    Kefarmasian

    Pasal 21

    (1)

    Klinik rawat jalan tidak wajib melaksanakan pelayanan farmasi.

    (2)

    Klinik rawat jalan yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian

    wajib memiliki apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker

    (SIPA) sebagai penanggung jawab atau pendamping.

    Pasal 22

    (1)

    Klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi yang

    diselenggarakan apoteker.

    (2)

    Instalasi farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melayani resep

    dari dokter Klinik yang bersangkutan, serta dapat melayani resep dari

    dokter praktik perorangan maupun Klinik lain.

    Pasal 23Klinik yang menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi medis pecandu

    narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya wajib memiliki instalasi

    farmasi yang diselenggarakan oleh apoteker.

    Bagian Ketujuh

    Laboratorium

    Pasal 24

    (1)

    Klinik rawat inap wajib menyelenggarakan pengelolaan dan pelayananlaboratorium klinik.

    (2)

    Klinik rawat jalan dapat menyelenggarakan pengelolaan dan

    pelayanan laboratorium klinik.

    (3)

    Laboratorium ...

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    10/18

    - 10 -

    (3) Laboratorium Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

    pada klinik pratama merupakan pelayanan laboratorium klinik umum

    pratama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (4)

    Klinik utama dapat menyelenggarakan pelayanan laboratorium klinik

    umum pratama atau laboratorium klinik umum madya.

    (5) Perizinan laboratorium klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

    dan (4) terintegrasi dengan perizinan Klinik.

    (6)

    Dalam hal Klinik menyelenggarakan laboratorium klinik yang memilikisarana, prasarana, ketenagaan dan kemampuan pelayanan melebihi

    kriteria dan persyaratan Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

    dan ayat (4), maka laboratorium klinik tersebut harus memiliki izin

    tersendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB IV

    PERIZINAN

    Pasal 25

    (1)

    Setiap penyelenggaraan Klinik wajib memiliki izin mendirikan dan izin

    operasional.

    (2)

    Izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh

    pemerintah daerah kabupaten/kota.

    (3)

    Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh

    pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan

    kabupaten/kota.

    Pasal 26(1)

    Untuk mendapatkan izin mendirikan, penyelenggara Klinik harus

    melengkapi persyaratan:

    a.

    identitas lengkap pemohon;

    b.

    salinan/fotokopi pendirian badan hukum atau badan usaha,

    kecuali untuk kepemilikan perorangan;

    c. salinan/fotokopi yang sah sertifikat tanah, bukti kepemilikan lain

    yang disahkan oleh notaris, atau bukti surat kontrak minimal

    untuk jangka waktu 5 (lima) tahun;

    d.

    dokumen SPPL untuk Klinik rawat jalan, atau dokumen UKL-UPLuntuk Klinik rawat inap sesuai ketentuan peraturan perundang-

    undangan; dan

    e.

    profil ...

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    11/18

    - 11 -

    e. profil Klinik yang akan didirikan meliputi pengorganisasian,

    lokasi, bangunan, prasarana, ketenagaan, peralatan,

    kefarmasian, laboratorium, serta pelayanan yang diberikan;

    f.

    persyaratan lainnya sesuai dengan peraturan daerah setempat.

    (2)

    Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 6 (enam) bulan, dan

    dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan apabila belum dapat

    memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

    (3)

    Apabila batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) habis danpemohon tidak dapat memenuhi persyaratan, maka pemohon harus

    mengajukan permohonan izin mendirikan yang baru sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1).

    Pasal 27

    (1)

    Untuk mendapatkan izin operasional, penyelenggara Klinik harus

    memenuhi persyaratan teknis dan administrasi.

    (2)

    Persyaratan teknis meliputi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,

    ketenagaan, peralatan, kefarmasian, dan laboratorium sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 24.

    (3)

    Persyaratan administrasi meliputi izin mendirikan dan rekomendasi

    dari dinas kesehatan kabupaten/kota.

    (4)

    Izin operasional diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan

    dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.

    Pasal 28

    (1)

    Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan

    kabupaten/kota harus mengeluarkan keputusan atas permohonanizin operasional, paling lama 1 (satu) bulan sejak diterima

    permohonan izin.

    (2)

    Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

    penerbitan izin, penolakan izin atau pemberitahuan untuk

    kelengkapan berkas.

    Pasal 29

    (1)

    Apabila dalam permohonan izin operasional, pemohon dinyatakan

    masih harus melengkapi persyaratan sesuai ketentuan Pasal 29 ayat

    (3), maka Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas

    kesehatan kabupaten/kota harus segera memberitahukan kepada

    pemohon dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.

    (2)

    Pemohon ...

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    12/18

    - 12 -

    (2) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu

    60 (enam puluh) hari sejak pemberitahuan disampaikan, harus segera

    melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi.

    (3)

    Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    pemohon tidak dapat memenuhi persyaratan, pemerintah daerah

    kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota

    mengeluarkan surat penolakan atas permohonan izin operasional

    dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari.

    Pasal 30

    (1)

    Perpanjangan izin operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27

    ayat (4) harus diajukan pemohon paling lama 3 (tiga) bulan sebelum

    habis masa berlaku izin operasional.

    (2)

    Dalam waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan perpanjangan izin

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, pemerintah daerah

    kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota harus

    memberi keputusan berupa penerbitan izin atau penolakan izin.(3)

    Dalam hal permohonan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud

    pada ayat (2) ditolak, pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala

    dinas kesehatan kabupaten/kota wajib memberikan alasan penolakan

    secara tertulis.

    Pasal 31

    (1)

    Perubahan izin operasional Klinik harus dilakukan apabila terjadi:

    a.

    perubahan nama;

    b.

    perubahan jenis badan usaha; dan/atauc. perubahan alamat dan tempat.

    (2)

    Perubahan izin operasional Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) huruf a dan b dilakukan dengan mengajukan permohonan izin

    operasional serta harus melampirkan:

    a.

    surat pernyataan penggantian nama dan/atau jenis badan usaha

    Klinik yang ditandatangani oleh pemilik;

    b.

    perubahan Akta Notaris; dan

    c.

    izin operasional Klinik yang asli, sebelum perubahan.

    (3)

    Perubahan izin operasional Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf c dilakukan dengan mengajukan permohonan izin

    mendirikan, izin operasional, serta harus melampirkan:

    a.

    surat pernyataan penggantian alamat dan tempat Klinik yang

    ditandatangani oleh pemilik; dan

    b.

    izin operasional Klinik yang asli, sebelum perubahan.

    (4) Perubahan . . .

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    13/18

    - 13 -

    (4) Perubahan kepemilikan dan/atau penanggung jawab teknis Klinik

    harus dilaporkan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota atau

    kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.

    BAB V

    PENYELENGGARAAN

    Pasal 32

    (1)

    Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang

    bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

    (2)

    Pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan

    rehabilitatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam

    bentuk rawat jalan, rawat inap, pelayanan satu hari (one day care)

    dan/atau home care.

    (3)

    Pelayanan satu hari (one day care) sebagaimana dimaksud pada ayat

    (2) merupakan pelayanan yang dilakukan untuk pasien yang sudah

    ditegakkan diagnosa secara definitif dan perlu mendapat tindakanatau perawatan semi intensif (observasi) setelah 6 (enam) jam sampai

    dengan 24 (dua puluh empat) jam.

    (4)

    Home care sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian

    atau lanjutan dari pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan

    komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat

    tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,

    mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan

    tingkat kemandirian dan meminimalkan dampak penyakit.

    Pasal 33

    (1)

    Klinik rawat inap hanya dapat memberikan pelayanan rawat inap

    paling lama 5 (lima) hari.

    (2)

    Apabila memerlukan rawat inap lebih dari 5 (lima) hari, maka pasien

    harus secara terencana dirujuk ke rumah sakit sesuai ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    Pasal 34

    (1)

    Klinik pratama hanya dapat melakukan bedah kecil (minor) tanpaanestesi umum dan/atau spinal.

    (2) Klinik utama dapat melakukan tindakan bedah, kecuali tindakan

    bedah yang:

    a.

    menggunakan anestesi umum dengan inhalasi dan/atau spinal;

    b. operasi . . .

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    14/18

    - 14 -

    b. operasi sedang yang berisiko tinggi; dan

    c.

    operasi besar.

    (3)

    Klasifikasi bedah kecil, sedang, dan besar ditetapkan oleh Organisasi

    Profesi yang bersangkutan.

    Pasal 35

    Setiap Klinik mempunyai kewajiban:

    a.

    memberikan informasi yang benar tentang pelayanan yang diberikan;

    b.

    memberikan pelayanan yang efektif, aman, bermutu, dan non-

    diskriminasi dengan mengutamakan kepentingan terbaik pasien

    sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan dan standar

    prosedur operasional;

    c.

    memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan

    kemampuan pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu

    atau mendahulukan kepentingan finansial;

    d.

    memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan (informed

    consent);e.

    menyelenggarakan rekam medis;

    f.

    melaksanakan sistem rujukan dengan tepat;

    g.

    menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi

    dan etika serta peraturan perundang-undangan;

    h. menghormati dan melindungi hak-hak pasien;

    i.

    memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan

    kewajiban pasien;

    j.

    melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan ketentuan

    peraturan perundang-undangan;

    k.

    memiliki standar prosedur operasional;

    l.

    melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku;

    m.

    melaksanakan fungsi sosial;

    n.

    melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan;

    o.

    menyusun dan melaksanakan peraturan internal klinik; dan

    p. memberlakukan seluruh lingkungan klinik sebagai kawasan tanpa

    rokok.

    Pasal 36

    Setiap Kinik mempunyai hak:

    a.

    menerima imbalan jasa pelayanan sesuai ketentuan peraturan

    perundang-undangan;

    b. melakukan . . .

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    15/18

    - 15 -

    b. melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam mengembangkan

    pelayanan;

    c.

    menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;

    d.

    mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan

    kesehatan; dan

    e.

    mempromosikan pelayanan kesehatan yang ada di Klinik sesuai

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 37

    Penyelenggara Klinik wajib:

    a. memasang nama dan klasifikasi Klinik;

    b.

    membuat dan melaporkannya kepada dinas kesehatan daftar tenaga

    medis dan tenaga kesehatan lain yang bekerja di Klinik dengan

    menyertakan:

    1)

    nomor Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP)

    bagi tenaga medis;

    2)

    nomor surat izin sebagai tanda registrasi atau Surat TandaRegistrasi (STR), dan Surat Izin Praktik (SIP) atau Surat Izin Kerja

    (SIK) bagi tenaga kesehatan lain.

    c.

    melaksanakan pencatatan untuk penyakit-penyakit tertentu dan

    melaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dalam rangka

    pelaksanaan program pemerintah sesuai ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    Pasal 38

    (1)

    Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Klinik, dilakukan

    akreditasi secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali.

    (2)

    Setiap Klinik yang telah memperoleh izin operasional dan telah

    beroperasi paling sedikit 2 (dua) tahun wajib mengajukan permohonan

    akreditasi.

    (3)

    Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh

    lembaga independen pelaksana akreditasi yang membidangi fasilitas

    pelayanan kesehatan.

    Pasal 39

    (1)

    Dalam penyelenggaraan Klinik harus dilakukan audit medis.

    (2) Audit medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara

    internal dan eksternal.

    (3)

    Audit ...

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    16/18

    - 16 -

    (3) Audit medis internal dilakukan oleh Klinik paling sedikit satu kali

    dalam setahun.

    (4)

    Audit medis eksternal dapat dilakukan oleh organisasi profesi.

    BAB VI

    PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

    Pasal 40

    (1)

    Menteri, gubernur, kepala dinas kesehatan provinsi, bupati/walikota,

    dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan pembinaan

    dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Klinik.

    (2)

    Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1), dapat mengikutsertakan organisasi profesi

    dan perhimpunan/asosiasi Klinik.

    (3)

    Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

    ayat (2) diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan

    pasien dan melindungi masyarakat terhadap segala risiko yang dapatmenimbulkan bahaya bagi kesehatan atau merugikan masyarakat.

    (4)

    Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

    ayat (2) berupa pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi,

    penyuluhan kesehatan, pendidikan dan pelatihan.

    Pasal 41

    (1)

    Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, gubernur, kepala

    dinas kesehatan provinsi, bupati/walikota, dan kepala dinas

    kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masingdapat mengambil tindakan administratif.

    (2)

    Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dilakukan melalui:

    a.

    teguran lisan;

    b.

    teguran tertulis;

    c.

    pencabutan izin tenaga kesehatan; dan/atau

    d.

    pencabutan izin/rekomendasi Klinik.

    Pasal 42

    (1) Gubernur dan bupati/walikota dalam melaksanakan tugasnya dapat

    mengangkat tenaga pengawas dengan tugas pokok untuk melakukan

    pengawasan terhadap penyelenggaraan Klinik.

    (2) Ketentuan . . .

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    17/18

    - 17 -

    (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB VII

    KETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 43

    (1)

    Klinik yang diselenggarakan berdasarkan Keputusan MenteriKesehatan Nomor 666/Menkes/SK/VI/2007 tentang Klinik Rawat

    Inap Pelayanan Medik Dasar, tetap dapat menyelenggarakan

    pelayanan sampai habis masa berlakunya izin.

    (2)

    Perpanjangan izin klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

    dilaksanakan berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri ini.

    Pasal 44

    (1)

    Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Klinik yang telah terselenggara

    berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

    028/MENKES/PER/I/2011 Tentang Klinik, tetap dapat

    menyelenggarakan pelayanan sampai habis masa berlakunya izin.

    (2)

    Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Klinik yang sedang dalam

    proses pengajuan izin baru atau perpanjangan izin dan telah

    memenuhi persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

    Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 Tentang Klinik, tetap diberikan izin

    Klinik dan rekomendasi operasional Klinik.

    (3)

    Klinik yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Menteri

    Kesehatan Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 Tentang Klinik, harus

    menyesuaikan dengan Peraturan ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak

    diundangkan.

    BAB VIII

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 45

    Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:1.

    Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 028/MENKES/PER/I/2011

    tentang Klinik; dan

    2.

    Keputusan ...

  • 7/27/2019 Permenkes No.9 Thn 2014 Ttg Klinik

    18/18

    - 18 -

    2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 666/MENKES/SK/VI/2007

    tentang Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar, sepanjang

    mengenai ketentuan perizinan penyelenggaraan Klinik;

    dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

    Pasal 46

    Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

    Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara

    Republik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakarta

    pada tanggal 11 Februari 2014

    MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    NAFSIAH MBOI

    Diundangkan di Jakarta

    pada tanggal 19 Februari 2014

    MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    AMIR SYAMSUDIN

    BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 232