Upload
yuliandriansyah
View
891
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Berisi laporan perkembangan ekonomi keuangan dan kerja sama internasional selama triwulan IV tahun 2007.
Citation preview
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2007
4
i
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGANDAN KERJASAMA INTERNASIONAL
TRIWULAN III - 2009
Direktorat Internasional
Bank Indonesia
P e r k e m b a n g a n
E k o n o m i D u n i a
P a s a r K e u a n g a n
d a n K o m o d i t a s
Perkembangan Kerja
Sama Internasional
A r t i k e l
ii
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
Tulisan dalam buku Perkembangan Ekonomi, Keuangan, dan Kerja Sama
Internasional ini bersumber dari berbagai publikasi dan pendapat pribadi para
penulis dan bukan merupakan pendapat dan kebijakan Bank Indonesia.
Pengutipan diizinkan dengan menyebutkan sumbernya.
Redaksi sangat mengharapkan komentar, saran, dan kritik
demi perbaikan terbitan ini.
Redaksi juga mengundang sumbangan artikel, karangan,
laporan untuk dapat dimuat dalam terbitan ini.
Alamat Redaksi:
Biro Kerjasama dan Studi ASEAN
Direktorat Internasional
Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 6
Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10110
Telepon: (021) 381-8196, 381-8048, Faksimili: (021) 3857358
E-mail : D_Int (Country Specialist)@bi.go.id
iii
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
Kata Pengantar
Setelah hampir satu tahun dunia mengalami krisis keuangan global, ≈Perkembangan
Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional∆ (PEKKI) edisi Triwulan III 2009 memotret
prospek pemulihan ekonomi dunia yang semakin kuat. Optimisme tersebut timbul seiring
dengan pemulihan ekonomi kawasan Asia yang semakin kuat dan cepat, serta kontraksi
ekonomi Eropa yang tidak seburuk proyeksi sebelumnya. Setelah menyentuh level terendahnya
di TW1-09 (minus 1,9%), tanda-tanda pemulihan ekonomi dunia semakin menguat di TW3-
09, yang diperkirakan hanya terkontraksi sebesar minus 0,9% yoy. Semakin membaiknya leading
indicator Purchasing Manager Index (PMI) global dan leading indicator lainnya terutama di
negara maju serta meningkatnya harga komoditas, memberikan optimisme prospek pemulihan
ekonomi dunia akan terus berlanjut hingga akhir 2009 dan 2010. IMF memperkirakan
pertumbuhan ekonomi dunia 2009 tumbuh minus 1,1% yoy dan akan meningkat menjadi
3,1% di 2010. Sejalan dengan perkembangan tersebut, tekanan inflasi di 2009 diperkirakan
masih rendah baik di negara maju dan negara berkembang, masing-masing diperkirakan sebesar
0,1% yoy dan 5,5% yoy.
Sepanjang TW3-09 kondisi pasar keuangan semakin stabil seiring dengan cenderung
menurunnya keketatan dan volatilitas pasar. Kinerja pasar saham dan obligasi baik di negara
maju maupun berkembang semakin meningkat, seiring dengan tanda-tanda pemulihan ekonomi
global yang semakin menguat. Selain itu, harga komoditas cenderung meningkat dari titik
terendahnya di TW1-09. Perkembangan yang positif tersebut mendorong penguatan mata uang
negara-negara di dunia terhadap USD. Perkembangan yang semakin positif tersebut juga terjadi
pada pasar keuangan yang berbasis syariah.
Dalam berbagai forum kerjasama internasional upaya untuk keluar dari krisis keuangan
global masih menjadi agenda utama. Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi di kawasan
ASEAN+3 telah disepakati kerjasama keuangan Credit Guarantee and Investment Mechanism
(CGIM) oleh Menteri Keuangan negara ASEAN+3. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
kedepan yang lebih berimbang antara negara maju dan negara berkembang, disepakati
reformasi peranan G-20 yang menggantikan G-8. Sejalan dengan semangat tersebut, agenda
reformasi IMF mengenai penyelarasan kuota antara negara maju dan negara berkembang
terus bergulir.
iv
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
Sesuai dengan tema PEKKI ≈Green Shoot Pemulihan Ekonomi Dunia∆, edisi kali ini
menurunkan tiga artikel yang mengupas lebih dalam fenomena tersebut serta kontribusi dan
implikasi kebijakan stimulus fiskal yang gencar terhadap fenomena tersebut. Ketiga artikel tersebut
adalah ≈Urgency Exit Strategy : Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi dan Kekhawatiran Ancaman
Inflasi Kedepan∆, ≈Mata Uang Internasional: Peran USD dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi∆
dan ≈Rapor Biru Indonesia dalam Indikator Persepsi Internasional: Current Assessment dan Future
Assignment∆ .
Akhir kata, tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah menyumbang pikiran dan tenaga dalam penyelesaian buku ini. Saran, kritik, dan masukan
dari pembaca budiman sangat kami nantikan untuk perbaikan kualitas dan manfaat buku PEKKI
edisi-edisi selanjutnya.
Jakarta, November 2009
Direktorat Internasional
v
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
Daftar Isi
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR SINGKATAN vii
I. PENDAHULUAN 1
II. PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA 5
A. Ekonomi Dunia 5
B. Amerika Serikat 13
C. Eropa 18
D. Amerika Latin 25
E. Asia Pasifik 32
F. Afrika dan Timur Tengah 45
Boks 2.1: Proyeksi PDB Terkini: World Economic Outlook, IMF-Oktober 2009 51
III. PASAR KEUANGAN DAN KOMODITAS 55
A. Pasar Valuta Asing 55
B. Pasar Saham 59
C. Pasar Obligasi Global 60
C.1. Pasar Obligasi Global Negara 60
C.2. Obligasi Global Korporasi 62
D. Pasar Keuangan Syariah 66
D.1. Perkembangan Pasar Keuangan Syariah Global 66
D.2. Perkembangan Industri Islamic Financial Market 73
D.3. Islamic Fund Management 79
E. Pasar Komoditas 80
IV. PERKEMBANGAN KERJASAMA INTERNASIONAL 83
A. Kerjasama Regional 83
B. Kerjasama Multilateral 84
C. Kerjasama Bank Sentral 93
Halaman
vi
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
LAMPIRAN 155
Tabel 1 Produk Domestik Bruto 156
Tabel 2 Angka Pengangguran 157
Tabel 3 Inflasi IHK 158
Tabel 4 Suku Bunga Kebijakan Bank Sentral 159
Tabel 5 Uang Beredar 160
Tabel 6 Surplus Defisit Keuangan Pemerintah 161
Tabel 7 Neraca Berjalan 162
Tabel 8 Cadangan Devisa 163
Tabel 9 Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USD 164
Tabel 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia 165
Tabel 11 Indeks Saham 166
Tabel 12 Harga Komoditi Dunia 167
Tabel 13 Yield Obligasi Indonesia 168
Tabel 14 Sukuk Issuance 169
Tabel 15 Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Menurut Kelompok Peminjam 170
V. ARTIKEL 97
Artikel 1 : Urgency Exit Strategy : Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi dan
Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan 99
Artikel 2 : Mata Uang Internasional: Peran USD dan Potensi Internasionalisasi
Renmimbi 121
Artikel 3: Rapor Biru Indonesia dalam Indikator Persepsi Internasional:
Current Assessment dan Future Assignment 146
Boks 5.1: Upaya China Mengurangi Ketergantungan Terhadap USD 138
vii
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
Daftar Singkatan
ADB : Asian Development Bank
AFMM+3 : ASEAN+3 Finance Ministers» Meeting
APF : Asset Purchase Facility
AS : Amerika Serikat
ASEAN : Association of South East Asian Nations
ASEAN+3 : Kelompok Kerjasama ASEAN dengan China, Jepang, dan Korea Selatan
ASPAC : Asia Pasifik
BBM : Bahan Bakar Minyak
BCSA : Bilateral Currency Swap Arrangement
BIS : Bank for International Settlements
BKPM : Badan Koordinasi Penanaman Modal
BOC : Bank of China
BOE : Bank of England
BOJ : Bank of Japan
BRIC : Brazil, Russia, India and China
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
CBOE : Chicago Board Options Exchange
CDS : Credit Default Swap
CF : Consensus Forecast
CGIM : Credit Guarantee and Investment Mechanism
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
ECB : European Central Bank
ED : Executive Director
EFI : Economic Freedom Index
EIB : European Investment Bank
EMDCs : Emerging Market and Developing Countries
EMEAP : Executives» Meeting of East Asia-Pacific Central Banks
EWS : Economy Watcher Survey
FDI : Foreign Direct Investment
FED : Federal Reserve
viii
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
FSAP : Financial Sector Assessment Program
G-3 : Group-3 yang terdiri dari Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang
G-8 : Group-8 yang terdiri dari Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Rusia, Inggris,
dan AS
G-20 : Group-20 yang terdiri dari Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China, Perancis,
Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika
Selatan, Korea, Turki, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
GBP : Great Britain Pounds
GCI : Index Global Competitiveness Index
GDP : Gross Domestic Product
Gfk : Gesellschaft fu'fcr Konsumforschung (German: society for consumer research).
GFSR : Global Financial Stability Report
GSEs : Government-Sponsored Enterprises
HICP : Harmonized Inflation Consumer Price
HKD : Hong Kong Dollar
HKMA : Hong Kong Monetary Authority
IFIs : International Financial Institutions
IFR : Ijarah Fix Rate
IHK : Indeks Harga Konsumen
IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan
IMF : International Monetary Fund
IMFC : Internasional Monetary and Financial Committee
ISM : Institute for Supply Management
JPY : Japanese Yen
LIBOR : London Interbank Offered Rate
LICs : Low Income Countries
MA : Monthly Average
MDBs : Multilateral Development Banks
MGM : Finance Minister and Central Bank Governors Meeting
Mo : Monetary Base
NAB : New Arrangement to Borrow
NPA : Note Pruchase Agreement
OIS : Overnight Swap Index
OKI : Organisasi Konferensi Islam
PBC : People»s Bank of China
PCE : Personal Consumption Expenditure
..
ix
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
PDB : Produk Domestik Bruto
PHK : Pemutusan Hubungan Kerja
PMI : Purchasing Manager Index
PPI : Producer Price Index
PRTSS : Pilot RMB Trade settlement Scheme
PUAB : Pasar Uang Antar Bank
QEP : Quantitative Easing Policy
RI : Republik Indonesia
RMB : Renmimbi
S&P : Standard & Poor»s
SDR : Special Drawing Rights
SEAVG-IMF : South East Asia Voting Group
SFP : Supplementary Financing Program
SGD : Singapore Dollar
TAF : Term Auction Facility
TOT : Terms of Trade
TW : Triwulan
US : United States
USD : US Dollar
VIX : Volatility Index
WB : World Bank
WEF : World Economic Forum
WEO : World Economic Outlook
yoy : Year on Year
yoy sa : Year on Year Seasonal Adjusted
ZEW : Zentrum für Europäische Wirtschaftsforschung (Center for European Economic
Research)
ZIRP : Zero Interest Rate Policy
x
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
Bab 1 - Pendahuluan
1
Pendahuluan
Selama TW3-09 sinyal pemulihanSelama TW3-09 sinyal pemulihanSelama TW3-09 sinyal pemulihanSelama TW3-09 sinyal pemulihanSelama TW3-09 sinyal pemulihan
ekonomiekonomiekonomiekonomiekonomi dunia semakin menguat.dunia semakin menguat.dunia semakin menguat.dunia semakin menguat.dunia semakin menguat.
Berdasarkan Consensus Forecast, ekonomi
dunia TW3-09 diperkirakan hanya
terkontraksi sebesar minus 0,9% yoy
membaik dibanding titik terendahnya, minus
1,9% yoy di TW1-09. Di negara maju
perkembangan positif terutama didorong
oleh kontraksi ekonomi Eropa yang tidak
seburuk proyeksi sebelumnya. Dimotori China
dan India, pemulihan ekonomi negara
berkembang juga semakin kuat dan cepat.
Menguatnya sinyal pemulihan tersebut juga
tercermin dari membaiknya leading indicator
PMI global dan leading indicator lainnya
terutama di negara maju. Membaiknya
ekonomi dunia tersebut diperkirakan akan
terus berlanjut dan akan tumbuh 0,1% pada
TW4-09. Prospek pemulihan ekonomi dunia
yang semakin kuat tersebut tidak lepas dari
gencarnya kebijakan stimulus ekonomi dan
ekspansifnya kebijakan moneter yang telah
ditempuh oleh negara di dunia sejak triwulan
terakhir 2008.
1B A B
Melanjutkan tren di triwulanMelanjutkan tren di triwulanMelanjutkan tren di triwulanMelanjutkan tren di triwulanMelanjutkan tren di triwulan
sebelumnya, harga komoditi dunia di TW3-09sebelumnya, harga komoditi dunia di TW3-09sebelumnya, harga komoditi dunia di TW3-09sebelumnya, harga komoditi dunia di TW3-09sebelumnya, harga komoditi dunia di TW3-09
terus meningkat, terutama logam (Grafik 2.5).terus meningkat, terutama logam (Grafik 2.5).terus meningkat, terutama logam (Grafik 2.5).terus meningkat, terutama logam (Grafik 2.5).terus meningkat, terutama logam (Grafik 2.5).
Peningkatan harga logam terutama didorong
oleh sentimen positif atas semakin
membaiknya data-data makroekonomi dunia
dan meningkatnya impor China. Pada
komoditas pertanian, harga beras mengalami
peningkatan terbesar sebagai dampak dari
gangguan pasokan di India dan Filipina akibat
cuaca buruk. Sementara itu, harga minyak WTI
di akhir triwulan ini menguat tipis seiring
dengan pasokan minyak yang relatif dapat
memenuhi permintaan sepanjang triwulan
laporan. Seiring dengan proses pemulihan
ekonomi yang masih terus berlangsung, harga
komoditi ke depan diperkirakan masih relatif
moderat.
Ditengah aktivitas ekonomi yang belumDitengah aktivitas ekonomi yang belumDitengah aktivitas ekonomi yang belumDitengah aktivitas ekonomi yang belumDitengah aktivitas ekonomi yang belum
pulih sepenuhnya dan harga komoditas yangpulih sepenuhnya dan harga komoditas yangpulih sepenuhnya dan harga komoditas yangpulih sepenuhnya dan harga komoditas yangpulih sepenuhnya dan harga komoditas yang
relatif masih di level rendah, inflasi terusrelatif masih di level rendah, inflasi terusrelatif masih di level rendah, inflasi terusrelatif masih di level rendah, inflasi terusrelatif masih di level rendah, inflasi terus
menurun. menurun. menurun. menurun. menurun. Inflasi diperkirakan turun menjadi
1,4% yoy di TW3-09 (CF, November 2009).
Bahkan, sejumlah negara dunia seperti AS,
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
2
Jepang, China, Singapura, Thailand dan
Malaysia masih dihantui deflasi. Sejalan
dengan pemulihan aktivitas perekonomian dan
investasi global yang semakin menguat,
tekanan inflasi diperkirakan akan mulai
bergerak naik pada TW4-09
Sepanjang TW3-09 kebijakan bankSepanjang TW3-09 kebijakan bankSepanjang TW3-09 kebijakan bankSepanjang TW3-09 kebijakan bankSepanjang TW3-09 kebijakan bank
sentral baik di negara maju maupun negarasentral baik di negara maju maupun negarasentral baik di negara maju maupun negarasentral baik di negara maju maupun negarasentral baik di negara maju maupun negara
berkembang cenderung netral. berkembang cenderung netral. berkembang cenderung netral. berkembang cenderung netral. berkembang cenderung netral. Kian
terbatasnya ruang penurunan suku bunga,
mayoritas bank sentral di negara maju
mempertahankan suku bunga kebijakan yang
rendah. Kebijakan quantitative easing dengan
kuantitas yang berkurang masih terus
berlangsung di negara maju. Di tengah masih
lemahnya aktivitas ekonomi dan meredanya
laju inflasi, sebagian besar negara berkembang
masih terus menurunkan kebijakan suku
bunganya pada dua bulan pertama di TW3-
09. Selanjutnya, kebijakan suku bunga
tersebut dipertahankan sampai pada bulan
terakhir laporan. Kebijakan moneter longgar
tersebut bersamaan dengan stimulus fiskal
yang ekspansif memberikan dampak positif
bagi proses pemulihan ekonomi dan
membaiknya leading indicator ekonomi global,
terutama di negara maju. Namun demikian,
implikasi kebijakan tersebut, terutama di
negara maju, berupa ancaman inflasi dan
peningkatan suku bunga kedepan
memerlukan kebijakan exit strategy. Bagi
otoritas moneter, kebijakan tersebut perlu
dilakukan secara hati-hati dalam rangka
menjaga keseimbangan antara upaya
mengurangi tekanan inflasi dan upaya
mendukung pemulihan ekonomi.
Optimisme pemulihan ekonomi yangOptimisme pemulihan ekonomi yangOptimisme pemulihan ekonomi yangOptimisme pemulihan ekonomi yangOptimisme pemulihan ekonomi yang
semakin kuat memberikan andil bagisemakin kuat memberikan andil bagisemakin kuat memberikan andil bagisemakin kuat memberikan andil bagisemakin kuat memberikan andil bagi
meredanya risiko dan ketidakpastian di pasarmeredanya risiko dan ketidakpastian di pasarmeredanya risiko dan ketidakpastian di pasarmeredanya risiko dan ketidakpastian di pasarmeredanya risiko dan ketidakpastian di pasar
keuangan global sepanjang TW3-09.keuangan global sepanjang TW3-09.keuangan global sepanjang TW3-09.keuangan global sepanjang TW3-09.keuangan global sepanjang TW3-09.
Keketatan pasar keuangan global
sebagaimana tercermin dari spread antara
policy rate-LIBOR dan policy rate-OIS (overnight
index swap) terus menurun. Walaupun masih
di level tinggi, indikator CBOE volatility index
(VIX) dan credit default swap (CDS) yang
mencerminkan volatilitas pasar keuangan
global juga menurun. Sejalan dengan
perkembangan tersebut, kinerja pasar saham
dan obligasi semakin menguat. Optimisme
pemulihan ekonomi ke depan mendorong
penguatan hampir seluruh mata uang dunia
terhadap USD.
Outlook. Outlook. Outlook. Outlook. Outlook. PDB dunia di 2009
diperkirakan hanya terkontraksi minus 1,1%
yoy (WEO-IMF, Oktober-09) dan akan tumbuh
3,1% di 2010. Perkiraan tersebut jauh lebih
baik dari perkiraan sebelumnya, masing-
masing minus 1,4% (2009) dan 3,1% (2010).
Hal tersebut sejalan dengan pemulihan
ekonomi di kawasan Asia yang semakin kuat
dan kontraksi ekonomi di kawasan lain yang
tidak seburuk perkiraan sebelumnya sampai
dengan TW3-09. Perkembangan tersebut
diikuti pula oleh sejumlah leading indicator
negara maju dan indeks komposit PMI global
yang sudah mulai terlihat di TW2-09 dan
diharapkan akan semakin membaik pada
triwulan selanjutnya. Sejalan dengan
perkembangan tersebut, tekanan inflasi yang
masih rendah di 2009 diperkirakan akan
meningkat di 2010. Inflasi 2010 di negara maju
Bab 1 - Pendahuluan
3
dan negara berkembang diperkirakan masing-
masing tercatat 0,1% yoy dan 5,5% yoy.
Dalam berbagai forum kerjasamaDalam berbagai forum kerjasamaDalam berbagai forum kerjasamaDalam berbagai forum kerjasamaDalam berbagai forum kerjasama
internasional, upaya untuk keluar dari krisisinternasional, upaya untuk keluar dari krisisinternasional, upaya untuk keluar dari krisisinternasional, upaya untuk keluar dari krisisinternasional, upaya untuk keluar dari krisis
keuangan global masih menjadi agenda utama.keuangan global masih menjadi agenda utama.keuangan global masih menjadi agenda utama.keuangan global masih menjadi agenda utama.keuangan global masih menjadi agenda utama.
Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi
di kawasan ASEAN+3 telah disepakati
kerjasama keuangan Credit Guarantee and
Investment Mechanism (CGIM) oleh Menteri
Keuangan negara ASEAN+3. Kesepakatan ini
diharapkan dapat mendukung proses
pendalaman pasar keuangan di kawasan. Untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi kedepan
yang berimbang antara negara maju dan negara
berkembang, disepakati reformasi peranan
G-20 yang menggantikan G-8. Sejalan dengan
semangat tersebut agenda reformasi IMF
menitikberatkan pada penyelarasan kuota
antara negara maju dan negara berkembang.
Sebagai dampak dari kebijakan moneter
longgar dan stimulus ekonomi yang gencar,
tanda-tanda pemulihan ekonomi global
berupa≈green shootgreen shootgreen shootgreen shootgreen shoot∆ yang semakin kuat di
TW3-09 memberikan optimisme pemulihan
ekonomi dunia di 2009. Perkembangan
tersebut memiliki berbagai implikasi yang
menarik untuk dicermati sebagaimana
dituangkan dalam tiga artikel terbitan kali ini.
Artikel pertama yang berjudul ≈≈≈≈≈Urgency ExitUrgency ExitUrgency ExitUrgency ExitUrgency Exit
Strategy Strategy Strategy Strategy Strategy : Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi: Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi: Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi: Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi: Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi
dan Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan∆dan Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan∆dan Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan∆dan Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan∆dan Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan∆
mengulas lebih jauh kapankah saat yang tepat
untuk dikeluarkannya kebijakan exit strategy
dari kebijakan moneter dan fiskal yang
ekspansif. Stimulus fiskal Amerika Serikat yang
sangat agresif juga dapat berimplikasi pada
ancaman depresiasi USD, sehingga
menimbulkan kekhawatiran bagi China yang
memiliki cadangan devisa terbesar di Dunia.
Hal tersebut mendorong China menggulirkan
wacana potensi Renmimbi sebagai mata uang
internasional dalam berbagai forum kerjasama
internasional. Untuk melihat sejauhmana
ambisi China ini dapat terealisasi, diulas dalam
artikel kedua dengan judul ≈Mata UangMata UangMata UangMata UangMata Uang
Internasional: Peran USD dan PotensiInternasional: Peran USD dan PotensiInternasional: Peran USD dan PotensiInternasional: Peran USD dan PotensiInternasional: Peran USD dan Potensi
Internasionalisasi Renmimbi∆. Internasionalisasi Renmimbi∆. Internasionalisasi Renmimbi∆. Internasionalisasi Renmimbi∆. Internasionalisasi Renmimbi∆. Sementara
artikel terakhir yang berjudul ≈Rapor Biru ≈Rapor Biru ≈Rapor Biru ≈Rapor Biru ≈Rapor Biru
Indonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator Persepsi
Internasional:Internasional:Internasional:Internasional:Internasional: Current Assessment Current Assessment Current Assessment Current Assessment Current Assessment dan dan dan dan dan FutureFutureFutureFutureFuture
Assignment∆Assignment∆Assignment∆Assignment∆Assignment∆ akan menganalisa lebih dalam
mengenai persepsi internasional yang
tercermin dari lembaga rating dan lembaga
think thank internasional yang positif terhadap
kondisi dan kebijakan makroekonomi
Indonesia dalam menghadapi krisis keuangan
global. Hal ini penting terutama dalam upaya
Indonesia untuk mencapai peringkat
investment grade.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
4
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
5
Perkembangan Ekonomi Dunia
A. EKONOMI DUNIA
Ekonomi dunia di TW3-09 semakinEkonomi dunia di TW3-09 semakinEkonomi dunia di TW3-09 semakinEkonomi dunia di TW3-09 semakinEkonomi dunia di TW3-09 semakin
menunjukkan tanda-tanda pemulihan.menunjukkan tanda-tanda pemulihan.menunjukkan tanda-tanda pemulihan.menunjukkan tanda-tanda pemulihan.menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Kontraksi PDB dunia diperkirakan semakin
melambat mencapai minus 0,9% di TW3-09
dan selanjutnya diprediksi tumbuh 0,1 % yoy
di TW4-09. Perbaikan ekonomi terjadi baik di
negara maju maupun di negara berkembang
sebagai akibat kontraksi ekonomi Eropa yang
tidak seburuk perkiraan sebelumnya dan
pemulihan ekonomi China dan India yang kian
kuat dan cepat. Sejalan dengan
perkembangan tersebut walaupun aktivitas
konsumsi dan investasi serta kinerja ekspor
dunia belum pulih sepenuhnya, sejumlah
leading indicator negara G-3 dan indeks PMI
global menunjukkan tren meningkat. Dengan
perkembangan yang semakin membaik
tersebut, IMF (WEO-IMF, Oktober-09)
mengkoreksi keatas PDB Dunia 2009 dari
minus 1,4% menjadi minus 1,1%, dan PDB
2010 dari 2,5% menjadi 3,1% yoy (lihat Boks
2.1 World Economic Outlook, IMF-Oktober
2009). Inflasi di TW3-09 masih dalam tren
menurun. Namun seiring dengan pemulihan
2B A B
ekonomi dunia yang berlanjut dan semakin
solid, tekanan inflasi di sisa 2009 diprediksi
mulai merangkak naik. Dengan potensi risiko
inflasi tersebut, bank sentral dunia di akhir
TW3-09 mulai cenderung menempuh suku
bunga kebijakan bias netral, Sementara itu di
sektor keuangan, perkembangan pasar
keuangan relatif stabil dengan keketatan yang
cenderung mengendur.
Kontraksi PDB dunia di TW3-09
diperkirakan semakin tertahan menjadi minus
0,9% yoy dari minus 1,7% yoy pada triwulan
sebelumnya (Tabel 2.1 dan Grafik 2.1). Sejalan
dengan dampak positif berbagai paket stimulus
ekonomi pemerintah dan kebijakan bank
sentral yang ekspansif guna mendongkrak
permintaan domestik, proyeksi ekonomi dunia
di TW3-09 tersebut lebih baik dari perkiraan
sebelumnya, minus 1,4% (PEKKI edisi TW2-09).
Walaupun belum kokoh, tanda pemulihan
ekonomi negara maju di TW3-09 semakin
menguat. Kontraksi ekonomi negara maju di
TW3-09 tertahan menjadi minus 4,2% yoy dari
minus 5,4% yoy triwulan sebelumnya.
Walaupun seluruh komponen PDB masih relatif
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
6
lemah, sejumlah indikator permintaan domestik
mulai tumbuh positif. Sementara di negara
berkembang, pemulihan ekonomi semakin
menguat, tumbuh 1,9% yoy dari 1,7% yoy
periode sebelumnya, terutama di kawasan
Aspac yang dimotori China dan India. Kawasan
Aspac di TW3-09 tumbuh semakin solid, 2,6%
yoy. Ekonomi China, India, Indonesia, dan
Vietnam di TW3-09 diperkirakan masih mampu
tumbuh di atas 4% yoy.
Menguatnya sinyal perbaikan ekonomi
dunia diikuti pula dengan meningkatnya
sejumlah leading indicator negara maju dan
negara berkembang serta indeks komposit PMI
global. Sejumlah leading indicator, seperti
Purchasing Manager Index (PMI) global dan
leading indicator terutama di negara maju
terus menunjukkan tren yang meningkat
(Grafik 2.3 dan Grafik 2.4). Selain itu, beberapa
indikator konsumsi dan investasi di AS, Jepang,
Kawasan Euro dan Kawasan Aspac mulai
menunjukkan indikasi awal tertahannya
pemburukan meski masih di level rendah.
Dengan perkembangan yang semakin
membaik tersebut, IMF merevisi ke atas PDB di
2009 dan di 2010. Pertumbuhan ekonomi
dunia diperkirakan mulai merangkak naik pada
TW3-09 dan akan terus berlanjut pada 2010.
Faktor utama yang mendasari direvisinya PDB
dunia tersebut yakni (i) adanya berbagai
kebijakan dari pemerintah dan otoritas moneter
seperti stimulus fiskal, kebijakan suku bunga
yang rendah, dan «quantitative easing policy»
diperkirakan mampu mendorong pemulihan
permintaan domestik dan (ii) adanya perbaikan
di sektor keuangan dan perbankan
Grafik 2.1 PDB DuniaGrafik 2.1 PDB DuniaGrafik 2.1 PDB DuniaGrafik 2.1 PDB DuniaGrafik 2.1 PDB Dunia
Grafik 2.3 PMI DuniaGrafik 2.3 PMI DuniaGrafik 2.3 PMI DuniaGrafik 2.3 PMI DuniaGrafik 2.3 PMI Dunia
Grafik 2.2 PDB Dunia (per Kawasan)Grafik 2.2 PDB Dunia (per Kawasan)Grafik 2.2 PDB Dunia (per Kawasan)Grafik 2.2 PDB Dunia (per Kawasan)Grafik 2.2 PDB Dunia (per Kawasan)
Dunia
Negara Maju
% yoy
Forecast
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4
Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast
NegaraBerkembang
Dunia
KawasanAmerika
Eropa
% yoy
MTP Indo Aspac Forecast
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4
Indeks
30
35
40
45
50
55
60
65
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg
PMI ManufakturPMI ServicesPMI Composite
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
7
Grafik 2.4 Leading Indikator (Negara Maju)Grafik 2.4 Leading Indikator (Negara Maju)Grafik 2.4 Leading Indikator (Negara Maju)Grafik 2.4 Leading Indikator (Negara Maju)Grafik 2.4 Leading Indikator (Negara Maju)
IndeksIndeks
90
95
100
105
110
Sumber: Bloomberg
2004 2005 2006 2007 2008 2009
0
10
20
30
40
50
60
USA-Leading indikator (lhs)
OECD Eurozone Leading Indicator (lhs)
Jpn-Economy Watchers Survey-Expect. (rhs)
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9
Grafik 2.5 Komoditas DuniaGrafik 2.5 Komoditas DuniaGrafik 2.5 Komoditas DuniaGrafik 2.5 Komoditas DuniaGrafik 2.5 Komoditas Dunia(Jan 2005=100)(Jan 2005=100)(Jan 2005=100)(Jan 2005=100)(Jan 2005=100)
Grafik 2.6 Inflasi DuniaGrafik 2.6 Inflasi DuniaGrafik 2.6 Inflasi DuniaGrafik 2.6 Inflasi DuniaGrafik 2.6 Inflasi Dunia
DuniaNegara Maju
NegaraBerkembang
% yoy
Forecast
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4
diperkirakan dapat menopang kinerja ekonomi
kedepan. Namun demikian terdapat downside
risk pertumbuhan ekonomi mengingat sektor
tenaga kerja di sejumlah negara maju masih
memburuk, keterbatasan penyaluran kredit
serta risiko penarikan paket stimulus fiskal yang
lebih cepat dari perkiraan.
Harga komoditi di TW3-09 cenderungHarga komoditi di TW3-09 cenderungHarga komoditi di TW3-09 cenderungHarga komoditi di TW3-09 cenderungHarga komoditi di TW3-09 cenderung
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnyameningkat dibandingkan triwulan sebelumnyameningkat dibandingkan triwulan sebelumnyameningkat dibandingkan triwulan sebelumnyameningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
(Grafik 2.5). (Grafik 2.5). (Grafik 2.5). (Grafik 2.5). (Grafik 2.5). Secara umum, pergerakan harga
komoditi masih diwarnai aksi spekulasi oleh
investor. Sentimen positif mulai adanya
perbaikan ekonomi dunia (green shoot of
economic recovery) mampu mendorong
penguatan beberapa harga komoditi, seperti
logam. Kenaikan harga beras dipicu oleh
sentimen negatif atas gangguan produksi di
India dan Filipina akibat cuaca buruk.
Sementara itu, sentimen positif atas relatif
cukupnya pasokan mengakibatkan harga
minyak WTI menguat tipis di akhir triwulan
tersebut. Peningkatan permintaan impor juga
turut menjadi faktor pemicu kenaikan harga
khususnya tembaga.
Inflasi di TW3-09 masih dalam trenInflasi di TW3-09 masih dalam trenInflasi di TW3-09 masih dalam trenInflasi di TW3-09 masih dalam trenInflasi di TW3-09 masih dalam tren
menurun. menurun. menurun. menurun. menurun. Berdasarkan angka komposit dari
Consensus Forecast Oktober-09, inflasi TW3-
09 menurun menjadi 2,1% yoy, dari 2,5%
triwulan sebelumnya (Grafik 2.6, Grafik 2.7
dan Tabel 2.2). Permintaan dunia yang belum
sepenuhnya pulih ditengah harga komoditas
yang masih di level rendah (meski meningkat)
menjadi faktor utama rendahnya inflasi. Deflasi
masih terjadi di sejumlah negara seperti AS,
Canada, Kawasan Euro, Jepang, Singapura,
China, Thailand, dan Malaysia. Laju inflasi
dunia kedepan diperkirakan mulai merangkak
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
8
naik, seiring dengan perkiraan merangkaknya
harga komoditas serta menguatnya aktivitas
konsumsi dan investasi.
Kebijakan moneter bank sentral duniaKebijakan moneter bank sentral duniaKebijakan moneter bank sentral duniaKebijakan moneter bank sentral duniaKebijakan moneter bank sentral dunia
selama TW3-09 cenderung bias netralselama TW3-09 cenderung bias netralselama TW3-09 cenderung bias netralselama TW3-09 cenderung bias netralselama TW3-09 cenderung bias netral (Grafik
2.8 dan Tabel 3.3). Mayoritas bank sentral di
negara maju cenderung menahan suku bunga
kebijakan, seiring kian terbatasnya ruang
penurunan suku bunga. Sementara dalam dua
bulan pertama TW3-09 negara berkembang
cenderung terus melakukan kebijakan
penurunan suku bunga guna mendukung
pemulihan ekonomi ditengah masih rendahnya
laju inflasi. Selanjutnya kebijakan tersebut
dipertahankan sampai dengan akhir TW3-09.
Namun demikian, stimulus fiskal yang agresif
terutama di negara maju mulai menimbulkan
kekhawatiran mengingat dampaknya pada
sustainabilitas fiskal dan risiko ekonomi makro,
seperti inflasi dan ancaman capital outflow
terutama di negara berkembang. Untuk itu,
exit strategy di negara maju perlu segera
dirumuskan secara hati-hati. Kompleksitas
perumusan exit strategy juga terjadi bagi
otoritas moneter yang diharapkan dapat
mendukung kebijakan stimulus fiskal. Bank
sentral secara «balance» perlu melakukan upaya
mengurangi tekanan inflasi di tengah proses
pemulihan ekonomi. Dalam kaitan ini, peran
komunikasi kebijakan menjadi penting untuk
menjaga transparansi dan kredibilitas kebijakan.
Grafik 2.7 Inflasi Dunia (per Kawasan)Grafik 2.7 Inflasi Dunia (per Kawasan)Grafik 2.7 Inflasi Dunia (per Kawasan)Grafik 2.7 Inflasi Dunia (per Kawasan)Grafik 2.7 Inflasi Dunia (per Kawasan)
Dunia
KawasanAmerika
Eropa
% yoy
MTP Indo AspacForecast
-2
0
2
4
6
8
10
Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4
Keketatan pasar keuangan globalKeketatan pasar keuangan globalKeketatan pasar keuangan globalKeketatan pasar keuangan globalKeketatan pasar keuangan global
selama TW3-09 mengendur dengan penurunanselama TW3-09 mengendur dengan penurunanselama TW3-09 mengendur dengan penurunanselama TW3-09 mengendur dengan penurunanselama TW3-09 mengendur dengan penurunan
volatilitas. volatilitas. volatilitas. volatilitas. volatilitas. Seiring mulai meredanya risiko dan
ketidakpastian di pasar keuangan global,
kondisi pasar keuangan global membaik.
Spread antara policy rate-LIBOR dan policy rate-
OIS (overnight index swap) terus menurun
dibandingkan beberapa periode sebelumnya
(Grafik 2.8) Sementara volatilitas pasar
keuangan global terus dalam tren penurunan,
sebagaimana tercermin pada indikator CBOE
volatility index (VIX) dan credit default swap
(CDS) (Grafik 2.9 s.d. Grafik 2.11).1
Grafik 2.8 Spread Libor Policy Rate danGrafik 2.8 Spread Libor Policy Rate danGrafik 2.8 Spread Libor Policy Rate danGrafik 2.8 Spread Libor Policy Rate danGrafik 2.8 Spread Libor Policy Rate danSpread Libor OISSpread Libor OISSpread Libor OISSpread Libor OISSpread Libor OIS
Sumber: Bloomberg
(%)
4Jan
11Feb
20Mar
27Apr
4Jun
19Ags
26Sep
3Nov
11Des
18Jan
25Feb
4Apr
12Mei
19Jun
2008 2009
Spread Libor-Policy RateSpread Libor-OIS
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
-0,512Jul
27Jul
3Sep
11Okt
1 Chicago Board Options Exchange (CBOE) volatility indexmerupakan indikator ekspektasi pelaku pasar tentangketidakpastian di pasar keuangan yang diwakili oleh index optionsaham S&P 500.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
9
Outlook. Outlook. Outlook. Outlook. Outlook. Sinyal perbaikan ekonomi
dunia di akhir triwulan 2009 diperkirakan terus
menguat. Berdasarkan proyeksi terkini IMF
(WEO-IMF, Oktober-09), PDB dunia di 2009
dan 2010 membaik dari perkiraan sebelumnya
(WEO-IMF, Juli-09) masing-masing terkontraksi
menjadi minus 1,1% yoy dari minus 1,4% yoy
dan tumbuh menjadi 3,1% yoy dari 2,5% yoy.
Seluruh komponen PDB di negara maju
meskipun masih relatif lemah namun
diperkirakan kontraksinya tidak setajam
periode sebelumnya. Sementara sinyal
perbaikan ekonomi di negara berkembang
terutama di kawasan Aspac terus menguat.
Selain itu, seiring dengan mulai pulihnya
permintaan domestik sejumlah negara dunia
sebagai dampak stimulus ekonomi yang
diluncurkan sejak awal 2009, sejumlah leading
indicator negara maju dan indeks komposit
PMI global menunjukkan perkembangan
membaik. Sejalan dengan perkembangan
tersebut tekanan inflasi diperkirakan secara
bertahap mulai meningkat. Inflasi 2009 di
negara maju dan negara berkembang
diperkirakan masing-masing tumbuh 0,1% yoy
dan 5,5% yoy (WEO-IMF, Oktober-09). Seiring
mulai meningkatnya potensi risiko inflasi
kedepan, bank sentral negara-negara di dunia
diperkirakan cenderung menempuh suku
bunga kebijakan bias ketat pada 2010.
Grafik 2.10 CDS Negara MajuGrafik 2.10 CDS Negara MajuGrafik 2.10 CDS Negara MajuGrafik 2.10 CDS Negara MajuGrafik 2.10 CDS Negara Maju
Grafik 2.9 Implied VolatilityGrafik 2.9 Implied VolatilityGrafik 2.9 Implied VolatilityGrafik 2.9 Implied VolatilityGrafik 2.9 Implied Volatility(Rata-rata Bergerak 20-hari)(Rata-rata Bergerak 20-hari)(Rata-rata Bergerak 20-hari)(Rata-rata Bergerak 20-hari)(Rata-rata Bergerak 20-hari)
Grafik 2.11 CDS Negara BerkembangGrafik 2.11 CDS Negara BerkembangGrafik 2.11 CDS Negara BerkembangGrafik 2.11 CDS Negara BerkembangGrafik 2.11 CDS Negara Berkembang
Sumber: Bloomberg
(%)
2008 2009
VIXJPMorgan G7 Exchange Rate
20
30
40
50
60
70
10
0
JPMorgan Emerging Exchange Rate
3Jan
12Feb
22Mar
1Mei
8Jun
18Jul
27Ags
4Okt
12Nov
20Des
31Jan
11Mar
21Apr
30Mei
9Jul
15Ags
24Sep
31Okt
10Des
21Jan
27Mar
6Mei
15Jun
23Jul
31Ags
8Okt
2008
1Okt
2008 2009
Sumber: Bloomberg
bps
0
100
200
300
400
500
600
700
1Nov
1Des
1Jan
1Feb
1Mar
1Apr
1Mei
1Jun
1Jul
1Ags
1Sep
JermanJepangUKAS: CitiGroup
3Jan
2008 2009
Sumber: Bloomberg
bps
0
200
400
600
800
1000
1200
1400ChinaIndonesiaMalaysiaPhilipinaThailand
3Jan
3Jan
3Jan
20072006
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
10
Tabel 2.1 PDB DuniaTabel 2.1 PDB DuniaTabel 2.1 PDB DuniaTabel 2.1 PDB DuniaTabel 2.1 PDB Dunia
Negara/Kawasan
DUNIA*DUNIA*DUNIA*DUNIA*DUNIA* 1,0001,0001,0001,0001,000 -1,1-1,1-1,1-1,1-1,1 3,13,13,13,13,1 -1,0-1,0-1,0-1,0-1,0 0,00,00,00,00,0 -0,9-0,9-0,9-0,9-0,9 3,63,63,63,63,6 -1,9-1,9-1,9-1,9-1,9 -1,7-1,7-1,7-1,7-1,7 -0,9-0,9-0,9-0,9-0,9 0,10,10,10,10,1 -0,9-0,9-0,9-0,9-0,9 3,43,43,43,43,4 3,63,63,63,63,6 3,63,63,63,63,6 3,63,63,63,63,6 3,73,73,73,73,7
Negara Maju*Negara Maju*Negara Maju*Negara Maju*Negara Maju* 0,5710,5710,5710,5710,571 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0 -1,6-1,6-1,6-1,6-1,6 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0 -1,6-1,6-1,6-1,6-1,6 -4,2-4,2-4,2-4,2-4,2 2,12,12,12,12,1 -5,5-5,5-5,5-5,5-5,5 -5,4-5,4-5,4-5,4-5,4 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0 -1,6-1,6-1,6-1,6-1,6 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0 1,71,71,71,71,7 2,32,32,32,32,3 2,22,22,22,22,2 2,32,32,32,32,3 2,32,32,32,32,3
Negara Berkembang*Negara Berkembang*Negara Berkembang*Negara Berkembang*Negara Berkembang* 0,4290,4290,4290,4290,429 2,02,02,02,02,0 2,52,52,52,52,5 2,02,02,02,02,0 2,52,52,52,52,5 1,81,81,81,81,8 5,45,45,45,45,4 1,11,11,11,11,1 1,71,71,71,71,7 2,02,02,02,02,0 2,52,52,52,52,5 1,91,91,91,91,9 5,75,75,75,75,7 5,55,55,55,55,5 5,45,45,45,45,4 5,45,45,45,45,4 5,55,55,55,55,5
Kawasan Amerika*Kawasan Amerika*Kawasan Amerika*Kawasan Amerika*Kawasan Amerika* 0,3110,3110,3110,3110,311 1,0001,0001,0001,0001,000 -2,7-2,7-2,7-2,7-2,7 1,91,91,91,91,9 -2,5-2,5-2,5-2,5-2,5 -2,5-2,5-2,5-2,5-2,5 -2,5-2,5-2,5-2,5-2,5 2,72,72,72,72,7 -3,0-3,0-3,0-3,0-3,0 -3,4-3,4-3,4-3,4-3,4 -2,4-2,4-2,4-2,4-2,4 -2,4-2,4-2,4-2,4-2,4 -2,4-2,4-2,4-2,4-2,4 2,02,02,02,02,0 2,72,72,72,72,7 2,72,72,72,72,7 2,82,82,82,82,8 2,72,72,72,72,7
AS 0,207 0,664 -2,7 1,5 -2,5 -0,6 -2,5 2,6 -3,3 -3,8 -2,3 -0,6 -2,4 1,7 2,7 2,6 2,8 2,7
Canada 0,019 0,060 -2,5 2,1 -2,6 -1,1 -2,4 2,6 -2,3 -3,2 -2,6 -1,1 -2,4 1,0 2,5 2,8 3,0 2,5
Amerika Lainnya 0,086 0,276 -2,5 2,9 -2,5 -2,5 -2,5 2,9 -2,5 -2,5 -2,5 -2,5 -2,5 2,9 2,9 2,9 2,9 2,9
Kawasan Eropa*Kawasan Eropa*Kawasan Eropa*Kawasan Eropa*Kawasan Eropa* 0,2790,2790,2790,2790,279 1,0001,0001,0001,0001,000 -4,6-4,6-4,6-4,6-4,6 0,70,70,70,70,7 -4,6-4,6-4,6-4,6-4,6 -3,1-3,1-3,1-3,1-3,1 -4,5-4,5-4,5-4,5-4,5 1,21,21,21,21,2 -5,1-5,1-5,1-5,1-5,1 -5,1-5,1-5,1-5,1-5,1 -4,6-4,6-4,6-4,6-4,6 -3,1-3,1-3,1-3,1-3,1 -4,5-4,5-4,5-4,5-4,5 1,01,01,01,01,0 1,41,41,41,41,4 1,31,31,31,31,3 1,41,41,41,41,4 1,31,31,31,31,3
Kawasan EuroKawasan EuroKawasan EuroKawasan EuroKawasan Euro 0,1520,1520,1520,1520,152 0,5450,5450,5450,5450,545 -4,1-4,1-4,1-4,1-4,1 0,30,30,30,30,3 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0 -1,8-1,8-1,8-1,8-1,8 -3,9-3,9-3,9-3,9-3,9 1,11,11,11,11,1 -4,9-4,9-4,9-4,9-4,9 -4,7--4,7--4,7--4,7--4,7- 4,04,04,04,04,0 -1,8-1,8-1,8-1,8-1,8 -3,8-3,8-3,8-3,8-3,8 0,90,90,90,90,9 1,31,31,31,31,3 1,21,21,21,21,2 1,21,21,21,21,2 1,21,21,21,21,2
Jerman 0,041 0,148 -5,3 0,3 -4,9 -2,1 -5,0 1,4 -6,7 -5,9 -4,9 -2,1 -4,9 1,7 1,6 1,2 1,1 1,5
Perancis 0,031 0,109 -2,4 0,9 -2,1 -0,3 -2,1 1,2 -3,4 -2,6 -2,1 -0,3 -2,1 1,4 1,3 1,2 1,2 1,2
Italia 0,026 0,092 -5,1 0,2 -5,1 -2,9 -5,0 0,5 -6,0 -6,0 -5,1 -2,9 -4,8 0,1 0,8 0,9 1,0 0,7
Spanyol 0,020 0,071 -3,8 -0,7 -4,2 -3,5 -3,7 -0,5 -3,2 -4,2 -4,2 -3,5 -3,7 -2,0 -0,9 0,0 0,8 -0,5
Inggris 0,032 0,113 -4,4 0,9 -4,5 -2,3 -4,3 1,3 -4,9 -5,6 -4,5 -2,3 -4,5 0,4 1,5 1,8 1,9 1,2
Eropa Lainnya 0,095 0,341 -5,5 1,4 -5,5 -5,5 -5,5 1,4 -5,5 -5,5 -5,5 -5,5 -5,5 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik* 0,3710,3710,3710,3710,371 1,0001,0001,0001,0001,000 3,63,63,63,63,6 5,35,35,35,35,3 2,62,62,62,62,6 4,34,34,34,34,3 2,72,72,72,72,7 6,06,06,06,06,0 1,11,11,11,11,1 1,91,91,91,91,9 2,82,82,82,82,8 4,34,34,34,34,3 2,82,82,82,82,8 6,26,26,26,26,2 5,95,95,95,95,9 5,85,85,85,85,8 5,85,85,85,85,8 6,06,06,06,06,0
Jepang 0,061 0,166 -5,4 1,7 -5,4 -1,6 -5,7 1,5 -8,4 -7,2 -5,4 -1,6 -5,7 2,0 1,4 1,2 1,0 1,4
China 0,120 0,323 8,5 9,0 8,7 10,2 8,4 9,5 6,1 7,9 8,9 10,2 8,5 10,4 9,7 9,4 9,1 9,6
India 0,049 0,132 5,4 6,4 5,8 5,8 6,1 7,5 5,8 6,1 5,8 5,8 6,1 6,6 7,1 7,4 7,8 7,6
Korea 0,019 0,052 -1,0 3,6 -1,3 4,0 -0,8 4,1 -4,2 -2,2 0,6 4,0 -0,2 4,6 3,8 3,4 3,6 4,5
Australia 0,012 0,031 0,7 2,0 0,6 1,7 0,8 2,5 0,3 0,6 0,6 1,7 0,9 2,0 2,1 2,8 3,2 2,7
Selandia Baru 0,002 0,004 -2,2 2,2 -2,0 -0,7 -1,3 2,2 -2,7 -2,7 -2,0 -0,7 -1,3 0,7 1,8 2,4 2,8 2,4
ASEAN*ASEAN*ASEAN*ASEAN*ASEAN* 0,0390,0390,0390,0390,039 0,1090,1090,1090,1090,109 0,50,50,50,50,5 4,14,14,14,14,1 0,60,60,60,60,6 2,92,92,92,92,9 0,90,90,90,90,9 4,84,84,84,84,8 -1,1-1,1-1,1-1,1-1,1 0,20,20,20,20,2 1,01,01,01,01,0 2,92,92,92,92,9 1,01,01,01,01,0 5,05,05,05,05,0 5,05,05,05,05,0 4,54,54,54,54,5 4,64,64,64,64,6 4,84,84,84,84,8
ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6* 0,0380,0380,0380,0380,038 0,1030,1030,1030,1030,103 0,50,50,50,50,5 4,04,04,04,04,0 0,60,60,60,60,6 3,03,03,03,03,0 0,90,90,90,90,9 4,84,84,84,84,8 -1,2-1,2-1,2-1,2-1,2 0,20,20,20,20,2 1,01,01,01,01,0 3,03,03,03,03,0 1,01,01,01,01,0 5,05,05,05,05,0 4,64,64,64,64,6 4,54,54,54,54,5 4,64,64,64,64,6 4,94,94,94,94,9
Singapura 0,003 0,009 -3,3 4,1 -3,8 0,9 -2,6 5,3 -9,5 -3,2 0,8 0,9 -2,3 6,4 4,0 5,2 4,9 5,5
Thailand 0,008 0,021 -3,5 3,7 -3,6 1,4 -3,5 3,9 -7,1 -4,9 -3,6 1,4 -3,4 4,6 4,1 3,4 3,3 4,0
Philipina 0,005 0,012 1,0 3,2 1,5 1,9 1,6 3,6 0,6 1,5 1,5 1,9 1,6 3,6 3,8 3,6 3,5 3,7
Malaysia 0,005 0,015 -3,6 2,5 -2,6 1,5 -2,8 4,4 -6,2 -3,9 -2,6 1,5 -2,6 5,7 4,8 4,1 3,8 4,4
Indonesia 0,013 0,036 4,0 4,8 4,0 4,9 4,4 5,4 4,4 4,0 4,0 4,9 4,4 4,9 5,0 5,1 5,6 5,4
Vietnam 0,004 0,010 4,6 5,3 4,3 4,3 4,4 6,1 3,1 3,9 4,6 4,3 4,8 5,6 5,6 5,6 5,6 6,2
Asia Pasifik Lainnya 0,069 0,187 0,6 4,0 0,6 0,6 0,6 4,0 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Afrika*Afrika*Afrika*Afrika*Afrika* 0,0390,0390,0390,0390,039 1,0001,0001,0001,0001,000 2,22,22,22,22,2 4,14,14,14,14,1 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 4,14,14,14,14,1 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 4,14,14,14,14,1 4,14,14,14,14,1 4,14,14,14,14,1 4,14,14,14,14,1 4,14,14,14,14,1
% yoy
PangsaTerhadap
WEOOkt-2009 Perkiraan Sebelunnya
Dunia Kawasan
2009 20092009E 2010E
Perkiraan terkini BKSA**
TW1 TW2 TW3 TW42009 2009 2009 2009
2009E2009E 2010E
2010E
Sumber: WEO Oktober 2009, Consensus Forecast November 2009Ket: *) Data diolah berdasarkan pangsa PPP International Comparison Program (ICP), Desember 2007
**) Data diolah berdasarkan Consensus Forecast November 2009; Perkiraan BKSA berkaitan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia, negara maju, negara emerging dan kawasanE= ProyeksiCetak miring merupakan angka realisasiIndia menggunakan Tahun Fiskal, angka Triwulanan Vietnam menggunakan angka proyeksi tahunan kecuali realisasi
Perbedaan > 0,2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya
Perbedaan < 0,2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya
TW3-09 TW4-09 2009 2010TW1 TW2 TW3 TW42010 2010 2010 2010
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
11
Tabel 2.2 Inflasi DuniaTabel 2.2 Inflasi DuniaTabel 2.2 Inflasi DuniaTabel 2.2 Inflasi DuniaTabel 2.2 Inflasi Dunia
Negara/Kawasan
DUNIA*DUNIA*DUNIA*DUNIA*DUNIA* 1,0001,0001,0001,0001,000 5,05,05,05,05,0 6,16,16,16,16,1 2,62,62,62,62,6 2,92,92,92,92,9 2,12,12,12,12,1 2,92,92,92,92,9 2,52,52,52,52,5 1,81,81,81,81,8 1,41,41,41,41,4 1,81,81,81,81,8 2,12,12,12,12,1 2,82,82,82,82,8 2,92,92,92,92,9 3,03,03,03,03,0
Negara Maju*Negara Maju*Negara Maju*Negara Maju*Negara Maju* 0,5710,5710,5710,5710,571 2,22,22,22,22,2 3,43,43,43,43,4 0,10,10,10,10,1 1,21,21,21,21,2 0,20,20,20,20,2 1,71,71,71,71,7 0,90,90,90,90,9 -0,1-0,1-0,1-0,1-0,1 -0,8-0,8-0,8-0,8-0,8 0,80,80,80,80,8 0,20,20,20,20,2 1,71,71,71,71,7 1,71,71,71,71,7 1,71,71,71,71,7
Negara Berkembang*Negara Berkembang*Negara Berkembang*Negara Berkembang*Negara Berkembang* 0,4290,4290,4290,4290,429 6,46,46,46,46,4 9,49,49,49,49,4 5,55,55,55,55,5 4,94,94,94,94,9 5,35,35,35,35,3 5,15,15,15,15,1 5,75,75,75,75,7 5,15,15,15,15,1 5,05,05,05,05,0 5,45,45,45,45,4 5,45,45,45,45,4 4,94,94,94,94,9 5,15,15,15,15,1 5,35,35,35,35,3
Kawasan Amerika*Kawasan Amerika*Kawasan Amerika*Kawasan Amerika*Kawasan Amerika* 0,3110,3110,3110,3110,311 1,0001,0001,0001,0001,000 3,53,53,53,53,5 4,94,94,94,94,9 1,51,51,51,51,5 2,72,72,72,72,7 1,51,51,51,51,5 2,92,92,92,92,9 1,71,71,71,71,7 1,11,11,11,11,1 0,60,60,60,60,6 0,60,60,60,60,6 1,51,51,51,51,5 2,92,92,92,92,9 3,03,03,03,03,0 2,92,92,92,92,9
AS 0,207 0,664 2,9 3,8 -0,4 1,7 -0,4 1,9 -0,2 -0,9 -1,7 1,0 -0,4 2,0 2,1 2,0
Canada 0,019 0,060 2,0 2,4 0,1 1,3 0,4 1,8 1,2 0,1 -0,7 1,1 0,3 1,8 1,7 1,7
Amerika Lainnya 0,086 0,276 5,5 8,1 6,3 5,4 6,3 5,4 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 5,4 5,4 5,4
Kawasan Eropa*Kawasan Eropa*Kawasan Eropa*Kawasan Eropa*Kawasan Eropa* 0,2790,2790,2790,2790,279 1,0001,0001,0001,0001,000 3,63,63,63,63,6 4,44,44,44,44,4 2,32,32,32,32,3 2,22,22,22,22,2 2,32,32,32,32,3 2,52,52,52,52,5 2,82,82,82,82,8 2,32,32,32,32,3 1,91,91,91,91,9 2,32,32,32,32,3 2,32,32,32,32,3 2,42,42,42,42,4 2,42,42,42,42,4 2,42,42,42,42,4
Kawasan EuroKawasan EuroKawasan EuroKawasan EuroKawasan Euro 0,1520,1520,1520,1520,152 0,5450,5450,5450,5450,545 2,22,22,22,22,2 2,22,22,22,22,2 0,30,30,30,30,3 0,80,80,80,80,8 0,30,30,30,30,3 1,21,21,21,21,2 1,01,01,01,01,0 0,20,20,20,20,2 -0,3-0,3-0,3-0,3-0,3 0,40,40,40,40,4 0,30,30,30,30,3 1,11,11,11,11,1 1,11,11,11,11,1 1,11,11,11,11,1
Jerman 0,041 0,148 2,3 2,8 0,1 0,2 0,3 0,9 0,8 0,3 -0,2 0,6 0,3 1,0 1,1 0,9
Perancis 0,031 0,109 1,6 3,2 0,3 1,1 0,1 1,2 0,6 -0,2 -0,4 0,5 0,1 1,2 1,2 1,1
Italia 0,026 0,092 2,0 3,5 0,8 0,9 0,7 1,5 1,5 0,9 0,2 0,7 0,8 1,4 1,4 1,4
Spanyol 0,020 0,071 2,8 4,1 -0,3 0,9 -0,2 1,4 0,5 -0,7 -0,8 0,7 -0,3 1,5 1,6 1,3
Inggris 0,032 0,113 2,3 3,6 1,9 1,5 2,0 2,0 3,0 2,1 1,3 1,5 2,1 2,3 2,1 2,0
Eropa Lainnya 0,095 0,341 6,4 8,3 5,6 4,7 5,6 4,7 5,6 5,6 5,6 5,6 5,6 4,7 4,7 4,7
Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik* 0,3710,3710,3710,3710,371 1,0001,0001,0001,0001,000 4,54,54,54,54,5 6,76,76,76,76,7 2,72,72,72,72,7 3,03,03,03,03,0 2,42,42,42,42,4 3,23,23,23,23,2 3,13,13,13,13,1 2,12,12,12,12,1 1,71,71,71,71,7 2,42,42,42,42,4 2,52,52,52,52,5 2,92,92,92,92,9 3,13,13,13,13,1 3,43,43,43,43,4
Jepang 0,061 0,166 0,0 1,4 -1,1 -0,8 -1,2 -0,8 -0,1 -1,1 -2,2 -1,6 -1,2 -0,9 -0,9 -0,9
China 0,120 0,323 4,8 5,9 -0,1 0,6 -0,6 2,4 -0,6 -1,5 -0,9 0,7 -0,6 1,8 2,2 2,6
India 0,049 0,132 6,4 8,3 8,7 8,4 8,4 6,6 9,4 8,9 8,0 6,5 9,2 6,3 6,2 6,9
Korea 0,019 0,052 2,5 4,7 2,6 2,5 2,8 2,9 3,9 2,8 2,0 2,5 2,8 2,7 2,7 2,9
Australia 0,012 0,031 2,3 4,4 1,6 1,5 1,7 2,3 2,5 1,5 1,0 1,9 1,8 2,4 2,5 2,4
Selandia Baru 0,002 0,004 2,4 4,0 1,5 1,0 2,1 1,7 3,0 1,9 1,0 1,9 2,3 2,0 1,7 2,1
ASEAN*ASEAN*ASEAN*ASEAN*ASEAN* 0,0390,0390,0390,0390,039 0,1090,1090,1090,1090,109 4,84,84,84,84,8 9,59,59,59,59,5 2,52,52,52,52,5 4,54,54,54,54,5 2,72,72,72,72,7 4,24,24,24,24,2 5,85,85,85,85,8 2,62,62,62,62,6 0,70,70,70,70,7 2,32,32,32,32,3 2,72,72,72,72,7 3,73,73,73,73,7 3,73,73,73,73,7 4,54,54,54,54,5
ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6* 0,0380,0380,0380,0380,038 0,1030,1030,1030,1030,103 4,14,14,14,14,1 9,19,19,19,19,1 2,52,52,52,52,5 4,54,54,54,54,5 2,72,72,72,72,7 4,24,24,24,24,2 5,95,95,95,95,9 2,62,62,62,62,6 0,60,60,60,60,6 2,22,22,22,22,2 2,72,72,72,72,7 3,73,73,73,73,7 4,44,44,44,44,4 4,54,54,54,54,5
Singapura 0,003 0,009 2,1 6,5 -0,2 1,6 0,1 1,6 2,1 -0,5 -0,6 -0,6 0,2 0,6 1,9 1,7
Thailand 0,008 0,021 2,2 5,5 -1,2 2,1 -0,9 2,6 -0,3 -2,8 -1,8 1,3 -0,8 2,4 2,7 2,8
Philipina 0,005 0,012 2,8 9,3 2,8 4,0 3,1 4,4 6,9 3,2 0,7 2,1 3,1 3,6 4,3 4,4
Malaysia 0,005 0,015 2,0 5,4 -0,1 1,2 0,6 1,9 3,7 1,3 -2,2 0,0 0,7 1,5 2,1 2,1
Indonesia 0,013 0,036 6,0 9,8 5,0 6,2 4,8 5,6 8,6 5,6 2,8 3,5 4,8 4,5 5,5 5,8
Vietnam*** 0,004 0,010 8,3 23,1 7,0 11,0 7,2 7,8 14,5 6,2 2,7 5,3 7,1 9,1 9,1 9,1
Asia Pasifik Lainnya 0,069 0,187 8,3 12,6 6,2 5,5 6,2 5,5 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 5,5 5,5 5,5
Kawasan Afrika*Kawasan Afrika*Kawasan Afrika*Kawasan Afrika*Kawasan Afrika* 0,0390,0390,0390,0390,039 1,0001,0001,0001,0001,000 7,07,07,07,07,0 10,510,510,510,510,5 10,310,310,310,310,3 6,76,76,76,76,7 1,81,81,81,81,8 4,14,14,14,14,1 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 4,14,14,14,14,1 4,14,14,14,14,1 4,14,14,14,14,1
% yoy
PangsaTerhadap WEO Oktober 2009 Perkiraan Sebelunnya
Dunia Kawasan
2009 20092007 2008 2009E 2010E 2009 2010
Perkiraan terkini BKSA**
TW1 TW2 TW3 TW42009 2009 2009 2009
2009E2009E 2010E
2010E
TW1 TW22010 2010
Sumber: WEO Oktober 2009, Consensus Forecast November 2009Ket: *) Data diolah berdasarkan pangsa PPP International Comparison Program (ICP), Desember 2007
**) Data diolah berdasarkan Consensus Forecast November 2009; Perkiraan BKSA berkaitan dengan perkiraan inflasi dunia , negara maju, negara emerging dan kawasanE= ProyeksiCetak miring merupakan angka realisasiIndia menggunakan Tahun Fiskal, angka Triwulanan Vietnam menggunakan angka proyeksi tahunan kecuali realisasi
Perbedaan > 0,2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya
Perbedaan < 0,2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
12
Tabel 2.3 Suku Bunga Kebijakan DuniaTabel 2.3 Suku Bunga Kebijakan DuniaTabel 2.3 Suku Bunga Kebijakan DuniaTabel 2.3 Suku Bunga Kebijakan DuniaTabel 2.3 Suku Bunga Kebijakan Dunia
Negara
Suku Bunga Terkini(Pertemuan Terakhir)Des
06Des07
Des08
Des09**)
Tgl Kebijakan Sep-09 Tgl*)Prediksi
Suku BungaLatar Belakang
Pertemuan Berikutnya (2009)
Ekonomi terkontraksi, deflasi,pasar keuangan masih relatifketatEkonomi terkontraksi, inflasimenurun, pasarkeuangan relatif ketatEkonomi terkontraksi, inflasimenurun, pasar keuanganrelatif ketatEkonomi terkontraksi, deflasi
Ekonomi terkontraksi, inflasimenurun, pasar keuanganrelatif ketatEkonomi terkontraksi, inflasimereda, pasar keuanganketat dan volatileEkonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepan,pasar keuangan relatif ketat
Ekonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepan,pasar keuangan relatif ketatEkonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepan,pasar keuangan relatif ketat -
Ekonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepanEkonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepanEkonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepanEkonomi terkontraksi, InflasimeredaEkonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepan . . .
. . .
Ekonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepan
5,25 4,25 0,25 0,125 23 Sept Flat 0-0,25 4 Nov Flat
3,50 4,00 2,50 1,00 3 Sept Flat 1,00 8 Okt Flat
5,00 5,50 2,00 0,50 10 Sept Flat 0,50 8 Okt Flat
0,25 0,5 0,1 0,10 17 Sept Flat 0,10 14 Okt Flat
6,25 6,75 4,25 3,00 1 Sept Flat 3,00 6 Okt Flat
. . . 8,25 5,00 2,50 10 Sept Flat 2,50 29 Okt Flat
4,50 5,00 3,00 2,00 9 Sept Flat 2,00 9 Sept Flat
6,12 7,47 5,31 5,31 22 Des Flat 5,31 n/a Flat
6,00 4,75 28 Juli Flat 4,75 27 Okt Flat
9,75 8,00 9,25 - 3 Sept Flat 6,50 5 Okt -
3,54 3,50 3,25 2,00 25 Agst Flat 2,00 20 Okt Flat
4,90 3,25 2,75 1,25 26 Agst Flat 1,25 21 Okt Flat
7,50 5,25 5,50 4,00 20 Agst Flat 4,00 28 Okt Flat
13,25 11,25 13,75 8,75 2 Sept Flat 8,75 21 Okt Flat
7,00 7,50 8,25 4,50 21 Agst Flat 4,50 16 Okt Flat
n/a 5,50 n/a n/a 15 Jan Flat 2,00 n/a . . .
11,00 11,0 13,00 n/a 10 Juli Flat 11,00 n/a -
9,00 12,00 11,50 7,00 22 Sept Flat 7,00 . . . Flat
Negara MajuNegara MajuNegara MajuNegara MajuNegara Maju1 AS
(Fed fund rate)
2 Euro(Refinancing rate)
3 Inggris(Base rate)
4 Jepang(O/N call rate)
5 Australia(Cash rate)
6 New Zaeland(Cash rate)
7 Korsel(O/N call rate)
Negara BerkembangNegara BerkembangNegara BerkembangNegara BerkembangNegara Berkembang8 China
(1 year lending rate)
9 India(Repo rate)
10 Indonesia(BI rate)
11 Malaysia(O/N policy rate)
12 Thailand(1D repo)
13 Phillipina(O/N policy rate)
14 Brazil(Selic rate)
15 Mexico(Target rate)
16 Saudi Arabia(Repo rate)
17 Rusia(Refinancing rate)
18 Afrika Selatan(Repo rate)
(%)
*) Berdasarkan survei Bloomberg (AS, Euro, Inggris, dan Jepang) dan JP Morgan Agustus 2009.**) Berdasarkan prediksi JP Morgan September 2009.
No
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
13
tumbuh 1,5% yoy di 2010 (WEO-IMF,
Oktober-09).
Berbagai upaya untuk membawa
ekonomi Amerika keluar dari resesi terdalam
sejak Great Depression di 1930-an mulai
membuahkan hasil. Kontraksi ekonomi AS di
TW3-09 melambat dari minus 3,8% yoy
menjadi minus 2,3% yoy (Grafik 2.12).
Setelah anjlok sejak September-08, konsumsi
domestik mulai meninggalkan teritori negatif
dan menyentuh level 0% yoy. Hal ini
terutama didorong oleh konsumsi atas
produk jasa (menguasai sekitar 65%
konsumsi nasional) yang untuk pertama
kalinya sepanjang 2009 tercatat tumbuh
0,4%. Walaupun masih lemah, investasi juga
mulai beranjak dari kondisi terburuknya.
Kontraksi investasi mencapai 24,8% yoy,
melambat dari minus 28,1% yoy triwulan
sebelumnya. Perlambatan kontraksi investasi
terjadi baik di kategori residensial dan non-
residensial (khususnya investasi peralatan dan
perangkat lunak).
B. AMERIKA SERIKAT
Didorong oleh berbagai kebijakan
moneter dan fiskal yang akomodatif, ekonomi
AS secara perlahan mulai meninggalkan titik
terendahnya. Kontraksi PDB di TW3-09
melambat menjadi minus 2,3% yoy,
dibandingkan triwulan sebelumnya (minus
3,8% yoy). Walaupun masih di level rendah,
tanda-tanda pemulihan permintaan domestik
maupun sektor eksternal semakin terlihat.
Tekanan di sektor perumahan juga berangsur-
angsur reda walaupun masih jauh dari kondisi
sebelum krisis. Namun angka pengangguran
yang tinggi serta tren deflasi yang terus
berlanjut mengindikasikan pemulihan AS dari
keterpurukan ekonomi masih belum stabil.
Memperhatikan perkembangan tersebut,
respon kebijakan suku bunga rendah serta
kebijakan akomodatif lainnya tetap
dipertahankan untuk dalam jangka pendek.
Dilatarbelakangi oleh perkembangan tersebut,
IMF memperkirakan ekonomi AS akan
terkontraksi 2,7% yoy di 2009 dan baru mulai
Grafik 2.12 Indikator PDBGrafik 2.12 Indikator PDBGrafik 2.12 Indikator PDBGrafik 2.12 Indikator PDBGrafik 2.12 Indikator PDB
% yoy % yoy
Sumber: Bloomberg
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
-35-30-25-20-15-10-505101520253035
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Konsumsi Swasta
Impor
PDB
InvestasiPengeluaran PemerintahNet EksporEkspor
Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep
Grafik 2.13 Indikator Konsumsi Grafik 2.13 Indikator Konsumsi Grafik 2.13 Indikator Konsumsi Grafik 2.13 Indikator Konsumsi Grafik 2.13 Indikator Konsumsi
Sumber: Bloomberg
% yoy
Pengeluaran KonsumenPenjualan RetailPengeluaran KonstruksiPenjualan Kendaraan-rhs
% yoy
-15
-10
-5
0
5
10
15
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
Jan
2005 2006 2007 2008 2009
Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
14
3 Indeks di bawah 50 mengindikasikan kontraksi, sementara indeksdi atas 50 mengindikasikan ekspansi.
Walaupun aktivitas belanja konsumen
AS di TW3-09 masih lemah, beberapa
indikator aktivitas konsumsi mulai
menunjukkan tertahannya pemburukan.
Indikator pengeluaran konsumen tercatat
tertahan di minus 0,3% yoy di September-09
(Grafik 2.13). Demikian pula halnya dengan
kontraksi pengeluaran konstruksi dan
penjualan retail yang tertahan masing-masing
di minus 13% yoy dan minus 5,7% yoy di
bulan yang sama. Untuk penjualan retail,
tertahannya pemburukan terutama didorong
oleh penjualan di kelompok toko kelontong
dan departement store serta kelompok jasa
restoran. Walaupun demikian, penjualan
eceran untuk beberapa kelompok masih
terkontraksi, terutama BBM dan produk
otomotif beserta suku cadangnya. Sementara
terkait penjualan kendaraan, berakhirnya
paket stimulus Car Allowance Rebate System
(CARS) pada Agustus-09 berdampak pada
kembali anjloknya penjualan kendaraan
sebesar minus 26,2% yoy (9,22 juta unit) di
September-092. Tanda-tanda optimis
pemulihan ekonomi AS juga tercemin pada
tertahannya tren penurunan tingkat
keyakinan konsumen atas kondisi ekonomi
kedepan walaupun masih di level rendah
(Grafik 2.14).
Dalam periode TW3-09, investasi mulai
membaik walaupun masih berada di teritori
negatif. Kontraksi industri terus melambat
hingga mencapai minus 6,1% yoy di
September-09 (Grafik 2.15). Seiring dengan
hal tersebut, kapasitas utilisasi juga terus
meningkat hingga mencapai 70,5%. Selain
itu, pesanan terhadap produk-produk industri
AS juga mulai mengalir sebagaimana
tercermin dari melambatnya kontraksi
pemesanan barang ke pabrik hingga
mencapai minus 23,2% yoy di bulan yang
sama. Mulai pulihnya pemesanan atas produk
industri AS terjadi hampir di semua kategori
terutama komputer dan barang elektronik,
permesinan dan produk logam. Sejalan
dengan tren tersebut, kontraksi investasi
kedepan diperkirakan tidak akan sedalam
sebelumnya sebagaimana diindikasikan oleh
indeks ISM manufaktur dan non-manufaktur
yang terus meningkat sepanjang TW3-09
hingga masing-masing mencapai 52,6 dan
50,9 di September-093.2 Pada 25 Juni 2009 Pemerintah AS meluncurkan program stimulus
Car Allowance Rebate System, yaitu bantuan s.d USD4500 bagipemilik kendaraan untuk menukar kendaraan lama merekadengan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Alokasi danauntuk program tersebut mencapai USD3 miliar dan berakhir pada24 Agustus 2009.
Grafik 2.14 Tingkat Kepercayaan KonsumenGrafik 2.14 Tingkat Kepercayaan KonsumenGrafik 2.14 Tingkat Kepercayaan KonsumenGrafik 2.14 Tingkat Kepercayaan KonsumenGrafik 2.14 Tingkat Kepercayaan Konsumen
Sumber: Bloomberg
IndeksIndeks
2004 2005 2006 2007 2008 2009
0
20
40
60
80
100
120
Consumer Confidence Conf. Board-lhs
Consumer Confidence Conf. Board (12 MA)-lhs
Consumer Confidence Umich-rhs
Consumer Confidence Umich (12 MA)-rhs0
40
60
80
100
120
20
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
15
Sektor perumahan yang merupakan
sumber awal krisis ekonomi global, mulai
menunjukkan pemulihan walaupun masih di
level rendah. Stimulus pemerintah berupa
Federal Housing Tax Credit Program, mampu
menahan keterpurukan penjualan rumah di AS
lebih dalam. Program yang berlangsung
sampai dengan 30 April 2010 ini memberikan
potongan pajak maksimum USD8000 bagi
mereka yang membeli rumah untuk pertama
kalinya, serta maksimum USD6500 bagi
mereka yang membeli rumah untuk kedua
kalinya dan seterusnya. Selain itu, upaya Fed
untuk membeli efek beragun aset (EBA atau
mortgage backed securities/MBS) berdampak
pada turunnya suku bunga KPR. Dengan
dukungan kebijakan tersebut, pasar properti
AS yang sempat mati suri mulai berdenyut
kembali. Sejumlah indikator tidak lagi anjlok,
seperti penjualan rumah baru dan housing
starts yang cenderung bergerak flat sepanjang
TW3-09 (Grafik 2.16). Optimisme masyarakat
mulai bangkit dan mereka kembali tergerak
untuk membeli rumah. Indikator supply rumah
berangsung-angsur turun dari puncaknya 12,4
bulan persediaan di awal 2009 hingga
mencapai 7,5 bulan persediaan di September-
09. Seiring dengan perkembangan tersebut,
harga perumahan AS mulai meninggalkan
level terendahnya. Indeks harga perumahan
S&P Case/Shiller per Agustus-09 tercatat minus
11,32% yoy, turun dari puncaknya (19% yoy)
di Januari-09.
Grafik 2.15 Indikator ProduksiGrafik 2.15 Indikator ProduksiGrafik 2.15 Indikator ProduksiGrafik 2.15 Indikator ProduksiGrafik 2.15 Indikator Produksi
Sumber: Bloomberg
% yoyIndeks
30
35
40
45
50
55
60
65
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
Produksi industri-rhs
ISM Manufacturing-lhsISM Non-Manufacturing-lhsPemesanan barang ke pabrik-rhs
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep
Grafik 2.16 Indikator PerumahanGrafik 2.16 Indikator PerumahanGrafik 2.16 Indikator PerumahanGrafik 2.16 Indikator PerumahanGrafik 2.16 Indikator Perumahan
Sumber: Bloomberg
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
0
500
1000
1500
2000
2500
Harga median rumah (% yoy)-lhsSupply rumah (dlm bulan)-lhsNew home sales (ribu unit)-rhsHousing starts (ribu unit)-lhs
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei SepSep
2003
Masih buruknya sektor ketenagakerjaan
masih menjadi fokus perhatian ditengah upaya
pemulihan ekonomi AS. Sejak resesi dimulai
pada akhir 2007, setidaknya 7,2 juta lapangan
pekerjaan hilang di negara tersebut. Paket
stimulus Pemerintah AS hanya mampu
menyelamatkan sekitar 640 ribu lapangan
kerja. Akibatnya pengangguran terus
meningkat hingga mencapai 15,1 juta orang
atau 9,8% dari total angkatan kerja di
September-09 (Grafik 2.17). Walaupun
demikian, indikator change in non-farm
payrolls yang menggambarkan lapangan
pekerjaan yang hilang di luar sektor pertanian
cenderung menurun menjadi 219 ribu di
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
16
Grafik 2.18 InflasiGrafik 2.18 InflasiGrafik 2.18 InflasiGrafik 2.18 InflasiGrafik 2.18 Inflasi
Sumber: Bloomberg
-12
-9
-6
-3
0
3
6
9
12
-2
-1,5
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2005 2006 2007 2008 2009
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep
IHK (% mom)-rhs IHK (% yoy)
IHK Inti (% yoy) PCE Core (% yoy)PPI (% yoy)
September-09 . Selain itu, jumlah orang yang
mengajukan initial jobless claims selama TW3-
09 juga terus turun dengan rata-rata 560 ribu
orang setiap minggunya, dari rata-rata 627
ribu orang per minggu triwulan sebelumnya.
Kedepan, prospek kondisi ketenagakerjaan
diperkirakan masih suram dan dikhawatirkan
akan mempengaruhi konsumsi dan
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan
dalam beberapa bulan ke depan. Fed
memperkirakan angka pengangguran akan
mencapai sekitar 9,25% di akhir 2010 dan 8%
di akhir 20114.
4 Minutes of the FOMC, 23-24 September 2009.
Grafik 2.17 Indikator Tenaga KerjaGrafik 2.17 Indikator Tenaga KerjaGrafik 2.17 Indikator Tenaga KerjaGrafik 2.17 Indikator Tenaga KerjaGrafik 2.17 Indikator Tenaga Kerja
Sumber: Bloomberg
Ribu Orang(%)
Unemployment Rate-lhsChange in Non-farm Payrolls 12 MA-rhsChange in Non-farm Payrolls-rhs
-800
-600
-200
0
200
400
600
400
4
5
6
7
8
9
10
11
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei SepSep
2003
Sementara itu, diluar pangan dan energi masih
tercatat kenaikan harga sebagaimana
ditunjukkan oleh indikator PCE Core per
September-09 yang tumbuh positif 1,5% yoy
atau sesuai dengan rentang proyeksi Fed5.
Perkembangan ini mengindikasikan bahwa
deflasi hanya bersifat sementara yang dipicu
terutama oleh harga komoditi di dunia yang
masih berada di level rendah.
Tren deflasi terus berlanjut hingga TW3-
09. Setelah mencapai titik terendahnya di
pertengahan 2009, deflasi di tingkat
konsumen (IHK) maupun produsen (PPI)
masing-masing melambat hingga minus 1,3%
yoy dan minus 4,8% yoy di September-09
(Grafik 2.18). Penurunan harga terutama
terjadi atas kelompok energi dan transportasi.
5 Proyeksi Fed untuk PCE Core AS di 2009 berada di sisaran 1,0s.d 1,5% yoy.
Walaupun indikasi pemulihan mulai
terlihat, kondisi ekonomi yang masih lemah
dan ruang penurunan suku bunga yang
semakin terbatas mendorong Fed untuk
mempertahankan suku bunga kebijakannya
pada kisaran 0-0,25% sepanjang TW3-09
(Grafik 2.19). Selain itu, Fed telah memutuskan
untuk meneruskan kebijakan yang akomodatif
seperti pembelian US Treasury, Agency
Mortgage Backed Securities dan Agency Debt
masing-masing sebesar USD300 miliar,
USD1,25 triliun dan USD200 miliar. Khusus
untuk pembelian US Treasury, telah diputuskan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
17
gencarnya kebijakan stimulus fiskal untuk
menyelamatkan perekonomian. Sampai
dengan September-09, Pemerintah AS telah
menghabiskan USD207 miliar dari USD787
miliar stimulus fiskal. Sebanyak USD84 miliar
telah digunakan untuk pengurangan pajak,
USD52 miliar untuk hibah dan pinjaman, serta
USD71 juta diberikan dalam bentuk tunjangan
baik itu untuk kesehatan, ketenagakerjaan dan
sebagainya. Pada tahun fiskal 2010
mendatang, Pemerintah AS telah berencana
untuk merealisasikan stimulus fiskal tersebut
sampai dengan 70%. Dengan kondisi tersebut,
diperkirakan defisit fiskal AS dalam beberapa
tahun kedepan akan tetap tinggi, yaitu diatas
USD500 miliar.
Kontraksi ekspor dan impor
menunjukkan tren yang terus melambat.
Ekspor barang dan jasa di September-09
tercatat terkontraksi 13,2% yoy, lebih baik dari
kontraksi 22,7% yoy di akhir TW2-09 (Grafik
2.20). Kontraksi impor juga melambat hingga
20,6% yoy, dari kontraksi 28,5% yoy di akhir
TW2-09. Mulai membaiknya kinerja ekspor
didorong pula oleh rendahnya nilai tukar USD
terhadap mata uang utama lainnya yang
membuat produk-produk AS menjadi lebih
kompetitif di pasar luar negeri. Melambatnya
kontraksi ekspor terjadi hampir di semua
kategori, terutama barang-barang modal,
barang-barang industri dan barang-barang
konsumsi/consumer goods. Kenaikan nilai
ekspor yang lebih rendah dari nilai impor
berdampak pada sedikit melebarnya defisit
neraca perdagangan AS yang mencapai
USD36,5 miliar di September-09.
untuk memperpanjang jangka waktu
pembelian hingga akhir Oktober-09, dari
rencana semula September-09. Untuk
mendorong pemulihan ekonomi, diperkirakan
suku bunga yang rendah masih akan
dipertahankan sampai dengan 2010.
Grafik 2.19 Suku Bunga Kebijakan & LIBORGrafik 2.19 Suku Bunga Kebijakan & LIBORGrafik 2.19 Suku Bunga Kebijakan & LIBORGrafik 2.19 Suku Bunga Kebijakan & LIBORGrafik 2.19 Suku Bunga Kebijakan & LIBOR
Sumber: Bloomberg
(%)
0
1
2
3
4
5
6
7
2005 2006 2007 2008 200920042003
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei SepJan Mei SepSep
Fed Fund Rate
Discount WindowLibor 3M
Seiring dengan ekspansifnya stimulus
fiskal yang diluncurkan, defisit anggaran
pemerintah AS membengkak hingga mencapai
USD1,42 triliun (10% PDB) untuk tahun fiskal
2009 yang berakhir di September-09. Nilai ini
jauh lebih besar dari tahun sebelumnya yang
mencatat defisit USD454,8 miliar atau 5,3%
PDB. Penerimaan pemerintah turun dibanding
periode yang sama tahun lalu seiring turunnya
penerimaan pajak yang memiliki pangsa 50%
dari total penerimaan pemerintah. Turunnya
penerimaan pajak tersebut disebabkan oleh
masih rendahnya penghasilan rumah tangga
serta adanya berbagai macam stimulus
keringanan pajak masyarakat berpendapatan
menengah ke bawah. Sementara itu,
pengeluaran pemerintah membengkak seiring
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
18
Outlook. Outlook. Outlook. Outlook. Outlook. Walaupun indikasi awal
pemulihan ekonomi semakin tampak, kegiatan
ekonomi diperkirakan akan berjalan lambat
seiring dengan lapangan pekerjaan yang masih
terbatas. Aktivitas konsumsi dan investasi
diharapkan terus menunjukkan tren
peningkatan. Namun ketidakpastian masih
membayangi proses pemulihan ekonomi
karena sektor keuangan yang belum pulih
sepenuhnya dan angka pengangguran yang
mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah
ekonomi AS. Oleh sebab itu berbagai kebijakan
akomodatif yang diluncurkan baik oleh
Pemerintah AS maupun Fed masih dibutuhkan
untuk menopang pemulihan ekonomi dengan
tetap memperhatikan sustainabilitas fiskal dan
ancaman inflasi. Dengan perkembangan
tersebut, IMF memprediksi ekonomi AS baru
akan tumbuh positif pada 2010 sebesar 1,5%
yoy (WEO-IMF, Oktober 2009).
C. EROPA
Kinerja ekonomi kawasan Eropa secara
keseluruhan mulai menunjukkan indikasi awal
tertahannya pemburukan (Tabel 1). Kontraksi
PDB Kawasan Eropa di TW3-09 tertahan dari
minus 5,1% yoy di TW2-09 menjadi minus
4,6% yoy. Berbagai stimulus fiskal dan
moneter yang diluncurkan negara kawasan
sejak awal 2009 diperkirakan mulai mampu
menahan kontraksi ekonomi lebih dalam.
Walaupun aktivitas investasi domestik masih
relatif lemah namun konsumsi masyarakat
mulai sedikit membaik. Sementara
pemburukan aktivitas ekspor juga sedikit
tertahan oleh mulai menguatnya permintaan
dari negara emerging. Seiring dengan belum
pulih sepenuhnya aktivitas ekonomi dan relatif
rendahnya harga komoditi, inflasi di Kawasan
Eropa di TW3-09 menurun. Inflasi Inggris terus
menunjukkan tren menurun. Bahkan ekonomi
Kawasan Euro mulai memasuki periode
deflasi. Guna mendukung proses pemulihan
ekonomi, bank sentral di Kawasan Eropa
selama TW3-09 menempuh suku bunga
kebijakan tetap. Dari sisi eksternal,
pemburukan di sektor eksternal mulai
tertahan seiring mulai sedikit meningkatnya
permintaan dunia. Kedepan kinerja ekonomi
diperkirakan akan terus mengalami perbaikan
sebagaimana tercermin pada sejumlah
indikator ekonomi yang pemburukannya
mulai tertahan dan tidak seburuk perkiraan
awal. Secara keseluruhan, PDB Kawasan Eropa
di 2009 tumbuh minus 4,5% yoy dan di 2010
diproyeksikan sudah mampu tumbuh positif
(Tabel 2.1).
Grafik 2.20 Neraca PerdaganganGrafik 2.20 Neraca PerdaganganGrafik 2.20 Neraca PerdaganganGrafik 2.20 Neraca PerdaganganGrafik 2.20 Neraca Perdagangan
Sumber: Bloomberg
Ekspor-rhs
Impor-rhs
% yoyMiliar USD
-70,0
-65,0
-60,0
-55,0
-50,0
-45,0
-40,0
-35,0
-30,0
-25,0
-20,0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
Neraca Perdagangan-lhs
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
19
Kawasan Euro
Kontraksi ekonomi Kawasan Euro di
TW3-09 diperkirakan tidak sedalam beberapa
periode sebelumnya. PDB kawasan di TW3-09
terkontraksi menjadi minus 4,1% yoy, sedikit
membaik dari minus 4,8% yoy triwulan
sebelumnya. Ekonomi Jerman, Perancis, Italia,
dan Spanyol yang merupakan 4 ekonomi
terbesar kawasan di TW3-09 menunjukkan
pemburukan yang tertahan. Tertahannya
pemburukan yang cukup signifikan terjadi
pada PDB Jerman dan Italia yang masing-
masing terkontraksi menjadi minus 4,8% yoy
(di TW2-09 minus 5,8% yoy) dan minus 4,6%
yoy (di TW2-09 minus 5,9% yoy). Perbaikan
tersebut terutama disebabkan oleh konsumsi
domestik yang mulai tertahan pemburukannya
sebagai dampak stimulus fiskal.
Sepanjang TW3-09 kontraksi aktivitas
konsumsi tertahan sebagaiman tercermin
dari sejumlah indikator konsumsi. Indikator
penjualan kendaraan bermotor tumbuh
menguat dari rata-rata 1,9% yoy selama
TW2-09 menjadi rata-rata tumbuh 9,3% yoy
selama TW3-09. Perdagangan ritel juga mulai
tertahan pemburukannya dari rata-rata minus
17,0% yoy di TW2-09 menjadi minus 14,8%
yoy selama TW3-09. Kebijakan stimulus fiskal
berupa pemotongan pajak bagi pembelian
kendaraan baru dianggap mampu
meningkatkan pengeluaran konsumen.
Perkembangan yang sama juga tercermin
pada indikator PMI ritel yang terus
menunjukkan perbaikan. Selain itu, seiring
masih meningkatnya pengangguran,
beberapa perusahan ritel antara lain
Grafik 2.21 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.21 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.21 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.21 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.21 PDB dan Indikator Leading
% yoyIndeks
PDBForecast
Sumber : Bloomberg, Consensus Forecast
2005 2006 2007 2008 2009 2010
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan
PDB (rhs)Economic Confidence (lhs)ZEW Survey (lhs)
Grafik 2.22 Komponen PDBGrafik 2.22 Komponen PDBGrafik 2.22 Komponen PDBGrafik 2.22 Komponen PDBGrafik 2.22 Komponen PDB
Sumber : Bloomberg
% yoy
2006 2007 2008 2009TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
Net Ekspor
InvestasiKonsumsiPDB Growth
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
TW 2
Carrefour SA memberikan potongan harga
untuk menstimulus konsumsi. Namun
demikian penjualan ritel pada September-09
terkontraksi kian dalam menjadi minus 3,1%
yoy dari minus 1,9% yoy di akhir TW2-09
seiring masih lemahnya daya beli masyarakat
(Grafik 2.23). Pemburukan ekonomi kedepan
diperkirakan semakin tertahan. Hal ini
ditandai oleh indeks kepercayaan ekonomi di
September-09 yang meningkat, tercatat
sebesar 82,8 dari 80,8 periode sebelumnya.
Selain itu, indeks ZEW Survey juga
menunjukkan perbaikan ke level 59,6 dari
54,9 periode sebelumnya (Grafik 2.21).
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
20
Grafik 2.24 Indikator InvestasiGrafik 2.24 Indikator InvestasiGrafik 2.24 Indikator InvestasiGrafik 2.24 Indikator InvestasiGrafik 2.24 Indikator Investasi
Grafik 2.25 Indikator KetenagakerjaanGrafik 2.25 Indikator KetenagakerjaanGrafik 2.25 Indikator KetenagakerjaanGrafik 2.25 Indikator KetenagakerjaanGrafik 2.25 Indikator Ketenagakerjaan
Sumber : Bloomberg
% yoy %
2005 2006 2007 2008 2009
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Kapasitas Utilisasi (rhs) Produksi Industri-12 MA (lhs)
Konstruksi-12 MA (lhs) Pesanan Industri-12 MA (lhs)
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
-30Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul
Sumber : Bloomberg
% yoy Indeks
7
7,5
8
8,5
9
9,5
10
Pengangguran (lhs)
PMI Employment (rhs)
Sentimen Ekonomi (rhs)
40
50
60
70
80
90
100
110
120
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
Berbeda dengan sejumlah indikator
konsumsi, aktivitas investasi kawasan di TW3-
09 masih relatif lemah. Produksi industri di
Agustus-09 tumbuh minus 14,3% yoy, turun
dari minus 11,9 triwulan sebelumnya (Grafik
2.24). Di periode yang sama, pesanan Industri
melemah menjadi minus 25,3% yoy, dari
minus 21,55%, dan konstruksi tumbuh minus
8,8% yoy turun dari minus 7,8% yoy.
Sementara itu, kapasitas utilisasi TW3-09
masih berada di level yang rendah di kisaran
70%, terendah dalam 8 tahun terakhir.
Aktivitas ekonomi yang belum
sepenuhnya pulih diperkirakan masih menekan
sektor tenaga kerja. Pada akhir TW3-09,
tingkat pengangguran di kawasan tercatat
9,7% yoy, lebih tinggi dari 9,4% di triwulan
sebelumnya (Grafik 2.25). Peningkatan
pengangguran tertinggi dialami oleh Spanyol
sebesar 19,3% yoy dan Irlandia 13%,
sementara di Jerman, negara yang memiliki
porsi ekonomi terbesar kawasan, tertahan di
level 7,6% yoy. Namun demikian, secara
bulanan pengangguran mulai menunjukkan
tren pertumbuhan yang mulai tertahan. Hal
ini diindikasikan dari indeks PMI Employment
yang tertahan di level 47,4 dan indeks
Unemployment Forecast yang cenderung
menurun.
Kinerja sektor eksternal Kawasan Euro
selama TW3-09 sedikit membaik. Surplus
neraca perdagangan melebar sementara kinerja
ekspor dan impor membaik meskipun masih
terkontraksi cukup dalam. Belum pulihnya
permintaan global terutama dari mitra dagang
utama kawasan (Inggris, Amerika, dan China)
berdampak pada permintaan ekspor yang
Grafik 2.23 Indikator KonsumsiGrafik 2.23 Indikator KonsumsiGrafik 2.23 Indikator KonsumsiGrafik 2.23 Indikator KonsumsiGrafik 2.23 Indikator Konsumsi
Sumber : Bloomberg
1Jan
% yoy Indeks
-40
-30
-20
-10
0
10
20
0
10
20
30
40
50
60
1Sep
1Mei
2005 2006 2007 2008 2009
1Jan
1Sep
1Mei
1Jan
1Sep
Penjualan Ritel (lhs)Penjualan Kendaraan (lhs)Kepercayaan Konsumen (lhs)Kepercayaan Perdagangan Ritel (lhs)PMI Ritel (rhs)
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
21
masih mengalami kontraksi. Rata-rata
pertumbuhan ekspor di Agustus-09 sebesar
minus 21% yoy, membaik dari minus 22,9%
periode sebelumnya. Sementara rata-rata
pertumbuhan impor tercatat minus 27,4% yoy,
memburuk dari minus 25,4% periode
sebelumnya. Kontraksi nilai impor yang lebih
tinggi dibandingkan ekspor dibandingkan
periode sebelumnya menyebabkan surplus
neraca perdagangan meningkat sebesar
USD6,995 miliar dari USD1,67 miliar periode
sebelumnya (Grafik 2.26).
perumahan sebesar minus 1,6% yoy dari
minus 0,5% (Grafik 2.27). Sementara di
periode yang sama inflasi inti Kawasan Euro
turun menjadi 1,2% yoy dari 1,4% triwulan
sebelumnya. Inflasi hingga akhir tahun 2009
diperkirakan berada di level moderat seiring
mulai meningkatnya aktivitas ekonomi di
sejumlah negara kawasan (Grafik 2.29).
Grafik 2.26 Perdagangan EksternalGrafik 2.26 Perdagangan EksternalGrafik 2.26 Perdagangan EksternalGrafik 2.26 Perdagangan EksternalGrafik 2.26 Perdagangan Eksternal
Selama TW3-09 kawasan Euro mulai
memasuki periode deflasi. Berdasarkan data
Eurostat, inflasi kawasan di akhir TW3-09
tercatat minus 0,3% yoy, turun dari minus
0,1% triwulan sebelumnya. Deflasi terutama
dipicu oleh negara Jerman (minus 0,5% yoy),
Perancis (minus 0,4% yoy), dan Spanyol (minus
(minus 1,0% yoy). Berdasarkan komponennya,
deflasi kawasan terutama disumbang oleh
penurunan harga komponen makanan yang
tercatat sebesar minus 1,3% yoy dari minus
0,2% triwulan sebelumnya dan komponen
Grafik 2.27 InflasiGrafik 2.27 InflasiGrafik 2.27 InflasiGrafik 2.27 InflasiGrafik 2.27 Inflasi
Sumber : Bloomberg
% yoy% yoy
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-17
-12
-7
-2
3
8
13
18
23
Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul
PerumahanEnergiInti
IHK
Makanan, Alkohol & Tembakau
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bloomberg
% yoy
-10000
-8000
-6000
-4000
-2000
0
2000
4000
6000
8000
Balance SA (rhs)
Ekspor SA (lhs)
Impor SA (lhs)
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep2007 2008 2009
Miliar USD
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
Ditengah masih rendahnya inflasi dan
aktivitas ekonomi, ECB kembali
mempertahankan suku bunga 1% yoy selama
TW3-09 (Grafik 2.28). Hal ini dilatarbelakangi
oleh masih rendahnya tekanan inflasi dan
Grafik 2.28 Suku Bunga Kebijakan dan InflasiGrafik 2.28 Suku Bunga Kebijakan dan InflasiGrafik 2.28 Suku Bunga Kebijakan dan InflasiGrafik 2.28 Suku Bunga Kebijakan dan InflasiGrafik 2.28 Suku Bunga Kebijakan dan Inflasi
Sumber : Bloomberg
% yoy
2005 2006 2007 2008 2009
-1
0
1
2
3
4
5
Policy Rate (lhs)IHK (lhs)
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
22
permintaan domestik. Deflasi yang sebelumnya
diperkirakan hanya bersifat sementara, belum
menunjukkan sinyal peningkatan hingga akhir
TW3-09. Dengan ekspektasi inflasi yang masih
rendah, suku bunga kebijakan yang rendah
diperkirakan masih terus bertahan hingga
pertengahan tahun 2010.
Stimulus fiskal diperkirakan masih akan
diluncurkan oleh negara kawasan guna
menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Namun defisit anggaran pemerintah yang
semakin membengkak menjadi ancaman
tersendiri yang pada akhirnya dikhawatirkan
membayangi proses pemulihan. Defisit
anggaran pemerintah di tahun 2008 mencapai
2% dari PDB, lebih besar dari perkiraan
sebelumnya 1,9% dari PDB dan diperkirakan
akan terus membengkak di 2009. Setidaknya
sekitar 20 negara di kawasan termasuk
Jerman, Perancis, dan Spanyol diperkirakan
akan melampaui batas maksimum defisit
anggaran sebesar 3% di tahun 2009.
Perkembangan pasar keuangan
kawasan di TW3-09 semakin stabil. Suku
bunga LIBOR 3 bulan yang semakin menurun
dan dibawah suku bunga kebijakan
menyebabkan spread kedua suku bunga
tersebut semakin menyempit. Selain itu yield
obligasi pemerintah jangka waktu 10 tahun
selama TW3-09 terus menurun dan stabil di
kisaran 3,2%-3,8%. Sementara indeks Dow
Jones Eurostoxx terus meningkat dengan tren
yang positif dan penutupan indeks di akhir
TW3-09 sebesar 2872, lebih tinggi
dibandingkan penutupan indeks 2401 periode
sebelumnya (Grafik 2.29).
OutlookOutlookOutlookOutlookOutlook. Ekonomi Kawasan Euro di sisa
2009 diperkirakan masih terkontraksi namun
tidak sedalam periode sebelumnya. Secara
keseluruhan, PDB di 2009 diperkirakan
terkontraksi menjadi minus 4,1% yoy (WEO-
IMF, Oktober-09). Kedepan, aktivitas ekonomi
diperkirakan semakin solid seiring sinyal
pemulihan ekonomi yang semakin kuat
yang tercermin dari meningkatnya indeks
kepercayaan ekonomi dan indeks ZEW survey
yang mulai memasuki zona ekspansi (Grafik
2.21). Kinerja ekonomi diperkirakan secara
bertahap mulai merangkak naik dan mulai
tumbuh positif di triwulan pertama 2010.
Dengan perkembangan ini, berdasarkan
proyeksi IMF terkini, ekonomi kawasan di
2010 diprediksi mengalami ekspansi sebesar
0,3% yoy.
Setelah sempat mengalami deflasi
selama TW3-09, tekanan inflasi di kawasan
pada triwulan akhir 2009 diperkirakan mulai
bergerak ke level moderat seiring terus
menguatnya aktivitas ekonomi domestik dan
meningkatnya harga komoditas dunia. IMF
memproyeksikan inflasi di 2009 dan 2010
Grafik 2.29 Pasar KeuanganGrafik 2.29 Pasar KeuanganGrafik 2.29 Pasar KeuanganGrafik 2.29 Pasar KeuanganGrafik 2.29 Pasar Keuangan
Sumber : Bloomberg
% yoy Indeks
2007 2008 2009
-0,5
0,5
1,5
2,5
3,5
4,5
5,5
2000
3000
4000
5000
1 6 11 4 9 2 7 12 5 10 3 8 1 6 11 4 9 2 7 12 5 10 3 82005 20062003 20042001 20022000
Deviasi LIBOR 3M -Policy Rate (LHS)Euro Generic Govt Bond 10 yrs (LHS)Dow Jones Eurostoxx (RHS)
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
23
masing-masing tumbuh sebesar 0,3% yoy dan
0,8% yoy (WEO-Oktober-09). Selanjutnya ECB
diperkirakan masih akan melanjutkan
kebijakan moneter longgar dengan
menerapkan suku bunga yang rendah dan
pembelian covered bonds untuk mendorong
penyaluran kredit perbankan dan menstimulus
konsumsi dan investasi.
Inggris
Kontraksi ekonomi Inggris di TW3-09
mulai tertahan menjadi minus 5,2% yoy,
membaik dari minus 5,6% triwulan
sebelumnya (Grafik 2.30). Membaiknya
ekonomi terutama disumbang oleh
tertahannya pemburukan permintaan
domestik sebagai dampak dari stimulus fiskal.
Pemburukan aktivitas konsumsi di TW3-09
mulai tertahan sebagaimana tercermin dari
membaiknya beberapa indikator konsumsi.
Indikator penjualan kendaraan meningkat
pesat, tumbuh 11,4% yoy dari minus 15,7%
triwulan sebelumnya. Indeks penjualan ritel
tetap tumbuh sebesar 2,4% yoy.
Perkembangan tersebut sejalan dengan
peningkatan optimisme konsumen
sebagaimana tercemin dari indikator GfK
Confidence Index yang membaik dari level
minus 25 triwulan sebelumnya menjadi minus
16 (Grafik 2.32).
Aktivitas investasi d TW3-09 juga
menunjukkan indikasi perbaikan seiring
dengan membaiknya beberapa indikator
utama investasi. Kontraksi indeks produksiGrafik 2.30 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.30 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.30 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.30 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.30 PDB dan Indikator Leading
Grafik 2.31 PDBGrafik 2.31 PDBGrafik 2.31 PDBGrafik 2.31 PDBGrafik 2.31 PDB
Sumber : Bloomberg
PDB (lhs)UK Conf Board (rhs)Rata-rata ESI Jk. Panj. (rhs)
Economic Sentiment (rhs)
% yoy Indeks
Proyeksi
50
60
70
80
90
100
110
120
2006 2007 2008 2009
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun
2010
Sumber : Bloomberg
HH Expend (lhs)Gov Expend (lhs)
NetExports (lhs)Investment (lhs)
PDB yoy (rhs)
% yoyMiliar USD
-50000
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
31Mar
30Jun
30Sep
31Des
31Mar
30Jun
30Sep
31Des
31Mar
30Jun
30Sep
31Des
31Mar
30Jun
30Sep
31Des
31Mar
30Jun
2006 2007 2008 2009 2010
Proyeksi
Grafik 2.32 Indikator Konsumsi Grafik 2.32 Indikator Konsumsi Grafik 2.32 Indikator Konsumsi Grafik 2.32 Indikator Konsumsi Grafik 2.32 Indikator Konsumsi
Sumber : Bloomberg
% yoy Indeks
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
-40
-30
-20
-10
0
10
20
Sept-09 :Retail Sales: 2,4% yoyVehicle Sales: 11,4% yoyGfk Cons Confid : -16
Penj Ritel (lhs)Penj Kendaraan (lhs)
Pengangguran (lhs)GfK Cons Confidence (rhs)
2006 2007 2008 2009
1Feb
1Sep
1Apr
1Nov
1Jun
1Jan
1Ags
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
24
industri dan manufaktur semakin melambat,
masing-masing sebesar minus 10,3% yoy dari
minus 10,7% (industri) dan minus 9,4% yoy
dari minus 11,3% yoy (manufaktur) (Grafik
2.33). Indeks PMI manufaktur meningkat ke
level 50 dari level 47,4 triwulan sebelumnya.
Perkembangan yang sama juga terjadi pada
indeks PMI services yang meningkat ke level
55,3 dari level 51,6 triwulan sebelumnya.
yoy. Dengan perkembangan tersebut, BoE
tetap mempertahankan suku bunga kebijakan
selama TW3-09 di level 0,5% yoy.
Grafik 2.33 Indikator InvestasiGrafik 2.33 Indikator InvestasiGrafik 2.33 Indikator InvestasiGrafik 2.33 Indikator InvestasiGrafik 2.33 Indikator Investasi
Dengan relatif masih lemahnya kinerja
ekonomi, laju inflasi IHK di TW3-09 berada
dibawah target inflasi tahunan di kisaran 2%
yoy. Inflasi IHK di TW3-09 tercatat 1,1% yoy,
terus menurun dari 1,8% triwulan sebelumnya
(Grafik 2.34). Penurunan laju inflasi terutama
didorong oleh belum solidnya pemulihan
ekonomi domestik dan masih relatif rendahnya
harga komoditas terutama energi. Berdasarkan
komponennya, penurunan inflasi terutama
disumbang oleh penurunan inflasi makanan
dan perumahan. Inflasi makanan turun ke level
1,6% yoy dari 5,4% yoy triwulan sebelumnya
sementara di periode yang sama inflasi
perumahan turun menjadi 1,1% yoy dari 5,5%
Grafik 2.34 Inflasi IHKGrafik 2.34 Inflasi IHKGrafik 2.34 Inflasi IHKGrafik 2.34 Inflasi IHKGrafik 2.34 Inflasi IHK
% yoy
Sumber : Bloomberg, Consensus Forecast
2006 2007 2008 2009
0
1
2
3
4
5
6
7
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt
Target InflasiInflasi
Policy rateInflasi Inti
Grafik 2.35 Policy RateGrafik 2.35 Policy RateGrafik 2.35 Policy RateGrafik 2.35 Policy RateGrafik 2.35 Policy Rate dandandandandan Spread Spread Spread Spread Spread LIBORLIBORLIBORLIBORLIBOR
% yoy
Sumber : Bloomberg
0
1
2
3
4
5
6
7
8
% yoy
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6Spread
Policy rate (lhs)Libor 3 Bln (lhs)
Jan MarMei Jul Sep Nov Jan MarMei Jul Sep Nov Jan MarMei Jul Sep Nov Jan MarMei Jul Sep2006 2007 2008 2009
Sumber : Bloomberg
Indeks% yoy
2006 2007 2008 2009Mar
-16
-14
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep0
10
20
30
40
50
60
70
PMI Services (rhs)
PMI Manufaktur (rhs)
Produksi Industri (lhs)
Produksi Manufaktur (lhs) Pasar keuangan Inggris mulai
menunjukkan kondisi yang membaik. Harga
berbagai aset keuangan terutama ekuitas terus
meningkat, namun masih dibawah harga
sebelum krisis. Peningkatan diperkirakan
cerminan dari default-free rates yang rendah,
proyeksi pendapatan yang meningkat, dan
equity risk premium yang terus menurun.
Selain itu, spread suku bunga kebijakan dan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
25
LIBOR semakin menyempit menjadi hanya
0,04% yoy dari 0,68% triwulan sebelumnya
(Grafik 2.35).
Pemburukan di sektor eksternal mulai
tertahan. Kontraksi ekspor di TW3-09 mulai
melambat seiring dengan perdagangan
eksternal dengan kawasan Eropa terutama
komoditi makanan dan semi furniture yang
mulai membaik. Kontraksi ekspor tercatat
minus 8% yoy, membaik dari minus 13,4%
yoy triwulan sebelumnya. Sementara itu,
kontraksi impor tercatat minus 11% yoy, dari
minus 14% yoy periode sebelumnya.
Penurunan nilai impor yang lebih tinggi dari
ekspor selama TW3-09 dibandingkan dengan
periode sebelumnya menyebabkan defisit
neraca perdagangan menyempit menjadi
GBP7,66 miliar dari GBP8,6 miliar (Grafik 2.36).
ekonomi, PDB 2010 diprediksi tumbuh 0,9%
yoy. Tekanan inflasi kedepan diproyeksikan
moderat seiring mulai meningkatnya aktivitas
ekonomi domestik dan perkiraan
meningkatnya harga komoditas terutama
energi. Secara keseluruhan inflasi di 2009 dan
di 2010 diperkirakan mendekati kisaran target
2% yoy dengan asumsi proses pemulihan
ekonomi terus berlanjut. Selanjutnya, BOE
diperkirakan baru akan meningkatkan suku
bunga kebijakan setidaknya di semester kedua
2010.
D. AMERIKA LATIN
Sepanjang TW3-09, negara kawasan
Amerika Latin6 semakin menunjukkan tanda-
tanda pemulihan, walaupun tidak secepat
negara di kawasan Asia. Sejumlah program
stimulus fiskal maupun kebijakan moneter
longgar telah mampu menahan laju kontraksi
ekonomi hingga minus 3,1% yoy di TW3-09.
Perbaikan ekonomi di kawasan terutama
didorong oleh mulai membaiknya aktivitas
domestik, terutama di Brazil. Namun tingginya
angka pengangguran masih akan
membayangi proses pemulihan ekonomi
kawasan. Sementara itu, tren penurunan inflasi
terus berlanjut di sejumlah negara kawasan.
Inflasi diperkirakan baru akan mulai meningkat
di 2010 seiring dengan pemulihan ekonomi
global dan kawasan serta mulai merangkaknya
Grafik 2.36 Neraca PerdaganganGrafik 2.36 Neraca PerdaganganGrafik 2.36 Neraca PerdaganganGrafik 2.36 Neraca PerdaganganGrafik 2.36 Neraca Perdagangan
Sumber : Bloomberg
GBP miliar% yoy
-15
-5
5
15
25
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Trade Balance (rhs) Ekspor (lhs) Impor (lhs)
-14
-12
-10
-8
-6
-4
-2
II IVIIII II IVIIII II IVIIII II IVIIII II IVIIII II IVIIII II IIII
Outlook.Outlook.Outlook.Outlook.Outlook. Ekonomi Inggris diperkirakan
masih terkontraksi selama 2009 dengan
proyeksi pertumbuhan PDB 2009 sebesar
minus 4,4% yoy (WEO-IMF Oktober 2009).
Seiring dengan terus meningkatnya aktivitas
6 Negara-negara yang termasuk dalam Amerika Latin di sini adalahArgentina, Brazil, dan Meksiko. Pemilihan negara tersebutberdasarkan atas besarnya pangsa PDB negara tersebut terhadapkawasan Amerika Latin. Brazil mempunyai pangsa terbesar (per2007), yaitu 34%, disusul oleh Meksiko (25%) dan Argentina(10%).
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
26
harga komoditi global. Oleh sebab itu,
sepanjang TW3-09 bank sentral kawasan
cenderung menempuh kebijakan moneter bias
netral. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor dan
impor negara Amerika Latin masih relatif lemah
seiring belum pulihnya permintaan eksternal.
Dengan perkembangan tersebut, diperkirakan
PDB kawasan akan mencapai minus 0,9% yoy
di 2009 dan kembali tumbuh positif 4,3% yoy
di 2010.
Seiring dengan berlangsungnya proses
pemulihan ekonomi global, kawasan Amerika
Latin mulai menunjukkan pemulihan yang
bertahap. Kontraksi ekonomi kawasan tercatat
melambat dari minus 4,5% yoy di TW2-09
menjadi minus 3,1% yoy di TW3-09 (Tabel
2.4). Kemajuan yang dicapai kawasan tersebut
lebih baik dari yang diperkirakan.
Perkembangan tersebut memberikan
optimisme proyeksi pertumbuhan ekonomi
kawasan 2009 yang meningkat dari minus
3,1% menjadi minus 0,9% yoy. Gencarnya
kebijakan stimulus ekonomi berhasil
mendorong perbaikan aktivitas konsumsi dan
investasi (Grafik 2.38). Lebih lanjut,
membaiknya perkembangan ekonomi
kawasan Amerika Latin terutama ditopang
oleh Brazil yang pulih lebih cepat dan mampu
mempertahankan pertumbuhan positif sebesar
0,1% yoy di 2009. Brazil berhasil
mempertahankan aktivitas domestiknya
dengan berbagai paket stimulus penurunan
Tabel 2.4 PDBTabel 2.4 PDBTabel 2.4 PDBTabel 2.4 PDBTabel 2.4 PDB
Kawasan Amerika Latin*Kawasan Amerika Latin*Kawasan Amerika Latin*Kawasan Amerika Latin*Kawasan Amerika Latin* 5,25,25,25,25,2 3,93,93,93,93,9 -3,4-3,4-3,4-3,4-3,4 3,13,13,13,13,1 -3,1-3,1-3,1-3,1-3,1 3,33,33,33,33,3 -3,6-3,6-3,6-3,6-3,6 -4,5-4,5-4,5-4,5-4,5 -3,1-3,1-3,1-3,1-3,1 0,30,30,30,30,3 -0,9-0,9-0,9-0,9-0,9 3,73,73,73,73,7
1 Brazil 5,7 5,1 -0,7 3,5 -0,1 4,2 -1,8 -1,2 -2,0 2,2 0,1 4,6
2 Meksiko 3,3 1,3 -7,3 3,3 -7,1 2,8 -8,0 -10,3 -4,8 -1,5 -1,5 2,9
3 Argentina 8,7 6,8 -2,5 1,5 -2,9 1,8 2,0 -0,8 -2,5 -1,8 -2,7 2,4
NegaraKawasan
No.
% yoy
WEO Oktober 2009 PerkiraanSebelumnya
Perkiraan Terkini
2007 2008 2009E 2010E 2009 2010
2009E**
2009*** 2010***TW1 TW2 TW3 TW42009 2009 2009 2009
Sumber: WEO Oktober 2009, Consensus Forecast September 2009 dan Oktober 2009Ket: *) Data diolah berdasarkan pangsa PPP International Comparison Program (ICP), Desember 2007
**) Data diolah berdasarkan Consensus Forecast Juni 2009***) Data diolah berdasarkan Consensus Forecast Oktober 2009Cetak miring merupakan angka realisasiE= Proyeksi
Perbedaan > 0.2% dari Consensus Forecast sebelumnya Perbedaan < 0.2% dari Consensus Forecast sebelumnya
Grafik 2.37 PDB Amerika LatinGrafik 2.37 PDB Amerika LatinGrafik 2.37 PDB Amerika LatinGrafik 2.37 PDB Amerika LatinGrafik 2.37 PDB Amerika Latin
Sumber: Bloomberg, CF Juni-09
(% yoy)
2004 2006 2007 2008 2010
LatamArgentinaBrazil
Meksiko-15
-10
-5
0
5
10
15
Q1 Q2Q3 Q4Q1 Q2 Q3Q4 Q1Q2Q3 Q4 Q1Q2 Q3Q4 Q1Q2 Q3Q4 Q1Q2 Q3Q4 Q1Q2 Q3Q4
2005 2009
Proyeksi
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
27
Latin. Sebagai contoh, pemerintah Brazil di
April-09 menerapkan penurunan pajak s.d
10% atas produk-produk keperluan rumah
pajak, ekspansi kredit, dan program
penciptaan lapangan kerja oleh pemerintah.
Dengan perkembangan tersebut,
pertumbuhan ekonomi kawasan diperkirakan
akan semakin menguat di sisa 2009 dan
kembali tumbuh positif di 2010.
Walaupun masih jauh di bawah level
sebelum krisis, aktivitas konsumsi di negara
kawasan Amerika Latin di TW3-09 mulai
menunjukkan pemulihan. Penjualan ritel mulai
meningkat dan kontraksi penjualan kendaraan
berangsur-angsur melambat (Tabel 2.5 dan
Grafik 2.38). Meningkatnya penjualan ritel
kawasan hingga 2,1% yoy terutama didorong
oleh terus menguatnya penjualan ritel di Brazil
dan melambatnya kontraksi penjualan ritel di
Meksiko. Sementara itu, walaupun turun,
penjualan ritel Argentina masih mencatat
pertumbuhan yang positif di periode yang
sama. Membaiknya konsumsi di kawasan juga
tercermin dari penjualan kendaraan, yang
kontraksinya melambat dari minus 12,1% yoy
menjadi minus 4,4% yoy di TW3-09. Paket
stimulus yang antara lain berupa pengurangan
pajak dan ekspansi kredit di masing-masing
negara menjadi faktor dibalik membaiknya
perkembangan konsumsi kawasan Amerika
Grafik 2.38 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.38 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.38 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.38 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.38 Indikator Konsumsi dan InvestasiKawasanKawasanKawasanKawasanKawasan
Sumber: Bloomberg
% yoy, 3MA
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep
2006 2007 2008 2009
PenjualanRetail
PenjualanKendaraan
ProduksiIndustri
Grafik 2.39 Indeks Kepercayaan KonsumenGrafik 2.39 Indeks Kepercayaan KonsumenGrafik 2.39 Indeks Kepercayaan KonsumenGrafik 2.39 Indeks Kepercayaan KonsumenGrafik 2.39 Indeks Kepercayaan Konsumen
Indeks
2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg
Optimis (200) Optimis (100)
70
80
90
100
110
120
130
Indeks
0
10
20
30
40
50
60
70
Brazil, lhs
Meksiko, lhs
Argentina, rhs
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep
Tabel 2.5 Penjualan RitelTabel 2.5 Penjualan RitelTabel 2.5 Penjualan RitelTabel 2.5 Penjualan RitelTabel 2.5 Penjualan Ritel
Kawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika Latin 8,08,08,08,08,0 8,78,78,78,78,7 2,42,42,42,42,4 1,91,91,91,91,9 2,12,12,12,12,1
1 Brazil 9,7 9,4 3,7 5,2 5,4
2 Meksiko 2,7 1,4 -4,6 -6,4 -5,2
3 Argentina 17,2 26,4 16,4 12,8 10,2
NegaraNo
Sumber: BloombergKet: Data indikator konsumsi merupakan data penjualan ritel
Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya
% yoy
Rata-rata
2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
28
tangga dan bahan konstruksi. Kebijakan ini
berhasil mendongkrak penjualan ritel dalam
negeri dalam beberapa bulan setelahnya.
Kedepan, diperkirakan pemulihan aktivitas
konsumsi kawasan akan berlanjut
sebagaimana diindikasikan oleh indeks
kepercayaan konsumen yang cenderung
membaik meski masih berada di level rendah
(Grafik 2.39).
Memasuki TW3-09, investasi kawasan
Amerika Latin terus menunjukkan perbaikan.
Kontraksi produksi industri kawasan melambat
dari minus 10,4% yoy menjadi minus 6,7%
yoy (Tabel 2.6 dan Grafik 2.40). Kondisi ini
terjadi di seluruh negara yang dipantau, kecuali
Argentina. Kontraksi produksi industri Brazil
dan Meksiko masing-masing melambat ke
8,3% yoy dan 6,9% yoy, tertolong oleh
implementasi pemotongan pajak di sektor
industri oleh masing-masing pemerintah.
Sementara itu, investasi di Argentina belum
menunjukkan perkembangan yang berarti
seiring masih lemahnya sektor otomotif dan
pengolahan baja. Di TW3-09, kontraksi
produksi industri Argentina tercatat minus
0,9% yoy, sedikit menurun dari minus 0,8%
yoy triwulan sebelumnya.
Sektor ketenagakerjaan di negara
Amerika Latin masih mengkhawatirkan,
terutama di Meksiko (Grafik 2.40). Sepanjang
TW3-09 tingkat pengangguran Meksiko terus
merangkak naik hingga mencapai 6,4%,
tertinggi dalam 14 tahun terakhir dan berada
jauh di atas rata-rata jangka panjangnya 3,6%.
Pengangguran yang tinggi terutama terjadi di
daerah industri dan perkotaan. Kondisi ini
merupakan dampak dari terpuruknya sektor
manufaktur akibat krisis yang memaksa
perusahaan untuk melakukan efisiensi dan
pengurangan tenaga kerja. Di sisi lain,
walaupun masih cukup tinggi, tekanan di
sektor ketenagakerjaan di Brazil diindikasikan
mulai berkurang. Angka pengangguran Brazil
hingga 7,7% di September-09 (level terendah
sepanjang 2009). Indikasi pemulihan
perekonomian Brazil membangkitkan
optimisme perusahaan untuk membuka
lapangan kerja baru yang mencapai 1,03 juta
pekerjaan sampai dengan September-09.
Lapangan kerja baru ini setidaknya mampu
mengkompensasi 800 ribu PHK yang terjadi
selama krisis berlangsung. Kondisi ini sejalan
dengan target pemerintah untuk menciptakan
1 juta lapangan kerja baru di 2009. Target yang
Tabel 2.6 Produksi IndustriTabel 2.6 Produksi IndustriTabel 2.6 Produksi IndustriTabel 2.6 Produksi IndustriTabel 2.6 Produksi Industri
Kawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika Latin 4,74,74,74,74,7 2,12,12,12,12,1 -11,1-11,1-11,1-11,1-11,1 -10,4-10,4-10,4-10,4-10,4 -6,7-6,7-6,7-6,7-6,7
1 Brazil 5,9 3,3 -14,7 -12,3 -8,3
2 Meksiko 2,3 -0,6 -9,8 -11,4 -6,9
3 Argentina 7,4 5,1 -2,3 -0,8 -0,9
NegaraNo
Sumber: Bloomberg
Ket: Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya
% yoy
Rata-rata
2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
29
dicanangkan sejak pertengahan 2009 ini
diperkirakan mampu menurunkan tingkat
pengangguran hingga mencapai 7% di akhir
2009.
tarif sektor publik oleh Pemerintah. Sejalan
dengan Meksiko, inflasi IHK Brazil juga turun
hingga mencapai 4,3% yoy di bulan yang sama.
Di negara tersebut, penurunan harga terutama
terjadi di kategori makanan, komunikasi,
transportasi dan personal expenses. Di sisi lain,
inflasi Argentina kembali naik menjadi 6,2%
yoy di akhir TW3-09 dari 5,3% triwulan
sebelumnya. Kenaikan harga terutama terjadi
atas produk pakaian, makanan, dan pendidikan
seiring dengan dimulainya spring-summer
season. Secara keseluruhan, diperkirakan inflasi
kawasan di 2009 dan 2010 masing-masing
akan mencapai 4,6% yoy.
Grafik 2.40 Tingkat PengangguranGrafik 2.40 Tingkat PengangguranGrafik 2.40 Tingkat PengangguranGrafik 2.40 Tingkat PengangguranGrafik 2.40 Tingkat Pengangguran
Sumber: Bloomberg
Rata-rata jk pjg BrazilMeksiko (rhs)
Brazil (lhs)Rata-rata jk pjg ArgentinaRata-rata jk pjg Meksiko
Argentina (lhs)
% yoy
2006 2007 2008 2009
% yoy
0
2
4
6
8
10
12
14
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
5,5
6,0
6,5
7,0
Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul
Tren penurunan inflasi di negara
Amerika Latin masih berlanjut, kecuali
Argentina. Secara kawasan, inflasi di akhir
TW3-09 tercatat 4,8% yoy, turun dari 5,2%
yoy triwulan sebelumnya (Tabel 2.7 dan Grafik
2.41). Inflasi IHK Meksiko mengalami
penurunan terbesar hingga mencapai 4,9% yoy
di September-09 sebagai dampak penurunan
Tabel 2.7 Inflasi IHKTabel 2.7 Inflasi IHKTabel 2.7 Inflasi IHKTabel 2.7 Inflasi IHKTabel 2.7 Inflasi IHK
Kawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika Latin 4,74,74,74,74,7 6,36,36,36,36,3 5,25,25,25,25,2 5,05,05,05,05,0 4,84,84,84,84,8 4,84,84,84,84,8
1 Brazil 4,5 5,9 4,8 4,5 4,4 4,3
2 Meksiko 3,8 6,5 5,7 5,4 5,1 4,9
3 Argentina 8,5 7,2 5,3 5,5 5,9 6,2
NegaraNo
Sumber: BloombergKet: *) Berdasarkan prediksi Consensus Forecast-September-09
**) Berdasarkan prediksi Consensus Forecast-Oktober-09Perbedaan >0,2% dari prediksi Consensus Forecast Edisi SebelumnyaPerbedaan<0,2% dari prediksi Consensus Forecast Edisi Sebelumnya
% yoy
Rata-rata
2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09
Grafik 2.41 Inflasi IHKGrafik 2.41 Inflasi IHKGrafik 2.41 Inflasi IHKGrafik 2.41 Inflasi IHKGrafik 2.41 Inflasi IHK
Sumber: Bloomberg
% yoy
2006 2007 2008 2009
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
14,0
Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov
ArgentinaLATAM
Brazil Meksiko
Proyeksi
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
30
Setelah sebelumnya menempuh
kebijakan moneter yang longgar, sepanjang
TW3-09 bank sentral kawasan cenderung
menempuh kebijakan suku bunga bias netral.
Selama triwulan laporan, bank sentral Brazil
dan Meksiko menahan suku bunga kebijakan
masing-masing di level 8,75% yoy dan 4,5%
yoy (Tabel 2.8 dan Grafik 2.42). Selain adanya
indikasi awal membaiknya aktivitas ekonomi
domestik, keputusan ini diambil dengan tetap
memperhatikan potensi risiko inflasi kedepan.
Khusus Argentina, pertumbuhan M2
Argentina per September-09 tercatat 10,3%
yoy atau berada dalam target yang telah
ditetapkan di 2009 (maksimum 15%).
Ditengah pemulihan ekonomi yang baru
berlangsung secara terbatas serta tingkat
pengangguran yang masih cukup tinggi,
dukungan kebijakan moneter yang akomodatif
masih diperlukan. Oleh sebab itu, diperkirakan
bank sentral kawasan masih akan menahan
suku bunga kebijakan selama beberapa waktu
kedepan.
Kinerja ekspor dan impor negara
Amerika Latin masih lemah dan belum stabil.
Mendekati akhir 2009, kontraksi ekspor
Tabel 2.8 Suku Bunga KebijakanTabel 2.8 Suku Bunga KebijakanTabel 2.8 Suku Bunga KebijakanTabel 2.8 Suku Bunga KebijakanTabel 2.8 Suku Bunga Kebijakan
Kawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika Latin
1 Brazil 11,25 13,75 8,75 8,75 8,75 22 Okt-09 Flat 8,75 10,75
2 Meksiko 7,5 8,25 4,50 4,50 4,50 16 Okt-09 Flat 4,50 5,25
NegaraNo
Ket: *) Berdasarkan prediksi JP Morgan 23 Oktober 2009Sumber: Bloomberg
% yoy
(Pertemuan Terakhir)Suku Bunga TerkiniAgt-09 Sept-09 Des-07 Des-08
Saat Ini Tanggal Kebijakan
Prediksi *)
Dec-09 Dec-10
Grafik 2.42 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.42 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.42 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.42 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.42 Suku Bunga Kebijakan
Tabel 2.9 EksporTabel 2.9 EksporTabel 2.9 EksporTabel 2.9 EksporTabel 2.9 Ekspor
Kawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika Latin 14,214,214,214,214,2 18,318,318,318,318,3 -23,7-23,7-23,7-23,7-23,7 -25,3-25,3-25,3-25,3-25,3 -29,3-29,3-29,3-29,3-29,3
1 Brazil 8,6 8,0 -19,3 -24,1 -30,5
2 Meksiko 17,1 23,1 -28,7 -31,7 -25,7
3 Argentina 17,1 23,1 -25,3 -12,0 -34,7
NegaraNo
Sumber: Bloomberg
Ket: Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya
% yoy
Rata-rata
2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09
Sumber: Bloomberg
(% yoy)
2006 2007 2008 2009
0
5
10
15
20
25
30
Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul
Brazil(Selic Rate)
M2 Argentina(% yoy)
Meksiko(Overnite rate)
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
31
negara di kawasan cenderung meningkat,
kecuali Meksiko (Tabel 2.9, 2.10 dan Grafik
2.43). Secara kawasan ekspor terkontraksi
29,3% yoy, lebih dalam dari kontraksi 25,3%
yoy triwulan sebelumnya. Pelemahan kinerja
ekspor ini disebabkan oleh penurunan ekspor
pertanian Argentina akibat gangguan cuaca
(kekeringan) dan penurunan nilai ekspor Brazil
akibat penguatan mata uang Real. Sementara
itu, kinerja impor kawasan di TW3-09
cenderung membaik. Kontraksi impor
melambat hingga menjadi minus 31,7% yoy.
Perkembangan ini merupakan dampak dari
mulai pulihnya permintaan domestik, terutama
permintaan akan barang-barang modal seiring
mulai pulihnya investasi di kawasan. Namun
demikian, ekspor yang belum sepenuhnya
pulih serta impor yang cenderung meningkat
mengakibatkan penurunan surplus neraca
perdagangan Argentina dan Brazil, serta
meningkatnya defisit neraca perdagangan
Meksiko.
OutlookOutlookOutlookOutlookOutlook. Ekonomi kawasan Amerika
Latin di sisa 2009 diperkirakan akan semakin
membaik didukung oleh mulai pulihnya
permintaan domestik dan berkurangnya
tekanan di sektor eksternal. Walaupun
demikian, angka pengangguran yang tinggi
dan pemulihan ekonomi dunia yang belum
kokoh menjadi faktor risiko yang membayangi
pemulihan ekonomi kawasan tersebut
kedepan. Berdasarkan angka komposit dari
Consensus Forecast Oktober-09, PDB kawasan
secara keseluruhan diperkirakan akan
terkontraksi 0,9% yoy di 2009 dan kembali
tumbuh positif 4,3% yoy di 2010. Tingkat
ketahanan ekonomi yang lebih baik
menyebabkan Brazil menjadi negara yang akan
memimpin dan menopang pemulihan
ekonomi kawasan. Sementara itu, masih
terbatasnya pemulihan aktivitas domestik,
relatif rendahnya harga komoditi dan
pergerakan nilai tukar yang relatif stabil
Tabel 2.10 ImporTabel 2.10 ImporTabel 2.10 ImporTabel 2.10 ImporTabel 2.10 Impor
Kawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika Latin 23.323.323.323.323.3 29.729.729.729.729.7 -25.7-25.7-25.7-25.7-25.7 -35.4-35.4-35.4-35.4-35.4 -31.7-31.7-31.7-31.7-31.7
1 Brazil 31.7 44.8 -21.6 -35.6 -33.4
2 Meksiko 10.3 10.0 -27.6 -33.1 -27.7
3 Argentina 30.6 30.8 -35.3 -40.7 -36.3
NegaraNo
Sumber: Bloomberg
Ket: Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya
% yoy
Rata-rata
2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09
Grafik 2.43 Neraca PerdaganganGrafik 2.43 Neraca PerdaganganGrafik 2.43 Neraca PerdaganganGrafik 2.43 Neraca PerdaganganGrafik 2.43 Neraca Perdagangan
Sumber: Bloomberg
Juta USD
2006 2007 2008 2009
-3000
-2000
-1000
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3
Argentina Brazil Meksiko
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
32
menyebabkan tekanan inflasi secara
keseluruhan masih akan rendah. Diperkirakan
inflasi kawasan akan mencapai 4,6% yoy baik
di 2009 maupun di 2010.
E. ASIA PASIFIK
Ekonomi Asia Pasifik (Aspac) di TW3-
09 semakin menunjukkan sinyal perbaikan7.
PDB diperkirakan tumbuh 2,6% yoy, naik dari
1,9% triwulan sebelumnya sebagai dampak
dari serangkaian kebijakan moneter dan
stimulus fiskal yang diluncurkan negara
kawasan. Aktivitas konsumsi kawasan masih
solid yang tercermin dari pertumbuhan
penjualan ritel di China dan Vietnam, dan
penjualan automobil di Jepang dan India.
Aktivitas investasi juga mulai menguat terlihat
dari meningkatnya produksi industri (China
dan Vietnam), dan terekspansinya indikator
PMI (China dan Singapura). Seiring dengan
meningkatnya aktivitas permintaan domestik,
peningkatan inflasi kawasan di akhir TW3-09
juga terjadi terutama dipicu oleh kenaikan
harga makanan. Kedepan, risiko kenaikan laju
inflasi terus meningkat dengan membaiknya
aktivitas ekonomi domestik dan mulai
merangkak naiknya harga komoditi. Ditengah
belum pulih sepenuhnya kinerja ekonomi dan
meningkatnya risiko inflasi kedepan, bank
sentral kawasan selama TW3-09 cenderung
menempuh mempertahankan suku bunga
kebijakan. Sementara itu, sektor eksternal
terus membaik sejalan dengan mulai
menguatnya permintaan ekspor terutama
perdagangan intra Asia. Secara keseluruhan,
PDB Aspac 2009 dan 2010 diprediksi tumbuh
masing-masing 2,7% dan 6,0% yoy.
Jepang
Kontraksi ekonomi Jepang di TW3-09
diperkirakan semakin tertahan. Ekonomi di
TW3-09 terkontraksi menjadi minus 5,4% yoy,
dari minus 7,2% yoy di triwulan sebelumnya.
Perbaikan terjadi pada semua komponen PDB.
Mulai membaiknya permintaan ekspor juga
telah membantu sektor ketenagakerjaan
dengan angka pengangguran yang menurun
pada dua bulan terakhir di TW3-09. Deflasi
masih mewarnai ekonomi di TW3-09 seiring
dengan rendahnya daya beli masyarakat
sebagai dampak dari turunnya upah dan
tergerusnya profit perusahaan dan rumah
tangga. Di tengah resesi ekonomi dan
terbatasnya ruang penurunan suku bunga,
suku bunga kebijakan selama TW3-09 kembali
dipertahankan di level 0,1%. Surplus neraca
perdagangan selama TW3-09 sedikit
menyempit dengan kontraksi ekspor dan
impor yang tertahan. Dukungan pemulihan
terus dilakukan melalui paket stimulus
kebijakan baik fiskal maupun quantitative
easing policy. Optimisme perbaikan ekonomi
terus berkembang sebagaimana diindikasikan
dari sinyal positif dari sejumlah indikator
ekonomi. Bahkan IMF merevisi ke atas PDB di
7 Negara-negara yang termasuk dalam Asia Pasifik di sini adalahJepang, China, India, Hong Kong, Indonesia, Korea, Malaysia,Philipina, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, Uni Emirat Arab,Pakistan dan Australia. Pemilihan negara didasarkan atas besardan pentingnya hubungan dagang negara-negara ini denganIndonesia.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
33
ini dan ekspektasi kedepan yang juga
menunjukkan tren yang membaik. Sementara
setelah sempat menyentuh level terendah di
Desember-08 (26,2), indeks kepercayaan
konsumen rumah tangga di September-09
terus merangkak naik ke level 40,5 yang
merupakan level tertinggi dalam 23 bulan
terakhir.
Aktivitas konsumsi mulai menguat
seiring masih lemahnya daya beli masyarakat.
Kontraksi konsumsi swasta di TW3-09 tumbuh
0,2% yoy sa, dari minus 0,6% yoy sa triwulan
2009, yang semula diprediksi tumbuh minus
6,1% yoy (WEO-IMF, Juli-09) menjadi minus
5,4% yoy (WEO-IMF, Oktober-09).
Berdasarkan perkiraan awal Cabinet
Office-Japan, PDB di TW3-09 tumbuh minus
5,4% yoy dari minus 7,2% yoy sa di TW2-09
(Grafik 2.44). Dibandingkan triwulan
sebelumnya, kontraksi permintaan domestik
dan kontraksi net ekspor sedikit tertahan.
Konsumsi di TW3-09 tumbuh 0,2% yoy dari
minus 0,6% yoy periode sebelumnya.
Sementara kontraksi investasi di TW3-09
sedikit tertahan, menjadi minus 12,7% yoy dari
minus 15,3% yoy di TW1-09. Sementara
pemburukan kinerja ekspor di TW3-09 juga
tertahan, kontraksi menjadi minus 23,7% yoy,
dari minus 29,3% yoy di periode sebelumnya.
Kedepan, kinerja ekonomi menunjukkan sinyal
positif (Grafik 2.45 dan 2.46) yang tercermin
dari leading index yang terus menguat dan
hampir mendekati rata-rata jangka
panjangnya. Indikator ini sejalan dengan
indikator Economy Watcher Survey (EWS) di
September-09 terhadap kondisi ekonomi saat
Grafik 2.44 Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 2.44 Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 2.44 Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 2.44 Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 2.44 Pertumbuhan Komponen PDB
Sumber: Bloomberg
% yoy, sa
-55
-45
-35
-25
-15
-5
5
15
2007 2008 2009Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4
InvestasiKonsumsiReal GDP
Net Ekspor
Grafik 2.45 EWS & Leading IndeksGrafik 2.45 EWS & Leading IndeksGrafik 2.45 EWS & Leading IndeksGrafik 2.45 EWS & Leading IndeksGrafik 2.45 EWS & Leading Indeks
Grafik 2.46 Consumer ConfidenceGrafik 2.46 Consumer ConfidenceGrafik 2.46 Consumer ConfidenceGrafik 2.46 Consumer ConfidenceGrafik 2.46 Consumer Confidence
Sumber: Bloomberg
Indeks
0
20
40
60
80
100
120
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005
Rata2 Jk.Panj. EWS-Expectations
Rata2 Jk.Panj. Leading Index
Leading IndexCoincident IndexEWS-Expectations
EWS-Current
Sumber: Bloomberg
Indeks
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005
0
10
20
30
40
50
60
Consumer Conf. HouseholdsConsumer Confidence
Small Business Conf.
Rata2 Jk. Panj. Cons. Confidence
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
34
sebelumnya. Indikator pengeluaran rumah
tangga di September-09 tumbuh 1,0% yoy
dari 0,2%% di akhir TW2-09. Sementara itu,
kontraksi penjualan ritel dan perdagangan ritel
di September-09 terus tertahan. Bahkan
penjualan kendaraan bermotor dalam dua
bulan terakhir di TW3-09 tumbuh positif
(Grafik 2.47). Meningkatnya penjualan
kendaraan bermotor terutama didorong
membaiknya penjualan mobil Toyota dan
Honda dampak dari program stimulus
ekonomi berupa subsidi dan kelonggaran
pajak dari pemerintah pada kendaraan hemat
energi dan ramah lingkungan.
masih terkontraksi cukup dalam. Beberapa
indikator investasi domestik terus
menunjukkan sinyal awal tertahannya
pemburukan. Pemburukan indikator produksi
industri, kapasitas utilisasi, dan produksi
kendaraan bermotor di September-09 terus
tertahan (Grafik 2.48). Sementara indikator
«construction order» dan indikator «pemesanan
mesin» yang merupakan leading indicator
investasi modal 3-6 bulan kedepan di
September-09 semakin menunjukkan
tertahannya pemburukan. Indikator
«construction order» tumbuh minus 14% yoy,
dari minus 25,2% yoy di Agustus-09
sementara indikator «pemesanan mesin»
tumbuh minus 22% yoy, dari level terendah
dalam 22 tahun di Mei-09 (-38,3% yoy).
Penurunan permintaan akan barang ekspor
mobil, suku cadang kendaraan bermotor, dan
elektronik tidak setajam periode sebelumnya.
Grafik 2.47 Indikator KonsumsiGrafik 2.47 Indikator KonsumsiGrafik 2.47 Indikator KonsumsiGrafik 2.47 Indikator KonsumsiGrafik 2.47 Indikator Konsumsi
Sumber : Bloomberg
% yoy
-15
-10
-5
0
5
10
PDB (lhs) Nationwide dept. salesRetail sales Retail tradePengeluaran rumah tangga Vehicle sales
% yoy
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005
Grafik 2.48 Indikator InvestasiGrafik 2.48 Indikator InvestasiGrafik 2.48 Indikator InvestasiGrafik 2.48 Indikator InvestasiGrafik 2.48 Indikator Investasi
Sumber : Bloomberg
Indeks% yoy
Produksi Industri (lhs) Construction order (lhs)
Pemesanan mesin (lhs) Kapasitas utilisasi (rhs)
6
-44
-34
-24
-14
-4
16
26
36
46
50
60
70
80
90
100
110
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005
Sejalan dengan aktivitas konsumsi,
investasi domestik di TW3-09 juga
menunjukkan perkembangan tren yang
membaik walaupun masih di level rendah.
Investasi di TW3-09 tercatat tumbuh minus
12,7% yoy sa, dari minus 15,3% yoy sa
periode sebelumnya. Masih relatif lemahnya
permintaan domestik dan global serta iklim
dunia usaha yang belum kondusif
menyebabkan aktivitas investasi di TW3-09
Hasil survei Tankan di di TW3-09
terhadap kinerja ekonomi kedepan juga terus
mengindikasikan sinyal pemulihan (Grafik
2.49) walaupun belum stabil seiring dengan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
35
kondisi keuangan perusahaan yang cenderung
ketat. Tren penurunan ekspektasi ekonomi
kedepan serta kepercayaan bisnis di sektor
manufaktur, non-manufaktur, serta industri
kecil, menengah, dan besar semakin tertahan.
Sementara itu, sentimen usaha kecil pada
semua sektor juga mulai menunjukkan
perbaikan (Grafik 2.50). Namun demikian,
aktivitas investasi kedepan diperkirakan masih
lemah seiring dengan hasil survei Tankan di
TW3-09 pada profit perusahaan yang masih
turun tajam (Grafik 2.51). Kondisi keuangan
Grafik 2.49 Survey TankanGrafik 2.49 Survey TankanGrafik 2.49 Survey TankanGrafik 2.49 Survey TankanGrafik 2.49 Survey Tankan
Grafik 2.50 PDB & Small Business ConfidenceGrafik 2.50 PDB & Small Business ConfidenceGrafik 2.50 PDB & Small Business ConfidenceGrafik 2.50 PDB & Small Business ConfidenceGrafik 2.50 PDB & Small Business Confidence(Shoko Chukin Survey)(Shoko Chukin Survey)(Shoko Chukin Survey)(Shoko Chukin Survey)(Shoko Chukin Survey)
Grafik 2.51 Survey Tankan-ProfitGrafik 2.51 Survey Tankan-ProfitGrafik 2.51 Survey Tankan-ProfitGrafik 2.51 Survey Tankan-ProfitGrafik 2.51 Survey Tankan-Profit
Sumber : Bloomberg
% yoyIndeks
-70
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
2005 2006 2007 2008 2009
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
PDB (rhs)Current Business Condition-Manufacturing
Current Business Condition-Non-ManufacturingEkspektasi-Manufacturing-LargeEkspektasi-NonManufacturing -LargeEkspektasi-retailing-Large
3
Sumber : Bloomberg
% yoyIndeks
18
23
28
33
38
43
48
53
58
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
PDB (rhs)Small Business Confidence - All Industries (lhs)
Small Business Confidence - Manufaktur (lhs)Small Business Confidence - Retailing (lhs)
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005
Sumber : Bloomberg
% yoyIndeks
2005 2006 2007 2008 2009
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
PDB (rhs)Tankan-Sales-All Industries (lhs)
Tankan-Current Profit-Large (lhs)Tankan-Current Profit-Med (lhs)Tankan-Current Profit-Small (lhs)
perusahaan yang masih ketat pada akhirnya
diperkirakan menyebabkan perusahaan masih
menunda rencana pengeluaran.
Sektor tenaga kerja mulai menunjukkan
sinyal perbaikan seiring mulai tertahannya
pemburukan kinerja ekonomi. Angka
pengangguran per September 2009 kembali
turun ke level 5,3% yoy dari 5,5% di triwulan
kedua 2009 (Grafik 2.52). Tertahannya
pemburukan ekspor kendaraan bermotor dan
barang elektronik berdampak pada
berkurangnya pemutusan hubungan kerja
terhadap sejumlah karyawan pabrik mobil dan
Grafik 2.52 Tingkat PengangguranGrafik 2.52 Tingkat PengangguranGrafik 2.52 Tingkat PengangguranGrafik 2.52 Tingkat PengangguranGrafik 2.52 Tingkat Pengangguran
Sumber : Bloomberg
% yoyRasio
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Job to applicant ratio SA (lhs) Unemployment rate sa (rhs)
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
5,5
6,0
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
36
elektronik. Indikator «job to applicant ratio» di
September-09 yang merupakan leading
indicator sektor ketenagakerjaan yang sejak
Januari-08 menunjukkan tren menurun mulai
sedikit meningkat ke level 0,43.
Deflasi masih menghantui ekonomi di
TW3-09. Inflasi di akhir TW3-09 tercatat minus
2,2% yoy, dari minus 1,8% di akhir triwulan
sebelumnya (Grafik 2.53). Deflasi terbesar
terjadi pada biaya bahan bakar dan
transportasi yang secara total memiliki bobot
20,7% dari keranjang IHK. Bahkan inflasi
makanan yang memiliki bobot 25,9% dari
keranjang IHK yang sejak Agustus-07 selalu
tumbuh positif dalam empat bulan terakhir
tumbuh negatif, tercatat minus 0,48% yoy di
September-09. Sementara itu, inflasi inti di
akhir TW3-09 tumbuh minus 1,0% yoy dari
minus 0,7% yoy di TW2-09. Deflasi terutama
disebabkan oleh konsumsi masyarakat yang
masih lemah seiring terus melemahnya daya
beli masyarakat sebagai dampak turunnya
upah serta tergerusnya profit perusahaan dan
rumah tangga. Selain karena melemahnya
konsumsi masyarakat, deflasi yang terjadi
dipengaruhi pula oleh faktor eksternal berupa
masih rendahnya harga komoditi dan
menguatnya Yen terhadap mata uang utama
dunia. Sejalan dengan perkembangan tersebut
dan terbatasnya ruang penurunan suku bunga,
BoJ masih tetap mempertahankan suku bunga
kebijakan selama TW3-09. BoJ kembali
mempertahankan suku bunga kebijakan di
level 0,1%, setelah sempat memangkas suku
bunga kebijakan sebanyak dua kali selama
TW4-08 (Grafik 2.54).
Keketatan pasar keuangan Jepang
mulai mengendur dengan volatilitas yang
menurun. BoJ masih akan terus menjaga
stabilitas pasar keuangan dengan terus
mengurangi keketatan di pasar keuangan
melalui operasi pasar terbuka. Sementara itu,
pembelian commercial paper melalui
mekanisme Repo oleh BoJ akan tetap
dilakukan dengan lebih fleksibel untuk
memfasilitasi pembiayaan bagi perusahaan.
Selanjutnya, untuk menjaga ketersediaan dana
di pasar kredit, BoJ akan memperpanjang
«emergency credit programs» hingga 2010.
Grafik 2.53 InflasiGrafik 2.53 InflasiGrafik 2.53 InflasiGrafik 2.53 InflasiGrafik 2.53 Inflasi
Grafik 2.54 PDB & Suku Bunga Kebijakan Grafik 2.54 PDB & Suku Bunga Kebijakan Grafik 2.54 PDB & Suku Bunga Kebijakan Grafik 2.54 PDB & Suku Bunga Kebijakan Grafik 2.54 PDB & Suku Bunga Kebijakan
Sumber : Bloomberg
% yoy
-16
-11
-6
-1
4
9
14
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005
Inflasi IHKInflasi exc food & energiInflasi-foodInflasi-Fuel & light
Inflasi-TransportasiInflasi fresh foodInflasi-Housing
Sumber : Bloomberg
%% yoy
2007 2008 200920062005
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9
Suku Bunga Kebijakan (rhs)PDB (lhs)
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
37
Di sektor eksternal, surplus neraca
perdagangan selama TW3-09 menyempit
sementara kontraksi ekspor dan impor
tertahan (Grafik 2.55). Menurut data dari
Kementerian Keuangan, ekspor di September
-09 tumbuh minus 34,1% yoy, dari minus
37,2% yoy di akhir triwulan kedua 2009
sejalan dengan meningkatnya ekspor ke mitra
dagang utama (AS, Eropa, dan Asia). Sejalan
dengan tertahannya pemburukan ekspor,
kontraksi impor di periode yang sama juga
tertahan, dari minus 42,9% yoy di akhir TW2-
09 menjadi minus 36,2% yoy di September-
09. Meningkatnya nilai impor ditengah
menurunnya nilai eskpor dibandingkan bulan
sebelumnya berdampak pada menyempitnya
surplus neraca perdagangan di September-09
dari JPY173,5 miliar (Agustus-09) menjadi
JPY58,6 miliar.
menjadi 1,9% yoy triwulan sebelumnya (Tabel
2.11 dan Grafik 2.56). Ekonomi China terus
tumbuh mencapai 8,7% yoy di triwulan
laporan seiring meningkatnya konsumsi dan
kian pulihnya investasi. Permintaan domestik
China semakin kuat sebagai dampak stimulus
fiskal pemerintah terutama di sektor industri
properti dan infrastruktur serta adanya
perluasan kredit. Sejalan dengan China,
permintaan domestik India juga menjadi motor
solidnya ekonomi (tumbuh diatas 5% yoy).
Selain itu, kontraksi Jepang dan Korea di TW3-
09 diperkirakan semakin tertahan, tidak
sedalam periode sebelumnya. Kebijakan
stimulus fiskal yang agresif dan suku bunga
pinjaman Korea yang rendah mendorong
perbaikan aktivitas konsumsi dan investasi.
Revisi ke atas juga terjadi pada ekonomi ASEAN
didorong oleh solidnya ekonomi Indonesia dan
Vietnam, tumbuh di atas 4% yoy, yang
dimotori oleh kuatnya aktivitas konsumsi di
kedua negara8. Khusus Indonesia, pelaksanaan
pemilu kian mendorong pengeluaran
konsumen. Sementara itu, perlambatan
ekonomi Philipina tidak seburuk dugaan awal
yaitu tumbuh 1,5% yoy, dari 0,6% proyeksi
sebelumnya. Hal ini didorong oleh
meningkatnya aktivitas konsumsi seiring
peningkatan remitansi dan stimulus fiskal.
Kontraksi ekonomi Malaysia dan Thailand juga
semakin melambat seiring tertahannya
pemburukan investasi dan ekspor. Sebaliknya,
kondisi berbeda terjadi di Singapura dimana
ekonomi di TW3-09 tumbuh minus 3,8% yoy,
Grafik 2.55 Neraca PerdaganganGrafik 2.55 Neraca PerdaganganGrafik 2.55 Neraca PerdaganganGrafik 2.55 Neraca PerdaganganGrafik 2.55 Neraca Perdagangan
Sumber : Bloomberg
miliar yen, sa% yoy
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005
-70
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
-400
-200
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Impor, SA (lhs) US Ekspor (lhs)EU Ekspor (lhs) Asia Ekspor (lhs)
Trade balance, SA (rhs) Ekspor, SA (lhs)
Asia Pasifik Lainnya
Pemulihan ekonomi Asia Pasific semakin
solid dan lebih cepat. PDB diperkirakan
tumbuh 2,6% yoy di TW3-09, naik dari8 Negara-negara yang termasuk dalam ASEAN di sini adalah
Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
38
setelah terkontraksi 3,5% yoy triwulan
sebelumnya seiring masih lemahnya aktivitas
investasi dan konsumsi. Namun demikian,
kontraksi Singapura di TW3-09 tidak sedalam
kontraksi di TW4-08 dan TW1-09, bahkan
diprediksi akan mengalami ekspansi di TW4-
09 seiring terus membaiknya sektor eksternal.
Aktivitas ekonomi Aspac diperkirakan terus
meningkat dengan PDB tahun 2009 dan tahun
2010 diprediksi tumbuh masing-masing 2,7%
dan 6,0% yoy.
Sektor konsumsi Aspac terus
menunjukkan perbaikan sebagai imbas dari
kebijakan stimulus fiskal dan moneter masing-
masing negara. Aktivitas konsumsi kawasan
tetap solid tercermin dari rata-rata penjualan
ritel di China dan Vietnam yang masing-masing
tumbuh 15,5% yoy dan 20,6% yoy di TW3-
09 (Tabel 2.12 dan Grafik 2.57). Pemulihan
sektor perumahan China telah mendorong
penjualan bahan-bahan material dan furniture.
Selain itu, insentif Pemerintah China juga
Sumber: WEO Oktober 2009 , Consensus Forecast Oktober 2009Ket: *) Data diolah berdasarkan pangsa PPP International Comparison Program (ICP), Desember 2007 **) Data diolah berdasarkan Consensus Forecast Oktober 2009; Perkiraan BKSA berkaitan dengan perkiraan pertumbuhan ASEAN
Cetak miring merupakan angka realisasiE= ProyeksiIndia menggunakan Tahun Fiskal, Angka Triwulanan Vietnam menggunakan angka proyeksi tahunan kecuali realisasi
Perbedaan > 0.2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya Perbedaan < 0.2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya
Tabel 2.11 PDB Asia PasifikTabel 2.11 PDB Asia PasifikTabel 2.11 PDB Asia PasifikTabel 2.11 PDB Asia PasifikTabel 2.11 PDB Asia Pasifik
Asia Pasifik*Asia Pasifik*Asia Pasifik*Asia Pasifik*Asia Pasifik* 5,25,25,25,25,2 3,63,63,63,63,6 5,35,35,35,35,3 2,72,72,72,72,7 5,95,95,95,95,9 1,11,11,11,11,1 1,91,91,91,91,9 2,62,62,62,62,6 4,34,34,34,34,3 2,72,72,72,72,7 6,06,06,06,06,0
Jepang -0,7 -5,4 1,7 -5,7 1,5 -8,4 -7,2 -5,4 -1,6 -5,7 1,5
China 9,0 8,5 9,0 8,3 9,4 6,1 7,9 8,7 10,2 8,4 9,5
India 7,3 5,4 6,4 6,1 7,5 5,8 6,1 5,8 5,8 6,1 7,5
Korea 2,2 -1,0 3,6 -0,9 4,0 -4,2 -2,2 -1,3 4,0 -0,8 4,1
ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6* 4,44,44,44,44,4 0,50,50,50,50,5 4,04,04,04,04,0 0,60,60,60,60,6 4,64,64,64,64,6 -1,2-1,2-1,2-1,2-1,2 0,20,20,20,20,2 0,60,60,60,60,6 3,03,03,03,03,0 0,90,90,90,90,9 4,84,84,84,84,8
Singapura 1,1 -3,3 4,1 -4,1 5,0 -9,5 -3,5 -3,8 0,9 -2,6 5,3
Thailand 2,6 -3,5 3,7 -3,7 3,8 -7,1 -4,9 -3,6 1,4 -3,5 3,9
Philipina 3,8 1,0 3,2 1,3 3,4 0,6 1,5 1,5 1,9 1,6 3,6
Malaysia 4,6 -3,6 2,5 -3,0 4,3 -6,2 -3,9 -2,6 1,5 -2,8 4,4
Indonesia 6,1 4,0 4,8 4,3 5,1 4,4 4,0 4,0 4,9 4,4 5,4
Vietnam 6,2 4,6 5,3 4,3 5,6 3,1 3,9 4,3 4,3 4,4 6,1
Negara/Kawasan
% yoy
WEO Oktober 2009 PerkiraanSebelumnya
Perkiraan Terkini**
2008 2009E 2010E 2009 20102009E
2009E 2010ETW1-09 TW2-09 TW3-09 TW4-09
Grafik 2.56 PDB MTP Indonesia di Asia PasifikGrafik 2.56 PDB MTP Indonesia di Asia PasifikGrafik 2.56 PDB MTP Indonesia di Asia PasifikGrafik 2.56 PDB MTP Indonesia di Asia PasifikGrafik 2.56 PDB MTP Indonesia di Asia Pasifik
Sumber: Bloomberg & CF (diolah)
% yoy
Proyeksi
Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4
12
7
2
-3
-8
-13
IndonesiaChinaThailand
ASEAN 6MalaysiaIndia
AspacSingapuraKorea
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
39
mendorong penjualan auto. Bagi Vietnam,
penjualan ritel meningkat seiring kenaikan
konsumsi perusahaan dan rumah tangga.
Setelah terkontraksi sejak TW3-08, penjualan
ritel Taiwan kembali terekspansi, tumbuh 3,2%
yoy. Sementara kontraksi penjualan ritel di
Jepang, Hong Kong, Malaysia, Philipina,
Singapura dan Thailand terus melambat.
Sementara itu, menguatnya aktivitas konsumsi
di India terlihat dari tingginya penjualan
kendaraan yang tumbuh 19,1% yoy di TW3-
09 sebagai dampak holiday buying dan
kemudahan dalam memperoleh kredit.
Kontraksi sektor investasi kawasan terus
melambat. Aktivitas investasi terus menggeliat
yang tercermin dari kenaikan produksi industri,
terutama di China dan India. Produksi Industri
China tumbuh kian mengesankan mencapai
8,1% yoy di TW3-09 seiring meningkatnya
industri ringan (light industry) maupun industri
berat (heavy industry) (Tabel 2.13 dan Grafik
2.58). Produksi industri India juga semakin
solid, naik dari 3,8% yoy di TW2-09 menjadi
8,8% seiring kenaikan sektor manufaktur.
Stimulus fiskal dan membaiknya kondisi kredit
berada dibalik pulihnya aktivitas manufaktur
India. Bagi Korea, produksi industri kembali
terekspansi pada triwulan laporan, tumbuh
2,4% yoy, seiring meningkatnya produksi
Tabel 2.12 Penjualan RitelTabel 2.12 Penjualan RitelTabel 2.12 Penjualan RitelTabel 2.12 Penjualan RitelTabel 2.12 Penjualan Ritel
Kawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia Pasific 9,99,99,99,99,9 9,69,69,69,69,6 3,43,43,43,43,4 5,15,15,15,15,1 9,39,39,39,39,31 Jepang -0,1 0,4 -4,0 -2,8 -1,92 China 16,7 21,7 14,9 15,0 15,43 Korea 5,7 6,7 -2,5 2,6 3,44 India* 0,4 3,0 1,5 10,0 19,15 Hong Kong 13,2 10,8 -4,3 -5,1 -1,16 Taiwan 3,5 -1,1 -4,9 -2,9 3,27 Australia 7,8 4,2 0,1 0,4 0,0
ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam) 8,78,78,78,78,7 8,38,38,38,38,3 -0,8-0,8-0,8-0,8-0,8 -1,7-1,7-1,7-1,7-1,7 0,70,70,70,70,71 Indonesia 10,8 1,3 -2,3 3,7 4,92 Malaysia* 0,0 14,0 -9,0 -11,4 -3,43 Philipina* 19,0 6,8 -1,3 -4,2 -0,34 Singapura 4,4 3,2 -8,1 -10,1 -7,55 Thailand 2,2 4,6 -10,4 -8,4 -6,46 Vietnam 24,8 33,8 23,7 22,4 20,6
NegaraNo
Sumber: Bloomberg, CEICKet: * Indikator penjualan kendaraan
Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya
% yoy (Rata-rata)
2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09
Grafik 2.57 Penjualan RitelGrafik 2.57 Penjualan RitelGrafik 2.57 Penjualan RitelGrafik 2.57 Penjualan RitelGrafik 2.57 Penjualan Ritel
Sumber : Bloomberg, CEIC (diolah)
% yoy (3MA)% yoy (3MA)
2007 2008 200920062005
0
10
15
20
25
Indonesia TaiwanChina (rhs) Vietnam (rhs)
Hong Kong Aspac
5
-5
-10
-15
-20Mar Okt Mei Des Jul Feb Sep Apr
35
30
25
20
15
10
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
40
Kondisi ketenagakerjaan Asia Pasifik
secara keseluruhan relatif masih buruk (Grafik
2.59). Tingkat pengangguran Taiwan tercatat
6,1% di TW3-09, naik dari 5,91% di TW2-
09. Salah satu penyebab kenaikan ini adalah
terjadinya bencana angin topan marokat di
Taiwan yang berdampak pada hilangnya mata
pencaharian ribuan tenaga kerja. Sejalan
dengan Taiwan, tingkat pengangguran di
Singapura dan Filipina di triwulan laporan
juga meningkat. Naiknya pengangguran di
Singapura terjadi akibat pemutusan tenaga
kerja di sektor manufaktur sebagai dampak
resesi terburuk yang terjadi di negara
tersebut. Sebaliknya, angka pengangguran di
Korea dan Thailand menurun. Meningkatnya
kesempatan kerja di Korea sebagian
disebabkan dari usaha pemerintah dalam
menciptakan lapangan pekerjaan di sektor
publik. Mulai pulihnya ekspor Korea juga
Tabel 2.13 Produksi IndustriTabel 2.13 Produksi IndustriTabel 2.13 Produksi IndustriTabel 2.13 Produksi IndustriTabel 2.13 Produksi Industri
Kawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia Pasific 9,59,59,59,59,5 6,26,26,26,26,2 -7,0-7,0-7,0-7,0-7,0 -3,0-3,0-3,0-3,0-3,0 -0,3-0,3-0,3-0,3-0,3
1 Jepang 2,9 -3,2 -34,5 -27,9 -20,2
2 China 16,0 13,7 3,0 6,9 8,1
3 Korea 7,0 3,3 -15,9 -6,4 2,4
4 India 10,0 4,5 -0,4 3,8 8,8
5 Hong Kong -1,6 -6,5 -10,1 -9,5 -
6 Taiwan 7,6 -1,1 -32,1 -16,6 -5,5
ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam) 5,85,85,85,85,8 4,04,04,04,04,0 -10,6-10,6-10,6-10,6-10,6 -5,0-5,0-5,0-5,0-5,0 -3,5-3,5-3,5-3,5-3,5
1 Indonesia* 5,7 3,1 0,2 0,4 -0,7
2 Malaysia 2,3 0,2 -15,7 -10,8 -6,9
3 Philipina -3,4 4,6 -22,2 -18,2 -17,0
4 Singapura 6,8 -3,6 -23,6 -0,8 7,1
5 Thailand* 8,2 5,6 -18,2 -9,1 -7,1
6 Vietnam 18,1 16,3 0,1 4,0 5,7
NegaraNo
Sumber: Bloomberg, CEICKet: * Indeks Produksi Manufaktur
Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya
% yoy (Rata-rata)
2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09
mobil dan mesin-mesin. Sementara itu, mulai
meningkatnya aktivitas ekonomi dalam negeri
menahan pemburukan produksi industri di
Jepang, Taiwan, dan negara-negara kawasan
ASEAN. Perkembangan tersebut diikuti pula
oleh indikator PMI China, Korea, dan
Singapura yang terekspansi masing-masing di
level 54,3, 52,7 dan 50,6 pada September-09.
Grafik 2.58 Produksi Industri Grafik 2.58 Produksi Industri Grafik 2.58 Produksi Industri Grafik 2.58 Produksi Industri Grafik 2.58 Produksi Industri
Sumber : Bloomberg (diolah)
% yoy (3MA)% yoy (3MA)
2007 2008 200920062005
30
Korea Taiwan
China (rhs)
Singapura Aspac
Mar Okt Mei Des Jul Feb Sep Apr
20
10
0
-10
-20
-30
-40
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
41
Laju inflasi kawasan mulai meningkat
(Tabel 2.14 dan Grafik 2.60). Kenaikan inflasi
terbesar terjadi di India dari 9,3% yoy di akhir
periode TW2-09, naik menjadi 11,7%. Laju
inflasi India terus meningkat seiring kenaikan
inflasi makanan akibat gangguan supply
makanan seiring berkurangnya curah hujan,
mulai rebound nya harga komoditi global, dan
meningkatnya aktivitas ekonomi. Selain itu,
derasnya aliran modal masuk ke India telah
menyebabkan asset inflation yang pada
akhirnya mendorong kenaikan inflasi India.
Deflasi China dan Thailand terus melambat.
Inflasi China tercatat minus 0,8% yoy di TW3-
09, melambat dari minus 1,7% yoy triwulan
sebelumnya seiring kenaikan harga makanan.
Sementara deflasi Thailand melambat seiring
meningkatkan jumlah tenaga kerja di
terutama di sektor manufaktur.
Grafik 2.59 Tingkat PengangguranGrafik 2.59 Tingkat PengangguranGrafik 2.59 Tingkat PengangguranGrafik 2.59 Tingkat PengangguranGrafik 2.59 Tingkat Pengangguran
Sumber: Bloomberg
Singapura (resident)TaiwanKorea
PhilipinaThailand
%
2007 2008 2009 2010Apr Jul Okt
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0Apr Jul OktJan Apr Jul OktJan Apr Jul OktJan Apr JulJan
Tabel 2.14 InflasiTabel 2.14 InflasiTabel 2.14 InflasiTabel 2.14 InflasiTabel 2.14 Inflasi
Asia Pasifik*Asia Pasifik*Asia Pasifik*Asia Pasifik*Asia Pasifik* 5,85,85,85,85,8 3,93,93,93,93,9 2,52,52,52,52,5 1,61,61,61,61,6 2,22,22,22,22,2 2,92,92,92,92,9 2,02,02,02,02,0 2,02,02,02,02,0 2,42,42,42,42,4 2,52,52,52,52,5 3,43,43,43,43,4
Jepang 2,1 0,4 -0,3 -1,8 -2,2 -0,1 -1,0 -2,2 -1,6 -1,2 -0,9
China 4,6 1,2 -1,2 -1,7 -0,8 -0,6 -1,5 -1,3 0,7 -0,6 2,6
India 9,8 9,7 8,0 9,3 11,6 9,4 8,9 11,8 6,5 9,2 6,9
Korea 5,1 4,1 3,9 2,0 2,2 3,9 2,8 2,0 2,5 2,8 2,9
Australia 5,0 3,7 2,5 1,5 1,3 2,5 1,5 1,3 1,9 1,8 2,4
Selandia Baru 5,1 3,4 3,0 1,9 1,7 3,0 1,9 1,7 1,9 2,3 2,1
ASEAN*ASEAN*ASEAN*ASEAN*ASEAN* 11,011,011,011,011,0 7,77,77,77,77,7 5,25,25,25,25,2 1,01,01,01,01,0 1,01,01,01,01,0 5,95,95,95,95,9 2,72,72,72,72,7 0,70,70,70,70,7 2,32,32,32,32,3 2,72,72,72,72,7 4,54,54,54,54,5
ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6* 11,411,411,411,411,4 7,97,97,97,97,9 5,35,35,35,35,3 0,80,80,80,80,8 0,80,80,80,80,8 6,06,06,06,06,0 2,62,62,62,62,6 0,50,50,50,50,5 2,22,22,22,22,2 2,72,72,72,72,7 4,54,54,54,54,5
Singapura 6,7 4,3 1,6 -0,5 -0,4 2,1 -0,5 -0,4 -0,6 0,2 1,7
Thailand 6,0 0,4 -0,2 -4,0 -1,0 -0,2 -2,7 -2,1 1,3 -0,8 2,8
Philipina 11,8 8,0 6,4 1,5 0,7 6,9 3,2 0,3 2,1 3,1 4,4
Malaysia 8,2 4,4 3,5 -1,4 -2,0 3,7 1,3 -2,3 0,0 0,7 2,1
Indonesia 12,1 11,1 7,9 3,7 2,8 8,6 5,7 2,8 3,5 4,8 5,8
Vietnam 27,9 19,9 11,3 3,9 2,4 14,5 6,3 2,6 5,3 7,1 9,1
Negara/Kawasan
% yoy
TW3-08 TW4-08 TW1-09 TW2-09 TW3-09
Akhir Periode (% yoy) Rata-rata (% yoy)
TW1-09 TW2-09 TW3-09 TW4-09E 2009E 2010E
Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast Oktober 2009Ket: *) Data diolah berdasarkan pangsa PPP International Comparison Program (ICP), Desember 2007
**) Data diolah berdasarkan Consensus Forecast Oktober 2009; Perkiraan BKSA berkaitan dengan perkiraan inflasi ASEAN***) Data periode sebelumnyaE= ProyeksiIndia menggunakan Tahun Fiskal, Angka Triwulanan Vietnam menggunakan angka proyeksi tahunan kecuali realisasi Perbedaan > 0.2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya Perbedaan < 0.2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
42
kenaikan inflasi makanan dan melambatnya
deflasi transportasi dan komunikasi. Namun
demikian, deflasi di Jepang dan Malaysia
seiring belum sepenuhnya pulih permintaan
domestik. Laju inflasi kawasan kedepan
diperkirakan terus meningkat hingga
mencapai 2,4% yoy di TW4-09 dengan asumsi
aktivitas ekonomi domestik yang semakin
pulih. Secara keseluruhan, inflasi Aspac di 2009
dan 2010 diperkirakan tercatat 2,4% yoy dan
3,2%
Kedepan negara-negara kawasan diperkirakan
akan mempertahankan kebijakan moneter bias
netral hingga TW-10. Selanjutnya kebijakan
moneter ketat akan ditempuh seiring
meningkatnya aktivitas ekonomi dan ancaman
kenaikan laju inflasi kedepan.
Grafik 2.60 Inflasi IHKGrafik 2.60 Inflasi IHKGrafik 2.60 Inflasi IHKGrafik 2.60 Inflasi IHKGrafik 2.60 Inflasi IHK
Sumber: Bloomberg & CF (diolah)
% yoy
2000 2003 2005 2008 2009
ASEAN 6ChinaSingapura
20
15
10
5
0
-5
-10Tw1Tw3 Tw1 Tw3 Tw1Tw3Tw1Tw3 Tw1Tw3 Tw1Tw3 Tw1Tw3Tw1Tw3Tw1Tw3 Jan Mei Jul Tw3
2001 2002 2004 2006 2007
Tw1
Proyeksi
AspacIndonesiaThailand
Grafik 2.61 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.61 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.61 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.61 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.61 Suku Bunga Kebijakan
Sumber: Bloomberg & GDW (diolah)
% yoy
2007 2008 2009 2010
Sep
13
11
9
7
5
3
1
-1Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Jun Ags Okt Mar Sep
ProyeksiAspacIndonesiaIndia
AustraliaASEAN 6China
Korea
Secara umum bank sentral di kawasan
masih menempuh suku bunga kebijakan tetap
di TW3-09 (Grafik 2.61). Hal ini dilandasi masih
belum sepenuhnya pulih ekonomi domestik
dan adanya potensi risiko peningkatan inflasi
ke depan. Dua negara yang memangkas suku
bunga kebijakan selama TW3-09 yaitu
Indonesia dan Philipina masing-masing 50bps
dan 25bps menjadi 6,5% yoy dan 4%.
Philipina menempuh kebijakan moneter
longgar untuk terus mendorong aktivitas
ekonomi domestik ditengah rata-rata inflasi
yang masih berada pada target bank sentral.
Negara kawasan terus meluncurkan
stimulus fiskal selama TW3-09. Pemerintah
Singapura memperpanjang jobs credit
scheme hingga Juni-09 untuk mencegah kian
terpuruknya sektor ketenagakerjaan
kedepan. Jobs credit scheme berbentuk
subsidi Central Provident Fund Payroll bagi
perusahaan untuk menanggung dana
pensiun bagi tenaga kerja Singapura kecuali
non permanent resident. Namun demikian,
besarnya subsidi akan dikurangi dari
sebelumnya 12% pada setiap pekerja
(berakhir Desember-09) menjadi 6% hingga
Maret 2010 dan selanjutnya 3% hingga Juni
2010. Subsidi ini diperkirakan akan
menghabiskan SGD675 juta pada semester
I-2010 atau sebesar 0,3% dari PDB.
Sementara itu, Pemerintah Vietnam kembali
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
43
ajukan paket stimulus tambahan kedua senilai
300 triliun Dong (USD17 miliar) untuk
pembangunan infrastruktur, meningkatkan
ekspor dan dana jaminan keamanan sosial.
Paket ini akan memperbesar defisit fiskal
Vietnam pada kisaran 10-12% terhadap PDB
di 2009, naik dari 4,8% di 2008.
Kontraksi ekspor dan impor Asia Pasifik
terus melambat. Ekspor kawasan tumbuh
minus 21,4% yoy di TW3-09, dari minus
26,2% yoy triwulan sebelumnya (Tabel 2.15
dan Grafik 2.62). Perlambatan ekspor terbesar
terjadi di Taiwan dan India, masing-masing
tumbuh minus 20,6% yoy dan minus 20,5%
yoy pada triwulan laporan, membaik dari
masing-masing minus 32,1% yoy dan 30%
di TW2-09. Kontraksi ekspor Taiwan melambat
seiring meningkatnya ekspor barang-barang
komunikasi dan telekomunikasi. Sementara
kontraksi ekspor India melambat seiring
perbaikan pada ekspor pertanian. Perbaikan
kinerja ekspor juga terjadi di Korea didorong
oleh peningkatan ekspor Teknologi Informasi
(TI) terutama ke China dan Jepang.
Melambatnya kontraksi ekspor juga terjadi di
negara kawasan lainnya seiring dengan mulaiGrafik 2.62 EksporGrafik 2.62 EksporGrafik 2.62 EksporGrafik 2.62 EksporGrafik 2.62 Ekspor
% yoy
Sumber: Bloomberg, DOT(diolah)
AspacASEAN 6Indonesia
China3 per. Mov. Avg. (Aspac)
Korea
60
50
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
-40JanMar Jul SepNovMei JanMar Jul SepNovMei JanMar Jul SepNovMei JanMar Jul SepNovMei JanMar Jul SepMei
2005 2006 2007 2008 2009
Tabel 2.15 Ekspor AspacTabel 2.15 Ekspor AspacTabel 2.15 Ekspor AspacTabel 2.15 Ekspor AspacTabel 2.15 Ekspor Aspac
Kawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia Pasific 18,618,618,618,618,6 12,712,712,712,712,7 -24,6-24,6-24,6-24,6-24,6 -26,2-26,2-26,2-26,2-26,2 -21,4-21,4-21,4-21,4-21,4
1 Jepang 10,4 -2,9 -46,9 -39,3 -34,9
2 China 26,7 17,8 -20,1 -23,5 -20,5
3 Korea 14,3 14,5 -25,2 -20,5 -16,9
4 India 24,8 16,3 -27,8 -30,0 -20,5
5 Hong Kong 8,9 5,4 -22,0 -12,7 -14,1
6 Taiwan 9,9 5,0 -36,2 -32,1 -20,6
7 Australia 4,3 27,9 24,2 -8,9 -18,5
ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam) 13,413,413,413,413,4 15,515,515,515,515,5 -24,7-24,7-24,7-24,7-24,7 -25,6-25,6-25,6-25,6-25,6 -17,8-17,8-17,8-17,8-17,8
1 Indonesia 13,2 20,7 -32,0 -26,0 -19,3
2 Malaysia 9,8 15,1 -19,8 -26,2 -21,4
3 Philipina 7,8 -2,4 -36,8 -29,0 -23,2
4 Singapura 10,1 6,1 -27,4 -25,4 -19,9
5 Thailand 17,3 16,7 -19,7 -26,0 -17,3
6 Vietnam 21,9 26,3 2,5 -17,4 -19,6
NegaraNo
Sumber: Bloomberg, CEIC
Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya
% yoy (Rata-rata)
2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
44
menguatnya permintaan dunia terutama intra
perdagangan Asia. Menguatnya permintaan
ini sebagai dampak adanya investment
restocking sejalan dengan mulai menguatnya
sektor industri di masing-masing negara.
Tabel 2.16 Impor AspacTabel 2.16 Impor AspacTabel 2.16 Impor AspacTabel 2.16 Impor AspacTabel 2.16 Impor Aspac
Kawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia Pasific 16,316,316,316,316,3 20,720,720,720,720,7 -30,69-30,69-30,69-30,69-30,69 -27,66-27,66-27,66-27,66-27,66 -22,70-22,70-22,70-22,70-22,70
1 Jepang 8,3 8,3 -37,2 -40,0 -39,6
2 China 20,7 19,9 -30,8 -20,5 -11,8
3 Korea 15,4 23,4 -32,6 -35,8 -30,8
4 India 24,7 36,3 -32,6 -35,0 -33,6
5 Hong Kong 10,4 5,9 -22,4 -14,7 -10,2
6 Taiwan 8,3 10,9 -45,9 -37,9 -29,2
7 Australia 7,8 19,4 1,3 -10,8 -12,0
ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam) 14,914,914,914,914,9 26,026,026,026,026,0 -35,1-35,1-35,1-35,1-35,1 -31,0-31,0-31,0-31,0-31,0 -22,2-22,2-22,2-22,2-22,2
1 Indonesia 22,0 42,6 -35,7 -37,1 -26,0
2 Malaysia 5,8 3,7 -29,0 -23,7 -18,4
3 Philipina 7,3 3,5 -34,2 -28,2 -30,0
4 Singapura 4,7 14,5 -27,3 -28,4 -22,7
5 Thailand 9,1 27,4 -38,3 -32,3 -28,0
6 Vietnam 37,7 36,9 -44,1 -23,2 -3,3
NegaraNo
Sumber: Bloomberg, CEIC
Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya
% yoy (Rata-rata)
2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09
Grafik 2.63 ImporGrafik 2.63 ImporGrafik 2.63 ImporGrafik 2.63 ImporGrafik 2.63 Impor
% yoy
Sumber: Bloomberg, DOT(diolah)
2007 2008 2009
80
60
40
20
0
-20
-40
-60
AspacASEAN 6Indonesia 3 per. Mov. Avg. (Aspac)Korea
ChinaSingapura
Jan Mar Jul Sep NovMei Jan Mar Jul Sep NovMei Jan Mar Jul SepMei
mulai meningkatnya aktivitas ekonomi
domestik. Impor Vietnam di TW3-09 hanya
terkontraksi 3,3% yoy seiring kenaikan di
impor elektronik, mesin-mesin dan baja (Tabel
2.16 dan Grafik 2.63). Perlambatan kontraksi
impor juga terjadi di China, dari minus 20,5%
yoy di TW2-09, menjadi minus 11,8% yoy
seiring kenaikan impor bahan baku.
Outlook.Outlook.Outlook.Outlook.Outlook. Prospek ekonomi Kawasan
Aspac di sisa 2009 diperkirakan semakin
membaik. Sinyal pemulihan ekonomi semakin
nyata seperti tercermin pada mulai
meningkatnya aktivitas permintaan domestik
sebagai dampak dari serangkaian kebijakan
moneter dan fiskal yang ditempuh negara-
negara kawasan. Ekonomi China yang
merupakan penopang ekonomi kawasan
diperkirakan akan terus tumbuh menguat
seiring kian solidnya permintaan domestik. Di
Sejalan dengan ekspor, pemburukan
impor kedepan juga terus melambat seiring
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
45
1,1% yoy dan minus 0,8% yoy. Sedangkan
inflasi kawasan Aspac di 2009 dan 2010
masing-masing diprediksi tumbuh 2,7% yoy
dan 3,0% yoy.
Bank Sentral kawasan diprediksi akan
menempuh kebijakan suku bunga bias ketat
seiring meningkatnya risiko kenaikan inflasi
kedepan. Sementara di tengah resesi ekonomi
dan terbatasnya ruang penurunan suku bunga
kebijakan, BoJ diperkirakan akan tetap
mempertahankan suku bunga kebijakan
selama 2009 dan 2010. Ke depan, negara
kawasan diperkirakan akan tetap konsisten
meluncurkan sejumlah stimulus ekonomi guna
mendongkrak kinerja perekonomian.
F. AFRIKA DAN TIMUR TENGAH
Saudi Arabia
Perkembangan ekonomi Arab Saudi
diperkirakan mulai menunjukkan tanda-tanda
pemulihan. Berbagai indikator konsumsi
menunjukkan perbaikan, meski masih dalam
level yang rendah, sementara laju kontraksi
aktivitas investasi mulai tertahan. Kinerja
sektor eksternal juga menunjukkan
perkembangan positif. Kontraksi ekspor
melambat seiring dengan mulai membaiknya
ekonomi dunia dan naiknya harga minyak
dunia. Sementara itu, inflasi TW3-09 masih
menunjukkan tren yang menurun namun
mulai terdapat sinyal peningkatan inflasi
kedepan. Hal ini mendorong bank sentral
untuk tetap menahan suku bunga kebijakan
selama triwulan laporan. Secara keseluruhan,
keseluruhan 2009, ekonomi ASEAN diprediksi
tumbuh 0,5% yoy dengan ekonomi Singapura,
Thailand dan Malaysia terkontraksi pada tahun
laporan. Sementara ekonomi kawasan Asia
Pasifik diperkirakan tumbuh 3,6% yoy. Jepang
mengalami kontraksi cukup dalam, tumbuh
minus 5,4% yoy, jauh dibandingkan
pertumbuhan minus 0,7% yoy di 2008 atau
2,3% yoy di 2007 (WEO-IMF, Oktober-09).
Walaupun kinerja ekonomi Jepang kedepan
diperkirakan masih penuh ketidakpastian,
indikasi tertahannya pemburukan pada
sejumlah indikator ekonomi semakin menguat.
Kondisi ini sejalan dengan hasil survei Tankan
di TW3-09 terhadap kinerja ekonomi kedepan
yang terus menunjukkan sinyal positif.
Berbagai stimulus kebijakan yang diluncurkan
oleh Pemerintah dan BoJ diperkirakan semakin
menunjukkan hasilnya di TW3-09. Sejumlah
leading indicator terkini terus membaik.
Selanjutnya, ekonomi Jepang di 2010
diprediksi mulai mengalami ekspansi, tumbuh
1,7% yoy.
Tekanan inflasi di sejumlah negara
kawasan diperkirakan meningkat di sisa 2009,
kecuali Jepang dan Singapura yang
diperkirakan masih mengalami deflasi. Bagi
Jepang, relatif menguatnya Yen terhadap mata
uang utama dunia, jatuhnya harga komoditi,
resesi dalam negeri dan turunnya upah
diperkirakan menjadi faktor utama terjadinya
deflasi. Sementara itu, terus menguatnya
aktivitas ekonomi domestik di sejumlah negara
kawasan mulai meningkatkan potensi risiko
inflasi kedepan. Inflasi Jepang pada 2009 dan
2010 masing-masing diperkirakan minus
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
46
indikator pembukaan letter of credit (LC)
impor baru untuk barang konsumsi
mengalami levelling off menjadi minus 20,8%
yoy dari minus 24,6% yoy triwulan
sebelumnya. Sejalan dengan membaiknya
aktivitas konsumsi, kontraksi aktivitas investasi
juga tertahan. Laju kontraksi pembukaan LC
impor baru untuk barang modal menjadi
minus 29% yoy dari minus 32,9% yoy triwulan
sebelumnya (Grafik 2.65).
Secara umum, tren penurunan inflasi di
TW3-09 masih berlanjut (Grafik 2.66). Inflasi
IHK di triwulan laporan (rata-rata) tercatat
4,2% yoy, lebih rendah dari 5,3% yoy triwulan
sebelumnya. Perkembangan ini didorong oleh
masih relatif rendahnya harga komoditas dan
pelemahan dollar AS. Kelompok makanan dan
minuman (bobot 26%) menyumbang
penurunan terbesar, tercatat 0,8% yoy dari
1,9% yoy triwulan sebelumnya. Selain itu,
biaya sewa (bobot 18%) juga tercatat turun
ke level 12,9% yoy dari 16,2% yoy triwulan
sebelumnya terkait dengan peningkatan
jumlah pasokan dan menurunnya harga bahan
bangunan. Di akhir triwulan laporan
(September-09), inflasi IHK sempat kembali
meningkat mencapai 4,4% yoy. Hal ini terkait
dengan faktor musiman akibat perayaan hari
raya keagamaan (Idul Fitri) meski secara rata-
rata, perkembangan inflasi ini masih lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
Namun demikian, dengan perkembangan
harga komoditi di TW3-09 yang mulai
merangkak naik, diperkirakan akan
mendorong tingkat inflasi dalam level yang
moderat.
PDB Arab Saudi di 2009 diprediksi
terkontraksi 1% yoy dan kembali positif di
2010 seiring dengan kian membaiknya
aktivitas ekonomi.
Grafik 2.64 PDBGrafik 2.64 PDBGrafik 2.64 PDBGrafik 2.64 PDBGrafik 2.64 PDB
(% yoy)
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg, Jadwa Investment
PDB Riil
Sektor Minyak
Sektor Swasta Non-Minyak
Grafik 2.65 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.65 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.65 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.65 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.65 Indikator Konsumsi dan Investasi
% yoy
-40
-20
0
20
40
60
80
2009TW-1 TW-2 TW-3 TW-4 TW-1 TW-2 TW-3
2008
Sumber: Saudi Arabia Monetary Authority (SAMA)
LC Impor Brg Modal
LC Impor Brg Konsumsi
Penjualan
Ekonomi Arab Saudi di TW3-09
mulai menunjukkan indikasi pemulihan.
Perkembangan ini terutama didukung oleh
membaiknya aktivitas konsumsi dan investasi
(Grafik 2.65). Hal ini tercermin dari indikator
transaksi penjualan (points of sale transactions)
yang tumbuh 2,5% yoy di TW3-09 dari 1,3%
yoy triwulan sebelumnya. Sementara kontraksi
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
47
Saudi Arabian Monetary Authority
(SAMA) menempuh kebijakan tetap di TW3-
09. Hal ini dilandasi oleh ekonomi domestik
yang belum sepenuhnya pulih dan adanya
potensi risiko peningkatan inflasi kedepan,
namun diperkirakan masih dalam level yang
terjaga. Selama triwulan laporan, suku bunga
kebijakan Arab Saudi (reverse repo rate)
berada di level mencapai level 0,25%,
sementara repo rate (suku bunga pinjaman
yang dikenakan oleh SAMA) bertahan di level
2% (Grafik 2.67).
Performa sektor eksternal Arab Saudi
di TW3-09 kian membaik, seiring dengan kian
melambatnya kontraksi ekspor. Mulai
membaiknya ekonomi dunia turut mendorong
permintaan akan ekspor non-minyak Arab
Saudi. Di akhir triwulan laporan, kontraksi
ekspor non minyak melambat mencapai minus
19% yoy dari minus 23% yoy triwulan
sebelumnya seiring dengan meningkatnya
permintaan akan produk plastik dan
petrokimia. Sementara itu, kombinasi
meningkatnya produksi dan mulai naiknya
harga minyak dunia meningkatkan
penerimaan ekspor minyak. Penerimaan
ekspor minyak diperkirakan mencapai
USD126,8 miliar sementara ekspor total 2009
diprediksi mencapai USD153 miliar. Di sisi lain,
masih relatif lemahnya permintaan domestik
menyebabkan impor terkontraksi 34% yoy di
akhir triwulan. Total pengeluaran impor di
2009 diperkirakan mencapai USD88,1 miliar,
sehingga terdapat surplus neraca perdagangan
sebesar USD65,3 miliar.
Outlook Arab SaudiOutlook Arab SaudiOutlook Arab SaudiOutlook Arab SaudiOutlook Arab Saudi. Proses pemulihan
kinerja ekonomi Arab Saudi di sisa 2009
diperkirakan masih terus berlangsung.
Walaupun aktivitas konsumsi dan investasi
maupun kinerja sektor eksternal diprediksi
belum sepenuhnya pulih, namun tidak
seburuk performa di periode sebelumnya.
Implementasi simulus fiskal pemerintah
kedepan seiring dengan mulai membaiknya
ekonomi global dan kenaikan harga
komoditi diperkirakan mampu mendorong
proses pemulihan kedepan. Berdasarkan
perkembangan tersebut, ekonomi Arab Saudi
Grafik 2.66 InflasiGrafik 2.66 InflasiGrafik 2.66 InflasiGrafik 2.66 InflasiGrafik 2.66 Inflasi
% yoy
-5
0
5
10
15
20
25
2006 2007 2008 2009
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep
Sumber: Bloomberg
CPI
Food and beverages
Renovation, rent fuel, and water
Grafik 2.67 Suku BungaGrafik 2.67 Suku BungaGrafik 2.67 Suku BungaGrafik 2.67 Suku BungaGrafik 2.67 Suku Bunga
Reverse RepoRate
Repo Rate
%
0
1
2
3
4
5
6
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
48
secara keseluruhan di 2009 diperkirakan akan
terkontraksi 0,9% yoy dan mulai tumbuh
positif 4,2% yoy di 2010 (WEO-IMF, Oktober-
09). Tekanan inflasi IHK di sisa 2009
diperkirakan sedikit meningkat terkait dengan
meningkatnya harga komoditas dan adanya
pola musiman perayaan ibadah haji di akhir
2009. Secara keseluruhan, inflasi IHK di 2009
dan 2010 diperkirakan berada di kisaran 4,5%
yoy dan 4% yoy (WEO-IMF, Oktober-09).
Afrika Selatan
Perkembangan perekonomian Afrika
Selatan di TW3-09 mulai menunjukkan adanya
perbaikan. Laju kontraksi berbagai indikator
perekonomian menunjukkan indikasi
perlambatan. Kontraksi konsumsi mulai
tertahan, meski masih dalam level yang
rendah, sementara aktivitas investasi mulai
meningkat. Perkembangan positif juga terlihat
di sektor eksternal. Kontraksi ekspor
melambat, sehingga berdampak positif pada
meningkatnya surplus perdagangan. Dari sisi
penawaran, perbaikan ekonomi terlihat dari
membaiknya aktivitas produksi terutama pada
sektor manufaktur, konstruksi, dan
pertambangan. Seiring dengan berlanjutnya
tren penurunan inflasi, bank sentral kembali
memangkas suku bunga kebijakan di triwulan
laporan. Secara keseluruhan, PDB Afrika
Selatan di 2009 diprediksi terkontraksi menjadi
minus 2,7% yoy. Selanjutnya, ekonomi di 2010
diprediksi mulai tumbuh positif.
Meski masih lemah, indikasi pemulihan
ekonomi Afrika Selatan di TW3-09 mulai
nampak. Kontraksi PDB di TW3-09 semakin
melambat menjadi minus 2,1% yoy dari minus
2,6% yoy triwulan sebelumnya (Grafik 2.68).
Tertahannya kontraksi ekonomi di TW3-09
tersebut terutama didorong oleh membaiknya
aktivitas investasi dan industri manufaktur
(Grafik 2.70). Investasi pemerintah di bidang
infrastruktur meningkat terkait dengan jelang
piala dunia di 2010. Sementara laju kontraksi
produksi manufaktur melambat menjadi minus
13,3% yoy dari minus 18,7% yoy seiring
dengan membaiknya permintaan ekspor
terhadap barang-barang manufaktur. Hal yang
sama juga terlihat dari indikator leading aktivitas
ekonomi Purchasing Manager Index (PMI) Total
dan PMI Bisnis mengalami peningkatan selama
triwulan laporan (Grafik 2.68).
Di lain pihak, kontraksi konsumsi mulai
tertahan meski masih dalam level yang rendah.
Membaiknya aktivitas konsumsi tercermin
pada indeks penjualan eceran dan kendaraan
yang kontraksinya semakin tertahan masing-
masing menjadi minus 5,2% yoy dan minus
Grafik 2.68 Indikator PMI dan PDBGrafik 2.68 Indikator PMI dan PDBGrafik 2.68 Indikator PMI dan PDBGrafik 2.68 Indikator PMI dan PDBGrafik 2.68 Indikator PMI dan PDB
Sumber: Bloomberg
PDB, lhs PMI Aktivitas Bisnis, rhs
PMI Total, rhs Avg Jk, Pjg PMI Aktivitas Bisnis, rhs
Avg Jk, Pjg PMI Total, rhs
Indeks% yoy
-3,0
-1,0
1,0
3,0
5,0
7,0
9,0
2006 2007 2008 2009
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
49
25,8% yoy TW2-09 dari minus 6,2% yoy dan
minus 36% yoy triwulan sebelumnya (Grafik
2.69).
Tren penurunan inflasi IHK masih terus
berlangsung (Grafik 2.71). Inflasi IHK selama
triwulan laporan tercatat 6,4% yoy, dari 7,8%
yoy triwulan sebelumnya seiring dengan
menurunnya harga makanan dan biaya impor
akibat apresiasi nilai tukar Afrika Selatan
(Rand). Inflasi makanan dan minuman (bobot
18,3%) turun ke level 5,2% yoy dari 10,2%
yoy triwulan sebelumnya. Sementara itu,
deflasi harga transportasi (bobot 18%)
semakin dalam menjadi minus 2,9% yoy dari
minus 2,1% yoy triwulan sebelumnya. Namun
demikian, inflasi IHK ini masih sedikit di atas
Grafik 2.69 Indikator KonsumsiGrafik 2.69 Indikator KonsumsiGrafik 2.69 Indikator KonsumsiGrafik 2.69 Indikator KonsumsiGrafik 2.69 Indikator Konsumsi
Secara sektoral, kinerja sektor
manufaktur, konstruksi, dan pertambangan
yang selama ini menjadi motor penggerak
ekonomi cenderung membaik di TW3-09.
Kontraksi PDB sektor manufaktur dan
pertambangan masing-masing tercatat minus
11,5% yoy dan minus 6,7% yoy dari minus
15,2% yoy dan minus 7,4% yoy triwulan
sebelumnya. Sementara itu, sektor konstruksi
masih stabil, tumbuh 8,4% yoy pada triwulan
laporan. Perkembangan positif ini juga
mendorong perbaikan persepsi pelaku bisnis.
Indeks kepercayaan binis kembali meningkat
dan mendekati rata-rata posisi jangka
panjangnya (Grafik 2.70). Namun demikian,
proses pemulihan ekonomi Afrika Selatan ini
masih dibayangi oleh tingginya tingkat
pengangguran. Tingkat pengangguran di
TW3-09 mencapai 24,5%, lebih tinggi
dibandingkan jangka panjangnya yakni
sebesar 23,3%.
Grafik 2.70 Indikator ProduksiGrafik 2.70 Indikator ProduksiGrafik 2.70 Indikator ProduksiGrafik 2.70 Indikator ProduksiGrafik 2.70 Indikator Produksi
Sumber: Bloomberg
% yoy Indeks
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
2005 2006 2007 2008 2009
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep70
75
80
85
90
95
100
105
110
Produksi manufaktur, lhs
Kepercayaan bisnis, rhsRata-rata jk pjg indeks kepercayaan bisnis, rhs
Grafik 2.71 Inflasi dan Suku Bunga KebijakanGrafik 2.71 Inflasi dan Suku Bunga KebijakanGrafik 2.71 Inflasi dan Suku Bunga KebijakanGrafik 2.71 Inflasi dan Suku Bunga KebijakanGrafik 2.71 Inflasi dan Suku Bunga Kebijakan
(% yoy)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul SepJan Mar Mei Jul Sep Nov
2006 2007 2008 20092005
Sumber: Bloomberg
Suku Bunga Kebijakan (Repo Rate)Suku Bunga PUAB 3blnInflasi IHK
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
50
target inflasi yang ditetapkan pemerintah
(3-6% yoy) di 2009. Di tengah ekonomi yang
masih relatif lemah dan menurunnya tekanan
inflasi, bank sentral Afrika Selatan masih
menerapkan kebijakan moneter longgar. Suku
bunga kebijakan (repo rate) di TW3-09 berada
di level 7%, atau terpangkas 50bps dari
triwulan sebelumnya (Grafik 2.74).
Di sektor eksternal, kinerja ekspor terus
membaik dan surplus neraca perdagangan
meningkat (Grafik 2.72). Kontraksi ekspor di
September-09 melambat menjadi minus
25,4% yoy, seiring membaiknya permintaan
ekspor barang mineral ditengah kenaikan
harga komoditi. Sementara itu, kontraksi
impor cenderung meningkat, di akhir triwulan
terkontraksi 37% yoy dari kontraksi 34% yoy
triwulan sebelumnya sebagai dampak dari
masih relatif lemahnya konsumsi domestik.
Kontraksi nilai impor yang lebih besar
dibandingkan kontraksi nilai ekspor
berdampak pada meningkatnya surplus neraca
perdagangan yang mencapai USD3,9 miliar
dari USD3,2 miliar triwulan sebelumnya.
Sementara itu, cadangan devisa Afrika Selatan
(tanpa emas) hingga akhir TW3-09 tercatat
sebesar USD32,3 miliar, atau naik 5,7%
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Outlook Afrika Selatan.Outlook Afrika Selatan.Outlook Afrika Selatan.Outlook Afrika Selatan.Outlook Afrika Selatan. Proses
pemulihan ekonomi Afrika Selatan di sisa 2009
diperkirakan berjalan lambat. Masih relatif
lemahnya daya beli masyarakat akibat tingkat
pengangguran yang masih tinggi diperkirakan
masih membayangi proses pemulihan ekonomi
kedepan. Namun demikian, peningkatan
investasi pemerintah menjelang persiapan piala
dunia 2010 ditengah mulai membaiknya
perekonomian global dan meningkatnya harga
komoditi diperkirakan mampu mendorong
proses pemulihan kedepan. Berdasarkan
perkembangan tersebut, Consensus Forecast
Oktober-09 memproyeksikan ekonomi Afrika
Selatan secara keseluruhan di 2009 akan
terkontraksi 2,1% yoy dan mulai tumbuh positif
1,7% yoy di 2010 (WEO-IMF, Oktober-09).
Tekanan inflasi IHK di sisa 2009
diperkirakan masih relatif tinggi. Inflasi IHK
Afrika Selatan di 2009 dan 2010 (rata-rata)
berada di kisaran 7,2% yoy dan 6,2% yoy
(WEO-IMF, Oktober-09). Kenaikan tarif listrik
yang diterapkan oleh pemerintah dan mulai
merangkaknya harga komoditi diperkirakan
akan menjadi faktor dibalik masih tingginya
tingkat inflasi. Indikasi pemulihan yang masih
lemah dan tingkat inflasi yang masih diluar
target yang ditetapkan pemerintah
diperkirakan mendorong bank sentral untuk
menahan suku bunga kebijakan di level 7%
setidaknya hingga semester pertama 2010.Grafik 2.72 Neraca Perdagangan, Ekspor,Grafik 2.72 Neraca Perdagangan, Ekspor,Grafik 2.72 Neraca Perdagangan, Ekspor,Grafik 2.72 Neraca Perdagangan, Ekspor,Grafik 2.72 Neraca Perdagangan, Ekspor,dan Impordan Impordan Impordan Impordan Impor
(% yoy) Miliar USD
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
-20
-15
-10
-5
0
5
2005 2006 2007 2008 2009
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep
Sumber: Bloomberg
Neraca Pembayaran (rhs)Ekspor (lhs)
Impor (lhs)
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
51
Boks 2.1
Proyeksi PDB Terkini: World Economic Outlook,IMF-Oktober 2009
Pertumbuhan ekonomi dunia mulaiPertumbuhan ekonomi dunia mulaiPertumbuhan ekonomi dunia mulaiPertumbuhan ekonomi dunia mulaiPertumbuhan ekonomi dunia mulai
membaik dari perkiraan sebelumnya,membaik dari perkiraan sebelumnya,membaik dari perkiraan sebelumnya,membaik dari perkiraan sebelumnya,membaik dari perkiraan sebelumnya,
namun belum kokoh.namun belum kokoh.namun belum kokoh.namun belum kokoh.namun belum kokoh. IMF merevisi
keatas proyeksi pertumbuhan PDB
dunia 2009 dan 2010 masing-masing
menjadi minus 1,1% yoy dari minus
1,4% dan 3,1% yoy dari 2,5% di
Oktober-09 (lihat Tabel 1. Proyeksi
PDB Terkini). Revisi tersebut
dilatarbelakangi oleh peningkatan
pertumbuhan ekonomi dunia yang
dimotori oleh pertumbuhan ekonomi
kawasan Asia dan proses pemulihan
berupa tertahannya pemburukan
ekonomi yang terjadi di kawasan
lainnya. Perkembangan tersebut
merupakan dampak positif dari
intervensi pemerintah yang agresif
yang mampu mendorong permintaan
domestik dan menurunkan risiko
sistemik di pasar keuangan.
Kontraksi pertumbuhan ekonomiKontraksi pertumbuhan ekonomiKontraksi pertumbuhan ekonomiKontraksi pertumbuhan ekonomiKontraksi pertumbuhan ekonomi
negara maju 2009 tertahan menjadinegara maju 2009 tertahan menjadinegara maju 2009 tertahan menjadinegara maju 2009 tertahan menjadinegara maju 2009 tertahan menjadi
minus 3,4% yoy dari minus 3,9%.minus 3,4% yoy dari minus 3,9%.minus 3,4% yoy dari minus 3,9%.minus 3,4% yoy dari minus 3,9%.minus 3,4% yoy dari minus 3,9%.
Hal tersebut terutama disebabkan
oleh tertahannya laju kontraksi
permintaan sebagai dampak
kebijakan stimulus pemerintah yang
agresif dan perbaikan sektor
keuangan dan perbankan. Selain itu,
sektor swasta juga membaik seiring
meningkatnya aliran modal
internasional. Tertahannya kontraksi
ekonomi dialami oleh kawasan Euro
dan Jepang masing-masing sebesar
minus 4,2% yoy dan minus 5,4% yoy,
sedangkan AS dan Inggris sedikit
melemah menjadi minus 2,7% yoy
dan minus 4,4%. Namun demikian,
pengangguran yang masih
meningkat dan harga asset
perumahan yang masih rendah
menahan laju proses pemulihan
permintaan.
Pertumbuhan ekonomi negaraPertumbuhan ekonomi negaraPertumbuhan ekonomi negaraPertumbuhan ekonomi negaraPertumbuhan ekonomi negara
berkembang diproyeksi semakin solidberkembang diproyeksi semakin solidberkembang diproyeksi semakin solidberkembang diproyeksi semakin solidberkembang diproyeksi semakin solid
dengan pertumbuhan PDB 2009dengan pertumbuhan PDB 2009dengan pertumbuhan PDB 2009dengan pertumbuhan PDB 2009dengan pertumbuhan PDB 2009
mencapai 1,7% yoy dari 1,5%mencapai 1,7% yoy dari 1,5%mencapai 1,7% yoy dari 1,5%mencapai 1,7% yoy dari 1,5%mencapai 1,7% yoy dari 1,5%
proyeksi sebelumnya.proyeksi sebelumnya.proyeksi sebelumnya.proyeksi sebelumnya.proyeksi sebelumnya. Hal ini terutama
didorong oleh peningkatan
permintaan domestik seiring
membaiknya sektor manufaktur,
penjualan ritel, tingkat keyakinan
konsumen, dan harga asset
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
52
perumahan sebagai dampak stimulus
kebijakan pemerintah dan
membaiknya perdagangan dan
keuangan dunia. Pertumbuhan
ekonomi negara berkembang
dimotori oleh pertumbuhan di China
dan India. PDB China di 2009 direvisi
ke atas menjadi 8,5% yoy, dan India
tumbuh stabil di 5,4% yoy. Sementara
pertumbuhan ekonomi di negara
ASEAN-5 direvisi menjadi 0,7% yoy
dari -0,3% proyeksi sebelumnya.
Risiko downside pertumbuhanRisiko downside pertumbuhanRisiko downside pertumbuhanRisiko downside pertumbuhanRisiko downside pertumbuhan
ekonomi semakin berkurang namunekonomi semakin berkurang namunekonomi semakin berkurang namunekonomi semakin berkurang namunekonomi semakin berkurang namun
masih menjadi perhatian.masih menjadi perhatian.masih menjadi perhatian.masih menjadi perhatian.masih menjadi perhatian. Risiko
utama dalam jangka pendek adalah
tertahannya pemulihan ekonomi
akibat kebijakan moneter dan fiskal
yang terhenti terlalu dini.
Pengalaman krisis ekonomi di tahun
1930, pemulihan sentimen sektor
keuangan yang cepat telah
mendorong peningkatan konsumsi
dan investasi yang lebih tinggi dari
perkiraan. Namun, seiring dengan
risiko penurunan posisi fiskal,
terhentinya kebijakan dalam
mendukung sektor keuangan dapat
berakibat pada periode stagnasi dan
krisis yang lebih panjang.
Inflasi relatif stabil di level rendah.Inflasi relatif stabil di level rendah.Inflasi relatif stabil di level rendah.Inflasi relatif stabil di level rendah.Inflasi relatif stabil di level rendah.
Peningkatan permintaan domestik di
sebagian kawasan belum mampu
mendorong naiknya inflasi, seiring
kapasitas produksi yang masih rendah
dan terbatasnya pendanaan rumah
tangga. Inflasi 2009 di negara maju
stabil di 0,1% yoy, sedangkan inflasi
negara berkembang di 5,5% yoy
sedikit meningkat 0,2% yoy dari
perkiraan sebelumnya. Sementara itu,
IMF memprediksi harga minyak dunia
di 2009 dan 2010 masing-masing
sebesar USD61,53/barrel dan
USD76,50/barrel.
Outlook Jangka Menengah (2010 √
2014)
Proyeksi pertumbuhan output jangkaProyeksi pertumbuhan output jangkaProyeksi pertumbuhan output jangkaProyeksi pertumbuhan output jangkaProyeksi pertumbuhan output jangka
menengah diperkirakan lebih rendahmenengah diperkirakan lebih rendahmenengah diperkirakan lebih rendahmenengah diperkirakan lebih rendahmenengah diperkirakan lebih rendah
dari kondisi sebelum krisisdari kondisi sebelum krisisdari kondisi sebelum krisisdari kondisi sebelum krisisdari kondisi sebelum krisis. Hal ini
akibat anjloknya output secara
permanen. Investasi yang rendah dan
bankrutnya sejumlah perusahaan
yang berdampak pada penurunan
modal efektif. Selain itu,
pengangguran diperkirakan masih
cukup tinggi di sejumlah negara maju.
Untuk memperkuat proses pemulihan
ekonomi, perlu dilakukan penyesuaian
pola permintaan agregat terutama
dengan mengalihkannya kepada
permintaan domestik dan impor. Disisi
penawaran, dibutuhkan kebijakan
untuk memperbaiki sistem keuangan,
pengelolaan perusahaan dan
intermediasi keuangan, mendukung
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia
53
investasi pemerintah, dan reformasi
jaringan kesejahteraan sosial. Selain
dengan komitmen yang kuat untuk
melakukan reformasi dimaksud,
rebalancing permintaan global
membutuhkan proses yang panjang
dan harus didukung oleh nilai tukar
yang fleksibel.
Inflasi diperkirakan masih tertahanInflasi diperkirakan masih tertahanInflasi diperkirakan masih tertahanInflasi diperkirakan masih tertahanInflasi diperkirakan masih tertahan
di level rendahdi level rendahdi level rendahdi level rendahdi level rendah. Penurunan kebijakan
stimulus dan kebijakan non
tradisional menahan laju proses
pemulihan permintaan domestik.
Selain itu, meningkatnya tabungan
masyarakat sebagai dampak
pengangguran yang terus
meningkat turut menunjang
perlambatan peningkatan harga.
Tantangan Kebijakan
Prioritas utama adalah prosesPrioritas utama adalah prosesPrioritas utama adalah prosesPrioritas utama adalah prosesPrioritas utama adalah proses
pemulihan berjalan sesuai denganpemulihan berjalan sesuai denganpemulihan berjalan sesuai denganpemulihan berjalan sesuai denganpemulihan berjalan sesuai dengan
target horizon kebijakan melaluitarget horizon kebijakan melaluitarget horizon kebijakan melaluitarget horizon kebijakan melaluitarget horizon kebijakan melalui
sektor keuangan yang sehat,sektor keuangan yang sehat,sektor keuangan yang sehat,sektor keuangan yang sehat,sektor keuangan yang sehat,
kebijakan ekonomi makro yang tepat,kebijakan ekonomi makro yang tepat,kebijakan ekonomi makro yang tepat,kebijakan ekonomi makro yang tepat,kebijakan ekonomi makro yang tepat,
dan langkah exit strategis yang kuat.dan langkah exit strategis yang kuat.dan langkah exit strategis yang kuat.dan langkah exit strategis yang kuat.dan langkah exit strategis yang kuat.
Ditengah risiko downside akibat
penurunan kebijakan fiskal, sejumlah
aturan dan mekanisme penerapannya
harus dipersiapkan untuk menjaga
tingkat keyakinan investor termasuk
exit strategies yang diperlukan. Bank
sentral memiliki tugas utama
mendukung situasi moneter yang
sesuai untuk menjaga kelangsungan
pemulihan ekonomi. Masalah lainnya
yaitu tingkat pengangguran di negara
maju dan tingkat kemiskinan di
negara berkembang. Untuk
mengurangi tingkat pengangguran,
kebijakan pemberian insentif berupa
pengurangan pajak penghasilan dan
membuka lapangan kerja baru.
Sementara itu, dukungan bantuan
negara maju memiliki peran penting
untuk mempertahankan stabilitas
makro ekonomi negara berkembang.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
54
Tabel 1. Proyeksi PDB Terkini (% yoy)Tabel 1. Proyeksi PDB Terkini (% yoy)Tabel 1. Proyeksi PDB Terkini (% yoy)Tabel 1. Proyeksi PDB Terkini (% yoy)Tabel 1. Proyeksi PDB Terkini (% yoy)
World OutputAdvanced economies USA
Euro AreaJermanPerancisItaliaSpanyol
JepangInggrisOther advancedeconomies
Newly industrialized Asianecon
KoreaSingapura
Emerging & DevelopingAfrika
Central & Eastern EuropeDeveloping Asia
ChinaIndia
ASEAN-5IndonesiaThailandPhilippinaMalaysiaVietnam
Middle EastWestern Hemisphere
BrazilMeksikoArgentina
Commodity prices (USD)Oil*****
NonfuelConsumer prices
Advanced economiesEmerging & DevelopingEcon
2008
Proyeksi 2009 (WEO) Proyeksi 2010 (WEO)Different fromWEO-July 09
Apr 09July 09
(Update)
CurrentProjection
Oct 09Apr 09
July 09(Update)
CurrentProjection
Oct 092009 2010
Sumber: WEO, Oktober-09Ket: Tinta merah mengindikasikan penurunan proyeksi pertumbuhan > 0,2% dari proyeksi sebelumnya (WEO-Jul-09)* Rata-rata sederhana dari harga minyak mentah U.K. Brent, Dubai, dan WTI. Dengan menggunakan rata-rata harga minyak AS di
tahun 2008 sebesar $97,03, maka proyeksi harga minyak di 2009 dan 2010 masing-masing $61,53 dan $76,50.
3,20,91,10,91,30,7
-1,01,2
-0,60,71,6
5,7
2,21,16,15,22,97,79,07,34,96,12,64,64,66,25,94,25,11,37,0
36,47,5
3,49,3
-1,3-3,8-2,8-4,2-5,6-3,0-4,4-3,0-6,2-4,1-4,1
-5,6
-4,0-10,0
1,62,0
-3,74,86,54,50,02,5
-3,00,0
-3,53,32,5
-1,5-1,3-3,7-1,5
-46,4-27,9
-0,25,7
-1,4-3,8-2,6-4,8-6,2-3,0-5,1-4,0-6,0-4,2-3,9
-5,2
--
1,51,81,55,57,55,4-0,3
-----
2,0-2,6-1,3-7,3
-
-37,6-23,8
0,15,3
-1,1-1,1-1,1-1,1-1,1-3,4-3,4-3,4-3,4-3,4-2,7-4,2-4,2-4,2-4,2-4,2-5,3-5,3-5,3-5,3-5,3-2,4-2,4-2,4-2,4-2,4-5,1-3,8-5,4-5,4-5,4-5,4-5,4-4,4-2,1-2,1-2,1-2,1-2,1
-2,4-2,4-2,4-2,4-2,4
-1,0-3,31,71,7
-5,06,26,26,26,26,28,58,58,58,58,55,40,70,70,70,70,74,0
-3,51,0
-3,64,62,0
-2,5-0,7-0,7-0,7-0,7-0,7-7,3-3,0
-36,6-36,6-36,6-36,6-36,6-20,39-20,39-20,39-20,39-20,39
0,15,5
1,90,00,0
-0,4-1,00,4
-0,4-0,70,5
-0,40,6
0,8
1,5-0,14,03,90,86,17,55,62,33,51,01,01,34,03,51,62,21,00,7
20,24,4
0,34,7
2,50,60,8
-0,3-0,60,4
-0,1-0,81,70,21,0
1,4
--
4,74,11,07,08,56,53,7
-----
3,72,32,53,0
-
23,12,2
0,94,6
3,13,13,13,13,11,31,31,31,31,31,51,51,51,51,50,30,30,30,30,30,30,30,30,30,30,90,90,90,90,90,20,20,20,20,2
-0,71,70,90,90,90,90,92,62,62,62,62,6
3,63,63,63,63,6
3,64,15,15,15,15,15,14,01,81,81,81,81,87,37,37,37,37,39,09,09,09,09,06,44,04,04,04,04,03,51,01,01,34,04,24,24,24,24,22,92,92,92,92,93,53,53,53,53,53,33,33,33,33,32,0
24,324,324,324,324,32,4
1,14,94,94,94,94,9
0,30,4
-0,10,60,90,60,00,20,6
-0,21,8
2,8
--
0,2-0,10,00,71,00,01,1
-----
0,00,10,60,0
-
1,03,5
0,00,2
0,60,70,70,60,90,50,30,10,00,71,6
2,2
--
0,4-0,10,80,30,5
-0,10,3
-----
0,50,61,00,3
-
1,20,2
0,20,3
55
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
PENGANTAR
Selama TW3-09Selama TW3-09Selama TW3-09Selama TW3-09Selama TW3-09 kondisi pasarkondisi pasarkondisi pasarkondisi pasarkondisi pasar
keuangan semakin stabil seiring dengankeuangan semakin stabil seiring dengankeuangan semakin stabil seiring dengankeuangan semakin stabil seiring dengankeuangan semakin stabil seiring dengan
keketatan dan volatil itas pasar yangkeketatan dan volatil itas pasar yangkeketatan dan volatil itas pasar yangkeketatan dan volatil itas pasar yangkeketatan dan volatil itas pasar yang
cenderung menurun. cenderung menurun. cenderung menurun. cenderung menurun. cenderung menurun. Spread suku bunga
jangka pendek perbankan dengan suku bunga
kebijakan semakin menyempit menuju
normal. Di tengah tanda-tanda pemulihan
ekonomi global yang semakin menguat,
kinerja pasar saham baik di negara maju
maupun berkembang semakin meningkat.
Peningkatan kinerja juga terjadi di pasar
obligasi yang tercermin dari semakin
menurunnya yield obligasi negara maupun
korporasi di negara maju maupun emerging
Asia. Selain itu, harga komoditas cenderung
meningkat dari titik terendahnya di TW1-09.
Perkembangan yang positif tersebut
mendorong penguatan mata uang negara-
negara di dunia terhadap USD. Perkembangan
yang semakin positif di pasar keuangan
tersebut juga terjadi pada pasar sukuk dan
pasar saham berbasis syariah.
A. PASAR VALUTA ASING
Nilai Tukar Negara Maju.Nilai Tukar Negara Maju.Nilai Tukar Negara Maju.Nilai Tukar Negara Maju.Nilai Tukar Negara Maju.
Perkembangan di pasar valuta asing secara
umum sejalan dengan perbaikan sentimen
yang terjadi di pasar keuangan. Sejak Maret
2009, nilai tukar USD terus terdepresiasi, baik
terhadap mata uang utama (Euro dan Yen)
maupun terhadap mata uang dunia lainnya1
(Grafik 3.1). Membaiknya risk appetite investor
terhadap data makroekonomi global dan
penguatan harga saham merupakan faktor
dibalik melemahnya USD. Selain itu,
berkembangnya wacana mengenai keraguan
atas kelangsungan dollar AS sebagai reserve
currency juga memberikan tekanan bagi
pelemahan dollar AS. Dengan perkembangan
tersebut, depresiasi USD berdasarkan Trade
Weighted Index (TWI) di TW3-09 mencapai
5% qtq (rata-rata).
Pasar Keuangan dan Komoditas
3B A B
1 US Nominal Trade Weighted Index (TWI) adalah indeks rata-ratatertimbang nilai tukar dollar AS terhadap beberapa mata uangutama dunia. Negara-negara yang termasuk major currenciesadalah mata uang Euro, Kanada, Jepang, Inggris, Swiss, Australia,dan Swedia. Negara-negara yang termasuk dalam broad indexadalah negara-negara major currencies ditambah denganMeksiko, China, Korea, India, Taiwan, Hongkong, Brazil, ASEAN-5, Rusia, Saudi Arabia, Israel, Chile, Argentina, Colombia, danVenezuela.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
56
Sumber: Bloomberg, diolahKeterangan:Apresiasi (+), Depresiasi (-)ptp = point to point; qtq = quarter to quarter; yoy = year on year
Akhir Periode
Kawasan Euro (EUR) 0,63 0,71 0,71 0,68 0,64 0,67 0,73 0,70 4,1 4,7 4,3 -4,8Jepang (Yen) 106,21 106,81 96,36 89,69 104,59 108,05 97,38 93,58 6,9 3,9 16,0 13,4China (Yuan) 6,85 6,85 6,83 6,83 6,96 6,84 6,83 6,83 0,1 0,0 0,3 0,2Korea (Won) 1.047 1.187 1.272 1.176 1.018 1.064 1.284 1.239 7,6 3,5 0,9 -16,4India (Rupee) 43,06 46,98 47,91 48,11 41,94 43,75 48,68 48,42 -0,4 0,5 -2,4 -10,7Indonesia (Rupiah) 9.226 9.590 10.208 9.665 9.257 9.228 10.531 9.975 5,3 5,3 -0,8 -8,1Malaysia (Ringgit) 3,27 3,44 3,52 3,46 3,21 3,34 3,55 3,52 1,6 0,8 -0,5 -5,4Philipina (Peso) 44,81 47,13 48,08 47,58 42,95 45,49 47,70 48,06 1,0 -0,8 -0,9 -5,6Singapura (Dolar) 1,36 1,44 1,45 1,41 1,37 1,40 1,47 1,44 2,6 2,3 1,8 -2,9Thailand (Bath) 33,44 33,86 34,04 33,44 32,27 33,86 34,73 33,96 1,8 2,2 1,2 -0,3
TW2 TW3 TW2 TW3
Rata-rata
ptp Rata-rata ptp Rata-rata
Perubahan TW3-09
% qtq % yoyNilai Tukar
Tabel 3.1. Nilai Tukar NominalTabel 3.1. Nilai Tukar NominalTabel 3.1. Nilai Tukar NominalTabel 3.1. Nilai Tukar NominalTabel 3.1. Nilai Tukar Nominal
2008 2009 2008 2009TW2 TW3 TW2 TW3
Dengan perkembangan tersebut, secara
nominal, mata uang Euro dan Yen mengalami
apresiasi terhadap USD. Penguatan Euro dan
Yen terhadap USD secara rata-rata pada TW3-
09 masing-masing mencapai 4,7% dan 3,9%
dibanding triwulan sebelumnya (Tabel 3.1 dan
Grafik 3.2). Apresiasi Euro didukung oleh lebih
baiknya aktivitas ekonomi dibanding perkiraan
awal. Sementara untuk Yen lebih dipengaruhi
oleh sentimen positif terhadap hasil pemilu
Jepang. Kemenangan DPJ (Democratic Party
of Japan) terhadap partai yang berkuasa LDP
(Liberal Democratic Party) dalam pemilu
Agustus-09 diharapkan dapat memberikan
perubahan lebih baik bagi perekonomian
Jepang.
Secara Riil, perkembangan Euro dan Yen
terhadap USD diukur dari pergerakan REER
(Tabel 3.2 dan Grafik 3.2). Untuk periode yang
Grafik 3.2 Nilai Tukar Nominal dan REERGrafik 3.2 Nilai Tukar Nominal dan REERGrafik 3.2 Nilai Tukar Nominal dan REERGrafik 3.2 Nilai Tukar Nominal dan REERGrafik 3.2 Nilai Tukar Nominal dan REERNegara Maju terhadap USDNegara Maju terhadap USDNegara Maju terhadap USDNegara Maju terhadap USDNegara Maju terhadap USD
Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100
Indeks
TW3-09
Sumber: Bloomberg
2006 2007 2008 2009
70
80
90
100
110
120
130
140
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
REER Euro
REER YenNominal Euro/USDNominal Yen/USD
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1 US Nominal Trade Weighted Index (TWI)US Nominal Trade Weighted Index (TWI)US Nominal Trade Weighted Index (TWI)US Nominal Trade Weighted Index (TWI)US Nominal Trade Weighted Index (TWI)1 Jan 2007=1001 Jan 2007=1001 Jan 2007=1001 Jan 2007=1001 Jan 2007=100
Indeks
TW3-09
Sumber: Federal Reserve System
Recent Peak (Mar-09)
80
85
90
95
100
105
110
Broad Index
Major Currencies Index
Jan Mei Sep JanMar Jul Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar JulNov
2007 2008 2009
57
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
Pemulihan ekonomi Korea semakin kuat
seiring dengan perbaikan ekspor-impor Korea
juga terefleksi pada nilai tukar rill efektif yang
meningkat sebesar 1,5% qtq. Sejalan dengan
kebijakannya untuk mengkontrol nilai tukar,
nilai tukar Yuan China terhadap USD
cenderung tidak berubah secara berarti.
Mengingat mayoritas mata uang negara
sama, nilai tukar riil Euro dan Yen juga
terapresiasi masing-masing 0,3% dan 0,8%
dibanding triwulan sebelumnya. Lebih
rendahnya apresiasi nilai tukar riil dibanding
nominalnya lebih disebabkan oleh
perkembangan inflasi. Baik Kawasan Euro
maupun Jepang mengalami deflasi yang
semakin dalam pada periode laporan seiring
belum pulih sepenuhnya permintaan domestik.
Nilai Tukar Nilai Tukar Nilai Tukar Nilai Tukar Nilai Tukar EmergingEmergingEmergingEmergingEmerging Asia. Asia. Asia. Asia. Asia. Nilai tukar
negara-negara emerging Asia terus terapresiasi
terhadap USD sejak Maret 2009 sejalan
dengan membaiknya prospek pemulihan
ekonomi dunia, terutama di kawasan Asia
yang dimotori oleh China dan India. (Tabel 3.1
dan Grafik 3.3). Won Korea mengalami
penguatan terbesar mencapai 7,6% qtq
(point-to-point) dan 3,5% qtq (rata-rata) di
akhir triwulan laporan, seiring dengan
meningkatkan risk appetite investor terhadap
aset-aset negara emerging termasuk Korea.
Sumber: BIS, diolahKeterangan:Apresiasi (+), Depresiasi (-)ptp = point to point; qtq = quarter to quarter; yoy = year on year
Akhir Periode
Kawasan Euro (EUR) 113,7 108,6 112,5 112,6 114,1 110,8 111,6 112,0 0,1 0,3 3,7 1,1Jepang (Yen) 78,1 80,8 90,9 93,5 79,6 78,5 91,7 92,4 2,9 0,8 15,7 17,7China (Yuan) 103,6 111,5 109,5 109,7 103,5 107,7 112,6 109,7 0,1 -2,6 -1,7 1,8Korea (Won) 96,3 89,6 83,4 84,7 97,1 94,5 83,0 84,0 1,5 1,2 -5,5 -11,1India (Rupee) 102,9 101,7 98,3 96,3 103,9 103,6 97,5 97,1 -2,0 -0,4 -5,3 -6,3Indonesia (Rupiah) 111,6 117,8 111,0 113,1 109,7 116,2 109,0 112,6 1,9 3,3 -4,0 -3,1Malaysia (Ringgit) 101,7 99,9 97,7 95,5 100,4 101,3 98,0 96,1 -2,2 -1,9 -4,4 -5,1Philipina (Peso) 120,4 118,8 118,1 114,8 121,6 120,3 119,3 115,9 -2,8 -2,8 -3,4 -3,6Singapura (Dolar) 102,9 102,4 101,8 102,7 103,4 102,8 102,0 102,7 0,9 0,7 0,3 -0,1Thailand (Bath) 114,8 110,9 111,4 109,4 116,3 111,5 110,9 110,3 -1,8 -0,5 -1,4 -1,1
TW2 TW3 TW2 TW3
Rata-rata Periode
ptp Rata-rata ptp Rata-rata
Perubahan TW3-09
% qtq % yoyNilai Tukar
Tabel 3.2. Nilai Tukar Riil Efektif (REER)Tabel 3.2. Nilai Tukar Riil Efektif (REER)Tabel 3.2. Nilai Tukar Riil Efektif (REER)Tabel 3.2. Nilai Tukar Riil Efektif (REER)Tabel 3.2. Nilai Tukar Riil Efektif (REER)
2008 2009 2008 2009TW2 TW3 TW2 TW3
Grafik 3.3 Nilai Tukar Nominal dan REER China,Grafik 3.3 Nilai Tukar Nominal dan REER China,Grafik 3.3 Nilai Tukar Nominal dan REER China,Grafik 3.3 Nilai Tukar Nominal dan REER China,Grafik 3.3 Nilai Tukar Nominal dan REER China,Korea, dan India thd USDKorea, dan India thd USDKorea, dan India thd USDKorea, dan India thd USDKorea, dan India thd USD
Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100
Indeks
Sumber: Bloomberg
TW3-09
2006 2007 2008 2009Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
REER WonREER Yuan
REER RupeeNominal Won/USD
Nominal Yuan/USD
Nominal Rupee/USD
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
58
lainnya cenderung terapresiasi terhadap dollar
AS, maka nilai tukar efektif (REER) Yuan China
di TW3-09 mengalami depresiasi sebesar 2,6%
qtq terhadap negara-negara mitra dagangnya
(Tabel 3.2 dan Grafik 3.3).
Nilai Tukar Negara ASEAN-5. Nilai Tukar Negara ASEAN-5. Nilai Tukar Negara ASEAN-5. Nilai Tukar Negara ASEAN-5. Nilai Tukar Negara ASEAN-5. Selain
penguatan di pasar saham seiring dengan
optimisme prospek perekonomian global
kedepan, penguatan nilai tukar ASEAN-5
sampai dengan TW3-09 juga didorong oleh
peningkatan kegiatan pembelian high yielding
currency di emerging Asia (Tabel 3.1 dan Grafik
3.4). Penguatan terbesar dialami oleh Rupiah
Indonesia yang naik 5,3% qtq di akhir triwulan
laporan. Ditengah kondisi ekternal yang mulai
kondusif, dan fundamental domestik Indonesia
juga terbukti masih cukup tangguh,
mendorong aliran dana asing masuk yang
berdampak pada penguatan Rupiah.
Perkembangan REER Indonesia juga
menujukkan hal serupa, baik secara point-to-
point maupun rata-rata terapresiasi masing-
masing 1,9% qtq dan 3,3% qtq. Hal ini
disebabkan menguatnya nilai tukar nominal
Rupiah terhadap mitra dagang utama ditengah
rendahnya tekanan inflasi domestik (Tabel 3.2
dan Grafik 3.5).
Sampai dengan TW3-09 kondisi di pasar
kredit global terus menunjukan perbaikan
sebagaimana tercermin dari semakin
sempitnya spread di berbagai pasar keuangan.
Keketatan dan resiko di pasar keuangan terus
mengendur sebagaimana tercermin dari terus
menyempitnya spread antara LIBOR dan
Overnight Index Swap (OIS) untuk mata uang
Grafik 3.4 Nilai Tukar Nominal ASEAN-5Grafik 3.4 Nilai Tukar Nominal ASEAN-5Grafik 3.4 Nilai Tukar Nominal ASEAN-5Grafik 3.4 Nilai Tukar Nominal ASEAN-5Grafik 3.4 Nilai Tukar Nominal ASEAN-5terhadap USDterhadap USDterhadap USDterhadap USDterhadap USD
Grafik 3.5 REER ASEAN-5 Grafik 3.5 REER ASEAN-5 Grafik 3.5 REER ASEAN-5 Grafik 3.5 REER ASEAN-5 Grafik 3.5 REER ASEAN-5Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100
Indeks
TW3-09
Sumber: Bloomberg
Peso DollarSingapura
Baht
Ringgit
Rupiah
60
70
80
90
100
110
120
130
140
2006 2007 2008 2009Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
Grafik 3.6 3M LIBOR SpreadGrafik 3.6 3M LIBOR SpreadGrafik 3.6 3M LIBOR SpreadGrafik 3.6 3M LIBOR SpreadGrafik 3.6 3M LIBOR Spread
Sumber: Bloomberg
Indeks
TW3-09Peso
DollarSingapura
Baht
Ringgit
Rupiah
2006 2007 2008 2009Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
70
80
90
100
110
120
130
Sumber: BloombergKet : (*) LIBOR G3 (rata-rata) dan Policy Rate G3 (rata-rata)
(**) LIBOR G3 (rata-rata) dan OIS G3 (rata-rata)
(%)
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5Spread Libor-Policy Rate (*)
Spread Libor-OIS (**)
4Jan
11Feb
20Mar
27Apr
4Jun
12Jul
19Ags
26Sep
3Nov
11Des
8Jan
25Feb
4Apr
12Mei
19Jun
27Jul
3Sep
11Okt
2008 2009
59
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
tercemin dari terus menurunnya TED Spread
yang menggambarkan spread antara 3M T-Bills
vs 3M LIBOR (Grafik 3.7).
B. PASAR SAHAM
Di akhir TW3-09 pasar saham global
terus meningkat dari nilai terendahnya di
Maret tahun ini (Tabel 3.3 dan Grafik 3.8).
Peningkatan harga saham ditunjang oleh lebih
positifnya data-data makroekonomi Amerika
Serikat dan China, merangkak naiknya harga
komoditas dan lebih optimisnya prospek di
sektor keuangan. Pendapatan lembaga
keuangan Amerika Serikat dan Eropa di
triwulan kedua lebih baik daripada yang
diperkirakan - operasional investment banking
mencatat keuntungan yang signifikan.
Sebagian besar perkembangan harga
saham di emerging Asia sejalan dengan
G3, serta spread antara LIBOR dan suku bunga
kebijakan negara G3 (Grafik 3.6). Spread turun
drastis dibandingkan dengan level pada saat
Lehman Brothers bangkrut. Terus membaiknya
kondisi pasar kredit global juga tidak terlepas
dari semakin berkurangnya permintaan dana
oleh perbankan internasional melalui bebagai
fasilitas likuiditas yang disediakan oleh Bank
Sentral AS. Kondisi tersebut antara lain
Grafik 3.7 TED SpreadGrafik 3.7 TED SpreadGrafik 3.7 TED SpreadGrafik 3.7 TED SpreadGrafik 3.7 TED Spread
Sumber: Bloomberg, diolahKeterangan:Indeks dalam mata uang lokal; ptp = point to point; qtq = quarter to quarter; yoy = year on year
Akhir Periode
Dow Jones (AS) 11.350 10.851 8.447 9.712 12.511 11.322 8.331 9.221 15,0 10,7 -10,5 -18,6
S&P 500 (AS) 1.280 1.166 919 1.057 1.372 1.252 893 996 15,0 11,6 -9,4 -20,5
Stoxx 50 (Kawasan Euro) 3.353 3.038 2.402 2.873 3.704 3.279 2.381 2.661 19,6 11,8 -5,4 -18,9
Nikkei 225 (Jepang) 13.481 10.133 9.958 10.133 13.810 9.803 9.302 10.129 1,8 8,9 0,0 3,3
SHCOMP (China) 2.736 2.294 2.959 2.912 3.316 2.508 2.641 3.058 -1,6 15,8 26,9 21,9
KOSPI (Korea) 1.675 1.448 1.390 1.673 1.793 1.519 1.371 1.564 20,4 14,1 15,5 2,9
BSE Sensex (India) 13.462 12.860 14.494 17.127 16.061 14.105 13.078 15.423 18,2 17,9 33,2 9,3
JCI (Indonesia) 2.349 1.833 2.027 2.468 2.363 2.106 1.822 2.289 21,7 25,6 34,7 8,7
KLCI (Malaysia) 1.187 1.019 1.075 1.202 1.253 1.094 1.015 1.161 11,8 14,3 18,0 6,1
PCOMP (Philipina) 2.460 2.570 2.438 2.801 2.783 2.569 2.280 2.731 14,9 19,8 9,0 6,3
STI (Singapura) 2.948 2.359 2.333 2.673 3.125 2.745 2.128 2.551 14,5 19,9 13,3 -7,1
SET (Thailand) 769 597 597 717 822 694 537 650 20,0 21,0 20,2 -6,3
TW2 TW3 TW2 TW3
Rata-rata
ptp Rata-rata ptp Rata-rata
Perubahan TW3-09
% qtq % yoyIndeks Saham
Tabel 3.3. Indeks Harga SahamTabel 3.3. Indeks Harga SahamTabel 3.3. Indeks Harga SahamTabel 3.3. Indeks Harga SahamTabel 3.3. Indeks Harga Saham
2008 2009 2008 2009TW2 TW3 TW2 TW3
Sumber: Bloomberg
5
15
25
35
45
55
65
75
2006 2007 2008 2009Jan Mar Jun Ags Okt Jan Mar Jun Ags Nov Jan Apr Jun Sep Nov Feb Apr Jul Sep
TW3-09VIX
JPMorgan G7 Exchange Rate
JPMorgan Emerging Market
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
60
investor sentiment di bursa saham. Untuk
Indonesia, kenaikan peringkat utang sovereign
rating Indonesia oleh Moody»s dari Ba3 ke Ba2
juga turut mendorong harga saham. Sentimen
positif juga dialami di bursa saham Thailand
dan Singapura seiring dengan tertahannya
kontraksi ekonomi di kedua negara yang lebih
cepat dari dugaan semula.
C. PASAR OBLIGASI GLOBAL
C.1. Pasar Obligasi Global Negara
Sepanjang TW3-09, Sepanjang TW3-09, Sepanjang TW3-09, Sepanjang TW3-09, Sepanjang TW3-09, yieldyieldyieldyieldyield obligasi obligasi obligasi obligasi obligasi
negara G3 maupun negara G3 maupun negara G3 maupun negara G3 maupun negara G3 maupun emerging marketemerging marketemerging marketemerging marketemerging market,,,,,
cenderung menurun, seiring dengan optimismecenderung menurun, seiring dengan optimismecenderung menurun, seiring dengan optimismecenderung menurun, seiring dengan optimismecenderung menurun, seiring dengan optimisme
pemulihan ekonomi global yang semakin kuatpemulihan ekonomi global yang semakin kuatpemulihan ekonomi global yang semakin kuatpemulihan ekonomi global yang semakin kuatpemulihan ekonomi global yang semakin kuat
(Grafik 3.11). Lelang surat utang pemerintah
AS berjangka waktu 3 tahun senilai USD37
miliar berhasil menarik permintaan terbanyak
sepanjang penerbitan surat utang pemerintah
AS, sehingga mendorong yield menurun, lebih
rendah dari ekspektasi sebelumnya.
Meningkatnya permintaan tersebut juga dipicuGrafik 3.9 Indeks Saham China, Korea, dan IndiaGrafik 3.9 Indeks Saham China, Korea, dan IndiaGrafik 3.9 Indeks Saham China, Korea, dan IndiaGrafik 3.9 Indeks Saham China, Korea, dan IndiaGrafik 3.9 Indeks Saham China, Korea, dan India
1 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=100
perkembangan yang terjadi di pasar saham
negara maju, namun lebih sensitif terhadap
perubahan risk appetite dan harga komoditas
(Grafik 3.9 dan Grafik 3.10). Peningkatan yang
tajam, lebih dari 50% dibandingkan level di
Maret 2009 dialami oleh pasar saham di India,
Indonesia, Thailand dan Singapura.
Ketangguhan ekonomi India dan Indonesia
yang mampu mencapai pertumbuhan diatas
4% yoy ditengah krisis keuangan saat ini
memberikan kontribusi yang positif atas
Grafik 3.10 Indeks Saham ASEAN-5Grafik 3.10 Indeks Saham ASEAN-5Grafik 3.10 Indeks Saham ASEAN-5Grafik 3.10 Indeks Saham ASEAN-5Grafik 3.10 Indeks Saham ASEAN-51 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=100
Indeks
Sumber: Bloomberg
2006 2007 2008 2009
TW3-09
0
100
200
300
400
500
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
SHCOMP(China)
Kospi(Korea)
BSE Sensex(India)
Indeks
Sumber: Bloomberg
2006 2007 2008 2009
TW3-09
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul0
50
100
150
200
250
300
STI(Singapura)
JCI(Indonesia)
PCOMP(Philipina)
KLCI(Malaysia)
SET (Thailand)
Grafik 3.8 Indeks Saham Negara MajuGrafik 3.8 Indeks Saham Negara MajuGrafik 3.8 Indeks Saham Negara MajuGrafik 3.8 Indeks Saham Negara MajuGrafik 3.8 Indeks Saham Negara Maju1 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=100
Dow Jones(AS)
S&P 500 (AS)
Stoxx-50(Kawasan
Euro)
Nikkei 225(Jepang)
Indeks
TW3-09
Sumber: Bloomberg
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
2006 2007 2008 2009Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
61
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
oleh pengalihan aset akibat tertekannya harga
saham. Sementara penurunan yield obligasi
Jepang dipicu oleh (i) spekulasi kemungkinan
BoJ mempertahankan suku bunganya
mendekati nol dalam rangka menjaga
pemulihan ekonomi, dan (ii) tren penguatan
nilai tukar Yen. Namun berbeda dengan yang
terjadi pada obligasi Jerman, penurunan yield
German Bund didorong oleh meningkatnya
permintaan para investor terhadap safety asset
(German Bund) yang dipicu oleh sentimen
negatif atas penurunan harga wholesale dan
kenaikan ekspor Jerman yang lebih rendah dari
yang perkiraan.emerging market. Khusus Indonesia,
disamping membaiknya faktor eksternal,
meningkatnya kepercayaan serta optimisme
portfolio investor terhadap Indonesia
disebabkan oleh (i) membaiknya indikator
fundamental ekonomi yang dicerminkan dari
meningkatnya cadangan devisa dan
menguatnya nilai tukar Rupiah, terutama
setelah BI rate diturunkan menjadi 6,5%, (ii)
sentimen positif atas stabilitas politik yang
terindikasi dari lancarnya pelaksanaan pemilu
Presiden. Perbaikan kinerja obligasi
Pemerintah Indonesia tersebut terjadi pada
hampir semua maturity obligasi, baik yang
berjangka 10 tahun maupun 30 tahun
(Grafik 3.13 dan 3.14). Melihat fundamental
perekonomian Indonesia saat ini, penurunan
yield obligasi global Indonesia tersebut
diperkirakan masih akan berlanjut, terlebih
setelah sovereign credit rating Indonesia
dinaikkan oleh Moody»s dari Ba3 menjadi Ba2
pada 16 September 2009. Selanjutnya tren
penurunan yield obligasi Pemerintah juga
berpengaruh terhadap perbaikan kinerja
Grafik 3.12 Yield Curve Obligasi Indonesia danGrafik 3.12 Yield Curve Obligasi Indonesia danGrafik 3.12 Yield Curve Obligasi Indonesia danGrafik 3.12 Yield Curve Obligasi Indonesia danGrafik 3.12 Yield Curve Obligasi Indonesia danPeersPeersPeersPeersPeers
ObligasiObligasiObligasiObligasiObligasi Indonesia dan Indonesia dan Indonesia dan Indonesia dan Indonesia dan Peers. Peers. Peers. Peers. Peers. Pada
TW3-09 yield obligasi pemerintah Indonesia
dan peers juga mengalami penurunan (Grafik
3.12). Penurunan yield ini merupakan
kelanjutan dari tren penurunan yield yang
juga terjadi pada TW1 dan TW2-09.
Penurunan yield obligasi Indonesia dan
peers banyak dipengaruhi oleh sentimen
positif terhadap Indonesia dan kawasan
%
Sumber: Bloomberg 2009
3
5
7
9
11
13
15
2008 2009Sep Nov Des Feb Apr Mei Jun Ags SepOkt Jan Mar Jul
Turkey
PeruPhilippina
INDO'19
Grafik 3.11 Yield Curve Bond G3Grafik 3.11 Yield Curve Bond G3Grafik 3.11 Yield Curve Bond G3Grafik 3.11 Yield Curve Bond G3Grafik 3.11 Yield Curve Bond G3
Sumber: Bloomberg 2009
2008 2009Sep Nov Des Feb Apr Mei Jun Ags Sep
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
Okt Jan Mar Jul
UST (lhs)
Japan (rhs)
German (lhs)
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
62
Grafik 3.16 Grafik 3.16 Grafik 3.16 Grafik 3.16 Grafik 3.16 CDSCDSCDSCDSCDS Indonesia dan Indonesia dan Indonesia dan Indonesia dan Indonesia dan PeersPeersPeersPeersPeersGrafik 3.14 Yield Curve Obligasi Indonesia 30 yrGrafik 3.14 Yield Curve Obligasi Indonesia 30 yrGrafik 3.14 Yield Curve Obligasi Indonesia 30 yrGrafik 3.14 Yield Curve Obligasi Indonesia 30 yrGrafik 3.14 Yield Curve Obligasi Indonesia 30 yr
%
Sumber: Bloomberg 2009
2008 2009Sep Nov Mei SepJan Mar Jul
16
8
6
14
12
10
INDO»37 INDO»38INDO»35
Grafik 3.15 Yield Obligasi Perbankan IndonesiaGrafik 3.15 Yield Obligasi Perbankan IndonesiaGrafik 3.15 Yield Obligasi Perbankan IndonesiaGrafik 3.15 Yield Obligasi Perbankan IndonesiaGrafik 3.15 Yield Obligasi Perbankan Indonesia
%
Sumber: Bloomberg 2009
2008 2009Sep Nov Des Feb Apr Mei Jun Ags SepOkt Jan Mar Jul
4
6
8
10
12
14
16
18
Lippo Bank'16
INDO'19
Niaga'15
obligasi global korporasi Indonesia terpilih,
termasuk perbankan (Grafik 3.15).
Sejalan dengan penurunan Sejalan dengan penurunan Sejalan dengan penurunan Sejalan dengan penurunan Sejalan dengan penurunan yield yield yield yield yield obligasiobligasiobligasiobligasiobligasi
global Indonesia dan global Indonesia dan global Indonesia dan global Indonesia dan global Indonesia dan peerspeerspeerspeerspeers, CDS Indonesia dan, CDS Indonesia dan, CDS Indonesia dan, CDS Indonesia dan, CDS Indonesia dan
peerspeerspeerspeerspeers cenderung menurun pada TW3-09 cenderung menurun pada TW3-09 cenderung menurun pada TW3-09 cenderung menurun pada TW3-09 cenderung menurun pada TW3-09
(Grafik 3.16). Seperti halnya yield obligasi
global Indonesia, penurunan premi CDS
Indonesia juga diperkirakan masih akan
berlanjut, terlebih setelah Moody»s menaikkan
sovereign credit rating Indonesia dari Ba3
menjadi Ba2 karena perekonomian Indonesia
dinilai memiliki resiliensi yang relatif kuat
terhadap resesi ekonomi global.
Sumber: Bloomberg 2009
2008 2009
Turkey (lhs)Venezuela (rhs)
Peru (lhs)
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
Indonesia (lhs)Argentina (rhs)
Philippines (lhs)
Sep Nov Des Feb Apr Mei Jun Ags SepOkt Jan Mar JulJul Ags
Grafik 3.13 Yield Curve Obligasi Indonesia 10 yrGrafik 3.13 Yield Curve Obligasi Indonesia 10 yrGrafik 3.13 Yield Curve Obligasi Indonesia 10 yrGrafik 3.13 Yield Curve Obligasi Indonesia 10 yrGrafik 3.13 Yield Curve Obligasi Indonesia 10 yr
%
Sumber: Bloomberg 2009
2008 2009Sep Nov Des Feb Apr Mei Jun Ags SepOkt Jan Mar Jul
INDO»15
INDO»16INDO»14
INDO'17
13
8
3
C.2. Obligasi Global Korporasi
Penerbitan obligasi internasionalPenerbitan obligasi internasionalPenerbitan obligasi internasionalPenerbitan obligasi internasionalPenerbitan obligasi internasional
korporasi AS selama TW3-09 kembalikorporasi AS selama TW3-09 kembalikorporasi AS selama TW3-09 kembalikorporasi AS selama TW3-09 kembalikorporasi AS selama TW3-09 kembali
mengalami peningkatan. mengalami peningkatan. mengalami peningkatan. mengalami peningkatan. mengalami peningkatan. Pada periode tersebut,
penerbitan obligasi korporasi tercatat sebesar
USD200,7 miliar, meningkat 160%
dibandingkan penerbitan triwulan yang sama
tahun 2008 (USD77,2 miliar)2. Penerbitan
2 Reuters, 30 September 2009 dalam ≈US 3rd-Quarter CorporateBond Sales Up-Thomson Reuters∆.
63
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
obligasi tersebut terdiri dari obligasi investment
grade diluar obligasi yang dijamin oleh
pemerintah sebesar USD161,3 miliar (naik
121,9% yoy) dan obligasi high yield senilai
USD39,4 miliar (naik 775,6% yoy). Tren
peningkatan penerbitan obligasi korporasi mulai
terjadi sejak Federal Reserve memutuskan untuk
memangkas suku bunga hingga 0%-0,25%
pada Desember 2008. Prediksi perekonomian
yang semakin membaik juga menumbuhkan
optimisme dikalangan investor untuk
berinvestasi pada instrumen berisiko tinggi.
Tingginya minat investor terhadap obligasi
korporasi mendorong yield spread obligasi
korporasi terhadap obligasi pemerintah
menyempit. Yield spread obligasi korporasi per
24 September 2009 menyempit ke level 3,43%,
level terendah selama 20093. Perusahaan yang
menerbitkan obligasi triwulan ketiga ini antara
lain Ecopetrol SA (EC)., perusahaan minyak
dengan total USD1,5 miliar4 (Tabel 3.4). Obligasi
berjangka waktu sepuluh tahun tersebut
memiliki spread 425 basis point diatas US
Treasury dan mengalami oversubscribed
dengan total permintaan sebesar USD8,0 miliar.
Aktivitas penerbitan obligasi korporasiAktivitas penerbitan obligasi korporasiAktivitas penerbitan obligasi korporasiAktivitas penerbitan obligasi korporasiAktivitas penerbitan obligasi korporasi
di kawasan Eropa sampai dengan September-di kawasan Eropa sampai dengan September-di kawasan Eropa sampai dengan September-di kawasan Eropa sampai dengan September-di kawasan Eropa sampai dengan September-
09 tercatat ekuivalen USD1,23 triliun,09 tercatat ekuivalen USD1,23 triliun,09 tercatat ekuivalen USD1,23 triliun,09 tercatat ekuivalen USD1,23 triliun,09 tercatat ekuivalen USD1,23 triliun,
meningkat 11% dibandingkan dengan totalmeningkat 11% dibandingkan dengan totalmeningkat 11% dibandingkan dengan totalmeningkat 11% dibandingkan dengan totalmeningkat 11% dibandingkan dengan total
penerbitan selama tahun 2008penerbitan selama tahun 2008penerbitan selama tahun 2008penerbitan selama tahun 2008penerbitan selama tahun 200855555..... Optimisme
pelaku pasar obligasi global terhadap
membaiknya kondisi perekonomian menjadi
faktor utama yang melatarbelakangi
meningkatnya aktivitas penerbitan di pasar
obligasi Eropa. Meningkatnya minat investor
terhadap obligasi korporasi Eropa mendorong
yield spread obligasi korporasi investment
grade menurun ke level 2,02%, dari nilai
tertinggi 4,63% pada Maret 20096. Salah satu
perusahaan yang menerbitkan obligasi pada
TW3-09 adalah Enel, perusahaan utility
terbesar di Italia. Enel menerbitkan obligasi
sebesar EUR4 miliar dan GBP2,25 miliar (Tabel
3.5). Penerbitan obligasi investment grade
tersebut merupakan penerbitan obligasi
korporasi terbesar di Eropa setelah Pfizer Inc
yang menerbitkan obligasi sebesar USD10,6
miliar pada Mei 20097.
Tabel 3.4. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di AS Triwulan III 2009Tabel 3.4. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di AS Triwulan III 2009Tabel 3.4. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di AS Triwulan III 2009Tabel 3.4. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di AS Triwulan III 2009Tabel 3.4. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di AS Triwulan III 2009
1 Ecopetrol SA (EC) 1,5 bn 10 Oil Company
2 Rowan Companies Inc 500 mn 10 Provider drilling service
3 TJX Companies Inc 400 mn 6 Retailler
4 USAA Capital Corporation 200 mn 5 Finance
Penerbit ObligasiNo. Jumlah (USD) Sektor Usaha
Sumber : Bloomberg , Reuters & berbagai sumber diolah
Maturity (year)
3 Merrill Lynch & Co.s, Bloomberg, 12 Oktober 2009 dalam ≈USCorporate Issues Surpass $1 Trillion in 2009∆.
4 Dow Jones Newswires, 16 July 2009 dalam ≈Colombia Ecopetrol»sFirst Bond Sale Receives Strong Demand∆
5 Bloomberg, 8 September 2009 dalam ≈Corporate Bond Market«On Fire» in Europe as New Issue Jump∆.
6 Merrill Lynch & Co»s Corporate Index, 8 September 2009.7 Bloomberg, 11 September 2009 dalam ≈Corporate Bond Sales
Surge in Europe as Yield Premium Shrink∆.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
64
miliar, meningkat 11,0% dibandingkan
triwulan sebelumnya (USD88,3 miliar)9.
Mayoritas penerbitan obligasi dilakukan dalam
mata uang Chinese Yuan, Korean Won dan
Indian Rupee. Penerbitan obligasi terbesar
dilakukan oleh Petroliam Nasional Bhd,
perusahaan minyak Malaysia dengan jumlah
total USD4,5 miliar10 (Tabel 3.6). Penerbitan
tersebut merupakan penerbitan obligasi
korporasi Asia diluar Jepang terbesar sepanjang
2009 dan mengalami oversubscribed sebanyak
lima kali. Hal ini menunjukkan tingginya minat
investor terhadap obligasi yang diterbitkan oleh
korporasi di Asia.
Penerbitan obligasi Penerbitan obligasi Penerbitan obligasi Penerbitan obligasi Penerbitan obligasi sovereign sovereign sovereign sovereign sovereign dandandandandan
korporasi Asia baik dalam mata uang G3 (USD,korporasi Asia baik dalam mata uang G3 (USD,korporasi Asia baik dalam mata uang G3 (USD,korporasi Asia baik dalam mata uang G3 (USD,korporasi Asia baik dalam mata uang G3 (USD,
Euro dan Yen) maupun dalam mata uangEuro dan Yen) maupun dalam mata uangEuro dan Yen) maupun dalam mata uangEuro dan Yen) maupun dalam mata uangEuro dan Yen) maupun dalam mata uang
domestik Asia selama TW3-09 kembalidomestik Asia selama TW3-09 kembalidomestik Asia selama TW3-09 kembalidomestik Asia selama TW3-09 kembalidomestik Asia selama TW3-09 kembali
meningkatmeningkatmeningkatmeningkatmeningkat. Peningkatan dipengaruhi oleh
optimisme pelaku pasar obligasi internasional
atas semakin kuatnya sinyal pemulihan
ekonomi paska krisis keuangan global. Total
penerbitan obligasi Asia dalam mata uang USD,
Euro dan Yen tercatat sebesar ekuivalen
USD18,7 miliar, atau meningkat 8,6% (qoq)
dibandingkan TW2-09 (USD17,2 miliar)8.
Sementara penerbitan obligasi dalam mata
uang domestik Asia sebesar ekuivalen USD98,0
8 Thomson Reuters, Debt Capital Markets Review, Third Quarter2009.
Tabel 3.5. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di Eropa Tabel 3.5. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di Eropa Tabel 3.5. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di Eropa Tabel 3.5. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di Eropa Tabel 3.5. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di Eropa Triwulan III 2009Triwulan III 2009Triwulan III 2009Triwulan III 2009Triwulan III 2009
1 Fiat SpA EUR 1,25 bn 5 Manufacture
2 Bayerische Motoren Werkw
AG (BMW) EUR 1,5 bn 5 Manufacture
3 Royal KPN NV EUR 850 mn 20 Telecomunication
4 Enel EUR 4 bn n.a Utility
GBP 2,25 bn n.a
Penerbit ObligasiNo. Jumlah Sektor Usaha
Sumber : Bloomberg, Reuters & berbagai sumber
Maturity (year)
Tabel 3.6. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi Asia Triwulan III 2009Tabel 3.6. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi Asia Triwulan III 2009Tabel 3.6. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi Asia Triwulan III 2009Tabel 3.6. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi Asia Triwulan III 2009Tabel 3.6. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi Asia Triwulan III 2009
1 Petroliam Nasional Bhd 3 bn 10 Oil company
1,5 bn 5
2 Hutchison Whampoa Ltd. 2 bn 6 Container port operator
1 bn 10
3 Temasek Holding 1,5 bn 10 Investment company
4 SM Investments Corp 500 mn 5 Investment company
Penerbit ObligasiNo. Jumlah (USD) Sektor Usaha
Sumber : Bloomberg & berbagai sumber diolah
Maturity (year)
9 ibid.10 Bloomberg, 6 Agustus 2009 dalam ∆ Petronas $4.5 Billion Bond
Sale Shows Appetite for Energy Debt≈.
65
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
Memasuki TW3-09, korporasiMemasuki TW3-09, korporasiMemasuki TW3-09, korporasiMemasuki TW3-09, korporasiMemasuki TW3-09, korporasi
Indonesia terlihat mulai aktif mencari sumberIndonesia terlihat mulai aktif mencari sumberIndonesia terlihat mulai aktif mencari sumberIndonesia terlihat mulai aktif mencari sumberIndonesia terlihat mulai aktif mencari sumber
pendanaan melalui penerbitan obligasi baikpendanaan melalui penerbitan obligasi baikpendanaan melalui penerbitan obligasi baikpendanaan melalui penerbitan obligasi baikpendanaan melalui penerbitan obligasi baik
di bursa internasional maupun melaluidi bursa internasional maupun melaluidi bursa internasional maupun melaluidi bursa internasional maupun melaluidi bursa internasional maupun melalui
mekanisme mekanisme mekanisme mekanisme mekanisme over the counterover the counterover the counterover the counterover the counter (OTC). (OTC). (OTC). (OTC). (OTC). Mulai
maraknya aktivitas penerbitan obligasi antara
lain didorong oleh meningkatnya kebutuhan
pendanaan untuk membiayai usaha dan me-
refinancing kewajiban yang akan jatuh
tempo. Sementara disisi lain, tingkat suku
bunga kredit perbankan domestik Indonesia
dinilai masih tinggi dan proses perjanjian
kredit membutuhkan waktu yang relatif lama.
Ditengah situasi demikian, obligasi menjadi
salah satu alternatif sumber pembiayaan bagi
korporasi Indonesia.
Selama TW3-09, tiga perusahaan telah
menerbitkan obligasi internasional dengan
total sebesar USD1.325,0 juta (Tabel.3.7).
Penerbitan dengan jumlah terbesar dilakukan
oleh PT Perusahaan Listrik Negara (USD750
juta)11. Obligasi berjangka waktu 10 tahun
tersebut memiliki yield dan kupon masing-
masing sebesar 8,125% dan 8,0%, serta
mengalami oversubscribed sebanyak sebelas
kali. Hal ini menunjukkan tingginya minat
investor terhadap surat berharga yang
diterbitkan oleh perusahaan Indonesia. Dana
hasil penerbitan obligasi akan dipergunakan
untuk membiayai belanja modal dan kegiatan
operasional perusahaan selain proyek
pembangkit listrik 10.000 MW. Selain itu, telah
terpantau pula delapan korporasi yang
berencana akan menerbitkan obligasi global
dengan jumlah total USD3.825,0 juta di TW4-
09. Penerbitan obligasi global akan dilakukan
oleh korporasi yang bergerak di sektor listrik,
pertambangan & penggalian, pertanian &
kehutanan, perdagangan dan industri
pengolahan.
Penerbitan obligasi melalui mekanisme
over the counter (OTC) juga mengalami
peningkatan. Selama TW3-2009 penerbitan
obligasi korporasi tanpa melalui bursa
internasional tercatat sebesar ekuivalen
USD615,4 juta (Grafik 3.17). Jumlah tersebut
meningkat 1.975,5% (qoq) dibandingkan
TW2-2009 sebesar ekuivalen USD29,6 juta.
Penerbitan obligasi selama TW3-2009
dilakukan oleh 16 korporasi melalui 68 kali11 Kompas, 5 Agustus 2009 dalam ≈Obligasi PLN Menjanjikan∆.
Tabel 3.7. Penerbitan Obligasi Korporasi Indonesia Triwulan III 2009Tabel 3.7. Penerbitan Obligasi Korporasi Indonesia Triwulan III 2009Tabel 3.7. Penerbitan Obligasi Korporasi Indonesia Triwulan III 2009Tabel 3.7. Penerbitan Obligasi Korporasi Indonesia Triwulan III 2009Tabel 3.7. Penerbitan Obligasi Korporasi Indonesia Triwulan III 2009
1 PT. Matahari Perdagangan 200 Refinancing obligasi lama yang 3 97,53 11,75 10,75Putra Prima besar & eceran akan jatuh tempo 19 Okt-09
2 PT. Perusahaan Listrik, air & gas 750 Belanja modal & biaya operasional di 10 n.a 8,125 8,00Listrik Negara luar proyek pembangkit 10.000 MW
3 PT. Bumi Pertambangan 375 Pembiayaan kembali (refinancing) 5 n.a n.a 9,25Resources & penggalian
Jumlah Penerbitan Jumlah Penerbitan Jumlah Penerbitan Jumlah Penerbitan Jumlah Penerbitan 1.325,01.325,01.325,01.325,01.325,0
Sumber: Reuters, data SIUL & berbagai sumber
PenerbitNo. Jumlah(Juta USD)
Sektor Usaha Penggunaan Dana PenerbitanObligasi
Maturity(Thn)
Keterangan (%)Harga Yield Kupon
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
66
penerbitan12. Seluruh obligasi yang diterbitkan
merupakan zero coupon bonds. Penerbitan
obligasi dengan jumlah terbesar (USD531,0
juta) dilakukan oleh perusahaan swasta asing
yang bergerak di sektor perdagangan besar
dan eceran. Obligasi tersebut dibeli oleh
perusahaan afiliasi dan akan dipergunakan
untuk keperluan modal kerja dan refinancing.
aspek global, penurunan yield didorong oleh
optimisme investor terhadap sinyal pemulihan
ekonomi global yang semakin kuat sehingga
memberikan kepercayaan untuk berinvestasi
pada instrumen berisiko tinggi seperti obligasi
korporasi dan perbankan Indonesia.
12 Data Bank Indonesia.
Grafik 3.18 Grafik 3.18 Grafik 3.18 Grafik 3.18 Grafik 3.18 YieldYieldYieldYieldYield Obligasi Global Korporasi & Obligasi Global Korporasi & Obligasi Global Korporasi & Obligasi Global Korporasi & Obligasi Global Korporasi &Perbankan IndonesiaPerbankan IndonesiaPerbankan IndonesiaPerbankan IndonesiaPerbankan Indonesia
Grafik 3.17Grafik 3.17Grafik 3.17Grafik 3.17Grafik 3.17 Penerbitan Obligasi Global Korporasi Penerbitan Obligasi Global Korporasi Penerbitan Obligasi Global Korporasi Penerbitan Obligasi Global Korporasi Penerbitan Obligasi Global Korporasi -----Over The CounterOver The CounterOver The CounterOver The CounterOver The Counter
Sumber : Bank Indonesia
Tw-I2008 2009
Juta USD
0
100
200
300
400
500
600
700
Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III
Selama TW3-09, Selama TW3-09, Selama TW3-09, Selama TW3-09, Selama TW3-09, yieldyieldyieldyieldyield obligasi obligasi obligasi obligasi obligasi
internasional beberapa korporasi daninternasional beberapa korporasi daninternasional beberapa korporasi daninternasional beberapa korporasi daninternasional beberapa korporasi dan
perbankan Indonesia bergerak relatif stabil.perbankan Indonesia bergerak relatif stabil.perbankan Indonesia bergerak relatif stabil.perbankan Indonesia bergerak relatif stabil.perbankan Indonesia bergerak relatif stabil.
Dibandingkan pergerakan pada triwulanDibandingkan pergerakan pada triwulanDibandingkan pergerakan pada triwulanDibandingkan pergerakan pada triwulanDibandingkan pergerakan pada triwulan
sebelumnya, secara umum sebelumnya, secara umum sebelumnya, secara umum sebelumnya, secara umum sebelumnya, secara umum yieldyieldyieldyieldyield mengalami mengalami mengalami mengalami mengalami
penurunan (Grafik 3.18).penurunan (Grafik 3.18).penurunan (Grafik 3.18).penurunan (Grafik 3.18).penurunan (Grafik 3.18). Pergerakan ini sejalan
dengan pergerakan yield obligasi sovereign
Indonesia dan peer groups. Dari aspek
domestik, penurunan yield antara lain
dipengaruhi oleh sentimen positif terhadap
Indonesia seiring dengan kondisi fundamental
perekonomian Indonesia yang stabil dan relatif
kuat ditengah krisis global. Sementara dari
Sumber : Bloomberg
2009
5,40
6,40
7,40
8,40
9,40
10,40
11,40
0,0
4,0
8,0
12,0
16,0
3 10 17 24 1 8 15 22 29 5 12 19 26 3 10 17 24 31 7 14 21 28 4 11 18 25April Mei Juni Juli Agustus September
PGN (lhs)
Indosat (lhs)
Lippo Bank (rhs)
Bank Niaga (rhs)
D. PASAR KEUANGAN SYARIAH
D.1. Perkembangan Pasar Keuangan
Syariah Global
Seiring dengan optimisme pemulihan
ekonomi dunia dan mulai stabilnya pasar
keuangan internasional, prospek pasar
keuangan syariah global terlihat cerah. Sampai
TW3-09, indeks Islamic equity dan jumlah serta
nilai penerbitan sukuk meningkat. Hal ini
semakin meningkatkan ketertarikan beberapa
negara seperti Inggris, Perancis, Jepang, Hong
Kong dan Singapura untuk mengembangkan
pasar keuangan syariah dalam rangka financial
system deepening.
Sampai TW3-09, total nilai aset di pasar
keuangan syariah global diperkirakan sekitar
67
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
USD945 miliar √ USD1,2 triliun13. Nilai aset ini
terdiri dari aset industri perbankan syariah
sekitar USD800 miliar √ USD1 triliun, Islamic
funds sekitar USD50-70 miliar, nilai penerbitan
sukuk sekitar USD135,8 miliar, dan premium
takaful global sekitar USD4,3 miliar. Untuk aset
yang dikelola oleh industri perbankan syariah
global, hasil survei The Banker tahun 2009
menunjukkan bahwa aset perbankan syariah
yang dikelola oleh 500 lembaga keuangan
syariah terbesar di dunia pada 2009 tumbuh
28,6% dibandingkan 2008, yaitu dari USD639
miliar menjadi USD822 miliar. Kawasan Gulf
Cooperation Council (GCC) masih mendominasi
shariah compliant asset dengan market share
42,9% atau senilai USD353,2 miliar. Kontributor
terbesar kedua adalah Iran dengan market share
35,6%. Di luar kawasan Timur Tengah, Asia
memiliki market share sekitar 20%, dengan
pemain utama Malaysia sebesar 10,5%.
Sementara di Eropa, Inggris masih menjadi
leading player dengan share 2,5%14.
Pertumbuhan industri keuangan syariah
global juga terlihat dari sisi kelembagaan.
Berdasarkan database Shariah-Fortune, sampai
saat ini jumlah lembaga keuangan syariah
global telah mencapai sekitar 810 perusahaan
yang tersebar di 50 negara. Sekitar 450
lembaga keuangan syariah beroperasi di
kawasan Timur Tengah, terutama di UAE,
Bahrain, Kuwait, Iran dan Saudi Arabia. Di
Eropa, sekitar 114 lembaga keuangan syariah
menjadi pelaku di pasar keuangan syariah
Eropa yang terkonsentrasi di Inggris. Di
Amerika Utara, jumlah lembaga keuangan
syariah masih relatif sedikit, yaitu sekitar 44
tersebar di AS dan Kanada. Untuk kawasan
lainnya seperti Afrika, Australia, dan Amerika
Selatan, kontribusinya masih belum dapat
direpresentasikan dalam industri keuangan
syariah global15. Rangkaian produk yang
ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah
sangat bervariasi, mulai dari produk umum
perbankan syariah hingga sophisticated
product seperti shariah compliant hedge fund,
insurance, dan wealth management. Namun
demikian, share total shariah compliant asset
masih kurang dari 1% dari total aset yang
dikelola oleh 1000 bank konvensional terbesar
di dunia. Belum maksimalnya perkembangan
pasar keuangan syariah global dikarenakan
inefisiensi pada standarisasi produk, pasar
sekunder, transparansi pricing, dan
manajemen likuiditas.
Untuk saat ini, perkembangan industri
keuangan syariah global masih menghadapi
beberapa tantangan yang akan sangat
mempengaruhi pertumbuhannya kedepan.
Tantangan utama yang muncul di berbagai
yurisdiksi pada umumnya adalah : (1)
perhitungan pajak dalam transaksi keuangan
syariah; (2) inefisiensi manajemen ekses
likuiditas; (3) manajemen risiko; (4)
kompatibilitas dengan sistem keuangan
konvensional; (5) keterbatasan instrumen
keuangan syariah; (6) masih minimnya13 Presentasi Islamic Finance News Roadshow 2009 di Turkey
(Kompilasi data dari HSBC Amanah, S&P, Eurekahedge Data 2007,Islamic Finance News, ICMIF, IFIS, Grail Research)
14 Islamic Finance Information Services. 15 Shariah-Fortune
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
68
consumer awareness; (7) terbatasnya qualified
specialist yang mampu menciptakan produk
inovatif; dan (8) standarisasi terkait akunting
dan struktur keuangan syariah.
I. Kawasan Timur TengahI. Kawasan Timur TengahI. Kawasan Timur TengahI. Kawasan Timur TengahI. Kawasan Timur Tengah
Bahrain. Bahrain. Bahrain. Bahrain. Bahrain. Dalam beberapa tahun
terakhir, Bahrain merupakan global leader di
industri keuangan syariah Timur Tengah dan
leading player di pasar sukuk terutama short
term government sukuk. Kondisi ini tidak
terlepas dari peran utama Central Bank of
Bahrain dalam mengembangkan inovasi
instrumen government sukuk. Dari sisi
kelembagaan, saat ini terdapat 26 bank syariah
dan 19 perusahaan Takaful di Bahrain. Aset
perbankan syariah di Bahrain sejak tahun 2000
hingga saat ini tumbuh signifikan mencapai
lebih dari 12 kali, yaitu dari USD1,9 miliar
(2000) menjadi USD26,3 miliar (Juni 2009).
Peningkatan nilai aset tersebut juga
mendorong peningkatan market share aset
perbankan syariah terhadap total aset
perbankan dari 1,8% pada tahun 2000
menjadi 11,1% pada Juni 200916.
Dalam upaya mendukung pertumbuhan
industri keuangan syariah di Bahrain, Central
Bank of Bahrain telah menetapkan kerangka
pelaporan dan prinsip kehati-hatian untuk
kebutuhan spesifik di industri perbankan
syariah dan asuransi syariah (Takaful). Adapun
ketentuan untuk perbankan syariah (Islamic
banking rulebook) mencakup perijinan,
kecukupan modal, manajemen risiko, aturan
bisnis, dan pelaporan. Sementara itu ketentuan
untuk kegiatan Takaful dan re-Takaful juga
telah diatur dalam Islamic insurance rulebook.
Kedua rulebook tersebut merupakan kerangka
pengaturan komprehensif yang pertama untuk
industri keuangan syariah.
Sebagai leading player di perbankan
syariah, Bahrain menjadi pusat sejumlah
organisasi internasional yang mendukung
perkembangan industri keuangan syariah
yaitu: i) the Accounting and Auditing
Organisation for Islamic Financial Institutions
(AAOIFI); ii) Liquidity Management Centre
(LMC); iii) the International Islamic Financial
Market (IIFM), iv) dan the Islamic International
Rating Agency (IIRA). Bahkan Central Bank of
Bahrain juga aktif dalam mengembangkan
special fund (Waqf fund) untuk membiayai
riset, pendidikan dan pelatihan mengenai
sistem keuangan syariah dan juga aktif bekerja
sama dengan pelaku industri dalam
mengembangkan standar untuk industri
keuangan syariah di Bahrain.
Pakistan. Pakistan. Pakistan. Pakistan. Pakistan. Industri keuangan syariah di
Pakistan tumbuh dengan pesat dalam beberapa
tahun terakhir dan bahkan lebih tinggi dari
pertumbuhan industri keuangan konvensional
sehingga meningkatkan market share industri
keuangan syariah terhadap keseluruhan
industri keuangan di Pakistan. Pada tahun
2012, State Bank of Pakistan menargetkan
market share perbankan syariah mencapai 12%
seperti yang dituangkan dalam Islamic banking
strategy plan. Pada Juni 2009, total aset
perbankan syariah meningkat menjadi Rs313
miliar dari Rs278 miliar pada Maret 2009.16 Central Bank of Bahrain (CBB)
69
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
beberapa faktor utama, yaitu (1) deep capital
market; (2) banyaknya expertise terutama di
bidang legal and advisory, dan (3) kerangka
regulasi yang menonjolkan inovasi produk dan
komitmen pemerintah Inggris untuk
mengembangkan industri keuangan syariah
dengan memberikan insentif dalam hal
perpajakan dan menciptakan a level playing
field bagi pelaku pasar keuangan syariah dan
konvensional. Kombinasi ketiga faktor tersebut
yang didukung dengan latar belakang
sophisticated financial market system sangat
mendukung London menjadi pintu gerbang
pasar keuangan syariah di Eropa.
Melihat beberapa negara lain di Eropa
antusias membangun industri keuangan
syariah seperti Perancis dan Luxembourg,
pemerintah Inggris secara proaktif terus
melakukan kerja sama dan koordinasi dengan
praktisi pasar keuangan syariah untuk
membangun kerangka regulasi mendasar
yang dapat memfasilitasi perkembangan
industri keuangan syariah di Inggris secara
substansial.
Perancis. Perancis. Perancis. Perancis. Perancis. Dewan parlemen Perancis
sedang mempertimbangkan upaya untuk
mengatasi berbagai faktor yang menghambat
pertumbuhan industri keuangan syariah di
Perancis, baik dari aspek hukum (legal
amendments), pajak, maupun potensi
perusahaan asing untuk melakukan listing di
Paris Stock Exchange. Upaya tersebut sejalan
dengan rekomendasi mengenai pentingnya
pertumbuhan industri keuangan syariah di
Perancis yang disampaikan dalam laporan
mengenai Islamic finance yang disusun oleh
Portofolio pembiayaan dan investasi perbankan
syariah meningkat pula dari Rs185 miliar (Maret
2009) menjadi Rs195 miliar (Juni 2009). Kondisi
tersebut secara otomatis meningkatkan share
total aset mencapai 5,1%, share pembiayaan
& investasi mencapai 4,2% dan share deposito
mencapai 5,2% pada Juni 2009. Selain itu,
peningkatan juga terjadi di sisi kelembagaan,
dimana kantor cabang 6 bank syariah dan 12
bank konvensional yang menyediakan Islamic
window meningkat dari 17 cabang pada
Desember 2003 menjadi 528 pada Juni 200917.
Adapun progres pertumbuhan industri
keuangan syariah di Pakistan sejak tahun
2003 s.d. 2009 dapat terlihat dari grafik di
bawah ini.
17 State Bank of Pakistan
Grafik 3.19 Pertumbuhan Industri KeuanganGrafik 3.19 Pertumbuhan Industri KeuanganGrafik 3.19 Pertumbuhan Industri KeuanganGrafik 3.19 Pertumbuhan Industri KeuanganGrafik 3.19 Pertumbuhan Industri KeuanganSyariah di PakistanSyariah di PakistanSyariah di PakistanSyariah di PakistanSyariah di Pakistan
Sumber : State Bank of Pakistan
Rs. miliar
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
JunMarDesDesDesDesDesDes
Total Assets
Deposits
Financing & Investment
0
50
100
150
200
250
300
II. Kawasan Eropa dan ASII. Kawasan Eropa dan ASII. Kawasan Eropa dan ASII. Kawasan Eropa dan ASII. Kawasan Eropa dan AS
Inggris. Inggris. Inggris. Inggris. Inggris. Sejauh ini London telah berhasil
memposisikan diri sebagai pintu gerbang
(Islamic gateway) pasar keuangan syariah di
Eropa. Keberhasilan London ini didukung oleh
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
70
the Financial Affairs Commission. Bahkan
Menteri Keuangan Perancis pernah
menyatakan keinginan pemerintah Perancis
untuk menjadikan Paris sebagai ≈the Capital
of Islamic Finance∆.
Kazakhstan. Kazakhstan. Kazakhstan. Kazakhstan. Kazakhstan. Pertumbuhan industri
keuangan syariah di Kazakhstan masih berada
pada tahap-tahap awal. Setelah Kazakhstan
mengadopsi Islamic finance & banking law
delapan bulan lalu, beberapa lembaga
keuangan syariah mulai beroperasi di negara
ini. Undang-undang baru tersebut merupakan
bagian dari upaya pemerintah Kazakhstan
untuk membangun infrastruktur yang dapat
memfasilitasi perkembangan industri
keuangan syariah kedepan. Upaya ini juga
ditujukan untuk menciptakan peluang baru
bagi pelaku usaha domestik untuk
mendapatkan investasi baru dari negara-
negara muslim, terutama Timur Tengah
sekaligus memperkuat international linkage.
Agar Islamic finance & banking law yang
baru diterbitkan bisa efektif, pemerintah
Kazakhstan sangat mendorong korporasi di
Kazakhstan dapat menerbitkan sukuk di pasar
domestik untuk menstimulus pertumbuhan
pasar keuangan syariah di Kazakhstan.
Komitmen pemerintah Kazakhstan untuk
mengembangkan pasar keuangan syariah juga
ditunjukkan melalui upaya kerja sama yang
sedang dibangun dengan Islamic Development
Bank (IDB) untuk menyusun roadmap Islamic
finance & economic development, yang
ditargetkan dapat diselesaikan pada tahun
2010 mendatang.
AS.AS.AS.AS.AS. Pasar keuangan syariah di AS
tumbuh melalui dua jalur, yaitu (1) produk ritel
dan investasi oleh lembaga keuangan
konvensional dan lembaga keuangan syariah
non bank; dan (2) equity investment oleh
lembaga keuangan syariah di luar AS.
Perkembangan industri keuangan syariah di
AS saat ini belum terorganisir melalui
perbankan syariah seperti di negara lain.
Produk keuangan syariah justru lebih banyak
disediakan oleh lembaga-lembaga keuangan
non bank karena demand yang relatif sedikit.
Sejauh ini perkembangan industri keuangan
syariah di AS tergolong lambat. Hal ini banyak
dipengaruhi oleh faktor fragmentasi dan
overlapping sistem regulasi antara federal dan
state regulator dan antara berbagai regulator
di pemerintahan federal sendiri. Overlapping
regulasi tersebut pada prakteknya
menyulitkan lembaga keuangan di AS dalam
hal membuka bisnis baru untuk keuangan
syariah.
III. Kawasan AsiaIII. Kawasan AsiaIII. Kawasan AsiaIII. Kawasan AsiaIII. Kawasan Asia
Malaysia. Malaysia. Malaysia. Malaysia. Malaysia. Sebagai salah satu langkah
untuk meningkatkan harmonisasi dalam upaya
mendorong perkembangan industri keuangan
syariah di Malaysia, Bank Negara Malaysia telah
mengeluarkan Shariah Parameter Reference 1
(SPR 1) atau Murabahah Parameter. SPR 1 ini
merupakan seri pertama dari rangkaian
Shariah Parameter yang dikeluarkan sebagai
referensi atau guidance bagi seluruh lembaga
keuangan syariah. Shariah Parameter lainnya
yang sedang disusun adalah guidance untuk
71
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
struktur Ijarah, Mudarabah, Musharakah,
Istisna» dan Wadiah18.
Tujuan utama dari inisiatif Shariah
Parameter ini adalah untuk memberikan
referensi/penjelasan mengenai struktur yang
dipakai dalam produk keuangan syariah yang
disahkan oleh Shariah Advisory Board dan
diadopsi oleh lembaga keuangan syariah. Selain
itu, inisiatif Shariah Parameter bertujuan untuk:
1. Memberikan penjelasan mengenai
konsep dan prinsip dalam shariah
contract
2. Memberikan penjelasan atas fitur utama
dalam suatu produk keuangan syariah
3. Memberikan dasar untuk pengambilan
keputusan terkait dengan mekanisme
dan implementasi shariah contract
4. Memberikan stimulan bagi praktisi atau
pelaku pasar keuangan syariah untuk
mendesain dan mengembangkan produk
keuangan syariah.
5. Memberikan guidance bagi
lembaga keuangan syariah dalam
memformulasikan kebijakan dan
petunjuk terkait shariah contract.
Inisiatif penerbitan SPR tersebut
diharapkan oleh Bank Negara Malaysia dapat
semakin meningkatkan harmonisasi dalam hal
interpretasi dan opini atas suatu produk
keuangan syariah, terutama diantara anggota
Shariah Committee.
Aset industri perbankan Malaysia
meningkat 11,1% dari RM251,1 miliar pada
akhir 2008 menjadi RM279,1 miliar pada Juli
2009. Deposito juga meningkat dari RM24
miliar menjadi RM218,5 miliar pada periode
yang sama, mencerminkan share sebesar
20,4% dari total deposito perbankan di
Malaysia. Sementara itu pembiayaan
meningkat 12,4% menjadi RM169,2 miliar.
Industri Takaful menunjukkan pertumbuhan
rata-rata sebesar 24,8% per tahunnya dari
tahun 2001-2008 dengan nilai aset mencapai
7,5% total aset asuransi di Malaysia atau
senilai RM11,5 miliar pada Juni 200919. Untuk
terus memperkuat posisi Malaysia sebagai
Islamic financial centre, pemerintah terus
melakukan berbagai upaya promosi antara lain
branding, penerbitan sukuk, inovasi produk,
penyempurnaan standarisasi dokumentasi dan
meningkatkan harmonisasi dalam hal
pemahaman dan interpretasi atas produk dan
jasa keuangan syariah.
Singapura. Singapura. Singapura. Singapura. Singapura. Sejauh ini, Monetary
Authority of Singapore/MAS terus berupaya
proaktif dalam menciptakan a level playing
field dengan memberikan insentif bagi pelaku
pasar keuangan syariah. Setelah kewajiban
additional stamp duty untuk transaksi
keuangan syariah yang melibatkan properti
dihapuskan, kini ketentuan mengenai income
tax and goods and services tax (GST) untuk
transaksi keuangan syariah telah diklarifikasi
oleh pemerintah Singapura. Investor ritel untuk
transaksi Murabahah kini telah diatur dengan
ketentuan yang sama untuk investor ritel
konvensional, yaitu Singapore»s Bank Act,
18 Islamic Finance Information Services. 19 Islamic Finance Information Services.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
72
dimana pajak pendapatan sebesar 5%
dikenakan terhadap setiap pendapatan yang
diperoleh dari transaksi keuangan syariah,
termasuk kegiatan lending, fund
management, insurance, dan reinsurance20.
MAS menerapkan single regulatory
framework yang mengatur sistem perbankan
syariah dan konvensional sekaligus. Oleh
karena itu, sistem pengaturan yang diterapkan
oleh MAS memberikan a level playing field bagi
pelaku bank syariah dan konvensional. Selain
itu, MAS juga telah mengeluarkan seperangkat
guidelines untuk memberikan penjelasan
mengenai ketentuan yang berlaku untuk
perbankan syariah dan informasi spesifik
mengenai regulasi struktur produk perbankan
syariah. Dengan demikian, bank syariah di
Singapura dapat melakukan inovasi pada
produknya secara lebih fleksibel sehingga
produk yang ditawarkan dapat lebih bervariasi.
Guidelines ini diharapkan dapat memberikan
kejelasan dan kepastian bagi pelaku industri
perbankan syariah di Singapura.
Indonesia. Indonesia. Indonesia. Indonesia. Indonesia. Permasalahan pajak
berganda dalam transaksi keuangan syariah
dengan struktur Murabahah telah diselesaikan.
DPR telah menyetujui amandemen undang-
undang perpajakan terkait VAT (value added
tax) yang mengatur perlakuan untuk pajak
pertambahan nilai dalam transaksi keuangan
syariah dengan struktur Murabahah, yaitu
Undang-undang No.42 tahun 2009 tentang
Perubahan Ketiga Atas UU No. 8 tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Namun UU tersebut baru akan efektif berlaku
mulai April 2010 mendatang. Dalam
perubahan UU perpajakan tersebut, transaksi
keuangan berbasis syariah tidak lagi dikenakan
sebagai objek pertambahan nilai. Dengan
adanya perubahan ketentuan mengenai pajak
pertambahan nilai (VAT) ini diharapkan akan
dapat lebih banyak menarik investasi asing ke
pasar keuangan syariah di Indonesia dan
mobilisasi dana di pasar keuangan syariah
Indonesia dapat lebih ditingkatkan.
Dalam mengembangkan pasar sukuk
domestik, Pemerintah Indonesia berencana
menerbitkan monthly basis sukuk dengan
initial size sebesar IDR1 triliun (USD100 juta).
Penjualan monthly basis sukuk tersebut tidak
dilakukan melalui mekanisme bookbuilding,
melainkan akan dilakukan melalui lelang. Jika
penjualan monthly basis sukuk dinilai berhasil,
kemungkinan pemerintah akan menerbitkan
two week basis sukuk.
Korea Selatan. Korea Selatan. Korea Selatan. Korea Selatan. Korea Selatan. Pemerintah Korea
Selatan berencana memberikan pengecualian
pajak pendapatan bagi investor asing yang
membeli sukuk yang diterbitkan oleh
perusahaan lokal. Kebijakan ini ditujukan
untuk menarik dana masuk dari pasar Islamic
bond (sukuk). Untuk saat ini, pengecualian
pajak pendapatan bagi investor asing hanya
diberlakukan terhadap pembelian obligasi
konvensional dengan denominasi mata uang
asing. Penerapan kebijakan serupa terhadap
pembelian sukuk belum dilakukan karena
struktur dari sukuk sendiri dinilai berbeda
dengan obligasi konvensional. Diharapkan20 Islamic Finance Information Services.
73
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
kebijakan tersebut sudah dapat diberlakukan
mulai awal tahun 2010 setelah mendapatkan
persetujuan dari dewan parlemen Korea
Selatan.
Philipina. Philipina. Philipina. Philipina. Philipina. Bank sentral Philipina (Bangko
Sentral Pilipinas/BSP) juga berkeinginan untuk
mengembangkan industri perbankan syariah.
Untuk itu, didalam rancangan Islamic Bank Act
yang sedang diusulkan oleh BSP, bank
konvensional diperkenankan untuk
menyediakan produk-produk keuangan
syariah secara terpisah dari bisnis bank
konvensional atau melalui window. Untuk
mendukung inisiatif tersebut, BSP juga akan
membentuk Shariah Advisory Council yang
terdiri dari lima anggota dan pada prakteknya
akan bekerja sama dengan Shariah committee
dari masing-masing bank syariah.
D.2. Perkembangan Industri Islamic
Financial Market
I. I. I. I. I. Islamic Capital MarketIslamic Capital MarketIslamic Capital MarketIslamic Capital MarketIslamic Capital Market
Sampai dengan TW3-09 ini seiring
dengan optimisme pemulihan ekonomi dunia,
rebound di pasar sukuk global mulai terlihat
walaupun belum dapat mencapai puncaknya
senilai USD46,65 miliar pada tahun 2007. Total
nilai penerbitan sukuk pada TW3-09 mencapai
USD12 miliar atau tumbuh 79,6%
dibandingkan penerbitan pada TW2-09 senilai
USD6,68 miliar (Grafik 3.20). Bahkan nilai
penerbitan sukuk pada TW3-09 tersebut
tumbuh jauh lebih besar mencapai 230,6%
apabila dibandingkan dengan nilai penerbitan
pada TW3-08 senilai USD3,63 miliar. Dilihat
secara akumulatif, total nilai penerbitan sukuk
sepanjang tahun 2009 (sampai dengan
September) telah mencapai USD20,34 miliar
atau tumbuh sebesar 29% dibandingkan total
nilai penerbitan sukuk pada tahun 2008 senilai
USD15,77 miliar (Grafik 3.21). Kedepan,
penerbitan sukuk global diyakini akan terus
meningkat seiring dengan membaiknya
kondisi pasar keuangan global dan manajemen
sistem keuangan internasional.
Grafik 3.20 Penerbitan Sukuk Global per TriwulanGrafik 3.20 Penerbitan Sukuk Global per TriwulanGrafik 3.20 Penerbitan Sukuk Global per TriwulanGrafik 3.20 Penerbitan Sukuk Global per TriwulanGrafik 3.20 Penerbitan Sukuk Global per Triwulan
Grafik 3.21 Penerbitan Sukuk Global per TahunGrafik 3.21 Penerbitan Sukuk Global per TahunGrafik 3.21 Penerbitan Sukuk Global per TahunGrafik 3.21 Penerbitan Sukuk Global per TahunGrafik 3.21 Penerbitan Sukuk Global per Tahun
Sumber : Database IFIS, diolah
Juta USD
0
5000
10000
15000
20000
2005 2006 2007 2008 2009
1.108
4.0492.9242.676
9.084
4.5874.382
9.114
6.195
18.800
11.33810.317
4.207
7.351
3.630
5851.656
6.682
12.002
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
Sumber : Database IFIS, diolah
(Sept)
Juta USD
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 20090
10000
20000
30000
40000
50000
336 780 986
5.8177.210
10.758
27.167
46.650
15.773
20.341
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
74
Seperti halnya penerbitan sukuk pada
triwulan sebelumnya, penerbitan sukuk pada
TW3-09 masih didominasi oleh quasi
sovereign sukuk senilai USD6,57 miliar dan
sovereign sukuk senilai USD3,61 miliar.
Sedangkan penerbitan sukuk oleh korporasi
relatif sedikit, yaitu USD1,82 miliar (Grafik
3.22). Dibandingkan nilai penerbitan pada
TW2-09, penerbitan quasi sovereign sukuk,
sovereign sukuk dan corporate sukuk pada
TW3-09 ini masing-masing meningkat sebesar
185%, 24,8% dan 22,85%. Dilihat dari
penerbitnya, baik quasi sovereign sukuk
maupun sovereign sukuk didominasi oleh
perusahaan milik pemerintah Malaysia
(USD3,85 miliar) dan pemerintah Malaysia
(USD2,55 miliar). Sovereign sukuk lainnya
diterbitkan oleh pemerintah Bahrain dengan
nilai USD491 juta, pemerintah Pakistan senilai
USD170 juta dan pemerintah Cayman Island
senilai USD400 juta.
senilai USD8,19 miliar. Sementara itu Saudi
Arabia merupakan issuer teraktif kedua
denganshare sebesar 15,55% atau senilai
USD1,87 miliar (Grafik 3.23). Cayman Island
yang merupakan negara kepulauan di sebelah
timur benua Amerika merupakan issuer teraktif
ketiga dengan share 10,4% atau senilai
USD1,25 miliar. Berdasarkan distribusi
kawasan, Asia dengan market share sebesar
68,39% masih menjadi leading region dalam
penerbitan sukuk pada TW 3-09 ini. Sementara
itu market share Timur Tengah hanya sebesar
21,2% dan Cayman Island sebesar 10,41%
(Grafik 3.24).
Grafik 3.22 Penerbitan Sukuk per StatusGrafik 3.22 Penerbitan Sukuk per StatusGrafik 3.22 Penerbitan Sukuk per StatusGrafik 3.22 Penerbitan Sukuk per StatusGrafik 3.22 Penerbitan Sukuk per Status
Grafik 3.23 Penerbitan Sukuk per NegaraGrafik 3.23 Penerbitan Sukuk per NegaraGrafik 3.23 Penerbitan Sukuk per NegaraGrafik 3.23 Penerbitan Sukuk per NegaraGrafik 3.23 Penerbitan Sukuk per Negara
Grafik 3.24 Penerbitan Sukuk per RegionGrafik 3.24 Penerbitan Sukuk per RegionGrafik 3.24 Penerbitan Sukuk per RegionGrafik 3.24 Penerbitan Sukuk per RegionGrafik 3.24 Penerbitan Sukuk per Region
Sumber : Database IFIS, diolah
1.821,02
3.613,22
6.567,72
Juta USD
Corporate
Sovereign
Quasisovereign
2.000 4.000 6.000 8.000-
Pada TW 3-09 ini, Malaysia masih
menjadi negara yang paling aktif menerbitkan
sukuk dengan share sebesar 68,27% atau
Sumber : Database IFIS, diolah
Bahrain4,23% Cayman Islands
10,41%
Indonesia0,12%
Malaysia68,27%
Pakistan1,42%
Saudi Arabia15,55%
Sumber : Database IFIS, diolah
Asia68,39%
TimurTengah21,20%
Cayman Islands10,41%
75
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
jenis sukuk yang paling banyak diterbitkan
pada TW3-09 adalah sukuk Al-Ijara sebanyak
31,16%, sukuk Murabahah sebanyak 30,1%,
investment sukuk sebanyak 15,6% dan sukuk
Musharakah sebanyak 10,5%. Namun selain
keempat jenis tersebut, sukuk lainnya
diterbitkan dengan jenis Sukuk Al-Wakala Bel-
Istithmar, Istisna» dan Bai»Inah dan Al-Salam
(Grafik 3.27).
II. II. II. II. II. Islamic Equity MarketIslamic Equity MarketIslamic Equity MarketIslamic Equity MarketIslamic Equity Market
Kinerja Islamic Equity Market Index yang
terlihat dari Dow Jones Islamic Market Index
dan Jakarta Islamic Index sampai TW3-09 terus
semakin membaik sejak akhir triwulan
pertama. Pergerakan tersebut sejalan dengan
pergerakan indeks equity market konvensional
(Dow Jones Industrial Average & Jakarta
Composite Index). Pada akhir TW3-09, indeks
JII mencapai 401,5 atau meningkat 25%
dibandingkan indeks pada akhir triwulan
sebelumnya. Sedangkan indeks DJIM telah
mencapai 1852,89 atau meningkat 15% dari
triwulan sebelumnya (Grafik 3.28). Kenaikan
indeks tersebut antara lain didorong oleh
Penerbitan sukuk pada TW3-09 ini
didominasi oleh mata uang MYR dengan
presentase 55,77% karena Malaysia paling
banyak menerbitkan sukuk di pasar lokal.
Sementara mata uang lainnya yang digunakan
adalah USD (22,9%), SAR (15,6%), BHD
(4,23%), PKR (1,42%) dan IDR (0,12%) (Grafik
3.25). Sejalan dengan hal tersebut, lebih dari
setengah total penerbitan sukuk pada
TW3-09 dilakukan di pasar lokal dengan
presentase 77% atau senilai USD9,25 miliar,
sedangkan penerbitan di pasar internasional
hanya 23% atau senilai USD2,75 miliar (Grafik
3.26). Sementara dilihat dari jenisnya, empat
Grafik 3.25 Penerbitan Sukuk per Mata UangGrafik 3.25 Penerbitan Sukuk per Mata UangGrafik 3.25 Penerbitan Sukuk per Mata UangGrafik 3.25 Penerbitan Sukuk per Mata UangGrafik 3.25 Penerbitan Sukuk per Mata Uang
Grafik 3.26 Penerbitan Sukuk per Lokasi PasarGrafik 3.26 Penerbitan Sukuk per Lokasi PasarGrafik 3.26 Penerbitan Sukuk per Lokasi PasarGrafik 3.26 Penerbitan Sukuk per Lokasi PasarGrafik 3.26 Penerbitan Sukuk per Lokasi Pasar
Grafik 3.27 Penerbitan Sukuk per JenisGrafik 3.27 Penerbitan Sukuk per JenisGrafik 3.27 Penerbitan Sukuk per JenisGrafik 3.27 Penerbitan Sukuk per JenisGrafik 3.27 Penerbitan Sukuk per Jenis
Sumber : Database IFIS, diolah
BHD4,23% IDR
0,12%
MYR55,77%
PKR1,42%
SAR15,55%
USD22,91%
Sumber : Database IFIS, diolah
Internasional23%
Domestik77%
Sumber : Database IFIS, diolah
Bai' Inah2,12%
InvestmentSukuk
15,55%
Istisna'0,33%
Murabahah30,10%
Short Term AlSalam Sukuk
0,27%
Sukuk2,87%
Sukuk Al Ijara31,16%
Sukuk AlMusharakah
10,53%
Sukuk AlWakala
BelIstithmar7,08%
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
76
peningkatan Return JII di akhir TW3-09
mencapai 90,56%, jauh meningkat
dibandingkan level di TW2-09 (50,96%) dan
di TW1-09 (9,73%). Peningkatan return juga
terjadi pada DJIM menjadi 28,37% pada akhir
TW3-09. Sampai saat ini, size global Islamic
Equity Market diperkirakan sekitar USD2,2
miliar21. Dibandingkan dengan total aset di
pasar keuangan syariah global yang bernilai
lebih dari USD822 miliar, aset di Islamic private
equity belum signifikan.
miliar22. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
untuk dapat mencapai proyeksi tersebut,
antara lain adalah mengatasi beberapa titik
kelemahan utama sebagaimana yang telah
diidentifikasikan dalam laporannya mengenai
Islamic Banking, Moody»s Investor Services,
yaitu : (1) inefisiensi dalam manajemen ekses
likuiditas, dan (2) lemahnya manajemen risiko
terutama dalam hal asset-liability
management. Penilaian Moody»s tersebut
didasarkan pada kondisi dimana industri
perbankan syariah tidak dapat
menginvestasikan ekses likuiditasnya di debt
market maupun di pasar hedge fund sehingga
perbankan syariah cenderung menaruh
dananya pada industri real estate atau bahkan
unutilized. Underutilized surplus likuiditas
tersebut dapat memicu pengelolaan asset-
liability yang lemah dan meningkatkan risiko
likuiditas. Namun demikian, lembaga rating ini
menilai industri perbankan syariah berhasil
menjaga stabilitasnya di tengah gejolak di
sektor keuangan global.
Meskipun relatif lambat, industri
perbankan syariah Indonesia terus
menunjukkan pertumbuhan. Krisis keuangan
global berdampak minim terhadap sistem
perbankan syariah Indonesia. Sampai akhir
TW3-09, perbankan syariah Indonesia (BUS,
UUS & BPRS) mencapai aset senilai IDR59,9
triliun dengan market share sebesar 2,4% dari
total aset perbankan nasional (Grafik 3.29 dan
3.30). Pertumbuhan total aset pada TW3-09
21 Yasaar Media, 2009 ≈Islamic Investment Banking 2009∆.
Grafik 3.28 Grafik 3.28 Grafik 3.28 Grafik 3.28 Grafik 3.28 Islamic Equity IndexIslamic Equity IndexIslamic Equity IndexIslamic Equity IndexIslamic Equity Index
Sumber : Bloomberg, diolah
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
0
1500
3000
4500
6000
7500
9000
10500
TW 1 TW 2 TW 3
2009Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
Jakarta Islamic Index (lhs) Jakarta Composite Index (lhs)
Dow Jones Islamic Market (lhs) Dow Jones Industrial Avg. (rhs)
III. III. III. III. III. Islamic Commercial BanksIslamic Commercial BanksIslamic Commercial BanksIslamic Commercial BanksIslamic Commercial Banks
Nilai aset yang dikelola industri
perbankan syariah global tumbuh sebesar
15%-20% p.a dan saat ini diperkirakan
mencapai sekitar USD800 miliar √ USD1 triliun,
dengan potensi pasar senilai USD4 triliun.
Dalam kurun waktu 8-10 tahun mendatang,
industri perbankan syariah global diestimasi
dapat mengelola setengah dari nilai saving
seluruh populasi Muslim di dunia sebanyak 1,6
22 Presentasi Islamic Finance News Roadshow 2009 di Turkey(Kompilasi data dari HSBC Amanah, S&P, Eurekahedge Data 2007,Islamic Finance News, ICMIF, IFIS, Grail Research).
77
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
sebesar 5,09% tersebut menurun
dibandingkan pertumbuhan total aset pada
TW2-09 sebesar 6,74%. Dari total aset
tersebut, aset BUS & UUS adalah sebesar
96,83% (IDR58 triliun), sedangkan aset BPRS
sebesar 3,17% (IDR1,9 triliun)23.
Dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun oleh BUS & UUS dan BPRS sampai
dengan TW3-09 masing-masing adalah
IDR45,4 triliun dan IDR1,16 triliun. Dengan
demikian, total DPK perbankan syariah adalah
IDR46,56 triliun. Seperti halnya pertumbuhan
total aset, pertumbuhan total DPK pada TW3-
09 sebesar 8,08% juga menurun
dibandingkan pertumbuhan total DPK pada
TW2-09 sebesar 10,38%24. Dari DPK yang
berhasil dihimpun, total pembiayaan yang
disalurkan oleh perbankan syariah sampai
TW3-09 adalah IDR46,04 triliun atau tumbuh
5,6% dari nilai pembiayaan yang disalurkan
pada TW2-09 (IDR43,6 triliun). Pertumbuhan
pembiayaan pada TW3-09 ini juga menurun
dibandingkan pertumbuhan pembiayaan pada
TW2-09 sebesar 7,28%25.
Dari sisi kelembagaan, Bank Umum
Syariah masih berjumlah 5 bank, yaitu Bank
Syariah Mandiri, Bank Muamalat, Bank Mega
Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank BRI
Syariah. Sementara Unit Usaha Syariah (UUS)
yang pada TW3 berjumlah 25, pada TW3-09
menjadi 24 karena satu UUS milik Bank
Bukopin ditutup (Grafik 3.31). Untuk jumlah
office chanelling meningkat menjadi 1804 dari
23 Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009.24 Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009.25 Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009.
Grafik 3.29 Indikator BUS & UUSGrafik 3.29 Indikator BUS & UUSGrafik 3.29 Indikator BUS & UUSGrafik 3.29 Indikator BUS & UUSGrafik 3.29 Indikator BUS & UUS
Grafik 3.30 Indikator BPRSGrafik 3.30 Indikator BPRSGrafik 3.30 Indikator BPRSGrafik 3.30 Indikator BPRSGrafik 3.30 Indikator BPRS
Grafik 3.31 Jumlah Kantor Perbankan SyariahGrafik 3.31 Jumlah Kantor Perbankan SyariahGrafik 3.31 Jumlah Kantor Perbankan SyariahGrafik 3.31 Jumlah Kantor Perbankan SyariahGrafik 3.31 Jumlah Kantor Perbankan Syariah
Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009
Share asset FDR NPF
Deposit fund Financing Total asset
Mar Jun Sep
Triliun%
10
20
30
40
50
60
70
2005 2006 2007 2008 2009
0
20
40
60
80
100
Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009
Share asset FDR NPF
Deposit fund Financing Total asset
% Triliun
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
0
20
40
60
80
100
120
Mar Jun Sep2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009
-0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
0
5
10
15
20
25
30
Mar Jun Sep2005 2006 2007 2008 2009
BUS (lhs)Office channeling (rhs)UUS (lhs)BPRS (rhs)
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
78
1680 pada TW2-09. Sementara BPRS
bertambah dari 133 menjadi 13726.
IV. IV. IV. IV. IV. Takaful MarketTakaful MarketTakaful MarketTakaful MarketTakaful Market
Pasar Takaful global dilaporkan terus
tumbuh. Ekspansi ke pasar muslim dan non
muslim gencar dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan Takaful di berbagai negara. Pelaku
utama di pasar Takaful masih didominasi oleh
perusahaan Takaful dari kawasan Timur
Tengah seiring dengan semakin besarnya
kebutuhan untuk mengasuransikan
pembiayaan proyek di Timur Tengah secara
syariah. Sampai saat ini, premium Takaful
global diperkirakan bernilai sekitar USD4,3
miliar dan pada tahun 2015 mendatang
diperkirakan mencapai USD7,4 miliar27.
Malaysia sejauh ini masih menjadi
pasar Takaful terbesar di Asia Tenggara
dengan produk unggulan Family dan Medical
Takaful. Untuk kawasan lainnya, Eropa
diyakini memiliki potensi dan peluang yang
besar untuk pertumbuhan industri Takaful
kedepan mengingat besarnya consumer
awareness di Eropa atas manfaat asuransi
dengan skim syariah (Takaful). Terlebih lagi,
semangat Inggris untuk menjadikan London
sebagai Islamic financial centre semakin
membukakan peluang bagi operator Takaful
dunia untuk dapat masuk ke pasar Inggris
sekaligus mengakses pasar di negara-negara
EU lainnya.
26 Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009.27 Presentasi Islamic Finance News Roadshow 2009 di Turkey
(Kompilasi data dari HSBC Amanah, S&P, Eurekahedge Data 2007,Islamic Finance News, ICMIF, IFIS, Grail Research).
Walaupun terus mengalami
pertumbuhan, namun pasar Takaful masih
menghadapi beberapa faktor yang dapat
menghambat pertumbuhan kedepan apabila
tidak segera diatasi. Pertama, masih minimnya
pemahaman konsumen atas manfaat Takaful.
Kedua, perbedaan regulasi untuk industri
Takaful pada yurisdiksi yang berbeda
menyebabkan perbedaan standarisasi. Untuk
mengatasi kedua faktor penghambat utama
tersebut diperlukan kerjasama dan kolaborasi
diantara berbagai regulator, Islamic scholar,
operator Takaful untuk menghindari
fragmentasi industri Takaful global.
V.V.V.V.V. Islamic Money market Islamic Money market Islamic Money market Islamic Money market Islamic Money market
Volume transaksi di Pasar Uang Antar
Bank Syariah (PUAS) sepanjang TW3-09
bergerak fluktuatif, dengan volume terkecil
IDR1 miliar dan terbesar IDR170 miliar (Grafik
3.32). Namun range volume tersebut lebih
kecil dibandingkan range volume transaksi
pada TW2-09 yaitu IDR2 miliar-IDR223 miliar.
Sementara itu pergerakan rata-rata tertimbang
tingkat imbalan transaksi PUAS menurun jika
Grafik 3.32 Volume PUASGrafik 3.32 Volume PUASGrafik 3.32 Volume PUASGrafik 3.32 Volume PUASGrafik 3.32 Volume PUAS
5Jan
TW 1 TW 2 TW 3
Sumber: DPM, Bank Indonesia
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
5Feb
5Mar
5Apr
5Mei
5Jun
5Jul
5Ags
5Sep
79
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
dibandingkan dengan pergerakan pada TW2-
09 & TW1-09 (Grafik 3.33). Penurunan tingkat
imbalan PUAS ini merupakan respon dari
penurunan BI rate yang terjadi beberapa kali
sejak TW1-09 sampai dengan TW3-09.
D.3. Islamic Fund Management
Islamic fund merupakan produk utama
dari Islamic investment banking yang terdiri
dari beberapa kelas aset. Berdasarkan data
Eurekahedge, sampai dengan Juni 2009
terdapat 679 Islamic fund dengan nilai fund
sekitar USD45-50 miliar yang dikelola oleh
lebih dari 300 fund manager 28. Adapun
komposisi kelas aset dan proporsinya terhadap
keseluruhan Islamic fund terlihat dari Grafik
3.3429. Dari komposisi tersebut, terlihat bahwa
lebih dari 50% Islamic fund adalah berupa
Islamic Equity fund (52%). Sementara itu
equity fund konvensional hanya membentuk
28 Yasaar Media, 2009 ≈Islamic Investment Banking 2009∆29 Analyst Ernst&Young, Dr. Pierre Weirnerskirch, Mei 2009, ≈Islamic
Fund∆.
42% dari total conventional fund. Kelas aset
Islamic fund lainnya adalah real estate (18%),
money market (13%), balanced (10%) dan
fixed income (7%). Hal ini menunjukkan
bahwa industri keuangan syariah global
banyak tergantung pada equity sebagai bentuk
investasi syariah.
Dari tahun ke tahun, pertumbuhan
Islamic fund tidak hanya terlihat dari sisi size
saja, melainkan juga dari diversifikasi produk.
Dilihat dari yurisdiksinya, Malaysia berada di
posisi terdepan dalam industri Islamic fund ini
Grafik 3.33 Rata-rata Tertimbang Tingkat ImbalanGrafik 3.33 Rata-rata Tertimbang Tingkat ImbalanGrafik 3.33 Rata-rata Tertimbang Tingkat ImbalanGrafik 3.33 Rata-rata Tertimbang Tingkat ImbalanGrafik 3.33 Rata-rata Tertimbang Tingkat ImbalanPUASPUASPUASPUASPUAS
Sumber: DPM, Bank Indonesia
TW 2 TW 3TW 1
%
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00
11,00
5Jan
5Feb
5Mar
5Apr
5Mei
5Jun
5Jul
5Ags
5Sep
Grafik 3.35 Distribusi Geografis Grafik 3.35 Distribusi Geografis Grafik 3.35 Distribusi Geografis Grafik 3.35 Distribusi Geografis Grafik 3.35 Distribusi Geografis Islamic FundIslamic FundIslamic FundIslamic FundIslamic Fund
Grafik 3.34 Komposisi Kelas Aset Grafik 3.34 Komposisi Kelas Aset Grafik 3.34 Komposisi Kelas Aset Grafik 3.34 Komposisi Kelas Aset Grafik 3.34 Komposisi Kelas Aset Islamic FundIslamic FundIslamic FundIslamic FundIslamic Fund
Source : Eurekahedge Islamic Funds Database, Invesment Company Institute, Emst & Young AnalysisNote : Asset class Allocation in conventional mutual funds is from over 61,000 mutual funds fromacross the world
Other
Money MarketBalanced
Fixed Income
Equity
(asa % of Total)
18%10%
13%
6%
10%
7%
52%42%
22%
20%
Shariah CompliantFunds Universe
Conventional MutualFund Universe
%
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Domicile of 570 islamic funds 1/6/09Source: IF13 islamic funds database
UAEJerseySouth AfricaLuxembourgIreland
SingaporePakistan
OthersEgyptUSA
QatarUK
CanadaBVI
MalaysiaSaudi ArabiaKuwaitBahrainCayman Islands
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
80
selain Luxembourg (Grafik 3.35). Dalam rangka
memajukan industri Islamic fund ini, Malaysia
melalui Securities Commission bekerja sama
dengan otoritas keuangan di Dubai, the Dubai
Financial Services Authority (DFSA) dalam hal
cross border marketing dan distribusi Islamic
fund diantara kedua negara.
E. PASAR KOMODITI
Selama TW3-09 harga komoditasSelama TW3-09 harga komoditasSelama TW3-09 harga komoditasSelama TW3-09 harga komoditasSelama TW3-09 harga komoditas
energi dan pangan cenderung bergerak energi dan pangan cenderung bergerak energi dan pangan cenderung bergerak energi dan pangan cenderung bergerak energi dan pangan cenderung bergerak mixed,mixed,mixed,mixed,mixed,
sedangkan harga komoditas logam meningkatsedangkan harga komoditas logam meningkatsedangkan harga komoditas logam meningkatsedangkan harga komoditas logam meningkatsedangkan harga komoditas logam meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 3.8).dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 3.8).dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 3.8).dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 3.8).dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 3.8).
Ditengah sentimen positif sinyal pemulihan
ekonomi yang semakin kuat, harga minyak
WTI di TW3-09 menguat tipis 1% qtq
mencapai USD70,6/barrel di akhir triwulan
(Tabel 3.8 dan Grafik 3.36). Pasokan minyak
di akhir TW3-09 relatif dapat memenuhi
konsumsi dunia (Grafik 3.37). Berdasarkan
laporan Departemen Energi AS (EIA)
September-09, produksi minyak dunia
mencapai 84,1 juta barrel/hari, sedangkan
konsumsi minyak dunia mencapai 84,4 juta
barrel/hari. Selain terjadi peningkatan
konsumsi minyak di AS30 dan China31 masing-
masing sebesar 4,3% yoy dan 5,6% yoy,
peningkatan permintaan minyak dunia
Sumber: Bloomberg, IMF, diolahKet: * = harga akhir periode menggunakan harga rata-rata mingguanptp= point to point; qtq= quarter to quarter; yoy= year on year
Akhir Periode
EnergiEnergiEnergiEnergiEnergi
Minyak WTI (USD/barrel) 140,0 100,6 69,9 70,6 123,8 118,1 59,7 68,1 1,0 14,2 -29,8 -42,3
Gas Alam (USD/MmBTU) 13,2 7,2 3,7 3,3 11,4 9,0 3,7 3,2 -11,4 -14,5 -54,3 -64,8
Batubara (USD/ton) 133,5 112,5 48,0 52,3 103,2 104,3 47,7 52,2 9,0 9,6 -53,5 -49,9
LogamLogamLogamLogamLogam
Emas (USD/troy ounce) 925,4 871,0 926,6 1007,7 897,4 864,6 922,1 960,7 8,8 4,2 15,7 11,1
Tembaga (USD/mt) 8.510 6.360 4.967 6.159 8.323 7.584 4.708 5.856 24,0 24,4 -3,2 -22,8
Timah (USD/mt) 23.450 17.200 14.150 14.900 22.506 20.356 13.430 14.376 5,3 7,0 -13,4 -29,4
Nikel (USD/mt) 21.950 15.850 15.375 17.895 25.859 19.172 13.147 17.576 16,4 33,7 12,9 -8,3
Alumunium (USD/mt) 3.114 2.425 1.630 1.890 2.995 2.846 1.530 1.836 16,0 20,0 -22,1 -35,5
PanganPanganPanganPanganPangan
Jagung (USD/bushel) 6,8 4,4 3,4 3,3 5,9 5,4 3,9 3,2 -2,8 -18,2 -25,6 -40,8
Gandum (USD/bushel) 8,2 6,3 5,2 3,9 8,3 7,5 5,6 4,4 -25,6 -21,6 -38,4 -41,1
Gula (Usd/pound) 14,5 15,1 21,8 24,9 13,1 15,0 20,1 21,3 14,3 6,3 65,1 41,8
Kedelai (USD/bushel) 15,6 9,8 11,5 9,2 13,4 13,1 11,2 10,5 -20,5 -5,8 -5,9 -19,4
CPO (USD/mt) 1101,6 650,9 644,9 628,6 1097,3 840,8 644,9 640,7 -2,5 -0,7 -3,4 -23,8
Beras* (USD/mt) 803,0 729,0 486,0 602,0 953,2 752,7 555,5 570,8 23,9 2,7 -17,4 -24,2
TW2-08 TW3-08 TW2-09 TW3-09 TW2-08 TW3-08 TW2-09 TW3-09
Rata-rata
ptp Rata-rata ptp Rata-rata
Perubahan TW3-09
% qtq % yoy
Tabel 3.8 Harga KomoditiTabel 3.8 Harga KomoditiTabel 3.8 Harga KomoditiTabel 3.8 Harga KomoditiTabel 3.8 Harga Komoditi
30 AS merupakan produsen terbesar ketiga dan konsumen terbesarpertama dunia.
31 Konsumen terbesar kedua dunia.
81
Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas
didorong oleh kekhawatiran bahwa faktor
geopolitik yang terjadi di di Nigeria32 dapat
mengakibatkan gangguan pasokan minyak.
Departemen Energi AS memproyeksikan
harga minyak WTI di sisa 2009 akan berada di
kisaran USD70/barrel (rata-rata). Proyeksi
tersebut didasarkan pada perkiraan konsumsi
minyak dunia selama 2009 yang relatif masih
lemah, sehingga terdapat ekses produksi
sebesar 0,28 juta barrel/hari. Selanjutnya,
seiring dengan semakin pulihnya ekonomi AS
dan global diperkirakan harga minyak akan
meningkat di kisaran USD75/barrel (rata-rata)
di akhir 2010. Sejalan dengan hal tersebut,
harga future minyak per akhir September-09
mencerminkan harga setahun ke depan berada
di kisaran USD71,3/barrel, atau sedikit lebih
tinggi dibandingkan harga saat ini (Grafik 3.36).
Di akhir TW3-09, harga gas alam
bergerak melemah, mencapai USD3,2/MmBTU
atau turun 11,4%qtq (Tabel 3.8 dan Grafik
3.38). Penurunan harga ini disebabkan oleh
laporan peningkatan cadangan gas alam AS33,
per September-09 tercatat mencapai 3,6 triliun
kaki kubik, atau naik 15% yoy. Harga future
minyak per akhir September-09 mencerminkan
harga setahun ke depan berada di kisaran
USD71,3/barrel, atau sedikit lebih tinggi
dibandingkan harga saat ini.
32 Nigeria merupakan produsen dan net eksporter minyak terbesardi Afrika.
Grafik 3.36 Harga Minyak WTIGrafik 3.36 Harga Minyak WTIGrafik 3.36 Harga Minyak WTIGrafik 3.36 Harga Minyak WTIGrafik 3.36 Harga Minyak WTI
Grafik 3.37 Keseimbangan Minyak DuniaGrafik 3.37 Keseimbangan Minyak DuniaGrafik 3.37 Keseimbangan Minyak DuniaGrafik 3.37 Keseimbangan Minyak DuniaGrafik 3.37 Keseimbangan Minyak Dunia
Grafik 3.38 Harga Gas AlamGrafik 3.38 Harga Gas AlamGrafik 3.38 Harga Gas AlamGrafik 3.38 Harga Gas AlamGrafik 3.38 Harga Gas Alam
Harga SpotMinyak, lhs
Jun-09
Sep-09Pertumbuhan
Harga, rhs
(% yoy)USD/barrel
Rekor Harga :USD145,3 (3 Juli-08)
TW3-09
Sumber: Bloomberg
2006 2007 2008 2009 2010
0
30
60
90
120
150
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
Net, rhs
Produksi, lhsKonsumsi, lhs
Juta barrel/hariJuta barrel/hari
- Per September-09: ekses konsumsi 0,33 juta barrel/hari- 2009: ekses produksi 0,28 juta barrel/hari (proyeksi) Proyeksi
Sumber: EIA
75
80
85
90
95
2005 2006 2007 2008 2009 2010
-4,0
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
Harga Spot GasAlam, lhs
PertumbuhanHarga, rhs
(% yoy)USD/MnBTU
Rekor Harga:USD19,38 (25 Feb-03)
Sumber: Bloomberg
2006 2007 2008 2009 2010
0
2
4
6
8
10
12
14
-100
-50
0
50
100
150
Jul-09
Sep-09
TW3-09
33 Konsumen gas alam terbesar dunia dan mempunyai pangsa 22%terhadap konsumsi gas alam dunia di 2008.
Harga logam yang dipantau di TW3-09
serempak bergerak menguat dibandingkan
triwulan sebelumnya (Tabel 3.8 dan Grafik
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
82
3.39). Tembaga sebagai input penting bagi
industri manufaktur meningkat 24% qtq,
mencapai USD6.159/mt di akhir triwulan
laporan. Peningkatan impor tembaga oleh
China dan negara-negara Asia lainnya
ditengah meningkatnya optimisme pemulihan
ekonomi dunia merupakan faktor pendorong
peningkatan harga tersebut. Per September-
09, impor tembaga China tercatat naik 32,8
ribu ton. Aktivitas manufaktur China yang kian
bergairah sebagai dampak dari stimulus fiskal
pemerintah diperkirakan semakin mendorong
permintaan China34 terhadap tembaga
kedepan. Sementara itu, harga emas naik tipis
4,2% qtq mencapai USD925,4/troy ounce
yang didorong oleh aksi beli emas sebagai
komoditi save haven sebagai reaksi atas
pelemahan dollar dan bursa saham global di
akhir triwulan laporan. Harga tembaga dan
emas setahun kedepan masing-masing
diperkirakan berada di kisaran USD6.149/mt
dan USD1003,6/troy ounce seperti yang
tercermin dari harga future-nya (Grafik 3.39).
Di akhir triwulan laporan, harga
komoditi pertanian bergerak mixed (Tabel 3.8).
Harga beras mengalami peningkatan terbesar,
sementara harga gandum anjlok (Grafik 3.40).
Per September-09, harga beras mencapai
USD803/mt, atau menguat 23,9% qtq.
Penguatan ini dipicu oleh sentimen negatif
gangguan produksi dari India35 dan Filipina36
akibat cuaca buruk. India dilaporkan akan
menjadi net importir beras untuk pertama
kalinya dalam 21 tahun terakhir akibat gagal
panen. Di 2010 mendatang, impor beras India
diperkirakan mencapai 3 juta metric tone. Di
sisi lain, harga gandum anjlok 25,6% qtq
mencapai USD8,2/bushel di akhir TW3-09.
Penurunan harga tersebut dipicu oleh
sentimen positif laporan kenaikan produksi
gandum Kanada dan dihapuskannya larangan
grain export yang selama ini diterapkan oleh
pemerintah Argentina. Harga gandum setahun
ke depan diperkirakan lebih rendah
dibandingkan harga saat ini, berada di kisaran
USD5,2/bushel.
34 Konsumen logam terbesar dunia.35 India merupakan produsen dan eksportir beras dunia.36 Filipina merupakan produsen dan importir beras dunia.
Grafik 3.39 Harga Tembaga dan EmasGrafik 3.39 Harga Tembaga dan EmasGrafik 3.39 Harga Tembaga dan EmasGrafik 3.39 Harga Tembaga dan EmasGrafik 3.39 Harga Tembaga dan Emas Grafik 3.40 Harga Beras dan GandumGrafik 3.40 Harga Beras dan GandumGrafik 3.40 Harga Beras dan GandumGrafik 3.40 Harga Beras dan GandumGrafik 3.40 Harga Beras dan Gandum
Future Emas Juni-09Future Emas Sep-09Future Tembaga Juni-09Future Tembaga Sep-09
Harga SpotEmas, lhs
Harga SpotTembaga, rhs
USD/mtUSD/troy ounce
TW3-09
Sumber: Bloomberg
400
500
600
700
800
900
1000
1100
1200
2006 2007 2008 2009 2010
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
Harga SpotGandum, lhs
Harga SpotBeras, rhs
USD/bushel USD/mt
TW3-09
Sumber: Bloomberg
0,0
2,5
5,0
7,5
10,0
12,5
15,0
2006 2007 2008 2009 2010
200
300
400
500
600
700
800
900
1.000
1.100Future Gandum Agt-09
Future Gandum Sep-09
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional
83
Perkembangan KerjasamaInternasional
Krisis keuangan global yang
mengakibatkan anjloknya pertumbuhan
ekonomi dunia telah meningkatkan inisiatif
kerjasama internasional baik sebagai upaya
penanggulangan krisis maupun untuk
mencegah terjadinya krisis di masa depan.
Langkah tersebut semakin penting dilakukan
mengingat masih rawannya proses pemulihan
ekonomi dan sistem keuangan global sampai
dengan TW3-09. Dalam lingkup kerjasama
regional ASEAN+3, disepakati kerjasama
Credit Guarantee and Investment Mechanism
(CGIM). Dalam rangka mendukung pemulihan
ekonomi di ASEAN+3, kerjasama tersebut
bertujuan untuk memfasilitasi penerbitan
obligasi swasta di kawasan. Di tataran
kerjasama multilateral, baik di forum G-20
maupun IMF, terus berlangsung konsolidasi
dan pembahasan intensif untuk segera
mengakhiri krisis ekonomi dan memperkuat
sistem keuangan global. Dalam hal ini,
perhatian utama ditujukan pada upaya
menciptakan pertumbuhan ekonomi dunia
yang lebih berimbang dan berkesinambungan.
Pembahasan agenda reformasi International
4B A B
Financial Institutions (IFIs), semakin intensif
khususnya IMF, seiring menguatnya dorongan
untuk melakukan perubahan besar dalam
desain ekonomi dunia yang lebih
mencerminkan keseimbangan kekuatan
negara maju dan negara berkembang.
Selanjutnya, implikasi dari seluruh upaya
internasional tersebut terhadap perekonomian
dan kompleksitas kebijakan moneter menjadi
tema tersendiri dalam diskusi diantara bank
sentral dan otoritas moneter di berbagai
kawasan.
A. KERJASAMA REGIONAL
A.1. Kerjasama Credit Guarantee and
Investment Mechanism (CGIM)
Dalam kerangka kerjasama ASEAN,
muncul inisiatif kerjasama keuangan CGIM
diantara negara ASEAN+3 (10 negara ASEAN
plus Jepang, China, dan Korea) yang bertujuan
untuk memfasilitasi penerbitan obligasi swasta
di kawasan. CGIM merupakan fasilitas
penyediaan jaminan (garansi) dengan biaya
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
84
relatif murah bagi perusahaan-perusahaan di
kawasan ASEAN+3 yang akan menerbitkan
obligasi berdenominasi mata uang lokal.
Seperti diketahui, salah satu hambatan
berkembangnya penerbitan obligasi swasta di
kawasan adalah masih relatif sedikitnya skim
penjaminan dengan harga yang terjangkau.
Namun perlu dicatat bahwa perusahaan yang
dapat memanfaatkan fasilitas ini baru
perusahaan negara kawasan yang masuk
kategori investment grade.
Pertemuan ASEAN+3 Finance Ministers»
Meeting (AFMM+3) di Bali awal Mei 2009
telah menyepakati implementasi CGIM pada
2010 dengan modal awal sebesar USD500
juta. Modal awal tersebut akan disumbang
baik oleh negara Plus Three, ASEAN, maupun
Asian Development Bank (ADB). Selain sebagai
kontributor, ADB juga membantu membidani
pembentukan CGIM khususnya dalam
perumusan pokok-pokok perjanjian dan
operasional CGIM dan rencananya juga akan
bertindak sebagai trustee dari CGIM.
Bagi Indonesia, keikutsertaan dalam
skim CGIM diyakini dapat mendorong
pertumbuhan penerbitan obligasi swasta
yang masih relatif terbatas dewasa ini. Selain
itu, skim ini juga diharapkan dapat
mendorong perusahaan-perusahaan di
Indonesia untuk meningkatkan kinerjanya
sehingga dapat masuk dalam kategori
investment grade sehingga berpeluang dapat
memanfaatkan fasilitas ini. Sementara itu,
bagi kawasan ASEAN CGIM diharapkan dapat
meningkatkan alternatif investasi bagi
negara-negara di kawasan yang umumnya
memiliki tingkat tabungan yang tinggi. Di
samping itu, skim ini diharapkan mampu
mendukung upaya kawasan untuk
meningkatkan kedalaman pasar keuangan
dan sekaligus memperkuat daya tahan
keuangan kawasan dalam menghadapi
kemungkinan berulangnya krisis keuangan di
masa depan
B. KERJASAMA MULTILATERAL
B.1. Forum G-20
Pada tahun 2009 ini, peran kelompok
G-20 dalam perekonomian dunia semakin
mengemuka. Pada pertemuan pemimpin
negara G-20 yang digelar pada 24-25
September 2009 di Pittsburgh, Amerika
Serikat (AS), atau lebih dikenal dengan nama
Pittsburgh Summit, disepakati bahwa
kerjasama G-20 akan secara pemanen
menggantikan peranan kerjasama ekonomi
G-8 (Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang,
Rusia, Inggris, dan AS). Dengan pengukuhan
ini berarti forum kerjasama internasional
dalam penentuan arah perekonomian dunia,
akan lebih merepresentasikan perimbangan
kekuatan ekonomi negara maju dan negara
berkembang. Pengukuhan peran G-20 kali ini
tidak lepas dari kontribusi kerjasama G-20
yang terbukti efektif dalam upaya
penanggulangan krisis ekonomi dan
keuangan global yang berlangsung sejak akhir
2008. Peran tersebut diawali oleh
diselenggarakannya Washington Summit (15
November 2008) dan dilanjutkan dengan
London Summit (2009) .
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional
85
Sejak pecah krisis keuangan global di
akhir 2008, G-20 terus aktif melakukan inisiatif
pertemuan tingkat tinggi (pimpinan negara)
untuk membahas isu-isu pemulihan
perekonomian global, penguatan sistem
keuangan global, dan reformasi di tubuh IFIs
guna meningkatkan efektifitas peran mereka
dalam berbagai upaya penanggulangan krisis.
Kebijakan-kebijakan ekspansi fiskal dan
moneter yang diterapkan negara G-20 telah
mendorong munculnya indikasi awal
pemulihan ekonomi (green shoots) di berbagai
negara yang kemudian membangkitkan
optimisme perkembangan ekonomi dunia ke
depan. Untuk terus mengefektifkan langkah
menuju perekonomian yang lebih baik,
kerjasama G-20 pada TW3-09 masih fokus
pada agenda ekonomi seperti: pemulihan
ekonomi dunia, pembahasan exit strategy,
model baru pertumbuhan ekonomi dunia yang
lebih berimbang dan berkesinambungan,
pengaturan sistem keuangan, perhatian
terhadap pengentasan kemiskinan, anti
kebijakan proteksionisme, dan pertumbuhan
ekonomi yang ramah lingkungan.
Dalam Pittsburgh Summit tersebut,
negara-negara G-20 merasakan nuansa
perubahan yang kuat dalam desain
perekonomian dunia. Pertemuan tersebut
berada dalam suasana transisi besar, dari
kondisi yang sangat bebas menjadi situasi
dimana berbagai pihak menginginkan
pengaturan yang lebih ketat dalam sistem
ekonomi dunia. Diiringi dengan optimisme
keberhasilan langkah kebijakan fiskal, moneter,
dan keuangan yang disepakati dalam
pertemuan G-20 sebelumnya, pertemuan
pimpinan G-20 menyepakati hal-hal sebagai
berikut:
i. meluncurkan kerangka kerja yang
mendasari kebijakan dan upaya bersama
untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi yang kuat, berkesinambungan,
dan seimbang;
ii. memastikan bahwa sistem pengaturan
(regulatory system) bagi sektor
perbankan dan lembaga keuangan
lainnya mampu mencegah pelaku pasar
keuangan untuk bertindak berlebihan
tanpa mempertimbangkan dengan baik
risiko yang menyertainya;
iii. melakukan reformasi terhadap arsitektur
sistem keuangan global agar sesuai
dengan tuntutan abad ke-21;
iv. menempuh berbagai langkah baru untuk
meningkatkan akses terhadap bahan
pangan, sumber energi, dan keuangan
bagi negara-negara miskin;
v. menghapuskan subsidi bahan bakar fosil
yang tidak efisien dibarengi dengan
pemberian bantuan kepada masyarakat
miskin;
vi. mempertahankan keterbukaan dan
beralih kearah pertumbuhan ekonomi
yang lebih berkesinambungan dan lebih
ramah lingkungan.
Hal penting lainnya yang perlu dicermati
dalam kesepakatan pimpinan G-20 ini adalah
meskipun benih pemulihan ekonomi global
sudah mulai terlihat, pimpinan G-20 menyadari
bahwa perkembangan tersebut belum
sepenuhnya sempurna, mengingat tingginya
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
86
pengangguran dan masih lemahnya
permintaan domestik masih mengemuka di
beberapa negara. Untuk itu, strong policy
response akan tetap dipertahankan hingga
pemulihan ekonomi dianggap benar-benar
nyata dan penerapan exit strategy dinilai belum
akan dilakukan dalam waktu dekat.
Forum pertemuan pemimpin negara
G-20 di Pittsburgh, AS, telah diawali oleh
berbagai pertemuan di tingkat menteri dan
gubernur/deputi gubernur bank sentral.
Berbagai pertemuan pendahuluan tersebut
diselenggarakan untuk meletakkan dasar-
dasar pembahasan yang akan ditindaklanjuti
di tingkat pimpinan. Pada 2-5 September 2009
digelar rangkaian pertemuan tingkat menteri
dan gubernur/deputi gubernur bank sentral
negara G-20 yang terdiri dari:
1) G-20 Finance and Central Bank Deputies
IMF Governance Workshop.
Dalam workshop ini dibahas mengenai
reformasi IFIs, dalam hal ini adalah review
kuota dan reformasi tata kelola
(governance reform) IMF. Kesimpulan
utama dari pertemuan ini adalah perlunya
revisi dari formula kuota agar lebih
mengakomodir representasi dari negara-
negara berkembang dalam IMF sejalan
dengan semakin besarnya peranan mereka
dalam perekonomian dunia. Selain itu,
dalam reformasi tatakalola IMF
disepakatibahwa proses penunjukkan
senior manager akan dilakukan secara
terbuka, transparan, dan merit based.
Untuk itu, diperlukan political will yang
cukup agar kesepakatan tersebut dapat
dilaksanakan.
2) G-20 Finance and Central Bank Deputies
Meeting.
Dalam pertemuan ini dibahas tiga hal
utama, yakni: (i) macro-financial response
and suitable future resources of growth;
(ii) reshaping global financial system; dan
(iii) IFIs sources and reform. Pada
kesempatan ini terdapat beberapa hal
seputar perkembangan ekonomi global
yang dicatat, yaitu mulai terlihatnya
indikasi kuat perbaikan ekonomi di
beberapa negara seperti China, India,
dan Indonesia. Walaupun demikian,
sebagian negara lainnya masih relatif
lemah untuk turut mendorong
pemulihan secara sempurna. Oleh sebab
itu, masing-masing negara masih harus
melanjutkan upaya mempertahankan
stabilitas perekonomian, guna
mempercepat pemulihan ekonomi
global. Dalam hal ini, AS masih
mengandalkan kebijakan fiskal dan
moneter yang ekspansif untuk
mendorong pemulihan, sementara Eropa
lebih fokus kepada perbaikan aspek
regulasi dan pengawasan lembaga
keuangannya. Di sektor keuangan dalam
rangka reformasi sistem keuangan
global, perlu diatur suatu kerangka
penetapan kompensasi di lembaga
keuangan agar para eksekutif
perusahaan keuangan tidak lagi
terdorong untuk mengambil risiko yang
berlebihan sehingga dapat memicu krisis
serta perumusan kembali kriteria
pemodalan yang lebih memenuhi prinsip
kehati-hatian.
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional
87
3) G-20 Finance Minister and Central Bank
Governors Meeting (MGM).
Pertemuan G-20 tingkat menteri
keuangan dan gubernur bank sentral
menghasilkan kesepakatan yang
dituangkan dalam komunike khususnya
berkaitan dengan pemulihan ekonomi
dunia dan deklarasi yang menegaskan
pentingnya reformasi sistem keuangan
global. Tujuh kesepakatan dalam
komunike bersama negara G-20 adalah:
(i) implementasi penuh Washington dan
London Summit; (ii) melanjutkan
kebijakan ekspansi fiskal dan moneter
dengan mempertimbangkan stabilitas
harga dan kesinambungan fiskal jangka
panjang hingga kondisi benar-benar
pulih; (iii) memperhatikan tantangan
kedepan seperti peningkatan kualitas
tenaga kerja, stabilitas harga komoditas,
percepatan insiatif trade finance sebesar
USD250 miliar, dan anti-proteksionisme;
(iv) mulai dipikirkannya bentuk
exit strategy; (v) mencanangkan
pertumbuhan yang berkesinambungan
dengan memperhatikan perubahan iklim
global; (vi) memperbaiki sumber dana
Multilateral Development Banks (MDBs)
untuk low income countries (LICs); dan
(vii) menyambut baik reformasi IFIs dalam
hal ini Bank Dunia (WB) pada 2010 dan
IMF pada 2011. Sementara, deklarasi
mengenai ≈futher steps to strengthen the
financial system∆ mencakup poin penting
mengenai penegasan kembali komitmen
G-20 untuk memperkuat sistem
keuangan, mencegah berkembangnya
excessive risk dan ancaman krisis serta
mendukung kesinambungan
pertumbuhan. Berkenaan dengan hal
tersebut, negara G-20 sepakat untuk : (i)
mengidentifikasi target dalam perbaikan
tata kelola dan aturan kompensasi di
sektor keuangan; (ii) menerapkan
pengaturan dan pengawasan yang lebih
ketat untuk systemically important firms;
(iii) mempercepat pengembangan
ketentuan prudential melalui perbaikan
kualitas modal; (iv) mengatasi masalah
negara-negara yang tidak kooperatif
dengan melaksanakan program review
sesama anggota (peer-review) yang
efektif; (v) menerapkan standar
internasional secara konsisten dan
terkoordinasi (termasuk Basel II) untuk
mencegah munculnya risiko-risiko baru;
dan (vi) konvergensi menuju satu standar
akuntansi global atas instrumen-
instrumen pasar keuangan.
Bagi Indonesia, hasil-hasil pertemuan
tersebut memberikan tantangan tersendiri,
terutama dengan pengukuhan forum G-20
menggantikan G-8. Indonesia sebagai satu-
satunya negara di ASEAN yang masuk
dalam G-20 memiliki peluang dan
tantangan kedepan untuk memperjuangkan
kepentingan nasional maupun kawasan serta
negara berkembang pada umumnya. Di satu
sisi, hal ini merupakan kesempatan yang baik
bagi Indonesia, agar kepentingan nasional
maupun untuk kepentingan ekonomi yang
diwakili Indonesia seperti ASEAN dapat
mewarnai penentuan arah perekonomian
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
88
dunia. Namun di sisi lain, seiring dengan
tingginya dinamika perkembangan isu dalam
kerjasama G-20, Indonesia harus secara
cermat mengamati arah kebijakan di G-20 dan
keselarasannya dengan kebijakan nasional
sehingga dapat memberikan manfaat yang
optimal bagi perekonomian Indonesia dan
kawasan ASEAN pada khususnya serta dunia
pada umumnya.
B.2. International Monetary Fund (IMF)
Menjelang akhir 2009, IMF kembali
menyelenggarakan Internasional Monetary
and Financial Committee (IMFC) Annual
Meeting di Istanbul, Turki, pada 2-7 Oktober
2009. Pertemuan yang dihadiri oleh
perwakilan dari 186 anggota IMF, akademisi
dan pejabat tinggi IMF serta lembaga
keuangan internasional lainnya menghasilkan
sejumlah keputusan yang tidak hanya penting
bagi perekonomian global melainkan juga bagi
IMF itu sendiri. Reformasi tatakelola serta
reformasi surveillance IMF menjadi bagian dari
agenda penting dalam pertemuan tahunan
IMF tersebut. Hasil pertemuan Istanbul
tersebut selanjutnya dianggap sebagai titik
baru dalam pijakan kebijakan IMF beberapa
tahun ke depan.
Dalam kesempatan ini juga dibahas
perkembangan ekonomi global. IMF melihat
pemulihan ekonomi global terjadi lebih baik
dari yang diperkirakan. Kawasan Asia bahkan
mengalami pemulihan yang lebih baik
dibandingkan belahan dunia lainnya. Namun
demikian, pemulihan ekonomi dunia masih
dinilai sangat dini dan penuh risiko. Oleh sebab
itu seluruh negara kembali menyampaikan
komitmennya untuk melanjutkan upaya
internasional mendukung pemulihan ekonomi
melalui kebijakan fiskal dan moneter yang
akomodatif sampai pemulihan ekonomi dunia
yang sustain benar-benar dicapai.
B.2.1. Tatakelola IMF
Terkait isu tatakelola, secara spesifik
pertemuan tahunan IMFC membicarakan
permasalahan menyangkut penyelarasan
kuota (quota realignment), proses
restrukturisasi IMFC, peningkatan efektivitas
Executive Board, serta pemilihan manajemen
IMF. Dalam hal penyelarasan kuota, seluruh
negara sepakat untuk mendukung proses
review kuota ke-14 yang akan diselesaikan
pada Januari 2011. Pendapat negara
anggota telah mengerucut kepada
pergeseran share kuota dari negara maju
kepada Emerging Market and Developing
Countries (EMDCs) serta menjaga share
kuota dari LICs. Agar tercapai tujuan utama
dari reformasi kuota, negara-negara BRIC1
mendukung agar terdapat penyelarasan hak
suara dan kuota semaksimal mungkin antara
negara berkembang dan negara maju, yaitu
pergeseran kuota dari negara maju ke negara
berkembang sejumlah tujuh persen, lebih
besar dari yang diusulkan IMF sebesar lima
persen. Hal tersebut telah dikemukakan oleh
BRIC sebelumnya pada pertemuan Menteri
1 Negara BRIC terdiri dari Brazil, Rusia, India dan China.
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional
89
Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-20
di London dan di pertemuan tingkat deputi
gubernur IMF di Kairo, September 2009.
Dalam pembahasan review kuota ke-14 ini
disepakati bahwa pembahasan kuota
merupakan agenda prioritas IMF kedepan.
Selain itu, IMF diminta untuk mengkaji
besarnya kenaikan kuota yang diperlukan
untuk memenuhi sumber keuangan jangka
panjang. IMF juga diminta untuk
menganalisa reformasi tata kelola yang lebih
luas. Dalam kesempatan ini, negara anggota
diminta untuk segera menyelesaikan
ratif ikasi reformasi kuota yang telah
disepakati di 2008.
Berkaitan dengan posisi konstituen
South East Asia Voting Group (SEAVG-IMF)
dalam hal pembahasan kuota IMF, telah
diselenggarakan pertemuan tingkat teknis di
sela pertemuan tahunan IMF tersebut. Dari
pertemuan tersebut, disepakati beberapa hal
yang menjadi perhatian bersama negara
SEAVG, yaitu (i) perlu diperbandingkannya
antara besar pengeluaran dalam rangka
kenaikan kuota dibandingkan dengan besar
kenaikan kuota yang diperoleh konstituen, (ii)
perlu klarifikasi mengenai kriteria perubahan
alokasi pangsa kuota sebesar 5%, apakah akan
berdasarkan kriteria EMDC vs Advanced
Countries atau berdasarkan kriteria over
represented vs under represented, (iii) perlu
disepakati prinsip-prinsip umum yang
kemudian akan menjadi acuan SEAVG Office
dalam bernegosiasi atas nama konstituen.
Pembahasan lebih lanjut mengenai kuota akan
dilakukan pada pertemuan tingkat deputi
gubernur dalam rangka SEACEN EXCO2 di
Januari 2010.
Isu kedua yang terkait reformasi
tatakelola adalah restrukturisasi di dalam
tubuh IMFC itu sendiri. Dalam pertemuan
IMFC di Kairo (September 2009), sempat
mengemuka usulan pembentukan Ministerial
Council untuk menggantikan IMFC yang
dipandang kurang efektif sebagai wadah
untuk mendiskusikan hal-hal yang strategis
terkait isu keuangan dan moneter
sehubungan dengan pelaksanaan mandat
IMF. Pembentukan Council dimaksudkan
untuk meningkatkan keterwakilan negara-
negara berkembang dalam pengambilan
keputusan di IMF. Usulan ini tidak banyak
memperoleh dukungan, sehingga dalam
pertemuan tahunan IMFC di Istanbul, Turki,
pembahasan lebih menitikberatkan kepada
peningkatan efektivitas proses pengambilan
keputusan di IMFC.
Dalam rangka peningkatan efektivitas
manajemen IMF, terdapat usulan untuk
mengurangi posisi Exceutive Director (ED) di
Executive Board dari semula 24 menjadi 20 ED.
Namun demikian, usulan tersebut kurang
direspon positif, terutama oleh negara-negara
maju karena terdapat kekhawatiran hal
tersebut akan mengurangi suara negara maju
berkaitan dengan berkurangnya jumlah
2 South East Asian Central Bank (SEACEN) merupakan forumkerjasama bank sentral dan otoritas moneter di kawasan Asiadan Pasifik dimana negara anggota konstituen SEAVG jugamenjadi anggotanya. Pertemuan SEACEN Executive Committee(EXCO) diselenggarakan setiap tahun yang dihadiri oleh deputigubernur bank sentral negara anggota.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
90
perwakilan negara Eropa. Selain
itu,pembahasan mengenai proses pemilihan
manajemen juga menjadi sorotan. Sebagian
besar negara maju maupun berkembang
berpendapat bahwa proses pemilihan
Managing Director dan manajemen IMF perlu
lebih terbuka, transparan dan bersifat merit-
based. Bahkan terdapat pula usulan untuk
menekankan perlunya keanekaragaman
(diversity) asal negara untuk staff yang direkrut
dalam manajemen IMF. Dalam hal ini, telah
disepakati bahwa proses pemilihan
manajemen IMF tersebut akan diadopsi pada
pertemuan IMFC berikutnya di 2010.
B.2.2. Surveillance IMF
Sebagai respon terhadap perubahan
kondisi ekonomi global, IMFC memandang
perlu penyesuaian prioritas-prioritas
pelaksanaan surveillance yang disusun pada
2008. Hal baru yang perlu dimasukkan dalam
prioritas surveillance saat ini adalah perlunya
exit strategy atas pelaksanaan kebijakan saat
krisis (unconventional measures) yang
terkoordinasi secara internasional. Prioritas
lainnya yang masih dianggap relevan adalah
terkait penguatan regulasi dan supervisi di
sektor keuangan. Sementara itu, penanganan
isu kenaikan harga komoditas disepakati untuk
tidak lagi dimasukkan sebagai prioritas di
tahun 2009.
Secara lebih spesifik, telah disepakati
bahwa pelaksanaan exit policy perlu
transparan dan terkoordinasi. IMF diharapkan
dapat membantu dengan membuat analisa
yang bersifat forward looking untuk melihat
apakah exit policy secara kolektif konsisten
dengan pemulihan ekonomi global yang
sustain. IMF juga diminta untuk menyusun
principles for orderly and cooperative exit
strategies dengan mempertimbangkan kondisi
khusus negara anggota, untuk dilaporkan
pada pertemuan IMFC berikutnya.
Dalam pertemuan tingkat deputi
gubernur IMFC di Kairo, September 2009
sebelum sidang tahunan, telah dibahas
beberapa hal terkait surveillance yang meliputi
revisi panduan operasional (operational
guidance) surveillance bilateral, peninjauan
kembali terhadap prioritas surveillance serta
pembaharuan (reshaping) Financial Sector
Assessment Program (FSAP)3. IMFC sepakat
untuk meninjau kembali panduan«surveillance
bilateral terutama terkait kriteria fundamental
misaligned yang tercantum dalam Decision
2007 on Bilateral Surveillance, dan
menyarankan agar rentang waktu
pelaksanaan surveillance bilateral dipersingkat.
Dengan rentang waktu yang pendek,
informasi yang diterima IMF pada saat
memberikan konsultasi di negara anggota
diharapkan masih relevan dengan kondisi pada
saat laporan akhir pelaksanaan surveillance
bilateral diterbitkan. Dalam hal prioritas
surveillance, pertemuan IMFC di Kairo juga
memandang perlu pelaksanaan surveillance
3 FSAP (Financial Sector Assessment Program) merupakan jointprogram antara IMF-World Bank untuk melakukan asesmensektor keuangan di negara anggota. FSAP dilakukan denganberbagai tools, antara lain pemenuhan standar-standar danprinsip yang ditetapkan (compliance-based), maupun denganmenganalisa sektor keuangan berdasarkan risiko (risk-based),salah satunya dengan melakukan stress-test.
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional
91
yang lebih fokus kepada upaya untuk
meminimalisir risiko sistemik dan dampak
limpahannya (spillover effect). Seluruh negara
juga mendukung pelaksanaan surveillance
yang lebih terbuka, transparan serta
berkeadilan (evenhanded). Sedangkan dalam
hal multilateral surveillance, terdapat
dukungan yang luas untuk mengintegrasikan
dengan lebih baik antara exercise dalam
publikasi World Economic Outlook (WEO) dan
Global Financial Stability Report (GFSR),
disamping perlunya elaborasi yang lebih
berimbang antara manfaat dan risiko baik
lintas pasar maupun instrumen keuangan
dalam kedua publikasi tersebut.
Berkaitan dengan pembaharuan FSAP,
sebagian besar negara menyadari bahwa
banyak yang telah memahami manfaat FSAP
namun belum melaksanakan asesmen FSAP.
Untuk itu, dalam pertemuan IMFC
dikemukakan agar pelaksanaan FSAP dapat
bersifat lebih fleksibel, mempertimbangkan
kondisi suatu negara (state dependant),
daripada hanya menargetkan waktu
pelaksanaannya (time dependant) secara kaku
bagi setiap negara anggota. Selain menyadari
pentingnya FSAP, sebagian negara juga
mengusulkan agar FSAP diprioritaskan bagi
mereka yang dianggap systemically important
countries.
Tabel 4.1. Beberapa Negara yang telah Mendapatkan Alokasi SDR Umum dan KhususTabel 4.1. Beberapa Negara yang telah Mendapatkan Alokasi SDR Umum dan KhususTabel 4.1. Beberapa Negara yang telah Mendapatkan Alokasi SDR Umum dan KhususTabel 4.1. Beberapa Negara yang telah Mendapatkan Alokasi SDR Umum dan KhususTabel 4.1. Beberapa Negara yang telah Mendapatkan Alokasi SDR Umum dan Khusus
SEAVGSEAVGSEAVGSEAVGSEAVG1 Brunei Darussalam 0 159.529.869 43.973.683 203.503.5522 Kamboja 15.417.000 64.864.607 3.638.263 83.919.8703 Fiji 6.958.000 52.114.079 8.022.368 67.094.4474 Indonesia 238.956.000 1.541.405.467 200.077.253 1.980.438.7205 Laos 9.409.000 39.215.288 2.053.473 50.677.7616 Malaysia 139.048.000 1.102.031.148 105.064.573 1.346.143.7217 Myanmar 43.474.000 191.554.452 10.730.894 245.759.3468 Nepal 8.104.800 52.855.389 7.139.410 68.099.5999 Filipina 116.595.000 652.278.493 69.091.206 837.964.699
10 Singapura 16.475.200 639.379.702 88.358.061 744.212.96311 Thailand 84.652.000 802.023.072 83.591.312 970.266.38412 Tonga 0 5.115.038 1.465.789 6.580.82713 Vietnam 47.658.000 243.965.055 23.168.946 314.792.001
LainnyaLainnyaLainnyaLainnyaLainnya1 China 236.800.000 5.997.270.411 755.598.083 6.989.668.4942 India 681.170.000 3.082.514.410 214.573.927 3.978.258.3373 Korea 72.911.200 2.170.036.177 161.497.847 2.404.445.224
NegaraAlokasi umum SDR(28 Agustus 2009)
Kumulatifalokasi SDR terkini(9 September 2009)
Sumber: IMF
Alokasi khusus SDR(9 September 2009)
Dalam SDR
Kumulatifalokasi SDRsebelumnya
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
92
B.2.3. Alokasi SDR4 (SDR Allocation)
Sebelum sidang tahunan pada
September 2009 IMF melakukan alokasi
khusus SDR (special one-time allocation)
dengan nilai total USD33 miliar (SDR21,5
miliar). Alokasi tersebut merupakan
implementasi dari kesepakatan IMF pada
1997 dalam rangka alokasi kepada negara-
negara anggota yang belum pernah
menerima alokasi SDR. Alokasi tersebut baru
dapat diimplementasikan setelah
memperoleh persetujuan negara anggota
melalui voting yang diselenggarakan pada 7
Agustus 2009. Sebagaimana alokasi umum
SDR yang telah lebih dahulu dilaksanakan,
alokasi khusus SDR juga bertujuan untuk
memperkuat likuiditas global. Kebijakan
tersebut akan memperkuat cadangan devisa
bagi seluruh negara anggota IMF, termasuk
Indonesia5.
Pada Agustus 2009, IMF melakukan
alokasi umum sebesar SDR161,2 miliar yang
merupakan terbesar sepanjang sejarah.
Alokasi SDR yang pernah dilakukan
sebelumnya adalah sebesar SDR9,3 miliar
pada kurun waktu 1970√1972 dan SDR12,1
miliar pada kurun waktu 1979-1981. Dengan
adanya alokasi khusus SDR sebesar SDR21,5
miliar pada 9 September 2009, maka total
kumulatif SDR yang pernah dialokasikan IMF
yakni sebesar SDR204 miliar (ekuivalen
dengan USD318 miliar). Besarnya alokasi SDR
yang diterima masing-masing negara anggota
adalah sesuai dengan proporsi dari kuota
masing-masing negara saat ini di IMF. Secara
umum peningkatan alokasi umum SDR ini
akan meningkatkan alokasi SDR masing-
masing negara menjadi sebesar 74% dari
kuotanya.
B.3. Organisasi Konferensi Islam
Disela-sela rangkaian pertemuan
tahunan IMF di Istanbul, Turki pada Oktober
2009, diselenggarakan pertemuan antara
gubernur bank sentral negara anggota
Organisasi Konferensi Islam (OKI). Pertemuan
ini merupakan pertemuan pertama atas inisiatif
Bank Sentral Turki dan OKI. Dalam pertemuan
ini dilakukan tukar-menukar pengalaman
mengenai dampak krisis global terhadap
perekonomian masing-masing negara. Dalam
kesempatan ini, Indonesia berbagi
pengalamannya keluar dari krisis Asia 1997
dan bertahan dalam krisis keuangan global
2008. Dalam kurun waktu 10 tahun setelah
krisis 1997, industri perbankan Indonesia telah
mengalami perbaikan kinerja yang signifikan
khususnya dalam permodalan dan kualitas
aset. Penguatan regulasi dan pengawasan
menyebabkan Indonesia terhindar dari
permasalahan yang terkait dengan aset sub
4 SDR adalah cadangan devisa internasional (international reserveassets) yang diciptakan sejak tahun 1969 sebagai tambahancadangan devisa negara-negara anggota IMF. Pemanfaatan SDRtersebut tidak memerlukan syarat-syarat tertentu (withoutconditionalities), melainkan tergantung pada kebutuhan masing-masing negara anggota melalui mekanisme pertukaran dengannegara-negara anggota IMF lainnya.
5 Untuk Indonesia, peningkatan alokasi SDR IMF tidak akanmenimbulkan net charges atau tambahan biaya apabila SDRtersebut tidak digunakan, kecuali biaya administrasi yangjumlahnya relatif kecil (0,01% p.a.), karena Indonesia jugamemperoleh pendapatan bunga dengan tingkat yang sama dariSDR yang dimiliki. Di sisi lain, total alokasi umum dan khususSDR meningkatkan cadangan devisa Indonesia sebesar SDR1,74
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional
93
prima ketika krisis ekonomi global merebak di
2008. Oleh sebab itu, di kala negara maju
terjerembab dihantam krisis keuangan global
2008, Indonesia menjadi salah satu ekonomi
yang mampu bertahan. Selain bertukar
pengalaman menghadapi krisis, forum ini juga
membahas beberapa hal lain seperti
pengembangan perbankan syariah. Pada
kesempatan tersebut disadari bersama peran
penting sistem keuangan syariah sebagai
alternatif untuk mendukung pembiayaan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
ditengah pemulihan sistem keuangan
konvensional yang masih terbatas.
C. KERJASAMA BANK SENTRAL
C.1. Forum Kerjasama EMEAP
Dalam pertemuan tahunan tingkat
gubernur EMEAP6 (Executives» Meeting of East
Asia-Pacific Central Banks) ke-14 yang
dilaksanakan di Hong Kong pada 22 Juli 2009
dibahas dua isu utama yaitu (1) implikasi
meningkatnya pembiayaan publik dan utang
pemerintah terutama di negara maju terhadap
kebijakan moneter di kawasan EMEAP, dan (2)
penerapan kebijakan fiskal yang bersifat pro-
cyclical terhadap krisis keuangan global serta
reformasi sistem keuangan internasional dan
implikasinya bagi negara EMEAP, dengan poin-
poin sebagai berikut.
Implikasi meningkatnya pembiayaanImplikasi meningkatnya pembiayaanImplikasi meningkatnya pembiayaanImplikasi meningkatnya pembiayaanImplikasi meningkatnya pembiayaan
publik dan utang pemerintah terutama dipublik dan utang pemerintah terutama dipublik dan utang pemerintah terutama dipublik dan utang pemerintah terutama dipublik dan utang pemerintah terutama di
negara maju terhadap kebijakan moneter dinegara maju terhadap kebijakan moneter dinegara maju terhadap kebijakan moneter dinegara maju terhadap kebijakan moneter dinegara maju terhadap kebijakan moneter di
kawasan EMEAP.kawasan EMEAP.kawasan EMEAP.kawasan EMEAP.kawasan EMEAP. Secara umum para gubernur
mengemukakan kekhawatirannya atas
meningkatnya pembiayaan pemerintah untuk
mengatasi krisis keuangan global, yaitu (a)
kemungkinan meningkatnya ekspektasi inflasi
yang dapat berujung pada berkurangnya
kepercayaan publik terhadap peran bank sentral
dalam mengendalikan inflasi; dan (b) semakin
terbatasnya fleksibilitas dan kapasitas anggaran
pemerintah menghadapi kemungkinan shocks
di masa depan. Implikasi terhadap kebijakan
moneter di kawasan diperkirakan terjadi pada
saat pinjaman publik di negara maju telah
tercukupi sehingga menyebabkan terjadinya
crowding out di pasar investasi swasta. Hal
tersebut dikhawatirkan memicu terjadinya
capital inflow ke pasar keuangan di kawasan
yang relatif stabil. Capital flow dalam jumlah
besar diperkirakan akan meningkatkan
volatilitas pasar keuangan yang berujung pada
peningkatan kompleksitas kebijakan moneter.
Penerapan kebijakan fiskal yang bersifatPenerapan kebijakan fiskal yang bersifatPenerapan kebijakan fiskal yang bersifatPenerapan kebijakan fiskal yang bersifatPenerapan kebijakan fiskal yang bersifat
pro-cyclicalpro-cyclicalpro-cyclicalpro-cyclicalpro-cyclical terhadap krisis keuangan global terhadap krisis keuangan global terhadap krisis keuangan global terhadap krisis keuangan global terhadap krisis keuangan global
serta reformasi sistem keuangan internasionalserta reformasi sistem keuangan internasionalserta reformasi sistem keuangan internasionalserta reformasi sistem keuangan internasionalserta reformasi sistem keuangan internasional
dan implikasinya bagi negara EMEAP.dan implikasinya bagi negara EMEAP.dan implikasinya bagi negara EMEAP.dan implikasinya bagi negara EMEAP.dan implikasinya bagi negara EMEAP. Topik ini
diangkat menyusul besarnya dampak
kebijakan yang bersifat pro-cyclical terhadap
krisis keuangan global. Kebutuhan untuk
menekan risiko pro-cyclical berawal dari
kebutuhan untuk menerapkan prudential
regulation dan menciptakan stabilitas makro
ekonomi. Dari hasil pembahasan para
gubernur berpendapat bahwa untuk menekan
6 EMEAP adalah forum kerjasama bank sentral dan otoritasmoneter di kawasan Asia Pasifik. Saat ini EMEAP terdiri dari 11bank sentral dan otoritas moneter yang berasal dari Australia,China, Filipina, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia,Selandia Baru, Singapura dan Thailand.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
94
risiko pro-cyclicality perlu diterapkan kerangka
ketentuan dengan karakteristik sebagai berikut
(i) dapat memaksa bank untuk membangun
capital buffers pada saat kondisi ekonomi baik;
(ii) bersifat fleksibel untuk mempertimbangkan
perbedaan kondisi di setiap yurisdiksi dan
institusi; (ii i) bersifat dinamis dalam
merefleksikan berbagai inovasi keuangan; dan
(iv) bersifat inovatif dalam mengatasi siklus
risiko.
C.2. Pertemuan Gubernur Bank Sentral di
Asia, Amerika Latin dan Karibia
Pembahasan mengenai tantangan bank
sentral di tengah krisis keuangan global juga
mendominasi pembicaraan pada pertemuan
gubernur bank sentral negara Asia, Amerika
Latin dan Karibia ke-4 (4th Meeting of Central
Bank Governors of Asia, Latin America, and
the Caribbean) pada 2 Oktober 2009 di
Istanbul, Turki. Pertemuan tersebut bertujuan
memperkuat kerjasama bank-bank sentral di
kawasan Asia dan Amerika Latin serta
merupakan wadah pertukaran informasi antar
bank sentral di kedua kawasan. Pada
kesempatan kali ini, pertemuan yang
diselenggarakan bersamaan dengan
pertemuan tahunan IMF tersebut membahas
dua topik utama yaitu harga komoditi dan
implikasinya terhadap kebijakan moneter serta
tantangan bank sentral negara emerging
ditengah krisis keuangan global, dengan
beberapa poin sebagai berikut.
Harga komoditi dan implikasinyaHarga komoditi dan implikasinyaHarga komoditi dan implikasinyaHarga komoditi dan implikasinyaHarga komoditi dan implikasinya
terhadap kebijakan moneter.terhadap kebijakan moneter.terhadap kebijakan moneter.terhadap kebijakan moneter.terhadap kebijakan moneter. Topik ini secara
spesifik membahas pergerakan harga
komoditas dan implikasinya terhadap
kebijakan moneter. Pada kesempatan tersebut
Bank Sentral Peru mengemukakan respon
kebijakan moneter mereka terhadap kenaikan
harga komoditas dengan melihat transmisi dari
terms of trade (TOT) dimana perubahan TOT
terkini dari negara tersebut telah
mengakibatkan turunnya ekspor, PDB, dan
inflasi. Untuk merespon hal tersebut, Peru dan
kawasan Amerika Latin lainnya secara umum
telah menempuh kebijakan moneter yang
longgar dengan menurunkan suku bunga
kebijakannya. Sementara itu, Gubernur Bank
Sentral Malaysia mengemukakan adanya
kesamaan tantangan yang dihadapi Asia dan
Amerika Latin dalam menghadapi krisis global.
Tingginya fluktuasi aliran modal dan kenaikan
harga komoditas yang mewarnai krisis global
telah memicu volatilitas nilai tukar dan
menekan posisi neraca pembayaran.
Walaupun demikian, dampak krisis terhadap
kondisi neraca pembayaran akan tergantung
pada karakterisktik suatu negara, apakah
bergantung pada ekspor barang industri
ataukah lebih sebagai importir minyak. Terkait
dengan respon kebijakan moneter dalam
menghadapi krisis, dikemukakan pula bahwa
respon kebijakan atas supply shock akan
tergantung pada kondisi awal makroekonomi
sebelum terjadinya shock dan prospek dari
second round effect pada inflasi.
Tantangan bank sentral negaraTantangan bank sentral negaraTantangan bank sentral negaraTantangan bank sentral negaraTantangan bank sentral negara
emerging ditengah krisis keuangan global.emerging ditengah krisis keuangan global.emerging ditengah krisis keuangan global.emerging ditengah krisis keuangan global.emerging ditengah krisis keuangan global.
Pada kesempatan ini dikemukakan perlunya
menjaga stabilitas perekonomian, terlebih lagi
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional
95
ditengah adanya fenomena ekses likuiditas
akibat kebijakan stimulus yang digelontorkan
untuk menangani krisis. Fenomena ini
diperkirakan akan berdampak pada kenaikan
harga komoditas dan inflasi. Oleh sebab itu,
bank sentral negara emerging akan
menghadapi tantangan kebijakan moneter
yang lebih besar. Lebih lanjut dikemukakan
pula bahwa untuk menjawab tantangan paska
krisis diperlukan beberapa hal yaitu (i)
kebijakan pemulihan ekonomi domestik yang
berorientasi pada penjagaan inflasi; (ii)
penguatan kerjasama internasional misalnya
dengan swap arrangements; dan (iii) terus
memperhatikan kendala-kendala eksternal
yang masih berlangung, seperti dampak
pelemahan permintaan ekonomi negara maju
ke negara berkembang. Secara lebih spesifik,
Brazil mengemukakan posisi negara-negara
berkembang pada saat krisis yang relatif lebih
baik antara lain karena dianutnya sistem nilai
tukar yang lebih fleksibel, akumulasi cadangan
devisa yang cukup baik, lebih berkembangnya
pasar obligasi mata uang domestik, dan
perkembangan international banking yang
lebih berorientasi subsidiary dibanding kantor
cabang. Sebagai langkah strategi menghadapi
krisis, Brazil menempuh sejumlah kebijakan
yang memastikan tetap berjalannya pasar
kredit, mempertahankan ketersediaan
likuiditas dalam mata uang domestik, dan
menurunkan Giro Wajib Minimum.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
96
Bab 5 - A r t i k e l
97
A R T I K E L
5B A B
Tanda-tanda pemulihan ekonomi global
berupa ≈green shootgreen shootgreen shootgreen shootgreen shoot∆ baik di negara maju
maupun berkembang yang mulai tampak di
TW2-09 dan semakin jelas di TW3-09 sebagai
dampak dari kebijakan moneter longgar dan
stimulus ekonomi yang gencar, telah
memberikan optimisme berlangsungnya
proses pemulihan ekonomi dunia. Namun
optimisme tersebut diiringi pula dengan
kekhawatiran dampaknya pada tekanan inflasi
kedepan dan suku bunga jangka pendek-
menengah. Apabila dampak tersebut tidak
ditangani secara hati-hati maka proses
pemulihan yang sedang berlangsung akan
tertahan atau dunia kembali menghadapi
resesi. Oleh karena itu, wacana mengenai exit
strategy dari kebijakan yang ekspansif
terutama di negara maju tersebut terus
bergulir. Untuk dapat memahami dengan lebih
baik seberapa kuat fenomena optimisme green
shoot dan ancaman inflasi kedepan, serta
kepentingan mengenai penerapan exit
strategy dituangkan dalam artikel pertama
yang berjudul ≈≈≈≈≈Urgency Exit Strategy Urgency Exit Strategy Urgency Exit Strategy Urgency Exit Strategy Urgency Exit Strategy : Indikasi: Indikasi: Indikasi: Indikasi: Indikasi
Awal Pemulihan Ekonomi dan KekhawatiranAwal Pemulihan Ekonomi dan KekhawatiranAwal Pemulihan Ekonomi dan KekhawatiranAwal Pemulihan Ekonomi dan KekhawatiranAwal Pemulihan Ekonomi dan Kekhawatiran
Ancaman Inflasi Kedepan∆.Ancaman Inflasi Kedepan∆.Ancaman Inflasi Kedepan∆.Ancaman Inflasi Kedepan∆.Ancaman Inflasi Kedepan∆.
Langkah-langkah agresif pemulihan
ekonomi negara maju terutama di Amerika
Serikat juga menimbulkan kekhawatiran
tersendiri, terutama bagi China yang memiliki
cadangan devisa terbesar di dunia.
Membengkaknya defisit fiskal yang dapat
mendorong peningkatan inflasi dan depresiasi
USD dikhawatirkan berpotensi terhadap
penurunan nilai cadangan devisa China,
termasuk dampak negatif terhadap
perekonomian domestik China. Kekhawatiran
tersebut telah mendorong China
menggulirkan wacana potensi Renmimbi
sebagai mata uang internasional sebagaimana
peran USD, Euro dan Yen di berbagai forum
kerjasama internasional mulai dari IMF, G-20
dan kerjasama regional-bilateral. Disamping
itu, China juga menganggap upaya ini perlu
dilakukan dalam rangkaian inisiatif
internasionalisasi RMB. Artikel kedua dengan
judul ≈Mata Uang Internasional: Peran USDMata Uang Internasional: Peran USDMata Uang Internasional: Peran USDMata Uang Internasional: Peran USDMata Uang Internasional: Peran USD
dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi∆dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi∆dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi∆dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi∆dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi∆
bertujuan untuk memahami lebih dalam
mengenai prakondisi yang harus dipenuhi
suatu mata uang untuk menjadi mata uang
internasional, perkembangan kinerja USD
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
98
sebagai mata uang internasional sampai saat
ini, serta potensi Renmimbi sebagai mata uang
internasional dan tahapan yang harus dilalui.
Sejalan dengan semakin meningkatnya
kinerja dan prospek ekonomi Indonesia,
selama semester kedua 2009 lembaga rating
internasional maupun lembaga think-tank
internasional meningkatkan tingkat sovereign
rating dan outlook Indonesia. Rating, indeks
dan persepsi internasional terhadap suatu
negara merupakan dasar yang sangat
menentukan bagi investor asing dalam
menentukan keputusan investasi. Selain itu,
persepsi internasional yang positif merupakan
modal dasar yang besar untuk terus
dikembangkan dalam upaya Indonesia
mencapai peringkat investment grade. Untuk
itu, adanya perbaikan peringkat Indonesia
baik berdasarkan penilaian lembaga rating
internasional (sovereign credit rating)
maupun lembaga think-tank internasional
(country risk index) merupakan hal yang
sangat penting guna mendukung perbaikan
ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Artikel ketiga yang berjudul ≈≈≈≈≈Rapor BiruRapor BiruRapor BiruRapor BiruRapor Biru
Indonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator Persepsi
Internasional:Internasional:Internasional:Internasional:Internasional: Current Assessment dan Future Current Assessment dan Future Current Assessment dan Future Current Assessment dan Future Current Assessment dan Future
AssignmentAssignmentAssignmentAssignmentAssignment∆∆∆∆∆ akan menjelaskan lebih dalam
mengenai faktor utama yang mendasari
keputusan lembaga rating dan lembaga think
thank internasional tersebut termasuk
beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
Indonesia untuk perbaikan rating dan
persepsi internasional.
Bab 5 - A r t i k e l
99
I. PENDAHULUAN
Ditengah munculnya optimisme
indikasi awal perbaikan ekonomi dunia di
TW2-09, mengemuka wacana pentingnya
exit strategy sebagai implikasi kedepan atas
kebijakan moneter dan fiskal ekspansif yang
telah dilakukan untuk menahan keterpurukan
ekonomi dunia. Wacana tersebut muncul
karena terdapat kekhawatiran atas dampak
ekspansi uang beredar yang sangat besar
sebagaimana tercermin dari pertumbuhan
base money dan reserve deposit bank sentral
yang membengkak. Selanjutnya muncul
pertanyaan apakah kondisi tersebut akan
mengarah pada peningkatan inflasi dan suku
bunga kedepan dan instrumen apa yang
digunakan oleh bank sentral untuk
menyerapnya. Wacana ini semakin kuat
dengan dikeluarkannya rumusan exit strategy
oleh Federal Reserve Bank, AS.
Di sisi lain, kebijakan ekspansif tersebut
juga telah memberikan kontribusi yang positif
sebagaimana tercermin dari tertahannya
kontraksi pertumbuhan ekonomi di beberapa
negara maju dan pesatnya proses pemulihan
di beberapa negara emerging Asia pada akhir
TW2-09. Dibarengi dengan meningkatnya
beberapa leading indicators global investasi
dan konsumsi, perkembangan tersebut
memberikan optimisme bahwa keterpurukan
ekonomi dunia telah mencapai dasar dan
tanda-tanda awal pemulihan ekonomi mulai
terjadi (green shoot). Pesatnya perkembangan
pemulihan ekonomi China sebagai salah satu
engine of growth dunia dan mulai merangkak
naiknya harga komoditi dunia menambah
optimisme green shoot di perekonomian
dunia. Namun optimisme tersebut juga
menimbulkan beberapa pertanyaan yaitu:
Apakah optimisme green shoot tersebut akan
semakin kuat kedepan? Apakah terdapat
ancaman inflasi yang kuat kedepan? Apakah
exit strategy perlu segera diterapkan?
II. TANDA-TANDA GREENSHOOT OF
ECONOMY RECOVERY
Perekonomian dunia baik di negara
maju maupun berkembang menunjukkan
sinyal pemulihan dari jurang resesi seiring
perbaikan ekonomi di TW2-09. Tanda-tanda
«green shoot» ekonomi ini mulai terlihat
sebagai dampak dari 1) pemulihan sektor
keuangan, 2) restocking inventory, dan
Urgency Exit Strategy: Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi danKekhawatiran Ancaman Inflasi KedepanOleh: Tim Studi ASEAN BKSA-DInt
Artikel 1
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
100
Negara Maju
Sinyal-sinyal perbaikan ekonomi di
negara maju mulai tampak. Kontraksi
ekonomi di TW2-09 yang tidak sedalam dua
3) dampak stimulus fiskal. Sektor investasi
mulai membaik sebagaimana tercermin pada
peningkatan PMI dunia (Grafik 1). Perbaikan
sektor manufaktur ini juga sejalan dengan
tren perbaikan indikator produksi industri.
Sementara itu, tingkat kepercayaan
konsumen meningkat sejalan dengan
perbaikan pada penjualan ritel.
Perkembangan ini memberikan angin segar
terhadap keberlangsungan perbaikan sektor
industri kedepan yang sangat bergantung
pada pengeluaran konsumen. Namun
demikian, membaiknya pengeluaran
konsumsi ini masih perlu dicermati lebih lanjut
mengingat daya beli masyarakat negara maju
belum pulih sepenuhnya sebagaimana
tercermin dari masih buruknya proyeksi sektor
tenaga kerja kedepan. Sementara itu,
bagi negara berkembang, tingginya
ketergantungan terhadap ekspor akan
mempengaruhi tingkat pengeluaran
konsumsi masyarakat seiring dengan belum
membaiknya kinerja ekspor ke level pada
masa sebelum krisis.
Grafik 1. PMI DuniaGrafik 1. PMI DuniaGrafik 1. PMI DuniaGrafik 1. PMI DuniaGrafik 1. PMI Dunia
Source : Markit, LSM
Britain
UnitedStates
France
Germany
China
Japan
World
Spain
Italy
*Based on a survey of purchasing executives, a reading above/below 50 indicates the manufacturingeconomy is generally expanding/contracting compared with the previous month
0 10 20 30 40 50 60
Manufacturing activityPurchasing Managers» Index*
December 2008 July 2009
Grafik 2. PDB Negara MajuGrafik 2. PDB Negara MajuGrafik 2. PDB Negara MajuGrafik 2. PDB Negara MajuGrafik 2. PDB Negara Maju
Sumber: Bloomberg
6
4
2
0
-2
-4
-6
-8
-10
% yoy
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
ASEuroJepang
, CF
-3.0
-1.0
-2.5
-2.0
-1.5
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
Sumber: Bloomberg
% qoq
2005 2006 2007 2008 2009
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
ASEuroJepang
, CF
-7
-3
-6
-5
-4
2
-1
0
1
2
3
% yoy
Sumber: Bloomberg
200820092010
AS Euro Jepang
, CF
Bab 5 - A r t i k e l
101
triwulan sebelumnya memberikan optimisme
terjadinya «bottoming out» pada TW2-09 dan
potensi kembali tumbuhnya ekonomi di 2010
(Grafik 2).
Sektor investasi kian menggembirakan
ditandai oleh peningkatan PMI di AS, Kawasan
Euro dan Jepang seiring kenaikan pesanan baru
dan produksi (Grafik 3). Hal ini juga diperkuat
oleh membaiknya data produksi industri di
ketiga negara tersebut sebagai dampak
membaiknya produksi barang-barang
konsumen tahan lama (Grafik 4). Khusus
Jepang, perbaikan iklim investasi juga tercermin
dari turunnya tingkat kebangkrutan di negara
tersebut. Sektor konsumsi juga mengalami
perbaikan sebagaimana tercermin dari
kenaikan tingkat kepercayaan masyarakat dan
membaiknya pasar perumahan (Grafik 5). Di
AS, indeks harga rumah Case Shiller S&P terus
merangkak naik dan penjualan rumah terus
meningkat. Adanya perbaikan pada
pengeluaran rumah tangga, penjualan ritel,
dan penjualan kendaraan di AS dan Jepang
juga turut mengkonfirmasi mulai bergairahnya
aktivitas konsumsi di negara maju (Grafik 6).
Namun demikian, perkembangan aktivitas
konsumsi diperkirakan belum sepenuhnya pulih
mengingat masih relatif lemahnya daya beli
masyarakat seiring dengan proyeksi sektor
ketenagakerjaan kedepan yang berpotensi
memburuk. Sejalan dengan perkembangan
tersebut, IMF (WEO Juli-09 Update)
memproyeksikan ekonomi negara maju di
2009 tumbuh minus 3,8% yoy, kemudian
meningkat menjadi 0,6% yoy di 2010, revisi
ke atas dari 0,0% yoy proyeksi April-09.
Grafik 3. PMI Negara MajuGrafik 3. PMI Negara MajuGrafik 3. PMI Negara MajuGrafik 3. PMI Negara MajuGrafik 3. PMI Negara Maju
Grafik 4. Produksi Industri Negara MajuGrafik 4. Produksi Industri Negara MajuGrafik 4. Produksi Industri Negara MajuGrafik 4. Produksi Industri Negara MajuGrafik 4. Produksi Industri Negara Maju
60
55
50
45
40
35
30
25
Indeks
ASKawasan EuroJepang
2006 2007 2008 2009Mar Mei Jul Sep Nov Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei JulJan
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
% yoy
ASEuroJepang
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul2005 2006 2007 2008 2009
10
0
-10
-20
-30
-40
-50
Grafik 5. Consumer Confidence Negara MajuGrafik 5. Consumer Confidence Negara MajuGrafik 5. Consumer Confidence Negara MajuGrafik 5. Consumer Confidence Negara MajuGrafik 5. Consumer Confidence Negara Maju
120
100
80
60
40
20
0 -40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0ASJepangEuro (rhs)
Indeks Indeks
Sumber: Bloomberg
2007 2008 2009
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
102
Negara Emerging Asia
Pertumbuhan ekonomi emerging Asia
di 2009 diperkirakan lebih baik dari perkiraan
awal. Proyeksi IMF melalui WEO Juli-09,
pertumbuhan ekonomi negara emerging Asia
direvisi ke atas menjadi 5,5% yoy di 2009 dan
7,0% di 2010 dari masing-masing 4,8% dan
6,1% proyeksi sebelumnya. Kontribusi terbesar
dari peningkatan tersebut berasal dari
pertumbuhan ekonomi di China dan India
sebagai dampak dari stimulus ekonomi yang
besar dan pembalikan arus modal masuk yang
lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Dampak ini juga terjadi di Korea, Consensus
Forecast Agustus-09 memproyeksikan
kontraksi PDB Korea di 2009 tidak sedalam
perkiraan awal, hanya tumbuh minus 1,5%
yoy, jauh membaik dari minus 2,1% proyeksi
sebelumnya. Hal tersebut seiring dengan
pertumbuhan aktivitas konsumsi dan produksi
industri yang telah memasuki teritori positif.
Sejalan dengan negara maju, «Green Shoot»
Asia tercermin dari terekspansinya PMI di China
dan terus tumbuhnya produksi industri di
China, India dan Korea seiring meningkatnya
sektor manufaktur dan pertambangan (Grafik
9). Sejalan dengan sektor industri, aktivitas
konsumsi emerging Asia juga membaik
sebagaimana tercermin dari meningkatnya
tingkat kepercayaan konsumen, penjualan ritel
dan penjualan auto (Grafik 10). Peningkatan
pengeluaran konsumsi akan mendukung
keberlangsungan perbaikan sektor industri
kedepan. Namun demikian, mengingat
masyarakat negara berkembang sangat
tergantung pada ekspor, kinerja ekspor yang
belum pulih sepenuhnya (mencapai level
sebelum krisis) akan mempengaruhi pemulihan
daya beli masyarakat yang selanjutnya akan
mempengaruhi tingkat pengeluaran konsumsi
(Grafik 11).
Berdasarkan pangsa PDB PPP 2008,
emerging Asia menjadi salah satu engine of
growth dunia dengan kontribusi sekitar 36%
tertinggi diantara kawasan lainnya.1 Hal ini
Grafik 6. Penjualan Ritel Negara MajuGrafik 6. Penjualan Ritel Negara MajuGrafik 6. Penjualan Ritel Negara MajuGrafik 6. Penjualan Ritel Negara MajuGrafik 6. Penjualan Ritel Negara Maju
Grafik 7. Neraca Perdagangan Negara MajuGrafik 7. Neraca Perdagangan Negara MajuGrafik 7. Neraca Perdagangan Negara MajuGrafik 7. Neraca Perdagangan Negara MajuGrafik 7. Neraca Perdagangan Negara Maju
1 PDB berdasarkan Purchasing Power parity
% yoy
10
5
0
-5
-10
-15
ASEuroJepang
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
10
5
0
-5
-10
-15 -70
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
2007 2008 2009
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei
Euro-miliar EURJepang-triliun YenAS-miliar USD (rhs)
Bab 5 - A r t i k e l
103
Grafik 8. PDB Negara BerkembangGrafik 8. PDB Negara BerkembangGrafik 8. PDB Negara BerkembangGrafik 8. PDB Negara BerkembangGrafik 8. PDB Negara Berkembang
Grafik 9. Produksi Industri Negara BerkembangGrafik 9. Produksi Industri Negara BerkembangGrafik 9. Produksi Industri Negara BerkembangGrafik 9. Produksi Industri Negara BerkembangGrafik 9. Produksi Industri Negara Berkembang
mencerminkan peran Asia yang kian besar
dalam pemulihan ekonomi dunia terutama
terkait dengan kembali bergeraknya kinerja
ekspor impor di dunia. Salah satu contohnya,
menurut Intel Corp, konsumen Asia, terutama
China, telah menyebabkan pemulihan
permintaan komputer pribadi (PC). Penjualan
PC Santa Clara yang berbasis di California di
Kawasan Asia-Pasifik meningkat 21% menjadi
USD4,41 miliar selama TW2-09. Sementara itu,
penjualan Hyundai Motor Co. yang berpusat
di Seoul naik 56% yoy menjadi 257 ribu unit
selama semester I-09.
% yoy
Sumber: Bloomberg
10
8
6
4
2
0
-2
-4
China Korea India
200820092010
Sumber: Bloomberg
% yoy
30
20
10
0
-10
-20
-30Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
2005 2006 2007 2008 2009
ChinaKoreaIndia
Grafik 10. Indikator Konsumsi NegaraGrafik 10. Indikator Konsumsi NegaraGrafik 10. Indikator Konsumsi NegaraGrafik 10. Indikator Konsumsi NegaraGrafik 10. Indikator Konsumsi NegaraBerkembangBerkembangBerkembangBerkembangBerkembang
Grafik 11. Neraca Perdagangan NegaraGrafik 11. Neraca Perdagangan NegaraGrafik 11. Neraca Perdagangan NegaraGrafik 11. Neraca Perdagangan NegaraGrafik 11. Neraca Perdagangan NegaraBerkembangBerkembangBerkembangBerkembangBerkembang
Sumber: Bloomberg
% yoy
25
20
15
10
5
0
-5
-10
-15Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
2005 2006 2007 2008 2009
ChinaKoreaIndia (Penjualan Auto)
Sumber: Bloomberg
Miliar USD
50
40
30
20
10
0
-10
-20
ChinaKoreaIndia
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul
Harga Komoditi
Harga komoditi bergerak naik (Grafik
12). Aksi beli komoditi akibat sentimen positif
investor mengenai adanya indikasi awal
perbaikan ekonomi mendorong penguatan
harga komoditi. Harga minyak naik 55,7% ytd
di akhir Juli-09 sebagai respon aksi beli investor
atas optimisme perbaikan ekonomi global
kedepan dan meningkatnya konsumsi minyak
dunia, terutama dari China (Grafik 13 dan 14).
Sementara itu, kenaikan harga base metal
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
104
III. KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER
DALAM KRISIS GLOBAL
Kebijakan stimulus fiskal dan kebijakan
moneter ekspansif di beberapa negara
Dalam rangka membendung dampak
krisis ekonomi dan keuangan global yang
terjadi, serangkaian kebijakan moneter dan
fiskal yang ekspansif diluncurkan secara
agresif. Kebijakan moneter ekspansif yang
dilakukan oleh Bank Sentral di negara maju
dan emerging Asia antara lain ditempuh
dengan pemangkasan suku bunga kebijakan.
didorong oleh bergairahnya aktivitas
manufaktur China sebagai dampak stimulus
fiskal pemerintah dan upaya pemerintah untuk
meningkatkan stok logam domestik,
khususnya nikel dan batu bara (Grafik 15).
Selain itu, setelah turun 60% di akhir 2008,
indeks enam industri logam di London Metals
Exchange telah meningkat lebih dari 40%
sejak level terendahnya di pertengahan
Februari-09. Perkembangan harga tembaga
sebagai salah satu tanda aktivitas kedepan di
sektor konstruksi, otomotif dan produksi
elektrik per akhir Juli-09 telah meningkat 80%
dibandingkan awal 2009.
Grafik 12. Indeks Harga KomoditiGrafik 12. Indeks Harga KomoditiGrafik 12. Indeks Harga KomoditiGrafik 12. Indeks Harga KomoditiGrafik 12. Indeks Harga Komoditi
Sumber: Bloomberg, diolah
ENERGI
LOGAM
PANGAN
TOTAL
Indeks, Rata-rata2000-06=100
50
100
150
200
250
300
2005 2006 2007 2008 2009
Grafik 13. Harga Minyak DuniaGrafik 13. Harga Minyak DuniaGrafik 13. Harga Minyak DuniaGrafik 13. Harga Minyak DuniaGrafik 13. Harga Minyak Dunia
Harga minyak per 31Jul-09: USD69,5/barrel(tumbuh 55,7% ytd )
Sumber: Bloomberg, diolah
Harga SpotMinyak, lhs
PertumbuhanHarga, rhs
(% ytd)USD/barrel
0
30
60
90
120
150
2006 2007 2008 2009
-250
-200
-150
-100
-50
0
50
100
Jul-09
Apr-09
Mei-09
Grafik 14. Konsumsi Minyak Kawasan AsiaGrafik 14. Konsumsi Minyak Kawasan AsiaGrafik 14. Konsumsi Minyak Kawasan AsiaGrafik 14. Konsumsi Minyak Kawasan AsiaGrafik 14. Konsumsi Minyak Kawasan Asia
Sumber: Bloomberg
Juta barrel/hari
9,0
8,0
7,0
6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2005 2008
China
Jepang
India
Korsel
Grafik 15. Harga TembagaGrafik 15. Harga TembagaGrafik 15. Harga TembagaGrafik 15. Harga TembagaGrafik 15. Harga Tembaga
HargaSpot, lhs
PertumbuhanHarga, rhs
(% ytd)USD/mt
Sumber: Bloomberg
2500
3500
4500
5500
6500
7500
8500
9500
2006 2007 2008 2009
Harga Tembagaper 31Jul-09: USD5719/mt(tumbuh 86% ytd)
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
Mei-09
Jul-09
Mar-09
Bab 5 - A r t i k e l
105
Per Juli-09, suku bunga kebijakan di negara
maju dan emerging Asia terpangkas 40-
450bps (Tabel 1). Namun demikian, kondisi
sistem keuangan yang belum stabil dan ruang
penurunan suku bunga yang semakin terbatas
mendorong pemerintah sejumlah bank sentral
terutama di negara maju menerapkan
quantitative easing policy (QEP)2. Di AS, Fed
menambah ekspansi pada neracanya untuk
mengatasi masalah kredit perumahan serta
mendorong penurunan yields obligasi
pemerintah yang selama ini menjadi patokan
bagi suku bunga pinjaman (Tabel 1).
Sementara di Jepang, BoJ menambah
pembelian obligasi pemerintah sekitar hampir
30% dari total untuk memompa dana ke
dalam perekonomian dan mempercepat
pemulihan serta mendorong ekonomi Jepang
keluar dari resesi. BoJ akan menambah
Tabel 1. Kebijakan Moneter dan FiskalTabel 1. Kebijakan Moneter dan FiskalTabel 1. Kebijakan Moneter dan FiskalTabel 1. Kebijakan Moneter dan FiskalTabel 1. Kebijakan Moneter dan Fiskal
Negara MajuNegara MajuNegara MajuNegara MajuNegara Maju
AS 2 0,25 -175
Euro 0,5 0,1 -40
UK 5 0,5 -450
Jepang 4,25 1 -325
EM AsiaEM AsiaEM AsiaEM AsiaEM Asia
China 7,47 5,31 -216
Korea 5 2 -300
India 9 4,75 -425
Negara Suku Bunga
Sumber: Economic and Social Survey of Asia and The Pacific 2009 Unescap (May 2009), RGE Monitor, IILS (ILO), WEO April-09 (IMF)
Keterangan: *Untuk European Union (negara di Kawasan Euro ditambah dengan beberapa negara di Eropa termasuk Inggris)
%
Kebijakan Moneter Kebijakan Fiskal(Stimulus Fiskal)
Jul-08 Jul-09 ∆ (bps)Quantitative Easing Policy (QEP)
Jumlah % PDB 2009
The Fed melakukan i) pembelian debt ofgovernment sponsored enterprises (USD200miliar); ii) pembelian mortgage-backed securities(USD1,25 triliun ) agar cost of borrowings turun;iii 3) pembelian obligasi jangka panjang senilai(USD300 miliar) dalam 6 bulan ke depan.
ECB melakukan pembelian covered bonds (crediteasing policy) sebesar USD80,5 miliar
BoE melakukan pembelian obligasi pemerintahjangka panjang (gilts) senilai £100 miliar danhigh-quality corporate debt dan £50 miliarseperti asset backed-securities dan pinjamansindikasi.
BoJ menambah pembelian government debt daribank umum menjadi JPY1,8 triliun (USD18,3milyar) dari JPY1,4 triliun.
-
-
-
USD787 miliar 5,6
USD100 miliar 2,0
USD586 miliar 12,1
USD26,1 miliar 3,6
USD6,5 miliar 0,5
USD280 miliar* 1,8
2 Efektivitas dan Potensi Risiko Quantitative Easing Policy (QEP),RDG DInt April-09.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
106
pembelian government debt bank umum
menjadi JPY1,8 triliun (USD18,3 miliar), dari
JPY1,4 triliun untuk mengurangi keketatan
likuiditas dan stabilisasi pasar keuangan
domestik. Sementara itu, ECB menerapkan
credit easing policy dalam bentuk pembelian
covered bonds sebesar USD80,5 miliar dengan
menggandeng European Investment Bank (EIB)
sebagai counterparty penyediaan likuiditas.
Berbagai respon kebijakan moneter
dirasa belum sepenuhnya mampu
memulihkan perekonomian global dan
transmisi kebijakan moneter mengalami
kendala efektivitas. Hal ini mendorong
pemerintah di berbagai negara melakukan
kebijakan stimulus fiskal ekspansif untuk
mengurangi dampak pemburukan ekonomi
dan mendorong aktivitas ekonomi domestik.
Kebijakan stimulus fiskal yang dilakukan
bervariasi baik dalam jumlah, komposisi
maupun kecepatan stimulus3. Diantara negara
maju, jumlah stimulus fiskal di AS (5,6% dari
PDB) merupakan yang terbesar, sementara
stimulus China merupakan yang terbesar
diantara emerging Asia (Tabel 1). Di masing-
masing negara tersebut, kebijakan stimulus
fiskal diberikan dalam bentuk peningkatan
belanja publik (pengeluaran infrastruktur,
bantuan pendidikan untuk sekolah dan
perguruan tinggi), stimulus untuk konsumen
(keringanan pajak, bantuan untuk
pengangguran), serta stimulus untuk produsen
(bantuan kredit bagi industri, subsidi bagi
tenaga kerja sementara).
Implikasi kebijakan fiskal dan moneter
yang ekspansif
Pemburukan ekonomi relatif tertahan
dan keketatan di pasar kredit mulai berkurang
seiring dengan pelaksanaan kebijakan
moneter dan fiskal ekspansif di berbagai
negara. Namun demikian, masih terdapat
sejumlah potensi risiko yang menyertainya.
Dampak kebijakan fiskal dan moneter
ekspansif yang diterapkan berbagai negara
terhadap perekonomian antara lain sebagai
berikut:
a. Peningkatan Defisit Fiskal
Stimulus fiskal yang dilakukan oleh
negara maju dan emerging Asia secara
agresif menyebabkan defisit fiskal dari
negara tersebut membengkak dan
diperkirakan berlanjut di 2010 (Grafik 16
dan 17). Diantara negara maju, defisit
fiskal AS terhadap PDB di 2009 diprediksi
tercatat 11,9%, tertinggi sejak great
depression yang dialami AS di 1940.
Sementara itu, kinerja fiskal Korea dan
China memburuk, masing-masing
diperkirakan mencapai defisit 4% dan
1,5% dari PDB di 2009 dan diperkirakan
meningkat di 2010.
b. Peningkatan Utang Pemerintah (% dari
PDB).
Defisit fiskal yang sangat besar
mendorong pemerintah mencari utang
sehingga utang pemerintah menjadi kian
meningkat, mendorong kekhawatiran
akan kesinambungan fiskal pemerintah
(Grafik 18 dan 19). Selain itu, pembiayaan
defisit negara maju dapat berdampak3 Kebijakan Stimulus Fiskal Global dan Sustainabilitasnya, RDG DIntJuli-09.
Bab 5 - A r t i k e l
107
pada lebih ketatnya likuiditas global yang
menyebabkan mahalnya pembiayaan
dan berpotensi menimbulkan crowding
out bagi negara berkembang.
Selanjutnya, negara berkembang akan
beralih pada sumber pembiayaan dalam
negeri yang dapat berpotensi
menimbulkan crowding out bagi pihak
swasta atau pasar domestik. Negara maju
memiliki kecenderungan rasio utang
terhadap PDB yang meningkat, terutama
Jepang (180% dari PDB di 2009) dan
diperkirakan akan terus meningkat
(200% dari PDB di 2010). Sementara itu,
kecuali India, rasio utang pemerintah
terhadap PDB di emerging Asia
cenderung meningkat namun masih
terkendali. Di 2009, rasio utang
pemerintah terhadap PDB China dan
Korea masing-masing sebesar 15,6% dan
34,6% naik dari 12,5% dan 32,9% di
2008.
Peningkatan utang pemerintah negara
maju memunculkan kekhawatiran
meningkatnya keketatan likuiditas global
sebagaimana tercermin dari pergerakan
spread antara yield obligasi pemerintah
jangka panjang dan pendek yang
cenderung steepening pada periode
semester I-09 (Grafik 20). Namun
peningkatan tersebut tidak sejalan
dengan perkembangan CDS spread yang
cenderung menyempit baik di negara
maju maupun emerging. Hal ini
disebabkan karena peningkatan yield
tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor lainnya, antara lain prospek
ekonomi yang membaik, risk premia
menurun, dan aktivitas corporate
hedging yang meningkat. Dengan
demikian, kekhawatiran crowding out di
pasar global relatif mereda, yang
dikonfirmasi oleh kembali turunnya yield
obligasi di awal semester II-09 (Grafik 20
dan 21).
c. Pertumbuhan Uang Primer (Monetary
Base/Mo) Yang Tajam
Kebijakan quantitative easing bank
sentral negara maju dengan melakukan
pembelian aset berupa surat-surat
berharga menyebabkan neraca bank
sentral membengkak, terutama dialami
oleh AS. Hal ini terjadi khususnya sejak
pertengahan 2008 yaitu ketika
terjadinya kasus Lehman Brothers (Grafik
22, 23, dan 24). Seluruh kebijakan yang
akomodatif tersebut berdampak pada
peningkatan pertumbuhan M0
(monetary base) yang signifikan di
negara maju terutama di AS yang
mencapai puncak yaitu melonjak 114%
yoy per 25 Mei-09 (Grafik 26).
Peningkatan monetary base di negara
maju tersebut mengindikasikan adanya
peningkatan money supply dalam
ekonomi, sehingga menimbulkan
kekhawatiran ekspektasi inflasi
kedepan. Di sisi lain, permasalahan
tersebut tidak terjadi di emerging Asia.
Pertumbuhan uang primer dan ekspansi
neraca bank sentralnya relatif terkendali
(Grafik 27).
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
108
Grafik 17. Defisit Fiskal China, Korea, IndiaGrafik 17. Defisit Fiskal China, Korea, IndiaGrafik 17. Defisit Fiskal China, Korea, IndiaGrafik 17. Defisit Fiskal China, Korea, IndiaGrafik 17. Defisit Fiskal China, Korea, India(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)
Grafik 18. Utang Pemerintah AS, Euro, JepangGrafik 18. Utang Pemerintah AS, Euro, JepangGrafik 18. Utang Pemerintah AS, Euro, JepangGrafik 18. Utang Pemerintah AS, Euro, JepangGrafik 18. Utang Pemerintah AS, Euro, Jepang(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)
Grafik 19. Utang Pemerintah China, Korea, IndiaGrafik 19. Utang Pemerintah China, Korea, IndiaGrafik 19. Utang Pemerintah China, Korea, IndiaGrafik 19. Utang Pemerintah China, Korea, IndiaGrafik 19. Utang Pemerintah China, Korea, India(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)
Sumber: Moody's Statistical Handbook, May 2009
(% PDB)
-10,0
-8,0
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
ChinaKoreaIndia
(% PDB)(% PDB)
Sumber: Moody's Statistical Handbook, May 2009
40
50
60
70
80
90
100
110
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
100
120
140
160
180
200
220
240AS, lhsEuro, lhsJepang, rhs
(% PDB)
Sumber: Moody's Statistical Handbook, May 2009
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
40,0
(% PDB)
China, lhsKorea, lhsIndia, rhs
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
74,0
76,0
78,0
80,0
82,0
84,0
86,0
88,0
90,0
92,0
94,0
Grafik 20. Spread Yield Obligasi PemerintahGrafik 20. Spread Yield Obligasi PemerintahGrafik 20. Spread Yield Obligasi PemerintahGrafik 20. Spread Yield Obligasi PemerintahGrafik 20. Spread Yield Obligasi PemerintahNegara Maju 10 - 2 thnNegara Maju 10 - 2 thnNegara Maju 10 - 2 thnNegara Maju 10 - 2 thnNegara Maju 10 - 2 thn
Grafik 21. Yield Obligasi Pemerintah NegaraGrafik 21. Yield Obligasi Pemerintah NegaraGrafik 21. Yield Obligasi Pemerintah NegaraGrafik 21. Yield Obligasi Pemerintah NegaraGrafik 21. Yield Obligasi Pemerintah NegaraEmerging 10 thnEmerging 10 thnEmerging 10 thnEmerging 10 thnEmerging 10 thn
bpsbps
-50
0
50
100
150
200
250
Sumber: Bloomberg
JermanASJepang
10
20
30
40
50
60
70
2008 2009
11Mar
5Apr
30Apr
25Mei
19Jun
14Jul
8Ags
2Sep
27Sep
22Okt
16Nov
11Des
5Jan
30Jan
24Feb
15Apr
10Mei
4Jun
29Jun
24Jul
21Mar
18Ags
Sumber: Bloomberg
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
5,5
6,0
6,5
7,0
7,5ChinaKoreaIndia
2Jan
21Feb
12Apr
1Jun
21Jul
9Sep
29Okt
18Des
6Feb
27Mar
16Mei
5Jul
24Ags
13Okt
2Des
21Jan
12Mar
1Mei
20Jun
9Ags
2007 2008 2009
Grafik 16. Defisit Fiskal AS, Euro, Jepang (% PDB)Grafik 16. Defisit Fiskal AS, Euro, Jepang (% PDB)Grafik 16. Defisit Fiskal AS, Euro, Jepang (% PDB)Grafik 16. Defisit Fiskal AS, Euro, Jepang (% PDB)Grafik 16. Defisit Fiskal AS, Euro, Jepang (% PDB)
Sumber: IMF, Reuters
(% PDB)
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
-14
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
ASEuroJepang
Bab 5 - A r t i k e l
109
Grafik 23. European Central Bank Balance SheetGrafik 23. European Central Bank Balance SheetGrafik 23. European Central Bank Balance SheetGrafik 23. European Central Bank Balance SheetGrafik 23. European Central Bank Balance Sheet
Grafik 24. Bank of Japan Balance SheetGrafik 24. Bank of Japan Balance SheetGrafik 24. Bank of Japan Balance SheetGrafik 24. Bank of Japan Balance SheetGrafik 24. Bank of Japan Balance Sheet
Grafik 25. Balance Sheet Bank Sentral China,Grafik 25. Balance Sheet Bank Sentral China,Grafik 25. Balance Sheet Bank Sentral China,Grafik 25. Balance Sheet Bank Sentral China,Grafik 25. Balance Sheet Bank Sentral China,Korea, dan IndiaKorea, dan IndiaKorea, dan IndiaKorea, dan IndiaKorea, dan India
In Billions of Euro
Total Assets Total Liabilities
2.000
1.000
0
-1.000
-2.000
1 Issued by euro area residents and general goverment debt in euro2 Including US dollar Liquidity auctions.3 Including to central banks.Sumber : BIS & Datastream; national data.
Foreign Currency Assets2Securities1
Lending
2007 2008 2009
Orher Liabilities3
Deposit Facility
Notes in Circulation
Reserve Balances
1 Including US dollar Liquidity auctions.2 Including to central banks.Sumber : BIS & Datastream; national data.
150.000
75.000
0
-75.000
-150.000
In Billions of Yen
Total Assets Total Liabilities
Foreign Currency Assets1Securities
Lending
2007 2008 2009
Orher Liabilities2
Repurchase agreement
Notes in Circulation
Reserve Balances
China(Rmb), lhs
India(Rupee), lhs
Korea(Won), rhs
Miliar Mata UangDomestik
Miliar Mata UangDomestik
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
2006 2007 2008 2009
Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan MarMei Jul Sep Nov Jan Mar Mei
Sumber: CEIC
Grafik 26. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 26. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 26. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 26. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 26. Pertumbuhan Uang Primer NegaraMaju (%)Maju (%)Maju (%)Maju (%)Maju (%)
Grafik 27. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 27. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 27. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 27. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 27. Pertumbuhan Uang Primer NegaraBerkembang (%)Berkembang (%)Berkembang (%)Berkembang (%)Berkembang (%)
(% yoy)(% yoy)
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
2006 2007 2008 2009
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
Sumber: CEIC
Euro, lhsJepang, lhs
AS, rhs
(% yoy)
-10
0
10
20
30
40
50
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0Korea, lhsIndia, lhs
China, rhs
Sumber: CEIC
2006 2007 2008 2009
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul
Grafik 22. Federal Reserve Balance SheetGrafik 22. Federal Reserve Balance SheetGrafik 22. Federal Reserve Balance SheetGrafik 22. Federal Reserve Balance SheetGrafik 22. Federal Reserve Balance Sheet
In Billions of US Dollars
Total Assets Total Liabilities
2.000
1.000
0
-1.000
-2.000
1 Securities hels outright (including TSLF).2 Repurchase agreements, term auction credit, other loans and CPFF.Sumber : BIS & Datastream; national data.
FX Swap
Securities1
Lending2
Notes in Circulation
Reserve Balances
US Treasurt Supplementary Account
2007 2008 2009
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
110
IV. ANCAMAN INFLASI KEDEPAN
Kekhawatiran Ancaman Inflasi
Kekhawatiran ancaman inflasi
kedepan mulai meningkat. Kembali solidnya
permintaan domestik sebagai dampak
kebijakan stimulus fiskal, dan kenaikan harga
komoditi di pasar internasional berada di
balik ancaman kenaikan inflasi. Selain itu,
kekhawatiran adanya tekanan inflasi juga
menguat akibat kebijakan quantitative
easing yang ditempuh bank sentral telah
berdampak pada peningkatan reserve dan
monetary base yang menyebabkan ekspansi
neraca bank sentral secara signifikan.
Dengan asumsi perbankan tidak
mendapatkan suku bunga atas reserve yang
ditempatkan di bank sentral dan suku bunga
kredit bernilai positif (setelah dikurangi
risiko), perbankan cenderung untuk
menyalurkan dananya dalam bentuk kredit
yang pada akhirnya akan meningkatkan
aktivitas ekonomi. Dana tersebut tidak akan
menghilang namun akan kembali ke sistem
perbankan sehingga akan memperbesar
reserve yang ditempatkan di bank sentral.
Perputaran proses ini terus berlangsung
sehingga akan memicu pertumbuhan uang
dan kredit yang cepat sehingga berpotensi
menyebabkan ekonomi menjadi overheating
dan selanjutnya akan memberi tekanan pada
laju inflasi.
Meningkatnya kekhawatiran inflasi
juga tercermin dari berbagai hasil survei
lembaga internasional. Berdasarkan survei
ekspektasi inflasi yang dilakukan J.P Morgan
pada Juli-094, diketahui bahwa masyarakat
kedua negara tersebut mengkhawatirkan
munculnya tekanan inflasi pada 2 s.d 5 tahun
kedepan. Setidaknya 60% responden di AS
dan Inggris berekspektasi bahwa inflasi pada
2 s.d 5 tahun kedepan adalah lebih tinggi dari
targetnya, bahkan 20% diantara responden
memperkirakan inflasi jangka menengah akan
berkisar di atas 2,5% dari targetnya.
Beberapa faktor tersebut di atas
diprediksi akan menggiring kenaikan proyeksi
inflasi kedepan. Namun demikian perlu
dicermati lebih lanjut apakah tekanan laju
inflasi akan benar-benar mengancam pada
jangka pendek dan menengah mengingat
pemulihan ekonomi masih dalam tahap dini.
Proyeksi Inflasi Kedepan
Berdasarkan proyeksi IMF melalui World
Economic Outlook (WEO) April-09, tekanan
inflasi dunia di 2009 dan 2010 masih lemah
seiring dengan tingkat pertumbuhan ekonomi
yang belum pulih sepenuhnya. Masih
lemahnya permintaan domestik yang
mengakibatkan melebarnya excess capacity,
menyebabkan inflasi di negara maju
diperkirakan mendekati 0% pada 2009. AS
dan Jepang mengalami deflasi seiring dengan
deflasi energi dan transportasi (Grafik 28).
Sementara walaupun sudah memasuki teritori
negatif sejak Juni-09, inflasi Kawasan Euro di
2009 diperkirakan masih tumbuh tipis
4 Survey JP Morgan tersebut diikuti oleh 1800 investor di AS, Inggrisdan Eropa.
Bab 5 - A r t i k e l
111
(0,4% yoy) di 2009. Sementara itu, di negara
emerging tekanan disinflasi di beberapa
negara mengakibatkan penurunan proyeksi
inflasi dari 7,3% menjadi 5,1% di 2009. Inflasi
China di 2009 diprediksi hanya tumbuh 0,1%
yoy seiring deflasi makanan khususnya daging
babi (Grafik 29). Tekanan inflasi dunia di 2010
diprediksi kembali meningkat sebesar 0,9%
yoy seiring pulihnya perekonomian global
akibat meningkatnya permintaan domestik
dan harga komoditi. Inflasi negara maju dan
berkembang di 2010 masing-masing
diperkirakan tumbuh 0,4% yoy dan 4,5% yoy.
Walaupun tekanan inflasi meningkat, AS dan
Jepang diperkirakan masih mengalami deflasi
(Grafik 28 dan 29).
Menurut Patrick Artus (2009) 5, tidak
terlalu kuatnya tekanan inflasi pada 2009 dan
2010 dapat dilihat dari dua kondisi yang harus
dipenuhi untuk mengembalikan tingkat inflasi
global pada level semula, yaitu:
1. Wage inflation (atau underlying inflation
yang mengeluarkan efek harga
komoditi). Untuk mencapai level wage
inflation seperti semula, dunia harus
berada pada kondisi mendekati tingkat
tenaga kerja penuh baik dalam hal
sumber tenaga kerja dan kapasitas
produksi. Kondisi yang terjadi saat ini
adalah krisis ekonomi global berdampak
pada tingginya tingkat pengangguran
sehingga masih jauh dari posisi tingkat
tenaga kerja penuh (under-employment).
Hal ini berdampak pada penurunan upah
nominal di AS dan Kawasan Euro (Grafik
30). Demikian pula halnya dengan tingkat
tenaga kerja di kawasan emerging sangat
rendah di bawah tren tingkat tenaga
kerja dunia (Grafik 31). Ditengah kondisi
tenaga kerja yang sangat lemah saat ini,
diperkirakan dibutuhkan setidaknya 20
tahun untuk wage inflation kembali ke
level semula sebelum krisis.
2. Commodity inflation, meningkatnya
pertumbuhan ekonomi global akan
meningkatkan permintaan komoditi yang
berujung pada kenaikan harga komoditi.
Namun demikian, krisis ekonomi global
5 Artus, Patrick. (2009). ≈At what horizon will global inflationreturn?∆. Natixis.
Grafik 28. Inflasi Negara MajuGrafik 28. Inflasi Negara MajuGrafik 28. Inflasi Negara MajuGrafik 28. Inflasi Negara MajuGrafik 28. Inflasi Negara Maju
Sumber: Bloomberg
% yoy
200820092010
5
4
3
2
1
0
-1
-2
AS Euro Jepang
Grafik 29. Inflasi Negara BerkembangGrafik 29. Inflasi Negara BerkembangGrafik 29. Inflasi Negara BerkembangGrafik 29. Inflasi Negara BerkembangGrafik 29. Inflasi Negara Berkembang
Sumber: Bloomberg
200820092010
% yoy
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
China Korea India
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
112
juga berdampak pada menurunnya
permintaan akan komoditi (Grafik 32,
33 dan 34). Walaupun produsen
telah mengurangi supply, namun
keseimbangan pasar komoditi tidak
berdampak besar pada kenaikan harga.
Diperkirakan harga komoditi tidak akan
secara cepat meningkat sebelum
permintaan kembali ke level sebelum
krisis, di mana hal tersebut
membutuhkan waktu setidaknya 2-3
tahun. Sebagai contoh, permintaan
minyak saat ini 5% lebih rendah bila
dibandingkan dengan masa sebelum
krisis, dan ketika pertumbuhan ekonomi
kembali cepat, permintaan minyak
diperkirakan hanya akan tumbuh 2-3%
per tahun. Sementara itu, permintaan
logam dunia di 2010 diprediksi akan
turun 8% dari tren tahun sebelumnya.
Oleh sebab itu diperkirakan butuh waktu
setidaknya 2-3 tahun agar commodity
inflation dapat kembali ke level sebelum
krisis, kecuali jika terjadi spekulasi yang
luar biasa di pasar komoditi.
Grafik 30. Upah Nominal Per KapitaGrafik 30. Upah Nominal Per KapitaGrafik 30. Upah Nominal Per KapitaGrafik 30. Upah Nominal Per KapitaGrafik 30. Upah Nominal Per Kapita
8
6
4
2
0
-2
-4
Sumber: Datastream, BLS, Natixis
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
8
6
4
2
0
-2
-4
United States (incl.benefits)EU-15
Japan
Grafik 31. Ratio Employment-to-population agedGrafik 31. Ratio Employment-to-population agedGrafik 31. Ratio Employment-to-population agedGrafik 31. Ratio Employment-to-population agedGrafik 31. Ratio Employment-to-population aged20 to 60 (as %)20 to 60 (as %)20 to 60 (as %)20 to 60 (as %)20 to 60 (as %)
70
65
60
55
50
45
40
35
30
25
201998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Sumber: Datastream, Natixis
70
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
Emerging countries as a whole incl. Russia and OPECUnited States + EU-15 + Japan
World
Grafik 33. Oil ConsumptionGrafik 33. Oil ConsumptionGrafik 33. Oil ConsumptionGrafik 33. Oil ConsumptionGrafik 33. Oil Consumption(million bbl/day, Y/Y as %)(million bbl/day, Y/Y as %)(million bbl/day, Y/Y as %)(million bbl/day, Y/Y as %)(million bbl/day, Y/Y as %)
Grafik 32. World: Demand for and Supply of OilGrafik 32. World: Demand for and Supply of OilGrafik 32. World: Demand for and Supply of OilGrafik 32. World: Demand for and Supply of OilGrafik 32. World: Demand for and Supply of Oil(million bbl/day)(million bbl/day)(million bbl/day)(million bbl/day)(million bbl/day)
90
88
86
84
82
80
78
76
74
72
70
90
88
86
84
82
80
78
76
74
72
701998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Oil Market Intelligence
ConsumptionProduction
12
9
6
3
0
-3
-6
-9
12
9
6
3
0
-3
-6
-9
WorldUnited States + EU-15 + Japan
Rest of the world
Sumber: Datastream, natixis, Oil Market Intelligence
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Bab 5 - A r t i k e l
113
V. KEBUTUHAN AKAN EXIT STRATEGY
Dalam hal stimulus fiskal, pada dasarnya
exit strategy secara khusus tidak dibutuhkan.
Pemerintah hanya perlu untuk mengurangi
pengeluaran dalam rangka stimulus fiskal
secara perlahan. Namun tidak demikian
dengan kebijakan moneter, terdapat beberapa
pertimbangan yang melatarbelakangi perlunya
perumusan exit strategy, yaitu:
1) Kekhawatiran bahwa kebijakan moneter
sangat ekspansif yang mengakibatkan
membengkaknya base money dan reserve
deposit, akan menimbulkan ancaman
inflasi dan suku bunga kedepan.
2) Ketidakpastian bagaimana bank sentral
menyerap likuiditas di pasar. Walaupun
bank sentral telah melakukan pengetatan
kebijakan, menyerap likuiditas yang sudah
sangat besar tersebut belum tentu dapat
berjalan dengan mulus sesuai rencana
sehingga terdapat risiko pada tertundanya
kebijakan moneter ketat. Dengan kata
lain, terdapat kekhawatiran sejauh mana
efektivitas instrumen yang digunakan oleh
bank sentral terutama Fed. Bank Sentral
AS tersebut masih menunggu persetujuan
Kongres yang memungkinkan Fed
sebagai debitor dengan mengeluarkan
obligasi atau surat berharga.
3) Kekhawatiran akan efek yang
ditimbulkan apabila bank sentral
menghentikan pembelian surat berharga
(SSB) pemerintah. Semakin besar SSB
yang dibeli oleh bank sentral, semakin
besar implikasinya terhadap hubungan
supply-demand apabila pembelian SSB
dihentikan.
4) Kekhawatiran bagaimana bank sentral
menutupi kerugian yang mungkin terjadi
akibat kepemilikan SSB swasta, terutama
apabila kerugian tersebut sangat besar
sehingga dapat mempengaruhi
kepercayaan pasar terhadap kredibilitas
nilai mata uang.
Exit strategy oleh Fed
Salah satu bank sentral yang telah
mengemukakan exit strategy-nya dengan
cukup jelas adalah Fed. Dalam laporannya
kepada Kongres AS, Gubernur Federal Reserve,
Ben S. Bernanke mengemukakan bahwa
kebijakan moneter yang longgar tersebut
masih akan diterapkan selama beberapa waktu
kedepan. Walaupun demikian, Fed telah
mempersiapkan sejumlah langkah sebagai exit
strategy dan cukup yakin penerapan strategi
tersebut dapat dilakukan dengan baik dan
smooth manakala waktunya telah tiba.
Grafik 34. World: Consumption of Metal andGrafik 34. World: Consumption of Metal andGrafik 34. World: Consumption of Metal andGrafik 34. World: Consumption of Metal andGrafik 34. World: Consumption of Metal andFood (tons per year as %)Food (tons per year as %)Food (tons per year as %)Food (tons per year as %)Food (tons per year as %)
10
8
6
4
2
0
-2
-4
10
8
6
4
2
0
-2
-4
MetalsFood
Sumber: Datastream, IEA, Natixis forecasts
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
114
Exit strategy yang dikemukakan oleh
Fed berkaitan erat dengan pengelolaan neraca
bank sentral tersebut. Saat ini reserve balance
milik perbankan/institusi lainnya yang
ditempatkan di Fed telah mencapai USD747
miliar, jauh di atas kondisi normalnya di kisaran
USD44 miliar dan kondisi ini diperkirakan
masih akan berlangsung dalam beberapa
waktu kedepan (Tabel 2). Secara umum, exit
strategy yang dikemukakan Fed terdiri dari dua
hal, yaitu: (i) menciptakan floor bagi suku
bunga pasar, dan (ii) mengurangi likuiditas
pasar dengan menurunkan reserve balance
yang dapat digunakan di federal funds market.
Kombinasi dari kedua strategi tersebut akan
ditempuh untuk mencapai efektifitas
kebijakan. Adapun langkah-langkah kebijakan
yang diusulkan Fed terkait kedua strategi
tersebut adalah sbb:
1) Menciptakan floor bagi suku bunga pasar.
Sejak Oktober-08, Kongres AS telah
mengijinkan Fed untuk memberikan
interest atas reserve balance perbankan
yang saat ini adalah sebesar 0,25%. Pada
saat kebijakan moneter diperketat, Fed
akan menaikkan tingkat suku bunga
tersebut seiring dengan dinaikkannya
target Federal Funds Rate. Kebijakan ini
akan menciptakan floor bagi suku bunga
jangka pendek di pasar uang (Grafik 33).
Bank tidak akan meminjamkan dananya
di bawah tingkat suku bunga Fed
tersebut dan pertumbuhan uang beredar
dan kredit yang berlebihan di pasar dapat
dihindari. Sebaliknya, apabila Fed
bermaksud untuk menerapkan
Tabel 2. Neraca Federal Reserve per 12 Agustus 2009Tabel 2. Neraca Federal Reserve per 12 Agustus 2009Tabel 2. Neraca Federal Reserve per 12 Agustus 2009Tabel 2. Neraca Federal Reserve per 12 Agustus 2009Tabel 2. Neraca Federal Reserve per 12 Agustus 2009
ASSETS
Sumber: Federal Reserve
Dalam miliar USD
Currency in Circulation 912Reverse Repurchase Agreements 70Treasury, general account and SFP 258
Other liabilities and capital 58
Reserves 747
TotalTotalTotalTotalTotal 2.0452.0452.0452.0452.045
LIABILITIES
Securities held outright 1.373US Treasury Securities 721Federal Agency Debt Securities 109Mortgage-backed Securities 543
Repurchase Agreements 0Term Auction Credit 234Other Loans 106Net Portfolio Holdings of CP 60Other Reserve Bank Credit 216Other Assets (Gold, SDR, Treasury Currency Outstanding) 56
TotalTotalTotalTotalTotal 2.0452.0452.0452.0452.045
Grafik 35. Pemberian imbalan (Grafik 35. Pemberian imbalan (Grafik 35. Pemberian imbalan (Grafik 35. Pemberian imbalan (Grafik 35. Pemberian imbalan (interestinterestinterestinterestinterest) atas) atas) atas) atas) atasreserve balancereserve balancereserve balancereserve balancereserve balance
Sumber: Natixis, Juli 2009
Interest rateSupply
FF = depositfacility
Quantitative policy Money
Demand
Bab 5 - A r t i k e l
115
quantitative easing policy, peningkatan
money supply dapat dilakukan tanpa
harus mendorong Federal Funds Rate ke
level yang sangat rendah seperti yang
terjadi saat ini.
2) Mengurangi reserve balance yang dapat
digunakan di federal funds market, yang
akan ditempuh melalui:
a) Natural winding down, yaitu
penurunan reserve balance dengan
sendirinya seiring dengan jatuh
temponya sejumlah fasilitas kredit
jangka pendek yang diberikan
Fed untuk menyelamatkan
perekonomian. Sejumlah fasilitas
tersebut tidak akan diperpanjang
seiring dengan mulai membaiknya
kondisi ekonomi. Hal ini berlaku bagi
Term Auction Facility (TAF) dan
bilateral loans yang masing-masing
sempat mencapai USD493 miliar
(Maret-09) dan USD437 miliar
(Oktober-08) dan selanjutnya turun
mencapai USD234 miliar dan
USD106 miliar per 12 Agustus-09
(Tabel 2). Selain itu, terdapat sejumlah
program jangka pendek lainnya yang
akan berakhir segera setelah pasar
kembali normal, seperti program
3-months commercial paper yang
turun menjadi USD60 miliar per 12
Agustus-09 dari puncaknya sebesar
USD350 miliar di Januari-09.
b) Upaya-upaya untuk mempercepat
penurunan reserve balance untuk
mengurangi likuiditas pasar, yaitu:
i) Menyelenggarakan reverse
purchase agreements (repos)
dalam skala besar dengan
peserta pasar termasuk
perbankan, Government-
Sponsored Enterprises (GSEs)
dan institusi lainnya. Hal ini akan
merubah komposisi liabilities
Fed dimana nilai repos akan naik
dan reserve balance akan turun.
Repos merupakan upaya exit
strategy yang dinilai dapat
dilakukan dengan segera tanpa
kendala yang berarti.
ii) Menerapkan kembali
Supplementary Financing
Program (SFP) yaitu penjualan
obligasi oleh Pemerintah AS dan
menempatkan dana hasil
penjualannya di rekening
pemerintah. Hal ini akan
merubah komposisi liabilities
Fed dimana rekening
pemerintah akan naik dan
reserve balance akan turun.
iii) Menawarkan skema deposito
berjangka kepada perbankan
dengan imbalan suku bunga
tertentu. Dana yang tersimpan
di dalam deposito tersebut tidak
dapat digunakan di federal
funds market sehingga likuiditas
pasar dapat dikurangi.
Sebagaimana repos, deposito
berjangka merupakan upaya
exit strategy yang dinilai dapat
segera dilakukan.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
116
iv) Penjualan SSB jangka panjang
yang dimiliki Fed. Saat ini,
securities held outright yang
tercakup dalam neraca bank
sentral tersebut adalah sebesar
USD1,4 triliun (Tabel 2). Aset
tersebut berpotensi untuk terus
meningkat s.d akhir 2009
hingga mencapai USD2,2 triliun
sebagai dampak rencana
pembelian agency securities (s.d
USD200 miliar), mortgage-
backed securities (s.d USD1,25
triliun) dan treasury securities
(USD300 miliar) sesuai
keputusan FOMC di Maret-09.
Secara umum, exit strategy yang
diusulkan Fed sedikit banyak mampu
menjawab kekhawatiran-kekhawatiran yang
muncul terkait dengan kebijakannya yang
sangat ekspansif saat ini serta memberi
gambaran yang cukup jelas mengenai
instrumen-instrumen yang akan digunakan
untuk menyerap likuiditas yang berlebihan di
pasar. Instrumen kebijakan yang dapat
dilakukan dengan segera adalah kombinasi
antara pemberian interest atas reserve
balance serta penyerapan likuiditas pasar
melalui repos dan skema deposito berjangka,
yaitu sbb:
1) Pemberian interest atas reserve balance
memberi keuntungan tersendiri karena
Fed dapat segera keluar dari kebijakan
Zero Interest Rate Policy (ZIRP) tanpa
harus melakukan kontraksi neracanya
terlebih dahulu. Dengan demikian,
transmisi kebijakan moneter melalui suku
bunga dapat kembali berjalan efektif.
Namun kemampuan Fed untuk
mengendalikan tingkat suku bunga
masih akan menemui hambatan
mengingat salah satu pemain di pasar
uang adalah GSEs yang tidak dapat
menerima imbalan atas reserve balance
yang dimilikinya sehingga berpotensi
untuk meminjamkan dananya di bawah
tingkat suku bunga kebijakan Fed
sehingga akan mendorong kebawah
tingkat suku bunga aktual federal-funds.
2) Penyerapan likuiditas melalui repos dan
deposito berjangka. Kedua instrumen ini
memberikan keuntungan karena repos
mampu mereduksi reserve balance
dengan segera sehingga pertumbuhan
base money dapat ditekan sedangkan
deposito berjangka dapat menahan
sebagian likuiditas pasar. Walaupun
demikian, repos hanya akan mengubah
komposisi neraca bank sentral, tetapi
tidak mereduksi pembengkakan neraca
sedangkan deposito hanya dapat
menahan likuiditas untuk sementara.
Dua instrumen yang diusulkan lainnya,
yaitu SFP dan penjualan SSB jangka panjang
diperkirakan menjadi opsi yang paling akhir
dipilih. SFP hanya akan mengubah komposisi
neraca bank sentral tetapi tidak mereduksi
pembengkakan neraca Fed. Selain itu, peran
Pemerintah AS dalam SFP dikhawatirkan akan
mempengaruhi independensi Fed dalam
penentuan kebijakan moneter. Selanjutnya,
penjualan SSB jangka panjang memerlukan
Bab 5 - A r t i k e l
117
kecermatan dan kehati-hatian mengingat
risikonya terhadap stabilitas pasar US Treasury.
Penjualan SSB jangka panjang dinilai belum
akan terjadi dalam waktu dekat karena
dikhawatirkan akan terjadi penurunan harga
yang tajam yang pada gilirannya akan
mendorong kenaikan yield obligasi jangka
panjang.
Exit strategy di negara lain
Pembicaraan mengenai exit strategy
mulai mengemuka di sejumlah negara.
Walaupun demikian, selain AS, belum ada
negara lain yang telah mengemukakan secara
eksplisit rumusan exit strategy-nya. Pemulihan
ekonomi global masih berlangsung dengan
sangat perlahan dan penuh risiko sehingga
menjaga kepercayaan pasar pada saat ini
menjadi prioritas. Di Kawasan Euro, Jerman
mengemukakan pentingnya untuk kembali
melakukan disiplin fiskal, sementara Inggris
menekankan pada upaya pengurangan
pembiayaan publik. BOE mengindikasikan
bahwa mereka akan mulai menjual SSB yang
dimilikinya bersamaan dengan kenaikan suku
bunga kebijakannya. Di sisi lain, ECB juga
menekankan pentingnya koordinasi diantara
seluruh bank sentral di dunia manakala saatnya
tiba untuk menerapkan exit strategy guna
meminimalisir dampak risikonya.
Perumusan exit strategy juga tidak
terlepas dari kondisi masing-masing negara
serta instrumen kebijakan moneter yang telah
tersedia. Sebagai contoh, di Jepang exit
strategy atas kebijakan moneter ekspansif-nya
dinilai tidak terlalu rumit mengingat neraca BOJ
hanya mengalami sedikit ekspansi (Grafik 24),
yaitu dari JPY110 triliun sebelum gejolak
Lehman Brothers hingga menjadi JPY118
triliun per 20 Agustus-09. Hal ini karena BOJ
menerapkan QEP yang lebih konservatif
dengan membatasi pembelian obligasi
pemerintah jangka panjang. Selain itu, BOJ
juga memiliki mekanisme penyerapan dana
melalui bill-selling operations yaitu penjualan
aset jangka pendek yang dimilikinya. Tidak
seperti Fed, BOJ memiliki kewenangan untuk
melakukan penjualan aset jangka pendek
tersebut sesuai dengan keinginannya untuk
mengelola likuiditas pasar.
Kapan sebaiknya exit strategy diterapkan?
Ditengah pemulihan ekonomi global
yang berlangsung perlahan, sangat penting
bagi otoritas moneter untuk menjaga
kepercayaan pasar serta menentukan waktu
yang tepat untuk menerapkan langkah-
langkah exit strategy. Menurut Eggertsson and
Ostry (2005)6, transisi kebijakan moneter
longgar ke kontraksi moneter dapat
menimbulkan sejumlah risiko, yaitu:
a. Gejolak pada suku bunga jangka pendek.
Ditengah kondisi berlimpahnya likuiditas
saat ini, sulit bagi bank sentral untuk
menentukan target monetary base yang
tepat sehingga berdampak pada volatilitas
suku bunga jangka pendek karena
permintaan uang tidak dapat diprediksi.
6 Eggertsson, Gauti and Jonathan D. Ostry (2005). ≈Does ExcessLiquidity Pose a Threat in Japan?∆. IMF Policy Discussion Paper.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
118
b. Rusaknya ekspektasi pasar. Pasar akan
menginterpretasikan pergantian target
suku bunga kebijakan sebagai sinyal
kebijakan moneter ketat kedepan.
Perubahan besar yang akan terjadi pada
monetary base akan mendorong
perubahan ekspektasi yang tak terduga
jika pasar salah menginterpretasikan.
c. Gejolak pada suku bunga jangka
panjang. Suku bunga jangka panjang
bergantung pada future path interest
rate. Pengelolaan ekspektasi yang tidak
efektif akan memicu volatilitas yang
berlebihan dari yield obligasi jangka
panjang. Selain itu, suku bunga jangka
panjang juga bergantung pada
ketersediaan supply dari obligasi
pemerintah jangka panjang dan jangka
pendek. Mengingat obligasi jangka
panjang yang dipegang bank sentral
sangat signifikan, supply obligasi jangka
panjang akan berubah signifikan ketika
bank sentral melakukan kontraksi
monetary base melalui penjualan obligasi
jangka panjang tersebut. Ini akan
mendorong peningkatan yield apabila
tidak diimbangi kebijakan lainnya.
d. Balance sheet losses. Risiko keluar dari
ZIRP adalah peningkatan suku bunga
pasar yang tidak terduga sehingga
berdampak pada kerugian modal yang
cukup signifikan pada bank dan
masyarakat.
Sampai saat ini belum ada pemerintah
atau bank sentral manapun yang secara
eksplisit mengemukakan kapan saat yang
tepat bagi exit strategy, bahkan ada pertemuan
di Jackson Hole, Wyoming, AS (20-22 Agustus-
09), para pejabat bank sentral dunia sepakat
untuk tetap menjaga suku bunga kebijakannya
di level yang rendah untuk beberapa waktu
kedepan. Walaupun demikian, mulai adanya
pembicaraan mengenai exit strategy sedikit
banyak menimbulkan pertanyaan apakah exit
strategy akan diterapkan dalam waktu dekat
ataukah lebih kepada upaya untuk memupus
kekhawatiran serta menjaga kepercayaan
pasar.
Kondisi ekonomi global saat ini memang
sudah menunjukkan tanda-tanda pemulihan
baik di negara maju maupun emerging.
Walaupun demikian, pemulihan ekonomi global
tersebut berlangsung secara perlahan dan
masih diliputi risiko. Oleh sebab itu, dukungan
dari otoritas moneter dan fiskal masih
dibutuhkan untuk beberapa waktu kedepan
sampai dengan pemulihan ekonomi benar-
benar nyata dan sustain. Selain itu, asesmen
terhadap inflasi kedepan menunjukkan bahwa
kekhawatiran terhadap tekanan inflasi tidaklah
sebesar yang diperkirakan mengingat masih
rendahnya kapasitas produksi dunia dan belum
pulihnya sektor ketenagakerjaan. Mencermati
perkembangan tersebut, mulai adanya
perumusan exit strategy dinilai bukan untuk
memberi sinyal kepada pasar bahwa kebijakan
yang ekspansif tersebut akan segera berakhir.
Saat ini penerapan exit strategy belum menjadi
suatu hal yang mendesak untuk dilakukan
dalam jangka pendek.
Munculnya wacana perumusan exit
strategy saat ini dinilai lebih kepada upaya
Bab 5 - A r t i k e l
119
untuk memupus kekhawatiran yang
berkembang sekaligus membangun
kepercayaan pasar bahwa otoritas moneter
mampu menyerap likuiditas yang berlebihan
dengan tetap menjaga momentum pemulihan
ekonomi. Diharapkan ekspektasi positif
tersebut akan membangun kesiapan pasar
sehingga memuluskan jalan bagi penerapan
exit strategy manakala waktunya tiba.
Grafik 36. Fed Funds Implied Probability FOMCGrafik 36. Fed Funds Implied Probability FOMCGrafik 36. Fed Funds Implied Probability FOMCGrafik 36. Fed Funds Implied Probability FOMCGrafik 36. Fed Funds Implied Probability FOMC28 Apr-0928 Apr-0928 Apr-0928 Apr-0928 Apr-09
Walaupun diyakini bahwa exit strategy
masih belum akan diterapkan dalam jangka
waktu dekat, wacana yang muncul sedikit
banyak juga telah membangun ekspektasi pasar
mengenai batasan waktu bagi otoritas moneter
untuk keluar dari kebijakannya yang ekspansif.
BOJ diperkirakan baru akan merencanakan
untuk mengurangi ekspansifitas kebijakan
moneternya di semester kedua tahun fiskal
2010/2011 dan menaikkan suku bunga
kebijakannya tidak lebih cepat dari TW2-2011.
Demikian pula dengan BOE yang diperkirakan
baru akan menaikkan suku bunga kebijakannya
secepat-cepatnya awal 2010 dan mulai
mengurangi SSB yang dimilikinya pada akhir
(%)
0
10
20
30
40
50
60
Current 1 Week Ago
2123,9
9,6 8,39,1 9,2
51,6 49,7
Sumber: Bloomberg
No Change-0.25
Decrease to 0.00Increase to 0.75
Increase to 1.00
2011. Sementara itu, diperkirakan kenaikan
suku bunga oleh Fed akan terjadi secepat-
cepatnya pada TW1-2010 sebagaimana
tercermin dari data pasar future untuk Fed
Funds Rate dengan Fed Funds implied
probability yang cukup besar saat ini (51,6%)
maupun seminggu yang lalu (49,7%) untuk
suku bunga kebijakan Fed dinaikkan menjadi
1% (Grafik 34).
VI. PENUTUP
Ditengah optimisme green shoot
pemulihan ekonomi dunia di TW2-09, Fed
mengeluarkan rumusan exit strategy dengan
tujuan untuk menjaga kepercayaan pasar atas
kredibilitas dan dukungan Fed terhadap upaya
pemulihan ekonomi kedepan. Rumusan
tersebut meliputi dua strategi utama yaitu (i)
menciptakan floor bagi suku bunga pasar, dan
(ii) mengurangi likuiditas pasar dengan
menurunkan reserve balance yang dapat
digunakan di federal funds market. Namun,
dalam jangka pendek, Fed menegaskan bahwa
exit strategy tersebut belum akan diterapkan
mengingat peningkatan inflasi kedepan belum
menjadi ancaman seiring dengan masih
awalnya tahapan pemulihan ekonomi. Selain
itu, green shoot pemulihan ekonomi masih
dibayangi oleh rendahnya daya beli masyarakat
yang tercermin dari tingginya proyeksi
pengangguran kedepan.
Berbeda dengan AS, negara maju
lainnya, Euro dan Jepang, belum secara
eksplisit mengumumkan rumusan exit strategy
walaupun dalam beberapa kesempatan
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
120
mereka secara terbuka terlibat aktif dalam
wacana pentingnya exit strategy. Kawasan
Euro yang mengalami kontraksi ekonomi lebih
dalam dibandingkan AS diperkirakan akan
mulai pulih pada akhir Semester I 2010,
sehingga penerapan exit strategy dinilai masih
dini. Di Jepang, neraca BOJ hanya mengalami
sedikit ekspansi karena penerapan QEP yang
lebih konservatif dengan membatasi
pembelian obligasi pemerintah jangka
panjang. Selain itu, BOJ juga telah memiliki
instrumen untuk mengabsorbsi derasnya uang
beredar.
Di Asia, terutama di China dan India,
solidnya pemulihan pertumbuhan ekonomi
sampai dengan TW2-09 meningkatkan
optimisme pemulihan ekonomi yang lebih
cepat di Asia. Sementara itu, kontraksi ekonomi
Korea semakin melambat tercermin dari
konsumsi yang sudah memasuki teritori positif
dan produksi industri yang membaik. Walaupun
mereka melakukan kebijakan fiskal dan
moneter yang ekspansif, namun pertumbuhan
uang beredar dan ekspansi neraca bank sentral
relatif terkendali. Oleh sebab itu, upaya untuk
merumuskan exit strategy belum mendesak
untuk dilakukan dalam waktu dekat.
Bab 5 - A r t i k e l
121
Mata Uang Internasional: Peran USD dan Potensi InternasionalisasiRenmimbiOleh: Tim Studi ASEAN BKSA-DInt
Artikel 2
I. PENGANTAR
Sejak China menerapkan open door
policy 7 tiga dekade yang lalu, skala ekonomi
dan perdagangan eksternal tumbuh pesat
sehingga menjadi salah satu kekuatan
ekonomi Dunia. Saat ini, kontribusi ekonomi
China menempati urutan ketiga dunia setelah
AS dan Euro. Dalam 15 tahun terakhir, kinerja
ekspor China tumbuh sepuluh kali lipat
mencapai USD1,4 triliun (2008) dan
menduduki peringkat kedua dunia setelah AS.
Selain itu, besarnya perekonomian China telah
menjadikan negara itu sebagai tujuan ekspor
dunia. Impor China juga terus meningkat
seiring kuatnya konsumsi domestik, dengan
pangsa impor terbesar berasal dari Asia.
Surplus neraca berjalan yang kian meningkat
bersamaan dengan tingginya aliran modal
asing mengakibatkan akumulasi cadangan
devisa meningkat pesat mencapai USD2,13
triliun di akhir TW2-09.
Ditengah krisis keuangan global dan
perlambatan ekonomi dunia, ekonomi China
menunjukkan ketahanannya. Pertumbuhan
ekonomi China tetap positif pada tingkat yang
cukup tinggi, dibandingkan dengan AS, Euro
dan Jepang yang mengalami resesi. Namun di
sisi lain, langkah-langkah agresif pemulihan
ekonomi AS melalui pembengkakan kebijakan
fiskal yang dapat mengakibatkan peningkatan
inflasi dan depresiasi USD mengkhawatirkan
China terhadap potensi penurunan nilai
cadangan devisa yang dimilikinya dan
dampaknya terhadap perekonomian domestik.
Untuk menjaga stabilitas perekonomiannya dan
sebagai pendorong perekonomian dunia keluar
dari krisis, China mulai berupaya untuk
mengurangi ketergantungannya terhadap USD,
disamping meningkatkan upaya
internasionalisasi mata uang RMB.
Dalam berbagai kesempatan forum
internasional seperti IMF dan G-20, China
secara aktif menyuarakan proposal berkaitan
dengan penggunaan SDR sebagai cadangan
devisa dunia. Selain itu secara regional dan
bilateral, China aktif mempromosikan
kerjasama swap line Renmimbi (RMB) dengan
mata uang domestik dan cross border
settlement dengan RMB. Perkembangan
tersebut kemudian memunculkan spekulasi
7 Open door policy mengedepankan keterbukaan suatu negaradengan negara lain yang direfleksikan antara lain melaluikerjasama ekonomi dan perdagangan. Pemimpin China, DengXiaoping, menerapkan kebijakan ini pada 1978.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
122
percepatan RMB sebagai mata uang
internasional menggantikan USD. Tulisan
berikut ini akan melihat prakondisi yang harus
dipenuhi untuk menjadi mata uang
internasional, kinerja USD di pasar keuangan/
obligasi internasional dan penggunaan USD
dalam cadangan devisa dunia serta potensi
RMB sebagai mata uang internasional.
II. MATA UANG SEBAGAI INTERNATIONAL
CURRENCY
Mengapa mata uang internasional
(international currency) dibutuhkan?
Kebutuhan atas mata uang internasional tidak
terlepas dari peranan uang sebagai alat tukar
(medium of exchange), satuan hitung (unit
of account) dan penyimpan nilai (store of
value). Menurut Kenen (1983)8 suatu mata
dikatakan sebagai mata uang internasional
apabila dapat memenuhi kriteria sebagaimana
dalam Tabel 1.
umum paling mudah untuk dikenali.
Penggunaan mata uang internasional dalam
perdagangan antar negara yang melibatkan
berbagai mata uang domestik akan menjadi
lebih efisien dibandingkan dengan
penggunaan setiap pasang mata uang
domestik secara bilateral sebagaimana
penggunaan uang dalam perdagangan barang
menjadi perdagangan lebih efisien daripada
barter. Efisiensi tersebut dicapai melalui dua
jalur. Pertama, channeling transaction;
penggunaan mata uang internasional
mengakibatkan kebutuhan pasar pertukaran
valas (foreign exchange market) menjadi lebih
sedikit, sehingga biaya pembentukan pasar
bagi para pelaku pasar menjadi berkurang.
Kedua, dengan pasar yang lebih sedikit,
volume transaksi di setiap pasar menjadi lebih
besar, yang secara umum akan mengurangi
biaya transaksi.
Ilustrasi yang baik mengenai mengapa
mata uang internasional dibutuhkan diberikan
oleh McKinnnon (1998) dalam Ghee lim
(2006)9. Andaikan terdapat N mata uang
domestik di dalam pasar antar bank (interbank
market). Dalam perdagangan bilateral dengan
masing-masing pasangan mata uang, maka
pasar pertukaran valas bilateral yang terbentuk
sebanyak [N*(N-1)]/2. Akan tetapi, jika pasar
menetapkan satu mata uang diantara N mata
uang tersebut sebagai mata uang
internasional, maka jumlah pasar yang
terbentuk menjadi berkurang, N-1. Sebagai
Tabel 1. Peranan Mata Uang InternasionalTabel 1. Peranan Mata Uang InternasionalTabel 1. Peranan Mata Uang InternasionalTabel 1. Peranan Mata Uang InternasionalTabel 1. Peranan Mata Uang Internasional
Medium ofMedium ofMedium ofMedium ofMedium of Vehicle currency for Vehicle currency forexchangeexchangeexchangeexchangeexchange Invoicing trade and forign exchange
financial transaction Intervention
Unit of accountUnit of accountUnit of accountUnit of accountUnit of account Denominating trade Anchorand financial trasaction
Store of valueStore of valueStore of valueStore of valueStore of value Portfolio allocation Official reserve
Roles Private sector Public sector
Disarikan dari Kenen, 1983. The role of the dollar as an international currency
Dari ketiga peranan uang tersebut,
peranan sebagai alat tukar dalam perdagangan
internasional merupakan peranan yang secara
9 Ghee Lim, Ewe, 2006, The Euro»s Challenge to the Dollar:Different Views from Economists and Evidence from COFER andOther Data, IMF Working Paper WP/06/153.
8 Kenen, Peter B, 1983, The role of the Dollar as an InternationalCurrency, Occasional Papers 13, Group of Trity, New York.
Bab 5 - A r t i k e l
123
Negara dengan perekonomian tersebut secara
alami akan mewujudkan pasar transaksi valas
yang melibatkan mata uang domestiknya
dalam volume yang sangat besar.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya
pasar pertukaran valas dengan ukuran yang
besar akan mengurangi biaya transaksi yang
mencerminkan technical (supply) economies of
scale dalam manajemen keuangan.
Pembuatan trading and clearing system
termasuk kebutuhan software dan hardware
membutuhkan biaya yang sangat besar.
Namun sekali sistem tersebut terbentuk, maka
investasi tersebut dapat menangani transaksi
dalam volume besar atau kecil secara
indifferent. Biaya marjinalnya sangat minimal
dan biaya rata-ratanya akan berkurang sejalan
dengan semakin besarnya volume transaksi
sehingga biaya transaksi akan semakin kecil.
Mengingat secara umum perekonomian
negara-negara di dunia adalah sangat kecil
untuk memiliki pasar pertukaran valas yang
efisien dan kompetitif, maka peranan sebagai
mata uang internasional cenderung dimiliki
oleh negara dengan perekonomian yang besar
dan dominan.
Sistem keuangan yang berkembang
dengan baik
Mata uang internasional secara umum
diasosiasikan dengan sistem keuangan yang
terbuka, likuid dan berkembang dengan baik
(well-developed). Pada saat sterling sebagai
mata uang internasional yang dominan pada
abad 19 dan awal abad 20, London
contoh, dunia dengan 150 negara, adanya
satu mata uang internasional akan
mengurangi pasar pertukaran valas dari
11.175 pasar menjadi 149 pasar, suatu
penghematan biaya pembentukan pasar antar
bank. Hal tersebut berarti juga biaya transaksi
yang lebih rendah karena volume setiap pasar
akan menjadi lebih tinggi.
Pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana suatu mata uang dari N mata uang
domestik/nasional terpilih sebagai mata uang
internasional? Dalam tataran internasional
tidak ada suatu pemerintahan yang dapat
mengatur atas penggunaan mata uang
internasional sebagaimana yang terjadi dalam
penerapan mata uang nasional. Sebaliknya,
pedagang swasta dan pelaku pasar dengan
cara tertentu mencapai suatu kesepakatan atas
suatu mata uang yang digunakan sebagai
mata uang internasional. Ghee lim (2006)
dengan sangat baik telah mensarikan dari
berbagai literatur lima prakondisilima prakondisilima prakondisilima prakondisilima prakondisi suatu mata
uang memiliki status sebagai mata uangmata uangmata uangmata uangmata uang
internasionalinternasionalinternasionalinternasionalinternasional. Kelima prakondisi tersebut
adalah sebagai berikut: (1) ukuran ekonomi(1) ukuran ekonomi(1) ukuran ekonomi(1) ukuran ekonomi(1) ukuran ekonomi
yang besar, (2) sistem keuangan yangyang besar, (2) sistem keuangan yangyang besar, (2) sistem keuangan yangyang besar, (2) sistem keuangan yangyang besar, (2) sistem keuangan yang
berkembang dengan baik, (3) keyakinan atasberkembang dengan baik, (3) keyakinan atasberkembang dengan baik, (3) keyakinan atasberkembang dengan baik, (3) keyakinan atasberkembang dengan baik, (3) keyakinan atas
nilai mata uang, (4) stabilitas politik dan (5)nilai mata uang, (4) stabilitas politik dan (5)nilai mata uang, (4) stabilitas politik dan (5)nilai mata uang, (4) stabilitas politik dan (5)nilai mata uang, (4) stabilitas politik dan (5)
eksternalitas jejaring eksternalitas jejaring eksternalitas jejaring eksternalitas jejaring eksternalitas jejaring (networking externalities).(networking externalities).(networking externalities).(networking externalities).(networking externalities).
Ukuran ekonomi yang besar
Status mata uang internasional secara
umum dikaitkan dengan perekonomian yang
besar dan kompetitif serta memiliki hubungan
perdagangan dan keuangan yang sangat luas.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
124
merupakan pasar keuangan global yang
canggih dan utama. Sementara saat ini, USD
merupakan mata uang internasional yang
didukung oleh pasar keuangan New York yang
dalam, likuid dan terdiversifikasi. Pada
prinsipnya sistem keuangan yang berkembang
dengan baik menjadi faktor pendorong mata
uang nasional menjadi mata uang
internasional melalui tiga cara.
Pertama, pasar keuangan dapat
menyediakan pasar sekunder yang dalam dan
likuid untuk surat-surat berharga bagi para
pelaku pasar internasional. Pada umumnya
para pelaku pasar tidak menyimpan mata uang
internasional dalam bentuk tunai (currency
balances), tetapi mereka menyimpan untuk
sementara waktu dalam bentuk aset yang
likuid dan mempunyai nilai suku bunga,
biasanya dalam bentuk a short-term risk-free
instrument. Pasar sekunder yang likuid
memungkinkan pelaku pasar untuk secara
cepat menumpuk atau mencairkan kembali
instrumen tersebut dalam jumlah besar tanpa
ketakutan merugi (capital loss). Kedua, sistem
keuangan yang berkembang dengan baik
dapat menyediakan beragam jasa keuangan
yang efisien bagi para pelaku pasar
internasional yang akan meminjam atau
menginvestasikan dalam bentuk mata uang
domestik atau meng-hedge mata uang asing
yang mereka miliki.
Terakhir, sistem keuangan yang
berkembang dengan baik dapat menarik
pengusaha dari luar negeri yang memiliki pasar
keuangan yang belum berkembang
(underdeveloped) atau masih banyak memiliki
hambatan dalam efisiensi. Kemungkinan
tersebut membuat upaya meminjam atau
menginvestasikan dalam mata uang
internasional yang keuntungannya ditukar
dalam bentuk mata uang domestik menjadi
lebih murah bagi investor asing daripada
melakukan transaksi keuangan secara
langsung di pasar domestik.
Keyakinan atas stabilitas nilai mata uang
Mata uang internasional memiliki fungsi
sebagai penyimpan nilai, antara lain dalam
bentuk instrumen pasar keuangan, working
balances, obligasi internasional dan cadangan
devisa. Oleh karena itu, mata uang
internasional harus dapat dinilai sound dalam
arti nilainya stabil terhadap barang dan jasa
serta tidak rentan terhadap inflasi.
Ketidakstabilan dalam nilai akan meningkatkan
risiko memiliki (holding risk) dan inflasi dapat
menjatuhkan kekuatan daya beli (purchasing
power). Kedua risiko tersebut akan
menghambat keinginan investor untuk
memiliki aset dalam mata uang tersebut.
Keyakinan atas stabilitas nilai mata uang
internasional juga menjadi faktor tidak
langsung yang penting berkaitan dengan
fungsinya sebagai alat tukar.
Stabilitas politik
Faktor ini merupakan aspek penting
yang merefleksikan mata uang internasional
dalam prespektif sejarah. Perjalanan sejarah
menunjukkan bahwa kejatuhan suatu negara
Bab 5 - A r t i k e l
125
adidaya diikuti pula dengan jatuhnya status
mata uang internasional. Menurut Mundell
(1998) dan Ghee Lim (2006), hal tersebut
terjadi karena kestabilan politik merupakan
kondisi yang diperlukan untuk mencapai
kestabilan moneter. Sejalan dengan hal
tersebut, sejarah juga menunjukkan bahwa
integrasi moneter yang diikat dengan kesatuan
politik (political union), seperti di Amerika
Serikat, lebih stabil daripada integrasi moneter
yang tidak diikat dengan kesatuan politik
sebagaimana kegagalan yang dialami oleh
Scandinavian Monetary Union. Hal tersebut
terjadi karena shock yang dialami akan
memiliki dampak yang berbeda diantara
negara anggota union, sehinga kondisi
tersebut dapat memberikan tekanan yang
dapat memperlemah keinginan politik (political
will) untuk mempertahankan union.
Eksternalitas jejaring (networking
externalities)
Faktor utama prakondisi mata uang
internasional yang terakhir adalah
eksternalitas jejaring (networking externalities).
Mata uang internasional sebagai vehicle
currency atau alat tukar, akan semakin berguna
dengan semakin banyak orang yang
menggunakannya sebagaimana yang terjadi
pada penggunaan telepon. Semakin luasnya
jejaring pengguna USD akan menjadikan USD
semakin menarik bagi penggunanya. Dari sisi
permintaan, semakin likuid mata uang sebagai
akibat dari jejaring yang semakin luas berarti
semakin berpotensi dalam perdagangan
sehingga meningkatkan kemungkinan untuk
dilakukan penjualan secara cepat. Oleh karena
itu, dengan meningkatnya likuiditas akan
mendorong lebih banyak orang untuk
bergabung dalam jejaring tersebut.
Dari sisi penawaran, dengan semakin
meluasnya jejaring dan ukuran pasar, rata-rata
biaya transaksi akan semakin menurun. Selain
itu, pasar yang luas cenderung akan
mengurangi waktu terjadinya transaksi antara
pembelian dan penjualan mata uang, sehingga
bank sebagai penggerak pasar (market-making
banks) dapat menyimpan inventori dalam
volume kecil sehingga dapat mengurangi biaya
transaksi.
Dengan kombinasi dampak sisi
permintaan dan penawaran, suatu mata uang
yang diuntungkan akan semakin kompetitif
daripada mata uang saingannya. Mata uang
yang kuat akan semakin kuat, sedangkan mata
uang saingannya akan semakin lemah. Selain
itu, pada saat dominasi pasar sudah diraih oleh
suatu mata uang, maka akan sulit untuk
meruntuhkan mata uang tersebut karena biaya
pengalihan yang sangat tinggi. Sebagai contoh
seorang pedagang internasional tidak memiliki
inisiatif yang kuat untuk meninggalkan suatu
jejaring penggunaan suatu mata uang kecuali
hal yang sama dilakukan oleh para
pedagangan lainnya pada saat yang sama.
Penjelasan di atas menunjukan adanya
bias inersia yang kuat untuk mempertahankan
suatu mata uang yang sudah memiliki status
mata uang internasional, walaupun terdapat
mata uang lainnya yang dapat melakukan
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
126
peran yang sama dengan sama baiknya.
Selain terjadi dalam pasar pertukaran mata
uang valas sebagai vehicle currency,
eksternalitas jejaring juga berlaku dalam
perdagangan surat-surat berharga sebagai
penyimpan nilai sementara.
III. PENGGUNAAN MATA UANG
INTERNASIONAL
Penggunaan mata uang internasional
pada dasarnya dimulai sebagai alat
pembayaran dalam perdagangan
internasional. Selanjutnya, penggunaan mata
uang tersebut berkembang menjadi sebagai
satuan hitung dan satuan penyimpan
kekayaan. Namun, untuk dapat berperan
sebagai mata uang internasional, ketiga
fungsi tersebut harus berjalan secara
bersama-sama dan saling menguatkan status
mata uang tersebut sebagai mata uang
internasional.
Oleh sebab itu, salah satu asesmen yang
dilakukan untuk melihat peran suatu mata
uang sebagai leading international currency
adalah dengan melihat besarnya pangsa
penggunaannya dalam perdagangan valas
internasional, perdagangan surat-surat
berharga internasional serta sebagai cadangan
devisa.
Perkembangan di pasar valas internasional
Perkembangan penggunaan mata uang
di pasar valas internasional dapat
menggambarkan peranan mata uang tersebut
sebagai alat tukar dalam transaksi ekspor-
impor (a vehicle). Perkembangan tersebut juga
menunjukan secara tidak langsung peranan
mata uang tersebut sebagai satuan hitung
(unit of account) yang tercantum dalam invoice
atau tagihan pembayaran ekspor-impor.
Kewajiban importir untuk membayar dengan
mata uang yang disepakati dalam invoice
kepada eksportir dilakukan melalui pembelian
valuta asing di pasar valas.
Berdasarkan laporan Triennial Central
Bank Survey yang dikeluarkan oleh Bank for
International Settlements (BIS) pada 2004 dan
2007 menunjukkan masih dominannya USD
sebagai mata uang yang ditransaksikan secara
internasional, diikuti oleh Euro dan Yen. Pada
laporan BIS terakhir di 2007, pangsa USD
dalam perputaran transaksi valas harian
tercatat sebesar 86,3%. Euro yang
diperkenalkan sejak 1999, belum dapat
mendekati dominasi pangsa USD, dengan
pangsa yang relatif stabil di 37%. Sementara
itu, Yen mengalami penurunan sejak 2001 dan
Tabel 2. Pangsa rata-rata turnover harian pasarTabel 2. Pangsa rata-rata turnover harian pasarTabel 2. Pangsa rata-rata turnover harian pasarTabel 2. Pangsa rata-rata turnover harian pasarTabel 2. Pangsa rata-rata turnover harian pasarvalas per April (%)valas per April (%)valas per April (%)valas per April (%)valas per April (%)
US dollar 90 82 83,3 87,3 90,3 88,7 86,3Euro - - - - 37,6 36,9 37Deutsche mark 27 39,6 36,1 30,1 - - -French franc 2 3,8 7,9 5,1 - - -ECU & mata uangEMS lainnya 4 11,8 15,7 17,3 - - -Japanese yen 27 23,4 24,1 20,2 22,7 20,2 16,5Pound sterling 15 13,6 9,4 11 13,2 16,9 15Swiss franc 10 8,4 7,3 7,1 6,1 6 6,8China Renminbi - - - - - 0,1 0,5Lainnya 25 17,4 16,2 21,9 30,1 31,2 37,9
Total*)Total*)Total*)Total*)Total*) 200200200200200 200200200200200 200200200200200 200200200200200 200200200200200 200200200200200 200200200200200
Mata Uang 1989 1992 1995 1998 2001 2004 2007
Sumber: BIS Triennial Survey 2007, 2004
Bab 5 - A r t i k e l
127
tercatat memiliki pangsa sebesar 16,5% di
2007. Dominasi dolar AS tersebut
menunjukkan bahwa mata uang tersebut tidak
hanya digunakan dalam transaksi antara
penduduk AS dan non-penduduk tetapi juga
sebagai vehicle currency atas transaksi
perdagangan internasional antar negara-
negara di luar AS yang mata uangnya kurang
atau tidak aktif diperdagangkan.
Perkembangan di pasar modal internasional
Mata uang yang dipergunakan dalam
alokasi portfolio di pasar modal internasional
menunjukan peranan mata uang tersebut
sebagai penyimpan nilai (store of value). Di
pasar modal internasional, Euro dan USD
adalah dua mata uang utama yang
mendominasi instrumen perdagangan pasar
modal. Sampai Maret-03, surat berharga
berdenominasi USD masih mendominasi
dengan pangsa mencapai 44% diikuti oleh
Euro dengan pangsa 43% (Grafik 1). Namun
selanjutnya dominasi USD dapat dilampaui
Euro dalam beberapa periode dan pada
Maret-09 komposisi surat berharga
berdominasi USD dan Euro sama-sama
memiliki pangsa 43%. Peningkatan transaksi
surat berharga berdenominasi Euro terutama
terjadi dalam perdagangan intra negara di
kawasan Euro dalam rangka menghilangkan
risiko nilai tukar.
Dengan perkembangan tersebut, dapat
dilihat bahwa sampai saat ini USD masih
memainkan peranan penting sebagai
investment currency. Peran USD tersebut
didukung oleh (i) pasar keuangan AS yang
dikenal sebagai pasar keuangan yang terdalam
dan terlikuid dan kemampuan menyediakan
instrumen-instrumen keuangan yang sangat
beragam dan inovatif, serta (ii) fundamental
ekonomi AS yang ≈relatif lebih kuat∆
dibanding negara lainnya di dunia. Namun,
permasalahan ≈twin deficit∆ (fiscal deficit and
currenct account deficit) dan kecenderungan
depresiasi USD yang berlanjut mulai
menimbulkan kekhawatiran akan
sustainabilitas perekonomian AS.
Grafik 1. Announced Issues international bondsGrafik 1. Announced Issues international bondsGrafik 1. Announced Issues international bondsGrafik 1. Announced Issues international bondsGrafik 1. Announced Issues international bondsand notes marketand notes marketand notes marketand notes marketand notes market
Bn USDBn USD
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
Sumber : BIS
Total announced issues-rhs
Euro-lhs
Poundsterling-lhs
US dollar-lhs
Yen-lhs
Other currencies-lhs
Komposisi mata uang yang digunakan
sebagai cadangan devisa
Hal penting lainnya bagi sebuah mata
uang yang merupakan leading international
currency adalah penggunaannya sebagai
official store of value dalam bentuk cadangan
devisa. Menurut Kenen (1983), mata uang
yang digunakan sebagai cadangan devisa
berkaitan dengan penggunaan mata uang
tersebut dalam intervensi di pasar valas
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
128
domestik dalam menjaga stabilitas nilai tukar
mata uang negara yang bersangkutan
(medium of exchange). Selain itu, komposisi
cadangan devisa ditentukan pula portfolio
(unit of account) negara tersebut yang
menggambarkan komposisi mata uang dalam
perdagangannya dengan negara mitra dagang
utama, pinjaman pemerintah dan transaksi
dalam pasar modal, remittances serta potensi
risiko dan pendapatan.
Berdasarkan data yang dikeluarkan IMF,
sampai dengan 2008 USD merupakan mata
uang yang mendominasi komposisi cadangan
devisa dunia dengan pangsa 65% (Grafik 2).
Mata uang lainnya setelah USD yang memiliki
porsi cukup besar dalam komposisi cadangan
devisa adalah Euro dengan pangsa mencapai
27% di 2008. Yen sebagai mata uang ketiga
yang paling banyak digunakan justru
menunjukkan tren pangsa yang menurun
hingga 3% di 2008.
IV. RENMIMBI (RMB) SEBAGAI MATA
UANG INTERNASIONAL?
Perkembangan Ekonomi China
Sejak China menerapkan open door
policy tiga dekade yang lalu, baik skala
ekonomi maupun perdagangan eksternal
negara tersebut tumbuh dengan pesatnya
sehingga pada saat ini menjadi salah satu
kekuatan ekonomi yang sangat
diperhitungkan di Dunia. Ekonomi China
tumbuh mengesankan selama dua dekade
terakhir dengan rata-rata pertumbuhan 10%
Grafik 2. Official international ReserveGrafik 2. Official international ReserveGrafik 2. Official international ReserveGrafik 2. Official international ReserveGrafik 2. Official international Reserveberdasarkan jenis mata uangberdasarkan jenis mata uangberdasarkan jenis mata uangberdasarkan jenis mata uangberdasarkan jenis mata uang
Sumber: IMF
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
US Dollar Poundsterling Deutsche markFrench francs Japanese yen Swiss francsNetherlands guilder ECUs EurosOther currencies
Grafik 3. Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 3. Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 3. Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 3. Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 3. Pertumbuhan Komponen PDB
Grafik 4. Kontribusi PDB Berdasarkan PengeluaranGrafik 4. Kontribusi PDB Berdasarkan PengeluaranGrafik 4. Kontribusi PDB Berdasarkan PengeluaranGrafik 4. Kontribusi PDB Berdasarkan PengeluaranGrafik 4. Kontribusi PDB Berdasarkan Pengeluaran
Sumber: Bloomberg
% yoy % yoy
25
20
15
10
5
0
160
140
120
100
80
60
40
20
0
-20
-40
19951996 1997 19981999 2000 20012002 2003 2004 20052006 2007 2008 2009
GDPConsumptionGross Capital FormationNet Export (RHS)
Sumber: Bloomberg
% yoy
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
2005 2006 2007 2008
Net Export
Consumption
Gross Capital Formation (GCF)
GDP
Bab 5 - A r t i k e l
129
yoy yang dimotori oleh permintaan domestik
(Grafik 3 dan 4). Angka ini sangat fantastis
terutama bila dibandingkan dengan rata-rata
pertumbuhan PDB AS, Kawasan Euro dan
Jepang yang berada pada kisaran 2-3% yoy.
Bila dilihat dari ukuran (size) ekonomi, China
berada di bawah ketiganya dengan PDB
sebesar USD1,6 triliun di 2008 (Tabel 3).
Ekonomi China yang solid juga
dibuktikan dari pertumbuhan PDB yang
impresif di tengah krisis keuangan global (PDB
tumbuh 9% yoy di 2008 dan 7,1% yoy di
Semester I-09) sementara AS, Kawasan Euro
dan Jepang justru mengalami resesi.
Berdasarkan pangsa PDB PPP 2008, China
menjadi salah satu engine of growth dunia
dengan kontribusi sebesar 11,4% dan
menempati urutan ketiga setelah AS (20,7%)
dan Kawasan Euro (15,7%) dan bahkan jauh
meninggalkan Jepang (6,4%). Ekonomi China
diperkirakan tumbuh lebih cepat dibandingkan
dengan negara maju lainnya dan kontribusi
terhadap PDB Dunia pada tahun-tahun
mendatang diprediksi terus meningkat. PDB
China diprediksi tumbuh 7,5% yoy di 2009
dan 8,5% yoy di 2010 (WEO Update Juli-
2009).
Kinerja ekspor dan impor China terus
meningkat signifikan. Dalam 15 tahun terakhir
ekspor China tumbuh sepuluh kali lipat dan
mencapai USD1,4 triliun di 2008 melampaui
jumlah ekspor Jepang dan Kawasan Euro, dan
menempati peringkat dua dunia setelah AS.
Pasar ekspor utama China adalah AS, Hong
Kong dan Jepang dengan pangsa hampir 40%
dari total ekspor (Tabel 4). Berdasarkan
kawasan, ekspor ke Asia masih yang tertinggi
dan pangsanya terus meningkat dari tahun ke
tahun. Walaupun kini terpukul sebagai
dampak penurunan permintaan global, ekspor
tetap menopang ekonomi.
Sementara itu, besarnya perekonomian
China telah menjadikan negara itu sebagai
salah satu tujuan ekspor dunia. Impor China
terus meningkat seiring kuatnya konsumsi
domestik dengan pangsa asal impor terutama
dari Asia. Jepang merupakan negara asal impor
Tabel 3. Perbandingan Skala Ekonomi AS, China, Jepang dan Kawasan EuroTabel 3. Perbandingan Skala Ekonomi AS, China, Jepang dan Kawasan EuroTabel 3. Perbandingan Skala Ekonomi AS, China, Jepang dan Kawasan EuroTabel 3. Perbandingan Skala Ekonomi AS, China, Jepang dan Kawasan EuroTabel 3. Perbandingan Skala Ekonomi AS, China, Jepang dan Kawasan Euro
GDP (Miliar USD) 11523.9 11652.0 - - 10585.7 11426.8 - - 4760.7 5394.2 - - 1366.2 1631.3 - -GDP (% yoy) 2.03 1.11 -2.75 -0.05 2.67 0.86 -4.23 -0.44 2.39 -0.64 -6.20 0.52 13.01 9.05 6.52 7.51GDP PPP (% Global GDP) 21.15 20.69 20.11 19.68 16.13 15.73 15.26 14.85 6.58 6.37 6.23 6.07 10.78 11.40 12.10 12.78Unemployment Rate 4.63 5.81 8.87 10.11 7.49 7.56 10.13 11.49 3.85 3.99 4.60 5.59 4.00 4.20 4.3* -Export (Miliar USD) 1643.2 1826.6 - - 2057.7 2292.8 - - 712.49 784.22 - - 1218.2 1428.9 - -Import (Miliar USD) 2344.6 2522.5 - - 2041.1 2352.1 - - 2344.6 2522.5 - - 955.95 1132.4 - -Net Export (Miliar USD) -701.42 -695.94 - - 16.64 -59.25 - - 91.64 20.13 - - 262.69 298.25 - -Current Account Balance(% GDP) -5.30 -4.72 -2.81 -2.82 0.17 -0.70 -1.15 -1.16 4.81 3.19 1.53 1.19 10.99 10.00 10.28 9.31
Indikator
Sumber: WEO July 2009-Update, CEIC, Bloomberg, World Bank, Angka 2009 dan 2010 merupakan angka proyeksi
Ket: * Posisi TW1-09
AS Kawasan Euro Jepang China
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
130
Dengan surplus neraca berjalan yang
kian meningkat dan tingginya aliran modal
asing masuk, rata-rata pertumbuhan cadangan
devisa China dalam satu dekade terakhir
mencapai 30% per tahun. Dengan
pertumbuhan tersebut, akumulasi cadangan
devisa meningkat pesat dari USD165,6 miliar
di 2000 menjadi USD818,9 miliar di 2005, dan
melonjak hampir tiga kali lipat mencapai
USD2,13 triliun di TW2-09 (Grafik 5). Selama
2000-2008, surplus neraca berjalan
berkontribusi sebesar 78% dari akumulasi
cadangan devisa seiring surplus neraca
perdagangan. Cadangan devisa China ke
depan diprediksi akan terus melonjak sebagai
dampak tingginya prospek pertumbuhan
ekonomi dan meningkatnya harga aset.
Tantangan pengelolaan cadangan devisa
China
Ditengah krisis keuangan global dan
perlambatan ekonomi dunia, ekonomi China
menunjukkan ketahanannya. Disisi lain, China
mengkhawatirkan potensi penurunan nilai
cadangan devisanya berkaitan dengan potensi
depresiasi USD dan peningkatan inflasi sebagai
akibat dari langkah-langkah agresif pemulihan
ekonomi AS. Untuk menjaga kestabilan nilai
cadangan devisa dan stabilitas perekonomian,
kebijakan pengelolaan cadangan devisa
dengan mengurangi ketergantungan terhadap
USD menjadi sangat krusial bagi China.
Ditengah krisis keuangan global dan
resesi ekonomi dunia, China tidak memiliki
banyak alternatif dalam penempatan
Tabel 5. Negara/Kawasan Asal Impor China (%)Tabel 5. Negara/Kawasan Asal Impor China (%)Tabel 5. Negara/Kawasan Asal Impor China (%)Tabel 5. Negara/Kawasan Asal Impor China (%)Tabel 5. Negara/Kawasan Asal Impor China (%)
1 Jepang 14,63 14,01 13,32
2 Korea 11,35 10,88 9,91
3 Taiwan 11,01 10,56 9,12
4 Amerika Serikat 7,48 7,31 7,20
5 Jerman 4,79 4,75 4,94
6 Australia 2,43 2,69 3,20
7 Malaysia 2,98 3,01 2,84
8 Saudi Arabia 1,91 1,84 2,74
9 Thailand 2,27 2,37 2,26
10 Rusia 2,22 2,05 2,10
Asia 66,44 64,86 62,08
EU 11,42 11,62 11,73
ASEAN 11,31 11,34 10,33
Rangking
Sumber: CEIC
Negara Asal Impor 2006 2007 2008
terbesar (Tabel 5). Dengan perkembangan
tersebut, net ekspor China terus mencatat
surplus dan tercatat USD298,25 miliar di 2008
melampaui surplus neraca perdagangan
Jepang (USD20,3 miliar), sementara Kawasan
Euro dan AS tercatat defisit masing-masing
minus USD59,25 miliar dan minus USD695,9
miliar pada periode yang sama.
Tabel 4. Negara/Kawasan Tujuan EksporTabel 4. Negara/Kawasan Tujuan EksporTabel 4. Negara/Kawasan Tujuan EksporTabel 4. Negara/Kawasan Tujuan EksporTabel 4. Negara/Kawasan Tujuan EksporChina (%)China (%)China (%)China (%)China (%)
1 Amerika Serikat 21,00 19,10 17,64
2 Hong Kong 16,04 15,12 13,33
3 Jepang 9,47 8,38 8,12
4 Korea 4,60 4,61 5,17
5 Jerman 4,16 4,00 4,14
6 Belanda 3,18 3,40 3,21
7 Inggris 2,49 2,60 2,52
8 Rusia 1,63 2,34 2,31
9 Singapura 2,39 2,44 2,26
10 India 1,51 1,97 2,20
Asia 47,07 46,61 46,37
EU 18,78 20,12 20,48
ASEAN 7,36 7,73 7,98
Rangking
Sumber: CEIC
Negara Tujuan Ekspor 2006 2007 2008
Bab 5 - A r t i k e l
131
cadangan devisanya. Disisi lain, China dituntut
untuk dapat menjaga nilai cadangan devisanya
dan sedapat mungkin tetap menguntungkan,
khususnya bagi penempatan di Sovereign
Wealth Fund. Ditengah keterbatasan outlet
penempatan cadangan devisa, US Treasury
Securities masih menjadi pilihan utama.
Berdasarkan data dari US Treasury
Departement, China menempatkan cadangan
devisa dalam aset USD ke dalam dua bentuk,
yaitu:
1.1.1.1.1. treasury bonds and billtreasury bonds and billtreasury bonds and billtreasury bonds and billtreasury bonds and bill, penempatan
China pada aset ini terus meningkat dari
USD71 miliar pada Maret-00 menjadi
USD801,5 miliar di Mei-09 (Tabel 6) di
mana 66% net pembelian akumulasi
cadangan devisa China dalam bentuk
short-term bills.
2.2.2.2.2. government agency bondsgovernment agency bondsgovernment agency bondsgovernment agency bondsgovernment agency bonds, penempatan
China pada aset ini terus meningkat dari
USD19 miliar pada Maret-00 menjadi
USD425 miliar di Maret-09 terutama
untuk Fannie Mae dan Freddie Mac
(Tabel 7).
Menurut Prasad dan Sorkin (2009)10
terus terakumulasinya cadangan devisa China
ditengah resesi global yang masih berlanjut
berdampak pada meningkatnya biaya
pengelolaan yang harus ditanggung yang
terdiri dari:
1. Direct cost: China melakukan sterilisasi
akumulasi cadangan devisa dengan
menerbitkan central bank bills yang
memiliki suku bunga yang lebih rendah
bila dibandingkan US Treasury Bonds
ataupun sovereign bond lainnya. Namun
penurunan yield US Treasury semakin
dalam berpotensi untuk meningkatkan
biaya sterilisasi tersebut (Grafik 6).
2. Indirect cost: Kebijakan akumulasi
cadangan devisa mengorbankan
independensi kebijakan moneter melalui
kebijakan suku bunga. Pada saat China
dituntut untuk melakukan kebijakan
moneter baik secara eksplisit maupun
implisit melalui perbankan, maka hal
tersebut mengakibatkan reformasi di
sistem keuangan khusus perbankan
menjadi semakin sulit.
3. Cost to households: Walaupun
serangkaian kebijakan moneter dan
keuangan saat ini terlihat sustain,
kebijakan tersebut menimbulkan biaya
kesejahteraan yang besar. Serangkaian
kebijakan nilai tukar yang tetap tersebut
berdampak pada tertekannya sistem
keuangan termasuk suku bunga deposito
yang rendah. Hal ini selanjutnya
10 Prasad, Eswar dan Isaac Sorkin, 2009. Sky»s the Limit? Nationaldan Global Implication of China»s Reserve Accumulation.Brookings, Massachussetts. Grafik 5. Cadangan Devisa ChinaGrafik 5. Cadangan Devisa ChinaGrafik 5. Cadangan Devisa ChinaGrafik 5. Cadangan Devisa ChinaGrafik 5. Cadangan Devisa China
(Bn USD)(% yoy)
Sumber: Bloomberg
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5Cadangan Devisa, lhsPertumbuhan Cadangan devisa,rhs
2005 2006 2007 2008 2009Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
132
Tabel 6. Major Foreign Holders of Treasury SecuritiesTabel 6. Major Foreign Holders of Treasury SecuritiesTabel 6. Major Foreign Holders of Treasury SecuritiesTabel 6. Major Foreign Holders of Treasury SecuritiesTabel 6. Major Foreign Holders of Treasury Securities
1 China 801,5 24,34% 727,4 5502 Japan 677,2 20,56% 626 637,63 Caribean Banking Centers 194,8 5,92% 197,5 117,64 Oil Exporters 192,9 5,86% 186,2 162,95 United Kingdom 163,8 4,97% 130,9 66,16 Brazil 127,1 3,86% 127 154,87 Russia 124,5 3,78% 116,4 1048 Luxembourg 96,3 2,92% 97,4 89,79 Hongkong 93,2 2,83% 77,2 65,2
10 Taiwan 75,7 2,30% 71,8 67,9All other 746,1 22,66% 719,1 608,2
Grand TotalGrand TotalGrand TotalGrand TotalGrand Total 3.293,13.293,13.293,13.293,13.293,1 3.076,93.076,93.076,93.076,93.076,9 2.624,02.624,02.624,02.624,02.624,0
Sumber: US Treasury, 2009.
May-09 Dec-08 Jul-08
USD Bn Share % USD Bn USD Bn
Tabel 7. China»s Holdings of US Government DebtTabel 7. China»s Holdings of US Government DebtTabel 7. China»s Holdings of US Government DebtTabel 7. China»s Holdings of US Government DebtTabel 7. China»s Holdings of US Government Debt
Total Outstanding Held by the Public 3.519 3.334 4.943 6.077 6.754 7.143Total Held by Foreigners 884 261 2.194 1.413 2.697 1.432China»s Holdings 71 2 477 387 768 425
China»s Share of Foreign Holdings 8,0% 7,5% 21,8% 27,4% 28,5% 29,7%China»s Share of Total Outstanding 2,0% 0,6% 9,7% 6,4% 11,4% 5,9%Foreign Share of Total Outstanding 25,1% 7,8% 44,4% 23,3% 39,9% 20,0%
March 30, 2000 June 30, 2007 March 30, 2009
Treasuries Agencies Treasuries Agencies Treasuries Agencies
Miliar USD
Note (1): For the purposes of this table, Treasury is defined as ≈debt held by public∆ Including ≈Intragovernmental holdings∆ Total Treasury Debt on March 30, 2000 was $5.6
trillion and on March 30, 2009 it was $11.0 trillion.
Note (2): The TIC System contains data on holding by Chinese, and not by the Chinese government. Some of the Treasury and Agency holdings reported in this table may not
be held by the State Administration of Foreign Exchange.
Sources: TIC System, Federal Reserve Flow of Funds, and Treasury»s Bureau of Public Debt.
Grafik 6. Grafik 6. Grafik 6. Grafik 6. Grafik 6. YieldYieldYieldYieldYield Treasurry AS Treasurry AS Treasurry AS Treasurry AS Treasurry AS
Sumber: Bloomberg
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
2009
18Feb
18Mar
18Apr
18Mei
18Jun
18Jul
4 Week3 Month1 Year
menimbulkan biaya yang harus
ditanggung rumah tangga. Penurunan
nilai pendapatan rumah tangga
diperkirakan sebesar 4% dari PDB per
tahun.
Saat ini China mulai berupaya
mengurangi ketergantungan terhadap USD,
yaitu dengan (i) mengajukan proposal
penggunaan SDR sebagai international reserve
currency dalam berbagai forum internasional
Bab 5 - A r t i k e l
133
seperti IMF dan G20, (ii) menempatkan dalam
IMF Bonds berdenominasi SDR sebagai
alternatif penempatan cadangan devisa, (iii)
meningkatkan kerjasama regional dalam
rangka trade settlements yaitu melalui bilateral
currency swap arrangement dengan 6 bank
sentral di dunia (Korea, Hong Kong, Malaysia,
Indonesia, Belarus dan Argentina) serta
kerjasama RMB cross border trade settlements
(lihat Boks 5.1: Upaya China Mengurangi(lihat Boks 5.1: Upaya China Mengurangi(lihat Boks 5.1: Upaya China Mengurangi(lihat Boks 5.1: Upaya China Mengurangi(lihat Boks 5.1: Upaya China Mengurangi
Ketergantungan Terhadap USD)Ketergantungan Terhadap USD)Ketergantungan Terhadap USD)Ketergantungan Terhadap USD)Ketergantungan Terhadap USD). Langkah-
langkah China tersebut dinilai masih sangat
awal dan dibutuhkan proses yang panjang
untuk mempersiapkan kondisi pendukung.
Adopsi SDR sebagai reserve asset secara
teknis dapat dilakukan, namun saat ini
manfaat ekonomi dari pelaksanaan
perdagangan antar negara dalam USD masih
sangat besar dan diperkirakan butuh waktu
yang cukup lama bagi SDR untuk dapat
memberikan manfaat yang sama. Selanjutnya,
karakterisik IMF Bond masih terbatas (antara
lain jumlah dan jangka waktu) dan tidak
diperdagangkan kepada investor swasta (pasar
sekunder). IMF Bond hanya ditransaksikan
kepada pemerintah atau bank sentral negara
anggota dan institusi pemegang SDR.
Demikian pula halnya dengan kerjasama trade
settlements yang masih terbatas ruang lingkup
dan jumlahnya. Kerjasama BCSA masih
terbatas pada enam negara mitra dan baru
Indonesia yang menindaklanjutinya dengan
penyusunan mekanisme implementasi.
Tantangan dalam penyusunan tersebut adalah
bagaimana membuat skema yang menarik
bagi sektor swasta dan mengurangi beban
adminstrasi. Sementara itu, RMB cross border
trade settlemements saat ini juga masih
terbatas pada uji coba (pilot program) terutama
di daerah sekitar perbatasan China dengan
Hong Kong.
Terlepas dari upaya mengurangi
ketergantungan terhadap USD yang masih
terbatas, kinerja dan fundamental ekonomi
yang mengesankan serta perannya saat ini
sebagai tumpuan pemulihan resesi dunia telah
mendorong China untuk melihat potensi RMB
sebagai mata uang internasional di masa
depan. Mempertimbangkan peranan RMB saat
ini, harapan China tersebut menarik untuk
dikaji lebih lajut.
Potensi Renmimbi sebagai mata uang
internasional
Untuk melihat potensi Renmimbi
sebagai mata uang internasional dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan faktor
eksternal maupun internal. Dari sisi ekternal,
hal tersebut dapat dilihat apakah Renmimbi
sudah dapat memenuhi kriteria sebagaimana
telah dijelaskan dalam Bab II diatas, yaitu
sebagai sebagai alat tukar (medium of
exchange), satuan hitung (unit of account)
dan penyimpan nilai (store of value).
Berdasarkan data perkembangan di pasar
valas dan modal internasional serta
penggunaan dalam cadangan devisa global
dari BIS dan IMF, sebagaimana telah dijelaskan
dalam Bab III di atas, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
134
1. Peranan Renmimbi di sektor swasta
sebagai alat tukar perdagangan
internasional masih sangat kecil yaitu
sekitar 0,5% di 2007 (Tabel 1).
Sementara itu peranan Renmimbi
sebagai satuan hitung dan penyimpan
nilai sama sekali tidak terlihat. Di pasar
modal internasional pengunaan surat
berharga berdenominasi RMB baru
tercatat sejak 2005 dan memiliki pangsa
yang sangat kecil yaitu dibawah 1%.
Kedua peranan tersebut di sektor swasta
masih didominasi oleh USD, Euro dan
diikuti oleh Yen.
2. Remimbi tidak memiliki peranan sebagai
mata uang internasional di sektor publik,
yaitu sebagai alat tukar (sebagai alat
intervensi mata uang asing diluar China),
satuan hitung (anchor) dan penyimpan
nilai (official reserve). Kondisi ini terkait
erat dengan kebijakan yang diterapkan
China yang melarang perdagangan RMB
secara bebas dan luas di luar China. Saat
ini RMB masih menambatkan (peg)
nilainya terhadap sekeranjang mata uang
yang didominasi oleh USD dan hanya
diperbolehkan untuk berfluktuasi di
dalam batas (band) tertentu.
Perkembangan yang terjadi pada
faktor eksternal tersebut tidak lepas dari
kondisi internal yang terjadi di China.
Menurut Li (2007)11 konvertibilitas RMB,
reformasi regim nilai tukar Renmimbi dan
reformasi sistem keuangan domestik
merupakan persyaratan utama dalam proses
menuju RMB sebagai mata uang
internasional. Dengan mengharmonisasikan
konvertibilitas capital account RMB dan
internasionalisasi RMB akan memberikan
suatu l ingkungan yang kondusif bagi
stabilisasi sistem keuangan China. Liberalisasi
kontrol devisa secara bertahap sejalan dengan
perkembangan pertumbuhan ekonomi China
dan perubahan lingkungan ekonomi
eksternal merupakan prasyarat untuk
dilakukannya internasionalisasi RMB yang
juga merupakan persyaratan untuk
berkembangnya perekonomian China
menjadi besar.
Kepercayaan/keyakinan dan stabilitas
merupakan inti dari internasionalisasi RMB.
Volatilitas RMB terhadap mata uang utama
dunia mempunyai hubungan yang erat dengan
proses internasionalisasi tersebut. Jika tingkat
internasionalisasi RMB sudah tinggi, maka
kebijakan yang diperlukan adalah regim nilai
tukar RMB didasarkan pada mekanisme pasar,
menjaga stabilitas nilai tukar RMB dan aset
RMB yang pada akhirnya akan mendorong
lebih jauh menjadikan RMB sebagai suatu aset
internasional yang reliable and safe. Proses
internasionalisasi RMB mengharuskan
pengembangan sistem dan pasar keuangan
domestik dengan paradigma baru. Sampai
taraf tertentu, pengembangan reformasi
sistem keuangan akan menentukan
keberhasilan proses internasionalisasi RMB.
Sampai saat ini pemerintah China belum
secara tegas memaparkan langkah-langkah
kebijakan dalam rangka internasionalisasi RMB.11 Li, Jing, 2007, RMB as a Regional International Currency: Const-
benefit Analysis and Roadmap.
Bab 5 - A r t i k e l
135
Namun upaya mengurangi ketergantungan
terhadap USD menimbulkan spekulasi bahwa
China sedang berupaya untuk memperbesar
peran RMB di pasar keuangan internasional dan
menjadi indikasi awal proses internasionalisasi
RMB. Salah satu kajian yang disusun oleh Li
(2007) mengemukakan internasionalisasi RMB
sebagai proses yang dinamis dengan tahapan
strategi dan kombinasi kebijakan yang
dituangkan berdasarkan beberapa fase sebagai
berikut:
Fase AwalFase AwalFase AwalFase AwalFase Awal
Pada tahap awal, RMB disirkulasikan di
negara-negara tetangga melalui perdagangan
dan pariwisata. Manfaat utama dari sirkulasi
ini adalah untuk membuat perdagangan dan
perjalanan regional lebih mudah dan murah.
Dengan penggunaan RMB yang ekspansif
dalam perdagangan internasional, khususnya
FTA antar ASEAN dan China, total
perdagangan antara China dan negara-negara
ASEAN akan terus meningkat. Hubungan yang
kian erat dan adanya ekspansi perdagangan
akan berdampak pada kenaikan penggunaan
RMB oleh non-residen. Untuk mewujudkan hal
tersebut, Pemerintah China perlu untuk
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengakomodasi sirkulasi RMB offshore
secara resmi ke dalam sistem keuangan.
Aliran masuk dan keluar RMB
berdasarkan transaksi riil dapat
diakomodasi oleh sistem perbankan
sehingga memperlemah kekuatan
underground economy dan dalam hal
tertentu dapat menghindari aliran masuk
dan keluar RMB dalam jumlah yang tidak
terduga.
2. Memperkuat manajemen sirkulasi RMB
offshore secara komprehensif. Untuk itu
diperlukan usaha bersama dari berbagai
institusi China seperti bea cukai,
perpajakan, departemen keuangan dan
perdagangan, dan departemen pariwisata
untuk membuat perjanjian kerjasama
sirkulasi RMB dengan negara-negara mitra
dagang utama.
3. Kerjasama dengan negara tetangga
untuk membuka kesempatan investasi
dalam RMB. Investasi merupakan salah
satu cara meningkatkan supply RMB.
Untuk itu Pemerintah China terus
mendorong perusahaan China untuk
berinvestasi dalam RMB terutama di Asia
Tenggara melalui pemberian fasilitas
kredit dan mengijinkan mereka untuk
menggunakan RMB untuk pembiayaan
proyek.
4. Menjaga stabilitas nilai tukar RMB. Hal ini
sangat penting karena tingginya volatilitas
RMB tidak akan menguntungkan dalam
ekspansi perdagangan dengan negara
tetangga.
5. Memperkuat analisis dan monitoring
sirkulasi RMB offshore, serta menangkap
aktivitas pencucian uang dan aktivitas
ilegal lainnya. Hal ini merupakan tugas
jangka panjang dan akan sangat
membantu penetapan kebijakan
moneter domestik dan mendorong
efektivitas financial management apabila
RMB telah mendunia.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
136
Fase KeduaFase KeduaFase KeduaFase KeduaFase Kedua
Penggunaan RMB secara luas
berdampak pada kebutuhan offshore lending
dan borrowing RMB yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pasar keuangan
internal. Kenaikan RMB offshore akan
berdampak signifikan terhadap uang beredar
di China, level harga, suku bunga RMB, dan
nilai tukar. Untuk itu Pemerintah China perlu
menerapkan langkah-langkah stabilitas
permintaan dan penawaran RMB baik di
offshore market maupun pasar domestik sbb:
1. Mendorong pertumbuhan pasar
keuangan domestik secara signifikan.
Dengan mengembangkan pasar uang
khususnya pasar obligasi, pasar sekuritas,
memperluas pasar keuangan dan
mengembangkan pasar lokal yang
menjadi acuan pasar internasional. Selain
itu, dengan mempromosikan liberalisasi
suku bunga dan melengkapi sistem suku
bunga. Kemudian baik suku bunga kredit
maupun simpanan RMB offshore dapat
dibuat mengacu pada suku bunga
simpanan dan pinjaman domestik,
sehingga suku bunga internal dan
eksternal RMB dapat berada di level yang
sama.
2. Meningkatkan kerjasama finansial
dengan negara-negara tetangga.
Selain membangun pasar keuangan
domestik, konstruksi offshore financial
centre juga perlu ditingkatkan dalam
rangka membangun creation mechanism
RMB di luar negeri.
Fase KetigaFase KetigaFase KetigaFase KetigaFase Ketiga
Fase ini bertujuan untuk
mempromosikan RMB sebagai aset investasi
di Asia yang dilakukan antara lain melalui:
1. Pengembangan pasar RMB offshore
(borrowing and lending) sehingga fungsi
RMB meningkat dari yang semula hanya
sebagai alat transaksi menjadi alat
penyimpan nilai (store of value).
2. Pengembangan pasar internasional (di
kawasan Asia) dengan RMB sebagai mata
uang utama. Pada tahapan ini, sirkulasi
cross-border RMB akan membangun
hubungan yang lebih dekat antara
transaksi RMB dan konvertibilitas di
bawah neraca modal, dan hal ini akan
mempercepat proses liberalisasi capital
account di China. Dalam rangka
mengurangi risiko selama proses ini
berlangsung, China dapat mengizinkan
offshore RMB digunakan oleh pihak asing
untuk FDI di China. Untuk itu beberapa
transaksi di bawah capital account dapat
diliberalisasi, seperti mengijinkan
konvertibilitas antara RMB dan HKD.
3. Jika RMB telah convertible di level
kawasan, China dapat mendorong
kerjasama dengan negara-negara
tetangga untuk pengembangan Asian
Bond Market. Pada tahapan ini, transaksi
RMB di bawah current account dan
capital account dapat mempromosikan
internasionalisasi RMB. Pada tahapan ini
peran otoritas moneter tetap dibutuhkan
untuk mengatur capital account agar
lebih efektif.
Bab 5 - A r t i k e l
137
Fase KeempatFase KeempatFase KeempatFase KeempatFase Keempat
Pada fase ini, peran RMB meningkat
menjadi cadangan devisa utama bagi negara-
negara Asia, dengan kata lain RMB sebagai
regional international currency. Apabila RMB
digunakan sebagai cadangan devisa,
Pemerintah China akan semakin
bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas
keuangan Asia dan bertindak sebagai lender
of the last resort di kawasan. Pasar keuangan
China akan lebih terbuka dan RMB akan
perlahan menjadi nominal anchor bagi
sejumlah negara. Dengan semakin besarnya
peran dan pengaruh China di kawasan,
negara tersebut akan memegang peranan
yang semakin penting dalam integrasi pasar
Asia dan posisi RMB di Asia akan semakin
kokoh.
V. PENUTUP
Sampai saat ini, peranan USD masih
mendominasi sebagai mata uang internasional
yang berperan baik di sektor swasta maupun
publik sebagai alat tukar dan satuan hitung
dalam perdagangan internasional maupun di
pasar keuangan internasional, dan sebagai
penyimpan nilai dalam alokasi portfolio sektor
swasta dan cadangan devisa negara. Sebagai
kekuatan baru ekonomi dunia, China juga
menginginkan peningkatan peran RMB
sebagai mata uang internasional. Sejarah
menunjukkan bahwa pergantian mata uang
internasional (leading internasional currency)
dari satu mata uang ke mata uang lainnya
membutuhkan proses waktu yang lama baik
dari sisi internal negara yang bersangkutan
maupun sisi eksternal (bias inersia).
Upaya-upaya yang telah dilakukan
China untuk mengurangi ketergantungan
pada USD masih merupakan langkah awal.
Proses internasionalisasi yang terpadu
dibutuhkan untuk mewujudkan RMB sebagai
mata uang internasional yang meliputi
konvertibilitas RMB, reformasi rezim nilai tukar
RMB dan reformasi sistem keuangan domestik.
Proses internasionalisasi tersebut dilakukan
melalui empat tahap. Tahap awal dimulai
dengan sirkulasi RMB di negara-negara
tetangga melalui perdagangan dan pariwisata,
serta tahap kedua pengembangan pasar
keuangan domestik seiring semakin
meningkatnya penggunaan RMB dalam
offshore market. Tahap selanjutnya adalah
konvertabilitas RMB di kawasan dan tahap
akhir RMB sebagai reserve currency.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
138
Boks 5.1
Upaya China Mengurangi KetergantunganTerhadap USD
Sebagai dampak dari pertumbuhan
ekonomi yang pesat serta menumpuknya
cadangan devisa, saat ini China adalah
pemegang aset portofolio dalam mata
uang USD dalam jumlah yang sangat besar.
Seiring dengan masih berlanjutnya krisis
ekonomi global, langkah pemerintah AS
untuk mengurangi dampak krisis dan
mendorong perekonomian dikhawatirkan
akan memicu terjadinya inflasi dan
depresiasi USD yang pada gilirannya akan
berdampak pada tergerusnya nilai aset
yang dimiliki China tersebut. Oleh sebab
itu China mulai melakukan sejumlah upaya
untuk mengurangi ketergantungannya
terhadap USD.
A. Usulan SDR sebagai international
reserve currency
Krisis yang terjadi saat ini dan
dampaknya ke seluruh dunia
mencerminkan kerentanan dan risiko
sistemik pada sistem moneter
internasional saat ini. Untuk itu, salah satu
tujuan dalam mereformasi sistem
moneter internasional adalah untuk
menciptakan mata uang yang digunakan
sebagai cadangan devisa (reserve currency)
yang terlepas dari individu negara tertentu
dan mampu untuk terus stabil dalam
jangka panjang. Hal ini akan mengurangi
ketidaksempurnaan akibat menggunakan
kredit berdenominasi mata uang nasional.
Terkait dengan hal tersebut, China menilai
SDR mempunyai fasilitas dan potensi
sebagai reserve currency yang cocok.
Namun peran SDR selama ini sangat
terbatas dalam hal alokasi dan ruang
lingkup penggunaannya. Oleh sebab itu,
China mengusulkan agar jangkauan
penggunaan SDR dapat ditingkatkan agar
mampu memenuhi kebutuhan negara
anggota akan reserve currency.
Pada April 2009, China
mengusulkan penggunaan mata uang
baru yaitu Special Drawing Rights (SDR)
untuk menggantikan USD sebagai
cadangan devisa. Menurut China, suatu
cadangan devisa harus memenuhi hal-hal
sbb: a) dipatok pada benchmark yang
stabil dan dikeluarkan berdasarkan aturan
yang jelas, b) pasokannya harus cukup
fleksibel untuk dapat disesuaikan dengan
Bab 5 - A r t i k e l
139
permintaan, c) penyesuaian tersebut
harus terpisah dari kondisi ekonomi dan
kepentingan pemerintah dari satu negara
tertentu.
Walaupun demikian, China
mengemukakan perlunya pengembangan
lebih lanjut mengenai penilaian dan
alokasi SDR. Keranjang mata uang dalam
pembentukan/penghitungan SDR
diusulkan untuk diperluas sehingga
mencakup mata uang seluruh major
economies, dan perhitungan GDP dapat
dipertimbangkan sebagai bobot12. Alokasi
SDR dapat dirubah dari purely calculation-
based system menjadi system backed by
real assets, seperti persediaan cadangan
untuk dapat mendorong kepercayaan
pasar. Usulan China untuk memperluas
keranjang pembentukan SDR
mengindikasikan adanya keinginan
negara tersebut untuk turut berpartisipasi
dalam komposisi perhitungan SDR,
terlebih lagi dengan semakin kokohnya
ekonomi China di dunia.
Namun demikian, usulan China
tersebut masih memerlukan kajian lebih
lanjut. Adopsi SDR sebagai reserve asset
secara teknis dapat dilakukan, namun
diperkirakan belum mampu mengurangi
peranan USD dalam waktu dekat. Selain
itu, saat ini masyarakat internasional
masih merasakan banyak manfaat
ekonomi dari pelaksanaan perdagangan
antar negara dalam USD, dan diperkirakan
butuh waktu yang cukup lama agar SDR
dapat memberikan manfaat yang sama.
Berbagai respon muncul terhadap
usulan China tersebut. Salah satunya
menyoroti kemampuan SDR untuk
menggantikan USD. China harus dapat
meyakinkan dunia bahwa SDR mempunyai
kualitas yang tidak kalah dari USD, sama
halnya seperti dahulu AS meyakinkan
dunia bahwa USD mempunyai kualitas
yang sama dengan emas pada saat sistem
Bretton Woods diterapkan di 1944.
Tantangan yang mengemuka dalam
menetapkan SDR sebagai super reserve
currency, antara lain adalah: i) apakah
mematok nilai tukar terhadap SDR tidak
memperhatikan rezim nilai tukar fleksibel
yang ada saat ini, ii) saat ini 85% aturan
hak pilih untuk pengeluaran SDR
membatasi kemampuan IMF dalam
mengatur pasokan SDR secara efektif, iii)
bagaimana IMF dapat menentukan jumlah
SDR yang tepat untuk diedarkan13.
Menurut US General Assembly on
Reform of the International Monetary and
Financial Systems, beberapa langkah detil
dibutuhkan untuk meningkatkan peran
SDR sebagai reserve asset, antara lain:
12 Saat ini, SDR dibobot dari 4 mata uang utama yaitu USD(44%), Euro (34%), Yen (11%), dan Poundsterling (11%).
13 Super reserve currency-a solution looking for a problem,DBS group research, Juli 2009.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
140
a) Untuk mengimplementasikan SDR
sebagai reserve asset melalui alokasi,
dibutuhkan hampir SDR3 triliun.
Onno Wijnholds menyarankan SDR
substitution account untuk
memberikan ijin bagi negara yang
memiliki USD lebih banyak
dibandingkan yang diinginkan untuk
mengkonversi ke USD tersebut
dalam SDR14. Konversi tersebut akan
terjadi diluar pasar dan tidak akan
menekan USD. Namun hal ini
membutuhkan penetapan pihak
mana yang akan menanggung
exchange (USD) risk jika SDR
substitution account kemungkinan
besar akan menggunakan USD
sebagai aset.
b) Membuat komposisi nilai tukar lebih
netral terhadap siklus global dan
lebih representatif terhadap
pergeseran kekuatan ekonomi
dalam dua dekade terakhir.
Hal ini mengindikasikan adanya
peningkatan konten komoditi dan
diikut sertakannya mata uang
emerging market utama.
c) Mengembangkan trade invoice dan
fungsi sarananya.
B. IMF Bonds Sebagai Alternatif
Penempatan Cadangan Devisa
International Monetary Fund (IMF)
berencana untuk menerbitkan IMF Bonds
sebagai global bond, pertama kalinya
dalam sejarah. Penerbitan ini bertujuan
untuk menambah sumber dana IMF dalam
rangka memperbaiki stabilitas keuangan
internasional dan pertumbuhan ekonomi
global. IMF Bonds ini juga bertujuan untuk
menarik dana dari negara emerging
terutama yang memiliki cadangan devisa
yang cukup besar dan berkeinginan untuk
melakukan diversifikasi cadangan
devisanya.
Menanggapi penerbitan IMF bond
tersebut, negara-negara BRIC (Brazil, Russia,
India, dan China) telah menunjukkan
minatnya untuk mengalokasikan sebagian
cadangan devisa guna membeli IMF Bonds.
Bahkan China, pada 6 Juni-09, telah
mengumumkan secara resmi kesediaannya
untuk membeli IMF Bonds senilai USD50
miliar. Sementara itu, Russia dan Brazil
secara terpisah menyatakan akan membeli
IMF Bonds masing-masing senilai USD10
miliar. India, Meksiko, Korsel dan Saudi
Arabia juga diperkirakan akan menyusul
langkah serupa meski belum secara resmi
menyebutkan nilainya.
Pada 1 Juli-09, The Executive Board
Meeting IMF menyetujui framework
penerbitan IMF Bonds. Penerbitan obligasi14 Onno Wijnholds. The Dollar»s Last Days?, May 2009.
Bab 5 - A r t i k e l
141
ini dimaksudkan pula untuk
meningkatkan kapasitas pembiayaan IMF
bagi negara anggota yang mengalami
krisis. Penerbitan IMF bonds ini dilakukan
setelah perjanjian pembelian obligasi
(Note Pruchase Agreement/NPA)
disepakati. Adapun struktur IMF bond
tersebut antara lain sbb:
a. denominasi dalam Special Drawing
Rights (SDR) dengan satuan SDR10
juta
b. memiliki jangka waktu minimum 1
tahun dan dapat diperpanjang
sampai dengan maksimum lima
tahun, konsisten dengan tenor
pinjaman IMF (Stand-By
Arrangements dan Flexible Credit
Line)
c. pembayaran kupon dilakukan setiap
3 bulan dengan suku bunga SDR
d. pihak yang dapat membeli adalah
anggota yang memiliki kondisi
eksternal yang kuat
e. obligasi ini tidak diperdagangkan di
pasar sekunder dan kepada investor
swasta. Obligasi hanya dapat
diperjual belikan diantara
pemerintah atau bank sentral negara
anggota dan 15 institusi multilateral
pemegang SDR
f. dalam kondisi tertentu, IMF dapat
membeli kembali obligasi tersebut
lebih awal dari perjanjian semula.
Demikian pula sebaliknya, negara
Grafik 1. Cadangan DevisaGrafik 1. Cadangan DevisaGrafik 1. Cadangan DevisaGrafik 1. Cadangan DevisaGrafik 1. Cadangan Devisa
Sumber: Bloomberg & Moody's Statistical Handbook May 2009
ChinaJapanRusia
TaiwanIndia
EurozoneKoreaBrazil
Hong KongSingapore
ThailandMalaysia
MexicoTurkeyPoland
Indonesia
Bn USD
0 500 1000 1500 2000
16 Besar Dunia 2008
Sumber: Bloomberg & Moody's Statistical Handbook May 2009
Bn USD
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
Rusia Brazil China India Mexico SouthKorea
SaudiArabia
2007
2009
466,8
180,3
1.528,3
266,8
77,9
262,2
32,3
401,1205,6
1.953,7
251,5
75,7226,8
27,5
BRIC, Korea, Mexico dan Saudi Arabia
Grafik 2. SDR Interest rate & T-BillGrafik 2. SDR Interest rate & T-BillGrafik 2. SDR Interest rate & T-BillGrafik 2. SDR Interest rate & T-BillGrafik 2. SDR Interest rate & T-Bill
SDRInterest Rate
T-Bill rate 3M
%
Sumber: Bloomberg
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
2005 2006 2007 2008 2009
JanMarMei Jul SepNov JanMarMei Jul SepNov JanMar Mei Jul SepNov JanMarMei Jul SepNov JanMarMei Jul
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
142
pemegang obligasi dapat meminta
IMF untuk membeli kembali
obligasi tersebut lebih awal apabila
terdapat kebutuhan balance of
payment.
Penerbitan IMF bond memiliki
sejumlah daya tarik bagi negara
berkembang. Pertama, bond akan
dihitung sebagai cadangan devisa
sehingga negara emerging dapat
mensubsitusi dengan mudah satu aktiva
cadangan dengan aktiva cadangan
lainnya misalnya switching dari U.S.
Treasuries ke IMF Bonds. Kedua,
pembelian bonds tidak berdampak pada
anggaran dan tidak membutuhkan
persetujuan legislatif. Ketiga, dengan
menggunakan SDR, IMF bond
memfasilitasi diversifikasi komposisi mata
uang dalam cadangan devisa. Tingkat
suku bunga SDR saat ini juga sedikit lebih
tinggi bila dibandingkan dengan yield US
T-Bill sehingga relatif menguntungkan
(Grafik 2). Keempat, negara emerging
dapat membatasi bantuan keuangan
tambahan bagi IMF dengan periode
tertentu dibandingkan dengan
komitmen tanpa batasan waktu seperti
halnya New Arrangement to Borrow
(NAB).
C. Kerjasama dalam rangka trade
settlements
1. Kerjasama Bilateral Currency Swap
Arrangement (BCSA)
China, c.q. People»s Bank of China
(PBC), menawarkan kerjasama Bilateral
Currency Swap Arrangement (BCSA)
kepada sejumlah negara dunia terutama
untuk memfasilitasi pembiayaan
perdagangan dan investasi antara China
dengan negara mitra ekonomi. BCSA
merupakan swap line dua arah dalam
kedua mata uang lokal, di mana PBC
menyediakan sejumlah RMB kepada
negara mitra ekonomi dan sebaliknya bank
sentral negara counterpart memberikan
China akses untuk pembiayaan dalam
mata uang lokal.
Saat ini PBC telah membuka BCSA
dengan negara-negara berikut:
1. Bank of Korea senilai RMB180 miliar/
KRW38 triliun (Desember 2008)
2. Hong Kong Monetary Authority
senilai RMB200 miliar/HKD227 miliar
(Januari 2009)
3. Bank Negara Malaysia senilai RMB80
miliar/MYR40 miliar (Februari 2009)
4. Bank Indonesia senilai RMB100
miliar/Rp175 triliun (Maret 2009)
5. The National Bank of the Republic of
Belarus senilai RMB20 miliar/
BYR8000 miliar (Maret 2009)
Bab 5 - A r t i k e l
143
6. Central Bank of Argentina senilai
RMB70 miliar/ARS38 miliar (April
2009)
Sebagai informasi, dalam tiga
tahun terakhir perdagangan China
dengan 6 negara yang melakukan
kerjasama BCSA terus meningkat.
Berdasarkan nilai, ekspor tertinggi adalah
ke Hong Kong yang mencapai USD184,3
miliar di 2008. Ekspor ke Argentina,
Indonesia, Malaysia, dan Korea juga tetap
solid dengan pertumbuhan dua digit.
Sementara itu, impor dari keenam negara
tersebut juga terus meningkat terutama
dari Korea.
Untuk kasus BCSA antara
Indonesia dengan China, PBoC
menyediakan swap line senilai RMB100
miliar kepada BI, sebaliknya BI
menyediakan swap line senilai Rp175
triliun kepada PBC. Aktivasi swap line
hanya diperbolehkan apabila didasari oleh
underlying transaction dalam bentuk
kegiatan perdagangan dan investasi.
Penyelesaian (settlement) transaksi
BCSA dilakukan di masing-masing bank
sentral sehubungan dengan belum
dimungkinkannya internasionalisasi RMB
dan rupiah.
BCSA antara BI-PBoC juga
diharapkan dapat mengurangi
ketergantungan pada USD dalam transaksi
perdagangan internasional. Walaupun saat
ini USD masih digunakan dalam sebagian
besar transaksi perdagangan Indonesia-
China, potensi penggunaan RMB kedepan
cukup besar. Pada 2008, China merupakan
negara tujuan ekspor non-migas Indonesia
ke-empat terbesar. Impor non-migas dari
China adalah terbesar kedua setelah
ASEAN. Selain itu, walau belum cukup
signifikan, investasi (Foreign Direct
Investment) China ke Indonesia meningkat
cukup tajam dari USD45,1 juta di 2005
menjadi USD139,6 juta di 2008 (Data Badan
Koordinasi Penanaman Modal/BKPM).
Tabel 1. Perdagangan China dengan 6 Negara Kerjasama BCSATabel 1. Perdagangan China dengan 6 Negara Kerjasama BCSATabel 1. Perdagangan China dengan 6 Negara Kerjasama BCSATabel 1. Perdagangan China dengan 6 Negara Kerjasama BCSATabel 1. Perdagangan China dengan 6 Negara Kerjasama BCSA
Miliar USDMiliar USDMiliar USDMiliar USDMiliar USD2006 124,5 8,3 10,6 35,1 1,3 0,1 10,8 9,6 23,6 89,8 3,7 0,42007 155,4 9,5 13,5 44,6 2,0 0,2 12,8 12,4 28,7 104,0 6,3 0,62008 184,3 12,6 17,7 56,1 3,6 n,a 12,9 14,4 32,1 112,2 9,4 n,a
% yoy% yoy% yoy% yoy% yoy2006 24,8 13,2 27,5 26,9 51,1 165,4 -11,8 14,0 17,3 16,8 -2,7 -12,62007 18,6 33,4 30,7 26,0 78,0 5,1 18,8 28,8 21,9 15,8 70,8 42,92008 3,5 36,5 20,8 31,7 41,4 n,a 0,9 16,2 11,8 7,8 48,5 n,a
Indikator
Sumber: CEIC, Direct of Trade, diolah
Ekspor Impor
Hong Kong Indonesia Malaysia Korea Argentina Belarus Hong Kong Indonesia Malaysia Korea Argentina Belarus
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
144
2. Kerjasama RMB cross border trade
settlements
Renminbi (RMB) Cross border trade
settlements yang diluncurkan oleh
pemerintah China pada April 2009 adalah
skema yang mengijinkan proses setelmen
dengan menggunakan RMB dalam
kegiatan/transaksi perdagangan antara: a)
daerah Shanghai, Shenzen, Guangzhou,
Zhuhai, dan Dongguan dengan
Hongkong dan Macau, serta b) daerah
Yunnan dan Guangxi dengan ASEAN10 .
Hal ini merupakan langkah penting
dalam rangka internasionalisasi RMB.
Dalam skema ini, perusahaan-perusahaan
yang memenuhi syarat di daerah/kota
tertentu di wilayah China daratan
diperbolehkan untuk bertransaksi dalam
RMB dengan perusahaan lain di Hong
Kong dan lokasi-lokasi tertentu di luar
daratan China. Rincian detil terkait
peraturan dan kerangka kerja skema
tersebut belum diumumkan oleh
Pemerintah China, namun terdapat Pilot
RMB Trade settlement Scheme (PRTSS)
sebagai landasan awal/proyek perintis
dengan diterbitkannya Administrative
Rules on Pilot Program of Renmimbi
Settlement of Cross-border Trade
Transactions pada 2 Juli 2009.
RMB cross-border trade settlement
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
(1) melalui bank-bank di Hong Kong dan
Macau yang telah mendapat otorisasi
sebagai bank kliring atau (2) melalui bank
komersil di China (domestic agent bank).
Melalui skema tersebut bank-bank di luar
China (overseas participating banks) dapat
membuka rekening dalam RMB di
domestic agent bank di China ataupun di
Hong Kong Monetary Authority (HKMA)
dan melakukan cross-border trade
settlement dalam RMB. Di samping itu,
bank-bank tersebut juga memperoleh
akses pembiayaan terhadap renmimbi
melalui pasar uang antar bank baik di
Hong Kong maupun China dan dapat
melakukan pembelian dan penjualan RBM.
Jumlah dan jangka waktu pembiayaan
antar bank dan limit transaksi jual beli RMB
ditentukan oleh PBC. Untuk keperluan
monitoring kegiatan RMB cross-border
settlement, PBC memelihara Cross-border
Renmimbi Receipt and Payment
Information Management System dimana
domestic agent bank wajib melakukan
pelaporan melalui sistem tersebut.
Khusus untuk cross-border
settlement di Hong Kong, bilateral
currency swap arrangement yang terjalin
antara HKMA dengan China senilai
RMB200 miliar menjadi alternatif terakhir
sumber penyediaan likuiditas RMB di
wilayah Hong Kong. BCSA antara HKMA
dengan PBC baru akan diaktivasi apabila
likuiditas RMB dari sumber lainnya seperti
(a) simpanan dalam denominasi RMB di
Bab 5 - A r t i k e l
145
authorized institutions di Hong Kong, (b)
pasar uang antar bank (PUAB) Hong
Kong, dan (c) PUAB di daratan China yang
dapat diakses oleh bank kliring di Hong
Kong tidak mencukupi.
Pembukaan pilot program RMB
cross-border trade settlement dilakukan
pada 6-8 Juli 2009 di Shanghai,
Guangzhou, dan Shenzen. Pada acara
tersebut terjadi penandatanganan
perjanjian RMB cross-border trade
settlement antara Bank of China (BOC)
Shanghai dengan 11 bank di Asia,
pembukaan rekening kliring RMB pada 17
kantor luar BOC Shanghai dan
penandatangan perjanjian antara BOC
Shanghai dengan lebih dari 20 korporasi
yang berkedudukan di Shanghai15. Pada
hari yang sama, BOC Shanghai juga
melakukan transaksi terkait skema cross-
border trade RMB settlement dengan BOC
Hong Kong dan BOC Jakarta.
Dengan adanya kerjasama RMB
cross-border trade settlement, perusahaan
tersebut dapat mengelola currency risk dan
mengurangi transaction cost dari
settlement perdagangan karena
menggunakan mata uang yang sama
(RMB). Namun demikian, PRTRSS ini
merupakan proyek awal/perintis, sehingga
masih terdapat kelemahan dalam
operasional PRTRSS, antara lain: i) Hanya
sejumlah perusahaan di China daratan
yang dianggap memenuhi syarat untuk
berpartisipasi pada PTRSS. Secara umum,
perusahaan dengan reputasi dan histori
perdagangan yang bagus di kota-kota di
China daratan mempunyai kesempatan
besar untuk terpilih, ii) Ruang lingkup
transaksi yang masih terbatas yaitu hanya
pada trade settlement yang umum melalui
transfer antar pemegang rekening.
Dengan demikian, penggunaan trade
financing dalam skema ini masih belum
dimungkinkan.
15 Ke-11 bank yang menandatangani cross-border trade RMBsettlement dengan Bank of China adalah StandardChartered Ban (Hong Kong), Bank of East Asia (BEA),Malayan Banking Berhad (Maybank), Bangkok Bank,OCBC Bank, Wing Hang Bank, Mitsubishi Tokyo UFJ Bank,Mizuho Bank, PT Bank Mandiri (Hong Kong), Hana Bank,dan ICBC (Asia) Bank.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
146
Rapor Biru Indonesia dalam Indikator Persepsi Internasional:Current Assessment dan Future AssignmentOleh: Arlyana Abubakar, Sari Nadia Z. Rizal, Hery Afrianto16
Artikel 3
I. PENDAHULUAN
Rating, indeks dan persepsi internasional
terhadap suatu negara merupakan dasar yang
sangat menentukan bagi investor asing dalam
menentukan target investasi. Adanya perbaikan
peringkat Indonesia baik berdasarkan penilaian
lembaga rating internasional (sovereign credit
rating) maupun lembaga think-tank
internasional (country risk index) selama
semester kedua 2009 merupakan hal yang
sangat penting guna mendukung perbaikan
ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Berkaitan dengan sovereign credit
rating, setidaknya terdapat tiga (3) lembaga
rating internasional terkemuka yang
meningkatkan performa sovereign rating dan
outlook Indonesia, yakni Moody»s, Standard &
Poor»s (S&P), dan Rating and Investment
Information (R&I). Faktor utama yang
mendasari keputusan tersebut pada umumnya
meliputi sbb: i) stabilnya kondisi perekonomian
(economic strength), ii) membaiknya
institutional strength (government
effectiveness, government financial strength,
country»s susceptibility to event risk, systemic
risk, dan contingent liabilities), iii) menurunnya
rasio utang dan pengelolaan fiskal yang berhati-
hati, iv) kepemimpinan yang pro-reformasi, v)
meningkatnya cadangan devisa. Sedangkan
terkaitan dengan country risk index yang
merupakan salah satu tools dalam mengukur
risiko investasi bisnis suatu negara, peringkat
Indonesia juga pada umumnya membaik.
Lembaga rating internasional maupun
lembaga think-tank internasional juga
menggarisbawahi bahwa masih terdapat
beberapa catatan yang perlu diperbaiki agar
peringkat Indonesia terus meningkat. Oleh
karena itu, perlu dukungan dari berbagai pihak
di Indonesia dalam rangka mencapai target
sovereign rating dan country risk index. Selain
itu, diperlukan komitmen dari seluruh pihak
terkait untuk bersama-sama menjaga dan
meningkatkan persepsi internasional.
II. CURRENT ASSESSMENT: SOVEREIGN
CREDIT RATING INDONESIA
Kemampuan Indonesia melalui resesi
global tanpa menimbulkan guncangan yang
16 Penulis masing-masing adalah Analis Ekonomi Madya, AnalisEkonomi Muda Senior dan Analis Ekonomi Muda di BagianAnalisis Pinjaman Luar Negeri dan Hubungan Investor, DirektoratInternasional, Bank Indonesia.
Bab 5 - A r t i k e l
147
berarti pada perekonomian telah mendorong
setidaknya 3 lembaga rating internasional
untuk memperbaiki performa sovereign rating
dan outlook Indonesia. Moody»s menaikkan
sovereign rating dari Ba3 menjadi Ba2 dengan
outlook «stable» pada 16 September 2009.
Standard & Poor»s (S&P) menaikkan outlook
dari «stable» menjadi «positive» dengan rating
BB pada 23 Oktober 2009. Sementara Rating
and Investment Information (R&I)
mengkonfirmasi kembali rating Indonesia pada
level BB+ dengan outlook «stable» pada 8
Oktober 2009.
1. Moody»s
Langkah Moody»s menaikkan sovereign
rating Indonesia dari Ba3 menjadi Ba2 dengan
outlook «stable» didasarkan atas stabilnya
kondisi perekonomian (economic strength) dan
membaiknya institutional strength, meskipun
levelnya masih rendah. Dari sisi economic
strength, membaiknya aktivitas ekonomi
diperkirakan akan menuntun Indonesia
mencapai target pertumbuhan sebesar 5,5%
pada tahun 2010. Ekonomi Indonesia
diperkirakan relatif mampu menghadapi global
uncertainties jangka menengah dibandingkan
dengan negara lain dalam kelompok rating
«Ba» atau negara-negara dalam region yang
sama.
Dari sisi institutional strength,
manajemen makroekonomi dinilai membaik
sehingga meningkatkan kredibilitas dan
prediktabilitas kebijakan pemerintah. Kondisi
ini dinilai akan membuat Pemerintah mampu
menjaga stabilitas makroekonomi. Indikator
yang digunakan untuk menilai faktor ini
adalah i) government effectiveness, dimana
Indonesia mendapatkan skor lebih baik dari
Peru yang memiliki rating lebih tinggi, ii)
government financial strength, relatif
rendahnya defisit anggaran dan kuatnya
pertumbuhan ekonomi berdampak positif
pada penurunan total utang pemerintah dan
swasta hingga mencapai level lebih rendah
dari median peer group-nya, iii) country»s
susceptibility to event risk, systemic risk yang
mungkin timbul akibat terorisme mampu
diatasi karena efektifnya institusi politik danGrafik 1. Real GDP GrowthGrafik 1. Real GDP GrowthGrafik 1. Real GDP GrowthGrafik 1. Real GDP GrowthGrafik 1. Real GDP Growth
Real GDP Growth
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009F 2010F
Sumber: Diolah dari Moody's Statistical Handbook, May 2009
Grafik 2. GDP per CapitaGrafik 2. GDP per CapitaGrafik 2. GDP per CapitaGrafik 2. GDP per CapitaGrafik 2. GDP per Capita
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009F 2010F
Sumber: Diolah dari Moody's Statistical Handbook, May 2009
GDP per Capita
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
148
aparat keamanan, dan iv) potensi contingent
liabilities terkait sektor perbankan dan BUMN
dinilai tidak menimbulkan ancaman yang
signifikan terhadap credit fundamental
Indonesia. Kedepan, agar penilaian peringkat
Moody»s dapat terus meningkat. Indonesia
diharapkan dapat terus memperkuat posisi
cadangan devisa, mengembangkan dan
memperbaiki pasar modal domestik serta
institutional investor base.
2. Standard & Poor»s (S&P)
Sejalan dengan langkah Moody»s, S&P
merevisi outlook sovereign RI dari «stable»
menjadi «positive». Beberapa faktor yang
mendorong perbaikan outlook yakni: i)
penurunan tingkat utang dan pengelolaan
fiskal yang berhati-hati, ii) kepemimpinan yang
pro-reformasi diperkirakan akan tetap
melanjutkan upaya reformasi mikroekonomi
untuk meningkatkan potensi pertumbuhan
Indonesia dan memperkuat koordinasi serta
implementasi kebijakan melalui reformasi
administrasi, dan iii) membaiknya rasio public
debt dan meningkatnya cadangan devisa yang
dinilai menurunkan kekhawatiran akan
masalah external liquidity dan memperkuat
Indonesia dari guncangan ekonomi global.
Namun demikian, S&P menggarisbawahi
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
Indonesia, meliputi: i) beban utang pemerintah
(dalam dan luar negeri) yang masih tinggi,
dimana net external debt Indonesia untuk tahun
2008 cukup tinggi dibandingkan dengan
negara lain yang memiliki rating yang sama dan
dibandingkan dengan median peer group-nya
(sekitar 58% dari current account receipt), ii)
berbagai hambatan mikroekonomi diperkirakan
dapat menghambat prospek pertumbuhan
ekonomi dan creditworthiness Indonesia, iii)
kurangnya infrastruktur, kepastian hukum,
korupsi dan kakunya pasar tenaga kerja
dikhawatirkan dapat menghambat daya saing
Indonesia dan iv) adanya time lags dan tidak
tersedianya informasi mengenai kinerja
anggaran konsolidasi regional dan local,
informasi beban utang serta kinerja keuangan
lembaga yang dimiliki oleh lembaga regional
dan lokal, sehingga menghambat upaya S&P
dalam melakukan analisis akurat mengenai
sektor publik Indonesia.
3. Rating and Investment Information
(R&I)
Sementara itu, lembaga pemeringkat
Jepang, R&I, menegaskan kembali foreign
currency issuer rating Indonesia tetap berada
pada level BB+ dengan outlook «stable».
Penilaian R&I tersebut didasarkan pada i)
Indonesia dapat mengurangi ketergantungan
terhadap external demand sehingga
membatasi risiko contagion krisis global dan
ii) Indonesia dinilai mampu mempertahankan
current account surplus di atas 2% sejak 2006
sebagai dampak kenaikan harga gas dan
tingginya permintaan terhadap komoditas
primer.
Bab 5 - A r t i k e l
149
III. CURRENT ASSESSMENT: COUNTRY
RISK INDEX INDONESIA
Selain penilaian sovereign rating,
penilaian persepsi internasional dalam bentuk
country risk index, yang memberikan
pandangan risiko investasi bisnis di Indonesia,
juga penting dicermati. Dari beberapa
assessment yang diterbitkan sejumlah lembaga
internasional, Indonesia termasuk salah satu
negara yang mengalami perbaikan peringkat.
Untuk Index Global Competitiveness Index
(GCI) yang dikeluarkan World Economic Forum
(WEF), posisi Indonesia meningkat dari
rangking 55 pada 2008 menjadi rangking 54
pada 2009. Dalam index Ease of Doing
Business yang dikeluarkan World Bank (WB),
posisi Indonesia meningkat dari rangking 129
pada 2009 menjadi 122 pada 2010. Demikian
pula untuk Economic Freedom Index versi Cato
Institute, posisi Indonesia meningkat dari
rangking 101 pada 2008 menjadi 93 pada
2009. Sementara untuk EFI versi Heritage
Foundation, meskipun peringkat Indonesia
menurun pada 2009, namun tercatat
perbaikan terhadap skor Indonesia (0,2 poin).
1. Global Competitiveness Index
Dalam GCI, dapat dijelaskan
perbandingan daya saing Indonesia dengan
negara-negara peer group-nya. Untuk
penilaian 2009 √ 2010, Indonesia menduduki
posisi 54 dari 133 negara. Posisi ini meningkat
dari tahun lalu, yaitu ranking 55 dari 131
negara. Posisi Indonesia ini lebih baik dari
negara peer group seperti Turkey (ranking 61),
Colombia (69), Vietnam (75), Peru (78) dan
Philippine (87). Dibandingkan dengan negara-
negara investment grade, posisi Indonesia
masih lebih baik dari Brazil (56) dan Mexico
(60), namun tingkat competitiveness Indonesia
masih kalah dibandingkan negara-negara
investment grade di kawasan Asia seperti India
(49) dan Thailand (36). Tabel berikut
menggambarkan posisi Indonesia dalam GCI
dibandingkan peer group.
Tabel 1. Global Competitiveness IndexTabel 1. Global Competitiveness IndexTabel 1. Global Competitiveness IndexTabel 1. Global Competitiveness IndexTabel 1. Global Competitiveness IndexPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer Group
Peru 78 4,01 83
Philippine 87 3,90 71
Turkey 61 4,16 63
IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia 5454545454 4,264,264,264,264,26 5555555555
Colombia 69 4,05 74
Vietnam 75 4,03 70
India 49 4,30 50
Thailand 38 4,56 34
Brazil 56 4,23 64
Mexico 60 4,19 60
Country
Sumber: Global Competitiveness Index √ World Economic Forum 2009
GCI 2008 √ 2009(131 negara)
Rank
GCI 2009 √ 2010(133 negara)
Rank Score
Index GCI (overall) merupakan
composite dari penilaian berbagai indikator
pada 12 pilar yang terbagi dalam 3 area utama
yaitu basic requirements, innovation and
sophistication factor dan efficiency enhancers.
Memahami perbaikan dan penurunan score/
rangking serta keunggulan dan kelemahan
pada masing-masing pilar tersebut akan
memberikan gambaran bagaimana daya saing
Indonesia.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
150
a. Basic requirements
Dibandingkan dengan 2008, peringkat
dan skor Indonesia berdasarkan index GCI
mengalami perbaikan terutama di area basic
requirements yang terdiri dari berbagai pilar/
faktor yaitu institutions, infrastructure,
macroeconomic stability dan health and primary
education. Dari 4 pilar tersebut, rangking
macroeconomic stability Indonesia pada GCI
Report 2009-2010 (rangking 52) mengalami
peningkatan cukup signifikan dibandingkan
tahun sebelumnya (rangking 72). Namun
demikian, masih terdapat beberapa pilar pada
area tersebut yang merupakan kelemahan bagi
Indonesia (competitive disadvantage), yaitu
faktor infrastruktur, kesehatan publik dan
kualitas pendidikan sehingga mengakibatkan
ranking Indonesia dalam area basic
requirements secara keseluruhan masih cukup
rendah (rangking 70).
b. Innovation and sophistication factor
Di area innovation and sophistication
factor, rangking pilar innovation Indonesia pada
GCI Report 2009-2010 mencapai peringkat 39
meningkat dari peringkat 47 tahun sebelumnya.
Banyak indikator pada area ini yang merupakan
competitive advantage daya saing Indonesia
sehingga Indonesia dianggap memiliki
competitive advantages di area innovation and
sophistication factor (rangking 40).
c. Efficiency enhancers
Sementara itu, untuk area efficiency
enhancers, peringkat Indonesia sebagian besar
menurun, terutama yang cukup signifikan
adalah labor market efficiency dan financial
market sophistication. Disamping itu, penetrasi
dibidang ICT juga dinilai lambat dibandingkan
dengan negara lain.
Sebagai konsekuensi dari advantage
dan disadvantage pada faktor-faktor
tersebut diatas, posisi Indonesia pada stages
of development17 versi GCI dinilai mulai
beralih dari first stage menuju ke second
stage, sehingga Indonesia dikategorikan
sebagai negara dalam transisi ekonomi. Hal
ini karena Indonesia dinilai telah memiliki
keunggulan pada beberapa faktor yang
bersifat eficiency-driven dan innovation-
driven, walaupun masih terdapat faktor
basic-requirement yang membutuhkan
perbaikan seperti masalah infrastruktur dan
kesehatan publik sebagaimana dijelaskan
sebelumnya.
Namun satu hal yang menarik, India
yang dinilai memiliki daya saing lebih baik
dibandingkan Indonesia ternyata masih pada
posisi first stage pada stage of development
GCI. Faktor-faktor basic requirement India
dinilai lebih buruk dibandingkan Indonesia
namun lebih baik pada area efficiency
enhancers, dan innovation and sophistication
factors. Kondisi Indonesia sebenarnya hampir
sama dengan India yaitu sama-sama memiliki
17 GCI mengelompokkan negara-negara yang diobservasi kedalamtiga tahapan ∆stage of development∆ dan terdapat pula negara-negara yang dikategorikan dalam masa transisi baik dari firststage ke second stage maupun dari second stage ke third stage.Pengklasifikasian tersebut berdasarkan pada dua kriteria yaituberdasarkan: (1) income thresholds yang ditentukan berdasarkannilai GDP percapita suatu negara; dan (2) besarnya porsi ekspormineral product suatu negara terhadap total ekspornya.
Bab 5 - A r t i k e l
151
nilai yang cukup tinggi di area business
sophistication dan innovation sehingga
tentunya hal ini sangat bermanfaat pada
penilaian daya saing Indonesia kedepannya,
asalkan perbaikan di area basic requirements
juga terus dilakukan.
2. Ranking of Ease of Doing Business
Dalam Ranking of Ease of Doing
Business 2010, Indonesia menduduki
rangking 122 dari 183 negara. Dibandingkan
peer group, ranking Indonesia rendah dan
hanya dinilai lebih baik dibandingkan
Philipina (rangking 144). Namun demikian,
ranking Indonesia lebih baik dibandingkan
Brazil (rangking 129) dan India (rangking
133) yang merupakan negara investment
grade. Hal ini menunjukkan bahwa investor
perlu mempertimbangkan risiko berinvestasi
di suatu negara secara keseluruhan, tidak
hanya dari sisi financial strength saja, tapi
juga dari sisi business environment secara
keseluruhan.
Namun satu hal yang perlu dicatat
adalah bahwa dalam laporan Doing Business
2010, Indonesia dinilai sebagai negara di
kawasan Asian yang paling aktif melakukan
reformasi untuk mendukung kemudahan
berbisnis di Indonesia, khususnya di area
starting a business, registering property dan
protecting investor.
Tabel 2. Doing Business Ranking in 2009 & 2010Tabel 2. Doing Business Ranking in 2009 & 2010Tabel 2. Doing Business Ranking in 2009 & 2010Tabel 2. Doing Business Ranking in 2009 & 2010Tabel 2. Doing Business Ranking in 2009 & 2010Perbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer Group
IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia 129129129129129 122122122122122Peru 65 56Philippine 141 144Turkey 63 73Colombia 49 37Vietnam 91 93India 132 133Thailand 12 12Brazil 127 129Mexico 55 51
Country
Sumber: Doing Business 2010 √ World Bank
Ranking
2009 2010
Tabel 4. Registering Property ComponentTabel 4. Registering Property ComponentTabel 4. Registering Property ComponentTabel 4. Registering Property ComponentTabel 4. Registering Property Component
Procedures (number) 6 6Time (days) 39 22Cost (% of property value) 10,70 10,70
Item 2009 2010
Tabel 5. Protecting Investor ComponentTabel 5. Protecting Investor ComponentTabel 5. Protecting Investor ComponentTabel 5. Protecting Investor ComponentTabel 5. Protecting Investor Component
Extent of Disclosure Index (0-10) 9 10Extent of Director Liability Index (0-10) 5 5Ease of shareholder suits index (0-10) 3 3Strength of investor protection index (0-10) 5,70 6,0
Item 2009 2010
Tabel 3. Starting a Business ComponentTabel 3. Starting a Business ComponentTabel 3. Starting a Business ComponentTabel 3. Starting a Business ComponentTabel 3. Starting a Business Component
Procedures (number) 11 9Time (days) 76 60Cost (% of income per capita) 77,90 26,0Min. capital (% of income per capita) 74,29 59,7
Item 2009 2010
Sumber: Doing Business 2010 √ World Bank
Sumber: Doing Business 2010 √ World Bank
Sumber: Doing Business 2010 √ World Bank
3. Economic Freedom Index
Economic Freedom Index (EFI) secara
umum dapat menggambarkan economic
opportunity dan prosperity suatu negara.
Semakin tinggi skor yang diperoleh suatu
negara maka semakin tinggi kebebasan
berusaha di negara tersebut yang pada
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
152
gilirannya akan semakin tinggi pula tingkat
kesejahteraan negara tersebut. Rendahnya EFI
Indonesia merupakan gambaran bahwa
persepsi internasional menganggap rendahnya
tingkat kebebasan individu untuk berusaha di
Indonesia.
Terdapat dua lembaga think thanks
internasional yang menerbitkan indeks ini, yaitu
Economic Freedom of the World Index (EWF
Index) dari Cato Institute dan Economic Freedom
Index dari Heritage Foundation. Secara umum,
dibandingkan dengan negara lain yang
merupakan peer group, ranking Indonesia pada
kedua indeks tersebut memang masih rendah.
Namun pada 2009, Indonesia mencatat
perbaikan rangking dan skor untuk kedua indeks
tersebut. Dari tabel berikut terlihat bahwa
Indonesia mendapatkan perbaikan peringkat
dari Cato Institute, dari rangking 101 pada 2008
menjadi rangking 93 pada 2009. Dari 5 area
yang dinilai oleh Cato, Indonesia mengalami
perbaikan peringkat di 4 area, yaitu size of the
government, legal structure and security of
Tabel 6. Perbandingan Indonesia dengan Peer GroupTabel 6. Perbandingan Indonesia dengan Peer GroupTabel 6. Perbandingan Indonesia dengan Peer GroupTabel 6. Perbandingan Indonesia dengan Peer GroupTabel 6. Perbandingan Indonesia dengan Peer Group
Peru 47 41 7,16 7,26 55 57 63,5 64,6Philippine 72 69 6,72 6,83 92 104 56,9 56,8Turkey 90 88 6,35 6,42 74 75 60,8 61,6IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia 101101101101101 9393939393 6,126,126,126,126,12 6,356,356,356,356,35 119119119119119 131131131131131 53,953,953,953,953,9 53,453,453,453,453,4Colombia 115 121 5,78 5,81 67 72 61,9 62,3Vietnam 108 101 5,94 6,22 135 145 49,8 51,0India 77 86 6,59 6,45 115 123 54,2 54,4Thailand 56 59 7,00 7,04 54 67 63,5 63,0Brazil 96 111 6,16 6,00 101 105 55,9 56,7Mexico 58 68 6,98 6,85 44 49 66,4 65,8
Sumber: Cato Institute dan Heritage Foundation
CountryRank Rank Score Score Rank Rank Score Score2008 2009 2008 2009 2008 2009 2008 2009
Economic Freedom of the World √ Cato Institute
Economic Freedom Index √Heritage Foundation
property rights, access to sound money dan
regulations of credit, labor and business. Hanya
satu area yang mengalami penurunan peringkat
yaitu di area freedom to trade internationally.
Sementara berdasarkan penilaian
Heritage Foundation, Indonesia justru
mengalami penurunan peringkat dari rangking
119 pada 2008 menjadi rangking 131 pada
2009, namun Heritage Foundation tetap menilai
adanya peningkatan skor Indonesia dalam
penghitungan indeks dimaksud. Dalam laporan
2009, Heritage Foundation menilai bahwa i)
ekonomi Indonesia cukup kuat, mencapai
pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 5% tiap
tahun dalam 5 tahun terakhir dan ii) kebijakan
reformasi Indonesia semakin jelas berupaya
memperbaiki iklim bisnis, meningkatkan daya
saing regional dan menciptakan lebih banyak
sektor swasta yang aktif. Selain itu, skor
Indonesia dibidang trade freedom, fiscal
freedom dan government size relatif baik.
Pengelolaan public finance membaik dan tariff
barriers telah berhasil diturunkan.
Bab 5 - A r t i k e l
153
18 Heritage mengkategorikan tingkat economic freedom suatunegara sbb: (1) 80%-100%: Free; (2) 70%-79.9%: Mostly Free;(3) 60%-69.9%: Moderately Free; (4) 50%-59.9%: MostlyUnfree; dan (5) 0%-49.9%: Repressed.
Namun demikian, tantangan dari aspek
kelembagaan (institutional challenges) belum
sepenuhnya hilang. Memulai bisnis masih
memakan waktu dua kali lebih lama dari rata-
rata dunia, disamping peraturan yang dinilai
masih sangat rumit dan membebani. Terlepas
dari adanya beberapa perbaikan, investasi asing
masih sangat terbatas dan judicial enforcement
masih inkonsisten serta tidak transparan. Akibat
masih berlanjutnya korupsi, penyelesaian kasus
secara objektif sangat sulit terjadi. Dengan skor
53,4, maka economic freedom Indonesia
berdasarkan penilaian dari Heritage Foundation
masih dikategorikan sebagai mostly unfree18.
Untuk 4 kategori seperti trade freedom, fiscal
freedom, monetary freedom dan government
size, Indonesia sebenarnya sudah dapat
dikategorikan mostly free. Namun untuk
kategori labor freedom Indonesia dikategorikan
sebagai mostly unfree, bahkan skor pada 5
kategori penting lainnya dinilai sangat kecil,
yaitu untuk kategori freedom from corruption,
business, investment dan financial freedom
serta property rights, yang dikategorikan
repressed. Sehingga, secara keseluruhan
menyebabkan overall index Indonesia untuk
kategori ini masih rendah.
IV. FUTURE ASSIGNMENT: UPAYA
PERBAIKAN PERSEPSI INTERNASIONAL
Perbaikan rating, indeks dan persepsi
internasional menjadi faktor yang sangat
penting karena merupakan acuan bagi investor
dalam menentukan target investasi mereka.
Dalam rangka mencapai target sovereign
rating dan country risk index Indonesia perlu
dilakukan dukungan dari berbagai pihak yang
meliputi i) mengurangi beban utang
pemerintah Indonesia, ii) melakukan
pengembangan pasar modal domestik, iii)
membenahi sarana infrastruktur, iv)
memberantas korupsi, v) meningkatkan
kualitas SDM (kesehatan publik dan kualitas
pendidikan), dan vi) meningkatkan
kemampuan teknologi.
Sementara sebagai upaya perbaikan
dalam menciptakan iklim usaha yang
kompetitif, perlu dilakukan hal-hal sbb: i)
mempersingkat waktu yang diperlukan untuk
memulai bisnis baru termasuk menekan biaya
dan modal minimum yang diperlukan, ii)
meninjau kembali ketentuan yang mengatur
tentang ketenagakerjaan (aspek employing
workers), iii) menyelesaikan contract dispute
(aspek enforcing contract), iv) mengatasi
permasalahan yang terkait dengan efisiensi
waktu, prosedur dan biaya, dan v)
memperbaiki indeks persepsi tentang korupsi
Indonesia.
Sebagai fondasi dari berbagai upaya
tersebut, seluruh pihak terkait di Indonesia,
baik instansi pemerintah, Bank Indonesia,
pihak swasta, lembaga legislative dan yudikatif,
dan pihak terkait lainnya, perlu bersama-sama
menjaga dan meningkatkan persepsi
internasional. Untuk itu komitmen dari seluruh
pihak terkait diperlukan dan mengupayakan
agar everyone in the country is on board.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
154
L a m p i r a n
155
L a m p i r a n
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
156
Tabel 1. Produk Domestik BrutoTabel 1. Produk Domestik BrutoTabel 1. Produk Domestik BrutoTabel 1. Produk Domestik BrutoTabel 1. Produk Domestik Bruto
Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
(% yoy)(% yoy)(% yoy)(% yoy)(% yoy)
2008
AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika
Amerika Serikat 0,8 1,6 2,5 3,6 2,9 2,8 2,0 2,0 1,6 0,0 -1,9 1,1 -3,3 -3,8 -2,3
Argentina -4,4 -10,9 8,8 9,0 9,2 8,5 8,7 8,5 7,8 6,9 4,1 7,0 2,0 -0,8 -
Brazil 1,3 2,7 1,1 5,7 2,9 3,7 5,7 6,1 6,2 6,8 1,3 5,1 -1,8 -1,2 -
Chili 3,4 2,2 4,0 6,0 5,6 4,3 4,7 3,6 4,2 3,7 0,2 3,2 -2,2 -4,2 -
Meksiko 0,0 0,8 1,4 4,2 2,8 4,8 3,3 2,6 2,9 1,7 -1,6 1,3 -8,0 -10,3 -
Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik
Australia 2,1 4,1 3,1 3,7 2,8 2,7 4,0 3,4 3,0 2,2 0,8 2,3 0,3 0,6 0,60,60,60,60,6
China 8,3 9,1 10,0 10,1 10,4 11,6 11,9 10,6 10,1 9,0 6,8 9,0 6,1 7,9 8,9
India 3,9 4,5 6,9 7,9 9,0 9,4 8,7 8,6 7,8 7,7 5,8 7,3 5,8 6,1 5,85,85,85,85,8
Jepang 0,2 0,3 1,4 2,7 1,9 2,4 2,2 1,3 0,6 -0,3 -4,3 -0,7 -8,7 -7,2 -5,4-5,4-5,4-5,4-5,4
Korea Selatan 3,8 7,0 3,1 4,7 4,2 5,1 5,1 5,5 4,3 3,1 -3,4 2,2 -4,2 -2,2 0,6
ASEAN-6
Indonesia 3,6 4,5 4,8 5,0 5,7 5,5 6,3 6,3 6,4 6,4 5,2 6,1 4,4 4,0 4,04,04,04,04,0
Malaysia 0,3 4,4 5,5 6,8 5,3 5,8 6,2 7,4 6,6 4,8 0,1 4,6 -6,2 -3,9 -2,6-2,6-2,6-2,6-2,6
Philipina 1,8 4,4 4,9 6,4 4,9 5,4 7,3 3,9 4,2 4,6 2,9 4,6 0,6 1,5 1,51,51,51,51,5
Singapura -2,4 4,2 3,1 9,0 7,3 8,2 7,7 6,7 2,5 0,0 -4,2 1,1 -9,5 -3,2 0,8
Thailand 2,2 5,3 7,1 6,3 4,5 5,1 4,9 6,0 5,3 3,9 -4,2 2,6 -7,1 -4,9 -3,6-3,6-3,6-3,6-3,6
Vietnam 6,9 7,1 7,3 7,8 8,4 8,2 8,5 7,4 6,5 6,5 6,2 6,2 3,1 3,9 4,6
EropaEropaEropaEropaEropa
Kawasan Euro 1,9 0,9 0,8 2,0 1,5 2,8 2,7 2,2 1,5 0,5 -1,7 0,6 -4,9 -4,8 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0
Inggris 2,4 2,1 2,8 3,3 1,8 2,9 2,6 2,3 1,6 0,3 -2,0 0,7 -5,0 -5,5 -5,2
Rusia 5,1 4,7 7,3 7,2 6,4 7,4 8,1 8,7 7,5 6,0 1,2 5,6 -9,8 -10,9 -
AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika
Afrika Selatan 2,7 3,7 3,1 4,8 4,9 5,0 4,7 3,9 4,5 3,0 1,0 3,8 -1,2 -2,8 -
Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast 2009, dan WEO Oktober 2009.Keterangan:Cetak miring dan Tebal adalah angka proyeksi dari Consensus Forecast September 2009.
TW1 TW2 TW3 TW4
20092008
TW1 TW2 TW3
L a m p i r a n
157
Tabel 2. Angka PengangguranTabel 2. Angka PengangguranTabel 2. Angka PengangguranTabel 2. Angka PengangguranTabel 2. Angka Pengangguran
2006 2007 2008 2009Negara 2001 2002 2003 2004 2005
Akhir Periode (%)Akhir Periode (%)Akhir Periode (%)Akhir Periode (%)Akhir Periode (%)
AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika
Amerika Serikat 5,7 6,0 5,7 5,4 4,8 4,7 4,6 4,5 4,4 4,4 4,6 4,7 5,0 5,1 5,5 6,1 7,2 8,5 9,5 9,8
Argentina n,a 20,8 14,5 12,1 10,1 11,4 10,4 10,2 8,7 9,8 8,5 8,1 7,5 8,4 8,0 7,8 7,3 8,4 8,8 -
Brazil 10,8 10,5 10,9 9,6 8,3 10,4 10,4 10,0 8,4 10,1 9,7 9,0 7,4 8,6 7,8 7,6 6,8 9,0 8,1 7,7
Chili 8,6 8,7 8,5 8,9 7,9 8,4 8,9 7,9 6,0 6,7 6,9 7,7 7,2 7,6 8,4 7,8 7,5 9,2 10,7 10,2
Meksiko 2,5 2,1 3,0 3,0 3,3 3,5 3,6 3,7 4,0 3,9 3,6 3,6 3,8 3,7 3,9 4,0 4,7 4,7 5,6 6,1
Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik
Australia 6,8 6,2 5,7 5,1 5,1 4,9 4,8 4,7 4,6 4,5 4,3 4,2 4,2 4,1 4,3 4,3 4,5 5,7 5,8 5,7
China n,a 4,0 4,3 4,2 4,2 4,2 4,2 4,1 4,1 4,1 4,1 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,2 4,3 4,3 -
India n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a
Jepang 5,4 5,4 4,9 4,5 4,4 4,2 4,2 4,2 4,0 4,0 3,7 4,0 3,8 3,8 4,1 4,0 4,3 4,8 5,4 5,3
Korea Selatan 3,7 3,1 3,7 3,8 3,5 3,5 3,5 3,4 3,3 3,2 3,3 3,2 3,1 3,1 3,2 3,1 3,3 3,7 4,0 3,6
ASEAN-6
Indonesia 8,1 9,1 9,5 9,9 11,2 10,5 n,a 10,3 n,a 9,8 n,a 9,1 n,a 8,5 n,a 8,4 n,a 8,1 n,a n,a
Malaysia 3,7 3,2 3,2 3,3 3,8 3,8 3,4 3,1 3,0 3,4 3,4 3,1 3,0 3,6 3,5 3,1 3,1 4,0 3,6 -
Philipina - - - - 7,4 8,1 8,2 8,1 7,3 7,8 7,4 7,8 6,3 7,4 8,0 7,4 6,8 7,7 7,5 7,6
Singapura 5,1 4,8 5,0 4,0 2,6 2,6 2,7 2,7 2,6 2,9 2,3 1,7 1,6 2,9 3,1 3,3 3,6 4,8 4,6 5
Thailand 1,8 1,4 1,5 1,5 1,4 1,8 1,5 1,2 1,0 1,6 1,4 1,2 0,8 1,5 1,2 1,1 1,4 1,9 1,4 1,2
Vietnam 6,3 6,0 5,8 5,6 5,3 n,a n,a n,a 4,8 n,a n,a n,a 4,6 n,a n,a n,a 4,7 - - -
EropaEropaEropaEropaEropa
Kawasan Euro 8,5 8,5 8,7 8,9 8,7 8,6 8,3 8,0 7,8 7,6 7,4 7,3 7,2 7,2 7,4 7,5 8,2 9,0 9,4 9,7
Inggris 5,2 5,1 4,9 4,7 5,1 5,2 5,5 5,6 5,5 5,5 5,4 5,4 5,2 5,2 5,4 5,8 6,3 7,1 7,8 7,9
Rusia 8,7 8,8 8,0 7,6 7,7 7,6 7,5 7,1 6,9 6,8 5,9 6,0 6,1 6,4 6,2 5,3 7,8 9,2 8,3 7,6
AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika
Afrika Selatan 29,4 30,4 28,0 26,2 26,7 25,6 n,a 25,5 n,a 23,5 23,1 23,0 n,a n,a n,a 23,2 - - - -
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
Sumber : BloombergKeterangan : -
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
158
Sumber: Bloomberg, WEO Oktober 2009Keterangan:* Inflasi IHK industrial worker
Tabel 3. Inflasi IHKTabel 3. Inflasi IHKTabel 3. Inflasi IHKTabel 3. Inflasi IHKTabel 3. Inflasi IHK
2007 2008 2009Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)
AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika
Amerika Serikat 1,6 2,4 1,9 3,3 3,4 2,5 2,8 2,7 2,8 4,1 4,0 5,0 4,9 0,1 -0,4 -1,4 -1,3
Argentina -1,5 41,0 3,7 6,1 12,3 9,8 9,1 8,8 8,6 8,5 8,8 9,3 8,7 7,2 6,3 5,3 6,2
Brazil 7,7 12,5 9,3 7,6 5,7 3,1 3,0 3,7 4,2 4,5 4,7 6,1 6,3 5,9 5,6 4,8 4,3
Chili 3,2 1,8 1,6 1,8 2,9 2,7 2,7 3,2 5,0 6,3 7,7 8,7 8,8 8,7 6,5 3,6 0,2
Meksiko 4,4 5,7 4,0 5,2 3,3 4,1 4,2 4,0 3,8 3,8 4,3 5,3 5,5 6,5 6,0 5,7 4,9
Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik
Australia 3,1 3,0 2,4 2,6 2,8 3,3 2,4 2,1 1,9 3,0 4,2 4,5 4,6 3,7 2,5 1,5 1,3
China -0,3 -0,4 3,2 2,4 1,6 2,8 3,3 4,4 6,2 6,5 8,3 7,8 4,6 1,2 -1,2 -1,7 -0,8
India* 5,2 3,2 3,7 3,8 5,6 6,7 6,7 5,7 6,4 5,5 7,9 7,7 9,8 9,7 8,0 9,3 11,7
Jepang -1,2 -0,3 -0,4 0,2 -0,1 0,3 -0,1 -0,2 -0,2 0,7 1,2 1,4 2,1 0,4 -0,3 -1,8 -2,2
Korea Selatan 3,2 3,7 3,4 3,0 2,6 2,1 2,2 2,5 2,3 3,6 3,9 4,8 5,1 4,1 3,9 2,0 2,2
ASEAN-6
Indonesia 12,5 9,9 5,2 6,4 17,1 6,6 6,5 5,8 7,0 6,6 8,2 10,1 12,1 11,1 7,9 3,7 2,8
Malaysia 1,2 1,6 1,2 2,2 3,3 3,1 1,5 1,4 1,8 2,4 2,8 4,9 8,2 4,4 3,5 -1,4 -2,0
Philipina 4,5 2,5 3,9 8,6 6,7 4,3 2,2 2,3 2,7 3,9 6,4 11,4 11,9 8,0 6,4 1,5 0,7
Singapura -0,6 0,4 0,7 1,3 1,3 0,8 0,7 1,3 2,7 4,4 6,7 7,5 6,7 4,3 1,6 -0,5 -0,4
Thailand 0,8 1,6 1,8 2,9 5,8 3,5 2,0 1,9 2,1 3,2 5,3 7,5 6,0 0,4 -0,2 -4,0 -1,0
Vietnam 0,7 4,0 2,9 9,7 8,8 6,6 6,8 7,8 8,8 12,6 19,4 27,0 27,9 19,9 11,3 3,9 2,4
EropaEropaEropaEropaEropa
Kawasan Euro 2,0 2,4 2,0 2,4 2,2 1,9 1,9 1,9 2,1 3,1 3,6 4,0 3,6 1,6 0,6 1,8 2,1
Inggris 1,1 1,7 1,3 1,7 1,9 3,0 3,1 2,4 1,8 2,1 2,5 3,8 5,2 3,1 2,9 1,8 1,1
Rusia 18,6 15,1 12,0 11,7 10,9 9,0 7,4 8,5 9,4 11,9 13,3 15,1 15,0 13,3 14,0 11,9 10,7
AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika
Afrika Selatan 4,7 12,4 0,2 3,5 3,6 5,8 6,1 7,0 7,2 9,0 10,6 12,2 13,1 9,5 8,5 6,9 6,1
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
L a m p i r a n
159
Tabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralTabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralTabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralTabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralTabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank Sentral
2008 2009
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3Negara 2006 2007
Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)
AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika
Amerika Serikat (Fed fund rate) 5,25 4,25 2,25 2,00 2,00 0,25 0,25 0,25 0,25
Brazil (Selic rate) 13,25 11,25 11,25 12,25 13,75 13,75 11,25 9,25 8,75
Chili (Overnite rate) 5,25 6,00 6,25 7,25 7,75 8,25 2,25 0,75 0,50
Meksiko (Overnite rate) 7,00 7,50 7,50 8,00 8,25 8,25 6,75 4,75 4,50
Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik
Australia (Cash target rate) 6,25 6,75 7,25 7,25 7,00 4,25 3,25 3,00 3,00
China (Lending rate) 6,12 7,47 7,47 7,47 7,20 5,31 5,31 5,31 5,31
India (Reverse repo rate) 6,00 6,00 6,00 9,00 9,00 6,50 5,00 4,75 4,75
Jepang (O/N Call target) 0,25 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,10 0,10 0,10
Korea Selatan (Call rate) 4,50 5,00 5,00 5,25 5,25 3,00 2,00 2,00 2,00
ASEAN-5
Indonesia (BI rate) 9,75 8,00 8,00 9,00 9,25 9,25 7,75 7,00 6,50
Malaysia (O/N rate) 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,25 2,00 2,00 2,00
Philipina (O/N rate) 7,50 5,25 5,00 5,75 6,00 5,50 4,75 4,25 4,00
Thailand (Repo rate) 4,94 3,25 3,25 3,5 3,75 2,75 1,50 1,25 1,25
EropaEropaEropaEropaEropa
Kawasan EURO (Refinancing rate) 3,50 4,00 4,00 4,25 4,25 2,50 1,50 1,00 1,00
Inggris (Bank rate) 5,00 5,50 5,25 5,00 5,00 2,00 0,50 0,50 0,50
Rusia (Refinancing rate) 11,00 10,00 10,25 11,00 11,00 13,00 13,00 13,00 10,00
AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika
Afrika Selatan (Refinancing rate) 9,00 11,00 11,00 12,00 12,00 11,50 9,50 7,50 7,00
Sumber : BloombergKeterangan : -
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
160
Sumber : BloombergKeterangan : -
Tabel 5. Uang BeredarTabel 5. Uang BeredarTabel 5. Uang BeredarTabel 5. Uang BeredarTabel 5. Uang Beredar
2008 2009Negara 2006 2007
Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)
AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika
Amerika Serikat (M2) 5,1 5,9 6,9 5,9 6,2 9,6 9,4 9,0 7,8
Argentina (M3) 19,4 24,7 23,1 19,1 18,2 14,6 5,1 -31,9 4,1
Brazil (M3) 18,1 17,7 17,2 16,8 18,0 17,5 17,4 15,7 15,4
Chili (M3) 11,4 17,6 10,2 14,5 11,2 - - - -
Meksiko (M3) 14,1 10,0 12,8 11,6 12,0 14,5 15,1 14,1 12,9
Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik
Australia (M3) 13,1 22,5 21,1 19,2 19,5 15,4 15,0 13,9 11,1
China (M2) 16,9 16,7 16,3 17,4 15,3 17,8 25,5 28,5 28,5
India (M3) 19,3 22,8 20,7 20,7 19,0 19,6 18,6 20,2 19,7
Jepang (M3) -0,6 0,7 0,8 0,9 0,9 0,7 1,3 1,7 2,0
Korea Selatan (M3) 9,6 10,6 11,9 12,7 12,2 10,4 8,4 7,0 8,0
ASEAN-6
Indonesia (M2) 14,9 18,9 15,3 17,1 16,9 14,7 20,4 17,4 16,3
Malaysia (M3) 12,3 9,5 12,1 14,2 13,5 11,9 7,3 5,7 7,6
Philipina (M3) 21,4 10,6 2,1 5,1 13,5 15,6 15,6 12,6 12,9
Singapura (M3) 19,1 14,1 12,5 7,9 10,4 11,6 11,0 12,1 11,8
Thailand (M2) 8,2 6,3 5,7 4,6 4,7 9,2 8,7 9,3 10,8
Vietnam 33,6 n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a
EropaEropaEropaEropaEropa
Kawasan Euro (M3) 9,9 11,5 10,0 9,6 8,7 7,5 5,1 3,6 2,5
Inggris (M4) 12,5 12,3 11,7 11,4 12,2 16,3 17,8 13,6 12,5
Rusia (M2) 48,8 47,5 42,2 31,2 25,1 1,7 -9,5 -7,6 -8,4
AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika
Afrika Selatan (M3) 22,5 23,6 21,0 20,3 15,2 14,8 10,6 6,1 5,5
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
L a m p i r a n
161
Tabel 6. Surplus/Defisit Keuangan PemerintahTabel 6. Surplus/Defisit Keuangan PemerintahTabel 6. Surplus/Defisit Keuangan PemerintahTabel 6. Surplus/Defisit Keuangan PemerintahTabel 6. Surplus/Defisit Keuangan Pemerintah
Negara 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg, WEO Oktober 2009, ADB online, Moody's Mei 2009, Departemen Keuangan (2007)Keterangan:Cetak Tebal dan Miring = Proyeksi WEO Oktober 2009 (*), Proyeksi Moody's 2009 (**)
(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)
AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika
Amerika Serikat -3,3 -2,2 -2,8 -5,9 -12,5-12,5-12,5-12,5-12,5 -10*-10*-10*-10*-10*
Argentina 1,8 1,8 1,1 1,4 -0,9-0,9-0,9-0,9-0,9 -1,1**-1,1**-1,1**-1,1**-1,1**
Brazil -3,4 -3,4 -2,6 -2,1 -3,3-3,3-3,3-3,3-3,3 -2,6**-2,6**-2,6**-2,6**-2,6**
Chile 4,7 7,9 9,0 5,4 -4,2-4,2-4,2-4,2-4,2 -0,8**-0,8**-0,8**-0,8**-0,8**
Meksiko -0,7 -1,5 -1,6 -1,3 -2,8-2,8-2,8-2,8-2,8 -2,1**-2,1**-2,1**-2,1**-2,1**
Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik
Australia 2,6 2,1 1,6 -0,8 -4,3-4,3-4,3-4,3-4,3 -5,3*-5,3*-5,3*-5,3*-5,3*
China -1,3 -0,8 0,7 -0,4 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0 -4,8**-4,8**-4,8**-4,8**-4,8**
India -6,6 -5,5 -6,2 -9,3 -8,8-8,8-8,8-8,8-8,8 -8,3**-8,3**-8,3**-8,3**-8,3**
Jepang -5,0 -4,0 -2,5 -5,8 -10,5-10,5-10,5-10,5-10,5 -10,2*-10,2*-10,2*-10,2*-10,2*
Korea Selatan 1,9 1,8 3,8 2,3 -1,5-1,5-1,5-1,5-1,5 -2,1**-2,1**-2,1**-2,1**-2,1**
ASEAN-6
Indonesia -0,5 -0,9 -1,2 -1,0 -2,6-2,6-2,6-2,6-2,6 -1,7**-1,7**-1,7**-1,7**-1,7**
Malaysia -3,6 -3,3 -3,2 -4,8 -7,6-7,6-7,6-7,6-7,6 -8,2**-8,2**-8,2**-8,2**-8,2**
Philipina -2,7 -1,1 -1,5 -1,5 -3,0-3,0-3,0-3,0-3,0 -2,8**-2,8**-2,8**-2,8**-2,8**
Singapura -0,3 0,6 3,4 1,5 -3,6-3,6-3,6-3,6-3,6 -3,1**-3,1**-3,1**-3,1**-3,1**
Thailand 0,5 -0,5 -1,1 0,6 -3,3-3,3-3,3-3,3-3,3 -3,5**-3,5**-3,5**-3,5**-3,5**
Vietnam -1,1 -2,7 -6,0 -2,9 -5,1-5,1-5,1-5,1-5,1 -3,5**-3,5**-3,5**-3,5**-3,5**
EropaEropaEropaEropaEropa
Inggris -3,3 -2,6 -2,6 -5,1 -11,6-11,6-11,6-11,6-11,6 -13,2*-13,2*-13,2*-13,2*-13,2*
Rusia 8,1 8,4 5,0 4,3 -6,5-6,5-6,5-6,5-6,5 -2,8**-2,8**-2,8**-2,8**-2,8**
AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika
Afrika Selatan -0,2 0,4 1,4 -1,1 -2,8-2,8-2,8-2,8-2,8 -2,6**-2,6**-2,6**-2,6**-2,6**
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
162
Tabel 7. Neraca BerjalanTabel 7. Neraca BerjalanTabel 7. Neraca BerjalanTabel 7. Neraca BerjalanTabel 7. Neraca Berjalan
Negara 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: WEO Oktober 2009Keterangan:Cetak Tebal dan Miring = proyeksi WEO Oktober 2009
(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)
AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika
Amerika Serikat -5,87 -5,98 -5,30 -4,90 -2,59-2,59-2,59-2,59-2,59 -2,21-2,21-2,21-2,21-2,21
Argentina 1,66 2,29 1,65 1,36 4,424,424,424,424,42 4,914,914,914,914,91
Brazil 1,59 1,25 0,116 -1,79 -1,27-1,27-1,27-1,27-1,27 -1,93-1,93-1,93-1,93-1,93
Chili 1,23 4,88 4,39 -2,03 0,700,700,700,700,70 -0,45-0,45-0,45-0,45-0,45
Meksiko -0,52 -0,46 -0,812 -1,45 -1,24-1,24-1,24-1,24-1,24 -1,33-1,33-1,33-1,33-1,33
Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik
Australia -5,78 -5,35 -6,28 -4,60 -3,25-3,25-3,25-3,25-3,25 -5,57-5,57-5,57-5,57-5,57
China 7,19 9,53 10,99 9,85 7,817,817,817,817,81 8,578,578,578,578,57
India 0,10 2,98 2,43 -2,21 -2,21-2,21-2,21-2,21-2,21 -2,51-2,51-2,51-2,51-2,51
Jepang 3,63 3,91 4,81 3,20 1,921,921,921,921,92 2,042,042,042,042,04
Korea Selatan 1,77 0,57 0,56 -0,69 3,373,373,373,373,37 2,22,22,22,22,2
ASEAN-6
Indonesia 0,10 2,98 2,429 0,05 0,880,880,880,880,88 0,540,540,540,540,54
Malaysia 15,00 16,69 15,37 17,89 13,4213,4213,4213,4213,42 10,9610,9610,9610,9610,96
Philipina 2,01 4,55 4,94 2,53 3,193,193,193,193,19 1,181,181,181,181,18
Singapura 22,71 25,42 23,49 14,83 12,5712,5712,5712,5712,57 12,5312,5312,5312,5312,53
Thailand -4,33 1,05 5,71 -0,07 4,864,864,864,864,86 2,732,732,732,732,73
Vietnam -1,06 -0,27 -9,83 -11,92 -9,66-9,66-9,66-9,66-9,66 -9,44-9,44-9,44-9,44-9,44
EropaEropaEropaEropaEropa
Inggris -2,61 -3,41 -2,88 -1,73 -2,04-2,04-2,04-2,04-2,04 -1,95-1,95-1,95-1,95-1,95
Rusia 11,05 9,54 5,89 6,11 3,623,623,623,623,62 4,554,554,554,554,55
AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika
Afrika Selatan -4,03 -6,31 -7,31 -7,41 -4,96-4,96-4,96-4,96-4,96 -6,54-6,54-6,54-6,54-6,54
L a m p i r a n
163
Sumber: IFS Oktober-09 dan The Economist edisi 12 November 2009Keterangan: Tidak termasuk emas
Tabel 8. Cadangan DevisaTabel 8. Cadangan DevisaTabel 8. Cadangan DevisaTabel 8. Cadangan DevisaTabel 8. Cadangan Devisa
2008 2009Negara 2006 2007
Akhir periode (Miliar USD)Akhir periode (Miliar USD)Akhir periode (Miliar USD)Akhir periode (Miliar USD)Akhir periode (Miliar USD)
AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika
Amerika Serikat 54,9 59,5 64,7 64,7 60,8 66,6 63,9 64,1 115,8
Argentina 30,9 44,7 47,5 45,9 45,5 44,9 44,9 44,9 45,8
Brazil 85,2 179,4 191,9 199,8 205,5 192,8 189,4 200,5 220,6
Chili 19,4 16,8 17,9 20,3 24,2 23,2 23,0 24,0 26,4
Meksiko 76,3 87,1 90,2 94,0 98,7 88,5 90 82,9 84,4
Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik
Australia 53,4 24,8 31,0 32,1 26,5 30,7 30,2 40,0 41,7
China 1.068,5 1.528,0 1.700,0 1.808,0 1.905,6 1.946,0 1.953,7 2.131,6 2.272,6
India 170,7 267,0 291,3 302,1 282,7 245,9 232,2 253,7 254,6
Jepang 879,7 952,8 992,6 376,2 974,1 982,8 985,9 988,5 1.018,0
Korea Selatan 238,9 262,2 264,2 247,5 239,7 201,2 206,3 231,7 264,2
ASEAN-6
Indonesia 41,1 55,0 54,9 57,3 55,0 49,6 52,7 55,4 60,0
Filipina 20,0 30,2 32,7 36,9 32,8 32,7 35,0 34,9 37,9
Malaysia 82,1 101,1 120,0 125,5 109,4 91,0 87,4 91,9 94,8
Singapura 136,3 167,7 177,6 176,7 169,9 174,2 167,1 173,2 184,3
Thailand 65,3 90,3 107,5 103,2 100 108,7 113,7 115,4 129,1
Vietnam 13,4 23,6 25,0 21,0 22,4 23,8 22,6 20,9 19,1
EropaEropaEropaEropaEropa
Kawasan Euro 197,0 214,9 233,8 230,1 220,3 232,2 206,8 214,4 278,8
Inggris 40,7 49,0 50,7 48,5 42,4 44,6 39,9 45,1 56,1
Rusia 295,6 464,4 493,3 592,3 542,1 426 368,1 396 394,6
AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika
Afrika Selatan 23,1 29,6 30,6 31,1 30,9 30,2 30,0 32,0 35,6
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
164
Tabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USDTabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USDTabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USDTabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USDTabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USD
Negara 2003 2004 2005 2006 2007
Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode
20082008
Sumber : Bloomberg, diolahKeterangan : -
TW1 TW2 TW3 TW4
AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika
Argentina (Peso) 2,95 2,94 2,92 3,07 3,12 3,15 3,12 3,05 2,96 3,07 3,55 3,73 3,83
Brazil (Real) 3,07 2,92 2,43 2,18 1,95 1,74 1,65 1,67 2,78 1,96 2,32 2,08 1,87
Chili (Peso) 689,99 609,14 559,44 530,53 522,28 462,89 471,41 515,87 591,57 510,43 606,60 566,21 545,49
Meksiko (Peso) 10,80 11,29 10,89 10,91 10,93 10,81 10,43 10,32 11,32 10,72 14,38 13,32 13,27
Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik
Australia (Dollar) 0,65 0,74 0,76 0,75 0,84 0,91 0,94 0,89 0,67 0,85 0,66 0,76 0,83
China (Yuan) 8,28 8,28 8,19 7,97 7,61 7,17 6,96 6,84 6,84 6,95 6,84 6,83 6,83
India (Rupee) 46,57 45,29 44,10 44,41 41,35 39,80 41,65 43,76 48,76 43,49 49,80 48,68 48,41
Jepang (Yen) 115,89 108,13 110,18 116,34 117,80 105,07 104,59 107,60 95,98 103,31 93,67 97,38 93,58
Korea Selatan (Won) 1.192 1.145 1.024 955 929 954 1.018 1.066 1.365 1.101 1.415 1.286 1.239
ASEAN-6
Indonesia (Rupiah) 8.572 8.936 9.712 9.165 9.139 9.260 9.257 9.223 11.048 9.697 11.623 10.542 9.985
Malaysia (Ringgit) 3,80 3,80 3,79 3,67 3,44 3,23 3,21 3,34 3,55 3,33 3,63 3,55 3,52
Philipina (Peso) 54,21 56,05 55,04 51,26 46,10 40,86 42,95 45,54 48,34 44,42 47,78 47,85 48,14
Singapura (Dollar) 1,74 1,69 1,66 1,59 1,51 1,41 1,37 1,40 1,49 1,42 1,51 1,47 1,44
Thailand (Bath) 41,52 40,26 40,27 37,91 32,33 31,00 32,27 33,89 34,83 33,00 35,33 34,73 33,96
Vietnam (Dong) 15.510 15.741 15.856 15.991 16.083 15.950 16.267 16.676 16.903 16.449 17.508 17.784 17.818
EropaEropaEropaEropaEropa
Kawasan Euro (USD/Euro) 1,13 1,24 1,24 1,22 1,37 1,50 1,56 1,50 1,32 1,47 1,31 1,36 1,43
Inggris (Poundsterling) 1,64 1,83 1,82 1,84 2,00 1,98 1,97 1,89 1,57 1,85 1,43 1,55 1,64
Rusia (Ruble) 30,68 28,80 28,29 27,17 25,57 24,34 23,62 24,29 27,33 24,90 34,06 32,18 31,30
AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika
Afrika Selatan (Rand) 7,54 6,43 6,37 6,77 7,05 7,54 7,77 7,79 9,96 8,27 9,93 8,45 7,80
2009
TW1 TW2 TW3
L a m p i r a n
165
Tabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang DuniaTabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang DuniaTabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang DuniaTabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang DuniaTabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia
Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode
20082008
Sumber : Bloomberg, diolahKeterangan : -
TW1 TW2 TW3 TW4
AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika
Amerika Serikat (Dollar) 10.256 9.675 8.685 8.845 9.712 9.165 9.139 9.260 9.257 9.223 11.048 9.697 11.623 10.542 9.985
Argentina (Peso) 10.259 3.301 2.913 2.993 3.323 2.981 2.933 2.940 2.966 3.028 3.727 3.165 3.277 2.828 2.607
Brazil (Real) 4.747 3.515 2.720 3.201 3.990 4.213 4.709 5.322 5.594 5.531 3.969 5.104 5.019 5.077 5.349
Chili (Peso) 16,36 14,08 13,32 15,44 18,39 17,28 17,51 20,00 19,64 17,88 18,68 19,05 19,16 18,62 18,30
Meksiko (Peso) 1.073,49 967,82 806,47 899,29 891,71 840,78 836,26 856,61 887,94 893,29 976,38 903,56 808,54 791,59 752,24
Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik
Australia (Dollar) 5.375 5.163 5.681 6.779 7.214 6.848 7.729 8.427 8.741 10.386 16.429 10.996 17.478 13.853 11.974
China (Renminbi) 1.217 1.169 1.049 1.069 1.170 1.157 1.196 1.291 1.331 1.348 1.616 1.397 1.700 1.543 1.462
India (Rupee) 212,25 201,01 185,52 198,98 215,89 202,35 221,24 232,66 222,26 210,76 226,59 223,07 233,41 216,58 206,24
Jepang (Yen) 84,38 77,17 76,94 84,34 86,91 78,60 77,31 88,13 88,50 85,72 115,12 94,37 124,08 108,26 106,70
Korea Selatan (Won) 7,95 7,73 7,30 8,01 9,49 9,60 9,83 9,71 9,09 8,65 8,09 8,89 8,21 8,20 8,06
ASEAN-5
Malaysia (Ringgit) 2.699 2.546 2.286 2.328 2.565 2.500 2.660 2.867 2.884 2.762 3.113 2.907 3.206 2.969 2.837
Philipina (Peso) 198,28 184,18 159,79 158,28 175,26 179,82 198,41 226,63 215,53 202,53 228,54 218,31 243,25 220,31 207,42
Singapura (Dollar) 2.945 5.395 5.057 5.317 5.835 5.770 6.068 6.567 6.779 6.588 7.437 6.843 7.681 7.159 6.942
Thailand (Baht) 230,34 221,34 210,14 225,40 241,17 241,87 283,14 298,71 286,82 272,15 317,18 293,71 328,95 303,56 293,98
Vietnam (Dong) 0,67 0,64 0,56 0,57 0,61 0,57 0,57 0,58 0,57 0,55 0,65 0,59 0,66 0,59 0,56
EropaEropaEropaEropaEropa
Kawasan Euro (Euro) 9.175 9.321 9.998 11.565 12.067 11.512 12.524 13.890 14.471 13.871 14.586 14.205 15.178 14.370 14.280
Inggris (Pound) 14.765 14.762 14.723 16.397 17.652 16.888 18.295 18.335 18.254 17.465 17.345 17.850 16.665 16.365 16.383
Rusia (Rubbel) 351,36 310,56 284,01 311,18 343,25 337,38 357,62 380,44 391,92 379,68 404,19 389,06 341,29 327,60 318,96
AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika
Afrika Selatan (Rand) 1.063 956 1.152 1.447 1.526 1.361 1.297 1.228 1.191 1.185 1.109 1.178 1.170 1.247 1.281
2009
TW1 TW2 TW3
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
166
Tabel 11. Indeks SahamTabel 11. Indeks SahamTabel 11. Indeks SahamTabel 11. Indeks SahamTabel 11. Indeks Saham
Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode
20082008
Sumber : BloombergKeterangan : -
TW1 TW2 TW3 TW4
2009
TW1 TW2 TW3
AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika
Amerika Serikat (S&P 500) 1.194 994 965 1.131 1.192 1.310 1.477 1.351 1.372 1.252 912 1.222 808 893 996
Argentina (MERV) 367 400 732 1.108 1.493 1.746 2.157 2.073 2.136 1.786 1.081 1.769 1.078 1.444 1.778
Brazil (BVSP) 14.033 11.446 14.449 22.314 27.551 38.085 53.189 61.193 67.501 49.957 37.269 53.980 39.717 49.434 55.914
Chili (IGPA) 5.234 8.796 6.129 7.880 9.439 10.802 14.140 13.043 14.134 13.608 11.561 13.087 12.007 13.855 15.305
Meksiko (BOLSA) 6.115 6.517 7.092 10.534 13.561 20.735 29.711 28.789 31.002 26.714 20.589 26.774 19.552 23.366 27.380
Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik
Australia (All Ord.) 3.243 3.173 3.058 3.556 4.281 5.079 6.230 5.672 5.657 5.012 3.832 5.043 3.418 3.804 4.311
China (Shanghai) 1.956 1.567 1.468 1.483 1.154 2.125 4.211 4.483 3.316 2.508 1.922 3.057 2.143 2.641 3.060
India (BSE) 3.487 3.261 3.876 5.563 7.393 11.438 15.535 17.772 16.060 14.105 9.688 14.406 9.178 13.078 15.423
Jepang (Nikkei 225) 12.094 10.123 9.311 11.179 12.423 16.113 17.001 13.287 13.810 12.778 8.719 12.148 7.925 9.302 10.129
Korea Selatan (KOSPI) 573 757 680 833 1.074 1.334 1.714 1.692 1.793 1.519 1.132 1.534 1.145 1.371 1.564
ASEAN-6
Indonesia (JSX) 404 509 509 795 1.090 1.424 2.176 2.605 2.363 2.106 1.308 2.095 1.343 1.822 2.289
Malaysia (KLSE) 637 711 705 851 904 956 1.310 1.357 1.253 1.094 888 1.148 884 1.015 1.161
Philipina (PCOM) 1.348 1.212 1.195 1.603 1.973 2.368 3.426 3.161 2.780 2.569 1.995 2.626 1.901 2.280 2.731
Singapura (STI) 1.642 1.572 1.466 1.843 2.149 2.488 3.372 3.036 3.119 2.745 1.819 2.680 1.673 2.128 2.551
Thailand (SET) 303 366 485 663 698 719 768 807 822 674 446 687 435 537 650
Vietnam (Ho Chi Min) 313 193 153 239 263 503 1.008 726 458 474 343 500 276 396 500
EropaEropaEropaEropaEropa
Kawasan Euro (DJ Stoxx 50) 4.046 3.051 2.420 2.805 3.208 3.794 4.317 3.807 3.704 3.279 2.501 3.323 2.162 2.381 2.661
Inggris (FTSE 100) 5.557 4.589 4.050 4.521 5.161 5.920 6.405 5.881 5.983 5.354 4.260 5.370 4.034 4.264 4.715
Rusia (RTS. $ terms) 195 345 470 625 804 1.541 1.978 2.044 2.276 1.753 704 1.694 591 934 1.061
AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika
Afrika Selatan (JSE AS) 8.817 10.305 8.900 11.021 14.772 21.202 28.234 28.754 31.444 26.725 20.551 26.868 20.290 21.837 24.325
L a m p i r a n
167
Tabel 12. Harga Komoditi DuniaTabel 12. Harga Komoditi DuniaTabel 12. Harga Komoditi DuniaTabel 12. Harga Komoditi DuniaTabel 12. Harga Komoditi Dunia
Akhir Periode Rata-rata
TotalTotalTotalTotalTotal
Indeks 219,3 145,7 140,8 178,5 167,5 241,0 159,9 225,6 145,5 168,8 173,4
EnergiEnergiEnergiEnergiEnergi
Indeks 213,74 126,85 102,67 122,5 118,8 244,7 152,7 212,0 109,5 111,1 119,0
Harga spot
Minyak WTI (USD/barrel) 100,6 44,6 49,7 69,9 70,6 118,1 44,6 99,7 42,6 59,7 68,1
Batubara (USD/ton) 112,5 62,5 47,5 48,0 52,3 104,3 79,6 92,0 56,3 47,7 52,2
Gas Alam (USD/Mn Btu) 7,2 5,6 3,6 3,7 3,3 9,0 6,4 8,9 4,6 3,7 3,2
LogamLogamLogamLogamLogam
Indeks 220,7 140,7 146,6 184,2 173,2 238,9 157,5 212,0 146,9 170,7 186,2
Harga spot
Emas (USD/ounce) 871,0 882,1 919,2 926,6 1007,7 864,6 795,2 869,5 908,1 922,7 960,7
Timah (USD/mt) 17.200 29.755 10.400 14.150 14.900 20.356 13.003 18.315 10.980 13.430 14.376
Tembaga (USD/mt) 6.360 3.070 4.040 4.967 6.159 7.584 3.932 6.891 3.475 4.708 5.856
Alumunium (USD/mt) 2.425 1.540 1.392 1.630 1.890 2.846 1.885 2.630 1.406 1.530 1.836
Nikel (USD/mt) 15.850 11.700 9.850 15.375 17.895 19.172 11.113 21.323 10.676 13.147 17.576
PanganPanganPanganPanganPangan
Indeks 220,9 159,4 157,9 201,7 172,2 256,6 165,5 230,0 164,0 196,0 184,9
Harga spot
Jagung (USD/bushel) 4,4 3,7 3,8 3,4 3,3 5,4 3,5 4,9 3,5 3,9 3,2
Gandum (USD/bushel) 6,3 5,6 5,2 5,2 3,9 7,5 5,1 7,8 5,3 5,6 4,4
Gula (Cents/pound) 15,1 12,8 13,5 22,7 23,7 15,0 12,7 13,8 13,6 21,0 22,1
Kedelai (USD/bushel) 9,8 9,6 9,4 11,5 9,2 13,1 8,6 11,9 9,3 11,2 10,5
Beras (USD/mt) 729,0 548,0 620,0 486,0 602,0 752,7 579,3 700,2 624,8 555,5 570,8
CPO (USD/mt) 650,9 468,9 578,9 646,2 625,6 840,8 452,3 860,1 531,2 646,2 641,3
TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
Sumber: Bloomberg, IMF, diolahKeterangan:Indeks Harga Komodoti, harga rata-rata bulanan 2000-2006 = 100
TW3 TW4
2008 20082009 2009
TW1 TW2 TW32008
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
168
Tabel 13. Yield Obligasi IndonesiaTabel 13. Yield Obligasi IndonesiaTabel 13. Yield Obligasi IndonesiaTabel 13. Yield Obligasi IndonesiaTabel 13. Yield Obligasi Indonesia
Indonesia, Indonesia, Indonesia, Indonesia, Indonesia, sovereignsovereignsovereignsovereignsovereign
INDO'17 (coupon = 7,5%) 3-Feb-06 7,00% - - - 6,78 6,22 7,92 8,24
INDO'14 (coupon = 6,75%) 3-Mar-04 6,85% - 7,50 6,85 6,62 6,08 7,46 7,33
INDO'15 (coupon = 7,25%) 13-Apr-05 7,38% - - 7,27 6,69 6,15 7,70 7,66
INDO'16 (coupon = 7,5%) 5-Oct-05 7,63% - - 7,33 6,76 6,21 7,80 7,92
INDO'35 (coupon = 8,5%) 5-Oct-05 8,63% - - 8,23 7,36 6,89 8,58 9,03
INDO'37(coupon = 6,75%) 7-Feb-07 6,75% - - - - 6,89 8,44 8,72
INDO'38(coupon = 6,75%) 17-Jan-08 7,75% - - - - - 8,63 9,00
INDO'18(coupon = 6,875%) 17-Jan-08 6,95% - - - - - 7,96 8,31
New INDO'14 (coupon = 10,375%) 26-Feb-09 10,50% - - - - - - 7,00
INDO'19 (coupon=11,625%) 26-Feb-09 11,75% - - - - - - 8,12
CorporateCorporateCorporateCorporateCorporate
INDOSAT - - 7,10 7,37 7,26 8,35 8,04
EXCELCOMINDO - - - 7,50 7,31 8,52 8,72
PGN - - - - 7,33 7,51 7,35
Peers, Peers, Peers, Peers, Peers, SovereignSovereignSovereignSovereignSovereign
PERU - 8,42 6,87 6,59 5,83 6,09 5,81
PHILIPPINE 8,39 8,70 7,98 6,81 6,10 6,37 5,44
TURKEY 8,19 7,75 6,73 6,82 6,41 6,94 6,18
G3, G3, G3, G3, G3, SovereignSovereignSovereignSovereignSovereign
US TREASURY - 4,21 4,29 4,79 4,54 2,99 3,09
JAPAN BOND - - 1,33 1,67 1,46 1,12 1,38
GERMAN BOND - 4,01 3,31 3,73 4,19 3,78 3,24
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg diolahKeterangan :Peru : Peru'16Philipine : Philip'14UST : UST'18Japan : Japan'19German : German'19Indosat : Indosat'12Excelcomindo : Excelcomindo'13PGN : PGN'13
Issuancedate
TahunYield atIssuance
(s/d TW3-09)(s/d TW3-09)(s/d TW3-09)(s/d TW3-09)(s/d TW3-09)
L a m p i r a n
169
Tabel 14. Sukuk IssuanceTabel 14. Sukuk IssuanceTabel 14. Sukuk IssuanceTabel 14. Sukuk IssuanceTabel 14. Sukuk Issuance
Total Penerbitan Sukuk 985,83 5.817,06 7.209,53 10.758,00 27.166,99 46.649,61 15.773,15 1.656,28 6.682,49 12.001,96
Sovereign issued 800,00 1.180,00 1.487,79 706,50 1.876,65 7.610,99 2.227,58 836,88 2.895,22 3.613,22
Quasi sovereign issued - - - - 4.270,00 2.183,00 3.826,72 585,04 2.304,93 6.567,72
Corporate issued 185,83 4.637,06 5.721,74 10.051,50 21.020,34 36.855,62 9.718,85 234,36 1.482,34 1. 821,02
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 20082009
TW 1 TW 2 TW 3
Sumber: IFIS
Juta USDJuta USDJuta USDJuta USDJuta USD
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009
170
Tabel 15. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Menurut Kelompok PeminjamTabel 15. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Menurut Kelompok PeminjamTabel 15. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Menurut Kelompok PeminjamTabel 15. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Menurut Kelompok PeminjamTabel 15. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Menurut Kelompok Peminjam
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
(Juta USD / Million of USD)(Juta USD / Million of USD)(Juta USD / Million of USD)(Juta USD / Million of USD)(Juta USD / Million of USD)
1.1.1.1.1. Pemerintah dan Bank Sentral/ Pemerintah dan Bank Sentral/ Pemerintah dan Bank Sentral/ Pemerintah dan Bank Sentral/ Pemerintah dan Bank Sentral/
Government and Central BankGovernment and Central BankGovernment and Central BankGovernment and Central BankGovernment and Central Bank 74.661 81.666 82.725 80.100 75.809 80.609 86.576 85.780 88.229 93.864
1.1 Pemerintah / Government 63.658 69.244 70.153 69.272 73.051 76.920 85.122 83.728 85.584 89.466
1.2 Bank Sentral / Central Bank 11.003 12.422 12.572 10.827 2.758 3.688 1.454 2.052 2.645 4.397
2.2.2.2.2. Swasta / Private Swasta / Private Swasta / Private Swasta / Private Swasta / Private 56.682 53.735 54.299 50.580 52.927 56.032 62.565 62.201 61.814 67.880
2.1 Bank 4.870 4.316 3.909 4.057 4.573 5.401 5.668 4.985 4.585 5.427
2.2 Bukan Bank / Nonbank 51.812 49.419 50.390 46.523 48.354 50.631 56.897 57.217 57.229 62.452
2.2.1. LKBB / Nonbank Financial Corporations 2.772 3.221 4.306 2.329 2.017 2.114 3.167 3.836 3.641 3.671
2.2.2. Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan /
Nonfinancial Corporations 49.040 46.198 46.084 44.194 46.337 48.517 53.729 53.380.5 53.588 58.781
TOTAL (1+2)TOTAL (1+2)TOTAL (1+2)TOTAL (1+2)TOTAL (1+2) 131.343 135.401 137.024 130.680 128.736 136.640 149.141 147.982 150.043 161.743
Mar Jun Sep
2009
Sumber: Direktorat Internasional-Bank Indonesia
cxlvii
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
Tim PenyusunPEKKI Triwulan III-2009
Sri Fitriani , Ita Vianty, Dian Avianti, Cecep Ridwan, Gilang Andrianty, dan Rini Satriani
Kontributor Bahan dan Data
Editor : Editor : Editor : Editor : Editor : Aida S. Budiman
BAB I Pendahuluan: Sri Fitriani
BAB II Perkembangan Perekonomian Dunia (Editor: Ita Vianty)
Ekonomi Dunia: Ita Vianty
Amerika Serikat: Dian Avianti
Kawasan Eropa (Kawasan Euro dan Inggris): Cecep Ridwan
Asia Pasifik: Rini Satriani dan Ita Vianty
Amerika Latin (Brasil, Meksiko, Argentina): Gilang Andrianty dan Dian Avianti
Afrika dan Timur Tengah: Gilang Andrianty dan Ita Vianty
Boks 2.1. Proyeksi PDB Terkini: World Economic Outlook, IMF-Oktober 2009: Cecep Ridwan
BAB III Pasar Keuangan dan Komoditi (Editor: Sri Fitriani)
Pengantar: Sri Fitriani
Perkembangan Pasar Valuta Asing: Gilang Andrianty dan Sri Fitriani
Pasar Saham: Gilang Andrianty dan Sri Fitriani
Pasar Obligasi: Arlyana Abubakar, Tora Erita Siallagan, Diah Indira dan Farida Nur Isnaini
Pasar Keuangan Syariah: Arlyana Abubakar, Satwika Lulu, dan Heri Afrianto
Pasar Komoditi: Gilang Andrianty dan Sri Fitriani
BAB IV Perkembangan Kerjasama Internasional (Editor: Dian Avianti)
Herawanto, Shinta Respati, Susanti Aryaji, Rita Morena, Wahyu Pratomo dan Iss Savitri
Arief Adrianto
BAB V Artikel: Tematik (Editor: Cecep Ridwan)
Urgency Exit Strategy: Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi dan Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan:
Tim Studi ASEAN
Mata Uang Internasional: Peran USD dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi: Tim Studi ASEAN
Rapor Biru Indonesia dalam Indikator Persepsi Internasional: Current Assessment dan Future Assignment:
Arlyana Abubakar, Sari Nadia Z. Rizal, dan Hery Afrianto
Boks 5.1. Upaya China Mengurangi Ketergantungan Terhadap USD: Tim Studi ASEAN
Lampiran (Tabel dan Grafik)
Gilang Andrianty, Rini Satriani, Farida Nur Isnaini dan Satwika Lulu