20
Perkembangan dan Pertumbuhan Mental Anak-Remaja Felicia Ananda Baeha Waruwu 102011410 B6 [email protected] Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Abstrak Selama manusia hidup, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari segi fisik dan mentalnya. Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kuantitatif. Perkembangan adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh melalui proses pembelajaran, pertumbuhan, dan pematangan. Ada beberapa teori yang mengemukakan menegenai perkembangan seseorang, yaitu teori perkembangan psikoseksual Freud, perkembangan psikososial Erikson, perkembangan kognitif piaget, dan perkembangan moral Kohlberg. Setiap tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak sampai mereka dewasa ketika mereka sudah matang dalam segi fisik dan mentalnya. Jika ada tahapan yang tidak terlewati, anak bisa mengalami gangguan tingkah laku dan kepribadiannya. Untuk memperbaiki keadaan gangguan tingkah laku ini bisa dilakukan terapi psikoterapi pada anak. 1 | Halaman

Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak-PBL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pbl blok 13

Citation preview

Page 1: Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak-PBL

Perkembangan dan Pertumbuhan Mental Anak-Remaja

Felicia Ananda Baeha Waruwu

102011410

B6

[email protected]

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak

Selama manusia hidup, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan

dari segi fisik dan mentalnya. Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat

kuantitatif. Perkembangan adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh

melalui proses pembelajaran, pertumbuhan, dan pematangan. Ada beberapa teori yang

mengemukakan menegenai perkembangan seseorang, yaitu teori perkembangan psikoseksual

Freud, perkembangan psikososial Erikson, perkembangan kognitif piaget, dan perkembangan

moral Kohlberg. Setiap tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak sampai mereka

dewasa ketika mereka sudah matang dalam segi fisik dan mentalnya. Jika ada tahapan yang

tidak terlewati, anak bisa mengalami gangguan tingkah laku dan kepribadiannya. Untuk

memperbaiki keadaan gangguan tingkah laku ini bisa dilakukan terapi psikoterapi pada anak.

Kata kunci : perkembangan psikoseksual, perkembangan psikososial, perkembangan kognitif,

perkembangan moral, terapi psikoterapi

Abstract

As long as human live, people will experience growth and development in terms of

physical and mental. Growth is quantitative change process. Development quality change

process which is obtained through the process of learning, growth, and maturation. There

are a number of theories put forward on the development of a person, namely Freud's theory

of psychosexual development, Erikson's psychosocial development, Piaget’s cognitive

development , and Kohlberg's moral development. Each stage of this development must be

passed by the children until they are adults when they are mature in terms of physical and

1 | H a l a m a n

Page 2: Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak-PBL

mental health. If any stage is not passed, the child may develop behavioral and personality

disorders. To improve the state of behavioral disturbances can be done psychotherapy

therapy in children.

Keywords : psychosexual development, psychosocial development, cognitive development,

moral development, psychotherapy therapy

Pendahuluan

Setiap manusia pasti akan mengalami siklus kehidupannya. Dimulai dari saat

terbentuknya janin dalam rahim, menjadi bayi, anak, remaja, dewasa, dan akhirnya menjadi

tua. Dalam siklusnya, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik yang

dapat dilihat secara kuantitatif, maupun secara kualitatif. Pertumbuhan perubahan tubuh yang

bersifat kuantitatif dan perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif. Dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan ini, banyak hal yang mempengaruhinya, seperti

faktor herediter, lingkungan, dan internal. 1 Faktor ini yang nantinya akan menentukan akan

menjadi seperti apa seseorang. Tahap perkembangan dan pertumbuhan anak juga akan

berubah sesuai dengan tahapan usianya. Namun, tidak setiap manusia mengalami

perkembangan yang sempurna. Ada juga beberapa manusia yang mengalami gangguan dalam

perkembangannya, baik perkembangan fisik, maupun perkembangan mental dan emosinya.

Gangguan yang terjadi bisa terjadi karena berbagai macam faktor baik eksternal, maupun

internal.

Tinjauan Pustaka

Whaley dan Wong (2000) mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu peningkatan

jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan adalah perubahan yang terjadi secara bertahap

dari tingkat paling rendah ke tingkat paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan

pembelajaran. Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kuantitatif (dapat

terukur). Perkembangan adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh melalui

proses pembelajaran, pertumbuhan, dan pematangan. Kedua proses ini tidak dapat

dipisahkan, karena keduanya berjalan bersamaan. Jika tubuh anak semakin besar dan tinggi,

kepribadiannya secara simultan juga akan menjadi matang. Marlow (1998) mengatakan

bahwa pertumbuhan adalah peningkatan ukuran tubuh yang dapat dihitung dengan suatu

ukuran tinggi ataupun berat. Pertumbuhan dihasilkan karena proses pembelahan sel dan

sintesis protein dan setiap anak punya potensi gen yang berbeda untuk tumbuh.

2 | H a l a m a n

Page 3: Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak-PBL

Perkembangan menurut Marlow adalah peningkatan keterampilan dan kapasitas anak untuk

berfungsi secara bertahap dan terus-menerus.1

Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang adalah faktor genetik dan lingkungan.

Faktor genetik adalah modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak.

Lewat instruksi genetik yang terkandung dalam kecepatan pembelahan, senstitivitas jaringan

akan rangsangan, umur pubertas, dan masa pemberhentian tulang. Sifat bawaan dan keadaan

patologis juga merupakan bagian dari faktor genetik. Keadaan patologis dapat terjadi karena

penyakit-penyakit kromosom yang dibawa oleh kedua atau salah satu dari orangtua anak

tersebut. Faktor selanjutnya adalah faktor lingkungan yang juga ikut menetukan tercapai atau

tidaknya potensi bawaan anak. Lingkungan ini dikenal sebagai lingkungan “bio-fisiko-psiko-

sosial” yang mempengaruhi individu setiap harinya, sampai pada akhir hayatnya. Faktor

lingkungan dapat dibagi dalam dua tahap yaitu prenatal (sebelum dilahirkan) dan postnatal

(setelah dilahirkan). Faktor lingkungan masa prenatal terdiri atas gizi ibu, keadaan trauma

(mekanis), zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas, anoksia embrio. Gizi pada ibu

hamil yang tidak tercukupi dengan baik akan menyebabkan kelahiran BBLR (berat bayi lahir

rendah), lahir mati, anemia pada bayi, hambatan pertumbuhan otak janin, abortus, bayi baru

lair mudah terkena infeksi, dan kekurangan lainnya. Anak yang lahir dari ibu yang kurang

gizi dan hidup di lingkungan kemiskinan akan melahirkan anak dengan kurang gizi. Trauma

dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang

dilahirkan. Masa organogenesis adalah masa yang paling rentan dan peka terhadap zat-zat

teratogen. Obat-obat golongan thalidomide, phenitoin, methadion, obat anti kanker dapat

menyebabkan kelainan bawaan. Ibu-ibu hamil yang merokok dan peminum alkohol kronik

dapat menyebabkan lahirnya bayi BBLR, cacat, dan retardasi mental. Hormon-hormon yang

mungkin berperan pada pertumbuhan janin adalah somatotropin, plasenta, tiroid, insulin, dan

peptida-peptida lain yang mirip insulin. Hormon somatotropin hingga saat ini masih belum

diketahui manfatanya. Hormon plasenta berfungsi untuk memberikan nutrisi plasenta.

Hormon tiroid yang jika asupannya kurang dapat menyebabkan terjadinya gangguan

pertumbuhan SSP, yang sebabkan terjadinya retardasi mental. Insulin berfungsi untuk

pertumbuhan janin melalui pengaturan keseimbangan glukosa, sintesis protein janin, dan

pengaruhnya pada pembesaran sel setelah minggu ke-30. Cacat bawaan sering terjdi pada ibu

yang diabetes dan tidak mendapatkan pengobatan pada trisemester I, umur ibu kurang dari 18

tahun atau lebih dari 35 tahun. Radiasi pada janin sebelum umur 18 minggu dapat

menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, dan cacat bawaan lain. Misalnya

3 | H a l a m a n

Page 4: Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak-PBL

pada peristiwa Hiroshima, Nagasaki, dan Chernobyl. Infeksi intrauterin yang sering

menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes

simplex). Infeksi lainnya yang dapat sebabkan cacat bawaan adalah polio, leptospirosis,

campak, HIV, malaria, varisela, dan beberapa virus lainnya. Stres yang dialami ibu hamil

dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. Menurunnya oksigenisasi melalui gangguan

pada plasenta/tali pusat, menyebabkan BBLR.2

Setelah bayi lahir dan muncul di dunia, dia akan mengalami transisi dan perubahan.

Perubahan lingkungan sebelum dan sesudah lahir adalah :2

Tabel 1. Perbedaan lingkungan sebelum dan setelah bayi lahir.

No Sebelum Lahir Sesudah Lahir

1 Lingkungan Fisik Cairan Udara

2 Suhu Luar Umumnya tetap Berubah-ubah

3 Stimulasi Sensoris Kinestetik atau vibrasi Bermacam-macam stimuli

4 Gizi Tergantung pada zat-zat gizi

yang berasal dari darah

ibunya

Tergantung pada tersedianya bahan

makanan dan kemampuan saluran

cerna

5 Penyediaan Oksigen Berasal dari ibu ke janin

lewat plasenta

Berasal dari paru-paru ke pembuluh

darah paru-paru

6 Pengeluaran hasil

metabolisme

Dikeluarkan ke sistem lewat

peredaran darah ibu

Dikeluarkan lewat paru-paru, kulit,

ginjal, dan saluran cerna

Perkembangan anak merupakan hasil dari interaksi dinamik antara “nature” dan

“murture”, atau antara biologik dan linkungan. Kedua aspek ini selalu saling berinteraksi dan

tumpang tindih. Faktor lingkungan dapat mencetuskan atau merangsang berkembangnya

fungsi-fungsi tertentu, atau sebaliknya. Sifat-sifat organisme juga dapat merangsang respon

lingkungan yang mendukung atau menghambat. Teori-teori perkembangan yang ada

pokoknya mencoba menerangkan bagaimana manusia itu berkembang dari seorang makhluk

yang tadinya mutlak bergantung pada lingkungannya, menjadi relatif mandiri dan berguna.

Perkembangan yang dialami manusia tidak lepas dari suatu siklus kehidupannya. Siklus

kehidupan adalah proses perubahan yang terjadi selama bertahun-tahun kehidupan manusia,

dari lahir hingga akhir hayat, mencakup pelbagai perubahan kebutuhan yang dapat

dikelompokan dalam aspek fisik, psikososial, psikoseksual, kognitif, dan moral.

4 | H a l a m a n

Page 5: Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak-PBL

Perkembangan fisik adalah pertumbuhan sistem dan jaringan tubuh serta penyempurnaan

fungsi tubuh. Perkembangan psikoseksual adalah perkembangan emosional kearah maturasi

seksual. Perkembangan psikososial adalah proses perkembangan mental emosional seseorang

dengan usaha penyesuaian dirinya dengan lingkungan dan pengalamannya. Perkembangan

kognitif meliputi perkembangan proses beripikir atau nalar dan kemampuan inteligent

lainnya. Perkembangan moral meliputi proses belajar dalam mengembangkan norma perilaku

dan menyesusaikan dengan norma perilaku yang diterima lingkungan masyarakat dan budaya

ditempat dia hidup.3

Menurut Freud, semua perilaku manusia digerakkan oleh kekuatan psikodinamik dan

energi fisik ini dinagi atas 3 bagian yaitu : id, ego, dan superego. Id adalah pikiran bawah

sadar, ego adalah pikiran sadar, dan suoerego adalah suara hati. Id adalah komponen dari

lahir yang digerakan oleh insting. Ego berfungsi sebagai kesadaran atau pengendalian diri

yang mampu menemukan arti realistik. Superego berfungsi untuk mencegah manusia agar

tidak melakukan tindakan instinnya yang diluar norma. Freud menganggap bahwa insting

seksual adalah sesuatu yang signifikan dalam perkembangan, karena pada masa kanak-kanak

ada bagian tubuh yang menonjol dan bisa memberikan rasa senang pada anak tersebut.Freud

membaginya dalam 5 tahapan yaitu tahap oral (0-1 tahun), tahap anal (1-3 tahun), tahap falik

(3-6 tahun), periode laten (6-12 tahun), dan tahap genital ( > 12 tahun). Pada tahap ini bayi

akan mendapatkan kesenangannya yang berpusat pada aktivitas oralnya, seperti menggigit,

mengisap, dan mengunyah. Pada fase selanjutnya, ketertarikan anak banyak berpusat pada

bagian analnya. Anak mulai bisa menahan atau mengeluarkan feses sesuai keinginannya.

Tahap falik adalah tahap dimana genital menjadi area yang paling menarik. Anak ingin tahu

soal perbedaan jenis kelamin. Selama masa periode laten anak-anak akan melakukan sifat dan

keterampilannya yang telah diperoleh. Energi fisik dan psikis diarahkan pada mendapatkan

pengetahuan dan bermain. Tahap genital dalah tahap signifikan dimana maturasi dari sistem

reproduksi dan produksi hormon-hormon reproduksi mulai terjadi.3,4

Erikson menggambarkan siklus kehidupan manusia itu sebagai suatu proses yang

terdiri dari 8 fase dari bayi hingga lanjut usia. Masing-masing fasenya ini memiliki krisisnya

sendiri yang khas. Berhasil atau tidaknya seorang individu menyelesaikan konfliknya yang

terkait krisis di suatu fase, akan menentukan apakah seseorang akan siap untuk menghadapi

krisis di fase , akan menentukan apakah seseorang akan siap untuk menghadapi krisis di fase

yang berikutnya, untuk selanjutnya mencapai maturasi kepribadian yangs sesuai dengan

harapan budaya atau masyarakatnya. Tahap awal adalah tahap percaya vs tidak percaya (0-1

5 | H a l a m a n

Page 6: Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak-PBL

tahun) adalah tahap awal dimana rasa percaya adalah tahap yang paling mendasar dari pribadi

yang sehat. Anak bisa juga jadi tidak percaya jika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi

pada dirinya. Pada tahap ini peran orangtua sangat dominan dalam menumbuhkan rasa

percaya anak. Hasil yang diharapkan adalah kepercayaan dan optimisme. Tahap autonomi vs

malu dan ragu-ragu (1-3 tahun) adalah tahap dimana anak mulai meningkatkan kemampuan

mereka untuk mengendalikan diri, tubuh dan lingkungan mereka. Mereka lebih ingin

melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri dan juga mempraktekan keterampilan motorik yang

baru mereka dapatkan. Namun, bisa juga muncul rasa ragu dan malu dari diri mereka jika

mereka merasa diremehkan atau mereka tidak diberikan kesempatan untuk mencobanya.

Hasil yang diharapkan adalah kontrol diri dan ketekunan. Tahap inisiatif dan rasa bersalah (3-

6 tahun), tahap ini adalah tahap dimana anak-anak mulai mengeksplorasi dunia fisik dengan

semua indra dan kekuatan mereka. Anak-anak terkadang mulai mempunyai kegiatan dan

aktivitas yang bertentangan dengan yang dimiliki orangtua dan anak dibuat merasa bahwa

aktivitas yang mereka lakukan buruk, sehingga menimbulkan rasa bersalah. Anak-anak harus

belajar mempertahankan rasa inisiatif tanpa mengenai hak orang lain. Hasil akhirnya adalah

arahan dan tujuan. Tahap industri vs inferioritas (6-12 tahun) adalah tahap dimana anak-anak

mulai mau terlibat dalam tugas dan aktivitas yang dapat mereka lakukan sendiri, bekerjasama

dan berkompetisi dengan orang lain, belajar untuk menaati peraturan yang ada. Periode ini

adalah tahap pemantapan anak dengan dunia sosialnya. Ketidakadekuatan atau inferioritas

dapat terjadi jika terlalu banyak yang diharapkan dari mereka. Selain itu juga bisa karena

mereka tidak percaya diri mereka bisa melakukan itu. Kualitas ego yang berkembang adalah

kualitas. Identitas vs kebingungan peran (12-18 tahun) adalah tahap dimana terlihatnya

perubahan fisik yang jelas. Remaja berusaha menyesuaikan diri dengan peran yang mereka

mainkan dan mereka berharap dapat bermain dengan peran yang mereka baru.

Ketidakmampuan mereka untuk menyelesaikan konflik inti menimbulkan terjadinya

kebingungan peran. Hasil dari penguasaan yang sukses adalah kesetiaan dan ketaatan

terhadap orang lain.3,4

Kognisi merujuk pada proses ketika individu yang berkembang mengenal dunia dan

isinya. Anak-anak harus menumbuhkan potensi ini dengan berinteraksi dengan

lingkungannya. Dengan perkembangan kognitif, anak-anak membutuhkan kemampuan untuk

berpikir secara abstrak dan logis. Perkembangan kognitif terdiri atas perubahan terkait usia

dalam aktivitas mentalnya. Teori yang paling terkenal adalah teori yang dikemukakan oleh

Piaget. Piaget mengemukakan piaget mengemukakan tiga tahap berpikir, yaitu (1) intuisi, (2)

6 | H a l a m a n

Page 7: Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak-PBL

operasional konkret, dan (3) operasional formal. Menurutnya, sejak bayi manusia mampu

mengorganisasi berbagai informasi yang diterimanya dari lingkungan, ke dalam suatu sistem

pemikiran yang koheren, yang menentukan bagaimana ia akan menginterpretasi dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan selanjutnya. Piaget membagi proses perkembangan itu

ke dalam fase-fase yang diberinya nama sesuai dengan fungsi inteligentif yang secara

dominan dalam fase itu adalah fase sensori motor (0-2 tahun), pra-operasional (2-6 tahun),

konkrit-operasional (6-11 tahun), dan formal-operasional (11-16 tahun). Periode sensorimotor

adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai

perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan, yaitu

(1) Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan

terutama dengan refleks. (2) Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu

sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan. (3)

Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan

dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan. (4) Sub-

tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas

bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen

walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek). (5) Sub-

tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan

dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan. (6) Sub-

tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.

Pemikiran (Pra) operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara

mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan

secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan

merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat

egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat

mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah

walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya

berbeda-beda. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka

mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka

masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Tahap operasional konkrit adalah tahap

dengan ciri penggunaan logika yang memadai. Proses penting dalam tahap ini adalah (1)

pengurutan yaitu kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri

lainnya. (2) Klasifikasi yaitu kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi

serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk

7 | H a l a m a n

Page 8: Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak-PBL

gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam

rangkaian tersebut. (3) decentering adalah tahapan saat anak mulai mempertimbangkan

beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak

tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir

kecil yang tinggi. (4) reversibility adalah saat anak mulai memahami bahwa jumlah atau

benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan

cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

(5) konservasi adalah memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah

tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.

Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan

tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap

sama banyak dengan isi cangkir lain. (6) penghilangan sifat egosentrisme yaitu kemampuan

untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir

dengan cara yang salah). Operasional formal adalah tahapan yang dicirikan dengan

adaptabilitas dan fleksibilitas. Remaja dapat berpikir memakai istilah abstrak, simbil abstrak,

dan menarik kesimpulan logis dari serangkaian observasi. Mereka dapat membuat hipotesis

dan mengujinya.3,4

Secara sederhana Kohlberg mendefinisikan moralitas sebagai kemampuan

membedakan antara benar dan baik, serta salah dan buruk. Konsep moralitas mencakup aspek

kognitif (kemampuan mengambil peran, mempertimbangkan, dan membuat keputusan,

afektif (empati, kepedulian, merasakan perasaan orang lain), dan aspek perilaku

(mempraktekan pengertian dan perasaan itu dalam tingkah laku). Perkembangan moral

adalah suatu proses pergeseran dari pandangan egosentris ke pandangan yang altruistik.

Kohlberg membagi proses perkembangan moral manusia ke dalam tiga tingkatan dan masing

terdiri dari dua fase. Tingkat satu (pra-konvensional) yang terdiri dari tahap pertama

(orientasi kepatuhan dan hukuman) dan tahap kedua (orientasi minta pribadi). Seseorang

yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan

berdasarkan konsekuensinya langsung. Dalam tahap pertama, individu-individu

memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri.

Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan

dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian

pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap

kebutuhannya sendiri. Tingkat kedua (konvensional) terdiri dari tahap tiga (Orientasi

8 | H a l a m a n

Page 9: Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak-PBL

keserasian interpersonal dan konformitas) dan tahap empat (Orientasi otoritas dan

pemeliharaan aturan sosial). Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan

dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Dalam tahap tiga,

seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima

persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan

persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Dalam tahap empat, adalah penting

untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara

fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan

akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga, kebutuhan masyarakat harus melebihi

kebutuhan pribadi. Tingkat ketiga (pasca-konvensional) dikenal sebagai tingkatan berprinsip,

terdiri atas tahap kelima (orientasi pada kontrak sosial) dan tahap keenam (orientasi pada

kebaikan universal). Dalam tahap lima, seseorang mengalami bahwa nilai-nilai dan aturan-

aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain.

Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti kebebasan

lebih penting dari pada hukum. Pada tahap keenam, seseorang telah mengembangkan suatu

standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi

konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun

keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.3,4

Kebutuhan dasar anak secara umum dibagi atas tiga tahapan yaitu asuh, asih, dan

asah. Kebutuhan fisik (asuh) terdiri atas sandang, pangan, papan, perawatan kesehatan dasar

(imunisasi, ASI, penimbangan, dll), higiene perorangan, sanitasi lingkungan, rekreasi

jasmani, dll. Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra, dan selaras antara

ibu/pengganti ubu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang

yang selaras baik fisik, mental, maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran ibu/ibu

pengganti sedini dan selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini

diwujudkan dengan kontak fisik dan psikis sedini mungkin, misalnya dengan menyusui bayi

secepat mungkin segera setelah lahir. Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun pertama

kehidupan mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental,

maupun sosial emosi (Sindrom Deprivasi Mental). Kasih sayang dari orangtuanya akan

menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar. Stimulasi mental merupakan cikal bakal

dalam proses belajar pada anak. Stimulasi mental (asah) ini mengembangkan perkembangan

mental psikososial (kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian,

dll.

9 | H a l a m a n

Page 10: Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak-PBL

Setiap orangtua pasti mengharapkan anaknya bisa tumbuh dengan sehat baik jasmani,

rohani, dan mentalnya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada sejumlah anak yang

menunjukkan sikap perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang ada. Tingkah

laku mereka mengalami gangguan dan kelainan yang lebih banyak disadari oleh lingkungan

anak tersebut dibandingkan diri anak itu sendri. Pada anak-anak, biasanya kelainan tingkah

laku berkaitan dengan tahap perkembangan dan situasi tertentu, misalnya anak umur 5 tahun

masih suka mengompol, tapi saat anak itu menginap dirumah orang lain dia tidak

mengompol. Buckle dan Lebovici menekankan bahwa semua anak pada suatu waktu tertentu

akan memperlihatkan tanda-tanda gangguan tingkah laku. Kanner menyatakan bahwa

kelainan tingkah laku lebih berkaitan dengan ambang ketergangguan dari lingkungan, bukan

dari kualitas tingkah laku anak itu. Seringkali dalam satu keluarga dapat ditemui satu anak

yang manis dan baik. Namun, anak yang lain menunjukkan sikap yang nakal, bandel, dan

malas. Hal ini sesuai dengan teori risiko yang menjelaskan bahwa disatu pihak memang ada

prakondisi yang memungkinkan terjadinya kelainan tingkah laku dan dipihak lainnya adanya

stres, trauma, dan pengaruh buruk lingkungan. Ada 5 macam resiko yang dapat menyebabkan

penyebab kelainan tingkah laku yaitu faktor keturunan, bawaan, lingkungan, situasi dan

pengalaman, segi perkembangan. Faktor genetik adalah mencakup semua unsur yang

berhubungan dengan faktor genetik yang memungkinkan terjadinya kelainan tingkah laku.

Berdasarkan penelitian Anthony (1968), anak-anak yang salah satu atau keduanya mengalami

skizofrenia juga 18% dari sample juga mengalami hal yang sama seperti anak-anaknya.

Faktor bawaan berhubungan dengan tanda-tanda fisis dan tempramen seseorang. Lingkungan

cenderung memberikan respon positif terhadap anak-anak yang menarik daripada anak

dengan kelainan. Dalam hal tempramen, masih diperlukan suatu penelitian tentang hubungan

tempramen tertentu yang dimiliki anak tersebut dengan lingkungannya. Faktor lingkungan

yang bisa menimbulkan kelainan tingkah laku adalah lingkungan non-familial, kelainan

hubungan antara orangtua dan anak, kelainan dalam keluarga, dan orangtua yang sakit.

Faktor situasi dan pengalaman yang paling mempunyai nilai resiko tinggi adalah perpisahan,

misalnya anak yang harus dipisahkan dari ayahnya karena ayahnya meninggal dunia. Secara

garis besar gangguan psikiatri anak terdiri atas faktor organik, psikososial, dan kombinasi

oorganik dan psikososial. Gangguan psikiatri yang timbul akibat gangguan psikososial adalah

gangguan dalam hubungan antara anak dan orangtua, gangguan (kekurangan) dalam diri

anak, dan gangguan dalam interaksi sosial diluar keluarga. Interaksi orangtua dengan anak

yang patologis dapat mengakibatkan konflik antara anak dan orangtua dan seringkali sikap

orangtua terhadap anak terjadi karena perasaan yang tidak disadari oleh orangtua.

10 | H a l a m a n

Page 11: Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak-PBL

Perlindungan orangtua yang berlebihan dapat menghambat perkembangan kebebasan,

tanggung jawab, dan kematangan kepribadian anak. Kekurangan atau cacat yang dialami

anak juga dapat membuat anak merasa amalu dan gelisah saat berada di lingkungannya.

Seorang anak yang merasa ditolak oleh lingkungannya dapat menjadi anak yang hiperaktif,

emosinya tidak stabil, sukar berkonsetrasi, timbul rasa benci terhadap masyarakat, dan

bersikap agresif.5

Gangguan mental pada golongan remaja lebih resisten dan lebih stabil dibandingkan

gangguan mental yang disebabkan situasi sementara. Gangguan yang dialami remaja bisa

dibagi atas tiga reaksi, yaitu reaksi aktifitas berlebihan, reaksi menarik diri berlebihan, reaksi

kecemasan berlebihan, reaksi melarikan diri, reaksi agresif sosial, dan reaksi delingkuensi

kelompok. Reaksi aktifitas berlebihan disebabkan oleh gangguan fungsi otak dengan atau

tanpa kelainan otak. Gejala yang bisa dilihat adalah hiperaktifitas, tidak bisa tenang, short

attention span, cepat marah bila kemauan tidak dituruti, dan emosinya labil. Reaksi menarik

diri dapat dilihat dari sikapnya yang suka menyendiri, pemalu, sangat sensitif, pasif, terlalu

kuatir dan sukar untuk mengikat hubungan interpersonal yang erat. Kelainan sering

didapatkan pada anak yang dibesarkan dalam keluarga yang dasar transaksinya ialah

hukuman dan kecaman atas aktifitas anak. Reaksi kecemasan yang ditandai dengan

ketakutan, sukar tidur, dan cemas berlebihan. Reaksi melarikan diri ditunjukkan dengan dia

melarikan diri dari situasi yang berbahaya. Reaksi agresif-sosial ditandai dengan anak yang

suka memulai perkelahian, kejam dengan anak lain dan binatang, menantang orang lain, dan

licik.5

Psikoterapi dibagi atas beberapa macam seperti (1) terapi kognitif-perilaku, (2)

psikoterapi remedial, edukasional, dan patterning psychoterapy, (3) release therapy, (4)

psikoanalisis anak, dan (5) terapi kognitif. Terapi kognitif dan perilaku adalah suatu

campuran terapi perilaku dan psikologi kognitif. Terapi ini menekankan kepada kemungkinan

cara anak menggunakan proses berpikir dan modalitas kognitif untuk memningkai kembali,

merestrukturisasi, dan menyelesaikan masalah. Strategi terapi ini berfungsi untuk terapi

gangguan mood dan gangguan ansietas. Psikoterapi remedial, edukasional, dan patterning

psychoterapy difokuskan untuk mengajari perilaku dan pola perilaku baru pada anak yang

mempertahankan penggunaan pola yang imatur karena keterlambatan pematangan. Release

therapy memfasilitasi luapan emosi yang terpendam. Terapi ini diindikasikan untuk anak usia

prasekolah yang memiliki gangguan reaksi emosional terhadap trauma terpendam. Terapi

kognitif digunakan pada anak, remaja, dan dewasa. Pendekatan berupaya untuk memperbaiki

11 | H a l a m a n

Page 12: Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak-PBL

distorsi kognitif, khususnya pengonsepan negatif dalam darah, dan terutama digunakan pada

gangguan despresif.6

Penutup

Remaja perempuan berusia 15 tahun, pemalu, jarang bergaul di sekolah, sedangkan

dirumah selalu marah-marah dan menentang orangtua, mengalami gangguan tingkah laku

karena beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Remaja ini mengalami masalah

dalam perkembangan psikososialnya yang didasarkan pada teori Erikson. Pada tahap

autonomi vs malu dan ragu-ragu (1-3 tahun) anak ini kurang untuk meningkatkan

kemampuan mereka untuk mengendalikan diri, tubuh dan lingkungan mereka. Rasa ragu dan

malu dari diri mereka muncul karen mereka merasa diremehkan atau mereka tidak diberikan

kesempatan untuk mencobanya. Pada tahap industri vs inferioritas (6-12 tahun) remaja ini

kurang mau terlibat dalam tugas dan aktivitas kelompok. Ketidakadekuatan atau inferioritas

dapat terjadi jika terlalu banyak yang diharapkan dari mereka. Selain itu juga bisa karena

mereka tidak percaya diri mereka bisa melakukan itu. Selain itu faktor dari keluarga yang

tidak harmonis dan kurangnya interaksi antara anak dan orangtua juga menjadi salah satu

penyebab anak ini bisa mengalami gangguan perkembangan pada karakter dan

tingkahlakunya.

Daftar Pustaka

1. Supartini Y, Ester M (editor). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2004.

2. Soetjiningsih, Ranuh IGNG (editor). Tumbuh kembang anak. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC ; 1995.

3. Elvira SD, Gitayanti, Hadisukanto. Buku ajar psikiatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;

2010.

4. Wong DL, Yudha EK, Yulianti D, Subekti NK, Wahyuningsih NE, Ester M. Buku

ajar keperawatan pediatrik wong volume 1. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC ; 2008.

5. Bagian Ilmu Keshatan Anak. Hassan R, Alatas H, editor. Buku kuliah ilmu kesehatan

anak 1. Edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1988.

6. Sadock BJ, Sadovk VA. Kaplan & sadock’s concise textbook of clinical psychiatri.

2nd ed. USA : Lippincot Williams & Willkins Inc ; 2004.

12 | H a l a m a n