34
PERKEMBAGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA PENGERTIAN BANK Pengertian Bank (cara pengucapan: [Bang]) adalah sebuah tempat di mana uang disimpan dan dipinjamkan.Menurut Undang- undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidur rakyat banyak. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa menyangkut penyimpanan nilai dan perluasan kredit. Evolusi bank berawal dari awal tulisan, dan berlanjut sampai sekarang di mana bank sebagai institusi keuangan yang menyediakan jasa keuangan. Sekarang ini bank adalah institusi yang memegang lisensi bank. Lisensi bank diberikan oleh otoriter supervisi keuangan dan memberikan hak untuk melakukan jasa perbankan dasar, seperti menerima tabungan dan memberikan pinjaman. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca atau uang. Biasanya bank menghasilkan untung dari biaya transaksi atas jasa yang diberikan dan bunga dari pinjaman.Source:http://id.wikipedia.org/wiki/Bank Situs lain mengatakan, Masyarakat pada umumnya telah mengetahui bahwa bank itu adalah tempat menabung, menyimpan uang ataupun meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan.

Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

PERKEMBAGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA

PENGERTIAN BANK

Pengertian Bank (cara pengucapan: [Bang]) adalah sebuah tempat di mana uang

disimpan dan dipinjamkan.Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10

Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidur rakyat banyak.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan

perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu

berkaitan dalam bidang keuangan. Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa

menyangkut penyimpanan nilai dan perluasan kredit. Evolusi bank berawal dari awal tulisan,

dan berlanjut sampai sekarang di mana bank sebagai institusi keuangan yang menyediakan

jasa keuangan. Sekarang ini bank adalah institusi yang memegang lisensi bank. Lisensi bank

diberikan oleh otoriter supervisi keuangan dan memberikan hak untuk melakukan jasa

perbankan dasar, seperti menerima tabungan dan memberikan pinjaman. Kata bank berasal

dari bahasa Italia banca atau uang. Biasanya bank menghasilkan untung dari biaya transaksi

atas jasa yang diberikan dan bunga dari pinjaman.Source:http://id.wikipedia.org/wiki/Bank

Situs lain mengatakan, Masyarakat pada umumnya telah mengetahui bahwa bank itu

adalah tempat menabung, menyimpan uang ataupun meminjam uang bagi masyarakat yang

membutuhkan. Berikut akan disampaikan dua definisi bank, sebagai berikut:

a) Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, tentang Perbankan menyatakan: Bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

b) Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart mendefinisikan: Bank adalah suatu badan yang

bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayarannya sendiri atau

dengan uang yang diperolehnya dariorang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat

penukar baru berupa uang giral.

c) Somary berpendapat bahwa bank adalah suatu badan yang berfungsi sebagai pengambil

dan pemberi kredit, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan tempat penyimpanan uang,

pemberi atau penyalur kredit dan juga perantara dalam lalu lintas pembayaran.

Page 2: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

Perbankan, terutama bank umum merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat penting

perananya dalam sebuah kegiatan ekonomi dan perdagangan karena melalui kegiatan

perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan oleh bank maka dapat melayani berbagai

kebutuhan pada berbagai sektor ekonomi dan perdagangan. Sehingga bisa dibilang bahwa

bank terutama bank umum merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Berikut ini

adalah pengertian dan definisi bank:

# THOMAS SUYATNO

Bank adalah suatu badan yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan

penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan

# T. SUNARYO

Bank adalah  lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti

memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak

sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, embiayai usaha perusahaan-perusahaan,

dan lain-lain

# UU No. 14/1967 PASAL 1

Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa

dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang 

# GUNARTO SUHARDI

Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan

pemerintah dan swasta, maupun perorangan menyimpan dana - dananya

# RACHMADI USMAN

Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang melayani kepentingan masyarakat dalam

segala bentuk transaksi yang menyangkut kepentingan dari pihak yang memakai jasa bank,

dengan tanpa mengabaikan keuntungan bank baik secara langsung maupun tidak

# SULAD S. HARDANTO

Bank adalah sebuah institusi yang memiliki surat izin bank, menerima tabungan dan deposito,

memberikan pinjaman, dan menerima serta menerbitkan check

# M. ZAMRONI S.Pd

Bank adalah badan usaha milik negara atau swasta yang berfungsi menghimpun dana

masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kepada masyarakat (individu,

kelompok, perusahaan) dalam bentuk kredit

Page 3: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

# UU NO. 10 TAHUN 1998

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

# DRS. T. GILARSO, SJ

Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana,

memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. 

Mengenai arti bank bisa dipastikan semua orang sudah mengerti, baik yang pernah

mengenyam pendidikan di sekolah ataupun yang tidak sekolahpun pasti tahu arti umum dari

bank. Meskipun tidak semua orang mempunyai tabungan di bank, tapi kata bank sering

dijumpai dalam kehidupan sehari hari, seperti iklan di TV yang sering menampilkan iklan

bank, atau ketika bepergian kita melihat gedung bank.Saya rasa kita semua sepakat bahwa

arti pendek dari bank adalah tempat menyimpan uang atau menabung, dan juga tempat untuk

meminjam uang. Pada artikel ini akan dibahas mengenai pengertian bank secara lengkap,

mulai asal kata bank, pengertian bank secara umum, dan pengertian bank menurut udang-

undang pemerintah.

Asal dari kata bank adalah dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat

penukaran uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi

keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,

meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.

Sedangkan pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10

Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dari pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10

Tahun 1998 dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu

menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan

menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan

jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa

mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito.

Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai

Page 4: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

rangsangan bagi masyarakat agar lebih senang menabung. Kegiatan menyalurkan dana,

berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya

diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut. Adanya bank tentunya

memberikan manfaat bagi banyak pihak, manfaat tersebut antara lain

1. Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat dijadikan sebagai salah

satu model berinvestasi. Walaupun pada umumnya merupakan jenis investasi jangka

pendek (yield enhancement).

2. Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai salah

satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung nilai (hedging), atau disebut

juga sebagai risk management.

3. Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai sarana mencari

atau memberikan informasi tentang harga barang komoditi tertentu dikemudian hari

(price discovery).

4. Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan kesempatan

spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari transaksi derivatif itu

sendiri.

5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang berarti, transaksi

derivatif dapat memberikan gambaran kepada manajemen produksi sebuah produsen

dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan pasar di masa mendatang. Terlepas dari

funsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka yang perlu

diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari eksistensi bank di

Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat

banyak”. Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan)

Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi

yang menggunakan prinsip kehati-hatian. 4 Hal ini, jelas tergambar, karena secara

filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa.

Page 5: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

PENGERTIAN SYARIAH

Secara bahasa syariat berasal dari kata syara’ yang berarti menjelaskan dan

menyatakan sesuatu atau dari kata Asy-Syir dan Asy Syari’atu yang berarti suatu tempat

yang dapat menghubungkan sesuatu untuk sampai pada sumber air yang tak ada habis-

habisnya sehingga orang membutuhkannya tidak lagi butuh alat untuk mengambilnya. 

Menurut istilah, syariah berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk

mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan sesama manusia, dan

hubungan manusia dengan alam semesta. 

Syariah mengatur hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba Allah yang harus taat,

tunduk, dan patuh kepada Allah. Ketaatan, ketundukkan, dan kepatuhan kepada Allah

dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh

syariah Islam. Syariah Islam mengatur pula tata hubungan antara seseorang dengan dirinya

sendiri untuk mewujudkan sosok individu yang saleh.

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2071352-pengertian-

syariah/#ixzz1xUiPIn00

1.   Syariah = Undang-undang Islam

2.   Definisi : Jalan yang lurus

3.  Sumber : Al Quran (45:18) ~ “kemudian Kami jadikan kamu (ya Muhammad) berada di atas

suatu syariat (peraturan) dariurusan (agama), maka ikutilah syariat itu dan jangan kamu

ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak berilmu”

Syariah (berarti jalan besar) dalam makna generik adalah keseluruhan ajaran Islam itu

sendiri (42 :13). Dalam pengertian teknis-ilmiah syariah mencakup aspek hukum dari ajaran

Islam, yang lebih berorientasi pada aspek lahir (esetoris). Namum demikian karena Islam

merupakan ajaran yang tunggal, syariah Islam tidak bisa dilepaskan dari aqidah sebagai

fondasi dan akhlaq yang menjiwai dan tujuan dari syariah itu sendiri.

Page 6: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

Syariah memberikan kepastian hukum yang penting bagi  pengembangan diri manusia

dan pembentukan dan pengembangan masyarakat yang berperadaban (masyarakat madani).

Syariah meliputi 2 bagian utama :

1. Ibadah ( dalam arti khusus), yang membahas hubungan manusia dengan Allah (vertikal).

Tatacara dan syarat-rukunya terinci dalam Quran dan Sunah.  Misalnya : salat, zakat, puasa

2. Mu'amalah, yang membahas hubungan horisontal (manusia dan lingkungannya) .  Dalam

hal ini aturannya aturannya lebih bersifat garis besar. Misalnya munakahat, dagang,

bernegara, dll.

Syariah Islam secara mendalam dan mendetil dibahas dalam ilmu fiqh.

Dalam menjalankan syariah Islam, beberpa yang perlu menjadi pegangan :

a. Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunah (24 :51, 4:59) menjauhi bid'ah (perkara yang

diada-adakan)

b. Syariah Islam telah memberi aturan yangjelas apa yang halal dan haram (7 :33, 156-157),

maka :

-Tinggalkan yang subhat (meragukan)

- ikuti yang wajib, jauhi yang harap, terhadap yang didiamkan jangan bertele-tele

c. Syariah Islam diberikan sesuai dengan kemampuan manusia (2:286), dan menghendaki

kemudahan (2 :185, 22 :78). Sehingga  terhadap kekeliruan yang tidak disengaja & kelupaan

diampuni Allah, amal dilakukan sesuai kemampuan

d. hendaklah mementingkan persatuan dan menjauhi perpecahan dalam syariah (3:103, 8:46)

PENGERTIAN BANK SYARIAH

Pengertian Bank Syariah.

Pengertian bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang

menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Istilah Bank dalam

Page 7: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

literatur Islam tidak dikenal. Suatu lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat

dan menyalurkan kembali ke masyarakat, dalam literature Islam dikenal dengan istilah

baitul mal atau baitul tamwil. Isitilah lain yang digunakan untuk sebutan Bank Islam

adalah Bank Syariah. Secara akademik, istilah Islam dan Syariah memang mempunyai

pengertian berbeda. Namun secara teknis untuk penyebutan Bank Islam dan Bank

Syariah mempunyai pengertian yang sama.

Dalam Undang-Undang No 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa Bank Umum

merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau

berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu litas

pembayaran . Lebih lanjut dijelaskan bahwa prinsip syari’ah adalah aturan perjanjian

berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpannya, pembiayaan

atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari’ah. Berdasarkan rumusan

masalah tersebut, Bank Syari’ah berarti bank yang tata cara operasionalnya didasari

dengan tatacara Islam yang mengacu kepada ketentuan Al-Quran dan Al Hadist.

Sejarah Bank Syariah di Indonesia.

Ide pendirian bank syariah di Indonesia sudah ada sejak tahun 1970. dimana

pembicaraan mengenai bank syariah muncul pada seminar hubungan Indonesia – Timur

Tengah pada tahun 1974 dan pada tahun 1976 dalam seminar yang diselenggarakan oleh

Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan ( LSIK ) dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika .

Di tingkat internasional,gagasan untuk mendirikan Bank Islam terdapat dalam

konferensi negara – negara islam di Kuala Lumpur,Malaysia pada tanggal 21 sampai

dengan 27 April 1969 yang diikuti 19 negara peserta. Konferensi tersebut memutuskan

beberapa hal yaitu :

1. Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung dan rugi, jika ia tidak

termasuk riba dan riba itu sedikit atau banyak hukumnya haram

2. Diusulkan supaya dibentuk suatu Bank Islam yang bersih dari system riba dalam

waktu secepat mungkin.

3. Sementara menunggu berdirinya Bank Islam, bank-bank yang menerapkan

bunga diperbolehkan beroperasi. Namun jika benar-benar dalam keadaan darurat.

Gagasan berdirinya Bank Islam di Indonesia lebih konkret pada saat lokakarya ”Bunga

Bank dan Perbankan” pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Ide tersebut ditindaklanjuti

Page 8: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

dalam Munas IV Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) di hotel Sahid tanggal 22-25 Agustus

1990. Setelah itu, MUI membentuk suatu Tim Steering Committee yang diketuai oleh

Dr.Ir.Amin Aziz. Tim ini bertugas untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan

dengan berdirinya Bank Islam di Indonesia. Tim Mui ternyata dapat melaksanakan

tugasnya dengan baik, tebukti dalam waktu 1 tahun sejak ide berdirinya Bank Islam

tersebut, dukungan umat Islam dari berbagai pihak sangat kuat. Setelah semua

persyaratan terpenuhi pada tanggal 1 November 1991 dilakukan penandatanganan akte

pendirian Bank Mu’amalat Indonesia ( BMI ) di Sahid Jaya Hotel dengan akte Notaris

Yudo Paripurno,S.H dengan izin Menteri Kehakiman No.C.2.2413 HT.01.01. Akhirnya,

dengan izin prinsip Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1223/MK.013/1991

tanggal 5 November 1991 BMI bias memulai operasi untuk melayani kebutuhan

masyarakat melalui jasa-jasanya.

Setelah BMI mulai beroperasi sebagai bank yang menerapkan prinsip syariah di

Indonesia, frekuensi kegairahan umat Islam untuk menetapkan dan mempraktikan

system syariah dalam kehidupan berekonomi sehari-hari menjadi tinggi. Setelah lahirnya

BMI, kini di masa reformasi ,telah beroperasi pula lembaga-lembaga perbankan

konvensional yang menerapkan prinsip-prinsip syariah, baik yang dimiliki pemerintah

maupun swasta. Kemunculan bank-bank syariah ‘baru’, seperti Bank IFI Cabang

Syariah,Bank Syariah Mandiri,Bank BNI Divisi Syariah sebenarnya tidak terlepas dari

peristiwa krisis moneter yang cukup parah sejak 1998 atau pasca-likuidasi ratusan bank

konvesional, karena pengelolaanya yang menyimpang.

Prinsip-Prinsip Perbankan Syariah

Meskipun UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah telah dikeluarkan,

namun Indonesia masih menganut dual banking system ( dua system perbankan ). Ini

berarti memperkenankan dua system perbankan secara co-existance. Dua system

perbankan itu adalah bank umum dan bank berdasarkan bagi hasil ( yang secara impisit

mengakui system perbankan berdasarkan prinsip Islam ). Bank Syariah dapat dilakukan

melalui 1) bank umum syariah 2) bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) ; 3) Islamic

windows; dan 4) office channeling. Bank umum syariah adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat Syariah adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak

Page 9: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Office Chanelling merupakan istilah

yang diberikan guna menandai dimungkinkannya melakukan kegiatan usaha perbankan

syariah di kantor cabang dan/atau kantor cabang pembantu bank umum konvesional.

Praktik perbankan syariah tidak diperkenankan dilakukan bersama-sama dalam satu

kantor yang berpraktik konvesional. Dalam PBI No.4/1/PBI/2002, dibuka kesempatan

kepada bank umum konvesional untuk membuka cabang syariah dengan prsyaratan yang

cukup ketat, yaitu adanya pemisahan pembukuan,pemisahan modal,pemisahan

pegawai,dan pemisahan keragaan ruangan.

Pengelolaan dan Pengawasan Bank Syariah Bank Syariah, selain berfungsi

menjembatani antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana,

juga secara khusus mempunyai fungsi amanah. Untuk menjaga fungsi amanah tersebut,

perlu adanya pengawasan yang melekat pada setiap orang yang terlibat di dalam

aktivitas perbankan berupa motivasi keagamaan maupun pengawasan melalui

kelembagaan. Supaya upaya pengendalian, meskipun suatu lembaga telah menyandang

nama syariah, namun tidak tertutup kemungkinan dalam menjalankan usahanya

menyimpang dari nama yang disandang tersebut. Di dalam menjalankan usahanya, bank

berdasarkan prinsip-prinsip syariah berupaya menjaga dan memelihara agar prinsip-

prinsip syariah tersebut tetap terpelihara dalam operasionalnya. Di dalam menjalankan

fungsi kelembagaan agar operasional Bank Syariah tidak menyimpang dari tuntutan

syariah Islam, maka diadakan “Dewan Pengawas Syariah” yang tidak terdapat di dalam

bank-bank konvesional.

Dewan pengawas syariah adalah suatu lembaga dewan yang dibentuk untuk

mengawasi jalannya Bank Syariah agar di dalam operasionalnya tidak menyimpang dari

prinsip-prinsip muamalah menurut Islam. Dewan pengawas syariah biasanya

ditempatkan pada posisi setingkat dewan komisaris pada setiap bank. Anggota dewan

syariah ditetapkan oleh rapa pemegang saham dari calon yang telah mendapat

rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

Dewan syariah bertugas meneliti produk-produk baru bank syariah dan

memberikan rekomendasi terhadap produk-produk baru tersebut serta membuat surat

pernyataan bahwa bank yang diawasinya masih tetap menjalankan usaha berdasarkan

prinsip-prinsip syariah. Dewan pengawas syariah juga bertugas untuk mendiskusikan

masalah-masalah dan transaksi bisnis yang diajukan kepada dewan sehingga dapat

Page 10: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

ditentukan tentang sesuai atau tidaknya masalah-masalah tersebut dnegan ketentuan-

ketentuan syariah Islam. Adapun wewenang Dewan Pengawas Syariah adalah :

1. Memberikan pedoman secara garis besar tentang aspek syariah dari operasional Bank

Syariah, baik penyerahan dana,penyaluran dana maupun kegiatan-kegiatan bank lainnya.

2. Mengadakan perbaikan terhadap suatu produk Bank Syariah yang telah atau sedang

berjalan. Namun, dinilai pelaksanaanya bertentangan ketentuan syariah.

Keberhasilan pelaksanaan tugas dan wewenang dewan syariah sangat tergantung kepada

independesinya di dalam membuat suatu putusan atau penilaian yang dibutuhkan.

Independasi dewan ini diharapkan dapat dijamin karena :

- Mereka bukan staf bank, sehingga tidak tunduk di bawah kekuasaan administratif

- Mereka dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham, demikian juga penentuan tentang

honorariumnya

- Dewan pengawas mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas khusus seperti halnya

Badan Pengawas lainnya.

Selain Dewan Pengawas Syariah, pada tingkat nasional ada pula Dewan Syariah

Nasional ( DSN ). Tugas lembaga ini antara lain, adalah sebagai berikut :

1. Mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah, seperti bank syariah, asuransi

syariah, reksadana syariah, modal ventura, dan lain-lain

2. Meneliti dan memberi fatwa terhadap produk-produk yang akan dikembangkan pada

bank-bank syariah yang diajukan manajemen bank yang bersangkutan setelah mendapat

rekomendasi dari dewan pengawas syariah,

3. Mengeluarkan pedoman yang akan digunakan oleh dewan pengawas syariah dalam

mengawasi bank-bank syariah

4. Merekomendasikann para ulama yang akan ditugaskan menjadi anggota dewan

pengawas syariah.

Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah,

demokrasi ekokomi, dan prinsip kehati-hatian. Di dalam bank syariah terdapat suatu

badan yang tidak ada di dalam bank-bank konvesional yaitu Dewan Pengawas Syariah.

Dewan ini memiliki tugas untuk meneliti produk-produk baru bank syariah dan

memberikan rekomendasi terhadap produk-produk baru tersebut serta membuat surat

Page 11: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

pernyataan bahwa bank yang diawasinya masih tetap menjalankan usaha berdasarkan

prinsip-prinsip syariah.

Sejarah Awal Perbankan Syariah

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan

eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama dan menjadi

pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan system ini ditengah

menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah

menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan

system bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan system syariah dapat tetap eksis

dan mampu bertahan.

Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia pada

penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya

tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya,

pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah.

Hal ini dapat dibuktikan dari keberhasilan bank Muamalat melewati krisis yang terjadi pada

tahun 1998 dengan menunjukkan kinerja yang semakin meningkat dan tidak menerima

sepeser pun bantuan dari pemerintah dan pada krisis keuangan tahun 2008, bank Muamalat

bahkan mampu memperoleh laba Rp. 300 miliar lebih.

Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini untuk menunjukkan bahwa

perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal krisis dan mampu tumbuh dengan signifikan.

Oleh karena itu perlu langkah-langkah strategis untuk merealisasikannya.

Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan adalah

pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit Usaha

Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah

strategis ini merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang – Undang perbankan no.

10 tahun 1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan

jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan

oleh bank syariah.

Tabel 1.1 Perkembangan

Bank Syariah Indonesia

In 19 20 20 20 20 20 20 20

Page 12: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

di

ka

si

98

K

P/

U

U

S

03

K

P/

U

U

S

04

K

P/

U

U

S

05

K

P/

U

U

S

06

K

P/

U

U

S

07

K

P/

U

U

S

08

K

P/

U

U

S

09

K

P/

U

U

S

B

U

S

1 2 3 3 3 3 5 6

U

U

S

- 8 15 19 20 25 27 25

B

P

R

S

76 84 88 9210

5

11

4

13

1

13

9

Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009.

Keterangan :

BUS = Bank Umum Syariah

UUS = Unit Usaha Syariah

BPRS = Bank Perkreditan Rakyat Syariah

KP/UUS = Kantor Pusat/Unit Usaha Syariah

Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan laporan tahunan BI

2009 (Desember 2009). secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah sungguh

membanggakan dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998

hanya ada satu Bank Umum Syariah dan 76 Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada

Desember 2009 (berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank

Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapai 31 unit yang terdiri atas 6 Bank Umum

Syariah dan 25 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah

(BPRS) telah mencapai 139 unit pada periode yang sama.

Tabel 1.2 Indikator Utama Perbankan Syariah

Page 13: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

(dalam milyar rupiah)

Indikas

i

200

3

200

4

200

5

200

6

200

72008

200

9

Aset7.94

5

15.2

10

20.8

80

28.7

22

36,5

37

49.55

5

66.0

90

DPK5.72

5

11.7

18

15.5

84

20.6

72

28.0

11

36.85

2

52.2

71

Pembia

yaan

5.56

1

11.3

24

15.2

70

20.4

45

27.9

44

38.19

8

46.8

86

FDR97,1

4%

96,6

4%

97,7

6%

98,9

0%

99.7

6%

103.6

5%

89.7

0%

NPF2,34

%

2,38

%

2,82

%

4,75

%

4,07

%

3.95

%

4.01

%

Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009.

Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan terakhir indikasi-indikasi perbankan syariah.

Perkembangan asset perbankan syariah meningkat sangat signifikan dari akhir tahun 2008

sampai dengan akhir tahun 2009 sebesar lebih dari 33.37 persen. Penghimpunan dana dan

pembiayaan mencapai peningkatan sebesar 41.84 dan 22.74 persen.

Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya dana pihak ketiga (DPK)

yang dinyatakan dengan nilai Financing to Deposit Ratio (FDR), maka bank syariah memiliki

rata-rata FDR sebesar 97.65 persen. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dan tahun

sesudahnya, pada tahun 2008 Financing to Defosit Ratio perbankan syariah lebih dari 100 %.

Tingginya tingkat FDR tersebut karena pembiayaan yang disalurkan selama bulan maret –

November 2008 lebih besar dari Dana Pihak ketiga.

Yang perlu di catat disini adalah, meskipun pembiayaan yang disalurkan lebih besar dari

DPK, tetapi tingkat kegalalan bayar atau yang dinyatakan dalam Non Performing Financing

(NPF) ternyata lebih sedikit dari periode tahun 2006-2007, yakni hanya sebesar 3.95%, masih

dibawah batas ketentuan minimal sebesar 5 persen. Artinya bank syariah betul betul

menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan dengan tidak mengabaikan

prinsip kehati-hatian. Selain itu juga, secara keseluruhan perbankan syariah relatif lebih sehat.

Tabel 1.3. Perbandingan Pangsa Perbankan Syariah Terhadap

Total Bank

Page 14: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

Islamic

Bank(Des 08)

Total

Bank

Islamic

Bank(Des 09)

Total

Bank

Nominal Share Nominal Share

Total Asset 49,56 2.14% 2,310.60 66,09 2.61% 2,534.10

Deposit

Fund36,85 2.10% 1,753.30 52,27 2.65% 1,973.00

Credit

Financial

Extended

38,20 - - 46,88 - -

FDR/LDR 103.66% - - 89.70% - -

Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009

Pada tabel 1.3 terlihat bahwa pangsa perbankan syariah meningkat jika dibandingkan dengan

tahun 2008 pada bulan yang sama, yaitu asset menjadi 2.61% meningkat sebesar 0.47% ,

Deposit Fund atau DPK juga mengalami pertumbuhan menjadi 2,02%, meningkat 0,24%. hal

ini menunjukkan kinerja dan potensi perbankan syariah mengalami perkembangan yang baik.

Realita Perkembangan Syariah di Indonesia

Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni

sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang mengerahkan dana dari

masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang

membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak dalam

jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank

konvensional mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank Syariah dari

apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-base income) maupun mark-up atau

profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing).

Disamping dilibatkannya Hukum Islam dan pembebasan transaksi dari mekanisme bunga

(interest free), posisi unik lainnya dari Bank Syariah dibandingkan dengan bank konvensional

adalah diperbolehkannya Bank Syariah melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat

multi-finance dan perdagangan (trading). Hal ini berkenaan dengan sifat dasar transaksi Bank

Syariah yang merupakan investasi dan jual beli serta sangat beragamnya pelaksanaan

pembiayaan yang dapat dilakukan Bank Syariah, seperti pembiayaan dengan prinsip

murabahah (jual beli), ijarah (sewa) atau ijarah wa iqtina (sewa beli) dan lain-lain.

Page 15: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

Tulisan ini dibuat dengan tujuan utama untuk memberi pengantar bagi sejarah perkembangan

Bank Islam di Indonesia dengan pembahasan pokok menyangkut perkembangan teoritis,

kelembagaan dan hukum positif mengenai Perbankan Islam. Namun mengingat perbankan

Islam bukan merupakan fenomena khas Indonesia serta perkembangannya tidak mungkin

terjadi tanpa pengaruh dunia luar, maka bab sebelumnya akan membahas perkembangan

perbankan Islam secara umum di luar Indonesia dan secara internasional.

Perkembangan Perbankan Islam

Melihat gagasannya yang ingin membebaskan diri dari mekanisme bunga, pembentukan

Bank Islam mula-mula banyak menimbulkan keraguan. Hal tersebut muncul mengingat

anggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga adalah sesuatu yang mustahil dan tidak

lazim, sehingga timbul pula pertanyaan tentang bagaimana nantinya Bank Islam tersebut akan

membiayai operasinya.

Konsep teoritis mengenai Bank Islam muncul pertama kali pada tahun 1940-an, dengan

gagasan mengenai perbankan yang berdasarkan bagi hasil. Berkenaan dengan ini dapat

disebutkan pemikiran-pemikiran dari penulis antara lain Anwar Qureshi (1946), Naiem

Siddiqi (1948) dan Mahmud Ahmad (1952). Uraian yang lebih terperinci mengenai gagasan

pendahuluan mengenai perbankan Islam ditulis oleh ulama besar Pakistan, yakni Abul A’la

Al-Mawdudi (1961) serta Muhammad Hamidullah (1944-1962) .

Secara kelembagaan yang merupakan Bank Islam pertama adalah Myt-Ghamr Bank.

Didirikan di Mesir pada tahun 1963, dengan bantuan permodalan dari Raja Faisal Arab Saudi

dan merupakan binaan dari Prof. Dr. Abdul Aziz Ahmad El Nagar. Myt-Ghamr Bank

dianggap berhasil memadukan manajemen perbankan Jerman dengan prinsip muamalah

Islam dengan menerjemahkannya dalam produk-produk bank yang sesuai untuk daerah

pedesaan yang sebagian besar orientasinya adalah industri pertanian . Namun karena

persoalan politik, pada tahun 1967 Bank Islam Myt-Ghamr ditutup . Kemudian pada tahun

1971 di Mesir berhasil didirikan kembali Bank Islam dengan nama Nasser Social Bank,

hanya tujuannya lebih bersifat sosial daripada komersil.

Bank Islam pertama yang bersifat swasta adalah Dubai Islamic Bank, yang didirikan tahun

1975 oleh sekelompok usahawan muslim dari berbagai negara. Pada tahun 1977 berdiri dua

bank Islam dengan nama Faysal Islamic Bank di Mesir dan Sudan. Dan pada tahun itu pula

pemerintah Kuwait mendirikan Kuwait Finance House . Secara internasional, perkembangan

perbankan Islam pertama kali diprakarsai oleh Mesir. Pada Sidang Menteri Luar Negeri

Page 16: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

Negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Karachi Pakistan bulan Desember

1970, Mesir mengajukan proposal berupa studi tentang pendirian Bank Islam Internasional

untuk Perdagangan dan Pembangunan (International Islamic Bank for Trade and

Development) dan proposal pendirian Federasi Bank Islam (Federation of Islamic Banks) .

Inti usulan yang diajukan dalam proposal tersebut adalah bahwa sistem keuangan bedasarkan

bunga harus digantikan dengan suatu sistem kerjasama dengan skema bagi hasil keuntungan

maupun kerugian.

Proposal tersebut diterima, dan Sidang menyetujui rencana pendirian Bank Islam

Internasional dan Federasi Bank Islam. Bahkan sebagai tambahan diusulkan pula

pembentukan badan-badan khusus yang disebut Badan Investasi dan Pembangunan Negara-

negara Islam (Investment and Development Body of Islamic Countries), serta pembentukan

perwakilan-perwakilan khusus yaitu Asosiasi Bank-bank Islam (Association of Islamic

Banks) sebagai badan konsultatif masalah-masalah ekonomi dan perbankan Islam .

Pada Sidang Menteri Luar Negeri OKI di Benghazi, Libya bulan Maret 1973, usulan

sebagaimana disebutkan di atas kembali diagendakan. Bulan Juli 1973, komite ahli yang

mewakili negara-negara Islam penghasil minyak bertemu di Jeddah untuk membicarakan

pendirian Bank Islam. Rancangan pendirian bank tersebut, berupa anggaran dasar dan

anggaran rumah tangga dibahas pada pertemuan kedua, bulan Mei 1972. Pada Sidang

Menteri Keuangan OKI di Jeddah tahun 1975 berhasil disetujui rancangan pendirian Islamic

Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 milyar dinar dan beranggotakan semua

negara anggota OKI .

Sejak saat itu mendekati awal dekade 1980-an, Bank-bank Islam bermunculan di Mesir,

Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh dan Turki. Secara garis

besar lembaga-lembaga perbankan Islam yang bermunculan itu dapat dikategorikan ke dalam

dua jenis, yakni sebagai Bank Islam Komersial (Islamic Commercial Bank), seperti Faysal

Islamic Bank (Mesir dan Sudan), Kuwait Finance House, Dubai Islamic Bank, Jordan Islamic

Bank for Finance and Investment, Bahrain Islamic Bank dan Islamic International Bank for

Finance and Development; atau lembaga investasi dengan bentuk international holding

companies, seperti Daar Al-Maal Al-Islami (Geneva), Islamic Investment Company of the

Gulf, Islamic Investment Company (Bahama), Islamic Investment Company (Sudan),

Bahrain Islamic Investment Bank (Manama) dan Islamic Investment House (Amman).

Perbankan Islam di Indonesia

Page 17: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

Rintisan praktek perbankan Islam di Indonesia dimulai pada awal periode 1980-an, melalui

diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai pilar ekonomi Islam. Tokoh-tokoh yang

terlibat dalam pengkajian tersebut, untuk menyebut beberapa, di antaranya adalah Karnaen A

Perwataatmadja, M Dawam Rahardjo, AM Saefuddin, dan M Amien Azis. Sebagai uji coba,

gagasan perbankan Islam dipraktekkan dalam skala yang relatif terbatas di antaranya di

Bandung (Bait At-Tamwil Salman ITB) dan di Jakarta (Koperasi Ridho Gusti). Sebagai

gambaran, M Dawam Rahardjo dalam tulisannya pernah mengajukan rekomendasi Bank

Syari’at Islam sebagai konsep alternatif untuk menghindari larangan riba, sekaligus berusaha

menjawab tantangan bagi kebutuhan pembiayaan guna pengembangan usaha dan ekonomi

masyarakat. Jalan keluarnya secara sepintas disebutkan dengan transaksi pembiayaan

berdasarkan tiga modus, yakni mudlarabah, musyarakah dan murabahah.

Prakarsa lebih khusus mengenai pendirian Bank Islam di Indonesia baru dilakukan tahun

1990. Pada tanggal 18 – 20 Agustus tahun tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI)

menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil

lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI di

Jakarta 22 – 25 Agustus 1990, yang menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja

pendirian bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI

dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak yang

terkait.

Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirinya PT Bank Muamalat

Indonesia (BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991.

Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal awal sebesar Rp

106.126.382.000,-. Sampai bulan September 1999, BMI telah memiliki lebih dari 45 outlet

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Kelahiran Bank Islam di Indonesia relatif terlambat dibandingkan dengan negara-negara lain

sesama anggota OKI. Hal tersebut merupakan ironi, mengingat pemerintah RI yang diwakili

Menteri Keuangan Ali Wardana, dalam beberapa kali sidang OKI cukup aktif

memperjuangkan realisasi konsep bank Islam, namun tidak diimplementasikan di dalam

negeri. KH Hasan Basri, yang pada waktu itu sebagai Ketua MUI memberikan jawaban

bahwa kondisi keterlambatan pendirian Bank Islam di Indonesia karena political-will belum

mendukung.

Selanjutnya sampai diundangkannya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, BMI merupakan satu-satunya

Page 18: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

bank umum yang mendasarkan kegiatan usahanya atas syariat Islam di Indonesia. Baru

setelah itu berdiri beberapa Bank Islam lain, yakni Bank IFI membuka cabang Syariah pada

tanggal 28 Juni 1999, Bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari Bank Susila Bakti

(BSB), anak perusahaan Bank Mandiri, serta pendirian lima cabang baru berupa cabang

syariah dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Per bulan Februari 2000, tercatat di

Bank Indonesia bank-bank yang sudah mengajukan permohonan membuka cabang syariah,

yakni: Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega, Bank BRI, Bank Bukopin, BPD Jabar dan BPD

Aceh.

Hukum Perbankan Islam

Sebagaimana telah dikemukakan, secara teoritis Bank Islam baru dirintis sejak tahun 1940-an

dan secara kelembagaan baru dapat dibentuk pada tahun 1960-an. Di Indonesia kenyataannya

baik secara teoritis maupun kelembagaan, perkembangan Bank Islam bahkan lebih kemudian.

Eksistensi Bank Islam secara hukum positif dimungkinkan pertama kali melalui Pasal 6 huruf

m Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 6 huruf m beserta

penjelasannya tidak mempergunakan sama sekali istilah Bank Islam atau Bank Syariah

sebagaimana dipergunakan kemudian sebagai istilah resmi dalam UUPI, namun hanya

menyebutkan:

“menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.”

Di dalam Pasal 5 ayat (3) PP No. 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum pun hanya disebutkan

frasa “Bank Umum yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil” dan di penjelasannya

disebut “Bank berdasarkan prinsip bagi hasil”. Begitu pula dalam Pasal 6 ayat (2) PP No. 71

Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat hanya menyebutkan frasa “Bank Perkreditan

Rakyat yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil” yang dalam

penjelasannya disebut “Bank Perkreditan Rakyat yang berdasarkan bagi hasil”.

Kesimpulan bahwa “bank berdasarkan prinsip bagi hasil” merupakan istilah bagi Bank Islam

atau Bank Syariah baru dapat ditarik dari Penjelasan Pasal 1 ayat (1) PP No. 72 Tahun 1992

tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Dalam penjelasan ayat tersebut ditetapkan

bahwa yang dimaksud dengan prinsip bagi hasil adalah prinsip muamalat berdasarkan

Syari’at dalam melakukan kegiatan usaha bank.

Melihat ketentuan-ketentuan yang ada dalam PP No. 72 Tahun 1992,

keleluasaan untuk mempraktekkan gagasan perbankan berdasarkan syariat Islam terbuka

Page 19: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

seluas-luasnya, terutama berkenaan dengan jenis transaksi yang dapat dilakukan. Pembatasan

hanya diberikan dalam hal :

1. Larangan melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil (maksudnya

kegiatan usaha berdasarkan perhitungan bunga) bagi Bank Umum atau Bank Perkreditan

Rakyat yang kegiatan usahanya semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil. Begitu pula

Bank Umum atau BPR yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil dilarang

melakukan kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip bagi hasil.

2. Kewajiban memiliki Dewan Pengawas Syariah yang bertugas melakukan pengawasan atas

produk perbankan baik dana maupun pembiayaan agar berjalan sesuai dengan prinsip

Syari’at, dimana pembentukannya dilakukan oleh bank berdasarkan hasil konsultasi dengan

Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Pada saat berlakunya UU No. 7 Tahun 1992, selain ketiga PP tersebut di atas tidak ada lagi

peraturan perundangan yang berkenaan dengan Bank Islam. Oleh karena itu dapat dikatakan

bahwa eksistensi Bank Islam yang telah diakui secara hukum positif di Indonesia, belum

mendapatkan dukungan secara wajar berkenaan dengan praktek traksaksionalnya. Hal ini

dapat dilihat misalnya dari tidak seimbangnya jumlah dana yang mampu dikumpulkan

dibandingkan dengan penyalurannya di masyarakat. Bagi BMI tidak ada kesulitan untuk

mengumpulkan dana berupa tabungan dan investasi dari masyarakat, namun untuk

penyalurannya masih sangat terbatas, mengingat belum adanya instrumen investasi yang

berdasarkan prinsip syariah yang diatur secara pasti, baik instrumen investasi di Bank

Indonesia, Pemerintah, atau antar-bank. Tidak mengherankan bilamana dalam Laporan

Keuangan BMI pada masa tersebut dapat ditemukan satu pos anggaran atau account yang

diberi istilah sebagai “Pendapatan Non Halal”, yakni pendapatan yang didapat dari transaksi

yang bersifat perbankan konvensional.

Perkembangan lain yang patut dicatat berkaitan dengan perbankan syariah pada saat

berlakunya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah berdirinya Badan

Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI). BAMUI berdiri secara resmi tanggal 21 Oktober

1993 dengan pemrakarsa MUI dengan tujuan menyelesaikan kemungkinan terjadinya

sengketa muamalat dalam hubungan perdagangan, industri, keuangan, jasa dan lain-lain di

kalangan umat Islam di Indonesia. Dengan demikian dalam transaksi-transaksi atau

perjanjian-perjanjian bidang perbankan syariah lembaga BAMUI dapat menjadi salah satu

choice of forum bagi para pihak untuk menyelesaikan perselisihan atau sengketa yang

mungkin terjadi dalam pelaksanaan transaksi atau perjanjian tersebut. Perkembangan

Page 20: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

kemudian berkenaan dengan BAMUI, melalui Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia No.

Kep-09/MUI/XII/2003 tanggal 24 Desember 2003 menetapkan di antaranya perubahan nama

BAMUI menjadi Badan Arbitrase Syari’ah Nasional (BASYARNAS) dan mengubah bentuk

badan hukumnya yang semula merupakan Yayasan menjadi ‘badan’ yang berada di bawah

MUI dan merupakan perangkat organisasi MUI.

Meskipun pada saat berlakunya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 perkembangan perbankan

syariah masih sangat terbatas, namun sebagaimana disebutkan oleh Prof. Dr. Mariam Darus

Badrulzaman, SH merupakan salah satu tonggak sejarah yang sangat penting khususnya di

dalam kehidupan umat Islam dan pada umumnya bagi perkembangan Hukum Nasional.

Dalam makalahnya yang berjudul “Peranan BAMUI Dalam Pembangunan Hukum Nasional”

beliau mengatakan sebagai berikut :

“Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 membawa era baru dalam sejarah

perkembangan hukum ekonomi di Indonesia. Undang-undang tersebut memperkenalkan

“sistem bagi hasil” yang tidak dikenal dalam Undang-undang tentang Pokok Perbankan No.

14 Tahun 1967. Dengan adanya sistem bagi hasil itu maka Perbankan dapat melepaskan diri

dari usaha-usaha yang mempergunakan sistem “bunga”.

… Jika selama ini peranan Hukum Islam di Indonesia terbatas hanya pada bidang hukum

keluarga, tetapi sejak tahun 1992, peranan Hukum Islam sudah memasuki dunia hukum

ekonomi (bisnis).”

Pada tahun 1998 eksistensi Bank Islam lebih dikukuhkan dengan dikeluarkannya Undang-

undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan. Dalam Undang-undang tersebut, sebagaimana ditetapkan dalam angka 3

jo. angka 13 Pasal 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, penyebutan terhadap entitas

perbankan Islam secara tegas diberikan dengan istilah Bank Syari’ah atau Bank Berdasarkan

Prinsip Syari’ah. Pada tanggal 12 Mei 1999, Direksi Bank Indonesia mengeluarkan tiga buah

Surat Keputusan sebagai pengaturan lebih lanjut Bank Syariah sebagaimana telah dikukuhkan

melalui Undang-undang No. 10 Tahun 1998, yakni :

1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/33/KEP/DIR tentang Bank Umum,

khususnya Bab XI mengenai Perubahan Kegiatan Usaha dan Pembukaan Kantor Cabang

Syariah;

2. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tentang Bank Umum

Berdasarkan Prinsip Syariah ; dan

Page 21: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

3. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR tentang Bank Perkreditan

Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

Selanjutnya berkenaan dengan operasional dan instrumen yang dapat dipergunakan Bank

Syariah, pada tanggal 23 Februari 2000 Bank Indonesia secara sekaligus mengeluarkan tiga

Peraturan Bank Indonesia, yakni :

1. Peraturan Bank Indonesia No. 2/7/PBI/2000 tentang Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah

Dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Yang Melakukan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip

Syariah , yang mengatur mengenai kewajiban pemeliharaan giro wajib minimum bank umum

yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah;

2. Peraturan Bank Indonesia No. 2/8/PBI/2000 tentang Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan

Prinsip Syariah, yang dikeluarkan dalam rangka menyediakan sarana penanaman dana atau

pengelolaan dana antarbank berdasarkan prinsip syariah; dan

3. Peraturan Bank Indonesia No. 2/9/PBI/2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

(SWBI) , yakni sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana

berjangka pendek dengan prinsip Wadiah yang merupakan piranti dalam pelaksanaan

pengendalian moneter semacam Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam praktek perbankan

konvensional.

Berkenaan dengan peraturan-peraturan Bank Indonesia di atas, relevan dikemukakan dalam

hal ini mengenai tugas Bank Indonesia dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan

moneter berdasarkan prinsip syariah, sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang No. 23

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (UUBI). Pasal 10 ayat (2) UUBI memberikan

kewenangan kepada Bank Indonesia untuk menggunakan cara-cara berdasarkan prinsip

syariah dalam melakukan pengendalian moneter. Kemudian Pasal 11 ayat (1) UUBI juga

memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk mengatasi kesulitan pendanaan

jangka pendek suatu Bank dengan memberikan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari. Dipandang dari sudut lain, dengan

demikian UUBI sebagai undang-undang bank sentral yang baru secara hukum positif telah

mengakui dan memberikan tempat bagi penerapan prinsip-prinsip syariah bagi Bank

Indonesia dalam melakukan tugas dan kewenangannya.

Tantangan Perbankan Syariah di Indonesia

Walaupun sudah ada dewan pengawas syariah yang memastikan kesesuaian bank tersebut

terhadap syariah, tidak dapat dipungkiri masih ada beberapa hal yang belum sesuai syariah,

seperti: ketika pinjaman yang diberikan kepada mudharib usahanya ada kemungkinan loss,

Page 22: Perkembagan Bank Syariah Di Indonesia

mudharib harus memberikan jaminan pengembalian kepada bank

sebagai intermediaries. Atau contoh pemberlakuan denda bagi mudharib yang lalai. Hal ini

tentu bersifat sangat logis untuk diberlakukan dalam perbankan syariah sekarang, mengingat

masyarakat sekarang yang moralnya tidak semulia masyarakat di zaman Rasulullah Saw.

Selain itu, hal-hal tersebut dilakukan juga tentunya untuk menjaga kestabilan dari bank

syariah tersebut Namun kedepannya, perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian lagi agar

pendekatan syariah makin tersempurnakan.

Pemenuhan kebutuhan SDM syariah

Seperti yang penulis ceritakan sebelumnya, kebutuhan SDM yang mengerti dan paham

mengenai perbankan syariah masih sangat minim. Setidaknya dibutuhkan 14.000 pekerja

untuk membantu meningkatkan pertumbuhan perbankan syariah terhadap pangsa pasar

keseluruhan. SDM yang memadai tentunya dapat menyokong cita-cita tersebut.

Inovasi produk perbankan syariah

Lambatnya perkembangan perbankan syariah dinilai karena kurang inovatif . Hal yang

mendasari pernyataan tersebut adalah kebanyakan produk di perbankan syariah masih

mengacu pada produk bank konvensional, yang membedakan ’hanya’ terkait riba. Bahkan

cenderung hanya mencontek dengan mengganti istilah yang berbeda untuk produk yang

sama