56
PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI KANTIN PADA MAHASISWA PPKU INSTITUT PERTANIAN BOGOR MASAYU NUR ULFA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN

DI KANTIN PADA MAHASISWA PPKU

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

MASAYU NUR ULFA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak
Page 3: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Keamanan

Pangan dan Kebiasaan Jajan di Kantin pada Mahasiswa PPKU Institut Pertanian

Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Masayu Nur Ulfa

NIM I14120104

Page 4: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak
Page 5: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

ABSTRAK

MASAYU NUR ULFA. Perilaku Keamanan Pangan dan Kebiasaan Jajan di

Kantin pada Mahasiswa PPKU Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh ALI

KHOMSAN dan ANNA VIPTA RESTI MAULUDYANI.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku keamanan pangan dan

perilaku jajan di kantin pada mahasiswa Program Pendidikan Kompetensi

Umum (PPKU) Institut Pertanian Bogor. Desain penelitian ini adalah cross

sectional dengan contoh sebanyak 81 mahasiswa PPKU di asrama. Hasil uji

deskriptif menunjukkan bahwa 58.0% subjek mempunyai pengetahuan

keamanan pangan yang cukup, 100.00% subjek mempunyai sikap keamanan

pangan yang cukup dan 70.4% subjek mempunyai praktik keamanan pangan

yang cukup. Konsumsi jajanan di kantin terdiri dari 54.8% makanan berat,

24.2% camilan dan 21.0% minuman. Sebagian besar subjek membeli

makanan di kantin pada siang hari dan alasan terbanyak subjek membeli

makanan di kantin dikarenakan harganya yang murah. Hasil analisis bivariate

menggunakan uji korelasi spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan baik antara pengetahuan dan sikap, sikap dan

praktik serta pengetahuan dan praktik terkait keamanan pangan.

Kata kunci: kebiasaan jajan, mahasiswa PPKU, perilaku keamanan pangan

ABSTRACT

MASAYU NUR ULFA. Food Safety Behavior and Snacking in Canteen of the

First Year Students at Bogor Agricultural University. Supervised by ALI

KHOMSAN and ANNA VIPTA RESTI MAULUDYANI.

This study aims to see food safety behavior and snacking in IPB’s

canteen behavior on the first year students of Bogor Agricultural University.

The study design was cross sectional by taking sample from 81 first year

students in the dormitory. Descriptive analysis showed that 58.0% of the

students has sufficient category of food safety knowledge, 100.00% of the

students has sufficient category of food safety attitude, and 70.4% of the

students has sufficient category of food safety practice. Consumption of snack

in Bogor Agricultural University’s canteen were consisted of 54.8% meal,

24.2% snack and 21.0% drink. Almost of subject bought food at afternoon

and the most reason they bought the food in canteen was the cheap price.

Spearman test showed that there were no significant correlations (p>0.05)

between knowledge and attitude, attitude and practice and knowledge and

practice related food safety.

Keywords: first year students, food safety behavior, snacking habit

Page 6: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak
Page 7: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN

DI KANTIN PADA MAHASISWA PPKU

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

MASAYU NUR ULFA

Page 8: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak
Page 9: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak
Page 10: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2016 ini ialah mengenai

perilaku keamanan pangan dan perilaku jajan di kantin pada mahasiswa

PPKU Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, antara lain:

1. Kedua orangtua penulis yaitu Mgs. Nanang Azhari dan Msy. Farida

beserta saudara/I dari penulis yang selalu mendukung dan mendoakan

penulis

2. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan M.S. dan Anna Vipta Resti Mauludyani

S.P., M. Gizi selaku dosen pembimbing skripsi yang tak lelah

membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini

3. Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar M.Sc. selaku dosen penguji yang telah

membantu evaluasi penelitian ini

4. Teman-teman AKG 49 yang telah bersama-sama berjuang selama 4

tahun di Departemen Gizi Masyarakat khususnya Rulia, Syifa,

Malikhah, Mirna dan lain-lain

5. Dosen-dosen di Departemen Gizi Masyarakat yang selalu

memberikan ilmu yang baru bagi penulis dan teman-teman

6. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat yang telah menjadi tempat berbagi

ilmu

7. Keluarga IGAF LC IPB, terkhususnya Aulia Damayanti, Afif Arwani,

Nurul Amri Komarudin dan Syamsul yang telah memberi semangat

dan dukungan

8. Para agen-agen saya yang merelakan waktunya untuk kepentingan

penelitian saya, Manuel Tamba, Sukma Tri Putra, Firman Ardiansyah,

Danang Al-Fath Aldrian, Ierera Firdha dan Galuh Andini

9. Keluarga PSDM BEM FEMA KAbinet Terasa Manis

10. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian (Nabil, Erfin, Elza,

Afifah, Ani)

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan

sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2016

Masayu Nur Ulfa

Page 11: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak
Page 12: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 3

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 5

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 5

Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 9

PEMBAHASAN 10

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 10

Karakteristik Mahasiswa PPKU 10

Pengetahuan Keamanan Pangan 13

Sikap Keamanan Pangan 15

Praktik Keamanan Pangan 16

Penilaian Konsumen terhadap Kebersihan Fisik Kantin IPB 17

Kebiasaan Makan 19

Kebiasaan Jajan 24

Kontribusi Zat Gizi Makro Jajanan Kantin terhadap Total

Asupan

26

Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Pengetahuan

Keamanan Pangan

27

Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Keamanan

Pangan

28

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 37

RIWAYAT HIDUP 40

Page 13: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

DAFTAR TABEL

1 Cara pengumpulan data 6

2 Pengelompokan variabel penelitian 7

3 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan karakteristik

individu

10

4 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan karakteristik

orang tua

12

5 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori

pengetahuan keamanan pangan dan jenis kelamin

14

6 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori sikap

keamanan pangan dan jenis kelamin

15

7 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori praktik

keamanan pangan dan jenis kelamin

17

8 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan penilaiannya

terhadap kantin IPB

18

9 Frekuensi konsumsi kelompok pangan berdasarkan jenis

kelamin

19

10 Frekuensi konsumsi makanan pokok berdasarkan jenis

kelamin

20

11 Frekuensi konsumsi lauk hewani berdasarkan jenis

kelamin

20

12 Frekuensi konsumsi lauk nabati berdasarkan jenis

kelamin

21

13 Frekuensi konsumsi sayur-sayuran berdasarkan jenis

kelamin

22

14 Frekuensi konsumsi buah-buahan berdasarkan jenis

kelamin

23

15 Frekuensi konsumsi makanan lainnya berdasarkan jenis

kelamin

23

16 Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi dari kantin

IPB berdasarkan jenis kelamin

24

17 Jenis jajanan mahasiswa PPKU per hari di kantin IPB

berdasarkan jenis kelamin

25

18 Jumlah asupan zat gizi per hari berdasarkan jenis kelamin 27

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 4

Page 14: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan jawaban yang

benar item pertanyaan pengetahuan keamanan pangan

dan jenis kelamin

37

2 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan persetujuan

terhadap item pernyataan sikap keamanan pangan dan

jenis kelamin

37

3 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan persetujuan

terhadap item pernyataan sikap keamanan pangan dan

jenis kelamin

38

4 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan jawaban baik

pada item pernyataan penilaian konsumen terhadap

kantin IPB dan jenis kelamin

39

5 Waktu makan subjek di kantin IPB 39

6 Alasan jajan responden di kantin IPB 39

Page 15: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak
Page 16: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kualitas sumber daya manusia Indonesia dinilai masih kurang baik.

Berdasarkan data dari The United Nations Development, Indeks

Pembangunan Manusia Indonesia pada tahun 2013 masih berada pada

peringkat ke-121 dari 185 negara (Bappenas 2014). Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) salah satunya ditentukan oleh kejadian sakit yang dialami

masyarakat. Jenis penyakit terbagi menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan

penyakit degeneratif. Penyakit infeksi biasanya merupakan penyakit yang

cara penyebarannya cepat dan diderita dalam waktu yang relatif singkat,

walaupun terdapat penyakit infeksi yang interval antara terpapar dan tanda

gejalanya relatif lama. Menurut Riskesdas (2007), penyakit infeksi

menyebabkan 28.1% dari total kematian.

Menurut Kemenkes RI tahun 2012, penyakit menular masih menjadi

masalah ditandai dengan masih sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)

beberapa penyakit menular tertentu. Penyakit infeksi yang sering terjadi di

masyarakat adalah penyakit yang berkaitan dengan makanan (foodborne

diseases). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang diidentifikasi

sebagai daerah utama yang mendapat perhatian karena mempunyai laju

kejadian tertinggi foodborne diseases (FAO dalam Odwin dan Badrie 2008).

Foodborne diseases merupakan penyakit yang dihasilkan dari

penyimpangan makanan akibat kontaminasi, bakteri pathogen, virus, atau

parasit yang mengontaminasi makanan. Foodborne diseases biasanya muncul

dari penanganan yang tidak tepat, persiapan, atau penyimpanan makanan.

Damayanthi et al. (2008) menemukan bahwa ada beberapa aspek pada kantin

TPB IPB yang tidak aman dilihat dari segi mikrobiologinya. Fluktuasi jumlah

bakteri umumnya disebabkan saat prosedur pengolahan yang kurang, dan

disarankan terdapat peningkatan training untuk staf atau perubahan tugas

(Osimani et al. 2013). Kejadian keracunan di Indonesia pun sebagian besar

disebabkan oleh pangan. Berdasarkan data POM (2016) pada rentang waktu

Januari sampai Maret 2016, terdapat 35 kasus keracunan yang dilaporkan,

dengan 31 kasus terjadi akibat pangan. Pada penghujung tahun 2015, Dinas

Kesehatan Kabupaten Bogor menyatakan bahwa telah terjadi Kejadian Luar

Biasa (KLB) Hepatitis A di wilayahnya (Kemenkes RI 2015). Salah satu

faktor yang mejadi fokus utama jika kita membicarakan foodborne diseases

adalah mengenai keamanan pangan.

Berdasarkan Food and Agricultural Organization (FAO), keamanan

pangan merupakan derajat kepercayaan bahwa makanan tidak akan

menyebabkan sakit atau bahaya pada konsumen ketika disiapkan, disajikan,

dan dimakan (WHO dalam Norazmir et al. 2012). Menurut UU No. 18 tahun

2012 tentang pangan, keamanan pangan dimaksudkan untuk mencegah

kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat

mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Kurangnya

perhatian terhadap hal ini telah sering mengakibatkan terjadinya dampak

berupa penurunan kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan

Page 17: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

2

akibat tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai resiko

munculnya penyakit kanker akibat penggunaan bahan tambahan (food

additive) yang berbahaya (Syah 2005). Generasi saat ini mempunyai

kesempatan yang terbatas untuk memelajari pengolahan makanan yang aman

karena dua hal, yaitu perubahan pada sistem pendidikan dan peningkatan

jumlah ibu bekerja (Byrd-Bredbenner et al. 2007).

Saat dimulainya universitas merupakan suatu waktu yang penting

pada kehidupan seorang individu, dan sering diperlihatkan sebagai waktu

dimana terjadi peningkatan tanggung jawab pada pemilihan makanan dan

praktik gaya hidup yang sehat. Pada waktu yang sama, orang dewasa muda

sering mengalami kekurangan pengalaman dalam pembelanjaan, persiapan

dan perencanaan makanan (Papadaki et al. 2007). Perubahan jaringan sosial

dan lingkungan yang sejalan dengan peningkatan kebebasan dari

pengontrolan orangtua dapat mempunyai dampak yang kuat pada pola

perilaku (Keller et al. 2008). Alasan yang paling banyak memengaruhi

pemilihan makanan pada populasi muda yaitu perubahan pada tempat tinggal

dan sumber keuangan, sejalan dengan peningkatan ketersediaan makanan

cepat saji (Nicklas dalam Papadaki et al. 2007). Kurangnya pengetahuan

dalam memilih makanan yang baik dan meningkatnya tingkat stres menjadi

faktor yang memengaruhi buruknya pengaturan diet pada mahasiswa

(Mikolajczyk dalam Alfiah 2015).

Mahasiswa Program Pendidikan Kompetensi Umum (PPKU)

merupakan mahasiwa tahun pertama di Institut Pertanian Bogor dan

diwajibkan untuk tinggal di asrama selama satu tahun. Tempat tinggal dapat

memengaruhi asupan gizi mahasiswa sehari-hari (Deliens et al. 2014).

Mahasiswa yang tinggal di lingkungan baru biasanya mengalami perubahan

kebiasaan sehari-hari. Kesibukan kuliah dan kegiatan lain membuat pola

makan mahasiswa PPKU menjadi kurang teratur (Nugraheni 2015). Adriani

dan Wirjatmadi dalam Nugraheni (2015) menyatakan bahwa meningkatnya

aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan remaja akan memengaruhi

kebiasaan makan mereka seperti makan tidak teratur, sering jajan, sering tidak

sarapan dan makan siang. Martiani (2000) menyebutkan bahwa 71.7%

mahasiswa menggunakan uangnya untuk pangan.

Oleh karena itu menjadi hal yang menarik untuk dilakukan penelitian

mengenai hal tersebut. Harapan dari penelitian ini ialah didapatnya informasi

mengenai perilaku keamanan pangan, kebiasaan makan dan jajan mahasiswa

Institut Pertanian Bogor (IPB) khususnya mahasiswa Program Pendidikan

Kompetensi Umum (PPKU) beserta faktor faktor yang dapat memengaruhi

hal tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku

keamanan pangan dan kebiasaan jajan di kantin pada mahasiswa PPKU.

Page 18: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

3

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa PPKU

2. Mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan praktik terkait keamanan

pangan pada mahasiswa PPKU

3. Mengidentifikasi persepsi mahasiswa PPKU terhadap praktik higiene

di kantin IPB

4. Mengidentifikasi kebiasaan makan dan kebiasaan jajan mahasiswa

PPKU

5. Mengidentifikasi persentase kontribusi zat gizi makanan kantin IPB

terhadap total asupan mahasiswa PPKU

6. Menganalisis hubungan antara karakteristik mahasiswa PPKU,

pengetahuan, sikap, dan praktik keamanan pangan

Hipotesis

1. Perempuan mempunyai pengetahuan keamanan pangan yang lebih

tinggi dibandingkan laki-laki

2. Semakin tinggi uang saku, semakin sedikitnya jumlah keluarga dan

semakin tingginya pendidikan orang tua maka pengetahuan keamanan

pangannya semakin baik

3. Anak dengan orang tua yang tidak bekerja mempunyai pengetahuan

keamanan pangan yang lebih tinggi

4. Semakin baik pengetahuan keamanan pangan akan diikuti semakin

baiknya sikap dan praktik keamanan pangan

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk berbagai

pihak. Untuk pemerintah, penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu

sumber informasi untuk rancangan pembangunan kedepannya khususnya

dalam bidang pangan. Untuk institusi, penelitian ini diharapkan menjadi salah

satu sumber informasi agar prevalensi foodborne diseases yang marak akhir-

akhir ini dapat ditekan di sekitar kampus IPB Dramaga. Untuk mahasiswa

PPKU, penelitian ini diharapkan mampu menjadi motivasi untuk lebih peduli

terhadap keamanan pangan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Perilaku keamanan pangan merupakan hal yang dapat menjadi faktor

apakah pangan yang akan dikonsumsi baik atau tidak. Perilaku ini sangat erat

kaitannya dengan objek yang secara langsung mengolah makanan (penjamah

makanan) dan juga objek yang memilih makanan, yaitu konsumen. Para

konsumen mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga hubungan

Page 19: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

4

karakteristik dan pengetahuan terkait keamanan pangan menarik untuk

diketahui.

Pengetahuan yang baik akan lebih baik lagi jika diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang baik tanpa diikuti sikap dan praktik

yang baik menjadi hal yang mungkin akan sia-sia. Oleh karena itu, kita perlu

melihat bagaimana hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik gizi

terkait keamanan pangan. Selain itu, konsumen mempunyai penilaian

tersendiri terhadap praktik higiene suatu tempat makan, dalam hal ini yaitu

kantin-kantin Institut Pertanian Bogor. Penilaian ini juga perlu dilakukan

sebagai salah satu bahan evaluasi untuk kantin di IPB sendiri. Karakteristik

mahasiswa juga nantinya akan memengaruhi kebiasaan makan dari masing-

masing mahasiswa.

Selain itu sebagai tambahan, kita bisa melihat kebiasaan jajan dari para

konsumen di kantin IPB setelah melihat bagaimana persepsi mahasiswa

terhadap kebersihan kantin. Setelah melihat perilaku jajan konsumen, kita

juga bisa melihat seberapa besar kontribusi energi dan protein dari makanan

di kantin IPB yang biasanya diasup oleh para konsumen terhadap keseluruhan

total asupannya.

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Hubungan yang diteliti

: Hubungan yang tidak diteliti

Karakteristik

mahasiswa PPKU

Persepsi

mahasiswa PPKU

terhadap Praktik

Higiene Kantin

IPB

Pengetahuan

Keamanan

Pangan

Sikap

Keamanan

Pangan

Praktik

Keamanan

Pangan

Kebiasaan Jajan di

kantin IPB

Kebiasaan Makan

Kontribusi Zat Gizi

Makanan Kantin IPB

terhadap total asupan

mahasiswa PPKU

Page 20: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

5

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan lokasi

penelitian di Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian dipilih secara

purposive dengan pertimbangan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis

A di wilayah kampus IPB Dramaga dan sekitarnya. Pengumpulan data akan

dilakukan pada bulan Mei – Juni 2016.

Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh

Populasi yang menjadi mahasiswa PPKU dalam penelitian ini adalah

mahasiswa PPKU IPB angkatan 52 (2015). Kriteria inklusi dari mahasiswa

PPKU yaitu mahasiswa PPKU merupakan mahasiswa Institut Pertanian

Bogor angkatan 52, masih tinggal di asrama, dan bersedia menjadi subjek

penelitian. Penentuan jumlah sampel minimal mengacu pada rumus estimasi

proporsi dengan desain cross sectional pada dua populasi dalam Budijanto

(2013).

n = z21-α/2 [P1 (1- P1) + P2 (1-P2)] /d

2

= (1.96)2 [0.6 (1-0.6) + 0.4 (1-0.4)]/(0.15)2

= (1.96)2 (0.24 + 0.16)/(0.15)2

= 69

Keterangan:

n = jumlah contoh minimal

P1 = perkiraan proporsi mahasiswa PPKU berjenis kelamin perempuan

P2 = perkiraan proporsi mahasiswa PPKU berjenis kelamin laki-laki

z = nilai pada distribusi normal (pada α=0.05, z1-α/2 =1.96)

d = kesalahan maksimal yang dapat diterima.

Total mahasiswa PPKU penelitian ini berjumlah 81 orang dengan

menggunakan two stages non random sampling. Mahasiswa PPKU dalam

penelitian ini dibagi berdasarkan jenis kelamin. Proporsi dari kedua kelompok

tersebut ditentukan berdasarkan jumlah asrama masing-masing kelompok.

Asrama TPB IPB mempunyai 5 asrama putri dan 4 asrama putra, sehingga

didapat 45 subjek mahasiswa PPKU berjenis kelamin perempuan dan 36

subjek mahasiswa PPKU berjenis kelamin laki-laki. Subjek didapat

menggunakan sampling tak acak (kuota) dengan cara menghampiri calon

subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi di lobi-lobi asrama. Jumlah

Penggunaan sampling secara tak acak dikarenakan ketersediaan informasi

mahasiswa PPKU. Data yang ada hanya berupa nama dan Nomor Induk

Mahasiswa (NIM).

Page 21: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer. Data primer diperoleh

dengan melakukan wawancara langsung dan pengisian kuisioner. Adapun

rincian variabel, data, jenis data, dan cara pengambilan data yang diteliti

ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1 Cara pengumpulan data

No Variabel Indikator Metode

1 Karakteristik

mahasiswa PPKU

Jenis kelamin

Uang saku

Suku

Pengisian

kuisioner

2 Karakteristik keluarga Besar keluarga Pengisian

kuesioner Pendidikan orang tua

Pekerjaan orang tua

3 Pengetahuan

Keamanan Pangan

Dampak kekurangan

konsumsi zat gizi

Penyimpanan dan

distribusi makanan

Bahan tambahan pangan

Mikroorganisme

Dasar keamanan pangan

Pengisian

kuisioner

4 Sikap Keamanan

Pangan

Dasar keamanan pangan Pengisian

kuisioner Kontaminan

Bahan tambahan pangan

Pengolahan dan

pengemasan

Label pangan

5 Praktik Keamanan

Pangan

Dasar keamanan pangan

Label pangan

Kontaminan

Bahan tambahan pangan

Pengemasan makanan

Pengisian

kuisioner

6 Penilaian konsumen

terhadap kebersihan

fisik kantin IPB

Kebersihan lingkungan

Peralatan makan

Penyaji

Pengisian

kuesioner

7 Kebiasaan jajan di

Kantin IPB

Frekuensi jajan

Jenis jajanan

Waktu makan

Pengisian

kuesioner

8 Kebiasaan makan Makanan selama di

asrama

FFQ

9 Kontribusi Zat Gizi

Makanan Kantin IPB

terhadap total asupan

mahasiswa PPKU

Proporsi energi, protein,

lemak dan karbohidrat

Recall 1x24 jam

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis. Pengolahan data

terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu pemeriksaan kuesioner (editing),

pemberian kode (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang

Page 22: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

7

(cleaning), dan analisis data. Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan program komputer Microsoft Excel 2016 dan analisis data

menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) for windows

versi 16.0. Berikut ini merupakan pengelompokkan dari beberapa variabel

penelitian.

Tabel 2 Pengelompokkan variabel penelitian

No Variabel Kelompok Sumber pustaka

1 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

Maya 2015

2 Uang saku <1 000 000/bulan

≥1 000 000/bulan

Sebaran data

3 Suku Jawa

Luar Jawa

4 Besar keluarga Kecil (≤ 4 orang)

Sedang (5-7 orang)

Besar (≥ 8 orang)

BKKBN 1998

5 Pendidikan orangtua Tidak tamat SD

SD

SMP

SMA

Perguruan tinggi

Maya 2015

6 Pekerjaan orangtua PNS

Wiraswasta

Karyawan swasta

Buruh

Lain-lain

7 Pengetahuan

Keamanan Pangan

Kurang (<60%)

Cukup (60%-80%)

Baik (>80%)

Khomsan dalam

Totelesi 2011

8 Sikap Keamanan

Pangan

Kurang (<60%)

Cukup (60%-80%)

Baik (>80%)

Totelesi 2011

9 Praktik Keamanan

Pangan

Kurang (<60%)

Cukup (60%-80%)

Baik (>80%)

Totelesi 2011

10 Penilaian konsumen Kurang (<60%)

Cukup (60%-80%)

Baik (>80%)

Utami 2015

11 Kebiasaan jajan Frekuensi jajan

Jenis jajanan

Waktu jajan

Yuliastuti 2012

Penyajian data dilakukan melalui tabel dan dibedakan berdasarkan jenis

kelamin. Data pengetahuan keamanan pangan didapat dari pertanyaan-

pertanyaan keamanan pangan berbentuk pilihan ganda yang telah divalidasi

sebelumnya. Jika benar mendapat nilai 1 dan jika salah 0. Data sikap diukur

dengan form sikap terkait keamanan pangan yang juga telah divalidasi

Page 23: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

8

sebelumnya. Untuk pernyataan yang bernilai positif, jika sangat setuju

mendapat poin 3, setuju mendapat poin 2, tidak setuju mendapat poin 1 dan

sangat tidak setuju mendapat poin 0. Untuk pertanyaan yang bernilai negatif

dilakukan konversi nilai yang berkebalikan dengan pernyataan positif. Data

praktik keamanan pangan diukur dengan form praktik keamanan pangan yang

sesuai dengan keadaan mahasiswa PPKU dan telah disetujui sebelumnya.

Untuk pernyataan yang bernilai positif, jika selalu mendapat poin 2, kadang-

kadang mendapat poin 1, dan tidak pernah mendapat poin 0. Untuk

pertanyaan yang bernilai negatif dilakukan konversi nilai yang berkebalikan

dengan pernyataan positif. Data penilaian konsumen diukur dengan form

penilaian konsumen yang sesuai dengan keadaan mahasiswa PPKU dan telah

disetujui sebelumnya. Jika mahasiswa PPKU menjawab baik mendapat poin

3, cukup mendapat poin 2, dan kurang mendapat poin 1.

Data perilaku jajan meliputi frekuensi jajan, jenis jajanan dan waktu

jajan khususnya di kantin IPB. Data dikumpulkan dengan cara pertanyaan

menjurus pada kuesioner. Data kebiasaan makan mahasiswa PPKU didapat

dengan menggunakan Food Frequency Questionnare. Data kontribusi zat gizi

makro makanan kantin terhadap total asupan ditentukan dengan

menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan metode yang

digunakan untuk mengetahui jenis dan jumlah bahan pangan yang

dikonsumsi. Metode ini menggunakan kuesioner recall 1x24 jam dan

selanjutnya dikonversi sehingga diketahui asupan energi dan zat gizi dengan

menggunakan Daftar Konversi Bahan Makanan (DKBM) 2007. Konversi

dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.

KGij = [(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)]

Keterangan:

KGij = Kandungan zat gizi-i dalam bahan makanan-i

Bij = Berat makanan-j yang dikonsumsi (gram)

Gij = Kandungan zat gizi-i dalam 100 gram BDD bahan makanan-j

BDDj= Bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis

deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif pada penelitian ini

dilakukan pada variabel karakteristik mahasiswa PPKU, pengetahuan

keamanan pangan, sikap keamanan pangan, praktik keamanan pangan,

perilaku jajan, kebiasaan makan dan kontribusi zat gizi makro makanan

kantin IPB terhadap total asupan mahasiswa PPKU. Analisis inferensia yang

digunakan adalah Mann-Whitney, Independent t-test, dan spearman. Ukuran

data jenis kelamin, suku dan pekerjaan orang tua berbentuk nominal, variabel

besar keluarga dan pendidikan orang tua berbentuk ordinal sedangkan ukuran

data uang saku, pengetahuan keamanan pangan, sikap keamanan pangan,

praktik keamanan pangan, penilaian konsumen terhadap kantin IPB,

kebiasaan makan, dan kontribusi zat gizi makro jajanan kantin terhadap total

asupan adalah rasio untuk analisis inferensia.

Uji Mann-Whitney dilakukan untuk menganalisis hubungan jenis

kelamin dengan beberapa variabel (pengetahuan keamanan pangan, sikap

Page 24: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

9

keamanan pangan, praktik keamanan pangan, penilaian konsumen terhadap

kebersihan fisik kantin IPB, dan kebiasaan makan), suku dengan pengetahuan

keamanan pangan, dan pekerjaan orang tua dengan keamanan pangan. Uji

independent t-test dilakukan pada variabel jenis kelamin dan kebiasaan

makan sedangkan uji spearman dilakukan antar variabel uang saku, besar

keluarga, pendidikan orang tua, pengetahuan keamanan pangan, sikap

keamanan pangan dan praktik keamanan pangan.

Definisi Operasional

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal dalam satu atap dan

menjadi tanggungan satu keluarga pada keluarga mahasiswa PPKU

Karakteristik mahasiswa PPKU adalah kondisi mahasiswa PPKU yang

melekat yaitu jenis kelamin, suku, uang saku, besar keluarga,

pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua

Kebiasaan makan adalah perilaku konsumsi pangan individu yang

dilakukan secara berulang-ulang, khususnya selama menjadi mahasiswa

PPKU IPB

Kontribusi zat gizi makanan kantin IPB terhadap total asupan

mahasiswa PPKU adalah persentase zat gizi makro (energi, protein,

lemak dan karbohidrat) dari makanan yang dibeli mahasiswa PPKU di

kantin-kantin IPB terhadap keseluruhan zat gizi makro yang dikonsumsi

mahasiswa PPKU per hari pada waktu weekday

Pengetahuan keamanan pangan adalah wawasan mahasiswa PPKU

mengenai keamanan pangan yang diukur pada akhir tahun ajaran

dengan 10 pertanyaan yang telah tervalidasi dan dikategorikan menjadi

kurang, cukup dan baik

Penilaian konsumen terhadap kebersihan fisik kantin IPB adalah bentuk

persepsi mahasiswa PPKU terhadap keadaan kantin-kantin IPB

khususnya kantin yang paling sering dikunjungi yang diukur pada akhir

tahun ajaran dengan 15 pernyataan yang telah tervalidasi dan

dikategorikan menjadi kurang, cukup dan baik

Perilaku jajan di kantin IPB adalah kebiasaan makan mahasiswa PPKU

yang makanannya dibeli di kantin IPB meliputi jenis jajanan dan

jumlahnya per hari, waktu jajan (pagi, siang dan sore) dan alasan

membeli jajanan di kantin IPB pada waktu weekday

Praktik keamanan pangan adalah kebiasaan mahasiswa PPKU dalam

pemilihan dan pengelolaan pangan terkait dengan isu keamanan pangan

selama menjadi mahasiswa PPKU IPB yang diukur pada akhir tahun

ajaran dengan 10 pernyataan yang telah tervalidasi dan dikategorikan

menjadi kurang, cukup dan baik

Sikap keamanan pangan adalah pola pemikiran mahasiswa PPKU

mengenai keamanan pangan yang diukur pada akhir tahun ajaran

dengan 10 pernyataan yang telah tervalidasi dan dikategorikan menjadi

kurang, cukup dan baik

Uang saku adalah banyaknya penerimaan dari orang yang bertanggung jawab

tiap bulan yang dinyatakan dalam uang (rupiah).

Page 25: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Asrama TPB IPB merupakan salah satu unit pendukung kegiatan

belajar mengajar yang dikhususkan untuk mahasiswa IPB tahun pertama.

Asrama ini terbagi menjadi dua berdasarkan jenis kelamin, yaitu asrama putri

dan asrama putra. Asrama putri terdiri dari lima gedung yang berada dalam

satu kawasan, yaitu A1, A2, A3, A4 dan A5. Asrama putra terdiri dari empat

gedung yaitu C1, C2, C3 dan C4 yang berada terpisah (Asrama Sylvalestari).

Setiap gedung asrama berkapasitas sekitar 500 orang dan dibagi atas lorong-

lorong. Setiap lorong dikelola dan diawasi oleh seorang Senior Residence dan

terdapat struktur kepengurusan baik di lorong maupun di gedung. Setiap

lorong terdiri dari 10-12 kamar dan setiap kamar biasanya diisi oleh empat

orang mahasiswa. Kamar tidur asrama memiliki luas sekitar 16m2 yang

dilengkapi tempat tidur, lemari, meja belajar dan peralatan lain untuk setiap

mahasiswa. Toilet berada terpisah dari kamar dan ada di setiap lorong.

Asrama putra dan putri juga dilengkapi dengan kantin, koperasi, minimarket

dan tempat fotocopy.

Karakteristik Mahasiswa PPKU

Mahasiswa PPKU berjenis kelamin laki-laki berjumlah 36 orang

sedangkan mahasiswa PPKU perempuan berjumlah 45 orang. Pembagian

proporsi mahasiswa PPKU dilakukan berdasarkan jumlah asrama yaitu empat

asrama putra daan lima asrama putri. Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan

karakteristik individunya disajikan pada tabel 3.

Tabel 3 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan karakteristik individu

Karakteristik Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Suku

- Jawa 20 55.6 28 62.2 48 59.3

- Luar Jawa 16 44.4 17 37.8 33 40.7

Uang saku (Rp 000)

- <1 000 18 50.0 20 44.4 38 46.9

- ≥1 000 18 50.0 25 55.6 43 53.1

Med (min, max) (Rp 000) 950 (300, 1600) 1000 (450, 2000) 1000 (300, 2000)

Rataan ± SD (Rp 000) 881 ± 280 1002 ± 372 948 ± 338

Besar keluarga

- Kecil (≤4 orang) 17 47.2 22 48.9 39 48.2

- Sedang (5-7 orang) 18 50.0 21 46.7 39 48.1

- Besar (≥8 orang) 1 2.8 2 4.4 3 3.7

Jenis kelamin merupakan suatu kodrat yang diberikan oleh tuhan.

Berdasarkan jenis kelamin, manusia dibedakan menjadi laki-laki dan

perempuan. Robbins dalam Nasution (2011) menyatakan bahwa tidak ada

perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan

Page 26: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

11

memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi,

sosiabilitas atau kemampuan belajar. Namun studi-studi psikologi telah

menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang dan pria

lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya daripada wanita dalam

memiliki pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan

bahwa wanita mempunyai tingkat kemangkiran yang lebih tinggi dari pada

pria. Perbedaan jenis kelamin juga dapat menentukan pilihan konsumsi

pangan (Wardhani 2015).

Jenis kelamin pada penelitian ini digunakan sebagai pembanding

dasar dari keseluruhan variabel penelitian. Proporsi mahasiswa PPKU

perempuan lebih besar (55.6%) dibandingkan mahasiswa PPKU laki-laki

(44.4%) dikarenakan jumlah asrama dan jumlah mahasiswa perempuan lebih

banyak dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki.

Etnis atau suku bangsa adalah tiap kebudayaan yang hidup dalam

suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai kota,

sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, bisa

menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat oleh orang luar yang

bukan warga masyarakat bersangkutan. Pola kebudayaan memengaruhi orang

dalam memilih makanan. Suku melalui sistem sosial budaya mempunyai

pengaruh terhadap apa, kapan dan bagaimana makanan dikonsumsi oleh

keluarga. Kebiasaan makan keluarga dipengaruhi pula oleh aturan atau

tatanan yang didasarkan kepada adat istiadat dan agama (Suhardjo dalam

Dewanti 2015). Suku juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi

jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Sari 2015). Lebih dari separuh

mahasiswa PPKU (59.3%) pada penelitian ini bersuku Jawa. Hal ini sesuai

dengan penelitian Dewanti (2015) yang menyatakan bahwa sebagian besar

mahasiswa TPB berasal dari Jawa.

Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga

yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu (Napitu dalam

Hanrizon 2016). Namun, uang saku dapat berasal dari orangtua, beasiswa

ataupun sumber lain (Fani dalam Dewanti 2015). Uang saku merupakan

pendapatan sementara dari subjek yang merupakan salah satu faktor internal

konsumsi suatu bahan pangan (Hardinsyah dan Briawan dalam Wardhani

2015). Semakin meningkatnya uang saku maka kebiasaan konsumsi

pangannya akan bergeser ke arah pangan dengan harga kalori yang lebih

mahal seperti fast food (Herta dan Briawan dalam Wardhani 2015). Uang

saku sendiri juga merupakan salah satu indikator sosial ekonomi keluarga

(Andarwulan et al. dalam Hanrizon 2016).

Sekitar separuh mahasiswa PPKU (53.1%) mendapat uang saku lebih

dari satu juta per bulan dengan rata-rata uang saku sebesar Rp 948 148. Hal

ini didukung oleh Andrianus (2015) yang menyatakan bahwa rata-rata

mahasiswa TPB IPB memeroleh uang saku kurang dari satu juta rupiah per

bulan. Berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara uang saku pada kedua kelompok mahasiswa PPKU (p > 0.05).

Mahasiswa PPKU perempuan cenderung mempunyai uang saku yang lebih

besar dari mahasiswa PPKU laki-laki.

Besar keluarga dapat didefinisikan sebagai banyaknya jumlah orang

yang tinggal dalam suatu tempat yang sama dan menjadi tanggungan satu

Page 27: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

12

keluarga. Besar keluarga memengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan

pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga (Sari 2015). Besar

keluarga pada penelitian ini digolongkan ke dalam tiga kategori sesuai dengan

BKKBN (1998), yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5 – 7

orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang). Rata-rata keluarga pada kedua

mahasiswa PPKU tergolong keluarga kecil dan sedang, baik pada mahasiswa

PPKU laki-laki maupun perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian

Andrianus (2015) yang menyatakan bahwa sebagian besar keluarga

mahasiswa masuk dalam kategori keluarga sedang sedangkan Nugraheni

(2015) menyatakan sebagian besar mahasiswa mempunyai keluarga kecil.

Yilmaz et al. (2015) juga menyatakan bahwa sebagian besar sampel memiliki

keluarga berkisar 3-5 orang.

Karakteristik orang tua merupakan ciri khas yang melekat pada orang

tua mahasiswa PPKU yang dalam penelitian ini hanya meliputi pendidikan

orang tua dan pekerjaan orang tua. Orang tua tentu memegang peranan yang

penting terhadap anak karena keluarga merupakan tempat belajar utama bagi

anak. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan

formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang. Berikut tabel yang menyajikan data terkait karakteristik orang tua

yang diteliti.

Tabel 4 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan karakteristik orang tua

Pendidikan dan Pekerjaan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Pendidikan ayah

- Tidak tamat SD 1 2.8 3 6.7 4 4.9

- SD 3 8.3 4 8.9 7 8.6

- SMP 3 8.3 3 6.7 6 7.4

- SMA 14 38.9 18 40.0 32 39.5

- Perguruan Tinggi 15 41.7 17 37.8 32 39.5

Pendidikan Ibu

- Tidak tamat SD 1 2.8 5 11.1 6 7.4

- SD 5 13.9 2 4.4 7 8.6

- SMP 6 16.7 3 6.7 9 11.1

- SMA 11 30.5 15 33.3 26 32.1

- Perguruan Tinggi 13 36.1 20 44.4 33 40.7

Pekerjaan ayah

- PNS 6 16.7 10 22.2 16 19.7

- Karyawan Swasta 12 33.3 7 15.6 19 23.5

- Wiraswasta 9 25.0 10 22.2 19 23.5

- Buruh 1 2.8 4 8.9 5 6.2

- Tidak bekerja 2 5.5 3 6.7 5 6.2

- Lainnya 6 16.7 11 24.4 17 21.0

Pekerjaan ibu

- PNS 5 13.9 13 28.9 18 22.2

- Karyawan Swasta 1 2.8 2 4.4 3 3.7

- Wiraswasta 2 5.5 2 4.4 4 4.9

- Buruh 1 2.8 4 8.9 5 6.2

- Tidak bekerja 24 66.7 17 37.8 41 50.6

- Lainnya 3 8.3 7 15.6 10 12.3

Page 28: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

13

Pendidikan merupakan tingkatan pencapaian pengetahuan yang dapat

memengaruhi pola pikir seseorang. Pendidikan menjadi salah satu faktor

penentu kualitas suatu keluarga. Pola konsumsi pangan dan status gizi anak

dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua (Madanijah dalam

Wardhani 2015). Rendahnya pendidikan dapat berdampak pada rendahnya

akses terhadap informasi kesehatan yang diduga berpengaruh terhadap pola

makan dan gaya hidup seseorang (Aekplakorn dalam Wardhani 2015).

Pendidikan juga berpengaruh besar terhadap perubahan sikap dan perilaku

seseorang (Sari 2015). Tingkat pendidikan khususnya ibu, memengaruhi

derajat kesehatan keluarga karena ibu yang memiliki pendidikan tinggi

cenderung mempunyai pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak

yang baik (Madanijah dalam Sari 2015). Pendidikan ayah menjadi salah satu

faktor penting karena ayah merupakan seorang pengambil keputusan keluarga

sedangkan pendidikan ibu penting dalam pembelian dan persiapan makanan

(Yilmaz et al. 2015).

Tingkat pendidikan orang tua merupakan jenjang pendidikan terakhir

yang ditempuh oleh orang tua contoh. Sebagian besar pendidikan ayah

(79.0%) mempunyai pendidikan lebih dari sembilan tahun, sedangkan

sebagian besar ibu (72.8%) mempunyai pendidikan yang juga lebih dari

sembilan tahun. Namun masih terdapat orang tua yang tidak mengenyam

pendidikan yang cukup (ayah 4.9% dan ibu 7.4%).

Pekerjaan orang tua merupakan jenis mata pencaharian yang orang tua

geluti dan memiliki hubungan dengan tingkat pendidikan orang tua.

Pekerjaan menjadi salah satu penentu kualitas keluarga. Gaya pengasuhan

akan berbeda antara orang tua yang bekerja dengan tidak bekerja dan jenis

pekerjaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriana et al. dalam Fadila

(2016) menyebutkan bahwa pekerjaan orang tua merupakan salah satu

karakteristik sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat pendidikan

orang tua. Jenis pekerjaan seseorang berhubungan dengan tingkat pendapatan

yang juga menentukan kuantitas konsumsi makanan (Wardhani 2015).

Hampir keseluruhan ayah mahasiswa PPKU mempunyai pekerjaan (93.8%).

Sebagian besar ibu pada kedua kelompok mahasiswa PPKU tidak bekerja,

dengan persentase lebih dari lima puluh persen dari total mahasiswa PPKU

keseluruhan. Hal ini sesuai dengan penelitian Saufika et al. (2012) yang

menyatakan bahwa sebagian besar ibu mahasiswa PPKU bekerja sebagai ibu

rumah tangga.

Pengetahuan Keamanan Pangan

Pengetahuan merupakan suatu sistem kompleks yang dibentuk dari

pengalaman pribadi individu termasuk dengan aspek sosial, fisik, dan

lingkungan sekitarnya (Worsley 2002). Menurut Notoatmodjo yang diacu

Sari (2015), pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dimana sebagian

besar dari pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui indera mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (overt behavior).

Page 29: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

14

Individu yang mempunyai pengetahuan gizi baik akan mempunyai

kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizi dalam pemilihan

pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi bisa lebih

terjamin (Khomsan dalam Astuti 2016). Menurut Khomsan dalam Sari

(2015), seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai

seumber seperti buku-buku pustaka, radio, majalah, surat kabar, dan orang

lain. Pengetahuan mengenai keamanan pangan sangat penting diantara

mahasiswa karena mereka juga merupakan konsumen (Norazmir et al. 2012).

Berikut tabel yang menyajikan data pengetahuan keamanan pangan

mahasiswa PPKU.

Tabel 5 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori pengetahuan

keamanan pangan dan jenis kelamin

Kategori

Pengetahuan

Laki-laki Perempuan Total p

value1) n % n % n %

Kurang 13 36.1 21 46.7 34 42.0

0.992 Cukup 22 61.1 20 44.4 42 51.8

Baik 1 2.8 4 8.9 5 6.2

Med (min, max) 60.0 (30.0, 90.0) 60.0 (20.0, 90.0) 60.0 (20.0, 90.0)

Rataan ± SD 58.6 ± 6.0 59.3 ± 6.0 59.0 ± 6.0 1)uji Mann-Whitney

Pengetahuan keamanan pangan pada penelitian ini terdiri dari 10

pertanyaan yang termasuk dalam aspek keamanan pangan dan sudah diuji

validitasnya. Lebih dari separuh mahasiswa PPKU (51.8%) mempunyai

pengetahuan keamanan pangan dalam kategori cukup. Namun skor rata-rata

mahasiswa PPKU pada kedua kelompok berada pada kategori mempunyai

pengetahuan yang kurang, yaitu sebesar 59.0. Pada penelitian Byrd-

Bredbenner et al. (2007), subjek menjawab dengan benar 60% pertanyaan

pada pengukuran pengetahuan. Suatu penelitian dari Giritlioglu (2011)

menunjukkan bahwa walaupun siswa program memasak memerhatikan isu

keamanan pangan dan higiene makanan sebagai sesuatu yang penting, mereka

tetap tidak mempunyai pengetahuan yang baik pada bagian tersebut. Untuk

mengatasi permasalahan tersebut, Martins et al. (2014) menyatakan bahwa

edukasi dan pelatihan lebih dari 12 bulan dapat berkorelasi positif pada

pengetahuan yang lebih tinggi. Pengetahuan keamanan pangan pada

mahasiswa seharusnya dikembangkan pada tahap awal usia karena mereka

merupakan pengolah makanan di masa depan (Norazmir et al. 2012). Namun

beberapa dokumen penelitian menyatakan bahwa jika hanya melakukan

pendidikan, hal tersebut tidak akan merubah perilaku, dan untuk merubah

perilaku yang lebih rumit, dibutuhkan pendekatan yang beraneka ragam

(Patah et al. 2009).

Berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara skor pengetahuan keamanan pangan pada kedua kelompok (p > 0.05).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Kresting et al. (2008) yang

menyatakan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil

pengetahuan gizi. Norazmir et al. (2012) juga tidak menemukan perbedaan

yang signifikan antara pengetahuan keamanan pangan pada siswa laki-laki

dan perempuan dalam penelitiannya pada SMA di Malaysia. Robbins dalam

Page 30: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

15

Nasution (2011) menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang konsisten

antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan masalah,

keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau

kemampuan belajar. Namun, skor pengetahuan keamanan pangan mahasiswa

PPKU perempuan cenderung lebih tinggi dibanding mahasiswa PPKU laki-

laki. Byrd-Bredbenner et al. (2007) juga mendapatkan bahwa skor

pengetahuan perempuan secara signifikan lebih tinggi dari laki-laki.

Pengetahuan bukan merupakan penilaian pada satu sisi saja, tetapi

terstruktur. Kita dapat mengukur pengetahuan seseorang pada topik gizi yang

bermacam-macam dan mendapati hasil bahwa mereka mengetahui tentang

beberapa topik tapi tidak tahu pada topik lainnya (Worsley 2002). Pertanyaan

yang paling banyak dijawab benar oleh mahasiswa PPKU ialah mengenai

perlakuan distribusi yang sebaiknya ditutup. Hampir semua mahasiswa

PPKU (97.5%) menjawab dengan benar. Hal ini dikarenakan hal tersebut

merupakan pengetahuan umum dasar mengenai keamanan pangan.

Pertanyaan yang paling sulit dijawab oleh mahasiswa PPKU yaitu mengenai

dampak mikroorganisme. Hal ini diduga karena banyak mahasiswa PPKU

yang belum terpapar materi mengenai mikroorganisme. Hasil tersebut sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Aygen (2012) yang menjelaskan

bahwa subjek mempunyai pengetahuan yang rendah terhadap bakteri atau

virus yang menyebabkan penyakit terkait makanan, namun mengetahui

bakteri yang umum seperti E.coli.

Sikap Keamanan Pangan

Menurut Haniek (2011), sikap adalah tanggapan atau reaksi

mahasiswa PPKU berdasarkan pendirian, pendapatan, dan keyakinan

individu tersebut. Menurut Anwar dalam Wawan dan Dewi (2010),

pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman

pribadi, orang yang dianggap penting, emosi dalam diri seseorang,

kebudayaan, media massa, serta lembaga pendidikan dan agama.

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap dapat dinilai baik secara

langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini menggunakan penilaian tidak

langsung dengan kuesioner berisi pernyataan yang kemudian ditanggapi oleh

mahasiswa PPKU. Berikut adalah tabel yang menyajikan data sikap

keamanan pangan mahasiswa PPKU.

Tabel 6 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori sikap keamanan

pangan dan jenis kelamin

Kategori Sikap Laki-laki Perempuan Total p

value1) n % n % n %

Kurang 0 0 0 0 0 0

0.748 Cukup 20 55.6 22 48.9 42 51.8

Baik 16 44.4 23 51.1 39 48.2

Med (min, max) 80.0 (60.0, 93.3) 83.3 (60.0, 93.3) 80.0 (60.0, 93.3)

Rataan ± SD 79.5 ± 9.4 80.7 ± 7.5 80.2 ± 8.4 1)uji Mann-Whitney

Page 31: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

16

Sikap keamanan pangan pada penelitian ini terdiri dari 10 pertanyaan

yang termasuk dalam aspek keamanan pangan yang sudah diuji validitasnya.

Sekitar separuh mahasiswa PPKU (51.8%) mempunyai sikap keamanan

pangan dalam kategori cukup, dengan kecenderungan mengarah ke sikap

yang baik (48.2%). Skor rata-rata mahasiswa PPKU (80.2) pada kedua

kelompok berada pada kategori mempunyai sikap yang baik serta tidak

terdapat mahasiswa PPKU yang mempunyai sikap keamanan pangan yang

kurang. Umumnya, subjek mempunyai sikap keamanan pangan yang positif.

Pada beberapa penelitian terkini, mahasiswa menunjukkan perilaku dan

kesadaran yang positif pada beberapa bagian keamanan pangan (Turnbull-

Fortune dan Badrie 2014). Sikap keamanan pangan ini menunjukkan bahwa

mahasiswa PPKU siap untuk mempelajari aspek keamanan pangan dan

mengaplikasikan pengetahuannya (Byrd-Bredbenner et al. 2007).

Skor sikap keamanan pangan pada mahasiswa PPKU perempuan

cenderung lebih tinggi dibanding mahasiswa PPKU laki-laki. Byrd-

Bredbenner et al. (2007) juga menyatakan bahwa wanita mempunyai skor

sikap yang lebih baik dibanding laki-laki. Robbins dalam Nasution (2011)

menjabarkan studi-studi psikologi telah menemukan bahwa wanita lebih

bersedia untuk mematuhi wewenang. Namun berdasarkan hasil analisis, tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara skor sikap keamanan pangan pada

kedua kelompok (p > 0.05).

Pernyataan yang paling banyak disetujui oleh mahasiswa PPKU ialah

mengenai cuci tangan, cara penyebaran mikroorganisme, dan label pangan.

Semua mahasiswa PPKU menyetujui pernyataan tersebut. Hal ini diduga

karena ketiga hal tersebut dianggap penting dan mendasar bagi keamanan

pangan dan kesehatan. Pertanyaan yang paling banyak tidak disetujui oleh

mahasiswa PPKU yaitu mengenai dampak margarin yang dipanaskan. Hal ini

terkait kembali pada pengetahuan mahasiswa PPKU yang kurang.

Praktik Keamanan Pangan

Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon

(Notoatmodjo 2012). Cara menilai praktik dapat dilakukan melalui check list

dan kuesioner. Check list berisi daftar variabel yang akan dikumpulkan

datanya. Peneliti dapat memberikan tanda ya atau tidak sesuai dengan

tindakan yang dilakukan sesuai dengan prosedur. Selain menggunakan check

list, penilaian praktik juga dapat dilakukan dengan kuesioner. Kuesioner

berisi beberapa pertanyaan mengenai praktik yang terkait dan subjek

diberikan pilihan “ya” atau “tidak” untuk menjawabnya (Arikunto 2010).

Pada penelitian ini digunakan kuesioner dengan kategori jawaban “selalu”,

“kadang-kadang” dan “tidak pernah”.

Praktik keamanan pangan pada penelitian ini terdiri dari 10

pertanyaan yang termasuk dalam aspek keamanan pangan dan sudah diuji

validitasnya. Hampir dua per tiga mahasiswa PPKU (65.4%) mempunyai

praktik keamanan pangan dalam kategori cukup. Skor rata-rata mahasiswa

PPKU pada kedua kelompok (62.6) berada pada kategori mempunyai praktik

yang cukup dilihat dari mayoritas skor mahasiswa PPKU dan nilai rata-rata

Page 32: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

17

praktik keamanan pangan. Byrd-Bredbenner et al. (2007) dalam

penelitiannya dengan subjek dewasa muda menyatakan bahwa skor praktik

subjek biasanya kurang, dengan rata-rata kurang dari 50%. Sedikitnya

mahasiswa PPKU yang mempunyai praktik keamanan pangan yang baik

diduga karena keadaan lingkungan di sekitar kampus yang tidak mendukung

hal tersebut. Damayanthi et al. (2008) menemukan bahwa ada beberapa aspek

pada kantin TPB IPB yang tidak aman dilihat dari segi mikrobiologinya.

Tabel 7 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori praktik keamanan

pangan dan jenis kelamin

Kategori Praktik Laki-laki Perempuan Total p

value1) n % n % n %

Kurang 11 30.6 13 28.9 24 29.6

0.700 Cukup 22 61.1 31 68.9 53 65.4

Baik 3 8.3 1 2.2 4 5.0

Med (min, max) 60.0 (40.0, 85.0) 65.0 (45.0, 85.0) 60.0 (40.0, 85.0)

Rataan ± SD 62.3 ± 10.1 62.9 ± 8.5 62.6 ± 9.6 1)uji Mann-Whitney

Berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara skor pengetahuan keamanan pangan pada kedua kelompok (p > 0.05).

Norazmir et al. (2012) tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara

praktik keamanan pangan pada siswa laki-laki dan perempuan. Kebiasaan

mencuci tangan tidak selalu dilakukan oleh mahasiswa, yang terlihat dari data

bahwa tidak sampai lima puluh persen mahasiswa PPKU selalu mencuci

tangan sebelum memegang makanan. Namun berdasarkan peneltian

Noviarini (2015), 68.8% mahasiswa selalu mencuci tangan dengan sabun.

Perempuan mempunyai praktik dalam penyiapan pangan yang lebih baik dari

laki-laki (Sanlier dalam Norazmir et al. 2012). Hanya terdapat sedikit

perbedaan persentase pada kedua kelompok siswa mengenai praktik mencuci

tangan sebelum makan di kantin sekolah atau restoran (Norazmir et al. 2012).

Pernyataan yang paling sering dilakukan oleh mahasiswa PPKU ialah

mengenai pengecekan tanggal kadaluarsa pada kemasan pangan sebelum

membelinya. Hal ini diduga karena hal tersebut paling mudah dilakukan pada

kondisi lingkungan mahasiswa PPKU. Data dari tinjauan sistematik

menunjukkan bahwa prevalensi dari penggunaan label pangan oleh konsumen

yang dilaporkan secara mandiri umumnya tinggi (Cooke dan Papadaki 2014).

Pernyataan yang paling jarang dilakukan oleh mahasiswa PPKU yaitu

mengenai penggunaan masker dan sarung tangan saat mengolah makanan.

Hal ini disebabkan oleh penggunaan kedua alat pelindung dasar tersebut

dianggap tidak terlalu penting saat mengolah makanan apabila mahasiswa

PPKU sudah mencuci tangan terlebih dahulu.

Penilaian Konsumen terhadap Kebersihan Fisik Kantin IPB

Penilaian bisa diartikan dalam bentuk persepsi konsumen terhadap

keadaan. Persepsi merupakan proses dimana seseorang menjadi sadar akan

banyaknya stimulus yang memengaruhi inderanya. Singkatnya, persepsi

Page 33: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

18

merupakan cara pemberian makna (Lubis et al. 2013). Penelitian yang

dilakukan oleh Wulansari et al. (2013) tentang penyelenggaraan makanan dan

tingkat kepuasan konsumen di Kantin Zea Mays Institut Pertanian Bogor

menyatakan bahwa atribut yang dirasakan paling penting adalah keamanan

dan kebersihan produk sedangkan atribut tingkat kinerja yang paling tinggi

skornya adalah kebersihan tempat makan. Berikut merupakan tabel mengenai

penilaian konsumen terhadap kantin IPB.

Tabel 8 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan penilaiannya terhadap kantin

IPB

Kategori

Penilaian

Laki-laki Perempuan Total p

value1) n % n % n %

Kurang 24 66.7 26 55.6 50 60.5

0.281 Cukup 12 33.3 17 40.0 29 37.0

Baik 0 0 2 4.4 2 2.5

Med (min, max) 54.4 (40.0, 75.6) 55.6 (37.8, 100.0) 55.6 (37.8, 100.0)

Rataan ± SD 55.1 ± 8.6 58.5 ± 11.6 57.0 ± 10.5 1)uji Mann-Whitney

Penilaian konsumen pada penelitian ini terdiri dari 15 pertanyaan yang

termasuk dalam aspek kebersihaan lingkungan, peralatan makan dan penyaji

serta sudah diuji validitasnya. Hampir dua per tiga mahasiswa PPKU (60.5%)

menilai kebersihan di kantin IPB cenderung kurang, dilihat dari mayoritas

skor mahasiswa PPKU dan nilai rata-rata penilaian konsumen. Sebagian besar

mahasiswa PPKU menilai kantin di asrama masing-masing, yaitu Tenda

Ungu (putri) dan Red Corner (putra). Dua mahasiswa PPKU yang

memberikan penilaian baik terhadap kantin biasa membeli makanan di kantin

Zea Mays dan Tanoto. Berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara penilaian mahasiswa PPKU terhadap kantin IPB pada

kedua kelompok (p > 0.05).

Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolak ukur kualitas

hidup seseorang dimana seseorang yang mementingkan kebersihan

lingkungan dipandang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang

belum mementingkannya (Wibowo dalam Utami 2015). Dalam suatu tempat

makan, kebersihan peralatan makan sangat penting karena dapat

menimbulkan penilaian negatif atau positif dari kebersihan tempat tersebut.

Kepuasan pelanggan merupakan suatu yang independen dan dipengaruhi oleh

kualitas layanan sehingga pelayanan harus dimaksimalkan (Utami 2015).

Aspek yang dinilai paling baik dari kebersihan kantin IPB ialah

penggunaan sedotan yang baru dan bersih. Hal ini diduga karena konsumen

selalu melihat sedotan tersebut terbungkus kemasan rapi dan tentunya karena

konsumen tidak akan membeli minuman yang menggunakan sedotan bekas.

Aspek kebersihan yang dinilai paling kurang yaitu lap kain wastafel yang

bersih dan kering. Hal ini diduga karena hanya beberapa kantin saja di IPB

yang menyediakan lap kain wastafel yang bersih dan kering.

Page 34: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

19

Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan merupakan suatu pola perilaku konsumsi pangan

yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan adalah

ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang akan membentuk pola

perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih

makanan akan berbeda satu dengan yang lain (Khomsan 2004). Faktor

ketersediaan pangan memengaruhi kebiasaan makan pada mahasiswa. Selain

itu, terdapat faktor individu, faktor lingkungan sosial, dan faktor lainnya

(Deliens et al. 2014).

Menurut Almatsier (2004), kebiasaan makan suatu masyarakat salah

satunya tergantung dari ketersediaan pangan di daerah tersebut yang pada

umumnya berasal dari usaha tani. Selain faktor ketersediaan pangan faktor

sosial ekonomi dari masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap kebiasaan

makan mereka. Tujuan seseorang untuk mengonsumsi suatu pangan adalah

untuk memenuhi faktor biologis, psikologis, fisiologis serta sosiologis

(Sulistyoningsih 2012). Kebiasaan makan adalah perilaku individu dalam

memilih dan mengonsumsi pangan sebagai reaksi dari faktor sosial demografi

dan faktor psikologis (Ganasegeran et al. 2012). Menurut Nelson et al. (2008)

pemilihan dan konsumsi pangan yang buruk merupakan permasalahan yang

umum terjadi pada mahasiswa di Amerika.

Pola konsumsi mahasiswa PPKU diukur secara kualitatif dengan

menggunakan Food Frequency Questionnare. Metode ini hanya melihat

kebiasaan konsumsi saja tanpa memperhitungkan banyak porsi yang

dikonsumsi. Data konsumsi tiap jenis pangan disajikan pada tabel 9.

Tabel 9 Frekuensi konsumsi kelompok pangan berdasarkan jenis kelamin

Jenis makanan Laki-laki Perempuan Rata-rata

p value (kali/bulan) (kali/bulan) (kali/bulan)

Makanan pokok 108.8 86.1 96.2 0.001*2)

Lauk 113.9 88.0 99.5 0.006*1)

Sayur 66.6 75.0 71.3 0.8981)

Buah 23.7 30.9 27.7 0.3301)

Lainnya 94.0 99.9 97.3 0.8271)

1)uji Mann-Whitney 2)uji Independent t-test

Berdasarkan hasil uji beda, terdapat perbedaan yang nyata antara

kedua kelompok mahasiswa PPKU dalam mengonsumsi makanan pokok dan

lauk, dimana konsumsi kedua jenis makanan tersebut pada mahasiswa PPKU

laki-laki lebih sering dibanding mahasiswa PPKU perempuan.

Makanan pokok merupakan makanan yang paling besar sumbangan

energinya terhadap tubuh dan biasanya merupakan sumber karbohidrat.

Banyak tanaman pangan di Indonesia yang merupakan sumber karbohidrat

seperti beras, jagung, singkong, ubi, talas, garut, sorghum, jewawut, sagu

serta olahannya (Kemenkes 2014). Berikut merupakan tabel mengenai

frekuensi konsumsi makanan pokok mahasiswa PPKU.

Page 35: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

20

Tabel 10 Frekuensi konsumsi makanan pokok berdasarkan jenis kelamin

Jenis makanan

pokok

Laki-laki

(kali/bulan)

Perempuan

(kali/bulan)

Rata-rata

(kali/bulan) p value1)

Nasi 70.0 64.7 67.0 0.081

Roti 19.5 8.1 13.2 0.001*

Mie 7.3 5.5 6.3 0.693

Kentang 5.6 3.6 4.5 0.869

Lontong 3.3 1.2 2.2 0.107

Bubur 1.6 2.0 1.8 0.877

Ubi 1.5 0.6 1.0 0.790

Lainnya 0.0 0.4 0.2 0.097

1)uji Mann-Whitney

Pada tabel 10 dapat dilihat kebiasaan konsumsi makanan pokok pada

kedua kelompok mahasiswa PPKU. Kedua kelompok mahasiswa PPKU

sama-sama mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok utama. Hal ini

dikarenakan nasi merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk

Indonesia. Beras adalah makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia untuk pemenuhan energi (Yunita dan Risani dalam

Alfiah 2015). Makanan lainnya yang banyak dikonsumsi adalah roti dan mie.

Roti sering dikonsumsi karena keterbatasan waktu istirahat di sela-sela jam

kuliah sehingga mahasiswa memilih makanan yang mudah dibawa kemana-

mana dan cukup mengenyangkan. Berdasarkan hasil Noviarini (2015), 85.4%

mahasiswa memiliki kebiasaan mengonsumsi roti. Mie diduga dikonsumsi

karena ekonomis dan enak rasanya. Makanan yang berbeda signifikan

konsumsinya pada kedua kelompok mahasiswa PPKU adalah roti. Hal ini

diduga karena laki-laki cenderung memilih sesuatu yang lebih praktis. Secara

keseluruhan, terdapat perbedaan yang signifikan terkait konsumsi makanan

pokok pada kedua kelompok mahasiswa PPKU (p < 0.05). Hal ini

dimungkinkan karena laki-laki dewasa memiliki kebutuhan yang lebih tinggi

dibanding perempuan (Saufika et al. 2012).

Lauk umumnya terbagi atas dua jenis, yaitu lauk hewani dan lauk

nabati. Lauk hewani merupakan sumber protein yang memiliki kandungan

asam amino yang lengkap dan daya cerna yang baik sedangkan lauk nabati

memiliki kandungan lemak lebih rendah dan kandungan serat yang lebih

tinggi (Kemenkes 2014). Jenis lauk yang dikonsumsi mahasiswa PPKU

disajikan pada tabel 11.

Tabel 11 Frekuensi konsumsi lauk hewani berdasarkan jenis kelamin

Jenis lauk

hewani

Laki-laki

(kali/bulan)

Perempuan

(kali/bulan)

Rata-rata

(kali/bulan) p value1)

Telur 25.1 15.0 19.6 0.023*

Ikan 19.0 13.0 15.7 0.095

Ayam 9.7 15.8 13.1 0.356

Rolade 6.1 1.6 3.7 0.011*

Daging 1.7 1.2 1.4 0.598

Lainnya 1.1 0.3 0.7 0.931 1)uji Mann-Whitney

Page 36: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

21

Jenis lauk hewani yang paling sering dikonsumsi mahasiswa PPKU

ialah telur. Hal ini dikarenakan jenis lauk tersebut paling ekonomis dan paling

mudah diperoleh di lingkungan mahasiswa PPKU. Jenis lauk nabati yang

paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa PPKU ialah tempe. Hasil penelitian

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrianus (2015) dan Alfiah

(2015) yang mendapatkan hasil bahwa telur merupakan lauk hewani yang

paling sering dikonsumsi dan tempe merupakan lauk nabati yang paling

sering dikonsumsi. Telur dan kacang kedelai merupakan pangan sumber

protein yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Tingginya konsumsi

telur disebabkan oleh harga telur yang cenderung murah dan mudah ditemui

sedangkan tempe sebagai pangan olahan kacang kedelai yang juga murah

menjadi alternatif bagi masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan

protein (Kementan dalam Alfiah 2015). Secara keseluruhan, terdapat

perbedaan yang signifikan terkait konsumsi lauk pada kedua kelompok

mahasiswa PPKU (p < 0.05). Hal ini dimungkinkan karena laki-laki dewasa

memiliki kebutuhan yang lebih tinggi dibanding perempuan (Saufika et al.

2012). Perbedaan yang signifikan terjadi khususnya pada konsumsi telur dan

rolade.

Tabel 12 Frekuensi konsumsi lauk nabati berdasarkan jenis kelamin

Jenis lauk

nabati

Laki-laki

(kali/bulan)

Perempuan

(kali/bulan)

Rata-rata

(kali/bulan) p value1)

Tempe 26.0 23.7 24.7 0.480

Tahu 25.1 19.2 21.8 0.288 1)uji Mann-Whitney

Konsumsi lauk hewani pada mahasiswa PPKU lebih rendah dibanding

lauk nabati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartog (2006) yang

menyebutkan bahwa lauk hewani tergolong makanan mahal sehingga

konsumsinya masih rendah. Konsumsi lauk hewani memang dianjurkan,

namun harus tetap dalam batas kewajaran mengingat prevalensi obesitas yang

tiap tahun semakin meningkat di Indonesia. Kegemukan pada berbagai

kelompok umur hampir meningkat 1% setiap tahunnya (Dewanti 2015).

Konsumsi lauk hewani yang berlebihan selain menyebabkan penimbunan

kolesterol, juga dapat meningkatkan berat badan karena kandungan lemaknya

yang cukup tinggi (Bunjnowski et al. 2011). Kemenkes (2014) menganjurkan

mengonsumsi lauk hewani sebanyak 2 – 4 potong perhari (80 – 160 g) dan

lauk nabati sebanyak 2 – 4 porsi sehari (100 – 200 g).

Sayur dan buah merupakan pangan sumber serat yang dapat mencegah

terjadinya kegemukan karena dapat mengurangi rasa lapar tanpa

menimbulkan kelebihan lemak (Drapeau et al. dalam Dewanti 2015). Sayur

dan buah mengandung vitamin dan mineral yang berfungsi sebagai zat

pengatur sistem tubuh dan dapat juga berfungsi sebagai antioksidan. Selain

itu, buah juga mengandung fruktosa dan glukosa yang merupakan penguraian

karbohidrat. Konsumsi banyak sayur dan cukup buah merupakan salah satu

pesan gizi seimbang. Orang dewasa di Indonesia dianjurkan mengonsumsi

sebanyak 400 – 600 g sayur dan buah per hari (Kemenkes 2014). WHO

menganjurkan konsumsi sayur dan buah yang baik adalah sebanyak 400 gram

Page 37: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

22

dengan proporsi 250 g sayur dan 150 g buah. Jenis sayur dan buah yang

dikonsumsi mahasiswa PPKU disajikan pada tabel 13 dan 14.

Tabel 13 Frekuensi konsumsi sayur-sayuran berdasarkan jenis kelamin

Jenis sayur Laki-laki

(kali/bulan)

Perempuan

(kali/bulan)

Rata-rata

(kali/bulan) p value1)

Wortel 9.3 13.1 11.4 0.501

Sawi 8.1 10.7 9.6 0.927

Kol 11.4 7.3 9.1 0.886

Kacang panjang 8.6 6.3 7.3 0.291

Kangkung 6.3 7.4 6.9 0.765

Bayam 5.3 7.1 6.3 0.731

Taoge 7.1 5.6 6.3 0.498

Jamur 3.7 6.3 5.1 0.096

Labu siam 3.6 6.0 4.9 0.925

Lainnya 3.3 5.8 4.7 0.284 1)uji Mann-Whitney

Rata-rata mahasiswa PPKU pada kedua kelompok mengonsumsi

sayur sekitar dua kali per hari. Berdasarkan Permenkes dalam Sari (2015),

konsumsi sayuran pada mahasiswa PPKU belum memenuhi anjuran, yaitu

tidak mencapai 3-4 porsi sehari. Hal ini sejalan dengan penelitian Keller et al.

(2008) yang menyebutkan bahwa hanya sedikit mahasiswa di Jerman yang

memenuhi anjuran makan konsumsi buah dan sayur. Namun penelitian di

Hongkong menunjukkan bahwa hampir setengah dari mahasiswanya

mengonsumsi 3-5 porsi sayur dalam sehari (Lee dalam Ansari et al. 2011).

Konsumsi pada mahasiswa PPKU laki-laki cenderung lebih rendah

daripada mahasiswa PPKU perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian

Othman et al. dalam Wardhani (2015) yang mendapatkan hasil bahwa wanita

cenderung mengonsumsi buah dan sayur lebih tinggi dari laki-laki. Hasil uji

beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p > 0.05)

antara kedua mahasiswa PPKU berdasarkan frekuensi konsumsi sayurnya.

Jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi mahasiswa PPKU adalah wortel,

sementara yang paling jarang dikonsumsi mahasiswa PPKU adalah jamur.

Hasil penelitian Dewanti (2015) menunjukkan bahwa jenis sayuran yang

paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa TPB IPB adalah wortel, baik pada

mahasiswa PPKU dengan IMT normal maupun obes.

Rata-rata mahasiswa PPKU pada kedua kelompok mengonsumsi buah

kurang dari satu kali per hari. Hal ini tidak memenuhi anjuran konsumsi buah

berdasarkan Permenkes 2014 sebesar 2-3 porsi dalam sehari (Sari 2015).

Penelitian yang dilakukan di Inggris dan Amerika Serikat juga menunjukkan

bahwa masih sedikitnya mahasiswa yang memenuhi anjuran dalam

mengonsumsi buah, namun penelitian di Hongkong menunjukkan bahwa

lebih dari sepertiga mahasiswa sudah mengonsumsi buah 2-4 porsi sehari

(Ansari et al. 2011). Tanton et al. (2015) menyatakan bahwa sebagian besar

mahasiswa yang bertempat tinggal dalam kampus menunjukkan konsumsi

buah dan sayur yang rendah. Ansari et al. (2011) menyatakan bahwa

mahasiswa yang tidak tinggal dengan keluarga mengonsumsi lebih sedikit

Page 38: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

23

sayur dan buah. Lee dalam Ansari et al. (2012) menemukan bahwa subjek

perempuan mempunyai kebiasaan makan yang lebih baik dibanding laki-laki,

didukung dengan data bahwa konsumsi buah pada subjek perempuan lebih

banyak. Namun, tingkat konsumsinya juga masih dibawah rekomendasi.

Jumlah konsumsi buah pada mahasiswa PPKU masih sangat kurang sehingga

perlu adanya peningkatan konsumsi buah pula (WHO 2015).

Tabel 14 Frekuensi konsumsi buah-buahan berdasarkan jenis kelamin

Jenis buah Laki-laki

(kali/bulan)

Perempuan

(kali/bulan)

Rata-rata

(kali/bulan) p value1)

Pisang 6.3 5.3 5.7 0.077

Pepaya 2.7 8.0 5.6 0.010*

Melon 5.0 4.9 4.9 0.585

Jambu 1.6 4.0 2.9 0.178

Jeruk 2.0 3.4 2.8 0.077

Semangka 2.3 2.4 2.3 0.312

Mangga 1.5 1.5 1.5 0.258

Lainnya 2.4 1.3 1.8 0.779 1)uji Mann-Whitney

Konsumsi pada mahasiswa PPKU laki-laki cenderung lebih rendah

daripada mahasiswa PPKU perempuan. Hasil uji beda menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata (p > 0.05) antara kedua mahasiswa

PPKU berdasarkan frekuensi konsumsi buah secara keseluruhan. Namun

terdapat perbedaan yang nyata mengenai konsumsi buah pepaya pada kedua

kelompok mahasiswa PPKU. Buah yang paling sering dikonsumsi adalah

buah pisang pada mahasiswa PPKU laki-laki dan pepaya pada mahasiswa

PPKU perempuan, sedangkan jenis buah-buahan yang paling jarang

dikonsumsi adalah mangga. Konsumsi beberapa jenis dan jumlah buah sangat

dipengaruhi oleh musim panen dan ketersediaan buah itu sendiri.

Makanan lain merupakan makanan yang tidak termasuk ke dalam

golongan makanan pokok, lauk, sayur dan buah namun memiliki sumbangan

zat gizi yang signifikan. Berikut merupakan tabel mengenai frekuensi

makanan lain.

Tabel 15 Frekuensi konsumsi makanan lainnya berdasarkan jenis kelamin

Jenis makanan

lainnya

Laki-laki

(kali/bulan)

Perempuan

(kali/bulan)

Rata-rata

(kali/bulan) p value1)

Lumpia 17.5 19.4 18.6 0.778

Gorengan 22.1 15.5 18.4 0.035*

Susu 15.1 13.6 14.3 0.636

Risoles 13.3 13.2 13.2 0.950

Donat 11.1 10.6 10.8 0.474

Keripik 5.2 11.6 8.8 0.467

Biskuit 5.1 9.0 7.3 0.046*

Ekstrudat 2.4 2.5 2.4 0.698

Lainnya 2.1 4.5 3.5 0.021 1)uji Mann-Whitney

Page 39: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

24

Makanan lain yang paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa PPKU

ialah lumpia sedangkan yang paling jarang dikonsumsi ialah ekstrudat. Hal

ini diduga karena rasa lumpia yang enak dan lebih murah dibanding makanan

danusan lain sedangkan ekstrudat termasuk camilan mahal dan mendapat

persepsi kurang menyehatkan. Kebiasaan makan juga dapat dilihat dengan

menggunakan metode recall 1 x 24 jam. Tabel berikut menjelaskan

persentase frekuensi konsumsi jenis-jenis makanan dari kantin IPB.

Tabel 16 Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi dari kantin IPB

berdasarkan jenis kelamin

Jenis makanan Laki-laki

(kali/bulan)

Perempuan

(kali/bulan)

Rata-rata

(kali/bulan)

Nasi 30.0 22.7 25.9

Orek tempe 6.7 6.0 6.3

Tempe kotak 6.7 4.0 5.2

Nasi kuning 6.7 2.7 4.4

Tempe goreng 3.3 4.7 4.1

Telur dadar 5.0 2.7 3.7

Bakwan 5.0 2.7 3.7

Sop 5.8 2.0 3.7

Telur balado 5.0 2.0 3.3

Tahu goreng 5.0 1.3 3.0

Makanan yang paling sering dikonsumsi di kantin IPB ialah nasi

mengingat nasi merupakan makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat

Indonesia. Menurut Almatsier (2004), nasi merupakan salah satu makanan

yang memberikan sumbangan cukup besar untuk energi. Lauk nabati yang

paling sering dikonsumsi yaitu orek tempe, karena orek tempe mempunyai

rasa yang enak dan cocok dikonsumsi bersamaan dengan olahan beras lain

seperti nasi kuning. Olahan tempe lain seperti tempe goreng juga sering

dikonsumsi oleh mahasiswa PPKU. Lauk hewani yang paling sering

dikonsumsi adalah telur dadar, yang mempunyai rasa enak dan harga murah

untuk jenis lauk hewani. Olahan sayur yang paling sering dikonsumsi oleh

mahasiswa PPKU ialah sop, karena sop adalah sayur yang selalu dijual di

lingkungan mahasiswa PPKU

Kebiasaan Jajan

Perilaku jajan yang dimaksud ialah kebiasaan makan mahasiswa PPKU

yang makanannya dibeli di kantin IPB. Makanan jajanan sendiri merupakan

makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki

lima di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung

dimakan atau dikonsumsi kemudian tanpa pengolahan atau persiapan lebih

lanjut (WHO dalam Yasmin dan Madanijah 2010). Rahmah dalam Alfiah

(2015) menjelaskan bahwa sebagian besar mahasiswa program studi non

pangan dan gizi di IPB memilih rasa, harga dan nilai gizi sebagai urutan

prioritas pemilihan makan. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa

Page 40: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

25

akses fisik berupa warung makan memengaruhi asupan energi dan protein

mahasiswa, dimana semakin sulit akses fisik maka asupan energi dan protein

semakin rendah.

Menurut Husaini dalam Yuliastuti (2012), jajanan dibagi menjadi tiga

kelompok menurut jenisnya, yaitu 1) Makanan porsi (meals), misalnya bakso,

bakmi, bubur ayam, lontong, pecel dan lain lain, 2) Makanan cemilan (snack),

misal kacang asin/atom, kerupuk, wafer dan lain lain dan 3) Minuman

(drinks) misalnya es sirup. Berikut merupakan tabel jenis jajanan yang

dikonsumsi mahasiswa PPKU.

Tabel 17 Jenis jajanan mahasiswa PPKU per hari di kantin IPB berdasarkan

jenis kelamin

Jenis jajanan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Makanan berat 2.2 56.1 1.8 53.6 2.0 54.8

Camilan 0.8 19.9 1.0 28.2 0.9 24.2

Minuman 1.0 24.0 0.6 18.2 0.8 21.0

Total 4.1 100.00 3.4 100.0 3.7 100.0

Hampir keseluruhan mahasiswa PPKU membeli makanan di kantin

setiap hari. Lebih dari setengah mahasiswa PPKU (54.8%) mengonsumsi

makanan berat lebih dari dua kali di kantin IPB. Hal ini diduga karena

mahasiswa PPKU tidak diizinkan mengolah sendiri makanannya. Setiap

mahasiswa PPKU dalam penelitian ini setidaknya membeli satu kali makanan

berat di kantin IPB setiap harinya. Selain itu camilan dan minuman

dikonsumsi kurang dari satu kali. Hal ini diduga karena tidak semua

mahasiswa PPKU terbiasa mengonsumsi camilan dan minuman telah tersedia

di setiap kamar. Konsumsi makanan berat dan minuman pada mahasiswa

PPKU laki-laki cenderung lebih tinggi, namun konsumsi camilan cenderung

lebih tinggi pada mahasiswa PPKU perempuan. Saufika et al. (2012)

menyatakan bahwa mahasiswa perempuan berpeluang lebih rendah memiliki

kebiasaan makan tiga kali sehari. Mahasiswa perempuan juga memiliki

peluang lebih tinggi dalam hal kebiasaan konsumsi camilan. Przystawski et

al. dalam Saufika et al. (2012) menyatakan bahwa remaja putri sangat

menyukai makanan camilan dan mengonsumsinya setiap hari disamping

mengonsumsi makanan utama. Jenis minuman yang paling sering dikonsumsi

oleh mahasiswa TPB IPB berdasarkan Dewanti (2015) adalah teh, baik teh

kemasan maupun teh manis.

Kantin di IPB biasanya buka pada waktu pagi, siang dan sore

dikarenakan mahasiswa PPKU aktif keluar pada waktu tersebut dan terkait

waktu operasional kantin. Mahasiswa PPKU setiap harinya dapat berkunjung

ke kantin lebih dari satu kali. Sebagian besar mahasiswa PPKU (79.0%)

mengunjungi kantin pada saat siang hari setelah kuliah untuk

mengefisiensikan waktu. Penelitian Saufika et al. (2012) tidak menemukan

variabel yang memengaruhi kebiasaan makan siang dikarenakan makan siang

masih dianggap sebagai kondisi yang harus dipenuhi setiap hari.

Mahasiswa PPKU sering tidak meluangkan waktu untuk sarapan karena

waktu kuliah sedangkan pada sore hari saat perkuliahan telah selesai, banyak

Page 41: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

26

dari mahasiswa PPKU memilih membeli makanan di luar kantin IPB. Satali

et al. dalam Isa dan Masuri (2011) menyatakan bahwa mahasiswa di Kroasia

yang melakukan sarapan rutin kurang dari 50%. Saufika et al. (2012) juga

mendukung pernyataan tersebut dan berpendapat bahwa kebiasaan sarapan

dapat dipengaruhi oleh ketersediaan waktu di pagi hari sebelum memulai

aktivitas. Saufika et al. (2012) menyatakan bahwa mahasiswa PPKU laki-laki

mempunyai peluang lebih tinggi untuk memiliki kebiasaan makan malam.

Banyak alasan yang muncul saat mahasiswa PPKU memilih

mengonsumsi makanan dari kantin IPB. Sebagian besar mahasiswa PPKU

memilih membeli jajanan di kantin IPB dengan alasan murah. Yilmaz et al.

(2015) menyatakan bahwa harga menjadi salah satu faktor yang signifikan

dalam membeli makanan. Selain itu, alasan lainnya yang menjadi fokus

sebagian besar mahasiswa PPKU ialah jarak yang dekat, sehingga mahasiswa

PPKU merasa tidak mempunyai pilihan lain selain membeli jajanan di kantin

IPB. Ketika mahasiswa mempunyai akses yang mudah ke fasilitas makanan

(kantin), mereka terlihat lebih mudah tertarik untuk makan disana (Deliens

et al. 2014). Rasa juga menjadi salah satu alasan dalam pemilihan makanan,

hal ini sejalan dengan penelitian Deliens et al. (2014) yang mendapatkan hasil

bahwa mahasiswa banyak memilih rasa sebagai faktor penting yang

memengaruhi pemilihan makanan mereka. Selain itu, waktu menjadi isu yang

harus diperhatikan saat membicarakan praktik makan pada mahasiswa.

Kebersihan tidak menjadi faktor yang didahulukan. Marquis et al. dalam

Deliens et al. (2014) menunjukkan bahwa mahasiswa lebih sering

memprioritaskan harga dan ketersediaan dibanding kesehatan.

Kontribusi Zat Gizi Makro Jajanan Kantin terhadap Total Asupan

Zat gizi makro merupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah

besar oleh tubuh. Zat gizi berupa energi, protein, lemak, dan karbohidrat.

Energi dibutuhkan untuk aktivitas fisik, basal metabolic rate, dan untuk

mendukung pertumbuhan dan perkembangan selama pubertas. Protein

diperlukan untuk memelihara jaringan tubuh yang ada serta berhubungan juga

dengan petumbuhan dan perkembangan. Lemak berperan juga dalam

pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan Pedoman Umum Gizi

Seimbang (PUGS), anjuran konsumsi lemak total sekitar 25% dai total energi.

Karbohidrat merupakan sumber energi tubuh. Kebutuhan mutlak untuk

karbohidrat pada remaja belum ditetapkan (Heryanti 2009). Kontribusi yang

dimaksud adalah persentase asupan energi dan protein yang didapat dari

makanan yang dibeli di kantin IPB terhadap total asupan per hari mahasiswa

PPKU.

Sebagian besar mahasiswa pada penelitian yang dilakukan Boek et al.

(2012) memilih untuk mengonsumsi makanan dari kantin besar di kampus

dibanding tempat lain. Berikut merupakan tabel yang menyajikan data

kontribusi makanan kantin IPB.

Page 42: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

27

Tabel 18 Jumlah asupan zat gizi per hari berdasarkan jenis kelamin

Asupan pangan Laki-laki

(Rata-rata ± SD)

Perempuan

(Rata-rata ± SD)

Total

(Rata-rata ± SD)

Asupan dari kantin

- Energi (Kal) 978 ± 709 627 ± 452 783 ± 604

- Protein (g) 23.5 ± 17.5 17.0 ± 13.1 19.9 ± 15.6

- Lemak (g) 38.5 ± 28.3 20.3 ± 17.3 28.4 ± 21.9

- Karbohidrat (g) 137 ± 97 99 ± 75 116 ± 87

Total asupan

- Energi (Kal) 1781 ± 525 1458 ± 365 1601.26 ± 470

- Protein (g) 43.5 ± 15.3 38.6 ± 13.4 40.8 ± 14.4

- Lemak (g) 62.9 ± 30.6 49.2 ± 21.5 55.3 ± 26.8

- Karbohidrat (g) 270 ± 86 221 ± 69 243 ± 80

Persentase asupan makanan kantin terhadap total

- Energi (%) 51.7 ± 29.9 42.5 ± 30.2 46.6 ± 29.8

- Protein (%) 51.7 ± 29.1 44.1 ± 31.3 47.5 ± 30.0

- Lemak (%) 52.6 ± 32.9 40.9 ± 31.2 46.1 ± 32.0

- Karbohidrat (%) 49.7 ± 31.5 43.0 ± 30.8 46.0 ± 30.7

Makanan kantin IPB memberikan kontribusi sekitar 40% pada semua

zat gizi makro. Pada siswa sekolah dasar, Syafitri et al. dalam Noviarini

(2015) menyebutkan bahwa makanan jajanan dapat memberikan kontribusi

sebesar 26.0% energi, 18.7% protein, 22.9% lemak, dan 20.0% zat besi pada

siswa sekolah dasar. Hal tersebut tentu berbeda dikarenakan mahasiswa

PPKU tidak diperbolehkan mengolah makanan, sedangkan siswa sekolah

dasar diperbolehkan dan hanya sebagian waktunya dihabiskan di luar rumah.

Menurut Thah dan Yuwono (2014), mahasiswa cenderung mengambil

keputusannya sendiri (80%). Mereka kurang loyal terhadap tempat makan

(80%).

Kontribusi makanan kantin sendiri tidak berbeda signifikan antara

kedua kelompok mahasiswa PPKU namun terlihat bahwa mahasiswa PPKU

laki-laki cenderung memiliki persentase konsumsi makanan kantin yang lebih

banyak dibanding perempuan. Berdasarkan Boek et al. (2012), terdapat

perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam memilih

lokasi makan.

Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Pengetahuan

Keamanan Pangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan

suku (p > 0.05). Hal ini sejalan dengan penelitian Patah et al. (2009) yang

memperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara suku

dengan pengetahuan. Tidak terdapat hubungan yang signifikan pula antara

uang saku dan pengetahuan keamanan pangan (p = 0.493, r = 0.077). Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulita (2012).

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan besar keluarga (p =

0.005, r = -0.311). Hal ini sejalan dengan penelitian Yulita (2012) yang

Page 43: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

28

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara besar keluarga dengan

pengetahuan gizi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan

pendidikan ayah (p = 0.212, r = 0.140) dan pendidikan ibu (p = 0.491, r =

0.078). Yulita (2012) juga menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pendidikan orang tua dengan pengetahuan keamanan

pangan anak. Hasil juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan

pekerjaan ibu (p > 0.512). Menurut Rabiei et al. (2013), tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dan pengetahuan ibu.

Hubungan antara pekerjaan ayah dan pengetahuan pangan tidak dapat

dianalisis karena hampir semua ayah mahasiswa PPKU mempunyai

pekerjaan.

Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Keamanan Pangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan

sikap keamanan pangannya (p = 0.595, r = 0.060). Hal ini tidak seusai dengan

penelitian Sani dan Siow (2013); Mutalib et al. (2012); dan Vo et al. (2015)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dan sikap. Menurut Anwar dalam Wawan dan Dewi (2010),

pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman

pribadi, orang yang dianggap penting, emosi dalam diri seseorang,

kebudayaan, media massa, serta lembaga pendidikan dan agama. Tidak

terdapatnya hubungan antara pengetahuan dan sikap keamanan pangan

dikarenakan banyak faktor, seperti kurang terpaparnya informasi mengenai

keamanan pangan.

Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara praktik keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan sikap keamanan

pangannya (p = 0.383, r = 0.098). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian

Hidayat (2013) dan Mutalib et al. (2012) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara sikap dan praktik. Perbedaan hasil

didapatkan karena menurut Worsley (2002), bukan hanya sikap yang

membentuk praktik seorang individu. Penyebab terbesar diduga karena

kondisi lingkungan yang kurang memungkinkan untuk melakukan praktik

keamanan pangan yang baik.

Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara pengetahuan keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan praktik

keamanan pangannya (p = 0.434, r = 0.088). Byrd-Bredbenner dalam Fortune

dan Badrie (2014) menyatakan bahwa pengetahuan dan praktik tidak selalu

berhubungan. Penelitian Low et al. (2016) juga menyatakan tidak terdapat

hubungan antara pengetahuan dengan praktek higiene dan sanitasi makanan.

Patah et al. (2009) menyatakan bahwa walaupun pengetahuan sudah

mencukupi, fasilitas fisik juga dapat menjadi penghalang untuk menjamin

praktik keamanan pangan yang baik. Menurut Worsley (2002), banyak faktor

Page 44: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

29

lain yang memengaruhi praktik selain pengetahuan, yaitu konsekuensi dari

praktik tersebut, sikap, kepercayaan, kemampuan dalam pemahaman,

kenyamanan dalam melakukan praktik tersebut, kondisi sosial dan fisik serta

kehadiran motivator.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar mahasiswa PPKU berjenis kelamin perempuan, bersuku

Jawa, mempunyai uang saku lebih dari satu juta rupiah dan mempunyai

jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang. Ayah mahasiswa PPKU

sebagian besar telah menempuh pendidikan diatas sembilan tahun sedangkan

ibu mahasiswa PPKU sebagian besar juga telah menamatkan pendidikan di

Sekolah Menengah Atas atau pendidikan yang lebih tinggi. Hampir

keseluruhan ayah mempunyai pekerjaan sedangkan tidak sampai separuh ibu

yang bekerja.

Mahasiswa PPKU mempunyai pengetahuan keamanan pangan yang

kurang, sikap keamanan pangan yang positif dan praktik keamanan pangan

yang kurang. Lebih dai separuh mahasiswa PPKU menilai bahwa kebersihan

kantin IPB masih kurang. Mahasiswa PPKU biasa mengonsumsi nasi sebagai

makanan pokok, telur ayam sebagai lauk hewani, tempe sebagai lauk nabati,

wortel sebagai sayur, pisang sebagai buah dan lumpia sebagai camilan.

Konsumsi jajanan di kantin terdiri dari makanan berat, camilan dan minuman.

Mahasiswa PPKU sering membeli makanan di kantin pada pagi hari dan

alasan mahasiswa PPKU membeli makanan di kantin paling dominan

dikarenakan murah. Makanan di kantin IPB mempunyai kontribusi tidak

sampai separuh dari total asupan mahasiswa PPKU untuk zat gizi makronya.

Hanya besar keluarga yang mempunyai hubungan yang signifikan

dengan pengetahuan keamanan pangan. Jenis kelamin, suku, uang saku,

pendidikan orangtua dan pekerjaan orang tua tidak mempunyai hubungan

yang signifikan dengan pengetahuan keamanan pangan. Selain itu tidak

terdapat hubungan yang signifikan baik antara pengetahuan, sikap, dan

praktik keamanan pangan. Hal tersebut dikarenakan banyak faktor lain yang

berpengaruh pada pengetahuan, sikap, dan praktik keamanan pangan.

Saran

Institusi sebaiknya lebih mengetatkan lagi tindakan dari peraturan

yang ada mengingat peraturan mengenai keamanan pangan di kantin sudah

ada. Institusi juga sebaiknya memperbolehkan kegiatan memasak di asrama,

dengan dukungan fasilitas dapur. Institusi juga sebaiknya mengadakan

pelatihan mengenai keamanan pangan dan memperbaiki kondisi higiene

sanitasi baik di dalam maupun di luar kampus. Institusu dapat membantu

mahasiswa PPKU untuk memperbanyak pengetahuan keamanan pangan

Page 45: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

30

dengan cara mengadakan sosialisasi rutin mengenai keamanan pangan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Kelemahan dari penelitian ini antara

lain dalam pengukuran kebiasaan makan, yang hanya mengukur frekuensi

saja tidak dengan jumlahnya. Angka kecukupan gizi individu juga sebaiknya

dihitung agar penelitian ini menjadi lebih lengkap lagi. Untuk penelitian

selanjutnya, sebaiknya diadakan penelitian pada mahasiswa tingkat atas

sebagai perbandingan dari penelitian ini, bisa juga membandingkan

mahasiswa yang mayornya berkaitan dengan pangan dengan yang tidak.

Page 46: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

31

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah E. 2015. Analisis Kualitas Diet serta Hubungannya dengan Densitas

Energi Konsumsi dan Pengetahuan Gizi Mahasiswa IPB [skripsi].

Bogor (ID): FEMA IPB

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka

Utama.

Andrianus C. 2015. Asupan Protein dan Zat Gizi Makro serta Pengeluaran

Pangan pada Mahasiswi Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor (ID):

IPB.

Ansari WE, Stock C, John J, Deeny P, Phllips C, Snelgrove S, Adetunji H,

HU X, Parke S, Stoate M et al. 2011. Health Promoing Behaviors and

Lifestyle Characteristics of Students at Seven Universities in the UK.

Cent Eur J Public Health 19(4): 197-204.

_________, Stock C, Mikolajczyk R. 2012. Relationship Between Food

Consumption and Living Arrangements among University Students in

Four European Countries – A Cross Sectional Studies. Nutrition

Journal. 11(28). Doi: 10.1186/1475-2891-11-28

Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta

(ID): PT Rineka Cipta.

Astuti W. 2016. Analisis Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Gizi Ibu

Rumah Tangga dengan Penggunaan Garam Beriodium di Wilayah

Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

Aygen FG. 2012. Safe Food Handling: Knowledge, Perceptions, and Self-

Reported Practices of Turkish Consumers. International Journal of

Business and Management. 7(24):1-11. Doi: 10.5539/ijbm.v7n24pl.

[Bappenas] Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. 2014.

Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

2015-2019. Jakarta(ID): Kementrian Perencanaan Pembangunan

Nasional.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID): Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2016. Berita Keracunan

[internet]. Jakarta (ID): BPOM. ik.pom.go.id

Boek S, Bianco-Simeral S, Chan K, Goto K. 2012. Gender and Race are

Significant Determinants of Students Food Choices on a College

Campus. Journal of Nutrition Education and Behavior 44(4): 372-378.

Doi: 10.1016/j.neb.2011.12.007.

Budijanto D. 2013. Populasi, Sampling, dan Besar Sampel [internet]. Jakarta

(ID): Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

http://www.risbinkes.litbang.depkes.go.id/2015/wpcontent/uploads/20

13/02/SAMPLING-DAN-BESAR-SAMPEL.pdf

Bunjnowski D, Xum P, Martha L, Linda VH, He K, Stamler J. 2011.

Longitudinal Association between Animal and Vegetable Protein

Intake and Obesity Among Adult Males in the United States: The

Page 47: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

32

Chicago Western Electric Study. J Am Diet Assoc. 111(8): 1150 –

1155.doi: 10.1016/j.jada.2011.05.002.

Byrd-Bredbenner C, Maurer J, Wheatley V, Schaffner D, Bruhn C, Blalock

L. 2007. Food Safety Self-Reported Behaviors and Cognitioms of

Young Adults: Results of National Study. Journal of Food Protection.

70(8): 1917 – 1926.

________________, Wheatley V, Schaffner D, Bruhn C, Blalock L, Maurer

J. 2007. Development and Implementation of Food Safety Knowledge

Instrument. Journal of Food Science Education. 6(2007): 46-55.

Cooke R, Papadaki A. 2014. Nutrition Label Use Mediates the Positive

Relationship between Nutrition Knowledge and Attitudes towards

Healthy Eating with Dietary Quality among University Students in the

UK. Appetite 83(2014): 297-303. Doi: 10.1016/j.appet.2014.08.039.

Damayanthi E, Yuliati LN, Suprapti VY, Fitriana S. 2008. Aspek Sanitasi dan

Higiene di Kantin Asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Insitut

Pertanian Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan.

Deliens T, Clarys P, Bourdeaudhuij ID, Deforche C. 2014. Determinants of

Eating Behaviour in University Students: a Qualitative Study Using

Focus Group Discussions [artikel] BMC Public Health.

http://www.biomedcentral.com/1471-2458/14/53

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Riset

Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Ditjen PPM dan PL.

Dewanti MW. 2015. Screen Time, Stres Akademik, dan Konsumsi Pangan

serta Pengaruhnya terhadap Status Gizi Mahasiswa TPB IPB [skripsi].

Bogor (ID): IPB

Fadila A. 2016. Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Perkembangan

Psikomotorik Anak Balita pada Ibu Pekerja dan Ibu Bukan Pekerja di

Jakarta Selatan [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

Ganasegeran K, Dubai S, Qureshi A, Abed A, Rizal AM, Aljunid S. 2012.

Social and Psychological factors affecting eating habits among

university student In a Malaysian Medical School: a cross sectional

study. Nutrition Journal. 11(48): 2-7. Doi: 10.1186/1475-2891-11-48.

Giritlioglu I, Batman O, Tetik N. 2011. The Knowledge and Practice of Food

Safety and Higiene of Cookery Students in Turkey. Food Control

22(2011) 838-842. doi: 10.1016/j.foodcont.2010.09.016

www.elsevier.com/locate/foodcont

Haniek H. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat pada Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Lubuk

Sikaping Tahun 2011 [skripsi]. Jakarta (ID): UIN Syarif Hidayatullah.

Hanrizon M. 2016. Kebiasaan Jajan dan Kontribusinya terhadap Asupan Zat

Gizi pada Siswa Sekolah Dasar di Bogor [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

Hartog AP, Staveren WA, Brouwer ID. 2006. Food Habit and Consumption

in Developing Countries. Netherland: Wageningen Academic

Publishers.

Heryanti E. 2009. Kebiasaan Makan Cepat Saji (Fast Food Modern),

Aktivitas Fisik, dan Faktor Lainnya dengan Status Gizi pada

Mahasiswa Penghuni Asrama UI Depok Tahun 2009 [skripsi]. Depok

(ID): Universitas Indonesia.

Page 48: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

33

Hidayat RM. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Prkatek

Higiene Sanitasi Penjamah Makanan di Rumah Makan Ikan dan

Seafood Tipe A Di Kabupaten Sleman [Skripsi]. Yogyakarta (ID):

Universitas Gadjah Mada.

Isa KAM, Masuri MG. 2011. The Association of Breakfast Consumption

Habit, Snacking Behavior and Body Mass Index among University

Students. Am. J. Food. Nutr, 1(2): 55-60.

Doi:10.5251/ajfn.2011.1.2.55.60

Keller S, Maddock JE, Hannover W, Thyrian JR, Basler H. 2008. Multiple

Health Risk Behaviors in German First Year University Students.

Journal of Preventive Medicine 46(2008): 189 – 195. Doi:

10.1016/j.ypmed.2007.09.008

[Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil

Kesehatan Indonesia. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

________________________________________________. 2014. Pedoman

Gizi Seimbang. Jakarta (ID): Direktorat Bina Gizi.

_____________________________________________________. 2015. 28

Mahasiswa IPB Positif Hepatitis A [internet]. Jakarta (ID):

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. [diunduh 2016 Sep 8].

Tersedia pada: http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=15121400033

Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta

(ID): Grasindo.

Kresting M, Sichert-Hellert W, Vereecken CA, Diehl J, Beghin L, De

Henauw S, Grammatikaki E, Manios Y, Mesana MI, Papadaki A,

Philipp K, Plada M, Poortvliet E, Sette S. 2008. Food and Nutrient

Intake, Nutritional knowledge and diet related attitudes in Europen

Adolescent. International Journal of Obesity, 32:S35-S41. Doi:

10.10038/ijo.2008.181

Low WY, Jani R, Halim HA, Alias AA, Moy FM. 2016. Determinants of

Food Higiene Knowledge among Youths: A Cross-sectional Online

Study. J. of Food Cont 59(2016): 88-93. Doi:

10.1016/j.foodcont.2015.04.032. [www.elsevier.com/locate/foodcont]

Lubis DP, Mugniesyah SS, Purnaningsih N, Riyanto S, Kusumastuti YI,

Hadiyanto, Saleh A, Sumardjo, Agung SS, Amanah S et al. 2013.

Dasar-Dasar Komunikasi. Bogor (ID): IPB Press.

Martiani D. 2000. Kebiasaan Jajan dan Preferensi terhadap Makanan Jajajnan

pada Mahasiswa IPB di Wilayah Darmaga, Bogor [skripsi]. Bogor(ID):

IPB.

Martins RB, Ferreira D, Moreira LM, Hogg T, Gestal J. 2014. Knowledge of

Food Higiene of Food Service Staff Working in Nursing Homes and

Kindergartens in Porto Region – Portugal. J. of Food Cont 42(2014):

54-62. Doi: 10.1016/j.foodcont.2014.01.037.

[www.elsevier.com/locate/foodcont]

Maya S. 2015. Kualitas Konsumsi Pangan Berdasarkan Healthy Eating Index

Kaitannya dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kabupaten

Kerinci Jambi [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

Page 49: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

34

Mutalib NAA, Mohamad FAR, Shuhaimi M, Syafinaz AN, Rukman AH,

Malina O. 2012. Knowledge, Attitude and Practices Regarding Food

Higiene and Sanitation on Food Handlers in Kuala Pilah Malaysia.

Journal of Food Control. [www.elsevier.com/locate/foodcont]

Nasution YHS. 2011. Pengaruh Sifat Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja

Karyawan di PT. Gold Coin Indonesia tahun 2010 [tesis]. Medan (ID):

Universitas Sumatera Utara.

Nelson MC, Story M, Larson NI, Neumark-Sztainer D, Lytle LA. 2008.

Emerging Adulthood and Collegeaged Youth: An Overlooked Age for

Weight-related Behaviour Change. Nature Publishing Group. 16(10):

2205-2211. Doi: 10.1038/oby.2008.365

Norazmir MN, Hasyimah MAN, Shafurah S, Sabariah BS, Ajau D,

Norazlanshah H. 2012. Knowledge and Practices on Food Safety

among Secondary School Students in Johor Baru, Johor, Malaysia.

Pak. J. Nutr. 11(2): 110-115.

Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID):

Rineka Cipta.

Notoatmodjo S. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta

(ID): Rineka cipta.

Noviarini R. Hubungan Antara Tingkat Ekonomi, Pola Konsumsi, Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat, dan Prestasi Mahasiswa IPB [skripsi]. Bogor

(ID): IPB.

Nugraheni PC. 2015. Konsumsi Pangan, Status Gizi, Aktivitas Fisik, Status

Kesehatan dan Status Hidrasi Mahasiswa TPB IPB Angkatan 2014.

[skripsi]. Bogor (ID): IPB.

Odwin R, Badrie N. 2008. Consumers’ Perception and Awareness of Food

Safety Practices in Barbados and Trinidad, West Indies – a pilot study.

International Journal of Consumer Studies. 32(2008) 394-398. Doi:

10.111/j.1470-6431.2008.00675.x

Osimani A, Lucia A, Stefano T, Francesca C. 2013. Evaluation of HACCP

System in a University Canteen: Microbiological Monitoring and

Internal Auditing as Verification Tools. International Journal of

Environment Research and Public Health.

Papadaki A, Hondros G, Scott JA, Kapsokefalou M. 2007. Eating Habits of

University Students Living at, or Away from Home in Greece.

Appetite(2007). Doi: 10.1016/j.appet.2007.01.008

Patah MORA, Issa Z, Nor KM. 2011. Food Safety Attitude of Culinary Arts

Based Students in Public and Private Higher Learning Institutions

(IPT). International Journal Studies. 2(4):168-178.

Rabiei L, Sharifirad GR, Azadbakht L, Hassanzadeh A. 2013. Understanding

the Relationship between Nutrition Knowledge, Self-Efficacy, and

Self-Concept of Hig-School Students Suffering from Overweight. J

Educ Healt Promot. 2(39). Doi: 10.4103/2277-9531.115834.

[RI] Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

18 Tahun 2012 tentang Pangan. Jakarta (ID): RI.

Sani NA & Siow ON. 2014. Knowledge, Attitudes and Practices of Food

Handlers on Food Safety in Food Service Operations at the Universiti

Kebangsaan Malaysia. Journal of Food Control.

Page 50: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

35

[www.elsevier.com/locate/foodcont] PrenticeHall Inc., Engelwood

Cliffs.

Sari KY. 2015. Pengetahuan Gizi terkait Penyakit Degeneratif, Pola

Konsumsi, dan Aktivitas Fisik Mahasiswa IPN [skripsi]. Bogor (ID):

IPB.

Saufika A, Retnaningsih, Alfiasari. 2012. Gaya Hidup dan Kebiasaan Makan

Mahasiswa. Jur. Ilm. Kel. & Kons., Agustus 2012, p : 157-165.

Sulistyoningsih H. 2012. Gizi untuk kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta

(ID): Graha Ilmu.

Syah D. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor (ID):

Himpunan Alumni Fateta.

Tanton J, Dodd LJ, Woodfield L, Mabhala M. 2015. Eating Behaviours of

British University Students: A Cluster Analysis on a Neglected Issue

[artikel]. Hindawi Publishing Coorporation, Advances in Preventive

Medicine. http://dx.doi.org/10.1155/2015/639239.

Thah HM dan Yuwono SS. 2014. Analisis Preferensi, Perilaku Mahasiswa

dan Keamanan Pangan terhadap Produk Bakso di sekitar Universitas

Brawijaya. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No. 4.

Totelesi H. 2011. Tinjauan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Penjamah

Makanan Tentang Keamanan Pangan dan Sanitasi di Rumah Makan

Sekitar Kampus IPB Dramaga [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

Turnbull-Fortune S, Badrie N. 2014. Practice, Behaviour, Knowledge and

Awareness of Food Safety among Secondary & Tertiary Level

Students in Trinidad, West Indies. Food and Nutrition Sciences, 5,

1463-1481. http://dx.doi.org/10.4236/fns.2014.515160.

Utami DP. 2015. Praktek Higiene dan Penilaian KOnsumen terhadap

Kebersihan FIsik di Restoran Sunda Bogor [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

Vo Th, Le NH, Le ATN, Minh NNT, Nuorti JP 2015. Knowledge, Attitudes,

Practices and Training Needs of Food-handlers in Large Canteens in

Southern Vietnam. J. of Food Cont 57(2015): 190-194. Doi:

10.1016/j.foodcont.2015.03.042. [www.elsevier.com/locate/foodcont]

Wardhani DK. 2015. Keterkaitan Antara Konsumsi Buah dan Sayur serta

Gaya Hidup dengan Kejadian Kegemukan pada Mahasiswa TPB IPB

[skripsi]. Bogor (ID): IPB.

Wawan A dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta (ID): Nuha Medika.

[WHO] World Health Organization. 2015. Guideline: Sugar Intake for Adults

and Children. Geneva: WHO.

Worsley A. 2002. Nutrition knowledge and food consumption: can nutrition

knowledge change food behaviour? Asia Pac J Clin Nutr 11(3): 579-

585.

Wulansari A, Budi S, Tiurma S. 2013. Penyelenggaraan Makanan dan

Tingkat Kepuasan Konsumen di Kantin Zea Mays Institut Pertanian

Bogor. Bogor (ID): Jurnal Gizi dan Pangan.

Yasmin G dan Madanijah S. 2010. Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak

Sekolah Terkait gizi dan Keamanan Pangan di Jakarta dan Sukabumi.

JGP. 5(3): 148-157.

Page 51: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

36

Yilmaz E, Oraman Y, Unakitan G, Inan IH. 2015. Consumer Food Safety

Knowledge, Practices and Differences in Behaviors in Thrace Regon

of Turkey. Journal of Agricultural Sciences 21(2015) 279-287.

Yuliastuti R. 2012. Analisis Karakteristik Siswa, Karakteristik Orang Tua

dan Perilaku Konsumsi Jajan pada Siswa Siswi SDN Rambutan 04

Pagi Jakarta Timur Tahun 2011 [skripsi]. Depok (ID): FKM UI.

Yulita J. 2012. Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan

serta Konsumsi Pangan dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar

[skripsi]. Bogor (ID): IPB.

Page 52: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan jawaban yang benar item

pertanyaan pengetahuan keamanan pangan dan jenis kelamin

No Pertanyaan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

1 Salah satu akibat kurangnya

konsumsi serat adalah konstipasi

21 58.3 28 62.2 49 60.5

2 Beras sebaiknya disimpan pada

tempat yang tertutup dan tidak

terkena sinar matahari langsung

19 52.8 29 64.4 48 59.3

3 Suhu kritis pada makanan yaitu 4-

60 °C

15 41.7 24 53.3 39 48.1

4 Aspartam bukan merupakan bahan

tambahan pangan yang berbahaya

20 55.6 18 40.0 38 46.9

5 Makanan yang paling tahan

disimpan dalam jangka waktu

lama adalah serealia

33 91.7 40 88.9 73 90.1

6 Saat distribusi, makanan

sebaiknya ditutup

35 97.2 44 97.8 79 97.5

7 Toksin bakteri C. botulinum dapat

menyebabkan kematian

7 19.4 5 11.1 12 14.8

8 Bakteri penyebab diare adalah E.

coli

30 83.3 36 80.0 66 81.5

9 MSG tidak terdapat secara alami

pada gandum

16 44.4 17 37.8 33 40.7

10 HACCP merupakan singkatan dari

Hazard Analysis Critical Control

Point

17 47.2 26 57.8 43 53.1

Lampiran 2 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan persetujuan terhadap

item pernyataan sikap keamanan pangan dan jenis kelamin

No Pernyataan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

1 Makanan yang terkontaminasi

oleh mikroorganisme/kuman

dapat menimbulkan penyakit

35 97.2 45 100.0 80 98.8

2 Cuci tangan merupakan salah

satu prosedur yang paling mudah,

murah, dan aman untuk

mencegah pencemaran bakteri

36 100.0 45 100.0 81 100.0

3 Cara membunuh

mikroorganisme/kuman pada

makanan yang efektif dengan

memasak makanan hingga

matang

35 97.2 42 93.3 77 95.1

4 Cara penyebaran

mikroorganisme/kuman dapat

terjadi melalui tangan penjamah

makanan

36 100.0 45 100.0 81 100.0

5 MSG tidak akan menimbulkan

efek jika digunakan di bawah

batas maksimumnya

26 72.2 30 66.7 56 69.1

Page 53: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

38

Lampiran 2 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan persetujuan terhadap

item pernyataan sikap keamanan pangan dan jenis kelamin

(lanjutan)

No Pernyataan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

6 Label pangan penting untuk

dilihat sebelum membeli

makanan kemasan

36 100.0 45 100.0 81 100.0

7 Kertas koran tidak boleh

digunakan sebagai pembungkus

gorengan

31 86.1 40 88.9 71 87.7

8 Air yang digunakan oleh penjual

harus dicek secara rutin

35 97.2 45 100.0 80 98.8

9 Margarin yang dipanaskan tidak

baik untuk kesehatan

12 33.3 20 44.4 32 39.5

10 Penggunaan Styrofoam tidak baik

digunakan untuk jenis makanan

apapun

35 97.2 45 100.0 80 98.8

Lampiran 3 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori praktik

keamanan pangan dan jenis kelamin

No Pertanyaan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

1 Cuci tangan sebelum memegang

makanan

17 47.2 23 51.1 40 49.4

2 Membeli makanan di tempat yang

bersih

18 50.0 19 42.2 37 45.7

3 Melihat tanggal kadaluarsa

sebelum membeli makanan

kemasan

26 72.2 33 73.3 59 72.8

4 Tidak membeli makanan dengan

warna mencolok

11 30.6 14 31.1 25 30.8

5 Menggunakan sarung tangan dan

masker saat mengolah makanan

1 2.8 0 0.0 1 1.2

6 Mengikuti dan tertarik terhadap

berita keamanan pangan yang ada

8 22.2 13 28.9 21 25.9

7 Tidak membeli makanan di

pinggir jalan

3 8.3 2 4.4 5 6.2

8 Tidak mengonsumsi minuman

dari es balok

5 13.9 8 17.8 13 16.0

9 Tidak menggunakan kresek hitam

untuk membungkus makanan

(bersentuhan dengan makanan)

11 30.6 17 37.8 28 34.6

10 Tidak memakan makanan yang

jatuh sebentar

9 25.0 7 15.6 16 19.7

Page 54: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

39

Lampiran 4 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan jawaban baik pada item

pernyataan penilaian konsumen terhadap kantin IPB dan jenis

kelamin

No Pertanyaan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Kebersihan Lingkungan 1 Kebersihan lantai tempat makan 15 41.7 30 66.7 45 55.6

2 Kebersihan dinding sekitar tempat

makan

11 30.6 25 55.6 36 44.4

3 Kebersihan dan kerapihan meja

serta kelengkapannya

11 30.6 21 46.7 32 39.5

4 Tersedia dan bersihnya tempat

cuci tangan (wastafel)

20 55.6 13 28.9 33 40.7

5 Sabun yang digunakan adalah

sabun cuci tangan

12 33.3 8 17.8 20 24.7

6 Lap kain wastafel kering dan

bersih

1 2.8 5 11.1 6 7.4

Peralatan Makan

7 Kebersihan piring, sendok dan

gelas makan

29 80.6 27 60.0 66 81.5

8 Kebersihan botol (botol kecap,

saus, cabe)

26 72.2 30 66.7 56 69.1

9 Sedotan yang digunakan baru dan

bersih

35 97.2 41 91.1 76 93.8

10 Tisu yang digunakan berupa tisu

makanan

8 22.2 12 26.7 20 24.7

Penyaji 11 Pakaian rapi 21 58.3 43 95.6 64 79.0

12 Memperhatikan kebersihan

pakaian dan penyajian

19 52.8 37 82.2 56 69.1

13 Sehat dan tidak mencemari

makanan

29 80.6 39 86.7 68 84.0

14 Menjaga kebersihan dan kerapihan

kuku dan rambut

24 66.7 32 71.1 56 69.1

15 Tidak menggunakan aksesoris

yang berlebihan

32 88.9 38 84.4 70 86.4

Lampiran 5 Waktu makan subjek di kantin IPB

Waktu jajan Laki-laki Perempuan Rata-rata

n % n % n %

Pagi 22 61.11 26 57.78 48 59.26

Siang 29 80.56 35 77.78 64 79.01

Sore 22 61.11 20 44.44 42 51.85

Lampiran 6 Alasan jajan responden di kantin IPB

Alasan jajan Laki-laki Perempuan Rata-rata

n % n % n %

Bersih 6 16.67 10 22.22 16 19.75

Enak 13 36.11 12 26.67 25 30.86

Murah 27 75.00 23 51.11 50 61.73

Lainnya 15 41.67 31 68.89 46 56.79

Page 55: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

40

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Baturaja, Sumatera Selatan pada tanggal 12 Januari

1995. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan

Mgs. Nanang Azhari dan Msy. Farida. Penulis lulus dari Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Ogan Komering Ulu pada tahun 2012 dan diterima masuk

Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama di Departemen Gizi

Masyarakat via SBMPTN. Penulis juga aktif di luar akademik dengan

menjadi anggota klub Kulinari, anggota Eco Agrifarma FEMA IPB, anggota

PSDM BEM FEMA kabinet Terasa Manis dan Bendahara Umum IGAF LC

IPB Angkatan pertama. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan di

luar departemen seperti International Scholarship Education and Expo IPB,

IPB Art Contest, Gebyar Nusantara, Journalistic Fair, IPB Green

Ambassador Management dan sebagainya. Penulis pernah meraih juara dua

dalam FEMA Debating Contest tahun 2015 dan pernah mengikuti

International Workshop of Climate Change 2015.

Page 56: PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN DI … · sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

41