Upload
phamtuyen
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN
DI KANTIN PADA MAHASISWA PPKU
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
MASAYU NUR ULFA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Keamanan
Pangan dan Kebiasaan Jajan di Kantin pada Mahasiswa PPKU Institut Pertanian
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Masayu Nur Ulfa
NIM I14120104
ABSTRAK
MASAYU NUR ULFA. Perilaku Keamanan Pangan dan Kebiasaan Jajan di
Kantin pada Mahasiswa PPKU Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh ALI
KHOMSAN dan ANNA VIPTA RESTI MAULUDYANI.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku keamanan pangan dan
perilaku jajan di kantin pada mahasiswa Program Pendidikan Kompetensi
Umum (PPKU) Institut Pertanian Bogor. Desain penelitian ini adalah cross
sectional dengan contoh sebanyak 81 mahasiswa PPKU di asrama. Hasil uji
deskriptif menunjukkan bahwa 58.0% subjek mempunyai pengetahuan
keamanan pangan yang cukup, 100.00% subjek mempunyai sikap keamanan
pangan yang cukup dan 70.4% subjek mempunyai praktik keamanan pangan
yang cukup. Konsumsi jajanan di kantin terdiri dari 54.8% makanan berat,
24.2% camilan dan 21.0% minuman. Sebagian besar subjek membeli
makanan di kantin pada siang hari dan alasan terbanyak subjek membeli
makanan di kantin dikarenakan harganya yang murah. Hasil analisis bivariate
menggunakan uji korelasi spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan baik antara pengetahuan dan sikap, sikap dan
praktik serta pengetahuan dan praktik terkait keamanan pangan.
Kata kunci: kebiasaan jajan, mahasiswa PPKU, perilaku keamanan pangan
ABSTRACT
MASAYU NUR ULFA. Food Safety Behavior and Snacking in Canteen of the
First Year Students at Bogor Agricultural University. Supervised by ALI
KHOMSAN and ANNA VIPTA RESTI MAULUDYANI.
This study aims to see food safety behavior and snacking in IPB’s
canteen behavior on the first year students of Bogor Agricultural University.
The study design was cross sectional by taking sample from 81 first year
students in the dormitory. Descriptive analysis showed that 58.0% of the
students has sufficient category of food safety knowledge, 100.00% of the
students has sufficient category of food safety attitude, and 70.4% of the
students has sufficient category of food safety practice. Consumption of snack
in Bogor Agricultural University’s canteen were consisted of 54.8% meal,
24.2% snack and 21.0% drink. Almost of subject bought food at afternoon
and the most reason they bought the food in canteen was the cheap price.
Spearman test showed that there were no significant correlations (p>0.05)
between knowledge and attitude, attitude and practice and knowledge and
practice related food safety.
Keywords: first year students, food safety behavior, snacking habit
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
PERILAKU KEAMANAN PANGAN DAN KEBIASAAN JAJAN
DI KANTIN PADA MAHASISWA PPKU
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
MASAYU NUR ULFA
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2016 ini ialah mengenai
perilaku keamanan pangan dan perilaku jajan di kantin pada mahasiswa
PPKU Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, antara lain:
1. Kedua orangtua penulis yaitu Mgs. Nanang Azhari dan Msy. Farida
beserta saudara/I dari penulis yang selalu mendukung dan mendoakan
penulis
2. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan M.S. dan Anna Vipta Resti Mauludyani
S.P., M. Gizi selaku dosen pembimbing skripsi yang tak lelah
membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini
3. Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar M.Sc. selaku dosen penguji yang telah
membantu evaluasi penelitian ini
4. Teman-teman AKG 49 yang telah bersama-sama berjuang selama 4
tahun di Departemen Gizi Masyarakat khususnya Rulia, Syifa,
Malikhah, Mirna dan lain-lain
5. Dosen-dosen di Departemen Gizi Masyarakat yang selalu
memberikan ilmu yang baru bagi penulis dan teman-teman
6. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat yang telah menjadi tempat berbagi
ilmu
7. Keluarga IGAF LC IPB, terkhususnya Aulia Damayanti, Afif Arwani,
Nurul Amri Komarudin dan Syamsul yang telah memberi semangat
dan dukungan
8. Para agen-agen saya yang merelakan waktunya untuk kepentingan
penelitian saya, Manuel Tamba, Sukma Tri Putra, Firman Ardiansyah,
Danang Al-Fath Aldrian, Ierera Firdha dan Galuh Andini
9. Keluarga PSDM BEM FEMA KAbinet Terasa Manis
10. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian (Nabil, Erfin, Elza,
Afifah, Ani)
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan
sehingga kritik dan saran dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, September 2016
Masayu Nur Ulfa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis 3
Manfaat Penelitian 3
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 5
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 5
Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 6
Definisi Operasional 9
PEMBAHASAN 10
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 10
Karakteristik Mahasiswa PPKU 10
Pengetahuan Keamanan Pangan 13
Sikap Keamanan Pangan 15
Praktik Keamanan Pangan 16
Penilaian Konsumen terhadap Kebersihan Fisik Kantin IPB 17
Kebiasaan Makan 19
Kebiasaan Jajan 24
Kontribusi Zat Gizi Makro Jajanan Kantin terhadap Total
Asupan
26
Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Pengetahuan
Keamanan Pangan
27
Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Keamanan
Pangan
28
SIMPULAN DAN SARAN 29
Simpulan 29
Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 40
DAFTAR TABEL
1 Cara pengumpulan data 6
2 Pengelompokan variabel penelitian 7
3 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan karakteristik
individu
10
4 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan karakteristik
orang tua
12
5 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori
pengetahuan keamanan pangan dan jenis kelamin
14
6 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori sikap
keamanan pangan dan jenis kelamin
15
7 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori praktik
keamanan pangan dan jenis kelamin
17
8 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan penilaiannya
terhadap kantin IPB
18
9 Frekuensi konsumsi kelompok pangan berdasarkan jenis
kelamin
19
10 Frekuensi konsumsi makanan pokok berdasarkan jenis
kelamin
20
11 Frekuensi konsumsi lauk hewani berdasarkan jenis
kelamin
20
12 Frekuensi konsumsi lauk nabati berdasarkan jenis
kelamin
21
13 Frekuensi konsumsi sayur-sayuran berdasarkan jenis
kelamin
22
14 Frekuensi konsumsi buah-buahan berdasarkan jenis
kelamin
23
15 Frekuensi konsumsi makanan lainnya berdasarkan jenis
kelamin
23
16 Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi dari kantin
IPB berdasarkan jenis kelamin
24
17 Jenis jajanan mahasiswa PPKU per hari di kantin IPB
berdasarkan jenis kelamin
25
18 Jumlah asupan zat gizi per hari berdasarkan jenis kelamin 27
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran 4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan jawaban yang
benar item pertanyaan pengetahuan keamanan pangan
dan jenis kelamin
37
2 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan persetujuan
terhadap item pernyataan sikap keamanan pangan dan
jenis kelamin
37
3 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan persetujuan
terhadap item pernyataan sikap keamanan pangan dan
jenis kelamin
38
4 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan jawaban baik
pada item pernyataan penilaian konsumen terhadap
kantin IPB dan jenis kelamin
39
5 Waktu makan subjek di kantin IPB 39
6 Alasan jajan responden di kantin IPB 39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia Indonesia dinilai masih kurang baik.
Berdasarkan data dari The United Nations Development, Indeks
Pembangunan Manusia Indonesia pada tahun 2013 masih berada pada
peringkat ke-121 dari 185 negara (Bappenas 2014). Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) salah satunya ditentukan oleh kejadian sakit yang dialami
masyarakat. Jenis penyakit terbagi menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan
penyakit degeneratif. Penyakit infeksi biasanya merupakan penyakit yang
cara penyebarannya cepat dan diderita dalam waktu yang relatif singkat,
walaupun terdapat penyakit infeksi yang interval antara terpapar dan tanda
gejalanya relatif lama. Menurut Riskesdas (2007), penyakit infeksi
menyebabkan 28.1% dari total kematian.
Menurut Kemenkes RI tahun 2012, penyakit menular masih menjadi
masalah ditandai dengan masih sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)
beberapa penyakit menular tertentu. Penyakit infeksi yang sering terjadi di
masyarakat adalah penyakit yang berkaitan dengan makanan (foodborne
diseases). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang diidentifikasi
sebagai daerah utama yang mendapat perhatian karena mempunyai laju
kejadian tertinggi foodborne diseases (FAO dalam Odwin dan Badrie 2008).
Foodborne diseases merupakan penyakit yang dihasilkan dari
penyimpangan makanan akibat kontaminasi, bakteri pathogen, virus, atau
parasit yang mengontaminasi makanan. Foodborne diseases biasanya muncul
dari penanganan yang tidak tepat, persiapan, atau penyimpanan makanan.
Damayanthi et al. (2008) menemukan bahwa ada beberapa aspek pada kantin
TPB IPB yang tidak aman dilihat dari segi mikrobiologinya. Fluktuasi jumlah
bakteri umumnya disebabkan saat prosedur pengolahan yang kurang, dan
disarankan terdapat peningkatan training untuk staf atau perubahan tugas
(Osimani et al. 2013). Kejadian keracunan di Indonesia pun sebagian besar
disebabkan oleh pangan. Berdasarkan data POM (2016) pada rentang waktu
Januari sampai Maret 2016, terdapat 35 kasus keracunan yang dilaporkan,
dengan 31 kasus terjadi akibat pangan. Pada penghujung tahun 2015, Dinas
Kesehatan Kabupaten Bogor menyatakan bahwa telah terjadi Kejadian Luar
Biasa (KLB) Hepatitis A di wilayahnya (Kemenkes RI 2015). Salah satu
faktor yang mejadi fokus utama jika kita membicarakan foodborne diseases
adalah mengenai keamanan pangan.
Berdasarkan Food and Agricultural Organization (FAO), keamanan
pangan merupakan derajat kepercayaan bahwa makanan tidak akan
menyebabkan sakit atau bahaya pada konsumen ketika disiapkan, disajikan,
dan dimakan (WHO dalam Norazmir et al. 2012). Menurut UU No. 18 tahun
2012 tentang pangan, keamanan pangan dimaksudkan untuk mencegah
kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Kurangnya
perhatian terhadap hal ini telah sering mengakibatkan terjadinya dampak
berupa penurunan kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan
2
akibat tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai resiko
munculnya penyakit kanker akibat penggunaan bahan tambahan (food
additive) yang berbahaya (Syah 2005). Generasi saat ini mempunyai
kesempatan yang terbatas untuk memelajari pengolahan makanan yang aman
karena dua hal, yaitu perubahan pada sistem pendidikan dan peningkatan
jumlah ibu bekerja (Byrd-Bredbenner et al. 2007).
Saat dimulainya universitas merupakan suatu waktu yang penting
pada kehidupan seorang individu, dan sering diperlihatkan sebagai waktu
dimana terjadi peningkatan tanggung jawab pada pemilihan makanan dan
praktik gaya hidup yang sehat. Pada waktu yang sama, orang dewasa muda
sering mengalami kekurangan pengalaman dalam pembelanjaan, persiapan
dan perencanaan makanan (Papadaki et al. 2007). Perubahan jaringan sosial
dan lingkungan yang sejalan dengan peningkatan kebebasan dari
pengontrolan orangtua dapat mempunyai dampak yang kuat pada pola
perilaku (Keller et al. 2008). Alasan yang paling banyak memengaruhi
pemilihan makanan pada populasi muda yaitu perubahan pada tempat tinggal
dan sumber keuangan, sejalan dengan peningkatan ketersediaan makanan
cepat saji (Nicklas dalam Papadaki et al. 2007). Kurangnya pengetahuan
dalam memilih makanan yang baik dan meningkatnya tingkat stres menjadi
faktor yang memengaruhi buruknya pengaturan diet pada mahasiswa
(Mikolajczyk dalam Alfiah 2015).
Mahasiswa Program Pendidikan Kompetensi Umum (PPKU)
merupakan mahasiwa tahun pertama di Institut Pertanian Bogor dan
diwajibkan untuk tinggal di asrama selama satu tahun. Tempat tinggal dapat
memengaruhi asupan gizi mahasiswa sehari-hari (Deliens et al. 2014).
Mahasiswa yang tinggal di lingkungan baru biasanya mengalami perubahan
kebiasaan sehari-hari. Kesibukan kuliah dan kegiatan lain membuat pola
makan mahasiswa PPKU menjadi kurang teratur (Nugraheni 2015). Adriani
dan Wirjatmadi dalam Nugraheni (2015) menyatakan bahwa meningkatnya
aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan remaja akan memengaruhi
kebiasaan makan mereka seperti makan tidak teratur, sering jajan, sering tidak
sarapan dan makan siang. Martiani (2000) menyebutkan bahwa 71.7%
mahasiswa menggunakan uangnya untuk pangan.
Oleh karena itu menjadi hal yang menarik untuk dilakukan penelitian
mengenai hal tersebut. Harapan dari penelitian ini ialah didapatnya informasi
mengenai perilaku keamanan pangan, kebiasaan makan dan jajan mahasiswa
Institut Pertanian Bogor (IPB) khususnya mahasiswa Program Pendidikan
Kompetensi Umum (PPKU) beserta faktor faktor yang dapat memengaruhi
hal tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku
keamanan pangan dan kebiasaan jajan di kantin pada mahasiswa PPKU.
3
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:
1. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa PPKU
2. Mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan praktik terkait keamanan
pangan pada mahasiswa PPKU
3. Mengidentifikasi persepsi mahasiswa PPKU terhadap praktik higiene
di kantin IPB
4. Mengidentifikasi kebiasaan makan dan kebiasaan jajan mahasiswa
PPKU
5. Mengidentifikasi persentase kontribusi zat gizi makanan kantin IPB
terhadap total asupan mahasiswa PPKU
6. Menganalisis hubungan antara karakteristik mahasiswa PPKU,
pengetahuan, sikap, dan praktik keamanan pangan
Hipotesis
1. Perempuan mempunyai pengetahuan keamanan pangan yang lebih
tinggi dibandingkan laki-laki
2. Semakin tinggi uang saku, semakin sedikitnya jumlah keluarga dan
semakin tingginya pendidikan orang tua maka pengetahuan keamanan
pangannya semakin baik
3. Anak dengan orang tua yang tidak bekerja mempunyai pengetahuan
keamanan pangan yang lebih tinggi
4. Semakin baik pengetahuan keamanan pangan akan diikuti semakin
baiknya sikap dan praktik keamanan pangan
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk berbagai
pihak. Untuk pemerintah, penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu
sumber informasi untuk rancangan pembangunan kedepannya khususnya
dalam bidang pangan. Untuk institusi, penelitian ini diharapkan menjadi salah
satu sumber informasi agar prevalensi foodborne diseases yang marak akhir-
akhir ini dapat ditekan di sekitar kampus IPB Dramaga. Untuk mahasiswa
PPKU, penelitian ini diharapkan mampu menjadi motivasi untuk lebih peduli
terhadap keamanan pangan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Perilaku keamanan pangan merupakan hal yang dapat menjadi faktor
apakah pangan yang akan dikonsumsi baik atau tidak. Perilaku ini sangat erat
kaitannya dengan objek yang secara langsung mengolah makanan (penjamah
makanan) dan juga objek yang memilih makanan, yaitu konsumen. Para
konsumen mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga hubungan
4
karakteristik dan pengetahuan terkait keamanan pangan menarik untuk
diketahui.
Pengetahuan yang baik akan lebih baik lagi jika diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang baik tanpa diikuti sikap dan praktik
yang baik menjadi hal yang mungkin akan sia-sia. Oleh karena itu, kita perlu
melihat bagaimana hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik gizi
terkait keamanan pangan. Selain itu, konsumen mempunyai penilaian
tersendiri terhadap praktik higiene suatu tempat makan, dalam hal ini yaitu
kantin-kantin Institut Pertanian Bogor. Penilaian ini juga perlu dilakukan
sebagai salah satu bahan evaluasi untuk kantin di IPB sendiri. Karakteristik
mahasiswa juga nantinya akan memengaruhi kebiasaan makan dari masing-
masing mahasiswa.
Selain itu sebagai tambahan, kita bisa melihat kebiasaan jajan dari para
konsumen di kantin IPB setelah melihat bagaimana persepsi mahasiswa
terhadap kebersihan kantin. Setelah melihat perilaku jajan konsumen, kita
juga bisa melihat seberapa besar kontribusi energi dan protein dari makanan
di kantin IPB yang biasanya diasup oleh para konsumen terhadap keseluruhan
total asupannya.
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
Karakteristik
mahasiswa PPKU
Persepsi
mahasiswa PPKU
terhadap Praktik
Higiene Kantin
IPB
Pengetahuan
Keamanan
Pangan
Sikap
Keamanan
Pangan
Praktik
Keamanan
Pangan
Kebiasaan Jajan di
kantin IPB
Kebiasaan Makan
Kontribusi Zat Gizi
Makanan Kantin IPB
terhadap total asupan
mahasiswa PPKU
5
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan lokasi
penelitian di Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian dipilih secara
purposive dengan pertimbangan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis
A di wilayah kampus IPB Dramaga dan sekitarnya. Pengumpulan data akan
dilakukan pada bulan Mei – Juni 2016.
Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh
Populasi yang menjadi mahasiswa PPKU dalam penelitian ini adalah
mahasiswa PPKU IPB angkatan 52 (2015). Kriteria inklusi dari mahasiswa
PPKU yaitu mahasiswa PPKU merupakan mahasiswa Institut Pertanian
Bogor angkatan 52, masih tinggal di asrama, dan bersedia menjadi subjek
penelitian. Penentuan jumlah sampel minimal mengacu pada rumus estimasi
proporsi dengan desain cross sectional pada dua populasi dalam Budijanto
(2013).
n = z21-α/2 [P1 (1- P1) + P2 (1-P2)] /d
2
= (1.96)2 [0.6 (1-0.6) + 0.4 (1-0.4)]/(0.15)2
= (1.96)2 (0.24 + 0.16)/(0.15)2
= 69
Keterangan:
n = jumlah contoh minimal
P1 = perkiraan proporsi mahasiswa PPKU berjenis kelamin perempuan
P2 = perkiraan proporsi mahasiswa PPKU berjenis kelamin laki-laki
z = nilai pada distribusi normal (pada α=0.05, z1-α/2 =1.96)
d = kesalahan maksimal yang dapat diterima.
Total mahasiswa PPKU penelitian ini berjumlah 81 orang dengan
menggunakan two stages non random sampling. Mahasiswa PPKU dalam
penelitian ini dibagi berdasarkan jenis kelamin. Proporsi dari kedua kelompok
tersebut ditentukan berdasarkan jumlah asrama masing-masing kelompok.
Asrama TPB IPB mempunyai 5 asrama putri dan 4 asrama putra, sehingga
didapat 45 subjek mahasiswa PPKU berjenis kelamin perempuan dan 36
subjek mahasiswa PPKU berjenis kelamin laki-laki. Subjek didapat
menggunakan sampling tak acak (kuota) dengan cara menghampiri calon
subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi di lobi-lobi asrama. Jumlah
Penggunaan sampling secara tak acak dikarenakan ketersediaan informasi
mahasiswa PPKU. Data yang ada hanya berupa nama dan Nomor Induk
Mahasiswa (NIM).
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer. Data primer diperoleh
dengan melakukan wawancara langsung dan pengisian kuisioner. Adapun
rincian variabel, data, jenis data, dan cara pengambilan data yang diteliti
ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1 Cara pengumpulan data
No Variabel Indikator Metode
1 Karakteristik
mahasiswa PPKU
Jenis kelamin
Uang saku
Suku
Pengisian
kuisioner
2 Karakteristik keluarga Besar keluarga Pengisian
kuesioner Pendidikan orang tua
Pekerjaan orang tua
3 Pengetahuan
Keamanan Pangan
Dampak kekurangan
konsumsi zat gizi
Penyimpanan dan
distribusi makanan
Bahan tambahan pangan
Mikroorganisme
Dasar keamanan pangan
Pengisian
kuisioner
4 Sikap Keamanan
Pangan
Dasar keamanan pangan Pengisian
kuisioner Kontaminan
Bahan tambahan pangan
Pengolahan dan
pengemasan
Label pangan
5 Praktik Keamanan
Pangan
Dasar keamanan pangan
Label pangan
Kontaminan
Bahan tambahan pangan
Pengemasan makanan
Pengisian
kuisioner
6 Penilaian konsumen
terhadap kebersihan
fisik kantin IPB
Kebersihan lingkungan
Peralatan makan
Penyaji
Pengisian
kuesioner
7 Kebiasaan jajan di
Kantin IPB
Frekuensi jajan
Jenis jajanan
Waktu makan
Pengisian
kuesioner
8 Kebiasaan makan Makanan selama di
asrama
FFQ
9 Kontribusi Zat Gizi
Makanan Kantin IPB
terhadap total asupan
mahasiswa PPKU
Proporsi energi, protein,
lemak dan karbohidrat
Recall 1x24 jam
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis. Pengolahan data
terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu pemeriksaan kuesioner (editing),
pemberian kode (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang
7
(cleaning), dan analisis data. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program komputer Microsoft Excel 2016 dan analisis data
menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) for windows
versi 16.0. Berikut ini merupakan pengelompokkan dari beberapa variabel
penelitian.
Tabel 2 Pengelompokkan variabel penelitian
No Variabel Kelompok Sumber pustaka
1 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
Maya 2015
2 Uang saku <1 000 000/bulan
≥1 000 000/bulan
Sebaran data
3 Suku Jawa
Luar Jawa
4 Besar keluarga Kecil (≤ 4 orang)
Sedang (5-7 orang)
Besar (≥ 8 orang)
BKKBN 1998
5 Pendidikan orangtua Tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
Perguruan tinggi
Maya 2015
6 Pekerjaan orangtua PNS
Wiraswasta
Karyawan swasta
Buruh
Lain-lain
7 Pengetahuan
Keamanan Pangan
Kurang (<60%)
Cukup (60%-80%)
Baik (>80%)
Khomsan dalam
Totelesi 2011
8 Sikap Keamanan
Pangan
Kurang (<60%)
Cukup (60%-80%)
Baik (>80%)
Totelesi 2011
9 Praktik Keamanan
Pangan
Kurang (<60%)
Cukup (60%-80%)
Baik (>80%)
Totelesi 2011
10 Penilaian konsumen Kurang (<60%)
Cukup (60%-80%)
Baik (>80%)
Utami 2015
11 Kebiasaan jajan Frekuensi jajan
Jenis jajanan
Waktu jajan
Yuliastuti 2012
Penyajian data dilakukan melalui tabel dan dibedakan berdasarkan jenis
kelamin. Data pengetahuan keamanan pangan didapat dari pertanyaan-
pertanyaan keamanan pangan berbentuk pilihan ganda yang telah divalidasi
sebelumnya. Jika benar mendapat nilai 1 dan jika salah 0. Data sikap diukur
dengan form sikap terkait keamanan pangan yang juga telah divalidasi
8
sebelumnya. Untuk pernyataan yang bernilai positif, jika sangat setuju
mendapat poin 3, setuju mendapat poin 2, tidak setuju mendapat poin 1 dan
sangat tidak setuju mendapat poin 0. Untuk pertanyaan yang bernilai negatif
dilakukan konversi nilai yang berkebalikan dengan pernyataan positif. Data
praktik keamanan pangan diukur dengan form praktik keamanan pangan yang
sesuai dengan keadaan mahasiswa PPKU dan telah disetujui sebelumnya.
Untuk pernyataan yang bernilai positif, jika selalu mendapat poin 2, kadang-
kadang mendapat poin 1, dan tidak pernah mendapat poin 0. Untuk
pertanyaan yang bernilai negatif dilakukan konversi nilai yang berkebalikan
dengan pernyataan positif. Data penilaian konsumen diukur dengan form
penilaian konsumen yang sesuai dengan keadaan mahasiswa PPKU dan telah
disetujui sebelumnya. Jika mahasiswa PPKU menjawab baik mendapat poin
3, cukup mendapat poin 2, dan kurang mendapat poin 1.
Data perilaku jajan meliputi frekuensi jajan, jenis jajanan dan waktu
jajan khususnya di kantin IPB. Data dikumpulkan dengan cara pertanyaan
menjurus pada kuesioner. Data kebiasaan makan mahasiswa PPKU didapat
dengan menggunakan Food Frequency Questionnare. Data kontribusi zat gizi
makro makanan kantin terhadap total asupan ditentukan dengan
menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan metode yang
digunakan untuk mengetahui jenis dan jumlah bahan pangan yang
dikonsumsi. Metode ini menggunakan kuesioner recall 1x24 jam dan
selanjutnya dikonversi sehingga diketahui asupan energi dan zat gizi dengan
menggunakan Daftar Konversi Bahan Makanan (DKBM) 2007. Konversi
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
KGij = [(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)]
Keterangan:
KGij = Kandungan zat gizi-i dalam bahan makanan-i
Bij = Berat makanan-j yang dikonsumsi (gram)
Gij = Kandungan zat gizi-i dalam 100 gram BDD bahan makanan-j
BDDj= Bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif pada penelitian ini
dilakukan pada variabel karakteristik mahasiswa PPKU, pengetahuan
keamanan pangan, sikap keamanan pangan, praktik keamanan pangan,
perilaku jajan, kebiasaan makan dan kontribusi zat gizi makro makanan
kantin IPB terhadap total asupan mahasiswa PPKU. Analisis inferensia yang
digunakan adalah Mann-Whitney, Independent t-test, dan spearman. Ukuran
data jenis kelamin, suku dan pekerjaan orang tua berbentuk nominal, variabel
besar keluarga dan pendidikan orang tua berbentuk ordinal sedangkan ukuran
data uang saku, pengetahuan keamanan pangan, sikap keamanan pangan,
praktik keamanan pangan, penilaian konsumen terhadap kantin IPB,
kebiasaan makan, dan kontribusi zat gizi makro jajanan kantin terhadap total
asupan adalah rasio untuk analisis inferensia.
Uji Mann-Whitney dilakukan untuk menganalisis hubungan jenis
kelamin dengan beberapa variabel (pengetahuan keamanan pangan, sikap
9
keamanan pangan, praktik keamanan pangan, penilaian konsumen terhadap
kebersihan fisik kantin IPB, dan kebiasaan makan), suku dengan pengetahuan
keamanan pangan, dan pekerjaan orang tua dengan keamanan pangan. Uji
independent t-test dilakukan pada variabel jenis kelamin dan kebiasaan
makan sedangkan uji spearman dilakukan antar variabel uang saku, besar
keluarga, pendidikan orang tua, pengetahuan keamanan pangan, sikap
keamanan pangan dan praktik keamanan pangan.
Definisi Operasional
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal dalam satu atap dan
menjadi tanggungan satu keluarga pada keluarga mahasiswa PPKU
Karakteristik mahasiswa PPKU adalah kondisi mahasiswa PPKU yang
melekat yaitu jenis kelamin, suku, uang saku, besar keluarga,
pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua
Kebiasaan makan adalah perilaku konsumsi pangan individu yang
dilakukan secara berulang-ulang, khususnya selama menjadi mahasiswa
PPKU IPB
Kontribusi zat gizi makanan kantin IPB terhadap total asupan
mahasiswa PPKU adalah persentase zat gizi makro (energi, protein,
lemak dan karbohidrat) dari makanan yang dibeli mahasiswa PPKU di
kantin-kantin IPB terhadap keseluruhan zat gizi makro yang dikonsumsi
mahasiswa PPKU per hari pada waktu weekday
Pengetahuan keamanan pangan adalah wawasan mahasiswa PPKU
mengenai keamanan pangan yang diukur pada akhir tahun ajaran
dengan 10 pertanyaan yang telah tervalidasi dan dikategorikan menjadi
kurang, cukup dan baik
Penilaian konsumen terhadap kebersihan fisik kantin IPB adalah bentuk
persepsi mahasiswa PPKU terhadap keadaan kantin-kantin IPB
khususnya kantin yang paling sering dikunjungi yang diukur pada akhir
tahun ajaran dengan 15 pernyataan yang telah tervalidasi dan
dikategorikan menjadi kurang, cukup dan baik
Perilaku jajan di kantin IPB adalah kebiasaan makan mahasiswa PPKU
yang makanannya dibeli di kantin IPB meliputi jenis jajanan dan
jumlahnya per hari, waktu jajan (pagi, siang dan sore) dan alasan
membeli jajanan di kantin IPB pada waktu weekday
Praktik keamanan pangan adalah kebiasaan mahasiswa PPKU dalam
pemilihan dan pengelolaan pangan terkait dengan isu keamanan pangan
selama menjadi mahasiswa PPKU IPB yang diukur pada akhir tahun
ajaran dengan 10 pernyataan yang telah tervalidasi dan dikategorikan
menjadi kurang, cukup dan baik
Sikap keamanan pangan adalah pola pemikiran mahasiswa PPKU
mengenai keamanan pangan yang diukur pada akhir tahun ajaran
dengan 10 pernyataan yang telah tervalidasi dan dikategorikan menjadi
kurang, cukup dan baik
Uang saku adalah banyaknya penerimaan dari orang yang bertanggung jawab
tiap bulan yang dinyatakan dalam uang (rupiah).
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Asrama TPB IPB merupakan salah satu unit pendukung kegiatan
belajar mengajar yang dikhususkan untuk mahasiswa IPB tahun pertama.
Asrama ini terbagi menjadi dua berdasarkan jenis kelamin, yaitu asrama putri
dan asrama putra. Asrama putri terdiri dari lima gedung yang berada dalam
satu kawasan, yaitu A1, A2, A3, A4 dan A5. Asrama putra terdiri dari empat
gedung yaitu C1, C2, C3 dan C4 yang berada terpisah (Asrama Sylvalestari).
Setiap gedung asrama berkapasitas sekitar 500 orang dan dibagi atas lorong-
lorong. Setiap lorong dikelola dan diawasi oleh seorang Senior Residence dan
terdapat struktur kepengurusan baik di lorong maupun di gedung. Setiap
lorong terdiri dari 10-12 kamar dan setiap kamar biasanya diisi oleh empat
orang mahasiswa. Kamar tidur asrama memiliki luas sekitar 16m2 yang
dilengkapi tempat tidur, lemari, meja belajar dan peralatan lain untuk setiap
mahasiswa. Toilet berada terpisah dari kamar dan ada di setiap lorong.
Asrama putra dan putri juga dilengkapi dengan kantin, koperasi, minimarket
dan tempat fotocopy.
Karakteristik Mahasiswa PPKU
Mahasiswa PPKU berjenis kelamin laki-laki berjumlah 36 orang
sedangkan mahasiswa PPKU perempuan berjumlah 45 orang. Pembagian
proporsi mahasiswa PPKU dilakukan berdasarkan jumlah asrama yaitu empat
asrama putra daan lima asrama putri. Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan
karakteristik individunya disajikan pada tabel 3.
Tabel 3 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan karakteristik individu
Karakteristik Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
Suku
- Jawa 20 55.6 28 62.2 48 59.3
- Luar Jawa 16 44.4 17 37.8 33 40.7
Uang saku (Rp 000)
- <1 000 18 50.0 20 44.4 38 46.9
- ≥1 000 18 50.0 25 55.6 43 53.1
Med (min, max) (Rp 000) 950 (300, 1600) 1000 (450, 2000) 1000 (300, 2000)
Rataan ± SD (Rp 000) 881 ± 280 1002 ± 372 948 ± 338
Besar keluarga
- Kecil (≤4 orang) 17 47.2 22 48.9 39 48.2
- Sedang (5-7 orang) 18 50.0 21 46.7 39 48.1
- Besar (≥8 orang) 1 2.8 2 4.4 3 3.7
Jenis kelamin merupakan suatu kodrat yang diberikan oleh tuhan.
Berdasarkan jenis kelamin, manusia dibedakan menjadi laki-laki dan
perempuan. Robbins dalam Nasution (2011) menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan
11
memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi,
sosiabilitas atau kemampuan belajar. Namun studi-studi psikologi telah
menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang dan pria
lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya daripada wanita dalam
memiliki pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan
bahwa wanita mempunyai tingkat kemangkiran yang lebih tinggi dari pada
pria. Perbedaan jenis kelamin juga dapat menentukan pilihan konsumsi
pangan (Wardhani 2015).
Jenis kelamin pada penelitian ini digunakan sebagai pembanding
dasar dari keseluruhan variabel penelitian. Proporsi mahasiswa PPKU
perempuan lebih besar (55.6%) dibandingkan mahasiswa PPKU laki-laki
(44.4%) dikarenakan jumlah asrama dan jumlah mahasiswa perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki.
Etnis atau suku bangsa adalah tiap kebudayaan yang hidup dalam
suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai kota,
sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, bisa
menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat oleh orang luar yang
bukan warga masyarakat bersangkutan. Pola kebudayaan memengaruhi orang
dalam memilih makanan. Suku melalui sistem sosial budaya mempunyai
pengaruh terhadap apa, kapan dan bagaimana makanan dikonsumsi oleh
keluarga. Kebiasaan makan keluarga dipengaruhi pula oleh aturan atau
tatanan yang didasarkan kepada adat istiadat dan agama (Suhardjo dalam
Dewanti 2015). Suku juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Sari 2015). Lebih dari separuh
mahasiswa PPKU (59.3%) pada penelitian ini bersuku Jawa. Hal ini sesuai
dengan penelitian Dewanti (2015) yang menyatakan bahwa sebagian besar
mahasiswa TPB berasal dari Jawa.
Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga
yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu (Napitu dalam
Hanrizon 2016). Namun, uang saku dapat berasal dari orangtua, beasiswa
ataupun sumber lain (Fani dalam Dewanti 2015). Uang saku merupakan
pendapatan sementara dari subjek yang merupakan salah satu faktor internal
konsumsi suatu bahan pangan (Hardinsyah dan Briawan dalam Wardhani
2015). Semakin meningkatnya uang saku maka kebiasaan konsumsi
pangannya akan bergeser ke arah pangan dengan harga kalori yang lebih
mahal seperti fast food (Herta dan Briawan dalam Wardhani 2015). Uang
saku sendiri juga merupakan salah satu indikator sosial ekonomi keluarga
(Andarwulan et al. dalam Hanrizon 2016).
Sekitar separuh mahasiswa PPKU (53.1%) mendapat uang saku lebih
dari satu juta per bulan dengan rata-rata uang saku sebesar Rp 948 148. Hal
ini didukung oleh Andrianus (2015) yang menyatakan bahwa rata-rata
mahasiswa TPB IPB memeroleh uang saku kurang dari satu juta rupiah per
bulan. Berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara uang saku pada kedua kelompok mahasiswa PPKU (p > 0.05).
Mahasiswa PPKU perempuan cenderung mempunyai uang saku yang lebih
besar dari mahasiswa PPKU laki-laki.
Besar keluarga dapat didefinisikan sebagai banyaknya jumlah orang
yang tinggal dalam suatu tempat yang sama dan menjadi tanggungan satu
12
keluarga. Besar keluarga memengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan
pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga (Sari 2015). Besar
keluarga pada penelitian ini digolongkan ke dalam tiga kategori sesuai dengan
BKKBN (1998), yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5 – 7
orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang). Rata-rata keluarga pada kedua
mahasiswa PPKU tergolong keluarga kecil dan sedang, baik pada mahasiswa
PPKU laki-laki maupun perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian
Andrianus (2015) yang menyatakan bahwa sebagian besar keluarga
mahasiswa masuk dalam kategori keluarga sedang sedangkan Nugraheni
(2015) menyatakan sebagian besar mahasiswa mempunyai keluarga kecil.
Yilmaz et al. (2015) juga menyatakan bahwa sebagian besar sampel memiliki
keluarga berkisar 3-5 orang.
Karakteristik orang tua merupakan ciri khas yang melekat pada orang
tua mahasiswa PPKU yang dalam penelitian ini hanya meliputi pendidikan
orang tua dan pekerjaan orang tua. Orang tua tentu memegang peranan yang
penting terhadap anak karena keluarga merupakan tempat belajar utama bagi
anak. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan
formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang. Berikut tabel yang menyajikan data terkait karakteristik orang tua
yang diteliti.
Tabel 4 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan karakteristik orang tua
Pendidikan dan Pekerjaan Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
Pendidikan ayah
- Tidak tamat SD 1 2.8 3 6.7 4 4.9
- SD 3 8.3 4 8.9 7 8.6
- SMP 3 8.3 3 6.7 6 7.4
- SMA 14 38.9 18 40.0 32 39.5
- Perguruan Tinggi 15 41.7 17 37.8 32 39.5
Pendidikan Ibu
- Tidak tamat SD 1 2.8 5 11.1 6 7.4
- SD 5 13.9 2 4.4 7 8.6
- SMP 6 16.7 3 6.7 9 11.1
- SMA 11 30.5 15 33.3 26 32.1
- Perguruan Tinggi 13 36.1 20 44.4 33 40.7
Pekerjaan ayah
- PNS 6 16.7 10 22.2 16 19.7
- Karyawan Swasta 12 33.3 7 15.6 19 23.5
- Wiraswasta 9 25.0 10 22.2 19 23.5
- Buruh 1 2.8 4 8.9 5 6.2
- Tidak bekerja 2 5.5 3 6.7 5 6.2
- Lainnya 6 16.7 11 24.4 17 21.0
Pekerjaan ibu
- PNS 5 13.9 13 28.9 18 22.2
- Karyawan Swasta 1 2.8 2 4.4 3 3.7
- Wiraswasta 2 5.5 2 4.4 4 4.9
- Buruh 1 2.8 4 8.9 5 6.2
- Tidak bekerja 24 66.7 17 37.8 41 50.6
- Lainnya 3 8.3 7 15.6 10 12.3
13
Pendidikan merupakan tingkatan pencapaian pengetahuan yang dapat
memengaruhi pola pikir seseorang. Pendidikan menjadi salah satu faktor
penentu kualitas suatu keluarga. Pola konsumsi pangan dan status gizi anak
dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua (Madanijah dalam
Wardhani 2015). Rendahnya pendidikan dapat berdampak pada rendahnya
akses terhadap informasi kesehatan yang diduga berpengaruh terhadap pola
makan dan gaya hidup seseorang (Aekplakorn dalam Wardhani 2015).
Pendidikan juga berpengaruh besar terhadap perubahan sikap dan perilaku
seseorang (Sari 2015). Tingkat pendidikan khususnya ibu, memengaruhi
derajat kesehatan keluarga karena ibu yang memiliki pendidikan tinggi
cenderung mempunyai pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak
yang baik (Madanijah dalam Sari 2015). Pendidikan ayah menjadi salah satu
faktor penting karena ayah merupakan seorang pengambil keputusan keluarga
sedangkan pendidikan ibu penting dalam pembelian dan persiapan makanan
(Yilmaz et al. 2015).
Tingkat pendidikan orang tua merupakan jenjang pendidikan terakhir
yang ditempuh oleh orang tua contoh. Sebagian besar pendidikan ayah
(79.0%) mempunyai pendidikan lebih dari sembilan tahun, sedangkan
sebagian besar ibu (72.8%) mempunyai pendidikan yang juga lebih dari
sembilan tahun. Namun masih terdapat orang tua yang tidak mengenyam
pendidikan yang cukup (ayah 4.9% dan ibu 7.4%).
Pekerjaan orang tua merupakan jenis mata pencaharian yang orang tua
geluti dan memiliki hubungan dengan tingkat pendidikan orang tua.
Pekerjaan menjadi salah satu penentu kualitas keluarga. Gaya pengasuhan
akan berbeda antara orang tua yang bekerja dengan tidak bekerja dan jenis
pekerjaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriana et al. dalam Fadila
(2016) menyebutkan bahwa pekerjaan orang tua merupakan salah satu
karakteristik sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat pendidikan
orang tua. Jenis pekerjaan seseorang berhubungan dengan tingkat pendapatan
yang juga menentukan kuantitas konsumsi makanan (Wardhani 2015).
Hampir keseluruhan ayah mahasiswa PPKU mempunyai pekerjaan (93.8%).
Sebagian besar ibu pada kedua kelompok mahasiswa PPKU tidak bekerja,
dengan persentase lebih dari lima puluh persen dari total mahasiswa PPKU
keseluruhan. Hal ini sesuai dengan penelitian Saufika et al. (2012) yang
menyatakan bahwa sebagian besar ibu mahasiswa PPKU bekerja sebagai ibu
rumah tangga.
Pengetahuan Keamanan Pangan
Pengetahuan merupakan suatu sistem kompleks yang dibentuk dari
pengalaman pribadi individu termasuk dengan aspek sosial, fisik, dan
lingkungan sekitarnya (Worsley 2002). Menurut Notoatmodjo yang diacu
Sari (2015), pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dimana sebagian
besar dari pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui indera mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior).
14
Individu yang mempunyai pengetahuan gizi baik akan mempunyai
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizi dalam pemilihan
pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi bisa lebih
terjamin (Khomsan dalam Astuti 2016). Menurut Khomsan dalam Sari
(2015), seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai
seumber seperti buku-buku pustaka, radio, majalah, surat kabar, dan orang
lain. Pengetahuan mengenai keamanan pangan sangat penting diantara
mahasiswa karena mereka juga merupakan konsumen (Norazmir et al. 2012).
Berikut tabel yang menyajikan data pengetahuan keamanan pangan
mahasiswa PPKU.
Tabel 5 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori pengetahuan
keamanan pangan dan jenis kelamin
Kategori
Pengetahuan
Laki-laki Perempuan Total p
value1) n % n % n %
Kurang 13 36.1 21 46.7 34 42.0
0.992 Cukup 22 61.1 20 44.4 42 51.8
Baik 1 2.8 4 8.9 5 6.2
Med (min, max) 60.0 (30.0, 90.0) 60.0 (20.0, 90.0) 60.0 (20.0, 90.0)
Rataan ± SD 58.6 ± 6.0 59.3 ± 6.0 59.0 ± 6.0 1)uji Mann-Whitney
Pengetahuan keamanan pangan pada penelitian ini terdiri dari 10
pertanyaan yang termasuk dalam aspek keamanan pangan dan sudah diuji
validitasnya. Lebih dari separuh mahasiswa PPKU (51.8%) mempunyai
pengetahuan keamanan pangan dalam kategori cukup. Namun skor rata-rata
mahasiswa PPKU pada kedua kelompok berada pada kategori mempunyai
pengetahuan yang kurang, yaitu sebesar 59.0. Pada penelitian Byrd-
Bredbenner et al. (2007), subjek menjawab dengan benar 60% pertanyaan
pada pengukuran pengetahuan. Suatu penelitian dari Giritlioglu (2011)
menunjukkan bahwa walaupun siswa program memasak memerhatikan isu
keamanan pangan dan higiene makanan sebagai sesuatu yang penting, mereka
tetap tidak mempunyai pengetahuan yang baik pada bagian tersebut. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, Martins et al. (2014) menyatakan bahwa
edukasi dan pelatihan lebih dari 12 bulan dapat berkorelasi positif pada
pengetahuan yang lebih tinggi. Pengetahuan keamanan pangan pada
mahasiswa seharusnya dikembangkan pada tahap awal usia karena mereka
merupakan pengolah makanan di masa depan (Norazmir et al. 2012). Namun
beberapa dokumen penelitian menyatakan bahwa jika hanya melakukan
pendidikan, hal tersebut tidak akan merubah perilaku, dan untuk merubah
perilaku yang lebih rumit, dibutuhkan pendekatan yang beraneka ragam
(Patah et al. 2009).
Berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara skor pengetahuan keamanan pangan pada kedua kelompok (p > 0.05).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Kresting et al. (2008) yang
menyatakan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil
pengetahuan gizi. Norazmir et al. (2012) juga tidak menemukan perbedaan
yang signifikan antara pengetahuan keamanan pangan pada siswa laki-laki
dan perempuan dalam penelitiannya pada SMA di Malaysia. Robbins dalam
15
Nasution (2011) menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang konsisten
antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan masalah,
keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau
kemampuan belajar. Namun, skor pengetahuan keamanan pangan mahasiswa
PPKU perempuan cenderung lebih tinggi dibanding mahasiswa PPKU laki-
laki. Byrd-Bredbenner et al. (2007) juga mendapatkan bahwa skor
pengetahuan perempuan secara signifikan lebih tinggi dari laki-laki.
Pengetahuan bukan merupakan penilaian pada satu sisi saja, tetapi
terstruktur. Kita dapat mengukur pengetahuan seseorang pada topik gizi yang
bermacam-macam dan mendapati hasil bahwa mereka mengetahui tentang
beberapa topik tapi tidak tahu pada topik lainnya (Worsley 2002). Pertanyaan
yang paling banyak dijawab benar oleh mahasiswa PPKU ialah mengenai
perlakuan distribusi yang sebaiknya ditutup. Hampir semua mahasiswa
PPKU (97.5%) menjawab dengan benar. Hal ini dikarenakan hal tersebut
merupakan pengetahuan umum dasar mengenai keamanan pangan.
Pertanyaan yang paling sulit dijawab oleh mahasiswa PPKU yaitu mengenai
dampak mikroorganisme. Hal ini diduga karena banyak mahasiswa PPKU
yang belum terpapar materi mengenai mikroorganisme. Hasil tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Aygen (2012) yang menjelaskan
bahwa subjek mempunyai pengetahuan yang rendah terhadap bakteri atau
virus yang menyebabkan penyakit terkait makanan, namun mengetahui
bakteri yang umum seperti E.coli.
Sikap Keamanan Pangan
Menurut Haniek (2011), sikap adalah tanggapan atau reaksi
mahasiswa PPKU berdasarkan pendirian, pendapatan, dan keyakinan
individu tersebut. Menurut Anwar dalam Wawan dan Dewi (2010),
pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman
pribadi, orang yang dianggap penting, emosi dalam diri seseorang,
kebudayaan, media massa, serta lembaga pendidikan dan agama.
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap dapat dinilai baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini menggunakan penilaian tidak
langsung dengan kuesioner berisi pernyataan yang kemudian ditanggapi oleh
mahasiswa PPKU. Berikut adalah tabel yang menyajikan data sikap
keamanan pangan mahasiswa PPKU.
Tabel 6 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori sikap keamanan
pangan dan jenis kelamin
Kategori Sikap Laki-laki Perempuan Total p
value1) n % n % n %
Kurang 0 0 0 0 0 0
0.748 Cukup 20 55.6 22 48.9 42 51.8
Baik 16 44.4 23 51.1 39 48.2
Med (min, max) 80.0 (60.0, 93.3) 83.3 (60.0, 93.3) 80.0 (60.0, 93.3)
Rataan ± SD 79.5 ± 9.4 80.7 ± 7.5 80.2 ± 8.4 1)uji Mann-Whitney
16
Sikap keamanan pangan pada penelitian ini terdiri dari 10 pertanyaan
yang termasuk dalam aspek keamanan pangan yang sudah diuji validitasnya.
Sekitar separuh mahasiswa PPKU (51.8%) mempunyai sikap keamanan
pangan dalam kategori cukup, dengan kecenderungan mengarah ke sikap
yang baik (48.2%). Skor rata-rata mahasiswa PPKU (80.2) pada kedua
kelompok berada pada kategori mempunyai sikap yang baik serta tidak
terdapat mahasiswa PPKU yang mempunyai sikap keamanan pangan yang
kurang. Umumnya, subjek mempunyai sikap keamanan pangan yang positif.
Pada beberapa penelitian terkini, mahasiswa menunjukkan perilaku dan
kesadaran yang positif pada beberapa bagian keamanan pangan (Turnbull-
Fortune dan Badrie 2014). Sikap keamanan pangan ini menunjukkan bahwa
mahasiswa PPKU siap untuk mempelajari aspek keamanan pangan dan
mengaplikasikan pengetahuannya (Byrd-Bredbenner et al. 2007).
Skor sikap keamanan pangan pada mahasiswa PPKU perempuan
cenderung lebih tinggi dibanding mahasiswa PPKU laki-laki. Byrd-
Bredbenner et al. (2007) juga menyatakan bahwa wanita mempunyai skor
sikap yang lebih baik dibanding laki-laki. Robbins dalam Nasution (2011)
menjabarkan studi-studi psikologi telah menemukan bahwa wanita lebih
bersedia untuk mematuhi wewenang. Namun berdasarkan hasil analisis, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara skor sikap keamanan pangan pada
kedua kelompok (p > 0.05).
Pernyataan yang paling banyak disetujui oleh mahasiswa PPKU ialah
mengenai cuci tangan, cara penyebaran mikroorganisme, dan label pangan.
Semua mahasiswa PPKU menyetujui pernyataan tersebut. Hal ini diduga
karena ketiga hal tersebut dianggap penting dan mendasar bagi keamanan
pangan dan kesehatan. Pertanyaan yang paling banyak tidak disetujui oleh
mahasiswa PPKU yaitu mengenai dampak margarin yang dipanaskan. Hal ini
terkait kembali pada pengetahuan mahasiswa PPKU yang kurang.
Praktik Keamanan Pangan
Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon
(Notoatmodjo 2012). Cara menilai praktik dapat dilakukan melalui check list
dan kuesioner. Check list berisi daftar variabel yang akan dikumpulkan
datanya. Peneliti dapat memberikan tanda ya atau tidak sesuai dengan
tindakan yang dilakukan sesuai dengan prosedur. Selain menggunakan check
list, penilaian praktik juga dapat dilakukan dengan kuesioner. Kuesioner
berisi beberapa pertanyaan mengenai praktik yang terkait dan subjek
diberikan pilihan “ya” atau “tidak” untuk menjawabnya (Arikunto 2010).
Pada penelitian ini digunakan kuesioner dengan kategori jawaban “selalu”,
“kadang-kadang” dan “tidak pernah”.
Praktik keamanan pangan pada penelitian ini terdiri dari 10
pertanyaan yang termasuk dalam aspek keamanan pangan dan sudah diuji
validitasnya. Hampir dua per tiga mahasiswa PPKU (65.4%) mempunyai
praktik keamanan pangan dalam kategori cukup. Skor rata-rata mahasiswa
PPKU pada kedua kelompok (62.6) berada pada kategori mempunyai praktik
yang cukup dilihat dari mayoritas skor mahasiswa PPKU dan nilai rata-rata
17
praktik keamanan pangan. Byrd-Bredbenner et al. (2007) dalam
penelitiannya dengan subjek dewasa muda menyatakan bahwa skor praktik
subjek biasanya kurang, dengan rata-rata kurang dari 50%. Sedikitnya
mahasiswa PPKU yang mempunyai praktik keamanan pangan yang baik
diduga karena keadaan lingkungan di sekitar kampus yang tidak mendukung
hal tersebut. Damayanthi et al. (2008) menemukan bahwa ada beberapa aspek
pada kantin TPB IPB yang tidak aman dilihat dari segi mikrobiologinya.
Tabel 7 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori praktik keamanan
pangan dan jenis kelamin
Kategori Praktik Laki-laki Perempuan Total p
value1) n % n % n %
Kurang 11 30.6 13 28.9 24 29.6
0.700 Cukup 22 61.1 31 68.9 53 65.4
Baik 3 8.3 1 2.2 4 5.0
Med (min, max) 60.0 (40.0, 85.0) 65.0 (45.0, 85.0) 60.0 (40.0, 85.0)
Rataan ± SD 62.3 ± 10.1 62.9 ± 8.5 62.6 ± 9.6 1)uji Mann-Whitney
Berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara skor pengetahuan keamanan pangan pada kedua kelompok (p > 0.05).
Norazmir et al. (2012) tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara
praktik keamanan pangan pada siswa laki-laki dan perempuan. Kebiasaan
mencuci tangan tidak selalu dilakukan oleh mahasiswa, yang terlihat dari data
bahwa tidak sampai lima puluh persen mahasiswa PPKU selalu mencuci
tangan sebelum memegang makanan. Namun berdasarkan peneltian
Noviarini (2015), 68.8% mahasiswa selalu mencuci tangan dengan sabun.
Perempuan mempunyai praktik dalam penyiapan pangan yang lebih baik dari
laki-laki (Sanlier dalam Norazmir et al. 2012). Hanya terdapat sedikit
perbedaan persentase pada kedua kelompok siswa mengenai praktik mencuci
tangan sebelum makan di kantin sekolah atau restoran (Norazmir et al. 2012).
Pernyataan yang paling sering dilakukan oleh mahasiswa PPKU ialah
mengenai pengecekan tanggal kadaluarsa pada kemasan pangan sebelum
membelinya. Hal ini diduga karena hal tersebut paling mudah dilakukan pada
kondisi lingkungan mahasiswa PPKU. Data dari tinjauan sistematik
menunjukkan bahwa prevalensi dari penggunaan label pangan oleh konsumen
yang dilaporkan secara mandiri umumnya tinggi (Cooke dan Papadaki 2014).
Pernyataan yang paling jarang dilakukan oleh mahasiswa PPKU yaitu
mengenai penggunaan masker dan sarung tangan saat mengolah makanan.
Hal ini disebabkan oleh penggunaan kedua alat pelindung dasar tersebut
dianggap tidak terlalu penting saat mengolah makanan apabila mahasiswa
PPKU sudah mencuci tangan terlebih dahulu.
Penilaian Konsumen terhadap Kebersihan Fisik Kantin IPB
Penilaian bisa diartikan dalam bentuk persepsi konsumen terhadap
keadaan. Persepsi merupakan proses dimana seseorang menjadi sadar akan
banyaknya stimulus yang memengaruhi inderanya. Singkatnya, persepsi
18
merupakan cara pemberian makna (Lubis et al. 2013). Penelitian yang
dilakukan oleh Wulansari et al. (2013) tentang penyelenggaraan makanan dan
tingkat kepuasan konsumen di Kantin Zea Mays Institut Pertanian Bogor
menyatakan bahwa atribut yang dirasakan paling penting adalah keamanan
dan kebersihan produk sedangkan atribut tingkat kinerja yang paling tinggi
skornya adalah kebersihan tempat makan. Berikut merupakan tabel mengenai
penilaian konsumen terhadap kantin IPB.
Tabel 8 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan penilaiannya terhadap kantin
IPB
Kategori
Penilaian
Laki-laki Perempuan Total p
value1) n % n % n %
Kurang 24 66.7 26 55.6 50 60.5
0.281 Cukup 12 33.3 17 40.0 29 37.0
Baik 0 0 2 4.4 2 2.5
Med (min, max) 54.4 (40.0, 75.6) 55.6 (37.8, 100.0) 55.6 (37.8, 100.0)
Rataan ± SD 55.1 ± 8.6 58.5 ± 11.6 57.0 ± 10.5 1)uji Mann-Whitney
Penilaian konsumen pada penelitian ini terdiri dari 15 pertanyaan yang
termasuk dalam aspek kebersihaan lingkungan, peralatan makan dan penyaji
serta sudah diuji validitasnya. Hampir dua per tiga mahasiswa PPKU (60.5%)
menilai kebersihan di kantin IPB cenderung kurang, dilihat dari mayoritas
skor mahasiswa PPKU dan nilai rata-rata penilaian konsumen. Sebagian besar
mahasiswa PPKU menilai kantin di asrama masing-masing, yaitu Tenda
Ungu (putri) dan Red Corner (putra). Dua mahasiswa PPKU yang
memberikan penilaian baik terhadap kantin biasa membeli makanan di kantin
Zea Mays dan Tanoto. Berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara penilaian mahasiswa PPKU terhadap kantin IPB pada
kedua kelompok (p > 0.05).
Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolak ukur kualitas
hidup seseorang dimana seseorang yang mementingkan kebersihan
lingkungan dipandang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang
belum mementingkannya (Wibowo dalam Utami 2015). Dalam suatu tempat
makan, kebersihan peralatan makan sangat penting karena dapat
menimbulkan penilaian negatif atau positif dari kebersihan tempat tersebut.
Kepuasan pelanggan merupakan suatu yang independen dan dipengaruhi oleh
kualitas layanan sehingga pelayanan harus dimaksimalkan (Utami 2015).
Aspek yang dinilai paling baik dari kebersihan kantin IPB ialah
penggunaan sedotan yang baru dan bersih. Hal ini diduga karena konsumen
selalu melihat sedotan tersebut terbungkus kemasan rapi dan tentunya karena
konsumen tidak akan membeli minuman yang menggunakan sedotan bekas.
Aspek kebersihan yang dinilai paling kurang yaitu lap kain wastafel yang
bersih dan kering. Hal ini diduga karena hanya beberapa kantin saja di IPB
yang menyediakan lap kain wastafel yang bersih dan kering.
19
Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan merupakan suatu pola perilaku konsumsi pangan
yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan adalah
ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang akan membentuk pola
perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih
makanan akan berbeda satu dengan yang lain (Khomsan 2004). Faktor
ketersediaan pangan memengaruhi kebiasaan makan pada mahasiswa. Selain
itu, terdapat faktor individu, faktor lingkungan sosial, dan faktor lainnya
(Deliens et al. 2014).
Menurut Almatsier (2004), kebiasaan makan suatu masyarakat salah
satunya tergantung dari ketersediaan pangan di daerah tersebut yang pada
umumnya berasal dari usaha tani. Selain faktor ketersediaan pangan faktor
sosial ekonomi dari masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap kebiasaan
makan mereka. Tujuan seseorang untuk mengonsumsi suatu pangan adalah
untuk memenuhi faktor biologis, psikologis, fisiologis serta sosiologis
(Sulistyoningsih 2012). Kebiasaan makan adalah perilaku individu dalam
memilih dan mengonsumsi pangan sebagai reaksi dari faktor sosial demografi
dan faktor psikologis (Ganasegeran et al. 2012). Menurut Nelson et al. (2008)
pemilihan dan konsumsi pangan yang buruk merupakan permasalahan yang
umum terjadi pada mahasiswa di Amerika.
Pola konsumsi mahasiswa PPKU diukur secara kualitatif dengan
menggunakan Food Frequency Questionnare. Metode ini hanya melihat
kebiasaan konsumsi saja tanpa memperhitungkan banyak porsi yang
dikonsumsi. Data konsumsi tiap jenis pangan disajikan pada tabel 9.
Tabel 9 Frekuensi konsumsi kelompok pangan berdasarkan jenis kelamin
Jenis makanan Laki-laki Perempuan Rata-rata
p value (kali/bulan) (kali/bulan) (kali/bulan)
Makanan pokok 108.8 86.1 96.2 0.001*2)
Lauk 113.9 88.0 99.5 0.006*1)
Sayur 66.6 75.0 71.3 0.8981)
Buah 23.7 30.9 27.7 0.3301)
Lainnya 94.0 99.9 97.3 0.8271)
1)uji Mann-Whitney 2)uji Independent t-test
Berdasarkan hasil uji beda, terdapat perbedaan yang nyata antara
kedua kelompok mahasiswa PPKU dalam mengonsumsi makanan pokok dan
lauk, dimana konsumsi kedua jenis makanan tersebut pada mahasiswa PPKU
laki-laki lebih sering dibanding mahasiswa PPKU perempuan.
Makanan pokok merupakan makanan yang paling besar sumbangan
energinya terhadap tubuh dan biasanya merupakan sumber karbohidrat.
Banyak tanaman pangan di Indonesia yang merupakan sumber karbohidrat
seperti beras, jagung, singkong, ubi, talas, garut, sorghum, jewawut, sagu
serta olahannya (Kemenkes 2014). Berikut merupakan tabel mengenai
frekuensi konsumsi makanan pokok mahasiswa PPKU.
20
Tabel 10 Frekuensi konsumsi makanan pokok berdasarkan jenis kelamin
Jenis makanan
pokok
Laki-laki
(kali/bulan)
Perempuan
(kali/bulan)
Rata-rata
(kali/bulan) p value1)
Nasi 70.0 64.7 67.0 0.081
Roti 19.5 8.1 13.2 0.001*
Mie 7.3 5.5 6.3 0.693
Kentang 5.6 3.6 4.5 0.869
Lontong 3.3 1.2 2.2 0.107
Bubur 1.6 2.0 1.8 0.877
Ubi 1.5 0.6 1.0 0.790
Lainnya 0.0 0.4 0.2 0.097
1)uji Mann-Whitney
Pada tabel 10 dapat dilihat kebiasaan konsumsi makanan pokok pada
kedua kelompok mahasiswa PPKU. Kedua kelompok mahasiswa PPKU
sama-sama mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok utama. Hal ini
dikarenakan nasi merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk
Indonesia. Beras adalah makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia untuk pemenuhan energi (Yunita dan Risani dalam
Alfiah 2015). Makanan lainnya yang banyak dikonsumsi adalah roti dan mie.
Roti sering dikonsumsi karena keterbatasan waktu istirahat di sela-sela jam
kuliah sehingga mahasiswa memilih makanan yang mudah dibawa kemana-
mana dan cukup mengenyangkan. Berdasarkan hasil Noviarini (2015), 85.4%
mahasiswa memiliki kebiasaan mengonsumsi roti. Mie diduga dikonsumsi
karena ekonomis dan enak rasanya. Makanan yang berbeda signifikan
konsumsinya pada kedua kelompok mahasiswa PPKU adalah roti. Hal ini
diduga karena laki-laki cenderung memilih sesuatu yang lebih praktis. Secara
keseluruhan, terdapat perbedaan yang signifikan terkait konsumsi makanan
pokok pada kedua kelompok mahasiswa PPKU (p < 0.05). Hal ini
dimungkinkan karena laki-laki dewasa memiliki kebutuhan yang lebih tinggi
dibanding perempuan (Saufika et al. 2012).
Lauk umumnya terbagi atas dua jenis, yaitu lauk hewani dan lauk
nabati. Lauk hewani merupakan sumber protein yang memiliki kandungan
asam amino yang lengkap dan daya cerna yang baik sedangkan lauk nabati
memiliki kandungan lemak lebih rendah dan kandungan serat yang lebih
tinggi (Kemenkes 2014). Jenis lauk yang dikonsumsi mahasiswa PPKU
disajikan pada tabel 11.
Tabel 11 Frekuensi konsumsi lauk hewani berdasarkan jenis kelamin
Jenis lauk
hewani
Laki-laki
(kali/bulan)
Perempuan
(kali/bulan)
Rata-rata
(kali/bulan) p value1)
Telur 25.1 15.0 19.6 0.023*
Ikan 19.0 13.0 15.7 0.095
Ayam 9.7 15.8 13.1 0.356
Rolade 6.1 1.6 3.7 0.011*
Daging 1.7 1.2 1.4 0.598
Lainnya 1.1 0.3 0.7 0.931 1)uji Mann-Whitney
21
Jenis lauk hewani yang paling sering dikonsumsi mahasiswa PPKU
ialah telur. Hal ini dikarenakan jenis lauk tersebut paling ekonomis dan paling
mudah diperoleh di lingkungan mahasiswa PPKU. Jenis lauk nabati yang
paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa PPKU ialah tempe. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrianus (2015) dan Alfiah
(2015) yang mendapatkan hasil bahwa telur merupakan lauk hewani yang
paling sering dikonsumsi dan tempe merupakan lauk nabati yang paling
sering dikonsumsi. Telur dan kacang kedelai merupakan pangan sumber
protein yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Tingginya konsumsi
telur disebabkan oleh harga telur yang cenderung murah dan mudah ditemui
sedangkan tempe sebagai pangan olahan kacang kedelai yang juga murah
menjadi alternatif bagi masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan
protein (Kementan dalam Alfiah 2015). Secara keseluruhan, terdapat
perbedaan yang signifikan terkait konsumsi lauk pada kedua kelompok
mahasiswa PPKU (p < 0.05). Hal ini dimungkinkan karena laki-laki dewasa
memiliki kebutuhan yang lebih tinggi dibanding perempuan (Saufika et al.
2012). Perbedaan yang signifikan terjadi khususnya pada konsumsi telur dan
rolade.
Tabel 12 Frekuensi konsumsi lauk nabati berdasarkan jenis kelamin
Jenis lauk
nabati
Laki-laki
(kali/bulan)
Perempuan
(kali/bulan)
Rata-rata
(kali/bulan) p value1)
Tempe 26.0 23.7 24.7 0.480
Tahu 25.1 19.2 21.8 0.288 1)uji Mann-Whitney
Konsumsi lauk hewani pada mahasiswa PPKU lebih rendah dibanding
lauk nabati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartog (2006) yang
menyebutkan bahwa lauk hewani tergolong makanan mahal sehingga
konsumsinya masih rendah. Konsumsi lauk hewani memang dianjurkan,
namun harus tetap dalam batas kewajaran mengingat prevalensi obesitas yang
tiap tahun semakin meningkat di Indonesia. Kegemukan pada berbagai
kelompok umur hampir meningkat 1% setiap tahunnya (Dewanti 2015).
Konsumsi lauk hewani yang berlebihan selain menyebabkan penimbunan
kolesterol, juga dapat meningkatkan berat badan karena kandungan lemaknya
yang cukup tinggi (Bunjnowski et al. 2011). Kemenkes (2014) menganjurkan
mengonsumsi lauk hewani sebanyak 2 – 4 potong perhari (80 – 160 g) dan
lauk nabati sebanyak 2 – 4 porsi sehari (100 – 200 g).
Sayur dan buah merupakan pangan sumber serat yang dapat mencegah
terjadinya kegemukan karena dapat mengurangi rasa lapar tanpa
menimbulkan kelebihan lemak (Drapeau et al. dalam Dewanti 2015). Sayur
dan buah mengandung vitamin dan mineral yang berfungsi sebagai zat
pengatur sistem tubuh dan dapat juga berfungsi sebagai antioksidan. Selain
itu, buah juga mengandung fruktosa dan glukosa yang merupakan penguraian
karbohidrat. Konsumsi banyak sayur dan cukup buah merupakan salah satu
pesan gizi seimbang. Orang dewasa di Indonesia dianjurkan mengonsumsi
sebanyak 400 – 600 g sayur dan buah per hari (Kemenkes 2014). WHO
menganjurkan konsumsi sayur dan buah yang baik adalah sebanyak 400 gram
22
dengan proporsi 250 g sayur dan 150 g buah. Jenis sayur dan buah yang
dikonsumsi mahasiswa PPKU disajikan pada tabel 13 dan 14.
Tabel 13 Frekuensi konsumsi sayur-sayuran berdasarkan jenis kelamin
Jenis sayur Laki-laki
(kali/bulan)
Perempuan
(kali/bulan)
Rata-rata
(kali/bulan) p value1)
Wortel 9.3 13.1 11.4 0.501
Sawi 8.1 10.7 9.6 0.927
Kol 11.4 7.3 9.1 0.886
Kacang panjang 8.6 6.3 7.3 0.291
Kangkung 6.3 7.4 6.9 0.765
Bayam 5.3 7.1 6.3 0.731
Taoge 7.1 5.6 6.3 0.498
Jamur 3.7 6.3 5.1 0.096
Labu siam 3.6 6.0 4.9 0.925
Lainnya 3.3 5.8 4.7 0.284 1)uji Mann-Whitney
Rata-rata mahasiswa PPKU pada kedua kelompok mengonsumsi
sayur sekitar dua kali per hari. Berdasarkan Permenkes dalam Sari (2015),
konsumsi sayuran pada mahasiswa PPKU belum memenuhi anjuran, yaitu
tidak mencapai 3-4 porsi sehari. Hal ini sejalan dengan penelitian Keller et al.
(2008) yang menyebutkan bahwa hanya sedikit mahasiswa di Jerman yang
memenuhi anjuran makan konsumsi buah dan sayur. Namun penelitian di
Hongkong menunjukkan bahwa hampir setengah dari mahasiswanya
mengonsumsi 3-5 porsi sayur dalam sehari (Lee dalam Ansari et al. 2011).
Konsumsi pada mahasiswa PPKU laki-laki cenderung lebih rendah
daripada mahasiswa PPKU perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian
Othman et al. dalam Wardhani (2015) yang mendapatkan hasil bahwa wanita
cenderung mengonsumsi buah dan sayur lebih tinggi dari laki-laki. Hasil uji
beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p > 0.05)
antara kedua mahasiswa PPKU berdasarkan frekuensi konsumsi sayurnya.
Jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi mahasiswa PPKU adalah wortel,
sementara yang paling jarang dikonsumsi mahasiswa PPKU adalah jamur.
Hasil penelitian Dewanti (2015) menunjukkan bahwa jenis sayuran yang
paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa TPB IPB adalah wortel, baik pada
mahasiswa PPKU dengan IMT normal maupun obes.
Rata-rata mahasiswa PPKU pada kedua kelompok mengonsumsi buah
kurang dari satu kali per hari. Hal ini tidak memenuhi anjuran konsumsi buah
berdasarkan Permenkes 2014 sebesar 2-3 porsi dalam sehari (Sari 2015).
Penelitian yang dilakukan di Inggris dan Amerika Serikat juga menunjukkan
bahwa masih sedikitnya mahasiswa yang memenuhi anjuran dalam
mengonsumsi buah, namun penelitian di Hongkong menunjukkan bahwa
lebih dari sepertiga mahasiswa sudah mengonsumsi buah 2-4 porsi sehari
(Ansari et al. 2011). Tanton et al. (2015) menyatakan bahwa sebagian besar
mahasiswa yang bertempat tinggal dalam kampus menunjukkan konsumsi
buah dan sayur yang rendah. Ansari et al. (2011) menyatakan bahwa
mahasiswa yang tidak tinggal dengan keluarga mengonsumsi lebih sedikit
23
sayur dan buah. Lee dalam Ansari et al. (2012) menemukan bahwa subjek
perempuan mempunyai kebiasaan makan yang lebih baik dibanding laki-laki,
didukung dengan data bahwa konsumsi buah pada subjek perempuan lebih
banyak. Namun, tingkat konsumsinya juga masih dibawah rekomendasi.
Jumlah konsumsi buah pada mahasiswa PPKU masih sangat kurang sehingga
perlu adanya peningkatan konsumsi buah pula (WHO 2015).
Tabel 14 Frekuensi konsumsi buah-buahan berdasarkan jenis kelamin
Jenis buah Laki-laki
(kali/bulan)
Perempuan
(kali/bulan)
Rata-rata
(kali/bulan) p value1)
Pisang 6.3 5.3 5.7 0.077
Pepaya 2.7 8.0 5.6 0.010*
Melon 5.0 4.9 4.9 0.585
Jambu 1.6 4.0 2.9 0.178
Jeruk 2.0 3.4 2.8 0.077
Semangka 2.3 2.4 2.3 0.312
Mangga 1.5 1.5 1.5 0.258
Lainnya 2.4 1.3 1.8 0.779 1)uji Mann-Whitney
Konsumsi pada mahasiswa PPKU laki-laki cenderung lebih rendah
daripada mahasiswa PPKU perempuan. Hasil uji beda menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata (p > 0.05) antara kedua mahasiswa
PPKU berdasarkan frekuensi konsumsi buah secara keseluruhan. Namun
terdapat perbedaan yang nyata mengenai konsumsi buah pepaya pada kedua
kelompok mahasiswa PPKU. Buah yang paling sering dikonsumsi adalah
buah pisang pada mahasiswa PPKU laki-laki dan pepaya pada mahasiswa
PPKU perempuan, sedangkan jenis buah-buahan yang paling jarang
dikonsumsi adalah mangga. Konsumsi beberapa jenis dan jumlah buah sangat
dipengaruhi oleh musim panen dan ketersediaan buah itu sendiri.
Makanan lain merupakan makanan yang tidak termasuk ke dalam
golongan makanan pokok, lauk, sayur dan buah namun memiliki sumbangan
zat gizi yang signifikan. Berikut merupakan tabel mengenai frekuensi
makanan lain.
Tabel 15 Frekuensi konsumsi makanan lainnya berdasarkan jenis kelamin
Jenis makanan
lainnya
Laki-laki
(kali/bulan)
Perempuan
(kali/bulan)
Rata-rata
(kali/bulan) p value1)
Lumpia 17.5 19.4 18.6 0.778
Gorengan 22.1 15.5 18.4 0.035*
Susu 15.1 13.6 14.3 0.636
Risoles 13.3 13.2 13.2 0.950
Donat 11.1 10.6 10.8 0.474
Keripik 5.2 11.6 8.8 0.467
Biskuit 5.1 9.0 7.3 0.046*
Ekstrudat 2.4 2.5 2.4 0.698
Lainnya 2.1 4.5 3.5 0.021 1)uji Mann-Whitney
24
Makanan lain yang paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa PPKU
ialah lumpia sedangkan yang paling jarang dikonsumsi ialah ekstrudat. Hal
ini diduga karena rasa lumpia yang enak dan lebih murah dibanding makanan
danusan lain sedangkan ekstrudat termasuk camilan mahal dan mendapat
persepsi kurang menyehatkan. Kebiasaan makan juga dapat dilihat dengan
menggunakan metode recall 1 x 24 jam. Tabel berikut menjelaskan
persentase frekuensi konsumsi jenis-jenis makanan dari kantin IPB.
Tabel 16 Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi dari kantin IPB
berdasarkan jenis kelamin
Jenis makanan Laki-laki
(kali/bulan)
Perempuan
(kali/bulan)
Rata-rata
(kali/bulan)
Nasi 30.0 22.7 25.9
Orek tempe 6.7 6.0 6.3
Tempe kotak 6.7 4.0 5.2
Nasi kuning 6.7 2.7 4.4
Tempe goreng 3.3 4.7 4.1
Telur dadar 5.0 2.7 3.7
Bakwan 5.0 2.7 3.7
Sop 5.8 2.0 3.7
Telur balado 5.0 2.0 3.3
Tahu goreng 5.0 1.3 3.0
Makanan yang paling sering dikonsumsi di kantin IPB ialah nasi
mengingat nasi merupakan makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat
Indonesia. Menurut Almatsier (2004), nasi merupakan salah satu makanan
yang memberikan sumbangan cukup besar untuk energi. Lauk nabati yang
paling sering dikonsumsi yaitu orek tempe, karena orek tempe mempunyai
rasa yang enak dan cocok dikonsumsi bersamaan dengan olahan beras lain
seperti nasi kuning. Olahan tempe lain seperti tempe goreng juga sering
dikonsumsi oleh mahasiswa PPKU. Lauk hewani yang paling sering
dikonsumsi adalah telur dadar, yang mempunyai rasa enak dan harga murah
untuk jenis lauk hewani. Olahan sayur yang paling sering dikonsumsi oleh
mahasiswa PPKU ialah sop, karena sop adalah sayur yang selalu dijual di
lingkungan mahasiswa PPKU
Kebiasaan Jajan
Perilaku jajan yang dimaksud ialah kebiasaan makan mahasiswa PPKU
yang makanannya dibeli di kantin IPB. Makanan jajanan sendiri merupakan
makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki
lima di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung
dimakan atau dikonsumsi kemudian tanpa pengolahan atau persiapan lebih
lanjut (WHO dalam Yasmin dan Madanijah 2010). Rahmah dalam Alfiah
(2015) menjelaskan bahwa sebagian besar mahasiswa program studi non
pangan dan gizi di IPB memilih rasa, harga dan nilai gizi sebagai urutan
prioritas pemilihan makan. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa
25
akses fisik berupa warung makan memengaruhi asupan energi dan protein
mahasiswa, dimana semakin sulit akses fisik maka asupan energi dan protein
semakin rendah.
Menurut Husaini dalam Yuliastuti (2012), jajanan dibagi menjadi tiga
kelompok menurut jenisnya, yaitu 1) Makanan porsi (meals), misalnya bakso,
bakmi, bubur ayam, lontong, pecel dan lain lain, 2) Makanan cemilan (snack),
misal kacang asin/atom, kerupuk, wafer dan lain lain dan 3) Minuman
(drinks) misalnya es sirup. Berikut merupakan tabel jenis jajanan yang
dikonsumsi mahasiswa PPKU.
Tabel 17 Jenis jajanan mahasiswa PPKU per hari di kantin IPB berdasarkan
jenis kelamin
Jenis jajanan Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
Makanan berat 2.2 56.1 1.8 53.6 2.0 54.8
Camilan 0.8 19.9 1.0 28.2 0.9 24.2
Minuman 1.0 24.0 0.6 18.2 0.8 21.0
Total 4.1 100.00 3.4 100.0 3.7 100.0
Hampir keseluruhan mahasiswa PPKU membeli makanan di kantin
setiap hari. Lebih dari setengah mahasiswa PPKU (54.8%) mengonsumsi
makanan berat lebih dari dua kali di kantin IPB. Hal ini diduga karena
mahasiswa PPKU tidak diizinkan mengolah sendiri makanannya. Setiap
mahasiswa PPKU dalam penelitian ini setidaknya membeli satu kali makanan
berat di kantin IPB setiap harinya. Selain itu camilan dan minuman
dikonsumsi kurang dari satu kali. Hal ini diduga karena tidak semua
mahasiswa PPKU terbiasa mengonsumsi camilan dan minuman telah tersedia
di setiap kamar. Konsumsi makanan berat dan minuman pada mahasiswa
PPKU laki-laki cenderung lebih tinggi, namun konsumsi camilan cenderung
lebih tinggi pada mahasiswa PPKU perempuan. Saufika et al. (2012)
menyatakan bahwa mahasiswa perempuan berpeluang lebih rendah memiliki
kebiasaan makan tiga kali sehari. Mahasiswa perempuan juga memiliki
peluang lebih tinggi dalam hal kebiasaan konsumsi camilan. Przystawski et
al. dalam Saufika et al. (2012) menyatakan bahwa remaja putri sangat
menyukai makanan camilan dan mengonsumsinya setiap hari disamping
mengonsumsi makanan utama. Jenis minuman yang paling sering dikonsumsi
oleh mahasiswa TPB IPB berdasarkan Dewanti (2015) adalah teh, baik teh
kemasan maupun teh manis.
Kantin di IPB biasanya buka pada waktu pagi, siang dan sore
dikarenakan mahasiswa PPKU aktif keluar pada waktu tersebut dan terkait
waktu operasional kantin. Mahasiswa PPKU setiap harinya dapat berkunjung
ke kantin lebih dari satu kali. Sebagian besar mahasiswa PPKU (79.0%)
mengunjungi kantin pada saat siang hari setelah kuliah untuk
mengefisiensikan waktu. Penelitian Saufika et al. (2012) tidak menemukan
variabel yang memengaruhi kebiasaan makan siang dikarenakan makan siang
masih dianggap sebagai kondisi yang harus dipenuhi setiap hari.
Mahasiswa PPKU sering tidak meluangkan waktu untuk sarapan karena
waktu kuliah sedangkan pada sore hari saat perkuliahan telah selesai, banyak
26
dari mahasiswa PPKU memilih membeli makanan di luar kantin IPB. Satali
et al. dalam Isa dan Masuri (2011) menyatakan bahwa mahasiswa di Kroasia
yang melakukan sarapan rutin kurang dari 50%. Saufika et al. (2012) juga
mendukung pernyataan tersebut dan berpendapat bahwa kebiasaan sarapan
dapat dipengaruhi oleh ketersediaan waktu di pagi hari sebelum memulai
aktivitas. Saufika et al. (2012) menyatakan bahwa mahasiswa PPKU laki-laki
mempunyai peluang lebih tinggi untuk memiliki kebiasaan makan malam.
Banyak alasan yang muncul saat mahasiswa PPKU memilih
mengonsumsi makanan dari kantin IPB. Sebagian besar mahasiswa PPKU
memilih membeli jajanan di kantin IPB dengan alasan murah. Yilmaz et al.
(2015) menyatakan bahwa harga menjadi salah satu faktor yang signifikan
dalam membeli makanan. Selain itu, alasan lainnya yang menjadi fokus
sebagian besar mahasiswa PPKU ialah jarak yang dekat, sehingga mahasiswa
PPKU merasa tidak mempunyai pilihan lain selain membeli jajanan di kantin
IPB. Ketika mahasiswa mempunyai akses yang mudah ke fasilitas makanan
(kantin), mereka terlihat lebih mudah tertarik untuk makan disana (Deliens
et al. 2014). Rasa juga menjadi salah satu alasan dalam pemilihan makanan,
hal ini sejalan dengan penelitian Deliens et al. (2014) yang mendapatkan hasil
bahwa mahasiswa banyak memilih rasa sebagai faktor penting yang
memengaruhi pemilihan makanan mereka. Selain itu, waktu menjadi isu yang
harus diperhatikan saat membicarakan praktik makan pada mahasiswa.
Kebersihan tidak menjadi faktor yang didahulukan. Marquis et al. dalam
Deliens et al. (2014) menunjukkan bahwa mahasiswa lebih sering
memprioritaskan harga dan ketersediaan dibanding kesehatan.
Kontribusi Zat Gizi Makro Jajanan Kantin terhadap Total Asupan
Zat gizi makro merupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah
besar oleh tubuh. Zat gizi berupa energi, protein, lemak, dan karbohidrat.
Energi dibutuhkan untuk aktivitas fisik, basal metabolic rate, dan untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan selama pubertas. Protein
diperlukan untuk memelihara jaringan tubuh yang ada serta berhubungan juga
dengan petumbuhan dan perkembangan. Lemak berperan juga dalam
pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS), anjuran konsumsi lemak total sekitar 25% dai total energi.
Karbohidrat merupakan sumber energi tubuh. Kebutuhan mutlak untuk
karbohidrat pada remaja belum ditetapkan (Heryanti 2009). Kontribusi yang
dimaksud adalah persentase asupan energi dan protein yang didapat dari
makanan yang dibeli di kantin IPB terhadap total asupan per hari mahasiswa
PPKU.
Sebagian besar mahasiswa pada penelitian yang dilakukan Boek et al.
(2012) memilih untuk mengonsumsi makanan dari kantin besar di kampus
dibanding tempat lain. Berikut merupakan tabel yang menyajikan data
kontribusi makanan kantin IPB.
27
Tabel 18 Jumlah asupan zat gizi per hari berdasarkan jenis kelamin
Asupan pangan Laki-laki
(Rata-rata ± SD)
Perempuan
(Rata-rata ± SD)
Total
(Rata-rata ± SD)
Asupan dari kantin
- Energi (Kal) 978 ± 709 627 ± 452 783 ± 604
- Protein (g) 23.5 ± 17.5 17.0 ± 13.1 19.9 ± 15.6
- Lemak (g) 38.5 ± 28.3 20.3 ± 17.3 28.4 ± 21.9
- Karbohidrat (g) 137 ± 97 99 ± 75 116 ± 87
Total asupan
- Energi (Kal) 1781 ± 525 1458 ± 365 1601.26 ± 470
- Protein (g) 43.5 ± 15.3 38.6 ± 13.4 40.8 ± 14.4
- Lemak (g) 62.9 ± 30.6 49.2 ± 21.5 55.3 ± 26.8
- Karbohidrat (g) 270 ± 86 221 ± 69 243 ± 80
Persentase asupan makanan kantin terhadap total
- Energi (%) 51.7 ± 29.9 42.5 ± 30.2 46.6 ± 29.8
- Protein (%) 51.7 ± 29.1 44.1 ± 31.3 47.5 ± 30.0
- Lemak (%) 52.6 ± 32.9 40.9 ± 31.2 46.1 ± 32.0
- Karbohidrat (%) 49.7 ± 31.5 43.0 ± 30.8 46.0 ± 30.7
Makanan kantin IPB memberikan kontribusi sekitar 40% pada semua
zat gizi makro. Pada siswa sekolah dasar, Syafitri et al. dalam Noviarini
(2015) menyebutkan bahwa makanan jajanan dapat memberikan kontribusi
sebesar 26.0% energi, 18.7% protein, 22.9% lemak, dan 20.0% zat besi pada
siswa sekolah dasar. Hal tersebut tentu berbeda dikarenakan mahasiswa
PPKU tidak diperbolehkan mengolah makanan, sedangkan siswa sekolah
dasar diperbolehkan dan hanya sebagian waktunya dihabiskan di luar rumah.
Menurut Thah dan Yuwono (2014), mahasiswa cenderung mengambil
keputusannya sendiri (80%). Mereka kurang loyal terhadap tempat makan
(80%).
Kontribusi makanan kantin sendiri tidak berbeda signifikan antara
kedua kelompok mahasiswa PPKU namun terlihat bahwa mahasiswa PPKU
laki-laki cenderung memiliki persentase konsumsi makanan kantin yang lebih
banyak dibanding perempuan. Berdasarkan Boek et al. (2012), terdapat
perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam memilih
lokasi makan.
Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Pengetahuan
Keamanan Pangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan
suku (p > 0.05). Hal ini sejalan dengan penelitian Patah et al. (2009) yang
memperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara suku
dengan pengetahuan. Tidak terdapat hubungan yang signifikan pula antara
uang saku dan pengetahuan keamanan pangan (p = 0.493, r = 0.077). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulita (2012).
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan besar keluarga (p =
0.005, r = -0.311). Hal ini sejalan dengan penelitian Yulita (2012) yang
28
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara besar keluarga dengan
pengetahuan gizi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan
pendidikan ayah (p = 0.212, r = 0.140) dan pendidikan ibu (p = 0.491, r =
0.078). Yulita (2012) juga menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan orang tua dengan pengetahuan keamanan
pangan anak. Hasil juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan
pekerjaan ibu (p > 0.512). Menurut Rabiei et al. (2013), tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dan pengetahuan ibu.
Hubungan antara pekerjaan ayah dan pengetahuan pangan tidak dapat
dianalisis karena hampir semua ayah mahasiswa PPKU mempunyai
pekerjaan.
Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Keamanan Pangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan
sikap keamanan pangannya (p = 0.595, r = 0.060). Hal ini tidak seusai dengan
penelitian Sani dan Siow (2013); Mutalib et al. (2012); dan Vo et al. (2015)
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dan sikap. Menurut Anwar dalam Wawan dan Dewi (2010),
pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman
pribadi, orang yang dianggap penting, emosi dalam diri seseorang,
kebudayaan, media massa, serta lembaga pendidikan dan agama. Tidak
terdapatnya hubungan antara pengetahuan dan sikap keamanan pangan
dikarenakan banyak faktor, seperti kurang terpaparnya informasi mengenai
keamanan pangan.
Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara praktik keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan sikap keamanan
pangannya (p = 0.383, r = 0.098). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
Hidayat (2013) dan Mutalib et al. (2012) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara sikap dan praktik. Perbedaan hasil
didapatkan karena menurut Worsley (2002), bukan hanya sikap yang
membentuk praktik seorang individu. Penyebab terbesar diduga karena
kondisi lingkungan yang kurang memungkinkan untuk melakukan praktik
keamanan pangan yang baik.
Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan keamanan pangan mahasiswa PPKU dengan praktik
keamanan pangannya (p = 0.434, r = 0.088). Byrd-Bredbenner dalam Fortune
dan Badrie (2014) menyatakan bahwa pengetahuan dan praktik tidak selalu
berhubungan. Penelitian Low et al. (2016) juga menyatakan tidak terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan praktek higiene dan sanitasi makanan.
Patah et al. (2009) menyatakan bahwa walaupun pengetahuan sudah
mencukupi, fasilitas fisik juga dapat menjadi penghalang untuk menjamin
praktik keamanan pangan yang baik. Menurut Worsley (2002), banyak faktor
29
lain yang memengaruhi praktik selain pengetahuan, yaitu konsekuensi dari
praktik tersebut, sikap, kepercayaan, kemampuan dalam pemahaman,
kenyamanan dalam melakukan praktik tersebut, kondisi sosial dan fisik serta
kehadiran motivator.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sebagian besar mahasiswa PPKU berjenis kelamin perempuan, bersuku
Jawa, mempunyai uang saku lebih dari satu juta rupiah dan mempunyai
jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang. Ayah mahasiswa PPKU
sebagian besar telah menempuh pendidikan diatas sembilan tahun sedangkan
ibu mahasiswa PPKU sebagian besar juga telah menamatkan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas atau pendidikan yang lebih tinggi. Hampir
keseluruhan ayah mempunyai pekerjaan sedangkan tidak sampai separuh ibu
yang bekerja.
Mahasiswa PPKU mempunyai pengetahuan keamanan pangan yang
kurang, sikap keamanan pangan yang positif dan praktik keamanan pangan
yang kurang. Lebih dai separuh mahasiswa PPKU menilai bahwa kebersihan
kantin IPB masih kurang. Mahasiswa PPKU biasa mengonsumsi nasi sebagai
makanan pokok, telur ayam sebagai lauk hewani, tempe sebagai lauk nabati,
wortel sebagai sayur, pisang sebagai buah dan lumpia sebagai camilan.
Konsumsi jajanan di kantin terdiri dari makanan berat, camilan dan minuman.
Mahasiswa PPKU sering membeli makanan di kantin pada pagi hari dan
alasan mahasiswa PPKU membeli makanan di kantin paling dominan
dikarenakan murah. Makanan di kantin IPB mempunyai kontribusi tidak
sampai separuh dari total asupan mahasiswa PPKU untuk zat gizi makronya.
Hanya besar keluarga yang mempunyai hubungan yang signifikan
dengan pengetahuan keamanan pangan. Jenis kelamin, suku, uang saku,
pendidikan orangtua dan pekerjaan orang tua tidak mempunyai hubungan
yang signifikan dengan pengetahuan keamanan pangan. Selain itu tidak
terdapat hubungan yang signifikan baik antara pengetahuan, sikap, dan
praktik keamanan pangan. Hal tersebut dikarenakan banyak faktor lain yang
berpengaruh pada pengetahuan, sikap, dan praktik keamanan pangan.
Saran
Institusi sebaiknya lebih mengetatkan lagi tindakan dari peraturan
yang ada mengingat peraturan mengenai keamanan pangan di kantin sudah
ada. Institusi juga sebaiknya memperbolehkan kegiatan memasak di asrama,
dengan dukungan fasilitas dapur. Institusi juga sebaiknya mengadakan
pelatihan mengenai keamanan pangan dan memperbaiki kondisi higiene
sanitasi baik di dalam maupun di luar kampus. Institusu dapat membantu
mahasiswa PPKU untuk memperbanyak pengetahuan keamanan pangan
30
dengan cara mengadakan sosialisasi rutin mengenai keamanan pangan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kelemahan dari penelitian ini antara
lain dalam pengukuran kebiasaan makan, yang hanya mengukur frekuensi
saja tidak dengan jumlahnya. Angka kecukupan gizi individu juga sebaiknya
dihitung agar penelitian ini menjadi lebih lengkap lagi. Untuk penelitian
selanjutnya, sebaiknya diadakan penelitian pada mahasiswa tingkat atas
sebagai perbandingan dari penelitian ini, bisa juga membandingkan
mahasiswa yang mayornya berkaitan dengan pangan dengan yang tidak.
31
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah E. 2015. Analisis Kualitas Diet serta Hubungannya dengan Densitas
Energi Konsumsi dan Pengetahuan Gizi Mahasiswa IPB [skripsi].
Bogor (ID): FEMA IPB
Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
Andrianus C. 2015. Asupan Protein dan Zat Gizi Makro serta Pengeluaran
Pangan pada Mahasiswi Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor (ID):
IPB.
Ansari WE, Stock C, John J, Deeny P, Phllips C, Snelgrove S, Adetunji H,
HU X, Parke S, Stoate M et al. 2011. Health Promoing Behaviors and
Lifestyle Characteristics of Students at Seven Universities in the UK.
Cent Eur J Public Health 19(4): 197-204.
_________, Stock C, Mikolajczyk R. 2012. Relationship Between Food
Consumption and Living Arrangements among University Students in
Four European Countries – A Cross Sectional Studies. Nutrition
Journal. 11(28). Doi: 10.1186/1475-2891-11-28
Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
(ID): PT Rineka Cipta.
Astuti W. 2016. Analisis Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Gizi Ibu
Rumah Tangga dengan Penggunaan Garam Beriodium di Wilayah
Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Aygen FG. 2012. Safe Food Handling: Knowledge, Perceptions, and Self-
Reported Practices of Turkish Consumers. International Journal of
Business and Management. 7(24):1-11. Doi: 10.5539/ijbm.v7n24pl.
[Bappenas] Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. 2014.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2015-2019. Jakarta(ID): Kementrian Perencanaan Pembangunan
Nasional.
[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID): Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2016. Berita Keracunan
[internet]. Jakarta (ID): BPOM. ik.pom.go.id
Boek S, Bianco-Simeral S, Chan K, Goto K. 2012. Gender and Race are
Significant Determinants of Students Food Choices on a College
Campus. Journal of Nutrition Education and Behavior 44(4): 372-378.
Doi: 10.1016/j.neb.2011.12.007.
Budijanto D. 2013. Populasi, Sampling, dan Besar Sampel [internet]. Jakarta
(ID): Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
http://www.risbinkes.litbang.depkes.go.id/2015/wpcontent/uploads/20
13/02/SAMPLING-DAN-BESAR-SAMPEL.pdf
Bunjnowski D, Xum P, Martha L, Linda VH, He K, Stamler J. 2011.
Longitudinal Association between Animal and Vegetable Protein
Intake and Obesity Among Adult Males in the United States: The
32
Chicago Western Electric Study. J Am Diet Assoc. 111(8): 1150 –
1155.doi: 10.1016/j.jada.2011.05.002.
Byrd-Bredbenner C, Maurer J, Wheatley V, Schaffner D, Bruhn C, Blalock
L. 2007. Food Safety Self-Reported Behaviors and Cognitioms of
Young Adults: Results of National Study. Journal of Food Protection.
70(8): 1917 – 1926.
________________, Wheatley V, Schaffner D, Bruhn C, Blalock L, Maurer
J. 2007. Development and Implementation of Food Safety Knowledge
Instrument. Journal of Food Science Education. 6(2007): 46-55.
Cooke R, Papadaki A. 2014. Nutrition Label Use Mediates the Positive
Relationship between Nutrition Knowledge and Attitudes towards
Healthy Eating with Dietary Quality among University Students in the
UK. Appetite 83(2014): 297-303. Doi: 10.1016/j.appet.2014.08.039.
Damayanthi E, Yuliati LN, Suprapti VY, Fitriana S. 2008. Aspek Sanitasi dan
Higiene di Kantin Asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Insitut
Pertanian Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan.
Deliens T, Clarys P, Bourdeaudhuij ID, Deforche C. 2014. Determinants of
Eating Behaviour in University Students: a Qualitative Study Using
Focus Group Discussions [artikel] BMC Public Health.
http://www.biomedcentral.com/1471-2458/14/53
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Ditjen PPM dan PL.
Dewanti MW. 2015. Screen Time, Stres Akademik, dan Konsumsi Pangan
serta Pengaruhnya terhadap Status Gizi Mahasiswa TPB IPB [skripsi].
Bogor (ID): IPB
Fadila A. 2016. Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Perkembangan
Psikomotorik Anak Balita pada Ibu Pekerja dan Ibu Bukan Pekerja di
Jakarta Selatan [skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Ganasegeran K, Dubai S, Qureshi A, Abed A, Rizal AM, Aljunid S. 2012.
Social and Psychological factors affecting eating habits among
university student In a Malaysian Medical School: a cross sectional
study. Nutrition Journal. 11(48): 2-7. Doi: 10.1186/1475-2891-11-48.
Giritlioglu I, Batman O, Tetik N. 2011. The Knowledge and Practice of Food
Safety and Higiene of Cookery Students in Turkey. Food Control
22(2011) 838-842. doi: 10.1016/j.foodcont.2010.09.016
www.elsevier.com/locate/foodcont
Haniek H. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat pada Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Lubuk
Sikaping Tahun 2011 [skripsi]. Jakarta (ID): UIN Syarif Hidayatullah.
Hanrizon M. 2016. Kebiasaan Jajan dan Kontribusinya terhadap Asupan Zat
Gizi pada Siswa Sekolah Dasar di Bogor [skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Hartog AP, Staveren WA, Brouwer ID. 2006. Food Habit and Consumption
in Developing Countries. Netherland: Wageningen Academic
Publishers.
Heryanti E. 2009. Kebiasaan Makan Cepat Saji (Fast Food Modern),
Aktivitas Fisik, dan Faktor Lainnya dengan Status Gizi pada
Mahasiswa Penghuni Asrama UI Depok Tahun 2009 [skripsi]. Depok
(ID): Universitas Indonesia.
33
Hidayat RM. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Prkatek
Higiene Sanitasi Penjamah Makanan di Rumah Makan Ikan dan
Seafood Tipe A Di Kabupaten Sleman [Skripsi]. Yogyakarta (ID):
Universitas Gadjah Mada.
Isa KAM, Masuri MG. 2011. The Association of Breakfast Consumption
Habit, Snacking Behavior and Body Mass Index among University
Students. Am. J. Food. Nutr, 1(2): 55-60.
Doi:10.5251/ajfn.2011.1.2.55.60
Keller S, Maddock JE, Hannover W, Thyrian JR, Basler H. 2008. Multiple
Health Risk Behaviors in German First Year University Students.
Journal of Preventive Medicine 46(2008): 189 – 195. Doi:
10.1016/j.ypmed.2007.09.008
[Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
________________________________________________. 2014. Pedoman
Gizi Seimbang. Jakarta (ID): Direktorat Bina Gizi.
_____________________________________________________. 2015. 28
Mahasiswa IPB Positif Hepatitis A [internet]. Jakarta (ID):
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. [diunduh 2016 Sep 8].
Tersedia pada: http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=15121400033
Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta
(ID): Grasindo.
Kresting M, Sichert-Hellert W, Vereecken CA, Diehl J, Beghin L, De
Henauw S, Grammatikaki E, Manios Y, Mesana MI, Papadaki A,
Philipp K, Plada M, Poortvliet E, Sette S. 2008. Food and Nutrient
Intake, Nutritional knowledge and diet related attitudes in Europen
Adolescent. International Journal of Obesity, 32:S35-S41. Doi:
10.10038/ijo.2008.181
Low WY, Jani R, Halim HA, Alias AA, Moy FM. 2016. Determinants of
Food Higiene Knowledge among Youths: A Cross-sectional Online
Study. J. of Food Cont 59(2016): 88-93. Doi:
10.1016/j.foodcont.2015.04.032. [www.elsevier.com/locate/foodcont]
Lubis DP, Mugniesyah SS, Purnaningsih N, Riyanto S, Kusumastuti YI,
Hadiyanto, Saleh A, Sumardjo, Agung SS, Amanah S et al. 2013.
Dasar-Dasar Komunikasi. Bogor (ID): IPB Press.
Martiani D. 2000. Kebiasaan Jajan dan Preferensi terhadap Makanan Jajajnan
pada Mahasiswa IPB di Wilayah Darmaga, Bogor [skripsi]. Bogor(ID):
IPB.
Martins RB, Ferreira D, Moreira LM, Hogg T, Gestal J. 2014. Knowledge of
Food Higiene of Food Service Staff Working in Nursing Homes and
Kindergartens in Porto Region – Portugal. J. of Food Cont 42(2014):
54-62. Doi: 10.1016/j.foodcont.2014.01.037.
[www.elsevier.com/locate/foodcont]
Maya S. 2015. Kualitas Konsumsi Pangan Berdasarkan Healthy Eating Index
Kaitannya dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kabupaten
Kerinci Jambi [skripsi]. Bogor (ID): IPB.
34
Mutalib NAA, Mohamad FAR, Shuhaimi M, Syafinaz AN, Rukman AH,
Malina O. 2012. Knowledge, Attitude and Practices Regarding Food
Higiene and Sanitation on Food Handlers in Kuala Pilah Malaysia.
Journal of Food Control. [www.elsevier.com/locate/foodcont]
Nasution YHS. 2011. Pengaruh Sifat Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja
Karyawan di PT. Gold Coin Indonesia tahun 2010 [tesis]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Nelson MC, Story M, Larson NI, Neumark-Sztainer D, Lytle LA. 2008.
Emerging Adulthood and Collegeaged Youth: An Overlooked Age for
Weight-related Behaviour Change. Nature Publishing Group. 16(10):
2205-2211. Doi: 10.1038/oby.2008.365
Norazmir MN, Hasyimah MAN, Shafurah S, Sabariah BS, Ajau D,
Norazlanshah H. 2012. Knowledge and Practices on Food Safety
among Secondary School Students in Johor Baru, Johor, Malaysia.
Pak. J. Nutr. 11(2): 110-115.
Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID):
Rineka Cipta.
Notoatmodjo S. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta
(ID): Rineka cipta.
Noviarini R. Hubungan Antara Tingkat Ekonomi, Pola Konsumsi, Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat, dan Prestasi Mahasiswa IPB [skripsi]. Bogor
(ID): IPB.
Nugraheni PC. 2015. Konsumsi Pangan, Status Gizi, Aktivitas Fisik, Status
Kesehatan dan Status Hidrasi Mahasiswa TPB IPB Angkatan 2014.
[skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Odwin R, Badrie N. 2008. Consumers’ Perception and Awareness of Food
Safety Practices in Barbados and Trinidad, West Indies – a pilot study.
International Journal of Consumer Studies. 32(2008) 394-398. Doi:
10.111/j.1470-6431.2008.00675.x
Osimani A, Lucia A, Stefano T, Francesca C. 2013. Evaluation of HACCP
System in a University Canteen: Microbiological Monitoring and
Internal Auditing as Verification Tools. International Journal of
Environment Research and Public Health.
Papadaki A, Hondros G, Scott JA, Kapsokefalou M. 2007. Eating Habits of
University Students Living at, or Away from Home in Greece.
Appetite(2007). Doi: 10.1016/j.appet.2007.01.008
Patah MORA, Issa Z, Nor KM. 2011. Food Safety Attitude of Culinary Arts
Based Students in Public and Private Higher Learning Institutions
(IPT). International Journal Studies. 2(4):168-178.
Rabiei L, Sharifirad GR, Azadbakht L, Hassanzadeh A. 2013. Understanding
the Relationship between Nutrition Knowledge, Self-Efficacy, and
Self-Concept of Hig-School Students Suffering from Overweight. J
Educ Healt Promot. 2(39). Doi: 10.4103/2277-9531.115834.
[RI] Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 2012 tentang Pangan. Jakarta (ID): RI.
Sani NA & Siow ON. 2014. Knowledge, Attitudes and Practices of Food
Handlers on Food Safety in Food Service Operations at the Universiti
Kebangsaan Malaysia. Journal of Food Control.
35
[www.elsevier.com/locate/foodcont] PrenticeHall Inc., Engelwood
Cliffs.
Sari KY. 2015. Pengetahuan Gizi terkait Penyakit Degeneratif, Pola
Konsumsi, dan Aktivitas Fisik Mahasiswa IPN [skripsi]. Bogor (ID):
IPB.
Saufika A, Retnaningsih, Alfiasari. 2012. Gaya Hidup dan Kebiasaan Makan
Mahasiswa. Jur. Ilm. Kel. & Kons., Agustus 2012, p : 157-165.
Sulistyoningsih H. 2012. Gizi untuk kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta
(ID): Graha Ilmu.
Syah D. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor (ID):
Himpunan Alumni Fateta.
Tanton J, Dodd LJ, Woodfield L, Mabhala M. 2015. Eating Behaviours of
British University Students: A Cluster Analysis on a Neglected Issue
[artikel]. Hindawi Publishing Coorporation, Advances in Preventive
Medicine. http://dx.doi.org/10.1155/2015/639239.
Thah HM dan Yuwono SS. 2014. Analisis Preferensi, Perilaku Mahasiswa
dan Keamanan Pangan terhadap Produk Bakso di sekitar Universitas
Brawijaya. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No. 4.
Totelesi H. 2011. Tinjauan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Penjamah
Makanan Tentang Keamanan Pangan dan Sanitasi di Rumah Makan
Sekitar Kampus IPB Dramaga [skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Turnbull-Fortune S, Badrie N. 2014. Practice, Behaviour, Knowledge and
Awareness of Food Safety among Secondary & Tertiary Level
Students in Trinidad, West Indies. Food and Nutrition Sciences, 5,
1463-1481. http://dx.doi.org/10.4236/fns.2014.515160.
Utami DP. 2015. Praktek Higiene dan Penilaian KOnsumen terhadap
Kebersihan FIsik di Restoran Sunda Bogor [skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Vo Th, Le NH, Le ATN, Minh NNT, Nuorti JP 2015. Knowledge, Attitudes,
Practices and Training Needs of Food-handlers in Large Canteens in
Southern Vietnam. J. of Food Cont 57(2015): 190-194. Doi:
10.1016/j.foodcont.2015.03.042. [www.elsevier.com/locate/foodcont]
Wardhani DK. 2015. Keterkaitan Antara Konsumsi Buah dan Sayur serta
Gaya Hidup dengan Kejadian Kegemukan pada Mahasiswa TPB IPB
[skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Wawan A dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta (ID): Nuha Medika.
[WHO] World Health Organization. 2015. Guideline: Sugar Intake for Adults
and Children. Geneva: WHO.
Worsley A. 2002. Nutrition knowledge and food consumption: can nutrition
knowledge change food behaviour? Asia Pac J Clin Nutr 11(3): 579-
585.
Wulansari A, Budi S, Tiurma S. 2013. Penyelenggaraan Makanan dan
Tingkat Kepuasan Konsumen di Kantin Zea Mays Institut Pertanian
Bogor. Bogor (ID): Jurnal Gizi dan Pangan.
Yasmin G dan Madanijah S. 2010. Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak
Sekolah Terkait gizi dan Keamanan Pangan di Jakarta dan Sukabumi.
JGP. 5(3): 148-157.
36
Yilmaz E, Oraman Y, Unakitan G, Inan IH. 2015. Consumer Food Safety
Knowledge, Practices and Differences in Behaviors in Thrace Regon
of Turkey. Journal of Agricultural Sciences 21(2015) 279-287.
Yuliastuti R. 2012. Analisis Karakteristik Siswa, Karakteristik Orang Tua
dan Perilaku Konsumsi Jajan pada Siswa Siswi SDN Rambutan 04
Pagi Jakarta Timur Tahun 2011 [skripsi]. Depok (ID): FKM UI.
Yulita J. 2012. Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan
serta Konsumsi Pangan dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar
[skripsi]. Bogor (ID): IPB.
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan jawaban yang benar item
pertanyaan pengetahuan keamanan pangan dan jenis kelamin
No Pertanyaan Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
1 Salah satu akibat kurangnya
konsumsi serat adalah konstipasi
21 58.3 28 62.2 49 60.5
2 Beras sebaiknya disimpan pada
tempat yang tertutup dan tidak
terkena sinar matahari langsung
19 52.8 29 64.4 48 59.3
3 Suhu kritis pada makanan yaitu 4-
60 °C
15 41.7 24 53.3 39 48.1
4 Aspartam bukan merupakan bahan
tambahan pangan yang berbahaya
20 55.6 18 40.0 38 46.9
5 Makanan yang paling tahan
disimpan dalam jangka waktu
lama adalah serealia
33 91.7 40 88.9 73 90.1
6 Saat distribusi, makanan
sebaiknya ditutup
35 97.2 44 97.8 79 97.5
7 Toksin bakteri C. botulinum dapat
menyebabkan kematian
7 19.4 5 11.1 12 14.8
8 Bakteri penyebab diare adalah E.
coli
30 83.3 36 80.0 66 81.5
9 MSG tidak terdapat secara alami
pada gandum
16 44.4 17 37.8 33 40.7
10 HACCP merupakan singkatan dari
Hazard Analysis Critical Control
Point
17 47.2 26 57.8 43 53.1
Lampiran 2 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan persetujuan terhadap
item pernyataan sikap keamanan pangan dan jenis kelamin
No Pernyataan Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
1 Makanan yang terkontaminasi
oleh mikroorganisme/kuman
dapat menimbulkan penyakit
35 97.2 45 100.0 80 98.8
2 Cuci tangan merupakan salah
satu prosedur yang paling mudah,
murah, dan aman untuk
mencegah pencemaran bakteri
36 100.0 45 100.0 81 100.0
3 Cara membunuh
mikroorganisme/kuman pada
makanan yang efektif dengan
memasak makanan hingga
matang
35 97.2 42 93.3 77 95.1
4 Cara penyebaran
mikroorganisme/kuman dapat
terjadi melalui tangan penjamah
makanan
36 100.0 45 100.0 81 100.0
5 MSG tidak akan menimbulkan
efek jika digunakan di bawah
batas maksimumnya
26 72.2 30 66.7 56 69.1
38
Lampiran 2 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan persetujuan terhadap
item pernyataan sikap keamanan pangan dan jenis kelamin
(lanjutan)
No Pernyataan Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
6 Label pangan penting untuk
dilihat sebelum membeli
makanan kemasan
36 100.0 45 100.0 81 100.0
7 Kertas koran tidak boleh
digunakan sebagai pembungkus
gorengan
31 86.1 40 88.9 71 87.7
8 Air yang digunakan oleh penjual
harus dicek secara rutin
35 97.2 45 100.0 80 98.8
9 Margarin yang dipanaskan tidak
baik untuk kesehatan
12 33.3 20 44.4 32 39.5
10 Penggunaan Styrofoam tidak baik
digunakan untuk jenis makanan
apapun
35 97.2 45 100.0 80 98.8
Lampiran 3 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan kategori praktik
keamanan pangan dan jenis kelamin
No Pertanyaan Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
1 Cuci tangan sebelum memegang
makanan
17 47.2 23 51.1 40 49.4
2 Membeli makanan di tempat yang
bersih
18 50.0 19 42.2 37 45.7
3 Melihat tanggal kadaluarsa
sebelum membeli makanan
kemasan
26 72.2 33 73.3 59 72.8
4 Tidak membeli makanan dengan
warna mencolok
11 30.6 14 31.1 25 30.8
5 Menggunakan sarung tangan dan
masker saat mengolah makanan
1 2.8 0 0.0 1 1.2
6 Mengikuti dan tertarik terhadap
berita keamanan pangan yang ada
8 22.2 13 28.9 21 25.9
7 Tidak membeli makanan di
pinggir jalan
3 8.3 2 4.4 5 6.2
8 Tidak mengonsumsi minuman
dari es balok
5 13.9 8 17.8 13 16.0
9 Tidak menggunakan kresek hitam
untuk membungkus makanan
(bersentuhan dengan makanan)
11 30.6 17 37.8 28 34.6
10 Tidak memakan makanan yang
jatuh sebentar
9 25.0 7 15.6 16 19.7
39
Lampiran 4 Sebaran mahasiswa PPKU berdasarkan jawaban baik pada item
pernyataan penilaian konsumen terhadap kantin IPB dan jenis
kelamin
No Pertanyaan Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
Kebersihan Lingkungan 1 Kebersihan lantai tempat makan 15 41.7 30 66.7 45 55.6
2 Kebersihan dinding sekitar tempat
makan
11 30.6 25 55.6 36 44.4
3 Kebersihan dan kerapihan meja
serta kelengkapannya
11 30.6 21 46.7 32 39.5
4 Tersedia dan bersihnya tempat
cuci tangan (wastafel)
20 55.6 13 28.9 33 40.7
5 Sabun yang digunakan adalah
sabun cuci tangan
12 33.3 8 17.8 20 24.7
6 Lap kain wastafel kering dan
bersih
1 2.8 5 11.1 6 7.4
Peralatan Makan
7 Kebersihan piring, sendok dan
gelas makan
29 80.6 27 60.0 66 81.5
8 Kebersihan botol (botol kecap,
saus, cabe)
26 72.2 30 66.7 56 69.1
9 Sedotan yang digunakan baru dan
bersih
35 97.2 41 91.1 76 93.8
10 Tisu yang digunakan berupa tisu
makanan
8 22.2 12 26.7 20 24.7
Penyaji 11 Pakaian rapi 21 58.3 43 95.6 64 79.0
12 Memperhatikan kebersihan
pakaian dan penyajian
19 52.8 37 82.2 56 69.1
13 Sehat dan tidak mencemari
makanan
29 80.6 39 86.7 68 84.0
14 Menjaga kebersihan dan kerapihan
kuku dan rambut
24 66.7 32 71.1 56 69.1
15 Tidak menggunakan aksesoris
yang berlebihan
32 88.9 38 84.4 70 86.4
Lampiran 5 Waktu makan subjek di kantin IPB
Waktu jajan Laki-laki Perempuan Rata-rata
n % n % n %
Pagi 22 61.11 26 57.78 48 59.26
Siang 29 80.56 35 77.78 64 79.01
Sore 22 61.11 20 44.44 42 51.85
Lampiran 6 Alasan jajan responden di kantin IPB
Alasan jajan Laki-laki Perempuan Rata-rata
n % n % n %
Bersih 6 16.67 10 22.22 16 19.75
Enak 13 36.11 12 26.67 25 30.86
Murah 27 75.00 23 51.11 50 61.73
Lainnya 15 41.67 31 68.89 46 56.79
40
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Baturaja, Sumatera Selatan pada tanggal 12 Januari
1995. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan
Mgs. Nanang Azhari dan Msy. Farida. Penulis lulus dari Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Ogan Komering Ulu pada tahun 2012 dan diterima masuk
Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama di Departemen Gizi
Masyarakat via SBMPTN. Penulis juga aktif di luar akademik dengan
menjadi anggota klub Kulinari, anggota Eco Agrifarma FEMA IPB, anggota
PSDM BEM FEMA kabinet Terasa Manis dan Bendahara Umum IGAF LC
IPB Angkatan pertama. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan di
luar departemen seperti International Scholarship Education and Expo IPB,
IPB Art Contest, Gebyar Nusantara, Journalistic Fair, IPB Green
Ambassador Management dan sebagainya. Penulis pernah meraih juara dua
dalam FEMA Debating Contest tahun 2015 dan pernah mengikuti
International Workshop of Climate Change 2015.
41