Upload
dedeh-suherni
View
259
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini anak jalanan menjadi fenomena sosial yang sangat penting dalam kehidupan
kota besar. Kehadiran mereka seringkali dianggap sebagai cermin kemiskinan kota, atau suatu
kegagalan adaptasi terhadap kehidupan dinamis kota besar (Departemen Sosial RI, 2005). Hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun
1998 memperlihatkan bahwa anak jalanan secara nasional berjumlah sekitar 2,8 juta anak. Dua
tahun kemudian, tahun 2000, angka tersebut mengalami kenaikan sekitar 5,4%, sehingga
jumlahnya menjadi 3,1 juta anak. Pada tahun yang sama, anak yang tergolong rawan menjadi
anak jalanan berjumlah 10,3 juta anak atau 17, 6% dari populasi anak di Indonesia, yaitu 58,7
juta anak (Departemen Sosial RI, 2004). Bagi anak-anak, jalanan bukanlah lingkungan yang baik
untuk tumbuh dan berkembang karena jalanan lebih banyak memberikan hal negatif
dibandingkan hal positif.
Resiko yang mereka alami di jalanan adalah penyiksaan fisik, kecelakaan lalu lintas,
ditangkap polisi, korban kejahatan, penggunaan obat, konflik dengan anakanak jalanan lain, dan
terlibat dalam pelanggaran hukum baik sengaja ataupun tidak (Agustian dan Prasadja, 2000). Di
jalanan anak-anak rawan terhadap gangguan kesehatan baik fisik maupun mental yakni merubah
karakter (sikap) anak menjadi sangat agresif, suka baku hantam, sering usil, suka berbicara kotor,
dan lain-lain. Menurut Krahe (2005), emosi sebagai fungsi psikis selain diperoleh dari lahir juga
dipengaruhi oleh lingkungan. Jenis-jenis stimulasi aversif seperti ketakutan, kesakitan fisik, atau
ketidaknyamanan secara psikologis melalui kemampuannya menimbulkan emosi negatif dapat
memicu agresi, yaitu keinginan untuk menyakiti atau melukai orang lain. Maka ketidakmampuan
mengendalikan emosi menjadikan anak berperilaku agresif sehingga tidak mampu bersosialisasi
dengan baik, bahkan bersifat antisosial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan
masalah yang muncul adalah sebagai berikut: ”Bagaimana perilaku agresi pada pengamen
jalanan?”
C. Tujuan Penelitian
Peneliti menetapkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
Perilaku agresi pada pengamen jalanan.
D. Landasan Teori
A. Teori-teori Agresi
Teori tentang agresi terbagi dalam beberapa kelompok (dalam Sarwono, 2002) yaitu:
- Teori Bawaan.
Teori Bawaan atau bakat ini terdiri atas teori Psikoanalisa
1) Teori Naluri.
Freud dalam teori Psikoanalisis klasiknya mengemukakan bahwa agresi adalah satu
dari dua naluri dasar manusia. Naluri agresi atau tanatos ini merupakan pasangan dari naluri
seksual atau eros. Naluri seks berfungsi untuk melanjutkan keturunan sedangkan naluri agresi
berfungsi mempertahankan jenis. Kedua naluri tersebut berada dalam alam ketidaksadaran,
khususnya pada bagian dari kepribadian yang disebut Id yang pada prinsipnya selalu ingin agar
kemauannya dituruti (prinsip kesenangan atau Pleasure Principle) dan terletak pada bagian lain
dari kepribadian yang dinamakan Super Ego yang mewakili norma-norma yang ada dalam
masyarakat dan Ego yang berhadapan dengan kenyataan.
- Teori Lingkungan.
Inti dari teori lingkungan adalah perilaku agresi merupakan reaksi terhadap peristiwa
atau stimulus yang terjadi di lingkungan.
1) Teori Frustrasi-Agresi Klasik,
yaitu agresi dipicu oleh frustrasi. Frustrasi artinya adalah hambatan terhadap pencapaian suatu
tujuan. Berdasarkan teori tersebut, agresi merupakan pelampiasan dari perasaan frustrasi.
2) Teori Frustrasi-Agresi Baru,
Yaitu frustrasi menimbulkan kemarahan dan emosi, kondisi marah tersebut memicu agresi.
Marah timbul jika sumber frustrasi dinilai mempunyai alternatif perilaku lain daripada yang
menimbulkan frustrasi itu.
3) Teori Belajar Sosial,
yaitu lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura menekankan kenyataan bahwa
perilaku agresi, perbuatan yang berbahaya, perbuatan yang tidak pasti dapat dikatakan sebagai
hasil bentuk dari pelajaran perilaku sosial. Bandura menerangkan agresi dapat dipelajari dan
terbentuk pada individuindividu hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan
oleh orang lain atau model yang diamatinya, walaupun hanya sepintas dan tanpa penguatan.
- Teori Kognitif.
Teori kognitif ini memusatkan proses yang terjadi pada kesadaran dalam membuat
penggolongan (kategorisasi), pemberian sifat-sifat (atribusi), penilaian, dan pembuatan
keputusan.
Jenis-jenis Agresi
Myers (dalam Sarwono, 2002) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu agresi rasa benci
atau agresi marah (hostile aggression) dan agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain
(instrumental aggression). Agresi rasa benci atau agresi marah (hostile aggression) adalah
ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi dimana perilaku agresi ini adalah
tujuan agresi itu sendiri. Akibat dari agresi ini tidak dipikirkan oleh pelaku dan pelaku memang
tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat.
Agresi instrumental (instrumental aggression) pada umumnya tidak disertai emosi, bahkan antara
pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi. Agresi disini hanya merupakan
sarana untuk mencapai tujuan lain, misalnya: seorang preman yang memukuli pemilik toko
untuk memungut uang paksa bagi organisasinya
Menurut Atkinson (1999) ada beberapa jenis perilaku agresi yaitu:
a) Agresi instrumental, yaitu: agresi yang ditujukan untuk membuat penderitaan kepada
korbannya dengan menggunakan alat-alat baik benda ataupun orang atau ide yang dapat menjadi
alat untuk mewujudkan rasa agresinya, misalnya: orang melakukan penyerangan atau melukai
orang lain dengan menggunakan suatu benda atau alat untuk melukai lawannya.
b) Agresi verbal, yaitu: agresi yang dilakukan terhadap sumber agresi secara verbal. Agresi verbal
ini dapat berupa kata-kata kotor atau kata-kata yang dianggap mampu menyakiti atau
menyakitkan, melukai, menyinggung perasaan atau membuat orang lain menderita.
c) Agresi fisik, yaitu: agresi yang dilakukan dengan fisik sebagai pelampiasan marah oleh
individu yang mengalami agresi tersebut, misalnya: agresi yang pada perkelahian, respon
menyerang muncul terhadap stimulus yang luas baik berupa objek hidup maupun objek yang
mati.
d) Agresi emosional, yaitu: agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan marah dan
agresi ini sering dialami orang yang tidak memiliki kemampuan untuk melakukan agresi secara
terbuka, misalnya: karena keterbatasan kemampuan, kelemahan dan ketidakberdayaan. Agresi ini
dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau kemarahan, tetapi agresi ini hanya sebagai
keinginan-keinginan (bersifat terpendam), misalnya: individu akan merasa terluka jika individu
lain tidak menghargai dirinya secara langsung, seperti orang yang memegang kepala orang lain,
orang yang dipegang kepalanya akan merasa tersinggung.
e) Agresi konseptual, yaitu: agresi yang juga bersifat penyaluran agresi yang disebabkan oleh
ketidak berdayaan untuk melawan baik verbal maupun fisik. Individu yang marah menyalurkan
agresinya secara konsep atau saran-saran yang membuat orang lain menjadi ikut menyalurkan
agresi, misalnya: bentuk hasutan, ide-ide yang menyesatkan atau isu-isu yang membuat orang
lain menjadi marah, terpukul, kecewa ataupun menderita.
C. Dimensi Perilaku Agresi
Buss (dalam Morgan, 1989) menyatakan bahwa perilaku agresi dapat digolongkan
menjadi tiga dimensi, yaitu: fisik-verbal, aktif-pasif dan secara langsung-tidak langsung.
Perbedaan dimensi fisik-verbal terletak pada perbedaan antara menyakiti fisik (tubuh) orang lain
dan menyerang dengan kata-kata. Perbedaan dimensi aktif-pasif adalah pada perbedaan antara
tindakan nyata dan kegagalan untuk bertindak, sedangkan agresi langsung berarti kontak face to
face dengan orang yang diserang dan agresi tidak langsung terjadi tanpa kontak dengan orang
yang diserang. Kombinasi dari ketiga dimensi ini menghasilkan suatu framework untuk
mengkategorikan berbagai bentuk perilaku agresi, yaitu:
1. Perilaku Agresi Fisik Aktif Langsung
Tindakan agresi fisik yang dilakukan individu/kelompok dengan cara berhadapan secara
langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara
langsung.
2. Perilaku Agresi Fisik Aktif Tak Langsung
Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan
secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya.
3. Perilaku Agresi Fisik Pasif Langsung
Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara berhadapan
dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnyanamun tidak terjadi kontak fisik secara
langsung.
4. Perilaku Agresi Fisik Pasif Tak Langsung
Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara tidak berhadapan
dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara
langsung.
5. Perilaku Agresi Verbal Aktif Langsung
Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara berhadapan
secara langsung dengan individu/kelompok lain.
6. Perilaku Agresi Verbal Aktif Tak Langsung
Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara tidak
berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya.
7. Perilaku Agresi Verbal Pasif Langsung
Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara berhadapan
langsung dengan individu/kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung.
8. Perilaku Agresi Verbal Pasif Tak Langsung
Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan
dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara
langsung
Murray (dalam Nurmaliah 1995) mengelompokan bentuk-bentuk perilaku agresi menjadi tiga
yaitu:
1. Bentuk emosional verbal, meliputi sikap membenci, baik yang diekspresikan dalam kata-kata
maupun tidak, seperti marah, terlibat dalam pertengkaran, mengutuki, mengkritik di depan
umum, mencemooh, mencaci maki, menghina, menyalahkan, menertawakan, dan menuduh
secara jahat.
2. Bentuk fisik bersifat sosial, meliputi perbuatan berkelahi atau membunuh dalam rangka
mempertahankan diri atau mempertahankan objek cinta, membalas dendam terhadap
penghinaan, berjuang dan berkelahi untuk mempertahankan negara, dan membalas orang yang
melakukan penyerangan.
3. Bentuk fisik bersifat anti sosial (fisik asosial), meliputi perbuatan perampokan, menyerang,
membunuh, melukai, berkelahi tanpa alasan, membalas penderitaan secara brutal dengan
pengrusakan yang berlebihan, menentang otoritas resmi, melawan atau menghianati negara dan
perilaku kekerasan secara seksual.
D. Faktor penyebab perilaku agresi
Menurut Koeswara (1998), faktor penyebab remaja berperilaku agresi bermacam-macam,
sehingga dapat dikelompokkan menjadi faktor sosial, faktor lingkungan, faktor situasional,
faktor hormon, alkohol, obat-obatan (faktor yang berasal dari luar individu ) dan sifat
kepribadian (faktor-faktor yang berasal dari dalam individu), yaitu :
a. Penyebab sosial
1. Frustasi, yakni suatu situasi yang menghambat individu dalam usaha mencapai tujuan tertentu
yang diinginkannya, dari frustasi maka akan timbul perasaan-perasaan agresif
2. Profokasi, yaitu oleh pelaku agresi profokasi dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi
dengan respon agersif untuk meniadakan bahaya yang diisaratkan oleh ancaman tersebut.
3. Melihat model-model agresif Film dan TV dengan kekerasan dapat menimbulkan agresi pada
seorang anak, makin banyak menonton kekerasandalam acara TV makin besar tingkat agresif
merekka terhadap orang lain, makin lama mereka menonton,makin kuat hubungannya tersebut.
b. Penyebab dari lingkungan
1. Polusi Udara, bau busuk dan kebisingan dilaporkan dapat menimbulkan perilaku agresi tetapi
tiodak selalu demikian tergantung dari berbagai faktor lain.
2. Kesesakan (crowding), meningkatkan kemungkinan untuk perilaku agresif terutama bila
sering timbul kejengkelan, iritasi, dan frustasi karenanya.
c. Penyebab situasional
1. Bangkitan seksual yaitu film porno yang “ringan“ dapat mengurangi tingkat agresif, film
porno yang “keras” dapat menambah agresif.
2. Rasa nyeri dapat menimbulkan dorongan agresi yaitu untuk melukai atau mencelakakan orang
lain. Dorongan itu kemudian dapat tertuju kepada sasaran apa saja yang ada.
d. Alkohol dan obat-obatan
Ada petunjuk bahwa agresi berhubungan dengan kadar alkhohol dan obat-obatan. Subyek
yang menerima alkohol dalam takara-takaran yang tinggi menunjukkan taraf agresifitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang tidak menerima alkhohol atau menerima alkhohol
dalam taraf yang rendah. Alkhohol dapat melemahkan kendali diri peminumnya, sehingga taraf
agresifitas juga tinggi.
e. Sifat kepribadian
Menurut Baron ( dalam Koeswara, 1988 ) setiap individu akan berbeda dalam cara
menentukan dirinya untuk mendekati atau menjauhi perilaku agresif. Ada beberapa ynag
memiliki sifat karakteristik yang berortientasi untuk menjauhkan diri dari pelanggaran-
pelanggaran.
Menurut David O Sears 1985 meyebutakan faktor penentu perilaku agresif yang utama
adalah rasa marah dan proses belajar respon agresif. Proses belejar ini bisa terjadi langsung
terhadap respon agresif atau melalui imitasi.
Menurut Davidoff perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Faktor biologis
Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu:
Gen
Gen tampakya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku
agresif.
Sistem otak
Sistem otak yang tidak terlibat dalam agersi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit
netral yang mengendalikan agresi.
Kimia darah
Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat
mempengaruhi perilaku agresi.
b. Faktor lingkungan
Yang mempengaruhi perilaku agresi remaja yaitu :
Kemiskinan
Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara
alami mengalami penguatan. Hal yang sangat menyedihkan adalah dengan berlarut-larut
terjadinya krisis ekonimi dan moneter menyebabkan pembengklakan kemskinan yang semakin
tidak terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya tingkat agresi semakin besar.
Anoniomitas
Terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal,
artinya antara satu orang dengan orang lain tidal lagi saling mengenal. Lebih jauh lagi, setiap
individu cenderung menjadi anonim (tidak mempunyai identiras diri). Jika seseorang merasa
anonim ia cenderung berperilaku semaunya sendiri, karena ia merasa tidak terikkat dengan
norma masyarakat da kurang bersimpati dengan orang lain.
Suhu udara yang panas
Suhu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa
peningkatan agresi.
Kesenjangan generasi
Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan orang tuanya
dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak
nyambung. Kegagalan komunikasi antara orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu
penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.
Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki cirri-ciri aktifitas system saraf parasimpatik yang
tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan akarena
adanya kesalahan yang muingkin nyata-nyata salah atau mungkin tidak (Davidoff, Psikologi
Suatu Pengantar, 1991). Pada saat amrah ada perasaan ingin menyerang, meninju,
menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal
tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresif.
Peran belajar model kekerasan
Model pahlawan-pahlawan di film-film seringkali mendapat imbalan setelah mereka
melakukan tindak kekerasan. Hal bisa menjadikan penonton akan semakin mendapat penguatan
bahwa hal tersebut merupakan hal yang menyenangkan dan dapat dijadikan suatu sistem nilai
bagi dirinya. Dengan menyaksikan adegan kekerasan tersebut terjadi proses belajar peran model
kekerasan dan hali ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya perilaku agresif.
Frustasi
Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh ssesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan,
kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Agresi merupakan salah satu cara
merespon terhadap frustasi. Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustasi yang
behubungan dengan banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan adanya
kebutuhan yang harus segera tepenuhi tetapi sulit sekali tercap[ai. Akibatnya mereka menjadi
mudah marah dan berprilaku agresi.
Proses pendisiplinan yang keliru
Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan
memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja
(Sukadji, Keluarga dan Keberhasilan Pendidikan, 1988). Pendidikan disiplin seperti akn
membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang
memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada akhirnya
melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.
E. Menangani Agresi
Perilaku agresi merupakan salah satu masalah sosial, ini perlu segera ditangani secara
serius. Terdapat beberapa strategi untuk mengendalikan dan mengurangi prevalensi perilaku
agresi. Strategi itu di antaranya:
1. Strategi hukuman, yakni hukuman harus diberikan segera setelah perilaku agresi terjadi,
besarnya tingkat hukuman harus setimpal, hukuman harus diberikan setiap kali perilaku agresi
timbul.
2. Strategi katarsis, yakni memberi kesempatan kepada individu untuk mengekspresikan perilaku
agresinya misalnya marah. Setelah melewati jangka waktu tertentu, marahnya mereda dan ia
akan berfikir tentang orang yang sebelumnya menyebabkan marah atau terangsang melakukan
perilaku agresi.
3. Strategi pengenalan terhadap model nonagresi, yakni meredakan suasana yang berpotensi
menimbulkan perilaku agresi ke arah yang lebih baik.
4. Strategi pelatihan keterampilan sosial, yakni mengekspresikan atau mengkomunikasikan
keinginan kepada orang lain.
Dalam Surya (2004: 49 – 51) ada beberapa langkah pendekatan yang dapat kita lakukan untuk
mengantisipasi perilaku anak suka agresif, antara lain:
1. Jika melihat anak secara langsung bersikap agresif terhadap temannya, berusahalah untuk
mencegahnya dengan tanpa menyinggung perasaan anak.
2. Kita harus memperlakukan anak dengan sabar, kita tidak boleh bersikap agresif
menghadapi anak yang suka agresif.
3. Dengarkan suara hati anak.
4. Ajarkan pada anak cara bergaul dengan baik dan menyenangkan.
5. Kita bisa mendampingi dan mengawasi anak saat bermain bersama teman atau
saudaranya.
6. Kita bisa membatasi jumlah teman bermain anak.
7. Ciptakan suasana kebersamaan dalam keluarga.
8. Damping anak ketika nonton TV
Dalam (Sobur, 1987) dijelaskan bahwa untuk menanggapi sikap agresif anak-anak, kita
perlu melacak dua macam jalan keluarnya. Pertama, bagaimana mengurangi sikap agresifnya
pada saat ini. Sedangkan jalan keluar yang lebih berjangka panjang adalah mencegah timbulnya
sikap agresif dimasa yang akan datang. Apapun yang dipilih untuk menyalurkan dorongan
agresifnya ini, tetap berarti bahwa dorongan agresif itu sendiri harus disalurkan dengan sebaik-
baiknya. Perbuatan orangtua untuk setiap kali menyuruh diam anak-anak yang sedang
bertengkar, atau menghukum anak setiap kali habis berkelahi dengan temannya adalah kurang
bijaksana.
ALAT OBSERVASI
A. Definisi operasional
Pengertian agresi
Agresi adalah tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan untuk menyakiti makhluk
hidup lainnya yang ingin menghindari perlakuan semacam itu. Hal ini juga termasuk dalam
agresi manusia yang dimaksud adalah siksaan yang diarahkan secara sengaja dari berbagai
bentuk kekerasan terhadap orang lain. Dalam hal ini, jika menyakiti orang lain karena unsur
ketidaksengajaan, maka perilaku tersebut bukan dikategorikan perilaku agresi. Rasa sakit akibat
tidakan medis misalnya, walaupun sengaja dilakukan bukan termasuk agresi. Sebaliknya, niat
menyakiti orang lain namun tidak berhasil, hal ini dapat dikatakan sebagai perilaku agresi.
Strickland (2001) mengemukakan bahwa perilaku agresi adalah setiap tindakan
yang diniatkan untuk melukai, menyebabkan penderitaan, dan untuk merusak orang lain.
Meskipun agresi sering dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat fisik, namun sebenarnya
perilaku agresi yang ditujukan untuk memberikan kerugian secara psikologis dapat pula disebut
sebagai perilaku agresi. Ada 3 hal yang perlu diketahui mengenai agresi, adalah sebagai berikut.
1. Cara perilaku agresi diperoleh
2. Ganjaran dan hukuman yang berhubungan dengan suatu perilaku agresi
3. Faktor sosial dan lingkungan yang memudahkan timbulnya perilaku agresi
Perilaku agresi merupakan hasil dari interaksi dan banyak faktor, seperti pengalaman masa
lalu individu yang berkenaan dengan perilaku agresi, jenis-jenis perilaku agresi yang mendapat
ganjaran hukuman, dan variable lingkungan serta kognitif sosial yang menjadi penghambat atau
fasilitator bagi timbulnya perilaku agresi.
Menurut Berkowitz (1995) perilaku agresif adalah suatu tindakan,ucapan baik secara
langsung maupun tidak langsung menyakiti atau merugikan orang lain. Dalam perilaku agresif
terdapat unsur niat, atau unsur kesengajaan dalam melakukan perilaku yang merugikan orang
lain. Banyak faktor yang menjelaskan mengapa perilaku agresi bisa muncul. Salah satunya
adalah identitas sosial kelompok. Identitas sosial merupakan atribut atau ciri-ciri yang melekat
pada individu, yang berkaitan dengan seting sosial.
Baron dan Bryne (2000) mendefinisikan perilaku agresi sebagai suatu bentuk perilaku
yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya perilaku tersebut. Berdasarkan definisi tersebut didapat empat pengertian mengenai
agresi, pertama adalah agresi merupakan suatu bentuk perilaku bukan emosi, kebutuhan atau
motif kedua adalah si pelaku agresi mempunyai maksud untuk mencelakakan korban yang
dituju, ketiga adalah korban agresi yaitu makhluk hidup bukan benda mati, sedangkan yang
keempat adalah korban dari perilaku agresi ini tidak menginginkan atau menghindarkan diri dari
perilaku pelaku agresi.
Perilaku agresif menurut David O. Sars (1985) adalah setiap perilkau yang bertujuan
menyakiti orang lain, dapat juga ditujukan kepada perasaan ingin menyakiti orang lain dalam diri
seseorang.
Menurut Abidin (2005) agresif mempunyai beberapa karakteristik. Karakteristik yang
pertama, agresif merupakan tingkah laku yang bersifat membahayakan, menyakitkan, dan
melukai orang lain. Karakteristik yang kedua, agresif merupakan suatu tingkah laku yang
dilakukan seseorang dengan maksud untuk melukai, menyakiti, dan membahayakan orang lain
atau dengan kata lain dilakukan dengan sengaja. Karakteristik yang ketiga, agresi tidak hanya
dilakukan untuk melukai korban secara fisik, tetapi juga secara psikis. (psikologis.).misalnya
melalui kegiatan yang menghina atu menyalahkan.
Agresif menurut Moore dan Fine (dalam Koeswara, 1998) perilaku agresif adalah
tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau objek-objek
lain.
Menurut Buss (dalam Morgan, 1989), perilaku agresi adalah suatu perilakuyang
dilakukan untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan individuindividu atau objek-objek
yang menjadi sasaran perilaku tersebut baik (secara fisik atau verbal) dan langsung atau tidak
langsung.
Menurut Atkinson (1999), perilaku agresi adalah perilaku yang dimaksudkan untuk
melukai orang lain atau merusak harta benda.
Menurut Goble (1987) agresi adalah suatu reaksi terhadap frustrasi atau
ketidakmampuan memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis dasar dan bukan naluri.
Berdasarkan beberapa defenisi yang dikemukakan oleh para ahli dapat ditarik kesimpulan secara
umum bahwa perilaku agresi adalah suatu bentuk perilaku yang merupakan reaksi terhadap
frustasi atau ketidakmampuan memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis dasar yang ditujukan
untuk mencelakakan atau melukai makhluk hidup atau benda mati baik secara fisik atau verbal,
baik secara langsung atau tidak langsung.
Pengertian Anak Jalanan
Anak jalanan digambarkan sebagai kelompok masyarakat dengan tingkat stratifikasi
sosial rendah atau merupakan golongan bawah “grassroots” dengan status sosial serta posisi
kekuasaan/wewenang (power/autority) yang tidak jelas. Tidak memiliki banyak akses ke sumber
daya serta tidak memiliki kemampuan untuk menjadi subjek (Ritzer dan Godman, 2004).
Pengertian Anak jalanan atau sering juga disebut dengan gelandangan menurut beberapa
tokoh yang diantaranya adalah
a) Artidjo mengartikan anak jalanan atau gelandangan sebagai orang yang tidak mempunyai tempat
tinggal dan mata pencaharian yang tetap dan layak atau mereka sering berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat yang lain, berkeliaran di dalam kota dan makan minum disembarang
tempat.
b) Sudarsono mengartikan anak jalanan atau gelandangan adalah mereka yang tidak memiliki tempat
tinggal yang tetap,yang secara yuridis tidak berdomisili yang otentik, disamping itu mereka
merupakan kelompok yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan layak menurut ukuran masyarakat
pada umumnya dan mereka sebagian besar tidak mengenal nilai-nilai keluhuran.
Dari kedua pengertian diatas mempunyai kemiripan arti tentang anak jalanan atau
gelandangan yaitu anak-anak yang sebagian masih dibawah umur yang tidak mempunyai tempat
tinggal tetap dan setiap hari berkeliaran dijalan-jalan setiap sudut kota dan kurang memiliki etika
sebagai mana anak-anak pada umumnya.
Menurut lisa (1996) anak jalanan adalah anak-anak yang bekerja di jalanan. Studi yang
dilakukan oleh Soedijar (1989/1990) menunjukkan bahwa anak jalanan adalah anak yang berusia
antara 7-15 tahun yang bekerja di jalanan dan dapat mengganggu ketentraman dan keselarnatan
orang lain serta membahayakan dirinya sendiri.
Indikator Perilaku
a. Agresi fisik aktif langsung, meliputi :
- menendang
- menodong
- melempari korban
- memukul
b. Agresi fisik pasif langsung, meliputi :
- secara fisik mencegah orang lain memperoleh tujuan atau tindakan yang diinginkan, Aksi
diam / aksi mogok
c. Agresi fisik aktif tidak langsung , meliputi :
- merusak harta milik korban
- Membuat perangkap untuk orang lain
- Memprovokasi perkelahian
d. Agresi fisik pasif tidak langsung, meliputi :
- tidak peduli,
- masa bodoh/ menolak melakukan tugas-tugas yang seharusnya,
e. Agresi verbal aktif langsung, meliputi :
- Berteriak
- Menghina
- mengumpat.
f. Agresi verbal pasif langsung, meliputi :
- menolak berbicara kepada orang lain dan
- menolak menjawab pertanyaan orang lain,
g. Agresi verbal aktif tidak langsung, melputi :
- menyebar fitnah
- mengadu domba
h. Agresi verbal pasif tidak langsung, meliputi :
- tidak mau membuat komentar verbal (misal:menolak berbicara ke orang yang menyerang
dirinya bila dia dikritik secara tidak adil)
b. Lembar Observasi
1) Criteria observasi pada perilaku ADHD ini mengarah pada skala pengukuran Likert
(Azwar, 2003: ). Adapun gambaran criteria penilaian (skor) ini adalah :
Selalu = 4
Sering = 3
Kadang-kadang = 2
Tidak pernah = 1
2) Terlampir
F. Subjek/ klien
A. Data Klien
Keterangan Umum
- Nama Lengkap : Eky Dea Yannuarsah
- Alamat Lengkap : jl Ngaglik 1 no 8
- Nomor Telepon Rumah : 085733812853
- Jenis Kelamin : laki-laki
- Tempat dan Tanggal Lahir : Januari 19 1993
- Nama Ibu : Erma C.H
- Nama Ayah : Subagyo
B. Riwayat Kasus
Saat kehamilan subjek dulu, ibunya menjaga kondisi kesehatan dan asupan makan
yang baik sehingga subjek dapat terlahir dengan keadaan yang normal tanpa ada gangguan,
subjek di lahirkan saat usia kandungan 9 bulan. Akan tetapi semasa ibunya mengandung
ibunya sering mendapatkan perlakuan yang kasar dari ayahnya baik itu perlakuan verbal
maupun non verbal karena ayahnya tergolong orang yang emosional.
Saat subjek berusia 2 tahun subjek sudah di perlakukan kasar oleh ayahnya, subjek
di pukuli hanya gara-gara subjek salah membelikan rokok ayahnya. Ayahnya selalu
berperilaku kasar terhadap subjek baik itu perlakuan verbal maupun non verbal dan sikap
kasar yang di lakukan ayahnya itu tidak hanya di lakuakan terhadap subjek tetapi di lakukan
terhadap semua keluarganya.
Sejak kecil subjek sudah didik dengan perilaku-perilaku kasar yang diberikan oleh
ayahnya, sehingga subjek memiliki dendem pribadi dengan ayahnya, dan subjek berpikiran
jika nanti kelak subjek sudah dewasa subjek akan membalas perbuatan yang dilakukan
ayahnya selain itu subjek juga membenci ayahnya karena sejak subjek kecil sampai dewasa
seperti sekarang subjek tidak pernah diberi nafkah oleh ayahnya hanya ibunya yang bekerja
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Pada saat subjek duduk di bangku smp subjek melihat orang tuanya bertengkar
sampai ayahnya menampar ibunya, subjek merasa tidak suka dengan perlakuan ayahnya
sehingga subjek memukuli ayahnya dan megajak ayahnya berkelahi. Dari situ sudah muncul
sikap-sikap agresi yang terentuk oleh pola asuh orang tuanya. Dan subjek juga pernah
terlibat tawuran pelajar saat subjek duduk di bangku kelas 2 SMP.
Saat subjek duduk di bangku SMA subjek baru mengenal dunia-dunia anak jalanan.
Awalnya karena subjek merasa di kecewakan oleh pasangannya sehingga subjek tidak pernah
masuk sekolah dan membolos, saat membolos itulah subjek bertemu dengan salah satu anak
jalanan yang biasa mengamen di kereta subjekpun di ajak untuk ikut mengamen, awalnya
subjek ikut hanya untuk mencoba-coba dan menghibur hatinya, tetapi setelah berjalan lama
subjek mulai tidak bisa meninggalkan dunia jalanan dan sekolahnyapun di abaikan akan
tetapi subjek bisa lulus SMA. Dan sampai sekarang subjek masih menjadi pengamen jalanan
di kereta walaupun subjek tergolong orang yang cukup akan tetapi subjek memang sudah
terlanjur merasakan kesenangan dunia jalanan sehingga tidak bisa untuk meninggalkannya.
Dan saat subjek ikut dunia anak jalan, subjek juga pernah terlibat dalam tawuran
antara kelompok pengamen sehingga menimbulkan korban meninggal. Kini subjek juga
masih dominan berperilaku agresi baik itu dengan teman maupun dengan orang tuanya
terutama dengan ayahnya, subjek belum mampu mengontrol emosinya dengan baik sehinnga
ketika subjek tersulut emosi subjek selalu meluapkan emosinya dengan berperilaku agresi
baik itu verbal maupun non verbal.
Selain itu lingkungan subjek yang notabenya adalah lingkungan orang-orang yang
memiliki perilaku kurang baik juga mampu mendorong tindakan agresi yang di lakukan oleh
subjek, karena subjek banyak menghabiskan waktunya bersama teman-teman pengamen
jalannan. Di lingkungan anak-anak pengamen jalanan itu subjek belajar tentang kerasnya
hidup di jalanan sehinnga akhirnya membentuk kepribadian yang kurang baik.
Saat berinteraksi dengan teman-teman anak pengamen jalanan baik itu anak yang se
usia dengannya ataupun yang lebih tua dengannya subjek mampu berinteraksi dengan baik,
tetapi terkadang saat subjek berinteraksi dengan orang-orang umum sikap berinteraksi yang
negatif dengan teman-teman jalanan masih terbawa, karena subjek telah terbiasa dalam
kesehariannya.
Mengumpat dan berkata-kata kotaor sudah merupakan hal biasa bagi subjek dan
teman-temannya. Karena setiap harinya mereka mereka melakukan itu tanpa ada rasa
bersalah ataupun penyesalan saat mengucapkan / melakukannya. Menurut observasi kami
subjek memang terpengaruh oleh lingkungan di sekitar subjek yang memang mayoritas
berperilaku negative.
Riwayat perkembangan
Dalam riwayat lahir, lama kehamilan ibu subjek selama 9 bulan dan memiliki berat
saat lahir 4,3 kg. tidak ada komplikasi saat kehamilan, tidak memilki masalah kesehatan saat
lahir seperti sakit kuning, sulit bernafas, cacat saat lahir atau yang lainnya.. Ibu subjek juga
tidak mengkonsumsi obat secara rutin. Sejak kecil subjek selalu kooperatif, mainan
favoritnya adalah bola, yang selalu ia mainkan bersama teman sebayanya. Subjek juga dapat
melakukan perkembangan yang normal pada saat pranatal – masa anak sekolah seperti yang
dikemukakan oleh Havighurst (http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html):
A. Masa bayi dan anak-anak
1. Belajar berjalan
2. Belajar mekan makanan padat
3. Belajar berbicara
4. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
5. Mencapai stabilitas fisiologik
6. Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial
7. Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain
8. Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta mengembangkan kata hati
B. Masa Anak Sekolah
1. Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
2. Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh
3. Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya
4. Belajar peranan jenis kelamin
5. Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-
hari
7. Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
8. Belajar membebaskan ketergantungan diri
9. Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga
Dan pada usia sekarang yaitu 19 tahun dilihat dari Dalam riwayat perkembangan
subjek, subjek dapat menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya. Subjek juga
mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas..
Subjek mampu bergul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar, subjek mampu
meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap dan perilaku) kekanak-kanakan. Dan
memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan
sebaya, baik laki-laki maupun perempuan.
Akan tetapi, Subjek masih belum bisa mengembangkan keterampilan komunikasi
interpersonal dengan baik karena banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi. Terkadang
subjek tidak memiliki self confidence saat bertemu dengan orang-orang baru karena subjek
merasa berada di kaum minoritas karena setatusnya sebagai pengamen jalanan. Subjek tidak
bisa berperilaku bertanggung jawab secara sosial itu terlihat ketika subjek melakukan corat-
coret di dinding rumah warga, dan tidak ada niat untuk meminta maaf. Subjek juga tidak bisa
memilih dan memikirkan pekerjaanya karena subjek lebih senang menjadi pengamen.
Walaupun tingkat kereligiusitasannya belum begitu matang tetapi subjek terkadang masih
bisa mengingat ajaran agamanya seperti contohnya ikut melaksanakan shalat jum’at
berjama’ah. Subjek belum mempunyai pikiran untuk membentuk keluarga. Kadang-kadang
subjek belum mampu untuk mengontrol diri terhadap nilai-nilai dan falsafah hidup.
D. DIAGNOSA
Dilihat dari daftar riwayat lahir dan riwayat perkembangan, subjek dapat berkembang
dengan baik. Akan tetapi pada riwayat perkembangan pada umur 19 tahun. Subjek tidak
dapat bertanggung jawab secara sosial dan tidak bisa memilih dan memikirkan pekerjaanya.
Subjek tidak bisa berperilaku bertanggung jawab secara sosial itu terlihat ketika
subjek melakukan corat-coret di dinding rumah warga, dan tidak ada niat untuk memintak
maaf dan Subjek juga tidak bisa memilih dan memikirkan pekerjaanya karena subjek lebih
senang menjadi pengamen
Dalam aspek daftar riwayat lahir, subjek lahir tanpa ada komplikasi atau gejala-gejala
lain yang mengganggu perkembangan subjek. Dia berkembang secara normal dan optimal
Dari sekian jenis – jenis agresi yang ada, Dalam hasil observasi ditinjau dari lembar
observasi yang ada kami mendiagosis bahwa anak ini berpertilaku agresi verbal dan agresi
fisik, adapaun penjelasan dari perilaku tersebut dapat dilihat anak itu pernah melakukan
agresi verbal seperti kata-kata kotor kepada teman atau kata-kata yang dianggap mampu
menyakiti atau menyakitkan, melukai, menyinggung perasaan atau membuat orang lain
menderita. Dan perilaku agresi aktif seperti menendang, memukul, membuat perangkap
untuk orang lain dan mendorong.
G. PEMBAHASAN
Ditinjau dari hasil data-data yang diperoleh, yaitu data riwayat perkembangan yang
mencakup didalamnya riwayat lahir, kegiatan bermain anak, dan kebiasaan yang biasa
dilakukan dalam kesehariannya dapat disimpulkan bahwa anak tersebut memiliki
perkembangan yang baik (normal). Dan dalam observasi yang kami lakukan, kami dapat
mendiagnosis bahwa anak ini memiliki perilaku agresif, dilihat dari lembar hasil observasi
bahwa subjek melakukan agresif verbal dan non verbal (fisik).
Dilihat dari Dari hasil observasi, perilaku agresi pada subjek terbentuk karena
lingkungan, seperti dalam ( Sarwono, 2002) dalam teori Teori Belajar Sosial, yaitu lebih
memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura menekankan kenyataan bahwa perilaku
agresi, perbuatan yang berbahaya, perbuatan yang tidak pasti dapat dikatakan sebagai hasil
bentuk dari pelajaran perilaku sosial. Bandura menerangkan agresi dapat dipelajari dan
terbentuk pada individu-individu hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang
dilakukan oleh orang lain atau model yang diamatinya, walaupun hanya sepintas dan tanpa
penguatan. Seperti halnya pada subjek, lingkungan subjek yang memang rentan perilaku
agresi membuat subjek terdorong untuk melakukan tindakan agresi.
Dalam jenis-jenis agresi perilaku agresi, subjek tergolong dalam perilaku agresi
verbal dan fisik yaitu :
f) Agresi verbal, yaitu: agresi yang dilakukan terhadap sumber agresi secara verbal. Agresi
verbal ini dapat berupa kata-kata kotor atau kata-kata yang dianggap mampu menyakiti atau
menyakitkan, melukai, menyinggung perasaan atau membuat orang lain menderita.
g) Agresi fisik, yaitu: agresi yang dilakukan dengan fisik sebagai pelampiasan marah oleh
individu yang mengalami agresi tersebut, misalnya: agresi yang pada perkelahian, respon
menyerang muncul terhadap stimulus yang luas baik berupa objek hidup maupun objek yang
mati.
Subjek melakukan agresi dengan ciri-ciri
1. Agresi verbal : Berteriak, menghina, mengumpat, berkata-kata kotor, dan tidak mau
berkomentar verbal
2. Agresi fisik : Menendang, memukul, membuat perangkap untuk orang lain dan
mendorong
Terkadang subjek melakukan tindakan agresinya karena emosi / marah tehdap teman
dan orang-orang yang mengkritiknya sehinga luapan agresinya itu muncul karena rasa emosi/
rasa marah dalam dirinya menurut Menurut Atkinson (1999) Agresi emosional, yaitu: agresi
yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan marah dan agresi ini sering dialami orang
yang tidak memiliki kemampuan untuk melakukan agresi secara terbuka, misalnya: karena
keterbatasan kemampuan, kelemahan dan ketidakberdayaan. Agresi ini dibangkitkan oleh
perasaan tersinggung atau kemarahan, tetapi agresi ini hanya sebagai keinginan-keinginan
(bersifat terpendam), misalnya: individu akan merasa terluka jika individu lain tidak
menghargai dirinya secara langsung, seperti orang yang memegang kepala orang lain, orang
yang dipegang kepalanya akan merasa tersinggung.
Di tinjau dari faktor penyebab sikap agresi pada subjek, dari hasil observasi yang kami
lakukan banyak faktor yang menyebabkan subjek berperilaku agresi seperti faktor sosial,
faktor biologis, amarah, alkohol, pola asuh yang keliru. Faktor sosial yaitu ketika subjek
tersinggung oleh temannya dan menganggap temannya tersebut adalah sumber ancaman
baginya sehinnga subjek melakukan tindakan agresi, seperti di utarakan Koeswara (1998),
penyebab sosial salah satunya adalah Profokasi, yaitu oleh pelaku agresi profokasi dilihat
sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon agersif untuk meniadakan bahaya yang
diisaratkan oleh ancaman tersebut.
Faktor biolagis, subjek di lahirkan dari seorang ayah yang memiliki watak yang keras
sehinnga sedikit banyak foktor gen juga mempengaruhi menurut Koeswara (1998) Gen
tampakya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresif.
Faktor amarah juga yang membuat subjek melakukan agresi, itu terlihat dari observasi kami
saat subjek tersinggung oleh perbuatan taman-tamannya dan membalasnya dengan perilaku
agresi menurut Koeswara (1998) Marah merupakan emosi yang memiliki cirri-ciri aktifitas
system saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang
biasanya disebabkan akarena adanya kesalahan yang muingkin nyata-nyata salah atau
mungkin tidak (Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, 1991). Pada saat amrah ada perasaan
ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul
pikiran yang kejam. Bila hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresif.
Subjek juga mengkonsumsi minuman-minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang
karena terkadang uang hasil ngamennya bersama dengan teman-temannya subjek gunakan
untuk mabuk-mabukan dan untuk membeli obat-obatan terlarang itu juga menjadi faktor
terbentuknya perilaku agresi menurut Koeswara (1998) Ada petunjuk bahwa agresi
berhubungan dengan kadar alkhohol dan obat-obatan. Subyek yang menerima alkohol dalam
takaran-takaran yang tinggi menunjukkan taraf agresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
subjek yang tidak menerima alkhohol atau menerima alkhohol dalam taraf yang rendah.
Alkhohol dapat melemahkan kendali diri peminumnya, sehingga taraf agresi juga tinggi. Pola
asuh yang di berikan orang tuanya juga mendorong subjek untuk berperilaku agresi, karena
dari kecil ketika subjek melakukan kesalahan subjek selalu di hukum dengan pemberian
hukuman fisik, sehinnga terbentuklah perilaku agresi pada subjek smapai kini, karena
menurut Koeswara (1998) Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras
terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai
pengaruh yang buruk bagi remaja (Sukadji, Keluarga dan Keberhasilan Pendidikan, 1988).
Pendidikan disiplin seperti akn membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah
dengan orang lain, membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta
kehilangan inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi
kepada orang lain.
Saat subjek mengamen di kereta subjek dan teman-temanya mampu bersikap baik
terhadap penumpang, sehinnga banyak penumpang yang senang terhadap group pengamen
subjek, meskipun keadaan di dalam kereta dapat memicu tindakan agresi karena di dalam
kereta suhu udara yang panas, polusi dan bau orang yang bercampur dapat menimbulkan
tindakan agresi tetapi subjek dan groupnya mampu meminimalisir sikap agresi karena
menurut Koeswara (1998) Polusi Udara, bau busuk dan kebisingan dilaporkan dapat
menimbulkan perilaku agresi tetapi tidak selalu demikian tergantung dari berbagai faktor lain.
Meskipun terkadang subjek dan teman-temannya terkadang menggerutu, tetapi mereka masih
bisa mengontrol itu.
H. REKOMENDASI
Penanganan yang sesuai dengan perilaku agresi yang dilakukan oleh subjek ialah sebagai
berikut :
1. Strategi hukuman, yakni hukuman harus diberikan segera setelah perilaku agresi terjadi,
besarnya tingkat hukuman harus setimpal, hukuman harus diberikan setiap kali perilaku
agresi timbul.
2. Jika melihat anak secara langsung bersikap agresif terhadap temannya, berusahalah untuk
mencegahnya dengan tanpa menyinggung perasaan ana
3. Kita harus memperlakukan anak dengan sabar, kita tidak boleh bersikap agresif
menghadapi anak yang suka agresif.
4. Ciptakan suasana kebersamaan dalam keluarga.
5. Strategi katarsis, yakni memberi kesempatan kepada individu untuk mengekspresikan
perilaku agresinya misalnya marah. Setelah melewati jangka waktu tertentu, marahnya
mereda dan ia akan berfikir tentang orang yang sebelumnya menyebabkan marah atau
terangsang melakukan perilaku agresi.
Riwayat lahir
- Lama Kehamilan : 9 bulan
- Berat Saat Lahir : 4,3 kg
- Apa ada faktor yang tidak biasa atau komplikasi saat kehamilan? Ya √ tidak
Jika ya jelaskan
- Apakah anak anda menalami masalah kesehatan saat lahir (seperi sakit kuning sulit
bernafas,cacat lahir) ya √ tidak
Jika ya jelaskan
- Dokter mana yang paling mengetahui kesehatan anak anda Dr Lilik
- Apakah anak anda mengkonsumsi obat secara rutin
ya √ tidak
Bila ya nama obat dan dosisinya
- Apakah anak anda pernah mengalami penyakit di bawah ini
Campak rematik
Gondong cacar air
Batuk rejan radang paru-paru
Radang selaput otak hepatitis
Infeksi saluran telinga tengah (otosis media)
- Apakah ada komplikasi terhadap penyakit tersebut, seperti demam yang tinggi, kejang,
otot menjadi lemah dan lain-lain ya √ tidak
Jika ya jelaskan
- Apakah anak anda pernah dirawat di rumah sakit ya √ tidak
Berapa kali total lama dirawat
Jelaskan
- Apakah anak anda pernah sakit parah yang lain atau cidera yang tidak memerlukan
perawatan di rumah sakit √ ya tidak
- Jelaskan patah tulang saat bermain dan terjatuh
- Berapa kali anak anda sakit masuk angin, pilek, batuk, selama setahun 7 kali
- Apakah anak anda mempunyai alergi: ya √ tidak
Makanan
Binatang
Obat-obatan
Asma ya √ tidak
Demam di sebabkan rumput kering (hay fever) ya √ tidak
- Apakah anak anda bermasalah dengan sakit telinga atau infeksi dengan telinga
Ya √ tidak
Jika ya, berapa kalin selama setahun terakhir
- Apakah pendengaran anak anda pernah diperiksa ya √ tidak
Waktu periksa
- Apakah pernah ada bukti mengenai hilangnya pendengaran ya √ tidak
Bila ada, jelasakan
- Apakah anak anda terakhir mempunyai tuba di telinga Ya √ tidak
- Apakah anda mempunyai kekhawatiran mengenai perkembangan bicara dan bahasa anak
anda ya √ tidak
Jika ya, jelaskan
- Apakah penglihatan anak anda pernah di periksa ya √ tidak
Waktu pemeriksaan
- Apakah pernah ada bukti mengenai hilangnya penglihatan ya √ tidak
Apakah anak melakukan sesuatu yang menurut anda bermasalah
Ya √ tidak
Jelaskan
- Apakah anak anda pernah mengikuti pelayanan pengasuhan anak diluar rumah contohnya
pengsuhan bayi, penitipan anak, prasekolah ya √ tidak
Jelaskan
Kegiatan Bermain Anak
- Dimana anak anda biasanya bermain- contohnya, halaman belakang, dapur, kamar tidur?
Depan rumah
- Apakah anak anda biasanya bermain
Sendirian bersama satu atau dua teman
Bersama kakak/adik bersama anak yang lebih tua
Bersama anak yang lebih muda bersama anak sebayanya √
- Apakah anak anda biasanya
√ Kooperatif pemalu agresif
- Apakah permainan favorit anak anda : bola
- Jelaskan bermain sepak bola bersama dengan teman-temannya
- Apakah ada perilaku khusus yang anda ingin kami amati dari anak anda
√ Ya Tidak
Jelaskan
Kebiasaan Sehari-hari Anak
- Apakah anda mempunyai kekhawatiran mengenai kebiasaan anak anda
Kebiasaan makan
Kebiasaan tidur
Kebiasaan mengurus diri ketika buang air
Ya √ tidak
Jika ya, jelaskan
- Apakah anak anda dilatih untuk mengurus diri ketika buang air √ ya tidak
Jika ya, berapa kali anak anda ngompol dalam celana
- Istilah apa yang anak anda pekai mengenai :
Buang air kecil : pipis buang air besar : pup
- Berapa jam anak anda tidur pada malam hari
Tidur jam 21.00 malam bangun: 06.00 pagi
- Ketika anak anda kesal bagaimana anda menanganinya?
Memberikan nasehat dan menenagkannya
- Sebutkan dan jelaskan siapa yang anak anda anggap sebagia “keluarga” di rumah
Orang-orang terdekat dan masih ada hubungan darah
- Berapa jumlah kakak dan adik dari anak anda
2
Kakak (umur) Adik ( umur )
21 tahun 2 tahun
- Bahasa apa yang sering dipakai di rumah
Bahasa inggris √ bahasa lain : bahasa jawa
- Apakah ada keterangan lain yang bisa membantu kita dalam memahami atau bekerja lebih
efektif dalam menangani anak anda.
Ya √ tidak
Riwayat Perkembangan
KETIKA ANAK BERUSIA 19 tahun
Apakah anak....
ya Tidak Kadang-kadang
Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman
kualitasnya.
√
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau
figur-figur yang mempunyai otoritas
√
Mengembangkan keterampilan komunikasi
interpersonal
√
Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain
secara wajar
√
Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan
terhadap kemampuannya sendiri
√
Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri
(sikap dan perilaku) yang kekanak-kanakan
√
Bertingkah laku yang bertanggung jawab secara
sosial
√
Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan) √
Memiliki sikap positif terhadap pernikahan dan hidup
berkeluarga.
√
Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. √
mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga √
memperluas hubungan antara pribadi dan
berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan
sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
√
Memperoleh self-control (kemampuan
mengendalikan sendiri) atas dasar skala nilai, prinsip-
prinsip dan falsafah hidup.
√
Dimensi Indikator Penilaian Catatan
4 3 2 1
Agresif fisik
aktif langsung
Menedang √ ● saat menanggapi
omongan tidak enak
dari temannya subjek
sering melukakan
agresi fisik seperti
menendang, dan
memukul
● Subjek juga
menjailin teman-
temannya dengan
membuat perangkap
untuk menjatuhkan
temannya seperti
memasang petasan di
dekat teman-temannya
● Seringkali subjek
meleikan tanggung
jawabnya atau bersikap
masa bodoh
● Saat moodnya
kurang baik subjek
selalu
melampiaskannya
dengan berteriak
● Subjek juga sering
mengumpat dan
Menodong √
Melempari korban √
Memukul √
Agresif fisik
pasif langsung
Secara fisik mencegah orang lain
memperoleh tujuan atau tindakan yang
diinginkan
√
Aksi diam / aksi mogok √
Agresif fisik
aktif tidak
langsung
Merusak harta milik korban √
Membuat perangkap untuk orang lain √
Memprovokasi perkelahian √
Agresif fisik
pasif tidak
langsung
Tidak peduli √
Masa bodoh/ menolak melakukan tugas-tugas
yang seharusnya
√
Agresif verbal
aktif langsung
Berteriak √
Menghina √
Mengumpat √
Agresif verbal
pasif langsung
Menolak berbicara kepada orang lain √
menolak menjawab pertanyaan orang lain √
Agresif verbal
aktif tidak
langsung
Menyebar fitnah √
Mengadu domba √
Agresif verbal
pasif tidak
langsung
Tidak mau membuat komentar verbal
(misal:menolak berbicara ke orang yang
menyerang dirinya bila dia dikritik secara
√
tidak adil)
berkata-kata kotor baik
dalam keadaan
emosional maupun Lampiran
LEMBAR OBSERVASI
Perilaku percaya diri
Berikan tanda contreng ( Ö )
Keterangan : 4 = selalu; 3= sering; 2= kadang-kadang; 1= tidak pernah.
Catatan
Dimensi Indikator Penilaian Catatan
4 3 2 1
Agresif fisik
aktif langsung
Menedang √ ● Subjek saat
menanggapi omongan
tidak enak dari
temannya subjek sering
melukakan agresi fisik
seperti menendang, dan
memukul
● Seringkali subjek
meleikan tanggung
Menodong √
Melempari korban √
Memukul √
Agresif fisik
pasif langsung
Secara fisik mencegah orang lain
memperoleh tujuan atau tindakan yang
diinginkan
√
Aksi diam / aksi mogok √
Agresif fisik Merusak harta milik korban √
aktif tidak
langsung
jawabnya atau bersikap
masa bodoh
● Subjek juga sering
mengumpat dan
berkata-kata kotor baik
dalam keadaan
emosional maupun
berbicara dengan
teman-temanya
● subjek juga
Membuat perangkap untuk orang lain √
Memprovokasi perkelahian √
Agresif fisik
pasif tidak
langsung
Tidak peduli √
Masa bodoh/ menolak melakukan tugas-
tugas yang seharusnya
√
Agresif verbal
aktif langsung
Berteriak √
Menghina √
Mengumpat √
Agresif verbal
pasif langsung
Menolak berbicara kepada orang lain √
menolak menjawab pertanyaan orang lain √
Agresif verbal
aktif tidak
langsung
Menyebar fitnah √
Mengadu domba √
Agresif verbal
pasif tidak
langsung
Tidak mau membuat komentar verbal
(misal:menolak berbicara ke orang yang
menyerang dirinya bila dia dikritik secara
tidak adil)
√
Lampiran
LEMBAR OBSERVASI HARI KE2
Perilaku percaya diri
Berikan tanda contreng ( Ö )
Keterangan : 4 = selalu; 3= sering; 2= kadang-kadang; 1= tidak pernah.
Dimensi Indikator Penilaian Catatan
4 3 2 1
Agresif fisik
aktif langsung
Menedang √ ● Subjek saat
menanggapi omongan
tidak enak dari
temannya subjek sering
melukakan agresi fisik
seperti menendang, dan
memukul
● terkadang subjek
merusak barang milik
temannya seperti
memutuskan senar gitar
milit temannya
● Subjek juga sering
mengumpat, menghina
dan berkata-kata kotor
baik dalam keadaan
emosional maupun
bercanda saat berbicara
dengan teman-temanya
Menodong √
Melempari korban √
Memukul √
Agresif fisik
pasif langsung
Secara fisik mencegah orang lain
memperoleh tujuan atau tindakan yang
diinginkan
√
Aksi diam / aksi mogok √
Agresif fisik
aktif tidak
langsung
Merusak harta milik korban √
Membuat perangkap untuk orang lain √
Memprovokasi perkelahian √
Agresif fisik
pasif tidak
langsung
Tidak peduli √
Masa bodoh/ menolak melakukan tugas-
tugas yang seharusnya
√
Agresif verbal
aktif langsung
Berteriak √
Menghina √
Mengumpat √
Agresif verbal
pasif langsung
Menolak berbicara kepada orang lain √
menolak menjawab pertanyaan orang lain √
Agresif verbal
aktif tidak
langsung
Menyebar fitnah √
Mengadu domba √
Agresif verbal
pasif tidak
langsung
Tidak mau membuat komentar verbal
(misal:menolak berbicara ke orang yang
menyerang dirinya bila dia dikritik secara
tidak adil)
√
Lampiran
LEMBAR OBSERVASI HARI KE3
Perilaku percaya diri
Berikan tanda contreng ( Ö )
Keterangan : 4 = selalu; 3= sering; 2= kadang-kadang; 1= tidak pernah.
DAFTAR PUSTAKA
Hanurawan,Fattah Psikologi Sosial: Suatu Pengantar, (Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010), hal. 80-81.
Berkowitz., L.1995. Agresi 1:sebab dan akibatnya.penerjemah :Hartini Woro Susiatni. Jakarta:
PT.Pustaka Binaman Pressindo.
Surya, Hendra. 2004. Kiat Mengatasi Perilaku Penyimpangan Perilaku Anak (Usia 3 – 12 Tahun).
Jakarta: PT Elex media Komputindo.
Baron R.A., & Byrne, D. (2000). Social Psychology (9th ed.). Massachussets : A Pearson Education
Company.
David, Jonathan. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga
Abidin, Zainal. 2005. Penghakiman Massa. Jakarta : Erlangga.
Koeswara, E. 1998. Agresi Manusia. Bandung : PT Erasco.
Morgan, C. T. (1989). Introduction to Psychology. 3rd Edition. United Stated of America: Mc Graw
Hill Companies.
Atkinson, R. L., R.C.Atkinson, E.R.Hilgard (1999). Pengantar Psikologi. Edisi Ke-8. Jilid Kedua.
Jakarta: Erlangga.
Goble, G. F. (1987). Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Sarwono, S. W. (2002). Psikologi Sosial : individu 4 Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai
Pustaka.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2179548-pengertian-anak-jalanan
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html