Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN
METODE JOB ORDER COSTING
(Studi Kasus pada UD Tiban Jaya Rotan, Kota Malang)
Disusun oleh:
Mochammad Ariq Akhdan
NIM. 125020200111061
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih
Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN MANAJEMEN
KONSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
RIWAYAT HIDUP
Nama : Mochammad Ariq Akhdan
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 22 Agustus 1994
Alamat : Jalan Teluk Pelabuhan Ratu 1 No 20,
Arjosari, Malang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
No. Telepon : 081216943850
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
- SD Arjosari 1 Tahun 2000-2006
- SMP Negeri 16 Malang Tahun 2006-2009
- SMA Negeri 5 Malang Tahun 2009-2012
- Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya 2012-2017
Riwayat Keorganisasian
- Anggota Magang Departemen Kewirausahaan HMJM Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2013
- Anggota Tetap Departemen Penelitian dan Pengembangan HMJM
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2014
Riwayat Kepanitiaan
- Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Company Visit HMJM Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2013
- Anggota Divisi Transkoper Proker Management Edutainment HMJM
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2013
- Wakil Ketua Proker Management In Care HMJM Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya 2014
- Staf Divisi Perlengkapan Ospek Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2014
- Anggota Divisi Balistik Ospek Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya 2014
- Anggota Divisi Transkoper Management Cup HMJM Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perhitungan Harga
Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode Job Order Costing (Studi Kasus
pada UD Tiban Jaya Rotan, Kota Malang)”.
Adapun tujuan penulisan Skripsi adalah untuk memenuhi syarat dalam
mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Sehubung dengan selesainya Skripsi sebagai tugas akhir tersebut, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Candra Fajri Ananda, SE., MSc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
2. Ibu Dr. Sumiati, SE., M.Si., CSRS Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
3. Bapak Toto Rahardjo, SE., MM. Dosen Pembimbing yang telah memberikan
waktu, tenaga, arahan, dan masukan yang sangat berharga selama proses
penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Himmiyatul Amanah J.J., SE., MM. dan Dr. Andarwati, SE., ME., selaku
Dosen Penguji yang banyak membimbing dan membantu dalam memberikan
saran.
ii
5. Bapak Imam Budiono, selaku pemilik sekaligus pimpinan UD Tiban Jaya
Rotan Malang, Bapak Noer Sulistyo Firmansyah selaku manajer UD Tiban
Jaya Rotan Malang yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dalam
proses penelitian skripsi ini
6. Keluarga tercinta, Orang tua Bapak Drs. Andreas Mulyono MT, Ibu Sri
Lestari, kakak-kakakku Faizal Angga Nugraha, Mochamad Fauzan Adhima
dan adikku Elsa Kurnia Novianti yang senantiasa memberikan dukungan,
do’a, baik secara moral maupun material untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat terbaik, Atiqa Nusaibah, Mirza Nurrahmah dan Windy
Ariestya terima kasih telah senantiasa memberikan semangat dan motivasi
dalam menjalani hidup. Semoga senantiasa diberi kemudahan dalam
mencapai tujuannya.
8. M. Guntur Purwadi, Ardian Setyo yang senantiasa memberikan waktu, tenaga
dan pikiran dalam melakukan kegiatan diskusi. Semoga senantiasa diberi
kemudahan dalam mencapai tujuannya.
9. Sahabat-sahabat grup line Grup Hidden, Grup Hidden Lanang, Grup Onok-
onokan, Reuni Smala atas kebersamaannya. Semoga senantiasa diberi
kemudahan dalam mencapai tujuannya.
10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebut satu – persatu.
iii
Menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam menyusun skripsi belum bisa
dikatakan sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaa bagi
semua pihak.
Malang, Februari 2017
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................ iv
Daftar Tabel .......................................................................................... vi
Daftar Gambar ...................................................................................... vii
Daftar Lampiran ……………………………………………………... viii
Abstraksi …………………………………………………………….... ix
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 8
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori …….……………………………………... 11
2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya …………………….. 11
2.1.2 Pengertian Biaya………………………………… 12
2.1.3 Klasifikasi Biaya ................................................... 12
2.1.4 Biaya Produksi ………………………………….. 17
2.1.5 Pengertian Harga Pokok Produksi ……………… 19
2.1.6 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi ……... 20
2.1.7 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ……... 22
2.1.8 Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)……... 25
2.1.9 Harga Pokok Penjualan …………………………. 31
2.2 Penelitian Terdahulu …………………………………... 32
2.3 Kerangka Pemikiran …………………………………... 34
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ………………….………...…………... 35
3.2 Objek Penelitian…………. …………………………… 36
3.3 Jenis dan Sumber Data………………………………… 36
v
3.3.1 Jenis Data ……………………………………….. 36
3.3.2 Sumber Data ……………………………………. 37
3.4 Metode Pengumpulan Data …………………………... 37
3.5 Metode Analisis ……………………………………… 38
BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaam ..……………………… 41
4.2 Sejarah Singkat Perusahaan…..……………………….. 42
4.3 Aspek Sumber Daya Manusia………………………… 43
4.3.1 Struktur Organisasi ……………………………. 43
4.3.2 Personalia ……………………………………… 45
4.4 Aspek Pemasaran …………………………………….. 46
4.5 Visi dan Misi UD Tiban Jaya Rotan Malang ……….. 48
4.6 Produk …………………….………………………….. 49
4.7 Unsur Biaya ………………………………………….. 50
4.7.1 Biaya Bahan Baku ……………………………… 50
4.7.2 Biaya Tenaga Kerja …………………………….. 50
4.7.3 Biaya Overhead Pabrik
4.7.3.1 Macam-macam Biaya Overhead Pabrik ... 52
4.7.3.2 Perhitungan Biaya Overhead Pabrik …… 56
4.7.4 Biaya Administrasi dan Pemasaran …………….. 58
4.8 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi…… 58
4.9 Perbandingan Perhitungan Laba ……………………… 59
4.10 Implikasi dan Keterbatasan Penelitian……………….. 60
4.10.1 Implikasi Penelitian……………………………. 60
4.10.2 Keterbatasan Penelitian ……………………….. 61
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan …………………………………………… 62
5.2 Saran ………………………………………………….. 63
Daftar Pustaka ………………………………………………………. 64
Lampiran ……………………………………………………………..
vi
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel
Halaman
1.1 Data UMKM dan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur……………… 2
4.1 Personalia ………………...………………………………………... 46
4.2 Biaya Bahan Baku Kursi Teras per Satu Produk…………………... 50
4.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung Kursi Teras per Satu Produk……… 51
4.4 Biaya Bahan Baku Penolong per Satu Produk ……......................... 52
4.5 Biaya Konsumsi per Bulan Oktober 2016 ……................................ 53
4.6 Biaya Lain-lain per Bulan Oktober 2016 …….................................. 53
4.7 Biaya Perawatan Mesin per Bulan Oktober 2016 ……..................... 54
4.8 Biaya Insentif Pegawai per Bulan Oktober 2016 ……...................... 54
4.9 Biaya Pajak Bangunan per Bulan Oktober 2016 ……...................... 55
4.10 Biaya Penyusutan per Bulan Oktober 2016 ……………………….. 56
4.11 Biaya Biaya Overhead Pabrik per Satu Produk …………………… 57
4.12 Biaya Administrasi dan Pemasaran per Bulan Oktober 2016 …….. 58
4.13 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Laba per
Satu Produk Menurut Perusahaan dan Job Order Costing …………. 58
4.14 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Laba per
Satu Produk Menurut Perusahaan dan Job Order Costing …………. 59
vii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar Halaman
2.1 Formulir Permintaan Bahan Baku………………………………… 27
2.2 Kertas Kerja Waktu Pegawai ……….…………………………….. 28
2.3 Kartu Biaya Pesanan ……………………………………...……….. 30
2.4 Kerangka Pemikiran……………………………………………….. 34
4.1 Struktur Organisasi ………………………………………………... 44
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Lampiran Halaman
1. Data Penjualan Bulan Oktober 2016 ……………………………... 67
2. Hitungan Biaya Overhead Pabrik Bulan Oktober 2016 …………. 67
3. Dokumentasi pemasaran …………………………………………. 68
3 Dokumentasi Produk ...................................................................... 69
4 Dokumentasi Produk yang Diteliti ………………………………. 71
5 Dokumentasi Tempat Produksi ....................................................... 72
6 Dokumentasi Lain-lain ............. ………………………………….. 75
ix
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode Job
Order Costing
(Studi Kasus pada UD Tiban Jaya Rotan, Kota Malang)
Disusun oleh:
Mochammad Ariq Akhdan
Dosen Pembimbing:
Toto Rahardjo, SE., MM.
ABSTRAKSI
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
studi kasus pada UD Tiban Jaya Rotan Malang. Perusahaan ini memproduksi
furniture rumah tangga yang terbuat dari Rotan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perhitungan harga pokok produksi khususnya pada produk kursi teras
putri dan gentong selama bulan Oktober 2016.
UD Tiban Jaya Rotan Malang melakukan produksi ketika ada pesanan dari
pelanggan, namun dalam praktek pembukuannya perusahaan belum memiliki catatan
yang jelas mengenai transaksi yang terjadi di perusahaan, sehingga dalam
perhitungan harga pokok produksi masih kurang tepat. Dalam perhitungan harga
pokok produksi terdapat beberapa transaksi yang belum diperhitungkan oleh
perusahaan khususnya pada biaya overhead pabrik seperti konsumsi pegawai, biaya
insentif pegawai, biaya pajak bangunan, biaya perawatan mesin dan biaya
penyusutan. Oleh karena itu, berdasarkan bentuk aktivitas produksi biaya produksi
dilakukan perhitungan harga pokok produksi yang sesuai dengan menggunakan
metode Job Order Costing. Metode Job Order Costing menggunakan basis alokasi
volume produksi berupa jumlah set produk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan, yaitu harga
pokok produksi yang dihitung oleh perusahaan rendah dibandingkan menggunakan
metode Job Order Costing. Oleh karena itu, perbaikan metode perhitungan harga
pokok produksi pada UD Tiban Jaya Rotan Malang akan sangat berguna dalam
kaitannya dengan kebijakan strategi perusahaan yang lebih tepat dalam penentuan
harga jual produk di pasar dan penentuan profit yang diharapkan.
Kata Kunci: Biaya Produksi, Harga Pokok Produksi, Job Order Costing
x
Calculation of Cost of Production by Using Job order Costing Method
(Case Study on Tiban UD Jaya Rattan, Malang)
Arranged by:
Mochammad Ariq Akhdan
Supervisor:
Toto Rahardjo, SE., MM.
ABSTRACTION
This research is a descriptive case study at UD Tiban Jaya Rotan Malang. The
company manufactures home furniture household made of rattan. This study aims to
determine the calculation of the cost of production, especially in the product and the
barrel-shaped patio chair daughter during the month of October 2016.
UD Tiban Jaya Rotan Malang perform production when there is an order from a
customer, but in practice the bookkeeping company does not have a clear record of
the transactions that occur in the company, so that in the calculation of the cost of
production is less precise. In calculating the cost of production, there are several
transactions that have not been taken into account by the company, especially on
overhead costs such as catering employees, employee incentive costs, the cost of
property taxes, maintenance costs and depreciation costs. Therefore, based on the
shape of the production costs of production activity calculation of cost of production
in accordance with use Job Order Costing Method. Job Order Costing method using
a base allocation of production volume in the form of the number of sets of products.
The results showed that there are significant differences, namely cost of
production is lower than calculated by the company Job Order Costing method.
Therefore, improvement of methods of calculation of the cost of production at UD
Tiban Jaya Rotan Malang will be very useful in terms of policy strategy of the
company is more precise in determining the selling price of products on the market
and the determination of the expected profit.
Keywords: Production Costs, Cost of Production, Job Order Costing
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dapat dikatakan sektor ini
merupakan salah satu tulang punggung dalam perekonomian nasional. Hal ini
dikarenakan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki ketahanan
dalam menghadapi arus perekonomian nasional yang saat ini sedang tersendat
dikarenakan penurunan nilai tukar rupiah. UMKM dapat bertahan disebabkan
UMKM pada umumnya bermain di pasar lokal, sehingga tidak begitu terpengaruh
oleh penurunan nilai tukar rupiah. Koperasi dan Usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) merupakan tulang punggung yang tidak dipengaruhi kestabilan pasar
ekspor karena bermain di lingkup lokal dan aman dari resesi. Hal ini dapat dilihat
pada tahun 1998-2004 industri ekonomi yang menjadi penopang dikala resesi
adalah industri koprasi dan UMKM. APBN pada saat itu sebanyak 300 triliyun
rupiah dan industri UMKM mulai didongkrak, dan hasilnya industri UMKM
mampu merangkak naik dan berkembang pesat.
Selain sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi, UMKM merupakan
penyumbang terbesar dalam faktor penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat
Indonesia. Hal ini dikarenakan UMKM merupakan suatu industri yang dapat
dikatakan sebagai industri padat karya dimana dalam operasionalnya sangat
membutuhkan tenaga kerja untuk melaksanakan kegiatan produksi. Di provinsi
Jawa Timur sendiri jumlah dari industri UMKM sangatlah banyak dengan
2
penyerapan tenaga kerja yang terbilang tinggi. Berikut ini merupakan data jumlah
UMKM dan Tenaga Kerja yang ada di provinsi Jawa Timur yang diperoleh dari
Usaha Mikro, kecil dan Menengah pada tahun 2012 yang diambil dari website
Dinas Koperasi dan Usaha mikro, kecil dan menengah provinsi Jawa Timur
(http://diskopumkm.jatimprov.go.id) yang diakses pada tanggal 7 Oktober 2016.
Data dapat dilihat pada tabel 1.1 :
Tabel 1.1
Data UMKM dan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur
No Kabupaten/Kota
Jumlah
UMKM Tenaga Kerja
1 Pacitan 181.115 221.784
2 Ponorogo 207.561 306.487
3 Trenggalek 143.455 194.016
4 Tulungagung 181.409 280.424
5 Blitar 255.622 406.719
6 Kediri 251.493 395.355
7 Malang 414.516 826.375
8 Lumajang 196.446
287.251
9 Jember 424.151 729.962
10 Banyuwangi 296.706 501.379
11 Bondowoso 172.378 277.434
12 Situbondo 156.727 263.547
Lanjutan pada hal 3
3
No Kabupaten/ Kota
Jumlah
UMKM Tenaga Kerja
13 Probolinggo 235.286 397.327
14 Pasuruan 248.802
403.965
15 Sidoarjo 171.264 306.481
16 Mojokerto 155.410 262.651
17 Jombang 188.614 328.380
18 Nganjuk 201.463 322.229
19 Madiun 146.562 242.654
20 Magetan 154.800
233.043
21 Ngawi 185.312 309.653
22 Bojonegoro 281.967
471.481
23 Tuban 223.998
370.537
24 Lamongan 252.734 421.825
25 Gresik 168.393
239.182
26 Bangkalan 166.768
210.003
27 Sampan 195.215 264.569
28 Pamekasan 195.554
257.481
29 Sumenep 269.005 486.196
30 Kota Kediri 29.306 51.039
31 Kota Blitar 21.291 35.439
32 Kota Malang 77.778 141.906
Lanjutan pada hal 4
4
No Kabupaten/Kota
Jumlah
UMKM Tenaga Kerja
33 Kota Probolinggo 26.125 41.120
34 Kota Pasuruan 24.257 44.520
35 Kota Mojokerto 17.840 31.212
36 Kota Madiun 22.662 41.557
37 Kota Surabaya 260.762 466.779
38 Kota Batu 23.544 45.477
Jawa Timur 6.825.931 11.117.439
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur, 2016
Dalam informasi data pada tabel 1.1 mengenai Usaha Mikro, kecil dan
Menengah pada tahun 2012, industri UMKM tercatat sebanyak 6.825.931 unit,
dan industri ini dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 11.117.439 orang.
Khususnya di kota Malang, jumlah industri UMKM yang tercatat terhitung
sebanyak 77.778 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 141.906 orang.
Dengan ini dapat dilihat bahwa persaingan bisnis UMKM di kota Malang
terbilang ketat dengan penyerapan akan tenaga kerja yang tinggi.
UD Tiban Jaya Rotan merupakan salah satu usaha kecil yang berada di kota
Malang yang bergerak di bidang kerajinan. UD Tiban Jaya Rotan berlokasi di
Jalan Pahlawan No. 249A, Balearjosari Blimbing Kota Malang. UD Tiban Jaya
Rotan memproduksi beberapa furniture dan asesoris seperti sketsel, sofa tamu,
kursi teras, craft, dan lain-lain yang terbuat dari rotan. Bahan baku yang
digunakan dalam memproduksi furniture dan asesoris ini terdiri dari rotan,
5
synthesis, alumunium dan kayu yang diperoleh dari berbagai daerah seperti
Surabaya, Pasuruan, Gresik, dan di daerah Malang sendiri. Dalam memproduksi
barang, UD Tiban Jaya Rotan menggunakan sistem pesanan.
Dalam persaingan bisnis yang ketat ini, suatu perusahaan harus mampu
menghadapi tantangan-tantangan dalam dunia bisnis untuk bertahan dalam
menghadapi persaingannya. Selain itu perusahaan harus mampu berkembang agar
mampu menghadapi pesaing-pesaing baru yang mulai bermunculan. Untuk
bertahan dalam situaisi tersebut suatu perusahaan dituntut untuk meningkatkan
produktifitasnya sehingga hal ini akan berpengaruh tingginya pendapatan yang
diterima oleh perusahaan. Selain itu kejelian seorang manajer dalam kaitannya
untuk pengambilan keputusan terutama dalam penentuan-penentuan biaya juga
dirasa sangat penting dikarenakan biaya ini akan mempengaruhi besarnya laba
yang didapat oleh suatu perusahaan. Untuk memastikan sebuah perusahaan
memperoleh laba, manajemen perusahaan harus merencanakan dan
mengendalikan dengan baik dua faktor penentu laba yaitu pendapatan dan biaya
(Devianti, 1:2010). Dapat dikatakan bahwa tujuan utama sebuah perusahaan
berdiri adalah untuk memperoleh laba yang maksimum.
Pemahaman tentang perilaku biaya harusnya sudah dikuasai oleh seorang
manajer dalam kaitannya untuk pengambilan beberapa keputusan. Manajer yang
tidak menguasai pemahaman tentang perilaku biaya tentu saja akan mengalami
kesulita n dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
perencanaan, pengendalian biaya dan evaluasi kinerja. Semua perusahaan di dunia
sangat membutuhkan analisa perilaku biaya, baik itu perusahaan manufaktur,
6
perusahaan jasa maupun perusahaan nirlaba. Pengklasifikasian biaya dalam
perusahaan terdiri atas beberapa macam tergantung hubungan antara biaya dengan
produk, volume produksi, departemen dan pusat biaya, periode akuntansi dan
pengambilan keputusan. Dalam perusahaan manufaktur, terdapat biaya produksi
yang dirasa sangat penting untuk dianalisa oleh manajer. Biaya produksi
merupakan seluruh biaya yang dikorbankan perusahaan untuk mendapat atau
memproduksi barang. Menurut Garrison et al (38:2008), dalam perusahaan
manufaktur, biaya produksi terdiri dari 3 yaitu biaya bahan baku langsung (direct
material), biaya tenaga kerja langsung (direct labor), biaya overhead pabrik
(manufacturing overhead). Semua informasi biaya yang berkaitan dengan
produksi akan dikumpulkan dan kemudian dikelompokkan dalam tiga komponen
tersebut untuk selanjutnya diperhitungkan dalam harga pokok produksi.
Haga Jual suatu produk dipengaruhi beberapa hal antara lain harga pokok
produksi, biaya oprasional dan laba yang diinginkan oleh perusahaan. Perhitungan
harga pokok produksi yang tepat akan membantu perusahaan dalam keputusan
penentuan harga jual dari suatu produk perusahaan. Harga pokok produksi dapat
digunakan sebagai pengendalian biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi
seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, sehingga
informasi mengenai harga pokok produksi ini akan membantu seorang manajer
dalam kaitannya untuk melakukan pengambilan keputusan akan perolehan laba
yang diinginkan oleh perusahaan. Raiborn, et al (56: 2011) mengatakan bahwa
“Harga pokok produksi merupakan total biaya produksi barang yang telah selesai
dikerjakan dan ditransfer ke dalam persediaan barang jadi dalam suatu periode ”.
7
Terdapat beberapa macam metode yang dapat diterapkan oleh perusahaan
dalam kaitannya untuk menentukan penentuan harga pokok produksi perusahaan.
Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah metode pesanan atau metode job
order costing. Penentuan metode job order costing sangatlah penting dalam
pengambilan keputusan bagi manajemen, dimulai dengan diterimanya permintaan
dari pelanggan maka perusahaan harus segera menghitung harga pokok produksi
dengan cermat dan akurat untuk menentukan harga jual produk tersebut
(Setiawan, 140:2010). Melalui metode Job Order Costing, perusahaan akan dapat
menelusuri biaya-biaya untuk setiap pesanan. Selain itu penggunaan metode Job
Order Costing adalah untuk memperbaiki perhitungan harga pokok produksi yang
digunakan oleh perusahaan dengan mempertimbangkan persediaan bahan baku
langsung, perbaikan pada perhitungan biaya tenaga kerja langsung dengan
memperhatikan jumlah unit yang diproduksi untuk setiap aktivitas, dan
penelusuran biaya overhead pabrik.
Dalam praktik perhitungan harga pokok produksinya, UD Tiban Jaya Rotan
memiliki beberapa kekurangan dikarenakan dalam pelaporannya UD Tiban Jaya
Rotan belum memiliki catatan yang jelas mengenai biaya produksi baik biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan dan biaya overhead pabrik menyebabkan
tidak dapat diketahui secara tepat biaya – biaya yang telah dikeluarkan. Selain itu
,beberapa biaya yang belum dimasukkan dalam komponen biaya produksi,
sehingga hal ini berpengaruh pada perhitungan harga pokok produksi. Serta dalam
perhitungan biaya overhead pabrik, UD Tiban Jaya Rotan Malang masih
menggunakan metode yang sederhana dikarenakan catatan mengenai transaksi
yang ada dirasa belum lengkap sehingga dalam perhitungan harga pokok produksi
8
masih kurang tepat. Untuk membantu dalam permasalahan tersebut, maka
diperlukan adanya proses perhitungan mengenai biaya produksi yang akurat.
Metode yang peneliti usulkan untuk digunakan oleh UD Tiban Jaya Rotan dalam
perhitungan biaya produksi dapat menggunakan metode biaya pesanan (Job Order
Costing). Karena dengan menggunakan metode tersebut, maka pemilik usaha
dapat mengawasi biaya – biaya dalam menghasilkan produk tiap pesanan.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan maka penulis melakukan
penelitian dengan judul “PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI
DENGAN METODE JOB ORDER COSTING (STUDI PADA UD TIBAN JAYA
ROTAN MALANG)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang dijelaskan diatas, maka dapat diambil suatu
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Perhitungan Harga Pokok Produksi Produk Kerajinan Rotan
Dengan Metode yang Digunakan Perusahaan Pada UD Tiban Jaya Rotan
Kota Malang?
2. Bagaimana Perhitungan Harga Pokok Produksi Produk Kerajinan Rotan
Dengan Metode Job Order Costing Pada UD Tiban Jaya Rotan Kota
Malang?
3. Bagaimana Perbandingan antara Perhitungan Harga Pokok Produksi
Menurut Metode Perusahaan dengan Metode Job Order Costing Pada UD
Tiban Jaya Rotan Kota Malang Dalam Perhitungan Perolehan Laba?
9
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan penelitian ini antara lain:
1. Untuk Mengetahui Perhitungan Harga Pokok Produksi Produk Kerajinan
Rotan Dengan Metode yang Digunakan Perusahaan Pada UD Tiban Jaya
Rotan Kota Malang.
2. Untuk Mengetahui Perhitungan Harga Pokok Produksi Produk Kerajinan
Rotan Dengan Metode Job Order Costing Pada UD Tiban Jaya Rotan
Kota Malang.
3. Untuk Mengetahui Perbandingan antara Perhitungan Harga Pokok
Produksi Menurut Metode Perusahaan dengan Metode Job Order Costing
Pada UD Tiban Jaya Rotan Kota Malang Dalam Perhitungan Perolehan
Laba.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu :
1. Manfaat Praktis
Sebagai masukan atau saran untuk mengelola dan mengatur perhitungan biaya
produksi pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) agar dapat
mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan dalam memenuhi pesanan. Oleh
sebab itu bagi pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat
mengatur pendapatan dan biaya yang diperoleh oleh perusahaan sehingga
dapat memperoleh laba yang maksimal. Serta dapat memberikan manfaat
berupa ilmu pengetahuan bagi peneliti sendiri dalam mengembangkan atau
mengolah pengetahuan mengenai perhitungan biaya produksi terutama pada
produk kerajinan rotan UD Tiban Jaya Rotan Kota Malang.
10
2. Manfaat Teoritis
Sebagai sarana untuk memahami lebih dalam pengetahuan teoritis yang
diperoleh selama proses edukasi di bangku perkuliahan dan membandingkan
dengan keadaan sebenarnya yang terjadi dalam praktiknya. Selain itu juga
untuk melatih kemampuan dalam berpikir secara komprehensif dan
terintegrasi dalam mendorong dan menyikapi suatu permasalahan, serta
melatih diri dalam berkomunikasi dalam penelitian ini secara sistematis dan
efektif. Dan juga diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
atau kajian dalam penelitian berikutnya, sehingga mampu mengolah kembali
penelitian terdahulu untuk diperbaiki jika memiliki kelemahan yang ada pada
penelitian tersebut.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Tujuan utama dari akuntansi adalah memberi informasi kepada pihak yang
membutuhkan akan informasi mengenai keuangan. Menurut Mulyadi
(2010:7), akuntansi biaya merupakan suatu proses yang mencakup pencatatan,
penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan
produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya dan
objek kegiatan akuntansi biaya.
Sedangkan Carter (2009:11) mengatakan bahwa, akuntansi biaya digunakan
sebagai perhitungan biaya output yang dijual selama suatu periode, untuk
perhitungan laba sendiri keseluruhan biaya akan dikaitkan dengan pendapatan
dari perusahaan tersebut. Akuntansi biaya membantu perusahaan dalam
pencapaian tujuannya untuk memperoleh laba yang maksimal.
Horngren, et al (2008:3) menyatakan akuntansi biaya merupakan
mengukur, menganalisis, dan melaporkan informasi keuangan dan non
keuangan yang terkait dengan biaya perolehan atau penggunaan sumber daya
dalam suatu organisasi. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan akuntansi
biaya merupakan suatu proses dalam kegiatan akuntansi untuk mengetahui
informasi tentang biaya-biaya yang dikorbankan oleh perusahaan.
12
2.1.2 Pengertian Biaya
Menurut Mulyadi (2010:7), dalam arti luas biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit,
biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh
aktiva.
Carter (2009:2) mendefinisikan biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran atau
pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Dalam
akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada tanggal akuisisi
dicerminkan oleh penyusutan atas kas atau aset lain yang terjadi pada saat ini
atau di masa yang akan datang.
Jadi dapat dikatakan biaya merupakan sebuah nilai yang harus
dikorbankan untuk mendapatkan suatu barang dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan dari barang tersebut. Dalam perusahaan keuntungan
didapat dalam bentuk laba atas produk atau jasa yang telah mereka jual.
2.1.3 Klasifikasi Biaya
Untuk menentukan suatu keputusan, seorang manajer membutuhkan
informasi dari data-data produksi yang ada dalam perusahaan. Informasi atas
transaksi-transaksi biaya yang terjadi dalam proses produksi sangat
dibutuhkan. Hal ini dikarenakan transaksi yang sama bisa menghasilkan
informasi biaya yang berbeda.. Pengklasifikasian biaya secara berbeda
13
diperlukan untuk memberikan informasi yang berbeda dan untuk melayani
kebutuhan manajerial yang berbeda pula (Baldric Siregar, dkk,2013:13).
Sedangkan menurut Milton,dkk (1997:36) klasifikasi biaya digolongkan
berdasarkan hubungan antara biaya dengan produk, volume produksi,
departemen pabrikasi, proses, pusatbiaya, periode akuntansi dan keputusan
yang diusulkan, pelaksanaan atau evaluasi.
1. Biaya dalam hubungannya dengan produk
Proses klasifikasi biaya dan beban dapat digolongkan dengan
mengkaitkan biaya pada oprasi perusahaan. Dalam perusahaan
manufaktur total biaya operasi terdiri dari biaya produksi dan beban
komersial (Milton, dkk, 1997:37)
a. Biaya Produksi
Biaya produksi yaitu biaya yang berhubungan dengan fungsi produk
atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Biaya ini
dimulai pada saat bahan baku mulai diolah sampai dengan produk
yang dikerjakan selesai dan siap untuk dijual. Biaya produksi ini
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik (Mulyadi , 2010:14).
b. Biaya komersial
Biaya komersial yaitu biaya – biaya yang terjadi untuk melaksanakan
pemasaran produk. Biaya ini berhubungan dengan usaha untuk
memperoleh pesanan. Biaya komersial ini dibagi dalam kedua
14
kelompok yaitu biaya pemasaran dan biaya administrative. Biaya
pemasaran dimulai pada saat biaya produksi berakhir yang meliputi
biaya penjualan dan biaya pengiriman. Sedangkan biaya administrasi
meliputi biaya untuk mengatur dan mengendalikan organisasi
(Milton, dkk,1997:40)
2. Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi
Dengan hubungannya dengan volume produksi, manajemen harus
memperhatikan volume produksi jika ingin merencanakan suatu strategi
perencanaan yang baik dan mencapai keberhasilan perencanaan biaya
(Milton, dkk, 1997:40). Beberapa jenis biaya bervariasi langsing dengan
perubahan volume produksi, sedangkan biaya lainnya tidak berubah.
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya secara totalitas bersifat tetap dalam rentang
relevan tertentu. Contohnya biaya penyusutan yang menggunakan
metode garis lurus, biaya gaji, biaya sewa, biaya asuransi, biaya
pajak. (Bastian Bustami, dkk, 2013:15)
b. Biaya Variabel (Variable Cost)
Menurut Bastian Bustami Dkk (2010: 15) mengatakan bahwa biaya
variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah – ubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya
variabel adalah perlengkapan, bahan bakar, peralaan kecil, royalty,
biaya pengiriman barang, upah lembur.
15
c. Biaya Campuran
Menurut Mulyadi (2010: 15) biaya campuran merupakan biaya-
biaya yang terdiri dari biaya semivariabel dan biaya semifixed.
1. Biaya semivariabel
Biaya semivariabel adalah merupakan biaya yang terdiri dari
elemen-elemen biaya tetap dan biaya variabel. Biaya ini terdapat
dalam komponen biaya tidak langsung. Perilakunya tidak
konstan seperti dua kelompok biaya yang ada di atas. Biaya
semivariabelmerupakan biaya yang jumlahnya tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan dan memiliki unsur biaya
tetap dan unsur biaya variabel.
2. Biaya semifixed
Biaya semifixed juga adalahan biaya yang di dalamnya terdiri
dari elemen-elemen biaya tetap dan biaya variabel, namun
perilakunya konstan sesuai dengan volume produksi.
3. Biaya dalam Hubungannya dengan Departemen Produksi
Perusahaan manufaktur dapat dikelompokkan menjadi segmen-segmen
dengan berbagai nama seperti: departemen, kelompok biaya, pusat biaya,
unit kerja dapat digunakan dalam mengelompokkan biaya menjadi biaya
langsung dan biaya tidak langsung (Bastian Bustami, dkk, 2013: 16)
a. Biaya Langsung (Direct Cost)
Menurut Mulyadi (2010: 16) biaya langsung adalah biaya yang
terjadi, yang penyebab satu - satunya adalah karena ada sesuatu yang
16
dibiayai. Jika suatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya
langsung tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan
mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai.
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Menurut Mulyadi (16:2010) biaya tidak langsung adalah biaya yang
terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya
tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan
istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik
(Factory Overhead Cost).
4. Biaya dalam hubungannya periode akuntansi
Menurut Milton dkk (1997: 43) biaya dalam hubungan periode akuntansi
dapat dibagi menjadi 2 yaitu sebagai belanja modal (capital expenditure)
atau sebagai pengeluaran pendapatan (revenue expenditure).
a. Pengeluaran modal (Capital Expenditure)
Menurut Mulyadi (2010: 16) pengeluaran modal adalah biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya
periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal
ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai cost aktiva dan
dibebankan dalam tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara
didepresiasi, diamortisasi atau dideplesi. Biaya akuisisi aktiva tetap,
yang ditambahkan ke aktiva tetap itu sendiri yang meningkatkan
nilai total aktiva tetap, atau memperpanjang umur manfaatnya
dinamakan dengan pengeluaran modal (Capital Expenditures).
17
b. Pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditures)
Menurut Mulyadi (2010:17) biaya-biaya yang hanya menyumbang
keuntungan dalam periode berjalan atau biaya yang muncul sebagai
bagian dariproses reparasi dan pemeliharaan normal disebut dengan
pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditures).
2.1.4 Biaya Produksi
Menurut Hansen and Mowen (2012:50) mengatakan bahwa biaya
produksi merupakan keseluruhan biaya yang berkaitan dengan pembuatan
barang dan penyediaan jasa.” Biaya produksi mulai diperhitungkan ketika
bahan baku diolah sampai dengan barang yang diproduksi siap untuk
dipasarkan.
Biaya Produksi merupakan jumlah dari ketiga unsure biaya yaitu bahan
langsung, pekerja langsung dan overhead pabrik. Bahan langsung dan pekerja
langsung dapat digabungkan dalam kelompok biaya utama (prime cost)
sedangkan upah pekerja dan overhead pabrik dapat digabung ke dalam
kelompok biaya konversi (conversion cost)
Dalam perusahaan manufaktur terdapat beberapa macam biaya salah
satunya biaya produksi.. Garrison et all (38:2008) mengatakan bahwa biaya
produksi bagi sebagian perusahaan manufaktur dibagi kedalam tiga kategori
besar, yaitu bahan langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct
labor), dan biaya overhead pabrik (manufacturing overhead)
a. Bahan langsung (direct material)
18
Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri
langsung kepada produk selesai. Bahan langsung menurut Hansen dan
Mowen (2012:50) adalah bahan yang dapat ditelusuri secara langsung
pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan ini dapat
langsung dibebankan pada produk karena pengamatan secara fisik dapat
digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi setiap produk.
Bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang digunakan
dalam penyediaan jasa umumnya diklasifikasikan sebagai bahan langsung.
Total biaya bahan baku yang digunakan dapat dihitung sebagai berikut :
Total BBB = Jumlah (Kuantitas BBB) x Harga satuan BB
b. Tenaga kerja langsung (direct labor)
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam
merubah atau mengonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat
ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Tenaga kerja langsung
menurut Hansen dan Mowen (2012:51) adalah tenaga kerja yang dapat
ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi.
Seperti halnya bahan langsung, pengamatan secara fisik dapat digunakan
dalam mengukur kuantitas karyawan yang terlibat dalam memproduksi
suatu produk dan jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi
produk atau menyediakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai
19
tenaga kerja langsung. Total biaya bahan baku yang digunakan dapat
dihitung sebagai berikut :
Total BTKL = Jumlah Karyawan x Upah per Hari x Lama Produksi
c. Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead)
Biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya pendukung selain bahan
langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam mengubah
bahan menjadi produk selesai. Menurut Hansen dan Mowen (2012:51)
biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain bahan
langsung dan tenaga kerja langsung dikelompokkan dalam satu kategori.
Contoh yang termasuk biaya overhead adalah :
1. Perlengkapan (Supplies) adalah bahan – bahan yang diperlukan untuk
produksi yang tidak menjadi bagian dari produk jadi atau yang tidak
digunakan dalam penyediaan jasa.
2. Bahan tidak langsung yang merupakan bagian yang tidak dapat
ditelusuri dalam produk jadi umumnya dimasukkan dalam kategori
overhead sebagai jenis khusus dari bahan tidak langsung.
3. Biaya lembur tenaga kerja langsung umumnya dibebankan pada
overhead. Hal ini dikarenakan biaya lembur bukan merupakan faktor
penunjang utama dalam memproduksi suatu produk jadi.
2.1.5 Pengertian Harga Pokok Produksi
Untuk mengetahui harga jual suatu produk dalam perusahaan manufaktur,
pertama-tama yang harus diketahui adalah harga pokok produksi produk yang
20
akan dijual tersebut. Garrison, et all (2008:61) mengatakan bahwa “Harga
pokok produksi merupakan biaya produksi suatu produk yang berkaitan
dengan barang-barang yang diselesaikan dalam periode tertentu”.
Sedangkan Horngren, et al. (2008:45), harga pokok produksi adalah biaya
barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai baik sebelum maupun
selama periode akuntansi berjalan.
Pengertian Harga Pokok Produksi menurut Bastian Bustami dan Nurlela
(2010) adalah : “Kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah
persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam
proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga
pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada
persediaan produk dalam proses awal dan akhir.”
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa harga pokok
produksi merupakan kumpulan biaya yang telah dikeluarkan perusahaan
untuk memproduksi suatu barang selama periode tertentu.
2.1.6 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi
Pada dasarnya tujuan perusahaan sendiri adalah untuk mendapat
keuntungan. Peran harga pokok produksi disini adalah sebagai penentu jumlah
biaya per unit suatu produk yang telah selesai diproduksi, sehingga
perusahaan dapat menentukan kebijakan harga untuk mendapat keuntungan
dari suatu produk dalam suatu periode.
21
Menurut Mulyadi (2010:65) manfaat dari penentuan harga pokok produksi
secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Harga Jual Produk
Perusahaan dengan produksi massal memproses produknya untuk
memenuhi persediaan di gudang dengan demikian biaya produksi dihitung
untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi
per satuan produk. Penentuan harga jual produk, biaya produksi per unit
merupakan salah satu data yang dipertimbangkan disamping data biaya
lain serta data non biaya.
2. Memantau Realisasi Biaya Produksi
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya
dikeluarkan dibandingkan dengan rencana produksi yang telah ditetapkan,
oleh sebab itu akuntansi biaya digunakan dalam jangka waktu tertentu
untuk memantau apakah produksi mengkonsumsi total biaya produksi
sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.
3. Menghitung Laba Rugi Periodik
Untuk mengetahui kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam
periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto. Manajemen
memerlukan ketepatan penentuan laba periodik, sedangkan laba periodik
yang tepat harus berdasarkan informasi biaya dan penentuan biaya yang
tepat pula.
4. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam
Proses yang Disajikan dalam Neraca
22
Manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi yang menyajikan harga pokok persediaan produk jadi
dan harga pokok yang pada tanggal neraca masih dalam proses sebagai
pertanggungjawaban. Berdasarkan catatan biaya produksi yang masih
melekat pada produk jadi yang belum di jual pada tanggal neraca serta
dapat diketahui biaya produksinya. Biaya yang melekat pada produk jadi
pada tanggal neraca disajikan dalam harga pokok persediaan produk jadi.
Biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih
dalam proses pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok
persediaan produk dalam proses.
2.1.7 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Dalam penelusuran biaya, biaya produksi mencakup keseluruhan biaya
yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam biaya
produksi ada beberapa biaya yang dapat ditelusuri dengan mudah dan ada
yang tidak dapat ditelusuri. Untuk membantu penelusuran ini, beberapa
metode penentuan harga pokok produksi yang dapat diterapkan di perusahaan
manufaktur. Metode penentuan harga pokok produksi merupakan cara untuk
memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Menurut
Garrison, et al. (2008: 180) menjelaskan bahwa dalam penentuan harga pokok
produksi terdapat 2 metode yaitu metode biaya berdasarkan proses (Process
Costing) dan biaya berdasarkan pesanan (Job Order Costing).
23
1. Biaya berdasarkan Proses (Process Costing)
Prosedur biaya yang digunakan untuk perhitungan biaya produksi
tergantung pada jenis operasi pabrikasi yang diterapkan. Untuk industi
yang bersifat masal dan terus menerus (continues) dapat digunakan
metode biaya berdasarkan proses (process costing). Biaya berdasarkan
proses merupakan metode yang diterapkan pada perusahaaan yang
memproduksi banyak unit dalam satu produk (homogen). (Garrison, et al,
2008: 185).
Tujuan dari perhitungan biaya berdasarkan proses adalah untuk
menentukan jumlah biaya dari unit-unit yang diproduksi pada periode
tertentu (Milton, et al, 1997:123). Dalam perhitungan biaya proses
terdapat beberapa karakteristik yang harus dipenuhi.
Menurut Bastian Bustami Dkk, (2010: 91) ada beberapa karakteristik
penentuan biaya proses:
1. Aktivitas produksi bersifat terus menerus.
2. Produksi bersifat massa dengan tujuan mengisi persediaan yang siap
dijual
3. Produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya
relatif homogen dan berdasarkan standar.
4. Biaya debebankan kesetiap unit dengan membagi total biaya yang
dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi.
5. Pengumpulan Biaya dilakukan berdasarkan periode tertentu
24
2. Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order costing)
Menurut Garrison, et al (2008:185), biaya berdasarkan pesanan
merupakan metode yang diterapkan pada perusahaan yang memproduksi
banyak produk yang berbeda (heterogen) dalam suatu periode. Biaya
diakumulasikan berdasarkan pesanan yang telah diselesaikan. Biaya per
unit dihitung melaluui pembagian jumlah biaya pekerjaan dengan unit
yang diproduksi.
Karakteristik biaya pesanan menurut Bastian Bustami dkk (60:2010)
adalah :
1. Sifat prosesproduksi yang dilakukan terputus-putus dan tergantung
pada pesanan yang diterima
2. Spesifikasi dan bentuk produk tergantung pada pemesan
3. Pencatatan biaya produksi masing-masing pesanan dilakuka pada
kartu biaya pesanan secara terperinci untuk masing-masing pesanan
4. Total biaya produksi tiap elemen biaya dihitung setelah pesanan
selesai
5. Biaya per unit dihitung dengan membagi total biaya produksi yang
terdiri dari bahan baku langsung, tenaga jerja langsung dan biaya
overhead dibebankan, dengan total unit yang dipesan
6. Akumulasi biaya pada umumnya menggunakan biaya normal
7. Produk yang telah diselesaikan dapat disimpan digudang atau
langsung diserahkan pada pemesan.
25
2.1.8 Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)
a. Pengertian Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)
Mulyadi (2010: 38) menjelaskan bahwa metode harga pokok pesanan
adalah cara penentuan harga pokok produk di mana biaya-biaya produksi
dikumpulkan untuk pesanan tertentu. Harga pokok produksi per satuan
dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut
dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Menurut Daljono (2011: 35) pada metode harga pokok pesanan, yang
menjadi objek biaya (cost object) adalah unit produk individual, batch, atau
kelompok produk dalam satu job. Umumnya manajer menghendaki adanya
informasi tentang berapa harga pokok produk untuk setiap jenis produk/
kelompok atau setiap kelompok pesanan, karena setiap pesanan/kelompok/job
tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda.
Metode job order costing atau harga pokok pesanan biasa dipakai di
perusahaan yang memiliki berbagai macam produk, pekerjaan, dan servis
yang diproduksi dalam suatu periode (Garrison et all, 2008: 186). Contoh
perusahaan yang dapat menggunakan metode harga pokok pesanan adalah
konveksi, furniture, percetakan, rumah sakit, hotel, bengkel dan lain-lain.
Manfaat dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan adalah sebagai
penetapan harga jual sekaligus pengendalian biaya. Pada umumnya sebelum
memesan produk yang diinginkan, pelanggan akan meminta estimasi biaya
26
dari produk yang akan dipesan terlebih dahulu, dan seringkali mereka akan
membandingkan dengan harga pesaing. Sehingga perusahaan harus bisa
mengestimasi biaya secara akurat agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
b. Perhitungan Biaya Produksi pada Metode Job Order Costing
Dalam metode biaya job order costing perhitungan biaya dihitung
berdasarkan pesanan sehingga terkadang membutuhkan beberapa bahan
khusus dalam memproduksi produknya. Oleh karena itu perlu ada catatan
mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya-biaya yang
terkumpul tadi akan dicatat dan digolongkan dalam kartu biaya sesuai dengan
kategori biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Kartu
biaaya inilah yang akan menjadi dasar perhitungan harga pokok produksi dari
produk tersebut.
1. Biaya Bahan Baku
Menurut Hansen dan Mowen (2009: 57) bahan langsung adalah
bahan yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang
sedang di produksi. Biaya ini dapat langsung dibebankan pada produk
karena pengamatan secara fisik dapat digunakan untuk mengukur
kuantitas yang dikonsumsi setiap produk. Bahan yang diklasifikasikan
sebagai bahan langsung adalah bahan yang menjadi bagian produk
berwujud.
Untuk memulai suatu pesanan, diperlukan formulir permintaan bahan
(material requisition form) sehingga bahan baku dapat dikeluarkan dari
27
gudang dan dapat diproduksi (Raiborn, et al., 2011: 56) . Dokumen ini
mengindikasikan jenis dan jumlah bahan baku yang dikeluarkan untuk
proses produksi. Susunan daftar bahan baku ini digunakan untuk
memeriksa aliran bahan baku dari gudang pada departemen yang
membutuhkan untuk mempermudah penelusuran biaya.
Gambar 2.1
Formulir Permintaan Bahan Baku
Sumber: Raiborn, et al (2011)
2. Biaya Tenaga kerja
Menurut Hansen dan Mowen (2009:56) seperti halnya bahan
langsung, pengamatan secara fisik dapat digunakan dalam mengukur
kuantitas karyawan yang terlibat dalam memproduksi suatu produk.
Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk kepada pelanggan
diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung.
Formulir Permintaan Bahan
Tanggal : Departemen :
Nomor pesanan : Diterbitkan oleh :
Disahkan oleh : Diperiksa oleh :
Diterima oleh :
No.
Item
No.
Bagian Deskripsi
Satuan
Ukuran
Jumlah
yang
Dibutuhkan
Jumlah
yang
Dikelarkan
Biaya
Per
Unit
Total
Biaya
28
Dalam perhitungan biaya tenaga kerja, dibutuhkan informasi mengenai
pesanan yang dikerjakan dan konsumsi waktu tenaga kerja langsung.
Kertas kerja waktu pegawai menyediakan informasi mengenai pesanan
yang dibuat dan waktu bekerja pegawai. Informasi inilah yang nantinya
digunakan dalam perhitungan jumlah biaya tenaga kerja langsung yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Gambar 2.2
Kertas Kerja Waktu Pegawai
Sumber: Raiborn, et al (2011)
3. Biaya Overhead Pabrik
Menurut Noreen, et al. (2011: 37) overhead pabrik merupakan elemen
ketiga dari biaya produksi, yang termasuk overhead pabrik adalah semua
biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
Kertas Kerja Waktu Pegawai
Untuk Akhir Pekan :
Departemen :
Nama Pegawai :
No. Pengenal Pegawai :
Jenis Pesanan No.
Pesanan
Waktu
dimulai
Waktu
Berakhir Hari
Total
Jam
Kode Deskripsi
Tanda Tangan Pegawai Tanda Tangan Pengawas (untuk lembur)
29
Contoh biaya yang termasuk item overhead pabrik adalah bahan tidak
langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan
peralatan produksi, pajak property, depresiasi, dan asuransi untuk fasilitas
manufaktur.
Menurut Baldric Siregar, dkk (2013:56), dalam pembebanan biaya
overhead pabrik, kebijakan diambil dalam perhitungannya yaitu dengan
membebankan biaya overhead pabrik ke pesanan berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka (predetermined overhead rate), yaitu tarif yang
digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik. Cara menghitung
tarif ini adalah membagi total biaya overhead pabrik dengan dasar
pembebanan. Dasar pembebanan dapat menggunakan volume produksi,
jam kerja mesin, biaya tenaga kerja dan lain-lain sesuai dengan aktivitas
yang menjadi pemicu terjadinya biaya overhead.
Tarif Biaya Overhead pabrik =
Jumlah biaya overhead pabrik dibebankan dihitung dengan cara
mengalikan tariff biaya overhead pabrik dengan aktivitas yang dikonsumsi
sesungguhnya oleh pesanan.
BOP dibebankan=
4. Kartu Biaya Pesanan (Job Order Cost sheet)
Untuk menghitung biaya produksi dari suatu produk, pertama-tama
manajer harus mengetahui informasi-informasi biaya yang ada dalam
produksi tersebut. Dalam penentuan biaya pesanan, biaya antara pesanan yang
30
Kartu Biaya Pesanan
No Pekerjaan :
Departemen : Tanggal Mulai :
Item : Tanggal Selesai :
Untuk Persediaan : Unit Selesai :
Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung Overhead Pabrik
Permintaan
No. Nilai Tiket Jam Nilai Jam Tarif Nilai
Ringkasan Biaya Unit yang Dikirim
Tanggal Nomor Jumlah
Bahan Langsung
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Pabrik
Total Biaya
Biaya Produk per Unit
satu dengan pesanan yang lain belum tentu sama. Oleh karena itu dalam
perhitungannya, biaya harus diidentifikasi sesuai dengan pesanannya.
Terdapat 3 elemen biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik tiap pesanan. Ketiga elemen biaya
inilah yang nantinya akan dikumpulkan dan dicatat dalam kartu biaya pesanan
(job order cost sheet). Kartu biaya pesanan ini berfungsi untuk mengetahui
biaya produksi per unit atas suatu pesanan yang telah dikerjakan. Berikut
merupakan gambar kartu biaya pesanan:
Gambar 2.3
Kartu Biaya Pesanan
Sumber: Garrison, et al. (2008)
31
2.1.9 Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan merupakan harga barang sebelum ditambah
dengan laba yang diinginkan. Harga pokok penjualan terdiri atas harga pokok
produksi ditambah dengan biaya-biaya non produksi lain seperti biaya
pemasaran dan biaya administrasi. Harga pokok penjualan merupakan harga
perolehan dari barang yang dipasarkan oleh perusahaan (Mulyadi, 2010:70).
Harga jual merupakan harga pokok penjualan yang telah ditambahkan
dengan laba yang diinginkan perusahaan. Dalam menentukan harga jual suatu
produk harus memperhatikan faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor
internal berasal dari dalam perusahaan seperti kondisi keuangan perusahaan.
Faktor eksternal berasal dari luar perusahaan semisal dari ancaman pesaing.
Menurut Garrison (2008:180) harga jual merupakan biaya produksi
ditambahkan kepersentase mark up atau laba.
Dapat dikatakan bahwa harga penjualan suatu produk adalah jumlah total
antara biaya produksi dengan biaya non produksi kemudian ditambah dengan
estimasi perolehan laba yang diinginkan perusahaan. Laba perusahaan
ditentukan dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal agar
harga dapat bersaing dengan pasar.
32
2.2 Penelitian Terdahulu
Sebagai dasar penelitian perlu adanya teori-teori pendukung sebagai
pelengkap, dan berikut ini merupakan penelitian terdahulu yang mendasari penelitian
mengenai analisis perhitungan harga pokok produksi:
1. Hendra Setiawan, Tarida Marlin S. Manurung dan Yunita (2010). Dalam
penelitiannya tersebut PT Organ Jaya memproduksi produk berdasarkan
pesanan, oleh karena itu metode job order costing dirasa cocok digunakan
oleh perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi. Harga Pokok
Produksi yang diperhitungkan PT Organ Jaya terlalu sederhana sehingga
hasilnya kurang akurat. Dari perhitungan harga pokok produksi menggunakan
metode job order costing dapat meningkatkan efisiensi produksi, margin laba
meningkat dari 31% meningkat menjadi 39%. Hal ini bisa dicapai jika
perusahaan memperhitungkan biaya sesuai dengan metode job order costing
sehingga laba dapat diperoleh maksimal.
2. Marisa Djohari (2010) dalam penelitiannya pengumpulan harga pokok
produksi oleh Bengkel Las Krebo menggunakan metode harga pokok pesanan
(job order cost method) dikarenakan sebagian besar proses produksinya
berdasarkan pesanan yang diterima. Pada perhitungan harga pokok produksi
tersebut, Bengkel Las Krebo tidak mengelompokkan biaya listrik, biaya bahan
penolong, melainkan menggolongkan biaya tersebut menjadi unsur dari biaya
produksi. Untuk biaya overhead pabrik, penulis memperlakukan selisih biaya
overhead pabrik hanya pada harga pokok penjualan karena pesanan tersebut
akan langsung diserahkan pada konsumen setelah selesai produksi dari
33
departemen produksi (tidak terjadi proses produksi lebih lanjut) dan tidak ada
rekening barang dalam proses dalam pesanan tersebut.
3. Rully Kusumawardani (2013), hasil penelitian menunjukkan bahwa
perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan CV. Tristar untuk 3 produk
alumunium standar sudah menggunakan Job Order Costing tapi masih belum
tepat karena perhitungan biaya bahan baku yang tidak dipisahkan dengan
biaya penunjang dan biaya aksesoris dan biaya overhead yang belum
dibebankan seluruhnya. Hasil analisis harga pokok produksi menunjukkan
bahwa perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan lebih
kecil daripada perhitungan harga pokok produksi menggunakan Job Order
Costing untuk produk etalase alumunium standar panjang 200 vm dan
jemuran alumunium standar panjang 150 cm. Sedangkan untuk produk almari
rak piring panjang 100 cm, menghasilkan perhitungan harga pokok produksi
perusahaan lebih besar daripada perhitungan harga pokok produksi
menggunakan Job Order Costing.
34
2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran
Sumber: Data Diolah, 2016
Fenomena Bisnis UD Tiban Jaya
Rotan Kota Malang
(Industri Furniture Rotan)
Penelitian Terdahulu:
1. Hendra setiawan dkk (2010)
2. Marisa djohari (2010)
3. Rully Kusumawardani (2013)
Berdasarkan
Perusahaan
Berdasarkan
Job Order Costing
Bahan
baku
Tenaga
kerja
Overhead
pabrik
Bahan
baku
Tenaga
kerja
Overhead
pabrik
Biaya Produksi
Teori:
1. Hansen and Mowen (2012)
2. Garrison, et al (2008)
3. Milton , et al (1997)
Perhitungan Harga Pokok
Produksi
Total Harga Pokok Produksi
menurut perusahaan
Perolehan laba menurut
perusahaan
Pebandingan
Implikasi dan
Keterbatasan
Kesimpulan
Total Harga Pokok Produksi
menurut Job Order Costing
Perolehan laba menurut Job
Order Costing
35
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan studi kasus. Menurut Sekaran (2003: 158) penelitian
deskriptif diterapkan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan
karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi.
Menurut Moh. Nazir (2011:71) metode deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif
analisis bertujuan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan
manusia dan kemudian dari hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-
rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.
Studi kasus berfokus pada spesifikasi kasus dalam suatu kejadian baik itu yang
mencakup individu, kelompok budaya, ataupun suatu potret kehidupan. Selama tiga
dekade, studi kasus telah didefinisikan oleh lebih dari 25 ahli. Creswell (2010: 20)
mengatakan bahwa studi kasus merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya
peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau
sekelompok individu. Penelitian ini menyajikan gambaran secara faktual mengenai
objek yang diteliti dengan cara mengumpulkan informasi data yang berkaitan dengan
biaya produksi untuk perhitungan harga pokok produksi furniture rotan pada UD.
Tiban Jaya Rotan Malang.
36
3.2 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah UD Tiban Jaya Rotan Malang yang
berlokasi di Jalan Pahlawan No 249a Kecamatan Balearjosari Kota Malang Jawa
Timur. Periode penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Objek yang
digunakan sebagai bahan penelitian adalah semua unsur biaya yang berkaitan dengan
proses produksi pada produk kursi teras putri dan kursi teras gentong yang digunakan
dalam penentuan harga pokok produksi, yang terdiri dari : biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik .
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
dan data kualitatif. Menurut Sugiono (2010:8) data kuantitatif merupakan data
yang dipaparkan dalam bentuk angka – angka. Data kuantitatif dari penelitian
ini antara lain yaitu informasi mengenai biaya-biaya yang termasuk biaya
produksi yang digunakan untuk penghitungan harga pokok produksi.
Sedangkan data kualitatif menurut Sugiono (2010:8) merupakan data
yang dapat diungkapkan dalam kata – kata dan tidak dapat dinyatakan dengan
angka, jadi data lebih bersifat naratif. Data kualitatif dari penelitian ini anatara
lain yaitu data mengenai profil perusahaan dan informasi-informasi lain yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
37
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan sekunder. Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel
minat untuk tujuan spesifik studi(Sekaran, 2003:60). Data primer yang
diambil dari perusahaan berupa profil perusahaan dan segala informasi
mengenai objek yang diteliti.
Data sekunder merupakan data-data yang dikumpulkan dari sumber-
sumber yang sudah ada seperti arsip, catatan, data yang telah dipublikasikan
melalui media masa, situs web, dan sebagainya (Sekaran, 2003:60). Data
sekunder yang diambil berupa foto-foto objek yang akan diteliti yang diambil
melalui web dan media social.
Sumber data primer dan sekunder berupa informasi-informasi yang
diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan mempelajari
berbagai literatur dan buku-buku referensi yang dipakai sebagai pedoman
untuk menghitung harga pokok produksi furniture rotan UD Tiban Jaya Rotan
Malang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dengan cara melakukan observasi secara langsung
pada UD Tiban Jaya Rotan Malang. Data serta informasi didapat dengan cara
wawancara dan diskusi secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait yaitu
pemilik dan karyawan UD Tiban Jaya Rotan Malang mengenai hal- hal yang
berhubungan dengan perhitungan harga pokok produksi.
38
3.5 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kuantitatif, yaitu dengan cara menghitung harga pokok poduksi yang seharusnya
dimana metode ini diuraikan dalam bentuk angka-angka. Dalam penilitian ini penulis
menggunakan data kuantitatif yaitu berupa data biaya produksi antara lain biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik serta perhitungan harga
pokok produksi menggunakan job order costing method. Tahapan dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan informasi perusahaan, informasi produk-produk yang diproduksi, dan
informasi mengenai proses produksi beserta biaya-biayanya. Peneliti datang
ke perusahaan dan melakukan kegiatan wawancara dengan pemilik
perusahaan. Pada tahap ini peneliti memilih produk yang diteliti berdasarkan
data penjualan selama tahun 2016. Setelah produk yang akan diteliti
ditetapkan, langkah selanjutnya adalah penggalian informasi untuk penetapan
harga pokok produksinya berdasarkan metode perusahaan. Teknik
pengumpulan informasi tersebut dilakukan dengan cara observasi,
wawancara, dan proses dokumentasi.
2. Pengumpulan dan Pengelompokan Biaya
Data biaya produksi seperti biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang
sudah terdapat pada perhitungan harga pokok produksi metode perusahaan
39
kemudian dilengkapi. Untuk melengkapinya dilakukan dengan cara
pengumpulan data biaya-biaya yang selanjutnya dikelompokkan berdasarkan
biaya produksi dan biaya non produksi. Pengelompokan tersebut digunakan
untuk menggolongkan biaya-biaya yang masuk kedalam unsur biaya overhead
pabrik.
3. Analisis Harga Pokok Produksi dengan Metode yang Digunakan oleh
Perusahaan
Proses menganalisis harga pokok produksi dilakukan terhadap produk
furniture yang yang tingkat penjualannya tinggi selama tahun 2016.
Perhitungan harga pokok produksi oleh perusahaan masih cukup sederhana.
Perusahaan sudah memasukkan unsur biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung, namun untuk biaya overhead pabrik masih belum dilakukan
perhitungan. Kekurangan lainnya adalah adanya pembebanan biaya-biaya
yang tidak seharusnya masuk dalam perhitungan biaya produksi.
4. Analisis harga pokok produksi dengan Metode Job Order Costing.
Job Order Costing diawali dengan identifikasi proses produksi yang
dilakukan oleh perusahaan dan biaya-biaya yang digunakan untuk
memproduksi produk. Biaya tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik yang ditimbulkan
akibat dilakukannya aktivitas-aktivitas meliputi biaya penggunaan bahan
penolong, biaya pembelian bahan, biaya listrik, biaya pemeliharaan mesin dan
kendaraan, biaya penyusutan mesin dan peralatan serta biaya penyusutan
bangunan.
40
5. Analisis perolehan laba dengan membandingkan antara perhitungan
perusahaan dan perhitungan Job Order Costing.
Setelah harga pokok produksi ditentukan, langkah selanjutnya adalah
menjumlahkan harga pokok produksi dengan biaya pemasaran dan
administrasi yang akan menjadi harga pokok penjualan. Untuk menghitung
laba maka perlu mengurangkan harga jual dengan harga pokok penjualan,
maka ditemukanlah laba bersih perusahaan
6. Penyajian data, implikasi dan keterbatasan.
Data disajikan dalam bentuk hasil perhitungan harga pokok produksi
menggunakan metode perusahaan dan metode Job Order Costing. Selain itu
disajikan pula data perhitungan laba menurut perusahaan dan menurut job
order costing. Dari kedua data tersebut akan dibandingkan dengan tujuan
untuk mengetahui implikasi yang didapat. Selain itu akan dipaparkan pula
keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian
7. Penarikan kesimpulan dan pemberian saran.
Setelah hasil penelitian dipaparkan maka akan ditarik beberapa kesimpulan
sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil perhitungan
dan perbandingan dari metode perusahaan dan metode Job Order Costing
maka dibuat saran untuk UD Tiban Jaya Rotan Malang agar perhitungan
harga pokok produksi pesanan di masa yang akan datang sesuai dengan teori
akuntansi sehingga laba yang diperoleh dapat lebih maksimal.
41
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Usaha Kecil Menengah (UKM) UD. Tiban Jaya Rotan Malang merupakan
sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, dan beralamat di Jalan
Balearjosari No. 249A Kota Malang. UD Tiban Jaya Rotan Malang mulai
memproduksi furnitur rotan sendiri sejak tahun 2008, yang sebelumnya hanya
menjualkan produk furnitur rotan milik pengrajin lain dari tahun 2006. Sejak tahun
2008 sampai sekarang UD Tiban Jaya Rotan Malang memproduksi furnitur rotan
sendiri dan memiliki 30 orang tenaga kerja.
Produk yang diproduksi oleh UD. Tiban Jaya Rotan Malang adalah sketsel, sofa
tamu, kursi teras, tempat payung, tempat sampah, meja makan, tudung saji, kap
lampu, ayunan bayi, kursi gantung, tempat air mineral, rak baju, buffet, dipan tempat
tidur, cermin, figura, kursi malas, lounger (kursi kolam renang). Setiap produk
tersebut tentunya memiliki bahan baku dan kualitas yang bagus. Selain itu di UD.
Tiban Jaya Rotan Malang konsumen dapat menentukan sendiri desain yang
konsumen inginkan.
Harga yang ditawarkan oleh UD. Tiban Jaya Rotan Malang sangat bersaing
dengan para pesaing khususnya di Kota Malang karena bahan baku kayu dan rotan
langsung diambil dari Surabaya dan Pasuruan yang tentu saja memiliki harga lebih
murah dibandingkan bahan baku dari dalam Kota Malang sendiri. Harga setiap item
42
produk bervariasi tergantung kerumitan desain dan banyaknya jumlah order dari
konsumen.
Segmentasi UD. Tiban Jaya Rotan Malang mulai dari kalangan menengah
sampai dengan kalangan atas, sedangkan target pasar yaitu perusahaan seperti hotel
dan restoran, rumah tangga, dan para penjual kembali (reseller). Sampai dengan saat
ini, UD. Tiban Jaya Rotan Malang telah menjalin kerjasama dengan beberapa
perusahaan di Kota Malang dan telah memasarkan produknya sampai ke kota-kota
besar di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa UD. Tiban Jaya sudah dipercaya oleh
konsumen atas kualitas produknya.
4.2 Sejarah Singkat Perusahaan
UD. Tiban Jaya Rotan Malang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
manufaktur yang memproduksi furnitur rotan, berdiri sejak tahun 2006 di Kota
Probolinggo. Bapak Imam Budiono adalah pendiri dari UD. Tiban Jaya Rotan
Malang.
Pada awalnya UD. Tiban Jaya Rotan Malang hanya menjualkan produk-
produk furnitur rotan hasil dari pengrajin lain di tempat yang disewa di kota
Probolinggo. Pada tahun 2008 UD. Tiban Jaya Rotan Malang mencoba untuk
memproduksi furnitur rotan tersebut sendiri dengan dibantu oleh 4 orang tenaga
kerja. Masuk tahun 2010 karena semakin banyaknya permintaan UD. Tiban Jaya
Rotan Malang akhirnya membuat gudang dan bengkel kerja di Kota Malang. Sampai
dengan sekarang UD. Tiban Jaya Rotan Malang masih beroperasi di Kota Malang
beralamat di Jalan Balearjosari No. 249A dengan dibantu 30 orang tenaga kerja.
43
Nama “Tiban Jaya” di ambil karena letak usaha yang berseberangan dengan Masjid
“Tiban” sewaktu masih beroperasi di kota Probolinggo dahulu.
Saat ini UD. Tiban Jaya Rotan Malang telah menjalin hubungan kerjasama
dengan beberapa instansi di Kota Malang, dan memasarkan produknya ke kota-kota
besar di Indonesia bahkan seluruh Indonesia.
4.3 Aspek Sumber Daya Manusia
4.3.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan
dikoordinasikan secara formal. Menurut Schermerhorn (1996) struktur organisasi
adalah sistem tugas, alur kerja, hubungan pelaporan dan saluran komunikasi yang
dikaitkan secara bersama dalam pekerjaan individual maupun kelompok.
Struktur Organisasi dalam sebuah organisasi biasanya digambarkan dalam
bentuk Bagan Struktur Organisasi (Organization Chart) yaitu suatu diagram yang
menggambarkan pengaturan posisi pekerjaan dalam Organisasi yang diantaranya
juga termasuk garis komunikasi dan wewenangnya. Terdapat 3 macam bentuk
struktur organisasi yakni fungsional, divisional, dan matriks.
Untuk struktur organisasi yang digunakan pada UD. Tiban Jaya Rotan
Malang yakni struktur organisasi fungsional. Struktur Organisasi ini tepat untuk
diterapkan pada Organisasi atau Perusahaan yang hanya menghasilkan beberapa
jenis produk maupun layanan. Struktur organisasi bentuk ini dapat menekan biaya
operasional namun mengalami kesulitan dalam berkomunikasi antar unit kerja.
Berikut gambar struktur organisasi UD. Tiban Jaya Rotan Malang:
44
Gambar 4.1.
Struktur Organisasi UD. Tiban Jaya Rotan Malang
(Sumber : data diolah, 2016)
Adapun tugas dan wewenang dalam struktur organisasi UD. Tiban Jaya
Rotan Malang adalah sebagai berikut :
a) Pemilik
Mengontrol jalannya setiap proses produksi.
Pemegang dan pengurus keuangan.
Bertugas untuk pemesanan bahan baku.
Pengambil keputusan dalam suatu keadaan yang terjadi di UD.
Tiban Jaya Rotan Malang.
b) Manager
Memacu Produktifitas karyawan.
Membuat Laporan Hasil Kerja Setiap hari.
Pemilik
Manager
Bagian
Pemotongan
Bagian
Perakitan
Bagian
Finishing
45
Mengoordinasi kinerja para karyawan.
c) Bagian Pemotongan dan Perakitan
Menerima bahan mentah berupa kayu-kayu.
Memotong bahan-bahan mentah ke bentuk sesuai pesanan.
Merakita potongan menjadi bentuk sesuai pesanan.
d) Bagian Anyaman
Menerima kerangka (frame).
Merakit kerangka menjadi bentuk anyaman.
Bertanggung jawab atas setiap rakitan/anyaman.
e) Bagian Finishing
Mengatur Flow Mebel dari Mentah (produksi ) sampai Selesai
Finishing
Membuat Estimasi Jenis dan Material Bahan Baku
4.3.2 Personalia
UD. Tiban Jaya Rotan Malang memiliki 30 orang karyawan yang
terdiri dari 5 orang bagian pemotongan dan perakitan, 22 orang dibagian
penganyaman, dan 2 orang yang bertugas sebagai Finishing barang yang
sudah selesai proses produksi. Setiap pegawai yang bekerja di UD. Tiban
Jaya Rotan Malang memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai
dengan bidangnya masing-masing.
46
Tabel 4.1.
Personalia
Posisi Jumlah (orang) Pendidikan Jam Kerja
Manager 1 SMA 08.00–15.00
Pemotongan dan
perakitan
5 SMA 08.00–16.00
Penganyam dan
Finishing
24 SMA 08.00–16.00
Sumber : data diolah (2016)
4.4 Aspek Pemasaran
1. Product
UD. Tiban Jaya Rotan Malang sebagai perusahaan manufaktur yang
memproduksi berbagai macam furnitur diantaranya adalah Sketsel, sofa tamu, kursi
teras, tempat payung, tempat sampah, meja makan, tudung saji, kap lampu, ayunan
bayi, kursi gantung, tempat air mineral, rak baju, buffet, dipan tempat tidur, cermin,
figura, kursi malas, lounger (kursi kolam renang). Semua produksi furnitur tersebut
dikerjakan serapi mungkin dengan pekerja yang sudah berpengalaman di bidangnya.
2. Place
Strategi distribusi yang dilakukan UD. Tiban Jaya Rotan Malang adalah
distribusi langsung dan distribusi tidak langsung. Strategi distribusi tersebut antara
lain :
Penempatan jenis-jenis barang sesuai dengan klasifikasi barang
47
Membuka cabang di wilayah lain, di Probolinggo tepatnya di Jalan
Soekarno-Hatta 46 Kademangan. Selain itu UD. Tiban Jaya Rotan
Malang melakukan kerjasama mutualisme dengan pihak pengusaha
furnitur lokal di beberapa daerah di Surabaya, Sidoarjo, Kediri, dan
Jember sebagai sebagai distributor untuk beberapa jenis produk.
Kerjasama dengan pihak lain dalam penyediaan barang, misalnya
pengadaan kursi makan dan lounger di hotel ataupun restoran.
3. Price
Harga merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen maka harga
merupakan salah satu penentu dalam pemilihan produk yang nantinya akan
berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Saat ini UD. Tiban Jaya Rotan Malang
berupaya menetapkan harga produk sesuai dengan kualitas barang, harga yang
ditawarkan lebih terjangkau dibandingkan dengan harga para pesaing sejenis
utamanya di Kota Probolinggo dan Malang.
Strategi harga yang dilakukan oleh UD. Tiban Jaya Rotan Malang antara lain :
Diskon untuk pembelian barang dalam jumlah tertentu.
Mengadakan diskon dan cuci gudang pada waktu-waktu tertentu. Seperti pada
akhir periode.
Harga produk dari produk yang diteliti pada UD Tiban Jaya Rotan Kota Malang
ini antara lain; Untuk produk Kursi Teras Rotan jenis Putri berharga Rp 900.00,00.
Sedangkan untuk Kursi Teras Rotan jenis Gentong berharga Rp 1.200.000,00.
48
4. Promotion
Promosi yang dilakukan UD. Tiban Jaya Rotan Malang yaitu dengan promosi
online yang meliputi penggunaan website, media sosial, dan aplikasi B2C seperti
tokopedia dan bukalapak. Sedangkan untuk promosi offline UD. Tiban Jaya Rotan
Malang menggunakan spanduk, neonbox, katalog, dan brosur. Promosi online yang
dilakukan UD. Tiban Jaya Rotan Malang antara lain ; untuk media offline pemasaran
produk dilakukan dengan memberi brosur dan catalog, selain itu juga dengan bekerja
sama dengan toko-toko furniture yang ada disekitar. Sedangkan dengan media online
dan offline. Untuk media online UD Tiban Jaya Rotan Malang selain memasarkan
produk lewat website, online shop seperti tokopedia, perusahaan ini juga
memanfaatkan media-media sosial seperti instagram.
4.5 Visi dan Misi UD. Tiban Jaya Rotan Malang
Visi :
Memberikan kepuasan terhadap para konsumen dengan memberikan produk
furnitur terlengkap dan terbaik, pelayanan yang memuaskan , harga murah, sehingga
memberikan nilai positif bagi perusahaan.
Misi :
Misi- misi dalam mencapai visi tersebut di atas antara lain :
Menyediakan semua kebutuhan furnitur untuk rumah tangga, restoran,
hotel, maupun institusi lain.
49
Membuka cabang di wilayah lain.
Pengadaan kerjasama mutualisme dengan pihak pengusaha lokal.
Pembelian barang dalam jumlah banyak untuk mendapatkan discount
khusus
Mengadakan discount harga pada waktu-waktu tertentu.
Pengembangan promotion & advertising yang intensif
Adanya garansi produk furnitur dengan perjanjian saat pembelian
Adanya sistem antar (delivery service) terhadap langganan yang lokasinya
masih di dalam kota
Menerima pemesanan dan pembelian barang-barang furnitur secara
online.
4.6 Produk
UD. Tiban Jaya Rotan memproduksi berbagai macam furniture yang
berbahan baku rotan berdasarkan pesannan. Kaitannya dengan penelitian ini,
peneliti mengambil sampel produk yang memiliki tingkat penjualan paling tinggi
pada bulan Oktober 2016 yaitu produk kursi teras jenis putri dan kursi teras jenis
gentong dengan jumlah penjualan masing-masing sebanyak 22 set dan 42 set.
Dalam pembuatan produknya UD Tiban jaya Rotan Kota Malang ini
memiliki beberapa tahapan. Dimulai dari merancang desain produk yang dipesan
sesuai dengan keinginan customer kemudian bahan baku rangka dipotong dan
dibentuk sesuai dengan desain yang sudah dirancang hingga menjadi kerangka
utuh, selanjutnya kerangka dianyami dengan rotan sintesis hingga membentuk
50
sesuai dengan desain, dan terakhir menambahkan bahan-bahan pelengkap untuk
finishing. Setelah produk jadi, produk ditinjau kembali lagi agar tidak ada
kecacatan dan siap untuk dikirim pada pemesan.
4.7 Unsur Biaya
4.7.1 Biaya Bahan Baku
Bahan baku utama yang dibutuhkan dalam memproduksi mebel rotan adalah
kayu rotan dan rotan sintetis. Kayu rotan digunakan sebagai bahan baku untuk
pembentukan kerangka dasar mebel, kemudian rangka yang telah terbuntuk
dianyam rotan sintetis. Dalam penggunaan bahan baku untuk masing-masing
produk membutuhkan kuantitas yang berbeda-beda. Harga per kilogram kayu
rotan dan rotan sintetis masing masing adalah Rp 10.000,00 dan Rp 38.000,00
Perhitungan biaya bahan baku tersebut dihitung dengan mengalikan jumlah bahan
baku yang digunakan dengan harga bahan baku. Perhitungan biaya bahan baku
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.2
Biaya Bahan Baku Produk Kursi Teras per Satu Produk
No Deskripsi Harga/unit
(Rp)
Putri Gentong
Unit Total (Rp) Unit Total (Rp)
1 Kayu Rotan 10.000,00 20 kg 200.000,00 25 kg 250.000,00
2 Rotan Sintetis 38.000,00 7 kg 266.000,00 9 kg 342.000,00
Total per set 466.000,00 592.000,00
Sumber : Data diolah, 2016
4.7.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pada proses produksi pembuatan mebel rotan, tenaga kerja yang
digunakan merupakan tenaga kerja dengan sistem borongan. Dalam Keputusan
51
Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-196/MEN/1999 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja
Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, yaitu:
“Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang bekerja pada
pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan menerima upah
didasarkan atas volume pekerjaan atau satuan hasil kerja.”
Besarnya biaya tenaga kerja tergantung pada pesanan yang telah
diselesaikan oleh tenaga kerja tersebut. Untuk Pengerjaan pembuatan rangka pada
produk kursi teras putri dan gentong membutuhkan biaya masing-masing Rp
60.000 dan 100.000; sedangkan untuk proses penganyaman kursi pada produk
kursi teras putrid dan gentong membutuhkan biaya masing-masing Rp 70.000,00
dan Rp 50.000,00; dan juga untuk proses penganyaman meja pada produk kursi
teras putrid dan gentong membutuhkan biaya masing-masing Rp 25.000,00 dan
Rp 30.000,00. Perhitungaan biaya tenaga kerja langsung dapat dilihat pada tabel
dibawah
Tabel 4.3
Biaya Tenaga Kerja Langsung Produk Kursi Teras per Satu Produk
No Deskripsi
Putri Gentong
Ongkos/
Pekerja
(Rp)
Pekerja Total
(Rp)
Ongkos/
Pekerja
(Rp)
Pekerja Total
(Rp)
1 Pembuatan
Rangka
(1 meja dan 2
kursi)
60.000,00 1 60.000,00 100.000,00 1 100.000,00
2 Penganyaman
2 Kursi
1 Meja
70.000,00
25.000,00
2
1
140.000,00
25.000,00
100.000,00
30.000,00
2
1
200.000,00
30.000,00
Total per set 225.000,00 330.000,00
Sumber : Data diolah, 2016
52
4.7.3 Biaya Overhead Pabrik
4.7.3.1 Macam-macam biaya overhead pabrik
Dalam proses produksi mebel rotan ini terdapat biaya overhead pabrik yang
terdiri dari bahan penolong, biaya konsumsi, biaya penyusutan gedung, biaya
perawatan mesin, biaya penyusutan alat, dan biaya lain-lain yang meliputi tagihan
air, listrik, telepon dan bahan bakar mesin. Berikut merupakan perhitungan biaya
overhead pabrik per bulan UD Tiban Jaya Malang :
a. Biaya Bahan Baku Penolong
Biaya Penolong yang diperlukan oleh UD Tiban Jaya Rotan Kota Malang
untuk tiap set produk yang dikerjakan antara lain 1) kain furing dengan
harga Rp17.000,00 per meternya dan membutuhkan 2 meter untuk tiap set
produknya 2) sekrup untuk tiap set produk mengeluarkan biaya sebesar Rp
7.000,00, 3) isi streples untuk tiap set produk mengeluarkan biaya sebesar
Rp 1.700,00 dan 4) Paku kaki untuk tiap set produknya mengeluarkan biaya
sebesar Rp. 1.500,00. Berikut merupakan tabel biaya bahan baku penolong
per satu set produk:
Tabel 4.4
Biaya Bahan Baku Penolong per Satu set Produk
Sumber: Data diolah, 2016
Deskripsi Unit Biaya/unit
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Kain furing 2m 17.000 34.000
Skrup 1set 7.000 7.000
Streples 1set 1.700 1.700
Paku kaki 1set 1.500 1.500
Total per Bulan 44.200
53
b. Biaya Konsumsi
Untuk biaya konsumsi UD Tiban Jaya Rotan pada bulan Oktober 2016
mengeluarkan biaya untuk penyediaan snack sebesar Rp 400.000,00.
Berikut merupakan biaya konsumsi per bulan Oktober 2016.
Tabel 4.5
Biaya Konsumsi per Bulan Oktober 2016
Sumber: Data diolah, 2016
c. Biaya Lain-lain
Biaya Lain-lain yang dikeluarkan oleh UD Tiban Jaya Rotan Malang pada
bulan oktober 2016antara lain; 1) Biaya Listrik dan Air mengeluarkan biaya
sebesar Rp 1.400.000,00 2) Biaya pulsa telepon yang mengeluarkan biaya
sebesar Rp 200.000,00 dan 3) biaya bahan bakar mesin yang mengeluarkan
biaya sebesar Rp 90.000,00. Berikut merupakan tabel biaya lain-lain untuk
bulan oktober 2016 :
Tabel 4.6
Biaya Lain-lain per Bulan Oktober 2016
Sumber: Data diolah, 2016
Deskripsi Unit Biaya/unit
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Uang snack 1bln 400.000 400.000
Total per Bulan 400.000
Deskripsi Unit Biaya/unit
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Listrik dan Air 1bln 1.400.000 1.400.000
Pulsa Telepon 1bln 200.000 200.000
Bahan Bakar mesin 1bln 90.000 90.000
Total per Bulan 1.690.000
54
d. Biaya Perawatan Mesin
Untuk Biaya Perawata Mesin pada bulan Oktober 2016 UD Tiban Jaya
Rotan Malang mengeluarkan biaya sebesar Rp 100.000,00. Berikut
merupakan tabel biaya perawatan mesin per bulan Oktober 2016.
Tabel 4.7
Biaya Perawatan Mesin per Bulan Oktober 2016
Sumber: Data diolah, 2016
e. Biaya Insentif Pegawai
Untuk biaya insentif pegawai pada tahun 2016 UD Tiban Jaya Rotan Kota
Malang mengeluarkan biaya sebesar Rp 15.000.000,00. Bila dihitung biaya
insentif pegawai dibagi per bulan, maka untuk bulan Oktober 2016 UD
Tiban Jaya Rotan Malang mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.250.000,00.
Berikut merupakan tabel biaya insentif pegawai per bulan Oktober 2016.
Tabel 4.8
Biaya Insentif Pegawai per Bulan Oktober 2016
Sumber: Data diolah, 2016
f. Biaya Pajak Bangunan
Untuk biaya pajak bangunan pada tahun 2016 UD Tiban Jaya Rotan Kota
Malang mengeluarkan biaya sebesar Rp 600.000,00. Bila dihitung biaya
Deskripsi Unit Biaya/unit
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Perawatan Mesin 1bln 100.000 100.000
Total per Bulan 100.000
Deskripsi Unit Biaya
(Rp)
Biaya/bulan
(Rp)
Insentif Pegawai 12bln 15.000.000 1.250.000
Total 1.250.000
55
pajak bangunan dibagi per bulan, maka untuk bulan Oktober 2016 UD Tiban
Jaya Rotan Malang mengeluarkan biaya sebesar Rp 50.000,00. Berikut
merupakan tabel biaya pajak bangunan per bulan Oktober 2016.
Tabel 4.9
Biaya Pajak Bangunan per Bulan Oktober 2016
Sumber: Data diolah, 2016
g. Biaya Penyusutan
Untuk perhitungan penyusutan, metode yang digunakan adalah metode garis
lurus. Menurut informasi yang didapat pada UD Tiban Jaya Rotan Malang,
biaya-biaya yang dapat disusutkan dalam perhitungan biaya penyusutan
antara lain 1) biaya bangunan dengan harga perolehan Rp 400.000.000,00
dengan umur ekonomis 25 tahun 2) biaya mesin dengan harga perolehan
total sebesar Rp 10.000.000,00 dengan nilai ekonomis 4 tahun, dan 3) biaya
peralatan dengan nilai perolehan sebesar Rp 800.000,00 dengan nilai
ekonomis 2tahun. Berikut ini merupakan rincian biaya penyusutan per bulan
Oktober 2016.
Deskripsi Unit Biaya
(Rp)
Biaya/bulan
(Rp)
Pajak Bangunan 12bln 600.000 50.000
Total per Bulan 50.000
56
Tabel 4.10
Biaya Penyusutan per Bulan Oktober 2016
Sumber: Data diolah, 2016
4.7.3.2 Perhitungan Biaya Overhead Pabrik
Dalam perhitungan biaya overhead pabrik, pengalokasian biaya
dilakukan dengan menggunakan tarif untuk faktor yang berkaitan dengan
volume produksi. Perhitungan biaya overhead dengan menggunakan tarif
volume produksi dapat dihitung dengan cara mencari presentase total
produksi suatu produk dengan total produksi keseluruhan produk yang ada
Berikut merupakan hasil olahan dari perhitungan biaya overhead pabrik pada
UD Tiban Jaya Rotan Malang :
57
Tabel 4.11
Perhitungan Biaya Overhead Pabrik per Satu Produk
Deskripsi Total Biaya
(Rp)
Alokasi Biaya per Set (Rp)
Perusahaan Job Order Costing
Putri (* Gentong (** Putri (* Gentong (**
Biaya Bahan
penolong (***
44.200 44.200 44.200 44.200 44.200
Biaya Lain-lain
1.690.000 17.790 17.790 17.790 17.790
Biaya Konsumsi
400.000 - - 4.210 4.210
Biaya perawatan
mesin
100.000 - - 1.053 1.053
Biaya Insentif
1.250.000 - - 13.159 13.159
Biaya Pajak
Bangunan
50.000 - - 526 526
Penyusutan
bangunan
1.333.333 - - 14.036 14.036
Penyusutan mesin 208.334 - - 2.193 2.193
Penyusutan
peralatan
33.333 - - 351 351
Total biaya overhead pabrik per
Set
61.990 61.990 97.518 97.518
Sumber: Data diolah, 2016
Catatan :
(* = Alokasi biaya kursi teras putri terhadap produksi total per set
(** = Alokasi biaya kursi teras putri terhadap produksi total per set
(***= Biaya sudah dihitung per set
Dalam perhitungan biaya overhead pabrik menurut perusahaan terdapat beberapa
biaya yang tidak dimasukkan dalam hitungan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya
tersebut adalah biaya konsumsi, perawatan mesin, insentif karyawan, pajak
bangunan, dan biaya-biaya penyusutan yang terdiri dari bangunan, mesin dan
peralatan.
58
4.7.4 Biaya Administrasi dan Pemasaran
Dalam proses pemasaran, UD Tiban Jaya Rotan Malang terdapat biaya
pemasaran yang terdiri dari biaya administrasi dan biaya pengiriman produk.
Pada bulan Oktober 2016 UD Tiban Jaya Rotan Malang mengeluarkan biaya
administrasi dan biaya pengiriman masing-masing sebesar Rp 50.000,00 dan Rp
2.000.000,00. Daftar biaya pemasaran dapat dilihat pada tabel 4.12
Tabel 4.12
Biaya Administrasi dan Pemasaran per Bulan Oktober 2016
Sumber: Data diolah, 2016
Catatan : (* = Total biaya pemasaran dibagi dengan jumlah unit yang terjual pada
bulan Oktober
4.8 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi
Tabel 4.13
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi per Satu Produk
Menurut Perusahaan dan Job Order Costing
Unsur Biaya Alokasi Biaya Jenis Putri Alokasi Biaya Jenis Gentong
Perusahaan JOC Selisih Perusahaan JOC Selisih
- Biaya Bahan Baku
- Biaya Tenaga
Kerja Langsung
- Biaya Overhead
Pabrik
466.000,00
225.000,00
61.990,00
466.000
225.000
97.518
-
-
35.528
592.000
330.000
61.990
592.000
330.000
97.518
-
-
35.528
Harga Pokok
Produksi per Set 752.990 788.518 35.528 983.990 1.019.518 35.528
Sumber : Data diolah, 2016
Deskripsi Unit Biaya/unit
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Biaya Administrasi 1bln 50.000 50.000
Biaya Pengiriman 1bln 2.000.000 2.000.000
Total Biaya Pemasaran per Bulan 2.050.000
Total Biaya Pemasaran per Set (* 21.579
59
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil perhitungan
harga pokok produksi menurut perusahaan dengan perhitungan harga pokok
produksi menurut Job Order Costing. Penyebab perbedaan tersebut
dikarenakan perbedaan dalam pengelompokan dalam biaya overhead pabrik
(BOP) dimana terdapat beberapa biaya yang tidak dimasukkan dalam
perhitungan seperti biaya penyusutan gedung, penyusutan mesin dan
penyusutan peralatan. Besarnya harga pokok produksi produk kursi teras putri
menurut perusahaan dan job order costing masing-masing adalah Rp
752.990,00 dan Rp 788.518,00; dengan selisih Rp 35.528,00. Sedangkan
harga produksi kursi teras gentong menurut perusahaan job order costing
adalah Rp 983.990,00 dan Rp 1.019.518,00; dengan selisih Rp 35.528,00.
4.9 Perbandingan Perhitungan Laba
Tabel 4.14
Perbandingan Perhitungan Laba per Satu Produk Menurut Perusahaan
dan Job Order Costing
Unsur Biaya Alokasi Biaya Jenis Putri Alokasi Biaya Jenis Gentong
Perusahaan JOC Selisih Perusahaan JOC Selisih
Harga Pokok
Produksi per Set 752.990 788.518 35.528 983.990 1.019.518 35.528
Biaya Pemasaran per
set 21.579 21.579 - 21.579 21.579 -
Harga Pokok
Penjualan per Set 774.569 810.097 35.528 1.005.574 1.031.097 35.528
Harga Jual Produk
per set 900.000 900.000 - 1.200.000 1.200.000 -
Laba (Rugi) 125.431 89.921 35.510 194.426 168.903 25.523
Sumber: Data diolah, 2016
Dalam perhitungan harga pokok penjualan, harga pokok produksi
dijumlahkan dengan biaya pemasaran. Besarnya harga pokok penjualan
60
produk kursi teras putri menurut perusahaan dan job order costing masing-
masing adalah Rp 774.569,00 dan Rp 810.097,00; dengan selisih sebesar Rp
35.528,00. Sedangkan harga pokok pemasaran kursi teras gentong menurut
perusahaan job order costing adalah Rp 1.005.574,00 dan Rp 1.031.097,00;
dengan selisih Rp 35.528,00.
Untuk perhitungan laba (rugi), harga produk dikurangi dengan harga
pokok penjualan produk. Besarnya laba yang diperoleh per produk untuk
produk kursi teras putri menurut perusahaan dan job order costing adalah Rp
125.431,00 dan Rp 89.921,00; dengan selisih Rp 35.510,00. Sedangkan
Besarnya laba yang diperoleh per produk untuk produk kursi teras gentong
menurut perusahaan dan job order costing adalah Rp 194.426,00 dan Rp
168.903,00; dengan selisih Rp. 25.523,00.
4.10 Implikasi dan Keterbatasan Penelitian
4.10.1 Implikasi Penelitian
Dalam hasil penelitian perhitungan harga pokok produksi pada UD Tiban Jaya
Rotan Malang, terdapat beberapa temuan yaitu:
1. Perhitungan biaya menurut perusahaan dirasa sangat sederhana dikarenakan
belum adanya catatan secara formal mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam perusahaan.
2. Terdapat perbedaan antara perhitungan harga pokok produksi menurut
perusahaan dengan metode job order costing yang dikarenakan perhitungan
perusahaan masih belum memasukkan beberapa biaya yang seharusnya
perhitungkan dalam biaya overhead pabrik.
61
3. Laba yang diperoleh menurut perhitungan perusahaan lebih besar dari
perhitungan menurut Job order costing, sehingga dapat dikatakan bahwa
perkiraan laba yang selama ini diterima perusahaan tidak sesuai dengan
realita.
4. Perusahaan masih menganggap perhitungan dengan menggunakan metode
job order costing terlalu sulit untuk diterapkan dalam perusahaan
dikarenakan perusahaan sudah cukup puas dengan sistem yang mereka buat
karena sudah memberikan keuntungan dalam perusahaan.
4.10.2 Keterbatasan Penelitian
1. Data mengenai beberapa informasi biaya didapat melalui wawancara
langsung yang mengandalkan ingatan dari pemilik perusahaan sehingga
terdapat beberapa data biaya yang tidak sesuai dengan sesungguhnya.
2. Kurangnya catatan-catatan mengenai laporan biaya terdahulu dan laporan
mengenai waktu pengerjaan suatu produk, jam kerja mesin, dan semacamnya
membuat perhitungan biaya produksi menggunakan predetermined overhead
rate tidak dapat dilakukan dengan baik sehingga dalam perhitungan biaya
overhead dirasa masih belum tepat.
62
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai proses perhitungan harga pokok produksi
terhadap produk kursi teras rotan jenis putri dan kursi teras rotan jenis gentong pada
UD Tiban Jaya Rotan Malang, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. UD Tiban Jaya Rotan Malang belum memiliki catatan pembukuan yang jelas
mengenai transaksi yang terjadi dalam perusahaan, sehingga dalam perhitungan
biaya-biaya yang berkaitan dengan harga pokok produksi perusahaan masih
terdapat kekurangan.
2. Dalam perhitungan harga pokok produksi, terdapat beberapa biaya yang
berkaitan dengan produksi yang belum dimasukkan dalam perhitungan harga
pokok produksi. Dapat dilihat dalam perhitungan harga pokok produksi
perusahaan pada biaya overhead pabrik, perusahaan hanya memasukkan biaya
bahan penolong dan biaya lain-lain yang terdiri dari biaya listrik dan air, biaya
pulsa telepon dan biaya bahan bakar mesin. Sedangkan biaya-biaya seperti biaya
konsumsi pegawai, biaya insentif pegawai, biaya pajak bangunan, biaya
perawatan mesin dan biaya penyusutan masih belum dimasukkan dalam
perhitungan harga pokok produksi.
3. Berdasarkan hasil perhitungan hitungan harga pokok produksi produk kursi teras
rotan jenis putri dan kursi teras rotan jenis gentong, terdapat selisih antara
63
pehitungan harga pokok produksi antara perusahaan dengan metode yang
diusulkan yaitu Job Order Costing.
4. Berdasarkam hasil perhitungan laba produk kursi teras rotan jenis putri dan kursi
teras rotan jenis gentong, terdapat selisih antara pehitungan laba antara
perusahaan dengan metode yang diusulkan yaitu Job Order Costing.
5.2 Saran
Dari penelitaian perhitungan harga pokok produksi dari produk kursi teras
putrid dan kursi teras gentong pada UD Tiban Jaya Rotan Malang, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
Bagi Perusahaan:
1. UD Tiban Jaya Rotan Malang hendaknya melakukan pembukuan atas semua
transaksi yang terjadi dalam perusahaan, sehingga memudahkan perusahaan
dalam menelusuri informasi-informasi yang berkaitan dengan keuangan
perusahaan.
2. UD Tiban Jaya Rotan Malang dapat melakukan pengidentifikasian dan
pengelompokan biaya produksi terlebih dahulu sebelum melakukan
perhitungan harga pokok produksi, sehingga perhitungan harga pokok
produksi bisa lebih akurat.
3. UD Tiban Jaya Rotan Malang sebaiknya lebih memperhatikan biaya-biaya
produksi lain yang berkaitan dengan kegiatan produksi seperti biaya overhead
pabrik, karena hal ini akan berpengaruh terhadap besarnya harga pokok
produksi dari suatu produk sehingga akan mempengaruhi besarnya laba
perusahaan.
64
Bagi Peneliti:
1. Mencari objek penelitian dengan karakteristik dan permasalahan yang berbeda
seperti perusahaan jasa untuk mengetahui perbedaan harga pokok produksi
sehingga dapat dilihat pengaruhnya terhadap harga jual dan laba.
2. Menggunakan metode-metode penelitian yang lebih beragam dan sesuai
dengan bentuk usaha, produk yang diproduksi dan proses produksi dari objek
yang diteliti.
3. Memilih objek penelitian yang sudah melakukan pengelolaan keuangan
keuangan sesuai standar akuntansi untuk melengkapi data-data yang
dibutuhkan dalam perhitungan harga pokok produksi.
64
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-196/MEN/1999
Tahun 1999. Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi
Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
(Online). http://www.hukumonline.com/ (diakses pada tanggal 22 Januari
2017)
Anonymous. 2016. Data UMKM : Jumlah UMKM dan Tenaga Kerja di Provinsi
Jatim. (Online) http://diskopumkm.jatimprov.go.id/ (diakses pada tanggal 7
Oktober 2016)
Anonymous. 2016. Loan Agreement: Wujud Penguatan Akses Pembiayaan Koperasi
dan UMKM Jatim. (Online) http://news.bisnisukm.id/loan-agreement-wujud-
penguatan-akses-pembiayaan-koperasi-dan-umkm-jatim/ (diakses pada
tanggal 7 Oktober 2016)
Anonymous. 2014. Kerajinan Rotan yang Hasilkan Rp 60 Juta per Bulan. (Online)
http://economy.okezone.com/ (diakses pada tanggal 7 Oktober 2016)
Bustami Bastian.& Nurlela. 2010. Akuntansi Biaya. Graha Ilmu: Yogyakarta
Carter, William K dan Milton F Usry. 2006. Cost Accounting. Edisi Tiga Belas.
Salemba Empat, Jakarta.
Cecily A. Raiborn, Michael R. Kinney. 2011. Akuntansi Biaya: Dasar dan
Perkembangan Edisi Ketujuh. Salemba Empat, Jakarta.
Cristie Ollin Thia Priscilla. 2014. Penghitungan Biaya Produksi dengan Metode Job
Order Costing Sebagai Dasar Penetapan Harga Jual (Studi Kasus Pada Harry
Handmade Shoes Malang). (Online) jimfeb.ub.ac.id (diakses pada tanggal 8
Oktober 2016)
Daljono.2011. Akuntansi Biaya. Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian. Penerbit:
BP UNDIP, Semarang.
65
Devianti. 2010. Analisis Pengaruh Harga Pokok Produksi CPO Terhadap Penentuan
Harga Jual CPO Pada Mutiara Ungu. Skripsi http; suci.ac.id. Diakses 8
Oktober 2016.
Djohari Marisa. 2010. Analisis Penerapan Perhitungan Harga Pokok Produksi Mesin
Power Teaser Berdasarkan Job Order Costing Pada Bengkel Las Kribo.
(Online). https://eprints.uns.ac.id/. (Diakses 8 Oktober 2016)
Garrison Ray H, Eric W, Noreen, Peter C, Brewer. 2008. Akuntansi Manajerial .
Salemba Empat, Jakarta.
Hansen, Don R. Maryanne M Mowen. 2012 Management Accounting, 7th.
Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba. Akuntansi
Manajemen, Edisi 8. Buku 1. Salemba Empat, Jakarta.
Horngren Charles T., Datar, Srikant M., Foster George. 2008. Akuntansi Biaya :
Pendekatan Manajerial. Erlangga, Jakarta.
Hutagalung Dumaria Julia Angeline. 2009. Analisis Furniture Rotan : Studi Kasus di
CV Chandra Rattan Cirebon, Jawa Barat. (Online) repository.ipb.ac.id
(diakses pada tanggal 8 Oktober 2016)
Mulyadi . 2010 . Akuntansi Biaya: Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya.
UPP-STIM-YKPN, Yogyakarta.
Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian. Balai Aksara. Jakarta.
Riastyo Reza. 2016. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan
Metode Job Order Costing dan Activity Based Costing (ABC) (Studi Kasus
pada PT. Eureeka Great Nusantara-Kota Batu. (Online) jimfeb.ub.ac.id
(diakses pada tanggal 5 Oktober 2016)
66
Salindeho Erni Rosiani. 2015. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada UD
The Sweetest Cookie Manado.(Online) ejournal.unsrat.ac.id Jurnal EMBA
Vol.3 No.1 Maret 2015, Hal 26-33 (diakses pada tanggal 7 Oktober 2016)
Schermerhorn. 1996, Management, John Wiley & Son, Fifth edition. New York.
Sekaran Uma. 2003. Metode Penelitian Untuk Bisnis. Salemba 4. Jakarta
Setiawan Hendra, Manurung Tarida Marlin S., Yunita. 2010. Evaluasi Penerapan
Metode Job Order Costing Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi (Studi
Kasus Pada PT Organ Jaya). Jurnal Ilmiah Ranggading. Bogor.
Siregar Baldric, Suripto, Bambang et. al. 2013. Akuntansi Manajemen. Salemba
Empat, Jakarta
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RND, Alfabeta.
Bandung.
Usry Milton F. dan Hammer Lawrence H. 1997. Akuntansi Biaya Perencanaan dan
Pengendalian. Erlangga. Jakarta