Upload
trankhanh
View
265
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERENCANAAN PROGRAM WISATA PENDIDIKAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI ANAK
USIA SEKOLAH DASAR DI PT. PUSRI PALEMBANG
LENNY YUSRINI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perencanaan Program
Wisata Pendidikan Lingkungan Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia
Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Lenny Yusrini
NRP E352100021
RINGKASAN
LENNY YUSRINI. Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan
Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah di PT. Pusri
Palembang. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB dan DWI
HASTUTI.
Pendidikan lingkungan bertujuan merubah sikap dan perilaku seseorang
terhadap interaksinya dengan lingkungan. Agar sikap dan perilaku positif
terhadap lingkungan tertanam dan melekat pada diri seseorang, maka
pendidikan lingkungan sebaiknya diberikan sedini mungkin, antara lain
dimulai pada anak usia sekolah. Pendidikan lingkungan merupakan suatu
proses yang tidak singkat. Dengan menanamkan pendidikan lingkungan
sejak usia sekolah diharapkan kesadaran ini akan membentuk perilaku
mereka dan terbawa hingga dewasa. Hasil akhirnya diharapkan dapat
tercipta generasi yang merupakan agen perubahan (agent of change) yang
mampu menjadi motor penggerak dalam menciptakan keseimbangan dengan
alam dan lingkungan.
Dalam usaha menciptakan generasi muda yang mencintai lingkungan,
program pendidikan lingkungan yang akan dibuat sebaiknya memperhatikan
kebutuhan dan keinginan peserta (anak usia sekolah) serta bersifat nyata
(concrete learning). Penelitian ini bertujuan untuk menyusun perencanaan
program wisata pendidikan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan anak
usia sekolah, dengan memperhatikan aspek persepsi dan preferensi mereka.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan responden
adalah anak usia sekolah dasar yang berada di area ring I PT. Pusri. Jumlah
responden adalah 120 orang. Penentuan responden dilakukan dengan teknik
pengambilan sampel sengaja (purposive sampling). Pengumpulan data
dilakukan dengan metode angket, wawancara, observasi, dan studi literatur.
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif
kualitatif. Penyusunan perencanaan program wisata dilakukan dengan
melakukan sintesis terhadap data persepsi, preferensi, dan daya tarik wisata
PT. Pusri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Pusri memiliki daya tarik sebagai
destinasi wisata pendidikan lingkungan. Baik persepsi maupun preferensi
anak dominan berada pada kategori sedang sehingga program yang disusun
berupaya untuk meningkatkannya menjadi baik. Tidak terdapat perbedaan
persepsi maupun preferensi terhadap lingkungan yang nyata antara anak
laki-laki dan perempuan, dan antara anak kelas 1-3 SD dengan kelas 4-6 SD.
Perencanaan program wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri disusun
dengan tema utama envi-edu tour (wisata pendidikan lingkungan) yang
meliputi kombinasi kegiatan pemutaran film pendek, ceramah di kelas,
outing class, dan permainan.
Kata kunci: pendidikan lingkungan, perencanaan, program wisata, anak
SUMMARY
LENNY YUSRINI. Planning on Environmental Education Tour Programme
Based on The Perception and Preferences of School Aged Children at PT.
Pusri Palembang. Supervised by E.K.S. HARINI MUNTASIB and DWI
HASTUTI.
Environmental education is aimed to change someone’s attitude and
behavior towards one’s interaction with the environment. Since the
education is not a short term period, the education needs to start as early as
possible. By applying an early environmental education, it is hoped to create
a positive attitude and behavior towards the environment. The final outcome
is to create a generation which become agent of change that are able to be
the driving force in creating the balance of nature and environment.
The education programme needs to be created with the attention to the
needs and wants of the participants (in this case; school-aged children)
combined with a concrete learning. One of the activities that the children
love is a trip or tour. This activities can be combined with the environmental
education so that it can become a fun and effective programme.
The objective of this research is to develop a planning for an
environmental education tour programme based on the needs of the school-
aged children by paying attention to their perception and preferences
towards the environment. The research used qualitative descriptive methods.
Samples were the elementary school children located in the Ring I of PT.
Pusri. Number of samples are 120 children which were purposively chosen
using the random sampling method. Data were collected using
questionnaire, interviews, observations and desk study. Data was analyzed
using the qualitative descriptive method. The development of the tour
planning programme then was created by synthetizing the perception,
preferences, and the point of interests of PT. Pusri.
The result of this research showed that PT. Pusri is potential as the
destination of environmental education. There is no significant differences
of the perception and preferences towards the environment between the boys
and the girls, and between the grade 1-3 children and grade 4-6 children.
Both the perception and preferences of the children were dominantly at the
level of moderate so the program will be created to increase this level into
good. The planning of the environmental education tour program were
created by combining the classroom method (films and lecture), field trip,
and fun games. This research showed that a factory with its activities can be
a destination for an environmental education tour for elementary shool
children.
Keywords: environmental education, planning, tour programme, child
©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan
PERENCANAAN PROGRAM WISATA PENDIDIKAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI ANAK
USIA SEKOLAH DASAR DI PT. PUSRI PALEMBANG
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
LENNY YUSRINI
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS
Judul Tesis : Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan
Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah Dasar di
PT. Pusri Palembang
Nama : Lenny Yusrini
NIM : E352100021
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Prof Dr E.K.S. Harini Muntasib, MS
Ketua
Dr Ir Dwi Hastuti, MSc
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Manajemen Ekowisata dan
Jasa Lingkungan
Dr Ir Ricky Avenzora, MSc
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian:
30 Desember 2013
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini ialah
perencanaan program wisata, dengan judul Perencanaan Program Wisata
Pendidikan Lingkungan Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah
Dasar di PT. Pusri Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof Dr E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Ibu Dr Ir Dwi Hastuti, MSc
selaku pembimbing.
2. Bapak Dr Ir Ricky Avenzora, MSc selaku Ketua Program Studi MEJ.
3. Bapak Dr Ir Burhanuddin Masy’ud selaku penguji luar komisi pada ujian tesis.
4. Manajemen PT. Pusri, dalam hal ini Bagian Hubungan Masyarakat (Humas),
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), dan Yayasan Pendidikan PT. Pusri
(Yapensri).
5. Para kepala sekolah, para guru dan adik-adik di sekolah contoh yang telah
membantu pengumpulan data.
6. Keluarga tercinta, suami Haryanto, anak-anak Cinta dan Dimas, orang tua
Bapak Hatta dan Ibu Erlin, dan kakak serta adik-adik atas dukungannya yang
luar biasa, dan segala doa dan kasih sayangnya.
7. Teman-teman MEJ 2010 atas dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Lenny Yusrini
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Kerangka Pikir 3
2 TINJAUAN PUSTAKA 5
Perencanaan Wisata 5
Pendidikan Lingkungan 7
Perkembangan Anak 16
Persepsi dan Preferensi terhadap Lingkungan 19
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 21
3 METODE 21
Rancangan Penelitian 21
Lokasi dan Waktu Penelitian 22
Populasi dan Contoh 22
Analisis Data 27
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 29
Gambaran Umum PT. Pusri dan Sekitarnya 29
Daya Tarik Wisata PT. Pusri 31
Persepsi Anak Usia SD 38
Preferensi Anak Usia SD 43
Rekomendasi Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan 44
5 SIMPULAN DAN SARAN 56
DAFTAR PUSTAKA 56
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
1 Kompetensi dasar siswa SD terkait lingkungan 9
2 Strategi dan metode belajar 16
3 Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget 17
4 Perkembangan anak 17
5 Durasi attention span anak usia SD 18
6 Daftar sekolah contoh 22
7 Data primer 24
8 Data sekunder 24
9 Komposisi contoh 31
10 Daya tarik wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri 31
11 Daya tarik wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri 33
12 Perkembangan pabrik PT. Pusri 34
13 Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang lingkungan 39
14 Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang PT. Pusri 40
15 Sebaran contoh menurut afeksi anak terhadap lingkungan 40
16 Sebaran contoh menurut afeksi anak terhadap PT. Pusri 41
17 Sebaran contoh menurut konasi anak terhadap lingkungan 41
18 Persepsi ideal anak tentang kawasan wisata pendidikan lingkungan 42
19 Sebaran contoh menurut tingkat persepsi anak terhadap lingkungan 42
20 Sebaran contoh menurut tingkat preferensi anak terhadap
lingkungan 43
21 Misi program wisata pendidikan lingkungan 44
22 Perencanaan pada pengelolaan dan kawasan 45
23 Zonasi di kawasan 45
24 Tujuan program menurut persepsi dan preferensi 46
25 Indikator keberhasilan program wisata pendidikan lingkungan 47
26 Program envi-edu tour untuk anak kelas 1-3 dengan daya tarik
pupuk dan danau buatan 49
27 Program envi-edu tour untuk anak kelas 4-6 dengan daya tarik
pupuk, instalasi pengolahan limbah dan Sungai Musi 50
28 Skenario I 51
29 Skenario II 54
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir 4
2 Pemanfaatan lahan 30
3 Sebaran daya tarik wisata PT. Pusri 32
4 Papan interpretasi dan kondisi mini zoo 36
5 Kondisi mini zoo 36
6 Danau buatan 1 dan pulau mini 37
7 Danau buatan 2 38
8 Proses pembentukan persepsi terhadap lingkungan 39
9 Rute perjalanan skenario I 53
10 Rute perjalanan skenario II 55
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan). Kegiatan wisata dapat menjadi sarana untuk
menyampaikan pesan pendidikan lingkungan yang bertujuan untuk merubah
aspek kognitif, pengetahuan partisipatif, ketrampilan dan perilaku pembelajar
(Bhuiyan, Islam, Siwar, Ismail 2010). Agar sikap dan perilaku positif terhadap
lingkungan tertanam dan melekat pada diri seseorang, maka pendidikan
lingkungan sebaiknya diberikan sedini mungkin, antara lain dimulai pada anak
usia sekolah dasar (SD). Dengan menanamkan pendidikan lingkungan sejak usia
SD diharapkan kesadaran ini akan membentuk perilaku mereka dan terbawa
hingga dewasa. Hasil akhirnya diharapkan dapat tercipta generasi yang
merupakan agen perubahan (agent of change) yang mampu menjadi motor
penggerak dalam menciptakan keseimbangan dengan alam dan lingkungan.
Minimnya kawasan yang dapat menjadi destinasi wisata pendidikan
lingkungan menjadi salah satu kendala bagi sekolah dalam menerapkan
pembelajaran praktek tentang pendidikan lingkungan. Kawasan yang dapat
menjadi destinasi sebagian besar adalah kawasan yang dikelola secara mandiri
(swasta) dengan mengenakan biaya masuk yang cukup tinggi sehingga menjadi
beban bagi sekolah-sekolah. Hal ini berimbas kepada kurangnya pembelajaran
secara langsung dan interaksi anak dengan alam karena pembelajaran dilakukan
sebagian besar di dalam kelas saja. Untuk itu perlu dilakukan upaya mencari
alternatif destinasi pendidikan lingkungan yang memiliki sumber daya yang
memadai serta tidak membebani sekolah secara keuangan. Salah satu kawasan
yang dapat dijadikan destinasi adalah kawasan industri yang ruang lingkupnya
berkaitan dengan sumber daya alam. Pemilihan kawasan industri sebagai lokasi
kegiatan wisata pendidikan lingkungan salah satunya disebabkan oleh pendidikan
lingkungan tidak hanya merupakan tanggung jawab pihak sekolah atau aktivis
lingkungan. Semua elemen masyarakat memiliki tanggung jawab moral yang
sama dalam meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan ketrampilan tentang nilai-
nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang ada.
Kota Palembang dilalui oleh Sungai Musi yang merupakan sungai
terpanjang di Pulau Sumatera (750 kilometer). Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya,
hubungan antara masyarakat kota Palembang dengan keberadaan sungai ini sangat
erat, baik dari sisi sejarah, perekonomian dan budaya. Pada masa sekarang,
berbagai pusat kegiatan dibangun di sepanjang Sungai Musi, termasuk di
antaranya adalah PT. Pupuk Sriwijaya (PT. Pusri) Palembang. Pada penelitian ini,
kawasan industri yang menjadi lokasi penelitian adalah PT Pusri. PT. Pusri
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang produksi dan
pemasaran pupuk dan merupakan salah satu industri terbesar di kota Palembang.
Selama lebih dari 50 tahun keberadaan PT. Pusri di Palembang, beberapa kegiatan
yang bersifat sosial telah dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar
misalnya pemberian pelatihan bagi pedagang, pemberian paket sembako
menjelang bulan puasa, dan lain-lain. Kegiatan yang bersifat insidental antara lain
lomba foto dan menggambar kawasan PT. Pusri. Kegiatan-kegiatan ini
diselenggarakan tanpa melibatkan langsung sarana dan prasarana kawasan pabrik.
Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
pasal 74 menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sesuai dengan perundang-undangan
tersebut maka PT. Pusri memiliki tanggung jawab sosial dalam memperhatikan
aspek sosial dan lingkungan di luar perusahaan. Terkait dengan hal tersebut maka
dalam kebijakan perusahaannya PT. Pusri menempatkan berbagai isu yang
berkaitan dengan pelestarian lingkungan sebagai bagian dari laporan tahunan dan
strategi jangka panjang. Sebagai implementasinya, Code of Conduct PT. Pusri
menyebutkan upaya komitmen jangka panjang terhadap masyarakat sekitar
sehingga tatanan sosial dan ekonomi masyarakat senantiasa terlindungi dan
sedapat mungkin ditingkatkan
Dengan melaksanakan kegiatan wisata pendidikan lingkungan secara
berkelanjutan di kawasannnya menunjukkan tanggung jawab PT. Pusri terhadap
masyarakat di sekitarnya, khususnya dalam pengembangan kapasitas manusia di
bidang pendidikan dan pelestarian lingkungan jangka panjang. Selain itu, dengan
menjadi destinasi wisata pendidikan lingkungan, PT. Pusri dapat memiliki
kesempatan untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa bidang kerja
dan aktivitas PT. Pusri sebagai produsen pupuk dan bahan kimia lainnya
menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia, khususnya bidang pertanian
serta aktivitas tersebut tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat
maupun lingkungan.
Memahami siapa yang menjadi sasaran pendidikan lingkungan sebelum
membuat program sangat penting agar isi materi dapat dipahami sesuai dengan
kemampuan peserta yang menjadi sasaran. Penelitian ini berupaya memadukan
antara kegiatan wisata dan pendidikan lingkungan yang dikemas dengan
memperhatikan kebutuhan peserta dengan lokasi kegiatan merupakan kawasan
industri yang berada di sekitar lingkungan peserta. Untuk itu, penelitian terkait
dengan pendidikan lingkungan yang dapat diselenggarakan di kawasan PT. Pusri
penting dilakukan, agar PT. Pusri dapat menjadi destinasi wisata pendidikan
lingkungan yang menarik dan terjangkau bagi sekolah-sekolah, sekaligus berperan
aktif dalam membangun generasi pelestari lingkungan dan menunjukkan kepada
masyarakat bentuk nyata partisipasi PT. Pusri dalam meningkatkan pembangunan
kapasitas masyarakat.
Perumusan Masalah
Salah satu kegiatan menyenangkan yang digemari anak-anak adalah jalan-
jalan atau berwisata. Kegiatan ini dapat digabungkan dengan pendidikan
lingkungan sehingga menjadi sebuah program yang menyenangkan sekaligus
dapat mencapai sasaran. PT. Pusri sebagai ikon industri kota Palembang memiliki
hubungan sosial dan sejarah dengan masyarakat yang sangat erat. Sebagai
industri yang bergerak di bidang pupuk dan bahan kimia lainnya, aktivitas PT.
Pusri dengan sendirinya akan berdampak pada bidang sosial, ekonomi dan
lingkungan di masyarakat sekitar kawasan industri ini berdiri. Oleh karena itu PT.
Pusri memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan masyarakat sekitar baik
dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya sebagaimana yang dinyatakan dalam
UU 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74. Untuk itu dibutuhkan
kegiatan yang tidak hanya bersifat bantuan sosial, tetapi juga yang bersifat
berkelanjutan dan melibatkan masyarakat secara aktif. Salah satu kegiatan yang
dapat dilakukan untuk masyarakat sekitar adalah menyelenggarakan kegiatan
pendidikan lingkungan yang berkelanjutan. Melalui kegiatan tersebut PT. Pusri
dapat memberikan citra positif kepada masyarakat Sumatera Selatan pada
umumnya. Kegiatan tersebut dapat menjadi salah satu upaya yang dilakukan PT.
Pusri dalam memberikan sumbangsih terhadap kesejahteraan masyarakat. PT.
Pusri juga dapat berperan dalam menciptakan generasi baru yang sadar akan
pelestarian lingkungan.
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian
yaitu bagaimanakah menyusun perencanaan program wisata pendidikan
lingkungan yang sesuai dengan persepsi dan preferensi anak usia Sekolah Dasar di
PT. Pusri Palembang. Untuk itu, perlu diteliti juga hal-hal sebagai berikut :
1. Apakah yang menjadi daya tarik PT. Pusri sebagai destinasi program wisata
pendidikan lingkungan?
2. Bagaimanakah persepsi dan preferensi anak usia SD terhadap lingkungan
lingkungan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan berdasarkan
persepsi dan preferensi anak usia Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang. Secara
rinci tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui daya tarik PT. Pusri sebagai destinasi program wisata pendidikan
lingkungan.
2. Mengetahui persepsi dan preferensi anak usia SD terhadap lingkungan.
3. Menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan berdasarkan
persepsi dan preferensi anak usia SD di PT. Pusri Palembang.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
inovasi program wisata pendidikan lingkungan yang spesifik lokasi dengan
mempertimbangkan potensi daya tarik yang ada dan persepsi dan preferensi anak
usia SD. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis
berupa :
1. Masukan bagi PT. Pusri sebagai salah satu komponen masyarakat yang
memperhatikan pengembangan pendidikan lingkungan dalam merancang
program wisata pendidikan lingkungan berkelanjutan.
2. Masukan bagi penyelenggara kegiatan wisata pendidikan bagi anak usia SD,
baik di sekolah maupun di luar sekolah serta pihak-pihak lain yang
memerlukannya dalam merancang wisata pendidikan lingkungan.
Kerangka Pikir
Pembuatan program wisata selalu diawali dengan langkah mendasar yaitu
perencanaan. Melalui perencanaan wisata akan tergali informasi terkait dengan
aspek penyedia sarana (supply), dalam hal ini adalah PT. Pusri dan aspek
permintaan (demand), yaitu sasaran program (anak usia sekolah). Kawasan PT.
Pusri seluas 170,31 ha dapat dijadikan destinasi wisata pendidikan lingkungan.
Sebagai industri yang bergerak di bidang pupuk dan bahan kimia, akan digali
potensi lain yang dimiliki sehingga penyelenggaraan program wisata dapat
bervariasi.
Pendidikan lingkungan merupakan disiplin ilmu yang berkontribusi
terhadap keberlanjutan lingkungan melalui beragam kegiatan praktis, mulai dari
pemberian informasi hingga pembangunan kapasitas. Fokus dari pendidikan
lingkungan adalah mengidentifikasi perilaku yang menyebabkan ancaman
terhadap kondisi lingkungan dan untuk kemudian melihat apakah pendidikan saja
sudah cukup atau apakah harus disertai dengan strategi tambahan lain (Crohn dan
Birnbaum 2010). Dimopoulos, Paraskevospoulos dan Pantis (2008) mengatakan
bahwa pendidikan lingkungan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dan
membuat struktur sosial baru, baik dengan partisipasi sederhana maupun
kompleks terhadap keterlibatan dalam pengelolaan kawasan secara berkelanjutan.
Pendidikan lingkungan non formal dapat diberikan seawal mungkin dalam daur
hidup manusia, dimulai pada tahap anak-anak usia pra sekolah dan usia SD.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini maka peneliti merumuskan kerangka
pemikiran seperti ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pikir
2 TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Wisata
Dalam UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dinyatakan
bahwa wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Perjalanan merupakan istilah umum
yang dilekatkan pada wisata, sehingga Coltman (1989) mendefinisikan wisata
sebagai perjalanan yang melingkar, dimulai dari suatu titik tertentu dan pada
akhirnya berakhir di tempat itu juga dengan mengikuti rencana perjalanan
(itinerary) tertentu.
Wisata merupakan suatu produk yang unik karena terdiri atas komponen
yang bersifat nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible). Komponen yang nyata
contohnya antara lain adalah makanan yang disajikan di suatu rumah makan, atau
perlengkapan kamar di suatu hotel. Sementara komponen yang tidak nyata
misalnya adalah kualitas pelayanan dari suatu perusahaan penerbangan, atau
pemandangan indah di pegunungan. Manfaat dari komponen tidak nyata tidak
secara langsung diperoleh oleh pengguna tetapi baru dapat dirasakan setelah
pengguna melakukan kegiatan tersebut. Dengan kata lain, produk wisata
merupakan kombinasi dari berbagai komponen yang memberikan pengalaman dan
kepuasan total bagi konsumen (Coltman 1989). Hal ini menyebabkan wisata harus
dikemas secara menarik agar dapat menarik perhatian calon penggunanya. Upaya
untuk mengupayakan kemasan yang menarik dan sesuai dengan keinginan
pengguna dilakukan melalui kegiatan perencanaan yang baik.
Perencanaan merupakan fungsi pertama dan yang paling mendasar dalam
manajemen. Terkait dengan wisata, perencanaan yang baik dapat menjadi
pedoman penyelenggaraan kegiatan sekaligus menjadi alat ukur keberhasilan
penyelenggaraan kegiatan. Terdapat banyak pendekatan yang dapat digunakan
oleh seorang perencana. Pendekatan perencanaan wisata apapun yang digunakan
oleh seorang perencana, pembuatan suatu program wisata pada dasarnya
menggabungkan antara ilmu pengetahuan dengan cita rasa seni dari perencana
tersebut agar dapat menciptakan program yang menarik. Program wisata yang
menarik akan berujung pada keputusan membeli produk, yang merupakan harapan
dari semua perencana wisata.
Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah aspek supply dan
demand. Aspek supply dan demand menjadi pokok yang harus dapat ditemukan
sebagaimana dinyatakan Avenzora (2008), bahwa perencanaan wisata merupakan
suatu upaya untuk mempertemukan aspek demand dan supply melalui pendekatan
yang obyektif, yang dirancang dengan sentuhan seni, rasa, pengetahuan dan
pengalaman serta berdasarkan argumen yang beralasan. Perencanaan wisata tidak
dapat hanya memenuhi satu sisi demand saja atau sebaliknya memenuhi aspek
supply saja, karena akan menciptakan produk yang kurang memenuhi harapan.
Proses Perencanaan Program Wisata
Perencanaan bukan merupakan suatu kegiatan yang tetap. Perencanaan yang
baik harus terus berlangsung selama program tersebut berjalan sehingga
merupakan sebuah proses. Mengacu pada Fiatiano (2009), perencanaan wisata
bukan merupakan bentuk persiapan saja, tetapi merupakan proses yang
berlangsung terus-menerus sehingga dapat menjadi acuan untuk perbaikan
program-program selanjutnya. Perencanaan wisata menurut Fiatiano (2009)
meliputi :
1 Penentuan visi dan misi
Kegiatan ini merupakan titik awal dari proses perencanaan. Pernyataan visi
menggambarkan sasaran jangka panjang dari suatu program. Pernyataan ini
menggambarkan posisi yang diinginkan yang dapat membantu memusatkan
dan mengarahkan kegiatan-kegiatan pelaksanaan. Pernyataan misi
menggambarkan bagaimana suatu program akan bergerak menuju visinya. Visi
program wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri harus dapat
menggambarkan upaya PT. Pusri membangun kesadaran dan kecintaan anak
terhadap lingkungan yang indah dan lestari .
2 Tujuan
Tujuan program menjawab pertanyaan yang dikenal dengan 5W2H, yaitu 1)
What (program apa yang akan dibuat?); 2) Why (mengapa program ini perlu
dibuat?); 3) Who (siapa saja yang terlibat dalam program ini, baik sebagai
pelaksana maupun peserta?); 4) Where (di mana program ini dapat
dilaksanakan?); 5) When (kapan program ini dapat dilaksanakan?); 6) How
(bagaimana program dapat dilaksanakan?); 7) How much (berapa besar biaya
yang dibutuhkan?).
Tujuan dapat diukur pencapaiannya. Beberapa area yang dapat dijadikan
pengukuran antara lain :
a. Kehadiran, yang diukur dengan jumlah peserta
b. Pertumbuhan program yang diukur dengan jumlah kegiatan yang
diselenggarakan
c. Mutu program yang diukur dengan tanggapan dari peserta
d. Kepuasan peserta yang diukur dari jumlah keluhan.
3 Observasi dan pengumpulan data
Tahap ini digunakan untuk menganalisis potensi dan kondisi yang ada di
destinasi. Diawali dengan identifikasi dan observasi pada kawasan destinasi.
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan kegiatan menghubungkan antara
rumusan tujuan dengan kondisi yang ada di lapangan. Yang diobservasi adalah
semua masalah yang dipertanyakan dalam rumusan tujuan. Untuk
mempermudah pekerjaan observasi maka dapat digunakan alat bantu atau
instrumen. Berbagai data yang diperoleh melalui observasi kemudian diolah
dan dianalisis. Tahapan ini digunakan untuk menentukan strategi pencapaian
tujuan, mengidentifikasi kendala yang mungkin timbul, dan mencari alternatif
yang mungkin dapat diambil.
4 Disain produk
Disain produk merupakan tahapan dimana beberapa alternatif program dibuat.
Sebagaimana produk wisata lainnya, disain produk ini juga memenuhi unsur-
unsur daya tarik dan manfaat, keamanan dan unsur lain yang melengkapi suatu
produk.
5. Pengujian dan operasional
Sebelum dilaksanakan, perencanaan yang telah dibuat diujicobakan untuk
memperoleh umpan balik. Pengujian meliputi pengujian kemampuan
pelaksanaan di lapangan dan pengujian terhadap respon pasar.
6. Evaluasi
Hasil umpan balik kemudian dievaluasi dan jika dianggap telah memenuhi
harapan maka program dapat dijalankan.
7. Disain akhir
Hasil evaluasi digunakan untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang
diperlukan. Hasilnya merupakan produk yang siap ditawarkan kepada pasar.
Pada penelitian ini, proses perencanaan dibatasi pada tahap disain produk
karena keterbatasan kemampuan peneliti.
.
Pendidikan Lingkungan
UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menyatakan bahwa lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Penggabungan kata “pendidikan” dan “lingkungan” membangkitkan rasa
ingin tahu mengenai mengapa, kapan, dan apa tujuan kedua kata ini dipadankan.
Jawabannya terentang mulai dari kepentingan individu hingga kepentingan global.
Penggunaan istilah pendidikan lingkungan pertama kali pada level internasional
menurut Palmer dan Neal (1994) adalah pada pertemuan The International Union
for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) di Paris pada tahun
1948. Sejak saat itu semakin banyak para ahli dan praktisi yang mencoba untuk
mendefinisikan istilah ini, terlebih ketika semakin banyak peristiwa kritis yang
terjadi di dunia yang diketahui dan dipublikasikan. IUCN (1970) mendefinisikan
pendidikan lingkungan sebagai suatu proses pengenalan nilai-nilai dan
memperjelas konsep dalam rangka mengembangkan keterampilan dan perilaku
yang diperlukan untuk memahami dan menghargai keterhubungan antara manusia,
kebudayaannya, dan lingkungan biofisiknya.
Pendidikan lingkungan merupakan disiplin ilmu yang berkontribusi
terhadap keberlanjutan lingkungan melalui beragam kegiatan praktis, mulai dari
pemberian informasi hingga pembangunan kapasitas. Fokus dari pendidikan
lingkungan adalah mengidentifikasi perilaku yang menyebabkan ancaman
terhadap kondisi lingkungan dan untuk kemudian melihat apakah pendidikan saja
sudah cukup atau apakah harus disertai dengan strategi tambahan lain (Crohn dan
Birnbaum 2010). Menurut Dimopoulos et al. (2008), pendidikan lingkungan dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku dan membuat struktur sosial baru, baik dengan
partisipasi sederhana maupun kompleks terhadap keterlibatan dalam pengelolaan
kawasan konservasi secara berkelanjutan.
Banyak upaya pendidikan lingkungan ditargetkan kepada anak-anak, dengan
tujuan untuk merubah hubungan anak-anak dengan alam (Crohn dan Birnbaum
2010). Anak-anak usia sekolah merupakan sasaran yang tepat bagi pembelajaran
mengenai lingkungan untuk jangka panjang karena perkenalan dini terhadap alam
akan menyentuh seseorang dan akan menjadi bagian dari dirinya sampai dia
dewasa (Crowell 2001).
Crohn dan Birnbaum (2010) menyebutkan bahwa pendidikan lingkungan
lebih sering dilakukan dalam bentuk non-formal, yang mengimplikasikan bahwa
sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan di luar dinding sekolah. Beberapa
hal yang dapat diterapkan dalam pendidikan lingkungan adalah :
1. Pesan harus dibuat sederhana. Orang akan lebih cepat merespon gagasan yang
jelas dan mudah dilaksanakan, sehingga pesan harus fokus pada satu gagasan
saja dan mudah dimengerti.
2. Orang akan merespon pada pesan yang langsung terkait dengan dirinya. Untuk
itu, buatlah pesan yang secara langsung terkait dengan individu.
3. Orang akan merespon pada gagasan jika mereka mengetahui tindakan apa yang
dapat mereka lakukan kemudian. Pesan harus meminta individu untuk berbuat
sesuatu.
Pesan yang terlalu rumit justru tidak akan mencapai sasaran karena tidak
dimengerti anak (Newton 2001). Selain menyederhanakan pesan, pendidikan
lingkungan sebaiknya memperhatikan sisi penerima pesan. Pesan pendidikan
lingkungan yang tidak memperhatikan siapa sasarannya tidak akan berhasil
dengan baik karena program yang dibuat belum tentu sesuai dengan kebutuhan
anak dan kemampuan anak dalam menyerap pesan. Caro et al. (2003) menemukan
bahwa anak-anak yang dididik sejak dini memperoleh pengaruh yang kuat dan
jangka panjang terhadap lingkungan alam.
Sekolah dan Pendidikan Lingkungan
Menyadari pentingnya pendidikan lingkungan sejak dini, maka Inggris sejak
tahun 1990 telah mencantumkan pendidikan lingkungan dalam kurikulum
nasionalnya. Pada implementasinya, pendidikan lingkungan di Inggris tidak
disampaikan melalui satu pendekatan atau metode pengajaran, tetapi melalui
pendekatan yang bervariasi (Blum 2008). Perencanaan pendidikan lingkungan
yang terintegrasi dalam kurikulum mengacu kepada tiga komponen yang saling
berkaitan, yaitu :
- Pendidikan tentang lingkungan
- Pendidikan untuk lingkungan
- Pendidikan di atau melalui lingkungan
Pendidikan tentang lingkungan bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan dan memahami nilai-nilai serta perilaku. Pendidikan untuk
lingkungan mendorong siswa untuk mengeksplorasi respon pribadi mereka
terhadap lingkungan dan hubungan dengan lingkungan serta isu lingkungan. Hal
ini terkait dengan pengembangan perilaku dan nilai-nilai, termasuk elemen
pemahaman dan perilaku yang diperlukan untuk mengembangkan pemanfaatan
lingkungan yang berkelanjutan. Pendidikan di atau melalui lingkungan
menggunakan lingkungan sebagai sumber untuk pembelajaran. Lingkungan
menjadi sumber yang mendorong pengembangan pengetahuan dan pemahaman
sekaligus keterampilan.
Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya memberikan pendidikan
lingkungan sejak dini dengan memasukkan penyampaian tentang masalah
kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dalam kurikulum tahun
1984 pada hampir semua mata pelajaran jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Tindak lanjut pemerintah terkait pendidikan lingkungan dibuktikan dengan
Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan Kebudayaan dengan
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 0142/U/1996 dan Nomor
Kep:89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan
Lingkungan Hidup pada tanggal 21 Mei 1996. Dilanjutkan dengan Memorandum
Bersama antara Menteri Pendidikan Nasional dengan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 05/VI/KB/2005 dan Keputusan Nomor 07/MenLH/06/2005 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup. Pada keputusan
bersama ini ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara
integrasi dengan mata ajaran yang ada.
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sesuai Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan, pendidikan lingkungan terintegrasi dalam mata pelajaran
kelas I hingga kelas VI SD. Standar kompetensi dan kompetensi dasar siswa SD
yang terkait dengan pendidikan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Kompetensi dasar siswa SD terkait dengan lingkungan
Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
I Sains Mengenal cara
memelihara lingkungan
agar tetap sehat.
Mengenal cara menjaga
lingkungan agar tetap
sehat.
Membedakan lingkungan
sehat dan tidak sehat
Menceritakan perlunya
merawat tanaman, hewan
memelihara dan
lingkungan sekitar
Mengenal berbagai
benda langit dan
peristiwa alam
(cuaca dan musim serta
pengaruhnya terhadap
kegiatan manusia)
Mengenal keadaan cuaca di
sekitar kita.
Membedakan pengaruh
musim kemarau dan musim
hujan terhadap kegiatan
manusia.
IPS Mendeskripsikan
lingkungan rumah.
Menjelaskan lingkungan
rumah sehat dan perilaku
dalam menjaga kebersihan
rumah.
II IPS Memahami kedudukan
dan peran anggota
dalam keluarga dan
lingkungan tetangga
Memberi contoh bentuk -
bentuk kerjasama di
lingkungan dan tetangga.
PKn Menampilkan sikap
cinta lingkungan
Mengenal pentingnya
lingkungan alam seperti
dunia tumbuhan dan dunia
hewan
Melaksanakan
pemeliharaan lingkungan
alam
Lanjutan.
Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Sains Mengenal bagian-bagian
utama tubuh hewan dan
tumbuhan.
Pertumbuhan hewan dan
tumbuhan serta berbagai
tempat hidup makhluk
hidup
Mengenal bagian-bagian
utama tubuh hewan dan
tumbuhan di sekitar rumah
dan sekolah melalui
pengamatan.
Mengidentifikasi
perubahan yang terjadi
pada pertumbuhan hewan
(dalam ukuran) dan
tumbuhan (dari biji
menjadi tanaman).
Mengidentifikasi berbagai
tempat makhluk hidup (air,
darat, dan tempat lainnya.
Mengidentifikasi makhluk
hidup yang
menguntungkan dan tidak
menguntungkan bagi
manusia.
III IPS Memahami lingkungan
sekitar dan melaksanakan
kerja sama di sekitar
rumah dan sekolah
Menceritakan lingkungan
alam dan buatan di sekitar
rumah dan sekolah.
Memelihara lingkungan
alam dan buatan di sekitar
rumah.
Membuat denah dan peta
lingkungan rumah dan
sekolah.
Sains Memahami ciri-ciri dan
kebutuhan makhluk
hidup serta hal-hal yang
mempengaruhi
perubahan pada makhluk
hidup
Mengidentifikasi ciri- ciri
dan kebutuhan makhluk
hidup.
Menggolongkan makhluk
hidup secara sederhana.
Mendeskripsikan
perubahan yang terjadi
pada makhluk hidup dan
hal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan
perkembangan anak
(makanan, kesehatan,
rekreasi dan olah raga)
Memahami kondisi
lingkungan yang
berpengaruh terhadap
kesehatan dan upaya
menjaga kesehatan
lingkungan
Membedakan ciri-ciri
lingkungan sehat dan
lingkungan tidak sehat
berdasarkan pengamatan.
Mendeskripsikan kondisi
lingkungan yang
berpengaruh terhadap
kesehatan.
Lanjutan.
Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Menjelaskan cara menjaga
kesehatan lingkungan
sekitar.
Memahami kenampakan
permukaan bumi, cuaca,
dan pengaruhnya bagi
manusia, serta
hubungannya dengan
cara manusia memelihara
dan melestarikan alam.
Mendeskripsikan
kenampakan permukaan
bumi di lingkungan
sekitar.
Menjelaskan hubungan
antara keadaan awan dan
cuaca.
Mendeskripsikan pengaruh
cuaca bagi kegiatan
manusia.
Mengidentifikasi cara-cara
manusia dalam
memelihara dan
melestarikan alam di
lingkungan sekitar.
IV Sains Memahami hubungan
antara struktur bagian
tumbuhan dengan
fungsinya.
Menjelaskan hubungan
antara struktur akar
tumbuhan dengan
fungsinya.
Menjelaskan hubungan
antara struktur batang
tumbuhan dengan
fungsinya.
Menjelaskan hubungan
antara struktur daun
tumbuhan dengan
fungsinya.
Menjelaskan hubungan
antara bunga dengan
fungsinya.
Menggolongkan hewan,
berdasarkan jenis
makanannya
Mengidentifikasi jenis
makanan hewan.
Menggolongkan hewan
berdasarkan jenis
makanannya
Memahami daur hidup
beragam jenis makhluk
hidup
Mendeskripsikan daur
hidup beberapa hewan di
lingkungan sekitar,
misalnya kecoa, nyamuk,
kupu-kupu, kucing.
Menunjukkan kepedulian
terhadap hewan
peliharaan, misalnya
kucing, ayam, ikan.
Lanjutan.
Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Memahami hubungan
sesama makhluk hidup dan
antara makhluk hidup
dengan lingkungannya
Mengidentifikasi
beberapa jenis hubungan
khas (simbiosis) dan
hubungan “makan dan
dimakan” antar makhluk
hidup (rantai makanan).
Mendeskripsikan
hubungan antara
makhluk hidup dengan
lingkungannya.
Memahami perubahan
lingkungan fisik dan
pengaruhnya terhadap
daratan
Mendeskripsikan
berbagai penyebab
perubahan lingkungan
fisik (angin, hujan,
cahaya matahari, dan
gelombang air laut).
Menjelaskan pengaruh
perubahan lingkungan
fisik terhadap daratan
(erosi, abrasi, banjir, dan
longsor)
Mendeskripsikan cara
pencegahan kerusakan
lingkungan (erosi, abrasi,
banjir, dan longsor)
Memahami hubungan
antara sumber daya alam
dengan lingkungan,
teknologi, dan masyarakat
Menjelaskan hubungan
antara sumber daya alam
dengan lingkungan.
Menjelaskan hubungan
antara sumber daya alam
dengan teknologi yang
digunakan.
Menjelaskan dampak
pengambilan bahan alam
terhadap pelestarian
lingkungan.
IPS Memahami sejarah,
kenampakan alam dan
keragaman suku bangsa di
lingkungan kabupaten /
kota dan provinsi.
Menunjukkan jenis dan
persebaran sumber daya
alam serta
pemanfaatannya untuk
kegiatan ekonomi di
lingkungan setempat.
Mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi
dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten /
kota dan provinsi.
Mengenal aktivitas
ekonomi yang berkaitan
dengan sumber daya
alam dan potensi lain di
daerahnya.
Lanjutan.
Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
V Sains Memahami cara tumbuhan
hijau membuat makanan
Mengidentifikasi cara
tumbuhan hijau membuat
makanan.
Mendeskripsikan
ketergantungan manusia
dan hewan pada tumbuhan
hijau sebagai sumber
makanan.
Mengidentifikasi cara
makhluk hidup
menyesuaikan diri dengan
lingkungan
Mengidentifikasi
penyesuaian diri hewan
dengan lingkungan tertentu
untuk mempertahankan
hidup.
Mengidentifikasi
penyesuaian diri tumbuhan
dengan lingkungan tertentu
untuk mempertahankan
hidup.
Memahami perubahan
yang terjadi di alam dan
hubungannya dengan
penggunaan sumber daya
alam.
Mendeskripsikan proses
daur air dan kegiatan
manusia yang dapat
mempengaruhinya.
Mendeskripsikan perlunya
penghematan air.
Mengidentifikasi peristiwa
alam yang terjadi di
Indonesia dan dampaknya
bagi makhluk hidup dan
lingkungan.
VI Sains Memahami hubungan
antara ciri-ciri makhluk
hidup dengan lingkungan
tempat hidupnya.
Mendeskripsikan
hubungan antara ciri-ciri
khusus yang dimiliki
hewan (kelelawar, cicak,
bebek) dan lingkungan
hidupnya .
Mendeskripsikan
hubungan antara ciri-ciri
khusus yang dimiliki
tumbuhan (kaktus,
tumbuhan pemakan
serangga) dengan
lingkungan hidupnya.
Memahami pengaruh
kegiatan manusia terhadap
keseimbangan lingkungan.
Mengidentifikasi kegiatan
manusia yang dapat
mempengaruhi
keseimbangan alam
(ekosistem).
Lanjutan.
Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi bagian
tumbuhan yang sering
dimanfaatkan manusia
yang mengarah pada
ketidakseimbangan
lingkungan.
Mengidentifikasi bagian
tubuh hewan yang sering
dimanfaatkan manusia
yang mengarah pada
ketidakseimbangan
lingkungan.
Memahami pentingnya
pelestarian jenis makhluk
hidup untuk mencegah
kepunahan.
Mengidentifikasi jenis
hewan dan tumbuhan yang
mendekati kepunahan.
Mendeskripsikan
pentingnya pelestarian
jenis makhluk hidup untuk
perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam dan
kehidupan masyarakat.
Wisata Pendidikan Lingkungan
Menurut Bhuiyan, Islam, Siwar dan Ismail (2010), pariwisata memiliki
berbagai segmentasi, antara lain memberikan kesempatan bekerja, pengembangan
sosial dan budaya, pembelajaran secara alami, alat untuk pembangunan
berkelanjutan, serta peningkatan kewaspadaan terhadap lingkungan. Oleh karena
itu, kegiatan pariwisata dapat dijadikan salah satu alat untuk menyampaikan
kegiatan pendidikan lingkungan. Wisata pendidikan disampaikan melalui
program-program pendidikan dan diharapkan dapat merubah aspek kognitif,
pengetahuan partisipatif, ketrampilan dan perilaku pembelajar (Bhuiyan et al.
2010).
Crohn dan Birnbaum (2010) menyebutkan bahwa pendidikan lingkungan
lebih sering dilakukan dalam bentuk non-formal, yang mengimplikasikan bahwa
sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan di luar tembok sekolah. Salah
satu bentuk program pendidikan lingkungan non formal yang dapat digunakan
adalah wisata pendidikan.
Metode Pembelajaran
Secara umum, tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada kawasan
taksonomi tujuan pembelajaran Bloom (1952) dalam Uno (2001) yang meliputi
kawasan kognitif, afektif dan psikomotor. Uno ( 2001) menyatakan bahwa
kawasan kognitif merupakan kawasan yang membahas tentang tujuan
pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang terdiri atas enam
tingkatan, yaitu :
1. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghafal,
mengingat kembali, atau mengulang kembali informasi yang pernah
diperolehnya.
2. Tingkat pemahaman
Pemahaman merupakan kemampuan seseorang dalam mengartikan,
menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu tentang pengetahuan
yang pernah diterimanya dengan caranya sendiri.
3. Tingkat penerapan
Penerapan dikatakan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan untuk memecahkan masalah sehari-hari.
4. Tingkat analisis
Merupakan kemampuan seseorang dalam menganalisa permasalahan.
5. Tingkat sintesis
Tingkatan ini merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga
terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6. Tingkat evaluasi
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan
atau keputusan yang tepat berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Kawasan afektif merupakan domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai
interes, apresiasi dan penyesuaian perasaan sosial. Sama seperti kawasan kognitif,
kawasan afektif juga tersusun secara hirarkis sebagai berikut :
1. Kemauan menerima
Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala
atau rancangan tertentu. Misalnya, keinginan membaca buku atau
mendengarkan musik.
2. Kemauan menanggapi
Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi
aktif dalam kegiatan tertentu, seperti mentaati peraturan, menyelesaikan tugas,
atau menolong orang lain.
3. Berkeyakinan
Berkeyakinan diartikan sebagai kemauan menerima sistem nilai tertentu pada
diri individu, misalnya kesungguhan untuk melakukan suatu kehidupan sosial.
4. Mengorganisasi
Mengorganisasi berkaitan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai
yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi,
seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, atau
menyadari peranan perencanaan dalam memecahkan masalah.
5. Pembentukan pola
Pada tahap ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan
perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya.
Pendidikan lingkungan terhadap anak-anak harus diberikan secara menarik
agar anak-anak tidak merasa bosan. Menurut Blum (2008), metode pembelajaran
di ruang kelas seringkali berkisar pada guru yang menuliskan informasi di papan
tulis sementara anak-anak menyalinnya di buku catatan. Metode seperti ini akan
membuat anak-anak merasa bosan yang mengakibatkan tidak adanya rasa tertarik
terhadap topik yang sedang dipelajari.
Van den Ban dan Hawkins (2005) menyampaikan strategi dan metode untuk
mencapai tujuan belajar seperti pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Strategi dan metode belajar
Sifat Tujuan Belajar Strategi Metode yang Disukai
Mengetahui (kognitif) Alih informasi (dari
luar)
Publikasi dan rekomendasi dari
media massa, ceramah,
selebaran, dialog yang diarahkan.
Sikap (afektif) Belajar dari
pengalaman
(informasi dari
dalam)
Diskusi kelompok, dialog tidak
diarahkan, simulasi, dan film
Tindakan/melakukan
(psikomotorik)
Latihan dan
keterampilan
Metode yang mendorong
tindakan=latihan, persiapan
dengan demonstrasi, atau film
demonstrasi.
Perkembangan Anak
Perkembangan bukan sekadar berarti penambahan ukuran tinggi atau berat
badan pada seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan
fungsi yang kompleks (Nurihsan dan Agustin 2011). Teori perkembangan anak
membantu peneliti untuk memusatkan perhatian pada apa yang akan diteliti pada
anak. Tiap teori perkembangan akan menjadi bingkai kerja dalam meneliti
perkembangan anak. Masing-masing teori menjadi referensi yang berbeda-beda
dalam menginterpretasikan data dan fakta. Perilaku anak tidak dapat diteliti hanya
dengan satu teori karena perilaku anak sangat kompleks.
Beberapa teori yang digunakan untuk menyusun dan menjelaskan fakta
tentang perkembangan anak menurut Fabes dan Martin (2003) adalah :
1. Teori berdasarkan biologi
Teori ini menekankan perkembangan anak berdasarkan faktor-faktor dan
proses biologis yang diwariskan. Teori ini juga mengasumsikan bahwa
kekuatan-kekuatan warisan mempengaruhi perilaku.
2. Teori psikoanalisis
Teori psikoanalisis diawali dengan keyakinan bahwa sebagian besar penyebab
perilaku adalah dorongan bawah sadar yang berasal dari pikiran seseorang.
3. Teori berdasarkan lingkungan
Teori ini menyatakan bahwa lingkungan dimana seseorang tinggal dan apa
yang dialaminya merupakan faktor penentu dalam perilaku. Menurut teori ini,
perubahan perilaku terjadi ketika terjadi perubahan lingkungan. Penelitian
tentang perkembangan berdasarkan lingkungan fokus pada faktor-faktor yang
menentukan bagaimana perilaku berubah sebagai respon dari peristiwa sehari-
hari.
4. Teori berdasarkan kognisi
Teori ini memberi penekanan pada peran dari proses mental seperti daya ingat,
pengambilan keputusan dan pemrosesan informasi dalam mempengaruhi
perilaku. Teori kognisi ini fokus pada bagaimana pemikiran dan alasan berubah
dari waktu ke waktu dan pengaruhnya terhadap perkembangan. Teori ini
menganggap bahwa seseorang haus akan pemahaman terhadap dunia di
sekelilingnya.
Ketika anak berinteraksi dengan dunianya maka konsepsi anak tentang
dunia akan berubah. Menurut Piaget (dalam Fabes dan Martin 2003) kecerdasan
anak mengalami perubahan dramatis sepanjang waktu. Perubahan ini sangat nyata
sehingga dinyatakan oleh Piaget sebagai tahapan perkembangan kognitif anak.
Tahapan ini berjalan berkelanjutan dan tidak bisa diulang. Artinya, setelah
melewati tahap tertentu maka si anak tidak dapat kembali lagi ke tahap pemikiran
awal. Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget seperti ditunjukkan
pada Tabel 3 adalah : 1) Tahap sensorimotor, 2) Tahap preoperasional, 3) Tahap
operasional konkrit, 4) Tahap operational formal.
Tabel 3 Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget
Tahap Usia Perkembangan
Sensorimotor 0-2 tahun Pengetahuan motorik
Orientasi saat kini
Preoperasional 2-7 tahun Representasi simbolik
Perencanaan
Pemikiran egosentris
Pemikiran dan pemecahan masalah
berdasarkan persepsi dan tampilan
Operasional konkrit 7-11 tahun Penggunaan logika dalam pemecahan
masalah
Logika digunakan hanya pada benda
dan peristiwa nyata
Operasional formal Di atas
11 tahun
Logika berlaku pada masalah hipotetis
dan abstrak
Perhatian terhadap konsep seperti
keadilan dan persamaan
Setiap pembagian dalam rentang hidup manusia dalam suatu periode
merupakan sebuah gagasan mengenai kenyataan alamiah yang diterima luas oleh
anggota masyarakat pada suatu waktu tertentu. Papalia et al. (2005) membagi
periode perkembangan manusia menjadi : 1) periode prenatal (sejak dalam
kandungan hingga dilahirkan), 2) bayi dan batita (bayi hingga usia 3 tahun), 3)
kanak-kanak awal (usia 3 sampai 6 tahun), 4) kanak-kanak (usia 6 sampai 11
tahun), 5) remaja (usia 11 hingga 20 tahun), 6) dewasa muda (usia 20 sampai 40
tahun), 7) dewasa (usia 40 sampai 65 tahun), dan 8) lanjut usia (65 tahun lebih).
Perkembangan secara rinci dari anak usia sekolah dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Perkembangan anak
Periode Usia Perkembangan Fisik Perkembangan
Kognitif
Perkembangan
Psikososial
6-11 tahun Kekuatan dan
ketrampilan atletis
meningkat.
Mulai berfikir secara
logis dan konkrit.
Daya ingat dan
ketrampilan bahasa
meningkat.
Konsep diri semakin
kompleks.
Kelompok menjadi
penting.
Lanjutan.
Periode Usia Perkembangan Fisik Perkembangan
Kognitif
Perkembangan
Psikososial
11-20 tahun Pertumbuhan fisik
dan perubahan lain
semakin cepat.
Kemampuan berfikir
secara abstrak dan
penggunaan alasan
ilmiah berkembang.
Pencarian identitas.
Hubungan dengan
orang tua umumnya
baik.
Kelompok sebaya
memberi pengaruh
positif atau negatif.
Anak usia 7 tahun memasuki masa ketika mereka dapat berpikir dengan
menggunakan alasan untuk memecahkan masalah konkrit. Anak pada usia ini
mampu berpikir secara logis karena mereka dapat mengambil berbagai aspek
situasi dan menganalisanya. Pemikiran terbatas hanya pada situasi nyata pada saat
sekarang.
Konsentrasi pada Anak
Lamanya anak dapat berkonsentrasi pada suatu subyek dikenal dengan
istilah attention span menjadi salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menyusun program wisata pendidikan lingkungan untuk anak. Durasi attention
span diperhitungkan supaya informasi yang diberikan tidak terbuang sia-sia dan
anak tetap mendapatkan kegembiraan dalam kegiatannya (Farhani 2012).
Berapa lama seorang anak dapat berkonsentrasi biasanya tergantung pada
usianya. Rata-rata attention span pada anak adalah antara 3 hingga 5 menit per
tahun usianya (Farhani 2012). Seorang anak yang berusia 10 tahun memiliki lama
attention span sekitar 30 menit sampai 50 menit. Pada Tabel 5 di bawah ini
terlihat durasi attention span anak usia SD.
Tabel 5 Durasi attention span anak usia SD
Usia (tahun) Durasi (dalam menit)
7 21-35
8 24-40
9 27-45
10 30-50
11 33-55
12 36-60
Persepsi dan Preferensi terhadap Lingkungan
Persepsi terhadap Lingkungan
Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005), persepsi adalah cara orang
memandang dunia ini. Persepsi seseorang dalam memandang dunia pasti berbeda-
beda, dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar orang
tersebut. Persepsi juga diartikan sebagai proses dimana sensasi yang diterima oleh
seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan akhirnya diinterpretasikan
(Solomon 1999). Sensasi yang dimaksudkan dalam definisi di atas adalah yang
datang dan diterima oleh manusia melalui panca indera atau sistem sensoriknya.
Input terhadap sistem sensorik ini juga disebut dengan stimulus. Prasetijo dan
Ihalauw (2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan persepsi seseorang terdiri atas (1) faktor internal dan (2) faktor
eksternal. Faktor internal terdiri atas pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai
yang dianutnya, ekspektasi atau pengharapannya. Faktor eksternal terdiri atas
tampakan produk, sifat-sifat stimulus dan situasi lingkungan.
Litterer (Asngari, 1984) berpandangan bahwa ada keinginan atas kebutuhan
manusia untuk mengetahui dan mengerti dunia tempat hidupnya, dan mengetahui
makna dari informasi yang diterimanya. Orang bertindak sebagian dilandasi oleh
persepsi mereka pada suatu situasi. Pengalaman akan berperan pada
persepsi orang tersebut. Persepsi orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang
pada suatu keadaan, fakta atau tindakan. Walaupun seseorang hanya mendapat
bagian-bagian informasi, dengan cepat disusunnya menjadi suatu gambaran
yang menyeluruh.
Persepsi dapat berubah-ubah atau bersifat dinamis. Apa yang menyebabkan
persepsi seseorang berubah dan mengapa perlu diketahui jika kita ingin merubah
persepsi. Proses perubahan persepsi yang pertama disebabkan oleh proses
fisiologik, yaitu dari sistem syaraf pada indera manusia (Sarwono 1992). Misalnya
seseorang yang baru pindah rumah yang berdekatan dengan timbunan sampah.
Pada awalnya dia sangat terganggu dengan bau sampah tersebut. Tetapi lama-
kelamaan bau tersebut seolah-olah tidak tercium lagi. Proses perubahan persepsi
yang kedua adalah proses perubahan persepsi secara psikologik. Proses ini antara
lain muncul pada pembentukan dan perubahan sikap. Pembentukan dan perubahan
sikap merupakan proses yang penting terutama dalam bidang pelestarian dan
kecintaan terhadap lingkungan.
Kesan yang dimiliki seseorang terhadap ekosistem merupakan dasar untuk
persepsinya terhadap lingkungan. Persepsi membentuk proses pengambilan
keputusan yang akan menuju pada tindakan terhadap ekosistem. Persepsi terhadap
lingkungan juga sangat terkait dengan budaya dimana seseorang tinggal. Sarwono
(1992) menyatakan bahwa terdapat dua cara pendekatan mengenai bagaimana
manusia mengerti dan menilai lingkungan. Pendekatan pertama disebut dengan
pendekatan konvensional. Pada pendekatan ini persepsi dikatakan sebagai suatu
keadaan dimana individu memperoleh rangsangan dari luar melalui sel-sel syaraf
reseptor (penginderaan). Penerimaan ini kemudian disatukan dan dikoordinasikan
dalam pusat syaraf (otak) sehingga manusia dapat mengenali dan menilai obyek-
obyek. Aktivitas mengenali obyek merupakan aktivitas mental yang disebut juga
sebagai aktivitas kognisi. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan ekologik.
Gibson (dalam Sarwono 1992) berpendapat bahwa persepsi terjadi secara
langsung, spontan dan holistik. Spontanitas ini terjadi karena setiap individu
selalu melibatkan obyek-obyek yang ada dalam lingkungannya, dan obyek
tersebut menonjolkan sifat-sifatnya yang khas bagi individu yang bersangkutan.
Sebagai contoh, sebuah pohon yang rindang menampilkan makna yang khas bagi
individu yang berbeda. Bagi manusia, pohon ini akan menjadi tempat berteduh.
Sementara bagi burung pohon menjadi tempat tinggalnya. Makna yang berbeda
akan diterima oleh individu lainnya.
Persepsi terhadap lingkungan terbentuk melalui proses kognisi, afeksi dan
konasi (Rosa 2008). Proses kognisi meliputi penerimaan, pemahaman dan
pemikiran. Proses afeksi meliputi perasaan dan emosi, keinginan, dan nilai-nilai
tentang lingkungan. Proses konasi meliputi tindakan atau perlakuan terhadap
lingkungan sebagai respon dari prosen kognisi dan afeksi. Persepsi anak sekolah
terhadap lingkungan merupakan hasil bentukan dari proses kognisi, afeksi dan
konasi. Berdasarkan teori ini, maka dapat dikatakan bahwa untuk mengukur
tingkat persepsi anak usia sekolah terhadap lingkungan dilakukan melalui
pengukuran indikator pemahaman anak usia sekolah pada proses kognisi, afeksi
dan konasi.
Preferensi terhadap Lingkungan
Masih terkait dengan persepsi adalah bagaimana seseorang menilai
keindahan lingkungan. Misalnya ada orang yang menganggap pasar terapung di
sungai-sungai di Kalimantan sebagai sesuatu yang menarik sementara bagi orang
lain hal tersebut dianggap semrawut dan kotor. Cara pandang yang berbeda ini
ternyata sangat dipengaruhi oleh preferensi (kesukaan) yang berbeda-beda. Fisher
(1984) menyatakan bahwa preferensi terhadap lingkungan ditentukan oleh :
1. Keteraturan. Seseorang lebih menyukai tanaman yang terpelihara teratur dan
rapi.
2. Tekstur, yaitu kasar-lembutnya pemandangan. Seseorang akan lebih menyukai
pemandangan yang lembut seperti hamparan kebun bunga daripada padang
pasir yang gersang.
3. Keakraban dengan lingkungan. Lingkungan yang menjadi bagian sehari-hari
seseorang (misalnya lingkungan tempat tinggal atau tempat-tempat yang sering
dikunjungi) lebih disukai daripada lingkungan yang asing atau belum pernah
dikunjungi.
4. Keluasan ruang pandang. Seseorang akan lebih menyukai lingkungan yang
ruang pandangnya luas daripada yang sempit. Ini menjelaskan mengapa
seseorang lebih memilih kamar hotel yang menghadap ke pemandangan di luar
hotel (taman, pantai, gunung) daripada kamar hotel yang tidak.
5. Kemajemukan rangsang. Semakin banyak elemen dalam suatu pemandangan
akan semakin disukai.
6. Misteri atau kerahasiaan yang tersembunyi. Misalnya, gua, tebing, atau pantai
yang berasal dari berabad-abad yang lampau dianggap mengandung misteri
sehingga menarik.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Pembangunan dan pengembangan industri di suatu daerah pada dasarnya
diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya,
antara lain manfaat ekonomi seperti pembukaan lapangan pekerjaan dan
peningkatan kesejahteraan serta manfaat peningkatan pendidikan. Kehidupan
masyarakat sekitar dimana perusahaan tersebut berada yang semakin baik
kondisinya akan memberikan dampak yang berarti bagi kelangsungan perusahaan
itu sendiri. Perusahaan yang melakukan pengembangan masyarakat menunjukkan
adanya kepedulian industri tersebut kepada masyarakat di sekitarnya. Hal ini akan
menimbulkan rasa kedekatan dan rasa memiliki dari masyarakat sekitar.
Peningkatan kesadaran perusahaan terhadap perlunya perilaku tanggung
jawab sosial terjadi secara global. Para pengambil kebijakan di perusahaan
semakin menyadari bahwa tujuan tanggung jawab sosial adalah turut serta dalam
pembangunan berkelanjutan. Dalam panduan ISO 26000, dinyatakan bahwa bisnis
yang berkelanjutan dari suatu perusahaan tidak hanya berarti menyediakan produk
dan jasa yang memuaskan konsumen dan tidak membahayakan lingkungan, tetapi
juga berarti beroperasi dalam perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.
Perilaku tanggung jawab sosial yang diterapkan oleh banyak perusahaan
timbul karena tekanan dari berbagai pihak seperti pelanggan, konsumen,
pemerintah, LSM dan masyarakat secara umum. Prinsip-prinsip tanggung jawab
sosial semakin banyak dideklarasikan oleh berbagai perusahaan. Intinya adalah
bagaimana mengaplikasikan prinsip-prinsip ini ke dalam praktek perusahaan
secara efektif dan efisien.
Dalam dokumen ISO 26000 dinyatakan bahwa karakteristik inti dari
tanggung jawab sosial perusahaan adalah memasukkan pertimbangan sosial dan
lingkungan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dalam implementasinya,
tang ung jawab sosial sering dilekatkan dengan pembangunan berkelanjutan. Hal
ini karena tanggung jawab sosial dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.
3 METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat serta bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan fenomena yang diselidiki
(Nazir 1999). Sumanto (1995) menyatakan bahwa penelitian deskriptif berusaha
mendeskripsi dan menginterpretasi apa yang ada, misalnya tentang kondisi yang
ada, pendapat yang sedang tumbuh atau proses yang sedang berlangsung.
Penelitian ini dilakukan dengan melalui tahapan penelitian sebagai berikut :
1. Tahap awal
Kegiatan pada tahap awal meliputi persiapan untuk mendapatkan data awal
yang lengkap dalam rangka mendukung penyusunan penelitian. Pada tahap
awal ini kegiatan yang dilakukan meliputi : 1) Survei pendahuluan untuk
mengetahui gambaran umum lokasi penelitian dan permasalahan yang terjadi
secara umum, baik melalui informasi formal maupun informal. Survei
pendahuluan ini juga menjadi dasar untuk menyusun strategi pengumpulan
data yang meliputi penentuan wilayah yang akan diteliti, penentuan obyek
yang akan disurvei, dan penyusunan teknik survei yang akan digunakan. 2)
Penyusunan usulan (proposal) penelitian; 3) Mengidentifikasi kebutuhan data
yang diperlukan dalam penelitian ini kemudian mengelompokkannya menjadi
data primer, sekunder dan literatur; 4) Menyusun teknik pelaksanaan survei
lanjutan dalam rangka pengumpulan data penelitian; dan 5) Melakukan
perizinan dalam rangka survei dan pengumpulan data.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan instrumen dan pengumpulan data.
3. Tahap akhir
Setelah data diperoleh dan dikelompokkan, maka langkah berikutnya adalah
melakukan pengolahan data. Langkah ini meliputi : 1) Editing, yaitu memilih
data yang lengkap dan valid; 2) Tabulasi, yaitu kegiatan mengelompokkan data
sesuai kategori dan kebutuhannya untuk mempermudah proses analisis; 3)
Klasifikasi, yaitu data dipilih sesuai kebutuhan analisis; 4) Analisis, merupakan
kegiatan perhitungan olahan data berdasarkan metode yang telah disusun dan
sesuai dengan tujuan penelitian; 5) Sintesis, yaitu menggunakan hasil analisis
data untuk kemudian dijadikan dasar pembuatan program sesuai dengan tujuan
penelitian.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kawasan PT. Pusri Palembang. Pemilihan lokasi
tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) karena merupakan kawasan yang
dianggap memiliki fasilitas dan sumber daya yang sesuai untuk kegiatan wisata
pendidikan lingkungan. Pupuk merupakan komponen yang sangat dibutuhkan
dalam bidang pertanian dan perkebunan. Pengenalan terhadap pupuk dan
manfaatnya perlu diberikan kepada anak-anak sejak dini. PT. Pusri Palembang
merupakan industri terbesar di kota Palembang yang menjadi ikon kota. Anak-
anak perlu mengetahui ruang lingkup dan aktivitas pabrik yang berada di kotanya
agar memahami kontribusi yang diberikan PT. Pusri dan bahwa aktivitasnya tidak
membahayakan lingkungan pabrik. Akses menuju lokasi sangat mudah dicapai
dari berbagai penjuru kota.
Pengambilan data dimulai dari bulan Desember 2012 sampai dengan April
2013.
Populasi dan Contoh
Lokasi sekolah yang siswanya menjadi contoh dibatasi pada ring I Pusri,
yaitu pada kelurahan yang berbatasan langsung dengan lokasi penelitian yang
meliputi SD yang terdapat di Kelurahan 1 Ilir, Kelurahan 3 Ilir, Kelurahan Sungai
Buah, dan Kelurahan Sungai Selayur, Palembang. Pembatasan ini karena
perencanaan program ini masih merupakan aktivitas pendahuluan dalam
penyusunan program wisata pendidikan yang berbasis kebutuhan anak usia SD.
Daftar sekolah yang menjadi contoh disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Daftar sekolah contoh No. Nama Sekolah Jumlah Contoh
1 SD YSP PUSRI 15
2 SDN 197 15 3 SDN 198 15 4 SDN 199 15 5 SDN 204 15 6 SDN 205 15
Lanjutan.
7 SDN 206 15 8 SDN 213 15
Total 120
Penentuan contoh dilakukan dengan teknik pengambilan purposive
sampling, yaitu anak yang telah dipilihkan oleh sekolah masing-masing.
Banyaknya contoh yang dijadikan contoh penelitian didasarkan pada tingkat
representatif dan heterogenitas yang diharapkan dari populasi penelitian.
Ketersediaan waktu, biaya dan tenaga juga dijadikan pertimbangan dalam
menentukan jumlah contoh. Penentuan jumlah contoh penelitian menggunakan
rumus Slovin sebagai berikut:
n = { N/[1 + N(e)2]}, dimana
n = ukuran contoh
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian ditentukan sebesar 9 persen.
Dari sekolah-sekolah contoh diperoleh jumlah populasi sebanyak 2586
anak. Berdasarkan rumus Slovin diperoleh jumlah contoh sebagai berikut :
n = { 2586/[1 + 2586(0,09)2]}
n = 2586/21,9466
n = 117,83
Mengingat bahwa yang menjadi contoh adalah anak usia SD, maka jumlah angket
yang disebar dibulatkan menjadi 120 angket untuk mengantisipasi angket rusak.
Pada kategori kelas, anak dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok anak
kelas 1-3 dan kelompok kelas 4-6. Pembagian ini untuk mempermudah
pengumpulan data sekaligus untuk melihat apakah ada perbedaan persepsi dan
preferensi antara anak kelas 1-3 dan kelas 4-6. Pengelompokan contoh juga
dilakukan dalam kategori jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi dan preferensi
terhadap lingkungan antara anak laki-laki dengan anak perempuan.
Pengumpulan Data
Data
Data merupakan hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta ataupun angka
(Arikunto 2006). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan
kombinasi antara data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan
data yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau kata-kata, baik tentang suatu
keadaan, proses, peristiwa atau kejadian yang ada. Sedangkan data kuantitatif
merupakan data yang berwujud angka sebagai hasil observasi atau pengukuran
(Widoyo 2012).
Berdasarkan cara pengumpulannya, data yang diambil di lapangan
dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data utama yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian,
sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap. Data primer diperoleh
antara lain langsung dari siswa contoh melalui angket dan wawancara. Data dari
sumber lain (informan kunci) seperti guru di sekolah diperoleh melalui
wawancara. Cakupan data primer berupa data kuantitatif, yaitu jawaban yang
berbentuk angka atas pertanyaan terstruktur pada angket, serta data kualitatif yaitu
data penjelas yang diamati dari contoh dalam bentuk penjelasan atau keterangan.
Data kualitatif digolongkan dalam tiga kategori, yaitu 1) hasil pengamatan; 2)
hasil wawancara mendalam; dan 3) bahan tulisan berupa petikan atau keseluruhan
dari dokumen atau kasus historis. Data sekunder diperoleh dari instansi seperti
Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) untuk
mengidentifikasi sekolah-sekolah yang ada pada wilayah penelitian serta dari
manajemen (Humas, Litbang dan Yayasan Pendidikan) PT. Pusri untuk
mengetahui data tentang kawasan, kebijakan dan SDM.
Data dan informasi yang dibutuhkan antara lain mengenai karakteristik anak
usia SD, persepsi mereka tentang lingkungan dan preferensi mereka terhadap
pendidikan lingkungan secara rinci disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Data primer
Variabel Aspek yang dikaji Sumber data Metode
Karakteristik
contoh
- Usia
- Jenis kelamin
- Kelas
- Nama Sekolah
Siswa SD Angket
Persepsi dan
preferensi
tentang
lingkungan
- Persepsi
- Preferensi
Siswa SD Angket,
wawancara
Potensi sumber
daya PT. Pusri
- Kelebihan dan
kekurangan
- Manfaat bagi
program
Siswa SD,
Humas &
Litbang
Studi pustaka,
angket,
observasi
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain adalah
kebijakan PT. Pusri terkait dengan pendidikan lingkungan, dan pelaksanaan PLH
di sekolah yang berada dalam lingkup batasan penelitian seperti yang terdapat
dalam Tabel 8.
Tabel 8 Data sekunder
Variabel Aspek yang dikaji Sumber data Metode
Kebijakan
PT.Pusri
Kebijakan terkait
pendidikan
lingkungan
Manajemen Studi pustaka,
wawancara
PLH di sekolah - Kurikulum
- Pelaksanaan PLH
di sekolah
Dinas Dikpora,
Guru
Wawancara, studi
pustaka
Untuk memperoleh data yang diinginkan maka pengumpulan data
menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Pengisian angket
Pengumpulan data dengan metode angket dilakukan untuk mengetahui sosok
diri para siswa, menggali pemahaman para siswa mengenai lingkungan serta
mengetahui preferensi mereka. Pemberian angket kepada para contoh
dibedakan dalam dua kelompok, yaitu kelompok kelas 1-3 SD dan kelas 4-6
SD. Pembagian contoh ke dalam dua kelompok ini dimaksudkan untuk
mempermudah pemanduan terhadap siswa. Mengingat pemahaman siswa kelas
rendah terhadap angket masih kurang, maka peneliti membacakan butir-butir
pernyataan angket kepada contoh kelompok kelas 1-3. Sementara contoh
kelompok kelas 4-6 mengerjakan angket secara mandiri.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah atau guru yang dianggap
kompeten. Metode ini menggunakan panduan wawancara terstruktur dimana
daftar pertanyaan dengan jawaban terbuka telah disiapkan oleh peneliti. Bentuk
pertanyaan yang diajukan terkait dengan pendapat atau nilai sehingga jawaban
yang akan diberikan diharapkan dapat memberikan gambaran kepada peneliti
mengenai hal yang dipikirkan terhadap pendidikan lingkungan.
3. Pengamatan Lapangan
Untuk mengumpulkan data mengenai potensi kawasan PT. Pusri sebagai
destinasi wisata pendidikan lingkungan, maka dilakukan juga pengamatan
langsung terhadap kawasan. Melalui metode ini akan diperoleh informasi
tentang aksesibilitas, kondisi sarana dan prasarana, serta kondisi obyek yang
akan menjadi bagian dari program wisata pendidikan lingkungan.
4. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah ada dalam
dokumen. Telaah pustaka dan dokumen dilakukan untuk memperoleh
gambaran awal mengenai kondisi PT. Pusri serta kebijakan perusahaan terkait
tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar. Metode ini juga digunakan untuk
mengidentifikasi jumlah sekolah yang menjadi sasaran penelitian beserta
lokasinya.
Upaya untuk lebih mendalami tingkat persepsi anak terhadap lingkungan
juga dilakukan melalui angket. Butir pertanyaan pada angket yang terkait dengan
kognisi dikembangkan dengan mengacu pada kawasan taksonomi tujuan
pembelajaran Bloom. Menurut Bloom yang diacu oleh Uno et al. (2001), kawasan
kognisi merupakan kawasan yang membahas tentang tujuan yang berkenaan
dengan proses mental secara hirarkis berurut dari yang paling rendah yaitu
pengetahuan hingga yang paling tinggi yaitu evaluasi. Dari tingkatan kognisi ini,
angket disusun berdasarkan lima tingkatan, yaitu : 1) Pengetahuan, diartikan
sebagai kemampuan seseorang dalam mengingat kembali atau mengulang kembali
suatu informasi yang pernah diterimanya; 2) Pemahaman, diartikan sebagai
kemampuan seseorang mengartikan, menafsirkan, atau menyakatan sesuatu
dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya; 3) Analisis,
diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk
memecahkan berbagai masalah; 4) Sintesis, mengacu pada penggalian mengenai
kemampuan seseorang mengaitkan dan menyatukan berbagai unsur pengetahuan
yang ada hingga terbentuk pola baru yang menyeluruh; 5) Evaluasi, yaitu
kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Butir pertanyaan pada kawasan afeksi pada angket diukur dalam lima
subskala, yaitu 1) kemauan menerima, merupakan keinginan untuk
memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu, 2) kemauan menanggapi,
merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu,
3) berkeyakinan, dimaksudkan sebagai sikap yang berkenaan dengan kemauan
menerima sistem nilai tertentu pada diri individu. Misalnya menunjukkan
kepercayaan atau apresiasi terhadap sesuatu, 4) mengorganisasi, berkaitan dengan
penerimaan terhadap berbagai nilai yang berbeda berdasarkan suatu sistem nilai
yang lebih tinggi, 5) pembentukan pola, merupakan tingkatan afeksi tertinggi
(Uno et al. 2001). Sementara butir pertanyaan pada aspek konasi difokuskan pada
impuls untuk berbuat sesuatu yang mendukung pelestarian lingkungan.
Validitas dan Reliabilitas
Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur
dengan tepat apa yang hendak diukur. Instrumen yang valid akan menghasilkan
data yang valid juga. Widoyoko (2012) mengatakan bahwa untuk instrumen non
tes yang mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruk (construct validity).
Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana instrumen mengukur suatu
konsep dari teori yang menjadi dasar pengukuran instrumen. Untuk itu dibutuhkan
pembahasan mengenai teori tentang variabel yang akan diukur. Setelah itu
dirumuskan definisi konseptual dan definisi operasional, kemudian indikator yang
akan diukur. Dari indikator tersebut akan dijabarkan menjadi butir-butir instrumen
dalam bentuk pernyataan ataupun pertanyaan.
Pengujian validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan pendapat para
ahli, dalam hal ini Komisi Pembimbing. Setelah pengujian konstruk oleh para ahli
maka dilakukan uji coba di lapangan. Contoh uji coba berjumlah 30 siswa dari
salah satu sekolah yang karakternya mendekati karakter sekolah contoh.
Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas
instrumen. Instrumen penelitian dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika
memberikan hasil yang tetap atau konsisten apabila diujikan berkali-kali. Pada
penelitian ini, baik uji validitas maupun uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Dengan
menggunakan SPSS, analisis dapat dilakukan untuk validitas dan reliabilitas
instrumen sekaligus. Sebelum melakukan analisis, instrumen telah disusun
berdasarkan teori tentang variabel yang akan diteliti. Urutan langkah analisis
menggunakan SPSS adalah : 1) membuka program; 2) memasukkan data; 3)
mengolah data; dan 4) menganalisis output.
Sebelum melakukan penelitian, angket yang digunakan telah melalui uji
validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan uji validitas dan Cronbach
Alpha. Berdasarkan output hasil analisis validitas dan reliabilitas dengan
menggunakan SPSS, jika indeks korelasi masing-masing butir terhadap skor total
lebih besar daripada standar minimal (0,3) maka dapat disimpulkan bahwa semua
butir pernyataan adalah valid (Widoyoko, 2012). Dalam uji validitas yang telah
dilakukan, diperoleh skor untuk masing-masing butir lebih besar dari 0,3 maka
semua butir instrumen adalah valid. Sementara untuk reliabilitas instrumen,
standar minimal Cronbach’s Alpha adalah 0,7 (Widoyoko, 2012). Karena nilai
indeks alpha pada uji reliabilitas ini lebih besar dari 0,7 maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen penelitian ini adalah reliabel.
Analisis Data
Analisis data merupakan usaha memilih, memilah, membuang,
menggolongkan data untuk menjawab pertanyaan pokok. Menurut Basrowi dan
Suwandi (2008), ada tiga langkah penting dalam analisis data, yaitu 1) identifikasi
apa yang ada dalam data; 2) melihat pola; 3) membuat interpretasi.
Data utama yang terkumpul diolah melalui proses tabulasi dan
pengelompokan data untuk dijadikan sumber data. Lalu data tersebut dianalisis
secara deskriptif melalui penyajian dalam bentuk tabel. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi:
Analisis Daya Tarik Wisata Pendidikan Lingkungan PT. Pusri
Sumber daya yang ada di PT.Pusri dianalisis secara deskriptif kualitatis
berdasarkan data hasil observasi dan wawancara. Data diidentifikasi dan
dikelompokkan berdasarkan jalurnya, manfaat dan kegunaan, peran serta
informasi penting lainnya yang disesuaikan dengan kategori usia anak. Selain itu,
potensi sumber daya ini juga dikelompokkan dalam kategori sumber daya utama,
dan sumber daya penunjang. Hasil dari analisis ini digunakan untuk menyusun
perencanaan program wisata pendidikan lingkungan.
Analisis Persepsi dan Preferensi Anak Usia SD
Untuk mengetahui persepsi dan preferensi anak usia SD tentang
lingkungan dilakukan analisis deskriptif kuantitatif. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan skala Likert, yaitu skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur
sikap, pendapat atau persepsi seseorang tentang suatu variabel (Djaali dan
Muljono, 2004) dengan menggunakan model empat pilihan (skala 4). Pemilihan
model skala 4 dilakukan mengingat contoh adalah siswa SD sehingga diharapkan
agar angket mampu mengungkap lebih maksimal perbedaan sikap contoh. Selain
itu model 4 pilihan untuk menghindari kecenderungan contoh memilih jawaban
ragu-ragu atau netral (Widoyoko 2012). Setiap pernyataan memiliki 4 alternatif
jawaban.
Jawaban anak kemudian ditabulasi. Tabel menyajikan persentase contoh
yang memilih tiap alternatif untuk setiap butir pernyataan. Jawaban contoh
dikelompokkan dalam tiga kategori persepsi dan preferensi, yaitu :
1. Baik; jika skor jawaban berada pada selang atas
2. Sedang; jika skor jawaban berada pada selang tengah
3. Rendah; jika skor jawaban berada pada selang bawah
Penentuan selang dilakukan mengacu pada Nazir (1999) dengan cara sebagai
berikut :
ST = ± SD
SA = > ST s.d. skor max
SB = < ST s.d. skor min
Keterangan :
ST = selang tengah
Skor min = jumlah skor terendah dari semua butir jawaban angket
skor min + skor max-skor min
2
Skor max = jumlah skor tertinggi dari semua butir jawaban angket
SA = selang atas
SB = selang bawah
SD = standar deviasi = simpangan baku
SD = √S2 dimana
n
S2 =
X = jumlah skor tiap contoh
n = jumlah contoh
Jawaban anak juga akan dianalisis untuk melihat apakah ada perbedaan
persepsi dan preferensi anak berdasarkan kelompok kelas dan berdasarkan jenis
kelamin. Uji beda yang digunakan mengacu pada Nazir (1999), yaitu uji beda t
dengan dua mean independen dengan rumus :
Keterangan :
Xa = rata-rata kelompok a
Xb = rata-rata kelompok b
Sp = standar deviasi gabungan
Sa = Standar deviasi kelompok a
Sb = Standar deviasi kelompok b
na = banyaknya sampel di kelompok a
nb = banyaknya sampel di kelompok b
df = na + nb -2
Hipotesis yang diterapkan pada penelitian ini adalah :
Hipotesis 1 (persepsi):
H0 = tidak terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak kelas 1-3
dengan anak kelas 4-6.
H1 = terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak kelas 1-3 dengan
anak kelas 4-6.
H0 = tidak terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak laki-laki
dengan anak perempuan.
H1 = terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak laki-laki dengan
anak perempuan.
Hipotesis 2 (preferensi) :
H0 = tidak terdapat perbedaan preferensi yang nyata antara anak kelas 1-3
dengan anak kelas 4-6.
∑X2 - (X)
2
n
H1 = terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak kelas 1-3 dengan
anak kelas 4-6.
H0 = tidak terdapat perbedaan preferensi yang nyata antara anak laki-laki
dengan anak perempuan.
H1 = terdapat perbedaan preferensi yang nyata antara anak laki-laki dengan
anak perempuan.
Bila :
thitung > ttabel signifikan; H1 diterima Ho ditolak
thitung < ttabel non signifikan; H1 ditolak, Ho diterima
Hasil analisis ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai persepsi
dan preferensi anak sehingga dapat menjadi masukan dalam perencanaan program
wisata pendidikan. Hasil analisis digunakan untuk membuat sintesis dan menarik
kesimpulan. Lamanya waktu untuk mendapatkan kesimpulan akhir bergantung
pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya,
penyimpanan dan metode pencarian ulang yang digunakan serta kecakapan
peneliti.
Sintesis
Hasil analisis data potensi di PT. Pusri, persepsi, dan preferensi anak
terhadap lingkungan disintesiskan. Dari hasil ini dibuat program wisata
pendidikan lingkungan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada tahap ini juga
dilakukan pembuatan jalur wisata pendidikan lingkungan berdasarkan kebutuhan
siswa. Jalur yang dibuat diharapkan memenuhi kriteria sebagai berikut : 1)
aksesibilitas yang mudah; 2) memenuhi tuntutan kebutuhan anak. Pada tahap
sintesis ini juga dilakukan pembuatan permainan pendidikan lingkungan.
Pemilihan permainan selain berdasarkan kebutuhan peserta juga disesuaikan
dengan kemampuan dan pengembangan pengelola (dalam hal ini PT. Pusri).
Luarannya adalah program wisata pendidikan lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan anak usia SD.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kawasan Penelitian
Kota Palembang pada umumnya merupakan dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata ± 4-12 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah kota
sebesar 400,61 km2
dan secara administrasi terdiri atas 16 kecamatan dan 107
kelurahan. Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi, curah hujan di kota
Palembang rata-rata 22-428 mml per tahun dengan suhu rata-rata 21o-32
o Celcius.
Dari segi hidrologi, kota Palembang terbelah oleh Sungai Musi menjadi dua
bagian besar yang disebut dengan Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Sungai Musi
merupakan sungai terbesar dengan lebar rata-rata 504 meter (lebar terbesar adalah
1350 meter, berlokasi di sekitar Pulau Kemaro dan lebar terpendek adalah 250
meter berlokasi di sekitar Jembatan Musi II). Tiga sungai besar lainnya yang
dimiliki kota Palembang adalah Sungai Komering (lebar rata-rata 236 meter),
Sungai Ogan (lebar rata-rata 211 meter), dan Sungai Keramasan (lebar rata-rata
103 meter).
PT. Pusri merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang
produksi dan pemasaran pupuk dan merupakan salah satu industri terbesar di kota
Palembang. Didirikan pada tanggal 24 Desember 1959, PT. Pusri merupakan
pabrik urea pertama di Indonesia.
Lokasi kawasan berada di Jalan Mayor Zen Palembang. Luas area
keseluruhan sebesar 170,31 ha yang terbagi atas area pabrik (91,83 ha) dan area
non pabrik (78,48 ha). Selama 54 tahun keberadaan PT. Pusri di Palembang,
beberapa kegiatan yang bersifat insidental telah dilakukan dengan melibatkan
masyarakat sekitar secara berkala, misalnya pemberian pelatihan bagi pedagang,
pemberian paket sembako menjelang bulan puasa, dan lain-lain. Kegiatan yang
bersifat insidental antara lain lomba foto dan menggambar kawasan PT. Pusri.
Contoh pada penelitian ini terdiri atas 25% anak kelas 1-3, 75% anak kelas
4-6 dengan memperhatikan jumlah jenis kelamin yang seimbang, yaitu 49,17%
anak laki-laki dan 50,83% anak perempuan. Komposisi karakteristik anak usia SD
sebagai contoh dalam penelitian ini adalah : 1) kelas, 2) jenis kelamin. Komposisi
ini digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat persepsi dan preferensi anak
terhadap lingkungan. Persentase komposisi anak dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Komposisi contoh
Kategori Komposisi n %
Kelas 1-3 30 25
4-6 90 75
Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
59
61
49,17
50,83
Daya Tarik Wisata PT. Pusri
Sumber daya yang dapat ada di suatu kawasan dapat dimanfaatkan sebagai
obyek dan daya tarik wisata. Richardson dan Fluker (2004) menyatakan bahwa
faktor penarik wisatawan untuk mengunjungi suatu obyek wisata merupakan
destination specific attributes, misalnya iklim, suasana, maupun atraksi tertentu.
Dari keberadaan beberapa obyek yang dapat dijadikan obyek kunjungan
pendidikan lingkungan di PT. Pusri, anak diminta untuk menyatakan urut-urutan
fasilitas tersebut sebagai daya tarik wisata pendidikan lingkungan.
Tabel 10 Daya tarik wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri
Daya tarik Kelas 1-3 Kelas 4-6 Laki-laki Perempuan
n % n % n % n %
Pabrik pupuk 10 33,33 34 37,78 25 42,37 19 31,15
Instalasi pengolahan
limbah
2 6,67 21 23,33 13 22,03 10 16,39
Mini zoo 8 26,67 12 13,33 8 13,56 12 19,67
Sungai Musi 2 6,67 10 11,11 6 10,17 6 9,84
Danau buatan 2 6,67 4 4,44 1 1,69 5 8,20
Taman dan RTH 4 13,33 4 4,44 2 3,39 6 9,84
Lapangan golf 1 3,33 2 2,22 1 1,69 2 3,28
Green barrier 1 3,33 3 3,33 3 3,39 1 1,64
Jumlah 30 100 90 100 59 100 61 100
Kedua kelompok kelas memiliki kesamaan pilihan terhadap pabrik, yaitu
sama-sama menempatkannya pada urutan pertama sebagai daya tarik wisata
pendidikan lingkungan di PT. Pusri (dipilih oleh 33,33% anak kelas 1-3 dan
37,78% anak kelas 4-6). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pabrik pupuk
menempati urutan pertama sebagai daya tarik kawasan. Berdasarkan hasil
wawancara alasan contoh menyatakan ketertarikan pada pabrik adalah karena
aspek fisiknya yang megah dan besar. Fisik pabrik dirasakan memberikan kesan
misterius yang menarik bagi anak untuk dikunjungi.
Gambar 3 Sebaran daya tarik wisata PT. Pusri
Daya tarik yang ada pada Tabel 11 dibagi dalam dua kategori, yaitu daya
tarik utama yang terdiri atas pabrik pupuk dan instalasi pengolahan limbah yang
merupakan fasilitas dan aktivitas utama PT. Pusri, serta daya tarik penunjang.
Kategorisasi ini diperlukan saat pembuatan program, dimana obyek yang
dikunjungi di PT. Pusri merupakan kombinasi dari daya tarik utama dengan
penunjang. Mengingat faktor keamanan serta kebijakan PT. Pusri, maka untuk
kelas 1-3, yang menjadi daya tarik utama hanya pabrik.
Tabel 11 Daya tarik wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri
Daya tarik utama Daya tarik penunjang
Pabrik pupuk Mini zoo
Instalasi pengolahan limbah Sungai Musi
Danau buatan
Taman dan RTH
Lapangan golf
Hutan Green barrier
Pabrik Pupuk
PT. Pusri merupakan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia. Didirikan
pada bulan Desember 1959, PT. Pusri merupakan wujud perhatian pemerintah
terhadap sektor pertanian. Tujuan dari pendirian pabrik adalah untuk mengolah
gas alam menjadi bahan pembuatan pupuk urea dan berbagai bahan kimia berguna
lainnya, memperdagangkan hasil pabrik dan barang pelengkap lainnya. Pada
awalnya PT. Pusri hanya terdiri atas satu pabrik. Tetapi dengan semakin
meningkatnya permintaan akan pupuk, maka PT. Pusri mengalami perkembangan
pabrik. Perkembangan pabrik PT. Pusri dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Perkembangan pabrik PT. Pusri Pabrik Pusri Areal Pabrik (ha) Mulai Produksi
I (*)
II
III
IV
IB
20
15
10
10
Oktober 1965
Agustus 1974
Desember 1976
Oktober 1977
Maret 1994
(*) digantikan dengan Pabrik IB karena usia pabrik yang telah tua
Pabrik Pusri I merupakan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia. Pabrik
ini terdiri atas satu pabrik ammonia sebagai pengolah bahan baku dasar untuk
diproses menjadi urea, dan satu pabrik urea. Pabrik Pusri II dibangun untuk
mengatasi kebutuhan pupuk yang semakin meningkat. Pengembangan pabrik
terus dilakukan untuk menanggulangi permintaan pupuk dalam negeri yang
semakin meningkat. Pengembangan terakhir adalah Pabrik IB yang menjadi
pengganti Pabrik Pusri I. Pada Pabrik IB digunakan teknologi pembuatan
ammonia dan urea yang hemat energi.
Dengan kondisi pabrik pupuk yang besar dan megah serta aktivitasnya yang
masif dapat menumbuhkan rasa bangga anak terhadap keberadaan pabrik di kota
serta menumbuhkan rasa cinta terhadap kota Palembang. Tumbuhnya rasa bangga
dan cinta anak diharapkan akan membuat anak menjaga perilakunya dari
perbuatan yang dapat merusak keadaan kota, terutama di bidang kelestarian
lingkungan.
Lingkungan pabrik yang memiliki banyak peralatan yang berbahaya
membuat kunjungan harus dibatasi pada area-area tertentu yang aman dikunjungi
anak. Kekurangan pengetahuan tentang pabrik akibat terbatasnya kunjungan akan
dapat ditutupi jika PT. Pusri menyiapkan film pendek mengenai fasilitas dan
aktivitas yang ada di wilayah pabrik.
Instalasi Pengolah Limbah
Salah satu pandangan dan sikap PT. Pusri adalah kepedulian terhadap
lingkungan yang diwujudkan dalam kegiatan industri yang berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan. Dalam pengelolaan limbah pabrik, usaha
dilakukan untuk menekan dan mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke
lingkungan. Ada empat prinsip pengelolaan limbah yang diterapkan PT. Pusri,
yaitu 1) pengurangan limbah dari sumber; 2) daur ulang; 3) pengambilan dan 4)
pemanfaatan kembali secara berkelanjutan menuju produksi bersih.
Komitmen PT. Pusri terkait dengan pengelolaan lingkungan diwujudkan
melakui penetapan Pusri Effluent Treatment Improvement Project atau Proyek
PET. Pelaksanaan proyek ini untuk melaksanakan peraturan pemerintah mengenai
ketentuan Baku Mutu Limbah Cair sesuai dengan ketentuan Menteri Negara
Lingkungan Hidup serta kesepakatan program kali bersih (Prokasih) antara
Direksi PT. Pusri dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Selatan.
Berdasarkan Proyek PET ini, maka sistem peralatan dan modifikasi pengolahan
limbah di PT. Pusri meliputi Hidrolizer-Stripper System, Oil Separator,
Biological Waste Water Treatment System, Sludge Removal Facilities, Waste
Reduction Program.
Hidrolizer-Stripper System
Merupakan unit peralatan untuk daur ulang limbah cair yang mengandung
amonia dan urea dengan konsentrasi tinggi. Limbah tersebut berasal dari pabrik
Urea Pusri II, III dan IV yang dikumpulkan melalui sistem tertutup ke
collecting pit pada masing-masing pabrik. Selanjutnya limbah tersebut melalui
sistem perpipaan dipompakan untuk ditampung dalam buffer tank. Dari buffer
tank dipompakan ke dalam Hydrolizer Stripper. Dalam unit Hydrolizer akan
terjadi proses hidrolisa larutan urea menjadi amoniak dan CO2. Hasil hidrolisa
urea dipisahkan dalam Stripper dengan sistem steam sripping, keluaran dari
Stripper berupa off gas dan treated water. Dengan konsentrasi urea = nil dan
Amonia = 5 ppm.
Oil Separator
Pada tiap-tiap collecting pit dilengkapi dengan unit pemisah minyak yang
bekerja secara kontinyu dengan kapasitas olahan 20 m3/jam. Pemisahan
minyak ini dilakukan untuk menjaga agar konsentrasi minyak yang akan diolah
di Hydrolizer-Stripper terjaga pada kisaran < 10 ppm.
Biological Waste Water Treatment System
Unit Biological Pond, merupakan unit pengolah limbah cair yang mengguna-
kan bakteri untuk menurunkan kadar BOD, COD, TSS dan amonia. Kolam
biologi ini terdiri dari 6 buah kolam yang dengan ukuran total kolam 25 x 100
meter. Empat buah kolam merupakan kolam biologi sedangkan dua kolam
lainnya merupakan kolam emergency. Dari 4 kolam yang ada, 3 kolam di
antaranya masing-masing dilengkapi dengan 2 buah aerator yang berfungsi
sebagai pensuplai oksigen. Dari 3 kolam aerasi tersebut 1 kolam difungsikan
secara full aerasi sedangkan 2 kolam aerasi lagi difungsikan secara bergantian,
dan dioperasikan secara terus menerus selama 24 jam. Limbah yang diolah di
unit ini, berasal dari ceceran lantai, bekas cucian dan lain sebagainya yang
konsentrasi limbahnya rendah. Kapasitas olah 700 - 800 m3/jam yang berasal
dari Pusri IB, Pusri-II, Pusr1-3, Pusri-IV dan PPU. Hasil olahan langsung
dialirkan ke Sungai Musi.
Sludge Removal Facilities
Sludge Removal Facilities adalah suatu sistem peralatan yang berfungsi
sebagai pemisah dan pengolah lumpur yang berasal dari unit kolam biologi.
Lumpur yang berasal dari kolam biologi dipompakan ke thickener untuk
diendapkan secara gravitasi. Air yang berasal dari thickener dikeluarkan secara
overflow; endapan lumpur dari bagian bawah thickener dikeluarkan dan
dikumpulkan dalam reservoir tank dan dipompakan ke filter press untuk
dipisahkan airnya dan dipadatkan dengan tekanan 8 bar, sehingga
menghasilkan padatan lumpur yang mengandung 40 % dray solid.
Waste Reduction Program
Purge Gas Recovery Unit (PGRU) adalah unit pengolah purge gas yang
terbuang dari pabrik amonia Pusri II, Pusri III dan Pusri IV. Hasil olahan
berupa tail gas digunakan sebagai bahan bakar sedangkan gas H2 dan NH3
dikembalikan ke proses untuk dipakai kembali.
Keberadaan fasilitas instalasi pengolahan limbah dapat memberikan
gambaran bagi anak mengenai bagaimana dampak limbah jika tidak dikelola
dengan baik. Anak juga dapat mengetahui bahwa limbah PT. Pusri telah diolah
dengan baik sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.
Kunjungan ke fasilitas ini akan membuka mata anak mengenai komitmen PT.
Pusri terhadap pelestarian lingkungan sehingga anak akan dapat menjadi juru
bicara PT. Pusri tentang hal ini.
Mengingat kondisi kawasan ini yang memiliki banyak fasilitas dan zat
kimia berbahaya, maka kunjungan ke kawasan ini tidak dapat dilakukan oleh anak
dari kelas 1-3. Kunjungan oleh anak kelas 4-6 pun harus memenuhi standar-
standar keamanan dan keselamatan yang berlaku serta mematuhi larangan atau
batasan wilayah yang dapat dimasuki. Kekurangan pengetahuan akibat
terbatasnya area yang dapat dikunjungi akan dapat ditutupi jika PT. Pusri
menyiapkan fasilitas berupa film pendek mengenai fasilitas instalasi pengolahan
limbah ini.
Mini Zoo
Pada tahun 2008, sebagai bentuk komitmen tanggung jawab sosial PT. Pusri
didirikan kebun binatang mini yang berisi tiga pasang rusa, yaitu rusa tutul dan
rusa sambar. Rusa tutul (Axis axis) memiliki ciri ukuran yang lebih kecil daripada
ukuran tubuh rusa jawa. Rusa jantan memiliki berat 27-45 kg, tinggi badannya
0,6-1 m dengan panjang tubuhnya 1-1,5 m. Rusa ini mempunyai ekor yang
pendek, yaitu sekitar 18-25 cm. Tubuh satwa ini tertutup mantel rambut berwarna
coklat kemerahan dengan totol-totol putih kecuali pada bagian dagu, perut dan
kaki. Uniknya totol-totol ini tersusun seperti garis dan bukannya tersebar secara
tidak beraturan. Penghuni lainnya adalah rusa sambar atau dalam bahasa latin
disebut Cervus unicolor. Rusa jenis ini merupakan rusa paling besar diantara 3
rusa asli Indonesia lainnya. Ciri khas rusa sambar adalah tubuh yang besar dengan
warna bulu kecoklatan dan cenderung berwarna coklat keabu-abuan atau
kemerah-merahan, warna gelap sepanjang bagian atas. Rusa ini dapat tumbuh
setinggi 102 cm – 160 cm dengan panjang tubuh sekitar 150 cm. Berat rusa dewasa
sekitar 80-90 kg (betina) dan 90-125 kg (jantan). Tanduk rusa sambar juga tergolong
panjang dan bisa mencapai hingga tinggi 1 meter.
Gambar 4 Papan interpretasi dan kondisi mini zoo
Saat ini mini zoo dalam kondisi terpelihara dengan baik. Sekarang rusa-rusa
tersebut berjumlah 31 ekor. Kunjungan ke mini zoo dapat memberikan
pengetahuan kepada anak mengenai kehidupan hewan darat pada umumnya, dan
rusa pada khususnya. Di obyek ini anak dapat mempelajari beberapa hal antara
lain adalah biologi dan morfologi dari rusa, posisi rusa pada rantai makanan, serta
manfaat rusa bagi lingkungan dan bagi manusia. Pengelola mini zoo adalah harus
memberikan perhatian terhadap kurangnya papan-papan interpretasi di area ini.
Papan interpretasi yang ada sekarang hanya satu dan berisi mengenai nama rusa
dan jumlahnya saja. Perlu ditambahkan informasi mengenai habitat aslinya, pola
hidup dan makannya, serta perkembangbiakannya. Selain itu, perlu juga diadakan
papan larangan untuk melemparkan makanan atau benda-benda berbahaya ke
dalam kandang rusa. Pada papan tersebut harus dijelaskan mengapa memberi
makan rusa ataupun melempar benda-benda seperti botol plastik dan kaleng ke
dalam kandang rusa dapat membahayakan hidup rusa-rusa tersebut.
Gambar 5 Kondisi mini zoo
Sungai Musi
Sungai Musi membelah Provinsi Sumatera Selatan dari timur ke barat.
Sungai ini memiliki delapan anak sungai besar, yaitu Sungai Komering, Ogan,
Lematang, Kelingi, Lakitan, Semangus, Rawas, Leko dan Batanghari. Sungai
Musi berada di tengah kota Palembang dan membagi kota menjadi dua bagian.
Bagian utara disebut Seberang Ilir dan bagian selatan disebut Seberang ulu.
Keberadaan Sungai Musi sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sangat penting, salah
satunya sebagai sarana transportasi. Masih banyak penduduk kota Palembang
yang menggunakan perahu (disebut taksi motor oleh penduduk setempat) sebagai
alat transportasi. Pabrik PT. Pusri berada di tepi sungai ini. Dari tepi Sungai Musi
yang berada di kawasan PT. Pusri dapat dilihat kesibukan masyarakat kota
Palembang.
Danau Buatan
Di kawasan PT. Pusri terdapat dua buah danau buatan. Danau pertama
(danau 1) berada di dekat gedung Diklat, sementara danau kedua (danau 2) berada
di dekat mesjid. Kedua danau buatan ini lebih mirip sebuah kolam besar dengan
luas sekitar 100 m2. Danau ini ditumbuhi tanaman teratai yang jika sedang musim
berbunga akan memberikan pemandangan yang sangat indah.
Keadaan kedua danau sedikit berbeda. Danau 1 memiliki pulau buatan mini
di tengahnya yang ditumbuhi beberapa jenis tanaman. Kondisi perairannya
terkesan kotor. Di pinggir danau terdapat pohon-pohon rindang dan bangku-
bangku semen. Patut disayangkan rerumputan di sekitar danau kurang terpelihara
rapi dan tumbuh tinggi sehingga mengurangi keindahan. Tidak terdapat papan
interpretasi yang dapat menjelaskan mengenai danau ini.
Gambar 6 Danau buatan 1 dan pulau mini
Danau 2 memiliki kondisi perairan yang bersih. Danau ini tidak memiliki
pulau mini di tengahnya tetapi digantikan dengan air mancur mini. Di sekeliling
danau ditumbuhi rumput yang terpelihara rapi sehingga sekitar danau terkesan
rapi dan bersih. Terdapat satu papan berisi himbauan untuk tidak berburu burung.
Tidak terdapat papan interpretasi, pohon-pohon ataupun bangku-bangku di seputar
danau yang dapat dijadikan tempat beristirahat.
Gambar 7 Danau buatan 2
Kunjungan ke danau-danau ini dapat memberikan pengetahuan kepada anak
mengenai kehidupan organisme air, terutama air tawar. Danau dapat menjadi
lokasi pembelajaran mengenai habitat makhluk air, manfaat air bagi makhluk
hidup, bagaimana menjaga air agar tetap bersih, apa akibat bagi makhluk hidup
terutama manusia jika sumber air bersih tercemar. Tepian danau yang teduh dapat
menjadi tempat mengadakan permainan-permainan yang terkait dengan
pendidikan lingkungan. Dengan belajar langsung di alam terbuka, diharapkan
proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan anak tidak cepat bosan.
Sabuk Hijau (Green Barrier)
PT. Pusri memiliki hutan yang disebut dengan sabuk hijau (green barrier)
yang berfungsi sebagai penghambat limbah gas yang tertiup angin kea rah
pemukiman penduduk, sekaligus sebagai peredam suara yang dihasilkan oleh
pabrik selama proses produksi. Saat ini luas green barrier PT. Pusri adalah 12,8
ha. Luas ini akan ditingkatkan di masa yang akan datang hingga mencapai target
yaitu seluas 27 ha.
Persepsi Anak Usia SD
Penelitian ini berupaya mengukur persepsi anak usia SD terhadap
lingkungan dengan memperkirakan apakah ada pengaruh jenis kelamin dan
tingkatan kelas dalam pembentukan persepsi tersebut. Hasil dari pengukuran
tingkat persepsi anak usia SD dapat digunakan dalam menyusun program wisata
pendidikan lingkungan. Mengacu pada persepsi terhadap lingkungan menurut
Rosa (2008), persepsi terbentuk melalui proses kognisi, afeksi dan konasi. Proses
kognisi meliputi penerimaan, pemahaman dan pemikiran. Proses afeksi meliputi
perasaan dan emosi, keinginan, dan nilai-nilai tentang lingkungan. Proses konasi
meliputi tindakan atau perlakuan terhadap lingkungan sebagai respon dari proses
kognisi dan afeksi.
Gambar 8 Proses pembentukan persepsi terhadap lingkungan
Upaya mengukur persepsi anak dilakukan dengan metode wawancara
dengan pertanyaan terbuka dan angket. Sebagai pembuka, diajukan pertanyaan
terbuka mengenai definisi lingkungan. Hal ini dilakukan agar anak bebas
mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang pengertian lingkungan. Pada
tabel 12 terlihat klasifikasi jawaban anak terhadap pengertian lingkungan. Pada
kelompok kelas 1-3, terdapat 3,33% anak yang mengatakan tidak tahu definisi
lingkungan. Jawaban yang lebih kompleks diberikan oleh 43,33% anak. Untuk
kelas 4-6, tidak ada anak yang menjawab tidak tahu tentang definisi lingkungan.
Lebih dari separuh anak (63,33%) memilih jawaban tentang definisi lingkungan
yang kompleks. Hasil pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa tingkat kognisi
anak kelas 1-3 masih perlu ditingkatkan. Pembelajaran tentang lingkungan yang
masih dominan di kelas kemungkinan menjadi penyebab kekurangtahuan ini.
Tabel 13 Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang lingkungan
Definisi Lingkungan Kelas 1-3 Kelas 4-6 Laki-laki Perempuan
n % n % n % n %
Tidak tahu 1 3,33 0 0 1 1,70 0 0
Lingkungan adalah air,
darat dan udara di sekitar
kita.
5 16,67 14 15,56 11 18,64 8 13,11
Lingkungan adalah
manusia, hewan dan
tumbuhan di sekitar kita.
11 36,67 19 21,11 10 16,95 20 32,79
Lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar
manusia yang
memengaruhi
perkembangan kehidupan
manusia baik langsung
maupun tidak langsung.
13 43,33 57 63,33 37 62,71 33 54,10
Jumlah 30 100 90 100 59 100 61 100
Pengetahuan anak tentang ruang lingkup PT. Pusri juga ditanyakan.
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 14.
Individu
Kognisi
(pemahaman, pemikiran)
Afeksi
(perasaan, keinginan,
nilai)
Konasi
(tindakan/perlakuan)
Persepsi
terhadap
lingkungan
Tabel 14 Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang PT. Pusri
Pengetahuan tentang
PT. Pusri
Kelas 1-3 Kelas 4-6 Laki-laki Perempuan
n % N % n % n %
Tidak tahu 5 16,67 2 2,22 6 10,17 1 1,64
Pabrik pupuk 22 73,33 51 56,67 39 66,10 34 55,74
Pabrik pupuk dan
bahan kimia lain
3 10 37 41,11 14 23,73 26 42,62
Jumlah 30 100 90 100 59 100 61 100
Dari hasil jawaban anak, klasifikasi jawaban dapat dikelompokkan menjadi
3 kategori, yaitu tidak tahu tentang PT. Pusri, PT. Pusri adalah pabrik pupuk, dan
PT. Pusri adalah pabrik pupuk dan bahan kimia lainnya. Ternyata baik untuk
kelompok kelas 1-3 dan 4-6, masih ada anak yang tidak tahu PT. Pusri, walaupun
untuk anak kelas 4-6 jumlahnya kecil (2,22%). Tetapi hal ini menjadi pekerjaan
rumah bagi PT. Pusri karena jarak sekolah contoh berada sekitar 2 kilometer dari
lokasi. Sebagian besar anak kelas 1-3 dan 4-6 menyatakan bahwa PT. Pusri hanya
pabrik pupuk saja (73,33% dan 56,67%). Ini juga menjadi hal yang perlu
diperhatikan PT. Pusri, bahwa pengenalan lingkup bisnis PT. Pusri belum
seluruhnya diketahui oleh anak-anak di sekitar perusahaan.
Upaya mengukur persepsi juga dilakukan melalui aspek afeksi. Uno et al.
(2001) menyatakan bahwa kawasan afeksi merupakan domain yang berkaitan
dengan nilai-nilai interes, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial. Pada tahap
awal, anak diajukan pertanyaan terbuka untuk mengetahui afeksi mereka melalui
pertanyaan tentang perasaan mereka jika lingkungan sekitar bersih dan indah.
Jawaban anak dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Sebaran contoh menurut afeksi anak terhadap lingkungan
Afeksi terhadap
lingkungan yang
bersih, sehat dan indah
Kelas 1-3 Kelas 4-6 Laki-laki Perempuan
n % n % n % n %
Biasa saja 5 16,67 7 7,77 10 16,95 2 3,28
Senang dan bangga 25 83,33 83 92,22 49 83,05 59 96,72
Jumlah 30 100 90 100 59 100 61 100
Baik untuk kelas 1-3 maupun kelas 4-6, sebagian besar anak menyatakan
senang dan bangga jika lingkungan mereka bersih, sehat dan indah. Kebanggaan
ini harus selalu dijaga dan menjadi bagian dari anak hingga mereka dewasa agar
selalu mempengaruhi perilaku mereka terhadap lingkungan.
Afeksi anak terhadap PT. Pusri juga ditanyakan melalui bagaimana perasaan
mereka terhadap keberadaan PT. Pusri di lingkungan mereka. Sebagian besar anak
menyatakan senang dan bangga dengan keberadaan PT. Pusri. Tetapi yang perlu
menjadi perhatian adalah masih ada anak yang juga merasa biasa saja dengan
keberadaan PT. Pusri. Hal ini dirasakan anak karena bagi anak PT. Pusri tidak
memberikan manfaat apapun dalam kehidupannya. Ini harus menjadi perhatian
agar jika PT. Pusri menyelenggarakan kegiatan harus yang dapat menyentuh anak
sehingga semua anak di sekitar kawasan merasa bangga dengan keberadaan PT.
Pusri.
Tabel 16 Sebaran contoh menurut afeksi anak terhadap PT. Pusri
Afeksi terhadap
keberadaan PT. Pusri
Kelas 1-3 Kelas 4-6 Laki-laki Perempuan
N % N % n % n %
Biasa saja 11 36,67 9 10 8 13,56 12 19,67
Senang dan bangga 19 63,33 81 90 51 86,44 49 80,33
Jumlah 30 100 90 100 59 100 61 100
Pengukuran persepsi melalui konasi anak digunakan untuk memperoleh
deskripsi tentang tingkah laku yang bertujuan dan impuls untuk berbuat. Konasi
berupa bereaksi, berusaha, berkemauan, dan berkehendak (Chaplin 1995). Melalui
pertanyaan terbuka, anak ditanyakan bentuk tindakan yang mereka lakukan dalam
upaya menjaga lingkungan tetap sehat dan bersih.
Tabel 17 Sebaran contoh menurut konasi anak terhadap lingkungan
Konasi terhadap
lingkungan
Kelas 1-3 Kelas 4-6 Laki-laki Perempuan
n % n % n % n %
Diam saja 1 3,33 0 0 1 1,69 0 0
Membuang sampah
pada tempatnya
12 40 51 56,67 34 57,63 29 47,54
Menegur teman yang
membuang sampah
sembarangan
13 43,33 28 31,11 19 32,20 22 36,06
Mengajak teman gotong
royong membersihkan
sekolah
4 13,33 11 12,22 5 8,47 10 16,39
Jumlah 30 100 90 100 59 100 61 100
Membuang sampah pada tempatnya masih merupakan pilihan utama bagi
anak baik kelas 1-3 maupun 4-6. Hal ini berarti keinginan anak untuk menjaga
kebersihan lingkungan masih terbatas pada diri sendiri dan belum menjadi
penggerak bagi teman-temannya. Aksi berupa mengajak teman melakukan
pekerjaan gotong royong masih rendah. Upaya meningkatkan konasi anak agar
menjadi motor penggerak penjaga lingkungan perlu ditingkatkan agar terbawa
hingga anak dewasa.
Dalam rangka mengembangkan kawasan PT. Pusri menjadi destinasi
program wisata pendidikan lingkungan yang diminati oleh anak usia SD, maka
ditanyakan juga mengenai persepsi kawasan wisata pendidikan yang ideal
menurut mereka. Hasil dari wawancara tersebut ditabulasi berdasarkan fitur apa
yang paling diinginkan anak untuk berada di kawasan.
Tabel 18 Sebaran contoh persepsi ideal anak tentang kawasan wisata pendidikan
lingkungan
Fitur ideal Kelas 1-3 Kelas 4-6 Laki-laki Perempuan
n % n % n % n %
Pohon rindang 6 20 8 8,89 6 10,17 8 13,11
Bunga warna-warni 4 13,33 5 5,56 1 1,69 8 13,11
Padang rumput 0 0 2 2,22 2 3,39 0 0
Koleksi hewan darat
dan air
5 16,67 17 18,89 9 15,25 13 21,31
Area eksplorasi 3 10 14 15,56 10 16,95 7 11,48
Miniatur kawasan 0 0 3 3,33 1 1,69 2 3,28
Papan informasi 0 0 7 7,78 2 3,39 5 8,20
Area bermain 4 13,33 15 16,67 11 18,64 8 13,11
Bangku 1 3,33 7 7,78 5 8,47 3 4,92
Bersih dan luas 7 23,33 12 13,33 12 20,34 7 11,48
Jumlah 30 100 90 100 59 100 61 100
Persepsi anak kelas 1-3 untuk suatu kawasan wisata pendidikan lingkungan
adalah kondisi kawasan yang bersih dan luas. Kawasan yang luas tersebut diisi
dengan fitur pepohonan, adanya koleksi hewan, dan area bermain.Ini sesuai
dengan karakter anak usia 1-3 SD yang masih mengutamakan permainan yang
melibatkan gerak fisik. Anak kelas 4-6 mengutamakan adanya koleksi hewan,
diikuti dengan area bermain dan area eksplorasi. Untuk area eksplorasi, anak
mengharapkan adanya area yang dapat mereka gunakan untuk melakukan simulasi
kegiatan, seperti menanam tanaman dan memberinya pupuk. Sementara persepsi
ideal berdasarkan pendapat anak laki-laki adalah keluasan kawasan diikuti area
bermain. Bagi anak perempuan, yang diutamakan adalah koleksi hewan, diikuti
dengan besaran yang sama yaitu fitur pepohonan, bunga-bunga dan area bermain.
Menyikapi keinginan adanya area bermain, maka PT. Pusri dapat mengupayakan
area bermain yang terkait dengan pembelajaran pendidikan lingkungan, misalnya
dengan membuatnya sekaligus sebagai area eksplorasi sehingga anak dapat
bermain sambil belajar.
Dari hasil pengukuran melalui angket diperoleh hasil seperti pada Tabel 19
di bawah ini.
Tabel 19 Sebaran contoh menurut tingkat persepsi anak terhadap lingkungan
berdasarkan kelas dan jenis kelamin
Persepsi
Kelas Jenis Kelamin
Kelas 1-3 Kelas 4-6 Laki-Laki Perempuan
n % n % n % n %
Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0
Sedang 21 70 59 65,6 41 68,3 39 65
Baik 9 30 31 34,4 19 31,7 21 35
Rata-rata ± sd 106,53 ± 5,49 107,37 ± 5,32
P value 0,462 0,647
Keterangan
skala skor : kurang : 30 – 70, sedang : 70,1 – 110, baik : 110,1 – 150
Tidak berbeda nyata pada selang 95%
Hasil angket menunjukkan bahwa tingkat persepsi anak dominan berada
pada kategori sedang sehingga diharapkan dapat ditingkatkan menjadi baik
dengan berbagai program wisata pendidikan lingkungan yang menarik. Upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan persepsi anak terhadap lingkungan
antara lain dengan menggambarkan hubungan antara kehidupan makhluk hidup
(terutama manusia) dengan lingkungannya. Program wisata pendidikan yang
dibuat sedapat mungkin menggambarkan bahwa manusia membutuhkan
lingkungan untuk hidup. Mengacu pada Bhuiyan et al. (2010), wisata pendidikan
lingkungan yang disampaikan melalui program-program pendidikan dapat
merubah aspek kognitif, pengetahuan partisipatif, ketrampilan dan perilaku
pembelajar.
Preferensi Anak Usia SD
Cara pandang untuk menilai keindahan lingkungan berbeda-beda. Kondisi
ini sangat dipengaruhi oleh preferensi yang berbeda-beda. Preferensi menurut
Said (2008) adalah nilai yang diberikan oleh individu dalam menyukai suatu
tempat melebihi tempat yang lain. Preferensi terhadap suatu tempat tertentu
mencerminkan apa yang menarik bagi anak. Hubungan seperti ini bagi anak
biasanya terkait pada kemampuan anak merasakan fungsi dari tempat tersebut.
Anak lebih menerima dan merasa nyaman pada setting yang alami daripada
lingkungan yang monoton (Yulyaningsih 2013).
Preferensi anak usia SD terhadap lingkungan PT. Pusri pada penelitian ini
mengacu pada preferensi menurut Fisher (1984) yang terdiri atas keteraturan,
tekstur, keakraban terhadap lingkungan, keluasan ruang pandang, kemajemukan
rangsang, dan kerahasiaan atau misteri. Hasil dari pengukuran preferensi anak
usia SD dapat digunakan dalam menyusun program wisata pendidikan
lingkungan.
Tabel 20 Sebaran contoh menurut tingkat preferensi anak terhadap lingkungan
berdasarkan kelas dan jenis kelamin
Preferensi Kelas Jenis Kelamin
Kelas 1-3 Kelas 4-6 Laki-Laki Perempuan
n % n % n % N %
Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0
Sedang 28 93,3 75 83,3 51 85,0 52 86,7
Baik 2 6,7 15 16,7 9 15,0 8 13,3
Rata-rata ± sd 74,3 ± 7,13 75,5 ± 6,53
P value 0,420 0,683
Keterangan
skala skor : kurang : 22 – 51,3, sedang : 51,4 – 80,6, baik : 80,7 – 110
Tidak berbeda nyata pada selang 95%
Tingkat preferensi anak masih dominan pada kategori sedang sehingga
program wisata pendidikan lingkungan yang dibuat harus dapat meningkatkan
preferensi menjadi baik. Kurangnya ruang terbuka hijau yang dapat digunakan
anak untuk belajar sambil bermain di alam bebas menjadi salah satu faktor
kurangnya preferensi anak terhadap lingkungan. Anak lebih sering menghabiskan
waktunya di dalam ruang kelas daripada di alam terbuka.
Rekomendasi Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan
Penentuan Visi dan Misi Program
Visi program mengacu pada pernyataan yang menggambarkan sasaran
jangka panjang dari program ini. Visi program wisata pendidikan lingkungan di
PT. Pusri adalah mengembangkan program wisata pendidikan lingkungan yang
sesuai dengan kebutuhan anak usia SD yang menarik serta membangun kesadaran
dan kecintaan terhadap lingkungan. Misi program menggambarkan upaya yang
dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut.
Tabel 21 Misi program wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri
Misi Pernyataan
Pernyataan
Misi
1. Menjadikan PT. Pusri sebagai destinasi wisata pendidikan
lingkungan yang bermanfaat secara berkelanjutan bagi
masyarakat sekitar dengan cara :
a. Mengembangkan fasilitas dan program yang
mendukung kegiatan wisata pendidikan lingkungan di
PT. Pusri.
b. Mengembangkan kemampuan personil PT. Pusri yang
menjadi instruktur program.
c. Bekerja sama dengan para pihak dalam
mengembangkan dan mempromosikan wisata
pendidikan lingkungan di PT. Pusri.
2. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian
lingkungan pada generasi muda.
3. Membangun rasa cinta dan bangga pada generasi muda
atas keberadaan PT. Pusri di kota Palembang.
Perencanaan pada Pengelolaan dan Kawasan
Dalam rangka mempersiapkan PT. Pusri menjadi destinasi wisata
pendidikan lingkungan bagi anak usia SD, maka perencanaan yang diterapkan
oleh PT. Pusri terdiri atas perencanaan pada pengelolaan dan rencana pada
kawasan. Untuk perencanaan pengelolaan, upaya yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan kemampuan kapasitas petugas dalam menjalankan program, baik
sebagai instruktur program maupun pembuat program. Sementara perencanaan
kawasan mengutamakan pengembangan dan pengadaan fasilitas pendukung
program yang ada di kawasan.
Tabel 22 Perencanaan pada kawasan dan pengelolaan
Rencana Keterangan
Perencanaan
pada
pengelolaan
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas yang
akan menjadi instruktur program, seperti memberi tambahan
pengetahuan tentang flora dan fauna yang ada di kawasan.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas yang
akan menjadi pembuat program, terutama dalam hal
mengemas program menjadi menarik.
Perencanaan
pada kawasan
1. Pengadaan miniatur pabrik pupuk dan instalasi pengolahan
limbah.
2. Pengadaan papan-papan interpretasi yang informatif dan
menarik.
3. Penambahan area eksplorasi seperti lahan mini untuk
bercocok tanam.
4. Penambahan area dan fasilitas permainan pendidikan. Area
ini dapat saja disatukan dengan area eksplorasi.
5. Meningkatkan kebersihan dan keindahan kawasan.
Pengadaan miniatur pabrik beserta fasilitasnya dan instalasi pengolahan
limbah penting dilakukan. Hal ini mengingat anak tidak dapat memasuki kawasan
pabrik dan instalasi pengolahan limbah karena faktor keamanan. Melalui miniatur
ini anak dapat memperoleh gambaran aktivitas yang berlangsung di kawasan PT.
Pusri sehingga pemahaman anak menjadi lebih konkrit.
Kondisi pabrik yang memerlukan penanganan khusus karena ada area
tertentu yang terlarang, ataupun yang memerlukan perlengkapan khusus, maka
pola perjalanan anak diatur dengan memperhatikan zona-zona tertentu. Untuk
kepentingan wisata pendidikan lingkungan bagi anak usia SD maka kawasan PT.
Pusri dibagi dalam sistem zonasi yang dapat mempermudah pengaturan pola
perjalanan pengunjung, seperti ditampilkan pada Tabel 23.
Tabel 23 Zonasi kawasan
Zonasi Keterangan
Zona wisata Zona ini meliputi area fasilitas umum seperti Gedung Diklat,
mini zoo, dan danau buatan, RTH, serta taman-taman. Pada
zona ini kegiatan program seperti permainan dapat
dilaksanakan.
Zona terbatas
Zona ini meliputi kawasan instalasi pengolah limbah. Kawasan
ini hanya dapat dimasuki dengan izin khusus dan memakai
perlengkapan khusus. Karena alasan keamanan, maka kawasan
ini hanya dapat dikunjungi oleh anak kelas V ke atas saja
Zona inti
Zona inti meliputi kawasan pabrik. Kawasan ini terlarang untuk
dimasuki karena alasan keamanan. Untuk kepentingan program
wisata pendidikan, kunjungan hanya bersifat sightseeing dari
batas luar kawasan pabrik.
Perencanaan Program
Konsep program wisata pendidikan lingkungan bagi anak usia sekolah di
PT. Pusri dibuat dengan memperhatikan persepsi dan preferensi anak usia sekolah
yang dikombinasikan dengan potensi sumber daya dan fasilitas yang ada di PT.
Pusri. Untuk itu perlu diketahui tujuan dari program terkait dengan persepsi dan
preferensi anak.
Tabel 24 Tujuan program menurut persepsi dan preferensi
Persepsi Preferensi
Kurang Sedang Baik
Kurang Membangun
persepsi dan
preferensi.
Membangun
persepsi,
meningkatkan
preferensi.
Membangun
persepsi,
mempertahankan
preferensi.
Sedang Meningkatkan
persepsi dan
membangun
preferensi.
Meningkatkan
persepsi dan
preferensi.
Meningkatkan
persepsi,
mempertahankan
preferensi.
Baik Mempertahankan
persepsi,
membangun
preferensi.
Mempertahankan
persepsi dan
meningkatkan
preferensi.
Mempertahankan
persepsi dan
preferensi.
Matriks di atas menjadi acuan untuk membuat perencanaan program wisata
pendidikan lingkungan. Selanjutnya disusun rencana kunjungan yang sesuai
dengan tabel di atas. Mengacu pada hasil uji beda t dimana tidak terdapat
perbedaan persepsi maupun preferensi antara anak kelas 1-3 dengan kelas 4-6 dan
antara anak laki-laki dengan anak perempuan, maka perencanaan program dapat
disusun dengan tidak membedakan kelompok kelas maupun jenis kelamin, kecuali
untuk kunjungan ke instalasi pengolahan limbah.
Sebelum melakukan kegiatan kunjungan ke obyek-obyek yang menjadi
daya tarik program, maka diperlukan kegiatan pendahuluan untuk membentuk
persepsi yang positif dari anak. Kegiatan pendahuluan ini dapat berupa kunjungan
ke sekolah-sekolah yang berada di sekitar kawasan pabrik untuk member
penjelasan mengapa penting bagi mereka untuk mengikuti kegiatan ini.
Sedangkan untuk sekolah-sekolah yang berada jauh dari kawasan, kegiatan
pendahuluan ini dapat dilakukan di kawasan sebelum memulai kegiatan wisata.
Bentuk kegiatan pendahuluan di kawasan dapat berupa kegiatan pemutaran film
mengenai berbagai bencana yang ditimbulkan oleh perusakan lingkungan, seperti
banjir dan kebakaran hutan. Atau dapat berupa kunjungan ke bagian dari Sungai
Musi yang berada tidak jauh dari kawasan yang airnya keruh atau kotor, misalnya
ke tepi sungai di dekat pasar. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan pendahuluan
ini, persepsi anak tentang pentingnya pelestarian lingkungan menjadi kuat karena
mereka langsung melihat akibat dari perusakan lingkungan. Pengalaman ini akan
menjadi dorongan yang kuat dalam membentuk persepsi positif terhadap
pelestarian lingkungan.
Tabel 25 Indikator keberhasilan program wisata pendidikan lingkungan
Obyek yang
dikunjungi
Persepsi Preferensi
Kognisi Afeksi Konasi Keteraturan Tekstur Keakraban Keluasan Kemajemukan Misteri
Pabrik Mengetahui
ruang lingkup
dan aktivitas
pabrik PT.
Pusri.
Menunjukkan
kecintaan dan
kebanggaan
terhadap PT.
Pusri
Menunjukkan
kemampuan
mengajak
teman
mencintai PT.
Pusri
Menunjukkan
sikap
menyukai
lingkungan
yang rapi dan
bersih
Menunjukkan
sikap
menyukai
lingkungan
yang indah
Menunjukkan
sikap menyukai
keberadaan PT.
Pusri di
lingkungannya
Menunjukkan
sikap
menyukai
belajar
pendidikan
lingkungan di
kawasan PT.
Pusri
Menunjukkan
sikap menyukai
belajar di
kawasan PT.
Pusri dengan
berbagai
aktivitasnya
Menunjukkan
sikap menyukai
sejarah PT.
Pusri
Instalasi
Pengolahan
Limbah
Mengetahui
proses
pengolahan
limbah pabrik.
Mengetahui
akibat
pencemaran
limbah
Menunjukkan
kecintaan dan
kebanggaan
terhadap PT.
Pusri yang
mampu
mengolah
limbah dengan
baik
Menunjukkan
kemampuan
mengajak
teman
mencintai PT.
Pusri
Menunjukkan
sikap
menyukai
lingkungan
yang rapi dan
bersih
Menunjukkan
sikap
menyukai
lingkungan
yang indah
Menunjukkan
sikap menyukai
keberadaan PT.
Pusri di
lingkungannya
Menunjukkan
sikap
menyukai
belajar
pendidikan
lingkungan di
kawasan PT.
Pusri
Menunjukkan
sikap menyukai
belajar di
kawasan PT.
Pusri dengan
berbagai
aktivitasnya
Menunjukkan
sikap
menyukai
sejarah PT.
Pusri
Danau
buatan
Mengetahui
ekosistem air
tawar,
organisme di
dalamnya dan
manfaatnya
bagi kehidupan
manusia.
Menunjukkan
rasa mencintai
lingkungan
Menunjukkan
kemampuan
mengajak
teman
menjaga
kebersihan air
Menunjukkan
sikap
menyukai
lingkungan
yang rapi dan
bersih
Menunjukkan
sikap
menyukai
lingkungan
yang indah
Menunjukkan
sikap menyukai
keberadaan PT.
Pusri di
lingkungannya
Menunjukkan
sikap
menyukai
belajar
pendidikan
lingkungan di
kawasan PT.
Pusri
Menunjukkan
sikap menyukai
belajar di
kawasan PT.
Pusri dengan
berbagai
aktivitasnya
Menunjukkan
sikap
menyukai
sejarah kota
Palembang dan
PT. Pusri
Lanjutan.
Obyek yang
dikunjungi
Persepsi Preferensi
Kognisi Afeksi Konasi Keteraturan Tekstur Keakraban Keluasan Kemajemukan Misteri
Mini zoo Mengetahui
habitat dan
pola hidup
hewan darat.
Mengenal rusa.
Menunjukkan
rasa mencintai
lingkungan,
terutama sikap
menyayangi
hewan.
Menunjukkan
kemampuan
mengajak
teman
menyayangi
hewan
Menunjukkan
sikap
menyukai
lingkungan
yang rapi dan
bersih
Menunjukkan
sikap
menyukai
lingkungan
yang indah
Menunjukkan
sikap
menyukai
keberadaan
PT. Pusri di
lingkungannya
Menunjukkan
sikap
menyukai
belajar
pendidikan
lingkungan di
kawasan PT.
Pusri
Menunjukkan
sikap menyukai
belajar di
kawasan PT.
Pusri dengan
berbagai
aktivitasnya
Menunjukkan
sikap menyukai
sejarah kota
Palembang dan
PT. Pusri
Sungai Musi Mengetahui
ekosistem air
tawar,
organisme di
dalamnya dan
manfaatnya
bagi kehidupan
manusia.
Menunjukkan
rasa cinta dan
bangga
terhadap kota
Palembang
yang memiliki
sungai
terpanjang di
Pulau
Sumatera.
Menunjukkan
kemampuan
mengajak
teman
menjaga
kebersihan
Sungai Musi
Menunjukkan
sikap
menyukai
lingkungan
yang rapi dan
bersih
Menunjukkan
sikap
menyukai
lingkungan
yang indah
Menunjukkan
sikap menyukai
keberadaan PT.
Pusri di
lingkungannya
Menunjukkan
sikap
menyukai
belajar
pendidikan
lingkungan di
kawasan PT.
Pusri
Menunjukkan
sikap menyukai
belajar di
kawasan PT.
Pusri dengan
berbagai
aktivitasnya
Menunjukkan
sikap menyukai
sejarah kota
Palembang dan
PT. Pusri
RTH/Taman Mengetahui
ekosistem
darat,
organisme di
dalamnya dan
manfaatnya
bagi kehidupan
manusia.
Menunjukkan
sikap
menyayangi
tanaman.
Menunjukkan
kemampuan
memelihara
keindahan
lingkungan
Menunjukkan
sikap
menyukai
lingkungan
yang rapi dan
bersih
Menunjukkan
sikap
menyukai
lingkungan
yang indah
Menunjukkan
sikap menyukai
keberadaan PT.
Pusri di
lingkungannya
Menunjukkan
sikap
menyukai
belajar
pendidikan
lingkungan di
kawasan PT.
Pusri
Menunjukkan
sikap menyukai
belajar di
kawasan PT.
Pusri dengan
berbagai
aktivitasnya
Menunjukkan
sikap menyukai
sejarah kota
Palembang dan
PT. Pusri
Durasi program wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri disesuaikan
dengan tema dari masing-masing program. Adapun durasi umum yang diterapkan
pada suatu program wisata adalah :
1. 2-3 jam. Durasi ini dapat diterapkan untuk morning tour atau afternoon tour.
Dapat diberikan pada anak kelas I s.d. kelas III.
2. 4-6 jam. Durasi ini dikenal dengan istilah half day tour. Dapat diberikan
kepada anak yang kelasnya lebih tinggi, yaitu kelas IV s.d. VI.
Program yang dibuat merupakan gabungan dari beberapa aktivitas berupa :
1. Classroom : Berupa ceramah dan peragaan audio visual mengenai PT. Pusri
secara singkat serta pengantar mengenai tema terkait. Lamanya classroom
memperhatikan attention span anak-anak agar konsentrasi mereka optimal.
2. Outing class : anak diajak ke luar kelas. Pilihan tujuan tergantung pada tema.
Tujuan pembelajaran di luar kelas adalah agar anak langsung belajar di alam.
Dalam kegiatan ini diharapkan anak dapat mengembangkan kepekaan individu
dan perilaku ramah lingkungan.
3. Permainan : sebagai penutup, anak diajak untuk mengikuti permainan yang
didisain untuk memotivasi anak agar kelak dapat berpartisipasi aktif dalam
pelestarian lingkungan. Pemilihan permainan dilakukan untuk meningkatkan :
o Kognisi : pengetahuan tentang pupuk, pengolahan limbah, dan pelestarian
alam.
o Afeksi : bangga karena memiliki pabrik pupuk, bangga karena dapat
menjaga kelestarian lingkungan.
o Konasi : aktif berperilaku ramah lingkungan.
Bentuk permainan dibuat dengan memperhatikan tahapan operasional
konkret anak.
Mengingat operasional PT. Pusri sangat terkait dengan pelestarian
lingkungan maka pada penelitian ini topik utama yang dipilih untuk digunakan
sebagai nama populer adalah envi-edu tour yang merupakan singkatan dari
environmental education tour. Dari topik utama dapat diturunkan ke dalam tema-
tema yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Contoh perencanaan program
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 26 Program envi-edu tour kelas 1-3 dengan daya tarik pabrik pupuk dan
danau buatan
Kegiatan Lokasi Durasi Tujuan Materi
Kedatangan
dan
perkenalan
Ruang
Diklat
10
menit Ice breaking Permainan
Ceramah &
pemutaran
film
Ruang
Diklat
60
menit 1. Mengenal PT.
Pusri
2. Mengenal
pupuk dan
manfaatnya
Bahan pembuat pupuk
Proses pembuatan pupuk
Manfaat pupuk bagi
petani dan tanaman
Lanjutan.
Kegiatan Lokasi Durasi Tujuan Materi
Sightseeing Batas luar
zona inti
Danau
buatan
30
menit 1. Mengenal
fasilitas PT.
Pusri
2. Mengenal
ekosistem
danau dan
dampak bagi
ekosistem jika
danau tercemar
1. Mengenal penghuni
air tawar
2. Rantai makanan satwa
air tawar
3. Keterkaitan dengan
kehidupan manusia
Permainan
Penyaringan
air
Tepi danau
buatan
30 menit
Bermain sambil
belajar tentang
kebersihan air
Indikator keberhasilan program :
1. Anak mengenal ruang lingkup dan aktivitas PT. Pusri
2. Anak bangga dengan adanya PT. Pusri di lingkungan sekitarnya
3. Anak menyadari pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan
Tabel 27 Program envi-edu tour kelas 4-6 dengan daya tarik pabrik pupuk,
instalasi pengolahan limbah dan Sungai Musi
Kegiatan Lokasi Durasi Tujuan Materi
Kedatangan
dan
perkenalan
Ruang
Diklat
10
menit
Ice breaking Permainan
Ceramah &
pemutaran
film
Ruang
Diklat
60
menit
Mengetahui
sejarah, fasilitas
dan lingkup
kegiatan PT. Pusri
1. Bahan pembuat
pupuk
2. Proses pembuatan
pupuk
3. Manfaat pupuk
bagi petani dan
tanaman
4. Menerapkan
penggunaan pupuk
bagi tanaman
Sightseeing Batas
luar
zona inti
Batas
aman
IPL
30
menit
1. Mengetahui
fasilitas PT.
Pusri
2. Mengetahui
proses
pengolahan
limbah
1. Proses pengolahan
limbah
2. Pemanfaatan
kembali limbah
3. Manfaat
pengolahan limbah
bagi kelestarian
lingkungan
Lanjutan.
Kegiatan Lokasi Durasi Tujuan Materi
Permainan
pengamatan
aktivitas di
sungai
Tepi
Sungai
Musi
60
menit
• Manfaat sungai
Indikator keberhasilan :
1. Anak tahu apa itu PT. Pusri, kontribusinya bagi Palembang
2. Anak bangga dengan adanya PT. Pusri
3. Anak menyadari pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian sungai
agar bermanfaat bagi makhluk hidup
Program Envi-edu Tour di PT. Pusri
Luaran dari penelitian ini adalah program wisata pendidikan lingkungan
berdasarkan kebutuhan anak usia sekolah. Pada penelitian ini dibuat dua contoh
skenario program yang dapat dilaksanakan dengan memperhatikan Tabel 29 dan
Tabel 30. Skenario I merupakan program envi-edu tour untuk anak kelas 1-3
dengan daya tarik pabrik pupuk dan danau buatan.
Tabel 28 Skenario I
Waktu Lokasi Program
08.00
Ruang
Diklat
- Berkumpul di ruang diklat PT. Pusri.
- Pemutaran film mengenai bencana yang ditimbulkan oleh
perusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran hutan,
dan pencemaran air serta udara.
- Penjelasan terkait dengan pemutaran film tersebut.
- Pemutaran film mengenai bagaimana pupuk diproduksi di
PT. Pusri. Agar menarik, anak diberi pengenalan tidak
hanya tentang pupuk buatan, tetapi juga pupuk kandang.
Perkenalan dengan pupuk diawali dengan pengenalan
bahan pembuatan pupuk dan dilanjutkan mengenai proses
pembuatan pupuk. Penayangan film diakhiri dengan
memperlihatkan manfaat dari pupuk, yaitu menambah
zat-zat penyubur tanah sehingga tanaman tumbuh dengan
subur.
- Tanya-jawab agar terjadi interaksi dua arah.
09.00
Taman
Selesai menyaksikan film yang menarik tentang pupuk,
anak-anak berjalan kaki menuju taman. Sambil berjalan
instruktur dapat menjelaskan dengan singkat mengenai PT.
Pusri yang pabriknya terlihat dari kejauhan. Setibanya di
taman, anak-anak diajak untuk memperhatikan keindahan
Lanjutan.
Waktu Lokasi Program
tanaman yang ada di sana. Instruktur memberikan
penjelasan mengenai proses pemberian pupuk kepada
tanaman. Penjelasan juga dapat meliputi bagaimana pupuk
menjadi sumber makanan bagi tanaman sehingga ia bisa
tumbuh subur.
10.00
Taman
Anak-anak diajak untuk melakukan permainan terkait
dengan tanaman. Rincian permainan adalah :
- Satu anak berperan sebagai angin dan tiga sampai lima
anak membentuk barisan kelompok kecil sambil
berpegangan tangan dengan erat.
- Anak yang berada paling depan berperan sebagai
tanaman.
- Si angin berputar dan menarik tanaman dengan tujuan
untuk mencabutnya. Tetapi karena tanaman tersebut subur
dengan akar yang kuat (yang dilambangkan dengan anak
lain yang saling berpegangan) maka si angin harus
berupaya keras untuk mencabutnya.
- Anak akan melihat bahwa semakin kuat akar tanaman
tersebut maka semakin sulit bagi angin untuk
mencabutnya.
Permainan juga dapat dilakukan satu lawan satu untuk
memperlihatkan apa yang dapat terjadi ketika tanaman
kurang subur.
11.00 Taman Selesai melakukan permainan dilakukan diskusi.
Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini, anak-anak dapat
mengetahui apa itu pupuk, bagaimana proses
pembuatannya dan apa manfaatnya bagi tanaman.
Program selesai.
Alur kunjungan pada Skenario I ditampilkan pada Gambar 9. Pola
perjalanan mengikuti aturan pada pembuatan perjalanan wisata, yaitu berurutan
secara letak (sequence). Alur perjalanan yang berurutan dan tidak acak (zigzag)
menjadikan waktu kunjungan menjadi efisien karena tidak membuang waktu
dengan melewati rute yang tidak kronologis. Selain itu, pengalaman yang
diperoleh menjadi lebih optimal karena rute yang dilewati berbeda (rute berangkat
dengan rute pulang berbeda).
Gambar 9 Rute perjalanan skenario I
Skenario II merupakan program envi-edu tour untuk anak kelas 4-6 dengan
daya tarik pabrik pupuk dan instalasi pengolahan limbah dan Sungai Musi.
Tabel 29 Skenario II
Waktu Lokasi Program
08.00
Ruang
Diklat
- Berkumpul di ruang diklat PT. Pusri.
- Pemutaran film mengenai bencana yang ditimbulkan
oleh perusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran
hutan, dan pencemaran air serta udara.
- Penjelasan terkait film tersebut.
- Pemutaran film mengenai bagaimana sejarah, lingkup
operasional, dan proses pembuatan pupuk di PT. Pusri.
Penayangan film diakhiri dengan memperlihatkan manfaat
dari pupuk.
09.00
Sightseeing
pabrik
Selesai menyaksikan film yang menarik tentang PT. Pusri,
anak-anak diajak berkeliling di zona terluar kawasan
pabrik. Sambil berkeliling instruktur dapat menjelaskan
dengan singkat mengenai bangunan-bangunan pabrik yang
terlihat. Selanjutnya berhenti di gedung instalasi
pengolahan limbah. Di sini anak-anak diberikan
penjelasan mengenai proses pengolahan limbah di PT.
Pusri agar buangannya tidak mencemari sungai Musi.
Setelah memperoleh penjelasan, anak-anak diajak melihat
dari jarak aman peralatan yang digunakan.
10.00
Tepi
sungai
Musi
- Setelah mengamati proses pengolahan limbah, tour
dilanjutkan ke arah belakang pabrik, yaitu ke tepi
sungai Musi.
- Instruktur menjelaskan apa fungsi dan manfaat sungai,
dan apa yang terjadi pada sungai dan kehidupan di
dalam dan sekitarnya jika air sungai tercemar oleh
limbah.
- Instruktur menjelaskan pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan agar makhluk hidup dapat hidup lestari.
10.30
- Mengamati kesibukan yang ada di sungai Musi.
- Anak mencatat kegiatan apa saja yang dilakukan oleh
orang-orang yang ada di sungai tersebut.
- Tiap anak menyampaikan pendapatnya.
- Instruktur dapat menanyakan kepada anak apa yang
akan terjadi pada semua kegiatan tersebut jika sungai
Musi kotor dan tercemar limbah.
Selesai melakukan permainan maka program wisata
pendidikan lingkungan selesai. Diharapkan setelah
mengikuti kegiatan ini, anak-anak dapat mengetahui apa
itu PT. Pusri, apa kontribusinya bagi Palembang, serta
menimbulkan kebanggaan pada diri anak karena adanya
PT. Pusri.
12.00 Program selesai.
Gambar 10 Rute perjalanan skenario II
Sama seperti alur perjalanan pada Skenario I, Skenario II juga mengikuti
alur yang berurutan berdasarkan tata letak obyek kunjungan.
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1. Kawasan pabrik PT. Pusri memiliki keunggulan sebagai destinasi wisata
pendidikan lingkungan. Daya tarik wisata PT. Pusri adalah pabrik pupuk dan
instalasi pengolahan limbah, taman, mini zoo, Sungai Musi dan danau buatan.
Daya tarik wisata ini dapat dikembangkan menjadi perencanaan program
wisata pendidikan lingkungan berdasarkan kebutuhan anak usia SD.
2. Untuk menyusun perencanaan program wisata disusun indikator keberhasilan
program terlebih dahulu berdasarkan persepsi dan preferensi anak. Baik
persepsi maupun preferensi anak dominan berada pada kategori sedang
sehingga program wisata pendidikan dibuat dengan tujuan meningkatkannya
menjadi baik.
3. Perencanaan program wisata pendidikan lingkungan ini dikembangkan dengan
tema utama envi-edu tour (wisata pendidikan lingkungan). Program dapat
dikembangkan lagi menjadi topik-topik yang sesuai dengan kebutuhan
pendidikan lingkungan berdasarkan indikator keberhasilan yang telah disusun.
Saran
1. Program dikembangkan berdasarkan kemampuan instruktur PT. Pusri. Untuk
itu diperlukan adanya pelatihan bagi penyusun dan instruktur program.
2. Untuk melengkapi perencanaan dan pengembangan program diperlukan
pengembangan fasilitas berbasis envi-edu tour. PT. Pusri diharapkan
melakukan pengembangan fasilitas-fasilitas misalnya menambahkan beberapa
fasilitas pendukung seperti pembuatan film pendek, miniatur pabrik dan
instalasi pengolahan limbah, penyediaan area eksplorasi, dan memperhatikan
kebersihan kawasan..
3. Untuk meningkatkan pemahaman anak terhadap lingkungan sekitarnya maka
pada program ini diperlukan juga program-program dan papan-papan
interpretasi sebagai jembatan informasi antara anak dengan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson W. 2012. Analysis of All-Inclusive Tourism Mode in The Balearic
Island. Tourismos:An International Multidiciplinary Journal of Tourism
309-323.
Avenzora R. 2008. Penilaian Potensi Obyek Wisata, Aspek dan Indikator
Penilaian. Avenzora R, editor. Nangroe Aceh Darussalam (ID): BRR NAD-
Nias.
Ballantyne R, Hughes K. 2001. Interpretation in Tourism Settings. The Journal of
Tourism Studies 12:2.
Bhuiyan MAH, Islam R, Siwar C, Ismail SM. 2010. Educational tourism and
forest conservation : diversification for child education. Procedia Social and
Behavioral Sci 7(C):19-23.
Blum N. 2008. Environmental education in Costa Rica : building a framework for
sustainable development? Int J of Educational Dev 2008;8:348-358.
Bosselman FP, Peterson CA, McCarthy C.1999. Managing Tourism : Issues and
Applications. Washington DC : Island Press.
Caro T, Mulder MB, Moore M. 2003. Effects of conservation education on
reasons to conserve biological diversity. Biological Conservation 114:143-
152.
Coltman MM. 1989. Tourism Marketing. New York (US): Van Nostrand
Reinhold.
Crohn K, Birnbaum M. 2010. Environmental education evaluation : time to
reflect, time for change. Evaluation and Program Planning 33:155-158.
Crowell T. 2001. Fostering children’s excitement in the natural world. New York
State Conservationist 55, 6:26.
De Haan JAK. 2008. What is needed to improve tropical conservation?
Appropriate education, training and encouragement. Environmentalist
28:171-173.
Dimopoulos d, Paraskevospoulos S, Pantis JD. 2008. The cognitive and attitudinal
effects of educational module on elementary school students. Spring 39;3.
Dredge D. 1999. Destination place planning and design. Annals of Tourism
Research 26:772-791.
Farhani TN.2012. Implementasi bermain dalam meningkatkan konsentrasi anak.
Tesis. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.
Fisher JD, Bell PA, Baum A. 1984. Environmental Psychology. New York
(US):Holt, Rinehart & Winston.
Gunn CA. 2004. Prospects for Tourism Planning : Issues and Concerns. The
Journal of Tourism Studies:15.
Harril R. 2004. Residents’ attitudes towards tourism development:A literature
review with implications for tourism planning. Journal of Planning
Literature 18;251.
Helmi AF. 1999. Beberapa teori psikologi lingkungan. Buletin Psikologi 2:7-17.
Kobori H. 2009. Current trends in conservation education in Japan. Biological
Conservation 142:1950-1957.
Litlefair C, Buckley R. 2008. Interpretation reduces ecological impacts of visitors
to world heritage site. Proquest Biology J 37:338.
Marten GG. 2001. Human Ecology :Basic Concepts for Sustainable
Development.London (GB): Earthscan Publications Ltd.
Nazir M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Newton BJ. 2001. Environmental education and outreach : experiences of a
federal agency. Bioscience 2001;51:297.
Nurihsan AJ, Agustin M. 2011. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung (ID): PT Refika Aditama.
Prasetijo R, Ihalauw JJOI. 2005. Perilaku Konsumen. Yogyakarta (ID): Penerbit
Andi.
PT. Pusri (Persero). 2006. Code of Conduct. Palembang.
Ramadanta A. 2009. Pendekatan Psikologi Lingkungan dalam Perencanaan
Kawasan Wisata. Journal Ruang :1.
Rosa Y. 2008. Validitas Instrumen Ukur Variabel Sosial Bidang Pemukiman.
Jurnal Pemukiman Vol. 4 No. 2: 128-140.
Sarwono SW. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta (ID): Grasindo.
Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta (ID):
Andi Offset.
Suwantoro G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Widoyoko SEP. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta
(ID): Pustaka Pelajar.
Yulyaningsih N. 2013. Kajian taman sekolah untuk menstimulasi kecerdasan alam
pada murid sekolah dasar konvensional dan sekolah alam. Tesis. Bogor
(ID): Sekolah Pascasarjana IPB.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 9
November 1975 dari pasangan M. Hatta Bannot dan Erlin Bahar sebagai anak
kedua dari empat bersaudara. Penulis menikah pada tahun 2002 dengan Haryanto
dan dikaruniai dua orang anak bernama Khansa Alifah A.H. dan Aqsha Ramadhan
D.H.
Penulis lulus dari SMA Negeri 3 Palembang pada tahun 1994 dan
melanjutkan pendidikan diploma bidang pariwisata di Akademi Pariwisata
Indonesia Jakarta Jurusan Usaha Wisata dan lulus tahun 1997. Penulis
menyelesaikan pendidikan strata satu pada tahun 2002 di Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Pariwisata Internasional Jakarta Program Studi Manajemen dengan
kepeminatan Manajemen Usaha Wisata. Pada tahun 2010 penulis berkesempatan
melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana di Sekolah Pascasarjana IPB
Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan.
Penulis bekerja sebagai tenaga pendidik di AKPINDO sejak tahun 1998
dengan spesialisasi Perencanaan dan Operasi Perjalanan Wisata serta Disain Paket
Wisata, serta master trainer untuk Abacus Reservation System dan Amadeus
Global Distribution System. Penulis juga bekerja sebagai tour planner pada
Almapindo Wisata Jakarta sejak tahun 2005. Sejak tahun 2002 sampai sekarang
penulis bertugas sebagai asesor kompetensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi
(BNSP) bidang tour planning. Mulai tahun 2012 penulis juga ditugaskan sebagai
Manajer Sertifikasi Bidang Usaha Wisata pada Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)
Hospitalitas dan Wisata Hijau Jakarta.