434
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG STIKES YAYASAN TLOGOREJO SEMARANG JL. ARTERI YUS SUDARSO-Jl. PURI ANJASMORO SEMARANG PROYEK AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Akhir Program Studi Diploma III Teknik Sipil Disusun Oleh : 1. Puji Wibawa Wartadinata NIM : 5150304038 2. Fathoni Anjar Wibowo NIM : 5150304039 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

Perencanaan Pembangunan Gedung Stikes Yayasan Tlogorejo Semarang

Embed Size (px)

Citation preview

  • PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG

    STIKES YAYASAN TLOGOREJO SEMARANG JL. ARTERI YUS SUDARSO-Jl. PURI ANJASMORO SEMARANG

    PROYEK AKHIR

    Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Akhir

    Program Studi Diploma III Teknik Sipil

    Disusun Oleh :

    1. Puji Wibawa Wartadinata NIM : 5150304038

    2. Fathoni Anjar Wibowo NIM : 5150304039

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2007

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Proyek Akhir dalam Perencanaan Pembangunan Gedung STIKES

    Yayasan Tlogorejo Semarang ini telah dipertahankan dalam sidang ujian yang

    disusun oleh :

    PUJI WIBAWA WARTADINATA 5150304038

    FATHONI ANJAR WIBOWO 5150304039

    Disahkan Pada :

    Hari :

    Tanggal :

    Penguji I Dosen Pembimbing

    Karuniadi Satrijo U, S.T, M.T Drs. Tugino, M.T

    NIP : 131763887 NIP : 131763887

    Ketua Jurusan Ketua Program Studi

    Teknik Sipil Teknik Sipil D 3

    Drs. Lashari, M.T Drs. Tugino, M.T

    NIP : 131471402 NIP : 131763887

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Teknik

    Universitas Negeri Semarang

    Prof. Dr. Soesanto

    NIP : 130875753

  • iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Dari Puji Wibawa Wartadinata :

    MOTTO

    Thollabul illmi faridotul alla qulli muslim.

    Ajining diri dumunung ana athi, ajining raga ana ing busana.

    Jadilah orang yang yang dicintai Allah, Rasul, dan seluruh umat.

    Banyak jalan menuju Roma dan gapailah cita-citamu setinggi langit.

    Lebih baik gagal daripada tidak sama sekali mencoba.

    PERSEMBAHAN

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang melimpahkan

    rahmat dan hidayah-Nya.

    Untuk Bapak, Ibu, dan, adik-adikku (Kukuh dan Adilla)

    yang tercinta.

    Bapak Drs. Tugino, MT selaku Dosen Pembimbing

    dalam membantu menyelesaikan penulisan Proyek Akhir

    ini hingga selesai.

    Sahabat seperjuanganku Fathoni, Bayu, Fajar, Hendra,

    Agung, Danang, Ferry, D3vil 2004, anak Paloma Kost

    dll, terima kasih (I Love You All).

    Venissa sayangku, makasih banyak, selama ini telah

    memberikan aku dukungan dan sudah menemani

    hari-hariku selama menempuh pendidikan di Perguruan

    Tinggi.

  • iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Dari Fathoni Anjar Wibowo :

    MOTTO

    Jadilah orang bermanfaat untuk apapun dan siapapun

    Ajining diri dumunung ing kedhaling lathi, ajining sarira dumunung ing

    busana.

    Jadilah orang yang yang dicintai Allah, Rasul, dan seluruh umat.

    Gremat-gremet waton slamet lan marga benih becik.

    Jalan yang benar akan mendatangkan hasil yang baik.

    PERSEMBAHAN

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang melimpahkan

    rahmat dan hidayah-Nya kepada kami untuk dapat

    menyelesaikan Proyek Akhir ini.

    Untuk Bapak dan Ibu tersayang, adik-adikku yang

    tercinta

    Bapak Drs. Tugino, MT selaku pembimbing Proyek

    Akhir ini sampai selesai.

    Sobat karibku Puji, Agung, Hendra, Seto, Ika, Isti,

    (My Band : Bams, Aan, Bernan, wahyu) dan sahabat

    seperjuangan D3vil 04 terima kasih (I love u all).

    Para Sobat Padi yang ada di seluruh Indonesia Say

    No To Drugs dan jangan beli kaset bajakan.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang melimpahkan rahmat, inayah dan

    hidayah-Nya pada kita semua. Sehingga penulis diberi kelancaran dan kemudahan

    dalam menyusun serta berhasil menyelesaikan Proyek Akhir ini dengan baik.

    Penyusunan Proyek Akhir ini berdasarkan Kerja Praktek yang dilakukan

    penulis pada proyek Pembangunan Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo

    Semarang yang berlokasi di Jl. Arteri Yos Sudarso-Jl. Puri Anjasmoro Semarang.

    Penyelesaian penyusunan Proyek Akhir ini tidak lepas dari bantuan

    berbagai pihak, baik itu berupa bimbingan, nasehat, dukungan moril maupun

    materiil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

    kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, selaku Rektor

    UNNES.

    2. Bapak Prof. Dr. Soesanto selaku Dekan Fakultas Teknik UNNES.

    3. Bapak Drs. Lashari, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas

    Teknik UNNES.

    4. Bapak Drs. Tugino, M.T, selaku Ketua Program Studi D3 Teknik Sipil

    Fakultas Teknik UNNES dan selaku dosen pembimbing Proyek Akhir

    ini.

    5. Bapak Karuniadi Satrijo U, S.T, M.T, selaku Dosen Penguji

    Pendamping I dalam Proyek Akhir ini.

  • vi

    6. Semua pihak yang telah membantu dalam terlaksananya penyusunan

    Proyek Akhir ini.

    Penulis menyadari bahwa Proyek Akhir ini masih banyak kekurangan dan

    jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan bagi setiap

    pembaca. Biarpun demikian penulis berharap bahwa laporan ini dapat memberi

    manfaat dan inspirasi bagi penulis sendiri dan pembaca.

    Semarang, April 2007

    Penyusun

  • vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL........... i

    HALAMAN PENGESAHAN..... ii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN.. iii

    KATA PENGANTAR..... v

    DAFTAR ISI....... vii

    DAFTAR TABEL....... xv

    DAFTAR GAMBAR... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN....... xvii

    BAB I. PENDAHULUAN 1

    1.1 Judul Proyek Akhir... 1

    1.2. Diskripsi Proyek............... 1

    1.2.1. Latar Belakang....................................................... 1

    1.2.2. Nama Proyek.......................................................... 2

    1.2.3. Lokasi Proyek......................................................... 2

    1.2.4. Pemilik Proyek....................................................... 3

    1.2.5. Space atau Ruang yang Dibutuhkan Proyek.......... 3

    1.3. Maksud dan Tujuan Proyek.. 5

    1.4. Studi Kelayakan Proyek....... 6

    1.5. Ruang Lingkup Penulisan......................................... 9

    1.6. Metodologi................................ 10

  • vii

    1.7. Sistematika Penulisan................................................ 11

    BAB II. DASAR-DASAR PERENCANAAN...... 15

    2.1. Uraian Umum tentang Perencanaan .. 15

    2.2. Asumsi-Asumsi Dasar Perencanaan.. 16

    2.2.1. Pemilihan Sistem Struktur...................................... 16

    2.2.2. Tinjauan Perencanaan Struktur Tahan Gempa...... 18

    2.3. Peraturan / Cara / Dasar-Dasar untuk Perencana...... 19

    2.4. Kriteria Perencanaan................................................. 20

    2.4.1. Uraian Sifat Masing-Masing Elemen Struktur...... 20

    2.4.1.1. Kriteria Perencanaan Struktur Atap............. 20

    2.4.1.2. Kriteria Perencanaan Struktur Utama........... 21

    2.4.1.3. Kriteria Perencanaan Struktur Pondasi........ 22

    2.4.2. Perhitungan dan Analisis....................................... 25

    2.5. Klasifikasi, Bentuk dan Sistem Pembebanan

    serta Cara Perhitungan.............................................. 25

    2.5.1. Beban Mati (Dead Load)...................................... 26

    2.5.2. Beban Hidup (Live Load)...................................... 26

    2.5.3. Beban Wind (Wind Load)...................................... 27

    2.5.4. Beban Gempa (Earthquake Load)......................... 28

    2.5.5. Kombinasi Pembebanan (Combo).......................... 30

    2.6. Spesifikasi Bahan untuk Elemen Struktur................ 32

    2.7. Data-Data Beban yang Bekerja................................. 34

    2.8. Langkah-Langkah dan Cara-Cara Perhitungan......... 35

  • vii

    2.8.1. Perencanaan Struktur Atas (Upper Structure)....... 35

    2.8.2. Perencanaan Struktur Bawah (Sub-Structure)........ 39

    BAB III. PERHITUNGAN ELEMEN STRUKTUR

    PENDUKUNG. 45

    3.1. Uraian Umum Konstruksi Atap... 45

    3.2. Spesifikasi Konstruksi Atap..................................... 46

    3.3. Perhitungan Konstruksi Atap................................... 49

    3.3.1. Panjang Batang...................................................... 49

    3.3.2. Perencanaan Reng.................................................. 50

    3.3.2.1. Pembebanan Reng......................................... 50

    3.3.2.2. Momen yang Terjadi..................................... 50

    3.3.2.3. Dimensi Reng................................................ 52

    3.3.2.4. Kontrol Lendutan......................................... 53

    3.3.2.5. Kontrol Tegangan......................................... 54

    3.3.3. Perencanaan Usuk................................................. 56

    3.3.3.1. Pembebanan Usuk......................................... 56

    3.3.3.2. Beban Mati................................................... 56

    3.3.3.3. Beban Hidup (Berat Pekerja)........................ 57

    3.3.3.4. Beban Angin................................................. 57

    3.3.3.5. Momen Kombinasi....................................... 58

    3.3.3.6. Dimensi Usuk............................................... 59

    3.3.3.7. Kontrol Lendutan.......................................... 60

  • vii

    3.3.3.8. Kontrol Tegangan......................................... 61

    3.3.4. Perencanaan Gording............................................. 62

    3.3.4.1. Beban yang Bekerja...................................... 62

    3.3.5. Pendimensian Track Stang..................................... 68

    3.3.6. Perencanaan Kuda-Kuda........................................ 70

    3.3.6.1. Beban yang Bekerja...................................... 70

    3.3.6.2. Besar Gaya Pada Titik Buhul....................... 70

    3.3.7. Perhitungan Gaya Batang....................................... 73

    3.3.8. Perhitungan Dimensi Batang.................................. 73

    3.3.8.1. Perencanaan Batang Atas (Tekan)................ 73

    3.3.8.2. Perencanaan Batang Bawah (Tarik).............. 78

    3.3.8.3. Perencanaan Batang Vertikal (Tekan).......... 80

    3.3.8.4. Perencanaan Batang Diagonal (Tarik).......... 85

    3.3.9. Perhitungan Plat Kopel.......................................... 87

    3.3.9.1. Pemeriksaan Tekuk Terhadap Sumbu X-X... 87

    3.3.9.2. Pemeriksaan Tekuk Terhadap Sumbu Y-Y... 88

    3.3.9.3. Perhitungan Plat Kopel................................. 89

    3.3.10. Perhitungan Sambungan Baut................................ 90

    3.3.10.1. Kekuatan Satu Baut....................................... 90

    3.3.10.2. Penempatan Baut.......................................... 92

    3.3.10.3. Perhitungan Jumlah Baut.............................. 92

  • vii

    BAB IV PERHITUNGAN ELEMEN STRUKTUR UTAMA.... 100

    4.1. Perencanaan Struktur Utama.... 100

    4.2. Perencanaan Plat Lantai................ 101

    4.3. Perencanaan Plat Tangga.............. 112

    4.4. Perencanaan Plat Bordes............... 122

    4.5. Perencanaan Beban Gempa.......... 131

    4.5.1. Perhitungan Gaya-Gaya yang Bekerja

    Pada Struktur......................................................... 131

    4.6. Perencanaan Balok dari Hasil Sap 2000............... 139

    4.6.1. Balok Sloof (250 700)............. 139 4.6.2. Balok Lantai 2................................ 145

    4.6.2.1. Dimensi (250 700)............. 145 4.6.2.2. Dimensi (250 450)............. 149

    4.6.3. Balok Lantai 3................................ 154

    4.6.3.1. Dimensi (250 600)............. 154 4.6.3.2. Dimensi (250 450)............. 159

    4.6.4. Balok Lantai 4................................ 163

    4.6.4.1. Dimensi (250 600)............. 163 4.6.4.2. Dimensi (250 450)............. 168

    4.6.5. Ring Balok (250 700)......................... 173 4.7. Perencanaan Kolom.......................... 178

    4.7.1. Kolom Lantai 1 (250 600).......... 178 4.7.2. Kolom Lantai 2 (250 600)...................... 181

  • vii

    4.7.3. Kolom Lantai 3 (300 500).............. 185 4.7.4. Kolom Lantai 4 (300 500).............. 188

    BAB V PERHITUNGAN ELEMEN STRUKTUR PONDASI 192

    5.1. Uraian Umum... 192

    5.2. Data-Data Pendukung Perencanaan Pondasi... 193

    5.2.1. Hasil Penyelidikan Sondir............................. 193

    5.2.2. Hasil Penyelidikan Bor Dalam dan SPT....... 194

    5.2.3. Hasil Penyelidikan Laboratorium.................. 195

    5.3. Alternatif Pemilihan Pondasi................................... 196

    5.3.1 Perhitungan Kapasitas Dukung Tiang

    dengan CPT........................................................... 197

    5.3.2. Perhitungan Kapasitas Dukung Tiang

    dengan SPT............................................................ 198

    5.3.3. Chek Terhadap Kekuatan Bahan Tiang Pancang... 199

    5.4. Perencanaan Pondasi.................................................... 200

    5.4.1. Pondasi Kolom 30 cm 60 cm... 193 5.4.1.1. Jumlah Tiang Yang Dibutuhkan.................. 200

    5.4.1.2. Distribusi Beban Kolom Ke masing-Masing

    Tiang............................................................ 201

    5.4.1.3. Perhitungan Final Set................................... 202

    5.4.1.4. Menghitung Tinggi Pile Cap dan

    Penulangan................................................... 204

  • vii

    BAB VI RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)... 210

    6.1. Syarat-Syarat Umum... 210

    6.2. Lingkup Pekerjaan dan Tata Tertib Pekerjaan..... 232

    6.3. Spesifikasi dan Syarat-Syarat Teknis Pekerjaan...... 247

    6.3.1. Pekerjaan Struktur......................................... 251

    6.3.2. Pekerjaan Arsitektur...................................... 261

    6.3.3. Pekerjaan Bangunan Luar.............................. 279

    6.3.4. Pekerjaan Plumbing....................................... 281

    6.3.5. Pekerjaan Instalasi Listrik............................. 285

    6.4. Syarat-Syarat Administrasi Pelaksanaan............. 295

    6.5. Syarat-Syarat Teknis Pelaksanaan Pekerjaan...... 299

    BAB VII RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA....... 344

    7.1. Uraian Umum... 344

    7.2. Metode Perhitungan (RAB)......................................... 345

    7.3. Perhitungan Volume Pekerjaan.................................... 345

    7.3.1. Pekerjaan Persiapan............................................... 345

    7.3.2. Pekerjaan Tanah dan Pondasi................................ 347

    7.3.3. Pekerjaan Pasangan, Dinding, dan Plesteran......... 350

    7.3.4. Pekerjaan Beton Bertulang Struktur...................... 357

    7.3.5. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding............... 379

    7.3.6. Pekerjaan Atap dan Plafon..................................... 383

    7.3.7. Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela, dan Railing........ 386

    7.3.8. Pekerjaan Cat......................................................... 387

  • vii

    7.3.9. Pekerjaan Elektrikal (Instalasi Listrik).................. 390

    7.3.10. Pekerjaan Plumbing (Instalasi Air)........................ 394

    7.3.10.1. Pekerjaan Air Bersih..................................... 394

    7.3.10.2. Pekerjaan Pipa-Pipa Air Kotor..................... 397

    7.3.10.3. Pekerjaan Air Bekas + Ventilasi................... 398

    7.3.11. Pekerjaan Sanitair.................................................. 400

    7.3.12. Pekerjaan Lain-Lain............................................... 401

    7.4. Harga Satuan Pekerjaan............................................... 401

    7.5. Rekapitulasi Awal....................................................... 402

    7.6. Rekapitulasi Akhir...................................................... 408

    7.4. Kurva S........................................................................ 409

    BAB VIII PENUTUP.... 410

    8.1. Kesimpulan...... 411

    4.2. Saran............................................. 414

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1. Space dan Ruang yang Digunakan... 4

    Tabel 3.1. Rekapitulasi Panjang Batang... 49

    Tabel 3.2. Rekapitulasi Kombinasi Pembebanan Reng.... 52

    Tabel 3.3. Kombiansi Pembebanan Terbesar... 52

    Tabel 3.4. Rekapitulasi Kombinasi Pembebanan Usuk... 58

    Tabel 3.5. Kombinasi Pembebanan Terbesar.. 58

    Tabel 3.6. Rekapitulasi Kombinasi Pembebanan Gording.. 65

    Tabel 3.7. Kombinasi Pembebanan Terbesar... 65

    Tabel 3.8. Rekapitulasi Perencanaan Profil Batang.. 87

    Tabel 4.1. Distribusi Gaya Geser Dasar Horizontal.. 138

    Tabel 5.1. Nilai SPT untuk Perhitungan Qfriksi.. 198

    Tabel 5.2. Hiley Formula untuk Hammer Diesel.. 203

    Tabel 6.1. Toleransi Diameter dan Ukuran Baja... 253

    Tabel 6.2. Toleransi Diameter Tulangan Besi... 332

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1. Lokasi Proyek...... 2

    Gambar 1.2. Denah Ruang dan Space.. 3

    Gambar 3.1. Gambar Panjang Batang Baja.. 47

    Gambar 3.2. Gambar Rencana Kuda-Kuda.. 48

    Gambar 3.3. Pembebanan Akibat Beban Mati. 72

    Gambar 3.4. Pembebanan Akibat Beban Hidup.. 72

    Gambar 3.5. Pembebanan Akibat Beban Angin.. 72

    Gambar 3.6. Titik Buhul Kuda-Kuda... 90

    Gambar 4.1. Penulangan Plat Lantai 3600 3600 mm 111 Gambar 4.2. Penulangan Plat Tangga... 121

    Gambar 4.3. Penulangan Bordes... 130

    Gambar 4.4. Detail Balok Sloof 25/70 ..... 144

    Gambar 5.1. Distribusi Beban Kolom Ke Tiang... 201

    Gambar 5.2. Pile Cap.................................... 204

    Gambar 5.3. Bidang Kritis Pons................... 205

    Gambar 5.2. Bidang Kritis Pons................... 206

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. BPIK (Balai Pengujian dan Informasi Konstruksi).

    Lampiran 2. Data-Data Hasil Penyelidikan Tanah.

    Lampiran 3. Network Planning

    Lampiran 4. Gambar.

    Lampiran 5. Hasil Perhitungan Gaya Batang SAP 2000 untuk Struktur Atap.

    Lampiran 6. Hasil Perhitungan Gaya SAP 2000 untuk Struktur Utama.

    Lampiran 7. Hasil Perhitungan Tulangan Balok SAP 2000 untuk Struktur.

    Lampiran 8. Hasil Perhitungan Tulangan Kolom SAP 2000 untuk Struktur.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Judul Proyek Akhir

    Judul dari Proyek Akhir ini adalah Perencanaan Pembangunan

    Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo Semarang yang berlokasi di Jl.

    Arteri Yos Sudarso-Jl. Puri Anjasmoro Semarang.

    1.2. Diskripsi Proyek

    1.2.1. Latar Belakang

    Proyek pembangunan Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo

    Semarang dilatarbelakangi oleh permintaan dari pihak Yayasan

    Tlogorejo karena masih berkurangnya sarana dan prasarana di bidang

    kesehatan terutama dalam bidang kebidanan dan keperawatan.

    Pembangunan gedung ini diharapkan dapat meningkatkan

    kualitas pendidikan keperawatan dan kebidanan di Sekolah Tinggi

    Ilmu Kesehatan (STIKES) milik Yayasan Tlogorejo sehingga nantinya

    dapat bersaing di dunia kerja dan pihak yayasan tlogorejo dapat

    mengoptimalkan dan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada karena

    terletak bersebelahan dengan rumah duka Tiong hoa Iewan.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 2

    2

    1.2.2. Nama Proyek

    Nama proyek dalam penulisan Proyek Akhir ini adalah Proyek

    Pembangunan Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo Semarang.

    1.2.3. Lokasi Proyek

    Lokasi proyek Pembangunan Gedung STIKES Yayasan

    Tlogorejo Semarang terletak di Jl. Arteri Yos Sudarso-Jl. Puri

    Anjasmaro dan masih berada di wilayah kota Semarang., dengan

    batas-batas sebagai berikut :

    - Sebelah Utara : SPBU Jl. Puri Anjasmoro.

    - Sebalah Timur : Rumah duka Tiong hoa Ie wan.

    - Sebelah Selatan : Perumahan penduduk.

    - Sebelah Barat : Jl. Puri Anjasmoro.

    Gambar 1.1 Lokasi Proyek

    U Ruko Puri Anjasmoro

    Perumahan

    SPBU

    Rumah Duka

    Parkiran

    STIKES

    Perumahan

    JL. Arteri Yos Sudarso

    JL. Arteri Yos Sudarso

    JL. Arteri Yos Sudarso

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 3

    3

    1.2.4. Pemilik Proyek

    Pemilik proyek Pembangunan Gedung STIKES Yayasan

    Tlogorejo Semarang adalah Yayasan Tlogorejo bertempat

    di Jl. KH. Ahmad Dahlan Semarang.

    1.2.5. Space atau Ruang yang Dibutuhkan Proyek

    Bangunan gedung STIKES Yayasan Tlogorejo Semarang

    terdiri dari 4 lantai dan berada di sebelah tempat rumah duka Tionghoa

    Iewan yang telah ada sebelumnya. Mempunyai luas bangunan total

    5441 m2 dengan lantai 1 = 1385 m2, lantai 2 = 1352 m2, lantai 3 = 1352

    m2, dan lantai 4 = 1352 m2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

    gambar di bawah ini :

    Gambar 1.2 Denah Ruang dan Space

    U

    STIKES TLOGOREJO SEMARANG

    R UMAH DUKA

    PARKIRAN STIKES

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 4

    4

    Tabel 1.1 Space atau Ruang yang Digunakan

    No Jenis Jumlah Luas

    ( m2 ) Fungsi

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    26

    Ruang AKBID

    Ruang Data

    Gudang Umum

    Lav. Dosen

    Ruang Makan dan Pantri

    Ruang Dosen

    Dir. AKPER

    Pudir. AKPER

    AKPER-AKBID

    IKM-AKBID

    Kantin Indoor

    Perpustakaan

    Arsip AKBID

    Dir. AKBID

    Pudir. AKBID

    Ruang Kuliah

    Ruang Diskusi

    Ruang Lab. Komputer

    Ruang Lab. Bahasa

    Ruang Arsip

    Ruang Lab. Komunity

    Ruang Penyimp. Alat

    Ruang Lab. Sanitasi

    Ruang Lab. Mikrobiologi

    Ruang Lab. Kesehatan

    Ruang Lab. Medical Bedah

    1

    1

    2

    16

    1

    2

    1

    1

    1

    2

    1

    1

    1

    1

    1

    12

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    21.6

    21.6

    25.92

    6.48

    25.92

    51.84

    21.6

    21.6

    95.04

    25.92

    22.68

    198.72

    23.04

    21.6

    21.6

    51.84

    77.76

    64.8

    64.8

    25.72

    51.84

    51.84

    51.84

    51.84

    51.84

    51.84

    Ruang Kebidanan

    Penyimpanan Data

    Penyimpanan Barang

    Pertemuan Dosen

    Kantin

    Tempat Dosen

    Ruang Dir. Keperawatan

    R. Pembantu Direktur

    Ruang Gabungan

    Ruang Hima Kebidanan

    Kantin

    Kumpulan Buku

    Ruang Data Kebidanan

    Ruang Dir. Kebidanan

    R. Pembantu Direktur

    Ruang Kuliah

    Ruang Berdikusi

    Ruang Praktek Komputer

    Ruang Praktek Bahasa

    Penyimpanan Data

    Ruang Praktek Komunity

    Penyimpanan Alat

    Ruang Praktek Sanitasi

    Ruang Prak. Mikrobiologi

    Ruang Praktek Kesehatan

    R. Praktek Medical Bedah

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 5

    5

    Lanjutan Tabel I.1 Space atau Ruang yang Digunakan

    No Jenis Jumlah Luas

    ( m2 ) Fungsi

    27

    28

    29

    30

    31

    32

    33

    34

    Ruang Lab. Anak

    Ruang Lab. Kebut. Manusia

    Ruang Lab. Ante Natal

    Ruang Lab. Intra Natal

    Ruang Lab. Post Natal

    Ruang Lab. Gawat Darurat

    Ruang Seminar

    Ruang Serbaguna

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    51.84

    51.84

    51.84

    51.84

    51.84

    51.84

    290.88

    970.56

    Ruang Praktek Anak

    R. Praktek Keb. Manusia

    R. Praktek Ante Natal

    R. Praktek Intra Natal

    R. Praktek Post Natal

    R. Khusus Gawat Darurat

    Tempat Seminar

    Ruang Bebas

    1.3. Maksud dan Tujuan Proyek Akhir

    Penyusunan laporan Proyek Akhir dengan judul Perencanaan

    Pembangunan Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo Semarang merupakan

    mata kuliah wajib yang tertuang dalam kurikulum Program Studi D3

    Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri

    Semarang.

    Dengan demikian setiap mahasiswa diharuskan menempuh mata

    kuliah tersebut sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menempuh

    studinya. Penyusunan Proyek Akhir ini sangat bermanfaat untuk

    mahasiswa sehingga meningkatkan ketrampilan yang dapat membentuk

    kemampuan mahasiswa dalam menerapkan teori-teori ilmu Teknik Sipil

    yang diperoleh di bangku perkuliahan menjadi lebih baik dan merupakan

    bekal dalam memasuki dunia kerja.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 6

    6

    Di mana materi yang disajikan dalam Proyek Akhir adalah

    perencanaan dan analisis (redesign) kembali proyek Pembangunan

    Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo Semarang.

    1.4. Studi Kelayakan Proyek

    Studi kelayakan proyek merupakan suatu studi untuk menilai

    proyek yang akan dikerjakan dimasa mendatang. Penilaian di sini tidak

    lain adalah memberikan rekomendasi apakah sebaiknya proyek yang

    bersangkutan layak dikerjakan atau sebaiknya ditunda dulu. Mengingat

    kondisi dimasa mendatang penuh ketidakpastian, maka studi yang

    dilakukan tentunya meliputi berbagai aspek dan membutuhkan

    pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk memutuskannya. Ini

    menunjukkan bahwa dalam melakukan studi kelayakan akan melibatkan

    tim gabungan dari berbagai ahli sesuai dengan bidangnya masing-masing

    seperti ekonomi, hukum, psikologi, akuntansi, perekayasa teknologi dan

    lain sebagainya.

    Secara umum aspek-aspek yang akan dikaji dalam studi kelayakan

    meliputi :

    a. Aspek Hukum, Sosial, Budaya

    Aspek hukum mengkaji tentang legalitas usulan proyek

    yang akan dibangun dan dioperasikan. Ini berarti bahwa

    proyek Pembangunan Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo

    Semarang harus memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku

    di wilayah tersebut.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 7

    7

    Jenis data yang diperlukan secara umum adalah data

    kualitatif yang mencakup : bentuk badan usaha, ijin usaha dan

    ijin lokasi pendirian proyek.

    Dari sisi sosial dengan adanya proyek pembangunan

    Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo Semarang wilayah

    setempat menjadi semakin ramai, lalu lintas menjadi lancar,

    adanya jalur komunikasi, penerangan listrik dan lain-lain.

    Data-data yang dapat diambil berupa besarnya UMR, upah

    rata-rata tenaga kerja langsung setempat.

    Dari sisi budaya apakah dengan adanya proyek

    pembangunan Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo Semarang

    terjadi pergeseran perilaku masyarakat dari adat kebiasaannya

    bahwa budaya masyarakat sangat lama dan sulit dirubah. Jenis

    data tentang aspek budaya dapat diambil seperti adat kebiasan

    masyarakat setempat.

    b. Aspek Ekonomi

    Dari sisi ekonomi apakah keberadaan proyek

    pembangunan Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo Semarang

    dapat merubah atau justru mengurangi income per capita

    penduduk setempat. Jenis data yang diambil berupa data

    seberapa besar tingkat pendapatan masyarakat, pendapatan

    nasional, dan lain-lain.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 8

    8

    c. Aspek Teknis

    Kajian aspek teknis dan teknologi menitikberatkan pada

    penilaian atas kelayakan proyek dari sisi teknis dan teknologi

    yang mencakup bagian dari perencanaan dan konstruksi

    (pelaksanaan). Bagian-bagian dari aspek teknis dan teknologi

    dapat diuraikan di bawah ini :

    a. Bagian Perencanaan

    Perencanaan adalah menemukan suatu

    kondisi dimasa mendatang dan kemudian membuat

    rencana-rencana untuk memberi kontrol-kontrol

    yang baik dari suatu proses kegiatan. Memasukkan

    unsur-unsur manusia, peralatan, material atau

    pengadaan barang, waktu, informasi, dan metode

    kerja hasil perencanaan ini.

    b. Bagian Konstruksi (pelaksanaan)

    Merupakan analisis pelaksanaan proyek

    secara fisik berdasarkan ketentuan dalam

    perencanaan dan digunakan untuk menentukan

    metode pelaksanaan di lapangan, mesin peralatan,

    pertimbangan biaya, keamanan dan kenyamanan

    tenaga kerja dalam pelaksanaan dan menjadi salah

    satu syarat kelayakan suatu proyek.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 9

    9

    d. Aspek Keamanan

    Dari sisi keamanan apakah keberadaan proyek

    pembangunan Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo Semarang

    dapat memberikan kenyamanan pada penduduk setempat.

    Jenis data yang diambil berupa data seberapa besar pengaruh

    dari adanya pembangunan proyek terhadap keamanan dan

    kenyamanan penduduk setempat. Dari segi strategis dapat

    meningkatkan pertumbuhan infrastruktur di wilayah yang

    dibangun proyek tersebut.

    Dengan adanya tinjauan-tinjauan berdasarkan hasil dari studi

    kelayakan yang dilakukan terhadap proyek Pembangunan Gedung

    STIKES Tlogorejo Semarang dinyatakan layak untuk dilaksanakan.

    1.5. Ruang Lingkup Penulisan

    Dalam penulisan Proyek Akhir ini, penulis membatasi

    permasalahan yang akan diuraikan dengan materi permasalahan mengenai

    perhitungan atau analisis konstruksi elemen struktur atas dan elemen

    struktur bawah.

    Materi permasalahan yang disusun oleh penulis sebagai berikut :

    - Perhitungan struktur atap.

    - Perhitungan struktur konsul.

    - Perhitungan struktur portal.

    - Perhitungan struktur plat.

    - Perhitungan struktur balok.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 10

    10

    - Perhitungan struktur tangga.

    - Perhitungan struktur kolom.

    - Perhitungan struktur sloof.

    - Perhitungan struktur pondasi.

    - Gambar rencana.

    - Rencana dan Syarat-Syarat Kerja (RKS).

    - Rencana Anggaran Biaya (RAB).

    1.6. Metodologi

    Sebagai bahan untuk penulisan Proyek Akhir dibutuhkan data-data

    lengkap, akurat yang bermanfaat dan bisa dipercaya. Selama menyusun

    Proyek Akhir dibutuhkan pengumpulan data dan dikerjakan tahap demi

    tahap sebagai bukti dan bahan penyusunan Proyek Akhir ini.

    Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan

    berbagai metode, sebagai berikut :

    1. Metode Observasi Lapangan

    Metode pengamatan yaitu pengambilan data dengan melihat

    langsung ke lapangan atau lokasi proyek sehingga informasi

    dan data yang didapat lebih akurat serta jelas.

    2. Metode Interview / Wawancara

    Metode ini digunakan apabila ada hal-hal yang belum

    dimengerti dan permasalahan yang belum jelas sehingga

    perlu mendapat penjelasan kepada yang berkompeten di

    bidangnya.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 11

    11

    3. Metode Dokomentasi

    Dokumentasi yaitu dengan mempelajari buku-buku yang

    berkaitan dengan laporan ini dan data-data yang ada pada

    proyek seperti gambar, dokumen tender, dokumen

    Aanzwizing, RKS dan data pendukung perencanaan lainnya.

    4. Metode Kepustakaan / Literatur

    Adalah metode pengumpulan data dengan cara mengambil

    rujukan dari laporan-laporan, dari buku-buku literature,

    naskah serta gambar-gambar pelaksanaan.

    5. Metode Bimbingan / Konsultasi

    Merupakan salah satu metode penyelesaian masalah Proyek

    Akhir dengan cara bimbingan dan konsultasi secara berkala

    melalui orang yang berkompeten di bidangnya.

    1.7. Sistematika Penulisan

    Dalam penyusunan Proyek Akhir ini, penulis menguraikan ke

    dalam 3 bagian yang meliputi :

    A. Bagian awal terdiri dari : halaman Judul, halaman

    pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar

    isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 12

    12

    B. Bagian isi terdiri dari :

    1. BAB I. PENDAHULUAN

    Pendahuluan ini berisikan judul, deskripsi (latar

    belakang, nama proyek, lokasi proyek, pemilik

    proyek, space atau ruang), maksud dan tujuan, studi

    kelayakan, ruang lingkup, metode pengumpulan data,

    dan sistematika.

    2. BAB II. DASAR-DASAR PERENCANAAN

    Bab ini menjelaskan tentang perencanaan, asumsi

    dasar perencanaan, peraturan perencanaan, kriteria

    perencanaan (bentuk dan sifat masing-masing

    struktur), klasifikasi bentuk dan perhitungan beban,

    spesifikasi bahan, dan langkah perhitungan struktur.

    3. BAB III. PERHITUNGAN ELEMEN

    STRUKTUR PENDUKUNG

    Pada bab ini berisi tentang elemen-elemen struktur

    pendukung, penjelasan tentang bahan yang dipakai,

    perhitungan struktur rangka atap, dan perhitungan

    struktur konsul.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 13

    13

    4. BAB IV. ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR

    UTAMA

    Pada bab ini berisi tentang elemen-elemen yang akan

    dihitung, perhitungan struktur portal, perhitungan

    struktur plat, perhitungan struktur balok, perhitungan

    stuktur tangga, perhitungan struktur kolom, dan

    perhitungan struktur sloof.

    5. BAB V. ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR

    PONDASI

    Pada bab ini berisi tentang elemen-elemen yang akan

    dihitung, penjelasan data-data pendukung perhitungan

    (data daya dukung tanah, data hasil uji sondir), uraian

    bentuk dan jenis pondasi, perhitungan struktur

    pondasi.

    6. BAB VI. RENCANA KERJA DAN SYARAT

    SYARAT (RKS)

    Pada bab ini berisi tentang syarat-syarat umum,

    syarat-syarat administrasi, syarat-syarat teknis, dan

    penjelasan-penjelasan yang lain.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 14

    14

    7. BAB VII. RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA

    Pada bab ini berisi tentang perhitungan jumlah semua

    biaya yang dibutuhkan untuk membangun proyek

    yang di mulai dari pekerjaan persiapan sampai proyek

    siap untuk dioperasionalkan. Yang berisi tentang

    sistem perhitungan harga, harga satuan pekerjaan,

    volume pekerjaan, rekapitulasi harga, anggaran biaya

    proyek, harga borongan, kurva-S, dan network

    planning.

    8. BAB VIII. PENUTUP

    Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-

    saran.

    C. Bagian akhir terdiri dari : Daftar pustaka dan Lampiran-lampiran.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 15

    15

    BAB II

    DASAR-DASAR PERENCANAAN

    2.1. Uraian Umum tentang Perencanaan

    Perencanaan sebuah bangunan tinggi untuk penggunaan tunggal

    seperti apartemen, perkantoran, sekolahan dan rumah sakit, ataupun

    penggunaan ganda berskala besar perlu memerlukan pendekatan

    diantaranya ilmu perencanaan dan konstruksi bangunan.

    Dimana suatu bangunan harus memerlukan perencanaan dari suatu

    sistem ketentuan-ketentuan menyeluruh diantaranya persyaratan

    keamanan, bahaya kebakaran, dan persyaratan kesehatan yang rumit.

    Struktur penunjang fisik sebagai bahan organik dapat tumbuh bersama

    perencanaan bangunan tersebut. Walaupun pendekatan perencanaan yang

    menyeluruh ini harus diterapkan pada semua bangunan, hal ini sangat

    penting apabila dikaitkan dengan skala bangunan tinggi yang memerlukan

    sistem penunjang struktur yang rumit dimana gaya-gaya fisik dan

    lingkungan memerlukan penentu perencanaan yang utama.

    Bangunan harus mampu mengahadapi gaya-gaya vertikal gravitasi

    dan gaya-gaya horisontal angin di atas tanah serta gaya-gaya gempa di

    bawah tanah.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 16

    16

    Unsur-unsur struktur adalah tulang punggung yang penting untuk

    bangunan, guna mengungkapkan hakikat bangunan dengan

    mengidentifikasikan dan mencerminkan tujuan pembangusnannya sebagai

    suatu wadah untuk interaksi berbagai sistem kegiatan yang berbeda.

    2.2. Asumsi-Asumsi Dasar Perencanaan

    Pada umumnya suatu bentuk bangunan menjadi prisma persegi

    yang menurut pandangan geometris agak rentan terhadap penyimpangan

    lateral (lateral drift). Bentuk bangunan lainnya tidak demikian responsif

    terhadap aksi lateral.

    Setiap dasar perencanaan memungkinkan bangunan bertindak

    secara dinamis ketika menahan aksi lateral dari luar. Pengendalian

    defleksi lateral bangunan dengan memanfaatkan tendon tegang di dalam

    struktur untuk memungkinkan suatu deformasi melawan. Prinsip ini dapat

    diterapkan pada bangunan yang struktur utamanya mendukung struktur

    sekunder.

    2.2.1. Pemilihan Sistem Struktur

    Dalam konsep rangka bangunan tinggi, dan masing-masing

    sistem struktur rupanya sesuai untuk ketinggian bangunan tertentu

    dengan sistem baja dan beton. Sistem-sistem struktur untuk ketinggian

    tertentu tidak harus mutlak diikuti.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 17

    17

    Bangunan dengan ketinggian rendah sampai sedang pada

    umumnya dirancang untuk beban gravitasi, lalu diperiksa

    kemampuannya untuk menahan beban lateral. Akan tetapi, bangunan

    tinggi lebih rentan terhadap aksi gaya lateral. Dikaitkan dengan beban

    gravitasi, berat struktur meningkat hampir berbanding linear dengan

    jumlah lantai.

    Struktur paling efisien adalah apabila tegangan angin

    disuperimpos dengan beban gravitasi, peningkatan tegangan kurang

    dari 33% di atas tegangan gravitasi, persyaratan bangunan

    mengharuskan peningkatan tegangan yang diijinkan sebesar 33%

    apabila gravitasi dan angin atau gempa bekerja bersama-sama.

    Dengan mengkaitkan sistem struktur yang bersamaan aspek-aspek

    penunjang suatu struktur, antara lain :

    a. Aspek Arsitektural.

    b. Aspek Fungsional.

    c. Aspek Kekuatan Tanah dan Stabilitas Struktur.

    d. Aspek Ekonomi dan Kemudahan Pelaksanaan.

    e. Aspek Fasilitas dan Infrastruktur.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 18

    18

    2.2.2. Tinjauan Perencanaan Struktur Tahan Gempa

    Semua struktur rumah, gedung dan semua unsur penahan

    gempa harus direncanakan dan diberi pendetailan sedemikian rupa,

    sehingga berperilaku secara daktail. Suatu struktur gedung dapat

    dianggap daktail apabila memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan

    dan direncanakan menurut prinsip-prinsip perencanaan kapasitas,

    sejalan dengan pedoman perencanaan struktur-struktur beton

    bertulang.

    Apabila suatu sistem struktur gedung telah dipilih, maka

    tempat-tempat sendi plastis yang disyaratkan untuk pemencaran energi

    harus dipilih dan diberi pendetailan sedemikian rupa, sehingga unsur

    struktur tersebut berperilaku daktail. Unsur-unsur penahan gempa dari

    suatu struktur gedung sejauh keadaan memungkinkan hendaknya di

    letakkan sesimetris mungkin terhadap pusat massa dari gedung

    tersebut.

    Kekakuan struktur-struktur beton bertulang dari suatu gedung

    harus dihitung berdasarkan sifat-sifat penampang yang ditentukan

    menurut pedoman beton. Reduksi dari momen inersia yang

    disebabkan oleh perletakan harus ditinjau.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 19

    19

    Untuk struktur gedung sampai tinggi 40 m yang memenuhi

    syarat pengaruh gempa rencana dapat ditentukan dengan cara analisis

    beban statik ekuivalen. Pengaruh komponen horizontal dan gerakan

    gempa yang menurut peraturan dianggap ekuivalen dengan beban-

    beban statik horizontal harus bekerja bersamaan pada setiap lantai dan

    atap dari gedung.

    2.3. Peraturan / Cara / Dasar-Dasar untuk Perencanaan

    Dasar-dasar perencanaan pembangunan Gedung STIKES ini

    merupakan bahan kajian secara ilmiah yang digunakan sebagai pedoman

    yang akurat dan dapat dipercaya, yang dihimpun dalam satu susunan agar

    dapat membantu mempermudah, memperlancar, mempelajari, dan

    memahami beberapa aturan yang merupakan kendali mutu pekerjaan

    dalam perencanaan pembangunan Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo

    Semarang.

    Peraturan / cara / dasar-dasar perencanaan yang digunakan dalam

    penulisan Tugas Akhir ini, antara lain :

    1. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan

    Indonesia (PUBBI 2002).

    2. Pedoman Plumbing Indonesia (PPI 1979).

    3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia (PPBBI

    1984).

    4. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1998).

    5. Peraturan Muatan Indonesia (PMI 1970).

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 20

    20

    6. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan

    Gedung (SKBI-1.353. 1987).

    7. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan

    Gedung (SK SNI T-15-1991-03).

    8. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan

    Gedung (SNI 03-1729-2002).

    2.4. Kriteria Perencanaan

    Pemilihan struktur untuk bangunan tinggi tidak hanya berdasarkan

    atas pemahaman struktur dalam konteksnya semata. Pemilihannya lebih

    ke arah faktor fungsi dikaitkan dengan kebutuhan budaya, sosial, ekonomi

    dan teknologi. Kita harus ingat struktur hanyalah satu diantara berbagai

    pertimbangan. Beberapa faktor yang terutama berkaitan dengan

    perencananaan dari suatu bangunan.

    2.4.1. Uraian Sifat MasingMasing Elemen Struktur

    2.4.1.1. Kriteria Perencanaan Struktur Atap

    Suatu struktur rangka ruang (space frame) terdiri dari

    suatu susunan dua dimensi dari batang-batang vertikal,

    horizontal dan diagonal. Batang-batang ini bisa kaku atau

    dihubungkan dengan sendi, atau dapat pula berupa hubungan

    tumpuan lainnya. Dalam suatu sistem struktur rangka atap

    beban yang terjadi didistribusi keberbagai arah yang akan

    dilawan secara aksial.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 21

    21

    Dalam perencanaan struktur rangka atap sangat

    berpengaruh terhadap angin, beban mati, dan beban hidup.

    Perencanaan struktur rangka atap menggunakan bentuk baja

    profil yang mempunyai daktilitas sebanyak strain sampai

    batang patah. Kekuatan maupun tegangan yang dapat

    dikerahkan oleh baja, tergantung daripada mutu baja.

    Dan besarnya tegangan leleh pada profil baja harus

    memenuhi persyaratan pada PPBBI. Tegangan normal yang di

    ijinkan untuk pembebanan tetap, besarnya sama dengan

    tegangan dasar sedangkan untuk pembebanan sementara

    (akibat berat sendiri, beban berguna, beban / gaya gempa dan

    angin), besarnya tegangan dasar baja dapat di naikkan sebesar

    30%.

    2.4.1.2. Kriteria Perencanaan Struktur Utama

    Pemilihan bahan struktur yang akan digunakan untuk

    bangunan tertentu dipengaruhi oleh tinggi dan bentang struktur,

    ketersediaan bahan di pasaran, kondisi pondasi, peraturan

    bangunan setempat dan pertimbangan-pertimbangan

    arsitektural. Sistem bangunan rangka terdiri dari unsur-unsur

    horizontal (balok), vertikal (kolom) dan plat lantai. Rangka

    bangunan tinggi dapat dipandang secara geometris sebagai

    penjumlahan dari rangka-rangka portal.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 22

    22

    Balok dan kolom disambung secara kaku satu sama lain

    sehingga membentuk rangka yang mampu melawan momen.

    Bentuk rakitan tersebut yang ada di lapangan dan disambung

    dengan tumpuan (sendi). Balok bisa disambung secara sendi

    ke kolom yang menerus sehingga berlaku sebagai strut

    terhadap distribusi gaya-gaya lateral pada kolom-kolom tetap.

    Rangka bersendi harus diperkuat terhadap beban

    asimetris vertikal dan lateral. Struktur rangka kaku

    disuperimpos satu sama lain sehingga hanya meneruskan

    gaya-gaya horisontal dan vertikal disatu lantai ke lantai

    berikutnya. Dalam struktur rangka ruang kaku beton bertulang

    menjadi suatu bahan konstruksi yang paling penting. Beton

    bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir

    semua struktur, besar maupun kecil suatu bangunan. Beton

    bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja di

    mana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang

    tidak dimiliki oleh beton.

    2.4.1.3. Kriteria Perencanaan Struktur Pondasi

    Pada dasarnya perencanaan pondasi merupakan sistem

    struktur pondasi untuk suatu bangunan yang berbasis pada ilmu

    mekanika tanah dan struktur bangunan. Untuk pendesainan

    sistem pondasi yang aman dan ekonomis pada suatu bangunan,

    terkadang diperlukan keberanian dan sedikit keberuntungan.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 23

    23

    Karena sebenarnya tidak ada ketetapan harus memilih

    pondasi tertentu untuk jenis tanah dan beban tertentu.

    Terkadang dalam pendesainan struktur pondasi pengalaman

    dan ketajaman engineering jugdement merupakan kunci

    pemilihan pondasi yang sesuai dan memiliki desain yang

    berbeda untuk suatu proyek tertentu tergantung dari kapasitas

    daya dukung tanah.

    Secara umum pondasi dikategorikan menjadi dua yaitu :

    1. Pondasi Dangkal

    Pondasi dangkal digunakan bila lapisan tanah adalah

    dasar pondasi yang mampu mendukung beban yang

    dilimpahkan terletak tidak dalam. Dapat mentransfer

    reaksi tumpuan dari hasil analisis struktur pada

    kedalaman dekat dengan permukaan tanah.

    Dalam pemilihan pondasi dangkal perlu dilakukan

    penyelidikan tanah, survey lapangan, dan

    interpretasinya. Pertimbangan dalam pemilihan pondasi

    dangkal dengan persyaratan kedalaman 3 sampai 10 m

    di bawah permukaan tanah dengan perbaikan tanah atau

    pengakuan struktur. Dan sistem pondasi dangkal aman

    terhadap geser, guling, kapasitas dukung tanah

    (setlement) dan longsor masa pada daerah berbukit

    (banyak parameter yang tidak diketahui).

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 24

    24

    2. Pondasi Dalam (Tiang Pancang)

    Pondasi dalam digunakan bila lapisan tanah di dasar

    pondasi yang mampu mendukung beban yang di

    limpahkan, terletak cukup dalam atau dengan

    pertimbangan adanya penggerusan, galian dekat

    pondasi dikemudian hari.

    Pondasi tiang diperlukan untuk mendukung struktur

    atas untuk kondisi lapisan-lapisan tanah atas sangat

    kompresibel dan terlalu lemah mendukung struktur atas.

    Dalam hal ini pondasi tiang diperlukan untuk

    meneruskan beban ke dalam lapisan tanah keras

    (bedrock).

    Mekanisme transfer beban dari pondasi tiang ke dalam

    tanah adalah sangat kompleks. Beban pondasi akan

    ditransfer melalui tekanan gesek tiang (Qfriksi) dan

    tahanan ujung tiang (Qujung). Mekanisme transfer beban

    juga tergantung pada jenis tanah, jenis tiang, panjang

    tiang dan seberapa tinggi tingkat pembebanannya.

    Pada umumnya, saat awal pembebanan, sebagian besar

    beban didukung oleh tahanan gesek tiang (Qfriksi),

    apabila tahanan gesek tiang (Qfriksi) telah mencapai

    maksimum, sebagian beban akan didukung oleh tahanan

    ujung tiang (Qujung).

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 25

    25

    2.4.2. Perhitungan dan Analisis

    Untuk merencanakan struktur digunakan mekanika, yaitu :

    a. Dalam perhitungan struktur menggunakan Program

    SAP 2000 untuk struktur utama, untuk struktur tahan

    gempa, untuk struktur tangga dan untuk struktur

    pendukung (atap). Dan nilai out put dari perhitungan

    SAP 2000 dapat diambil sebagai gaya yang bekerja

    pada masing-masing struktur.

    b. Dalam perhitungan selanjutnya untuk pendemensian

    dari setiap struktur dilakukan secara manual dengan

    dasar-dasar perhitungan akibat gaya yang ditimbulkan

    melalui perhitungan mekanika Program SAP 2000.

    2.5. Klasifikasi, Bentuk, dan Sistem Pembebanan serta Cara Perhitungan

    Beban yang bekerja pada suatu struktur ditimbulkan secara

    langsung oleh gaya-gaya alamiah atau manusia sehingga terdapat dua

    sumber dasar bangunan yaitu geofisik dan buatan manusia.

    Gaya-gaya geofisik dihasilkan oleh perubahan-perubahan yang

    senantiasa berlangsung di alam sehingga dapat dibagi lagi menjadi gaya-

    gaya gravitasi, meteorologi, dan seismologi. Karena gravitasi maka berat

    bangunan itu sendiri akan menghasilkan gaya struktur yang dinamakan

    beban mati, dan bangunan ini akan tetap sepanjang usia bangunan.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 26

    26

    Sehingga perencanaan suatu bangunan harus mampu untuk

    menjamin keamanan agar persoalan-persoalan dimasa mendatang terutama

    pada tumpuan akhir atau pondasi bangunan harus kuat dan aman untuk

    meneruskan beban ke tanah.

    2.5.1. Beban Mati (Dead Load)

    Beban mati adalah beban statis yang disebabkan oleh berat

    setiap unsur di dalam struktur suatu bangunan. Gaya-gaya yang

    menghasilkan beban mati terdiri dari berat unsur pendukung beban dari

    bangunan, lantai, penyelesaian langit-langit, dinding partisi tetap,

    penyelesaian fasade, tangki simpan, sistem distribusi mekanis, dan

    seterusnya.

    Tampaknya untuk menentukan berat bahan-bahan, yaitu beban

    mati struktur, adalah masalah yang mudah. Akan tetapi, penaksiran

    beban mati dapat meleset sekitar 15% - 20% atau lebih karena adanya

    berbagai masalah dalam membuat satu analisis yang tepat mengenai

    beban.

    2.5.2. Beban Hidup (Live Load)

    Beban hidup berbeda dengan beban mati karena sifat bebannya

    ini berubah-ubah dan sulit diperkirakan. Perubahan beban hidup

    terjadi tidak hanya sepanjang waktu, tetapi juga sebagai fungsi tempat.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 27

    27

    Perubahan ini bisa berjangka pendek ataupun panjang sehingga

    menjadi hampir mustahil untuk memperkirakan beban-beban hidup

    secara statis. Beban yang disebabkan oleh isi benda-benda di dalam

    atau di atas suatu bangunan dinamai beban penghunian (occupancy

    load). Beban ini mencakup beban peluang untuk berat manusia,

    perabot, partisi, lemari besi, dan semua beban semipermanen atau

    beban sementara lainnya yang mempengaruhi terhadap sistem

    bangunan, tetapi bukan bagian dari struktur dan tidak dianggap sebagai

    beban mati.

    2.5.3. Beban Angin (Wind Load)

    Bangunan gedung rentan terhadap akibat-akibat aksi lateral

    yang rumit disebabkan oleh angin. Untuk memahami angin dan

    memperkirakan perilakunya secara ilmiah yang tepat mungkin

    mustahil.

    Aksi angin pada bangunan bersifat dinamis dan dipengaruhi

    oleh faktor-faktor lingkungan seperti kekasaran dan bentuk

    permukaan, bentuk kerampingan dan tekstur fasade struktur itu sendiri

    serta perletakkan bangunan yang berdekatan. Unsur-unsur ini dapat

    mempengaruhi kecepatan, arah, dan perilaku angin ketika bekerja pada

    bangunan.

    Berdasarkan Peraturan Muatan Indonesia tahun 1970 pasal 4.2

    ayat 2 menerangkan bahwa tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai

    sejauh 5 km dari pantai harus diambil minimum 40 kg/m2.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 28

    28

    Koefisien angin dengan sudut < 65o adalah :

    Koefisien angin tekan : ( + 0,02 - 0,4 )

    Koefisien angin hisap : ( - 0,4 )

    2.5.4. Beban Gempa (Earthquake Load)

    Kerak bumi tidak statis, selalu bergerak konstan. Menurut teori

    geologi tentang tektonik lempengan, permukaan bumi terdiri dari

    beberapa lempengan batuan tebal yang mengapung di atas mantel bumi

    yang cair.

    Tekanan terbentuk disepanjang tepi lempengan sehingga

    peleset yang mendadak karena pantulan elastik atau terjadi patahan

    batuan sehingga menghasilkan pelepasan energi regangan mendadak.

    Akibatnya sebagian energi yang dalam bentuk gelombang dijalarkan

    kesemua arah. Gerak gelombang inilah yang dikenal sebagai gempa.

    Semua bagian bangunan harus dirancang dan dibangun

    sehingga berlaku sebagai suatu kesatuan untuk menahan gaya-gaya

    horisontal. Struktur yang dirancang untuk memiliki kelenturan, atau

    kemampuan untuk menjalani perubahan elastis, akan mempunyai

    resistensi gempa yang meningkat. Karena gerak gempa menyebabkan

    pembalikan tegangan yang cepat pada unsur-unsur struktur, maka

    stuktur juga harus dapat menahan akibat kelelahan.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 29

    29

    Suatu sruktur yang memiliki fleksibilitas yang menyolok

    mempunyai waktu getar yang lebih lama dibandingkan dengan

    bangunan yang lebih kaku, maka akan mengalami gaya yang lebih

    sedikit. Akan tetapi, bangunan yang terlalu fleksibel dapat melentur

    cukup menyolok akibat angin dan gempa berkekuatan sedang sehingga

    menyebabkan kerusakan non struktur dan ketidaknyamanan psikologis

    pada para penghuni. Struktur dianggap berlaku elastis ketika dibebani

    lateral.

    Pada saat terjadi gempa yang kuat, bangunan akan berubah

    bentuk sebagian secara elastis dan menyalurkan sebagian dari aksi

    gaya gempa. Akibatnya bangunan sering terlihat mampu memikul

    gaya yang lebih besar dari pada nilai kemampuan yang diberikan

    berdasarkan analisis elastik. Persyaratan ini menggunakan gaya-gaya

    statis horizontal yang setara untuk merancang bangunan terhadap

    gerak gempa maksimum.

    Rumus :

    V = Z K C W

    C = 3/1)(05,0

    T

    T = 2/1)(05,0

    Dhn

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 30

    30

    Dimana :

    Z = Faktor daerah kemungkinan gempa.

    K = Faktor gaya horizontal.

    C = Koefisien gempa.

    W = Beban mati total (ditambah 25% beban hidup

    lantai untuk pergudangan).

    T = Periode dasar vibrasi dari struktur (dalam

    detik) pada arah yang diamati.

    hn = Tinggi bangunan (kaki) di atas dasar.

    D = Ukuran bangunan (kaki) pada arah sejajar

    dengan gaya yang bekerja.

    2.5.5. Kombinasi Pembebanan (Combo)

    Bangunan tinggi akan menghadapi berbagai beban sepanjang

    usia bangunan tersebut, dan banyak diantaranya yang bekerja

    bersamaan. Efek beban harus digabung apabila bekerja pada garis

    kerja yang sama dan harus dijumlahkan. Keadaan ini membuat kita

    harus merancang struktur yang mempertimbangkan semua

    kemungkinan kombinasi pembebanan. Kemungkinan terjadinya beban

    kombinasi harus dievaluasi secara statistik dan diramalkan akibatnya.

    Apabila penentuan aksi beban dilakukan lebih tepat, maka faktor

    keamanan yang dibuat untuk mencegah hal-hal yang tidak diketahui

    dapat dikurangi.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 31

    31

    Kombinasi beban yang efektif disyaratkan dalam peraturan.

    Disadari bahwa beban meteorologi maksimum kemungkinan tidak

    akan terjadi dalam waktu yang bersamaan dengan nilai penuh dari

    beban hidup lainnya. Oleh karena itu, peraturan membolehkan

    peningkatan tegangan ijin sebesar 33% apabila beban hidup secara

    penuh digunakan bersama-sama dengan beban angin atau gempa.

    Sementara untuk beberapa kombinasi yang harus ditinjau

    adalah sebagai berikut :

    Kombinasi pembebanan mati (DL) dan hidup (LL) :

    U = 1,2 DL + 1,6 LL

    Kombinasi pembebanan mati (DL), hidup (LL), dan

    angin (W) :

    U = 0,75 (1,2 DL + 1,6 LL + 1,0 W)

    Kombinasi pembebanan mati (DL), hidup (LL), dan

    gempa (E) :

    U = 1,05 (DL + LR + E)

    LR : Beban hidup yang direduksi.

    Kombinasi Pembebanan yang disediakan SAP 2000 :

    DL : Beban Mati.

    LL : Beban Hidup.

    W : Beban Angin.

    E : Beban Gempa.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 32

    32

    2.6. Spesifikasi Bahan untuk Elemen Struktur

    Dalam penyediaan bahan ini tidak seluruhnya didatangkan terlebih

    dahulu, namun harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan juga

    harus disesuaikan dengan waktu penggunaan agar kualitas atau mutu

    bahan dapat memenuhi target yang diinginkan. Adapun bahan yang

    bermutu baik dan semua pekerjaan harus mengikuti Normalisasi di

    Indonesia, standart industri konstruksi dan peraturan Nasional. Selain

    bahan-bahan tersebut harus memenuhi persyaratan dan peraturan di atas,

    bahan-bahan tersebut sebaiknya juga mudah diperoleh sehingga akan

    menghemat waktu dan biaya serta menjaga kelancaran kegiatan.

    Pada pembangunan Proyek Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo

    Semarang ini, bahan yang yang digunakan sangat bervariasi menurut

    fungsi dan kegunaannya dalam proyek pembangunan sebagai berikut :

    1. Struktur Utama

    Untuk bahan yang digunakan adalah beton dengan kekuatan

    fc = 22,5 MPa. Dan untuk besi beton yang digunakan adalah

    besi beton ulir mutu fy = 320 MPa ex Krakatau Steel / setara,

    untuk diameter > 16 mm, dan besi beton mutu fy = 240 MPa

    untuk daiameter < 13 mm.

    Baja yang dipakai harus sesuai dengan standard Internasional

    yang telah disetujui. Dengan mutu baja Bj 37 (Fe. 360)

    dengan tegangan leleh (Yield Stress) = 2400 kg/cm2 dan

    dengan tegangan putus baja minimum = 3700 kg/cm2.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 33

    33

    2. Non Struktur

    a. Semen Portland

    Semen yang digunakan untuk proyek ini adalah Portland

    Cement (PC) jenis 2 menururt NI 8 atau tipe 1 menurut

    ASTM, memenuhi S.400 menurut Standard Semen Portland

    yang digariskan oleh Asosiasi Cemen Indonesia.

    b. Agregat

    Agregat yang digunakan adalah agregat yang sesuai dengan

    syarat-syarat SK SNI T-15-1999-03, terdiri :

    Pasir (Aggregat Halus)

    Pasir yang digunakan adalah pasir beton, kadar lumpur

    tidak boleh melebihi 4% pasir beton.

    Kerikil / Kricak

    Kerikil yang digunakan harus mempunyai susunan

    gradasi yang baik, cukup kekerasannya dan padat (tidak

    porous). Dimensi maksimum 2,5 cm, dan tidak lebih

    seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian

    konstruksi yang bersangkutan.

    c. Batu Bata

    Batu bata yang digunakan harus mempunyai kualitas dan

    ukuran yang sama, yaitu panjang 23 cm, lebar 11 cm, dan

    tebal 5 cm.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 34

    34

    d. Bekisting

    Bekisting yang digunakan adalah papan kayu kalimantan

    dengan rangka kayu yang kuat tidak mudah berubah bentuk

    dan jika perlu menggunakan baja.

    2.7. Data-Data Beban yang Bekerja

    Perencanaan pembebanan struktur dilakukan sesuai dengan

    Peraturan Muatan Indonesia (PMI) 1970 dan Peraturan Pembebanan

    Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983, dengan data-data sebagai berikut:

    Berat beton bertulang : 2400 kg/m2.

    Berat Plafond Gypsum : 11 kg/m2.

    Berat penggantung : 7 kg/m2.

    Berat Plafond + penggantung : 18 kg/m2.

    Adukan semen per cm : 21 kg/m2.

    Dinding batu bata () batu : 250 kg/m2.

    Penutup lantai per cm : 24 kg/m2.

    Penutup atap multiroof : 11 kg/m2.

    Muatan hidup untuk tangga : 300 kg/m2.

    Muatan hidup untuk ruang kerja : 250 kg/m2.

    Muatan hidup untuk balkon : 300 kg/m2.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 35

    35

    2.8. Langkah-langkah dan Cara-Cara Perhitungan

    2.8.1. Perencanaan Struktur Atas (Upper Structure)

    Struktur Atap

    Suatu atap atau rangka atap merupakan suatu kesatuan

    yang terdiri dari kuda-kuda, penutup atap, gording, kasau,

    reng, bubungan, talang, lisplank, dan bahan pendukung

    lainnya.

    Sebagai bahan untuk kuda-kuda digunakan bahan dari

    baja siku-siku dan bentuk umum dari kuda-kuda adalah

    bentuk segitiga. Kaki segitiga disebut kaki kuda-kuda dan

    dasarnya disebut balok kuda-kuda. Kaki kuda-kuda

    menahan gaya tekan dan balok kuda-kuda menahan gaya

    tarik. Dalam perencanaan struktur atap terutama untuk

    struktur rangka kuda-kuda digunakan berdasarkan Tata Cara

    Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SNI 03-

    1729-2002) dan PPBBI-1983.

    Seluruh prosedur perhitungan mekanika / analisa

    struktur untuk struktur rangka atap (kuda-kuda) truss

    dilakukan dengan bantuan program komputer Structure

    Analysis Programme (SAP 2000) dalam bentuk 2 dimensi

    (2D).

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 36

    36

    Dengan bantuan program komputer ini didapatkan

    gaya-gaya yang bekerja akibat pembebanan dan

    pendimensian rangka kuda-kuda baja truss. Sedangkan untuk

    pengecekan dalam penentuan dimensi rangka kuda-kuda baja

    dan perencanaan alat sambung baut dilakukan secara manual.

    Struktur Plat Lantai

    Struktur plat lantai membentuk bidang kaku

    horizontal. Bidang ini memperkokoh dan tergabung dalam

    struktur bangun vertikal sehingga memungkinkan bangunan

    untuk bertindak terhadap gaya-gaya sebagai unit tertutup.

    Rangka plat lantai meneruskan gaya-gaya gravitasi

    dan lateral ke kolom dan dinding. Tata letak plat lantai

    bergantung pada bentuk dan sistem struktur bangunan.

    Beban gravitasi diteruskan oleh plat lantai secara langsung

    atau melalui rangka lantai ke kolom dan ke dinding. Plat

    lantai dapat membagi gaya-gaya gravitasi secara dua arah

    (plat dua arah, plat rata, plat wafel) dan satu arah (plat padat,

    pan joints).

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 37

    37

    Untuk mendesain plat lantai dilakukan secara manual

    dengan penentuan gaya yang dihasilkan telah didapatkan dari

    program komputer (SAP 2000) berupa gaya setelah

    memasukkan beban yang ditentukan. Langkah-langkah

    perencanaan plat lantai sebagai berikut :

    Perhitungan tebal plat lantai.

    Menghitung momen rancang.

    Menghitung tinggi efektif (d).

    Menghitung rasio tulangan.

    Penulangan pada daerah momen lapangan arah Y.

    Penulangan pada daerah momen tepi arah Y.

    Penulangan pada daerah momen lapangan arah X.

    Penulangan pada daerah momen tepi arah X.

    Struktur Balok

    Pada umumnya struktur balok beton dan plat lantai

    beton merupakan suatu kesatuan yang monolit. Balok adalah

    suatu komponen struktur lentur yang dibuat secara pracetak

    dan masing-masing komponen dibuat secara terpisah, tetapi

    saling dihubungkan sedemikian hingga semua bagian

    bereaksi terhadap beban kerja, momen lentur, lendutan izin,

    gaya geser dan gaya torsi sebagai suatu kesatuan.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 38

    38

    Perhitungan desain dimensi dan tulangan balok

    dihitung menggunakan bantuan program komputer (SAP

    2000), sedangkan untuk pengecekan dari dimensi tulangan

    balok secara konvesional (manual).

    Struktur Kolom

    Kolom merupakan struktur dengan rasio tinggi

    terhadap dimensi lateral terkecil sama dengan 3 atau lebih

    digunakan terutama untuk mendukung beban aksial tekan.

    Dalam proses perencanaan kolom dan tingkat

    stabilitasnya, ketentuan mengenai panjang bebas, panjang

    efektif, kelangsingan dan faktor pembesaran momen, harus

    memenuhi persyaratan (SK SNI T-15-1991-03).

    Perencanaan dari komponen struktur kolom harus

    didasarkan pada gaya dan momen yang didapat dari analisis

    struktur yang ditinjau. Analisis tersebut harus

    memperhitungkan pengaruh dari beban aksial dan variasi dari

    momen inersia pada kekakuan komponen struktur dan pada

    gaya, dan pengaruh dari lamanya pembebanan.

    Perhitungan desain tulangan kolom dan dimensi

    kolom dihitung dengan menggunakan bantuan program

    komputer (SAP 2000), sedangkan untuk mengetahui

    kemampuan tulangan dan dimensi kolom lebih teliti dengan

    melakukan perhitungan secara konvesional (manual).

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 39

    39

    Struktur Tangga

    Untuk naik ke lantai ruangan yang lebih tinggi di

    dalam gedung bertingkat digunakan tangga. Tangga dapat

    dibuat dari kayu, pasangan batu, besi, baja, dan beton. Dalam

    proyek Pembangunan Gedung STIKES Yayasan Tlogorejo

    Semarang bahan yang digunakan untuk tangga dari beton

    bertulang. Penempatan tangga harus direncanakan

    sedemikian rupa, sehingga mudah dicapai dari ruangan

    bawah dan cepat mencapai ruangan di atasnya. Konstruksi

    tangga harus kuat dan kokoh, tak dapat bergerak atau goyang,

    sehingga sambungan-sambungannya tidak mudah retak atau

    patah.

    Perhitungan desain tulangan plat lantai tangga dan

    plat boerdes tangga dihitung secara konvesional (manual),

    sedangkan untuk perhitungan dari tulangan balok bordes

    tangga menggunakan bantuan program computer (SAP

    2000).

    2.8.2. Perencanaan Struktur Bawah (Sub-Structure)

    Struktur pondasi didefinisikan sebagai bagian dari bangunan

    bawah yang meneruskan beban di atasnya ke tanah pendukung.

    Pondasi mempunyai persyaratan tanah pendukung agar struktur dapat

    bekerja dengan baik.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 40

    40

    Parameter Tanah

    Istilah tanah dalam bidang mekanika tanah

    dimaksudkan untuk mencakup semua bahan dari tanah

    lempung (clay) sampai berangkai (batu-batu yang besar), jadi

    semua endapan alam kecuali batuan tetap. Sistem klasifikasi

    yang dipakai dimaksudkan untuk memberikan keterangan

    mengenai sifat-sifat teknis dari bahan-bahan itu dengan cara

    yang sama.

    Semua macam tanah ini secara umum terdiri dari tiga

    bahan, yaitu butiran tanahnya sendiri, serta air dan udara

    yang terdapat dalam ruangan antara butir-butir tersebut.

    Ruangan ini disebut pori (voids). Metode-metode klasifikasi

    ini tidak boleh dicampur baur, walaupun diperbolehkan untuk

    melampirkan keterangan geologis pada akhir dari keterangan

    mekanika tanah. Metode-metode yang paling penting untuk

    melakukan penyelidikan tanah adalah sebagai berikut :

    Drilling (Pemboran).

    Trial Pits (Sumur percobaan).

    Sampling (Pengambilan contoh tanah).

    Penetration Test (Percobaan penetrasi).

    Vane Test.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 41

    41

    Kapasitas Dukung Tanah

    Dalam perencanaan struktur pondasi gedung atau

    bangunan lainnya, harus memperhatikan kapasitas dukung

    tanah. Kapasitas dukung tanah / ultimit (qult) didefinisikan

    sebagai tekanan terkecil yang dapat menyebabkan keruntuhan

    geser pada tanah pendukung tepat di bawah dan di sekeliling

    pondasi untuk menahan beban. Bilamana beban di atas

    sebuah pondasi ditambah sedikit demi sedikit maka pondasi

    tersebut akan turun. Besarnya penurunan yang akan terjadi

    pada setiap penambahan beban dapat ditentukan dengan

    grafik penurunan terhadap beban. Dalam hal ini bahwa

    regangan yang dapat ditahan pondasi merupakan daya

    dukung keseimbangan (ultimate bering capacity).

    Perlu diperhatikan bahwa hasil-hasil perhitungan

    kapasitas dukung tanah sangat peka terhadap nilai-nilai

    asumsi parameter kekuatan geser terutama untuk nilai yang

    tinggi. Akibatnya perlu dipertimbangkan keakuratan

    parameter-parameter kekuatan geser yang digunakan.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 42

    42

    Pondasi Tiang Pancang

    Pondasi tiang dipergunakan bilamana lapisan-lapisan

    bagian atas dari pada tanah begitu lembek, sehingga tidak

    cukup kuat untuk memikul bangunan dengan memakai

    pondasi langsung atau pondasi plat. Dalam hal ini pondasi

    tiang diperlukan untuk meneruskan beban ke dalam lapisan

    tanah keras (bedrock). Jika pondasi tiang tidak mencapai

    tanah keras, maka beban struktur atas akan ditahan oleh friksi

    antara tiang dan tanah.

    Untuk keperluan perencanaan, tiang dapat dibagi

    menjadi dua golongan :

    1. Point Bearing Piles.

    Tiang semacam ini dimasukkan sampai lapisan

    tanah yang keras sehigga beban bangunan dipikul

    pada lapisan ini. Lapisan keras ini boleh terdiri

    dari bahan apapun, meliputi lempung keras

    sampai batuan tetap. Bilamana lapisan ini

    merupakan batu keras maka penentuan daya

    dukung tiang tidak menjadi soal. Daya dukung

    dalam hal ini tergantung pada kekuatan tiang

    sendiri dan dapat dihitung dari tegangan yang

    diperbolehkan pada bahan tiang.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 43

    43

    Bilamana lapisan keras ini terdiri dari pasir maka

    daya dukung tiang tergantung pada sifat-sifat

    lapisan pasir tersebut (terutama kepadatannya) dan

    kita harus dapat menaksir gaya melawan lapisan

    tersebut terhadap ujung tiang. Cara yang paling

    baik dan sederhana untuk maksud ini ialah dengan

    alat sondir.

    2. Friction Piles.

    Kadang-kadang ditemukan keadaan tanah dimana

    lapisan keras sangat dalam sehingga pembuatan

    dan pemancangan tiang sampai lapisan tersebut

    sukar dilaksanakan. Dalam hal ini mungkin dapat

    dipergunakan (friction piles), yaitu tiang yang

    tertahan oleh pelekatan antara tiang dengan tanah.

    Tiang semacam ini disebut juga tiang terapung

    (floating piles).

    Bilamana tiang ini dimasukkan dalam lapisan

    lempung maka perlawanan ujung akan jauh lebih

    kecil dari pada perlawanan akibat pelekatan antara

    tiang dan tanah. Karena itu, untuk menghitung

    daya dukung tiang ini dalam lempung kita harus

    dapat menentukan besarnya gaya peletakan antara

    tiang dengan tanah.

  • Proyek Akhir Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 44

    44

    Secara teoritis daya dukung tiang (Q) ini dapat

    dihitung dengan rumus berdasarkan data sondir

    sebagai berikut :

    Dalam Wesley (1977) untuk tiang yang

    dipancang sampai lapisan pasir :

    Qijin = 5

    ).(3

    ).( OTAq fujungc +

    Qujung Qfriksi

    Dalam Wesley (1977) untuk tiang yang

    dipancang pada tanah lempung :

    Qijin = 10

    ).(5

    ).( OTAq fujungc +

    Dalam Wesley (1977) untuk tiang yang

    dipancang pada tanah lempung jika ujung

    tiang telah mencapai tanah keras :

    Qijin = 10

    ).(3

    ).( OTAq fujungc +

    Dimana :

    Qijin = Kapasitas ijin pondasi tiang tunggal

    (kg).

    qc = Perlawanan ujung sondir (kg/cm2).

    Tf = Total friction sondir (kg/cm1).

    Aujung = Luas permukaan ujung tiang (cm2).

    O = Keliling tiang (cm).

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 45

    45

    BAB III

    PERHITUNGAN ELEMEN STRUKTUR PENDUKUNG

    3.1. Uraian Umum Konstruksi Atap

    Konstruksi atap atau kuda-kuda yang direncanakan menggunakan

    baja siku sama sisi double angle merupakan suatu konstruksi pikul yang

    dibangun dari segitiga-segitiga sebagai pelindung manusia terhadap cuaca.

    Suatu rangka dapat statis tertentu atau statis tak tertentu di

    dalamnya. Hal ini tergantung dari pada banyaknya batang dan juga

    banyaknya titik pertemuan. Bentuk konstruksi atap sangat bergantung

    pada tujuannya, kebanyakan terdiri dari batang tepi atas, batang vertikal,

    batang diagonal dan batang tepi bawah. Batang tepi bawah pada

    umumnya hanya dibebani gaya tarikan sedangkan batang tepi atas

    mengalami tekanan. Sebelum menentukan gaya-gaya batang pada rangka

    batang, maka ditentukan terlebih dahulu beban-beban yang akan terjadi.

    Sebaiknya beban-beban ini berpegang pada titik-titik tumpuan.

    Pada kuda-kuda diusahakan agar gording terpasang di atas titik-titik

    pertemuan, sehingga beban dianggap sebagai beban setempat. Sedangkan

    untuk beban angin dan berat sendiri kuda-kuda yang mana beban ini

    dipindahkan oleh gording pada kuda-kuda.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 46

    46

    3.2. Spesifikasi Konstruksi Atap

    Dalam perencanaan konstruksi atap baja digunakan spesifikasi

    teknik sebagai berikut :

    a. Bentang kuda-kuda = 17,40 m.

    b. Panjang bangunan = 62,40 m.

    c. Mutu baja = BJ 37.

    d. Tegangan dasar () = 1600 kg/cm2.

    e. Tegangan leleh (Lt) = 2400 kg/cm2.

    f. Alat sambung = Baut.

    g. Penutup atap = Metalroof.

    h. Beban Metalroof = 11 kg/m2.

    i. Beban hidup = 100 kg/m2.

    j. Kemiringan atap = 35 o

    k. Koef. angin tekan = ( + 0,02 - 0,4 ).

    l. Koef. angin hisap = ( - 0,4 ).

    m. Jarak antar kuda-kuda = 3,60 m.

    n. Tekanan angin = 40 kg/m2.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 47

    47

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 48

    48

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 49

    49

    3.3. Perhitungan Konstruksi Atap

    3.3.1. Panjang Batang

    Tabel 3.1 Rekapitulasi Panjang Batang

    Nomor Batang Panjang (m)a1 = a16 1,83a2 = a15 1,46a3 = a14 1,46a4 = a13 1,46a5= a12 1,46a6 = a11 1,46a7 = a10 1,46a8 = a9 1,83

    b1 = b16 1,50b2 = b15 1,39b3 = b14 1,39b4 = b13 1,39b5 = b12 1,39b6 = b11 1,39b7 = b10 1,39b8= b9 1,74

    v1 = v15 1,05v2 = v14 1,18v3 = v13 1,31v4 = v12 1,44v5 = v11 1,57v6 = v10 1,71v7 = v9 1,84

    v8 2,00d1 = d14 1,25d2 = d13 1,29d3 = d12 1,34d4 = d11 1,41d5 = d10 1,48d6 = d9 1,56d7 = d8 1,78

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 50

    50

    3.3.2. Perencanaan Reng

    3.3.2.1. Pembebanan reng

    Berat penutup atap + reng + usuk = 11 kg/m2

    Jarak reng = 0,4 m

    Jarak usuk = 0,5 m

    Pembebanan reng

    Berat atap + reng + usuk = 0,4 11 = 4,4 kg/m+

    q = 4,4 kg/m

    3.3.2.2. Momen yang terjadi

    1. Beban Mati

    Mx = 81 q cos 350 l 2

    = 81 4,4 cos 350 0,52

    = 0,113 kg.m

    My = 81 q sin 350 l2

    = 81 4,4 sin 350 0,52

    = 0,079 kg.m

    q

    q sin

    q cos

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 51

    51

    2. Beban Angin

    W diambil 40 kg/m2

    a. Angin tekan

    Wx = (0,02 - 0,4) dimana = 350 = (0,02 350 - 0,4) 40 0,4

    = 4,8 kg/m.

    Momen yang timbul

    Mx2 = 281 IWx

    = 25,08,481

    = 0,15 kg.m

    b. Angin hisap

    Koefisien angin hisab = (- 0.4)

    Tekanan angin hisab pada usuk :

    Wx = - 0.4 40 0,4

    = - 6,4 kg/m.

    Momen yang timbul

    Mx3 = 281 IWx

    = 25,0)4,6(81

    = - 0,2 kg.m

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 52

    52

    c. Kombinasi Momen

    Tabel 3.2 Rekapitulasi Kombinasi Pembebanan Reng

    Tabel 3.3 Kombinasi Pembebanan Terbesar

    M kombinasi arah X terbesar = 0,263 kg.m. = 26,3 kg.cm.

    M kombinasi arah Y terbesar = 0,079 kg.m. = 7,9 kg.cm.

    3.3.2.3. Dimensi Reng

    Dimensi reng dimisalkan b = h32

    Wx = 261 bh Wy = hb2

    61

    = 2)32(

    61 hh = hh 2)

    32(

    61

    = 391 h = 3

    272 h

    Beban mati(A) Angin Tekan(B) Angin Hisap(C) Mx 0,113 kg.m 0,15 kg.m - 0,2 kg.m My 0,079 kg.m 0 0

    A + B A + C Yang Menentukan 0,263 kg.m -0,087 kg.m 0,263 kg.m 0,079 kg.m 0,079 kg.m 0,079 kg.m

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 53

    53

    ltr = WyMy

    WxMx +

    100 45 1 =

    33

    272

    9,7

    91

    3,26

    hh+

    125 = 3)

    2279,7()93,26(

    h

    +

    h3 = 2,747 cm.

    h = 307,13

    h = 1,001 cm dipakai kayu ukuran 0.03 m = 3 cm.

    b = h32 = 2 cm dipakai ukuran kayu 0.02 m = 2 cm.

    Jadi dipakai kayu ukuran 2/3 cm.

    3.3.2.4. Kontrol Lendutan

    f ijin L2001=

    = 5.02001

    = 2,5 10-3 m.

    Qx = q cos 350 Qx = q sin 350

    = 4,4 cos 350 = 4,4 sin 350

    = 3,604 kg/m. = 2,523 kg/m.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 54

    54

    lx = 3121 hb ly = hb 312

    1

    = 303,002,0121 = 03,002,0

    121 3

    = 4,5 4810 m = 2

    4810 m

    fx = lxEQx

    3841cos5 4

    = 8740

    105,410384)5,0(35cos604,35

    = 5,34 10-4 m.

    fy = lyEQx

    3841sin5 4

    = 8740

    10210384)5,0(35sin523,25

    = 5,88 10-4 m.

    f maks = 22 FyFx +

    = 2424 )10.88,5()10.34,5( + = 7,93 10-4 m < f ijin = 2,5 10-3 m (OKE)

    3.3.2.5. Kontrol Tegangan

    tb =

    = 100 45 1

    = 125 kg/cm2 (telah direduksi)

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 55

    55

    tb =WyMy

    WxMx +

    = 22

    61

    61 bh

    My

    hb

    Mx

    +

    = 22 23

    61

    9,7

    3261

    3,26

    +

    = 12,717 kg.cm2 < ltr = 125 kg.cm2 (OKE) Jadi reng yang digunakan dengan ukuran 2 / 3 cm kuat dipakai.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 56

    56

    3.3.3. Perencanaan Usuk

    3.3.3.1. Pembebanan Usuk

    Jarak usuk = 0,5 m. Jarak gording = 1.83 m. Berat atap + reng + usuk = 11 kg/m. Berat taksiran usuk (q) = 0,5 11 = 5,5 kg/m +

    q = 5,5 kg/m.

    3.3.3.2. Beban Mati

    Momen yang terjadi

    Mx = 81 q cos 350 l2

    = 81 5,5 cos 350 1,832

    = 1,886 kg.m

    My = 81 q sin 350 l2

    = 81 5,5 sin 350 1,832

    = 1,321 kg.m

    q cos

    q

    q sin

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 57

    57

    3.3.3.3. Beban Hidup (Berat Pekerja)

    Beban Pekerja = 100 kg

    Mx = IP cos41

    My = IP sin41

    = 83,135cos10041 0 = 83,135sin100

    41 0

    = 37,476 kg.m = 26,241 kg.m

    3.3.3.4. Beban Angin

    W diambil 40 kg/m2

    1. Angin tekan

    Wx = (0,02 - 0,4) dimana = 350 = (0,02 35 0,4) 40 0,5

    = 6 kg/m

    Momen yang timbul

    Mx = 281 IWx

    = 283,1681

    = 2,512 kg.m

    2. Angin hisap

    Koefisien angin hisab = (- 0,4)

    Tekanan angin hisab pada usuk :

    Wx = - 0,4 40 0,5

    = - 8 kg/m

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 58

    58

    Momen yang timbul

    Mx = 281 IWx

    = 283,1)8(81

    = -3,349 kg.m

    3.3.3.5. Momen Kombinasi

    Tabel 3.4 Rekapitulasi Kombinasi Pembebanann Usuk

    Tabel 3.5 Kombinasi Pembebanan Terbesar

    M kombinasi arah X terbesar = 41,874 kg.m. = 4187,4 kg.cm.

    M kombinasi arah Y terbesar = 27,562 kg.m. = 2756,2 kg.cm.

    Beban mati(A) Beban Hidup(B) Angin Tekan(C) Angin Hisap(D) Mx 1,886 kg.m 37,476 kg.m 2,512 kg.m -3,349 kg.m My 1,321 kg.m 26,241 kg.m 0 0

    A + B A + B + C A + B + D Yang Menentukan 39,362 kg.m 41,874 kg.m 36,013 kg.m 41,874 kg.m 27,562 kg.m 27,562 kg.m 27,562 kg.m 27,562 kg.m

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 59

    59

    3.3.3.6. Dimensi Usuk

    Dimensi usuk dimisalkan b = h32

    Wx = 261 bh Wy = 2

    61 hb

    = 2)32(

    61 hh = hh 2)

    32(

    61

    = 391 h = 3

    272 h

    ltr WyMy

    WxMx +=

    100 45 1 =

    33

    272

    2,2756

    91

    4,4187

    hh+

    125 = 3)

    2272,2756()94,4187(

    h

    +

    h3 = 599,162 cm.

    h = 162,5993

    h = 8,430 cm dipakai kayu ukuran 0.08 m = 8 cm.

    b = h32 = 5,333 cm dipakai ukuran kayu 0.05 m = 6 cm.

    Jadi dipakai ukuran usuk 6 / 8 cm.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 60

    60

    3.3.3.7. Kontrol Lendutan

    f ijin = l2001

    = 83,12001

    = 9,15 10-3 m.

    Qx = q cos 350 Qx = q sin 350

    = 5,5 cos 350 = 5,5 sin 350

    = 4,505 kg/m. = 3,155 kg/m.

    lx = 3121 hb ly = hb 312

    1

    = 308,006,0121 = 08,006,0

    121 3

    = 2,56 4610 m . = 1,44 4610 m .

    fx = lxEQx

    3841cos5 4

    = 6740

    1056,210384)83,1(35cos505,45

    = 2,11 10-3 m.

    fy = lyEQx

    3841sin5 4

    = 6740

    1044,110384)83,1(35sin155,35

    = 1,84 10-3 m.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 61

    61

    f maks = 22 FyFx +

    = 2323 )10.84,1()10.11,2( + = 2,79 10-3 m < f ijin = 9,15 10-3 m (OKE)

    3.3.3.8. Kontrol Tegangan

    tb =

    = 100 45 1

    = 125 kg/cm2 (telah direduksi)

    tb =WyMy

    WxMx +

    = 22

    61

    61 bh

    My

    hb

    Mx

    +

    = 22 68

    61

    2,2756

    8661

    4187,4

    +

    = 122,849 kg.cm2 < ltr = 125 kg.cm2 (OKE) Jadi usuk yang digunakan dengan ukuran 6 / 8 cm kuat dipakai.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 62

    62

    3.3.4. Perencanaan Gording

    Sudut atap = 350 Jarak gording = 1,830 m. Jarak antar kuda-kuda = 3,60 m. Beban Metalroof = 11 kg/m2. Beban hidup = 100 kg/m2. Tekanan angin pantai = 40 kg/m2. Perencanaan dicoba menggunakan Baja [ 100.50.20.2,3.

    Dari tabel didapat :

    - Ix = 80,7 cm4.

    - Iy = 19,0 cm4.

    - Wx = 16,1 cm3.

    - Wy = 6,06 cm3.

    - = 4,06 kg/m.

    3.3.4.1. Beban yang Bekerja

    Beban Mati Beban penutup atap metalroof = 1,830 11 = 20,13 kg/m.

    Beban sendiri gording = 3,60 4,06 = 14,62 kg/m +

    q = 34,75 kg/m.

    Beban Track Stang = (10% q) = 3,475 kg/m +

    q total = 38,23 kg/m.

    qx q

    qy

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 63

    63

    qx = q cos qy = q sin

    = 38,23 cos 35o = 38,23 sin 35o

    = 31,32 kg/m. = 21,93 kg/m.

    Pada arah sumbu lemah kita pasang trackstang pada tengah-

    tengah bentang sehingga :

    Ly = l21

    = 60,321 = 1,8 m.

    Momen akibat qx : Momen akibat qy :

    Mx = ( )281 lkqx My =

    2

    281

    lkqy

    = ( )260,332,3181 =

    2

    260,393,21

    81

    = 50,74 Kg.m. = 8,88 Kg.m.

    Beban Hidup Px = P cos Py = P sin

    = 100 cos 35o = 100 sin 35o

    = 81,92 kg/m. = 57,36 kg/m.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 64

    64

    Momen akibat px : Momen akibat py :

    Mx = lkPx 41 My =

    241 lkpy

    = 60,392,8141 =

    260,336,57

    41

    = 73,73 kg.m. = 25,81 kg.m.

    Beban Angin = 35o

    Angin pantai = 40 kg/m2 (PMI 1970)

    Angin tekan - Koefisien tekan (Ct) = ( )4,002,0

    = ( )4,03502,0 0 = 0,3

    - q angin tekan (t) = LCt = 830,13,040 = 21,96 kg/m.

    Angin hisap - Koefisien hisap (Ch) = (-0,4)

    - q angin hisap (t) = LCt = 830,1)4,0(40 = -29,28 kg/m.

  • Proyek Akhir Proyek Pembangunan Gedung STIKES Tlogorejo 65

    65

    Momen akibat qt : Momen akibat qh :

    Mx = ( )281 lkt Mx = ( )2

    81 lkh

    = ( )260,396,2181 = ( )260,3)28,29(

    81

    = 35,58 kg.m. = - 47,43 kg.m.

    Kombinasi Pembebanan Berdasarkan Peraturan muatan Indonesia (PMI 1970)

    kombinasi pembebanan meliputi :

    Pembebanan tetap = Beban mati + Beban hidup. Pembebanan sementara = B