Upload
vankhue
View
280
Download
25
Embed Size (px)
Citation preview
i
2017
DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA | Direktorat BMN
HANDBOOK
ii
Kami memberikan apresiasi kepada Tim Penyusun dan seluruh pihak yang
terlibat atas upaya dan semangatnya mengkaji, merumuskan, dan
menyusun Handbook Perencanaan Kebutuhan BMN sebagai media bagi
seluruh stakeholders untuk secara komprehensif meningkatkan
pemahamannya akan substansi Perencanaan Kebutuhan BMN
sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan perundang-undangan, contoh
bagaimana menerapkan prinsip Value for Money dalam mewujudkan
tata kelola yang baik, dan acuan penyelesaian masalah baik yang
memerlukan diskresi maupun yang memerlukan penyamaan persepsi atas ketentuan
perundang-undangan di bidang Perencanaan Kebutuhan BMN sehingga pengambilan
keputusan dalam penyusunan dan penelaahan RKBMN dapat dipertanggungjawabkan.
Pengkajian dan perumusan amanat Perencanaan Kebutuhan BMN yang disusun dalam
format handbook untuk pertama kalinya ini kami nilai sebagai terobosan yang memang
diperlukan dimana dalam semangat integrasi sistem pengelolaan aset dan sistem
penganggaran, akuntabilitas dan reliability Rencana Kebutuhan BMN (RKBMN) dan
Sambutan Direktur Barang Milik Negara
iii
Hasil Penelaahan RKBMN adalah sangat penting. Pemahaman dan kesepahaman yang tinggi
antar stakeholders Perencanaan Kebutuhan BMN seyogyanya akan meningkatkan
akuntabilitas Perencanaan Kebutuhan BMN khususnya dan pengelolaan BMN pada
umumnya yang pada muaranya berkontribusi bagi efektifitas, efisiensi, dan optimalisasi
alokasi APBN khususnya belanja modal pengadaan dan belanja pemeliharaan BMN.
Dalam cita-cita bersama mewujudkan efektifitas, efisiensi, dan optimalisasi pengelolaan
BMN sebagai salah satu sumber daya publik, kami tidak menutup diri atas segala masukan
guna penerapan reformasi pengelolaan aset publik yang berkelanjutan.
Jakarta, Juni 2017
Chalimah Pujihastuti
iv
Testimoni
Apa Kata Stakeholders?
v
“Bagaimana Perencanaan Kebutuhan BMN atas pemeliharaan dan pengadaan pada K/L
Saudara?? Sudahkah KL Saudara merencanakan kebutuhan BMN sesuai standar yang berlaku??”
Perencanaan BMN yang efektif, tepat sasaran dengan memperhitungkan waktu akan
menguntungkan K/L Saudara sendiri. Handbook ini membantu unit pada K/L memahami alur
proses penyusunan RKBMN, petunjuk penyelesaian kasus-kasus BMN spesifik pada unit K/L
berlandaskan peraturan tentang BMN.
Kami berpendapat RKBMN memberi hawa positif mengenai tata pengelolaan kekayaan
negara yang bersumber dari APBN secara efisien dan transparan.”
(Parlaungan Simatupang, Kepala Pusat Pengelolaan BMN, Kementerian ESDM)
“Handbook Perencanaan Kebutuhan BMN” ini sangat membantu para penentu kebijakan di
Kementerian/Lembaga dalam menetapkan kebijakan BMN yang mengacu pada Renstra dan Standar
Barang Standar Kebutuhan (SBSK) serta mempertimbangkan keberadaan BMN saat ini, kebutuhan,
manfaat, dan pemeliharaan BMN agar lebih efektif, efisien, dan optimal.”
(Setyo Budi Hartono, Kepala Biro Keuangan dan BMN, Kementerian Kesehatan)
“Handbook Perencanaan Kebutuhan BMN sangat dibutuhkan untuk membantu K/L dalam
menyusun rencana pengadaan dan pemeliharaan BMN sehingga dapat efektif dan efisien.”
(Dendang Hermansyah, Kepala Biro Umum, BATAN)
vi
“Saya sangat mengapresiasi Handbook Perencanaan Kebutuhan BMN ini sebagai pegangan bagi
seluruh satuan kerja/stakeholders terutama dalam penyusunan RKBMN yang efektif dan
akuntabel. RKBMN merupakan satu hal yang penting untuk mewujudkan penganggaran yang
optimal, untuk itu akurasi data BMN yang handal sangat dibutuhkan. Kami juga berharap agar
aplikasi SIMAN sebagai tools dalam penyusunan RKBMN semakin aplikatif.”
(Saifurrahman, Kabag Perencanaan BMN, Setjen Kementerian Keuangan)
“Handbook Perencanaan Kebutuhan BMN luar biasa, sangat membantu akuntabilitas Keuangan
Negara karena kita bisa mengawal penggunaan anggaran yang lebih terencana dengan output
dan outcome yang lebih terukur secara makin baik dengan deregulasi optimalisasi pengelolaan
BMN untuk mendukung pembangunan nasional.”
(Andi Hartono, Kabag Perlengkapan dan Layanan Pengadaan, Kementerian Perhubungan)
“Kami sangat apresiasi dengan Handbook Perencanaan Kebutuhan BMN ini, karena bermanfaat
bagi K/L dalam meningkatkan pemahaman akan substansi Perencanaan Kebutuhan BMN, baik
dalam kegiatan sosialisasi internal K/L tentang Perencanaan Kebutuhan BMN maupun dalam
penyusunan RKBMN dan penelaahan RKBMN. Diharapkan DJKN dapat menerbitkan handbooks
lainnya, sebagai salah satu media dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pengelolaan BMN.”
(Isman Sufijanto, Kabag Perlengkapan, Lemsaneg)
vii
“Dengan disusunnya handbook ini, diharapkan terwujud keseragaman pemahaman
Perencanaan Kebutuhan BMN sehingga pelaksanaan Perencanaan Kebutuhan BMN menjadi
efektif dan efisien dimana penganggaran kebutuhan BMN disusun dengan telah
mempertimbangkan optimalisasi existing BMN dan tugas dan fungsi K/L sehingga belanja modal
menjadi efektif, efisien, dan tepat sasaran. Ke depannya terus diharapkan penyempurnaan
manajemen aset negara secara keseluruhan termasuk database BMN yang akurat guna Laporan
Keuangan yang semakin reliable.”
(Sekretariat Jenderal Kementerian Tenaga Kerja)
“Handbook Perencanaan Kebutuhan BMN” menggambarkan Perencanaan Kebutuhan BMN yang
lebih terintegrasi mulai dari merencanakan kebutuhan pemeliharaan BMN yang sudah ada,
pengadaan BMN tahun berjalan, dan usulan kebutuhan BMN 2 tahun ke depan. Sehingga
sangat bermanfaat bagi praktisi Pengelola BMN di seluruh Kementerian dan Lembaga.”
(Isti Ratnaningsih, Kabag Pengelolaan BMN, Kementerian Kesehatan)
viii
“Ijinkan saya menyampaikan apresiasi atas penyusunan Handbook Perencanaan Kebutuhan
BMN. Saya harap dengan media handbook ini, pemahaman stakeholder atas pengelolaan
BMN yang komprehensif dapat lebih optimal, mengingat substansi yang dicakup sangat
memadai tidak hanya dari aspek legal standing, tp juga isu fundamental lainnya seperti
perbaikan paradigma pengelolaan BMN, siklus, dan lainnya.
Dengan meningkatnya pemahaman stakeholders (perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, pelaporan) diharapkan pengelolaan BMN dapat lebih optimal, sehingga value
for money dari setiap rupiah yang dibelanjakan Pemerintah untuk pengelolaan BMN dapat
menghasilkan output dan outcome yang diharapkan.”
(Adinugroho Dwiutomo, Kasubdit Penyusunan Anggaran Belanja Negara II,
DJA, Kementerian Keuangan)
“Handbook membantu kami selaku pengguna data RKBMN dalam memahami filosofi dibalik
data yang disajikan dalam Hasil Penelaahan RKBMN.”
(Taruna Dwidjaja Adi, Kasubdit Anggaran Bidang Pertahanan dan Keamanan,
DJA, Kementerian Keuangan)
ix
“Integrasi sistem pengelolaan aset dan sistem penganggaran akan sangat bermanfaat dalam
perencanaan penganggaran belanja modal dan pemeliharaan BMN setiap tahunnya. Integrasi ini
menjadi penting dalam perhitungan angka dasar (baseline) maupun kebutuhan baru. Handbook ini
memudahkan dalam proses penyelesaian RKA-K/L dengan menggunakan Hasil Penelaahan RKBMN
sebagai salah satu pertimbangan dalam proses perencanaan pagu anggaran.
Kami juga berharap sinergi database BMN DJA dan DJKN semakin ditingkatkan dalam rangka
mendukung upaya APBN yang akuntabel, bertanggungjawab, efektif, dan efisien.”
(Erawati, Kasubdit Anggaran Bidang Pertanian, Kelautan, Kehutanan,
DJA, Kementerian Keuangan)
x
“Perencanana Kebutuhan BMN adalah kegiatan inti yang sangat penting dan strategis dalam
kerangka kerja siklus pengelolaan BMN. Dalam implementasinya, good governance dalam tahapan
perencanaan kebutuhan BMN sangat diperlukan demi terwujudnya akuntabilitas penganggaran
yang baik diseluruh K/L.
Apresiasi yang tinggi kami sampaikan kepada Direktorat BMN DJKN yang tetap bersinergi untuk
menjaga good governance dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang diperlukan berkaitan
dengan Perencanaan Kebutuhan BMN.
Handbook ini menjadi alternatif solusi yang efektif untuk menyamakan persepsi APIP-K/L,
Pengguna BMN di lingkungan K/L, dan Penelaah RKBMN di tingkat pengelola BMN DJKN,
dan para pemangku kepentingan lainnya. Kami berharap handbook ini dapat menjadi
guidance bagi para stakeholder untuk mewujudkan tata kelola yang baik dalam Perencanaan
Kebutuhan BMN.”
(Inspektorat IV, Itjen Kementerian Keuangan)
xi
“Keputusan Pengadaan BMN akan berdampak besar terhadap kebutuhan anggaran K/L apalagi
dengan keterbatasan anggaran belanja modal sehingga diperlukan perencanaan kebutuhan BMN
(RKBMN). Sejak 2002, Kementerian Keuangan melakukan penataan organisasi meliputi
pemisahan/penggabungan yang berdampak pada kebutuhan tanah dan/atau gedung
kantor/rumah negara dan di sisi lain, existing BMN yang terindikasi idle.
Salah satu fungsi RKBMN adalah optimalisasi existing BMN dan kesesuaian kebutuhan BMN dengan
SBSK. Hasil Penelaahan RKBMN (t-2) dapat berdampak pada pengadaan BMN dan pemeliharaan
BMN yang selanjutnya akan dipergunakan dalam penyusunan RKA-K/L (t-1).
Keterlibatan auditor APIP-K/L dalam RKBMN adalah untuk melaksanakan reviu RKBMN
sebagaimana amanat PMK Nomor 150/PMK.06/2014 tentang Perencanaan Kebutuhan BMN.
Peran auditor APIP-K/L sangat strategis sebagai upaya meningkatkan kualitas RKBMN dan
memastikan adanya kesinambungan dengan RKA- K/L. Auditor APIP-K/L diharapkan
memahami perencanaan penganggaran dan perencanaan BMN. Untuk itu, handbook ini
diharapkan menjadi referensi bagi auditor APIP-K/L dalam meningkatkan pemahaman akan
substansi Perencanaan Kebutuhan BMN. Kami menyarankan auditor yang ditugaskan untuk
mereviu RKBMN adalah sama dengan yang ditugaskan untuk mereviu RKA-K/L.”
(Heru Susanto, Auditor Madya,Inspektorat VI, Itjen Kementerian Keuangan)
xii
“The handbook seeks to strengthen the decision making process relating to government assets,
through better analysis of asset plans for the central government of Indonesia. I am pleased it
will consider the principles of efficient, effective, economical, and ethical in evaluating asset
proposals to improve the management of government assets.
I wish all the success with the handbook, and thank the Directorate General of State Asset
Management for their cooperation with the Australian Department of Finance under the
Government Partnership Fund program.”
(Anita Haider, GPF Finance Senior Adviser)
xiii
“Handbook adalah jenis buku rujukan yang berisi ikhtisar pokok bahasan atas subjek tertentu yang
digunakan untuk petunjuk dalam penerapan praktiknya.
Dengan diterbitkannya Handbook Perencanaan Kebutuhan BMN ini tentunya akan lebih
memudahkan stakeholders dalam menerapkan amanat Perencanaan Kebutuhan BMN, terlebih
mengingat Perencanaan Kebutuhan BMN relatif masih dalam tahap awal pelaksanaannya.
Saya sangat mengapresiasi kerja keras teman-teman pada Direktorat BMN, DJKN untuk
mewujudkan handbook ini. Untuk ke depannya agar tetap siap menerima masukan, kritik, dan
saran dalam rangka penyempurnaan handbook seiring dengan penyempurnaan bisnis proses
Perencanaan Kebutuhan BMN yang berkelanjutan ke arah tata kelola yang semakin baik.
(Surya Hadi, Kepala Kanwil DJKN Kalimantan Timur dan Utara)
“Selama ini terdapat beberapa K/L yang masih kesulitan dalam merumuskan usulan RKBMN.
Handbook ini sangat membantu pimpinan K/L/satker dalam mengambil keputusan terbaik terkait
dengan usulan RKBMN dimaksud. Selain itu, handbook ini sangat berguna untuk pimpinan (Kepala
KPKNL, Kepala Kanwil DJKN, dan Direktur) sebagai sumber dari semua data yang disajikan dan
sebagai acuan informasi dan identifikasi terkait RKBMN.”
(Asep Suryadi, Kepala KPKNL Sidoarjo)
xiv
“Pertama-tama saya mengucapkan selamat atas terbentuknya Handbook Perencanaan kebutuhan BMN ini. Saya menyambut gembira bahwa sesuai dengan tujuan penyusunan handbook ini yaitu
dalam rangka meningkatkan keseragaman pemahaman akan substansi dan urgensi kebutuhan
BMN, penerbitan buku ini merupakan langkah yang tepat.
Prinsip dasar dalam pengadaan BMN adalah kesesuaian antara program , kegiatan, dan output
yang dihasilkan dengan Renstra K/L. Prinsip tersebut tentunya pada tatanan implementasinya
tidak boleh salah. Untuk mewujudkan tujuan tadi diperlukan buku tuntunan (guidance) yang baik
dan lengkap sehingga Pengguna Barang tidak selalu bertanya dan meminta konfirmasi atau
pendapat atas suatu persoalan yang sama yang berulang-ulang ditanyakan.
Menurut hemat saya, inilah sisi positif buku ini yang tidak hanya menyajikan resume dari
peraturan-peraturan yang terkait RKBMN, namun juga dilengkapi FAQ dan penjelasannya.
Semoga kita semua dapat mengambil manfaat dari handbook ini.”
(Acep Irawan, Kasubdit Perencanaan Pengembangan Sistem Aplikasi , DJKN,
Kementerian Keuangan)
xv
“Handbook yang sangat bermanfaat, mudah-mudahan dapat menjembatani antara peraturan
yang ada dan kebutuhan praktek di lapangan. Kehadiran handbook diharapkan dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul pada saat pelaksanaan penyusunan
dan penelaahan RKBMN, sehingga dapat meminimalisir perbedaan interpretasi peraturan di
bidang Perencanaan Kebutuhan BMN.”
(Qoswara, Kasubdit BMN I, Direktorat BMN, DJKN, Kementerian Keuangan)
“Akuntabilitas RKBMN dan Hasil Penelaahan RKBMN adalah urgent dalam integrasi sistem
pengelolaan aset dan sistem penganggaran.
Handbook ini merupakan terobosan dimana baru pertama kalinya substansi Perencanaan
Kebutuhan BMN dikaji, disusun, dan disajikan secara komprehensif saling terkait antara
ketentuan perundangan/ketentuan pelaksanaannya, prinsip value for money dalam pengambilan
keputusan, dan kasus serta penyelesaiannya yang umum ditemukan dalam pelaksanaan
Perencanaan Kebutuhan BMN. Tidak berlebihan apabila dikatakan seyogyanya melalui handbook
ini risiko atas potensi turunnya akuntabilitas dan reliabilitas Hasil Penelaahan RKBMN dapat
termitigasi seiring dengan peningkatan pemahaman stakeholders akan substansi dan urgensi
Perencanaan Kebutuhan BMN.”
(I Ketut Arimbawa, Kasubdit BMN II, DJKN, Kementerian Keuangan)
xvi
“Handbook yang bermanfaat. Membantu para stakeholders dalam memahami Perencanaan Kebutuhan BMN.”
(Satriotomo, Kasubdit BMN III, Direktorat BMN, DJKN, Kementerian Keuangan)
“Handbook ini sangat bagus dan mudah dipahami. Diharapkan handbook dapat memberikan
panduan yang praktis terkait implementasi Perencanaan Kebutuhan BMN baik bagi Pengelola
Barang, Pengguna Barang, maupun stakeholders lainnya. Semoga adanya Handbook Perencanaan
Kebutuhan BMN ini menjadi dalah satu upaya dalam meningkatkan pengelolaan BMN dan kualitas
penganggaran yang lebih baik.”
(Hamim Mustofa, Kasubdit BMN IV, Direktorat BMN, DJKN, Kementerian Keuangan)
xvii
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan perumusan dan penyusunan Handbook Perencanaan
Kebutuhan BMN ini.
Penyusunan handbook ini dilatarbelakangi oleh semangat dan urgensi
integrasi sistem pengelolaan aset dan sistem penganggaran dalam
peningkatan efektifitas, efisiensi, dan optimalisasi APBN dan potret
pelaksanaan Perencanaan Kebutuhan BMN tahun-tahun sebelumnya
berdasarkan rekomendasi Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan dalam compliance audit
pelaksanaan Perencanaan Kebutuhan BMN pada Direktorat BMN dan professional judgement
kami selaku PIC Perencanaan Kebutuhan BMN. Sebagai upaya mitigasi risiko atas potensi
turunnya akuntabilitas dan reliabilitas Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan BMN (RKBMN),
handbook ini disusun dengan tujuan untuk memudahkan stakeholders meningkatkan
pemahamannya secara komprehensif atas substansi dan urgensi Perencanaan Kebutuhan BMN.
Untuk itu, handbook ini menyajikan inti sari ketentuan perundang-udangan dan ketentuan
pelaksanaannya yang disusun secara sederhana dan saling terkait untuk kemudahan pemahaman,
Sekapur Sirih
xviii
prinsip value for money yang dapat dijadikan pedoman bagi penyusun dan penelaah RKBMN dalam
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan rencana pengadaan BMN, dan kasus yang
ditemukan dalam pelaksanaan Perencanaan Kebutuhan BMN serta penyelesaiannya. Kami juga
menyediakan akses handbook ini melalui website DJKN dan OS android.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas kontribusinya dalam penyelesaian
handbook ini, kepada Direktur BMN atas arahan dan dukungannya, pejabat/staf Direktorat
BMN, Direktorat PKNSI, Direktorat Penilaian, dan Direktorat Hukum dan Humas, DJKN;
Inspektorat IV dan Inspektorat VI, Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan; Biro
Perlengkapan, Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan;, GPF-Australia atas dukungan dan
kerjasamanya dalam reformasi pengelolaan aset publik; K/L; para pihak yang telah dengan
sukarela memberikan testimoninya, semoga dapat memberikan motivasi bagi kami dan
stakeholders lainnya untuk terus lebih baik, dan seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan
satu per satu.
Jakarta, Juni 2017
Project Leader
xix
TIM PENYUSUN
Surat Perintah Direktur BMN
PRIN-18/KN.2/2017 tanggal 21 Maret 2017
Mentor : I Ketut Arimbawa
Project Leader : Melly Maiesta
Struktural
Eselon III
Dit. BMN
: Qoswara
Satriotomo
Hamim Mustofa
Peers : Royani, Muh. Hasbi H,
Rini Sulistiasari,
Iswati, Yoni Ardianto,
Purwito, Dhanu AK,
Wahyu Hidayat, Sri W.
Anggota : Koko Inarto, Surya AP,
Muh. D. Umam, Ulin N,
Rakha K, Dian N,
Meirza N, Angky FY,
Ahmad Al Hakim,
Mundhi SW, Andi MD,
Kurniati Agustien.
xx
Sambutan Direktur Barang Milik Negara..................................... ii
Testimoni ........................................................................... iv
Sekapur Sirih .................................................................... xvii
Daftar Isi ........................................................................... xx
I. Inti Sari Peraturan .......................................... 1
A. PARADIGMA PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA .............................................................. 2
B. AMANAT KETENTUAN PERUNDANG-
UNDANGAN DAN KETENTUAN PELAKSANAAN . 3
C. RUANG LINGKUP ................................................ 5
D. DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN BMN
DAN KELENGKAPAN DOKUMEN ......................... 7
E. BATAS WAKTU PENYAMPAIAN .......................... 9
F. KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB ........ 11
G. PENYUSUNAN RKBMN KPB .............................. 13
H. PENELITIAN RKBMN UNTUK PENGADAAN ....... 17
I. PENYUSUNAN DAN PENELITIAN RKBMN KPB ... 18
UNTUK PEMELIHARAAN ................................... 18
J. REVIEW RKBMN OLEH APIP-K/L ....................... 20
K. PENELAAHAN RKBMN ...................................... 22
L. PENGECUALIAN PENYAMPAIAN RKBMN,
USULAN PERUBAHAN HASIL PENELAHAN
RKBMN, DAN SANKSI ........................................ 26
Daftar Isi
xxi
II. Pemenuhan Prinsip Value for Money
Dalam Perencanaan Kebutuhan BMN .. 28
III. FREQUENTLY ASKED QUESTIONS ........ 39
A. KONTRAK TAHUN JAMAK ................................. 40
B. KEWAJIBAN PENYUSUNAN RKBMN ................. 41
C. KONDISI SETELAH PENYAMPAIAN RKBMN
DAN/ATAU HASIL PENELAAHAN RKBMN ......... 43
D. SUBYEK PENYUSUNAN RKBMN ........................ 47
E. OBYEK PENYUSUNAN RKBMN .......................... 52
F. REVIEW RKBMN OLEH APIP ............................ 56
G. USULAN PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN
RKBMN ............................................................. 58
H. TEKNIS PELAKSANAAN ..................................... 60
I. LAIN-LAIN ......................................................... 62
Daftar Referensi ................................................................. xxii
Dokumentasi .....................................................................lxiii
1
O u t l i n e
A. Paradigma Pengelolaan Keuangan Negara
B. Dasar Hukum dan Ketentuan Pelaksanaan
C. Ruang Lingkup
D. Dokumen Perencanaan Kebutuhan BMN dan
Kelengkapan Dokumen Penyampaian RKBMN
Pengguna Barang
E. Batas Waktu Penyampaian
F. Kewenangan dan Tanggung Jawab
G. Penyusunan RKBMN KPB Untuk Pengadaan
H. Penelitian RKBMN Untuk Pengadaan
Oleh Pengguna Barang
I. Penyusunan dan Penelitian RKBMN KPB
Untuk Pemeliharaan
J. Review RKBMN Oleh APIP-K/L
K. Penelaahan RKBMN Oleh Pengelola Barang
L. Pengecualian Penyampaian RKBMN,
Usulan Perubahan Hasil Penelahan RKBMN, dan
Sanksi
I. Inti Sari
Peraturan
Menyajikan urgensi dan
substansi Perencanaan
Kebutuhan BMN
sebagaimana
diamanatkan dalam
ketentuan perundang-
undangan dan
ketentuan
pelaksanaannya.
2
UU NO. 17 TAHUN 2003
KEUANGAN NEGARA
“semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang
maupun berupa BARANG
yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut”
UU NOMOR 1 TAHUN 2004
PERBENDAHARAAN NEGARA
“pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk investasi
dan kekayaan yang dipisahkan, yang
ditetapkan dalam APBN dan APBD”
UU NO. 15 TAHUN 2004
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN
DAN TANGGUNG JAWAB
KEUANGAN NEGARA
“Transparansi dan reliability
pertanggungjawaban
Keuangan Negara”
A. PARADIGMA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA GOOD GOVERNANCE DAN FISCAL SUSTAINABILITY MELALUI PENGELOLAAN ASET PUBLIK
3
I. Amanat Ketentuan Perundang-
undangan
PASAL 9 (3) PP 27/ 2014
Perencanaan Kebutuhan merupakan
salah satu dasar bagi K/L/SKPD dalam
pengusulan penyediaan anggaran
untuk kebutuhan baru (new initiative)
dan angka dasar (baseline) serta
penyusunan
rencana
kerja dan
anggaran.
PASAL 6 DAN PENJELASANNYA PP 90/2010 RKA-K/L memuat informasi kinerja dimana
sasaran kinerja K/L yang keluarannya
berbentuk BMN mengacu pada Rencana
Kebutuhan Pengadaan BMN
PERPRES 73/2011 Persiapan Pembangunan bangunan gedung
negara meliputi a.l. Penyusunan Rencana
Kebutuhan.
Rencana Kebutuhan yang pendanaannya
bersumber dari APBN, harus mendapat
persetujuan Menteri Keuangan.
B. AMANAT KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN KETENTUAN PELAKSANAAN
4
II. Ketentuan Pelaksanaan
PMK 76/2015 SBSK ALAT ANGKUTAN DARAT BERMOTOR DINAS OPERASIONAL JABATAN DI DALAM NEGERI (AADB)
PMK 150/2014 PERENCANAAN
KEBUTUHAN BMN
PMK 248/2011 JO. PMK 7/2016 SBSK
BMN BERUPA TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN
PMK 71/2016 TATA CARA PENGELOLAAN
BMN YANG TIDAK DIGUNAKAN UNTUK
MENYELENGGARAKAN TUGAS DAN FUNGSI
K/L
DAPAT DIAKSES MELALUI:
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/Ind/
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/peraturan
KMK 450/2014 JO. KMK 174/2016 MODUL
PENYUSUNAN RKBMN
KMK 452/2014 JO. KMK 227/2016 MODUL
PENELAAHAN RKBMN
KMK 332/2016 MODUL REVIU APIP
KMK 310/2015
MODUL PENELAAHAN
RKBMN UNTUK
AADB
KMK MODUL
PENYUSUNAN RKBMN
UNTUK AADB
5
1. PERENCANAAN PENGADAAN
a. Tanah dan/atau Bangunan; b. Selain Tanah dan/atau Bangunan,
yang telah terdapat SBSK-nya.
Perencanaan pengadaan dapat mengakibatkan belanja modal sebagaimana dimaksud dalam kode segmen akun belanja modal dalam ketentuan yang mengatur Kodefikasi Segmen Akun Pada Bagan Akun Standar.
Perencanaan pengadaan BMN tidak
berdampak pada belanja modal dalam hal
pemenuhan kebutuhan dilaksanakan melalui mekanisme sewa (PMK 7/2016) atau optimalisasi BMN pada Pengelola Barang (Pasal 23 PMK 71/2016).
Belanja modal berupa
renovasi/ restorasi termasuk renovasi/
restorasi pada bangunan pihak lain yang TIDAK MENGUBAH luas bangunan bukan merupakan obyek RKBMN Untuk Pengadaan.
C. RUANG LINGKUP
“Perencanaan Aset Tidak Dapat
Dipisahkan Antara Tahap Siklus Hidup
Aset Antara Satu dan Lainnya.”
Dalam menyusun RKBMN, K/L agar
mempertimbangkan rencana
pemindahtanganan, pemanfaatan,
dan penghapusan BMN.
6
2. PERENCANAAN PEMELIHARAAN
a. Tanah dan/atau Bangunan;
b. Alat Angkutan Bermotor; dan
c. BMN selain tersebut dengan nilai perolehan/unit paling sedikit Rp100 juta.
Perencanaan pemeliharaan dapat mengakibatkan belanja pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam kode segmen akun belanja pemeliharaan dalam ketentuan yang mengatur Kodefikasi Segmen Akun Pada Bagan Akun Standar.
7
1. RKBMN dokumen perencanaan BMN untuk periode 1 tahun. Untuk itu, dalam hal terdapat rencana
pengadaan dalam Hasil Penelaahan RKBMN yang belum disetujui penganggarannya, PB/KPB dapat mengajukan kembali RKBMN pengadaan tersebut dengan keterangan seperlunya.
2. HASIL PENELAAHAN RKBMN dokumen penelaahan RKBMN antara Pengguna Barang dan Pengelola Barang.
3. USULAN PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN RKBMN dokumen penelaahan RKBMN yang diusulkan untuk dilakukan perubahan. Disampaikan atas rencana revisi anggaran yang berdampak pada
PERUBAHAN kebutuhan pengadaan/ pemeliharaan palin lambat 1 bulan sebelum penyampaian revisi anggaran.
4. PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN RKBMN dokumen penelaahan Usulan Perubahan Hasil Penelaahan antara Pengguna Barang dan Pengelola Barang
Kelengkapan Dokumen Penyampaian RKBMN Pengguna Barang
1. Surat Pengantar ditandatangani oleh pelaksana fungsional Menteri/ Pimpinan Lembaga yaitu Sekretaris Jenderal/ Sestama/ Jaksa Agung Muda Pembinaan/ Pimpinan Kesekretariatan/ Kepaniteraan ATAU pejabat yang didelegasikan.
2. RKBMN Kuasa Pengguna Barang 3. SPTJM 4. Laporan hasil review APIP (CHR,
Pernyataan Telah Direview, dan LHR)
D. DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN BMN DAN KELENGKAPAN DOKUMEN
8
5. Arsip Data Komputer RKBMN. Saat ini penyusunan RKBMN dilaksanakan menggunakan aplikasi SIMAN dengan basis web, sehingga tidak diperlukan ADK.
9
A. RKBMN
Paling lambat minggu I Januari
TA sebelumnya.
B. USULAN PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN
RKBMN
Paling lambat 1 bulan sebelum batas waktu penyampaian revisi anggaran K/L. Revisi anggaran telah dapat disampaikan setelah ditetapkannya DIPA Petikan.
C. HASIL PENELAAHAN RKBMN
Paling lambat minggu III bulan Februari TA sebelumnya.
D. PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN RKBMN
Paling lambat 1 minggu sebelum batas waktu penyampaian revisi anggaran K/L.
E. BATAS WAKTU PENYAMPAIAN
“Sebagai upaya mitigasi risiko keterlambatan penyampaian RKBMN secara lengkap dan benar dari
K/L kepada Pengelola Barang dan sebaliknya, penyampaian Hasil Penelaahan RKBMN, Pengelola
Barang menetapkan waktu penyampaian RKBMN masing-masing K/L sebelum batas waktu
minggu I Januari TA sebelumnya.”
10
“K/L AGAR
MELAKUKAN KOORDINASI
dengan APIP berkenaan
dengan waktu pelaksanaan
review yang dibutuhkan
APIP dan
mempertimbangkan waktu
pelaksanaan penelitian
RKBMN KPB, untuk
selanjutnya menetapkan
batas waktu penyampaian
RKBMN KPB secara
berjenjang kepada PPB-W/,
PPB-E1, dan Pengguna
Barang. Dengan demikian,
penyampaian RKBMN dari
Pengguna Barang kepada Pengelola Barang dapat
dipenuhi sesuai batas waktu
yang ditetapkan.”
11
PENGELOLA BARANG
1. menelaah RKBMN; 2. menandatangani Hasil Penelaahan
RKBMN; 3. menyampaikan Hasil Penelaahan
RKBMN kepada Pengguna Barang; 4. memproses atau tidak memproses
usulan perubahan RKBMN; 5. menandatangani Perubahan Hasil
Penelaahan RKBMN; dan 6. menyampaikan Perubahan Hasil
Penelaahan RKBMN kepada Pengguna Barang.
APIP-K/L
mereview kebenaran, kelengkapan, dan kepatuhan penerapan kaidah Perencanaan Kebutuhan BMN atas RKBMN Pengguna Barang.
PENGGUNA BARANG
1. melakukan penelitian RKBMN KPB; 2. menyampaikan RKBMN K/L kepada
Pengelola Barang; 3. memberikan penjelasan, klarifikasi,
dan/atau keterangan lain yang diperlukan oleh Pengelola Barang terkait dengan RKBMN yang diusulkan;
4. menandatangani Hasil Penelaahan RKBMN; dan
5. menandatangani Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN.
6. bertanggung jawab atas kebenaran, kelengkapan, dan kepatuhan penerapan kaidah Perencanaan Kebutuhan BMN dalam usulan RKBMN.
F. KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB
12
KUASA PENGGUNA BARANG
mengajukan RKBMN untuk lingkungan kantor yang dipimpinnya kepada Pengguna Barang.
13
1. Kesesuaian program, kegiatan, output dengan Renstra-K/L;
2. Kesesuaian kebutuhan BMN dengan SBSK; dan
3. Ketersediaan BMN, yaitu:
a. sebagian tanah dan/atau bangunan sedang tidak digunakan dan/atau tidak direncanakan digunakan sebelum berakhirnya tahun ketiga dan/atau tidak direncanakan untuk dimanfaatkan sebelum berakhirnya tahun kedua.
b. BMN selain tanah dan/atau bangunan sedang tidak digunakan untuk menyelenggarakan tusi.
c. Jangka waktu pemanfaatan BMN akan berakhir dalam jangka waktu 5 tahun terhitung mulai tahun yang direncanakan.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN:
1. SINKRONISASI data transaksi SIMAK ke dalam SIMAN
2. UPDATE DATA MANAJERIAL BMN dalam aplikasi SIMAN
3. PRINSIP 4E (EFEKTIF, EFISIEN, ETHIC, DAN
EKONOMIS) dalam menetapkan usulan (input pada kolom USULAN dokumen RKBMN). KPB dapat mengusulkan BMN di bawah standar dengan pertimbangan tersebut.
G. PENYUSUNAN RKBMN KPB
UNTUK PENGADAAN
14
4. PERHITUNGAN SBSK
a. Bangunan Gedung Kantor, Tanah Untuk Bangunan Gedung Kantor, Bangunan Rumah Negara, dan Tanah Untuk Bangunan Rumah Negara mencakup standar luas, ketinggian dan jumlah unit bangunan, serta luas tanah, antara lain:
(1) Untuk KPB/ instansi vertikal dengan pejabat tertinggi eselon III/ eselon IV hanya dapat memiliki bangunan gedung kantor masing-masing sebanyak 1 unit. Instansi vertikal termasuk KUA dan UPT.
(2) Standar luas bangunan gedung kantor salah satunya sangat dipengaruhi oleh komposisi jumlah dan struktur pegawai yang akan menempati bangunan. KPB agar mempertimbangkan rencana
pengembangan tipologi organisasi yang berdampak pada perubahan jumlah dan struktur pegawai. Termasuk juga perhitungan pegawai honorer yang merupakan ASN.
(3) RKBMN pengadaan tanah untuk
bangunan gedung kantor/ rumah negara hanya dapat diajukan bersamaan dengan rencana bangunan di atasnya.
b. AADB mencakup pengaturan jumlah
unit AADB, jenis, dan spesifikasi AADB.
15
5. OPTIMALISASI EXISTING BMN DI LINGKUNGAN KANTOR YANG DIPIMPINNYA:
a. Untuk gedung kantor secara prinsip
adalah berdasarkan formula Vacancy
Rate (VR) sebagai berikut:
VR = (1- ) x 100%
Optimalisasi dilakukan terhadap
existing gedung kantor termasuk
gedung kantor yang terindikasi idle
dengan mempertimbangkan lokasi,
rencana penggunaan/ pemanfaatan
termasuk pemanfaatan yang akan
berakhir paling lambat pada tahun
ke-5 sejak tahun yang
direncanakan/pemindahtanganan
/pemusnahan/penghapusan,
penyelesaian KDP dalam tahun yang
direncanakan dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku dan didukung
dengan dokumen yang memadai.
b. Untuk existing AADB adalah
berdasarkan rencana penggunaan
existing AADB (tetap digunakan pejabat
yang bersangkutan saat ini, dialihkan
ke pejabat lain, alih fungsi menjadi
kendaraan dinas operasional, atau alih
status penggunaan); atau terdapat
rencana pemindahtanganan/
penghapusan dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku dan didukung
dengan dokumen yang memadai.
Luas SBSK Luas Existing
16
6. INFORMASI LAINNYA berkenaan dengan
rencana pengadaan antara lain skema
pemenuhan kebutuhan BMN, informasi
bahwa rencana pengadaan merupakan
rencana yang telah disetujui dalam
Hasil Penelaahan RKBMN tahun
sebelumnya namun belum dapat
dialokasikan penganggarannya, dsb.
Pengguna Barang
dapat menyatukan
usulan kebutuhan BMN
beberapa satuan kerja
berdasarkan RKBMN
KPB. Sebagai contoh,
Gedung Keuangan
Negara untuk
memenuhi kebutuhan
bangunan gedung
kantor beberapa
satuan kerja yang
karena pertimbangan
keterbatasan lahan,
disatukan dalam 1
area.”
17
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN:
1. Kesesuaian program, kegiatan, output dengan Renstra K/L;
2. Kesesuaian kebutuhan BMN dengan SBSK;
3. Optimalisasi existing BMN di lingkungan kantor yang dipimpinnya, sebagai berikut:
a. Untuk bangunan gedung kantor, antara lain:
(1) existing BMN dengan lokasi yang “sama”, yaitu:
(a) dalam 1 provinsi untuk satuan kerja pusat;
(b) dalam 1 kotamadya/ kabupaten untuk instansi vertikal atau yang bersifat
khusus seperti GKN;
(c) dalam 1 kecamatan untuk instansi vertikal yang karena tugas dan fungsinya harus berada pada tiap
kecamatan. Sebagai contoh: KUA, Polsek.
(2) existing BMN terindikasi idle ; dan (3) existing BMN yang direncanakan akan
berakhir masa pemanfaatannya oleh pihak III dalam 5 tahun terhitung sejak tahun yang direncanakan.
b. Untuk AADB, Pengguna Barang melakukan optimalisasi AADB dengan pertimbangan sebagaimana halnya yang dilakukan oleh KPB dengan penyesuaian untuk lingkup yang lebih luas. Sebagai contoh, rencana penggunaan AADB untuk pejabat lain antar KPB.
H. PENELITIAN RKBMN UNTUK PENGADAAN
OLEH PENGGUNA BARANG
18
Disusun berdasarkan DAFTAR BARANG yang memuat informasi STATUS PENGGUNAAN dan KONDISI BARANG.
TIDAK dapat diusulkan atas BMN:
1. dalam kondisi RUSAK
BERAT;
2. dalam status PENGGUNAAN SEMENTARA; DIOPERASIKAN PIHAK LAIN; atau DIMANFAATKAN (KECUALI pinjam pakai dengan jangka waktu kurang dari 6 bulan)
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN: 1. SINKRONISASI data transaksi SIMAK ke
dalam SIMAN.
2. UPDATE DATA MANAJERIAL BMN dalam
aplikasi SIMAN
3. EKSISTENSI BMN DAN KONDISI BMN (dalam
kondisi baik atau rusak ringan)
4. STATUS BMN dalam tahun yang
direncanakan yang didukung dokumen yang memadai, sebagai contoh:
a. TIDAK DIAJUKAN PEMELIHARAAN atas
BMN yang dalam tahun yang direncanakan dalam status digunakan
sementara/ dioperasikan pihak lain/ dipinjampakaikan dengan jangka waktu
lebih dari 6 bulan/dihentikan penggunaannya /dipindahtangankan/
I. PENYUSUNAN DAN PENELITIAN RKBMN KPB UNTUK PEMELIHARAAN
Pemeliharaan BMN dalam status penggunaan sementara diusulkan
oleh K/L yang menggunakan sementara BMN.
19
dimanfaatkan/ dimusnahkan/
dihapuskan atau masih dalam bentuk KDP atau ATB dalam pengerjaan.
b. DIAJUKAN PEMELIHARAANNYA atas KDP
atau ATB dalam pengerjaan yang
direncanakan akan menjadi aset
definitif dalam tahun yang
direncanakan dan atas BMN yang sedang digunakan sementara/
dioperasikan oleh pihak lain/ dipinjampakai/ dimanfaatkan namun
akan berakhir dalam tahun yang direncanakan.
c. DIAJUKAN PEMELIHARAANNYA atas
BMN yang direncanakan pengadaannya dan akan menjadi aset definitif dalam
tahun yang direncanakan.
d. DIAJUKAN PEMELIHARAAN atas BMN
yang karena ketentuan perundang-undangan wajib dipelihara
oleh K/L tertentu.
e. TIDAK DAPAT DIPERTIMBANGKAN
PERENCANAAN PEMELIHARAANNYA atas
BMN yang telah ditetapkan sebagai BMN
Idle melalui keputusan penetapan BMN
Idle dan tidak diserahkan kepada Pengelola Barang sampai dengan 1 bulan
sejak terbitnya Surat Peringatan II dari KPKNL.
“Pengguna Barang memastikan tidak
terdapat pengajuan pemeliharaan
ganda atas suatu BMN. Sebagai
contoh, atas BMN milik suatu KPB
yang digunakan KPB lainnya dan
keduanya mengajukan kebutuhan
pemeliharaan atas BMN dimaksud.”
20
1. SASARAN review APIP-K/L adalah Menteri/Pimpinan Lembaga memperoleh keyakinan bahwa dokumen Perencanaan Kebutuhan BMN yang disusun oleh Pengguna Barang telah sesuai dengan Renstra K/L, kelengkapan data pendukung, serta kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan BMN antara lain SBSK, kondisi dan status barang.
2. APIP-K/L TIDAK mengambil alih
tanggung jawab Pengguna Barang terhadap kebijakan yang ditetapkan dalam proses penyusunan dan kebenaran angka RKBMN yang diusulkan.
3. OBYEK Review RKBMN dilaksanakan atas RKBMN Pengguna Barang setelah melalui proses penelitian Pengguna Barang atas RKBMN Kuasa Pengguna Barang.
4. Hasil pelaksanaan prosedur review dituangkan dalam KERTAS KERJA REVIEW (KKR).
5. Berdasarkan KKR, APIP memberikan
kesimpulan dan menyusun CATATAN HASIL REVIEW (CHR).
6. CHR dibahas dan disampaikan kepada
Pengguna Barang dan Pengguna Barang memperbaiki/menyesuaikan RKBMN. Selanjutnya, CHR ditandatangani bersama antara Tim Review dan Pengguna Barang.
J. REVIEW RKBMN OLEH APIP-K/L
21
7. Tim Review menyusun dokumen clearance berupa “PERNYATAAN TELAH DIREVIEW” baik dengan catatan dalam hal sampai dengan penandatangan CHR, Pengguna Barang belum/ tidak memperbaiki/ menyesuaikan RKBMN maupun tanpa catatan. Dokumen clearance ditandatangani oleh Pengendali Teknis.
8. Berdasarkan CHR, Tim Review
menyusun LAPORAN HASIL REVIEW (LHR). LHR disampaikan Pimpinan APIP kepada Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Utma/ Sekretaris dengan memperhatikan batas waktu penyampaian RKBMN.
22
A. RKBMN UNTUK PENGADAAN 1. relevansi program dengan
rencana keluaran;
2. optimalisasi penggunaan BMN yang berada pada Pengguna Barang;
3. efektivitas penggunaan BMN yang berada pada Pengguna Barang; dan
4. optimalisasi penggunaan BMN yang pada Pengelola Barang
B. RKBMN UNTUK PEMELIHARAAN Penelaahan atas BMN yang diajukan pemeliharaannya dengan menggunakan dokumen daftar barang yang memuat informasi status dan kondisi barang.
K. PENELAAHAN RKBMN OLEH PENGELOLA BARANG
Dalam melakukan penelaahan,
Pengelola Barang memperhatikan
dan mempertimbangkan hasil
review APIP-K/L dan tindak lanjut
yang telah/belum dilakukan oleh
Pengguna Barang.
23
HAL-HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN
1. Setelah melalui TAHAP ADMINISTRASI
yaitu pengecekan kelengkapan,
legalitas, dan kesesuaian dokumen
antara hardcopy dan softcopy,
penelaah melengkapi dokumen
Check-List Kelengkapan Dokumen
RKBMN untuk selanjutnya
melakukan permintaan kelengkapan
dokumen atau masuk dalam kegiatan
TAHAP SUBSTANTIF untuk memenuhi
urgensi Perencanaan Kebutuhan
BMN, sebagai berikut:
A. RKBMN UNTUK PENGADAAN
(1) Penelaahan RKBMN
dilaksanakan dengan memperhatikan program dan rencana keluaran sehingga
terdapat relevansi antar keduanya.
(2) Daftar BMN baik pada Pengguna Barang maupun Pengelola Barang dan informasi manajerial digunakan untuk memastikan efektifitas dan optimalisasi penggunaan BMN untuk menunjang tugas dan fungsi K/L
B. RKBMN UNTUK PEMELIHARAAN
Konfirmasi dan pengecekan data
BMN yang diusulkan rencana
pemeliharaannya terkait keberadaan,
status, dan kondisi barang.
2. Kegiatan substantif dituangkan dalam
Kertas Kerja Pemeliharaan sebagai
materi dalam kegiatan Forum
Penelaahan RKBMN antara Pengelola
Barang dengan Pengguna Barang.
Dalam forum dimaksud,
24
Pengelola Barang dapat
menyampaikan alternatif pemenuhan
kebutuhan BMN melalui optimalisasi
BMN pada Pengelola Barang.
3. Pengelola Barang menyusun Catatan
Hasil Forum Penelaahan mencakup
informasi sebagai berikut:
A. RKBMN UNTUK PENGADAAN
(1) Relevansi program dan rencana
keluaran berupa BMN.
(2) Optimalisasi penggunaan BMN
pada Pengguna Barang.
(3) Efektifitas penggunaan existing
BMN dalam menunjang tugas
dan fungsi K/L.
(4) Skema pemenuhan kebutuhan
termasuk alternatif
penggunaan BMN pada
Pengelola Barang (jika ada).
B. RKBMN UNTUK PEMELIHARAAN
Penelaah melakukan konfirmasi
kebenaran data BMN yang
diusulkan rencana pemeliharaannya
terkait keberadaan, status BMN
dalam tahun yang direncanakan,
dan kondisi barang.
4. Hasil Penelaahan RKBMN ditetapkan
dengan pertimbangan dokumen
sebagai berikut:
a. Check-List Kelengkapan Dokumen;
b. Kertas Kerja Penelaahan; dan
c. Catatan Hasil Forum Penelaahan.
Naskah asli Hasil Penelaahan RKBMN
ditandatangani oleh Pengelola Barang
dan Pengguna Barang atau pejabat yang
didelegasikan.
25
5. Dokumen Hasil Penelaahan RKBMN
Untuk Pengadaan dan Hasil
Penelaahan RKBMN Untuk
Pemeliharaan disertai dengan
dokumen-dokumen sebagai berikut
yang ditandatangani oleh Kasubdit
pada Direktorat BMN, DJKN:
A. IKHTISAR HASIL PENELAAHAN
RKBMN;
B. RINCIAN HASIL PENELAAHAN
RKBMN PENGADAAN YANG TIDAK
DAPAT DISETUJUI; dan
C. RINCIAN HASIL PENELAAHAN
RKBMN PEMELIHARAANYANG
TIDAK DAPAT DISETUJUI
6. Hasil Penelaahan RKBMN disampaikan
Direktur Jenderal Kekayaan Negara
kepada Pimpinan K/L dengan tembusan
kepada Menteri Keuangan (sebagai
laporan), Direktur Jenderal Anggaran,
APIP, dan Direktur BMN.
Hasil Penelaahan RKBMN
digunakan K/L sebagai
dasar pengusulan
penyediaan anggaran
untuk kebutuhan baru
maupun baseline dan DJA
sebagai salah satu bahan
penilaian sesuai prioritas
dan ketersediaan
anggaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
26
A. PENGECUALIAN RKBMN
1. Kegiatan dalam rangka
mengatasi KONDISI DARURAT
a.l. bencana alam, kebakaran,
gangguan
2. keamanan skala besar;
3. Kegiatan dalam rangka
menghadapi KONDISI LAINNYA
a.l. pelaksanaan
perjanjian/komitmen
internasional dan
instruksi/kebijakan Presiden,
yang terjadi setelah batas akhir
penyampaian RKBMN.
B. USULAN PERUBAHAN HASIL
PENELAAHAN RKBMN
Dalam hal terdapat REVISI
ANGGARAN yang berdampak
pada perubahan kebutuhan
pengadaan dan/atau
pemeliharaan BMN, Pengguna
Barang dapat mengusulkan
USULAN PERUBAHAN HASIL
PENELAAHAN RKBMN sebelum
diajukannya revisi dimaksud.
L. PENGECUALIAN PENYAMPAIAN RKBMN, USULAN PERUBAHAN HASIL PENELAHAN RKBMN, DAN SANKSI
27
C. SANKSI
Pengguna Barang yang tidak
memenuhi kewajiban
penyampaian RKBMN tidak
dapat mengusulkan penyediaan
anggaran untuk kebutuhan
baru (new initiative) dan
penyediaan anggaran angka
dasar (baseline) dalam rangka
rencana pengadaan dan/atau
rencana pemeliharaan BMN
dalam Rencana Kerja K/L
bersangkutan.
28
II. Pemenuhan
Prinsip Value
for Money
Dalam
Perencanaan
Kebutuhan BMN
Menyajikan adopsi prinsip “Value
for Money” dalam proses evaluasi
dan penghitungan anggaran di
Department of Finance Australia
ke dalam proses penyusunan dan
penelaahan RKBMN dalam
rangka meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan
perencanaan BMN guna
efektifitas, efisiensi, dan
optimalisasi penggunaan BMN.
Disajikan juga dalam versi Bahasa
Inggris.
II. Fullfilment of
Value For
Money
Principle in
Asset Planning
Providing the adoption of Value
for Money implementation in
Australian budgeting process into
the Asset Planning process in order
to make a good decision in planning
the asset procurement and
maintenance.
Indonesian version is also
provided..
29
Penelaahan RKBMN merupakan suatu
proses dalam perencanaan kebutuhan
yang ditujukan kepada pemberian
persetujuan rencana pengadaan dan
pemeliharaan BMN yang diusulkan K/L
melalui RKBMN.
Sebagaimana hakekat BMN yang diadakan
dalam rangka menunjang penyelenggaraan
tugas dan fungsi K/L serta sejalan dengan
definisi Perencanaan Kebutuhan BMN
sebagaimana Pasal 1 PP 27/2014,
“Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan BMN/Daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang”,
The review of RKBMN is a process in the asset planning that is done in the consideration of the approval of procurement plan and maintenance plan of State Assets (BMN) that is proposed by line ministries (K/L) through the RKBMN.
Essentially BMN is procured to support
the effectuation of the K/L’s task and
function in accordance to the definition of
the Asset Planning as stated in Article 1
PP 27/2014,
“Asset Planning is the activity of defining
the details of BMN/D to connect past
procurement with current conditions as the
basis of future actions”,
30
Pasal 17 PMK PMK 150/2014 mengatur
bahwa penelaahan atas RKBMN untuk
pengadaan BMN antara lain dilakukan
terhadap:
1. relevansi program dengan rencana
keluaran (output) K/L berupa BMN;
2. efektifitas penggunaan BMN yang berada
pada Pengguna Barang sesuai
peruntukkannya dalam rangka
menunjang tugas dan fungsi K/L; dan
3. optimalisasi penggunaan BMN yang
berada pada Pengguna Barang.
Better practice proses penganggaran
mempertimbangkan prinsip value for
money. Sebagai contoh, Pemerintah
Federal Australia menterjemahkan prinsip
tersebut sebagai 4Es (Efisiensi, Efektifitas,
Ekonomis, dan Ethic/ Kepantasan).
Article 17 of PMK 150/2014 regulates
that the review of RKBMN of state asset
procurement is done towards:
1. program relevance with planned output of K/L in the form of BMN;
2. the effectiveness of BMN use that is used by asset users according to designation to support effectuation of the K/L’s task and function; and
3. optimization of BMN used by users.
Better practice of the budgeting process should consider the value for money principle. For example, Australian Federal Government interprets this principle as 4Es (efficiency, effectiveness, economical, and ethic).
31
Melalui prinsip ini diharapkan akan tercapai
alokasi penganggaran yang berkualitas
tinggi. Untuk memenuhi prinsip tersebut,
Budget and Financial Reporting Group),
Department of Finance Australia
mengajukan pertanyaan terbuka kepada
line ministries (Pengguna Barang) dalam
melakukan evaluasi dan penghitungan
biaya proposal kebijakan Pengguna Barang
yang ditujukan pada peningkatan kualitas
pengambilan keputusan, akuntabilitas,
mitigasi risiko, dan penggunaan anggaran.
Memenuhi amanat Pasal 17 PMK150/2014,
diharapkan Pengelola Barang dapat
mengajukan pertanyaan-pertanyaan
terbuka sehingga diperoleh informasi
tambahan untuk dipertimbangkan dalam
proses persetujuan/penolakan rencana
pengadaan dan/atau pemeliharaan BMN.
Through this principle it is hoped to
achieve high quality budget allocation. To
meet this principle, the Budget and
Financial Reporting Group (BFR),
Department of Finance Australia put
forward open questions to line ministries
(asset users) in evaluating and calculating
cost policy proposals of users that is used
to increase the quality of decision making,
accountability, risk management, and
budget use.
Fulfilling article 17 PMK 150/2014, it is
hoped that the asset manager can put
forward open questions so that additional
information can be obtained to be used to
give approval or rejection of plans for
asset procurement and/or maintenance of
BMN.
32
Pertanyaan-pertanyaan ditujukan untuk
memperoleh gambaran organisasi K/L,
dasar keputusan pengajuan kebutuhan
BMN, dampak kebutuhan dimaksud
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi
K/L, efektifitas, efisiensi, dan
optimalisasi pengelolaan BMN.
Demikian pula halnya diharapkan
Pengguna Barang juga
mempertimbangkan materi pertanyaan-
pertanyaan yang diperlukan penelaah
dalam menyusun RKBMN sehingga
RKBMN yan disampaikan telah memiliki
kualitas yang baik dalam hal ini
memenuhi prinsip 4Es.
The questions are designed to gain
knowledge of the K/L’s organization, the
basis for BMN needs proposal, the impact
of those needs with the effectuation of the
K/L’s task and function, affectivity,
efficiency, and optimization of BMN
management.
Likewise it is hoped that asset users will
consider the substance of the questions
that needs to reviewed in compiling
RKBMN so that the RKBMN that is
submitted is of good quality in this case
fulfills the 4Es principle.
33
Berikut merupakan contoh materi
pertanyaan terbuka dalam rangka
meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan, penggunaan BMN dalam
menunjang tugas dan fungsi K/L, serta
efektifitas, efisiensi, dan optimalisasi
pengelolaan BMN.
A. RELEVANSI PROGRAM DENGAN OUTPUT
(BMN) DAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN BMN
SESUAI PERUNTUKKANNYA DALAM RANGKA
MENUNJANG TUGAS DAN FUNGSI K/L
1. Apakah rencana pengadaan telah
pernah disetujui sebelumnya namun
tidak dapat dialokasikan
anggarannya, misalnya karena
program yang berkaitan belum
menjadi prioritas dalam beberapa
tahun ke depan?
The following are examples of open
questions in increasing the quality of
decision making, the use of BMN in
increasing the effectuation of K/L’s task
and function, as well as affectivity,
efficiency, and optimization of BMN
management.
A. THE RELEVANCE OF PROGRAM WITH
OUTPUT (BMN) AND EFFECTIVITY OF
BMN USE IN ACCORDANCE THE
ALLOTMENT IN EFFECTUATION OF THE
K/L’ TASK AND FUNCTION
1. Has the planned BMN procurement
been approved but not allocated a
budget, for example, because the
related program is not a priority in
the years to come?
34
2. Apakah RKBMN Untuk Pengadaan BMN
merupakan kelanjutan proses/
penyelesaian proses pembangunan yang
telah dimulai dalam tahun sebelumnya
sehingga telah dipertimbangkan
penganggarannya dalam prakiraan maju
(baseline) dan bukan merupakan
pengadaan baru (new inititiative)?
3. Bagaimana BMN dimaksud dapat
menunjang tugas dan fungsi tersebut?
4. Added value apa yang diperoleh dari
penggunaan BMN dimaksud dalam
menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi
K/L?
5. Bagaimana performa tugas dan fungsi K/L
selama ini dengan existing BMN tanpa hal
tersebut mengalami perubahan baik dari
segi jumlah maupun kualitas?
2. Is the RKBMN for BMN procurement a
continuation process/finishing process
of development that has been started
in the previous year so that the budget
has been considered in the baseline
and is not a new initiative?
3. How will the BMN enhance effectuation
of the task and function?
4. What added value will be obtained by
the BMN user in supporting the
effectuation of implementing the K/L’s
task and function?
5. How is the performance of the K/L
using existing BMN without
enhancement quantitatively and
qualitatively?
35
6. Apakah terdapat tugas dan fungsi yang
baru sehingga dibutuhkan tambahan
pengadaan BMN atau pengadaan BMN
semata untuk menunjang tugas dan
fungsi yang selama ini telah berjalan?
B. OPTIMALISASI PENGGUNAAN BMN YANG
BERADA PADA PENGGUNA BARANG
Penelaah agar melakukan overview
pengaruh RKBMN Untuk Pengadaan
terhadap optimalisasi existing BMN
1. Apakah existing BMN pada Pengguna
Barang telah digunakan secara
optimal?. Dalam rangka menunjang hal
ini, diperlukan informasi Vacancy Rate
(VR) setiap bangunan gedung kantor
dengan formula sebagai berikut:
6. Is there a new task and function
that needs additional BMN or is the
procurement only needed to
support current tasks and
functions?
B. OPTIMIZATION OF BMN USE THAT IS
USED BY ASSET USER
The reviewer is better to consider an
overview of the impact of RKBMN in
procurement over the optimization of
existing BMN.
1. Has the existing BMN at the asset
user been used optimally? In
support of this analysis, Vacancy
Rate (VR) analysis is needed for
each office building with the
following formula:
36
VR = (1 – ) x 100%
2. Dalam hal RKBMN Untuk Pengadaan BMN
diusulkan dengan pertimbangan relokasi
gedung kantor, apa rencana terhadap
gedung kantor yang lama?
3. Apakah usulan pengadaan bangunan telah
mempertimbangkan anggaran pengadaan
BMN sejenis termasuk penyelesaian KDP?
4. Apakah telah dipertimbangkan optimalisasi
existing BMN yang sedang dimanfaatkan
(pihak lain) dan pemanfaatannya akan
berakhir dalam 5 tahun sehingga tidak
terdapat idle asset dalam 5 tahun ke depan
apabila dilakukan pengadaan BMN?
VR = (1 – ) x100%
2. If the RKBMN is for BMN
procurement for relocation of office
building, what are the plans for the
existing building?
3. Has the procurement plan of
buildings considered similar BMN
procurement budget including
Construction in Progress
completion?
4. Has the optimization of current
BMN being utilized by other parties
been considered and the asset
utilization scheme will end within 5
years in not causing idle assets in
the coming 5 years if a BMN
procurement is done?
Luas SBSK Luas Existing
Space According to SBSK Space Available
37
5. Apakah telah dipertimbangkan
kemungkinan pemenuhan BMN melalui
optimalisasi existing BMN pada
Pengelola Barang?
6. Bagaimana standar kebutuhan BMN
atas organisasi sejenis pada K/L lainnya
(misalnya, antar satuan kerja pusat
yang memiliki tugas dan fungsi sejenis)?
7. Apakah rencana pengadaan bangnan
gedung kantor dan/atau rumah negara
telah mempertimbangkan ketersediaan
tanah dan/atau pengadaan tanah?
5. Has the possibility of fulfilling the
BMN needs through existing BMN
through the asset manager been
considered?
6. How about standard of BMN for
similar organizations in other K/L?
(for example, central offices that
have similar tasks and functions)?
7. Have the plans for procurement of
office buildings and/or state
housing considered available land
and/or land procurement?
38
8. Apakah rencana pembangunan gedung
kantor dan/atau rumah negara di atas
tanah yang telah tersedia telah sesuai
dengan rencana peruntukan tanah saat
pengadaannya? Apabila terdapat
perubahan dan usulan pengadaan
bangunan gedung kantor dan/atau rumah
negara di atasnya tidak dapat
dipertimbangkan untuk disetujui atas
dasar SBSK, apa rencana K/L atas existing
tanah?
8. Has the procurement of office
building and/or state housing on
available land in accordance with
land use plan at the time of
procurement? If there is a change
in land use plan and the office
building and/or state housing
cannot be procured on the basis of
SBSK, what are the K/L’s plans for
the existing land?
39
O u t l i n e
A. Kontrak Tahun Jamak
B. Kewajiban Penyusunan RKBMN
C. Kondisi Setelah Penyampaian
RKBMN dan/atau Hasil Penelaahan
RKBMN
D. Subyek Penyusunan RKBMN
E. Obyek Penyusunan RKBMN
F. Review RKBMN Oleh APIP
G. Usulan Perubahan Hasil
Penelaahan RKBMN
H. Teknis Pelaksanaan
I. Lain-lain
III. FREQUENTLY
ASKED
QUESTIONS
Menyajikan rumusan kasus
dan penyelesaiannya baik
yang memerlukan penjelasan
peraturan yang telah ada
maupun diskresi dengan
berpedoman pada ketentuan
perundang-undangan.
Kasus bersumber dari
Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang dalam
menyusun RKBMN,
Pengelola Barang dalam
menelaah RKBMN, Itjen
Kementerian Keuangan
dalam melakukan review
RKBMN dan compliance
audit pelaksanaan penelaahan
RKBMN Tahun 2017.
40
A. KONTRAK TAHUN JAMAK
1. Tanya:
Apakah penyelesaian KDP bangunan gedung kantor diajukan melalui
RKBMN (belum terdapat kewajiban penyampaian RKBMN saat penyusunan proposal pengadaannya pada tahun pertama pembangunannya)?
Jawab:
Penyelesaian KDP yang pada awal penganggarannya belum terdapat kewajiban penyusunan/penelahaan RKBMN, anggaran diajukan melaui mekanisme anggaran sesuai ketentuan yang berlaku.
Dalam hal KDP berupa pelaksanaan anggaran yang tidak terkait langsung dengan teknis penyelesaian pembangunan (SPPD, honor dan/atau biaya pengelolaan kegiatan lainnya sebelum adanya dokumen perencanaan),
maka anggaran penyelesaiannya diusulkan melalui mekanisme RKBMN terlebih dahulu.
2. Tanya:
Bagaimana prosedur penyusunan RKBMN untuk pengadaan bangunan gedung kantor yang memerlukan kontrak tahun jamak (multiyears)? Jawab:
K/L agar menyampaikan RKBMN dengan mempertimbangkan kebutuhan dan rencana pelaksanaan anggarannya, apakah memerlukan kontrak tahun
41
jamak atau tidak sehingga kebutuhan akan terpenuhi sesuai rencana waktu penggunaannya.
Mempertimbangkan urgensi RKBMN, untuk pengadaan bangunan gedung kantor yang memerlukan kontrak tahun jamak, RKBMN disusun dan disampaikan kepada Pengelola Barang di awal rencana pengadaannya.
B. KEWAJIBAN PENYUSUNAN RKBMN
3. Tanya:
Apakah terdapat kewajiban
penyusunan RKBMN Untuk
Pengadaan BMN dan Pemeliharaan
BMN atas Bagian Anggaran Bendahara
Umum Negara, Otorita Asahan, dan
Badan Penanggulangan Lumpur
Sidoarjo (BPLS)?
Jawab:
TIDAK.
BENDAHARAN UMUM NEGARA (BUN)
BA BUN tidak menyusun RKA-K/L untuk
pengadaan dan pemeliharaan BMN.
Anggaran pengadaan dan pemeliharaan
BMN untuk menunjang tugas dan fungsi
Menteri Keuangan selaku BUN
dialokasikan dalam Bagian Anggaran
Kementerian Keuangan (BA 15)
OTORITA ASAHAN
Dalam menyelenggarakan tugas dan
fungsinya, otorita asahan menyusun
RKA-K/L untuk belanja pegawai yang
diajukan melalui RKA-K/L Kementerian
Perindustrian.
42
BPLS
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 1
Tahun 2017, BPLS dibubarkan.
4. Tanya:
Apakah satuan kerja Dekon/TP wajib
menyusun RKBMN KPB?
Jawab:
Tidak. RKBMN satuan kerja Dekon/TP
untuk program dan kegiatan
disampaikan oleh satuan kerja pusat
Eselon I selaku penanggungjawab
program dan pemilik portofolio anggaran.
Demikian pula halnya untuk
pemeliharaan BMN eks Dekon/TP yang
masih tercatat pada SKPD. Dalam hal
masih digunakan untuk menunjang
program kegiatan yang
didekonsentrasikan atau pembantuan,
maka pemeliharaannya juga diusulkan
oleh satuan kerja pusat Eselon I selaku
penanggungjawab program dan pemilik
portofolio anggaran.
Dalam hal akan dihibahkan, agar segera
diproses hibahnya sesuai ketentuan yang
berlaku.
5. Tanya:
Apakah satuan kerja BLU wajib
menyusun RKBMN KPB?
Jawab:
Ya.
43
6. Tanya:
Apakah satuan kerja wajib menyusun
RKBMN untuk rencana pengadaan tanah
dan/atau bangunan yang akan dipenuhi
melalui mekanisme sewa?
Jawab:
K/L tetap mengusulkan RKBMN atas
rencana pengadaan tanah dan/atau
bangunan gedung kantor yang akan
dipenuhi melalui mekanisme sewa.
7. Tanya:
Apakah terdapat kewajiban penyusunan
RKBMN untuk pembangunan gedung
atau pembelian tanah karena
melaksanakan rekomendasi BPK atau
putusan pengadilan?
Jawab:
Tidak. Asas Penafsiran Hukum:
Lex specialis derogat legi
generali adalah asas penafsiran
hukum yang menyatakan bahwa
hukum yang bersifat khusus
(lex specialis) mengesampingkan
hukum yang bersifat umum
(lex generalis).
C. KONDISI SETELAH PENYAMPAIAN
RKBMN DAN/ATAU HASIL
PENELAAHAN RKBMN
8. Tanya:
Hasil Penelaahan RKBMN disampaikan
Pengelola Barang kepada K/L dengan
44
tembusan kepada DJA dan APIP-K/L
pada minggu III bulan Februari tahun
sebelumnya. Dalam hal pada periode
setelah minggu III bulan Februari satuan
kerja melaksanakan lelang sebagai
tindak lanjut persetujuan
pemindahtanganan, apakah satuan kerja
dapat menyampaikan kebutuhan BMN
pengganti BMN yang telah
dipindahtangankan melalui mekanisme
penganggaran?
Jawab:
Tidak. Seyogyanya K/L
mempertimbangkan status BMN dalam
tahun yang direncanakan berdasarkan
rencana pemindahtanganan, rencana
pemusnahan/penghapusan, atau
rencana pemanfaatan BMN yang
didukung dokumen yang memadai yang
disusun dengan memperhatikan
ketentuan mengenai pengelolaan BMN.
Sebagai alternatif, satuan
kerja/Pengguna Barang menyusun/
meneliti dan menyampaikan Usulan
Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN
kepada Pengelola Barang.
9. Tanya:
Apabila setelah penyampaian Hasil
Penelaahan RKBMN oleh Pengelola
Barang kepada K/L dengan tembusan
kepada DJA dan APIP-K/L, Apakah K/L
dapat menyampaikan permohonan
penggunaan BMN Idle untuk memenuhi
kebutuhan yang kebutuhannya belum
diajukan dalam RKBMN dan otomatis
tidak terdapat dalam Hasil Penelaahan
45
RKBMN?
Jawab:
K/L agar menyampaikan kepada
Pengelola Barang permohonan
kebutuhan BMN. Dalam hal disetujui
seluruh/sebagiannya, dalam forum
penelahaan antara Pengelola Barang dan
Pengguna Barang, penggunaan BMN eks
BMN Idle dapat menjadi salah satu
alternatif pemenuhan kebutuhan.
10. Tanya:
Terdapat beberapa kebutuhan
pengadaan/ pemeliharaan dalam suatu
TA yang terindikasi setelah pelaksanaan
Perencanaan Kebutuhan BMN. Apakah
dimungkinkan Pengguna Barang
menyampaikan langsung dalam proses
penyusunan dan penelaahan RKA-K/L?
Jawab:
Hanya dimungkinkan dalam hal terdapat
kondisi darurat antara lain bencana alam
dan gangguan keamanan skala besar
atau kondisi lainnya seperti pelaksanaan
perjanjian/komitmen internasional dan
instruksi/kebijakan presiden.
11. Tanya:
Dalam hal terbit ijin prinsip persetujuan
kenaikan tipologi satuan kerja dari
MenPAN-RB setelah RKBMN disusun,
bagaimana pengusulan RKBMN dengan
mempertimbangkan kenaikan tipologi?
46
Jawab:
Agar diajukan Usulan Perubahan Hasil
Penelaahan RKBMN.
Sebagaimana ketentuan pelaksanaan
Perencanaan Kebutuhan BMN, rencana
kenaikan tipologi yang berakibat pada
kenaikan jumlah pegawai dan kebutuhan
bangunan gedung kantor yang disertai
dokumen memadai seyogyanya telah
dipertimbangkan dalam penyusunan
RKBMN.
12. Tanya:
Apabila rencana pengadaan/
pemeliharaan terlewat, apakah dapat
disampaikan melalui Usulan Perubahan
Hasil Penelaahan RKBMN?
Jawab:
Dimungkinkan dalam hal pengajuan
revisi anggaran yang merupakan proses
selanjutnya memenuhi ketentuan
mengenai revisi anggaran.
13. Tanya:
Dalam hal anggaran yang dialokasikan
berdasarkan Hasil Penelaahan RKBMN
mencukupi untuk pengadaan kendaraan
dinas operasional jabatan dengan jenis
dan spesifikasi yang lebih tinggi, apakah
diperbolehkan pelaksanaan anggarannya
tidak mengacu pada ketentuan mengenai
SBSK?
47
Jawab:
Pelaksanaan anggaran bukan merupakan
domain Perencanaan Kebutuhan BMN
yang merupakan siklus sebelum
penetapan alokasi anggaran.
D. SUBYEK PENYUSUNAN RKBMN
14. Tanya:
Dalam hal satuan kerja belum terbentuk,
apakah dapat dipertimbangkan
pembangunan gedung kantornya
mendahului ijin prinsip KemenPAN-RB?
Jawab:
Usulan kebutuhan pengadaan gedung
kantor disampaikan kepada Pengelola
Barang oleh satuan kerja induk melalui
RKBMN Untuk Pengadaan dengan
didukung dokumen yang terkait dengan
pembentukan kantor baru sebagai
contoh pengusulan pembentukan kantor
baru kepada Kemenpan-RB dan
keterangan seperlunya.
Pada dokumen Hasil Penelaahan RKBMN
agar diungkapkan bahwa kebutuhan
dimaksud dapat dipenuhi dalam hal
pembentukan kantor baru telah
mendapat persetujuan dari
KemenPAN-RB.
48
15. Tanya:
Bagaimana pengusulan kebutuhan
gedung kantor suatu satuan kerja yang
juga direncanakan untuk satuan kerja
lainnya?
Jawab:
Masing-masing satuan kerja menyusun
RKBMN Untuk Pengadaan sesuai
kebutuhannya. Fungsi dari Pengguna
Barang adalah melakukan penelitian atas
kebutuhan dimaksud. Pengguna Barang
dapat mengkonsolidasikan kebutuhan
satuan kerja dibawahnya dalam hal akan
dibangun dalam satu proyek/ kawasan.
Sebagai contoh Gedung Keuangan Negara
yang diperuntukkan untuk beberapa
satuan kerja.
16. Tanya:
Apakah usulan pengadaan satuan kerja
kantor daerah dapat diajukan oleh
satuan kerja kantor pusat?
Jawab:
Satuan kerja daerah tetap mengajukan
kebutuhan pengadaan BMN melalui
RKBMN KPB. Pada saat penelitian,
Pengguna Barang dapat melakukan edit
usulan KPB dimaksud menjadi usulan
KPB kantor pusat dalam RKBMN PB atau
hal lainnya dalam rangka optimalisasi
dan menjamin kebutuhan seluruh
satuan kerjanya. Contoh: pembangunan
GKN.
49
17. Tanya:
KPB A menggunakan bangunan gedung
kantor milik KPB B. KPB A dan KPB B
berada dalam satu K/L. KPB A
memerlukan perluasan bangunan gedung
kantor. Bagaimana pengajuannya dan
siapa yang mengajukan?
Jawab:
Terdapat 3 kondisi yang dimungkinkan:
a. KPB A menyusun RKBMN Pengadaan
untuk perluasan bangunan gedung
kantor. KPB A mengisi kolom
“USULAN” seluas perluasan bangunan
gedung kantor saja. Mengikuti formula
aplikasi, kebutuhan riil bangunan
gedung kantor KPB A adalah seluas
mana yang lebih kecil antara usulan
atau luas sesuai SBSK setelah
dikurangi optimalisasi existing BMN
yang dalam hal ini adalah nul (0).
b. Dalam hal KPB A mengusulkan
perluasan bangunan gedung kantor
seluas SBSK, KPB A agar
menginformasikan bahwa sebagiannya
telah terpenuhi dengan penggunaan
bangunan gedung kantor milik KPB B.
c. Dalam hal KPB A mengusulkan
perluasan bangunan gedung kantor
seluas SBSK dan tidak
menginformasikan bahwa sebagiannya
telah terpenuhi dengan penggunaan
bangunan gedung kantor milik KPB B,
maka Pengguna Barang yang
membawahi KPB A agar meneliti dan
melakukan edit atas RKBMN KPB A
50
berkenaan dengan telah terpenuhinya
sebagian kebutuhan bangunan gedung
kantor KPB A.
18. Tanya:
Siapa yang mengajukan RKBMN
Pemeliharaan dalam satu K/L, apakah
satuan kerja yang mencatat atau satuan
kerja yang menggunakan BMN?
Jawab:
Pengguna Barang agar mengatur secara
internal mengenai pengajuan RKBMN
Pemeliharaan dan meneliti RKBMN
Pemeliharaan KPB sehingga tidak terjadi
pengajuan RKBMN Pemeliharaan ganda
atas suatu BMN.
19. Tanya:
Bagaimana pengusulan pembangunan
gedung kantor yang unit eselon IV nya
memiliki kantor sendiri sebagai contoh
Polsek, KUA, UPT?
Jawab:
Satuan kerja yang membawahi unit
eselon IV yang karena tugas dan
fungsinya memerlukan bangunan gedung
kantor tersendiri mengusulkan RKBMN
Untuk Pengadaannya. Untuk kasus ini,
satuan kerja dimaksud dimungkinkan
untuk memiliki bangunan gedung kantor
lebih dari 1 unit.
Mengacu pada Romawi II Huruf A angka
6 Lampiran II PMK Nomor
7/PMK.06/2016, tipe bangunan gedung
kantor instansi vertikal dengan pejabat
51
tertinggi eselon IV adalah Tipe E2.
Contoh unit eselon IV yang memerlukan
bangunan gedung kantor sendiri adalah
Polsek, KUA, UPT, dan KUA).
Optimalisasi existing BMN dilakukan atas
BMN yang dimiliki satuan kerja yang
membawahi unit eselon IV yang berada
dalam 1 wilayah kerja. Mengacu pada
KMK 174/2016, untuk KUA dan Polsek,
optimalisasi dipertimbangkan atas
existing BMN yang dimiliki satuan kerja
dalam wilayah kecamatan.
20. Tanya:
Hal-hal apa saja yang perlu menjadi
perhatian KPKNL dan Kanwil DJKN
dalam melakukan pembinaan
penyusunan RKBMN Pemeliharaan?
Jawab:
RKBMN Pemeliharaan disusun atas BMN
yang keberadaannya jelas, dalam kondisi
baik atau rusak ringan, dan dalam status
sedang digunakan sendiri atau sedang
dipinjam pakai pemerintah daerah
dengan jangka waktu kurang dari
6 bulan. Obyek RKBMN Pemeliharaan
adalah BMN berupa tanah dan/atau
bangunan, alat angkutan bermotor, dan
BMN selain tersebut dengan nilai
perolehanpaling sedikit Rp100juta/unit.
Untuk pemeliharaan BMN selain itu, agar
diajukan berdasarkan mekanisme
penganggaran sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Perlu
menjadi perhatian bahwa aset yang
bukan merupakan BMN namun
pemeliharaannya menjadi beban APBN
52
karena suatu ketentuan
perundangan,bukan merupakan obyek
RKBMN Pemeliharaan.
E. OBYEK PENYUSUNAN RKBMN
21. Tanya:
BMN apa saja yang merupakan obyek
penyusunan dan penelaahan RKBMN?
Jawab:
Obyek penyusunan dan penelaahan
RKBMN:
a. RKBMN Untuk Pengadaan:
Seluruh BMN yang telah terdapat
SBSK-nya.
b. RKBMN Untuk Pemeliharaan:
1) Tanah dan Bangunan;
2) Alat Angkutan Bermotor;
3) Selainnya dengan nilai perolehan
paling sedikit Rp100juta per unit.
22. Tanya:
Apakah pemeliharaan BMN berupa
Rumah Negara termasuk obyek RKBMN?
Jawab:
Pemeliharaan Rumah Negara yang dapat
diusulkan RKBMN-nya adalah Gol. I dan
Gol. II. Rumah Negara Gol. III bukan
obyek RKBMN Pemeliharaan karena tidak
digunakan untuk TUSI K/L dan telah ada
penetapan sebagai Rumah Negara
Gol. III.
53
23. Tanya:
Bagaimana pemeliharaan aset yang
diperoleh dari operasional BLU?
Jawab:
Aset yang diperoleh dari operasional BLU
juga merupakan BMN dan tercatat dalam
LKKL. Untuk itu, pemeliharaannya juga
diajukan melalui RKBMN dengan batasan
obyek sesuai ketentuan Perencanaan
Kebutuhan BMN.
24. Tanya:
Bagaimana penyusunan RKBMN untuk
pembangunan gedung pendidikan/
asrama yang didalamnya terdapat ruang
kerja?
Jawab:
Belum terdapat SBSK Gedung
Pendidikan sehingga rencana
pengadaannya dilakukan berdasarkan
mekanisme penganggaran sesuai
ketentuan perundang-undangan.
25. Tanya:
Bagaimana penyusunan RKBMN untuk
pembangunan gedung kantor yang
didalamnya terdapat ruang khusus
seperti ruang senjata atau yang menyatu
dengan lantai parkir dan tempat ibadah
karena keterbatasan lahan?
Jawab:
RKBMN Pengadaan disampaikan dengan
SBSK sesuai ketentuan yang berlaku.
Pengguna Barang dapat menyampaikan
54
usulan kebutuhan di atas SBSK dengan
keterangan bahwa usulan kebutuhan
termasuk ruang khusus.
Dalam kolom keterangan Hasil
Penelaahan RKBMN diungkapkan bahwa
penelaahan belum dilakukan atas ruang
khusus yang direncanakan sebagai
bagian dari bangunan gedung kantor
sebagaimana diusulkan.
Ruang khusus adalah ruang yang
spesifik tidak termasuk ruang laktasi,
perpustakaan, dsb yang dikategorikan
sebagai ruang fungsional dan telah
termasuk dalam perhitungan luas sesuai
SBSK.
26. Tanya:
Bagaimana apabila existing gedung
kantor tidak dapat diperluas karena
keterbatasan lahan dan/atau existing
bangunan merupakan heritage yang
harus dipertahankan strukturnya
sehingga jumlah lantai tidak dapat
ditambah, sementara berdasarkan
ketentuan SBSK, satuan kerja yang
bersangkutan hanya boleh memiliki
1 unit gedung kantor?
Jawab:
Dilakukan penataan ulang penggunaan
gedung berupa BMN sehingga instansi
vertikal dapat terpenuhi kebutuhannya
sesuai standar yang berlaku.
55
Sebagai contoh, dalam hal existing
bangunan merupakan gedung heritage
maka dapat dipertimbangkan untuk
peruntukkan lain/tidak difungsikan
untuk bangunan gedung kantor
sehingga KPB yang bersangkutan
diyakini belum memiliki gedung kantor.
27. Tanya:
Belanja apa saja yang termasuk dalam
ruang lingkup pemeliharaan?
Jawab:
Belanja Pemeliharaan MAK 523XXX
yang digunakan dalam rangka
mempertahankan BMN dalam kondisi
normalnya atau dengan tingkat
kerusakan sampai dengan 2% untuk
gedung dan bangunan.
28. Tanya:
Apakah gedung cagar budaya termasuk
obyek RKBMN Pemeliharaan?
Jawab:
Sepanjang merupakan BMN maka
pemeliharaannya termasuk dalam obyek
RKBMN. Dalam hal gedung cagar budaya
tidak tercatat dalam neraca (tidak
digunakan untuk kantor), maka usulan
pemeliharaannya agar dilakukan melalui
proses input pada menu “Barang
Tambahan.”
29. Tanya:
Apakah RKBMN untuk pemeliharaan
kendaraan dinas operasional hanya
ditujukan bagi kendaraan dinas
operasional jabatan saja? Bagaimana
56
untuk pemeliharaan kendaraan dinas
operasional kantor?
Jawab:
Seluruh pemeliharaan alat angkutan
bermotor merupakan obyek RKBMN
Pemeliharaan.
30. Tanya:
Bagaimana penyusunan RKBMN untuk
pengadaan Rumah Negara berupa
rumah susun?
Jawab:
Romawi II Huruf C angka 3 Lampiran I
PMK 7/2016:
“Dalam hal rumah negara dibangun
dalam bentuk bangunan gedung
bertingkat/rumah susun, maka
luas per unit rumah negara
diperhitungkan dengan mengurangi
luas garasi (untuk Tipe Khusus,
Tipe A, dan Tipe B). Kebutuhan
garasi disatukan dalam luas parkir
basement dan/ atau halaman.”
F. REVIEW RKBMN OLEH APIP
31. Tanya:
Apakah penelaah RKBMN dapat
menyetujui usulan pengadaan dan/atau
pemeliharaan BMN yang telah ditolak
APIP-K/L yang bersangkutan dalam
pelaksanaan review RKBMN?
57
Jawab:
Dimungkinkan. Terdapat kemungkinan
dispute antara PB dengan APIP. Dalam
hal PB tidak menindaklanjuti
rekomendasi APIP, APIP akan
menyampaikan dokumen Pernyataan
Telah Direview Dengan Catatan. Hal ini
menjadi perhatian penelaah apakah
akan menyetujui/ tidak menyetujui
usulan pengadaan/ pemeliharaan
dimaksud.
32. Tanya:
Apakah dokumen laporan hasil review
APIP dalam PMK Nomor
150/PMK.06/2014 tentang
Perencanaan Kebutuhan BMN mengacu
pada Laporan Hasil Review APIP atau
dapat ditentukan lain?
Jawab:
Tidak. Laporan hasil review APIP
dimaksud pada Pasal 16 PMK 150/2014
mengacu pada dokumen pelaksanaan
review APIP-K/L yang selanjutnya
ditentukan dalam ketentuan
pelaksanaannya.
Romawi III Lampiran KMK 332/2016
tentang Modul Tata Cara Reviu
Perencanaan Kebutuhan BMN Oleh APIP-
K/L:
“...Catatan Hasil Reviu, Pernyataan Telah
Direviu, dan/atau LHR selanjutnya
digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam proses penelaahan RKBMN oleh
Pengelola Barang.”
58
G. USULAN PERUBAHAN HASIL
PENELAAHAN RKBMN
33. Tanya:
Kapan Usulan Perubahan Hasil
Penelaahan RKBMN disampaikan dan
apakah usulan dimaksud dapat
mengakibatkan penambahan pagu K/L?
Jawab:
Usulan Perubahan Hasil Penelaahan
RKBMN disampaikan paling lambat
1 bulan sebelum batas waktu
penyampaian revisi anggaran.
Usulan Perubahan Hasil Penelaahan
RKBMN disampaikan dengan
pertimbangan rencana revisi anggaran
sesuai ketentuan yang mengatur
mengenai revisi anggaran dan rencana
revisi anggaran dimaksud berdampak
pada perubahan kebutuhan pengadaan
dan/atau pemeliharaan BMN.
34. Tanya:
Terdapat alokasi anggaran pemeliharaan
bangunan gedung kantor pada satuan
kerja A. Dalam tahun pelaksanaan
anggaran, bangunan gedung kantor
digunakan sementara oleh satuan kerja
B dalam kementerian yang sama. Apakah
K/L wajib menyampaikan Usulan
Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN?
Jawab:
Tidak.
Pergeseran anggaran merupakan salah
satu obyek revisi anggaran. Namun
demikian, dalam hal ini tidak terdapat
59
perubahan kebutuhan pemeliharaan
BMN.
35. Tanya:
Dalam hal DIPA ditetapkan lain dari
Hasil Penelaahan RKBMN, apakah
diperlukan Usulan Perubahan Hasil
Penelaahan RKBMN untuk disesuaikan
dengan DIPA?
Jawab:
Hasil Penelaahan RKBMN tidak
diusulkan perubahannya untuk
menyesuaikan dengan DIPA.
36. Tanya:
Dalam hal terdapat pengurangan
kebutuhan dari semula yang telah
disetujui dalam Hasil Penelaahan
RKBMN, apakah diperlukan
penyampaian Usulan Perubahan Hasil
Penelaahan RKBMN?
Jawab:
UNTUK PENGADAAN BMN:
Hasil Penelaahan RKBMN Untuk
Pengadaan memuat informasi pengadaan
BMN yang disetujui berdasarkan standar
yang merupakan batas tertinggi atau
range dalam hal BMN berupa tanah
mana yang lebih kecil antara standar
dengan kebutuhan yang diusulkan.
Pengurangan kebutuhannya otomatis
tidak melampaui standar. Untuk itu,
tidak diperlukan penelaahannya sehingga
juga tidak perlu diusulkan perubahan
kebutuhannya.
60
UNTUK PEMELIHARAAN BMN:
Pengurangan kebutuhan pemeliharaan
sebagai dampak pengelolaan BMN yang
belum direncanakan sebelumnya
(penggunaan/ pemanfaatan,
pemindahtanganan, pemusnahan/
penghapusan BMN) diajukan Usulan
Perubahan Hasil Penelaahan RKBMNnya.
H. TEKNIS PELAKSANAAN
37. Tanya:
Apakah data pegawai non PNS bisa
dipertimbangkan dalam perhitungan
SBSK bangunan gedung kantor?
Jawab:
Pegawai non PNS yang diangkat dengan
perjanjian kerja sesuai kebutuhan
termasuk dalam perhitungan SBSK
bangunan gedung kantor sepanjang
pegawai dimaksud memerlukan ruang
kerja.
38. Tanya:
Pada saat melakukan retrieve data BMN
dalam penyusunan RKBMN
Pemeliharaan, BMN berupa tanah tidak
ter-retrieve. Apakah hal demikian berarti
pemeliharaan tanah tidak melalui
mekanisme RKBMN? Bagaimana
pemeliharaan halaman kantor dan
Taman Makam Pahlawan?
Jawab:
BMN berupa tanah tidak ter-retrieve
dalam proses penyusunan RKBMN
pemeliharaan BUKAN berarti
61
pemeliharaan tanah tidak melalui
mekanisme RKBMN. Pemeliharaan tanah
dipertimbangkan telah termasuk dalam
pemeliharaan luasan bangunan yang
berdiri diatasnya (bangunan gedung
kantor/ rumah negara/ parkir/ taman/
pagar/ dsb.).
39. Tanya:
Bagaimana cara melakukan update
kondisi BMN pada aplikasi SIMAN menu
pemeliharaan?
Jawab:
Data kondisi BMN merupakan data
transaksi sehingga update data
dilaksanakan pada aplikasi SIMAK BMN
terlebih dahulu dan dilakukan
sinkronisasi SIMAK-SIMAN.
40. Tanya:
Terdapat lag data antara tanggal
penyusunan RKBMN dengan tahun yang
direncanakan (misalkan disusun pada
awal semester II tahun 2015 untuk
perencanaan tahun 2017). Dalam hal
terdapat realisasi pengadaan BMN pada
periode lag dimaksud, bagaimana
pengajuan pemeliharaannya?
Jawab:
Satuan kerja agar melakukan
sinkronisasi data SIMAK-SIMAN saat
akan menyusun RKBMN. Transaksi yang
terjadi pada periode lag, agar telah dapat
direncanakan saat penyusunan RKBMN
berdasarkan dokumen pendukung yang
kuat antara lain dokumen DIPA sehingga
K/L dapat melakukan input BMN yang
62
direncanakan akan diadakan pada menu
“Barang Tambahan” untuk rencana
pemeliharaannya pada tahun yang
direncanakan.
41. Tanya:
Apakah fungsi fasilitas input “Barang
Tambahan” pada menu pemeliharaan
aplikasi SIMAN Perencanaan Kebutuhan
BMN?
Jawab:
Fungsi fasilitas input “Barang
Tambahan” adalah untuk mengakomodir
BMN yang memerlukan pemeliharaan
namun tidak tercatat sebagai BMN di
bawah penguasaan KPB yang
bersangkutan, antara lain karena kondisi
sebagai berikut:
a. BMN yang pengadaannya telah
dialokasikan dan akan memerlukan
pemeliharaan pada tahun yang
direncanakan;
b. BMN yang tidak tercatat sebagai BMN
dalam penguasaan suatu K/L
namun berdasarkan ketentuan
perundang-undangan harus dipelihara
oleh K/L yang bersangkutan; atau
c. BMN digunakan sementara oleh suatu
K/L.
I. LAIN-LAIN
42. Tanya:
Apakah kondisi barang berpengaruh
pada alokasi dana pemeliharaan?
63
Jawab:
Merupakan kewenangan DJA dalam
menentukan alokasi dana.
43. Tanya:
Apakah terdapat perbedaan
pertimbangan antara rencana
pemindahtanganan/penghapusan dan
rencana alih fungsi existing kendaraan
dinas jabatan dalam penyusunan
RKBMN Pengadaan kendaraan dinas
jabatan?
Jawab:
Ya.
a. Rencana pemindahtanganan/
penghapusan dilaksanakan dengan
mempertimbangkan ketentuan
pengelolaan BMN mengenai
pemindahtanganan/ penghapusan
BMN.
b. Alih fungsi dapat dilaksanakan dengan
mempertimbangkan Renstra-K/L
(performa kinerja apakah selama ini
terhambat dengan keterbatasan
kendaraan dinas operasional atau
tidak atau terdapat penambahan tugas
dan fungsi), jumlah kendaraan dinas
operasional, umur kendaraan dinas
operasional jabatan yang akan
dialihkan sekurang-kurangnya adalah
5 tahun, serta jenis dan spesifikasi
(agar mengacu pada ketentuan tentang
64
Modul Perencanaan Kebutuhan BMN
Untuk Penyusunan RKBMN Berupa
AADB yang berlaku.
44. Tanya:
Bagaimana penyusunan RKBMN untuk
satuan kerja yang akan membangun
gedung kantor sekaligus menyewa
gedung kantor selama masa
pembangunan?
Jawab:
Kebutuhan bangunan gedung kantor
adalah seluas sebagaimana diajukan
dalam RKBMN Untuk Pengadaan melalui
pembangunan.
Dengan demikian, jumlah kebutuhan
(maksimum) sewa selama masa
pembangunan telah sekaligus dilakukan
penyusunan dan penelaahan RKBMNnya
sehingga tidak diperlukan penyusunan
dan penelaahan RKBMN tersendiri.
Pengajuan kebutuhan sewa diungkapkan
dalam kolom keterangan bahwa sewa
dilaksankaan untuk jangka waktu
selama masa pembangunan.
45. Tanya:
Apakah satuan kerja dengan
pertimbangan kebutuhan gedung
saat berakhirnya masa sewa dapat
menyampaikan RKBMN Pengadaan
gedung kantor sementara masa sewa
belum berakhir?
65
Jawab:
Ya.
Optimalisasi existing BMN dilaksanakan
atas aset definitif. Selama masa
pembangunan, BMN tercatat sebagai
KDP sehingga dapat dipertimbangkan
bahwa dalam waktu yang sama KPB
terikat perjanjian sewa aset pihak ketiga
untuk pemenuhan kebutuhan
sementara.
xxii
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Australian Parliament. Charter of Budget Honesty Act 1998. Canberra: Australian Parliament
Australian Parliament. Public Governance, Performance, and Accountability (Consequential and Transitionlas Provision) Act 2014. Canberra: Australian Parliament
Daftar Referensi
xxiii
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2014 tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara. Jakarta: Kementerian Keuangan
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri. Jakarta: Kementerian Keuangan
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.06/2011 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/atau Bangunan. Jakarta: Kementerian Keuangan
xxiv
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.06/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.06/2011 Tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/atau Bangunan. Jakarta: Kementerian Keuangan
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi Kementerian Negara /Lembaga. Jakarta: Kementerian Keuangan
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan. Jakarta: Kementerian Keuangan
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan. Jakarta: Kementerian Keuangan
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.02/2016 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran. Jakarta: Kementerian Keuangan
xxv
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor10/PMK.02/2017 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2017. Jakarta: Kementerian Keuangan
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136/PMK.05/2016 tentang Pengelolaan Aset Pada Badan Layanan Umum. Jakarta: Kementerian Keuangan
Kementerian Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 450/KM.6/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara. Jakarta: Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Kementerian Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KM.6/2016 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 450/KM.6/2014 Tentang Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara. Jakarta: Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Kementerian Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 452/KM.6/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara. Jakarta: Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
xxvi
Kementerian Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 227/KM.6/2014 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 452/KM.6/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara. Jakarta: Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Kementerian Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 310/KM.6/2015 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri. Jakarta: Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Kementerian Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 311/KM.6/2015 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri. Jakarta: Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Kementerian Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 332/KM.6/2015 tentang Modul Tata Cara Reviu Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Kementerian/Lembaga. Jakarta: Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
xxvii
Kementerian Keuangan. Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor: 187/PB/2017 tentang Kodefikasi Segmen Akun Pada Bagan Akun Standar. Jakarta: Direktorat Jenderal Perrbendaharaan
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor 6/KN/2016 tentang Prosedur Kerja Dan Bentuk Surat Dalam Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi Kementerian Negara/Lembaga. Jakarta: Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Surat Nomor S-1124/KN/2015 tanggal 24 Agustus 2015. Jakarta: Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Surat Nomor S-298/KN.2/2016 tanggal 2 September 2016. Jakarta: Direktorat Barang Milik Negara
2016. Lex Specialis Derogat Legi Generali. https://id.wikipedia.org/wiki/Lex_specialis_derogat_legi_generali (Diakses pada 27 April 2017.
xxviii
Dokumentasi
xxix
xxx
xxxi
DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA, DIREKTORAT BARANG MILIK NEGARA GEDUNG SYAFRUDIN PRAWIRANEGARA II LANTAI 11 UTARA
JALAN LAPANGAN BANTENG TIMUR NOMOR 2-4, JAKARTA 10710, TELEPON (021) 3449230, EXT. 4604, FAKSIMILE (021) 3442948