Pere Maja An

Embed Size (px)

DESCRIPTION

task

Citation preview

Beberapa pendapat mengatakan bahwa ayam petelur yang sudah berhenti berproduksi jangan terlalu awal diafkir, karena masih dapat diperbaiki dan dipelihara lagi sebagai ayam yang produktif. Cara yang biasa ditempuh adalah dengan memberikan waktu istirahat bagi ayam dan dengan pemeliharaan khusus. Metode ini lazim disebut dengan Force Molting yaitu meremajakan ayam dengan memaksakan rontok bulu sesudah berproduksi kurang lebih selama 1 tahun. Cara ini lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan memelihara ayam kembali dengan umur 1 hari. Meremajakan ayam yang sudah tua atau afkir, hanya membutuhkan waktu 6-7 minggu dan jumlah ransum yang dibutuhkan hanya 3-4 kg per ekor. Sedangkan untuk memelihara anak ayam dari umur 1 hari sampai masa produksi, dibutuhkan jumlah ransum sebanyak 4,5-5 kg/bulan (10-12 kg/ekor). Untuk menghasilkan telur, ayam muda membutuhkan 4,28 kg ransum kualitas baik untuk menghasilkan setiap kg produksi telur, sedang ayam peremajaan hanya membutuhkan 3,81 kg ransum dengan kualitas baik. Untuk memelihara ayam dari umur 1 hari, dibutuhkan sanitasi yang ketat dan ketelitian perawatan, sebab ayam masih peka terhadap lingkungan luar. Keuntungan yang lain adalah ukuran telur yang lebih besar bisa dijaga oleh ayam tua yang diremajakan, sedangkan ayam muda pada permulaan produksi telur yang dihasilkan lebih kecil. Cara force molting ada 3 metode pokok, yaitu meniadakan air minum, makanan dan membatasi sinar matahari.Metode konvensional merupakan metode paling sederhana, caranya adalah hari pertama dan kedua ayam tidak diberi makan dan minum sama sekali, sedang sinar matahari diberikan selama 8 jam/hari. Hari ketiga diberi makan 50% dari kebutuhan makannya, sinar matahari diberikan 8 jam/hari. Hari keempat dipuasakan. Hari kelima seperti pada hari ketiga. Hari keenam sama dengan hari ketiga, hari kedelapan sama dengan hari keempat, sampai pada akhir hari kesembilan air diberikan secara bebas. Pada permulaan hari ke10-60 ayam diberi minum bebas, sedang makanan 75% dari kebutuhannya. Hari ke 61 diberi makan dan minum secara utuh dan sinar matahari selama 14-16 jam/hari. Dua minggu sesudah itu ayam akan remaja kembali dan siap berproduksi.Selanjutnya adalah metode california, biasa disebut metode milo karena ayam hanya akan diberi gandum dan tepung jagung dalam waktu yang lama. Caranya adalah hari 1-35 ayam diberi makan lengkap sesuai dengan kebutuhannya dan sinar mataharidibatasi 8 jam/hari. Hari ke 36-39 ayam dipuasakan dan sinar matahari 8 jam/hari. Hari ke 40-60 diberi gandum atau jagung sebanyak-banyaknya, sedang sinar matahari diberikan tetap 8 jam/hari. Hari ke 61-68 diberi makan secara utuh (ransum ayam petelur), minum sebanyak-banyaknya dan sinar matahari 14-16 jam/hari. Sesudah 2 minggu ayam dari perlakuan tersebut akan kembali remaja dan siap berproduksi.Sedangkan yang terakhir adalah metode macxindos yang merupakan perpaduan antara 2 metode diatas. Dengan cara ransum dan air minum yang diberikan dibatasi dan dalam ransumnya diberikan daun lamtoro kering. Cara-caranya : hari ke 1 dan 2 ayam dipuasakan. Hari ketiga ayam hanya diberi minum. Hari ke 4-6 dipuasakan. Hari ke 7-10 sama dengan hari ketiga. Hari 11-25 ayam diberi minum secara bebas dengan makanan lengkap (ransum ayam petelur) 50% dari kebutuhan makannya, dicampur dengan 20% daun lamtoro kering. Hari ke 26 dan seterusnya diberi ransum lengkap dan minum secara bebas. Sesudah 6 minggu mengalami perlakuan seperti di atas, ayam akan remaja kembali dan siap berproduksi lagi.Metode ketiga ini paling cocok diterapkan di daerah tropis dan sudah banyak yang berhasil. Hanya yang perlu diperhatikan adalah stres yang sering terjadi pada ayam, karena dalam membatasi makan dan minum yang terlalu lama. Dengan meremajakan ayam tua, setidaknya dapat menekan kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat afkir ayam. http://ayampetelur.com/2013/10/metode-peremajaan-ayam-petelurKeberhasilan proses perpindahan kandang sangat dipengaruhi oleh keberhasilan persiapan kandang, pelaksanaan pindah kandang dan perlakuan setelah menempati kandang baru. Persiapan perpindahan kandang meliputi kesiapan kandang baru menerima ayam dan kondisi ayam saat akan dipindah. Sebelum ayam masuk, perlu dilakukan pembersihan kandang meliputi pembersihan sisa kotoran, litter, bulu, eskudat, dari ayam periode sebelumnya. Kandang dibersihkan dengan air sabun dan bila kering disemprot dengan desinfektan. Tidak hanya itu, peralatan kandang juga harus dibersihkan seperti paralon, tempat ransum dan air minum harus dibersihkan dan didesinfeksi. Lingkungan kandang harus didesinfeksi secara keselruhan, dan rumput liar harus dibersihkan juga. Berat badan ayam perlu didata dan dikelompokkan, uniformity yang tidak sesuai akan sangat berpengaruh pada produksi telur. Vaksinasi sebaiknya dilakukan 2 atau 3 minggu sebelum pindah kandang agar respon vaksinasi optimal dan obat cacing diperlukan 3 hari sebelum dipindah.Pelaksanaan pindah kandang sebaiknya dilakukan dengan cepat dan tepat. Jika terlambat dan prosesnya lama akan menyebabkan stres dan kematian. Penangkapan ayam harus dilakukan dengan hati-hati dan waktu yang tepat. Ayam sebaiknya ditangkanp pada malam, pagi atau sore saat kondisi cuaca tidak terlalu panas. Saat pindah kandang ayam sebaiknya tidak diberi ransum, dipuasakan sehingga saluran pencernaannya kosong. Saat saluran pencernaannya berisi ransum maka akan berlangsung proses pencernaan dan penyerapan nutrisi sehingga menghasilkan panas. Saat proses pemindahan ayam pastikan sirkulasi udara pada tumpukan keranjang ayam lancar. Dan yang paling penting adalah sediakan keranjang yang nyaman untuk ayam. Atur jumlah dan kapasitas ayam yang dimasukkan ke dalam kandang.Sedangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan saat ayam telah menempati kandang yang baru agar memudahkan dalam proses adaptasi. Pastikan ayam memiliki akses air minum dengan mudah karena selama perjalanan ayam kehabisan banyak cairan tergantung pada kondisi cuaca. Bial menggunakan nipple drinker untuk mempermudah ayam menemukan tambahkan intensitas cahaya dan tingkatkan tekanan air dalam paralon. Setelah ayam menemukan tempat minum, segera berikan ransum dengan kualitas dan jumlah sesuai kebutuhan. Berikan tambahan pencahayaan selama 22-24 jam pada hari pertama kondisi terang dalam kandang akan mempermudah ayam menemukan tempat pakan dan minum. Penambahan intensitas pencahayaan hendaknya tidak lebih dari 7 hari karena akan memicu kanibalisme. Setelah itu, lakukan pemantauan secara rutin terhadap tingkat konsumsi ransum, jumlah konsumsi minum, suhu dan kelembaban kandang, pertambahan bobot badan, dan perkembanagan henday dan berat telur. Pemberian vitamin dan elektrolit sebelum dan sesudah pindah kandang akan membantu meningkatkan stamina dan menurunkan efek stress yang ditimbulkan.Rubung TanggaraMahasiswa Fakultas Peternakan UGM Jurusan Produksi TernakSebagaimana kita ketahui bersama, akan selalu banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha. Seiring hal tersebut, akan banyak pula pilihan solusi yang bisa ditempuh untuk menyelesaikan suatu masalah. Demikian pula dalam usaha budidaya layer (petelur). Peremajaan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan bagi peternak agar bisa melanjutkan usahanya. Peremajaan diperlukan untuk mengganti ayam-ayam yang sudah ?tua? dan tidak bertelur lagi, dengan kata lain sudah tidak produktif. Sehingga kontinyuitas produksi telur dalam usaha peternakan layer bisa terus berlanjut. Teknik peremajaan yang saat ini dikenal oleh banyak peternak layer adalah proses penggantian ayam yang telah mengalami fase produksi pertama dengan ayam pullet (dara). Secara teknis, sebenarnya langkah tersebut kurang begitu memanfaatkan potensi biologis yang ada pada ayam petelur. Sebab ayam petelur pada dasarnya tidak hanya bisa berproduksi satu kali fase produksi, tetapi lebih dari itu. Ayam petelur mampu berproduksi untuk kedua kalinya, meskipun produksinya tidak sebagus fase yang pertama. Fase kedua produksi bisa mencapai 75%-80%. Metoda peremajaan yang dilakukan dengan mengganti layer pasca melalui fase produksi pertama dengan ayam pullet pastinya akan membutuhkan biaya yang besar. Perhitungannya, dengan membeli DOC layer lagi maka peternak tersebut harus memelihara DOC sampai berumur 20 minggu atau kurang lebih 5 bulan. Rentang waktu selama itu tentunya akan memerlukan biaya yang cukup besar, selain untuk pembelian pakan, tenaga kerja pun harus diberi upah. Ataupun bila peternak memilih langsung membeli ayam petelur yang sudah siap berproduksi dari breeding farm. Tidak sedikit kocek yang harus dirogoh dari kantong peternak. Katakanlah harga untuk tiap ekornya adalah tiga puluh lima ribu rupiah, maka untuk pembelian seribu ekor layer saja diperlukan dana tidak kurang dari tiga puluh lima juta rupiah. Apalagi kalau lebih banyak lagi! Belum lagi biaya pakan yang mesti disiapkan. Bagi peternak yang memiliki modal pas-pasan, dana sebesar itu pastilah akan memberatkan. Metoda PuasaSalah satu alternatif solusi yang dapat digunakan para peternak layer dalam rangka menghemat biaya peremajaan adalah dengan melakukan induce molting. Secara teknis induce molting adalah proses perontokkan bulu secara paksa. Dan cara paling sederhana yang dapat dilakukan peternak layer adalah dengan menerapkan puasa berselang pada layer yang telah melalui fase produksi pertama. Rigidnya, dua hari dipuasakan, satu hari berikutnya diberi pakan, demikian diberlakukan selama lima belas hari atau dua minggu. Yang perlu diperhatikan, selama pemuasaan layer tetap diberi air minum. Akibat yang ditimbulkan, secara otomatis bulu-bulu ayam akan segera rontok. Selanjutnya setelah lima belas hari, ayam diberi pakan sewajarnya. Hasilnya, bulu-bulu baru layer pun tumbuh lagi, dan layer memasuki masa produksi fase kedua. Tujuan pemberlakuan teknik ini adalah menyegerakan dan memperpendek masa molting (perontokkan). Secara alami, proses ini memakan waktu lebih panjang sehingga akan memakan biaya pemeliharaan.Ada tiga keuntungan dari induce molting ini. Pertama, bagi pengusaha layer yang tidak memiliki modal besar dapat menjadi alternatif peremajaan populasi. Kedua, untuk menghadapi permasalahan harga pakan saat naik, ayam yang berproduksi rendah bisa di induce molting sebagai solusi penghematan pakan. Ketiga, saat permintaan telur tinggi dan stok pullet sedang rendah dapat digunakan untuk menyiasati kebutuhan akan layer pullet. Tak urung, induce molting sangat layak diterapkan dalam manajemen pemeliharaan ayam petelur. Selain menghemat biaya peremajaan, juga mengoptimalkan potensi biologis yang ada pada ayam petelur.http://trobos.com/show_article.php?rid=22&aid=892Peremajaan bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan produksi. Dengan peremajaan, peternak berupaya untuk mengganti kelompok ayam lama yang telah mengakhiri masa produksinya dengan kelompok ayam baru yang akan mempertahankan kelangsungan produksi. Bertolak dari hal tersebut, program peremajaan merupakan kegiatan yang mutlak harus dilaksanakan secara rutin oleh peternak.

Untuk mempersiapkan kelompok ayam baru dalam rangka peremajaan, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:1. Target produksi2. Sarana dan prasarana3. Waktu peremajaan dan peluang pasar.Pada waktu peternak melaksanakan peremajaan, target populasi yang akan dicapai harus disesuaikan dengan sarana kandang yang tersedia. Jika kandang yang tersedia pada suatu usaha peternakan berkapasitas 6000 ekor dengan program peremajaan sebanyak 3 kali dalam 1 tahun, maka pembelian kelompok ayam baru sebagai pengganti kelompok lama di upayakan berjumlah 2000 ekor, tidak bisa lebih atau kurang. Sebab jika dibeli kelompok ayam dalam jumlah yang melebihi populasi tersebut, maka akan menyulitkan peternak itu sendiri, karena kelebihan populasi tidak akan tertampung oleh sarana kandang yang tersedia. Sebaliknya, jika kelompok ayam baru yang dibeli tersebut kurang dari target, maka sebagian kandang menjadi tidak terisi, yang berarti secra ekonomis kurang menguntungkan.

Target populasi di seluruh kandang sesuai jadwal hanya mungkin terlaksana jika sarana dan prasarana pembesaran atau perawatan yang meliputi kandang grower, dengan segala peralatanya memadai. Dengan alasan semacam ini, maka sebagai persiapan peremajaan mutlak dipersiapkan sarana kandang dengan segala perlengkapanya.

Waktu atau jadwal peremajaan ayam pada umumnya telah diprogramkan oleh peternak. Jika peternak memprogramkan 3 kali peremajaan dalam satu tahun, minimal satu kelompok peremajaan dapat disesuaikan dengan peluang pasar yang sekiranya sangat menguntungkan. Peluang pasar yang baik dinegara kita terutama terjadi disekitar hari raya lebaran, Natal dan tahun baru. Oleh karena itu, apabila peternak ingin memanfaatkan peluang pasar yang menguntungkan tersebut, maka sebaiknya kelompok ayam baru yang akan menggantikan kelompok lama harus dibeli sekitar 8 bulan sebelum hari raya tiba.

Read more: http://centralunggas.blogspot.com/2012/01/peremajaan-ayam-petelur.html#ixzz2qT01irez

Meremajakan Ayam Petelur Tua16 December, 2002 by poultry Tips & Trik No commentsPoultryindonesia.com, Tips. Ayam petelur yang sudah berhenti berproduksi jangan langsung di afkir, karena masih bisa diperbaiki dan dipelihara lagi sebagai ayam petelur yang produktif. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan memberikan waktu istirahat bagi ayam dan pemeliharaan yang khusus. Metode ini lazim disebut Force Moulting yaitu meremajakan ayam dengan cara memaksakan masa rontok bulu sesudah berproduksi setahun lamanya. Menurut Budi Pratomo (1987), cara ini lebih menguntungkan dibanding dengan memelihara lagi anak ayam umur 1 hari. Meremajakan ayam yang sudah tua/ afkir, hanya membutuhkan waktu 6-7 minggu dan jumlah ransum yang dibutuhkan hanya 3-4 kg/ekor. Sedang untuk memelihara anak ayam mulai umur satu hari sampai berproduksi, dibutuhkan ransum 4,5-5 kg/bulan (10-12 kg/ekor). Untuk menghasilkan telur, ayam muda memerlukan 4,28 kg ransum kualitas baik untuk setiap kg produksi telur, sedang ayam peremajaan hanya membutuhkan 3,81 kg ransum dengan kualitas baik. Disamping itu pada pemeliharaan anak ayam mulai umur satu hari diperlukan sanitasi yang lebih ketat dan ketelitian perawatan, sebab ayam-ayam tersebut masih peka terhadap pengaruh luar. Keuntungan yang lain adalah ukuran telur yang lebih besar bisa dijaga produksinya oleh ayam-ayam tua yang diremajakan, sedang ayam-ayam muda pada permulaan produksinya telur yang dihasilkan lebih kecil.Cara Force Moulting berdasarkan 3 metode pokok, yaitu meniadakan air minum, makanan dan membatasi sinar matahari. Ketiga metode tersebut adalah :Metode konvensionalMetode ini sederhana, tetapi bila dilakukan secara baik hasilnya cukup memuaskan. Tahap-tahap metode ini adalah : hari pertama dan kedua ayam tidak diberi makan dan minum sama sekali, sedang sinar matahari diberikan selama 8 jam/hari. Hari ketiga diberi makan 50% dari kebutuhan makannya, sinar matahari diberikan 8 jam/hari. Hari keempat dipuasakan. Hari kelima seperti pada hari ketiga. Hari keenam sama dengan hari ketiga, hari kedelapan sama dengan hari keempat, sampai pada akhir hari kesembilan air diberikan secara bebas. Pada permulaan hari ke10-60 ayam diberi minum bebas, sedang makanan 75% dari kebutuhannya. Hari ke 61 diberi makan dan minum secara utuh dan sinar matahari selama 14-16 jam/hari. Dua minggu sesudah itu ayam akan remaja kembali dan siap berproduksi.Metode CaliforniaDikenal juga dengan metode Milo karena pada metode ini ayam hanya diberi milo (gandum) atau tepung jagung saja dalam waktu yang lama. Peremajaan ini cocok diterapkan di daerah tropis, dengan langkah-langkah sebagai berikut : hari 1-35 ayam diberi makan lengkap sesuai dengan kebutuhannya dan sinar mataharidibatasi 8 jam/hari. Hari ke 36-39 ayam dipuasakan dan sinar matahari 8 jam/hari. Hari ke 40-60 diberi gandum atau jagung sebanyak-banyaknya, sedang sinar matahari diberikan tetap 8 jam/hari. Hari ke 61-68 diberi makan secara utuh (ransum ayam petelur), minum sebanyak-banyaknya dan sinar matahari 14-16 jam/hari. Sesudah 2 minggu ayam dari perlakuan tersebut akan kembali remaja dan siap berproduksi.Metode MacxindosMerupakan kombinasi dari kedua cara di atas, dimana pada metode ini ransum dan air minum yang diberikan dibatasi dan dalam ransumnya diberikan daun lamtoro kering. Cara-caranya : hari ke 1 dan 2 ayam dipuasakan. Hari ketiga ayam hanya diberi minum. Hari ke 4-6 dipuasakan. Hari ke 7-10 sama dengan hari ketiga. Hari 11-25 ayam diberi minum secara bebas dengan makanan lengkap (ransum ayam petelur) 50% dari kebutuhan makannya, dicampur dengan 20% daun lamtoro kering. Hari ke 26 dan seterusnya diberi ransum lengkap dan minum secara bebas. Sesudah 6 minggu mengalami perlakuan seperti di atas, ayam akan remaja kembali dan siap berproduksi lagi.Dari ketiga metode di atas, metode ketiga yang paling cocok diterapkan di daerah tropis dan sudah banyak yang berhasil. Hanya yang perlu diperhatikan adalah stres yang sering terjadi pada ayam, karena dalam membatasi makan dan minum yang terlalu lama. Dengan meremajakan ayam tua, setidaknya dapat menekan kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat afkir ayam. dewiSilakan mengutip dan atau meng-copy tulisan ini dengan menyebut sumbernya : www.poultryindonesia.com