33
PERDARAHAN PADA SEMESTER I DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM NAMA : BELLA SINTIA NIM : Po.62.24.2.13.102 KELAS : KEBIDANAN REGULER XVA 1

Perdarahan Trimester i Dan III

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BBGGFDD

Citation preview

Page 1: Perdarahan Trimester i Dan III

PERDARAHAN PADA SEMESTER IDAN PERDARAHAN ANTEPARTUM

NAMA : BELLA SINTIANIM : Po.62.24.2.13.102KELAS : KEBIDANAN REGULER XVA

POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYATAHUN 2015

1

Page 2: Perdarahan Trimester i Dan III

ABORTUS

1. Definisi

Abortus didefinisikan sebagai keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu

hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1.000 gram atau umur

kehamilan kurang dari 28 Minggu (manuaba, 1998 : 214).

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)

atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 Minggu atau buah kehamilan belum

mampu untuk hidup di luar kandungan (Sarwono, 2006).

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)

pada waktu sebelum kehamilan tersebut berusia 22 Minggu atau buah kehamilan

belum mampu hidup di luar kandungan (Ilmu Kebidanan, 2006).

Klasifikasi Abortus, yaitu :

a. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi tidak didahului faktor-faktor

mekanik ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah.

b. Abortus Provokatus, yakni Abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan

maupun alat-alat Abortus.

2. Etiologi

a. Faktor dari ibu :

- Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis.

- Faktor kekebalan (imunologi) misalnya penyakit lupus, anti phospolipid

syndrom.

- Infeksi, akibat beberapa virus seperti cacar air, campak, toksoplasma,

herpes, kiamidia.

- Kelemahan otot leher rahim, diabetes melitus, malnutrisi

- Kelainan bentuk rahim

- Kelainan traktus genetalia

b. Faktor janin

- Pertumbuhan zigot, embrio, plasenta

- Kelainan telur, telur kosong (bligted ovum)

- Kerusakan kromosom atau kerusakan embrio, kelainan kromosom

- Embrio dengan kelainan lokal

2

Page 3: Perdarahan Trimester i Dan III

- Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas)

3. Predisposisi

Predisposisi Abortus yaitu :

a. Usia ibu yang lanjut

b. Riwayat obstetri/ ginekologi yang kurang baik

c. Riwayat infertilitas

d. Penyakit yang menyertai kehamilan (diabetes dan imunologi sistemik)

e. Infeksi (variola, CMV, toxoplasma)

f. Paparan dengan berbagai macam kimia (rokok, obat-obatan, alkohol dan

radiasi)

g. Trauma abdomen atau pelpis pada trimester pertama

h. Kelainan kromosom

4. Komplikasi

a. Perdarahan

b. Perforasi

c. Infeksi dan tetanus

d. Ginjal akut

e. Syok

5. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi pendarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan

sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing

dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing

tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 Minggu, villi karialis belum menembus

desidua secara dalam.jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada

kehamilan 8 sampai 14 Minggu. Penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta

tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahan. Pada

kehamilan lebih dari 14 Minggu janin dikeluarkan lebih dulu dari plasenta. Hasil

konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau

benda kecil yang tidak jelas bentuknya.

3

Page 4: Perdarahan Trimester i Dan III

Janin luar mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau

fetus papi raseus.

6. Penanganan

Penanganan Abortus secara umum antara lain :

a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk

tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu)

b. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan

sistemik kurang dari 90 mmHg, nadi lebih cepat lebih dari 112 kali/menit)

c. Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penanganan syok. Jika tidak terlihat

tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong

melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita kerena kondisinya dapat

memburuk dan cepat. Jika terjadi syok, dengan segera

d. Jika pasien dengan keadaan syok pikiran kemungkinan kehamilan ektopik

terganggu

e. Pasang infus dengan jarum besar (16 G atau lebih besar) berikan larutan

garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam

pertama), kemudian setelah diketahui abortus apa yang terjadi lakukan

penanganan yang spesifik sesuai abortus yang terjadi.

f. Memperbaiki keadaan umum

g. Pemberian makanan yang sempurna

h. Anjurkan istirahat yang cukup

i. Larangan koitus dan olah raga

j. Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid dan lain-lain.

7. Tanda dan Gejala

a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 Minggu

b. Perdarahan uterus pada kehamilan selama atau sebelum 20 Minggu, hasil

konsepsi masih berada dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks

c. Perdarahan melalui ostinum uteri eksternum

d. Uterus membesar, sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, tes

kehamilan positif

4

Page 5: Perdarahan Trimester i Dan III

e. Perdarahan implitasi biasanya sedikit warnanya merah dan cepat berhenti dan

tidak disertai mules-mules.

5

Page 6: Perdarahan Trimester i Dan III

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)

1. Definisi

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi

berimplikasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri (ilmu kebidanan, 2002

: 323)

Kehamilan ektopik adalah implikasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di

luar endometrium kavum uteri (kapita selekta kedokteran, 2001).

Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan yang terjadi bila telur

yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri

(Prawirohardjo S, 2002 :323)

Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi,

implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri (Prawiroharjo S, 1999 : 132).

Klasifikasi kehamilan ektopik, yaitu :

- Kehamilan tuba

- Kehamilan heterotipik

- Kehamilan Ovarial

- Kehamilan servikal

- Kehamilan abdominal

2. Etiologi

Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari

indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa faktor resiko

diperkirakan sebagai penyebab adalah :

a. Infeksi saluran telur (salpingitis) dapat menimbulkan gangguan pada motilitas

saluran telur.

b. Riwayat operasi tuba, dan infeksi pelvis

c. Cacat bawaan pada tuba seperti tuba sangat panjang

d. Kehamilan ektopik sebelumnya

e. Aborsi tuba dan pemakaian IUD

f. Kelainan zigot yaitu kelainan kromosom dan fertilisasi in vitro

6

Page 7: Perdarahan Trimester i Dan III

g. Bekas radang pada tuba, disini radang menyebabkan perubahan-perubahan

pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum

ke uterus lambat

h. Operasi plastik pada tuba

i. Abortus buatan.

3. Patofisiologi

Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di

kavum uteri. Telur di tuba karnidasi secara kalumnar atau interkolumnar. Pada

nidisi secara kolumnar telur bernidasi pada sisi jonjot endosalping.

Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan

biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur

bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka

ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan

dinamakan pseudokapsularis.

Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat

vili khorealis menembus endosalping dan masuk ke dalam otot-otot tuba dengan

merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya

tergantung dari beberapa faktor, yaitu : tempat implantasi, tebalnya dinding tuba

dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.

Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum

graviditi dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat

berubah menjadi desidua, beberapa perubahan pada endometrium yaitu : sel

epitel membesar nukleus hipertofi, hiperkromasi, lobuler dan bentuknya ireguler

polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendonsi

menempati sel luminal, sitoplasma mengalami vakualisasi seperti buih dan dapat

juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan

disebut sebagai reaksi arias stella.

Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian

di keluarkan secara utuh atau berkeping-keping perdarahan yang dijumpai pada

kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua

yang degeratif. sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan

7

Page 8: Perdarahan Trimester i Dan III

antara 6 sampai 10 Minggu, karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil

konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.

Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah :

1) Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi

Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena

vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresorbsi ulang

2) Abortus ke dalam lumen tuba perdarahan yang terjadi karena terbukanya

dinding pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat

implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama

dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan hubungan

antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan

sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba

kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-

gejala menghilang.

3) Ruptura dinding tuba

Penyebab utama ruptura tuba adalah penembusan dinding villi korialis

keadaan lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptura tuba sering

terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi padi isthmus dan biasanya

terjadi pada kehamilan muda. Sebaiknya ruptur yang terjadi secara pada pars-

intersisialis pada kehamilan lebih lanjut ruptur dapat terjadi secara spontan

atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan

vagina.

4. Predisposisi

- Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

- Riwayat operasi di daerah tuba dan atau tubektomi

- Riwayat penggunaan AKDR

- Infertilitas

- Riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan reproduktif (assisted

reproduktive technologi / ART)

- Riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic inflammatory disease/PID

- Merokok

- Riwayat abortus sebelumnya

8

Page 9: Perdarahan Trimester i Dan III

- Riwayat Promiskuitas

- Riwayat seksio sesarea sebelumnya

5. Komplikasi

- Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektapik terganggu telah

lama berlangsung (4-6 Minggu) terjadi perdarahan ulang, ini merupakan

indikasi operasi

- Infeksi

- Sterilitas

- Pecahnya tuba fallopi

- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio

6. Penanganan

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi dalam

tindakan demikian beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan kondisi

penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi

kehamilan ektopik, kondisi anatomik rongga pelvis, kemampuan teknik bedah

mikro dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat.

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada

kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya

dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita

buruk, misalnya dalam keadaan syok lebih baik dilakukan salpingektomia.

9

Page 10: Perdarahan Trimester i Dan III

MOLA HIDATIDOSA

1. Definisi

Mola Hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh

berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan

sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan karena itu disebut juga hamil

anggur atau mata ikan (Mochtar Rustam, dkk, 1998 : 23)

Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus

korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi

villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran

yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur (Wiknjosastro, Hanifa, dkk,

2002 : 339)

2. Etiologi

Faktor penyebabnya belum pasti diketahui, namun faktor penyebabnya :

- Faktor ovum, dan paritas tinggi

- Imunoselektif dari trofoblast

- Keadaan sosio-ekonomi yang rendah

- Kekurangan protein dan asam folat, infeksi virus dan faktor kromosom yang

belum jelas

- Kekurangan gizi pada ibu hamil

- Kelainan rahim

- Wanita dengan usia di bawah 20 tahun atau di atas 40 tahun

3. Predisposisi

- Usia kehamilan terlalu muda atau terlalu tua

- Riwayat kehamilan mola sebelumnya

- Beberapa penelitian menunjukan penggunaan kontraseptif oral

- Gizi kurang

- Faktor genetik

10

Page 11: Perdarahan Trimester i Dan III

4. Komplikasi

- Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera di tolong akan

berakibat fatal

- Perdarahan yang berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia

- Infeksi sekunder

- Perforasi karena keganasan dan karena tindakan

5. Patofisiologi

Hamil anggur atau Mola Hidatidosa dapat terjadi karena tidak adanya buah

kehamilan (agenesis) kelainan substansi kromosom (kromatin) seks atau adanya

perubahan (degenerasi) sistem aliran darah terhadap buah kehamilan, pada usia

kehamilan Minggu ke-3 sampai Minggu ke-4. Aliran sirkulasi darah yang terus

berlangsung tanpa bakal janin, akibatnya terjadi peningkatan produksi cairan sel

trofoblas (bagian tepi sel telur yang telah dibuahi), terbentuk jaringan permukaan-

permukaan membran (villi) yang bersi cairan jernih yang membesar dan tumbuh

terus, gambarannya seperti gerombolan buah anggur (Mola Hidatidosa).

6. Penanganan

a. Terapi

b. Perbaikan keadaan umum

c. Tranfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang)

d. Koreksi dehidrasi

e. Histerektomi abdominal

f. Antibiotika

g. Selalu lakukan pemeriksaan histologi

h. Kuretase isap

i. Program lanjut setelah evaluasi suatu kehamilan mola pasien diamati dengan

seksama terhadap serangkaian (HLG).

PERDARAHAN ANTEPARTUM

11

Page 12: Perdarahan Trimester i Dan III

PLASENTA PREVIA

1. Definisi

Plasenta previa adalah plasenta ada di depan jalan lahir (prae = didepan

vias: janin). Jadi yang dimaksud dengan Plasenta previa adalah implantasinya

tidak normal ialah rendah sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium

internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding di depan atau

dinding belakang rahim di daerah fundus uteri (Winkjosastro, 1999).

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen

bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan

lahir (FKUI, 2000).

Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga

menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat

pembentukan segmen bawah rahim (cunningham, 2006).

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada

tampak abnormal yakni pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi sebagian

atau seluruh pembukaan jalan lahir / ostium uteri internal (OUI).

Klasifikasi Plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta

melalui pembukaan jalan lahir pada waktu atau derajat abnormalitas tertentu :

a. Plasenta previa totalitas

b. Plasenta previa lateralitas

c. Plasenta previa marginalis

d. Plasenta previa letak rendah

2. Etiologi

Menurut (Manuaba, 2003), penyebab terjadinya Plasenta previa

diantaranya adalah mencakup :

a. Perdarahan (hernorrhaging)

b. Usia lebih dari 35 tahun

c. Multiparitas

d. Pengobatan infertilitas

e. Keguguran berulang

f. Riwayat operasi/ pembedahan uterus sebelumnya

12

Page 13: Perdarahan Trimester i Dan III

g. Status sosial ekonomi yang rendah

h. Jarak antar kehamilan yang pendek

i. Merokok

Penyebab Plasenta previa pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa

faktor yang meningkatkan resiko terjadinya Plasenta previa, misalnya bekas

operasi rahim (bekas sesar, atau operasi mioma) sering mengalami infeksi rahim

(radang panggul), kehamilan ganda, pernah Plasenta previa, atau kelainan

bawaan rahim.

3. Predisposisi

a. Multiparitas dan usia lanjut (≥ 35 tahun)

b. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,

kuret, dan lain-lain)

c. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima

hasil konsepsi

d. Konsepsi dan nidasi lambat

e. Plasenta besar pada kehamilan ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis

4. Komplikasi

Menurut Roeshadi (2004) kemungkinan komplikasi yang dapat

ditimbulkan dari adanya Plasenta previa adalah :

a. Pada ibu dapat terjadi :

- Perdarahan hingga syok

- Anemia karena perdarahan

- Plasentisis

- Endometritis pasca persalinan

b. Pada janin dapat terjadi :

- Persalinan prematur

- Asfiksia berat

5. Patofisiologi

13

Page 14: Perdarahan Trimester i Dan III

Seluruh Plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus kadang-kadang

bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal

ini dapat diketahui sebagai Plasenta previa. karena segmen bawah agak

merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai

dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus

sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.

6. Penanganan

a. Penanganan aktif bila :

- Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan

- Umur kehamian 37 Minggu atau lebih

Penanganan aktif berupa :

- Persalinan pervaginam

- Persalinan perabdominal

Penderita disiapkan untuk pemeriksa dalam di atas meja operasi (double set

up) yakni dalam keadaan siap operasi bila pada pemeriksaan dalam

didapatkan :

a. Plasenta previa marginalis

b. Plasenta previa letak rendah

c. Plasenta lateralis dan marginalis dimana janin mati dan serviks sudah

matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan

atau hanya sedikit perdarahan maka dilakukan amniotomi ygdiikuti

dengan drips oksitosin pada partus pervaginam bila gagal drips. Bila

terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

b. Penanganan fasif

1) Tiap perdarahan tiwulan II yang lebih show harus segera dikirim ke rumah

sakit tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT

2) Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan

belum cukup 37 Minggu/ berat badan janin kurang dari 2.500 gram

persalinan dapat ditunda dengan istirahat, obat-obatan, spasmolitik,

progestin/progesterone, observasi teliti

3) Siapkan darah untuk tranfusi darah, kehamilan dipertahankan serta

mungkin supaya tidak prematur

14

Page 15: Perdarahan Trimester i Dan III

4) Bila da anemia, tranfusi dan obat-obatan penambah darah

c. Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke

dalam dua kategori, yaitu persalinan sesarea atau pervaginan.

Logika untuk melahirkan lewat bedah sesarea ada dua :

1) Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinkan uterus untuk

berkontraksi sehingga perdarahan berhenti

2) Persalinan sesarea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi

serviks yang merupakan komplikasi serius persalinan pervaginan pada

plasenta previa totalitas serta parsial.

SOLUSIO PLASENTA

1. Definisi

15

Page 16: Perdarahan Trimester i Dan III

Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya

yang normal pada kehamilan 22 Minggu atau berat janin di atas 500 gr (Rustam,

2002).

Solusio Plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang tetaknya

normal terlepas dari tempat perletakannya sebelum janin lahir, biasanya dihitung

sejak kehamilan 28 Minggu (Mochtar, 1998:279)

Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya

normal pada uterus (korpus uteri) sebelum janin dilahirkan (Winkjosastro,

2007:166).

2. Etiologi

Penyebab Solusio Plasenta belum jelas diketahui tetapi diduga bahwa

penyebabnya adalah :

a. Hipertensi assentiaus atau preeklampsi, dekompresi uterus mendadak

b. Tali pusat yang pendek

c. Trauma, merokok, konsumsi alkohol dan penyalahgunaan kokain

d. Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior

e. Karena pengecilan uterus sehingga hidramnion atau gemeli

f. Multiparitas, dan umur lanjut

Solusio Plasenta dimulai dengan perdarahan dalam decidua basalis,

terjadilah hematoma dalam decidua yang mengangkat lapisan-lapisan diatasnya.

Hematoma ini makin lama makin besar, sehingga bagian plasenta yang dan tak

berfaal, akhirnya hematoma mencapai pinggir plasenta dan mengalir keluar

antara selaput janin dan dinding rahim (Masnjoer, 2001 : 101).

3. Patofisiologi

Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh daerah plasenta atau uterus yang

membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terlepas dan terdesak.

Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya mendesak jaringan

plasenta, perdarahan darah antara uterus plasenta belum terganggu, dan tanda

serta gejala pun tidak jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang

16

Page 17: Perdarahan Trimester i Dan III

pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan

bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.

Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus

yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkonsentrasi

menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan

bertambah besar, sehingga sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding

uterus. Sebagian darah akan menyuludup di bawah selaput ketuban keluar dari

vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau

mengadakan ekstravasasi diantara serabut-serabut otot uterus.

Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, maka seluruh permukaan

uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus couvelaire (perut

terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan miometrium dan

pembekuan retroplasenter, maka banyak terombosit akan masuk ke dalam

peredaran darah itu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana,

yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi

hipokibrinogemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya

diuterus akan tetapi juga pada alat tubuh lainnya.

4. Komplikasi-Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi pada ibu maupun janin yang dikandungnya

dengan kriteria :

a. Komplikasi pada ibu yaitu perdarahan yang dapat menimbulkan variasi

turunnya tekanan daerah sampai keadaan syok, perdarahan tidak sesuai

keadaan penderita anemis sampai syok, kesadaran bervariasi dari baik

sampai koma.

b. Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi darah

menyebabkan pembekuan daerah intravaskuler dan disertai hemolisis,

terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu

pembekuan darah.

c. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomelurus ginjal dan dapat

menimbulkan produksi urine makin berkurang.

d. Perdarahan postpartum : pada Solusio Plasenta sedang sampai berat terjadi

infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan

17

Page 18: Perdarahan Trimester i Dan III

menimbulkan perdarahan karena atoni uteri, kegagalan pembekuan daerah

menambah beratnya perdarahan jalan lahir, tali pusat putus

- Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapatd

ikeluarkan dengan tang abortus dilanjutkan karet sisa plasenta. Pada

umumnya pengeluaran sisa plasenta dengan kurebase. Kurebase harus

dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif

tipis dibandingkan dengan kuretase abortus.

- Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan

pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau peroral

- Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk

pencegahan infeksi sekunder.

5. Tanda dan Gejala

a. Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his

b. Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan

banyaknya darah yang keluar

c. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipinggang karena isi rahim bukanlah

dengan daerah yang berkumpul di belakang plasenta sehingga rahim tegang

(uterus enbois)

d. Palpasi sukar karena rahim keras

e. Fundus uteri makin lama makin naik

f. Bunyi jantung biasanya tidak ada

g. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus-menerus (karena isi rahim

bertambah)

h. Sering ada proteinuria karena disertai preeklampsia

6. Diagnosis

Diagnosis didasarkan adanya perdarahan antepartum bersifat nyeri, uterus

yang tegang dan nyeri. Setelah plasenta lahir, ditentukan adanya impresi

(cekungan) pada permukaan maternal plasenta akibat tekanan dari hematom

retroplasenta.

18

Page 19: Perdarahan Trimester i Dan III

RUPTURA UTERI

1. Definisi

19

Page 20: Perdarahan Trimester i Dan III

Ruptura uteri adalah kerobekan (diskon tinuitas) dinding rahim yang

terjadi saat kehamilan atau persalinan.

Ruptura uteri adalah robekan di dinding uterus, dapat terjadi selama

periode antenatal saat induksi, selama persalinan dan kelahiran bahkan selama

stadium ketiga persalinan (Chapman, 2006 : 288).

Ruptura uteri adalah robekan yang dapat langsung terhubung dengan

rongga perionium (komplet) atau mungkin dipisajkan dirinya oleh peritaneum

viseralis yang menutupi uterus oleh ligamentum iatum (inkomplit) (Cunningham,

2005 : 217).

2. Etiologi

- Paritas tinggi, hidramnion, kelainan bentuk uterus dan manual plasenta

- Penggunaan oksitosin yang tidak tepat, terutama pada ibu paritas tinggi

- Penggunaan prostaglandin untuk menginduksi persalinan, pada ibu yang

memiliki eskar

- Riwayat seksio sesarea sebelumnya

- Tindakan obstetri (versi)

- Ketidakseimbangan fetovelpik

- Letak lintang yang diabaikan (kasep)

- Penggunaan obat kelebihan atau tidak terkontrol (intramuskular) untuk

menghilangkan nyeri persalinan

- Persalinan terabaikan dengan riwayat seksio sesarea sebelumnya.

3. Komplikasi

- Gawat janin / perdarahan hebat

- Syok hipovelemik dan infeksi

- Sepsis dan perdarahan intraabdominal

- Kecacatan dan mortabiditas yaitu :

a. Histerektomi

b. Kematian maternal atau perinatal

4. Predisposisi

20

Page 21: Perdarahan Trimester i Dan III

- Riwayat operasi atau manipulasi yang mengakibatkan trauma seperti kuretase

atau perforasi

- Stimulasi uterus secara berlebihan atau kurang tepat dengan oksitosin yaitu

suatu penyebab yang sebelumnya lazim ditemukan tampak semakin kurang

- Riwayat reptura uteri pada kehamilan sebelumnya

- Jarak kehamilan < 2 tahun usia ibu

- Multiparitas

- Persalinan dengan dukun

- Aktivitas berat

5. Tanda dan Gejala

a. Nyeri perut

b. Pernapasan dan nadi lebih cepat

c. Ada tanda dehidrasi karena partus lama

d. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering

e. Ligamentum teraba seperti kawat listrik yang tegang tebal dan keras

f. Saat his, korpus teraba keras (hipertonik), SBR tipis dan nyeri tekan

g. Penilaian karpus dan SBR tampak lingkaran bandl sebagai lekukan melintang

dan yang bertambah lama bertambah tinggi, menemukan dan menunjukan

SBR yang semakin tipis dan teregang

h. Ingin BAK karena VU tertarik dan teregang ke atas

i. DJJ tidak teratur

j. Pada VT teraba tanda-tanda obstruksi seperti edema portio vagina, vulva dan

kaput kepala janin lebih besar

6. Komplikasi

a. Perdarahan hebat-syok

b. Infeksi

c. Perdarahan intraabdominal

7. Patofisiologi

21

Page 22: Perdarahan Trimester i Dan III

Pada umumnya uterus dibagi atas 2 bagian besar, yaitu corpus uteri dan

serviks uteri, batas keduanya disebut isthmus uteri pada rahim yang tidak hamil.

Bila kehamilan ± 20 Minggu dimana janin sudah lebih besar dari ukuran kavum

uteri, maka mulai terbentuk SBR yang pasif disebut lingkaran dari bandl.

lingkaran ini dianggap bila terdapat 2-3 cm di atas simfisis pubis, bila meninggi

maka diwaspadai ruptura uteri mengancam (RUM).

Peregangan yang luar biasa dari uterus menyebabkan ruptura uteri pada waktu

ini inpartu, korpus uteri mengadakan kontraksi, sedangkan SBR tetap pasif dan

menjadi lunak. Bila oleh suatu sebab partus tidak dapat maju (obstruksi)

sedangkan korpus berkontraksi terus dengan hebatnya (his kuat) maka SBR yang

pasif dan tertarik ke atas menjadi bertambah regang dan tipis. Lingkaran bandl

ikut meninggi, sehingga sewaktu-waktu terjadi robekan pada SBR tadi.

8. Penanganan

a. Pertolongan yang tepat untuk ruptura uteri adalah laparatomi sebelumnya

penderita diberi tranfusi darah atau sekurang-kurangnya infus cairan Nacl

atau RL untuk mencegah syok hipovolemik

b. Umumnya histerektomi dilakukan setelah janin yang berada dalam rongga

perut dikeluarkan penjahitan luka robekan hanya dilakukan pada kasus-kasus

khusus dimana pinggir robekan masih segar dan rata serta tidak ada tanda

infeksi dan jaringan rapuh dan nekrosis.

DAFTAR PUSTAKA

22

Page 23: Perdarahan Trimester i Dan III

Achadiat. M.C, 2003, Obstetri dan Genekologi, Jakarta : EGC.

Heller L, 1986, Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri, jakarta : EGC.

Mochtar R,1989,Sinopsis Obstetri I Edisi II, Jakarta : EGC.

Manuaba I.B.G,2000,Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta : EGC.

23