49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 SEMESTER TERAKHIR DENGAN IPK DI BAWAH 3,50 DAN DI ATAS 3,50 UNTUK MENCAPAI CUM LAUDE SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Indah Puspitasari G.0009107 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2013

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 SEMESTER

TERAKHIR DENGAN IPK DI BAWAH 3,50 DAN DI ATAS 3,50 UNTUK

MENCAPAI CUM LAUDE

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Indah Puspitasari

G.0009107

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2013

Page 2: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Januari 2013

Indah Puspitasari

NIM. G.0009107

Page 4: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Indah Puspitasari, G0009107, 2013. Perbedaan Tingkat Kecemasan Mahasiswa

2 Semester Terakhir dengan IPK di Bawah 3,50 dan di Atas 3,50 untuk Mencapai

Cum Laude. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,

Surakarta.

Latar Belakang : Keberhasilan remaja sangat terkait dengan keberhasilannya

pada prestasi belajar di sekolah. Begitu pula dengan keberhasilan mahasiswa di

dunia perkuliahan. Mahasiswa cenderung mencari cara maupun alasan agar

dirinya dapat lebih maju dan terdorong untuk dapat mencapai prestasi yang

maksimal. Pada tingkat perguruan tinggi, penilaian prestasi akademik dinyatakan

dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Tidak sedikit mahasiwa yang

mempunyai tujuan lulus dengan predikat cum laude. Predikat cum laude dapat

diraih apabila memperoleh IPK di atas 3,50. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir

dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai cum laude.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di

Fakultas Kedokteran Unversitas Sebelas Maret. Pengambilan sampel dilakukan

secara purposive sampling. Sampel mengisi (1) Isian data pribadi, (2) Kuesioner

L-MMPI (untuk mengetahui kejujuran responden dalam mengisi kuesioner), (3)

Kuesioner T-MAS (untuk menilai skor kecemasan). Diperoleh data sebanyak 66

dan analisis data menggunakan uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov dan uji-t

independen melalui program SPSS 17.00 for Windows.

Hasil Penelitian : Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata skor kecemasan pada

mahasiswa dengan IPK di bawah 3,50 adalah 21,51 ± 6,87, sedangkan pada

mahasiswa dengan IPK di atas 3,50 adalah 18,65 ± 4,77 dengan nilai p dari uji-t

independen adalah 0,118. Nilai p ini menunjukkan tidak signifikan secara

statistik.

Simpulan Penelitian : Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2

semester terakhir dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai cum

laude, namun perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik..

__________________________________________________________________

Kata Kunci : Kecemasan, Indeks Prestasi Kumulatif, Cum laude

Page 5: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Indah Puspitasari, G0009107, 2013. The Difference of Anxiety Levels in Last

Year Collegians whose GPA is Below 3,50 and Above 3,50 in Order to Achieve

Cum Laude Title. Mini Thesis. Faculty of Medicine of Sebelas Maret

University, Surakarta.

Background : The success of teenagers is associated with their achievement on

their school year. Same thing happens when the teenagers study in colleage.

Collegians tend to find ways and reasons for them to be more advance and

motivated to gain maximum achievement. On the colleage level, the assessment of

academic achievements expressed by Grade Point Average (GPA). Almost

collegian want to be titled cum laude when they are graduated from colleage. Cum

laude title can be achieved if collegians’ GPA is above 3,50. This study aim to

determine the differences of anxiety levels in last year collegians whose GPA is

below 3,50 and above 3,50 in order to achieve cum laude title.

Methods : The study was an analytical observational study using cross sectional

method, held in July 2012 in Faculty of Medicine of Sebelas Maret University,

Surakarta. The sample was taken using purposive sampling. The sample filled in

(1) Curriculum vitae form, (2) L-MMPI questionnaire (to find out the

respondent’s thruthfulness in filling in questionnaire), (3) T-MAS questionnaire

(to measure anxiety score). There were 66 samples on this study and the datas

were analyzed using Kolmogorov-Smirnov normality test and Independent T-test

by SPSS 17.00 for Windows.

Results : This study showed the mean of the anxiety score for collegians whose

GPA below 3,50 was 21,51 ± 6,87, as for collegians whose GPA is above 3,50

was 18,65 ± 4,77 with p value of independent t-test was 0,118. This p value is

statistically not significant.

Conclusions : There was difference of anxiety levels in last year student with

GPA below 3,50 and above 3,50 in order to achieve cum laude, but this difference

was statistically not significant.

_______________________________________________________________

Keywords : Anxiety, GPA, Cum laude title

Page 6: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat

dan ridho-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Perbedaan Tingkat Kecemasan Mahasiswa 2 Semester Terakhir dengan IPK di

Bawah 3,50 dan di Atas 3,50 untuk Mencapai Cum Laude”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini tidaklah

dapat terselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak. Untuk itu perkenankan

peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Mardiatmi Susilohati, dr., Sp.KJ(K) dan Bagus Wicaksono, Drs., M.Si, selaku

Pembimbing Utama dan Pembimbing Pendamping atas segala bimbingan,

masukan dan jalan keluar dari permasalahan yang timbul dalam proses

penyusunan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ(K) dan Margono, dr., MKK, selaku

Penguji Utama dan Anggota Penguji atas segala masukan dan koreksi untuk

berbagai kekurangan dalam skripsi ini.

4. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi dan Enny N., SH., MH

serta Mas Sunardi selaku Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak dan Mamah tersayang, Bapak Tugino dan Ibu Sudarmi, serta kakak

tercinta, Nomita Indri Hapsari, atas segala doa dan penyemangatnya yang

tidak pernah putus agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Sahabat-sahabat terhebat; Arianto Adi, Junita Ayu, Diena Ashlihati, Gagat

Ragil, Alva Putri, Annisa Rizki, Sekar Ayu, Nur Alfiani, Locoporta, M. Iqbal,

dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu dan

memberikan dukungan terus-menerus hingga selesainya skripsi ini.

7. Keluarga PMPA VAGUS yang selalu memberikan keceriaan agar peneliti

selalu bersemangat.

8. Keluarga seperjuangan Pendidikan Dokter angkatan 2009, yang selalu

mendukung dan mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi.

9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat

peneliti sebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, peneliti berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari

semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, Januari 2013

Indah Puspitasari

Page 7: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR................................................................................. ...... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 6

A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 6

1. Kecemasan ........................................................................ 6

a. Definisi ........................................................................ 6

b. Etiologi ......................................................................... 7

c. Gejala Klinis ................................................................ 11

2. Indeks Prestasi Kumulatif ................................................. 13

3. Pencapaian Cum Laude ..................................................... 14

a. Definisi Cum Laude .................................................... 14

b. Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Cum Laude .. 16

4. Hubungan Kecemasan dengan Pencapaian Cum Laude ... 18

B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 20

C. Hipotesis .................................................................................. 21

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 22

A. Jenis Penelitian ....................................................................... 22

B. Lokasi Penelitian .................................................................... 22

C. Subjek Penelitian .................................................................... 22

D. Teknik Sampling ..................................................................... 23

E. Rancangan Penelitian .............................................................. 24

F. Identifikasi Variabel ............................................................... 25

G. Definisi Operasional Variabel ................................................ 25

H. Instrumen Penilitian ............................................................... 26

I. Cara Kerja .............................................................................. 27

J. Teknik Analisis Data .............................................................. 27

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 28

BAB V PEMBAHASAN ........................................................................... 34

BAB VI PENUTUP .................................. .................................................... 38

A. Simpulan ................................................................................ 38

Page 8: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

B. Saran ....................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin………………………29

Tabel 4.2 Distribusi Hasil IPK Sementara pada Semester 5………………........29

Tabel 4.3 Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov-Smirnov Test.....................31

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test untuk Mengetahui Varians

2 Kelompok……………………………………………………….....32

Tabel 4.5 Hasil Uji-t Independen tentang Beda Mean Skor Kecemasan

antara Kelompok Mahasiswa dengan IPK > 3,50 dan IPK <

3,50……………………………………………………………….......33

Page 10: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran……………………………………………….20

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian……………………………………....24

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Jumlah Mahasiswa 2 Semester Terakhir

yang Menginginkan Lulus dengan Gelar CumL aude…………......28

Gambar 4.2 Boxplot Skor Kecemasan antara Kelompok Mahasiswa dengan

IPK > 3,50 dan Mahasiswa dengan IPK < 3,50…………………...32

Page 11: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran UNS

Lampiran 2. Isian Data Pribadi

Lampiran 3. Kuesioner L-MMPI

Lampiran 4. Kuesioner Penilaian Kecemasan

Lampiran 5. Data Penelitian

Lampiran 6. Hasil Analisis Uji Normalitas Data Penelitian

Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik Uji-t Independen

Page 12: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan remaja sangat terkait dengan keberhasilannya pada prestasi

belajar di sekolah. Prestasi sangat penting bagi remaja karena remaja yang

memiliki prestasi tinggi pada umumnya akan memperoleh status pekerjaan yang

lebih tinggi di masa yang akan datang dibandingkan dengan remaja yang

berprestasi rendah. Dengan demikian, jelaslah bahwa prestasi merupakan sarana

dalam melatih kesempatan yang pada akhirnya makin terbuka kesempatan dalam

dunia pekerjaan dan sebaliknya, remaja yang memiliki prestasi yang rendah

maka akan semakin kecil kesempatan yang dimilikinya di dunia kerja (Gunarsa

dan Yulia, 2004).

Begitu pula dengan keberhasilan mahasiswa di dunia perkuliahan. Dalam

menjalankan perannya di dunia perkuliahan, para mahasiswa pada umumnya

dihadapkan pada pemikiran tentang seberapa besar pencapaian yang telah diraih

selama menjalani proses perkuliahan, apa saja yang telah didapatkan dalam

perkuliahan. Berawal dari pemikiran-pemikiran tersebut, mahasiswa cenderung

mencari cara maupun alasan agar mahasiswa dapat lebih maju dan terdorong

untuk dapat mencapai prestasi yang maksimal. Pada saat memasuki universitas,

para mahasiswa juga cenderung memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai,

Page 13: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

misalnya memiliki target agar mendapat nilai baik dan lulus dengan baik pula.

Sebagian mahasiswa lainnya ada juga yang memiliki target agar kuliahnya lancar

dan lulus dengan cum laude.

Pada tingkat perguruan tinggi, penilaian prestasi akademik dinyatakan

dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Indeks prestasi kumulatif merupakan

angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa secara

kumulatif mulai dari semester pertama sampai dengan semester paling akhir yang

telah ditempuh (PUPP UNPAD, 2005). Prestasi akademik merupakan perubahan

dalam hal kecakapan tingkah laku ataupun kemampuan yang dapat bertambah

selama beberapa waktu yang tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya

situasi belajar sehingga dipandang sebagai bukti usaha yang diperoleh

mahasiswa. Oleh sebab itu, kualitas mahasiswa dapat dilihat dari prestasi

akademik yang diraihnya. (Sobur, 2006).

Tidak sedikit mahasiwa yang mempunyai tujuan lulus dengan predikat cum

laude. Predikat cum laude dapat diraih apabila memperoleh IPK di atas 3,50

untuk program sarjana (Universitas Sebelas Maret, 2009). Bagi beberapa

mahasiswa, lulus dengan predikat cum laude merupakan suatu kebanggaan

tersendiri dan memiliki prestige yang tinggi di mata orang lain. Tidak hanya itu,

lulus dengan predikat cum laude juga bisa membahagiakan orang tua serta orang-

orang terdekat. Pada mahasiswa yang masa studinya sudah mencapai tahun

terakhir, mahasiswa hanya mempunyai waktu dua semester lagi untuk mencapai

IPK di atas 3,50. Bagi mahasiswa yang sudah mempunyai IPK di atas 3,50 pada

Page 14: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

waktu dua semester terakhir, akan berusaha untuk mempertahankan nilai tersebut

agar tidak turun. Sedangkan mahasiswa yang IPK nya masih di bawah 3,50 pada

waktu dua semester terakhir juga akan mengejar untuk mencapai angka lebih dari

3,50 agar bisa lulus dengan predikat cum laude.

Tujuan tersebut kadang justru menjadi beban bagi mahasiswa. Salah satu

yang menjadi stresor dalam kehidupan mahasiswa adalah tuntutan dalam

pendidikan. Keinginan untuk membahagiakan orang tua dengan cara lulus

dengan predikat cum laude tidak hanya bisa memotivasi kinerja berprestasi

mahasiswa tetapi juga bisa menghambat. Selain itu, ada beberapa orang tua yang

menginginkan dan menuntut anaknya agar mencapai cum laude. Hal tersebut

tanpa disadari dapat menimbulkan kecemasan pada mahasiswa. Kecemasan

tersebut berupa kekhawatiran karena tidak dapat memprediksi atau mengontrol

kejadian yang akan datang (Barlow dan Durand, 2006). Kecemasan merupakan

kekhawatiran yang tidak jelas menyebar di alam dan terkait dengan perasaan

ketidakpastian dan ketidakberdayaan (Stuart dan Laraia, 2005). Kecemasan lahir

dari berbagai permasalahan yang dihadapi mahasiswa, antara lain mulai

memikirkan masalah karir, masalah pendidikan lanjutan setelah mahasiswa lulus

nantinya (Solomon dan Patch, 1974).

Dari latar belakang di atas, penulis ingin mengangkat topik penelitian

tentang perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir

dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai cum laude.

Page 15: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Perumusan Masalah

Adakah perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir

dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai cum laude?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2

semester terakhir dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai

cum laude.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai perbedaan tingkat

kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir dengan IPK di bawah 3,50

dan di atas 3,50 untuk mencapai cum laude.

2. Aspek Aplikatif

a. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

mahasiswa yang akan menyelesaikan masa studinya di tingkat

universitas mengenai apa yang perlu mahasiswa persiapkan untuk

mencapai cum laude pada saat kelulusan yang akan berguna dalam

menyosong dunia kerja ataupun pendidikan lanjutan.

Page 16: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

b. Bagi Orang Tua dan Dosen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi orang

tua dan para dosen untuk memberikan saran dan nasihat membangun

demi kemajuan prestasi anak dan anak didiknya. Hal ini untuk

mengurangi kecemasan berprestasi.

Page 17: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kecemasan

a. Definisi

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggris “anxiety” berasal dari

Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang

berarti mencekik (Trismiati, 2004). Dalam Kamus Kedokteran Dorland

Edisi 29, anxiety merupakan status perasaan tidak menyenangkan yang

terdiri atas respons-respons psikofisiologis terhadap antisipasi bahaya

yang tidak riil atau yang terbayangkan, secara nyata disebabkan oleh

konflik intrapsikik yang tidak diketahui.

Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada

waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan suatu reaksi

normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan

karena itu berlangsung tidak lama. Kecemasan bisa muncul sendiri atau

bergabung gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi (Savitri,

2003).

Kecemasan adalah sebab dari resepsi dimana terdapat konflik

emosional antara id dan super ego (Freud, 2002). Menurut Freud (dalam

Page 18: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Alwisol, 2005) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk

memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya

sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan

berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan

memberi sinyal kepada manusia bahwa ada bahaya dan kalau tidak

dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai

ego dikalahkan.

b. Etiologi

Ada beberapa teori mengenai penyebab kecemasan:

1) Teori Psikologis

Dalam teori psikologis terdapat 3 bidang utama yang telah

menyumbangkan teori tentang penyebab kecemasan (Kaplan dan

Sadock, 1997).

a) Teori psikoanalitik Freud

Freud menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu sinyal

kepada ego yang memberitahukan adanya suatu dorongan yang

tidak dapat diterima dan menyadarkan ego untuk mengambil

tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam tersebut.

Pertama, kecemasan dapat disebabkan oleh ancaman-

ancaman dari dunia luar, seperti masalah keuangan dan

kegagalan. Kedua, Freud juga menyebutkan bahwa kecemasan

Page 19: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

dapat disebabkan oleh konflik internal terhadap ungkapan

impuls-impuls “id”. Konflik dan kecemasan terjadi apabila “id”

mencari pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya, tetapi

dihalangi oleh “ego” dan “super ego”. Kecemasan ini disebut

kecemasan moral. Ketiga, kecemasan disebabkan oleh “super

ego” tidak efektif dalam mengekang “ego” dan akan terjadi

tingkah laku yang tidak dapat diterima. Kecemasan tersebut

dinamakan kecemasan neurotik (Semiun, 2010).

Idealnya, penggunaan represi sudah cukup untuk

memulihkan keseimbangan psikologis tanpa menyebabkan

gejala, karena represi yang efektif dapat menahan dorongan di

bawah sadar. Namun jika represi tidak berhasil sebagai

pertahanan, mekanisme pertahanan lain (seperti konversi,

pengalihan, dan regresi) mungkin menyebabkan pembentukan

gejala dan menghasilkan gambaran gangguan neurotik yang

klasik (seperti histeria, fobia, neurosis obsesif-kompulsif)

(Sadock dan Sadock, 2010).

b) Teori perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan disebabkan

oleh stimuli lingkungan spesifik. Pola berpikir yang salah,

terdistorsi, atau tidak produktif dapat mendahului atau

menyertai perilaku maladaptif dan gangguan emosional.

Page 20: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Penderita gangguan cemas cenderung menilai lebih terhadap

derajat bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah

kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman (Sadock dan

Sadock, 2010).

c) Teori eksistensial

Teori ini memberikan model gangguan kecemasan umum

dimana tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasikan

secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan yang kronis.

Konsep pusat teori eksistensial adalah bahwa orang menyadari

rasa kosong yang mendalam di dalam hidupnya. Kecemasan

adalah respon diri terhadap kehampaan yang luas mengenai

keberadaan dan arti (Sadock dan Sadock, 2010).

2) Teori Biologis

Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis namun

dapat juga sebagai akibat dari suatu konflik psikologis.

a) Sistem saraf otonom

Stresor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari

adrenal melalui mekanisme seperti berikut ini. Ancaman

dipersepsi oleh panca indera, diteruskan ke korteks serebri,

kemudian ke sistem limbik dan Reticular Activating System

(RAS), lalu ke hipotalamus dan hipofisis. Kemudian kelenjar

Page 21: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

adrenal mensekresikan katekolamin dan terjadilah stimulasi

saraf otonom (Mudjaddid, 2006).

Hiperaktivitas sistem saraf otonom akan mempengaruhi

berbagai sistem organ dan menyebabkan gejala tertentu,

misalnya: kardiovaskuler (contohnya: takikardi), muskuler

(contohnya: nyeri kepala), gastrointestinal (contohnya: diare),

dan pernafasan (contohnya: nafas cepat) (Sadock dan Sadock,

2010).

b) Neurotransmiter

Tiga neurotransmiter utama yang terkait dengan

kecemasan berdasarkan studi hewan dan respon terhadap obat

adalah norepinefrin, serotonin dan asam gama-aminobutrat

(GABA). Teori umum mengenai peran norepinefrin dalam

gangguan kecemasan adalah bahwa pasien yang mengalami

kecemasan memiliki sistem adrenergik yang buruk. Badan sel

nor-adrenergik terutama terletak pada locus cerulens di pons

pars rostralis dan percobaan pada primata menunjukkan bahwa

stimulasi locus cerulens menghasilkan respon rasa takut dan

ablasi pada area yang sama menghambat atau benar-benar

menghalangi kemampuan membentuk respon rasa takut

(Sadock dan Sadock, 2010).

Page 22: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik

berlokasi di nukleus raphe di batang otak rostral dan berjalan

ke korteks serebral, sistem limbik, dan hipotalamus. Pemberian

obat serotonergik pada binatang menyebabkan perilaku yang

mengarah pada kecemasan. Beberapa laporan menyatakan

obat-obatan yang menyebabkan pelepasan serotonin,

menyebabkan peningkatan kecemasan pada pasien dengan

gangguan kecemasan.

Saraf yang mengandung GABA merupakan sistem inhibisi

utama di otak. Saraf yang demikian tersebut menurunkan

aktivitas neuron lain termasuk neuron monoamin. Obat yang

meningkatkan fungsi GABA merupakan anxiolitik yang poten

(Maramis, 2009). Peran GABA dalam gangguan kecemasan

paling kuat didukung oleh efektivitas benzodiazepin yang

meningkatkan aktivitas GABA di reseptor GABA, di dalam

terapi beberapa jenis gangguan kecemasan. Sejumlah pasien

dengan gangguan kecemasan memiliki fungsi abnormal

reseptor GABA. (Sadock dan Sadock, 2010).

c. Gejala Klinis

Keluhan dan gejala umum yang berkaitan dengan kecemasan dapat

dibagi menjadi gejala somatik dan psikologis (Conley, 2006).

Page 23: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

1) Gejala somatik

a) Keringat berlebih.

b) Ketegangan pada otot skelet: sakit kepala, kontraksi pada

bagian belakang leher atau dada, suara bergetar, nyeri

punggung.

c) Sindrom hiperventilasi: sesak nafas, pusing, parestesi.

d) Gangguan fungsi gastrointestinal: nyeri abdomen, tidak nafsu

makan, mual, diare, konstipasi.

e) Iritabilitas kardiovaskuler: hipertensi, takikardi.

f) Disfungsi genitourinaria: sering buang air kecil, sakit saat

berkemih, impoten, sakit pelvis pada wanita, kehilangan nafsu

seksual.

2) Gejala psikologis

a) Gangguan mood: sensitif sekali, cepat marah, mudah sedih.

b) Kesulitan tidur: insomnia, mimpi buruk, mimpi yang berulang-

ulang.

c) Kelelahan, mudah capek.

d) Kehilangan motivasi dan minat.

e) Perasaan-perasaan yang tidak nyata.

f) Sangat sensitif terhadap suara, merasa tak tahan terhadap suara-

suara yang sebelumnya biasa saja.

g) Berpikiran kosong, tidak mampu berkonsentrasi, mudah lupa.

Page 24: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

h) Kikuk, canggung, koordinasi buruk.

i) Tidak bisa membuat keputusan: tidak bisa menentukan pilihan

bahkan untuk hal-hal kecil.

j) Gelisah, resah, tidak bisa diam.

k) Kehilangan kepercayaan diri.

l) Kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu berulang-

ulang.

m) Keraguan dan ketakutan yang mengganggu.

n) Terus-menerus memeriksa segala sesuatu yang telah dilakukan.

2. Indeks Prestasi Kumulatif

Prestasi belajar adalah hasil dari semua kegiatan yang dilakukan

mahasiswa, baik dari belajar, pengalaman dan latihan dari suatu kegiatan.

Untuk mengetahui hasil dari belajar ini dibuat suatu alat pengukur atau tes

prestasi (achievment test). Hasil pengukuran melalui tes hasil belajar dapat

dinyatakan dalam bentuk nilai yang bersifat kuantitatif dalam angka 4, 3, 2,

1, 0 atau A, B, C, D, E. Tingkatan nilai tes ini diatur menurut rangking dan

diformulasikan dalam bentuk Indeks Prestasi (IP) (Siregar, 2006).

Indeks Prestasi (IP) yaitu Indeks Prestasi yang dihitung pada setiap

akhir semester yang digunakan sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan

belajar dari semua mata kuliah yang diikuti pada semester yang

bersangkutan. Indeks Prestasi Kumulatif yaitu indeks prestasi yang dihitung

Page 25: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

pada akhir suatu program pendidikan lengkap atau pada akhir semester

kedua dan seterusnya untuk seluruh mata kuliah yang diambilnya, yang

dinyatakan dengan rentangan angka 0,00 – 4,00 (Siregar, 2006).

Dalam Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret No.

553/H27/PP/2009, Indeks Prestasi Kumulatif adalah tingkat keberhasilan

mahasiswa pada akhir keseluruhan program pembelajaran yang merupakan

rata-rata tertimbang dari seluruh mata kuliah/blok yang ditempuh.

3. Pencapaian Cum Laude

a. Definisi Cum Laude

Cum laude merupakan frasa Bahasa Latin yang berarti “dengan

kehormatan”, yang secara harfiah berarti “dengan pujian”. Cum laude

merupakan salah satu gelar kehormatan Latin yang digunakan oleh

universitas di Amerika Serikat untuk menandakan pembedaan level

akademis di mana gelar akademis diperoleh.

Biasanya ada tiga jenis penghormatan Latin. Dalam urutan

kehormatan yang semakin tinggi yaitu sebagai berikut:

1) cum laude, "dengan kehormatan" (secara harfiah "dengan pujian")

2) magna cum laude, "dengan kehormatan besar" (secara harfiah

"dengan pujian besar")

3) summa cum laude, "dengan kehormatan tertinggi" (secara harfiah

"dengan pujian tertinggi")

Page 26: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Gelar-gelar kehormatan tersebut diberikan kepada pelajar sarjana

dan pascasarjana yang meraih pencapaian akademik yang berbeda.

Kehormatan ini biasanya tertulis dalam ijazah. Umumnya perguruan

tinggi yang memberikan gelar tersebut mempunyai aturan yang jelas

mengenai persyaratan mendapat gelar kehormatan bersangkutan, entah

nilai minimum, tesis tertulis, dan persyaratan lainnya.

Penggunaan gelar kehormatan latin ini untuk tingkat sarjana tidak

begitu umum di dunia, meski umum dipakai di Indonesia, Filipina,

Amerika Serikat dan sejumput negara lain.

Untuk program sarjana di Universitas Sebelas Maret, sesuai dengan

Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret No. 553/H27/PP/2009,

mahasiswa yang telah menyelesaikan suatu program mendapat predikat

kelulusan atas dasar prestasi yang dicapai dengan ketentuan sebagai

berikut:

1) IP 2,00 - 2,75 : Lulus dengan Memuaskan

2) IP 2,76 - 3,50 : Lulus dengan Sangat Memuaskan

3) IP 3,51 - 4,00 : Lulus dengan Pujian (Cum laude), dengan

masa studi maksimum yaitu n tahun (masa

studi minimum) ditambah 1 tahun

Page 27: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b. Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Cum Laude

Kajian tentang latar belakang yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar telah banyak dilakukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar antara lain adalah lingkungan, menurut Sihotang (dalam

Siregar, 2006). Sedangkan menurut Haryati (dalam Siregar, 2006)

adalah motivasi berprestasi dan motivasi profesi.

Lebih lanjut faktor-faktor tersebut dikelompokkan sebagai berikut :

1) Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri-sendiri

Faktor ini merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya

terhadap kemajuan prestasi belajar mahasiswa. Seandainya para

mahasiswa sadar akan tujuannya dalam belajar di perguruan tinggi

dimana mahasiswa belajar, mahasiswa pasti belajar beraktivitas

dengan sungguh-sungguh. Mahasiswa didorong untuk belajar aktif

untuk menyelesaikan beban studi yang telah direncanakan terlebih

dahulu untuk suatu jenjang pendidikan. Beberapa faktor yang

mempengaruhi belajar siswa agar lebih berprestasi antara lain

adalah minat, kebiasaan belajar, kecakapan dan bahasa (Siregar,

2006).

Widayatun (1999) menyatakan bahwa minat dan motivasi

menjadi suatu hal yang penting karena merupakan faktor yang turut

Page 28: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

mempengaruhi sikap, sehingga ketika minat dan motivasi peserta

didik tinggi, maka akan mendorong sikap postif peserta didik.

Sikap menjadi amat penting untuk diketahui karena menurut

Attkinson (dalam Widayatun, 1999) sikap mempunyai fungsi

instrumental, dimana apabila objek sikap dapat membantu individu

mencapai tujuan, maka individu akan bersikap positif yang pada

akhirnya akan mempermudah pencapaian prestasi akademik. Salah

satu hal yang harus disikapi oleh peserta didik adalah mata kuliah

yang harus dipelajari karena nilai yang diraih dalam mata kuliah

merupakan salah satu parameter dalam menentukan prestasi

akademik.

2) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan pendidikan

Dari faktor lingkungan pendidikan, dapat dilihat dari segi

keberadaan perpustakaan, keberadaan pengajar dalam memberikan

kuliah, penyelenggaraan kuliah yang terlalu padat, susah mencari

bahan bacaan yang sesuai dengan materi perkuliahan dan pengaruh

lingkungan belajar sesama mahasiswa (Siregar, 2006).

3) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga

Hal ini dilihat dari aspek kehidupan dalam keluarga, antara lain

keadaan ekonomi keluarga, di mana dunia pendidikan

membutuhkan banyak biaya, terutama biaya perkuliahan,

Page 29: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

pengadaan buku bacaan, perlengkapan laboratorium dan lain-

lainnya (Siregar, 2006).

4) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat

Berbagai aspek yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

mahasiswa antara lain bekerja sambil kuliah, aktif berorganisasi,

tidak dapat mengatur waktu, serta tidak mempunyai teman untuk

belajar bersama (Siregar, 2006).

4. Hubungan Kecemasan dengan Pencapaian Cum Laude

Nurman dkk, (dalam Siregar, 2006) menyatakan bahwa Indeks Prestasi

berguna membantu meramalkan keberhasilan mahasiswa di masa yang akan

datang. Nilai yang diperolehnya dapat dipakai sebagai petunjuk untuk

menetapkan suatu keputusan tentang diperkenankan atau tidak mahasiswa

tersebut melanjutkan pelajaran pada semester atau tingkat yang lebih tinggi.

Indeks prestasi juga dapat dimanfaatkan untuk menilai keberhasilan

mahasiswa dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang menjadi tujuan

mata kuliah yang diambilnya. Lebih jauh lagi, prestasi mahasiswa di tingkat

perguruan tinggi dapat turut menentukan kesempatan kerja yang lebih baik

sekaligus menentukan masa depannya. Terlebih mahasiswa yang lulus

dengan predikat cum laude akan memiliki rasa kebanggaan dan percaya diri

yang lebih tinggi.

Page 30: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam

belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang,

seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan

pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat

berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti: gangguan pada saluran

pencernaan, sering buang air, sakit kepala, gangguan jantung, sesak di dada,

gemetaran bahkan pingsan (Hutagalung, 2007).

Walaupun merupakan hal yang normal dialami namun kecemasan tidak

boleh dibiarkan karena lama-kelamaan dapat menjadi neurosa cemas melalui

mekanisme yang diawali dengan kecemasan akut, yang berkembang menjadi

kecemasan menahun akibat represi dan konflik yang tak disadari. Adanya

stres pencetus dapat menyebabkan penurunan daya tahan dan mekanisme

untuk mengatasinya sehingga mengakibatkan neurosa cemas (Maramis,

2005).

Page 31: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

B. Kerangka Pemikiran

: Variabel yang Diteliti

: Variabel yang Tidak Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

IPK

Faktor berprestasi :

1. Tujuan kuliah

2. Fasilitas pengajaran

3. Kebanggaan yang tinggi

bila lulus dengan predikat

cum laude

4. Keinginan untuk

membahagiakan orang tua

dan orang terdekat

Mahasiswa dengan masa

studi 2 semester terakhir

Faktor sosial:

a. Rasa bersaing tinggi

b. Tuntutan orang tua

c. Waktu yang tinggal

sedikit untuk

mempertahankan

atau mengejar IPK di

atas 3,50

Predikat biasa:

IPK < 3,50

1) Faktor biologis

2) Keadaan ekonomi

3) Kepribadian

4) Pola asuh orang tua

Perbedaan kecemasan

Predikat cum laude:

IPK > 3,50

Page 32: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir

dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai cum laude.

Page 33: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor

risiko) dan variabel tergantung (efek) yang diobservasi hanya sekali pada saat

yang sama (Taufiqurohman, 2004).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah mahasiswa Pendidikan Dokter dan Psikologi FK

UNS yang masa studinya tersisa 2 semester lagi, yaitu angkatan 2009. Sampel

yang digunakan adalah mahasiswa yang pada semester 5 memiliki IPK di atas

3,50 dan di bawah 3,50 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai

berikut.

1. Kriteria Inklusi

a. Ada keinginan untuk lulus dengan predikat cum laude

Page 34: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b. Bersedia menjadi responden

c. Skor kuesioner Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-

MMPI) jawaban “tidak” kurang dari atau sama dengan 10

2. Kriteria Ekslusi

a. Menderita penyakit kronis dan kecacatan

b. Sedang mengalami kematian salah satu anggota keluarga (ayah, ibu atau

saudara kandung) dalam waktu 6 bulan terakhir

c. Pernah absen atau skorsing atau cuti kuliah

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Purposive karena sampel dipilih berdasarkan pertimbangan/

karakteristik tertentu (Sugiyono, 2005).

Besar sampel menurut patokan umum (rule of thumb), setiap penelitian yang

datanya akan dianalisis secara statistik dengan analisis bivariat membutuhkan

sampel minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2006)

Page 35: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

E. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian

Uji-t independen

Kuesioner T-MAS

IPK > 3,50

Restriksi berdasarkan

kriteria inklusi dan eksklusi

Isian data pribadi

+

Kuesioner L-MMPI

IPK < 3,50

Kuesioner T-MAS

Mahasiswa

Pendidikan Dokter dan

Psikologi

FK UNS Angkatan 2009

Page 36: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

F. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Mahasiswa dengan IPK di atas 3,50 dan IPK di bawah 3,50

ketika semester 5

2. Variabel terikat : Tingkat kecemasan

3. Variabel luar :

Keadaan lain yang dapat menyebabkan kecemasan:

a. Dapat dikendalikan : usia, jenis kelamin

b. Tidak dapat dikendalikan : kepribadian, pola asuh orang tua,

stresor pribadi

G. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas

IPK adalah prestasi belajar yang ditunjukkan dengan prestasi kumulatif

mahasiswa, dapat dilihat dalam transkrip nilai yang diberikan kepada

mahasiswa yang telah divalidasi oleh Bagian Kemahasiswaan Fakultas

Kedokteran UNS. Dengan ketentuan dalam penelitian ini adalah IPK

mahasiswa yang pada semester 5 di atas 3,50 dan di bawah 3,50.

Skala : Nominal

2. Variabel Terikat

Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada

waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan suatu reaksi

normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan

Page 37: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

karena itu berlangsung tidak lama. Kecemasan bisa muncul sendiri atau

bergabung gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi (Savitri, 2003).

Kecemasan dalam penelitian ini adalah keadaan pada subjek penelitian

yang diukur dengan Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS).

Skala : Numerik

H. Instrumen Penelitian

1. Persetujuan penelitian.

2. Isian data pribadi

3. Lie Minessota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI), yaitu

pertanyaan yang digunakan untuk skala kebohongan responden, terdiri dari

15 butir pertanyaan yang harus dijawab “ya” atau “tidak”. Informasi yang

diberikan responden dinilai tidak dapat dipercaya apabila jumlah jawaban

“tidak” melebihi 10.

4. Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS), yaitu daftar pertanyaan untuk

menilai kecemasan subjek yang berisi 50 pertanyaan, dengan dua pilihan

“ya” dan “tidak”. Responden menjawab sesuai keadaan dirinya dengan

memberi tanda (V) pada kolom jawaban “ya” atau “tidak”. Pada pertanyaan

favorable jika diisi jawaban ”ya” maka diberi nilai 1, sedangkan pada

pertanyaan unfavorable jika diisi jawaban ”tidak” maka diberi nilai 1.

Responden dinyatakan cemas jika nilai total skor ≥ rata-rata dan tidak cemas

jika nilai total skor < rata-rata.

Page 38: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

I. Cara Kerja

1. Tiap responden diberi isian data pribadi dan kuesioner L-MMPI secara

bersamaan. Setiap data diminta untuk diisi secara lengkap sesuai petunjuk.

2. Responden diikutsertakan setelah direstriksi menggunakan kriteria inklusi

dan eksklusi.

3. Mengelompokkan responden ke dalam kelompok mahasiswa dengan IPK di

atas 3,50 dan kelompok mahasiswa dengan IPK di bawah 3,50.

4. Kemudian tiap responden diberikan kuesioner T-MAS untuk mengukur

angka kecemasan responden.

5. Menghitung skor dari kuesioner T-MAS untuk mengetahui angka

kecemasan.

6. Menganalisis hasil penelitian dengan uji-t independen.

J. Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan uji-t independen. Uji ini bertujuan untuk

mengetahui perbedaan mean dua kelompok data independen dengan syarat

variabel yang dihubungkan berskala numerik dan kategorik, data terdistribusi

secara normal, tidak berpasangan, dan variansi kedua kelompok dapat sama atau

berbeda (untuk 2 kelompok) (Dahlan, 2011). Setelah itu data akan diolah dengan

bantuan perangkat lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17 for

Windows.

Page 39: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran UNS Prodi Pendidikan Dokter dan Psikologi angkatan 2009. Sebelumnya

dilakukan pendataan awal pada populasi sampel untuk mengetahui keinginan dari

mahasiswa untuk lulus dengan gelar cum laude. Pengambilan data dilakukan dengan

menggunakan isian data pribadi dan kuesioner LMMPI kepada 100 mahasiswa. Dari

hasil pendataan tersebut didapatkan hasil bahwa 74 sampel menjawab ingin lulus

dengan gelar cum laude, 7 sampel tidak ingin lulus dengan gelar cum laude, dan 19

sampel tidak mengembalikan kuesioner.

74

7

19 Ya

Tidak

Tidak

menjawab

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Jumlah Mahasiswa 2 Semester Terakhir yang

Menginginkan Lulus dengan Gelar Cum Laude

Page 40: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Dari 74 sampel yang ingin lulus dengan gelar cum laude, 8 di antaranya tidak

lolos skor LMMPI, yaitu jawaban tidak melebihi 10 sehingga isian kuesioner

dianggap tidak valid. Oleh karena itu, penelitian dilakukan pada 66 sampel yang

menjawab ingin lulus dengan cum laude dan lolos skor LMMPI, sesuai dengan

kritera inklusi peneliti. Setelah itu, 66 sampel diberikan kuesioner TMAS.

Pada penelitian ini total sampel mahasiswa dengan IPK di atas dan di bawah 3,50

adalah sebanyak 66 mahasiswa. Dimana jumlah mahasiswa dengan IPK di atas 3,50

berjumlah 17 orang (25,76%) dan mahasiswa dengan IPK di bawah 3,50 berjumlah

49 orang (74,24%). Data ini ditunjukkan dalam Tabel 4.2. Jumlah sampel ini telah

memenuhi kriteria minimal sampel atau rule of thumb.

Berikut distribusi sampel berdasarkan hasil isian data pribadi 66 sampel yang

sudah direstriksi oleh kriteria inklusi maupun eksklusi.

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Perempuan 48 72,73 %

Laki-laki 18 27,27 %

Jumlah 66 100,0 %

Sumber : Data primer, 2012

Page 41: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Tabel 4.2 Distribusi Hasil IPK Sementara pada Semester 5

IPK Jumlah Persentase

Di Atas 3,50 (>3,50) 17 25,76 %

Di Bawah 3,50 (< 3,50) 49 74,24 %

Jumlah 66 100,0 %

Sumber : Data primer, 2012

Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji-t independen

yang merupakan uji parametrik dengan program SPSS 17.00 for Windows. Uji ini

bertujuan untuk mengetahui perbedaan mean dua kelompok data independen dengan

syarat data berskala numerik, terdistribusi secara normal, dan variansi kedua

kelompok dapat sama atau berbeda (untuk 2 kelompok). Untuk mengetahui bahwa

data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Suatu data

dikatakan mempunyai sebaran normal jika didapatkan nilai p > 0,05 pada masing-

masing kelompok tersebut. Uji normalitas yang dilakukan pada masing-masing

sebaran data dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara analitik

memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan

deskriptif sehingga dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov

(Dahlan, 2011).

Tabel 4.3 menunjukkan sebaran data yang diuji normalitas datanya dengan

menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test, dengan ketentuan bila signifikan hitung >

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal,

demikian sebaliknya bila nilai signifikan hitung < 0,05 maka data tidak terdistribusi

Page 42: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

secara normal. Bila data tidak terdistribusi secara normal, data harus dinormalkan

terlebih dahulu melalui proses transformasi. Apabila setelah ditransformasi sebaran

data tetap tidak normal, maka penelitian ini tidak dapat menggunakan uji parametrik,

uji-t independen, melainkan menggunakan uji alternatifnya yaitu uji non-parametrik

Mann-Whitney (Dahlan, 2011).

Data pada Tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai p = 0,200 untuk IPK di atas 3,50

dan p = 0,168 untuk IPK di bawah 3,50. Keduanya memiliki nilai p > 0,05, yang

berarti data tersebut terdistribusi normal sehingga bisa dilakukan uji-t independen.

Tabel 4.3 Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov-Smirnov Test

Sumber : Data primer, 2012

Hasil uji homogenitas dengan Levene’s Test dengan ketentuan bila signifikan

hitung > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut diasumsikan homogen,

demikian sebaliknya bila signifikan < 0,05 data diasumsikan tidak homogen atau

mempunyai perbedaan varians.

Berdasarkan uji tersebut, pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa F = 2,63 (p =

0,110). Karena p > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan

varians skor kecemasan antara sampel dengan IPK > 3,50 dan IPK < 3,50.

Data P Keterangan

IPK >3,50

IPK < 3,50

0,200

0,168

Distribusi normal

Distribusi normal

Page 43: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test untuk Mengetahui Varians 2

Kelompok

Data F P Keterangan

IPK > 3,50

dan

IPK < 3,50

2,63 0,110 Data homogen

Sumber: Data primer 2012

Gambar 4.2 Boxplot Skor Kecemasan antara Kelompok Mahasiswa dengan

IPK > 3,50 dan Mahasiswa dengan IPK < 3,50

Page 44: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata skor kecemasan

antara sampel dengan IPK > 3,50 dan IPK < 3,50. Untuk mengetahui apakah

perbedaannya bermakna secara statistik atau tidak, diuji dengan uji t-independen.

Tabel 4.5 Hasil Uji-t Independen tentang Beda Mean Skor Kecemasan antara

Kelompok Mahasiswa dengan IPK > 3,50 dan IPK < 3,50

Data Mean SD T P

IPK > 3,50 18,65 4,77

1,59 0,118

IPK < 3,50 21,51 6,87

Sumber: Data primer 2012

Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji-t independen memilliki nilai p = 0,118. Karena

p > 0,05, maka perbedaan yang ada tidak bermakna secara statistik. Jadi dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara rerata nilai kecemasan pada mahasiswa

dengan IPK > 3,50 dan IPK < 3,50 untuk mencapai cum laude. Tingkat kecemasan

mahasiswa dengan IPK > 3,50 rata-rata lebih rendah daripada mahasiswa dengan IPK

< 3,50, namun perbedaan tersebut secara statistik tidak signifikan. Dengan kata lain

temuan yang menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara kedua

kelompok mahasiswa berdasarkan nilai IPK tersebut tidak konsisten.

Page 45: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran UNS Prodi Pendidikan Dokter dan Psikologi angkatan 2009. Sampel

yang digunakan adalah sebanyak 100 mahasiswa. Kemudian setelah direstriksi

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sampel sejumlah 66 mahasiswa.

Analisis hasil data menggunakan uji-t independen, yang sebelumnya data sudah diuji

normalitas dan homogenitasnya dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dan

Uji Levene’s.

Sesuai dengan analisis penghitungan statistik pada Bab IV, penghitungan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan

secara statistik antara mahasiswa 2 semester terakhir dengan IPK di bawah 3,50 dan

di atas 3,50 untuk mencapai cum laude. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang

menyebutkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2

semester terakhir dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai cum

laude.

Menurut Sihotang (dalam Siregar, 2006) beberapa faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar antara lain adalah lingkungan, sedangkan menurut Gading (1990)

tinggi rendahnya indeks prestasi sebagai perwujudan hasil proses belajar, dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti: 1) faktor lingkungan (keluarga, kampus, tempat tinggal,

Page 46: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dan sosial); 2) keadaan jasmani dan kesehatan; 3) masalah-masalah pribadi; 4)

masalah seks dan perkawinan; 5) masalah moral, sopan santun dan agama; 6) faktor

psikologis (minat, kemampuan, motivasi dan kepribadian). Semua faktor-faktor

tersebut yang menentukan besarnya prestasi akademik mahasiswa.

Prestasi belajar mahasiswa merupakan cerminan kualitas intelektual yang

dimiliki oleh mahasiswa bahkan dipandang sebagai ukuran kualitas pribadi

mahasiswa tersebut, juga mencerminkan ketekunan, kemampuan menghadapi

tantangan dan kemampuan menyesuaikan diri (Gading, 1990).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwati (2008)

yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi antara kejadian tingkat

stres akademik terhadap indeks prestasi. Nilai cum laude diperoleh melalui usaha dan

adaptasi. Untuk mendapatkan nilai tersebut mahasiswa perlu melakukan usaha dan

adaptasi dengan memenuhi tanggung jawab yang diterima berupa penyelesaian tugas-

tugas, mengikuti kegiatan perkuliahan dengan baik, dan tuntutan lainnya dari institusi

pendidikan. Oleh karena itu, mahasiswa dapat memperoleh reward berupa nilai

dalam kategori cum laude. Karena adanya beban tersebut maka mahasiswa dituntut

harus mampu mengembangkan mekanisme pertahanan dan adaptasi terhadap stresor

yang memicu terjadinya stres yang berasal dari kehidupan akademik (Smeltzer &

Bare, 2008). Mahasiswa Fakultas Kedokteran pada umumnya memiliki mekanisme

pertahanan dan respon adaptif yang lebih besar karena sudah terbiasa menerima

beberapa tugas yang banyak dan sulit serta tanggung jawab lainnya. Selain itu,

Budiharto (1998) juga mengemukakan bahwa mahasiswa termasuk individu dengan

Page 47: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

tingkat pendidikan tinggi sehingga mudah menyerap informasi. Hal ini semakin

memperkuat alasan bahwa mahasiswa akan semakin mudah beradaptasi dengan

stresor yang didapat dikarenakan penyerapan informasi yang diberikan tidaklah sulit.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Marhaeni (2008)

yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan kecemasan antara mahasiswa dengan

hasil belajar tinggi dengan hasil belajar rendah. Mahasiswa dengan hasil belajar

tinggi ditemukan memiliki kecemasan yang lebih rendah secara signifikan daripada

mahasiswa dengan hasil belajar rendah. Hal ini disebabkan karena kecemasan pada

mahasiswa dengan hasil belajar tinggi justru memacu untuk melakukan tugas dengan

secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya. Sebaliknya pada mahasiswa dengan hasil

belajar rendah cenderung putus asa dan merasa tidak berdaya. Tingkat kecemasan

yang relatif rendah hingga sedang akan berdampak konstruktif, sedangkan tingkat

kecemasan tinggi akan berdampak destruktif dan non-adaptif (Elliot, 2000).

Selain itu, setiap responden memiliki reaksi yang berbeda terhadap masalah yang

sedang dihadapinya. Tidak semua orang yang mengalami stresor psikososial akan

menderita gangguan cemas, hal ini tergantung pada struktur kepribadiannya. Orang

dengan kepribadian pencemas lebih rentan untuk menderita gangguan cemas. Atau

dengan kata lain orang dengan kepribadian pencemas risiko untuk menderita

gangguan cemas lebih besar daripada orang yang tidak berkepribadian pencemas

(Maramis, 2005).

Kecemasan merupakan dampak dari adanya stresor pskologik, namun tidak

semua orang yang mengalami stres akan mengalami kecemasan yang sama. Daya

Page 48: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

tahan terhadap stres setiap orang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada keadaan

somatopsikososial orang itu (Maramis, 2005).

Penelitian ini memiliki kelemahan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, di

antaranya :

1. Kurang cermatnya pengukuran variabel terikat yang pengukurannya dilakukan

dengan instrumen TMAS, karena metode yang digunakan adalah kuesioner di

mana tingkat subjektivitasnya sangat tinggi. Jadi kemungkinan salah tafsir dalam

mengartikan sebuah pertanyaan lebih besar.

2. Penilitian ini hanya menentukan apakah ada perbedaan kecemasan pada

mahasiswa dengan IPK di atas 3,50 dan di bawah 3,50 untuk mencapai cum

laude. Sehingga tidak dapat menentukan seberapa besar pengaruh IPK terhadap

kecemasan, secara khusus dimanakah pengaruh IPK terhadap kecemasan,

bagaimana cara kerja pengaruh IPK terhadap kecemasan dan pengaruh

pencapaian cum laude itu sendiri terhadap kecemasan.

3. Jumlah sampel yang digunakan masih terlalu sedikit, terutama untuk sampel

mahasiswa dengan IPK di atas 3,50. Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah

mahasiswa yang ketika semester 5 memperoleh IPK di atas 3,50.

4. Tidak ditelitinya faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi kecemasan dalam

prestasi belajar, seperti jenis kelamin, kepribadian, masalah pribadi, lingkungan

keluarga, tuntutan dari orangtua, lingkungan pendidikan, dan lingkungan

masyarakat dikarenakan oleh keterbatasan peneliti.

Page 49: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 …/Perbedaan... · Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan ... dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir

dengan IPK di atas 3,50 dan di bawah 3,50 untuk mencapai cum laude, yaitu

rata-rata skor kecemasan mahasiswa dengan IPK di atas 3,50 lebih rendah

daripada mahasiswa dengan IPK di bawah 3,50, namun perbedaan tersebut

secara statistik tidak signifikan.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan tingkat

kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir dengan IPK di bawah 3,50

dan di atas 3,50 untuk mencapai cum laude dengan penyempurnaan yang

memperhitungkan variabel-variabel lain (jenis kelamin, kepribadian,

masalah pribadi, lingkungan keluarga, tuntutan dari orangtua, lingkungan

pendidikan, lingkungan masyarakat) sehingga hasil yang diperoleh tidak

bias.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah responden yang lebih

banyak agar hasil penelitian bisa digeneralisasikan ke tingkat populasi yang

lebih luas.