39
MAKALAH KAPITA SELEKTA KEILMUAN PENDIDIKAN OLAHRAGA Tentang; Perbedaan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Olahraga Oleh RAZIKIN MASRURI NIM 150614806176 Off A

perbedaan kurikulum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kurikulum

Citation preview

Page 1: perbedaan kurikulum

MAKALAH

KAPITA SELEKTA KEILMUAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

Tentang;

Perbedaan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Oleh

RAZIKIN MASRURINIM 150614806176

Off A

UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAH RAGA2015

Page 2: perbedaan kurikulum

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan

khidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan dengan lancar.

Adapun pembahasan didalam makalah ini membahas tentang Perbedaan

kurikulum Pendidikan jasmani dan olahraga.

Penulis akan berupaya untuk mengupas tentang bagaimana perbedaan

kurikulum Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Semoga makalah ini bisa

memperluas wawasan kita tentang kurikulum yang berlaku untuk Pendidikan

Jasmani dan Olahraga pada sekolah. Akhirnya, tidak ada gading yang tak retak.

Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat berharga untuk

perbaikan makalah ini.

Malang, 2015

Penulis

Page 3: perbedaan kurikulum

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

2. RUMUSAN MASALAH

3. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

DAFTAR RUJUKAN

Page 4: perbedaan kurikulum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di sekolah merupakan salah satu tempat yang menjadi bagian

dari kehidupan anak-anak. Di sekolah, anak banyak melakukan berbagai aktivitas

baik fisik maupun psikis, mulai dari belajar di kelas sampai bermain di halaman

sekolah atau di dalam kelas. Dengan demikian, fungsi dan peran sekolah bagi

perkembangan anak tersebut membawa kehadiran guru di kelas dan teman-taman

siswa di sekolah, semakin meyakinkan bahwa kebermaknaan lingkungan sekolah

dapat memberi pengaruh terhadap tahap-tahap perkembangan belajar anak.

Guru merupakan orang yang sudah dididik dan dipersiapkan secara khusus

dalam bidang pendidikan. Dengan mengusai segenap bekal pengetahuan dan

keterampilan yang bisa menjadikan stimulus  bagi perkembangan anak-anak yang

mereka dapatkan di bangku kuliah yang dilengkapi dengan penguasaan ilmu

pengetahuan tentang strategi, teknik dan metode/model dalam pembelajaran.

Dalam konteks perkembangan anak, kehadiran guru merupakan keunggulan dari

pada orang-orang dewasa lainnya. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pengalaman

interaksi pendidikan dengan guru di sekolah khususnya di sekolah dasar akan

membawa interaksi pengalaman anak yang bermakna dari pada dengan sembarang

orang.

Pengaruh sekolah terhadap perkembangan aspek kognitif sangat terlihat

jelas. Kegiatan utama anak di sekolah adalah mengikuti kegiatan belajar yang

sangat berkaitan dengan proses pengembangan kognitif anak. Berbagai penelitian

memberikan kontribusi yang meyakinkan bahwa perkembangan kognitif anak

yang sekolah sangat berbeda dengan anak yang tidak sekolah. Namun, bila ditilik

dari segi muatan isi kurikulum yang eksplisit (explicit curriculum) maupun yang

bersifat implisit (hidden curriculum), banyak unsur-unsur muatan yang bernilai

dengan aspek-aspek sosiomoral lainnya yang terlibat dalam proses interaksi

pendidikan dengan anak di sekolah dasar. Hal itu dapat diartikan, bahwa interaksi

pendidikan di sekolah dasar tidak hanya berkenaan dengan perkembangan aspek

Page 5: perbedaan kurikulum

kognitif anak, lebih dari itu juga berkenaan dengan perkembangan aspek afektif,

psikomotor dan aspek pribadi lainnya.

Pendidikan di sekolah harus mempunyai pondasi yang kuat untuk

memupuk aspek-aspek yang ingin dicapai. Pondasi pendidikan adalah bagaimana

sekolah menyediakan kebutuhan belajar dari peserta didik dan memperhatikan

aspek yang akan menjadi tujuan pendidikan melalui kurikulum yang telah

dirancang dan disediakan. Menurut H. H. Giles, S. P. McCutchen, and A. N.

Zechiel (1933) Tujuan dari pendidikan umum adalah untuk memenuhi kebutuhan

individu dalam aspek-aspek dasar dari hidup sedemikian rupa untuk

mempromosikan realisasi sepenuhnya pribadi potensi dan partisipasi yang paling

efektif dalam suatu masyarakat demokratis. Kurikulum dipersiapkan untuk

memenuhi kebutuhan dasar yang mampu diterapkan pada masyarakat.

 Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) sekarang dikenal

dengan UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 menyatakan Kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada kurikulum terdapat

mata pelajaran dengan pokok-pokok isi pembelajaran di dalam pembelajaran

tersebut yang harus ditempuh pada setiap jenjang pendidikan oleh peserta didik.

Dari uraian tersebut di atas, dapat dimaknai bahwa dari sisi perkembangan

anak, sekolah dasar berfungsi dan bertujuan untuk memfasilitasi proses pada tahap

perkembangan belajar anak di sekolah dasar secara menyeluruh, sehingga dapat

berkembang secara optimal sesuai dengan harapan dan norma yang berlaku di

masyarakat. Meskipun tampaknya sekolah itu sangat dominan dalam

perkembangan aspek intelektual dan kognitif anak, namun sebenarnya sekolah

berfungsi dan berperan dalam mengembangkan segenap aspek perubahan perilaku

dan aspek sosiomoral serta emosi ke arah jenjang selanjutnya yang lebih baik

yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain, agama, bangsa dan negaranya

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Sekolah bagi perkembangan anak sangat penting. Mengingat sekolah

tempat belajar, sekolah juga rumah bagi anak-anak dalam mencari jati diri yang

Page 6: perbedaan kurikulum

sebenarnya. Perkembangan anak dimulai dari ia belajar, dengan belajar tersebut

anak akan semakin tumbuh dan berkembang sejalan dengan apa yang ia lihat dan

apa yang ia rasakan. Sekolah sebagai sarana ia berkembang menuju harapan masa

tuanya. Dari berbagai aspek kehidupan, fungsi dan peran sekolah sangatlah luas

dan banyak sekali manfaatnya untuk bekal mereka (siswa) pada nantinya

dikemudian. Dari sekolah itulah anak menjadi tahu dan mengerti pola sikap yang

baik, berkata dan berpikir objektif serta manata kemandiriannya sejalan bersama

tumbuh kembangnya usia.

Dalam kurikulum terdapat isi dan tujuan pendidikan, Mengingat

pertumbuhan dan perkembangan anak pada krikulum terdapat pendidikan jasmani

dan olahraga yang menjadi media belajar dan tempat bereksplorasi untuk ranah

psikomotor. Seperti yang kita tahu pendidikan jasmani dan olahraga pada sekolah

merupakan mata pelajran yang harus ditempuh oleh anak mulai dari jenjang

pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sekalipun. Pendidikan jasmani

dan olahraga selain memberikan pengalaman bergerak dan bermain melainkan

juga memberikan pengetahuan akan pentingnya kebutuhan gerak dan gaya hidup

sehat pada peserta didik.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengemukakan

yang dimaksud dengan Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran

melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,

mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan

aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara

seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah,

jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Sedangkan olahraga

adalah aktivitas fisik yang dilakukan dalam sebuah bentuk permainan yang

bertujuan untuk mengembangkan potensi gerak pada individu maupun kelompok.

Perbedaan antara pendidikan jasmani dan olahraga sudah jelas, namun

pada realita pembelajaran yang berlangsung di sekolah guru sering kali

menyamakan konsep pembelajarannya. Dengan adanya kurikulum pendidikan

jasmani dan olahraga sekarang ini diharapkan guru dapat meraih tujuan yang akan

dicapai oleh peserta didik. Harapan dengan kurikulum yang siswa lulusan sekolah

Page 7: perbedaan kurikulum

sudah mempunyai berbagai keterampilan gerak dasar dan siap untuk belajar

keterampilan yang lebih bersifat spesifik dan kompleks pada jenjang berikutnya.

Peningkatan keterampilan gerak, kesegaran jasmani, pengetahuan, dan

sikap positif terhadap Pendidikan Jasmani sangat ditentukan oleh sebuah

kurikulum yang baik. Kurikulum itu sendiri nampaknya terlalu abstraks untuk

didefinisikan secara tegas dan jelas sebab di dalam kurikulum tersebut termasuk

segala sesuatu yang direncanakan dan diterapkan oleh para guru, baik secara

implisit maupun eksplisit. Namun secara sederhana mungkin dapat dikatakan

bahwa kurikulum pada dasarnya merupakan perencanaan dan  program jangka

panjang tentang berbagai pengalaman belajar, model, tujuan, materi, metode,

sumber, dan  evaluasi termasuk pula ‘apa’ dan  ‘mengapa’ diajarkan. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut sudah barang tentu sangat untuk sulit dijawab dengan tegas,

namun demikian pertanyaan tersebut paling tidak akan membantu para guru

dalam menentukan arah program yang dibuatnya.

B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang yang tsudah dipaparkan di atas maka terdapat rumusan

masalah yang menjadi pokok bahasan, diataranya:

1. Apa itu kurikulum?

2. Bagaimana kurikulum Pendidikan Jasmani dan Olahraga?

3. Apa perbedaan kurikulum Pendidikan Jasmani dan Olahraga?

C. Tujuan

1. Untuk menambah pemahaman terhadap kurikulum pendidikan.

2. Memahami kurikulum pendidikan jasmani dan olahraga.

3. Mengetahui perbedaan kurikulum pendidikan jasmani dan olahraga.

Page 8: perbedaan kurikulum

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kurikulum Pendidikan

1. Pengertian Kurikulum Pendidikan

Kata “kurikulum” sudah di kenal orang sejak ratusan tahun yang lalu.

Secara etimologis, kata” kurikulum” berasal dari bahasa latin yang kata dasarnya

adalah currere, berarti jarak yang harus ditempuh oleh para pelari dari mulai start

sampai finish (Sudjana, 2002). Kata ini digunakan untuk memberi nama lapangan

perlombaan lari. Karena dipakai untuk sebuah perlombaan, pada lapangan tersebut

terdapat garis “start” dan batas “finish”, untuk menunjukan tempat mulai dan

mengakhiri perlombaan. Dalam perkembangannya, kata ini kemudian diadopsi

oleh dunia pendidikan yang berarti sejumlah mata pelajaran di perguruan tinggi.

Kurikulum adalah lingkungan belajar yang dirancang untuk mengembangkan

minat dan kemampuan anak agar dapat berpatisipasi dalam kehidupan masyarakat

dan bangsa (Imron, 2003).

Harold B, Alberty (1965) dalam Nasution (1988 : hal 11) “All of the

activities that are provided for the student by the school”. Kegiatan yang disajikan

oleh sekolah bagi para pelajar. Tidak ada pembatasan antara kegiatan didalam

kelas dan diluar kelas. Menurut Saylor (1956) dalam Nana S. Sukmadinata (1998 :

hal 3) “A curriculum is total effort of the school to going abaout desired out

comes in school and out-of-school situation”. Kurikulum adalah usaha maksimal

dari sekolah untuk mencapai hasil yang diinginkan didalam sekolah dan diluar

situasi sekolah.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional, mendifinisikan kurikulum sebagai “seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu”.

Menurut beberapa pengertian para ahli di atas maka dapat disimpulkan

bahwa kurikulum adalah usaha sekolah dalam merencakan kegiatan belajar dan

pembelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai hasil dan tujuan

yang diinginkan.

Page 9: perbedaan kurikulum

2. Tahap Penerapan Kurikulum

Kauffman dalam Purwanto (2009) perencanaan merupakan peroses

penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan

sumber yang diperlukan untuk seefesien dan seefektif mungkin perencanaan

secara umum. Menurut Sudjana adalah proses sistematis sesuai dengan prinsip

dalam pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah

serta kegiatan yang terorganisasi tentang kegiatan yang dilakukan pada waktu

yang akan datang.

Menurut Beane (1996) perencanaan kurikulum adalah suatu peroses ketika

berbagai komponen dalam berbagai level membuat keputusan tentang bagaimana

seharusnya sebuah tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi

belajar mengajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode

tersebut.

Berdasarkan berbagai pendapat tentang perencanaan kurikulum tersebut

maka dapat di simpulkan bahwa perencanaan kurikulum sebagai usaha atau

kegiatan yang terorganisir secara sistematis agar berbagai komponen terkait

mampu membuat sebuah perencanaan terhadap bagaimana sebuah kurikulum

dibuat, diimplementasikan, dan dievaluasi guna memperoleh hasil-hasil yang

diinginkan.

Tahap penerapan kurikulum dapat di bagi menjadi beberapa tahap yaitu:

a. Tahap Pengorganisasian Kurikulum (Organizing)

Wayudin (2014) mendifinisikan “pengorganisasian kurikulum merupakan

pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa

dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif.

Pengorganisasian kurikulum dapat dilihat dari dua pendekatan yakni

secara struktural dalam kontek manajemen, dan secara fungsional dalam kontek

akademik atau kurikulum (Hamalik, 2007). Secara struktural, organisasi sangat

diperlukan untuk melaksanakan peroses manajemen, yakni (1) organisasi

perencanaan kurikulum, yang di laksanakan oleh suatu lembaga pengembangan

kurikulum, atau suatu tim pengembangan kurikulum, (2) organisasi dalam rangka

Page 10: perbedaan kurikulum

pelaksanaan kurikulum, baik pada tingkat daerah maupun tingkat sekolah atau

lembaga pendidikan yang melaksanakan kurikulum, dan (3) organisasi dalam

evaluasi kurikulum, yang melibatkan berbagai pihak dalam peroses evaluasi

kurikulum.

Selanjutnya secara akademik, organisasi kurikulum dikembangkan dalam

bentuk-bentuk organisasi yakni: (1) kurikulum mata pelajaran, yang terdiri dari

sejumlah mata pelajaran secara terpisah, (2) kurikulum bidang studi, yang

memfungsikan beberapa mata pelajaran sejenis, (3) kurikulum integral, yang

menyatukan dan memusatkan kurikulum pada topik atau masalah tertentu, dan (4)

core curriculum, yaitu kurikulum yang berdasarkan masalah kebutuhan siswa.

b. Tahap Penggerakan atau Pelaksanaan Kurikulum (Actuating)

Penggerakan (actuating) lebih ditekankan pada tujuan yang akan dicapai,

pekerjaan yang akan dilakukan, dan orang yang akan melakukannya dalam

pelaksanaan kurikulum tersebut. Pergerakan yang efektif bila dapat membuat

pekerjaan dilakukan dengan pengeluaran waktu, tenaga, dan material yang

minimal, dengan kualitas kerja yang sesuai dengan yang diharapkan.

Hamalik (2010) mengemukakan bahwa pelaksanaan kurikulum dibagi

menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat

kelas. Dalam tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah, yaitu

bertanggung jawab untuk melaksanakan kurikulum dilingkungan sekolah yang

dipimpinnya, dan pada tingkat kelas yang berperan adalah guru, yaitu tugas guru

yang diatur secara administrasi tersebut meliputi: (1) pembagian tugas mengajar,

(2) pembagian tugas pembina ekstrakulikuler, dan (3) pembagian tugas bimbingan

belajar.

c. Kontrol Kurikulum

Hamalik (2010) memukakan merupakan kontrol kurikulum dapat

dipandang sebagai peroses pembuatan keputusan-keputusan tentang kurikulum

disekolah atau proses pengajaran yang dibatasi oleh minat-minat pihak luar,

seperti orang tua, karyawan, masyarakat lokal atau masyarakat luas. Lebih lanjut

Hamalik (2010) menegaskan sehubungan dengan kontrol atau pemantauan

kurikulum hal-hal yang dijadikan sebagai sasaran pemantauan adalah;

Page 11: perbedaan kurikulum

1. Persiapan pelaksanaan kurikulum yang meliputi lahan, sarana dan prasarana,

tenaga, jadwal, waktu, biaya dan unsur penunjang lainya;

2. Pelaksanaan kurikulum yang terdiri dari program kegiatan, metode/prosedur,

diklat media pendidikan, bimbingan dan pelayanan, penilaian permasalahan

dan hambatan;

3. Hasil pelaksanaan kurikulum atau hasil diklat yang terdiri dari jumlah

lulusan dan kualitas lulusan dan produktifitas serta dampak program

pendidikan;

4. Tindak lanjut pemanfaat diklat, yang terdiri dari penempatan dan

penyebaran lulusan, bidang, tugas, lokasi, pada lembaga apa, siapa pembina,

respon masyarakat dan lain-lain.

3. Faktor yang mempengaruhi penerapan kurikulum

Implementasi Kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor berikut.

a. Karakteristik kurikulum yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu

kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan.

b. Strategi implementasi yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi,

seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku

kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong penggunaan

kurikulum di lapangan.

c. Karakteristik pengguna kurikulum yang meliputi pengetahuan,

keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemempuanya

untuk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran.

Sejalan dengan uraian di atas, Mars (1998) mengemukakan tiga faktor

yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah,

dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal yang datang dalam diri guru

sendiri. Dari beberapa faktor tersebut guru merupakan faktor penentu disamping

faktor-faktor yang lain.

4. Perinsip Penerapan Kurikulum

Dalam implementasi kurikulum , terdapat berbagai prinsip yang

menunjang tercapainya keberhasilan yaitu:

a. Perolehan kesempatan yang sama

Page 12: perbedaan kurikulum

Prinsip ini mengutamakan penyediaan tempat yang memberdayakan peserta

didik secara demokratisdan berkeadilan, untuk memperoleh pengetahuan,

keterampilan, dan sikap. 

b. Berpusat pada anak 

Upaya memandirikan peserta didik untuk belajar, berkerja sama, dan menilai

diri sendiri sangat diutamakan, agar peserta didik mampu membangun

kemauan , pemahaman dan pengetahuannya. Penyajiannya disesuaikan

dengan tahapan-tahapan perkembangan peserta didik melalui perkembangan

peserta didik melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan.

c. Pendekatan dan kemitraan

Pendekatan yang digunakan dalam pengorganisasian pengalaman belajar

berfokus pada kebutuhan peserta didik yang berpariasi dan mengintregasikan

berbagai disiplin ilmu. 

d. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan

Standar kopetensi disusun oleh pusat, dan cara penyampaiannya disesuaikan

dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing daerah atau sekolah.

Standar kopetensi dapat dijadiknan acuan penyusunan kurikulum

berdivertifikasi , berdasarkan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta

didik, serta bertaraf internasional.

Permen Nomor 22 Tahun 2006 menetapkan pula prinsip-prinsip

pengembangan kurikulum. Berikut adalah prinsip pengembangan kurikulum yang

dinyatakan dalam Permen tersebut:

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik dan lingkungannya

b. Beragam dan terpadu

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmupengetahuan, teknologi, dan seni

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

f. Belajar sepanjang hayat

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Page 13: perbedaan kurikulum

B. Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Olahraga

1. Perjalanan Kurikulum Penjas di Indonesia

Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan

adalah kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya maka setiap kurun waktu

tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar.

Departemen Pendidikan Nasional juga secara teratur melakukan evaluasi terhadap

peraturan yang berkait dengan kurikulum.

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan

metode belajar semakin lama semakin maju pesat. Oleh karena itu, tidak mungkin

dalam suatu instansi pendidikan tetap mempertahankan kurukulum lama; hal ini

dikhwatirkan akan mengakibatkan suatu instansi sekolah tidak dapat sejajar

dengan sekolah-sekolah yang lain.

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat. Sementara di

sisi lain, prioritas kebijakan nasional ikut berubah. Begitu pun pola pembiayaan

pendidikan serta kondisi sosial, termasuk perubahan pada tuntutan profesi serta

kebutuhan dan keinginan pelanggan. Semua itu ikut memberikan dorongan bagi

penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi,

dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan.

Di dalam proses pengendalian mutu, kurikulum merupakan perangkat

yang sangat penting karena menjadi dasar untuk menjamin kompetensi keluaran

dari proses pendidikan. Kurikulum harus selalu diubah secara periodik untuk

menyesuaikan dengan dinamika kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu.

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan

nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,

1975, 1984, 1994, 2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi

logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek

dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.

Begitu juga dengan perkembangan dari pendidikan jasmani. Sebab,

kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara

dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua

Page 14: perbedaan kurikulum

kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila

dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta

pendekatan dalam merealisasikannya.

a) Kurikulum Tahun 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)

Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana

Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih

dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya

meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh

dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana

kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan

maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada

pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar

dengan bangsa lain di muka bumi ini.

b) Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran 1947)

Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia

mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran

Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan

nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa

setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan

dengan kehidupan sehari-hari.

c) Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964)

Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali

menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana

Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari

kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat

mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga

pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu

pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.

d) Kurikulum 1968 (Rencana Pendidikan 1968)

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu

dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana

Page 15: perbedaan kurikulum

menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.

Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada

pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan

ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan

sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi

pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan

mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang

sehat dan kuat. Tahun 1968 dikenal juga dengan istilah olahraga merupakan

karunia Ilahi, karena orang yang berolahraga harus mempunyai kebugaran tubuh

yang baik.

e) Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan

pendekatan-pendekatan diantaranya sebagai berikut. Berorientasi pada tujuan :

- Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran

memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-

tujuan yang lebih integratif.

- Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

- Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa

mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan

dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.

- Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus

respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).

Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak

mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam

GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan

kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun

1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.

Page 16: perbedaan kurikulum

f) Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)

Ciri-Ciri umum dari Kurikulum CBSA adalah:

- Berorientasi pada tujuan instruksional.

- Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan

Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

- Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).

- Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat

kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta

didik.

- Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.

Konsepkonsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian,

baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang

pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa

memahami konsep yang dipelajarinya.

g) Kurikulum 1994

Ciri-Ciri Umum Kurikulum 1994:

- Perubahan dari semester ke Caturwulan (Cawu)

- Dari pola pengajaran berorientasi TEORI belajar mengajar menjadi

berorientasi pada muatan (isi).

- Bersifa populis yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk

semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti

sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri

disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.

- Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan

strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,

fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan

bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,

dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.

h) Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK))

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciriciri sebagai berikut:

Page 17: perbedaan kurikulum

- Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual

maupun klasikal.

- Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode

yang bervariasi.

- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang

memenuhi unsur edukatif.

- Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

i) Kurikulum 2006 (KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada,

yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan

pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan

bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:

- Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual

maupun klasikal.

- Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode

yang bervariasi.

- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang

memenuhi unsur edukatif.

- Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan kurikulum berbasis

kompetensi sebelumnya (versi 2002 dan 2004), bahwa sekolah diberi kewenangan

penuh menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar

yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi – misi, struktur dan muatan

kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga pengembangan silabusnya.

Pergantian kurikulum adalah suatu keniscayaan yang harus diberlakukan

untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perilaku

Page 18: perbedaan kurikulum

dan metode pengajaran yang setiap saat terus berkembang. Untuk menyikapi

pergantian kurikulum maka yang harus disiapkan adalah: Kesiapan dari guru

penjas itu sendiri (apapun kurikulumya apabila guru penjas memahami akan

esensi dari kurikulum maka tidak akan terjadi (permasalahan), kesiapan sekolah,

kesiapan pemerintah dan kesiapan stake holder pendidikan. Semoga analisis dan

gambaran dari kurikulum dan berbagai perubahan-perubahan yang terjadi di

Indonesia ini dapat sedikit memberikan pencerahan tentang kurikulum penjas di

Indonesia, sehingga dapat lebih menimbulkan kearifan dalam proses belajar-

mengajar.

C. Perbedaan Kurikulum Penididikan Jasmani dan Olahraga

1. Pengertian Pendidikan jasmani dan olahraga

Ada yang berpendapat bahwa dua istilah yaitu pendidikan jasmani dan

olahraga mempunyai satu pengertian yang sama, padahal keduanya memiliki

makna yang berbeda. Sebelum mengetahui perbedaan antara pendidikan jasmani

dan olahraga, perlu diketahui definisi istilah dari pendidikan jasmani dan

olahraga.

a. Pendidikan Jasmani

Mata pelajaran Pendidikan Jasmani telah beberapa kali mangalami

perubahan nama. Nama terakhir adalah Pendidikan jasmani, olahraga dan

kesehatan. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari system

pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek

kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis,

keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola

hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,

olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (BSNP 2006:512, 648).

Pendidikan jasmani adalah aktivitas psikomotorik yang dilaksanakan

atas dasar pengetahuan (kognitif), dan pada saat melaksanakannya akan terjadi

perilaku pribadi yang terkait dengan sikap/afektif (seperti kedisiplinan,

kejujuran, percaya diri, ketangguhan) serta perilaku sosial (seperti kerjasama,

Page 19: perbedaan kurikulum

saling menolong), atau pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai suatu proses

pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain secara sistematik untuk

meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

yang akan baik pelaksanaannya apabila didukung dengan pengetahuan tentang

cara melakukannya, perilaku hidup sehat, aktif, akan mengembangkan sikap

jujur, disiplin, percaya diri, tangguh, pengendalian emosi, serta kerjasama, dan

saling menolong.

Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar

pendidikan dan pengajaran pasal 9 bahwa "Pendidikan jasmani yang menuju

kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan

merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang

sehat dan kuat lahir batin, diberikan pada segala jenis ssekolah". Sedangkan

Pendidikan Jasmani dalam KTSP adalah suatu proses pendidikan melalui

aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,

mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat

serta aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Lingkngan belajar diatur secara

seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah,

jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.

Abdulkadir Ateng (1993) mengemukakan bahwa, pendidikan jasmani

merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai

kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik,

neuromuskuler, intelektual dan emosional. Abdul Gafur dalam Imran (2013)

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai

perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan

sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan

jasmani,kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan,

kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam

rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Jasmani merupakan aktivitas fisik melalui proses pendidikan yang dilakukan

Page 20: perbedaan kurikulum

secara sadar dengan tujuan untuk perkembangan, pertumbuhan dan kesegaran

jasmani serta memperhatikan perkembangan aspek emosional dan intlektual.

b. Olahraga

Pengertian Olahraga (Menpora Maladi) adalah Olahraga mencakup

segala kegiatan manusia yang ditujukan untuk melaksanakan misi hidupnya

dan cita-cita hidupnya, cita-cita nasional politik, sosial, ekonomi, kultural dan

sebagainya. Adapun Menuerut UNESCO mengartikan bahwa olahraga sebagai

“setiap aktivitas tubuh berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan

unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri kita sendiri”.

Cholik Mutohir dalam Imran (2013) Olahraga adalah proses sistematik

yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong

mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah

seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat berupa permainan,

petandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia yang memiliki

Ideologi yang seutuhnya dan berkualitas berdasarkan Dasar Negara atau

Pancasila.

Dengan pengertian beberapa ahli diatas dapat dirumuskan bahwa

Pendidikan olahraga merupakan proses pendidikan yang mengarah pada

pengenalan dan penguasaan keterampilan suatu cabang olahraga. Terdapat

perbedaan pokok yang sangat jelas terutama dalam substansinya. Pendidikan

jasmani akan mengarahkan proses belajar itu pada pengembangan keterampilan

gerak insani sebagai bekal keterampilan hidup (life skill) sedangkan pendidikan

olahraga akan mengarah kepada penguasaan suatu keterampilan cabang

olahraga. Kalaupun substansi proses dari pendidikan jasmani itu berlainan

namun demikian keduanya sama-sama bertendensi perilaku gerak yang

bernuansakan dan bersuasanakan pendidikan.

2. Aspek yang membedakan perancanngan atau Kurikulum Pendidikan

Jasmani dan Olahraga

Ada beberapa aspek yang membedakan antara Pendidikan Jasmani dengan

Olahraga antara lain:

Page 21: perbedaan kurikulum

a. Tujuan Pendidikan Jasmani disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang

menyangkut pengembangan seluruh pribadi anak didik, sedangkan tujuan

Olahraga adalah mengacu pada prestasi unjuk laku motorik setinggi-tingginya

untuk dapat memenangkan dalam pertandingan.

b. Isi Pembelajaran dalam pendidikan jasmani disesuaikan dengan tingkat

kemampuan anak didik, sedangkan pada olahraga isi pembelajaran atau isi

latihan merupakan target yang harus dipenuhi.

c. Orientasi Pembelajaran pada pendidikan jasmani berpusat pada anak didik.

Artinya anak didik yang belum mampu mencapai tujuan pada waktunya diberi

kesempatan lagi, sedangkan pada olahraga atlet yang tidak dapat mencapai

tujuan sesuai dengan target waktu dianggap tidak berbakat dan harus diganti

dengan atlet lain.

d. Sifat kegiatan pendidikan jasmani pada pemanduan bakat yang dipakai untuk

mengetahui entry behavior, sedangkan pada olahraga bertujuan untuk memilih

atlet berbakat.

Penjas merupakan aktivitas fisik dan dapat berupa permainan. Tujuannya

tidak sama akan tetapi dalam bagian tertentu menunjukkan kaitan satu sama lain.

Berdasarkan dokumen yang resmi, pendidikan jasmani (physical education)

digunakan untuk kalangan pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan

pendidikan sedangkan olahraga untuk kegiatan di luar pendidikan yang

berorientasi pada peningkatan prestasi.

Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Pendidikan Jasmani Olahraga

Pemahaman gerak

Berpacu pada satuan kurikulum

Subyeknya pelajar

Pribadi anak seluruhnya

Pengaturan disesuaikan

Gerak kehidupan sehari – hari

Perhatian ekstra pada anak lamban

Prestasi

Bebas

Subyeknya Atlet

Kinerja Motorik

Aturan Baku

Gerak Fungsional Cabang

Ditinggalkan

Page 22: perbedaan kurikulum

Tidak mesti dilombakan

Wajib

Selalu Bertanding

Bebas

         

Dua prinsip utama pendidikan jasmani pertama : menguatamakan

partisipasi semua siswa, kedua : upaya pendidikan harus dapat membentuk

kebiasaan hidup aktif sepanjang hayat. Prinsip yang kedua berkaitan dengan usaha

untuk mencapai kualitas hidup sehat. Bagian penting dari itu adalah kebugaran

atau kesegaran jasmani yang dengan kata lain adalah physical fitness. Sumbangan

penting dari aktivitas jasmani adalah terciptanya derajat kesegaran jasmani. Jadi

kurikulum disiapkan agar semua siswa mendapat bagian dari pendidikan jasamani

dan wajib ditempuh untuk mendapatkan tujuan yang hendak dicapai dalam

pembelajaran pendidikas jasmani. Tujuannya adalah untuk mendapatakan ilmu

yang lebih banyak dan pengetahuan yang luas mengenai pendidikan jasmani dan

kesehatan. Sedangkan tujuan daripada olahraga adalah untuk mencapai sebuah

prestasi yang diharapkan melalui berbagai macam pertandingan tergantung pada

cabang olahraga yang diikuti. Kurikulum olahraga dirancang unutk siswa agar

menguasai suatu keterampilan dalam sebuah cabang olahraga dan bertujuan untuk

mendapatkan prestasi dalam cabang olahraga tersebut yang bersifat latihan dalam

pelaksanaannya, berbeda dengan pendidikan jasmani dimana siswa diharapkan

mendapat kesegaran jasmani secara menyeluruh melalui aktivitas fisik.

Page 23: perbedaan kurikulum

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sekolah merupakan tempat dimana anak bangsa mendapatkan ilmu dan

pengetahun yang berguna bagi kehidupan. Terdapat sistem dimana proses

pembentukan jati diri seorang anak dapat diraih melalui pendidikan salah satunya

dengan adanya kurikulum di sekolah. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan

bahwa kurikulum adalah adalah usaha sekolah dalam merencakan kegiatan belajar

dan pembelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai hasil dan

tujuan yang diinginkan. Kurikulum dirancang sebagai usaha atau kegiatan yang

terorganisir secara sistematis dalam melaksanakan kegiatan belajar dan

pembelajaran agar berbagai komponen terkait mampu membuat sebuah

perencanaan terhadap tujuan yang hendak ingin dicapai dlam sebuah proses

pendidikan.

Dalam kurikulum pendidikan jasmani dan olahraga, terdapat rancangan

yang berbeda baik dalam pelaksanaan, isi atau materi pembelajaran, tujuan serta

aspek-aspek yang menjadi pencapaian bagi siswa. Pada perancangan kurikulum

Pendidikan jasmani mengutamakan partisipasi semua siswa dalam

pelaksanaannya dan upaya pendidikan harus dapat membentuk kebiasaan hidup

aktif sepanjang hayat. Prinsip ini berkaitan dengan usaha untuk mencapai kualitas

hidup sehat. Bagian penting dari itu adalah kebugaran atau kesegaran jasmani

yang dengan kata lain adalah physical fitness. Sumbangan penting dari aktivitas

jasmani adalah terciptanya derajat kesegaran jasmani. Sedangkan perancangan

kurikulum olahraga disiapkan untuk mencapai sebuah prestasi yang diharapkan

melalui berbagai macam pertandingan tergantung pada cabang olahraga yang

diikuti. Olahraga bertujuan untuk mendapatkan kemampuan individu menguasai

suatu keterampilan dalam sebuah cabang olahraga dan bertujuan untuk

mendapatkan prestasi dalam cabang olahraga tersebut berbeda dengan pendidikan

jasmani dimana siswa diharapkan mendapat kesegaran jasmani secara menyeluruh

melalui aktivitas fisik.

Page 24: perbedaan kurikulum

Daftar Rujukan

Ahmad, dkk. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung : CV Pustaka Setia.

Amran. 2013. Pendidikan Jasmani dan Olahraga. POR: Universitas Negeri Makasar http://berachunk-amrank.blogspot.co.id/2013/09/defenisi-penjas-dan-olahraga.html

Ateng, A. 1993. Pendidikan Jasmani Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Ilmu Keolahragaan Guna Krida Prakasa Jati.

Beane, J. A. 1996. Curriculum integration “desining the core of democratic ednukation”. New York and London: Teacher College Press: Colombia University.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).

Giles, H. H., S. P. Mc. Cutchen, and A. N. Zechiel. 1933. Exploring the Curriculum: The Work of the Thirty Schools from the Viewpoint of Curriculum Consultants. New York and London: Published By Harper & Brothers

Hamalik, O. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamalik, O. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosadakarya.

Imron. A. 2003. Manajemen Pendidikan, Analisis Substantif dan Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan. Malang. Universitas Negeri Malang.

Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution. 1988. Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars Bandung.

Nasution, S. (1990). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Citra Aditya Bakti.

Rink, J. & Chair. Reston. 1995. Moving into the future: National Standars for physical education. National Association for Sport and Physical Education/AAHPERD. USA: Mosb.

Purwanto, N. 1998. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Peraturan Mentri. 2006. PERMEN tentang Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum.

Sudjana, N. 2002. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di sekolah. Bandung: Sinar Barn Algesindo.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Page 25: perbedaan kurikulum

Wahyudin, D. 2014. Manajemen kurikulum. Bandung: PT. Remanaja Rosdakarya.