59
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa ini adalah masa dimana manusia mampu menciptakan alat yang berfungsi untuk menunjang kehidupan mereka. Berbagai sarana maupun media telah berhasil diciptakan yang berguna untuk menyalurkan informasi dari satu tempat ke tempat lain secara massa. Ada beragam dari media cetak maupun media elektronik yang terdiri dari audio dan audio visual seperti televisi. Perbedaan yang paling signifikan antara media cetak dengan elektronik adalah pada proses penyampaian pesannya. Pada media cetak (dalam hal ini adalah koran) hanya dapat menyampaikan informasi berupa tulisan serta sifatya pasif, sedang media elektronik -dalam hal ini televisi dan radio- dalam proses penyampaian pesannya lebih lengkap tidak hanya tulisan saja, tetapi juga dilengkapi suara dan gambar/ visual (pada televisi), 1

Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live dan dengan melalui Media Televisi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa ini adalah masa dimana manusia mampu menciptakan alat yang

berfungsi untuk menunjang kehidupan mereka. Berbagai sarana maupun media

telah berhasil diciptakan yang berguna untuk menyalurkan informasi dari satu

tempat ke tempat lain secara massa. Ada beragam dari media cetak maupun media

elektronik yang terdiri dari audio dan audio visual seperti televisi.

Perbedaan yang paling signifikan antara media cetak dengan elektronik

adalah pada proses penyampaian pesannya. Pada media cetak (dalam hal ini

adalah koran) hanya dapat menyampaikan informasi berupa tulisan serta sifatya

pasif, sedang media elektronik -dalam hal ini televisi dan radio- dalam proses

penyampaian pesannya lebih lengkap tidak hanya tulisan saja, tetapi juga

dilengkapi suara dan gambar/ visual (pada televisi), serta interaktif, dimana

audience juga dapat diajak untuk terlibat langsung.

Di dalam kemunculannya, televisi memberikan dampak besar bagi

kehidupan manusia. Daya tarik utama televisi terletak pada kemampuannya

menghasilkan paduan gambar dan suara sekaligus. Dengan potensi audio visual

tersebut, apapun yang disajikan media televisi menjadi tampak hidup dan realistis.

Tak mengherankan jika televisi menjadi media yang paling popular di masyarakat.

Televisi cenderung lebih disukai karena menawarkan kemudahan bagi

penikmatnya. Misalnya saja penonton tidak perlu membeli tiket bioskop / konser

musik saat ingin melihat tayangan film / musik. Pemirsa juga cukup menonton

1

Page 2: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

2

berita jika ingin mengetahui informasi terkini. Semua itu bisa dinikmati secara

instant hanya dengan menonton televisi.

Sedangkan untuk dunia hiburan di dalam perkembangan dari zaman ke

zaman mengalami perubahan yang sangat pesat. Kalau di era sebelum

kemerdekaan, hiburan yang ditampilkan kebanyakan, khususnya di tanah Jawa

adalah pertunjukan wayang, baik wayang orang maupun wayang kulit; ketoprak,

tari-tarian; dan pertunjukan musik tradisional. Di era setelah kemerdekaan pun hal

ini masih tampak di sebagian wilayah di Indonesia. Memang tidak bisa dipungkiri

bahwa semakin modern kehidupan seseorang, maka kehidupan tradisional akan

ditinggalkan karena dianggap ketinggalan zaman.

Salah satu perkembangan yang paling bisa diukur adalah musik. Di era

globalisasi ini, banyak budaya asing yang termasuk musik sudah masuk ke

Indonesia. Sehingga budaya Indonesia yang beragam itu lama-kelamaan semakin

luntur. Musik-musik tradisional semakin hari tenggelam karena masyarakat lebih

menyukai budaya musik yang mengadopsi dari negara lain. Hal ini apabila tidak

ada filter yang kuat dari bangsa Indonesia akan menyebabkan budaya Indonesia

hilang sama sekali.

Dalam pertunjukan musik yang ada di Indonesia dapat disiarkan live atau

langsung melalui media audio visual televisi ataupun radio. Dengan begitu

masyarakat di seluruh Indonesia dapat menikmati pertunjukan secara langsung

tanpa harus mengeluarkan biaya untuk datang ke lokasi. Namun begitu, tidak

sedikit juga orang yang lebih menyukai dan memilih untuk datang ke panggung

untuk melihat pertunjukan musik secara langsung. Alasan yang diberikan pun

Page 3: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

3

bermacam-macam saat memilih untuk rela membeli tiket konser daripada

menikmati sajian dari layar kaca di rumah.

Ternyata kondisi masyarakat di Indonesia adalah sebagian besar

masyarakat menyaksikan pertunjukan musik dari televisi. Berbagai program acara

musik yang muncul pun juga ternyata membutuhkan banyak penonton yang

menyaksikannya secara langsung. Tidak sedikit yang datang langsung ke lokasi

baik secara mandiri maupun melalui undangan. Namun sebagian besar memang

didominasi oleh penonton televisi.

Program acara televisi khususnya program acara tentang budaya masih

sangat kurang dijumpai dalam program acara di televisi. Televisi tingkat nasioal

lebih menarik program acara yang sifatnya trend lebih ke taraf modern. Hal ini

pihak stasiun televisi seolah-olah berlomba untuk menampilkan kreativitasnya

agar terwujud acara yang sangat di gemari, acara yang ditayangkan kebanyakan

acara yang berbau materialistis atau lebih ke trend masa kini. Dunia hiburan

sendiri, sudahlah sangat didominasi oleh budaya barat, budaya lokal belum bisa

menunjukkan ke kanca kompetensi hiburan.

Kesenian-kesenian daerah yang sudah memasuki pada dunia industri

khususnya hiburan musik berbau spiritual budaya yang sangat kental yakni lagu-

lagu Campursari, dimana musik ini memberikan suguhan lirik-lirik berbahasa

Jawa dari hasil kreativitas masyarakat daerah setempat ingin tampil dengan

formasi budaya yang modern. Dimana Campursari itu adaptasi bentuk kompromi

budaya dengan budaya popular sarat dengan semiotik, linguistik dan fenomenal.

Kehidupan masyarakat Jawa. Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang,

Page 4: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

4

masyarakatnya belum sepenuhnya dapat meninggalkan ciri-ciri atau wujud yang

tradisional.

Adapun yang ditulis oleh Bre redana bersama Elok Dyah Messwati

tentang campursari dalam buku “potret manusia sebagai si anak kebudayaan

massa”:

Campursari adalah formula paling akhir dari sinkretisme Jawa dalam hal musik. Bisalah diingat perjalanan musik di Jawa (Tengah), taruhlah misalnya ditahun 40-an dengan munculnya bengawan solo yang sampai saat ini masih membikin orang Jepang tergila-gila. Lagu karya komponis asal Solo, gesang, itu disebut keroncong-keroncong musik portugis yang diartikulturasikan secara lokal di sini. Musik jenis itu mengalami evolusi lebih lanjut, dengan munculnya generasi pencipta yang berikut setelah gesang, yakni andjar any, di tahun 60-an/70-an, mulai popular musik yang disebut berjenis langgam, antara lain seperti karya andjar any, yen ing tawang. Lalu, pada era 1980-an, musik-musik yang sudah ada sebelumnya itu dicampur-aduk sedemikian rupa (dengan lagu-lagu lama dinyanyikan lagi dalam gaya yang baru), dalam genre yang disebut campursari. 1

Dilihat dalam konteks otonomi daerah, campursari ini menarik karena

pertama-tama dia telah tumbuh menjadi industri, dan kedua dia menunjukkan

sebuah geliat, mengekspresikan sesuatu secara lokal (ingat bahwa sastra Jawa

misalnya, sekarang benar-benar telah bangkrut. Sebaliknya, dalam dunia

campursari, muncul album baru).

Seperti di ataslah gambaran kesenian campursari, Kesenian daerah seperti

campursari saat ini, dan akan tetapi persaingannya dengan musik-musik populer

yang ada masih belum bisa menjanjikan apabila tidak adanya media yang

mendukung popularitas kesenian campursari, yang notabenenya digemari oleh

kalangan-kalangan tertentu. Untuk tetap populer atau tetap eksisnya musik

1 Bre Redana, Potret Manusia Sebagai Si Anak Kebudayaan Massa, Jakarta, Lembaga Studi Pers dan Pembangunan, 2002, hal 111

Page 5: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

5

campursari dan adanya sebuah regenerasi dari kesenian musik campursari. Oleh

karena itu, televisi nasional maupun lokal bisa mewujudkan cita-cita campursari

dalam dunia audio visual dengan program acara yang menampilkan musik

campursari.

Untuk menyajikan sajian musik pop atau modern dibutuhkan sarana media

televisi nasional karena dapat diterima di semua wilayah di Indonesia. Tetapi

untuk menyajikan pertunjukan musik tradisional, sebagai contoh campursari tidak

bisa ditayangkan di televisi nasional, karena tidak semua daerah menyukai dan

dapat menerimanya. Salah satu media televisi yang fokus mengangkat tentang

musik tradisional yaitu TV lokal. Di banyak daerah di Indonesia terdapat banyak

televisi lokal sebagai sarana hiburan rakyat di daerah-daerah. Acara yang

disajikan juga tidak semua acara lokal, ada juga yang bisa diterima di daerah lain.

Sebenarnya banyak contoh pertunjukan musik yang disiarkan TV nasional

dan lokal di Indonesia yang semuanya juga memiliki penonton yang

menyaksikannya secara langsung. Jikalau pertunjukan musik modern sebut saja

program musik inbox, dahsyat, mantap, dan masih banyak lainnya yang disiarkan

secara langsung di televisi nasional. Jika penonton yang menyaksikan langsung

diminta pendapat setelah menonton langsung akan memiliki pendapat yang

berbeda dengan penonton Indonesia yang menyaksikannya melalui media televisi.

Tetapi untuk televisi lokal, khususnya di Jawa Tengah ini juga banyak

menampilkan program musik tradisional, yang dalam hal ini adalah campursari.

Sebut saja program Nyampursari di televisi lokal di Solo yang penayangannya

juga disiarkan secara langsung di dalam studio.

Page 6: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

6

Banyak stasiun televisi yang menyajikan acara pertunjukan campursari

secara live. Namun, salah satu contoh televisi lokal yang akan dijadikan objek

penelitian disini adalah Jogja TV. Merupakan televisi lokal yang berada di Jogja

dengan salah satu program unggulannya yaitu Klinong-Klinong Campursari. Ini

merupakan program pertunjukan musik tradisional yang ditayangkan dua kali

seminggu, yaitu hari Kamis dan Sabtu malam. Sebelumnya program ini hanya

ditayangkan sekali saja dalam seminggu, namun karena banyak sekali peminatnya

maka dibuat menjadi dua kali seminggu. Sedangkan untuk tempat produksi

program ini awalnya berada di dalam ruangan gedung Jogja TV, namun melihat

antusias masyarakat yang ingin menyaksikan langsung yang membuat tempat di

gedung tidak mencukupi, maka dibuat panggung di luar gedung yang berada tepat

di halaman depan yang berukuran luas.

Penayangan program acara Klinong-Klinong Campursari secara live

dilakukan pada hari Kamis dan Sabtu. Di hari Kamis dilaksanakan di luar gedung,

yaitu di halaman depan dengan mendirikan panggung, sehingga banyak penonton

dapat menikmati sajian secara langsung. Sedangkan untuk hari Sabtu dilakukan di

dalam gedung namun juga disediakan layar tancap di luar gedung agar penonton

yang tidak cukup berada di dalam dapat menyaksikan dari luar secara langsung.

Memang tidak dipungkiri bahwa antusias masyarakat Yogyakarta sangat besar

dalam menjaga tradisi budaya Jawa, khususnya masyarakat di daerah Sleman

Berbah, Yogyakarta.

Saat banyak orang melihat suatu pertunjukan, maka menurut beberapa

orang akan memiliki pandangan yang berbeda-beda. Cara melihat tiap individu

Page 7: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

7

juga tidak sama, karena orang bebas untuk melihat peristiwa dari sudut

pandangnya sendiri. Suatu pertunjukan pun bisa terlihat berbeda karena memiliki

banyak angle yang bebas untuk diperhatikan. Orang juga bisa merasakan suasana

yang terjadi di panggung beserta ‘ramai’nya orang-orang yang mungkin berjoged

di tempat tersebut. Tetapi orang tidak bisa melakukan aktivitas yang lain kecuali

menonton acara tersebut saja, mungkin juga ikut bergoyang. Realitas langsung

atau yang disebut realitas empirik ini terjadi menjadi sesuatu yang luas karena

belum tercampur dengan media.

Kemudian media merekam peristiwa pertunjukan musik tersebut melalui

kamera dengan sudut pandang yang sudah ditentukan oleh kameramen sendiri

atau institusi yang menugaskannya. Kemudian gambar akan ditayangkan melalui

televisi dan ditonton oleh masyarakat Jogja pada umumnya dan Sleman pada

khususnya. Mau tidak mau setiap orang yang menyaksikan acara di televisi

tersebut harus mengikuti alur acara beserta sudut pandang yang sudah dibentuk

oleh stasiun televisi, dalam hal ini Jogja TV. Jadi masyarakat tidak lagi bebas

untuk memilih angle yang ingin ditontonnya, tetapi harus menurut pada televisi

yang ditontonnya. Realitas media atau realitas simbolik yang terjadi pada proses

ini. Oleh karena itu pendapat dari orang yang menonton dengan cara seperti ini

pun juga berbeda dengan yang menonton secara langsung dikarenakan hanya

mengikuti alur acara yang sudah ditentukan. Namun dengan cara menonton

televisi di rumah, orang bisa sambil melakukan aktivitas yang lain seperti

membersihkan rumah, makan, atau bahkan sambil tiduran. Jadi kemungkinan

orang juga tidak mengikuti acara secara intensif dari awal sampai akhir.

Page 8: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

8

Dalam penelitian ini penulis memilih masyarakat Sleman Berbah,

Yogyakarta sebagai responden penelitian. Dalam pandangan penulis, masyarakat

di sekitar wilayah itulah yang menikmati secara langsung pertunjukan Campursari

di Jogja TV. Di sekitar wilayah tersebut juga merupakan lokasi penelitian

dilakukan, karena hendak mengetahui pendapat seseorang saat menonton program

Campursari secara live dan melalui media televisi. Masyarakat Sleman adalah

penonton terbanyak untuk program tersebut dibandingkan dengan daerah lain

dikarenakan dekat dengan panggung pertunjukan yaitu di Jogja TV sendiri. Ada

yang lebih memilih untuk menonton langsung dengan berbondong-bondong ke

lokasi, tetapi juga ada yang lebih memilih untuk menyaksikan dari rumah.

Kemudian di dalam penelitian ini akan melengkapi riset komunikasi

khususnya riset khalayak. Karena dalam penelitian ini yang menjadi fokus utama

adalah persepsi khalayak dalam menonton pertunjukan campursari. Khalayak

akan diteliti dan akan mencari perbandingan penonton yang melihat pertunjukan

secara live ataupun melalui media televisi. Kemudian akan terlihat persepsi dari

masing-masing penikmat campursari yang menyaksikannya dengan cara yang

berbeda.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, dapat dilihat pendapat masyarakat dalam

menonton pertunjukan campursari di Jogja TV secara live dan melalui media

televisi:

Page 9: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

9

1. Apakah ada perbedaan persepsi pengalaman menonton pertunjukan musik

tradisional Klinong-Klinong Campursari secara live dan dengan melalui

media televisi?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, Tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan persepsi pengalaman menonton pertunjukan

musik tradisional Klinong-Klinong Campursari secara live dan dengan

melalui media televisi.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi mengenai perbedaan pengalaman menonton

program campursari yang disaksikan secara live dan melalui televisi.

b. Hasil ini diharapkan bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai

cara menonton yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dalam

menyaksikan pertunjukan campursari.

2. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan metodologi dalam

mengungkap permasalahan perbedaan pengalaman menonton program

campursari secara live dan melalui media televisi.

b. Untuk menambah khasanah pengetahuan ilmu komunikasi, khususnya

yang terkait dengan teori persepsi dan pengalaman menonton.

Page 10: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

10

c. Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi pada penelitian lebih

lanjut.

E. KERANGKA TEORI

a. Komunikasi Massa

Sebelum membahas lebih jauh tentang pengalaman menonton sebuah

pertunjukan melalui media, maka hal yang bisa dipaparkan dia awal adalah

tentang komunikasi, yang dalam hal ini berkaitan dengan komunikasi massa.

Komunikasi yang menggunakan media massa lazim kita sebut sebagai komunikasi massa. Secara konkretnya Little John mendefinisikan komunikasi massa adalah suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan-pesan (messages) dan mengirimkan kepada publik. Dan melalui proses tersebut, sejumlah pesan akan digunakan atau dikonsumsi audiens.2

Lebih jelasnya dari pengertian tentang Komunikasi massa adalah proses

komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan

komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.

Komunikasi massa diartikan penyebaran pesan dengan menggunakan media

yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak

tampak oleh si penyampai pesan. Menjalankan proses dalam penyampaian

tujuan untuk mencapai sesuatu yang diharapkan, maka peranan dari media

massa ini pun sangat berarti bagi masyarakat.

Adapun fungsi komunikasi massa menurut Burhan Bungin pada umumnya adalah:

menyiarkan informasi (to inform),

2 Redi Panuju, Sistem Komunikasi Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,1997, hal 117

Page 11: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

11

mendidik (to educate) menghibur (to entertain).

Komunikasi, terutama komunikasi massa, dengan fungsinya sebagai

sarana hiburan, penerangan, dan pendidikan, menimbulkan pengaruh yang

positif. Tetapi kalau kurang keterampilan, pengetahuan, dan kewaspadaan

pihak yang menangainya, pengaruhnya yang negatif tidak kecil.

Komunikasi massa sebagai medium hiburan, terutama menggunakan

media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga

merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

Menurut McQuail, media massa adalah institusi yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu dengan lainnya dengan melalui produk media massa yang dihasilkan. Secara spesifik institusi media massa adalah sebagai saluran produksi dan distribusi konten simbolis, sebagai institusi public yang bekerja yang bekerja sesuai aturan yang ada, keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima adalah sukarela, menggunakan standar professional dan birokrasi, dan media sebagai perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan.3

Jelasnya, televisi adalah media yang digunakan dalam komunikasi,

tepatnya komunikasi massa. Dimana komunikasi massa merupakan

komunikasi melalui media massa modern. Dan media massa ini adalah surat

kabar, film, radio, dan televisi.

Media massa yang dimaksud disini adalah televisi. Televisi merupakan

media yang dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan khalyak. Televisi mempunyai kelebihan

dari media massa yang lainnya yaitu bersifat audio visual (didengar dan

dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan

3 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta, Kencana, 2006, hal 99

Page 12: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

12

peristiwa yang sedang terjadi ke setiap rumah pemirsa dimanapun mereka

berada.

b. Televisi

Hal selanjutnya yang menjadi media di dalam seseorang menyaksikan

sebuah pertunjukan adalah melalui saluran media massa yang dalam hal ini

adalah televisi.

Istilah televisi (television) merupakan suatu kata yang berasal dari gabungan kata tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh dan vision (bahasa latin videra), artinya melihat/memandang. Jadi secara harfiah, televisi berarti memandang dari jauh. Tepatnya, televisi ialah memandang peristiwa dari jauh dalam waktu yang bersamaan.4

Sifat media massa (televisi) yang serempak dimanfaatkan untuk membuat

khalayak secara bersamaan menaruh perhatian kepada pesan yang

disampaikan komunikator. Selain sifat media yang cepat memungkinkan

pesan dapat disampaikan kepada begitu banyak orang dalam waktu yang

cepat, daya tarik televisi juga demikian besar, sehingga pola-pola kehidupan

rutinitas manusia sebelum muncul televisi, berubah total sama sekali.5

Kelebihan lain televisi adalah karena televisi dalam proses penggunaannya

hanya memerlukan persyaratan yang sangat lunak, yakni dengan hanya

melihat dan mendengar saja maka seseorang sudah bisa mamperoleh

informasi. Media massa radio merupakan wacana yang relatif mendekati

kesempurnaan sebagai alat pengganti kunjungan kepada sasaran. Ia tidak

4 Sofiah, Komunikasi Media Film dan Televisi, Surakarta, UNS Press,1993, hal 475 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,

1987, hal 79

Page 13: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

13

menuntut pendengarnya memiliki keterampilan tertentu dan pengetahuan

khusus sehingga orang buta pun dapat memanfaatkannya.

c. Program Acara Televisi

Di dalam menyajikan acara pertunjukan campursari melalui media, televisi

juga memiliki jenisnya sendiri di dalam menampilkan sebuah acara atau

programnya. Program acara tersebut akan dijelaskan ke dalam penjabaran di

bawah.

Program acara televisi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu program

acara siaran tidak langsung (recording) baik sejenis drama dan non drama

serta program acara siaran langsung (live).

1. Program acara tidak langsung (recording)

Program acara yang kejadiannya sudah dilakukan terlebih dahulu, baru

kemudian dilakukan proses penyempurnaan baik system audio melalui mixing

atau dubing dan system video melalui proses editing, titling, chroma key,

pemberian effect dan sebagainya, yang dalam tv production di kenal dengan

istilah post production.

2. Program siaran langsung (LIVE)

Siaran langsung atau live event merupakan salah satu jenis program acara pada stasiun televisi broadcasting. Siaran langsung dapat dibedakan dalam dua kategori besar yaitu siaran langsung dari studio atau di area stasiun televisi tersebut, baik di dalam maupun diluar kota6.

6 Ciptono Setyobudi, Teknologi Broadcasting TV, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006, hal 22

Page 14: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

14

Pengaruh media massa sendiri sangat berperan dalam mempengaruh

khalayak luas, terciptanya budaya televisi yang memperngaruh tingkah laku

dan kebisaaan khalayak. Khalayak yang terhanyut dalam acara yang ditonton

akan terbawa dalam situasi dan kondisi apa yang khalayak tonton dalam acara

yang ditayangkan media massa.

d. Realitas Media

Media, dalam hal ini adalah televisi di dalam kemunculannya ternyata juga

menimbulkan beberapa dampak atau efek yang dihasilkan. Saat seseorang

menonton acara pertunjukan secara langsung dan melalui televisi akan

memiliki perbedaan efek yang ditimbulkan.

Fenomena “budaya media”, yakni pola perilaku yang disebabkan oleh kehadiran media pada masyarakat modern memang tak dapat dihindari. Media mempengaruhi masyarakat modern, tetapi media hanya hidup di masyarakat modern. Budaya media adalah produk masyarakat industri, dimana kebudayaan diproduksi oleh media massa. Budaya media diproduksi oleh organisasi besar yang bergantung pada orang-orang terlatih dengan komitmen di bidang jurnalistik, hiburan, dan keahlian bisnis, ketrampilan teknis, dan karier.7

Menurut Mursito dalam bukunya Memahami Institusi Media: Sebuah

Pengantar, menyatakan bahwa media memiliki dua realitas, yaitu realitas

media dan realitas empirik.8 Keduanya tidak sama meskipun saling

berhubungan. Realitas media direproduksi berdasar realitas empirik atau

kenyataan. Di dalam realitas empirik terdapat beberapa data dan fakta yang

masih tersebar bebas. Kemudian fakta dan peristiwa direkam oleh media

7 John Downing, dkk, Questioning The Media, London, Sage Publications, 1995, hal 268 Mursito, BM, Memahami Institusi Media: Sebuah Pengantar, Surakarta, SPIKOM,

2006, hal 91

Page 15: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

15

dengan menggunakan kamera secara acak dan tidak urut sesuai peristiwa. Lalu

di dalam perusahaan, rekaman tersebut diedit sehingga menimbulkan suatu

cerita yang bahkan mungkin baru sesuai dengan kebutuhan.

Dalam menyajikan realitas empirik, media memiliki “bahasa” tersendiri,

bahasa yang dibentuk oleh pertautan antara komponen-komponen yang

terintegrasi dalam sistem organisasi dan institusi media televisi. Postman

(1995) dalam bukunya Menghibur Diri Sampai Mati, menyebut “bahasa

televisi” ini sebagai “konversasi”.9 Konversasi secara metaforis, tidak hanya

menunjuk pada percakapan, namun juga pada segala teknik dan teknologi

yang memungkinkan umat manusia dari suatu peradaban tertentu untuk

bertukar pesan. Dalam pengertian ini, semua kebudayaan adalah suatu

konversasi atau lebih jelasnya lagi suatu kumpulan konversasi, diadakan

dengan berbagai variasi simbolis. Tuturan simbolik televisi merupakan

konversasi dari dunia material, dunia sosial, dan dunia simbolik yang menjadi

lingkungan manusia, sebagaimana yang dikemukakan Kuntowijoyo. Televisi

mengubah dan mentransformasikan “dunia manusia” ini menjadi realitas

media (televisi). Media menentukan bagaimana suatu realitas empirik

diformat, dikemas dengan trik-trik kamera, dll, membentuk cerita baru tentang

realitas, yaitu realitas televisi. Televisi adalah teater, panggung tempat

kehidupan ini dicritakan.

Dalam konsepsi Fiske, televisi berfungsi sebagai “a bearer/ provoker of meaning and pleasures”. Televisi sebagai budaya merupakan bagian yang krusial dari dinamika sosial yang memelihara struktur sosial dalam suatu

9 Ibid, hal 92

Page 16: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

16

proses produksi dan reproduksi yang konstan: melalui makna, berupa popular pleasures, dan oleh karena itu sirkulasinya adalah bagian dan merupakan parcel struktur sosial. Televisi memaknakan realitas sosial, dengan symbol.10

Jadi sesuai dalam konsep yang dikemukakan Fiske tadi menjadikan televisi

sebagai alat yang dapat digunakan untuk memaknai realitas sosial. Akan tetapi

cara yang digunakan untuk memaknai realitas tadi adalah dengan simbol.

Media massa telah mengubah percakapan natural dalam komunikasi interpesonal menjadi apa yang oleh Postman disebut “konversasi”. Demikian dahsyatnya media dapat mengubah bahkan memproduksi realitas sehingga Postman sampai mengatakan: bentuk konversasi menyeleksi substansinya. Medium mendefinisikan perilaku komunikasi seseorang, menjadikan seseorang sebagai bagian dari konversasi.11

Jadi menurut Postman, realitas empirik atau realitas yang sesungguhnya di

dalam media massa telah diubah oleh media, sehingga bentuk konversasi yang

dilakukan oleh media telah menyeleksi substansinya.

Kurt dan Gladys Lang (1971) melakukan penelitian kepada di dalam sebuah parade di Chicago. Lang meneliti di sepanjang rute yang dilewati parade dan di depan televisi untuk membandingkan reaksi orang-orang yang memiliki pengalaman melihat parade langsung dengan yang menyaksikan dari televisi. Orang yang melihat dari televisi berpikir bahwa acara akan jauh lebih menarik dibandingkan jika dilihat secara langsung. Kamera akan mengikuti pergerakan parade, dan menunjukkan kepada pemirsa gambar menarik yang tidak bisa disela. Pemirsa televisi akan terus mengikuti rute parade dan bahkan diberikan informasi tambahan dari narator yang mengomentari acara tersebut. Tidak seperti pemirsa televisi, saksi mata atau penonton langsung di tempat kejadian akan melihat keramaian orang, membuat parade terlihat berkurang kemegahannya saat terlihat di televisi. Orang-orang yang berdiri di sepanjang rute akan tersenyum atau bersorak karena mereka akan masuk ke dalam televisi untuk pertama kali dalam hidupnya dan bukan karena acara parade tersebut. Kemudian Langs menyimpulkan bahwa kenyataan di dunia ini yang disajikan dengan televisi akan berbeda dengan pengalaman langsung.12

10 John Fiske, Television Culture, London and New York, Routledge, 1987, hal 111 Neil Postman, Menghibur Diri Sampai Mati, Sinar Harapan, 1995, hal 1812 Pamela J Shoemaker, Mediating The Message: Theories of Influences on Mass Media Content,

New York: White Plains, 1996, hal 36

Page 17: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

17

Dari hal yang dikemukakan oleh Kurt dan Gladys Lang tersebut, dapat

disimpulkan bahwa, orang yang menyaksikan parade melalui televisi akan

berpikiran bahwa lebih menarik jika dapat menonton secara langsung, karena

di televisi penonton akan diarahkan kepada arah dimana media tersebut

mengambil gambar. Jadi orang yang menonton acara secara langsung akan

melihat dari sisi realitas yang sesungguhnya dan belum melewati media yang

akan menkonversi realitas.

e. Persepsi

Saat seseorang menyaksikan sebuah pertunjukan, dalam hal ini adalah

pertunjukan campursari yang disajikan secara langsung dan melalui media

televisi ternyata akan menimbulkan pandangan yang berbeda-beda di dalam

setiap manusia. Seseorang yang melihat secara langsung akan memiliki

pandangan yang berbeda dengan orang yang menyaksikan melalui media

televisi. Media televisi yang telah dikemukakan di atas, yang memunculkan

realitas media juga akan memberikan pandangan tertentu kepada pemirsa.

Pandangan seseorang tersebut yang disebut persepsi yang akan dikemukakan

di bawah.

Manusia hidup di dalam dunia benda dan manusia, suatu dunia yang membanjiri indera dengan berbagai stimulus. Hanya dalam keadaan yang sangat luar biasalah manusia sadar akan adanya stimulus, seperti seberkas sinar, sebuah nada murni, atau pola garis hitam putih yang teratur. Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus ini dalam lingkungan.13

13 Rita L Atkinson dkk, Pengantar Psikologi, Jakarta: Erlangga, 1991, hal 201

Page 18: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

18

Tidak seperti peristiwa sensorik sederhana, yang dapat dijelaskan dengan

peristiwa sekeliling dalam sistem sensorik, fenomena persepsi dianggap

tergantung pada proses yang lebih tinggi peringkatnya. Jadi, studi tentang

persepsi sangat berkaitan dengan studi tentang proses kognitif.

Proses psikologis diasosialisasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu, dikenal sebagai persepsi. Dengan mengutip Cohen, Fisher dikemukakan bahwa persepsi didefinisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh panca indra kita. Definisi ini melibatkan sejumlah karakteristik yang mendasari upaya kita untuk memahami proses antara pribadi.14

Pertama suatu tindakan persepsi mensyaratkan kehadiran objek eksternal

untuk dapat ditangkap oleh indera kita. Persepsi terjadi di dalam benak

individu yang mempersepsi, bukan di dalam objek dan selalu merupakan

pengetahuan tentang penampakan. Maka apa yang mudah bagi seseorang,

belum tentu mudah bagi orang lain, atau apa yang jelas bagi seseorang

mungkin akan membingungkan bagi orang lain. Beberapa sifat persepsi15 :

Persepsi adalah pengalaman.

Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek atau peristiwa,

maka harus memiliki dasar/ basis untuk melakukan interpretasi.

Hal ini ditemukan pada pengalaman masa lalu dengan seseorang,

objek atau peristiwa tersebut dengan hal-hal yang menyerupainya.

Persepsi adalah selektif.

Yaitu ketika mempersepsikan hanya bagian-bagian tertentu dari

suatu objek atau orang. Jadi melakukan seleksi hanya pada

14 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik, Jakarta: Graha Ilmu, 2009, hal 14915 Ibid, hal 150

Page 19: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

19

karakteristik tertentu dari objek-objek persepsi dan mengabaikan

yang lain.

Persepsi adalah penyimpulan.

Mempersepsikan makna adalah melompat kepada suatu

kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang dapat

ditangkap oleh panca indra. Penyimpulan ini berusaha untuk

mendapatkan gambar yang lebih lengkap mengenai objek yang

dipersepsikan atas dasar sebagian karakteristik dari objek tersebut.

Persepsi tidak akurat

Setiap persepsi akan mengandung kesalahan dalam kadar tertentu.

Hal ini disebabkan oleh pengaruh pengalaman masa lalu,

selektifitas, dan penyimpulan.

Persepsi adalah evaluatif.

Persepsi tidak akan pernah objektif, karena melakukan interpretasi

berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan

keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada

objek persepsi.

Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.16

Dalam konteks ini, persepsi diberi pengertian sebagai kemampuan

seseorang untuk menafsirkan atau menyimpulkan sesuatu pesan secara

16 Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: CV. Remaja Karya, 1985, hal 176

Page 20: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

20

indrawi. Menafsirkan atau menyimpulkan sesuatu pesan berarti memberikan

pendapat, tanggapan atau penilaian terhadap pesan tersebut.

Menurut Everett M. Rogers dan F. Floyd Shoemaker (1971), mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam menafsirkan sesuatu pesan dapat dikaji dari selective exposure dan selective perception. Selective exposure adalah kecenderungan seseorang untuk menangkap atau memperhatikan pesan-pesan komunikasi yang sesuai dengan kebutuhannya, sikap, dan kepercayaan, sehingga pesan-pesan yang tak berkaitan dengan dirinya akan dilewatkan begitu saja, tidak diperhatikan. Sedangkan selective perception adalah kecenderungan seseorang untuk menafsirkan pesan-pesan komunikasi menurut sikap dan kepercayaan sendiri atau pengetahuan dan pengalaman yang ada padanya.17

Proses Pembentukan Persepsi Publik

Menurut Santoso Sastropoetro (1990) yang mengutip George Carslake Thompson, kalau publik menghadapi isu maka timbul perbedaan opini, karena18:

a. Perbedaan pandangan terhadap fakta.b. Perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai

tujuan.c. Perbedaan motif yang serupa guna mencapai tujuan.

Dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini publik, perlu

diperhitungkan empat pokok, yaitu:

Difusi, yaitu apakah opini yang timbul merupakan suara terbanyak,

akibat adanya kepentingan golongan.

Persistence, yaitu kepastian atau ketetapan tentang masa

berlangsungnya isu karena di samping itu opini pun perlu

diperhitungkan.

Intensitas, yaitu ketajaman terhadap isu

17 Dede Drajat, Dkk, Dalam jurnal “Pola Menonton Dan Persepsi Masyarakat Terhadap Tayangan Kekerasan Dan Pornografi Di Televisi”, Pusat Litbang Aptel, SKDI, Komunikasi dan Informatika RI, 2006, hal 6

18 Helena Olii, “Opini Publik”, Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2007, hal 15

Page 21: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

21

Reasonableness, atau pertimbangan-pertimbangan yang tepat dan

beralasan.

f. Penonton Atau Audiens

Sebagai objek yang diteliti, yaitu masyarakat yang menyaksikan

pertunjukan campursari baik secara live maupun melalui media televisi, dapat

dibedakan menjadi dua dimensi: yaitu penonton pertunjukan, yang

menyaksikan pertunjukan secara langsung; dan penonton media, yang

menyaksikan pertunjukan melalui televisi.

1. Penonton Pertunjukan

Penonton, merupakan kata yang juga digunakan kepada kelompok orang

yang terkait oleh ikatan sosial-budaya yang signifikan. 'Penonton' ini mungkin

digambarkan sebagai subkultur, budaya rasa, adat atau agama, dan bahkan

rumah tangga. Anggota 'kelompok' ini membawa perspektif tertentu untuk

terlibat dengan media dan mungkin digambarkan sebagai sebuah formasi.

Formasi tersebut dibentuk oleh sistem sosial yang ada dan kadang-kadang

juga dibentuk oleh rasa kebersamaan. Formasi sosial ini eksis dan hadir secara

independen di media. Formasi dari penonton ini mungkin dapat bergabung

atau berpisah dengan media, atau secara simultan bekerja bersama –

contohnya saat di stadion olahraga di mana penonton secara bersama-sama

menonton pertandingan di lapangan atau melalui televisi layar lebar, dan

melihat dirinya sendiri muncul di layar lebar pada saat pertandingan tersebut.

Page 22: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

22

Menurut Independent Theatre Council (ITC)19, ada lima dimensi dari

pengalaman penonton yang bisa diidentifikasi, yaitu:

1. Engagement and Concentration

Merupakan kemampuan menangkap dan mempertahankan perhatian

audiens yang merupakan konsistensi dan menjadi satu-satunya hal terkuat

yang muncul dalam menonton pertunjukan.

2. Learning and Challenge

Tantangan dan pembelajaran di dalam proses seseorang menonton

pertunjukan telah diidentifikasikan sebagai komponen kunci yang bisa

dirasakan secara intrinsik. Di dalam pandangan seseorang, jika melihat

aktivitas dalam pertunjukan tersebut ‘terlalu biasa’ atau tidak ada hal baru

yang bisa menjadi pembelajaran, maka seseorang akan bisa merasakan

kebosanan. Tetapi juga sebaliknya, apabila di dalam proses menonton

pertunjukan ternyata ‘terlalu banyak’ informasi yang bisa didapat, maka

seseorang juga akan meninggalkannya karena merasa tidak nyaman

sehingga tidak memperoleh informasi apapun.

3. Energy and Tension

Energi, dalam konteks pengalaman penonton, mengacu pada reaksi

fisiologis terhadap suatu pertunjukan. Beberapa pertunjukan akan

menunjukkan energi dan kegembiraan yang besar. Misalnya, pertunjukan

19 Independent Theatre Council (ITC). “Capturing the audience experience: A handbook for the theatre”, 2005, hal 12

Page 23: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

23

musik Barat yang bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung

yang menyenangkan dan bisa membuat penonton mengangkat tangan dan

melambai. Sebaliknya, sebuah film thriller yang menegangkan, dapat

menyebabkan meningkatnya gairah fisiologis - detak jantung meningkat,

ketegangan otot meningkat, dan keringat bercucuran.

4. Shared Experience and Atmosphere

Dimensi keempat yang diidentifikasi adalah perasaan dari kumpulan

pengalaman yang ditunjukkan oleh kinerja pertunjukan yang baik. Unsur

dalam pengalaman itu sangat didukung penonton oleh sejumlah

narasumber. Ada banyak bukti dan literatur psikologis yang mendukung

kontribusi. Mungkin sangat klise, tetapi manusia adalah 'hewan sosial'

yang menikmati interaksi kelompok, dan berbagi pengalaman dengan

orang lain yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatannya, yang

mengarah kepada suasana.

5. Personal resonance and emotional connection

Di dalam menonton sebuah pertunjukan, para peneliti memahami

pentingnya narasi dalam membantu orang untuk memahami jalannya

pertunjukan. Identifikasi yang baik di dalam seseorang menyaksikan

pertunjukan merupakan sarana yang tepat bagi penonton pertunjukan.

Aspek lain dari dimensi personal resonance adalah sejauh mana

pertunjukan bisa berfungsi sebagai cara untuk memperluas pemahaman

masyarakat.

Page 24: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

24

Gambar 1.1Model Pengalaman Menonton dalam Pertunjukan

Sumber: (ITC, 2005:14)

Sangat dimungkinkan bahwa orang yang sering menghadiri atau

menyaksikan suatu pertunjukan biasanya memiliki respon yang berbeda

dengan yang jarang menyaksikan. Grafik di bawah menunjukkan pengalaman

penonton melalui semua pertunjukan. Responden telah dikelompokkan dengan

frekuensi dalam menghadiri pertunjukan, yang mana nomor di dalam grafik

menunjukkan jumlah kehadiran di dalam sebuah pertunjukan. Tampaknya

yang lebih sering menonton pertunjukan kemungkinan besar akan relatif sukar

menemukan performance engaging dan personally resonant.20

Gambar 1.2

Grafik Pengalaman Penonton dalam Pertunjukan

20 Independent Theatre Council (ITC), “Capturing the audience experience: A handbook for the theatre”, 2005, hal 34

The Audience Experience Framework

Engagement and Concentration

Learning and Challenge

Energy and Tension

Shared Experience and Atmosphere

Overall Evaluate

Page 25: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

25

Sumber: (ITC, 2005:34)

2. Penonton Media

Teori Kekayaan Media dari Daft & Lengel (1986) mengemukakan gagasan bahwa tingkat kekayaan media tergantung pada kapasitas media untuk memproses komunikasi yang ambigu, dan menunjukkan bahwa media lebih efektif untuk pekerjaan yang samar-samar, dan media lebih baik untuk pekerjaan yang tegas. Menurut teori ini, komunikasi tatap muka atau secara langsung dianggap yang paling kaya, sementara media lain yang dianggap kurang baik karena lebih memiliki sedikit isyarat kontekstual dan umpan balik lebih lambat dibandingkan secara langsung (An, Y. J, 2006).21

Teori Kekayaan Media oleh Daft & Lengel (1984) mencoba untuk

menggambarkan kondisi di mana media komunikasi tertentu dipilih.22 Teori

ini mengasumsikan proses hubungan pilihan media dengan tingkat

ketidakpastian dan ketidakjelasan. Ketidakpastian mengacu pada keadaan

21 An, Y.-J., dkk.. Student perceptions of asynchronous computer mediated communication in face-to-face courses. Journal of Computer Mediated Communication, 11(2), article 5, 2006, hal 2

22 Caspi, dkk, Journal, Instructional Media Choice: Factors Affecting the Preferences of Distance Education Coordinators, 2005, hal 171

Page 26: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

26

yang dialami oleh individu saat informasi tidak cukup atau sama sekali tidak

ada. Ketidakjelasan mengacu pada ambiguitas yang melekat dalam informasi

itu sendiri dan menjadi manifest ketika komunikator berinteraksi dari sudut

pandang yang berbeda. 

Carlson dan Zmud (1999) melangkah lebih jauh untuk menguji pengaruh

pengaruh sosial pada persepsi kekayaan media.23 Mereka mengidentifikasi

pengaruh sosial yang berpotensi dapat mengubah atau memperluas

kemampuan media sehingga menjadi kaya - pengalaman sebelumnya dengan

media sebelumnya, pengalaman dengan mitra komunikasi, dan pengalaman

sebelumnya dengan topik. Mereka berpendapat bahwa sebagai individu yang

mengembangkan pengalaman berkomunikasi, hal ini meningkatkan

kemampuan mereka untuk berkomunikasi secara efektif dalam konteks

situasional melalui berbagai saluran tertentu, dan orang-orang cenderung

untuk melihat saluran ini menjadi semakin kaya. Individu ini juga cenderung

untuk menafsirkan pesan yang diterima pada saluran ini lebih kaya karena

mereka dapat meningkatkan tafsiran berbagai isyarat. Dengan kata lain, ketika

orang-orang menjadi lebih akrab dengan media, persepsi mereka tentang

media komunikasi cenderung berubah. Ide ini merupakan asumsi utama dari

teori ekspansi saluran.

Carlson dan Zmud (1999) berpendapat bahwa dengan mengukur pengetahuan bangunan - sebelumnya pengalaman yang berkaitan dengan penggunaan media, prediksi dari pemilihan media akan lebih tepat. Secara khusus, pengalaman dengan mitra komunikasi akan memungkinkan penonton untuk mengembangkan persepsi mereka sendiri yang unik dari media. Hal ini juga akan memberikan pengguna dengan pengalaman sebelumnya untuk

23 Klyueva, Anna V, Journal “An Integrated Model of Media Selection in Strategic Communication Campaigns”, University of Oklahoma, 2009, hal 4

Page 27: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

27

mengembangkan mekanisme yang akan memungkinkan mereka untuk memanfaatkan media yang tampaknya tidak tepat namun masih menghasilkan komunikasi yang positif.24

Sedangkan untuk teori dari seseorang yang menonton pertunjukan melalui

televisi dapat terdefinisi dalam teori seseorang dalam menggunakan media.

Media memiliki kekayaan, dan hal tersebut dikemukakan oleh Daft dan

Lengel.

Daft dan Lengel (1984, 1986) dan Daft, Lengel & Trevino (1987) menyatakan bahwa media berbeda dalam jumlah "kaya" yang dapat mereka sampaikan. Kekayaan dalam konteks ini adalah fungsi dari empat faktor: kemampuan dari medium (1) untuk memberikan umpan balik langsung, (2) untuk mengirimkan komunikasi verbal dan non-verbal, (3) untuk memberikan rasa personalisasi dan (4) untuk mensimulasikan bahasa alami. Peringkat media di masing-masing faktor dari yang terkaya ke yang tidak.25

Empat item yang bisa digunakan untuk mengukur kekayaan media

menurut Daft and Lengel (1984)26: 

1. Ability to send multiple cues through multiple channels of communication,

yaitu kemampuan untuk bisa mengirim beberapa pesan atau makna

melalui berbagai saluran komunikasi. Di dalam satu atau beberapa saluran

media memungkinkan menghasilkan beberapa makna yang bisa timbul

dari penyampaiannya, hal ini merupakan salah satu kekayaan media

ringkas namun memiliki banyak kelebihan dalam menyampaikan makna.

2. Ability to support the use of language variety, yaitu kemampuan untuk

mendukung penggunaan berbagai bahasa. Apabila sebuah peristiwa

direkam dalam sebuah media, maka oleh media akan diolah sedemikian

rupa sehingga dapat dinikmati oleh pemirsa. Kelebihan disini adalah pesan

24 Ibid, hal 425 Caspi, Op. Cit26 Klyueva, Op. Cit, hal 5

Page 28: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

28

tersebut dapat diterjemahkan dalam berbagai bahasa atau makna lain

sehingga lebih mudah dimengerti oleh pemirsa.

3. Ability to provide immediate feedback, yaitu kemampuan untuk

memberikan umpan balik dengan cepat. Salah satu hal yang harus dimiliki

media sekarang ini adalah harus adanya kemampuan untuk memberikan

tanggapan kepada pemirsa yang menggunakan media tersebut.

4. Ability to support a high degree of personalness, yaitu kemampuan untuk

mendukung komunikasi pribadi/ privacy tingkat tinggi. Keunggulan

menggunakan media disini yaitu pengguna bisa memiliki akses penuh atas

media tersebut, dan pengguna dapat menggunakannya sesuai kebutuhan.

F. DEFINISI KONSEPSIONAL DAN OPERASIONAL

1. Definisi Konsepsional

a. Program Acara Musik Campursari

Program acara musik tradisional Klinong-Klinong Campursari adalah

salah satu program acara Jogja TV yang paling banyak diminati dan

disajikan secara live panggung di halaman Gedung Jogja TV.

b. Persepsi dari Penonton Acara Campursari

Penonton yang menyaksikan program acara campursari akan memiliki

persepsi tersendiri saat sedang menonton pertunjukan tersebut. Ada

Page 29: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

29

beberapa dimensi yang menjadi ukuran dari subjek penonton acara

pertunjukan27, yaitu:

Engagement and Concentration

Merupakan kemampuan menangkap dan mempertahankan

perhatian audiens yang merupakan konsistensi dan menjadi satu-

satunya hal terkuat yang muncul dalam menonton pertunjukan.

Learning and Challenge

Tantangan dan pembelajaran di dalam proses seseorang menonton

pertunjukan telah diidentifikasikan sebagai komponen kunci yang

bisa dirasakan secara intrinsik.

Energy and Tension

Energi, dalam konteks pengalaman penonton, mengacu pada reaksi

fisiologis terhadap suatu pertunjukan.

Shared Experience and Atmosphere

Perasaan dari kumpulan pengalaman yang ditunjukkan oleh

penampilan pertunjukan yang baik. Unsur dalam pengalaman itu

sangat didukung penonton oleh sejumlah artis.

Personal resonance and emotional connection

Di dalam menonton sebuah pertunjukan, para peneliti memahami

pentingnya narasi dalam membantu orang untuk memahami

jalannya pertunjukan.

27 Independent Theatre Council (ITC), Op. Cit

Page 30: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

30

Kemudian empat hal yang bisa digunakan untuk mengukur persepsi

menonton media Daft and Lengel (1984)28: 

Ability to send multiple cues through multiple channels of

communication, yaitu kemampuan untuk bisa mengirim beberapa

pesan atau makna melalui berbagai saluran komunikasi.

Ability to support the use of language variety, yaitu kemampuan

untuk mendukung penggunaan berbagai bahasa.

Ability to provide immediate feedback, yaitu kemampuan untuk

memberikan umpan balik dengan cepat.

Ability to support a high degree of personalness, yaitu kemampuan

untuk mendukung komunikasi pribadi/ privacy tingkat tinggi.

2. Definisi Operasional

a. Program Acara Musik Campursari

Program acara musik tradisional Klinong-Klinong Campursari adalah

salah satu program acara Jogja TV yang ditayangkan setiap hari Kamis

pukul 20.00-22.00 WIB yang dilaksanakan secara langsung di luar gedung

Jogja TV tetapi masih di dalam halaman. Juga ditayangkan setiap hari

Sabtu pukul 21.00-22.00 WIB yang dilaksanakan secara langsung di

dalam Gedung 1 Jogja TV.

b. Persepsi Penonton Acara Campursari

28 Klyueva, Op. Cit

Page 31: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

31

Untuk mengukur tingkat persepsi dibutuhkan beberapa indikator yang

dapat mengukurnya. Jadi persepsi penonton dapat diukur dengan beberapa

indikator :

Engagement and Concentration dalam menonton dapat diukur

dari:

a) Daya tahan penonton dapat diukur dari lamanya

menyaksikan pertunjukan dari awal sampai akhir.

b) Penonton memiliki fokus yang tinggi dalam menyaksikan

pertunjukan.

Learning and Challenge dalam menonton dapat diukur dari:

a) Penonton dapat merasakan kenyamanan saat menyaksikan

pertunjukan campursari.

b) Penonton dapat mengikuti irama dan alur dari pertunjukan

tersebut.

c) Penonton merasa tertantang untuk memperoleh sesuatu

yang baru dari pertunjukan tersebut.

Energy and Tension dalam menonton dapat diukur dari:

a) Penonton memiliki ketertarikan kepada artis yang sedang

bermain, ditunjukkan dengan menuruti setiap gerakan artis.

b) Penonton memiliki kemampuan untuk mengikuti

pertunjukan dengan antusias yang tinggi.

Shared Experience and Atmosphere dalam menonton dapat diukur

dari:

Page 32: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

32

a) Penonton dapat berinteraksi dengan penonton lainnya yang

sedang menyaksikan acara yang sama.

b) Penonton dapat merasakan suasana campursari yang kental

dari pertunjukan tersebut.

c) Penonton dapat membagikan pengalaman dan berdiskusi

dengan penonton lainnya.

Personal resonance and emotional connection dalam menonton

dapat diukur dari:

a) Penonton memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan

artis atau yang sedang membawakan acara.

b) Penonton memiliki kepekaan dalam melihat hal-hal atau

aspek tertentu yang memberi inspirasi.

Ability to send multiple cues through multiple channels of

communication dalam menonton dapat diukur dari:

a) Penonton dapat menyaksikan pertunjukan campursari

melalui berbagai macam saluran media.

b) Penonton dapat menikmati pertunjukan campursari dari

manapun dia berada.

c) Penonton dapat menikmati pertunjukan tersebut dengan

modal seadanya.

Ability to support the use of language variety dalam menonton

dapat diukur dari:

Page 33: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

33

a) Penonton dapat memahami bahasa yang digunakan oleh

artis yang sedang bermain.

b) Penonton dapat mendengar dengan jelas suara dari artis

yang sedang bermain.

c) Penonton dapat mengetahui siapa saja yang sedang tampil.

Ability to provide immediate feedback dalam menonton dapat

diukur dari:

a) Penonton dapat berinteraksi melalui telepon kepada acara

campursari tersebut.

b) Penonton dapat berpartisipasi dengan acara campursari

tersebut melalui request lagu.

Ability to support a high degree of personalness dalam menonton

dapat diukur dari:

a) Penonton dapat menikmati pertunjukan campursari sambil

melakukan aktifitas lainnya.

b) Penonton dapat menyudahi menonton pertunjukan

campursari tersebut apabila sudah selesai.

Page 34: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

34

G. METODOLOGI PENELITIAN :

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Sleman Yogyakarta,

yang merupakan kawasan siaran Jogja TV. Adapun alasan pemilihannya

karena penikmat program acara Klinong-Klinong Campursari sebagian

besar adalah masyarakat sekitar Jogja TV sendiri yang merupakan

penonton tetap program acara tersebut.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan teknik

quata sampling. Unit populasi yang menjadi sampel penelitian selanjutnya

diinterview atau diberi questioner29. Jadi semua unit populasi yang

termasuk dalam kuota haruslah dijadikan responden dalam penelitian

tersebut.

Metode angket disebut pula metode kuesioner atau dalam bahasa

Inggris disebut questionnaire (daftar pertanyaan). Metode angket

merupakan serangkaian daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis,

kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim

kembali atau dikembalikan ke peneliti. Bagian umum dari sebuah angket

terdiri dari bagian pendahuluan berisikan petunjuk pengisian angket,

bagian identitas berisikan identitas responden seperti: nama, alamat, umur

29 Burhan, Op. Cit, hal 115

Page 35: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

35

pekerjaan, jenis kelamin, status pribadi dan sebagainya, kemudian baru

memasuki bagian isi angket.

Kelebihan dari metode angket yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Hanya membutuhkan biaya yang relatif murah.

b. Pengumpulan data lebih mudah, terutama pada responden yang

terpencar-pencar.

c. Pelaksanaannya dapat berlangsung secara serempak.

d. Relatif membutuhkan waktu yang sedikit30.

3. Sumber Data

A. Data Primer

Adalah data yang merupakan sumber utama untuk dijadikan landasan

dalam penulisan penelitian, yang terdiri dari :

a. Masyarakat yang menonton langsung program acara Klinong-

Klinong Campursari secara Live.

b. Masyarakat yang menonton program acara Klinong-Klinong

Campursari melalui media televisi.

B. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh tidak langsung atau dengan cara mengutip

dari sumber lainnya seperti buku, jurnal, dan lain-lain, guna

melengkapi data primer.

30 Burhan, Op. Cit, hal 125

Page 36: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

36

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuesioner, yaitu data yang diperoleh melalui daftar pertanyaan

yang diisi oleh responden.

b. Studi Pustaka, yaitu mengumpulkan data dan teori-teori dari

buku-buku referensi dan literatur yang relevan.

5. Populasi dan Sample

Populasi penelitian ini adalah keseluruhan penduduk Kabupaten

Sleman yang merupakan kawasan siaran Jogja TV. Populasi diambil

secara proporsional dan tidak secara acak, namun secara kebetulan saja.

Sedangkan dalam pengambilan sample, peneliti menggunakan quata

sampling. Teknik sampling ini lebih mementingkan tujuan penelitian

dalam menentukan sampling penelitian. Sampel penelitian adalah unit

populasi yang telah ditentukan lebih dulu, karena itu quata sampling

digunakan hanya untuk menentukan unit populasi yang akan dijadikan

sampel penelitian.

Jumlah responden yang dijadikan sample dalam penelitian ini

dihitung dengan menggunakan rumus Yamane31, yakni :

n = N

Nd2 + 1

Jumlah penduduk di Kabupaten Sleman pada rentang usia 20-60

tahun menurut data dari Badan Pusat Statistik Pemerintah Kabupaten

Sleman (update sensus penduduk tahun 2010) adalah 641.561 orang yang

31 Jalaludin, Op. Cit, hal 82

Page 37: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

37

terdiri dari 323.624 laki-laki dan 317.937 perempuan. Presisi yang

ditetapkan adalah 10% dengan tingkat kepercayaan 95% (Rahmat,

2007:172), sehingga sample yang diperlukan adalah :

n = 641.561

(641.561)(0,1)2+1

n = 641.561

(641.561 x 0,01) +1

n = 641.561

6416,61

n = 99.98 dibulatkan menjadi 100

Jadi dalam penelitian ini akan menyebarkan kuesioner kepada 50

orang yang menyaksikan pertunjukan musik campursari secara live dan 50

orang yang menyaksikannya melalui media televisi.

6. Teknik Analisa Data

Untuk mengambil kesimpulan dari penelitian ini digunakan analisis Chi

Square, dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil yang diperoleh pada

analisis Chi Square dengan menggunakan program SPSS yaitu nilai

x2, kemudian dibandingkan dengan α = 0,05. Apabila nilai x2 lebih

kecil dari α = 0,05 maka ada hubungan/ perbedaan antara dua variabel

tersebut. Apabila nilai Chi Square dihitung dengan manual atau

Page 38: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

38

kalkulator, maka digunakan rumus Chi Square seperti yang

ditampilkan di bawah ini :

Keterangan :Oi = Nilai-nilai PengamatanEi = Nilai-nilai Diharapkan

Tabel 1.1

Tabel Perbandingan Persepsi Pengalaman

Menonton Langsung dan Melalui Media

Dimensi yang DiukurMenonton Langsung

Menonton Media

Engagement and Concentration

Learning and Challenge

Energy and Tension

Shared Experience and Atmosphere

Personal resonance and emotional connection

Ability to send multiple cues through multiple channels of communication

Ability to support the use of language variety.

Ability to provide immediate feedback.

Ability to support a high degree of personalness.

Untuk nilai:1-5 1 (sangat rendah)6-10 2 (rendah)11-15 3 (sedang)16-20 4 (tinggi)21-25 5 (tinggi)

X2 = ∑(Oi – Ei)2

Ei

Page 39: Perbedaan Persepsi Pengalaman Menonton Pertunjukan Musik Tradisional Klinong-Klinong Campursari secara Live  dan dengan melalui Media Televisi

39

H. HIPOTESIS

Di dalam penelitian ini yang akan melihat perbedaan pengalaman

menonton pertunjukan campursari secara live dan melalui media televisi, akan

dibuat hipotesis atau kesimpulan sementara yang akan diperoleh jika melakukan

penelitian ini. Hipotesis yang akan diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Alternatif (Ha) : yaitu apabila terdapat perbedaan dari model

menonton secara langsung maupun melalui televisi.

2. Hipotesis Nol (Ho) : yaitu apabila tidak terdapat perbedaan dari model

menonton secara langsung maupun melalui televisi.