Upload
vuongminh
View
374
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SHOOTING DENGAN DISTRIBUTED PRACTICE
DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN SHOOTING DALAM PERMAINAN
BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS II SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh :
ADHI MEDIA PURWIDYATMOKO NIM. K.5605010
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
2009
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SHOOTING DENGAN DISTRIBUTED PRACTICE
DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN SHOOTING DALAM PERMAINAN
BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS II SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN 2009
Oleh :
ADHI MEDIA PURWIDYATMOKO NIM. K.5605010
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
2009
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Agus Margono, M. Kes. Drs. H. M. Mariyanto, M. Kes. NIP. 19580822 198403 1 002 NIP. 19591129 198702 1 001
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Kamis
Tanggal : 08 Oktober 2009
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes.
Sekretaris : Drs. Tri Aprilijanto U, M.Kes.
Anggota I : Drs. H. Agus Margono, M. Kes
Anggota II : Drs. H. M. Mariyanto, M. Kes
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon .H, M.Pd NIP. 131 658 563
ABSTRAK Adhi Media Purwidyatmoko. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SHOOTING DENGAN DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN SHOOTING DALAM PERMAINAN BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS II SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN 2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2009.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh latihan shooting dengan distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan shooting dalam permainan bola basket pada siswa putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009 (2) Latihan yang lebih baik pengaruhnya antara latihan shooting dengan distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan shooting dalam permainan bola basket pada siswa putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Macthed by Subjects Design. Populasi dalam penelitian ini siswa putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009 yang berjumlah 135 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling, kemudian diambil sampel penelitian sebanyak 30 siswa putra. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran kemampuan shooting dalam permainan bola basket. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5% untuk memenuhi asumsi hasil penelitian dilakukan uji persyaratan analisis yang terdiri uji normalitas dan uji homogenitas Subyek penelitian dibagi dalam 2 kelompok yaitu masing-masing kelompok ada 15 siswa dengan ordinal pairing. Kelompok 1 mendapatkan latihan shooting dengan distributed practice, sedangkan kelompok 2 mendapatkan latihan shooting dengan massed practice.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan latihan shooting dengan distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan shooting dalam permainan bola basket pada siswa putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar tahun 2009. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai thit sebesar 2.432 dan ttabel sebesar 2.145 dengan taraf signifikasi 5%. (t hit > t tabel 5%). (2) Latihan shooting dengan massed practice (K2) memiliki pengaruh yang lebih baik daripada latihan shooting dengan distributed practice (K1) terhadap kemampuan shooting dalam permainan bolabasket pada siswa putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar tahun 2009. Peningkatan kemampuan shooting bolabasket pada K1 51.515% < K2 57.353%.
MOTTO
· Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu dan sesugguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.
(Terjemahan QS. Al – Baqoroh : 45)
· Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati semua itu akan dimintai
pertanggungjawabanya.
(Terjemahan QS. Al- Isra’ : 36)
· Dunia ini seperti lautan yang dalam, banyak sekali manusia tenggelam kedalamnya, oleh karena
itu jadikanlah sampanmu itu taqwa kepada Allah isilah lautan itu dengan muatan ilmu kepada
Allah dan lengkapilah dengan layar yaitu tawakal kepada Allah, mudah-mudahan engkau akan
selamat. (Terjemahan Lukman Al Hakim)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Ø Bapak dan Ibu tercinta
Ø Milla, Intan & Johan Adik tersayang
Ø Keluarga Besar Bapak & Ibu
Ø Hestri Ayu Gustina yang selalu menemaniku
susah ataupun senang
Ø Keluarga Besar Bapak Budio Raharjo
Ø Teman-teman Angkatan 2005
Ø Adik-adik JPOK FKIP UNS dan
Ø Almamater
KATA PENGANTAR
Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari
beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Fakultas Kegururuan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. H. Agus Margono, M. Kes. selaku pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan
dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Drs. H. M. Mariyanto, M. Kes. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Drs. H. Sobirin M, M. Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah
memberikan ijin untuk penelitian.
7. Siwa putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
8. Keluarga Budio Raharjo dan Soemanto Prawiroatmoko yang telah memberikan dukungan dan
semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Keluarga besar Perkumpulan Bola Basket ”VOLCANO” yang telah membantu penelitian sehingga
melancarkan penyusunan skripsi.
10. Pengcab Perbasi Karanganyar yang memberikan ijin tempat untuk penelitian.
11. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya
berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.
Surakarta, September 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ................................………………………………….………………
PENGAJUAN ...............................……………………………..……………
PERSETUJUAN .........................……………………………....……………
PENGESAHAN ..............................……………………….......…………….
ABSTRAK .................……………………………………………………….
MOTTO .....................……………………………………………………….
PERSEMBAHAN .............................………………………………………
KATA PENGANTAR ..................................………………………………
DAFTAR ISI ......................................……………………………………..
DAFTAR GAMBAR ...................................………………………………
DAFTAR TABEL ....................…………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN ...............................……………………………….
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………
B. Identifikasi Masalah ..……………………………………………
C. Pembatasan Masalah ...................……………………………….
D. Perumusan Masalah ......…………………………………………
E. Tujuan Penelitian .....……………………………………………
F. Manfaat Penelitian .....…………………………………………..
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..
A. Tinjauan Pustaka ...………………………………………………
1. Permainan Bola Basket ...………………………………….
2. Teknik Dasar Menembak Bola ( Shooting )………………
3. Latihan …………………………………………................
4. Latihan Keterampilan Dalam Permainan Bola Basket ........
5. Latihan Shooting Dengan Distributed Practice …………...
6. Latihan Shooting Dengan Massed Practice ……………….
B. Kerangka Pemikiran .......…………………………………………
C. Perumusan Hipotesis……………………………………………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xii
xiii
xiv
1
1
4
5
5
6
6
7
7
7
8
17
23
24
26
28
BAB III METODE PENELITIAN .............………………………............
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....…………………………………
B. Metode dan Rancangan Penelitian ………………………………
C. Populasi dan sampel …………………………………………….
D. Treatment ………………………………………………………..
E. Variabel Penelitian ………………………………………………
F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………
G. Teknik Analisis Data …………………………………………….
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................…………………………….
A. Deskripsi Data ...............…………………………………………
B. Mencari Reliabilitas………………………………………………
C. Pengujian Persyaratan Analisis…………………………………..
1. Uji Normalitas……………………………………………….
2. Uji Homogenitas…………………………………………….
D. Hasil Analisis Data………………………………………………
1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan…………………..
2. Uji perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan…………………..
E. Pembahasan Hasil Analisis Data…………………………………
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........………. ………
A. Simpulan..................……………………………………………..
B. Implikasi ....................…………………………………………...
C. Saran .........................…………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA .............................………………………………….
LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................…………………………………
30
31
31
31
33
33
35
35
35
39
39
40
40
41
41
42
42
43
45
48
48
48
49
50
52
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Fase persiapan gerakan shooting
Gambar 2. Fase pelaksanaan gerakan shooting
Gambar 3. Fase follow trought gerakan shooting
Gambar 4. Pembagian kelompok dalam eksperimen
Gambar 5. Rancangan penelitian
14
15
16
32
32
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Shooting Bola
Basket Pada Kelompok 1 dan Kelompok 2………………….
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes
Akhir…………………………………………………………
Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas…………………………………..
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data……………………….
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data…………………….
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal Pada Kelompok
1 dan Kelompok 2…………………………………………….
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes
Akhir Pada Kelompok 1……………………………………….
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes
Akhir Pada Kelompok 2……………………………………….
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Akhir antara
39
40
40
41
42
42
43
44
Kelompok 1 dan Kelompok 2…………………………………
Tabel 10. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan
Peningkatan Kemampuan Shooting Bola Basket Dalam
Persen Pada Kelompok 1 dan Kelompok 2…………………..
44
45
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Hasil Tes Awal Kemampuan Shooting Dalam
Permainan Bola Basket Pada Siswa Putra Kelas II SMA
Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009 ………………………
Lampiran 2. Data Hasil Tes Akhir Kemampuan Shooting Dalam
Permainan Bola Basket Pada Siswa Putra Kelas II SMA
Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009 ………………………
Lampiran 3. Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan
Shooting Dalam Permainan Bola Basket Pada Siswa
Putra Kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009..
Lampiran 4. Data Hasil Tes Awal Kemampuan Shooting Dalam
Permainan Bola Basket Pada Siswa Putra Kelas II SMA
Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009 Berdasarkan Urutan
Rangking ……………………..…………………….…….
Lampiran 5. Pemasangan Subyek Penelitian Berdasarkan Hasil Tes
Awal Kemampuan Shooting Dalam Permainan Bola
Basket ……………………………………………………
Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan
Shooting Dalam Permainan Bola Basket Pada Kelompok
1 ( Kelompok Distributed Practice ) ……………………
Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan
Shooting Dalam Permainan Bola Basket Pada Kelompok
2 ( Kelompok Massed Practice ) ………………………..
Lampiran 8. Uji Reliabilitas ………………………………………….
Lampiran 9. Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors
Kelompok 1 dan Kelompok 2 …………….…………….
Lampiran 10. Uji Homogenitas ………………………………………...
Lampiran 11. Uji Perbedaan Kelompok 1 dan Kelompok 2 ……………
Lampiran 12. Menghitung Nilai Peningkatan Kemampuan Shooting
52
53
54
55
56
57
58
59
63
65
67
Dalam Permainan Bola Basket Dalam Persen pada
Kelompok 1 dan Kelompok 2 …….………………………
Lampiran 13. Petunjuk Pelaksanaan Tes Shooting Bola Basket ………..
Lampiran 14. Program Latihan Shooting Dengan Distributed Practice
dan Massed Practice……..………………….………….…
Lampiran 15. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret
Surakarta…………………………………………………
Lampiran 16. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 1
Karanganyar …………………...………………….....……
Lampiran 17. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian …………………..
75
76
77
79
85
86
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bola Basket adalah olahraga permainan yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Permainan
bola basket di Indonesia pada saat ini semakin banyak penggemarnya, terutama di kalangan pelajar dan
remaja. Apalagi pada saat ini permainan telah dimodifikasi disesuaikan dengan kondisi pemainnya.
Misalnya untuk pemain yang jumlahnya terbatas sekarang sudah ada permainan bola basket tiga lawan
tiga. Hal ini semakin membuat populernya permainan bola basket.
Permainan bola basket merupakan salah satu cabang olahraga yang diajarkan di sekolah-
sekolah. Permainan bola basket sangat cocok untuk pendidikan. Dalam permainan bola basket di
samping sangat bermanfaat dalam pembentukan jasmani yang baik, perkembangan rohani siswa juga
akan terbentuk dengan baik. Sebab dalam permainan bola basket pemainnya dituntut kerja sama,
memiliki daya pikir yang tinggi, disiplin dan sebagainya.
Permainan bola basket merupakan jenis olahraga yang sangat menarik untuk dikembangkan di
kalangan pelajar. Sebab, permainan bola basket merupakan jenis olahraga yang cukup popular di
sekolah-sekolah. Permainan bola basket ini juga merupakan salah satu jenis olahraga yang cukup
favorit di kalangan Sekolah Menengah Atas (SMA). Di tingkat SMA permainan ini sering
dipertandingkan antar sekolah, baik untuk siswa putra maupun putri. Dalam suatu pertandingan bola
basket, tiap sekolah tentunya menginginkan agar siswanya dapat memperoleh prestasi. Salah satu
sekolah yang berusaha untuk meningkatkan prestasi bola basket siswa-siswanya adalah SMA Negeri 1
Karanganyar, yaitu dengan diadakannya kegiatan ekstrakulikuler untuk latihan.
Dalam upaya untuk mencapai prestasi dalam permainan bola basket seorang pemain dituntut
memiliki berbagai kemampuan yang menunjang prestasi tersebut. Di dalam olahraga prestasi termasuk
bola basket, diperlukan kondisi fisik yang baik, kemampuan teknik, taktik serta mental bertanding yang
baik.
Permainan bola basket adalah permainan beregu, dimana suatu regu yang baik, tangguh dan
kuat adalah regu atau tim yang mampu melakukan permainan dengan kompak. Dalam hal ini para
pemainnya dituntut untuk dapat melakukan kerjasama dengan baik dan kompak. Hal tersebut tidak
dapat dicapai tanpa didukung oleh kualitas keterampilan maupun kemampuan fisik dari masing-masing
individu.
Teknik merupakan unsur dasar yang harus dimiliki dalam permainan bola basket. Oleh karena
itu untuk dapat mencapai prestasi dalam permainan bola basket setiap pemain harus dapat menguasai
dan menerapkan barmacam-macam teknik dasar yang ada dalam permainan bola basket. Teknik dasar
yang harus dikuasai dalam permainan bola basket terdiri dari: operan (passing), menangkap (catching),
menembak (shooting), menggiring (dribbling), olah kaki (foot work), pivot, jumping, dan gerak tipu.
Tujuan dari permainan bola basket adalah untuk memasukkan bola kedalam keranjang lawan
dan mencegah regu lawan memasukkan bola atau membuat angka. Kemampuan memasukkan bola
kedalam keranjang atau melakukan shooting merupakan unsur yang terpenting dalam permainan bola
basket. Oleh karena itu untuk dapat menjadi pemain bola basket yang baik, seorang pemain harus
mempunyai kemampuan memasukkan bola ke keranjang lawan atau melakukan shooting dengan
akurat. Karena pentingnya kemampuan melakukan shooting dalam permainan bola basket, maka
kemampuan shooting para pemain bola basket harus ditingkatkan melalui latihan.
Penguasaan teknik shooting yang dimiliki siswa-siswa SMA Negeri 1 Karanganyar, masih
kurang. Hal ini terlihat dimana siswa-siswa tersebut, dalam melakukan shooting kurang akurat,
sehingga hasilnya kurang optimal. Dengan demikian untuk meningkatkan dalam pencapaian prestasi
bola basket penguasaan terhadap kemampuan shooting para siswa putra kelas II SMA Negeri 1
Karanganyar harus ditingkatkan.
Agar mampu melakukan shooting dengan baik, teknik dalam melakukan shooting harus
dikuasai dengan baik pula. Untuk meningkatkan prestasi bola basket yang dicapai oleh para siswa
SMA Negeri 1 Karanganyar, khususnya pada siswa putra kelas II, kemampuan shooting perlu
mendapat prioritas dalam latihan. Penguasaan kemampuan shooting pemain hanya dapat dicapai jika
pemain melakukan latihan secara sistematis dan kontinyu.
Untuk memperoleh hasil memuaskan dalam melakukan latihan shooting perlu memilih bentuk-
bentuk latihan yang tepat. Bentuk-bentuk latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan shooting diantaranya adalah latihan shooting dengan distributed practice dan massed
practice.
Yang dimaksud latihan dengan distributed practice, menurut Iwan Setiawan (1985:46) adalah
“praktek suatu keterampilan olahraga yang dipelajari dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dan
sering diselingi waktu istirahat “. Dalam latihan dengan distributed practice diantara ulangan yang
dilakukan selalu diselingi istirahat dalam periode yang cukup. Pelaksanaan latihan shooting dengan
distributed practice dalam penelitian ini yaitu melakukan shooting beberapa kali dimana diantara tiap
ulangannya di selingi dengan istirahat dalam periode yang cukup.
Adapun yang dimaksud dengan latihan massed practice, menurut Iwan Setiawan (1985:46)
adalah “praktek suatu keterampilan olahraga yang dipelajari dilakukan secara berkesinambungan dan
konsisten tanpa diselingi istirahat”. Latihan dengan massed practice merupakan latihan secara
berkesinambungan tanpa diselingi istirahat atau diselingi istirahat tapi dalam periode yang singkat atau
pendek. Pelaksanaan latihan shooting dengan massed practice dalam penelitian ini yaitu melakukakn
shooting beberapa kali dengan diselingi istirahat dalam periode yang pendek.
Kedua metode latihan tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, apalagi
setelah melakukan latihan untuk menguatkan power otot lengan. Latihan shooting dengan metode
distributed practice dan massed practice tersebut memiliki tingkat keefektivan dan pengaruh yang
berbeda dalam meningkatkan kemampuan shooting. Demikian juga, jika kedua latihan tersebut
diterapkan pada siswa putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009. Untuk mengetahui
keefektivan latihan tersebut maka perlu dilakukan penelitian. Oleh karena itulah, maka penelitian ini
bermaksud untuk mengkaji tentang “Perbedaan pengaruh latihan shooting dengan distributed
practice dan massed practice terhadap kemampuan shooting dalam permainan bola basket pada
siswa putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perlunya peningkatan pembinaan bola basket dikalangan pelajar.
2. Perlunya peningkatan kualitas keterampilan teknik, kemampuan fisik, taktik dan mental dalam
upaya pencapaian prestasi bola basket.
3. Pentingnya kemampuan melakukan shooting dalam permainan bola basket.
4. Kemampuan shooting pada siswa putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar perlu ditingkatkan
melalui latihan.
5. Latihan shooting dengan distributed practice dan massed practice sebagai alternatif pilih untuk
meningkatkan kemampuan shooting dalam permainan bola basket.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka permasalahannya perlu dibatasi.
Pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Latihan shooting dengan distributed practice untuk meningkatkan keterampilan shooting dalam
permainan bola basket pada siswa putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009.
2. Latihan shooting dengan massed practice untuk meningkatkan keterampilan shooting dalam
permainan bola basket pada siswa putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009.
3. Kemampuan shooting dalam permainan bola basket pada siswa putra kelas II SMA Negeri 1
Karanganyar Tahun 2009.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh latihan shooting dengan distributed practice dan massed practice
terhadap kemampuan shooting dalam permainan bola basket pada siswa putra kelas II SMA
Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009 ?
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara latihan shooting dengan distributed practice dan
massed practice terhadap kemampuan shooting dalam permainan bola basket pada siswa putra
kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009 ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut untuk mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh latihan shooting dengan distributed practice dan massed practice terhadap
kemampuan shooting dalam permainan bola basket pada siswa putra kelas II SMA Negeri 1
Karanganyar Tahun 2009 ?
2. Latihan mana yang lebih baik pengaruhnya antara latihan shooting dengan distributed practice
dan massed practice terhadap kemampuan shooting dalam permainan bola basket pada siswa
putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009 ?
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat sebagai pedoman Guru Olahraga di SMA Negeri 1 Karanganyar, khususnya untuk
meningkatkan penguasaan teknik dasar shooting dalam permainan bola basket.
2. Dapat dijadikan sebagai masukan dalam memilih bentuk latihan yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan shooting dalam permainan bola basket pada siswa SMA Negeri 1 Karanganyar.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Permainan Bola Basket
Permainan bola basket merupakan permainan beregu, yang masing-masing regu terdiri dari 5
orang pemain. Tujuan permainan bola basket yaitu untuk mendapatkan skor atau nilai dengan
memasukkan bola kedalam keranjang lawan dan mencegah tim lawan melakukan hal serupa. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soebagio Hartoko (1994:1) bahwa :
“ Bola basket dimainkan oleh dua regu, masing-masing terdiri dari lima orang pemain. Tujuan tiap regu ialah memasukkan bola ke keranjang lawan dan mencegah regu lawan mennguasai bola atau membuat angka. Bola boleh dioperkan, ditepuk, digelindingkan, atau digiring sambil memantul-mantulkan (dribble) ke segala arah “.
Bola basket merupakan olah raga permainan beregu yang dapat dimainkan baik putra maupun
putri, permainan ini menggunakan bola besar dan dimainkan dengan tangan. Bola boleh diumpan,
dilempar dan boleh dipantulkan ke lantai ditempat, atau sambil berjalan dan tujuannya adalah
memasukkan bola kedalam keranjang lawan , untuk mendapatkan nilai. Pemenangnya adalah regu
yang dapat mengumpulkan nilai dengan memasukkan bola kedalam keranjang yang lebih banyak.
Pencapaian prestasi dalam permainan bola basket dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
yang paling menentukan terhadap pencapaian prestasi dalam bola basket yaitu faktor kemampuan dari
atlit itu sendiri. Faktor dari dalam diri atlit yang harus dikembangkan untuk mencapai prestasi dalam
permainan bola basket yaitu faktor kemampuan teknik, fisik, taktik dan mental.
Teknik dasar bermain merupakan faktor utama yang harus dikembangkan untuk mencapai
prestasi dalam permainan bola basket. Menurut Frank Mc Guire (1991:14) bahwa, “pendekatan yang
tepat untuk memberikan latihan , dimulai dengan pengajaran tentang teknik dasar “. Teknik yang ada
dalam permainan bola basket harus dilatihkan secara berulang-ulang agar teknik tersebut menjadi suatu
gerakan yang otomatis. Karena menurut Frank Mc Guire (1991:15) bahwa, “pengulangan terhadap drill
sampai menjadi suatu kebiasaan, jelas merupakan rahasia untuk menguasai teknik dalam basket”.
Teknik dasar merupakan unsur dasar yang harus dikuasai pemain, untuk mencapai prestasi
dalam permainan bola basket. Teknik dasar dalam permainan bola basket menurut Soebagio Hartoko
(1994:22) meliputi :
(1) Operan (passing)
(2) Menangkap (catching)
(3) Menembak (shooting)
(4) Menggiring (dribble)
(5) Olah kaki (foot work)
(6) Pivot
(7) Jumping
(8) Gerak tipu
Unsur-unsur teknik dasar tersebut harus mendapat perhatian yang serius bagi para pelatih,
Pembina maupun pemain bola basket. Dari berbagi macam teknik dalam permainan tersebut, teknik
dasar yang sangat penting dalam permainan bola basket adalah kemampuan shooting untuk
memasukkan bola kedalam keranjang.
2. Teknik Dasar Menembakkan Bola (Shooting)
Tujuan dalam permainan adalah berusaha memasukkan bola ke dalam keranjang lawan dan
mencegah lawan untuk memasukkan bola ke dalam keranjang tim tersebut. Segala kemampuan teknik,
taktik, dan strategi dikerahkan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Sebab, kemenangan dalam suatu
pertandingan ditentukan oleh jumlah dari hasil tembakan yang dibuat oleh suatu regu. Oleh karena itu,
keterampilan memasukkan bola sangat penting bagi pemain bola basket. Setiap pemain harus dilatih
kemampuan memasukkan bola, agar memiliki kemahiran dalam memasukkan bola.
a. Macam-macam Teknik Memasukkan Bola
Teknik dasar menembak atau memasukkan bola ke dalam keranjang dalam permainan bola
basket cukup banyak macamnya dan bervariasi. Menurut Soebagio Hartoko (1994:43-44), bahwa
macam-macam teknik menembak atau memasukkan bola ke dalam keranjang antara lain adalah :
(1) Tembakan tolak dua tangan dari dada (2) Tembakan tolak dua tangan dari atas kepala (3) Tembakan tolak satu tangan (4) Tembakan lay-up (5) Tembakan dengan didahului menggiring masuk langsung mengadakan tembakan lay-up (6) Tembakan loncat dengan dua tangan (7) Tembakan loncat dengan satu tangan (8) Tembakan kaitan (9) Tembakan lain-lain gaya
Berkaitan dengan jenis-jenis tembakan ini , menurut Hal Wissel (1996:46) mengemukakan
bahwa:
“ Hampir semua pemain penembak dengan tujuh teknik dasar tembakan : one-hand shot
(tembakan satu tangan), free throw (lemparan bebas), jump shot (tembakan sambil melompat),
three point shot (tembakan tiga skor), hook shot (tembakan mengait), lay-up dan runner “.
Jenis teknik dasar memasukkan bola kedalam keranjang dalam permainan bola basket selalu
berkembang sesuai dengan situasi dan perkembangan. Jenis shooting yang akan dikaji lebih lanjut
dalam penelitian ini adalah teknik shooting lemparan bebas dengan tolakan satu tangan.
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi keterampilan shooting
Faktor - faktor keterampilan shooting merupakan teknik yang sangat penting dalam permainan
bola basket. Oleh karena itu, semua pemain menguasai dan memiliki keterampilan shooting dengan
baik dan akurat. Untuk dapat melakukan keterampilan shooting dengan akurat tidaklah mudah, tetapi
harus melalui latihan secara berulang-ulang, rutin, dan teratur. Menurut Soebagio Hartoko (1994:33)
bahwa, “ sebenarnya rahasia daripada menembak mahir adalah ketekunan latihan, dan sekali lagi
latihan dalam setiap peningkatannya secara tepat “. Dengan latihan yang tekun, maka akan membuat
kebiasaan yang mengarah pada otomatisasi gerakan, sehingga dapat menambah ketepatan dalam
melakukan tembakan (shooting).
Kemampuan seorang pemain dalam melakukan tembakan, sangat dipengaruhi oleh teknik dasar
gerakan yang dilakukan dalam pelaksanaan menembak. Dalam pelaksanaan pertandingan ada berbagai
faktor yang menentukan terhadap hasil tembakan. Dalam hal ini Soebagio Hartoko (1994:44)
mengemukakan bahwa, hal-hal yang ikut menentukan mudah atau sukarnya menembak ialah :
(1) Dekat jauhnya antara jarak basket dengan penembak (2) Mobilitas penembak (3) Sikap permulaan penembak (4) Frekuensi tembakan (5) Situasi Dari hal-hal yang ikut menentukan mudah sukarnya menembak di atas dapat dijelaskan sebagai
berkut Soebagio Hartoko (1994:44) :
(1) Jarak Keranjang Dengan Penembak
Jarak keranjang dengan penembak menentukan terhadap hasil tembakan yang dilakukan. Jika
jarak keranjang dengan penembak jauh maka akan sulit bagi penembak untuk dapat memasukkan bola
ke dalam keranjang. Makin jauh jarak penembak dengan keranjang, maka akan semakin sulit untuk
melakukan tembakan. Sebaliknya, makin dekat jarak keranjang akan mudah untuk melakukan
tembakan. Oleh karena itu, untuk memasukkan bola pemain harus berusaha untuk mendekati
keranjang.
(2) Mobilitas Penembak
Gerakan yang dilakukan pemain pada saat menembak akan mempengaruhi keberhasilan dalam
menembak. Menembak dari sikap diam ditempat memiliki tingkat keberhasilan yang lebih besar dari
pada menembak dalam keadaan bergerak memutar.
(3) Sikap Permulaan Menembak
Sikap permulaan menembak mempengaruhi tingkat kesulitan dalam upaya memasukan bola ke
dalam keranjang. Penembak dengan sikap permulaan menghadap kearah keranjang akan lebih mudah
dari pada menembak dari sikap permulaan serong atau membelakangi keranjang.
(4) Frekuensi Tembakan
Frekuensi tembakan merupakan jumlah kesempatan yang diberikan penembak untuk melakukan
tembakan. Lebih sedikit kesempatan yang diberikan pada penembak, maka untuk melaksanakan
tembakan akan lebih sukar. Maka dalam permainan bola basket semua pemain harus berusaha untuk
menciptakan kesempatan yang sebanyak-banyaknya untuk melakukan tembakan.
(5) Situasi
Situasi atau keadaan yang terjadi, baik keadaan pemain itu sendiri maupun situasi disekitarnya
memberikan pengaruh terhadap hasil tembakan. Keadaan pemain itu sendiri seperti kelelahan,
penguasaan terhadap keseimbangan yang kurang dan mental yang buruk akan mengurangi keberhasilan
dalam melakukan tembakan. Selain itu situasi dari luar seperti misalnya ada penjaga yang menghalang-
halangi akan mempersulit dalam melakukan tembakan.
c. Pelaksanaan Teknik Dasar Shooting
Shooting atau tembakan yang dimaksud adalah menembakan bola ke jala atau karanjang dari
belakang garis hukuman dengan jarak 4,6 meter. Secara teknis, kunci pokok keberhasilan dalam
melakukan tembakan adalah pola gerakan (dasar mekanika) shooting tersebut. Dasar mekanika dalam
melakukan tembakan menurut Hal Wissel (1996:46) antara lain, “ pandangan, keseimbangan, posisi
tangan, pengaturan siku, irama tembakan, dan pelaksanaannya “. Hal-hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan teknik tembakan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pandangan
Pada saat melaksanankan tembakan, pandangan mata harus cermat dan terpusat pada keranjang.
Pemain harus memusatkan perhatian dan pandangan mata ke arah keranjang. Pandangan mata harus
terfokus pada sasaran yang akan dituju. Dengan pandangan yang cermat akan dapat menambah
keakuratan dalam melakukan tembakan.
2) Keseimbangan
Dalam melakukan tembakan, keseimbangan tubuh harus dijaga. Dengan keseimbangan tubuh
yang baik, akan dapat menambah kemampuan dalam memberikan tenaga pada bola, selain itu irama
gerakan dalam melakukan tembakan akan lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hal Wissel
(1996:46) bahwa, “ berada dalam keseimbangan memberikan anda tenaga dan kontrol irama tembakan
anda “ . kemampuan dalam memberikan tenaga dan mengontrol irama tembakan tersebut akan
menambah keakuratan dalam melakukan tembakan.
Menurut Hal Wissel (1996:46) bahwa, “ posisi kaki adalah dasar keseimbangan, dan menjaga
kepala segaris kaki sebagai kontrol keseimbangan “. Oleh karena itu posisi kaki harus tepat, dan sikap
kepala harus segaris dengan kaki. Dasar penumpu tubuh manusia pada waktu berdiri adalah kaki. Agar
keseimbangan dapat terjaga dalam melakukan tenbakan kaki harus direntangkan selebar bahu, dan
badan tegak agar kepala segaris dengan dasar penumpu tersebut.
3) Posisi Tangan
Posisi tangan sangat penting dalam melakukan tembakan pinalti. Untuk menembak adalah
penting menempatkan tangan yang tidak menembak di bawah bola sebagai penjaga keseimbangannya.
Posisi ini disebut blac-ung-tuck. Tangan untuk menembak bebas dan tidak perlu menjaga
keseimbangan bola. Tangan cukup rapat dengan rileks dan jari-jari terentang secukupnya. Ibu jari
tangan penembak rileks dan tidak terentang lebar (menghindarkan tegangan pada tangan dan lengan
atas). Posisi tangan yang rileks akan menjadi arah alami, bola berada pada jari, jadi tidak berada pada
telapak tangan. Tangan yang tidak menembak di bawah bola. Berat bola seimbang paling (jari manis
dan kelingking). Lengan dari tangan yang tidak menembak pada sisi yang leluasa dengan siku
menunjuk ke belakang dan kesamping. Tangan yang menembak secara langsung di belakang bola, jari
telunjuk pada titik tengah , bola dilepaskan dari jari telunjuk. Pada lemparan bebas jari telujuk tepat di
katup atau tanda lain pada bagian tengah bola, agar kontrol dan sentuhan ujung jari yang sudah
terbangun dapat menghasilkan lemparan yang lembut tapi tepat.
4) Pengaturan Siku
Bola didepan dan diatas bahu untuk menembak, antara telinga dan bahu. Siku-siku tetap
didalam, bola sejajar dengan basket (ring). Beberapa pemain tidak memiliki kelenturan untuk
menempatkan tangan yang menembak di belakang bola saat siku didalam. Pada kasus seperti ini,
pertama-tama tangan di belakang bola dan kemudian gerakan siku ke dalam sejauh mana . menembak
adalah sinkronisasi antara kaki, pinggang, bahu, siku tembak, kelenturan pergelangan dan jari tangan.
Tembakan bola dengan halus, bersamaan dengan gerakan mengangkat yang ritmis. Kekuatan inti dan
ritmis tembakan berasal dari gerakan naik turun kaki. Lutut sedikit lentur. Tekuk lutut dan kemudian
rentangkan sepenuhnya di dalam gerakan naik turun. Saat kaki terentang sepenuhnya, punggung dan
bahu terentang ke arah atas. Ketika tembakan dimulai bola diatur kembali mulai dari tangan
penyeimbang ke tangan menembak. Cara terbaik saat menyinggungkan bola adalah dengan menarik
pergelangan tangan sampai terlihat lipatan kulit. Sudut ini memberikan pelepasan yang cepat dan
follow through yang konsisten. Arah lengan, pergelangan tangan dan jari lurus pada ring dengan sudut
kemiringan 45 sampai 60 derajat, rentang lengan lurusnya sampai siku. Dorongan dan kontrol terakhir
tembakan berasal dari pelenturan pergelangan tangan dan jari depan ke bawah. Bola lepas dari jari
tengah dengan sentuhan ujung jari yang lembut untuk membuat putaran sisi belakang bola dan
memperhalus tembakan. Keseimbangan tangan dipertahankan pada bola sampai titik pelepasan.
5) Irama Tembakan
Suatu hal yang sangat penting dalam melakukan tembakan adalah koordinasi antara pandangan
mata, posisi kaki, gerakan batang tubuh dan gerakan lengan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hal Wissel
(1994:47) bahwa, “ menembak adalah sinkronisasi antara kaki, pinggang, bahu, siku tembak,
kelenturan pergelangan dan jari tangan “.
Tenaga dorongan yang diberikan pada bola tergantung dari jarak tembakan. Untuk jarak dekat
lengan pergelangan tangan dan jari memberikan dorongan besar. Tembakan jarak jauh memerlukan
tenaga atau dorongan kaki, punggung dan bahu. Ritme yang lancer dan follow through yang sempurna
juga akan meningkatkan jarak tembak.
Setelah bola lepas dari jari tengah, lengan bertahan untuk tetap diatas dan terentang sepenuhnya
dengan jari tengah menunjuk lurus pada target. Telapak tangan menghadap ke bawah, dan telapak
tangan keseimbangaan menghadap ke atas. Mata bertahan pada sasaran, dan lengan tetap di atas pada
posisi penyelesaian follow through sampai bola menyentuh ring lalu bersiap kembali masuk.
6) Pelaksanaan Tembakan
Berdasarkan pelaksanaannya teknik shooting dibagi menjadi beberapa tahap, tahap-tahap
gerakan di dalam melakukan shooting merupakan gerak yang berkesinambungan dan harus dilakukan
dengan koordinasi gerakan yang baik. Menurut Hal Wissel (1994:47) bahwa, “ secara garis besar
pelaksanaan tembakan terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan follow through “.
Pelaksanaan tiap tahapan teknik shooting tersebut adalah sebagai berikut :
Fase Persiapan
Gambar 1. Fase persiapan gerakan shooting ( Hal Wissel 1996:48 )
Keterangan :
1. Lihat target
2. Kaki terentang selebar bahu
3. Jari kaki lurus
4. Lutut dilenturkan
5. Bahu dirilekskan
6. Tangan yang tidak menembak berada dibawah bola
7. Tangan untuk menembak di belakang bola
8. Ibu jari rileks
9. Siku masuk ke dalam
10. Bola diantara telinga dan bahu
Fase Pelaksanaan
Gambar 2. Fase pelaksanaan gerakan shooting ( Hal Wissel 1996:49 )
Keterangan :
1. Lihat target
2. Rentangkan kaki, punggung, bahu
3. Rentangkan siku
4. Lenturkan pergelangan dan jari-jari ke depan
5. Lepaskan ibu jari
6. Tangan penyeimbang pada bola sampai terlepas
7. Irama yang seimbang
Fase Follow-Through
Gambar 3. Fase follow-through gerakan shooting ( Hal Wissel 1996:49 )
Keterangan :
1. Lihat target
2. Lengan terentang
3. Jari telunjuk menunjuk pada target
4. Telapak tangan ke bawah saat shooting
5. Seimbangkan dengan telapak tangan ke atas
3. Latihan
a. Pengertian Latihan
Prestasi dalam olahraga membutuhkan berbagai kemampuan khusus yang hanya dapat dicapai
melalui proses latihan. Adapun pengertian latihan atau training, menurut Harsono (1988:101) adalah “
proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari
kian menambah beban latihannya atau pekerjaannya “. Menurut Sudjarwo (1993:14), “ latihan adalah
suatu proses sistematis secara berulang-ulang secara konstan (ajeg) dengan selalu memberikan
peningkatan beban latihan “.
Dari pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa latihan olahraga adalah suatu aktivitas olahraga
yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan peningkatan beban secara periode dan
berkelanjutan yang dilakukan berdasarkan pada jadwal, pola dan sistem serta metodik tertentu untuk
mencapai tujuan untuk meningkatkan prestasi olahraga. Aspek-aspek yang dikembangkan dalam
latihan meliputi aspek fisik, teknik, taktik dan mental.
b. Prinsip-prinsip Latihan
Pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Dengan
penerapan prinsip-prinsip latihan yang benar diharapkan prestasi seorang atlet akan dapat meningkat.
Menurut Harsono (1988:102-112), prinsip-prinsip dasar latihan yang dapat diterapkan pada setiap
cabang olahraga adalah sebagai berikut :
“ (1) Prinsip beban lebih (overload principle), (2) Prinsip perkembangan menyeluruh, (3)
Prinsip spesialisasi, dan (4) Prinsip individualisasi “.
Adapun menurut A. Hamidsyah Noer (1996:8-11), prinsip-prinsip yang harus diperhatikan
dalam latihan olahraga terdiri dari :
(1) Latihan yang dilakukan hendaknya berulang-ulang (2) Latihan yang diberikan harus cukup berat (3) Latihan yang diberikan harus cukup meningkat (4) Latihan yang harus dilakukan secara teratur (5) Kemampuan berprestasi
Dari kedua pendapat di atas dapat diuraikan mengenai prinsip yang penting dalam latihan,
khususnya latihan teknik yaitu meliputi, prinsip beban lebih (overload principle), prinsip
perkembangan menyeluruh, prinsip pengulangan dan keteraturan, prinsip kekhususan (spesialissasi)
serta prinsip individualisasi. Prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan dalam melakukan latihan
diuraikan sebagai berikut :
1) Prinsip Beban Lebih (Overload Principle)
Prinsip beban lebih merupakan prinsip dasar dalam latihan. Sebab kemampuan atlit hanya akan
meningkatkan jika beban latihan lebih berat dari beban yang diterima sebelumnya. Menurut Pate R,
Rotella R. & Mc Clenaghan B. (1993:318) mengemukakan bahwa, “ sebagian besar sistem fisiologi
dapat menyesuikan diri pada tuntunan fungsi yang melebihi dari pada yang biasa dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari ”.
Dengan pembebanan yang lebih berat dari sebelumnya tersebut, akan merangsang tubuh untuk
beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Beban kerja dalam
latihan harus cukup berat, yaitu berada diatas ambang rangsang latihan. Menurut Harsono (1988:103)
bahwa,
“ Kalau beban latihan terlalu ringan atau tidak ditambah (tidak diberi overload), maka berapa
lamapun kita berlatih, betapa seringpun kita berlatih atau sampai bagaimana lelahpun kita
mengulang-ulang latihan tersebut, peningkatan prestasi tidak akan mungkin “.
Dengan demikian untuk meningkatkan prestasi atlit beban yang diberikan latihan harus lebih
berat dari sebelumnya. Oleh karena itu prinsip beban lebih ini harus benar-benar diterapkan dalam
pelaksanaan latihan. Tetapi harus selalu diingat, bahwa beban latihan yang diberikan tidak boleh terlalu
berat dan berlebihan. Sebab jika beban latihan yang diberikan tersebut terlalu berat dan berlebihan,
yang diperoleh bukanlah kemajuan kondisi fisik, tetapi sebaliknya akan terjadi cidera dan fisik
menurun karena sakit. Untuk menghindari pemberian beban yang berlebihan, maka peningkatan beban
latihan diberikan secara progresif. Yang dimaksud dengan peningkatan beban secara progresif adalah
peningkatan beban secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Dengan pemberian beban tersebut
maka kemampuan tubuh akan berkembang terus.
2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh
Sasaran dalam latihan olahraga adalah perkembangan fisik atlit secara menyeluruh. Meskipun
pada akhirnya tujuan dalam latihan adalah kemampuan yang bersifat khusus, namun kemampuan yang
bersifat khusus tersebut harus didasari oleh kemampuan kondisi fisik yang baik secara menyeluruh. Hal
ini sesuai dengan pendapat Harsono (1988:109) yang mengatakan bahwa, “ secara fungsional,
spesialisasai dan kesempurnaan penguasaan suatu cabang olahraga didasarkan pada perkembangan
multilateral ini ”. Dengan demikian dalam upaya meningkatkan prestasi olahraga prinsip
perkembangan menyeluruh ini harus diterapkan.
3) Prinsip Pengulangan dan Keteraturan
Prinsip dasar dalam melakukan latihan adalah prinsip pengulangan dan keteraturan. Apalagi
dalam melatih suatu keterampilan dalam olahraga, gerakan yang dilatihkan harus dilakukan secara
berulang-ulang secara teratur. Gerakan yang dilatihkan harus dilakukan berulang-ulang sehingga terjadi
otomatisasi gerakan. Hal ini sesusi dengan pendapat A. Hamidsyah Noer (1995:91) yaitu bahwa, “
dengan pengulangan suatu gerakan yang dilakukan secara terus menerus maka akhirnya gerakan
tersebut akan menjadi gerakan yang otomatis ”. Berkaitan dengan hal tersebut Harsono (1988:102)
mengemukakan bahwa:
“ Dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan (repetitions) yang konstan maka organisasi-organisasi mekanisme neurophysiologis kita akan menjadi bertambah baik, gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan lama kelamaan akan merupakan gerakan-gerakan yang otomatis dan reflektif yang makin kurang membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf daripada sebelum melakukan latihan-latihan tersebut “.
Pencapaian prestasi dalam permainan bola basketdapat dicapai jika diunjang kemampuan teknik
yang dilakukan secara otomatis dan reflektif. Keterampilan dasar yang ada dalam permainan bola
basket harus dilatihkan secara berulang-ulang dan teratur agar ketrampilan tersebut menjadi suatu
gerakan yang otomatis dan reflektif. Menurut Frank Mc Guire (1991:15) bahwa, “ pengulangan
terhadap drill sampai menjadi suatu kebiasaan, jelas merupakan rahasia untuk menguasai skill-skill
dalam basket ”. Gerakan-gerakan yang otomatis dan reflektif, merupakan gerakan yang dilakukan
dengan cepat dan efisien dalam penggunaan tenaga. Hal ini akan memungkinkan pencapaian prestasi
yang lebih baik.
4) Prinsip Kekhususan (Spesialisasi)
Pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik
kondisi fisik, gerakan dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Latihan yang ditujukan pada
unsur kondisi fisik tertentu hanya akan memberikan pengaruh yang besar terhadap komponen tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, agar aktivitas latihan itu mempunyai pengaruh yang baik, latihan yang
dilakukan harus bersifat khusus, sesuai dengan unsur kondisi fisik dan jenis olahraga yang akan
dikembangkan. Dalam hal ini Soekarman (1987:60) mengemukakan bahwa, “ latihan itu harus khusus
untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang
bersangkutan ”. Proses latihan yang dilakukan harus menyangkut pada pengembangan potensi energi
maupun penampilan dari ketrampilan olahraga yang berkembang.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, program latihan yang dilakukan harus
bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Kekhususan tersebut yaitu menyangkut
sistem energi serta pola gerakan (keterampilan) yang sesuai dengan nomor olahraga yang
dikembangkan. Bentuk latihan-latihan yang dilakukan harus bersifat khas sesuai cabang olahraga
tersebut. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan
dengan jenis olahraga yang dikembangkan.
Program latihan yang disusun untuk meningkatkan prestasi permainan bola basket, juga harus
berpegang teguh pada prinsip kekhususan latihan ini. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot, kelompok
otot yang dilatih dan sistem energi yang dikembangkan dalam latihan tersebut harus sesuai dengan
karakteristik permainan bola basket. Jika latihan yang dirancang tersebut memperhatikan prinsip ini,
maka latihan tersebut akan lebih efektif, sehingga hasil yang dicapai akan lebih optimal.
5) Prinsip Individual
Latihan yang diberikan kepada atlet hendaknya bersifat individual, Menurut Sadoso
Sumosardjuno (1994:13) mengemukakan bahwa, “ meskipun sejumlah atlit dapat diberi program
pemantapan kondisi fisik yang sama ”. Hal ini dikarenakan bahwa tiap-tiap orang memiliki ciri-ciri
yang berbeda. Karena masing-masing individu berbeda-beda satu dengan yang lain, maka setiap orang
dalam berlatih harus dengan bebannya masing-masing. Faktor-faktor karakteristik individu atlit harus
dipertimbangkan dalam menyusun dan memberikan latihan. Pete et al (1993:318) menyatakan bahwa :
“ Faktor umur, seks (jenis kelamin), kematangan, tingkat kebugaran pada saat itu, lama berlatih,
ukuran tubuh, bentuk tubuh dan sifat-sifat psikologis harus menjadi bahan pertimbangan bagi
pelatih dalam merancang peraturan latihan bagi tiap olahragawan ”.
Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan
berdasrkan karakteristik dan kondisi individu atlit. Sehingga sangat bijaksana jika pelatih memberikan
latihan kepada atlitnya secara individu.
Agar tujuan dari suatu latihan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan, maka pelaksanaan
latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Prestasi dalam olahraga dapat
meningkat jika latihan-latihannya dilakukan dengan berlandaskan prinsip-prinsip latihan yang benar.
c. Penyusunan Program Latihan
Program latihan yang baik merupakan sarana untuk mencapai tujuan latihan secara optimal.
Penyusunan program latihan perlu memperhatikan mengenai faktor-faktor yang menentukan hasil
latihan. Menurut Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984:12-14) bahwa,
Pada pembuatan program latihan harus meliputi faktor berikut :
(1) Tipe Latihan (2) Intensitas Latihan (3) Frekuensi Latihan (4) Lama Latihan (5) Peningkatan
Faktor-faktor dalam penyusunan program latihan tesebut diuraikan sebagai berikut :
(1) Tipe Latihan
Latihan yang dilakukan harus sesuai dengan tipe jenis olahraga yang akan dikembangkan. Oleh
karena itu, latihan yang dilakukan harus memperhitungkan dengan cermat mengenai tipe dari unsur
yang akan dikembangkan dalam latihan tersebut. Misalnya unsur yang akan dikembangkan adalah
keterampilan shooting, maka harus diperhitungkan dengan cermat mengenai unsur gerakan dan unsur
kondisi fisik yang diperlukan dalam gerakan tersebut. Tipe latihan yang dilakukan dalam melatih
keterampilan shooting harus sesuai. Dalam shooting sangat diperlukan koordinasi dan ketepatan, maka
tipe latihan yang diberikan harus mengandung unsur pengembangan koordinasi dan ketepatan shooting.
(2) Intensitas Latihan
Intensitas latihan merupakan berat ringannya dosis latihan yang harus dilakukan seorang atlit
menurut A. Hamidsyah Noer (1995:229), pengertian intensitas “ jumlah beban dalam latihan yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan benar pelaksanaannya “. Ukuran kesungguhan dalam
pelaksanaan latihan merupakan bentuk dari intensitas latihan.
Tinggi atau rendahnya latihan akan menetukan terhadap hasil latihan. Apabila intensitas suatu
latihan tidak memadahi, maka pengaruh latihan terhadap peningkatan kemampuan fisik sangat kecil,
bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya apabila intensitas latihan terlalu tinggi kemungkinan dapat
menimbulkan cedera atau sakit. Latihan yang baik yaitu latihan dengan intensitas yang berada dalam
ambang rangsang latihan yang dimilki atlit itu tersebut. Dalam hal ini Harsono (1988:103) berpendapat
bahwa, “ atlit harus berlatih dengan beban kerja yang ada diatas ambang rangsang kepekaannya
(threshold of sesitifity) “.
(3) Frekuensi dan Lamanya Latihan
Frekuensi adalah jumlah berapa kali latihan dilakukan tiap minggunya. Lamanya latihan
merupakan lama waktu yang diperlukan untuk melatih hingga terjadi perubahan yang nyata, yaitu
berupa peningkatan kemampuan dalam melakukan kerja. Dalam hal ini M. Sajoto (1995:35)
mengemukakan bahwa, “para pelatih dewasa ini umumnya setuju untuk menjalankan program latihan
tiga kali seminggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan
adalah selama enam minggu atau lebih “. Dengan latihan yang dilakukan tiga kali seminggu secara
teratur selama enam minggu kemungkinan sudah menampakkan pengaruh yang berarti terhadap
peningkatan keterampilan dan kondisi fisik.
(4) Peningkatan
Setelah melakukan latihan tubuh akan selalu mengadakan adaptasi terhadap stimulus yang
diberikan dalam latihan. Agar peningkatan keterampilan dan kemampuan tubuh dapat meningkat terus
maka latihan yang diberikan harus selalu diberikan. Peningkatan beban latihan dilakukan setiap satu
minggu latihan, karena organisme tubuh baru akan beradaptasi setelah kurun waktu satu minggu. Hal
ini sesuai dengan pendapat Nosseck (1982:49) yang menyatakan “ periode stabilitas atau adaptasi
organisme terhadap rentetan beban yang lebih tinggi selesai dalam waktu yang berbeda, paling tidak
satu atau dua minggu “. Peningkatan latihan yang diberikan tersebut harus selalu berpegang teguh pada
prinsip peningkatan beban secara progresif.
4. Latihan Keterampilan Dalam Permainan Bola Basket
Keterampilan teknik merupakan suatu landasan pokok dalam usaha mencapai prestasi yang
optimal dalam bola basket. Setiap pemain bola basket harus memiliki keterampilan teknik dengan baik.
Usaha untuk meningkatkan keterampilan teknik dasar dapat dilakukan melalui latihan.
a. Ciri-ciri Latihan Teknik
Latihan teknik memiliki cirri-ciri yang bersifat khusus. Adapun ciri-ciri latihan teknik menurut
Suharno HP. (1985:43) adalah sebagai berikut :
“ (1) Pada dasarnya teknik relevan dengan cabang olahraga, (2) Ulangan gerakan (repetition) biasanya
banyak, (3) Gerakan dari yang mudah ke gerakan yang sukar, serta gerakan dari bagian keseluruhan
atau sebaliknya, dan (4) Semua gerakan diawali dengan daya pikir kemudian ke otomatis gerakan
teknik “.
Melatih teknik tujuannya untuk mengotomatisasikan gerak sesuai dengan teknik yang
diperlukan dalam olahraga yang dikembangkan. Latihan teknik dalam prmainan bola basket, adalah
latihan yang bertujuan untuk mengembangan penguasaan gerak di dalam cabang olahraga bola basket.
b. Prinsip-prinsip Dalam Latihan Ketrampilan
Pengulangan gerakan merupakan prinsip utama dalam pelaksanaan latihan keterampilan.
Dengan melalui gerakan yang diulang-ulang, gerakan yang dilatihkan akan dapat dilakukan secara
otomatis dan reflektif. Pelatih harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam memberikan materi dalam
latihan teknik yang benar. Pemberian materi belajar harus, (Agus Kristiyanto, 1997:23) “ (1) Mulai dari
yang mudah ke yang sukar, (2) mulai dari yang sederhana ke yang kompleks, dan (3) mulai dari
gerakan yang kurang memerlukan tenaga ke yamh lebih banyak memerlukan tenaga “.
Dalam memberikan materi latihan teknik bola basket, pelatih harus memperhatikan prinsip-
prinsip tersebut. Pelatih bolabasket harus memberikan drill (latihan teknik) secara berulang-ulang,
dengan berdasarka prinsip mudah ke yang sukar dan dari sederhana ke yang kompleks. Melalui latihan
teknik secara intensif dengan berdasarkan pada prinsip yang benar, maka pemain akan dapat menguasai
keterampilan teknik dasar bermain bola basket dengan baik.
5. Latihan shooting dengan Distributed Practice
a. Pelaksanaan latihan shooting dengan Distributed Practice
Latihan ketrampilan dengan distributed practice (Iwan Setiawan,1985:46), adalah “ praktek
suatu keterampilan olahraga yang relatif singkat dan sering diselingi waktu istirahat “. Latihan ini
berlawanan dengan massed practice. Perbedaannya terletak pada periode istirahat yang diberikan.
Menurut Schmidt (1988:384) bahwa, “ periode istirahat dalam distributed practice yaitu 30 detik “.
Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa berselang merupakan latihan keterampilan yang
dilakukan secara berulang-ulang, dimana antar gerakan diselingi waktu istirahat yang cukup. Latihan
praktek distributed practice juga dapat di terapkan dalam latihan shooting.
Bentuk latihan shooting yang akan diterapkan dalam penelitian ini yaitu latihan shooting secara
berulang-ulang sesuai dengan jumlah bola yaitu 5-10 bola. Dalam latihan ini pemain melakukan
gerakan shooting, antar gerakan shooting diselingi waktu istirahat 30 detik.
b. Analisis Mengenai Latihan Shooting Distributed Practice
Latihan shooting dengan distributed practice juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Latihan
shooting dengan berselang dilakukan dengan periode istirahat yang cukup. Menurut Schmidt
(1988:384) bahwa, “ dalam distributed practice, di sela-sela percobaan yang dilakukan terdapat
istirahat yang sama atau melebihi banyaknya waktu dalam percobaan, yang mengarah ke suatu urutan
latihan yang lebih santai “. Keadaan ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkonsentrasi dalam melakukan gerakan shooting selanjutnya dan terhindar dari kelelahan.
Berdasarkan pada pelaksanaan latihan yang telah diuraikan, maka latihan ini dapat dianalisis
mengenai keuntungan dan kekurangannya. Latihan shooting yang dilakukan dengan distributed
practice memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Dalam melakukan latihan ini pemain selalu mendapat istirahat yang cukup. Dengan istirahat
yang cukup, maka kondisi fisik pemain tidak terlalu terbebani dan memiliki waktu yang
cukup untuk berkonsentrasi dalam melakukan gerakan shooting dengan teknik yang baik.
2. Perbaikan terhadap pola gerakan yang dilakukan akan mudah. Dengan adanya perbaikan-
perbaikan terhadap gerakan yang dilakukan, maka penguasaan terhadap teknik shooting
tersebut akan lebih baik.
Adapun kekurangan latihan shooting dengan distributed practice antara lain :
1. Karena diselingi dengan waktu istirahat yang relatif lama, maka memori gerakan terdahulu
sudah hilang, sehingga kurang maksimal memperoleh umpan balik untuk
memperbaiki gerakan berikutnya.
2. Latihan ini prioritasnya hanya khusus untuk peningkatan terhadap penguasaan teknik,
sedangkan kondisi fisiknya terabaikan.
3. Perlunya pemanasan atau adaptasi lagi untuk mempersiapkan diri dalam penguasaan teknik.
6. Latihan Shooting Dengan Massed Practice
a. Pelaksanaan Latihan Shooting Dengan Massed Practice
Latihan dengan system padat atau terus-menerus dapat juga disebut massed practice. “ Latihan
dengan massed practice adalah (Iwan Setiawan, 1985:46) praktek suatu keterampilan olahraga yang
dipelajari dilakukan dengan berkesinambungan dan konsisten tanpa diselingi istirahat “. Latihan
dengan massed practice ini dapat dilakukan secara berkesinambungan tanpa diselingi istirahat atau
diselingi istirahat tetapi dengan periode yang pendek. Dalam hal ini Schmidt (1988:384) menyatakan
bahwa, “ massed practice dapat menggunakan periode istirahat tetapi hanya 5 detik “. Latihan praktek
dengan massed practice ini dapat pula diterapkan dalam latihan shooting dalam permainan bola basket.
Latihan shooting dengan massed practice yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melakukan
shooting dengan sejumlah bola yang disediakan. Dalam latihan ini pemain melakukan gerakan shooting
secara kontinyu dengan jumlah bola yang disediakan yaitu 5-10 bola, dengan diselingi istirihat yang
pendek yaitu ± 5 detik. Periode istirahat ini hanya digunakan untuk recovery, dan mengambil bola
untuk melakukan shooting berikutnya.
b. Analisis Mengenai Latihan Shooting Dengan Massed Practice
Setiap jenis dan bentuk latihan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Demikian juga latihan
shooting dengan massed practice, tentu juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Schmidt
(1988:384) bahwa, “ pembatasan istirahat disela-sela percobaan dalam kondisi massed cenderung
mengurangi penampilan jika dibandingkan dengan distributed practice yang waktu istirahatnya lebih
banyak “.
Dalam hal pemanfaatan memori gerakan, latihan keterampilan dengan massed practice
memiliki keuntungan, yaitu dengan adanya ingatan jangka pendek (short term memory). Menurut Rusli
Lutan (1988:163) bahwa, “ short term memory yaitu system memori yang berfungsi untuk menyimpan
sejumlah besar informasi yang diterimanya selama periode waktu yang singkat “. Setelah melakukan
gerakan shooting, short term sensory store siswa mencatat didalam short term memory. Apa yang harus
saja dilakukan masih terkonsep dan tersimpan di dalam memori selama beberapa saat, dan memori itu
akan hilang setelah beberapa lama. Dengan latihan secara padat (massed practice), maka sebelum
memori itu hilang. Siswa melakukan gerakan lagi sehingga konsep gerakan shooting yang dilakukan
terkonsep ke dalam memori dengan lebih kuat. Short term memori ini juga dapat memberikan feedback
pada siswa, agar gerakan shooting selanjutnya menjadi lebih baik. Suatu misal siswa melakukan
gerakan yang terlalu lemah, atau tenaganya terlalu besar. Siswa menyadari bahwa gerakan yang baru
saja dilakukan dengan kurang tetap, gerakan yang dilakukan tadi masih terkonsep di dalam memori,
sehingga memberikan perbaikan untuk gerakan selanjutnya.
Berdasarkan pada pelaksanaan latihan yang telah diuraikan, maka latihan ini dapat dianalisis
mengenai keuntungan dan kekurangannya. Latihan shooting yang dilakukan dengan massed practice
memilki kelebihan sebagai berikut :
1. Dengan istirahat yang pendek, memori dalam melakukan gerakan terdahulu masih
membekas dalam diri pemain, sehingga dapat memperoleh umpan balik untuk
melakukan gerakan berikutnya. Hal ini dapat memungkinkan terhadap pembentukan
pola gerakan dengan lebih baik.
2. Maka dapat meningkatkan keterampilan sekaligus meningkatkan daya tahan fisik.
3. Akan menjadikan siswa mudah menyesuaikan diri beradaptasi dengan latihan
sesungguhnya.
Sedangkan kekurangan latihan shooting dengan massed practice antara lain :
1. Dengan latihan secara kontinyu dan terus-menerus pada batas kemampuan daya tahan
yang maksimal memungkinkan siswa kelelahan, hal ini berpengaruh terhadap
kesempurnaan gerakan yang dilakukan.
2. Pengontrolan dan perbaikan terhadap teknik gerakan sulit dilakukan, sebab waktu
istirahat sangat pendek.
B. Kerangka Pemikiran
Dengan memperhatikan uraian dalam tinjauan pustaka, maka dapat disusun kerangka pemikiran
sebagai berikut :
1. Perbedaan pengaruh antara latihan shooting dengan distributed practice dan massed
practice terhadap kemampuan shooting bola basket.
Keterampilan atau kemampuan shooting merupakan teknik yang sangat penting dalam
permainan bolabasket. Setiap pemain bolabasket harus menguasai dan memiliki keterampilan shooting
dengan baik dan akurat. Untuk dapat melakukan keterampilan shooting dengan akurat harus melakukan
latihan dengan sistematis, teratur dan kontinyu dengan berdasarkan prinsip-prinsip latihan yang benar.
Metode latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan shooting antara lain adalah
distributed practice dan massed practice. Latihan shooting dengan distributed practice adalah latihan
yang dilakukan berulang-ulang, dimana antar ulangan diselingi waktu yang cukup. Latihan shooting
dengan massed practice adalah latihan yang dilakukan secara berulang-ulang dan kontinyu, dengan
periode istirahat yang pendek.
Latihan shooting dengan distributed practice dan massed practice memiliki perbedaan.
Perbedaan kedua latihan tersebut adalah pada pengaturan giliran atau pengaturan istirahat antar
gerakan. Latihan dengan distributed practice diantara ulangannya diberikan istirahat tersebut dapat
berpengaruh terhadap pola gerak, konsentrasi, perbaikan gerakan serta berpengaruh terhadap
pembentukan keterampilan dan kemampuan fisik siswa, sedangkan massed practice dilakukan secara
terus-menerus dengan periode istirahat yang pendek.
2. Latihan shooting yang lebih baik pengaruhnya antara distributed practice dan massed
practice terhadap kemampuan shooting bola basket.
Latihan shooting yang dilakukan dengan distributed practice memiliki Kelebihan latihan ini
antara lain, dalam latihan ini pemain selalu mendapat istirahat yang cukup sehingga kondisi fisik
pemain tidak terlalu terbebani dan memiliki gerakan shooting dengan teknik yang baik. Selain itu
koreksi dan perbaikan terhadap pola gerakan yang dilakukan akan mudah dilakukan. Adapun
kekurangan latihan shooting dengan distributed practice yaitu bahwa karena diselingi dengan waktu
istirahat yang relative lama, maka memori gerakan terdahulu sudah hilang, sehingga tidak dapat
memperoleh umpan balik untuk memperbaiki gerakan berikutnya. Di samping itu latihan ini
prioritasnya hanya khusus untuk peningkatan terhadap penguasaan teknik.
Latihan shooting yang dilakukan dengan massed practice memiliki kelebihan antara lain, bahwa
dengan istirahat yang pendek, memori dalam melakukan gerakan terdahulu masih membekas dalam
diri pemain, sehingga dapat memperoleh umpan balik untuk melakukan gerakan berikutnya. Hal ini
dapat memungkinkan terhadap pembentukan pola gerakan yang lebih baik. Latihan ini disamping
meningkatkan keterampilan sekaligus meningkatkan daya tahan fisik. Sedangkan kekurangan latihan
shooting dengan massed practice yaitu, latihan ini akan menyebabkan kelelahan sehingga berpengaruh
terhadap kesempurnaan gerakan yang dilakukan, selain itu pengontrolan dan perbaikan terhadap teknik
gerakan sulit dilakukan, sebab tidak ada waktu istirahat.
Latihan shooting dengan massed practice memberikan pengaruh yang efektif dalam hal
pemanfaatan memori gerakan, yaitu dengan adanya ingatan jangka pendek (short term memory).
Setelah melakukan gerakan shooting, short term memory store siswa mencatat di dalam short term
memory. Apa saja yang harus dilakukan masih terkonsep dan tersimpan dalam memori dalam beberapa
saat, dan memori itu akan hilang setelah beberapa lama. Dengan latihan secara terus menerus (massed
practice), maka sebelum memori itu hilang, siswa melakukan gerakan lagi sehingga konsep gerakan
shooting yang dilakukan terkonsep kedalam memori dengan lebih kuat. Short term memory ini juga
dapat memberikan Feedback pada siswa, agar gerakan shooting selanjutnya menjadi lebih baik.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas maka dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh antara latihan shooting dengan distributed practice dan massed
practice terhadap kemampuan shooting dalam permainan bola basket pada siswa putra kelas II
SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun 2009.
2. Latihan shooting dengan massed practice memiliki pengaruh yang lebih baik
dari pada latihan shooting dengan distributed practice terhadap kemampuan
shooting dalam permainan bola basket pada siswa putra kelas II SMA Negeri 1
Karanganyar Tahun 2009.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Lapangan Bola Basket Krida Manunggal Jalan Lawu, Karanganyar.
2. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan Treatment selama 6 minggu dengan 3 kali pertemuan dalam
seminggu yaitu hari senin, rabu dan jum’at. Treatment dilaksanakan yaitu mulai tanggal 29 Juni 2009
sampai tanggal 14 Agustus 2009 Pukul 15.00-17.00 WIB. Sebelum perlakuan dilakukan test awal,
setelah perlakuan dilakukan test akhir yang pelaksanaannya adalah :
Test awal : Sabtu, 27 Juni 2009
Test akhir : Kamis, 20 Agustus 2009
B. Metode dan Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah “ Matching by Subject Design “ (Sutrisno Hadi, 1995:484). Dalam hal ini
subyek dipisahkan ke dalam dua kelompok. Pemasangan atau pairing yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan cara ordinal pairing.
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan prestasi kemampuan shooting dalam permainan
bola basket pada test awal. Setelah hasil test awal dirangking, kemudian subyek yang memiliki prestasi
setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok 1 dan kelompok 2. Dengan demikian kedua kelompok
tersebut sebelum diberi perlakuan merupakan kelompok yang seimbang. Apabila pada akhirnya
terdapat perbedaan, maka hal ini disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. Adapun
pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara sebagai berikut :
Kelompok 1 Kelompok 2
1 2 4 3 5 6 8 7 9 10 Dst 11
Gambar 4. Pembagian kelompok dalam eksperimen.
Rancangan penelitian eksperimen Matched by Subject Design tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
K1 X1 Y2
R Y1 (Op)
K2 X1 Y2
Gambar 5. Rancangan Penelitian
Keterangan :
R = Random sampling
Op = Melalui prosedur subject matching ordinal pairing
Y1 = Test awal shooting
K1 = Kelompok I
K2 = Kelompok II
X1 = Latihan shooting dengan distributed practice
X2 = Latihan shooting dengan massed practice
Y2 = Test akhir shooting
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas II SMA Negeri 1
Karanganyar Tahun 2009 yang berjumlah 135 siswa.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang diperoleh dengan teknik
purposive sampling, yaitu dari sejumlah populasi yang ada. Untuk menjadi sampel harus memenuhi
ketentuan-ketentuan untuk memenuhi tujuan penelitian. Ketentuan tersebut adalah :
1. Jenis Kelamin Laki-laki
2. Berminat untuk mengikuti latihan Bola Basket
3. Sehat Jasmani dan Rohani
4. Bersedia menjadi sampel penelitian
5. Memiliki gerak dasar bermain yang baik, didasarkan hasil observasi dan informasi dari pemain
Bola Basket.
Dari sejumlah 9 kelas dengan jumlah siswa putra per kelas 15 orang dan diambil 25% dari
siswa putra tersebut ada 3 siswa untuk 6 kelas dan 4 siswa untuk 3 kelas. Setelah mendapatkan sampel
sebanyak 30 orang maka, dilakukan tes awal shooting bola basket. Data yang terkumpul dirangking
terlebih dahulu. Dibagi menjadi 2 kelompok 15 dari atas mendapat perlakuan distributed practice dan
15 dari bawah mendapat perlakuan massed practice untuk membentuk 2 kelompok yang masing-
masing jumlahnya sama.
D. Treatment
Pemberian treatment atau perlakuan harus dipertimbangkan secara benar-benar. Treatment yang
diberikan kepada sampel penelitian ini yaitu berupa latihan olahraga. Latihan tersebut harus disusun
dengan benar berdasarkan prinsip-prinsip yang benar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Hal yang
sangat penting yang harus diperhatikan dalam melakukan latihan olahraga adalah jumlah frekuensi dan
lamanya latihan. Mengenai frekuensi dan lamanya waktu yang diperlukan dalam latihan, M. Sajoto
(1995:35) mengemukakan bahwa : “ Para pelatih dewasa ini umumnya setuju untuk menjalankan
program latihan 3 kali seminggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan yang
diperlukan adalah selama 6 minggu atau lebih “. Dengan latihan yang dilakukan 3 kali seminggu secara
teratur selama 6 minggu atau lebih kemungkinan sudah menampakkan pengaruh yang berarti terhadap
peningkatan keterampilan sesuai yang diharapkan.
Masing-masing kelompok diberi perlakuan sebanyak 18 kali pertemuan dengan 3 kali (senin,
rabu dan jum’at) pembelajaran dalam seminggu, selama 6 minggu. Dalam melaksanakan treatment ini
sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Kelompok I : 15 siswa
Diberi latihan shooting dengan distributed practice. Bentuk latihan shooting yang akan
diterapkan dalam penelitian ini yaitu latihan shooting secara berulang-ulang sesuai dengan jumlah bola
yaitu 5-10 bola. Dalam latihan ini pemain melakukan gerakan shooting, antar gerakan shooting
diselingi waktu istirahat 30 detik.
2. Kelompok II : 15 siswa
Diberi latihan shooting dengan massed practice. Latihan shooting dengan massed practice yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu melakukan shooting dengan sejumlah bola yang disediakan.
Dalam latihan ini pemain melakukan gerakan shooting secara kontinyu dengan jumlah bola yang
disediakan yaitu 5-10 bola, dengan diselingi istirihat yang pendek yaitu ± 5 detik. Periode istirahat ini
hanya digunakan untuk recovery, dan mengambil bola untuk melakukan shooting berikutnya.
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat
(dependen) yaitu :
1. Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Yang
termasuk variabel independen yaitu :
a. Latihan shooting dengan berselang (distributed practice)
b. Latihan shooting dengan terus-menerus (massed practice)
2. Variabel terikat (dependen) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan shooting free throw dengan jarak 4,6
meter dalam permainan bola basket.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan teknik tes. Tes
yang dilakukan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah tes kemampuan shooting dalam
permainan bola basket dari Imam Sodikun (1992:141). Tes tersebut dilaksanakan 2 kali yaitu tes awal
dan tes akhir.
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dikumpulkan, disusun dan dianalisis secara statistik dengan langkah
sebagai berikut :
1. Mencari Reliabilitas
Untuk mencari reliabilita, dalam penelitian dilakukan dengan formula belah dua dari Spearman
Brown. Hasil tes shooting menjadi dua belahan dijumlah yaitu belahan ganjil dan genap kemudian
hitung dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut :
ry1y2 = (Sudjana, 1992:369)
Keterangan :
N = Jumlah sampel ry1y2 = Korelasi antara y1 dan y2
y1 = Belahan ganjil
y2 = Belahan genap
= Jumlah
Hasil perhitungan koefisien korelasi tersebut kemudian dimasukkan kedalam formula
reliabilitas dari Spearman Brown sebagai berikut :
r = (Saifuddin Azwar, 1997:69)
Keterangan :
r = Koefisien reliabilitas ry1y2 = Korelasi antara y1 dan y2
2. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors (Sudjana, 1992:466).
Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan X1 , X2 , …… , Xn dijadikan bilangan baku Z1 , Z2 ,……. , Zn dengan
menggunakan rumus :
Z1 =
Keterangan :
X1 = Nilai tiap kasus
X = Rata-rata
S = Simpangan baku
2. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F ( Z1 ) = P ( Z≤Z1 ).
3. Selanjutnya dihitung proporsi Z1 , Z2 , …… , Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1. Jika
proporsi dinyatakan oleh S ( Z1 ),
Maka S ( Z1 ) =
4. Hitung selisih F ( Z1 ) – S ( Z1 ) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
5. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga
terbesar ini L hitung.
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan membagi varians yang terbesar dengan varians terkecil yang
diperoleh. Adapun rumus yang digunakan menurut Sutrisno Hadi (1982:386) adalah :
Fdbvb : dbvk =
Keterangan :
db vb = derajat kebebasan dari varians yang lebih besar
db vk = derajat kebebasan dari varians yang lebih kecil
SD2bs = varians yang lebih besar
SD2kt = varians yang lebih kecil
3. Uji Perbedaan
Uji perbedaan penelitian ini yaitu dengan teknik uji t dengan rumus (Sutrisno Hadi, 1995:457)
sebagai berikut :
t =
Keterangan :
Md = Mean deviasi (beda) dari pasangan
∑d2 = Jumlah deviasi kuadrat
N = Jumlah pasangan
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
Md = Keterangan :
= Jumlah selisih (devisasi) masing-masing subyek.
N= Jumlah pasangan
Data yang diperoleh dari hasil perhitungan ttest baik tes awal maupun tes akhir dikonsultasikan
dengan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan db = N – 1.
4. Perhitungan Perbedaan Persentase Peningkatan
Penghitungan persentase peningkatan pada kelompok 1 dan kelompok 2 dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Persentase peningkatan = x 100 %
Mean different = mean posttest – mean pretest
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Data
Setelah dilaksanakan penelitian, diperoleh data. Data yang dikumpulkan berupa kemampuan
shooting dalam permainan bola basket. Data yang dikumpulkan terdiri dari data tes awal dan tes akhir
pada masing-masing kelompok, yaitu kelompok 1 dan kelompok 2. Data tersebut kemudian
dikelompokkan dan dianalisis dengan statistik, seperti terlihat pada lampiran. Berturut-turut disajikan
mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, hasil analisis data serta pembahasan dan pengujian
hipotesis.
Deskripsi hasil analisis data hasil tes kemampuan shooting dalam permainan bola basket yang
dilakukan pada kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Shooting Bola Basket Pada
Kelompok 1 dan Kelompok 2.
Kelompok Tes N Hasil
Terendah
Hasil
Tertinggi Mean SD
Awal 15 2 7 4.400 1.306 Kelompok
1
(Distributed
Practice) Akhir 15 5 9 6.667 1.075
Awal 15 2 7 4.533 1.310 Kelompok
2 (Massed
Practice) Akhir 15 5 9 7.133 0.884
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan kelompok 1 memiliki rerata
kemampuan shooting bola basket adalah 4.400, sedangkan setelah mendapat perlakuan memiliki rerata
kemampuan shooting bola basket adalah 6,667. Adapun rata-rata kemampuan shooting bola basket
pada kelompok 2 sebelum diberi perlakuan adalah 4.533, sedangkan setelah mendapat perlakuan
memiliki rata-rata kemampuan shooting bola basket adalah 7.133.
B. Pengujian Reliabilitas
Agar data yang dianalisis adalah hasil dari suatu tes atau pengukuran yang baik, maka perlu uji
reliabilitas. Dalam penelitian ini diadakan uji reliabilitas tehadap hasil tes awal dan tes akhir
kemampuan shooting bola basket.
Table 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data
No Hasil Tes Reliabilita Katagori 1 Awal 0, 75 Cukup 2 Akhir 0, 77 Cukup
Adapun hasil dari analisis yang dilakukan dengan uji reliabilitas tes awal diperoleh R = 0,75
dan uji reliabilitas pada tes akhir diperoleh R = 0,77. Hasil tersebut kemudian di konsultasikan dengan
tabel kategori reliabilitas tes termasuk dalam kategori Cukup, dan dapat digunakan sebagai alat ukur.
Adapun dalam mengartikan katagori koefisien reabilitas tes tersebut dengan menggunakan pedoman
tabel koefisien dari Book Walter seperti dikutip Mulyono B. (1992:22) yaitu :
Tabel 3. Tabel Range Katagori Reliabilitas
No Kategori Validita Reliabilita Obyektivita 1 Tingkat Tinggi 0,80 – 1,00 0,90 – 1,00 0,95 – 1,00 2 Tinggi 0,70 – 0,79 0,80 – 0,89 0,85 – 0,94 3 Cukup 0,50 – 0,69 0,60 – 0,79 0,70 – 0,84 4 Kurang 0,30 – 0,49 0,40 – 0,59 0,50 – 0,69 5 Tidak Signifikan 0,00 – 0,29 0,00 – 0,39 0,00 – 0,49
C. Uji Prasyarat Analisis Data
Sebelum data hasil penelitian dianalisis dengan teknik t-tes, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat analisis, yaitu dengan 1) uji normalitas, 2) uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Bentuk data yang normal merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum digunakan untuk
menganalisis data. Pengujian normalitas data dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan
kelompok 2 dengan mengikuti uji Liliefors pada taraf a = 0,05. Hasil pengujian tersebut disajikan
dalam tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok N M SD Lo Lt5%
K1 15 4.400 1.306 0.1600 0.220
K2 15 4.533 1.310 0.1924 0.220
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K1 diperoleh nilai Lhitung sebesar 0.1600, dimana
nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0.220. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K1 termasuk berdistribusi normal. Sedangkan data hasil
uji normalitas yang dilakukan pada K2 diperoleh nilai Lhitung sebesar 0.1924, dimana nilai tersebut lebih
kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0.220. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data pada K2 termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari kedua kelompok. jika
kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka apabila nantinya kedua kelompok tersebut
memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan rata-rata kemampuan
shooting. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Dari hasil
uji homogenitas
varians yang
tertera dalam tabel di atas, diperoleh hasil dengan db = 14 lawan 14, angka F tabel 5% = 2,48 Sedangkan
harga F hitung = 1.005. Yang ternyata lebih kecil dari harga F tabel 5%. Karena F hitung < F tabel 5%, maka
hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 dan kelompok 2
memiliki varians yang homogen.
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan
Sebelum dilakukan uji perbedaan dengan t-tes telah diadakan "Matching", yaitu tes awal yang
mempunyai kemampuan setara dipasang-pasangkan dibagi menjadi 2 kelompok, yakni kelompok 1
dan kelompok 2. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara kedua kelompok tersebut.
Kelompok N SD2 Fo Ft5%
K1 15 1.706
K2 15 1.715 1.005 2.48
Dalam penentuan kelompok, kelompok 1 mendapat perlakuan latihan shooting dengan
distributed practice dan kelompok 2 mendapat perlakuan dengan latihan shooting dengan massed
practice. Hasil t-test untuk tes awal antara K1 dan K2 dapat dilihat dalam tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2
Kelompok N Mean Md to t t5%
K1 15 4.400
K2 15 4.533 0.133 1.468 2.145
Dari rangkuman hasil t-test untuk tes awal di atas, pada K1 dapat diketahui bahwa rata-rata
sebesar 4.400 sedangkan K2 diketahui bahwa rata-rata sebesar 4.533 dan untuk Mean deviasi sebesar
0.133. Dengan derajat kebebasan N - 1 = 15 - 1 = 14 pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel
sebesar 2.145 sedangkan nilai thitung sebesar 1.468. Maka hipotesis nol ditolak, berarti thitung lebih
besar dari t tabel. Dengan demikian sebelum diberi perlakuan antara K1 dan K2 terdapat perbedaan.
2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan
a. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan
Setelah melakukan latihan selama 6 minggu, kemudian diadakan tes akhir. Dan untuk
membuktikan apakah latihan yang diberikan telah menunjukkan pengaruh yang meyakinkan terhadap
kemampuan shooting, maka dicari dengan uji t-test antara tes awal dan tes akhir pada masing-masing
kelompok. Adapun hasil t-test untuk mengetahui peningkatan prestasi tes awal ke tes akhir antara K1
dan K2 dapat dilihat dalam tabel 7 berikut ini :
a.1 Hasil Uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada K1
Tabel 7. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K1
Tes N Mean Md to t t5%
Awal 4.400
Akhir 15
6.667 2.267 14.789 2.145
Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K1 dapat diketahui bahwa pada tes awal rata-rata
sebesar 4.400 dan tes akhir sebesar 6.667 untuk Mean deviasi sebesar 2.267. Dengan derajat kebebasan
14 (N – 1 = 15 - 1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 2.145 sedangkan nilai to
sebesar 14.789. Berarti to lebih besar dari t tabel maka hipotesis nol ditolak. Dengan demikian antara
tes awal dan tes akhir pada K1 ada perbedaan yang signifikan. Berarti bahwa setelah mendapat
perlakuan K1 memiliki peningkatan kemampuan shooting bola basket yang signifikan.
a.2 Hasil Uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada K2
Tabel 8. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K2
Tes N Mean Md to t t5%
Awal 4.533
Akhir 15
7.133 2.600 11.063 2.145
Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K2 dapat diketahui bahwa pada tes awal rata-rata
sebesar 4.533 dan tes akhir sebesar 7.133 untuk Mean deviasi sebesar 2.600. Dengan derajat kebebasan
14 (N – 1 = 15 - 1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 2.145 sedangkan nilai to
sebesar 11.063. Berarti to lebih besar dari t tabel maka hipotesis nol ditolak. Dengan demikian antara
tes awal dan tes akhir pada K2 ada perbedaan yang signifikan. Berarti bahwa setelah mendapat
perlakuan K2 memiliki peningkatan kemampuan shooting bola basket yang signifikan.
a.3 Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antar Kelompok
Untuk mengetahui ada perbedaan hasil latihan antara K1dan K2 setelah diberi perlakuan, dapat
dilihat pada hasil t-test untuk tes akhir dari kedua kelompok dalam tabel 9 berikut ini :
Tabel 9. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Akhir Antar Kelompok
Kelompok N Mean Md to t t5%
K1 6.667
K2 15
7.133 0.467 2.432 2.145
Berdasarkan rangkuman di atas, pada tes akhir pada K1 diketahui rata-rata sebesar 6.667 dan
untuk K2 diketahui rata-rata sebesar 7.133. Mean deviasi sebesar 0.467. Dengan derajat kebebasan 14
(N – 1 = 15 - 1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai to sebesar 2.432 sedangkan nilai t tabel
sebesar 2,145. Berarti to lebih besar dari t tabel maka hipotesis nol ditolak. Dengan demikian pada tes
akhir kemampuan shooting dalam permainan bola basket antara K1 dan K2 terdapat perbedaan yang
signifikan.
a.4 Perbedaan Persentase Peningkatan
Untuk mengetahui kelompok yang memiliki persentase peningkatan yang lebih baik, diadakan
perhitungan perbedaan persentase peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan
peningkatan kemampuan shooting bola basket dalam persen pada kelompok 1 dan 2 adalah :
Tabel 10. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan
Kemampuan Shooting Bola Basket Dalam Persen Pada K1 dan K2
Kelompok N Mean
Pretest
Mean
Posttest
Mean
Different
Persentase
Peningkatan
K1 15 4.400 6.667 2.267 51.515%
K2 15 4.533 7.133 2.600 57.353%
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan
shooting bola basket sebesar 51.515%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan
shooting bola basket sebesar 57.353%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 2
memiliki persentase peningkatan kemampuan shooting bola basket yang lebih besar dari pada
kelompok 1.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
Dari hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberi perlakuan diperoleh nilai t antara tes
awal pada K1 dan K2 sebesar 1.468, sedangkan ttabel sebesar 2.145. Ternyata t hitung yang diperoleh < t
dalam tabel, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian K1 dan K2 sebelum diberi perlakuan
dalam keadaan seimbang. Berarti apabila setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan yang diberikan
selama penelitian dan antara K1 dan K2 berangkat dari titik tolak kemampuan shooting yang sama.
Dari uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 1
diperoleh nilai t sebesar 14.789. Ternyata t hitung = 14.789 > t tabel 5% = 2.145, yang berarti hipotesis nol
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan
shooting bola basket yang signifikan. Yang berarti bahwa latihan shooting bola basket distributed
practice memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan shooting bola basket
Dari uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2
diperoleh nilai t sebesar 11.063. Ternyata t hitung = 11.063 > t tabel 5% = 2.145, yang berarti hipotesis nol
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan
shooting bola basket yang signifikan. Yang berarti bahwa latihan shooting bola basket massed practice
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan shooting bola basket
Dari uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes akhir pada K1 dan K2 diperoleh nilai t
sebesar 2.432 sedangkan nilai ttabel sebesar 2,145. Ternyata t yang diperoleh > t dalam tabel, yang berarti
hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil tes akhir pada K1 dan K2. Dalam penelitian ini K1 dan K2 diberikan perlakuan atau
treatment yang berbeda. Perbedaan perlakuan yang diberikan selama latihan, akan mendapatkan respon
yang berbeda pula dari subyek, sehingga dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pembentukan kemampuan pada subyek penelitian. Oleh karena itulah, maka kelompok yang diberikan
perlakuan latihan shooting dengan distributed practice dan massed practice memiliki pengaruh yang
berbeda terhadap peningkatan kemampuan shooting dalam permainan bola basket. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan bahwa, ada perbedaan pengaruh latihan shooting dengan distributed
practice dan massed practice terhadap kemampuan shooting dalam permainan bola basket pada siswa
putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar tahun 2009, dapat diterima kebenarannya.
Kelompok 1 memiliki nilai persentase peningkatan kemamapuan shooting bola basket sebesar
51.515%. Sedangkan kelompok 2 memiliki nilai persentase peningkatan kemamapuan shooting bola
basket sebesar 57.353%. Ternyata Kelompok 1 memiliki nilai persentase peningkatan kemamapuan
shooting bola basket lebih kecil dari pada kelompok 2.
Kelompok 1 ( kelompok yang mendapat perlakuan latihan shooting dengan distributed practice
), ternyata memiliki kemampuan shooting bola basket yang lebih kecil dari pada kelompok 2 (
kelompok yang mendapat perlakuan latihan shooting dengan massed practice ). Latihan shooting
dengan massed practice, dilakukan secara terus-menerus dengan istirahat yang relatif singkat. Hal ini
dapat memungkinkan pelaku untuk menguasai gerakan yang lebih cepat. Istirahat yang singkat,
memberikan fungsi short term memori bekerja optimal dalam prose belajar kemampuan. Short term
memori ini memberikan feedback kepada siswa, sehingga dapat memberikan perbaikan pada gerakan
berikutnya. Oleh karena itulah maka latihan shooting dengan massed practice dapat memberikan
pengaruh yang lebih baik dari pada latihan shooting dengan distributed pratice. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan bahwa, latihan shooting dengan massed practice memiliki hasil yang lebih
baik dari pada distributed practice terhadap kemampuan shooting bola basket pada siswa putra kelas II
SMA Negeri 1 Karanganyar tahun 2009, dapat diterima kebenarannya.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapatlah disimpukan
sebagai berikut :
1. Ada perbedaan yang signifikan antara latihan shooting dengan distributed practice dan massed
practice terhadap kemampuan shooting dalam permainan bolabasket pada siswa putra kelas II
SMA Negeri 1 Karanganyar tahun 2009. thitung = 2.432 > ttabel = 2,145.
2. Latihan shooting dengan massed practice (K2) memiliki pengaruh yang lebih baik daripada
latihan shooting dengan distributed practice (K1) terhadap kemampuan shooting dalam
permainan bolabasket pada siswa putra kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar tahun 2009.
Peningkatan kemampuan shooting bolabasket pada K1 51.515% < K2 57.353%.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa latihan shooting dengan massed practice
memiliki hasil yang lebih baik dari pada latihan kemampuan shooting bolabasket dengan distributed
practice dalam meningkatkan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket pada siswa putra
kelas II SMA Negeri 1 Karanganyar tahun 2009.
Implikasi yang ditimbulkan dari hasil penelitian ini adalah bahwa,
1. Tiap jenis latihan memiliki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan kemampuan shooting
bolabasket. Oleh karena itu dalam menyusun program latihan untuk mengembangkan
kemampuan shooting dalam permainan bolabasket, harus menggunakan latihan yang tepat
sesuai karakteristik siswa dan karakteristik jenis kemampuan yang dilatihkan.
2. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan
menentukan latihan bahwa, massed practice merupakan latihan yang tepat, khususnya untuk
meningkatkan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket.
3. Latihan shooting dengan massed practice memberikan pengaruh yang lebih tinggi dalam
meningkatkan kemampuan shooting bolabasket daripada latihan shooting dengan distributed
practice. Hal ini berarti bahwa latihan shooting dengan massed practice secara meyakinkan
memberikan pengaruh yang lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan teknik kemampuan
shooting dalam permainan bolabasket.
C. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka
kepada pengajar dan pembina olahraga khususnya di SMA Negeri 1 Karanganyar, disarankan hal-hal
sebagai berikut :
1. Latihan shooting dengan massed practice telah terbukti memiliki pengaruh yang efektif untk
meningkatkan kemampuan shooting bolabasket, sehingga disarankan agar dalam latihan
shooting pengajar dan pembina olahraga, menggunakan bentuk latihan ini.
2. Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan shooting bolabasket perlu diperbanyak dengan
memberikan latihan dengan sistem massed practice.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Kristiyanto. 1997. Belajar Gerak. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press.
A . Hamidsyah Noer. 1995. Ilmu Kepelatihan Lanjut. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press.
Dangsina Moeloek & Arjatmo Tjokronegoro. 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Frank Mc Guire. 1991. Bola Basket Taktik Menyerang & Teknik Bertahan. Semarang : Dahara Prize.
Hal Wissel. 1996. Bola Basket. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Harsono. 1988. Choaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Choaching. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjendikti.
Iwan Setiawan. 1985. Teori Belajar Mengajar Motorik. Jakarta : PIO KONI Pusat.
M. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang : Dahara
Prize.
Mulyono B. 1992. Tes dan Pengukuran Dalam Olahraga. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press.
Imam Sodikun. 1992. Tes dan Pengukuran. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Universitas Terbuka.
Pate R. , Clenaghan M.B. & Rotellla R. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan, Alih Bahasa Kasiyo
Dwijowinoto. Semarang : IKIP Semarang Press.
Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sadoso Sumosardjuno. 1994. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga. Jakarta : Gramedia.
Scmidt, R.A. 1988. Motor Control and Learning. Illinois : Human Kinetics Publishers, Inc.
Soebagio Hartoko. 1994. Teori dan Praktek Bola Basket. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Soekaman. 1987. Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta : Inti Idayu Press.
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung : Penerbit Tersito.
Sudjarwo. 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta : UNS.
Suharno HP. 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogjakarta : Yayasan Sekolah Tinggi Olahraga.
Suharsimi Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Bina Aksara.
Sutrisno Hadi. 1982. Statistik II. Yogjakarta : Andi Offset.
. 1995. Metodelogi Risutidid. Yogjakarta : Andi Offset.
Syaifuddin Aswar. 1997. Validitas dan Reabilitas. Bandung : ITB Press.
Nosseck. 1982. General theory of training. Pan African Press
Prusak, Keven A. 1960. Basketball fun & games. Illinois : Human Kinetics Publishers, Inc.