Upload
others
View
26
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PERBEDAAN KEMANDIRIAN SIKAP ANTARA ANAK SULUNG DAN
ANAK BUNGSU DI SMP NEGERI 2 KALIKAJAR
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling
untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ellyzia Vinidya Pangestika
132013017
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
2
3
4
5
6
7
8
PERBEDAAN KEMANDIRIAN SIKAP ANTARA ANAK
SULUNG DAN ANAK BUNGSU DI SMP NEGERI 2
KALIKAJAR
Ellyzia Vinidya Pangestika, Yari Dwikurnaningsih, dan Sapto Irawan.
Program Studi S1 Bimbingan dan Konseling
FKIP – Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi perbedaan
kemandirian antara anak sulung dan anak bungsu siswa SMP Negeri 2 Kalikajar.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian komparasi. Populasi dan sempel pada
penelitian ini berjumlah 60 siswa yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu 30
orang siswa berkedudukan anak sulung dan 30 siswa berkekudukan sebagai anak
bungsu, total populasi dan sempel 60 siswa. Teknik pengumpulan data
menggunakan skala sikap berdasarkan teori yang dipaparkan oleh Masrun 1986
(Sri Retno Pamungkas, 2006), dengan jumlah 42 item pernyataan. Teknik analisis
data menggunakan Mann Whitney melalui program SPSS for Windows Release
16.0. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh Asymp. Sig 2-tailed sebesar 0,012 <
0,050, dengan mean ranks kemandirian anak sulung adalah 36,15 dan mean rank
kemandirian anak bungsu 24,85. maka dapat diartikan bahwa anak sulung lebih
mandiri dibandingkan dengan anak bungsu hal ini ditunjukan dengan nilai
Asymp.sig, dan nilai mean rank, dengan demikian Hi diterima.
Kata kunci: Kemandirian. Urutan Kelahiran
PENDAHULUAN
Remaja dituntut untuk tidak selalu
tergantung pada orang tua atau orang
dewasa lainnya. Remaja dituntut
untuk hidup secara mandiri dan dapat
memilih serta mempersiapkan
dirinya. Steinberg (2002)
menyatakan kemandirian merupakan
kemampuan individu dalam
bertingkah laku, merasakan sesuatu,
dan mengambil suatu keputusan
berdasarkan kehendak sendiri.
Peningkatan tanggung jawab,
kemandirian, dan menurunnya
9
tingkat ketergantungan remaja
terhadap orang tua, adalah salah satu
tugas perkembangan yang harus
dipenuhi siswa pada periode remaja.
Sehingga ketika tidak adanya
kemandirian pada remaja akan
menghasilkan berbagai macam
problem perilaku, misalnya;
rendahnya harga diri, pemalu, tidak
punya motivasi sekolah, kebiasaan
belajar yang kurang baik, perasaan
tidak aman, dan kecemasan. Ada
banyak pilihan bagi mereka dan
hendaknya seorang remaja dapat
secara mandiri menentukan pilihan
tanpa menggantungkan diri pada
orang-orang disekitarnya untuk
menentukan pilihan yang akan
diambilnya, termasuk dalam
memenuhi kebutuhannya. Seorang
remaja berkesempatan melakukan
banyak hal tanpa harus selalu
tergantung pada orang-orang di
sekitarnya, termasuk orang tua
maupun teman sebaya. Mencapai
kemandirian merupakan salah satu
tugas perkembangan pada masa
remaja. Pencapaian kemandirian
sangatlah penting bagi remaja,
karena hal itu sebagai tanda
kesiapannya untuk memasuki fase
berikutnya dengan berbagai tuntutan
yang lebih beragam sebagai orang
yang lebih dewasa
Penelitian yang di laksanakan
oleh Kurnia Ayu Ningrum (2015)
yang berjudul “perbedaan
kemandirian antara anak sulung
dengan anak bungsu di SMP Negeri
11”, menguji secara empiris tentang
perbedaan kemandirian antara anak
sulung dengan anak bungsu di SMP
Negeri 11. Kemandirian merupakan
kebebasan individu untuk dapat
menjadi orang yang berdiri sendiri,
dapat membuat rencana untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang
serta bebas dari pengaruh orang tua.
Jumlah subjek penelitian yang ada
dalam penelitian adalah 100 orang,
yang terdiri dari 50 anak sulung.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa ada perbedaan kemandirian
antara anak sulung dengan anak
bungsu, dengan asumsi anak sulung
lebih mandiri daripada anak bungsu.
yang ditunjukkan oleh koefisien t =
8,433 dengan p < 0,05. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Putra,
Eldyka (2014) dengan judul
“Kemandirian Pada Remaja Ditinjau
10
Dari Urutan Kelahiran” penelitian
yang dilaksanakan menperoleh hasih
Subyek adalah 90 siswa SMP Maria
Goretti Semarang. Berdasarkan hasil
uji hipotesis pertama di dapat F =
1,401 (p> 0,05) yang berarti tidak ada
perbedaan kemandirian pada remaja
antara anak sulung, anak tengah, anak
bungsu.
Kedua penelitian ini memiliki
hasil yang berbeda dengan subjek
yang sama yaitu remaja pada
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Adanya hasil yang berbeda ini
membuat penulis tertarik untuk
meneliti kembali mengenai ada
tidaknya perbedaan yang signifikan
antara kemandirian anak sulung dan
anak bungsu.
Subjek yang akan diteliti oleh
penulis adalah remaja yang duduk
dibangku sekolah menengah pertama
lebih tepatnya siswa-siswi kelas IX,
karena karena pada remaja ini akan
diketahui tanda kesiapannya untuk
memasuki fase berikutnya dengan
berbagai tuntutan yang lebih
beragam sebagai orang yang lebih
mandiri. Hasil dari Pra penelitian
yang dilakukan oleh penulis pada
tanggal 2 Februari 2017, guru BK di
SMP Negeri 2 Kalikajar menyatakan
bahwa masih banyak siswa-siswi
yang belum sepenuhnya mandiri.
Guru BK menyatakan bahwa banyak
siswa yang masih menggantungkan
diri pada orang-orang di sekitarnya
untuk menentukan pilihan yang akan
diambilnya dalam arti lain siswa
masih banyak yang mencontek (tidak
dapat mengandalkan dirinya sendiri).
Siswa juga belum dapat berfikir
secara abstrak mengenai
permasalahan yang dihadapi. Bahkan
sering siswa tidak bisa menjaga
emosi didepan orang tua dan sesama
teman. Pendapat yang dinyatakan
oleh Guru BK di SMP Negeri 2 ini
merupakan masalah, gejala-gejala
kurangnya kemandirian yang ada.
Namun bila diperhatikan
pernyataan diatas memunculkan
pertanyaan tentang kemandirian anak
sulung dan anak bungsu. Benarkah
terdapat perbedaan kemandirian
antara anak sulung dan anak bungsu
? Benarkah anak sulung lebih
mandiri dari anak bungsu atau justru
sebaliknya? Untuk memperoleh
jawaban atas pertanyaan tersebut
diperlukan adanya penelitian terlebih
dahulu. Dengan berdasar pada uraian
11
tersebut penelitian ini disusun
dengan judul “Perbedaan
Kemandirian Sikap Antara Anak
Sulung dan Anak Bungsu Pada
Remaja di SMP Negeri 2 Kalikajar”.
LANDASAN TEORI
Kemandirian
Kemandirian sebagai
komponen keperibadian yang
mendorong individu untuk
mengarahkan dan mengatur
perilakunya sendiri dan
menyelesaikan masalahnya sendiri
tanpa bantuan dari orang lain
menurut Masrun 1989 ( dalamSri
Retno Pamungkas 2006) Menurut
Masrun, 1986 orang yang emiliki
kemandirian memungkinkan
seseorang tersebut untuk bertindak
bebas, melakukan sesuatu dengan
dorongannya sendiri untuk
kebutuhan dirinya sendiri, mengejar
prstasi, penuh ketekunan serta
berkeinginan untuk mengerjakan
sesuatu tanpa bantuan orang lain,
mampu berfikir kritis dan bertindan
secara optimal, kreatif, mampu
mengatasi masalah yang dihadapi,
mampu mengendalikan tidakan-
tindakannya, mampu mempengaruhi
lingkungan, mempunyai rasa
kepercayaan diri, menghargai
keadaan dirinya sendiri san
memperoleh kepuasan dari usahanya
(dalam Sri Retno Pamungkas 2006).
Asepek-aspek Kemandirian
Beberapa Aspek penting juga
dikemukakan oleh Masrun 1986 (Sri
Retno Pamungkas, 2006) Aspek-
aspek yang dikemukakan adalah :
a) Bebas Bertanggungjawab, ditunjukan
dengan adanya ciri-ciri : tindakan
yang dilakukan atas kehendaknya
sendiri bukan karena orang lain dan
tidak berganting pada orang lain.
b) Progresif atau Ulet ditunjukan
dengan ciri-ciri : usaha mengejar
prestasi, penuh ketekunan,
merencanakan serat mewujudkan
harapan-harapannya.
c) Inisiatif ditunjukan dengan ciri-ciri :
mampu berfikir dan bertindak secara
original, kreatif dan penuh inisiatif.
d) Pengendalian diri ditunjukan dengan
ciri-ciri : mempunyai perasaan
mampu mengatasi masalah yang
dihadapi, mampu mengendalikan
tindakan serta mampu
12
mempengaruhi lingkungan dan
mengenal diri sendiri.
e) Kemantapan diri, ditunjukan dengan
ciri-ciri : merasa percaya atas
kemampuan diri sendiri, dapat
menerima dan memperoleh
keputusan dari usaha sendiri.
Urutan kelahiran
Teori Adler tentang urutan
kelahiran tersebut kemudian dikenal
dengan istilah “Birth Order”, yaitu
posisi seseorang dalam keluarga
menurut urutan dia dilahirkan. Birth
Order atau Konsep Urutan
Kelahiran bukan didasarkan semata-
mata pada nomor urutan kelahiran
menurut diagram keluarga,
melainkan berdasarkan persepsi
psikologis yang terbentuk dari
pengalaman seseorang di masa
kecilnya, terutama sejak ia berusia
dua sampai lima tahun
(Hadibroto,2002).
Posisi/urutan kelahiran yang
berbeda dalam keluarganya setiap
anak mengembangkan gaya hidup
yang berbeda pula. Gaya hidup
tersebut membentuk kepribadian dan
pola perilaku yang berbeda pada
masa berikutnya baik pada masa
remaja maupun masa dewasa.
Hadibroto dkk (2000) menyatakan
bahwa hal tersebut disebabkan
kepribadian yang terbentuk menurut
urutan kelahiran tidak akan berubah
lagi dan berdampak pada setiap
bidang kehidupannya kelak.
Kecenderungan Perbedaan
Kemandirian Sikap Anak Sulung
dengan Anak Bungsu
Berikut ini ada beberapa
kecenderungan perbedaan yang dimiliki
oleh anak sulung dan anak bungsu yang
diungkapkan oleh Hurlock (1990) :
Anak Sulung.
a) Pada tahun-tahun pertama mendapat
curahan kasih sayang yang berlebih.
b) Cenderung lebih matang dalam
interaksisosial karena sering
berinteraksi dengan orang-orang
dewasa.
c) Cenderung mengikuti kehendak dan
tekanan kelompok, mudah
dipengaruhi untuk mengikuti
kehendak orang tua.
d) Cenderung lebih matang secara emosi
dan mau mengalah karena terkondisi
untuk mengalah pada adik-adiknya.
e) Cenderung lebih mampu
bertanggungjawab; terbiasa
bertanggung jawab atas adik-
13
adiknya (dalam menggantikan
peran orang tuanya).
f) Cenderung lebih mandiri (terbiasa
melakukan kegiatannya sendiri
tanpa bantuan orang lain)
g) Merasa tidak aman, takut tiba-tiba
kehilangan nasib baik, dan
pemarah
Anak Bungsu
a) Lebih lama mendapat curahan kasih
sayang secara berlebih tidak hanya
pada tahun pertama bahkan sampai ia
dewasa.
b) Cenderung kekanak-kanakan karena
selalu dimanjakan oleh orangtua dan
orangorang di sekitar.
c) Cenderung keras dan banyak menuntut
sebagai akibat kurang ketatnya disiplin
dan dimanjakan oleh anggota
keluarga.
d) Cenderung mudah emosi (menuntut
dan memaksa untuk mendapatkan
sesuatu
e) Cenderung kurang bertanggung
jawab; biasanya melimpahkan
tanggungjawab pada orang-orang
disekitarnya atau diambil alih
tanggung jawabnya.
f) Cenderung kurang mandiri,
karena sering dibantu oleh orang
lain.
g) Merasa inferior dengan siapa saja,
tergantung pada orang lain, dan
mengembangkan gaya hidup manja.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis
penelitian komparasi. Penelitian
komparasi adalah penelitian yang
berusaha untuk menemukan
persamaan dan perbedaan tentang
benda, orang, prosedur kerja, ide,
dan kritik terhadap orang atau
kelompok. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa penelitian
komparasi adalah penelitian yang
ingin membandingkan dua atau tiga
kejadian dengan melihat
penyebabnya (Sudijono, 2000). Ada
pun dalam penelitian ini yang dicari
adalah perbedaan kemandirian sikap
antara anak sulung dengan anak
bungsu.
Populasi dan Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive
proporsional random sampling,
karena dalam pengambilan sampel
14
dipilih remaja dengan kedudukan
anak sulung dan anak bungsu,
sedangkan populasi penelitian ini
adalah siswa-siswi kelas IX SMP
Negeri 2 kalikajar. Peneliti memilih
siswa kelas IX karena pada rentan usia
12 sampai 15 tahun Pada usia ini atau
masa ini siswa berada pada masa
remaja awal di mana siswa sedang
mengembangkan jati diri dan sedang
melalui proses pencarian identitas
diri. Sehubungan dengan itu pula rasa
tanggungjawab dan kemandirian
mengalami proses pertumbuhan.
Berikut ini merupakan daftar jumlah
siswa yang berkedudukan sebagai
anak sulung dan anak bungsu:
kelas
Jumla
h
anak
kedudukan persentas
e sulun
g
bungs
u
IX A 8 5 3 13,3%
IX B 13 5 8 21,6%
IX C 10 6 4 16,6%
IX D 9 3 6 15%
IX E 9 4 5 15%
IX F 11 7 4 18,3%
Tota
l 60
30 30 100%
Variabel Penelitian
a. Variabel penelitian yang dalam
penelitian ini adalah: Variabel
bebas (X): Urutan Kelahiran
b. Variabel terikat (Y): Kemandirian
sikap
Teknik Pengumpulan Data
Jenis skala yang digunakan untuk
mengukur kemandirian pada
remaja ini adalah skala Skala Likert
dengan alternatif jawaban SS, S,
AS, KS, TS, STS. Skala ini dibuat
berdasarkan aspek kemandirian
yang dipaparkan oleh Masrun 1986
(Sri Retno Pamungkas, 2006).
Responden diminta untuk memilih
pernyataan yang sesuai dengan
dirinya. Skala ini di kembangakan
dari skripsi yang di tulis oleh Sri
Retno Pamungkas, (2006).
Uji Instrumen
Peneliti melakukan uji
instrumen pada hari Kamis tanggal
17 juli 2017 di dusun Kacepit desa
Wulungsari Wonosobo yang
secarara acak dipilih responden
yang berkedudukan anak sulung
dan anak bungsu sebanyak 30
responden.
Teknik Analisis Data
Analisis data digunakan
untuk mendeskripsikan dan
menguji analisis komparasi:
15
“Perbedaan Sikap Kemandirian
antara Anak Sulung Dan Bungsu
Pada Remaja SMP 2 Kalikajar”
menggunakan analisis Mann-
Whitney Test yang merupakan alat
uji statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis komparatif (uji
beda) bila data penelitian berskala
ordinal. Sedangkan pengolahan
data dalam penelitian ini
menggunakan bantuan program
SPSS release 16.00 for windows
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sekolah dan
Subjek Penelitian
SMP Negeri 2 Kalikajar
adalah Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri yang berlokasi di
Propinsi Jawa Tengah Kabupaten
Kab. Wonosobo dengan alamat
Dusun Perboto, Kalikajar Desa
Mungkung Kec. Kalikajar. Jumlah
siswa yang bersekolah di SMP negeri
2 Kalikajar yaitu : Siswa Laki-laki
berjumlah sekitar 219 dan Siswa
Perempuan berjumlah 191 orang.
Sedangkan jumlah pengajar yang ada
adalah 27 orang. Siswa-siswi yang
bersekolah di SMP negeri 2
Kalikajar berasal dari desa-desa
terdekat. Subjek penelitian ini adalah
siswa siswi kelas IX SMP Negeri 2
Kalikajar Wonosobo yang
berkedudukan sebagai anak sulung
dan anak bungsu
Hasil Analisis Deskriptif
Total item pada instrumen
yang digunakan oleh peneliti
berjumlah 42 item dengan pilihan
jawaban SS (sangat sesuai), S
(sesuai), AS (agak sesuai), KS
(kurang sesuai), tidak sesuai (TS),
sangat tidak setuju (STS). Untuk
mengetahui tinggi rendahnya
pengukuran dari variabel
Kemandirian maka penulis
mengelompokan menjadi 4
kategori:
Inter
val
Kateg
ori
Sulung Bungsu
f persent
ase
f persent
ase
199 – 252
Sangat
Tinggi
7 23,3% 2 6,6%
147-
198
Tingg
i
9 30% 3 10%
94 –
146
Renda
h
1
2
40% 1
6
53,3%
42 –
93
Sanga
t
Rendah
2 6,6% 9 30%
Total jumlah
siswa
30 30
16
Hasil Analisis Komparasi
Analisis komparasi
menggunakan teknik analisis Mann-
Whitney Test. dengan menggunakan
bantuan program SPSS For Windows
release 16.0 yang dapat dilihat pada
tabel (uji komparasi) yang sebagai
berikut :
Uji Komparasi
Ranks
kedudukan N
Mean Rank
Sum of Ranks
kemandirian sulung 30 36.15 1084.50
bungsu 30 24.85 745.50
Total 60
Test Statisticsa
kemandirian
Mann-Whitney U 280.500
Wilcoxon W 745.500
Z -2.508
Asymp. Sig. (2-tailed) .012
a. Grouping Variable: kedudukan
Berdasarkan tabel 4.4 hasil analisis
data dengan bantuan SPSS For
Windows release 16.0 diketahui
nilai Asymp.Sig.(2-tailed) adalah
0,012. Jadi dari hasil analisis
tersebut ditunjukan bahwa jika nilai
Asymp.Sig(2-tailed) = 0,012 <
0,050, dengan mean ranks
kemandirian anak sulung adalah
36,15 dan mean rank kemandirian
anak bungsu 24,85. maka dapat
diartikan bahwa anak sulung lebih
mandiri dibandingkan dengan anak
bungsu hal ini ditunjukan dengan
nilai Asymp.sig, dan nilai mean
rank yang ditunjukan pada tabel
diatas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa “ada perbedaan
kemandirian yang signifikan antara
siswa yang berkedudukan sebagai
anak sulung dan siswa yang
berkedudukan sebagai anak
bungsu”
Uji Hipotesis
Hipotesis yang dibuat oleh
penulis adalah “Ada perbedaan sikap
kemandirian yang signifikan antara anak
sulung dengan anak bungsu” sementara
pada hasil analisis diperoleh sig = 0,012
< 0,050 yang memiliki arti ”ada
perbedaan kemandirian sikap yang
signifikan antara anak sulung dengan
anak bungsu”. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ”ada perbedaan
kemandirian pada antara anak yang
berkedudukan sebagai anak sulung dan
siswa yang berkedudukan sebagai anak
17
bungsu”. Maka dapat dinyatakan bahwa
hipotesis DITERIMA.
Pembahasan
Berdasar analisis komparasi
menggunakan teknik analisis Mann-
Whitney Test. dengan menggunakan
bantuan program SPSS For Windows
release 16.0 hasil analisis diperoleh
sig = 0,012 < 0,050, dan dengan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa
“ada perbedaan kemandirian pada
antara anak yang berkedudukan
sebagai anak sulung dan siswa yang
berkedudukan sebagai anak bungsu”.
Hal tersebut seturut pendapat
(Hurlock (1990) tentang
kecenderungan perbedaan
kemandirian anak sulung dengan
anak bungsu, yang menyatakan
bahwa anak sulung cenderung lebih
mandiri, sedangkan anak bungsu
cenderung kurang mandiri, karena
sering dibantu orang lain dalam
melakukan suatu kegiatan. Perbedaan
kemandirian anak sulung dan anak
bungsu ini juga dapat dipengaruhi
oleh kebudayaan maupun sikap
orangtua dalam memperlakukan
anak. Setiap budaya seorang anak
mengalami tekanan untuk
mengembangkan suatu pola
kepribadian yang sesuai dengan
standar yang ditentukan budayanya.
adanya perbedaan kemandirian juga
bisa karena terdapat sesuatu
kekurangan dalam salah satu faktor
pembentuk yang dapat
mengakibatkan rendahnya
kemandirian individu. Faktor
tersebut mungkin bisa berasal dari
pola hubungan yang kurang
harmonis dengan orang tua, pola
hubungan yang kurang baik dengan
teman sebaya, atau faktor yang
lainya. Hal ini seturut dengan apa
yang di ungkapkan oleh Steinberg
(2002) menyatakan kemandirian
merupakan kemampuan individu
dalam bertingkah laku, merasakan
sesuatu, dan mengambil suatu
keputusan berdasarkan kehendak
sendiri. Peningkatan tanggung jawab,
kemandirian, dan menurunnya
tingkat ketergantungan remaja
terhadap orang tua. Kemandirian
adalah salah satu tugas
perkembangan yang harus dipenuhi
siswa pada periode remaja, jadi
pencapaian kemandirian tersebut
sangat penting bagi remaja, karena
hal tersebut dapat menjadi tanda
18
kesiapannya untuk memasuki fase
berikutnya dengan berbagai tuntutan
yang lebih beragam sebagai orang
dewasa.
Penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kurnia Ayu Ningrum (2015)
yang mengemukakan hasil
penelitiannya. Diketahui bahwa ada
perbedaan kemandirian antara anak
sulung dengan anak bungsu, dengan
asumsi anak sulung lebih mandiri
daripada anak bungsu. yang
ditunjukkan oleh koefisien t = 8,433
dengan p < 0,05. Akan tetapi
penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh.
Putra, Eldyka (2014) dengan judul
“Kemandirian Pada Remaja Ditinjau
Dari Urutan Kelahiran” Subyek
adalah 90 siswa SMP Maria Goretti
Semarang. Alat ukur yang digunakan
adalah skala kemandirian. Metode
analisis data yang digunakan adalah
adalah teknik anava satu jalur.
Berdasarkan hasil uji hipotesis
pertama di dapat F = 1,401 (p> 0,05)
yang berarti tidak ada perbedaan
kemandirian pada remaja antara anak
sulung, anak bungsu. Dalam
penelitian ini juga menggunakan
subjek yang sama yaitu individu
yang berstatus kedudukan anak
sulung dan bungsu yang berada pada
bangku SMP, dengan kisaran umur
12-15 tahun. Penelitian yang
dilakukan oleh penulis berbeda
dengan penelitian yang dilakukan
oleh. Putra, Eldyka karena jumlah
populasi yang diambil oleh peneliti
berbeda, metode analisid data,
penulis menggunakan analisis
komparasi menggunakan teknik
analisis Mann-Whitney Test. dengan
menggunakan bantuan program SPSS
For Windows release 16.0 sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Putra,
Eldyka menggunakan analisis data
yang digunakan adalah adalah teknik
anava satu jalur, selain itu teori dan
skala yang digunakan juga berbeda.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat di simpulkan
bahwa “ada perbedaan yang
signifikan kemandirian antara anak
sulung dan anak bungsu di SMP 2
Kalikajar”. Hal ini dibuktikan
dengan perolehan hasil analisis
19
dengan Mann-Whitney Test
Asymp.Sig(2-tailed) sebesar 0,012 <
0,050 dengan mean rank anak sulung
36,15 dan anak bungsu 24,85.
Dengan demikian Hi diterima,
sehingga terdapat perbedaan yang
signifikan antara sikap kemandirian
anak sulung dan anak bungsu.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilaksanakan oleh peneliti
di SMP Negeri 2 Kalikajar, maka
peneliti akan memaparkan beberapa
saran yang sebagai berikut :
Bagi Siswa-Siswi SMP Negeri 2
Kalikajar
Hasil penelitian menunjukan
bahwa ada perbedaan kemandirian
yang signifikan antara anak sulung
dan anak bungsu. Jadi saran untuk
para siswa dan siswi yang
berkedudukan sebagai anak sulung
dan anak bungsu di SMP Negeri 2
Kalikajar adalah untuk lebih belajar
mandiri. Meningkatkkan
kemandirian pada masing-masing
individu (kemandirian emosi,
perilaku, dan nilai.), karena subjek
memiliki tingkat kemandirian yang
berbeda-beda.
Bagi Guru
Pencapaian kemandirian
tersebut sangat penting bagi siswa-
siswi, karena kemandirian adalah
tanda kesiapan siswa-siswi untuk
memasuki fase berikutnya dengan
berbagai tuntutan yang lebih
beragam sebagai orang dewasa.
Maka peneliti menyarankan agar
setiap Guru di SMP Negeri 2
Kalikajar, Wonosobo dapat
berperan aktif untuk meningkatkan
kemandirian siswa-siswi. Seperti
merencanakan pembelajaran yang
bersifat mandiri.
Bagi Guru BK
Penelitian ini diharapkan
mampu menjadi tambahan informasi
dalam menjalankan tugasnya sebagai
guru Bimbingan dan konseling,
selain itu dengan penelitian ini Guru
BK diharapkan dapat
mengembangkan program layanan
tentang kemandirian dengan teknik-
teknik yang dikuasai oleh guru BK.
Bagi Peneliti Selanjutnya
20
Berdasarkan hasil penelitian ini
diharapkan untuk peneliti selanjutnya
dapat menggali lebih banyak lagi
mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian yang
dimiliki remaja saat ini. Karena
kemandirian merupakan hal yang
sangat penting bagi remaja untuk
melanjutkan kekehidupan
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1978.
Penelitian Kependidikan
Prosedur dan Strategi.
Bandung: Angkasa
Arikunto,Suharsimi. 1996.
Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
BAzwar, Saefudin. 2000.
Penyusunan Skala
Psikologi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
B Simandjuntak & L Pasaribu.
1984. Pengantar Psikologi
Perkembangan. Bandung:
Tarsito.
Basri, Hasan. 2000. Remaja
Berkualitas. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Gea, Antonius Atosokhi dkk.
2002. Relasi dengan Diri
Sendiri. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Hadibroto, Iwan dkk. 2002.
Misteri Perilaku Anak
Sulung, Tengah, Bungsu,
dan Tunggal.
Hurlock.(1980). Psikologi
Perkembangan.
Erlangga:Jakarta.
Kurnia, Ayu, I 2015 “Perbedaan
Kemandirian Antara Anak
Sulung Dengan Anak
Bungsu Di Smp Negeri
11”. Skripsi, Medan:
Universitas Medan Area.
Lie, Anita & Prasasti, Sarah.
2004. 101 Cara Membina
Kemandirian dan
Tanggung Jawab Anak.
Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Partowisastro, Koestoer. 1983.
Dinamika Psikologi Sosial.
Jakarta: Erlangga.
Prawironoto, Hartati dkk. 1994.
Pembentukan Budaya
dalam Lingkungan
Keluarga didaerah Jawa
Tengah. Jateng:
Depdikbud Dirjen
Kebudayaan.
Putra, Eldyka. 2014. ”
Kemandirian Pada
Remaja Ditinjau Dari
21
Urutan Kelahiran”.
Skripsi. Semarang :
Universitas Katolik
Soegijapranata.
Sri Retno pamungkas. 2006.
“Kemandirian Pada
Remaja Ditinjau Dari
Urutan Kelahiran”.
Skripsi. Salatiga:
Universitas Kristen Satya
Wacana.
Steinberg. (2002).
Adolescence.6th Ed. USA:
McGraw Hill Higher
Education
Sudijono, Anas. 2000 Pengantar
statistik pendidikan: Jakarta
Raja Grafindo Persada
.