25
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB KOTA JAMBI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Langgulung Kesehatan mental sebagai salah satu bidang psikologi, yang merupakan gabungan semua fungsi-fungsi psikologi yang dikerjakan manusia. Dengan bekal mental atau kecerdasan yang memadai, dinamika hidup menjadi lebih indah dan harmonis sebab melalui kecerdasan mental manusia dapat merencanakan atau memikirkan hal-hal yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Kesehatan mental yang normal sangat berkaitan erat dengan proses tumbuh kembang seseorang dengan suasana-suasana dan pengalaman yang telah dilaluinya dalam masa pertumbuhan tersebut. Menurut Nursalam Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai tahap tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian adalah pada masa anak-anak. Oleh karena itu, upaya untuk mengoptimalkan perkembangan dan kemandirian anak adalah sangat penting. Pencapaian suatu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pada anak berbeda-beda dan anak perlu dibimbing dengan akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak tidak mengalami kebingungan. Menurut Soetjiningsih Penyakit retardasi mental merupakan penyakit gangguan mental dimana fungsi intelegensi yang rendah, disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan gejalanya

Hubungan Peran Orang Tua Dgn Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hiper

Citation preview

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB KOTA JAMBI

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar BelakangMenurut Langgulung Kesehatan mental sebagai salah satu bidang psikologi, yang merupakan gabungan semua fungsi-fungsi psikologi yang dikerjakan manusia. Dengan bekal mental atau kecerdasan yang memadai, dinamika hidup menjadi lebih indah dan harmonis sebab melalui kecerdasan mental manusia dapat merencanakan atau memikirkan hal-hal yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Kesehatan mental yang normal sangat berkaitan erat dengan proses tumbuh kembang seseorang dengan suasana-suasana dan pengalaman yang telah dilaluinya dalam masa pertumbuhan tersebut.Menurut Nursalam Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai tahap tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian adalah pada masa anak-anak. Oleh karena itu, upaya untuk mengoptimalkan perkembangan dan kemandirian anak adalah sangat penting. Pencapaian suatu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pada anak berbeda-beda dan anak perlu dibimbing dengan akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak tidak mengalami kebingungan.Menurut Soetjiningsih Penyakit retardasi mental merupakan penyakit gangguan mental dimana fungsi intelegensi yang rendah, disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Dimana, fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ (Intelegence Quotient).Apabila IQ di bawah 70, maka anak dinyatakan mengalami retardasi mental. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan ingatannya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi pada tahun 2007 jumlah penderita retardasi mental semua umur sebanyak 42 orang (53,85%). Dan jumlah penderita retardasi mental pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 29 orang (37,18%), kemudian pada tahun 2009 terjadi penurunan yang sangat drastis pada penderita penyakit retardasi mental yaitu tercatat sebanyak 7 orang (8,7%).Keluarga merupakan tempat tumbuh kembang seorang individu, maka keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas dari individu yang terbentuk dari norma yang dianut dalam keluarga sebagai patokan berperilaku setiap hari. Lingkungan keluarga secara langsung berpengaruh dalam mendidik seorang anak karena pada saat lahir dan untuk masa berikutnya yang cukup panjang anak memerlukan bantuan dari keluarga dan orang lain untuk melangsungkan hidupnya. Keluarga yang mempunyai anak cacat akan memberikan suatu perlindungan yang berlebihan pada anaknya sehingga anak mendapat kesempatan yang terbatas untuk mendapatkan pengalaman sesuai dengan tingkat perkembangannya(Grahacendikia, 2009).Orang tua dan anak yang menderita retardasi mental sangat berperan dalam melatih dan mendidik dalam proses perkembangannya. Tanggung jawab dan peran orang tua sangat penting terhadap anak yang mengalami gangguan kesehatan mental khususnya retardasi mental untuk membantu mengembangkan perilaku adaptif sosial yaitu kemampuan untuk mandiri, maka dari itu orang tua harus mengetahui cara yang paling efektif digunakan untuk mendidik dan membentuk kemandirian anak. Dimana potensi intelektualnya bisa tumbuh dengan baik dan mampu menghadapi kehidupan yang realistik dan objektif (Langgulung)Perkembangan kemandirian individu sesungguhnya merupakan perkembangan hakikat manusia. Atas dasar kelemahan yang melekat pada pandangan yang yang berpusat pada masyarakat maka kemandirian perlu di pahami. Proses ini mengimplikasikan bahwa manusia berhak memberikan makna terhadap dasar proses mengalami sebagai konsekwensi dari perkembanganberpikir dan penyesuaian kehendaknya. Kemandirian juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu gen atau keturunan orang tua, sistem pendidikan sekolah, sistem kehidupan dimasyarakat serta peran orang tua dimana didalamnya terdapat kebutuhan asuh, asih dan asah. Dengan demikian kemandirian yang dimiliki adalah kemandirian yang utuh

Berdasarkan masalah di atas peneliti tertarik untuk mengetahui Hubungan Peran Orang Tua Terhadap Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental Di SLB KOTA JAMBI

B.Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada Hubungan Peran Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental di SLB KOTA JAMBIC.Tujuan PenelitianUntuk mengetahui Hubungan Peran Orang Tua Terhadap Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental di SLB KOTA JAMBID. Manfaat Penelitian1.Bagi Dinas Kesehatan Kota JambiSebagai masukan dan informasi untuk meningkatkan perencanaan program yang lebih baik pada Dinas Kesehatan tentanghubungan peran orang tua terhadap tingkat kemandirian anak retardasi mental dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.2.Bagi SLB KOTA JAMBISebagai masukan dan informasi bagi guru atau pengajar untuk mengetahui hubungan peran orang tua terhadap tingkat kemandirian anak retardasi mental. Sehingga dapat menyusun langkah-langkah, perencanaan dan program sistem pendidikan khususnya anak retardasi mental.3.Bagi Institusi PendidikanSebagai bahan masukan acuan bagi mahasiswa selanjutnya dalam melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda.4.Bagi PenelitiPenelitian ini dilakukan sebagai langkah awal bagi peneliti untuk menerapkan ilmu-ilmu teoritis yang diperoleh dari materi perkuliahan kedalam praktek kerja lapangan serta untuk pengembangan diri danmenambah wawasan peneliti sehingga dapat meningkatkan ilmu pengetahuan.E. Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini dilakukan di SLB KOTA JAMBI Penelitian ini adalah penelitian metode analitik koleratif dengan desainCross sectiona.Penelitian inibertujuan untuk mengetahui hubungan peran orang tua terhadap tingkat kemandirian anak Retardasi Mental Untuk membatasi terlalu luasnya pembahasan penelitian ini, maka dibatasi untuk melihat hubungan antara peran orang tua (Variabel Independent) terhadap tingkat kemandirian anak Retardasi Mental (Variabel Dependent)d SLB KOTA JAMBI Populasi penelitian ini adalah semua orang tua yang memiliki anak Retardasi Mental di SLB KOTA JAMBI Dimana cara pengambilan sampeldengan tehnikTotal Sampling.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Retardasi Mental1.PengertianPenderita Retardasi Mental memiliki kemampuan fungsi intelektual di bawah rerata dan mengalami gangguan keterampilan adaptif pada anak yang berumur kurang dari 18 tahun.keadaan ini dapat disebabkan oleh factor genetic,lingkungan,psikososial,atau gabungan dari ketiganya.Menurut definisi dari Diagnostic dan Statistcal Manual of Mental Disorder (DSM IV)Retardasi mental merupakan kondisi bila fungsi intelektual secara bermaka berada di bawah rerata yang menyebabkan atau berhubungan dengan gangguan pada perilaku adaftif dan bermanifestasi selama periode perkembangan,yaitu sebelum umur 18 tahun.(DSM IV dalam D.pusponegoro : 122 )Menurut Hidayat Retardasi mental bukan merupakan suatu penyakit akan tetapilebih pada suatu proses terhambatnya perkembangan mental (hidayat 2004 dalam jurnal maulana dan sutatminingsih

2.EtiologiMenurut Mohammad Ali (2006: 91) etiologi terjadinya retardasi mental pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya yaitu di bawah sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lain (faktor eksogen).Sedangkan menurut Galih A (2008: 28) adapun beberapa faktor penyebab dari retardasi mental itu sendiri adalah:a.Keturunan1)Kromosom abnormalitas2)Kretinisme3)Adanya kerusakan kromosomb.Masa kelahiran1)Infeksi2)Kelahiran premature3)Kelahiran anoxiac.Masa setelah lahir dan masa kanak-kanak1)Penyakit (hydrocepalus)2)Keracunan (carbonmonoxida)

3.KlasifikasiMenurut Galih A Veskarisyanti (2008: 29) klasifikasi retardasi mental ada beberapa macam yaitu:

a.Retardasi Mental Ringan (Mild Mental Retardation)1)IQ 52 672)Karakteristik:a) Tidak memperlihatkan kelainan fisikb) Agak mengalami keterlambatan dalam belajarc) Mampu mandiri (mandi, makan, berpakaian)d) Mengalami kesulitan dalam pelajaran sekolahb.Retardasi Mental Sedang (Moderate Mental Retardation)1)IQ 36 512)Pada masa ini anak dapat diajarkan lewat program training keterampilan social3)Karakteristik:a) Termasuk mampu latih untuk melakukan keterampilanb) Terkadang menampakkan kelainan fisik berupa gejala bawaanc) Lambat dalam pengembangan pemahaman penggunaan bahasad) Ada yang agresif dan sikap bermusuh terhadap yang belum kenalc.Retardasi Mental Berat (Severe Mental Retardation)1)IQ 20 352)Anak pada kondisi inimengalami kecacatan yang cukup membutuhkan perawatan khusus3)Karakteristik:a) Menunjukkan banyak masalah terkadang ada yang bisa berkomunikasi, tetapi juga ada yang sama sekali tidak bisa berkomunikasib) Mengalami gangguan bicarac) Tidak mampu mengurus diri sendirid.Redardasi Mental Sangat Berat (Profound Mental Retardation)1)IQ dibawah 202)Karakteristik:a) Menampakkan kelainan fisik yang nyatab) Mengalami gangguan serius pada fungsi psikomotorikc) Penyesuaian diri sangat kurangd) Selalu butuh pengawasandan bantuane) Pemahaman dan penggunaan bahasa yang sangat terbatase.Severity Unspesified MRadalah mereka yang memiliki gangguan MR namun karena keparahanyang dimiliki, tidak dapat dilakukan tes terhadapnya.Menurut Soetjiningsih (2000: 192) intelegensi dapat di klasifikasi berdasarkan nilai IQ-nya sebagai berikut:

Table 2.1Klasifikasi Retardasi MentalKlasifikasiNilai IQ

Sangat superiorSuperiorDiatas rata-rataRata-rataDibawah rata-rataRetardasi mental borderlineRetardasi mental ringanRetardasi mental sedangRetardasi mental beratRetardasi mental sangat berat130 atau lebih120 - 129110 - 12990 - 11080 - 8970 - 7952 - 6936 - 5120 - 35Dibawah 20

Sumber: Swaiman (1989)

4.Tanda dan Gejalaa.Mengalami keterlambatan perkembangan kognitifb.Mengalami keterlambatan perkembangan motorikc.Keterampilan komunikasi sangat terbatasd.Keterlambatan dalam kemampuan mengontrol dirie.Canggung dalam mengadakan interaksi socialf.Tingkat intelegensi rendahg.Perubahan fisik abnormal (mikrosefali, sindrom down)h.Wajah hypertelorismei.Ekpresi wajah tumpul

5.Penatalaksanaan Perawatan Terhadap Anak Retardasi MentalMenurut Arif Mansjoer (2001: 226) bagian-bagian paling penting dari pengobatan retardasi mental adalah sebagai berikut:a.Pencegahan primerPencegahan primer adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi yang dapat menyebabkan gangguan.Tindakan tersebut termasuk pendidikan untuk meningkatkatkan pengetahuan dan masyarakat umum. Usaha terus-menerus dari professional bidang kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui kebijakan kesehatan masyarakat, aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan anak yang optimal.Konseling keluarga dan genetik dapat membantu.b.Pencegahan sekunderTujuan pencegahan sekunder adalah untuk mempersingkat perjalanan penyakit. Dalam pelaksanaanya meliputi intervensi farmakologis.c.Pencegahan tersierPencegahan tersier bertujuan untuk menekan kecacatan yang terjadi, dimana pelaksanaannya dapat dilakukan bersamaan dengan pencegahan sekunder yang terdiri dari pendidikan untuk anak, terapi prilaku, kognitif, pendidikan keluargadan psikodinamika. Pendidikan untuk anak harus merupakan program yang lengkap dan mencakup latihan keterampilan adaptif dan social.6.Pemeriksaan PenunjangBeberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderitaretardasi mental, yaitu (Shonkoff JP, 1992):a.Kromosomal kariotipe1)Terdapat kelainan fisik yang tidak khas2)Anamnesis ibu terancam zat-zat teratogen3)Ganitalia abnormalb.EEG (Electro Ensefalogram)1)Gejala kejang yang dicurigai2)Kesulitan mengerti bahasa yang beratc.CT(Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)1)Kejang local2)Tuberous sklerisis3)Pembesaran kepala yang progresif4)Dicurigai adanya tumor intrakraniald.Titer virus untuk infeksi congenital1)Mikroptalmia2)Mikrosefali3)Chorioretinitis4)Klasifikasi intracranial5)Neonatal hepatosplenomegali

e.Serum asam urat (Uric acid serum)1)Gout2)Sering mengamuk3)Choreoatetosisf.Laktat dan pirupat darah1)Asidosis metabolic2)Kejang mioklonik3)Ataksia4)Opthalmoplegia5)Kejang dini dan hipotonia6)Kelemahan yang progresif7)Episode seperti stroke yang berulang

B.Konsep Kemandirian1.PengertianKata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapat imbuhan yang kemudian membentuk suatu kata sifat.Dalam bahasa sehari-hari anak mandiri sering dikonotasikan dengan anak yang mampu makan sendiri atau mandi sendiri. Sebaliknya, anak yang tidak mandiri berarti anak yang segala aktivitasnya semua harus dilayani oleh lingkungannya (Mohammad Ali, 2008: 109).

Menurut Deborah K. Parker (2006: 226) kemandirian (self- relience) merupakan kemampuan untuk mengola semua miliknya sendiri, dan mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian berhubungan dengan tugas dan ketrampilan bagaimana mengerjakan sesuatu, bagaimana mencapai sesuatu atau bagaimana mengola sesuatu.Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak yang mandiri adalah anak yang diberi kesempatan untuk menerima dan menjadi dirinya sendiri. Orang tua yang memperlakukan anak-anak menurut kekhasan mereka masing-masing adalah orang tua yang belajar bersikap positif menghadapi berbagai perbedaan karakter ataupun penampilan anak.

2.Tingkat KemandirianMenurut Mohammad Ali (2008: 117) tingkat kemandirian terdiri dari:a.MandiriAnak yang mampu memenuhikebutuhanya, baik kebutuhan naluri maupun kebutuhan fisik oleh dirinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lainb.Ketergantungan Ringan1)Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri2)Makan dan minum dilakukan sendiri3)Kegiatan dengan pengawasan4)Status psikologi stabilc.Ketergantungan Sedang1)Kebersihan diri dibantu2)Makan dan minum dibantu3)Kegiatan di bantu tapi tidak keseluruhand.Ketergantungan BeratSemua kebutuhan anak dibantu

3.Beberapa Hal yang Dapat Membentuk Kemandirian Anaka.Rasa Percaya DiriRasa percaya diri terbentuk ketika anak diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu hal yang ia mampu kerjakan sendiri. Hal terbesar yang dapat menghambat rasa percaya diri anak adalah ketakutan dan kekhawatiran orang tua. Perasaan tersebut dapat membuat orang tua cenderung untuk selalu menangani pekerjaan yang sebenarnya dapat dilakukan anak sendiri.b.KebiasaanSalah satu peranan orang tua dalam kehidupan sehari-hari adalah membentuk kebiasaan. Kalau anak sudah terbiasadimanja dan selalu dilayani, anak akan menjadi ketergantungan dengan orang lain. Tapi, jika anak sudah dibiasakan untuk mandiri tapi tetap dengan pengawasan dapat meningkatkan pribadi yang mandiri pada anak tersebut.c.DisiplinKemandirian berkaitan erat sekali dengan disiplin, sebelum seseorang anak dapat mendisiplinkan dirinya sendiri. Anak terlebih dahulu harus disiplin oleh orang tuanya. Syarat utama dalam hal ini adalah pengawasan dan bimbingan yang konsisten dan konsekuen dari orang tua.d.Membangun Komunikasi Anak Dengan TuhanOrang tua yang mendidik anak dalam kehidupan religius yang kuat sejak masa anak-anak adalah orang tua yang bijaksana mengantarkan anaknya pada suatu landasan yang teguh. Sebab pada situasi ketika anak jauh dari orang tua atau ketika anak harus menjawab sendiri perubahan-perubahan dalam hidup yang tidak selalu dapat segera diatasinya, ia akan selau menemukan rasa aman dalam hubungan spiritual yang kokoh.e.LatihanLatihan keterampilan praktis, disiplin dan tanggung jawab dalam berbagai sektor kehidupan akan menolong anak merasa aman dengan dirinya. Orang tua pada umumnya lebih banyak memberi waktu dan perhatian awal kepada anak dimasa pertumbuhan. Misalkan, biarkan anak-anak mengerjakan hal-hal yang menjadi tanggung jawab di rumah.

f.Melatih Anak Untuk Mengambil KeputusanLatihan anak untuk mengambil keputusan terhadap hal-hal tertentu dalam kehidupan dan melatih sikap menghadapi kekecewaan dan penolakan yang biasa saja terjadi akibat keputusan tersebut.g.Jangan Memindahkan Kecemasan Dan Rasa bersalahSebagai orang tua jangan memindahkan kecemasan dan rasa bersalah dengan menutup kesempatan anak untuk bersosialisasi. Kadang-kadang dalam ketakutan orang tua menjadi berlebihan dalam memberi fasilitas perlindungan kepada anak sehingga membuat anak menjadi resah (Deborak K. Parker.2006: 157).

4.Faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirianMenurut Mohammad Ali (2008: 118) bahwa ada sejumlah faktor yang sering disebut sebagai korelat bagi perkembangan kemandirian, yaitu sebagai berikut:a.Gen atau Keturunan orang tuaOrang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun, masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya yang menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.

b.Peran Orang TuaPeran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan orang lain terhadap seseorang sesua kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil, sementara untuk posisi tersebut merupakan identifikasi dari status tentang seseorang dalam suatu sistem social dan merupakan perwujudan aktualisasi diri. Peran juga dapat diartika sebagai bentuk dari prilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Wahit Iqbal Mubarak, 2006: 259).Menururt Notoatmodjo (2003: 29), berkaitan dengan kesehatan keluarga maka orang tua merupakan sasaran utama dala promosi kesehatan, karena merupakan peletak dasar perilaku. Sebab secara naluriah suka atau tidak mereka harus merawat dan mengasuh anak dari mulai menggendong, memandikan memenuhi kebutuhan anak termaksud mengembangkan kemampuan anaknya.Peran orang tua adalah yang pertama kali tahu bagaimana perubahan dan perkembangan karakter dan kepribadian orang tua sangat mempengaruhi perkembangan dan kemandirian terhadap anak. Dan prosesnya haruslah realistis dan sesuai dengan usia mereka, karena para orang tualah yang nantinya akan menjadikan anak-anak mereka seseorang yang memiliki kepribadian baik atau buruk (Gracia Zhuo, 2008: 71).Perhatian dan kedekatan orang tua sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam mencapai apa yang diinginkan.Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya. Tapi, kasih sayang yang diberikan secara berlebihan akan mengarah memanjakan, bahkan dapat menghambat dan mematikan perkembangan kepribadian anak. Akibatnya anak menjadi manja, kurang mandiri dan ketergantungan pada orang lain (Soetjiningsih, 2000: 9).Menurut MelindaJ. Vitale (2007: 39) peran orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan psikologi anak. Orang tua merupakan pemberi motivasi dan membantu dalam kecemasan dan mencari tahu apa yang mesti dilakukan untuk terus mengembangkan identitas dan kemandirian anak, sehingga diharapkan orang tua dapat memberikan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya pada anak. Kedekatan anak dan orang tua memilikimakna dan peran yang sangat dalam setiap aspek kehidupan keluarga.

1.Peran Orang Tua Berdasarkan Kebutuhan Dasara.Peran Orang Tua Dalam Pemenuhan Kebutuhan Fisik (Asuh)1)Orang tua memberikan kebutuhan anak, seperti makan dan minum2)Orang tua memberikan kebutuhananak pakaian yang layak sama dengan anggota keluarga yang lain3)Orang tua memberikan kebutuhan anak perawatan kesehatan dasar, seperti membawa anak rutin control kesehatan4)Orang tua memberikan kebutuhan anak Kesegaran jasmani, seperti mengajak anak untuk berolahraga5)Orang tua memandikan dan menggosok gigi anakb.Peran Orang Tua Dalam Pemenuhan Kebutuhan Fisik Emosional (Asih)1)Orang tua memperkenalkan anak sebagai bagian dari keluarga2)Orang tua memberikan rasa aman bagi anak untuk melakukan aktivitasnya3)Orang tua memotivasi anak untuk bergaul dengan teman-temannya4)Orang tua dapat menerima keadaan yang cacat5)Orang tua jangan memperlakukan anak berbeda dengan anggota keluarga yang lainc.Peran Orang Tua Dalam Pemenuhan Kebutuhan Fisik Stimulasi (Asah)1)Orang tua mengajarkan anak berkomunikasi secara lisan2)Orang tua mengajarkan anak tentang pengetahuan akademis3)Orang tua mengajarkan anak cara perpakaian4)Orang tua mengajarkan anak latihan BAB dan BAK sendiri5)Orang tua mengajarkan anak cara memegang pensil6)Orang tua membujuk anak bila anak bersikap berbeda dari anggota keluarga yang lain, misalnya pendiam atau menarik diri (Nursalam, 2008: 41).Peran orang tua akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang terlalu banyak melarang tanpa penjelasan yang rasional dapat menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarga dapat mendorong kelancaran perkembangan dan kemandirian anak.c.Sistem Pendidikan di SekolahProses pendidikan disekolahyang tidak mengembangkan demokrasi pendidikan cenderung menekan dan menghambat perkembangan kemandirian anak. Demikian juga, proses pendidikan yang menekankan pentingnya pemberian hukuman (punishment) juga dapat menghambat perkembangan kemandirian anak.d.Sistem kehidupan di masyarakatSistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya struktur sosial, kurang aman serta kurang menghargai manifestasi potensi anak dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekpresi potensi anak dalam bentuk berbagai kegiatan dan tidak terlau hierarkis akan mendorong perkembangan kemandirian anak.

C.Kerangka TeoritisSebagai bahan acuan dalam penelitian ini kerangka teori yang digunakan adalah teori Mohammad Ali (2008), dimana ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian yaitu: gen atau keturunan, peran orang tua, sistem pendidikan disekolah dan sistem kehidupan di masyarakat. yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.1Kerangka TeoriFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian

Sumber : Mohammad Ali (2008: 118)

BAB IIIKERANGKA KONSEP

A.Kerangka KonsepBerdasarkan kerangka teori pada BAB II, maka kerangka konsep penelitian ini disesuaikan dengan teori Mohammad Ali, dimana faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian anak yaitu: gen atau keturunan orang, peran orang tua, sistem pendidikan disekolah dan sistem kehidupan di masyarakat.Namun dalam penelitian ini peneliti tidak memasukkan semua variabel dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan peneliti, tenaga, waktu dan biaya. Dalam penelitian ini dengan pertimbangan kepentingan dilapangan, peneliti hanya mengambil dua variabel yaitu peran orang tua dan kemandirian anak.Maka secara sistematis kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:Bagan 3.1Kerangka Konsep

Kemandirian AnakRetardasi Mental

Variabel IndependenPeran Orang Tua

Variabel Dependen

27

B.Defenisi OperasionalBerdasarkan kerangka konsep, peneliti menetapkan variabel-variabel penelitian tersebut pada penelitian ini sebagai berikut:Tabel 3.2Defenisi Operasional Variabel PenelitianNoVariabelDefenisiOperasionalSkala ukurCara ukurAlat ukurHasil ukur

1.

2.Peranorang tua

Kemandirian anakPerhatian dan kedekatan orang tua dalam asuh, asih dan asah

Anak mampu memenuhi kebutuhan sendiri dengan bimbingan orang tuaOrdinal

OrdinalWawancaraDan pengisian kuesioner

WawancaraDanpengisian kuesionerKuesioner

Kuesioner2 = baik apabila ada perhatian kedekatan orang tua dalam asuh, asih dan asah. Nilai 121 = kurang baik, apabila tidak ada perhatian dan kedekatan orang tua dalam asuh, asih dan asah. Nilai