18
1 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE RTE DAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 9 SALATIGA SEMESTER II TAHUN AJARAN 2015/2016 JURNAL Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika Oleh: ANITA SARI WAHYUNINGSIH 202012040 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

1

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE RTE DAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 9 SALATIGA SEMESTER II

TAHUN AJARAN 2015/2016

JURNAL

Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi S1 Pendidikan Matematika

Oleh:

ANITA SARI WAHYUNINGSIH

202012040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

2

Page 3: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

3

Page 4: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

4

Page 5: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

5

Page 6: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

6

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE RTE DAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 9 SALATIGA SEMESTER II

TAHUN AJARAN 2015/2016

Anita Sari Wahyuningsih1

Sutriyono2

Novisita Ratu3

FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

Jln. Diponegoro 52-60 Salatiga, Jawa Tengah 50711 1 Pendidikan Matematika FKIP UKSW, Email: [email protected]

2 Pendidikan Matematika FKIP UKSW, Email: [email protected]

3 Pendidikan Matematika FKIP UKSW, Email: [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar matematika

yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe RTE dan Make A Match

bagi siswa kelas VII SMP N 9 Salatiga Semester II tahun ajaran 2015/2016. Populasi pada

penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP N 9 Salatiga sebanyak 252 siswa. Pengambilan

sampel dilakukan dengan teknik Cluster random sampling dan diperoleh siswa kelas VII-B

sebagai kelas eksperimen dan kelas VI1-D sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa masing-

masing sebanyak 32 siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitan eksperimen semu dengan desain

penelitian yang digunakan adalah Pretest-Postest Control Group Design. Uji beda rerata

kemampuan awal siswa dengan menggunakan uji independent sample t-test diperoleh nilai

signifikan 0,407 >0,05; artinya kondisi awal kedua kelas seimbang. Berdasarkan uji independent

sample t-test diperoleh nilai signifikan 0,000 <0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar matematika yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe RTE dan Make A Match pada siswa kelas VII SMP N 9 Salatiga. Hal ini tampak

dari nilai rerata kelas RTE sebesar 73,87 lebih tinggi dibandingkan nilai rerata kelas Make A

Match yang hanya 64,68. Artinya pembelajaran model kooperatif tipe RTE lebih baik dari model

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

Kata Kunci: rotating trio exchange (rte), make a match, hasil belajar.

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dipelajari dan diajarkan

pada jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hal ini

dikarenakan matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai

oleh setiap siswa untuk dibekali dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama, Aisyah dalam Mertini

(2013). Matematika juga memiliki fungsi yaitu untuk mengembangkan

kemampuan menghitung, mengukur, dan memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari (Verowita, 2012). Oleh sebab itu, matematika menjadi salah satu

pelajaran wajib di sekolah. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di jenjang

SD, SMP, maupun SMA adalah mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan

matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam

mempelajari berbagai ilmu pengetahuan atas dasar pemikiran secara logis,

Page 7: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

7

rasional, kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif, sehingga matematika perlu

diajarkan sejak dini (Depdiknas, 2008).

Pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan cara konvensional.

Dimana guru lebih menekankan siswa untuk menghafal rumus dalam

memecahkan masalah daripada membantu siswa untuk memahami konsep

matematika dan mengaitkannya dengan pembentukan cara berpikir logis. Dalam

pembelajaran matematika di kelas guru menjadi pusat pembelajaran sedangkan

siswa hanya mendengar dan menerima apa yang disampaikan guru dengan

mengaplikasikan rumus yang diberikan (Kompas, 2009). Kenyataan menunjukkan

bahwa hasil belajar matematika masih merupakan masalah utama dalam

pembelajaran matematika (Suhendra, dkk., 2007).

Hal tersebut didukung dengan hasil survei Trend in Mathematics and Science

Study (TIMSS) pada tahun 2011 yang menunjukkan bahwa Indonesia berada pada

peringkat 38 dari 42 negara dalam hal prestasi matematika yang dicapai oleh

siswa SMP. Indonesia juga berada pada peringkat 64 dari 65 negara dalam hal

kemampuan matematika siswa, data tersebut diperoleh dari hasil studi Programme

for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012.

Hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar dan diakhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar, Dimyati dan Mudjiono (2009: 3). Evaluasi tersebut

dilakukan untuk mengukur dan menilai apakah siswa telah menguasai ilmu yang

dipelajari sesuai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat diklasifikasi dalam dua kategori

yaitu faktor internal (siswa) dan faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal

adalah model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan baik

adalah pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran sehingga siswa dapat memahami konsep matematika dengan baik

(Sugiyanto, 2007). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Supriyono (2012: 35)

yang berpendapat bahwa penerapan model pembelajaran yang tepat diasumsikan

dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran,

menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas,

memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran dengan hasil yang

lebih baik.

Salah satu model mengajar yang dapat digunakan guru adalah model

pembelajaran kooperatif. Menurut Roger, dkk dalam (Huda 2011: 29), model

pembelajaran kooperatif adalah aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir

oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi

secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap

pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan di dorong untuk

meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Terdapat banyak model

pembelajaran yang berfokus pada siswa secara berkelompok. Salah satu model

pembelajaran yang dapat memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

Page 8: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

8

proses pembelajaran yang berfokus pada siswa yang menuntut pembelajaran

berkelompok adalah RTE dan Make A Match.

Manalu (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe RTE

merupakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa bekerja sama, aktif,

saling membantu belajar informasi atau keterampilan dan adanya sistem penilaian

dari peningkatan individu dengan bekerjasama dalam kelompok. Model

pembelajaran kooperatif tipe RTE merupakan cara yang efektif untuk mengubah

pola belajar dalam kelas. Pembelajaran kooperatif tipe RTE memiliki prosedur

yang ditetapkan secara eksplisit dengan memberi siswa lebih banyak untuk

berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model pembelajaran kooperatif

tipe RTE menurut Mel Siberman (2009: 85-86) adalah 1) Buatlah berbagai macam

pertanyaan yang membantu peserta didik memulai diskusi tentang isi pelajaran; 2)

Bagilah peserta didik menjadi kelompok yang masing-masing kelompok

beranggota tiga. Aturlah kelompok-kelompok tiga (trio) itu di ruangan, agar

seluruh konfigurasi trio itu akan menjadi sebuah lingkaran atau sebuah persegi

panjang; 3) Berikan masing-masing trio pertanyaan pembuka (pertanyaan yang

sama bagi tiap-tiap kelompok trio) untuk didiskusikan; 4) Setelah masa waktu

diskusi sesuai, mintalah trio-trio itu menentukan nomor 0, 1, atau 2 bagi masing-

masing dari anggotanya. Arahkan para peserta didik dengan nomor 1 untuk

memutar satu trio searah jarum jam. Mintalah peserta didik dengan nomor 2 untuk

memutar dua trio searah jarum jam. Mintalah peserta didik dengan nomor 0 untuk

tetap ditempat, sebab mereka merupakan anggota-anggota tetap dari suatu tempat

trio; 5) Mulailah sebuah pertukaran baru dengan sebuah pertanyaan baru.

Tingkatkan kesulitan atau “tingkat ancaman” dari pertanyaan ketika anda

meneruskan pada putaran-putaran baru; 6) Anda dapat memutar trio berkali-kali

sebanyak pertanyaan yang anda miliki untuk ditetapkan dan waktu diskusi yang

tersedia. Tiap-tiap waktu, gunakan selalu prosedur putaran yang sama.

Hal ini juga didukung oleh beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan,

diantaranya penelitian Ni Kd. Ayu Mertini (2013) untuk siswa kelas V SD dan I

Md Dyatma Dipayana (2014) untuk siswa kelas V SD. Dari kedua penelitian ini

menyimpulkan bahwa RTE dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa

dan dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.

Selain model pembelajaran kooperatif tipe RTE ada juga model pembelajaran

yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Isjoni

dalam Istiqomah ( 2014) menyatakaan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

make a match adalah model pembelajaran kooperatif dengan cara mencari

pasangan soal atau jawaban yang tepat dan siswa yang sudah menemukan

pasangannya sebelum batas waktu akan diberi poin. Model pembelajaran

kooperatif tipe make a match juga dapat digunakan untuk semua mata pelajaran

dan tingkatan kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada

intinya merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan aktivitas dan

Page 9: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

9

interaksi antara siswa yang satu dengan yang lainnya untuk saling membantu

dalam memecahkan suatu masalah yang diperoleh melalui kartu-kartu, dengan

begitu siswa akan lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga hasil

belajar siswa akan lebih baik dari hasil belajar sebelumnya.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran kooperatif tipe

make a match menurut (Huda, 2011: 135) adalah 1) guru menyiapkan beberapa

kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (salah satu

kartu berupa kartu soal dan satu kartu berupa kartu jawaban); 2) setiap siswa

mendapatkan satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang

dipegang; 3) setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban); 4) siswa yang dapat mencocokkan

kartunya sebelum batas waktu diberi poin; 5) setelah satu babak kartu dikocok

lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian

seterusnya.

Beberapa penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Make A

Match, diantaranya penelitian I Gd Robert Artawa (2013) untuk siswa kelas V SD

dan I Kd Adi Wiguna (2014) untuk siswa kelas IV SD menyimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe make a match berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa.

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian guna membedakan

hasil belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe RTE dan Make A Match

terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

menggunakan model kooperatif tipe RTE dan Make A Match pada siswa kelas VII

SMP N 9 Salatiga Semester II tahun ajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 9 Salatiga. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 9 Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016

yang berjumlah 252 siswa yang terdiri dari 8 kelas yaitu VIIA, VIIB, VIIC, VIID,

VIIE, VIIF, VIIG dan VIIH. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan

teknik cluster random sampling dan didapat dua kelompok sampel yaitu kelas VII

B sebagai kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe RTE dan kelas VII D sebagai kelompok kontrol yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan jumlah

siswa masing-masing sebanyak 32 siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari dua tipe, yaitu: RTE dan

Make A Match . Adapun varibel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar

siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment),

yaitu penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi

sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

Page 10: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

10

pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2012:116). Desain eksperimen dalam

penelitian ini menggunakan rancangan Pretest-Postest Control Group Design

(Sugiyono, 2012: 114). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

dokumentasi dan metode tes. Terdapat dua macam tes, yaitu pretest yang

digunakan untuk mengukur kemampuan awal hasil belajar siswa dan posttest

digunakan untuk mengukur kemampuan hasil belajar akhir siswa. Nilai pretest

diperoleh dari hasil ulangan matematika sedangkan posttest siswa diberi soal tes

berbentuk uraian dengan jumlah butir soal adalah 5 soal. Kisi-kisi instrument

posttest dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1 Kisi-kisi Instrument Posttest Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar

Indikator Nomor

Soal

Memahami

konsep

segiempat

dan segitiga

serta

menentukan

ukurannya.

Menghitung keliling

dan luas bangun

persegi, persegi

panjang dan belah

ketupat serta

menggunakannya

dalam pemecahan

masalah.

.

Menghitung keliling persegi dalam

permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari..

1

Menghitung luas persegi panjang dalam

permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari

2, 3, 5

Menghitung luas persegi panjang dan belah

ketupat dalam permasalahan yang berkaitan

dengan bendera negara.

4

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif yang

bertujuan untuk memberi gambaran (deskriptif) mengenai subjek yang diteliti dan

analisis hasil tes meliputi uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk karena jumlah

sampel kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing kurang dari sama

dengan 50 (Sembiring, 2003:73), uji homogenitas dengan uji Levene’s Test

Equality of Variances, dan uji beda rerata dengan uji independent sample t-test.

Keseluruhan uji ini dilihat pada taraf signifikansi 0,05 dengan alat bantu

perhitungan software SPSS 16.00.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa

a. Kondisi Awal Hasil Belajar Matematika Siswa

Data kemampuan awal siswa diperoleh dari nilai ulangan matematika

siswa kelas VII B dan VII D. Nilai ulangan matematika siswa digunakan

untuk mengetahui apakah antara nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol

memiliki kemampuan matematika awal yang sama atau tidak sebelum

diberikan perlakuan. Hasil analisis deskripsi dari kemampuan awal siswa

dapat dilihat pada Tabel 2:

Page 11: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

11

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat nilai minimum untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 37, sedangkan nilai maksimum dan

nilai rata-rata pada 32 siswa yang masuk ke dalam kelas eksperimen lebih

unggul daripada 32 siswa pada kelas kontrol. Hal ini terlihat bahwa nilai

maksimum untuk kelas eksperimen adalah 93 lebih tinggi dari nilai

maksimum kelas kontrol yang hanya 87, dan nilai rata-rata untuk kelas

ekperimen 61,93 lebih tinggi daripada kelas kontrol 59,18. Adapun standar

deviasi dari kelas eksperimen 14,33 lebih tinggi daripada standar deviasi

kelas kontrol 11,90.

b. Analisis Inferensial Kondisi Awal Siswa

Uji keseimbangan kondisi awal dari kelas eksperimen dan kelas kontrol

dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian. Tujuan dilakukannya uji

keseimbangan untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki kemampuan

awal yang sama (seimbang). Perhitungan uji keseimbangan untuk

kemampuan awal baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol

menggunakan nilai ulangan matematika siswa. Sebelum melakukan uji

Independent sample t-test dilakukan setelah uji prasyarat terpenuhi yaitu

data berdistribusi normal. Hasil uji prasyarat untuk normalitas dengan

metode Shapiro-Wilk dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Uji Normalitas Kondisi Awal Siswa

Kelas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Eksperimen .140 32 .115 .966 32 .391

Kontrol .093 32 .200* .983 32 .891

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan Tabel 3 perhitungan uji normalitas kemampuan awal siswa

diatas maka diperoleh hasil bahwa kelas eksperimen memiliki taraf

signifikan 0,391 dan kelas kontrol memiliki taraf signifikan 0,891. Kedua

kelas memiliki taraf signifikan lebih dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Sedangkan untuk uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 2 Deskripsi Kemampuan Awal Hasil Belajar

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Eksperimen 32 37.00 93.00 61.9375 14.33907

Kontrol 32 37.00 87.00 59.1875 11.90944

Valid N (listwise) 32

Page 12: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

12

Hasil uji homogenitas pada Tabel 4 menggunakan uji Levene’s Test

yang menunjukkan bahwa taraf signifikan dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol sebesar 0,202 yang berarti lebih dari 0,05 (0,202 > 0,05), sehingga

kedua kelompok disimpulkan memiliki populasi dengan varians yang sama

(homogen).

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas maka dilakukan uji beda

rerata yaitu Independent Sample t-test. Tabel 4 menunjukkan nilai

signifikansi tes kemampuan matematika awal siswa adalah 0,407 lebih dari

0,05 (0,407 > 0,05) berarti tidak terdapat perbedaan nilai rerata kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini berarti pada kondisi awal (sebelum

diberi perlakuan) kedua sampel memiliki kemampuan awal matematika

yang seimbang.

2. Deskripsi Data Kemampuan Akhir Siswa

a. Kondisi Akhir Hasil Belajar Matematika Siswa

Data kemampuan akhir siswa diperoleh dari nilai postest matematika

siswa yang diambil setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperetif tipe RTE dan Make A Match. Data skor

posttest digunakan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa setelah

diberikan perlakuan. Analisis deskriptif dari kemampuan akhir siswa

menggunakan alat bantu hitung SPSS 16.00 dan hasilnya dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 4 Uji Homogenitas dan Independent Sample T-Test

Kemampuan Awal Siswa

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differe

nce

Std.

Error

Differe

nce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Nilai Equal

variances

assumed

1.660 .202 .835 62 .407 2.7500

0

3.2950

9

-

3.8367

9

9.33679

Equal

variances not

assumed

.835 59.9

79 .407

2.7500

0

3.2950

9

-

3.8412

1

9.34121

Page 13: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

13

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat nilai minimum untuk kelas

eksperimen yaitu 52 lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol yaitu 48,

sedangkan nilai maksimum dan nilai rata-rata pada 32 siswa yang masuk ke

dalam kelas eksperimen lebih unggul daripada 32 siswa pada kelas kontrol.

Hal ini terlihat bahwa nilai maksimum untuk kelas eksperimen adalah 90

lebih tinggi dari nilai maksimum kelas kontrol yang hanya 84, dan nilai rata-

rata untuk kelas ekperimen 73,87 lebih tinggi daripada kelas kontrol 64,68.

Adapun standar deviasi dari kelas eksperimen 10,95 lebih baik daripada

standar deviasi kelas kontrol 8,44.

b. Analisis Inferensial Kondisi Akhir Siswa

Sebelum melakukan uji Independent Sample t-test pada hasil posttest

maka dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu yang terdiri dari uji normalitas

dan uji homogenitas. Hasil uji normalitas posttest dapat dilihat pada Tabel 6

dengan berbantu software SPSS 16.00 for windows.

Tabel 6 Uji Normalitas Kondisi Akhir Hasil Belajar

Kelas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Eksperimen .008 32 .200* .942 32 .088

Kontrol .156 32 .046 .963 32 .321

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan tabel 6 tertulis nilai signifikansi pada kolom Shapiro-Walk

menunjukkan bahwa uji normalitas untuk data hasil belajar kelas

eksperimen menghasilkan nilai signifikan 0,088. Adapun nilai signifikan uji

normalitas pada kelas kontrol tertulis 0,321 artinya nilai signifikan untuk

kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih dari 0,05. Hal ini berarti nilai

posttest pada setiap kelas masing-masing berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Sedangkan untuk uji homogenitas dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 5 Deskripsi Kemampuan Akhir Hasil Belajar

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Eksperimen 32 52.00 90.00 73.8750 10.95371

Kontrol 32 48.00 84.00 64.6875 8.44885

Valid N (listwise) 32

Page 14: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

14

Hasil uji homogenitas pada Tabel 7 menggunakan uji Levene’s Test

yang menunjukkan bahwa taraf signifikan sebesar 0,159 lebih dari 0,05

(0,159 > 0,05), yang berarti kedua kelompok disimpulkan memiliki populasi

dengan varians yang sama (homogen).

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas maka dilakukan uji beda

rerata yaitu Independent Sample t-test yang digunakan adalah Equal

variances assumed. Hasil uji tersebut menghasilkan nilai signifikansi 0,000

(kurang dari 0,05), sehingga terdapat perbedaan hasil belajar antara hasil

belajar yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe RTE dan

Make A Match dimana hasil belajar siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe RTE lebih baik dibandingkan dengan siswa

yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Hal

ini dapat dilihat dari rata-rata nilai hasil belajar siswa pada kelas eksperimen

73,87 lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol 64,68.

3. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen adalah dengan diberi

perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe RTE pada kelas

VII B yang dilaksanakan selama 4 kali pertemuan masing-masing 2 jam

pelajaran. Berdasarkan pengamatan pada saat diberikan perlakuan, pada kelas

eksperimen guru memberikan materi pada siswa untuk dipelajari bersama-

sama. Ada beberapa siswa yang masih bingung mengenai materi yang

diajarkan, kemudian diberikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan materi

tersebut. Terlihat bahwa siswa mulai aktif dalam menjawab pertanyaan yang

diberikan guru dengan menuliskan jawaban di papan tulis. Guru membagi

siswa kedalam kelompok yang masing-masing kelompok beranggota 3 (trio).

Seluruh trio itu akan menjadi sebuah lingkaran atau persegi panjang di dalam

Tabel 7 Uji Homogenitas dan Independent Sample T-Test

Kemampuan Akhir Siswa

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differe

nce

Std.

Error

Differe

nce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Nilai Equal

variances

assumed

2.030 .159 3.75

7 62 .000

9.1875

0

2.4454

5

4.2991

2

14.0758

8

Equal

variances not

assumed

3.75

7

58.2

43 .000

9.1875

0

2.4454

5

4.2991

2

14.0821

6

Page 15: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

15

kelas, kemudian guru memberikan pertanyaan yang sama bagi setiap kelompok

trio untuk didiskusikan dengan batas waktu diskusi yang telah ditentukan.

Setelah masa waktu diskusi selesai anggota dalam kelompok trio berotasi

(berputar) sesuai aturan yang diberikan, kemudian terbentuklah anggota trio

baru yang diberikan sebuah pertanyaan baru dengan tingkat kesulitan yang

berbeda dari pertanyaan sebelumnya. Trio-trio tersebut akan berotasi (berputar)

berkali-kali sebanyak pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru itu habis.

Setelah selesai berotasi (berputar) guru menunjuk beberapa kelompok trio

untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Terlihat bahwa siswa sudah paham

dalam materi yang di diskusikan tersebut, dimana suasana pembelajaran lebih

menyenangkan bagi siswa, meskipun memerlukan waktu yang cukup lama.

Hal ini terlihat dari sebagian besar siswa berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator. Hal ini sesuai dengan

Silbermen (2009) yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

RTE membuat siswa lebih aktif sejak awal dimulainya pembelajaran, dengan

model pembelajaran ini siswa lebih senang dalam pembelajaran secara

kelompok, karena anggota kelompok selalu berubah-ubah sehingga siswa tidak

merasa bosan dalam pembelajaran, setiap siswa mempunyai kesempatan yang

sama untuk berdiskusi dengan sebagian teman sekelasnya, sehingga siswa tetap

antusias mengikuti pembelajaran. Saat diskusi, kerjasama antar anggota

kelompok dalam mengerjakan soal sangat terlihat bagus. Pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe RTE yang menyenangkan dapat membuat

siswa menjadi aktif, menimbulkan rasa ingin tahu, merangsang siswa untuk

berfikir, lebih percaya diri dengan gagasan/pendapat mereka yang dibagikan

bersama teman satu kelompoknya sehingga tidak ada lagi siswa yang

mendominasi dalam kelompok.

Berbeda dengan kelas eksperimen, Pembelajaran yang dilakukan pada kelas

kontrol adalah dengan diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Make A Match pada kelas VII D yang dilaksanakan selama 4

kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaran. Berdasarkan pengamatan pada

saat diberikan perlakuan, pada kelas kontrol guru memberikan materi pada

siswa untuk dipelajari bersama-sama. Awal pembelajaran dimulai, beberapa

siswa asyik berbicara dengan teman sampingnya. Kemudian guru

mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran yang sedang

berlangsung dengan memberikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan

materi tersebut. Terlihat bahwa beberapa siswa menjawab pertanyaan dan ada

beberapa siswa yang masih diam. Kemudian guru mengulangi kembali materi

yang dipelajari dengan memberikan beberapa contoh soal mengenai materi

tersebut. Terlihat siswa mulai aktif dengan bertanya bagaimana cara

menyelesaikan soal tersebut dan menuliskan jawaban di papan tulis. Kemudian

guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi kartu soal dan kartu jawaban.

Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu

Page 16: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

16

yang dipegangnya, kemudian baru siswa mencari pasangan yang cocok dengan

kartu yang dipegangnya sebelum batas waktu selesai. Setelah menemukan

pasangan yang cocok dengan kartu yang dipegangnya siswa mempresentasikan

hasilnya dan diberikan poin. Setelah satu babak selesai guru mengkocok kartu

lagi untuk diberikan siswa agar mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match menarik perhatian siswa

pada saat mencari pasangan dan menjawab pertanyaan tetapi ada beberapa

siswa yang malas dalam mencari pasangannya siswa tersebut hanya diam dan

duduk saja, siswa kurang menyerapi makna pembelajaran yang disampaikan

karena siswa hanya merasa sekedar bermain saja. Bagi siswa yang terlibat aktif

dalam suasana belajar tercipta antar siswa yang mendorong siswa untuk belajar

lebih baik lagi. Suasana persaingan akan memberikan kesempatan kepada para

siswa untuk mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain.

Menimbulkan rasa ingin tahu kepada siswa dengan cara menugaskan siswa

untuk menemukan pasangan dari kartu yang dimiliki, pemberian penghargaan

bagi siswa yang mampu menemukan pasangan dari kartu yang dimilikinya

sebelum batas waktu yang ditentukan. Pembelajaran tersebut menjadi salah

satu penyebab pembelajaran model koopertif tipe RTE lebih baik dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yang ditunjukkan dengan

rata-rata hasil belajar siswa yaitu 73,87 dan 64,68.

Hasil temuan mengindikasikan bahwa dengan model pembelajaran

kooperatif tipe RTE dapat membuat pembelajaran dikelas lebih asyik, menarik

karena cara belajarnya berkelompok, dimana setiap pertanyaan selesai

dikerjakan kemudian berpindah kelompok sehingga membuat siswa tidak

merasa bosan dalam pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe

RTE juga dapat membuat siswa aktif, antusias dan kecepatan siswa dalam

menyelesaikan masalah, mudah memahami materi dan juga mengajarkan siswa

arti tanggung jawab dalam kelompok dan percaya diri. Hal ini sesuai dengan

pendapat Manalu (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe RTE merupakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa bekerja

sama, aktif, saling membantu belajar informasi atau keterampilan dan adanya

sistem penilaian dari peningkatan individu dengan bekerjasama dalam

kelompok.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari penelitian

tentang “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang diajar dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE dan Make A Match

Pada Siswa Kelas VII SMP N 9 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2015/2016”,

maka dapat disimpulkan bahwa hasil awal belajar siswa pada kelas eksperimen

yang menggunakan model RTE diperoleh nilai rata-rata 61,93 sedangkan kelas

kontrol yang menggunakan model Make A Match diperoleh nilai rata-rata 59,18.

Page 17: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

17

Hasil belajar siswa (Posttest) kelas eksperimen yang menggunakan RTE diperoleh

nilai rata-rata 73,87 sedangkan kelas kontrol yang menggunakan model Make A

Match diperoleh nilai rata-rata 64, 68. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan

hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, ditunjukkan dengan nilai

tes rata-rata siswa yang diajar dengan RTE lebih tinggi daripada nilai tes rata-rata

siswa yang diajar dengan Make A Match.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs

untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta:

Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hardiyati, Erlina. 2013. Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match dalam

Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 4

SD Negeri Pakis 1, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran

2012/2013.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik. Struktur, dan Model

Penerapan. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Isjoni. 2013. COOPERATIVE LEARNING MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN

BELAJAR BERKELOMPOK. Bandung: ALFABETA.

Istiqomah, Wakhidatun, Nurul. 2014. Implementasi Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga.

Kompas. 18 Juni 2009. Ternyata, Pembelajaran Matematika Masih Konvensional.

http://edukasi.kompas.com/read/2009/06/18/20170782/ternyata.pembelajara

n.matematika.masih.konvensional. diakses 16 mei 2016. Pukul 17:10

Manalu, Meylina, Aldona. 2015. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar

Matematika Melalui Rotating Trio Exchange.

Mertini, Ayu. Pengaruh Strategi Pembelajaran Rotating Trio Excange (RTE)

Berbantu Media Questions Box Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas V SD.

Puspitasari, Febriyana, Innes. 2013. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe RTE (Rotating Trio Exchange) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA

Pada Siswa Kelas 4 SDN 1 Bendosari Kecamatan Sawit Kabupaten

Boyolali Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

Sarji, Noviololita. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran

Personalized System Of Instruction (PSI) Terhadap Hasil Belajar Siswa

Kelas X Jurusan TPHP SMK Negeri 1 Mojosongo Boyolali Tahun Ajaran

2013/2014.

Sembiring, RK. 2003. Analisis Regresi Edisi Kedua. Bandung: ITB.

Silberman, Mel. 2009. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif.

Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Page 18: PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12688/2/T1_202012040_Full... · PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR ... kemampuan

18

Sugiyanto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia

Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: Alfabeta

Suhendra. 2007. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Bandung: Universitas

Pendidikan Matematika

Supriyono. 2012. Mengenal Tugas Akhir Program. Salatiga: Widya Sari Press.

Suwardi, Dana, Ratifi. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Siswa Kompetensi Dasar Ayat Jurnal Penyesuaian Mata Pelajaran

Akuntansi Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Bae Kudus.

Verowita, Winda. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Think Pair Share Terhadap Pemahaman Konsep Dalam Pembelajaran

Matematika. Vol 1 No.1