Upload
anggie-puspita
View
562
Download
73
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin
Citation preview
Percobaan 2
Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi
(III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin
Kelompok ; 1
Ahmad Fadlul Munim (110332406438)
Ali Wafa (110332421005)
Andi Hidayatullah (110332421006)
Anggie Puspita (110332406434)
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
12 September 2014
1. Latar Belakang
Kolorimetri adalah metode perbandingan menggunakan perbedaan warna. Metode
kolorimetri mengukur warna suatu zat sebagai perbandingan. Biasanya cahaya putih digunakan
sebagai sumber cahaya untuk membandingkan absorpsi cahaya relatif terhadap suatu zat. Salah
satu alat yang digunakan untuk mengukur perbandingan warna yang tampak adalahkolorimeter.
Selain kolorimetri, metode lain yang menggunakan warna sebagai pembanding
adalah spektofotometri. Kelebihan metode kolorimetri adalah kemudahannya dalam menetapkan
kuantitas zat yang sangat kecil. Metode kolorimetri biasa digunakan dalam
analisis kimia. Metode kolorimetri memiliki batas atas pada penetapan konstituen yang ada
dalam kuantitas yang kurang dari satu atau dua persen. Salah satu faktor utama dalam metode
kolorimetri adalah intensitas warna yang harus proporsional dengan konsentrasinya.Kolorimetri
dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan mengukur absorbansi relative cahaya
sehubungan dengan konsentrasi zat tersebut.
Metode kolorimetri dan spektrofotometri merupakan salah satu metode yang penting dalam
analisa kuantitatif. Kedua metode ini didasarkan atas penyerapan cahaya tampak dan radiasi lain
oleh suatu larutan, jumlah radiasi yang diserap berbandign lurus dengan konsentrasi zat yang ada
dalam larutan. Analisa kolorimetri adalah penentuan kunatitatif suatu zat berwarna dari
kemampuannya untuk menyerap cahaya. Pada kolorimetri cahaya yang digunakan adalah cahaya
Nampak, yaitu cahaya yang meliputi panjang gelombang antara 400 hingga 750 nm.
Spektrofotometri merupakan suatu perpanjangan dari penelitian visual dalam studi yang lebih
terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi kimia, memungkinkan kecermatan yang
lebih besar dalam perincian dan pengukuran kuantitatif. Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau
sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi electron bonding, akibatnya
panjang gelombang absorpsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada
didalam molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi serapan molekul berharga
untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul. Akan tetapi yang
lebih penting adalah penggunaan spektroskopi serapan ultraviolet dan sinar tampak untuk
penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang mengandung gugus-gugus pengabsorpsi. Metode
spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna.
Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode kalorimetri. Hanya larutan senyawa yang
berwarna ynag dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat
berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna.
Contohnya ion Fe3+ dengan ion CNS- menghasilkan larutan berwarna merah. Lazimnya
kalorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan cuplikan yang dibuat pada
keadaan yang sama.
Pembentukan bentuk molekul dalam menyerap sinar tampak diperlukan bila senyawa
yang dianalisis tidak melakukan penyerapan di daerah sinar tampak. Dalam hal demikian
senyawa tersebut harus dirubah menjadi senyawa lain yang berwarna. Ion besi (III) warnanya
sangat lemah (kuning) sehingga serapannya kecil. Untuk itu perlu direaksikan dengan pereaksi
tertentu misalnya 1,10 fenantrolin atau potasium tiosianat, sehingga memberikan warna yang
menyerap dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk analisa besi dalam kadar kecil. Pereaksi
yang menimbulkan warna itu harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :
1. Reaksinya dengan zat yang dianalisa harus selektif dan sensitif.
2. Tak boleh membentuk warna dengan zat – zat lain yang ada didalam larutan.
3. Warna yang ditimbulkan harus stabil untuk jangka waktu yang lama.
4. Pembentukan warna yang dianalisa harus cepat
5. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam daerah spectrum dimana dilakukan
pengukuran.
Selain dari itu larutan yang diukur absorbannya secara ideal harus memiliki lima sifat-sifat
dibawah ini :
1. Kestabilan warna untuk waktu yang cukup guna memungkinkan pengukuran absorbans
dengan teliti.
2. Warna larutan yang diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi (warnanya
harus cukup tua) yang berarti absortivitas molarnya besar.
3. Warna larutan yang bakan diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-variasi
kecil dalam nilai pH, suhu , dan kondisi-kondisi lain.
4. Hasil reaksi yang berwarna itu harus dapat larut dalam pelarutyang dipakai.
5. System yang berwarna itu harus memenuhi hokum Lambert-Beer.
2. Langkah Kerja
Bagian 1. Sistim Besi (III)-tiosianat
1. Pengaruh Waktu terhadap Absorbans Mutlak (Kestabilan Warna)
Dengan menggunakan pipet ukur, dipipet sebanyak 2,5 mL larutan induk besi (III)
klorida dimasukkan kedalam labu takar 50 mL. Selanjutnya ditambahkan 1,5 mL
NH4SCN jenuh dan diencerkan hingga tanda batas dengan akuades. Kemudian dengan
segera diukur absorbans larutan pada panjang gelombang 480nm, dicatat absorbans
dengan waktu pengukuran larutan. Dilakukan pengukuran absorbans pada panjang
gelombang yang sama dengan mencatat waktu setiap 15 menit dalam jangka waktu 2
jam. Setelah diperoleh hasil, dialurkan (plot) absorbans terhadap waktu (dalam menit).
2. Pengaruh pH terhadap Absorbans
pH = 0
Dimasukkan dengan tepat 2 mL larutan induk Fe (III) ke dalam labu takar 50 mL dengan
menggunakan biuret. Ditambahkan 1 mL larutan jenuh NH4SCN dan 4 mL larutan HCl
pekat yang selanjutnya diencerkan hingga tanda batas dengan akuades. Dikocok larutan
dan dengan segera dilakukan pengukuran absorbans larutan pada panjang gelombang 480
nm.
pH = 1
Dimasukkan dengan tepat 2 mL larutan induk Fe (III) ke dalam labu takar 50 mL dengan
menggunakan biuret. Ditambahkan 1,5 mL larutan jenuh NH4SCN dan 7 tetes larutan
HCl pekat yang selanjutnya diencerkan hingga tanda batas dengan akuades. Dikocok
larutan dan dengan segera dilakukan pengukuran absorbans larutan pada panjang
gelombang 480 nm. Disimpan larutan ini untuk percobaan ke 3.
pH bervariasi
Dibuat 3 larutan dengan berbagai pH sebagai berikut kepada 2 mL larutan induk Fe (III)
dan 1 mL larutan jenuh NH4SCN dalam labu takar 50 mL. Larutan 1 ditambahkan 3 tetes
NaOH 4M dan diencerkan sampai tepat 50 mL dengan akuades kemudian dengan segera
diukur absorbans larutan pada panjang gelombang 480 nm. Larutan 2 ditambahkan 4
tetes NaOH 4 M dan diencerkan sampai tepat 50 mL dengan akuades kemudian dengan
segera diukur absorbans larutan pada panjang gelombang 480 nm. Larutan 3 ditambahkan
5 tetes NaOH 4 M dan diencerkan sampai tepat 50 mL dengan akuades kemudian dengan
segera diukur absorbans larutan pada panjang gelombang 480 nm. Selanjutnyta diukur
semua pH larutan 1 sampai 3 dengan mengghunakan kertas indicator universal. Setelah
diperoleh hasil, dialurkan absorbans terhadap pH pada percobaan ini.
3. Pengaruh Anion terhadap Absorbans
Diambil larutan pH 1 yang telah disimpan, dimasukkan kedalam kuvet dan ditambahkan
sebutir kecil NaF dikocok dengan kuat. Selanjutnya diukur absorbans larutanpada
panjang gelombang 480 nm. Apabila ternyata tidak ada perubahan nilai absorbans,
ditambahkan lagi sebutir NaF dan diulang pengocokan dan diukur kembali absorbansnya.
Segera sesudah itu dibilas kuvet sebersih mungkin dengan air dan akuades. Dimasukkan
lagi larutan pH 1 ke dalam kuvet dan ditambahkan sebutir kecil Natrium oksalat dan
diukur absorbans larutan. Diulangi perlakuan yang sama seperti diatas dengan
menambahkan Natrium tartrat dan Kalium dihidrogen fosfat. Dicatat hasil absorbans
yang diperoleh.
Bagian II. Sistim Besi (III) Ortofenantrolin
1. Pengaruh Waktu terhadap Absorbans Mutlak (Kestabilan Warna)
Dengan menggunakan pipet ukur, dipipet sebanyak 2 mL larutan induk besi (III)
dimasukkan kedalam labu takar 50 mL. Selanjutnya ditambahkan 0,5 mL 10%
NH2OH.HCl diputar-putar labu ukur untuk beberapa detik lamanya, lalu dibiarkan selama
1 atau 2 menit. Selanjutnya ditambahkan 1 mL larutan 0,3% ortofenantrolin. Dimasukkan
secarik kertas congo kedalam larutan dan diteteskan larutan NaOAc 2 M hingga kertas
indicator berubah warna dari biru menjadi merah. Selanjutnya diencerkan larutan hingga
tanda batas dengan akuades dan dikocok dengan baik. Kemudian diukur absorbans
larutan pada panjang gelombang 512 nm dengan blanko akuades, dicatat absorbans
dengan waktu pengukuran larutan. Dilakukan pengukuran absorbans pada panjang
gelombang yang sama dengan mencatat waktu setiap 15 menit dalam jangka waktu 2
jam. Setelah diperoleh hasil, dialurkan (plot) absorbans terhadap waktu (dalam menit).
Disimpan sisa larutan yang tidak digunakan untuk percobaan 3.
2. Pengaruh pH terhadap Absorbans Mutlak
Disiapkan 5 buah labu ukur 50 mL. Diukur absorbans dari lima larutan dibawah ini yang
pH nya berbeda pada panjang gelombang 512 nm.
pH = 1,7
Dipipet sebanyak 2 mL larutan induk Fe (III) kedalam labu ukur 1 dan ditambahkan 0,5
mL NH2OH.HCl. Diputar-putar labu ukur selama beberapa detik dan dibiarkan selama 1
hingga 2 menit. Kemudian ditambahkan 1 mL 0,3% larutan o-fen dan diencerkan sampai
tepat 50 mL dengan akuades , dikocok dengan baik selanjutnya dengan segera diukur
absorbansnya.
pH = 2
Dipipet sebanyak 2 mL larutan induk Fe (III) kedalam labu ukur 1 dan ditambahkan 0,5
mL NH2OH.HCl. Diputar-putar labu ukur selama beberapa detik dan dibiarkan selama 1
hingga 2 menit. Kemudian ditambahkan 1 mL 0,3% larutan o-fen dan ditambahkan
beberapa tetes NaOAc 2M hingga warna merah mulai timbul. Selanjutnya diencerkan
sampai tepat 50 mL dengan akuades , dikocok dengan baik dan dengan segera diukur
absorbansnya.
pH = 5
Dipipet sebanyak 2 mL larutan induk Fe (III) kedalam labu ukur 1 dan ditambahkan 0,5
mL NH2OH.HCl. Diputar-putar labu ukur selama beberapa detik dan dibiarkan selama 1
hingga 2 menit. Kemudian ditambahkan 1 mL 0,3% larutan o-fen dan dimasukkan kertas
congo dalam larutan, ditambahkan beberapa tetes NaOAc 2M hingga warna kertas
berubah dari biru menjadi merah. Selanjutnya diencerkan sampai tepat 50 mL dengan
akuades , dikocok dengan baik dan dengan segera diukur absorbansnya.
pH = 9
Dipipet sebanyak 2 mL larutan induk Fe (III) kedalam labu ukur 1 dan ditambahkan 0,5
mL NH2OH.HCl. Kemudian ditambahkan 1 mL 0,3% larutan o-fen dan ditambahkan
larutan NH3 pekat setetes demi setetes hingga larutan bersifat basa terhadap kertas
lakmus. Selanjutnya diencerkan sampai tepat 50 mL dengan akuades , dikocok dengan
baik dan dengan segera diukur absorbansnya.
pH = 12
Dipipet sebanyak 2 mL larutan induk Fe (III) kedalam labu ukur 1 dan ditambahkan 0,5
mL NH2OH.HCl. Kemudian ditambahkan 1 mL 0,3% larutan o-fen dan ditambahkan 7
tetes larutan NaOH 4M. Selanjutnya diencerkan sampai tepat 50 mL dengan akuades ,
dikocok dengan baik dan dengan segera diukur absorbansnya.
Setelah diperoleh hasil, dialurkan absorbans terhadap pH masing-masing kelima larutan
ini.
3. Pengaruh Anion terhadap Absorbans Mutlak
Diambil larutan pada percobaan 1 bagian II yang telah disimpan, dimasukkan kedalam
kuvet dan ditambahkan sebutir kecil fluoride dikocok dengan kuat. Selanjutnya diukur
absorbans larutan pada panjang gelombang 512 nm. Apabila ternyata tidak ada perubahan
nilai absorbans, ditambahkan lagi sebutir fluoride dan diulang pengocokan dan diukur
kembali absorbansnya.
Segera sesudah itu dibilas kuvet sebersih mungkin dengan air dan akuades. Dimasukkan
lagi larutan pH 1 ke dalam kuvet dan ditambahkan sebutir kecil oksalat dan diukur
absorbans larutan. Diulangi perlakuan yang sama seperti diatas dengan menambahkan
tartrat dan Kalium dihidrogen fosfat. Dicatat hasil absorbans yang diperoleh.
3. Data Pengamatan
Bagian I. Sistim Besi (III)-tiosianat
1. Pengaruh Waktu Terhadap Absorbans (Kestabilan Warna)
No. t (menit) Absorbansi (A)
1. 15 0,481
2. 30 0,468
3. 45 0,455
4. 60 0,443
5. 75 0,431
6. 90 0,420
7. 105 0,408
8. 120 0,397
2. Pengaruh pH terhadap Absorbansi
No. pH Absorbansi (A)
1. 0 0,301
2. 1 0,397
3. 3 tetes NaOH 0,346
4. 4 tetes NaOH 0,214
5. 5 tetes NaOH 0,013
3. Pengaruh anion terhadap Absorbansi
No. Nama Anion Absorbans (A)
1. NaF 0,060
2. Na-oksalat 0,036
3. Na-tartrat 0,366
4. K-dihidrogen fosfat 0,309
Bagian II. Sistim Besi (III)-ortofenantrolin
1. Pengaruh waktu terhadap Absorbans (Kestabilan Warna)
No. T (menit) Absorbans (A)
1. 15 0,267
2. 30 0,301
3. 45 0,337
4. 60 0,356
5. 75 0,366
6. 90 0,356
7. 105 0,356
8. 120 0,366
2. Pengaruh pH terhadap Absorbansi
No. mL o-fen Absorbans (A)
1. 1,7 0,142
2. 2,0 0,075
3. 5,0 0,148
4. 9,0 0,408
5. 12,0 0,494
3. Pengaruh Anion terhadap Absorbansi
No. Nama Anion Absorbans (A)
1. NaF 0,552
2. Na-oksalat 0,366
3. Na-tartrat 0,496
4. K-dihidrogen fosfat 0,366
4. Analisis dan Pembahasan
1. Pengaruh Waktu Terhadap Absorbans Mutlak (Kestabilan Warna)
Sistem Besi(III) Tiosianat
Dalam percobaan ini larutan induk 2,5 ml Besi(III) klirida ditanbah 1,5 ml NH4SCN
kemudian diencerkan dalam labu takar 50 ml diperoleh larutan berwarna merah bata. Larutan
merah bata tersebut merupakan Besi(III) Tiosianat. Dalam hal ini pereaksi pembentuk warna
adalah NH4SCN dan kemudian diukur absorban larutan tiap 15 menit selama 2 jam. Dari hasil
percobaan dapat diperoleh kurva seperti ditunjukan dibawah:
0 20 40 60 80 100 120 1400
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
f(x) = − 0.000797619047619048 x + 0.491714285714286R² = 0.999198682277523
Kurva Pengaruh Waktu Terhadap Absorbans Mutlak
Besi(III) Tiosianat
AbsorbansLinear (Absorbans)
Waktu (menit)
Abso
rban
s
Berdasarkan Kurva diatas nilai A tiap 15 menit selama 2 jam mengalami penurunan
secara teratur. Namun nilai A yang ditunjukkan tiap 15 menit dalam rentang yang kecil sekitar
0,01 selama 2 jam. Hal ini bisa disimpulkan Kesetabilan warna dari Besi(III) Tiosianat dapat
bertahan dalam waktu yang cukup lama.
Sistem Besi(III) Ortofenantrolin
Dalam percobaan ini larutan induk 2 ml Besi(III) klirida ditanbah 0,5 ml NH2OH.HCl
dan 1ml o-fen kemudian diencerkan dalam labu takar 50 ml diperoleh larutan berwarna merah
bata. Larutan merah bata tersebut merupakan Besi(III) Ortofenantrolin. Dalam hal ini pereaksi
pembentuk warna adalah o-fen dan kemudian diukur absorban larutan tiap 15 menit selama 2
jam. Dari hasil percobaan dapat diperoleh kurva seperti ditunjukan dibawah:
0 20 40 60 80 100 120 1400
0.050.1
0.150.2
0.250.3
0.350.4
0.45
f(x) = 0.000847619047619048 x + 0.285035714285714R² = 0.578143532288378
Kurva Pengaruh Waktu Terhadap Absorbans Mutlak
Besi(III) Ortofenantrolin
AbsorbanLinear (Absorban)
Waktu (menit)
Abso
rban
s
Berdasarkan Kurva diatas nilai A tiap 15 menit selama 2 jam mengalami naik turun secara tidak
teratur. Namun nilai A yang ditunjukkan tiap 15 menit dalam rentang sekitar 0,03 selama 2 jam.
Hal ini bisa disimpulkan Kesetabilan warna dari Besi(III) Ortofenantrolin tidak dapat bertahan
dalam waktu yang cukup lama.
2. Pengaruh pH terhadap absorbansi Mutlak
Dalam percobaan kali ini yaitu pengaruh pH terhadap absorbansi Mutlak dengan variasi
pH yang berbeda pada panjang gelombang 512 nm dengan prosedur yang sudah ditetapkan
diatas, maka dapat diperoleh hasil nilai besaran absorbansi yang selanjunya diaplikasikan dalam
bentuk kurva sebagai berikut :
0 1 2 3 4 5 60
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
f(x) = − 0.0551511627906977 x + 0.397593023255814R² = 0.576153962468732
Kurva Pengaruh pH terhadap Absorbansi Besi (III) Tiosianat
AbsorbansLinear (Absorbans)
pH
Abso
rban
s
0 2 4 6 8 10 12 140
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
f(x) = 0.0398327368525698 x + 0.0167935430957352R² = 0.931056733515278
Kurva Pengaruh pH terhadap Absorbansi Besi (III) Ortofenantrolin
AbsorbansLinear (Absorbans)
pH
Abso
rban
s
Dari dua bentuk kurva yang diperoleh dalam proses analisis, dapat ditarik beberapa pembahasan
antara sistim Besi (III) tiosianat dengan sistim Besi (III) Ortofenantrolin.Pada kurva sistim Besi
(III) tiosianat dapat dilihat warna yang terbentuk tetap dan tidak mudah berubah artinya bahwa
nilai absorbansi ini sulit untuk dipengaruhi pH. Sehingga, Besi (III) tiosianat memiliki tingkat
kesetabilan yang cukup tinggi dalam suasana asam dibandingkan dengan Besi (III)
Ortofenantrolin yang dapat teridentifikasi dengan besarnya rentangan nilai absorbansi. Hal ini
terjadi pada Besi (III) Ortofenantrolin pengaruh pH cukup besar dan membuat tingkat
kesetabilan yang lebih rendah.
Sebaliknya ketika dalam suasana basa, Besi (III) Ortofenantrolin dapat mempertahankan
warnanya yang menyebabkan pergeseran nilai absorbansi lebih kecil. Hal tersebut menunjukkan
bahwa senyawa Besi (III) Ortofenantrolin memiliki tingkat kesetabilan yang cukup tinggi ketika
dibandingkan dengan Besi (III) tiosianat.
3. Pengaruh anion terhadap absorbansi
Dalam percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh anion terhadap kesetabilan
senyawa kompleks. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan larutan besi(III)tiosianat
dan besi(III)o-fenantrolin. Selanjutnya masing-masing larutan dimasukkan kedalam kuvet dan
ditambah sedikit NaF sambil di kocok hingga larut. Setelah NaF larut kedua larutan di ukur
absorbansinya. Lalu percobaan tersebut diulangi lagi dengan mengganti NaF dengan Na-oksalat,
Na-tartrat, dan kalium dihidrogen fosfat.
Dari percobaan diatas diperoleh data sebagai berikut:
No. Anion A [Besi(III)tiosianat] A [Besi(III)o-fenantrolin]
1 Florida 0,060 0,552
2 Oksalat 0,036 0,366
3 Tartrat 0,366 0,496
4 Dihidrogen fosfat 0,309 0,366
Dari data pengatan diatas nilai absorbansi pada besi(III)o-fenantrolin mempunyai
pergeseran yang relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa besi(III)o-fenantrolin tidak mudah
dipengaruhi oleh anion. Karena pada hasil percobaan tersebut besi(III)o-fenantrolin dapat
mempertahankan nilai absorbansi pada penambahan beberapa anion. Sehingga dapat
disimpulkan pada senyawa kompleks besi(III)o-fenantrolin lebih stabil jika dibandingkan dengan
besi(III)tiosianat.
5. Kesimpulan
Sifat kolorimetri pada dua senyawa kompleks besi (III) tiosianat dengan besi (III) ortofenantrolin
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan pengaruh waktu kestabilan warna senyawa kompleks Besi (III) tiosianat lebih
tinggi dibandingkan dengan senyawa kompleks Besi (III) ortofenantrolin.
2. Kestabilan warna Besi (III) tiosianat dalam suasana asam tidak mudah dipengaruhi oleh pH
dibandingkan dengan besi (III) ortofenantrolin. Sedangkan dalam suasana basa kestabilan
warna Besi (III) ortofenantrolin lebih tinggi atau tidak mudah dipengaruhi pH dibandingkan
Besi (III) tiosianat.
3. Besi(III)o-fenantrolin tidak mudah dipengaruhi oleh anion dibandingkan Besi (III) tiosianat.
Sehingga dapat disimpulkan pada senyawa kompleks besi(III)o-fenantrolin lebih stabil jika
dibandingkan dengan besi(III)tiosianat.
6. Daftar Pustaka
Buku Petunjuk Praktikum Analisis Spektrofotometri. Jurusan Kimia ITB. Bandung.
Christian, G.D. 1977. Analytical Chemistry.Canada: John Wiley & Sons.
Fritz, J.S. and G.H. Schenk. 1979. Quantitative Analytical Chemistry, 4th Ed.. Boston: Allynand
Bacon, Inc.
Skoog, D.A. 1980. Principles of Instrumental Analysis. Holt-Saunders International Edition.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kolorimetri (diakses pada 17 September 2014
Tugas
1.
0 20 40 60 80 100 120 1400
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
Kurva Pengaruh Waktu Terhadap Absorbans Mutlak
Besi(III) Tiosianat
Absorbans
Waktu (menit)
Abso
rban
s
Senyawa kompleks dengan sifat kolorimetri yang baik kestabilan tinggi, memiliki kurva yang
cenderung konstan (linier). Hal ini dikarenakan senyawa kompleks yang stabil absorbansinya
tidak berubah (tetap) oleh pengaruh waktu.
2. Fungsi pereaksi-pereaksi berikut :
Natrium asetat : untuk mengatur pH sehingga warna kompleks Fe (II)-o-fen dapat
terbentuk lebih cepat
Hidroksilamin hidroklorida : untuk mereduksi Fe(III) menjadi Fe(II) yang akan membentuk
kompleks yang lebih baik dengan ortofenantrolin
Lampiran