Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR TEKS BIOGRAFI MENGGUNAKAN
MODEL PROJECT BASED LEARNIG (PJBL) DENGAN DISCOVERY
LEARNING PADA SISWA KELAS X MAN 3 KOTA BANDA ACEH
Skripsi
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
oleh
Yuli Mutry
1511010011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BINA BANGSA GETSEMPENA
BANDA ACEH
2019
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk pendapat
gelar akademik (sarjana), baik di STKIP Bina Bangsa Getsempena maupun di
perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim bimbingan dan masukan tim penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naska dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi. .
Banda Aceh, 18 Februari 2020
Yang membuat pernyataan
Yuli Mutry
Nim. 1511010011
Motto
Dalam hidup kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan maka dari itu kita harus siap
menerima segala konsenkuensi yang akan terjadi.
‘Yuli Mutry’
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Puji Syukur Kepada Allah Sholawat Kepada Nabi
Kupersembahkan Skripsi Ini Truntuk :
Ayahanda dan Ibunda Tercinta
Yang telah berjuang dengan penuh keikhlasan dan ketulusan tanpa
batas waktu. Terimakasih selalu mengutamakan kebahagianku.
Kakak Dan Adik Ku Yang Teristimewa
Terimakasih kalian selalu memberi dukungan penuh kepadaku.
Maaf identitas tidak saya sebutkan, karena kalian terlalu istimewa
sehingga nama kalian cukup dihati saja.
Sahabat Tersayang
Terimakasih selalu membantu selama proses perkuliahan berlansung
Pembimbing
Terimakasih kepada ibu Rika Kustina, M.Pd dan ibu Fitriati, M. Ed
yang selalu sabar membimbingku.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Perbandingan Hasil Belajar Teks Biografi Menggunakan Model Project Based
Learnig dengan Discovery Learning pada siswa kelas X MAN 3 Banda Aceh”.
Shalawat beriring salam kepada Rasulullah saw yang melalui perjuangan berat
beliaulah penulis dan kita semua dapat menikmati indahnya kehidupan yang penuh
dengan ilmu pengetahuan ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Rika Kustina, M.Pd selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan, bimbingan, pengarahan, masukan dan saran-
saran dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini dimasa yang akan datang. Akhirnya semoga jasa dan amal baik yang telah
disumbangkan kepada penulis, dibalas oleh Allah swt. Amin ya rabbal’alamin....
Banda Aceh, Desember 2019
Penulis
Yuli Mutry
1511010011
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................ 7
1.3 Batasan Masalah ............................................................................. 8
1.4 Rumusan Masalah ........................................................................... 8
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
1.7 Definisi Operasional ....................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORITIS ......................................................................... 12
2.1.Model Pembelajaran Project Basic Learning ................................ 12
2.2.Model Pembelajaran Discovery Learning...................................... 21
2.3.Teks Biografi ................................................................................. 29
2.4.Penelitian yang Relevan ................................................................. 41
2.5.Variabel Penelitian .................................................................................. 43
2.6.Hipotesis Penelitian ................................................................................. 43
BAB III METODELOGI PENELITIAN ..................................................... 44
3.1.Rancangan Penelitian ..................................................................... 44
3.2.Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 45
3.3.Instrumen Penelitian ................................................................................ 46
3.4.Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 46
3.5.Teknik Analisis Data ........................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
ABSTRAK
Mutry Yuli. 2015. Perbandingan Hasil Belajar Teks Biografi Menggunakan
Model Project Based Learnig (PJBL) dengan Discovery Learning Pada Siswa
Kelas X MAN 3 Kota Banda Aceh. Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia. STKIP Bina Bangsa Getsempena. Pembimbing: I. Rika Kustina, M.Pd,
II. Fitriati, M.Ed.
Model pembelajaran adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam
proses belajar, ada banyak metode yang bisa dipilih untuk membuat suasana
belajar menjadi lebih aktif dan menyenangkan namun terkadang guru belum
mampu memilih model yang tepat atau sesuai sehingga proses belajar dan tujuan
pembelajaran tidak berjalan sesuai harapan. Penelitian ini merupakan penelitian
menggunakan dua model yaitu model Project Based Learning (PJBL) dengan
Discovery Learning. Penggunaan kedua model ini untuk melihat model mana
yang sesuai diterapkan pada materi teks Biografi. Adapun tujuan penelitian ini
untuk mengetahui perbandingan hasil belajar Teks Biografi menggunakan model
Project Based Learning (PJBL) dengan Discovery Learning. Penelitian ini
tergolong dalam penelitian experimen dengan desain Randomized Subject,
Posttest Control Group Design. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes akhir
yang berbentuk unjuk kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X MAN 3 Banda Aceh sedangkan sampelnya siswa kelas X MIA1 dan kelas
X MIA2 MAN 3 Banda Aceh. Teknik analisis data menggunakan teknik uji t. dari
analisis data diproleh hasil belajar Teks Biografi menggunakan model Project
Based Learning (PJBL) adalah 81,69 sedangkan Discovery Learning adalah
79,62. Setelah diterapkan model Project Based Learning (PJBL) dengan
Discovery Learning rata-rata nilai siswa mencapai KKM. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model
Project Based Learning (PJBL) dengan Discovery Learning mendapat nilai yang
sama. Adapun saran yang diberikan sebaiknya guru menerapkan model yang
sesuai dengan materi.
Kata kunci: Project Based Learning, Discovery Learning, Teks Biografi,
Menulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................ 7
1.3 Batasan Masalah ............................................................................. 8
1.4 Rumusan Masalah ........................................................................... 9
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................ 9
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................... 10
1.7 Definisi Operasional ....................................................................... 11
BAB II KAJIAN TEORITIS ......................................................................... 13
2.1. Model Pembelajaran...................................................................... 13
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran ........................................... 13
2.1.2 Model Pembelajaran Project Based Learning .................. 14
2.1.3 Karakteristik Model Pembelajaran Project Based ........... 16
2.1.4 Ciri-ciri Model Pembelajaran Project Based Learning .... 16
2.1.5 Sintagmatik/Prosedur Model Pembelajaran
Berbasis Masalah ............................................................. 19
2.1.6 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Project Based Learning .................................................. 22
2.2. Model Pembelajaran Discovery Learning..................................... 24
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning .............. 24
2.2.2 Prosedur/Langkah-Langkah Model Pembelajaran
Discovery Learning ........................................................... 27
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model
Discovery Learning ........................................................... 31
2.2.4 Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning
dalam Mengonversi Teks Biografi ..................................... 34
2.3.Teks Biografi ................................................................................. 32
2.4.Penelitian yang Relevan ................................................................. 46
2.5.Variabel Penelitian ......................................................................... 47
2.6.Hipotesis Penelitian ....................................................................... 47
ii
BAB III METODELOGI PENELITIAN ..................................................... 48
3.1.Rancangan Penelitian ..................................................................... 48
3.2. Populasi dan Sampel ..................................................................... 49
3.3.Instrumen Penelitian ...................................................................... 50
3.4.Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 50
3.5.Teknik Analisis Data ...................................................................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 57
4.1 Deskripsi Data ................................................................................ 57
4.2 Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 57
4.3 Hasil Penelitian ............................................................................... 58
4.3.1 Pengumpulan data tes .......................................................... 58
4.2.1 Penskoran Data Nilai Kelas X MIA 1 ................................ 59
4.4 Uji normalitas ................................................................................. 61
4.4.1 Pengolahan rata-rata dan varian tes akhir kelas X MIA 2 ... 64
4.5 uji homogenitas data tes akhir ........................................................ 67
4.6 pembahasan penelitian ................................................................... 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 78
5.1 Simpulan ........................................................................................ 78
5.2 Saran .............................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. RPP Teks Biografi .................................................................................................... 85
2. Dokumentasi Penelitian ............................................................................................ 86
3. SK Pembimbing (PENBI STKIP BBG) ................................................................... 81
4. SK Pengantar Penelitian (STKIP BBG) .................................................................... 82
5. SK Izin Melakukan Penelitian (KEMENAG)............................................................ 83
6. SK Telah Melakukan Penelitian (MAN 3 KOTA BANDA ACEH) ......................... 84
DAFTAR TABEL
3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................................................... 48
4.1 Rincian Kegiatan Penelitian ............................................................................................. 57
4.2 Nilai Post Test Kelas X MIA 1 Menggunakan Model Project Basect Learning ............. 58
4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai test akhir siswa kelas X MIA 1
menggunakan model Project Based Learning ............................................................... 60
4.4 Nilai Post Test kelas X MIA 2 menggunakan model Discovery Learning ..................... 63
4.5 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai test akhir siswa kelas X MIA 2
dengan model Discovery learning ................................................................................... 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu kelebihan Kurikulum 2013 adalah menempatkan bahasa sebagai
penghela ilmu pengetahuan. Dalam pembelajaran berbasis teks, bahasa Indonesia
tidak hanya sekadar pengetahuan bahasa, melainkan sebagai sumber aktualisasi diri
penggunanya sesuai konteks sosial budaya akademis sesuai dengan pendidikan
karakter. Pada hal ini pembelajaran menekankan pada pemahaman dan isi teks.
(Mahsun, 2014:94).
Menyusun teks dapat diartikan sebagai kegiatan memproduksi sebuah teks, baik
lisan maupun tulis. Menyusun teks tulis atau menulis adalah suatu cara seseorang
menyampaikan ide dan gagasannya lewat tulisan. Sebuah tulisan dibuat untuk
dipahami maksud dan tujuannya sehingga proses yang dilakukan penulis tidak sia-sia
(Abidin, 2012:181).
Tarigan (2013:20) menambahkan menulis menjadi salah satu kegiatan yang
penting. Sebab dengan menulis, siswa dilatih untuk berpikir dan menuangkan hasil
pikirannya kedalam tulisan. Selain itu, kemajuan bangsa dan negara dapat diukur dari
maju atau tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. Kegiatan menulis biografi juga
merupakan keterampilan yang penting. Pada saat ini, biografi menjadi salah satu jenis
teks yang digemari di masyarakat. Hal itu dikarenakan biografi mengungkap kisah
hidup seseorang. Setiap orang pasti memiliki keunikan dan berbeda kisah hidupnya.
Kisah hidup itulah yang akan menginspirasi orang lain. Akan tetapi, jika kisah hidup
yang unik itu tidak ditulis, maka hanya akan menjadi kisah biasa. Fuad (2012:13)
2
mengungkapkan bahwa sebuah cerita tak akan mati ketika kita menuliskan cerita itu
dan meninggalkannya untuk yang masih hidup.
Dalam dunia pendidikan, biografi membelajarkan siswa agar dapat
mengikuti keteladanan seorang tokoh. Zabadi dan Sutejo (2013: 37) menambahkan agar
tidak melupakan jasa dan semangat para inspirator bangsa, kita perlu
mengetahui biografinya. Melalui biografi, seorang siswa diharapkan terinspirasi oleh
rangkaian kisah tokoh sehingga dapat membentuk karakter yang cerdas dan
berakhlak mulia sesuai dengan tujuan pendidikan.
Keterampilan menulis itu tidak datang dengan sendirinya. Hal itu menuntut
latihan yang cukup dan teratur serta pendidikan yang terprogram (Tarigan, 2013:9).
Keterampilan menulis tidak dapat dilakukan secara instan, tetapi membutuhkan
proses yang berkelanjutan. Hal ini dikarenakan kegiatan menulis membutuhkan
pengetahuan yang tidak sedikit, tetapi pengetahuan yang luas sehingga siswa dapat
mengeluarkan ide dan gagasannya secara maksimal.
Akan tetapi, menulis bagi seorang siswa masih sulit dilakukan. Abidin
(2012:190) mengungkapkan rata-rata siswa sekolah dasar sampai kelas enam
belum mampu menulis secara mandiri dengan hasil yang memuaskan. Kondisi
ini terjadi pula di sekolah menengah bahkan perguruan tinggi. Fuad (2012:8)
menambahkan bahwa menulis biografi tidaklah mudah, penulis harus pandai
menggali dan menyusun berbagai informasi dari tokoh. Dalam pembelajaran
kompetensi dasar (KD) 3.15 Menganalisis aspek makna dan kebahasaan dalam
teks biografi dan kompetensi dasar (KD) 4.15 Menceritakan kembali isi teks
biografi baik lisan maupun tulis. Menyusun teks biografi mengharuskan
siswa untuk menulis cerita tentang perjalanan hidup seseorang.
3
Beberapa faktor membuat siswa kesulitan dalam menulis teks biografi mulai
dari mengumpulkan data informasi, memulai sebuah kisah, merangkai
setiap peristiwa yang dialami tokoh, memberikan pandangan dan penilaian
terhadap tokoh. siswa juga sangat susah dalam membuat teks biografi secara
teratur. Siswa sangat susah dalam mengatur struktur teks. Dalam teks pasti ada
struktur begitu juga dengan biografi ada struktur. Struktur teks biografi ini ada
empat, dalam empat poin inilah yang membuat siswa sering keliru dalam
menyusun teks. Disini siswa terkadang lansung menulis prestasi-prestasi yang
diraih oleh para tokoh dalam biografi. Seharusnya siswa menulis teks biografi
tersebut mulai dari orientasi dan diakhiri dengan penutup.
Selain itu, rendahnya sentuhan pendidik dalam memberikan model menulis
yang tepat menyebabkan siswa jenuh dalam menulis. Salah satu faktor dominan
adalah rendahnya peran guru dalam membina siswa agar terampil menulis (Abidin,
2012:190).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa MAN 3 Banda
Aceh pada tanggal 26 September 2019 didapatkan beberapa temuan yaitu: Hasil tes
yang diperoleh siswa masih sangat rendah, dilihat dari masih ada siswa yang
melakukan remedial. Setiap ada tes atau ulangan harian pasti selalu ada yang harus
melakukan remedial. Hasil observasi yang dilakukan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dapat dilihat bahwa peranan guru dalam pembelajaran masih relatif
dominan, guru lebih banyak berceramah diselingi dengan latihan soal-soal sehingga
kurang adanya aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Disamping itu,
ketika siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dan diberikan tugas untuk
4
dikerjakan bersama hanya beberapa orang saja yang mengerjakan tugas dan
berdiskusi sedangkan yang lainnya hanya mengobrol.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan solusi agar hasil belajar
teks biografi siswa dapat ditingkatkan, salah satunya adalah dengan menggunakan
model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. model
pembelajaran yang dianggap sesuai dengan permasalahan rendahnya hasil belajar
siswa adalah Model Project Based Learning (PjBL) dan Model Discovery Learning
(DL).
5
Pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (PjBL) lebih
spesifik dikemukakan oleh Helm dan Katz (dalam Nasir, 2017), merupakan model
pembelajaran yang secara mendalam menggali nilai-nilai dari suatu topik tertentu
yang sedang dipelajari. Kata kunci utama model ini adalah adanya kegiatan
penelitian yang sengaja dilakukan oleh siswa dengan berfokus pada upaya mencari
jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pendidik. Dalam implementasinya,
model ini memberikan peluang yang luas kepada siswa untuk membuat keputusan
dalam memilih topik, melakukan penelitian, dan menyelesaikan sebuah proyek
tertentu. Model Pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (PjBL)
adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan
suatu proyek pembelajaran tertentu. Keunggulan model pembelajaran berbasis
proyek dinilai sangat baik dalam mengembangkan berbagai keterampilan dasar yang
harus dimiliki siswa termasuk keterampilan berpikir, keterampilan membuat
keputusan, kemampuan berkreativitas, kemampuan memecahkan masalah, dan
sekaligus efektif untuk mengembangkan rasa percaya diri dan manajemen diri para
siswa (Nasir, 2017).
Selain menggunakan Model PjBL, terdapat salah satu model pembelajaran
yang berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar teks biografi yaitu model
Discovery Learning (penemuan). Dalam model Discovery Learning, masalah yang
diperhadapkan kepada siswa yaitu permasalahan yang direkayasa oleh guru.
Discovery Learning ialah suatu model atau cara yang melibatkan siswa dalam
6
proses kegiatan mentyugtal melalui tukar pendapat, dengan diskusi, membaca
sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri (dalam Roestiyah,
2012:20). Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning
adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan
dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi
sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka
ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Menurut Bruner dalam Budiningsih (2012:43) “pembelajaran yang selama ini
diberikan di sekolah lebih banyak menekankan pada perkembangan kemampuan
analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpik irintuitif”
Model Discovery Learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang
terjad bila bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk finalnya. Siswa dituntu untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan-kesimpulan. Adapun langkah-langkah pembelajarannya
adalah: stimulation (pemberian rangsangan), problem statement (pertanyaan/
identifikasi masalah), data collection (pengumpulan data), data processing
(pengolahan data), verification (pembuktian), generalization (menarik kesimpulan
atau generalisasi). Model Discovery Learning dianggap memiliki banyak dampak
positif dalam pembelajaran, diantaranya adalah: (1) memiliki motivasi dari dalam
diri sendiri untuk menyelesaikan pekerjaannya samapai mereka menemukan jawaban
atas problem yang dihadapai, (2) mandiri dalam memecahkan masalah, (3)
7
memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka harus menganalisis dan
mengelola informasi. Berdasarkan uraian di atas secara tersirat diketahui bahwa
dengan tidak menyajikan bahan ajar dalam bentuk final, sangat memungkinkan siswa
untuk berpikir kritis dan kreatif guna menemukan konsep, hukum, maupun prinsip
materi ajar. Secara bersamaan perlahan-lahan keterampilan siswa dalam
mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, mengolah data, membuat
pembuktian, menarik kesimpulan, dan menyampaikan ide gagasan dapat terasah.
Selain itu sangat dimungkinkan munculnya rasa ingin tahu yang besar dalam
menemukan konsep, hukum, atau prinsip materi ajar.
Pembelajaran model Discovery Learning dapat dimodifikasi menjadi
pembelajaran berbasis diskusi kelompok. Melalui diskusi kelompok, interaksi yang
baik antar siswajugasangat mungkin terjadi. Dalam pembelajaran kelompok, siswa
saling bertukar pikiran untuk menemukan konsep, hukum, atau prinsip materi ajar.
Dengan demikian sikap toleransi antar siswa dapat dibangun. Di sisi lain
kemandirian dan tanggung jawab siswa juga akant erlatih. Guru hendaknya
memberikan penuh kepada siswa untuk berperan sebagai penemu. Adapun peran
guru dalam pembelajaran adalah sebagai pemberi stimulus. Dengan demikian, jelas
terlihat model Discovery Learning akan meminimalisir dominasi guru di kelas.
Mengingat data mengenai penelitian perbandingan model Project Based
Learnig (PjBL) dengan Discovery Learning masih jarang dilakukan sedangkan
penggunaan model ini sangat menarik sehingga penulis mencoba untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Teks Biografi
8
Menggunakan Model Project Based Learnig (PjBL) dengan Discovery
Learning Pada Siswa Kelas X MAN 3 Banda Aceh”.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah pengenalan sebuah masalah. Identifikasi masalah
adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting diantara
proses lain. Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang
mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu
fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pembeda
antara sesuatu dengan yang lain. Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
identifikasi ini memudahkan kegiatan peneliti yaitu sebagai berikut.
1. Kurang adanya aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran
2. Hanya beberapa orang saja yang mengerjakan tugas dan berdiskusi ketika
pembelajaran kelompok berlangsung sedangkan yang lainnya hanya
mengobrol
3. Pentingnya peran pendidik/guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Kurang bervariasinya model pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran teks biografi.
1.3 Batasan Masalah
Supaya penelitan yang dilakukan terfokus dan terarah maka dilakukan
pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada masalah Perbandingan Hasil
Belajar Teks Biografi Menggunakan Model Project Based Learnig (PjBL) dengan
Discovery Learning pada siswa kelas X MAN 3 Banda Aceh.
9
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis
merumuskan masalah yang diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Hasil belajar Teks Biografi Menggunakan Model Project Based
Learnig (PjBL) pada siswa kelas X MIA 1 MAN 3 Banda Aceh?
2. Bagaimanakah Hasil belajar Teks Biografi Menggunakan Model Discovery
Learning pada siswa kelas X MIA 2 MAN 3 Banda Aceh?
3. Bagaimanakah perbandingan Hasil Belajar Teks Biografi Menggunakan Model
Project Based Learnig (PjBL) dengan Discovery Learning pada siswa kelas X
MIA 1 dan X MIA 2 MAN 3 Banda Aceh?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis
merumuskan masalah yang diteliti sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Hasil belajar Teks Biografi Menggunakan Model Project
Based Learnig (PjBL) pada siswa kelas X MIA 1 MAN 3 Banda Aceh.
2. Untuk mengetahui Hasil belajar Teks Biografi Menggunakan Model Discovery
Learning pada siswa kelas X MIA 2 MAN 3 Banda Aceh?
3. Untuk mengetahui perbandingan Hasil Belajar Teks Biografi Menggunakan
Model Project Based Learnig (PjBL) dengan Discovery Learning pada siswa
kelas X MIA 1 dan X MIA 2 MAN 3 Banda Aceh
10
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam
pembelajaran teks biografi yang dipengaruhi oleh kebiasaan menulis siswa.
2. Memberikan wawasan kepada pembaca untuk mengetahui tentang Teori
Model Project Based Learnig (PjBL) dengan Discovery Learning.
3. Memberikan wawasan kepada pembaca untuk mengetahui teori dan
instrumen yang digunakan dalam hasil belajar teks biografi.
4. Memberikan wawasan kepada pembaca untuk mengetahui tentang teori
dan instrument yang digunakan dalam analisis perbandingan.
5. Memberikan wawasan kepada pembaca untuk mengetahui tentang
perangkat pembelajaran Model Project Based Learnig (PjBL) dengan Discovery
Learning.
1.6.2 Secara Praktis
1. Bagi Siswa: Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa, diantaranya
menambah pemahaman siswa, motivasi, semangat siswa dalam mengikuti
pelajaran menulis teks cerita biografi sehingga hasil belajar mereka juga
meningkat.
2. Bagi Guru: Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru yaitu dapat menjadi
rujukan untuk meningkatkan pengajaran membaca, dapat menjadi sarana untuk
11
membantu siswa memahami bahan bacaan dengan Model Project Based Learnig
(PjBL) dengan Discovery Learning..
3. Bagi Pengambil Kebijakan: Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengambil
kebijakan, diantaranya mampu memberikan kebijakan yang tepat dalam
peningkatan mutu pendidikan, mampu memberikan motivasi kepada guru untuk
mengajar dengan model yang tepat, dan mampu memberikan motivasi kepada
siswa untuk menjadikan kegiatan menulis sebagai kebiasaan sehingga
kemampuan menulisnya juga meningkat.
1.7 Definisi Operasional
Menghindari kekeliruan dalam penafsiran istilah yang ada dalam penelitian
ini, berikut didefinisi istilah-istilah dalam penelitian ini yaitu:
1. Model pembelajaran adalah model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
konsep yang membantu menjelaskan proses pembelajaran, baik menjelaskan pola
pikir maupun pola tindakan pembelajaran tersebut (Abidin,2012:30).
2. .Hasil Belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2013:22).
3. Model Project Based Learnig (PjBL) adalah model pengajaran yang bercirikan
penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa
untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan
masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, dimana tugas
guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan
mengarahkan diri (Hosnan, 2014: 295).
12
4. Model Discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar
aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga
bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang
dihadapi (Hosnan,2014: 282)
13
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Model Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar siswa
dan gaya mengajar guru. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu
siswa untuk mendapatkan informasi, keterampilan, cara berpikir, dan
mengekpresikan idenya. Prastowo (2013: 68) berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang secara sistematis
dilaksanakan berdasarkan pola-pola pelajaran tertentu. Model pembelajaran
tersusun atas beberapa komponen yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan
sistem pendukung.
Menurut Sani (2013: 89) model pembelajaran adalah kerangka
konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan
teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan belajar. Lebih lanjut, Suprihatiningrum (2013: 145)
mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rancangan
yang di dalamnya menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang dapat
dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai
kepada siswa.
Trianto (2013: 22) mengungkapkan bahwa model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial
14
dan untuk menentukan perangkat- perangkat pembelajaran yang termasuk
di dalamnya buku-buku, film-film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Pola dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan
urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai
dengan serangkaian kegiatan pembelajaran (Trianto, 2013: 24). Pola dari
suatu model pembelajaran menunjukkan kegiatan- kegiatan apa yang harus
dilakukan oleh guru atau siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli,
peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola
pembelajaran yang tergambar dari awal hingga akhir kegiatan pembelajaran
yang tersusun secara sistematis dan digunakan sebagai pedoman untuk
merencanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Ciri utama dari model pembelajaran adalah adanya
tahapan atau sintaks pembelajaran
2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning
Duch dalam Olatoye dan Adekoya (dalam Hayati, 2013)
menggambarkan Project Based Learning (PjBL) atau pembelajaran berbasis
proyek sebagai metode instruksional yang menantang siswa untuk „belajar
bagaimana caranya belajar‟, bekerja secara kooperatif dalam mencari solusi
permasalahan di kehidupan nyata. Hal itu tidak hanya menimbulkan
keterampilan dalam inkuiri ilmiah, tetapi juga menanamkan sikap dan
perspektif konseptual yang dibutuhkan dalam inkuiri ilmiah.
15
Model pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu model
pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah
bermakna, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian
berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja
secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata. Model
pembelajaran berbasis proyek berfokus pada konsep dan prinsip inti sebuah
disiplin, memfasilitasi mahasiswa untuk berinvestigasi, pemecahan masalah,
dan tugas-tugas bermakna lainnya, berpusat pada siswa (students centered)
dan menghasilkan produk nyata. Menurut Thomas (dalam Rati, 2017),
pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di
kelas dengan melibatkan kerja proyek.
Thomas, dkk (dalam Rati, 2017) menyatakan bahwa Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning) merupakan pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di
kelas dengan melibatkan kerja proyek. Pembelajaran berbasis proyek
memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang
lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) adalah suatu model
yang menekankan pada siswa untuk dapat belajar secara mandiri dengan
memecahkan masalah yang dihadapi serta mahasiswa juga dapat
menghasilkan suatu proyek atau karya nyata.
16
2.1.3 Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning
Pentingnya penanaman bagaimana cara belajar ini sebagaimana
dinyatakan oleh Raka Joni (dalam Nasir, 2017) bahwa pendidik dituntut
untuk mampu merancang pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
(1) melakukan proses pembelajaran bagaimana belajar (lerning how to learn);
(2) mengutamakan strategi yang mendukung proses belajar yang bermakna;
(3) membantu peserta didik agar cakap dalam memikirkan dan memilih
jawaban atas persoalan yang dihadapkan kepadanya; dan
(4) pendidik tidak banyak menyampaikan informasi langsung kepada peserta
didik.
2.1.4 Ciri-ciri Model Pembelajaran Project Based Learning
Kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek tidak semuanya disebut
sebagai PjBL. Beberapa kriteria harus dimiliki untuk dapat menentukan
sebuah pembelajaran sebagai bentuk PjBL. Lima kriteria suatu pembelajaran
merupakan PjBL adalah sentralitas, mengarahkan pertanyaan, penyelidikan
kontruktivisme, otonomi, dan realistis. Thomas, (dalam Afriana, 2015) :
1) The project are central, not peripheral to the curriculum. Kriteria ini
memiliki dua corollaries. Pertama, proyek merupakan kurikulum. Pada PjBL,
proyek merupakan inti strategi mengajar, siswa berkutat dan belajar konsep
inti materi melalui proyek. Kedua, keterpusatan yang berarti jika siswa
belajar sesuatu di luar kurikulum, maka tidaklah dikategorikan sebagai PjBL.
17
2) Proyek PjBL difokuskan pada pertanyaan atau problem yang
mendorong siswa mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau
pokok dari mata pelajaran. Definisi proyek bagi siswa harus dibuat
sedemikian rupa agar terjalin hubungan antara aktivitas dan pengetahuan
konseptual yang melatarinya. Proyek biasanya dilakukan dengan pengajuan
pertanyaanpertanyaan yang belum bisa dipastikan jawabannya (ill-defined
problem). Proyek dalam PjBL dapat dirancang secara tematik, atau gabungan
topik-topik dari dua atau lebih mata pelajaran.
3) Proyek melibatkan siswa pada penyelidikan konstruktivisme. Sebuah
penyelidikan dapat berupa perancangan proses, pengambilan keputusan,
penemuan masalah, pemecahan masalah, penemuan, atau proses
pengembangan model. Aktivitas inti dari proyek harus melibatkan
transformasi dan konstruksi dari pengetahuan (pengetahuan atau
keterampilan baru) pada pihak siswa. Jika aktivitas inti dari proyek tidak
merepresentasikan “tingkat kesulitan” bagi siswa, atau dapat dilakukan
dengan penerapan informasi atau keterampilan yang siap dipelajari, proyek
yang dimaksud adalah tak lebih dari sebuah latihan, dan bukan proyek PjBL
yang dimaksud.
4) Project are sudent-driven to some significant degree. Inti proyek
bukanlah berpusat pada guru, berupa teks aturan atau sudah dalam bentuk
paket tugas. Misalkan tugas laboratorium dan booklet pembelajaran bukanlah
contoh PjBL. PjBL lebih mengutamakan kemandirian, pilihan, waktu kerja
18
yang tidak bersifat kaku, dan tanggung jawab siswa daripada proyek
tradisional dan pembelajaran tradisional.
5) Proyek adalah realistis, tidak school-like. Karakterisitik proyek
memberikan keotentikan pada siswa. Karakteristik ini boleh jadi meliputi
topik, tugas, peranan yang dimainkan siswa, konteks di mana kerja proyek
dilakukan, produk yang dihasilkan, atau kriteria di mana produk-produk atau
unjuk kerja dinilai. PjBL melibatkan tantangan-tantangan kehidupan nyata,
berfokus pada pertanyaan atau masalah autentik (bukan simulatif), dan
pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang sesungguhnya.
Sedangkan ciri pembelajaran berbasis proyek menurut Center for Youth
Development and Education Boston (dalam Rati, 2017) yaitu:
1. Siswa mengambil keputusan sendiri dalam kerangka kerja yang
telah ditentukan bersama sebelumnya.
2. Siswa berusaha memecahan sebuah masalah atau tantangan yang
tidak memiliki satu jawaban pasti.
3. Siwa didorong untuk berfikir kritis, memecahkan masalah,
berkolaborasi, serta mencoba berbagai bentuk komunikasi.
4. Siswa bertanggung jawab mencari dan mengelola sendiri
informasi yang mereka kumpulkan.
5. Evaluasi dilakukan secara terus-menerus selama proyek
berlangsung.
6. Siswa secara reguler merefleksikan dan merenungi apa yang telah
mereka lakukan, baik proses maupun hasilnya.
19
2.1.5 Sintagmatik/Prosedur Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahapan PjBL dikembangkan oleh dua ahli, The George Lucas
Education Foundation dan Dopplet. Sintaks PjBL Kemdikbud, (dalam
Afriana, 2015:07-08) yaitu :
Fase 1 : Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential
question) Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu
pertanyaan yang dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan
suatu aktivitas. Pertanyaan disusun dengan mengambil topik yang
sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam. Pertanyaan yang disusun hendaknya tidak
mudah untuk dijawab dan dapat mengarahkan siswa untuk membuat
proyek. Pertanyaan seperti itu pada umumnya bersifat terbuka
(divergen), provokatif, menantang, membutuhkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi (high order thinking), dan terkait dengan
kehidupan siswa. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan
untuk para siswa.
Fase 2: Menyusun perencanaan proyek (design project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa.
Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas
proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan
kegiatan yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan penting,
dengan cara mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin, serta
20
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
Fase 3: Menyusun jadwal (create schedule) Guru dan siswa
secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan
proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: membuat jadwal untuk
menyelesaikan proyek, (2) menentukan waktu akhir penyelesaian
proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4)
membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu. Jadwal yang telah
disepakati harus disetujui bersama agar guru dapat melakukan
monitoring kemajuan belajar dan pengerjaan proyek di luar kelas.
Fase 4: Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the
students and progress of project) Guru bertanggung jawab untuk
memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan proyek. Pemantauan
dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan
kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar
mempermudah proses pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat
merekam keseluruhan kegiatan yang penting.
Fase 5: Penilaian hasil (assess the outcome) Penilaian
dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian
standar kompetensi, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang
21
sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.
Fase 6: Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience) Pada
akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi
terhadap kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap
ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya
selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan
diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru
(new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada
tahap pertama pembelajaran.
Mulyadi (2015) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
(PjBL) juga telah dikembangkan sebagai sebuah model pembelajaran dengan
sintaks belajar sebagai berikut:
Tabel 2.2 Sintagmatik Model Pembelajaran Project Based Learning
Tabel 2.2 Langkah-Langkah PjBL
( Modifikasi dari buku Bimtek KTI pembelajaran inovati produktif,
dalam Mulyadi 2015)
1. Penentuan
Proyek
5. Menguji Hasil
dan Presentasi 4. Monitoring
3. Penyusunan
Jadwal 2. Perancangan
Penyelesaian Proyek
6. Evaluasi
Proses dan
Hasil Proyek
22
2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Project Based
Learning
Dibandingkan dengan model lain, PjBL mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran siswa dalam materi tertentu dan menjadikan siswa
mampu mengaplikasikan satu pengetahuan tertentu dalam konteks tertentu
(Doppelt, dalam Afriana, 2015;15). Siswa harus terlibat secara kognitif
dalam proyek selama waktu tertentu. Keterlibatan dalam tugas yang
kompleks adalah salah satu komponen penting pembelajaran karena kita
berasumsi bahwa siswa akan termotivasi untuk menguji ide mereka dan
kedalamana pemahaman pada saat menghadapi masalah autentik.
Moursund dan Kemdikbud (dalam Afriana, 2015;16) menyebutkan beberapa
kelebihan penggunaan PjBL adalah:
1. Increased motivation. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar
dan mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan penting. Siswa
tekun bekerja dan berusaha keras untuk belajar lebih mendalam dan
mencari jawaban atas keingintahuan dan dalam menyelesaikan
proyek.
2. Increased problem-solving ability. Lingkungan belajar PjBL
membuat siswa menjadi lebih aktif memecahkan masalah-masalah
yang kompleks. Siswa mempunyai pilihan untuk menyelidiki topik-
topik yang berkaitan dengan masalah dunia nyata, saling bertukar
pendapat antara kelompok yang membahas topik yang berbeda,
mempresentasikan proyek atau hasil diskusi mereka. Hal tersebut
juga mengembangkan keterampilan tingkat tinggi siswa.
23
3. Increased collaborative. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan
keterampilan berkomunikasi.
4. Improved library research skills. Karena PjBL mensyaratkan siswa
harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-
sumber informasi, sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa
untuk mencari dan mendapatkan informasi.
5. Increased resource-management skills. Memberikan pengalaman
kepada siswa dalam mengorganisasi proyek, mengalokasikan waktu,
dan mengelola sumber daya seperti alat dan bahan menyelesaikan
tugas. Ketika siswa bekerja dalam kelompok, mereka belajar untuk
mempelajari keterampilan merencanakan, mengorganisasi,
negosiasi, dan membuat kesepakatan tentang tugas yang akan
dikerjakan, siapa yang akan bertanggungjawab untuk setiap tugas,
dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan.
6. Memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai
kondisi dunia nyata
7. Meningkatkan kemampuan berpikir. Laporan PjBL tidak hanya
berdasar informasi yang dibaca saja, tetapi melibatkan siswa untuk
belajar mengembangkan masalah, mencari jawaban dengan
mengumpulkan informasi, berkolaborasi dan menerapkan
pengetahuan yang dipahami untuk menyelesaikan permasalahan
dunia nyata.
24
8. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran Problem BasedLearning juga
memiliki beberapa kelemahan Kemdikbud, (dalam Afriana, 2015;17):
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di
mana instruktur memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik
secara keseluruhan
2.2 Model Pembelajaran Discovery Learning
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih
& Sani (2014: 64) discovery learning didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
25
Selanjutnya, Sani (2014: 97) mengungkapkan bahwa discovery adalah
menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh
melalui pengamatan atau percobaan.
Pernyataan lebih lanjut dikemukakan oleh Hosnan (2014: 282)
bahwa discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan
cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka
hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui
belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba
memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.
Kemendikbud (2014:45) menjelaskan bahwa Discovery Learning
adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak
disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari
informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif)
apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan
proses mentalnya untuk menemukan beberapa hukum, konsep dan
prinsip, melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan
inferi (pengambilan keputusan/kesimpulan). Proses tersebut disebut
cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental
process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B.
Sund dalam Malik, 2001:219). Nurdin (2016:213) menjelaskan dalam
pembelajaran discovery kegiatan siswa hanya berupa proses mental yang
26
meliputi aspek mengamati, mengolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan.
Kemendikbud (2014:42) menjelaskan bahwa, model pembelajaran
Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran
dalam bentuk finalnya,tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai srategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama
dengan inkuiri (Inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang
prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan
pada ditemukannya konsep atau prisip yang sebelumnya tidak diketahui.
Perbedaanya dengan discovery ialah bahwa discovery masalah yang
diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.
Mulyasa, dkk (2016:127) penggunaan Discovery Learning ditujukan
untuk mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif, serta
merubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Discovery
Learning mengubah modus expository peserta didik yang hanya menerima
infromasi dari guru ke modus discovery di mana peserta didik menemukan
informasi sendiri. Nurdin, dkk (2016:214-215) menjelaskan discovery
learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan berbagai proses
mental siswa untuk menemukan suatu pengetahuan (konsep dan prinsip)
dengan cara mengasimilasi berbagai pengetahuan (konsep dan prinsip) yang
dimiliki siswa. Pembelajaran discovery learning bertujuan untuk
memberikan cara bagi siswa membangun kecakapan-kecakapan
27
intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir
reflektif.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
model Discovery Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang
menuntut siswa untuk mencari dan menemukan sendiri suatu konsep atau
prinsip yang tidak diketahui sebelumnya. Hal ini tidak berarti bahwa guru
menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah masalah disajikan
kepada siswa, tetapi bimbingan yang diberikan dikurangi dan memberikan
kesempatan yang lebih besar kepada siswa untuk belajar sendiri. Dalam
pembelajaran discovery, siswa didorong untuk lebih aktif belajar dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong mereka untuk
memiliki pengalaman-pengalaman dan menghubungkannya.
2.2.2 Prosedur/Langkah-Langkah Model Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Mulyasa, dkk (2016:128-129) implementasi discovery
learning dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan prosedur
operasional sebagai berikut:
Fase 1:
Pemberian
Rangsangan
(stimulation)
1) Peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan
dengan tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri.
2) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran, membaca buku, dan aktivitas
belajar lain yang mengarah pada persiapan
28
Fase 2:
Identifikasi
Masalah
(Problem
Identification)
1) Peserta didik mengidentifikasi sebanyak mungkin
masalah-masalah yang relevan dengan bahan
pembelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara terhadap masalah atau pernyataan).
2) Masalah yang dipilih selanjutnya dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan, atau hipotesis sebagai jawaban
sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Fase 3:
Pengumpulan
Data (Data
Collection)
1) Ketika eksplorasi berlangsung, peserta didik juga
mengumpulkan data dan informasi yang relevan
sebanyak-banyaknya untuk membuktikan hipotesis
2) Pengumpulan data berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis. Dengan demikian, peserta didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan narasumber,
dan melakukan uji coba.
29
Fase 4:
Pemprosesan
Data
(Data
Processing)
1) Pemrosesan data merupakan kegiatan mengolah dan
menafsirkan data dan informasi, baik yang diperoleh
melalui wawancara, observasi, maupun dokumen.
2) Informasi hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi, semuanya diolah, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dianalisis dengan
statistik dan ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu.
Fase 5:
Pembuktian
(Verification)
1) Peserta didik melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis
yang telah ditetapkan dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil analisis data.
2) Verifikasi bertujuan untuk membuktikan bahwa
proses belajar dapat berlangsung efektif,
inovatif, kreatif, dan menyenangkan ketika guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
dan pemahaman melalui contoh-contoh yang
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
30
Fase 6:
Menarik
Kesimpulan
(Generalization)
1) Menarik kesimpulan adalah proses memaknai
pembelajaran yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau
masalah yang sama, dengan memperhatikan
hasil verifikasi.
2) Berdasarkan hasil verifikasi dirumuskan prinsi-
prinsip yang mendasari generalisasi.
Menurut Mulyasa dkk, (2016: 128-129) prosedur discovery
learning di atas, dan implementasi di kelas secara optimal dapat
dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.:
Pertama-tama, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya dan keingintahuan untuk melakukan
penyelidikan. Pembelajaran dapat dimulai dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengeksplorasi bahan.
Setelah dilakukan stimulasi guru memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan
dengan bahan pembelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara).
Ketika peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru
memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
31
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Syah (2014:244) menyatakan
bahwa pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi,
dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Tahap selanjutnya, peserta didik melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah
ditetapkan, dihubungkan dengan hasil pemrosesan data. Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek apakah
terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
Dalam model pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat
dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian yang
digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian
hasil belajar siswa. Jika bentuk penilaiannya berupa kognitif, maka dalam
model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis.
Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan
dengan pengamatan.
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning
Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran harus diiringi dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan
suatu kebaikan ataupun kelebihan. Hosnan (2014: 287-288) mengemukakan
beberapa kelebihan dari model discovery learning yakni sebagai berikut:
32
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi
dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
c. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
d. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lain.
e. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.
f. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
g. Melatih siswa belajar mandiri.
h. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena siswa berpikir
dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
Hosnan (2014: 288-289) mengemukakan beberapa kekurangan dari
model discovery learning yaitu:
a. Menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan
mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi
fasilitator, motivator, dan pembimbing,
b. Kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas,
dan
c. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kekurangan, namun
kekurangan tersebut dapat diminimalisir agar berjalan secara optimal.
Westwood (dalam Sani, 2014: 98) mengemukakan pembelajaran
33
dengan model discovery akan efektif jika terjadi hal-hal berikut:
(1) proses belajar dibuat secara terstruktur dengan hati-hati,
(2) siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan awal untuk
belajar, (3) guru memberikan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk
melakukan penyelidikan.
2.2.4 Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam
Mengonversi Teks Biografi
Menurut Priyatni (2014:108-109) langkah-langkah pembelajaran
dengan model penemuan (discovery learning) untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia yaitu. Pertama, pemberian rangsangan, kedua, identifikasi
masalah, ketiga, merumuskan hipotesis, keempat, mengumpulkan data untuk
membuktikan kebenaran hipotesis, dan kelima, menarik kesimpulan atau
generalisasi
Penerapan model pembelajaran discovery learning dalam
mengonversi teks yaitu: 1) Pemberian rangsangan, guru memberikan contoh
teks biografi dan monolog kepada setiap siswa, siswa membaca contoh teks
biografi dan teks monolog. 2) Identifikasi masalah, guru memberikan
kesempatan kepada setiap siswa untuk bertanya terkait masalah yang
ditemukannya, siswa menanyakan butir-butir penting terkait struktur isi dan
kaidah teks biografi. 3) Merumuskan hipotesis, siswa mencoba menjawab
pertanyaan tentang struktur isi dan kaidah teks biografi. 4) Mengumpulkan
data untuk membuktikan kebenaran hipotesis, melalui diskusi kelompok,
peserta didik mendiskusikan struktur isi dan kaidah teks biografi dengan
menggali data pada teks yang telah dibaca, kemudian siswa menyampaikan
34
hasil diskusi kelompok dalam diskusi kelas, setelah itu guru memberikan
penguatan kepada siswa. 5) Menarik simpulan atau generalisasi, siswa
menarik simpulan dan merevisi temuanya tentang struktur isi dan kaidah
teks biografi, siswa secara individu ditugaskan mengubah bentuk
(mengonversi) teks biografi ke dalam bentuk teks monolog sesuai dengan
struktur isi teks biografi.
2.3 Teks biografi
Biografi berasal bahasa Yunani, yaitu dari kata bios yang berarti hidup,
dan graphien yang berarti tulis. Teks biografi merupakan teks riwayat hidup
seseorang atau tokoh yang ditulis oleh orang lain. Akan tetapi, jika riwayat
hidup seseorang ditulis sendiri oleh orang tersebut, hasilnya disebut autobiografi
(Kemendikbud, 2014: 37).
Biografi memuat identitas dan peristiwa yang dialami seseorang,
termasuk karya dan penghargaan yang diterima dan permasalahan yang
dihadapinya. Uraian tentang identitas berisi antara lain nama, tempat dan tanggal
lahir, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, dan riwayat organisasi yang
diikuti.
Uraian tentang peristiwa berisi kejadian yang dialami tokoh dalam
mengharumkan bangsa, mengembangkan karier, atau memperjuangkan hidup.
Sementara itu, uraian tentang masalah memuat hambatan, tantangan, atau
kendala yang dihadapi tokoh dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.
Dengan mempelajari materi menulis teks biografi, maka guru secara
terintegrasi akan menuntut siswa agar berfikir kreatif untuk menulis, menghargai
35
lingkungan sekitarnya, sekaligus meningkatkan kemampuan berbahasa
Indonesia yang baik dan benar.
2.3.1 Struktur Teks biografi
Teks biografi memiliki struktur isi yang umum, seperti halnya jenis-
jenis teks yang lain, yaitu memiliki judul, orientasi, peristiwa dan masalah,
dan reorientasi. Struktur isi teks eksplanasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Struktur Isi Teks Biografi
No.
Struktur Isi
Teks Biografi
Keterangan
1. Judul Judul teks biografi menuliskan nama tokoh yang akan dikisahkan riwayat hidupnya..
2. Orientasi Bagian orientasi berisi gambaran awal tentang tokoh atau pelaku di dalam teks biografi.
3. Peristiwa dan Masalah Bagian peristiwa dan masalah berisi peristiwa- peristiwa yang terjadi atau pernah dialami oleh
tokoh, termasuk masalah yang dihadapinya
dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.
4. Reorientasi Bagian reorintasi berisi pandangan penulis terhadap tokoh yang diceritakan.
2.3.2 Unsur Kebahasaan Teks biografi
Teks biografi memiliki unsur kebahasaan atau ciri bahasa, seperti
halnya jenis- jenis teks yang lain. Unsur kebahasaan yang terkandung dalam
teks biografi adalah kata hubung, kata rujukan, kata kerja, dan kata yang
menyatakan urutan waktu (Kemendikbud, 2014: 37).
a. Kata Hubung Kata hubung atau kata sambung yaitu kata yang
berfungsi sebagai penghubung antara satu kata dan kata lain dalam
36
satu kalimat. Selain itu, kata hubung juga berfungsi untuk
mengubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain.
1. Jika kata hubung tersebut berfungsi sebagai penghubung kata
dalam satu kalimat, kata hubung itu disebut konjungsi
intrakalimat, seperti dan, tetapi, lalu, kemudian.
2. Jika kata hubung tersebut berfungsi menghubungkan kalimat
yang satu dengan kalimat yang lain, kata hubung itu disebut
konjungsi antarkalimat, misalnya akan tetapi, meskipun
demikian, oleh karena itu.
Jika dilihat berdasarkan perilakunya di dalam kalimat, kata hubung
intrakalimat yang menjadi ciri teks biografi dapat dikelompokkan menjadi
(1) kata hubung koordinatif, (2) kata hubung korelatif, (3) kata hubung
subordinatif.
1. Kata hubung koordinatif digunakan untuk menghubungkan
dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, misalnya dan,
serta, tetapi.
2. Kata hubung korelatif digunakan untuk menghubungkan dua
kata atau frasa yang memiliki status yang sama, biasanya
dipisahkan oleh salah satu kata atau frasa, misalnya baik…
maupun…, tidak hanya …, tetapi juga…
3. Kata hubung subordinatif digunakan untuk menghubungan dua
kata atau frasa yang tidak memiliki status yang sama, misalnya
setelah, agar, sehingga, karena.
37
b. Kata Rujukan Kata rujukan adalah kata yang merujuk pada kata lain
yang telah diungkapkan sebelumnya. Kata rujukan dibedakan
menjadi beberapa, seperti berikut:
1. Kata rujukan benda, yaitu : ini, itu, tersebut.
2. Kata rujukan tempat, yaitu: di sini, di situ, dan di sana.
3. Kata rujukan orang atau yang diperlakukan seperti orang, yaitu:
dia, ia, mereka, beliau.
c. Kata Kerja. Kata kerja adalah kata yang menyatakan suatu tindakan,
keberadaan, pengalaman. Kata kerja dibedakan menajadi dua,
seperti berikut:
1. Kata kerja transitif, adalah kata yang membutuhkan objek
dalam struktur kalimatnya.
Contoh: Septi menendang bola di lapangan.
Kata bola pada kalimat tersebut memiliki
kedudukan sebagai objek, tanpa adanya objek
kalimat tersebut tidak akan sempurna.
2. Kata kerja intransitive Kata kerja intransitif adalah kata yang
tidak membutuhkan objek dalam struktur kalimatnya.
Contoh: Seperti berdiri di depan pintu.
d. Kata yang Menunjukkan Urutan Waktu Kata yang menunjukkan
urutan waktu adalah kata yang memaparkan kejadian atau peristiwa
dengan waktu yang runtut. Pola urutan waktu ditentukan juga oleh
urutan peristiwa.
38
Contoh: Pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hajar Dewantara
bersama dengan rekan-rekan seperjuangannya mendirikan perguruan
yang bercorak nasional, yaitu Nationaal Onderwijs Institut Taman
Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa)
2.3.4 Aspek Penilaian dalam Teks Biografi
Salah satu aspek menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
adalah menulis Teks Biografi. Dalam penulisan teks biografi mencakup
aspek indikator penilaian yaitu struktur teks (Depdikbud, 2014: 134).
Tabel 2.2 Rekapitulasi Aspek Penilaian Teks Biografi
Tabel 2.1 Struktur Isi Teks Biografi
No.
Struktur Isi
Teks Biografi
Keterangan
Skor
1. Orientasi Bagian orientasi berisi gambaran awal tentang tokoh atau pelaku di dalam teks biografi. Disini biasanya menuliskan tentang darimana asal tokoh, dimana tempat dia lahir, siapa orang tuanya, anak keberapa, berapa bersaudara.inilah yang disebut dengan orientasi hanya sebagai pengenalan awal tokoh.
15
2. Peristiwa dan Masalah
Bagian peristiwa dan masalah berisi peristiwa- peristiwa yang terjadi atau pernah dialami oleh
tokoh, termasuk masalah yang dihadapinya
dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.
Umumnya pada peristiwa dan masalah berisi
penjelasan suatu cerita baik berupa pemecahan
masalah, proses karir, peristiwa yang
menyenagkan, menyedihkan bahkan
mengesankan yang dialami oleh tokoh. Sehingga
dia bisa meraih mimpinya
30
3. Reorientasi Bagian reorintasi berisi pandangan penulis terhadap tokoh yang diceritakan.
15
39
Setiap aspek penilaian dalam menulis teks biografi memiliki bobot
nilai maksimal tersendiri. Aspek isi memiliki nilai maksimal 30, aspek
struktur teks terbagi tiga yaitu orientasi, peristiwa masalah, dan reorientasi
masaing masing poin dalam setiap struktur telah terterah pada tabel diatas.
(Depdikbud, 2014: 134).
Isi merupakan uraian isi pesan yang kita sampaikan kepada pembaca
dengan menggunakan bahasa tulis. Bagian isi itu sendiri berfungsi
menjelaskan tema tulisan. Bagian isi tidak hanya terdapat pada teks saja,
semua jenis, macam, dan bentuk tulisan memiliki isi guna menyempurnakan
tulisan tersebut.
Isi pada sebuah teks merupakan inti dari teks atau wacana.
Begitupun dengan teks biografi. Isi tulisan dalam teks biografi adalah
uraian yang menjelaskan tentang informasi yang bersifat informatif dan
argumentatif.
Nilai dari sebuah tulisan pada umumnya didasarkan pada isi. Jika isinya
baik, maka baik pula nilai pembaca dari suatu tulisan tersebut.
(Depdikbud, 2014: 135).
1) Aspek Struktur
Sebuah teks tidak lengkap apabila tidak dibangun oleh
struktur. Terdapat perbedaan antara satu jenis teks tertentu dan jenis
teks lain. Perbedaan dapat terjadi, misalnya pada teks itu sendiri.
Struktur teks membentuk struktur berpikir sehingga di setiap
penguasaan jenis teks tertentu, siswa akan memiliki kemampuan
berpikir sesuai dengan struktur teks yang dikuasainya.
40
Struktur teks dalam teks biografi adalah orientasi, peristiwa dan masalah, dan
reorientasi. t (Depdikbud, 2014: 135).
1. Organisasi Isi sangat baik, Organisasi isi yang dikemukakan
dalam teks biografi sangat baik apabila teks biografi yang
dibuat memiliki ekspresi yang lancar, gagasan yang
diungkapkan dalam teks jelas dan padat, teks biografi tertata
dengan baik, dan urutan struktur teks logis dan kohesif.
2. Organisasi Isi Baik, Organisasi isi yang dikemukakan dalam
teks biografi baik apabila teks biografi yang dibuat memiliki
ekspresi yang kurang lancar, struktur teks kurang
terorganisasi tetapi ide utama ternyatakan, gagasan
pendukung teks terbatas, urutan struktur logis tetapi tidak
lengkap.
3. Organisasi Isi Cukup, Organisasi isi yang dikemukakan
dalam teks biografi cukup apabila teks biografi yang dibuat
memiliki ekspresi yang tidak lancar, struktur teks kurang
terorganisasi, gagasan pendukung teks kacau atau tidak
terkait, urutan struktur dan pengembangan kurang logis.
4. Organisasi Isi Kurang, Organisasi isi yang dikemukakan
dalam teks biografi kurang apabila teks biografi yang dibuat
tidak komunikatif, tidak terorganisasi, atau tidak layak
dinilai.
41
2. Unsur Kebahasaan Teks biografi
No.
Unsur
Kebahasaan
Teks Biografi
Keterangan
Skor
1. Kata Hubung berfungsi sebagai penghubung antara satu
kata dan kata lain dalam satu kalimat.
Contohnya atau, dan, sebelumnya,
selanjutnya,tetapi, untuk, karena,kalau dan
sebagainya.
10
2. Kata Rujukan Kata rujukan adalah kata yang merujuk pada
kata lain yang telah diungkapkan
sebelumnya
Contohnya dia, ia, beliau.
10
3. Kata Kerja Kata kerja adalah kata yang menyatakan
suatu tindakan, keberadaan, pengalaman
Contohnya menamatkan, mengambil,
menatap, melihat dan sebaganya.
10
4
Kata yang Menunjukkan Urutan Waktu
Kata yang menunjukkan urutan waktu adalah kata yang memaparkan kejadian atau peristiwa dengan waktu yang runtut. Contohnya setelah dan akhirnya.
10
Teks biografi memiliki unsur kebahasaan atau ciri bahasa,
seperti halnya jenis- jenis teks yang lain. Unsur kebahasaan yang
terkandung dalam teks biografi adalah kata hubung, kata rujukan, kata
kerja, dan kata yang menyatakan urutan waktu (Kemendikbud, 2014:
37).
42
d. Kata Hubung Kata hubung atau kata sambung yaitu kata yang
berfungsi sebagai penghubung antara satu kata dan kata lain dalam
satu kalimat. Selain itu, kata hubung juga berfungsi untuk
mengubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain.
3. Jika kata hubung tersebut berfungsi sebagai penghubung kata
dalam satu kalimat, kata hubung itu disebut konjungsi
intrakalimat, seperti dan, tetapi, lalu, kemudian.
4. Jika kata hubung tersebut berfungsi menghubungkan kalimat
yang satu dengan kalimat yang lain, kata hubung itu disebut
konjungsi antarkalimat, misalnya akan tetapi, meskipun
demikian, oleh karena itu.
Jika dilihat berdasarkan perilakunya di dalam kalimat, kata
hubung intrakalimat yang menjadi ciri teks biografi dapat
dikelompokkan menjadi (1) kata hubung koordinatif, (2) kata hubung
korelatif, (3) kata hubung subordinatif.
4. Kata hubung koordinatif digunakan untuk menghubungkan
dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, misalnya dan,
serta, tetapi.
5. Kata hubung korelatif digunakan untuk menghubungkan dua
kata atau frasa yang memiliki status yang sama, biasanya
dipisahkan oleh salah satu kata atau frasa, misalnya baik…
maupun…, tidak hanya …, tetapi juga…
43
6. Kata hubung subordinatif digunakan untuk menghubungan dua
kata atau frasa yang tidak memiliki status yang sama, misalnya
setelah, agar, sehingga, karena.
e. Kata Rujukan Kata rujukan adalah kata yang merujuk pada kata lain
yang telah diungkapkan sebelumnya. Kata rujukan dibedakan
menjadi beberapa, seperti berikut:
4. Kata rujukan benda, yaitu : ini, itu, tersebut.
5. Kata rujukan tempat, yaitu: di sini, di situ, dan di sana.
6. Kata rujukan orang atau yang diperlakukan seperti orang, yaitu:
dia, ia, mereka, beliau.
f. Kata Kerja. Kata kerja adalah kata yang menyatakan suatu tindakan,
keberadaan, pengalaman. Kata kerja dibedakan menajadi dua,
seperti berikut:
5. Kata kerja transitif, adalah kata yang membutuhkan objek
dalam struktur kalimatnya.
Contoh: Septi menendang bola di lapangan.
Kata bola pada kalimat tersebut memiliki
kedudukan sebagai objek, tanpa adanya objek
kalimat tersebut tidak akan sempurna.
6. Kata kerja intransitive Kata kerja intransitif adalah kata yang
tidak membutuhkan objek dalam struktur kalimatnya.
Contoh: Seperti berdiri di depan pintu.
44
e. Kata yang Menunjukkan Urutan Waktu Kata yang menunjukkan
urutan waktu adalah kata yang memaparkan kejadian atau peristiwa
dengan waktu yang runtut. Pola urutan waktu ditentukan juga oleh
urutan peristiwa.
Contoh: Pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hajar Dewantara bersama
dengan rekan-rekan seperjuangannya mendirikan perguruan yang
bercorak nasional, yaitu Nationaal Onderwijs Institut Taman Siswa
(Perguruan Nasional Taman Siswa)
Sebuah teks biografi disusun atau dibuat dengan kosakata yang
canggih dengan pemilihan kata dan ungkapan yang efektif. Sehingga teks
biografi yang dihasilkanbersifat komunikatif dan memiliki gagasan yang
jelas. (Depdikbud, 2014: 135).
1. Kosakata sangat baik, Kosakata yang dikemukakan dalam teks biografi
sangat baik apabila teks biografi yang dibuat memiliki penguasaan kata
canggih, pilihan kata dan ungkapan dalam teks bersifat efektif, menguasai
pembentukan kata, dan penggunaan register dalam teks biografi tepat.
2. Kosakata baik, Kosakata yang dikemukakan dalam teks biografi baik
apabila teks biografi yang dibuat memiliki penguasaan kata yang
memadai, pilihan dan bentuk kata terkadang masih salah, dan ungkapan
dalam teks masih salah namun tidak mengganggu.
3. Kosakata cukup, Kosakata yang dikemukakan dalam teks biografi cukup
apabila teks biografi yang dibuat memiliki penguasaan kata yang terbatas,
45
pilihan dan bentuk kata banyak yang salah, dan ungkapan dalam teks
membingungkan atau tidak jelas.
4. Kosakata Kurang, Kosakata yang dikemukakan dalam teks biografi
cukup apabila teks biografi yang dibuat memiliki penguasaan kata yang
rendah, pilihan dan bentuk kata rendah, dan ungkapan dalam sangat
rendah, atau tidak layak nilai.
46
2.4 Penelitian yang Relevan
Kabrina (2015) dengan judul penelitian “Pengaruh Penerapan Model
Discovery Learning Terhadap Keterampilan Memproduksi Teks Ekposisi
Siswa Kelas VII SMP Negeri 30 Padang”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa setelah menggunakan model Discovery Learning siswa mendapatkan
nilai yang memuaskan, dikarenakan proses pembelajaran tersebut memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih dan mengekspresikan diri,
sehingga siswa lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Marina (2015), mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat dengan
judul “Kemampuan Mengidentifikasi Teks Cerita Biografi Siswa Kelas VII
SMPN 12 Padang dengan Menggunakan teknik pemodelan”. Hasil penelitian
yang telah dilakukan terhadap kemampuan mengidentifikasi teks cerita biografi
siswa kelas VIII SMPN 12 Padang menggunakan teknik pemodelan berada pada
taraf kualifikasi baik (B) dengan nilai rata-rata 83.54 berada pada rentangan
76%-85%.
Dirwan Darmawangsa (2017) dengan judul “Efektivitas Pembelajaran
Menganalisis Cerita Pendek Menggunakan Model Discovery Learning”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model discovery learning dalam
pembelajaran menganalisis karakter dan karakterisasi pada siswa kelas XI SMA
Pasundan 1 Cianjur dapat meningkatkan efektivitas, minat siswa, dan hasil
belajar siswa.
Weni dkk (2018) dengan judul “Pengaruh Model Problem Based
Learning Berbantuan Media Audiovisual Terhadap Keterampilan Menulis Teks
47
Biografi” Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan analisis data, penggunaan
model Problem Based Learning dibantu media audiovisual berpengaruh terhadap
keterampilan menulis teks tentang siswa kelas X SMA Semen Padang.
2.5 Variabel Penelitian
Sugiyono (2015:60) menyatakan bahwa variabel merupakan objek, yang
mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan
objek yang lain. Variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua
hubungan yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini model Discovery Learning dan
model Problem Based Learning merupakan variabel bebas, sedangkan variabel
terikatnya adalah hasil belajar teks biografi.
2.6 Hipotesis Penelitian
Menurut Suryabrata (2011:69) Hipotesis penelitian adalah jawaban
sementara terhadap masalah penelitian, yang sebenarnya masih harus diuji
secara empiris Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis adalah
jawaban sementara yang harus dibuktikan kebenarannya lewat penelitian.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Hasil Belajar
Teks Biografi yang diajarkan menggunakan Model Project Based Learnig
(PjBL) hampir sama dengan menggunakan model Discovery Learning pada
siswa kelas X MAN 3 Banda Aceh.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan
Randomized Subject, Posttest Control Group Design. Desain ini adalah salah
satu penelitian eksperimen dengan menggunakan dua kelompok (kelas) yang
keduanya akan diberikan postest, dua kelompok (kelas) tersebut akan dibagi
menjadi kelompok eksperimen dan satu lagi kelompok pembanding (kelas
control). Didalam desain ini kelompok (kelas) eksperimen diberikan perlakuan
dengan menggunakan model Project Based Learning dan pada kelompok (kelas)
pembanding diajarkan dengan Model Discovery Learning. Sesudah diberikan
perlakuan, kedua kelompok (kelas) diberikan tes akhir (postest) untuk mengukur
hasil belajar siswa. Kemudian data hasil belajar siswa tersebut dibandingkan
dengan menggunakan analisis dua rata-rata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel dan perlakuan sebagai berikut:
Tabel 3.1 : Rancangan Penelitian
Kelas Perlakuan Post Test
Model Project Based Learning X MIA1 T1
Model Discovery Learning X MIA 2 T2
49
Keterangan:
T1 = Pemberian Post-test pada kelas Project Based Learning
T2 = Pemberian Post-test pada kelas Discovery Learning
X1 = Pembelajaran dengan menggunakan Model Project Based Learning
X2 = Pembelajaran dengan menggunakan Model Discovery Learning
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek yang dikenakan dalam penelitian.
Menurut Sudjana (2015) “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin,
hasil perhitungan ataupun mengukur, kuantitatif maupun kualitatif mengenai
karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang
dipelajari sifat-sifatnya”. Pada penelitian ini populasi adalah kelas X MAN 3 Kota
Banda Aceh.
Sebagian atau wakil populasi yang diteliti disebut sampel. Dalam
penelitian ini peneliti mengambil sampel adalah siswa kelas X MIA1 sebagai
kelas eksperimen yang diajarkan dengan Model Project Based Learning dan X
MIA2 sebagai kelas kontrol yang diajarkan dengan Model Discovery Learning.
Alasan pemilihan kedua kelas tersebut sebagai sampel adalah berdasarkan
pertimbangan guru bidang studi bahwa siswa kedua kelas tersebut mudah diajak
kerjasama, komunikatif dan kemampuan siswa tergolong heterogen.
50
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah. Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran
dan instrumen pengukuran. Instrumen pembelajaran terdiri atas RPP dengan
Model Project Based Learning, RPP dengan Model Discovery Learning
Learning, LKPD. Instrumen pengukuran berupa lembaran tes. Lembaran tes
berbentuk soal tes yang terdiri dari 1 soal essai yang mempunyai skor 100.
Adapun kisi-kisi dan bentuk soal yang digunakan dalam penelitan ini dapat
dilihat pada lampiran.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, teknik pengumpulan
data yang dilakukan adalah dengan menggunakan tes. Tes merupakan pemberian
soal- soal kepada siswa yang terpilih sebagai sample. Tes berfungsi untuk
memperoleh data tentang hasil belajar siswa. setelah proses pembelajaran
berlangsung peneliti mengadakan tes akhir (post-test). Bentuk tes yang
dilakukan pada kedua kelas. adalah sama yaitu berupa tes essay sebanyak 1
soal yang berbentuk essay dengan skor 100 dikerjakan dalam waktu 60 menit.
Tes ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa. Untuk
memperoleh data peneliti menyiapkan perangkat tes berupa soal-soal. Penyusun
51
butir soal mengacu pada indikator yang telah ditetapkan.
3.5 Teknik Analisis Data
Tahap pengolahan data merupakan tahap yang paling penting dalam suatu
penelitian, karena pada tahap ini hasil penelitian dapat dirumuskan. Setelah data
terkumpul melalui tes hasil belajar, maka datanya diolah dengan menggunakan
analisis statistik uji – t sebagai alat pengujian hipotesis. Adapun statistik lain
yang diperlukan sehubungan dengan pengujian uji-t adalah:
Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang
diperoleh merupakan sebaran secara normal atau tidak. Untuk menguji
normalitas data digunakan uji chi kuadrat ( Langkah-langkah yang
dilakukan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:
a. Sudjana (2002:91) mengemukakan langkah-langkah untuk membuat daftar
distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama yaitu:
1). Menentukan rentang (R) ialah data terbesar dikurangi data terkecil
2). Menentukan banyak kelas interval dengan menggunakan aturan
sturges yaitu: banyak kelas = 1 + (3,3) log n
3). Menentukan panjang kelas interval dengan rumus P =
4). Memilih ujung kelas bawah pertama, untuk ini bisa diambil data sama
dengan data terkecil atau data yang terkecil tetapi selisihnya harus
dikurangi data panjang kelas yang ditentukan.
52
b). Menghitung rata-rata tes akhir, digunakan rumus:
i
ii
f
xfx
Keterangan :
x = rataan
xi = data ke i
fi = frekuensi data ke i
if = ukuran data.
c) Menghitung varians tes akhir dapat digunakan rumus:
)1(
)(22
2
nn
xfxfns
iiii
Keterangan:
n = Banyak sampel
S2 = Varians
S = Simpangan baku
fi = Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval
xi = Tanda kelas interval
d). Menghitung chi-kuadrat (2 ) menurut Sudjana dengan rumus
k
i
ii
E
EO
1 1
2
2)(
53
Keterangan:
2 = Statistik Chi-kuadrat
Oi = frekuensi Pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
k = banyak data
Langkah berikutnya adalah membandingkan 2 hitung dengan 2 tabel
dengan taraf signifikan 05,0 dan derajat kebebasan (dk) = k-3, jika
)3)(1(22
k maka data berdistribusi normal, jika sebaliknya maka data
tidak berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui sampel dari
penelitian ini mempunyai varians yang sama atau tidak sama. Untuk menguji
kesamaan varians kedua sampel menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut;
a) H0: 2
2
2
1 (tidak terdapat perbedaan antara varians kelas eksperimen
dengan varians kelas kontrol)
b) H1: 2
2
2
1 (ada perbedaan antara varians kelas eksperimen dengan
varians kelas kontrol)
c) Tetapkan α
d) Kriteria penolakan H0
Tolak H0 bila:
54
F ≥),(
2
1
21vv
F
dengan F =2
2
2
1
S
S, dimana 2
2
2
1SS atau F ≥
),(2
1
21vv
F
dengan F =
2
1
2
2
S
S, dimana 2
1
2
2SS
Dengan v1 = n1-1, v2 = n2-1.
e) Menghitung statistik F
f) Kesimpulan
3. Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah di rumuskan tentang apakah hasil
belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode Active Learning lebih
baik daripada hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode Konvensional,
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan Hipotesis
H0 : µ1 > µ2 : Hasil Belajar Teks Biografi yang diajarkan
menggunakan Model Problem Based Learnig (PBL) lebih baik
daripada yang diajarkan dengan menggunakan model Discovery
Learning pada siswa kelas X MAN 3 Banda Aceh.
Ha : µ1 < µ2 : Hasil Belajar Teks Biografi yang diajarkan menggunakan
Model Project Based Learnig (PjBL) lebih rendah daripada yang
diajarkan dengan menggunakan model Discovery Learning pada
siswa kelas X MAN 3 Banda Aceh.
55
Keterangan:
µ1 = rata-rata kelas eksperimen
µ2 = rata-rata kelas kontrol
2) Menetapkan nilai tingkat signifikan (α) = 5% = 0,05
3) Menetapkan kriteria penolakan H0
Ho diterima jika )1( tt
Ho ditolak untuk harga-harga t lainnya
4) Menentukan statistik hitung
2
2
2
1
2
1
21
n
S
n
S
xxt
dengan
2)(
)1()1(
21
2
22
2
112
nn
SnSnS ,
Keterangan : = rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen = rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol
1n = jumlah sampel kelas eksperimen
2n = jumlah sampel kelas kontrol
S = varians gabungan
2
1S = varians kelompok eksperimen
2
2S = varians kelompok kontrol
Derajat kebebasan dk = n1 + n2 – 2.
56
6). Menarik kesimpulan ( H0 diterima atau H0 ditolak).
Kriteria pengujian didapat dari distribusi student t dengan dk = n1 + n2
– 2. Kriteria pengujian adalah terima Ho jika )1( tt dan tolak Ho untuk
harga-harga t lainnya.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberi tes mengenai
kemampuan siswa tentang teks biografi dengan menggunakan model Project
Based Learning pada kelas X MIA 1 dan discovery learning pada kelas X MIA 2.
Tes yang diberikan dikerjakan secara individu oleh para siswa. Sehingga,
kemampuan siswa dalam menganalisis struktur dan unsur kebahasaan dalam teks
biografi dapat diperoleh dengan rinci.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian ini lebih kurang satu minggu, yaitu sejak
20 Januari sampai 26 Januari 2020. Penelitian dilakukan sebanyak empat kali
pertemuan. Peneliti merincikannya sebagai berikut:
Table 4.1 Rincian Kegiatan Penelitian
No Tanggal /
Hari
Kegiatan
Kelas X MIA 1 Kelas X MIA 2
1. Senin, 20
januari 2020
Pemberian materi teks
biografi kepada siswa kelas
X MIA 1 dengan model
Project Based Learning
-
2. Selasa , 21
januari 2020
-
Pemberian materi teks
biografi kepada siswa
Kelas X MIA 2 dengan
model Discovery
Learning
4. Kamis, 23
januari 2020
Pemberian materi teks
biografi kepada siswa kelas
X MIA 1 dengan model
project based learning
Pemberian materi teks
biografi kepada siswa
Kelas X MIA 2 dengan
model Discovery
Learning
Selasa , 28 Pemberian Posttest kepada
58
januari 2020 siswa kelas X MIA 1
dengan model project
based learning
-
Kamis, 30
januari 2020
-
Pemberian posttest
kepada siswa kelas X
MIA 2 dengan model
Discovery Learning
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Pengumpulan Data Tes
Data yang diperoleh dan dianalisis dalam penelitian ini berupa hasil tes
kemampuan siswa mengubah teks biografi asli ke dalam bentuk bahasa sendiri
dengan mengunakan model pembelajaran project based Learning untuk Kelas X MIA
1 dan discoveri learning untuk Kelas X MIA 2. Setelah pembelajaran berlansung
peneliti mengadakan tes akhir. Tes ini bertujuan untuk melihat hasil keterampilan
mengubah teks biografi asli ke dalam bentuk bahasa sendiri.
Berikut ini analisis hasil penelitian pada post-test terhadap anak dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Nilai Post Test Kelas X MIA 1 Menggunakan Model Project
Basect Learning
No Nama siswa Nilai Posttest
1 AT 70
2 DW 70
3 FA 80
4 FM 85
5 GM 65
6 HAF 80
7 IH 75
8 MK 80
9 MM 70
10 MH 80
11 MZN 85
12 MA 90
59
13 NAM 70
14 NF 60
15 N 70
16 NRF 75
17 NAI 85
18 PL 60
19 RAE 60
20 RU 60
21 RS 80
22 RZO 60
23 RA 65
24 RR 85
25 RKA 65
26 SAP 65
27 SM 80
28 UM 60
29 ZGH 85
30 ZK 75
31 Z 70
Data yang diperoleh dari hasil tes akhir (post-test) dengan penerapan
model Pembelajaran project basect learning pada kelas X MIA 1 dapat dilihat
sebagai berikut sebagai berikut:
4.2.1 Penskoran Data Nilai Kelas X MIA 1 Menggunakan Model Project Based
Learning
Adapun nilai yang diperoleh dari pemberian test akhir dapat dilihat seperti
yang tertera sebagai berikut:
60 60 60 60 60 60 60 65 65 65 65
70 70 70 70 70 70 75 75 80 80 80
80 85 85 85 85 90 95 95 95
Distribusi frekuensi untuk data test awal siswa sebagai berikut:
1. Menentukan rentang
Rentang (R) = Nilai Tertinggi –Nilai Terendah
60
= 95 – 60
= 35
2. Menentukan banyak kelas
Banyak kelas = ; dengan
=
= 5,9214
3. Menentukan panjang kelas (P)
Panjang kelas (P) =
Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai test akhir siswa kelas X MIA 1
menggunakan model Project Based Learning
Nilai
Te
s
Frekuensi
( ) Titik
Teng
ah
( )
60 –
65 11 62,5 3.906,25 687,5 42.968,75
66– 71 6 69,5 4.692,25 411 28.153,5
72 –
77 2 74,5 5.550,25 149 11.100,5
78– 83 4 80,5 6.480,25 322 25.921
84 –
89 4 86,5 7.482,25 346 29.929
90 –
95 4 92,5 8.556,25 370 34.225
Jumlah 31 466
2.285,5 172.297,75
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2020
Dari tabel diperoleh nilai rata-rata dan varians sebagai berikut:
61
( ) ( )
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
( )( ) 16,02
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai rata-rata ( )
variansnya ( ) dan simpangan bakunya ( ) Untuk
mengetahui apakah kelas tersebut mempunyai varians yang sama, maka terlebih
dahulu harus mempunyai syarat normalitas.
4.4 Uji Normalitas Data Test Akhir Siswa Kelas X MIA 1 dengan Model Project Based
Learning
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari hasil test
akhir dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak.
Berdasarkan perhitungan untuk nilai tes akhir diperoleh ( )
variansnya ( ) dan simpangan bakunya ( ) Selanjutnya
perlu ditentukan batas-batas interval untuk menghitung luas dibawah kurva
normal untuk tiap-tiap kelas interval.
62
Dengan demikian untuk mencari Chi-kuadrat hitung adalah sebagai berikut:
∑( )
= 32,1274
Dengan taraf signifikan = 0,05 dan banyak kelas interval k = 6. Maka
derajat kebebasan (dk) untuk distribusi chi-kuadrat besarnya adalah dk= k-1 = 6-1
= 5, dan tabel chi-kuadrat ( )( ) ) = ( )( ) = . Oleh karena . maka dapat disimpulkan bahwa data tes
akhir menggunakan model Project Based Learning berdistribusi tidak normal.
Setelah mengetahui hasil belajar teks biografi kelas X MIA 1 dengan
model project based learning, maka untuk membandingkan hasil belajar kedua
model tersebut peneliti terlebihdahulu harus mengetahui nilai siswa pada kelas X
MIA 2 dengan menggunakan model discovery learning. Berikut ini hasil akhir
kelas X MIA 2 menggunakan model discovery learning.
63
Tabel 4.4 Nilai Post Test kelas X MIA 2 menggunakan model Discovery Learning
No Nama siswa Nilai Posttest
1 ASF 70
2 AF 70
3 CR 80
4 ZZ 85
5 MWN 65
6 NF 80
7 MZ 75
8 IKS 80
9 SD 70
10 MBS 80
11 MS 85
12 TFR 90
13 MF 70
14 MM 60
15 FI 70
16 MS 75
17 NA 85
18 FF 60
19 KN 60
20 SS 60
21 SA 80
22 TQ 60
23 WHL 65
24 ZAS 85
25 ZFA 65
26 SM 65
27 EU 80
28 MU 60
29 HZ 85
30 YS 75
31 YM 70
64
4.4.1 Pengolahan Rata-rata dan Varians Tes Akhir kelas X MIA 2 menggunakan
model Discovery Learning
Adapun nilai yang diperoleh dari pemberian test akhir dapat dilihat seperti
yang tertera sebagai berikut:
60 60 60 70 70 70 70 70 75
80 80 80 80 85 85 85 85 85
85 85 90 90 90 90 90 90 90
100 100 100 100
Distribusi frekuensi untuk data test akhir kelas A siswa sebagai berikut:
a. Menentukan rentang
Rentang (R) = Nilai Tertinggi –Nilai Terendah
= 100 – 60
= 40
b. Menentukan banyak kelas
Banyak kelas = ; dengan
=
= 5,9214
c. Menentukan panjang kelas
Panjang kelas =
65
Tabel 4.5 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai test akhir siswa kelas X MIA 2
dengan model Discovery learning
Nilai
Tes
Frekuensi
( ) Titik Tengah
( )
60 – 66 3 63 189 3969 11907
67– 73 5 70 350 4900 24500
74 – 80 5 77 385 5929 29645
81– 87 7 84 588 7056 49392
88 – 94 7 91 637 8281 24843
95 –
101 4 98 392 9604 38416
Jumlah 31 483 254
1 39739 178703
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2020
Dari tabel diperoleh nilai rata-rata dan varians sebagai berikut:
( ) ( )
( ) ( ) ( )
66
( ) ( ) ( )
( )( )
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai rata-rata ( ) ,
variansnya ( ) dan simpangan bakunya ( ) Untuk
mengetahui apakah kelas tersebut mempunyai varians yang sama, maka terlebih
dahulu harus mempunyai syarat normali
Dengan demikian untuk mencari Chi-kuadrat hitung adalah sebagai berikut:
∑( )
= 16,6058
Dengan taraf signifikan = 0,05 dan banyak kelas interval k = 7. Maka
derajat kebebasan (dk) untuk distribusi chi-kuadrat besarnya adalah dk= k-1 = 7-1
= 6, dan tabel chi-kuadrat ( )( ) ) = ( )( ) = . Oleh karena . maka dapat disimpulkan bahwa data tes
akhir kelas X MIA 2 menggunakan model Discovery Learning tidak normal.
67
4.5 Uji Homogenitas Data Tes Akhir
Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui sampel dari penelitian
ini mempunyai varians yang sama atau tidak sama. Untuk menguji kesamaan varians
kedua sampel menggunakan langkah-langkah sebagai berikut;
a) H0: 2
2
2
1 (tidak terdapat perbedaan antara varians kelas x mia 1 dengan varians
kelas x mia 2)
b) H1: 2
2
2
1 (ada perbedaan antara varians kelas X MIA 1 dengan varians kelas X
MIA 2)
Kelompok eksperimen Kelompok pembanding
Subjek Post-test Subjek Post-test
1 70 1 60
2 70 2 60
3 80 3 60
4 85 4 70
5 65 5 70
6 80 6 70
7 75 7 70
8 80 8 75
9 70 9 80
10 80 10 80
11 85 11 80
12 90 12 80
13 70 13 85
14 60 14 85
15 70 15 85
16 75 16 85
17 80 17 85
18 60 18 85
19 60 19 85
20 60 20 90
21 60 21 90
68
22 80 22 90
23 60 23 90
24 65 24 90
25 85 25 90
26 65 26 90
27 85 27 100
28 65 28 100
29 85 29 100
30 75 30 100
31 70 31 100
2580 2260
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata dan varians sebagai berikut:
∑ = 2580 = =83 ∑ = 6.656.400
∑ = 2260 = =72 ∑ = 5.107.600
t= √∑ ∑ ( )
= √ ( )
√
t= = 0,09
derajat kebebasan
t= -2
=31+31-2=60
ts= 0,05=1,67
ts= 0,01=2,39
69
dengan harga t=0,09 dan d.b.=60, kita lihat tabel pada lampiran v, harga t
kritik pada 1,67 dan 2,39. 0,09<1,67<2,39
kesimpulannya tidak terdapat perbedaan antara model project based learning
dan discoveri learning karena nilai t 0,09<1,67<2,39.
Dapat dilihat bahwa model project based learning dan discovery learning
memang sangat bagus untuk diterapkan dalam pembelajaran. Dapat kita lihat dari
pernyataan pakar-pakar sebagai berikut.
Thomas, dkk (dalam Rati, 2017) menyatakan bahwa Pembelajaran berbasis
proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang
lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran
Berbasis Proyek (project-based learning) adalah suatu model yang menekankan
pada siswa untuk dapat belajar secara mandiri dengan memecahkan masalah yang
dihadapi serta mahasiswa juga dapat menghasilkan suatu proyek atau karya nyata.
Mulyasa, dkk (2016:127) penggunaan Discovery Learning ditujukan untuk
mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif, serta merubah
pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Discovery Learning
mengubah modus expository peserta didik yang hanya menerima infromasi dari guru
ke modus discovery di mana peserta didik menemukan informasi sendiri. Nurdin,
dkk (2016:214-215) menjelaskan discovery learning merupakan model
pembelajaran yang melibatkan berbagai proses mental siswa untuk menemukan
70
suatu pengetahuan (konsep dan prinsip) dengan cara mengasimilasi berbagai
pengetahuan (konsep dan prinsip) yang dimiliki siswa. Pembelajaran discovery
learning bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa membangun
kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses
berpikir reflektif.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
Discovery Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menuntut siswa untuk
mencari dan menemukan sendiri suatu konsep atau prinsip yang tidak
diketahui sebelumnya. Hal ini tidak berarti bahwa guru menghentikan untuk
memberikan suatu bimbingan setelah masalah disajikan kepada siswa, tetapi
bimbingan yang diberikan dikurangi dan memberikan kesempatan yang lebih besar
kepada siswa untuk belajar sendiri. Dalam pembelajaran discovery, siswa
didorong untuk lebih aktif belajar dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan
guru mendorong mereka untuk memiliki pengalaman-pengalaman dan
menghubungkannya.
71
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingkan hasil belajar menggunakan
model project besict Learning dan discoveri learning pada keterampilan menulis
teks biografi dengan bahasa berbeda.
Pelaksanaan treatment dalam kegiatan penelitian ini yaitu penerapan
model project based Learning dan discovery learning selama dua kali. Tahapan
pelaksanaan nya yaitu , treatment pembelajaran menggunakan model project
based learning dan discovery learning dan treatment postest untuk dua kelas. Pada
saat peneliti melakukan tahapan-tahapan penelitian, anak-anak dapat dikontrol
karena peneliti melakukan penelitian dibantu oleh guru mata pelajaran di MAN 3
Kota Banda Aceh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengolahan data rata-
rata tes bahwa kemampuan keterampilan menulis teks biografi siswa berada pada
kategori kurang dan dibawah KKM yaitu 70.
Rendahnya nilai rata-rata disebabkan kurangnya keterampilan menulis
pada siswa dimana diperoleh nilai siswa yaitu dengan inisial AD mendapat
peroleh nilai 10 dimana mendapat skor 10 untuk aspek pemilihan judul
pemilihan judul dan 10 untuk aspek menentukan struktur kebahasaan dan
unsur kebahasaan. Setelah diterapkan model project based Learning dan
discovery learning mengalami peningkatan dengan perolehan nilai 60 dimana
mendapat skor 15 untuk aspek menentukan struktur, aspek pemilihan unsur
kebahasaan 20, 10 untuk aspek biografi pemilihan judul, dan mendapat skor 15
untuk pemilihan. Selain itu, siswa inisial Z mendapat peroleh nilai 65 dimana
72
mendapat skor 15 untuk aspek pemilihan judul dan 5 untuk aspek pemilihan
bahasa
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis pada uji Test maka dapat dilihat bahwa
ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara pembelajaran menggunakan
PjBL dan discovery learning pada materi optik. Berikut adalah grafik yang
menggambarkan adanya perbedaan rata-rata hasil belajar sebelum dan sesudah
diterapkannya PjBL dan discovery learning pada kelas X Mia 1 dan kelas X Mia 2.
Perbedaan rata-rata hasil belajar siswa dapat dilihat pada nilai harian siswa. rata-
rata hasil belajar siswa Pada kelas X Mia 1 terjadi peningkatan rata-rata hasil
belajar siswa sebesar 73,79 setelah diterapkannya PJBL. Pada kelas X Mia 2
terjadi peningkatan sebesar 79, setelah diterapkannya discovery learning. Adanya
perbedaan rata-rata hasil belajar sebelum dan sesudah diterapkannya PjBL terjadi
karena siswa akan lebih mudah memahami materi dan lebih terasah hasil
belajarnya jika diberikan permasalahanpermasalahan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui permasalahan permasalahan yang diberikan dalam
bentuk LKS siswa akan lebih tertantang dalam menemukan solusi penyelesaiannya
karena permasalahan tersebut mudah mereka temui dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Mengetahui letak kesalahannya jika salah menjawab dan siswa yang
sudah benar dalam menjawab akan lebih memahaminya. Rata-rata hasil belajar
siswa yang menerapkan PjBL lebih tinggi begitu juga dengan menerapkan
discovery learning.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui rata-rata nilai pada kelas X Mia 1
sebesar 73,79 (kategori sedang) dengan rincian: siswa yang memperoleh kategori
73
tinggi sebanyak 5 siswa, kategori sedang 16 siswa dan 10 siswa memperoleh
kategori rendah. Sedangkan pada kelas X Mia 2 diketahui rata rata nilai siswa
hampir sama dengan X Mia 1. nilai rata-rata hasil belajar pada kelas X Mia 1 dan
kelas X Mia terkait proses pembelajaran dari kedua kelas tersebut. Pada kelas
eksperimen diterapkan model PjBL, sedangkan pada kelas control diterapkan
model discovery learning. Pada penelitian ini terungkap bahwa PjBL memberikan
pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hal ini konsisten dengan penelitian
sebelumya, bahwa penelitian Lestari. Penerapan PjBL dalam pembelajaran,
kreatifitas siswa dapat dibangkitkan serta perhatian siswa terhadap masalah dan
pembelajaran yang diberikan sangat baik. Siswa lebih leluasa dalam penyampaian
ide dan pendapat serta kerjasama siswa terlihat sangat baik dalam kerja kelompok.
Konsep pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran, dijelaskan jika siswa
mampu menyusun dan membangun pengetahuannya sendiri melalui proses
pembelajaran maka pengetahuan yang dimiliki siswa akan lebih diingat dalam
jangka waktu yang lebih panjang. Penerapan model PjBL dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman, serta dapat mengasah kemampuan problem solving
yang berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
dalam pembelajaran yang mana dengan pembelajaran berdasarkan proyek
yang ada dalam kehidupan seharihari/kontekstual dengan adanya pemecahan
masalah yang akan mengasah kemampuan berpikir siswa. Siswa dituntut
memecahkan masalah, menganalisis permasalahan yang ada dalam kehidupan
sehari-hari. Proses Tinggi Sedang Rendah pembelajaran akan lebih bermakna
dengan siswa menemukan jawabannya sendiri. PjBL membantu siswa terlatih
74
untuk berbagi informasi, mengevaluasi dan mengkritik kinerja anggota kelompok
lain. Melalui PjBL, siswa belajar untuk bekerja secara mandiri dan secara
berkelompok. Meskipun lebih dulu siswa menggunanakan self-direct learning, dan
melalui PBL juga siswa secara teratur berkumpul untuk berbagi, mengevaluasi,
dan mengkritik kinerja anggota kelompok yang lain selama diskusi kelompok.
Dalam pelaksanaannya, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari
4-5 orang. Selain untuk mempermudah proses pembelajaran, pembagian kelompok
juga ditujukan untuk memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kemampuan
berkomunikasi, teamwork, problem solving, dan kemampuan-kemampuan lainnya.
Seperti yang diungkapkan Awang dan Ramly (2008) bahwa Kelompok belajar
tidak hanya memfasilitasi tentang bertambahnya pengetahuan tapi juga
memfasilitasi beberapa kemampuan lain yang dibutuhkan seperti ke-mampuan
berkomunikasi, teamwork, problem solving, kesadaran untuk belajar secara
mandiri, berbagi informasi, dan meng-hargai anggota kelompok yang lain. Oleh
karena itu, PjB dan DL bisa menjadi gagasan sebagai metode mengajar kelompok
kecil yang mengombinasikan bertambahnya pengetahuan dengan berkembangnya
keterampilan keterampilan umum dan sikap. Dalam penerapannya di sekolah,
PjBL memerlukan waktu yang cukup banyak dan materi yang akan disampaikan
serta kemampuan siswa juga harus diperhatikan. Pada materi optik seharusnya ada
tiga kali percobaan yaitu pada pokok bahasan pembiasan cahaya, dan
pembentukan bayangan pada lensa, namun pada penerapannya hanya dua kali
percobaan dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan. Jika
75
tetap dilaksanakan percobaan maka waktu untuk menyelesaikan materi optik akan
lebih lama.
76
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Simpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
tidak Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas X Mia 1 yang
menerapkan PjBL dan kelas X Mia 2 yang menerapkan discovery learning. Pada
kelas X Mia 1 rata-rata hasil belajar yang diperoleh meningkat menjadi 73,79
dengan kenaikan skor rata-rata. Pada kelas kontrol rata-rata hasil belajar yang
diperoleh meningkat menjadi 79,62 dengan kenaikan skor rata-rata. Rata rata hasil
belajar siswa pada kelas yang diterapkan PjBL lebih hampir sama dengan kelas
yang diterapkan discovery learning. Hal tersebut juga didukung dengan data
peningkatan hasil belajar siswa.
5.2 Saran
1. Berdasarkan selama proses pembelajaran berlangsung dan analisis hasil
belajar siswa, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1) bagi penulis dan pembaca dapat dijadikan referensi yang lebih inovatif dan
lebih bervariasi serta berperan aktif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dan keterampilan dalam menyampaikan materi dalam pembelajaran
kurikulum 2013;
2) Pembelajaran dengan menerapkan PjBL dan DL dapat dijadikan salah satu
alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
77
3) Guru dapat menerapkan PjBL dan DL dengan cara memberikan contoh karya
di awal pembelajaran untuk memancing minat siswa. Dapat juga dalam
bentuk LKS untuk memfasilitasi siswa mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, teamwork, dan problem solving.
4) Guru hendaknya memperkirakan waktu yang akan diperlukan dalam
menerapkan PjBL dan DL.
78
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Simpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa tidak
Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas X MIA 1 yang menerapkan
Project Based Learning dan kelas X MIA 2 yang menerapkan Discovery
Learning. Pada kelas X MIA 1 rata-rata hasil belajar yang diperoleh meningkat
menjadi 73,72 dengan kenaikan skor rata-rata. Pada kelas kontrol rata-rata hasil
belajar yang diperoleh meningkat menjadi 81,96 dengan kenaikan skor rata-rata.
Rata rata hasil belajar siswa pada kelas yang diterapkan Project Based Learning
hampir sama dengan kelas yang diterapkan Discovery Learning. Hal tersebut
dapat dilihat dari data hasil belajar siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan selama proses pembelajaran berlangsung dan analisis hasil
belajar siswa, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1) bagi penulis dan pembaca dapat dijadikan referensi yang lebih baik dan lebih
bervariasi serta berperan aktif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan dalam menyampaikan materi dalam pembelajaran kurikulum 2013;
2) Pembelajaran dengan menerapkan PjBL dan DL dapat dijadikan salah satu
alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
79
3) Guru dapat menerapkan PjBL dan DL dengan cara memberikan contoh karya di
awal pembelajaran untuk memancing minat belajar siswa.
4) Guru hendaknya memperkirakan waktu yang akan diperlukan dalam menerapkan
PjBL dan DL.
Daftar Pustaka
Afriana, J. (2015). Project Based Learning (PjBL). Bandung: Sekolah Pascasarjana
UPI.
Anggoro, B. S. (2016). Meningkatkan Kemampuan Generalisasi Matematis Melalui
Discovery Learning dan Model Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry. Al-
Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1), 11-20.
Abidin y 2012 pembelajaran membaca berbasis pendidikan. Edidi pertama
bandung
Abidin, 2012:190 Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis
Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama. Akhadiah, dkk.
(1996). Menulis. Bandung: Dikbud. Arikunto, S. (2002). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arsyad. A.
(2009). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Huda, M.
(2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Bruner dalam budiningsih (2012:43) Satriana, E. D., Trisnamansyah, S., & Iriant,
Y. (2018). Manajemen Contextual Teaching and Learning Berbasis
Karakter dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Matematika. Fokus
Manajemen Pendidikan, 1(1), 25-36.
Depdikbud. (2014). PERMENDIKBUD No.58 Th. 2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Perrtama/Madrasah Tsanawiyah
Hayati, M. N., Supardi, K. I., & Miswadi, S. S. (2013). Pengembangan pembelajaran
ipa smk dengan model kontekstual berbasis proyek. Innovative Journal of
Curriculum and Educational Technology, 2(1).
Helm dan Katz (dalam nasir, 2017)Analisis Kesulitan Belajar dan Miskonsepsi
Mahasiswa dalam Praktikum Berbasis Proyek Muhammad Nasir Program
Studi Tadris (Pendidikan) Fisika, IAIN Palangka Raya.
Hosnan, 2014:295 Giarti, S. (2015, November). Peningkatan Keterampilan Proses
Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model
PBL Terintegrasi Penilaian Autentik Pada Siswa Kelas VI SDN 2 Bengle,
Wonosegoro. In Prosiding Seminar Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (Vol.
1, No. 1).
Honsan, 2014: 282 Hadi, W. (2016). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa
SMP Melalui Pembelajaran Discovery Dengan Pendekatan
Saintifik. Kalamatika: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1), 93-108.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor : Ghalia Indonesia.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Scientific dalam pembelajaran abad 21. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Kristin, F., & Rahayu, D. (2016). Pengaruh penerapan model pembelajaran
discovery learning terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas 4
SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 6(1), 84-92.
Kemendikbud, ( dalam afriana, 2015:08-07) Prasetyaningsih, S. A. (2015). Analisis
Deskriptif Faktor–Faktor Penyebab Motivasi Berprestasi Rendah Pada
Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Universitas Negeri
Semarang (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG).
Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Politeknik
Negeri Media Kreatif. Kemendikbud. (2013). Buku Guru Bahasa Indonesia
Kelas X Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbud. (2013). Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Ekspresi
Diri dan Akademik. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbut (2014:45) NUGRAHA, A. (2017). Pembelajaran Mengabstraksi Teks
Cerita Pendek Dengan Menggunakan Teknik Cutting-Gluing Pada Siswa
Kelas Xi Sma Nugraha Bandung Tahun Pelajaran 2016/2017 (Doctoral
dissertation, FKIP UNPAS).
Kemendikbud. 2014. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mulyadi, E. (2015). Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatan
Kinerja dan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMK. Jurnal Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, 22(4), 385-395.
Moursund dan kemendikbut,( dalam afriana, 2015:16) di Mts Negeri Yogyakarta, I. I.
Analisis Manajemen Implementasi Kurikulum 2013.
Mulyadi, 2015 Mulyadi, E. (2015). Penerapan Model Project Based Learning untuk
Meningkatan Kinerja dan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMK. Jurnal
pendidikan teknologi dan kejuruan, 22(4), 385-395.
Mulyasa, dkk (2016:127) Munjamil, A., & Bisri, M. (2018). Manajemen Sarana
Prasarana Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di MAN Karanganom
Klaten Tahun Pelajaran 2016/2017 (Doctoral dissertation, IAIN Surakarta).
Mulyasa. E. (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Mulyasa. E. (2013). Pengembangan Implementasi Kurikulum
2013. Bandung: PT. Remaa Rosdakarya.
Muhibbin Syah.2013, Psikologi Pendidikan,Dengan Pendekatan Baru , Bandung PT
Remaja Rosdakarya
Nurdin (2016:219) Sinulingga, K., Tarigan, R., Bukit, N., & Ginting, E. M. (2006).
Menerapkan Model Pembelajaran Keterampilan Proses Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Bahasan Suhu Dan
Pemuaian DI KELAS VIII SMPN 10 MEDAN.
Nurdin, Syarifuddin dan Adriantoni. (2016). Kurikulum dan Pembelajaran. Edisi Ke-
1. Jakarta: Rajawali Pers.
Nasir, M. (2017). Analisis kesulitan belajar dan miskonsepsi mahasiswa dalam
praktikum berbasis proyek. Edu Sains: Jurnal Pendidikan Sains &
Matematika, 5(1), 56-65.
Nasir 2017(Dalam Roestiyah, 2012:20) Ayu, N. P. Perbandingan Hasil Belajar Antara
Metode Inquiry Dan Metode Discovery Pada Pelajaran Ekonomi Di
Sma. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 4(12).
Suprihatiningrum, 2013:145 Maharani, B. Y. (2017). Penerapan model pembelajaran
discovery learning berbantuan benda konkret untuk meningkatkan hasil
belajar IPA. e-Jurnal Mitra Pendidikan, 1(5), 549-561.
Prastowo, 2013: 68 Kusumaningtyas, E. (2017). Analisis Kelayakan Bahan Ajar
Kearsipan Berbasis Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Pemanfaatan Guru Dan
Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Negeri 6 Surakarta. Jurnal Informasi Dan Komunikasi Administrasi
Perkantoran, 2(1).
Priyatni, Endah Tri. (2014). Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum
2013. Jakarta: Bumi aksara.
Rati, N. W., Kusmaryatni, N., & Rediani, N. (2017). Model pembelajaran berbasis
proyek, kreativitas dan hasil belajar mahasiswa. JPI (Jurnal Pendidikan
Indonesia), 6(1), 60-71.
Raka joni (dalam nasir, 2017) Noor, A. Y. M., & Rosli, Q. (2017). Perkembangan
Metodologi Pengajaran Dan Pembelajaran Hadith Di Negeri Kedah.
SYAM, A. N. (2016). Pengaruh model pembelajaran berbasis proyek (project based
learning) terhadap hasil belajar biologi siswa di kelas VIII MTs Madani
Alauddin Paopao.
Siwa, I. B., & Muderawan, I. W. (2013). Pengaruh pembelajaran Berbasis Proyek
dalam Pembelajaran Kimia terhadap Keterampilan Proses Sains ditinjau
dari gaya kognitif siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA
Indonesia, 3(1).
Sani, 2013:89 Yazidi, A. (2014). Memahami Model-model Pembelajaran Dalam
Kurikulum 2013 (the Understanding of Model of Teaching in Curriculum
2013). Jurnal Bahasa, Sastra Dan Pembelajarannya (JBSP), 4(1), 89-95.
Trianto, 2013:22 Jaya, M. T. B., Riswandi, R., & Arif, S. (2019, June). Model
Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) Pada
Kurikulum 2013 Tingkat Sekolah Dasar (Sd) Berbasis Pembentukan
Karakter Siswa. In Seminar Nasional Pendidikan 2015 (pp. 559-567).
Trianto, 2013:24 Sidabutar, C., Ellyza, E., & Hermawati, A. Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning Pada Materi Lingkaran Untuk
Meningkakatkan Hasil Belajar Matematika. JS (JURNAL SEKOLAH), 3(2),
176-183.
Thomas (dalam rati 2017) MUSLIMAH, R. (2017). Perbandingan Efektivitas
Dynamic Back Stretch Dan Core Stability Untuk Pengurangan Nyeri Low
Back Pain Pada Lansia Di Landungsari (Doctoral dissertation, University
of Muhammadiyah Malang).
Thomas dkk (dalam rati 2017) Muslimah, R. (2017). Perbandingan Efektivitas
Dynamic Back Stretch Dan Core Stability Untuk Pengurangan Nyeri Low
Back Pain Pada Lansia Di Landungsari (Doctoral dissertation, University
of Muhammadiyah Malang).
Thomas, (dalam afriana, 2015) Chasanah, Y., Rohman, F., & Zubaidah, S. (2019).
Efektivitas Modul Keanekaragaman Hayati Berbasis Project Based
Learning dalam Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa
SMA. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 4(4), 531-
536.
Instrument Penelitian Posttest
1. Tulislah nama, Nis M. Pelajaran dan kelas anda!
2. Ceritakanlah teks biografi yang telah anda baca dengan bahasa sendiri!
3. Jika ada sesuatu yang dianggap belum jelas, silahkan bertanya kepada
pengawas/peneliti!
Selamat Berkerja
Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Test akhir kelas X MIA 2 dengan model Discovery Learning
Nilai
Batas
kelas ( ) z score
Batas luas
daerah
Luas
daerah
Frekuensi
diharapkan ( ) Frekuensi
pengamatan ( ) ( - ) ( ) ( ) ( )
59,5 -0,71 0,2612
60-66 0,0768 2,3808 3 -0,6192 0,3834 0,1610
66,5 -0,84 0,1844
67-73 0,0818 2,5358 5 -2,4642 6,0722 2,3945
73,5 -0,26 0,1026
74-80 0,0866 2,6846 5 -2,3154 5,3610 1,9969
80,5 0,04 0,0160
81-87 0,0835 2,5885 7 -4,4115 19,4613 7,5183
87,5 0,17 0,0675
88-94 0,2192 6,7952 7 -0,2048 0,0419 0,0061
94,5 0,39 0,1517
95-101 0,3707 11,4917 4 7,4917 56,1255 4,8840
100,5 1,58 0,2190
Jumlah 16,9608
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2019
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Test Akhir kelas X MIA 1 dengan Model Project Based Learning
Nilai
Batas
kelas ( ) z
score
Batas luas
daerah
Luas
daerah
FH
( ) FP
( ) ( - ) ( ) ( ) ( )
59,5 -0,88 0,4699
60 – 65 0,2749 8, 5219 11 -2,4781 6,1409 0,7180
65,5 -0,51 0,1950
66– 71 0,1433 4,4423 6 -1,5577 2,4264 0,5462
71,5 -0,13 0,0517
72 – 77 0,1581 4,9011 2 2,9011 4,4163 0,9010
77,5 0,27 0,1064
78 – 83 0,3355 10,4005 4 6,4005 40,9664 3,9388
83,5 0,61 0,2291
84 – 99 0, 5656 17,5336 4 13,5336 183,1583 10,4461
89,5 0,98 0,3365
90 – 95 0,738 22,878 4 18,878 356,3788 15,5773
95,5 1,27 0, 4015
Jumlah 32,1274
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2020
TABEL PENILAIAN KELAS X MIA 1
N
O
NAM
A
ASPEK YANG DINILAI S
K
O
R
STRUKTUR UNSUR KEBAHASAAN
ORIEN
TASI
PERISTI
WA
REORIEN
TASI
KATA
HUBUN
G
KATA
RUJUKAN
KAT
KERJA
KATA
KETERANGAN
1 AT 10 20 10 10 10 5 5 70
2 DW 10 20 10 10 10 5 5 70
3 FA 15 25 10 10 5 5 10 80
4 FM 10 25 10 10 10 10 5 85
5 GM 5 15 5 10 10 10 10 65
6 HAF 10 20 15 5 10 10 10 80
7 IH 15 15 10 10 5 10 10 75
8 MK 10 20 10 10 10 10 10 80
9 MMH 10 15 10 10 5 10 10 70
10 MH 15 15 10 10 10 10 10 80
11 MZN 15 20 10 10 10 10 10 85
12 MA 15 20 15 10 10 10 10 90
13 NAM 10 15 10 10 5 10 10 70
14 NF 5 10 10 10 10 5 10 60
15 N 10 20 10 10 5 10 5 70
16 NRF 15 20 10 10 5 10 10 75
17 NAI 15 20 15 10 10 5 10 85
18 PL 10 5 5 10 10 10 10 60
19 RAE 10 5 5 10 10 10 10 60
20 RU 10 10 5 10 10 10 10 60
21 RS 10 5 5 10 10 10 10 60
22 RZO 10 20 10 10 10 10 10 80
23 RA 10 5 5 0 10 10 10 60
24 RR 10 10 5 10 10 10 10 65
25 RKA 15 20 10 10 10 10 10 85
26 SAP 10 10 5 10 10 10 10 65
27 SM 15 20 5 10 10 10 10 85
28 UM 10 10 10 10 5 10 10 60
29 SGH 15 10 5 10 10 10 10 85
30 ZK 15 15 10 10 5 10 10 75
31 Z 10 10 10 10 5 10 10 70
TABEL PENILAIAN KELAS X MIA 2
N
O
NAM
A
ASPEK YANG DINILAI S
K
O
R
STRUKTUR UNSUR KEBAHASAAN
ORIEN
TASI
PERISTI
WA
REORIEN
TASI
KATA
HUBUN
G
KATA
RUJUKAN
KAT
KERJA
KATA
KETERANG
AN
1 ASF 10 20 10 5 5 5 5 60
2 AF 10 20 10 5 5 5 5 60
3 CR 10 20 10 5 5 5 5 60
4 ZZ 10 20 10 10 10 5 5 70
5 MWN 10 20 10 10 10 5 5 70
6 NF 10 20 15 5 10 10 10 70
7 IKS 15 20 10 10 5 10 10 70
8 MZ 10 20 10 10 5 10 10 75
9 SD 10 20 10 10 10 10 10 80
10 MBS 10 20 10 10 10 10 10 80
11 MS 10 20 10 10 10 10 10 80
12 TFR 10 20 10 10 10 10 10 80
13 MF 10 25 10 10 10 10 10 85
14 MM 10 25 10 10 10 10 10 85
15 FI 10 25 10 10 10 10 10 85
16 MS 10 25 10 10 10 10 10 85
17 NA 15 20 15 10 10 5 10 85
18 FF 10 5 5 10 10 10 10 85
19 KN 10 5 5 10 10 10 10 85
20 FM 10 25 15 10 10 10 10 90
21 SA 10 25 15 10 10 10 10 90
22 TQ 10 20 10 10 10 10 10 90
23 WHL 10 5 5 0 10 10 10 90
24 ZAS 10 10 5 10 10 10 10 90
25 FMZ 15 20 10 10 10 10 10 90
26 SM 10 10 5 10 10 10 10 90
27 EU 15 30 15 10 10 10 10 100
28 MU 15 30 15 10 10 10 10 100
29 HZ 15 30 15 10 10 10 10 100
30 YS 15 30 15 10 10 10 10 100
31 YM 15 30 15 10 10 10 10 100
Dokumentasi Proses Pembelajaran
Lampiran Format Pedoman Penskoran Keterampilan Menulis Teks Biografi
No Aspek Penilaian Struktur Skor
1. Orientasi
1. Siswa mampu menulis orientasi dengan sangat
tepat
2. Siswa mampu menulis orientasi dengan hampir
tepat
3. Siswa mampu menulis orientasi dengan kurang
tepat
4. Siswa mampu menulis orientasi dengan tidak
tepat
15
10
5
0
2. Peristiwa dan masalah
1. Siswa mampu menuliskan peristiwa dengan sangat
tepat
2. Siswa mampu menuliskan peristiwa dengan hampir
tepat
3. Siswa mampu menuliskan peristiwa dengan kurang
tepat
4. Siswa mampu menuliskan peristiwa dengan tidak
tepat
30
20
10
0
3.
Reorientasi
1. Siswa mampu menuliskan reorientasi dengan sangat
tepat
2. Siswa mampu menuliskan reorientasi dengan hamper
tepat
3. Siswa mampu menuliskan reorientasi dengan kurang
tepat
4. Siswa mampu menuliskan reorientasi dengan tidak
tepat
15
10
5
0
Lampiran Format Pedoman Penskoran Keterampilan Menulis Teks Biografi
No Aspek Penilaian Unsur Kebahasaan Skor
1. Kata Hubung
1. Siswa mampu menulis kata hubung dengan tepat
2. Siswa mampu menulis orientasi dengan kurang tepat
3. Siswa mampu menulis orientasi dengan tidak tepat
10
5
0
2. Kata Rujukan
1. Siswa mampu menulis kata hubung dengan tepat
2. Siswa mampu menulis kata hubung dengan tepat
3. Siswa mampu menulis kata hubung dengan tepat
10
5
0
3.
Kata Kerja
1. Siswa mampu menulis kata kerja dengan tepat
2. Siswa mampu menulis kata kerja dengan tepat
3. Siswa mampu menulis kata kerja dengan tepat
10
5
0
4. Kata Keterangan
1. Siswa mampu menulis kata keterangan dengan tepat
2. Siswa mampu menulis kata keterangan dengan tepat
3. Siswa mampu menulis kata keterangan dengan tepat
10
5
0
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)