37

Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisa Puisi

Citation preview

Page 1: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 415

Page 2: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 416

DAFTAR ISI

SURAT REDAKSI

DAFTAR ISI

PENGGUNAAN ISTILAH ASING BIDANG PERHOTELAN DALAM KONTEKS

PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA RAGAM TULIS MAHASISWA STP

BANDUNG

Warta, S. Pd., M. Pd. 397 - 406

KAJIAN STILISTIKA

NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU DAN PETIR KARYA DEWI

LESTARI

Sugiarti 407 - 416

PERBANDINGAN GAYA BAHASA KIAS ANTARA PUISI TOETI

HERATY DAN PUISI DOROTHEA (Sebuah Studi Deskriptif Analistis

dengan Pendekatan Stilistika)

Ekarini Saraswati 417 - 435

GEOGRAFI DIALEK BAHASA MADURA DI DAERAH PESISIR

PROBOLINGGO

Fetrina Rahma Dewi 436 - 445

PERUBAHAN PERILAKU PADATOKOH UTAMA DALAM NOVEL TUHAN

IZINKAN AKU MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN

Sumita 446 - 457

ANALISIS BAHASA DEPRESI PADA ANAK

KETERGANTUNGAN OBAT DI PONDOK METAL PASURUAN

Nurul Ari Puspitosari 458 - 464

v

Page 3: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 417

PERBANDINGAN GAYA BAHASA KIAS ANTARA PUISI TOETI

HERATY DAN PUISI DOROTHEA (Sebuah Studi Deskriptif

Analistis dengan Pendekatan Stilistika)

Ekarini Saraswati

Universitas Muhammadiyah Malang

Abstrak

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Puisi adalah bentuk

kesusa.str.aan yang paling tua.

Karya-karya besar dunia yang

bersifat monumental ditulis dalam

bentuk puisi. Karya.-karya pujangga

besar seperti: Oedipus, Antigone,

Hamlet, Macbeth, Mahabarata,

Ramayana. Ba_rta Yuda dan

seba.gainya ditulis da_lam bentuk

puisi. Puisi tidak hanya digunakan

untuk penulisan karya-karya. besar,

namun ternyata puisi juga sangat

erat kaitannya dalam kehidupan kita

sehari-hari.

Tie.p ha.ri kita sering

mendengar. nyanyian-nyanyian baik

dari radio maupun televisi.

Nyanyian-nyanyian yang kita

dengarkan tida.klah semata-mata

hanya lagunya yang indah, tetapi

terlebih-lebih lagi isi puisinya

mampu menghibur kita.Tradisi be

rpuisisudah merupakan tradisi

leluhur, dalam masyarakat

Indonesia. Puisi yang paling tua

adalah mantra. Dalam masyarakat

desa terdapat tradisi mendendangkan

tembang-tembang pada saat

meninabobokan anak atau pada saat peraya.an-perayaan tertentu.

Dari bentuk puisi sederhana

yang dilantunka.n dalam kehidupan

sehari-hari, puisi Indonesia telah

mengalami berbagai perubahan

bentuk dan isi. Pada periode 1920-

1933 puisi-puisi yang muncul masih

mewarisi cora.k puisi lama mirip

pantun dan syair. Hanya saja

sampiran ditiadakan untuk

menjadikan puisinya lebih intens.

Corak puisi seperti syair tidak

digunakan sebagai cerita, namun

digunakan sebagai pengungkap

makna lebih padat.

Puisi-puisi periode 1933-

1945 terjadi perkembangan yang

cukup pesat bagi dunia

kepenyairan. Puisi-puisi Pujangga

Baru berbentuk baru, bukan pantun,

syair atau gurindam. Bentuk dan

struktur puisinya mengikuti bentuk

atau struktur puisi baru seperti

soneta_, distichon, tersina, oktaf

dan sebagainya.

Periode 1945-1953 berbeda

dengan puisi Pujangga Baru yang

mengalami perubahan sebagian-

sebagian, pada periode ini

mengalami pembaharuan yang

bersifat menyeluruh. Bukan hanya

pembaharuan bentuk puisi, namun juga faktor kejiwaan puisi dan

Page 4: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 418

tema/amanat yang dikemukakan.

Puisi angkatan 45 memiliki struktur

yang bebas. Gaya atau aliran yang

banyak dianut a.dalah aliran

ekspresionisme dan realisme.

Periode 1953-1966 puisi

muncul bersifat revolusioner

berapi-api penuh semangat. Banyak

puisi yang bercorak romantik dan

kedaerahan atau mencoba menggali

kultur daerah. Periode 1966-1970

disebut Angkatan 66. Masa ini

didominasi oleh puisi yang bertema

sosial kanan yakni puisipuisi

demonstrasi dan puisi-puisi protes.

Periode 1970-sekarang

muncul puisi-puisi yang disebut

puisi kontemporer. Istilah-istilah

kontemporer ini menunjuk pada

waktu bukan pada model puisi

tertentu, sebab pada masa

kontemporer ini banyak model puisi

yang konvensional. Ciri-ciri puisi

pada periode ini bergaya mantra,

puisi kongkret, gaya pemakaian

prosais.

Toeti Heraty merupakan

salah seorang penyair wanita

Angkatan 66 sedangkan Dorothea

Rosa Herliany merupakan penyair

wanita angkatan sekarang. Kedua

penyair wanita ini merupakan

penyair-penyair wanita yang cukup

menonjol pada zamannya.

Mengingat perbedaan latar belakang

pemunculan puisi mereka yang

berbeda, maka gaya kepenyairan

mereka pun memiliki perbedaan.

Untuk mengetahui perbedaan gaya

kepenyairan mereka tersebut

digunakan pendekatan analisis yang

sesuai. Pendekatan yang sesuai

untuk itu adalah pendekatan

stilistika.

1.2 Perunusan Hasalah

Mengingat permasalahan

yang melatarbelakangi penelitian

ini begitu luas, maka perlu

dilakukan pembatasan masalah

sehingga perma.salahan yang

dikemukakan lebih jelas. Adapun

permasalahan yang ingin diketahui

adalah gaya bahasa yang

ba_gaima.nakah yang paling

dominan dimunculkan oleh Toety

Herati maupun Dorothea dalam

puisi-puisi mereka dan apakah ada

persamaan a.tau perbedaan gaya

bahasa di antara puisipuisi mereka?

3. Metode Penelitian

3.1Objek Penelitian

Objek penelitian ini merupakan

seluruh puisi karya Toeti Heraty

dalam kumpulan puisinya yang

berjudul Nostalgi=Transendensi

dan kumpulan puisi Dorothea Rosa

Herliany yang berjudul Nikah

Ilalang. Adapun sampel yang

diambil berdasa.rkan sampel

purposif. Dari kumpulan-kumpula.n

puisi tersebut masing-masing

diambil sepuluh buah. Dari

kumpulan puisi Toeti Heraty

diambil puisi yang berjudul

"Nostalgi=Transendensi" "Wanita",

"Jakarta" "Cyclus", "Cintaku Tiga",

"Cocktail Party", "Surat dari Oslo",

"Elegi I", "Suatu Departemen di

Cilacap" dan "Manifesto"

sedangkan dari kumpulan puisi

Dorothea diambil puisi yang

berjudul "Nikah Ilalang",

"Kematian Repompong", "Rumah

yang Hilang", "Habis Kita dalam

Hujan", "Sungai Terlipat",

"Nyanyian Anakanak Bermain",

"Burung Lepas Sangkar", "Stasiun

Tak Bernama", "Memandang

Page 5: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 419

Jakarta",dan "Whisper in The Night

"

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian ini

bersifat kua.litatif karena

penulis berpartisipasi langsung

dalam karya puisi yang diana

lisis. Adapun selanjutnya hasil

analisis tersebut dideskripsikan

dan dikomparatifkan sehingga

dapat diketahui persamaan dan

perbeda.an antara puisi Toeti

Heraty dan puisi Dorothea.

2.2 Stilistika dalan Rarya Sastra

Karya sastra adalah wacana

khas yang di dalam ekspresinya

menggunakan bahasa dengan

memanfaatkan segala kemungkinan

yang tersedia. Dipandang dari sudut

linguistik, dibandingkan dengan

wacana yang lain, dalam wacana sastra

terdapat gejolak fonologis, semantis,

sintaktik dan gejala linguistik tertentu

lainnya dengan frekuensi yang lebih

tinggi, misalnya dalam wujud aliterasi,

rima, metafor, arkaisme. Kajian

stilistika akan mengungkapkan

bagaimana caranya kemungkinan itu

dimanfaatkan dan bagaimana efeknya.

Stilistika berupaya menunjukkan

bagaimana unsur-unsur suatu teks

berkombinasi membentuk suatu pesan.

Dengan kata lain, bagaimana karya

sastra berlaku sebagai sarana

komunikasi. Sebuah wacana sastra

pada umumnya bertafsiran ganda

( m u l t i i n t e r p r e t a b l e ) .

Rebenaran interpretasi dapat diuji

denga.n mengkaji segi bahasanya.

Itu berarti mungkin saja ada dua

atau tiga macam tafsiran, dan jika

ketiganya dapat dibuktikan

kebenarannya maka ketiganya

sahih.

Dalam pengkajian stilistika

yang paling penting ialah

menemukan ciri yang benar-benar

memberikan efek tertentu kepada

pembaca (atau pendengar), tidak

sekadar menghitung frekuensi

penggunaan sarana-sarana stilistika

dalam suatu karya.

2.3.5 Gaya Bahasa Kiasan

Gaya bahasa kiasan ini

pertama-tama dibentuk berdasarkan

perbandingan atau persamaan.

Membandingkan sesuatu dengan

sesuatu hal yang lain, berarti

mencoba menemukan ciri -ciri

yang menunjukkan kesamaan

antara kedua hal tersebut.

Perbandingan sebenarnya

mengandung dua pengertian,

ya.itu perbandingan yang

termasuk dalam ga.ya bahasa

yang polos atau langsung, dan

perbandingan yang termasuk

da.la_m ba_hasa kia.sa.n.

Pada mulanya, bahasa

kiasan berkemba.ng dari analogi.

Mula-mula, analog'i dipakai

dengan pengertian propvrsi;

sebab itu analogi hanya

menyatakan hubungan lruantitatif.

Misalnya. hubungan antara 3 dan

4 dinyatakan sebagai analog

dengan 9 dan 12. Seca.ra. lebih

umum dapat dikatakan ba_hwa

hubungan antara x dan y sebagai

analog dengan hubungan antara

nx dan ny. Dalam memecahka.n

banyak persamaan, dapat

disimpulkan

bahwa nilai dari suatu kuantitas

yang tidak diketahui dapat

ditetapkan bila diberikan

Page 6: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 420

relasinya dengan sebuah

kuantitas

yang diketahui.

Sejak Aristoteles, kata

aalogi dipergunakan ba.ik dengan

pengertian huantitatif maupun

kualitatif. Dalam pengertian

kuantitatif, analogi diartikan

sebagai kemiripa.n atau

relasiidentitas antara dua_

pasa.ngan istilah berdasarkan

sejumlah besar ciri yang sama.

Sedangkan dalam pengertian

hualitat.if, analogi menyatakan

kemiripan hUbungan sifat

anta.ra dua perangkat istilah.

Dalam arti yang lebih luas ini,

analogi lalu berkembang menjadi

Iriasan. Gagasan-gagasan sering

dinyatalcan dengan ungkapan-

ungka.pan yang populer melalui

analogi kualitatif ini. Hal ini

tampak jelas dari seringnya

orang mempergunakan met.afora,

yang sebenarnya merupakan

sebuah contoh dari analogi kualitatif.

Perbandingan dengan analogi

ini kemudian muncul dalam

bermacam-macam gaya bahasa kiasan,

seperti diuraikan di bawah ini.

a. Persamaan atau Simile

Persamaan atau simile adalah

perbandingan yang bersifat eksplisit.

Yang dimaksud dengan perbandingan

yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia

langsung menyatakan sesuatu sama

dengan hal yang lain. Untuk itu, ia

memerlukan upaya yang secara

eksplisit menunjukkan kesamaan itu,

yaitu kata-kata:seperti, bagaikan,

sama, sebagai, Iaksana dan sebagainya

.

Kikirnya seperti kepiting batu

Bibirnya seperti delima merekah

Matanya seperti bintang timur

Kadang-kadang diperoleh

persamaan tanpa menyebutkan objek

pertama yang mau dibandingkan,

seperti:

Seperti menating minyak penuh

Bagai air di daun talas

Bagai duri dalam daging

b. Metafora

Metafora adalah semacam

analogi membandingkan dua hal

secara langsung, tetapi dalam bentuk

yang singkat: bunga bangsa, buaya

darat, buah hati, cendera mata

dan sebgainya.

Metafora sebagai

perbandingan langsung tidak

mempergunakan kata:

seperti, bah, bagai,

bagaihan dan sebagainya,

sehingga pokok pertama

lansung dihubungkan dengan

pokok kedua. Proses

terjadinya sebenarnya sama

dengan simile tetapi seca.ra

berangsur-angsur keterangan

mengenai persamaan dan

pokok pertama dihilangkan

misalnya:

Pemuda adalah seperti

bunga bangsa-------- Pemuda

adalah bunga bangsa, Pemuda ---

---- Bunga bangsa

c. Alegori, Parabel dan Fabel

Bila sebuah metafora

mengalami perluasan, maka ia dapat

berwujud alegori,. parabel, atau

fabel . Ketiga bentuk perluasan ini

biasanya mengandung ajaran-ajaran

Page 7: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 421

moral dan sering sukar dibedakan

satu dari yang lain.

A1egori adalah suatu cerita

singkat yang mengandung kiasan.

Makna kiasan ini harus ditarik dari

bawah permukaan ceritanya. Dalam

alegori, nama-nama pelakunya

adalah sifatsifat yang abstrak, serta

tujuannya selalu jelas tersurat.

Parabel adalah suatu kisah

singkat dengan tokoh-tokoh

biasanya manusia, yang selalu

mengandung tema moral. Istilah

pa.rabel dipakai untuk menyebut

cerita-cerita fiktif di dalam kitab

suci yang bersifat alegoris, untuk

memyampaikan suatu kebenaran

moral atau kebenaran spiritual.

Fabe1 adalah suatu metafora

berbentuk cerita mengenai dunia

binatang, di mana binatang-binatang

bahkan makhlukmakhluk yang tidak

bernyawa bertindak seolah-olah

sebagai manusia. Tujuan fabel

seperti parabel ialah menyampaikan

suatu prinsip tingkah laku melalui

analogi yang transparan dari tindak

tanduk binatang, tumbuh-tumbuhan,

atau makhluk yang tak bernyawa.

d. Personifikasi atau Prosopopoeia

Persenafihasi adalah

semacam gaya bahasa kiasan yang

tidak menggambarkan benda-benda

mati atau barang-barang yang tidak

bernyawa seolah-olah memiliki

sifat-sifat kemanusiaan.

Persenofikasi (pengisahan)

merupakan suatu corak khusus dari

metafora, yang mengiaskan benda.-

benda mati bertindak, berbuat,

berbicara, seperti manusia.

Angin yang meraung di tengah

malam yang ge1ap i tu

menambah Iagi hetakutan kami

e. Alusi

Alusi adalah semaca.m acuan

yang berusaha mensugestikan

kesamaan antara orang, tempat, atau

peristiwa. Biasanya a.lusi ini a.dalah

suatu referensi yang eksplisit ata_u

implisit kepada peristiwa-peristiwa,

tokoh-tokoh atau tempat dalam

kehidupan nyata, mitalogi, atau

dalam karya-karya sastra yang

terkenal. Misalnya dulu sering

dikatakan bahwa Bandung adalah

Paris Jawa.

Ada tiga hal yang harus

diperhatikan untuk membentuk

sebuah alusi yang baik, yaitu:

(1) harus ada keyakinan bahw

hal yang dijadikan alusi

dikenal juga oleh pembaca;

(2) penulis harus yakin bahwa alusi

itumembuat tulisannya menjadi

lebih jelas;

(3) bila alusi itu menggunakan acuan

yang sudah umum, maka usahakan

untuk menghindari acuan semacam

itu.

f. Eponim

Adalah suatu gaya di mana

seseorang yang namanya begitu sering

dihubungkan dengan sifat tertentu,

sehingga nama itu dipakai untuk

menyatakan sifat itu. Misalnya:

Hercules dipakai untuk menyataka

kekuatan; Helen dari Trvya untuk

menyatakan p. Irecant.ikan.

g. Epitet

Epitet adalah semacam acuan

yang menyatakan suatu sifat atau ciri

yang khusus dari seseorang atau

sesuatu hal. Keterangan itu adalah

suatu frasa deskriptif yang

menjelaskan atau menggantikan nama

seseorang atau suatu barang. Misalnya:

Page 8: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 422

Putri malam untuk bulan

Raja rimba untuk singa, dan

seba.gainya.

h. Sinekdoke

Sinekdoke adala.h suatu istilah

yang diturunkan dari kata Yunani

synelrdechest.hai yang berarti

me.nerima bersamasama. Sinekdoke

adalah semacam bahasa figuratif yang

mempergunakan sebagian dari

sesuatu hal untuk

menyatakankeseluruhan (pars

prototo) atau mempergunakan

keseluruhan

untuk:menyatakan sebagian

(totem pro parte Misalnya:

Setiap kepa1a di kenakan

sumbangan sebesar Rp 1000, 00

i . Metonimia

Kata. metonimia

diturunkan dari kata Yunani

meta yang berarti menunjukkan

perubahan dan anona yang

berartl nama. Dengan demikian

metonimia adalah suatu gaya

bahasa yang mempergunakan

sebuah kata untuk menyataltan

suatu hal lain, karena

mempunyai pertalian yang

sangat dekat. Hubungan itu

dapat berupa penemu untuk hasi l

penemuan, pemilik untuk barang

yang dimiliki, akibat untuk

sebab, sebab untult akibat, isi

untuk menyatakan kulitnya, dan

sebagainya. Metonimia dengan

demikian adalah suatu bentuk

dari sinekdoke.

Ia membeli sebuah

Chevrolet

j . Antonomasia

Antonomasia juga

merupakan sebuatu bentuk

khusus dari sinekdoke yang

berwujud penggunaan sebuah

epiteta untuk menggantikan

nama diri, atau gelar resmi, atau

jabatan untuk menggantikan

nama diri. Misalnya:

Yang Mu1ia tak dapat

menghadiri pertemuan itu

k. Hipolase

Nipolase adalah semacam

gaya bahasa di mana sebuah kata

tertentu dipergunakan untuk

menerangkan sebuah kata yang

seharusnya dikenakan pada sebuah

kata yang lain. Atau secara singkat

dapat dikatakan bahwa hipalase

adalah suatu kebalikan dari suatu

relasi alamiah antara dua komponen

ga.gasa.n.M isa.lnya :

la berbaring di atas

sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah manusianya, bukan bantalnya).

1. Ironi, Sinisme dan Sarkasme

Ironi diturunkan dari kata

eironia yang berati penipuan atau

pura-pura. Sebagai bahasa kiasan,

ironi atau sindiran adalah suatu

acuan yang ingin mengatakan

sesuatu dengan makna. atau maksud

berlainan dari apa. yang terkandung

dalam rangkaian kata-katanya. Ironi

merupakan suatu upaya literer yang

efektif karena ia menyampaikan

impresi yang mengandung

pengekangan yang besar. Entah

dengan sengaja atau tidak,

rangkaian kata-kata yang

dipergunakan itu mengingkari

maksud yang sebenarnya. Sebab itu,

ironi akan berhasil kalau pendengar

juga sadar akan maksud yang

disembunyikan dibalik

Page 9: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 423

rangkaian kata-katanya. Misalnya:

Tidak diragukan lagi

bahwa Andalah orang'nya,

sehingga semua Irebijahsanaan

terdahulu harus dibatalkan

seluruhnya.'

Kadang-kadang dipergunakan

juga istilah lain, yaitu sirtispre

yang diartikan sebagai suatu

sindiran yang berbentuk kesangsian

yang berbentuk ejekan terhadap

keikhlasan dan ketulusan hati.

Sinisme diturunkan dari sautu

aliran filsafat Yunani yang mula-

mula mengajarkan bahwa kebajikan

a.dalah satsatunya kebaikan, serta

hakikatnya terletak dalam

pengendalian diri dan kebebasan.

tetapi, kemudian mereka menja.di

k.ritikus yang keras atau kebiasaan-

kebiasaan sosial dan filsafat-filsafat

lainnya. Walaupun sinisme dianggap

lebih keras dari ironi, narnun

kadang-kadang maaih suka.r

diadakan perbedaan antar keduanya.

Bila contoh mengenai ironi diubah,

maka. akan dijumpai gaya yang

lebih sinis.

Tidah diraguhan lagi bahwa

Andalah orangnya, sehingga

senrua kebijaksanaan akan lenyap

bersamanru!

Dengan kata lain sinisme adalah

ironi yang lebih kasar sifatnya.

Sarkasme merupakan suatu

acuan yang lebih kasar daripada

ironi dan sinisme. Ia adalah suatu

acuan yang mengandung kepahitan

dan celaan yang getir. Sarkasme

dapa.t saja bersifat ironis,dapat juga

tidak, tetapi yang jelas a.dalah

ba.hwa gaya ini selalu akan

mernyakiti hati kurang enak

didengar. kata sarkasme diturunkan

dari kata Yunani sarkasme yang

lebih jauh diturunkan dari kata kerja

sahasein yang berarti "merobek-

robek, daging seperti anjing", "

menggigit bibir karena marah" atau

"berbicara dengan kepahitan".

Mu1ut kau harimau kau

m. Satire

Ironi sering kali tidak harus

ditafsirkan dari sebuah kalimat atau

acuan, tetapi harus diturunkan dari

suatu uraian yang panjang. Dalam

hal terakhir ini, pembaca yang tidak

kritis a.tau yang sederha.na

pengetahua.nnya, bisa sampai pada

kesimpulan yang diametral

bertentangan dengan apa yang

dimaksudkan dengan penulis, atau

berbeda dengan apa yang dapat

ditangkap oleh pembaca kritis.

Untuk memahami apakah bacaan

bersifat ironis atau tidak, pembaca

atau pendengar harus mencoba

meresapi implikasi-implikasi yang

tersirat dalam baris-baris atau nada-

nada suara, bukan hanya pada

pernyataan yang eksplisit itu.

Pembaca harus berhati-hati

menelusuri batas antara perasaan

dan kegamblangan arti harfiahnya.

Uraian yang harus ditafsirkan

lain dari makna permukaannya

disebut satire. Rata satire

diturunkan dari kata satire yang

berarti talam yang penuh berisi

macam-macam buah-buahan. Satire

adalah ungkapan yang

menertawakan atau menolak

sesuatu. Bentuk ini tidak perlu harus

bersifa.t ironis. Satire mengandung

kritik tentang kelemahan manusia.

Tujuan utamanya agar diadakan

perbaikan secara etis maupun estetis.

.

Page 10: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 424

n. Inuendo

Inuendo adalah semacam

sindiran dengan mengecilkan

kenyataan yang sebenarnya. Ia

menyatakan kritik dengan sugesti

yang tidak langsung, dan sering

tampaknya tidak menyakitkan hati

kalau dilihat sambil lalu. Misalnya:

Setiap hali ada pesta, pasti ia

akan sedihit mabuk karena terlalu

kebanyahan minum.

o. Antifrasis

Antifrasis adalah semacam

ironi yang berwujud penggunaan

sebuah kata dengan makna

kebalikannya, yang bisa saja

dianggap sebagai ironi sendiri atau

kata-kata yang dipakai untuk

menangltal kejahatan, roh jahat dan

sebagainya.

Lihatlah sang Raksasa

t.elah tiba (maksudnya si

Cebol ) .

p. Pun dan Paranomasia

Pun atau paranomasia adalah

kiasan dengan mempergunakan

kemiripan bunyi. Ia merupakan

permainan kata yang didasarkan

pa.da kemiripanbunyi, tetapi

terdapat perbedaan besar dalam

maknanya.

Tangga1 dua gigi saya

tangga1 dua „

Bngkau orang kaya!” ”Ya,

kaya monyet”

PEMBAHASAN

Pembahasan Hasil Analisis Puisi-

puisi Toeti Heraty

a. NOSTALGI = TRANSENDENSI

Nostalgi sama dengan

transendensi

betul, ini permainan kata

Iagi-1agi kata asing

tapi apa sih yang tidak asing

tapi itu hanya i1usi

kembali pada

nostalgi

berarti kehilangan

yang dulu-dulu dibayangkan

hanya tidak mencekam 1agi,

harena

1embut. dengan ironi

saat kini yang berkilas balik

siapa tahu nanti...

kini - dulu - nanti. teratasi

bukankah itu transendensi?

Puisi di atas merupakan puisi

ide yang berbicara tentang konsep

nostalgi dan transendensi. Pada bait

I diungkapkan bahwa nostalgi sama

dengan transendensi. Dalam bait I

ini penyair ingin mengungkapkan

bahwa selama ini kedua istilah

tersebut dikenal secara umum

memiliki makna Yang berbeda. juga

penggunaannya. Agar tidak terjadi

kesenjangan pengetahuan antara

penyair dan pembaca, maka oleh

penyair diungkapkan dalam bentuk

pernyataan. Jadi, bersifat deduktif.

Selanjutnya penyair mnguraikan

tentang ma.kna. kedua istilah tadi.

Nostalgi merupakan kenangan masa

lalu yang indah-indah. Namun,

penyair mengungkapkan leulbut

dengan iror2i. Ja.di, sebenarnya

mengenang masa lalu merupakan

pemikiran yang tidak berpijak pada

Page 11: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 425

kenyataan, yaitu hari ini. Karena

sekarang sudah tua, maka kita

mengenang masa muda yang indah.

Pada bait kedua penyair

kelihatannya ingin mengungkapkan

sering bahwa nostalgi itu lari dari

kenyataan kini yang sulit. Maka,

pada bait kedua ini oleh penulis

ditekankan bahwa kalau semua

persoalandapat teratasi pada setiap

masa pun, ma.ka itu merupakan

transendensi, jadi sesuatu itu

bermakna.

Terlihat bahwa puisi ini

mengandung ironi terhadap cara

hidup sebagian orang yang senang

mengenang masa lalu yang seolah

saat kini dia tidak bahagia. Penyair

ingin mengungkapkan untuk apa

sebenarnya nostalgi itu kalau kita

senantiasa dapat memecahkan

masalah yang kita ha.dapi pada

setiap saat yang kita jalani, malah

lebih bermakna (transendensi). istilah

tadi sama yang merupakan pemikiran

mendalam tentang sesuatu hal..Apakah

itu hal masa lalu atau kini dan esok

Adapun di.ksi yang digunakan

transendensi dan nostalgi itu sendiri,

juga ada kata ilusi. Sering orang

merasa bangga dengan menggunaka.n

kata asing, na.mun sebenarnya hanya.

permainan kata yang sifatnya khayalan

saja. Pada dasarnya nostalgi itu sendiri

sama dengan kenangan masa lalu atau

yang sifatnya mengungkapkan

pengalaman yang telah berlalu.

demikian juga dengan transendensi

kalau diungkapkan dengan kata-kata

biasa merupakan hal yang bermakna,

berarti atau berguna. Pernyataan itu

ditegaskan dengan adanya kata ironi

dan kilas balik.

Dalam puisi ini tidak tersurat

mengadung gaya bahasa tertentu,

tetapi secara keseluruhan gaya secara

keseluruhan merupakan gaya ironi.

b. WANITA

Hari ini hari minggu pagi kulihat tiga wanita

tadi berjalan latubat. harena Iialnn,va hain berwiru

meningga1kan rumah depan menuju jalan

terlentang antara pohon palma berderetan

jarii hati -hati memegang wiru katalru sedangkan tangan lincah

mengelus rambut rapi kenakalan kerikil menggoyahkan tumit selop

tinggi belum Iagi angin melambaikan selendang warna -warni

menengok ke kiri ke kanan mereka berhenti gelisah Irarena kain

berwiru dan bertumit t inggi, rambut terbelai angin dan panas

matahari, - becah 1a1u - me.relra segera mus.vawarah suaranya tinggi

nada-nada tinggi tawar-menawar rupanya dimulai

entah mengapa kasak-kusuk terhenti ,ternyata –

bung becak mengayunkan kakinya Iagi dan mereka

asyik dan riang akhirnya t .idak tampak olehhu Iagi

meninggalkan halaman depan agaknya mencari rindang

deretan pohon sepanjang jalan, asyik dan riang

gerak, warna, irama rapi membawa kesungguhan

arisan pada mznggu pagi ini -

wanita

Page 12: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 426

berapalah kemesraan sepanjang umur

tiada berlimpah tiada mencuhupi

karena kau dengan t.ah acuh, t.iada peduli

membawa pilu yang tak tersembuhhan

dan tak hausadari, tak kausadari

Sesuai dengan judul,

keseluruhan isi puisi di atas

mengungkapkan cara hidup

kebanyakan wanita pada umumnya.

Pada bait I tergambar bagaimana

wanita pada hari Minggu (libur)

meninggalkan rumah dengan berjalan

lambat karena kain panjang yang

melilit kakinya. Pemakaian kain

panjang biasanya pada suatu peristiwa

yang resmi atau suatu pesta.

Sedangkan pohon palma menunjukkan

bahwa daerah itu merupakan daerah

tempat orang-orang yang berada bukan

daerah kumuh yang bau.

Pada bait kedua terlihat adanya

penggunaan kata aku dan kau yang

menunjukkan adanya suatu hubungan

dialogis. Di sini kata aku menunjukkan

aku itu hadir dalam puisi ini.

Tergambar dalam bait ini beberapa

gerakan genit yang biasanya dilakukan

wanita seperti, memegang wiru kain,

mengelus rambut memakai selop

tinggi, juga selendang yang melambai-

lambai.

Pada bait III ini terlihat persona

aku menghilang dan menganggap yang

melakukan semua kegenitan itu adalah

mereka. Selanjutnya digambarkan

kembali sikap-sikap ciri khas wanita

seperti gelisah dengan dan

dandanannya serta bersuara tinggi.

Kebiasaan ini dilanjutkan pada bait IV

tentang tawar-men awar, dan kasak

kusu k.

Pada bait V merupakan

penjelasan tujuan mereka berdandan.

Ternyata tujuan mereka berdandan

hanya untuk mengikuti arisan. Arisan

merupakan kegiatan wanita untuk

berkumpul dengan cara

mengumpulkan uang yang kemudian

diadakan pengundian untuk menentuan

siapa yang berhak memiliki uang

tersebut. Jadi, arisan itu masalah yang

tidak, menuntut kening berkerus atau

cara bicara yang meyakinkan.Di sini

mungkin penyair ingin

mengungkapkan suatu keironian

bagaimana susahnya seorang wanita

dengan dandanannya hanya untuk

menghadiri pertemuan yang tidak

terlalu berarti.

Pada bait V penyair

mengingatkan wanita bahwa hidup ini

tidak hanya untuk kemesraan

(pertemuan arisan) saja ada yang lebih

penting dari itu. Keadaan wanita

seperti itu (dandan dan arisan

menimbulkan kepiluan

Puisi bermakna tentang

kehidupan wanita yang lebih banyak

menghabiskan usia untuk berdandan

dan arisan suatu hal yang tidak

berguna. Ini merupakan ironi yang

tidak. disadarinya.

Gaya bahasa yang bersifat

persenofikasi adalah kenakalan

kerikil menggoyahkan tumit selop

tinggi

Gaya bahasa. yang

diungkapkan mengandung keironian.

Wanita seolah lebih banyak sibuk

dengan dandanan bukan dengan

pikiran-pikiran.

Page 13: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 427

JAKARTA

Jakarta

tidak aman bagiku selalu

terungkap 1agi sega1a yang 1a1u

betapa 'kan kuredakan kepedihan

ini betapa kerinduan

keharuan ini, adalah

kepedihan cerah cuaca Iuas

menggetarkan siang hari yang biru

menggetar pula jaringan Iuka-luka buku

yang telah di t imbun dengan kenangan

dengan kenangan,kenangan selalu

kerinduan panas hari yang menyilau

merangsang uap dan debu

pada bayang-bayang sejuk di taman hening

tergolak rasa menyeluruh

tersingkap akhirnya pada takdir

keharuan malam yang menvesakkan

malam tiada membawa harap

tidah tergenggam kepiluan hati

tidak terjawab pertanyaan

oleh lentera malam di jalanan senyap

kusangka sejarah bergerak maju

betapa beda Salemba dahulu

tetapi

Jakarta selalu...

Makna yang terungkap dalam

puisi di atas adalah makna keberadaan

Jakarta yang dibandingkan dengan

Salemba (pras prototo) yang

menunjukkan tempat studi terkenal

yaitu Universitas Indonesia.

Pada bait I terlihat bahwa bagi

aku Jakarta merupaka kota yang

menjadikan perasaannya tidak aman,

yang membuat a.ku sedih, rindu dan

haru. Mengapa. demikian, pada bait II

diterangkan karena cuacanya yang

panas juga jaringan lukaluka buku. Di

sini penyair menggunakan gaya bahasa

personifikasi tentang buku yang luka.

Rata buku itu sendiri diterangkan pada

baris berikutnya sebagai simbol dari

pengalaman hidup yang diwarnai

kenangan-kenangan. Seperti halnya.

pada bait II keadaan iklim Jakarta

dibandingkan dengan keadaan hati

si aku. Dengan cuaca panas yang

menyilau menyadarkan aku pada

takdir. Demikian juga. pada bait III

bagaimana suasana malam

menimbulkan kepiluan, harapan dan

pertanyaan-pertanyaan.

Semua kepedihan dan

kepiluan itu dijawab pada bait IV.

Semua itu terjadi karena Salemba

tempat aku studi tidak bergerak

maju padahal Jakarta berbeda.

Gaya bahasa yang banyak

diguna.kan pada puisi di ata.s

adalah gaya bahasa personif ikasi,

yaitu :kepedihan cuaca, luka-luka

Page 14: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 428

buku, kerinduan panas, dan lentera malam

d. CYCLUS

sejenak pun tak akan kubiarhan

hiruk pikuk pikir dan getir

merasuki hati

hutan belalang yang tak terseberangi lagi

karena kau telah resmi minta diri

resmi bersikap menunggu memberi waktu

untuk berkemas

melemparkan diri dalam api, ah janda

setia dan peraraan suci

tidak diharaphan

hanya ketulusan untulr berjabat tangan

tersenyum ringan

harapan dahulu,, penyesalan kini

merupakan Iarangan, hanya menghela nafas

karena berlomba dengan waktu

menghitung bulan dan hari, puIa

membuang kesempatan, karena selalu segera

sudah sampai di sini saja

menghilang dari hidupku, melepaskan

dekapan bersyarat di atas pulav

terdampar oleh gerak harapan akhir

bertumpu erat

dengan pertimbangan-pertimbangan getir

di perhatasan, Iamhaian tangan dan

diarrl-diam mulai menanggapi tanda-tanda

penuh arti, suatu bukti

bahwa telah kauredakan pencarian peran

yang enggan menambatkan diri pada usia

antara manusia

karena kaubelai. dengan kata, hangati

dengan berahi, suatu bukti

hati dengan nikmat. madu dan pelangi

lembut jati diri menari,menjelajahi

bukankah segala ingin kauke.ahvi?

sega1a ingin kauketahui

karena asing, mungkin tersayang

seperti maut. tampak demikian, tidur

membawa mimpi di peraduan

paduan, dengan yang mesra, dengan kedahsyatan

Page 15: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 429

yang masih asing, yang baru lampau,

yang telah hilang

Makna puisi di atas

menggambarkan perputaran

kehidupan. Kembali penyair

mengungkapkan puisi idenya

tentang kehidupan. Pada bait I

menggambarkan kesetiaan wanita

yang tidak menghiraukan galaunya

perasaan dan pikiran melemparkan

diri ke dalam api untuk

menunjukkan kesetiaan. Upacara ini

biasanya dilakukan di India yang

merupakan upaca simbol kesetiaan

istri terhadap suaminya yang

meninggal. Adapun gaya bahasa

yang digunakan gaya bahasa

simbolik yaitu hutan belalangYang

tak terseberangi hutan belalang ini

menunjukkan adanya kegaduhan.

Bela.lang merupakan binatang

sejenis unggas kecil kalau banyak

dan kalau bisa berbentuk hutan akan

mengakibatkan ramai.

Pada. bait II penyair

mengajalt pembaca untuk

merenungkan tentang kehidupan,

tentang harapan, tentang penyesalan

yang semuanya itu tidak ada. artinya

karena bagaimanapun hidup ini

berlomba dengan waktu dan

kesempatan. Kalau kita hanya

terpaku pada khayalan tentang

harapan dan penyesalan maka kita

akan kehilangan waktu dan

kesempatan.

Pada bait III persona aku

mulai muncul yang melepaskan

semua harapan dan

penyesalannya dengan bertumpu

pada pertimbangan pikiran

sekalipun getir. Di dalam

perjalanan kehidupa.n yang

rnelewati perbatasan akan

menemuhan tanda.tanda telah

menambatkan kehidupan yang

tidak menyenangkan.

Menambatkan sebagian

peran hidup yang tidak

menyenangkan itu dengan cara

menghibur diri dengan kata --

kata, dengan pemenuhan

kenikmatan berahi. Itu semua

untuk menari dan menjelajahi

hal yang belum diketahui.

Semua yang ingin diketahui i tu

diterangkan pada bait

berikutnya seperti maut, mimpi

yang dahsyat dan mesra.

Gaya bahasa yang banyak

dipergunakan pada puisi di atas

ada.lah metafora: hutan belalang

yang tak tersebrangi, melepaskan

dekapan bersyarat di pu1au,

terdampar o1eh gerak harapan

akhir, manambatkan dzri pada

vsia antara manusia, kaubelai

deng'an kata, membuahi hati

dengan nikmat madir dan pelangi.

e. CINTAKU TIGA

cintaku tiga, secara hanak-hanah

menghitung jari

kusebut satu per satu kini

yang pertama serasa dan dalam hatinya

tidak terduga

Page 16: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 430

hertahun-tahun hu jadi idaman

mesraku membuat. pandangnya sayu mungkin

ia merasa iba padaku

ingin aku membenam diri, melebur

dalam mesra rayu, iba dan sayu

pandangnya yang begitu sepi, tapi ia

paling mudah untuk dikelabui -

yang lain., berfilsafat. ringan dan kesabaran

tak pernah kalepas ia dari pandangan

petuah orang, - Iidah tidak bertulang -

tak kupedulikan karena ia

kata-katanya tepat untuk setiap perist iwa

sesudah akhirnya mengecap bibirnya

.ia tinggalkan aku dan sesudah itu?

ah, biasa saja, tak sesuatu yang terjadi

menrang ia tidak begitu peduli -

perlu pula kusebut yang ketiga, bukannya

lebih baik dirahasiahan saja, karena

ia datang hanya malam hari, eng'se1 pintu pun

telah diminyaki

svaranya tegang, rendah menghela

ke sorga tirai ranjang

pandang pesona tajam memaksa, ahhirnya

menghitung hari setiap bulan

meskipun itu urusan nanti

Ketiga cinta yang aku miliki

kapan kujumpai pada Satu orang?

Makna puisi di atas

menggambarkan pengalaman

bercinta dari si aku dalam hidupnya.

Dia pernah merasakan tiga. Cinta

yang berbeda, yaitu cinta kanak-

kanak cinta yang mudah dikelabui,

cinta remaja cinta yang hanya untuk

kesenangan dan cinta dewasa cinta

untuk bersatu.

Pada bait I diungkapkan

perasaan cinta aku pada waktu

kanak-kanak. Diungkapkan

bagaimana perasaan cinta pada

waktu kanak-kanak seperti sebuah

lagu seriosa yang kedalaman

perasaan itu sendiri tidak terduga.

Perasaan yang tumbuh a.dalah

perasaan iba., sepi dan sayu. Semua

perasaan itu mudah dikelabui. Ini

menggambarkan bagaimana

sebenarnya perasaan kanak-kanak

yang polos yang tidak begitu

mengerti benarapa itu cinta,

sehingga setiap perilaku yang

terungkapkan begitu spontan dan

dapat dikelabui.

Pada bait selanjutnya.

diungkapkan perasaan cinta

berikutnya yang diwarnai kata-kata

yang sedikit berfilsa.fat, petuah

orang tua, mengecap bibir dan

semua itu berlalu tanpa berbekas.

Perasaan cinta ini lebih banyalt

bersifat polesan-polesan saja. Dari

Page 17: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 431

mulai kata-kata yang terucapkan juga

pertemuan jasmani yang hanya basa

basi. Dalam cinta ini peranan orang tua

masih dominan. Jadi, dapat dikatakan

perasaan cinta yang kedua ini terjadi

pada saat usia remaja.

Pada bait III diungkapkan

perasaan cinta yang sebenarnya harus

dirahasiakan. Ini bisa menggamba.rkan

bahwa cinta itu sudah mendalam

sehingga tidak layak untuk

diungkapkan. Ini bisa dibaca pada

baris berikutnya bahwa cintanya yang

ketiga datang pada malam hari, saat

yang sepi sehingga engsel pintu pun

diminyaki tidak boleh berbunyi.

Perasaan yang berkecamuk membuat

ketegangan dan paksaan Jadi, cinta

yang terungkap mengharuskan adanya

suatu kewajiban. Masalah waktu tak

diperhitungkan yang penting dijalani.

Cinta ini merupakan cinta dewasa

yang menuntut kewajiban-kewajiban.

Gaya bahasa yang digunakan

adalah ga.ya bahasa metafora: yang

pertama serasa dari dalam hatinya

tidak terduga, melebur dalam mesra

rayu, pandangnya yang begitu sepi,

Iidah tidak bertulang, ia datang hanya

malam hari, pandang pesona tajam

memahsa.

f . THE MOON IS HIGH

Bulan tinggi di 1angit

ini kali bukan bulan sabit

di pulau Gilimeno, di pasir pantai

di seberang pengalaman, tangan

yang luput menggapai

Bu1an tinggi di Iangit

memang putih bulat genderang

bertalu, bercak perak cemerlang

cemara berde.rap, ombak berderai

nafsu hidup, cinta makna

keping-keping yang perlu

dirangkai

Bu1an tinggi di langit

madu Sumbawa di Mataram!

tanya-jawab menyentuh sengit

bulan madu yang gerah

dalam senandung kesenjangan

bi1a ti vi sudah mati percakapan

terhenti bila perahu sudah haram

Ini kali kau memang mahir

mengulur ta1i tambang penyelamat.

dari pulau ke pulau, aku

tenggelam belum, terapung tidak

tanpa jangkar tertamhat.

Bu1an sihir membelai

properti Melbourne & Sydney di atas pantai

menopang pendopo dengan bugenvil

Page 18: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 432

alang-slang dan puring, cemas roboh

sebelum naskah selesai

karena usia diterpa badai

Bu1an tinggi di Iangit

terang benderang seperti gemerincing

bunyi mata uang asing, menyebar

karang tercemar dan mimpi turis

petualang

bulan madu, lirik Iagu dan sisa meIodi

dicari dan nyaris ketemu

Makna puisi di atas

menggambarkan sesuatu yang tinggi

yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Pada bait pertama tergambar bahwa

bulan itu bulan purnama yang biasanya

kalau bulan purnama menimbulkan

pesona yang tinggi, menimbulkan

angan-angan. Bulan itu di suatu pulau

yang terpencil yang sulit untuk

menjangkaunya. Pada bait pertama ini

bulan merupa.kan simbol dari sesuatu

yang sulit dijangka.u apakah itu

harapan atau keinginan.

Pada bait kedua bulan

diumpamakan seperti genderang yang

bercak perak cemerlang. Bulan yang

berwarna kuning akan menimbulkan

cahaya yang cemerlang dengan bercak

warna putih. Becak warna putih

merupakan simbol dari warna-warna

kehidupan yang bergairah. Ini dapat

dilihat pada bait berikutnya yang

mengungkapkan segisegi kehidupan

Yang menggairahkan seperti nafsu

dan cinta yang merupahan

kepingan-kepingan yang harus

dirangkai.

Pada bait ketiga bulan

dihubungkan dengan madu. Madu

di sini ada. hubungannya. dengan

bulan madu perkawinan.

Keberadaan bulan yang tinggi

berhubungan dengan bulan madu

Yang tidak menyenangkan yang

banyak diwarnai lagu-lagu yang

tidak terpadu juga percakapan yang

mandek. Pengertian bulan di sini

sama dengan bulan pada bait yang

pertama diartikan sebagai hal yang

sulit dijangkau. Ini ditegaskan pada

bait

selanjutnya yang mengibaratkan

kekasihnya seorang penyelama.tapi

aku sebagai kekasihnya dibiarkan

dalam keadaan yang tidak menentu.

Pada bait V bulan dikatakan

sebagai sihir yang membelai seperti

perumahan dipinggir pantai atau

bunga bogenvil di pendopo. Namun

dengan keberadaan bulanyang

taempesonakan itu membuat

kecemasan akan tidak selesainya

naskah atau keinginan, harapan

yang telah dipersiapkan karena

dimakan usia.

Pada bait VII bulan

diibaratkan seperti gemerincing

uang asing yang dipakai untuk

kesenangan-kesenangan yang

merusakkan kehidupan seperti

karang tercemar, petualangan turis

sehingga kehidupan itu sendiri yang

harusnya merupakan sebuah

perpaduan lirik dan melodi yang

indah tidak ditemukan.

Page 19: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 433

Gaya bahasa yang banyak

dipergunakan pada puisi di atas

:adalah gaya bahasa simile: bulan ...

putih bulat generang, bulan sihir

membelai, terang benderang seperti

gemerincing bunyi mata uang asing.

Gaya bahasa personifikasi: cemara

berderap, menopang pe.ndopo dengan

bogenvil, alang-alang dan puring

cemas roboh.

g. ELEGI I

oleh garis-garis jingga

tergores kesabaran senja

belum juga terungkap

lapisan awan rrlenimbun

rahasia me.ndehap

di Iubuk hati

bayangkan

ha t i -ha t i , cemas, tanggal kan

satu per sat.u angan dan mimpi

apa pula yang terhawa serta (!,}

walhasil, tidak menemuhan

intinya lagi

rnesra, gelora berahi

kira-kira demikian nyatanya:

seperti nyala angin

meratapi mati bertahap

yang lambat menyelinap

dalam hati

Makna. puisi di atas

menggambarkan tentang perasaan.

Pada bait I terungkap bagaimana

suatu rahasia tidak bisa terungkap

karena ada yang nenutupi seperti

awan yang menimbun sekalipun ada

bias-bias yang menerangi garis-

garis jingga.

Bait kedua mengungkapkan

bahwa dengan hati-hati dan

perasaan cemas dapat

menghilangkan mimpi-mimpi juga

angana.ngan, na.mun tidak akan

menemukan inti yang sebenarnya.

Kemesraan dan semangat

berahi hanya seperti nyala angin.

Bukan nyala api. Penyair ingin

mengungkapkan bahwai kesenangan

berahi hanya nyala angin yang

membelai bukan nyala api yang.

menimbulkan semangat hidup tetapi

nyala angin yang menyayangkan

adanya kematian.

Gaya bahasa yang digunakan

personifikasi : tergores kesabaran

senja, tanggalkan satu per satu

angan dan mimpi. ; simile: seperti

nya1a angin meratapi mati

meratapi mati bertahap yang

lambat menyelinap dalam hati.

h. SUATU DEPARTEMEN

DI JALAN CILACAP

kau katakan padaku

pesan terakhir:

bawakan keindahan dan

kemudaan selalu

ruang menyesak, karena

keusangan debu membiak

map-map, berkas dan kertas dengan

ujun-ujung Iayu dan harapan-harapan

telah ditumpuk,.diperam

membisu dalam debu

Page 20: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 434

gairah, semula menggetar

bangunkan nyala-nyala jingga pada

hidup yang hijau muda,

jadi coretan-coretan

secarik kertas dengan ketikan permohonan

yang dibiarkan saja

Jendela terbuka dan tirai menyisi

Iewatkan matahari menghangati

jam-jam kerja yang semakin pendek

disobek sana sini – karena

meja-meja 1engang, asbak mengkilat

dan telpon herdering berkali-Ira1i

sua.ra hilang dalam iseng

yang berlipat. ganda ini

ah, manusia hidup kukuh-tenang

dengan akar dalam-dalam mencekam bumi

dan rapat-rapat, seminar, Iaporan

serta prasaran, naskah-naskah kerja

wejangan o1eh bapak-bapak atau wakilnya ?

hidup manusia terlalu membara

dan tanpa isyarat akan menganggap sepi

tumpukan debu yang berkumandang

menyentuh anak-anak penjual Koran

di depan pintu, mobil-mobil dinas

berderetan datang dan Ia1u

memang.

jauh dari hidup

dan pesan akhirmu

Makna puisi di atas

menggambarltan bagaimana

kacaunya suatu kantor

pemerintahan dalam menangani

permasulahan rakyatnya. Bait I

mengungkapkan bagaimana

seseorang mengumbar janji -janji

tentang keindahan ini dapat

diibaratkan keramahan,

kebersihan atau kesabaran. Juga

kemudaan yang melambangkan

semangat.

Namun, pada bait II

diungkapkan suatu kebalikan

dari janji-janji itu seperti

keadaan kantor yang penuh

debu, juga kertas-kertas yang

berisi harapan orang lain layu

tidak dikembangkan atau tidak

ditindaklanjuti

Bait III menegaskan

kembali suasana pada bait kedua

bagaimana sebenarnya sesuatu

yang semula berkobar yang

menjadi surat permohonan

akhirnya dibiarkan. Semua

kejadian itu karena semakin

pendeknya jam-jam kerja, meja-

meJa yang lengang karena tidak

ada kegiatan dan dering telepon

yang tidak diangkat karena tidak

ada orang Setelah digambarkan

Page 21: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 435

bagaimana suasana fisik suatu

kantor, pada bait berikutnya

digambarkan keadaan orang-

orang di da.lamnya.

Digambarkan seperti orang yang

kukuh dan tenang, orang yang

berpendidikan yang mengikuti

rapat-rapat, seminar-seminar

juga yang tekun mendengarkan

petuah-petuah atasan. Pada bait

selanjutnya diungkapkan bahwa

hidup yang terlalu semangat

sering menganggap sepi masalah

kecil (debu) yang hanya

dimiliki oleh anak-anak penjual

koran yang lalu lalang didekat

mobil-mobil dinas yang

mentereng yang akhirnya jauh

dari hidup yang manusiawi dan

janji yang telah dikemukakan.

Gaya bahasa yang

digunakan: metafora: bawahan

keindahan dan kemudaan

Se1a1u,. manusia hidup kukuh

tenang dengan akar dalam-dalam

menceham bumi, hidup manusia

terlalu membara, , personif ikasi :

ruang menyesak karena keusangan

debu membiak, map-map,berkas

dan kertas dengan ujung-ujung

Iayu dan harapan-harapan telah

di tumpuk , diperam, membisu

dalam debu, gairah, semula

menggetar bangunkan nyala-nyala

jingga pada hidup yang hi jau

muda,tumpukan debu Yang

berkumandang.

i. MANIFESTO

aku tuntut kalian

ke pengadilan., tanpa pihak yang menghakimi

siapa tahu, suap-menyuap telah neluas menjulang

sampai ke Hakim Tertinggi

siapa jamin, ia tak berpihak sejak semula

karena dunia, pula semesta, pria yang punya

sejak saat itu -- sejak Hawa jadi Bunda

ah, sudah lama sebelumnya

kecut. Hatimu menyaksikan kebesarannya

Induk Agung, yang melejitkan turunan

makhluk-makhluh kecil., buta, telanjang –

putus digigitnya tali pusar, dijilat. bersih

disusukan saksama, kemudian

diajarkan di seantero jagad raya

begitulah mamalia dipersiapkan

bagi Darwin dengan pertarungan hidupnya

perkara kecil membelenggu wanita dengan

tetek bengek yang malah disyukuri olehnya

secara serius, dungu dan syahdu –

sementara itu -- karena memang kerdil, takabur

dalam kelicikan -- kau menggigil kekhawatiran

Ia1u

Page 22: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 436

tanda jasa -- status ayah -- kau sematkan di dada

tanpa ditunjang fakta biologis, barangkali

tidak apa, demi warisan, ego dan

kelangsungan evolusi

Kemudian kau dekritkan: wanita itu pangkal dosa

sebungkah daging, segumpal emosi

sekaligus embesil dan bidadari

dilipat jari kaki, dihunci pangka1 paha

dicadari, gerak-gerih dibebani menjadi

tari lemah gemulai

ia tertunduk karena salah, gentar, patuh

mengecam d i r i

dan alihirnya boleh juga, ia dimanja

seka1i -ka1i

Ia1u seperti anah-anak keranjingan, bukanhah

bahaya dari pengganggu telah disingkirkan

kau sibukkan diri dengan permainan:

sepak bola, biliar, gulat dan perang jihd

i1mu, teknologi karena bebas kreatif

perang, polusi, proton , neutron

pingpong antara Moskow, Peking dan Washington

gemetar tak sadar'., ingin perang-perangan

sementara menunggu saat. saling memusnahkan

laut dikuras, sungai -danau diracuni

Iapisan ozon digerogot, sampah konsumen

ke mana dibuang -- percuma,

itu urusan para antariksawan

humi itu kue enersi yang halal dibagi -bagi

pada pesta ulang tahun, dengan Ii1in yang nyala

-- sumbu bencana -

Ia1u nrenyanyi panjang usianya

memang, upacara memberi khidmat, seperti

diplomasi, jadi sandi-sandi

yang semakin su1it. untuk dipahami

kepada anak-anak ini

berbaju seragam, bertanda bintang, berjuhah hitam

dengan wejangan, retorik, agitasi

telah kita percayakan nasib bumi

makhluk-makhluk kerdil , diburu kecemasan kastrasi

hanya kenal sat.u hencana riil : impotensia

membusungkan dada 1ewat psikoana1isa, karena

solidaritas mafia dengan Bapa di Sorga

Page 23: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 437

akhirnya merestui emansipasi wanita

aku tuntut. kalian

sekali lagi, -- saatnya nrunghin terlambat sudah

perang telah berkecamuk,ekosistem telah buyar

pengungsi di mana-mana, menipu, lapar, terkapar

dari diplomasi jadi lawakan, yang sungguh

tak lucu Iagi

sementara

lrami telah diam cukup lama, herkorban demi

-egornu dan sekian banyah abstrahsi

apa warnita kini harus selamat.kan dunia

tiba-tiba pembangunan jadi urusan kami juga

tapi --.

kalian telah kehilangan gengsi

seperti badut. yang tunggang langgang lari dalam

bencana akhirnya panggil ibu juga

tapi --

demi anakku laki-laki .

tuntutan aku tarik kembali

dan jadi pengkhianat. – atau-- nemang karena sudah terlambat.

Sesuai dengan judulnya makna

puisi di atas menggambarkan suatu

pernyataan tentang keberadaan wanita.

Pada bait I tergamba.r suatu

pernyataan sikap dari perempuan

untuk menuntut ke pengadilan tanpa

ada yang menghakimi harena tidak

a.kan ada yang membela sebab dunia.

semuanya milik pria. Pada bait II

terungkap bagaimana sebenarnya

wanita telah dipersiapkan untuk

melahirkan turunan yang membuat

kecut para pria. Pada bait III

diungkapkan bagaimana pria yang

tidak melahir, namun dengan pongah

dan kekerdilannya menyebut dia

sebagai ayah demi ego dan

kelangsungan evolusi. iJntuk

mengukuhkan keeksistensian pria

maka wanita dianggap sebagai pangkal

dosa, yang kurang pikir datl dipenjara

dalam penjara pria yang tidak bisa

berbuat. semaunya untuk menghibur

dimanja sekali-sekali. Dengan

menyingkirkan wanita, maka pria.

dapat leluasa berbuat sesuatu di luar

rumah dan membuat kerusakan di

bumi. Dengan kaku menerapkan

berbagai kata-kata atau wejangan yang

ditakutkan hanya satu impotensi.

Emansipasi barumulai ketika

semuanya. sudah musnali karena

perang, dan penghancuran bumi di

mana-mana. Dengan kelemahan

wanita yang berkorba.n untuk

memenuhi ego pria CI harus juga

menanggung pembangunan. Semua

keserakahan pria menjadikan dia

seperti ba.dut yang lari tunggang

langgang. Semuanya sudah terlambat

untuk menarik tuntutan atau menjadi

penghianat.

Diksi Yang digunakan:

manifesto, suap-menyua.p, hakim

tertinggi, jamin, dunia, semesta.,

Hawa, induk agung, makhluk-

makhluk kecil, buta., telanjang,

seantero, jaga.t, raya, mamalia,

Page 24: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 438

Darwin, tetek bengek, dungu,

syahdu, kerdil, ta.kabur, kelicikan,

tanda jasa, fakta biologis, warisa,

ego, evolusi, dekritkan, pangka.l

dosa, wanita, embesil, bidadari,

dicadari, lemah gemulai, tertunduk,

mengecam diri, dimanja,

keranjingan, sepak bola, biliar,

perang jihad, ilmu, teknologi, proton,

netron, Moskow, Peking,

Washington, memusnahkan, lapisan

ozon, antariksawan, enersi, upacara,

khidmat, diplomasi., sandi-sandi,

seragam bintang, jubah, hitam,

retorik, agitasi, kastrasi, riil,

impontensia, psikoanalisa,

solidaritas, mafia, ekosistem,

terkapar, abstraksi, gengsi, badut,

Gaya ba.hasa. Yang

digunakan : hiperbola suap-

meenyuap telah meluas

menjulang, induk agung

melejitkan turunan,, simile wanita

itu pangkal dosa, sebungkah

daging, segumpal emosi, bidadari

dilipat jari kaki., bumi itu kue

enersi yang halal dlbagi-bagi,

seperti badut yang tunggang

langgang Iari

j. GENEVA EULAN JULI

ahhirnya

pasrah kepada musim

dan hidup jadinya seperti buku

(yang tidak terIalu tebal tentu)

dengan halaman berurut

untuk diba1ikan satu per satu

bila tidak

tiba-tiba gadis di Geneva itu

menyeberang jalan begi tu saja

sambil berlari tidak peduli tapi

hati-hati membawa bunga di tangannya

memang kuingat

perempuan tua herkerudung hitam

dengan keranjang mawar melewati meja

dan kau bertanya sederhana: "Apakah suka bunga-bunga?"

seperti biasa

Kujawab dengan kebimbangan pan jang

dengan jari

pada daguku kupalingkan mukaku penuh

kepadamu

j an j i pun

terkalahkan o1eh musim yang

rebah-rebah pada hari tanpa angin

mawar pun

tinggalkan debu, malam geneva hangat nafsu

akan tinggalkan kantuk dan terlalu penat nanti

sedangkan

Page 25: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 439

gelisah: terganggu risau takpasti Iagi

siapa engkau siapa aku ini

munghin sekali

engkau dalam kereta antara Paris

dan Geneva me.nut.up jendela janganlah

angin mengganggu rambutku

atau waktu

pernah suatu kelancaran telah terjadi

turun dari kereta api, sekali Iagi kau

rayu singgah di kota tanpa nama

untuk menikmatinya bersama-sama

mengembara

adalah menanggalkan nama, melepaskan bumi

benda-benda kemilau dipermainlran angin

dan sungai

mana pula yang Iebih nyata, berjalar

merunduk karena angin kencang, atau

gemerlapan lampu di Amsterdam

bunga,malam, dan knta-kota

tersisip antara yang sengaja dikenang

merata, seperti kata-kata di hari senja

meski

semakin menjurang ruang antara

ucapan yang bertumbuhan

bila tidak

tiba-tiba kelepak sayap angsa putih

berlima perlahan menjelang bulan

tinggalkan danau menggenang sunyi

kita terdiam

sejak dahulu memang, yang

tidak terucapkan, lebih berarti

Makna puisi di atas

menggambarkan pengembaraan di

kota Geneva. Bagaimana

sebenarnya aku berhubungan

dengan orang lain tanpa saling

kenal da.n tanpa mengetahui

makna yang mereka lakukan. Bait

pertama mengungkapkan suatu

itepasrahan pada musim untuk

membalikkan lembaran-lembaran

hidup yang telah dilalui. Pada bait

berikutnya mengungkapkan

akibatnya ka.lau tidak pasrah

seperti seseorangga.dia yang

tiba.-tiba menyeberang atau

perempuan tua yang menawarkan

bunga dengan berpakaian hitam.

Pada bait ketiga penyair kembali

menceritakan pada bait pertama

tentang kepasrahan tentang peran

yang harus dilakonka.n. Sekalipun

dengan bimbang dia. harus

menjawab lawan bicaranya.

Akhirnya dia kalah dan mengikuti

perjalanan waktu untuk

tinggalkan kantuk dan bergumul

Page 26: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 440

dengan kehangatan nafsu di

Geneva

Pada bait berikutnya si

aku menyadari bahwa di antara

mereka tidak saling mengenal,

yang dia kenal hanya perkiraan

saja bahwa dia itu seorang yang

memperhatikannya. Atau yang

merayunya untuk menikmati kota.

Pada bait berikutnya jelas bahwa

yang dilakukan di aku adalah

mengembara dengan

menanggalkan identitas.

Bagaimana menghadapi semua itu

apakah menunduk karena terpaan

cobaannya yang berat atau

menantang gemerlap dunia.

Perjalanan yang dilalui

ada yang dikenang sekalipun ada

ruang antara ucapan yang

bertumbukan. Namun, bagaimana

sebenarnya hidup ini dikenang,

biasanya yang tidak terucapkan

lebih berarti. .

Diksi Yang digunakan:

musim, buku, gadis, geneva. bunga,

perempuan tua, kebimbangan, ja.nji,

rebah-rebah, hangat nafsu, kantuk,

penat, Paris, kereta, rayu, singgah,

mengembara, menanggalkan nama,

benda-benda kemilau, gemerlapan

lampu, Amsterdam, malam, kota-

kota, hari senja, sayap angsa putih,

danau, sunyi, lebih berarti.

3.3 Puisi-puisi Dorothea

a. NIKAH ILALANG

engkau nikahi ilalang, bermvah di negeri

semaksemak. diamlah dalam kemirisik angin

yang mengecoh cakrawala.

tapi orang-orang Ia1u melayat. padamu. Terasa

kelam perkawinan dan pesta syahwat. engkau

butuhkan bungabunga ditaburhan. dvadoa

penghabisan, dan ziarah bertubitubi

enghau nikahi ilalang. luas kebun Iuas bumi

luas langit. Iuas batinmu. engkau

nikahi kesunyian yang di tinggalkan abadabad

nanti. berkumur jagat hewankecil yang

mencari rumahrumah dalam tangis dan sekarat

Makna puisi di atas

menggambarkan bagaimana

perihnya sebuah pernikahan seperti

layaknya menikahi ilalang. Pada bait

I tergambar suatu dialog antara aku

dan kau. Dikatakan nikahi ilalang.

Siapa sebenarnya engkau dan ilalang

itu? Pada baris selanjutnya

dikatakan berumah di semak-semak.

Memang biasanya ilalang hidup di

antara semak-semak. Pada baris

berikutnya tergambar kehidupan

Page 27: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 441

i lalang sendiri yang kalau

tertiup, a.ngin aka.n kemerisik

dan apabila dilihat dari atas

kehidupan di bawah pohon

ilalang tidak kelihatan.

Namun, ternyata kalau

kita. baca pada bait II nikah

ilalang itu sendiri sebuah

simbol karena pada bait ini

digambarkan suatu suasana

kematian da.lam pernikahan itu.

Pada bait III kembali

permasalahannya sama dengan

bait I, nikahi ilalang dalam

suasana kelengangan, kesunyian

dan kehidupan makhluk kecil

yang bersusah payah dalam

mencari nafkah .

Pada dasarnya puisi di

atas menggambarkan suatu

suasana perkawinan yang seperti

kehidupan ilalang. Dalam

perkawinan tersebut ada.

terlihat indah dari luar, namun

sebenarnya perkawinan itu

sendiri seperti suasana

kematian, kesunyian dan hidup

dari penderitaan orang-orang

yang kesusahan.

Diksi yang digunakan:

i lalang, semak-semak, kemirisik

angin, cakrawala, melayat, pesta

syahwat, bunga-bunga, doadoa,

ziarah, luas, bumi, langit ,

batinmu, kesunyian, berabad-

abad, hewan kecil , tangis,

sekarat,

Gaya bahasa yang

digunakan: beruma.h di negeri

semaksemak, diamlah dalam

kemerisik angin, engkau nikahi

kesunyian yang ditinggalkan

abad nanti , berkumur jagat

hewan kecil .

b. KEMATIAN KEPOMPONG

engkau ikut da1am arakarakan itu, menuju

rumahcinta yang tak berpintu. aku yang mengusung

dan kitaga1i liang buat dirisendiri. doadoa 1upa

dibacahan; tibatiba terucapkan amin yang

berkepanjangan .

engkau melayat: tubuhmu sendiri , tersesat.,saat

bertapa, tetapi pesta memang teramat sederhana

kita berdua minggir ke.sudutsudut., dan hercakap

entahapa tiba tiba ki ta bercinta .bersetubuh

dengan kekosongan; alangkah siasia. kubelit

nafasrnu dengan juntaianrambut. dari Iudahku.

tetapi kita bercinta: melengkapkan kenimatan

senggama, sebelum musim berziarah keburu tiba

kita berdua minggir. sampai tepiyang paling sepi.

Dan engkau tersesat saat bertapa. t ibatiba. tapi,

sungguh . kita sempatbercinta : dalam temperatur

yang gi1a !

Page 28: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 442

Makna puisi di atas

menggambarkan suasana suatu

kematian yang diibaratkan

seperti kepompong. Pada. bait I

tergambar suatu dialog kepada

seseorang/kekasihnya. Mereka

bersama-sama membuat l iang kubur

sendiri tanpa doa-doa. Mereka

melayat tubuh mereka

sendiri .Ini dapat dilihat

kehidupan kepompong itu sendiri

yang hanya hidup

sendiri ./tersesat saat bertapa /

bertapa biasanya merupakan

itegiatan merenungkan diri dengan

meninggalkan kesenangan

duniawi. Namun ini tersesat,

mengapa? Pada bait berikutnya

tergambar bagaimana mereka

bercinta yang membara.

Jadi, pada dasarnya puisi

ini menggambarkan, kehidupan

tercinta yang melewati batas akan

mengakibatkan seperti .

membuat lubang kubur sendiri .

Diksi Yang digunakan:

rumahcinta, mengusung,

doadoa, amin, tersesa.t , bertapa,

pesta, sederhana, minggir,

sudutsudut, bercakap, bercinta,

bersetubuh, kekosongan, siasia.,

kubelit , juntaian rambut, musim

berziarah, temperatur,

Gaya bahasa yang

digunakan: rumah cinta tal -;

berpintu, kitagali liang buat

dirisendiri, tibatiba terucakan amin

yang berkepanjangan, kita berdua

minggir ke sudut-sudut, bersetubuh-

dengan kekosongan, kubelit nafasmu

dengan juntaianrambut dari ludahku,

sampai tepi yang sepi, tersesat saat

bertapa,

c. RUMAH YANG HILANG

aku sudah pulang, sebelum matahari surut.

keba1ik matamu . ku temui orangorang yang

mendesahkan namamu.barangkali katakata

telah mnjadi kaca. hurufhuruf dalam kristal.

dan juga embun

aku sudah pulang, hekasih. sedang kau, entah

di mana. kecuali kedinginan embun, di tengah

sahara hatiku

.

kesunyian pernah menjajikan padahu nyanyian

daun bambu. dalam padang yang luas. perjalanan

pulang yang tak juga rampung. dongengdongeng.

dan rumputrumput. sunyi.

kemarilah, kekasih. aku sudah menunggumu

-dalam gema shalawat. dan adzan gaib. Hanya

mesjid, di seberang rumah, tersipu jika pintunya

kumasuki.

Page 29: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 443

Makna puisi di atas

menggambarkan perasaan yang

hilang karena kekasihnya pergi.

Pada bait I tergambar bagaimana si

aku sedang mencari kekasihnya

hingga. lidahnya kelu tak terucapkan

ka.ta-kata lagi. Dia menunggu

kekasihnya yang hilang yang

membuat si aku kesepian. Pada bait

terakhir sia.ltu menyeru kekasihnya

dengan kekuata.n rohani sekalipun

ini membuat malu dalam pengertian

agama..

Jadi, rumah hilang merupkan

simbol dari hati yang sepi karena

kehila.ngan kekasihnya.

Diksi yang digunakan:

matahari, surut, mata, mendesahkan,

nama, kata_kata, kaca, kristal,

embun, pulang, kedinginan,

sahara, kesunyian, daun bambu,

padang, rampung,

dongengdongeng, rumputrumput,

salawat, azan, gaib, tersipu,

Gaya bahasa yang

digunakan: sebelum mata.hari

surut ke balik matamu,

mendesahkan tiamamu, katakata

telah menjadi kaca, hurufhuruf

dalam kristal, kedinginan embun

di tenga.h sahara hatiku,

nyaziyian daun bambu,

dongengdongeng dan

rumputrumput sunyi, hanya

mesjid, di seberang rumah,

tersipu jika pintunya kumasuki

.

d. HABIS KITA DALAM HUJAN

habis kita dalam hujan. Obrolan

segumpal musim cuma jadi debudebu di jalanan.

ke indahan hidup : katakata yang berlepasan dari

sekuntum bunga, terjelma da1am kalimatkalimat.

setumpuk kitab, terkunyah dalam pikiran, kita

obrolkan, kita Iupahan, debudebu menguruk

ingatan kita. lalu kau berteduh. hujan, cepat

datang, menghabiskan semua.

kita berteduh di bawah kaki arangorang gagap.

seperti katak, kau berontak. tapi kita berteduh, ya?

hujan menghabiskan semua. kita selalu tingga1 menunggu

jadi gerimis,1a1u cemas hujan 1agi, hujan Iagi.

hujan 1agi .

Makna puisi di atas

nienggambarkan sernua yang

dimiliki habis oleh hujan. Pada

bai t I te rgambar bagaimana

hujan sebagai simbol sesuatu

yang dapat memusnahkan.

Kata-kata indah, pela jaran

akan habis dengan hujan. Pada

bai t II te rgambar bagaimana

kalau berl indung dibawah

kekuasaan orang yang tak

mampu akan menjadi tak

berar t i .

Jadi , pengert ian hujan

dalam puisi di atas merupakan

simbol dar i kekuatan yang

memusnahhan semua.

keindahan hidup juga

kecerdasan.

Page 30: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 444

Penggunaan diksi : hujan,

segumpal , musim, debudebu,

kata.kata., berlepasan, sekuntum,

bunga, kalimatkalimat, kitab,

terkunyah, pikiran, menguruk,

berteduh, orangorang gagap,

katak, berontak,

Gaya bahasa. yang

dipergunaha.n: habis kita dalam

hujan, segumpal musim jadi

debudebu di jalanan, katakata

yang berlepasan dari sekuntutn

bunga, terl-:utiyc.h dalam pil-

:irati, debudebu menguruk

pikiran, kita berteduh di bawah

kaki orangorang gagap, seperti

katak, kau berontak, hujan

menghabiskan semua,

e. SUNGAI TERLIPAT

aku simpan lukisanmu: sebuah sungal. kubayangan

anakanak bermain. katakkatak berenang di pinggirnya.

daunan enggan jatuh. ularular melintas, tanpa nafsu

pada ketajaman racun pada taringnya.

matahari, Iihatlah, menyemhul dan menyelinap pada

rimbun awal-akhir muara.

tapi aku simpan Iukisanmu, sebab ia mengalirkan

airmata. mengalirkan kalmat-demikalimat yang bercerita.

kau takmendengarnya. tapi bacalah bagaimana ia menutup

kesedihannya. tanpa kekuatan melukis hehidupannya.

kakikaki raksasa menindihnya.

aku simpan lukisanmu, aku lipat. aku singkirkan: dalam

kalbv!

Makna puisi di atas

menggambarkan angan-

angan;janjijanji yang diutarakan

oleh seseorang pada si a.ku

sepeti kehidupan sungai yang

inda.h yang membuat

kepedihan. Pada bait pertama

diga.mbarkan bagaimana siaku

menyimpan janji janji yang

indah seperti keindahan sebuah

sungai. Pada bait III keindahan

sungai i tu membuat kepedihan

yang akhirnya lukisan/janji -

janji i tu oleh si aku

disingkirkannya.

Jadi, pengertian sungai itu

sendiri pada puisi di atas merupakan

janji-janji. yang indah yang diberikan

seseorang pada si aku.

Diksi yang digunakan : sungai,

anakanak, katakatak.tak, daunan,

ularular, menyembul, menyelinap,

rimbunmelukis, kakikaki raksasa.,

Gaya bahasa: daunan enggan

jatuh, ularular melintas, tanpa. nafsu

pa.da ketajaman racun pada taringnya,

matahari, menyembul dan menyelinap

pada rimbun awal-akhir muara, aku

simpan lukisanmu, aku lipat. aku

singkirkan: da.lam kalbu!

Page 31: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 445

f. BURUNG LEPAS SANGKAR

kicau perkutut berhenti saat kaulepaskan

dari sangkarnya. para pencari menyulut abor

Ia1u menghitung perdu demi perdu, dahan demi

dahan pohon. senja demi senja yang merah.

: sudah kauterimakah ti1gram pada sehelai

bulu itu?

sebuah dunia lepas, adalah sangkar baru: katanya.

1a1u setelah melipat tilgram itu: kaubayangkan

rumahrumah yang tak pernah dihuni. halaman

dengan rumputrumput dan belukar yang tinggi.

di luar jendela: cuaca makin purba dan

menggigilkan !

Makna puisi di atas

menggambarkan orang yang hilang.

Bait I menggambarkan burung yang

hilang dan orang-orang banyak yang

mencarinya. Pada bit selanjutnya

mengatakan adanya telegram tentang

kebebasan hidup. Pada bait III

tergambar suasana kemuraman dan

kesepian.

Jadi, puisi di atas

menggambarkan kebebasan itu akan

menimbulkan kesepian dan berbagai

tantangan.

Diksi yang digunakan:

burung, sangkar, obor, perdu,

pohon, senja, .tilgram, sehelai

bulu, rumputrumput, purba,

Gaya bahasa: menghitung

perdu demi perdu, tilgram pada

sehelai bulu, rumahrumah yang

tak pernah dihuni , cuaca makin

purba dan menggigilkan,

g. NYANYIAN ANAK ANAK BERMAIN

dari sumur yang sama kutimha darah dan

keringat semuaorang. kusaring kebekuan, 1a1u

kutiup: menjadi bulan.

cahaya menylinap antara rindangperadaban.

masihkah kaubutuh bayangbayang?

kuikat purnama dengan lidahku, setelah Ietih

memeras darah dan keringat sendiri. Kukembalikan

bagi 1angit suwung.

tibatiba mendung. bulan kehilanganbayang.

kupanggi1 anakanak. biar menadah airmata

sendiri

Page 32: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 446

Makna puisi di atas

menggambarkan perjuangan

hidup yang membawa anak ke

dalam kesengsaraan. Pada

bait I digambarkan

bagaimana susahnya mencari

kehidupan dengan memeras

keringat dan darah dan

menjadikannya sempurna.

Ketika sedang apes hanya

memberikan air mata bagi

anak-anaknya.

Diksi: sumur, darah,

kebekuan, bulan, rindang

perdaban, bayangbayang,

purnama, letih, langitsuwung,

airmata,

Gaya bahasa: kutimba

darah, kusaring kebekuan, kutiup

menjadi bulan, cahaya

menyelin,ap antara

rindangperadaban, ltuikat

purnama dalam lidat-:ku, meremas

darah dan keringat sendiri,

kuliembalikan bagi langitsuwung,

bulan kehilangan bayang,

menadah airmata sendiri

h. ELEGI PARA PENDAKI

bumi ini untukmu. biarpun hujan

menelanjanginya seperti bayi. kesuburan

akan menjanjikan padamu sengheta yang manis.

di 1angit., warna gelap rebah di hatimu.

maha letakkan di tanggu1-tanggu1 irisan

daging yang menawarkan kita luka, sebelum

banj.r mengikisnya. setiap wahtu, kau harus

menyediahan untukku. sebelum setiap dendam

menggoresnya 1ebih du1u.

La1u pert.umpahan darah tak terelakkan.

tapi 1ebih baik ketimbang benci senantiasa

menjamur di balik senyum para malaikat

dan bidadari.

Makna puisi di atas

menggambarkan nyanyian bagi

pendaki. Pada bait I

menggambarkan keindahan bumi

yang disediakan bagi yang mendaki.

Pada bait II ada. kata-kata irisan

daging, ini dapat diungkapkan

sebagai hati yang merupaka.n

segumpal daging. Dapat dikatakan

hati yang menyakitkan. Pada bait

III diterangkan lebih jauh akibat

dari irisan daging itu yang

mengakibatkan pertumpahan darah.

Jadi, kembali lagi bahwa

kata pendaki merupakan simbol dari

orang petualang di bumi yang

menyaltitkan hati orang lain

sehingga mengakibatkan

pertumpahan darah. Dapat juga

dikatakanpendaki di sini merupakan

simbol dari orang yang ambisi

menaklukan bumi tanpa

memandang orang lain sehingga.

Page 33: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 447

menyakiti dan terjadi pertumpahan

darah.

Diksi: bumi, kuburan,

sengketa, tanggul-tanggul, daging,

luka, banjir, dendam, pertumpahan

darah, menjaniur, malaikat,

bidadari,

Gaya bahasa.: bumi ini

untukmu, hujan menelanjanginya

seperti bayi, kesuburan akan

menjajikan padamu sengketa yang

manis, di langit, warna gelap

rebah di hatimu, daging yang

menawarkan,kita luka, benci

senantiasa menjamur,

i. WHISPER IN THE NIGHT

Ophellia

Ophe1lia menjerit. suaranya menghitamhan

warna kolam. Ikanikan tak 1agi menari

di puncak gelombang. tak 1agi ke. sungai.

pada ruang tunggu : den tam jantung' dan

nafas percin taan .

suaranya, menyusup di detikdetik jam.

Ophe11ia menjerit.. bayangbayangnya

mengendap diantara piano. suara yang

meryenandungkan orkes kematian

Makna puisi di atas

ketakutan seerang gadis pada

malam hari. Pada. bait I

digambarkan ada. seseorang yang

menjerit sehingga menakutkan.

Pada bait. kedua tergambar adegan

percintaandan pada bait III ada

kematian.

Jadi, puisi di atas

menggambarkan percintaan yang

menyebabkan kematian.

Diksi: Ophellia, kolam,

ikanikan, puncak, gelombang,

jantung, ruang tunggu, detikdetik

jam, piano, orkes kematian,

Gaya bahasa: suaranya

menghitamkan warna kolam,

suaranya menyusup di

detikdetikjam, bayangbayangnya

mengendap di antara piano,

j. MEMANDANG JAKARTA

ada yang Iebih berarti dari sekuntumbunga

yang tergeletak di tepi jalan. atau seekor

burung yang hinggap di atap rumah.

ada yang 1ebih berarti dari mernungut.

bunga dan menemba burung.aku di antara

kalian. menduga jarak pemberhentian.

lalu kita berhamburan seperti sampah

Page 34: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 448

dari truk sampah. merebutkan satu tempat

untuk berpijak. dan kita tak sempat

memikirkan:- mengapa kita berdiri diantara

daftar harga, dan boleh di tawar?

Makna puisi di atas

menggambarkan keadaan sebuah

kota besar yang hirukpikuk tanpa

henti dan di tengah kehidupan

duniawi. Bait I menggambarkan

bagaimana sesuatu yang berarti

melebihi sekuntum bunga dan

seeekor burung. Pa.da bait kedua

ada kata jarak pemberhentian. Bait

III mengganibarkan kehidupan yang

telah dirasuki kehidupan materi.

Jadi, puisi di atas

menggambarkan kehidupan kota

Jakarta yang hiruk pikuk dengan

kehidupan materi tidak sernpat

memikirkan keindahan bunga atau

burung.

Diksi: sekuntum bunga, jalan,

burung, pemberhentian, sampah,

daftar harga,

Gaya bahasa: sekuntum

bunga yang tergeletak di tepi jalan,

menduga jarakpemberhentian, kita

berhamburan seperti sampah dari

truk sampah, kita berdiri di antara

daftar harga dan boleh ditawar

3.4 Perbandingan Gaya Bahasa

yang digunakan Toeti Heraty dan

Dorothea Rosa Herliany

Berdasarkan hasil

pembahasan analisis di atas terlihat

ada perbedaan gaya bahasa yang

digunakan kedua penyair tersebut.

Toeti memandang berbagai

permasalahan hidup dengan lebih

menggunaltan pemikiran filsafat

sedangkan Dorothea lebih

menggunakan perasaan. Gaya

bahasa yang dominant digunakan

Toety adalah gaya bahasa ironi

sedangkan gaya ba.hasa yang

d.igunaltan oleh Dorothea lebih

banyak menggunakan gaya bahasa

simbolis.

3.5 Kesimpulan

Toety dan Dorothea

merupakan dua penyair wanita.

dari dua periode sastra yang

berbeda. Keduanya merupakan

penyair yan

g sering dibicarakan.

Toety merupakan penyair pada

periode "66 sedangkan Dorothea

penyair dari periode saatra

kontemporer. Dari kedua

penyair ini penulis ingin

mengetahui lebih banyak

tentang gaya bahasa kedua

penyair tersebut.

Untuk mengetahui keclua

gaya bahasa penyair di atas

maka pendekatan yang sesuai

untuk menganalisisnya. adalah

pendekatan sti list ika.Pendekatan

sti l i st ika adalah pendekatan

yang menekankan pada aspek

bahasa puisi . Adapun untuk

mengetahui gaya bahasa yang

digunakan teori terctang bahasa

kias. Adapun metode penelit ian

yang digunakan adalah nietode

analisis-komparatif. . Jenis

penelit ian itu sendiri adalah

penelit ian kualitatif karena

penelit i terlibat langsung dalam

objef. penelitian ya.itu teks

puisi i tu sendiri .

Page 35: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 449

Berdasarkan pembahasan

hasil analisis puisi, puisipuisi Toeti

lebih condong pada jenis puisi ide

sedangkan puisi-puisi Dorathea

merupakan puisi-puisi ekspresif.

Gaya bahasa yang digunakan pun

berbeda. Puisi-puisi Toety lebih

banyak mengguna.kan gaya. bahasa

irani, sedangkan gaya. bahasa yang

digunakan Dorothea adalah gaya

bahasa simbolis.

Page 36: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 450

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1984. Pengantar Memahami Unsur-unsur Karya Sastra.

Malang: FPBS IKIP Malang..

Chatman, Seymour. 1968. An Introduction to the Language of Poetry.

Boston: Houghton Mifflin Company,,

Darma, Budi. 1985. "Parkembangan Puisi Indonesia". Dalam Horison, No. 8,

Tahun XX Agustus.:

Effendi, S. 1982. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta: Tangga Mustika

Alam.

Herliany,, Dorothe Rosa. 1995. Nikah Ilalang. Yogyakarta;; Yayasan Pustaka

Nusatama.

Junus, Umar. I981. Perkembanpan Puisi Indonesia dan Melayu

Modern. Jakarta: Bhratara.

Luxemburg,, Jan van. et. al. 1906. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Pradopo, &.-i.chmat~Djoko. 19B5. Pengkaijan Puisi. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Rosidi, Ajip. 1977 . Laut Biru Langit Biru . Jjakarta: Pustaka Jaya.

Semi, Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra . Bandung: Angkas.

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi . Jakarta. Airlangga.

Teeuw, A. 1983a. Membaca dan Menilai Karya Sastra. Jakarta: Gramedia.

Teeuw, A. 1983b. Tergantung pada Kata Jakarta: Pustaka Jaya

Page 37: Perbandingan Gaya Bahasa Kias Antara Puisi Toeti Heraty Dan Puisi Dorothea (Sebuah Studi Deskriptif Analistis Dengan Pendekatan Stilisti

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 451