18
Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga Surakarta dalam Menjalani Kehidupan Sehari - hari Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain Peneliti : Kendy Cipta Santosa NIM: 692012003 Program Studi Desain Komunikasi Visual Konsentrasi Multimedia Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Agustus 2019

Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

Surakarta dalam Menjalani Kehidupan Sehari - hari

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain

Peneliti :

Kendy Cipta Santosa

NIM: 692012003

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Konsentrasi Multimedia

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Agustus 2019

Page 2: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

1

Page 3: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

2

Page 4: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

3

Page 5: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

4

Page 6: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

5

Page 7: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

6

1. Pendahuluan

Kebudayaan merupakan salah satu hal penting bagi suatu daerah. Karena

kebudayaan dapat mencerminkan atau melambangkan bagaimana suatu daerah

dapat terkenal. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan pada setiap

daerahnya. Salah satu yang mempengaruhi keragaman budaya ini adalah karena

banyaknya suku yang ada di Indonesia, dari suku asli Indonesia sampai suku yang

datang dan menetap di Indonesia [1].

Keanekaragaman budaya ini terjadi di setiap daerah di Indonesia, bahkan

dalam satu kotapun dapat memiliki lebih dari satu kebudayaan contohnya di kota

Surakarta. Seiring berjalannya jaman, kebudayaan di suatu daerah dapat berubah

dan bertambah, hal ini disebabkan oleh masuknya kebudayaan luar ke daerah

tersebut. Kota Surakarta yang saat ini telah berkembang tentunya memiliki

beberapa kebudayaan di dalamnya.

Kota Surakarta memiliki beragam kebudayaan di dalamnya, seperti

kesenian batik, tradisi dari Keraton, dan lain - lain. Kota Surakarta memiliki

pemahaman untuk mengapresiasi kebudayaan lain yang ada dan masuk ke kota

Surakarta. Pemahaman ini sudah lama ada dan sampai sekarang masih dipakai

dalam menghadapi keberagaman budaya yang ada. Meskipun begitu bukan berarti

kebudayaan yang sudah ada di kota Surakarta ditinggalkan, kebudayaan asli akan

tetap ada dan selalu ada. Bahkan kebudayaan asli kota Surakarta ini menjadi salah

satu daya tarik kota ini.

Sampai saat ini kebudayaan asli kota Surakarta masih kurang disadari oleh

orang lain karena hal ini tidak bersifat langsung. Dengan dirancangnya video

visualisasi mengenai kebudayaan kota Surakarta ini diharapkan tidak hanya dapat

menjelaskan kehidupan warga kota Surakarta namun juga dapat menanamkan

nilai kepada masyarakat luar bagaimana kehidupan warga kota Surakarta yang

hidup dengan adanya keanekaragaman budaya dan bagaimana mengatasinya.

2. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitan terdahulu berjudul “Desain Komunikasi Visual Sebagai

Media Pengenalan Pariwisata Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah”,

bertujuan untuk membuat media promosi yang efektif dan menarik agar dapat

mengenalkan kepada masyarakat luas keindahan Kabupaten Wonogiri dan

menjaga serta melestarikan objek wisatanya. Dalam penelitian ini menghasilkan

media promosi berupa media lini atas dan media lini bawah. Secara keseluruhan

media diterapkan dalam bentuk Koran iklan, website, spanduk, peta saku,

kalender, poster, gantungan kunci, pin, mug, stiker, koas, x-banner, kipas tangan,

paper bag dan kotak dispenser. Hasil dari penelitian ini adalah mengenalkan objek

– objek wisata Kabupaten Wonogiri [2].

Dalam penelitian terdahulu berjudul “Pembuatan Iklan Wisata Di

Surakarta”, bertujuan untuk mempromosikan potensi wisata di wilayah Surakarta.

Video ini dapat menjadi media efektif dalam menyampaikan informasi secara

audiovisual, dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat [3].

Dalam penelitian terdahulu yang berjudul “ Potensi Dan Promosi Desa

Tumang Sebagai Desa Wisata Melalui Video Profile”, bertujuan untuk

Page 8: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

7

Mengetahui gambaran umum pariwisata Kabupaten Boyolali dan pengembangan

desa wisata dan juga berbagai potensi yang ada di Desa Tumang, yang

memungkinkan dikembangkannya desa Tumang menjadi desa wisata. Hasil dari

perancangan ini adalah video yang dapat memberikan informasi secara langsung

dan lebih cepat dengan isi promosi yang mudah diterima oleh pasar [4].

Dalam penelitian terdahulu yang berjudul “ Visualisasi Masjid Agung

Rangkasbitung Berbasis 3D Dengan Menggunakan Google Sketchup & After

Effect”, bertujuan untuk menciptakan sebuah media informasi baru berbasis

animasi 3D untuk desain konstruksi bangunan Masjid Agung Al-a’raaf

Rangkasbitung-Lebak. Hasil dari perancangan ini adalah animasi 3D yang

memvisualisasikan konstruksi bangunan Masjid Agung Al-a’raaf Rangkasbitung

sebagai media informasi. [5]

Dari penelitian terdahulu tersebut, dijelaskan bagaimana visualisasi dapat

menginformasikan kelebihan atau daya tarik suatu daerah dan visualisasi

berfungsi sebagai media untuk menyampaikan informasi yang menarik secara

langsung dan efektif. Dengan video visualisasi ini diharapkan dapat memberikan

informasi yang maksimal dengan cara yang menarik.

Kebudayaan secara umum berarti hasil cipta, rasa dan karsa manusia

dalam memnuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup

pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hokum adat serta setiap kecapakan dan

kebiasaan. Bisa juga diartikan sebagai segala hal yang kompleks, yang di

dalamnya berisikan kesenian, kepercayaan, pengetahuan, hokum moral, adat

isitiadat serja keahlian ataupun ciri khas lain yang diperoleh individu sebagai

anggota dalam suatu masyarakat. [1].

Surakarta adalah kota yang dibangun Paku Buwono II. Riwayat kota ini

tidak bisa lepas dari sejarah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang

merupakan penerus Kerajaan Mataram Islam. Surakarta dikenal sebagai salah satu

pusat dan inti kebudayaan Jawa karena secara tradisional merupakan salah satu

pusat politik dan pengembangan tradisi Jawa. Masyarakat Surakarta pandai

memelihara budaya lokalnya, seperti tarian daerah Bedhaya dan Srimpimasih,

juga ada kesenian batik. Warga Kota Surakarta memiliki berbagai macam budaya

dalam menjalani kehidupan sehari – harinya, seperti keramahan warga untuk

saling menyapa dengan sedikit menundukan kepala, merawat warisan budaya dari

leluhur seperti kesenian batik yang terus menerus ada dan menjadi ciri khas kota

Surakarta, juga toleransi warga untuk memahami perbedaan yang ada di kota

Surakarta. [6]

Budaya secara umum memiliki arti sebagai suatu cara hidup yang terdapat

pada sekelompok manusia, yang berkembang dan diwariskan secara turun-

temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Ada juga yang mengartikan budaya

sebagai suatu pola hidup yang tumbuh dan berkembang pada sekelompok manusia

yang mengatur agar setiap individu mengerti apa yang harus dilakukan, dan

mengatur tingkah laku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. [1].

Page 9: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

8

Visualisasi adalah rekayasa dalam pembuatan gambar, diagram atau

animasi untuk penampilan suatu informasi. Visualisasi dalam bentuk gambar baik

yang bersifat abstrak maupun nyata telah dikenal sejak awal dari peradaban

manusia. Contoh ; lukisan di dinding-dinding gua dari manusia purba. Sekarang

visualisasi telah berkembang dan banyak dipakai untuk keperluan ilmu

pengetahuan, rekayasa, visualisasi desain produk, pendidikan multimedia

interaktif, kedokteran, dan lain-lain. [7].

Video adalah teknologi untuk merekam, memproses, dan menata ulang

gambar bergerak. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar yang

dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. Video juga dapat

digunakan dalam aplikasi tehnik, keilmuan, produksi, dan keamanan. [8].

Video Visualisasi merupakan salah satu media untuk mengkomunikasikan

gagasan atau konsep yang dibuat melalui proses merekam gambar dan suara,

menata urutan dan menyambung atau memotong gambar dan menyatukannya

menjadi kesatuan yang utuh. Fungsi dari video visualisasi ini sebagai sarana untuk

mengkomunikasikan ide atau gagasan melalui penyajian dalam bentuk video. [7].

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam perancangan video

visualisasi ini adalah metode kualitatif yang merupakan metode studi

menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan

alamiahnya. [9].

Jenis metode yang digunakan adalah studi kasus yaitu suatu penelitian

yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh

pemahaman dari kasus tersebut. Strategi yang digunakan adalah strategi linier

yakni menetapkan urutan atau tahapan perancangan yang akan dimulai dari tahap

awal dan dilanjutkan ke tahap berikutnya setelah tahap sebelumnya selesai .[10].

Adapun tahapannya dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Strategi Linier

Langkah pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data untuk

mengidentifikasi gambaran budaya kota Surakarta, dan kehidupan yang terjadi

pada aspek kehidupan warga. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data

mengenai kebudayaan warga kota Surakarta dalam menjalani kehidupan sehari-

hari. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara bersama Bapak

Mufti selaku karyawan pada Dinas Kebudayaan Surakarta. Hasil yang didapat

dari wawancara yaitu, warga kota Surakarta memiliki beragam budaya dalam

menjalani kehidupan sehari – harinya. Seperti toleransi antar suku dan agama,

juga kehidupan yang saling berdampingan. Tidak hanya itu warga kota Surakarta

dikenal dengan keramahannya dalam saling menyapa satu dengan yang lain.

Warga kota Surakarta juga merawat budaya tradisional seperti kesenian batik,

sekaten, kirab pusaka, dan lain – lain, tidak hanya itu warga juga merawat

Tahap 1

Pengumpulan

Data

Tahap 2

Perancangan

Video

Tahap 3

Pengujian

Tahap 4

Hasil

Page 10: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

9

bangunan – bangunan bersejarah seperti Keraton, museum, dan tempat – tempat

yang memiliki sejarah lainnya.

Budaya masyarakat dalam menjalani kesehariannya ini kurang disadari

atau dirasakan oleh masyarat luar kota Surakarta karena masyarakat luar lebih

tertarik dengan wisata yang ada di kota Surakarta namun tidak menyadari

bagaimana keseharian warga di kota Surakarta.

Selanjutnya di tahap kedua perancangan video dimulai dengan membuat

konsep. Konsep perancangan video adalah menjelaskan kebudayaan masyarakat

kota Surakarta dalam menjalani kehidupan sehari – hari dengan dikemas secara

natural dan mudah dipahami. Target utama dari video ini adalah masyarakat yang

berusia 15-25 tahun. Setelah konsep terbentuk dilanjutkan dengan pembuatan

storyline dan storyboard. Storyline adalah rangkaian kajian atau alur cerita untuk

menggambarkan isi video. [11].

Storyline dari video visualisasi ini diawali dengan menampilkan jalan

Slamet Riyadi sebagai jalan utama di kota Surakarta. Selanjutnya memperlihatkan

kereta api yang berjalan di pinggir jalan raya, karena kereta api ini menjadi daya

tarik tersendiri untuk kota Surakarta. Kemudian menampilkan tampak depan

gedung Keraton Surakarta, sebagai bentuk pelestarian cagar budaya yang

dilakukan oleh warga untuk selalu menjaga dan merawat warisan leluhur dari

masa ke masa. Dilanjutkan dengan menampilkan proses membatik berupa

menorehkan lilin pada kain hingga membentuk pola yang indah, karena batik

adalah salah satu ciri khas kota Surakarta dalam bidang kesenian. Tidak hanya

batik, kota Surakarta memiliki acara tahunan yang dinamakan Solo Batik

Carnival sebagai bentuk apresiasi warga kota Surakarta untuk kesenian daerah

dan budayanya. Selain itu kota Surakarta juga memiliki toleransi antara satu

dengan yang lain. Hal ini dapat dilihat dengan adanya bangunan gereja yang

bersebelahan dengan bangunan masjid. Setelah itu memperlihatkan proses

perdagangan yang dilakukan secara tradisional di salah satu pasar di kota

Surakarta. Hal ini membuat para penarik becak masih optimis untuk menjalani

pekerjaan mereka sehingga Pasar Gede menjadi salah satu tempat mereka untuk

mencari nafkah. Dipilihnya bangunan Pasar Gede ini karena bangunan ini

merupakan salah satu bangunan ikonis di Surakarta yang terus dijaga keaslian

bentuknya meskipun sudah melalui tahap renovasi.Storyboard adalah setiap scene

yang menggambarkan objek serta perilakunya. Storyboard berguna sebagai acuan

dalam pembuatan video pada setiap adegannya.[11].

Berikut Storyboard yang menjadi acuan dari video visualisasi ini dapat

dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Storyboard

NO Scene Durasi Shoot Keterangan

1

00.00 – 00.05 Normal angle

Full shoot

Still

Jalan raya

dengan banyak

kendaraan

2

00.05 – 00.09 Normal angle

Medium shoot

Still

Kereta api

sedang jalan

sampai melewati

kamera

Page 11: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

10

3

00.09 – 00.22 Normal angle

Full shoot

Panning

Zoom out

Memperlihatkan

gedung Keraton

4

00.22 – 00.40 Normal angle

High angle

Close up

Still

Memperlihatkan

proses membatik

5

00.40 – 00.49 Normal angle

Medium shoot

Still

Panning

Fokus pada

pemeran kostum

6

00.49 – 01.02 Low angle

Medium shoot

Panning

Perlihatkan

gereja dan masjid

bersebelahan

7

01.02 – 01.22 Normal angle

Low angle

Medium shoot

Still

Panning

Still keadaan

pasar

Panning proses

jual beli

8

01.22 – 01.30 Normal angle

Medium shoot

Still

Perlihatkan

penarik becak

sedang mencari

penumpang

9

01.30 – 01.36 Normal angle

Full shoot

Still

Still bangunan

pasar , fade out

to black

Tahap berikutnya adalah tahap perekaman video. Pada tahap ini dilakukan

pengambilan gambar sesuai dengan storyboard yang telah disusun. Serta

dilakukan proses perekaman suara, untuk narasi yang akan di tambahkan pada

video. Setelah pengambilan gambar selesai, dilanjutkan pada tahap editing.

Pada tahap editing ini, dilakukan pemilihan hasil terbaik dari pengambilan

gambar dan dilanjutkan dengan menyusun hasil tersebut sesuai dengan storyline

dan storyboard. Proses editing dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Editing

Setelah tahap editing selesai selanjutnya adalah proses compositing. Proses

compositing dilakukan untuk menambahkan informasi berupa teks, narasi dan

penambahan berbagai effect juga background music dalam video. Proses

compositing dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 12: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

11

Gambar 3. Compositing

Penggunaan teks pada video ini berguna sebagai pembukaan video yang

menunjukan bahwa kota di dalam video adalah kota Surakarta. Tipografi yang

dipakai dalam video adalah Vivaldi Font, yang memiliki ciri-ciri berupa huruf

sambung menyerupai huruf latin. Font ini dipilih dikarenakan memiliki kesan

artistik dan masih dapat dibaca dengan jelas. Font Vivaldi dapat dilihat pada

Gambar 4.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890-+.,!?

Gambar 4. Vivaldi Font

Narasi yang digunakan dalam video ini berguna sebagai penjelasan tentang

kehidupan warga kota Surakarta. Narasi yang digunakan sebagai berikut :

“Surakarta, kota yang melekat dalam budaya. Masyarakat yang

dilatarbelakangi oleh kebudayaan yang teranut dalam diri, terwujud

hingga kini dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Menjaga warisan

leluhur yang menjadi identitas, berkarya dalam kesenian yang penuh

dengan makna dan estetika. Kehidupan yang ramah dan

berdampingan, saling berpangku dan menopang. Menjalani

perkembangan tanpa menghilangkan identitas. Menghidupkan budaya

dalam era baru sepenuh hati. Melekatkan kembali identitas dalam

setiap pribadi.”

Musik yang digunakan dalam video ini adalah alunan irama alat musik

gamelan. Musik ini dipilih karena menimbulkan rasa tenang dan santai, dan juga

tidak mengganggu narasi yang ada dalam video.

Setelah tahap compositing selesai dilanjutkan pada tahap rendering. Tahap

rendering ini dilakukan untuk menyimpan hasil editing menjadi satu kesatuan

video.

Format rendering pada video ini menggunakan format H.264. Format

H.264 ini menghasilkan kualitas video yang bagus dengan kapasitas penyimpanan

yang relatif kecil dibandingkan dengan format video yang lain. Dengan format

H.264 ini juga dapat diputar dengan bermacam – macam mesin pemutar video

jadi akan lebih memudahkan untuk pemutaran video.

Page 13: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

12

4. Hasil dan Pembahasan

Scene pertama yang ada pada video ini adalah jalan raya Slamet Riyadi

yang ada di kota Surakarta. Dipilihnya jalan Slamet Riyadi ini karena jalan ini

adalah jalan utama di kota Surakarta dan hampir semua orang yang datang ke kota

Surakarta akan melawati jalan ini. Pada scene pertama ini, menggambarkan

kondisi jalan raya kota Surakarta yang dilalui kendaraan, kemudian muncul

tulisan “Surakarta” sebagai judul video. Scene pertama dapat dilihat pada Gambar

5.

Gambar 5. Scene Pertama

Scene kedua yang ada pada video ini menampilkan kereta api yang

berjalan di pinggir jalan raya. Pada scene kedua ini memperlihatkan kereta api

yang berjalan di pinggir jalan raya, kereta api ini menjadi daya tarik tersendiri

untuk kota Surakarta karena kereta api ini berjalan di pingir jalan raya utama kota

Surakarta dan tidak ada palang kereta api di jalan tersebut. Kereta ini juga menjadi

salah satu wisata yang ada di kota Surakarta. Scene kedua dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Scene Kedua

Scene ketiga yang ada pada video ini menampilkan gedung Keraton

Surakarta. Pada scene ketiga ini menampilkan destinasi wisata kota Surakarta

yaitu Keraton Surakarta. Pada scene ketiga ini akan menampilkan tampak depan

gedung Keraton Surakarta sebagai simbol pelestarian budaya yang dilakukan oleh

warga untuk selalu menjaga dan merawat warisan leluhur dari masa ke masa. Pada

scene ketiga ini narasi mulai diputar. Narasi yang diputar pada scene ketiga adalah

“Surakarta, kota yang melekat dalam budaya. Masyarakat yang dilatarbelakangi

oleh kebudayaan yang teranut dalam diri”. Scene ketiga dapat dilihat pada

Gambar 7.

Page 14: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

13

Gambar 7. Scene ketiga

Scene keempat yang ada pada video ini menampilkan proses membatik.

Pada scene keempat ini menampilkan proses membatik berupa menorehkan lilin

pada kain hingga membentuk pola yang indah. Batik adalah salah satu ciri khas

dari kota Surakarta dalam bidang kesenian. Kota Surakarta juga dikenal dengan

batiknya. Kesenian batik ini terus dijaga dan dikembangkan oleh warga kota

Surakarta sebagai bukti bahwa kesenian tradisional tidak akan pudar oleh waktu.

Pada scene keempat ini diputar narasi, narasi yang digunakan pada scene keempat

ini adalah ”Terwujud hingga kini dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Menjaga warisan leluhur yang menjadi identitas, berkarya dalam kesenian yang

penuh dengan makna dan estetika”. Scene keempat dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Scene keempat

Scene kelima yang ada pada video ini menampilkan SBC (Solo Batik

Carnival). Pada scene kelima ini menampilan sebagian dari proses karnaval

tahunan di Surakarta yang banyak menampilkan karnaval kostum. Solo Batik

Carnival adalah acara tahunan kota Surakarta sebagai bentuk apresiasi warga kota

Surakarta untuk kesenian daerah dan budayanya. Acara ini biasanya berisi orang –

orang yang menggunakan kostum suatu daerah atau kostum yang dibuat dengan

memasukan ciri khas dari daerah tertentu dengan batik sebagai bahan utama .

Pada scene kelima ini tidak menggunakan narasi. Scene kelima dapat dilihat pada

gambar 9.

Gambar 9. Scene kelima

Scene keenam yang ada pada video ini menampilkan sebuah bangunan

gereja yang bersebelahan dengan bangunan masjid. Pada scene keenam ini

Page 15: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

14

menampilkan bangunan gereja yang bersebelahan dengan bangunan masjid untuk

menggambarkan kehidupan yang saling berdampingan dan toleransi antara satu

dengan yang lain. Pada scene keenam ini diputar narasi “Kehidupan yang ramah

dan berdampingan, saling berpangku dan menopang”. Scene keenam dapat dilihat

pada Gambar 10.

Gambar 10. Scene keenam

Scene ketujuh yang ada pada video ini menampilkan proses jual beli di

pasar. Pada scene ketujuh ini menampilkan proses perdagangan yang dilakukan

secara tradisional di salah satu pasar di kota Surakarta. Pada scene ini

menunjukkan bahwa meskipun budaya modern sudah berkembang tapi pasar

tradisional masih menjadi pilihan warga untuk berbelanja. Bukan hanya itu pasar

juga menjadi salah satu tempat bercampurnya budaya modern dan tradisional.

Pada scene ketujuh ini diputar narasi, narasi yang digunakan adalah” Menjalani

perkembangan tanpa menghilangkan identitas. Menghidupkan budaya dalam era

baru sepenuh hati”. Scene ketujuh dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Scene ketujuh

Scene kedelapan yang ada pada video ini menampilkan seorang penarik

becak. Pada scene kedelapan ini menampilkan seorang penarik becak yang sedang

bekerja mencari penumpang. Pada scene ini menunjukkan bahwa warga masih

bekerja dengan optimis dan semangat apapun itu pekerjaannya. Juga

menunjukkan warga masih mau menggunakan transportasi sederhana seperti

becak. Pada scene kedelapan ini menggunakan narasi yang diputar hingga masuk

pada awal scene kesembilan. Narasi yang digunakan adalah “Melekatkan kembali

identitas dalam setiap pribadi”. Scene kedelapan dapat dilihat pada Gambar 12.

Page 16: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

15

Gambar 12. Scene kedelapan

Scene kesembilan yang ada pada video ini menampilkan bangunan Pasar

Gede. Pasar Gede adalah salah satu pasar tradisional yang cukup terkenal di kota

Surakarta. Dipilihnya bangunan Pasar Gede ini karena bangunan ini merupakan

salah satu bangunan ikonis di Surakarta yang terus dijaga keaslian bentuknya

meskipun sudah melalui tahap renovasi. Pada scene kesembilan ini menampilkan

bangunan Pasar Gede sebagai penutup video visualisasi. Scene kesembilan dapat

dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Scene kesembilan

Video visualisasi ini akan diaplikasikan melalui media sosial seperti

youtube, instagram, dan media sosial lain yang bisa memutar video. Dan tidak

menutup kemungkinan untuk diputar langsung melalui pameran kebudayaan,

pameran videografi atau acara serupa.

Pengujian video visualisasi ini dilakukan untuk mengetahui layak atau

tidaknya video visualisasi ini, pengujian dilakukan dengan pengujian kualitatif.

Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga Surakarta Dalam Menjalani

Kehidupan Sehari – hari telah diujikan kepada Dinas Kebudayaan Kota Surakarta

dan Ahli Videografi. Setelah melihat video visualisasi tersebut, dalam hal ini

diambil kesimpulan sebagai berikut :

Dinas Kebudayaan Kota Surakarta

Menurut pendapat Ibu Sri Utami, S.E selaku Kepala Subhag Umum dan

Kepegawaian Dinas Kebudayaan Kota Surakarta video visualisasi sudah

mewakili sebagian dari budaya yang ada di kota Surakarta, teknik

pengambilan gambar sudah bagus dan narasi dalam video sudah bagus.

Ahli Videografi

Menurut pendapat Benedictus Ridho Junaedi, salah satu ahli videografi di

Kota Salatiga setelah melihat video tersebut, berpendapat bahwa video

masih kurang memvisualisasikan budaya kota Surakarta. Pengambilan

video terlihat biasa saja, karena belum adanya unsur unsur cinematic.

Page 17: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

16

Dari hasil pengujian kualitatif dapat disimpulkan bahwa video visualisasi

ini sudah dapat menggambarkan sebagian dari budaya kota Surakarta namun

teknik yang digunakan masih kurang membuat video ini menarik.

5. Simpulan

Video visualisasi yang telah dihasilkan dalam penelitian ini telah mampu

menyampaikan informasi yang diinginkan. Video visualisasi juga dapat

membantu Dinas Kebudayaan Kota Surakarta dalam menampilkan kota Surakarta

yang dapat dipahami oleh masyarakat kota Surakarta atau luar Kota Surakarta.

Untuk kedepannya video visualisasi budaya kehidupan warga kota Surakarta ini

dapat dikembangkan dalam media lain seperti game, buku cerita bergambar dan

lain lain.

Page 18: Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

17

Daftar Pustaka

[1] Koentjaraningrat. 2009.Pengantar Ilmu Antropolgi. Jakarta: Rineka Cipta.

[2] Kintokosari, Tulus. 2010. Desain Komunikasi Visual Sebagai Media

Pengenalan Pariwisata Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah. Diambil dari

http://eprints.uns.ac.id/8559/1/179351511201109521.pdf. ( 3 Maret 2019)

[3] Yulianto, Tofik Sri. 2014. Pembuatan Iklan Wisata Di Surakarta. Diambil dari

https://epub.tiunsa.org/index.php/Multimedia/article/view/26/26. (3 Maret 2019)

[4] Prihanikasari. 2008. Potensi Dan Promosi Desa Tumang Sebagai Desa Wisata

Melalui Video Profile. Diambil dari

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/7924/potensi-dan-promosi-Desa-Tumang-

sebagai-desa-wisata-melalui-video-profile. (3 Maret 2019)

[5] Wahyudin, dkk. 2015. Visualisasi Masjid Agung Rangkasbitung Berbasis 3D

Dengan Menggunakan Google Sketchup & After Effect. Diambil dari http://e-

jurnal.lppmunsera.org/index.php/PROSISKO/article/view/110. (3 Maret 2019)

[6] Mashendri (2012, 27 Agustus). Sejarah Singkat Kota Surakarta. Dikutip 29

Mei 2019 dari Tentang Solo: http://tentangsolo.web.id/sejarah-singkat-kota-

solo.html

[7] McCormick, B.H. et al. (ed), Visualization in Scientific Computing, Computer

Graphics 21,6 (November 1987), ACM SIGGRAPH: New York, p xx-yy. /

McCormick, B.H. (1987). Visualization in Scientific Computing.ACM

SIGGRAPH: New York.

[8] Brata, Vincent Tapa. Videografi dan Sinematografi Praktis. 2007. Jakarta

[9] Sugiyono. 2009. Metode Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.

[10] Sarwono, Jonathan & Hary Lubis. 2007. Metode Riset Untuk Desain

Komunikasi Visual. Yogyakarta : Andi.

[11] Sutopo. 2013. Multimedia Interaktif. Yogyakarta : Graha Ilmu