94
i PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO The Role of Agriculture Sector, Particularly Corntowards the Economy Growth in Jeneponto Regency MUHAMMAD ANSHAR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2006

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

i

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

KABUPATEN JENEPONTO

The Role of Agriculture Sector, Particularly Corntowards the Economy Growth in Jeneponto Regency

MUHAMMAD ANSHAR

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2006

Page 2: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan wilayah Kabupaten Jeneponto merupakan bahagian

integral daripada pembangunan nasional. Pembangunan wilayah yang

dilaksanakan, berlandaskan pada 3 (tiga) agenda pembangunan nasional

Tahun 2004 – 2009, yaitu : (1) menciptakan Indonesia yang aman dan

damai; (2) mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis; dan

(3) meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Dalam kaitan ini, terutama dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup

tinggi, berbagai kebijaksanaan dapat dilaksanakan, kebijakan tersebut dapat

berupa pemberian prioritas kepada sektor-sektor ekonomi yang mampu

berperan sebagai penggerak utama ekonomi daerah dan mempunyai

kemampuan untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat,

kesempatan kerja masyarakat, keterkaitan dan daya dorong dengan sektor-

sektor yang lain, serta nilai tambah bruto.

Dalam prioritas pembangunan daerah Kabupaten Jeneponto, telah

ditetapkan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting

dalam pembangunan ekonomi. Hal ini sesuai dengan kondisi obyektifitas

geografis daerah, dimana sebagian besar wilayah Kabupaten Jeneponto

Page 3: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

2

adalah wilayah pertanian atau agraris yang menghasilkan berbagai komoditi

pertanian, tetapi yang menonjol hanya dua yaitu padi dan jagung. Hal ini

dipertegas oleh Saragih (2001) yang mengemukakan bahwa sektor pertanian

merupakan andalan dalam perekonomian nasional oleh karena sektor ini

memiliki kontribusi yang dominan baik langsung maupun tak langsung

terhadap pencapaian tujuan pembangunan khususnya pemantapan

ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja

serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Kabupaten Jeneponto yang secara geografis terletak di ujung barat

bagian selatan dari wilayah Propinsi Sulawesi Selatan, secara makro

merupakan kawasan sentra pengembangan palawija utamanya jagung

karena secara fisik lahan, agroklimat, ketersediaan infrastruktur, dan

kelembagaan memungkinkan untuk pengembangan ekonomi produktif yang

berbasis wirausaha dan industri hasil-hasil pertanian. Aspek lain yang

mendukung pengembangan komoditas jagung di Kabupaten Jeneponto

adalah adanya dukungan kebijakan pemerintah Kabupaten Jeneponto

melalui ”Gerakan Turatea Jagung Berjaya” yang merupakan tindak lanjut dari

implementasi program pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan ”Gerakan

Pembangunan Ekonomi Masyarakat” (Gerbang Emas), komoditas jagung

sudah menjadi usahatani pokok masyarakat dan potensi lahan yang cukup

luas yaitu ± 45.000 Ha.

Jagung merupakan sumber karbohidrat terpenting kedua setelah padi,

sebagaian besar hasil tanaman digunakan untuk pangan dan pakan ternak.

Page 4: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

3

Hal ini didukung oleh berkembangnya sektor peternakan khususnya industri

pakan yang membutuhkan bahan baku jagung, serta industri produk

makanan olahan yang menyebabkan permintaan jagung dalam negeri

semakin meningkat. Sebagaimana Adisasmita (1994 : 26) mengemukakan

bahwa berkembangnya suatu wilayah tercermin dari adanya peningkatan

volume ekonomi dari suatu subsistem spatial yang diikuti oleh peningkatan

sejumlah komoditi yang dapat digunakan untuk pembangunan daerah

tersebut.

Upaya pengembangan sektor pertanian khususnya komoditi jagung

mempunyai arti penting dalam pengembangan wilayah karena: (1) dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produksi dan

pendapatan, (2) mempunyai potensi pemasaran, baik dalam negeri maupun

pasar luar negeri (merupakan kegiatan ekonomi yang berorientasi keluar)

sehingga peningkatan produksi memberikan peningkatan penerimaan devisa

yang dibutuhkan dalam pembiayaan pembangunan, (3) tersedianya bahan

baku jagung untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan, sehingga

dapat menciptakan kesempatan kerja baru bagi masyarakat, (4)

pengembangan perluasan kesempatan kerja dan perbaikan gizi masyarakat.

Rata-rata produksi jagung di Kabupaten Jeneponto selama lima

tahun terakhir (2000 – 2004) mencapai 138.130 ton pipilan kering dengan

rata-rata produktivitas sebesar 3,65 ton / ha. Jika tingkat produktivitas ini

dibanding dengan tingkat produktivitas yang seharusnya dicapai melalui

kajian teknologi sebesar 8 – 9 ton / ha pipilan kering, berarti hal ini

Page 5: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

4

menunjukkan adanya kesenjangan antara produktivitas nyata dan

produktivitas potensial. Demikian juga dengan PDRB perkapita Tahun 2004

yaitu sebesar Rp 2.076.935,-, hal ini menunjukkan nilai yang masih kecil

dibandingkan dengan pendapatan perkapita Sulawesi Selatan sebesar Rp.

4.445.773,-. Masih rendahnya produksi petani dan penyerapan tenaga kerja

serta rendahnya PDRB perkapita mendorong penulis untuk mengetahui lebih

jauh bagaimana peranan sektor pertanian khususnya jagung terhadap

pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Jeneponto.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat ditarik permasalahan

yaitu Bagaimana peranan sektor pertanian khususnya jagung terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jeneponto.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peranan sektor pertanian

khususnya jagung terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jeneponto.

Page 6: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

5

D. MANFAAT DAN KEGUNAAN PENELITIAN

Hasil akhir penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Menjadi masukan bagi pemerintah Kabupaten Jeneponto dalam

merumuskan kebijaksanaan pengembangan wilayah Kabupaten

Jeneponto utamanya pada sektor pertanian khusususnya jagung.

2. Hasil penelitian ini dapat pula berguna sebagai bahan perbandingan

dalam menyusun analisis yang sama di wilayah atau kabupaten lain.

Page 7: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Wilayah

Pengembangan wilayah (regional development) merupakan upaya

untuk memacu perkembangan sosial dan ekonomi, mengurangi kesenjangan

antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup suatu wilayah.

Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial ekonomi,

budaya dan geografis yang sangat berbeda pada setiap wilayah. Oleh

karena itu, pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi,

potensi dan permasalahan wilayah bersangkutan.

Konsep pengembangan wilayah memiliki perbedaan dengan konsep

perkembangan sektoral, dimana pengembangan wilayah berorientasi pada

permasalahan pokok wilayah yang saling terkait, sedangkan pembangunan

sektoral untuk mengembangkan sektor tertentu. Walaupun kedua konsep

tersebut berbeda namun keduanya saling melengkapi, dalam arti

pengembangan wilayah tidak mungkin terwujud tanpa adanya pembangunan

sektoral.

Dengan demikian pengembangan wilayah perlu dimulai dengan

melakukan analisis kondisi, potensi dan permasalahan wilayah untuk

mengetahui hubungan sebab akibat perkembangan sosial ekonomi,

sumberdaya alam dan prasarana wilayah, dimana tujuan pengembangan

wilayah merupakan penjabaran dan tujuan pembangunan daerah (Ambardi,

U.M. 2002 : 47).

Page 8: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

7

Teori kutub pertumbuhan (growth pole theory) oleh Perroux, (dalam

Adisasmita, 1994) menyatakan bahwa pembangunan atau pertumbuhan

tidak terjadi disemua wilayah, akan tetapi te rbatas hanya pada beberapa

tempat tertentu dengan variabel yang berbeda-beda intensitasnya. Teori

pusat-pusat pertumbuhan (growth poles theory) oleh Hirschman (dalam

Adisasmita, 1994) menyatakan bahwa untuk mencapai tingkat pendapatan

yang lebih tinggi, terdapat keharusan untuk membangun sebuah atau

beberapa buah pusat kekuatan ekonomi regional dalam wilayah suatu

negara.

Nasution (1985 : 15) menyatakan perencanaan pembangunan wilayah

ditopang oleh 4 (empat) pilar, yaitu sosio-kultural, sumberdaya, ekonomi

wilayah, dan teori lokasi. Pendapat Nasution tersebut didasarkan kepada

beberapa alasan sebagai berikut :

1. Di dalam suatu wilayah, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia

menyebar secara tidak merata.

2. Sumberdaya alam pada umumnya mempunyai sifat yang spesifik yaitu

mempunyai lokasi yang tetap ataupun sangat sukar berubah.

3. Sumberdaya alam dengan sifat-sifat tersebut haruslah dimanfaatkan

untuk sebesar-besarnya kemakmuran manusia, oleh sebab itu evaluasi

sumberdaya alam di dalam aspek kuantitas, kualitas dan penyebarannya

merupakan pilar pertama perencanaan pembangunan wilayah.

4. Pembangunan sering diartikan pada pertumbuhan. Jadi, pembangunan

pertanian dikatakan berhasil, jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian

Page 9: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

8

yang baik sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani, dari yang kurang

baik menjadi lebih baik (Soekartawi, 1996 : 24). Maksud pembangunan

pertanian disini bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian di

pedesaan dengan mengacu pada potensi sumberdaya alam dan

sumberdaya manusia.

B. Pembangunan Daerah Berbasis Komoditas Unggulan

Konsep ini menekankan motor penggerak pembangunan suatu

daerah pada komoditas-komoditas yang dinilai bisa menjadi unggulan, baik

di tingkat domestik maupun internasional (Ambardi U.M, 2002 : 104). Ada

beberapa kriteria mengenai komoditas unggulan, diantaranya :

a. Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama (prime

mover) pembangunan. Artinya, komoditas unggulan tersebut dapat

memberikan konstribusi yang signifikan pada peningkatan produksi,

pendapatan, maupun pengeluaran.

b. Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang

(forward and backward lingkages) yang kuat, baik sesama komoditas

unggulan maupun komoditas-komoditas lainnya.

c. Komoditas unggulan mampu bersaing (competitiveness) dengan produk

sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik

dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspek-

aspek lainnya.

Page 10: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

9

d. Komoditas unggulan di suatu daerah memiliki keterkaitan dengan daerah

lain (comlementarity), baik dalam hal pasar (konsumen) maupun

pemasukan bahan baku.

e. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara

optimal sesuai dengan skala produksinya.

f. Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai

dari fase kelahiran (increasing), pertumbuhan (growth), puncak (maturity)

hingga penurunan (desreasing).

g. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai

bentuk dukungan, misalnya dukungan keamanan, sosial, budaya,

informasi dan peluang pasar, kelembangaan, fasilitas intensif/disintensif,

dan lain-lain.

Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian

sumberdaya dan lingkungan. Secara harfiah, pertanian dapat diartikan

sebagai upaya pemanenan sinar matahari, atau transformasi energi matahari

menjadi energi organik (Saputra U.H, 2002 : 2). Ditinjau dari komoditasnya

pertanian terdiri dari pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,

hortikultura, peternakan dan perikanan, sedangkan ditinjau dari ilmu yang

pembangunannya, pertanian dibangun dari ilmu-ilmu keras (hard sciences)

dan ilmu-ilmu lunak (soft sciences) baik pada kekuatan ilmu-ilmu dasar,

terapan dan lanjutan maupun ilmu-ilmu kawinannya.

Selanjutnya Mubyarto (1994 : 6), mengemukakan bahwa ciri-ciri

umum pertanian Indonesia adalah pertanian tropika, karena sebagian besar

Page 11: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

10

daerahnya berada di daerah tropik yang langsung dipengaruhi oleh garis

khatulistiwa. Disamping pengaruh khatulistiwa, ada dua faktor alam lain yang

ikut memberi corak pertanian Indonesia yaitu bentuknya sebagai kepulauan,

dan Topografinya yang bergunung-gunung. Kebijaksanaan pembangunan

pertanian senantiasa didasarkan pada amanat yang dituliskan dalam Garis-

Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang menyatakan bahwa pembangunan

pertanian di Indonesia diarahkan untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai

yaitu mencapai kesejahteraan masyarakat pertanian secara lebih merata

(Soekartawi 2002 : 161).

C. Pengembangan Wilayah Dalam Prinsip Pembangunan Ekonomi Daerah

Wilayah yang merupakan sistem sumber daya, produksi dan

permukiman terpadu memiliki keterkaitan fungsional dengan wilayah lain

disekitarnya. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu wilayah akan

berkembang dengan optimal bila mampu memanfaatkan sumberdaya yang

dimiliki untuk menghasilkan komoditas dan jasa yang memiliki daya saing

dipasar global. Daya saing yang dimaksud adalah keterpaduan antara

produktivitas yang tinggi didukung kemampuan pemasaran yang prima

(Amin, 1996 : 6).

Ditinjau dari sudut ekonomi, berkembangnya suatu wilayah menurut

Adisasmita (1994 : 26) tercermin dari adanya peningkatan volume ekonomi

dari suatu subsistem spatial yang diikuti oleh peningkatan sejumlah komoditi

yang dapat digunakan untuk pembangunan daerah tersebut. Secara tidak

Page 12: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

11

langsung berhubungan dengan sistem perdagangan komoditi yang

dihasilkan sebagai penawaran akhir yang dapat meningkat melalui

pertukaran antar daerah (berarti ada pergerakan/ mobilitas penduduk) seperti

hasil pertanian.

Terkait dengan pembangunan ekonomi daerah, secara umum menjadi

suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat

mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

perkembangan ekonomi daerah tersebut. Tentu saja makna pembangunan

daerah tersebut, adalah bagaimana daerah mengatasi masalah fundamental

yang dihadapi, dimana ditentukan oleh strategi pembangunan yang dipilih.

Dalam konteks inilah pentingnya merumuskan visi dan misi, dan kemudian

memilih strategi yang tepat, yang disesuaikan dengan prinsip pembangunan

ekonomi daerah (Kuncoro, 2004 : 110).

Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menciptakan

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil pembangunan, termasuk di

dalamnya pemerataan pendapatan antar daerah (wilayah). Untuk mencapai

sasaran di atas, bukanlah pekerjaan ringan karena pada umumnya

pembangunan ekonomi dan karakteristik yang dimilikinya. Sementara itu,

baik potensi ekonomi maupun karakteristik yang dimilki suatu daerah pada

umumnya berbeda dengan daerah lain. Bagi suatu negara yang mempunyai

wilayah luas dengan latar belakang sejarah dan konfigurasi geografis seperti

Page 13: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

12

Indonesia adalah suatu hal yang wajar bilamana masih dijumpai

ketimpangan pembangunan antar daerah.

Bertitik tolak dari bahasan sebelumnya, pada dasarnya indikator

utama fundamental ekonomi daerah didasarkan pada pertumbuhan ekonomi

daerah dan pendapatan perkapita. Sebagaimana tolak ukur keberhasilan

pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi,

dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar

daerah dan antar sektor. Hal ini secara tidak langsung menjadi beberapa

sasaran fundamental pembangunan yang berusaha dicapai banyak daerah,

yaitu :

1. Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah.

2. Meningkatkan pendapatan perkapita.

3. Mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan daerah.

(Kuncoro, 2004 : 114).

Dengan demikian suatu wilayah akan dapat berkembang

perekonomian ditinjau dari aspek sumberdaya alam yang dimiliki, sebab

sumberdaya tersebut dapat dijadikan sebagai suatu aset untuk memproduksi

barang dan jasa yang dibutuhkan. Dilain sisi, bertambah banyaknya sektor

basis dalam suatu daerah akan dapat menambah arus pendapatan dari luar

daerah kedalam daerah yang bersangkutan. Selain sumberdaya alam,

pembangunan ekonomi suatu daerah dapat ditunjang dari potensi suatu

wilayah berupa prasarana dan sarana yang dimiliki untuk mendukung

sebagai kegiatan sosial ekonomi dan budaya. Prasarana dan infrastruktur

Page 14: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

13

wilayah adalah elemen dasar fisik yang dimiliki suatu wilayah untuk

membangun kegiatan wilayahnya secara efektif dan efisien.

Pengembangan bisnis daerah merupakan langkah strategik dalam

pembangunan ekonomi daerah. Karena berkaitan dengan peran serta

industrialisasi yang dapat memberikan kontribusi bagi kelancaran

pembangunan daerah yang bersangkutan. Pada dasarnya keterkaitan

industri dengan sektor pertanian amat kuat bilamana sektor industri

mempunyai faktor pendukung yang menunjang kegiatan kedua sektor

tersebut. Bisnis daerah dapat diartikan atau cenderung ditekankan pada

industri pedesaan, khususnya pada industri yang berskala kecil.

Kecenderungan globalisasi dan regionalisasi membawa sekaligus tantangan

dan peluang baru bagi proses pembangunan ekonomi daerah. Dalam era

seperti ini, kondisi persaingan antara pelaku ekonomi semakin tajam

sehingga dituntut untuk menetapkan dan mengimplementasikan strategi

bersaing yang tepat.

Bagi pemerintah daerah, persaingan yang semakin tajam ini

memunculkan beban tugas yang harus dipikul oleh daerah, yaitu menyiapkan

daerahnya sedemikian rupa sehingga mampu menjadi wadah bagi

pertumbuhan dan perkembangan investasi dan industri luar, secara tidak

langsung akan mempengaruhi tingkat penerimaan pendapatan asli daerah

yang bersangkutan.

Page 15: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

14

Oleh karena itu, pembangunan ekonomi daerah yang efektif harus

bisa membedakan apa yang seyogyanya dapat dilakukan dengan

mengggunakan berbagai sumberdaya pembangunan.

D. Ekonomi Produksi Pertanian

Ekonomi produksi pertanian adalah suatu aplikasi bidang ilmu yang

dalam keputusan yang telah diambil dengan berdasarkan prinsip-prinsip

pilihan diterapkan pada modal (tanah dan investasi), tenaga kerja dan

manajemen produksi (Kartasapoetra, 1988 : 7). Dalam ekonomi produksi

pertanian semua sumber diolah dan dikelola, dengan demikian merupakan

studi efisiensi semua sumber di bawah persyaratan -persyaratan tertentu,

yang bertujuan agar rencana usaha tani, keluarga para petani, konsumen

individu dan masyarakat dapat tercapai dengan memuaskan.

Masalah dalam ekonomi produksi pertanian sangat berkaitan dengan

tujuan untuk meningkatkan produksi dan tujuan untuk meningkatkan taraf

kehidupan para petani dengan keluarganya. Masalah lainnya yaitu

pemasaran produk yang dihasilkan, produksi yang telah meningkat itu dapat

dipasarkan dengan harga yang dapat menghasilkan keuntungan, dengan

keuntungan ini dapat ditingkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Masalah ini sering menimbulkan kesulitan, terutama bagi daerah-daerah

pertanian yang terisolir, dimana pasar-pasar perantara tidak ada, sehingga

para petani harus menguras lagi tenaga dan pikirannya untuk mencapai

pasar yang jauh letaknya.

Page 16: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

15

Menurut Soekartawi (1993) dan Mubyarto (1986), bahwa prinsip-

prinsip dasar yang perlu diketahui dalam pengembangan dan pembangunan

pertanian adalah sebagai berikut : (a) peran sumberdaya alam (tanah, air),

modal, tenaga kerja dan manajemen, (b) peran kelembagaan dalam

pertanian, dan (c) peran sektor penunjang lainnya.

Potensi pertanian secara lambat laun membawa keberuntungan dan

surplus pangan yang meyakinkan. Keadaan surplus demikian dapat

membebankan beberapa orang yang terampil dengan keahlian lain dari

tugas memproduksi pangan. Perkembangan keahlian baru hanyalah

mungkin bila kenaikan keefisienan pertanian mengizinkan waktu-waktu

senggang yang baru diperoleh. Hasil akhir pada kenaikan taraf hidup

ditandai dari hal ihwal yang dulu dianggap sebagai suatu kemewahan

akhirnya telah menjadi kebutuhan sehari-hari.

E. Pengembangan Usahatani Jagung

- Input dan Sarana Produksi (Industri Hulu)

Kegiatan usaha jagung bisa berkembang dengan baik kalau

didukung dengan input dan sarana produksi. Supaya hal tersebut dapat

berjalan dengan baik, maka perlu adanya perencanaan input-input dan

sarana produksi. Perencanaan input-input dan sarana produksi yang

dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah, mutu ataupun spesifikasinya.

Dua hal yang mendasar yang menjadi titik perhatian dalam memilih

sistem pengadaan adalah membuat sendiri atau membeli. Misalnya dalam

Page 17: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

16

hal pengadaan bibit, apakah memproduksi bibit sendiri ataukah membeli dari

sumber-sumber lain.

Sa’id, dkk (2004) menyatakan bahwa : Input-input dalam agribisnis

adalah bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan modal. Sedangkan

sarana dan prasarana produksi adalah panen tempat produksi, perlengkapan

dan peralatan, serta bangunan-bangunan pendukung dan teknologi.

Jadi dari hal tersebut di atas, maka input dan sarana produksi adalah

merupakan salah satu pendukung dalam melaksanakan kegiatan usahatani.

Untuk mempercepat pencapaian tujuan usahatani jagung, maka input dan

sarana produksi yang akan digunakan harus diorganisir. Pengorganisasian

ini menyangkut bagaimana mengalokasikan berbagai input dan fasilitas

yang akan digunakan dalam proses produksi, sehingga proses produksi

dapat berjalan secara efektif dan efisien.

- Aspek Produksi dan Biaya

Produksi adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya

berbagai faktor produksi sekaligus dalam hal ini tanah, tenaga kerja, modal,

disamping itu manajemen yang berfungsi sebagai koordinasi ketiga faktor

tersebut (Mubyarto, 1989).

Menurut Soekartawi (1985), menyatakan bahwa, faktor manajemen

produksi menjadi semakin penting dalam artian efisiensi, jadi walaupun

faktor-faktor produksi mendukung akan tetapi kalau tidak dikelola dengan

baik, maka produksi yang tinggi tidak akan tercapai. Lebih lanjut dinyatakan

bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang

Page 18: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

17

diberikan pada tanaman agar mampu tumbuh dan menghasilkan dengan

baik.

Faktor produksi dikenal dengan istilah input, production, factor dan

korbanan produksi (output). Faktor produksi memang sangat menentukan

besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman

menunjukkan bahwa faktor produksi khususnya lahan, modal untuk membeli

bibit, pupuk, obat-obatan, membayar upah tenaga kerja sangat besar

pengaruhnya dalam proses berusahatani kaitannya dengan produksi akan

tetapi jika tidak dibarengi dengan manajemen yang baik maka akan diperoleh

hasil yang tidak maksimal.

Optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah

bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin

sehingga menghasilkan produksi yang maksimum. Pengunaan faktor

produksi khususnya pupuk, pestisida dan obat-obatan lainnya secara

berlebihan atau melebihi rekomendasi teknis akan memberikan pengaruh

buruk terhadap produksi yang diperoleh.

Mubyarto (1989) menyatakan bahwa lembaga adalah organisasi

atau kaidah-kaidah baik formal maupun informal yang mengatur perilaku dan

tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin

sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu.

Kegiatan produksi, pengolahan hasil pemasaran dapat berjalan

dengan lancar, bila biaya atau modal cukup tersedia. Besarnya biaya yang

dibutuhkan sangat ditentukan oleh jenis skala kegiatan agribisnisnya.

Page 19: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

18

Semakin besar skala usaha, semakin besar biaya yang dibutuhkan.

Sebaliknya semakin kecil skala usaha maka biaya yang dibutuhkan pun

kecil.

- Agroindustri (Industri Hilir)

Agroindustri diartikan sebagai pengolahan bahan baku yang ber-

sumber dari tanaman atau binatang. Pengolahan yang dimaksud meliputi

pengolahan berupa proses transformasi dan pengawetan melalui perubahan

fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengepakan, dan pendistribusian

produknya. Hicks (1995) memberikan definisi dengan tambahan secara

terperinci bahwa agroindustri adalah:

a. Upaya meningkatkan nilai tambah;

b. Menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau

di makan;

c. Meningkatkan daya simpan, dan

d. Menambah pendapatan dan keuntungan produsen.

e. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja,

Agroindustri yang menurut definisinya adalah industri yang kegiatan

utamanya memproses hasil-hasil pertanian (termasuk hasil-hasil hutan,

ternak dan perikanan) menurut Muhidong, dkk (2002) memiliki karakteristik

tersendiri. Karakteristik utama yang membedakan agroindustri dengan

industri lainnya adalah sifat bahan bakunya yang mudah rusak, kualitas

bervariasi, dan musiman. Oleh karena itu, diperlukan tiga hal utama untuk

menjaga kelangsungan agroindustri, adalah: a). Keberlanjutan ketersediaan

Page 20: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

19

bahan baku yang berkualitas, b). Kesesuaian proses pengolahan,

c). Ketersediaan pasar.

Hasil penelitian Abadi (1996) menyimpulkan bahwa dalam upaya lebih

meningkatkan pembangunan sektor pertanian dalam arti luas (pertanian

tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan),

maka pendekatan agropolitan yakni menumbuhkan agroindustri di pusat-

pusat wilayah pengembangan merupakan salah satu alternatif yang dapat

ditempuh.

Apabila agribisnis atau agroindustri akan dijadikan sebagai sektor

pemimpin, beberapa kendala pokok perlu ditanggulangi. Kendala-kendala

tersebut adalah: a). Jumlah dan kualitas bahan baku, b). Pemasaran,

c). terobosan teknologi, d). sarana dan prasarana, e). kelembagaan,

f). skala usaha dan kualitas sumberdaya manusia (Saleh, 1993).

Pada umumnya masyarakat tidak memperhatikan pengolahan hasil

oleh karena keterdesakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga

hasil-hasil produksi yang didapat langsung dijual tanpa ada tindakan

pengolahan hasil. Akan tetapi pengusaha yang berskala besar dengan

mendirikan industri yang bahan bakunya diperoleh dari hasil-hasil pertanian

nilai tambah yang diperoleh sangat besar karena produknya mampu

menerobos pasar baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.

Dari berbagai pendapat para ahli tersebut di atas tentang agroindustri,

maka disimpulkan bahwa agroindustri adalah industri yang mengolah atau

memproses hasil pertanian dalam arti luas berupa bahan baku primer

Page 21: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

20

(mentah) menjadi barang jadi atau setengah jadi untuk memenuhi kebutuhan

konsumen.

F. Pendapatan dan Kesempatan Kerja

1. Pendapatan

Dalam arti luas, pendapatan nasional merujuk pada beberapa konsep

yaitu: (a) Produk Domestik Bruto (PDB), (b) Produk Nasional Bruto (PNB), (c)

Produk Nasional Netto (PNN), dan (d) Pendapatan Nasional (PN). Pada

tingkat regional atau propinsi dikenal dengan nama Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB).

Pengertian pendapatan petani merupakan selisih antara hasil

penjualan produk dengan biaya usahatani. Atau dengan kata lain

pendapatan petani merupakan selisih kenaikan antara kekayaan awal pada

kegiatan usaha petani dengan nilai akhir usahatani. Adapun faktor-faktor

yang membedakan pendapatan petani disebabkan oleh penggunaan pupuk,

benih, obat-obatan dan tingkat harga yang diterima oleh petani.

Soediyono (1985) menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah

pendapatan (uang) yang diterima oleh petani dari penyerahan faktor-faktor

produksi selama satu periode.

Dari beberapa pengertian pendapatan tersebut dapat dikatakan

bahwa pendapatan petani ditentukan oleh bayaknya hasil yang diperoleh dari

sesuatu pekerjaan atau banyaknya nilai penjualan dari faktor-faktor produksi

yang dimiliki, dikurangi dengan seluruh pengeluaran atau biaya yang

Page 22: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

21

digunakan. Pendapatan seperti in merupakan keuntungan bagi suatu usaha

atau dapat dikatakan sebagai pendapatan bersih.

2. Kesempatan Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata to employ

yang berarti menggunakan dalam proses atau usaha memberikan pekerjaan

atau sumber penghidupan. Jadi employment berarti keadaan orang mem-

punyai pekerjaan atau keadaan orang yang mempunyai pekerjaan atau

keadaan penggunaan tenaga kerja. Menurut Soeroto (1986), penggunaan

istilah employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan

yang dimaksud adalah sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau

mempunyai pekerjaan. Pengertian istilah ini memiliki dua unsur yaitu

kesempatan kerja dan orang yang diperkerjakan atau yang melakukan

pekerjaan tersebut. Jadi pengertiannya sudah jelas yaitu kesempatan kerja

yang sudah diduduki.

Pada umumnya pertumbuhan ekonomi mempunyai dampak positif

bagi peningkatan kesempatan kerja. Kesempatan kerja dalam pengertiannya

termasuk lapangan pekerjaan yang sudah diduduki (employment) dan masih

lowong (vacancy). Dengan adanya lapangan pekerjaan yang masih lowong,

timbul kebutuhan untuk permintaan tenaga kerja guna memenuhi

kesempatan kerja yang masih lowong tersebut (Swasono dan

Sulistyaningsih, 1983).

Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja. Angkataan kerja atau labor force terdiri dari: a). Golongan

Page 23: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

22

yang bekerja, dan b). Golongan yang menganggu dan mencari pekerjaan.

Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari : a). Golongan yang bersekolah,

b). Golongan yang mengurus rumah tangga, dan c). Golongan lain-lain atau

penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok angkatan kerja

sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu,

kelompok ini sering juga dinamakan sebagai potential labor force.

Besarnya penyediaan atau supply tenaga kerja dalam masyarakat

adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Di

antara mereka sebagian sudah aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan

barang atau jasa. Mereka dinamakan golongan yang bekerja atau employed

persons. Sebagian lain tergolong yang siap bekerja dan sedang berusaha

mencari pekerjaan. Mereka dinamakan pencari kerja atau penganggur.

Jumlah yang bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan kerja atau labor

force.

Kesimpulan pendapat tentang kesempatan kerja tersebut di atas

adalah lapangan pekerjaan baik yang sudah diduduki maupun yang masih

lowong. Tersedianya lapangan pekerjaan atau lowongan karena akibat

adanya pertumbuhan ekonomi dan mutasi tenaga kerja.

G. Kerangka Pikir

Pembangunan Kabupaten Jeneponto merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional, terkait dengan pertumbuhan ekonomi, berbagai

kebijakan dapat dilaksanakan antara lain pemberian prioritas kepada sektor-

sektor ekonomi yang mampu berperan sebagai penggerak utama ekonomi

Page 24: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

23

daerah, sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam

pembangunan tersebut.

Dalam melaksanakan pembangunan pertanian salah satu komoditas

pangan yang cukup potensial dan strategis adalah jagung karena selain

sebagai bahan makanan pokok masyarakat juga mempunyai kemampuan

untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja

masyarakat, keterkaitan dan daya dorong dengan sektor-sektor yang lain,

serta nilai tambah bruto.

Dalam pembangunan sektor pertanian khususnya jagung dalam

pengembangannya, peranan sektor pertanian khususnya jagung sangat

besar artinya dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan

masyarakat serta kesempatan kerja sehingga dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Jeneponto. Untuk melihat sejauh

mana peranan tersebut dapat di lihat pada kerangka pikir berikut ini.

Page 25: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

24

G. Kerangka Pikir Gambar 1. Kerangka Pikir

Industri Hilir

? Pemasaran

? Industri rumah tangga

? Industri pengeringan jagung

Industri Hulu

? Bibit

? Pupuk

? Obat - obatan

Peningkatan Produksi

Kesempatan Kerja

Peningkatan Pendapatan

Petani

Tanaman Jagung sebagai

Komoditi Unggulan

Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Kabupaten Jeneponto

Page 26: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

25

Gambar 1. Kerangka Pikir

Pertumbuhan Ekonomi

Daerah

Industri Hilir

Kesempatan Kerja

Komoditi Unggulan Jagung

(Usaha Tani)

Industri Hulu

Bibit, Pupuk dan

Tenaga Kerja

Peningkatan Produksi

Peningkatan Pendapatan petani

Page 27: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian deskriptif

yang menganalisis peranan sektor pertanian khususnya jagung terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jeneponto.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kelara dan Kecamatan

Rumbia, dengan pertimbangan bahwa kecamatan tersebut sangat potensial

untuk pengembangan jagung. Penelitian ini berlangsung selama dua bulan

yang dimulai bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2006.

C. Populasi dan Sampel

Sugiono (2004) menyatakan bahwa bila anggota populasi dianggap

homogen, maka pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Populasi

dalam penelitian ini adalah semua petani jagung yang berada dalam wilayah

kecamatan Kelara dan kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto. Total

petani jagung dari 2 kecamatan, dengan 2 desa/kelurahan sebagai sampel

dalam penelitian ini adalah sebanyak 667. Karena tingkat homogenitas dari

populasi tinggi, maka sampel diambil 10% dari populasi tersebut, yaitu

Page 28: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

27

sebanyak 67 orang. Adapun distribusi populasi dan sampel pada setiap

desa sampel dapat diformulasikan sebagai berikut :

Kelurahan Tolo Selatan = 445 X 67 = 45 orang 667

Desa Bontomanai = 224 X 67 = 22 orang 667

Jadi jumlah sampelnya = 45 + 22 = 67 orang.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui

kuisioner, wawancara dan observasi langsung ke lapangan.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi atau lembaga

terkait yang relevan dengan penelitian ini.

E. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan teknik :

1. Kuesioner, yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan yang akan

dibagikan kepada responden dan dijawab berdasarkan kondisi yang

ada menyangkut hal – hal yang terkait dengan penelitian.

Page 29: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

28

2. Wawancara langsung dengan responden, stakeholders, dan aparat

pemerintah untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam

penelitian.

3. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung di lapangan

untuk mengetahui kondisi obyektif diseputar lokasi penelitian dan

melakukan pencatatan tentang hal – hal yang terkait dengan data –

data atau informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

4. Dokumentasi, untuk memperoleh data sekunder dengan

mengumpulkan berbagai literatur, data, dan sebagainya yang terkait

dengan penelitian ini.

F. Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah yaitu bagaimana

peranan sektor pertanian khususnya jagung terhadap pertumbuhan ekonomi

wilayah Kabupaten Jeneponto, digunakan analisis deskriptif, yang datanya

menyangkut : jumlah produksi, jumlah pendapatan, penyerapan tenaga kerja,

kontribusi jagung terhadap PDRB.

G. Defenisi Operasional

Untuk memberikan kejelasan dan persamaan pengertian terhadap

penelitian ini perlu dikemukakan konsep operasional dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Page 30: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

29

1. Peranan adalah sumbangsih yang diberikan komoditas jagung dari

peningkatan produksi, pendapatan petani dan kesempatan kerja terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jeneponto;

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah seluruh nilai tambah

bruto (NTB) barang dan atau jasa yang ditimbulkan oleh faktor-faktor

produksi di suatu wilayah tertentu dalam waktu tertentu (biasanya dalam

tahun tertentu) tanpa memperhatikan kepemilikan faktor-faktor

produksinya;

3. Produksi adalah hasil yang diperoleh petani sebagai akibat bekerjanya

beberapa faktor produksi dalam periode tertentu dan dinyatakan dalam

satuan ton;

4. Peningkatan produksi adalah peningkatan jumlah produksi jagung yang

dihasilkan pada periode tertentu dan dinyatakan dalam ton;

5. Produktivitas adalah produksi yang dihasilkan dalam satuan luas

(Ton/ha);

6. Luas panen adalah besaran lahan yang dikelola petani dalam usahatani

jagung dalam satuan hektar (ha);

7. Industri hulu industri yang dapat diukur dari pertumbuhan usaha

pembibitan dan pengadaan pupuk dalam jangka waktu 5 – 10 tahun di

Kabupaten Jeneponto;

8. Industri hilir industri yang dinilai dari usaha/industri yang tumbuh dalam

kaitannya dengan pengolahan hasil produksi jagung seperti pertumbuhan

usaha pengeringan jagung, pengiriman makanan ternak berupa jagung;

Page 31: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

30

9. Tenaga kerja diukur dari jumlah tenaga kerja yang terserap di industri

hulu dan hilir, serta tenaga kerja yang terserap pada usahatani jagung;

10. Pendapatan petani jagung adalah selisih antara total penerimaan dengan

total biaya;

11. Pengeluaran adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan petani dalam

usaha jagung dalam satu periode.

Page 32: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Jeneponto

1. Letak Geografis

Kabupaten Jeneponto terletak di ujung Selatan bagian barat dari

wilayah Propinsi Sulawesi Selatan yang secara geografis terletak diantara

50 16’ 13” – 50 49’ 13” LS dan 50 40’ 19” - 50 7’ 5” BT yang berbatasan

dengan :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Takalar.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores.

- Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Takalar.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng.

Secara administrasi Kabupaten Jeneponto berbatasan dengan tiga

kabupaten yakni Kabupaten Gowa, Takalar dan Bantaeng. Wilayah ini diapit

oleh wilayah pegunungan yang besar yaitu Bawakaraeng dan Lompobattang

yang secara fungsional mempunyai persamaan agro-klimat sehingga berada

pada suatu Kawasan Sentra Pengembangan Produksi (KSP) yang dikenal

dengan Kawasan Karaeng Lompo. Kawasan tersebut diarahkan kepada

pengembangan palawija dengan komoditi jagung sebagai komoditi unggulan.

2. Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Jeneponto beragam, yakni terdiri dari

tanah datar/landai, bergelombang, berbukit dan bergunung. Pada bagian

Page 33: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

32

utara terbentang dari timur ke barat dikaki pegunungan Lompobattang.

Dibagian tengah selatan terdapat beberapa cekungan merupakan daerah

tangkapan air yang mengarah pada sungai Kelara yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan hidrologis.

Kondisi topografi Kabupaten Jeneponto dapat diuraikan sebagai

berikut :

- Datar / landai (0 – 2%) seluas 33.319 ha.

- Bergelombang (3 – 15%) seluas 21.306 ha.

- Berbukit – bukit (16 – 45%) seluas 12.401 ha.

- Berbukit sampai bergunung ( > 45%) seluas 7.953 ha.

(Sumber : Dinas Pertanian Daerah, 2004).

Kondisi topografi tersebut dapat dianalisis antara lain melalui kelas

kemiringan yang menggambarkan kecuraman lokasi. Semakin curam suatu

lokasi semakin terbatas potensi pengembangannya karena merupakan faktor

penghambat di dalam pelaksanaan budidaya jagung. Topografi lahan

kabupaten Jeneponto tercatat bahwa luas lahan dengan topografi datar yaitu

33.319 ha atau 44,44% dari luas wilayah dan pada topografi ini

pengembangan jagung dapat dilakukan dengan baik. Berbeda halnya pada

kemiringan 16 – 45% yang luasnya yaitu 12.402 ha atau 16,52%

pengembangan jagung harus dipadukan dengan penerapan kaidah-kaidah

konversi lahan dan air. Sedang kemiringan lebih dari 45% luasnya memang

tidak direncanakan untuk pengembangan jagung karena wilayah tersebut

adalah kawasan lindung.

Page 34: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

33

3. Potensi Sumberdaya Alam

3.1. Luas Wilayah

Kabupaten Jeneponto memiliki wilayah seluas 749,79 km2 atau

74.979 ha yang terbagi dalam sepuluh wilayah kecamatan yang dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto.

No Kecamatan Luas (Km2) Persentase dari luas

kabupaten (%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Bangkala

Bangkala barat

Tamalatea

Bontoramba

Binamu

Turatea

Batang

Arungkeke

Kelara

Rumbia

121,82

152,96

57,58

88,30

69,49

53,76

73,72

29,91

43,95

58,30

16,25

20.40

7.68

11.77

9.27

7.17

9.83

3.99

13.64

7,78

Jumlah 749.79 100.00

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto, 2004

Pada Tabel 1 di atas, terlihat bahwa total luas wilayah Kabupaten

Jeneponto adalah 749, 79 km2 atau 74.979 ha. Dari luas tersebut, yang

berpotensi untuk pengembangan jagung adalah seluas 45.000 ha yang

terdiri dari lahan kering = 33.122 ha (untuk satu kali rotasi tanam/tahun) dan

8.000 ha (untuk dua kali tanam/tahun) dan sawah seluas 4.000 ha.

Page 35: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

34

3.2. Iklim dan Curah Hujan

Berdasarkan penyebaran curah hujan (Bidang Pengairan, 2004)

pada masing-masing kecamatan, maka kabupaten Jeneponto dibagi atas :

a. Iklim basah sampai dengan basah

Penyebaran curah hujan pada type iklim ini relatif lebih tinggi

dibanding dengan wilayah lainnya. Kisaran rata-rata curah hujan selama 10

tahun terakhir antara 1.757 – 2.260 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan

setiap tahunnya 80 hari. Ini dijumpai pada wilayah Kecamatan Kelara dan

Bangkala Barat.

b. Iklim Kering

Berdasarkan data curah hujan yang dicatat pada beberapa stasiun

curah hujan di daerah yang beriklim kering maka curah hujan yang terdapat

pada wilayah ini setiap tahunnya realitif sangat rendah

(1.056–1.521 mm/tahun). Ini dijumpai pada wilayah Kecamatan Bangkala,

Tamalatea, Bontoramba, Binamu, Turatea, Batang dan Arungkeke.

Ditinjau dari klasifikasi iklim menurut Ferquson, maka Kabupaten

Jeneponto memiliki iklim yaitu :

a. Tipe iklim D3 dan E4 yaitu wilayah yang memiliki bulan kering secara

berurutan berkisar 5 – 6 bulan, dan 1 – 3 bulan basah.

b. Tipe iklim C2 yaitu wilayah yang memiliki bulan basah 5 – 6 bulan dan

bulan lembab 2 – 4 bulan terdapat pada daerah ketinggian 700 – 1.727

m.dpl (Kelara).

Page 36: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

35

Adapun jumlah curah hujan rata-rata setiap bulan dapat di lihat pada

Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Setiap Bulan di Kabupaten Jeneponto Tahun 2001 – 2004.

Jumlah Curah Hujan (mm)

Bulan 2001 2002 2003 2004

Januari

Pebruari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

52,30

106,90

81,60

85,70

55,50

79,80

15,40

15,70

2,70

13,70

16,00

14,30

18,00

24,00

18,00

13,00

16,00

22,00

-

-

55,00

10,00

42,00

27,00

82,71

106,42

88,00

42,00

190,66

32,25

26,68

12,00

4,00

-

34,00

56,66

82,71

106,42

88,00

42,00

190,66

32,25

26,68

12,00

4,00

-

34,00

56,66

Rata-rata Perbulan

44,97 19,58 56,28 56,28

Sumber : Dinas Kimpraswil Kabupaten Jeneponto, 2004.

Pada Tabel 2 di atas, terlihat bahwa rata-rata curah hujan di

Kabupaten Jeneponto selama kurun waktu lima tahun terakhir mencapai

1.041 mm. Jika curah hujan ini dikaitkan dengan curah hujan yang

dikehendaki untuk tanaman jagung selama dalam pertumbuhan berkisar

Page 37: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

36

antara 250 – 2.000 mm, maka kondisi curah hujan Kabupaten Jeneponto

cukup mendukung pertumbuhan jagung asalkan distribusinya cukup merata.

3.3 Karakteristik tanah

a. Jenis Tanah

Berdasarkan hasil penelitian Tim ATA (1978) maka Kabupaten

Jeneponto memiliki keragaman jenis tanah yakni tanah alluvial, grumusol,

latosol dan regusol. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Keragaman Jenis Tanah di Kabupaten Jeneponto Tahun 2004.

No Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

Alluvial

Grumusol

Mediteran

Latosol

Regusol

3.449

15.750

44.537

5.998

5.249

4.60

21.00

59.40

8.00

7.00

Jumlah 74.979 100,00

Sumber : Monografi Kabupaten Jeneponto, 2004

b. Struktur Tanah

Struktur tanah di Kabupaten Jeneponto, bervariasi dari lempung,

lempung berpasir, tanah liat dan tanah berbatu (Hasil penelitian Tim ATA

140, 1978).

Berdasarkan jenis dan struktur tanah di Kabupaten Jeneponto dari

segi kesesuaian, maka tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik oleh

karena jagung tidak memerlukan persyaratan khusus. Akan tetapi jagung

Page 38: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

37

dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang kaya akan humus seperti pada

tanah latosol, grumosol, mediteran yang banyak mengandung bahan

organik.

3.4. Potensi Lahan Pertanian

Potensi lahan pertanian Kabupaten Jeneponto seluas 52.651,61 ha

atau 70,11% dari luas wilayah yang terdiri dari sawah 15.670,49 ha dan

lahan kering 36.981,12 ha yang peruntukannya umumnya digunakan untuk

budidaya padi, palawija serta komoditi holtikultura dan perkebunan. Rincian

luas lahan pertanian seperti pada Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Luas Lahan Pertanian Menurut Penggunaannya di Kabupaten Jeneponto Tahun 2004.

LUAS LAHAN

NO URAIAN Ha %

Lahan sawah: -Irigasi teknis 4.815,12 9,1 -Irigasi setengah teknis 1.817,75 3,5 -Irigasi desa/sederhana 3.346,90 6,4 -Tadah hujan 5.688,72 10,8

1.

Jumlah (1) 15.670,49 29,8 Lahan Kering -Tegalan 33.897,12 64,4 -Pekarangan 2.267,08 4,3 -Ladang 737,00 1,5

2.

Jumlah (2) 36.981,12 70,2 Total 52.651,61 100

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Jeneponto, 2004

Dari tabel diatas, terlihat bahwa potensi lahan pertanian seluas

52.651,61 Ha dan yang berpotensi untuk pengembangan jagung seluas

45.000 ha, terdiri dari tegalan 33.000 Ha untuk satu kali periode tanam dan

Page 39: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

38

8.000 Ha dari 33.000 Ha yang dapat ditanami dua kali dalam setahun serta

lahan sawah yang berpotensi untuk tanaman jagung karena kesediaan air

seluas 4.000 Ha.

4. Potensi Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia memegang peranan yang sangat penting bagi

pembangunan setiap wilayah. Pentingnya sumberdaya manusia karena

manusia selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan utamanya di bidang

pertanian mereka bertindak selaku perencana, pelaku, yang juga sekaligus

penentu terwujudnya cita-cita pembangunan suatu daerah.

Jumlah penduduk Kabupaten Jeneponto tahun 2004 sebesar 324.928

jiwa yang terdiri dari laki-laki 158.043 jiwa dan perempuan 166.885 jiwa.

Penduduk kabupaten Jeneponto tersebar pada10 (sepuluh) kecamatan

dengan kepadatan yang sangat beragam antara satu kecamatan dan

kecamatan lainnya. Penyebaran penduduk disebabkan antara lain letak

geografi dan tingkat kesuburan tanah. Keadaan penduduk menurut jenis

kelamin dan kepadatan di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Page 40: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

39

Tabel 5. Keadaan Penduduk Menurut Jenis kelamin, Kepadatan pada Masing - Masing Kecamatan Kabupaten Jeneponto, 2004

Jumlah penduduk (jiwa)

No

Kecamatan Luas (km) Pria Wanita Jumlah

Kepadatan penduduk (Jiwa/km2)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Bangkala

Bangkala Barat

Tamalatea

Bontoramba

Binamu

Turatea

Batang

Arungkeke

Kelara

Rumbia

121,82

152.96

57.58

88.30

69.49

53,76

73.72

29.91

43,95

58,30

23.133

11.131

19.028

17.129

23.144

13.889

19.636

8.461

12.759

11.099

24.503

11.629

19.634

17.701

24.872

14.569

20.960

9.085

13.599

11.777

47.636

22.760

38.662

34.830

48.016

28.458

40.596

17.546

26.358

22.876

391

149

671

394

691

529

551

587

600

392

Jumlah 749.79 158.043 166.885 324.928

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto,2004.

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa kecamatan yang paling padat

penduduknya adalah Kecamatan Binamu sebesar 691 jiwa/km2 dan

Tamalatea sebesar 671 jiwa/km2. Kepadatan ini berpengaruh terhadap luas

lahan yang diusahakan oleh petani jagung karena umumnya penduduk

Kabupaten Jeneponto matapencahariannya di sektor pertanian termasuk

usahatani jagung.

Pendidikan adalah unsur yang vital dalam pembangunan di segala

bidang. Pembangunan merupakan proses yang berlangsung terus-menerus,

demikian pula generasi senantiasa silih berganti dalam melanjutkan

pembangunan. Sebagai bangsa yang membangun, sudah pasti

Page 41: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

40

mengharapkan pelanjut dan pewaris pembangunan lebih baik pada masa

datang.

Mengenai susunan penduduk menurut tingkat pendidikan terdapat

167.030 jiwa atau 59,01% tidak tamat SD, 66.411 jiwa (23,45%) tamat SD,

25.583 jiwa (9,03%) yang tamat SLTP, 20.998 jiwa (7,4%) yang tamat SLTA

sedang yang tamat perguruan tinggi (S1, S2, S3) hanya 1.819 jiwa (0,6%)

dari jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas untuk jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Penduduk Umur 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi di Kabupaten Jeneponto Tahun 2004.

Jenis Kelamin

No. Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Tidak/belum tamat SD 80.611 86.419 167.030

2 SD 30.362 36.049 66.411

3 SLTP 13.909 12.674 25.583

4 SLTA 11.373 9.625 20.998

5 Diploma I / II 479 359 838

6 Akademi / D III 293 233 526

7 Perguruan tinggi (S1, S2, S3)

1.116 703 1.819

Jumlah 137.143 146.062 283.205 Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto, 2004

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk pada usia angkatan

kerja yang tingkat pendidikannya rendah tidak tamat/tamat SD dan tamat

SLTP berjumlah 259.624 orang atau 91,52% dari penduduk usia angkatan

kerja 283.205 orang dan petani jagung tergolong di dalamnya sehingga

kecepatan untuk mengadopsi teknologi pertanian berjalan lambat.

Page 42: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

41

5. Transportasi dan Komunikasi

a. Panjang Jalan

Salah satu prasarana dalam menunjang dan mempermudah sekaligus

mempercepat kegiatan ekonomi adalah prasarana jalan yang dapat

menunjang peningkatan mobilitas penduduk baik antar satu desa dengan

desa lainnya maupun antar kecamatan. Panjang jalan permukaan di

Kabupaten Jeneponto dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 7. Panjang Jalan Dirinci Menurut Permukaan di Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 – 2003

Panjang (km)

No Jenis

Permukaan Jalan 2000 2001 2002 2003

1. Diaspal 609,89 641,61 641,610 689,510

2. Kerikil 271,96 529,14 542,378 502,978

3. Tanah 42,32 42,32 42,320 42,320

4. Tidak diperinci 28,13 28,13 28,130 28,130

Jumlah 952,30 11.241,20 1.254,438 1.262,938

Sumber : Dinas Kimpraswil Kab. Jeneponto, 2003

b. Angkutan Darat

Jenis kendaraan umum yang banyak dipergunakan oleh sebagian

besar penduduk sebagai alat transportasi dan angkutan barang adalah bus

dan mikrolet sedangkan untuk angkutan barang adalah truk dan mobil pick

up. Jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Jeneponto adalah sebagai

berikut :

Page 43: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

42

Tabel 8. Rincian Kendaraan Bermotor (Roda Empat) di Kabupaten Jeneponto, Tahun 2004.

No Jenis Kendaraan Jumlah (unit)

1. Bus 68

2. Truk 98

3. Metro Mini 408

4. Pick Up 85

5. Tangki 4

Jumlah 663

Sumber : Dinas Perhubungan Daerah Kabupaten Jeneponto, 2004

c. Pos dan Telekomunikasi

Pelaksanaan pelayanan publik melalui jasa pos dan telekomunikasi di

Kabupaten Jeneponto sampai dengan akhir 2003 terdapat 5 buah kantor pos

dan giro. Khusus untuk jangkauan alat komunikasi melalui sambungan

telepon di Kabupaten Jeneponto sudah tersedia 2.409 sambungan telepon

(Sumber : Kantor Telekomunikasi Kabupaten Jeneponto, 2004)

6. Lembaga Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan yang bersifat

nonformal yang ditujukan para petani dan keluarganya dengan tujuan agar

mereka mampu, sanggup merubah sikap dan perilaku di dalam usahataninya

sehingga produksi dan pendapatannya dapat meningkat.

Untuk itu peranan penyuluhan di dalam pelaksanaan pembangunan

pertanian sangat strategis. Oleh karena itu lembaga penyuluhan pertanian

sangat vital di dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian untuk

Page 44: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

43

mendukung terwujudnya tujuan pembangunan pertanian yaitu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat tani. Lembaga penyuluhan yang terdapat di

Kabupaten Jeneponto, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Keadaan Kelembagaan Pertanian Kabupaten Jeneponto, 2004.

No. Uraian Jumlah

1. Balai penyuluhan pertanian 4 unit

2. Penyuluh pertanian 92 orang

3. Kelompok tani :

a. Pemula 303 Kelompok

b. Lanjut 315 Kelompok

c. Madya 20 Kelompok

d. Utama 18 Kelompok Sumber : Kantor Penyuluhan Pertanian Daerah Kabupaten Jeneponto,

2004.

Pada tabel di atas terlihat bahwa kelembagaan yang berhubungan

dengan penyuluhan pertanian dalam kaitannya dengan pengembangan

jagung cukup memadai karena di daerah ini terdapat 4 unit Balai Penyuluhan

Pertanian (BPP) dan penyuluh pertanian sebanyak 92 orang diantaranya;

PPL sebanyak 71 orang. Demikian pula terdapat 656 kelompok tani yang

berfungsi sebagai wadah kerjasama sebagai kelas belajar dan sebagai unit

produksi.

Page 45: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

44

7. Kelembagaan Ekonomi

Lembaga ekonomi pedesaan adalah lembaga yang peranannya

berorientasi kepada perbaikan ekonomi di pedesaan melalui pelayanan

kelembagaan tersebut.

Lembaga ekonomi yang dimaksud antara lain BRI Cabang, BRI Unit

Desa, Koperasi Unit Desa, BNI Cabang Pembantu, Koperasi Tani, Pasar,

Kios Sarana Produksi, Pedagang Pengumpul. Adapun jumlah lembaga

ekonomi yang terdapat di Kabupaten Jeneponto adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Lembaga Ekonomi Kabupaten JenepontoTahun 2004.

No. Jenis Lembaga Jumlah

1. Bank Pembangunan Daerah 1 unit

2. BRI Cabang 1 unit

3. BRI Unit Desa 3 unit

4. Bank Cabang Pembantu 1 unit

5. Koperasi Tani 42 unit

6. Koperasi Unit Desa 18 unit

7. Pasar 15 unit

8. Kios Sarana Produksi 18 unit Sumber : Kantor Penyuluhan Pertanian Daerah Kabupaten Jeneponto,

2004.

Pada Tabel 10 di atas terlihat bahwa jumlah bank yang dapat

berfungsi untuk menyalurkan kredit dalam rangka pengembangan agribisnis

jagung cukup memadai. Begitu pula Koperasi Unit Desa dan Koperasi Tani

yang jumlahnya 42 unit yang didukung dengan 18 unit KUD sebagai pusat

pelayanan dalam kegiatan perekonomian termasuk pelayanan sarana

produksi (pupuk dan pestisida). Untuk keperluan usaha pengembangan

Page 46: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

45

usahatani jagung, lembaga ekonomi tersebut cukup memadai oleh karena

koperasi tersebut tersebar pada sentra-sentra produksi jagung yang selama

ini dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada kelompok tani

pelaksana intensifikasi jagung.

Demikian pula dengan adanya pasar yang merupakan tempat

pertemuan antara petani dengan pedagang/pengusaha hasil pertanian dan

ini cukup mendukung program pengembangan jagung di daerah tersebut.

B. Karakteristik Responden

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Kelara dan Kecamatan Rumbia

dengan 2 desa sampel yaitu Kelurahan Tolo Selatan dan Desa Bontomanai.

Jumlah petani yang dipilih sebagai responden dari 2 desa sampel dalam

penelitian ini sebanyak 67 orang.

Petani responden yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi usia

petani responden, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan

pengalaman bertani dari masing-masing responden.

1. Usia Petani

Usia petani dapat mempengaruhi kemampuan bekerja secara fisik

dan non fisik seperti cara berpikir petani dalam mengembangkan pola

usahatani. Petani yang berusia muda mempunyai kemampuan fisik yang

lebih kuat dari pada petani yang berusia tua. Usia juga mempengaruhi

kematangan seseorang dalam berpikir dan bertindak, sebab biasanya yang

Page 47: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

46

berusia lebih tua cenderung mempunyai pengalaman yang lebih banyak.

Klasifikasi responden menurut kelompok umur disajikan pada Tabel 11

berikut ini :

Tabel 11. Sebaran Responden Menurut Golongan Umur.

Jumlah Responden

(Orang) Golongan

Umur

(Tahun) Tolo Selatan Bontomanai Jumlah

Persentase (%)

21 – 30 1 1 2 2,99

31 – 40 10 6 16 23,88

41 - 50 18 9 27 40,30

51 – 60 10 6 16 23,88

> 60 6 - 6 8,95

Jumlah 45 22 67 100,00

Sumber : Data Primer setelah diolah.

Data pada tabel tersebut, menunjukkan bahwa dari 67 responden

yang berusia rata-rata antara 41 – 50 tahun (40,30 %) adalah yang

terbanyak, disusul yang berusia antara 31 – 40 tahun dan 51 – 60 tahun

masing – masing sebanyak 23,88 %, yang berusia lebih dari 60 tahun

sebanyak 8,95 % dan yang berusia antara 21 – 30 tahun sebanyak

2,99%.

2. Pendidikan Petani Responden

Pendidikan yang dimaksud disini adalah tingkat pendidikan formal

yang dimiliki para petani responden. Pendidikan dapat mempengaruhi

cara berpikir dan kemampuan seseorang dalam mengadopsi dan

Page 48: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

47

menerima inovasi baru serta pemahaman terhadap informasi. Oleh

karena itu, pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan

dalam pengembangan usahatani jagung, terutama dalam kaitan dengan

penyerapan informasi dan teknologi serta inovasi atau teknik usahatani

baru menunjang pencapaian tingkat produksi yang optimal dan kegiatan

penanganan pascapanen yang efektif serta informasi pasar yang cepat,

tepat serta menguntungkan. Diharapkan bahwa semakin tinggi

pendidikan formal yang ditempuh petani maka penyerapan teknologi dan

pemahaman teknik-teknik baru dalam usahatani akan semakin cepat dan

mudah. Klasifikasi tingkat pendidikan responden tampak pada Tabel 12

berikut :

Tabel 12. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan.

Tingkat Pendidikan

Tolo Selatan

Bontomanai Jumlah (%)

Tidak tamat SD/SR 8 10 18 26,86

SD/SR 18 5 23 34,33

SLTP 11 3 14 20,90

SLTA 4 4 8 11,94

Sarjana 4 - 4 5,97

Jumlah 45 22 67 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah

Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah responden

berpendidikan SD sebanyak 34,33 %. Responden yang tidak tamat SD/SR

sebanyak 26,86 %, responden yang berpendidikan SLTP sebanyak 20,90 %,

Page 49: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

48

SLTA sebanyak 11,94 %. Sedangkan responden berpendidikan sarjana

hanya 5,97%.

Perbedaan tingkat pendidikan tersebut menunjukkan adanya

kelemahan dalam hal wawasan berpikir dan menerangkan konsep-konsep

usahatani terpadu terutama yang menggunakan teknologi dan manajemen

yang lebih modern. Petani yang tingkat pendidikan rendah cenderung

mengelolah usahataninya secara tradisional dan menurut kebiasaan yang

dilakukan secara turun-temurun. Pola pikir mereka dipengaruhi oleh kondisi

sosial budaya. Biasanya usahatani mereka secara subsistem yang

berorientasi memenuhi kebutuhan sendiri, sehingga cara seperti ini susah

sekali menerima model pengelolaan usahatani dengan pendekatan

agribisnis. Contoh – contoh yang sering dijumpai seperti keengganan petani

dalam menggunakan Saprodi (pupuk dan obat-obatan) secara baik dan

benar. Kemudian masih mempertahankan jenis-jenis pangan yang tidak

produktif.

3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang biaya

hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga yang terdiri atas petani responden

itu sendiri sebagai kepala keluarga, istri, anak-anak dan tanggungan lainnya

yang tinggal seatap dan sedapur. Jumlah anggota keluarga yang besar tidak

selamanya merupakan modal bagi keluarga, tetapi menjadi beban bagi

keluarga, sebab tidak semua anggota keluarga merupakan tenaga yang

produktif.

Page 50: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

49

Sejalan dengan hal tersebut, anak-anak dibawah umur orang lanjut

usia, dan ibu rumah tangga walaupun menjadi beban Kepala Keluarga,

namun sedikit tidaknya mereka melibatkan diri membantu dalam pengolahan

lahan usahatani. Jumlah responden menurut jumlah tanggungan di setiap

Desa sampel disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 13. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga.

Jumlah Responden (orang) Jumlah

Tanggungan (Orang ) Tolo Selatan Bontomanai Jumlah

(%)

< 2 13 6 19 28,36

3 – 4 24 13 37 55,22

5 – 6 8 3 11 16,42

Jumlah 45 22 67 100,00

Sumber : Data Primer setelah diolah

Dari Tabel 13, menunjukkan bahwa responden yang mempunyai

tanggungan keluarga 3 – 4 orang sebesar 55,22 %, disusul petani dengan

tanggungan keluarga kurang dari atau 2 orang adalah 28,36 %, sedangkan

tanggungan keluarga 5 – 6 orang sebesar 16,42 %.

Pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha taninya hanya mampu

mencukupi kebutuhan yang bersifat konsumtif. Dari hasil penelitian diketahui

bahwa banyaknya jumlah tanggungan keluarga dapat pula mencerminkan

jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam menjalankan usahatani jagung.

Page 51: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

50

4. Pengalaman Berusahatani Jagung.

Pengalaman berusahatani menentukan keberhasilan suatu usahatani.

Petani yang lebih lama berusahatani jagung lebih banyak menguasai teknik

pembubidayaan serta memanfaatkan teknologi penunjang guna mencapai

tingkat produksi yang optimal, klasifikasi pengalaman responden petani

jagung dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 14. Sebaran Responden Menurut Pengalaman Berusahatani Jagung.

Jumlah Responden (orang) Pengalaman

(Tahun) Tolo Selatan Bontomanai Jumlah (%)

? 10 10 5 15 22,39

11 – 20 19 5 24 35,82

21 – 30 12 8 20 29,85

31 – 40 3 4 7 10,45

> 41 1 - 1 1,49

Jumlah 45 22 67 100,00

Sumber : Data Primer setelah diolah.

Data pada Tabel 14 menunjukkan bahwa pengalaman bertani jagung

dari responden sudah sejak lama. Pengalaman berusahatani responden

berturut-turut sebagai berikut : 11 – 20 tahun adalah 35,82 %, 21 – 30 tahun

29,85 %, ? 10 tahun sebanyak 22,39 %, 31 – 40 tahun adalah 10,45 %, dan

lebih dari 41 tahun sebanyak 1,49%.

Sebenarnya dilokasi penelitian, tanaman jagung sudah dikenal dan

diusahakan oleh masyarakat sejak dulu, namun yang menjadi kendala

Page 52: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

51

adalah informasi pasar yang kurang jelas. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengalaman bertani responden belum memberikan pengaruh yang

berarti terhadap peningkatan produksi jagung. Mereka umumnya belum

menerapkan teknik budidaya yang baik serta memanfaatkan sarana produksi

penunjang yang membantu meningkatkan produksi tanaman jagung mereka.

C. Peranan Sektor Pertanian Jagung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

1. Peningkatan Produksi

Pengembangan usahatani jagung di lokasi penelitian yang akan

digambarkan disini meliputi : produksi jagung di Kabupaten Jeneponto dan

hasil produksi jagung dari masing – masing responden.

Tabel 15. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 – 2004.

No Tahun Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/ha)

1

2

3

4

5

2000

2001

2002

2003

2004

34.620

36.539

40.933

40.298

40348

130.714

132.735

146.610

149.780

156.164

3,78

3,63

3,58

3,72

3,87

Rata-rata 37.823 138.130 3,65

Sumber : Dinas Pertanian Daerah, 2004

Tabel 15 menunjukkan produksi yang dicapai pada tahun 2001

meningkat 1,54 % atau dari 130.714 ton pipil kering menjadi 132.735 ton pipil

kering. Demikian pula pada tahun 2002, produksi mengalami peningkatan

Page 53: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

52

sebesar 13.875 ton pipil kering atau 10,43 %. Sedangkan dilihat dari

produktivitasnya, selama Tahun 2001 dan 2002 mengalami penurunan yaitu

3,78 ton/ha Tahun 2000 turun menjadi 3,63 ton/ha Tahun 2001 dan turun lagi

menjadi 3,58 ton/ha di Tahun 2002. Peningkatan produksi yang terjadi ini

dapat dijelaskan bahwa bukan disebabkan karena teknik budidaya yang

dilakukan petani menjadi lebih baik, tetapi disebabkan karena bertambahnya

luas panen tanaman jagung yang diusahakan petani.

Pada Tahun 2003, meskipun luas panen yang dilakukan oleh petani

jagung mengalami penurunan, yaitu dari 40.933 ha tahun 2002 menjadi

40.298 ha pada Tahun 2003, tetapi produksi yang dihasilkan mengalami

peningkatan menjadi 149.780 ton jagung pipil kering. Sementara itu tingkat

produktivitasnya juga mengalami peningkatan menjadi 3,72 ton/ha setelah

dua tahun sebelumnya mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena

mulai dilakukannya teknik budidaya yang intensif sehingga hasil yang dicapai

oleh petani menjadi lebih baik.

Demikian pula capaian jagung 2004 sebesar 156.164 ton pipil kering.

Hal ini berarti mengalami peningkatan sebesar 4,26 %, dibanding dengan

produksi yang dicapai pada tahun 2003, sedangkan produktivitasnya

mencapai 3,87 ton/ha. Peningkatan produksi dan produktivitas jagung yang

dicapai karena pemerintah Kabupaten Jeneponto mengembangkan model

pengembangan agribisnis jagung melalui peningkatan mutu intensifikasi

dengan penerapan teknologi pada usahatani yang terdiri dari penggunaan

Page 54: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

53

benih yang bermutu, pemupukan yang berimbang, pengolahan tanah yang

baik, pengairan yang teratur dan pengendalian organisme pengganggu

tanaman. Sementara itu rata – rata jumlah produksi dan tingkat produktivitas

responden di Kelurahan Tolo Selatan dan Desa Bontomanai dapat dilihat

pada Tabel 16 berikut :

Tabel 16 . Rata – rata Produksi dan Produktivitas Usahatani Jagung Responden.

Kelurahan/

Desa Luas Panen

(Ha) N

(%) Produksi

(Ton) Produktivitas

(Ton/Ha)

Tolo Selatan 0,01 – 0,50

0,51 – 1,00

1,01 – 1,50

1,51 – 2,00

> 2,00

26,87

23,88

13,43

1,49

1,49

1,45

2,37

3,78

5,00

5,00

4,58

3,00

2,87

2,50

2,38

Bontomanai 0,01 – 0,50

0.51 – 1,00

16,42

16,42

2,03

3,84

4,94

4,29

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2006.

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah produksi di Desa Bontomanai

pada luas panen yang sama lebih besar dibandingkan dengan jumlah

produksi responden di Kelurahan Tolo Selatan, demikian pula produktivitas

responden di Desa Bontomanai lebih besar dibandingkan produktivitas

responden di Kelurahan Tolo Selatan. Dimana pada luas panen 0,01–0,50

Ha, rata – rata jumlah produksi di Kelurahan Tolo Selatan sebesar 1,45 ton

dengan produktivitas sebesar 4,58 ton/ha, sedangkan di Desa Bontomanai

jumlahnya mencapai 2,03 ton dengan produktivitas 4,94 ton/ha dan untuk

Page 55: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

54

luas panen 0,51 – 1,00 Ha di Kelurahan Tolo Selatan rata – rata jumlah

produksinya 2,37 ton per periode panen dengan produktivitas 3,00 ton/ha,

sedangkan di Desa Bontomanai rata – rata produksinya mencapai 3,84 ton

dan produktivitasnya 4,29 ton/ha.

Untuk tingkat produktivitas di kedua lokasi penelitian, terlihat bahwa

makin luas lahan yang dikelola oleh responden, maka tingkat

produktivitasnya makin rendah. Hal ini disebabkan karena petani yang

memiliki luas lahan yang lebih sedikit berusaha untuk menghasilkan produksi

yang maksimal sehingga mereka melakukan usahatani lebih efektif dan

efisien.

Hubungan antara luas panen dengan jumlah produksi yang dihasilkan

oleh responden, dapat dilihat pada Tabel 17 sebagai berikut :

Tabel 17. Crosstab Luas Panen Terhadap Jumlah Produksi Jagung Responden (Survei, 2006).

= 2 Ton 2,01 – 5 Ton

> 5 Ton Jumlah Produksi

Luas Panen N % N % N % N %

= 1 Ha 34 50,7 21 31,3 1 1,5 56 83,6

1,01 – 2 Ha 1 1,5 8 11,9 1 1,5 10 14,9

> 2 Ha - - 1 1,5 - - 1 1,5

Jumlah 35 52,2 30 44,8 2 3,0 67 100

Page 56: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

55

Dari tabel di atas terlihat bahwa pada luas panen kurang atau sama

dengan 1 ha, terdapat 34 responden (50,7 %) yang menghasilkan produksi

kurang atau sama dengan 2 ton, 21 responden (31,3 %) mampu mencapai

produksi sebesar 2,01 – 5 ton, dan terdapat seorang responden dengan luas

panen yang sama mampu menghasilkan produksi jagung lebih dari 5 ton.

Untuk luas panen 1 – 2 ha, umumnya responden (11,9 %) produksinya

mencapai 2,01 – 5 ton, terdapat seorang responden yang jumlah

produksinya kurang atau sama dengan 2 ton, dan hanya 1 responden

(1,5 %) yang jumlah produksinya mencapai lebih dari 5 ton. Sedangkan

untuk luas lahan lebih dari 2 ha, produksi yang dihasilkan mencapai

2,01 – 5 ton.

Dengan melihat data tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa

produksi yang dihasilkan responden belum optimal dan masih dapat

ditingkatkan lagi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik

budidaya yang intensif dan penerapan teknologi tepat guna.

Untuk melihat hubungan antara luas panen dengan produktivitas

responden, adalah sebagai berikut :

Page 57: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

56

Tabel 18. Crosstab Luas Panen Terhadap Produktivitas Responden (Survei, 2006).

= 3 Ton/Ha

3,01 – 6 Ton/Ha

> 6 Ton/Ha

Jumlah Produktivitas

Luas Panen N % N % N % N %

= 1 Ha 12 17,9 39 58,2 5 7,5 56 83,6

1,01 – 2 Ha 7 10,4 3 4,5 - - 10 14,9

> 2 Ha 1 1,5 - - - - 1 1,5

Jumlah 20 29,9 42 62,7 5 7,5 67 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa pada luas panen kurang atau sama

dengan 1 ha, terdapat 12 responden (17,9 %) yang produktivitasnya kurang

atau sama dengan 3 ton/ha, 39 responden (58,2 %) produktivitasnya

mencapai 3,01 - 6 ton/ha, dan terdapat 5 responden (7,5 %) dengan luas

panen yang sama produktivitasnya mampu mencapai lebih dari 6 ton/ha.

Untuk luas panen 1 – 2 ha, 7 responden (10,4 %) produktivitasnya kurang

atau sama dengan 3 ton/ha, dan 3 responden (4,5 %) produktivitasnya

mencapai 3,01 – 6 ton/ha. Untuk luas lahan lebih dari 2 ha, terdapat seorang

responden dan produktivitasnya kurang dari 3 ton/ha.

Melihat produktivitas yang dicapai responden, apabila dibandingkan

dengan produktivitas potensial berdasarkan kajian teknologi adalah sebesar

8 ton/ha, maka peluang untuk meningkatkan produktivitas masih cukup besar

melalui penerapan teknologi dengan menyelenggarakan intensifikasi khusus

yaitu penyelenggaraan intensifikasi secara berkelompok pada suatu

Page 58: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

57

hamparan dengan menerapkan paket teknologi terpadu yaitu meliputi

pengaturan pola tanam, pengolahan tanah sempurna, penggunaan benih

bermutu tinggi, pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, perbaikan

tata guna air, perlakuan panen dan pasca panen serta pengendalian

organisme pengganggu tanaman.

2. Peningkatan Pendapatan Petani

Setiap petani menginginkan perolehan pendapatan yang memadai

dari jenis usahanya. Hasil nyata yang telah dirasakan manfaat dari kegiatan

pengembangan agribisnis yaitu meningkatnya produksi dan produktivitas

jagung. Tingginya capaian tersebut secara langsung dapat meningkatkan

pendapatan petani, dari pendapatan tersebut mereka mampu membiayai

berbagai kebutuhan hidupnya, seperti sandang, pangan, perumahan, dan

bahkan dapat membiayai kebutuhan anak – anaknya. Meningkatnya

berbagai kebutuhan tersebut mendorong para petani untuk berusaha

meningkatkan jumlah pendapatannya.

Dari usaha pengembangan jagung yang dikelola olah responden

dapat dilihat pendapatan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Page 59: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

58

Tabel 19. Crosstab Luas Panen Terhadap Pendapatan Responden (Survei, 2006).

= 1 Juta > 1 – 2 Juta

> 2 Juta Jumlah Pendapatan

Luas Panen N % N % N % N %

= 1 Ha 12 17,9 34 50,7 10 14,9 56 83,6

1,01 – 2 Ha - - 3 4,5 7 10,4 10 14,9

> 2 Ha - - - - 1 1,5 1 1,5

Jumlah 12 17,9 37 55,2 18 26,9 67 100

Dari Tabel 19 di atas terlihat bahwa pendapatan responden dari

berusahatani jagung untuk satu kali periode tanam, pada luas panen kurang

atau sama dengan 1 ha umumnya sebesar Rp. 1.000.000,- sampai dengan

Rp. 2.000.000,- (34 respoden), terdapat 12 responden (17,9 %) yang hanya

memperoleh pendapatan kurang dari Rp. 1.000.000,-, dan 10 responden

(14,9 %) mampu memperoleh pendapatan lebih dari Rp. 2.000.000,-. Untuk

luas lahan 1,01 – 2 ha, pendapatan lebih banyak responden (7 responden)

berkisar lebih dari Rp. 2.000.000,-, dan terdapat 3 responden (4,5 %) yang

pendapatannya Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,-. Sedangkan untuk

luas lahan lebih dari 2 ha, pendapatan responden mencapai lebih dari

Rp. 2.000.000,-. Secara umum terlihat bahwa makin luas lahan yang

diusahakan petani maka makin besar pendapatan yang diperolehnya.

Pendapatan yang diperoleh petani jagung yakni berasal dari hasil

penjualan jagung setelah dikurangi dengan semua biaya – biaya yang

Page 60: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

59

dikeluarkan yang berhubungan dengan pengelolaan usahataninya. Dalam

melakukan usahatani jagung ini, rata - rata para petani melakukan panen

sebanyak dua kali dalam setahun. Umumnya mereka menjual hasil

produksinya pada pedagang pengumpul dengan harga jual untuk

di Kelurahan Tolo Selatan Rp. 1.000,-/kg sedangkan di Desa Bontomanai

harganya berkisar antara Rp. 875 – 1.200,-/kg.

Ada beberapa cara yang dapat petani tempuh untuk dapat

meningkatkan jumlah pendapatannya seperti penambahan luas panen atau

luas lahan (ekstensifikasi), dan pengolahan lahan secara intensif

(intensifikasi).

Selain berusahatani jagung, umumnya responden juga memiliki lahan

untuk bercocok tanam padi. Untuk berusahatani jagung, maka mereka

memanfaatkan lahan yang berupa tegalan untuk ditanami, hal ini berarti telah

memberikan nilai tambah dari investasi yang mereka miliki berupa lahan

tegalan dapat menghasilkan jagung yang tentunya akan menambah

pendapatan petani selain dari usahatani padi yang mereka lakukan.

Untuk melihat biaya yang dikeluarkan responden dari pengembangan

usahatani jagung seperti pada tabel berikut :

Page 61: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

60

Tabel 20. Crosstab Luas Panen Terhadap Pengeluaran Responden (Survei, 2006).

= 1 Juta > 1 – 2 Juta

> 2 Juta Jumlah Pengeluaran

Luas Panen N % N % N % N %

= 1 Ha 48 71,6 8 11,9 - - 56 83,6

1,01 – 2 Ha 3 4,5 6 9,0 1 1,5 10 14,9

> 2 Ha - - 1 1,5 - - 1 1,5

Jumlah 51 76,1 15 22,4 1 1,5 67 100

Dari tabel di atas terlihat pengeluaran responden dari berusahatani

jagung untuk satu kali periode tanam. Pada luas panen kurang atau sama

dengan 1 ha terdapat 48 responden (71,6 %) yang pengeluarannya untuk

membeli sarana produksi kurang dari Rp. 1.000.000,-, dan 8 responden

(11,9 %) mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1.000.000,- sampai dengan

Rp. 2.000.000,-. Untuk luas lahan 1,01 – 2 ha, pengeluaran lebih banyak

responden (6 responden) berkisar Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,-

terdapat 3 responden (4,5 %) mengeluarkan biaya kurang dari

Rp. 1.000.000,-, dan terdapat seorang responden yang mengeluarkan biaya

lebih dari Rp. 2.000.000,-. Sedangkan untuk luas lahan lebih dari 2 ha,

pengeluaran responden mencapai berkisar Rp. 1.000.000,- sampai

Rp. 2.000.000,-.

Page 62: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

61

Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh responden dalam

pengembangan usahatani jagung tergantung dari jumlah input yang

digunakannya. Adapun input tersebut terdiri atas Pembelian bibit dan pupuk

serta biaya tenaga kerja. Dalam meminimalisasi biaya yang dikeluarkan oleh

petani maka perlu dilakukan penggunaan input secara efektif dan efisien.

Untuk memperoleh bibit, umumnya responden (98,51 %) membeli

pada pedagang pengecer dan yang lainnya (1,49 %) membeli di koperasi.

Sedangkan untuk membeli pupuk, yang membeli pada pengecer sebanyak

65 orang (97,015 %) responden dan hanya beberapa responden (2,985 %)

yang membeli di koperasi. Hal ini disebabkan karena dengan mereka

membeli di pedagang pengecer, mereka memperoleh lebih banyak

kemudahan, antara lain dengan diantarkan langsung pada lokasi usahatani.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah pengeluaran petani di

Desa Bontomanai lebih besar dari petani di Kelurahan Tolo Selatan. Hal ini

disebabkan karena biaya pembelian sarana produksi di Desa Bontomanai

lebih mahal dibandingkan di Kelurahan Tolo Selatan.

3. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja dilokasi penelitian lebih banyak terserap pada

kegiatan usahatani dibandingkan dengan kegiatan industri hilir maupun

industri hulu. Hal ini tercermin pada Tabel 21 sebagai berikut :

Page 63: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

62

Tabel 21. Crosstab Luas Panen Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Responden (Survei, 2006).

= 2 Orang 3 – 6 Orang

> 6 Orang Jumlah Jumlah TK

Luas Panen N % N % N % N %

= 1 Ha 19 28,4 34 50,7 3 4,5 56 83,6

1,01 – 2 Ha - - 6 9,0 4 6,0 10 14,9

> 2 Ha - - - - 1 1,5 1 1,5

Jumlah 19 28,4 40 59,7 8 11,9 67 100

Dari tabel di atas diketahui bahwa untuk luas panen kurang atau sama

dengan 1 ha, rata – rata penyerapan tenaga kerja pada usahatani jagung ini

adalah 3 – 6 orang (50,7 %), 28,4 % responden hanya membutuhkan

seorang atau 2 orang tenaga kerja saja, sedangkan terdapat 3 responden

(4,5 %) yang mempekerjakan lebih dari 6 orang tenaga kerja. Untuk luas

panen 1,01 – 2 ha, 6 orang responden menggunakan 3 – 6 orang tenaga

kerja dan 4 responden mempekerjakan lebih dari 6 orang. Pada luas lahan

lebih dari 2 ha mempekerjakan lebih dari 6 orang. Umumnya mereka

mempekerjakan tenaga kerja keluarga, sehingga jumlah tenaga kerja yang

mereka serap tergantung pula dengan jumlah tanggungan keluarga ataupun

kerabat yang mereka miliki. Pemberian upah dilakukan setelah pelaksanaan

panen dan penjualan hasil produksi.

Page 64: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

63

Dengan adanya usahatani jagung yang dilakukan oleh petani di

Kabupaten Jeneponto, maka dapat memberikan kesempatan kerja kepada

masyarakat meskipun mereka memiliki tingkat pendidikan yang tidak terlalu

tinggi dengan menjadi tenaga kerja pada pemilik lahan.

Di Kabupaten Jeneponto, tidak terdapat industri hulu yang

memproduksi sarana produksi bagi tanaman jagung, yang ada hanyalah

pedagang pengecer yang menjual sarana produksi untuk kebutuhan petani.

Dalam proses aktivitas pengumpulan dan pengantaran ketujuan pemasaran,

pedagang pengumpul ini mempekerjakan 7 – 8 orang tenaga kerja.

Sedangkan pada industri hilir, terdapat pabrik yang mengelola hasil

usahatani masyarakat, tapi sampai saat ini industri tersebut belum berjalan

secara optimal sehingga belum memberikan kontribusi yang besar terhadap

penyerapan tenaga kerja dari masyarakat.

4. Pengembangan Usaha Penunjang

4.1. Pengembangan Usaha Sarana Produksi

Ketersediaan sarana produksi khususnya bibit jagung, pupuk dan

obat – obatan yang bermutu dalam waktu, jumlah, jenis, harga,mutu dan

tempat yang tepat untuk memudahkan petani dalam menerapkan teknologi

tepat guna sangat mempengaruhi keberhasilan usahatani jagung.

Dilokasi penelitian terdapat beberapa toko pengecer milik swasta/

perorangan, dan KUD penjual/penyedia sarana produksi usahatani jagung.

Page 65: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

64

Untuk pengembangan usahatani tersebut, di Kabupaten Jeneponto terdapat

29 kios/pengecer yang rata – rata mampu mempekerjakan 4 – 5 orang

tenaga kerja dalam aktivitas pendistribusian bibit, pupuk dan obat – obatan.

Sarana produksi untuk usahatani jagung seperti pupuk dan

obat-obatan ini sendiri diperoleh dari Toko saprodi/ distributor yang terdapat

di Kota Makassar. Pengambilan pupuk dan obat – obatan ini dilakukan oleh

pedagang pengumpul pada saat membawa jagung pipilan.

4.2. Pengembangan Usaha lainnya

Dengan adanya pengembangan usahatani jagung di Kabupaten

Jeneponto, mendorong sektor lainnya khususnya agroindustri untuk

berkembang. Kegiatan agroindustri yang terdapat di daerah ini adalah

terdapatnya mesin pengering jagung dan berkembangnya home industri

seperti pembuatan keripik jagung. Selain itu juga terdapat pula industri

pandai besi yang memproduksi alat – alat pertanian kecil/sederhana.

Untuk usaha jasa transportasi, umumnya dimanfaatkan oleh para

pedagang pengumpul untuk mengangkut hasil produksi jagung serta

pembelian sarana produksi.

D. Kontribusi Jagung Terhadap PDRB Kabupaten Jeneponto

Perkembangan perekonomian suatu wilayah atau daerah dapat

dilihat dari pertumbuhan dan perubahan struktur ekonominya. Untuk

Page 66: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

65

mengembangkan ekonomi daerah, upaya pertama yang perlu dilakukan

adalah mendorong pertumbuhan ekonominya.

Tabel 22 akan memperlihatkan pertumbuhan ekonomi tiap sektor di

Kabupaten Jeneponto pada tahun 2001-2004. Selama periode tersebut

pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor terlihat berfluktuasi. Untuk

melihat pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat PDRB berdasarkan

harga konstan dari tahun 2000 – 2004 pada tabel berikut :

Tabel.22. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2000 menurut Sektor (Lapangan Usaha) Tahun 2001-2004

Tahun (Juta Rp.) Sektor

2001 2002 2003 2004

1. Pertanian 367.698 377.736 388.098 388.684

- Jagung 98.845 115.299 126.414 131.803

2. Pertambangan & Penggalian 8.904 9.492 10.081 10.684

3. Industri Pengolahan 13.109 13.835 14.560 15.361

4. Listrik, Gas & Air Bersih 3.077 3.218 3.454 3.698

5. Bangunan 28.100 29.667 31.233 32.677

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 41.380 43.313 45.715 47.978

7. Angkutan dan Komunikasi 18.593 19.787 21.046 22.416

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya

33.901 37.248 42.995 46.095

9. Jasa-jasa 102.366 108.436 109.728 113.097

PDRB 617.128 642.732 666.910 680.690

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto Tahun 2004.

Berdasarkan Tabel 22, PDRB Kabupaten Jeneponto masih

mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar. Pada Tahun

2001 sumbangan sektor pertanian adalah Rp. 367.698 juta atau 59,58 %

dari total PDRB, Tahun 2002 sumbangan sektor pertanian naik menjadi

Page 67: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

66

Rp. 377.736 juta, Tahun 2003 juga mengalami kenaikan menjadi

Rp. 388.098 juta. Pada Tahun 2004 meningkat lagi menjadi Rp. 388.684 juta

atau 57,10 % dari total PDRB.

Kontribusi komoditas jagung terhadap sektor pertanian maupun total

PDRB Kabupaten Jeneponto dalam tahun terakhir terus mengalami

peningkatan. Pada Tahun 2001, kontribusinya pada sektor pertanian sebesar

Rp 98.845 juta atau 26,89%, Tahun 2002 dan 2003 kontribusinya sebesar

Rp. 115.299 juta (30,52 %) dan Rp. 126.414 juta (32,57 %). Pada Tahun

2004 meningkat menjadi Rp 131.803 juta atau 33,91%. Sedangkan

persentase sumbangan komoditas jagung terhadap total PDRB Kabupaten

Jeneponto pada Tahun 2001 adalah 16,01 %, Tahun 2002 dan 2003 sebesar

17,93% dan 18,96%. Pada Tahun 2004 kontribusi terhadap PDRB

Kabupaten Jeneponto sebesar 19,36 %. Hal ini dipengaruhi oleh adanya

program pengembangan agribisnis jagung oleh pemerintah kabupaten

Jeneponto sebagai penjabaran dari program gerbang emas oleh pemerintah

provinsi Sulawesi Selatan sehingga banyak petani yang menggantungkan

pendapatannya dari usahatani jagung.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, maka secara

langsung juga berdampak pada kenaikan pendapatan perkapita. Besarnya

angka pendapatan perkapita penduduk atas dasar harga berlaku di

kabupaten Jeneponto periode Tahun 2000 – 2004 dapat dilihat pada Tabel

23 sebagai berikut :

Page 68: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

67

Tabel 23. Pendapatan Perkapita Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 – 2004

Tahun Pendapatan Perkapita Perubahan (%)

2000 1.890.010 -

2001 2.142.955 13,38

2002 2.406.046 12,28

2003 2.659.086 10,52

2004 2.878.023 8,23

Rata-rata pertahun 13,07

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto, 2004

Angka pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Jeneponto setiap

tahun mengalami peningkatan. Selama periode Tahun 2000 – 2004

meningkat rata-rata 13,07 persen per tahun, yaitu dari 1.890.010 rupiah pada

Tahun 2000 menjadi 2.878.023 rupiah pada Tahun 2004.

Peningkatan pendapatan perkapita ini antara lain disebabkan karena

meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat termasuk dalam kegiatan

perjagungan.

Selanjutnya, struktur perekonomian Kabupaten Jeneponto selama

Tahun 2000 – 2004, tidak mengalami pergeseran yang berarti, kontribusi

terbesar masih diberikan oleh sektor pertanian. Keadaan ini menunjukkan

bahwa perekonomian masyarakat Kabupaten Jeneponto masih

mengandalkan sektor pertanian, sehingga dapat dikatakan bahwa struktur

ekonomi daerah ini masih bertumpu pada sektor pertanian (daerah agraris).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 69: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

68

Tabel 24. Struktur Ekonomi (Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku) Kabupaten Jeneponto Tahun 2004.

No. Lapangan Usaha Struktur Ekonomi

1. Pertanian 58,50

2. Pertambangan & Penggalian 1,51

3. Industri Pengolahan 2,22

4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,64

5. Bangunan 4,94

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7,08

7. Angkutan dan Komunikasi 3,30

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 6,25

9. Jasa-jasa 15,56

PDRB 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto Tahun 2004.

Pada tahun 2004, sektor pertanian memberikan sumbangan lebih dari

setengah atau sebesar 58,50 persen dari PDRB Kabupaten Jeneponto. Dari

kontribusi sektor pertanian itu, sekitar 42,1 persen diberikan oleh sub sektor

tanaman bahan makanan, sedangkan jagung memberikan kontribusi sebesar

19, 36 % atau sebesar Rp. 131.803 juta.

Page 70: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

69

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, maka selanjutnya dapat

ditarik simpulan bahwa peranan sektor pertanian khususnya jagung terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jeneponto sangat besar, dimana produksi

jagung mengalami peningkatan rata–rata sebesar 4,6 % per tahun dalam

kurun waktu lima tahun terakhir. Besarnya kontribusi jagung terhadap

pertumbuhan ekonomi dapat pula dilihat pada PDRB Kabupaten Jeneponto

atas dasar harga konstan, dimana pada Tahun 2004 sebesar 19,36 %.

Pengembangan usahatani jagung berdampak pada peningkatan pendapatan

petani dan memperluas kesempatan kerja, selain itu juga tumbuh usaha–

usaha penunjang seperti usaha penyaluran sarana produksi (bibit, pupuk dan

obat–obatan), industri pengeringan jagung, industri rumah tangga

(pembuatan keripik jagung), jasa transportasi dan industri pandai besi yang

membuat alat–alat pertanian. Namun kontribusi ini belum optimal disebabkan

karena pengembangan industri belum maksimal baik itu industri hulu (bibit,

pupuk, obat-obatan) maupun indutri hilir (pengolahan hasil, pascapanen,

produk olahan, dan hasil ikutan).

Page 71: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

70

B. Saran

Dalam rangka peningkatan peran sektor pertanian khususnya jagung

di kecamatan Kelara dan Rumbia disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Upaya menerapkan sistem agribisnis di kecamatan Kelara dan Rumbia

Kabupaten Jeneponto perlu keterlibatan pemerintah dan swasta serta

dukungan yang kuat dari petani untuk melakukan kegiatan usahatani

jagung.

2. Untuk lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian

jagung pemerintah Kabupaten Jeneponto perlu mengembangkan industri

hulu dan hilir yang mampu menunjang peningkatan produksi, pendapatan

dan membuka kesempatan kerja.

3. Upaya pemberdayaan petani dalam pengembangan agribisnis jagung di

Kabupaten Jeneponto diperlukan penguatan kelembagaan petani baik

dalam aspek budidaya maupun aspek agribisnis lainnya seperti

pemasaran sehingga dapat berjalan dengan baik dan lebih memberikan

keuntungan kepada petani jagung.

Page 72: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVESITAS HASANUDDIN PROGRAM PASCASARJANA

JL. PERINTIS KEMERDEKAAN KM. 10 MAKASSAR 90245 TELP.: (0411) 585034, 585036 FAX : (0411) 585868

E- mail : pascauh @ indoset.net.id

KUISIONER PENELITIAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO

Pengantar:

Bapak/Ibu/Sdr/i yang terhormat, kami memohon kesediaan waktunya untuk menjawab/mengisi beberapa pertanyaan di bawah ini dengan kondisi yang sebenarnya. Kami akan menjamin kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu/Sdr/i. Kuisioner/angket ini dimaksudkan hanya untuk penyusunan tesis kami, sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i, kami haturkan limpah terim a kasih. Semoga usaha Bapak/Ibu dapat berkembang dan selalu sukses dihari -hari mendatang.

Petunjuk Pengisian: 1. Isilah jawaban Bpk/Ibu/Sdr/I pada tempat yang telah disediakan (pada tanda titik-

titik). 2. Untuk pertanyaan yang telah ada pilihan jawaban, misalnya a, b, c, d; maka

lingkarilah pada alternatif jawaban yang menjadi pilihan Bapak/Ibu/Sdr/i.

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. No. / Nama : …………………………………………………… 2. U m u r : ……….. tahun 3. Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan 4. Pendidikan Formal :

a. Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD b. SD/sederajat c. SLTP/sederajat d. SLTA/sederajat e. Perguruan tinggi f. Lainnya, sebutkan : ……………………………………………

5. Status Kawin : a. Kawin b.Belum Kawin c. Janda d. Duda 6. Status dalam Keluarga : a. Kepala Keluarga (KK) b. Bukan KK. 7. Jenis pekerjaan pokok sekarang : …………………………………… 8. Lama bekerja pada pekerjaan pokok sekarang : ………………. Thn 9. Pekerjaan Sampingan : ……………………………………………………. 10. Jumlah anggota keluarga /tanggungan keluarga : ……………… org

Page 73: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

2

II. KONDISI EKONOMI

A. Produksi Usaha Tani

1) Jenis usaha tani apa yang Bapak/Ibu kerjakan ?

Jenis Usaha Tahun a. Usaha pertanian: tegalan/ ladang/sawah, sebutkan : b. Usaha perkebunan, sebutkan : c. Usaha peternakan, sebutkan: d. Usaha ekonomi produktif lainnya, Sebutkan:

……………………………………… ……………………………………… ………………………

………………………….……

2) Berapa luas lahan pertanian (ha): ladang/tegalan/sawah yang

Bapak/Ibu miliki ?

Jenis lahan Luas Lahan (ha) Tahun Tegalan/ladang (lahan kering) Sawah Nilai total aset (Rp)

………………… ………………… …………………

……………………………………………

3) Apa jenis tanaman pertanian yang Bapak/Ibu usahakan ?

Jenis tanaman Luas lahan (ha)

Tahun Status Pemilikan

Jumlah Tenaga Kerja

1. …………………… 2. …………………… 3. …………………… Nilai total aset (Rp)

…………………

…………………

…………

4) Khusus untuk usaha tani jagung yang Bapak/ibu usahakan, berapa

kebutuhan modal dalam sekali produksi yang diperlukan ?

Jenis Input Jumlah Nilai a. Bibit b. Pupuk c. Tenaga kerja

……………………… ……………………… ………………………

Rp. ………………… Rp. ………………… Rp. …………………

5) Dari mana Bapak/ibu memperoleh bibit yang digunakan ?

………………………………………………………………….................

6) Dari mana Bapak/ibu memperoleh pupuk yang digunakan ? ...........................................................................................................

Page 74: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

3

7) Apakah Bapak/ibu mengelolah sendiri, lahan yang dimiliki ? a. Ya b. Tidak

8) Kalau Ya, adakah orang lain yang membantu Bapak/ibu ? berapa orang, ? a. Ya, .............. Orang b. Tidak

9) Kalau tidak, berapa orang tenaga kerja yang Bapak/ibu perkerjakan ? .......... orang

10) Bagaimana sistem pembayaran upah tenaga kerja yang Bapak/ibu pekerjakan ? jelaskan ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

11) Dalam setahun berapa kali Bapak/ibu melakukan panen jagung ? ................ kali

12) Berapa produksi Bapak/ibu dalam sekali panen ? ................ Ton

13) Kemana Bapak/ibu menjual hasil panennya ? a. Pasar b. Koperasi c. Pedagang pengumpul d. ..................................

14) Berapa harga jual jagung Bapak/ibu ? Rp. ........................................................

T E R I M A K A S I H…

Page 75: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

Data Sekunder 1. Pertumbuhan usaha penjualan pupuk, atau toko tani (usaha sektor terkait di

Kab. Jeneponto . (Data 5 – 10 Tahun Terakhir). 2. Data produksi jagung 5 – 10 tahun terakhir. 3. Data pertumbuhan sektor terkait dengan jagung ; misalnya Industri

tepungjagung, pengeringan jagung, pengale ngan, makanan ternak dsb. 4. Data pertumbuhan petani jagung.

Page 76: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

5

PEDOMAN WAWANCARA: 1. Bappeda

1. Bagaimana keterlibatan/peran Bappeda dalam meningkatkan peran sektor pertanian khususnya jagung terhadap pengembangan ekonomi Kabupaten Jeneponto?

2. Faktor-faktor apa saja yang dirasakan Bappeda berpengaruh dalam

meningkatkan produktivitas masyarakat khususnya petani jagung di Kabupaten Jeneponto?

3. Faktor-faktor apa yang menjadi kendala dalam pengembangan ekonomi

khususnya dalam pengembangan jagung di Kabupaten Jeneponto? 4. Upaya-upaya apa yang telah dilakukan Bappeda untuk meningkatkan

produktivitas dan pendapatan/kesejahteraan (kondisi sosial ekonomi) petani jagung di kabupaten jeneponto?

4. Apa kebijakan pemerintah daerah untuk meningkatkan pengembangan

jagung kaitannya dengan peningkatan ekonomi daerah? 5. Bagaimana kebijakan Pemda sehingga dapat menjamin keberlanjutan usaha

masyarakat khususnya perjagungan yang sudah ada? 6. Faktor-faktor apa yang mendukung atau menghambat keberlanjutan usaha

masyarakat yang sudah ada, perubahan pola usaha masyarakat dari pola subsisten ke pola usaha yang berorientasi bisnis/profit/agribisnis?

7. Dari hasil evaluasi, apakah ada dampak dari program pengembangan

jagung di kabupaten Jeneponto?

2. Dinas Pertanian Tanaman Pangan

1. Bagaimana keterlibatan/peran Dinas Pertanian TP dalam pengembangan jagung di Kabupaten Jeneponto?

2. Faktor-faktor apa saja yang dirasakan Dinas Pertanian TP berpengaruh

dalam meningkatkan produktivitas pertanian masyarakat khususnya petani jagung di Kabupaten Jeneponto?

3. Hasil evaluasi Dinas Pertanian TP, apakah ada dampak terhadap pola

usaha pertanian masyarakat sehingga tidak sekedar pola usaha tani yang subsisten tetapi sudah ada surplus produksi ataupun diversifikasi usaha maupun produk pertanian?

4. Apa upaya Dinas Pertanian dalam membina usaha pertanian masyarakat

khususnya petani jagung?

Page 77: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

6

3. Dinas Perdagangan dan Koperasi

1. Bagaimana keterlibatan/peran Dinas Perdagangan dan Koperasi dalam pengembangan jagung di Kabupaten Jeneponto?

2. Faktor-faktor apa saja yang dirasakan Dinas Perdagangan dan Koperasi,

berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas usaha-usaha masyarakat khususnya petani jagung di Kabupaten Jeneponto?

3. Hasil evaluasi Dinas Perdagangan dan Koperasi, apakah ada dampak

terhadap pola usaha-usaha masyarakat sehingga tidak sekedar pola usaha yang subsisten tetapi sudah ada surplus produksi ataupun diversifikasi usaha maupun produk/jasa yang dihasilkan?

4. Apa upaya Dinas Perdagangan dan Koperasi dalam membina usaha

masyarakat khususnya petani jagung?

5. Faktor-faktor apa yang dirasakan oleh Dinas Koperasi dan Perdagangan

yang menghambat dan mendukung pengembangan usaha masyarakat dalam pengembanganJagung di Kabupaten Jeneponto?

Page 78: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …
Page 79: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

Lampiran 2. Daftar Nama dan Identitas Responden

N a m a Jenis Tingggal di Status Pekerjaan Jumlah Lama

R e s p o n d e n Kelamin Kelurahan kawin Pokok Tanggungan Bekerja1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 H. Hamjah 80 L Tolo Selatan SLTA K Petani - 1 20

2 Samaya 45 L Tolo Selatan Tdk tmt SD K Petani - 1 20

3 Mahmud 38 L Tolo Selatan PT K Petani - 4 8

4 Hasan 53 L Tolo Selatan PT K PNS Petani 3 21

5 Sila 35 L Tolo Selatan SD K Petani - 2 5

6 Sawiang 43 L Tolo Selatan Tdk tmt SD K Petani - 3 19

7 Saddara 42 L Tolo Selatan SD K Petani Pedagang 5 16

8 Kr. Naing 50 L Tolo Selatan SLTP K Petani - 3 18

9 Rabatong Dg. Seleng 70 L Tolo Selatan SD K Petani - 4 40

10 Syamsuddin 38 L Tolo Selatan SLTP K Petani - 1 12

11 Nasir Dg. Sila 42 L Tolo Selatan PT K PNS Petani 4 20

12 Badolo 68 L Tolo Selatan SLTP K Petani - 3 39

13 Mappi 60 L Tolo Selatan SD K Petani - 3 30

14 Palasa Dg. Nyikko 55 L Tolo Selatan SLTP K Petani - 4 30

15 H.B. Dg. Tengang 75 L Tolo Selatan SD K Petani - 1 50

16 H. Sara 41 L Tolo Selatan Tdk tmt SD K Petani - 2 19

17 Sido 52 L Tolo Selatan SD K Petani - 5 30

18 Modding 48 L Tolo Selatan SLTP K Petani - 4 27

19 H. Letto 45 L Tolo Selatan SD K Petani - 3 10

20 H. Hamsa 42 L Tolo Selatan SD K Petani - 5 20

21 H. Lahaya 50 L Tolo Selatan SD K Petani - 4 30

22 Podding 35 L Tolo Selatan SLTP K Petani - 2 10

Umur PendidikanNo. Sampingan

Page 80: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

23 Jale Dg. Bate 60 L Tolo Selatan Tdk tmt SD K Petani - 5 40

24 Zainuddin 36 L Tolo Selatan SLTA K Petani - 3 6

25 Muhammad Taher 32 L Tolo Selatan PT K Petani - 2 4

26 Baso Dg. Katti 50 L Tolo Selatan Tdk tmt SD K Petani - 4 30

27 Sandi 45 L Tolo Selatan SD K Petani - 3 20

28 Rahim 43 L Tolo Selatan SD K Petani - 2 10

29 Mangka 63 L Tolo Selatan Tdk tmt SD K Petani - 5 30

30 Kaharuddin 38 L Tolo Selatan SD K Petani - 3 10

31 Saleh 30 L Tolo Selatan SLTP K Petani - 2 7

32 Ismail 37 L Tolo Selatan SD K Petani - 2 13

33 H. Tamma 53 L Tolo Selatan SD K Petani - 4 22

34 Kamaluddin 35 L Tolo Selatan SLTA K Petani - 3 12

35 Saharuddin 43 L Tolo Selatan SLTA K Petani - 2 19

36 Patta 46 L Tolo Selatan SD K Petani - 4 23

37 H. Baha 52 L Tolo Selatan SLTP K Petani - 3 12

38 Baso Dg. Rate 49 L Tolo Selatan SD K Petani - 5 25

39 H.Nimang 53 L Tolo Selatan SLTP K Petani - 4 30

40 Pammo Dg. Lalang 42 L Tolo Selatan SD K Petani - 3 20

41 Daming 38 L Tolo Selatan SLTP K Petani - 4 5

42 Pelo Dg. Taba 58 L Tolo Selatan SD K Petani - 2 15

43 Baso 51 L Tolo Selatan Tdk tmt SD K Petani - 5 20

44 Guli Dg. Tammu 50 L Tolo Selatan SLTP K Petani - 4 15

45 Maseng 61 L Tolo Selatan Tdk tmt SD K Petani - 6 12

46 Rammado 55 L Bontomanai SD K Petani - 3 30

47 Dg. Ngerang 42 L Bontomanai Tdk tmt SD K Petani - 3 21

48 Kammisi 31 L Bontomanai Tdk tmt SD K Petani - 3 10

Page 81: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

49 H.Nai 57 L Bontomanai Tdk tmt SD K Petani - 1 34

50 H.Dacing 59 L Bontomanai SD K Petani - 3 37

51 Bata Tammu 55 L Bontomanai SD K Petani - 3 31

52 H. Ampi 39 L Bontomanai SD K Petani - 2 18

53 Mile 47 L Bontomanai Tdk tmt SD K Petani - 5 29

54 Mada Isu 48 L Bontomanai Tdk tmt SD K Petani - 4 26

55 Rakkai 59 L Bontomanai Tdk tmt SD K Petani - 4 38

56 H. Kamma 51 L Bontomanai Tdk tmt SD K Petani - 4 29

57 H. Situju 47 L Bontomanai SLTP K Petani - 2 20

58 Bakaring Temba 43 L Bontomanai Tdk tmt SD K Petani - 2 24

59 Making Tompo 40 L Bontomanai Tdk tmt SD K Petani - 3 18

60 Kulle 41 L Bontomanai Tdk tmt SD K Petani - 6 20

61 Awaluddin Lewa 48 L Bontomanai SLTP K Petani - 1 24

62 Kamaruddin 37 L Bontomanai SLTA K Petani - 3 10

63 H. Lolo 49 L Bontomanai SD K Petani - 4 29

64 Azis Tayang 36 L Bontomanai SLTA K Petani - 4 10

65 R. Dg. Sita 45 L Bontomanai SLTA K Petani - 6 20

66 Mamang 29 L Bontomanai SLTP K Petani - 2 9

67 Iskandar Masnah 33 L Bontomanai SLTA K Petani - 4 7

Catatan: K = Kawin D = Duda J = Janda

Page 82: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

Lampiran 3. Rekapitulasi jawaban responden tentang Usahatani Jagung

Kabupaten Jeneponto

No Jenis Lahan Luas Lahan untuk

Responden Yang Diusahakan Lahan Kering Sawah Berusahatani Jagung (Ha) Bibit Pupuk Tenaga Kerja

1 2 3 4 5 6 7 8

1 tegalan 0.75 0.25 0.75 370,000Rp 360,000Rp 250,000Rp

2 tegalan 0.83 - 0.83 325,000Rp 325,000Rp 90,000Rp

3 tegalan 0.25 - 0.25 75,000Rp 130,000Rp 60,000Rp

4 tegalan 1.00 0.50 1.00 555,000Rp 480,000Rp 600,000Rp

5 tegalan 0.80 - 0.80 200,000Rp 120,000Rp 90,000Rp

6 tegalan 0.10 0.20 0.10 50,000Rp 65,000Rp 30,000Rp

7 tegalan 1.50 0.30 1.50 450,000Rp 585,000Rp 150,000Rp

8 tegalan 0.75 0.50 0.75 150,000Rp 195,000Rp 90,000Rp

9 tegalan 0.50 0.90 0.50 175,000Rp 260,000Rp 60,000Rp

10 tegalan 0.35 0.45 0.35 125,000Rp 195,000Rp 90,000Rp

11 tegalan 0.20 0.15 0.20 75,000Rp 130,000Rp 30,000Rp

12 tegalan 0.20 0.25 0.20 75,000Rp 130,000Rp 30,000Rp

13 tegalan 0.30 - 0.30 150,000Rp 195,000Rp 90,000Rp

14 tegalan 0.80 0.80 0.80 200,000Rp 390,000Rp 90,000Rp

15 tegalan 0.71 0.55 0.71 200,000Rp 260,000Rp 300,000Rp

16 tegalan 0.30 0.20 0.30 100,000Rp 130,000Rp 60,000Rp

17 tegalan 0.50 - 0.50 175,000Rp 195,000Rp 90,000Rp

18 sawah, tegalan 0.35 0.27 0.35 100,000Rp 130,000Rp 90,000Rp

19 tegalan 2.10 - 2.10 525,000Rp 650,000Rp 300,000Rp

20 tegalan 1.50 - 1.50 500,000Rp 650,000Rp 300,000Rp

21 sawah, tegalan 1.50 0.50 1.50 500,000Rp 525,000Rp 120,000Rp

Luas Lahan (Ha) Kebutuhan Modal Usaha

Page 83: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

1 2 3 4 5 6 7 8

22 tegalan 0.50 0.25 0.50 300,000Rp 325,000Rp 90,000Rp

23 tegalan 0.50 - 0.50 440,000Rp 300,000Rp 90,000Rp

24 tegalan 0.38 - 0.38 684,000Rp 480,000Rp 300,000Rp

25 sawah, tegalan 0.94 1.43 0.94 216,000Rp 195,000Rp 120,000Rp

26 sawah, tegalan 1.10 0.30 1.10 648,000Rp 480,000Rp 900,000Rp

27 tegalan 0.15 - 0.15 125,000Rp 130,000Rp 60,000Rp

28 tegalan 0.35 - 0.35 175,000Rp 195,000Rp 90,000Rp

29 tegalan 1.25 - 1.25 275,000Rp 320,000Rp 150,000Rp

30 tegalan 0.33 - 0.33 125,000Rp 195,000Rp 60,000Rp

31 tegalan 0.63 - 0.63 175,000Rp 195,000Rp 90,000Rp

32 tegalan 1.00 - 1.00 325,000Rp 455,000Rp 90,000Rp

33 tegalan 0.83 - 0.83 200,000Rp 260,000Rp 120,000Rp

34 tegalan 0.53 - 0.53 150,000Rp 195,000Rp 60,000Rp

35 tegalan 0.91 - 0.91 135,000Rp 260,000Rp 120,000Rp

36 tegalan 1.10 - 1.10 250,000Rp 325,000Rp 90,000Rp

37 sawah, tegalan 0.52 0.48 0.52 175,000Rp 195,000Rp 60,000Rp

38 tegalan 1.30 - 1.30 325,000Rp 390,000Rp 150,000Rp

39 tegalan 0.81 - 0.81 200,000Rp 260,000Rp 120,000Rp

40 tegalan 1.50 - 1.50 575,000Rp 715,000Rp 210,000Rp

41 tegalan 0.41 - 0.41 100,000Rp 130,000Rp 90,000Rp

42 tegalan 1.21 - 1.21 600,000Rp 390,000Rp 150,000Rp

43 tegalan 0.45 - 0.45 125,000Rp 130,000Rp 60,000Rp

44 tegalan 0.75 - 0.75 225,000Rp 325,000Rp 90,000Rp

45 tegalan 2.00 - 2.00 700,000Rp 780,000Rp 300,000Rp

46 tegalan 0.50 - 0.50 260,000Rp 224,000Rp 70,000Rp

47 tegalan 0.75 - 0.75 390,000Rp 336,000Rp 140,000Rp

Page 84: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

1 2 3 4 5 6 7 8

48 tegalan 0.25 - 0.25 130,000Rp 112,000Rp 35,000Rp

49 tegalan 1.00 - 1.00 650,000Rp 560,000Rp 105,000Rp

50 tegalan 0.75 - 0.75 390,000Rp 336,000Rp 140,000Rp

51 tegalan 0.50 - 0.50 260,000Rp 224,000Rp 70,000Rp

52 tegalan 1.00 - 1.00 520,000Rp 448,000Rp 105,000Rp

53 tegalan 1.00 - 1.00 520,000Rp 448,000Rp 140,000Rp

54 tegalan 0.25 - 0.25 130,000Rp 112,000Rp 35,000Rp

55 tegalan 0.50 - 0.50 260,000Rp 224,000Rp 70,000Rp

56 tegalan 0.75 - 0.75 390,000Rp 336,000Rp 140,000Rp

57 tegalan 0.75 - 0.75 390,000Rp 336,000Rp 70,000Rp

58 tegalan 0.50 - 0.50 260,000Rp 224,000Rp 105,000Rp

59 tegalan 0.50 - 0.50 260,000Rp 224,000Rp 70,000Rp

60 tegalan 1.00 - 1.00 520,000Rp 448,000Rp 140,000Rp

61 tegalan 1.00 - 1.00 520,000Rp 448,000Rp 105,000Rp

62 tegalan 0.75 - 0.75 390,000Rp 336,000Rp 105,000Rp

63 tegalan 1.00 - 1.00 650,000Rp 448,000Rp 140,000Rp

64 tegalan 0.50 - 0.50 250,000Rp 440,000Rp 105,000Rp

65 tegalan 0.35 - 0.35 182,000Rp 240,000Rp 420,000Rp

66 tegalan 0.50 - 0.50 260,000Rp 175,000Rp 175,000Rp

67 sawah, tegalan 0.50 1.00 0.25 260,000Rp 450,000Rp 70,000Rp

Page 85: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

No Asal Bibit Asal Pupuk Jumlah Berapa kali produksi per Kemana

Responden Diperoleh Diperoleh TK (org) panen/thn panen (ton) dipasarkan1 9 10 11 12 13 14 15

1 Pengecer Pengecer 4 Upah harian Rp. 20.000,- 2 5.00 Pedagang Pengumpul

2 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 2.50 Pedagang Pengumpul

3 Pengecer Pengecer 2 Upah setelah panen 2 1.50 Pedagang Pengumpul

4 Pengecer Pengecer 8 Setiap proses usahatani 1 5.54 Pedagang Pengumpul

5 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 2.00 Pasar

6 Pengecer Pengecer 1 Upah setelah panen 2 0.70 Pasar

7 Pengecer Pengecer 5 Upah setelah panen 2 3.50 Pedagang Pengumpul

8 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 1.50 Pedagang Pengumpul

9 Pengecer Pengecer 2 Upah setelah panen 2 1.50 Pedagang Pengumpul

10 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 1.50 Pedagang Pengumpul

11 Pengecer Pengecer 1 Upah setelah panen 2 1.00 Pedagang Pengumpul

12 Pengecer Pengecer 1 Upah setelah panen 2 1.00 Pedagang Pengumpul

13 Pengecer Koperasi 3 Upah setelah panen 2 2.00 Pedagang Pengumpul

14 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 2.00 Pedagang Pengumpul

15 Pengecer Pengecer 10 Upah setelah panen 2 2.00 Pedagang Pengumpul

16 Pengecer Pengecer 2 Upah setelah panen 2 1.00 Pedagang Pengumpul

17 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 2.00 Pedagang Pengumpul

18 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 1.20 Pedagang Pengumpul

19 Pengecer Pengecer 10 upah harian 2 5.00 Pedagang Pengumpul

20 Pengecer Pengecer 10 Upah setelah panen 2 4.00 Pedagang Pengumpul

21 Pengecer Pengecer 4 Upah setelah panen 2 4.00 Pedagang Pengumpul

Sistem Pembayaran Upah

Page 86: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

1 9 10 11 12 13 14 15

22 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 2.00 Pasar

23 Koperasi Koperasi 3 Upah setelah panen 2 2.00 Pedagang Pengumpul

24 Pengecer Pengecer 4 Upah setelah panen 2 2.00 Pedagang Pengumpul

25 Pengecer Pengecer 4 Upah setelah panen 2 1.80 Pedagang Pengumpul

26 Pengecer Pengecer 10 Upah setelah panen 2 6.00 Pedagang Pengumpul

27 Pengecer Pengecer 2 Upah harian 2 1.00 Pasar

28 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 1.50 Pedagang Pengumpul

29 Pengecer Pengecer 5 Upah setelah panen 2 2.00 Pedagang Pengumpul

30 Pengecer Pengecer 2 Upah setelah panen 2 1.00 Pedagang Pengumpul

31 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 1.50 Pedagang Pengumpul

32 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 2.50 Pedagang Pengumpul

33 Pengecer Pengecer 4 Upah setelah panen 2 2.00 Pasar

34 Pengecer Pengecer 2 Upah setelah panen 2 1.00 Pedagang Pengumpul

35 Pengecer Pengecer 4 Upah setelah panen 2 2.00 Pedagang Pengumpul

36 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 2.50 Pedagang Pengumpul

37 Pengecer Pengecer 2 Upah setelah panen 2 2.00 Pedagang Pengumpul

38 Pengecer Pengecer 5 Upah setelah panen 2 4.00 Pasar

39 Pengecer Pengecer 4 Upah setelah panen 2 2.00 Pedagang Pengumpul

40 Pengecer Pengecer 7 Upah setelah panen 2 5.00 Pedagang Pengumpul

41 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 1.50 Pedagang Pengumpul

42 Pengecer Pengecer 5 Upah setelah panen 2 3.00 Pedagang Pengumpul

43 Pengecer Pengecer 2 Upah setelah panen 2 1.70 Pedagang Pengumpul

44 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 2.50 Pedagang Pengumpul

45 Pengecer Pengecer 10 upah harian 2 5.00 Koperasi

46 Pengecer Pengecer 2 Upah setelah panen 2 2.20 Pedagang Pengumpul

47 Pengecer Pengecer 4 Upah setelah panen 2 3.00 Pedagang Pengumpul

Page 87: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

1 9 10 11 12 13 14 15

48 Pengecer Pengecer 1 Upah setelah panen 2 1.00 Pedagang Pengumpul

49 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 4.70 Pedagang Pengumpul

50 Pengecer Pengecer 4 Upah setelah panen 2 2.70 Pedagang Pengumpul

51 Pengecer Pengecer 2 Upah setelah panen 2 2.10 Pedagang Pengumpul

52 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 4.70 Pedagang Pengumpul

53 Pengecer Pengecer 4 Upah setelah panen 2 4.40 Pedagang Pengumpul

54 Pengecer Pengecer 1 Upah setelah panen 2 1.00 Pedagang Pengumpul

55 Pengecer Pengecer 2 Upah setelah panen 2 2.30 Pedagang Pengumpul

56 Pengecer Pengecer 4 Upah setelah panen 2 2.90 Pedagang Pengumpul

57 Pengecer Pengecer 2 Upah setelah panen 2 3.30 Pedagang Pengumpul

58 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 2.20 Pedagang Pengumpul

59 Pengecer Pengecer 2 Upah setelah panen 2 2.00 Pedagang Pengumpul

60 Pengecer Pengecer 4 Upah setelah panen 2 4.70 Pedagang Pengumpul

61 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 4.50 Pedagang Pengumpul

62 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 3.10 Pedagang Pengumpul

63 Pengecer Pengecer 4 Upah setelah panen 2 4.20 Pedagang Pengumpul

64 Pengecer Pengecer 3 Upah setelah panen 2 2.50 Pedagang Pengumpul

65 Pengecer Pengecer 12 Upah setelah panen 2 2.00 Pedagang Pengumpul

66 Pengecer Pengecer 5 Upah setelah panen 2 3.00 Pedagang Pengumpul

67 Pengecer Pengecer 2 Upah setelah panen 2 2.00 Pedagang Pengumpul

Page 88: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

No Produktivitas Total

Responden (Ton/Ha) Pendapatan

1 16 17 18 19 20 21

1 1,000Rp 6.67 980,000Rp 5,000,000Rp 4,020,000Rp 8,040,000Rp

2 1,000Rp 3.01 740,000Rp 2,500,000Rp 1,760,000Rp 3,520,000Rp

3 1,000Rp 6.00 265,000Rp 1,500,000Rp 1,235,000Rp 2,470,000Rp

4 1,000Rp 5.54 1,635,000Rp 5,535,000Rp 3,900,000Rp 3,900,000Rp

5 1,000Rp 2.50 410,000Rp 2,000,000Rp 1,590,000Rp 3,180,000Rp

6 1,000Rp 7.00 145,000Rp 700,000Rp 555,000Rp 1,110,000Rp

7 1,000Rp 2.33 1,185,000Rp 3,500,000Rp 2,315,000Rp 4,630,000Rp

8 1,000Rp 2.00 435,000Rp 1,500,000Rp 1,065,000Rp 2,130,000Rp

9 1,000Rp 3.00 495,000Rp 1,500,000Rp 1,005,000Rp 2,010,000Rp

10 1,000Rp 4.29 410,000Rp 1,500,000Rp 1,090,000Rp 2,180,000Rp

11 1,000Rp 5.00 235,000Rp 1,000,000Rp 765,000Rp 1,530,000Rp

12 1,000Rp 5.00 235,000Rp 1,000,000Rp 765,000Rp 1,530,000Rp

13 1,000Rp 6.67 435,000Rp 2,000,000Rp 1,565,000Rp 3,130,000Rp

14 1,000Rp 2.50 680,000Rp 2,000,000Rp 1,320,000Rp 2,640,000Rp

15 1,000Rp 2.82 760,000Rp 2,000,000Rp 1,240,000Rp 2,480,000Rp

16 1,000Rp 3.33 290,000Rp 1,000,000Rp 710,000Rp 1,420,000Rp

17 1,000Rp 4.00 460,000Rp 2,000,000Rp 1,540,000Rp 3,080,000Rp

18 1,000Rp 3.43 320,000Rp 1,200,000Rp 880,000Rp 1,760,000Rp

19 1,000Rp 2.38 1,475,000Rp 5,000,000Rp 3,525,000Rp 7,050,000Rp

20 1,000Rp 2.67 1,450,000Rp 4,000,000Rp 2,550,000Rp 5,100,000Rp

21 1,000Rp 2.67 1,145,000Rp 4,000,000Rp 2,855,000Rp 5,710,000Rp

PendapatanPengeluaran PenerimaanHarga Jual

Page 89: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

1 16 17 18 19 20 21

22 1,000Rp 4.00 715,000Rp 2,000,000Rp 1,285,000Rp 2,570,000Rp

23 1,000Rp 4.00 830,000Rp 2,000,000Rp 1,170,000Rp 2,340,000Rp

24 1,000Rp 5.26 1,464,000Rp 2,000,000Rp 536,000Rp 1,072,000Rp

25 1,000Rp 1.91 531,000Rp 1,800,000Rp 1,269,000Rp 2,538,000Rp

26 1,000Rp 5.45 2,028,000Rp 6,000,000Rp 3,972,000Rp 7,944,000Rp

27 1,100Rp 6.67 315,000Rp 1,100,000Rp 785,000Rp 1,570,000Rp

28 1,000Rp 4.29 460,000Rp 1,500,000Rp 1,040,000Rp 2,080,000Rp

29 1,000Rp 1.60 745,000Rp 2,000,000Rp 1,255,000Rp 2,510,000Rp

30 1,000Rp 3.03 380,000Rp 1,000,000Rp 620,000Rp 1,240,000Rp

31 1,000Rp 2.38 460,000Rp 1,500,000Rp 1,040,000Rp 2,080,000Rp

32 1,000Rp 2.50 870,000Rp 2,500,000Rp 1,630,000Rp 3,260,000Rp

33 1,000Rp 2.41 580,000Rp 2,000,000Rp 1,420,000Rp 2,840,000Rp

34 1,000Rp 1.89 405,000Rp 1,000,000Rp 595,000Rp 1,190,000Rp

35 1,000Rp 2.20 515,000Rp 2,000,000Rp 1,485,000Rp 2,970,000Rp

36 1,000Rp 2.27 665,000Rp 2,500,000Rp 1,835,000Rp 3,670,000Rp

37 1,000Rp 3.85 430,000Rp 2,000,000Rp 1,570,000Rp 3,140,000Rp

38 1,000Rp 3.08 865,000Rp 4,000,000Rp 3,135,000Rp 6,270,000Rp

39 1,000Rp 2.47 580,000Rp 2,000,000Rp 1,420,000Rp 2,840,000Rp

40 1,000Rp 3.33 1,500,000Rp 5,000,000Rp 3,500,000Rp 7,000,000Rp

41 1,000Rp 3.66 320,000Rp 1,500,000Rp 1,180,000Rp 2,360,000Rp

42 1,000Rp 2.48 1,140,000Rp 3,000,000Rp 1,860,000Rp 3,720,000Rp

43 1,000Rp 3.78 315,000Rp 1,700,000Rp 1,385,000Rp 2,770,000Rp

44 1,000Rp 3.33 640,000Rp 2,500,000Rp 1,860,000Rp 3,720,000Rp

45 1,000Rp 2.50 1,780,000Rp 5,000,000Rp 3,220,000Rp 6,440,000Rp

46 900Rp 4.40 554,000Rp 1,980,000Rp 1,426,000Rp 2,852,000Rp

47 900Rp 4.00 866,000Rp 2,700,000Rp 1,834,000Rp 3,668,000Rp

Page 90: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

1 16 17 18 19 20 21

48 900Rp 4.00 277,000Rp 900,000Rp 623,000Rp 1,246,000Rp

49 875Rp 4.70 1,315,000Rp 4,112,500Rp 2,797,500Rp 5,595,000Rp

50 900Rp 3.60 866,000Rp 2,430,000Rp 1,564,000Rp 3,128,000Rp

51 900Rp 4.20 554,000Rp 1,890,000Rp 1,336,000Rp 2,672,000Rp

52 890Rp 4.70 1,073,000Rp 4,183,000Rp 3,110,000Rp 6,220,000Rp

53 875Rp 4.40 1,108,000Rp 3,850,000Rp 2,742,000Rp 5,484,000Rp

54 900Rp 4.00 277,000Rp 900,000Rp 623,000Rp 1,246,000Rp

55 875Rp 4.60 554,000Rp 2,012,500Rp 1,458,500Rp 2,917,000Rp

56 900Rp 3.87 866,000Rp 2,610,000Rp 1,744,000Rp 3,488,000Rp

57 875Rp 4.40 796,000Rp 2,887,500Rp 2,091,500Rp 4,183,000Rp

58 875Rp 4.40 589,000Rp 1,925,000Rp 1,336,000Rp 2,672,000Rp

59 900Rp 4.00 554,000Rp 1,800,000Rp 1,246,000Rp 2,492,000Rp

60 875Rp 4.70 1,108,000Rp 4,112,500Rp 3,004,500Rp 6,009,000Rp

61 900Rp 4.50 1,073,000Rp 4,050,000Rp 2,977,000Rp 5,954,000Rp

62 900Rp 4.13 831,000Rp 2,790,000Rp 1,959,000Rp 3,918,000Rp

63 890Rp 4.20 1,238,000Rp 3,738,000Rp 2,500,000Rp 5,000,000Rp

64 900Rp 5.00 795,000Rp 2,250,000Rp 1,455,000Rp 2,910,000Rp

65 900Rp 5.71 842,000Rp 1,800,000Rp 958,000Rp 1,916,000Rp

66 900Rp 6.00 610,000Rp 2,700,000Rp 2,090,000Rp 4,180,000Rp

67 1,200Rp 8.00 780,000Rp 2,400,000Rp 1,620,000Rp 3,240,000Rp

Page 91: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

Jl . Adyaksa B aru Ruko Zamrud IIBlok J N o.11 P anakukang Mas Makassar

Telp. 0411-571 89 70 Fax . 0411-425278

GL OB A LINDO KO NS UL TA M APE MER IN TA H KA BU PA TE N JEN E PONT OBADA N PERENCA NAAN PEM BANGU NAN DAERAH

BAPPED A

Ke g ia ta n Pembua ta n Peta T emat ik Pysi ca l Settin g

K abupa ten Je nepont o Tahu n 2006

Sum ber Peta :

P eta Rup a Bumi S ka la 1 :5 0. 00 0P eta Admin istra si Ka b. Jen ep o nt o Tah un 2 0 04 S ka la 1:55 .0 00

Pet a Ind eks Pro vinsi S u lawe si S ela ta n

Kabupaten Jeneponto

Keteran ganPusat K abup aten%[Pusat Kecamatan#Y

Jal an Ka bup ate n

Jal an Nas iona l

J alan P rovin si

Sun gai Be sar

Sun gai

Garis Pant ai

Batas Wil ayah Ka bupaten

PE TA A DMINISTRA SIKA BUP ATEN JENEPON TO

UTAR A

2 0 2 4

Ki lom eter

Sk a la 1:170.000

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

%[

KEC . BANG KAL A BARAT

KEC . BANGKALA

KE C. BONT ORAMBA

KE C. TAMALATE A

KEC . BINAMU

KEC . T URATE A

KEC . ARUNG KEKE

KEC . BAT AN G

KE C. TAROW ANG

KEC . KE LARA

KE C. R UM BIA

KA BUPA TEN TAK AL AR

K AB UP ATEN GOWA

K AB UP ATEN B ANTA ENG

LAUT FLORES

5°4

0' 5

°40

'

35' 5

°3

5'

5°3

0' 5

°30

'

25' 5

°2

5'

119 °3 0'

119 °3 0'

11 9°35 '

11 9°35 '

1 19°40 '

1 19°40 '

11 9°45 '

11 9°45 '

11 9°50 '

11 9°50 '

11 9°55'

11 9°55'

Page 92: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

PETA ADM INISTRA SIK EC AM ATA N K ELA RA

UTAR A

1 0 1 2

Ki lom eter

SKALA 1:45.00 0

Pe ta Inde ksKa bupete n J ene po nto

Sumber Peta :Pe ta Ru p a Bumi S kala 1 : 5 0. 00 0

Pe ta Ad min ist ra si Kab up a te n Je ne po n to Ta hu n 2 00 4 S ka la 1 :5 5. 00 0

Ke gia ta n

Pemb uatan Peta T emati k P ysi ca l Set ti ng K abu paten Jen epon to T ahun 200 6

PE MER IN T AH K AB U PAT EN JEN E PON TOBA DA N PE REN CA NA AN PE MB AN G UN AN DA ER AH

BAPPE DAGLOBAL INDO KO NS ULT AMA

Jl. A dyaks a Bar u R uko Za mrud IIBlok J N o. 11 Panakuk an g Mas Makas s arTelp. 0411- 5718970 Fax. 0411-42 5278

J l. P ahlaw an N o . 1 A Bon tosu ngguJenep ont o 9 2311 T elp/ Fax. 041 9-2 107 2

K ecamatan K el ara

BON TOLEB ANG

BON TONOMPO

GA NT ARAN G

SAMA TARIN G

TOLO

TOLO BA RA T

TOLO SELATA N

TOLO TI MUR

TOLO U TAR A

TOMBO TOMBOLO

Pe rmukim an

Ba tas K ecamat an

Su ngai

Su ngai Be sar

J alan Pro pin si

J alan Kab up at en

J alan Desa

#S Pu sat De sa

%a Pu sat K ecamatan

KE T ER AN G AN

Ba tas De sa

#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S #S #S

%[TO LO

TOLO UTA RA

TOLO T IMUR

S AMA T ARI NG

TO MB O TO MBO LO

GA NTA RA NG

TOLO SELA TA N

B ON TOLEB A NG

TOLO B A RA T

B ONTO NOMP O

G O W A

R U M B I A

T U R A T E A

TARO WAN G

B A T A N G

5°36

' 5°36'

5°34

' 5°34'

5°3

2'

5°32'

5°30

' 5°30'

119°48 '

119°48 '

119°50 '

119°50 '

119°52 '

119°52 '

Page 93: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

PE TA A DM IN ISTRAS IKEC AM A TA N RUM BIA

UTA RA

1 0 1 2

K ilom ete r

SKALA 1:60.000

Pe ta Ind e k sKa b up et en Je ne p o nt o

Sum ber Peta :P et a Ru pa Bu m i Sk ala 1 : 5 0. 00 0

P et a Ad m in istra si Ka b up a te n Je ne po n to Ta h un 20 04 Sk a la 1:5 5. 00 0

Ke g ia t an

P embu atan Peta T emati k Pys ical S ettin g K abu paten Jen epo nto T ahu n 2 006

P EME RI N TA H KA BU P AT EN JEN E PON TOBA D AN PER EN CA NA AN PEMB AN G UN AN DA ER AH

BAPPEDA

GL OB A LIND O KON SUL T AM A

Jl . Adyaks a B aru Ruk o Zam rud I IB lok J No. 11 Panakukang Mas Makas s arT el p. 041 1-57 18 970 Fax. 04 11 -425 278

Jl. P ahlaw an N o . 1 A Bo ntos ung guJe nep ont o 9 2311 T elp/ Fax . 041 9- 210 72

Kecam at an R um bia

Pe rmuki man

Ba tas Kecama tan

Su nga i

Su nga i Be sa r

J ala n Pr opi nsi

J ala n Ka bup aten

J ala n Desa

#S Pu sat Desa

%a Pu sat Kecama tan

KET E RAN GA N

Bata s Desa

BO N TO CIN I

BO N TO MAN AI

BO N TO TIRO

JEN ETALLASA

KAS SI

LEBAN G MA NA I

LEB AN G MAN AI U TARA

LO KA

PALLANTI KANG

RU MBIA

TO MPO BU LU

UJ UN GB ULU

#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S #S

#S

#S

#S #S

%[

KASSI

RU M B IA

L OKA

JENETAL LA SA

BONTOM A NAI

P ALL AN TIK ANG

TOM P OBU LU

B ONTOCINI

LEB ANG M A NAI

U JU NG BU LU

BO NTOTIR O

LEBA NG M AN AI U TAR A

K E L A R A

G O W A

B A N T A E N G

5°30

' 5°30'

5°28

' 5°28'

5°26

' 5°26'

5°24

' 5°24'

1 19°50 '

119°50 '

119°52 '

119°52 '

119°54 '

119°54 '

119°56 '

119°56 '

Page 94: PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG …

J l. Adyaksa Ba ru Ruko Zamrud IIBlok J N o.11 Panakukang Mas Makassar

T elp. 0411-5718970 Fax . 0411- 42527 8

GLOBAL IN DO KONS UL TAM APE ME RI NTA H KA BU PA TE N JENEPONT OBA DAN PERENCA NAAN PEM BANG UNA N DAE RAH

BAPPE DA

Ke gia ta n Pemb uatan Peta Te matik Pys ical Se tting

K ab upaten Jen epon to Tahu n 20 06

Sumber Peta :Pe ta Ru p a Bumi Sk ala 1 :5 0 .0 00Pe ta Ad min istra si Ka b. Je ne p on to Ta hu n 2 0 04 Sk ala 1:5 5. 00 0

Pe ta Inde ks Pro v insi Sula wes i Sela ta n

Kabupaten Jeneponto

Ketera ng anPu sat K abu paten%[Pu sat K ecamatan#Y

Jal an kab upatenJal an Nega ra

Jal an P ropi nsi

Su ngai BesarSunga i

Gar is Pant ai

Batas Ad mini s tr asi Kecamat an

(0-2 )%

(15- 30)%

(2-1 5)%

(3 0-45) %

>4 5%

Ti dak ter inc i

Ke lerengan

PETA TO POGRA FIKA B UP ATEN JENEPO NTO

U TARA

2 0 2 4

Kilom eter

Ska la 1:170.000

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

%[

KABUPATE N TAKALAR

KABU PATEN GOW A

KABUPATEN BANTA ENG

5°4

0'

5°4

0'

5°35

' 5°35'

5°30

' 5°30'

5°2

5'

5°25'

119°30'

119°30'

119°35'

119°35'

119° 40'

119° 40'

119° 45'

119° 45'

119° 50'

119° 50'

119° 55'

119° 55'

L AU

T FLORES